13
ANALISA SITUS GUNUNG PADANG LAPORAN Disusun guna memenuhi sebagian tugas Mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara (MKK00102) Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam Disusun Oleh : Zain Arifin Rochmat (14148108) Dzaari Qolbi Akbar Qowli (14148113) FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2015

ANALISA SITUS GUNUNG PADANG - sipadu.isi-ska.ac.id · adalah istilah dalam bahasa Sunda yang berarti siang, terang atau cahaya. ... petilasan Prabu Siliwangi, Raja Sunda, yang konon

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISA SITUS GUNUNG PADANG

LAPORAN

Disusun guna memenuhi sebagian tugas Mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara (MKK00102)

Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam

Disusun Oleh :

Zain Arifin Rochmat (14148108) Dzaari Qolbi Akbar Qowli (14148113)

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA

SURAKARTA

2015

Situs Gunung Padang

1. Budaya Gunung Padang

Situs Gunung Padang: Bukti Budaya Tinggi Masa Lalu

Sebuah bangunan punden berundak sudah tak lagi menyisakan

bentuk utuhnya. Terbuat dari batuan vulkanik alami berserak dengan

ukuran hampir sama. Sisa peninggalan apakah ini sebenarnya? Itulah

situs Gunung Padang, yang jadi pembicaraan dunia.

BERKELILING di perbukitan Gunung Padang, balok-balok batu

berserakan di mana-mana. Tersebar menutupi puncak Gunung Padang

yang berjurang curam. Ada yang tertanam, ada yang berserak di atas

tanah, ada yang menumpuk menjadi satu kesatuan. Balok batuan juga

tersebar di pesawahan dan sekitar rumah penduduk.

Kemunculan situs di bukit ini bukan tiba-tiba. Masyarakat awalnya

memandangnya sebagai tempat keramat. ”Leluhur kami sering

mendengar pada malam tertentu ada aktivitas di atas bukti dan terdengar

suara-suara musikal. Tempat ini pun menjadi terang benderang. Karena

itu masyarakat menyebut bukit itu sebagai Gunung Padang (gunung

terang),” kata Nanang (40 th), juru kunci atau juru pelihara situs.

Gunung Padang adalah gunung atau bukit, sementara Padang

adalah istilah dalam bahasa Sunda yang berarti siang, terang atau cahaya.

Menurut Nanang, Gunung Padang disebut juga sebagai “Nagara Siang

Padang” (negara siang). Peziarah yang datang berharap akan mendapat

pencerahan atau cahaya yang akan menerangi kehidupan di dunia nyata

dan gaib.

SulitDijangkau

Lokasi situs ada di bukit-bukit curam yang sulit dijangkau.

Kompleks situsnya memanjang, menutupi permukaan bukit yang banyak

tumpukan batu. Sementara pemandangan bentang alam sekitar berlembah

curam sangatlah menajubkan.

Meski berbukit curam, namun tersedia anak tangga untuk mencapai

puncaknya yaitu setinggi 95 meter. Tangga tersebut tersusun dari 468

anak tangga berbatu alami andesit yang merupakan jalur naik asli.

Sementara jalur baru dibuat di dekatnya.

Tegak lurus dari situs, nampak dua gunung yaitu Gunung Gede

(2950 m dpl) dan Gunung Pangrango (3.019 m dpl). Dua gunung yang

sejak Kerajaan Pajajaran berdiri telah dianggap sakral, yang hanya

berjarak sekitar 25 km dari situs ini. Ini membuktikan bahwa secara historical

ada keterkaitan spiritual antara gunung Gede dengan situs gunung

padang.

Batu Berundak

Lokasi situs ini berada di ketinggian 885 m dpl, terletak di Gunung

Padang, desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur,

Jabar. Areal situsnya sendiri memiliki luas sekitar 3 Ha, dan luas pondasi

“bangunan purbakala” nya sekitar 900 m²

Batuan di situs Gunung Padang berbentuk tiang-tiang dengan

panjang rata-rata sekitar 1 meter dan berdiameter rata-rata 20 cm.

Uniknya, geometri ujung batu dan pahatan ribuan batu besar ada dalam

bentuk pentagonal (lima sudut)

Rupanya bangsa kuno Nusantara yang mendiami tanah Pasundan

ini menjadikan angka 5 sebagai identitas pemujaan. Banyak yang

menyebut situs ini sebagai satu teater musikal purba, sekaligus kompleks

peribadatan purba. Simbol lima ini mirip dengan tangga nada music

sunda pentatonis.

Situs ini tersusun dari 5 teras. Teras pertama merupakan teras

terbawah dengan ukuran paling luas, kemudian makin mengecil sampai

teras ke-5. Bentuk punden berundak juga menunjukan bahwa semakin ke

atas tingkat kesuciannya akan semakin tinggi. Artefak berupa batu

melengkung berada di sisi timur situs. Dugaan kuat ini merupakan “pintu

masuk” ke dalam bangunan bawah permukaan Gunung Padang.

Legenda

Situs ini dikeramatkan warga setempat. Banyak peziarah

mengunjungi situs ini. Penduduk menganggapnya sebagai tempat

petilasan Prabu Siliwangi, Raja Sunda, yang konon berusaha

membangun istana dalam semalam.

Sejumlah cerita legenda lekat di Gunung Padang. Ada yang

mengaitkan dengan kekuatan mistis, timbunan harta karun, bangunan

piramid yang ditemukan di Indonesia. Ada pula yang mengaitkan dengan

sisa peradaban makhluk asing Alien, dan pusat Atlantis yang hilang.

Namun, puluhan tahun situs dilakukan ekskavasi belum pernah

ditemukan emas di kawasan ini.

Para arkeolog punya analisa sendiri. Situs Gunung Padang adalah

peninggalan situs megalitik terbesar di Asia Tenggara yang pernah

ditemukan manusia. Situs itu diperkirakan dibangun kira-kira 2.000

tahun sebelum Masehi. Atau sekitar 2.400 tahun sebelum kerajaan

Nusantara pertama berdiri di Kutai, Kalimantan. Situs ini diperkirakan

dibangun kira-kira 2.800 tahun sebelum candi Borobudur berdiri.

Mirip Piramida

Gunung Padang, merupakan temuan monumen bangunan

raksasa yang unik dan luarbiasa dari leluhur bangsa Nusantara, pada

ribuan tahun sebelum Masehi. Pandangan arkeolog, sesungguhnya

Gunung Padang bukanlah gunung melainkan mirip dengan piramida.

Piramida adalah sebuah bangunan atau bukit yang dimodifikasi oleh

manusia dengan perhitungan matang dari banyak sisi. Secara saintifik

disimpulkan bahwa ada man-made structure di bawah permukaan situs

Gunung Padang. Situs Gunung Padang diyakini dibuat manusia masa

lampau yang pernah hidup di wilayah itu.

Piramida ini tertimbun debu vulkanik sehingga terlihat seperti

gunung yang penuh pepohonan. Di dalam Gunung Padang dipercaya

memiliki ruangan-ruangan di dalamnya yang kini telah tertimbun tanah.

Umur situs ini diperkirakan jauh lebih tua dari pada piramida Mesir,

yaitu sekitar 10.000 tahun sebelum masehi.

Mistis

Situs Gunung Padang menjadi daya tarik karena bukit ini kerapkali

dilaporkan mengeluarkan “bunyi-bunyian” seperti ada perhelatan.

Kalangan sinden, dalang, atau seniman kerap datang dan bersemedi di

situs ini. Mereka percaya dengan mitos dari kekuatan di Gunung Padang.

Di situs gunung Padang pernah ditemukan alat musik yang berupa

batu persegi panjang yang bergelombang pada bagian atasnya. Jika setiap

gelombang dipukul, maka akan mengeluarkan bunyi yang berbeda antar

gelombang satu dengan yang lain. Penemuan ini diyakini terkait dengan

bunyi-bunyian yang sering terdengar.

Batu-batu di Gunung Padang juga menjadi daya tarik karena

diyakini bertuah. Ada batu gendong, batu harimau, dan batu kujang.

Semua diyakini memiliki kekuatan sendiri. Juga terdapat mata air yang

keluar dari situs. Mata air ini dipakai membersihkan diri sebelum naik ke

Gunung Padang.

Di teras ke 5 ini arealnya cukup luas dan populer bagi peziarah.

Banyak orang datang ke Gunung Padang untuk bersemedi di teras tingkat

5 ini. Teras ini dianggap sebagai istana atau singgasana Prabu Siliwangi.

Amati Bintang Situs Gunung Padang secara astronomis ternyata

berharmoni dalam naungan bintang-bintang di langit. Posisi situs

diketahui pada masa prasejarah berada tepat di bawah langit yang

lintasannya padat bintang, berupa jalur Galaksi Bima Sakti. Gunung

Padang menjadi tempat strategis untuk mengamati benda-benda langit

atau menghitung konstelasi astronomi. Beberapa penelitian tentang

astronomi sering dilakukan di kawasan ini.

Beragam penelitian banyak dilakukan di Gunung Padang. Hasil

penelitian ini semakin mengungkapkan bahwa situs ini merupakan bukti

peradaban tertua manusia, bukti keluhuran kebudayaan lokal dan

tingginya peradaban asli Indonesia. Khususnya orang-orang yang

sekarang mendiami Tatar Pasundan.

Sangat menarik menengok ke Gunung Padang. Menelisik situs

berisi serakan batu hitam bermotif, mencermati susunan batu, dan

menikmati pemilihan panorama lingkungan sekitar situs, yang ternyata

sarat pesan keteraturan geometris. Bukti pesan kebijaksanaan kosmis

yang tinggi pada kebudayaan Nusantara Purba.

Sempatkan berwisata ke situs Gunung Padang saat bulan purnama.

Kita akan bisa mengamati miliaran bintang, di tengah reruntuhan situs

yang berusia 2500-4000 SM. -- Priyo SM

Sumber : http://www.sejarawan.com/248-situs-gunung-padang-bukti-budaya-tinggi-masa-

lalu.html diakses pada tanggal 12-15-2014, 03:17 AM

2. Persebaran

Pada abad ke 19 para ahli membuat sebuah teori tentang

persebaran kebudayaan. Di antara teori yang fenomenal adalah The Sun

of God Theory. Teori ini berdasarkan pada persamaan beberapa

tinggalan kebudayaan yang mengarah pada satu unsur atau dasar yang

sama yaitu sebuah kebudayaan penyembahan Dewa Matahari yang

sifatnya universal. Teori ini diwali dari cara berfikir deduktif yang

praktikan oleh para pengusung teori ini seperti Max Muller dan Alfin B

Khun, mereka melihat fenomena pemujaan matahari yang seragam akan

meskipun mempunyai ciri khas masing-masing akibat kekuatan unsur

lokal yang mempengaruhi. Melihat tinggalan arkeologis yang sama dan

luas bentangnya antara Mesir dan Suku Inka di Amerika Selatan yang

mempunyai karakter dasar sama memperkuat kebenaran pendapat ini,

sehingga awalnya persebaran kebudayaan penyembahan matahari

disimpulkan dimulai dari Mesir sebagai pusat kebudayaan tertua yang

berlanjut ke pusat-pusat kebudayaan penyembah matahari lainnya.

Melihat Gunung Padang dalam perspektif teori ini kita akan

dibawa pada sebuah kekuatan dimensi penyembahan Dewa Matahari

yang massif muncul pada masa neolitikum. Kemudian melahirkan sebuah

pertanyaan, sisi dunia mana yang sesungguhnya melahirkan kebudayaan

penyembahan matahari paling awal? Sebuah ciri khas Gunung Padang

yang bisa dikaitkan dengan teori ini adalah keberadaan situs yang

berbentuk punden berundak. Kebudayaan ini menjadi ciri paling otentik

dalam penyembahan Dewa Matahari. Struktur punden berundak dengan

ciri khas bangunan berbentuk piramida, secara teknis difungsikan untuk

kegiatan penyembahan matahari dengan prosesi si pemuja pada bagian

paling puncak bangunan tertinggi dan membawa persembahan untuk

dewa.

Kebudayaan penyembahan matahari sangat melekat pada

kebudayaan nusantara, bahkan bisa dibilang kebudayaan ini sebagai salah

satu akar kebudayaan atau setidaknya adalah perkembangan lebih lanjut

dari kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Salah satu bukti yang

memperkuat pendapat itu adalah di temukannya Candi Sukuh yang

mempunyai struktur arsitektur punden berundak. Candi Sukuh sangat

terkait dengan pemujaan Dewa Matahari, hal ini dikaitkan pada spirit si

pembangun candi. Masa abad 14 adalah masa tekanan tinggi pada

peradaban Jawa akibat perang Majapahit, maka muncul istilah

Milenarianisme atau kepercayaan munculnya ratu adil penyelamat

manusia, yang dalam Kristen disebut Maranata atau munculnya Yesus

untuk kedua kalinya dan pada kepercayaan Islam adalah konsep Imam

Mahdi. Masyarakat memunculkan Candi Sukuh, karena merindukan

masa lampau kejayaan nenek moyang mereka, maka ada kecenderungan

mengulangi masa lalu.

Penemuan Gunung Padang kemudian sangat memperkuat akar

kebudayaan nusantara bahwa kemungkinan besar nusantara menjadi

penyebab awal atas kreasi penyembahan Matahari dibandingkan

kebudayaan Mesir yang diwakili penyembahan dewa Ra, Suku Inka,

India Suryavansa dan hampir semua kebudayaan di dunia yang

mempunyai kepercaraan terhadap Dewa Matahari jauh setelah

penyokong kebudayaan Gunung Padang muncul lebih awal. Kuatnya

akar kebudayaan ini bahkan sampai di bawa pada masa pengaruh Hindu

dan Budha. Soekmono berpendapat bahwa “Kebudayaan Hindu dan

Budha tidak merubah dasar kebudayaan nusantara yang lantas

mendorong nenek moyang kita menyesuaikan kebudayaan dengan India,

tapi justri kebudayaan Hindu dan Budha menyesuaikan dengan

kebudayaan kita. Contoh yang paling nyata adalah kebudayaan Gunung

Padang yang masih dibawa hingga masa Kerajaan Mataram saat

pembangunan Borobudur. Borobudur sebuah kebudayaan punden

berundak yang dipadukan dengan adanya stupa gaya kebudayaan Budha

sebagai jalan Dharma.

Kini dengan keberadaan Gunung Padang, The Sun God Theory di

Dunia semakin jelas, bahwa arus penyebaran kebudayaan penyembahan

Dewa Matahari sebagai salah satu kebudayaan penyembahan monoteistik

pertama di dunia adalah berasal dari Nusantara. Nusantara mempunyai

daya pengaruh alam yang kuat, terutama matahari di bagian ini sering

muncul, seperti halnya di Mesir dan Amerika Selatan. Kekuatan ini yang

mempengaruhi kepercayaan masyarakat dan memunculkan Matahari

sebagai dewa utama. Kebudayaan penyembahan matahari dari nusantara

yang telah berumur sepuluh ribu tahun sebelum masehi ini menyebar ke

seluruh penjuru dunia,mempengaruhi Mesir dengan kepercayaan Amun

Ra, Cina dengan kepercayaan Taiyang Seng, Buddhisme dengan

kepercayaan Ri Ri Guang Dong dan Hellios dalam kepercayaan Yunani.

Sumber : http://www.campatour.com/?p=413 diakses pada 16 Februari 2015

3. Artefak

Jakarta - Tim persiapan Lacak Artefak Masyarakat Arkeologi

Indonesia (MARI) kembali berhasil mendata temuan baru di permukaan

tanah kawasan Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Temuan tersebut

berupa menhir dan makam yang menggunakan menhir sebagai nisannya.

"Terdapat dua menhir dengan orientasi utara-selatan. Temuan ini

dirawat oleh warga dan dikenal istilah kuburan atau makam Kabayan.

Tidak ada tulisan pada menhir yang dijadikan nisan tersebut. Nama

Kabayan tampaknya digunakan sebagai kata ganti untuk orang yang tidak

diketahui namanya. Orientasi dua menhir yang mengarah utara-selatan

mengingatkan pada orientasi makam Islam," jelas Ketua Masyarakat

Arkeolog Indonesia (MARI) Ali Akbar, Jumat

(27/3/2015).

Menurut Ali, dengan temuan ini indikasi bahwa Situs Gunung

Padang dikelilingi situs-situs lain di sekitarnya semakin banyak buktinya.

Untuk memudahkan penelusuran, tim juga memberikan pengarahan

kepada warga mengenai jenis-jenis peninggalan purbakala yang lazim

dihasilkan oleh masyarakat purba berciri megalitik.

Masyarakat megalitik menggunakan batu-batu besar untuk

membuat bangunan dan menghasilkan tanda atau petunjuk tertentu. Tim

Lacak Artefak juga bekerja sama dengan berbagai komunitas seperti Bike

to Work (b2w) dan Geographical Mountaineering Club UI. Daya jelajah

dan kemampuan pemetaan komunitas-komunitas tersebut diharapkan

dapat membantu pendataan kepurbakalaan kawasan Gunung Padang.

"Menhir yang ditemukan berupa batu kekar tiang (columnar joint)

itu yang serupa bentuknya dengan batu di situs Gunung Padang. Dua

menhir tersebut berorientasi barat laut-tenggara. Orientasi ini seakan

menghubungkan kampung Sukadana yang berada di barat laut dan situs

Gunung Padang yang berada di tenggara kampung tersebut," terang Ali.

Temuan-temuan tersebut akan dikaji lebih lanjut. Temuan-temuan

oleh tim telah di-plot dan dimasukkan dalam Sistem Informasi Geografis

(Geographic Information System) untuk memudahkan Penelurusan jika

tim ingin kembali ke lokasi.

"Peta kawasan juga terus dibuat dan dilengkapi untuk mengetahui

persebaran situs-situs di sekitar Situs Gunung Padang," tutup Ali.

Sumber:http://news.detik.com/berita/2871010/ada-temuan-unik-di-gunung-padang-warga-

menyebutnya-makam-kabayan diakses pada tanggal Jumat 27 Mar 2015, 07:13 WIB dengan

judul Ada Temuan Unik di Gunung Padang, Warga Menyebutnya Makam Kabayan

4. Lokasi

Situs megalitik Gunung Padang merupakan bangunan berundak-

undak atau biasa disebut dengan istilah „punden berundak‟ yang terdiri

dari lima teras atau tingkatan; dimana makin tinggi letak tingkat atau

terasnya, luasnya makin menyempit. Istilah punden berasal dari bahasa

Jawa yang berarti „terhormat‟ dan berundak berarti „bertingkat‟. Struktur

serupa dengan punden berundak

1) Indonesia adalah marae yang terdapat di Kepulauan Pasifik Barat

Gambar 1

Teras-teras Situs Gunung Padang.

Secara morfologis, Gunung Padang merupakan bukit kecil yang terletak di

lereng utara pegunungan memanjang berarah barat laut-tenggara, dengan

orientasi memanjang utara-selatan. Lokasi berada pada ketinggian sekitar

950 meter di atas permukaan laut. Situs ini terdiri dari lima teras pada

wilayah yang berukuran lebar kurang lebih 20-40 meter dan panjang

kurang lebih 130 meter. Struktur keseluruhannya adalah struktur megalitik

terbuka yang terbagi atas teras-teras berundak yang dibatasi kolom-kolom

batu besar. Semakin ke atas luas teras-teras situs Gunung Padang semakin

mengecil. Rata-rata ukuran tiga buah teras teratas adalah 20 x 20 meter,

teras kedua terbawah berukuran kurang lebih 25 x 30 meter, dan teras

terbawah berukuran kurang lebih 35 x 40 meter. Struktur situs Gunung

Padang terdiri dari susunan kolom-kolom batu poligonal yang merupakan

hasil bentukan dari proses pendinginan lava menjadi batuan beku berjenis

andesit atau basalt. Proses fisik pembentukan kolom batu poligonal seperti

yang digunakan pada situs Gunung Padang sama dengan proses yang

membentuk bukit kolom batu poligonal Giant‟s Causeway di Irlandia,

Devil‟s Tower di Yellowstone, Amerika Serikat, atau kolom-kolom batu

di Gunung Selacau dan Lagadar di Cimahi Selatan, Indonesia. Sumber

batu-batu penyusun ini diperkirakan merupakan hasil pembekuan magma

dari gunung-gunung api purba di sekitar Gunung Padang pada masa

Pleistosen awal, sekitar 21 juta tahun yang lalu. Keberadaan sumber

alamiah batu-batu tersebut dapat dikenali melalui pengamatan terhadap

kaki bukit Gunung Padang, dimana kolom-kolom batu alamiah yang

bukan berasal dari reruntuhan situs masih berserakan [3].

2.1 Teras I

Teras pertama atau teras I mempunyai bentuk persegi empat. Sisi barat

laut dan

Gambar 2 Teras I Situs Gunung Padang.

tenggara teras ini memiliki ukuran yang berbeda; sisi barat laut berukuran

panjang 40 meter, sisi tenggara berukuran panjang 36 meter, sementara

kedua sisi lainnya masing-masing berukuran 28 meter [1]. Teras I

merupakan teras terbesar sekaligus terletak paling bawah pada situs

Gunung Padang. Dibandingkan dengan teras-teras yang lain, Teras I

memiliki jumlah struktur paling banyak; sekitar 6 bentukan struktur dapat

dikenali pada Teras I. Denah keseluruhan teras I dapat dilihat pada

Gambar 2. Konstruksi teras I terbagi lagi ke dalam struktur bangunan atau

batuan yang disusun membentuk formasi tertentu.

2.2 Teras II

Teras II memiliki kontur tanah yang lebih rata dari teras I. Sisi barat laut

atau sisi depan teras II memiliki panjang 22,30 meter, sisi timur laut

memiliki

Gambar 3 Teras II Situs Gunung Padang.

panjang 25 meter, sisi barat daya memiliki panjang 24 meter, dan sisi

tenggara atau belakang teras berukuran panjang 18,5 meter [1]. Pada teras

II terdapat batu-batu tegak yang mempunyai ukuran lebih besar daripada

batu batu tegak yang lain, berfungsi sebagai batas jalan atau „pagar‟ antar

area teras. Denah keseluruhan teras II dapat dilihat pada Gambar 3.

2.3 Teras III

Teras III berukuran lebih kecil daripada teras II. Sisi barat laut teras III

memiliki panjang 18,5 meter, sisi tenggara dan timur laut 18 meter, dan

sisi barat daya 18 meter. Laporan N.J Krom pada tahun 1914

mengasumsikan bahwa area teras III merupakan area pekuburan, meskipun

hasil ekskavasi D.D. Bintarti pada tahun 1982 membuktikan hal

sebaliknya. Ekskavasi D.D. Bintarti tersebut juga menemukan pecahan

gerabah polos yang terbatas jumlahnya [1]. Denah keseluruhan teras III

dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Teras III Situs Gunung Padang.

2.4 Teras IV

Teras IV merupakan teras dengan jumlah struktur bangunan atau

susunan batuan paling minim diantara teras-teras situs Gunung Padang.

Teras IV memiliki luas area kurang lebih 20 x 16 meter [1]. Denah

keseluruhan teras IV dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Teras IV Situs Gunung Padang.

2.5 Teras V

Teras V merupakan teras tertinggi situs Gunung Padang yang terletak di

Bagian

Gambar 6 Teras V Situs Gunung Padang.

paling ujung sebelah tenggara. Sisi barat laut memiliki panjang 17,5 meter,

sisi timur laut 19 meter, sisi tenggara 16 meter dan sisi barat daya 19 meter

[1]. Di bagian tengah atas teras terdapat batu-batuan yang disusun seperti

altar berukuran kurang lebih 3 x 3 meter. Di bagian kanan dan kiri „altar‟

tersebut terdapat susunan bebatuan membentuk persegi dengan ukuran

sekitar 3 x 3 meter (Gambar 6). 2.6 Tipe Struktur Bangunan Konstruksi

situs megalitik Gunung Padang terdiri dari berbagai tipe struktur.

Meskipun demikian dari struktur-struktur yang ada dan mampu diamati

oleh penulis, dapat ditelaah pola-pola struktur dasar yang terdapat pada

konstruksi situs Gunung Padang.

Sumber : Putri, Savitri Ramadina. Analisis Perupaan Situs Megalitik Gunung

Padang di Cianjur, Jawa Barat. ITB J. Vis. Art & Des, Vol. 4, No. 1, 2013, 51-66