197
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI AGENG PRAWOTO SIDIK DI DESA SAREAN KECAMATAN WERU KABUPATEN SUKOHARJO PROPINSI JAWA TENGAH (Tinjauan Bentuk, Makna, dan Fungsi) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh: VINDI NOOR IMAM SEPTIADI C0108085 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

KI AGENG PRAWOTO SIDIK DI DESA SAREAN

KECAMATAN WERU KABUPATEN SUKOHARJO

PROPINSI JAWA TENGAH

(Tinjauan Bentuk, Makna, dan Fungsi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh:

VINDI NOOR IMAM SEPTIADI

C0108085

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

KI AGENG PRAWOTO SIDIK DI DESA SAREAN

KECAMATAN WERU KABUPATEN SUKOHARJO

PROPINSI JAWA TENGAH

(Tinjauan Bentuk, Makna dan Fungsi)

Disusun Oleh:

Vindi Noor Imam Septiadi

C0108085

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada tanggal

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum. ........................

NIP 19571023198601 2 001

Sekretaris : Dra. Sundari, M.Hum. ........................

NIP 19561003198103 2 002

Penguji I : Sahid Teguh Widodo, SS, M.Hum, Ph.D. .......................

NIP 19700307199403 1 001

Penguji II : Siti Muslifah, SS, M.Hum. ........................

NIP 19731103200501 2 001

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D.

NIP. 19600328 198601 1 001

Page 4: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Vindi Noor Imam Septiadi

NIM : C0108085

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi berjudul RITUAL

PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI AGENG PRAWOTO SIDIK DI

DESA SAREAN KECAMATAN WERU KABUPATEN SUKOHARJO

PROPINSI JAWA TENGAH (Tinjauan Bentuk, Makna, dan Fungsi) adalah

benar-benar karya sendiri, dan bukan plagiat, dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-

hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda atau kutipan dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan

ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan

skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 1 Mei 2012

Penulis

Vindi Noor Imam Septiadi

Page 5: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,

karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar

membangun kesempatan untuk berhasil.

(Mario Teguh)

Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta. Masa yang

lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada

masa yang akan datang.

(Ir.Soekarno)

Page 6: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini penulis persembahkan dengan segenap hati kepada:

1. Bapak dan Ibu-ku tercinta, yang telah memberikan doa, kasih sayang,

dukungan, tetes keringat, dan pengorbanannya yang tiada henti untukku.

2. Kedua Adikku Erlinda Nina dan Arinda Oktariski tersayang yang selalu

menghibur dan memberiku semangat untuk terus maju.

3. Almamaterku tercinta

Page 7: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia,

dan ridhoNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Ritual

Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik di Desa Sarean

Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah”.

Skripsi ini disusun guna untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh

gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah di Fakultas Sastra dan seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan, oleh

karena itu penulis menyadari bahwa tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai

pihak, penyusunan Skripsi ini tidak akan selesai, maka penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

Kepada yang terhormat :

1. Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Drs. Riyadi Santosa, M.Ed,Ph.D yang

telah memberikan izin penulisan skripsi ini.

2. Drs. Suparjo, M.Hum selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang senantiasa memberi

motivasi dan dorongan dalam menempuh perkuliahan hingga menyelesaikan

studi.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum, selaku sekretaris Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberi motivasi untuk segera

menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

4. Bapak Sahid Teguh Widodo,SS,M.Hum,Ph.D selaku pembimbing pertama,

dengan penuh kesabaran mengarahkan dan memberi petunjuk yang sangat

berguna dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai.

5. Ibu Siti Muslifah, S.S, M.Hum selaku pembimbing kedua atas saran dan

arahannya dalam menyusun skripsi ini sampai selesai.

6. Drs. Aloysius, M.Hum selaku koordinator Bidang Sastra yang telah memberi

banyak pengetahuan bermanfaat bagi penulis.

7. Bapak dan Ibu dosen jurusan Sastra Daerah yang telah memberi bekal

pengetahuan yang sangat berharga dan berguna bagi penulis.

8. Staf Perpustakaan Pusat dan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kemudahan dalam pelayanan

kepada penulis.

9. Orang Tua dan Adik yang selaku memberi doa dan dukungannya.

10. Sahabat Ian, Susi, Tulus, Anung, Arti, Putri, Nia, Dimas, dan teman-teman

Sastra Daerah 2008 terima kasih atas dukungan dan bantuan selama ini dan

kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih

banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Page 9: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

ABSTRAK ....................................................................................................... xv

ABSTRACT ..................................................................................................... xvii

SARI PATHI .................................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Batasan Masalah ...................................................................... 8

C. Rumusan Masalah ................................................................... 9

D. Tujuan Penelitian .................................................................... 10

E. Manfaat Penelitian .................................................................. 10

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 11

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 13

A. Tradisi Lisan ............................................................................ 13

Page 10: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

B. Hakikat Folklor ....................................................................... 14

C. Pengertian Cerita Rakyat ......................................................... 18

D. Bentuk Cerita Rakyat ............................................................... 18

E. Fungsi Cerita Rakyat ................................................................ 20

F. Ciri-Ciri Cerita Rakyat ............................................................. 22

G. Upacara Tradisional ................................................................. 23

H. Makna Simbolik ....................................................................... 26

I. Fungsi Mitos ............................................................................ 28

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 30

A. Lokasi Penelitian ...................................................................... 30

B. Bentuk Penelitian...................................................................... 30

C. Sumber Data dan Data Penelitian ............................................. 31

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 32

E. Teknik Analisis Data ................................................................ 36

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 37

A. Profil Masyarakat Desa Sarean ............................................... 37

1. Sejarah Berdirinya Desa sarean ......................................... 37

2. Kondisi Alam (Geografis) Masyarakat Desa Sarean ........ 38

3. Karakteristik Masyarakat Desa Sarean .............................. 41

4. Agama dan Kepercayaan Masyarakat desa Sarean ............ 46

5. Tradisi Masyarakat Desa Sarean ........................................ 49

6. Relasi Sosial-Cultural Masyarakat Desa Sarean

Terhadap Ritual Pulung Langse ......................................... 57

Page 11: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

B. Bentuk Ritual Pulung Langse .................................................. 63

1. Bentuk Cerita Rakyat dan Upacara Tradisional Pulung

Langse ................................................................................ 63

2. Pelaksanaan Upacara Pulung Langse ................................. 66

a. Persiapan Awal............................................................. 67

b. Kondangan di Area Makam ......................................... 69

c. Mengganti Kelambu ..................................................... 70

d. Penutupan Acara .......................................................... 70

3. Pelaku Dalam Ritual Pulung Langse ................................. 71

a. Pelaku Persiapan Awal ................................................. 71

b. Pelaku Kondangan di Area Makam ............................. 71

c. Pelaku Mengganti Kelambu ......................................... 72

d. Pelaku Penutupan Acara .............................................. 73

4. Tradisi yang Berkaitan Dengan Keberadaan Cerita Rakyat

Ki Ageng Prawoto Sidik dan Sendang Sanga .................... 73

a. Tradisi Kungkum ......................................................... 73

b. Tradisi Nyadran ............................................................ 78

c. Tradisi Padusan ............................................................ 80

C. Makna Simbolik ...................................................................... 82

D. Nilai Guna Ritual Pulung Langse ............................................ 91

a. Fungsi Cerita Rakyat .......................................................... 91

b. Fungsi Upacara Ritual Penggantian Kelambu ................... 97

c. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Cerita Rakyat

Page 12: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

Ki Ageng Prawoto Sidik .................................................... 100

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 101

A. Kesimpulan ............................................................................. 104

B. Saran ........................................................................................ 106

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 108

LAMPIRAN ..................................................................................................... 110

Page 13: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

ABSTRAK

Vindi Noor Imam Septiadi. C 0108085. Ritual Penggantian Kelambu

Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik di Desa Sarean, Kecamatan Weru,

Kabupaten Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah (Tinjauan Bentuk Makna dan

Fungsi). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta.2012

Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah profil

masyarakat Desa Sarean Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo?

(2)Bagaimanakah bentuk Ritual Pulung Langse di petilasan Ki Ageng Prawoto

Sidik? (3) Apa makna simbolik sesaji dalam pelaksanaan Ritual Pulung Langse Ki

Ageng Prawoto Sidik? (4) Apa fungsi Ritual Pulung Langse di petilasan Ki Ageng

Prawoto Sidik bagi masyarakat pemiliknya?.

Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan profil

masyarakat Desa Sarean Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. (2)

Mendeskripsikan bentuk Ritual Pulung Langse Ki Ageng Prawoto Sidik. (3)

Mendeskripsikan makna simbolik sesajen dalam pelaksanaan Upacara Tradisi Ki

Ageng Prawoto Sidik. (4) Mengungkap fungsi ritual penggantian kelambu di

petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik bagi warga desa pemiliknya.

Teori yang digunakan adalah teori folklor, karena bentuk karya sastra

sebagian lisan merupakan bagian dari folklor. Dikatakan sebagian lisan karena

dalam penelitian ini terdapat cerita rakyat yang penyampaiannya lisan, dan

upacara tradisional yang berbentuk bukan lisan.

Metode penelitian ini adalah meliputi lokasi penelitian yang berada di

Desa Sarean, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Jenis

penelitian ini adalah penelitian folklor, sedangkan bentuk penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data primer yaitu informan, sedangkan

sumber data sekunder sebagai sumber data penunjang adalah upacara tradisional,

artikel oleh Bondhan Harghana. Data primer dalam penelitian ini adalah Ritual

Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik dari hasil pengamatan

langsung dan wawancara dengan informan. Data sekunder berupa keterangan atau

data yang terambil dari artikel oleh Bondhan Harghana. Teknik pengumpulan data

dengan wawancara, observasi langsung dan dokumentasi. Teknik analisis data

menggunakan analisis folklor untuk mendiskripsikan bentuk, makna, fungsi/nilai

guna dari folklor yang diteliti. Analisis simboliknya menggunakan analisis

budaya, untuk mencari makna dari simbol-simbol yang ada pada penelitian.

Hasil analisis penelitian ini adalah (1) Kondisi geografis Desa Sarean

Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah ini termasuk wilayah bagian

selatan. Daerah ini digunakan masyarakat sebagai tempat pemukiman, pertanian,

perkebunan dan lain-lain. Masyarakat Desa Sarean mayoritas bekerja sebagai

buruh. Pendidikan masyarakat Desa Sarean berdasarkan data pada tahun 2011

terbilang masih rendah kualitas dan partisipasi masyarakat dalam pendidikan. (2)

Desa Sarean Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo memiliki warisan

Page 14: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

kebudayaan yang berupa cerita rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik beserta tradisi

Pulung Langse. Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik masuk ke dalam golongan

folklor sebagian lisan. Dikatakan sebagian lisan karena memiliki cerita yang

berbentuk mite, yang dianggap oleh sang empunya cerita sebagai suatu kejadian

yang sungguh-sungguh terjadi dan percaya dengan tokoh yang ada dalam cerita,

yaitu Ki Ageng Prawoto Sidik. Sedangkan dikatakan bukan lisan karena dalam

Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik terdapat sebuah pelaksanaan upacara

tradisional sebagai tindak lanjut atas cerita yang terjadi. Upacara Tradisional

Pulung Langse dilaksanakan sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Ki

Ageng Prawoto Sidik dan sebagai awal penanda akan memasuki bulan Ramadhan.

(3) Pada pelaksanaan Upacara Tradisional Pulung Langse terdapat beberapa sesaji

yang digunakan sebagai perlambang untuk menggambarkan hal-hal yang baik dan

hal-hal yang buruk, serta bermakna untuk meminta permohonan kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Selain sebagai lambang memohon kepada Tuhan, sesaji juga

digunakan sebagai sarana komunikasi kepada makhluk-makhluk gaib agar

pelaksanaan Upacara Tradisional Pulung Langse berjalan lancar tanpa ada suatu

halangan apapun. Sesaji yang digunakan adalah makanan kesukaan Ki Ageng

Prawoto Sidik. (4) Nilai guna dari Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto bermanfaat

bagi masyarakat, untuk fungsi cerita rakyat sebagai sistem proyeksi, alat

pengesahan pranata dan lembaga kebudayaan, alat pendidikan, alat pemaksa dan

pengawas. Sebagai fungsi ritual penggantian kelambu adalah sebagai alat untuk

pendidikan, fungsi hiburan dan sebagai sarana gotong royong, kemudian nilai-

nilai yang terkandung dalam cerita rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik adalah

pentingnya menjalankan amanah, bertanggungjawab atas ucapannya, kepatuhan

seorang murid kepada gurunya, membiasakan diri untuk hidup sederhana.

Page 15: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

ABSTRACT

Vindi Noor Imam Septiadi. C 0108085. Mosquito Net Replacement Ritual in Ki

Ageng Prawoto Sidik’s Petilasan in Sarean Village, Weru Subdistrict, Sukoharjo

Regency of Central Java Province (A Study on Form, Meaning and Function).

Thesis: Local Letters Department of Faculty of Letters and Fine Arts of Surakarta

Sebelas Maret University. 2012.

The problems of research are (1) how is the profile of Sarean Villagers in

Weru Subdistrict of Sukoharjo Regency? (2) how is the Pulung Langse ritual in

Ki Ageng Prawoto Sidik’s Petilasan (former resting place)? (3) what is the

symbolic meaning of sesaji (offering of flowers or food) in the implementation of

Ki Ageng Prawoto’s Pulung Langse ritual and (4) what is the function of Pulung

Langse ritual in Ki Ageng Prawoto Sidik’s Petilasan for its owner society?

The objectives of research are (1) to describe the profile of Sarean

Villagers in Weru Subdistrict of Sukoharjo Regency, (2) to describe the form of

Pulung Langse ritual in Ki Ageng Prawoto Sidik’s Petilasan? (3) to describe the

symbolic meaning of sesaji in the implementation of Ki Ageng Prawoto’s Pulung

Langse ritual and (4) to reveal the function of mosquito net replacement ritual in

Ki Ageng Prawoto Sidik’s Petilasan for its owner society.

The theory used was folklore theory because the partially oral form of

literary work is a part of folklore. It is said as partially oral because in this

research there was a folklore the delivery method of which is oral, and the non-

oral traditional ritual.

The research method used included the location of research in Sarean

Village, Weru Subdistrict, Sukoharjo Regency, Central Java. The type of study

was a folklore research, while the form of study was a descriptive qualitative

research. The primary data source was informant, while the secondary one as

supporting data source was traditional ritual, and Bondhan Harghana’s article. The

primary data of research was the Mosquito Net Replacement Ritual in Ki Ageng

Prawoto Sidik’s Petilasan from the result of direct observation and interview with

the informant. The secondary data was information or data taken from Bondhan

Harghana’s article. Techniques of collecting data used were interview, direct

observation and documentation. Technique of analyzing data used was folklore

analysis to describe the form, meaning, function/value of folklore studied. The

symbolic analysis was conducted using cultural analysis, to find the meaning of

symbols existing in the study.

The results of analysis were (1) the geographical condition of Sarean

Village, Weru Subdistrict, Sukoharjo Regency, Central Java belonged to southern

area. This area was used by the society as settlement, farm, plantation and etc. The

majority Sarean villager worked as workers. The Sarean villagers’ education

based on the 2011 data belonged to low category in relation to the quality and

society participation in education. (2) Sarean Village, Weru Subdistrict, Sukoharjo

Regency inherited culture in the form of Ki Ageng Prawoto Sidik legend as well

as Pulung Langse (mosquito net replacement) tradition. The legend of Ki Ageng

Prawoto Sidik was included into partially oral folklore. It was said as partially oral

Page 16: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

because it had mythical form story that the story owner considered as a happening

really occurred and the story owner believed in the character in the story, Ki

Ageng Prawoto Sidik in this case. Meanwhile it was said as non-oral because in

Ki Ageng Prawoto Sidik story there was a traditional rite implementation as the

follow-up of the story occurring. Pulung Langse traditional rite was held as the

gratitude to Ki Ageng Prawoto Sidik and as the sign of Ramadhan month

beginning. (3) In the implementation of Pulung Langse traditional rite, there were

some sesaji used as the symbol to represent goodness and badness, as well as

meaning as requesting to the Almighty God. In addition to being the symbol of

requesting to God, sesaji was also used as communication vehicle to the invisible

creatures to make the implementation of Pulung Langse traditional ritual run

smoothly without any obstacle. The sesaji was used as Ki Ageng Prawoto Sidik’s

preferred food. (4) The function of the existence of Ki Ageng Prawoto Sidik

folklore was that it could benefit the society, as projection system, cultural

regulation and institution legitimacy instrument, children education instrument, as

well as compulsive and supervisory instrument in order that the society norms

would always be obeyed with by the collective members.

Page 17: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

SARI PATHI

Vindi Noor Imam Septiadi. C 0108085. Ritual Pulung Langsé Petilasan Ki

Ageng Prawoto Sidik ing Dukuh Sarean, Kecamatan Weru, Kabupaten

Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah (Tinjauan Bentuk, Makna dan Fungsi).

Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra lan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta.2012

Prêkawis ingkang dipunrêmbag wontên panaliten menika(1) Kadospundi

masyarakat Dhukuh Saréan Kêcamatan Wêru Kabupatén Sukoharjo? (2)

Kadospundi wujud Ritual Pulung Langsé wonten ing petilasan Ki Agêng Prawoto

Sidik? (3) Kadospundi makna simbolik sajén wonten ing Upacara Ritual Pulung

Langsé Ki Agêng Prawoto Sidik? (4) Kadospundi mupangatipun Ritual Pulung

Langsé wontên Pêtilasan Ki Agêng Prawoto Sidik kagêm masyarakat ingkang

handarbeni?

Ancasing Panalitn inggih mênika:(1) Gambarakên masarakat

panyêngkuyung Dhukuh Sarèan Kêcamatan Wêru Kabupatèn Sukoharjo. (2)

Gambarakên wujud Ritual Pulung Langsè wontên ing pêtilasan Ki Agêng Prawoto

Sidik. (3) Sagêd ngudari surasa simbolik sêsajên wontên ing Upacara Tradisi Ki

Agêng Prawoto Sidik. (4) Gambarakên mupangatipun Ritual Pulung Langsè

wontên ing Pêtilasan Ki Agêng Prawoto Sidik tumrap masarakatipun

Tèori ingkang dipunginakakên inggih mênika téori folklor, amargi wujud

karya sastra sêparêngan lisan ugi . sabagéan lisan amargi panalitén mênika wontên

crita sabagéan ingkang dipunsêbar kanthi lisan, lan upacara tradisional ingkang

wujudipun mboten lisan. Panalitén Ritual Pulung Langsé Petilasan Ki Agêng

Prawoto Sidik ing Dhukuh Saréan, Kecamatan Wêru, Kabupatén Sukoharjo

Propinsi Jawa Têngah migunakên tinjauan bêntuk, makna lan fungsi.

Mètode panalitèn ingkang dipunginakakên inggih mênika lokasi panalitèn

wontên ing dhukuh Saréan, Kêcamatan Wêru, Kabupatèn Sukoharjo, Jawa

Têngah. Jenis panalitén mênika panalitèn folklor, wondène wujud panalitén

mênika déskriptif kualitatif. Sumbêr data primèr inggih mênika informan lan

narasumbêr, sumbêr dhata sékundèr inggih mênika sumbêr data ingkang sagêd

nyêkapi panalitèn, inggih mênika Upacara Tradisional, artikêl saking Bondhan

Harghono, piranti ngrekam lan kaméra . Data Primér wontên panalitén Ritual

Pulung Langsè Pêtilasan Ki Agêng Prawoto Sidik saking asil dumugi langsung

lan wawan rêmbag kalian informan. Data Sèkundèr inggih mênika katrangan

utawi data ingkang dipunpêndêt saking artikêl saha rêkaman Bondhan Harghono

lan gambar-gaambar. Teknik pangempalan dhata migunakaken cara pangempalan

dhata saking para informan, lajêng dipun-ginakakên analisis folklor kanggè

mêdarakên bêntuk, makna, fungsi utawi nilai guna saking folklor ingkang

dipuntliti. Analisis simbolikipun ginakakên analisis budaya, kanggè ngudhari

makna simbolik ingkang wontên ing panalitèn.

Asil panaliten mênika (1) Gêgambaran masarakat Dhukuh Saréan

Kêcamatan Wêru Kabupatèn Sukoharjo Jawa Têngah mênika kalêbêt bagèan

kidul. Wêwêngkon ngriki dipunginakakên masarakat kanggè papan panggénan

pêrtanian, pêrkêbunan lan sanès-sanèsipun. Masarakat Dèsa Sarèan mayoritas

makarya buruh. Pendidikan masarakat Dèsa Sarèan tahun 2011 kapétang taksih

Page 18: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

andhap wontên babagan kualitas kalian partisipasi masarakat wontên ing

pendidikan (2) Dèsa Sarèan Kêcamatan Wêru Kabupatèn Sukoharjo nggadahi

warisan budaya ingkang arupi cariyos Ki Agêng Prawoto Sidik kalian tradisi

Pulung Langse. Cariyos Ki Ageng Prawoto Sidik kalebet golongan folklor

sabagéan lisan. Dipunwastani sabagèan lisan amargi anggadhahi cariyos ingkang

wujudipun mitê, ingkang dipunanggêp dèning masarakat pandarbènipun cariyos

minangka kedadosan salêrê pitados tumrap tokohipun. Ewadene dipun

ngêndikakakên sanès lisan amargi wontên ing cariyos Ki Agêng Prawoto Sidik

wontên ugi upacara tradisonal minangka tindak lanjut saking cariyos kasêbat.

Upacara Tradisi Pulung Langsè dipunwontênaken minangka raos sukur datêng Ki

Agêng Prawoto Sidik lan minangka pratanda badhè mlêbêt wulan Ramadhan. (3)

Wontêning upacara tradisional Pulung Langsè wontên sêsaji ingkang

dipunginakakên minangka pralambang kanggè nggambarakên prakawis-prakawis

ingkang saè lan prakawis-prakawis ingkang awon, sarta nggadahi makna memuji

Gusti Allah. Kajawi minangka lambang mêmuji datêng Gusti Allah, Sêsaji ugi

dipunginakakên minangka sarana komunikasi kalian mahkluk gaib supados

upacara Pulung Langsè sagêd mlampah kanthi lancar mbotèn wontèn alangan

satunggal menapa. Sesaji ingkang dipunginakaken inggih menika dhaharan

ingkang dipun rêmêni Ki Agêng Prawoto Sidik. (4) Nilai Guna saking cariyos Ki

Agêng Prawoto Sidik sagêd mumpangati dhatêng masarakat, minangka sistêm

proyêksi, alat pêngêsahan pranata kalian lembaga kabudayan, piranti pendidikan

larè sarta minangka piranti kanggè mêksa pêngawas supados norma-norma

masyarakat dipunpatuhi dèning kolèktivipun.

Page 19: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

DAFTAR SINGKATAN

QS : Quran-surat

SWT : Subhanawataala

Km : kilometer

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

Page 20: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sinopsis

Lampiran 2. Data Informan dan Narasumber

Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Informan atau Narasumber

Lampiran 4. Surat Penelitian

Lampiran 5. Foto-Foto

Page 21: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan.

Pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan dan diwariskan secara

turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara tradisional. Selain itu

upacara tradisional sebagian besar bersifat anonim, karena pengarangnya tidak

diketahui, tidak mempunyai bentuk yang tetap dan cenderung mengarah pada pola

yang bersifat rata-rata. Upacara tradisional yang dalam hal ini termasuk dalam

folklor sebagian lisan yang menyangkut kepercayaan masyarakat sering juga oleh

masyarakat modern disebut dengan takhayul itu (Danandjaja, 1986: 22). Dengan

adanya sifat-sifat tersebut memungkinkan perubahan yang dialami penuturnya,

yaitu tidak mampu mengingat seluruh isi cerita secara urut dan lengkap. Upacara

tradisional juga merupakan bagian dari sastra, yaitu sastra sebagian lisan.

Ritual Pulung Langse adalah suatu ritual sebagai wujud penghormatan

kepada makam leluhur dengan cara mengganti kain penutup makam/langse yang

biasanya dilakukan dalam kurun waktu setahun sekali dengan diikuti beberapa

rangkaian kegiatan. Salah satu ritual ini adalah Ritual Pulung Langse/penggantian

kelambu di Desa Sarean Kecamatan Weru. Disini di petilasan Ki Ageng Prawoto

Page 22: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Sidik setiap tahunnya tepatnya pada bulan ruwah selalu diadakan Ritual

Pulung Langse. Konon katanya ritual sudah dilaksanakan secara turun-temurun.

Ritual Pulung Langse tidak dapat dilepaskan dari Cerita Rakyat tentang Ki

Ageng Purwoto Sidik. Bentuk Cerita Rakyat ini memiliki makna dan fungsi.

Makna disebutkan ada dua macam yakni makna secara filosofis dan makna secara

simbolik. Makna secara filosofis ialah kain penutup makam yang berwarna putih,

diibaratkan warna putih itu suci dan bersih, sehingga manusia di dalam menjalani

kehidupan haruslah menjaga diri dari hawa nafsu agar dirinya bersih dari dosa-

dosa/suci. Sendang Bendosari memiliki makna filosofis sebagai lambang wanita,

karena berbentuk seperti alat kelamin wanita. Sedangkan fungsi secara sosial,

berfungsi untuk memupuk tali silaturahmi antar warga masyarakat. Makna

simbolik terdapat pada sesaji ritual berupa jangan menir (sayur bening), pecel pitik

(srundeng dan suwiran ayam), pisang, nasi uduk, nasi golong, dan ayam ingkung.

Fungsi lain cerita rakyat ini bermanfaat bagi upaya pelestarian lingkungan,

utamanya air. Hal ini dengan alasan di lingkungan petilasan Ki Ageng Prawoto

Sidik dilingkupi oleh sembilan buah sumber air/sendang, yaitu Sendang

Margamulyo, Sendang Krapyak, Sendang Margajat, Sendang Banyubiru, Sendang

Bendosari, Sendang Gupak warak / Panguripan, Sendang Danumulyo /

Kederajatan, Sendang Siluwih, Sendang Sepanjang Mas / Pengasih. Kesembilan

sendang itu diyakini masyarakat memiliki keistimewaan atau bisa membawa

berkah, seperti sendang Gupak Warak sebagai panguripan (mencari kerja),

Page 23: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

sendang Danumulyo (kederajatan) dipercaya oleh warga untuk mencari martabat

atau jabatan pribadi. Sendhang Sepanjang Mas (Pengasih) dipercaya warga untuk

mencari jodoh atau pasangan hidup.

Asal mula cerita ini berasal dari Desa Sarean, Kelurahan Jatingarang,

Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo. Di tempat ini Ki Ageng menyebarkan

agama Islam, di daerah ini pula Ki Ageng meninggal dan dikebumikan. Desa ini

didirikan oleh Ki Ageng Prawoto Sidik setelah ia menemukan sembilan sendang.

Ki Ageng Prawoto Sidik memiliki saudara yang bernama Kebo Kanigoro, dan

Kebo Amiguru mereka adalah putra Sri Mahaguru Handayaningrat Pengging,

merupakan putra menantu Prabu Brawijaya V.

Diceritakan bahwa Ki Ageng itu berganti-ganti nama saat ia mengembara,

nama Ki Ageng Prawoto Sidik itu adalah nama terakhir setelah menemukan ke

sembilan sendhang. Ia tidak memiliki Istri dan tidak mempunyai anak. Cerita

dimulai ketika ia bertapa tujuh tahun di Rawapening, sampai airnya menjadi biru,

pada saat itu ia bernama Arimuko. Dikisahkan Ki Ageng selama perjalanan

hidupnya selalu berpindah pindah tempat dan berulang kali mengganti namanya.

Ia adalah sosok pribadi yang sederhana dan taat kepada agama. Ia juga

diperintahkan untuk menyebarkan agama Islam oleh Sunan Kalijaga. Diketahui

Ki Ageng pernah mengembara ke berbagai daerah seperti Purwokerto, Wonogiri,

Gunung Kidul dan terakhir ke alas Wonogung (sekarang menjadi Desa

Banyubiru). Setelah kungkum di Rawapening, Ki Ageng mendapatkan perintah

Page 24: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

dari Sunan Kalijaga untuk menjadi ‘kawula alit’ yang mempunyai maksud hidup

sederhana, bermasyarakat seperti bertani, menjadi buruh dan lain sebagainya.

Pada saat menjadi kawula alit inilah Ki Ageng berganti nama lagi menjadi

Kertowijoyo. Pada saat itu keadaan masyarakat masih memeluk agama Hindhu-

Budha, untuk itu Ki Ageng diperintahkan Sunan Kalijaga untuk menyebarkan

agama Islam di daerah itu. Selanjutnya Ki Ageng bertapa jumeneng di Gajah

Mungkur di Dusun Kaligayam (Wonogiri), berganti nama lagi menjadi Syekh

Imam Perwitosari. Di daerah ini juga terdapat sembilan sendhang, yaitu:

1. Sendang Margamulyo

2. Sendang Krapyak

3. Sendang Margajati

4. Sendang Banyubiru

5. Sendang Bendosari

6. Sendang Gupak warak / Panguripan

7. Sendang Danumulyo / Kederajatan

8. Sendang Siluwih

9. Sendang Sepanjang Mas / Pengasih

Page 25: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Sendang-sendang ini yang menjadi cikal bakal berdirinya perkampungan

di daerah itu, karena pada saat itu Ki Ageng pernah berujar, jika belum

menemukan ke sembilan sendhang, tidak akan membuka perkampungan di daerah

itu. Waktu berjalan sampai akhirnya Ki Ageng menemukan ke tujuh sendhang.

Sampai pada suatu ketika Jaka Tingkir datang untuk berguru pada Ki Ageng

karena dirinya sedang mendapatkan suatu permasalahan di Kerajaan Demak. Ia

berguru di sana atas masukan atau perintah dari Ayahnya dan Kakeknya. Sampai

pada suatu waktu, Jaka Tingkir mendapat wangsit dari Sunan Kalijaga, untuk

mengangkat sebuah ‘selo’/ batu, akhirnya batu itu dibuka dan ternyata

mengeluarkan air dan diberi nama Sendhang Siluwih. Sendhang Sepanjang Mas

juga ditemukan oleh Jaka Tingkir. Akhirnya semua sendhang sudah ditemukan

dan atas perintah Sunan Kalijaga, Ki Ageng membuka sebuah perkampungan.

Untuk merayakannya, Sunan Kalijaga membuat acara wayangan semalam suntuk

di Watu Kelir. Setelah selesai, keesokan harinya semua perlengkapan berubah

menjadi batu. Watu Kelir juga sebagai tempat woro-woro kalau sekarang Ki

Ageng sudah berubah nama lagi / nama yang terakhir menjadi Ki Ageng Prawoto

Sidik.

Komplek makam Ki Ageng ramai dikunjungi pengunjung, pada malam

Selasa Kliwon ‘ Anggoro Kasih ‘ dan semua malam Jumat. Mereka datang ke

komplek untuk berbagai tujuan dan maksud tertentu, tergantung si pengunjung

yang menjadi permintaannya. Ada yang ingin menjadi pegawai, naik pangkat /

Page 26: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

jabatan, ingin mudah jodoh dan lain sebagainya. Pengunjung yang datang kesini

untuk ritual juga banyak, seperti melakukan puasa atau meditasi di makam.

Selama melakukan ritual itu, tidak boleh di dalam makamnya, harus di luar

bangsal. Karena sudah merupakan aturan secara turun-temurun dari juru kunci.

Setelah berhasil atau keinginannya sudah terwujud, orang-orang yang sudah

berhasil itu mengadakan syukuran di makam dengan membawa sesaji. Ada yang

membawa sapi, kambing sesuai dengan kemampuan dan keikhlasannya.

Air dari sendhang ini digunakan warga sebagai sarana untuk keperluan

sehari-hari seperti untuk memasak,air minum, keperluan mandi, bahkan sendhang

yang terbesar (Sendhang Sepanjang Mas) dipasang pralon besar dari PAM untuk

disalurkan ke tempat lain. Semua sendhang airnya masih keluar semua dari

sumbernya, kecuali 1 sendhang saja yang sumbernya sudah ditutup. Ritual

berkenaan dengan sendhang ini adalah mandi dari 9 air sendhang, caranya dengan

mengambil semua airya kemudian dijadikan satu, setelah tengah malam kemudian

mandi dengan air itu tanpa menggunakan sabun dan shampo. Sebelum mandi

membaca QS al-Fatihah berdasarkan umur si pelaku yang akan mandi tersebut

seraya memohon apa yang menjadi keinginannya.

Komplek makam ini bagus kondisinya, karena sudah mengalami renovasi

beberapa kali. Yang membiayai pembangunan ini dilakukan oleh orang-orang

yang sudah sukses atau berhasil karena sering sesirih atau berkunjung ke makam.

Dari hasil wawancara dengan juru kunci.

Page 27: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Acara ritual yang dilakukan di makam ini dilakukan pada Bulan Ruwah

dan Bulan Muharram. Pada Bulan Ruwah dilakukan upacara pulung langse /atau

acara mengganti langse (kelambu/tutup kain). Dalam Pelaksanaan Upacara tradisi

ini mencapai puncaknya pada bulan Ruwah pada penanggalan Jawa dan

dilaksanakan pada malam hari setelah tanggal dua puluh, misalnya selikur,

telulikur, selawe dan lainnya yang jelas malam hitungan ganjil. Prosesi upacara ini

diawali dengan penggantian kelambu/ pulung langse, kemudian bancaan/

kondangan(selamatan). Pada pelaksanaan upacara tradisi di makam Ki Ageng

Banyubiru/ Ki Ageng Prarwoto Sidik sesuai dengan informasi yang berhasil

ditemukan di lapangan antara lain adalah pertama, mengganti kelambu yang

dipasang di makam tersebut setahun sekali sebagai bentuk rasa hormat pada tokoh

yang dimakamkan. Kedua, syukuran atas semua doa yang berhasil diraih dengan

cara selamatan menyembelih hewan, membangun makam, pagar dan lainnya,

Ketiga, berdoa dan berdzikir dimakam yang dikeramatkan supaya apa yang

didoakan terkabul, Keempat pelestarian tradisi yang sudah berlangsung turun

temurun. Pada ritual ini, kain kelambu/langse tidak disobek dan dibagikan kepada

warga, melainkan disimpan kembali oleh juru kuncinya. Pada saat acara ini, juru

kunci telah menyiapkan sedekahan yang berupa antara lain: jangan menir (sayur

bening), pecel pitik (srundeng dan suwiran ayam), pisang, nasi uduk, nasi golong,

dan ayam ingkung. Makanan yang telah disediakan juru kunci tadi merupakan

makanan kesenangan atau kareman Ki Ageng Prawoto Sidik. Makanan sedekahan

tadi oleh modin dan juru kunci lalu didoakan sesuai ujub atau tujuannya, baru

Page 28: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

setelah acara doa selesai maka makanan sedekahan tadi dimakan bersama-sama

dengan menggunakan pincuk dari daun pisang.

Ritual selanjutnya yang diadakan di Bulan Muharram adalah ritual berjalan

melewati sembilan sendhang dengan membaca Al-Fatihah berdasarkan umur si

pelaku. Jika umur empat pulih lima tahun, berarti membaca Al-fatihah sebanyak

empat puluh lima kali. Sendhang pertama 5, selanjutnya juga sama sampai pada

sendhang terakhir, nanti akan genap menjadi 45.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan penulis di atas, oleh

penulis dapat diambil beberapa garis besar yang mendorong dilakukannya

penelitian ini. Garis besar dari penelitian ritual penggantian kelambu petilasan Ki

Ageng Prawoto Sidik, diantaranya:

1. Mengungkap bentuk ritual, makna simbolik, dan kepercayaan masyarakat

tentang adanya cerita rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik yang mendorong

masyarakat untuk peduli akan pentingnya kelestarian budaya dan kelestarian

alam.

2. Peneliti juga tertarik oleh kepercayaan yang ditimbulkan dengan adanya

makam Ki Ageng Prawoto Sidik yang dapat menarik perhatian dari

masyarakat sekitar maupun peziarah yang datang dari luar kota untuk mencari

berkah.

Page 29: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

B. Batasan Masalah

Sebuah penelitian akan banyak menimbulkan permasalahan yang sangat

komplek, yang akan mengakibatkan hasil penelitian kurang terfokus. Penelitian ini

membatasi masalah bentuk, makna simbolik, serta fungsi dalam ritual penggantian

kelambu petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik. Langkah awal yakni dengan mengkaji

bentuk ritual Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng

Purwoto Sidik. Langkah kedua yaitu menganalisis makna simbolik sesaji-sesaji

yang terdapat dalam Ritual Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto

sidiq. Batasan masalah selanjutnya yakni menelaah fungsi yang terdapat dalam

Ritual Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah profil masyarakat Desa Sarean Kecamatan Weru Kabupaten

Sukoharjo?

2. Bagaimanakah bentuk Ritual Pulung Langse di petilasan Ki Ageng Prawoto

Sidik?

Page 30: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

3. Apa makna simbolik sesaji dalam pelaksanaan Ritual Pulung Langse Ki

Ageng Prawoto Sidik?

4. Apa fungsi Ritual Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik

beserta fungsi cerita rakyat dan apa nilai guna-nilai yang terkandung dalam

cerita rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik bagi masyarakat pemiliknya?

D. Tujuan Penelitian

Merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena

dengan tujuan itulah dapat diketahui apa yang hendak dicapai atau diharapkan.

Penulis mengadakan penelitian tentang Ritual Pulung Langse Petilasan Ki

Ageng Prawoto Sidik memiliki tujuan seperti berikut:

1. Mendeskripsikan profil masyarakat Desa Sarean Kecamatan Weru Kabupaten

Sukoharjo.

2. Mendeskripsikan bentuk Ritual Pulung Langse Ki Ageng Prawoto Sidik.

3. Mendeskripsikan makna simbolik sesajen dalam pelaksanaan Upacara Tradisi

Ki Ageng Prawoto Sidik.

Page 31: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

4. Mengungkap fungsi Ritual Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto

Sidik beserta fungsi cerita rakyat dan apa nilai guna-nilai yang terkandung

dalam cerita rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik bagi masyarakat pemiliknya.

E. Manfaat Penelitian

Dalam hal manfaat yang berkaitan dengan penelitian ini dilihat dari obyek

kajian, batasan masalah, serta tujuan yang dicapai, hasil yang hendak dicapai

dalam penelitian adalah sebuah laporan penelitian yang berisi deskripsi tentang

Ritual Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik di Desa Sarean

Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Oleh sebab itu, manfaat penelitian ini

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini adalah (a) secara teoritis, penelitian ini

mampu menggunakan dan memanfaatkan teori folklor untuk dapat

mengetahui bentuk dan isi yang terkandung dalam Ritual Penggantian

Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik, (b) penelitian ini dapat

menambah wawasan dan sebagai sumber ilmu bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Page 32: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Secara praktis, manfaat yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah

(a) dapat memdokumentasikan Ritual Penggantian Kelambu Petilasan Ki

Ageng Prawoto Sidik sebagai salah satu aset lisan dan tradisi daerah

nusantara, (b) penelitian ini dapat dijadikan model penelitian berikunya.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan ini meliputi lima bab. Kelima bab tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori. Dalam penelitian ini berisi teori-teori yang

berupa tradisi lisan, hakikat folklor, pengertian cerita rakyat, bentuk cerita

rakyat, nilai guna folklor, upacara tradisional, makna simbolik, dan fungsi

mitos.

Bab III Metode Penelitian. Bab ini berisi metode penelitian sastra

lisan, lokasi penelitian, bentuk penelitian, sumber data dan data penelitian,

teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Page 33: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Bab IV Pembahasan. Bab ini berisi profil masyarakat Desa Sarean,

Bentuk Ritual Penggantian Kelambu, Makna simbolik sesaji dan Fungsi Bagi

masyarakat pemiliknya.

Bab V Penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran. Pada akhir tulisan

ini disertakan daftar pustaka dan lampiran penelitian.

Page 34: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Tradisi Lisan

Tradisi merupakan bentuk warisan panjang. Lisan adalah bentuk

pewarisan yang khas. Tradisi lisan adalah warisan leluhur jawa yang abadi.

Sebuah mutiara kultur leluhur yang hampir terlupakan oleh banyak orang,

namun tetap bertahan. Tradisi itu ada, lestari, hidup, berkembang, tanpa

paksaan dan tekanan (Endraswara,2005:1)

Masyarakat jawa pada awalnya kurang mengenal tradisi tulis,

hikmahnya justru tradisi lisan berkembang pesat. Selanjutnya pada saat mesin

cetak berkembang, tradisi lisan menjadi lebih dikenal, terdokumentasi dan

berkembang.

Tradisi lisan yang mengandalkan tradisi oral dinamakan tradisi lisan

primer. Yakni, tradisi lisan yang belum bersentuhan dengan tradisi lain.

Tradisi ini dapat dikatakan masih murni pada akar kolektif. Namun, tradisi

lisan primer pun tetap rentan terhadap perubahan, khususnya yang disebakan

oleh penangkapan si pendengar. Ketidakhadiran pengarang tradisi lisan

menjadikan si penutur boleh menyuarakan apa saja, menurut sepengetahuan

mereka.

Page 35: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Cakupan tradisi lisan meliputi adanya kesaksian lisan yang

mengungkapkan masa lalu. Dalam kaitan ini unsur kesejarahan memang

ditekankan. Tradisi lisan ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek proses dan

produk. Sebagai produk, tradisi lisan merupakan pesan lisan yang didasarkan

pada pesan generasi sebelumnya.Tradisi lisan sebagai proses, berupa

pewarisan pesan melalui mulut ke mulut sepanjang waktu hingga hilangnya

pesan itu. Pesan tradisi memang sangat beragam. Pesan ini berkaitan dengan

karakteristik tradis lisan. Dari sini muncul sekurang-kurangnya tiga hal, yang

berhubungan dengan ciri tradisi lisan (Endraswara,2005:4) yaitu: (1) tak

reliabel, artinya tradisi lisan itu cenderung berubah-ubah, tak ajeg, dan rentan

perubahan, (2) berisi kebenaran terbatas, (3) memuat aspek-aspek historis

masa lalu. Dengan kata lain, tradisi lisan akan terjadi apabila ada kesaksian

seseorang secara lisan terhadap peristiwa. Kesaksian itu diteruskan orang lain

secara lisan pula, sehingga menyebar kemana saja. Keterulangan kesaksian

peristiwa inilah yang menciptakan sebuah tradisi lisan.

2. Hakikat Folklor

Menurut etimologinya, perkataan folklore (diindonesiakan menjadi

folklore) berasal dari kata folk dan lore. Menurut Danandjaja ( 1984 : 2 ),

definisi folklore adalah sebagai berikut: “adalah sebagai kebudayaan suatu

kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif

macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam

Page 36: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat

pembantu pengingat (mnemonic device)”. Definisi ini sebenarnya seperti

dikatakan oleh Danandjaja sendiri, merupakan ubahan dari definisi Jan Harold

Brunvard (Brunvard 1968:5). Definisi Brunvard berbunyi: “Folklore may be

defined as those materials in culture that circulate traditionally among

members of any group in different versions, whether in oral by means of

customary example” cerita rakyat dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan

dalam budaya tradisional yang beredar di antara anggota dari setiap kelompok

dalam versi yang berbeda, apakah dalam lisan dengan cara contoh adat

Folklor berasal dari kata folk (kolektif) dan lore ( Dananjaya, 1991 : 1-

5 ). Menurut Dundes, folk adalah sekelompok orang yang memiliki cirri-ciri

pengenal fisik, social, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari

kelompok lain. Sebagai contoh: warna kulit, bentuk rambut, mata

pencaharian, bahasa, taraf pendidikan, agama yang sama. Lore merupakan

tradisi folk, yaitu suatu kebudayaan yang diwariskan secara turun-menurun

secara lisan atau suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau

pembantu pengingat.

Folklor mengandung arti keyakinan atau kisah-kisah lama (tradisional)

mengenai rakyat, sekaligus juga bisa dimengerti sebagai studi atas kisah atau

keyakinan rakyat itu sendiri. Rakyat di sini bisa suku, masyarakat, atau

penduduk suatu wilayah dengan ragam budayanya sendiri. Folklor adalah

Page 37: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun

temurun di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi

yang berbeda baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan

gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device) (Danandjaya

1997:2). Endraswara (2009:11) berpendapat bahwa pahit getir hidup itu akan

terungkap lewat folklore. Karena folklore adalah cermin diri manusia. Oleh

karena itu mengungkapkan folklore sama halnya menyelami misteri indah

manusia.

Lain lagi dengan pendapat Potter (dalam Endraswara 2009:28) yang

menyatakan bahwa folklore adalah karya agung masalalu , baik lisan ataupun

tertulis yang amat berharga bagi generasi mendatang. Lebih jauh lagi ,Yadnya

(dalam Endraswara 2009:28) juga menjelaskan, folklore adalah bagian

kebudayaan yang bersifat traditional , tidak resmi, dan nasional. Folklore

mencakup semua pengetahuan, nilai, tingkah laku, asumsi, perasaan, dan

kepercayaan tersebar dalam bentuk tradisional melalui praktik-praktik

kebiasaan. Folklor itu memiliki cirri khusus. Menurut Jan Harold Brunvand di

dalam bukunya The Study of American Folklore (1968 : 4 ), folklore

mempunyai ciri: It is oral, It is tradisional, It exists in different versions, It is

usually anonymous, It tends to become formularized. Ini adalah lisan, Ini

adalah tradisional, itu ada dalam versi yang berbeda, Hal ini biasanya anonim,

ini cenderung menjadi formularized.

Page 38: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Meneliti folklore sunguh indah karena yang diteliti adalah hidup

manusia yang indah pula. Liku-liku hidup penuh dengan tantangan. Pahit getir

hidup itu akan terungkap lewat folklore. Karena folklore adalah cerminan diri

manusia. Oleh karena itu, mengungkap folklore sama hal nya menyelami

misteri indah manusia. Bukankah Barnouw ( 1982 : 241 ) juga menyatakan

bahwa meneliti folklore akan sampai pada “the enjoyment of life”. Artinya,

sebuah kenikmatan hidup itu salah satunya ada dalam folklore. Oleh karena,

dalam pandangan folklore “life can be beautiful”, artinya hidup itu sendiri

indah. Hidup adalah seni. Di antara seni adalah folklore. Jadi, mempelajari

folklore juga menikmati hidup dan keindahan.

Untuk mempermudah pengelompokan folklore, kiranya cukup relevan

jika berkiblat pada pendapat Brunvard (Hutomo, 1991 : 8) bahwa secara garis

besar, folklore dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu: Folklor lisan ( verbal

folklore ), Folklor sebagian lisan ( partly verbal folklore ), Folklor bukan lisan

( non verbal folklore )

Fungsi Folklor

Menurut William R. Bascom dalam Dananjdaja (1984:19) folklor

mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Sebagai sistem proyeksi (projective sistem), yakni sebagai alat pencermin

angan-angan kolektif;

b. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan;

Page 39: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

c. Sebagai alat pendidikan anak (pedagogical device);

d. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan

selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

3. Pengertian Cerita Rakyat

Elli Konggas Maranda (dalam Yus Rusyana, 1981 : 10) berpendapat

bahwa cerita rakyat adalah cerita lisan sebagai bagian dari folklor dan

merupakan bagian persediaan cerita yang telah mengenal huruf maupun

belum. Di dalam bahasa inggris, cerita rakyat disebut dengan istilah folktale

adalah sangat inklusif. Secara singkat dikatakan bahwa cerita rakyat

merupakan jenis cerita yang hidup di kalangan masyarakat, yang ditularkan

dari mulut ke mulut.

Pada dasarnya cerita rakyat disampaikan secara lisan. Tokoh-tokoh

cerita atau peristiwa-peristiwa yang diungkapkan dianggap penah terjadi di

masa lalu, atau merupakan suatu hasil rekaman semata yang terdorong oleh

keinginan untuk menyampaikan pesan atau amanat tertentu, atau merupakan

suatu upaya anggota masyarakat untuk memberi atau mendapatkan hiburan

atau sebagai pelipur lara (Atar Semi, 1993 : 79).

Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang awam dan mereka

merasa bahwa cerita rakyat yang ada merupakan warisan yang harus dijaga

dan dilestarikan keberadaannya(Sapardi Djaka Darmono 1984:42)

Page 40: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

4. Bentuk Cerita Rakyat

Menurut William R. Bascom membagi cerita prosa rakyat menjadi 3,

yaitu :

a. Mite (myth)

Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta

dianggap suci oleh empunya cerita, mite ditokohi oleh para dewa atau

mahkluk setengah dewa. Mite bercirikan : dianggap benar – benar terjadi,

dianggap suci oleh empunya cerita, tokoh para setengah dewa , setting

bukan di dunia , waktu sangat lampau. Mitos (mite) berasal dari perkataan

Yunani , mythos, berarti cerita ,yakni cerita tentang dewa–dewa dan

pahlawan–pahlawan yang dipuja–puja . Mitos adalah cerita–cerita suci

yang mendukung sistem kepercayaan atau agama (religi).

b. Legenda (legend)

Legenda sendiri berarti cerita–cerita yang oleh masyarakat yang

mempunyai cerita tersebut dianggap sebagi peristiwa–peristiwa sejarah.

Itulah sebabnya ada orang yang mengatakan bahwa legenda adalah sejarah

rakyat. Legenda, berciri : dianggap benar–benar terjadi , tidak dianggap

suci oleh empunya cerita, tokoh manusia kadang dengan sifat luar biasa,

setting di dunia, dan waktu belum terlalu lama Dongeng (folktale). Legenda

Page 41: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

merupakan cerita yang mengandung ciri-ciri tokoh dalam legenda

disakralkan oleh pendukungnya. Tokohnya merupakan manusia biasa yang

mempunyai kekuatan atau kemampuan yang luar biasa, tempat terjadinya

di dunia ini. Legenda tidak setua mite. Legenda menceritakan terjadinya

tempat seperti pulau, gunung, daerah atau desa, danau atau sungai dan

sebagainya serta ditokohi oleh manusia.

c. Dongeng

Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh

yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu dan tempat.

Dongeng merupakan kisah atau cerita yang lahir dari hasil imajinasi

manusia, dari khayalan manusia, walaupun unsur khayalan tersebut berasal

dari apa yang ada dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam dongeng

inilah khayalan manusia memperoleh kebebasannya yang mutlak, karena

disitu ada larangan bagi manusia untuk menciptakan dongeng apa saja. Di

situ bisa ditemukan hal-hal yang tidak masuk akal, yang tidak mungkin kita

temui dalam kehidupan sehari-hari. Setiap dongeng adalah produk

imajinasi manusia, tentunya merupakan hasil dari mekanisme yang ada

dalam nalar manusia itu sendiri. Maka dongeng adalah fenomena budaya

yang paling tepat untuk diteliti bilamana kita ingin mengetahui kekangan-

Page 42: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

kekangan yang ada dalam gerak atau dinamika nalar manusia. Penceritaan

dongeng ini hanya dimaksud untuk menghibur atau hanya sebagai pelipur

belaka.

1. Fungsi Cerita Rakyat

Menurut William R.Bascom (dalam Janes Danandjaja, 1997:19)

fungsi cerita rakyat adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sistem proyeksi yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu

kolektif. Fungsi ini dapat diwujudkan salah satunya dengan sarana

pengukuhan tempat keramat.

2. Sebagai alat-alat pengesahan pranata-pranata lembaga-lembaga

kebudayaan. Fungsi ini dapat terwujud oleh adanya instansi-instansi atau

lembaga-lembaga yang pada saat ini terus mencari, menggali dan

menyelamatkan kebudayaan yang hampir punah degan bentuk cagar

budaya ataupun bentuk-bentuk yang lainnya, serta mendukung tradisi yang

masih dilakukan oleh masyarakat, karena tradisi inila yang merupakan aset

kebudayaan bangsa.

3. Sebagai alat pendidikan anak. Biasanya fungsi ini digunakan oleh para

orang tua, agar anak-anak mereka mendapat pesan moral yang dititipkan

melalui cerita rakyat.

Page 43: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

4. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan

selalu dipatuhi anggota kolektifnya. Fungsi ini diterapkan pada tradisi-

tradisi yang hingga saat ini masih dilakukan oleh masyarakat untuk

menghormati para leluhurnya. Antara lain tradisi mempersembahkan sesaji

atau sajen, upacara-upacara tradisional, ritual-ritual tertentu sebelum

melakukan sesuatu dan lain sebagainya.

Fungsi cerita rakyat ini bergerak dari suatu masa ke masa. Pergeseran

nilai-nilai dan perubahan fungsi peranannya selalu terjadi karena pengaruh

jaman.

6. Ciri-Ciri Cerita Rakyat

Menurut James Danandjaja (1997:3-4) cerita rakyat senatiasa

mengalami perubahan dari masa ke masa, bahkan dari penutur yang satu ke

penutur lain saat yang berbeda walaupun dari kelompok-kelompok atau

individu yang sama. Ciri-ciri cerita rakyat sebagai berikut:

1. Disebarkan secara lisan, yaitu dari mulut ke mulut, dari orang satu ke

orang lain, dan secara alamiah tanpa paksaan.

2. Cerita rakyat bersifat tradisional dan disebarkan dalam bentuk relatif tetap

atau dalam bentuk standar disebarkan diantara kolektif tertentu dalam

waktu yang cukup lama.

Page 44: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

3. Cerita rakyat memiliki versi yang berbeda-beda karena penyebarannya

secara lisan.

4. Cerita rakyat bersifat anonim karena pengarangnya tidak diketahui lagi,

maka cerita rakyat telah menjadi milik masyarakat pendukungnya.

5. Cerita rakyat selalu menggunakan bentuk beumus atau berpola yaitu

menggunakan kata-kata klise, ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-

ulangan dan mempunyai pembukuan dan penutupan yang baku.

6. Cerita rakyat mempunyai kegunaan dalam kegunaan dalam kehidupan

kolektif, yaitu sebagai sarana pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan

proyeksi keinginan terpendam.

7. Cerita rakyat bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak

sesuai dengan logika umum

8. Cerita rakyat menjadi milik bersama dari suatu kolektif tertentu. Dasar

anggapan ini sebagai akibat sifatnya yang anonim.

9. Cerita rakyat bersifat polos dan lugu, sehinggga sering kali kelihatan

kasar, terlalu spontan.

7. Upacara Tradisional

Page 45: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Manusia selalu berusaha menyelamatkan atau membebaskan dirinya

dari segala ancaman yang datang dari lingkungan hidupnya. Untuk itu,

manusia secara perorangan atau berkelompok mengadakan hubungan-

hubungan dengan manusia lain, atau dengan kekuatan-kekuatan gaib di luar

dirinya, melalui upacara. (Syamsuddin, 1985 : 1)

Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan

kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan dan

diwariskan secara turun temurun dikalangan masyarakat pendukungnya secara

tradisional. Selain itu upacara tradisional sebagian besar bersifat anonim,

karena pengarangnya tidak diketahui, tidak mempunyai bentuk yang tetap dan

cenderung mengarah pada pola yang bersifat rata-rata. Upacara tradisional

yang dalam hal ini termasuk dalam folklor sebagian lisan yang menyangkut

dengan kepercayaan masayrakat yang sering juga oleh orang modern disebut

dengan takhayul itu (Danandjaja, 1986: 22). Dengan adanya sifat-sifat

tersebut memungkinkan perubahan yang dialami penuturnya yaitu tidak

mampu mengingat seluruh isi cerita secara urut dan lengkap. Upacara

tradisional juga merupakan bagian dari sastra, yaitu sastra lisan.

Menurut Supanto (1992 : 5), upacara tradisional adalah kegiatan sosial

yang melibatkan para warga masyarakat dalam usaha mencapai tujuan

keselamatan bersama. Upacara tradisional ini merupakan bagian yang integral

dari kebudayaan masyarakat pendukungnya, dan kelestarian hidup upacara

Page 46: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

tradisional tersebut dimungkinkan oleh fungsinya bagi kehidupan masyarakat

pendukungnya, dan dapat mengalami kepunahan bila tidak memiliki fungsi

sama sekali dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Upacara tradisional

penuh dengan simbol-simbol yang berperan sebagai alat komunikasi antar

manusia, dan juga menjadi penghubung antara dunia nyata dengan dunia gaib.

(Boestami, 1985 : 1)

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa upacara

tradisional adalah kegiatan sosial yang integral dalam kehidupan kulturalnya

untuk mencapai keselamatan bersama.

Pelaksanaan upacara tradisional mengandung berbagai aturan yang

wajib dipatuhi oleh masyarakat pendukungnya. Aturan itu tumbuh dan

berkembang dalam kehidupan masyarakat secara turun-temurun, untuk

melestarikan ketertiban kehidupan bermasyarakat. Biasanya kepatuhan setiap

anggota masyarakat terhadap aturan dalam bentuk upacara tradisional itu

disertai keseganan atau ketakutan mereka terhadap sanksi yang bersifat sakral

magis. Dengan demikian upacara tradisional dapat dianggap sebagai bentuk

pranata sosial yang tidak tertulis. Upacara tradisional wajib dikenal dan

diketahui oleh masyarakat pendukungnya, untuk mengatur sikap dan perilaku

agar tidak melanggar atau menyimpang dari adat kebiasaan yang berlaku di

dalam masyarakat. Makna dibalik upacara tradisi adalah:

Page 47: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

1. Melestarikan budaya dari leluhur yang masih tetap bertahan di tengah arus

globalisasi yang berkembang dalam masyarakat.

2. Sikap menghargai kepada tokoh pendahulu yang menjadi panutan dan

tuntunan hidup dengan mendoakan di makam beliau lewat lantunan bacaan

tahlil dan Al-Qur’an.

3. Sifat kerukunan dan kegotong-royongan yang masih terlihat lewat kerja

bakti bersama, mempersiapkan makanan, iuran dana dan lain sebagainya

yang sekarang sudah mulai terkikis dalam masyarakat perkotaan.

4. Bentuk rasa syukur kepada Allah S.W.T yang diujudkan dengan berdoa

bersama dan melaksanakan makan secara bersama pada waktu upacara

tradisi dilaksanakan.

5. Menambah ilmu agama dengan cara mendatangkan mubalig untuk

memberikan pengetahuan agama dan kehidupan baik untuk orang tua

maupun generasi muda.

6. Pelajaran bagi generasi muda supaya tetap menghormati dan mencintai

budaya yang ada dalam masyarakat dan tetap mempertahankannya.

7. Ajang silaturohim antara warga desa khususnya, pejabat dan partisipan lain

yang datang pada acara tersebut.

Page 48: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

8. Makna Simbolik

Manusia adalah mahkluk budaya, dan budaya manusia penuh dengan

simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa budaya manusia diwarnai dengan

unsur-unsur simbolik. Kata simbol berasal dari bahasa Yunani, symbolos yang

berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang.

Simbol atau lambang adalah sesuatu hal atau keadaan yang merupakan

pengantara pemahaman terhadap obyek (Herusatoto,2008 : 18).

Simbol-simbol ritual ada juga yang berupa sesaji (dalam penelitian

ini). Sesaji merupakan aktualisasi dari pikiran, keinginan, dan perasaan pelaku

agar lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya pendekatan diri melalui

sesaji sesungguhnya merupakan bentuk akumulasi budaya yang bersifat

abstrak. Sesaji juga merupakan sarana untuk”negosiasi” spiritual kepada hal-

hal gaib. Hal ini dilakukan agar mahkluk-makhluk halus di atas kekuatan

manusia tidak mengganggu. Dengan pemberian makanan secara simbolis

kepada ruh halus, diharapkan ruh tersebut akan jinak, dan mau membantu

hidup manusia (Suwardi Endraswara, 2006 : 247). Sesaji disini yang

dimaksud diantaranya adalah jangan menir (sayur bening), pecel pitik

(srundeng dan suwiran ayam), pisang, nasi udhuk, nasi golong, dan ayam

ingkung. Ayam ingkung disini disimbolkan seperti manusia yang hanya bisa

berserah diri kepada Sang Pencipta.

Page 49: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Segala bentuk dan macam kegiatan simbolik dalam masyarakat

tradisional itu merupakan upaya manusia untuk mendekatkan diri kepada

Tuhan yang menciptakan, menurunkan ke dunia, memelihara hidup, dan

menentukan kematian manusia. Simbolisme dalam masyarakat tradisional

membawakan pesan-pesan kepada generasi berikutnya. Kesembilan sendang

disini digunakan oleh masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari-hari dan

pengairan, bagi mereka yang masih percaya dengan kekuatan sendang itu,

mereka biasanya mengambil salah satu sumber sendhang itu untuk

menyembuhkan penyakit atau untuk mandi ritual agar awet muda.

Herusatoto (2008:156-178) juga mengatakan bahwa tindakan simbolis

orang Jawa dibagi menjadi tiga jenis anatar lain (1) tindakan simbolis dalam

religi, seperti upacara selamatan, peristiwa-peristiwa penting; (2) tindakan

simbolis dalam tradisi; (3) tindakan simbolis dalam seni. Tindakan simbolis

dalam masyarakat Jawa dominan dalam segala kegiatan. Menggunakan

simbol merupakan sebagai sarana atau media dalam menitipkan pesan-pesan

yang mempunyai nilai terkandung didalamnya. Budaya simbolis bisa menjadi

media didik masyarakat untuk menemukan nilai-nilai dalam budaya alus dan

juga budi luhur.

Page 50: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

9. Fungsi Mitos

Salah satu dari gejala kebudayaan, yang paling sulit didekati dengan

analisis logis semata-mata adalah mitos. Mitos lebih terjelma dalam tindakan,

daripada dalam pikiran atau khayalan (Cassiree, 1987 : 119). Kepercayaan

masyarakat terhadap cerita yang mereka ketahui sangat besar, sehingga dapat

mempengaruhi tingkah laku mereka, yaitu taat kepada larangan atau suruhan

yang berhubungan erat dengan cerita-cerita itu. Pada dasarnya mitos adalah

anggapan atau kepercayaan terhadap suatu hal yag berkaitan dengan

kehidupan manusia. (Nuraidar Agus, 2010 : 115)

Mitos adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah

tertentu kepada sekelompok orang. Cerita in dapat dituturkan, tetapi juga

dapat diungkapkan lewat tari-tarian atau pementasan wayang misalnya (Van

Peursan, 2007 : 37). Melalui mitos, manusia dapat turut serta mengambil

bagian dalam kejadian-kejadian sekitarnya, dan dapat menanggapi daya-daya

kekuatan alam.

Adapun fungsi mitos menurut Van Peursen, yaitu:

1. Mitos menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib. Mitos

itu tidak memberikan bahan informan mengenai kekuatan-kekuatan itu,

tetapi membantu menusia agar dapat menghayati daya-daya itu sebagai

Page 51: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

suatu kekuatan yang mempengaruhi dan menguasai alam dan kehidupan

sukunya.

2. Mitos memberi jaminan bagi masa kini. Pada musim semi misalnya bila

ladang-ladang mulai digarap, diceritakan dongeng. Namun juga dapat

diperagakan dalam sebuah tarian, bagaimana pada jaman dulu para dewa

juga mulai menggarap sawahnya dan memperoleh hasil yang melimpah.

Cerita-cerita itu seolah-olah mementaskan kembali suatu peristiwa yang

dulu pernah terjadi. Dengan demikian dijamin keberhasilan usaha serupa

dewasa ini.

3. Mitos memberikan pengetahuan tentang dunia. Artinya, fungsi ini mirip

dengan fungsi ilmu pengetahuan dan filsafat dalam alam pikiran modern,

misalnya cerita-cerita terjadinya langit dan bumi. (Peursen, 1988 : 37)

Dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa mitos adalah suatu kepercayaan

yang telah mendarah daging bagi masyarakat pemiliknya, dan menjadi

pedoman dalam bertingkah laku. Tujuan mitos adalah untuk mendidik anak-

cucu yang mendengarnya, khususnya tentang kepercayaan kepada kekuatan

mutlak (Tuhan), kejujuran, keberanian, sopan santun, dan lain-lain. Mitos

merupakan suatu cerita yang dapat memberikan pedoman bagi masyarakat di

tiap daerahnya.

Page 52: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan sebuah metode dikarenakan agar penelitian dapat

menemukan suatu cara, langkah kerja dan rumusan yang benar dalam memberikan

langkah setiap permasalahan, sehingga dapat menghasilkan suatu penelitian.

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Desa Sarean Kecamatan Weru, yang berjarak 25 km dari

pusat kota. Di desa tersebut terdapat tradisi upacara tradisional yang unik, yaitu

upacara pulung langse/ mengganti kelambu, yang dinanti oleh warga Desa Sarean

khususnya, dan masyarakat Sukoharjo pada umumnya.

B. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu data terurai dalam

bentuk kata-kata atau gambar, bukan dalam bentuk angka-angka. Hal ini disebabkan

oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan

berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian,

laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran

penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara,

catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen

Page 53: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

resmi lainnya. Pada penulisan laporan demikian, peneliti menganalisis data yang

sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu hendaknya

dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Data

pada umumnya berupa pencatatan, foto-foto, rekaman, dokumen, memoranda, atau

catatan-catatan resmi lainnya. (Bogdan, R. C dan S. K. Biklen dalam Atar Semi, 1990

: 24)

Kualitas penafsiran dalam metode kualitatif dengan demikian dibatasi

oleh hakikat fakta-fakta sosial, artinya fakta sosial adalah fakta-fakta sebagaimana

ditafsirkan oleh subjek (Nyoman Kutha Ratna, 2004 : 47). Dalam penelitian kualitatif

folklor yang diutamakan adalah penyajian hasil melalui kata-kata atau kalimat dalam

suatu struktur logis, sehingga mampu menjelaskan sebuah fenomena budaya.

C. Sumber Data dan Data Penelitian

a. Sumber Data

Sumber data terdiri atas dua jenis, yaitu sumber data primer dan sumber data

sekunder. Sumber data primer berasal dari informan, yaitu warga terpilih yang

mengetahui cerita tersebut. Sumber data sekunder adalah sumber data penunjang

penelitian yang dalam hal ini adalah upacara tradisional, artikel oleh alat perekam,

dan kamera.

b. Data Penelitian

Page 54: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer dalam penelitian ini adalah Ritual Penggantian Kelambu Petilasan dari

hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan informan. Data sekunder berupa

keterangan atau data yang terambil dari artikel oleh rekaman, dan foto-foto. Informan

yang dimaksud adalah: Bapak Widodo dan Saroso sebagai juru kunci, Ibu Wiji

sebagai Istri dari juru kunci, Bapak Samsi sebagai Modin, Bapak AB Yulia sebagai

warga masyarakat.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah:

1. Observasi langsung

Penelitian diketahui oleh informan dan sebaliknya para informan dengan sukarela

memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi.

Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif pengamatan dimanfaatkan

sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (1981:191-193)

adalah:

a. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara

langsung.

b. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati

sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana

yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

Page 55: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

c. Pemanfaatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam

situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun

pengetahuan yang diperoleh dari data.

d. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data

yang dijaringnya ada yang keliru atau bias.

e. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami

situasi-situasi yang rumit.

f. Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya

tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat

bermanfaat.

2. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini bertujuan menyimpulkan keterangan yang ada pada

kehidupan dalam suatu masyarakat serta pendirian mereka merupakan suatu alat

pembantu metode observasi langsung. (Koentjaraningrat,1983:129)

Pada metode ini, pertanyaan diajukan secara lisan (pengumpul data bertatap muka

dengan narasumber. (Sanapiah Faisal, 2008 : 52).

Jenis wawancara ada dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak

terstruktur. Wawancara terstruktur ialah pewawancara menetapkan sendiri masalah

dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Untuk itu pertanyaan-pertanyaan

disusun dengan rapi dan ketat. Jenis ini dilakukan pada situasi jika sejumlah sampel

yang representatif ditanyai dengan pertanyaan yang sama dan hal ini penting sekali.

Wawancara terstruktur ini bertujuan untuk mencari jawaban terhadap hipotesis kerja.

Page 56: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Wawancara tidak terstuktur digunakan dalam pencarian informasi dalam masyarakat

untuk mengetahui pemahaman dalam masyarakat. Wawancara ini sangat berbeda

dengan wawancara terstruktur dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan

respons, yaitu jenis ini lebih bebas iramanya. Responden biasanya terdiri atas mereka

yang terpilih saja karena sifat-sifatnya yang khas. Penelitian ini menggunakan metode

wawancara tidak terstruktur, yang dilakukan dengan suasana akrab dan terbuka,

pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. (Lexy J.

Moleong,2007 : 190)

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan baik tertulis maupun dalam bentuk gambar

lainnya yang dapat digunakan untuk memperkuat data yang ada. Alat-alat yang

digunakan untuk memperoleh dokumen dalam penelitian ini adalah kamera foto, tape

recorder dan buku catatan. (Guba dan Lincoln, 1981:228). Dokumen sudah lama

digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen

sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk

meramalkan.

4. Content Analysis

Untuk menggunakan content analysis seseorang hendaknya mengikuti kursus dan

latihan khusus yang diadakan untuk itu. Oleh karena itu, apa yang diuraikan di sini

barulah merupakan prinsip-prinsip dasar, dan apabila seseorang tertarik untuk

mendalaminya, sebaiknya ia mengikuti latihan khusus tersebut. (Berelson 1952),

mendifisinikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan

Page 57: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

secara objektif, sistematis, dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi. Weber

(1985:9) Teknik content analysis merupakan metodologi penelitian yang

memanfaatkan prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau

dokumen. Definisi berikutnya dikemukan oleh Krippendorff (1980:21), yaitu kajian

isi adalah teknik penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang

replikatif dan sahih dari data atas dasar konteksnya.

Melalui content analysis data yang diperoleh secara cermat untuk

dapat diambil kesimpulan mengenai data yang digunakan dalam penelitian ini,

serta hal-hal penting yang menjadi pokok persoalan penelitian. Dengan demikian

analisis tersebut mengacu pada beberapa dokumen yang relevan dengan penelitian,

disamping melakukan wawancara dengan para informan.

E. Teknik Analisis Data

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah hasil wawancara dengan informan,

sedangkan sajian datanya menggunakan analisis folklor untuk mendeskripsikan

bentuk dan isi, mitos, serta fungsi dari folklor yang diteliti. Analisis simboliknya

menggunakan analisis budaya, untuk mencari makna dari simbol-simbol yang ada

pada penelitian.

Setelah memperoleh data dalam penelitian, kemudian langkah selanjutnya adalah

mengolah data dan menganalisa data. Di dalam penelitian ini pengolahan data

Page 58: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

dipergunakan metode komparatif, yaitu membandingkan antara data yang diperoleh

dari hasil wawancara dengan hasil observasi. Sedangkan dalam menganalisa data

dipergunakan teknik analisis kualitatif, yaitu suatu analisis yang berdasarkan pada

hubungan sebab akibat dari fenomena sejarah dalam waktu dan situasi tertentu. Dari

analisis data itu akan dihasilkan suatu tulisan yang bersifat deskriptif analisis.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Profil Masyarakat Desa Sarean

1. Sejarah Berdirinya Desa Sarean

Desa adalah merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur

fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh

timbal balik dengan daerah lain.

Page 59: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Desa Sarean adalah tempat terakhir Ki Ageng Prawoto Sidik tinggal, setelah sekian

lama berkelana dan mengajarkan agama Islam. Disini pula tempat Ki Ageng Prawoto

Sidik mendirikan sebuah pemukiman dan menjadi Guru dari Jaka Tingkir. Dari

observasi di lapangan, diketahui asal mula dinamakan Desa Sarean dari beberapa

pendapat informan, diantara lain:

1. Pendapat Bapak Widodo (Juru kunci, 50 tahun)

Mengatakan bahwa dinamakan Desa Sarean adalah Karena di daerah ini Ki Ageng

Prawoto Sidik tutup usia, untuk menghormati dan menghargai jasa-jasanya dahulu

masyarakat disekitar pemukiman memberikan nama Sarean sebagai nama Desa ini.

2. Pendapat Bapak Hadi (Modin, 65 tahun)

Mengatakan bahwa dinamakan Desa Sarean adalah dahulu pada jaman Ki Ageng

Prawoto Sidik masih sering berada di Wonogiri, sering mengunjungi daerah ini untuk

istirahat/tidur, setelah berjalannya waktu warga sekitar memberi nama pemukiman ini

Desa Sarean.

3. Pendapat Bapak Samsi (Ketua RW, 60 tahun)

Mengatakan bahwa dinamakan Desa Sarean adalah Sejak beliau masih muda (Bapak

Kamsi) memang sudah bernama Desa Sarean, karena merupakan nama yang sudah

turun temurun dari jaman dahulu. Tetapi menurut leluhurnya nama Desa Sarean

masih berhubungan erat dengan keberadaan Ki Ageng Prawoto Sidik.

2. Kondisi Geografis (Alam) Masyarakat Desa Sarean

Page 60: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Luas wilayah Desa Sarean adalah 371,7400 Ha, terbagi menjadi 4 Dukuh, 14 RW

(Rukun Warga), dan 13 RT (Rukun Tetangga). Dari pusat pemerintahan kecamatan

hanya berjarak 3 Km. Batas wilayah Desa Sarean adalah sebagai berikut.

1) Sebelah Utara : Dusun Margamulyo

2) Sebelah Selatan : Dusun Lemah Bang

3) Sebelah Timur : Dusun Serut

4) Sebelah Barat : Dusun Margajati

Keadaan alam Desa Sarean berada pada ketinggian 980 meter dari permukaan air

laut. Kondisi alam di Kecamatan Weru khususnya Desa Sarean adalah perbukitan

dengan jalan yang menanjak, ini terlihat sekali jika melintasi dari pusat kecamatan

Weru ke arah selatan, semakin ke selatan semakin naik dan menanjak. Wilayah Desa

Sarean juga banyak ditemukan batuan kapur yang berada di sekitaran jalan desa.

Mayoritas warga Desa Sarean bermata pencaharian sebagai buruh tani dan buruh

bangunan. Mayoritas mereka menggarap lahan sawahnya sendiri dengan dibantu

buruh tani.

Masyarakat Desa Sarean yang perkebunan di sekitaran dusun, mereka

memanfaatkannya untuk menanam pohon jati. Dari pengamatan penulis, cukup

banyak warga yang memiliki lahan perkebunan. Mayoritas mereka menanam pohon

jati dan mahoni. Menurut hasil pengamatan penulis juga, lahan perkebunan pohon jati

ini banyak sekali dikunjungi oleh kalangan mahasiswa ataupun pengusaha yang akan

melakukan penelitian ataupun menanam modal disini. Disini warga juga menjual

bibit pohon jati dengan kualitas yang baik. Selain juga digunakan sebagai mata

Page 61: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

pencaharian, memiliki perkebunan pohon jati bisa digunakan investasi atau tabungan

di hati tua, mayoritas digunakan juga untuk membuatkan rumah bagi anak-anaknya

kelak. Untuk sebagian masyarakat yang memiliki pekarangan yang cukup luas,

biasanya digunakan untuk ditanami pohon pisang, ubi kayu, mangga dan rambutan.

Setelah berbuah biasanya mereka menjualnya di Pasar Watu Kelir dan sebagian juga

untuk dikonsumsi sendiri. Berdasarkan data monografi dari Desa Sarean Kecamatan

Weru Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah luas wilayah Desa Sarean adalah 371,7400

Ha, terdiri dari:

a. Tanah sawah

Yang terdiri dari Irigasi setengah tehnis seluas 10,000 Ha, sawah tadah hujan 27,8200

Ha.

b. Tanah Kering

Yang terdiri dari pekarangan/bangunan seluas 102,8700 Ha, Tegalan/Kebunan seluas

105,8400 Ha, jalanan seluas 26,91 Ha.

Luas wilayah Desa Sarean menurut luas penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel

berikut:

Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)

Luas Wilayah

1. Tanah Sawah

Irigasi Tehnis

Irigasi Setengah Tehnis

Sederhana

Tadah Hujan

371,7400

-

-

10,000 Ha

-

27,8200 Ha

Page 62: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

2. Tanah Kering

Pekarangan/Bangunan dll

Tegalan/Kebunan

Padang Gembala

Tambak Kolam

Rawa

Hutan Negara

Perkebunan Negara/Swasta

Lain2 sungai, jalan, kuburan dll

102,8700 Ha

105,8400 Ha

-

-

-

-

-

26,91 Ha

Data Geografi Penduduk Tahun 2012

3. Karakteristik Masyarakat Desa Sarean

Desa Sarean merupakan salah satu dari desa/dusun yang berada di Kecamatan Weru,

Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan Weru merupakan batas antara Kabupaten

Sukoharjo dengan Kabupaten Klaten sebelah barat dan Kabuapaten Sukoharjo dengan

wonogiri, Kecamatan Weru sebelah selatan juga merupakan batas dengan Kabupaten

Gunung Kidul (Daerah Istimewa Yogyakarta). Luas wilayah 371,7400 Ha ini jauh

dari kata keramaian kota sehingga ini bisa dibilang masyarakat Desa Sarean adalah

masyarakat pinggiran (urban). Disini terdapat 4 Dukuh, 14 RW (Rukun Warga), dan

13 RT (Rukun Tetangga).

Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik kira-kira berjarak 300 meter terdapat pasar Watu

Kelir. Pasar ini ramai setiap hari pasaran wage dan menjadi pusat perekonomian

Page 63: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

karena menjadi tempat transaksi dan jual beli hasil-hasil bumi masyarakat. Selain itu

di pasar Watu Kelir ini juga menyediakan kebutuhan harian bagi masyarakat

setempat, misalnya sembako, pakaian, hasil ternak. Selain pasar, di dekat petilasan Ki

Ageng Prawoto Sidik juga terdapat terminal. Terminal ini menjadi sarana transportasi

bagi masyarakat Watu Kelir dan sekitarnya. Bus maupun kol di terminal ini melayani

penumpang untuk bepergian menuju dan kembali antar kecamatan (Weru,

Tawangsari PP) maupun antar Kabupaten (Watu Kelir, Kabupaten Sukoharjo-Solo

PP, Watu Lkelir Kabupaten Sukoharjo-PP, Watu Kelir Kabupaten Gunung Kidul DIY

PP, watu Kelir Kabuapten Sukoharjo-Wonogiri).

Masyarakat desa merupakan suatu wilayah yang ditempati sejumlah penduduk dan

merupakan organisasi pemerintahan yang terendah, atau bisa juga diartikan sebagai

suatu wilayah administratif di Indonesia yang paling rendah di bawah kecamatan

yang dipimpin oleh Kepala Desa. Masyarakat desa merupakan masyarakat yang

masih tradisional karena pada umumnya masih memegang adat. Sejarah desa

mempunyai peranan penting dalam sejarah bangsa Indonesia, terutama masa merebut

dan mempertahankan kemerdekaan.

Kehidupan masyarakat Desa Sarean terbilang masih cukup terjalin erat tali

silaturahim. Etos kerja bergotong-royong masih sangat tinggi, terbukti dari hasil

penelitian langsung penulis saat beberapa kali berkunjung ke Desa Sarean dan hasil

wawancara dengan Kepala Desa, Juru Kunci dan masyarakat Desa Sarean sendiri. Ini

merupakan salah satu ciri khas ataupun kebiasaan masyarakat Desa Sarean sendiri.

Page 64: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Kehidupan keseharian Masyarakat Desa Sarean masih sangat berpegang teguh pada

adat istiadat setempat, sehingga dari pengamatan penulis di lapangan diperoleh suatu

data analisis karakteristik masyarakat Desa Sarean sebagai berikut:

a. Rukun

Istilah rukun cukup menggambarkan situasi dan keadaan masyarakat Desa Sarean.

Dari sinilah tercipta keadaan masyarakat yang nyaman dan tidak merasa ada tekanan.

Sikap ini sangat terlihat sekali di Desa Sarean, antara satu warga dengan warga

lainnya saling menghormati dan bertutur kata yang benar, sehingga menghindari

konflik antar warga yang bisa merusak keutuhan dan keharmonisan bertetangga.

Karena dewasa ini yang terjadi di masyarakat luas sering terjadi konflik, yang

pangkal dari masalah hanya kurang saling menghargai.

b. Saling Menghargai (Ngajeni)

Masyarakat Desa Sarean sangat menjunjung tinggi sikap saling menghargai antar

warganya, ini terlihat sekali di dalam kehidupan bermasyarakat mereka, masyarakat

berusaha saling menjaga ucapan dan tindakan yang mereka perbuat, supaya tidak

menimbulkan kesalahpahaman yang nantinya bisa berujung tidak menghargai.

Masyarakat jawa menyebutnya “ngajeni”. Mereka benar-benar mengingat kebaikan

yang pernah dilakukan oleh seseorang, sebagai balas budi mereka akan berusaha

membantu ketika orang yang pernah berjasa kepada dirinya membutuhkan

pertolongan.

c. Terbuka

Page 65: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Mungkin seperti inilah potret kehidupan masyarakat Desa Sarean. Masyarakat disini

cukup terbuka dengan hal-hal baru yang masuk di lingkungan mereka, masyarakat

disini cukup beradaptasi jika ada budaya baru yang masuk. Begitu pula dengan para

masyarakat disini cukup terbuka dengan para pendatang ataupun kepada para

pengusaha ataupun mahasiswa yang hendak akan melakukan observasi ataupun

penelitian. Jika dilihat dan diamati keterbukaan ini akan mempermudah masyarakat

Desa Sarean untuk lebih maju dan selalu mengetahui perkembangan teknologi dan

budaya baru.

d. Sederhana

Sederhana merupakan gambaran / background dari masyarakat Desa Sarean.

Masyarakat disini kehidupannya bisa dikatakan cukup, mayoritas masyarakat Desa

Sarean bermata pencaharian bercocok tanam di ladang ataupun sawah. Sekitaran

Desa Sarean kondisi tanahnya adalah tanah kapur dan bebatuan, sehingga banyak

dimanfaatkan para warga untuk menanam singkong. Sebagian juga ada warga yang

memiliki lahan untuk ditanami pohon jati, karena di daerah sini banyak sekali yang

memiliki tanah dan ditanami pohon jati, bahkan di daerah ini sudah dijadikan untuk

kawasan usaha pohon jati. Ada juga warga yang bermata pencaharian sebagai seorang

guru ataupun pegawai kantoran. Mengingat kondisi jalan disini yang berbelok dan

banyak tanjakan cukup berpengaruh kepada kehidupan ekonomi masyarakat Desa

Sarean.

e. Sopan-Santun

Page 66: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Masyarakat Desa Sarean sangatlah menjunjung tingi nilai kesopanan (Unggah-

ungguh), ini terlihat sekali di dalam kehidupan pergaulan di lingkungan para warga.

Generasi muda disini terhadap orang yang lebih tua maupun kepada para pendatang

baru cukup sopan, mereka menjaga sekali tindak tutur dan kesopanan mereka. Begitu

pula dengan orang yang mungkin lebih berwibawa dari mereka, mereka

memperlihatkan sikap sopan. Masih cukup banyak para warga Desa Sarean yang

masih bisa menggunakan bahasa jawa yang halus/benar, terutama para warga yang

sudah berumur. Bahkan sebagian masyarakat yang sudah berumur lanjut masih

banyak yang bisa berbahasa jawa halus. Masyarakat disini akan dengan senang hati

jika ada pendatang baru yang menanyakan tentang lingkungan mereka disini,

ditambah dengan masyarakat disini yang terbuka dan sopan, membuat warga Desa

Sarean cukup mudah untuk bergaul dan menerima hal-hal baru. Bagi para warga Desa

Sarean bersopan santun sudah merupakan bagian dari kehidupan pergaulan

masyarakat kesehariannya.

f. Tanpa Pamrih

Masyarakat disini tumbuh sikap saling tolong menolong yang cukup terjalin dengan

baik, salah satunya mereka menolong dengan tanpa pamrih atau tidak mengharap

imbalan. Ini terlihat sekali jika ada warga Desa Sarean yang memiliki kerja ataupun

lagi ada warga yang meninggal dunia, mereka akan dengan senang hati membantu

acara tersebut agar dapat meringankan beban dari yang punya kerja ataupun sedang

lagi kena musibah. Mereka tidak mengharap balasan dibayar, semata-mata itu mereka

Page 67: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

lakukan untuk saling membantu dan sebagai solidaritas bertetangga. Sikap seperti ini

masih terlihat sekali di kehidupan desa yang sangat menjujung tinggi adat-istiadat.

g. Gotong Royong

Mungkin inilah yang bisa diungkapkan untuk melihat ciri khas masyarakat Desa

Sarean. Sikap kebersamaan ini sangatlah terlihat sekali disini. Mereka bekerja sama

untuk satu tujuan, yaitu agar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan mudah.

Gotong royong sangat berjalan sekali di Desa Sarean hingga sekarang, karena disini

mereka menyadari akan pentingnya solidaritas dan bekerja sama antar masyarakat. Ini

terlihat sekali jika di dalam desa ada program baru dari pemerintah atau sekedar

kegiatan rutinitas. Seperti jika ada acara Sambatan di lingkungan Desa Sarean, yang

dilakukan oleh para Bapak-Bapak ataupun kaum muda untuk membantu atau

melakukan kegiatan dalam pembangunan rumah, pembuatan/pengaspalan jalan baru

maupun untuk membuat aliran selokan di sekitaran pemukiman warga, Sambatan

juga terlihat pada acara ngijing , yakni acara meletakkan/memasang batu nisan pada

saat nyewu, nyewu adalah peringatan 1000 hari kematian seseorang. Semua ini

dilakukan dengan sukarela tanpa mengharap upah ataupun bayaran. Berkat kehidupan

seperti inilah bisa menimbulkan kerukunan dan kerjasama antar warga.

4. Agama dan Kepercayaan Masyarakat Desa Sarean

Hal mendara bagi kehidupan manusia adalah kepercayaan. Sebelum menetukan

tahap-tahpa selanjutnya dalam kelanjutan manusia, semua manusia sempat

mengalami pertanyaan seputar kepercayaan yang ia miliki. Pda dasarnya konsep

ketuhanan kontemporer ada 3 macam yaitu: teisme (adalah konsep yang meyakini

Page 68: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dengan tegas bahwa Tuhan itu ada, aknotisme merupakan paham yang berpendapat

bahwa pengetahuna tentang Tuhan tidak diperoleh oleh manusia, manusia tidak

mampu mengetahui eksistansi Tuhan (agnostik), ateisme yaitu pandagan yang tidak

mengakui adanya tuhan karena alam ada dengan sendirinya dan bekerja menuru

undang-undang dirinya sendiri. Logika positifis selalu menggambarkan bahwa agama

merupakan fenomena kemasyarakatan, tak ubahnya denga tradisi,cara berpakaian,

dan lain-lain. Keyakina beragama secara individu, sosio kultural dan religiusitas

menurut orang jawa berada di dalam satu spirit. Tindakan-tindakan keberagamaan

merupakan sikap individu dimana individu tersebut terikat secara ssio kultural

sehingga menghasilakn religiusitas yang sinkretis. Masyarakat jawa menjalani semua

itu sebagai bentuk dari sikap budaya dan gaya hidupnya yang selalu menjaga

harmoni. Masyarakat Desa Sarean mayoritas para warganya adalah asli orang Jawa,

masih banyak pula yang mempercayai hal-hal yang berbau kejawen, dan ada pula

yang sudah berfikir modern/Islam. Bagi sebagian masyarakat yang masih percaya

dengan hal yang berbau Kejawen, banyak yang sering berkunjung atau melakukan

ritual di Makam Ki Ageng Prawoto Sidik. Tidak hanya para warga masyarakat Desa

Sarean yang datang ke makam, tetapi banyak juga pengunjung yang datang dari luar

daerah, bahkan dari luar kota juga masih cukup banyak yang datang untuk

berkunjung maupun sesirih di petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik. Pada malam-malam

tertentu seperti Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon, masih banyak yang berkunjung di

petilasan Makam Ki Ageng Prawoto Sidik untuk melakukan rangkaian kegiatan yang

menjadi ujubnya/permintaannya. Kemudian ada juga yang hanya sekedar berkumpul

Page 69: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

pada malam tertentu untuk bersilaturahmi, karena pada malam-malam tertentu di

areal makam masih dan sering ramai dikunjungi oleh para warga.

Warga masyarakat Desa Sarean mayoritas adalah beragama Islam, tetapi juga ada

yang bergama Kristen maupun Katholik. Sebagai buktinya ini terlihat sekali masjid

yang berada di perkampungan yang digunakan umat Islam sebagai tempat beribadah

mereka, Gereja-gereja juga ditemukan di daerah ini untuk peribadatan orang Nasrani.

Di Desa Sarean terdapat 7 buah Masjid, 8 Surau/Mushola, kemudian juga terdapat

Gereja 3 buah. Untuk menjaga keharmonisan, para warga berusaha untuk saling

menghargai maupun saling membantu jika salah satu membutuhkan uluran tangan.

Kegiatan keagamaan disini yang dilakukan adalah seperti Tahlillan yang dilakukan

secara bergantian dari rumah ke rumah atau disaat ada seseorang warga yang sanak

keluarganya ada yang kesripahan / meninggal dunia. Bagi Ibu-Ibu juga sering

melakukan kegiatan keagamaan yaitu Pengajian di masjid pada hari tertentu.

Kegiatan tradisi yang masih dipercaya atau dilakukan oleh masyarakat Desa Sarean

ialah berupa Selametan, Nyadran. Ini dilakukan karena sebagian masyarakat disini

masih banyak yang menganut kejawen yang kuat, masih melestarikan budaya jawa

yang cukup kuat. Bagi yang sudah berfikir modern/islam modern, sudah jarang yang

melakukan kegiatan seperti ini. Tetapi keharmonisan di Desa Sarean sangat terjaga

walaupun mungkin memiliki perbedaan pikiran atau kepercayaan. Mereka saling

menghormati dan menghargai satu dengan yang lainnya. Jika saat ada bancaan di

Makam Ki Ageng Prawoto Sidik, masih ada sebagian pula masyarakat yang datang

disini untuk sekedar ikut berdoa dan kemudian masakan dari bancaan itu sendiri akan

Page 70: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

dibagikan oleh modin atau juru kunci. Bancaan itu sendiri adalah serangkaian

kegiatan yang bertujuan unyuk meminta keselamatan atau wujud dari rasa syukur.

Biasanya di dalam bancaan yang sangat kental atau menjadi utama adalah adanya

sega gudangan, sega gudangan (nasi urap) disini terdiri dari nasi, kemudian terdapat

sayuran dan kacang-kacangan dengan sambal kelapa, kemudian dilengkapi dengan

telor. Anak-anak kecil yang paling suka disini jika ada bancakan di makam Ki Ageng

Prawoto Sidik.

NO AGAMA JUMLAH TEMPAT IBADAH

1 Islam 5240 orang 7 Masjid, 8 Surau

2 Kristen 59 orang 3 Gereja

3 Katolik - -

4 Budha - -

5 Hindu - -

(Sumber Monografi Desa Sarean)

5. Tradisi Masyarakat Desa Sarean

Tradisi Tradisional masyarakat Desa Sarean masih cukup kental sekali dengan unsur

kejawen. Aktifitas tersebut masih ada yang terkait dengan unsur sosial keagamaan

dan peringatan hari-hari besar. Seperti Upacara Penggantian Kelambu yang diadakan

Page 71: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

setahun sekali setiap Bulan Ruwah. Tradisi ini diadakan pada tanggal kur-kuran,

yakni pada tanggal ganjil setiap tanggal 20an, seperti tanggal 21, 23,25 dan

seterusnya.

Tradisi masyarakat disini masih berjalan dengan baik, warga yang masih berpegang

teguh pada budaya jawa masih sering melakukan serangkaian kegiatan yang berbau

jawa seperti nyadran, mitoni, slametan. Semua itu dilakukan demi menjaga

kelestarian budaya jawa agar tetap hidup dan lestari.

Prosesi nyadran diawali dengan setiap keluarga membuat kue apem dan ketan kolak.

Adonan tiga jenis penganan dimasukkan dalam takir, yaitu tempat makanan terbuat

dari daun pisang yang di kanan-kiri ditusuk lidi (biting). Kue-kue tadi di samping

dipakai munjung/ater-ater kepada saudara yang lebih tua, juga merupakan ubarampe

kenduri. Sesudah besik (membersihkan rumput-rumput), masyarakat sekampung

menggelar kenduri yang berlokasi di sepanjang jalan masuk menuju makam atau

lahan kosong di sekitar makam. Secara etimologis, kata craddha berasal dari bahasa

Sansekerta “sraddha” yang artinya keyakinan, percaya atau kepercayaan. Masyarakat

Jawa kuno meyakini bahwa leluhur yang sudah meninggal, sejatinya masih ada dan

mempengaruhi kehidupan anak cucu atau keturunannya. Oleh karena itu, mereka

sangat memperhatikan saat atau waktu, hari dan tanggal meninggalnya leluhur. Pada

waktu-waktu (saat) itu, mereka yang masih hidup diharuskan membuat sesaji berupa

kue, minuman, atau kesukaan yang meninggal. Selanjutnya, sesaji itu ditaruh di meja,

ditata rapi, diberi bunga setaman, dan diberi penerangan berupa lampu.

Page 72: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Pengaruh agama Islam pula makna nyadran mengalami pergeseran, dari sekadar

berdoa kepada Tuhan, menjadi ritual pelaporan dan wujud penghargaan kepada bulan

Sya‟ban atau Nisfu Sya‟ban. Ini dikaitkan dengan ajaran Islam bahwa bulan Sya‟ban

yang datang menjelang Ramadhan, merupakan bulan pelaporan atas amal perbuatan

manusia. Oleh karena itu, pelaksanaan ziarah juga dimaksudkan sebagai sarana

introspeksi atau perenungan terhadap segala daya dan upaya yang telah dilakukan

selama setahun. Pada perkembangan selanjutnya, tradisi nyadran mengalami

perluasan makna. Bagi mereka yang pulang dari rantauan, nyadran dikaitkan dengan

sedekah, beramal kepada para fakir miskin, membangun tempat ibadah, memugar

cungkup dan pagar makam. Kegiatan tersebut sebagai wujud balas jasa atas

pengorbanan leluhur, yang sudah mendidik, membiayai ketika anak-anak, hingga

menjadi orang yang sukses. Bagi perantau yang sukses dan kebetulan diberi rezeki

berlimpah, pulang nyadran dengan beramal merupakan manifestasi hormat dan

penghargaan kepada leluhur. Bagi umat Islam sendiri, tradisi nyadran masih

menimbulkan perdebatan. Itu karena ada dua pendapat berbeda, dikaitkan dengan

ajaran Nabi Muhammad SAW. Kelompok pertama atau yang beraliran moderat,

beranggapan bahwa ritual nyadran tidak perlu dilakukan karena bertentangan dengan

hadits dan as sunnah. Nyadran sering digolongkan perbuatan syirik atau

menyekutukan Tuhan. Sementara menurut kelompok kedua yang beraliran kultural,

nyadran adalah kegiatan keagamaan yang sah-sah saja, asal tidak untuk menyembah

leluhur atau pekuburan.

Terlepas dari perbedaan pendapat itu, penulis memandang perlu pelestarian

Page 73: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

tradisi nyadran. Selain sebagai wujud pelestarian budaya adhiluhung peninggalan

nenek moyang, terdapat sejumlah kearifan dalam prosesi tradisi nyadran yang sangat

relevan dengn konteks kekinian. Hal ini karena prosesi nyadran tidak hanya sekedar

gotong royong membersihkan makam leluhur, selamatan dengan kenduri, dan

membuat kue apem ketan kolak sebagai unsur utama sesaji. Lebih dari itu, nyadran

menjelma menjadi ajang silaturahmi, wahana perekat sosial, sarana membangun jati

diri bangsa, rasa kebangsaan dan nasionalisme. Ketika pelaksanaan nyadran,

kelompok-kelompok keluarga atau trah tertentu, tidak terasa terkotak-kotak dalam

status sosial, kelas, agama, golongan, partai politik, dan sebagainya. Perbedaan itu

lebur, karena mereka berkumpul menjadi satu, berbaur, saling mengasihi, saling

menyayangi satu sama lain. Seusai nyadran ada warga yang mengajak saudara di

desa ikut merantau dan bekerja di kota-kota besar. Di sinilah ada hubungan

kekerabatan, kebersamaan, kasih sayang di antara warga atau anggota trah.

Tradisi masyarakat Desa Sarean yang masih dilaksanakan selain nyadran adalah

mitoni. Tradisi upacara ini sudah berlangsung sejak nenek moyang di Jawa. Upacara

ini diadakan pada seorang perempuan Jawa yang masih percaya dan hamil pertama

kalinya. Sedangkan sang suami juga ikut dalam upacara tersebut. Asal mitoni berasal

dari kata “miton” yang berarti tujuh yaitu perempuan yang hamil selama tujuh bulan,

sedangkan “nelon” berarti 3 bulan lamanya dalam kehamilan. Lalu orang Jawa

memberi nama mitonneloni yaitu memperingati seseorang perempuan yang hamil

pertama kali dan waktu tiga bulan dan 7 bulan dan menyambut kelahiran. Konon

ceritanya orang yang masih percaya kalau tidak diadakan maka kelahirannya akan

Page 74: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

terganggu, dan orang Jawa khususnya sesepuh masih kental dengan hal – hal tersebut.

Dari uraian diatas, selanjutnya akan dijelaskan urutan mitoni:

1. Upacara Siraman

Biasanya pelaksanaan siraman diadakan dikamar mandi atau ditempat khusus yang

dibuat untuk siraman, di halaman belakang atau samping rumah. Siraman berasal dari

kata siram artinya mandi. Pada saat mitoni adalah pemandian untuk sesuci lahir batin

bagi calon ibu/orang tua beserta bayi dalam kandungan. Yang baku, di tempat

siraman ada bak/tempat air yang telah diisi air yang berasal dari tujuh sumber air

yang dicampur dengan bunga sritaman, yang terdiri dari mawar,melati, kenanga dan

kantil. Di depan tempat siraman yang disusun apik, duduk calon kakek, calon nenek

dan ibu-ibu yang akan ikut memandikan.Mereka semua berpakaian tradisional Jawa,

bagus, rapi. Calon ibu dengan berpakaian kain putih yang praktis, tanpa mengenakan

asesoris seperti gelang, kalung, subang dan sebagainya, datang ke tempat siraman

diiringi beberapa ibu. Dia langsung didudukkan di atas Klasa Bangka kursi yang

dialasi dan dihias dengan sebuah tikar tua, maksudnya orang wajib bekerja sesuai

kemampuannya. Selain itu kursi tadi juga dihiasi dengan dedaunan, misalnya : daun

apa-apa, alang-alang, ara-ara, dadap srep, awar-awar yang melambangkan

keselamatan dan daun kluwih sebagai perlambang kehidupan yang makmur.

Orang pertama yang mendapat kehormatan untuk memandikan adalah calon kakek,

kemudian calon nenek dan disusul oleh beberapa ibu yang sudah punya cucu. Sesuai

kebiasaan, jumlah yang memandikan adalah tujuh orang. Diambil perlambang

Page 75: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

positifnya, yaitu tujuh, bahasa Jawanya pitu, supaya memberi pitulungan atau

pertolongan.

Sesudah selesai dimandikan dengan diguyur air suci, terakhir dikucuri air suci dari

sebuah kendi sampai airnya habis. Kendi yang kosong dibanting ke tanah. Dilihat

bagaimana pecahnya, kalau paruh atau corot kendi tidak pecah berarti itu anak

Lanang. Berarti calon jabang bayi di perut berjenis kelamin laki-laki. Artinya

masyarakat jawa meyakini bahwa bayi yang akan lahir berjenis kelamin laki-laki.

Apabila paruh/corok kendi pecah, calon jabang bayi di perut berjenis kelamin

perempuan atau wadon. Artinya masyarakat jawa meyakini bahwa bayi yang akan

lahir berjenis kelamin perempuan. Perlu diketahui bahwa suasana selama pelaksanaan

siraman adalah sakral tetapi riang.

2. Peluncuran Tropong

Ada kalanya, sesudah selesai pecah kendi, sebuah tropong, alat tenun dari kayu

diluncurkan ke dalam kain tekstil yang mempunyai tujuh warna. Ini sebagai

perlambang sekaligus harapan agar proses kelahiran bayi berlangsung dengan lancar

dan selamat. Peluncuran tropong, pada masa kini sudah jarang sekali dilakukan.

3. Siraman Gaya Mataraman

Siraman gaya Mataraman atau Yogyakarta kuno, sekarang boleh dibilang tidak

dilakukan lagi. Pada siraman tersebut yang dimandikan tidak hanya calon ibu, tetapi

jugas calon ayah, secara berbarengan.

Page 76: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

4. Pendandanan calon ibu

Di sebuah ruangan yang telah disiapkan untuk upacara pendandanan, beberapa ibu

dengan disaksikan hadirin, mendandani calon ibu dengan beberapa motif kain batik

dan lurik. Ada 6 (enam) motif kain batik, antara lain motif kesatrian, melambangkan

sikap satria; wahyu tumurun, yaitu wahyu yang menurunkan kehidupan mulia,

sidomukti, maksudnya hidup makmur, sidoluhur-berbudi luhur dan sebagainya.

Satu per satu kain batik itu dikenakan, tetapi tidak ada yang sreg, sesuai. Lalu yang

ketujuh dikenakan kain lurik bermotif lasem. Lurik adalah bahan yang sederhana

tetapi kuat, motif lasem mewujudkan perajutan kasih yang bahagia, tahan lama.

Begitulah perlambang positif dari upacara pendandanan.

Lurik yang dikenakan calon ibu tersebut diikat dengan tali yang terdiri dari benang

dan anyaman daun kelapa. Tali itu dipotong oleh calon ayah dengan menggunakan

sebilah keris yang ujungnya ditutup kunyit. Ini perlambang bahwa semua kesulitan

yang dihadapi keluarga, akan diatasi oleh sang ayah.

Sesudah memotong tali, sang ayah mengambil tiga langkah kebelakang,

membalikkan badan dan lari keluar. Ini melambangkan kelahiran yang lancar dan

selamat, bagi bayi dan ibu.

5. Brojolan

Dua buah kelapa gading diluncurkan kedalam kain lurik yang dipakai

calon ibu. Kedua kelapa tersebut jatuh diatas tumpukan kain batik. Ini juga

menggambarkan kelahiran yang lancar dan selamat. Kedua buah kelapa gading itu

Page 77: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

diukir dengan gambar Dewi Ratih dan Dewa Kamajaya, sepasang dewa dewi yang

cantik, bagus rupanya dan baik hatinya. Artinya tokoh, figur yang ayu, baik, luar

dalam, lahir batin. Ini tentu dalam menjalani kehidupan kedua orang tua juga

bersikap demikian, demikian pula anak yang dilahirkan, menjalani kehidupan yang

baik, berbudi pekerti luhur dan mapan lahir batin.

Calon ayah mengambil salah satu kelapa tersebut dan memecahnya dengan

menggunakan golok. Kalau kelapa itu pecah jadi dua berarti Wadon atau perempuan.

Kalau kelapa itu airnya menyembur keluar berarti Lanang atau lelaki. Anak yang

dilahirkan putra atau putri, sama saja, tetap akan diasuh, dibesarkan oleh orang

tuanya dengan penuh kasih dan tanggung jawab. Kelapa yang satunya, yang masih

utuh, diambil, lalu dengan diemban oleh calon nenek, ditaruh di tempat tidur calon

orang tua.

6. Angreman

Angreman dari kata angrem artinya mengerami telur. Calon orang tua duduk di

atas tumpukan kain yang tadi dipakai, seolah mengerami telur, menunggu waktu

sampai bayinya lahir dengan sehat selamat. Mereka mengambil beberapa macam

makanan dari sesaji dan ditaruh di sebuah cobek. Mereka makan bersama sampai

habis. Cobek itu menggambarkan ari-ari bayi.

Kelapa dan tumpukan kain-kain itu berada di atas tempat tidur kedua calon orang

tua. Ini latihan kesabaran bagi keduanya sewaktu menjaga dan merawat bayi.

Di pagi harinya, calon ayah memecah kelapa tersebut. Ini biasanya yang terjadi.

Tetapi kalau di pagi hari ada seorang wanita hamil meminta kelapa tersebut, menurut

Page 78: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

adat, kelapa itu harus diberikan. Lalu wanita dan suaminya yang akan memecah

kelapa itu. Hal ini melambangkan bahwa dalam menjalani kehidupan, orang tidak

boleh egois, mementingkan diri sendiri, saling menolong dan welas asih haruslah

diutamakan.

6. Relasi Sosio-Cultural Masyarakat Desa Sarean Terhadap Ritual Pulung

Langse

Tradisi Hinduisme dan Budhiisme yang datang dari India, memiliki dampak kuat

terhadap ritus-ritus dan simbol di berbagai daerah di Indonesia. Demikian juga tradisi

Cina dan budaya Islam sangat kuat dan memberikan pengaruh luas terhadap tradisi

dan upacara adat di Nusantara, khususnya Jawa. Demikian juga peran para wali,

ulama, dan dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Nusantara termasuk

Jawa. Hal itu merupakan Diseminansi unsur-unsur budaya yang datang dari luar dan

sekaligus menjadi pusat dialog budaya antara budaya luar dan budaya lokal yang

dapat menghasilkan pembentukan dan pengayaan kebudayaan nusantara pada tingkat

lokal. Unsur-unsur budaya dari hasil proses akulturasi, asimilasi dan dialog serta

konvergensi mainstream budaya besar pada jamannya. Pada hakikatnya berhasil

sebagai pondasi budaya lokal yang pada masa mendatang menjadi akar kebudayaan

Indonesia baru. (Djoko Suryo, 2009, hal 105-106).

Lingkungan sosial budaya, yaitu lingkungan antar manusia yang meliputi: pola-pola

hubungan sosial serta kaidah pendukungnya yang berlaku dalam suatu lingkungan

spasial (ruang); yang ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola

Page 79: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku manusia di dalamnya); dan oleh tingkat

rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya. Oleh karena itu, lingkungan sosial

budaya terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi dan organisasi sosial,

termasuk di dalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang terdapat dalam

lingkungan spasial tertentu.

Lingkungan sosial budaya terbentuk mengikuti keberadaan manusia di muka bumi.

Ini berarti bahwa lingkungan sosial budaya sudah ada sejak makhluk manusia atau

homo sapiens ini ada atau diciptakan. Lingkungan sosial budaya mengalami

perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia

terhadap lingkungannya.

Manusia lebih mengandalkan kemampuan adaptasi kulturalnya dibandingkan dengan

kemampuan adaptasi biologis (fisiologis maupun morfologis) yang dimilikinya

seperti organisme lain dalam melakukan interaksi dengan lingkungan hidup. Karena

Lingkungan hidup yang dimaksud tersebut tidak bisa lepas dari kehidupan manusia,

maka yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah lingkungan hidup manusia.

Kelompok sistim ada 2 yang saling berinteraksi dalam lingkungan sosial budaya yaitu

sosio sistem dan ekosistem. Sistem sosial tersebut meliputi: teknologi; pola

eksploitasi sumber daya; pengetahuan; ideologi; sistem nilai; organisasi sosial;

populasi; kesehatan; dan gizi. Sedangkan ekosistem yang dimaksud meliputi tanah,

air, udara, iklim, tumbuhan, hewan dan populasi manusia lain. Dan interaksi kedua

Page 80: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

sistem tersebut melalui proses seleksi dan adaptasi serta pertukaran aliran enerji,

materi, dan informasi.

Kebudayaan dapat diartikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan akal.

Kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang

teratur oleh tata kelakuan yang harus di dapatnya dengan belajar, yang semuanya

tersusun dalam kehidupan masyarakat. Tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat, dan

tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan.

Kebudayaan adalah keseluruhan pola tingkah laku dan pola bertingkah laku, baik

secara eksplisit maupun implisit, yang diperoleh dan diturunkan melalui simbol, yang

akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas dari kelompok-kelompok manusia,

termasuk perwujudannya dalam benda-benda materi. Kebudayaan mencakup ruang

lingkup yang luas, yang wujudnya dapat berupa kebudayaan hasil rasa atau sistem

budaya (norma, adat istiadat), hasil cipta (fisik) dan konsep tingkah laku (sistem

sosial).

Secara sosio budaya penting untuk dilacak segi-segi yang berkaitan dengan asal-usul,

pertumbuhan, perkembangan, kelangsungan serta perubahan-perubahan sosio kultural

masyarakat Desa Sarean dengan adanya tradisi ritual pulung langse. Karena unsur-

unsur sosial budaya ini sangat penting untuk mendasar terbentuknya kekhasan dan

keunikan sebuah ritual (Ritual Pulung Langse dalam masyarakat). Latar

Geoekosistem pedesaan agraris di Jawa yang diperkuat dengan latar sosio politik

Page 81: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

kultural Keraton Jawa telah mendasar. Terbentuknya modal sosial (sosial capasity)

dan nilai dasar kultural (core values) bagi masyarakat jawa, tidak terkecuali

masyarakat Desa Sarean. Tokoh Ki Ageng Prawoto Sidik yang turut serta menjadi

tokoh pengembang kebudayaan Islam pada prosesnya bertemu dengan kebudayaan

jawa asli yang dimiliki oleh masyarakat Desa Sarean. Hal tersebut sangat

mempengaruhi pandangan dunia (world view) budaya jawa masyarakat Desa Sarean,

sistim kekerabatan (kin-ship) sistim kemasyarakatan kawruh ngelmu, bahasa, seni

(arsitek, drama, wayang, musik, gamela, tembang, tari, batik, keris, kerajinan dan lain

lain) serta berbagai bentuk tradisi upacara, baik upacara adat maupun keagamaan

(dalam hal ini tradisi Pulung Langse yang sangat berpengaruh dalam kegiatan hari

hari). (Djoko Suryo, hal 135-136)

Segi-segi ideasional yang berkaitan dengan konsep, visi dan pandangan filosofis

tentang alam semesta dan manusia tersirat dalam ungkapan masyarakat Desa Sarean,

misalnya memayu hayuning buwana konsep memayu hayuning buwana ini

merupakan visi lokal yang diartikan sebagai upaya untuk memelihara keselamatan

dan kelestarian kehidupan dimuka bumi sebagai suatu akosistem yang harmonis.

Berdasarkan misi tersebut masyarakat Desa Sarean mengadakan ritual Pulung

Langse.

Kebudayaan Jawa, selain memiliki pandangan ideasional juga memiliki pemikiran

fisioner tradisional. Misalnya, pemikiran-pemikiran Ronggowarsito, Pakubuwono IV.

Mangkunegara IV dan lain-lain. Bahkan sebelumnya secara populer di Jawa pernah

muncul ramalan jayabaya yang menggambarkan akan terjadinya kejadian-kejadian

Page 82: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

penting di Jawa pada masa yang akan datang. Sejak lama juga telah muncul jenis-

jenis alam pemikiran penujuman, peramalan, atau paranormal yang lebih berbasisi

pada pengetahuan berbau mistis dan magis. Akan halnya upacara tradisi Pulung

Langse termasuk memiliki hal-hal yang memiliki sifat mistis magis. Hal ini terlihat

dalam kep0ercayaan masyarakat desa Sarean dan sekitarnya yang memuliakan

makam dan petilasan ki Ageng Prawoto Sidik serta melalukan ritual Pulung Langse.

Perluasan Islam di Nusantara abad ke 14 sampai 15 menandai masa terjadinya

pergeseran kehidupan keagamaan dan budaya masyarakat di Nusantara, termasuk di

Desa Sarean. Masyarakat yang semula meyakini dan memegang tradisi kebudayaan

Hindu-Budha yang bercampur dengan kepercayaan Animisme Dinamisme bergeser

ke arah kebudayaan Islam. Salah satu bukti adalah tokoh Ki Ageng Prawoto Sidik

diceritakan sebagai seorang tokoh yang menyebarkan agama islam di Desa Sarean.

Masa transisi dari jaman Hindu Budha ke Islam yang diikuti dengan masa terjadinya

Islamiasai di Jawa abad 14 dan 15, ditandai pula dengan kelahiran tokoh atau tokoh

tojoh oranga terkemuka sebagai pemimpin agama, guru agama, mubalik, ulama,kyai

maupun kaum kaum intelektual muslim yang berperan sebagai pemuka penyebar

agama islam di jawa. Yang plaing trekenal adalah mereka yang disebut sebagai Wali

Sanga. Tokoh wali dipandang sebagai orang suci atau keramat yang berkedudukan

tiinggoi di masyarakat. Saalah satu tokoh penyebar agam Islam yang merupakan

murid Sunan kalijaga adalah Ki Ageng Prawoto Sidik.

Mula-mula KI Ageng Prawito Sidik kungkum di rawapening selama 7 tahun sampai

airnya menjadi biru, Karena peristiwa itu dikenal juga sebagai Ki Ageng Banyubiru.

Page 83: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Setelah tapa nya berhasil beliau mendapat perintah dari Sunan Kalijaga untuk

menjadi kawula alit di daerah Lawu, dilanjutkan diminta untuk menyebarkan agama

islam di daerah wonogiri. Jika sudah menemukan 9 buah sendhnag beliau baru boleh

membuka perkampungan. Di Desa Sarean inilah Ki Ageng Prawwoto Sidik inilah

menemukan 9 sendang dan beliau membuka perkampungan baru dan menyebarkan

agama Islam di daerah tersebut.

Kepercayaan sosial budaya masyarakat terhadap petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik

yang memuncukan tradisi upacara ritual penggantian Kelambu juga mengingat tokoh

Ki Ageng Prawoto Sidik yang dikenal sebagai guru dari Joko Tingkir . Kelak Joko

Tingkir ini bertahta di Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya.

B. Bentuk Ritual Pulung Langse

1. Bentuk Cerita Rakyat dan Upacara Tradisional Pulung Langse

Cerita rakyat adalah cerita lisan sebagai bagian dari folklor dan merupakan bagian

persediaan cerita yang telah mengenal huruf maupun belum. Di dalam bahasa inggris,

cerita rakyat disebut dengan istilah folktale adalah sangat inklusif. Secara singkat

dikatakan bahwa cerita rakyat merupakan jenis cerita yang hidup di kalangan

masyarakat, yang ditularkan dari mulut ke mulut. Cerita Rakyat dapat dibagi atau

Page 84: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

dikelompokkan menurut ciri-cirinya menjadi tiga bentuk yaitu Mite, Legenda, dan

Dongeng. Berdasarkan tiga bentuk tersebut, cerita rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik

berbentuk legenda karena cerita tersebut mengisahkan tentang perjalanan hidup Ki

Ageng Prawoto Sidik sampai ia menyebarkan agama islam di daerah yang ia

singgahi.

Upacara tradisional adalah kegiatan sosial yang melibatkan para warga masyarakat

dalam usaha mencapai tujuan keselamatan bersama. Upacara tradisional ini

merupakan bagian yang integral dari kebudayaan masyarakat pendukungnya, dan

kelestarian hidup upacara tradisional tersebut dimungkinkan oleh fungsinya bagi

kehidupan masyarakat pendukungnya, dan dapat mengalami kepunahan bila tidak

memiliki fungsi sama sekali dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Upacara

tradisional penuh dengan simbol-simbol yang berperan sebagai alat komunikasi antar

manusia, kemudian juga menjadi suatu penghubung antara dunia nyata dengan dunia

gaib (Boestami, 1985 : 1). Upacara Tradisional Pulung Langse ini termasuk ke dalam

bentuk folklor karena upacara tersebut merupakan kebudayaan dalam kolektif yang

tersebar dan diwariskan secara turun-temurun diantara kolektif, secara tradisional

dalam versi yang berkembang serta disertai gerak isyarat yang penuh dengan makna

simbolik atau lambang (Danandjaja, 1997:2). Dalam Cerita Rakyat dan Upacara

Tradisional Pulung Langse adalah suatu bentuk folklor sebagian lisan. Folklor

dikatakan sebagian lisan karena terdapat Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik yang

penyampainnya dilakukan secara lisan. Sedangkan Upacara Tradisonal Pulung

Langse dikatakan folklor bukan lisan karena dalam upacara tersebut disertai dengan

Page 85: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

serangkaian perbuatan, yang berbentuk upacara tradisional. Folklor sendiri dibagi

dalam tiga kelompok besar yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor

bukan lisan. Upacara Tradisional merupakan acara ritual yang diadakan setahun

sekali menjelang memasuki Bulan Ramadhan yang bermaksud untuk menghormati

jasa-jasa Ki Ageng Prawoto sidik selama masih hidup.

a. Sejarah Cerita Rakyat dari Beberapa Sumber

1. Informan 1 (Bapak Widodo, 48 tahun)

itu nama terkahir, 3 saudara, kebo kanigoro, kenanga, amiguru, kebo kenanga

anaknya jadi raja, Joko Tingkir, karena beberapa perjalanan nama terkahir Ki Ageng

Prawoto Sidik/Ki Ageng Banyubiru, dulu pernah kungkum, dulu namanya Arimuko

airnya jadi biru, makanya disebut banyu biru, menjalani kungkum 7 tahun , lalu jalan

atau istilah jawanya menjadi kawula alit, bermasyarakat, menjadi buruh, among tamu

selama 7 tahun, ganti nama kertowijoyo, setelah sampai bulukerto(dekat sukoharjo),

sampai disitu disuruh tapa berdiri di desa kaligayam selama 7 tahun menjadi Syekh

Imam perwitosari. Setelah bertapa dia mendapat petunjuk dari sunan kalijaga untuk

dedukuh disini, di tempat sekarang ini, setlah menenmukan sembilan sendang. Ki

ageng di hutan menemukan 7, kebetulan saat itu anak dari kebo kenanga , mendapat

wisik untuk berguru ke temapat pakdhenya menuntut ilmu kadigdayan, Kanuragan

dan kebatinan. Saat Ki Ageng akan sholat tidak ada air, Jaka Tingkir mendapat

bisikan menangkat batu, menjadi danumulyo, yang kedua siluwih, setelah ketemu

Page 86: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

semua sendang, setelah itu Jaka Tingkir kembali ke demak, dan menjadi Raja,

kemudian dinobatkan oleh sunan kalijaga. Pulung Langse tidak seperti dahulu karena

terkikis jaman, dulu namanya penutup kain di nisan. Sekarang sudah modern,

sekarang di korden, kalau dulu pakai acara sedekahan, sekarang karena ungkin

kurangnya pendukungan, karena terkikis agama. Sekarang acaranya biasanya.

2. Informan 2 (Saroso, 49 tahun)

Eyang dari rawapening tapa 7 tahun, pindah bulukerto 7 thaun, pindah dari ketapan

kaligayam 7 thaun, kurang dari 7 tahun ratu serang menyerang, ganti nama Ki Ageng

Prawoto Sidik. Jakat tingkir dulu gethek di gedung dowo, gedhung dowo ada pohon

yang keras, makanya desa resaji, terus sampai serimbitan gethek rendet2 sampai

pengkol sampai ada buaya, ada manten baru mandi disitu. Jaka Tingkir dari Demak,

buaya itu diberi tanah untuk menutupi telinga buaya. Sendang Danululyo mau

sembahyang, mau sholat ga ada air, ada batu dibuka lalu diberi nanam sendang

danumulyo,siluwih, margamulyo, margamulyo kidul, krapyak, margajati,banyubiru,

sendang gupak warak. Ritual Pulung Langse itu yang mengganti selambu

3. Informan 3 (Ibu Wiji, 38 tahun)

Saya hanya mengetahui sedikit mas, Ceritanya setahu saya dari Rawapening ketika

Eyang kungkum disana sampai akhirnya menjadi biru. Ki Ageng sering berganti-

ganti nama sampai menjadi Ki Ageng Prawoto Sidik. Jaka Tingkir pernah berguru

Page 87: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

kepadanya agar menjadi orang hebat. Disini juga ditemukan sendang yang ditemukan

Ki Ageng dan Jaka Tingkir.

2. Pelaksanaan Upacara Pulung Langse

Acara tradisi Ritual Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik

biasanya dilaksanakan sesudah adzan dhuhur. Pada jaman dahulu acara tradisi ini

sangatlah meriah saat dilaksanakan, karena pada waktu itu pengunjung begitu banyak

dan malamnya selalu diadakan pentas wayang semalam suntuk dengan lakon yang

menarik untuk disaksikan. Meskipun sudah tidak seperti dahulu, sekarang acara

tradisi ini tetap dilaksanakan tetapi dengan konsep yang lebih sederhana. Tidak

seperti dahulu yang terlihat mewah. Ritual adat ini dilaksanakan untuk menghormati

Ki Ageng Prawoto Sidik atas segala upaya dan jasa-jasa selama masa hidupnya dan

acara ini diadakan sebagai pertanda akan memasukinya Bulan Ramadhan.

Acara ini diadakan pada tanggal kur-kuran, yakni dilaksanakan pada tanggal 20 an

setiap Bulan Ruwah. Dilaksanakan pada tanggal ganjil, seperti tanggal 21, 23, 25.

Karena pada tanggal ini merupakan tanggal akan segera berakhirnya Sasi Ruwah

untuk itu dilaksanakan setiap tanggal ganjil. Acara ini diadakan dari pagi hingga

menjelang akan berakhirnya waktu sholat dhuhur. Acara ini biasanya akan dimulai

dari istri juru kunci memasak masakan untuk sesaji bersama para tetangga, kemudian

diikuti juru kunci yang mempersiapkan kain penutup makam/kelambu (langse),

kemudian membersihkan area komplek makam. Sehubungan dengan acara Ritual

Page 88: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik/Pulung Langse adalah

sebagai berikut:

1. Persiapan Awal

Persiapan yang dimaksud ialah dari Ibu-Ibu memasak untuk acara tersebut. Masakan

yang digunakan untuk pelaksaan acara ini adalah Nasi Liwet,Sego Golong/nasi yang

dikepal, Ayam Ingkung, Pecel pithik, Pisang Raja 1 lirang, kedelai goreng.

Masyarakat terlihat memiliki jiwa sosial yang tinggi, ini terbukti sekali ketika

tetangga khususnya para ibu-ibu membantu istri dari juru kunci untuk membantu

memasak/rewang di tempat tinggal juru kunci. Ini dilakukan untuk meningkatkan

sikap tolong menolong seperti yang dilakukan oleh Ki Ageng Prawoto Sidik semasa

hidupnya untuk membantu para masyarakat untuk mengajarkan cara bertani dan

hidup secara sederhana. Ayam Ingkung yang digunakan ayam jago kampung yang

sehat dan tidak cacat. Tujuan Ingkung dihadirkan dalam prosesi adalah sebagai

perlambang atau kiasan bahwa kita sebagai manusia untuk tidak mengikuti (ingkar)

apa yang dilakukan oleh jago. Dalam ajaran jawa dikenal ma lima, yaitu suatu

perbuatan dosa yang tidak boleh dikerjakan, yang jika dikerjakan akan terjerumus

dalam kenistaan. Dosa ma lima itu adalah Mabuk (suka mabuk), Main (suka berjudi),

Madat (Suka Nyabu), Madon (Suka bermain perempuan), Maling ( Suka mencuri).

Juru kunci mempersiapkan kain kelambu yang dipergunakan untuk mengganti

kelambu di makam. Warna kain kelambu yang sudah terpasang/digunakan tahun

Page 89: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

kemarin adalah berwarna merah muda, sekarang yang digunakan adalah kain

kelambu berwarna putih bersih. Kain kelambu yang digunakan untuk prosesi

merupakan sumbangan/pemberian dari orang-orang yang sering ziarah/sesirih, atau

orang telah sukses berkat sering melakukan ritual di Petilasan Ki Ageng Prawoto

Sidik. Kain tutup makam/kelambu setelah digunakan kemudian dibersihkan dan

disimpan lagi oleh juru kunci, beda dengan tempat lain yang memiliki acara tradisi

yang sama, disana biasanya setelah dicuci kain penutup makam tersebut akan

dipotong-potong dan dibagikan kepada para warga yang mengikuti untuk ngalap

berkah/ agar selamat hidupnya.

Sebelum dilangsungkan acara di area makam, biasanya juru kunci dibantu dengan

warga sekitar makam membersihkan makam terlebih dahulu. Karena area makam yag

cukup luas, untuk membersihkannya cukup lama. Ini dimaksudkan untuk

menimbulkan sikap gotong royong antar warga.

2. Kondangan di Area Makam

Acara persiapan selesai, selanjutnya akan diadakan kondhangan di dalam area

makam. Masakan yang digunakan sebagai sesaji/kondhangan diantara lain adalah

sego liwet, pecel pitik, sego golong, ayam ingkung, jangan menir, pisang ayu, kedelai

goreng,cabai, daun pisang untuk tempat bancaan dan air sendang dari 9 mata air yang

dimasukkan ke dalam botol air mineral. Setelah semua bahan sesaji tersedia dan

terkumpul, sesaji itu semua didoakan oleh modin setempat sesuai ujub atau

Page 90: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

tujuannya. Masyarakat yang datang juga ikut mendoakan bersama-sama. Pada waktu

kondangan pengunjung yang datang cukup banyak, diantaranya Bapak modin, warga

setempat, dan juga para peziarah yang datang dari luar kota. Terlihat cukup khidmat

acara tersebut, meski hanya sederhana. Anak-anak kecil yang hadir cukup banyak,

karena anak-anak ini suka jika ada selamatan ataupun bancaan mereka akan

mendapatkan bungkusan nasi yang dibagikan oleh Ibu-Ibu saat prosesi. Acara ini

menumbuhkan kebersamaan diantara warga, meski sederhana tetapi tetap terlihat

penuh makna.

3. Mengganti Kelambu

Sesaji yang digunakan didoakan oleh modin, acara selanjutnya adalah mengganti

kain penutup makam atau kelambu yang telah dipersiapkan oleh juru kunci untuk

diganti. Sebelum memulai untuk mengganti, tidak ada ritual-ritual khusus ataupun

membaca mantra, juru kunci hanya membaca doa/meminta ijin kepada Ki Ageng

ketika akan memulai mengganti kain kelambu ataupun memasang kembali kain

tersebut. Kain yang menjadi penutup makam kemarin selanjutnya oleh juru kunci

dilepas secara perlahan. Setelah dilepaskan, kain yang lama kemudian dilipat

kembali. kemudian setelah semua bagian terlepas dari tempatnya, kain kelambu baru

yang akan digunakan dipasangkan oleh juru kunci. Setelah kain kelambu selesai

dipasang atau diganti juru kunci kembali berdoa meminta ijin karena sudah selesai

menggantinya.

Page 91: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

4. Penutupan Acara

Prosesi acara selesai selanjutnya dilakukan syukuran/makan bersama di dalam area

komplek, bersama para warga atau peziarah yang datang. Dengan cara mencampur

makanan tersebut menjadi, ditempatkan ke dalam piring atau menggunakan pincuk

dari daun pisang. Acara ini selain sebagai bentuk rasa hormat warga kepada Ki

Ageng Prawoto Sidik, acara syukuran ini juga sebagai wadah untuk berbagi kepada

sesama warga Desa Sarean.

3. Pelaku Dalam Upacara Ritual Penggantian Kelambu

Upacara Ritual Penggantian Kelambu di Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik

merupakan upacara tradisional yang dilaksanakan oleh warga Desa Sarean pada

setiap tahunnya. Yang ikut terlibat dalam dalam tahap Upacara Ritual Pengganian

Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik adalah:

a. Pelaku Persiapan Awal

Acara pertama yang dilakukan pada waktu persiapan ialah pada waktu memasak

sesaji sampai membersihkan makam, yang terlibat adalah:

1. Istri Juru Kunci dibantu oleh tetangga

2. Juru Kunci makam, mempersiapkan kain penutup makam dan

membersihkan makam

Page 92: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

3. Tukang bersih-bersih makam bertugas membersihkan makam sebelum

acara syukuran.

b. Pelaku Kondhangan di area makam

Acara syukuran yang dilaksanakan di area makam Ki Ageng Prawoto Sidik

melibatkan diantara lain:

1. Modin sebagai pemimpin doa

2. Juru Kunci

3. Warga Desa Sarean yang datang

4. Peziarah

c. Mengganti Kelambu

Merupakan puncak acara, yaitu juru kunci mengganti penutup makam yang lama,

diganti dengan yang baru.

Jadi dalam acara inti penggantian kelambu (pulung langse) ini secara ritual hanya

dilakukan oleh orang yang dipercaya yakni Juru Kunci.

Acara penggantian kelambu (pulung langse) ini berlangsung secara khidmad dan

sakral bertempat di ruang khusus yang tepatnya berada di belakang bangsal/pendapa

yang dicirikan. Bangunan ini menjadi satu dengan bangunan pendapa tetatpi memiliki

ciri utama yakni adanya undhak-undhakan ke atas dan berpintu. Pintu akan ditutup

dan hanya bisa dibuka oleh juru kunci. Pengunjung biasanya tidak diperkenankan

Page 93: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

memasuki area petilasan utama, kecuali atas ijin juru kunci. Di area ini pengunjung

juga dilarang untuk mengenakan alas kaki, dan dilarang berisik, dan juga dilarang

untuk membunyikan HP / sarana komunikasi yang lain.

Pengunjung (hadirin) yang mengikuti acara ritual penggantian kelambu/pulung langse

petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik ini berkumpul di pendapa. Jika pendapa penuh

pengunjung yang lain, termasuk dalam hal ini masyarakat umum di sekitar petilasan

menyaksikan di sekitaran luar area makam.

Juru Kunci pada ritual inti ini akan membacakan doa dalam hal ini sebagai tradisi

untuk jawab (secara lisan memohon ijin untuk mengganti kelambu makam). Setelah

juru kunci selesai melakukan ritual pulung langse Petilasan Makam Ki Ageng

Prawoto Sidik. Juru Kunci meminta kesaksian dari hadirin bahwa kelambu sudah

diganti. Dilanjutkan dengan doa penutup yang dilakukan secara pribadi oleh Juru

Kunci.

d. Pelaku Penutupan Acara

Acara terakhir setelah mengganti kain penutup makam yaitu syukuran di area makam

bersama dengan warga masyarakat yang datang dalam acara tersebut.

1. Modin sebagai pemimpin doa

2. Juru Kunci

3. Warga Desa Sarean yang datang

Page 94: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

4. Peziarah

4. Tradisi yang berkaitan dengan keberadaan Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto

Sidik dan Sendhang Sanga

a. Tradisi Kungkum

Kungkum merupakan tapa yang sangat unik. Banyak para pelaku spiritual merasakan

sensasi yang dahsyat dalam melakukan tapa ini. Tatacara tapa Kungkum adalah

sebagai berikut : 1) Masuk kedalam air dengan tanpa pakaian selembar-pun dengan

posisi bersila (duduk) didalam air dengan kedalaman air se tinggi leher, 2) Biasanya

dilakukan dipertemuan dua buah sungai, 3) Menghadap melawan arus air, 4) Memilih

tempat yang baik, arus tidak terlalu deras dan tidak terlalu banyak lumpur didasar

sungai, 5) Lingkungan harus sepi, usahakan tidak ada seorang manusiapun disana, 6)

Dilaksanakan mulai jam 12 malam (terkadang boleh dari jam 10 keatas) dan

dilakukan lebih dari tiga jam (walau ada juga yang memperbolehkan pengikutnya

kungkum hanya 15 menit), 7) Tidak boleh tertidur selama Kungkum, 8) Tidak boleh

banyak bergerak, 9) Sebelum masuk ke sungai disarankan untuk melakukan ritual

pembersihan (mandi dulu), 10) Pada saat akan masuk air baca mantra ini :

“ Putih-putih mripatku Sayidina Kilir, Ireng-ireng mripatku Sunan Kali Jaga,

Telenging mripatku Kanjeng Nabi Muhammad.”

11) Pada saat masuk air, mata harus tertutup dan tangan disilangkan di dada, 12)

Nafas teratur.

Page 95: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Orang Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala

kehidupan karena sebelum semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali

ada. Tuhan tidak hanya menciptakan alam semesta beserta isinya tetapi juga

bertindak sebagai pengatur, karena segalanya sesuatunya bergerak menurut rencana

dan atas ijin serta kehendaknya. Pusat yang dimaksud dalam pengertian ini adalah

sumber yang dapat memberikan penghidupan, keseimbangan dan kestabilan, yang

dapat juga memberi kehidupan dan penghubung individu dengan dunia atas.

Pandangan orang jawa yang demikian biasanya disebut Manunggaling Kawula lan

Gusti yaitu pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban moral manusia adalah

mencapai harmoni dengan kekuatan terakhir dan kesatuan terakhir, yaitu manusia

menyerahkan dirinya selaku kawula terhadap Gustinya. Masyarakat desa Sarean dan

masyarakat yang masih percaya dengan kekuatan dari sendhang sanga biasanya

melakukan kungkum, karena itu merupakan aktivitas yang berhubungan dengan

Manunggaling Kawula Gusti.

Salah satu wujud dan sifat khas masyarakat Jawa khususnya penduduk Desa Sarean

adalah bersikap prihatin dengan mengutamakan lelaku kungkum. Mengutamakan

lelaku kungkum disini bertujuan untuk menuju kepada jalan makrifat mencapai

kesempurnaan hidup. Sikap hidup masyarakat Desa Sarean yang diwarisi dari

leluhurnya terjelma di dalam lelaku kungkum dan usahanya untuk mencapai

keselamatan dan kesejahteraan hidup. Sikap hidup demikian tampak dan diwujudkan

Page 96: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

sebagai suatu sikap prihatin. Prihatin berarti bersikap berfikir dan bertindak dengan

penuh kesederhanaan sesuai dengan kemampuan dan kompetensi masing-masing.

Lelaku kungkum menunjukkan konsep kesederhanaan dalam berfikir dan berbuat.

Intinya sebaiknya manusia tidak memimpikan menggapai bintang di langit, tetapi

hendaknya meraih apa yang mampu diraih saja, yaitu belajar ilmu yang bermanfaat

dan menjadi bekal hidup dan sarana mencapai keselamatan.

Suatu laku yang bersifat batiniah dan lahiriah harus dijalani dengan cara berlatih

tanpa batas waktu disertai dengan tindakan nyata. Meskipun tekun berlatih tetapi

kalau dalam kehidupan bermasyarakat tidak diamalkan, jangan berharap dapat

menguasai ilmu tersebut. Laku Kungkum di sendhang sanga, sampai sekarang masih

biasa dilakukan oleh masyarakat Desa Sarean dan masyarakat yang sering sesirih di

makam Ki Ageng Prawoto Sidik. Pada kenyataannya merupakan bentuk latihan untuk

meraih atau mendapatkan ilmu tentang hidup dan kehidupan. Kungkum di sendhang

sanga ini hanya sebatas latihan yang bersifat lahiriah atau badaniah dan pengalaman

ilmunya berada di dalam hidup dan tata kehidupan sehari-hari. Masyarakat Jawa yang

berhasil mencapai ilmu kungkum akan bisa mempraktekan kungkum tersebut di dalam

kehidupan sehari-hari. Yaitu menerapkan Kungkumnya hati. Contohnya orang yang

memiliki pekerjaan akan bekerja secara sungguh-sungguh. Sama dengan kungkumnya

perasaan dan badaniahnya dalam pekerjaan tersebut. Dengan laku kungkum seperti

itu pasti hasil karyanya akan betul-betul baik, dan menarik bagi siapa saja. Kungkum

Page 97: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

itu tentu saja bisa diterapkan pada setiap bagian dari kehidupan. Maksud dengan laku

kungkum yang berarti betul-betul dilakukan lewat rasa, pikir dan tindakan, nantinya

akan menghasilkan karya yang baik untuk sesama dan selalu mendahulukan

kepentingan orang lain.

Tradisi kungkum di sendhang sanga biasanya dilaksanakan/paling ramai dikunjungi

pada malam selasa kliwon dan jumat kliwon serta pada tanggal 15 penanggalan jawa.

Mereka yang melakukan Kungkum tersebut sekitar kurang lebih 3 jam yang

dilaksanakan pada pukul 24.00 WIB. Para pelaku kungkum adalah para kaum adam,

dengan hanya memakai celana dalam, para pelaku kungkum ini masuk le dalam

sendhang untuk melaksanakan Kungkum, mereka berdoa untuk memanjatkan doa

kepada Tuhan yang dipimpin Juru Kunci Makam Ki Ageng Prawoto Sidik yang

bernama Bapak Widodo dengan membakar dupa beserta uborampe bunga telon,

bunga telon terdiri dari macam bunga yaitu kenanga, mawar, melati atau kantil.

Bunga merupakan suatu taman yang dapat mengeluarkan wewangian yang benar-

benar muncul sendirinya memiliki wewangian. Begitu pula manusia dilambangkan

dengan bunga tiga rupa. Bunga tiga rupa melambangkan hati, jantung dan otak

manusia. Jika hati, jantung dan otak manusia dapat bekerja dengan baik maka hasil

karya ciptanya seharum bunga yang diwakilkan dengan bunga telon. Tujuan

melakukan Kungkum adalah memanjatkan permohonan doa kepada Tuhan agar apa

yang semua diharapkan dapat tercapai. Jika sudah melaksanakan kungkum namun

Page 98: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

belum tercapai juga keinginannya, maka pelaku kungkum tersebut akan menjalankan

kungkum kembali sampai doa yang dimohonkan terkabul.

Tradisi kungkum masih dilestarikan oleh warga Desa Sarean dan para peziarah yang

berasal dari luar daerah. Para peziarah melakukan tradisi kungkum karena laku

kungkum masih dipercayai sebagai cara untuk memanjatkan doa dan permohonan

kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang nilai keberhasilannya sangat besar dan juga

merupakan upaya pelestarian tradisi para leluhur mereka.

b. Tradisi Nyadran

Prosesi nyadran diawali dengan setiap keluarga membuat kue apem dan ketan kolak.

Adonan tiga jenis penganan dimasukkan dalam takir, yaitu tempat makanan terbuat

dari daun pisang yang di kanan-kiri ditusuk lidi (biting). Kue-kue tadi di samping

dipakai munjung/ater-ater kepada saudara yang lebih tua, juga merupakan ubarampe

kenduri. Seusai bersih makam (besik), masyarakat sekampung menggelar kenduri

yang berlokasi di sepanjang jalan masuk menuju makam atau lahan kosong di sekitar

makam. Secara etimologis, kata craddha berasal dari bahasa Sansekerta “sraddha”

yang artinya keyakinan, percaya atau kepercayaan. Masyarakat Jawa kuno meyakini

bahwa leluhur yang sudah meninggal, sejatinya masih ada dan mempengaruhi

kehidupan anak cucu atau keturunannya. Oleh karena itu, mereka sangat

memperhatikan saat atau waktu, hari dan tanggal meninggalnya leluhur. Pada waktu-

Page 99: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

waktu (saat) itu, mereka yang masih hidup diharuskan membuat sesaji berupa kue,

minuman, atau kesukaan yang meninggal. Selanjutnya, sesaji itu ditaruh di meja,

ditata rapi, diberi bunga setaman, dan diberi penerangan berupa lampu.

Pengaruh agama Islam pula makna nyadran mengalami pergeseran, dari sekadar

berdoa kepada Tuhan, menjadi ritual pelaporan dan wujud penghargaan kepada bulan

Sya‟ban atau Nisfu Sya‟ban. Ini dikaitkan dengan ajaran Islam bahwa bulan Sya‟ban

yang datang menjelang Ramadhan, merupakan bulan pelaporan atas amal perbuatan

manusia. Oleh karena itu, pelaksanaan ziarah juga dimaksudkan sebagai sarana

introspeksi atau perenungan terhadap segala daya dan upaya yang telah dilakukan

selama setahun. Pada perkembangan selanjutnya, tradisi nyadran mengalami

perluasan makna. Bagi mereka yang pulang dari rantauan, nyadran dikaitkan dengan

sedekah, beramal kepada para fakir miskin, membangun tempat ibadah, memugar

cungkup dan pagar makam. Kegiatan tersebut sebagai wujud balas jasa atas

pengorbanan leluhur, yang sudah mendidik, membiayai ketika anak-anak, hingga

menjadi orang yang sukses. Bagi perantau yang sukses dan kebetulan diberi rezeki

berlimpah, pulang nyadran dengan beramal merupakan manifestasi hormat dan

penghargaan kepada leluhur. Bagi umat Islam sendiri, tradisi nyadran masih

menimbulkan perdebatan. Itu karena ada dua pendapat berbeda, dikaitkan dengan

ajaran Nabi Muhammad SAW. Kelompok pertama atau yang beraliran moderat,

beranggapan bahwa ritual nyadran tidak perlu dilakukan karena bertentangan dengan

hadits dan as sunnah. Nyadran sering digolongkan perbuatan syirik atau

menyekutukan Tuhan. Sementara menurut kelompok kedua yang beraliran kultural,

Page 100: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

nyadran adalah kegiatan keagamaan yang sah-sah saja, asal tidak untuk menyembah

leluhur atau pekuburan.

Terlepas dari perbedaan pendapat itu, penulis memandang perlu pelestarian

tradisi nyadran. Selain sebagai wujud pelestarian budaya adhiluhung peninggalan

nenek moyang, terdapat sejumlah kearifan dalam prosesi tradisi nyadran yang sangat

relevan dengn konteks kekinian. Hal ini karena prosesi nyadran tidak hanya sekedar

gotong royong membersihkan makam leluhur, selamatan dengan kenduri, dan

membuat kue apem ketan kolak sebagai unsur utama sesaji. Lebih dari itu, nyadran

menjelma menjadi ajang silaturahmi, wahana perekat sosial, sarana membangun jati

diri bangsa, rasa kebangsaan dan nasionalisme. Ketika pelaksanaan nyadran,

kelompok-kelompok keluarga atau trah tertentu, tidak terasa terkotak-kotak dalam

status sosial, kelas, agama, golongan, partai politik, dan sebagainya. Perbedaan itu

lebur, karena mereka berkumpul menjadi satu, berbaur, saling mengasihi, saling

menyayangi satu sama lain. Seusai nyadran ada warga yang mengajak saudara di

desa ikut merantau dan bekerja di kota-kota besar. Di sinilah ada hubungan

kekerabatan, kebersamaan, kasih sayang di antara warga atau anggota trah.

c. Tradisi Padusan

Rangkaian berbagai adat istiadat yang dijalani orang Jawa punya tujuan, yaitu

mempersiapkan diri agar bisa memasuki dan menjalani semua kewajiban di Bulan

Puasa yang peuh berkah itu dengan baik. Rangkaian tradisi itu dimulai dari padusan.

Bila dilihat dari aturan agama Islam, rangkaian tradisi seperti itu sepertinya tidak

Islami, karena dalam ajaran agama Islam tidak ada mengenali tradisi padusan. Tetapi

Page 101: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

pengertian sebagian masyarakat jawa meskipun bukan ajaran agama islam, tradisi

tersebut merupakan “kearifan lokal” yang mengandung bermacam-macam tafsiran

yang mendorong agar pribadi manusia menjadi lebih baik.

Padusan berasal dari kata pa+adus+an, pa berarti tempat, adus berarti mandi, an

berarti akhiran. Padusan diartikan sebagai sarana menyucikan diri atau badan secara

lahir batin untuk menyambut datangnya Bulan Puasa. Lokasi Padusan dilaksanakan

oleh laki-laki dan perempuan. Caranya dengan membersihkan seluruh anggota badan.

Biasanya dilakukan sehari sebelum dilaksanakannya ibadah Puasa. Lokasi dilakukan

padusan bisanya di tempat yang khusus atau yag ramai dikunjungi pengunjung,

seperti sendhhang, sungai, belik, umbul atau sumber mata air lainnya. Di Kecamatan

Weru, khususnya Desa Sarean terdapat 9 sendhang yang merupakan peninggalan Ki

Ageng Prawoto Sidik. Pada waktu menjelang akan dilaksanakan ibadah Puasa,

sendhang sanga ramai sekali dikunjungi oleh para warga maupun para peziarah yang

berbondong-bondong dari luar daerah yang ingi melakukan padusan di sendang. Bagi

masyarakat jawa yang masih mengikuti tradisi padusan akan lebih memberi berkah

apabila dilakukan di sendang, belik, sungai, atau sumber air alami lainya yang

berhubungan dengan tempat untuk bertapa pada jaman dahulu serta mempunyai nilai

mistik yang tinggi dan keramat. Dengan melakukan Padusan diharapkan secara lahir

dan batin bisa bersih dari kotoran, maka akan mudah untuk menjalani semua

kewajiban pada Bulan Puasa.

Masyarakat Jawa yang menjalani ajaran agama Islam, masih sebatas Islam Abanga

memang banyak masalah yang menarik perhatian ketika dipadukan dengan tradisi

Page 102: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

yang masih hidup. Seperti tradisi Padusan yang berupa mandi keramas, bagi orang

Jawa diartikan sebagai laku menyiapkan fisik dan batin ketika memasuki bulan puasa

hatinya sudah bersih dan suci.

Bulan Puasa adalah bulan yang mengandung banyak harapan, laku batin seperti itu,

sampai sekarang masih banyak masyarakat Jawa memilih melakukan tradisi Padusan

di telaga atau sumber air yang dipercaya mengandung sejarah seperti sendang sanga,

Desa Sarean, Kecamatan weru, Kabupaten Sukoharjo.

Kegiatan padusan yang diadakan warga Desa Sarean merupakan bentuk kesiapan

mereka untuk menyambut datangnya Bulan Puasa. Mereka mandi di telaga sehari

sebelum puasa. Tradisi ini dilakukan sudah turun-temurun dan masih sering

dilakukan. Karena bisa memupuk tali silaturahmi antara para warga, mereka bisa

saling berinteraksi dan berkumpul bersama.

C. Makna Simbolik

Di dalam suatu upacara tradisional maupun ritual tradisional terdapat suatu macam

bentuk lambang, dan lambang tersebut memiliki makna tertentu. Dengan melalui

lambang tersebut terdapat berbagai macam pesan yang terselubung yang akan

memberikan banyak sekali petunjuk tentang apa yang boleh dan tidak boleh

dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, sering dijumpai baik

disengaja atau tidak, masyarakat sering melanggar aturan yang seharusnya dipatuhi.

Page 103: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Oleh karena itu, melalui lambang disampaikan pesan agar masyarakat selalu ingat apa

yang sebaliknya dilakukan dan tidak dilakukan.

Ritaul Penggantian Klemabu secara simbolik dapat dimaknai sebagai berikut:

Kelambu (Langse) merupakan atribut penting bagi sah nya seseorang yang

dikeramatkan. Oleh karena itu langse atau kelambu menjadi atribut pokok pada

semua petilasan orang-orang yang dikeramtkan di masing-masing daerah di pulau

jawa. Adapun ritual penggantian kelambu yang dilaksanakan satu tahun sekali pada

bulan ruwah memiliki nilai simbolis juga. Ruwah dalam bahasa jawa disejajarlan

dengan kata arwah atau ruh orang yang telah meninggal. Biasanya pada bulan ruwah

selalu diadakan ritual-ritual khusus. Selain untuk menyambut bula ramadhan juga

untuk mengingat kembali dan mendoakan terhadap ruh-ruh para leluhur yang telah

meninggal. Sesuai dengan adat kebiasaan masyarakat jawa tersebut, masyarakat desa

saeran juga melaksanakan tradisi Pulung Langse ini pada bulan ruwah.

Ritual Penggantian Kelambu Ki Ageng Prawoto Sidik di dalamnya sendiri terdapat

lambang-lambang yang berwujud dalam bentuk sesaji. Selain memiliki pesan tentang

baik dan buruk, sesaji juga digunakan sebagai sarana komunikasi kepada mahkluk-

mahkluk gaib untuk menghormati keberadaan mereka. Sesaji disini diantara lain

adalah:

1. Jangan Menir (sayur bening)

Sesaji yang digunakan dalam ritual, jangan menir memiliki maksud agar hidup

masyarakat menjadi tentram dan ayem.

Page 104: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

2. Pecel Pitik (srundeng dan suwiran ayam)

Perlengkapan sesaji acara selanjutnya adalah pecel pitik yang terdiri dari srundeng

dan suwiran ayam merupakan makanan kesukaan Ki Ageng Prawoto Sidik semasa

hidupnya.

3. Pisang Raja

Pisang Raja setangkep sebagai lambang bahwa sebagai manusia harus bersatu,

manunggal antara pekerjaan dengan penyuwunan. Pisang Raja juga bisa bermakna

agar pemimpin didukung oleh seluruh rakyatnya. Masyarakat akan hidup tenteram

dan bahagia jika antara pemimpin dan rakyatnya saling mendukung dan melengkapi.

Pemimpin tidak semena-mena pada rakyatnya tetapi mengayomi rakyatnya, sehingga

kehidupan akan tentram, makmur, dan bahagia.

4. Nasi Liwet

Beras yang dimasak dengan santan dan kaldu ayam, sehingga nasi liwet mempunyai

aroma yang khas dan rasanya gurih. Nasi liwet biasa dihidangkan bersama sayur

papaya atau jipang yang dimasak pedas, kemudian ditambahkan aneka lauk seperti :

telur rebus, daging ayam yang di suwir, Kumut ( dari bahan santan yang dikentalkan

), hati/ampela ayam yang direbus, tahu tempe bacem. Nasi liwet berarti kebeningan

atau kejernihan jiwa itu diharapkan dapat mengental di hati.

Page 105: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

5. Nasi Golong

Sego atau nasi golong. sego golong merupakan doa agar rejekinya „golong-golong’

artinya banyak berlimpah ruah. Nasi golong dimaknai juga sebagai tekad golong gilik

(sungguh-sungguh) dalam memanjatkan doa di ritual.

6. Ayam Ingkung.

Ayam ingkung dalam Ritual Penggantian Kelambu dimaksudkan yaitu ayam jago

(jantan) yang dimasak utuh (ingkung), adalah symbol menyembah Tuhan dengan

khusuk (manekung) dengan hati yang tenang (wening). menyembelih ayam jago juga

mempunyai makna menghindari sifat-sifat buruk yang dilambangkan oleh ayam jago,

antara lain: sombong, congkak, kalau berbicara selalu menyela dan merasa

tahu/menang/benar sendiri (berkokok). Manusia hanya bisa berusaha kemudian juga

berdoa dan hanya bisa berpasrah diri kepada Tuhan, untuk itu digunakan Ayam

Ingkung sebagai lambang.

7. Kedelai Goreng

Kedelai goreng disini bermaksud untuk menghindarkan diri dari masalah-masalah

yang datang berganti menghinggapi masyarakat.

8. Cabai Merah

Pada saat dilaksanakan ritual, disini juga menggunakan cabai merah. Cabai merah

disini memiliki makna atau symbol dilah/api yang memberikan penerangan/tauladan

yang bermanfaat bagi orang lain. Diibaratkan Ki Ageng Prawoto Sidik yang selalu

mengajarkan budi pekerti yang baik dan menyebarkan Agama Islam.

Page 106: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

9. Daun Pisang

Daun pisang digunakan untuk membuat pincuk, semacam tempat makanan yang

dilipat. Memiliki makna sederhana dalam hidup dan berhati-hati dalam hidup.

Selain sesaji di atas, di dalam situs makam Ki Ageng Prawoto Sidik juga terdapat 9

mata air, yang berasal dari 9 Sendang. Dduga di angka 9 dipilih atas anggapan bahwa

angka tersebut memiliki nilai keramat menurut pandangan tradisi jawa, Hal ini seperti

terlihat pada jumlah wali (Penyebar agama islam di jawa ada 9 orang) kedudkan dan

fungsi wali sebagai pemimpin agama dan penasehat pemerintahan sangat penting

bagi masyarakat jawa. Atas kedudukan dan fungsinya yang sangat tinggi itu para

tokoh wali itu mendapat gelar Sunan di depan namanya. Sunan berasal dari kata

susuhuna, dijinjung tinggi, dan dihormati. Penghormatan terhadap wali sanga ini juga

berimbas terhadap murid-murid para wali tersebut. Ki Ageng Prawoto Sidik termasuk

murid dari Sunan Kalijaga sehingga tidak mengheranakn jika petilasannya di

keramatkan masyarakat dan memunculkan tradidi pulung langse tersebut.

Sendang yang berada di sekitaran komplek Makam Ki Ageng Prawoto Sidik

dipercaya oleh masyarakat memberikan manfaat dan kegunaan, hingga saat ini

sendang-sendang masih dikunjungi para peziarah untuk melakukan ritual, sendang ini

juga digunakan para warga untuk dimanfaatkan sumber mata airnya.

1. Sendang Danumulya

Page 107: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Terletak di Dukuh Serut Desa Jatingarang kurang lebih 1 km arah timur dari makam

Ki Ageng Banyubiru. Konon Sendang tersebut tercipta ketika Jaka Tingkir hendak

berwudhu untuk menunaikan ibadah Shalat Ashar, disitu tidak ada mata air. Karena

berada di tengah sawah dan waktu Ashar hampir habis, Jaka Tingkir menjadi bingung

kemana harus mengambil air wudhu. Ki Ageng Prawoto Sidik berkata „Congkel batu

itu‟ katanya sambil menunjuk sebongkah batu di dekatnya. Jaka Tingkirpun menuruti

perintah Guru, setelah batu dicongkel dari dalam bekas bongkahan batu itu mengalir

mata air yang cukup deras dan dinamakan Danumulya. Sampai sekarang air sendang

Danumulya banyak dimanfaatkan oleh peziarah yang menginginkan derajat atau

kedudukan, karena mata airnya mengandung aura derajat.

2. Sendang Sepanjang Mas

Masyarakat setempat menyebutnya Sendang Supanjang. Nama Sepanjang adalah

pemberian dari Sri Susuhunan Paku Buwono X yang konon sedang mesanggrah di

Margojati. Air mengalir sepanjang hari tiada henti, diambil pulih begitu seterusnya.

Disekitar sendang yang sekarang berlokasi di Dukuh Sarean Desa Jatingarang

tersebut ditemukan benda menyerupai piring, piring tersebut dari emas atau Sri

Susuhunan Pakubuwono X menyebutnya Ajang Mas (Ajang sebenarnya adalah piring

yang terbuat dari logam sejenis seng atau alumunium) karena emas merupakan logam

murni, maka PB X menamainya Ajang Mas. Air Sendang Sepanjang banyak

dimanfaatkan oleh peziarah yang bermata pencaharian berdagang dan

seniman/seniwati. Konon air Sepanjang sangat bertuah membantu mengalirkan rejeki

bagi pedagang dan pekerja seni.

Page 108: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

3. Sendang Krapyak

Krapyak berarti kandang kijang yang berpagar. Krapyak adalah tempat peristirahatan

bagi Raja atau Bangsawan Kraton yang sedang berburu, atau nama Krapyak identik

dengan grogol/pagrogolan. Kenapa disebut dengan Sendang Krapyak kisahnya tidak

begitu jelas, konon sendang yang berada di Dukuh Margomulyo Kidul ini berbentuk

menyerupai kelamin perempuan, sampai sekarang bentuknya masih asli. Disini pada

waktu Ki Ageng Banyubiru sedang membangun/bebadra perkampungan, sering

digunakan untuk tempat pertemuannya dengan Syekh Siti Jenar.

4. Sendang Margamulya

Letaknya di Dukuh Margamulya Kidul. Air sendang diyakini dapat menunjukkan

jalan kemuliaan. Konon Ki Ageng Banyubiru memberi nama Margamulya, karena

masyarakat sekitar sendang adalah petani dan pengrawit (Niyaga). Kehidupan petani

dan pengrawit pada waktu itu sangat tidak menjanjikan, tetapi berkat wejangan dan

arahan Ki Ageng, masyarakat hidupnya tidak kekurangan. Air sendang Margamulya

sangat cocok untuk petani dan pekerja seni (yaga dan pesindhen maupun dalang).

Cara menggunakannya untuk mandi atau diminum. Tentu saja harus disertai doa

memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berikhtiar/berusaha serta bekerja keras.

5. Sendang Margajati

Air sendang yang terletak di Dukuh Margajati ini diyakini masyarakat dapat memberi

sugesti kepercayaan diri. Ketentraman batin sangat cocok bagi mereka yang

dirundung perkara atau dililit masalah. Dengan mandi dan mengkonsumsi air sendang

Page 109: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Margajati, perkara yang melilit akan mencair. Insya Allah Tuhan akan memberi jalan

keluar dan keteguhan hati.

6. Sendang Gupak Warak

Sendang ini lebih dikenal sebagai Sendang panguripan. Para petani sering

mengambil air Sendang Gupak Warak untuk kehidupan tanaman di sawah tentu saja

hanya sedikit sebagai persyaratan saja. Dinamakan Sendang Panguripan konon ada

seekor kijang yang mati dipanah oleh seorang pemburu. Oleh si pemburu kijang tadi

dibersihkan dengan air sendang caranya diceburkan ke dalam sendang, keajaiban

muncul dan kijang yang sudah mati itu hidup lagi kemudian lari meninggalkan

pemburunya. Sendang Gupak Warak ini sering didatangi peziarah yang profesinya

sebagai pengusaha yang hampir jatuh bangkrut. Dengan memohon kepada Allah dan

disertai mandi air Sendang Gupak Warak. Insya Allah ada jalan keluar untuk bangkit

lagi.

7. Sendang Bendasari

Bendha adalah nama sebuah pohon yang konon tumbuh subur di sekitar sendang.

Kisah sendang Bendasari tidak banyak dikenal, tetapi air sendang yang berada di

Dukuh Margamulya Lor ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk

kepentingan sehari-hari seperti air minum, mandi dan mencuci.

8. Sendang Banyubiru

Sendang ini sudah tertutup karena diatasnya untuk bangunan masjid, namun airnya

masih mengalir dan dimanfaatkan untuk air wudhu. Dulu sebelum warga memiliki

sumur sendiri. Air Sendang Banyubirulah yang menjadi andalan bagi warga, karena

Page 110: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

air sendang Banyubiru tidak akan pernah habis. Bagi peziarah yang ingin mengambil

air untuk lengkapnya sendang sanga, dapat mengambil air di sumur dekat masjid

Banyubiru.

9. Sendang Siluwih

Sendang Siluwih merupakan sendang untuk kesaktian atau untuk kekuatan. Konon

sendang ini tercipta karena Jaka Tingkir mencongkel sebongkah batu dan

memancarkan mata air dia langsung minum tadi dan akhirnya kekuatannya pulih

kembali. Sendang Siluwih terletak di Dukuh Sarean dan bagi peziarah lebih

dianjurkan untuk bersuci air sendang (Boleh salah satu atau semua) sebelum

berziarah ke makam Ki Ageng Prawoto Sidik sedangkan untuk kepentingan yang lain

seperti murwokala, penolak bala, penolak sial, mensucikan diri dari sukerto dan

sengkala serta terkena ila-ila, mengambil air dari sembilan sendang yang ada akan

sangat lebih afdol. Karena menurut bagi orang-orang yang percaya dan pernah

mendapatkan hasilnya mereka terhindar dari malapetaka. Tentu saja selain

menggunakan air sendang juga berdoa mohon keslamatan kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

D. Nilai Guna Ritual Penggantian Kelambu

1. Fungsi Cerita Rakyat

Page 111: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Pada dasarnya cerita rakyat mampu mempengaruhi masyarakatnya terhadap

pembentukan nilai-nilai yang berupa sikap dan perilaku.

Cerita Rakyat merupakan salah satu bentuk cerita yang hidup dalam masyarakat,

sehingga memiliki fungsi tertentu bagi masyarakat pendukungnya.

Adapun fungsi Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik adalah sebagai berikut:

a. Sistem Proyeksi

Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik mencerminkan gambaran akan pentingnya

sebuah tanggung jawab yang ditampilkan dalam cerita melalui tokoh. Cerita Rakyat

Ki Ageng Prawoto Sidik menggambarkan tentang tanggung jawab seorang Ki Ageng

Prawoto Sidik terhadap Sang guru Sunan Kalijaga. Ki Ageng Prawoto Sidik semasa

hidupnya sangat patuh dan taat kepada Sunan Kalijaga, ini terbukti ketika Sunan

Kalijaga memerintahkan Ki Ageng Prawoto Sidik untuk mengembara dan

menyebarkan Agama Islam di tempat yang ia singgahi. Ketika itu Ki Ageng Prawoto

Sidik diperintahkan Sunan Kalijaga untuk menjadi kawula alit, yakni menjadi rakyat

biasa yang kehidupannya menjadi seorang buruh tani dan buruh lepas. Tepatnya

ketika Ki Ageng Prawoto Sidik berada di Lawu untuk membantu para petani di

daerah itu untuk memperbaiki taraf hidupnya, keadaan saat itu masih sangat sulit di

daerah itu, karena penghasilan para petani saat itu tergolong sangat minim sekali jauh

dari kata sejahtera. Disamping untuk membantu para petani memperbaiki taraf

hidupnya, Ki Ageng Prawoto sidik juga diberikan tanggung jawab oleh Sunan

Kalijaga untuk menyebarkan Agama Islam di daerah itu. Karena mayoritas

masyarakat disana masih beragama Hindu. Disana Ki Ageng mendapat tanggapan

Page 112: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

yang cukup baik dari masyarakat setempat, sehingga misi dari Ki Ageng Prawoto

Sidik berhasil. Disamping itu juga Ki Ageng Prawoto Sidik diberikan amanat untuk

mendidik sekaligus menjadi guru dari Jaka Tingkir, yang saat itu sedang

mendapatkan masalah di Kerajaan Demak. Atas amanat itu, Ki Ageng Prawoto Sidik

melaksanakan tanggung jawabnya itu dengan sebaik-baiknya. Di Watu Kelir Jaka

Tingkir menimba ilmu kanuragan, kadigdayan dan ketatanegaraan dari Ki Ageng

Prawoto Sidik, sampai pada Jaka Tingkir mampu menemukan sendang sanga yang

berada di daerah itu. Setelah merasa cukup dan Jaka Tingkir sudah menguasai ilmu

dari gurunya, Jaka Tingkir kembali ke Demak.

Dari kejadian tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa Ki Ageng Prawoto

Sidik mengemban tanggung jawab yang besar dari Sunan Kalijaga. Tanggung jawab

merupakan sebuah amanah yang harus dilakukan dan disampaikan. Karena diberikan

sebuah tanggung jawab itu merupakan sebuah wujud kepercayaan.

b. Alat Pengesahan Pranata dan Lembaga Kebudayaan

Cerita Rakyat berfungsi mengontrol kelangsungan budaya suatu masyarakat dalam

cerita ini, yaitu cerita rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik di Kecamatan Weru Sukoharjo.

Setiap tahun selalu dilakukan ritual mengganti kelambu di makam Ki Ageng Prawoto

Sidik, yang memiliki tujuan untuk menghormati Ki Ageng Prawoto Sidik semasa

hidupnya, begitu pula memiliki maksud sebagai pertanda akan memasuki Bulan

Ramadhan. Meskipun sebetulnya masyarakat Desa Sarean pada umumnya dalam

kehidupan agamanya bisa dikatakan cukup kuat, namun demikian mereka bisa

membedakan antara tradisi, budaya, dan agama. Mereka memandang tradisi adalah

Page 113: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

suatu ritual sebagai warisan budaya turun temurun yang bisa diingat oleh anak cucu.

Namun tidak sampai membuat mereka melupakan bahwa kekuasaan dan kekuatan

tertinggi ada di tangan Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa).

c. Alat Pendidikan

Di dalam Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik mengandung nilai-nilai pendidikan

bagi anak, antara lain:

1. Pentingnya Sikap Tanggung Jawab

Sikap tanggung jawab memang sangatlah penting bagi setiap pribadi yang ingin

menjadi orang yang bijak. Karena tanpa tanggung jawab, semua kewajiban dan

amanat yang telah diberikan kepada setiap pribadi tak akan bisa terlaksana.

Hendaknya kita memiliki tanggung jawab sedini mungkin, agar kita bisa dipercaya

orang lain untuk mengemban suatu tugas ataupun suatu amanat yang penting. Sikap

ini jika sudah melekat di dalam diri pribadi akan menumbuhkan kebiasaan. Jika

sudah dibiasakan dari kecil oleh Orang Tuanya akan lebih mudah tanggung jawab itu

muncul dan diasah. Anak yang dari kecil sudah terbiasa bertanggung jawab, baik

dalam bersikap maupun ketika berbicara, maka kebiasaan tersebut akan terbawa

sampai ia dewasa. Anak yang mampu bertanggung jawab maka besar kemungkinan

akan mampu hidup mandiri, bahagia, percaya diri, dan dapat dipercaya.

Sifat ini yang diperlihatkan oleh Ki Ageng Prawoto Sidik dalam cerita ini, Ki Ageng

sangat bertanggung jawab dengan amanat dan tugas yang diberikan oleh Sunan

Kalijaga kepadanya. Ki Ageng melaksanakan semua itu tanpa pamrih, semata-mata

karena sudah menjadi kewajibannya dan taat kepada Sang Guru Sunan Kalijaga.

Page 114: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Tanggung jawab ini Ki Ageng perlihatkan pada waktu diberikan amanat untuk

menyebarkan agama Islam dan menjadi guru dari Jaka Tingkir.

2. Pentingnya Pengorbanan

Rela berkorban adalah dimana individu mau berusaha maupun membantu dengan

ikhlas kepada sanak saudara atau tetangga yang membutuhkan. Sikap seperti inilah

yang akan menumbuhkan generasi muda akan pentingnya saling membantu antar

sesama yang membutuhkan uluran tangan kita. Sebagai generasi muda yang tangguh,

kita harus memiliki semua itu demi tatanan kehidupan yang lebih baik lagi. Di dalam

Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik juga mengisahkan kehidupan Ki Ageng yang

patut kita teladani dan kita contoh. Ki Ageng sangatlah ikhlas dalam mengemban

tugas yang diberikan oleh Sunan Kalijaga. Ki Ageng rela berkorban demi mencapai

tujuannya, yakni mengajarkan/menyebarkan Agama Islam. Meski yang dialami Ki

Ageng semasa hidup dan perjuangannya sangat berat dan melewati berbagai

rintangan/pantangan hidup. Seperti inilah yang harus dimiliki pemuda sekarang agar

memiliki jiwa rela berkorban yang sangat hebat.

3. Pentingnya Hidup Sederhana

Hidup sederhana adalah hidup yang apa adanya dan tidak pula berlebihan dalam

menggunakan materi atau bergaya. Prinsip hidup sederhana adalah cukup. Sederhana

mengajarkan kita untuk menghargai materi dalam penggunaanya, agar kita tidak

berlebihan dalam menggunakannya. Karena jika kita terbiasa hidup serba mewah

ataupun berlebihan, ini bisa menimbulkan sikap boros. Sikap boros sangatlah tidak

baik, karena menimbulkan budaya konsumtif. Untuk itu budaya hidup sederhana

Page 115: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

hendaknya diterapkan kepada anak sedini mungkin, karena ini merupakan cara paling

sederhana untuk menghindari anak bergaya hidup berlebihan.

Sifat Ini yang ditunjukkan oleh Ki Ageng Prawoto Sidik semasa hidup dan

menyebarkan agama Islam di daerah-daerah. Ki Ageng Prawoto Sidik menjadi

kawula alit di dalam mengembara. Dia hidup sederhana dan tetap merasa cukup

dengan kehidupannya. Hidup sederhana bagi Ki Ageng sangatlah penting, karena

menghindarkan dari sikap boros. Sederhana bisa menghindarkan kita dari

kesenjangan sosial yang berlebihan. Karena biasanya hidup sederhana menimalisir

terjadinya hal-hal seperti ini. Gaya hidup dari Ki Ageng Prawoto Sidik patut untuk

kita teladani dan kita tiru sebagai generasi muda yang sederhana. Karena dengan

hidup sederhana memungkinkan sekali untuk tidak hidup secara berlebihan.

4. Pentingnya Kesabaran

Kesabaran itu merupakan kunci dari sebuah kesuksesan. Sekuat apapun seseorang

jika mendapat suatu cobaan menyerah, semua itu hanya akan jadi sia-sia. Karena

seseorang kurang sabar dalam menghadapinya. Kesabaran itu bagi sebagian

seseorang mungkin sulit untuk dilakukan dan diterapkan. Karena sifat sabar itu

biasanya merupakan sebuah bawaan sejak seseorang itu dilahirkan di dunia. Tetapi

jika kesabaran itu diasah sejak dini, bukan tidak mungkin akan lebih memudahkan

orang itu untuk menjalani hidupnya dengan lebih hati-hati dan sabar.

Jika dilihat kembali semasa hidupnya Ki Ageng Prawoto Sidik merupakan pribadi

yang sabar. Ini patut untuk dicontoh bagi generasi muda saat ini. Ki Ageng semasa

hidupnya dihabiskan untuk mengembara dan menyebarkan Agama Islam di daerah-

Page 116: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

daerah yang menjadi tujuannya. Ki Ageng Prawoto Sidik sabar melakukan itu semua,

karena merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dengan ikhlas.

d. Alat Pemaksa dan Pengawas

Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik lama kelamaan berkembang menjadi sebuah

Upacara Penggantian Kelambu. Hal ini dipengaruhi juga karena orang jawa kaya

akan tradisi, baik yang bersifat sosial maupun ritual. Salah satunya dalam menyambut

bulan suci Ramadhan, misalnya kegiatan yang berbau hura-hura hingga ritual yang

terkesan sakral dan mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Masyarakat Desa Sarean

seolah enggan meninggalkan tradisi mengganti langse, karena tradisi ini sudah

dianggap sebagai penanda puasa dengan tingkat kesakralan yang tinggi.

2. Fungsi Upacara Ritual Penggantian Kelambu

Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik yang tergolong dalam folklor sebagian lisan

juga tersapat bentuk upacara sebagai tradisi yang merupakan bagian folklor bukan

lisannya. Ritual Penggantian merupakan suatu upacara tradisi yang memiliki dan

mempunyai pengaruh positif sehingga masih dilestarikan oleh warga Desa Sarean.

Upacara Ritual Penggantian Kelambu memiliki fungsi kaitanya dengan

penyelenggaraan tradisi upacara, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Sebagai Alat Untuk Pendidikan

Menurut William R. Bascom. Salah satu cerita baik itu lisan maupun tulisan adalah

sebagai alat untuk mendidik, cerita dalam Upacara Penggantian Kelambu Ki Ageng

Page 117: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Prawoto Sidik di dalam hal ini juga digunakan sebagai alat untuk pendidikan oleh

masyarakat pendukungnya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya para masyarakat

yang mengajak putra dan putrinya untuk menyaksikan Ritual Penggantian Kelambu

Ki Ageng Prawoto Sidik dengan tujuan untuk mendapatkan pendidikan mengenai arti

dan makna simbolis tentang perangkat atau alat-alat Ritual Penggantian Kelambu Ki

Ageng Prawoto Sidik.

Dari hasil pengamatan penulis, masyarakat yang datang untuk menyaksikan Ritual

Penggantian Kelambu kebanyakan menggunakan acara ini untuk memperkenalkan

ataupun mendidik kepada anak mereka dengan cara menceritakan ceritanya. Sehingga

putra-putrinya mengetahui bagaimana kisah hidup maupun upacara tradisi Ki Ageng

Prawoto Sidik. Apabila dilihat dari makna upacara, bagi masyarakat pendukungnya

juga terdapat unsur-unsur pendidikan, antara lain pendidikan moral kerohanian dan

budi pekerti.

Unsur pendidikan yang terdapat di dalam upacara ini berisikan supaya generasi muda

tidak akan melupakan kebudayaannya sendiri, karena kehadiran kebudayaan lain.

Unsur pendidikan yang lainnya yang terdapat disini adalah pendidikan kerohanian,

tentang cara-cara agar masyarakat melakukan tindakan penyucian batin dan hati

untuk mencapai keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Selain itu unsur pendidikan

yang didapat dengan adanya Upacara Penggantian Kelambu adalah dengan

musyawarah dapat diteladani. Dilihat dari ketika juru kunci melakukan musyawarah

untuk menentukan kesepakatan kapan dilaksanakan penggantian kelambu.

Mengajarkan kepada masyarakat bahwa musyawarah merupakan suatu upaya untuk

Page 118: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

memecahkan persoalan atau jalan keluar guna mengambil keputusan bersama dalam

penyelesaian atau pemecahan masalah.

b. Fungsi Hiburan

Masyarakat beranggapan bahwa Upacara Ritual Penggantian Kelambu Petilasan Ki

Ageng Prawoto Sidik di Desa Sarean dapat digunakan sebagai alat untuk menghibur.

Masyarakat desa Sarean mengetahui bahwa di dalam prosesi penggantian kelambu

juga terdapat perayaan yang dapat digunakan untuk sarana hiburan dan kemudian di

dalam Upacara Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik tersebut

terkandung pula nilai-nilai budaya yang bersifat menghibur. Hal ini sesuai dengan

pendapat James Danandjaja yang mengatakan bahwa “Upacara Tradisional sebagai

salah satu bentuk kebudayaan yang dipakai sebagai sarana hiburan”(1997:170)

Upacara Tradisional Pulung Langse di Desa Sarean dapat dilihat dari bentuk maupun

jalan upacaranya dapat dikategorikan sebagai upacara yang bersifat historis. Hal ini

dapat ditunjukkan bahwa dalam upacara tersebut terkandung nilai-nilai sejarah

tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan perjuangan dalam rangka

menyebarkan Agama Islam.

Fungsi dari upacara ini ditujukan kepada anak-anak yang datang pada saat prosesi,

yang sifatnya untuk menghibur. Di samping itu anak-anak yang datang untuk

menyaksikan prosesinya, anak-anak juga senang karena diberikan makanan yang

berupa nasi gurih lengkap. Makanan yang dibagikan itu adalah dari prosesi ritual

tersebut. Dengan adanya Upacara Ritual Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng

Prawoto sidik juga mengundang para pengunjung untuk melakukan upacara religius,

Page 119: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

sehingga secara tidak langsung para pengunjung merasa terhibur karena dirinya

mendapat harapan-harapan.

c. Sebagai Sarana Gotong Royong

Dengan adanya prosesi ini, menumbuhkan kesadaran diri untuk melakukan kerja

sama ataupun gotong royong. Ini terlihat ketika para Ibu sama-sama membantu untuk

memasak, yang digunakan untuk sesaji ketika dilakukan prosesi penggantian kelambu

oleh juru kunci makam. Ibu-Ibu tampak gotong royong dalam menyiapkan sesaji

tersebut. Sikap seperti ini sudah menjadi ciri khas dari masyarakat Desa Sarean yang

sangat suka bekerja keras dan saling membantu tanpa pamrih. Selain itu juga terlihat

ketika juru kunci mempersiapkan perlengkapan dalam prosesi. Ketika akan

membersihkan makam sebelum acara, kaum laki-laki membersihkan area di sekitaran

makam.

3. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik

Dalam setiap cerita rakyat, terkandung nilai-nilai luhur yang sangat bermanfaat bagi

kehidupan manusia, termasuk dalam hal ini masyarakat Desa Sarean sebagai pemilik

Ritual Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik. Hal ini diharapkan

membawa dampak positif bagi perilaku masyarakat yang bersangkutan.

Adapun nilai-nilai moral yang terkandung di dalam Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto

Sidik diantara lain:

1. Pentingnya Menjalankan Amanah

Ki Ageng Prawoto Sidik adalah seorang bijaksana. Ia adalah salah satu murid dari

Sunan Kalijaga. Ki Ageng Prawoto Sidik semasa hidupnya diberikan amanah oleh

Page 120: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama islam ke daerah-daerah yang ia kunjungi

untuk berdakwah. Amanah yang diberikan Sunan Kalijaga kepadanya dijalankan

dengan baik, Ki Ageng diberikan amanah untuk menjadi kawula alit juga

dilaksanakan dengan baik. Jiwa sosial Ki Ageng Prawoto Sidik terlihat sekali ketika

diberikan amanah membantu para warga, ia terlihat gigih sekali dan sungguh-

sungguh dalam berusaha membantu perekonomian warga pada saat itu. Di samping

itu Ki Ageng Prawoto Sidik juga menyebarkan Agama Islam. Dikatakan bahwa

tanggungjawab merupakan pilar utama dalam mengemban amanah. Tidak

menghianati amanah ini merupakan bentuk komitmen dalam mengemban amanah.

2. Bertanggungjawab atas Ucapannya

Ki Ageng Prawoto Sidik sangat bertanggungjawab atas tindakan dan ucapannya. Ini

terlihat ketika ia bertanggungjawab atas muridnya Jaka Tingkir, ia mengemban

tanggungjawab untuk menjadikan Jaka Tingkir sebagai murid yang hebat, agar kelak

ia disegani oleh orang-orang dan menjadi Raja. Selama itu pula Ki Ageng mendidik

Jaka Tingkir ilmu kanuragan,kadigdayan dan ketatanegaraan. Tanggungjawab yang

begitu besar itu ia laksanakan dengan baik agar Jaka Tingkir menjadi orang hebat

dikemudian hari.

Ki Ageng Prawoto Sidik juga bertanggungjawab atas ucapannya untuk tidak

membuka perkampungan sebelum ia menemukan ke sembilan sendang yang tersebar.

Sampai pada waktu Jaka Tingkir menemukan sendang yang kedelapan dan

kesembilan, barulah oleh Sunan Kalijaga daerah Watu Kelir dibukakan sebuah

perkampungan. Ini ditandai dengan diadakan acara Wayang Kulit semalam suntuk.

Page 121: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

3. Kepatuhan Seorang Murid Kepada Gurunya

Kepatuhan ini terlihat sekali ketika Ki Ageng Prawoto Sidik untuk melakukan apa

yang diperintahkan oleh Sunan Kalijaga kepadanya. Ki Ageng Prawoto Sidik begitu

patuh menjalankannya dengan baik. Selain itu pula juga nampak ketika Jaka Tingkir

juga taat dan patuh kepada Ki Ageng Prawoto Sidik sebagai gurunya. Patuh dan taat

sangat penting di dalam kehidupan, karena dengan patuh terhadap orang yang

dihormati akan menimbulkan hubungan yang baik antara Guru dan murid. Kepatuhan

membuat seseorang lebih dihargai dan lebih bisa dipercaya.

4. Membiasakan Diri Untuk Hidup Sederhana

Sederhana itu merupakan gambaran dari Ki Ageng Prawoto Sidik yang religius dan

bijaksana. Selama hidupnya Ki Ageng tidak menikah dan tidak memiliki keturunan.

Setelah kungkum di Rawapening selama 7 tahun, Ki Ageng selanjutnya melanjutkan

hidupnya untuk mengembara menjadi warga biasa dan menyebarkan agama Islam.

Selama di dalam kehidupan bergaul, Ki Ageng tetap menjadi sosok yang sederhana

dalam segi berbicara dan berpakaian, tidak berlebihan dan juga tidak kurang. Pola

hidup sederhana inilah yang termasuk juga ke dalam ajaran moral yang trekandung

dalam cerita rakyat ini. Karena kesederhanaan itu mengajarkan setiap individu untuk

hidup tidak berlebihan, hidup secara wajar. Sederhana bukan berarti perhitungan

ataupun kekurangan, tetapi lebih ke dalam bisa mengontrol dan menahan diri dari

godaan yang berlebihan. Sederhana juga bisa terlihat dari tutur kata, orang yang

berbicara sederhana lebih mudah dalam menempatkan diri dalam pergaulan.

Page 122: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Profil Masyarakat Desa Sarean

1. Sejarah Berdirinya Desa Sarean

Desa adalah merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh

unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam

hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.

Desa Sarean adalah tempat terakhir Ki Ageng Prawoto Sidik tinggal,

setelah sekian lama berkelana dan mengajarkan agama Islam. Disini pula tempat

Ki Ageng Prawoto Sidik mendirikan sebuah pemukiman dan menjadi Guru dari

Jaka Tingkir. Dari observasi di lapangan, diketahui asal mula dinamakan Desa

Sarean dari beberapa pendapat informan, diantara lain:

1. Pendapat Bapak Widodo (Juru kunci, 50 tahun)

Mengatakan bahwa dinamakan Desa Sarean adalah Karena di daerah

ini Ki Ageng Prawoto Sidik tutup usia, untuk menghormati dan menghargai

jasa-jasanya dahulu masyarakat disekitar pemukiman memberikan nama

Sarean sebagai nama Desa ini.

2. Pendapat Bapak Hadi (Modin, 65 tahun)

Mengatakan bahwa dinamakan Desa Sarean adalah dahulu pada jaman

Ki Ageng Prawoto Sidik masih sering berada di Wonogiri, sering

Page 123: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

mengunjungi daerah ini untuk istirahat/tidur, setelah berjalannya

waktu warga sekitar memberi nama pemukiman ini Desa Sarean.

3. Pendapat Bapak Samsi (Ketua RW, 60 tahun)

Mengatakan bahwa dinamakan Desa Sarean adalah Sejak beliau masih

muda (Bapak Kamsi) memang sudah bernama Desa Sarean, karena

merupakan nama yang sudah turun temurun dari jaman dahulu. Tetapi

menurut leluhurnya nama Desa Sarean masih berhubungan erat dengan

keberadaan Ki Ageng Prawoto Sidik.

2. Kondisi Geografis (Alam) Masyarakat Desa Sarean

Luas wilayah Desa Sarean adalah 371,7400 Ha, terbagi menjadi 4 Dukuh,

14 RW (Rukun Warga), dan 13 RT (Rukun Tetangga). Dari pusat pemerintahan

kecamatan hanya berjarak 3 Km. Batas wilayah Desa Sarean adalah sebagai

berikut.

1) Sebelah Utara : Dusun Margamulyo

2) Sebelah Selatan : Dusun Lemah Bang

3) Sebelah Timur : Dusun Serut

4) Sebelah Barat : Dusun Margajati

Keadaan alam Desa Sarean berada pada ketinggian 980 meter dari

permukaan air laut. Kondisi alam di Kecamatan Weru khususnya Desa Sarean

adalah perbukitan dengan jalan yang menanjak, ini terlihat sekali jika melintasi

dari pusat kecamatan Weru ke arah selatan, semakin ke selatan semakin naik dan

menanjak. Wilayah Desa Sarean juga banyak ditemukan batuan kapur yang berada

Page 124: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

di sekitaran jalan desa. Mayoritas warga Desa Sarean bermata pencaharian sebagai

buruh tani dan buruh bangunan. Mayoritas mereka menggarap lahan sawahnya

sendiri dengan dibantu buruh tani.

Masyarakat Desa Sarean yang perkebunan di sekitaran dusun, mereka

memanfaatkannya untuk menanam pohon jati. Dari pengamatan penulis, cukup

banyak warga yang memiliki lahan perkebunan. Mayoritas mereka menanam

pohon jati dan mahoni. Menurut hasil pengamatan penulis juga, lahan perkebunan

pohon jati ini banyak sekali dikunjungi oleh kalangan mahasiswa ataupun

pengusaha yang akan melakukan penelitian ataupun menanam modal disini. Disini

warga juga menjual bibit pohon jati dengan kualitas yang baik. Selain juga

digunakan sebagai mata pencaharian, memiliki perkebunan pohon jati bisa

digunakan investasi atau tabungan di hati tua, mayoritas digunakan juga untuk

membuatkan rumah bagi anak-anaknya kelak. Untuk sebagian masyarakat yang

memiliki pekarangan yang cukup luas, biasanya digunakan untuk ditanami pohon

pisang, ubi kayu, mangga dan rambutan. Setelah berbuah biasanya mereka

menjualnya di Pasar Watu Kelir dan sebagian juga untuk dikonsumsi sendiri.

Berdasarkan data monografi dari Desa Sarean Kecamatan Weru Kabupaten

Sukoharjo Jawa Tengah luas wilayah Desa Sarean adalah 371,7400 Ha, terdiri

dari:

a. Tanah sawah

Yang terdiri dari Irigasi setengah tehnis seluas 10,000 Ha, sawah tadah

hujan 27,8200 Ha.

Page 125: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

b. Tanah Kering

Yang terdiri dari pekarangan/bangunan seluas 102,8700 Ha,

Tegalan/Kebunan seluas 105,8400 Ha, jalanan seluas 26,91 Ha.

Luas wilayah Desa Sarean menurut luas penggunaan lahan dapat dilihat

pada tabel berikut:

Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)

Luas Wilayah

1. Tanah Sawah

Irigasi Tehnis

Irigasi Setengah Tehnis

Sederhana

Tadah Hujan

2. Tanah Kering

Pekarangan/Bangunan dll

Tegalan/Kebunan

Padang Gembala

Tambak Kolam

Rawa

Hutan Negara

Perkebunan Negara/Swasta

Lain2 sungai, jalan, kuburan dll

371,7400

-

-

10,000 Ha

-

27,8200 Ha

102,8700 Ha

105,8400 Ha

-

-

-

-

-

26,91 Ha

Data Geografi Penduduk Tahun 2012

Page 126: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

3. Karakteristik Masyarakat Desa Sarean

Desa Sarean merupakan salah satu dari desa/dusun yang berada di

Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan Weru merupakan batas

antara Kabupaten Sukoharjo dengan Kabupaten Klaten sebelah barat dan

Kabuapaten Sukoharjo dengan wonogiri, Kecamatan Weru sebelah selatan juga

merupakan batas dengan Kabupaten Gunung Kidul (Daerah Istimewa

Yogyakarta). Luas wilayah 371,7400 Ha ini jauh dari kata keramaian kota

sehingga ini bisa dibilang masyarakat Desa Sarean adalah masyarakat pinggiran

(urban). Disini terdapat 4 Dukuh, 14 RW (Rukun Warga), dan 13 RT (Rukun

Tetangga).

Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik kira-kira berjarak 300 meter terdapat

pasar Watu Kelir. Pasar ini ramai setiap hari pasaran wage dan menjadi pusat

perekonomian karena menjadi tempat transaksi dan jual beli hasil-hasil bumi

masyarakat. Selain itu di pasar Watu Kelir ini juga menyediakan kebutuhan harian

bagi masyarakat setempat, misalnya sembako, pakaian, hasil ternak. Selain pasar,

di dekat petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik juga terdapat terminal. Terminal ini

menjadi sarana transportasi bagi masyarakat Watu Kelir dan sekitarnya. Bus

maupun kol di terminal ini melayani penumpang untuk bepergian menuju dan

kembali antar kecamatan (Weru, Tawangsari PP) maupun antar Kabupaten (Watu

Kelir, Kabupaten Sukoharjo-Solo PP, Watu Lkelir Kabupaten Sukoharjo-PP, Watu

Kelir Kabupaten Gunung Kidul DIY PP, watu Kelir Kabuapten Sukoharjo-

Wonogiri).

Page 127: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Masyarakat desa merupakan suatu wilayah yang ditempati sejumlah

penduduk dan merupakan organisasi pemerintahan yang terendah, atau bisa juga

diartikan sebagai suatu wilayah administratif di Indonesia yang paling rendah di

bawah kecamatan yang dipimpin oleh Kepala Desa. Masyarakat desa merupakan

masyarakat yang masih tradisional karena pada umumnya masih memegang adat.

Sejarah desa mempunyai peranan penting dalam sejarah bangsa Indonesia,

terutama masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

Kehidupan masyarakat Desa Sarean terbilang masih cukup terjalin erat tali

silaturahim. Etos kerja bergotong-royong masih sangat tinggi, terbukti dari hasil

penelitian langsung penulis saat beberapa kali berkunjung ke Desa Sarean dan

hasil wawancara dengan Kepala Desa, Juru Kunci dan masyarakat Desa Sarean

sendiri. Ini merupakan salah satu ciri khas ataupun kebiasaan masyarakat Desa

Sarean sendiri.

Kehidupan keseharian Masyarakat Desa Sarean masih sangat berpegang

teguh pada adat istiadat setempat, sehingga dari pengamatan penulis di lapangan

diperoleh suatu data analisis karakteristik masyarakat Desa Sarean sebagai berikut:

a. Rukun

Istilah rukun cukup menggambarkan situasi dan keadaan masyarakat

Desa Sarean. Dari sinilah tercipta keadaan masyarakat yang nyaman dan tidak

merasa ada tekanan. Sikap ini sangat terlihat sekali di Desa Sarean, antara satu

warga dengan warga lainnya saling menghormati dan bertutur kata yang

benar, sehingga menghindari konflik antar warga yang bisa merusak keutuhan

Page 128: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

dan keharmonisan bertetangga. Karena dewasa ini yang terjadi di masyarakat

luas sering terjadi konflik, yang pangkal dari masalah hanya kurang saling

menghargai.

b. Saling Menghargai (Ngajeni)

Masyarakat Desa Sarean sangat menjunjung tinggi sikap saling

menghargai antar warganya, ini terlihat sekali di dalam kehidupan

bermasyarakat mereka, masyarakat berusaha saling menjaga ucapan dan

tindakan yang mereka perbuat, supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman

yang nantinya bisa berujung tidak menghargai. Masyarakat jawa menyebutnya

“ngajeni”. Mereka benar-benar mengingat kebaikan yang pernah dilakukan

oleh seseorang, sebagai balas budi mereka akan berusaha membantu ketika

orang yang pernah berjasa kepada dirinya membutuhkan pertolongan.

c. Terbuka

Mungkin seperti inilah potret kehidupan masyarakat Desa Sarean.

Masyarakat disini cukup terbuka dengan hal-hal baru yang masuk di

lingkungan mereka, masyarakat disini cukup beradaptasi jika ada budaya baru

yang masuk. Begitu pula dengan para masyarakat disini cukup terbuka dengan

para pendatang ataupun kepada para pengusaha ataupun mahasiswa yang

hendak akan melakukan observasi ataupun penelitian. Jika dilihat dan diamati

keterbukaan ini akan mempermudah masyarakat Desa Sarean untuk lebih

maju dan selalu mengetahui perkembangan teknologi dan budaya baru.

d. Sederhana

Page 129: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Sederhana merupakan gambaran / background dari masyarakat Desa

Sarean. Masyarakat disini kehidupannya bisa dikatakan cukup, mayoritas

masyarakat Desa Sarean bermata pencaharian bercocok tanam di ladang

ataupun sawah. Sekitaran Desa Sarean kondisi tanahnya adalah tanah kapur

dan bebatuan, sehingga banyak dimanfaatkan para warga untuk menanam

singkong. Sebagian juga ada warga yang memiliki lahan untuk ditanami

pohon jati, karena di daerah sini banyak sekali yang memiliki tanah dan

ditanami pohon jati, bahkan di daerah ini sudah dijadikan untuk kawasan

usaha pohon jati. Ada juga warga yang bermata pencaharian sebagai seorang

guru ataupun pegawai kantoran. Mengingat kondisi jalan disini yang berbelok

dan banyak tanjakan cukup berpengaruh kepada kehidupan ekonomi

masyarakat Desa Sarean.

e. Sopan-Santun

Masyarakat Desa Sarean sangatlah menjunjung tingi nilai kesopanan

(Unggah-ungguh), ini terlihat sekali di dalam kehidupan pergaulan di

lingkungan para warga. Generasi muda disini terhadap orang yang lebih tua

maupun kepada para pendatang baru cukup sopan, mereka menjaga sekali

tindak tutur dan kesopanan mereka. Begitu pula dengan orang yang mungkin

lebih berwibawa dari mereka, mereka memperlihatkan sikap sopan. Masih

cukup banyak para warga Desa Sarean yang masih bisa menggunakan bahasa

jawa yang halus/benar, terutama para warga yang sudah berumur. Bahkan

sebagian masyarakat yang sudah berumur lanjut masih banyak yang bisa

Page 130: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

berbahasa jawa halus. Masyarakat disini akan dengan senang hati jika ada

pendatang baru yang menanyakan tentang lingkungan mereka disini, ditambah

dengan masyarakat disini yang terbuka dan sopan, membuat warga Desa

Sarean cukup mudah untuk bergaul dan menerima hal-hal baru. Bagi para

warga Desa Sarean bersopan santun sudah merupakan bagian dari kehidupan

pergaulan masyarakat kesehariannya.

f. Tanpa Pamrih

Masyarakat disini tumbuh sikap saling tolong menolong yang

cukup terjalin dengan baik, salah satunya mereka menolong dengan tanpa

pamrih atau tidak mengharap imbalan. Ini terlihat sekali jika ada warga Desa

Sarean yang memiliki kerja ataupun lagi ada warga yang meninggal dunia,

mereka akan dengan senang hati membantu acara tersebut agar dapat

meringankan beban dari yang punya kerja ataupun sedang lagi kena musibah.

Mereka tidak mengharap balasan dibayar, semata-mata itu mereka lakukan

untuk saling membantu dan sebagai solidaritas bertetangga. Sikap seperti ini

masih terlihat sekali di kehidupan desa yang sangat menjujung tinggi adat-

istiadat.

g. Gotong Royong

Mungkin inilah yang bisa diungkapkan untuk melihat ciri khas

masyarakat Desa Sarean. Sikap kebersamaan ini sangatlah terlihat sekali

disini. Mereka bekerja sama untuk satu tujuan, yaitu agar untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan dengan mudah. Gotong royong sangat berjalan

Page 131: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

sekali di Desa Sarean hingga sekarang, karena disini mereka menyadari akan

pentingnya solidaritas dan bekerja sama antar masyarakat. Ini terlihat sekali

jika di dalam desa ada program baru dari pemerintah atau sekedar kegiatan

rutinitas. Seperti jika ada acara Sambatan di lingkungan Desa Sarean, yang

dilakukan oleh para Bapak-Bapak ataupun kaum muda untuk membantu atau

melakukan kegiatan dalam pembangunan rumah, pembuatan/pengaspalan

jalan baru maupun untuk membuat aliran selokan di sekitaran pemukiman

warga, Sambatan juga terlihat pada acara ngijing , yakni acara

meletakkan/memasang batu nisan pada saat nyewu, nyewu adalah peringatan

1000 hari kematian seseorang. Semua ini dilakukan dengan sukarela tanpa

mengharap upah ataupun bayaran. Berkat kehidupan seperti inilah bisa

menimbulkan kerukunan dan kerjasama antar warga.

4. Agama dan Kepercayaan Masyarakat Desa Sarean

Hal mendara bagi kehidupan manusia adalah kepercayaan. Sebelum

menetukan tahap-tahpa selanjutnya dalam kelanjutan manusia, semua manusia

sempat mengalami pertanyaan seputar kepercayaan yang ia miliki. Pda dasarnya

konsep ketuhanan kontemporer ada 3 macam yaitu: teisme (adalah konsep yang

meyakini dengan tegas bahwa Tuhan itu ada, aknotisme merupakan paham yang

berpendapat bahwa pengetahuna tentang Tuhan tidak diperoleh oleh manusia,

manusia tidak mampu mengetahui eksistansi Tuhan (agnostik), ateisme yaitu

pandagan yang tidak mengakui adanya tuhan karena alam ada dengan sendirinya

dan bekerja menuru undang-undang dirinya sendiri. Logika positifis selalu

Page 132: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

menggambarkan bahwa agama merupakan fenomena kemasyarakatan, tak

ubahnya denga tradisi,cara berpakaian, dan lain-lain. Keyakina beragama secara

individu, sosio kultural dan religiusitas menurut orang jawa berada di dalam satu

spirit. Tindakan-tindakan keberagamaan merupakan sikap individu dimana

individu tersebut terikat secara ssio kultural sehingga menghasilakn religiusitas

yang sinkretis. Masyarakat jawa menjalani semua itu sebagai bentuk dari sikap

budaya dan gaya hidupnya yang selalu menjaga harmoni. Masyarakat Desa Sarean

mayoritas para warganya adalah asli orang Jawa, masih banyak pula yang

mempercayai hal-hal yang berbau kejawen, dan ada pula yang sudah berfikir

modern/Islam. Bagi sebagian masyarakat yang masih percaya dengan hal yang

berbau Kejawen, banyak yang sering berkunjung atau melakukan ritual di Makam

Ki Ageng Prawoto Sidik. Tidak hanya para warga masyarakat Desa Sarean yang

datang ke makam, tetapi banyak juga pengunjung yang datang dari luar daerah,

bahkan dari luar kota juga masih cukup banyak yang datang untuk berkunjung

maupun sesirih di petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik. Pada malam-malam tertentu

seperti Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon, masih banyak yang berkunjung di

petilasan Makam Ki Ageng Prawoto Sidik untuk melakukan rangkaian kegiatan

yang menjadi ujubnya/permintaannya. Kemudian ada juga yang hanya sekedar

berkumpul pada malam tertentu untuk bersilaturahmi, karena pada malam-malam

tertentu di areal makam masih dan sering ramai dikunjungi oleh para warga.

Warga masyarakat Desa Sarean mayoritas adalah beragama Islam,

tetapi juga ada yang bergama Kristen maupun Katholik. Sebagai buktinya ini

Page 133: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

terlihat sekali masjid yang berada di perkampungan yang digunakan umat Islam

sebagai tempat beribadah mereka, Gereja-gereja juga ditemukan di daerah ini

untuk peribadatan orang Nasrani. Di Desa Sarean terdapat 7 buah Masjid, 8

Surau/Mushola, kemudian juga terdapat Gereja 3 buah. Untuk menjaga

keharmonisan, para warga berusaha untuk saling menghargai maupun saling

membantu jika salah satu membutuhkan uluran tangan. Kegiatan keagamaan disini

yang dilakukan adalah seperti Tahlillan yang dilakukan secara bergantian dari

rumah ke rumah atau disaat ada seseorang warga yang sanak keluarganya ada yang

kesripahan / meninggal dunia. Bagi Ibu-Ibu juga sering melakukan kegiatan

keagamaan yaitu Pengajian di masjid pada hari tertentu.

Kegiatan tradisi yang masih dipercaya atau dilakukan oleh masyarakat

Desa Sarean ialah berupa Selametan, Nyadran. Ini dilakukan karena sebagian

masyarakat disini masih banyak yang menganut kejawen yang kuat, masih

melestarikan budaya jawa yang cukup kuat. Bagi yang sudah berfikir

modern/islam modern, sudah jarang yang melakukan kegiatan seperti ini. Tetapi

keharmonisan di Desa Sarean sangat terjaga walaupun mungkin memiliki

perbedaan pikiran atau kepercayaan. Mereka saling menghormati dan menghargai

satu dengan yang lainnya. Jika saat ada bancaan di Makam Ki Ageng Prawoto

Sidik, masih ada sebagian pula masyarakat yang datang disini untuk sekedar ikut

berdoa dan kemudian masakan dari bancaan itu sendiri akan dibagikan oleh modin

atau juru kunci. Bancaan itu sendiri adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan

unyuk meminta keselamatan atau wujud dari rasa syukur. Biasanya di dalam

Page 134: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

bancaan yang sangat kental atau menjadi utama adalah adanya sega gudangan,

sega gudangan (nasi urap) disini terdiri dari nasi, kemudian terdapat sayuran dan

kacang-kacangan dengan sambal kelapa, kemudian dilengkapi dengan telor. Anak-

anak kecil yang paling suka disini jika ada bancakan di makam Ki Ageng Prawoto

Sidik.

NO AGAMA JUMLAH TEMPAT IBADAH

1 Islam 5240 orang 7 Masjid, 8 Surau

2 Kristen 59 orang 3 Gereja

3 Katolik - -

4 Budha - -

5 Hindu - -

(Sumber Monografi Desa Sarean)

5. Tradisi Masyarakat Desa Sarean

Tradisi Tradisional masyarakat Desa Sarean masih cukup kental sekali

dengan unsur kejawen. Aktifitas tersebut masih ada yang terkait dengan unsur

sosial keagamaan dan peringatan hari-hari besar. Seperti Upacara Penggantian

Kelambu yang diadakan setahun sekali setiap Bulan Ruwah. Tradisi ini diadakan

Page 135: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

pada tanggal kur-kuran, yakni pada tanggal ganjil setiap tanggal 20an, seperti

tanggal 21, 23,25 dan seterusnya.

Tradisi masyarakat disini masih berjalan dengan baik, warga yang

masih berpegang teguh pada budaya jawa masih sering melakukan serangkaian

kegiatan yang berbau jawa seperti nyadran, mitoni, slametan. Semua itu dilakukan

demi menjaga kelestarian budaya jawa agar tetap hidup dan lestari.

Prosesi nyadran diawali dengan setiap keluarga membuat kue apem

dan ketan kolak. Adonan tiga jenis penganan dimasukkan dalam takir, yaitu

tempat makanan terbuat dari daun pisang yang di kanan-kiri ditusuk lidi (biting).

Kue-kue tadi di samping dipakai munjung/ater-ater kepada saudara yang lebih tua,

juga merupakan ubarampe kenduri. Sesudah besik (membersihkan rumput-

rumput), masyarakat sekampung menggelar kenduri yang berlokasi di sepanjang

jalan masuk menuju makam atau lahan kosong di sekitar makam. Secara

etimologis, kata craddha berasal dari bahasa Sansekerta “sraddha” yang artinya

keyakinan, percaya atau kepercayaan. Masyarakat Jawa kuno meyakini bahwa

leluhur yang sudah meninggal, sejatinya masih ada dan mempengaruhi kehidupan

anak cucu atau keturunannya. Oleh karena itu, mereka sangat memperhatikan saat

atau waktu, hari dan tanggal meninggalnya leluhur. Pada waktu-waktu (saat) itu,

mereka yang masih hidup diharuskan membuat sesaji berupa kue, minuman, atau

kesukaan yang meninggal. Selanjutnya, sesaji itu ditaruh di meja, ditata rapi,

diberi bunga setaman, dan diberi penerangan berupa lampu.

Page 136: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Pengaruh agama Islam pula makna nyadran mengalami pergeseran, dari

sekadar berdoa kepada Tuhan, menjadi ritual pelaporan dan wujud penghargaan

kepada bulan Sya‟ban atau Nisfu Sya‟ban. Ini dikaitkan dengan ajaran Islam

bahwa bulan Sya‟ban yang datang menjelang Ramadhan, merupakan bulan

pelaporan atas amal perbuatan manusia. Oleh karena itu, pelaksanaan ziarah juga

dimaksudkan sebagai sarana introspeksi atau perenungan terhadap segala daya dan

upaya yang telah dilakukan selama setahun. Pada perkembangan selanjutnya,

tradisi nyadran mengalami perluasan makna. Bagi mereka yang pulang dari

rantauan, nyadran dikaitkan dengan sedekah, beramal kepada para fakir miskin,

membangun tempat ibadah, memugar cungkup dan pagar makam. Kegiatan

tersebut sebagai wujud balas jasa atas pengorbanan leluhur, yang sudah mendidik,

membiayai ketika anak-anak, hingga menjadi orang yang sukses. Bagi perantau

yang sukses dan kebetulan diberi rezeki berlimpah, pulang nyadran dengan

beramal merupakan manifestasi hormat dan penghargaan kepada leluhur. Bagi

umat Islam sendiri, tradisi nyadran masih menimbulkan perdebatan. Itu karena ada

dua pendapat berbeda, dikaitkan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. Kelompok

pertama atau yang beraliran moderat, beranggapan bahwa ritual nyadran tidak

perlu dilakukan karena bertentangan dengan hadits dan as sunnah. Nyadran sering

digolongkan perbuatan syirik atau menyekutukan Tuhan. Sementara menurut

kelompok kedua yang beraliran kultural, nyadran adalah kegiatan keagamaan yang

sah-sah saja, asal tidak untuk menyembah leluhur atau pekuburan.

Terlepas dari perbedaan pendapat itu, penulis memandang perlu pelestarian

Page 137: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

tradisi nyadran. Selain sebagai wujud pelestarian budaya adhiluhung peninggalan

nenek moyang, terdapat sejumlah kearifan dalam prosesi tradisi nyadran yang

sangat relevan dengn konteks kekinian. Hal ini karena prosesi nyadran tidak hanya

sekedar gotong royong membersihkan makam leluhur, selamatan dengan kenduri,

dan membuat kue apem ketan kolak sebagai unsur utama sesaji. Lebih dari itu,

nyadran menjelma menjadi ajang silaturahmi, wahana perekat sosial, sarana

membangun jati diri bangsa, rasa kebangsaan dan nasionalisme. Ketika

pelaksanaan nyadran, kelompok-kelompok keluarga atau trah tertentu, tidak terasa

terkotak-kotak dalam status sosial, kelas, agama, golongan, partai politik, dan

sebagainya. Perbedaan itu lebur, karena mereka berkumpul menjadi satu, berbaur,

saling mengasihi, saling menyayangi satu sama lain. Seusai nyadran ada warga

yang mengajak saudara di desa ikut merantau dan bekerja di kota-kota besar. Di

sinilah ada hubungan kekerabatan, kebersamaan, kasih sayang di antara warga atau

anggota trah.

Tradisi masyarakat Desa Sarean yang masih dilaksanakan selain

nyadran adalah mitoni. Tradisi upacara ini sudah berlangsung sejak nenek moyang

di Jawa. Upacara ini diadakan pada seorang perempuan Jawa yang masih percaya

dan hamil pertama kalinya. Sedangkan sang suami juga ikut dalam upacara

tersebut. Asal mitoni berasal dari kata “miton” yang berarti tujuh yaitu perempuan

yang hamil selama tujuh bulan, sedangkan “nelon” berarti 3 bulan lamanya dalam

kehamilan. Lalu orang Jawa memberi nama mitonneloni yaitu memperingati

seseorang perempuan yang hamil pertama kali dan waktu tiga bulan dan 7 bulan

Page 138: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

dan menyambut kelahiran. Konon ceritanya orang yang masih percaya kalau tidak

diadakan maka kelahirannya akan terganggu, dan orang Jawa khususnya sesepuh

masih kental dengan hal – hal tersebut. Dari uraian diatas, selanjutnya akan

dijelaskan urutan mitoni:

1. Upacara Siraman

Biasanya pelaksanaan siraman diadakan dikamar mandi atau ditempat khusus

yang dibuat untuk siraman, di halaman belakang atau samping rumah. Siraman

berasal dari kata siram artinya mandi. Pada saat mitoni adalah pemandian untuk

sesuci lahir batin bagi calon ibu/orang tua beserta bayi dalam kandungan. Yang

baku, di tempat siraman ada bak/tempat air yang telah diisi air yang berasal dari

tujuh sumber air yang dicampur dengan bunga sritaman, yang terdiri dari

mawar,melati, kenanga dan kantil. Di depan tempat siraman yang disusun apik,

duduk calon kakek, calon nenek dan ibu-ibu yang akan ikut memandikan.Mereka

semua berpakaian tradisional Jawa, bagus, rapi. Calon ibu dengan berpakaian kain

putih yang praktis, tanpa mengenakan asesoris seperti gelang, kalung, subang dan

sebagainya, datang ke tempat siraman diiringi beberapa ibu. Dia langsung

didudukkan di atas Klasa Bangka kursi yang dialasi dan dihias dengan sebuah

tikar tua, maksudnya orang wajib bekerja sesuai kemampuannya. Selain itu kursi

tadi juga dihiasi dengan dedaunan, misalnya : daun apa-apa, alang-alang, ara-

Page 139: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

ara, dadap srep, awar-awar yang melambangkan keselamatan dan daun kluwih

sebagai perlambang kehidupan yang makmur.

Orang pertama yang mendapat kehormatan untuk memandikan adalah calon

kakek, kemudian calon nenek dan disusul oleh beberapa ibu yang sudah punya

cucu. Sesuai kebiasaan, jumlah yang memandikan adalah tujuh orang. Diambil

perlambang positifnya, yaitu tujuh, bahasa Jawanya pitu, supaya memberi

pitulungan atau pertolongan.

Sesudah selesai dimandikan dengan diguyur air suci, terakhir dikucuri air suci

dari sebuah kendi sampai airnya habis. Kendi yang kosong dibanting ke tanah.

Dilihat bagaimana pecahnya, kalau paruh atau corot kendi tidak pecah berarti itu

anak Lanang. Berarti calon jabang bayi di perut berjenis kelamin laki-laki. Artinya

masyarakat jawa meyakini bahwa bayi yang akan lahir berjenis kelamin laki-laki.

Apabila paruh/corok kendi pecah, calon jabang bayi di perut berjenis kelamin

perempuan atau wadon. Artinya masyarakat jawa meyakini bahwa bayi yang akan

lahir berjenis kelamin perempuan. Perlu diketahui bahwa suasana selama

pelaksanaan siraman adalah sakral tetapi riang.

2. Peluncuran Tropong

Ada kalanya, sesudah selesai pecah kendi, sebuah tropong, alat tenun dari

kayu diluncurkan ke dalam kain tekstil yang mempunyai tujuh warna. Ini sebagai

perlambang sekaligus harapan agar proses kelahiran bayi berlangsung dengan

lancar dan selamat. Peluncuran tropong, pada masa kini sudah jarang sekali

dilakukan.

Page 140: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

3. Siraman Gaya Mataraman

Siraman gaya Mataraman atau Yogyakarta kuno, sekarang boleh dibilang

tidak dilakukan lagi. Pada siraman tersebut yang dimandikan tidak hanya calon

ibu, tetapi jugas calon ayah, secara berbarengan.

4. Pendandanan calon ibu

Di sebuah ruangan yang telah disiapkan untuk upacara pendandanan,

beberapa ibu dengan disaksikan hadirin, mendandani calon ibu dengan beberapa

motif kain batik dan lurik. Ada 6 (enam) motif kain batik, antara lain motif

kesatrian, melambangkan sikap satria; wahyu tumurun, yaitu wahyu yang

menurunkan kehidupan mulia, sidomukti, maksudnya hidup makmur, sidoluhur-

berbudi luhur dan sebagainya.

Satu per satu kain batik itu dikenakan, tetapi tidak ada yang sreg, sesuai. Lalu yang

ketujuh dikenakan kain lurik bermotif lasem. Lurik adalah bahan yang sederhana

tetapi kuat, motif lasem mewujudkan perajutan kasih yang bahagia, tahan lama.

Begitulah perlambang positif dari upacara pendandanan.

Lurik yang dikenakan calon ibu tersebut diikat dengan tali yang terdiri dari benang

dan anyaman daun kelapa. Tali itu dipotong oleh calon ayah dengan menggunakan

sebilah keris yang ujungnya ditutup kunyit. Ini perlambang bahwa semua kesulitan

yang dihadapi keluarga, akan diatasi oleh sang ayah.

Page 141: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Sesudah memotong tali, sang ayah mengambil tiga langkah kebelakang,

membalikkan badan dan lari keluar. Ini melambangkan kelahiran yang lancar dan

selamat, bagi bayi dan ibu.

5. Brojolan

Dua buah kelapa gading diluncurkan kedalam kain lurik yang dipakai

calon ibu. Kedua kelapa tersebut jatuh diatas tumpukan kain batik. Ini juga

menggambarkan kelahiran yang lancar dan selamat. Kedua buah kelapa gading itu

diukir dengan gambar Dewi Ratih dan Dewa Kamajaya, sepasang dewa dewi yang

cantik, bagus rupanya dan baik hatinya. Artinya tokoh, figur yang ayu, baik, luar

dalam, lahir batin. Ini tentu dalam menjalani kehidupan kedua orang tua juga

bersikap demikian, demikian pula anak yang dilahirkan, menjalani kehidupan yang

baik, berbudi pekerti luhur dan mapan lahir batin.

Calon ayah mengambil salah satu kelapa tersebut dan memecahnya dengan

menggunakan golok. Kalau kelapa itu pecah jadi dua berarti Wadon atau

perempuan. Kalau kelapa itu airnya menyembur keluar berarti Lanang atau lelaki.

Anak yang dilahirkan putra atau putri, sama saja, tetap akan diasuh, dibesarkan

oleh orang tuanya dengan penuh kasih dan tanggung jawab. Kelapa yang satunya,

yang masih utuh, diambil, lalu dengan diemban oleh calon nenek, ditaruh di

tempat tidur calon orang tua.

6. Angreman

Page 142: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Angreman dari kata angrem artinya mengerami telur. Calon orang tua

duduk di atas tumpukan kain yang tadi dipakai, seolah mengerami telur,

menunggu waktu sampai bayinya lahir dengan sehat selamat. Mereka mengambil

beberapa macam makanan dari sesaji dan ditaruh di sebuah cobek. Mereka makan

bersama sampai habis. Cobek itu menggambarkan ari-ari bayi.

Kelapa dan tumpukan kain-kain itu berada di atas tempat tidur kedua calon orang

tua. Ini latihan kesabaran bagi keduanya sewaktu menjaga dan merawat bayi.

Di pagi harinya, calon ayah memecah kelapa tersebut. Ini biasanya yang terjadi.

Tetapi kalau di pagi hari ada seorang wanita hamil meminta kelapa tersebut,

menurut adat, kelapa itu harus diberikan. Lalu wanita dan suaminya yang akan

memecah kelapa itu. Hal ini melambangkan bahwa dalam menjalani kehidupan,

orang tidak boleh egois, mementingkan diri sendiri, saling menolong dan welas

asih haruslah diutamakan.

6. Relasi Sosio-Cultural Masyarakat Desa Sarean Terhadap Ritual Pulung

Langse

Tradisi Hinduisme dan Budhiisme yang datang dari India, memiliki

dampak kuat terhadap ritus-ritus dan simbol di berbagai daerah di Indonesia.

Demikian juga tradisi Cina dan budaya Islam sangat kuat dan memberikan

pengaruh luas terhadap tradisi dan upacara adat di Nusantara, khususnya Jawa.

Demikian juga peran para wali, ulama, dan dalam penyebaran agama dan

kebudayaan Islam di Nusantara termasuk Jawa. Hal itu merupakan Diseminansi

unsur-unsur budaya yang datang dari luar dan sekaligus menjadi pusat dialog

Page 143: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

budaya antara budaya luar dan budaya lokal yang dapat menghasilkan

pembentukan dan pengayaan kebudayaan nusantara pada tingkat lokal. Unsur-

unsur budaya dari hasil proses akulturasi, asimilasi dan dialog serta konvergensi

mainstream budaya besar pada jamannya. Pada hakikatnya berhasil sebagai

pondasi budaya lokal yang pada masa mendatang menjadi akar kebudayaan

Indonesia baru. (Djoko Suryo, 2009, hal 105-106).

Lingkungan sosial budaya, yaitu lingkungan antar manusia yang meliputi:

pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya yang berlaku dalam suatu

lingkungan spasial (ruang); yang ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan

pola-pola hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku manusia di dalamnya); dan

oleh tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya. Oleh karena itu,

lingkungan sosial budaya terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi dan

organisasi sosial, termasuk di dalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang

terdapat dalam lingkungan spasial tertentu.

Lingkungan sosial budaya terbentuk mengikuti keberadaan manusia di

muka bumi. Ini berarti bahwa lingkungan sosial budaya sudah ada sejak makhluk

manusia atau homo sapiens ini ada atau diciptakan. Lingkungan sosial budaya

mengalami perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural

manusia terhadap lingkungannya.

Page 144: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Manusia lebih mengandalkan kemampuan adaptasi kulturalnya

dibandingkan dengan kemampuan adaptasi biologis (fisiologis maupun

morfologis) yang dimilikinya seperti organisme lain dalam melakukan interaksi

dengan lingkungan hidup. Karena Lingkungan hidup yang dimaksud tersebut tidak

bisa lepas dari kehidupan manusia, maka yang dimaksud dengan lingkungan hidup

adalah lingkungan hidup manusia.

Kelompok sistim ada 2 yang saling berinteraksi dalam lingkungan sosial

budaya yaitu sosio sistem dan ekosistem. Sistem sosial tersebut meliputi:

teknologi; pola eksploitasi sumber daya; pengetahuan; ideologi; sistem nilai;

organisasi sosial; populasi; kesehatan; dan gizi. Sedangkan ekosistem yang

dimaksud meliputi tanah, air, udara, iklim, tumbuhan, hewan dan populasi

manusia lain. Dan interaksi kedua sistem tersebut melalui proses seleksi dan

adaptasi serta pertukaran aliran enerji, materi, dan informasi.

Kebudayaan dapat diartikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan

akal. Kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia,

yang teratur oleh tata kelakuan yang harus di dapatnya dengan belajar, yang

semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Tidak ada kebudayaan tanpa

masyarakat, dan tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan.

Kebudayaan adalah keseluruhan pola tingkah laku dan pola bertingkah

laku, baik secara eksplisit maupun implisit, yang diperoleh dan diturunkan melalui

Page 145: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

simbol, yang akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas dari kelompok-

kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam benda-benda materi.

Kebudayaan mencakup ruang lingkup yang luas, yang wujudnya dapat berupa

kebudayaan hasil rasa atau sistem budaya (norma, adat istiadat), hasil cipta (fisik)

dan konsep tingkah laku (sistem sosial).

Secara sosio budaya penting untuk dilacak segi-segi yang berkaitan

dengan asal-usul, pertumbuhan, perkembangan, kelangsungan serta perubahan-

perubahan sosio kultural masyarakat Desa Sarean dengan adanya tradisi ritual

pulung langse. Karena unsur-unsur sosial budaya ini sangat penting untuk

mendasar terbentuknya kekhasan dan keunikan sebuah ritual (Ritual Pulung

Langse dalam masyarakat). Latar Geoekosistem pedesaan agraris di Jawa yang

diperkuat dengan latar sosio politik kultural Keraton Jawa telah mendasar.

Terbentuknya modal sosial (sosial capasity) dan nilai dasar kultural (core values)

bagi masyarakat jawa, tidak terkecuali masyarakat Desa Sarean. Tokoh Ki Ageng

Prawoto Sidik yang turut serta menjadi tokoh pengembang kebudayaan Islam pada

prosesnya bertemu dengan kebudayaan jawa asli yang dimiliki oleh masyarakat

Desa Sarean. Hal tersebut sangat mempengaruhi pandangan dunia (world view)

budaya jawa masyarakat Desa Sarean, sistim kekerabatan (kin-ship) sistim

kemasyarakatan kawruh ngelmu, bahasa, seni (arsitek, drama, wayang, musik,

gamela, tembang, tari, batik, keris, kerajinan dan lain lain) serta berbagai bentuk

tradisi upacara, baik upacara adat maupun keagamaan (dalam hal ini tradisi Pulung

Page 146: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Langse yang sangat berpengaruh dalam kegiatan hari hari). (Djoko Suryo, hal 135-

136)

Segi-segi ideasional yang berkaitan dengan konsep, visi dan pandangan

filosofis tentang alam semesta dan manusia tersirat dalam ungkapan masyarakat

Desa Sarean, misalnya memayu hayuning buwana konsep memayu hayuning

buwana ini merupakan visi lokal yang diartikan sebagai upaya untuk memelihara

keselamatan dan kelestarian kehidupan dimuka bumi sebagai suatu akosistem yang

harmonis. Berdasarkan misi tersebut masyarakat Desa Sarean mengadakan ritual

Pulung Langse.

Kebudayaan Jawa, selain memiliki pandangan ideasional juga memiliki

pemikiran fisioner tradisional. Misalnya, pemikiran-pemikiran Ronggowarsito,

Pakubuwono IV. Mangkunegara IV dan lain-lain. Bahkan sebelumnya secara

populer di Jawa pernah muncul ramalan jayabaya yang menggambarkan akan

terjadinya kejadian-kejadian penting di Jawa pada masa yang akan datang. Sejak

lama juga telah muncul jenis-jenis alam pemikiran penujuman, peramalan, atau

paranormal yang lebih berbasisi pada pengetahuan berbau mistis dan magis. Akan

halnya upacara tradisi Pulung Langse termasuk memiliki hal-hal yang memiliki

sifat mistis magis. Hal ini terlihat dalam kep0ercayaan masyarakat desa Sarean dan

sekitarnya yang memuliakan makam dan petilasan ki Ageng Prawoto Sidik serta

melalukan ritual Pulung Langse.

Perluasan Islam di Nusantara abad ke 14 sampai 15 menandai masa

terjadinya pergeseran kehidupan keagamaan dan budaya masyarakat di Nusantara,

Page 147: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

termasuk di Desa Sarean. Masyarakat yang semula meyakini dan memegang

tradisi kebudayaan Hindu-Budha yang bercampur dengan kepercayaan Animisme

Dinamisme bergeser ke arah kebudayaan Islam. Salah satu bukti adalah tokoh Ki

Ageng Prawoto Sidik diceritakan sebagai seorang tokoh yang menyebarkan agama

islam di Desa Sarean.

Masa transisi dari jaman Hindu Budha ke Islam yang diikuti dengan masa

terjadinya Islamiasai di Jawa abad 14 dan 15, ditandai pula dengan kelahiran tokoh

atau tokoh tojoh oranga terkemuka sebagai pemimpin agama, guru agama,

mubalik, ulama,kyai maupun kaum kaum intelektual muslim yang berperan

sebagai pemuka penyebar agama islam di jawa. Yang plaing trekenal adalah

mereka yang disebut sebagai Wali Sanga. Tokoh wali dipandang sebagai orang

suci atau keramat yang berkedudukan tiinggoi di masyarakat. Saalah satu tokoh

penyebar agam Islam yang merupakan murid Sunan kalijaga adalah Ki Ageng

Prawoto Sidik.

Mula-mula KI Ageng Prawito Sidik kungkum di rawapening selama 7

tahun sampai airnya menjadi biru, Karena peristiwa itu dikenal juga sebagai Ki

Ageng Banyubiru. Setelah tapa nya berhasil beliau mendapat perintah dari Sunan

Kalijaga untuk menjadi kawula alit di daerah Lawu, dilanjutkan diminta untuk

menyebarkan agama islam di daerah wonogiri. Jika sudah menemukan 9 buah

sendhnag beliau baru boleh membuka perkampungan. Di Desa Sarean inilah Ki

Ageng Prawwoto Sidik inilah menemukan 9 sendang dan beliau membuka

perkampungan baru dan menyebarkan agama Islam di daerah tersebut.

Page 148: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Kepercayaan sosial budaya masyarakat terhadap petilasan Ki Ageng

Prawoto Sidik yang memuncukan tradisi upacara ritual penggantian Kelambu juga

mengingat tokoh Ki Ageng Prawoto Sidik yang dikenal sebagai guru dari Joko

Tingkir . Kelak Joko Tingkir ini bertahta di Pajang dengan gelar Sultan

Hadiwijaya.

B. Bentuk Ritual Pulung Langse

1. Bentuk Cerita Rakyat dan Upacara Tradisional Pulung Langse

Cerita rakyat adalah cerita lisan sebagai bagian dari folklor dan merupakan

bagian persediaan cerita yang telah mengenal huruf maupun belum. Di dalam

bahasa inggris, cerita rakyat disebut dengan istilah folktale adalah sangat inklusif.

Secara singkat dikatakan bahwa cerita rakyat merupakan jenis cerita yang hidup di

kalangan masyarakat, yang ditularkan dari mulut ke mulut. Cerita Rakyat dapat

dibagi atau dikelompokkan menurut ciri-cirinya menjadi tiga bentuk yaitu Mite,

Legenda, dan Dongeng. Berdasarkan tiga bentuk tersebut, cerita rakyat Ki Ageng

Prawoto Sidik berbentuk legenda karena cerita tersebut mengisahkan tentang

perjalanan hidup Ki Ageng Prawoto Sidik sampai ia menyebarkan agama islam di

daerah yang ia singgahi.

Page 149: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

Upacara tradisional adalah kegiatan sosial yang melibatkan para warga

masyarakat dalam usaha mencapai tujuan keselamatan bersama. Upacara

tradisional ini merupakan bagian yang integral dari kebudayaan masyarakat

pendukungnya, dan kelestarian hidup upacara tradisional tersebut dimungkinkan

oleh fungsinya bagi kehidupan masyarakat pendukungnya, dan dapat mengalami

kepunahan bila tidak memiliki fungsi sama sekali dalam kehidupan masyarakat

pendukungnya. Upacara tradisional penuh dengan simbol-simbol yang berperan

sebagai alat komunikasi antar manusia, kemudian juga menjadi suatu penghubung

antara dunia nyata dengan dunia gaib (Boestami, 1985 : 1). Upacara Tradisional

Pulung Langse ini termasuk ke dalam bentuk folklor karena upacara tersebut

merupakan kebudayaan dalam kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun-

temurun diantara kolektif, secara tradisional dalam versi yang berkembang serta

disertai gerak isyarat yang penuh dengan makna simbolik atau lambang

(Danandjaja, 1997:2). Dalam Cerita Rakyat dan Upacara Tradisional Pulung

Langse adalah suatu bentuk folklor sebagian lisan. Folklor dikatakan sebagian

lisan karena terdapat Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik yang penyampainnya

dilakukan secara lisan. Sedangkan Upacara Tradisonal Pulung Langse dikatakan

folklor bukan lisan karena dalam upacara tersebut disertai dengan serangkaian

perbuatan, yang berbentuk upacara tradisional. Folklor sendiri dibagi dalam tiga

kelompok besar yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor bukan lisan.

Upacara Tradisional merupakan acara ritual yang diadakan setahun sekali

Page 150: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

menjelang memasuki Bulan Ramadhan yang bermaksud untuk menghormati jasa-

jasa Ki Ageng Prawoto sidik selama masih hidup.

a. Sejarah Cerita Rakyat dari Beberapa Sumber

1. Informan 1 (Bapak Widodo, 48 tahun)

itu nama terkahir, 3 saudara, kebo kanigoro, kenanga, amiguru,

kebo kenanga anaknya jadi raja, Joko Tingkir, karena beberapa perjalanan

nama terkahir Ki Ageng Prawoto Sidik/Ki Ageng Banyubiru, dulu pernah

kungkum, dulu namanya Arimuko airnya jadi biru, makanya disebut

banyu biru, menjalani kungkum 7 tahun , lalu jalan atau istilah jawanya

menjadi kawula alit, bermasyarakat, menjadi buruh, among tamu selama

7 tahun, ganti nama kertowijoyo, setelah sampai bulukerto(dekat

sukoharjo), sampai disitu disuruh tapa berdiri di desa kaligayam selama 7

tahun menjadi Syekh Imam perwitosari. Setelah bertapa dia mendapat

petunjuk dari sunan kalijaga untuk dedukuh disini, di tempat sekarang ini,

setlah menenmukan sembilan sendang. Ki ageng di hutan menemukan 7,

kebetulan saat itu anak dari kebo kenanga , mendapat wisik untuk berguru

ke temapat pakdhenya menuntut ilmu kadigdayan, Kanuragan dan

kebatinan. Saat Ki Ageng akan sholat tidak ada air, Jaka Tingkir

mendapat bisikan menangkat batu, menjadi danumulyo, yang kedua

siluwih, setelah ketemu semua sendang, setelah itu Jaka Tingkir kembali

Page 151: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

ke demak, dan menjadi Raja, kemudian dinobatkan oleh sunan kalijaga.

Pulung Langse tidak seperti dahulu karena terkikis jaman, dulu namanya

penutup kain di nisan. Sekarang sudah modern, sekarang di korden, kalau

dulu pakai acara sedekahan, sekarang karena ungkin kurangnya

pendukungan, karena terkikis agama. Sekarang acaranya biasanya.

2. Informan 2 (Saroso, 49 tahun)

Eyang dari rawapening tapa 7 tahun, pindah bulukerto 7 thaun,

pindah dari ketapan kaligayam 7 thaun, kurang dari 7 tahun ratu serang

menyerang, ganti nama Ki Ageng Prawoto Sidik. Jakat tingkir dulu

gethek di gedung dowo, gedhung dowo ada pohon yang keras, makanya

desa resaji, terus sampai serimbitan gethek rendet2 sampai pengkol

sampai ada buaya, ada manten baru mandi disitu. Jaka Tingkir dari

Demak, buaya itu diberi tanah untuk menutupi telinga buaya. Sendang

Danululyo mau sembahyang, mau sholat ga ada air, ada batu dibuka lalu

diberi nanam sendang danumulyo,siluwih, margamulyo, margamulyo

kidul, krapyak, margajati,banyubiru, sendang gupak warak. Ritual Pulung

Langse itu yang mengganti selambu

3. Informan 3 (Ibu Wiji, 38 tahun)

Saya hanya mengetahui sedikit mas, Ceritanya setahu saya dari

Rawapening ketika Eyang kungkum disana sampai akhirnya menjadi

Page 152: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

biru. Ki Ageng sering berganti-ganti nama sampai menjadi Ki Ageng

Prawoto Sidik. Jaka Tingkir pernah berguru kepadanya agar menjadi

orang hebat. Disini juga ditemukan sendang yang ditemukan Ki Ageng

dan Jaka Tingkir.

2. Pelaksanaan Upacara Pulung Langse

Acara tradisi Ritual Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto

Sidik biasanya dilaksanakan sesudah adzan dhuhur. Pada jaman dahulu acara

tradisi ini sangatlah meriah saat dilaksanakan, karena pada waktu itu pengunjung

begitu banyak dan malamnya selalu diadakan pentas wayang semalam suntuk

dengan lakon yang menarik untuk disaksikan. Meskipun sudah tidak seperti

dahulu, sekarang acara tradisi ini tetap dilaksanakan tetapi dengan konsep yang

lebih sederhana. Tidak seperti dahulu yang terlihat mewah. Ritual adat ini

dilaksanakan untuk menghormati Ki Ageng Prawoto Sidik atas segala upaya dan

jasa-jasa selama masa hidupnya dan acara ini diadakan sebagai pertanda akan

memasukinya Bulan Ramadhan.

Acara ini diadakan pada tanggal kur-kuran, yakni dilaksanakan pada

tanggal 20 an setiap Bulan Ruwah. Dilaksanakan pada tanggal ganjil, seperti

tanggal 21, 23, 25. Karena pada tanggal ini merupakan tanggal akan segera

berakhirnya Sasi Ruwah untuk itu dilaksanakan setiap tanggal ganjil. Acara ini

diadakan dari pagi hingga menjelang akan berakhirnya waktu sholat dhuhur. Acara

Page 153: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

ini biasanya akan dimulai dari istri juru kunci memasak masakan untuk sesaji

bersama para tetangga, kemudian diikuti juru kunci yang mempersiapkan kain

penutup makam/kelambu (langse), kemudian membersihkan area komplek

makam. Sehubungan dengan acara Ritual Penggantian Kelambu Petilasan Ki

Ageng Prawoto Sidik/Pulung Langse adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Awal

Persiapan yang dimaksud ialah dari Ibu-Ibu memasak untuk acara

tersebut. Masakan yang digunakan untuk pelaksaan acara ini adalah Nasi

Liwet,Sego Golong/nasi yang dikepal, Ayam Ingkung, Pecel pithik, Pisang

Raja 1 lirang, kedelai goreng. Masyarakat terlihat memiliki jiwa sosial yang

tinggi, ini terbukti sekali ketika tetangga khususnya para ibu-ibu membantu

istri dari juru kunci untuk membantu memasak/rewang di tempat tinggal juru

kunci. Ini dilakukan untuk meningkatkan sikap tolong menolong seperti yang

dilakukan oleh Ki Ageng Prawoto Sidik semasa hidupnya untuk membantu

para masyarakat untuk mengajarkan cara bertani dan hidup secara sederhana.

Ayam Ingkung yang digunakan ayam jago kampung yang sehat dan tidak

cacat. Tujuan Ingkung dihadirkan dalam prosesi adalah sebagai perlambang

atau kiasan bahwa kita sebagai manusia untuk tidak mengikuti (ingkar) apa

yang dilakukan oleh jago. Dalam ajaran jawa dikenal ma lima, yaitu suatu

perbuatan dosa yang tidak boleh dikerjakan, yang jika dikerjakan akan

terjerumus dalam kenistaan. Dosa ma lima itu adalah Mabuk (suka mabuk),

Page 154: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

Main (suka berjudi), Madat (Suka Nyabu), Madon (Suka bermain

perempuan), Maling ( Suka mencuri).

Juru kunci mempersiapkan kain kelambu yang dipergunakan untuk

mengganti kelambu di makam. Warna kain kelambu yang sudah

terpasang/digunakan tahun kemarin adalah berwarna merah muda, sekarang

yang digunakan adalah kain kelambu berwarna putih bersih. Kain kelambu

yang digunakan untuk prosesi merupakan sumbangan/pemberian dari orang-

orang yang sering ziarah/sesirih, atau orang telah sukses berkat sering

melakukan ritual di Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik. Kain tutup

makam/kelambu setelah digunakan kemudian dibersihkan dan disimpan lagi

oleh juru kunci, beda dengan tempat lain yang memiliki acara tradisi yang

sama, disana biasanya setelah dicuci kain penutup makam tersebut akan

dipotong-potong dan dibagikan kepada para warga yang mengikuti untuk

ngalap berkah/ agar selamat hidupnya.

Sebelum dilangsungkan acara di area makam, biasanya juru kunci

dibantu dengan warga sekitar makam membersihkan makam terlebih dahulu.

Karena area makam yag cukup luas, untuk membersihkannya cukup lama. Ini

dimaksudkan untuk menimbulkan sikap gotong royong antar warga.

2. Kondangan di Area Makam

Page 155: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

Acara persiapan selesai, selanjutnya akan diadakan kondhangan di

dalam area makam. Masakan yang digunakan sebagai sesaji/kondhangan

diantara lain adalah sego liwet, pecel pitik, sego golong, ayam ingkung,

jangan menir, pisang ayu, kedelai goreng,cabai, daun pisang untuk tempat

bancaan dan air sendang dari 9 mata air yang dimasukkan ke dalam botol air

mineral. Setelah semua bahan sesaji tersedia dan terkumpul, sesaji itu semua

didoakan oleh modin setempat sesuai ujub atau tujuannya. Masyarakat yang

datang juga ikut mendoakan bersama-sama. Pada waktu kondangan

pengunjung yang datang cukup banyak, diantaranya Bapak modin, warga

setempat, dan juga para peziarah yang datang dari luar kota. Terlihat cukup

khidmat acara tersebut, meski hanya sederhana. Anak-anak kecil yang hadir

cukup banyak, karena anak-anak ini suka jika ada selamatan ataupun bancaan

mereka akan mendapatkan bungkusan nasi yang dibagikan oleh Ibu-Ibu saat

prosesi. Acara ini menumbuhkan kebersamaan diantara warga, meski

sederhana tetapi tetap terlihat penuh makna.

3. Mengganti Kelambu

Sesaji yang digunakan didoakan oleh modin, acara selanjutnya adalah

mengganti kain penutup makam atau kelambu yang telah dipersiapkan oleh

juru kunci untuk diganti. Sebelum memulai untuk mengganti, tidak ada ritual-

ritual khusus ataupun membaca mantra, juru kunci hanya membaca

Page 156: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

doa/meminta ijin kepada Ki Ageng ketika akan memulai mengganti kain

kelambu ataupun memasang kembali kain tersebut. Kain yang menjadi

penutup makam kemarin selanjutnya oleh juru kunci dilepas secara perlahan.

Setelah dilepaskan, kain yang lama kemudian dilipat kembali. kemudian

setelah semua bagian terlepas dari tempatnya, kain kelambu baru yang akan

digunakan dipasangkan oleh juru kunci. Setelah kain kelambu selesai

dipasang atau diganti juru kunci kembali berdoa meminta ijin karena sudah

selesai menggantinya.

4. Penutupan Acara

Prosesi acara selesai selanjutnya dilakukan syukuran/makan bersama

di dalam area komplek, bersama para warga atau peziarah yang datang.

Dengan cara mencampur makanan tersebut menjadi, ditempatkan ke dalam

piring atau menggunakan pincuk dari daun pisang. Acara ini selain sebagai

bentuk rasa hormat warga kepada Ki Ageng Prawoto Sidik, acara syukuran ini

juga sebagai wadah untuk berbagi kepada sesama warga Desa Sarean.

3. Pelaku Dalam Upacara Ritual Penggantian Kelambu

Upacara Ritual Penggantian Kelambu di Petilasan Ki Ageng Prawoto

Sidik merupakan upacara tradisional yang dilaksanakan oleh warga Desa Sarean

Page 157: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

pada setiap tahunnya. Yang ikut terlibat dalam dalam tahap Upacara Ritual

Pengganian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik adalah:

a. Pelaku Persiapan Awal

Acara pertama yang dilakukan pada waktu persiapan ialah pada waktu

memasak sesaji sampai membersihkan makam, yang terlibat adalah:

1. Istri Juru Kunci dibantu oleh tetangga

2. Juru Kunci makam, mempersiapkan kain penutup makam dan

membersihkan makam

3. Tukang bersih-bersih makam bertugas membersihkan makam sebelum

acara syukuran.

b. Pelaku Kondhangan di area makam

Acara syukuran yang dilaksanakan di area makam Ki Ageng Prawoto

Sidik melibatkan diantara lain:

1. Modin sebagai pemimpin doa

2. Juru Kunci

3. Warga Desa Sarean yang datang

4. Peziarah

c. Mengganti Kelambu

Page 158: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Merupakan puncak acara, yaitu juru kunci mengganti penutup makam

yang lama, diganti dengan yang baru.

Jadi dalam acara inti penggantian kelambu (pulung langse) ini secara

ritual hanya dilakukan oleh orang yang dipercaya yakni Juru Kunci.

Acara penggantian kelambu (pulung langse) ini berlangsung secara

khidmad dan sakral bertempat di ruang khusus yang tepatnya berada di

belakang bangsal/pendapa yang dicirikan. Bangunan ini menjadi satu dengan

bangunan pendapa tetatpi memiliki ciri utama yakni adanya undhak-undhakan

ke atas dan berpintu. Pintu akan ditutup dan hanya bisa dibuka oleh juru

kunci. Pengunjung biasanya tidak diperkenankan memasuki area petilasan

utama, kecuali atas ijin juru kunci. Di area ini pengunjung juga dilarang untuk

mengenakan alas kaki, dan dilarang berisik, dan juga dilarang untuk

membunyikan HP / sarana komunikasi yang lain.

Pengunjung (hadirin) yang mengikuti acara ritual penggantian

kelambu/pulung langse petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik ini berkumpul di

pendapa. Jika pendapa penuh pengunjung yang lain, termasuk dalam hal ini

masyarakat umum di sekitar petilasan menyaksikan di sekitaran luar area

makam.

Juru Kunci pada ritual inti ini akan membacakan doa dalam hal ini

sebagai tradisi untuk jawab (secara lisan memohon ijin untuk mengganti

Page 159: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

kelambu makam). Setelah juru kunci selesai melakukan ritual pulung langse

Petilasan Makam Ki Ageng Prawoto Sidik. Juru Kunci meminta kesaksian

dari hadirin bahwa kelambu sudah diganti. Dilanjutkan dengan doa penutup

yang dilakukan secara pribadi oleh Juru Kunci.

d. Pelaku Penutupan Acara

Acara terakhir setelah mengganti kain penutup makam yaitu syukuran

di area makam bersama dengan warga masyarakat yang datang dalam acara

tersebut.

1. Modin sebagai pemimpin doa

2. Juru Kunci

3. Warga Desa Sarean yang datang

4. Peziarah

4. Tradisi yang berkaitan dengan keberadaan Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto

Sidik dan Sendhang Sanga

a. Tradisi Kungkum

Kungkum merupakan tapa yang sangat unik. Banyak para pelaku

spiritual merasakan sensasi yang dahsyat dalam melakukan tapa ini. Tatacara

tapa Kungkum adalah sebagai berikut : 1) Masuk kedalam air dengan tanpa

pakaian selembar-pun dengan posisi bersila (duduk) didalam air dengan

kedalaman air se tinggi leher, 2) Biasanya dilakukan dipertemuan dua buah

Page 160: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

sungai, 3) Menghadap melawan arus air, 4) Memilih tempat yang baik, arus

tidak terlalu deras dan tidak terlalu banyak lumpur didasar sungai, 5)

Lingkungan harus sepi, usahakan tidak ada seorang manusiapun disana, 6)

Dilaksanakan mulai jam 12 malam (terkadang boleh dari jam 10 keatas) dan

dilakukan lebih dari tiga jam (walau ada juga yang memperbolehkan

pengikutnya kungkum hanya 15 menit), 7) Tidak boleh tertidur selama

Kungkum, 8) Tidak boleh banyak bergerak, 9) Sebelum masuk ke sungai

disarankan untuk melakukan ritual pembersihan (mandi dulu), 10) Pada saat

akan masuk air baca mantra ini :

“ Putih-putih mripatku Sayidina Kilir, Ireng-ireng mripatku Sunan Kali Jaga,

Telenging mripatku Kanjeng Nabi Muhammad.”

11) Pada saat masuk air, mata harus tertutup dan tangan disilangkan di dada,

12) Nafas teratur.

Orang Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan

pusat segala kehidupan karena sebelum semuanya terjadi di dunia ini

Tuhanlah yang pertama kali ada. Tuhan tidak hanya menciptakan alam

semesta beserta isinya tetapi juga bertindak sebagai pengatur, karena

segalanya sesuatunya bergerak menurut rencana dan atas ijin serta

kehendaknya. Pusat yang dimaksud dalam pengertian ini adalah sumber yang

dapat memberikan penghidupan, keseimbangan dan kestabilan, yang dapat

juga memberi kehidupan dan penghubung individu dengan dunia atas.

Page 161: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

Pandangan orang jawa yang demikian biasanya disebut Manunggaling

Kawula lan Gusti yaitu pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban moral

manusia adalah mencapai harmoni dengan kekuatan terakhir dan kesatuan

terakhir, yaitu manusia menyerahkan dirinya selaku kawula terhadap

Gustinya. Masyarakat desa Sarean dan masyarakat yang masih percaya

dengan kekuatan dari sendhang sanga biasanya melakukan kungkum, karena

itu merupakan aktivitas yang berhubungan dengan Manunggaling Kawula

Gusti.

Salah satu wujud dan sifat khas masyarakat Jawa khususnya penduduk

Desa Sarean adalah bersikap prihatin dengan mengutamakan lelaku kungkum.

Mengutamakan lelaku kungkum disini bertujuan untuk menuju kepada jalan

makrifat mencapai kesempurnaan hidup. Sikap hidup masyarakat Desa Sarean

yang diwarisi dari leluhurnya terjelma di dalam lelaku kungkum dan usahanya

untuk mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup. Sikap hidup demikian

tampak dan diwujudkan sebagai suatu sikap prihatin. Prihatin berarti bersikap

berfikir dan bertindak dengan penuh kesederhanaan sesuai dengan

kemampuan dan kompetensi masing-masing.

Lelaku kungkum menunjukkan konsep kesederhanaan dalam berfikir

dan berbuat. Intinya sebaiknya manusia tidak memimpikan menggapai

bintang di langit, tetapi hendaknya meraih apa yang mampu diraih saja, yaitu

Page 162: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

belajar ilmu yang bermanfaat dan menjadi bekal hidup dan sarana mencapai

keselamatan.

Suatu laku yang bersifat batiniah dan lahiriah harus dijalani dengan

cara berlatih tanpa batas waktu disertai dengan tindakan nyata. Meskipun

tekun berlatih tetapi kalau dalam kehidupan bermasyarakat tidak diamalkan,

jangan berharap dapat menguasai ilmu tersebut. Laku Kungkum di sendhang

sanga, sampai sekarang masih biasa dilakukan oleh masyarakat Desa Sarean

dan masyarakat yang sering sesirih di makam Ki Ageng Prawoto Sidik. Pada

kenyataannya merupakan bentuk latihan untuk meraih atau mendapatkan ilmu

tentang hidup dan kehidupan. Kungkum di sendhang sanga ini hanya sebatas

latihan yang bersifat lahiriah atau badaniah dan pengalaman ilmunya berada di

dalam hidup dan tata kehidupan sehari-hari. Masyarakat Jawa yang berhasil

mencapai ilmu kungkum akan bisa mempraktekan kungkum tersebut di dalam

kehidupan sehari-hari. Yaitu menerapkan Kungkumnya hati. Contohnya orang

yang memiliki pekerjaan akan bekerja secara sungguh-sungguh. Sama dengan

kungkumnya perasaan dan badaniahnya dalam pekerjaan tersebut. Dengan

laku kungkum seperti itu pasti hasil karyanya akan betul-betul baik, dan

menarik bagi siapa saja. Kungkum itu tentu saja bisa diterapkan pada setiap

bagian dari kehidupan. Maksud dengan laku kungkum yang berarti betul-betul

dilakukan lewat rasa, pikir dan tindakan, nantinya akan menghasilkan karya

yang baik untuk sesama dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain.

Page 163: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Tradisi kungkum di sendhang sanga biasanya dilaksanakan/paling

ramai dikunjungi pada malam selasa kliwon dan jumat kliwon serta pada

tanggal 15 penanggalan jawa. Mereka yang melakukan Kungkum tersebut

sekitar kurang lebih 3 jam yang dilaksanakan pada pukul 24.00 WIB. Para

pelaku kungkum adalah para kaum adam, dengan hanya memakai celana

dalam, para pelaku kungkum ini masuk le dalam sendhang untuk

melaksanakan Kungkum, mereka berdoa untuk memanjatkan doa kepada

Tuhan yang dipimpin Juru Kunci Makam Ki Ageng Prawoto Sidik yang

bernama Bapak Widodo dengan membakar dupa beserta uborampe bunga

telon, bunga telon terdiri dari macam bunga yaitu kenanga, mawar, melati

atau kantil. Bunga merupakan suatu taman yang dapat mengeluarkan

wewangian yang benar-benar muncul sendirinya memiliki wewangian. Begitu

pula manusia dilambangkan dengan bunga tiga rupa. Bunga tiga rupa

melambangkan hati, jantung dan otak manusia. Jika hati, jantung dan otak

manusia dapat bekerja dengan baik maka hasil karya ciptanya seharum bunga

yang diwakilkan dengan bunga telon. Tujuan melakukan Kungkum adalah

memanjatkan permohonan doa kepada Tuhan agar apa yang semua

diharapkan dapat tercapai. Jika sudah melaksanakan kungkum namun belum

tercapai juga keinginannya, maka pelaku kungkum tersebut akan menjalankan

kungkum kembali sampai doa yang dimohonkan terkabul.

Page 164: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

Tradisi kungkum masih dilestarikan oleh warga Desa Sarean dan para

peziarah yang berasal dari luar daerah. Para peziarah melakukan tradisi

kungkum karena laku kungkum masih dipercayai sebagai cara untuk

memanjatkan doa dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang

nilai keberhasilannya sangat besar dan juga merupakan upaya pelestarian

tradisi para leluhur mereka.

b. Tradisi Nyadran

Prosesi nyadran diawali dengan setiap keluarga membuat kue apem

dan ketan kolak. Adonan tiga jenis penganan dimasukkan dalam takir, yaitu

tempat makanan terbuat dari daun pisang yang di kanan-kiri ditusuk lidi

(biting). Kue-kue tadi di samping dipakai munjung/ater-ater kepada saudara

yang lebih tua, juga merupakan ubarampe kenduri. Seusai bersih makam

(besik), masyarakat sekampung menggelar kenduri yang berlokasi di

sepanjang jalan masuk menuju makam atau lahan kosong di sekitar makam.

Secara etimologis, kata craddha berasal dari bahasa Sansekerta “sraddha”

yang artinya keyakinan, percaya atau kepercayaan. Masyarakat Jawa kuno

meyakini bahwa leluhur yang sudah meninggal, sejatinya masih ada dan

mempengaruhi kehidupan anak cucu atau keturunannya. Oleh karena itu,

mereka sangat memperhatikan saat atau waktu, hari dan tanggal meninggalnya

Page 165: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

leluhur. Pada waktu-waktu (saat) itu, mereka yang masih hidup diharuskan

membuat sesaji berupa kue, minuman, atau kesukaan yang meninggal.

Selanjutnya, sesaji itu ditaruh di meja, ditata rapi, diberi bunga setaman, dan

diberi penerangan berupa lampu.

Pengaruh agama Islam pula makna nyadran mengalami pergeseran, dari

sekadar berdoa kepada Tuhan, menjadi ritual pelaporan dan wujud

penghargaan kepada bulan Sya‟ban atau Nisfu Sya‟ban. Ini dikaitkan dengan

ajaran Islam bahwa bulan Sya‟ban yang datang menjelang Ramadhan,

merupakan bulan pelaporan atas amal perbuatan manusia. Oleh karena itu,

pelaksanaan ziarah juga dimaksudkan sebagai sarana introspeksi atau

perenungan terhadap segala daya dan upaya yang telah dilakukan selama

setahun. Pada perkembangan selanjutnya, tradisi nyadran mengalami

perluasan makna. Bagi mereka yang pulang dari rantauan, nyadran dikaitkan

dengan sedekah, beramal kepada para fakir miskin, membangun tempat

ibadah, memugar cungkup dan pagar makam. Kegiatan tersebut sebagai

wujud balas jasa atas pengorbanan leluhur, yang sudah mendidik, membiayai

ketika anak-anak, hingga menjadi orang yang sukses. Bagi perantau yang

sukses dan kebetulan diberi rezeki berlimpah, pulang nyadran dengan beramal

merupakan manifestasi hormat dan penghargaan kepada leluhur. Bagi umat

Islam sendiri, tradisi nyadran masih menimbulkan perdebatan. Itu karena ada

dua pendapat berbeda, dikaitkan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.

Kelompok pertama atau yang beraliran moderat, beranggapan bahwa ritual

Page 166: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

nyadran tidak perlu dilakukan karena bertentangan dengan hadits dan as

sunnah. Nyadran sering digolongkan perbuatan syirik atau menyekutukan

Tuhan. Sementara menurut kelompok kedua yang beraliran kultural, nyadran

adalah kegiatan keagamaan yang sah-sah saja, asal tidak untuk menyembah

leluhur atau pekuburan.

Terlepas dari perbedaan pendapat itu, penulis memandang perlu

pelestarian tradisi nyadran. Selain sebagai wujud pelestarian budaya

adhiluhung peninggalan nenek moyang, terdapat sejumlah kearifan dalam

prosesi tradisi nyadran yang sangat relevan dengn konteks kekinian. Hal ini

karena prosesi nyadran tidak hanya sekedar gotong royong membersihkan

makam leluhur, selamatan dengan kenduri, dan membuat kue apem ketan

kolak sebagai unsur utama sesaji. Lebih dari itu, nyadran menjelma menjadi

ajang silaturahmi, wahana perekat sosial, sarana membangun jati diri bangsa,

rasa kebangsaan dan nasionalisme. Ketika pelaksanaan nyadran, kelompok-

kelompok keluarga atau trah tertentu, tidak terasa terkotak-kotak dalam status

sosial, kelas, agama, golongan, partai politik, dan sebagainya. Perbedaan itu

lebur, karena mereka berkumpul menjadi satu, berbaur, saling mengasihi,

saling menyayangi satu sama lain. Seusai nyadran ada warga yang mengajak

saudara di desa ikut merantau dan bekerja di kota-kota besar. Di sinilah ada

hubungan kekerabatan, kebersamaan, kasih sayang di antara warga atau

anggota trah.

c. Tradisi Padusan

Page 167: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

Rangkaian berbagai adat istiadat yang dijalani orang Jawa punya

tujuan, yaitu mempersiapkan diri agar bisa memasuki dan menjalani semua

kewajiban di Bulan Puasa yang peuh berkah itu dengan baik. Rangkaian

tradisi itu dimulai dari padusan. Bila dilihat dari aturan agama Islam,

rangkaian tradisi seperti itu sepertinya tidak Islami, karena dalam ajaran

agama Islam tidak ada mengenali tradisi padusan. Tetapi pengertian sebagian

masyarakat jawa meskipun bukan ajaran agama islam, tradisi tersebut

merupakan “kearifan lokal” yang mengandung bermacam-macam tafsiran

yang mendorong agar pribadi manusia menjadi lebih baik.

Padusan berasal dari kata pa+adus+an, pa berarti tempat, adus berarti

mandi, an berarti akhiran. Padusan diartikan sebagai sarana menyucikan diri

atau badan secara lahir batin untuk menyambut datangnya Bulan Puasa.

Lokasi Padusan dilaksanakan oleh laki-laki dan perempuan. Caranya dengan

membersihkan seluruh anggota badan. Biasanya dilakukan sehari sebelum

dilaksanakannya ibadah Puasa. Lokasi dilakukan padusan bisanya di tempat

yang khusus atau yag ramai dikunjungi pengunjung, seperti sendhhang,

sungai, belik, umbul atau sumber mata air lainnya. Di Kecamatan Weru,

khususnya Desa Sarean terdapat 9 sendhang yang merupakan peninggalan Ki

Ageng Prawoto Sidik. Pada waktu menjelang akan dilaksanakan ibadah

Puasa, sendhang sanga ramai sekali dikunjungi oleh para warga maupun para

peziarah yang berbondong-bondong dari luar daerah yang ingi melakukan

padusan di sendang. Bagi masyarakat jawa yang masih mengikuti tradisi

Page 168: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

padusan akan lebih memberi berkah apabila dilakukan di sendang, belik,

sungai, atau sumber air alami lainya yang berhubungan dengan tempat untuk

bertapa pada jaman dahulu serta mempunyai nilai mistik yang tinggi dan

keramat. Dengan melakukan Padusan diharapkan secara lahir dan batin bisa

bersih dari kotoran, maka akan mudah untuk menjalani semua kewajiban pada

Bulan Puasa.

Masyarakat Jawa yang menjalani ajaran agama Islam, masih sebatas

Islam Abanga memang banyak masalah yang menarik perhatian ketika

dipadukan dengan tradisi yang masih hidup. Seperti tradisi Padusan yang

berupa mandi keramas, bagi orang Jawa diartikan sebagai laku menyiapkan

fisik dan batin ketika memasuki bulan puasa hatinya sudah bersih dan suci.

Bulan Puasa adalah bulan yang mengandung banyak harapan, laku

batin seperti itu, sampai sekarang masih banyak masyarakat Jawa memilih

melakukan tradisi Padusan di telaga atau sumber air yang dipercaya

mengandung sejarah seperti sendang sanga, Desa Sarean, Kecamatan weru,

Kabupaten Sukoharjo.

Kegiatan padusan yang diadakan warga Desa Sarean merupakan

bentuk kesiapan mereka untuk menyambut datangnya Bulan Puasa. Mereka

mandi di telaga sehari sebelum puasa. Tradisi ini dilakukan sudah turun-

temurun dan masih sering dilakukan. Karena bisa memupuk tali silaturahmi

antara para warga, mereka bisa saling berinteraksi dan berkumpul bersama.

Page 169: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

B. Makna Simbolik

Di dalam suatu upacara tradisional maupun ritual tradisional terdapat

suatu macam bentuk lambang, dan lambang tersebut memiliki makna tertentu.

Dengan melalui lambang tersebut terdapat berbagai macam pesan yang terselubung

yang akan memberikan banyak sekali petunjuk tentang apa yang boleh dan tidak

boleh dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, sering dijumpai

baik disengaja atau tidak, masyarakat sering melanggar aturan yang seharusnya

dipatuhi. Oleh karena itu, melalui lambang disampaikan pesan agar masyarakat selalu

ingat apa yang sebaliknya dilakukan dan tidak dilakukan.

Ritaul Penggantian Klemabu secara simbolik dapat dimaknai sebagai

berikut: Kelambu (Langse) merupakan atribut penting bagi sah nya seseorang yang

dikeramatkan. Oleh karena itu langse atau kelambu menjadi atribut pokok pada

semua petilasan orang-orang yang dikeramtkan di masing-masing daerah di pulau

jawa. Adapun ritual penggantian kelambu yang dilaksanakan satu tahun sekali pada

bulan ruwah memiliki nilai simbolis juga. Ruwah dalam bahasa jawa disejajarlan

dengan kata arwah atau ruh orang yang telah meninggal. Biasanya pada bulan ruwah

selalu diadakan ritual-ritual khusus. Selain untuk menyambut bula ramadhan juga

untuk mengingat kembali dan mendoakan terhadap ruh-ruh para leluhur yang telah

meninggal. Sesuai dengan adat kebiasaan masyarakat jawa tersebut, masyarakat desa

saeran juga melaksanakan tradisi Pulung Langse ini pada bulan ruwah.

Page 170: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

Ritual Penggantian Kelambu Ki Ageng Prawoto Sidik di dalamnya

sendiri terdapat lambang-lambang yang berwujud dalam bentuk sesaji. Selain

memiliki pesan tentang baik dan buruk, sesaji juga digunakan sebagai sarana

komunikasi kepada mahkluk-mahkluk gaib untuk menghormati keberadaan mereka.

Sesaji disini diantara lain adalah:

1. Jangan Menir (sayur bening)

Sesaji yang digunakan dalam ritual, jangan menir memiliki maksud agar

hidup masyarakat menjadi tentram dan ayem.

2. Pecel Pitik (srundeng dan suwiran ayam)

Perlengkapan sesaji acara selanjutnya adalah pecel pitik yang terdiri dari

srundeng dan suwiran ayam merupakan makanan kesukaan Ki Ageng Prawoto

Sidik semasa hidupnya.

3. Pisang Raja

Pisang Raja setangkep sebagai lambang bahwa sebagai manusia harus

bersatu, manunggal antara pekerjaan dengan penyuwunan. Pisang Raja juga bisa

bermakna agar pemimpin didukung oleh seluruh rakyatnya. Masyarakat akan

hidup tenteram dan bahagia jika antara pemimpin dan rakyatnya saling

mendukung dan melengkapi. Pemimpin tidak semena-mena pada rakyatnya tetapi

mengayomi rakyatnya, sehingga kehidupan akan tentram, makmur, dan bahagia.

Page 171: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

4. Nasi Liwet

Beras yang dimasak dengan santan dan kaldu ayam, sehingga nasi liwet

mempunyai aroma yang khas dan rasanya gurih. Nasi liwet biasa dihidangkan

bersama sayur papaya atau jipang yang dimasak pedas, kemudian ditambahkan

aneka lauk seperti : telur rebus, daging ayam yang di suwir, Kumut ( dari bahan

santan yang dikentalkan ), hati/ampela ayam yang direbus, tahu tempe bacem.

Nasi liwet berarti kebeningan atau kejernihan jiwa itu diharapkan dapat mengental

di hati.

5. Nasi Golong

Sego atau nasi golong. sego golong merupakan doa agar rejekinya

„golong-golong’ artinya banyak berlimpah ruah. Nasi golong dimaknai juga

sebagai tekad golong gilik (sungguh-sungguh) dalam memanjatkan doa di ritual.

6. Ayam Ingkung.

Ayam ingkung dalam Ritual Penggantian Kelambu dimaksudkan yaitu

ayam jago (jantan) yang dimasak utuh (ingkung), adalah symbol menyembah

Tuhan dengan khusuk (manekung) dengan hati yang tenang (wening).

menyembelih ayam jago juga mempunyai makna menghindari sifat-sifat buruk

yang dilambangkan oleh ayam jago, antara lain: sombong, congkak, kalau

berbicara selalu menyela dan merasa tahu/menang/benar sendiri (berkokok).

Page 172: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

Manusia hanya bisa berusaha kemudian juga berdoa dan hanya bisa berpasrah diri

kepada Tuhan, untuk itu digunakan Ayam Ingkung sebagai lambang.

7. Kedelai Goreng

Kedelai goreng disini bermaksud untuk menghindarkan diri dari masalah-

masalah yang datang berganti menghinggapi masyarakat.

8. Cabai Merah

Pada saat dilaksanakan ritual, disini juga menggunakan cabai merah.

Cabai merah disini memiliki makna atau symbol dilah/api yang memberikan

penerangan/tauladan yang bermanfaat bagi orang lain. Diibaratkan Ki Ageng

Prawoto Sidik yang selalu mengajarkan budi pekerti yang baik dan menyebarkan

Agama Islam.

9. Daun Pisang

Daun pisang digunakan untuk membuat pincuk, semacam tempat

makanan yang dilipat. Memiliki makna sederhana dalam hidup dan berhati-hati

dalam hidup.

Selain sesaji di atas, di dalam situs makam Ki Ageng Prawoto Sidik juga

terdapat 9 mata air, yang berasal dari 9 Sendang. Dduga di angka 9 dipilih atas

anggapan bahwa angka tersebut memiliki nilai keramat menurut pandangan tradisi

jawa, Hal ini seperti terlihat pada jumlah wali (Penyebar agama islam di jawa ada

Page 173: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

9 orang) kedudkan dan fungsi wali sebagai pemimpin agama dan penasehat

pemerintahan sangat penting bagi masyarakat jawa. Atas kedudukan dan fungsinya

yang sangat tinggi itu para tokoh wali itu mendapat gelar Sunan di depan

namanya. Sunan berasal dari kata susuhuna, dijinjung tinggi, dan dihormati.

Penghormatan terhadap wali sanga ini juga berimbas terhadap murid-murid para

wali tersebut. Ki Ageng Prawoto Sidik termasuk murid dari Sunan Kalijaga

sehingga tidak mengheranakn jika petilasannya di keramatkan masyarakat dan

memunculkan tradidi pulung langse tersebut.

Sendang yang berada di sekitaran komplek Makam Ki Ageng Prawoto

Sidik dipercaya oleh masyarakat memberikan manfaat dan kegunaan, hingga saat

ini sendang-sendang masih dikunjungi para peziarah untuk melakukan ritual,

sendang ini juga digunakan para warga untuk dimanfaatkan sumber mata airnya.

1. Sendang Danumulya

Terletak di Dukuh Serut Desa Jatingarang kurang lebih 1 km arah timur

dari makam Ki Ageng Banyubiru. Konon Sendang tersebut tercipta ketika Jaka

Tingkir hendak berwudhu untuk menunaikan ibadah Shalat Ashar, disitu tidak ada

mata air. Karena berada di tengah sawah dan waktu Ashar hampir habis, Jaka

Tingkir menjadi bingung kemana harus mengambil air wudhu. Ki Ageng Prawoto

Sidik berkata „Congkel batu itu‟ katanya sambil menunjuk sebongkah batu di

dekatnya. Jaka Tingkirpun menuruti perintah Guru, setelah batu dicongkel dari

dalam bekas bongkahan batu itu mengalir mata air yang cukup deras dan

dinamakan Danumulya. Sampai sekarang air sendang Danumulya banyak

Page 174: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

dimanfaatkan oleh peziarah yang menginginkan derajat atau kedudukan, karena

mata airnya mengandung aura derajat.

2. Sendang Sepanjang Mas

Masyarakat setempat menyebutnya Sendang Supanjang. Nama Sepanjang

adalah pemberian dari Sri Susuhunan Paku Buwono X yang konon sedang

mesanggrah di Margojati. Air mengalir sepanjang hari tiada henti, diambil pulih

begitu seterusnya. Disekitar sendang yang sekarang berlokasi di Dukuh Sarean

Desa Jatingarang tersebut ditemukan benda menyerupai piring, piring tersebut dari

emas atau Sri Susuhunan Pakubuwono X menyebutnya Ajang Mas (Ajang

sebenarnya adalah piring yang terbuat dari logam sejenis seng atau alumunium)

karena emas merupakan logam murni, maka PB X menamainya Ajang Mas. Air

Sendang Sepanjang banyak dimanfaatkan oleh peziarah yang bermata pencaharian

berdagang dan seniman/seniwati. Konon air Sepanjang sangat bertuah membantu

mengalirkan rejeki bagi pedagang dan pekerja seni.

3. Sendang Krapyak

Krapyak berarti kandang kijang yang berpagar. Krapyak adalah tempat

peristirahatan bagi Raja atau Bangsawan Kraton yang sedang berburu, atau nama

Krapyak identik dengan grogol/pagrogolan. Kenapa disebut dengan Sendang

Krapyak kisahnya tidak begitu jelas, konon sendang yang berada di Dukuh

Margomulyo Kidul ini berbentuk menyerupai kelamin perempuan, sampai

sekarang bentuknya masih asli. Disini pada waktu Ki Ageng Banyubiru sedang

Page 175: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

membangun/bebadra perkampungan, sering digunakan untuk tempat

pertemuannya dengan Syekh Siti Jenar.

4. Sendang Margamulya

Letaknya di Dukuh Margamulya Kidul. Air sendang diyakini dapat

menunjukkan jalan kemuliaan. Konon Ki Ageng Banyubiru memberi nama

Margamulya, karena masyarakat sekitar sendang adalah petani dan pengrawit

(Niyaga). Kehidupan petani dan pengrawit pada waktu itu sangat tidak

menjanjikan, tetapi berkat wejangan dan arahan Ki Ageng, masyarakat hidupnya

tidak kekurangan. Air sendang Margamulya sangat cocok untuk petani dan pekerja

seni (yaga dan pesindhen maupun dalang). Cara menggunakannya untuk mandi

atau diminum. Tentu saja harus disertai doa memohon kepada Tuhan Yang Maha

Esa dan berikhtiar/berusaha serta bekerja keras.

5. Sendang Margajati

Air sendang yang terletak di Dukuh Margajati ini diyakini masyarakat

dapat memberi sugesti kepercayaan diri. Ketentraman batin sangat cocok bagi

mereka yang dirundung perkara atau dililit masalah. Dengan mandi dan

mengkonsumsi air sendang Margajati, perkara yang melilit akan mencair. Insya

Allah Tuhan akan memberi jalan keluar dan keteguhan hati.

6. Sendang Gupak Warak

Sendang ini lebih dikenal sebagai Sendang panguripan. Para petani sering

mengambil air Sendang Gupak Warak untuk kehidupan tanaman di sawah tentu

Page 176: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

saja hanya sedikit sebagai persyaratan saja. Dinamakan Sendang Panguripan

konon ada seekor kijang yang mati dipanah oleh seorang pemburu. Oleh si

pemburu kijang tadi dibersihkan dengan air sendang caranya diceburkan ke dalam

sendang, keajaiban muncul dan kijang yang sudah mati itu hidup lagi kemudian

lari meninggalkan pemburunya. Sendang Gupak Warak ini sering didatangi

peziarah yang profesinya sebagai pengusaha yang hampir jatuh bangkrut. Dengan

memohon kepada Allah dan disertai mandi air Sendang Gupak Warak. Insya Allah

ada jalan keluar untuk bangkit lagi.

7. Sendang Bendasari

Bendha adalah nama sebuah pohon yang konon tumbuh subur di sekitar

sendang. Kisah sendang Bendasari tidak banyak dikenal, tetapi air sendang yang

berada di Dukuh Margamulya Lor ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar

untuk kepentingan sehari-hari seperti air minum, mandi dan mencuci.

8. Sendang Banyubiru

Sendang ini sudah tertutup karena diatasnya untuk bangunan masjid,

namun airnya masih mengalir dan dimanfaatkan untuk air wudhu. Dulu sebelum

warga memiliki sumur sendiri. Air Sendang Banyubirulah yang menjadi andalan

bagi warga, karena air sendang Banyubiru tidak akan pernah habis. Bagi peziarah

yang ingin mengambil air untuk lengkapnya sendang sanga, dapat mengambil air

di sumur dekat masjid Banyubiru.

9. Sendang Siluwih

Page 177: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

Sendang Siluwih merupakan sendang untuk kesaktian atau untuk

kekuatan. Konon sendang ini tercipta karena Jaka Tingkir mencongkel sebongkah

batu dan memancarkan mata air dia langsung minum tadi dan akhirnya

kekuatannya pulih kembali. Sendang Siluwih terletak di Dukuh Sarean dan bagi

peziarah lebih dianjurkan untuk bersuci air sendang (Boleh salah satu atau semua)

sebelum berziarah ke makam Ki Ageng Prawoto Sidik sedangkan untuk

kepentingan yang lain seperti murwokala, penolak bala, penolak sial, mensucikan

diri dari sukerto dan sengkala serta terkena ila-ila, mengambil air dari sembilan

sendang yang ada akan sangat lebih afdol. Karena menurut bagi orang-orang yang

percaya dan pernah mendapatkan hasilnya mereka terhindar dari malapetaka.

Tentu saja selain menggunakan air sendang juga berdoa mohon keslamatan kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

C. Nilai Guna Ritual Penggantian Kelambu

1. Fungsi Cerita Rakyat

Pada dasarnya cerita rakyat mampu mempengaruhi masyarakatnya

terhadap pembentukan nilai-nilai yang berupa sikap dan perilaku.

Cerita Rakyat merupakan salah satu bentuk cerita yang hidup dalam

masyarakat, sehingga memiliki fungsi tertentu bagi masyarakat pendukungnya.

Page 178: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

Adapun fungsi Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik adalah sebagai berikut:

a. Sistem Proyeksi

Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik mencerminkan gambaran akan

pentingnya sebuah tanggung jawab yang ditampilkan dalam cerita melalui

tokoh. Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik menggambarkan tentang

tanggung jawab seorang Ki Ageng Prawoto Sidik terhadap Sang guru Sunan

Kalijaga. Ki Ageng Prawoto Sidik semasa hidupnya sangat patuh dan taat

kepada Sunan Kalijaga, ini terbukti ketika Sunan Kalijaga memerintahkan Ki

Ageng Prawoto Sidik untuk mengembara dan menyebarkan Agama Islam di

tempat yang ia singgahi. Ketika itu Ki Ageng Prawoto Sidik diperintahkan

Sunan Kalijaga untuk menjadi kawula alit, yakni menjadi rakyat biasa yang

kehidupannya menjadi seorang buruh tani dan buruh lepas. Tepatnya ketika

Ki Ageng Prawoto Sidik berada di Lawu untuk membantu para petani di

daerah itu untuk memperbaiki taraf hidupnya, keadaan saat itu masih sangat

sulit di daerah itu, karena penghasilan para petani saat itu tergolong sangat

minim sekali jauh dari kata sejahtera. Disamping untuk membantu para petani

memperbaiki taraf hidupnya, Ki Ageng Prawoto sidik juga diberikan tanggung

jawab oleh Sunan Kalijaga untuk menyebarkan Agama Islam di daerah itu.

Karena mayoritas masyarakat disana masih beragama Hindu. Disana Ki

Ageng mendapat tanggapan yang cukup baik dari masyarakat setempat,

sehingga misi dari Ki Ageng Prawoto Sidik berhasil. Disamping itu juga Ki

Ageng Prawoto Sidik diberikan amanat untuk mendidik sekaligus menjadi

Page 179: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

guru dari Jaka Tingkir, yang saat itu sedang mendapatkan masalah di Kerajaan

Demak. Atas amanat itu, Ki Ageng Prawoto Sidik melaksanakan tanggung

jawabnya itu dengan sebaik-baiknya. Di Watu Kelir Jaka Tingkir menimba

ilmu kanuragan, kadigdayan dan ketatanegaraan dari Ki Ageng Prawoto Sidik,

sampai pada Jaka Tingkir mampu menemukan sendang sanga yang berada di

daerah itu. Setelah merasa cukup dan Jaka Tingkir sudah menguasai ilmu dari

gurunya, Jaka Tingkir kembali ke Demak.

Dari kejadian tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa Ki

Ageng Prawoto Sidik mengemban tanggung jawab yang besar dari Sunan

Kalijaga. Tanggung jawab merupakan sebuah amanah yang harus dilakukan

dan disampaikan. Karena diberikan sebuah tanggung jawab itu merupakan

sebuah wujud kepercayaan.

b. Alat Pengesahan Pranata dan Lembaga Kebudayaan

Cerita Rakyat berfungsi mengontrol kelangsungan budaya suatu

masyarakat dalam cerita ini, yaitu cerita rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik di

Kecamatan Weru Sukoharjo. Setiap tahun selalu dilakukan ritual mengganti

kelambu di makam Ki Ageng Prawoto Sidik, yang memiliki tujuan untuk

menghormati Ki Ageng Prawoto Sidik semasa hidupnya, begitu pula memiliki

maksud sebagai pertanda akan memasuki Bulan Ramadhan. Meskipun

sebetulnya masyarakat Desa Sarean pada umumnya dalam kehidupan

agamanya bisa dikatakan cukup kuat, namun demikian mereka bisa

membedakan antara tradisi, budaya, dan agama. Mereka memandang tradisi

Page 180: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

adalah suatu ritual sebagai warisan budaya turun temurun yang bisa diingat

oleh anak cucu. Namun tidak sampai membuat mereka melupakan bahwa

kekuasaan dan kekuatan tertinggi ada di tangan Allah SWT (Tuhan Yang

Maha Esa).

c. Alat Pendidikan

Di dalam Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik mengandung nilai-

nilai pendidikan bagi anak, antara lain:

1. Pentingnya Sikap Tanggung Jawab

Sikap tanggung jawab memang sangatlah penting bagi setiap

pribadi yang ingin menjadi orang yang bijak. Karena tanpa tanggung

jawab, semua kewajiban dan amanat yang telah diberikan kepada setiap

pribadi tak akan bisa terlaksana. Hendaknya kita memiliki tanggung

jawab sedini mungkin, agar kita bisa dipercaya orang lain untuk

mengemban suatu tugas ataupun suatu amanat yang penting. Sikap ini

jika sudah melekat di dalam diri pribadi akan menumbuhkan kebiasaan.

Jika sudah dibiasakan dari kecil oleh Orang Tuanya akan lebih mudah

tanggung jawab itu muncul dan diasah. Anak yang dari kecil sudah

terbiasa bertanggung jawab, baik dalam bersikap maupun ketika

berbicara, maka kebiasaan tersebut akan terbawa sampai ia dewasa. Anak

yang mampu bertanggung jawab maka besar kemungkinan akan mampu

hidup mandiri, bahagia, percaya diri, dan dapat dipercaya.

Page 181: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

Sifat ini yang diperlihatkan oleh Ki Ageng Prawoto Sidik dalam

cerita ini, Ki Ageng sangat bertanggung jawab dengan amanat dan tugas

yang diberikan oleh Sunan Kalijaga kepadanya. Ki Ageng melaksanakan

semua itu tanpa pamrih, semata-mata karena sudah menjadi kewajibannya

dan taat kepada Sang Guru Sunan Kalijaga. Tanggung jawab ini Ki

Ageng perlihatkan pada waktu diberikan amanat untuk menyebarkan

agama Islam dan menjadi guru dari Jaka Tingkir.

2. Pentingnya Pengorbanan

Rela berkorban adalah dimana individu mau berusaha maupun

membantu dengan ikhlas kepada sanak saudara atau tetangga yang

membutuhkan. Sikap seperti inilah yang akan menumbuhkan generasi

muda akan pentingnya saling membantu antar sesama yang membutuhkan

uluran tangan kita. Sebagai generasi muda yang tangguh, kita harus

memiliki semua itu demi tatanan kehidupan yang lebih baik lagi. Di

dalam Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik juga mengisahkan

kehidupan Ki Ageng yang patut kita teladani dan kita contoh. Ki Ageng

sangatlah ikhlas dalam mengemban tugas yang diberikan oleh Sunan

Kalijaga. Ki Ageng rela berkorban demi mencapai tujuannya, yakni

mengajarkan/menyebarkan Agama Islam. Meski yang dialami Ki Ageng

semasa hidup dan perjuangannya sangat berat dan melewati berbagai

rintangan/pantangan hidup. Seperti inilah yang harus dimiliki pemuda

sekarang agar memiliki jiwa rela berkorban yang sangat hebat.

Page 182: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

3. Pentingnya Hidup Sederhana

Hidup sederhana adalah hidup yang apa adanya dan tidak pula

berlebihan dalam menggunakan materi atau bergaya. Prinsip hidup

sederhana adalah cukup. Sederhana mengajarkan kita untuk menghargai

materi dalam penggunaanya, agar kita tidak berlebihan dalam

menggunakannya. Karena jika kita terbiasa hidup serba mewah ataupun

berlebihan, ini bisa menimbulkan sikap boros. Sikap boros sangatlah

tidak baik, karena menimbulkan budaya konsumtif. Untuk itu budaya

hidup sederhana hendaknya diterapkan kepada anak sedini mungkin,

karena ini merupakan cara paling sederhana untuk menghindari anak

bergaya hidup berlebihan.

Sifat Ini yang ditunjukkan oleh Ki Ageng Prawoto Sidik semasa

hidup dan menyebarkan agama Islam di daerah-daerah. Ki Ageng

Prawoto Sidik menjadi kawula alit di dalam mengembara. Dia hidup

sederhana dan tetap merasa cukup dengan kehidupannya. Hidup

sederhana bagi Ki Ageng sangatlah penting, karena menghindarkan dari

sikap boros. Sederhana bisa menghindarkan kita dari kesenjangan sosial

yang berlebihan. Karena biasanya hidup sederhana menimalisir terjadinya

hal-hal seperti ini. Gaya hidup dari Ki Ageng Prawoto Sidik patut untuk

kita teladani dan kita tiru sebagai generasi muda yang sederhana. Karena

dengan hidup sederhana memungkinkan sekali untuk tidak hidup secara

berlebihan.

Page 183: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

4. Pentingnya Kesabaran

Kesabaran itu merupakan kunci dari sebuah kesuksesan. Sekuat

apapun seseorang jika mendapat suatu cobaan menyerah, semua itu hanya

akan jadi sia-sia. Karena seseorang kurang sabar dalam menghadapinya.

Kesabaran itu bagi sebagian seseorang mungkin sulit untuk dilakukan dan

diterapkan. Karena sifat sabar itu biasanya merupakan sebuah bawaan

sejak seseorang itu dilahirkan di dunia. Tetapi jika kesabaran itu diasah

sejak dini, bukan tidak mungkin akan lebih memudahkan orang itu untuk

menjalani hidupnya dengan lebih hati-hati dan sabar.

Jika dilihat kembali semasa hidupnya Ki Ageng Prawoto Sidik

merupakan pribadi yang sabar. Ini patut untuk dicontoh bagi generasi

muda saat ini. Ki Ageng semasa hidupnya dihabiskan untuk mengembara

dan menyebarkan Agama Islam di daerah-daerah yang menjadi

tujuannya. Ki Ageng Prawoto Sidik sabar melakukan itu semua, karena

merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dengan ikhlas.

d. Alat Pemaksa dan Pengawas

Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik lama kelamaan berkembang

menjadi sebuah Upacara Penggantian Kelambu. Hal ini dipengaruhi juga

karena orang jawa kaya akan tradisi, baik yang bersifat sosial maupun ritual.

Salah satunya dalam menyambut bulan suci Ramadhan, misalnya kegiatan

Page 184: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

yang berbau hura-hura hingga ritual yang terkesan sakral dan mempunyai

keunikan sendiri-sendiri. Masyarakat Desa Sarean seolah enggan

meninggalkan tradisi mengganti langse, karena tradisi ini sudah dianggap

sebagai penanda puasa dengan tingkat kesakralan yang tinggi.

2. Fungsi Upacara Ritual Penggantian Kelambu

Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik yang tergolong dalam folklor

sebagian lisan juga tersapat bentuk upacara sebagai tradisi yang merupakan bagian

folklor bukan lisannya. Ritual Penggantian merupakan suatu upacara tradisi yang

memiliki dan mempunyai pengaruh positif sehingga masih dilestarikan oleh warga

Desa Sarean. Upacara Ritual Penggantian Kelambu memiliki fungsi kaitanya

dengan penyelenggaraan tradisi upacara, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Sebagai Alat Untuk Pendidikan

Menurut William R. Bascom. Salah satu cerita baik itu lisan maupun

tulisan adalah sebagai alat untuk mendidik, cerita dalam Upacara Penggantian

Kelambu Ki Ageng Prawoto Sidik di dalam hal ini juga digunakan sebagai

alat untuk pendidikan oleh masyarakat pendukungnya. Hal ini dibuktikan

dengan banyaknya para masyarakat yang mengajak putra dan putrinya untuk

menyaksikan Ritual Penggantian Kelambu Ki Ageng Prawoto Sidik dengan

tujuan untuk mendapatkan pendidikan mengenai arti dan makna simbolis

tentang perangkat atau alat-alat Ritual Penggantian Kelambu Ki Ageng

Prawoto Sidik.

Page 185: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

Dari hasil pengamatan penulis, masyarakat yang datang untuk

menyaksikan Ritual Penggantian Kelambu kebanyakan menggunakan acara

ini untuk memperkenalkan ataupun mendidik kepada anak mereka dengan

cara menceritakan ceritanya. Sehingga putra-putrinya mengetahui bagaimana

kisah hidup maupun upacara tradisi Ki Ageng Prawoto Sidik. Apabila dilihat

dari makna upacara, bagi masyarakat pendukungnya juga terdapat unsur-unsur

pendidikan, antara lain pendidikan moral kerohanian dan budi pekerti.

Unsur pendidikan yang terdapat di dalam upacara ini berisikan supaya

generasi muda tidak akan melupakan kebudayaannya sendiri, karena

kehadiran kebudayaan lain. Unsur pendidikan yang lainnya yang terdapat

disini adalah pendidikan kerohanian, tentang cara-cara agar masyarakat

melakukan tindakan penyucian batin dan hati untuk mencapai keselamatan

hidup di dunia dan akhirat. Selain itu unsur pendidikan yang didapat dengan

adanya Upacara Penggantian Kelambu adalah dengan musyawarah dapat

diteladani. Dilihat dari ketika juru kunci melakukan musyawarah untuk

menentukan kesepakatan kapan dilaksanakan penggantian kelambu.

Mengajarkan kepada masyarakat bahwa musyawarah merupakan suatu upaya

untuk memecahkan persoalan atau jalan keluar guna mengambil keputusan

bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah.

b. Fungsi Hiburan

Masyarakat beranggapan bahwa Upacara Ritual Penggantian

Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik di Desa Sarean dapat digunakan

Page 186: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

sebagai alat untuk menghibur. Masyarakat desa Sarean mengetahui bahwa di

dalam prosesi penggantian kelambu juga terdapat perayaan yang dapat

digunakan untuk sarana hiburan dan kemudian di dalam Upacara Penggantian

Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto Sidik tersebut terkandung pula nilai-

nilai budaya yang bersifat menghibur. Hal ini sesuai dengan pendapat James

Danandjaja yang mengatakan bahwa “Upacara Tradisional sebagai salah satu

bentuk kebudayaan yang dipakai sebagai sarana hiburan”(1997:170)

Upacara Tradisional Pulung Langse di Desa Sarean dapat dilihat dari

bentuk maupun jalan upacaranya dapat dikategorikan sebagai upacara yang

bersifat historis. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa dalam upacara tersebut

terkandung nilai-nilai sejarah tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan perjuangan dalam rangka menyebarkan Agama Islam.

Fungsi dari upacara ini ditujukan kepada anak-anak yang datang pada

saat prosesi, yang sifatnya untuk menghibur. Di samping itu anak-anak yang

datang untuk menyaksikan prosesinya, anak-anak juga senang karena

diberikan makanan yang berupa nasi gurih lengkap. Makanan yang dibagikan

itu adalah dari prosesi ritual tersebut. Dengan adanya Upacara Ritual

Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto sidik juga mengundang

para pengunjung untuk melakukan upacara religius, sehingga secara tidak

langsung para pengunjung merasa terhibur karena dirinya mendapat harapan-

harapan.

c. Sebagai Sarana Gotong Royong

Page 187: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167

Dengan adanya prosesi ini, menumbuhkan kesadaran diri untuk

melakukan kerja sama ataupun gotong royong. Ini terlihat ketika para Ibu

sama-sama membantu untuk memasak, yang digunakan untuk sesaji ketika

dilakukan prosesi penggantian kelambu oleh juru kunci makam. Ibu-Ibu

tampak gotong royong dalam menyiapkan sesaji tersebut. Sikap seperti ini

sudah menjadi ciri khas dari masyarakat Desa Sarean yang sangat suka

bekerja keras dan saling membantu tanpa pamrih. Selain itu juga terlihat

ketika juru kunci mempersiapkan perlengkapan dalam prosesi. Ketika akan

membersihkan makam sebelum acara, kaum laki-laki membersihkan area di

sekitaran makam.

3. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik

Dalam setiap cerita rakyat, terkandung nilai-nilai luhur yang sangat

bermanfaat bagi kehidupan manusia, termasuk dalam hal ini masyarakat Desa

Sarean sebagai pemilik Ritual Penggantian Kelambu Petilasan Ki Ageng Prawoto

Sidik. Hal ini diharapkan membawa dampak positif bagi perilaku masyarakat yang

bersangkutan.

Adapun nilai-nilai moral yang terkandung di dalam Cerita Rakyat Ki

Ageng Prawoto Sidik diantara lain:

1. Pentingnya Menjalankan Amanah

Ki Ageng Prawoto Sidik adalah seorang bijaksana. Ia adalah salah

satu murid dari Sunan Kalijaga. Ki Ageng Prawoto Sidik semasa hidupnya

diberikan amanah oleh Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama islam ke

Page 188: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

168

daerah-daerah yang ia kunjungi untuk berdakwah. Amanah yang diberikan

Sunan Kalijaga kepadanya dijalankan dengan baik, Ki Ageng diberikan

amanah untuk menjadi kawula alit juga dilaksanakan dengan baik. Jiwa sosial

Ki Ageng Prawoto Sidik terlihat sekali ketika diberikan amanah membantu

para warga, ia terlihat gigih sekali dan sungguh-sungguh dalam berusaha

membantu perekonomian warga pada saat itu. Di samping itu Ki Ageng

Prawoto Sidik juga menyebarkan Agama Islam. Dikatakan bahwa

tanggungjawab merupakan pilar utama dalam mengemban amanah. Tidak

menghianati amanah ini merupakan bentuk komitmen dalam mengemban

amanah.

2. Bertanggungjawab atas Ucapannya

Ki Ageng Prawoto Sidik sangat bertanggungjawab atas tindakan dan

ucapannya. Ini terlihat ketika ia bertanggungjawab atas muridnya Jaka

Tingkir, ia mengemban tanggungjawab untuk menjadikan Jaka Tingkir

sebagai murid yang hebat, agar kelak ia disegani oleh orang-orang dan

menjadi Raja. Selama itu pula Ki Ageng mendidik Jaka Tingkir ilmu

kanuragan,kadigdayan dan ketatanegaraan. Tanggungjawab yang begitu besar

itu ia laksanakan dengan baik agar Jaka Tingkir menjadi orang hebat

dikemudian hari.

Ki Ageng Prawoto Sidik juga bertanggungjawab atas ucapannya

untuk tidak membuka perkampungan sebelum ia menemukan ke sembilan

sendang yang tersebar. Sampai pada waktu Jaka Tingkir menemukan sendang

Page 189: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

169

yang kedelapan dan kesembilan, barulah oleh Sunan Kalijaga daerah Watu

Kelir dibukakan sebuah perkampungan. Ini ditandai dengan diadakan acara

Wayang Kulit semalam suntuk.

3. Kepatuhan Seorang Murid Kepada Gurunya

Kepatuhan ini terlihat sekali ketika Ki Ageng Prawoto Sidik untuk

melakukan apa yang diperintahkan oleh Sunan Kalijaga kepadanya. Ki Ageng

Prawoto Sidik begitu patuh menjalankannya dengan baik. Selain itu pula juga

nampak ketika Jaka Tingkir juga taat dan patuh kepada Ki Ageng Prawoto

Sidik sebagai gurunya. Patuh dan taat sangat penting di dalam kehidupan,

karena dengan patuh terhadap orang yang dihormati akan menimbulkan

hubungan yang baik antara Guru dan murid. Kepatuhan membuat seseorang

lebih dihargai dan lebih bisa dipercaya.

4. Membiasakan Diri Untuk Hidup Sederhana

Sederhana itu merupakan gambaran dari Ki Ageng Prawoto Sidik

yang religius dan bijaksana. Selama hidupnya Ki Ageng tidak menikah dan

tidak memiliki keturunan. Setelah kungkum di Rawapening selama 7 tahun, Ki

Ageng selanjutnya melanjutkan hidupnya untuk mengembara menjadi warga

biasa dan menyebarkan agama Islam. Selama di dalam kehidupan bergaul, Ki

Ageng tetap menjadi sosok yang sederhana dalam segi berbicara dan

berpakaian, tidak berlebihan dan juga tidak kurang. Pola hidup sederhana

inilah yang termasuk juga ke dalam ajaran moral yang trekandung dalam

cerita rakyat ini. Karena kesederhanaan itu mengajarkan setiap individu untuk

Page 190: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

170

hidup tidak berlebihan, hidup secara wajar. Sederhana bukan berarti

perhitungan ataupun kekurangan, tetapi lebih ke dalam bisa mengontrol dan

menahan diri dari godaan yang berlebihan. Sederhana juga bisa terlihat dari

tutur kata, orang yang berbicara sederhana lebih mudah dalam menempatkan

diri dalam pergaulan.

Page 191: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi geografis Desa Sarean Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Jawa

Tengah ini termasuk wilayah bagian selatan. Daerah disini digunakan masyarakat

sebagai tempat pemukiman, pertanian, perkebunan dan lain-lain. Masyarakat Desa

Sarean mayoritas adalah bekerja sebagai buruh. Pendidikan masyarakat Desa

Sarean terbilang masih rendah kualitas dan partisipasi masyarakat dalam

pendidikan.

2. Desa Sarean Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo memiliki warisan

kebudayaan yang berupa cerita rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik beserta tradisi

Pulung Langse. Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik masuk ke dalam golongan

folklor sebagian lisan. Dikatakan sebagian lisan karena memiliki cerita yang

berbentuk mite, yang dianggap oleh sang empunya cerita sebagai suatu kejadian

sungguh-sungguh pernah terjadi dan percaya dengan tokoh yang ada dalam cerita,

yaitu Ki Ageng Prawoto Sidik. Sedangkan dikatakan bukan lisan karena dalam

Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik terdapat sebuah pelaksanaan upacara

tradisional sebagai tindak lanjut atas cerita yang terjadi. Upacara Tradisional

Page 192: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

3. Pulung Langse dilaksanakan sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Ki Ageng

Prawoto Sidik dan sebagai awal penanda akan memasukinya bulan Ramadhan.

4. Pada pelaksanaan Upacara Tradisional Pulung Langse terdapat beberapa sesaji

yang digunakan sebagai perlambang untuk menggambarkan hal-hal yang baik dan

hal-hal yang buruk, serta bermakna untuk meminta permohonan kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Selain sebagai lambang memohon kepada Tuhan, sesaji juga

digunakan sebagai sarana komunikasi kepada mahkluk-mahkluk gaib agar

pelaksanaan Upacara Tradisional Pulung Langse berjalan lancar tanpa ada suatu

halangan apapun. Sesaji yang disediakan merupakan makanan kesukaan Ki Ageng

Prawoto Sidik.

5. Nilai guna dari Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto bermanfaat bagi masyarakat,

untuk fungsi cerita rakyat sebagai sistem proyeksi, alat pengesahan pranata dan

lembaga kebudayaan, alat pendidikan, alat pemaksa dan pengawas. Sebagai fungsi

ritual penggantian kelambu adalah sebagai alat untuk pendidikan, fungsi hiburan

dan sebagai sarana gotong royong, kemudian nilai-nilai yang terkandung dalam

cerita rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik adalah pentingnya menjalankan amanah,

bertanggungjawab atas ucapannya, kepatuhan seorang murid kepada gurunya,

membiasakan diri untuk hidup sederhana.

Page 193: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

A. SARAN

Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik merupakan salah satu dari sekian

bayak kebudayaan di Indonesia yang harus dilestarikan, karena kebudayaan

merupakan warisan leluhur yang harus dijaga. Cerita Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik

mengandung nilai moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk bertindak.

Begitu pula dengan tradisi Upacara Tradisional Pulung Langse yang merupakan

warisan adat istiadat ini harus dipertahankan dan dilestarikan agar tidak musnah.

Masyarakat Desa Sarean sebagai pewaris Cerita Rakyat serta tradisi Upacara

Tradisional Pulung Langse hendaknya merawat, menjaga, serta melestarikan

keberadaanya. Usaha tersebut bisa dilakukan dengan menceritakan kembali Cerita

Rakyat Ki Ageng Prawoto Sidik kepada generasi berikutnya melalui cerita sebelum

tidur kepada anak mereka atau melalui pengetahuan di sekolah-sekolah Desa Sarean.

Serta tetap melaksanakan Upacara Tradisional dengan tradisi sesajinya sebagai wujud

hubungan dengan para leluhur terdahulunya.

Jika kita melihat kenyataan dalam perkembangan jaman teknologi yang

berpangkal pada kehidupan modern, maka adat istiadat bangsa Indonesia ini akan

menghadapi tantangan berupa pergeseran nilai. Tidak mustahil pergeseran nilai dapat

mendangkalkan adat istiadat leluhur, terlebih pada generasi muda yang masih belum

kuat dan belum mampu mengantisipasi kedatangan budaya asing yang serba modern,

yang mendasarkan pada kemampuan teknologi dan melupakan sumber nilai-nilai

Page 194: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

luhur yang mengakar pada adat istiadat kebudayaan bangsa kita. Apabila pergeseran

nilai dibiarkan berlarut-larut, maka tidak mustahil tradisi Upacara Tradisional Pulung

Langse akan dilupakan dan bahkan tidak dikenal oleh generasi muda dan akhirnya

akan hilang sama sekali. Oleh karena itu sangatlah bermanfaat apabila mengadakan

penelitian/pendokumentasian mengenai cerita rakyat di suatu daerah yang

mendukung khasanah budaya nasional, serta untuk menunjung budaya nasional.

Page 195: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Daftar Pustaka

Atar, Semi.1993. Anatomi Sastra.Padang: Angkasa

________.1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa

Boestami, dkk. 1985. Upacara Tradisional Yang Berkaitan Dengan Peristiwa Alam

Dan Kepercayaan Daerah Sumatera Barat. Jakarta : Depdikbud Proyek

Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Budiono Herusatoto.1983.Simbolisme dalam Budaya Jawa.Jogjakarta:PT Hanindita

Djoko Surya.2009.Transformasi Masyarakat Indonesia Dalam Historiografi

Indonesia Modern. Yogyakarta:STPN Press

Guba, Egon G.& Yvonna S. Lincoln.1981.Effective Evaluation.San Fransisco:Jossey-

Bass Publishers

James Danandjaja. 1986. Folklor Indonesia (ilmu gosip, dongeng, dan lain-

lain).Jakarta: Grafiti.

Koentjaraningrat.1993.Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.Jakarta:P.T

Gramedia

Lexy J. Moleong.2007.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Nyoman Kutha Ratna.2004.Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Peursen, Van.2007.Strategi Kebudayaan. Jakarta: Gunung Mulia

Sanapiah Faisal.2008.Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pres

Sapardi Djaka Darmono.1984.Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar

Ringkas.Jakarta:Pusat Penelitian dan Pengembangan Bahasa

Supanto, dkk. 1982.Risalah Sejarah dan Budaya Seri Folklore. Yogyakarta: Balai

Penelitian Sejarah dan Budaya

Suwardi Endraswara.2009.Metode Penelitian Folklor Konsep Teori +

Aplikasi.Yogyakarta: Media Presindo

Page 196: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Yus Rusyana.1981.Cerita Rakyat Nusantara. Bandung : Fakultas Keguruan Sastra

dan Seni IKIP Bandung

Page 197: RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN KI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id NIP 197003071 Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D commit to user iii RITUAL PENGGANTIAN KELAMBU PETILASAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108