Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISA FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN KREDIT
KONSUMTIF DI PT. BANK NEGARA INDONESIA (Persero) Tbk. KANTOR CABANG BULUKUMBA
AN ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE CONSUMER’S DECISION IN USING CONSUMTIVE CREDIT
AT PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. BULUKUMBA BRANCH
IRFAN ABIDIN
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASAR 2008
ANALISA FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN KREDIT
KONSUMTIF DI PT. BANK NEGARA INDONESIA (Persero) Tbk. KANTOR CABANG BULUKUMBA
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Magister
Program Magister Manajemen Kekhususan Manajemen Pemasaran
Disusun dan diajukan oleh
IRFAN ABIDIN
Kepada
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASAR 2008
T E S I S
ANALISA FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN KREDIT
KONSUMTIF DI PT. BANK NEGARA INDONESIA (Persero) Tbk. KANTOR CABANG BULUKUMBA
Disusun dan diajukan oleh :
IRFAN ABIDIN
Nomor Pokok P2100204525
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis Pada tanggal 30 Mei 2008
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui Komisi Penasehat,
Prof. Dr. Haris Maupa, SE., MSi. Dr. Indrianty Sudirman SE. MSi Ketua Anggota Ketua Program Magister Direktur Program Pascasarjana Manajemen Universitas Hasanuddin Prof. Dr. H. Muh. Yunus Zain, MA Prof. DR. dr. Abdul Razak Thaha, M.Sc.
ABSTRAK
IRFAN ABIDIN, Analisa Faktor-faktor Yang mempengaruhi Keputusan Konsumen
Dalam Menggunakan Kredit Konsumtif Di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Kantor Cabang Bulukumba. ( Dibimbing oleh Prof. Dr. Haris Maupa, SE., MSi dan Dr.
Indrianty Sudirman, SE., MSi.)
Penelitian bertujuan untuk : a) menganalisis tujuh faktor bauran pemasaran berupa
produk, harga, promosi, tempat, orang/partisan, sarana fisik, dan proses yang
mempengaruhi pelanggan dalam menggunakan kredit konsumtif, dan b)
menganalisis faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi pelanggan untuk
mempergunakan kredit konsumtif.
Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis kualitatif deskriptif, method of
successive interval, faktor analisis dan analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Hasil analisis koefisien regresi antara
bauran pemasaran jasa (7P) terhadap keputusan mempergunakan kredit konsumsi,
memberikan kesimpulan bahwa keduanya memiliki hubungan yang positif. Dimana
pengaruh perubahan turun naiknya variabel bauran pemasaran jasa yang terdiri dari
produk, harga, promosi,tempat, orang/partisan, Sarana fisik dan proses berpengaruh
nyata terhadap keputusan konsumen dalam mempergunakan kredit konsumtif. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin baik aspek dalam bauran pemasaran dikelola oleh
perusahan, maka akan semakin meningkat penggunaan kredit konsumtif di
perusahaan ini, dan 2) hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa variabel proses
mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap keputusan memanfaatkan
kredit konsumsi di PT. Bank Negara Indonesia (Tbk) Kantor Cabang Utama
Bulukumba.
ABSTRACT
IRFAN ABIDIN. An Analysis of Factors Affecting The Consumer’s Decision in Using
Consumptive Credit at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Bulukumba Branch
(supervised by Haris Maupa and Indrianty Sudirman).
The aim of the study was to analyze marketing mix such as product, price,
promotion, location, physical facility, and process affecting the customers using the
consumptive credit and the most dominant factor affecting their choice.
The analyses used in the study were descriptive qualitative, successive interval,
factor analysis, and multiple linear regression.
The result of the study indicate that the marketing mix has a positive correlation
with the decision to use consumptive credit. The fluctuation of marketing mix has a
significant effect on the consumer’s decision in using the consumptive credit. This
indicates that the better the marketing mix, the more the use consumptive credit. The
most dominat factor affecting the consumer’s decision to use the consumptive credit
at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk is process.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………….………………………...…. ii
ABSTRAK………………………………………………………………………………iii
DAFTAR ISI……………………………………………………….…………..…... v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..…. viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….…… … x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………….… ……… 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………… ……… 6
C. Tujuan Penelitian…………………………………………… ……. 7
D. Manfaat Penelitian………………………………..………… …... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembaga Keuangan…………………………………… .… …… ..9
B. Lembaga Keuangan Bank…………………………… …… ….....9
C. Pengelolaan Kredit Bank Umum……………………… … ….. 12
D. Prospek Perbankan…………………………………… ……… 16
E. Model Keputusan Pembelian Konsumen … …………… …… 19
F. Bauran Pemasaran………………………………………….……. 25
G. Kredit Konsumtif BNI…………………………………….……… . 35
H. Kerangka Pikir……………………………………………………. 40
I. Hipotesis…………………………………………………………… 43
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian …………………….…………..44
B. Lokasi Penelitian ………………………………………...…….…. 46
C. Jenis dan Sumber Data………………………………….......…… 47
D. Metode Pnegumpulan Data.…………………………..……. ...... 48
E. Populasi dan Data Sampel………………………..………….…...49
F. Metode Analisis…………………………………..……….………..50
G. Definisi Operasional………………………………..………….… ..53
BAB IV. GAMBARAN UMUM PT. BANK NEGARA INDONESIA
(Persero) Tbk.
A. Sejarah Singkat Perusahaan……..……………………….………61
B. Visi dan Misi Bank BNI...………………………………………… . 63
C. Budaya Perusahaan ……………………………………………….65
D. Tata Kelola Perusahaan………………………………..….………67
E. BNI Berbagi…………………...…………….……….………... ... ..69
F. Struktur Organisasi Perusahaan ………………………...……….71
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden …..……..……………………....………73
B. Tanggapan Responden Terhadap Bauran Pemasaran
Dan Keputusan Penggunaan Kredit Konsumtif..……………….84
C. Pengujian Hipotesis ……………………………………………..113
D. Pembahasan ……………………………………………………..116
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………….…..……..……………………….……..121
B. Saran……………….……………………………………………..122
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….ix
LAMPIRAN 1 Kuesioner ………………………………………………………… xi.
LAMPIRAN 2 Pengolahan Data SPSS……………………..…………………..xii
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Kinerja Perbankan
Relisasi Kredit Konsumtif Untuk Kabupaten
Bulukumba
Realisasi Kredit Konsumtif BNI Kantor Cabang
Bulukumba Tahun 2005
Kinerja Perbankan (2001-2006 F)
Realisasi Kredit Konsumtif
Jenis Kelamin Responden
Usia Responden
Pendidikan Terakhir Responden
Pekerjaan Responden
Kredit Maksimum Responden
Jangka Waktu Kredit Responden
Penghasilan Responden
Konsumsi Produk Lain BNI
Pengaruh Dalam Pengambilan Keputusan
Penggunan Kredit Konsumtif Dari Bank Lain
Konsumsi Produk Kredit BNI
Variabel Produk
2
4
5
18
46
73
75
76
77
78
79
80
82
83
83
84
85
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
Nomor Teks Halaman
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Variabel Tarif Jasa
Variabel Tempat
Variabel Promosi
Variabel Orang
Variabel Sarana Fisik
Variabel Proses
Tabel Rekapitulasi
Keputusan Konsumen
Model Summary
Tabel Anova
Tabel Coefficients
89
92
95
99
102
106
109
111
113
114
115
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1.
2.
3.
Model Pengambilan Keputusan Konsumen.
Kerangka Pikir
Struktur Organisasi Bank BNI
22
41
67
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan merupakan lembaga yang kegiatan utamanya
mengumpulkan dan menyalurkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (unit
surplus) kepada pihak yang membutuhkan dana (unit defisit). Lembaga ini memiliki
peran yang cukup penting dalam perekonomian sebuah negara. Pada tingkat
ekonomi makro, kehadiran lembaga keuangan akan meningkatkan kemampuan
individu, khususnya rumah tangga dan perusahaan, dalam mengoptimalkan diri
dengan memanfaatkan sumber daya keuangan. Pada tingkat makro lembaga-
lembaga kuangan merupakan sarana pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan
ekonomi , khususnya kebijakan moneter. Lembaga ini dapat digolongkan ke dalam
dua bagian besar yaitu lembaga keuangan bank dan lembanga keungan non bank.
Lembaga keuangan bank menurut undang-undang No.7/1992 terdiri dari dua jenis
yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Sementara, lembaga keungan non
bank antara lain terdiri dari lembaga pembiayaan, lembaga investasi, lembaga
kontraktual dan lembaga keuangan mikro. Kedua jenis lembaga ini sudah
berkembang cukup pesat di Negara ini, dimana ini dapat dilihat dari cukup
banyaknya bank-bank, lembaga pembiayaan, BPR, lembaga investasi dan lain-
lainnya.
Salah yang menarik untuk diperhatikan pertumbuhannya dalam lembaga
keuangan tersebut adalah bank umum. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari sudah
6
banyaknya bank umum yang beroperasi di Indonesia. Bank umum tersebut
diantaranya merupakan bank BUMN dan beberapa lainnya merupakan bank swasta,
dimana sebahagian berupa swasta nasional dan swasta yang berafiliasi dengan
perusahan multinasional. Namun secara umum prospek perbankan secara nasional
digambarkan oleh Dinie Suryani & Ruddy N. Sasadara dalam tulisannnya ‘’ Prospek
Ekonomi Indonesia Tahun 2006’’, sebagai berikut :
Tabel 1 Kinerja Perbankan (2001-2005)
Indikator 2001 2002 2003 2004 2005
Asset (Rp. T) 1,099.7 1,112.2 1,213.5 1,272.3 1,469
Dana (rp. T ) 797.4 835.8 888.6 963.1 1.1279
Kredit (Rp. T) 316.6 371.1 440.5 559.5 695.7
Modal (Rp. T) 83.7 103.6 112.4 130.2 144.5
Obligasi (Rp. T) 423.0 396.6 359.9 307.0 289.2
Laba (Rp. T) 15.7 21.9 28.9 41.1 33.9
Sumber : BI & Divisi Prencanaan Strategis BNI
Adapun pertumbuhan kredit ditahun 2005 mencapai 24,3% lebih tinggi dari yang
ditargetkan sebesar 22%. Ditahun 2006 kredit diperkirakan tumbuh pada kisaran
20%. Dilihat per sektor, kredit pada sektor industri yang berorientasi ekspor dan
perdagangan ritel akan mendominasi penyaluran kredit. Dilihat per jenis, kredit
konsumsi akan tetap tumbuh tinggi , diatas 25% dengan kecenderungan meningkat
akibat melemahnya sektor riil.
Sesuatu yang telah digambarkan oleh dua ekonom diatas, seharusnya mendapat
perhatian khusus dari para pelaku perbankan. Perhatian tersebut dapat ditujukan
3
terutama untuk mendapat proporsi pada pencapaian realisasi dari proyeksi
penyaluran kredit.
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang lebih dikenal dengan BNI
merupakan salah bank umum BUMN yang telah cukup lama berkiprah di dunia
perbankan Indonesia. Sebagaimana bank umum lainnya, BNI juga melakukan
semua jenis kegiatan bank umum seperti pengumpulan dana, penyaluran kredit dan
jasa lainnya. Khusus untuk penyaluran kredit, BNI menggolongkan produknya
kedalam dua jenis yaitu kredit produktif yang diperuntukkan untuk melakukan
pembiayaan terhadap usaha-usaha produksi dan kredit konsumtif yang
diperuntukkan untuk melakukan pembiayaan konsumtif. Kredit produktif biasanya
berupa Kredit Modal Kerja (KMK), kredit Invstasi dan lain-lain. Adapun untuk kredit
konsumtif, BNI memiliki kredit antara lain BNI Griya, BNI Auto, BNI Fleksi, BNI Multi
Guna dan lain-lain. Kredit yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi berdasarkan
ulasan ekonom diatas adalah kredit konsumtif. Kredit konsumtif diproyeksi akan
mengalami pertumbuhan yang cukup menarik yaitu sekitar 25%. BNI sebagai salah
satu pelaku dalam industri ini, seharusnya ikut dalam merebut potensi pasar
tersebut. Perebutan pangsa pasar segmen konsumtif akan berlangsung dengan
sangat sengit, karena melibatkan banyak pemain. Pemain tersebut tidak hanya
datang dari bank-bank umum , tetapi juga berasal dari lembaga-lembaga
pembiayaan.
Jalur distribusi yang dimiliki BNI di seluruh Indonesia, seharusnya dapat
menjadi modal penting dalam perebutan pangsa pasar nasional tersebut. Salah satu
jalur distribusi tersebut adalah PT. Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Utama
4
Bulukumba atau BNI Bulukumba . Kantor cabang ini beroperasi untuk menyalurkan
kredit di empat kebupaten di provinsi Sulawesi Selatan antara lain Kabupaten Sinjai,
Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Bulukumba sendiri. Di
wilayah ini, realisasi kredit konsumtif sudah mengalami peningkatan. Hal ini dinilai
dari data Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Sulawesi Selatan yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia sebagai berikut :
Tabel 2. Realisasi Kredit Konsumtif untuk Kabupaten Bulukumba (Jutaan Rupiah)
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Realisasi 39.874 42.273 53.197 70.114 87.353 100.361 Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Daerah BI
Dari data yang ditampilkan diatas, dapat disimpulkan bahwa realisasi penyaluran
kredit konsumtif mengalami peningkatan tren yang cukup baik. Paling tidak, selama
enam tahun tahun terakhir tidak terdapat penurunan realisasi kredit konsumtif untuk
daerah Bulukumba. Adapun untuk BNI Bulukumba, realisasi penyaluran kredit
konsumtif dapat ditunjukkan pada table sebagi berikut :
Tabel 3. Realisasi Penyaluran Kredit Konsumtif di BNI Bulukumba. ( Jutaan Rupiah ) Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 Realisasi 1.224 1.557 4.157 4.271 4.563
Sumber : Neraca akhir tahun BNI Bulukumba tahun 2005
Kedua tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa BNI Bulukumba, seharusnya dapat
mendorong lebih besar lagi pertumbuhan kredit konsumtifnya. Hal ini dinilai
berdasarkan kenyataan bahwa pada tahun 2005, BNI Bulukumba hanya merebut
sekitar 8,5% dari pangsa pasar kredit konsumtif di kabupaten Bulukumba.
5
Kenyaataan ini harus membuat manajemen BNI Bulukumba menilai kembali
program pemasaran kredit konsumtifnya.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan sebuah program
pemasaran adalah pemahaman terhadap pelanggan. Pemahaman tersebut dimulai
dari siapa pelanggannya, bagaimana karakteristik pelanggan yang akan
mempengaruhi proses pembelian, sampai bagaimana daya beli mereka.
Sehubungan dengan karakteristik yang mempengaruhi pelanggan dalam proses
pembelian, maka ilmu perilaku telah memperkenalkan sebuah model pengambilan
keputusan konsumen oleh Leon G Schiffman dan Leslie Lazar yang terdiri dari tiga
tahapan, antara lain masukan dimana dalam proses ini kegiatan perusahaan
merupakan usaha langsung untuk mencapai, memberikan informasi dan membujuk
konsumen untuk membeli dan menggunakan produknya; tahapan proses dimana
dalam tahapan digambarkan tentang bagaimana keputusan konsumsi terhadap
produk dilakukan oleh konsumen; dan terakhir berupa tahapan keluaran dimana
dalam tahapan ini digambarkan perilaku pengenalan kebutuhan, penelitian sebelum
membeli dan evaluasi alternatif oleh konsumen.
Dalam kaitannya dengan peningkatan program pemasaran kredit konsumtif yang
dilakukan BNI Bulukumba, maka model diatas merupakan salah satu alat yang
dapat dipergunakan untuk mengkaji berbagai dimensi dalam keputusan konsumen
dalam mempergunakan kredit konsumtif BNI. Hal-hal tersebut yang selanjutnnya
dapat dikembangkan oleh pihak manajemen.
6
B. Identifikasi Masalah
Uraian tersebut diatas telah mengambarkan secara ringkas tentang sebuah
proses keputusan pembelian dilakukan oleh konsumen. Dalam proses masukan,
maka konsumen dipengaruhi oleh dua hal yaitu usaha pemasaran perusahaan dan
lingkungan sosial budaya. Lingkungan sosial budaya dapat dikatakan merupakan
faktor tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Oleh karena ini, penelitian akan
difokuskan pada faktor yang lebih mudah dikendalikan oleh perusahaan dalam hal ini
adalah pihak BNI Bulukumba. Faktor yang dapat dikendalikan tersebut adalah usaha
pemasaran perusahaan yang mempengaruhi konsumen. Usaha pemasaran
perusahaan dalam konteks ini dapat diidentifikasi melalui bauran pemasaran.
Bahkan Kotler menulis bahwa para pemasar biasa menggunakan sejumlah alat
untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari konsumennya dan alat-alat
tersebut membentuk suatu bauran pemasaran.
Bauran pemasaran diklasifikasikan oleh McCarthy kedalam empat kelompok
yang lebih dikenal dengan 4 P (empat P). 4 P tesebut antara lain terdiri dari
Product, Price, Promotion dan Place. Namun, secara lebih jauh telah dikembangkan
untuk pemasaran jasa dengan tambahan tiga faktor antara lain Partisipan/people,
Physical Evidence dam Process.
Oleh karena itu dapat disimpulkan beberapa masalah yang akan diteliti melalui
penelitian ini antara lain :
1. Apakah bauran pemasaran jasa (product, price, place, promotion, process,
people, dan physical evidence) berpengaruh signifikan terhadap proses
7
pengambilan keputusan dalam memanfaatkan kredit konsumtif di BNI
Bulukumba?
2. Faktor apa yang dominan dalam mempengaruhi konsumen untuk
mengambil keputusan dalam mempergunakan kredit konsumtif di BNI
Bulukumba?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain :
1. Menganalisis tujuh faktor bauran pemasaran jasa berupa produk,
harga,promosi, tempat, orang/partisan, sarana fisik dan proses yang
mempengaruhi pelanggan BNI Bulukumba dalam menggunakan kredit
konsumtif.
2. Menganalisis faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi pelanggan
untuk menpergunakan kredit konsumtif.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain:
1. Bahan pertimbangan bagi manajemen BNI Bulukumba dalam merancang
program pemasaran yang lebih baik dimasa yang akan datang .
2. Secara umum, diharapkan memberikan kontribusi pemahaman terhadap
keputusan konsumen untuk mempergunakan kredit konsumtif di BNI
Bulukumba.
8
3. Bagi peneliti, untuk memenuhi persyaratan akademik dalam menyelesaikan
studi pada Program Magister Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Hasanuddin.
4. Sebagai bahan informasi dan data bagi peneliti lain yang berminat terhadap
masalah kredit perbankan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uraian tentang lembaga keuangan dan pengelolaan kredit bank umum telah dirangkum
dari buku berjudul “Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual
Indonesia)” yang ditulis oleh Mandala Manurung dan Rahardja Prathama.
A. Lembaga Keuangan Bank
Bank adalah lembaga keuangan yang menghimpun dana deposito dan
memberikan kredit pinjaman. Definisi bank menurut Undang–undang Perbankan
Indonesia (UU No. 7/1992 tetang Perbankan, pasal 1, ayat 1) adalah Badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Bank sebenarnya hanya terdiri atas dua, yaitu bank sentral dan bank
komersial. Bank komersial beroperasi dengan tujuan memperoleh laba, sedangkan
bank sentral adalah bank pemerintah yang tugas utamanya mengatur jumlah unag
beredar dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian makro. Di Indonesia
pengelompokkan lembaga perbankan terus disempurnakan. Klasifikasi bank di
Indonesia ditetapkan berdasarkan fungsi, kepemilikan, dan status.
Berdasarkan UU No. 14/1967, bank di Indonesia dikelompokkan menjadi bank
umum, prakteknya pengelompokan ini kurang efektif, karena fungsi antara satu bank
dengan lainnya, dalam prakteknya seringkali tumpang tindih. Karena itu berdasarkan
Undang–undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pengelompokan bank
disederhanakan menjadi bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
10
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam pengelolaan bank
umum dan BPR di Indonesia. UU No. 7/1992 merupakan pilihan, dalam arti bank
yang tetap menjalankan pengelolaannya dengan menggunakan sistem konversional
(menerapkan sistem bunga), tetapi juga membuka unit–unit kegiatan yang dikelola
berdasarkan prinsip syariah.
Dilihat dari sisi kepemilikannya, bank dapat dibedakan menjadi bank nasional,
baik asing dan bank campuran. Bank nasional adalah bank yang sahamnya dimiliki
oleh warga negara Indonesia. Bank asing adalah bank yang sekalipun beroperasi di
Indonesia, sahamnya dimiliki oleh warga negara lain. Bank campuran adalah bank
yang sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia dan asing. Bank nasional
sendiri terdiri atas bank yang dimiliki pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta
dan nasional, dan koperasi.
Dilihat dari status, Bank dapat dibedakan menjadi bank devisa dan bank non
devisa Bank devisa adalah bank yang diizinkan melakukan transaksi devisa.
Sedangkan bank non devisa adalah bank tidak diijinkan melakukan transaksi devisa.
BANK umum dalam pengertian perbankan di Indonesia dapat dipersamakan
dengan bank komersial dalam perekonomian di negara–negara kapitalis. Bank ini
disebut sebagai bank komersial karena didirikan dengan motivasi mendapatkan
keuntungan. Di Indonesia, yang termasuk bank komersial adalah Bank umum dan
BPR. Bank komersial yang dijalankan dengan prinsip syariah disebut sebagai bank
konvensional. Sedangkan yang dijalankan dengan prinsip syariah disebut bank
syariah.
11
Bank umum juga memiliki fungsi yang di uraikan di bawah ini untuk
menunjukkan betapa pentinnya keberadaan bank umum dalam perekonomian
modern, antara lain :
Penciptaan Uang
Mendukung Kelancarang Mekanisme Pembayaran
Penghimpunan Dana Simpanan
Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional
Penyimpanan Barang-Barang dan surat-surat Berharga
Pemberian Jasa-jasa Lainnya
Ruang lingkup bank umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kegiatan utama,
yaitu menghimpun dana, mengalokasikan dana, dan memberikan jasa–jasa lainnya.
Bank umum dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk giro
(demand deposit), tabungan (saving deposit), serta deposito berjangka (time deposit)
dan sertivikat deposito (certificate of deposit). Sementara penyaluran dana oleh bank
dilakukan melalui kredit, dimana kredit sendiri berarti penyediaan uang tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Bagi
bank umum, penyaluran kredit akan menghasilakan pendapatan bunga. Dalam
kondisi normal pendapatan bunga dari kredit ini memiliki porsi terbesar dari total
pendapatan bank. Adapun untuk penyediaan jasa, bank umum menawarkan antara
lain transfer (kiriman uang), kliring (clearing, letter of credit (L/C), menerima setoran-
setoran dan melayani pembayaran-pembanyaran.
12
B. Pengelolaan Kredit Bank Umum
Definisi kredit menurut Undang–Undang Nomor 10/1998 tentang Perbankan
adalah :”penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesempatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjaman untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian keuntungan.”
Konsentrasi bank sabagai lembaga intermediasi yang bermotivasi laba adalah
menyalurkan dana yang menghasilkan pendapatan bunga dan atau keuntungan atas
dasar bagi hasil. Karena kredit adalah aset yang menghasilkan pendapatan, maka
porsi kredit dalam aset perbankan sangat dominan. Dalam kondisi normal,
berdasarkan pengalaman empiris, kredit bank merupakan + total aset sebuah bank.
Selain pendapatan bunga dan keuntungan, penyaluran kredit oleh sebuah
bank memberikan banyak manfaat lain, seperti jaringan kerja dan informasi yang
masih luas, karena debitur umumnya juga akan memanfaatkan fasilitas bank
pemberi kredit. Jika pelayanan bank dinilai memuaskan, debitur akan menyampaikan
hal ini kepada mitra kerja atau calon debitur yang lain. Untuk kredit-kredit yang
terlibat dalam sindikasi dinilai bank-bank mitranya sebagai bank yang dapat
diandalkan karena memiliki keahlian (khusus) dan berpengalaman dalam hal
penyaluran dan pengelolaan kredit.
Penting dan strategisnya kredit dalam industri perbankan menyebabkan
pengelolaan kredit menjadi sangat penting. Tujuan utama pengelolaan kredit menjadi
sangat penting. Tujuan Utama pengelolaan kredit adalah agar bank dapat
meningkatkan kesehatan dan kinerjanya dengan peningkatan kuantitas dan kualitas
13
kredit. Kuantitas kredit dinilai dari jumlah dan tingkat pertumbuhan kredit yang
disalurkan. Kualitas kredit, secara sederhana dan ringkas dapat diukur dari jumlah
dan porsi kredit macet atau bermasalah (non performing loans).
Tujuan penyaluran kredit adalah meningkatkan nilai kekayaan pemilik bank.
Kredit yang disalurkan ada untuk peminjam dalam skala besar (wholesale loan) dan
ada juga bersifat retail (retail loan). Untuk siapapun kredit yang disalurkan, kredit-
kredit tersebut harus dinilai berdasarkan kriteria-kriteria yang obyektif. Bagi
perussahaan besar, alat ukurnya dapat menggunakan sejarah kredit mereka,
stabilitas pekerjaan atau tingkat bunga (loan princing) ditetapkan berdasarkan
pertimbangan risiko kredit (risk) dan tingkat pengembaliannya (return).
Penilaian kredit berorientasi pada kredit (credit riak) yang besarnya sangat
tergantung pada kemampuan membayar (ability to pay) dan keinginan membayar
(wilingness to pay). Untuk mengetahui kemampuan dan keinginan membayar, bank
harus mengevaluasi karakter, kapasitas, jaminan yang diberikan, modal yang dimiliki
calon dibetur, dan juga kondisi ekonomi yang dihadapi/di jalani.
Kredit yang disalurkan sistem perbankan dapat dikelompokkan atau
diklasifasikan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu jangka waktu, ada tidaknya
jaminan , segmen usaha, tujuan, penggunaan dan kredit non kas
Berdasarkan jangka waktu pelunasannya (maturity), kredit dapat
dikelompokkan menjadi kredit jangka pendek (short term loan), kredit jangka
menengah (medium term loan) , dan kredit panjang (long term loan).
14
Berdasarkan ada tidaknya jaminan, kredit dapat dikelompokkan menjadi kredit
dengan jaminan (secured loan) dan tanpa jaminan (unsecured loan). Kredit dengan
jaminan (secured loan) adalah kredit yang disertai dengan jaminan atau agunan
dapat berupa harta wujud seperti tanah dan bangunan, kendaraan bermotor, dan
beberapa harta wujud seperti tanah dan bangunan, kendaraan bermotor, dan
beberapa harta wujud lainnya yang berharga dan dapat diterima oleh perbankan
sebagai agunan. Sedangkan kredit tanpa jaminan (unsecured loan) dapat kepada
seseorang atau perusahaan tertentu dengan beberapa alasan. Yang pertama, orang
tersebut sudah sangat dikenal, teruji dan dipercaya juga terkait dengan pemilaian
juga dapat diberikan kepada perusahaan tersebut. Kredit tanpa jaminan juga dapat
diberikan kepada perusahaan-perusahaan kecil dan atau pengusaha lemah. Namun
pemberiannya harus sangat selektif, karena pemberian kredit tanpa jaminan sangat
berisiko.
Berdasarkan segmen adalah usaha, kredit dapat dikelompokkan menjadi
kredit pertanian, kredit industri, dan kredit jasa.
Berdasarkan tunjannya, kredit dapat dikelompokkan menjadi komersial
(Commercial Loan), kredit konsumsi (consumer laon), dan kredit produktif.
a. Kredit Komersial (Commercial Loan)
Kredit komersial (commercial Loan) diberikan untuk memperlancar kegiatan
nasabah yang bidang usahanya adalah perdagangan. Beberapa contoh kredit
komersial adalah kredit untuk usaha pertokoan dan kredit ekspor.
15
b. Kredit Konsumtif (Consumer Loan)
Kredit Konsumtif consumer Loan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan
dan bagi gebitur yang ingin membeli barang kebutuhan – kebutuhan konsumtif.
Umumnya yang melakukan pinjaman untuk keperluan konsumtif adalah unit
rumah tangga. Contoh kredit pembelian kredit rumah (kredit kepemilikan rumah
atau KPR) dan kredit pembelian mobil yang digunakan untuk keperluan sendiri.
c. Kredit Produktif
Kredit Produktif diberikan dalam rangka memperlancar kegiatan produksi
debitur. Kredit ini mencakup antara lain kredit untuk pembelian bahan baku dan
pembayaran upah.
Berdasarkan penggunaannya, kredit dapat dikelompokkan menjadi kredit modal
kerja dan kredit investasi. Kredit Modal Kerja diberikan untuk tujuan komersial. Yaitu
membuat perusahaan mampu menjalankan usahanya sekalipun arus kas masuk
untuk sementara masih leih kacil dari arus kas keluar. Sementara, Kredit Investasi
diberikan kepada debitur agar dapat membeli barang-barang modal maupun jasa.
Yang diperlukan dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, ekspensi, relokasi, dan
pendirian usaha baru. Dilihat dari jangka waktu pengembaliannya, kredit investasi
termasuk kredit jangka menengah dan panjang.
16
C. Prospek Perbankan
‘’Tulisan ini merupakan bagian tulisan oleh Dinie Suryani & Ruddy N Sasadara yang berjudul ‘’PROSPEK EKONOMI INDONESIA TAHUN 2006’’ yang diterbikan dalam Ekonomic Review No.203, Maret 2006’’
Dibandingkan tahun 2004, perbankan di tahun 2005 mengalami penurunan
kinerja. Namun di triwulan IV 2005, kinerja perbankan mulai berangsur membaik
dibandingkan triwulan III 2005. Sementara di tahun 2006 prospek perbankan akan
sedikit suram.
Pertumbuhan kredit di tahun 2005 mencapai 24,3%, lebih tinggi dari yang
ditargetkan sebesar 22%. Di tahun 2006 kredit diperkirakan tumbuh pada kisaran
20%. Dilihat per sektor, kredit pada sektor industri yang berorientasi ekspor dan
perdagangan ritel akan mendominasi penyaluran kredit. Dilihat per jenis, kredit
konsumsi akan tetap tumbuh tinggi, di atas 25% dengan kecenderungan meningkat
akibat melemahnya sektor riil.
Pertumbuhan dana diperkirakan tumbuh tinggi lebih dari 10%, seiring dengan
meningkatnya suku bunga. Jika dilihat menurut jenis, deposito akan tumbuh tinggi
seiring dengan meningkatnya suku bunga deposito dan shifting dari tabungan ke
deposito, sedangkan dana jenis tabungan akan terkontraksi.
17
Tabel 4. Kinerja Perbankan (2001 – 2006 F)
Indikator 2001 2002 2003 2004 Mar-05
Jun-05
Sep-05
Dec-05 2006 F
Asset (Rp T) 1,099.7 1,112.2 1,213.5 1,272.3 1,280.6 1,344.6 1,469.8 na 1,418.6 Growth (%,y-o-
y) 5.8 1.1 9.1 4.8 11.4 13.4 16.9 15.6 na Dana (Rp T) 797.4 835.8 888.6 963.1 959.3 1,011.0 1,077.5 1,127.9 na
Growth (%,y-o-y) 13.9 4.8 6.3 8.4 9.6 10.8 16.3 17.1
19.5-21.5
Kredit (Rp T) 316.6 371.1 440.5 559.5 582.5 926.1 680.1 695.7 na Growth (%,y-o-
y) 11.6 17.4 18.7 27.0 29.6 28.0 31.2 24.3 18.5-20.5
Modal (Rp T) 83.7 103.6 112.4 130.2 153.6 144.5 156.5 144.5 na Obligasi Rekap (Rp T) 423.0 396.6 359.9 307.0 257.3 244.2 250.3 289.2 na Laba (Thn Berjalan) (Rp T) 15.7 21.9 28.9 41.1 11.1 15.8 24.8 33.9 na ROA (%) 1.5 2.0 2.6 3.5 3.4 2.2 2.0 2.6 2.7-3.0 NIM (%) 3.6 4.1 4.6 5.9 5.8 5.7 5.6 5.6 na
BOPO (%) 98.4 94.8 88.1 76.7 81.2 88.8 90.1 89.5 85.0-87.0
LDR (%) 33.0 38.2 43.5 50.0 51.2 53.1 54.2 55.0 56.0-60.0
CAR (%) 19.9 22.4 19.4 19.4 21.8 19.5 19.4 19.3 18.5-19.5
NPL (%) 12.2 7.5 6.8 4.5 4.4 7.0 7.9 7.6 7.5-8.0
Sumber : BI & Div. Perencanaan Strategis BNI)
ROA perbankan akan meningkat seiring dengan meningkatnya asset terutama
pada kelompok BPD dan bank swasta nasional. Namun demikian peningkatan
tersebut relatif terbatas akibat menipisnya NIM serta makin memburuknya kulaitas
aktiva produktif sehingga meningkatkan pencadangan aktiva produktif. BI telah
menerbitkan Paket Kebijakan Januari 2006 yang bertujuan memberikan ruang gerak
bagi perbankan. Salah satu paket kebijakan tersebut adalah PBI No.8/2/PBI/2006
tentang perubahan atas PBI No.7/2/2005 tentang penilaian kualitas aktiva Bank
Umum. Dalam PBI No.8/2/PBI/2006, BI memberi waktu secara bertahap kepada
industri perbankan untuk membenahi kualitas aktiva produktif berdasarkan klasifikasi
debitor dan batas jumlah (limit) aktiva produktif yang diberikan. Aturan ini
berpengaruh pada penurunan NPL perbankan terutama pada kelompok BPD dan
bank swasta nasional. Sementara NPL pada kelompok bank persero masih tetap
18
akan di atas 10%. Terhambatnya ekspansi kredit perbankan, secara langsung akan
memperkecil LDR dan sebaliknya akan memperbesar GWM, dan sebagai akibatnya
modal bank akan semakin terkikis. Ketika modal bank mulai menyusut, uluran modal
asing menjadi semakin menarik, dan hal yang mungkin dapat terjadi, kepemilikan
bank nasional oleh pihak asing akan semakin marak pada 2006.
D. Model Pengambilan Keputusan Pembelian
Adapun model pengambilan keputusan konsumen oleh Leon G. Schiffman
dan Leslie Lazar dalam bukunya yang berjudul Perilaku Konsumen Edisi Ketujuh,
terdiri dari :
1. MASUKAN
Komponen masukan dalam model pengambilan keputusan konsumen mempunyai
berbagai pengaruh luar yang berlaku sebagai sumber informasi mengenai produk
tertentu dan mempengaruhi nilai-nilai, sikap, dan prilaku konsumen yang berkaitan
dengan produk. Yang utama diantara berbagai faktor masukan ini adalah berebagai
kegiatan bautan pemasaran perusahaan yang berusaha menyampaiakan produk
dan jasa mereka kepada para konsumen potensial dan pengaruh sosiobudaya diluar
pemasaran, yang jika dihayati dengan mendalam, akan mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen.
Masukan Usaha Pemasaran Perusahaan
Kegiatan pemasaran perusahaan merupakan usaha langsung untuk mencapai,
memberikan informasi, dan membujuk konsumen untuk membeli dan menggunakan
19
produknya. Masukan kepada proses pengambilan keputusan konsumen ini
mengambil berbagai strategi bauran pemasaran khusus yang terdiri dari produk itu
sendiri ( termasuk kemasan, ukuran dan jaminannya ): iklan dimedia massa.
Pemasaran langsung, penjualan personal, dan berbagai usaha promosi lainnya:
kebijakan harga: dan pemilihan langsung distribusi untuk memindahkan produk dari
pabrikan kepada konsumen.
Akhirnya, dampak berbagai usaha pemasaran suatu perusahaansebagian
besar ditentukan oleh persepsi konsumen terhadap semua usaha ini, Jadi para
pemasar harus senantiasa mewaspadai persepsi konsumen dengan mensponsori
riset konsumen, daripada bergantung kepada dampak pesan-pesan pemasaran
mereka yang diharapkan.
Masukan Sosialbudaya
Tipe masukan yang kedua, lingkungan sosiobudaya, juga mempunyai pengaruh
besar terhadap konsumen. Masukan sosibudaya ( dipelajari pada di Bagian III )
terdiri dari berbagai macam pengaruh nonkomersial. Sebagai contoh, komentar
teman, editorial disurat kabar, pemakaian oleh anggota keluarga, artikel pada
Consumer Reports, atau pandangan para konsumen berpengalaman yang ikut serta
dalam kelompok diskusi khusus diinternet, semuanya itu merupakan smber informasi
nonkomersial. Pengaruh kelas sosial, budaya dan subbudaya, walaupun kurang
nyata, merupakan faktor-faktor masukan penting yang dihayati dan diserap dan
mempengaruhi bagaimana para konsumen menilai dan akhirnya mengadopsi (atau
menolak) produk. Aturan tingkah laku yang tidak tertulis yang disampaikan budaya
20
dengan halus menyatakan prilaku komsumsi mana yang harus dianggap”benar”
atau”salah” pada suatu waktu tertentu.
Dampak kumulatif usaha pemasaran setiap perusahaan: pengaruh keluarga,
teman-teman dan tetangga: dan atauran prilaku masyarakat yang ada semuanya
merupakan masukan yang mungkin mempengaruhi apa yang dibeli para konsumen
dan bagaimana mereka menggunakan apa yang merekan beli. Karena semua
pengaruh ini mungkin ditujukan kepada individu atau secara aktif dicari oleh individu,
panah berkepala dua digunakan untuk menghubungkan segmen masukan dan
proses dalam model tersebut (Gambar 1)
2. Proses
Komponen proses dalam model tersebut berhubungan dengan cara konsumen
mengambil keputusan.Untuk memahami proses ini, kita harus mempertimbangkan
pengaruh berbagai konsep psikologis yang dipelajari pada bagian II Bidang
psikologis mewakili pengaruh dalam diri (motivasi, persepsi, pembelajaran,
kepribadian dan sikap) yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan
konsumen ( apa yang mereka butuhkan atau ijnginkan, kesadaran mereka terhadap
berbagai pilihan produk, kegiatan mereka dalam pengumpulan informasi, dan
penilaian mereka mengenai berbagai alternatif ). Seperti yang digambarkan pada
komponen proses dan tinjauan model keputusan. (Gambar 16-2), tindakan
pengambilan keputusan konsumen terdiri dari tiga tahap: (1) Pengenalan
Kebutuhan, (2) Penelitian sebelum pembelian, dan (3) Penilaian berbagai
alternative.
21
Gambar 1. Model Pengambilan Keputusan Konsumen ( Perilaku Konsumen oleh Leon G. S & Leslie )
Pembelian 1. Percobaan 2. Pembelian ulang
Evaluasi Pembelian
Perilaku Setelah Pembelian
Pengenalan Kebutuhan
Penelitian sebelum pembelian
Evaluasi alternatif
Bidang Psikologi Motivaasi Persepsi Pembelajaran Kepribadian Sikap
Pengalaman
Perilaku Keputusan Konsumen
Masukan Lingkungan social budaya
Keluarga Sumber Informasi Sumber non komersial lain Kelas Sosial Subbudaya dan budaya
Usaha Pemasaran Produk Promosi Harga Saluran Distribusii
Pengaruh Eksternal
Proses
Keluaran
22
Pengenalan Kebutuhan.
Pengenalan kebutuhan mungkin terjadi ketika konsumen dihadapkan dengan suatu
persoalan. Proses mencari jalan keluar dari persoalan yang mereka hadapi seringkali
menjadi awal dalam mengidentifikasi kebutuhan. Dikalangan konsumen terdapat dua
gaya penegenalan kebutuhan. Beberapa konsumen merupakan tipe keadaan yang
sebenarnya, yang merasa bahwa mereka mempunyai masalah ketika sebuah produk
tidak dapat berfungsi secara memuaskan. Sebaliknya, konsumen lain adalah tipe
keadaan yang dinginkan, dimana bagi mereka keinginan terhadap suatu yang baru
dapat menggerakkan keputusan.
Penelitian Sebelum Pembelian
Penelitian sebelum pembelian dimulai ketika konsumen merasakan adanya
kebutuhan yang dapat dipenuni dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk.
Ingatan kepada pengalaman yang lalu (yang ditarik dari penyimpanan ingatan jangka
panjang) dapat memberikan informasi yang memadai kepada konsumen untuk
melakukan pilihan sekarang ini. Sebaliknya, jika konsumen tidak mempuyai
pengalaman sebelumnya, ia mungkin harus melakukan penelitian yang mendalam
mengenai keadaan di luar dirinya untuk memperoleh informasi yang berguna
sebagai dasar pemilihan.
23
Penilaian alternatif
Ketika menilai berbagai alternatif potensial, para konsumen cenderung
menggunakan dua macam informasi yaitu merek yang mereka rencanakan untuk
dipilih dan kriteria yang akan mereka pergunakan untuk menilai setiap merek.
3. Keluaran
Porsi keluaran dalam model ini menyangkut dua kegiatan pasca-pembelian
yang berhubungan erat : perilaku konsumen dan penilaian pasca-pembelian. Tujuan
kedua kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kepuasan konsumen terhadap
pembelian.
Perilaku pembelian
Para konsumen melakukan tiga tipe pembelian: pembelian percobaan, pembelian
ulangan, dan pembelian komitmen jangka panjang.
Penilaian Pasca-pembelian
Ketikan konsumen menggunakan suatu produk, terutama selama pembelian
percobaan, mereka menilai kinerja produk tersebut menurut berbagai harapan
mereka. Ada tiga hasil penilaian yang mungkin timbul yaitu kinerja yang
sesungguhnya sesuai dengan harapan yang menimbulkan perasaan netral, kinerja
melebihi harapan yang menimbulkan apa yng dikenal sebagai pemenuhan harapan
secara positif dan kinerja dibawah harapan yang pemenuhan kebutuhan secara
negative atau ketidakpuasan.
24
E. Bauran Pemasaran Jasa
Kotler (2000:15) mengemukakan bahwa definisi bauran pemasaran sebagai
berikut : “ Marketing Mix is the set of marketing tools that the firm uses to pursue its
marketing objective in the target market”. Bauran pemasaran adalah sekumpulan alat
pemasaran (marketing mix) yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai
tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Sementara Zeithaml and Bitner
(2001:18) mengemukakan definisi bauran pemasaran sebagai: “ Marketing Mix
defined as the element an organizations controls that can be used to satisfy or
communicate with customer. These elements appear as core decisions variables in
any marketing text or marketing plan”.
Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa bauran
pemasaran merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan,
diorganisir, dan digunakan dengan tepat, sehingga perusahaan dapat mencapai
tujuan pemasaran dengan efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen.
Selanjutnya Zeithaml dan Bitner mengemukakan konsep bauran pemasaran
tradisional terdiri dari 4P, yaitu produk, harga, tempat/lokasi, dan promosi.
Sementara itu, untuk pemasaran jasa perlu bauran pemasaran yang diperluas
dengan penambahan unsur-unsur yaitu people (orang), Physical evidence
(fasilitas fisik) dan process (proses), sehingga menjadi tujuh unsur (7P). Masing-
masing dari tujuh unsur bauran pemasaran tersebut saling berhubungan dan
tergantung satu sama lainnya dan mempunyai suatu bauran yang optimal sesuai
dengan karakteristik segmennya (Zeithaml, 2000:18-21).
25
Adapun elemen-elemen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Produk Jasa
Produk adalah merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang
memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan
dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi
membeli benefit dan value dari pruduk tersebut” the offr, Terutama Pada produk jasa
yang kita kenal tidak menimbulkan beralihnya kepemilikan dari penyedia jasa kepada
konsumen.
Produk jasa menurut Kotler (2000:428) merupakan “segala sesuatu yang
dapat ditawarkan podusen untuk diperhatikan, minta, dicari, dibeli, digunakan atau
keinginan pasar yang bersangkutan”.
Dimana menurut Huriyati (2005:50), produk jasa merupakan suatu kinerja
penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki,
serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jas
tersebut.
Adapun unsur-unsur dari produk jasa menurut Zeithaml dan Bitner (2000:19)
antara lain fitur-fitur fisik dari barang, tingkat kualitas, aksesoris, kemasan, jaminan,
lini produk dan merek.
Jadi pada dasarnya produk adalah sekumpulan nilai kepuasan yang
kompleks. Nilai sebuah produk ditetapkan oleh pembeli berdasarkan manfaat yang
akan mereka terima dari produk tersebut.
26
2. Tarif Jasa
Penentuan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa karena
harga menentukan pendapatan dari suatu usaha atau bisnis. Keputusan penentuan
harga juga signifikan di dalam penentuan nilai/ manfaat yang dapat diberikan kepada
pelanggan dan memainkan peranan penting dalam gambaran kualitas jasa.
Keputusan penentuan tarif dari sebuah produk jasa baru harus memperhatikan
beberapa hal. Hal yang paling utama adalah bahwa keputusan penentuan tariff harus
sesuai dengan strategi pemasaran secara keseluruhan. Perubahan berbagai tarif di
berbagai pasar juga harus menjadi bahan pertimbangan. Secara singkat, prinsip-
prinsip penetapan harga, seperti diusulkan oleh Kotler (1996) dikutip dari Zeithalm
dan Bitner (2000:436) adalah sebgai berikut:
a. Perusahaan harus mempertimbangkan sejumlah faktor dalam menetapkan harga,
mencakup : pemilihan tujuan, penetapan harga, menentukan tingkat permintaan,
prakiraan biaya, menganalisis harga yang ditetapkan dan produk yang ditawarkan
pesaing, pemilihan metode penetapan harga, serta menentukan harga akhir.
b. Perusahaan tidak harus selalu berupaya mencapai profit maksimum melalui
penetapan harha maksimum, tetapi dapat pula dicapai dengan cara
memaksimumkan penerimaan sekarang, memaksimumkan penguasaan pasar
atau kemungkinan lainnya.
c. Pasar pemasar hendaknya memahami seberapa responsif permintaan terhadap
perubahan harga. Untuk mengevaluasi sensitifitas harga, para pemasar dapat
menghitung elastisitas permintaan.
27
d. Berbagai jenis biaya harus dipertimbangkan dalam menetapkan harga, termasuk
didalamnya adalah biaya langsing dan tidak langsung, biaya tetap dan biaya
variabel, serta biaya-biaya lainnya.
e. Harga-harga pesaing akan mempengaruhi tingkat permintaan jasa yang
ditawarkan sehingga harga pesaing harus turut dipertimbangkan dalam proses
penetapan harga.
f. Berbagai cara atau variasi penetapan harga yang ada mencakup markup,
sasaran perolehan, nilai yang dapat diterima, faktor psikologis dan harga lainnya.
g. Setelah menetapkan struktur harga, perusahaan menyesuaikan harga promosi,
serta harga bauran produk.
3. Tempat/ Lokasi Pelayanan
Untuk produk dalam industri manufaktur place dapat diartikan sebagai saluran
distribusi, sementara untuk produk jasa place dapat diartikan sebagai tempat
pelayanan jasa. Lokasi pelayanan jasa yang digunakan dalam memasok jasa
kepada pelanggan yang dituju merupakan keputusan kunci. Keputusan mengenai
lokasi pelayanan yang akan digunakan melibatkan pertimbangan bagaimana
penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan berlangsung. Dimana hal
ini akan melibatkan pertimbangan bagaimana interaksi antara organisasi penyedia
jasa dan pelanggan serta keputusan tentang apakah organisasi tersebut
memerlukan satu lokasi atau beberapa lokasi.
Penting atau tidaknya sebuah lokasi akan sangat bergantung pada jenis jasa
yang ditawarkan. Cowell ( 1991:87) yang dikutip dari Hurriyati (2005:56) telah
28
berhasil meringkas beberapa kunci yang harus dipertimbangkan oleh seorang
manajer jasa sebagai berikut :
a. Apa yang diperlukan pasar ? bila jasa tidak tersedia di suatu lokasi yang nyaman
pembelian jasa akan terhambat atau tertunda selain itu menyebabkan pelanggan
merubah pikiran atau merubah pilihan mereka ?
b. Kecenderungan apa yang ada di dalam sector aktivitas jasa dimana organisasi
jasa beroperasi ? apakah persaingan dapat memasuki pasar ?
c. Sejauhmana kefleksibelan jasa ? apakah jasa itu berorientasi teknologi atau
orang dan sejauh mana kefleksibelannya terpengaruh oleh lokasi?
d. Apakah organisasi mempunyai kewajiban untuk menempatkan jasa di suatu
lokasi yang nyaman ?
e. Apakah system prosedur dan teknologi baru dapat dipakai untuk mengatasi
kelemahan keputusan lokasi yang lama ?
f. Sejauhmana kepentingan jasa pelengkap terhadap keputusan lokasi ?
g. Apakah lokasi organisasi sejenis mempengaruhi keputusan lokasi ?
Pertanyaan-pertanyaan diatas dapat digunakan oleh pemasaran jasa untuk
membuat keputusan mengenai lokasi. Selain itu, pemilihan tempat atau lokasi
memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut .
a. Akses, misalnya lokasi yang mudah dijangkau sarana transportasi umum.
b. Visibilitas, misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan.
29
c. Lalu lintas (traffic), dimana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu (1)
banyaknya orang yang lalu-lalang dapat memberikan peluang besar terjadinya
impulse buying, (2) kepadatan dan kemacetan lalu lintas dapat pula menjadi
hambatan.
d. Tempat parkir yang luas dan aman.
e. Ekspansi, tersedia tempat yang cukup untuk perluasan usaha di kemudian hari.
f. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan.
g. Persaingan, yaitu lokasi pesaing.
4. Promosi
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program
pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah
mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk tersebut akan berguna bagi mereka,
maka mereka tidak akan pernah membelinya. Pada hakikatnya menurut Buchari
Alma (2004:179) yang dikutip dari Ratih Hurriyati (2005:57):”promosi adalah bentuk
komunikasi pemasaran yang merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar
sasaran atau perusahaan dan produknya agar tersedia menerima, membeli, dan
loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan bersangkutan”.
30
Yang perlu diperhatikan dalam promosi adalah pemilihan bauran promosi (promotion
mix ). Promotion mix terdiri dari :
Personal Selling adalah komunikasi langsung antara penjual dan calon
pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk, sehingga membentuk
suatu pemahaman terhadap produk sehingga mereka akan mencoba dan
membelinya.
Mass Selling merupakan pendekatan yang menggunakan media
komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam
satu waktu.
Sales promotion adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan
berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk
dengan segera dan atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli
pelanggan.
Public relation merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu
perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap
berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut.
Direct Marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang
memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon
yang terukur dan atau transaksi di sembarang lokasi.
Word of mouth merupakan salah satu ciri khusus dari promosi dalam
bisnis jasa, dimana hal ini penting dalam penyerahan dan komunikasi dari
mulut ke mulut.
31
5. Orang/Partisipan
Munurut Zeithaml and Bitner (2000:19) “People is all human actors who pay ini
service delivery and thus influence the buyer’s perceptions; namely, the firm’s
personnel, the customer and other customers in the service environment”.
Orang (people) adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam
penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen-elemen
dari “people” adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam
lingkungan jasa.
Menurut Ratih Huriyati (2005:63) elemen people ini memiliki 2 aspek yaitu :
a. Service People
Untuk organisasi jasa, service people biasanya memegang jabatan ganda,
yaitu mengadakan jasa dan menjual jasa tersebut. Melalui pelayanan yang
baik, cepat, ramah, teliti, dan akurat dapat menciptakan kepuasan dan
kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan yang akhirnya akan meningkatkan
nama baik perusahaan.
b. Customer
Faktor lain yang mempengaruhi adalah hubungan yang ada diantara para
pelanggan. Pelanggan dapat memberikan persepsi kepada nasabah lain,
tentang kualitas jasa yang pernah didapatnya dari perusahaan. Keberhasilan
dari perusahaan jasa berkaitan erat dengan seleksi, pelatihan, motivasi, dan
manajemen dari sumber daya manusia.
32
6. Sarana Fisik
Sarana fisik menurut Zeithaml dan Bitner (2000:20) “ the interact and any
tangible component that facilitate performance or communication of the service”.
Sarana fisik ini merupakan suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi
keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang
ditawarkan. Unsur-unsur yang termasuk di dalam sarana fisik antara lain lingkungan
fisik, dalam hal ini bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-
barang lainnya yang disatukan dengan service yang diberikan seperti tiket, sampul,
label, dan lain sebagainya.
7. Proses
Proses menurut Zeithaml and Bitner (2000:20) adalah “the actual procedures,
mechanism, and flow of activities by which the service is delivered the service
delivery and operating system”. Proses adalah semua prosedur actual, mekanisme,
dan aliran aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses ini
mempunyai arti suatu perusahaan dalam menjalankan dan melaksanakan
aktifitasnya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Seluruh aktifitas kerja adalah proses, proses melibatkan prosedur-prosedur,
tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanisme-mekanisme, aktifitas-aktifitas dan rutinitas-
rutinitas dengan apa produk disalurkan ke pelanggan.
F. Kredit Konsumtif BNI
Kredit Konsumtif menurut terminology sebelumnya merupakan consumer
Loan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan dan bagi debitur yang ingin
33
membeli barang kebutuhan – kebutuhan konsumtif. BNI juga memiliki beberapa jenis
kredit konsumtif antara lain :
1. BNI Fleksi
Produk layanan BNI Fleksi memberikan Anda kemudahan memperoleh kredit
tanpa agunan.
FASILITAS
Kredit Rp. 5 juta s/d Rp. 30 juta (untuk pegawai) dan Rp. 15 juta (untuk
pensiunan).
MANFAAT
Leluasa dalam pemanfaatan
Fleksibel jangka waktu pembayaran maksimal 5 tahun atau disesuaikan
dengan kemampuan.
PERSYARATAN
Warga Negara Indonesia,
Berpenghasilan tetap, masa kerja minimal 3 tahun,
Usia minimal 21 tahun dan pada usia 55 tahun kredit sudah lunas, khusus
pensiunan usia 60 tahun kredit sudah lunas.
2. BNI Griya
BNI Griya adalah fasilitas kredit untuk pembelian/ pembangunan/ renovasi
rumah tinggal, rumah susun, ruko, rukan, apartemen dan rumah peristirahatan (villa)
34
atau untuk pembelian kavling/tanah matang di real estate, kavling pemerintah atau
swasta.
FASILITAS
Minimal kredit Rp 10 juta dan maksimal Rp 5 miliar.
MANFAAT
Bebas milih lokasi rumah / kavling idaman.
Fleksibel, jangka waktu pembayaran maksimal 20 tahun atau disesuaikan
dengan kemampuan pembayaran.
PERSYARATAN
Warga Negara Indonesia.
Berpenghasilan tetap, masa kerja minimal 2 tahun.
Usia minimal 21 tahun dan pada usia 55 tahun kredit sudah lunas, khusus
pensiunan usia 60 tahun kredit sudah lunas.
Self financing minimal 20% dari harga tanah berikut rumah yang akan dibiayai
dan self financing dapat berupa tanah yang telah dimiliki.
Mengisi formulir dan melengkapi dokumen penunjang.
3. BNI Multiguna
Fasilitas kredit untuk keperluan yang bersifat konsumtif atau serba guna.
Fasilitas:
Minimal Rp. 5 juta dan maksimal Rp. 250 juta
35
Keunggulan:
Leluasa dalam penggunaan dana, misalnya:
Renovasi Rumah
Biaya Tanah
Biaya Sekolah
Biaya Perawatan Kesehatan
Pembelian barang elektronik/furniture, atau
Keperluan Konsumtif Lain.
Fleksibel, jangka waktu pembayaran maksimal 5 (lima) tahun atau
disesuaikan dengan kemampuan.
Persyaratan:
Warga Negara Indonesia.
Berpenghasilan tetap, masa kerja minimal 2 (dua) tahun.
Usia minimal 21 tahun dan pada usia 55 tahun kredit sudah lunas, khusus
bagi pensiunan usia 60 kredit sudah lunas.
Menjaminkan tanah berikut bangunan rumah yang ditempati peminjam
dengan status SHGB atau SHM atau SHP dan memiliki IMB.
36
4. BNI Oto
BNI Oto adalah fasilitas kredit untuk pembelian kendaraan bermotor dengan
jaminan berupa kendaraan bermotor yang dibiayai tersebut
FASILITAS
Minimal kredit Rp 5 juta dan maksimal Rp 1 miliar.
MANFAAT
Leluasa dalam penggunaan dana, misalnya untuk :
Pembelian kendaraan roda empat baru (segala jenis / merek)
Pembelian kendaraan roda empat bekas (hanya untuk merek buatan Jepang
dan Eropa), dengan batasan usia kendaraan *) sampai dengan jatuh tempo
kredit maksimal 5 tahun.
Refinancing kendaraan roda empat (hanya untuk merek buatan Jepang dan
Eropa), maksimal usia kendaraan adalah 1 tahun *).
Pembelian kendaraan roda dua baru (hanya untuk merek Yamaha, Honda
dan Suzuki).
Fleksibel, jangka waktu pembayaran maksimal 5 (lima) tahun atau
disesuaikan dengan kemampuan.
Bunga kompetitif dan bebas propisi.
Self financing dapat dinegosiasikan **)
PERSYARATAN
37
Warga Negara Indonesia
Berpenghasilan tetap, masa kerja minimal 2 tahun,
Usia minimal 21 tahun dan pada usia 55 tahun kredit sudah lunas.
G. Kerangka Pikir
Dalam rangka meningkatkan pengguna kredit konsumtifnya, BNI Bulukumba
seharusnya mulai untuk memperbaharui program pemasarannya.
Program pemasaran tersebut dimulai dengan mengidentifikasi karakteristik
pembeli mereka. Karakteristik tersebut dapat dilihat dari bagaimana seorang
konsumen akhirnya memiliki kredit konsumtif di BNI Bulukumba. Dengan mengetahui
karakter pembeli dan sesuatu yang mempengaruhi mereka, maka dapat
dikembangkan formulasi baru yang dapat menunjang peningkatan pemasaran
produk tersebut diatas.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa keputusan konsumen
terhadap sebuah produk dipengaruhi oleh dua hal yaitu lingkungan sosial budaya
dan usaha pemasaran perusahaan. Lingkungan sosialbudaya merupakan faktor
yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Sehingga, penelitian ini akan
difokuskan pada usaha pemasaran perusahaan. Usaha pemasaran perusahaan
dapat diidentifikasi melalui tujuh bauran pemasaran jasa yaitu produk, tarif jasa,
tempat/lokasi pelayanan, promosi, orang/partisan, sarana fisik dan proses.
Ketujuh bauran pemasaran tersebut kemudian dinilai berpengaruh terhadap
proses pengambilan keputusan Konsumen berupa pengenalan kebutuhan, peneltian
sebelum pembelian , evaluasi altenatif dan akhirnya membeli.
38
Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dapat digambarkan pada skema berikut :
.
Gambar 2. Kerangkan Pikir
Program Pemasaran Kredit Konsumtif
Produk X1
Tarif Jasa X2
Tempat/Lokasi X3
Promosi X4
Orang/Partisan X5
Sarana Fisik X6
Proses X7
BAURAN PEMASARAN JASA
Keputusan Pengambilan Kredit Konsumtif
Respon Konsumen
39
H. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka penelitian ini akan melakukan pengujian terhadap hipotesis
berikut :
1. Diduga bahwa elemen-elemen bauran pemasaran jasa berupa produk, tarif jasa,
promosi, tempat pelayanan, karyawan, sarana fisik dan proses berpengaruh
signifikan terhadap keputusan konsumen dalam menggunakan kredit konsumtif di
BNI Bulukumba.
2. Diduga pula bahwa elemen proses merupakan yang paling berpengaruh dominan
terhadap keputusan konsumen dalam menggunakan kredit konsumtif di BNI
Bulukumba.
Kedua hipotesis diatas dipengaruhi oleh beberapa tesis yang sebelumnya
ditulis dengan objek kajian berupa jenis kredit dan tempat penelitian berbeda.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Kedua pendekatan tersebut dipergunakan secara simultan dalam peneltian ini.
Pendekatan kualitatif dipergunakan dan pengumpulan data berupa karakteritik
pengguna kredit yang berkaitan dengan bauran pemasaran. Pendekatan selanjutnya
mengukur secara kuantitatif kekuatan dari masing-masing faktor tersebut.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dalam rangka penulisan tesis ini akan dilakukan di PT. Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Utama Bulukumba. Dimana, kantor
cabang ini beroperasi di 4 (empat) wilayah kabupaten antara lain kabupaten
Bulukumba, Kabupaten Sinjai, kabupaten Bantaeng dan kabupaten Jeneponto.
Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2008. Objek yang diteliti adalah faktor-
faktor bauran pemasaran yang dominan mempengaruhi pengguna kredit konsumtif .
Pemilihan BNI Bulukumba didasarkan atas pertimbangan bahwa cukup
besarnya rentang antara data industri yang telah digambarkan tabel 2 dalam bab
pendahuluan dan realisasi kredit dari BNI Bulukumba yang digambarkan dalam tabel
3 bab pendahuluan. Besarnya rentang tersebut memberikan potensi ini diharapkan
memberikan akurasi terhadap hasil pengolahan data yang dilakukan, sehingga
41
memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap masalah yang dihadapi. yang
Dan pertimbangan lainnya adalah kemudahan terhadap akses data, sehubungan
penulis yang juga bekerja di kantor tersebut.
C. Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam peneltiain ini, dapat digolongkan kedalam dua
macam data, yaitu :
1. Data primer
Data jenis ini merupakan data yang diperoleh oleh peneliti dari sumber
pertama atau responden secara langsung. Data primer dalam peneltian ini
berupa data hasil wawancara ataupun questioner yang dikumpulkan langsung
dari responden.
2. Data sekunder,
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh pihak perusahaan
yang dikaji, dimana dalam hal ini adalah data dari BNI Bulukumba. Data dari
BNI Bulukumba tersebut berupa data maksimum kredit, jumlah debitur, jumlah
outstanding produk dan data debitur bersangkutan. Data sekunder lainnya
diperoleh dari sumber seperti Bank Indonesia untuk mengetahui realisasi
kredit konsumtif untuk kabupaten Bulukumba, dan juga data yang berasal dari
publikasi-pubilkasi tertentu.
42
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dipertanggunjawabkan keabsahannya, maka
peneliti melakukan beberapa metode penellitian sebagai berikut :
1. Wawancara
Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data dari pegawai bank yang
berperan langsung dalam proses penyaluran kredit dan pelayanan pasca
pemberian kredit.
2. Kuesioner
Teknik ini dilakukan untuk memperoleh respon dari para pengguna kredit
terhadap layanan jasa kredit yang telah dinikmatinya. Teknik ini dilakukan
terhadap para responden dengan jaminan bahwa jawaban mereka tidak akan
berpengaruh terhadap kredit yang mereka nikmati saat ini dan yang akan
datang. Hal ini penting untuk memperoleh data yang lebih akurat.
3. Observasi
Teknik banyak digunakan dalam penelitian pendahuluan berupa pengumpulan
data awal dari perusahan yang dijadikan bahan kajian. Hasil dari teknik ini
yang dijadikan dasar bagi peneliti untuk menentukan lokasi dan jadi atau
tidaknya sebuah penelitian.
43
E. Populasi Dan Data Sampel
Dalam penelitian ini terdapat nasabah-nasabah kredit konsumtif berdasarkan
jenis produknya yang dapat dijadikan sampel , antara lain :
Tabel 5. Realisasi Kredit Konsumtif
JENIS JUMLAH DEBITUR ( Orang )
MAKSIMUM
( Milyar Rupiah)
OUTSTANDING
( Milyar Rupiah)
BNI KPR 95 5.52 4.90
BNI AUTO 4 0.13 0.13
BNI MULTIGUNA 37 1.88 1.10
BNI FLEKSI 87 1.00 0.50
TOTAL 223 8.53 6.50
Sumber : Neraca Akhir Tahun 2008
Data tersebut diatas diambil berdasarkan kondisi debitur per Maret 2008. dari tabel
diatas terlihat bahwa terdapat 223 total populasi yang dapat dijadikan sampel
responden. Jenis produk diatas kesemuanya merupakn kredit konsumtif yang
perbedaaannya hanya terletak pada jenis penggunaannya. Sehingga, penarikan
sampel dapat dilakukan secara acak sederhana.
Namun melihat keterbatasan penelitian, maka peneliti merasa tidak perlu untuk
melakukan peneltian terhadap seluruh populasi. Namun, peneliti akan melakukan
pengambilan sampel saja. Adapun penentuan jumlah sampel yang dipergunakan
berdasarkan dari J. Supranto, akan ditetapkan berdasarkan metode Slovin dengan
tingkat kelonggaran 5%. Tingkat kelonggaran 5% masih cukup refresentatif untuk
penelitian yang sedang dilakukan.
44
Adapun formulasinya adalah sebagai berikut :
21 eNN
n
dimana
N = Ukuran Populasi
n = Ukuran sampel
e = Prosentase Kelonggaran
sehinggan
orang 1441,143..
05,02231
2232
n
Jumlah sampel yang didapat berdasarkan Metode Slovin adalah 144 orang. Namun,
karena terdapat beberapa jenis kredit konsumtif yang berbeda maka pengambilan
sample akan dilakukan secara proporsional berdasarkan kontribusinya terhadap
populasi data. Adapun proporsi pengambilan data sampel berdasarkan jenis kredit
adalah sebagai berikut:
BNI Griya : 61 sampel
BNI Oto : 3 sampel
BNI Multiguna : 24 sampel
BNI Fleksi : 57 sampel
Dan pengambilan data dari masing-masing jenis kredit dilakukan dengan cara
menarik sampel dengan sistem acak sederhana.
45
F. Metode Analisis
Untuk pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini,
maka dilakukan antara lain :
1. Metode analisis kualitatif deskriptif
Metode ini dilakukan dengan menganalisis data kualitatif yang diperoleh
melalui wawancara dan dokumen di BNI Bulukumba. Untuk mengetahui kesesuaian
persepsi pelanggan mengenai bauran pemasaran jasa yang mempengaruhi
keputusan pelanggan berada dalam kategori: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah
dan sangat rendah dibuat kriteria pengklasifikasian yang mengacau pada ketentuan
yang dikemukakan oleh Husein Umar (1998: 225) sebagai berikut:
1. Menentukan banyaknya kelas (k). banyaknya kelas ditentukan sebanyak lima
kelas yakni Sangat Setuju, Tinggi, Kurang Setuju, Tidak setuju, Sangat tidak
setuju.
2. Menentukan range (r) = skor maksimal (Xmax) – skor minimal (Xmin)
Dimana,
Skor maksimal = jumlah responden x bobot tertinggi
Skor minimal = jumlah responden x bobot terendah
3. Menentukan lebar kelas (L) = r/k
4. Menentukan batas bawah kelas pertama
X1b (batas bawah kelas pertama) = Xmin
X1a (batas atas kelas pertama) = Xmin + L
46
2. Method of Successive Interval
Dalam analisis regresi sebagaimana analisis multivariate lainnya mensyaratkan data
yang digunakan minimal harus berskala interval, oleh karena itu data hasil penelitian
yang masih berupa skala ordinal harus ditransformasikan ke skala interval dengan
menggunakan Method of Successive Interval. Langkah-langkah dalam
mentransformasi data tersebut adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil jawaban responden, untuk setiap penyataan, hitung
frekuensi (f) setiap 1 pilihan jawaban.
b. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap penyataan, hitung proporsi
(p) setiap pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi dengan jumlah
responden.
c. Berdasarkan proporsi tersebut untuk setiap pernyataan, hitung proporsi
kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.
d. Untuk setiap pernyataan, tentukan nilai batas untuk Z (tabel distribusi normal)
untuk setiap pilihan jawaban.
e. Menghitung nilai densitas untuk setiap proporsi kumulatif dengan
memasukkan nilai Z pada rumus distribusi normal.
f. Tentukan scale value (nilai interval rata-rata) untuk setiap pilihan jawaban
melalui persamaan berikut:
limit)lowerbelow(Arealimit)upperbelow(Area
limit)upperat(Densitylimit)lowerat(DensityValueScale
Dimana:
Density at lower limit, diperoleh dari tabel tinggi ordinat normal untuk pilihan jawaban dengan nilai yang lebih rendah.
47
Density at upper limit, diperoleh dari tabel ordinat normal untuk pilihan jawaban
dengan nilai yang tinggi. Area below upper limit, diperoleh dari kumulatif proporsi untuk pilihan jawaban
dengan nilai yang tinggi. Area below lower limit, diperoleh dari kumulatif proporsi untuk pilihan jawaban
dengan nilai yang lebih rendah.
g. Menentukan nilai tranformasi (nilai untuk skala interval) dengan rumus:
Nilai transformasi = Nilai Skala + | Nilai Skala Minimum | + 1
3. Faktor Analisis
Salah satu syarat data untuk regresi berganda selain data interval adalah input data
harus berupa data variabel bukan data indikator. Dalam penelitian ini pengukuran
terhadap variabel-variabel penelitian dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui
indikator-indikatornya. Suatu sistem Persamaan regresi berganda hanya dapat
diterapkan jika seluruh variabel yang terlibat bersifat observable (atau sudah tersedia
data dari variabel dan bukan data dari indikatornya).
Salah satu cara untuk memperoleh data variabel laten tersebut adalah dengan
menggunakan analisis faktor. Analisis Faktor merupakan salah satu dari analisis
ketergantungan (interdependensi) antar variabel. Prinsip dasar analisis faktor adalah
mengekstraksi sejumlah faktor bersama (common faktor) dari gugusan variabel asal
X1,X
2,…,X
p, sehingga:
48
a. Banyaknya faktor lebih sedikit dibandingkan dengan banyaknya variabel asal X
b. Sebagian besar informasi (ragam) variabel asal X tersimpan dalam sejumlah
faktor
Kegunaan analisis Faktor :
1. Mengekstraks unobservabel variabel (latent variable) dari variabel manifest
atau indikator. Atau mereduksi variabel menjadi variabel baru yang jumlahnya
lebih sedikit.
2. Mempermudah interpretasi hasil analisis, sehingga didapatkan informasi yang
realistik dan sangat berguna
3. Pengelompokan dan pemetaan obyek (mapping dan clustering) berdasarkan
karakteristik yang terkandung di dalam faktor.
4. Pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian (berupa kuesioner)
5. Dengan diperolehnya skor faktor, maka analisis faktor merupakan langkah
awal (sebagai data input) dari berbagai metode analisis data yang lain,
misalnya Analisis Diskriminan, analisis Regresi, Cluster Analysis, ANOVA,
MANCOVA, Analisis Path, Model Struktural, MDS, dan lain sebagainya.
4. Regresi linear berganda,
Analisis digunakan untuk mengolah data dan kemudian mengkajinya dalam
bentuk matematis dan komputerisasi guna menguji hipotesis tentang faktor-faktor
49
yang mempengaruhi keputusan penggunaan kredit konsumtif di BNI Bulukumba,
dengan persamaan sebagai berikut :
Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Dimana
Y = variabel terikat yaitu berupa tanggapan responden mengenai keputusan
konsumen dalam menggunakan kredit konsumtif di BNI Bulukumba.
X1 = variabel bebas berupa tanggapan responden terhadap variabel produk.
X2 = variabel bebas berupa tanggapan responden terhadap variabel Harga.
X3 = variabel bebas berupa tanggapan responden terhadap variabel Promosi.
X4 = variabel bebas berupa tanggapan responden terhadap varibel Tempat.
X5 = variabel bebas berupa tanggapan responden terhadap variabel
Karyawan.
X6 = variabel bebas berupa tanggapan responden terhadap variabel Sarana
Fisik.
X7 = variabel bebas berupa tanggapan responden terhadap variabel proses .
b0 = konstanta
b1 , b2 ,b3 ,b4 ,b5 ,b6 ,b7 + konstanta regresi
E = standar error
50
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikansi dari koefisien regresi, unsur-unsur
yang berpengaruh terhadap keputusan pengggunaan kredit konsumtif di BNI
Bulukumba digunakan :
Uji Serempak (Uji F) untuk pengujian Hipotesis pertama
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebasnya secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel
terikat. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan FTabel
pada derajat kesalahan 5% (α =0.05). Apabila nilai FHitung lebih besar nilai
FTabel maka berarti variabel bebasnya secara serempak memberikan pengaruh
yang bermakna terhadap variable terikat atau hipotesis pertama diterima.
Adapun rumusan untuk Fhitung adalah sebagai berikut :
1/1/
1/
/2
2
knR
kR
knSS
kSSF
reg
reg
dimana R2 = koefisien determinasi
k = jumlah variabel dependen dan independent.
n = jumlah sample
Uji Parsial (Uji t) untuk pengujan hipotesis kedua
Uji ini adalah untuk mengetahui apakah pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat bermakna atau tidak. Pengujian dilakukan
dengan membandingkan antara nilai tHitung masing masing variabel bebas
dengan nilai tTabel dengan derajat kesalahan 5% (α=0.05). Apabila nilai tHitung
51
lebih besar atau sama dengan ttabel , maka vaiebel bebasnya memberikan
pengaruh bermakna terhadap variabel terikat. Adapun rumusan untuk thitung
adalah sebagai berikut :
n
nn
SE
bt
dimana b = koefisien regresi varibel n
SEn = standard error variabel b
Disamping itu uji ini sekaligus digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh masing-masing variabel bebas tersebut yang mempengaruhi keputusan
pengambilan kredit konsumtif, dengan nilai t masing-masing variabel. Berdasarkan
nilai t itu, maka dapat diketahui variabel bebas mana yang mempunyai pengaruh
paling bermakna atau signifikan mempengaruhi variabel terikat.
G. Definisi Operasional.
Definisi operasional ini dilakukan untuk dapat menyeragamkan persepsi
terhadap variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini .
Adapun varibel-variabel yang akan dipergunakan dalam penelitian ini antara
lain :
1. Variabel Keputusan Penggunaan Kredit Konsumtif (Y)
Faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih kredit
konsumtif di BNI Bulukumba adalah tindakan konsumen untuk
mempergunakan kredit konsumtif di BNI Bulukumba yang sesuai dengan
52
kebutuhan dan keinginannya. Variabel ini dapat dilihat dari keputusan pembeli
dengan indikator sebagai berikut :
Pengguna kredit sadar untuk menggunakan kredit dalam memenuhi
kebutuhan konsumtif mereka.
Sebelum memilih kredit konsumtif di BNI Bulukumba, konsumen terlebih
dahulu mencari informasi tentang produk tersebut.
Setelah mendapat informasi tentang kredit konsumtif, konsumen
melakukan evaluasi dan mempertimbangkan dengan baik dan teliti
terhadap berbagai alternatif sebelum mengambil keputusan untuk
menggunakan.
Pengguna kredit akhirnya memutuskan untuk mempergunakan kredit di
BNI Bulukumba setelah mempertimbangkan kebutuhan dan produk yang
ditawarkan.
2. Variabel Produk atau X1
Produk dalam terminologinya merupakan keseluruhan konsep objek atau
proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen.
Sehubungan dengan penetian yang berfokus pada barang jasa kredit , maka
terdapat beberapa hal yang dapat diukur dari variabel ini antara lain :
Jenis produk yang ditawarkan cukup beragan sesuai dengan kebutuhan
konsumen.
53
Jangka waktu pemakaian kredit sudah sesui dengan kebutuhan
konsumen.
Jumlah maksimum kredit yang diberikan telah sesuai dengan harapan
konsumen.
Keamanan terhadap jaminan yang diserahkan oleh konsumen kepada
pihak bank
3. Variabel Harga atau X2
Harga dapat dikatakan sebagai besarnya pengorbanan yang dikeluarkan oleh
konsumen untuk menkonsumsi prosuk atau jasa. Dalam penelitian ini, variabel
produk akan diukur berdasarkan antara lain :
Tingkat suku bunga yang ditetapkan untuk setiap jenis produk yang
dikonsumsi konsumen cukup bersaing.
Biaya propisi dan administrasi yang cukup ringan untuk masih-masing jenis
kredit yang ditawarkan.
Biaya asuransi yang dikenakan untuk setiap jenis kredit yang digunakan
konsumen.
Biaya pengikatan terhadap jaminan yang dikenakan untuk setiap jenis
produk masih sesuai harapan konsumen.
54
4. Variabel Promosi atau X3
Promosi merupakan proses penyampain produk kepada konsumen yang
dilakukan oleh BNI Bulukumba. Dalam penelitian ini, variabel promosi tersebut
dihitung berdasarkan antara lain :
Iklan-iklan kredit konsumtif BNI di TV, Radio dan Media cetak.
Brosur/leaflet kredit konsumtif BNI sangat menarik dan informative.
BNI melakukan sponsorship untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
Pegawai pemasaran aktif melakukan cross seling terhadap produk kredit
konsumtifnya.
5. Variabel Tempat atau X4
Variabel tempat dalam kredit adalah gabungan antara lokasi dan saluran
distribusi yang dimiliki oleh BNI Bulukumba dalam memasarkan kredit
konsumtifnya. Adapun indikator-indikator yang akan dikut mengenai tempat
adalah tanggapan konsumen terhadap:
Lokasi kantor BNI yang berada di lokasi yang strategi, sehingga mudah
untuk dijangkau.
Konsumen menggunakan kredit konsumtif BNI karena pengaruh dari pihak
yang memiliki kerjasama dengan BNI.
55
6. Variabel Karyawan atau X5
Variabel ini berkaitan dengan partisipasi karyawan BNI Bulukumba dalam
berhubungan dengan konsumen atau calon konsumen kredit konsumtif
mereka. Adapun indikator-indikator yang dapat diukur, antara lain :
Keramahan dan keakraban pegawai BNI Bulukumba
Penampilan dan cara berpakaian pegawai BNI Bulukumba
Kemampuan pegawai BNI dalam memberikan pemahaman mengenai
produk yang dinginkan.
7. Variabel Sarana Fisik atau X6
Variabel sarana fisik yang mempengaruhi konsumen dalam menggunakan
kredit konsumtif dapat dilihat melalui indikator sebagai berikut :
Gedung kantor yang memadai dalam memberikan pelayanan kredit
konsumtif
Tata ruang pelayanan yang cukup baik dan nyaman.
Kebersihan dan keamanan kantor yang memadai.
Ketersediaan alat bantu dalam melakukan transaksi konsumen.
Ketersedian ruang parkir
8. Variabel Proses atau X7
Sebagaimana telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka bahwa proses
merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari prosedur, jadual
56
pekerjaan, mekanisme, aktivitas dan hal-hal rutin, dimana jasa dihasilkan dan
disampaikan kepada konsumen. Maka, dalam penelitian ini akan dilakukan
penelitian terhadap :
Kemudahan konsumen dalam memenuhi persyaratan permohonan kredit .
Waktu pemrosesan kredit sejak permohonan hingga persetujuan kredit.
6
BAB IV
GAMBARAN UMUM
PT. BANK NEGARA INDONESIA (Persero) Tbk.
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia,
merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia.
Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama
yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia,
pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak
pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan
Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan
sebagai Hari Bank Nasional.
Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari
Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi
peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank
Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian
diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk
transaksi luar negeri. Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955,
status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah.
Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha
nasional.
58
Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari
identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai
akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal
sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI'
- ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988.
Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara
Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik
diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996.
Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan
lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan
identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga
menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara
terus-menerus.
Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan
untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan
mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI',
sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk
meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. Visi dan Misi Bank BNI
Visi BNI Menjadi Bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan dan kinerja
59
Pernyataan Visi
Menjadi Bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan terbaik dengan
harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial dan