11
Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik Bagi Kelompok Masyarakat Tertentu Studi Fasilitas Publik Bagi Kaum Difabel Di Kawasan Taman Suropati Menteng-Jakarta Pusat Jurnal PLANESA TM Vol. 1, No. 1, Mei 2010 8 AKSESIBILITAS RUANG TERBUKA PUBLIK BAGI KELOMPOK MASYARAKAT TERTENTU STUDI FASILITAS PUBLIK BAGI KAUM DIFABEL DI KAWASAN TAMAN SUROPATI MENTENG-JAKARTA PUSAT Nasrudin Dewang, Leonardo Jurusan Teknik Planologi Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510 [email protected] Abstrak Taman merupakan fasilitas umum yang memiliki fungsi ruang yang sangat penting dan merupakan salah satu ruang terbuka publik kota yang di mana berlaku universal bagi setiap orang dan berhak untuk menikmati dan menggunakannya. Bukan hanya milik orang yang normal saja namun juga kaum difabel terutama para tuna daksa (penyandang cacat fisik) yang memiliki hak yang sama untuk dapat hidup layak dan bermasyarakat seperti orang-orang lainnya yang normal, sangat jarang terlihat menggunakan ruang terbuka publik kota seperti di kawasan Taman Suropati Menteng yaitu melakukan berbagai macam kegiatan aktivitas seperti masyarakat lainnya. Hal tersebut diakibatkan karena tidak tersedianya fasilitas kemudahan yang membantu pergerakan mereka atau aksesibilitas. Tujuan dari studi identifikasi ini adalah merumuskan upaya untuk mengefektifkan pelaksanaan penyediaan aksesibilitas bagi kaum difabel. Sasaran yang ditetapkan untuk mencapai tujuan tersebut adalah perumusan prinsip perancangan ruang terbuka publik yang dapat juga digunakan oleh difabel terutama tuna daksa yang dilakukan dengan studi pustaka, peniliaian kelangkapan peraturan yang berlaku dengan mengacu pada hasil perumusan prinsip perancangan, penilaian pelaksanaan penyediaan aksesibilitas di ruang terbuka publik Kawasan Taman Suropati Menteng Jakarta Pusat dengan mengunankan prinsip perancangan serta peraturan yang berlaku sebagai dasar penilaian, serta identifikasi persoalan yang dihadapi dalam penyediaan aksesibilitas bagi kaum difabel terutama tuna daksa yang didapat melalui wawancara. Upaya agar penyediaan aksesibilitas bagi kaum difabel dapat dilaksanakan dengan efektif dan untuk mewujudkan kesamaan kesempatan hidup bagi kaum difabel adalah dengan menyusun dan melengkapi suatu peraturan dan standar di tingkat daerah dan usulan perancangan teknis yang dilengkapi oleh ilustrasi berupa gambar dan foto dengan jelas, membentuk badan khusus yang bertugas untuk melakukan sosialisasi perda yang proses didalamnya melibatkan secara langsung para kaum difabelnya sendiri serta koordinasi dengan dinas terkait, pemberian insentif bagi pengembang dan masyarakat serta menyediaakan dana untuk penyediaan aksesibilitas. Kata Kunci : Aksesibilitas, Ruang Terbuka, Difabel Pendahuluan Tuhan menciptakan manusia dalam keadaan yang berbeda-beda, tidak ada seorang manusia yang sama persis dengan manusia lainnya. Perbedaan yang ada mungkin dalam bentuk perbedaan fisik, atau dalam kemampuan akalnya. Perbedaan fisik dapat berupa perbedaan warna kulit, rambut, dan postur tubuh. Ada juga yang memiliki tubuh yang tidak sempurna, mereka yang disebut para penyandang cacat (Difabel/people with defferent abilitiy)(Ikaputra,2002:2). Meskipun begitu, seluruh manusia dicipta- kan Tuhan dalam keadaan yang sebaik-baiknya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Siapa- pun tak berharap dilahirkan ke dunia dalam kondisi cacat. Namun, kecacatan merupakan takdir dan anugerah dari Allah SWT yang tak bisa ditolak. Tetapi, tidak berarti dengan kekurangan fungsi organ tubuhnya, kaum yang sering disebut difabel itu tak bisa berkreasi. Dengan segala kemampu- annya, mereka terus berusaha menjadikan keku- rangannya sebagai kelebihan. Karena itu, semua, termasuk kaum difabel, memiliki hak yang sama dalam memperoleh kesempatan untuk hidup sela- yaknya masyarakat lain yang ‘normal’ (Amalia,2001). Tetapi ternyata terdapat diskriminasi dalam masyarakat yang terpinggir secara fisik dengan penggunaan istilah cacat bagi mereka. Penyebutan penderita cacat maupun penyandang cacat, secara tidak sadar menempatkan mereka pada kondisi

AKSESIBILITAS RUANG TERBUKA PUBLIK - … · kaum difabel, terutama di ruang terbuka publik kota. Tanggapan tentang pelaksanaan penyediaan akse-sibilitas bagi kaum difabel di ruang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AKSESIBILITAS RUANG TERBUKA PUBLIK - … · kaum difabel, terutama di ruang terbuka publik kota. Tanggapan tentang pelaksanaan penyediaan akse-sibilitas bagi kaum difabel di ruang

Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik Bagi Kelompok Masyarakat Tertentu Studi Fasilitas Publik Bagi Kaum Difabel Di KawasanTaman Suropati Menteng-Jakarta Pusat

Jurnal PLANESATM Vol. 1, No. 1, Mei 20108

AKSESIBILITAS RUANG TERBUKA PUBLIK BAGI KELOMPOKMASYARAKAT TERTENTU STUDI FASILITAS PUBLIK BAGI KAUMDIFABEL DI KAWASAN TAMAN SUROPATI MENTENG-JAKARTA

PUSAT

Nasrudin Dewang, LeonardoJurusan Teknik Planologi – Universitas Esa Unggul, Jakarta

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta [email protected]

AbstrakTaman merupakan fasilitas umum yang memiliki fungsi ruang yang sangat penting danmerupakan salah satu ruang terbuka publik kota yang di mana berlaku universal bagi setiap orangdan berhak untuk menikmati dan menggunakannya. Bukan hanya milik orang yang normal sajanamun juga kaum difabel terutama para tuna daksa (penyandang cacat fisik) yang memiliki hakyang sama untuk dapat hidup layak dan bermasyarakat seperti orang-orang lainnya yang normal,sangat jarang terlihat menggunakan ruang terbuka publik kota seperti di kawasan Taman SuropatiMenteng yaitu melakukan berbagai macam kegiatan aktivitas seperti masyarakat lainnya. Haltersebut diakibatkan karena tidak tersedianya fasilitas kemudahan yang membantu pergerakanmereka atau aksesibilitas. Tujuan dari studi identifikasi ini adalah merumuskan upaya untukmengefektifkan pelaksanaan penyediaan aksesibilitas bagi kaum difabel. Sasaran yang ditetapkanuntuk mencapai tujuan tersebut adalah perumusan prinsip perancangan ruang terbuka publik yangdapat juga digunakan oleh difabel terutama tuna daksa yang dilakukan dengan studi pustaka,peniliaian kelangkapan peraturan yang berlaku dengan mengacu pada hasil perumusan prinsipperancangan, penilaian pelaksanaan penyediaan aksesibilitas di ruang terbuka publik KawasanTaman Suropati Menteng Jakarta Pusat dengan mengunankan prinsip perancangan serta peraturanyang berlaku sebagai dasar penilaian, serta identifikasi persoalan yang dihadapi dalam penyediaanaksesibilitas bagi kaum difabel terutama tuna daksa yang didapat melalui wawancara. Upaya agarpenyediaan aksesibilitas bagi kaum difabel dapat dilaksanakan dengan efektif dan untukmewujudkan kesamaan kesempatan hidup bagi kaum difabel adalah dengan menyusun danmelengkapi suatu peraturan dan standar di tingkat daerah dan usulan perancangan teknis yangdilengkapi oleh ilustrasi berupa gambar dan foto dengan jelas, membentuk badan khusus yangbertugas untuk melakukan sosialisasi perda yang proses didalamnya melibatkan secara langsungpara kaum difabelnya sendiri serta koordinasi dengan dinas terkait, pemberian insentif bagipengembang dan masyarakat serta menyediaakan dana untuk penyediaan aksesibilitas.

Kata Kunci : Aksesibilitas, Ruang Terbuka, Difabel

PendahuluanTuhan menciptakan manusia dalam keadaan

yang berbeda-beda, tidak ada seorang manusia yangsama persis dengan manusia lainnya. Perbedaanyang ada mungkin dalam bentuk perbedaan fisik,atau dalam kemampuan akalnya. Perbedaan fisikdapat berupa perbedaan warna kulit, rambut, danpostur tubuh. Ada juga yang memiliki tubuh yangtidak sempurna, mereka yang disebut parapenyandang cacat (Difabel/people with defferentabilitiy)(Ikaputra,2002:2).

Meskipun begitu, seluruh manusia dicipta-kan Tuhan dalam keadaan yang sebaik-baiknya,dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Siapa-pun tak berharap dilahirkan ke dunia dalam kondisi

cacat. Namun, kecacatan merupakan takdir dananugerah dari Allah SWT yang tak bisa ditolak.Tetapi, tidak berarti dengan kekurangan fungsiorgan tubuhnya, kaum yang sering disebut difabelitu tak bisa berkreasi. Dengan segala kemampu-annya, mereka terus berusaha menjadikan keku-rangannya sebagai kelebihan. Karena itu, semua,termasuk kaum difabel, memiliki hak yang samadalam memperoleh kesempatan untuk hidup sela-yaknya masyarakat lain yang ‘normal’(Amalia,2001).

Tetapi ternyata terdapat diskriminasi dalammasyarakat yang terpinggir secara fisik denganpenggunaan istilah cacat bagi mereka. Penyebutanpenderita cacat maupun penyandang cacat, secaratidak sadar menempatkan mereka pada kondisi

Page 2: AKSESIBILITAS RUANG TERBUKA PUBLIK - … · kaum difabel, terutama di ruang terbuka publik kota. Tanggapan tentang pelaksanaan penyediaan akse-sibilitas bagi kaum difabel di ruang

Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik Bagi Kelompok Masyarakat Tertentu Studi Fasilitas Publik Bagi Kaum Difabel Di KawasanTaman Suropati Menteng-Jakarta Pusat

Jurnal PLANESATM Vol. 1, No. 1, Mei 2010 9

terbuang. Layaknya barang cacat produksi, secarafungsional akan dikesampingkan dan secara eko-nomi dihargai murah karena dianggab tidak sesuaistandar dan juga seperti penyediaan sarana danprasarana dan sistem operasi transportasi menerap-kan standar manusia normal sebagai obyek peng-gunanya. Kesulitan dialami bagi mereka denganketerbatasan kemampuan fungsi dan gerak fisikyang berbeda (Difabel). Bahkan tingkatnya telahsampai pada mencegah mereka untuk menggunakanfasilitas transportasi dan fasilitas umum lainnya.

Jika ini terjadi maka telah berlangsung pe-masungan hak asasi orang untuk berpergian. Aksesterhadap kegiatan ekonomi dan sosial maupunrekreasi telah direbut paksa. Disini tidak saja terjadimobilisasi sumber daya manusia yang optimumnamun lebih jauh sekelompok difabel yang me-miliki beban ekonomi yang lebih berat justru di-persulit dalam mengakses peluang-peluang eko-nomi3 (Sutomo,2002).

Difabel merupakan salah satu usulan istilahuntuk menggantikan kata penyandang cacat yangmemiliki pengertian nondiskriminasi. Istilah katadifabel ini berasal dari pengertian peopole withdefferent abilitiy, yakni masyarakat yang memilikiketerbatasan kemampuan fungsi dan gerak fisikyang berbeda.

Persamaan hak dapat dinikmati oleh parakaum difabel dengan penyediaan aksesibilitas, yaitukemudahan yang disediakan bagi kaum difabel.Dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No.468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis PadaBangunan Umum dan Lingkungan, aksesibilitasdidefinisikan sebagai kemudahan yang disediakanbagi penyandang cacat/kaum difabel guna mewu-judkan kesamaan kesempatan dalam segala aspekkehidupan dan penghidupan.

Pakar urban design Shirvani (1985) danKornblum (1979) menekankan perancangan ruangkota selayaknya melayani kepentingan publik yangberagam perilakunya. Apalagi jika kita sadar fungsiruang publik kota yang menjadi tempat melarikandiri warga masyarakat dari kebosanan akan rutinitaskehidupan di kota-kota. Tentu bukan saja dialamisekelompok warga kota, tetapi berlaku menyeluruh.

Oleh karenannya pemikiran perancanganurban public space sudah selayaknya berlakuuniversal bagi semua orang, termasuk bagi masya-rakat difabel. Karena itu perlu dilakukan identifikasipermasalahan dalam pelaksanaan penyediaanaksesibilitas bagi kaum difabel terutama padaruang-ruang terbuka publik, agar dapat diajukanupaya-upaya perbaikannya.

Perumusan Masalah

Mengapa fasilitas penyandang cacat/difabel masihsangat sedikit sekali/minim di ruang publik kotadi kawasan sekitar Taman Suropati MentengJakarta Pusat dan apakah peraturan perundangan(tentang penyediaan aksesibilitas) di Indonesiatelah cukup lengkap untuk menjamin ketersediaanaksesibilitas? Apakah fasilitas difabel yang minim ini

disebabkan karena jumlah difabel/penyandangcacat fisik yang sedikit atau tidak ada peng-gunanya? Apakah para difabel (khususnya penyandang

cacat fisik) mengetahui, mengerti dan meman-faatkan aksesibilitas tersebut? Apakah Pemerintah Kota Jakarta mengetahui dan

mengerti tentang kriteria, fungsi dan fasilitas bagikaum difabel (penyandang cacat fisik)? Upaya apa yang dapat dilakukan agar penyediaan

aksesibilitas bagi kaum difabel dapat dilak-sanakan secara efektif?

Maksud, Tujuan dan SasaranTujuan dari studi ini adalah merumuskan

upaya serta rumusan konsep untuk mengefektifkanpelaksanaan penyediaan aksesibilitas bagi kaumdifabel terutama para penyandang cacat fisik padaruang terbuka publik di Kawasan Taman SuropatiMenteng Jakarta Pusat. Sasaran yang ditetapkan un-tuk mencapai tujuan tersebut adalah ; Merumuskan prinsip-prinsip perancangan ruang

terbuka publik kota yang mempertimbangkan ke-butuhan aksesibilitas agar dapat dinikmati jugaoleh kaum difabel. Menilai kelengkapan produk hukum/peraturan

yang telah ada di Indonesia, dibandingkan denganprinsip-prinsip perancangan yang dirumuskan diatas. Menilai keefektifan pelaksanaan penyediaan akse-

sibilitas bagi kaum difabel di ruang terbuka publikdi Kota Jakarta di Kawasan Taman SuropatiMenteng Jakarta Pusat, berdasarkan prinsipperancangan dan peraturan hukum. Mengidentifikasi persoalan-persoalan yang diha-

dapi dalam pelaksanaan penyediaan aksesibilitasbagi kaum difabel pada ruang terbuka publik diKota Jakarta, bila hasil dari peniliaan pada pointdiatas adalah tidak efektif.

Ruang lingkup wilayah studiStudi dibatasi pada Kawasan Taman Suro-

pati Menteng Jakarta Pusat, memusatkan perhatianstudi pada penyediaan aksesibilitas bagi kaum di-fabel pada ruang-ruang terbuka publik kota, dantidak pada bangunan-bangunan umum. Jenis akse-sibilitas ruang terbuka publik kota pada kawasan

Page 3: AKSESIBILITAS RUANG TERBUKA PUBLIK - … · kaum difabel, terutama di ruang terbuka publik kota. Tanggapan tentang pelaksanaan penyediaan akse-sibilitas bagi kaum difabel di ruang

Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik Bagi Kelompok Masyarakat Tertentu Studi Fasilitas Publik Bagi Kaum Difabel Di KawasanTaman Suropati Menteng-Jakarta Pusat

Jurnal PLANESATM Vol. 1, No. 1, Mei 201010

sekitar Taman Suropati yang diamati meliputi sir-kulasi taman, parkir taman, jalur pejalan baik didalam taman maupun di luar taman, fasilitaspendukung aktivitas (meja, kursi, penyebrangan,toilet umum, halte, telekomunikasi, pusat informasi,tempat bermain anak, tempat olahraga dan baturefleksi) dan rambu-rambu di Kawasan Taman Su-ropati Menteng Jakarta Pusat.

Batas wilayah studi di gambarkan sebagaiberikut : Utara : Jl. Taman Suropati dan Jl. Teuku Umar Timur : Jl. Taman Suropati dan Jl. Syamsurizal Selatan : Jl. Diponegoro Barat : Jl. Taman Suropati dan Jl. Besuki

Kawasan sekitar Taman Suropati ini masukwilayah administrasi Kelurahan Menteng Keca-matan Menteng Jakarta Pusat.

Ruang Lingkup MateriLingkup materi yang akan dibahas dalam

studi tentang penyediaan aksesibilitas bagi kaumdifabel ini akan dibatasi pada :1.Penyandang cacat/difabel, meliputi penyandang

cacat lokomotor dan tuna netra.2.Kebutuhan aksesibilitas bagi penyandang cacat

lokomotor dan tuna netra.3.Aksesibilitas pada ruang terbuka publik kota.4.Landasan hukum dan peraturan tentang penye-

diaan aksesibilitas yang ada di Indonesia.5.Praktek pelaksanaan penyediaan aksesibilitas pa-

da ruang-ruang terbuka publik kota pada umum-nya dan di Kawasan Taman Suropati Menteng pa-da khususnya.

Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan adalah

metode penelitian kualitatif. Menurut Patton (1990)dengan mengunakan metode kualitatif peneliti dapatmempelajari permasalahan tertentu dengan lebihdalam dan rinci. Sesuai dengan tujuan dan sasaranstudi, metode kualitatif digunakan untuk menda-patkan informasi yang bersifat dalam dan rinci me-ngenai persoalan apa yang sebenarnya ada dalamperaturan tentang penyediaan aksesibilitas bagikaum difabel, baik dari kelengkapan substansinyamaupun pelaksanaannya. Jenis penelitian yang dila-kukan adalah deskriptif. Menurut Whitney (dalamNazir,1988) metode deskriptif adalah pencarianfakta dengan interpretasi yang tepat.

Persoalan yang diangkat dalam studi iniadalah tidak terjaminnya penyediaan aksesibilitasbagi kaum difabel, terutama di ruang terbuka publickota, meskipun pemerintah telah mengeluarkan be-

berapa peraturan tentang penyandang cacat/difabel.Karena itu, pertama kali yang akan diteliti adalahkelengkapan substansi peraturan yang telah di-keluarkan.

Untuk itu, perlu dirumuskan terlebih dahuluprinsip-prinsip perancangan ruang terbuka publicyang mempertimbangkan keberadaan penyandangcacat/difabel dalam masyarakat. Prinsip peranca-ngan tersebut selanjutnya dibandingkan denganperaturan yang telah dikeluarkan, sehingga dapat di-ketahui hal-hal apa saja yang perlu ditambahkanapabila ternyata peraturan tersebut masih kuranglengkap.

Setelah permasalahan kelengkapan subs-tansi peraturan, maka hal yang dilakukan selan-jutnya adalah mengidentifikasi persoalan yang sebe-narnya dihadapi pemerintah dalam melaksanakanperaturan tersebut, dapat dalam penegakkan, ataudalam permasalahan pendanaannya. Dengan me-ngetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaanpenyediaan aksesibilitas bagi kaum difabel, kemu-dian dapat dirumuskan upaya untuk meng-efektifkannya.

Wawancara yang dilakukan adalah wa-wancara terstruktur, yaitu wawancara yang masalahdan pertanyaan yang akan diajukan telah disiapkanterlebih dahulu. Responden yang akan diwawan-carai adalah pihak yang terlibat langsung dalampelaksanaan penyediaan aksesibilitas bagi kaumdifabel/penyandang cacat di ruang terbuka publikyaitu dari instansi atau badan yang terkait.

Wawancara dilakukan untuk memperolehinformasi tentang : Kelengkapan aksesibilitas bagi kaum difabel di

ruang terbuka publik kota secara fisisk/teknis. Pelaksanaan peraturan oleh pihak pemerintah,

dapat berupa usaha untuk melengkapi peraturanbila masih tidak lengkap, atau usaha penegakanperaturan (enforcement) yang telah ada danlengkap. Persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pelak-

sanaan peraturan tentang penyediaan akse-sibilitas bagi kaum difabel. Segi pendanaan penyediaan aksesibilitas bagi

kaum difabel, terutama di ruang terbuka publikkota. Tanggapan tentang pelaksanaan penyediaan akse-

sibilitas bagi kaum difabel di ruang terbuka publikkota.

Upaya untuk mengefektifkan pelaksanaan penye-diaan aksesibilitas bagi kaum difabel, dilakukandengan menganalisis hasil yang telah diperoleh daritiap sasaran. Informasi yang digunakan untuk me-lengkapinya adalah hasil studi kepustakaan terutama

Page 4: AKSESIBILITAS RUANG TERBUKA PUBLIK - … · kaum difabel, terutama di ruang terbuka publik kota. Tanggapan tentang pelaksanaan penyediaan akse-sibilitas bagi kaum difabel di ruang

Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik Bagi Kelompok Masyarakat Tertentu Studi Fasilitas Publik Bagi Kaum Difabel Di KawasanTaman Suropati Menteng-Jakarta Pusat

Jurnal PLANESATM Vol. 1, No. 1, Mei 2010 11

mengenai pengalaman negara lain. Dari informasi-informasi tersebut, dapat dirumuskan upaya-upayauntuk mengatasi persoalan dalam penyediaan akse-sibilitas bagi kaum difabel yang telah diinden-tifikasi.

Aksesibilitas Bagi Kaum Difabel PadaRuang Terbuka Publik

Istilah difabel terjemahan dari kata bahasaInggris yaitu diffable. Difabel merupakan istilahyang berasal dari people with different abilities,yang kemudian di-Indonesiakan menjadi difabel.Difabel ini adalah masyarakat yang memilikikemampuan berbeda dan keterbatasan baik darifungsi gerak tubuhnya maupun fisiknya. Kemam-puan mereka menjadi berbeda karena mereka me-miliki kelebihan dan potensi diri yang tidak kitamiliki, serta kemampuan mengoptimalkan setiappotensi diri sekecil apa pun.

Istilah "difabel" juga memberi peluanguntuk memperhatikan masyarakat dengan kondisiberbeda dan spesifik. Istilah difabel menawarkanwacana lebih bijak dan perspektif berbeda diban-ding penyandang cacat yang mempersepsikansesuatu yang gagal produksi, bahkan abnormal.Istilah DIFABEL (different ability) istilah yanglebih empowering dari pada disable, lebih dihormatidari pada penyandang cacat, untuk diterapkan padabangunan dan lingkungan.

Penyandang Cacat/Difabel dan Karakteris-tiknya

Rancangan dari ruang terbuka publik yangselama ini kebanyakan dilakukan dengan menggu-nakan orang yang dapat bergerak normal dandengan ukuran rata-rata sebagai asumsi, menye-babkan banyak pengguna potensial tidak dapat ikutmemasuki dan menggunakan ruang terbuka publik,karena mereka mendapatkan hambatan (barriers).

Kelompok-kelompok yang memilikiketerbatasan fisik dan gerak (difabel) tersebut, meli-puti : Penyandang cacat/difabel, yaitu pengguna kursi

roda, orang yang memiliki kelainan padapenglihatan, dan juga kelainan pada pendengaran-nya dan berbicara Orang-orang tua dengan keterbatasan kekuatan

fisik dan gerak Anak-anak kecil Ibu-ibu hamil/ibu membawa anak kecil

Klasifikasi Kecacatan/DifabelDalam Guidelines dari proyek ESCAP

(1995) disebutkan bahwa untuk kebutuhan peran-

cangan lingkungan terbangun, disabilitas dibagimenjadi beberapa kelompok lagi yaitu :1.Orthopaedik (locomotor Disabilities) Orang da-

lam kelompok ini umumnya adalah mereka yangmemiliki disabilitas lokomotor (kecacatan dalamalat pergerakannya) yang mempengaruhi mobi-litas atau pergerakan. Kelompok ini dibagi lagimenjadi 2 yaitu : Ambulant, adalah mereka yang mampu, dengan

atau tanpa bantuan untuk berjalan atau dapatberjalan baik itu dengan menggunakan alat ban-tu seperti tongkat dan sebagainya ataupun tidak. Orang yang menggunakan kursi roda adalah

mereka yang tidak mampu berjalan baik denganbantuan atau tidak, dan sangat tergantung padapenggunaan kursi roda untuk pergerakannya.Ada yang dapat menjalankan kursi rodanyasendiri, tapi ada pula yang memerlukan bantuandalam mendorongnya. Meskipun tidak mampuberjalan, mayoritas orang dalam kelompok inimampu untuk berpindah dari dan dalam kursirodanya.

2. SensoryAdalah kelompok orang yang mengalami ham-batan atau ketidaknyamanan dalam menggunakanlingkungan terbangun sebagai akibat dari adanyakelainan dalam penglihatan ataupunpendengarannya. Kelompok ini terbagi lagi men-jadi 2, yaitu : Tuna netra, adalah mereka yang sangat tergan-

tung pada indera pendengaran, penciuman, danperasaannya Tuna rungu, adalah mereka yang sangat tergan-

tung pada indera penglihatan dan perasaannya.3. Cognitive

Umumnya, orang-orang di kelompok ini adalahmereka yang memiliki penyakit mental, keter-lambatan dalam berkembang atau belajar.

4. MultipleKelompok ini terdiri dari orang-orang denganbeberapa kecacatan,kombinasi dari kelompok-kelompok sebelumnya.

Ruang Terbuka PublikDalam bukunya yang berjudul Public

Space, Carr, Francis, Rivlin, dan Stone (1992)mendefinisikan ruang publik sebagai berikut : ruangpublik sebagai ruang atau lahan umum dimanamasyarakat dapat melakukan kegiatan fungsionalataupun kegiatan sampingan lainnya yang dapatmengikat suatu komunitas, baik itu kegiatan rutinkehidupan sehari-hari ataupun upacara atau pestayang dilakukan secara berkala.

Walzer (1990), mendefinisikan ruang pu-blik sebagai berikut : ruang tempat kita berbagi

Page 5: AKSESIBILITAS RUANG TERBUKA PUBLIK - … · kaum difabel, terutama di ruang terbuka publik kota. Tanggapan tentang pelaksanaan penyediaan akse-sibilitas bagi kaum difabel di ruang

Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik Bagi Kelompok Masyarakat Tertentu Studi Fasilitas Publik Bagi Kaum Difabel Di KawasanTaman Suropati Menteng-Jakarta Pusat

Jurnal PLANESATM Vol. 1, No. 1, Mei 201012

dengan orang yang tidak kita kenal, yang bukanmerupakan teman, relasi kerja, atau saudara kita.Ruang publik dapat digunakan untuk kegiatanpolitik, keagamaan, perdagangan, olah raga, meru-pakan ruang dengan keadaan yang penuh damai,dan tempat pertemuan yang tidak bersifat pribadi.

Keterbukaan Ruang PublikKata ‘terbuka’ dalam terminologi ruang

terbuka publik oleh Lynch (1965) dijabarkan men-jadi beberapa pengertian yaitu: bebas untuk dima-suki atau digunakan, tidak tertutup, tidak memilikihambatan, tidak terlarang, dapat diakses (acces-sible), tidak terikat, responsif, dan lainnya. Secarafisik, Lynch (1965) mengungkapkan bahwa penger-tian ruang yang terbuka akan mengacu pada lahanyang digunakan untuk kegiatan olah raga danbermain, pada suatu areal luas dengan sifat kepemi-likan publik atau semi-publik, pada lahan yang tidakterbangun atau tidak memiliki bangunan di atasnya,lahan yang terbuka pemandangannya, atau tempat-tempat yang berada di luar ruangan (outdoor).

Selain itu, Lynch dan Hack (1984)menjelaskan bahwa dari pengertian ‘terbuka’ terse-but, maka suatu ruang dapat dikatakan terbukaapabila ruang tersebut memungkinkan masyarakatuntuk bebas melakukan kegiatan. Dengan demikian,ruang yang terbuka adalah bagian-bagian darilingkungan yang terbuka atau dapat digunakan bagikegiatan spontan dan dipilih secara bebas olehmasyarakat. Di mana pengertian ruang terbuka me-nurut kamus tata ruang adalah lahan tanpa ataudengan sedikit bangunan/dengan bangunan yangsaling berjauhan, ruang terbuka ini dapat berupapertamanan, tempat olah raga, tempat bermainanak-anak, perkuburan dan daerah hijau padaumumnya.

Tipologi Ruang Terbuka PublikSetelah mengalami berbagai perkembangan,

yang dipengaruhi berbagai faktor, Carr dkk (1992)mengelompokkan ruang-ruang publik, terutamaruang publik di perkotaan berdasarkan jenisnya.Dari pengelompokkan tersebut, yang merupakanruang terbuka publik adalah sebagai berikut:1.Taman-Taman Publik

a.Taman publik atau taman sentral adalah ruangterbuka yang dikembangkan dan dikelolapemerintah, sebagai bagian dari zona sistemruang terbuka kota, yang dibuat untuk melayanikepentingan seluruh kota. Ukuran luas tamanini seringkali lebih besar daripada taman-tamanyang terdapat di lingkungan perumahan.

b.Taman Pusat Kota

Taman ini merupakan taman ‘hijau’ denganrerumputan dan pepohonan yang dapat berupataman tradisional, taman dengan nilai sejarahtertentu, atau ruang terbuka yang barudibangun.

c.UmumJenis taman umum (commons) ini merupakanjenis yang banyak dikembangkan dikota-kota diNew England. Berbentuk area hijau yang luas,yang dahulunya merupakan area untuk kepen-tingan publik.

d.Taman LingkunganTaman lingkungan adalah ruang terbuka yangdikembangkan di lingkungan perumahan. Di-kembangkan secara umum dan dikelola sebagaibagian dari zona ruang terbuka kota, atausebagai bagian dari perkembangan perumahanpribadi baru.

e.Taman MungilKata ‘mungil’ pada jenis taman publik inimemang mengacu kepada ukuran fisik taman.Taman jenis ini adalah taman yang berada diantara gedung-gedung di perkotaan, atau tamankota yang dikelilingi bangunan. Jenis inimeliputi juga air mancur atau bangunan airlainnya yang ada di sekitas atau di antarabangunan-bangunan.

2. Square dan PlasaDi Indonesia, istilah plasa lebih sering digunakandaripada square. Dalam kamus Webster, squaredidefinisikan sebagai suatu ruang atau areaterbuka yang terbentuk dari pertemuan dua jalanatau lebih. Kelompok ini terdiri dari :a.Square sentral (alun-alun)

Umumnya square sentral merupakan bagiandari sejarah perkembangan kota. Pengemba-ngannya dapat sengaja direncanakan atau adasebagaian pertemuan dari jalan yang dibangun.

b.Plasa PerusahaanMerupakan plasa yang dikembangankan sebagaibagian dari perkantoran atau gedung komersilbaru. Umumnya berlokasi di pusat kota, tetapikini yang merupakan bagian dari perkembanganperkantoran dipinggiran kota pun jumlahnyasemakin meningkat.

c.MemorialPlasa memorial adalah ruang publik yang diba-ngun untuk mengenang tokoh atau kejadiantertentu baik di tingkat lokal ataupun tingkatnasional.

3. JalanRuang publik yang merupakan bagian utama darisebuah kota ini ternyata dapat dipilah lagi menjadi

Page 6: AKSESIBILITAS RUANG TERBUKA PUBLIK - … · kaum difabel, terutama di ruang terbuka publik kota. Tanggapan tentang pelaksanaan penyediaan akse-sibilitas bagi kaum difabel di ruang

Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik Bagi Kelompok Masyarakat Tertentu Studi Fasilitas Publik Bagi Kaum Difabel Di KawasanTaman Suropati Menteng-Jakarta Pusat

Jurnal PLANESATM Vol. 1, No. 1, Mei 2010 13

beberapa kelompok dengan cirinya masing-masing, yaitu:a.Kawasan Pejalan

Kawasan pejalan tidak selalu terencana, tetapifungsinya sama yaitu menghubungkan tujuanyang satu dengan lainnya.

b.Mal PejalanMal pejalan adalah jalan yang berdekatandengan lalu lintas kendaraan. Fasilitas kenya-manan pejalan seperti tempat duduk dantanaman tersedia.

c.Mal TransitMal transit merupakan pengembangan dari ak-ses transit ke arah pusat kota yang sudah ada.Dapat dianggap mulai menggantikan malpejalan tradisional dengan mal bis dan mal ke-reta.

d.Jalan dengan lalu lintas terbatasPembatasan lalu lintas dan kendaraan pada jalanini meliputi juga pengembangan dan pelebarankawasan pejalan, serta penanaman pohon-pohonan di sepanjang jalan.

e. Jalur KotaJalur kota ini berfungsi untuk menghubungkanbagian-bagian dari kota melalui jalur-jalur yangterintergrasi.

4. Taman BermainKelompok ini terbagi menjadi dua, yaitu :

a.Taman BermainMerupakan tempat bermain yang berlokasi dilingkungan perumahan. Biasanya dilengkapidengan alat bermain tradisional seperti ayunandan luncuran, dan disediakan juga fasilitas ke-nyamanan bagi orang dewasa seperti tempatduduk.

b.Halaman SekolahSelain sebagai tempat bermain, sebagian darihalaman sekolah dapat dikembangkan sebagaitempat pembelajaran tentang lingkungan atausebagai ruang untuk komunitas.

5. Ruang Terbuka KomunitasRuang terbuka komunitas ini hanya terdiri darisatu jenis ruang yaitu taman komunitas. Dapatmeliputi taman, tempat bermain, dan taman ling-kungan. Karena dikembangkan pada lahan yangtidak termanfaatkan, maka taman komunitas inisangat rentan terhadap konversi menjadi gunalahan yang lain, seperti perumahan atau komersil.

6. Jalur HijauJalur hijau adalah areal alami yang saling ter-hubung dan banyak digunakan untuk kegiatanyang lebih bersifat hiburan, yang dihubungkan de-ngan jalur pejalan dan sepeda.

Tabel 1Tipologi Ruang Terbuka Publik Berdasarkan Fungsi dan KepemilikannyaRuang Terbuka Publik Fungsi

Kepemilikan

Publik Taman sentral,taman pusat kota,Taman umum, taman lingkungan,Taman mungil, alun-alun, memo-rial, kawasan pejalan, mal peja-Lan, jalan lalu lintas terbatas, jalurkota, taman bermain, halamanSekolah, jalur hijau.

Tidak Ada

Privat Taman lingkungan,plasa perusa-haan, taman bermain, halamanSekolah, ruang terbuka komunitas

Halaman rumah,halaman kantor

Prinsip Perancangan Ruang Terbuka Publik bagiKaum Difabel

Kegagalan ruang terbuka publik untuk dapatmengakomodasi masyarakat difabel adalah ham-batan yang sangat besar. Kebutuhan yang berbedadengan masyarakat normal lain, yang belum tersediapada banyak ruang terbuka publik, sangat membatasiakses mereka untuk masuk dan menggunakan ruang-ruang tersebut. Bagi kaum difabel, hambatan fisikdan juga bahaya yang dapat ditimbulkan dari orang-

orang sekitar, membuat ruang terbuka publik tidakmenarik untuk didatangi.

Menjadikan orang-orang yang dapat berge-rak normal sebagai asumsi dasar dalam pengem-bangan ruang terbuka publik kota, adalah langkahyang kurang bijaksana, karena ruang terbuka publikharuslah dapat dinikmati semua orang, termasukkaum difabel.

Menurut Soetrisno pemerhati fasilitas pela-yanan jasa bagi difabel dengan adanya standar teknispenyediaan fasilitas prasarana dan sarana akse-

Page 7: AKSESIBILITAS RUANG TERBUKA PUBLIK - … · kaum difabel, terutama di ruang terbuka publik kota. Tanggapan tentang pelaksanaan penyediaan akse-sibilitas bagi kaum difabel di ruang

Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik Bagi Kelompok Masyarakat Tertentu Studi Fasilitas Publik Bagi Kaum Difabel Di KawasanTaman Suropati Menteng-Jakarta Pusat

Jurnal PLANESATM Vol. 1, No. 1, Mei 201014

sibilitas bagi kaum difabel dapat disesuaikan dengankondisi dan situasi ruang tempat peletakannya,ukuran dasar standar yang digunakan tersebut masihdapat ditambah atau dikurangi, sepanjang asas-asasaksesibilitas masih dapat dicapai, yaitu :a.Kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai

semua tempat atau bangunan yang bersifat umumdalam suatu lingkungan.

b.Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mem-pergunakan tempat atau bangunan yang bersifatumum dalam suatu lingkungan.

c.Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifatumum dalam suatu lingkungan terbangun, harusmemperhatikan keselamatan bagi semua orang.

d.Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisamencapai masuk dan mempergunakan semua tem-pat atau bangunan yang bersifat umum dalamsuatu lingkungan tanpa membutuhkan bantuanorang lain.

Peraturan tentang Penyediaan Aksesibilitas bagikaum Difabel (Penyandang cacat fisik) diIndonesiaPeraturan-peraturan yang Berlaku saat inia.Sebelum melakukan penilaian kelengkapan yang

berlaku saat ini di Indonesia, terlebih dahulu akandibahas adalah Pancasila yang tertera pada sila ke-2 dan ke-5 yaitu yang menyangkut keadilan dankesejahteraan, Undang-Undang Dasar 1954(UUD’45) yang tertera pada pembukaan dan BabX Warga Negara dan Penduduk Pasal 27 ayat 2,Pasal 28H ayat 1 dan 2, Pasal 28I ayat 2 dan 4.Undang-Undang Program Pembangunan Nasional(Propenas) No.25/2000 Bab I Pendahuluan B.Tujuan dan Sasaran Pembangunan Nasional, PerdaNo.6/1999 Tentang Rencana Tata Ruang WilayahDaerah Khusus Ibukota Jakarta, UU No.24/1992/tentang Penataan Ruang pada Bab II Azas danTujuan pasal 2 dan Bab III Hak dan Kewajibanpasal 4, UU No.4/1997 tentang Penyandang Cacat,PP No.43/1998 tentang Upaya Peningkatan Kese-jahteraan Sosial bagi Penyandang Cacat, KepmenPU No.468/KPTS/1998 tentang Persyaratan teknisAksesbilitas pada Bangunan Umum dan Ling-kungan, Kepmen Hub No.KM 6/1994 tentangTanda-tanda Khusus Bagi Penderita Cacat TunaNetra dan Cacat Tuna Rungu dalam Berlalu Lintasdi Jalan, Kepmen Hub No.KM 71/1999 tentangAksesibilitas bagi Penyandang Cacat dan OrangSakit pada Sarana dan Prasarana Perhubungan,Kepdirjend Bina Marga No.74/KPTS/Db/1999tentang Pedoman Teknik No.022/T/BM/1999 ten-tang Persyaratan Aksesbilitas pada Jalan Umumdan SK Gub DKI Jakarta No.66/1981 tentang

Ketentuan Penyediaan Sarana/Perlengkapan bagiPenderita Cacat pada Bangunan-bangunan Fasili-tas Umum, Pusat Pertokoan, Perkantoran danPermahan Flat.

b.Pancasila yang tertera pada sila ke-2 dan ke-5yaitu yang menyangkut keadilan dan kesejah-teraan.

c.Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945Amandemen yang tertera pada pembukaan danBab X Warga Negara dan Penduduk Pasal 27 ayat2, Pasal 28H ayat 1 dan 2, Pasal 28I ayat 2 dan 4.

d.Undang-Undang Program Pembangunan Nasional(Propenas) No.25/2000 Bab I Pendahuluan B. Tu-juan dan Sasaran Pembangunan Nasional.

e.Perda No.6/1999 Tentang Rencana Tata RuangWilayah Daerah Khusus Ibu kota Jakarta yaitudari visi dan misi dari isi perda tersebut.

f. UU No.24/1992/ tentang Penataan Ruang padaBab II Azas dan Tujuan pasal 2 dan Bab III Hakdan Kewajiban pasal 4.

g.UU No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat

Analisis Aksesibilitas Bagi Kaum Difabel PadaRuang Terbuka Publik Kota di Taman SuropatiMenteng-Jakarta Pusat

Kondisi Fisik Fasilitas di Kawasan Taman Su-ropati

Untuk kondisi fisik fasilitas yang berada dikawasan Taman Suropati, cukup lengkap dan me-madai tetapi tidak semuanya dalam kondisi yangbaik/terawat. Fasilitas yang terdapat di kawasanTaman Suropati belum semuanya dapat di akses olehkaum difabel. Fasilitas yang terdapat di dalam dankawasan Taman Suropati, yaitu:a. Jalur pejalan/pedestrian yang cukup baik, tetapi

ada beberapa jalur pedestrian yang rusak sehing-ga sering digunakan oleh pengunjung untukberinteraksi ataupun berolahraga seperti senam.

b. Jogging track, yang cukup baik. Seringdigunakan oleh pengunjung untuk berolah ragaterutama pada setiap pagi hari dan sore dansetiap hari libur sabtu dan minggu. Tetapi masihada yang kurang rata.

c. Ramp, yang terdapat di utara-selatan pada jalurpedestrian kiri-kanan. Ramp yang ada beberapadiantaranya kurang terawat.

d. Bangku dan tempat sampah, yang cukup baik.e. Toilet, cukup baik.f. Parkir yang memadai dan cukup baik. Untuk

parkir khusus untuk difabel belum tersedia.g. Penyebrangan yang berupa zebra cross di setiap

perempatan lampu lalulintas.h. Pos polisi

Page 8: AKSESIBILITAS RUANG TERBUKA PUBLIK - … · kaum difabel, terutama di ruang terbuka publik kota. Tanggapan tentang pelaksanaan penyediaan akse-sibilitas bagi kaum difabel di ruang

Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik Bagi Kelompok Masyarakat Tertentu Studi Fasilitas Publik Bagi Kaum Difabel Di KawasanTaman Suropati Menteng-Jakarta Pusat

Jurnal PLANESATM Vol. 1, No. 1, Mei 2010 15

i. Halte dan telepon umum

Sirkulasi dan ParkirTaman Suropati tidak memiliki jalur keluar

masuk yang memadai bagi difabel. Letak tamanyang seringkali lebih tinggi dari badan jalan,menyebabkan perlu adanya pemotongan kerbs

(trotoar) pada jalur keluar masuk taman. Tidak ada-nya pemotongan kerbs ini menghalangi penyandangcacat untuk ikut menikmati taman tidak ada yangsecara khusus menyediakan tempat parkir khususbagi kaum difabel.

Tabel 2Gambaran umum instansi yang diwawancara

Instansi Fungsi Utama Usaha PenyediaanAksesibilitas

Instansi

Dinas Bintal dan Kesos Melakukan upayapeningkatan pendidikan,keterampilan dan tingkatekonomi difabelkhususnya keterbatasangerak dan fungsi fisik,serta upaya membagi-bagikan alat bantu gerakseperti kursi roda dantongkat

Membahas dengan instansilainyang terkait

Dinas Bintal dan Kesos

Dinas dan KasiePertamanan

Melaksanakanperencanaan, perancangan,pemeliharaan, pengendaliandan pembinaantaman-taman kota,lingkungan, tamanbangunan dan tamanrekreasi

Tidak ada Dinas dan KasiePertamanan

Sudin dan Kasie Tata Kota Merumuskan kebijakanteknis, memberibimbingan dan pembinaanserta pemberianperijinan dalam bangunanfisik

Tidak ada, tidak dimasuk-kandalam pekerjaan instansi

Sudin dan Kasie Tata Kota

Bappeda Mengkoordinasikan danatau mengadakanpenelitian untukkepentingan perencanaanpembangunan daerah

Dianggap sebagai hal yangterlalu teknis untukditangani

Bappeda

Dinas BinaMarga

Menangani perencanaandan pemeli-haraanjalan.

Belum dijadikan prioritas Dinas BinaMarga

DinasPengawasanBangunan

Mengawasi pembuatanbangunan, mulai daripembuatan izin hinggaproses pembuatan.

Tidak termasuk dalampersyaratan

DinasPengawasanBangunan

Jalur PejalanBagian-bagian taman dapat dicapai hanya

dengan menggunakan tangga, menyediakan ramp

tapi rusak dan terjal dan handrail atau grab bars-nyatidak tersedia. Fasilitas pendukung aktivitas yangsudah disediakan yaitu tempat duduk. Fasilitas

Page 9: AKSESIBILITAS RUANG TERBUKA PUBLIK - … · kaum difabel, terutama di ruang terbuka publik kota. Tanggapan tentang pelaksanaan penyediaan akse-sibilitas bagi kaum difabel di ruang

Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik Bagi Kelompok Masyarakat Tertentu Studi Fasilitas Publik Bagi Kaum Difabel Di KawasanTaman Suropati Menteng-Jakarta Pusat

Jurnal PLANESATM Vol. 1, No. 1, Mei 201016

pendukung lain yaitu meja, sangat jarang tersediapada ruang terbuka publik di Taman SuropatiMenteng. Penyebrangan yang memadai tapi tidakcukup aman. toilet umum dan halte tersedia tapibelum aksesibel bagi kaum difabel terutama bagipengguna kursi roda dan sarana telekomunikasi yangbelum akses. Rambu-rambu yang dapat digunakanoleh kaum difabel pun belum tersedia secara khusus.

Dari penjabaran hasil wawancara denganbeberapa instansi pemerintah dan lembaga-lembagaluar pemerintahan serta tabel 2 di atas, dapat diiden-tifikasikan beberapa persoalan yang menyebabkantidak efetifnya pelaksanaan penyediaan aksesbilitasbagi kaum difabel, pada ruang terbuka publik kotaterutama di kawasan sekitar Taman SuropatiMenteng ini. Persoalan-persoalan tersebut di anta-ranya adalah : Masih kurangnya kesadaran untuk memasukkan

kebutuhan aksesibilitas bagi kaum difabel dalamperencanaan ruang terbuka publik. Kebutuhan aksesibilitas bagi kaum difabel dalam

ruang terbuka publik tidak dijadikan prioritasutama. Pengetahuan tentang penyediaan aksesibilitas bagi

kaum difabel secara umum dan teknis masih ku-rang. Pengetahuan tentang para difabel, pengertian dan

manfaat dari penyediaan aksesibilitas masih ku-rang. Peraturan yang berkaitan dengan penyediaan akse-

sibilitas bagi kaum difabel masih belum dimilikioleh dinas-dinas yang terkait. Tidak adanya alokasi dana untuk penyediaan ak-

sesibilitas bagi kaum difabel di ruang terbukapublik. Masih kurangnya koordinasi antar dinas dan ku-

rang jelasnya mengenai kedudukan serta tugaspokok dan program di setiap dinas dan bagian-bagiannya untuk implementasinya dilapangan me-ngenai penyediaan aksesibilitas. Masih kurangnya sosialisasi di dalam tahap peren-

canaan penyediaan aksesibilitas yang melibatkanseluruh masyarakat terutama para difabel. Serta masih kurangnya sosialisasi dan komunikasi

terhadap ketetapan peraturan dan standar menge-nai penyediaan aksesibilitas dari pemerintah, ma-syarakat serta lembaga non pemerintah danswasta. Masih kurangnya penegakan hukum, dari keha-

rusan hokum yang sudah ada.

Rencana Penyediaan Aksesibilitas Bagi KaumDifabel Pada Ruang Terbuka Publik KawasanTaman Suropati Menteng-Jakarta Pusat

Usulan Rencana Penyediaan AksesibilitasDasar pertimbangan untuk usulan rencana

penyediaan aksesibilitas berdasarkan dari kebijakan-kebijakan serta peraturan-peraturan yang sudah adadan berlaku, teori, gambaran umum dan masalahyang ada juga kebutuhan dari kaum difabel menurutjenis keterbatasannya khususnya bagi pengguna kur-si roda dan tuna netra.

Aksesibilitas Fasilitas Sirkulasi dan Parkir BagiKaum Difabel1.Sirkulasi

Sirkulasi pada kawasan Taman Suropati ini me-liputi jalan masuk keluar dan hubungan ruangterbuka dengan jalan.

2.ParkirPada kedua jenis parkir ini disediakan parkir khu-sus bagi kaum difabel yang diberikan berupa tandakhusus rambu dan juga marka di atas tempat parkirtersebut serta ramp

Aksesibilitas Fasilitas Jalur Pejalan Bagi KaumDifabel

Jalur pejalan bagi kaum difabel dibuatkansedemikian rupa agar tidak bahaya dan terhambatbergerakannya dengan menyediakan jalur pejalanyang rata tidak berlubang-lubang, tidak terjal ataubertingkat-tingkat, tidak licin dan terdapat genanganjika terjadi hujan serta terdapat ubin bertekstur (ubinpemandu dan ubin peringatan) di sepanjang jalurpejalan

Aksesibilitas Fasilitas Pendukung Aktivitas Bagikaum Difabel

Untuk aksesibilitas fasilitas pendukung akti-vitas yaitu;1.Bangku

Usulan rencana bangku taman ingin di tambahkandengan model yang baru dengan menggunakansenderan badan di belakangnya, sehingga lebihnyaman.

2.Meja3.Penyeberangan

Fasilitas prasarana penyeberangan dibuatkan padalokasi-lokasi/kawasan yang terdapat prasaranaumum.

4.Toilet/Kamar Keciltoilet atau sanitasi harus aksesibel untuk semuaorang tanpa terkecuali kaum difabel terutamapengguna kursi roda, para manula dan wanitahamil.

5.Halte6.Telepon Umum7.Pusat Informasi

Page 10: AKSESIBILITAS RUANG TERBUKA PUBLIK - … · kaum difabel, terutama di ruang terbuka publik kota. Tanggapan tentang pelaksanaan penyediaan akse-sibilitas bagi kaum difabel di ruang

Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik Bagi Kelompok Masyarakat Tertentu Studi Fasilitas Publik Bagi Kaum Difabel Di KawasanTaman Suropati Menteng-Jakarta Pusat

Jurnal PLANESATM Vol. 1, No. 1, Mei 2010 17

Pusat informasi diperuntukan bagi pengunjungtaman yang ingin mengetahui beberapa informasi-informasi mengenai dari sejarah Taman Suropatibeserta bangunan dan kawasan Menteng, petalokasi taman, jalan dan bangunan/tempat berse-jarah/menarik lainnya yang dekat dengan TamanSuropati, rute dan kendaraan umum yang dapatdipergunakan dan berbagai macam lain seba-gainya.

Rambu-RambuFasilitas dan elemen bangunan yang digu-

nakan untuk memberikan informasi, arah, penanda,atau penunjuk khususnya bagi kaum difabel.

Upaya Pengefektifan Penyediaan Aksesibi-litas Bagi Kaum Difabel Di Kawasan TamanSuropati Menteng-Jakarta Pusat

Persoalan yang dihadapi oleh dinas-dinaspemerintahan terkait dalam penyediaan aksesibilitasbagi kaum difabel di ruang terbuka publik, yaitu : Kurangnya kesadaran aparat/instansi pemerintah

untuk mempertimbangkan kepentingan parapenyandang cacat/difabel dalam merencanakanruang terbuka publik. Pengetahuan aparat/instansi pemerintah yang

masih sangat minim tentang kebutuhan aksesbi-litas penyandang cacat/difabel. Tidak adanya alokasi dana untuk penyediaan

aksesibilitas. Pengetahuan aparat/instansi pemerintah yang

sangat kurang tentang peraturan tentang penye-diaan aksesibilitas bagi kaum difabel/penyandangcacat yang saat ini berlaku. Pengetahuan aparat/instansi pemerintah yang

sangat kurang tentang difabel dan kriterianya yangbukan hanya penyandang cacat saja, melainkanlansia dan wanita hamil serta manusia yangmemiliki tinggi tubuh yang tidak normal masukdidalamnya, begitu juga di dalam peraturannyaserta jenis-jenis aksesibilitasnya dan juga fungsiserta kegunaannya bagi semua orang baik bagi dirisendiri nantinya maupun generasi tua dan muda.

Upaya agar penyediaan aksesbilitas bagikaum difabel, terutama pada ruang terbuka publik dikawasan sekitar Taman Suropati Menteng, menjadiefektif, upaya-upaya tersebut adalah : Penyusunan peraturan daerah oleh pemerintah Pembentukan badan khusus atau membuat

paradigma baru Saran Studi Lanjutan

Daftar Pustaka

Ahmad, Ahmaddin, “Re-Desain Jakarta Tata KotaTata Kita 2020”, Kotak Kita Press, Jakarta,2002.

Amalia, Dian, “Penilaian Penyediaan AksesibilitasBagi Penyandang Cacat DiBeberapa RuangTerbuka Publik Kota Bandung”,TugasAkhir.Bandung, 2001.

Biro Kepustakaan dan Dokumentasi Komnas HAM,“Disability” Teropong.Suara WarkatWarta,Vol.2No.12 Juli 2001.

De Chiara, Joseph dan Lee E Koppelman, “StandarPerencanaan Tapak”, Cetakan Kedua,Erlangga, Jakarta, 1990.

Direktorat Cipta Karya, Dep. PU bekerja samadengan Ikatan Ahli Perencana (IAP),“Kamus Tata Ruang”, Edisi 1, Dep.PU danIAP, Jakarta, 1997.

Direktorat Jendral Bina Rehabilitasi Sosial,“Rehabilitasi Sosial Penderita CacatTubuh”, Departemen Sosial RI, Jakarta,1992.

Direktorat Rehabilitasi Penderita Cacat, “RencanaHastha Warsa”, Departemen Sosial RI,Jakarta, 1976.

Hakim,Patricia, “Penataan Ruang Publik Kota Di Jl.Sabang Kebon Sirih”, Tugas Akhir, Jakarta,1997.

Heuken,Adolf Sj dan Grace Pamungkas, “,MentengKota Taman Pertama di Indonesia”, CetakanPertama, Enka Parahiyangan, Jakarta, 2001.

Ikaputra, “Ruang Publik Kota Untuk Siapa”,Kompas 19 Mei 2002.

Komnas HAM,Suar Warkat Warta,Vol.2,No.12 Juli2001

Manurung, Pamanongan, ”Aksesibilitas Pada RuangPublik”, 4 Juli 2004

Minister of Public Works and Government Services,“Making Transportation Accessible ACanadian Planning Guide TransportasionDevelopment Centre Safety and SecurityTransport Canada”, Canada, 1998.

Page 11: AKSESIBILITAS RUANG TERBUKA PUBLIK - … · kaum difabel, terutama di ruang terbuka publik kota. Tanggapan tentang pelaksanaan penyediaan akse-sibilitas bagi kaum difabel di ruang

Aksesibilitas Ruang Terbuka Publik Bagi Kelompok Masyarakat Tertentu Studi Fasilitas Publik Bagi Kaum Difabel Di KawasanTaman Suropati Menteng-Jakarta Pusat

Jurnal PLANESATM Vol. 1, No. 1, Mei 201018

Oregon Departement of Transportation, “OregonBicycle and Pedestrian Plan”, Portland,1995.