Upload
duongphuc
View
221
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Analisis Call Drop Rate pada jaringan Cellular berbasis GSM
(Study kasus PT.Indosat,tbk Palembang.)
Yoviansyah 1, Widya Cholil
2, Qoriani Widayati
3.
1) Mahasiswa Universitas Bina Darma,
2,3) Dosen Universitas Bina Darma.
Jl Jend A.Yani No.12 Plaju, Palembang 30264 email :
[email protected] , [email protected]
3
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________
Abstract The Third Generation Technology now Start Evolving in almost whole parts of the world, NOT the
exception of Indonesia. GSM (Global System for Mobile Communication) is a Technology That can be give different
Additional SERVICES shown to users. The phenomenon of singer Yang prosecute perpetrators Telecommunications
industry to review develop Telecommunication Its modern Good From the Side of the Network as well as mobile
phones, in addition been the ITU Also try to improve SERVICES shown to users SERVICE telekomunikasibaik WITH
A monitoring system A reliable nor from the system Network Optimization, but every jarian ITU is not can say
Always Good sometimes THERE are several causes which influenced QUALITY the network Final Singer discusses
Regarding the analysis of the causes of occurred its Call Drop the Become prayer One parameter hearts QUALITY
ASSESSMENT Network, analytical that will be done through sector studies CASE BTS PUSRI2, RAMBUTAN_PL3 ,
DMATA_MERAH3, MAKARTI_JAYA3, Yang owned PT.Indosat, tbk Palembang and will analyze information from
different source as Reference that analysis From Measurement Data Calls drop, which is owned PT.Indosat, tbk And
Of Measurement field, so the WITH their analysis so it can be known the cause of the decline Calls And it can be
done so that its action can be to minimize the decline Call and can be optimally support QUALITY Networks As well
as can be to minimize the causes of the decline of the call.
Abstrak Teknologi generasi ketiga kini mulai berkembang di hampir seluruh belahan dunia, tidak terkecuali
Indonesia. GSM (Global System for Mobile Communication) merupakan teknologi yang dapat memberikan berbagai
layanan tambahan kepada para penggunanya. Fenomena ini yang menuntut para pelaku industri Telekomunikasi
untuk mengembangkan perangkat Telekomunikasi yang modern baik dari sisi jaringan maupun ponsel, selain itu
para operator juga berusaha meningkatkan layanan kepada para pengguna layanan telekomunikasibaik dengan
system monitoring yang handal maupun dari system optimasi jaringan, namun disetiap jarian itu tidaklah bisa
dikatakan selalu baik kadang kala ada beberapa penyebab yang mempengaruhi kualitas jaringan tersebut tugas akhir
ini membahas mengenai analisis penyebab terjadi nya Call Drop yang menjadi salah satu parameter dalam penilaian
kualitas jaringan, analisis yang akan dilakukan melalui study kasus sector BTS PUSRI2, RAMBUTAN_PL3,
DMATA_MERAH3, MAKARTI_JAYA3, yang dimiliki PT.Indosat,tbk Palembang dan akan menganalisa dari
berbagai sumber informasi sebagai referensi yaitu analisis dari pengukuran data Call Drop, yang dimiliki
PT.Indosat,tbk dan dari pengukuran dilapangan, sehingga dengan adanya analisa tersebut maka dapatlah diketahui
penyebab terjadinya Call Drop tersebut dan dapatlah dilakukan nya action sehingga dapat meminimalisir Call Drop
tersebut dan dapat menunjang kualitas jaringan yang optimal serta dapat meminimalisir penyebab terjadinya Drop
Call tersebut.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi bergerak
atau cellular berkembang sangat pesat dalam beberapa
tahun terakhir ini. Dimulai dari generasi pertama atau
generasi Analog pada tahun 80an yang kemudian
berkembang menjadi generasi digital pada tahun 90an
kemudian saat ini telah digunakan generasi ke tiga,
Untuk saat ini, Pengguna teknologi GSM lebih banyak
dari pengguna teknologi CDMA. Hal ini dikarnakan
teknologi GSM lebih dahulu diperkenalkan ke pubik.
Saat ini teknologi komunikasi bergerak telah
banyak dipublikasikan dalam kehidupan misalnya
melakukan panggilan, mengirim pesan singkat (sms)
melakukan akses internet, dan lain nya dengan
semakin banyak nya permintaan pelanggan akan
teknologi komunikasi bergerak, maka dibutuhkan juga
kualitas layanan yang memuaskan. Oleh karena itu
operator cellular juga berlomba-lomba memberikan
layanan terbaik dan dengan biaya yang relatip murah.
Namun setiap jaringan tidak bisa dikatakan selalu
baik kadangkala sering terjadi masalah dalam jaringan
itu sendiri seperti hal nya Call Drop Rate (CDR), Call
Drop Rate (CDR) ialah suatu kejadian dimana ketika
seseorang sedang melakukan panggilan tanpa ada dari
salah satu meraka baik penelepon maupun yang
ditelepon memutuskan panggilan tersebut tiba-tiba
telepon itu terputus dengan sendiri nya, terjadinya
Drop Call, dikarnakan kualitas signal yang kurang
baik biasanya disebabkan oleh beberapa hal, misalkan
kegagalan suatu jaringan melakukan handover,
Congestion, lemahnya daya pancar signal dan lain-
lain, dengan berbagai parameter yang dapat
mengganggu layanan suara tersebut, maka diperlukan
adanya suatu analisis yang tepat untuk mengatasi
masalah Drop Call sehingga akan didapatkan suatu
penanganan yang efektip.
1.2 Batasan Masalah Batasan masalah pada skripsi ini adalah sebagai
berikut :
Jaringan area network yang dijadikan pembahasan
hanya pada area wilayah Palembang yaitu dibeberapa
sector BTS PUSRI2, RAMBUTAN_PL3,
DMATA_MERAH3, MAKARTI_JAYA3, dan hanya
membahas teknologi jaringan GSM berdasarkan
parameter Call Drop Rate (CDR).
Tinjauan Pustaka
2.1 Komponen jaringan GSM
Sistem jaringan GSM terdiri dari beberapa element
subsystem yaitu Network Switching Subsystem (NSS),
Base Station Subsystem (BSS), Operation and Support
system (OSS), pada sisi pelanggan terdapat Mobile
Station (MS) merupakan jaringan yang diperlukan
untuk membentuk suatu panggilan terdiri dari NSS
dan BSS. BSS berfungsi untuk mengontrol jaringan
radio ( radio Network dan NSS berfungsi untuk
mengendalikan fungsi-fungsi control).
2.1.1 Mobile Station (MS)
Adalah perangkat telekomunikasi pada sisi
pemakaian jaringan. MS terdiri dari peralatan terminal
yang disebut Mobile Equipment (ME) dan data
pelanggan yang disimpan pada module yang disebut
kartu Subscribe Identiti module (SIM). SIM
merupakan komponen untuk proses pemeriksaan
Keaslian (autentication) dan penyandingan
(chipering). Juga terdapat ruang memory untuk
menyimpan pesan dan nomor telepon.
2.1.2 Base Station Sub-System (BSS)
Adalah perangkat telekomunikasi yang berfungsi
untuk mengatur jaringan radio, Sebuah BSS terdiri
dari BTS,TRAU dan BSC yang meliputi wilayah yang
luas dan memiliki banyak sel
Base Transciever system (BTS) adalah perangkat
telekomunikasi yang mengatur Airinterface dan
meminimalkan gangguan transmission Base
Transceiver Station (BTS) adalah bagian dari network
element GSM yang berhubungan langsung dengan
Mobile Station (MS). BTS berhubungan dengan MS
melalui air-interface dan berhubungan dengan BSC
dengan menggunakan A-bis interface. BTS berfungsi
sebagai pengirim dan penerima (transciver) sinyal
komunikasi dari/ke MS serta menghubungkan MS
dengan network element lain dalam jaringan GSM
(BSC, MSC, SMS, IN, dsb) dengan menggunakan
radio interface. Secara hirarki, BTS akan terhubung ke
BSC, dalam hal ini sebuah BSC akan mengontrol
kerja beberapa BTS yang berada di bawahnya. Karena
fungsinya sebagai transceiver, maka bentuk pisik
sebuah BTS pada umumnya berupa tower dengan
dilengkapi antena sebagai transceiver, dan
perangkatnya
Beberapa komponen yang ada pada BTS.
a. FMR (flexi multiradio) atau system
module merupakan BTS Multiradio atau multicarrier
yang dapat menggunakan semua teknologi
jaringan, baik dalam mode khusus (dedicated) atau
mode bersamaan (concurrent), FMR (flexi multiradio)
Dalam mode 3G dan LTE, BTS Flexi
Multiradio merupakan ekspansi dari band frekuensi
baru yang ditawarkan Nokia Siemens Networks
yaitu frekuensi 850 MHz, 1800 MHz dan
1900MHz. Sumber daya radio pada modul RF 3 sektor
dapat digabungkan dengan GSM / EDGE dan untuk
BTS dapat disinkronkan dengan BTS GSM / EDGE
pada mode operasi concurrent (bersamaan).
Gambar 2.7 System Module atau FMR.
b. RF_Module Merupakan sebuah perangkat yang
diaplikasi kan dibelakang antenna pemancar
didefinisikan sebagai suatu struktur yang berfungsi
sebagai pelepas energi gelombang elektromagnetik
diudara dan juga bisa sebagai penerima/penangkap
energi gelombang elektromagnetik diudara. Karena
merupakan perangkat perantara antara saluran
transmisi dan udara, maka antena harus mempunyai
sifat yang sesuai (match) dengan saluran
pencatunya.merupakan alat yang digunakan untuk
mengubah sinyal listrik menjadi sinyal
elektromagnetik lalu meradiasikannya. Antena
sektoral merupakan antena yang memancarkan dan
menerima sinyal sesuai dengan sudut pancar
sektornya. Antena yang digunakan adalah
antena 3 sektor dengan kombinasi Distributed Control
System.
Gambar 2.8 Rf_Module
c. Antena Sectoral merupakan media pemancar
gelombang radio prekuensi yang ditangkap oleh MS
sebagai signal Berbentuk persegi panjang, terpasang
pada tower dengan ketinggian tertentu berfungsi
sebagai penghubung antara BTS dan HandPhone, ada
dua type antenna sectoral, yaitu Monotype, biasa
dipakai untuk daerah Rural dan Sub Urban dan Dual
type untuk daerah Urban (daerah yg padat penduduk).
Gambar 2.9 antena Pemancar sectoral.
d. Feeder Sekilas nampak seperti kabel besar,
sebagai media rambatan gelombang radio antara BTS
dan Antenna Sector. Ukuran ada yang 7/8, 1-5/8 atau
½.
Gambar2.10 Kabel Feeder.
e. Radio Microwave system adalah sebuah sistem
pemancaran dan penerimaan gelombang mikro yang
berfrekuensi sangat tinggi. Microwave system
digunakan untuk komunikasi antar BTS atau BTS-
BSC.Microwave System yang digunakan merupakan
sistem indoor. Namun antena microwave tetap
terpasang menara. Pada antenna Microwave (MW)
Radio, yang bentuknya seperti rebana genderang, itu
termasuk jenis high performance antenna. Biasanya
ada 2 brand, yaitu Andrew and RFS. Ciri khas dari
antenna high performance ini adalah bentuknya yang
seperti gendang, dan terdapat penutupnya, yang
disebut radome. Fungsi radome antara lain untuk
melindungi komponen antenna tersebut, dari
perubahan cuaca sekitarnya.
Gambar 2.11 Radio Microwave Microwave
F. Transmisi Perangkat yang digunakan untuk
mengatur slot trafik pada BTS.Menghubungkan dari
TRx ke BOIA adalah Prosesor BTS (bentuk sama
dengan Base band,namun memiliki port penghubung
untuk maintenance)
Gambar 2.12 E1/ET Transmission
Beberapa proses yang dilakukan BTS antara lain.
* Pensinyalir (Air Interface) Proses ketika MS
dihidupkan pertama kali diperlukan pengiriman dan
penerimaan banyak informasi ke BTS.
* Penyandingan (chipering) MS dan BTS harus
melakukan pembacaan sandi dari informasi untuk
melindungi percakapan dan data.
* Pengolahan sinyal percakapan (speech Processing)
meliputi fungsi speech coding yaitu digital ke analogi
pada arah downlink dan analogi ke digital uplink,
chanenel coding untuk perlindungan terhadap
kerusakan informasi, interleaving,meningkatkan
keamanan transmisi, dan pembentukan burst.
Transcoding Rate and Adaptation Unit (TRAU) ialah perangkat telekomunikasi yang melakukan
konversi antara dua format penempatan yang
dilakukan di antara BTS dan jaringan sentral, Air
Interface frekuensi radio merupakan media pembawa
informasi untuk menghasilkan sebuah transmisi
informasi percakapan digital yang efektip melalui Air
Interface, sinyal percakapan digital tersebut
mengalami proses pemanfaatan (commpression).
Base Station Controller (BSC) komponen sentral
dari dari jaringan BSS yang berfungsi untuk
mengontrol jaringan radio yaitu BTS dan TRAU. BSC
membawahi suatu BTS serta mengatur trefik yang
datang dan pergi dari BSC ke MSC atau BTS.
Sumber : PT.Indosat,tbk Palembang
2.1.3 Network Switching Subsystem (NSS)
Adalah perangkat telekomunikasi yang terdiri dari
komponen jaringan Mobile Service Switching (MSC),
Visitor Location Register (VLR), Home Location
Register (HLR), Autentication Central (AUC), dan
Equipment Indentity Register (EIR), Inter Working
Function (IWF), Echo Canceller (EC).
Mobile Service Switching Central (MSC) bertanggung jawab atas pengendalian panggilan dalam
jaringan GSM, MSC mengidentifikasi asal dan tujuan
sebuah panggilan dari MS, dan MSC juga
bertanggung jawab atas beberapa fungsi penting yaitu,
mengidentifikasi tipe, tujuan dan asal dari sebuah
panggilan,dan pencetus dari Proses paging ialah
proses penentu lokasi dari suatu MS.
Visitor Location Register (VLR) adalah database
yang berisi informasi tentang pelanggan yang berada
dalam suatu area layanan, informasi itu berupa nomor
identifikasi dari pelanggan, informasi layanan dan
keamanan untuk proses autentifikasi dari SIM,VLR
juga malakukan pendaftaran (registration) lokasi dan
pemutakhiran, ketika sebuah MS memasuki suatu area
layanan VLR yang baru, MS melakukan pemutakhiran
lokasi, database VLR bersifat sementara,dalam
pengertian bahwa data tentang pelanggan tersimpan
dalam VLR selama pelanggan tersebut berada dalam
area layanan VLR tersebutVLR juga berisi alamat dari
HLR pelanggan tersebut.
Home Location Register (HLR) adalah perangkat
telekomunikasi untuk mengelola data tetap dari
pelanggan seperti nomor identitas pelanggan,namu
HLR juga memutakhirkan lokasi dari pelanggan setiap
saat. Informasi ini digunakan MSC untuk Mencari
lokasi MS yang menjadi tujuan suatu panggilan.
Equipment Identity Register (EIR) merupakan
batabase yang mengandung informasi tentang
identitas peralatan mobile yang mencegah call dari
pencurian, ketidakamanan atau ketidakfungsian MS.
AUC dan EIR diimplementasikan sebagai yang berdiri
sendiri atau kombinasi sebagai AUC/EIR.
Autentikasi centre (AUC) AUC menyediakan
parameter authentication dan encryption yang
memeriksa identitas pemakai dan memastikan
kemantapan dari setiap call. AUC melindungi operator
network dari berbagai tipe penipuan yang ada dalam
dunia seluler saat ini. AUC dapat diimplementasikan
dalam HLR untuk tipe GSM.
Inter Working Function (IWF) melakukan
adaptasi data rate antara PLMN (Public Land Mobile
Network) dengan jaringan lain yang sudah ada.
Tahapan Tahapan Analisis
3.1 Metode Analisis Data
Dalam penelitian Kualitatif proses analisis data
berlangsung sebelum penelitian ke lapangan ,
kemudian selama dilapangan, dan setelah dilapangan,
sebagaimana yang telah diungkap Sugiono (2008: 90)
bahwa analisis telah dimulai sejak dirumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan dan
terus berlanjut sampai penulisan hasil penelitian.
Sementara itu analisis data menurut Bogdan dan
Miklen (Maleong, 2011: 248) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data,mengorganisasikan data,memilah-milahnya
menjadi suatu yang dapat dikelola.
3.1.1 Analisis Sebelum dilapangan
Pada tahap ini penulis memulai langkah awal
penelitian dari pengamatan data Call Drop kemudian
mulai menganalisa kemungkinan penyebab terjadinya
Call Drop tersebut dan mempersiapkan kebutuhan
perangkat untuk melakukan action.
3.1.2 Analisis Selama Dilapangan
Ditahap ini penulis mulai melakukan action dan
mendokumentasikan apa saja yang dilakukan selama
dilapangan terhadap penyebab terjadinya Call Drop.
3.1.3 Analisis Setelah Dari Lapangan
Pada tahap ini penulis mulai mempersentasikan
hasil dari pengamatan awal serta action apa saja yang
telah dilakukan terhadap penyebab terjadinya Call
Drop kemudian melakukan perbandingan data awal
sebelum dilakukan nya action dan sesudah dilakukan
nya action sehingga dapat terlihat akan penurunan
persentasi Call Drop sehingga dapat meminimalisir
terjadinya Call Drop dan dapat menunjang kualitas
jaringan.
Hasil action dan Pembahasan
4.1 Analisa Permasalahan dan Melakukan
Perbaikan
Perbaikan yang kita lakukan dari sisi Software dan
Hardware di daerah tersebut adalah sebagai berikut.
Pusri2
Dengan menggunakan aplikasi tang eksekusi
command, action support untuk menampilkan kondisi
BTS_Pusri2.
Kondisi cell Pusri2.
Gambar 4.1 BTS Pusri
Sumber : tang 2016
Berdasarkan gambar 4.1 ada beberapa TRX yang
mengalami degradasi block
Dimana TRX merupakan kanal yang menjadi
wadah bagi traffic pengguna kemudian langkah
selanjutnya melihat indikasi alarm penyebar TRX
block tersebut.
Melihat alarm di cell Pusri2
Gambar 4.2 Alarm di cell Pusri2
Dilihat dari gambar 4.2 ada indikasi alarm
transmisi ET (E1 Terminal/ port E1) yang
menyebabkan beberapa TRX block dimana E1
transmisi disini merupakan chanel ataupun ruang
transmission bagi kapasitas kanal yang dimiliki TRX,
kemudian action yang kita lakukan melihat kondisi E1
baik dari segi actip ataupun performance.
Melihat kondisi E1/ET Pusri
Gambar 4.3 Kondisi E1/ET
Dilihat dari gambar 4.3 status E1 Transmission OK
namun kita juga harus melihat Prformance kualitas E1
tersebut
Melihat performance E1/ET transmission
Gambar 4.4 Performance E1/ET
Jika dilihat dari gambar 4.4 sisi performance
E1/ET yang lemah dibawah 90/90% dapat
disimpulkan ada permasalahan kualitas transmisi. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh sistem hang dipicu
cuaca buruk yang mengakibatkan terhalangnya media
radio transmission yang lemah. Selanjutnya dicoba
untuk dilakukan reset secara software dan menaikan
kanal TRX Secara manual.
Melakukan reset E1/ET
Gambar 4.5 melakukan lock pada E1/ET
Gambar 4.6 melakukan unlock pada E1/ET
Setelah dilakukan reset pada ET/E1 maka kita lihat
kembali performance nya setelah performance E1/ET
sudah dapat dikatakan bagus maka kita perlu
melakukan unlock kanal trx secara manual.
Performance E1/ET transmission
Gambar 4.7 Performance E1/ET setelah
dilakukan reset.
Status kanal TRX yang perlu dilakukan unlock
Gambar 4.8 Kanal TRX yang mengalami BL-SYS
Eksekusi kanal TRX yang mengalami BL-SYS
Gambar 4.9 Eksekusi kanal TRX
Dengan Command eksekusi yang dilakukan pada
Kanal TRX yang mengalami BL-SYS secara satu-
persatu maka dapat dilihat pada TRX yang sudak
dilakukan action research sudah normal kembali.
Status BTS Pusri2 setelah dilakuakn action
research
Gambar 4.10 Status BTS setelah dilakuakn
action research
Rambutanpl3
Kondisi cell Rambutanpl3
Gambar 4.11 Status BTS_Rabutanpl3
Alarm Rambutanpl3.
Gambar 4.12 alarm Rambutanpl3
Dilihat dari sisi gambar 4.11 BTS sector3
Rambutanpl terindikasi block TRX dan jika dilihat
dari sisi alarm mengacu kepada perangkat antenna
dimana antenna merupakan media pemancar signal
jaringal.
Melakukan Pergantian Perangkat.
Setelah melakukan pengecekan dari sisi BTS dan
melihat indikasi alarm yang terdapat pada sector yang
mengalami block dapat disimpulkan bahwa antena
pemancar signal mengalami masalah dan harus
dilakukan pergantian, kemudian melakukan koordinasi
dengan team lapangan agar bisa melakukan pergantian
perangkat tersebut.
Melihan kondisi cell Rambutanpl3
Gambar 4.13 Status BTS Rambutanpl3 setelah
diperbaiki
Setelah dilakukan pergantian perangkat maka
dapat dilihat pada sector tidak terindikasi alam dan
statusnya sudah normal kembali
Dmatamerah3.
Kondisi cell Dmatamerah
Gambar 4.14 BTS Dmatamerah3
Dilihat dari gambar 4.14 sisi BTS pada cell3
Dmatamerah ada beberapa TRX yang mengalami
block dan jika dilihat pada alarm mengacu pada
problem Volt Standing Wave Ratio (VSWR) adalah
bila impedansi saluran transmisi tidak sesuai dengan
transceiver maka akan timbul daya refleksi (reflected
power) pada saluran yang berinterferensi dengan daya
maju (forward power). Interferensi ini menghasilkan
gelombang berdiri (standing wave) yang besarnya
tergantung pada besarnya daya refleksi. VSWR
didefinisikan sebagai perbandingan tegangan
maksimum dan tegangan minimum gelombang berdiri
pada saluran transmisi.
Alarm dmatamerah3
Gambar 4.15 Alarm dmatamerah
Melakukan perbaikan.
Perbaikan yang dilakukan adalah pergantian
perangkat RF_Module dimana RF_Module
merupakan perangkat antenna pemancar dan
melakukan pergantian kabel Feeder dimana kabel
feeder merupakn media penyalur frekuensi menuju
RF_Module
Kondisi cell dmatamerah3.
Gambar 4.16 BTS Dmatamerah3
Setelah dilakukan nya pergantian perangkat
RF_Module dan kabel Feeder maka dapat terlihat
status cell dmatamerah3 sudah normal kembali.
Makartijaya3
Kondisi BTS Makartijaya3
Gambar 4.17 cell Makartijaya3
Dilihat dari Gambar 4.17 sisi BTS ada beberapa
TRX yang mengalami block dan jika dilihat dari sisi
alarm terindikasi alarm perangkat System_Module
failure dimana system_module merupakan perangkat
utama yang ada di BTS berfungsi menyalurkan
frekuensi melalui kabel Feeder menuju RF_Module
dan antenna pemancar.
Alarm Makartijaya3
Gambar 4.18 Alarm Makartijaya3
Berdasarkan gambar 4.18 terdapat alarm yang
mengindikasikan pada system module mengalami lost
connection.
Melakukan pergantian perangkat
Setelah melihat alarm maka dapat dikatakan kalau
System Module nya mengalami masalah dan harus
dilakukan pergantian System Module, dan langsung
berkoordinasi dengan tim di lapangan agar bisa
melakukan pergantian perangkat tersebut.
Kondisi Makartijaya3
Gambar 4.19 Kondisi Cell Makartijaya3
Dilihat dari gambar 4.19 setelah melakukan
pergantian perangkat system module terlihat di cell
Makartijaya sudah normal kembali.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian.
Tabel 4.2 Deskripi Permasalahan dan hasil analisa serta action yang dilakukan.
Nama BTS Jenis/Permasalahan Call Drop
(Failure)
Hasil analisa dan Action
Pusri2 ET/E1 Transmission Failure
Dari sisi BTS menalami degradasi Block dengan indikasi alarm
Chanel Failure yang mengacu pada kualitas ET/E1 yang lemah yang
diakibatkan oleh system hang, action yang dilakukan mereset ET/E1
dan menaikan kanal secara manual
Rambutanpl3
Antena Line Failure
Kondisi Sector Rambutanpl3 ada beberapa TRX yang mengalami
block yang mengakibatkan beberapa kanal tidak bisa diduduki untuk
call dan jika dilihat dari sisi alarm mengacu pada antenna pemancar
signal, action yang dilakukan melakukan pergantian perangkat
Dmatamerah3
VSWR (Volt Standing Wave Ratio)
Kerusakan RF_Module dan
Kebocoran kabel Feeder penyalur
frekuensi ke antenna pemancar
Failure.
Melihan sikon BTS dan hasil alarm yang didapat mengindikasikan
problem pada RF_Module dan Feeder ke antenna pemancar
mengalami kerusakan dan mengakibatkan lemahnya daya pancar
signal terhadap coverage kemudian melakukan action perbaikan
dengan mengganti perangkat yang rusak.
Makartijaya3 System_Module Failure Melihat kondisi BTS yang mengalami block dan alarm yang didapat
mengacu pada System_Module Failure yang tidak bisa menyalurkan
frekuensi ke RF_Module serta antena pemancar sehingga tidak dapat
memberikan kualitas signal yang baik dan harus dilakukan
pergantian perangkat System_Module tersebut.
4.3 Data Pengukuran Setelah Perbaikan.
Pengambilan data pengukuran selama 1 minggu untuk melihat performansi Call Drop Rate (CDR) setelah
dilakukannya analisa dan perbaikan
Tabel 4.3 Nilai Trefik dan pengaruh CDR Sebelum dan sesudah dilakukan action.
BTS_NAME TANGGAL
CALL_ CDR CDR (%)
TANGGAL
CALL_ CDR
CDR (%)
ATTEMP /USER ATTEMPT
/USER
PUSRI2 4/24/2016 872 55 6.3 7/18/2016 921 21 2.2
PUSRI2 4/25/2016 349 31 8.88 7/19/2016 521 15 2.8
PUSRI2 4/26/2016 229 53 23.14 7/20/2016 374 11 2.9
PUSRI2 4/27/2016 367 46 12.53 7/21/2016 421 7 1.6
PUSRI2 4/28/2016 421 32 7.6 7/22/2016 531 15 2.8
PUSRI2 4/29/2016 128 31 24.21 7/23/2016 182 4 2.1
PUSRI2 4/30/2016 572 52 9.09 7/24/2016 481 12 2.4
RAMBUTAN_PL3 4/24/2016 443 27 6.09 7/18/2016 589 16 2.7
RAMBUTAN_PL3 4/25/2016 134 13 9.7 7/19/2016 214 4 1.8
RAMBUTAN_PL3 4/26/2016 190 44 23.15 7/20/2016 271 3 1.1
RAMBUTAN_PL3 4/27/2016 428 32 7.47 7/21/2016 362 8 2.2
RAMBUTAN_PL3 4/28/2016 274 45 16.42 7/22/2016 341 7 2
RAMBUTAN_PL3 4/29/2016 317 28 8.83 7/23/2016 281 6 2.1
RAMBUTAN_PL3 4/30/2016 386 42 10.88 7/24/2016 388 10 2.5
D_MATA_MERAH3 4/24/2016 1212 74 6.1 7/18/2016 1137 31 2.7
D_MATA_MERAH3 4/25/2016 318 29 9.11 7/19/2016 215 4 1.8
D_MATA_MERAH3 4/26/2016 478 98 20.5 7/20/2016 321 9 2.8
D_MATA_MERAH3 4/27/2016 945 68 7.19 7/21/2016 861 22 2.5
D_MATA_MERAH3 4/28/2016 218 36 16.51 7/22/2016 312 8 2.5
D_MATA_MERAH3 4/29/2016 658 82 12.46 7/23/2016 522 12 2.2
D_MATA_MERAH3 4/30/2016 438 42 9.58 7/24/2016 328 7 2.1
MAKARTI_JAYA3 4/24/2016 2178 286 13.13 7/18/2016 1734 44 2.5
MAKARTI_JAYA3 4/25/2016 1484 111 7.47 7/19/2016 961 21 2.1
MAKARTI_JAYA3 4/26/2016 2178 287 13.17 7/20/2016 1162 31 2.6
MAKARTI_JAYA3 4/27/2016 1836 183 9.96 7/21/2016 1120 26 2.3
MAKARTI_JAYA3 4/28/2016 2841 241 8.48 7/22/2016 1942 12 0.6
MAKARTI_JAYA3 4/29/2016 973 210 21.58 7/23/2016 821 21 2.5
MAKARTI_JAYA3 4/30/2016 1972 236 11.96 7/24/2016 1842 33 1.7
Sumber: Indosat April dan Juli 2016.
4.5 Melakukan Drive Test
Setelah dilakukan perbaikan pada BTS yang
mengalami problem pada tahap ini penulis akan
melakukan hasil pengujian Drive Test pada area
cakupan yang dicover oleh sector BTS yang
sebelumnya mengalami problem Call Drop Rate
(CDR).
Drive Test Pusri2
Gambar 4.20 Hasil Drive Test area Pusri2
Dilihat dari hasil Drive Test dapat disimpulkan
pada saat dilakukan nya panggilan sebanyak 9 kali
Call dilakukan dengan success dan diakhiri secara
manual oleh use.
Drive Test Rambutanpl3
Gambar 4.21 Hasil Drive Test area Pambutanpl3
Dilihat dari hasil Drive Test dapat disimpulkan
pada saat dilakukan nya panggilan sebanyak 12 kali
Call dilakukan dengan success dan diakhiri secara
manual oleh user.
Drive Test Dmatamerah3
Gambar 4.22 Hasil Drive Test area Dmatamerah3
Dilihat dari hasil Drive Test dapat disimpulkan
pada saat dilakukan nya panggilan sebanyak 10 kali
Call dilakukan dengan success dan diakhiri secara
manual oleh use.
Drive Test Makartijaya3
Gambar 4.23 Hasil Drive Test area Dmatamerah3
Dilihat dari hasil Drive Test dapat disimpulkan
pada saat dilakukan nya panggilan sebanyak 9 kali
Call dilakukan dengan success dan diakhiri secara
manual oleh use.
Melakukan Evaluasi
Dilihat dari pengamatan awal serta action perbaikan
dan hasil Drive Test yang dilakukan untuk
membuktikan bahwa permasalahan sudah clear dan
meningkatkan keberhasilan pelanggan dalam melakukan
panggilan sesuai tahapan-tahapan yang ada diatas
didapatkan hasil sebagai berikut.
Grafik perubahan CDR selama 1 minggu.
Gambar 4.24 Grafik persentase Penurunan Call Drop
Dilihat dari Grafik pengukuran setelah
dilakukannya action dapat dilihat hasil nya tingkat
pemutusan panggilan <3% dan telah memenuhi
standar KPI yang telah ditentukan dengan demikian
tingkat keberhasilan user dalam melakukan panggilan
dapat ditekan dan menunjang trefik secara maksimal,
serta didapatlah hasil dimana dari sisi Call Drop dapat
ditekan dan menunjang kualitas jaringan secara
signipikan,
Kesimpulan * Diantara banyak faktor yang mempengaruhi CDR
faktor cuaca yang dominan mempengaruhi dimana
ketika cuaca buruk mempengaruhi kualitas
transmission radio yang menyebabkan banyaknya
perangkat tidak berfungsi secara maksimal dan
performance berkurang, selain itu lemahnya perangkat
yang sudah mulai lawas juga menjadi faktor penentu
dimana ketika perangkat sudah mulai tidak berfungsi
secara optimal.
* Untuk cell-cell yang mengalami CDR pada tanggal
24/04/2016 sampai tanggal 18/07/2016 telah
mengalami peningkatan secara signifikan.
Berdasarkan range nilai CDR hasil drive test dan hasil
dari data measurement menunjukkan bahwa CDR
yang ada di 4 cell tersebut rata-rata berada di range
3.00 % atau dengan kata lain tingkat kegagalan
panggilan <3% yaitu dibawah 2 panggilan gagal
dalam 100 kali panggilan dengam waktu yang
bersamaan.
* Peneliti melakukan perbaikan CDR dengan cara
memperbaiki menggunakan secara software seperti
reset hardware yang dilakukan secara remote,
00.5
11.5
22.5
33.5
7/18/2016 7/19/2016 7/20/2016 7/21/2016 7/22/2016 7/23/2016 7/24/2016
Per
sen
tase
%
BTS Name
7/18/2016 7/19/2016 7/20/2016 7/21/2016 7/22/2016 7/23/2016 7/24/2016
PUSRI2 2.2 2.8 2.9 1.6 2.8 2.1 2.4
MAKARTI_JAYA3 2.5 2.1 2.6 2.3 0.6 2.5 1.7
D_MATA_MERAH3 2.7 1.8 2.8 2.5 2.5 2.2 2.1
RAMBUTAN_PL3 2.7 1.8 1.1 2.2 2 2.1 2.5
ChartS CDR
PUSRI2 MAKARTI_JAYA3 D_MATA_MERAH3 RAMBUTAN_PL3
pergantian hardware yang mengalami kerusakan dan
melakukan drive test untuk melakukan pengecekan
kondisi dilapangan sebagai perbandingan customer
experience.
* Setelah dilakukan drive test pada cell sebelumnya
yang terindikasi degrade terlihat bahwa tingkat
keberhasilan dalam melakukan panggilan pada cell
cell tersebut mencapai 100% dan tidak mengalami
kegagalan dalam melakukan panggilan. Dalam hal ini,
action improvement yang dilakukan peneliti dapat
dikatakan berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
PT.Indosat,tbk,. (2003) Komponen jaringan GSM
dan parameter perhitungan Call Drop Rate .
Palembang: PT.Indosat,tbk Palembang
Sugiono (2008) metode analisis data
penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D.Bandung: Alfabeta
Fajri Muharam (2014) Metode penelitian tindakan
Action Research Palembang.Skripsi : Perpustakaan
Bina Darma