Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    1/79

     

    ANALISIS CLUSTER  HIRARKI 

    PADA POTENSI PENERIMAAN PAJAK

    DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014

    LAPORAN KERJA PRAKTIK

    Oleh

    LISTIANA RETNO WATI

    H1B012036

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    JURUSAN MATEMATIKA

    PURWOKERTO

    2015

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    2/79

     

    ii

    ANALISIS CLUSTER  HIRARKI 

    PADA POTENSI PENERIMAAN PAJAK

    DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014

    LAPORAN KERJA PRAKTIK

    Oleh

    LISTIANA RETNO WATI

    H1B012036

    Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Melaksanakan

    Tugas Akhir Strata Satu Jurusan Matematika

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Jenderal Soedirman

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    JURUSAN MATEMATIKA

    PURWOKERTO

    2015

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    3/79

     

    iii

    PERNYATAAN

    Saya, yang bertanda tangan di bawah ini :

     Nama : Listiana Retno Wati

     NIM : H1B012036

    menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa laporan kerja praktik saya yang

     berjudul

    ANALISIS CLUSTER  HIRARKI PADA POTENSI PENERIMAAN PAJAK

    DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014

    adalah hasil karya sendiri dan bukan jiplakan hasil karya orang lain.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Jika

    dikemudian hari terbukti bahwa laporan kerja praktik saya merupakan hasil

     jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi apapun yang diberikan.

    Purwokerto, Juni 2015

    Listiana Retno Wati

     NIM. H1B012036

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    4/79

     

    iv

    LAPORAN KERJA PRAKTIK

    ANALISIS CLUSTER  HIRARKI 

    PADA POTENSI PENERIMAAN PAJAK

    DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014

    Oleh :

    LISTIANA RETNO WATIH1B012036

    Disetujui dan disahkan

    pada tanggal……………………. 

    Pembimbing Kerja Praktik

    Dra. Mutia Nur Estri, M.Kom

    NIP. 19700312 199402 2 001

    Pembimbing Teknis

    Sindhu Wardhana, S.ST

    NIP. 060116329

    MengetahuiDekan Fakultas MIPA

    Drs. Sunardi, M.Si

    NIP. 19590715 199002 1 001 

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    5/79

     

    v

    PEDOMAN PENGGUNAAN LAPORAN KERJA PRAKTIK

    Laporan kerja praktik yang tidak dipublikasikan, terdaftar dan tersedia di

    Perpustakaan di lingkungan Unievrsitas Jenderal Soedirman, dan terbuka untuk

    umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang. Referensi

    kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat

    dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah yang

    menyebutkan sumbernya.

    Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh laporan kerja

     praktik haruslah seizin Dekan Fakultas MIPA, Universitas Jenderal Soedirman.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    6/79

     

    vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    laporan kerja praktik ini dengan judul “ Analisis Cluster  Hirarki Pada Potensi

    Penerimaan Pajak Di Kabupaten Banyumas Tahun 2014 Menggunakan

    Metode Pengukuran Jarak Euclidean ” 

    Laporan kerja praktik ini disusun untuk memenuhi kurikulum akademis

    sebagai salah satu syarat kelulusan yang ada di Strata Satu Jurusan dan Program

    Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

    Jenderal Soedirman Purwokerto.

    Tak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada :

    1.  Bapak Drs. Sunardi, M.Si selaku Dekan Falkultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam Universitas jenderal Soedirman.

    2. 

    Bapak Mashuri, M.Si selaku Ketua Jurusan dan Program Studi Matematika

    Universitas Jenderal Soedirman.

    3.  Ibu Dra. Mutia Nur Estri, M.Kom selaku Dosen Pembimbing kerja praktik.

    4. 

    Bapak Mulyono Marsandi selaku Kepala KPP Pratama Purwokerto.

    5.  Bapak Susanto Budi Prasetyo selaku Kepala Subbagian Pelayanan KPP

    Pratama Purwokerto.

    6. 

    Bapak Sindhu Wardana, S.ST selaku pembimbing lapangan yang telah

    membantu dalam pelaksanaan kerja praktik di KPP Pratama Purwokerto.

    7. 

    Segenap pegawai dan staf Subbagian Pelayanan KPP Pratama Purwokerto

    yang telah membimbing dan memberi bantuan selama pelaksanaan kerja

     praktik.

    8.  Kedua Orang Tua (Bapak Syaiin dan Ibu Tati Sudarwati), Adik (Salsabela

    Meilianawati), Tante Yuni, Tante As, Malikha dan seluruh keluargaku yang

    telah memberi dukungan, doa dan banyak motivasi.

    9.  Kakak-Kakak Program Diploma III Sekolah Tinggi Akutansi Negara (Iris

    Asteria Deasy, Khoirunnisa el Lathifa, Kartika Nurlaila dan Helmy Nurman

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    7/79

     

    vii

    Ramdani) yang telah banyak memberikan pelatihan selama proses kerja

     praktik di KPP Pratama Purwokerto

    10. Kelik Prasetyo Bagaskoro, Cempaka Nur Laila Fitri, Farkhati Sholikha,

    Lisnawati, Moya Lentika dan teman-teman mahasiswa Program Studi

    Matematika Unsoed angkatan 2012, yang telah memberi dukungan doa dan

    semangat dalam menyelesaikan laporan kerja praktik ini.

    11. Fransiska Kutut Agari Kumala, Gita Mentari Pratidina, Siti Muhawanah,

    Desnasari, dan Billy Beniar yang telah kerja praktik bersama-sama di

    Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwokerto.

    12. 

    Semua pihak-pihak lain yang belum penulis sebutkan.

    Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktik ini masih banyak

    kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

    membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kerja praktik ini besar

    manfaatnya bagi penulis khususnya, dan pembaca pada umumnya.

    Purwokerto, Juni 2015

    Penulis

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    8/79

     

    viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

    HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv

    PEDOMAN PENGGUNAAN LAPORAN KERJA PRAKTIK ..................... v

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

    DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

    DAFTAR NOTASI .......................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

    RINGKASAN .................................................................................................. xv

    BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

    1.1.  Latar Belakang ...................................................................... 1

    1.2. 

    Rumusan Masalah ................................................................. 2

    1.3. 

    Batasan Masalah.................................................................... 2

    1.4.  Tujuan ................................................................................... 3

    1.5. 

    Kegunaan............................................................................... 3

    1.6.  Tempat Kerja Praktik ............................................................ 3

    1.7.  Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik ......................................... 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4

    2.1.  Pajak........................................................ .............................. 4

    2.1.1 Definisi Pajak ........................................................... 4

    2.1.2 Ciri-Ciri Pajak .......................................................... 5

    2.1.3 Fungsi Pajak ............................................................. 5

    2.1.4 Pembagian Pajak ...................................................... 6

    2.2.  Pajak Penghasilan (PPh) ....................................................... 7

    2.2.1 Subjek Pajak Penghasilan ........................................ 7

    2.2.2 Objek Pajak Penghasilan .......................................... 9

    2.3. 

    Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ............................................ 10

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    9/79

     

    ix

    2.2.1 Subjek Pajak Pertambahan Nilai .............................. 10

    2.2.2 Objek Pajak Pertambahan Nilai ............................... 11

    2.4.  Matriks .................................................................................. 11

    2.4.1 Matriks Identitas ...................................................... 12

    2.4.2 Matriks Simetri ........................................................ 12

    2.4.3 Matriks Invers .......................................................... 13

    2.4.4 Determinan Matriks ................................................. 13

    2.4.5 Matriks Kovariansi ................................................... 14

    2.5.  Fungsi Jarak .......................................................................... 16

    2.6. 

     Nilai Standar.......................................................................... 17

    2.7.  Analisis Cluster  ..................................................................... 18

    2.7.1 Metode Agglomerative Cluster  Hirarki ................... 18

    2.7.2 Metode Average Linkage ......................................... 19

    2.8.  Penjadwalan Penggabungan Cluster  ..................................... 20

    BAB III PROFILTEMPAT KERJA PRAKTIK............................... ........... 22

    3.1. 

    Sejarah KPP Pratama Purwokerto ......................................... 22

    3.2. 

    Visi dan Misi KPP Pratama Purwokerto ............................... 23

    3.3.  Arti Logo Kementerian Keuangan RI ................................... 23

    3.4. 

    Tugas dan Fungsi KPP Pratama Purwokerto ......................... 24

    3.5.  Wilayah Kerja KPP Pratama Purwokerto .............................. 25

    3.6.  Struktur Organisasi KPP Pratama Purwokerto ...................... 27

    BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN .................................... 31

    4.1.  Kegiatan Kerja Praktik .......................................................... 31

    4.2. 

    Metode Kerja Praktik ........................................................... 32

    4.2.1.  Metode ....................................................................... 32

    4.2.2.  Data ............................................................................ 33

    4.2.3.  Tempat Pengambilan Data ......................................... 33

    4.2.4.  Analisis Data .............................................................. 33

    4.3.  Hasil Kerja Praktik ................................................................ 33

    4.3.1.  Deskripsi Data ............................................................ 34

    4.3.2. 

    Prosedur Analisis Cluster  ........................................... 34

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    10/79

     

    x

    4.3.3. 

    Hasil Analisis Cluster  ................................................. 37

    4.3.3.1 Hasil Analisis Cluster  pada Kecamatan di

    Kabupaten Banyumas Menggunakan Metode

    Jarak Euclidean ............................................ 37

    4.3.4.  Hasil Analisis Dendrogram........................................ 43

    4.3.5.  Klasifikasi Kecamatan .............................................. 48

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 52

    5.1  Kesimpulan ........................................................................... 52

    5.2  Saran ..................................................................................... 53

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54

    LAMPIRAN ..................................................................................................... 56

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    11/79

     

    xi

    DAFTAR NOTASI

     A m.n Matriks A yang mempunyai m baris dan n kolom

    aij Elemen dari matriks A yang terletak pada baris ke-i dan kolom ke- j 

     I Matriks identitas

     At Matriks transpose

     Aʹ   Invers dari matriks A

    | A | Determinan matriks A

    ̅  Mean sampel dari variabel X  j 

    n Banyaknya objek dalam variabel

    S  j Standar deviasi dari variabel X  j

    S  j2  Variansi dari variabel X  j 

    S  jk   Kovariansi sampel dari variabel X  j dan X k

    S   Matriks kovariansi

    | S  | Determinan matriks kovariansi

       Nilai eigen

      Matriks diagonal dengan elemen-elemennya adalah nilai-nilai eigen

    d  jk   Jarak euclidean antara objek ke- j dengan objek ke-k

     P   Jumlah variabel yang akan diukur

     xij  Nilai atau data dari variabel ke-i pada objek ke-j 

     xik    Nilai atau data dari variabel ke-i pada objek ke-k

     Z  Nilai standar

      Jumlah cluster di U  

      Jumlah cluster di V  

      Jarak antara cluster W  ke U  

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    12/79

     

    xii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 3.1 Jumlah wajib pajak terdaftar tahun 2014 ................................ 27

    Tabel 4.1 Data kecamatan dan variabel pengamatan .............................. 35

    Tabel 4.2 Nilai standarisasi data penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)

    dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada kecamatan

    di Kabupaten Banyumas ........................................................ 36

    Tabel 4.3 Tahap-tahap pembentukkan cluster berdasarkan hasil

     perhitungan jarak euclidean pada data kecamatan

    di Kabupaten Banyumas ........................................................ 38

    Tabel 4.4 Pengelompokkan kecamatan di Kabupaten Banyumas

     berdasarkan jumlah cluster  yang ingin dibentuk .................... 42

    Tabel 4.5 Urutan skor cluster  kecamatan berdasarkan

    metode jarak euclidean  .......................................................... 49

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    13/79

     

    xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Jarak euclidean antara dua objek pengukuran pada variabel

     X  dan Y  .................................................................................. 16

    Gambar 2.2 Contoh dendrogram sederhana ............................................ 22

    Gambar 3.1 Logo Kementerian Keuangan RI ........................................ 23

    Gambar 3.2 Peta administrasi Kabupaten Banyumas .............................. 25

    Gambar 3.3 Struktur organisasi KPP Pratama Purwokerto ..................... 27

    Gambar 4.1 Dendrogram 27 kecamatan di Kabupaten Banyumas

     berdasarkan metode jarak euclidean .................................... 44

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    14/79

     

    xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Data penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) perkecamatan

    di Kabupaten Banyumas tahun 2014 .................................... 56

    Lampiran 2 Data penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

     perkecamatan di Kabupaten Banyumas tahun 2014 ............. 57

    Lampiran 3 Data jumlah wajib pajak efektif perkecamatan di

    Kabupaten Banyumas tahun 2014 ........................................ 58

    Lampiran 4 Data jumlah wajib pajak terdaftar perkecamatan di

    Kabupaten Banyumas tahun 2014 ........................................ 59

    Lampiran 5  Descriptive statistics untuk variabel pengamatan pada data

     penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan

     Nilai (PPN) pada kecamatan di Kabupaten Banyumas ........ 60

    Lampiran 6 Output SPSS 14.0 matriks jarak dengan menguunakan

    metode jarak euclidean pada kecamatan

    di Kabupaten Banyumas tahun 2014.. .................................. 61

    Lampiran 7 Deskriptif statistik cluster  1 samapi 3 pada data kecamatan

    di Kabupaten Banyumas dengan perhitungan metode jarak

    euclidean .............................................................................. 62

    Lampiran 8 Riwayat Hidup ..................................................................... 63

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    15/79

     

    xv

    RINGKASAN

    Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam

    menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri.

    Penerimaan pajak setiap daerahnya berbeda-beda. Hal ini dikarenakan secara

    geografis, demografis dan topografis masing-masing daerah diseluruh Indonesia

    mempunyai perbedaan potensi sumber daya. baik Sumber Daya Alam (SDA),

    Sumber Daya Manusia (SDM), maupun Sumber Daya Ekonomi (SDE). Ada daerah

    yang mempunyai SDA yang berlimpah, tetapi ada pula daerah dengan SDA yang

    di bawah rata-rata. SDM pada daerah pada satu wilayah memiliki pemahaman

    tentang pajak di atas rata-rata, tetapi pada daerah lain memiliki SDM yang masih

    di bawah rata-rata dan perlu adanya peningkatan pemahaman akan pajak. Terdapatdaerah dengan SDE yang baik, tetapi ada pula daerah yang masih perlu adanya

     pembekalan dan pelatihan untuk peningkatan SDE. Konsekuensi adanya

    keragaman dalam SDA, SDM dan SDE membuat negara mengalami perbedaan

    dalam penerimaan pajak yang dikenakan kepada setiap wajib pajak yang sudah

    terdaftar.

    Tulisan ini mengkaji mengenai potensi penerimaan pajak tahun 2014

    dengan mengklasifikasikan kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas

    menggunakan analisis cluster   hirarki. Metode pengukuran jarak yang akan

    digunakan dalam analisis ini adalah metode pengukuran jarak euclidean dengan

    agglomerasi average linkage. Analisis ini dibentuk berdasarkan variabel input  

     berupa penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

     perwajib pajak efektif. Hasil cluster yang terbentuk dapat diperoleh pula informasi

    mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat atas pembayaran pajak tiap wajib pajak

    efektif yang terdaftar di KPP Pratama Purwokerto tahun 2014.

    Kata kunci : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Analisis Cluster Hirarki,

    Metode Pengukuran Jarak Euclidean, Agglomerasi Average Linkage

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    16/79

     

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1  Latar Belakang

    Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam

    menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri.

    Pengenaan pajak di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pajak

    negara dan pajak daerah. Direktorat Jenderal Pajak dibawah Kementerian

    Keuangan Republik Indonesia sebagai instansi pemerintah merupakan direktorat

    yang mengelola penerimaan pajak negara. Pajak-pajak tersebut adalah Pajak

    Pengahasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Atas Penjualan Barang

    Mewah (PPN dan PPN BM), Bea Materai, serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

    Penerimaan pajak setiap daerahnya berbeda-beda. Hal ini dikarenakan secara

    geografis, demografis dan topografis masing-masing daerah diseluruh Indonesia

    mempunyai perbedaan potensi sumber daya, baik Sumber Daya Alam (SDA),

    Sumber Daya Manusia (SDM), maupun Sumber Daya Ekonomi (SDE). Ada daerah

    yang mempunyai SDA yang berlimpah, tetapi ada pula daerah dengan SDA yang

    di bawah rata-rata. SDM pada daerah pada satu wilayah memiliki pemahaman

    tentang pajak di atas rata-rata, tetapi pada daerah lain memiliki SDM yang masih

    di bawah rata-rata dan perlu adanya peningkatan pemahaman akan pajak. Terdapat

    daerah dengan SDE yang baik, tetapi ada pula daerah yang masih perlu adanya

     pembekalan dan pelatihan untuk peningkatan SDE. Konsekuensi adanya

    keragaman dalam SDA, SDM dan SDE membuat negara mengalami perbedaan

    dalam penerimaan pajak yang dikenakan kepada setiap wajib pajak yang sudah

    terdaftar.

    Kabupaten Banyumas merupakan daerah yang berada di Pulau Jawa tepatnya

    di Jawa Tengah dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 1.327,60 km2  atau

    setara dengan 132.759,56 ha dengan total 27 kecamatan. Dengan keragaman

    sumber daya ditiap kecamatan yang berbeda, maka penerimaan pajak negara untuk

    tiap kecamatan di Kabupaten Banyumas yang dihimpun oleh Kantor Pelayanan

    Pajak (KPP) Pratama Purwokerto juga berbeda.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    17/79

     

    2

    Berkembangnya perkantoran dan industri di Kabupaten Banyumas dengan

     banyak wajib pajak mengakibatkan pembayaran pajak negara oleh wajib pajak yang

     paling mendominasi adalah pembayaran terhadap Pajak Penghasilan (PPh) dan

    Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Karena jumlah perkantoran dan industri yang

     berbeda tiap kecamatannya, hal ini juga berarti penerimaan PPh dan PPN tiap

    kecamatan berbeda pula.

    Melihat permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengetahui klasifikasi

     potensi penerimaan pajak di Kabupaten Banyumas tahun 2014. Penulis akan

    menggunakan analisis cluster dengan menggunakan metode agglomerative

    hierarchical cluster dan metode penghitungan jarak  Euclidean untuk melihat

    cluster yang terbentuk. Selanjutnya, dari hasil cluster yang terbentuk dapat

    diperoleh pula informasi mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat atas

     pembayaran pajak tiap wajib pajak efektif yang terdaftar di KPP Pratama

    Purwokerto tahun 2014.

    1.2  Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu

     bagaimana analisis cluster   hirarki  pada potensi penerimaan pajak di Kabupaten

    Banyumas tahun 2014.

    1.3  Batasan Masalah

    Batasan masalah yang digunakan dalam penulisan laporan Kerja Praktik ini

    adalah :

    1. 

    Objek yang akan diteliti adalah 27 kecamatan di Kabupaten Banyumas.

    2.  Variabel yang diteliti adalah penerimaan PPh dan PPN perwajib pajak di

    Kabupaten Banyumas.

    3.  Klasifikasi potensi penerimaan pajak diukur dari variabel yang diambil.

    4.  Analisis tingkat kesejahteraan masyarakat dilihat dari hasil cluster yang

    diolah.

    5.  Metode yang digunakan adalah metode agglomerative hierarchical cluster .

    6. 

    Metode perhitungan jarak menggunakan metode pengukuran jarak euclidean.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    18/79

     

    3

    1.4  Tujuan

    Tujuan dari penulisan laporan Kerja Praktik ini adalah mengetahui analisis

    cluster  hirarki pada potensi penerimaan pajak di Kabupaten Banyumas tahun 2014.

    1.5  Kegunaan

    Kegunaan yang dapat diperoleh atau dicapai dalam kerja praktik ini adalah

    sebagai berikut:

    1.  Bagi penulis laporan Kerja Praktik ini diharapkan dapat memberikan

     pemahaman tentang peran matematika terhadap konsep analisis cluster  dan

    aplikasinya. 

    2.  Bagi KPP Pratama Purwokerto dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab)

    Banyumas, tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

    klasifikasi potensi penerimaan pajak di Banyumas tahun 2014 serta

    memberikan gambaran tingkat kesejahteraan masyarakatnya. 

    3.  Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan informasi tentang keilmuan

    matematika khususnya tentang aplikasi analisis cluster. 

    1.6  Tempat Kerja Praktik

    Kerja Praktik dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

    Purwokerto. Jalan Jendral Gatot Subroto nomor 107.

    1.7  Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik

    Kerja Praktik dilaksanakan selama 30 hari, yaitu pada tanggal 26 Januari

    sampai 26 Februari 2015.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    19/79

     

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bab ini dibahas mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam

     pembahasan selanjutnya. Materi yang akan dibahas antara lain mengenai variabel

    yang diamati, dan metode yang digunakan dalam analisis cluster.

    2.1  Pajak

    Penghasilan negara adalah berasal dari rakyat melalui pungutan pajak,

    dan/atau dari hasil kekayaan alam (natural resources) yang ada dalam negara itu.

    Dua sumber itu merupakan sumber terpenting yang memberikan penghasilan

    kepada negara. Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya

     juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kesehatan rakyat, pendidikan,

    kesejahteraan, dan sebagainya. Jadi, dimana ada kepentingan masyarakat di sana

    timbul pemungutan pajak sehingga pajak adalah senyawa dengan kepentingan

    umum (Suandy, 2005: 9).

    2.1.1  Definisi Pajak  

    Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, pajak adalah iuran wajib, berupa

    uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum,

    guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai

    kesejahteraan umum. Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, pajak

    adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

    dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontrapretasi), yang langsung dapat

    ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dapat

    dipaksakan pada definisi di atas artinya bila utang pajak tidak dibayar, utang

    tersebut dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita,

    dan juga penyanderaan terhadap pembayaran pajak.

    Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah peralihan

    kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin.

    Selanjutnya, surplus dari pengeluaran tersebut digunakan untuk simpanan publik

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    20/79

    5

    5

    yang merupakan sumber utama untuk membiayai investasi publik (Soemitro, 1988:

    8).

    2.1.2  Ciri-Ciri Pajak  

    Ciri-ciri pajak antara lain (Suandy, 2005: 10):

    1.  Merupakan peralihan kekayaan dari orang/badan ke pemerintah.

    2.  Dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta aturan

     pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan.

    3.  Tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi langsung secara

    individual yang diberikan oleh pemerintah.

    4.  Dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemeritah

    daerah.

    5. 

    Diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila

    dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk

    membiayai investasi publik.

    6. 

    Digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah.

    7. 

    Dipungut secara langsung atau tidak langsung.

    2.1.3  Fungsi Pajak  

    Pajak memiliki empat fungsi meliputi (Suandy, 2005: 13):

    a.  Fungsi Budgetair  / Finansial

    Fungsi budgetair /  f inansial yaitu pajak digunakan sebagi fungsi

    anggaran atau penerimaan dengan tujuan untuk membiayai

     pengeluaran-pengeluaran negara.

     b.  Fungsi Regulerend  / Fungsi Mengatur

    Fungsi regulerend / fungsi mengatur yaitu pajak digunakan sebagai alat

    untuk mengatur atau melaksanakan kebijaka pemerintah dalam bidang

    sosial dan ekonomi.

    c.  Fungsi Stabilitas

    Fungsi stabilitas yaitu pajak sebagai penerimaan negara dapat

    digunakan untuk menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    21/79

    6

    6

    d. 

    Fungsi Retribusi

    Fungsi retribusi yaitu pajak sebagai suatu retribusi pendapatan yang

    digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan

    nasional sehingga dapat membuka kesempatan kerja dengan tujuan

    untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

    2.1.4  Pembagian Pajak  

    Pembagian pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan, wewenang

     pemungut, maupun sifatnya (Suandy, 2005: 35).

    a. 

    Berdasarkan Golongan

    Berdasarkan golongan, maka pemungutan pajak dibagi menjadi dua, yaitu :

    1.  Pajak Langsung

    Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh

    Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.

    2.  Pajak Tidak Langsung

    Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau

    digeserkan kepada pihak lain.

     b.  Berdasarkan Wewenang Pemungut

    Berdasarkan wewenang pemungutnya, maka pemungutan pajak dibagi menjadi

    dua, yaitu:

    1.  Pajak Pusat / Pajak Negara

    Pajak pusat / pajak negara adalah pajak yang wewenang pemungutnya ada

     pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kementerian

    Keuangan melalui Direktorat Jendereal Pajak. Pajak pusat diatur dalam

    undang-undang dan hasilnya akan masuk ke Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Negara.

    2.  Pajak Daerah

    Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutnya ada pada

     pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan

    Daerah. Pajak daerah diatur dalam undang-undang dan hasilnya akan masuk

    ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pajak daerah yang diatur

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    22/79

    7

    7

    dalam UU Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah menjadi

    UU Nomor 34 Tahun 200 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

    c.  Berdasarkan Sifat

    Berdasarkan sifatnya, maka pemungutan pajak dibagi menjadi dua, yaitu:

    1.  Pajak Subjektif

    Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi/keadaan Wajib

    Pajak. Dalam menentukan pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang

     berhubungan erat dengan keadaan materialnya.

    2.  Pajak Objektif

    Pajak objektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan objek yang

    menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak, kemudian baru dicari

    subjeknya baik orang pribadi maupun badan. Jadi dengan kata lain, pajak

    objektif adalah pengenaan pajak yang hanya memperhatikan kondisi

    objeknya saja.

    2.2  Pajak Penghasilan (PPh)

    Pajak penghasilan termasuk dalam kategori sebagai pajak subjektif, artinya

     pajak dikenanakan karena telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam

     peraturan perpajakan. Sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak ada subjek

     pajaknya, maka jelas tidak dikenakan pajak penghasilan. Pajak penghasilan diatur

    dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

    sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang

    selanjutnya disebut UU PPh (Ilyas dan Suhartono, 2011: 5).

    2.2.1  Subjek Pajak Penghasilan 

    Ketentuan mengenai subjek pajak penghasilan diatur dalam Pasal 1, Pasal

    2, Pasal 2a, dan Pasal 3 UU PPh. Subek pajak adalah pihak yang akan dikenakan

    dan terbebani Pajak Penghasilan (PPh). Subjek pajak akan dikenakan pajak atas

     penghasilan yang telah diterima atau diperolehnya. Wajib pajak menjadi subjek

     pajak apabila memenuhi syarat subjektif sebagai subjek pajak dan objektif karena

    menerima objek pajak (Ilyas dan Suhartono, 2011: 11).

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    23/79

    8

    8

    Ketentuan subjek pajak diatur dalam Pasal 2 ayat 1 UU PPh, bahwa orang

    yang menjadi subjek pajak adalah :

    1.  Orang Pribadi

    Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau

     berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

    2.  Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

     berhak.

    Dalam hal ini, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan

    subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.

    3. 

    Badan

    Badan sebagai subjek pajak adalah suatu bentuk usaha atau bentuk non

    usaha yang meliputi : perseroan terbatas, perseroan komaditer, perseroan

    lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik

    Daerah (BUMD) dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, firma,

    kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan, lembaga, dan pensiun dan bentuk

    usaha lainnya.

    4. 

    Bentuk Usaha Tetap

    Pengertian Badan Usaha Tetap diatur dalam Pasal 2 ayat 5 UU PPh, bahwa

    Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang

     pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia

    tidak lebih dari 183 (seratus delapan pulub tiga) hari dalam jangka waktu 12

    (dua belas) bulan, atau juga badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat

    kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan

    di Indonesia. Bentuk usaha tetap dapat berupa tempat kedudukan

    manajemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan, gendung kantor, pabrik,

     bengkel, pertambangan dan penggalian sumber alam, perikanan,

     peternakan, pertanian, perkebunan atau hutan, proyek konstruksi, instalasi,

     proyek perakitan, pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau

    orang lain, orang atau badan yang bertindak selaku agen yang

    kedudukannya tidak bebas, agen atau pegawai dari perusahaan asuransi

    yang tidak didirikan dan bertempat di Indonesia.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    24/79

    9

    9

    2.2.2  Objek Pajak Penghasilan 

    Ketentuan mengenai penghasilan sebagai objek PPh diatur dalam Pasal 4

    ayat 1 dan ayat 2 UU PPh. Pengertian penghasilan menurut UU PPh adalah setiap

    tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik

    yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

    konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan

    nama dan dalam bentuk apapun. Penghasilan yang diterima oleh wajib pajak dapat

    dikategorikan atas 4 (empat) sumber yakni (Ilyas dan Suhartono, 2011: 25):

    1.  Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pekerjaan berdasarkan

    hubungan kerja dan pekerjaan bebas.

    2.  Penghasilan dari usaha dan keiatan.

    3.  Penghasilan dari modal.

    4. 

    Penghasilan lain-lain, seperti hadiah, pembebasan utang dan sebagainya.

    Berdasarkan keempat kategori di atas, sesuai dengan Pasal 4 ayat 1 UU PPh

    telah diberikan uraian mengenai objek pajak antara lain :

    1. 

    Penggantian atau imbalan atas pekerjaan atau jasa yang diterima atau

    diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,

    gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

    2. 

    Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.

    3.  Laba usaha.

    4.  Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.

    5. 

    Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

     biaya.

    6. 

    Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

     pengembalian utang.

    7.  Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk dividen dari

     perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha

    koperasi.

    8.  Royalti.

    9.  Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan pengunaan harta.

    10. 

    Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    25/79

    10

    10

    11. 

    Keuntungan karena pembebasan utan.

    12.  Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.

    13.  Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

    14. 

    Premi asuransi.

    15.  Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

    terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,

    sepanjang iuran tersebut ditentukan berdasarkan volume kegiatan usaha atau

     pekerjaan bebas anggotanya.

    16.  Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

    dikenakan pajak.

    2.3  Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

    Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan terhadap

     penyerahan atau impor Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan

    oleh Pengusaha Kena Pajak, dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada

    Pertambahan Nilai dan dapat dikreditkan. Ketentuan mengenai PPN diatur dalam

    Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 yang selanjutnya disebut UU PPN (Ilyas

    an Suhartono, 2011: 25).

    2.3.1  Subjek Pajak Pertambahan Nilai 

    Subjek pajak dari PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha

    adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam lingkungan

     perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,

    mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak

     berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa

    dari luar pabean. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan

     penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak (Ilyas dan Suhartono,

    2011: 15).

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    26/79

    11

    11

    2.3.2  Objek Pajak Pertambahan Nilai 

    Objek pajak dari PPN diatur dalam Pasal 4, Pasal 16C, dan Pasal 16D UU

    PPN, bahwa PPN dikenakan atas (Ilyas dan Suhartono, 2011: 25):

    1. 

    Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan

    dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh Pengusaha Kena Pajak.

    2.  Impor Barang Kena Pajak.

    3.  Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan dalam

    lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh Pengusaha Kena Pajak.

    4.  Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak terwujud dari luar daerah pabean di

    dalam daerah pabean.

    5.  Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daeah pabean di dalam daerah

     pabean.

    6. 

    Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

    7.  Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak di dalam lingkungan

     perusahaan atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan baik yang hasilnya

    akan digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak lain.

    8. 

    Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula

    aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar

     pada saat perolehannya menurut ketentuan dapat dikreditkan.

    2.4  Matriks

    Matriks adalah jajaran bilangan berbentuk empat persegi panjang. Bentuk

    atau ukuran matriks ditentukan oleh banyaknya baris dan kolom. Untuk

    selanjutnya, matriks yang mempunyai m  baris dan n  kolom dituliskan sebagai

    matriks m n   .  Bilangan-bilangan yang terdapat pada matriks disebut elemen

    matriks. Matriks biasanya dinyatakan dengan huruf besar  A, B,  ... Elemen yang

    terletak pada baris ke-i dan kolom ke- j dari matriks A dinyatakan sebagai aij. Jadi,

    sebuah matriks umum m n  dimana m dan n adalah bilangan bulat dapat dituliskan

    sebagai

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    27/79

    12

    12

     A m n =

    11 12 1

    21 21 2

    1 2

    n

    n

    m m mn

    a a a

    a a a

    a a a

    = (aij ). (2.1)

    Matriks yang mempunyai satu baris saja disebut matriks baris dan matriks

    yang mempunyai satu kolom saja disebut matriks kolom saja atau disebut juga

    vektor. Matriks yang banyaknya baris sama dengan banyaknya kolom disebut

    matriks bujur sangkar (Budhi, 1995: 16).

    2.4.1 

    Matriks Identitas

    Matriks bujur sangkar dengan elemen tak nolnya hanya ada pada diagonal,

    yaitu elemen pada (i,j) dengan i=j, disebut matriks diagonal (Anton, 2010: 79). Jika

    semua elemen pada diagonal adalah 1, maka matriks tersebut disebut matriks

    identitas. Matriks identitas berukuran n n  ditulis I  yang dapat ditulis sebagai

     I =

    1 0 0

    0 1 0

    0 0 1

      (2.2)

    Contoh matriks identitas berukuran 3  3 dapat ditulis sebagai berikut :

    1 0 0

    0 1 0 .

    0 0 1

     I 

     

    2.4.2  Matriks Simetri

    Matriks simetri adalah matriks yang memenuhi sifat At  = A dengan At  adalah

    matriks transpose yang didefinisikan sebagai matriks n m yang didapatkan dengan

    mempertukarkan baris dan kolom dari matriks A: yaitu kolom pertama dari matriks

     At  adalah baris pertama dari matriks A, dan kolom kedua dari matriks At  adalah baris

    kedua dari matriks A, dan seterusnya (Anton, 2010: 85). Matriks transpose dari  A 

    dapat dituliskan sebagai

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    28/79

    13

    13

     A

    t

    =

    11 1

    1

    m

    n nm

    a a

    a a

    =

    11 1

    1

    n

    m mn

    a a

    a a

      (2.3)

     Matriks simetriks dapat dicontohkan sebagai berikut :

     A =

    3 0 1

    0 4 2

    1 2 5

     

     Matriks A memenuhi sifat At  A = 1 disebut matriks orthogonal.

    2.4.3  Matriks Invers

    Matriks bujur sangkar  A  berukuran n n   mempunyai invers jika ada

    matriks B sehingga AB = BA = 1. Matriks B disebut matriks invers dari A. Matriks

    yang tidak mempunyai invers disebut matriks singular sedangkan matriks yang

    mempunyai invers disebut matriks non singular (Morrison, 1990: 46).

    Jika  B merupakan invers dari matriks  A, maka dapat dituliskan  B =   ' A .

    Sebagai contoh jika diberikan matrik A berukuran 2  2 seperti berikut

    2 3,

    1 5 A

       

     

    maka invers dari matriks A dapat dituliskan seperti berikut

    5 3

    7 7' .

    1 2

    7 7

     B A

     

     

    2.4.4  Determinan Matriks

    Asosiasi pada setiap matriks bujur sangkar adalah berupa angka skalar yang

    unik yang disebut determinan (Morrison, 1990: 44). Determinan matriks  A akan

    ditulis | A |. Determinan dati tiga matriks bujur sangkar terkecil adalah

    11 11a a . (2.4)

    11 12

    11 22 12 21

    21 22

    .a a

    a a a aa a

    . (2.5)

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    29/79

    14

    14

    11 12 13

    21 22 23 11 22 33 12 23 31 12 21 32 13 22 31 11 23 32 12 21 33

    31 32 33

    .

    a a a

    a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a

    a a a

      (2.6)

    Determinan matriks n n   adalah fungsi yang mengaitkan setiap matriks

     berukuran n x n dengan sebuah bilangan yang memenuhi sifat tertentu. Sifat-sifat

    tersebut antara lain :

    Sifat 1. Misalkan matrik  B berukuran n n  yang diperoleh dari matris  A dengan

    cara mengalikan sebuah baris dengan bilangan k, maka

    det (B) = k det (A).  (2.7)

    Sifat 2. Misalkan matriks B berukuran n n  diperoleh dari matriks A dengan cara

    menukar dua baris, maka

    det (B) = - det (A).  (2.8)

    Sifat 3. Misalkan diketahui tiga matriks A1 , A2 , dan  B yang mempunyai elemen

    yang sama kecuali baris ke-i, yaitu elemen baris ke-i, dari matriks  B 

    merupakan jumlah dari elemen matriks A1 dan A2, maka

    det (B) = det (A1 ) + det (A2 ). (2.9)

    Sifat 4. Determinan matriks identitas adalah 1 (satu).

    Sifat 5. Misalkan A dan B dua matriks berukuran n n  maka berlaku

    det (AB) = det (A). det (B). (2.10)

     jika suatu matriks tidak mempunyai invers maka determinan dari matriks

    tersebut adalah nol.

    2.4.5  Matriks Kovariansi

    Menurut Jonson R.A (2007: 75) jika terdapat matriks data berukuran n p  dan bentuk matriksnya adalah

    11 12 1

    21 22 2

    1 2

     p

     p

    n n np

     x x x

     x x x X 

     x x x

     

     ,(2.11)

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    30/79

    15

    15

    maka mean sampel dari variabel x j adalah

    1

    n

    iji

     j

     x x

    n

    ,  (2.12)

    dan standar deviasinya adalah

    2

    1

    1

    n

    ij ji

     j

     x xS  n

     , j = 1, 2, ... ,p (2.13)

    variansi dari x j adalah kuadrat dari nilai standar deviasi sehingga

    2

     j jvar( ) =

     x s. (2.14)

    Secara umum variansi pada multidimensional variate didefinisikan sebagai

    kovariansi antara elemen X i dan X  j. Kovariansi sampel dari variabel X  j dan X k  adalah

    1

    1.

    1

    n

     jk ij j ik k in

     s x x x x

        (2.15)

    Jika k = j, kovariansi adalah variansi dari  X i  dan dapat dituliskan  s jj  = s j2. 

    Selanjutnya matriks kovariansi yang dinotasikan dengan S  ditulis sebagai

    11 12 1

    21 22 2

    1 2

    .

     p

     p

     p p pp

     s s s

     s s sS 

     s s s

      (2.16)

    Jika matriks data berukuran n p , dengan n merupakan jumlah sampel

    dan p merupakan jumlah variabel, maka akan diperoleh sejumlah p nilai eigen. Nilai

    eigen ditentukan dengan menyelesaikan persamaan karakteristik

    0,S    I i    (2.17)

    dengan S merupakan matriks kovariansi,  i merupakan nilai eigen dari S dan I

    merupakan matriks identitas.Selanjutnya, misalkan A adalah matriks orthogonal

    berbentuk  p p  

    1 2, ,..., . p A a a a   (2.18)

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    31/79

    16

    16

    dengan a1 , a2 , ... , a p adalah vektor-vektor eigen, maka persamaan dari matriks

    kovariansi dapat ditulis sebagai

    S = A’  A (2.19)

    dengan merupakan matriks diagonal dengan elemen-elemennya adalah nilai-nilai

    eigen. Matriks dituliskan

    1

    2

    0 0

    0 0.

    0 0 p

     

     

     

      (2.20)

    Determinan matriks kovariansi S , yaitu | S  | dapat dituliskan sebagai

    1

    ' ' '

     p

    ii

    S A A A A A A I    

      (2.21)

    2.5  Fungsi Jarak

    Fungsi jarak merupakan salah satu cara mencari jarak antar objek. Fungsi

     jarak mengukur ketidaksamaan antar objek yang diukur. Ada beberapa metode yang

    dapat digunakan untuk penghitungan fungsi jarak, salah satunya adalah metode

     jarak Euclidean (Johnson, 2007: 30).

    Metode jarak  Euclidean ( Euclidean Distance) merupakan metode

     pengukuran jarak yang dapat memperlihatkan ketidaksamaan antar dua objek.

    Sementara itu, secara geometri jarak Euclidean digambarkan dalam Gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Jarak euclidean antara dua objek pengukuran pada variabel X  dan Y .

    Objek 1 ( x1 , y1)

    Objek 1 ( x2 , y2)

    ( x1 - x2)

    ( y1 - y2)

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    32/79

    17

    17

    Misal dua titik pada bidang dimensi dua mempunyai titik (X 1 , Y 1 ) dan (X 2 , Y 2 ), maka

     jarak euclidean antara dua titik tersebut adalah panjang hipotesa atau sis miring

    segitiga. Rumus jarak pada bidang dimensi dua dituliskan sebagai

      22

    1 2 1 2

    . Jarak    y y x x   (2.22)

    Sedangkan, jarak euclidean antara objek ke- j dengan objek ke-k  dengan P variabel

    adalah

    2

    1

     p

     jk ij ik i

    d x x

      (2.23)

    dengan d  jk  = jarak euclidean antara objek ke- j dengan objek ke-k   P  = jumlah variabel yang akan diukur

     xij = nilai atau data dari variabel ke-i pada objek ke-j 

     xik  = nilai atau data dari variabel ke-i pada objek ke-k  

     Nilai-nilai yang diperoleh dari perhitungan jarak  Euclidean selanjutnya disusun

    dalam matriks simetriks berukuran n n  (Johnson, 2002: 673).

    2.6  Nilai Standar (Zscore )

     Nilai standar (ZScore)  adalah nilai yang menyatakan perbedaan antara

     besar suatu data dengan rata-ratanya. Nilai standar digunakan untuk

    membandingkan dua hasil pengukuran atau lebih sehingga diketahui keberhasilan

    dua usaha yang dinyatakan dalam data (angka).  Zscore  juga dapat menunjukkan

    seberapa jauh sebuah nilai mentah menyimpang dari rata-ratanya dalam suatu

    distribusi data dengan satuan standar deviasi distribusi. Dengan demikian, nilai

    standar tidak lagi tergantung pada satuan pengukuran seperti cm, kg, rupiah, detik

    dan sebagainya. Rumus untuk menghitung besarnya nilai standar (ZScore) dapat

    dapat ditulis sebagai (Afriyanti, 2007: 60)

     x x Z 

      (2.24)

    dengan  Z  = nilai standar

     x = nilai data

     x = mean (rata-rata)

    S  = simpangan baku (SD)

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    33/79

    18

    18

    2.7  Analisis Cluster  

    Analisis cluster merupakan salah satu teknik dalam analisis multivariat

    yang mencoba mengelompokkan objek-objek yang mempunyai kemiripan ke

    dalam kelas diskrit atau kelompok-kelompok. Pada variabel tunggal, objek akan

    dengan mudah disusun menurut urutan atau rangking pada ukuran variabel dan

    kemudian dikombinasikan ke dalam kelompok berdasarkan letaknya sepanjang

    koordinat  x. Pada jumlah variabel yang lebih dari satu, akan terjadi perbedaan

     pengelompokkan pada tiap-tiap variabel. Algoritma pengelompokkan

    menggunakan matriks data sebagai input data yang merupakan kumpulan  N  objek

    dengan  P   variabel. Himpunan  N   objek dan  P   variabel dapat dituliskan sebagai

    (Johnson, 2007: 112)

    11 12 1

    21 22 2

    1 2

    .

     p

     p

    n n np

     x x x

     x x x X 

     x x x

     

      (2.25)

    Salah satu tipe pengelompokkan data yang digunakan dalam analisis

    cluster   adalah metode cluster hirarki (hierarchical clustering method ). Metode

    cluster hirarki melakukan proses pengelompokkan dengan menggabungkan objek

    atau membagi objek ke dalam kelompok-kelompok. Algoritma penggabungan

    cluster   yang digunakan dalam proses penggabungan cluster   adalah metode

    agglomerative cluster hirarki (Johnson, 2007:595).

    2.7.1 Metode Agglomerative Cluster Hirarki

    Metode agglomerative cluster hirarki merupakan salah satu metode dalam

    cluster hirarki. Prosedur dalam metode ini mengkombinasikan objek-objek yang

    mempunyai kesamaan ke dalam kelas-kelas dan menyusun kelas ini ke dalam

     bentuk yang bertingkat dan hirarki. Metode ini hanya dapat diterapkan pada proses

     pembentukan cluster dalam jumlah objek kurang dari lima puluh.

    Metode agglomerative cluster hirarki menggunakan seluruh informasi

    yang terdapat diseluruh variabel. Pertama, setiap objek diasumsikan sebagai cluster

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    34/79

    19

    19

    tunggal keudian mengelompokkan cluster yang lebih besar sampai akhirnya seluruh

    objek terkandung dalam sebuah cluster tunggal.

    Menurut Jonson R.A (2007: 681) tahap-tahap dalam agglomerative cluster

    hirarki untuk mengelompokkan N objek adalah sebagai berikut :

    1.  Mulai dengan N cluster, masing-masing cluster  merupakan objek tunggal

    dalam sebuah n n  matriks jarak (ketidaksamaan) D = {d ik  }.

    2.  Mencari matriks jarak untuk sepasang cluster   terdekat (paling sama).

    Misal jarak antara cluster  terdekat antara cluster  U  dan V  disebut d UV . 

    3.  Menggabungkan antara cluster U   dan V . Memberi label cluster  baru

    dengan (UV). Memperbaharui entri matriks jarak dengan menghilangkan

     baris dan kolom yang bergabung dengan cluster U  dan V. 

    4.  Menambahkan baris dan kolom yang memberikan jarak antara cluster  

    (UV) dan sisa cluster. 

    5. 

    Mengulangi langkah 2 dan 3 hingga N - 1  kali (seluruh objek akan

    membentuk sebuah cluster   tunggal setelah algoritma selesai). Mencatat

    ciri-ciri cluster  yang telah digabungkan dan membuat tingkatan atau level

    (jarak atau ketidaksamaan) dimana penggabungan diambil. (2.26)

    Salah satu komponen algoritma dalam prosedur penggabungan cluster  

    dalam agglomerative cluster hirarki adalah metode linkage  antara lain,  single

    linkage, average linkage, complete linkage, Ward method, dan centroit methode.

    Selanjutnya, dalam laporan kerja praktik ini metode linkage yang digunakan adalah

    average linkage.

    2.7.2 

    Metode Average L inkage  

    Metode average linkage merupakan salah satu prosedur dalam

    agglomerative cluster hirarki yang mendefinisikan jarak antara dua cluster  adalah

    rata-rata jarak antara sebuah objek disatu cluster  dan sebuah objek di cluster lain

    yang terdekat. Secara umum proses penggabungan cluster  mengacu pada (2.26).

    Pertama dimulai dengan mencari matriks jarak D = {d ik  } untuk menemukan jarak

    terdekat (paling sama) pada objek, misal U  dan V . Objek ini digabungkan dalam

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    35/79

    20

    20

     bentuk cluster (UV). Untuk tahap ketiga pada (2.24) jarak antara (UV) dan cluster  

    lainnya, W  didefinisikan sebagai berikut (Johnson, 2007: 690):

    ()  = [/( + )] + [/( + )]  (2.27)

    dimana d ik  = jarak antara objek ke-i di cluster W  dan objek ke-k di cluster (UV).

      = masing-masing adalah jumlah cluster di U .

      = masing-masing adalah jumlah cluster di V. 

     = jarak antara cluster W  ke U .

     Average linkage merupakan salah satu model linkage yang diharapkan mampu

    mewakili proporsi tiap-tiap objek yang dicluster kan.

    2.8  Penjadwalan Penggabungan Cluster

    Tahap pertama dalam agglomerative cluster hirarki adalah menghitung

    matriks kemiripan (resemblance matrix) dari matriks data menggunakan berbagai

    alternatif pengukuran kemiripan. Matriks kemiripan berisi koefisien kemiripan

    (koefisien kesamaan atau ketidaksamaan) untuk setiap pasangan objek. Kemiripan

    antara dua objek ditentukan oleh kesamaan berdasarkan nilai skor variabel yang

    diukur. Hasilnya, adalah objek-objek pada matriks kemiripan dengan koefisien

    kemiripan masing-masing disusun secara persegi dalam bentuk matriks simetri

    dengan elemen-elemen diagonal adalah nilai perbandingan terhadap elemen itu

    sendiri. Biasanya matriks kemiripan dikonversikan sebagai matriks ketidaksamaan

    yang merupakan komplemen dari setiap koefisien kemiripan.

    Tahapan selanjutnya, dalam analisi cluster   hirarki adalah

    mengelompokkan atau menggabungkan objek untuk membangun cluster-cluster

    yang akan bertambah besar dan tersusun hirarki. Proses penggabungan tersebut

    menghasilkan tabel agglomerasi (agglomeration schedule) yang memerlihatkan

    tahap-tahap penggabungan dan hubungan nilai kesamaan pada setiap objek dan

    cluster  yang digabungkan untuk membentuk cluster baru. Pada tabel agglomerasi,

    nilai jarak atau ketidaksamaan akan tergantung dari ukuran kemiripan dan prosedur

     penggabungan yang digunakan. Hasil dari tabel agglomerasi dapat ditampilkan

    dalam sebuah grafik yang berbentuk pohon yang disebut dendrogram (Johnson,

    2007: 716). Gambar 2.2 berikut ini adalah contoh sederhana dendrogram

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    36/79

    21

    21

    Gambar 2.2 Contoh dendrogram sederhana.

    Sebuah dendrogram mewakili kesamaan antara objek-objek.

    Dendrogram terdiri dari beberapa clade yang ditandai dengan lingkaran hitam pada

    Gambar 2.2. Terminal akhir dari semua clade disebut leaf (daun) sebagai objek

    yang akan dianalisis yang ditandai dengan garis merah. Susunan clades yang

    menggabungkan dua atau lebih leaf menyatakan bahwa objek yang dikaitkan

    merupakan objek yang memiliki kemiripan satu sama lain yang membentuk sebuah

    cluster . Seperti contoh dendrogram pada Gambar 2.2, dapat dilihat bahwa

    kemungkinan dapat terbentuk tiga cluster   dengan anggota cluster   pertama yang

     beranggotakan objek nomor 1 dan 3, cluster  kedua dengan anggota objek nomor 6,

    dan cluster  ketiga yang beranggotakan objek nomor 2, 4 dan 5.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    37/79

    22

    22

    BAB III

    PROFIL TEMPAT KERJA PRAKTIK

    Pada bab ini akan dijelaskan profil tempat kerja praktik tempat kerja praktik

    yang meliputi sejarah singkat, visi dan misi, arti logo, tugas dan fungsi serta struktur

    organisai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwokerto. Profil tempat kerja

     praktik tersebut dikutip dari buku profil KPP Pratama Purwokerto.

    3.1  Sejarah KPP Pratama Purwokerto

    Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwokerto berdiri sejak tahun

    1965 yang berawal dari Kantor Inspeksi Pajak yang merupakan Kantor Dinas Luar

    (KDL) Tingkat 1 Banyumas. KPP Pratama Purwokerto merupakan gabungan dari

    3 unit kantor, yaitu Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dari

    Kantor Pemeriksaan dan Penyelidikan Pajak (KARIPKA). Pada bulan April 1966,

    nama Kantor Dinas Luar Tingkat 1 berubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak

    Purwokerto. Kemudian berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan

     No.278/KMK/01/1989, Kantor Inspeksi Pajak Purwokerto berubah menjadi Kantor

    Pelayanan Pajak Purwokerto yang dahulu terletak di Jalan Gatot Subroto No 107

    Purwokerto.

    KPBBB sebelumnya juga pernah mengalami beberapa kali perubahan

    nama. Pada awalnya bernama Kantor Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA),

    kemudian pada tahun 1987 berubah menjadi Kantor Dinas Luar Tingkat 1 IPEDA

    Purwokerto, kemudian diubah lagi menjadi Kantor Inspeksi IPEDA. Setelah itu

    diubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak Bumi dan Bangunan Purwokerto.

    Akhirnya berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK.01/1989,

    Kantor Inspeksi PBB diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan

    (KPPBB) yang dahulu terletak di Jalan Gerilya Purwokerto.

    Pada tanggal 1 Oktober 2007 dibentuklah KPP Pratama Purwokerto

     berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 551/PMK.01/2006 yang merupakan

    gabungan dari KPP Purwokerto, KPPNN dan KARIPKA yang sekarang bertempat

    di Jalan Gatot Subroto No. 107 Purwokerto.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    38/79

    23

    23

    3.2  Visi Dan Misi KPP Pratama Purwokerto

    Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwokerto adalah

    sebagai berikut :

    a.  Visi

    Menjadi Kantor Pelayanan Pajak yang terbaik dan terpercaya.

     b.  Misi

    Menghimpun penerimaan pajak yang mengedepankan integritas dengan

    didukung sumber daya manusia yang profesional dan bersinergi serta

    dipercaya masyarakat demi kemandirian bangsa.

    3.3  Arti Logo Kementerian Keuangan RI

    Logo Kementerian Keuangan RI mempunyai bentuk segi lima dengan

    warna dasar biru. Komponen yang ada pada logo Kementerian Keuangan RI adalah

     padi sepanjang 17 dan kapas sepanjang 8 butir dengan gada ada yang berada

    diantaranya, serta sayap di kanan dan kiri logo mempunyai makna tersendiri.

    Gambar 3.1. Logo Kementerian Keuangan RI

    Makna dari logo Kementrian Keuangan RI adalah sebagai berikut:

    1.  Padi sepanjang 17 butir dan kapas sepanjang 8 butir melambangkan cita-

    cita upaya kita untuk mengisi kesejahteraan Bangsa dan sekaligus diberi arti

    sebagai tanggal lahirnya Negara Republik Indonesia.

    2.  Sayap melambangkan ketangkasan dalam menjalankan tugas.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    39/79

    24

    24

    3. 

    Gada melambangkan daya upaya menghimpun, mengerahkan,

    mengamankan keuangan Negara.

    4.  Ruang segi lima melambangkan dasar Negara Pancasila.

    3.4  Tugas Dan Fungsi KPP Pratama Purwokerto

    Tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwokerto

    adalah sebagai berikut :

    a.  Tugas KPP Pratama Purwokerto

    KPP Pratama Purwokerto mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan,

     pelayanan dan pengawasan wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak

    Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak

    Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan terkait P3 (Perkebunan,

    Pertambangan danPerhutanan) dalam wilayah Kabupaten Banyumas

     berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

     b.  Fungsi KPP Pratama Purwokerto

    KPP Pratama Purwokerto menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

    1. 

    Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi

     perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan

    subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

    2.  Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

    3.  Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

     pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

    4.  Penyuluhan perpajakan.

    5. 

    Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.

    6.  Pelaksanaan ekstensifikasi.

    7.  Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

    8.  Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

    9.  Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

    10.  Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    40/79

    25

    25

    11. 

    Pelaksanaan intensifikasi.

    12.  Pembetulan ketetapan pajak.

    13.  Pelaksanaan administrasi kantor.

    3.5  Wilayah Kerja KPP Pratama Purwokerto

    Wilayah kerja KPP Pratama Purwokerto mencakup seluruh wilayah

    Kabupaten Banyumas seperti pada Gambar 3.2

    Gambar 3.2 Peta administrasi Kabupaten Banyumas.

    Kabupaten Banyumas sebagai wilayah administrasi perpajakan yang dikelola KPP

    Pratama Purwokerto mempunyai luas wilayah sekitar 1.327,60 km2  atau setara

    132.759,56 ha. Wilayah ini terdiri atas 301 desa, 30 kelurahan dan 27 kecamatan,

    yang meliputi :

    1.  Kecamatan Ajibarang

    2. 

    Kecamatan Banyumas

    3.  Kecamatan Baturaden

    4.  Kecamatan Cilongok

    5. 

    Kecamatan Gumelar

    6. 

    Kecamatan Jatilawang

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    41/79

    26

    26

    7. 

    Kecamatan Kalibagor

    8.  Kecamatan Karanglewas

    9.  Kecamatan Kebasen

    10. 

    Kecamatan Kedungbanteng

    11.  Kecamatan Kembaran

    12.  Kecamatan Kemranjen

    13.  Kecamatan Lumbir

    14.  Kecamatan Patikraja

    15.  Kecamatan Pekuncen

    16. 

    Kecamatan Purwojati

    17.  Kecamatan Purwokerto Barat

    18.  Kecamatan Purwokerto Selatan

    19. 

    Kecamatan Purwokerto Timur

    20.  Kecamatan Purwokerto Utara

    21.  Kecamatan Rawalo

    22. 

    Kecamatan Sokaraja

    23. 

    Kecamatan Somagede

    24.  Kecamatan Sumbang

    25. 

    Kecamatan Sumpiuh

    26.  Kecamatan Tambak

    27.  Kecamatan Wangon

    Batas wilayah Kabupaten Banyumas yaitu sebelah utara berbatasan dengan

    Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang, sebelah selatan

     berbatasan dengan Kabupaten Cilacap, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

    Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara, dan sebelah barat

     berbatasan dengan Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes.

    Jumlah penduduk di Kabupaten Banyumas pada tahun 2013 yang mencapai

    1.578.129 jiwa yang terdiri dari 793.194 laki-laki dan 784.935 perempuan, maka

     pada tahun 2014 jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Purwokerto

    seperti pada Tabel 1.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    42/79

    27

    27

    Tabel 3.1. Jumlah wajib pajak terdaftar tahun 2014.

    3.6  Struktur Organisasi KPP Pratama Purwokerto

    Gambar 3.3. Struktur organisasi KPP Pratama Purwokerto.

    Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2007

    tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Verifikasi Direktorat Jenderal Pajak,struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwokerto disusun

    sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak seperti

     pada Gambar 3.3, terdiri dari :

    a.  Kepala Kantor

    Kepala kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan

     pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang

    Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang

    No Jenis Wajib Pajak Jumlah

    1 Badan7.981

    2 Orang Pribadi132.989

    3 Bendaharawan1.876

    Jumlah142.846

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    43/79

    28

    28

    Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan

    dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan. 

     b.  Subbagian Umum

    Subbagian Umum merupakan koordinator fungsi pelayanan kesekertariatan

    terutama dalam kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah

    tangga serta perlengkapan.

    c.  Seksi Teknis

    Seksi Teknis yang terdiri atas beberapa bagian, antara lain :

    1.  Seksi Pelayanan

    Seksi pelayanan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam

    mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum

     perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,

     penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya,

     penyuluhan perpajakan, pelaksaan registrasi wajib pajak, serta kerjasama

     perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

    2. 

    Seksi Pengolahan Data dan Informasi

    Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas dan tanggung

     jawab untuk mengkoordinasikan pengumpulan dan pencarian data,

     perekaman data, peminjaman berkas data, pengadministrasian data

    masukan dan data keluaran, data ekstensifikasi dan intensifikasi wajib

     pajak.

    3. 

    Seksi Penagihan

    Seksi Penagihan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam

    menjalankan proses administrasi dan penatausahaan Surat Ketetapan

    Pajak (SKP) yang dijadikan dasar dalam melaksanakan tindakan-

    tindakan penagihan serta bukti-bukti pelunasan utang pajak yang timbul

    dari penerbitan SKP, penetapan piutang pajak yang kadaluwarsa sampai

    dengan pengusulan penghapusan piutang pajak. Selain itu, seksi

     penagihan bertanggung jawab melakukan upaya-upaya pencairan utang

     pajak melalui penerbitan Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    44/79

    29

    29

    Penyitaan maupun melakukan pelelangan harta sitaan yang bekerja sama

    dengan Kantor Lelang Negara.

    4.  Seksi Ekstensifikasi

    Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk

    mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi

     perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dan

    kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dnegan ketentuan yang

     berlaku.

    5.  Seksi Pengawasan dan Konsultasi

    Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas dan tanggung jawab

    untuk mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan

    wajib pajak, bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi

    teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib

     pajak, rekonsialisasi data wajib pajak dalam rangka melakukan

    intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan

    ketentuan yang berlaku.

    6. 

    Seksi Pemeriksaan

    Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam

     pembuatan daftar nominatif wajib pajak yang diusulkan untuk dilakukan

     pemeriksaan, melakukan peminjaman dan pengembalian berkas dan data

    wajib pajak sesuai dengan daftar nominatif yang akan diperiksa. Seksi

    Pemeriksaan juga bertanggung jawab dalam penerbitan surat perintah

     pengamatan, pengiriman laporan hasil pelaksaan pengamatan, penelitian

     permohonan kembali kelebihan pembayaran pajak yang tidak seharusnya

    terutang dan permohinan SPTLB wajib pajak pribadi, pembuatan Surat

    Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3), Surat Pemberitahuan Pemeriksaan

    Pajak dan Surat Pemanggilan Pemeriksaan Pajak serta menatausahakan

    Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Nota Perhitungan (Nothit).

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    45/79

    30

    30

    d. 

    Kelompok Jabatan Fungsional

    Kelompok Fungsional ini terdiri dari :

    1.  Pejabat Fungsional Pemeriksa

    Pejabat Fungsional Pemeriksa dalam melaksanakan tugasnya

     beroordinasi dengan Seksi Pemeriksaan dan bertanggung jawab secara

    langsung kepada Kepala Kantor KPP Pratama.

    2.  Pejabat Fungsional Penilai

    Pejabat Fungsional Penilai dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi

    dengan Seksi Ekstensifikasi dan bertanggung jawab secara langsung

    kepada Kepala Kantor KPP Pratama.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    46/79

    31

    31

    BAB IV

    PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini akan dibahas mengenai metode kerja praktik dan hasil kerja

     praktik. Data yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk mengetahui analisis

    cluster  hirarki pada potensi penerimaan pajak di Kabupaten Banyumas tahun 2014

    menggunakan metode pengukuran jarak Euclidean.

    4.1  Kegiatan Kerja Praktik  

    Kerja praktik ini dilaksanakan selama 30 hari, yaitu pada tanggal 26 Januari

    2015 sampai tanggal 26 Februari 2015 yang bertempat di Kantor Pelayanan Pajak

    (KPP) Pratama Purwokerto tepatnya di Subbagian Pelayanan. Jam kerja yang

    diberlakukan selama kerja praktik adalah 5 (lima) hari kerja yaitu hari Senin sampai

    hari Jum’at dimulai pukul 07.30 s/d 15.00, dengan waktu istirahat antara pukul

    12.00 s/d 13.30. Adapun jadwal kegiatan kerja praktik sebagai berikut :

    Minggu I

    a. 

    Melakukan pendataan terhadap Surat Pajak Tahunan (SPT) yang tidak sesuai

    yang dikembalikan ke KPP Pratama Purwokerto.

     b. 

    Melakukan barcode untuk pengemasan SPT 1770SS.

    c. 

    Mengelompokkan SPT Masa menurut status, pasal, masa dan tahun pajak.

    Minggu II

    a. 

    Merekam data SPT Masa ke Pusat Data dan Informasi melalui portal Sistem

    Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP).

     b. 

    Mengelompokkan SPT milik pensiunan.c.

     

    Mengelompokkan SPT Masa menurut status, pasal, masa dan tahun pajak.

    Minggu III

    a. 

    Menjadi petugas pencetakan tanda terima SPT Tahunan tahun 2014.

     b. 

    Mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) untuk SPT yang sudah

    diteliti.

    c. 

    Meneliti SPT 1770SS yang telah dilaporkan Wajib Pajak.

    d. 

    Melakukan barcode untuk pengemasan SPT 1770 SS.

    e. 

    Melakukan barcode untuk pengemasan SPT 1770 S.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    47/79

    32

    32

    Minggu IV

    a. 

    Menjadi petugas pencetakan tanda terima SPT Tahunan tahun 2014.

     b.  Mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) untuk SPT yang sudah

    diteliti.

    c.  Meneliti SPT 1770 OP dan 1770 SS

    4.2  Metode Kerja Praktik  

    Pada metode kerja praktik ini akan dijelaskan mengenai metode kerja

     praktik yang digunakan dalam penyusunan laporan. Selain itu, akan dijelaskan juga

    mengenai data yang akan digunakan serta analisisnya.

    4.2.1  Metode

    Metode yang digunakan dalam menyelesaikan penulisan laporan kerja

     praktik ini, yaitu pengamatan, wawancara, dan metode studi pustaka. Untuk lebih

     jelasnya, akan dijelaskan sebagai berikut:

    1. 

    Metode Pengamatan

    Dengan metode ini, penulis melakukan pengamatan tentang potensi

     penerimaan pajak di Kabupaten Banyumas tahun 2014.

    2. 

    Metode Wawancara

    Dengan metode ini, penulis melakukan tanya jawab dengan pihak KPP

    Pratama Purwokerto mengenai penerimaan Kabupaten Banyumas yang

    dalam hal ini adalah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan penerimaan

    Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

    3. 

    Metode Studi PustakaDengan metode ini, penulis melakukan studi pustaka dengan cara mencari,

    membaca, mempelajari, dan memahami bahan-bahan yang berasal dari

    literatur ataupun dari referensi lain, seperti dari internet yang mendukung

     penulisan laporan kerja praktik ini.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    48/79

    33

    33

    4.2.2  Data 

    Data yang digunakan adalah data penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan

     penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) perkecamatan di Kabupaten Banyumas

    tahun 2014. Data yang akan dianalisis adalah penerimaan PPh dan PPN perwajib

     pajak efektif yang terdaftar. Data selengkapnya untuk penerimaan PPh

     perkecamatan ditunjukkan pada Lampiran 1, sedangkan data untuk penerimaan

    PPN perkecamatan ditunjukkan pada Lampiran 2.

    4.2.3  Tempat Pengambilan Data

    Data yang digunakan diperoleh dari Subbagian Pengolahan Data dan

    Informasi KPP Pratama Purwokerto. Jalan Jendral Gatot Subroto nomor 107.

    4.2.4  Analisis Data

    Adapun tahapan analisis data yang dilakukan dalam pembahasan dalam

    menganalisis cluster   hirarki pada potensi penerimaan pajak di Kabupaten

    Banyumas tahun 2014 menggunakan metode pengukuran jarak Euclidean sebagai

     berikut :

    1.  Menentukan variabel-variabel yang akan digunakan.

    2. 

    Membuat matriks jarak kesamaan dengan menggunakan metode jarak

     Euclidean. 

    3.  Menggunakan agglomerative cluster hirarki dengan prosedur average

    linkage. 

    4.  Menginterpretasikan hasil analisis ke dalam dendogram.

    5. 

    Menganalisis hasil dendogram.

    Analisis ini dilakukan dibantu dengan menggunakan Software SPSS 14.0 dan

    Minitab 16.

    4.3  Hasil Kerja Praktik

    Selama kurang lebih satu bulan penulis melaksanakan kerja praktik dengan

     berbagai kegiatan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis berkeinginan

    untuk melakukan analisis potensi penerimaan pajak di Kabupaten Banyumas tahun

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    49/79

    34

    34

    2014. Analisis dilakukan dengan memanfaatkan data penerimaan PPh dan PPN

    seluruh kecamatan di Kabupaten Banyumas tahun 2014.

    4.3.1  Deskripsi Data

    Penelitian ini membahas klasifikasi penerimaan pajak pada kecamatan yang

    ada di Kabupaten Banyumas. Kecamatan akan dikelompokkan berdasarkan

    karakteristik variabel yang dimilikinya. Karakteristik variabel yang akan diukur

    adalah penerimaan PPh perwajib pajak (X1) dan penerimaan PPN perwajib pajak

    (X2). Data selengkapnya untuk jumlah wajib pajak efektif di wilayah Kabupaten

    Banyumas yang terdaftar ditunjukkan pada Lampiran 3, sedangkan untuk jumlah

    wajib pajak terdaftar ditunjukkan pada Lampiran 4.

    Setiap objek kecamatan dianggap sebagai sebuah cluster tunggal yang

    diinterpretasikan dalam sebuah urutan nomor yang akan ditunjukkan pada Tabel

    4.1. Pada Tabel 4.1 ditampilkan jumlah penerimaan PPh dan PPN perwajib pajak

    efektif pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banyumas. Daftar kecamatan

    di Kabupaten Banyumas yang dikelompokkan beserta variabel pengukurannya

    dapat dilihat pada Tabel 4.1.

    4.3.2  Prosedur Analisis Cluster  

    Dari data yang ditampilkan pada Tabel 4.1, diketahui data pengamatan yang

    telah dilakukan adalah sebanyak 27 sampel yang merupakan jumlah kecamatan di

    Kabupaten Banyumas. Dengan variabel pengamatan sebanyak dua yaitu

     penerimaan PPh dan PPN perwajib pajak.

    Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis cluster

    adalah standarisasi variabel. Standarisasi perlu dilakukan apabila terdapat

    variabilitas satuan, yaitu ukuran yang menunjukkan penyebaran data disekitar

    mean. Pada Lampiran 5 ditampilkan statistik deskriptif  untuk variabel pengamatan

     pada data penerimaan PPh dan PPN pada kecamatan di Kabupaten Banyumas.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    50/79

    35

    35

    Tabel 4.1 Data kecamatan dan variabel pengamatan.

    Mengingat data yang terkumpul memiliki variabilitas satuan, maka perlu

    dilakukan langkah standarisasi atau transformasi terhadap variabel yang relevan

    kebentuk Zsore. Untuk selanjutnya, hasil Zscore yang akan dipakai sebagai analisis

    cluster hirarki. Hasil standarisasi variabel dapat dilihat pada Tabel 4.2.

     NoObjek Variabel

    Cluster Kecamatan X1  X2 

    1 Ajibarang 4258612,465 1650122,843

    2 Banyumas 1206832,851 677484,1924

    3 Baturaden 6256815,389 5733637,456

    4 Cilongok 198392,6566 378934,3267

    5 Gumelar 253785,8139 112907,3217

    6 Jatilawang 179105,2411 226312,5274

    7 Kalibagor 985726,5506 1460705,449

    8 Karanglewas 197821,0444 664726,0295

    9 Kebasen 144211,7386 355762,6912

    10 Kedungbanteng 398066,3354 236191,2461

    11 Kembaran 356614,695 624676,837

    12 Kemranjen 108958,8907 247270,7814

    13 Lumbir 145991,8282 114358,8022

    14 Patikraja 203345,0624 1400028,171

    15 Pekuncen 88880,79924 104789,1404

    16 Purwojati 145215,4627 111751,245

    17 Purwokerto Barat 3195432,699 1864296,401

    18 Purwokerto Selatan 12611341,39 4904488,415

    19 Purwokerto Timur 9782971,188 3417934,495

    20 Purwokerto Utara 9674182,099 1911021,434

    21 Rawalo 180949,6048 221839,5103

    22 Sokaraja 1759902,067 1359225,806

    23 Somagede 231224,5681 447805,0501

    24 Sumbang 236625,7414 402662,5461

    25 Sumpiuh 368558,3981 348113,615

    26 Tambak 263830,365 251742,973

    27 Wangon 543555,3192 2265593,139

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    51/79

    36

    36

    Tabel 4.2 Nilai standarisasi data penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak

    Pertambahan Nilai (PPN) pada kecamatan di Kabupaten Banyumas.

     No Kecamatan Zscore PPh Zscore PPN

    1 Ajibarang 0,64947 0,33202

    2 Banyumas -0,22774 -0,33567

    3 Baturaden 1,22383 3,13522

    4 Cilongok -0,51761 -0,54061

    5 Gumelar -0,50169 -0,72323

    6 Jatilawang -0,52316 -0,64538

    7 Kalibagor -0,2913 0,201998 Karanglewas -0,51778 -0,34442

    9 Kebasen -0,53319 -0,55652

    10 Kedungbanteng -0,46022 -0,6386

    11 Kembaran -0,47213 -0,37192

    12 Kemranjen -0,54332 -0,63099

    13 Lumbir -0,53267 -0,72223

    14 Patikraja -0,51619 0,16034

    15 Pekuncen -0,54909 -0,7288

    16 Purwojati -0,5329 -0,7240217 Purwokerto Barat 0,34386 0,47904

    18 Purwokerto Selatan 3,05039 2,56604

    19 Purwokerto Timur 2,2374 1,54557

    20 Purwokerto Utara 2,20613 0,51112

    21 Rawalo -0,52263 -0,64845

    22 Sokaraja -0,06877 0,13233

    23 Somagede -0,50818 -0,49333

    24 Sumbang -0,50662 -0,52432

    25 Sumpiuh -0,4687 -0,5617726 Tambak -0,4988 -0,62792

    27 Wangon -0,4184 0,75452

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    52/79

    37

    37

    4.3.3  Hasil Analisis Cluster

    Analisis cluster dilakukan untuk mengidentifikasi sekelompok kecamatan

    yang memiliki karakteristik tertentu berdasarkan variabel yang dimilikinya.

    Matriks jarak yang dihasilkan dari perhitungan metode jarak Euclidean merupakan

    ukuran jarak atau ketidaksamaan antar objek. Nilai terkecil yang ada dalam matriks

     berukuran n x n tersebut menunjukkan nilai jarak kecil. Hal ini berarti objek yang

     bersangkutan memiliki kesamaan yang besar berdasarkan nilai-nilai variabel yang

    dimilikinya.

    Kedua objek yang memiliki jarak terkecil selanjutnya bergabung menjadi

    satu cluster   yang pertama. Langkah berikutnya adalah menghitung jarak antar

    cluster   pertama dengan obek-objek lainnya. Langkah tersebut dilakukan secara

     berulang hingga diperoleh satu cluster  yang memuat seluruh objek.

    Cluster akan dibentuk secara bertahap berdasarkan jarak hingga terbentuk

    susunan cluster  berjenjang. Jumlah kecamatan di Kabupaten Banyumas yang akan

    digunakan dalam penelitian tidak lebih dari 50 sehingga metode penggabungan

    cluster   dilakukan dengan menggunakan agglomerative cluster hirarki dengan

     prosedur penggabungan cluster average linkage.

    Analisis cluster menggunakan program SPSS 14.0 menghasilkan

    agglomerative schedule, cluster combine menyatakan jenis cluster  yang digabung.

    Sedangkan coefficient   menyatakan koefisien jarak agglomerasi (penggabungan)

    antara dua cluster  yang digabung. Koefisien yang kecil menunjukkan bahwa cluster

    yang lebih homogen atau mirip digabungkan. Penggabungan dua cluster   yang

    sangat berbeda akan menghasilkan koefisien yang besar atau persentase perubahan

    koefisien yang besar pula.

    4.3.3.1 Hasil Analisis Cluster pada Kecamatan di Kabupaten Banyumas

    Menggunakan Metode Jarak Euclidean

    Berdasarkan hasil metode jarak  Euclidean  (2.22) dengan menggunakan

     software SPSS 14.0 diperoleh matriks jarak yang menunjukkan jarak atau

    ketidaksamaan antar 27 cluster . Tahap-tahap penggabungan cluster   berdasarkan

    matriks jarak pada Lampiran 4 ditunjukkan pada Tabel 4.3.

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    53/79

    38

    38

    Tabel 4.3. Tahap-tahap pembentukkan cluster berdasarkan hasil perhitungan jarak

    euclidean pada data kecamatan di Kabupaten Banyumas.

    Agglomeration Schedule

    StageCluster Combined

    Coefficients

    Stage Cluster First

    Appears  Next Stage

    Cluster 1 Cluster 2 Cluster 1 Cluster 2

    1 13 16 0,001803862 0 0 3

    2 6 21 0,003116014 0 0 5

    3 13 15 0,01728264 1 0 8

    4 4 24 0,019649339 0 0 65 6 12 0,025921663 2 0 7

    6 4 9 0,032000273 4 0 9

    7 6 26 0,035344667 5 0 11

    8 5 13 0,036648503 0 3 13

    9 4 23 0,049064132 6 0 12

    10 8 11 0,053284265 0 0 16

    11 6 10 0,062492028 7 0 13

    12 4 25 0,062573016 9 0 14

    13 5 6 0,093818025 8 11 14

    14 4 5 0,146428366 12 13 17

    15 7 14 0,228714379 0 0 19

    16 2 8 0,268613707 0 10 17

    17 2 4 0,317744274 16 14 23

    18 1 17 0,339129678 0 0 21

    19 7 22 0,340737972 15 0 20

    20 7 27 0,627611156 19 0 21

    21 1 7 0,872682422 18 20 23

    22 19 20 1,034920457 0 0 24

    23 1 2 1,088956737 21 17 2624 18 19 1,763161822 0 22 25

    25 3 18 2,200137687 0 24 26

    26 1 3 3,578994869 23 25 0

  • 8/19/2019 Analisis Cluster Hirarki pada Potensi Penerimaan Pajak di Kabupaten Banyumas Tahun 2014

    54/79

    39

    39

    Tahap-tahap pembentukan cluster yang ditunjukkan dalam Tabel 3 dapat

    dijelaskan sebagai berikut :

    1.  Tahap pertama, cluster (13) bergabung dengan cluster   (16) sehingga

    terbentuk cluster  (13-16) dengan koefisien jarak agglomerasi 0,001803862.

    Koefisien jarak agglomerasi selanjutnya disingkat menjadi koefisien jarak

    yang merupakan koefisien yang dihasilkan dari proses agglomerasi dua

    cluster  dengan ketidaksamaan yang paling kecil.

    2.  Tahap kedua, cluster (6) bergabung dengan cluster  (21) sehingga terbentuk

    cluster  (6-21) dengan koefisien jarak 0,003116014.

    3. 

    Tahap ketiga, cluster (13-16) bergabung