Upload
listiana-retnowati
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
1/79
ANALISIS CLUSTER HIRARKI
PADA POTENSI PENERIMAAN PAJAK
DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Oleh
LISTIANA RETNO WATI
H1B012036
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PURWOKERTO
2015
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
2/79
ii
ANALISIS CLUSTER HIRARKI
PADA POTENSI PENERIMAAN PAJAK
DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Oleh
LISTIANA RETNO WATI
H1B012036
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Melaksanakan
Tugas Akhir Strata Satu Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jenderal Soedirman
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PURWOKERTO
2015
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
3/79
iii
PERNYATAAN
Saya, yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Listiana Retno Wati
NIM : H1B012036
menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa laporan kerja praktik saya yang
berjudul
ANALISIS CLUSTER HIRARKI PADA POTENSI PENERIMAAN PAJAK
DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014
adalah hasil karya sendiri dan bukan jiplakan hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Jika
dikemudian hari terbukti bahwa laporan kerja praktik saya merupakan hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi apapun yang diberikan.
Purwokerto, Juni 2015
Listiana Retno Wati
NIM. H1B012036
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
4/79
iv
LAPORAN KERJA PRAKTIK
ANALISIS CLUSTER HIRARKI
PADA POTENSI PENERIMAAN PAJAK
DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014
Oleh :
LISTIANA RETNO WATIH1B012036
Disetujui dan disahkan
pada tanggal…………………….
Pembimbing Kerja Praktik
Dra. Mutia Nur Estri, M.Kom
NIP. 19700312 199402 2 001
Pembimbing Teknis
Sindhu Wardhana, S.ST
NIP. 060116329
MengetahuiDekan Fakultas MIPA
Drs. Sunardi, M.Si
NIP. 19590715 199002 1 001
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
5/79
v
PEDOMAN PENGGUNAAN LAPORAN KERJA PRAKTIK
Laporan kerja praktik yang tidak dipublikasikan, terdaftar dan tersedia di
Perpustakaan di lingkungan Unievrsitas Jenderal Soedirman, dan terbuka untuk
umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang. Referensi
kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat
dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah yang
menyebutkan sumbernya.
Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh laporan kerja
praktik haruslah seizin Dekan Fakultas MIPA, Universitas Jenderal Soedirman.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
6/79
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kerja praktik ini dengan judul “ Analisis Cluster Hirarki Pada Potensi
Penerimaan Pajak Di Kabupaten Banyumas Tahun 2014 Menggunakan
Metode Pengukuran Jarak Euclidean ”
Laporan kerja praktik ini disusun untuk memenuhi kurikulum akademis
sebagai salah satu syarat kelulusan yang ada di Strata Satu Jurusan dan Program
Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto.
Tak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Drs. Sunardi, M.Si selaku Dekan Falkultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas jenderal Soedirman.
2.
Bapak Mashuri, M.Si selaku Ketua Jurusan dan Program Studi Matematika
Universitas Jenderal Soedirman.
3. Ibu Dra. Mutia Nur Estri, M.Kom selaku Dosen Pembimbing kerja praktik.
4.
Bapak Mulyono Marsandi selaku Kepala KPP Pratama Purwokerto.
5. Bapak Susanto Budi Prasetyo selaku Kepala Subbagian Pelayanan KPP
Pratama Purwokerto.
6.
Bapak Sindhu Wardana, S.ST selaku pembimbing lapangan yang telah
membantu dalam pelaksanaan kerja praktik di KPP Pratama Purwokerto.
7.
Segenap pegawai dan staf Subbagian Pelayanan KPP Pratama Purwokerto
yang telah membimbing dan memberi bantuan selama pelaksanaan kerja
praktik.
8. Kedua Orang Tua (Bapak Syaiin dan Ibu Tati Sudarwati), Adik (Salsabela
Meilianawati), Tante Yuni, Tante As, Malikha dan seluruh keluargaku yang
telah memberi dukungan, doa dan banyak motivasi.
9. Kakak-Kakak Program Diploma III Sekolah Tinggi Akutansi Negara (Iris
Asteria Deasy, Khoirunnisa el Lathifa, Kartika Nurlaila dan Helmy Nurman
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
7/79
vii
Ramdani) yang telah banyak memberikan pelatihan selama proses kerja
praktik di KPP Pratama Purwokerto
10. Kelik Prasetyo Bagaskoro, Cempaka Nur Laila Fitri, Farkhati Sholikha,
Lisnawati, Moya Lentika dan teman-teman mahasiswa Program Studi
Matematika Unsoed angkatan 2012, yang telah memberi dukungan doa dan
semangat dalam menyelesaikan laporan kerja praktik ini.
11. Fransiska Kutut Agari Kumala, Gita Mentari Pratidina, Siti Muhawanah,
Desnasari, dan Billy Beniar yang telah kerja praktik bersama-sama di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwokerto.
12.
Semua pihak-pihak lain yang belum penulis sebutkan.
Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktik ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kerja praktik ini besar
manfaatnya bagi penulis khususnya, dan pembaca pada umumnya.
Purwokerto, Juni 2015
Penulis
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
8/79
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
PEDOMAN PENGGUNAAN LAPORAN KERJA PRAKTIK ..................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR NOTASI .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
RINGKASAN .................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2.
Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3.
Batasan Masalah.................................................................... 2
1.4. Tujuan ................................................................................... 3
1.5.
Kegunaan............................................................................... 3
1.6. Tempat Kerja Praktik ............................................................ 3
1.7. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik ......................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4
2.1. Pajak........................................................ .............................. 4
2.1.1 Definisi Pajak ........................................................... 4
2.1.2 Ciri-Ciri Pajak .......................................................... 5
2.1.3 Fungsi Pajak ............................................................. 5
2.1.4 Pembagian Pajak ...................................................... 6
2.2. Pajak Penghasilan (PPh) ....................................................... 7
2.2.1 Subjek Pajak Penghasilan ........................................ 7
2.2.2 Objek Pajak Penghasilan .......................................... 9
2.3.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ............................................ 10
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
9/79
ix
2.2.1 Subjek Pajak Pertambahan Nilai .............................. 10
2.2.2 Objek Pajak Pertambahan Nilai ............................... 11
2.4. Matriks .................................................................................. 11
2.4.1 Matriks Identitas ...................................................... 12
2.4.2 Matriks Simetri ........................................................ 12
2.4.3 Matriks Invers .......................................................... 13
2.4.4 Determinan Matriks ................................................. 13
2.4.5 Matriks Kovariansi ................................................... 14
2.5. Fungsi Jarak .......................................................................... 16
2.6.
Nilai Standar.......................................................................... 17
2.7. Analisis Cluster ..................................................................... 18
2.7.1 Metode Agglomerative Cluster Hirarki ................... 18
2.7.2 Metode Average Linkage ......................................... 19
2.8. Penjadwalan Penggabungan Cluster ..................................... 20
BAB III PROFILTEMPAT KERJA PRAKTIK............................... ........... 22
3.1.
Sejarah KPP Pratama Purwokerto ......................................... 22
3.2.
Visi dan Misi KPP Pratama Purwokerto ............................... 23
3.3. Arti Logo Kementerian Keuangan RI ................................... 23
3.4.
Tugas dan Fungsi KPP Pratama Purwokerto ......................... 24
3.5. Wilayah Kerja KPP Pratama Purwokerto .............................. 25
3.6. Struktur Organisasi KPP Pratama Purwokerto ...................... 27
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN .................................... 31
4.1. Kegiatan Kerja Praktik .......................................................... 31
4.2.
Metode Kerja Praktik ........................................................... 32
4.2.1. Metode ....................................................................... 32
4.2.2. Data ............................................................................ 33
4.2.3. Tempat Pengambilan Data ......................................... 33
4.2.4. Analisis Data .............................................................. 33
4.3. Hasil Kerja Praktik ................................................................ 33
4.3.1. Deskripsi Data ............................................................ 34
4.3.2.
Prosedur Analisis Cluster ........................................... 34
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
10/79
x
4.3.3.
Hasil Analisis Cluster ................................................. 37
4.3.3.1 Hasil Analisis Cluster pada Kecamatan di
Kabupaten Banyumas Menggunakan Metode
Jarak Euclidean ............................................ 37
4.3.4. Hasil Analisis Dendrogram........................................ 43
4.3.5. Klasifikasi Kecamatan .............................................. 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 52
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 52
5.2 Saran ..................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54
LAMPIRAN ..................................................................................................... 56
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
11/79
xi
DAFTAR NOTASI
A m.n Matriks A yang mempunyai m baris dan n kolom
aij Elemen dari matriks A yang terletak pada baris ke-i dan kolom ke- j
I Matriks identitas
At Matriks transpose
Aʹ Invers dari matriks A
| A | Determinan matriks A
̅ Mean sampel dari variabel X j
n Banyaknya objek dalam variabel
S j Standar deviasi dari variabel X j
S j2 Variansi dari variabel X j
S jk Kovariansi sampel dari variabel X j dan X k
S Matriks kovariansi
| S | Determinan matriks kovariansi
Nilai eigen
Matriks diagonal dengan elemen-elemennya adalah nilai-nilai eigen
d jk Jarak euclidean antara objek ke- j dengan objek ke-k
P Jumlah variabel yang akan diukur
xij Nilai atau data dari variabel ke-i pada objek ke-j
xik Nilai atau data dari variabel ke-i pada objek ke-k
Z Nilai standar
Jumlah cluster di U
Jumlah cluster di V
Jarak antara cluster W ke U
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
12/79
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jumlah wajib pajak terdaftar tahun 2014 ................................ 27
Tabel 4.1 Data kecamatan dan variabel pengamatan .............................. 35
Tabel 4.2 Nilai standarisasi data penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada kecamatan
di Kabupaten Banyumas ........................................................ 36
Tabel 4.3 Tahap-tahap pembentukkan cluster berdasarkan hasil
perhitungan jarak euclidean pada data kecamatan
di Kabupaten Banyumas ........................................................ 38
Tabel 4.4 Pengelompokkan kecamatan di Kabupaten Banyumas
berdasarkan jumlah cluster yang ingin dibentuk .................... 42
Tabel 4.5 Urutan skor cluster kecamatan berdasarkan
metode jarak euclidean .......................................................... 49
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
13/79
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Jarak euclidean antara dua objek pengukuran pada variabel
X dan Y .................................................................................. 16
Gambar 2.2 Contoh dendrogram sederhana ............................................ 22
Gambar 3.1 Logo Kementerian Keuangan RI ........................................ 23
Gambar 3.2 Peta administrasi Kabupaten Banyumas .............................. 25
Gambar 3.3 Struktur organisasi KPP Pratama Purwokerto ..................... 27
Gambar 4.1 Dendrogram 27 kecamatan di Kabupaten Banyumas
berdasarkan metode jarak euclidean .................................... 44
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
14/79
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) perkecamatan
di Kabupaten Banyumas tahun 2014 .................................... 56
Lampiran 2 Data penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
perkecamatan di Kabupaten Banyumas tahun 2014 ............. 57
Lampiran 3 Data jumlah wajib pajak efektif perkecamatan di
Kabupaten Banyumas tahun 2014 ........................................ 58
Lampiran 4 Data jumlah wajib pajak terdaftar perkecamatan di
Kabupaten Banyumas tahun 2014 ........................................ 59
Lampiran 5 Descriptive statistics untuk variabel pengamatan pada data
penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) pada kecamatan di Kabupaten Banyumas ........ 60
Lampiran 6 Output SPSS 14.0 matriks jarak dengan menguunakan
metode jarak euclidean pada kecamatan
di Kabupaten Banyumas tahun 2014.. .................................. 61
Lampiran 7 Deskriptif statistik cluster 1 samapi 3 pada data kecamatan
di Kabupaten Banyumas dengan perhitungan metode jarak
euclidean .............................................................................. 62
Lampiran 8 Riwayat Hidup ..................................................................... 63
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
15/79
xv
RINGKASAN
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam
menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri.
Penerimaan pajak setiap daerahnya berbeda-beda. Hal ini dikarenakan secara
geografis, demografis dan topografis masing-masing daerah diseluruh Indonesia
mempunyai perbedaan potensi sumber daya. baik Sumber Daya Alam (SDA),
Sumber Daya Manusia (SDM), maupun Sumber Daya Ekonomi (SDE). Ada daerah
yang mempunyai SDA yang berlimpah, tetapi ada pula daerah dengan SDA yang
di bawah rata-rata. SDM pada daerah pada satu wilayah memiliki pemahaman
tentang pajak di atas rata-rata, tetapi pada daerah lain memiliki SDM yang masih
di bawah rata-rata dan perlu adanya peningkatan pemahaman akan pajak. Terdapatdaerah dengan SDE yang baik, tetapi ada pula daerah yang masih perlu adanya
pembekalan dan pelatihan untuk peningkatan SDE. Konsekuensi adanya
keragaman dalam SDA, SDM dan SDE membuat negara mengalami perbedaan
dalam penerimaan pajak yang dikenakan kepada setiap wajib pajak yang sudah
terdaftar.
Tulisan ini mengkaji mengenai potensi penerimaan pajak tahun 2014
dengan mengklasifikasikan kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas
menggunakan analisis cluster hirarki. Metode pengukuran jarak yang akan
digunakan dalam analisis ini adalah metode pengukuran jarak euclidean dengan
agglomerasi average linkage. Analisis ini dibentuk berdasarkan variabel input
berupa penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
perwajib pajak efektif. Hasil cluster yang terbentuk dapat diperoleh pula informasi
mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat atas pembayaran pajak tiap wajib pajak
efektif yang terdaftar di KPP Pratama Purwokerto tahun 2014.
Kata kunci : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Analisis Cluster Hirarki,
Metode Pengukuran Jarak Euclidean, Agglomerasi Average Linkage
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
16/79
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam
menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri.
Pengenaan pajak di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pajak
negara dan pajak daerah. Direktorat Jenderal Pajak dibawah Kementerian
Keuangan Republik Indonesia sebagai instansi pemerintah merupakan direktorat
yang mengelola penerimaan pajak negara. Pajak-pajak tersebut adalah Pajak
Pengahasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Atas Penjualan Barang
Mewah (PPN dan PPN BM), Bea Materai, serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Penerimaan pajak setiap daerahnya berbeda-beda. Hal ini dikarenakan secara
geografis, demografis dan topografis masing-masing daerah diseluruh Indonesia
mempunyai perbedaan potensi sumber daya, baik Sumber Daya Alam (SDA),
Sumber Daya Manusia (SDM), maupun Sumber Daya Ekonomi (SDE). Ada daerah
yang mempunyai SDA yang berlimpah, tetapi ada pula daerah dengan SDA yang
di bawah rata-rata. SDM pada daerah pada satu wilayah memiliki pemahaman
tentang pajak di atas rata-rata, tetapi pada daerah lain memiliki SDM yang masih
di bawah rata-rata dan perlu adanya peningkatan pemahaman akan pajak. Terdapat
daerah dengan SDE yang baik, tetapi ada pula daerah yang masih perlu adanya
pembekalan dan pelatihan untuk peningkatan SDE. Konsekuensi adanya
keragaman dalam SDA, SDM dan SDE membuat negara mengalami perbedaan
dalam penerimaan pajak yang dikenakan kepada setiap wajib pajak yang sudah
terdaftar.
Kabupaten Banyumas merupakan daerah yang berada di Pulau Jawa tepatnya
di Jawa Tengah dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 1.327,60 km2 atau
setara dengan 132.759,56 ha dengan total 27 kecamatan. Dengan keragaman
sumber daya ditiap kecamatan yang berbeda, maka penerimaan pajak negara untuk
tiap kecamatan di Kabupaten Banyumas yang dihimpun oleh Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Purwokerto juga berbeda.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
17/79
2
Berkembangnya perkantoran dan industri di Kabupaten Banyumas dengan
banyak wajib pajak mengakibatkan pembayaran pajak negara oleh wajib pajak yang
paling mendominasi adalah pembayaran terhadap Pajak Penghasilan (PPh) dan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Karena jumlah perkantoran dan industri yang
berbeda tiap kecamatannya, hal ini juga berarti penerimaan PPh dan PPN tiap
kecamatan berbeda pula.
Melihat permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengetahui klasifikasi
potensi penerimaan pajak di Kabupaten Banyumas tahun 2014. Penulis akan
menggunakan analisis cluster dengan menggunakan metode agglomerative
hierarchical cluster dan metode penghitungan jarak Euclidean untuk melihat
cluster yang terbentuk. Selanjutnya, dari hasil cluster yang terbentuk dapat
diperoleh pula informasi mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat atas
pembayaran pajak tiap wajib pajak efektif yang terdaftar di KPP Pratama
Purwokerto tahun 2014.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu
bagaimana analisis cluster hirarki pada potensi penerimaan pajak di Kabupaten
Banyumas tahun 2014.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan dalam penulisan laporan Kerja Praktik ini
adalah :
1.
Objek yang akan diteliti adalah 27 kecamatan di Kabupaten Banyumas.
2. Variabel yang diteliti adalah penerimaan PPh dan PPN perwajib pajak di
Kabupaten Banyumas.
3. Klasifikasi potensi penerimaan pajak diukur dari variabel yang diambil.
4. Analisis tingkat kesejahteraan masyarakat dilihat dari hasil cluster yang
diolah.
5. Metode yang digunakan adalah metode agglomerative hierarchical cluster .
6.
Metode perhitungan jarak menggunakan metode pengukuran jarak euclidean.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
18/79
3
1.4 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan Kerja Praktik ini adalah mengetahui analisis
cluster hirarki pada potensi penerimaan pajak di Kabupaten Banyumas tahun 2014.
1.5 Kegunaan
Kegunaan yang dapat diperoleh atau dicapai dalam kerja praktik ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi penulis laporan Kerja Praktik ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman tentang peran matematika terhadap konsep analisis cluster dan
aplikasinya.
2. Bagi KPP Pratama Purwokerto dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Banyumas, tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
klasifikasi potensi penerimaan pajak di Banyumas tahun 2014 serta
memberikan gambaran tingkat kesejahteraan masyarakatnya.
3. Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan informasi tentang keilmuan
matematika khususnya tentang aplikasi analisis cluster.
1.6 Tempat Kerja Praktik
Kerja Praktik dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Purwokerto. Jalan Jendral Gatot Subroto nomor 107.
1.7 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik
Kerja Praktik dilaksanakan selama 30 hari, yaitu pada tanggal 26 Januari
sampai 26 Februari 2015.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
19/79
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dibahas mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam
pembahasan selanjutnya. Materi yang akan dibahas antara lain mengenai variabel
yang diamati, dan metode yang digunakan dalam analisis cluster.
2.1 Pajak
Penghasilan negara adalah berasal dari rakyat melalui pungutan pajak,
dan/atau dari hasil kekayaan alam (natural resources) yang ada dalam negara itu.
Dua sumber itu merupakan sumber terpenting yang memberikan penghasilan
kepada negara. Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya
juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kesehatan rakyat, pendidikan,
kesejahteraan, dan sebagainya. Jadi, dimana ada kepentingan masyarakat di sana
timbul pemungutan pajak sehingga pajak adalah senyawa dengan kepentingan
umum (Suandy, 2005: 9).
2.1.1 Definisi Pajak
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, pajak adalah iuran wajib, berupa
uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum,
guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum. Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontrapretasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dapat
dipaksakan pada definisi di atas artinya bila utang pajak tidak dibayar, utang
tersebut dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita,
dan juga penyanderaan terhadap pembayaran pajak.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah peralihan
kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin.
Selanjutnya, surplus dari pengeluaran tersebut digunakan untuk simpanan publik
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
20/79
5
5
yang merupakan sumber utama untuk membiayai investasi publik (Soemitro, 1988:
8).
2.1.2 Ciri-Ciri Pajak
Ciri-ciri pajak antara lain (Suandy, 2005: 10):
1. Merupakan peralihan kekayaan dari orang/badan ke pemerintah.
2. Dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan.
3. Tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi langsung secara
individual yang diberikan oleh pemerintah.
4. Dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemeritah
daerah.
5.
Diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
membiayai investasi publik.
6.
Digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah.
7.
Dipungut secara langsung atau tidak langsung.
2.1.3 Fungsi Pajak
Pajak memiliki empat fungsi meliputi (Suandy, 2005: 13):
a. Fungsi Budgetair / Finansial
Fungsi budgetair / f inansial yaitu pajak digunakan sebagi fungsi
anggaran atau penerimaan dengan tujuan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara.
b. Fungsi Regulerend / Fungsi Mengatur
Fungsi regulerend / fungsi mengatur yaitu pajak digunakan sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijaka pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi.
c. Fungsi Stabilitas
Fungsi stabilitas yaitu pajak sebagai penerimaan negara dapat
digunakan untuk menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
21/79
6
6
d.
Fungsi Retribusi
Fungsi retribusi yaitu pajak sebagai suatu retribusi pendapatan yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan
nasional sehingga dapat membuka kesempatan kerja dengan tujuan
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
2.1.4 Pembagian Pajak
Pembagian pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan, wewenang
pemungut, maupun sifatnya (Suandy, 2005: 35).
a.
Berdasarkan Golongan
Berdasarkan golongan, maka pemungutan pajak dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh
Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
2. Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau
digeserkan kepada pihak lain.
b. Berdasarkan Wewenang Pemungut
Berdasarkan wewenang pemungutnya, maka pemungutan pajak dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Pajak Pusat / Pajak Negara
Pajak pusat / pajak negara adalah pajak yang wewenang pemungutnya ada
pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kementerian
Keuangan melalui Direktorat Jendereal Pajak. Pajak pusat diatur dalam
undang-undang dan hasilnya akan masuk ke Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
2. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutnya ada pada
pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Daerah. Pajak daerah diatur dalam undang-undang dan hasilnya akan masuk
ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pajak daerah yang diatur
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
22/79
7
7
dalam UU Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah menjadi
UU Nomor 34 Tahun 200 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
c. Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifatnya, maka pemungutan pajak dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi/keadaan Wajib
Pajak. Dalam menentukan pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang
berhubungan erat dengan keadaan materialnya.
2. Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan objek yang
menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak, kemudian baru dicari
subjeknya baik orang pribadi maupun badan. Jadi dengan kata lain, pajak
objektif adalah pengenaan pajak yang hanya memperhatikan kondisi
objeknya saja.
2.2 Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak penghasilan termasuk dalam kategori sebagai pajak subjektif, artinya
pajak dikenanakan karena telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam
peraturan perpajakan. Sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak ada subjek
pajaknya, maka jelas tidak dikenakan pajak penghasilan. Pajak penghasilan diatur
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang
selanjutnya disebut UU PPh (Ilyas dan Suhartono, 2011: 5).
2.2.1 Subjek Pajak Penghasilan
Ketentuan mengenai subjek pajak penghasilan diatur dalam Pasal 1, Pasal
2, Pasal 2a, dan Pasal 3 UU PPh. Subek pajak adalah pihak yang akan dikenakan
dan terbebani Pajak Penghasilan (PPh). Subjek pajak akan dikenakan pajak atas
penghasilan yang telah diterima atau diperolehnya. Wajib pajak menjadi subjek
pajak apabila memenuhi syarat subjektif sebagai subjek pajak dan objektif karena
menerima objek pajak (Ilyas dan Suhartono, 2011: 11).
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
23/79
8
8
Ketentuan subjek pajak diatur dalam Pasal 2 ayat 1 UU PPh, bahwa orang
yang menjadi subjek pajak adalah :
1. Orang Pribadi
Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau
berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
Dalam hal ini, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan
subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.
3.
Badan
Badan sebagai subjek pajak adalah suatu bentuk usaha atau bentuk non
usaha yang meliputi : perseroan terbatas, perseroan komaditer, perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, firma,
kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan, lembaga, dan pensiun dan bentuk
usaha lainnya.
4.
Bentuk Usaha Tetap
Pengertian Badan Usaha Tetap diatur dalam Pasal 2 ayat 5 UU PPh, bahwa
Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan pulub tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, atau juga badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat
kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
di Indonesia. Bentuk usaha tetap dapat berupa tempat kedudukan
manajemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan, gendung kantor, pabrik,
bengkel, pertambangan dan penggalian sumber alam, perikanan,
peternakan, pertanian, perkebunan atau hutan, proyek konstruksi, instalasi,
proyek perakitan, pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau
orang lain, orang atau badan yang bertindak selaku agen yang
kedudukannya tidak bebas, agen atau pegawai dari perusahaan asuransi
yang tidak didirikan dan bertempat di Indonesia.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
24/79
9
9
2.2.2 Objek Pajak Penghasilan
Ketentuan mengenai penghasilan sebagai objek PPh diatur dalam Pasal 4
ayat 1 dan ayat 2 UU PPh. Pengertian penghasilan menurut UU PPh adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun. Penghasilan yang diterima oleh wajib pajak dapat
dikategorikan atas 4 (empat) sumber yakni (Ilyas dan Suhartono, 2011: 25):
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pekerjaan berdasarkan
hubungan kerja dan pekerjaan bebas.
2. Penghasilan dari usaha dan keiatan.
3. Penghasilan dari modal.
4.
Penghasilan lain-lain, seperti hadiah, pembebasan utang dan sebagainya.
Berdasarkan keempat kategori di atas, sesuai dengan Pasal 4 ayat 1 UU PPh
telah diberikan uraian mengenai objek pajak antara lain :
1.
Penggantian atau imbalan atas pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
2.
Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.
5.
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya.
6.
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
7. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi.
8. Royalti.
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan pengunaan harta.
10.
Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
25/79
10
10
11.
Keuntungan karena pembebasan utan.
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
14.
Premi asuransi.
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,
sepanjang iuran tersebut ditentukan berdasarkan volume kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas anggotanya.
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
2.3 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan terhadap
penyerahan atau impor Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan
oleh Pengusaha Kena Pajak, dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada
Pertambahan Nilai dan dapat dikreditkan. Ketentuan mengenai PPN diatur dalam
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 yang selanjutnya disebut UU PPN (Ilyas
an Suhartono, 2011: 25).
2.3.1 Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Subjek pajak dari PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha
adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa
dari luar pabean. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak (Ilyas dan Suhartono,
2011: 15).
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
26/79
11
11
2.3.2 Objek Pajak Pertambahan Nilai
Objek pajak dari PPN diatur dalam Pasal 4, Pasal 16C, dan Pasal 16D UU
PPN, bahwa PPN dikenakan atas (Ilyas dan Suhartono, 2011: 25):
1.
Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan
dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh Pengusaha Kena Pajak.
2. Impor Barang Kena Pajak.
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan dalam
lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh Pengusaha Kena Pajak.
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak terwujud dari luar daerah pabean di
dalam daerah pabean.
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daeah pabean di dalam daerah
pabean.
6.
Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
7. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak di dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan baik yang hasilnya
akan digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak lain.
8.
Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula
aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar
pada saat perolehannya menurut ketentuan dapat dikreditkan.
2.4 Matriks
Matriks adalah jajaran bilangan berbentuk empat persegi panjang. Bentuk
atau ukuran matriks ditentukan oleh banyaknya baris dan kolom. Untuk
selanjutnya, matriks yang mempunyai m baris dan n kolom dituliskan sebagai
matriks m n . Bilangan-bilangan yang terdapat pada matriks disebut elemen
matriks. Matriks biasanya dinyatakan dengan huruf besar A, B, ... Elemen yang
terletak pada baris ke-i dan kolom ke- j dari matriks A dinyatakan sebagai aij. Jadi,
sebuah matriks umum m n dimana m dan n adalah bilangan bulat dapat dituliskan
sebagai
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
27/79
12
12
A m n =
11 12 1
21 21 2
1 2
n
n
m m mn
a a a
a a a
a a a
= (aij ). (2.1)
Matriks yang mempunyai satu baris saja disebut matriks baris dan matriks
yang mempunyai satu kolom saja disebut matriks kolom saja atau disebut juga
vektor. Matriks yang banyaknya baris sama dengan banyaknya kolom disebut
matriks bujur sangkar (Budhi, 1995: 16).
2.4.1
Matriks Identitas
Matriks bujur sangkar dengan elemen tak nolnya hanya ada pada diagonal,
yaitu elemen pada (i,j) dengan i=j, disebut matriks diagonal (Anton, 2010: 79). Jika
semua elemen pada diagonal adalah 1, maka matriks tersebut disebut matriks
identitas. Matriks identitas berukuran n n ditulis I yang dapat ditulis sebagai
I =
1 0 0
0 1 0
0 0 1
(2.2)
Contoh matriks identitas berukuran 3 3 dapat ditulis sebagai berikut :
1 0 0
0 1 0 .
0 0 1
I
2.4.2 Matriks Simetri
Matriks simetri adalah matriks yang memenuhi sifat At = A dengan At adalah
matriks transpose yang didefinisikan sebagai matriks n m yang didapatkan dengan
mempertukarkan baris dan kolom dari matriks A: yaitu kolom pertama dari matriks
At adalah baris pertama dari matriks A, dan kolom kedua dari matriks At adalah baris
kedua dari matriks A, dan seterusnya (Anton, 2010: 85). Matriks transpose dari A
dapat dituliskan sebagai
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
28/79
13
13
A
t
=
11 1
1
t
m
n nm
a a
a a
=
11 1
1
n
m mn
a a
a a
(2.3)
Matriks simetriks dapat dicontohkan sebagai berikut :
A =
3 0 1
0 4 2
1 2 5
Matriks A memenuhi sifat At A = 1 disebut matriks orthogonal.
2.4.3 Matriks Invers
Matriks bujur sangkar A berukuran n n mempunyai invers jika ada
matriks B sehingga AB = BA = 1. Matriks B disebut matriks invers dari A. Matriks
yang tidak mempunyai invers disebut matriks singular sedangkan matriks yang
mempunyai invers disebut matriks non singular (Morrison, 1990: 46).
Jika B merupakan invers dari matriks A, maka dapat dituliskan B = ' A .
Sebagai contoh jika diberikan matrik A berukuran 2 2 seperti berikut
2 3,
1 5 A
maka invers dari matriks A dapat dituliskan seperti berikut
5 3
7 7' .
1 2
7 7
B A
2.4.4 Determinan Matriks
Asosiasi pada setiap matriks bujur sangkar adalah berupa angka skalar yang
unik yang disebut determinan (Morrison, 1990: 44). Determinan matriks A akan
ditulis | A |. Determinan dati tiga matriks bujur sangkar terkecil adalah
11 11a a . (2.4)
11 12
11 22 12 21
21 22
.a a
a a a aa a
. (2.5)
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
29/79
14
14
11 12 13
21 22 23 11 22 33 12 23 31 12 21 32 13 22 31 11 23 32 12 21 33
31 32 33
.
a a a
a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a
a a a
(2.6)
Determinan matriks n n adalah fungsi yang mengaitkan setiap matriks
berukuran n x n dengan sebuah bilangan yang memenuhi sifat tertentu. Sifat-sifat
tersebut antara lain :
Sifat 1. Misalkan matrik B berukuran n n yang diperoleh dari matris A dengan
cara mengalikan sebuah baris dengan bilangan k, maka
det (B) = k det (A). (2.7)
Sifat 2. Misalkan matriks B berukuran n n diperoleh dari matriks A dengan cara
menukar dua baris, maka
det (B) = - det (A). (2.8)
Sifat 3. Misalkan diketahui tiga matriks A1 , A2 , dan B yang mempunyai elemen
yang sama kecuali baris ke-i, yaitu elemen baris ke-i, dari matriks B
merupakan jumlah dari elemen matriks A1 dan A2, maka
det (B) = det (A1 ) + det (A2 ). (2.9)
Sifat 4. Determinan matriks identitas adalah 1 (satu).
Sifat 5. Misalkan A dan B dua matriks berukuran n n maka berlaku
det (AB) = det (A). det (B). (2.10)
jika suatu matriks tidak mempunyai invers maka determinan dari matriks
tersebut adalah nol.
2.4.5 Matriks Kovariansi
Menurut Jonson R.A (2007: 75) jika terdapat matriks data berukuran n p dan bentuk matriksnya adalah
11 12 1
21 22 2
1 2
p
p
n n np
x x x
x x x X
x x x
,(2.11)
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
30/79
15
15
maka mean sampel dari variabel x j adalah
1
n
iji
j
x x
n
, (2.12)
dan standar deviasinya adalah
2
1
1
n
ij ji
j
x xS n
, j = 1, 2, ... ,p (2.13)
variansi dari x j adalah kuadrat dari nilai standar deviasi sehingga
2
j jvar( ) =
x s. (2.14)
Secara umum variansi pada multidimensional variate didefinisikan sebagai
kovariansi antara elemen X i dan X j. Kovariansi sampel dari variabel X j dan X k adalah
1
1.
1
n
jk ij j ik k in
s x x x x
(2.15)
Jika k = j, kovariansi adalah variansi dari X i dan dapat dituliskan s jj = s j2.
Selanjutnya matriks kovariansi yang dinotasikan dengan S ditulis sebagai
11 12 1
21 22 2
1 2
.
p
p
p p pp
s s s
s s sS
s s s
(2.16)
Jika matriks data berukuran n p , dengan n merupakan jumlah sampel
dan p merupakan jumlah variabel, maka akan diperoleh sejumlah p nilai eigen. Nilai
eigen ditentukan dengan menyelesaikan persamaan karakteristik
0,S I i (2.17)
dengan S merupakan matriks kovariansi, i merupakan nilai eigen dari S dan I
merupakan matriks identitas.Selanjutnya, misalkan A adalah matriks orthogonal
berbentuk p p
1 2, ,..., . p A a a a (2.18)
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
31/79
16
16
dengan a1 , a2 , ... , a p adalah vektor-vektor eigen, maka persamaan dari matriks
kovariansi dapat ditulis sebagai
S = A’ A (2.19)
dengan merupakan matriks diagonal dengan elemen-elemennya adalah nilai-nilai
eigen. Matriks dituliskan
1
2
0 0
0 0.
0 0 p
(2.20)
Determinan matriks kovariansi S , yaitu | S | dapat dituliskan sebagai
1
' ' '
p
ii
S A A A A A A I
(2.21)
2.5 Fungsi Jarak
Fungsi jarak merupakan salah satu cara mencari jarak antar objek. Fungsi
jarak mengukur ketidaksamaan antar objek yang diukur. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk penghitungan fungsi jarak, salah satunya adalah metode
jarak Euclidean (Johnson, 2007: 30).
Metode jarak Euclidean ( Euclidean Distance) merupakan metode
pengukuran jarak yang dapat memperlihatkan ketidaksamaan antar dua objek.
Sementara itu, secara geometri jarak Euclidean digambarkan dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Jarak euclidean antara dua objek pengukuran pada variabel X dan Y .
Objek 1 ( x1 , y1)
Objek 1 ( x2 , y2)
( x1 - x2)
( y1 - y2)
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
32/79
17
17
Misal dua titik pada bidang dimensi dua mempunyai titik (X 1 , Y 1 ) dan (X 2 , Y 2 ), maka
jarak euclidean antara dua titik tersebut adalah panjang hipotesa atau sis miring
segitiga. Rumus jarak pada bidang dimensi dua dituliskan sebagai
22
1 2 1 2
. Jarak y y x x (2.22)
Sedangkan, jarak euclidean antara objek ke- j dengan objek ke-k dengan P variabel
adalah
2
1
p
jk ij ik i
d x x
(2.23)
dengan d jk = jarak euclidean antara objek ke- j dengan objek ke-k P = jumlah variabel yang akan diukur
xij = nilai atau data dari variabel ke-i pada objek ke-j
xik = nilai atau data dari variabel ke-i pada objek ke-k
Nilai-nilai yang diperoleh dari perhitungan jarak Euclidean selanjutnya disusun
dalam matriks simetriks berukuran n n (Johnson, 2002: 673).
2.6 Nilai Standar (Zscore )
Nilai standar (ZScore) adalah nilai yang menyatakan perbedaan antara
besar suatu data dengan rata-ratanya. Nilai standar digunakan untuk
membandingkan dua hasil pengukuran atau lebih sehingga diketahui keberhasilan
dua usaha yang dinyatakan dalam data (angka). Zscore juga dapat menunjukkan
seberapa jauh sebuah nilai mentah menyimpang dari rata-ratanya dalam suatu
distribusi data dengan satuan standar deviasi distribusi. Dengan demikian, nilai
standar tidak lagi tergantung pada satuan pengukuran seperti cm, kg, rupiah, detik
dan sebagainya. Rumus untuk menghitung besarnya nilai standar (ZScore) dapat
dapat ditulis sebagai (Afriyanti, 2007: 60)
x x Z
S
(2.24)
dengan Z = nilai standar
x = nilai data
x = mean (rata-rata)
S = simpangan baku (SD)
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
33/79
18
18
2.7 Analisis Cluster
Analisis cluster merupakan salah satu teknik dalam analisis multivariat
yang mencoba mengelompokkan objek-objek yang mempunyai kemiripan ke
dalam kelas diskrit atau kelompok-kelompok. Pada variabel tunggal, objek akan
dengan mudah disusun menurut urutan atau rangking pada ukuran variabel dan
kemudian dikombinasikan ke dalam kelompok berdasarkan letaknya sepanjang
koordinat x. Pada jumlah variabel yang lebih dari satu, akan terjadi perbedaan
pengelompokkan pada tiap-tiap variabel. Algoritma pengelompokkan
menggunakan matriks data sebagai input data yang merupakan kumpulan N objek
dengan P variabel. Himpunan N objek dan P variabel dapat dituliskan sebagai
(Johnson, 2007: 112)
11 12 1
21 22 2
1 2
.
p
p
n n np
x x x
x x x X
x x x
(2.25)
Salah satu tipe pengelompokkan data yang digunakan dalam analisis
cluster adalah metode cluster hirarki (hierarchical clustering method ). Metode
cluster hirarki melakukan proses pengelompokkan dengan menggabungkan objek
atau membagi objek ke dalam kelompok-kelompok. Algoritma penggabungan
cluster yang digunakan dalam proses penggabungan cluster adalah metode
agglomerative cluster hirarki (Johnson, 2007:595).
2.7.1 Metode Agglomerative Cluster Hirarki
Metode agglomerative cluster hirarki merupakan salah satu metode dalam
cluster hirarki. Prosedur dalam metode ini mengkombinasikan objek-objek yang
mempunyai kesamaan ke dalam kelas-kelas dan menyusun kelas ini ke dalam
bentuk yang bertingkat dan hirarki. Metode ini hanya dapat diterapkan pada proses
pembentukan cluster dalam jumlah objek kurang dari lima puluh.
Metode agglomerative cluster hirarki menggunakan seluruh informasi
yang terdapat diseluruh variabel. Pertama, setiap objek diasumsikan sebagai cluster
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
34/79
19
19
tunggal keudian mengelompokkan cluster yang lebih besar sampai akhirnya seluruh
objek terkandung dalam sebuah cluster tunggal.
Menurut Jonson R.A (2007: 681) tahap-tahap dalam agglomerative cluster
hirarki untuk mengelompokkan N objek adalah sebagai berikut :
1. Mulai dengan N cluster, masing-masing cluster merupakan objek tunggal
dalam sebuah n n matriks jarak (ketidaksamaan) D = {d ik }.
2. Mencari matriks jarak untuk sepasang cluster terdekat (paling sama).
Misal jarak antara cluster terdekat antara cluster U dan V disebut d UV .
3. Menggabungkan antara cluster U dan V . Memberi label cluster baru
dengan (UV). Memperbaharui entri matriks jarak dengan menghilangkan
baris dan kolom yang bergabung dengan cluster U dan V.
4. Menambahkan baris dan kolom yang memberikan jarak antara cluster
(UV) dan sisa cluster.
5.
Mengulangi langkah 2 dan 3 hingga N - 1 kali (seluruh objek akan
membentuk sebuah cluster tunggal setelah algoritma selesai). Mencatat
ciri-ciri cluster yang telah digabungkan dan membuat tingkatan atau level
(jarak atau ketidaksamaan) dimana penggabungan diambil. (2.26)
Salah satu komponen algoritma dalam prosedur penggabungan cluster
dalam agglomerative cluster hirarki adalah metode linkage antara lain, single
linkage, average linkage, complete linkage, Ward method, dan centroit methode.
Selanjutnya, dalam laporan kerja praktik ini metode linkage yang digunakan adalah
average linkage.
2.7.2
Metode Average L inkage
Metode average linkage merupakan salah satu prosedur dalam
agglomerative cluster hirarki yang mendefinisikan jarak antara dua cluster adalah
rata-rata jarak antara sebuah objek disatu cluster dan sebuah objek di cluster lain
yang terdekat. Secara umum proses penggabungan cluster mengacu pada (2.26).
Pertama dimulai dengan mencari matriks jarak D = {d ik } untuk menemukan jarak
terdekat (paling sama) pada objek, misal U dan V . Objek ini digabungkan dalam
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
35/79
20
20
bentuk cluster (UV). Untuk tahap ketiga pada (2.24) jarak antara (UV) dan cluster
lainnya, W didefinisikan sebagai berikut (Johnson, 2007: 690):
() = [/( + )] + [/( + )] (2.27)
dimana d ik = jarak antara objek ke-i di cluster W dan objek ke-k di cluster (UV).
= masing-masing adalah jumlah cluster di U .
= masing-masing adalah jumlah cluster di V.
= jarak antara cluster W ke U .
Average linkage merupakan salah satu model linkage yang diharapkan mampu
mewakili proporsi tiap-tiap objek yang dicluster kan.
2.8 Penjadwalan Penggabungan Cluster
Tahap pertama dalam agglomerative cluster hirarki adalah menghitung
matriks kemiripan (resemblance matrix) dari matriks data menggunakan berbagai
alternatif pengukuran kemiripan. Matriks kemiripan berisi koefisien kemiripan
(koefisien kesamaan atau ketidaksamaan) untuk setiap pasangan objek. Kemiripan
antara dua objek ditentukan oleh kesamaan berdasarkan nilai skor variabel yang
diukur. Hasilnya, adalah objek-objek pada matriks kemiripan dengan koefisien
kemiripan masing-masing disusun secara persegi dalam bentuk matriks simetri
dengan elemen-elemen diagonal adalah nilai perbandingan terhadap elemen itu
sendiri. Biasanya matriks kemiripan dikonversikan sebagai matriks ketidaksamaan
yang merupakan komplemen dari setiap koefisien kemiripan.
Tahapan selanjutnya, dalam analisi cluster hirarki adalah
mengelompokkan atau menggabungkan objek untuk membangun cluster-cluster
yang akan bertambah besar dan tersusun hirarki. Proses penggabungan tersebut
menghasilkan tabel agglomerasi (agglomeration schedule) yang memerlihatkan
tahap-tahap penggabungan dan hubungan nilai kesamaan pada setiap objek dan
cluster yang digabungkan untuk membentuk cluster baru. Pada tabel agglomerasi,
nilai jarak atau ketidaksamaan akan tergantung dari ukuran kemiripan dan prosedur
penggabungan yang digunakan. Hasil dari tabel agglomerasi dapat ditampilkan
dalam sebuah grafik yang berbentuk pohon yang disebut dendrogram (Johnson,
2007: 716). Gambar 2.2 berikut ini adalah contoh sederhana dendrogram
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
36/79
21
21
Gambar 2.2 Contoh dendrogram sederhana.
Sebuah dendrogram mewakili kesamaan antara objek-objek.
Dendrogram terdiri dari beberapa clade yang ditandai dengan lingkaran hitam pada
Gambar 2.2. Terminal akhir dari semua clade disebut leaf (daun) sebagai objek
yang akan dianalisis yang ditandai dengan garis merah. Susunan clades yang
menggabungkan dua atau lebih leaf menyatakan bahwa objek yang dikaitkan
merupakan objek yang memiliki kemiripan satu sama lain yang membentuk sebuah
cluster . Seperti contoh dendrogram pada Gambar 2.2, dapat dilihat bahwa
kemungkinan dapat terbentuk tiga cluster dengan anggota cluster pertama yang
beranggotakan objek nomor 1 dan 3, cluster kedua dengan anggota objek nomor 6,
dan cluster ketiga yang beranggotakan objek nomor 2, 4 dan 5.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
37/79
22
22
BAB III
PROFIL TEMPAT KERJA PRAKTIK
Pada bab ini akan dijelaskan profil tempat kerja praktik tempat kerja praktik
yang meliputi sejarah singkat, visi dan misi, arti logo, tugas dan fungsi serta struktur
organisai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwokerto. Profil tempat kerja
praktik tersebut dikutip dari buku profil KPP Pratama Purwokerto.
3.1 Sejarah KPP Pratama Purwokerto
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwokerto berdiri sejak tahun
1965 yang berawal dari Kantor Inspeksi Pajak yang merupakan Kantor Dinas Luar
(KDL) Tingkat 1 Banyumas. KPP Pratama Purwokerto merupakan gabungan dari
3 unit kantor, yaitu Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dari
Kantor Pemeriksaan dan Penyelidikan Pajak (KARIPKA). Pada bulan April 1966,
nama Kantor Dinas Luar Tingkat 1 berubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak
Purwokerto. Kemudian berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan
No.278/KMK/01/1989, Kantor Inspeksi Pajak Purwokerto berubah menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Purwokerto yang dahulu terletak di Jalan Gatot Subroto No 107
Purwokerto.
KPBBB sebelumnya juga pernah mengalami beberapa kali perubahan
nama. Pada awalnya bernama Kantor Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA),
kemudian pada tahun 1987 berubah menjadi Kantor Dinas Luar Tingkat 1 IPEDA
Purwokerto, kemudian diubah lagi menjadi Kantor Inspeksi IPEDA. Setelah itu
diubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak Bumi dan Bangunan Purwokerto.
Akhirnya berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK.01/1989,
Kantor Inspeksi PBB diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
(KPPBB) yang dahulu terletak di Jalan Gerilya Purwokerto.
Pada tanggal 1 Oktober 2007 dibentuklah KPP Pratama Purwokerto
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 551/PMK.01/2006 yang merupakan
gabungan dari KPP Purwokerto, KPPNN dan KARIPKA yang sekarang bertempat
di Jalan Gatot Subroto No. 107 Purwokerto.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
38/79
23
23
3.2 Visi Dan Misi KPP Pratama Purwokerto
Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwokerto adalah
sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi Kantor Pelayanan Pajak yang terbaik dan terpercaya.
b. Misi
Menghimpun penerimaan pajak yang mengedepankan integritas dengan
didukung sumber daya manusia yang profesional dan bersinergi serta
dipercaya masyarakat demi kemandirian bangsa.
3.3 Arti Logo Kementerian Keuangan RI
Logo Kementerian Keuangan RI mempunyai bentuk segi lima dengan
warna dasar biru. Komponen yang ada pada logo Kementerian Keuangan RI adalah
padi sepanjang 17 dan kapas sepanjang 8 butir dengan gada ada yang berada
diantaranya, serta sayap di kanan dan kiri logo mempunyai makna tersendiri.
Gambar 3.1. Logo Kementerian Keuangan RI
Makna dari logo Kementrian Keuangan RI adalah sebagai berikut:
1. Padi sepanjang 17 butir dan kapas sepanjang 8 butir melambangkan cita-
cita upaya kita untuk mengisi kesejahteraan Bangsa dan sekaligus diberi arti
sebagai tanggal lahirnya Negara Republik Indonesia.
2. Sayap melambangkan ketangkasan dalam menjalankan tugas.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
39/79
24
24
3.
Gada melambangkan daya upaya menghimpun, mengerahkan,
mengamankan keuangan Negara.
4. Ruang segi lima melambangkan dasar Negara Pancasila.
3.4 Tugas Dan Fungsi KPP Pratama Purwokerto
Tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwokerto
adalah sebagai berikut :
a. Tugas KPP Pratama Purwokerto
KPP Pratama Purwokerto mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan,
pelayanan dan pengawasan wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak
Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan terkait P3 (Perkebunan,
Pertambangan danPerhutanan) dalam wilayah Kabupaten Banyumas
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Fungsi KPP Pratama Purwokerto
KPP Pratama Purwokerto menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1.
Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan
subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.
4. Penyuluhan perpajakan.
5.
Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.
6. Pelaksanaan ekstensifikasi.
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
40/79
25
25
11.
Pelaksanaan intensifikasi.
12. Pembetulan ketetapan pajak.
13. Pelaksanaan administrasi kantor.
3.5 Wilayah Kerja KPP Pratama Purwokerto
Wilayah kerja KPP Pratama Purwokerto mencakup seluruh wilayah
Kabupaten Banyumas seperti pada Gambar 3.2
Gambar 3.2 Peta administrasi Kabupaten Banyumas.
Kabupaten Banyumas sebagai wilayah administrasi perpajakan yang dikelola KPP
Pratama Purwokerto mempunyai luas wilayah sekitar 1.327,60 km2 atau setara
132.759,56 ha. Wilayah ini terdiri atas 301 desa, 30 kelurahan dan 27 kecamatan,
yang meliputi :
1. Kecamatan Ajibarang
2.
Kecamatan Banyumas
3. Kecamatan Baturaden
4. Kecamatan Cilongok
5.
Kecamatan Gumelar
6.
Kecamatan Jatilawang
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
41/79
26
26
7.
Kecamatan Kalibagor
8. Kecamatan Karanglewas
9. Kecamatan Kebasen
10.
Kecamatan Kedungbanteng
11. Kecamatan Kembaran
12. Kecamatan Kemranjen
13. Kecamatan Lumbir
14. Kecamatan Patikraja
15. Kecamatan Pekuncen
16.
Kecamatan Purwojati
17. Kecamatan Purwokerto Barat
18. Kecamatan Purwokerto Selatan
19.
Kecamatan Purwokerto Timur
20. Kecamatan Purwokerto Utara
21. Kecamatan Rawalo
22.
Kecamatan Sokaraja
23.
Kecamatan Somagede
24. Kecamatan Sumbang
25.
Kecamatan Sumpiuh
26. Kecamatan Tambak
27. Kecamatan Wangon
Batas wilayah Kabupaten Banyumas yaitu sebelah utara berbatasan dengan
Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang, sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Cilacap, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara, dan sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes.
Jumlah penduduk di Kabupaten Banyumas pada tahun 2013 yang mencapai
1.578.129 jiwa yang terdiri dari 793.194 laki-laki dan 784.935 perempuan, maka
pada tahun 2014 jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Purwokerto
seperti pada Tabel 1.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
42/79
27
27
Tabel 3.1. Jumlah wajib pajak terdaftar tahun 2014.
3.6 Struktur Organisasi KPP Pratama Purwokerto
Gambar 3.3. Struktur organisasi KPP Pratama Purwokerto.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Verifikasi Direktorat Jenderal Pajak,struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwokerto disusun
sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak seperti
pada Gambar 3.3, terdiri dari :
a. Kepala Kantor
Kepala kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan
pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang
No Jenis Wajib Pajak Jumlah
1 Badan7.981
2 Orang Pribadi132.989
3 Bendaharawan1.876
Jumlah142.846
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
43/79
28
28
Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan
dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.
b. Subbagian Umum
Subbagian Umum merupakan koordinator fungsi pelayanan kesekertariatan
terutama dalam kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah
tangga serta perlengkapan.
c. Seksi Teknis
Seksi Teknis yang terdiri atas beberapa bagian, antara lain :
1. Seksi Pelayanan
Seksi pelayanan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,
penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksaan registrasi wajib pajak, serta kerjasama
perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
2.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk mengkoordinasikan pengumpulan dan pencarian data,
perekaman data, peminjaman berkas data, pengadministrasian data
masukan dan data keluaran, data ekstensifikasi dan intensifikasi wajib
pajak.
3.
Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
menjalankan proses administrasi dan penatausahaan Surat Ketetapan
Pajak (SKP) yang dijadikan dasar dalam melaksanakan tindakan-
tindakan penagihan serta bukti-bukti pelunasan utang pajak yang timbul
dari penerbitan SKP, penetapan piutang pajak yang kadaluwarsa sampai
dengan pengusulan penghapusan piutang pajak. Selain itu, seksi
penagihan bertanggung jawab melakukan upaya-upaya pencairan utang
pajak melalui penerbitan Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
44/79
29
29
Penyitaan maupun melakukan pelelangan harta sitaan yang bekerja sama
dengan Kantor Lelang Negara.
4. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi
perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dan
kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dnegan ketentuan yang
berlaku.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan
wajib pajak, bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi
teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib
pajak, rekonsialisasi data wajib pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
6.
Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
pembuatan daftar nominatif wajib pajak yang diusulkan untuk dilakukan
pemeriksaan, melakukan peminjaman dan pengembalian berkas dan data
wajib pajak sesuai dengan daftar nominatif yang akan diperiksa. Seksi
Pemeriksaan juga bertanggung jawab dalam penerbitan surat perintah
pengamatan, pengiriman laporan hasil pelaksaan pengamatan, penelitian
permohonan kembali kelebihan pembayaran pajak yang tidak seharusnya
terutang dan permohinan SPTLB wajib pajak pribadi, pembuatan Surat
Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3), Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Pajak dan Surat Pemanggilan Pemeriksaan Pajak serta menatausahakan
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Nota Perhitungan (Nothit).
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
45/79
30
30
d.
Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Fungsional ini terdiri dari :
1. Pejabat Fungsional Pemeriksa
Pejabat Fungsional Pemeriksa dalam melaksanakan tugasnya
beroordinasi dengan Seksi Pemeriksaan dan bertanggung jawab secara
langsung kepada Kepala Kantor KPP Pratama.
2. Pejabat Fungsional Penilai
Pejabat Fungsional Penilai dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi
dengan Seksi Ekstensifikasi dan bertanggung jawab secara langsung
kepada Kepala Kantor KPP Pratama.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
46/79
31
31
BAB IV
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai metode kerja praktik dan hasil kerja
praktik. Data yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk mengetahui analisis
cluster hirarki pada potensi penerimaan pajak di Kabupaten Banyumas tahun 2014
menggunakan metode pengukuran jarak Euclidean.
4.1 Kegiatan Kerja Praktik
Kerja praktik ini dilaksanakan selama 30 hari, yaitu pada tanggal 26 Januari
2015 sampai tanggal 26 Februari 2015 yang bertempat di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Purwokerto tepatnya di Subbagian Pelayanan. Jam kerja yang
diberlakukan selama kerja praktik adalah 5 (lima) hari kerja yaitu hari Senin sampai
hari Jum’at dimulai pukul 07.30 s/d 15.00, dengan waktu istirahat antara pukul
12.00 s/d 13.30. Adapun jadwal kegiatan kerja praktik sebagai berikut :
Minggu I
a.
Melakukan pendataan terhadap Surat Pajak Tahunan (SPT) yang tidak sesuai
yang dikembalikan ke KPP Pratama Purwokerto.
b.
Melakukan barcode untuk pengemasan SPT 1770SS.
c.
Mengelompokkan SPT Masa menurut status, pasal, masa dan tahun pajak.
Minggu II
a.
Merekam data SPT Masa ke Pusat Data dan Informasi melalui portal Sistem
Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP).
b.
Mengelompokkan SPT milik pensiunan.c.
Mengelompokkan SPT Masa menurut status, pasal, masa dan tahun pajak.
Minggu III
a.
Menjadi petugas pencetakan tanda terima SPT Tahunan tahun 2014.
b.
Mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) untuk SPT yang sudah
diteliti.
c.
Meneliti SPT 1770SS yang telah dilaporkan Wajib Pajak.
d.
Melakukan barcode untuk pengemasan SPT 1770 SS.
e.
Melakukan barcode untuk pengemasan SPT 1770 S.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
47/79
32
32
Minggu IV
a.
Menjadi petugas pencetakan tanda terima SPT Tahunan tahun 2014.
b. Mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) untuk SPT yang sudah
diteliti.
c. Meneliti SPT 1770 OP dan 1770 SS
4.2 Metode Kerja Praktik
Pada metode kerja praktik ini akan dijelaskan mengenai metode kerja
praktik yang digunakan dalam penyusunan laporan. Selain itu, akan dijelaskan juga
mengenai data yang akan digunakan serta analisisnya.
4.2.1 Metode
Metode yang digunakan dalam menyelesaikan penulisan laporan kerja
praktik ini, yaitu pengamatan, wawancara, dan metode studi pustaka. Untuk lebih
jelasnya, akan dijelaskan sebagai berikut:
1.
Metode Pengamatan
Dengan metode ini, penulis melakukan pengamatan tentang potensi
penerimaan pajak di Kabupaten Banyumas tahun 2014.
2.
Metode Wawancara
Dengan metode ini, penulis melakukan tanya jawab dengan pihak KPP
Pratama Purwokerto mengenai penerimaan Kabupaten Banyumas yang
dalam hal ini adalah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
3.
Metode Studi PustakaDengan metode ini, penulis melakukan studi pustaka dengan cara mencari,
membaca, mempelajari, dan memahami bahan-bahan yang berasal dari
literatur ataupun dari referensi lain, seperti dari internet yang mendukung
penulisan laporan kerja praktik ini.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
48/79
33
33
4.2.2 Data
Data yang digunakan adalah data penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan
penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) perkecamatan di Kabupaten Banyumas
tahun 2014. Data yang akan dianalisis adalah penerimaan PPh dan PPN perwajib
pajak efektif yang terdaftar. Data selengkapnya untuk penerimaan PPh
perkecamatan ditunjukkan pada Lampiran 1, sedangkan data untuk penerimaan
PPN perkecamatan ditunjukkan pada Lampiran 2.
4.2.3 Tempat Pengambilan Data
Data yang digunakan diperoleh dari Subbagian Pengolahan Data dan
Informasi KPP Pratama Purwokerto. Jalan Jendral Gatot Subroto nomor 107.
4.2.4 Analisis Data
Adapun tahapan analisis data yang dilakukan dalam pembahasan dalam
menganalisis cluster hirarki pada potensi penerimaan pajak di Kabupaten
Banyumas tahun 2014 menggunakan metode pengukuran jarak Euclidean sebagai
berikut :
1. Menentukan variabel-variabel yang akan digunakan.
2.
Membuat matriks jarak kesamaan dengan menggunakan metode jarak
Euclidean.
3. Menggunakan agglomerative cluster hirarki dengan prosedur average
linkage.
4. Menginterpretasikan hasil analisis ke dalam dendogram.
5.
Menganalisis hasil dendogram.
Analisis ini dilakukan dibantu dengan menggunakan Software SPSS 14.0 dan
Minitab 16.
4.3 Hasil Kerja Praktik
Selama kurang lebih satu bulan penulis melaksanakan kerja praktik dengan
berbagai kegiatan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis berkeinginan
untuk melakukan analisis potensi penerimaan pajak di Kabupaten Banyumas tahun
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
49/79
34
34
2014. Analisis dilakukan dengan memanfaatkan data penerimaan PPh dan PPN
seluruh kecamatan di Kabupaten Banyumas tahun 2014.
4.3.1 Deskripsi Data
Penelitian ini membahas klasifikasi penerimaan pajak pada kecamatan yang
ada di Kabupaten Banyumas. Kecamatan akan dikelompokkan berdasarkan
karakteristik variabel yang dimilikinya. Karakteristik variabel yang akan diukur
adalah penerimaan PPh perwajib pajak (X1) dan penerimaan PPN perwajib pajak
(X2). Data selengkapnya untuk jumlah wajib pajak efektif di wilayah Kabupaten
Banyumas yang terdaftar ditunjukkan pada Lampiran 3, sedangkan untuk jumlah
wajib pajak terdaftar ditunjukkan pada Lampiran 4.
Setiap objek kecamatan dianggap sebagai sebuah cluster tunggal yang
diinterpretasikan dalam sebuah urutan nomor yang akan ditunjukkan pada Tabel
4.1. Pada Tabel 4.1 ditampilkan jumlah penerimaan PPh dan PPN perwajib pajak
efektif pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banyumas. Daftar kecamatan
di Kabupaten Banyumas yang dikelompokkan beserta variabel pengukurannya
dapat dilihat pada Tabel 4.1.
4.3.2 Prosedur Analisis Cluster
Dari data yang ditampilkan pada Tabel 4.1, diketahui data pengamatan yang
telah dilakukan adalah sebanyak 27 sampel yang merupakan jumlah kecamatan di
Kabupaten Banyumas. Dengan variabel pengamatan sebanyak dua yaitu
penerimaan PPh dan PPN perwajib pajak.
Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis cluster
adalah standarisasi variabel. Standarisasi perlu dilakukan apabila terdapat
variabilitas satuan, yaitu ukuran yang menunjukkan penyebaran data disekitar
mean. Pada Lampiran 5 ditampilkan statistik deskriptif untuk variabel pengamatan
pada data penerimaan PPh dan PPN pada kecamatan di Kabupaten Banyumas.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
50/79
35
35
Tabel 4.1 Data kecamatan dan variabel pengamatan.
Mengingat data yang terkumpul memiliki variabilitas satuan, maka perlu
dilakukan langkah standarisasi atau transformasi terhadap variabel yang relevan
kebentuk Zsore. Untuk selanjutnya, hasil Zscore yang akan dipakai sebagai analisis
cluster hirarki. Hasil standarisasi variabel dapat dilihat pada Tabel 4.2.
NoObjek Variabel
Cluster Kecamatan X1 X2
1 Ajibarang 4258612,465 1650122,843
2 Banyumas 1206832,851 677484,1924
3 Baturaden 6256815,389 5733637,456
4 Cilongok 198392,6566 378934,3267
5 Gumelar 253785,8139 112907,3217
6 Jatilawang 179105,2411 226312,5274
7 Kalibagor 985726,5506 1460705,449
8 Karanglewas 197821,0444 664726,0295
9 Kebasen 144211,7386 355762,6912
10 Kedungbanteng 398066,3354 236191,2461
11 Kembaran 356614,695 624676,837
12 Kemranjen 108958,8907 247270,7814
13 Lumbir 145991,8282 114358,8022
14 Patikraja 203345,0624 1400028,171
15 Pekuncen 88880,79924 104789,1404
16 Purwojati 145215,4627 111751,245
17 Purwokerto Barat 3195432,699 1864296,401
18 Purwokerto Selatan 12611341,39 4904488,415
19 Purwokerto Timur 9782971,188 3417934,495
20 Purwokerto Utara 9674182,099 1911021,434
21 Rawalo 180949,6048 221839,5103
22 Sokaraja 1759902,067 1359225,806
23 Somagede 231224,5681 447805,0501
24 Sumbang 236625,7414 402662,5461
25 Sumpiuh 368558,3981 348113,615
26 Tambak 263830,365 251742,973
27 Wangon 543555,3192 2265593,139
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
51/79
36
36
Tabel 4.2 Nilai standarisasi data penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) pada kecamatan di Kabupaten Banyumas.
No Kecamatan Zscore PPh Zscore PPN
1 Ajibarang 0,64947 0,33202
2 Banyumas -0,22774 -0,33567
3 Baturaden 1,22383 3,13522
4 Cilongok -0,51761 -0,54061
5 Gumelar -0,50169 -0,72323
6 Jatilawang -0,52316 -0,64538
7 Kalibagor -0,2913 0,201998 Karanglewas -0,51778 -0,34442
9 Kebasen -0,53319 -0,55652
10 Kedungbanteng -0,46022 -0,6386
11 Kembaran -0,47213 -0,37192
12 Kemranjen -0,54332 -0,63099
13 Lumbir -0,53267 -0,72223
14 Patikraja -0,51619 0,16034
15 Pekuncen -0,54909 -0,7288
16 Purwojati -0,5329 -0,7240217 Purwokerto Barat 0,34386 0,47904
18 Purwokerto Selatan 3,05039 2,56604
19 Purwokerto Timur 2,2374 1,54557
20 Purwokerto Utara 2,20613 0,51112
21 Rawalo -0,52263 -0,64845
22 Sokaraja -0,06877 0,13233
23 Somagede -0,50818 -0,49333
24 Sumbang -0,50662 -0,52432
25 Sumpiuh -0,4687 -0,5617726 Tambak -0,4988 -0,62792
27 Wangon -0,4184 0,75452
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
52/79
37
37
4.3.3 Hasil Analisis Cluster
Analisis cluster dilakukan untuk mengidentifikasi sekelompok kecamatan
yang memiliki karakteristik tertentu berdasarkan variabel yang dimilikinya.
Matriks jarak yang dihasilkan dari perhitungan metode jarak Euclidean merupakan
ukuran jarak atau ketidaksamaan antar objek. Nilai terkecil yang ada dalam matriks
berukuran n x n tersebut menunjukkan nilai jarak kecil. Hal ini berarti objek yang
bersangkutan memiliki kesamaan yang besar berdasarkan nilai-nilai variabel yang
dimilikinya.
Kedua objek yang memiliki jarak terkecil selanjutnya bergabung menjadi
satu cluster yang pertama. Langkah berikutnya adalah menghitung jarak antar
cluster pertama dengan obek-objek lainnya. Langkah tersebut dilakukan secara
berulang hingga diperoleh satu cluster yang memuat seluruh objek.
Cluster akan dibentuk secara bertahap berdasarkan jarak hingga terbentuk
susunan cluster berjenjang. Jumlah kecamatan di Kabupaten Banyumas yang akan
digunakan dalam penelitian tidak lebih dari 50 sehingga metode penggabungan
cluster dilakukan dengan menggunakan agglomerative cluster hirarki dengan
prosedur penggabungan cluster average linkage.
Analisis cluster menggunakan program SPSS 14.0 menghasilkan
agglomerative schedule, cluster combine menyatakan jenis cluster yang digabung.
Sedangkan coefficient menyatakan koefisien jarak agglomerasi (penggabungan)
antara dua cluster yang digabung. Koefisien yang kecil menunjukkan bahwa cluster
yang lebih homogen atau mirip digabungkan. Penggabungan dua cluster yang
sangat berbeda akan menghasilkan koefisien yang besar atau persentase perubahan
koefisien yang besar pula.
4.3.3.1 Hasil Analisis Cluster pada Kecamatan di Kabupaten Banyumas
Menggunakan Metode Jarak Euclidean
Berdasarkan hasil metode jarak Euclidean (2.22) dengan menggunakan
software SPSS 14.0 diperoleh matriks jarak yang menunjukkan jarak atau
ketidaksamaan antar 27 cluster . Tahap-tahap penggabungan cluster berdasarkan
matriks jarak pada Lampiran 4 ditunjukkan pada Tabel 4.3.
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
53/79
38
38
Tabel 4.3. Tahap-tahap pembentukkan cluster berdasarkan hasil perhitungan jarak
euclidean pada data kecamatan di Kabupaten Banyumas.
Agglomeration Schedule
StageCluster Combined
Coefficients
Stage Cluster First
Appears Next Stage
Cluster 1 Cluster 2 Cluster 1 Cluster 2
1 13 16 0,001803862 0 0 3
2 6 21 0,003116014 0 0 5
3 13 15 0,01728264 1 0 8
4 4 24 0,019649339 0 0 65 6 12 0,025921663 2 0 7
6 4 9 0,032000273 4 0 9
7 6 26 0,035344667 5 0 11
8 5 13 0,036648503 0 3 13
9 4 23 0,049064132 6 0 12
10 8 11 0,053284265 0 0 16
11 6 10 0,062492028 7 0 13
12 4 25 0,062573016 9 0 14
13 5 6 0,093818025 8 11 14
14 4 5 0,146428366 12 13 17
15 7 14 0,228714379 0 0 19
16 2 8 0,268613707 0 10 17
17 2 4 0,317744274 16 14 23
18 1 17 0,339129678 0 0 21
19 7 22 0,340737972 15 0 20
20 7 27 0,627611156 19 0 21
21 1 7 0,872682422 18 20 23
22 19 20 1,034920457 0 0 24
23 1 2 1,088956737 21 17 2624 18 19 1,763161822 0 22 25
25 3 18 2,200137687 0 24 26
26 1 3 3,578994869 23 25 0
8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014
54/79
39
39
Tahap-tahap pembentukan cluster yang ditunjukkan dalam Tabel 3 dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Tahap pertama, cluster (13) bergabung dengan cluster (16) sehingga
terbentuk cluster (13-16) dengan koefisien jarak agglomerasi 0,001803862.
Koefisien jarak agglomerasi selanjutnya disingkat menjadi koefisien jarak
yang merupakan koefisien yang dihasilkan dari proses agglomerasi dua
cluster dengan ketidaksamaan yang paling kecil.
2. Tahap kedua, cluster (6) bergabung dengan cluster (21) sehingga terbentuk
cluster (6-21) dengan koefisien jarak 0,003116014.
3.
Tahap ketiga, cluster (13-16) bergabung