11
ANALISA DOWNS Sumber : 1. Contemporary Orthodonics 4th ed, William R. Profit 2. Cephalometric Radiograpy, Thomas Rakosy 3. Basic Guides in Orthodontic Diagnosis, Peter Loh, DDM 4. Sefalometri, Eky. S. Soemantri

Analisa Downs

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisa Downs

ANALISA DOWNS

Sumber : 1. Contemporary Orthodonics 4th ed, William R. Profit

2. Cephalometric Radiograpy, Thomas Rakosy

3. Basic Guides in Orthodontic Diagnosis, Peter Loh, DDM

4. Sefalometri, Eky. S. Soemantri

Page 2: Analisa Downs

BAB IPENDAHULUAN

Analisis sefalometri diperlukan oleh klinisi untuk memperhitungkan hubungan fasial dan dental dari pasien dan membandingkannya dengan morfologi fasial dan dental yang normal. Analisis ini akan membantu klinisi dalam perawatan ketika membuat diagnosis dan rencana perawatan, serta melihat perubahan-perubahan selama perawatan dan setelah perawatan ortodontik selesai.

Page 3: Analisa Downs

BAB IIANALISA DOWNS

Metode ini dikenalkan pada tahun 1948, kemudian dimodifikasi dengan menyederhanakan dan menambah beberapa hal. Yakni dengan mengadakan pemeriksaan sefalometri dan klinik secara langsung sehingga metode ini ini tidak begitu matematik.

Titik dan bidang yang digunakan dalam analisa DownsNasion : Sutura antara tulang frontal dan tulang nasalTitik Bolton : Titik paling tinggi dari kecembungan dibelakang kondilus ospitalTengah Sela tursika : Berlokasi dalam tengah tengah FosaOrbital : titik paling bawah pada margin infrorbital kiriPorion : Titik paling tinggi pada permukaan superior darijaringan lunak dari meatus akustikus eksternalPogonion : Titik paling anterior dari garis tengah mandibulaTitik A (subspinal) : titik paling dalam pada maksila diantara spina nasalis anterior dgn prosthionTitik B (supramentale) : Titik terdalam pada mandibula diantara infradental dengan pogonion.Gnathion : titik pada dagu yang dibuat dari sudut perpotongan antara bidang fasial dengan bidang mandibula.Bidang Bolton : Garis yang dibuat antara nasion ketitik BoltonFrankfort Horizontal (sefalometrik) :Bidang horizontal yang berjalan melewati sefalometrik porion kiri dan kanan dan orbita kiriBidang mandibula : Garis tepi bawah mandibula bersinggungan dengan sudut gonion dan gambaran profil dari simpisisBidang Fasial : garis dari masion kepogonionBasis Gigi : Garismelewati titik A dan BBidang Oklusal : Garis yang membagi dua oklusi gigi molar pertama dan insisif pertama. Jika insisif belum penuh erupsinya atau supraoklusi atau infraoklusi, oklusi ditentukan oleh umum ditentukan oleh gigi premolarSumbu Y : Garis dari sela tursika ke gnathionSudut kecembungan (angle of convexity) : dibentuk dari perpotongan garis antara nasion ke titik A dengan garis dari titik A ke Pogonion.Bidang fasial : Sudut sebelah dalam yang dibentuk oleh perpotongan dari Frankfort Horisontal dengan bidang fasial.

Page 4: Analisa Downs

NORMA DAN VARIABLE DALAM ANALISIS DOWNSGARIS REFERENSI HORIZONTAL : FRANKFORT HORIZONTAL

Variabel dan Norma Rata-rata SD Jarak (derajat)

SkeletalSudut FacialSudut KecembunganBidang AP ke bidang fasialSudut bidang mandibulaSumbu Y ke frankfort horizontal

Dental Inklinasi bidang oklusalSudut intersisalInklinasi gigi insisif RB ke bidang oklusalInklinasi gigi insisif RB ke bidang mandibulaInklinasi gigi insisif RB ke bidang AP

87,80

-4,621,959,4

9,3135,414,591,42,7

+/- 3,575,093,673,823,82

3,835,763,483,781,8

82-95-8,5 s/d 10

-9 s/d 017 s/d 2853 s/d 66

1,5-14130-1503,5-20-8,5-7

-1 -5 (mm)

Page 5: Analisa Downs

BAB IIIMETODE INITIAL

Metode ini digunakan untuk menentukan :

I. Type dari skeletal facial, abstraction dari gigi-gigi dan processus alveolarisII. Hubungan gigi-gigi dan processsus alveolaris dengan skeletal facial

1. Penentuan skeletal FacialDowns menyatakan bahwa banyak klinisi mengklasifikasikan facial type menurut posisi anter-posterior dari mandibula baik melalui pemeriksaan langsung maupun melalui pemeriksaan fotografi. Bidang referensi yang dipakai dalam pengukuran- pengukuran ialah bidang FHP

Elemen-elemen yang perlu dipelajari adalah :

1. Facial Angle ( sudut fasial)Sudut facial menyatakan derajat retrusi atau protrusi dagu. Sudut ini diperoleh dengan membuat garis dari Nasion ke Pogonion (bidang fasial) dan sudut bagian bawah hasil perpotongannya dengan Frankfort Horizontal disebut sebagai sudut fasial. Ukuran rata-rata sudut ini adalah 87,8 . jika sudut lebih kecil dari 82 berarti bahwa dagu retrusi, hal ini biasa dihubungkan dengan kelainan oklusi kelas II. Sedangkan jika sudut lebih besar dari 95 menunjukkan dagu protrusi.

2. Sudut Konveksitas (angle of convexity)Sudut ini menunjukkan derajat protrusi dari maksila terhadap keseluruhan profil. Sudut ini dibentuk oleh dua garis, yaitu Nasion dan Pogonion, keduanya bertemu di titik A. Hasil perhitungan rata-rata pada grup kontrol ternyata merupakan garis lurus. Pada beberapa kasus sudut ini akan berhimpit dengan bidang fasial dan berukuran 0 . jika titik A terletak lebih ke belakangdari bidang fasial, sudut ini dibaca sebagai negatif, dan jika lebih ke depan dibaca sebagai positif. Variasi pada grup kontrol ditemukan sebesar + 10 cembung (konveks) sampai dengan -8,5 cekung (konkaf).

3. Bidang A-B (A-B plane)Posisi dari bidang ini dalam hubungan dengan fasial plane menunjukan relasi batas anterior dari tulang basal satu terhadap yang lain dan dalam relasi terhadap profil seluruhnya. Bidang ini dapat digunakan untuk mengetahui kesulitan-kesulitanyang dijumpai dalam menentukan kedudukan incisive yang benar, dan inklinasi axial yang cukup baik dari gigi-gigi diregio incisive.Garis AB bila diperpanjang ke atas dan membentuk sudut dengan fasial plane (N-A-Pg) bila perpanjangan dari AB jatuh di depan dari facial plane- nilainya negatif, adapun bila sebaliknya maka positif.Nilai rata- rata dari sudut yangdibentuk bidang AB dan facial plane -4,6.yang dianggap normal mulai dari 0 (sejajar facial plane ) sampai dengan -9

Page 6: Analisa Downs

4. Sudut Frankfurt bidang MandibulaSudut ini digunakan untuk melihat hubungan antara bidang Frankfurt dengan garis singgung batas bawah mandibula (bidang mandibula).pada grup kontrol dengan hubungan gigi-geligi yang baik, sudut yang dibentuk oleh dua bidang ini bervariasi antara 28 sampai dengan 17. Rata-rata sudut ini adalah 21,9. Korelasi koefisien antara sudut bidang mandibula dengan sudut fasial ditemukan sebesar -0,726 dimana diindikasikan jika sudut fasial bertambah kecil (dagu lebih kedepan) bidang mandibular cenderung bertambah besar ( tepi bawah mandibula lebih curam)

5. Sumbu Y (Y-axis)Sumbu ini digunakan untuk mengetahui arah/jurusan pertumbuhan dari muka kearah bawah dan ke depan. Sudut yang dibentuk oleh sumbu Y dan FHP nilai rata-ratanya adalah 59,4. Dan bervariasi antara 66-53. Pada umumnya type skeletik menjadi kurang baik untuk diukur bila sudut tersebut membesar.

2. Penentuan hubungan gigi-gigi dan processus alveolaris dengan skeletal facial

Elemen –elemen yang di pelajari adalah :

1. Inklinasi bidang oklusalUntuk dapat mengetahui angular dari bidang oklusal, maka ditarik suatu garis lurus yang melalui cusp dari M1 atas dan pertemuan I1. Tapi bila pada suatu maloklusi yang berat sehingga insisisv nya dalam posisi yang ekstrem maka kita menggunakan hanya molar dan premolar dalm menentukanbidang oklusal. Nilai rat-rata sudut yang dibentuk oleh oklusal plane dan FHP 9,3 dan bervariasi (yang masih dianggap normal)1,5 s/d14,3 Bidang oklusal mempunyai tendensi horizontal

2. Inklinasi Axial dari Insisif rahang Atas dan Rahang BawahSudut digunakan untuk mengukur derajat inklinasi dari gigi insisif. Untuk melihat relasi gigi insisif atas dan bawah ini ditarik garis melalui sumbu kedua gigi tersebut.Nilai rata-ratanya : 135,4Bervariasi antara 130 s/d 150,5

3. Inklinasi Axial insisif Rahang Bawah ke Bidang MandibulaBeberapa peneliti melaporkan bahwa relasi kedua bidang ini bervariasi dan rata-rata 90. Pada penelitian ditemukan rata-rata 91,4 derajat. Jika relasi rata-rata dari insisif bawah ke bidang oklusal kira-kira tegak lurus (90 derajat), ini menunjukkan inklinasi dari gigi ini dalam derajat deviasinya pada sudut tegak lurus dalam relasinya kepada bidang mandibular. Dengan demikian jika ujung inisial insisif terletak lebih ke labial (labial trip) ditentukan sebagai plus dikurangi oleh 90 derajat dan lingual tip sebagai minus,jika ukurannya lebih kecil dari 90 derajt. Variasi dari kontrol grup +7 derajat sampai dengan -8,5 derajat dan rata-ratanya adalah +1,4 derajat.

Page 7: Analisa Downs

4. Inklinasi Axial Insisif Rahang Bawah ke Bidang OklusalMetode ini digunakan untuk mengetahui relasi insisif dengan permukaan fungsional bidang oklusal. Telah diketahui bahwa bidang mandibula mempunyai variasi yang luas ketika berhubungan dengan pola skeletal yang ekstrim. Inklinasi axial dari insisif bawah ke bidang oklusal ditemukan sangt membantu untuk mengetahuidan menginterprestasikan sudut insisif dan bidang mandibula. Sudut bawah sebelah dalam dibaca daladeviasi plus atau minus dari sudut sebelah kanan yang tercatat.sudut ini rata-rata bervariasi antara +3,5 derajat sampai dengan rata-rata 14,5derajat.

5. Derajat Protrusi Insisif Rahang Atas

METHODE DOWNS YANG TELAH DIMODIFIKASI

Meliputi 1. Mempelajari skeletal

a) Penentuan type facialb) Hubungan tulang rahang atas dan rahang bawah

2. Hal-hal lain sebagai pelengkap dalam mempelajari skeletal3. Ramalan tentang pertumbuhan4. Mempelajari jaringan-jaringan lunak5. Mempelajari hubungan / relasi dari gigi-gigi skeletal dan gigi-gigi profil

Page 8: Analisa Downs

Sudut dan bidang yang digunakan dalam analisis Downs

Gambar Pengukuran yang digunakan dalam analisis Downs

1. Sudut bidang mandibula2. Sudut bidang oklusal3. Sumbu Y4. Sudut fasial5. Konveksitas6. Sudut insisif 7. Sudut dari gigi insisif bawah kebidang oklusal8. Sudut dari gigi insisifbawah ke bidang mandibula9. Sudut A-B ke bidang fasial10. Prutusi ujung gigi insisif pertamarahang atas dari bidang A-Pg (mm)

Page 9: Analisa Downs