28
1 Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan Individual Investasi Sahamdi Pulau Jawa Oleh: Dwika Nur Usman Dosen Pembimbing: Putu Prima Wulandari, SE., MSA., Ak. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 165, Malang, 65145, Indonesia E-mail : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dari perilaku herding, optimisme berlebihan, kecenderungan risiko dan konservatisme terhadap keputusan individual investasi saham di Pulau Jawa. Populasi dari penelitian ini adalah investor saham individual yang ada di Pulau Jawa. Sebanyak 114 data sampel berhasil dikumpulkan dengan metode survey dan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan aplikasi SmartPLS 3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perilaku herding dan kecenderungan risikotidak berpengaruh terhadap keputusan individual investasi saham. Sedangkan, optimisme berlebihan dan konservatisme berpengaruh positif terhadap keputusan individual investasi saham. Kata kunci: perilaku herding, optimisme berlebihan, kecenderungan risiko, konservatisme, keputusan investasi ABSTRACT The purpose of this study is to explain the effects of herding behavior, excessive optimism, risk propensity, and conservatism on individual decision of stock investment. The population of this study is individual stock investors in Java. Using survey method and purposive sampling technique, 114 data samples were collected, which were then analyzed using Structural Equation Modelling (SEM) in SmartPLS 3.. The results show that herding behavior and risk propensity have no effect on individual decision of stock investment, while excessive optimism and conservatism have positive effects on individual decision of stock investment. Keywords: herding behavior, excessive optimism, risk propensity, conservatism, investment decision

Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

1

Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

Individual Investasi Sahamdi Pulau Jawa

Oleh:

Dwika Nur Usman

Dosen Pembimbing:

Putu Prima Wulandari, SE., MSA., Ak.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Jl. MT. Haryono 165, Malang, 65145, Indonesia

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dari perilaku herding,

optimisme berlebihan, kecenderungan risiko dan konservatisme terhadap

keputusan individual investasi saham di Pulau Jawa. Populasi dari penelitian ini

adalah investor saham individual yang ada di Pulau Jawa. Sebanyak 114 data

sampel berhasil dikumpulkan dengan metode survey dan menggunakan teknik

purposive sampling. Analisis data dilakukan menggunakan metode Structural

Equation Modeling (SEM) dengan aplikasi SmartPLS 3. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa perilaku herding dan kecenderungan risikotidak berpengaruh

terhadap keputusan individual investasi saham. Sedangkan, optimisme berlebihan

dan konservatisme berpengaruh positif terhadap keputusan individual investasi

saham.

Kata kunci: perilaku herding, optimisme berlebihan, kecenderungan risiko,

konservatisme, keputusan investasi

ABSTRACT

The purpose of this study is to explain the effects of herding behavior, excessive

optimism, risk propensity, and conservatism on individual decision of stock

investment. The population of this study is individual stock investors in Java.

Using survey method and purposive sampling technique, 114 data samples were

collected, which were then analyzed using Structural Equation Modelling (SEM)

in SmartPLS 3.. The results show that herding behavior and risk propensity have

no effect on individual decision of stock investment, while excessive optimism

and conservatism have positive effects on individual decision of stock investment.

Keywords: herding behavior, excessive optimism, risk propensity, conservatism,

investment decision

Page 2: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

2

I. PENDAHULUAN

Investasi menjadi salah satu kebutuhan di masa kini. Tandelilin (2010:13)

menyatakan bahwa Investasi merupakan komitmen dari sejumlah uang ataupun

sumber daya pada saat ini (present time) untuk memperoleh suatu manfaat

(benefit) di masa mendatang (in the future). Agar dapat menghasilkan keuntungan

dalam berinvestasi, investor diharapkan dapat mengambil keputusan investasi

dengan baik. investor perlu berhati-hati dalam mempertimbangkan return yang

mungkin diterima dan risiko dari investasi yang ada. Jogiyanto (2010)

menyatakan bahwa return dan risiko berhubungan positif dimana semakin besar

return yang diharapkan, maka semakin besar pula risiko yang akan dihadapi oleh

seorang investor. Risiko yang semakin besar menyebabkan peluang kegagalan

berinvestasi yang semakin meningkat.

Dalam keuangan tradisional, para peneliti menggunakan teori Efficient

Market Hypothesis (EMH). Teori ini mengasumsikan bahwa investor individu

merupakan investor yang rasional dan ingin memaksimalkan laba dalam

berinvestasi serta perilaku dan keputusan yang mereka ambil tidak terpengaruh

oleh faktor psikologis maupun emosi (Fama, 1970). Namun teori ini tidak

sepenuhnya dapat diterima oleh para peneliti, misalnya Shefrin (2000) dan

Nofsinger (2001) yang meneliti tentang perilaku keuangan (behavioral finance).

Shefrin (2000) menyatakan bahwa perilaku keuangan (behavioural finance)

sebagai sebuah studi yang mempelajari bagaimana faktor psikologis berpengaruh

terhadap perilaku keuangan seseorang. Ton dan Dao (2014) menyatakan bahwa

faktor psikologis secara alamiah ada dalam setiap manusia dan mempengaruhi

setiap keputusan, termasuk keputusan investasinya. Sedangkan Gitman dan

Joehnk (2008) menyatakan bahwa para peneliti perilaku keuangan mempercayai

bahwa keputusan investor dipengaruhi oleh persepsi dan keyakinan dari masing-

masing investor.

Menurut Hermalin & Isen (2000), proses pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh investor pasti melibatkan emosinya. Pengaruh emosi terhadap

keputusan investasi sering menyebabkan investor bersikap irasional. Anggirani

(2017) membagi investor menjadi dua tipe, yaitu investor yang bersikap rasional

dan investor yang bersikap irasional, dimana investor rasional adalah tipe investor

yang dalam mengambil keputusan investasinya didasarkan pada pengetahuan

terhadap informasi yang tersedia, tingkat pengembalian, dan risiko investasinya.

Sedangkan tipe investor yang bersikap irasional dalam mengambil keputusan

investasi dipengaruhi oleh faktor yang lain, seperti faktor psikologis dan

demografis.

Page 3: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

3

Dengan adanya risiko yang dihadapi oleh investor dalam berinvestasi, maka

seorang investor harus dapat mengambil keputusan secara tepat. Kenyataannya

investor sering membuat keputusan investasi secara tidak rasional. Dalam situasi

berisiko, terdapat emosi dan faktor psikologis yang turut berpengaruh terhadap

keputusan investasi. Hal ini seringkali menyebabkan investor berperilaku tidak

rasional dan membuat kesalahan sistematis atas keputusannya.

Ton dan Dao (2014) dalam model penelitiannya mengungkapkan beberapa

faktor psikologis yang populer digunakan dalam penelitian mengenai perilaku

keuangan, yaitu overconfidence, perilaku herding, optimisme berlebihan,

pesimisme berlebihan dan kecenderungan risiko. Lebih lanjut, dari kelima faktor

psikologis diatas, overconfidence, optimisme berlebihan, pesimisme berlebihan

dan kecenderungan risiko diketahui berpengaruh positif dalam keputusan investasi

saham. Sedangkan perilaku herding tidak berpengaruh terhadap keputusan

investasi saham. Kesimpulan mengenai perilaku herdingini sesuai dengan temuan

Lim (2012) dan Bakar dan Yi (2015) yang menyatakan bahwa perilaku herding

tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi. Namun, hal ini kontras dengan

temuan dari dari Ly, T.T.H dan Thao, H.T.P (2012), Phan dan Zhou (2014) dan

Ramdani (2018) yang melakukan penelitian terhadap perilaku herding dan

memperoleh hasil bahwa perilaku herding merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. Adanya perbedaan hasil studi

diatas bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang turut serta dalam mempengaruhi

hasil dari penelitian. Oleh karena itu, peneliti berniat untuk melakukan pengkajian

kembali terhadap pengaruh perilaku herding pada investor saham di Indonesia

untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keputusan investasi yang diambil oleh

investor individual.

Selain perilaku herding, optimisme berlebihan juga termasuk salah satu bias

perilaku yang populer digunakan dalam penelitian. Optimisme berlebihan

merupakan rasa percaya diri berlebihan dan keyakinan bahwa masa depan akan

menjadi lebih baik dari keadaan sebenarnya (Ton dan Dao, 2014). Optimisme

berlebihan sebagai salah satu faktor psikologis yang disebabkan oleh pengambilan

keputusan secara heuristik. Keputusan secara heuristik adalah pengambilan

keputusan dengan mengurangi kompleksitas sampel, sehingga menghasilkan

penilaian yang lebih mudah sebagai dasar dalam membuat keputusan investasi.

Optimisme berlebihan terjadi ketika investor hanya mengambil beberapa sampel

kejadian positif, yang kemudian mendorong mereka untuk meningkatkan volume

investasinya dan mengharapkan tingkat return yang meningkat. Optimisme

biasanya membawa dampak positif dengan mendorong investor untuk

berinvestasi, namun, rasa optimisme yang berlebihan terkadang dapat membawa

dampak negatif bagi investor dengan mendorong investor untuk berinvestasi pada

Page 4: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

4

aset berisiko tinggi atau perusahaan dengan kondisi yang kurang baik (Gervais,

Heaton, Odean, Rodney., 2002). Hal ini tentu dapat berpengaruh buruk terhadap

kinerja investasi (investment performance) dari portofolio investor, dan

menunjukkan bahwa investor kurang baik dalam mengambil keputusan investasi.

Faktor psikologis lain yang diungkapkan oleh Ton dan Dao (2014) adalah

kecenderungan risiko. Hunjra dan Azam (dikutip olehFarayibi, 2015) membagi

tipe investor berdasarkan kecenderungan risiko mereka menjadi tiga, yaitu risk

averse(menghindari risiko), risk neutral (netral terhadap risiko) dan risk

preference /risk seeker (menyukai risiko). Bennet, Servam, Ebenezer, Kalpagam

dan Vanitha (2011) dalam penelitiannya mengenai faktor yang mempengaruhi

perilaku investor retail terhadap perilaku investasi di pasar modal menemukan

bahwa kecenderungan risiko investor merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap keputusan investasi. Kecenderungan risiko dari investor

menunjukkan besar kecilnya minat investor terhadap risiko investasi yang

dihadapinya, sehingga hal ini sangat berpengaruh dalam menentukan keputusan

investasi yang diambil.

Dalam lingkup ASEAN, terdapat beberapa penelitian dengan tema

behavioral finance yang banyak dijadikan sebagai referensi penelitian sejenis,

seperti penelitian yang dilakukan oleh Lim (2012) dan Kengatharan dan

Kengatharan (2014) yang meneliti mengenai faktor-faktor psikologis yang

mempengaruhi keputusan investasi. Di Indonesia juga terdapat beberapa

penelitian dengan tema behavioral finance, namun sebagian besar penelitian yang

dilakukan banyak berfokus pada faktor overconfidence dan kecenderungan

maupun toleransi risiko sebagai faktor yang diteliti, seperti penelitian yang

dilakukan Wulandari dan Iramani (2014) serta Anggirani (2017). Sedangkan

referensi untuk faktor-faktor yang lain, jumlahnya masih terbatas.

Salah satu faktor psikologis dengan jumlah referensi yang masih terbatas di

Indonesia adalah konservatisme. Konservatisme merupakan salah satu faktor

psikologis yang diangkat dalam penelitian ini. Dalam model Belief Based Model

yang dikemukakan oleh Barberis,Shleifer dan Vishny (1998), konservatisme

menyebabkan investor saham cenderung kurang reaktif terhadap informasi di

pasar serta berhati-hati dalam mengambil keputusan investasinya. Konservatisme

diakibatkan oleh rendahnya tingkat literasi keuangan, yang menyebabkan investor

mengalami stres mental saat dihadapkan pada informasi yang baru (Thomas,

2018). Hal ini mengakibatkan investor tidak dapat memproses data baru, dan

masih tetap berpegang pada keyakinannya yang terdahulu. Menurut hasil survei

Otoritas Jasa Keuangan (2016) dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi

Keuangan tahun 2016 menyatakan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat

Page 5: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

5

Indonesia dinilai masih rendah dengan berada pada angka 29,7%, sehingga dapat

dikatakan bahwa tingkat konservatisme investasi di Indonesia masih tergolong

tinggi. Berdasarkan temuan dari penelitian Lim (2012) dan Kengatharan dan

Kengatharan (2014) menunjukkan bahwa konservatisme merupakan faktor yang

berpengaruh positif terhadap keputusan investasi saham. Menurut Mercia et al.

(2014), investor konservatif merupakan investor yang terlambat dalam bereaksi

terhadap informasi ataupun rumor dari suatu perusahaan. Dalam penelitiannya di

pasar modal Malaysia, Bakar dan Yi (2015) menyatakan bahwa investor yang

konservatif lebih memilih untuk berinvestasi pada saham yang familiar dan

berasal dari perusahaan yang mereka ketahui sebelumnya. Hal itu mendukung

keyakinan mereka bahwa saham yang familiar akan menghasilkan keuntungan

yang lebih besar.

Penelitian ini merupakan bentuk replikasi dari model penelitian Khalid,

Javed dan Shahzad (2018) dan Ton dan Dao (2014). Peneliti mengadopsi variabel

perilaku herding dan variabel dependen keputusan investasi saham dari penelitian

Khalid et al. (2018), serta optimisme berlebihan dan kecenderungan terhadap

risiko dari penelitian Ton dan Dao (2014). Peneliti tidak menggunakan faktor

overconfidence pada model penelitian Ton dan Dao (2014), dan menggantinya

dengan faktor konservatisme berdasarkan variabel penelitian Bakar dan Yi (2015)

dan Saraswati (2016). Hal ini dikarenakan overconfidence telah banyak diteliti di

Indonesia dengan kesimpulan hasil yang sama, sehingga peneliti menyimpulkan

tidak terdapat adanya masalah dalam faktor overconfidence. Selain itu, adanya

perbedaan pendapat dari penelitian terdahulu serta masih terbatasnya jumlah

jurnal di Indonesia yang membahas behavioral finance membuat peneliti tertarik

untuk mengangkatnya dalam penelitian ini.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka penulis kemudian memutuskan

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis

terhadap Keputusan Individual Investasi Saham di Pulau Jawa”.

II. TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Behavioral Finance Theory

Behavioral Finance Theoryatau teori perilaku keuangan merupakan teori

yang yang menjelaskan tentang pengaruh faktor psikologis dalam tingkah laku

keuangan seseorang (Shefrin, 2000). Teori Behavioral Financedidasarkan pada

model bounded rationality yang diperkenalkan oleh Simon pada tahun 1955

(Prosad et al., 2015). Model bounded rationality menyatakan bahwa rasionalitas

individu dalam mengambil keputusan terbatas, sehingga individu lebih memilih

keputusan yang dirasa memuaskan dibandingkan memilih keputusan yang

Page 6: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

6

optimal. Dalam perkembangannya, Tversky dan Kahneman pada tahun 1974 dan

1979 memperkenalkan teori heuristik (heuristic theory) dan teori prospek

(prospect theory). Kedua teori ini menjadi komponen dasar dalam behavioral

finance.Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing teori :

1. Heuristic Theory

Tversky dan Kahneman (dikutip Luong dan Ha., 2011) mendefinisikan heuristik

sebagai rules of thumb yang memudahkan pengambilan keputusan dengan

mengurangi tingkat kompleksitas dalam melakukan penilaian kemungkinan dan

memprediksi nilai agar lebih mudah.

2. Prospect Theory

Dalam mengambil keputusan investasi, investor tidak dapat selalu mengambil

keputusan dengan rasional.Tversky dan Kahneman (dikutip Luong dan Ha,2011)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa sebagian besar investor menjadi risk

averse ketika mereka dalam keadaan menguntungkan. Sedangkan ketika

dihadapkan pada suatu keadaan berisiko mengalami kerugian, mereka menjadi

risk seeker.

2.2. Keputusan Investasi

Investasi merupakan penanaman modal pada perusahaan baik dalam bentuk

aktiva riil maupun dalam bentuk aktiva finansial.Najwa (2015) menyatakan

bahwa salah satu tujuan investor dalam berinvestasi adalah untuk memperoleh

pendapatan yang akan diterima dimasa depan. Untuk memperoleh tingkat

pendapatan yang maksimal, investor harus menentukan keputusan investasinya

secara tepat. Menurut Ayu dan Iramani (2014), keputusan investasi merupakan

sebuah keputusan untuk menanamkan modal pada aset dengan tujuan untuk

keuntungan dimasa mendatang. Keputusan investasi ini dapat mencangkup jenis

aktiva atau investasi apa yang akan dikelola, jangka waktu investasi dan

keputusan-keputusan lain yang terkait dengan invstasi tersebut.

Simon (1955) menyatakan bahwa keputusan investasi yang baik dapat

diukur dengan dua kriteria, yaitu: kepuasan terhadap keputusan yang dibuat dan

efisiensi hasil yang diperoleh dengan meminimalkan pengeluaran dan

mengoptimalkan tingkat return yang diperoleh. Agar dapat memperoleh tingkat

return yang optimal, seorang investor harus mengambil keputusan secara rasional.

Namun kenyataanya seperti dijelaskan oleh Simon (1955) dalam teori bounded

rationality bahwa individu memiliki rasionalitas yang terbatas. Selanjutnya Simon

(dikutip oleh Christofaro, 2017) mengemukakan model pengambilan keputusan

satisficing model yang menjelaskan bahwa sebagai akibat dari rasionalitas

individu yang terbatas, individu lebih memilih keputusan yang sekiranya dapat

memperoleh hasil yang memuaskan dan sesuai dengan harapannya dibandingkan

dengan memaksimalkan hasil. Hal ini didukung oleh perndapat Oliver (1997)

Page 7: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

7

yang menyatakan bahwa tingkat kepuasan menunjukkan kemampuan seseorang

dalam mengambil keputusan, dimana seseorang yang merasa puas atas

keputusannya percaya bahwa ia semakin ahli dalam mengambil keputusan.

2.3. Faktor Psikologis Investor

Faktor psikologis merujuk pada sifat atau karakter diri dari individu

(Schiffman dan Kanuk, 2004). Dalam behavioral finance theory dijelaskan bahwa

faktor psikologis individu berpengaruh terhadap tingkah laku keuangan seseorang,

termasuk dalam keputusan investasinya.

Perilaku herding

Keynes (dikutip oleh Baddeley, Burke, Schultz dan Tobler, 2012) dalam

teorinya mengenai perilaku herding menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak

pasti, jika kita menyadari bahwa penilaian kita keliru, maka akan lebih rasional

jika mengasumsikan bahwa orang lain memiliki informasi yang lebih baik dari

kita dan sebaiknya mengikuti langkah mereka.Bikhchandani, Hirshlleifer dan

Welch (1992) menyatakan bahwa herding terjadi karena adanya ketidakpastian

keadaan dan adanya tindakan logis yang diambil oleh orang lain. Jika kedua

kondisi tersebut terpenuhi, maka terjadi kemungkinan adanya herding. Lebih

lanjut, Banerjee (dikutip oleh Baddeley et al., 2012) menyatakan bahwa dalam

mengambil keputusan, termasuk keputusan keuangan, perilaku herding akan

menghasilkan outcome yang rasional. Hal ini karena keputusan ini diikuti oleh

banyak orang, sehingga dapat menyebabkan keputusan yang keliru menjadi

rasional serta menyebabkan informasi yang sifatnya privat namun relevan tidak

memiliki pengaruh yang berarti dan menjadi tidak efisien, sehingga menghasilkan

outcome yang kurang sesuai.

Dalam pasar saham, perilaku herding mendorong seorang investor untuk

meniru langkah investor lain maupun pergerakan pasar dibandingkan dengan

mempercayai strategi atau informasinya sendiri.Luong dan Ha (2011) menyatakan

bahwa investor individual memiliki kecenderungan yang lebih tinggi dalam

mengikuti keputusan investor lain dibandingkan dengan investor institusional.

Terdapat beberapa keputusan

investasi yang banyak diikuti oleh investor dalam perilaku herding, yaitu

keputusan untuk : membeli, menjual, memilih saham, jangka waktu untuk hold

saham dan jumlah saham yang akan dibeli atau dijual (Waweru et al., 2008

dikutip Luong dan Ha. 2011).

Optimisme Berlebihan

Menurut Ton dan Dao (2014), optimisme berlebihan menunjukkan rasa

percaya bahwa masa depan akan menjadi lebih baik, dimana hal ini membantu

investor dalam memiliki emosi yang positif. Dengan investor yang optimis akan

mendorong meningkatnya minat berinvestasi (Gervais et al., 2002). Investor yang

Page 8: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

8

optimis memiliki harapan yang positif terhadap investasinya, terlepas dari usaha

dan keterampilan yang dimiliki oleh investor tersebut (Agrawal, 2012). Investor

yang memperoleh return investasi yang sesuai dengan harapannya akan menjadi

lebih optimis kedepannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bracha dan Brown

(2012) yang menyatakan bahwa investor yang mengalami bias optimisme

dikarenakan investor tersebut terbiasa dan telah memiliki pengalaman serupa

sebelumnya, sehingga hal itu mempengaruhi mereka dalam mengambil keputusan

investasi.

Perilaku optimisme yang berlebihan dapat memberikan dampak yang buruk

terhadap investor. Dengan investor yang memiliki optimisme berlebihan membuat

investor kurang berhati-hati dalam membuat keputusan serta kurang

memperhatikan risiko atau NPV dari investasinya, sehingga dapat menurunkan

kinerja portofolio investasinya. Disisi lain, optimisme berlebihan juga dapat

memberikan hasil yang baik pada investor. Perilaku optimisme semakin

meningkat seiring dengan waktu dan pengalaman berinvestasi (Hoffman dan Post,

2012). Investor yang menerima keuntungan sesuai dengan harapannya akan

semakin optimis dalam berinvestasi, sehingga mereka meyakini bahwa keadaan di

masa depan akan membaik. Hal ini mendorong investor lebih berani untuk

berinvestasi pada saat yang tidak menentu.

Kecenderungan Risiko

Sitkin dan Pablo (dikutip oleh Nicholson, O’Creevy, Soane dan Willman,

2001) mendefinisikan kecenderungan risiko sebagai kecenderungan atau tendensi

dari pembuat keputusan untuk mengambil atau menghindari risiko.Phan dan Zhou

(2014) menyatakan bahwa risiko memiliki banyak definisi, sehingga terdapat

banyak metode pengukurannya, dimana sebagian investor setuju bahwa risiko

merupakan hasil yang tidak diharapkan karena berhubungan dengan

ketidakpastian. Namun sebagian investor yang lain lebih memilih untuk

berinvestasi pada alternatif investasi yang berisiko tinggi.

Dalam prospect theory, kecenderungan risiko investor dibagi menjadi dua,

yaitu investor risk averse dan risk seeker (Prosad et al., 2015). Prospect theory

menjelaskan bahwa sebagian besar investor menjadi risk averse dengan

mengambil keputusan berisiko rendah ketika mereka berpeluang besar untuk

memperoleh keuntungan, sedangkan ketika dihadapkan pada suatu keadaan yang

berpeluang besar untuk mengalami kerugian, mereka menjadi risk seeker dan

memilih keputusan berisiko tinggi agar dapat meminimalisir tingkat kerugian

yang mereka terima. Selanjutnya Hunjra dan Azam (dikutip oleh Farayibi, 2015)

membagi investor berdasarkan kecenderungan risiko mereka menjadi 3, yaitu risk

averse (menghindari risiko), risk neutral (netral terhadap risiko) dan risk

preference /risk seeker (menyukai risiko).

Page 9: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

9

Konservatisme

Bakar dan Yi (2015) berpendapat bahwa konservatisme merupakan

pandangan investor yang lambat dalam menyesuaikan respon mereka terhadap

perkembangan informasi dan kejadian terbaru. Berdasarkan model belief based

model yang dikemukakan oleh Barberis et al. (1998), konservatisme akan

mendorong investor lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi dan

lambat dalam menyesuaikan diri dengan informasi baru,Dalam menghadapi suatu

masalah, investor konservatif mengatasinya dengan mengandalkan

pengalamannya terdahulu dibandingkan dengan mencari informasi baru yang

sesuai. Investor konservatif tetap bersikukuh atas pendapatnya meskipun tidak

sepenuhnya benar. Rahim, Shah dan Aamir (2019) berpendapat bahwa

konservatisme merupakan bias yang menyebabkan investor menggunakan

informasi lampau yang diingat dalam membuat keputusan dan tidak dapat

memperbaharui informasi seperti yang ada di pasar. Tipe investor konservatif

menggunakan pengalaman dan pengetahuannya dalam mengambil keputusan

investasi tanpa memproses informasi yang baru.

Konservatisme biasanya terdapat pada investor yang menerima berita buruk

seperti krisis global, sehingga mendorongnya untuk mengambil langkah berjaga-

jaga dan berhati-hati dalam berinvestasi (Shefrin, 2000). Langkah berhati-hati ini

termasuk diantaranya adalah dengan kecenderungan berinvestasi pada saham yang

familiar dan banyak diketahui orang. Dengan berinvestasi pada perusahaan yang

familiar dan memiliki produk yang banyak diketahui oleh orang, mereka percaya

bahwa tingkat pengembalian yang akan mereka terima lebih tinggi dibandingkan

dengan saham perusahaan yang kurang familiar di masyarakat (Bakar dan Yi,

2015).

2.4. Kerangka Penelitian

Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah faktor-faktor psikologis

yang berpengaruh positif terhadap keputusan investasi saham. Penelitian ini

menggunakan empat variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel

independen dalam penelitian ini meliputi: Perilaku Herding (X1), Optimisme

Berlebihan (X2), Kecenderungan Risiko (X3) dan Konservatisme (X4).

Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Keputusan Individual

Investasi Saham (Y).

Page 10: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

2.5 Pengembangan Hipotesis

Perilaku herding berpengaruh positif terhadap keputusan individual

investasi saham.

Keynes (dikutip oleh Baddeley, 2010) mendefinisikan perilaku herding

sebagai fenomena dimana individu memutuskan untuk meniru perilaku pihak lain

sebagai respon atas terjadinya ketidakpastian. Hal ini juga berlaku bagi investor,

dimana perilaku herding me

maupun pergerakan pasar dibandingkan dengan mempercayai strategi atau

informasinya sendiri (Bikhchandani and Sharma, 2000). Dengan mengikuti

langkah yang diambil oleh banyak pihak, maka investor merasa ya

mencapai tujuan mereka dan terhindar dari kesalahan dalam pengambilan

keputusan.

Luong dan Ha (2011) menggunakan indikator kepuasan terhadap keputusan

yang diambil, kesesuaian antara return harapan dengan return yang diterima dan

return yang sama atau lebih tinggi dari return di pasar untuk mengukur performa

investasi. Performa investasi yang baik menunjukkan bahwa investor telah

mengambil keputusan investasi dengan baik. Hasil penelitian Luong dan Ha

(2011) menunjukkan bahwa perilaku herd

keputusan investasi. Hasil ini didukung oleh Wamae (2013), Manuel dan Matthew

(2017) dan Hayat dan Anwar (2016). Dari beberapa kesimpulan diatas, peneliti

menarik hipotesis sebagai berikut:

H1 : Perilaku herding berpengar

investasi saham.

10

Gambar 2.1

Kerangka Penelitian

Pengembangan Hipotesis

Perilaku herding berpengaruh positif terhadap keputusan individual

Keynes (dikutip oleh Baddeley, 2010) mendefinisikan perilaku herding

sebagai fenomena dimana individu memutuskan untuk meniru perilaku pihak lain

sebagai respon atas terjadinya ketidakpastian. Hal ini juga berlaku bagi investor,

dimana perilaku herding mendorong investor untuk meniru langkah investor lain

maupun pergerakan pasar dibandingkan dengan mempercayai strategi atau

informasinya sendiri (Bikhchandani and Sharma, 2000). Dengan mengikuti

langkah yang diambil oleh banyak pihak, maka investor merasa ya

mencapai tujuan mereka dan terhindar dari kesalahan dalam pengambilan

Luong dan Ha (2011) menggunakan indikator kepuasan terhadap keputusan

yang diambil, kesesuaian antara return harapan dengan return yang diterima dan

ang sama atau lebih tinggi dari return di pasar untuk mengukur performa

investasi. Performa investasi yang baik menunjukkan bahwa investor telah

mengambil keputusan investasi dengan baik. Hasil penelitian Luong dan Ha

(2011) menunjukkan bahwa perilaku herding berpengaruh positif terhadap

keputusan investasi. Hasil ini didukung oleh Wamae (2013), Manuel dan Matthew

(2017) dan Hayat dan Anwar (2016). Dari beberapa kesimpulan diatas, peneliti

menarik hipotesis sebagai berikut:

Perilaku herding berpengaruh positif terhadap keputusan individual

investasi saham.

Perilaku herding berpengaruh positif terhadap keputusan individual

Keynes (dikutip oleh Baddeley, 2010) mendefinisikan perilaku herding

sebagai fenomena dimana individu memutuskan untuk meniru perilaku pihak lain

sebagai respon atas terjadinya ketidakpastian. Hal ini juga berlaku bagi investor,

ndorong investor untuk meniru langkah investor lain

maupun pergerakan pasar dibandingkan dengan mempercayai strategi atau

informasinya sendiri (Bikhchandani and Sharma, 2000). Dengan mengikuti

langkah yang diambil oleh banyak pihak, maka investor merasa yakin untuk dapat

mencapai tujuan mereka dan terhindar dari kesalahan dalam pengambilan

Luong dan Ha (2011) menggunakan indikator kepuasan terhadap keputusan

yang diambil, kesesuaian antara return harapan dengan return yang diterima dan

ang sama atau lebih tinggi dari return di pasar untuk mengukur performa

investasi. Performa investasi yang baik menunjukkan bahwa investor telah

mengambil keputusan investasi dengan baik. Hasil penelitian Luong dan Ha

ing berpengaruh positif terhadap

keputusan investasi. Hasil ini didukung oleh Wamae (2013), Manuel dan Matthew

(2017) dan Hayat dan Anwar (2016). Dari beberapa kesimpulan diatas, peneliti

uh positif terhadap keputusan individual

Page 11: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

11

Optimisme berlebihan berpengaruh positif terhadap keputusan individual

investasi saham

Ton dan Dao (2014) mendefinisikan optimisme berlebihan sebagai

kombinasi dari rasa percaya diri berlebihan dan keyakinan bahwa masa depan

akan menjadi lebih baik dan positif dari keadaan sebenarnya. Dengan demikian,

individu dengan rasa optimisme yang berlebihan akan memandang masa depan

secara positif. Harapan akan masa depan yang positif mendorong investor

membuat keputusan untuk meningkatkan nilai investasinya (Pompian, 2006).

Kesimpulan serupa diungkapkan oleh Gervais et al., (2002) yang menyatakan

bahwa optimisme berlebihan memberikan dampak positif dengan mendorong

investor untuk berinvestasi, dimana investor dengan nilai investasi dan transaksi

yang lebih tinggi berpeluang dalam mengambil keputusan investasi dengan lebih

baik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa optimisme berlebihan berpengaruh

positif terhadap keputusan investasi. Kesimpulan ini didukung oleh Ton dan Dao

(2014) dan Manuel dan Matthew (2017). Oleh karena itu, untuk hipotesis kedua

dirumuskan sebagai berikut :

H2: Optimisme berlebihan berpengaruh positif terhadap keputusan individual

investasi saham.

Kecenderungan risiko berpengaruh positif terhadap keputusan individual

investasi saham

Kecenderungan investor terhadap risiko merupakan salah satu faktor yang

memiliki dampak besar pada perilaku investasi individu (Bennet et al., 2011).

Naughton (dikutip oleh Hunjra, Qureshi dan Riaz, 2017) menyatakan bahwa

kecenderungan risiko berpengaruh terhadap jumlah keputusan investasi yang

diambil oleh seorang investor. Investor dengan kecenderungan risk averse

memiliki volume transaksi saham yang lebih rendah dibandingkan dengan

investor tipe risk seeker (Gervais et al, 2002).

Odean (dikutip oleh Ngoc, 2013) menyatakan bahwa kecenderungan risiko

berpengaruh positif terhadap keputusan investasi, dimana investor dengan

perilaku risk averse menyebabkan investor mengambil keputusan investasi dengan

kurang baik. Investor dengan kecenderungan risk averse lebih banyak melewatkan

kesempatan dalam berinvestasi, sehingga kinerja investasinya kurang baik

dibandingkan dengan investor tipe risk seeker. Pendapat ini sesuai dengan

pendapat Zahirovic dan Okicic (2016) yang menyatakan bahwa meningkatnya

risk aversion dari investor menyebabkan menurunnya tingkat return yang

diharapkan. Dari beberapa paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kecenderungan risiko berpengaruh positif terhadap keputusan investasi.

Kesimpulan ini didukung oleh Ton dan Dao (2014) yang menyatakan bahwa

Page 12: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

12

faktor kecenderungan terhadap risiko berpengaruh positif terhadap keputusan

investasi. Oleh karena itu dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3: Kecenderungan risiko berpengaruh positif terhadap keputusan individual

investasi saham.

Konservatisme berpengaruh positif terhadap keputusan individual investasi

saham

Barberis et al. (1998) mengemukakan model belief based model.

Berdasarkan pada model ini, perilaku konservatisme mendorong investor menjadi

cenderung kurang reaktif dan berhati-hati dalam mengambil keputusan

(underreaction). Investor tipe konservatif cenderung lambat dalam bereaksi

terhadap informasi baru yang ada di pasar dan memerlukan waktu dalam

mempercayai dan memproses informasi tersebut, sehingga mereka lebih berhati-

hati dalam menentukan keputusan investasinya.Hal ini mendorong mereka lebih

memilih untuk berinvestasi pada saham atau perusahaan yang mereka ketahui

dengan baik.Dengan berinvestasi pada perusahaan yang telah dikentahui dengan

baik, mereka berharap dapat memperoleh tingkat return yang lebih besar (Bakar

dan Yi, 2015). Oleh karena itu, investor konservatif cenderung terhindar dari

keputusan secara heuristik dan dapat mengambil keputusan dengan lebih baik..

Sehingga dapat dikatakan bahwa konservatisme berpengaruh positif dalam

keputusan investasi. Kesimpulan serupa diungkapkan Lim (2012) dan

Kengatharan dan Kengatharan (2014) yang menyatakan bahwa konservatisme

merupakan faktor yang berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. Untuk

itu, ditarik hipotesis sebagai berikut:

H4 : Konservatisme berpengaruh positif terhadap keputusan individual investasi

saham.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah investor saham individual di Pulau Jawa

yang berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan populasi dikarenakan

peneliti ingin mengetahui kondisi psikologis investor di Pulau Jawa. Sedangkan

data sampel penelitian ini berasal dari grup anggota diskusi online komunitas

Investor Saham Pemula (ISP). di beberapa kota, yaitu antara lain: Malang,

Surabaya, Jember, Surakarta, Klaten, Tegal, Semarang, Jogjakarta, Bandung,

Depok, Bekasi dan Jakarta.

Peneliti menetapkan target jumlah sampel sebanyak 120 orang investor

dalam jangka waktu satu bulan. Jumlah ini telah sesuai dengan kriteria jumlah

Page 13: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

13

sampel yang ditetapkan oleh Roscoe (dikutip oleh Amirullah, 2015) yang

menyatakan bahwa jumlah sampel yang tepat bagi sebagian besar penelitian

adalah 30 hingga 500 sampel.

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonprobability sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang tidak

memberikan peluang yang sama bagi individu yang ada dalam populasi untuk

dipilih sebagai sampel (Syahrum dan Salim, 2012:115). Sedangkan, teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, adalah purposive

sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan

menetapkan kriteria tertentu agar sampel sesuai dengan tujuan dari penelitian

(Syahrum dan Salim, 2012:118). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah

investor saham individu yang mengelola portofolio investasinya sendiri dan

pernah melakukan transaksi jual beli saham di Bursa Efek Indonesia.

3.2. Data Penelitian dan Sumbernya

Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hypothesis testing

(menguji hipotesis). Sekaran (dikutip oleh Ali dan Limakrisna, 2013) menyatakan

bahwa penelitian hypothesis testing merupakan penelitian yang menjelaskan

mengenai hubungan/pengaruh tertentu, dalam hal ini menjelaskan pengaruh dari

variabel independen berupa faktor psikologis yaitu perilaku herding, optimisme

berlebihan, kecenderungan risiko dan konservatisme terhadap variabel dependen

yaitu keputusan individual investasi saham. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan penelitian yang menganalisis variabel

yang diteliti dengan memakai data yang berbentuk angka-angka dan statistik

(Syahrum dan Salim, 2012:40).

Berdasarkan sumber datanya, penelitian ini menggunakan data primer,

diamana peneliti memperoleh data secara langsung dari responden. Sarwono

(2006:16) mendefinisikan data primer sebagai data atau informasi yang diperoleh

dari sumber pertama, baik dengan pertanyaan tertulis melalui kuesioner ataupun

dengan lisan melalui wawancara untuk suatu tujuan studi tertentu.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data angket (kuesioner),

dimana responden diminta untuk mengisi pertanyaan atau pernyataan pada

kuesioner dengan jawaban yang sesuai dengan dirinya. Syahrum dan Salim

(2012:135) mendefinisikan teknik pengumpulan data angket (kuesioner) sebagai

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan sejumlah

pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi ataupun data dari responden.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis kuesioner tertutup.

Kuesioner tertutup adalah jenis kuesioner yang alternatif jawabannya sudah

dibatasi oleh peneliti, sehingga memudahkan dalam melakukan perhitungan skor,

sedangkan kuesioner terbuka adalah jenis kuesioner yang memungkinkan

Page 14: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

14

responden untuk memberikan penjelasan secara panjang dan mendalam (Syahrum

dan Salim, 2012:136).

Dalam pengambilan data sampel, penyebaran kuesioner dan pengisiannya

dilakukan dengan cara kuesioner elektronik (electronic questionnaire). Kuesioner

dibagikan melalui link kepada responden yang tergabung dalam grup sosial media

komunitas Investor Saham Pemula (ISP) di beberapa grup regional. Data yang

dikumpulkan meliputi demografis, faktor psikologis dan pembuatan keputusan

investasi saham dari responden. Skala pengukuran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah skala likert. Abdullah (dikutip oleh Ar-Rachman (2018)

mendefinisikan skala likert sebagai skala yang diukur berdasarkan pada

penjumlahan respon jawaban dari responden atas pernyataan terkait indikator dari

suatu variabel.

3.3. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel dependen dan

variabel independen. Variabel independen merupakan variabel yang

mempengaruhi, sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah variabel keputusan investasi

saham, sedangkan variabel independen adalah variabel perilaku herding,

optimisme berlebihan, kecenderungan risiko dan konservatisme.

Keputusan Investasi Saham

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keputusan investasi saham.

keputusan investasi saham merupakan keputusan atau kebijakan yang dilakukan

dalam penanaman modal terhadap aset yang memberikan keuntungan dimasa

mendatang. (Khalid et al., 2018). Keputusan investasi saham dapat diukur dengan

3 indikator yang diadopsi dari penelitian Khalid et al. (2018).

Perilaku Herding

Menurut Bikhchandani dan Sharma (2000), perilaku herding merupakan

perilaku investor yang memilih untuk meniru tindakan yang dilakukan oleh pihak

lain ataupun pergerakan pasar dibandingkan dengan mempercayai informasinya

sendiri. Variabel perilaku herding diadopsi dari penelitian Khalid et al. (2018) dan

Ton dan Dao (2014).

Optimisme Berlebihan

Ton dan Dao (2014) mendefinisikan optimisme berlebihan sebagai rasa

percaya diri berlebihan dan keyakinan bahwa masa depan akan menjadi lebih baik

dari keadaan sebenarnya.Variabel optimisme berlebihan diadopsi dari penelitian

Ton dan Dao (2014) dan Ar-Rachman (2018).

Kecenderungan Risiko

Sitkin dan Pablo (dikutip oleh Nicholson, O’Creevy, Soane dan Willman, 2001)

mendefinisikan kecenderungan risiko sebagai kecenderungan atau tendensi dari

Page 15: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

15

investor untuk mengambil atau menghindari risiko.Variabel kecenderungan risiko

investasi diadopsi dari penelitian Ton dan Dao (2014) dan Hunjra et al. (2017).

Konservatisme

Konservatisme adalah bias akibat investor mengalami kesulitan dalam memproses

informasi baru karena adanya tekanan mental saat dihadapkan pada set data yang

baru, sehingga investor lebih memilih untuk tetap pada keyakinannya yang

sebelumnya (Thomas, 2018).Variabel konservatisme diadopsi dari penelitian

Thomas (2018) dan Saraswati (2016).

3.4. Metode Analisis Data

Data diolah dan dianalisis dengan regresi linier berganda untuk menguji

hipotesis penelitian. Pengujian terhadap hipotesis dirumuskan dengan memakai

metode Partial Least Square (PLS). Hartono dan Abdillah (2009:11)

mendefinisikan Partial Least Square (PLS) sebagai metode regresi yang

digunakan dalam mengidentifikasi faktor yang berasal dari hasil kombinasi

variabel independen dan variabel dependen yang merupakan variabel respon.

Partial Least Square (PLS) digunakan untuk memprediksikan pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen serta menjelaskan hubungan teori antar

variabel tersebut (Hartono dan Abdillah, 2009:11). Penelitian ini menggunakan

program Partial Least Square (PLS) SmartPLS Versi 3. Model regresi pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

Keterangan :

Y : Keputusan Investasi

X1 : Perilaku Herding

X2 : Optimisme Berlebihan

X3 : Kecenderungan risiko

X4 : Konservatisme

βi : Koefisien

e : Error

Evaluasi model struktural PLS dilakukan dengan uji outer model dan inner

model.Outer model merupakan model pengukuran yang untuk menguji validitas

dan reliabilitas dari model penelitian. Outer model terdiri dari uji validitas

konvergen, uji validitas diskriminan dan uji reliabilitas.

Sedangkan Inner model merupakan model pengukuran untuk menguji

hubungan kausalitas pada variabel laten. Evaluasi inner model dilakukan dengan

menggunakan model R�untuk variabel dependen, nilai koefisien path atau t-

valuespada tiap path untuk menguji signifikansi antar variabelpada model

struktural

Page 16: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

16

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengumpulan Data

Responden dalam penelitian ini adalah para investor saham individual di

Pulau Jawa yang mengelola portofolio sahamnya sendiri dan telah melakukan

transaksi jual beli saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data diperoleh

dengan menyebarkan kuesioner melalui tautan (link) kuesioner penelitian di

forum online. Penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling, dimana

pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan kemudahan dan kesediaan dari

responden dalam mengisi kuesioner penelitian

Tabel 4.1

Tingkat Partisipasi Responden

Keterangan Responden Prosentase %

Target Jumlah Responden 120 100

Responden yang Mengisi Kuesioner 117 97,5

Data Responden yang Dapat Diolah 114 95

Data Responden yang Tidak Dapat Diolah 3 5

Sumber : Data Primer (diolah)

4.2. Evaluasi Model

Evaluasi model pada penelitian ini dianalisis menggunakan program Partial

Least Square (PLS). Evaluasi model terdiri dari evaluasi model pengukuran (outer

model) dan evaluasi model struktural (inner model).

Evaluasi Outer Model

Evaluasi outer model terdiri dari uji validitas konvergen, uji validitas diskriminan

dan uji reliabilitas. Pengujian validitas konvergen didasarkan pada tiga parameter

pengukuran, yaitu nilai AVE dan Communality dengan nilai > 0,5 dan nilai

loading factor> 0,7. Uji validitas diskriminan didasarkan pada parameternilai

loading item terhadap konstruk > nilai cross loading dan Nilai akar kuadrat AVE

> Korelasi antar variabel. Sedangkan untuk pengujian reliabilitas didasarkan pada

parameter nilai cronbach’s alpha dan composite reliability dengan nilai > 0,7

(namun nilai 0,6 masih dapat diterima). Berikut merupakan beberapa parameter

dalam evaluasi outer model dan pembahasannya yang ditampilkan dalam tabel

Algoritma 4.2.

Tabel 4.2

Overview Algoritma

Variaabel AVE Composite

Reliability

Cronbach's

Alpha Communality

Perilaku Herding 0,576 0,869 0,835 0,576

Optimisme

Berlebihan 0,542 0,824 0,719 0,542

Kecenderungan

risiko 0,608 0,858 0,831 0,608

Page 17: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

17

Konservatisme 0,659 0,853 0,753 0,659

Keputusan Investasi 0,636 0,837 0,747 0,636

Sumber : Data Primer (Diolah)

Terlihat pada Tabel 4.2 diatas bahwa seluruh variabel penelitian telah

memenuhi persyaratan uji validitas konvergen untuk parameter nilai AVE dan

Communality, dimana nilai AVE dan Communality dari masing-masing variabel

pada Tabel 4.2 memiliki nilai > 0,5. Selain parameter nilai AVE dan

Communality, parameter lain yang digunakan adalah nilai factor loading. Nilai

factor loading dapat dilihat dari hasil uji outer loading yang ditampilkan pada

Tabel 4.3. yang menunjukkan bahwa setiap indikator yang ada telah memenuhi

persyaratan untuk validitas konvergen dengan nilai masing-masing indikator

berada diatas 0,5.

Tabel 4.3

Outer Loading

Perilaku

Herding

Optimisme

Berlebihan

Kecenderungan

risiko Konservatisme

Keputusan

Investasi

PH1 0,746

PH2 0,885

PH3 0,847

PH4 0,679

PH5 0,601

OB1

0,631

OB2

0,660

OB3

0,789

OB4

0,844

KR1

0,855

KR2

0,809

KR3

0,859

KR4

0,557

K1 0,870

K2 0,810

K4 0,752

KI1 0,926

KI2 0,794

KI3 0,648

Sumber : Data Primer (diolah)

Keterangan: PH: Perilaku Herding, OB: Optimisme Berlebihan, KR: Kecenderungan risiko, K:

Konservatisme, KI: Keputusan Investasi.

Page 18: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

18

Selanjutnya pembahasan uji validitas diskriminan. Pengujian validitas

diskriminan dapat dilakukan dengan parameter perbandingan akar kuadrat AVE

dengan korelasi antar variabale laten dan Cross loading.

Tabel 4.4

Akar AVE dan Korelasi antar Variabel Laten

PH OB KR K KI

PH 0,759

OB -0,185 0,736

KR -0,207 -0,060 0,780

K 0,047 0,223 -0,408 0,812

KI 0,161 0,266 -0,096 0,268 0,797

Sumber : Data Primer (diolah)

Keterangan: PH: Perilaku Herding, OB: Optimisme Berlebihan, KR: Kecenderungan risiko, K:

Konservatisme, KI: Keputusan Investasi.

Tabel 4.5

Cross Loading

PH OB KR K KI

PH1 0,746 -0,222 -0,167 0,016 -0,020

PH2 0,885 -0,216 -0,164 -0,005 0,165

PH3 0,847 -0,224 -0,225 0,005 0,104

PH4 0,679 -0,096 -0,210 0,029 0,070

PH5 0,601 0,021 -0,050 0,153 0,090

OB1 -0,027 0,631 -0,202 0,104 0,195

OB2 -0,162 0,660 0,104 0,093 0,129

OB3 -0,192 0,789 -0,014 0,201 0,163

OB4 -0,174 0,844 -0,020 0,227 0,258

KR1 -0,149 -0,088 0,855 -0,401 -0,071

KR2 -0,145 -0,004 0,809 -0,292 -0,040

KR3 -0,220 -0,029 0,859 -0,352 -0,096

KR4 -0,199 0,060 0,557 -0,390 0,014

K1 0,200 0,235 -0,340 0,870 0,280

K2 -0,024 0,127 -0,311 0,810 0,189

K4 -0,181 0,157 -0,359 0,752 0,150

KI1 0,113 0,345 -0,113 0,290 0,926

KI2 0,168 0,086 -0,033 0,209 0,794

KI3 0,154 0,060 -0,059 0,023 0,648

Sumber : Data Primer (diolah)

Keterangan: PH: Perilaku Herding, OB: Optimisme Berlebihan, KR: Kecenderungan risiko, K:

Konservatisme, KI: Keputusan Investasi.

Page 19: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

19

Selanjutnya pembahasan uji validitas diskriminan. Dapat dilihat pada tabel

cross loadings 4.5yang menunjukkan nilai pada setiap indikator pertanyaan

variabel penelitian > 0,5 dan pada tabel akar AVE dan korelasi variabel laten 4.4

menunjukkan nilai akar AVE > korelasi variabel laten. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa syarat validitas diskriminan telah terpenuhi.

Setelah uji validitas konvergen dan diskriminan telah dilakukan, maka

langkah selanjutnya adalah menguji reliabilitas. Pengujian reliabilitas didasarkan

pada parameter nilai cronbach’s alpha dan composite reliability dengan nilai > 0,7

(namun nilai 0,6 masih dapat diterima). Berdasarkan pada Tabel 4.2 Overview

Algoritma, dapat dilihat bahwa cronbach’s alpha dan composite reliability pada

setiap konstruk memiliki nilai > 0,7. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

data tersebut reliabel.

Evaluasi Inner Model

Langkah pertama dalam melakukan evaluasi inner model adalah dengan

menghitung nilai R�. Nilai R�. Berfungsi untuk mengetahui seberapa kuat

hubungan linear antara variabel independen dan variabel dependen. Nilai R� dari

penelitian ini adalah sebesar 15.7 %. Falk dan Miller (1992) merekomendasikan

nilai R^2 lebih besar atau sama dengan 0,10 agar varians menjelaskan suatu

konstruk endogen yang dianggap layak.

Setelah menghitung nilai R�, maka langkah selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis penelitian. Pengolahan data untuk menguji hipotesis dilakukan dengan

PLS Bootstrapping. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 Total Effect berikut ini.

Tabel 4.6

Total Effect

Sumber : Data Primer (diolah)

Keterangan: PH : Perilaku Herding, OB : Optimisme Berlebihan, KR : Kecenderungan risiko, K:

Konservatisme, KI: Keputusan Investasi.

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa faktor optimisme berlebihan dan

konservatisme berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. Faktor

Optimisme berlebihan memiliki nilai t-statistik 3,039 > 1,64. Sedangkan nilai p

<0,05, sedangkan faktor konservatisme memiliki nilai t-statistik 2,078 > 1,64

dengan nilai p < 0,05,Sedangkan faktor perilaku herding dan kecenderungan

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

T Statistics

(O/STDEV) P Values Kesimpulan

PH -> KI 0,209 0,207 0,153 1,370 0,086 Tidak Didukung

OB -> KI 0,259 0,246 0,085 3,039 0,001 Didukung

KR -> KI 0,054 0,038 0,149 0,362 0,359 Tidak Didukung

K -> KI 0,223 0,246 0,107 2,078 0,019 Didukung

Page 20: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

20

risiko dapat disimpulkan tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi. Hal ini

terlihat pada faktor perilaku herding yang memiliki nilai t-statistik 1,370 dengan

nilai p sebesar 0,086. Sedangkan faktor kecenderungan terhadap risiko memiliki

nilai t-statistik sebesar 0,362 dan nilai p sebesar 0,359. Keduanya tidak memenuhi

kriteria nilai t-statistik dan ¬p-values yang ditetapkan.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pengaruh Perilaku Herding terhadap Keputusan Investasi Saham

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel perilaku herding tidak

berpengaruh terhadap keputusan investasi. Hasil ini tidak konsisten dengan

behavioral finance theory, serta penelitian dari Luong dan Ha (2011) dan Wamae

(2013) yang menyatakan bahwa perilaku herding berpengaruh positif terhadap

keputusan investasi. Namun, kesimpulan ini sesuai dengan penelitian dari Khalid

et al. (2018) dan Ton dan Dao (2014) yang menyatakan bahwa variabel perilaku

herding tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi. Perilaku herding

mendorong investor untuk meniru langkah yang diambil oleh investor lain

maupun pergerakan pasar saham jika keputusan tersebut logis dan dapat dipercaya

(Bikhchandani and Sharma, 2000). Mereka percaya dengan mengikuti langkah

yang diambil oleh banyak orang dapat membantu menghindari kesalahan dalam

pengambilan keputusan investasi. Namun, jika investor hanya mengikuti

keputusan yang diambil oleh investor lain tanpa disertai dengan pengalaman

berinvestasi maupun literasi keuangan yang memadai, maka hasilnya juga tidak

akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Investor dengan perilaku herding tidak

dapat mengambil keputusan investasi dengan baik jika tidak disertai dengan

literasi keuangan yang memadai. Investor yang memiliki literasi keuangan yang

baik dapat menentukan target investasinya dan dapat membaca keadaan pasar

sebelum mengambil keputusan investasi, sedangkan seorang investor dengan

literasi keuangan yang kurang baik hanya mengikuti keputusan yang diambil

investor lain tanpa dapat menentukan tingkat return dan toleransi kerugian yang

akan diterima, sehingga terkadang investor mengambil keputusan investasi secara

keliru.

4.3.2. Pengaruh Optimisme Berlebihan terhadap Keputusan Investasi Saham.

Berdasarkan hasil uji hipotesis, ditemukan bahwa optimisme berlebihan

berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. Hasil dari uji hipotesis ini

sesuai dan konsisten dengan temuan dari Gervais et al, (2002), Ton dan Dao

(2014) dan Manuel dan Matthew (2017). Gervais et al. (2002) menyatakan bahwa

optimisme berlebihan dapat memberikan pengaruh positif terhadap keputusan

investasi karena optimisme berlebihan mendorong seseorang untuk berinvestasi.

Dengan meningkatnya volume transaksi investasi membuat investor lebih

Page 21: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

21

berpeluang untuk dapat menghasilkan return yang sesuai dengan harapannya dan

melebihi return yang diterima pasar dibandingkan dengan investor dengan volume

transaksi investasi yang lebih rendah (Luong dan Ha, 2011).Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa optimisme berlebihan berpengaruh positif terhadap keputusan

investasi.

4.3.3. Pengaruh Kecenderungan Risikoterhadap Keputusan Investasi Saham

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kecenderungan risiko tidak

berpengaruh terhadap keputusan investasi. Hasil ini tidak konsisten dengan

behavioral finance theory serta penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ton

dan Dao (2014) dan Odean (dikutip oleh Ngoc, 2013).Masing-masing jenis

investor memiliki kecenderungan risiko dan return harapan yang berbeda,

sehingga masing-masing memiliki peluang untuk mendapatkan tingkat retun yang

sesuai dengan harapan dan kepuasan terhadap keputusan investasinya. Dalam

berinvestasi jangka panjang, baik investor dengan kecenderungan menghindari

risiko maupun investor yang menyukai risiko tidak menjamin akan memperoleh

tingkat return yang sesuai dengan harapan mereka (Brandouy, Mathieu dan

Veryzhenko, 2012). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan

investor terhadap risiko tidak mempengaruhi seorang investor dalam mengambil

keputusan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Danepo (2018) yang

menyatakan bahwa kecenderungan investor terhadap risiko tidak berpengaruh

terhadap keputusan investasi, dimana investor cenderung lebih memilih keputusan

yang rasional saat dihadapkan pada risiko investasi yang ada.

4.3.4. Pengaruh Konservatisme terhadap Keputusan Investasi Saham

Berdasarkan hasil uji hipotesis, ditemukan bahwa konservatisme

berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. Hasil ini sesuai dan konsisten

dengan temuan dari Lim (2012), Kengatharan dan Kengatharan (2014) dan

Saraswati (2016) yang menyatakan bahwa konservatisme berpengaruh positif

terhadap keputusan investasi.Dalam hal memilih saham, investor konservatif lebih

berhati-hati dalam memilih sahamnya. Hal ini sesuai dengan model belief based

model yang menyatakan bahwa konservatisme mendorong investor menjadi lebih

lambat dalam bereaksi terhadap informasi baru dan berhati-hati dalam mengambil

keputusan investasi. Bentuk kehati-hatian ini termasuk tidak mudah mempercayai

informasi baru dan cenderung lebih memilih untuk berinvestasi pada perusahaan

yang familiar dan diketahui oleh banyak orang, dimana tingkat pengembalian

yang mereka terima akan lebih tinggi dibandingkan dengan saham perusahaan

yang kurang familiar di masyarakat (Bakar dan Yi, 2015). Dengan tingkat

pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan investor non konservatif,

maka menunjukkan bahwa investor konservatif telah mengambil

Page 22: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

22

keputusan investasi dengan baik, sehingga dapat menghasilkan kinerja investasi

yang lebih baik dibandingkan investor non konservatif. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa konservatisme berpengaruh positif terhadap keputusan

investasi.

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan terhadap 114 investor saham di Pulau Jawa. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh

dari faktor-faktor psikologis terhadap keputusan individual investasi saham.

Peneliti melakukan pengujian mengenai pengaruh faktor psikologis, yang terdiri

dari perilaku herding, optimisme berlebihan, kecenderungan risiko dan

konservatisme. terhadap keputusan investasi.

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa perilaku herding dan

kecenderungan risiko tidak berpengaruh terhadap keputusan individual investasi

saham. Sedangkan, optimisme berlebihan dan konservatisme berpengaruh positif

terhadap keputusan individual investasi saham.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Penelitian ini dibagikan kedalam media grup online melalui link dengan

menggunakan teknik pengambilan sampel secara angket (kuesioner),

sehingga terdapat kemungkinan adanya percampuran antara responden yang

sesuai dengan kriteria sampel dan responden yang tidak sesuai dengan

kriteria sampel yang ditetapkan.

2. Instrumen penelitian kurang mengakomodasi adanya fitur mengenai rata-

rata tingkat return yang diterima oleh investor di pasar saham, sehingga

responden tidak dapat membandingkan antara tingkat return yang mereka

terima dengan tingkat return rata-rata di pasar saham.

3. Penelitian ini tidak menjelaskan pengaruh dari faktor-faktor demografis

maupun faktor-faktor lain yang turut serta dalam mempengaruhi hasil dari

penelitian.

5.3. Saran untuk Penelitian Berikutnya

Agar dapat memperoleh hasil penelitian yang lebih baik, berikut ini

merupakan beberapa saran yang dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya:

1. Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah responden dalam penelitian

agar dapat merepresentasikan populasi dengan lebih baik.

2. Agar dapat memperoleh hasil pengukuran yang lebih akurat dan objektif,

penelitian selanjutnya dapat mengembangkan instrumen penelitian dengan

Page 23: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

23

mengakomodasi adanya fitur mengenai tingkat return rata-rata yang

diterima oleh investor di pasar saham, sehingga responden dapat

membandingkan antara tingkat return yang mereka terima dengan tingkat

return rata-rata di pasar saham.

3. Disamping menguji pengaruh dari faktor psikologis, penelitian selanjutnya

dapat menambahkan faktor-faktor lain, seperti misalnya faktor demografis,

untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keputusan individual investasi

saham.

Daftar Pustaka

Ali, H., & Limakrisna, N. (2013). Metodologi penelitian (Petunjuk praktis untuk

pemecahan masalah bisnis, penyusunan skripsi, tesis, dan disertasi).

Amirullah. (2015). Metode Penelitian Manajemen. Malang: Bayumedia Press.

Anggirani, N. A. (2017). Pengaruh risk tolerance, overconfidence dan literasi

keuangan terhadap pengambilan keputusan investasi masyarakat Surabaya.

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya. Diakses dari

eprints.perbanas.ac.id/2841/1/ARTIKEL% 20ILMIAH.pdf

Ar-Rachman, A. R. (2018). Pengaruh overconfidence bias dan bias optimisme

terhadap pengambilan keputusan investasi pada investor di Yogyakarta

(Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta). Diakses dari

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/7506/JURNAL%20Aqi

b%20Rizka%20Ar-Rachman.pdf?sequence=2&isAllowed=y

Baddeley, M., Burke, C., Schultz, W., & Tobler, P. (2012). Herding in financial

behavior: A behavioral and neuroeconomic analysis of individual

differences. Journal of Economic Behavior and Organisation. pp. 1-29.

Bakar, S., & Yi, A. N. C. (2015). The impact of psychological factors on

investors’ decision making in Malaysian Stock Market: A Case of Klang

Valley and Pahang. Procedia Economics and Finance 35 (2016), pp. 319 –

328.

Barberis, N., & Thaler, R. (2003). A survey of behavioral finance. In G.

Constantinides, M. Harris, & R. Stulz (Eds.), Handbook of the Economics

of Finance. Amsterdam: North-Holland.

Page 24: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

24

Barberis, N., A. Shleifer and R. Vishny (1998), “A model of investor sentiment”,

Journal of Financial Economics Vol. 49, pp. 307-345.

Bennet, E., Selvam, D.M., Ebenezer, E., Karpagam, V. and Vanitha, S. (2011).

Investors' attitude on stock selection decision. International Journal of

Management & Business Studies, Vol. 1, pp.7-15.

Bikhchandani, S., & Sharma, S. (2000). Herd behavior in financial markets. IMF

Staff Papers, 47(3), 279–310.

Bikhchandani, S., Hirshlleifer, D., & Welch, I. (1992). Theory of fads, fashion,

custom, and cultural change as information cascades. Journal of Political

Economy, 100(5), 992-1026.

Brandouy, O., Mathieu, P., & Veryzhenko, I. (2012). Risk aversion impact on

investment strategy performance: A multi agent based analysis. Lecture

Notes in Economics and Mathematical Systems, Vol. 662, pp. 91-102.

Cohen, J. 1988. Statistical power analysis for the behavioral sciences (2nd ed.).

Diakses dari: https://www.researchgate.net/post/what_is_a_good_r_squ

are_value_in_regression_analysis.

Cristofaro, M. (2017). Herbert Simon’s bounded rationality: Its historical

evolution in management and cross-fertilizing contribution. Journal of

Management History. 23(2), pp. 170-190.

Danepo, M. (2018). Pengaruh bias perilaku investor terhadap keputusan investasi

di pasar saham (Studi pada Bursa Efek Indonesia). Tesis. Program Studi

Magister Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

Lampung, Bandar Lampung.

Fama, E. F. (1970). Efficient Capital Market : II. The Journal Of Finance Vol 46,

No 5, pp. 1575-1617.

Falk, R. & Miller, N. (1992). A Primer for soft modeling. The University of

Akron Press: Akron, OH.

Farayibi, A. O. (2015). The impact of risk on investment decision in Nigeria.

Research Journal of Finance and Accounting Vol. Vol.6, No.23, 52-59.

Page 25: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

25

Gervais, S., Heaton, J. B., Odean, T., & Rodney, L. W. C. (2002). The positive

role of overconfidence and optimism in investment policy. Working Papers,

Rodney L White Center for Financial Research.

Gitman, L. J., & Joehnk, M. D., (2008). Fundamentals of investing. 10th edn.

Boston: Pearson Education Inc.

Hayat, A., & Anwar, M. (2016). Impact of behavioral biases on investment

decision; Moderating role of financial literacy. Islamabad, Pakistan,

Department of Business Administration, International Islamic University

Islamabad Pakistan.

Hartono, J. M. & Abdillah, W. (2009). Konsep & aplikasi PLS (Partial Least

Square) Untuk penelitian empiris. BPFE UGM, Yogyakarta

Hoffmann, A. O. I. & Post, T. (2012). What Makes Investors Optimistic, What

Makes them Afraid?. SSRN Electronic Journal. 10.2139/ssrn.2184220.

Hunjra, A. I., Qureshi, S. A., & Riaz, L. (2017). Psychological factors and

investment decision making: A confirmatory factor analysis. Journal of

Contemporary Management Sciences: Vol. 2, Issue 1, pp. 66-83.

Hussein, A. S. (2015). Penelitian bisnis dan manajemen menggunakan Partial

Least Squares (PLS) dengan smartPLS 3.0. Jurusan Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang.

Ivada, W. (2010). Pengaruh kompetensi investor dan overconfidence terhadap

frekuensi perdagangan. (Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas

Maret, Surakarta).

Kengatharan, L., & Kengatharan, N. (2014). The influence of behavioral factors in

making investment decisions and performance: Study of investors of

Colombo Stock Exchange, Sri Lanka. Asian Journal of Finance &

Accounting .

Khalid, R., Javed, M. U. & Shahzad, K. (2018). Impact of behavioral biases on

investment decision making with moderating role of financial literacy.

Jinnah Business Review Vol. 6, No. 2, pp. 34-41.

Page 26: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

26

Lee, K., Miller, S., Velasquez, N., & Wann, C., (2013). The effect of investor bias

and gender on portofolio performance and risk. The International Journal of

Business and Finance Research Vol. 7, pp.1-16.

Luong, L. P., & Ha, D. T. (2011). Behavioral factors influencing individual

investors' decision-making and performance: A survey at the Ho Chi Minh

Stock Exchange. Sweden: Umeå School of Business.

Ly, T. T. H., & Thao, H. T. P. (2012). The influence of psychological factors on

the objectives of investors in Vietnam's stock market. Development and

integration Review.

Malhotra, N.K. (2012). Basic marketing research : Integration of social media.

Jakarta : PT Index Kelompok Gramedia.

Manuel, J., & Mathew, G. (2017). Impact of cognitive biases in investment

decisions of individual investors in stock market. International Journal of

Engineering Technology, Management and Applied Sciences. Vol. 5, Issue

6, pp. 531-538.

Ngoc, L. T. B. (2013). Behavior Pattern of Individual Investors in Stock Market.

International Journal of Business and Management: Vol.9. No.1.

Nicholson, N., O’Creevy, M. F., Soane, E., & Willman, P. (2001). Risk

propensity and personality. London Business School. London.

Nofsinger, J. R. (2001). Psychology of investing. New Jersey. Prentice-Hall, Inc.

Oliver, R. L. (1997) Satisfaction: A behavioral perspective on the consumer. The

McGraw-Hill Companies, Inc., New York.

Otoritas Jasa Keuangan. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2016.

Diakses dri https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/images/Document.

Peng, S. (2013). Maximizing and satisficing in decision-making dyads. (Thesis,

The Wharton School, University of Pennsylvania, USA). Diakses dari

http://repository.upenn.edu/wharton_research_scholars/98.

Phan, K. C., & Zhou, J. (2014). Factors influencing individual investor behavior:

An empirical study of the Vietnamese stock market. American Journal of

Business and Management,pp. 77-94.

Page 27: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

27

Pompian, M. M. (2012). Behavioral finance and investor type (Managing

behavior to make better investment decision). New Jersey: John Wiley &

Sons.

Prosad, J. M., Kapoor, S. & Sengupta, J. (2015). Theory of behavioral finance.

Handbook of Research on Behavioral Finance and Investment Strategies:

Decision Making in the Financial Industry.

Putri, G. F. C., & Novianti, N. (2016). Pengaruh persepsi kegunaan, persepsi

kemudahan, kenyamanan, kepercayaan, kepuasan, dan loyalitas pelanggan

terhadap minat pembelian kembali secara online. Jurnal Ilmiah Mahasiswa

FEB. Vol. 4, No. 2.

Rahim, A., Shah, M. H., & Aamir, A. (2019). Impact of conservatism bias effect

on investment decisions of Pakistani stock investor. City University

Research Journal, Vol. 9, No. 1, pp. 85-97.

Saraswati, A. R. (2016). The effect of anchoring and adjustment bias and

conservatism bias on investment decision making. (Skripsi, Fakultas

Ekonomi, Universitas Negeri Malang. Malang).

Samani, S. A. (2016). Steps in research process (Partial Least Square of structural

equation modeling (PLS-SEM)). International Journal of Social Science and

Business. Vol. 1 No. 2; pp. 55-66.

Sarstedt, M., Ringle, C., & Hair, F. J. (2017). Partial least squares structural

equation modeling. Diakses dari https://www.researchgate.net/

publication/319669432_Partial_Least_Squares_Structural_Equation_Modeli

ng/citation/download

Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif & kualitatif. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Shefrin, H., & Statman, M. (2000). Behavioral portofolio theory. The Journal of

Financial and Quantitative Analysis Vol. 35, No. 2, pp. 127-151.

Simon, H. A. (1955). A behavioral model of rational choice. The Quarterly

Journal of Economics, Vol. 69, pp. 99–118.

Syahrum, & Salim. (2012). Metodologi penelitian kuantitatif. Bandung: Cita

Pustaka Media

Page 28: Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadapKeputusan

28

Thomas, T. C. (2018). Influences of behavioral biases on retail investors:

Evidences from India. International Journal of Current Engineering and

Scientific Research Vol. 5, Is. 4, pp. 27-36.

Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan investasi teori dan aplikasi. Edisi pertama.

Yogyakarta : Kanisius

Ton, H. T., & Dao, T. K. (2014). The effects of psychology on individual

investors' behaviors: Evidence from the Vietnam Stock Exchange. Journal

of Management and Sustainability, pp. 125-134.

Wamae, J. N., (2013). Behavioural factors influencing investment decision in

stock market: A survey of investment banks in Kenya. International Journal

of Social Sciences and Entrepreneurship Vol. 1,pp. 68-83.

Wulandari, D. A., & Iramani, R. (2014). Studi Experienced regret, risk tolerance,

overconfidence dan risk perception pada pengambilan keputusan investasi

dosen ekonomi. Vol. 4, No. 1, May 2014, pp. 55 – 66

Zahirović, S., & Okičić, J. (2016) Effects of risk aversion on securities portfolio

performance in underdeveloped capital markets: The case of the capital

market of Bosnia and Herzegovina, Economic Research-Ekonomska

Istraživanja, Vol. 29:1,pp. 343-359