32
KUMPULAN ALAT MUSIK TRADISIONAL DARI NEGARA INDONESIA Antara lain : SERULING REBAB GAMELAN PANTING KOLINTANG GENGGONG SALUANG TALEMPONG CELEMPONG CANANG RAPAI KACAPI CALUNG TABUH DOL SASANDO TAMBUA SERUNAI SRONEN GONG GAMELAN WAYAH KENDANG ANGKLUNG KANEKES ANGKLUNG DOGDOG LOJOR ANGKLUNG GUBRAG ANGKLUNG BADENG SARON RINDING SAMPEK TANJIDOR TIFA TOTOBUANG Di Susun Oleh : HERMANTO AULIA

Kumpulan Alat Musik Tradisional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kumpulan Alat Musik Tradisional

KUMPULAN ALAT MUSIK TRADISIONAL

DARI NEGARA INDONESIA

Antara lain :

SERULING

REBAB

GAMELAN

PANTING

KOLINTANG

GENGGONG

SALUANG

TALEMPONG

CELEMPONG

CANANG

RAPAI

KACAPI

CALUNG

TABUH

DOL

SASANDO

TAMBUA

SERUNAI

SRONEN

GONG

GAMELAN WAYAH

KENDANG

ANGKLUNG KANEKES

ANGKLUNG DOGDOG

LOJOR

ANGKLUNG GUBRAG

ANGKLUNG BADENG

SARON

RINDING

SAMPEK

TANJIDOR

TIFA TOTOBUANG

Di Susun Oleh :

HERMANTO AULIA

Page 2: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Seruling

Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik.Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak dan emas atau campuran keduanya. Sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak. Suling konser standar ditalakan di C dan mempunyai jangkauan nada 3 oktaf dimulai

dari middle C. Akan tetapi, pada beberapa suling untuk para ahli ada kunci tambahan untuk mencapai nada B di bawah middle C. Ini berarti suling merupakan salah satu alat musik orkes yang tinggi, hanya piccolo yang lebih tinggi lagi dari suling. Piccolo adalah suling kecil yang ditalakan satu oktaf lebih tinggi dari suling konser standar. Piccolo juga umumnya digunakan dalam orkes. Suling konser modern memiliki banyak pilihan. Thumb key B-flat (diciptakan dan dirintis oleh Briccialdi) standar. B foot joint, akan tetapi, adalah pilihan ekstra untuk model menengah ke atas dan profesional. Suling open-holed, juga biasa disebut French Flute (di mana beberapa kunci memiliki lubang di tengahnya sehingga pemain harus menutupnya dengan jarinya) umum pada pemain tingkat konser. Namun beberapa pemain suling (terutama para pelajar, dan bahkan beberapa para ahli) memilih closed-hole plateau key. Para pelajar umumnya menggunakan penutup sementara untuk menutup lubang tersebut sampai mereka berhasil menguasai penempatan jari yang sangat tepat. Beberapa orang mempercayai bahwa kunci open-hole mampu menghasilkan suara yang lebih keras dan lebih jelas pada nada-nada rendah. Suling konser disebut juga suling Boehm, atau suling saja.

Page 3: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Rebab

Adalah alat musik yang menggunakan penggesek dan mempunyai tiga atau dua utas tali dari dawai logam (tembaga) ini badannya menggunakan kayu nangka dan berongga di bagian dalam ditutup dengan kulit lembu yang dikeringkan sebagai pengeras suara. Alat ini juga digunakan sebagai pengiring gamelan, sebagai pelengkap untuk mengiringi sinden bernyanyi bersama-sama dengan kecapi. Dalam gamelan Jawa, fungsi rebab tidak hanya sebagai pelengkap untuk mengiringi nyanyian sindhen tetapi lebih berfungsi untuk menuntun arah lagu sindhen. Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih. Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan dimainkan. Wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja. Maka alur lagu rebab memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing. Pada kebanyakan gendhing, rebab juga memberi tuntunan musikal kepada ansambel untuk beralih dari seksi yang satu ke yang lain.

Page 4: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Alat music daerah jawa

mempunyai getaran khas. Jernih dan ringan. Agak berbeda dengan suara yang

dihasilkan alat musik yang kebanyakan kita kenal.

Maklum, alat musik tradisional ini sudah jarang dimainkan. Namanya siter,

sebuah alat musik yang mempunyai komponen menyerupai gitar. Detailnya,

alat musik ini berbentuk persegi panjang berukuran 20×50 cm. Terdiri dari

badan siter yang terbuat dari kayu jati dan 24 senar di masing-masing sisi. Beda

dengan gitar yang hanya mempunyai satu sisi, siter punya dua. Satu sisi disebut

pelog dan yang lain slendro. Alat ini biasanya digunakan untuk mengiringi

gamelan.Dari seluruh proses pembuatan, saat tersulit waktu menyetem senar.

Pada penyeteman ini benar-benar membutuhkan rasa dari hati.

Tetapi sayangnya dengan kemajuan zaman alat ini sudah tidak lagi diminati

oleh anak-anak muda zaman sekarang. Sungguh-sungguh memprihatinkan……

Page 5: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Alat music dari Banjarmasin

Panting, adalah salah satu alat musik akustik pada perangkat musik

panting yang dipergunakan oleh para pemain musik panting

terutama di provinsi Kalimantan Selatan. Lagu-lagu yang dibawakan

adalah lagu-lagu daerah dengan bahasa Banjar seperti Kambang

Goyang, Paris Barantai, dst. Pada umumnya alat musik ini terbuat dari

bahan kayu nangka.

Page 6: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Alat music daerah Sulawesi Utara

Kolintang merupakan alat musik khas

dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang

mempunyai bahan dasar yaitu kayu

yang jika dipukul dapat mengeluarkan

bunyi yang cukup panjang dan dapat

mencapai nada-nada tinggi maupun

rendah seperti kayu telur, bandaran,

wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis

kayu yang agak ringan tapi cukup padat

dan serat kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar).

Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain. Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang

diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk di tanah,

dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan berjalannya waktu kedua

kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau kadang-kadang diganti

dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan penggunaan peti

sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa (th.1830).

Pada saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh

rombongannya.

Adapun pemakaian kolintang erat hubungannya dengan kepercayaan

tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-upacara ritual sehubungan

dengan pemujaan arwah para leluhur. Itulah sebabnya dengan masuknya

agama kristen di Minahasa, eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan

hampir menghilang sama sekali selama ± 100th.

Page 7: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Genggong

Alat musik ini termasuk dalam jenis alat musik tiup yang terbuat dari

pelepah daun enau. Secara etimologis kata genggong bersala dari

kata geng (suara tinggi) disebut genggong lanang dan gong (suara

rendah) disebut wadon, sehingga musik genggong selalu dimainkan

secara berpasangan. Musik genggong secara orkestra dapat

dimainkan dengan alat musik yang lain seperti petuq, seruling, rincik

dan lain-lain.

Saluang

Page 8: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang (Schizostachyum brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai. Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan

diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lemang, salah satu makanan tradisional Minangkabau. Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar. Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik nafas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernafasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahkan angok (menyisihkan nafas). Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memiliki style tersendiri. Contoh dari style itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Style Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Style yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok. Dahulu, khabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang berguna untuk

menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi Daud. Isi dari mantera itu

kira-kira : Aku malapehkan pitunang Nabi Daud, buruang tabang tatagun-tagun, aia mailia

tahanti-hanti, takajuik bidodari di dalam sarugo mandanga buni saluang ambo, kununlah

anak sidang manusia……dst.

Talempong

Page 9: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Talempong adalah sebuah alat musik khas Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu, saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat tangga nada (berbeda-beda). Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya. Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tari piring yang

khas, tari pasambahan, tari gelombang,dll. Talempong juga

digunakan untuk menyambut tamu istimewa. Talempong ini

memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga pranada DO dan

diakhiri dengan SI. Talempong diiringi oleh akor yang cara

memainkanya sama dengan memainkan piano.

Celempong

Page 10: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Celempong adalah alat kesenian tradisional

yang terdapat di daerah Kabupaten Tamiang.

Alat ini terdiri dari beberapa potongan kayu

dan cara memainkannya disusun diantara

kedua kaki pemainnya.

Celempong dimainkan oleh kaum wanita terutama gadis-gadis, tapi sekarang hanya orang tua (wanita) saja yang dapat memainkannnya dengan sempurna. Celempong juga digunakan sebagai iringan tari Inai. Diperkirakan Celempong ini telah berusia lebih dari 100 tahun berada di daerah Tamiang. Keanekaragaman alat musik tradisional yang terdapat di Aceh merupakan salah satu

identitas dari masyarakat Aceh. Oleh karena itu menjadi tugas masyarakat Aceh untuk tetap dijaga, dipelihara kelestariannya. sehingga tidak menjadi punah. Hal ini tentunya juga peran dari pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait

untuk mendukung dan bersama-sama memperkenalkan kepada generasi muda

betapa tingginya nilai-nilai budaya bangsa yang diwariskan oleh nenek moyang

terdahulu. Serta juga sebagai salah satu daya tarik wisata bagi wisatawan

Nusantara dan manca Negara untuk dapat lebih mengenal adat dan seni

budaya daerah Aceh.

Canang

Page 11: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Perkataan Canang dapat diartikan dalam beberapa pengertian. Dari beberapa alat kesenian tradisional Aceh, Canang secara sepintas lalu ditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul, terbuat dari kuningan menyerupai gong. Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat musik Canang dan memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda-beda. Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian

tradisional serta Canang juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis

yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan setelah menyelesaikan

pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu senggang.

Rapai

Page 12: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Rapai merupakan sejenis alat instrumen musik tradisional Aceh, sama halnya dengan gendang. Rapai dibuat dari kayu yang keras (biasanya dari batang nangka) yang setelah dibulatkan lalu diberi lobang di tengahnya. Kayu yang telah diberi lobang ini disebut baloh. Baloh ini lebih besar bagian atas dari pada bagian bawah. Bagian atas ditutup dengan kulit kambing sedangkan bawahnya dibiarkan terbuka. Penjepit kulit atau pengatur tegangan kulit dibuat dari rotan yang dibalut dengan kulit. (Penjepit ini dalam bahasa Aceh disebut sidak).

Rapai digunakan sebagai alat musik pukul pada upacara-upacara

terutama yang berhubungan dengan keagamaan, perkawinan,

kelahiran dan permainan tradisional yaitu debus. Memainkan rapai

dengan cara memukulnya dengan tangan dan biasanya dimainkan

oleh kelompok (group). Pemimpin permainan rapai disebut syeh atau

kalipah.

Kacapi

Page 13: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Kacapi merupakan alat musik petik yang berasal dari Jawa Barat, biasa digunakan sebagai pengiring suling sunda atau dalam musik lengkap, sampai saat ini masih terus dilestarikan dan dijadikan kekayaan seni Sunda yang sangat bernilai bagi masyarakat asli Jawa Barat. Membutuhkan latihan khusus untuk dapat memainkan alat musik ini

dengan penuh penghayatan, tak jarang latihan dilakukan di alam

terbuka agar dapat menyatukan rasa dan jiwa sang pemetik Kacapi,

lebih dari itu semua suara yang dihasilkan dari alat musik ini akan

menenangkan jiwa para pendengarnya, dan mampu membawa

suasana alam Pasundan di tengah-tengah pendengar yang mulai

terhanyut dengan buaian nada-nada yang indah dari Kacapi.

Calung

Page 14: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat dan menjadi ciri khas budaya Sunda yang selama ini ada dan bertahan di sana, sering kali orang menganggap sama antara Calung dengan Angklung, pada dasarnya alat musik ini sama-sama terbuat dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan nada-nada harmonis, bedanya adalah pada cara memainkannya, kalau Angklung dimainkan dengan cara digetarkan atau digoyang-goyangkan, sedangkan Calung dimainkan dengan cara

dipukul, Calung terbuat dari bambu hitam yang memang khusus digunakan untuk membuat calung, karena suara yang dihasilkan akan lebih baik bila menggunakan jenis bambu ini. Beberapa bentuk calung: 1. Calung Gambang Yang disebut Calung Gambang adalah sebuah calung yang dideretkan diikat dengan tali tanpa menggunakan ancak/standar. Cara memainkannya sebagai berikut: kedua ujung tali diikatkan pada sebuah pohon/tiang sedangkan kedua tali pangkalnya diikatkan pada pinggang si penabuh. Motif pukulan mirip memukul gambang. 2. Calung Gamelan Calung Gamelan adalah jenis calung yang telah tergabung membentuk ansamble. Sebutan lain dari calung ini adalah Salentrong (di Sumedang), alatnya terdiri dari: 1. Dua perangkat calung gambang masing-masing 16 batang 2. Jengglong calung terdiri dari 6 batang 3. Sebuah gong bamboo yang biasa disebut gong bumbung 4. Calung Ketuk dan Calung Kenong terdiri dari 6 batang 5. Kendang Lagu-lagunya antara lain Cindung Cina (Cik indung menta Caina), Kembang Lepang, Ilo ilo Gondang. 3. Calung Jingjing Calung Jingjing adalah bentuk calung yang ditampilkan dengan dijingjing/dibawa dengan tangan yang satu sedang tangan yang lainnya memegang pemukul. Sangat digemari dibandingkan dengan bentuk calung-calung lainnya, alatnya terdiri dari: 1. Calung Melodi mempunyai sepuluh nada s.d. 12 nada 2. Calung pengiring/akompanyemen terdiri dari 10 nada 3. Calung Jengglong terdiri dari 5 nada 4. Calung besar sebanyak dua batang/nada berfungsi sebagai kempul dan gong

Genderang Perang (Alat musik) dari Bengkulu

Page 15: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Tidak jelas mengapa alat tabuh khas Bengkulu ini di namakan alat

musik perang (Slaginstrument) di Tropen Museum, atau mungkin

pada jaman dahulu di pakai untuk memberi semangat orangBengkulu

saat berperang. Alat jenis musik tradisional ini yang masih sering

terlihat adalah alat musik perang jenis Rebana yang sering dipakai

dalam kegiatan adat masyarakat Bengkulu dan sekitar.

Dol

Page 16: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Alunan suara bersaut-sautan ini dari alat musik disebut Dol. Di Provinsi Bengkulu, Sumatera, alat musik Dol bukan hal yang baru. Iramanya kerap terdengar hampir disetiap sudut kota terutama sore hari. Dol pertama kali dibawa oleh pedagang dari India. Bentuknya hampir mirip gendang terbuat dari kulit sapi. Ukurannya bervareasi. Diameter Dol terbesar sekitar 70 centimeter dengan tinggi 80 centimeter. Alat musik tradisional Bengkulu ini terbuat dari bongol buah kelapa

atau pohon nangka. Masyarakat Bengkulu sangat akrab dengan alat

musik Dol. Mereka biasanya bermain Dol secara berkelompok di

rumah-rumah atau sanggar kesenian. Peminatnya tak terbatas pada

orang dewasa atau remaja.

sasando

Page 17: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Bali miliki gamelan, Jawa Barat ada angklung, dan Sulawesi punya musik bambu. Kalau NTT tentu sasando. Alat musik petik yang berasal dari Pulau Rote ini, bisa dijadikan cendera mata unik sepulang melancong dari Negeri Matahari Terbit. Bentuk sasando mirip dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola, dan kecapi. Bagian utamanya berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Bagian tengah ada tabung yang berdawai. Tabungnya diletakkan di dalam wadah berbentuk seperti penampung tuak berlekuk-lekuk yang disebut 'haik', yang terbuat dari anyaman daun lontar.

Ada dua jenis sasando yakni sasando gong, dan sasando biola. Keduanya biasa digunakan untuk memainkan sejumlah lagu daerah antara lain lagu yang mengiringi sejumlah wanita menarikan Tarian Taebenu. Di Rote, tarian tersebut dimainkan saat menerima tamu. Selain itu Tarian Foti yang ditarikan para pria. Dulu tarian ini dipersembahkan untuk menyambut prajurit sepulang dari medan perang. Kini Tarian Foti juga dimainkan saat menerima tamu. Sasando dimainkan dengan cara petik pada dawai yang terbuat dari kawat

halus dengan dua tangan dari arah berlawanan, kiri ke kanan dan kanan ke kiri.

Tangan kiri memainkan melodi dan bas, sementara tangan kanan memainkan

accord. Jadi seorang pemetik dapat memainkan sekaligus melodi, bas, dan

accord. Susunan notasinya tak beraturan dan tidak kelihatan karena

terbungkus. Namun saat dimainkan bisa menjadi harmoni yang merdu sesuai

kelihaian pemetiknya.

Tambua

Page 18: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Tambua" merupakan alat musik gendang tradisional dari Negeri yang bernama " Minang Kabau". Alat ini di tabuh oleh enam (6) orang penabuh dengan pakaian adat Minangkabau. Selain itu "Tambua" biasanya juga di iringi ole alat musik lain seperti "Tassa" dan "Talempong". Dengan alat ini maka bunyi "Tambua" akan semakin ramai. Alat musik ini biasanya di gunakan untuk membuat ramai sebuah "Alek" atau acara pesta. Dengan

Tambua ini maka acara alek akan semakin meriah.

Kesenian Tambua ini memang dengan alat yang sederhana dan dimainkan sekelompok

orang secara bersama. Mereka berupaya menghidangkan seni bunyi yang indah dan penuh

nuansa perjuangan.

Peralatan dari kesenian ini ialah tambua atau tambur yang terbuat dari tabung kayu berukuran besar. Tingginya sekitar 75 sentimeter dengan garis tengah 50 sentimeter. Untuk ketebalan kayu dapat divariasi agar tercipta bunyi-bunyian yang berbeda. Namun, biasanya berukuran 1,5 sentimeter sehingga terdengar bunyi nyaring dari kapsul kayu itu. Tabung itu ditutup dengan kulit kambing yang dikencangkan lilitan tali. "Tak ubahnya seperti beduk di Masjid, tapi ukurannya lebih kecil. Ada satu lagi alat yang digunakan, yaitu tansa, berupa bejana berbentuk kuali. Bisa berbahan

aluminium atau seng yang permukaannya ditutup kulit tipis. Alat ini digunakan sebagai

pemandu pukulan pemegang tamburnya. Juga sebagai komando dalam pergantian lagu,

mulai dan selesai. "Kalau didengar, perpaduan dua alat musik itu tercipta paduan bunyi yang

indah," katanya.

Serunai

Page 19: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Serunai Alat Musik Tradisional

MinangSerunai atau puput serunai,

lebih dikenal sebagai alat musik tiup

tradisional Minang. Ia dikenal merata di

seluruh Sumatera Barat, baik di darat

maupun pesisir. Yang disebut darat

terutama luhak nan tigo (Agam, Tanah

Datar dan Limo Puluah Koto),

sedangkan pesisir, daerah Sumatera

Barat sepanjang pantai Lautan

Hindia.Puput serunai biasanya

dibunyikan pada acara-acara keramaian

adat, seperti perkawinan, perhelatan penghulu (batagak pangulu) dan lain-lain. Atau ditiup

secara santai oleh perporangan, pada saat memanen padi atau diladang. Boleh jadi ia

dimainkan secara solo atau sendirian, dan bisa pula secara koor, atau digabung dengan alat

musik tradisional lainnya, seperti talempong, gendang dan sebagainya.Alat yang digunakan

untuk puput serunai terdiri dari batang padi, sejenis kayu atau bambu, tanduk kerbau atau

daun kelapa.Rinciannya begini. Untuk bagian penata bunyi, bahannya terbuat biasanya dari

kayu capo ringkik atau dari bambu talang. Ukurannya, sebesar ibu jari tangan. Capo ringkik

itu adalah sejenis perdu, kayunya keras tetapi bagian dalam lunak, sehingga mudah

dilubangi.Panjangnya sekitar 20 cm, diberi 4 lubang berjarak 2,5 cm, yang berfungsi

mengatur irama. Nadanya hanya do-re-mi-fa-sol atau disebut nada pentatonis. Ini nada yang

lazim pada alat musik tradisional Minang.Sedangklan puput atau bagian yang ditiup bisa

terbuat dari kayu atau talang (sejenis bambu) ataupun dari batang padi tua.Lalu ada

penyambung. Berf ungsi sebagai pangkal puput. Panjangnya sekitar 5 cm, yang terbuat dari

kayu keras. Penyambung ini dilubangi untuk saluran nafas, yang bersambungan dengan

poros badan dan poros corong. Di bagian belakang penyambung ini berbentuk corong pula,

dengan garis tengah 2 cm.Kemudian bagian corong. Ini adalah bagian serunai yang dibentuk

membasar. Fungsinya untuk memperkeras atau memperbesar volume suara. Bagian ini

biasanya terbuat dari kayu (terutama kayu gabus), atau dari tanduk kerbau yang secara

alamiah telah berbentuk lancip, ataupun dari daun kelapa yang dililitkan. Panjangnya sekitar

10 sampai 12 cm, dengan garis tengah 6 cm di bagian yang mengembang.Dalam

pembuatannya terdapat spesifikasi yang bervarisi di tiap daerah. Malah, pengaturan nada

ada pula dengan cara menutup dan membuka permukaan corong. Dalam hal serunai

dimainkan bersama instrumen lainnya seperti talempong, gendang dan gong maka panduan

bunyinya sungguh merupakan irama klasik Minang yang amat menyentuh kalbu

SRONEN

Page 20: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Sronen atau biasa disebut Saronen adalah salah satu alat musik Tradisional dari /Madura yang mirip dengan /terompet. Sronen ini biasanya dimainkan dan digabung dengan beberapa /gamelan yang lain. Sronen termasuk alat musik /melodi yang cara memainkannya dengan cara ditiup /alat musik sebbul. Nada-nada yang keluar sangat selaras /slendro atau /pelog. Di Pulau Madura, sronen dianggap sebagai alat hiburan dan dimainkan pada acara acara Penyambutan Tamu, pengiring lagu, pengiring /sandhur sejenis teater rakyat, pengiring /tari, pengiring /pencak silat tetapi yang paling umum dimainkan adalah pada saat acara /karapan sapi.

Gong

Page 21: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Timur. Gong ini

digunakan untuk alat musik tradisional. Saat ini tidak banyak lagi perajin gong

seperti ini.

Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru

terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai,

gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis. Di Korea

Selatan disebut juga Kkwaenggwari. Tetapi kkwaenggwari yang terbuat dari

logam berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jari

dan dimainkan dengan cara dipukul sebuah stik pendek. Cara memegang

kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus,

karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran gong dan

mengurangi volume suara denting yang dihasilkan.

Seni Karawitan Bali

Page 22: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Seni Karawitan adalah seni mengolah bunyi benda atau alat bunyi-bunyian

(instrumen) tradisional. Di Bali, kaprahnya, alat bunyi-bunyian tradisional

disebut gamelan atau gambelan. Dalam gamelan ada alat musik tabuh, gesek,

tiup, petik dan sebagainya

Menurut jamannya, Gamelan Bali dibagi menjadi 3 bagian besar:

Gamelan wayah atau gamelan tua diperkirakan telah ada sebelum abad XV.

Umumnya didominir oleh alat-alat berbentuk bilahan dan tidak

mempergunakan kendang. Kalaupun ada kendang, dapat dipastikan bahwa

peranan instrumen ini tidak begitu menonjol

Barungan madya, yang berasal dari sekitar abad XVI-XIX, merupakan barungan

gamelan yang sudah memakai kendang dan instrumen-instrumen bermoncol

(berpencon). Dalam barungan ini, kendang sudah mulai memainkan peranan

penting

Gamelan Anyar adalah gamelan golongan baru, yang meliputi jenis-jenis

barungan gamelan yang muncul pada abad XX. Barungan gamelan ini nampak

pada ciri-ciri yang menonjolkan permainan kendang

Kendang

Page 23: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Kendang adalah instrumen dalam gamelan Jawa Tengah yang salah satu

fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan,

tanpa alat bantu.Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah

disebut kendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama

kendang gedhe biasa disebut kendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada

lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk

kalih, dan ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan

lagu jenis lancaran ,ladrang irama tanggung. Untuk wayangan ada satu lagi

kendhang yang khas yaitu: kendhang kosek.Kendang kebanyakan dimainkan

oleh para pemain gamelan profesional, yang sudah lama menyelami budaya

Jawa. Kendang kebanyakan di mainkan sesuai naluri pengendang, sehingga

bila dimainkan oleh satu orang denga orang lain maka akan berbeda

nuansanya.

Angklung Kanekes

Page 24: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Angklung di daerah Kanekes (kita sering menyebut mereka

orang Baduy) digunakan terutama karena hubungannya dengan

ritus padi, bukan semata-mata untuk hiburan orang-orang.

Angklung digunakan atau dibunyikan ketika mereka menanam

padi di huma (ladang). Menabuh angklung ketika menanam padi

ada yang hanya dibunyikan bebas (dikurulungkeun), terutama di

Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero), dan ada yang dengan ritmis

tertentu, yaitu di Kaluaran (Baduy Luar). Meski demikian, masih

bisa ditampilkan di luar ritus padi tetapi tetap mempunyai

aturan, misalnya hanya boleh ditabuh hingga masa ngubaran

pare (mengobati padi), sekitar tiga bulan dari sejak ditanamnya

padi. Setelah itu, selama enam bulan berikutnya semua kesenian

tidak boleh dimainkan, dan boleh dimainkan lagi pada musim menanam padi berikutnya. Menutup

angklung dilaksanakan dengan acara yang disebut musungkeun angklung, yaitu nitipkeun

(menitipkan, menyimpan) angklung setelah dipakai.

Dalam sajian hiburan, Angklung biasanya diadakan saat terang bulan dan tidak hujan. Mereka

memainkan angklung di buruan (halaman luas di pedesaan) sambil menyanyikan bermacam-

macam lagu, antara lain: Lutung Kasarung, Yandu Bibi, Yandu Sala, Ceuk Arileu, Oray-orayan,

Dengdang, Yari Gandang, Oyong-oyong Bangkong, Badan Kula, Kokoloyoran, Ayun-ayunan,

Pileuleuyan, Gandrung Manggu, Rujak Gadung, Mulung Muncang, Giler, Ngaranggeong, Aceukna,

Marengo, Salak Sadapur, Rangda Ngendong, Celementre, Keupat Reundang, Papacangan, dan Culadi

Dengdang. Para penabuh angklung sebanyak delapan orang dan tiga penabuh bedug ukuran kecil

membuat posisi berdiri sambil berjalan dalam formasi lingkaran. Sementara itu yang lainnya ada

yang ngalage (menari) dengan gerakan tertentu yang telah baku tetapi sederhana. Semuanya

dilakukan hanya oleh laki-laki. Hal ini berbeda dengan masyarakat Daduy Dalam, mereka dibatasi

oleh adat dengan berbagai aturan pamali (pantangan; tabu), tidak boleh melakukan hal-hal

kesenangan duniawi yang berlebihan. Kesenian semata-mata dilakukan untuk keperluan ritual.

Nama-nama angklung di Kanekes dari yang terbesar adalah: indung, ringkung, dongdong, gunjing,

engklok, indung leutik, torolok, dan roel. Roel yang terdiri dari 2 buah angklung dipegang oleh

seorang. Nama-nama bedug dari yang terpanjang adalah: bedug, talingtit, dan ketuk. Penggunaan

instrumen bedug terdapat perbedaan, yaitu di kampung-kampung Kaluaran mereka memakai

bedug sebanyak 3 buah. Di Kajeroan; kampung Cikeusik, hanya menggunakan bedug dan talingtit,

tanpa ketuk. Di Kajeroan, kampung Cibeo, hanya menggunakan bedug, tanpa talingtit dan ketuk.

Di Kanekes yang berhak membuat angklung adalah orang Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero). Kajeroan

terdiri dari 3 kampung, yaitu Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Di ketiga kampung ini tidak semua

orang bisa membuatnya, hanya yang punya keturunan dan berhak saja yang mengerjakannya di

samping adanya syarat-syarat ritual. Pembuat angklung di Cikeusik yang terkenal adalah Ayah

Amir (59), dan di Cikartawana Ayah Tarnah. Orang Kaluaran membeli dari orang Kajeroan di tiga

kampung tersebut.

Page 25: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Angklung Dogdog Lojor

Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat

Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan

adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar

Gunung Halimun (berbatasan dengan

Sukabumi, Bogor, Lebak). Meski kesenian ini

dinamakan dogdog lojor, yaitu nama salah satu

instrumen di dalamnya, tetapi di sana juga

digunakan angklung karena kaitannya dengan

acara ritual padi. Setahun sekali, setelah panen

seluruh masyarakat mengadakan acara Serah

Taun atau Seren Taun di pusat kampung adat.

Pusat kampung adat sebagai tempat kediaman

kokolot (sesepuh) tempatnya selalu

berpindah-pindah sesuai petunjuk gaib.

Tradisi penghormatan padi pada masyarakat ini masih dilaksanakan karena mereka

termasuk masyarakat yang masih memegang teguh adat lama. Secara tradisi mereka

mengaku sebagai keturunan para pejabat dan prajurit keraton Pajajaran dalam baresan

Pangawinan (prajurit bertombak). Masyarakat Kasepuhan ini telah menganut agama Islam

dan agak terbuka akan pengaruh modernisasi, serta hal-hal hiburan kesenangan duniawi

bisa dinikmatinya. Sikap ini berpengaruh pula dalam dalam hal fungsi kesenian yang sejak

sekitar tahun 1970-an, dogdog lojor telah mengalami perkembangan, yaitu digunakan

untuk memeriahkan khitanan anak, perkawinan, dan acara kemeriahan lainnya. Instrumen

yang digunakan dalam kesenian dogdog lojor adalah 2 buah dogdog lojor dan 4 buah

angklung besar. Keempat buah angklung ini mempunyai nama, yang terbesar dinamakan

gonggong, kemudian panembal, kingking, dan inclok. Tiap instrumen dimainkan oleh

seorang, sehingga semuanya berjumlah enam orang.

Lagu-lagu dogdog lojor di antaranya Bale Agung, Samping Hideung, Oleng-oleng

Papanganten, Si Tunggul Kawung, Adulilang, dan Adu-aduan. Lagu-lagu ini berupa vokal

dengan ritmis dogdog dan angklung cenderung tetap.

Page 26: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Angklung Gubrag

Angklung gubrag terdapat di kampung Cipining, kecamatan Cigudeg,

Bogor. Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untuk

menghormati dewi padi dalam kegiatan melak pare (menanam

padi), ngunjal pare (mengangkut padi), dan ngadiukeun

(menempatkan) ke leuit (lumbung).

Dalam mitosnya angklung gubrag mulai ada ketika suatu masa

kampung Cipining mengalami musim paceklik.

Page 27: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Angklung Badeng

Badeng merupakan jenis

kesenian yang menekankan

segi musikal dengan angklung

sebagai alat musiknya yang

utama. Badeng terdapat di

Desa Sanding, Kecamatan

Malangbong, Garut. Dulu

berfungsi sebagai hiburan

untuk kepentingan dakwah

Islam. Tetapi diduga badeng

telah digunakan masyarakat

sejak lama dari masa sebelum

Islam untuk acara-acara yang

berhubungan dengan ritual

penanaman padi. Sebagai seni

untuk dakwah badeng

dipercaya berkembang sejak Islam menyebar di daerah ini sekitar abad ke-16

atau 17. Pada masa itu penduduk Sanding, Arpaen dan Nursaen, belajar agama

Islam ke kerajaan Demak. Setelah pulang dari Demak mereka berdakwah

menyebarkan agama Islam. Salah satu sarana penyebaran Islam yang

digunakannya adalah dengan kesenian badeng.

Angklung yang digunakan sebanyak sembilan buah, yaitu 2 angklung roel, 1

angklung kecer, 4 angklung indung dan angklung bapa, 2 angklung anak; 2

buah dogdog, 2 buah terbang atau gembyung, serta 1 kecrek. Teksnya

menggunakan bahasa Sunda yang bercampur dengan bahasa Arab. Dalam

perkembangannya sekarang digunakan pula bahasa Indonesia. Isi teks

memuat nilai-nilai Islami dan nasihat-nasihat baik, serta menurut keperluan

acara. Dalam pertunjukannya selain menyajikan lagu-lagu, disajikan pula

atraksi kesaktian, seperti mengiris tubuh dengan senjata tajam.

Lagu-lagu badeng: Lailahaileloh, Ya’ti, Kasreng, Yautike, Lilimbungan, Solaloh.

Page 28: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Saron

Saron (atau disebut juga ricik) adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk

keluarga balungan.

Dalam satu set gamelan biasanya punya 4 saron, dan kesemuanya memiliki versi

pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada

demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari

kayu, dengan bentuk seperti palu.

Cara menabuhnya ada yang biasa sesuai nada, nada yang imbal, atau menabuh

bergantian antara saron 1 dan saron 2. Cepat lambatnya dan keras lemahnya

penabuhan tergantung pada komando dari kendang dan jenis gendhingnya. Pada

gendhing Gangsaran yang menggambarkan kondisi peperangan misalnya, ricik

ditabuh dengan keras dan cepat. Pada gendhing Gati yang bernuansa militer, ricik

ditabuh lambat namun keras. Ketika mengiringi lagu ditabuh pelan.

Dalam memainkan saron, tangan kanan memukul wilahan / lembaran logam

dengan tabuh, lalu tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya untuk

menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya. Teknik

ini disebut memathet (kata dasar: pathet = pencet)

Page 29: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Rinding, Alat Musik Tradisional Desa Beji

Desa Beji memiliki alat musik tradisional yang bernama Rinding. Masyarakat Desa

Beji meyakini bahwa Rinding merupakan alat musik warisan para leluhur,

khususnya Kecamatan Ngawen dan sekitarnya.

Bahan baku Rinding adalah bambu. Rinding berukuran panjang sekitar 20

centimeter dan lebar sekitar lima centimeter. Untuk menghasilkan suara, Rinding

dimainkan dengan cara ditempelkan di mulut dan ditiup. Bunyi musik akan tercipta

dengan menarik tali berulang-ulang sesuai nada.

"Tidak semua orang dapat memainkan Rinding. Orang tua kami mengatakan

bahwa Rinding merupakan alat musik untuk menghormati arwah para leluhur,"

kata Sudiyo (70), sesepuh pengelola Hutan Wonosadi.

Rinding hanya dimainkan pada saat acara Sadranan di Hutan Wonosadi. Sadranan

merupakan ritual yang dilakukan setahun sekali setelah panen.(BJ-33)

Page 30: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Sampek, alat musik tradisional Dayak

Sampek adalah alat musik tradisional Suku Dayak, terbuat dari berbagai jenis

kayu ( kayu arrow, kayu kapur, kayu ulin). Dibuat secara tradisional. Proses

pembuatan bisa memakan waktu berminggu minggu. Dibuat dengan 3 senar, 4

senar dan 6 senar. Biasanya sampek akan diukir sesuai dengan keinginan

pembuatnya, dan setiap ukiran memiliki arti.

Mendengarkan bunyi sampek yang mendayu dayu, seolah memiliki roh/kekuatan.

Di Pampang banyak warga yang amat mahir memainkan sampek. Bunyi sampek

biasa digunakan untuk mengiringi sebuah tarian, atau memberikan semangat bagi

para pasukan perang. ( by frans aso )

Page 31: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Tanjidor

Tanjidor adalah salah satu musik tradisional Betawi yang sekarang sudah mulai jarang

ditemukan. Tanjidor adalah salah satu jenis musik yang banyak mendapat pengaruh dari

musik Eropa. Kata "tanjidor" adalh kata dalam bahasa Portugis tangedor, yang artinya

"alat - alat musik berdawai". Dalam kenyataanya, arti kata tanjidor tidak sesuai dengan

alat - alat musik yang dimainkan, dalam tanjidor, alat - alat musik yang dimainkan

kebanyakan adalah alat musik tiup seperti, karinet, trombon, piston, seksofon. Secara

lengkap instrumen musik yang digunakan dalam orkes tanjidor adalah klarinet, pistone,

trombon, terompet, seksofon tenor, seksofone bass, drum, simbal, side drum. Biasanya

pemain tanjidor terdiri dari 10 - 7 orang pemain musik dan 1 - 2 orang penyanyi. Musik

yang muncul pada abad ke-18 ini, pada zaman dahulu sering dimainkan oleh para

sekelompok petani yang menghabiskan waktunya setelah musim panen. Mereka biasanya

menunjukan kebolehan mereka dengan cara mengamen dari rumah ke rumah, dari

restoran ke restoran.

Pada zaman dahulu tanjidor juga sering ditampilkan dalam acara - acara besar, seperti

acara Hari besar islam, parayaan cina yang sering disebut "Cap Go Meh", atau bisa

ditemukan juga pada hari sedekah bumi yang menjadi tradisi masyarakat petani Cirebon.

Namun pada akhir - akhir ini musik tanjidor sudah jarang sekali ditampilkan, munkin

hanya sesekali saja, biasanya untuk sekarang - sekarang ini tanjidor hanya ditampilkan

pada waktu Penyambutan tamu agung, Perhelatan/pengarakan pengantin. Adapun lagu -

lagu yang sering dimainkan dalam orkes tanjidor adalah Kramton dan Bananas (yang

merupakan lagu Belanda), Cente Manis, Keramat Karam, Merpati Putih, Surilang.

Adapun lagu yang terkenal adalah Warung Pojok.

Page 32: Kumpulan Alat Musik Tradisional

Tifa totobuang musik berasal dari daerah Maluku

Tifa totobuang adalah musik asli yang sama sekali tidak dipengaruhi budaya luar. Musik ini

merupakan musik khas warga yang tinggal di wilayah mayoritas Kristen. Dalam beberapa

pertunjukan musik ini biasanya disandingkan dengan musik sawat, yang sebaliknya hanya dapat

dimainkan oleh orang-orang yang tinggal di wilayah mayoritas Muslim.

Masing-masing alat musik dari Tifa totobuang memiliki fungsi yang berbeda-beda dan saling

mendukung satu sama lain hingga melahirkan warna musik yang khas. Namun musik ini

didominasi oleh alat musik tifa. Terdiri dari tifa jekir, tifa dasar, tifa potong, tifa jekir potong dan

tifa bas ditambah dengan gong berukuran besar dan totobuang, yang merupakan serangkaian

gong-gong kecil yang ditaruh pada sebuah meja, dengan beberapa lubang sebagai

penyanggahnya.

Sayangnya musik nan indah ini, sekarang sangat jarang kita nikmati. Bahkan dapat dikatakan

langkah. Musik ini hanya dapat dipertunjukan pada event-event tertentu. Misalnya acara

penyambutan tamu khusus, pertunjukan kesenian daerah Maluku diluar daerah atau di luar

negeri serta pada acara-acara adat. Pemainnya pun umumnya merupakan pemain yang

diajarkan secara turun-temurun oleh orang tua mereka.

Sekarang ini hanya beberapa buah sanggar tifa totobuang yang masih aktif. Masalah ini

seharusnya mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah, karena kalau tidak disikapi

dengan baik, mungkin saja musik ini akan punah. Sepatutnya event-event yang menampilkan

permainan musik tifa totobuang, entah itu eksebisi, festival atau konser semakin digalakan.

Dengan begitu, musik ini memiliki nafas panjang, seiring perkembangan daerah ini kedepan.

(**)