49
Sasando Sasando Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote , Nusa Tenggara Timur . Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi. Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan

ALAT MUSIK TRADISIONAL

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Sasando

Sasando

Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.

Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.

Page 2: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Seruling

Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik.Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak dan emas atau campuran keduanya. Sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak.

Suling konser standar ditalakan di C dan mempunyai jangkauan nada 3 oktaf dimulai dari middle C. Akan tetapi, pada beberapa suling untuk para ahli ada kunci tambahan untuk mencapai nada B di bawah middle C. Ini berarti suling merupakan salah satu alat musik orkes yang tinggi, hanya piccolo yang lebih tinggi lagi dari suling. Piccolo adalah suling kecil yang ditalakan satu oktaf lebih tinggi dari suling konser standar. Piccolo juga umumnya digunakan dalam orkes. Suling konser modern memiliki banyak pilihan. Thumb key B-flat (diciptakan dan dirintis oleh Briccialdi) standar. B foot joint, akan tetapi, adalah pilihan ekstra untuk model menengah ke atas dan profesional. Suling open-holed, juga biasa disebut French Flute (di mana beberapa kunci memiliki lubang di tengahnya sehingga pemain harus menutupnya dengan jarinya) umum pada pemain tingkat konser. Namun beberapa pemain suling (terutama para pelajar, dan bahkan beberapa para ahli) memilih closed-hole plateau key. Para pelajar umumnya menggunakan penutup sementara untuk menutup lubang tersebut sampai mereka berhasil menguasai penempatan jari yang sangat tepat.

Beberapa orang mempercayai bahwa kunci open-hole mampu menghasilkan suara yang lebih keras dan lebih jelas pada nada-nada rendah. Suling konser disebut juga suling Boehm, atau suling saja.

Page 3: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Rebab

Adalah alat musik yang menggunakan penggesek dan mempunyai tiga atau dua utas tali dari dawai logam (tembaga) ini badannya menggunakan kayu nangka dan berongga di bagian dalam ditutup dengan kulit lembu yang dikeringkan sebagai pengeras suara. Alat ini juga digunakan sebagai pengiring gamelan, sebagai pelengkap untuk mengiringi sinden bernyanyi bersama-sama dengan kecapi. Dalam gamelan Jawa, fungsi rebab tidak hanya sebagai pelengkap untuk mengiringi nyanyian sindhen tetapi lebih berfungsi untuk menuntun arah lagu sindhen.

Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih. Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan dimainkan. Wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja. Maka alur lagu rebab memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing. Pada kebanyakan gendhing, rebab juga memberi tuntunan musikal kepada ansambel untuk beralih dari seksi yang satu ke yang lain.

Page 4: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Panting

Panting, adalah salah satu alat musik akustik pada perangkat musikpanting yang dipergunakan oleh para pemain musik pantingterutama di provinsi Kalimantan Selatan. Lagu-lagu yang dibawakanadalah lagu-lagu daerah dengan bahasa Banjar seperti KambangGoyang, Paris Barantai, dst. Pada umumnya alat musik ini terbuat daribahan kayu nangka.

Page 5: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Kolintang

Kolintang merupakan alat musik khas dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang mempunyai bahan dasar yaitu kayu yang jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar).

Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain.

Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa (th.1830). Pada saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh rombongannya.Adapun pemakaian kolintang erat hubungannya dengan kepercayaan tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-upacara ritual sehubungan dengan pemujaan arwah para leluhur. Itulah sebabnya dengan masuknya agama kristen di Minahasa, eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir menghilang sama sekali selama ± 100th.

Page 6: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Genggong

Alat musik ini termasuk dalam jenis alat musik tiup yang terbuat dari

pelepah daun enau. Secara etimologis kata genggong bersala dari

kata geng (suara tinggi) disebut genggong lanang dan gong (suara

rendah) disebut wadon, sehingga musik genggong selalu dimainkan

secara berpasangan. Musik genggong secara orkestra dapat

dimainkan dengan alat musik yang lain seperti petuq, seruling, rincik

dan lain-lain.

Page 7: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Saluang

Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang (Schizostachyum brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai. Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan

diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lemang, salah satu makanan tradisional Minangkabau. Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.

Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik nafas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernafasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahkan angok (menyisihkan nafas).

Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memiliki style tersendiri. Contoh dari style itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Style Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Style yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok.

Dahulu, khabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna

untuk menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi Daud.

Page 8: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Talempong.

Talempong adalah sebuah alat musik khas Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu, saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat tangga nada (berbeda-beda). Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.

Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tari piring yang khas, tari

pasambahan, tari gelombang,dll. Talempong juga digunakan untuk menyambut

tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan

tangga pranada DO dan diakhiri dengan SI. Talempong diiringi oleh akor yang

cara memainkanya sama dengan memainkan piano.

Celempong

Page 9: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Celempong adalah alat kesenian tradisional yang terdapat di daerah Kabupaten Tamiang. Alat ini terdiri dari beberapa potongan kayu dan cara memainkannya disusun diantara kedua kaki pemainnya.

Celempong dimainkan oleh kaum wanita terutama gadis-gadis, tapi sekarang hanya orang tua (wanita) saja yang dapat memainkannnya dengan sempurna. Celempong juga digunakan sebagai iringan tari Inai. Diperkirakan Celempong ini telah berusia lebih dari 100 tahun berada di daerah Tamiang. Keanekaragaman alat musik tradisional yang terdapat di Aceh merupakan salah satu identitas dari masyarakat Aceh. Oleh karena itu menjadi tugas masyarakat Aceh untuk tetap dijaga, dipelihara kelestariannya. sehingga tidak menjadi punah.

Hal ini tentunya juga peran dari pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait untuk mendukung dan bersama-sama memperkenalkan kepada generasi muda betapa tingginya nilai-nilai budaya bangsa yang diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Serta juga sebagai salah satu daya tarik wisata bagi wisatawan Nusantara dan manca Negara untuk dapat lebih mengenal adat dan seni budaya daerah Aceh.

Canang

Page 10: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Perkataan Canang dapat diartikan dalam beberapa pengertian. Daribeberapa alat kesenian tradisional Aceh, Canang secara sepintas laluditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul, terbuat dari kuninganmenyerupai gong. Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat musikCanang dan memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda-beda.

Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian

tradisional serta Canang juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis

yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan setelah menyelesaikan

pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu senggang.

Rapai

Page 11: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Rapai merupakan sejenis alat instrumen musik tradisional Aceh, sama halnya dengan gendang. Rapai dibuat dari kayu yang keras (biasanya dari batang nangka) yang setelah dibulatkan lalu diberi lobang di tengahnya. Kayu yang telah diberi lobang ini disebut baloh. Baloh ini lebih besar bagian atas dari pada bagian bawah. Bagian atas ditutup dengan kulit kambing sedangkan bawahnya dibiarkan terbuka. Penjepit kulit atau pengatur tegangan kulit dibuat dari rotan yang dibalut dengan kulit. (Penjepit ini dalam bahasa Aceh disebut sidak).

Rapai digunakan sebagai alat musik pukul pada upacara-upacara terutama yang

berhubungan dengan keagamaan, perkawinan, kelahiran dan permainan

tradisional yaitu debus. Memainkan rapai dengan cara memukulnya dengan

tangan dan biasanya dimainkan oleh kelompok (group). Pemimpin permainan

rapai disebut syeh atau kalipah.

Page 12: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Kacapi

Kacapi merupakan alat musik petik yang berasal dari Jawa Barat, biasa digunakan sebagai pengiring suling sunda atau dalam musik lengkap, sampai saat ini masih terus dilestarikan dan dijadikan kekayaan seni Sunda yang sangat bernilai bagi masyarakat asli Jawa Barat.

Membutuhkan latihan khusus untuk dapat memainkan alat musik ini dengan

penuh penghayatan, tak jarang latihan dilakukan di alam terbuka agar dapat

menyatukan rasa dan jiwa sang pemetik Kacapi, lebih dari itu semua suara yang

dihasilkan dari alat musik ini akan menenangkan jiwa para pendengarnya, dan

mampu membawa suasana alam Pasundan di tengah-tengah pendengar yang mulai

terhanyut dengan buaian nada-nada yang indah dariK acapi.

Page 13: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Calung

Merupakan alat musik tradisional yangberasal dari Jawa Barat dan menjadi cirikhas budaya Sunda yang selama ini ada danbertahan di sana, sering kali orangmenganggap sama antara Calung denganAngklung, pada dasarnya alat musik inisama-sama terbuat dari bambu yangdibentuk sedemikian rupa sehingga dapatmenghasilkan nada-nada harmonis,bedanya adalah pada cara memainkannya,kalau Angklung dimainkan dengan caradigetarkan atau digoyang-goyangkan,sedangkan Calung dimainkan dengan cara

dipukul, Calung terbuat dari bambu hitam yang memang khusus digunakan untuk membuat calung, karena suara yang dihasilkan akan lebih baik bila menggunakan jenis bambu ini. Beberapa bentuk calung:

1. Calung GambangYang disebut Calung Gambang adalah sebuah calung yang dideretkan diikat dengan talitanpa menggunakan ancak/standar. Cara memainkannya sebagai berikut: kedua ujung talidiikatkan pada sebuah pohon/tiang sedangkan kedua tali pangkalnya diikatkan padapinggang si penabuh. Motif pukulan mirip memukul gambang.

2. Calung GamelanCalung Gamelan adalah jenis calung yang telah tergabung membentuk ansamble. Sebutan

Page 14: ALAT MUSIK TRADISIONAL

lain dari calung ini adalah Salentrong (di Sumedang), alatnya terdiri dari:1. Dua perangkat calung gambang masing-masing 16 batang2. Jengglong calung terdiri dari 6 batang3. Sebuah gong bamboo yang biasa disebut gong bumbung4. Calung Ketuk dan Calung Kenong terdiri dari 6 batang5. KendangLagu-lagunya antara lain Cindung Cina (Cik indung menta Caina), Kembang Lepang, Ilo iloGondang.

3. Calung JingjingCalung Jingjing adalah bentuk calung yang ditampilkan dengan dijingjing/dibawa dengantangan yang satu sedang tangan yang lainnya memegang pemukul. Sangat digemaridibandingkan dengan bentuk calung-calung lainnya, alatnya terdiri dari:1. Calung Melodi mempunyai sepuluh nada s.d. 12 nada2. Calung pengiring/akompanyemen terdiri dari 10 nada3. Calung Jengglong terdiri dari 5 nada4. Calung besar sebanyak dua batang/nada berfungsi sebagai kempul dan gong

Page 15: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Genderang Perang (Alat musik) dari Bengkulu

Tidak jelas mengapa alat tabuh khas Bengkulu ini di namakan alat

musik perang (Slaginstrument) di Tropen Museum, atau mungkin

pada jaman dahulu di pakai untuk memberi semangat orangBengkulu

saat berperang. Alat jenis musik tradisional ini yang masih sering

terlihat adalah alat musik perang jenis Rebana yang sering dipakai

dalam kegiatan adat masyarakat Bengkulu dan sekitar.

Dol

Page 16: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Alunan suara bersaut-sautan ini dari alat musik disebut Dol. Di Provinsi Bengkulu, Sumatera, alat musik Dol bukan hal yang baru. Iramanya kerap terdengar hampir disetiap sudut kota terutama sore hari.

Dol pertama kali dibawa oleh pedagang dari India. Bentuknya hampir mirip gendang terbuat dari kulit sapi. Ukurannya bervareasi. Diameter Dol terbesar sekitar 70 centimeter dengan tinggi 80 centimeter.

Alat musik tradisional Bengkulu ini terbuat dari bongol buah kelapa atau pohon

nangka. Masyarakat Bengkulu sangat akrab dengan alat musik Dol. Mereka

biasanya bermain Dol secara berkelompok di rumah-rumah atau sanggar kesenian.

Peminatnya tak terbatas pada orang dewasa atau remaja.

Page 17: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Sasando

Bali miliki gamelan, Jawa Barat ada angklung,dan Sulawesi punya musik bambu. Kalau NTTtentu sasando. Alat musik petik yang berasaldari Pulau Rote ini, bisa dijadikan cenderamata unik sepulang melancong dari NegeriMatahari Terbit.

Bentuk sasando mirip dengan instrumenpetik lainnya seperti gitar, biola, dan kecapi.Bagian utamanya berbentuk tabung panjangyang biasa terbuat dari bambu. Bagiantengah ada tabung yang berdawai.Tabungnya diletakkan di dalam wadahberbentuk seperti penampung tuak berlekuk-lekuk yang disebut 'haik', yang terbuat darianyaman daun lontar.

Ada dua jenis sasando yakni sasando gong, dan sasando biola. Keduanya biasadigunakan untuk memainkan sejumlah lagu daerah antara lain lagu yangmengiringi sejumlah wanita menarikan Tarian Taebenu. Di Rote, tarian tersebutdimainkan saat menerima tamu. Selain itu Tarian Foti yang ditarikan para pria.

Page 18: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Dulu tarian ini dipersembahkan untuk menyambut prajurit sepulang dari medanperang. Kini Tarian Foti juga dimainkan saat menerima tamu.

Sasando dimainkan dengan cara petik pada dawai yang terbuat dari kawat

halus dengan dua tangan dari arah berlawanan, kiri ke kanan dan kanan ke kiri.

Tangan kiri memainkan melodi dan bas, sementara tangan kanan memainkan

accord. Jadi seorang pemetik dapat memainkan sekaligus melodi, bas, dan

accord. Susunan notasinya tak beraturan dan tidak kelihatan karena

terbungkus. Namun saat dimainkan bisa menjadi harmoni yang merdu sesuai

kelihaian pemetiknya.

Page 19: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Tambua

Tambua" merupakan alat musik gendang tradisional dari Negeri yang bernama " Minang Kabau". Alat ini di tabuh oleh enam (6) orang penabuh dengan pakaian adat Minangkabau. Selain itu "Tambua" biasanya juga di iringi ole alat musik lain seperti "Tassa" dan "Talempong". Dengan alat ini maka bunyi "Tambua" akan semakin ramai.

Alat musik ini biasanya di gunakan untuk membuat ramai sebuah "Alek" atau acara pesta. Dengan Tambua ini maka acara alek akan semakin meriah.

Kesenian Tambua ini memang dengan alat yang sederhana dan dimainkan

sekelompok orang secara bersama. Mereka berupaya menghidangkan seni bunyi

yang indah dan penuh nuansa perjuangan.

Peralatan dari kesenian ini ialah tambua atau tambur yang terbuat dari tabung kayu berukuran besar. Tingginya sekitar 75 sentimeter dengan garis tengah 50 sentimeter.

Untuk ketebalan kayu dapat divariasi agar tercipta bunyi-bunyian yang berbeda. Namun, biasanya berukuran 1,5 sentimeter sehingga terdengar bunyi nyaring dari kapsul kayu itu. Tabung itu ditutup dengan kulit kambing yang dikencangkan lilitan tali. "Tak ubahnya seperti beduk di Masjid, tapi ukurannya lebih kecil.

Ada satu lagi alat yang digunakan, yaitu tansa, berupa bejana berbentuk kuali.

Bisa berbahan aluminium atau seng yang permukaannya ditutup kulit tipis. Alat

Page 20: ALAT MUSIK TRADISIONAL

ini digunakan sebagai pemandu pukulan pemegang tamburnya. Juga sebagai

komando dalam pergantian lagu, mulai dan selesai. "Kalau didengar, perpaduan

dua alat musik itu tercipta paduan bunyi yang indah," katanya.

Serunai

Serunai Alat Musik Tradisional MinangSerunai atau puput serunai, lebih dikenal sebagai alat musik tiup tradisional Minang. Ia dikenal merata di seluruh Sumatera Barat, baik di darat maupun pesisir. Yang disebut darat terutama luhak nan tigo (Agam, Tanah Datar dan Limo Puluah Koto), sedangkan pesisir, daerah Sumatera Barat sepanjang pantai Lautan Hindia.Puput serunai biasanya dibunyikan pada acara-acara keramaian adat, seperti perkawinan, perhelatan penghulu (batagak pangulu) dan lain-lain. Atau ditiup secara santai oleh perporangan, pada saat memanen padi atau diladang. Boleh jadi ia dimainkan secara solo atau sendirian, dan bisa pula secara koor, atau digabung dengan alat musik tradisional lainnya, seperti talempong, gendang dan sebagainya.Alat yang digunakan untuk puput serunai terdiri dari batang padi, sejenis kayu atau bambu, tanduk kerbau atau daun kelapa.Rinciannya begini. Untuk bagian penata bunyi, bahannya terbuat biasanya dari kayu capo ringkik atau dari bambu talang. Ukurannya, sebesar ibu jari tangan. Capo ringkik itu adalah sejenis perdu, kayunya keras tetapi bagian dalam lunak, sehingga mudah dilubangi.Panjangnya sekitar 20 cm, diberi 4 lubang berjarak 2,5 cm, yang berfungsi mengatur irama. Nadanya hanya do-re-mi-fa-sol atau disebut nada pentatonis. Ini nada yang lazim pada alat musik tradisional Minang.Sedangklan puput atau bagian yang ditiup bisa terbuat dari kayu atau talang (sejenis bambu) ataupun dari batang padi tua.Lalu ada penyambung. Berf ungsi sebagai pangkal puput. Panjangnya sekitar 5 cm, yang terbuat dari kayu keras. Penyambung ini dilubangi untuk saluran nafas, yang bersambungan dengan poros badan dan poros corong. Di bagian belakang penyambung ini berbentuk corong pula, dengan garis tengah 2 cm.Kemudian bagian corong. Ini adalah bagian serunai yang dibentuk membasar. Fungsinya untuk memperkeras atau memperbesar volume suara. Bagian ini biasanya terbuat dari kayu (terutama kayu

Page 21: ALAT MUSIK TRADISIONAL

gabus), atau dari tanduk kerbau yang secara alamiah telah berbentuk lancip, ataupun dari daun kelapa yang dililitkan. Panjangnya sekitar 10 sampai 12 cm, dengan garis tengah 6 cm di bagian yang mengembang.Dalam pembuatannya terdapat spesifikasi yang bervarisi di tiap daerah. Malah, pengaturan nada ada pula dengan cara menutup dan membuka permukaan corong. Dalam hal serunai dimainkan bersama instrumen lainnya seperti talempong, gendang dan gong maka panduan bunyinya sungguh merupakan irama klasik Minang yang amat menyentuh kalbu

Page 22: ALAT MUSIK TRADISIONAL

SRONEN

Sronen atau biasa disebut Saronen adalah salah satu alat musik Tradisional dari /Madura yang mirip dengan /terompet. Sronen ini biasanya dimainkan dan

digabung dengan beberapa/gamel an yang lain.Sronen termasuk alat musik/melodi yang cara memainkannya dengan caraditiup /alat musik sebbul. Nada-nada yang keluar sangat selaras/slendro atau

/pelog.

Di Pulau Madura, sronen dianggap sebagai alat hiburan dan dimainkan padaacara acara Penyambutan Tamu, pengiring lagu, pengiring/s andhur sejenisteater rakyat, pengiring/tar i, pengiring /pencak silat tetapi yang paling umumdimainkan adalah pada saat acara karakan sapi

Page 23: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Gong

Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Timur. Gong ini

digunakan untuk alat musik tradisional. Saat ini tidak banyak lagi perajin gong

seperti ini.

Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru

terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai,

gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis. Di Korea Selatan

disebut juga Kkwaenggwari. Tetapi kkwaenggwari yang terbuat dari logam

berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jari dan

dimainkan dengan cara dipukul sebuah stik pendek. Cara memegang

kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus,

karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran gong dan

mengurangi volume suara denting yang dihasilkan.

Page 24: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Seni Karawitan Bali

Seni Karawitan adalah seni mengolah bunyi benda atau alat bunyi-bunyian

(instrumen) tradisional. Di Bali, kaprahnya, alat bunyi-bunyian tradisional disebut

gamelan atau gambelan. Dalam gamelan ada alat musik tabuh, gesek, tiup, petik

dan sebagainya

Menurut jamannya, Gamelan Bali dibagi menjadi 3 bagian besar:

Gamelan wayah atau gamelan tua diperkirakan telah ada sebelum abad XV.

Umumnya didominir oleh alat-alat berbentuk bilahan dan tidak mempergunakan

kendang. Kalaupun ada kendang, dapat dipastikan bahwa peranan instrumen ini

tidak begitu menonjol

Barungan madya, yang berasal dari sekitar abad XVI-XIX, merupakan barungan

gamelan yang sudah memakai kendang dan instrumen-instrumen bermoncol

(berpencon). Dalam barungan ini, kendang sudah mulai memainkan peranan

penting

Gamelan Anyar adalah gamelan golongan baru, yang meliputi jenis-jenis

barungan gamelan yang muncul pada abad XX. Barungan gamelan ini nampak

pada ciri-ciri yang menonjolkan permainan kendang

Page 25: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Kendang

Kendang adalah instrumen dalam gamelan Jawa Tengah yang salah satu fungsi

utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat

bantu.Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang

ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa

disebut kendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang

berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama

dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran ,ladrang

irama tanggung. Untuk wayangan ada satu lagi kendhang yang khas yaitu:

kendhang kosek.Kendang kebanyakan dimainkan oleh para pemain gamelan

profesional, yang sudah lama menyelami budaya Jawa. Kendang kebanyakan di

mainkan sesuai naluri pengendang, sehingga bila dimainkan oleh satu orang denga

orang lain maka akan berbeda nuansanya.

Page 26: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Angklung Kanekes

Angklung di daerah Kanekes (kita sering

menye but mereka orang Baduy) digunakan

terutama karena hubungannya dengan ritus

padi, bukan semata-mata untuk hiburan

orang-orang. Angklung digunakan atau

dibunyikan ketika mereka menanam padi di

huma (ladang). Menabuh angklung ketika

menanam padi ada yang hanya dibunyikan

bebas (dikurulungkeun), terutama di

Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero), dan ada

yang dengan ritmis tertentu, yaitu di Kaluaran (Baduy Luar). Meski demikian,

masih bisa ditampilkan di luar ritus padi tetapi tetap mempunyai aturan, misalnya

hanya boleh ditabuh hingga masa ngubaran pare (mengobati padi), sekitar tiga

bulan dari sejak ditanamnya padi. Setelah itu, selama enam bulan berikutnya

semua kesenian

tidak boleh dimainkan, dan boleh dimainkan lagi pada musim menanam padi

berikutnya. Menutup angklung dilaksanakan dengan acara yang disebut

musungkeun angklung, yaitu nitipkeun (menitipkan, menyimpan) angklung

setelah dipakai.

Dalam sajian hiburan, Angklung biasanya diadakan saat terang bulan dan tidak

hujan. Mereka

memainkan angklung di buruan (halaman luas di pedesaan) sambil menyanyikan

bermacam-

macam lagu, antara lain: Lutung Kasarung, Yandu Bibi, Yandu Sala, Ceuk Arileu,

Oray-orayan,

Dengdang, Yari Gandang, Oyong-oyong Bangkong, Badan Kula, Kokoloyoran,

Ayun-ayunan,

Pileuleuyan, Gandrung Manggu, Rujak Gadung, Mulung Muncang, Giler,

Ngaranggeong, Aceukna,

Marengo, Salak Sadapur, Rangda Ngendong, Celementre, Keupat Reundang,

Papacangan, dan Culadi

Dengdang. Para penabuh angklung sebanyak delapan orang dan tiga penabuh

bedug ukuran kecil

membuat posisi berdiri sambil berjalan dalam formasi lingkaran. Sementara itu

Page 27: ALAT MUSIK TRADISIONAL

yang lainnya ada

yang ngalage (menari) dengan gerakan tertentu yang telah baku tetapi sederhana.

Semuanya

dilakukan hanya oleh laki-laki. Hal ini berbeda dengan masyarakat Daduy Dalam,

mereka dibatasi

oleh adat dengan berbagai aturan pamali (pantangan; tabu), tidak boleh melakukan

hal-hal

kesenangan duniawi yang berlebihan. Kesenian semata-mata dilakukan untuk

keperluan ritual.

Nama-nama angklung di Kanekes dari yang terbesar adalah: indung, ringkung,

dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel. Roel yang terdiri

dari 2 buah angklung dipegang oleh seorang. Nama-nama bedug dari yang

terpanjang adalah: bedug, talingtit, dan ketuk. Penggunaan instrumen bedug

terdapat perbedaan, yaitu di kampung-kampung Kaluaran mereka memakai bedug

sebanyak 3 buah. Di Kajeroan; kampung Cikeusik, hanya menggunakan bedug

dan talingtit, tanpa ketuk. Di Kajeroan, kampung Cibeo, hanya menggunakan

bedug, tanpa talingtit dan ketuk.

Di Kanekes yang berhak membuat angklung adalah orang Kajeroan (Tangtu;

Baduy Jero). Kajeroan terdiri dari 3 kampung, yaitu Cibeo, Cikartawana, dan

Cikeusik. Di ketiga kampung ini tidak semua orang bisa membuatnya, hanya yang

punya keturunan dan berhak saja yang mengerjakannya di samping adanya syarat-

syarat ritual. Pembuat angklung di Cikeusik yang terkenal adalah Ayah Amir (59),

dan di Cikartawana Ayah Tarnah. Orang Kaluaran membeli dari orang Kajeroan

di tiga kampung tersebut.

Page 28: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Angklung Dogdog Lojor .

Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat

Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan

adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar

Gunung Halimun (berbatasan dengan

Sukabumi, Bogor, Lebak). Meski kesenian ini

dinamakan dogdog lojor, yaitu nama salah satu

instrumen di dalamnya, tetapi di sana juga

digunakan angklung karena kaitannya dengan

acara ritual padi. Setahun sekali, setelah panen

seluruh masyarakat mengadakan acara Serah

Taun atau Seren Taun di pusat kampung adat.

Pusat kampung adat sebagai tempat kediaman

kokolot (sesepuh) tempatnya selalu

berpindah-pindah sesuai petunjuk gaib.

Tradisi penghormatan padi pada masyarakat ini masih dilaksanakan karena

mereka

termasuk masyarakat yang masih memegang teguh adat lama. Secara tradisi

mereka

mengaku sebagai keturunan para pejabat dan prajurit keraton Pajajaran dalam

Page 29: ALAT MUSIK TRADISIONAL

baresan

Pangawinan (prajurit bertombak). Masyarakat Kasepuhan ini telah menganut

agama Islam

dan agak terbuka akan pengaruh modernisasi, serta hal-hal hiburan kesenangan

duniawi

bisa dinikmatinya. Sikap ini berpengaruh pula dalam dalam hal fungsi kesenian

yang sejak

sekitar tahun 1970-an, dogdog lojor telah mengalami perkembangan, yaitu

digunakan

untuk memeriahkan khitanan anak, perkawinan, dan acara kemeriahan lainnya.

Instrumen

yang digunakan dalam kesenian dogdog lojor adalah 2 buah dogdog lojor dan 4

buah

angklung besar. Keempat buah angklung ini mempunyai nama, yang terbesar

dinamakan

gonggong, kemudian panembal, kingking, dan inclok. Tiap instrumen dimainkan

oleh

seorang, sehingga semuanya berjumlah enam orang.

Lagu-lagu dogdog lojor di antaranya Bale Agung, Samping Hideung, Oleng-oleng

Papanganten, Si Tunggul Kawung, Adulilang, dan Adu-aduan. Lagu-lagu ini

berupa vokal

dengan ritmis dogdog dan angklung cenderung tetap.

Page 30: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Angklung Gubrag

Angklung gubrag terdapat di kampung Cipining, kecamatan Cigudeg,Bogor. Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untukmenghormati dewi padi dalam kegiatan melak pare (menanampadi), ngunjal pare (mengangkut padi), dan ngadiukeun(menempatkan) ke leuit (lumbung).Dalam mitosnya angklung gubrag mulai ada ketika suatu masakampung Cipining mengalami musim paceklik.

Page 31: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Angklung Badeng

Badeng merupakan jenis kesenian yang menekankan segi musikal dengan angklung sebagai alat musiknya yang utama. Badeng terdapat di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut. Dulu berfungsi sebagai hiburan untuk kepentingan dakwah Islam. Tetapi diduga badeng telah digunakan masyarakat sejak lama dari masa sebelum Islam untuk acara-acara yang berhubungan dengan ritual penanaman padi. Sebagai seni untuk dakwah badeng dipercaya berkembang sejak Islam menyebar di daerah ini sekitar abad ke-16 atau 17. Pada masa itu penduduk Sanding, Arpaen dan Nursaen, belajar agama Islam ke kerajaan Demak. Setelah pulang dari Demak mereka berdakwah menyebarkan agama Islam. Salah satu sarana penyebaran Islam yang digunakannya adalah dengan kesenian badeng.

Angklung yang digunakan sebanyak sembilan buah, yaitu 2 angklung roel, 1

angklung kecer, 4 angklung indung dan angklung bapa, 2 angklung anak; 2 buah

dogdog, 2 buah terbang atau gembyung, serta 1 kecrek. Teksnya menggunakan

bahasa Sunda yang bercampur dengan bahasa Arab. Dalam perkembangannya

sekarang digunakan pula bahasa Indonesia. Isi teks memuat nilai-nilai Islami dan

nasihat-nasihat baik, serta menurut keperluan acara. Dalam pertunjukannya selain

menyajikan lagu-lagu, disajikan pula atraksi kesaktian, seperti mengiris tubuh

Page 32: ALAT MUSIK TRADISIONAL

dengan senjata tajam. Lagu-lagu badeng: Lailahaileloh, Ya’ti, Kasreng, Yautike,

Lilimbungan, Solaloh.

Saron

Saron (atau disebut juga ricik) adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan.

Dalam satu set gamelan biasanya punya 4 saron, dan kesemuanya memiliki versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu.

Cara menabuhnya ada yang biasa sesuai nada, nada yang imbal, atau menabuh bergantian antara saron 1 dan saron 2. Cepat lambatnya dan keras lemahnya penabuhan tergantung pada komando dari kendang dan jenis gendhingnya. Pada gendhing Gangsaran yang menggambarkan kondisi peperangan misalnya, ricik ditabuh dengan keras dan cepat. Pada gendhing Gati yang bernuansa militer, ricik ditabuh lambat namun keras. Ketika mengiringi lagu ditabuh pelan.

Dalam memainkan saron, tangan kanan memukul wilahan / lembaran logam dengan tabuh, lalu tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya untuk

Page 33: ALAT MUSIK TRADISIONAL

menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya. Teknik ini disebut memathet (kata dasar:p at het = pencet)

Rinding, Alat Musik Tradisional Desa Beji

Desa Beji memiliki alat musik tradisional yang bernama Rinding. Masyarakat DesaBeji meyakini bahwa Rinding merupakan alat musik warisan para leluhur,khususnya Kecamatan Ngawen dan sekitarnya.

Bahan baku Rinding adalah bambu. Rinding berukuran panjang sekitar 20centimeter dan lebar sekitar lima centimeter. Untuk menghasilkan suara, Rindingdimainkan dengan cara ditempelkan di mulut dan ditiup. Bunyi musik akan terciptadengan menarik tali berulang-ulang sesuai nada.

"Tidak semua orang dapat memainkan Rinding. Orang tua kami mengatakanbahwa Rinding merupakan alat musik untuk menghormati arwah para leluhur,"kata Sudiyo (70), sesepuh pengelola Hutan Wonosadi.

Rinding hanya dimainkan pada saat acara Sadranan di Hutan Wonosadi. Sadranan merupakan ritual yang dilakukan setahun sekali setelah panen.(BJ-33)

Page 34: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Sampek, alat musik tradisional Dayak

Sampek adalah alat musik tradisional Suku Dayak, terbuat dari berbagai jenis

kayu ( kayu arrow, kayu kapur, kayu ulin). Dibuat secara tradisional. Prosespembuatan bisa memakan waktu berminggu minggu. Dibuat dengan 3 senar, 4senar dan 6 senar. Biasanya sampek akan diukir sesuai dengan keinginanpembuatnya, dan setiap ukiran memiliki arti.

Mendengarkan bunyi sampek yang mendayu dayu, seolah memiliki roh/kekuatan. Di Pampang banyak warga yang amat mahir memainkan sampek. Bunyi sampek biasa digunakan untuk mengiringi sebuah tarian, atau memberikan semangat bagi para pasukan perang. ( by frans aso )

Page 35: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Tanjidor

Tanjidor adalah salah satu musik tradisional Betawi yang sekarang sudah mulai jarang

ditemukan. Tanjidor adalah salah satu jenis musik yang banyak mendapat pengaruh dari

musik Eropa. Kata "tanjidor" adalh kata dalam bahasa Portugis tangedor, yang artinya

"alat - alat musik berdawai". Dalam kenyataanya, arti kata tanjidor tidak sesuai dengan

alat - alat musik yang dimainkan, dalam tanjidor, alat - alat musik yang dimainkan

kebanyakan adalah alat musik tiup seperti, karinet, trombon, piston, seksofon. Secara

lengkap instrumen musik yang digunakan dalam orkes tanjidor adalah klarinet, pistone,

trombon, terompet, seksofon tenor, seksofone bass, drum, simbal, side drum. Biasanya

pemain tanjidor terdiri dari 10 - 7 orang pemain musik dan 1 - 2 orang penyanyi. Musik

yang muncul pada abad ke-18 ini, pada zaman dahulu sering dimainkan oleh para

sekelompok petani yang menghabiskan waktunya setelah musim panen. Mereka biasanya

menunjukan kebolehan mereka dengan cara mengamen dari rumah ke rumah, dari

restoran ke restoran.

Pada zaman dahulu tanjidor juga sering ditampilkan dalam acara - acara besar, seperti

acara Hari besar islam, parayaan cina yang sering disebut "Cap Go Meh", atau bisa

ditemukan juga pada hari sedekah bumi yang menjadi tradisi masyarakat petani Cirebon.

Namun pada akhir - akhir ini musik tanjidor sudah jarang sekali ditampilkan, munkin

Page 36: ALAT MUSIK TRADISIONAL

hanya sesekali saja, biasanya untuk sekarang - sekarang ini tanjidor hanya ditampilkan

pada waktu Penyambutan tamu agung, Perhelatan/pengarakan pengantin. Adapun lagu -

lagu yang sering dimainkan dalam orkes tanjidor adalah Kramton dan Bananas (yang

merupakan lagu Belanda), Cente Manis, Keramat Karam, Merpati Putih, Surilang.

Adapun lagu yang terkenal adalah Warung Pojok.

Page 37: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Tifa totobuang musik berasal dari daerah Maluku

Tifa totobuang adalah musik asli yang sama sekali tidak dipengaruhi budaya luar. Musik ini

merupakan musik khas warga yang tinggal di wilayah mayoritas Kristen. Dalam beberapa

pertunjukan musik ini biasanya disandingkan dengan musik sawat, yang sebaliknya hanya dapat

dimainkan oleh orang-orang yang tinggal di wilayah mayoritas Muslim.

Masing-masing alat musik dari Tifa totobuang memiliki fungsi yang berbeda-beda dan saling

mendukung satu sama lain hingga melahirkan warna musik yang khas. Namun musik ini

didominasi oleh alat musik tifa. Terdiri dari tifa jekir, tifa dasar, tifa potong, tifa jekir potong dan

tifa bas ditambah dengan gong berukuran besar dan totobuang, yang merupakan serangkaian

gong-gong kecil yang ditaruh pada sebuah meja, dengan beberapa lubang sebagai

penyanggahnya.

Sayangnya musik nan indah ini, sekarang sangat jarang kita nikmati. Bahkan dapat dikatakan

langkah. Musik ini hanya dapat dipertunjukan pada event-event tertentu. Misalnya acara

penyambutan tamu khusus, pertunjukan kesenian daerah Maluku diluar daerah atau di luar

negeri serta pada acara-acara adat. Pemainnya pun umumnya merupakan pemain yang

diajarkan secara turun-temurun oleh orang tua mereka.

Sekarang ini hanya beberapa buah sanggar tifa totobuang yang masih aktif. Masalah ini

seharusnya mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah, karena kalau tidak disikapi

dengan baik, mungkin saja musik ini akan punah. Sepatutnya event-event yang menampilkan

permainan musik tifa totobuang, entah itu eksebisi, festival atau konser semakin digalakan.

Page 38: ALAT MUSIK TRADISIONAL

Dengan begitu, musik ini memiliki nafas panjang, seiring perkembangan daerah ini kedepan.

(**)