155
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI DEATH ANXIETY SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi) Oleh : DIANA MUMPUNI NIM: 109070000191 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/ 1435 H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

  • Upload
    dangbao

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG

MEMPENGARUHI DEATH ANXIETY

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh

gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Oleh :

DIANA MUMPUNI

NIM: 109070000191

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/ 1435 H

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B) April 2014

C) Diana Mumpuni

D) Analisis Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Death Anxiety pada

Lansia

E) 110 Halaman + Lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh locus of control, perceived

social support, religious orientation, pengalaman mengenai kematian, dan jenis

kelamin terhadap death anxiety pada lansia. Subjek dalam penelitian ini

berjumlah 150 lansia baik pria maupun wanita di RW 09 Kelurahan Kebon Pala,

Jakarta Timur. Penelitian menggunakan metode kuantitatif melalui pemberian

kuesioner kepada sampel penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah regresi berganda yang diperoleh dari hasil perhitungan skala death

anxiety (Death Anxiety Scale), skala locus of control (I, P, & C Locus of Control

Scale), skala perceived social support (Multidimensional Scale of Perceived

Social Support), dan skala religious orientation (Religious Orientation Scale-

Revised). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara seluruh variabel independen terhadap death anxiety secara

simultan. Apabila dilihat dari koefisien regresi masing-masing variabel,

ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap death

anxiety yaitu variabel jenis kelamin. Sedangkan variabel locus of control,

perceived social support, religious orientation, dan pengalaman mengenai

kematian tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap death anxiety.

Selanjutnya, jika dilihat berdasarkan proporsi varians masing-masing variabel

maka terdapat satu variabel yang berpengaruh signifikan terhadap death anxiety,

yaitu extrinsic religious orientation. Pada penelitian selanjutnya diharapkan

memperluas jangkauan sampel agar lebih beragam, serta mengukur variabel

death anxiety dengan aspek-aspek yang terpisah sehingga terlihat hasil yang

lebih menarik.

G) Bahan Bacaan : 20 Buku, 3 Artikel, 18 Jurnal (1966-2014)

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirabbil’alamiin puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat

kekuasaan-Nya, rahmat, karunia, anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam terlimpah kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat

dan keluarga, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Allahumma shalli ‘alasaiyidinaa

Muhammad wa’ala alisaiyidina Muhammad.

Skripsi ini merupakan sebuah karya ilmiah yang disusun dalam rangka menyelesaikan

jenjang pendidikan Sarjana Strata Satu (S1) sesuai dengan kurikulum yang telah

ditetapkan di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penyelesaian skripsi ini peneliti tidak luput dari proses pembelajaran yang amat

panjang. Peneliti telah melewati berbagai macam bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan Terima Kasih

yang sebesar – besarnya kepada pihak yang telah membantu, yaitu sebagai berikut :

1. Prof. Dr. Abdul Mujib, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah beserta

jajaran dekanat yang selalu berjuang agar Fakultas Psikologi menjadi lebih baik.

2. Jahja Umar, Ph.D atas kebijakannya yang membuat kami lebih banyak dan giat

belajar serta mengembangkan Fakultas Psikologi menjadi lebih baik dan

berkualitas.

3. Dr. Achmad Syahid, M.A, penasihat akademik penulis yang telah banyak

memberikan dukungan dan masukan selama masa perkuliahan berlangsung.

4. Ibu S. Evangeline I. Suaidy, M.Si, Psi, sebagai pembimbing I dan ibu Yufi

Adriani, M. Psi, sebagai pembimbing II, terima kasih atas waktu dan kesabaran

yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mempu menyelesaikan skripsi ini.

Serta kepada ibu Dra. Netty Hartati, M.Si sebagai penguji I, Terima kasih atas

segala masukan yang sangat bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu,

teladan, serta kerja kerasnya dalam mendidik kami selama ini.

6. Seluruh warga lansia RW. 09 kelurahan Kebon Pala yang bersedia menjadi sampel

penelitian ini, serta para kader lansia RW. 09 kelurahan Kebon Pala, ibu Ummi

Marfu’ah, dan ibu Neneng yang telah membantu penulis dalam pengambilan data

penelitian.

7. Kedua orang tua penulis, Bapak Musidi dan Ibu Siwiyastiana Anjarhiaswati atas

kasih sayang, dukungan, do’a dan ketulusan yang telah menyertai penulis selama

ini.

8. Seluruh Staf Akademik yang sangat sabar melayani dan menyediakan kebutuhan-

kebutuhan yang Penulis butuhkan selama proses penyelesaian skripsi.

9. Sahabat-sahabat: Anggun Setiawati, Syifa Alamiah, Evy Megawati, Emmy

Primasti, Rizky Setyowati, Yuli Utami, Seila Rizkina, Rosita Dewi, Yuska

Wulandari, Terimakasih telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk

memberikan bantuan apapun dan kapanpun yang penulis butuhkan. Tiara

Maharani, Nisaul Istiqomah, Fitriyah, Yunia Syukmawati, terima kasih atas

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

dukungannya yang menguatkan, serta teman-teman kelas E 2009 yang sangat

peneliti banggakan, terima kasih atas keceriaannya selama masa perkuliahan.

10. Dian Nilasari dan Adi Nugroho, kakak dan adik tersayang, atas dukungannya yang

tidak biasa sekaligus luar biasa.

11. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis hanya bisa memohon kepada Allah SWT agar memberikan

balasan yang sebaik-baiknya kepada semua pihak yang telah berjasa dalam

rentang kehidupan Penulis. Amin Allahumma Amin.

Jakarta, 30 April 2014

Penulis

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ………………………………….. ii

LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………..…. iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ………………………………….. iv

ABSTRAK………………………………………………………………………. v

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. viii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. xi

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………... xii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… xiii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………….… 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan masalah ……………………......… 11

1.2.1 Pembatasan masalah ……………………………………. 11

1.2.2 Perumusan masalah ………..…………………………… 12

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………… 13

1.3.1 Tujuan penelitian ………………………………………. 13

1.3.2 Manfaat penelitian ……………………………………… 13

1.4 Sistematika Penulisan ………………………………………..… 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………………………………………………… 16

2.1 Lansia…………………………………..................................... 16

2.1.1 Pengertian lansia........................………...…………. . . . 16

2.1.2 Karakteristik Lansia……………………………………. 17

2.1.3 Perubahan-perubahan di masa lansia…………………… 18

2.1.3 Death Anxiety pada Lansia…………................................. 22

2.2 Death Anxiety ......…………………………………………........ 26

2.2.1 Pengertian death anxiety….. . . . . ……………………… 26

2.2.2 Penolakan terhadap death anxiety …...……………..….. 29

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi death anxiety............. 31

2.2.4 Pengukuran death anxiety................................................. 34

2.3 Locus of Control…………………………………………...……. 34

2.3.1 Pengertian locus of control……………..……………….. 34

2.3.2 Dimensi-dimensi locus of control ………………………. 36

2.3.3 Pengukuran locus of control............................................... 38

2.4 Religious Orientation……………………………………………. 38

2.4.1 Pengertian religious orientation…………..…………….. 38

2.4.2 Dimensi-dimensi religious orientation …………………. 41

2.4.3 Pengukuran religious orientation………………………... 43

2.5 Perceived Social Support……………………………………………… 43

2.5.1 Pengertian social support…………………………..………… 43

2.5.2 Aspek-aspek social support…………………..……………… 45

2.5.3 Perceived social support……………………………………… 47

2.5.4 Pengukuran perceived social support………………………. 48

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

2.6 Pengalaman mengenai Kematian………………………………… 48

2.6.1 Pengukuran pengalaman mengenai kematian……..……... 50

2.7 Kerangka Berpikir ……………………………………………...... 50

2.7 Hipotesis………………………………………………………….. 55

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………….... 57

3.1 Sampel dan Teknik Pengambilan Data ……………….………... 57

3.2 Variabel Penelitian ……………………………………………... 57

3.3 Definisi Operasional……………………………………………. 58

3.4 Pengumpulan Data……................................................................ 59

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data……………………………… 59

3.4.2 Instrumen Penelitian…………………………………….. 62

3.5 Pengujian Validitas Konstruk........................................................ 64

3.5.1 Uji validitas konstruk death anxiety ……...…………….. 66

3.5.2 Uji validitas konstruk locus of control.............................. 68

3.5.3 Uji validitas konstruk perceived social support................ 71

3.5.4 Uji validitas konstruk religious orientation……………… 72.

3.6 Prosedur Pengumpulan Data…………………………………...... 77

3.7 Metode Analisis Data..................................................................... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN ……………..………………………….……. 81

4.1 Analisis Deskriptif …………………………………………….. 81

4.2 Uji Hipotesis Penelitian ………………………………………... 88

4.2.1 Analisis regresi variabel penelitian ……………………. 88

4.2.2 Pengujian proporsi varian masing-masing IV …………. 94

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN ……....……………………..... 98

5.1 Kesimpulan …………………………………………………..... 98

5.2 Diskusi ………………………………………………………… 99

5.3 Saran …………………………………………………………... 105

5.3.1 Saran Teoritis …………………………………….……. 105

5.3.2 Saran Praktis ……………………………………….….. 106

Daftar Pustaka ………………………………………………………….......... 108

Lampiran

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Bobot nilai.....................................................………………… 61

Tabel 3.2 Blue Print Death Anxiety Scale………………….................... 62

Tabel 3.3 Blue Print I, P, & C Locus of Control Scale …………….…... 63

Tabel 3.4 Blue Print Multidimensional Scale of Perceived Social Support 63

Tabel 3.5 Blue Print Religious Orientation Scale-Revised……………… 64

Tabel 3.6 Muatan Faktor dimensi death anxiety .................................….. 67

Tabel 3.7 Muatan Faktor dimensi locus of control bagian internal………. 68

Tabel 3.8 Muatan Faktor dimensi locus of control bagian external-chance 70

Tabel 3.9 Muatan Faktor dimensi locus of control bagian external-powerful others

………………………………………………………… 71

Tabel 3.10 Muatan Faktor dimensi perceived social support bagian family 72

Tabel 3.11 Muatan Faktor dimensi perceived social support bagian friends 73

Tabel 3.12 Muatan Faktor dimensi perceived social support bagian significant

others ………………………………………………………………… 74

Tabel 3.13 Muatan Faktor dimensi religious orientation bagian intrinsic.... 75

Tabel 3.14 Muatan Faktor dimensi religious orientation bagian extrinsic… 77

Tabel 4.1 Tabel subjek berdasarkan jenis kelamin..…………………...….. 81

Tabel 4.2 Tabel subjek berdasarkan death anxiety…………………….......... 82

Tabel 4.3 Tabel subjek berdasarkan tingkat death anxietyjenis kelamin..... 82

Tabel 4.4 Tabel subjek berdasarkan tingkat internal locus of control……... 83

Tabel 4.5 Tabel subjek berdasarkan tingkat external locus of control…….. 84

Tabel 4.6 Tabel subjek berdasarkan tingkat perceived social support family 84

Tabel 4.7 Tabel subjek berdasarkan tingkat perceived social support friends 85

Tabel 4.8 Tabel subjek berdasarkan tingkat perceived social support

significant others……………………………………………………… 86

Tabel 4.9 Tabel subjek berdasarkan tingkat intrinsic religious orientation… 87

Tabel 4.10 Tabel subjek berdasarkan tingkat extrinsic religious orientation… 88

Tabel 4.11 Tabel Anova………………………………………………………. 89

Tabel 4.12 Tabel R Square…………………………………………………… 90

Tabel 4.13 Tabel Koefisien Regresi………………………………………….. 91

Tabel 4.14 Tabel Proporsi Varians …………………………………………... 95

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir …………………………………………. 54

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Path Diagram CFA

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah dan pokok bahasan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan skripsi.

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa tua adalah periode penutup dari perkembangan masa hidup manusia.

Masa ini adalah sebuah periode dimana seseorang “berpindah” dari periode

yang lebih diinginkan — atau saat-saat ketika mereka merasa “berguna”

(Hurlock, 1980). Artinya, orang yang berada pada masa tua seharusnya telah

mendapatkan apa yang mereka inginkan. Saat ini, populasi warga lanjut usia

atau lansia cenderung mengalami peningkatan di Asia Tenggara, terutama

Indonesia. Kementerian Sosial melansir data bahwa jumlah penduduk lansia

Indonesia berjumlah 9,58% dari total populasi pada tahun 2010 dan akan

bertambah menjadi 11,34% pada tahun 2020 (Kemensos, 2007).

Bertambahnya populasi lansia di Indonesia tidak terlepas dari

peningkatan usia harapan hidup dari semula 52,2 tahun pada 1980, meningkat

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

2

menjadi 67,4 tahun pada 2010 serta perkiraan usia harapan hidup hingga 71,1

tahun pada tahun 2020 (Kemensos, 2007).

Peningkatan usia harapan hidup pada lansia tersebut memang

merupakan suatu kemajuan, namun hal tersebut bukan tanpa masalah. Lanjut

usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai

dengan berbagai perubahan ke arah penurunan fungsi, baik fisik, psikologis,

maupun minat. Mereka mengalami kecemasan-kecemasan karena penurunan

fungsi fisik pada diri mereka dan rekan seusianya, serta karena mereka mulai

dianggap “tua” oleh dirinya sendiri dan lingkungan budayanya (Hoyer &

Roodin, 2003).

Berdasarkan data kuesioner mengenai hal apa yang paling dicemaskan

pada 150 lansia RW 09 kelurahan Kebon Pala, Jakarta Timur saat ini, 43

responden menyatakan takut terkena penyakit, 37 responden menyatakan

takut pada kematian, 34 responden menyatakan takut tidak bisa bertemu

dengan keluarga, sedangkan 36 lainnya mencemaskan hal lain, seperti

kesepian, keadaan finansial, dan hidup sendiri. Data tersebut menunjukkan

bahwa kecemasan terbesar lansia adalah terserang penyakit. Walaupun bukan

kecemasan yang paling banyak dialami oleh lansia, namun kematian menjadi

hal yang relatif dicemaskan bagi banyak lansia. Oleh karena itu, peneliti

tertarik untuk meneliti lansia di RW 09 kelurahan Kebon Pala, Jakarta Timur

sebagai lokasi penelitian.

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

3

Yang harus diperhatikan adalah ketika mereka mengalami beragam

penurunan, terutama penurunan kesehatan, mereka cenderung berkonsentrasi

pada kematian dan memberikan perhatian penuh pada hal tersebut (Hurlock,

1981), karena usia tersebut (masa lanjut usia) merupakan masa kritis manusia

menuju ke kematian. Dengan penurunan kondisi fisik dan mental, paparan

terhadap kematian yang meningkat, serta dukungan sosial yang berangsur-

angsur menurun karena meninggalnya orang terdekat, lansia menjadi rentan

mengalami kecemasan, termasuk kecemasan yang berhubungan dengan

kematian.

Secara umum manusia ingin hidup panjang dengan berbagai upaya

yang dilakukan, proses hidup yang dialami manusia yang cukup panjang ini

telah menghasilkan kesadaran pada diri setiap manusia akan datangnya

kematian sebagai tahap terakhir kehidupannya di dunia ini. Namun demikian,

meski telah muncul kesadaran tentang kepastian datangnya kematian ini,

persepsi tentang kematian dapat berbeda pada setiap orang atau kelompok

orang.

Kematian dapat dipersepsikan sebagai sesuatu yang menakutkan

maupun sesuatu yang wajar di dalam kehidupan. Persepsi positif dalam hal ini

menganggap kematian sebagai suatu bentuk pencapaian dalam kehidupan dan

hal yang wajar dialami oleh manusia merupakan penerimaan yang positif pada

kematian. Sedangkan jika seseorang merasa takut dan cemas mengenai

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

4

kematian, hal ini merupakan persepsi negatif terhadap kematian dan akan

menimbulkan ketakutan akan kematian. Dengan menerima kematian dengan

positif, hal tersebut dapat membebaskan lansia dari segala kecemasan dan

mendukung kehidupan yang lebih vital dan bermakna (Tomer & Eliason,

2008). Namun, penerimaan terhadap kematian tersebut tidak dialami oleh

semua lansia.

Rangkaian perasaan-perasaan yang dipicu oleh pemikiran-pemikiran

mengenai kematian disebut sebagai death anxiety (Schultz, 1979, dalam

Bryant, 2003). Kastenbaum (2000) menyatakan bahwa tingkat death anxiety

yang sebagian besar dirasakan oleh individu dalam kehidupan sehari-harinya

mungkin dapat meningkat secara dramatis ketika individu mengalami periode

stres atau ancaman, seperti masalah kesehatan, penyakit, atau kematian orang

terdekatnya. Tingkat death anxiety juga berhubungan dengan masalah fisik

dan psikologis (Cicirelli, 2002). Death anxiety diasosiasikan dengan

kecemasan, gejala-gejala depresi, dan keyakinan-keyakinan mengenai apa

yang akan dialami setelah kematian (Khawar, Aslam, & Aamir, 2013).

Dari wawancara singkat peneliti terhadap tujuh lansia di RW 09

kelurahan Kebon Pala, tiga orang menyatakan tidak takut terhadap kematian

sedangkan empat orang lain mengaku merasakan takut terhadap kematian.

Lansia yang memiliki rasa takut terhadap kematian tersebut memiliki alasan

yang berbeda-beda mengapa mereka takut terhadap kematian. Dua orang

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

5

menyatakan mereka takut meninggal karena mereka takut keluarganya sedih

karena ditinggalkan dan karena mereka masih mengurus keluarganya. Satu

orang tidak menyatakan alasan mengapa ia takut pada kematian (hanya takut),

dan satu orang lainnya takut karena merasa kurang beribadah kepada Tuhan.

Sedangkan tiga orang sisanya lebih siap menghadapi kematian karena mereka

sadar bahwa mereka sudah berusia lanjut, bahwa kematian itu adalah takdir

Tuhan yang harus diterima.

Dari data wawancara tersebut dapat terlihat bahwa lansia memiliki

sikap terhadap kematian yang berbeda. Di satu sisi, ada lansia yang siap

dengan kematian, dan di sisi lain merasa takut terhadap kematian. Individu

dengan agama, budaya, dan perspektif yang sama mungkin dapat memiliki

perbedaan sikap terhadap kematian. Tinggi rendahnya death anxiety seseorang

dapat dijelaskan oleh berbagai aspek. Berbagai penelitian telah membuktikan

adanya pengaruh berbagai faktor terhadap death anxiety, diantaranya Cicirelli

(1999) meneliti pengaruh locus of control, perceived social support terhadap

death anxiety. Sementara itu, Swanson & Byrd (1998) meneliti pengaruh

religious orientation terhadap death anxiety, dan Azaiza et al., (2011) yang

meneliti pengalaman terhadap kematian orangtua yang kehilangan anaknya

terhadap death anxiety. DePaola et al., (2003) juga meneliti mengenai

pengaruh faktor demografis jenis kelamin tehadap death anxiety.

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

6

Suatu faktor yang penting yang terkait dengan kelangsungan hidup

dan juga kesehatan adalah perasaan untuk mengontrol (Baltes & Wahl, 1991;

Schmidt, 1990; Santrock, 2002). Locus of control adalah perbedaan individu

dalam hal kontrol personal mana yang akan digunakan seseorang dalam

situasi yang sama (Rotter, 1966). Individu-individu yang percaya bahwa

mereka memiliki tingkat kontrol yang tinggi lebih cenderung merasa bahwa

tindakan-tindakan mereka dapat membuat sesuatu yang berbeda dalam

hidupnya, sehingga mereka lebih cenderung merawat dirinya sendiri secara

lebih baik dengan memakan makanan yang sehat dan berolahraga. Sebaliknya,

mereka yang memiliki perasaan kontrol yang kurang mungkin merasa bahwa

apapun yang mereka lakukan tidak akan membuat sesuatu yang berbeda, dan

kemudian tidak bersusah-susah untuk berusaha membuat sesuatu yang

berbeda (Rodin & Timko, 2001 dalam Santrock, 2002).

Memang pada dasarnya kematian merupakan suatu hal yang tidak

terelakkan. Namun, dengan adanya perasaan kontrol diri di dalam aspek

kematian yang lain, hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat death anxiety.

Kepercayaan religius mengenai adanya kehidupan setelah kematian dapat

menjadi sebuah ilusi kontrol terhadap kematian. Perasaan kontrol pada

lingkungan seseorang dapat menghasilkan perasaan aman dan dalam hal ini

individu dengan internal locus of control memiliki ketakutan akan kematian

yang rendah (Cicirelli, 1999). Williams (1990) dalam penelitiannya

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

7

membuktikan bahwa orang dengan internal locus of control memiliki

penerimaan terhadap kematian yang lebih baik.

Faktor berikutnya yang dapat menjelaskan tinggi rendahnya death

anxiety adalah social support. Masa tua merupakan waktu dimana social

support terkadang menurun intensitasnya. Lansia mungkin dapat menerima

dukungan yang lebih sedikit sebagai akibat dari kehilangan atau mereka

merasa enggan untuk meminta pertolongan ketika mereka memiliki masalah

(Sarafino & Smith, 2011). Dukungan sosial (social support) dianggap mampu

mereduksi kecemasan lansia dalam menghadapi kematian. Setelah seseorang

memasuki masa lansia, maka dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat

berharga dan akan menambah ketentraman hidupnya.

Lansia yang memiliki social support yang kuat cenderung memiliki

ketakutan yang lebih rendah terhadap kematian karena adanya perasaan aman

dari ikatan dirinya dengan orang lain (Becker, 1973 dalam Daaleman &

Dobbs, 2010). Social support ditemukan memiliki hubungan dengan death

anxiety dan ketakutan akan hal-hal yang gaib (Mullins & Lopez, 1982 dalam

Azaiza et. al., 2010). Khawar, Aslam, & Aamir (2013) juga menemukan

hubungan yang negatif antara death anxiety dan social support.

Oleh karena itu, banyak lansia yang seharusnya mulai mencari

dukungan sosial dari lembaga-lembaga atau kegiatan yang ada di

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

8

lingkungannya, contohnya melalui kegiatan-kegiatan atau komunitas di

lingkungannya. Namun terkadang keterlibatan lansia dalam kegiatan-kegiatan

yang disediakan tidak terlihat. Contohnya, satu-satunya kegiatan di RW 09

kelurahan Kebon Pala yang paling digemari lansia adalah pengajian,

sedangkan program kegiatan lain yang disiapkan untuk kesejahteraan lansia

seperti posyandu lansia sangat sepi dan senam rutin minggu pagi telah

dihapus karena kurangnya peminat.

Tingginya keterlibatan lansia dalam kegiatan keagamaan dapat

menjadi suatu strategi dalam menurunkan tingkat death anxiety, karena

kematian erat kaitannya dengan religiusitas. Agama dapat meredakan

kecemasan terhadap kematian dan kehidupan setelah kematian. Perasaan

tenang yang dirasakan dari adanya agama dan rendahnya rasa takut akan

kematian cenderung identik dengan kepercayaan agama yang konservatif

(Wade, 1972 dalam Hurlock, 1981). Agama juga berfungsi sebagai sumber

dukungan emosional dan sosial pada individu, terutama pada saat-saat kritis

(Cicirelli, 2002).

Agama seharusnya dapat menurunkan tingkat death anxiety, namun

jika agama tidak benar-benar diterapkan dan diyakini seutuhnya, terutama jika

ada motif lain dalam kegiatan beragama, hal tersebut dikhawatirkan akan

semakin meningkatkan death anxiety karena individu belum menemukan

motivasi yang sebenarnya dalam beragama, yaitu mendekatkan diri pada

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

9

Tuhan. Intrinsic religious orientation adalah motivasi beragama yang

berpusat pada Tuhan, buka pada diri sendiri. Sedangkan extrinsic religious

orientation adalah motivasi beragama untuk mencari keuntungan personal

dalam bentuk ketenangan, harga diri dan sosiabilitas, bahkan demi orang lain

(Allport, 1967 dalam Pargament, 1997).

Beberapa penelitian melaporkan hasil yang berbeda terhadap pengaruh

religious orientation pada death anxiety. Thorson & Powell (2000, dalam

Cicirelli, 2002) menemukan bahwa religiusitas intrinsik berhubungan secara

negatif dengan death anxiety. Individu dengan extrinsic religious orientation

juga dilaporkan memiliki death anxiety yang tinggi dalam penelitian Swanson

& Byrd (1998). Namun hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian Chuin

& Choo (2009) dimana tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara

religious orientation dengan death anxiety.

Kemudian, peningkatan intensitas paparan terhadap hal-hal yang

berhubungan dengan kematian dan pengalaman kehilangan teman terdekat

atau keluarga juga dapat mempengaruhi sikap terhadap kematian. Kehilangan

orang yang disayangi merupakan hal yang berat karena keluarga, teman, atau

orang terdekat lainnya adalah salah satu sumber kekuatan seseorang dalam

bertahan menghadapi suatu masalah. Florian & Mikulnicer (1997, dalam

Azaiza et al., 2011) melaporkan tingkat death anxiety yang lebih tinggi pada

wanita yang baru saja mengalami kehilangan orang yang dicintainya.

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

10

Sedangkan Azaiza et al., (2011) dalam penelitiannya dengan sampel orangtua

yang kehilangan anaknya, tidak menemukan pengaruh yang signifikan dari

pengalaman kehilangan terhadap death anxiety.

Selain dapat dijelaskan oleh faktor-faktor tersebut, tinggi rendahnya

death anxiety seseorang juga ditentukan oleh jenis kelamin. Faktor perbedaan

jenis kelamin mempengaruhi death anxiety pada individu. Wanita cenderung

lebih rentan mengalami kecemasan dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan

wanita menunjukkan gejala-gejala depresi dua kali lebih tinggi dibandingkan

pria (Russac et al., 2007). Holocomb, Neimeyer, dan Moore (1993, dalam

Bath, 2010) menemukan bahwa wanita cenderung merasa cemas mengenai

ketidakpastian kematian dan kehidupan setelah kematian dibandingkan pria.

Wanita juga cenderung melihat kematian sebagai sesuatu yang negatif dan

sangat emosional, sedangkan pria cenderung melihat kematian sebagai hal

yang tidak terlalu memiliki pengaruh besar terhadap hidupnya (Holocomb et

al., 1993 dalam Bath, 2010).

Fortner (1995, dalam DePaola et al., 2003) menemukan tingkat death

anxiety yang lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria. Russac (2007) juga

melaporkan perbedaan tingkat ketakutan akan kematian yang signifikan antara

pria dan wanita, dimana wanita lebih merasakan takut dari pada pria.

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

11

Dengan melihat uraian masalah tersebut, yaitu lansia yang rentan

mengalami kecemasan termasuk kecemasan terhadap kematian, maka peneliti

tertarik untuk mengangkat tema penelitian mengenai death anxiety pada

lansia. Dengan meneliti death anxiety dan beberapa aspek yang

menjelaskannya, maka dapat diberikan gambaran mengenai tingkat death

anxiety pada lansia RW 09 kelurahan Kebon Pala. Dengan demikian, maka

dapat diketahui apa saja yang mempengaruhi death anxiety pada lansia, faktor

apakah yang paling besar pengaruhnya, sehingga dapat dijadikan referensi

bagi upaya-upaya untuk menurunkan death anxiety pada lansia agar dapat

mencapai hidup yang lebih sejahtera.

Melihat dari hal-hal yang telah peneliti uraikan, maka judul yang

diangkat pada penelitian ini adalah “Analisis Faktor-Faktor Psikologis yang

mempengaruhi Death Anxiety”.

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini menjadi lebih terarah dan

menghindari kesalahan persepsi, maka penulis membatasi masalah yang

berkaitan dengan faktor-faktor psikologis dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

12

A. Locus of Control dalam penelitian ini adalah dimensi internal locus of

control dan external locus of control.

B. Perceived Social Support dalam penelitian ini adalah persepsi

dukungan dari keluarga, teman, atau significant others.

C. Religious Orientation dalam penelitian ini adalah dimensi intrinsic

religious orientation dan extrinsic religious orientation.

D. Death anxiety atau kecemasan terhadap kematian yang bersifat

unidimensional, yang menyangkut kematian diri sendiri, baik dalam

proses menuju kematian, saat kematian, maupun kehidupan setelah

kematian.

E. Pengalaman bermakna mengenai kematian dalam penelitian ini adalah

pengalaman meninggalnya keluarga, teman, kerabat, atau orang

terdekat lain yang berarti maupun tidak berarti.

F. Responden dari penelitian ini terdiri dari pria dan wanita.

G. Responden dari penelitian ini dibatasi pada masyarakat lanjut usia

(lansia) yang berusia lebih dari 60 tahun keatas serta masih mampu

membaca serta menulis.

1.2.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini antara lain:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara internal locus of control

dengan death anxiety?

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

13

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara external locus of control

dengan death anxiety?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara perceived social support

dengan death anxiety?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara intrinsic religious

orientation terhadap death anxiety?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara extrinsic religious

orientation dengan death anxiety?

6. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin dengan

death anxiety?

7. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pengalaman bermakna

mengenai kematian dengan death anxiety?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada latar belakang, rumusan dan batasan masalah diatas,

maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh antara

faktor-faktor psikologis, yaitu locus of control, social support, religious

orientation, pengalaman terhadap kematian, dan jenis kelamin terhadap death

anxiety.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

14

Manfaat yang akan didapat dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

perbandingan bagi teori-teori psikologi yang berhubungan dengan

kematian atau psikologi penuaan (aging) yang belum banyak

diterapkan saat ini, serta memperkaya penelitian-penelitian mengenai

death anxiety.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi seluruh individu untuk meningkatkan kesadaran terhadap death

anxiety, dan penerapan pembelajaran mengenai kematian sehingga

diharapkan para lansia memiliki kesiapan untuk menghadapinya serta

mengurangi kecemasan yang dialaminya, serta mendukung program

persiapan menuju orang tua yang ditujukan pada komunitas lanjut usia

baik secara sosial maupun religius.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai isi dan materi yang dibahas

dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan sistematika penulisan

sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah,

tujuan dan manfaat dari penelitian serta sistematika penulisan.

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

15

BAB II : KAJIAN TEORI

Terdiri dari teori tentang locus of control, perceived social support,

religious orientation, death anxiety, asumsi dasar, kerangka berpikir, dan

hipotesis.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Terdiri dari jenis penelitian, definisi konsep dan operasional konsep,

sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, teknik

analisis data, dan prosedur penelitian.

Berisi tentang identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi

dan metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, metode analisis

instrumen serta metode analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian disajikan dengan jelas, dilengkapi dengan tabel, dan

penjelasan berdasarkan teori terhadap hasil penelitian yang diperoleh.

BAB V : DISKUSI DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

16

BAB II

KAJIAN TEORI

Bab ini akan menjelaskan landasan teoritis penelitian mengenai definisi death

anxiety, faktor-faktor yang mempengaruhi death anxiety, definisi locus of control,

dimensi-dimensi locus of control, definisi religious orientation, dimensi-dimensi

religious orientation, definisi perceived social support, dimensi-dimensi perceived

social support dan kerangka berpikir beserta hipotesis yang diajukan dalam

penelitian.

2.1 Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 mengenai

kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun

keatas dengan dua kategori, yaitu: lansia usia potensial adalah lansia yang masih

mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa,

dan lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga

hidupnya tergantung pada orang lain. Sedangkan menurut WHO (2014), definisi

umum lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 50 tahun keatas

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

17

Menurut Gorman (2000, dalam WHO, 2014), proses penuaan merupakan

realitas biologis yang memiliki dinamika tersendiri, sebagian besar diluar kontrol

manusia. Namun, hal ini juga merupakan bagaimana sebuah budaya atau komunitas

mengkonstruksikan lansia. Usia 60 atau 65 tahun, usia rata-rata masa pensiun di

negara-negara maju dan berkembang, diartikan sebagai permulaan dari masa tua.

Definisi lainnya adalah berkaitan dengan peran yang dilekatkan dengan orang tua,

yang dalam beberapa kasus, hilangnya peran yang mengikuti penurunan fungsi fisik

yang merupakan definisi yang signifikan dari masa tua. Kemudian, masa tua dalam

banyak negara berkembang terlihat dimulai ketika kontribusi aktif dalam masyarakat

sudah tidak mungkin dapat dicapai (Gorman, 2000 dalam WHO, 2014).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kategori lansia berdasarkan UU

No. 13 tahun 1998 mengenai Kesejahteraan Lanjut Usia, yaitu lanjut usia (lansia)

adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun keatas.

2.1.2 Karakteristik Lansia

Santrock (2002) menyatakan masa dewasa akhir (lansia) dimulai pada usia 60-an dan

diperluas sampai sekitar usia 120 tahun, dan memiliki rentang kehidupan yang paling

panjang dalam periode perkembangan manusia—50 sampai 60 tahun. Kombinasi

antara panjangnya masa kehidupan dengan peningkatan dramatis orang dewasa yang

hidup menuju usia tua telah membawa peningkatan perhatian pada perbedaan periode

masa dewasa akhir (Santrock, 2002).

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

18

Peneliti sosial yang fokus mengenai penelitian tentang penuaan

mengemukakan terdapat tiga kelompok dewasa akhir (lansia): lansia “muda” (young

old), lansia “tua” (old old), dan lansia “lanjut” (oldest old). Secara kronologis, lansia

muda merujuk pada lansia yang berusia 65 sampai 74, yang biasanya lebih aktif dan

bersemangat. lansia tua memiliki rentang usia 75-84 tahun. Sedangkan lansia lanjut

memiliki rentang usia 85 tahun keatas dan biasanya lebih rapuh dan memiliki

kesulitan untuk beraktifitas dalam kegiatan sehari-hari (Papalia, Olds, & Feldman,

2009). Suzman, Wilis & Manton (1992 dalam Santrock, 2002) menyatakan orang tua

muda ialah seseorang yang masih berada di usia 60 tahun, sedangkan orangtua

berusia lanjut merupakan seseorang yang telah berusia 85 tahun keatas.

Orangtua lanjut lebih banyak kemungkinannya wanita, dan mereka memiliki

angka morbiditas yang lebih tinggi dan jauh lebih besar mengalami ketidakmampuan

dibandingkan orang tua yang lebih muda (Suzman, Wilis & Manton, 1992 dalam

Santrock, 2002) . Hampir di seluruh dunia, wanita hidup lebih lama dibandingkan

laki-laki (Kinsella & Phillips, 2005 dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Hal ini

dihubungkan dengan kecenderungan mereka untuk lebih merawat dirinya sendiri dan

mencari perawatan kesehatan, tingkat dukungan sosial yang lebih tinggi, peningkatan

status sosioekonomi wanita yang meningkat dalam satu dekade terakhir, dan tingkat

kematian pria yang lebih tinggi selama masa hidup (Gordman & Read, 2007 dalam

Papalia, Olds, & Feldman, 2009).

2.1.3 Fase Perkembangan dan Perubahan-Perubahan di Masa Lansia

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

19

Menurut Erikson (1963, dalam Hoyer & Roodin, 2003), dalam tahun-tahun

terakhirnya, lansia memasuki fase ego integrity vs. despair. Beberapa orang tua

mengembangkan perasaan positif mengenai masa lalu mereka dan melihat bahwa

kehidupan mereka penuh arti dan memuaskan (ego integrity). Namun, beberapa orang

tua melihat masa lalunya dengan kepahitan atau ketidakpuasan. Beberapa juga merasa

bahwa mereka tidak dapat menciptakan kehidupan yang mereka inginkan untuk

dirinya sendiri, atau menyalahkan orang lain mengenai rasa tidak puasnya (despair).

Hurlock (1981) menyatakan tugas-tugas perkembangan di masa tua lebih

berkaitan dengan kehidupan personal mereka dibandingkan orang lain. Orang tua

diharapkan untuk dapat beradaptasi dengan kekuatan dan kesehatan yang menurun.

Hal ini menandakan perubahan peran yang mereka terapkan di dalam lingkungan

rumah dan diluar. Mereka juga diharapkan untuk menemukan aktifitas-aktifitas

sebagai pengganti pekerjaan yang mereka lakukan pada saat masih muda.

Mempertemukan kewajiban sosial dan sipil sangat sulit dilakukan oleh lansia karena

kesehatan yang melemah dan berkurangnya penghasilan karena masa pensiun.

Sebagai hasilnya, mereka seringkali dipaksa untuk tidak aktif secara sosial.

Anak yang sudah besar akan lebih melibatkan diri pada masalah vokasional

dan keluarganya sendiri, jadi lansia akan mengalami berkurangnya ikatan. Hal ini

berarti bahwa mereka harus menemukan ikatan lain dengan rekan sesama usianya jika

mereka ingin menghindari rasa kesepian ketika kontaknya dengan dunia luar terputus

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

20

akibat pensiun dan karena mereka sedikit demi sedikit mengurangi kontak dengan

komunitas sosial.

Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada masa lansia menurut Hurlock

(1981) adalah sebagai berikut:

a. Perubahan penampilan

Tanda-tanda penuaan yang paling mencolok adalah adanya perubahan terutama

pada bagian wajah. Walaupun wanita dapat memakai kosmetik untuk menutupi

tanda-tanda penuaan, banyak yang tidak dapat ditutupi tetapi bagian tubuh lain

bisa. Tangan juga dapat menunjukkan usia seseorang. Seperti wajah, tangan juga

menua lebih cepat daripada bagian tubuh yang lain dan tidak terlalu bisa

dikamuflase.

b. Perubahan-perubahan internal

Walaupun perubahan-perubahan internal (di dalam tubuh) tidak terlihat,

perubahan tersebut yang paling sering dialami. Perubahan pada tulang karena

mengerasnya tulang, kurangnya asupan mineral, dan modifikasi struktur tulang.

Akibatnya, tulang menjadi rapuh dan mudah mengalami fraktur atau patah, dan

hal tersebut lebih sulit untuk disembuhkan seiring usia bertambah. Saluran

pencernaan juga berubah pada usia tua. Terdapat penurunan fungsi beberapa

organ dalam, diantaranya limpa, hati, testis, jantung, paru-paru, pankreas, dan

ginjal. Mungkin yang paling dirasakan dan dialami adalah perubahan pada

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

21

jantung. Sistem gastrointestinal, sistem urin dan organ berotot lunak adalah organ

yang tidak terlalu mengalami perubahan karena usia lanjut.

c. Perubahan-perubahan sensorik

Seluruh organ fungsi penginderaan mengalami penurunan fungsi pada usia lanjut.

Bagaimanapun juga, perubahan sensorik adalah perubahan yang relatif lama

prosesnya pada sebagian besar kasus, sehingga individu memiliki kesempatan

untuk beradaptasi pada perubahan tersebut. Contohnya kacamata dan alat bantu

dengar yang dapat membantu pengelihatan dan pendengaran yang menurun.

d. Perubahan-perubahan kemampuan motorik

Sebagian besar lansia menyadari bahwa mereka bergerak lebih lambat dan kurang

terkoordinasi dari sebelumnya. Perubahan dalam fungsi motorik ini termasuk

penurunan kekuatan dan energi yang merupakan kompensasi yang normal dari

perubahan fisik yang berhubungan dengan usia tua; kurangnya irama gerak otot;

kekakuan sendi; dan tremor pada tangan, lengan, kepala, dan dagu.

Bagaimanapun juga, walaupun mereka sedang dalam kondisi yang fit dan

memiliki motivasi yang kuat, beberapa individu masih berharap kemampuan

motorik mereka dapat kembali seperti saat mereka muda. Perubahan motorik ini

memiliki efek yang penting dalam adaptasi personal dan sosial.

e. Perubahan-perubahan dalam kemampuan mental

Para pakar psikologi, dari penelitian-penelitian yang mereka lakukan, telah

menyatakan beberapa kepercayaan bahwa dengan adanya penurunan fungsi

beberapa area tubuh, hal tersebut mungkin dapat mempengaruhi penurunan fungsi

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

22

mental juga. Penyebabnya antara lain keadaan fisik yang memburuk yang juga

diikuti oleh kondisi mental yang menurun dan kurangnya stimulasi dari

lingkungan. Penelitian menunjukkan bahwa lansia dengan kemampuan inteligensi

yang tinggi memiliki resiko yang rendah dalam penurunan funsi mental daripada

orang dengan inteligensi yang rendah.

f. Perubahan-perubahan minat personal

Semakin bertambahnya usia, seseorang menjadi lebih memusatkan perhatian pada

dirinya sendiri. Mereka mungkin akan menjadi lebih egosentris dan berpusat pada

diri sendiri sehingga mereka hanya memikirkan dirinya sendiri daripada orang

lain dan cenderung tidak mempedulikan minat dan keinginan orang lain. Bahkan

ketika mereka berada dalam kondisi kesehatan yang baik, lansia cenderung terlalu

perhatian pada kesehatannya. Mereka cenderung mudah mengeluh mengenai

kesehatannya. Mereka juga sering menunjukkan perhatiannya pada dirinya sendiri

dengan cara membicarakan masa lalunya terus menerus, berharap untuk ditunggu,

dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Pemusatan pada diri sendiri tersebut

menimbulkan kesan sikap yang kurang menyenangkan pada lansia.

2.1.4 Death Anxiety pada Lansia

Melihat death anxiety pada lansia yang mengacu pada teori perkembangan

psikososial, fase kedua akhir (generativity vs stagnation) muncul ketika seseorang

menyadari dekatnya kematian dan fase tersebut akan terselesaikan jika seseorang

mampu berkontribusi terhadap perkembangan generasi berikutnya, dan death anxiety

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

23

akan muncul jika seseorang tidak mampu melakukannya. Fase final dari kehidupan

manusia (integrity vs. despair), tercapai jika seseorang mampu melihat dirinya secara

keseluruhan dan mampu mengingat masa lalu tanpa rasa bersalah. Hal tersebut

memunculkan ketakutan terhadap kematian yang rendah, sedangkan penyesalan

terhadap kesalahan yang dilakukan di masa lalu serta kesempatan-kesempatan yang

tidak diambil dulu dapat berakhir pada tingginya tingkat death anxiety (Erikson,

1963; Labouvie-Vief, 1982; Cicirelli, 2002).

Hoyer dan Roodin (2003) mengemukakan, seperti halnya kecemasan yag

merupakan emosi yang normal, kecemasan yang berhubungan dengan kematian juga

merupakan suatu hal yang normal. Banyak penelitian lanjutan dari death anxiety

dalam populasi nonklinis. Penemuan-penemuan dari penelitian Kastenbaum (2000)

adalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar responden dalam sebuah komunitas tidak

menunjukkan tingkat death anxiety yang tinggi.

2. Wanita menunjukkan tingkat death anxiety yang lebih tinggi

dibandingkan pria.

3. Dalam penelitian lintas budaya, orang dengan usia yang lebih tua pada

umumnya tidak menunjukkan tingkat death anxiety yang lebih tinggi

dibandingkan dengan orang yang usianya lebih muda walaupun

mereka lebih dekat dengan kematian itu sendiri.

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

24

4. Tingkat pendidikan dan status sosial-ekonomi yang lebih tinggi

berhubungan dengan tingkat death anxiety yang lebih rendah.

5. Tingkat religiusitas yang tinggi dan partisipasi dalam praktek religius

tidak berhubungan dengan tingkat death anxiety yang lebih rendah.

Kastenbaum (2000) juga menyatakan bahwa tingkat death anxiety yang

sebagian besar dirasakan oleh individu dalam kehidupan sehari-harinya mungkin

dapat meningkat secara dramatis ketika individu mengalami periode stres atau

ancaman, seperti masalah kesehatan, penyakit, atau kematian orang terdekatnya.

Pada umumnya, orang lanjut usia tidak terlalu merasa cemas terhadap

kematian dibandingkan dengan orang pada usia yang lebih muda (Bengston, Cuellar,

& Ragan, 1975 dalam Papalia et al., 2007). Kesadaran akan kematian meningkat

seiring bertambahnya usia, tetapi orang yang lebih tua menunjukkan penerimaan yang

lebih tinggi daripada individu pada usia yang lebih muda atau pertengahan

(Woodruff-Pak, 1988 dalam Hoyer dan Roodin, 2003). Mereka lebih cenderung

menggunakan strategi coping emosional. Dari tahun ke tahun, selama mereka

mengalami kehilangan teman-teman terdekat dan kerabatnya, mereka secara perlahan

menata pemikiran dan perasaannya untuk dapat menerima kenyataan mengenai

kematian.

Kemunduran fisik dan masalah-masalah lain pada masa lanjut usia mungkin

dapat mengurangi kenikmatan seseorang dalam menjalani hidupnya. Namun

sebaliknya, ketika 414 pasien rumah sakit yang berusia 80-90 ditanya berapa lama

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

25

waktu yang akan mereka tukar jika mereka ditawarkan untuk menukarnya dengan

kesembuhan dan hidup yang sehat, 2 dari 3 orang tidak ingin memberikan lebih dari

sebulan masa hidupnya (Tsevat et al., 1998 dalam Papalia et al., 2007). Menurut

Erikson, orang-orang di masa lanjut usia harus menghadapi fase kedelapan dari

perkembangan manusia, yaitu integrity versus despair. Seseorang yang dapat

melewati fase ini meraih kebijaksanaan yang memungkinkan mereka untuk dapat

menerima apa yang telah mereka lakukan selama hidup dan kematian yang akan

segera datang (Papalia et al., 2007).

Ketika seseorang telah mencapai usia lansia, mereka tahu bahwa waktu

mereka sudah dekat dengan akhir kehidupan. Ditambah lagi, mereka dihadapkan

dengan meningkatnya paparan terhadap kematian di dalam lingkungannya.

Pasangannya, saudara, dan teman mungkin sudah terlebih dahulu meninggal, dan hal

tersebut menjadi pengingat konstan mengenai kematiannya sendiri. Prevalensi

kematian pada lansia membuat mereka lebih kurang merasakan kecemasan mengenai

kematian daripada di awal-awal kehidupan mereka. Hal ini bukan berarti bahwa para

lansia menerima kematian. Justru hal ini mengimplikasikan bahwa mereka menjadi

lebih realistis dan reflektif mengenai hal itu. Mereka berpikir mengenai kematian, dan

mulai mempersiapkannya (Feldman, 2011).

Walaupun banyak yang membuktikan bahwa lansia memiliki penerimaan

yang lebih besar dalam hal kematian daripada orang yang usianya lebih muda atau

dewasa madya, pengalaman masa lalu seseorang dan konfrontasi terhadap kematian

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

26

adalah prediktor yang lebih baik dalam menentukan penerimaan kematian daripada

faktor usia (Hoyer & Roodin, 2003).

Menurut Tomer et. al. (2008), terdapat tiga determinan utama dari death

anxiety, yaitu:

1. Penyesalan yang berhubungan dengan masa lalu (past-related regret), yaitu

tipe emosi atau kognisis yang berhubungan dengan masa lalu seseorang

(kesalahan — sesuatu yang dilakukan seseorang namun tidak terlaksana).

2. Penyesalan yang berhubungan dengan masa depan (future related regret),

yaitu sesuatu yang kita rasakan ketika rencana penting atau perbuatan kita di

masa depan menjadi tidak mungkin terlaksana.

3. Kebermaknaan dari kematian, yaitu kenseptualisasi individu tentang kematian

sebagai hal yang positif atau negatif, sebagai sesuatu yang masuk akal atau

sesuatu yang absurd/ tidak masuk akal. Jika penyesalan di masa lalu tidak

teratasi, atau kematian dianggap tidak berarti, maka individu tersebut akan

merasakan death anxiety yang tinggi.

2.2 Death Anxiety

2.2.1 Pengertian Death Anxiety

Teori yang dianggap sebagai teori klasik dari death anxiety adalah Big Theories yang

dikemukakan oleh Sigmund Freud (Kastenbaum, 2000). Ia sebenarnya menolak

gagasan death anxiety sebagai sebuah masalah yang mendasar. Ia sadar bahwa

manusia memiliki berbagai pemikiran mengenai kematian. Sudah merupakan hal

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

27

yang biasa jika ketakutan akan kematian terlihat sebagai reaksi yang menonjol, atau

diekspresikan melalui mimpi.

Menurutnya, Hanya karena seseorang yang cemas tiba-tiba membicarakan

kematian, bukan berarti kematian adalah akar dari masalah yang dialami oleh orang

tersebut. Semua masalah yang berkaitan dengan kematian hanyalah sekedar kemasan

yang menutupi masalah yang sebenarnya. Thanataphobia (ketakutan akan kematian)

sebenarnya merupakan ekspresi simbolik dari konflik yang belum terselesaikan dalam

dunia psikis kita yang terdalam.

Dalam Terror Management Theory, Becker (1970 dalam Cicirelli, 2002)

bersumsi bahwa pada dasarnya manusia secara tidak sadar selalu didorong oleh

insting untuk mempertahankan hidupnya dan melanjutkan eksistensi, sementara pada

waktu yang sama mereka tidak mengetahui bahwa mereka tidak dapat menghindari

kematian. Hasilnya, manusia memiliki kemungkinan secara sadar untuk merasa

diteror oleh kematian.

Kecemasan yang terjadi berkaitan dengan hal-hal mengenai kematian sering

disebut death anxiety. Tomer (1994, dalam Cicirelli, 2002) menyatakan ketakutan

akan kematian dapat diartikan sebagai kecemasan yang dialami di dalam kehidupan

sehari-hari yang disebabkan karena antisipasi kondisi kematian. Hal ini dianggap hal

yang biasa dan berbeda dengan kecemasan ketika seseorang mengetahui ada pistol di

kepalanya, maupun kecemasan yang diakibatkan bencana alam. Templer (1970,

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

28

dalam Templer et. al., 2006) mendefinisikan death anxiety sebagai suatu kondisi

emosional yang tidak menyenangkan yang dialami seseorang manakala ia

memikirkan kematian, dan karena keadaan tidak jelas yang menyertai kematian.

Neimeyer (2008, dalam Azaiza et al., 2011) menyatakan death anxiety

meliputi berbagai bentuk sikap terhadap kematian, yang dikarakteristikkan dengan

rasa takut, ancaman, ketidaknyamanan, dan reaksi negatif lainnya, bersamaan dengan

kecemasan sebagai ketakutan yang tidak beralasan terhadap objek yang tidak jelas.

Firestone (1997, dalam Tomer et. al., 2008) mengkonseptualisasikan death anxiety

sebagai fenomena kompleks yang mereprentasikan paduan proses pemikiran-

pemikiran dan emosi yang berbeda, termasuk ketakutan akan kematian, teror dari

mental dan fisik yang memburuk, perasaan kesepian, pengalaman kehilangan dan

perpisahan, kesedihan mengingat diri yang akan hilang, dan kemarahan yang

memuncak terhadap keadaan yang sama sekali tidak dapat dikontrol. Walaupun death

anxiety memiliki pengaruh yang luas terhadap emosi-emosi yang negatif, definisi

tersebut merujuk kepada realisasi penuh bahwa hidup kita bisa berakhir.

Dalam teori Self-Realization, ketakutan akan kematian muncul dari kesadaran

akan dekatnya kematian seseorang, serta ancamannya terhadap keberfungsian diri

(Maslow, 1968; Rogers, 1989 dalam Cicirelli, 2002). Schultz (1979 dalam Bryant,

2003) menyatakan death anxiety adalah suatu rangkaian perasaan yang dipicu oleh

pemikiran-pemikiran mengenai kematian. Meskipun merupakan sebuah bentuk

kecemasan, death anxiety merupakan suatu hal yang universal. Artinya mayoritas

orang di dunia memiliki ketakutan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kematian.

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

29

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa death

anxiety merupakan kecemasan yang berhubungan dengan kematian, baik secara sadar

maupun tidak sadar yang timbul dari pemikiran individu mengenai kematian dan hal-

hal yang berkaitan dengan kematian.

2.2.2 Penolakan terhadap Death Anxiety

Tidak semua orang yang dekat dengan kematian dapat mengkomunikasikannya

dengan jujur dan terbuka. Penolakan adalah sebuah karakteristik seseorang ketika

dohadapkan dengan kematian. Penolakan akan melindungi seseorang dari kenyataan

bahwa mereka akan segera meninggal. Beberapa ahli melaporkan hubungan yang

negatif antara penolakan dan penerimaan terhadap kematian (Shneidman, 1992,

dalam Hoyer & Roodin, 2003).

Penolakan terhadap kematian memiliki beragam bentuk. Menolak untuk

mengetahui adanya penyakit atau situasi yang mengancam jiwa adalah salah satu

bentuk penolakan. Sebagai contoh, seorang pria yang akan menjalani operasi kanker

kolon mungkin dapat menolak kenyataan dan lebih mempercayai bahwa operasi

tersebut hanya untuk mengangkat polip. Atau seseorang yang menerima kenyataan

bahwa dirinya mengidap gangguan ginjal, namun menyangkal bahwa hal tersebut

membahayakan jiwa. Denial dapat menjadi suatu hal yang maladaptif jika hal

tersebut menyebabkan seseorang persisten dalam menolak kenyataan. Contohnya, hal

tersebut dapat membuat seseorang menghindari pemeriksaan kesehatan menyeluruh

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

30

dan perawatannya ketika gejala-gejala penyakit berbahaya muncul (Hoyer & Roodin,

2003).

Yalom (1980, dalam Tomer et. al., 2008) menyatakan bahwa death anxiety

dimanifestasikan bukan sebagai argumen filosofis, namun lebih kepada penolakan. Ia

membedakan dua bentuk penolakan tersebut, bentuk pertama terdiri dari kepercayaan

seseorang terhadap “spelialitas”, kepercayaan yang berada dalam akar menuju ke

heroisme. Tipe kedua dari mekanisme ini terdiri dari kepercayaan terhadap

penyelamat agung, yaitu Tuhan atau figur pemimpin, atau mungkin figur politik yang

dikagumi atau dokter yang hebat, memutuskan seluruh keputusan untuknya, atau

orang tua yang perhatian.

Penolakan terhadap kematian juga dikemukakan oleh Firestone & Catlett

(2009). ia menyebutkan bahwa penolakan (denial) merupakan pertahanan utama

terhadap death anxiety, dan terdapat dua bentuk dasar dari penolakan terhadap

kematian, yaitu:

1. Literal Immortality, seringkali dimanifestasikan kepada agama atau

religiusitas dan hal ini merupakan pertahanan kunci yang

meniadakan/menolak fakta bahwa manusia akan mati sama dengan spesies

lainnya, dan tidak ada bukti ilmiah mengenai kehidupan setelah kematian

(akhirat).

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

31

2. Symbolic Immortality. Yaitu ilusi dalam memperpanjang usia dan arti

hidup seseorang lewat pertahanan-pertahanan dengan meninggalkan

warisan yang tetap ada setelah penciptanya/ pemiliknya meninggal dunia.

Warisan tersebut seperti karya, anak, kesombongan dan mengumpulkan

harta kekayaan serta kekuasaan.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Death Anxiety

Beberapa faktor telah diteliti dan memiliki pengaruh dengan death anxiety.

Faktor-faktor tersebut antara lain:

a) Religiusitas

Religiusitas adalah salah satu faktor teoritis yang potensial, dan

dikonseptualisasikan sebagai: totalitas sistem kepercayaan, iman atau

disposisi dari dalam diri, atau praktek ritual keagamaan (Wulff, 1997 dalam

Daaleman dan Dobbs, 2003).

Religiusitas memainkan peran penting sebagai salah satu faktor death

anxiety karena masing-masing agama menjamin umat-umat pengikutnya akan

kehidupan setelah kematian. Selain itu, tingkat religiusitas yang berbeda juga

menghasilkan tingkat death anxiety yang berbeda-beda pula. Seperti yang

dinyatakan oleh Daaleman dan Dobbs (2010) bahwa orang yang memiliki

tingkat kepercayaan yang moderat memiliki ketakutan yang lebih besar

dibandingkan mereka yang memiliki tingkat kepercayaan yang kuat.

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

32

Perbedaan agama juga membuat persepsi kematian yang berbeda pada

masing-masing pengikutnya. Williams (1990) menyatakan bahwa orang

yahudi dan Kristen menganggap kematian adalah jalan menuju sebuah

keabadian, sedangkan orang Hindu di India mempersepsikan kematian lewat

perspektif reinkarnasi.

b) Locus of Control

Bagaimana cara kita memandang apa yang terjadi pada diri kita, apakah

cenderung ke faktor luar diri atau dalam diri, juga dapat mempengaruhi

tingkat death anxiety. Williams (1990) menyatakan bahwa individu yang

memiliki kecenderungan locus of control internal terlihat lebih mampu

mengendalikan lingkungan luar dan juga lingkungan afektif dari dalam yang

kemudian dapat menghasilkan perilaku kematian yang lebih baik. Vargo dan

Black (dalam Williams, 1990) melaporkan adanya hubungan antara locus of

control eksternal dan death anxiety pada mahasiswa kedokteran. Dan

Hickson, Housley, dan Boyle (dalam Williams, 1990) melaporkan adanya

interaksi yang signifikan antara locus of control dan usia dengan death

anxiety. Fry (dalam Daaleman dan Dobbs, 2010) juga menyatakan bahwa

individu dengan keyakinan yang kuat terhadap dirinya cenderung berpikir

untuk mengatur dan memainkan control yang kuat terhadap pikiran-pikiran

mereka dan hal itu akan menurunkan tingkat death anxiety.

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

33

c) Kepribadian

Tipe kepribadian yang melandasi bagaimana kita berperilaku juga memegang

peranan penting terhadap death anxiety dan perilaku seperti apa yang akan

ditampilkan. Frazier dan Foss-Goodman (dalam Williams, 1990) melaporkan

bahwa death anxiety dengan tingkat yang tinggi berkorelasi dengan

neurotisisme dan behavioral pattern type A.

d) Social Support

Dukungan sosial juga dibuktikan memiliki pengaruh terhadap death anxiety.

Menurut Becker (1973) dalam Daaleman dan Dobbs (2010), Orang tua yang

memiliki social support yang kuat cenderung memiliki ketakutan yang lebih

rendah karena adanya perasaan aman dari ikatan dirinya dengan orang lain.

Khawar, Aslam, & Aamir (2013) juga menunjukkan hasil penelitian dimana

terdapat hubungan yang negatif antara perceived social support dengan death

anxiety.

e) Usia

Death anxiety diketahui memiliki hubungan dengan usia. Russac et. al. (2007)

dalam penelitiannya membuktikan bahwa wanita menunjukkan tingkat death

anxiety yang tidak terduga selama awal usia 50 tahun. Setelah berusia 60

tahun, kecenderungannya menurun dan menjadi stabil. Namun, Chuin & Choo

(2009) membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara death

anxiety dengan faktor usia.

f) Jenis Kelamin

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

34

Antara pria dan wanita diketahui memiliki pola pikir yang berbeda satu sama

lain, perbedaan pola pikir tersebut juga mempengaruhi death anxiety.

Holcomb, Neimeyer, dan Moore (1993, dalam Bath, 2010) membuktikan

bahwa wanita cenderung melihat kematian sebagai suatu kepastian dan

kehidupan selanjutnya dibanding pria. Namun, studi lainnya membuktikan hal

yang tidak sejalan. Neimeyer (1994, dalam Bath, 2010) menemukan bahwa

tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam ketakutan akan kematian.

Dari faktor-faktor tersebut, penulis memutuskan bahwa faktor-faktor yang

akan peneliti gunakan sebagai variabel bebas adalah Religious Orientation, Locus of

Control dan Perceived Social Support.

2.2.4 Pengukuran Death Anxiety

Untuk mengukur variabel death anxiety, peneliti menggunakan alat ukur berdasarkan

skala baku Death Anxiety Scale dari Templer (1970). Alat ukur ini akan diadaptasi

kedalam bahasa Indonesia dan akan disesuaikan dengan norma yang ada di Indonesia.

Alat ukur ini terdiri dari 15 item dan memiliki dua alternatif jawaban, True (benar)

dan False (salah). Dalam penelitian ini, peneliti mengganti alternatif pilihan jawaban

menjadi 4, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat

tidak setuju) agar dapat dianalisis lebih lanjut. Responden harus memilih salah satu

dari empat alternatif jawaban yang paling menggambarkan dirinya.

2.3 Locus of Control

2.3.1 Pengertian Locus of Control

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

35

Selama tahun 1950-an dan awal 1960-an, Rotter mulai tertarik dengan observasi

terhadap banyak orang yang tidak meingkatkan perasaan kontrol personal mereka

setelah mengalami kesuksesan, dan orang lainnya yang tidak meurunkan ekspektasi

mereka setelah mengalami kegagalan yang berulang-ulang (Zuroff & Rotter, 1985

dalam Feist & Feist, 2009). Dengan kata lain, beberapa orang cenderung untuk

menganggap tercapainya sesuatu yang diinginkan sebagai hasil dari keberuntungan,

sementara orang lain mempertahankan kontrol personal yang tinggi setelah beberapa

perilaku yang dilakukan tidak membuahkan penguatan. Kecenderungan ini sering

terjadi pada situasi yang dianggap ambigu atau baru (Rotter, 1992 dalam Feist &

Feist, 2009), atau pada saat mereka tidak mengetahui apakah akibat dari perilaku

mereka disebabkan oleh kemampuan mereka sendiri atau kebetulan.

Rotter (1990 dalam Feist & Feist, 2009) berpendapat bahwa baik situasi

maupun orangnya berkontribusi pada perasaan kontrol personal. Oleh karena itu, jika

seseorang telah memiliki ekspektasi untuk dapat berhasil dalam suatu kondisi, dapat

memiliki perasaan kontrol personal yang rendah dalam situasi lainnya.

Rotter (1989) menyatakan bahwa kontrol internal dan eksternal mengacu pada

bagaimana seseorang mengharapkan sebuah penguat atau akibat dari sebuah perilaku

merupakan bagian dari perilakunya sendiri atau karakteristik personal versus apakah

seseorang menganggap penguat atau akibat dari perilaku merupakan hasil dari

keberuntungan, kesempatan, atau sekedar tidak dapat diduga.

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

36

Rotter (1966) menyatakan bahwa locus of control mengacu pada perbedaan

yang terjadi di antara individu dalam hal kontrol personal mana yang akan digunakan

seseorang dalam situasi yang sama. Sedangkan Levenson (1981) mengartikan locus

of control sebagai espektasi umum untuk mempersepsikan penguat sebagai suatu

kesatuan dan bagian dari perilaku individu (internal control) atau merupakan hasil

dari kekuatan diluar kontrol manusia dan bergantung pada takdir, kesempatan, atau

orang yang berkuasa (external control).

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa locus of

control adalah bagaimana individu mempersepsikan kejadian-kejadian disekitarnya

apakah karena faktor dari dalam (tingkah lakunya sendiri dan usaha yang

dilakukannya sendiri) atau karena faktor dari luar dirinya (keberuntungan,

kesempatan, orang-orang yang berkuasa atau takdir).

2.3.2 Dimensi-Dimensi Locus of Control

Terdapat dua dimensi dari locus of control. Dimensi-dimensi tersebut antara lain:

1. Internal Locus of Control

Internal locus of control adalah keyakinan bahwa perbuatan seseorang dapat

menghasilkan konsekuensi sesuai yang diharapkan (Friedman & Schutstack,

2009). Individu dengan internal locus of control cenderung lebih berorientasi

pada prestasi karena mereka yakin bahwa perilaku mereka menghasilkan efek

yang positif, dan mereka cenderung adalah orang-orang yang berprestasi (high

achievers) (Findley & Cooper, 1983 dalam Friedman & Schustack, 2009).

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

37

Menurut Rotter (1966), apabila seseorang mempersepsikan bahwa

suatu kejadian merupakan akibat dari perilakunya ataupun karakteristiknya

yang relatif permanen.

2. External Locus of Control

External locus of control adalah keyakinan bahwa hal-hal yang berasal dari

luar diri individu, seperti kesempatan atau kekuatan, dapat menentukan

terjadinya konsekuensi yang diharapkan (Friedman & Schutstack, 2009).

Sedangkan Rotter (1966) menyatakan external locus of control adalah ketika

seseorang mempersepsikan penguat yang mengikuti sebuah perilaku dianggap

bukan hasil dari dirinya, namun dalam budaya kita dianggap sebagai hasil dari

keberuntungan, kesempatan, karena kontrol dari kekuatan orang lain, atau

kebetulan.

Individu dengan external locus of control cenderung kurang

independen dan lebih mudah depresi dan stress, seperti yang diduga oleh

Rotter (Benassi, Sweeney, & Dufour, 1988; Rotter, 1954 dalam Friedman &

Schutstack, 2009). Dalam 40 tahun terakhir, sebagian besar locus of control

dari anak-anak amerika adalah eksternal. Mereka percaya bahwa hidup

mereka lebih dikontrol oleh kekuatan dari luar diri. Hal tersebut berbeda

dengan apa yang orangtua mereka yakini saat mereka masih muda di usia

yang sama dengan anak mereka (Twenge, Zhang, & Im, 2004 dalam

Friedman & Schutstack, 2009). Sayangnya, hal tersebut menjadi konsisten

dengan peningkatan sinisme dan depresi. Orang-orang tersebut lebih mudah

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

38

menyalahkan orang lain untuk masalah-masalah yang mereka alami dan

kurang memiliki inisiatif untuk mengambil sikap dalam rangka

pengembangan masyarakat (Friedman & Schutstack, 2009). Merton (1946,

dalam Rotter, 1966) menyatakan bahwa kepercayaan pada keberuntungan

merupakan perilaku defensif dalam rangka “mempersiapkan fungsi psikologis

bagi seseorang agar dapat melindungi self-esteem mereka dalam menghadapi

kegagalan.

Sedangkan Levenson (1981) dalam konsep multidimensionalnya

berpendapat bahwa terdapat dua tipe orientasi eksternal, yaitu kepercayaan

bahwa dunia merupakans suatu hal yang tidak terduga dan kepercayaan

bahwa dunia sebenarnya dapat diprediksi serta ada orang yang berkuasa yang

ikut mengendalikan kejadian-kejadian di dunia.

Seseorang yang mempercayai bahwa kesempatan itu ada mungkin

memiliki kontrol yang berbeda secara perilaku dan kognitif dari orang-orang

yang memiliki kontrol personal yang rendah. (Levenson, 1981).

2.3.3 Pengukuran Locus of Control

Untuk mengukur variabel locus of control peneliti menggunakan alat ukur

berdasarkan skala baku Levenson’s I,P, and C Scale dari Levenson (1981). Alat ukur

ini akan diadaptasi kedalam bahasa Indonesia dan akan disesuaikan dengan norma

yang ada di Indonesia. Alat ukur ini terdiri dari 24 item dan memiliki empat alternatif

jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

39

Setuju (STS). Responden harus memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang

paling menggambarkan dirinya.

2.4 Religious Orientation

2.4.1 Pengertian Religious Orientation

Menurut Pargament (1997) pengertian yang cocok dalam kehidupan sehari-

hari ketika kita berbicara mengenai agama adalah agama mengacu pada sebuah

entitas, ide, kepercayaan, atau praktek yang spesifik. Agama juga merupakan sebuah

sistem kepercayaan kepada kekuatan ketuhanan dan praktek atau ritual peribadatan

yang ditujukan kepada kekuatan tersebut (Argyle & Beit-Hallahmi, 1975 dalam

Pargament, 1997)

Agama berfungsi sebagai sumber pendukung emosional dan sosial, terutama

pada masa-masa krisis. Sebagai tambahan, agama memberikan seseorang gambaran

perilaku dalam kehidupan personal mereka, menegakkan standar-standar bagi

perilaku dan memunculkan ide-ide (Cicirelli, 2002).

Menurut Flere & Lavric (1989), Dasar religiusitas yang multifaset dan

kompleks telah dipola dengan cara yang berbeda-beda yang membuatnya menjadi

lebih komprehensif. Salah satunya adalah klasifikasi dari Glock and Stark (1965

dalam Flere & Lavric, 1989). Dibalik perilaku, perbuatan, dan afiliasi institusional,

terdapat juga motif-motif yang seringkali tidak dapat terpisahkan dari religiusitas itu

sendiri. Pendekatan inilah yang digunakan pula oleh Allport (1950 dalam Flere &

Lavric, 2007) untuk mendasari apa yang disebut dengan „orientasi religius‟.

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

40

Allport (1950, dalam Flere & Lavric, 2007) pada mulanya menyatakan

orientasi religius sebagai motif-motif dibalik perilaku untuk memahami berbagai

bentuk perbuatan-perbuatan yang dilakukan, termasuk yang dianggap berlawanan

oleh penganut kristiani. Dimulai dari gagasan bahwa ada bentuk kematangan dan

ketidakmatangan religius, ia sampai kepada tipologi religius intrinsik dan ekstrinsik.

Cara yang paling tepat untuk mendeskripsikan dua kutub dari subjektifitas

agama adalah bahwa orang yang termotivasi secara ekstrinsik “memakai” agamanya,

sedangkan orang dengan motif intrinsik “hidup dengan agamanya” (Allport, 1967).

Allport (1967, dalam Pargament 1997) secara lebih lanjut menjelaskan bahwa orang

yang lebih berorientasi intrinsik mengetahui apa motif dasar dari agama yang

dianutnya. Motif tersebut berpusat pada Tuhan, bukan pada diri sendiri. Sedangkan

orang yang berorientasi ekstrinsik mencari keuntungan personal dalam bentuk

ketenangan, harga diri, dan sosiabilitas, bahkan demi orang lain.

Pargament (1997) mendefinisikan religious orientation sebagai disposisi

umum untuk menggunakan kutub yang berbeda dalam rangka meraih tujuan hidup

yang berbeda. Orientasi yang berbeda ini timbul dari keterlibatan Tuhan dalam

pencarian tujuan hidup. Kata “umum” digunakan untuk menekankan bahwa religious

orientation tidak berlaku pada situsi secara keseluruhan, namun merupakan fenomena

lintas budaya; yang menjelaskan kecenderungan umum untuk menggunakan tujuan

beragama tertentu dan menceri tujuan beragama tertentu dalam berbagai situasi.

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

41

Kirkpatrick (1988, dalam Gorsuch & McPherson, 1989) menganalisa kembali

beberapa penelitian yang menggunakan skala I-E yang lebih lama. Ia kemudian

menyimpulkan skala ekstrinsik yang terbagi kedalam kategori ekstrinsik, yaitu apa

yang kita sebut dengan “Ep untuk item skala yang cenderung berorientasi personal

dan “Es” untuk item skala ekstrinsik yang lebih berorientasi sosial.

Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa orientasi

religius dapat diartikan sebagai motivasi yang mendasari seseorang dalam beragama,

apakah didasari oleh dorongan-dorongan dari luar diri ataukah didorong dari

keinginan untuk menjadikan agama tersebut sebuah landasan bagi kehidupannya dan

mendekatkan diri pada Tuhan, yang dapat dilihat dari caranya berperilaku dalam

menjalankan ajaran agamanya.

2.4.2 Dimensi-Dimensi Religious Orientation

Allport (1950 dalam Flere & Lavric, 2007) membagi orientasi religius kedalam dua

dimensi yang berbeda, yaitu intrinsic religious orientation (orientasi religius

intrinsik) dan extrinsic religious orientation (orientasi religius ekstrinsik). Dimensi-

dimensi tersebut adalah:

1. Intrinsic Religious Orientation (Orientasi Religius Intrinsik). Allport & Ross

(1967) berpendapat bahwa individu dengan orientasi ini telah menemukan

motif dasar dari beragama. Kebutuhan lainnya, sekuat apapun, dianggap

kurang penting dan sebisa mungkin memiliki harmoni dengan kepercayaan

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

42

religius. Individu berusaha untuk menginternalisasikan keyakinannya dan

mengikuti ajaran-ajaran agamanya. Inilah yang disebut bahwa seseorang

menjalankan keyakinanya.

Keyakinan seperti ini dapat merubah eksistensi seseorang tanpa

memaksakannya pada konsep-konsep yang terbatas dan kebutuhan-kebutuhan

egosentris. Tipe ini dapat disebut tipe agama yang “interioris” atau “intrinsik”

atau “berpusat diluar diri”, yang dalam kasus ini bertolak belakang dengan

tipe ekstrinsik yang mengedepankan manfaat, berpusat pada diri sendiri

(Allport 1950, dalam Stark dan Glock, 1968).

Intrinsic religious orientation juga didefinisikan sebagai kedewasaan

spiritual (Thomas, 1994 dalam Tomer et. al., 2008), atau sebagai cara hidup

dan komitmen seseorang terhadap Tuhan. Orang dengan orientasi religius

intrinsik cenderung mempercayai adanya kehidupan yang lebih baik setelah

kematian (Tomer et. al., 2008).

2. Extrinsic Religious Orientation (Orientasi Religius Ekstrinsik). Allport (1950

dalam Stark dan Glock , 1968) mengkategorikan tipe religius ekstrinsik

sebagai religius yang memanfaatkan, mementingkan diri sendiri, berpusat

pada keselamatan, status, kenyamanan dan protektifitas dari penganutnya.

Orang yang religius dalam artian ini “menggunakan” Tuhan. Mereka adalah

orang yang bergantung dan pada dasarnya kekanak-kanakan. Individu dengan

orientasi religius ekstrinsik mungkin telah mendapatkan doktrin agama dari

lembaga-lembaga atau rumah ibadah, namun karena mereka tidak terlalu

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

43

melibatkan agama dalam kehidupannya, mereka memiliki kemungkinan untuk

takut terhadap hal-hal yang gaib dan masa depan setelah kematian (Donahue,

1985 dalam Tomer et al., 2008). Selanjutnya, Gorsuch & McPherson (1989)

menyatakan terdapat dua komponen yang berbeda dari orientasi religius

ekstrinsik, yaitu:

a. Social Extrinsic Orientation (Es), yaitu orientasi religius ekstrinsik yang

mengacu pada pencapaian manfaat-manfaat sosial. Tipe ini mengharapkan

manfaat secara sosial (Flere & Lavric, 2007).

b. Personal Extrinsic Orientation (Ep), yaitu orientasi religius ekstrinsik

yang menekankan pada penanganan dan kontrol pada masalah-masalah

dan tekanan psikologis. Tipe ini mengacu pada mengatasi dan mengontrol

masalah-masalah psikologis personal (Flere & Lavric, 2007).

2.4.3 Pengukuran Religious Orientation

Untuk mengukur variabel religiusitas, peneliti menggunakan alat ukur berdasarkan

skala baku Religious Orientation Scale-Revised (ROS-R) dari Gorsuch & McPherson

(1989). Alat ukur ini akan diadaptasi kedalam bahasa Indonesia dan akan disesuaikan

dengan norma yang ada di Indonesia. Alat ukur ini memiliki empat alternatif

jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak

Setuju (STS). Responden harus memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang

paling menggambarkan dirinya.

2.5 Perceived Social Support

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

44

2.5.1 Pengertian Social Support

Sumber psikososial yang paling vital dan protektif adalah dukungan sosial (social

support). Ikatan sosial dan hubungan dengan orang lain telah dianggap sebagai aspek

kehidupan yang memuaskan secara emosional. Social support juga dapat meredakan

efek dari stress, membantu seseorang untuk dapat mengatasi kejadian-kejadian yang

membuat stress, dan menurunkan kemungkinan stress yang dapat memperburuk

kondisi kesehatan (Taylor, 2009).

Social support diartikan sebagai informasi bahwa ada orang yang menyayangi

dan memperhatikan kita, meninggikan harga diri dan menilai tinggi diri kita, dan

menganggap kita adalah seseorang yang berharga. Social support bisa datang dari

orangtua, pasangan atau kekasih, kerabat, teman-teman, komunitas (seperti klub atau

kegiatan keagamaan) (Rietschlin dalam Taylor, 2009), atau bahkan hewan peliharaan

(Allen, 2003 dalam Taylor, 2009).

Social support (dukungan sosial) merujuk kepada ketersediaan rasa nyaman,

perhatian, harga diri, atau bantuan kepada seseorang yang datang dari orang lain atau

kelompok (Uchino, 2004, dalam Sarafino & Smith, 2011). Dukungan tersebut dapat

datang dari mana saja—dari pasangan atau kekasih, keluarga, teman, dokter, atau

komunitas organisasi.Seseorang dengan social support percaya bahwa dirinya

dicintai, dihargai, dan menjadi bagian dari lingkungan sosial, seperti keluarga atau

organisasi komunitas. Dukungan tersebut dapat membantu disaat membutuhkan

(Sarafino & Smith, 2011).

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

45

Social support menunjukkan konsep dari perspektif yang berbeda-beda,

termasuk perbedaan antara persepsi individu dalam menerima dukungan, perspektif

observer bahwa dukungan telah diterima, dan perspektif penyedia dukungan bahwa

dukungan tersebut telah ia berikan (Dunkel-Schetter, Blasband, Feinstein, & Herbert,

1992 dalam Neufeld & Harrison, 2010).

Sarafino & Smith (2011) menyatakan bahwa social support bukan hanya

mengacu kepada perilaku yang secara nyata dilakukan oleh seseorang, atau disebut

received support, namun juga merujuk pada persepsi seseorang bahwa kenyamanan,

perhatian, dan bantuan selalu tersedia jika dibutuhkan atau disebut dengan perceived

support.

Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

(social support) merupakan suatu betuk hubungan interpersonal yang di dalamnya

berisi pemberian bantuan yang melibatkan aspek-aspek dari informasi, perhatian,

emosi, penilaian dan bantuan instrumental yang diperoleh oleh individu melalui

interaksi dengan lingkungan dan memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi

penerima, sehingga dapat membantu individu dalam menjalani kehidupannya atau

ketika menghadapi masalah yang dialaminya.

2.5.2 Aspek-Aspek Social Support

Menurut Taylor (2009), social support memiliki beberapa bentuk, yaitu:

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

46

1. Tangible assistance melibatkan ketersediaan material, seperti pelayanan,

dukungan finansial, atau harta benda. Contohnya, hadiah makanan yang

diterima setelah kematian seseorang dalam sebuah keluarga dapat diartikan

bahwa keluarga yang berkabung tidak perlu memasak untuk diri mereka dan

kerabat yang datang disaat energi mereka sedang berada dalam tingkat yang

rendah.

2. Informational support, yaitu dukungan dari keluarga atau teman mengenai

situasi atau keadaan yang penuh tekanan. Sebuah informasi dapat membantu

individu untuk dapat memahami situasi stress lebih baik dan menentukan

strategi coping apa yang tepat digunakan dalam situasi tersebut. Contohnya,

ketika seseorang akan menghadapi prosedur medis yang tidak menyenangkan,

teman yang pernah mengalami kejadian yang sama akan memberikan

informasi mengenai langkah-langkah apa yang ia tempuh, ketidaknyamanan

yang akan terjadi, dan sebagainya (Taylor , 2009).

3. Emotional Support. Saat berada dalam kondisi stres, seseorang terkadang

menderita secara emosional dan mungkin dapat mengalami depresi,

kesedihan, kecemasan, dan keyakinan diri yang rendah. Teman-teman dan

keluarga yang mendukung dapat memberikan emotional support dengan

menenangkan orang tersebut bahwa ia adalah seseorang yang berharga.

Kehangatan dan perhatian dari orang lain dapat menurunkan tingkat stres dan

memungkinannya untuk menghadapai stres dengan keyakinan yang tinggi.

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

47

Tipe-tipe dari social support tersebut melibatkan ketersediaan dari bantuan

yang nyata dari seseorang ke orang lain. Namun nyatanya, banyak manfaat dari social

support justru datang dari persepsi bahwa social support tersedia untuknya.

Menerima social support secara langsung sebenarnya memiliki beberapa resiko.

Pertama, individu dapat menyita atau memonopoli waktu dan perhatian dari orang

lain, dimana dapat menimbulkan rasa bersalah. Keinginan untuk bersandar pada

orang lain juga dapat membahayakan self-esteem seseorang, karena hal tersebut

sering terlihat sebagai suatu ketergantungan terhadap orang lain (Bolger, Zuckerman,

& Kessler, 2000 dalam Taylor, 2009). Resiko dari penerimaan social support ini

dapat membahayakan fungsi dari social support tersebut yang seharusnya dapat

memperbaiki tingkat stres seseorang (Taylor, 2009).

2.5.3 Perceived Social Support

Social support tidak selalu bisa meredakan stres dan bermanfaat bagi

kesehatan. Hal itu karena dukungan yang tersedia tersebut mungkin tidak kita

persepsikan sebagai suatu hal yang mendukung (tidak dibutuhkan) (Dunkel-Schetter

& Bennet, 1990; Wilcox, Kasl, & Berkman, 1994, dalam Sarafino & Smith, 2011).

Kemungkinan itu terjadi karena batuan atau dukungan tersebut tidak sesuai dengan

kebutuhan kita, atau memang kita tidak sedang membutuhkan bantuan. Ketika kita

tidak menganggap bantuan itu mendukung, dukungan dari orang lain itu kurang

mampu menurunkan stres yang kita alami.

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

48

Menerima dukungan atau bantuan dari orang lain terkadang membuat

penerima bantuan dianggap tidak mampu mengatasi masalahnya sendiri, yang dapat

mengakibatkan self-esteem yang rendah (Lepore et al., 2008 dalam Sarafino & Smith,

2011). Konsekuensi negatif inilah yang menjadi alasan bahwa manfaat kesehatan

yang diterima dari persepsi seseorang bahwa dirinya memiliki dukungan menjadi

prediktor yang lebih baik daripada dukungan yang benar-benar diterima (Uchino,

2004, dalam Sarafino & Smith, 2011).

Perceived social support atau perceived support adalah fungsi dukungan yang

dipersepsikan selalu tersedia jika dibutuhkan (Wills & Shinar, 2000). Cobb (1974

dalam Wills & Shinar, 2000) menyatakan bahwa fungsi dukungan dapat membantu

seseorang mengatasi permasalahan dan perubahan. Selain itu ia juga menyatakan

bahwa efek dari dukungan tersebut timbul dari informasi yang membuat seseorang

percaya bahwa ia diperhatikan, dicintai, dihargai, dinilai, dan dianggap sebagai

bagian dari sebuah jaringan komunikasi. Jenis dukungan seperti ini dianggap mampu

membantu seseorang dalam menghadapi stres, dan memungkinkan seseorang untuk

menghadapi permasalahan hidup lainnya. Adanya persepsi dukungan ini terbukti

memiliki signifikansi yang tinggi dalam kesehatan.

2.5.4 Pengukuran Perceived Social Support

Untuk mengukur variabel perceived social support, peneliti menggunakan alat

ukur berdasarkan skala baku MSPSS (Multidimensional Scale of Perceived Social

Support) dari Dahlem, Zimet, & Walker (1991). Alat ukur ini akan diadaptasi

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

49

kedalam bahasa Indonesia dan akan disesuaikan dengan norma yang ada di Indonesia.

Alat ukur ini memiliki empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Responden harus memilih salah

satu dari empat alternatif jawaban yang paling menggambarkan dirinya.

2.6 Pengalaman Terhadap Kematian

Hampir semua orang akan mengalami kehilangan orang yang dicintainya selama

masa hidupnya. Ketika seseorang menua, coping terhadap rasa duka akibat

kehilangan orang yang disayangi akan menjadi hal yang sulit (Azaiza et al., 2011).

Malkinson & Bar-Tur (2005 dalam Azaiza, et al., 2011) menyatakan bahwa orangtua

akan mengalami kehilangan yang signifikan: anggota keluarga dan teman yang sakit

dan kemudian meninggal, masa pensiun yang dapat mengurangi relasi sosial,

berkurangnya aktifitas yang dulu dilakukan ketika bekerja, serta rumah yang terasa

sepi. Kemudian, orangtua atau lansia akan merasa cemas mengenai kematian yang

akan datang padanya dan mengkhawatirkan keluarga yang akan terbengkalai ketika

dirinya meninggal (Malkinson & Bar-Tur, 1999 dalam Azaiza, 2011).

Hoyer & Roodin (2003) menyatakan terdapat beberapa kematian yang

sulit untuk dilupakan. Yaitu kematian anak yang masih kecil, kematian anak yang

telah dewasa, kematian saudara, kematian orangtua, dan kematian pasangan.

Kematian anak yang masih kecil menyisakan rasa duka yang sulit dipulihkan,

terutama jika penyebab kematian adalah kecelakaan atau penyakit berat. Kematian

anak yang sudah dewasa juga dapat menyisakan rasa duka yang mendalam, namun

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

50

tidak lebih intens dari kehilangan pasangan atau orangtua. Kematian saudara

merupakan hal yang sering dirasakan oleh lansia, namun juga menyisakan rasa duka

yang mendalam. Kematian orangtua bukan hanya menunjukkan efek jangka panjang

ketika terjadi pada masa anak-anak karena perpisahan dengan pengasuhnya, namun

juga pada lansia hal tersebut juga merupakan kehilangan yang besar. Kemudian,

kehilangan pasangan hidup merupakan kehilangan yang paling umum dirasakan oleh

lansia dan membuat lansia harus menghadapi rasa duka yang mendalam serta

tantangan-tantangan hidup lainnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman mengenai kematian adalah

pengalaman mengenai meninggalnya orang-orang yang ada di sekitar kita, baik

keluarga, teman, maupun orang lain yang menyisakan duka maupun tidak.

2.6.1 Pengukuran Pengalaman mengenai Kematian

Untuk mengukur variabel pengalaman mengenai kematian, peneliti memberikan

pertanyaan apakah responden pernah mengalami kehilangan baik keluarga, teman,

maupun orang lain. Kemudian, peneliti membuat skala kebermaknaan kematian

tersebut kedalam 2 alternatif pilihan, sangat bermakna dan tidak bermakna.

Responden harus memilih salah satu dari dua alternatif pilihan yang paling

menggambarkan kebermaknaan tersebut.

2.7 Kerangka Berpikir

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

51

Peningkatan populasi lansia di Indonesia tidak terlepas dari peningkatan harapan

hidup. Akan tetapi, sebagaimana manusia yang sedang berada di akhir tahap

perkembangan, lansia mengalami banyak penurunan fungsi yang kompleks, baik

fisik, mental, minat, dan finansial. Lansia juga mengalami lebih banyak paparan

terhadap kematian, terlihat dari banyaknya rekan-rekan seusianya serta keluarga yang

telah meninggal. Karena hal-hal tersebut, lansia rentan mengalami kecemasan,

terutama kecemasan yang berkaitan dengan kematian. Setiap orang memiliki persepsi

yang berbeda terhadap kematian. Persepsi yang positif akan memunculkan

penerimaan terhadap kematian dan persepsi negatif akan memunculkan death anxiety.

Death anxiety dapat dirasakan berbeda bagi pria dan wanita. Wanita yang

cenderung rentan pada kecemasan, memandang kematian sebagai suatu hal yang

emosional sehingga wanita rentan memiliki death anxiety yang tinggi. Sedangkan

pria lebih memandang kematian dari segi kognitif, oleh karena itu, pria lebih

memiliki sikap terhadap kematian yang lebih positif.

Seseorang yang memiliki ketakutan akan kematian tidak terlepas dari

pegalamannya mengenai kematian itu sendiri. Individu yang telah mengalami atau

menyaksikan keluarga, kerabat, atau temannya meninggal dapat memiliki death

anxiety yang berbeda dengan individu yang mengalami perpisahan dengan orang

yang kurang berarti dalam hidupnya. Orang yang lebih sering terpapar oleh kematian

diasumsikan memiliki sikap terhadap kematian yang lebih baik dibandingkan orang

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

52

yang belum mengalami pengalaman yang berarti mengenai kematian orang yang

dicintainya.

Kematian memang tidak terlepas dari kontrol Tuhan, namun sebaiknya kita

sebagai manusia turut mengupayakan hal-hal yang dapat mempertahankan kehidupan

kita. Dengan perasaan kontrol yang kuat bahwa kita sudah berusaha mempertahankan

kesehatan kita dan meningkatkan religiusitas, maka death anxiety dapat dikurangi.

Individu dengan perasaan kontrol terhadap lingkungannya akan merasa lebih

aman, sehingga orang dengan internal locus of control akan memiliki ketakutan akan

kematian yang lebih rendah. Sebaliknya, individu dengan external locus of control

mempercayai bahwa ia tidak dapat mengontrol kehidupannya, bahwa kejadian-

kejadian di dalam hidupnya merupakan suatu takdir akan memiliki ketakutan akan

kematian yang lebih tinggi karena ketidakpastian hidup. Hayslip & Stewart-Bussey

(1987, dalam Cicirelli, 1999) melaporkan eksternalitas berhubungan dengan death

anxiety yang lebih tinggi, dan internalitas berhubungan dengan death anxiety yang

lebih rendah.

Tingginya death anxiety memerlukan upaya untuk menurunkannya sehingga

lansia dapat hidup lebih sejahtera dan bahagia. Upaya tersebut diantaranya melalui

dukungan sosial dan religiusitas. Dukungan sosial (social support) berupa ikatan

yang kuat antara lansia dengan orang-orang terdekatnya. Dengan kedekatannya pada

orang-orang disekitarnya, hal tersebut dapat memicu persepsi bahwa banyak orang

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

53

yang mendukung dirinya yang nantinya akan dapat menurunkan tingkat kecemasan

pada kematian.

Persepsi social support merupakan faktor yang positif, sedangkan death

anxiety adalah faktor yang negatif. Oleh karena itu, perceived social support

diasumsikan memiliki pengaruh yang negatif dengan death anxiety. Individu yang

memiliki perceived social support yang tinggi cenderung memperlihatkan death

anxiety yang rendah (Khawar, Aslam, & Aamir, 2013). Social support dapat

diperoleh bukan hanya dari keluarga, namun juga dengan mengikuti komunitas-

komunitas dan kegiatan-kegiatan yang bukan hanya dapat dapat memberdayakan

lansia, namun juga menambah relasi sehingga lansia mendapatkan social support

yang lebih baik.

Selain itu, upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan death anxiety yang

lain adalah religiusitas. Sayangnya, orang yang terlihat religius belum tentu benar-

bear mengamalkan agamanya untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Terdapat motif-

motif lain seseorang dalam beribadah dan menjalankan agamanya, contohnya motif

sosial dan emosional. Individu yang memiliki intrinsic religious orientation

cenderung memandang agama sebagian dari hidupnya dan benar-benar ingin

mendekatkan diri pada Tuhan. Sedangkan individu dengan extrinsic religious

orientation memandang agama sebagai sebuah agen sumber kenyamanan, solusi bagi

masalah-masalah di dunia dan ajang bersosialisasi.

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

54

Sebagai catatan penting mengenai penelitian yang melibatkan religiusitas

ekstrinsik bergantung pada kepercayaan religius individu. Jika kepercayaan individu

menekankan pada hal pembalasan pada kehidupan setelah kematian, maka religiusitas

yang tinggi akan membuat ketakutan akan kematian yang tinggi pula (Florian &

Kravits, 1983 dalam Cicirelli, 2002). Sebaliknya, jika kepercayaan tersebut lebih

condong kepada cinta Tuhan, Tuhan sebagai penyayang utama, dan dengan konsep

kehidupan setelah kematian sebagai suatu hal yang indah, berhubungan dengan

tingkat death anxiety yang rendah (Rigdon & Epting, 1985 dalam Cicirelli, 2002).

Jadi dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti pengaruh locus of control,

perceived social support, religious orientation, pengalaman mengenai kematian, dan

jenis kelamin pada lansia. Gambar 2.1 merupakan rangkuman kerangka berpikir yang

digunakan dalam penelitian ini.

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

55

Death Anxiety

Internal Locus Of Control

External Locus of Control

Perceived Social Support Family

Perceived Social Support Friends

Perceived Social Support

Significant Others

Intrinsic Religious Orientation

Extrinsic Religious

Orientation

Pengalaman Mengenai Kematian

Jenis Kelamin

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

56

2.8 Hipotesis

2.7.1 Hipotesis Mayor

Ha : ada pengaruh yang signifikan antara religiusitas dan locus of

control terhadap death anxiety

2.7.2 Hipotesis Minor

H1 : ada pengaruh yang signifikan antara internal locus of control

terhadap death anxiety

H2 : ada pengaruh yang signifikan antara external locus of control

terhadap death anxiety

H3 : ada pengaruh yang signifikan antara perceived social support

family terhadap death anxiety

H4 : ada pengaruh yang signifikan antara perceived social support

friend terhadap death anxiety

H5 : ada pengaruh yang signifikan antara perceived social support

significant others terhadap death anxiety

H6 : ada pengaruh yang signifikan antara intrinsic religious

orientation terhadap death anxiety

H7 : ada pengaruh yang signifikan antara extrinsic religious

orientation terhadap death anxiety

Page 69: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

57

H8 : ada pengaruh yang signifikan antara pengalaman bermakna

mengenai kematian terhadap death anxiety

H9 : ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin dengan death

anxiety

Page 70: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

57

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan memberikan penjelasan mengenai metode penelitian yang

meliputi populasi dan sampel, variabel penelitian beserta definisi operasionalnya,

instrumen pengumpulan data, pengujian validitas konstruk, prosedur penelitian, dan

metode analisis data yang digunakan dalam penelitian.

3.1 Sampel dan Teknik Pengambilan Data

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 150 orang dengan

kriteria yaitu lansia yang berusia lebih dari 60 tahun baik pria maupun wanita di RW

09 kelurahan Kebon Pala Jakarta Timur, masih mampu membaca dan menulis, serta

bersedia menjadi responden di dalam penelitian ini. Adapun pengambilan sampel

dalam penelitian ini termasuk kategori nonprobability sampling dimana semua

anggota populasi tidak diketahui probabilitas atau peluangnya untuk dijadikan

sampel.

3.2 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel terikat (dependent variable)

dan variabel bebas (independent variable). Variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 71: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

58

a. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah death

anxiety.

b. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel locus of control dengan dimensi-dimensi yang meliputi

internal locus of control dan external locus of control.

2. Variabel religious orientation dengan dimensi-dimensi yang meliputi

intrinsic religious orientation dan extrinsic religious orientation.

3. Variabel perceived social support dengan dimensi-dimensi yang

meliputi perceived social support family, perceived social support

friend, dan perceived social support significant others.

4. Variabel pengalaman mengenai kematian

5. Variabel jenis kelamin

3.3 Definisi Operasional Variabel

1. Death Anxiety adalah skor yang diperoleh dari pengukuran death anxiety

melalui skala death anxiety berdasarkan tingkat kecemasan manusia

terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kematian yang diperoleh dari

skor skala death anxiety Templer (1970).

2. Locus of Control adalah skor yang diperoleh dari pengukuran locus of

control melalui skala locus of control berdasarkan bagaimana individu

mempersepsikan keberhasilan atau kegagalan yang diraihnya karena

faktor dari dalam (tingkah lakunya sendiri dan usaha yang dilakukannya

sendiri) atau karena faktor dari luar dirinya (keberuntungan, kesempatan,

Page 72: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

59

atau takdir) terdiri dari internal locus of control dan external locus of

control yang diperoleh dari skala locus of control Levenson (1981).

3. Perceived Social Support adalah skor yang diperoleh dari pengukuran

perceived social support melalui skala perceived social support

berdasarkan bagaimana individu memepersepsikan apakah dukungan dan

bantuan akan selalu ada disaat ia membutuhkan dari keluarga teman atau

orang terdekat (significant others) yang diambil dari MSPSS

(Multidimensional Scale of Perceived Social Support) oleh Dahlem,

Zimet, & Walker (1991).

4. Religious Orientation adalah skor yang diperoleh dari pengukuran

orientasi religius melalui skala orientasi religius berdasarkan dimensi-

dimensi intrinsic religious orientation dan extrinsic religious orientation

yang diperoleh dari skala orientasi religius Gorsuch & McPherson (1989).

5. Variabel jenis kelamin adalah skor yang diperoleh dari usia subjek berupa

data mengenai jenis kelamin subjek.

6. Variabel pengalaman mengenai kematian yaitu skor yang diperoleh dari

pengalaman bermakna kematian berupa data mengenai pengalaman

bermakna mengenai kematian dari orang-orang yang disayangi

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrumen baku

yang telah dikembangkan oleh peneliti lain. Instrumen yang diadaptasi Antara

Page 73: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

60

lain Death Anxiety Scale (Templer, 1970), Levenson’s I, P, and C Locus of

Control Scale (Levenson, 1981), Multidimensional Scale of Perceived Social

Support (MSPSS) oleh Dahlem, Zimet, & Walker (1991) dan Religious

Orientation Scale-Revised (ROS-R), (Gorsuch & McPherson, 1989). Peneliti

kemudian akan menerjemahkan item-item dalam instrumen tersebut kedalam

bahasa Indonesia. Dalam proses penerjemahan dan penyusunan alat ukur,

peneliti menggunakan literatur yang terkait dengan instrumen penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode skala sebagai alat

pengumpul data, yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh

jawaban dari responden. skala yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan skala model Likert dengan variasi pilihan respon dan skala

penilaian.

Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan alat ukur

model Likert antara lain adalah terdapat variasi pilihan respon yang masing-

masing terdiri dari empat alternatif jawaban yang disediakan. untuk mengukur

variabel-variabel penelitian ini, peneliti menggunakan skala model Likert

yang telah dimodifikasi, yaitu dengan menghilangkan jawaban netral agar

mendorong responden untuk memilih dan memutuskan respon negatif ataupun

positif, sehingga terlihat central tendency dari jawaban responden.

Selanjutnya pernyataan tertinggi untuk pernyataan unfavorable

diberikan pada pilihan jawaban “sangat tidak setuju” dan skor terendah

diberikan untuk pilihan “sangat setuju”.

Page 74: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

61

Page 75: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

62

Tabel 3.1 Tabel Skor Skala Model Likert

Kategori Respon SS S TS STS

Favorable 4 3 2 1

Unfavorable 1 2 3 4

Skala model likert dipilih untuk mengukur variabel death anxiety,

locus of control, perceived social support, dan religious orientation.

Dalam penelitian ini, subjek akan diberikan kuesioner yang terdiri dari

tiga bagian, yaitu:

3.1 Bagian Pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari

penelitian, kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden,

dan ucapan terima kasih peneliti.

3.2 Bagian data, berisi tentang data-data subjek seperti nama insial,

jenis kelamin, dan pengalaman mengenai kematian.

3.3 Bagian inti, berisi tiga alat ukur penelitian, yaitu alat ukur death

anxiety, locus of control, perceived social support dan religious

orientation.

Saat penelitian, subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan

jawaban yang menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan

keadaan yang dirasakan oleh responden dengan memberikan tanda silang (X)

pada pilihan jawaban.

Page 76: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

63

3.4.2 Instrumen Penelitian

1. Skala Death Anxiety

Untuk mengukur death anxiety dalam penelitian ini menggunakan skala

berdasarkan skala baku death anxiety scale dari Templer (1970). Skala ini

menggunakan model Likert dengan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

skala ini terdiri dari 15 butir item pertanyaan yang mengukur death anxiety.

Tabel 3.2 Blue Print Death Anxiety Scale

No Indikator Item Jumlah

1 Death anxiety secara umum 5, 7*, 1 3

2 Ketakutan akan sakit 11, 4, 9, 6* 4

3 Pemikiran mengenai kematian 10, 14, 3* 3

4 Bergantinya waktu dan kehidupan

yang singkat 12, 8, 2* 3

5 Ketakutan akan masa depan 13, 15* 2

Keterangan: (*) unfavorable

2. Skala Locus of Control

Untuk mengukur kecenderungan locus of control pada penelitian ini

menggunakan skala model Likert berdasarkan skala baku Levenson’s I,P,

and C Locus of Control Scale. Skala ini menggunakan model Likert

dengan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Page 77: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

64

Tabel 3.3 Blueprint Levenson’s I, P, and C Locus of Control Scale

No Dimensi Nomor Butir Jumlah

1 External Locus of Control

(Chance)

2, 6, 7, 10, 12, 14, 16,

24

8

2 External Locus of Control

(Powerful Others)

3, 8, 11, 13, 15, 17, 20,

22

8

3 Internal Locus of Control 1, 4, 5, 9, 18, 19, 21, 23 8

3. Skala Perceived Social Support

Untuk mengukur kecenderungan perceived social support pada penelitian

ini menggunakan skala model Likert berdasarkan skala baku Levenson’s

I,P, and C Locus of Control Scale. Skala ini menggunakan model Likert

dengan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Tabel 3.4 Blueprint MSPSS (Multidimensional Scale of Perceived

Social Support) Dahlem, Zimet, & Walker (1991)

No Dimensi Nomor Butir Jumlah

1 Perceived Social Support (Family) 3, 4, 8, 11 4

2 Perceived Social Support (Friends) 6, 7, 9, 12 4

3 Perceived Social Support

(Significant Others)

1, 2, 5, 10 4

4. Skala Religious Orientation

Untuk mengukur religiusitas, pada penelitian ini peneliti menggunakan

skala model Likert, berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh

Page 78: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

65

Gorsuch & McPherson, (1989), Skala ini menggunakan model Likert

dengan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Tabel 3.5 Blue Print Skala Religious Orientation

No Dimensi Butir Jumlah

1 Intrinsic Religious Orientation 1, 3*, 4, 5, 7,

10*, 12, 14*

8

2 Extrinsic Religious Orientation-

Personally Oriented

6, 8, 9 3

3 Extrinsic Religious Orientation-

Socially Oriented

2, 11, 13 3

Keterangan: (*) unfavorable

3.5 Pengujian Validitas Konstruk

Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas

konstruk keempat instrumen yang dipakai, yaitu 1) Death Anxiety Scale 2)

Levenson’s I, P, & C Locus of Control Scale 3) Multidimensional Scale of Perceived

Social Support dan 4) Religious Orientation Scale-Revised. Untuk menguji validitas

konstruk alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Confirmatory Factor Analysis (CFA). Adapun logika dari CFA (Umar, 2011) :

1 Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan secara

operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk

mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap

faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.

Page 79: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

66

2 Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap

subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes bersifat

unidimensional.

3 Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi

antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks

korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data

empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka

tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ - matriks S atau bisa juga

dinyatakan dengan ∑ - S = 0.

4 Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi

square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0.05, maka hipotesis nihil tersebut

“tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima bahwa

item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor saja.

5 Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau

tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-value. Jika hasil

t-value tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa

yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan sebaliknya.

6 Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya

negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat

item, yang bersifat positif (favorable).

Page 80: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

67

Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan menggunakan

software LISREL 8.70 (Joreskog dan Sorbom, 1999). Uji validitas tiap alat ukur akan

dipaparkan pada sub bab berikut.

3.5.1 Uji Validitas Konstruk Death Anxiety

Peneliti menguji apakah lima belas item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur death anxiety. Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model

satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square= 599,90, df=90, P-value= 0,00000,

RMSEA= 0,195. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lain, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square= 66,16, df= 51, P-value= 0,07522,

RMSEA= 0,045. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (signifikan), yang

artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dimana seluruh item mengukur

satu faktor saja yaitu death anxiety.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi

setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:

Page 81: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

68

Tabel 3.6 Tabel Muatan faktor item death anxiety

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

ITEM01 0,87 0,08 11,24 V

ITEM02 -0,45 0,08 -5,49 X

ITEM03 0,65 0,09 7,33 V

ITEM04 0,20 0,07 2,72 V

ITEM05 0,75 0,07 10,19 V

ITEM06 0,26 0,08 3,32 V

ITEM07 0,50 0,08 6,68 V

ITEM08 0,39 0,09 4,59 V

ITEM09 0,24 0,08 3,06 V

ITEM10 0,26 0,07 3,51 V

ITEM11 0,23 0,07 3,12 V

ITEM12 0,20 0,07 3,12 V

ITEM13 0,22 0,08 2,75 V

ITEM14 0,39 0,07 5,29 V

ITEM15 0,42 0,09 4,62 V

Keterangan: tanda V=signifikan

Pada tabel diatas terdapat satu item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96 dan

memiliki muatan faktor yang negatif, yaitu item nomor 2. Oleh karena itu item

tersebut di drop dan tidak ikut serta dianalisis.

Langkah terakhir yang perlu dilakukan yaitu item-item death anxiety yang

tidak di drop di hitung faktor skornya. Faktor skor ini dihitung untuk menghindari

estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi perhitungan faktor skor ini tidak

menjumlahkan item-item variabel pada umumnya, tetapi justru dihitung true score

pada tiap item. Setelah didapatkan faktor skor yang telah diubah menjadi T skor, nilai

baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Perlu

dicatat, bahwa hal yang sama juga berlaku untuk variabel-variabel lain dalam

penelitian ini

Page 82: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

69

3.5.2 Uji Validitas Konstruk Locus of Control

a. Internal Locus of Control

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan

Chi-Square=85,91, df=20, P-value=0,00000, RMSEA=0,149. Oleh karena itu,

peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit

dengan Chi-square= 21,91, df= 15, P-value=0,11024, RMSEA=0,056. Nilai Chi-

Square menghasilkan P-value > 0,05 (signifikan), yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu internal

locus of control.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.7 Tabel muatan faktor item internal locus of control

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

ITEM1 0,09 0,09 1,01 X

ITEM4 0,25 0,09 2,93 V

ITEM5 0,72 0,09 8,37 V

ITEM9 0,57 0,08 6,83 V

ITEM18 0,60 0,09 6,89 V

ITEM19 0,70 0,08 9,17 V

ITEM21 0,56 0,08 7,02 V

ITEM23 0,60 0,08 7,21 V

Page 83: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

70

Keterangan: tanda V=signifikan

Pada tabel diatas terdapat satu item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96 dan

memiliki muatan faktor yang negatif, yaitu item nomor 2. Oleh karena itu item

tersebut di drop dan tidak ikut serta dianalisis.

b. External Locus of Control-Chance

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan

Chi-Square= 34,59, df=20, P-value= 0,02242, RMSEA=0,070. Oleh karena itu,

peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit

dengan Chi-square= 14,35, df= 18, P-value=0,70576, RMSEA=0,000. Nilai Chi-

Square menghasilkan P-value > 0,05 (signifikan), yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu external

locus of control-chance.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:

Page 84: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

71

Tabel 3.8 Tabel muatan faktor item external locus of control-chance

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

ITEM2 0,15 0,09 1,66 X

ITEM6 0,27 0,09 2,97 V

ITEM7 0,55 0,09 5,85 V

ITEM10 0,47 0,11 4,23 V

ITEM12 0,35 0,11 3,15 V

ITEM14 0,70 0,11 6,11 V

ITEM16 0,41 0,09 4,53 V

ITEM24 0,28 0,09 3,08 V

Keterangan: tanda V=signifikan

Pada tabel diatas terdapat satu item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96,

yaitu item nomor 1. Oleh karena itu item tersebut di drop dan tidak ikut serta

dianalisis.

c. External Locus of Control-Powerful Others

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan

Chi-Square= 87,95, df=20, P-value= 0,00000, RMSEA=0,151. Oleh karena itu,

peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit

dengan Chi-square= 21,95, df= 15, P-value=0,10919, RMSEA=0,056. Nilai Chi-

Square menghasilkan P-value > 0,05 (signifikan), yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu external

locus of control-powerful others.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

Page 85: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

72

drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi

setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.9 Tabel muatan faktor external locus of control-powerful others

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

ITEM3 0,72 0,17 4,31 V

ITEM8 0,07 0,08 0,85 X

ITEM11 -0,11 0,09 -1,17 X

ITEM13 -0,07 0,08 -0,93 X

ITEM15 0,26 0,09 2,90 V

ITEM17 0,29 0,09 3,20 V

ITEM20 0,46 0,11 4,28 V

ITEM22 0,87 0,17 5,17 V

Keterangan: tanda V=signifikan

Pada tabel diatas terdapat tiga item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96 dengan

dua item yang memiliki muatan faktor yang negatif, yaitu item nomor 8, 11, dan 13.

Oleh karena itu item tersebut di drop dan tidak ikut serta dianalisis.

3.5.3 Uji Validitas Konstruk Perceived Social Support

a. Perceived Social Support-Family

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit dengan Chi-

Square=5,08, df=2, P-value= 0,07867, RMSEA=0,102. Nilai Chi-Square

menghasilkan P-value > 0,05 (signifikan), yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu perceived

social support-family.

Page 86: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

73

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi

setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.10 Tabel muatan faktor item perceived social support-family

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

ITEM3 0,89 0,07 12,26 V

ITEM4 0,82 0,07 10,99 V

ITEM8 0,46 0,08 5,58 V

ITEM11 0,65 0,08 8,28 V

Keterangan: tanda V=signifikan

Pada tabel diatas tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96.

Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, pada tabel tidak terdapat item yang

memiliki muatan faktor negatif. Kemudian tidak ada muatan faktor yang tidak

signifikan, seluruh item signifikan. Maka ini menunjukkan bahwa tidak ada item

yang di drop, seluruh item tersebut ikut serta dianalisis.

b. Perceived Social Support-Friends

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan

Chi-Square=6,50, df=2, P-value= 0,03868, RMSEA=0,123. Oleh karena itu, peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit dengan Chi-

square= 0,00, df= 0, P-value=1,00000, RMSEA=0,00. Nilai Chi-Square

Page 87: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

74

menghasilkan P-value > 0,05 (signifikan), yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu perceived

social support-friends.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi

setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.11 Tabel muatan faktor item perceived social support-friends.

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

ITEM6 0,75 0,11 7,17 V

ITEM7 0,68 0,08 8,12 V

ITEM9 0,88 0,09 10,24 V

ITEM12 0,63 0,08 7,49 V

Keterangan: tanda V=signifikan

Pada tabel diatas tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96.

Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, pada tabel tidak terdapat item yang

memiliki muatan faktor negatif. Kemudian tidak ada muatan faktor yang tidak

signifikan, seluruh item signifikan. Maka ini menunjukkan bahwa tidak ada item

yang di drop, seluruh item tersebut ikut serta dianalisis.

c. Perceived Social Support-Significant Others

Page 88: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

75

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan

Chi-Square=42,12, df=12, P-value= 0,00000, RMSEA=0,367. Oleh karena itu,

peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit

dengan Chi-square= 0,00 df= 0, P-value=1,00000, RMSEA=0,00. Nilai Chi-Square

menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu

perceived social support-significant others.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi

setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.12 Tabel muatan faktor item perceived social support-significant others

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

ITEM1 0,65 0,08 8,39 V

ITEM2 0,81 0,07 11,38 V

ITEM5 0,82 0,07 11,63 V

ITEM10 0,88 0,07 12,75 V

Keterangan: tanda V=signifikan

Pada tabel diatas tidak terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96.

Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, pada tabel tidak terdapat item yang

memiliki muatan faktor negatif. Kemudian tidak ada muatan faktor yang tidak

Page 89: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

76

signifikan, seluruh item signifikan. Maka ini menunjukkan bahwa tidak ada item

yang di drop, seluruh item tersebut ikut serta dianalisis.

3.5.4 Uji Validitas Konstruk Religious Orientation

a. Intrinsic Religious Orientation

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan

Chi-Square=98,18, df=20, P-value= 0,00000, RMSEA=0,162. Oleh karena itu,

peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit

dengan Chi-square= 25,21, df= 16, P-value=0,06616, RMSEA=0,062. Nilai Chi-

Square menghasilkan P-value > 0,05 (signifikan), yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu internal

religious orientation.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi

setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.13 Tabel muatan faktor item intrinsic religious orientation

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

ITEM1 0,53 0,08 6,74 V

ITEM3 0,00 0,09 0,01 X

ITEM4 0,84 0,07 12,38 V

Page 90: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

77

ITEM5 0,93 0,06 14,73 V

ITEM7 0,89 0,06 13,82 V

ITEM10 0,44 0,08 5,66 V

ITEM12 0,82 0,07 11,98 V

ITEM14 0,36 0,08 4,40 V

Keterangan: tanda V=signifikan

Pada tabel diatas terdapat satu item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96, yaitu item

nomor 3. Oleh karena itu item tersebut di drop dan tidak ikut serta dianalisis.

b. Extrinsic Religious Orientation

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan

Chi-Square=111,68, df=9, P-value= 0,00000, RMSEA=0,277. Oleh karena itu,

peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit

dengan Chi-square= 6,67, df= 4, P-value=0,15429, RMSEA=0,067. Nilai Chi-Square

menghasilkan P-value > 0,05 (signifikan), yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu extrinsic

religious orientation.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi

setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:

Page 91: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

78

Page 92: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

79

Tabel 3.14 Tabel muatan faktor item extrinsic religious orientation

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

ITEM2 0,16 0,09 7,43 V

ITEM6 -0,86 0,07 -4,62 X

ITEM8 -0,87 0,07 -5,80 X

ITEM9 -0,79 0,07 -5,19 X

ITEM11 0,44 0,08 8,10 V

ITEM13 0,43 0,09 17,39 V

Keterangan: tanda V=signifikan

Pada tabel diatas terdapat empat item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96

dengan tiga item memiliki muatan faktor yang negatif, yaitu item nomor 6, 8, dan 9.

Oleh karena itu item tersebut di drop dan tidak ikut serta dianalisis..

3.6 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan dalam pengumpulan data yaitu sebagai

berikut:

1. Peneliti menentukan dan menyusun instrumen yang akan digunakan dalam

penelitian, yaitu adaptasi alat ukur Templer Death Anxiety Scale (1970) untuk

mengukur death anxiety, adaptasi alat ukur Levensons I, P, & C Locus of

Control Scale (1981) untuk mengukur locus of control, Multidimensional Scale

of Perceived Social Support (MSPSS) (1991) untuk mengukur perceived

social support dan adaptasi alat ukur Religious Scale-Revised (ROS-R) (1989)

untuk mengukur religious orientation.

Page 93: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

80

2. Menentukan sampel penelitian yaitu lansia di RW 09 Kelurahan Kebon Pala.

Pengambilan sampel bersifat nonprobability sampling, kemudian memberikan

angket yang telah disediakan kepada subjek.

3. Hasil skala yang telah diisi kemudian diri skoring untuk dianalisis datanya.

3.7 Metode Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan penelitian digunakan teknik analisis regresi berganda

karena peneliti ingin melihat pengaruh IV terhadap DV. Dalam penelitian ini terdapat

10 IV dan 1 DV, sehingga susunan persamaan regresi penelitian adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 +b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10 + e

Jika dituliskan variabelnya maka:

Y = death anxiety

a = konstanta

b = koefisien regresi untuk masing-masing X

X1 = internal locus of control

X2 = external locus of control-chance

X3 = external locus of control-powerful others

X4 = perceived social support family

X5 = perceived social support friends

Page 94: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

81

X6 = perceived social support significant others

X7 = intrinsic religious orientation

X8 = extrinsic religious orientation

X9 = pengalaman mengenai kematian

X10 = jenis kelamin

e = residu

Selanjutnya analisis regresi, dimulai secara simultan, kemudian dari satu per

satu IV. Sehingga nilai R2

yang dihasilkan dapat dilihat secara murni. Fungsi R2

ini

adalah untuk melihat proporsi varians dari komitmen organisasi yang dipengaruhi IV

yang ada. Melihat jumlah R2 x (dikalikan) 100%. Maka dihasilkanlah proporsi varians

atau determinant. R2

sendiri didapatkan dengan rumus :

Selanjutnya, untuk membuktikan apakah regresi Y dan X signifikan atau

tidak, maka digunakanlah uji F untuk membuktikan hal tersebut menggunakan

rumus:

Page 95: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

82

Dimana pembilang disini adalah R2

dengan df nya (dilambangkan k), yaitu

sejumlah IV yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1 – R2) dibagi dengan df nya N

– k – 1 dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya,

dapat dilihat apakah IV yang diujikan memiliki pengaruh terhadap DV.

Kemudian peneliti melakukan uji T dari tiap-tiap IV yang dianalisis. Maksud

uji T adalah melihat apakah signifikan dampak dari tiap IV terhadap DV. Uji T

dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar error dari b. Hasil uji

T ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya.

Adapun seluruh perhitungan penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan

software SPSS 17.0 for windows.

Page 96: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

81

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Dalam bab ini akan dibahas hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan

tersebut mencakup analisis deskriptif, dan pengujian hipotesis penelitian

4.1 Analisis Deskriptif

Subjek dalam penelitian ini adalah 150 orang lansia di RW 09 Kelurahan Kebon Pala,

Jakarta Timur. Selanjutnya akan dijelaskan gambaran subjek berdasarkan jenis

kelamin, dan pengalaman mengenai kematian.

Tabel 4.1 Gambaran Subjek

Kategori Frekuensi Persentase

Jenis Kelamin

Laki-Laki 44 29,3%

Perempuan 106 70,7%

Pengalaman Mengenai

Kematian

Tidak bermakna 50 33,3%

bermakna 100 66,7%

Subjek dalam penelitian ini berasal dari jenis kelamin yang berbeda, laki-laki dan

perempuan. Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat sebagian besar lansia yang

menjadi responden adalah perempuan.

Page 97: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

82

Selanjutnya akan dipaparkan mengenai distribusi sampel penelitian berdasarkan

tingkat death anxiety, sebagai berikut:

Tabel 4.2 Tabel subjek berdasarkan tingkat death anxiety

Kategorisasi Frekuensi Persentase

Rendah 64 42,7%

Tinggi 86 57.3%

Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat death anxiety yang berbeda, berdasarkan

hasil skoring jawaban kuesioner yang diterima oleh peneliti. Untuk kategori ini

peneliti membagi tingkat death anxiety dalam 2 kategori yaitu tinggi, dan rendah.

Kedua kategori tersebut didapatkan berdasarkan nilai skor minimum subjek 20,20

dan nilai maksimum subjek 71,26 (M=50,00 ; SD=9,05926). Tingginya tingkat death

anxiety artinya individu memiliki tingkat kecemasan terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kematian, atau kecemasan yang intens ketika seseorang memikirkan

kematian. Sedangkan orang dengan tingkat death anxiety yang rendah tidak

menunjukkan kecemasan ketika dihadapkan dengan situasi atau pikiran tetang

kematian. Selanjutnya, perbedaan tingkat death anxiety berdasarkan jenis kelamin

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Tabel subjek berdasarkan tingkat death anxiety pada pria dan wanita

Kategori Frekuensi Persentase

Pria

Rendah 26 59,1%

Tinggi 18 40,9%

Wanita

Rendah 38 35,8%

Page 98: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

83

Tinggi 68 64,2%

Berdasarkan tabel diatas, terdapat perbedaan tingkat death anxiety antara pria dengan

wanita, dimana kecenderungan tingkat death anxiety yang tinggi terlihat pada wanita,

sedangkan pria cenderung memiliki tingkat death anxiety yang rendah.

Selanjutnya akan dipaparkan mengenai distribusi sampel penelitian berdasarkan

tingkat internal locus of control, sebagai berikut:

Tabel 4.4 Tabel subjek berdasarkan tingkat internal locus of control

Kategorisasi Frekuensi Persentase

Rendah 86 57,3%

Tinggi 64 42,7%

Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat internal locus of control yang berbeda,

berdasarkan hasil skoring jawaban kuesioner yang diterima oleh peneliti. Untuk

kategori ini peneliti membagi tingkat internal locus of control dalam 2 kategori yaitu

tinggi dan rendah. Kedua kategori tersebut didapatkan berdasarkan nilai skor

minimum subjek 30,23 dan nilai maksimum subjek 69,43 (M=50,00 ; SD=8,49442).

Individu dengan internal locus of control internal locus of control yang tinggi akan

mempersepsikan bahwa dirinya memiliki kontrol yang besar terhadap kejadian-

kejadian yang ada dalam hidupnya.

Selanjutnya akan dipaparkan mengenai distribusi sampel penelitian berdasarkan

tingkat external-chance locus of control, sebagai berikut:

Page 99: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

84

Tabel 4.5 Tabel subjek berdasarkan tingkat external locus of control

Kategorisasi Frekuensi Persentase

Rendah 85 56,7%

Tinggi 65 43,3%

Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat externaln locus of control yang berbeda,

berdasarkan hasil skoring jawaban kuesioner yang diterima oleh peneliti. Untuk

kategori ini peneliti membagi tingkat external locus of control dalam 2 kategori yaitu

tinggi dan rendah. Kedua kategori tersebut didapatkan berdasarkan nilai skor

minimum subjek 30,15 dan nilai maksimum subjek 69,65 (M=50,00 ; SD=7,49154).

Tingkat external locus of control yang tinggi mengindikasikan individu kurang

memiliki perasaan kontrol terhadap lingkungannya, namun ada faktor dari luar diri

seperti keberuntungan, kekuatan orang lain, atau kebetulan yang turut mengontrol

kejadian-kejadian dalam hidupnya.

Selanjutnya akan dipaparkan mengenai distribusi sampel penelitian berdasarkan

tingkat perceived social support family, sebagai berikut:

Tabel 4.6 Tabel subjek berdasarkan tingkat perceived social support family

Kategorisasi Frekuensi Persentase

Rendah 80 53,3%

Tinggi 70 46,7%

Page 100: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

85

Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat perceived social support family yang

berbeda, berdasarkan hasil skoring jawaban kuesioner yang diterima oleh peneliti.

Untuk kategori ini peneliti membagi tingkat perceived social support family dalam 2

kategori yaitu tinggi dan rendah. Kedua kategori tersebut didapatkan berdasarkan

nilai skor minimum subjek 19,25 dan nilai maksimum subjek 62,41 (M=50,00 ;

SD=8,85062). Tingkat perceived social support family yang tinggi memiliki arti

bahwa seseorang memiliki perasan bahwa dirinya mendapatkan dukungan berupa

kenyamanan, perhatian, atau bantuan yang diperoleh dari keluarga. Sedangkan

tingkat perceived social support family yang rendah memiliki arti bahwa seseorang

kurang mendapatkan dukungan tersebut dari keluarga.

Selanjutnya akan dipaparkan mengenai distribusi sampel penelitian berdasarkan

tingkat perceived social support friend, sebagai berikut:

Tabel 4.7 Tabel subjek berdasarkan tingkat perceived social support friend

Kategorisasi Frekuensi Persentase

Rendah 106 70,7%

Tinggi 44 29,3%

Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat perceived social support friend yang

berbeda, berdasarkan hasil skoring jawaban kuesioner yang diterima oleh peneliti.

Untuk kategori ini peneliti membagi tingkat perceived social support friend dalam 2

kategori yaitu tinggi dan rendah. Kedua kategori tersebut didapatkan berdasarkan

nilai skor minimum subjek 19,80 dan nilai maksimum subjek 69,87 (M=50,00 ;

Page 101: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

86

SD=8,69313). Tingkat perceived social support friends yang tinggi menandakan

bahwa seseorang memiliki perasan bahwa dirinya mendapatkan dukungan berupa

kenyamanan, perhatian, atau bantuan yang diperoleh dari teman-teman atau rekan.

Sedangkan tingkat perceived social support friends yang rendah memiliki arti bahwa

seseorang kurang mendapatkan dukungan tersebut dari teman.

Selanjutnya akan dipaparkan mengenai distribusi sampel penelitian berdasarkan

tingkat perceived social support significant others sebagai berikut:

Tabel 4.8 Tabel subjek berdasarkan tingkat perceived social support significant

others

Kategorisasi Frekuensi Persentase

Rendah 92 61,3%

Tinggi 58 38,7%

Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat perceived social support significant

others yang berbeda, berdasarkan hasil skoring jawaban kuesioner yang diterima oleh

peneliti. Untuk kategori ini peneliti membagi tingkat perceived social support

significant others dalam 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Kedua kategori tersebut

didapatkan berdasarkan nilai skor minimum subjek 22,73 dan nilai maksimum subjek

62,73 (M=50,00 ; SD=9,43854). Tingkat perceived social support significant others

yang tinggi mengindikasikan bahwa seseorang memiliki perasan bahwa dirinya

mendapatkan dukungan berupa kenyamanan, perhatian, atau bantuan yang diperoleh

dari orang lain yang turut andil dalam kehidupannya, seperti pelayan masyarakat,

Page 102: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

87

dokter, perawat, dan lain-lain. Sedangkan tingkat perceived social support significant

others yang rendah memiliki arti bahwa seseorang kurang mendapatkan dukungan

tersebut dari orang lain tersebut.

Selanjutnya akan dipaparkan mengenai distribusi sampel penelitian berdasarkan

tingkat intrinsic religious orientation sebagai berikut:

Tabel 4.9 Tabel subjek berdasarkan tingkat intrinsic religious orientation

Kategorisasi Frekuensi Persentase

Rendah 72 48%

Tinggi 78 52%

Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat intrinsic religious orientation yang

berbeda, berdasarkan hasil skoring jawaban kuesioner yang diterima oleh peneliti.

Untuk kategori ini peneliti membagi tingkat intrinsic religious orientation dalam 2

kategori yaitu tinggi dan rendah. Kedua kategori tersebut didapatkan berdasarkan

nilai skor minimum subjek 29,73 dan nilai maksimum subjek 62,52 (M=50,00 ;

SD=9,18124). Tingkat intrinsic religious orientation yang tinggi berarti bahwa

individu telah menemukan motivasi dalam beragama, yaitu untuk mendekatkan diri

kepada Tuhan, telah menginternalisasikan keyakinannya dan mengikuti ajaran-ajaran

agamanya.

Selanjutnya akan dipaparkan mengenai distribusi sampel penelitian berdasarkan

tingkat extrinsic religious orientation sebagai berikut:

Page 103: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

88

Tabel 4.10 Tabel subjek berdasarkan tingkat extrinsic religious orientation

Kategorisasi Frekuensi Persentase

Rendah 91 60,7%

Tinggi 59 39,3%

Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat extrinsic religious orientation yang

berbeda, berdasarkan hasil skoring jawaban kuesioner yang diterima oleh peneliti.

Untuk kategori ini peneliti membagi tingkat extrinsic religious orientation dalam 2

kategori yaitu tinggi dan rendah. Kedua kategori tersebut didapatkan berdasarkan

nilai skor minimum subjek 32,59 dan nilai maksimum subjek 73,33 (M=50,00 ;

SD=8,37832). Individu dengan extrinsic religious orientation yang tinggi cenderung

beribadah demi memperoleh pencapaian manfaat-manfaat sosial dan personal, atau

individu yang “menggunakan” agamanya.

4.2 Uji Hipotesis Penelitian

4.2.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda

dengan menggunakan software SPSS 17. Seperti yang sudah disebutkan pada bab 3,

dalam regresi ada 3 hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk

mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah

secara keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan dengan DV, kemudian terakhir

melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing masing IV.

Page 104: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

89

Langkah pertama peneliti menganalisis dampak dari seluruh variabel

independen terhadap death anxiety lansia. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel

4.11 berikut ini.

Tabel 4.11 Tabel Anova

ANOVAb

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 1828.348 9 203.150 2.735 .006a

Residual 10400.105 140 74.286

Total 12228.454 149

a. Predictors: (Constant), gender, roextrinsic, locinternal, lossofloved, pssfriend, rointrinsic, locexternal,

psssignificat, pssfamily

b. Dependent Variable: deathanxiety

Dari tabel Anova, diperoleh nilai F hitung yang didapat adalah sebesar 2,735.

Sementara nilai probabilitas hitung atau taraf signifikansi yang didapat adalah 0,006

karena taraf signifikansi < 0,05 maka persamaan regresi yang dipergunakan dapat

diterapkan dalam analisis data. Hal ini menjadi dasar bagi peneliti untuk menerima

hipotesis penelitian yang berbunyi “ada pengaruh yang signifikan dari locus of

control, perceived social support, religious orientation, pengalaman kematian, dan

jenis kelamin terhadap death anxiety pada lansia.

Langkah kedua peneliti melihat besaran Rsquare untuk mengetahui berapa persen (%)

varians DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk Rsquare dapat dilihat pada

tabel 4.12

Page 105: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

90

Tabel 4.12 Tabel Rsquare

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .387a .150 .095 8.61896

a. Predictors: (Constant), gender, roexternal, locinternal, lossofloved, pssfriend, rointernal, locexternal,

psssignificat, pssfamily

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai koefisien determinasi (R Square) pada

penelitian ini adalah sebesar 0,150. Artinya seluruh variabel independen yang diteliti

secara simultan menjelaskan 15% proporsi varian death anxiety. Hal ini menunjukkan

bahwa 85% dari bervariasinya death anxiety pada lansia dijelaskan oleh faktor lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi setiap independen variabel.

Jika nilai p< 0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV

tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap death anxiety.

Adapun penyajiannya pada tabel 4.13 berikut:

Page 106: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

91

Tabel 4.13 Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 51.256 8.858 5.786 .000

locinternal -.110 .095 -.103 -1.152 .251

locexternal -.061 .101 -.056 -.609 .544

pssfamily .075 .114 .074 .665 .507

pssfriend -.018 .110 -.017 -.165 .870

psssignificat .017 .105 .018 .161 .872

rointrinsic -.128 .095 -.130 -1.352 .178

roextrinsic .027 .088 .025 .311 .756

lossofloved -2.066 1.530 -.108 -1.350 .179

gender 7.058 1.673 .356 4.220 .000

a. a. Dependent Variable: deathanxiety keterangan: (*) signifikan

Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan persamaan regresi sebagai berikut:

death anxiety: 51.256 - .110 internal locus of control - .061 external locus of

control + 0,075 perceived social support family - 0,018 perceived social

support friend + 0,017 perceived social support significant others - 0,128

intrinsic religious orientation + 0,027 extrinsic religious orientation - 2.066

pengalaman kematian + 7,058 jenis kelamin

Dari tabel 4.12 , diketahui bahwa hanya ada satu variabel independen yang signifikan,

yaitu variabel jenis kelamin dengan nilai beta 3,56 dan nilai signifikansinya sebesar

0,000 (p< 0,05), sedangkan sisanya delapan variabel tidak signifikan.

Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing

variabel independen adalah sebagai berikut:

Page 107: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

92

1. Nilai koefisien regresi internal locus of control sebesar -0,110 dan nilai

signifikansinya sebesar 0,251 (p> 0,05). Hal ini berarti variabel internal locus of

control secara negatif berpengaruh terhadap death anxiety tetapi tidak signifikan

berdasarkan analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor internal locus of control

maka semakin rendah death anxiety pada lansia.

2. Nilai koefisien regresi external locus of control sebesar -0,61 dan nilai

signifikansinya sebesar 0,544 (p> 0,05). Hal ini berarti variabel external-chance

locus of control secara negatif berpengaruh terhadap death anxiety tetapi tidak

signifikan berdasarkan analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor external locus of

control maka semakin rendah death anxiety pada lansia.

3. Nilai koefisien regresi perceived social support family sebesar +0,075 dan nilai

signifikansinya sebesar 0,507 (p> 0,05). Hal ini berarti variabel perceived social

support family secara positif berpengaruh terhadap death anxiety tetapi tidak

signifikan berdasarkan analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor perceived social

support family maka semakin tinggi death anxiety pada lansia.

4. Nilai koefisien regresi perceived social support friend sebesar -0,018 dan nilai

signifikansinya sebesar 0,870 (p> 0,05). Hal ini berarti variabel perceived social

support friend secara negatif berpengaruh terhadap death anxiety tetapi tidak

signifikan berdasarkan analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor perceived social

support friend maka semakin rendah death anxiety pada lansia.

5. Nilai koefisien regresi perceived social support significant others sebesar +0,017

dan nilai signifikansinya sebesar 0,872 (p> 0,05). Hal ini berarti variabel

Page 108: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

93

perceived social support significant others secara positif berpengaruh terhadap

death anxiety tetapi tidak signifikan berdasarkan analisis statistik. Jadi semakin

tinggi skor perceived social support significant others maka semakin tinggi death

anxiety pada lansia.

6. Nilai koefisien regresi intrinsic religious orientation sebesar -0,128 dan nilai

signifikansinya sebesar 0,178 (p> 0,05). Hal ini berarti variabel intrinsic religious

orientation secara negatif berpengaruh terhadap death anxiety tetapi tidak

signifikan berdasarkan analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor intrinsic

religious orientation maka semakin rendah death anxiety pada lansia.

7. Nilai koefisien regresi extrinsic religious orientation sebesar +0,027 dan nilai

signifikansinya sebesar 0,756 (p> 0,05). Hal ini berarti variabel extrinsic religious

orientation secara positif berpengaruh terhadap death anxiety tetapi tidak

signifikan berdasarkan analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor extrinsic

religious orientation maka semakin tinggi death anxiety pada lansia.

8. Nilai koefisien pengalaman mengenai kematian sebesar -2,066, dan nilai

signifikansinya sebesar 0,179 (p< 0.05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang

signifikan dari pengalaman mengenai kematian dengan death anxiety pada lansia.

9. Nilai koefisien regresi jenis kelamin sebesar 7,058 dan nilai signifikansinya

sebesar 0,000 (p< 0.05). Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan dari jenis

kelamin dengan death anxiety pada lansia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini dari sepuluh hipotesis minor yang

ada, hanya satu hipotesis minor yang ditolak, yaitu:

Page 109: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

94

1. H01 diterima, yaitu tidak ada pengaruh internal locus of control terhadap death

anxiety pada lansia.

2. H02 diterima, yaitu tidak ada pengaruh external locus of control terhadap death

anxiety pada lansia.

3. H03 diterima, yaitu tidak ada pengaruh perceived social support family terhadap

death anxiety pada lansia.

4. H04 diterima, yaitu tidak ada pengaruh perceived social support friend terhadap

death anxiety pada lansia.

5. H05 diterima, yaitu tidak ada pengaruh perceived social support significant others

terhadap death anxiety pada lansia.

6. H06 diterima, yaitu tidak ada pengaruh intrinsic religious orientation terhadap

death anxiety pada lansia.

7. H07 diterima, yaitu tidak ada pengaruh extrinsic religious orientation terhadap

death anxiety pada lansia.

8. H08 diterima, yaitu tidak ada perbedaan pengalaman mengenai kematian terhadap

death anxiety pada lansia.

9. H9 diterima, yaitu ada perbedaan jenis kelamin terhadap death anxiety pada

lansia.

4.2.2 Pengujian Proporsi Varian Masing-Masing Independent Variable

Berdasarkan hasil dari koefisien regresi, diketahui bahwa pada variabel dukungan

sosial dan variabel strategi coping hanya dua dari empat belas variabel yang

Page 110: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

95

mempengaruhi secara signifikan. Kemudian langkah terakhir penulis ingin melihat

besarnya kontribusi signifikansi masing masing IV terhadap DV.

Tabel 4.14 Tabel Proporsi Varians untuk masing-masing independent variable

Model summary

Model R R Square

Adjusted

R

Square

Change Statistics

Std. Error

of the

Estimate

R

Square

Change

F

Change

df1 df2 Sig. F

Change

1 .067a .005 -.002 9.06931 .005 .670 1 148 .414

2 .079b .006 -.007 9.09224 .002 .254 1 147 .615

3 .119c .014 -.006 9.08713 .008 1.165 1 146 .282

4 .130d .017 -.010 9.10585 .003 .400 1 145 .528

5 .130e .017 -.017 9.13721 .000 .006 1 144 .936

6 .150f .022 -.019 9.14322 .006 .811 1 143 .369

7 .150g .023 -.026 9.17483 .000 .016 1 142 .899

8 .203h .041 -.013 9.11812 .019 2.772 1 141 .098

9 .387i .150 .095 8.61896 .108 17.805 1 140 .000*

a. Predictors: (Constant), locinternal

b. Predictors: (Constant), locinternal, locexternal

c. Predictors: (Constant), locinternal, locexternal,

d. Predictors: (Constant), locinternal, locexternal, pssfamily

e. Predictors: (Constant), locinternal, locexternal, pssfamily, pssfriend

f. Predictors: (Constant), locinternal, locexternal, pssfamily, pssfriend, psssignificat

g. Predictors: (Constant), locinternal, locexternal, pssfamily, pssfriend, psssignificat, rointrinsic

h. Predictors: (Constant), locinternal, locexternal, pssfamily, pssfriend, psssignificat, rointrinsic, roextrinsic

i. Predictors: (Constant), locinternal, locexternal, pssfamily, pssfriend, psssignificat, rointrinsic, roextrinsic,

lossofloved

Keterangan: (*) signifikan

Jika di jabarkan kontribusi dari setiap IV terhadap DV diatas disampaikan sebagai

berikut:

1. Aspek internal locus of control memiliki R square change sebesar 0,005 jadi

aspek ini memberikan kontribusi sebesar 0,5% terhadap death anxiety lansia.

Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik karena sig F Change =

0,414>0,05

Page 111: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

96

2. Aspek external locus of control memiliki R square change sebesar 0,002 jadi

aspek ini memberikan kontribusi sebesar 0,2% terhadap death anxiety lansia.

Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik karena sig F Change =

0,615>0,005

3. Aspek perceived social support family memiliki R square change sebesar 0,008

jadi aspek ini memberikan kontribusi sebesar 0,8% terhadap death anxiety lansia.

Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik karena sig F Change =

0,282>0,005

4. Aspek perceived social support friend memiliki R square change sebesar 0,003

jadi aspek ini memberikan kontribusi sebesar 0,3% terhadap death anxiety lansia.

Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik karena sig F Change =

0,528>0,005

5. Aspek perceived social support significant others memiliki R square change

sebesar 0,000 jadi aspek ini memberikan kontribusi sebesar 0,0% terhadap death

anxiety lansia. Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik karena sig F

Change = 0,936>0,005

6. Dimensi intrinsic religious orientation memiliki R square change sebesar 0,006

jadi aspek ini memberikan kontribusi sebesar 0,6% terhadap death anxiety lansia.

Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik karena sig F Change =

0,369>0,005

7. Dimensi extrinsic religious orientation memiliki R square change sebesar 0,000

jadi aspek ini memberikan kontribusi sebesar 0,0% terhadap death anxiety lansia.

Page 112: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

97

Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik karena sig F Change = 0,899

<0,005

8. Dimensi pengalaman mengenai kematian memiliki R square change sebesar

0,019 jadi aspek ini memberikan kontribusi sebesar 1,9% terhadap death anxiety

lansia. Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik karena sig F Change =

0,97 >0,005

9. Dimensi jenis kelamin memiliki R square change sebesar 0,108 jadi aspek ini

memberikan kontribusi sebesar 10,8% terhadap death anxiety lansia. Kontribusi

tersebut signifikan secara statistik karena sig F Change = 0,00>0,005

Page 113: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

98

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang

penelitian serta saran secara praktis dan secara teoritis untuk penelitian selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan uji hipotesis yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah secara simultan,

independent variable yang diteliti pengaruhnya dalam penelitian ini memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap death anxiety. Dengan demikian, hipotesis mayor

diterima, artinya, “terdapat pengaruh yang signifikan locus of control, perceived

social support, religious orientation, pengalaman mengenai kematian, dan jenis

kelamin terhadap death anxiety”. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji F yang

menguji seluruh independent variable (IV) terhadap dependent variable (DV). Dilihat

dari nilai Rsquare kontribusi seluruh independent variable (IV) terhadap dependent

variable (DV) adalah sebesar 15%.

Kemudian jika dilihat secara parsial melalui koefisien regresi, hasil uji

hipotesis minor yang menguji signifikansi masing-masing koefisien regresi terhadap

dependent variable, diperoleh satu dari sepuluh koefisien regresi yang signifikan

Page 114: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

99

pengaruhnya terhadap death anxiety yaitu jenis kelamin. Dengan demikian hanya satu

hipotesis minor yang diterima yaitu ada pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin

terhadap death anxiety. Dimensi-dimensi dari independent variable lainnya tidak

menunjukkan pengaruh yang signifikan, yaitu locus of control, perceived social

support, religious orientation, dan pengalaman mengenai kematian. Penyebab tidak

signifikannya variabel-variabel tersebut akan dijelaskan di subbab diskusi.

Berdasarkan proporsi varian masing-masing independent variable, hanya ada satu

sumbangan iv yang memberikan sumbangan varian yang signifikan terhadap death

anxiety, yaitu sumbangan varians dari jenis kelamin yaitu sebesar 10,9%.

5.2 Diskusi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh locus of control,

perceived social support, religious orientation, pengalaman mengenai kematian dan

jenis kelamin terhadap death anxiety lansia di RW 09 kelurahan Kebon Pala, Jakarta

Timur. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa lima variabel tersebut

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap death anxiety. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap death

anxiety, sedangkan variabel lain yaitu locus of control, perceived social support,

religious orientation, dan pengalaman mengenai kematian tidak memberikan

pengaruh yang signifikan. Hasil ini juga menggambarkan kesesuaian sekaligus

Page 115: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

100

pertentangan dengan teori-teori yang juga meneliti variabel-variabel ini sebelumnya.

Oleh karena itu peneliti mencoba untuk membahasnya.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap death anxiety. Artinya dalam penelitian

ini terdapat perbedaan tingkat death anxiety pada responden pria dan wanita.

Perbedaan tingkat death anxiety antara pria dan wanita tersebut kemudian

menunjukkan bahwa responden wanita cenderung memiliki death anxiety yang lebih

tinggi dibandingkan pria. Hasil ini sesuai dengan penelitian Daaleman & Dobbs

(2010) yang menemukan bahwa wanita memiliki penerimaan yang rendah terhadap

kematian daripada pria. Penjelasan yang mungkin dapat dikemukakan dalam

perbedaan tersebut adalah bahwa pria cenderung kurang terbuka dalam

mengekspresikan perasaan takutnya, dan sebaliknya, wanita lebih “dekat dengan

perasaannya” daripada pria (Kastenbaum, 2000; Russac, et. al., 2007).

Azaiza, Ron, Shoham, & Gigini (2010) juga menemukan perbedaan tingkat

death anxiety yang siginfikan antara pria dan wanita dalam penelitiannya mengenai

death anxiety pada lansia di Arab. Pendapat yang serupa mengenai hal yang

menyebabkan penelitian ini juga dikemukakan, bahwa norma budaya mendukung

wanita untuk lebih bebas mengungkapkan emosi-emosinya, seperti rasa takut, dan

lebih menekan pria untuk melakukannya. Norma budaya ini juga terdapat di

Indonesia, dimana wanita cenderung lebih bebas mengekspresikan emosinya,

sedangkan pria dituntut untuk menjadi orang yang kuat dan tangguh karena mereka

Page 116: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

101

menghargai kekuatan. Krieger, Epting, & Leitner, 1974 (dalam DePaola et. al., 2003)

juga menyatakan bahwa wanita lebih melihat kematian dari segi emosional,

sedangkan pria melihatnya dari segi kognitif.

Sejalan dengan itu, rendahnya tingkat death anxiety pada pria diintepretasikan

oleh Da Silva & Schork (1985, dalam Kastenbaum, 2000) berhubungan dengan

macho effect. Mereka lebih nyaman ketika menghindari pikiran tentang kematian dan

hanya memikirkannya tidak lebih dari setahun sekali. Mereka lebih termotivasi dalam

prestasi dalam hidupnya daripada pemikiran mengenai kematiannya sendiri. Pendapat

yang sama juga dilontarkan oleh Schumaker, Barraclough, & Vagg (1988, dalam

Chuin & Choo, 2009) yaitu bahwa pria lebih didorong untuk mengejar kesuksesan

dan meraih prestasi yang sebenarnya makin memperkuat ilusi imortalitas

dibandingkan wanita. Ilusi ini sering digunakan untuk melawan death anxiety.

Selain itu, tingkat death anxiety yang tinggi pada wanita juga dipicu oleh

peran wanita sebagai pengasuh di dalam keluarga. Perlu diketahui bahwa responden

wanita di dalam penelitian ini sebagian besar pekerjaannya adalah ibu rumah tangga,

yang merawat suami dan anak-anak dari kecil hingga sudah berkeluarga. Bahkan

ketika anak-anak mereka sudah berkeluarga, masih ada yang tinggal dengan

orangtuanya. Oleh karena itu, lansia wanita yang masih merawat keluarganya

cenderung mengalami ketakutan akan kematian karena mereka takut tidak akan bisa

bersama keluarganya dan anak-anak serta cucunya tidak terawat dengan baik.

Kastenbaum (2000) juga berpendapat bahwa tingginya tingkat death anxiety pada

Page 117: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

102

wanita berhubungan dengan sensitifitas wanita pada kebutuhan-kebutuhan orang lain

dan kemauan mereka untuk memberikan perawatan dan kenyamanan.

Variabel yang tidak signifikan terhadap death anxiety adalah variabel locus of

control. Variabel internal locus of control dalam penelitian ini memiliki pengaruh

negatif yang tidak signifikan, artinya semakin internal locus of control dalam diri

seseorang, semakin rendah tingkat death anxiety. Individu dengan kecenderungan

Internal locus of control yang tinggi memiliki kepercayaan bahwa dirinya memiliki

kontrol terhadap kehidupannya. Sedangkan aspek external locus of control memiliki

pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap death anxiety. Hal ini tidak sejalan

dengan penelitian Cicirelli (1999) yang membuktikan bahwa ada pengaruh positif

yang signifikan antara external locus of control dengan death anxiety. Penelitian

Hayslip & Steward-Bussey (1987 dalam Cicirelli, 1999) juga menunjukkan hal yang

berbeda, yaitu eksternalitas berhubungan dengan tingkat death anxiety yang lebih

tinggi, sedangkan internalitas berhubungan dengan death anxiety yang rendah.

Penyebab perbedaan hasil penelitian tersebut mungkin dikarenakan

kepercayaan yang kuat bahwa kontrol dari kematian sepenuhnya berasal dari Tuhan.

Profil warga RW 09 kelurahan Kebon Pala yang sebagian besar beragama Islam dan

memiliki kepercayaan bahwa kematian merupakan takdir Tuhan, berbeda dengan di

barat dimana terdapat orang-orang atheis dan agnostik yang skeptis terhadap Tuhan

dan berpersepsi bahwa individu memiliki kontrol terhadap kehidupan di dunia.

Mungkin individu dapat memiliki kontrol kuat terhadap kehidupannya, namun

Page 118: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

103

dengan kepercayaan yang kuat ini, individu berpendapat bahwa apapun yag

dilakukannya tidak akan merubah kenyataan bahwa kematian merupakan hal yang

tidak dapat dikontrol, dan kontrol tersebut ada pada Tuhan.

Adanya pengaruh yang tidak signifikan juga ditunjukkan oleh variabel

perceived social support. Walaupun tidak signifikan, aspek perceived social support

dari keluarga menunjukkan arah yang positif, dimana jika individu menerima banyak

dukungan dari keluarga, ia akan memiliki death anxiety yang lebih tinggi. Sedangkan

dukungan yang bersumber dari teman menunjukkan arah yang negatif, diaman

semakin besar persepsi dukungan dari teman, maka death anxiety akan semakin

menurun.

Hasil yang berbeda dibuktikan oleh Cicirelli (1999) yang menemukan bahwa

terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara perceived social support terhadap

salah satu bentuk dari death anxiety. Penelitian oleh Khawar, Aslam, & Aamir (2013)

juga menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu terdapat pengaruh negatif yang

signifikan antara perceived social support terhadap death anxiety.

Variabel lain yang tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap death

anxiety adalah religious orientation. Walaupun tidak signifikan, masing-masing

dimensi memberikan pengaruh yang berbeda kepada death anxiety, yaitu dimensi

internal religious orientation yang berpengaruh negatif terhadap death anxiety dan

dimensi external religious orientation yang berpengaruh secara positif terhadap death

Page 119: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

104

anxiety. Hasil penelitian Chuin & Choo (2009) juga menunjukkan hasil yang serupa,

yaitu tidak ditemukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara intrinsic

religious orientation dan death anxiety, serta tidak ditemukan juga hubungan yang

signifikan antara extrinsic religious orientation dan death anxiety. Hal ini berbeda

dengan penelitian Swanson & Byrd (1998) yang menunjukkan adanya pengaruh yang

signifikan dari extrinsic religious orientation terhadap death anxiety. Ketidaksesuaian

ini dapat disebabkan oleh perbedaan sampel yang diambil, dimana dalam penelitian

Swanson & Byrd (1998) menggunakan sampel dewasa muda.

Penyebab tidak signifikannya variabel-variabel tersebut mungkin juga

dikarenakan level religiusitas yang serupa dalam populasi ini. Sampel hampir

seluruhnya beragama islam yang memiliki dogma yang kuat mengenai kehidupan

setelah kematian. Level religiusitas yang relatif sama pada masyarakat ini, serta

kepercayaan tradisional yang kuat bahwa takdir, kesehatan, dan penyakit merupakan

ketentuan dari Tuhan dapat menjadi faktor penyebab tidak signifikannya variabel ini.

Variabel terakhir yang tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap

death anxiety adalah variabel pengalaman mengenai kematian. Pengalaman terhadap

kematian disini adalah apakah ada anggota keluarga dari responden yang telah

meninggal. Hubungan dan pengaruh pengalaman mengenai kematian terhadap death

anxiety telah dijelaskan oleh beberapa penelitian. Hasil ini tidak sejalan dengan

Florian & Mikulnicer, yaitu ada pengaruh yang signifikan dari seseorang yang

merasakan kehilangan terhadap death anxiety. Namun, Azaiza et al., (2011) dalam

Page 120: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

105

penelitiannya menunjukkan hasil yang sama, yaitu tidak ada pengaruh yang

signifikan dari pengalaman kehilangan terhadap death anxiety.

Hal yang mungkin dapat menjadi penyebab mengapa tidak ada perbedaan

yang signifikan dari pengalaman mengenai kematian terhadap death anxiety masih

terkait dengan kepercayaan atau agama. Yaitu kepercayaan mengenai adanya

kehidupan setelah kematian yang dapat mempertemukan kembali mereka dengan

keluarga yang telah meninggal. Selain itu, kondisi subjek pada saat penelitian yang

tidak benar-benar dalam rasa berduka juga mungkin menjadi penyebab tidak

signifikannya variabel ini mempengaruhi death anxiety .

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini, penulis menyadari bahwa

secara keseluruhan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Dengan keterbatasan

tersebut, penulis mencoba berbagi pengalaman dan memberikan saran sebagai

pertimbangan dalam melakukan penelitian yang terkait yaitu saran teoritis dan saran

praktis sebagai berikut:

5.3.1 Saran Teoritis

a. Karakteristik sampel yang kurang luas, yaitu hanya lansia di RW 09 kelurahan

Kebon Pala, Jakarta Timur. Seperti yang kita ketahui, lansia memiliki

beragam karakteristik di dalam setiap lingkungan tempat tinggalnya. Untuk

itu, diharapkan penelitian death anxiety selanjutnya memperluas cakupan

Page 121: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

106

pengambilan sampel guna memperoleh hasil yang lebih beragam. Keterlibatan

wariabel demografis lainnya seperti status sosial ekonomi juga dapat

dipertimbangkan untuk mendapatkan hasil yang lebih bervariasi.

b. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aspek-aspek dari locus of control

dan religious orientation secara terpisah. Untuk penelitian selanjutnya, dapat

dipertimbangkan untuk memakai aspek locus of control dan religious

orientation yang berada dalam satu kontinum sehingga dapat diperoleh hasil

yang lebih menarik.

c. Death anxiety dalam penelitian ini bersifat unidimensional. Setiap individu

mungkin memiliki ketakutan pada kematian yang berbeda pada setiap aspek.

Juga, banyak ahli yang mengemukakan bahwa death anxiety merupaka

variabel yang memiliki aspek-aspek berbeda. Maka untuk penelitian

selanjutnya diharapkan menggunakan aspek-aspek death anxiety secara

terpisah agar lebih terlihat perbedaannya.

5.3.2 Saran Praktis

a. Perlu diketahui bahwa lansia memiliki keterbatasan terutama dalam

pengelihatan yang menurun sehingga mereka terkadang sulit membaca. Juga,

dalam kasus tertentu kemungkinan banyaknya lansia yang tidak mengenyam

jenjang pendidikan yang tinggi menyebabkan keterbatasan pemahaman lansia

dalam mengisi kuesioner. Oleh karena itu, dalam pengambilan sampel pada

penelitian berikutnya, pendampingan kepada seluruh responden lansia dalam

Page 122: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

107

pengisian kuesioner dibutuhkan untuk menghindari bias yang terjadi sehingga

mempengaruhi hasil penelitian.

b. Pada penelitian ini, peneliti menerapkan metode kuantitatif berupa pengisisan

skala untuk mengetahui hasil penelitian. Untuk penelitian selanjutnya,

penambahan studi kualitatif berupa deep interview kepada beberapa sampel

lansia disarankan agar dapat memperkaya hasil penelitian mengenai death

anxiety.

c. Dalam penelitian ini terlihat tingkat perceived social support yang cenderung

rendah terutama yang bersumber dari teman. Untuk meningkatkan social

support pada lansia, pemerintah kelurahan dibantu oleh kader-kader lansia

diharapkan meningkatkan serta mensosialisasikan kegiatan yang melibatkan

lansia dan seluruh elemen masyarakat agar mereka dapat berinteraksi dengan

lebih banyak orang dan memperoleh social support yang lebih tinggi. Dengan

itu diharapkan dukungan terutama dukungan emosional yang diperoleh dari

interaksi antar warga tersebut dapat meningkatkan perasaan positif dari lansia

dan menurunkan tingkat death anxiety.

d. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat death anxiety yang tinggi pada

wanita. Seperti yang telah dijelaskan, wanita cenderung rentan mengalami

kecemsan dibandingkan pria. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan

untuk menurunkan kecemasan tersebut, salah satunya dengan cara

memberdayakan mereka agar lebih aktif dan memiliki relasi yang lebih luas,

Page 123: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

108

sehingga dengan keaktifan mereka, diharapkan dapat menurunkan tingkat

death anxiety.

Page 124: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

108

DAFTAR PUSTAKA

Allport, G. W., & Ross, J. M. (1967). Personal religious orientation and prejudice.

journal of personality and social psychology, 5, 432-443.

Azaiza, F., Ron, P., Shoham, M., & Gigini, I. (2010). Death and dying anxiety among

elderly arab muslims in israel. Death Studies, 34, 351-364. DOI:

10.1080/07481181003613941

Bath, D. M. (2010). Separation from loved ones in the fear of death. Death Studies,

404-425. DOI: 10.1080/07481181003697639.

Bryant, C. D. (2003). Handbook of death and dying. California: Sage Publications.

Chuin, C. L., & Choo, Y. C. (2009). Age, gender, and religiosity as related to death

anxiety. Sunway Academic Journal, 6.

Cicirelli, V. G. (1999). Personality and demographic factors in older adults fear of

death. The Gerontologist, 39, 569-579.

Cicirelli, V. G. (2002). Older adults' view on death. New York: Springer Publishing

Company.

Daaleman, T. P., & Dobbs, D. (2010). Religiosity, spirituality, and death attitudes in

chronically ill older adults. Research on Aging, 224-243. DOI:

10.1177/0164027509351476.

Dahlem, N. W., Zimet, G. D., & Walker, R. R. (1991). The multidimensional scale of

perceived social support: a confirmation study. Journal of Clinical

Psychology, 47.

DePaola, S. J., Griffin, M., & Young, J. R. (2003). Death anxiety and attitudes toward

the elderly among older adults: the role of gender and ethnicity. Death

Studies, 27, 335-354. DOI: 10.1080/07481180390199091.

Feist, J., & Feist, G. J. (2009). Theories of personality. New York: McGraw-Hill.

Feldman, R. S. (2011). Development across the life span. New Jersey: Pearson

Education.

Firestone, R., & Catlett, J. (2009). Beyond death anxiety: achieving life affirming

death awareness. New York: Springer Publishing Company.

Flere, S., & Lavric, M. (2007). Is intrinsic religious orientation a culturally specific

american protestant concept? the fusion and extrinsic religious orientation

Page 125: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

109

among non-protestant. European Journal of Social Psychology. DOI:

10.1002/esjp.437.

Friedman, H. S., & Schustack, M. W. (2009). Personality: classic theory and modern

research. Boston: Pearson.

Gorsuch, R. L., & McPherson, S. E. (1989). Intrinsic extrinsic measurement: i/e

revised and single item scales. Journal for the Scientific Study of Religion.

Hoyer, W. J., & Roodin, P. A. (2003). Adult development and aging. New York:

McGraw-Hill.

Hurlock, E.B. (1981). Developmental psychology: a life-span approach. New York:

McGraw-Hill.

Kastenbaum, R. (2000). The psychology of death. New York: Springer Publishing

Company.

Kemsos. (2007). Penduduk lanjut usia dan masalah kesejahteraannya. Dikutip pada

tanggal 13 September 2013 dari

https://www.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=522

Khawar, M., Aslam, N., & Aamir, S. (2013). Perceived social support and death

anxiety among patients with chronic diseases. Pakistan Journal of Medical

Research, 52, 75-79.

Levenson, H. (1981). Differentiating among internality, powerful others, and chance.

in h. m. lefcourt, research with the locus of control construct (pp. 15-55).

New York: Academic Press.

McLaughlin, S. J., Connel, C. M., Heeringa, S. G., Li, L. W., & Roberts, S. (2009).

Successful aging in the united states prevalence estimates from a national

sample of older adults. Journal of Gerontology: Social Sciences, 216-116.

DOI: 10.1093/geronb/gbp101.

Neufeld, A., & Harrison, M. (2010). Nursing and family caregiving social support

and nonsupport. New York: Springer Publishing Company.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2007). Human development. New

York: McGraw-Hill.

Papalia, D. E., Sterns, H. L., Feldman, R. D., & Camp, C. J. (2007). Adult

development and aging. New York: McGraw-Hill.

Pargament, K. I. (1997). The psychology of religion and coping. New York: Guilford

Press.

Page 126: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

110

Republik Indonesia. (1998). Undang-undang tentang kesejahteraan lanjut usia.

Jakarta: Kementerian Sosial.

Rotter, J. B. (1966). Generalized expectancies for internal versus external control of

reinforcement. Psychological Monographs: General and Applied.

Rotter, J. B. (1989). Internal versus external control of reinforcement: a case history

of a variable. APA Award Adresses, 489-493.

Russac, R. J., Gatliff, C., Reece, M., & Spottswood, D. (2007). Death anxiety across

the adult years: an examination of age and gender effects. Death Studies, 31,

549-561.

Santrock, J. W. (2002). Life-span development: perkembangan masa hidup, edisi 5,

jilid ii (A. Chusairi, Trans). Jakarta: Erlangga.

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health psychology. New Jersey: Wiley.

Stark, R., & Glock, C. Y. (1968). American piety: the nature of religious

commitment. California: University of California Press.

Swanson, J. L., & Byrd, K. R. (1998). Death anxiety in young adults as a function

religious orientiation, guilt, and separation-individuation conflict. Death

Studies, 22, 257-268. DOI: 0748-1187.

Taylor, S. E. (2006). Health psychology. New York: McGraw-Hill.

Templer et. al. (2006). Construction of a death anxiety scale-extended. Omega, 53(3).

209-226.

Tomer, A., Eliason, G. T., & Wong, P. T. (2008). Existensial and spiritual issues in

death attitudes. New York: Lawrence Erlbaum Associates.

Umar, J. (2010). Bahan pelatihan statistika untuk mentor akademis Fakultas Psikologi

UIN Jakarta.

World Health Organization (WHO). (2014). Definition of an older or elderly person.

Dikutip pada tanggal 1 Mei 2014 dari

http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefolder/en/

Williams, L. A. (1990). The effects of locus of control and death education in death

attitudes.

Wills, T. A., & Shinar, O. (2000). Measuring perceived and received social support.

In S. Cohen, L. G. Underwood, & B. H. Gottlieb, Social support measurement

and intervention (pp. 86-135). New York: Oxford University Press.

Page 127: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

LAMPIRAN

Page 128: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

LAMPIRAN 1

Assalamualaikum, Wr. Wb,

Saya Diana Mumpuni mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

sedang melakukan penelitian untuk Skripsi.

Oleh karena itu, saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu untuk menjadi responden

dalam penelitian ini dengan mengisi beberapa pertanyaan kuesioner terlampir. Dalam

kuesioner ini tidak ada jawaban benar atau salah. Adapun informasi atau data yang

anda berikan akan sangat bermanfaat dalam penelitian ini, dan saya berkewajiban

untuk menjaga kerahasiaan data yang anda berikan. Sebelum mengisi jawaban,

bacalah terlebih dahulu petunjuk pengisian dalam kuesioner ini.

Atas perhatiannya, saya ucapkan Terima Kasih.

Hormat Saya,

Diana Mumpuni

Page 129: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

DATA DIRI

1. Nama/Inisial :

2. Usia Saat Ini :

3. Jenis Kelamin :

a. Laki-Laki

b. Perempuan

4. Apakah anda memiliki pengalaman berharga mengenai kematian orang

lain?

YA

Siapa?

TIDAK

a. Orangtua (Ayah/Ibu)

b. Anak

c. Pasangan (Suami/Istri)

d. Saudara/Kerabat

e. Teman

Page 130: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

5. Kapan anda mengalaminya?

a. Kurang dari 1 tahun terakhir

b. 2-5 tahun yang lalu

c. 6-15 tahun yang lalu

d. Lebih dari 15 tahun yang lalu

6. Dari skala 1 sampai 5, seberapa berarti orang tersebut bagi anda?

Sangat

berarti

berarti

Kurang

berarti

Tidak

berarti

1 2 4 5

7. Hal apa yang paling Anda cemaskan saat ini?

a. Kesepian

b. Hidup sendiri

c. Tidak bisa bertemu dengan keluarga dan teman-teman

d. Tidak ada kegiatan/pekerjaan

e. Tidak punya uang

f. Sakit

Page 131: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

g. Kematian

h. Lainnya (sebutkan)…..

Page 132: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

PETUNJUK PENGISIAN:

Kuesioner ini berisi sejumlah pernyataan-pernyataan yang membantu mengambarkan

diri Anda. Baca dan pahami terlebih dahulu pernyataan tersebut, kemudian berikanlah

tanda silang (X) pada salah satu dari keempat pilihan yang tersedia di bawah

pernyataan.

Adapun pilihan tersebut adalah sebagai berikut:

A : bila Anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut

B : bila Anda Setuju dengan pernyataan tersebut

C : bila Anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

D : bila Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

Contoh:

Saya suka buah mangga.

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Jawaban diatas (pada pilihan A, yaitu sangat setuju) berarti bahwa Anda sangat setuju

dengan pernyataan no. 1 atau Anda sangat menyukai buah mangga.

Page 133: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
Page 134: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

SKALA 1

1. Kemampuan saya menentukan apakah saya dapat menjadi pemimpin atau

tidak

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

2. Sebagian besar hidup saya diatur oleh kejadian-kejadian yang tidak terduga

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

3. Saya merasa bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan saya ditentukan oleh

orang-orang yang kuat/berpengaruh

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

4. Kecelakaan lalu lintas dapat terjadi tergantung kemahiran pengemudi

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Page 135: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

5. Ketika saya punya rencana, saya pasti bisa melakukannya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

6. Seringkali saya tidak bisa melindungi pendapat atau keinginan saya dari nasib

buruk

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

7. Saya mendapatkan apa yang saya inginkan karena saya beruntung

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

8. Walaupun saya punya kemampuan, saya tidak akan menjadi pemimpin jika

tidak dekat dengan orang-orang yang berkuasa

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

9. Banyaknya teman yang saya miliki tergantung pada seberapa baiknya saya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Page 136: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

10. Saya merasa apa yang terjadi pastilah terjadi

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

11. Hidup saya diatur oleh orang-orang yang lebih berkuasa/kuat

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

12. Keberuntungan dapat menentukan apakah saya akan mengalami kecelakaan

lalu lintas atau tidak

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

13. Orang seperti saya hanya memiliki sedikit kesempatan untuk

mempertahankan pendapat ketika sedang konflik dengan kelompok yang lebih

kuat

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Page 137: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

14. Menurut saya kita tidak perlu lebih jauh berencana, karena keberuntungan

bisa merubah banyak hal

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

15. Saya harus menyenangkan atasan saya terlebih dahulu sebelum saya

mendapatkan apa yang saya inginkan

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

16. Kesempatan saya menjadi pemimpin bergantung pada keberuntungan berada

di tempat yang tepat di saat yang tepat

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

17. Ketika ada orang penting yang tidak suka dengan saya, saya mungkin tidak

dapat membangun hubungan dengan orang lain

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Page 138: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

18. Saya bisa menentukan apa yang akan terjadi dalam hidup saya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

19. Saya bisa mempertahankan pendapat saya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

20. Seorang pengemudi dapat menentukan keselamatan penumpangnya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

21. Saya bisa memperoleh sesuatu karena hasil dari kerja keras saya sendiri

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

22. Agar rencana-rencana saya berjalan, saya memastikan rencana tersebut sesuai

dengan apa yang diinginkan oleh atasan saya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Page 139: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

23. Kehidupan saya ditentukan oleh perilaku diri saya sendiri

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

24. Takdir menentukan apakah saya memiliki banyak teman atau tidak

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Page 140: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

SKALA 2

1. Saya sangat takut meninggal

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

2. Pikiran tentang kematian terkadang memasuki pikiran saya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

3. Saya tidak merasa gugup ketika orang lain membicarakan kematian

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

4. Saya takut menjalani operasi

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

5. Saya samasekali tidak takut meninggal

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Page 141: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

6. Saya tidak terlalu takut terkena penyakit kanker

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

7. Pikiran tentang kematian tidak pernah mengganggu saya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

8. Saya sering stress karena merasa waktu berlalu begitu cepat

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

9. Saya takut tersiksa saat meninggal

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

10. Saya sangat terganggu dengan adanya kehidupan setelah kematian

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

11. Saya sangat takut terkena serangan jantung

A. Sangat Setuju B. Setuju

Page 142: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

C. Tidak Setuju D. Sangat Tidak Setuju

12. Seringkali saya berfikir bahwa hidup ini terlalu singkat

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

13. Saya merinding mendengar orang lain membicarakan perang dunia III

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

14. Saya takut melihat mayat

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

15. Saya merasa tidak ada yang harus ditakutkan di masa depan

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Page 143: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

SKALA 3

1. Ada orang yang spesial yang selalu ada di sekitar saya ketika saya sedang

membutuhkan

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

2. Ada orang yang spesial yang bisa saya ajak bercerita mengenai kebahagiaan

dan kesedihan saya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

3. Keluarga saya selalu mencoba membantu saya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

4. Saya mendapatkan bantuan secara emosional dan dukungan yang saya

butuhkan dari keluarga saya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Page 144: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

5. Saya memiliki orang yang spesial di dalam hidup saya yang memberikan

kenyamanan

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

6. Teman-teman saya selalu mencoba untuk membantu saya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

7. Saya bisa meminta bantuan pada teman-teman ketika ada suatu hal yang tidak

beres

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

8. Saya bisa berbicara mengenai masalah-masalah saya dengan keluarga

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Page 145: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

9. Saya memiliki teman yang bisa saya ajak bercerita mengenai kebahagiaan dan

kesedihan saya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

10. Ada orang spesial di hidup saya yang peduli dengan perasaan saya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

11. Keluarga saya mau membantu saya membuat keputusan

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

12. Saya bisa membicarakan masalah-masalah yang saya alami dengan teman-

teman saya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Page 146: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

SKALA 4

1. Saya suka membaca buku mengenai agama

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

2. Saya pergi ke tempat ibadah karena membantu untuk berkenalan dengan

orang lain

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

3. Tidak peduli agama apa yang saya anut asalkan saya dapat berbuat baik

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

4. Penting bagi saya untuk meluangkan waktu untuk berfikir dan berdoa

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

5. Saya memiliki perasaan yang kuat akan kehadiran Tuhan

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Page 147: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

6. Saya berdoa untuk menenangkan diri dan meminta perlindungan

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

7. Saya mencoba sekuat tenaga untuk hidup sesuai ajaran agama saya

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

8. Agama saya menjanjikan saya ketenangan di dalam segala kesulitan dan

kesedihan

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

9. Berdoa adalah untuk kedamaian dan kebahagiaan

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Page 148: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

10. Walaupun saya beragama, saya tidak terlalu melibatkannya dalam kehidupan

sehari-hari

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

11. Saya pergi ke tempat ibadah untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

12. Saya hidup berdasarkan apa yang agama saya ajarkan

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

13. Saya pergi ke tempat ibadah karena saya menikmati bertemu orang yang saya

kenal disana

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

Page 149: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

14. Walaupun saya percaya dengan agama saya, masih banyak hal yang lebih

penting di dalam hidup

A. Sangat Setuju

B. Setuju

C. Tidak Setuju

D. Sangat Tidak Setuju

MOHON CEK KEMBALI JANGAN SAMPAI ADA JAWABAN YANG

TERLEWAT

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA DALAM PENELITIAN INI

Page 150: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

LAMPIRAN 2

Path Diagram Death Anxiety

Page 151: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

Path Diagram Internal Locus of Control

Path Diagram External-Chance Locus of Control

Page 152: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

Path Diagram External-Powerful Others Locus of Control

Page 153: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

Path Diagram Perceived Social Support Family

Path Diagram Perceived Social Support Friends

Page 154: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

Path Diagram Perceived Social Support Significant Others

Page 155: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27724/1/DIANA... · ditemukan satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

Path Diagram Intrinsic Religious Orientation

Path Diagram Extrinsic Religious Orientation