Upload
truongdang
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
AISYIYAH KOTA DEPOK: SEJARAH BERDIRI DAN
KONTRIBUSINYA DALAM BIDANG SOSIAL,
BUDAYA DAN AGAMA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh :
DIAN RAHMAYANTI
1110022000006
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
AISYIYAH KOTA DEPOK: SEJARAH BERDIRI DAN KONTRIBUSINYADALAM BIDANG SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sa{ana Humaniora (S.Hum)
Oleh
Dian Rahmavanti
NIM: 1110022000006
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
Pembimbing
11992031001
': Pengesahan Panitia Ujian
Skripsi dengan judul AISYryAH KOTA DEPOI(: SEJARAH BERDIRIDAN KONTRIBUSINYA DAI-AM BIDANG SOSIAL, BUDAYA DANAGAI\4A telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan FlumanioraUniversitas Islam Negeri Syarif I{idayatullah Jakarta padaT Januari 2015. Skripsiini telah diterirna sebagai salah satu syarat mernperoleh gelar Sarjana Humaniora(S. Hum) pada program studi Sejarah dan Kebudayaan Islam.
Jakarta, T Januari 2015
Siclang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota
H. Nurhgsan. M.ANIP: 1 9690124 199703 1 001
Anggota
:19150417 200501 2 007
NIP: 19590203 198903 I 003
Pengrji II
NIP: 1 9601212 199003
Pernbimbing
un llerani- M.ANIP: 19570227 199203 1 001
T,EMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk rnemenuhisalah satu persyaratan memperoleh gelar strara 1 di Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkansesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya ataumerupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerimasanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
J-qkarla, 7 J anuari 20I 5
Mffi_WrrorroroiuurF -uurfr^ -
w'^DianTtahmayanti
i
ABSTRAK
DIAN RAHMAYANTI
Aisyiyah Kota Depok: Sejarah Berdiri dan Kontribusinya Dalam Bidang Sosial,
Budaya dan Agama
Tujuan berdirinya Aisyiyah ialah untuk memberikan kemajuan kepada masyarakat
dari program kerjanya di berbagai bidang sosial, keagamaan, pendidikan, ekonomi,
kesejahteraan umat. Salah satunya Aisyiyah di kota Depok.
Dalam studi ini penulis menggunakan metode historis dengan pendekatan sosiologi
untuk mengetahui aspek-aspek sosial didalamnya, yaitu mengetahui sejarah berdiri
perkembangan serta kontribusi Aisyiyah di kota Depok.
Studi ini ingin mengungkap sejarah serta kontribusi Aisyiyah di kota Depok dalam
bidang sosial, budaya, dan agama melalui data survei lapangan dan wawancara.
Subjek Aisyiyah kota Depok, sedangkan objek ialah kontribusi Aisyiyah kota Depok
dalam bidang sosial, budaya, dan agama, yakni Amal Usaha Aisyiyah kota Depok
dalam berbagai bidang seperti Amal Usaha bidang Pendidikan, Majlis Tabligh,
Kesejahteraan Sosial, dan Ekonomi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, bahwasannya organisasi
Aisyiyah di kota Depok belum maksimal dalam merespon kebutuhan-kebutuhan
masyarakat dalam bidang sosial, budaya dan agama. Hal ini dikarenakan terdapat
beberapa Amal Usaha Aisyiyah yang sudah tidak berjalan dengan sebagaimana
semestinya, seperti dalam bidang ekonomi, kesehatan dan lingkungan hidup. Belum
maksimalnya organisasi Aisyiyah kota Depok dalam merespon kebutuhan-kebutuhan
masyarakat dikarenakan adanya faktor-faktor penyebab di antaranya: 1. faktor budaya
(kultur), 2. faktor kepemimpinan (leadership), 3. faktor manajemen organisasi.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahi Tawakalna ‘Alallah, Laa Haula Wala Qwata Illa Billah.
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT. yang selalu melimpahkan kasih
dan sayang-Nya, semoga kita selalu dalam rahmat dan hidayah-Nya, Amin. Shalawat
serta salam, senantiasa kita persembahkan kepada sang tauladan umat manusia, yang
dengan sifat nubuwahnya telah mampu mempola Islam sebagai model peradaban
yang ideal di sepanjang sejarah kehidupan manusia. Seorang Revolusioner dan
Reformis dari kecanggungan berpikir manusia dari zaman jahiliyah menuju tatanan
kehidupan yang terang benderang. Shalawat serta salam juga kita curahkan kepada
keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa teguh kepada dua pusaka yang ia
wasiatkan, yakni Al-Qur’an dan Hadits.
Alhamdulillah atas rahmat dan kasih sayang Allah SWT., skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi dan
mencapai gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis
menyusun skripsi ini dengan judul : “AISYIYAH KOTA DEPOK: SEJARAH
BERDIRI DAN KONTRIBUSINYA DALAM BIDANG SOSIAL, BUDAYA
DAN AGAMA”.
Dalam penyusunan skripsi ini begitu banyak kendala dan kesulitan yang
penulis hadapi, namun berkat bimbingan, arahan, pandangan serta bantuan dari
berbagai pihak penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu dalam
iii
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang
sedalam-dalamnya dengan keihklasan hati penulis kepada:
1. Kedua orang tua penulis, ibunda tercinta Raminah Hutagalung dan
ayahanda tersayang Irwan Dalimunthe, B.AC, yang selalu ikhlas
memberikan bimbingan, tak henti-hentinya mendo’akan, memberikan
kasih sayang, motivasi dan semangat kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, “Mom and Dad..your pray,
your support are the key of my strength..“. Semoga Allah SWT. selalu
melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada ibundaku tercinta dan
ayahandaku tersayang. Amin.
2. Kedua abangku tersayang, Ibram Pinondang, SE.SY, MM dan Syafrimal
Akbar, SE. SY. yang tak hentinya memberikan dorongan semangat, do’a,
motivasi, arahan serta bantuannya kepada penulis. Semoga Allah selalu
melindungi kedua abangku tersayang. Amin.
3. Afa dan ibu, yang telah penulis anggap seperti orang tua sendiri, penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas keikhlasan Afa
dan ibu dalam memberikan motivasi, membimbing, berdiskusi, membantu
dan mendo’akan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya
kepada Afa sekeluarga. Amin.
4. Bapak Dr. Saidun Derani, M.A. selaku dosen pembimbing, penulis
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas
iv
keikhlasan bapak dalam memberikan bimbingan, arahan, saran, petunjuk
dan motivasi serta telah menyediakan waktu bagi penulis selama proses
penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT. selalu melimpahkan rahmat-
Nya dan membalas kebaikan serta keikhlasan untuk bapak sekeluarga.
Amin.
5. Bapak Prof. Dr. Oman Faturrahman, M.Hum. selaku dekan Fakultas Adab
dan Humaniora.
6. Bapak Drs. H. Maruf Misbah, M.A. selaku ketua prodi Sejarah dan Kebudayaan
Islam.
7. Ibu Solikatus Sa’diyah, M.Pd. selaku sekretaris jurusan Sejarah dan Kebudayaan
Islam.
8. Seluruh dosen jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam yang telah
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
9. Ibu Hj. Warnisma, M.Pd. selaku ketua pimpinan daerah Aisyiyah kota
Depok yang telah memberikan kesempatan serta kemudahan kepada
penulis untuk dapat melakukan penelitian, serta selalu meluangkan
waktunya untuk mendampingi penulis selama melakukan penelitian di
lapangan, memberikan sumber, data, dan informasi yang akurat guna
kebutuhan data skripsi ini. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan
kasih sayang-Nya kepada ibu dan selalu dalam keadaaan sehat wal’afiat
agar tetap terus berkontribusi untuk kemaslahatan umat. Amin.
v
10. Ibu Hj. Ummi Kulsum, selaku tokoh pendiri Aisyiyah kota Depok yang
telah banyak membantu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan
penulis sebagai sumber data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini.
Semoga Allah membalas kebaikan serta keikhlasan Umi dan selalu dalam
keadaan sehat wal’afiat agar tetap terus memberikan bimbingan untuk
kemaslahatan umat. Amin.
11. Bapak Drs. H. Farkhan AR, selaku ketua Pimpinan Daerah
Muhammadiyah kota Depok yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan penulis dalam penulisan skripsi
ini.
12. Seluruh ibu-ibu pengurus, anggota Aisyiyah serta kepala sekolah TK
Aisyiyah yang telah membantu serta memberikan support dan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Para senior Sejarah dan Kebudayaan Islam, para senior BEM Fakultas
Adab dan Humaniora, kanda dan yunda HMI Komisariat Adab dan
Humaniora, serta teman-teman KKN Cendikiawan.
14. Ketiga sahabatku, Annisa Febriana, Ratu Rahma Felasiva dan Ade Tri
Cahyani yang telah membantu serta selalu memberikan semangat dan do’a
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
15. Seluruh sahabatku Jurusan SKI angkatan 2010, Fitri, Nana, Firman, Rina,
Wulan, Nung, Rifai, Iwan, Anto, Hana Nurrahmah, Hana Hanifah, Ela,
Hanafi, Endi, Tati, dan teman-teman lainnya, yang telah sama-sama
vi
berjuang selama perkuliahan, serta yang tak hentinya mendo’akan dan
memberikan semangat kepada penulis selama proses penulisan skripsi.
Semoga kelak kita dapat menjadi orang yang sukses serta bermanfaat bagi
nusa, bangsa, dan Agama. Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar selanjutnya
dapat lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Akhir kata hanya kepada-Nyalah kami meminta pertolongan dan hanya
kepada-Nyalah kami menyembah, semoga Allah bersama kita selalu. Amin.
Walhamdulillahirrabil ‘Alamin.
Jakarta, 5 November 2014
Penulis
Dian Rahmayanti
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Permasalahan 9
a. Identifikasi Masalah .............................................................. 9
b. Batasan Masalah .................................................................... 9
c. Rumusan Masalah .................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 11
F. Metode Penelitian ........................................................................ 13
G. Sistematika Penulisan .................................................................. 15
viii
BAB II SEJARAH BERDIRI DAN PERKEMBANGAN AISYIYAH KOTA
DEPOK ............................................................................................. 18
A. LahirnyaAisyiyah ......................................................................... 18
B. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Aisyiyah Kota Depok .......... 28
C. Visi dan Misi Aisyiyah Kota Depok ............................................ 40
BAB III AMAL USAHA AISYIYAH KOTA DEPOK DALAM BIDANG
SOSIAL, BUDAYA, DAN AGAMA ............................................... 43
A. Bidang Pendidikan ....................................................................... 47
B. Bidang Tabligh ............................................................................. 53
C. Bidang Kesejahteraan Sosial ........................................................ 57
D. Bidang Ekonomi ........................................................................... 57
BAB IV SITUASI DAN KONDISI HAMBATAN AISYIYAH KOTA
DEPOK .............................................................................................. 58
A. Profil Kota Depok ........................................................................ 58
B. Hambatan Kultur (Budaya) .......................................................... 60
C. Manajemen Organisasi ................................................................. 63
D. Kepemimpinan (Leadership) ........................................................ 66
ix
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 68
A. Kesimpulan ................................................................................... 68
B. Saran ............................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 75
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Izin Penelitian Kepada Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota
Depok ...................................................................................................... 75
2. Surat Keterangan telah mengadakan penelitian kepada Pimpinan Daerah
Aisyiyah kota Depok ................................................................................ 76
3. Surat Putusan Pengesahan Organisasi Aisyiyah kota Depok ................... 77
4. Surat Keputusan Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Barat ...................... 78
5. Surat Keterangan telah melakukan wawancara dengan tokoh pendiri
Aisyiyah kota Depok ................................................................................ 79
6. Surat Keterangan telah melakukan wawancara dengan Ketua PDA
Depok ........................................................................................................ 80
7. Surat Keterangan telah melakukan wawancara dengan Ketua PDM
Depok ........................................................................................................ 81
8. Hasil Wawancara ..................................................................................... 82
9. Gambar atau foto ...................................................................................... 91
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran sebuah organisasi masyarakat (ORMAS) merupakan jawaban atas
kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan di dalam masyarakat. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang sosiolog yang bernama William
Graham Sumner, bahwa suatu lembaga hadir karena adanya kebutuhan-kebutuhan
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, seperti 1. kebutuhan masyarakat akan
pendidikan, maka lahirlah sebuah lembaga pendidikan yakni sekolah, perguruan
tinggi; 2. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, maka lahirlah sebuah rumah sakit,
puskesmas, posyandu; 3. kebutuhan masyarakat akan ekonomi, maka lahirlah bank,
koperasi simpan pinjam, pegadaian; dan lain sebagainya.1 Dalam hal ini Aisyiyah
sebagai ormas Islam, merupakan salah satu yang berperan dalam merespon kebutuhan
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.
Dengan adanya Aisyiyah di kota Depok, telah memberikan dampak yang positif
bagi masyarakat khususnya bagi kaum perempuan, melalui program-program
Aisyiyah yang terwujud dalam berbagai Amal Usaha Aisyiyah. Namun, sejauh
penelusuran penulis belum ada yang mengungkap dan mendokumentasikan program
1Soeriono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali, 2012), hal. 173.
2
kerja Aisyiyah di kota Depok, untuk itu studi ingin menjawab pertanyaan bagaimana
kontribusi Aisyiyah di kota Depok.
Aisyiyah ialah organisasi perempuan di bawah naungan salah satu organisasi
terbesar di Indonesia, yakni Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad
Dahlan. Lahirnya Aisyiyah di Indonesia tidak lepas dari sejarah Muhammadiyah
sebagai organisasi induknya, karena kedua organisasi ini berkaitan erat dalam hal visi
dan misi yang sama serta searah untuk mewujudkan cita-citanya.2
Organisasi Aisyiyah didirikan oleh Nyai Walidah Ahmad Dahlan, yakni istri dari
K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 27 Rajab 1335 H, bertepatan dengan 19 Mei 1917
M.3 Latar belakang didirikannya Aisyiyah dikarenakan kondisi umat Muslim di
Indonesia yang dalam praktik ibadahnya telah menyimpang dari ajaran Islam dan
karena kondisi kaum perempuan Indonesia khususnya, yang dapat dikatakan cukup
memprihatinkan.4 Untuk itu sebelum membahas lebih mendalam mengenai gambaran
Aisyiyah secara umum, perlu dibahas lebih dahulu mengenai kondisi sosial
masyarakat, khususnya kaum perempuan yang menjadi latar belakang sejarah
didirikannya organisasi Aisyiyah.
Menjelang lahirnya organisasi Aisyiyah, berkembang pola pikir yang menjadi
budaya masyarakat Indonesia mengenai posisi kaum perempuan, bahwa posisi kaum
perempuan didiskreditkan dan didiskriminasikan, artinya posisi kaum perempuan
hanya berada pada lingkungan rumah tangga, sehingga kaum perempuan tidak
2Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan, (Jakarta: Depdikbud, 1977), hal. 55.
3Ibid.,hal. 62.
4Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan „Aisyiyah, (Yogyakarta: Pimpinan Pusat „Aisyiyah,
t.t.), hal. 9.
3
mendapat kesempatan untuk melakukan aktivitas di luar lingkungan rumah tangga,
seperti dalam hal pendidikan. Akibat dari pola pikir atau budaya masyarakat
Indonesia yang tertanam seperti itu, kaum perempuan berada pada kondisi
keterbelakangan, karena memiliki keterbatasan untuk mendapatkan kesempatan
dalam ruang publik, misalnya terbatasnya kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan, sehingga jarang sekali kaum perempuan yang mengikuti kegiatan
sekolah.
Karena demikian terbelakangnya kaum perempuan Indonesia, maka lahirlah para
perintis yang berusaha untuk memajukan kaum perempuan. Para pejuang ini
membuka pintu gerbang dan melepas belenggu untuk memberikan kesempatan kaum
perempuan menuntut ilmu, mengabdikan dirinya untuk kemaslahatan keluarga,
masyarakat dan bangsa serta agama. Tentunya, dalam hal ini mereka hadapi dengan
berbagai cara dan situasi.
Salah satu perintis pejuang kaum perempuan ialah R.A. Kartini, merupakan
tokoh yang erat diidentikan dengan emansipasi wanita, yakni proses pelepasan,
pembebasan kaum wanita dari kedudukan sosial karena adanya ketidak adilan (antara
laki-laki dan perempuan) yang membatasi kaum wanita untuk berkembang di ruang
publik, sehingga tercipta adanya persamaan hak antara laki-laki dan wanita dalam
berbagai aspek kehidupan di dalam masyarakat. Kartini menyadari bahwa kaum
perempuan Indonesia berada pada kondisi keterbelakangan, dan tidak seharusnya
kaum perempuan berada pada kondisi yang didiskreditkan.
“R.A. Kartini (1879-1904) menjadi penting untuk diperhatikan.R.A. Kartini adalah saksi
munculnya sebuah kesadaran baru di kalangan perempuan Indonesia, dan masyarakat Indonesia
secara umum, tentang kemajuan perempuan yang tumbuh menyusul politik etis.Kartini mewarisi
4
semangat pembaharuan pendidikan dari Abandenon.Kartini memilih pendidikan sebagai jalur
yang harus ditempuh perempuan untuk memperoleh pengakuansejajar dengan kaum laki-
laki.Dan oleh karena itu, R.A. Kartini diakui sebagai simbol dari awal gerakan emasipasi
perempuan di Indonesia serta menjadi pelopor kebangkitan perempuan.”5
Dalam ajaran Islam, peran serta kewajiban yang utama sebagai perempuan, yakni
sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Akan tetapi, bukan berarti sebagai perempuan
tidak memiliki peran dalam ruang publik, karena terdapat kewajiban-kewajiban
perempuan di dalam ruang publik, antara lain kewajiban untuk menuntut ilmu,
berdakwah, dan aktivitas lainnya di luar lingkungan rumah tangga. Kemudian hal ini
harus diserasikan dengan peran perempuan dalam urusan rumah tangga yang menjadi
utama. Untuk itu Islam mengajarkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan,
mendapatkan hak serta kewajiban yang sama dalam ruang publik, seperti dalam hal
untuk mendapatkan pendidikan, sebagai modal untuk kemajuan dan kesejahteraan
hidupnya. Dalam Al-Qur‟an dinyatakan bahwa Allah SWT. akan mengangkat derajat
orang-orang yang menuntut ilmu, sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-
Mujaadalah/58:11:
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
5Amelia Fauzia, dkk.,Tentang Perempuan Islam: Wacana dan Gerakan, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2004), hal. 4-5.
5
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan berapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Di dalam ayat itu dikatakan bahwa, “Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan berapa
derajat”, artinya ajaran Islam mengarahkan kepada umat Islam, baik laki-laki
maupun perempuan untuk menuntut ilmu, karena orang yang mempunyai ilmu akan
mendapatkan kehormatan di sisi Allah dan Rasulnya.
Selain itu juga terdapat hadits yang menyatakan bahwa “Menuntut ilmu
merupakan kewajiban bagi setiap Muslim.” (hadist shahih yang diriwayatkan oleh
beberapa sahabat, di antaranya: Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi
Thalib, dan Abu Sa‟id Al-Khudri Radhiallahu Anhu). Hadist ini mengandung makna
bahwa setiap muslim, yakni baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan untuk
menuntut ilmu.
Untuk itu, sangat diperlukan upaya untuk mendidik dan memajukan kaum
perempuan disertai dengan penanaman nilai-nilai moral yang Islami. Selain itu, kaum
perempuan juga perlu dididik aktif dalam bidang organisasi kemasyarakatan dan
keagamaan, sehingga dapat memiliki cakrawala dan kepekaan sosial, serta nilai-nilai
yang Islami.
Dalam hal ini perhatian K.H. Ahmad Dahlan sangatlah besar terhadap kaum
wanita. Kiai Ahmad Dahlan memiliki keyakinan bahwa betapa pentingnya peran
6
kaum wanita, terutama dalam soal pendidikan dan rumah tangga.6 Dalam hal ini Nyai
Walidah, yakni istri dari K.H. Ahmad Dahlan juga memiliki perhatian yang sama
mengenai dunia pendidikan dan kaum perempuan, untuk itu Muhammadiyah dan
Aisyiyah sebagaimana tujuan didirikannya kedua organisasi ini, yang tertera dalam
anggaran dasar bahwa organisasi ini untuk mewujudkan masyarakat Islami dan
berkomitmen untuk terus menjaga pendidikan kaum ibu demi kemaslahatan agama,
bangsa, negara, serta setiap pribadi muslimah. Kiranya cita-cita R.A. Kartini sejalan
dengan cita-cita Aisyiyah untuk membina kaum perempuan ke arah kesadaran
beragama, memajukan dan meningkatkan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan
serta memperluas ilmu pengetahuan.
Untuk mencapai tujuannya, yakni untuk memajukan kaum perempuan
khususnya, berbagai usaha dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat,
melalui program kerja Aisyiyah melalui amal usaha Aisyiyah yang pada awalnya
hanya di bidang pendidikan, keagamaan dan daya kreatif, kemudian seiring
berjalannya waktu berkembang dalam bidang lainnya, menjadi berbagai aspek
kehidupan dalam masyarakat, di antaranya: bidang tabligh, bidang pendidikan dan
kebudayaan, bidang pembinaan kesejahteraan umat, bidang pendidikan paramedis,
bidang ekonomi, bidang pembinaan kader, dan hubungan Aisyiyah dengan pihak
luar. Hal ini sebagaimana maksud dari lambang organisasi Aisyiyah yang berbentuk
Matahari, yang di dalamnya terdapat filosofi, bahwa matahari ialah pusat dari dari
semua planet, yang memancarkan kekuatan sinar matahari yang sangat bermanfaat
6 Solochin Salam, K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia, (Jakarta: Djajamurni, 1962),
hal. 52.
7
bagi kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi, dan Aisyiyah
menggambarkan jati diri, gerak serta manfaatnya sebagaimana matahari.7
Suatu lembaga ataupun ormas memiliki peran, manfaat serta kontribusi bagi
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam bidang pendidikan,
kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi, dan lain sebagainya.
Penelitian ini merupakan suatu kajian sejarah lokal yang berbatas pada suatu
tempat dan ruang. Menurut Taufik Abdullah, sejarah lokal dalam suatu kelompok
atau kelompok-kelompok masyarakat yang ada pada daerah geografis yang terbatas.8
Kajian sejarah lokal ini memiliki ciri yakni, 1. pembahasan dalam sejarah lokal
berkisar pada hal-hal yang terdapat di dalam lokal, tergantung dari pembatasan ruang-
lingkup geografisnya. 2. logika yang ada dimunculkan berdasarkan realitas lokal. 3.
pendekatan yang digunakan dari berbagai disiplin ilmu.
Kajian sejarah lokal yang akan diteliti ialah mengenai sejarah lokal yang terdapat
di kota Depok berkaitan dengan suatu kelompok sosial. Kelompok sosial yang
menjadi subjek penelitian ini ialah organisasi Aisyiyah kota Depok. Dalam struktur
keorganisasian Aisyiyah di kota Depok berada pada tingkat Pimpinan Daerah
Aisyiyah (PDA). Dengan adanya organisasi Aisyiyah di kota Depok, telah
memberikan dampak yang positif bagi masyarakat dan juga bagi pemerintah kota
Depok. Untuk itu sebelum membahas lebih mendalam perlu diketahui kondisi
masyarakat umat Islam di kota Depok yang melatar belakangi, sehingga Aisyiyah
didirikan di kota Depok.
7 Musthafa Kamal dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam (Dalam
Perspektif Historis dan Ideologis), (Yogyakarta: LPPI, 2002), hal. 121. 8Taufik Abdullah, Sejarah Lokal Indonesia (Yogyakarta: UGM Press, 1985), hal. 15.
8
Aisyiyah kota Depok berawal dari ranting Beji Timur. Pada saat itu di
wilayah ini, kondisi kebutuhan masyarakat di sebagian wilayah Depok yang salah
satunya terletak di wilayah Beji belum terpenuhi dengan baik dalam bidang sosial,
budaya dan agama. Melihat kondisi yang seperti itu ibu Hj. Ummi Kulsum memiliki
gagasan untuk mendirikan organisasi Aisyiyah di wilayah Beji, sebagai bagian yang
ingin berperan serta berkontribusi untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat
yang belum terpenuhi, sebagaimana dengan maksud dan tujuan didirikannya
Aisyiyah, yakni memberikan kemajuan kepada masyarakat. Upaya dalam menjawab
kebutuhan-kebutuhan masyarakat kota Depok yang diwujudkan dalam program-
program Aisyiyah, melalui Amal Usaha Aisyiyah kota Depok dalam bidang sosial,
budaya dan agama hingga saat ini, di antaranya:
1. Upaya memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan,
Aisyiyah mendirikan lembaga pendidikan, yakni sekolah-sekolah TK
Aisyiyah sebagai upaya dalam pembinaan karakter anak usia dini, yang
didirikan di hampir seluruh wilayah Depok serta mendirikan Madrasah
Diniyah Awaliyah.
2. Upaya memenuhi kebutuhan masyarakat juga dilakukan Aisyiyah dalam
bidang keagamaan (tabligh) melalui Majelis Tabligh sebagai wadah untuk
pembinaan umat, khususnya bagi kaum perempuan. Kegiatan dalam
Majelis Tabligh ini ialah pengajian-pengajian, ceramah dan dakwah
mengenai ajaran-ajaran Islam yang berdasar pada dengan Al-Qur‟an dan
Hadits, serta pelatihan bagi para mubaligh.
9
3. Upaya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalam aspek kesejahteraan
sosial juga dilakukan oleh Aisyiyah, melalui didirikannya Panti Asuhan.
Melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui eksistensi dari Aisyiyah kota
Depok, untuk itu penulis menitik beratkan objek kajian penelitian pada kontribusi
Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok. Penelitian ini berawal dari mengenai
sejarah berdirinya Aisyiyah di kota Depok, perkembangannya, peran dan
kontribusinya melalui program kerjanya yang diwujudkan dalam Amal Usaha, serta
hambatan dan kendala yang dialami. Oleh karenanya, penulis mengangkat penulisan
ini melalui judul “AISYIYAH KOTA DEPOK: SEJARAH BERDIRI DAN
KONTRIBUSINYA DALAM BIDANG SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA (2005-
2010)”.
B. Permasalahan
a. Identifikasi Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut: 1. belum optimalnya kontribusi Aisyiyah kota Depok dalam
bidang ekonomi; 2. belum optimalnya kontribusi Aisyiyah kota Depok dalam bidang
kesehatan; 3. belum optimalnya kontribusi Aisyiyah kota Depok dalam bidang
lingkungan hidup.
b. Batasan Masalah
Dalam studi ini penulis membatasi masalah pada kontribusi Aisyiyah kota Depok
dalam bidang sosial, budaya dan agama.
10
c. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pokok studi ini adalah bagaimana kontribusi Aisyiyah kota
Depok dalam merespon kebutuhan masyarakat dalam bidang sosial, budaya dan
agama?
Adapun sub pertanyaan pokok adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Aisyiyah kota Depok?
2. Bagaimana caraAisyiyah kota Depok merespon kebutuhan masyarakat Islam kota
Depok?
3. Apa saja faktor penghambat kebutuhan masyarakat Islam kota Depok?
C. Tujuan
Tujuan studi ini adalah:
1. Ingin mengetahui sejarah berdirinya Aisyiyah di kota Depok dan
perkembangannya.
2. Ingin mengungkapkan kontribusi yang telah dilakukan Aisyiyah kota Depok yang
berdampak positif bagi kemajuan masyarakat, khususnya di kalangan kaum
perempuan.
3. Ingin menjelaskan kendala yang dialami Aisyiyah dalam implementasi program
kerja.
D. Manfaat
Manfaat studi ini adalah:
1. Dengan diketahuinya sejarah berdiri dan perkembangan Aisyiyah di kota Depok
diharapkan dapat menarik minat peneliti lainnya, terutama dikalangan mahasiswa.
11
2. Dengan terungkapnya Amal Usaha organisasi Aisyiyah ini secara tertulis
diharapkan hal itu menjadi inspirasi untuk organisasi perempuan lainnya.
3. Dengan ditemukannya kendala dalam implementasi program kerja Aisyiyah
diharapkan temuan studi ini dapat memberikan solusinya.
E. Tinjauan Pustaka
Telah banyak karya tulis yang membahas mengenai organisasi Aisyiyah, baik
dalam bentuk buku, hasil penelitian seperti, Skripsi, Thesis dan lain sebagainya,
namun dari hasil penelusuran penulis belum menemukan studi mengenai Aisyiyah di
kota Depok.
Ada pun buku dan laporan penelitian berupa skripsi yang menjadi rujukan oleh
penulis, di antaranya sebagai berikut:
1. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Aisyiyah, yang diterbitkan oleh
Pimpinan Pusat Aisyiyah.9 Buku ini menguraikan akar gerakan Aisyiyah
sebagai organisasi otonom Muhammadiyah, bagaimana kondisi sosial,
budaya, dan agama masyarakat yang melatar belakangi sejarah lahirnya
Aisyiyah di Yogyakarta, khususnya kaum perempuan saat itu yang
mendapatkan keterbatasan dalam ruang publik, dasar pemikiran Nyai Walidah
bersama K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Aisyiyah yang menjadi landasan
dari gerakan ini, perkembangannya serta apa saja yang dilakukan oleh
Aisyiyah dalam memajukan masyarakat umat Islam melalui berbagai bidang
Amal Usaha Aisyiyah sebagai aksi nyata Aisyiyah dalam mengamalkan
„Amal Makruf Nahi Munkar. Akan tetapi, dalam buku ini belum ada
9Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Aisyiyah (Yogyakarta: Pimpinan Pusat „Aisyiyah).
12
pembahasan mengenai Aisyiyah di tingkat PDA (Pimpinan Daerah Aisyiyah),
yang salah satunya pembahasan tentang PDA kota Depok.
2. Shalah Qazan, Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan.10
Dalam buku ini memaparkan bahwa terwujudnya kebebasan perempuan yang
sesungguhnya akan didapatkan dengan cara memulai kembali kehidupan yang
Islami, yakni bila perempuan Islam berpartisipasi aktif dalam upaya-upaya
untuk mengubah kondisi yang lebih baik, sehingga manfaatnya dapat
dirasakan oleh seluruh anggota masyarakat, baik bagi laki-laki maupun
perempuan.
3. Skripsi S-1 Jurusan SKI, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karya Rabi‟atul
Adawiyah, Peran Sosial Politik Aisyiyah Pada Masa Pergerakan Nasional
Sampai Orde Lama (1917-1965).11
Fokus studi skripsi ini membahas
Aisyiyah dari sisi politik, yakni Aisyiyah sebagai salah satu organisasi
perempuan Indonesia tertua di Indonesia yang telah banyak melahirkan tokoh-
tokoh perempuan dalam setiap masanya dan banyak melakukan kemaslahatan
untuk umat, untuk itu pada skripsi ini pembahasannya menitik beratkan pada
pembahasan tentang bagaimana kiprah politik dari Aisyiyah pada masa
Pergerakan Nasional sampai Orde Lama, yakni bagaimana peranan Aisyiyah
dalam gerakan perempuan di Indonesia masa itu dan partisipasi sosial politik
10
Shalah Qazan, Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan, Cet. I (Solo: Era
Intermedia, 2001). 11
Rabi‟atul Adawiyah, Peran Sosial Politik Aisyiyah Pada Masa Pergerakan Nasional Sampai
Orde Lama (1917-1965, (Jakarta: Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2005).
13
Aisyiyah dalam pengembangan umat, terutama dalam pemberdayaan
perempuan.
Selain itu juga banyak sarjana dan mahasiswa yang melakukan penelitian
mengenai Aisyiyah di tingkat daerah, namun sejauh ini studi mengenai Aisyiyah di
kota Depok, khususnya mengenai sejarah lahirnya, perkembangan serta kontribusinya
dalam bidang sosial, budaya, dan agama bagi masyarakat kota Depok belum ada yang
meneliti. Untuk itu studi penulis diharapkan dapat melengkapi studi-studi yang telah
diadakan oleh para peneliti sebelumnya.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam studi ini ialah metode historis dengan pendekatan
sosiologi. Metode historis ialah sebuah penelitian yang tujuannya mendeskripsikan
dan menganalisis peristiwa-peristitwa masa lampau, yang bertumpu pada empat
langkah kegiatan di antaranya12
:
1. Heuristik
Heuristik merupakan tahap pertama, yakni kegiatan pengumpulan sumber.
Pengumpulan sumber dilakukan penulis melalui survei lapangan, data tertulis berupa
dokumen, buku-buku, majalah, dan wawancara langsung. Pengumpulan sumber-
sumber dilakukan penulis dengan menggunakan metode Field Research (Penelitian
Lapangan), yakni dengan mengunjungi kantor Pimpinan Daerah Aisyiyah dan
Muhammadiyah kota Depok, lokasi-lokasi Amal Usaha Aisyiyah kota Depok, seperti
sekolah-sekolah yang didirikan oleh Aisyiyah kota Depok untuk memperoleh data-
12
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, cet. II (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
hal. 54.
14
data yang ada di lapangan serta melakukan wawancara (interview) dengan
narasumber, kediaman ibu Hj. Ummi Kalsum sebagai salah satu tokoh pendiri
Aisyiyah kota Depok, kediaman ibu Hj. Warnisma, M.Pd sebagai Ketua Pimpinan
Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok dan Library Research (Penelusuran
Kepustakaan) yakni penelusuran data-data tertulis, berupa buku-buku dan skripsi-
skripsi yang terkait dengan tema yang serupa melalui perpustakaan pribadi milik Drs.
Saidun Derani, M.A. Dosen Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam,
Perpustakaan IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) Ciputat, Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora.
2. Kritik Sumber
Kritik sumber merupakan tahap yang kedua setelah melakukan pengumpulan
data. Dalam tahap ini penulis menganalisis dan mengkritisi sumber-sumber yang
didapat serta melakukan perbandingan terhadap sumber-sumber yang didapat agar
mendapatkan sumber yang valid dan relevan dengan tema yang dikaji penulis.
3. Interpretasi
Setelah sumber-sumber yang didapat dianalisis dan dikritisi, tahapan selanjutnya
yang dilakukan ialah penulis mencoba menafsirkan terhadap sumber yang telah
dikritisi dan melihat serta menafsirkan fakta-fakta yang didapat oleh penulis,
sehingga mendapatkan pemecahan atas permasalahannya.
4. Historiografi
Tahap ini adalah tahap akhir dari penelitian atau sebagai penulisan akhir, yang
berupa skripsi sebagai tugas akhir dalam perkuliahan di Program Studi Sejarah dan
15
Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Pendekatan yang digunakan oleh penulis ialah pendekatan sosiologi. Menurut
Dudung Abdurrahman, pendekatan sosiologi ialah penggambaran peristiwa masa lalu
yang di dalamnya akan terungkap segi-segi sosial, yakni pembahasannya mencakup
golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial, konflik berdasarkan
kepentingan, pelapisan sosial, peranan dan status sosial, dan sebagainya, oleh
karenanya metode historis dengan pendekatan sosiologi dapat dikatakan sebagai
sejarah sosial.13
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Sartono Kartodirdjo, yakni deskripsi
dalam sejarah sosial sebagai peta sosial gejala sejarah akan mencakup golongan
sosial, jenis hubungan sosial, pelapisan sosial, peranan dan status sosial, dan lain-
lain.14
Dalam hal ini hubungan pendekatan sosiologi yang digunakan penulis dengan
studi ini ialah pembahasan dalam studi ini mengenai suatu kelompok sosial, yakni
mengenai peran, serta kontribusi suatu kelompok sosial di dalam masyarakat.
G. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika pelaporan, penulis membagi pokok pembahasan menjadi lima
pokok pembahasan atau lima bab, yang terdiri dari:
Bab. I. Pendahuluan: Bab ini merupakan sebagai pengantar untuk memasuki
wacana-wacana yang akan dibahas secara mendalam. Dalam bab pendahuluan ini
13
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah, Cet. I (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2007), hal. 22. 14
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1992), hal. 5.
16
akan disampaikan sub bab, di antaranya: A. Latar Belakang yakni hal-hal yang
melatar belakangi diangkatnya tema penulisan.; B. Permasalahan, yakni sebagai
gambaran dan sebagai batasan masalah yang akan dibahas agar tidak terlalu luas.
Terdiri dari 3 sub bab, antara lain: a. Identifikasi Masalah, b. Batasan Masalah, c.
Rumusan Masalah.; C. Tujuan Penelitian; D. Manfaat Penelitian; E. Tinjauan
Pustaka; F. Metode Penelitian; G. Sistematika Penulisan.
Bab. II. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Aisyiyah Kota Depok:
Pada bab ini akan disampaikan mengenai bagaimana sejarah yang melatar
belakangi berdirinya, perjalanan serta perkembangan dari Aisyiyah kota Depok.
Uraiannya dimulai dari pembahasan mengenai lahirnya Aisyiyah kemudian
pembahasan mengenai sejarah serta perkembangan Aisyiyah kota Depok, yang
penulis bagi menjadi 3 sub bab, di antaranya: A. Lahirnya Aisyiyah: Pembahasan
mengenai latar belakang pertama kali didirikannya Aisyiyah di Yogyakarta, untuk
mengetahui bagaimana kondisi lingkungan dan masyarakat yang melatar belakangi
didirikannya Aisyiyah, hal ini penting dibahas terlebih dahulu sebelum masuk pada
pokok pembahasan mengenai Sejarah Aisyiyah di kota Depok; B. Sejarah Beridiri
Dan Perkembangan Aisyiyah Kota Depok: Uraian mengenai sejarah, perjalanan serta
bagaimana perkembangan dari Aisyiyah di kota Depok; C. Visi dan Misi Aisyiyah
Kota Depok: Pembahasan mengenai maksud dan tujuan didirikannya Aisyiyah kota
Depok, gunanya agar dapat mengetahui dan memahami arah didirikannya Aisyiyah
kota Depok.
Bab. III. Amal Usaha Aisyiyah Kota Depok dalam Bidang Sosial, Budaya dan
Agama: Bab ini berisi penjelasan mengenai kontribusi Aisyiyah di masyarakat
17
melalui program kerja yang disebut dengan Amal Usaha Aisyiyah dalam berbagai
aspek kehidupan di dalam masyarakat yang dibagi menjadi 4 sub bab di antaranya, A.
Bidang Pendidikan, B. Bidang Tabligh, C. Bidang Kesejahteraan Sosial, D. Bidang
Ekonomi.
Bab. IV. Situasi Dan Kondisi Hambatan Aisyiyah Kota Depok: Dalam bab ini
berisikan tentang faktor-faktor yang menjadi permasalahan Aisyiyah di kota Depok
yang terdiri dari: A. Hambatan Kultur (Budaya); B. Manajemen Organisasi, C.
Kepemimpinan (Leadership).
Bab. V. Penutup: Berisi Kesimpulan. Yang merupakan hasil dari penelitian yaitu
jawaban atas permasalahan yang ada dalam rumusan masalah dan masalah yang
melatar belakangi penelitian yang dilakukan, serta saran-saran agar dalam penulisan
selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Kepustakaan
Lampiran
18
BAB II
SEJARAH BERDIRI DAN PERKEMBANGAN
AISYIYAH KOTA DEPOK
A. Lahirnya Aisyiyah
Aisyiyah adalah organisasi yang berada dibawah naungan Muhammadiyah,
namun memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) tersendiri
dan khusus yang disebut dengan organisasi otonom. Organisasi ini didirikan oleh
Nyai Walidah di Yogyakarta pada tanggal 27 Rajab 1335 H yang bertepatan dengan
tanggal 22 April 1917 M1. Aisyiyah sebagai organisasi memiliki peran, manfaat serta
kontribusi kepada masyarakat. Dalam usianya yang telah mencapai 100 tahun
(dihitung dari kalender Hijriyah), organisasi ini telah banyak melakukan pengabdian
dan kontribusi untuk kemajuan serta mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. Organisasi ini tetap solid dan eksis di tengah masyarakat walaupun dalam
berbagai kondisi dan situasi apapun. Sejarah berdirinya Aisyiyah sangat erat
hubungannya dengan latar belakang dan perjalanan Muhammadiyah, untuk itu
sebelum membahas lebih mendalam mengenai bagaimana sejarah berdirinya
Aisyiyah, perlu diketahui potret dari sejarah Muhammadiyah sebagai induk dari
organisasi Aisyiyah.
1 Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan, hal. 62.
19
Tujuan Muhammadiyah adalah memberikan pengajaran agama Islam.
Muhammadiyah mengalami kemajuan dengan berdirinya sekolah-sekolah
Muhammadiyah di berbagai daerah di Indonesia.2
Muhammadiyah dibentuk pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta.3
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan, sebagai respon
terhadap kenyataan sosial-budaya dan sosial-keagamaan bangsa Indonesia saat itu.
Penghayatan yang mendalam terhadap sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur‟an, telah
memberikan inspirasi dan juga semangat baginya untuk berdakwah.4 Hal ini
sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur‟an, Surat Ali Imran/3:104, yang menjadi
dasar pemikiran Kiai Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah5:
Artinya: “setiap Muslim agar dapat membawa dirinya kepada gerakan Amal
Ma’ruf Nahi Munkar, agar manusia terbebas dari kebodohan, kesengsaraan dan
kemelaratan (Nahi Munkar)”.
K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah ialah sebagai upaya
penyempurnaan pemikiran beliau dalam melaksanakan Islam yang sebenar-benarnya
dan sebaik-baiknya. Sebelum resmi menjadi organisasi, awalnya Muhammadiyah
merupakan sebuah gerakan atau bentuk kegiatan untuk melaksanakan ajaran Islam
2 Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
2009), hal. 269. 3M. Rusli Karim, Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, (Jakarta: Rajawali, 1986), hal. 98.
4Ismah Salman, Strategi dan Politik Dakwah Muhammadiyah (Suatu Kajian Pengantar), Mimbar
Agama dan Budaya, Vol. XIX, no. 1, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002), hal. 29. 5Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam
Perspektif Perubahan Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hal. 2.
20
secara bersama-sama, yang bermula dilakukan di kampung Kauman.6 Kemudian pada
tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H, yang bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M
resmi menjadi organisasi.
Adapun terdapat 2 faktor yang melatar belakangi lahirnya gerakan ini, yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya dikarenakan kekhawatiran Kiai
Ahmad Dahlan terhadap situasi umat muslim dalam menjalankan syariat Islam yang
pada saat itu sudah tidak murni lagi, yang berarti agama Islam yang menjadi
keyakinan umat muslim sudah tidak sesuai lagi dengan prinsip-prinsip ajaran Islam
yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits.
Masyarakat Islam pada saat itu banyak yang telah melakukan penyimpangan
dalam mengamalkan ajarannya. Ajaran Islam sudah banyak bercampur dengan ajaran
agama lainnya seperti adanya pengaruh Hindu-Buddha, yang telah menjadi tradisi
dan budaya masyarakat bangsa Indonesia. Hal itu tidak dapat dipungkiri karena
sebelum masuknya agama Islam di Indonesia, masyarakat banyak memeluk agama
Hindu dan Buddha dengan segala amalan dan tradisinya. Umat Islam saat itu telah
berbuat syirik maupun khurafat (tahayul) dan bid‟ah, sehingga dalam melakukan
praktik ibadahnya banyak orang Islam yang masih percaya terhadap benda-benda
berhala, seperti keris dan lain sebagainya.7 Sedangkan faktor eksternalnya
dikarenakan adanya gagasan pembaharuan Islam Timur Tengah yang dikembangkan
oleh Jamaludin Al-Afghani, Syekh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, yang
6Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Malang,
Muhammadiyah: Sejarah, Pemikiran, dan Amal Usaha, (Malang: PT. Tiara Wacana Yogya dan
Universitas Muhammadiyah Malang, 1990), hal. 3. 7Musthafa Kamal dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, hal. 114.
21
berkaitan dengan aliran skriptualisme yaitu aliran yang menyerukan kembali pada Al-
Qur‟an dan Al-Hadits dalam menentukan segala sesuatunya, dalam menentukan hal
yang merupakan ajaran dan praktik Islam yang sebenarnya.8 Jamaluddin Al-Afghani
dan Muhammad Abduh dikenal sebagai tokoh utama gerakan pembaharuan Islam di
Mesir. Gerakan pembaharuan itu mempunyai dampak luas di kalangan masyarakat
Islam di seluruh dunia. Di Indonesia, gerakan tersebut mempunyai pengaruh yang
cukup kuat di kalangan pemeluk Islam. Lahirnya Muhammadiyah (1912) di
Yogyakarta, yang menghimpunan orang-orang Islam “modernis”, tidak terlepas dari
adanya pengaruh gerakan Al-Afghani dan Abduh.9 Oleh karenanya, Kiai Ahmad
Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah dengan tujuan untuk memurnikan
kembali ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan Al-Hadits.
Upaya dalam memurnikan kembali ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur‟an
dan Al-Hadits, salah satunya dilakukan dengan cara melakukan dakwah. Pada saat itu
Nyai Walidah sebagai istri Kiai Ahmad Dahlan, selalu mendampingi setiap kegiatan
yang dilakukan oleh Kiai Ahmad Dahlan dan ikut aktif juga. Nyai Walidah juga
sering mengemukakan kepada Kiai Ahmad Dahlan agar dakwah yang dilakukan oleh
Kiai Ahmad Dahlan dapat disampaikan juga kepada perempuan, yang pada saat itu
kondisi kaum perempuan menjadi pihak yang didiskriminasikan. Keadaan perempuan
saat itu sangat memprihatinkan dengan adanya paham budaya yang turun-temurun
menempatkan wanita sebagai konco wingking (teman untuk urusan rumah tangga
8 Din Syamsuddin, Muhammadiyah Kini dan Esok, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990), hal. 35-40.
9 M. Riza Sihbudi, Indonesia Timur Tengah: Masalah dan Prospek, Cet. I, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1977), hal. 21.
22
saja).10
Kaum perempuan hanya diperbolehkan berkecimpung dalam dunia rumah
tangga saja, para orang tua melarang anak perempuannya keluar rumah untuk
melakukan kegiatan atau aktivitas di luar kegiatan rumah tangga, seperti untuk
bersekolah, berkarir dalam dunia pekerjaan, mengikuti kegiatan pembinaan umat,
misalnya pengajian dan lain sebagainya. Oleh karenanya, melihat kondisi kaum
perempuan yang seperti itu Nyai Walidah ingin agar kaum perempuan mendapatkan
kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki, salah satunya kesempatan untuk
mendapatkan kegiatan pembinaan umat seperti mengikuti kegiatan dalam dakwah
yang disampaikan oleh Kiai Ahmad Dahlan mengenai ajaran-ajaran Islam.
Kiai Ahmad Dahlan sangat menyadari akan hal tersebut, bahwa pentingnya peran
dari semua golongan, baik perempuan maupun laki-laki dalam membangun bangsa.
Kesadaran itu ditanamkan kepada istrinya dengan mengajarkan pengetahuan
mengenai perempuan dalam perspektif Islam. Bersamaan dengan itu, Kiai Ahmad
Dahlan juga memberikan kesempatan yang sama agar kaum perempuan mampu
mengurus dirinya. Ia berpendapat, jika kaum perempuan memiliki wadah sendiri
untuk mengurus dirinya, dengan begitu mereka akan mampu mensinergikan potensi
yang ada pada diri mereka.11
Maka dari itu, diwujudkanlah suatu wadah oleh Kiai Ahmad Dahlan bersama
dengan Nyai Walidah, yang tujuannya untuk mengangkat dan memajukan harkat dan
martabat perempuan serta mencerdaskan kaum perempuan muslim dengan
mengadakan pembinaan umat mengenai hal keagamaan seperti mengadakan
10
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan ‘Aisyiyah, hal. 9. 11
Jajat Burhanuddin, ed., Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2001), hal. 47.
23
pengajian dan mengajarkan ilmu tentang ajaran Islam bagi kaum perempuan. Pada
mulanya, wadah ini belum sebagai organisasi, melainkan kelompok pengajian untuk
kaum perempuan yang diberi nama Sopo Tresno12
. Melalui kelompok pengajian ini,
Nyai Walidah mengadakan pembinaan keagamaan bagi kaum perempuan baik yang
berusia remaja maupun yang sudah lanjut usia, yang diselenggarakan di kediaman
Nyai Walidah.
Anggota yang mengikuti kelompok pengajian ini berasal dari semua golongan
masyarakat, karena Nyai Walidah beranggapan bahwa pendidikan berlaku bagi
semua lapisan masyarakat tanpa memandang golongan. Dalam kelompok pengajian
ini, para anggota diajak untuk mendalami ajaran Islam, yakni dengan memahami Al-
Qur‟an dan Al-Hadist, yang berkenaan dengan hak dan kewajiban perempuan.
Kemudian bukan hanya itu, dalam kegiatan kelompok pengajian ini Nyai Walidah
juga mengajarkan para anggotanya membaca dan menulis. Dengan demikian, Nyai
Walidah memiliki harapan agar dapat menumbuhkan kesadaran bagi kaum
perempuan akan hak dan kewajibannya sebagai hamba Allah dan warga negara.
Di samping itu, Nyai Walidah juga menginginkan bagi para remaja yang
mengikuti pengajiannya dapat memiliki daya kreatif dan memiliki jiwa
kepemimpinan sehingga dapat ikut serta dalam mengembangkan dan meneruskan
kegiatan pembinaan umat. Untuk itu, Nyai Walidah kadang-kadang mengajak murid-
muridnya untuk mendatangi rapat-rapat yang diselenggarakan oleh PSII (Partai
Sarekat Islam Indonesia), tujuannya agar murid-muridnya dapat mengetahui dan
12
Djarnawi Hadikusumo, Aliran Pembaharuan Islam dari Jamaluddin Al-Afghani Sampai K.H.A.
Dahlan, (Jogjakarta: persatuan, t.t.), hal. 81.
24
belajar mengenai bagaimana cara untuk mengeluarkan pendapat, cara menanggapi
suatu pendapat dan lain sebagainya. Untuk yang pertama Nyai Walidah membina
beberapa muridnya yang dipersiapkan untuk menjadi pengurus dalam kelompok
pengajian yang didirikannya.
Melihat perkembangan yang positif dari kelompok pengajian ini, sebuah
pertemuan khusus diselenggarakan di kediaman Nyai Walidah. Pertemuan itu dihadiri
oleh Kiai Haji Fachruddin, Kiai Mukhtar, Ki Bagus Hadikusuma dan pengurus
lainnya. Pertemuan itu memutuskan untuk mengembangkan kelompok pengajian
Sopo Tresno menjadi sebuah organisasi perempuan Islam yang mapan dan dilengkapi
dengan anggaran dasar serta peraturan organisasi. Untuk itu, selanjutnya pemberian
nama organisasi ini dilakukan, awalnya ada yang mengusulkan nama Fatimah,
namun banyak yang tidak setuju. Lalu, terakhir diusulkan nama Aisyiyah oleh Kiai
Haji Fachruddin, dan kemudian nama itu diterima oleh forum sebagai nama dari
organisasi ini. Nama itu dianggap tepat karena diambil dari nama istri Nabi
Muhammad SAW., yakni Siti Aisyah. Dari nama itu diharapkan agar organisasi ini
dapat mewarisi perjuangan Siti Aisyiyah dalam mendakwahkan Islam. Setelah semua
setuju akan usulan itu, maka pada tanggal 27 Rajab 1335 H yang bertepatan dengan
tanggal 22 April 1917 M organisasi Aisyiyah resmi berdiri.13
Pada saat pelaksanaan peresmian Aisyiyah, bertepatan dengan peringatan Isra‟
Mi‟raj Nabi Muhammad SAW.yang diadakan oleh Muhammadiyah yang pertama
kali. Acara ini diadakan secara meriah oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah serta
13
Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan, hal. 62.
25
masyarakat luas. Acara itu diadakan sekaligus awal pembentukkan kepengurusan
dalam organisasi Aisyiyah, di antaranya14
:
1. Siti Badriyah sebagai Ketua.
2. Siti Badillah sebagai Sekretaris.
3. Siti Aminah Harawi sebagai Bendahara.
4. Anggota: Siti Dalalah, Siti Busyro, Siti Wadingah.
Dalam membimbing dan mengikuti gerak langkah Aisyiyah, Nyai Ahmad Dahlan
diangkat sebagai pelindung. Saat itu Nyai Walidah sebagai sesepuh dari pengurus
Aisyiyah yang sewaktu-waktu menjadi tempat bertanya dan memohon nasihat.
Bahkan Nyai Ahmad Dahlan memberikan jiwa dan semangat organisasi untuk
membawa maju usaha-usahanya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya, Nyai
Ahmad Dahlan diangkat sebagai ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah berturut-turut dari
tahun 1921 sampai tahun 1930.15
Adapun yang menjadi landasan dalam organisasi Aisyiyah, di antaranya16
:
a. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, perlu dilakukan usaha secara
bersama-sama. Maka, lahirlah satu bentuk kerja sama yang tertuang dalam
satu pergerakan yang disebut organisasi Aisyiyah. Sebagaimana dijelaskan
dalam Surat Ali Imran/3:104:
14
Yusron Asrofie, K.H.A. Dahlan Pemikiran dan Kepemimpinannya, (Yogyakarta: Yogya Offset,
1983), hal. 58. 15
Jajat Burhanuddin, Ulama Perempuan Indonesia, hal. 52. 16
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ‘Aisyiyah Cet. Ke-16, (Yogyakarta: Pimpinan
Pusat „Aisyiyah, 2012), hal 1-3.
26
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kepada yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung.”
b. „Aisyiyah dengan motif geraknya membawa kesadaran beragama dan
berorganisasi serta mengajak warganya menciptakan Baldatun Thayyibatun
Wa Rabbun Ghafur, suatu kehidupan bahagia dan sejahtera penuh limpahan
rahmat dan nikmat Allah SWT. di dunia dan akhirat. Hal ini sebagaimana
dinyatakan dalam Surat An-Nahl/16:97:
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun
perempuandalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Dalam perkembangannya, di tahun 1922 organisasi resmi menjadi bagian dari
Muhammadiyah. Kegiatan dalam organisasi ini pun berkembang tidak hanya sekadar
pengajian saja, tetapi juga memiliki program lainnya. Program Aisyiyah yang
diadakan, di antaranya: mengirim para mubaligh untuk memimpin shalat tarawih saat
bulan puasa, mengadakan hari-hari besar Islam, mengajarkan keterampilan-
27
keterampilan bagi para perempuan.17
Tujuannya agar perempuan dapat
mengembangkan daya kreatifitasnya sehingga dapat hidup mandiri dan tidak
bergantung kepada orang lain.
Kemudian, organisasi ini berkembang dan meluas ke seluruh Indonesia. Program-
program Aisyiyah juga mengalami perluasan, bukan hanya kegiatan yang telah
disebutkan sebelumnya, tetapi juga mengembangkan program dalam bidang lainnya
yang disebut dengan Amal Usaha Aisyiyah. Bidang-bidang dalam program Aisyiyah
(Amal Usaha Aisyiyah) dibuat sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
di dalam masyarkat dalam berbagai aspek kehidupan di antaranya, bidang
pendidikan; bidang keagamaan; bidang kesejahteraan sosial; bidang kesehatan,
bidang ekonomi, dan lain sebagainya. Dengan program-program Aisyiyah yang
terwujud dalam Amal Usaha Aisyiyah telah berhasil memberikan manfaat bagi
peningkatan dan kemajuan perempuan serta masyarakat.
Aisyiyah berkembang dan meluas ke seluruh wilayah di Indonesia, yang salah
satunya hadir dan berkembang di wilayah kota Depok. Dengan adanya Aisyiyah di
wilayah kota Depok ini, telah berkontribusi serta memberikan dampak yang positif
bagi kemajuan masyarakat kota Depok, melalui program-program Aisyiyah yang
terwujud dalam Amal Usaha Aisyiyah.
17
Yusuf Abdullah Puar, Perjuangan dan Pengabdian Muhammadiyah, (Jakarta: Pustaka Antara,
1989), hal. 60.
28
B. Sejarah Berdirinya Aisyiyah Kota Depok dan Perkembangannya
Berdirinya Aisyiyah di kota Depok tak luput dari tokoh-tokoh pendirinya. Tokoh-
tokoh pendiri Aisyiyah di kota Depok ialah Ibu Hj. Ummi Kulsum bersama dengan
Ibu Hj. Mayani, Ibu Masnun, Ibu Rofi‟ah dan Ibu Rumanah,18
sebagai perintis dalam
menyebarkan paham-paham Aisyiyah di wilayah tersebut. Ibu Hj. Ummi Kulsum
sebelumnya, yakni di tahun 1965 aktif dalam kegiatan Nahsiyathul Aisyiyah di
wilayah Bandung, yang pada saat itu sedang melanjutkan sekolah di IAIN Sunan
Gunung Jati. Kemudian menikah dan pindah ke wilayah Depok dan aktif mengikuti
kegiatan ke-Muhammadiyahan mendampingi suami beliau dalam kegiatan
organisasinya.
Pada saat sebelum didirikannya Aisyiyah di kota Depok, kondisi sosial-ekonomi
sebagian masyarakat kota Depok yang salah satunya di wilayah Beji Timur saat itu
masih belum maju, masih jarang yang bekerja pada sektor industri, kebanyakan
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan buruh. Dan dari segi tingkat
pendidikan, masyarakatnya pun masih rendah, masih banyak yang buta huruf, tidak
bersekolah, tidak lulus sekolah dasar (SD) dikarenakan biaya dan lain sebagainya.
Selain itu, dari segi sarana pendidikan, yakni jumlah lembaga pendidikan masih
terbilang minim, seperti Madrasah, sekolah menengah, dan taman kanak-kanak.19
Melihat kondisi masyarakat yang seperti itu, dan juga belum adanya kegiatan
keorganisasian Aisyiyah di wilayah ini, sebagaimana dengan visi dan misi Aisyiyah
18
Ibu Hj. Ummi Kulsum, Tokoh Pendiri Aisyiyah Kota Depok, Wawancara Pribadi, Depok, 5 Juli
2014, pukul: 13.00-14.30 WIB. 19
Ibu Hj. Ummi Kulsum, Tokoh Pendiri Aisyiyah Kota Depok, Wawancara Pribadi, Depok, 5 Juli
2014, pukul: 13.00-14.30 WIB.
29
yakni mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya serta berdaya upaya
dalam memajukan masyarakat Islam, oleh karenanya didirikanlah organisasi Aisyiyah
di wilayah Beji Timur yang saat itu dalam struktur organisasi berada pada tingkat
pimpinan ranting Beji Timur, oleh ibu Hj. Ummi Kulsum meimiliki gagasan untuk
mengembangkan dan berjuang dalam menyebarkan ide-ide ke-Aisyiyahan.
Kemudian organisasi Aisyiyah dari ranting Beji Timur ini berkembang ke
wilayah Depok yang saat itu masih merupakan sebuah kecamatan. Wilayah cabang
Depok ini merupakan wilayah-wilayah bagi penduduk asli, yang meliputi wilayah
Beji, Kukusan, dan Pondok Cina. Wilayah-wilayah yang masuk ke dalam cabang
Depok saat itu diketuai oleh ibu Bayyinah20
, dan Aisyiyah cabang Depok ini dibawah
bimbingan Muhammadiyah cabang Depok. Kegiatan Aisyiyah di antaranya,
mengadakan pengajian-pengajian, dan mengikuti kegiatan pengkaderan yakni
pelajaran mengenai ke-Aisyiyahan yang diajarkan oleh K.H. M. Usman sebagai tokoh
pendiri Muhammadiyah di Depok.
Setelah mendapatkan pembekalan mengenai ke-Aisyiyahan ibu Hj. Ummi
Kalsum mengembangkan pelajaran ke-Aisyiyahan bersama dengan kader-kader yang
telah mengikuti kegiatan pengkaderan. Pada mulanya kegiatan Aisyiyah masih
sederhana, yakni mengadakan pengajian karena saat itu masih banyak yang buta
huruf, terutama huruf Arab, maka kegiatan dalam pengajian menekankan pada
pengenalan huruf-huruf Arab, belajar mengaji dengan tajwidnya yakni dari dasarnya
belajar membaca Iqra‟, Juz Amma hingga belajar membaca Al-Qur‟an, kemudian
hafalan surat-surat pendek dan bacaan-bacaan dzikir.
20
ibu Hj. Warnisma, M.Pd, Wawancara, Depok, 22 Agustus 2014.
30
Kegiatan belajar mengaji ini diadakan di halaman rumah ibu Hj. Ummi Kulsum,
dengan sarana yang masih sederhana dengan meja-meja kecil, papan tulis, kapur dan
beratapkan terpal. Dengan kegiatan ini, Aisyiyah telah membantu program
Pemerintah dalam pemberantasan buta huruf di kalangan masyarakat. Selain itu, ibu
Hj. Ummi Kulsum menyadari bahwa sebagai seorang perempuan tidak hanya
mengurus rumah tangga, untuk itu diberikanlah pengajaran tentang kreatifitas agar
ibu-ibu di wilayah ini memiliki keahlian agar dapat mandiri dan memiliki
penghasilan.
Pada awal berdirinya Aisyiyah di kota Depok, sebagai sebuah organisasi tentunya
tidak selalu berjalan dengan mulus, terdapat dinamika yang terjadi. Beragamnya
budaya masyarakat kota Depok, menyebabkan beragamnya paham keagamaan dan
tradisi masyarakat. Nahdathul Ulama merupakan salah satu paham keagamaan
mayoritas masyarakat kota Depok, paham keagamaan yang berazas ahli sunnah
waljamaah (Aswaja) ini menjadi paham keagamaan yang dominan di wilayah ini.
Dengan begitu, terdapat perbedaan pandangan, pro dan kontra dari masyarakat. Sikap
negatif masyarakat terhadap Muhammadiyah dan Aisyiyah dapat dilihat ketika
pelaksanaan shalat idul adha, lapangan tempat shalat „ied dikotori oleh masyarakat,
agar tidak dapat dipakai untuk melaksanakan shalat. Hal ini terjadi karena masyarakat
belum mengenal dan memahami tentang organisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Namun, seiring berjalannya waktu masyarakat telah mengenal Aisyiyah dengan baik
serta merasakan manfaat yang positif dari keberadaan Aisyiyah dan dapat berjalan
dengan berdampingan, saling bantu-membantu.
31
Aisyiyah Depok menjadi tingkat daerah (PDA) pada tahun 1994.21
Cabang-
cabang yang baru ada pada waktu Aisyiyah Depok menjadi tingkat daerah (PDA), di
antaranya: cabang Beji, cabang Pancoran Mas, cabang Depok Barat, cabang
Cimanggis Sukmajaya. Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) yang pertama adalah
ibu Hj. Khadijah Ali. dan waktu Muktamar tahun 1995 di Aceh, Aisyiyah kota Depok
untuk yang pertama kalinya menjadi peserta Muktamar.22
Kemudian pada tahun 2000 kota Depok mulai mengalami perkembangan dan
dipimpin oleh ibu Hj. Ummi Kulsum dari ranting Beji. Aisyiyah ranting Beji
didirikan pada tahun 1975 dan merupakan cikal bakal dari berdirinya Aisyiyah kota
Depok23
, oleh karenanya ranting ini merupakan ranting tertua yang ada di kota
Depok. Aisyiyah kota Depok saat itu berada di wilayah-wilayah penduduk asli, yakni
wilayah Beji, Kukusan, Beji Timur, Pondok Cina, dan Depok Barat. Wilayah
Pancoran Mas saat itu masih masuk ke dalam wilayah Depok Barat, sedangkan
wilayah Beji, Kukusan dan Pondok Cina sudah ada. Tokoh Muhammadiyah yang ada
di Beji saat itu adalah Kiai Haji M. Usman yakni orang tua dari bapak Wazir selaku
ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) kota Depok pada tahun 1995-2005.
Cabang yang tertua selanjutnya ialah cabang Depok Barat yang dulunya wilayah
Pancoran Mas masuk ke dalam wilayah ini, dan merupakan wilayah penduduk asli.
Ranting-ranting dari cabang ini berada di wilayah Jemblongan, Rawadenok, Pulo,
21
Surat Putusan Pengesahan Organisasi yang dikeluarkan oleh Pimpinan Pusat „Aisyiyah di
Yogyakarta pada tanggal 26 November 1994. 22
Ibu Hj. Warnisma M.Pd, Ketua PDA Kota Depok Periode 2005-2010 dan 2010-2015,
Wawancara Pribadi, Depok, 22 Agustus 2014 pukul: 09.00-10.00 WIB . 23
Ibu Hj. Ummi Kulsum, Tokoh Pendiri Aisyiyah Kota Depok, Wawancara Pribadi, Depok, 5 Juli
2014, pukul: 13.00-14.30 WIB
32
dan tokoh-tokohnya saat itu ialah alm. Hj. Maryanih, Hj. Mahyani Mas‟udi.
Kemudian cabang selanjutnya, wilayah penduduk asli yang merupakan wilayah cikal
bakal dari Aisyiyah tingkat daerah (PDA) kota Depok ialah salah satunya cabang
Beji. Jadi, cikal bakal berdirinya Aisyiyah tingkat daerah (PDA) kota Depok terdiri
dari cabang Beji dan cabang Depok Barat, karena kedua daerah ini merupakan
wilayah dari penduduk asli Depok. Aisyiyah di wilayah ini dipimpin oleh ibu
Khadijah, yakni pada saat Aisyiyah menjadi tingkat Pimpinan Daerah Aisyiyah
(PDA) kota Depok.
Karena adanya struktur pemerintahan sehingga adanya pemekaran di kota Depok,
akhirnya wilayah Pancoran Mas memisahkan diri dari Kecamatan Depok Barat, yakni
menjadi Kecamatan Pancoran Mas. Oleh karenanya, wilayah Pancoran Mas yang
tadinya dalam struktur organisasi Aisyiyah merupakan sebuah ranting menjadi
sebuah cabang baru, yakni cabang Pancoran Mas pada tahun 1979. Selanjutnya,
muncul lagi cabang baru yakni cabang Cimanggis Sukmajaya, dan cabang ini juga
merupakan cabang yang tertua di kota Depok. Salah satu ranting dari cabang ini ialah
ranting Cisalak. Amal Usaha Aisyiyah yang ada di ranting Cisalak ini salah satunya
bergerak pada bidang pendidikan, yakni pembinaan karakter pada anak usia dini
melalui didirikannya TK Aisyiyah di Cisalak.
Kemudian Aisyiyah di cabang Cimanggis Sukmajaya ini berkembang dan muncul
ranting baru, di antaranya ranting Mekar Jaya, ranting Abadi Jaya, ranting Kota
Kembang yang sekarang dikenal dengan ranting Grand Depok City (GDC). cabang
yang muncul selanjutnya ialah cabang Sawangan. Saat itu Aisyiyah di wilayah ini
dibina oleh bapak Amiruddin Siregar, akan tetapi karena struktur pemerintah daerah
33
saat itu, wilayah ini masuk ke dalam Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM)
Jakarta Selatan.24
Kemudian, dengan adanya struktur pemerintah mengenai pemekaran kota Depok,
akibatnya muncul pemecahan, di mana yang tadinya Cimanggis bergabung dengan
cabang Sukmajaya, akan tetapi karena struktur pemerintah tersebut antara Cimanggis
dan Sukmajaya menjadi Kecamatan tersendiri, yakni Kecamatan Cimanggis dan
Kecamatan Sukmajaya, sehingga menjadi cabang Cimanggis dan cabang Sukmajaya.
Wilayah dari cabang Cimanggis meliputi, Tugu, Cisalak Pasar, dan Sukatani. Namun,
pemerintah kota Depok melakukan pemekaran lagi sehingga Sukatani sudah menjadi
Kecamatan tersendiri dan rencananya ranting Sukatani akan memisahkan diri dengan
cabang Cimanggis dan menjadi cabang tersendiri. Sama halnya seperti seorang anak
yang lahir dari ibunya, kemudian tumbuh besar dan dewasa, lalu menikah tentunya
akan memisahkan diri dari ibunya, dan begitu juga dengan Aisyiyah di tingkat ranting
yang setelah berkembang tentunya ada kemungkinan untuk memisahkan diri dari
cabangnya dan menjadi sebuah cabang sendiri.
Di wilayah barat Sawangan, yakni Meruyung yang letaknya dekat dengan
masjid Kubah Mas, sebelumnya wilayah Meruyung ini masuk ke dalam cabang
Sawangan, akan tetapi setelah adanya pemekaran kota Depok menjadi 11 kecamatan,
akhirnya Meruyung mendeklarasikan diri terpisah menjadi cabang sendiri yakni
cabang Limo, dan memiliki Amal Usaha Aisyiyah di bidang pendidikan melalui
didirikannya TK Aisyiyah 16. Akan tetapi, wilayah Cinere belum menjadi cabang
24
ibu Hj. Warnisma, M.Pd, Ketua PDA Kota Depok Periode 2005-2010 dan 2010-2015,
Wawancara Pribadi, Depok, 22 Agustus 2014 pukul: 09.00-10.00 WIB
34
sendiri dikarenakan belum menjadi sebuah kecamatan sendiri, sehingga Cinere
merupakan sebuah ranting dan masih masuk ke cabang Limo. Sebagian struktur
organisasi Aisyiyah di kota Depok mengikuti struktur Pemerintahan kota Depok,
dikarenakan agar memudahkan untuk mengontrol pembinaan ke wilayah karena
bermitra kerja dengan Pemerintah dan untuk memudahkan dalam pengembangan
ekspansi.25
Anggota Aisyiyah ialah anggota Muhammadiyah perempuan yang berasal
dari masyarakat sekitar kota Depok.26
Keanggotaan Aisyiyah sama halnya dengan
keanggotaan Muhammadiyah, yakni ada dua macam anggota, pertama anggota biasa
yaitu warga Negara Republik Indonesia yang beragama Islam, dan yang kedua
anggota luar biasa, yaitu orang Islam yang bukan warga Negara Indonesia. Seseorang
dapat diterima menjadi anggota Muhammadiyah ialah telah berusia 18 tahun,
menyetujui maksud dan tujuan persyarikatan, dengan konsekuen bersedia mendukung
dan melaksanakan amal usahanya. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban
sebagai berikut:
1. Tunduk dan patuh pada putusan-putusan dan peraturan-peraturan
persyarikatan.
2. Menjaga nama baik persyarikatan.
3. Sanggup menjadi suri tauladan utama seorang Islam.
4. Membayar uang pangkal dan iuran.
25
Ibu Hj. Warnisma, M.Pd, Wawancara, Depok , 7 Februari 2015 pukul: 11.00-11.20 WIB 26
Ibu Hj. Ummi Kulsum, Ummi Kulsum, Tokoh Pendiri Aisyiyah Kota Depok, Wawancara
Pribadi, Depok, 5 Juli 2014, pukul: 13.00-14.30 WIB.
35
Jumlah anggota Aisyiyah kota Depok meliputi 7 cabang dan 31 ranting, yang berasal
dari berbagai latar belakang pekerjaan. Adapun latar belakang profesi atau pekerjaan
anggota Aisyiyah kota Depok, di antaranya:
No. Cabang Pekerjaan Jumlah
dalam %
1. Beji 1. Pekerja (pegawai, guru)
2. IRT (Ibu Rumah Tangga)
3. Usaha
4. Home industri
5. Petani Belimbing
1. 19,9%
2. 25%
3. 50%
4. 5%
5. 0,1%
2. Pondok Cina 1. Pekerja (pegawai, guru)
2. IRT (Ibu Rumah Tangga)
3. Usaha
4. Industri
1. 10%
2. 25%
3. 60%
4. 5%
3. Depok Barat 1. Pekerja (pegawai, guru)
2. IRT (Ibu Rumah Tangga)
3. Usaha
4. Industri
1. 20%
2. 60%
3. 15%
4. 5%
4. Pancoran Mas 1. Pekerja (pegawai, guru)
2. IRT (Ibu Rumah Tangga)
3. Usaha
1. 30%
2. 50%
3. 20%
36
5 Sukmajaya 1. Pekerja (pegawai, guru)
2. IRT (Ibu Rumah Tangga)
3. Usaha
4. Industri
1. 60%
2. 37,1%
3. 2%
4. 0,1%
6. Limo 1. Pekerja (pegawai, guru)
2. IRT (Ibu Rumah Tangga)
3. Usaha
1. 30%
2. 60%
3. 10%
7. Sawangan 1. Pekerja (pegawai, guru)
2. IRT (Ibu Rumah Tangga)
3. Usaha
1. 30%
2. 60%
3. 10%
Tabel. Latar belakang pekerjaan anggota Aisyiyah kota Depok. Sumber : Profil
Pimpinan Derah Aisyiyah Kota Depok.
Aisyiyah sebagai organisasi memerlukan adanya struktur organisasi. Struktur
organisasi Aisyiyah dibentuk sama seperti struktur organisasi Muhammadiyah yang
memiliki dua macam struktur organisasi, yakni struktur organisasi secara vertikal
yang disusun bertingkat dari bawah sampai ke atas dan struktur organisasi secara
horizontal yang terdiri atas bidang kegiatan amal usaha.
Struktur organisasi Aisyiyah secara vertikal disusun dari tingkat Pimpinan
Ranting (PR), Pimpinan Cabang (PC), Pimpinan Daerah (PD), Pimpinan Wilayah
(PW), Pimpinan Pusat (PP) yang merupakan kelompok dalam satu kesatuan tertentu.
Struktur organisasi Aisyiyah secara horizontal terdiri dari beberapa bagian sesuai
37
dengan kewajiban dalam melaksanakan kegiatan di masing-masing jenjang
organisasi.
Saat ini jumlah cabang-cabang tingkat Daerah (PDA) kota Depok berjumlah
sebanyak 7 cabang dan jumlah rantingnya sebanyak 31 ranting. Ada pun perincian
nama-nama pimpinan cabang dan ranting se-daerah Depok, sebagai berikut:
Perincian Cabang dan Ranting Aisyiyah se-Daerah Kota Depok
Ranting Cabang
1. Kukusan
2. Beji Timur
3. Kukusan Timur
4. Pondok Cina
PC. Aisyiyah Beji
1. Rawadenok
2. Cipayung
3. Pulo
4. Parungbingung
5. Jemblongan
PC. Aisyiyah Depok Barat
1. Cisalak Pasar
2. Tugu
3. Sukatani
PC. Aisyiyah Cimanggis
1. Cisalak Kota
2. Mekarjaya
3. Abadijaya
PC. Aisyiyah Sukmajaya
38
4. Bhaktijaya
5. Sukmajaya
6. Grand Depok City
1. Pancoranmas
2. Depok Jaya Barat
3. Depok Jaya
4. Depok Jaya Tengah
PC. Aisyiyah Pancoranmas
1. Sawangan Utara
2. Kampung Bulu
3. Kampong Bulak
4. Cinangka
5. Cipayung
6. Sawangan Kaum
PC. Aisyiyah Sawangan
1. Meruyung
2. Limo
3. Cinere
PC. Aisyiyah Limo
Periodesasi kepemimpinan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok sejak
didirikannya hingga sekarang, melalui Surat Keputusan Nomor
1416/PPA/A/XI/677/9427
, di antaranya sebagai berikut:
1. Periode pertama (1995-2000): ibu Khadijah Kasim (alm.)
27
Profil Pimpinan Derah Aisyiyah Kota Depok, (Depok: Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Depok,
2012), hal. 11.
39
2. Periode kedua (2000-2005): ibu Hj. Ummi Kulsum, S.Ag.
3. Periode ketiga (2005-2010): ibu Hj. Warnisma, M.Pd.
4. Periode keempat (2010-2015): ibu Hj. Warnisma, M.Pd.
Dengan struktur kepengurusan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota
Depok 2010-2015, sebagai berikut:
Ketua : Dra. Hj. Warnisma, M.Pd.
Wakil Ketua : Nurhayati, S.Pd.
Wakil Ketua : Hj. Ummi Kalsum, S.Ag.
Sekretaris : Dra. Ida Marhamah
Wakil Sekretaris : Rusmiyati Yahya, S.Pd., M.Pd.
Wakil Sekretaris : Badariyah, S.E.
Bendahara : Hj. Henny Rochainidar
Wakil Bendahara : Hj. Kusmiyati, S.Pd.
Ketua Majlis Tabligh : Titin Upit Kartinah
Anggota Majelis Tabligh :- Dzusmaniar, BA
- Hj. Maemunah
- Hj. Risnelly
- Yenita Anwar
Saat ini Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok memiliki berbagai Amal
Usaha, namun Amal Usaha yang menjadi ikon dari Aisyiyah kota Depok ialah Amal
Usaha di bidang pendidikan, yakni pembinaan karakter anak usia dini melalui sekolah
taman kanak-kanak (TK) yang sekarang jumlahnya sebanyak 24 sekolah TK, di
antaranya sebanyak 23 TK sudah berjalan, sedangkan yang satunya akan segera
40
berjalan dan gedungnya baru saja diresmikan pada tanggal 31 Agustus 2014, yang
gedung sekolahnya sekaligus digunakan sebagai gedung pusat dakwah Pimpinan
Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok, letaknya berada di Bedahan, Sawangan.
Masing-masing mereka yang memiliki taman kanak-kanak (TK) Aisyiyah ini, karena
Aisyiyah memang boleh mengelola TK, SD, SMP, akan tetapi yang dikelola oleh
Aisyiyah tingkat Daerah (PDA) adalah taman kanak-kanak dan PAUD Aisyiyah yang
berada di ranting-ranting kota Depok dan madrasah Diniyah Awaliyah yang berada di
ranting Sawangan Kaum.
C. Visi dan Misi Didirikan Aisyiyah Kota Depok
Dalam perjalanannya Aisyiyah telah melakukan banyak pengabdian bagi
kemaslahatan dan kemajuan untuk umat Islam, khususnya untuk kaum perempuan.
Sejak awal keberadaannya tahun 1917, Aisyiyah telah memiliki pandangan jauh ke
depan yakni bahwa kaum perempuan haruslah berwawasan luas, namun juga harus
sesuai dengan kedudukan dan fungsinya di dalam keluarga, tidak keluar dari
kodratnya sebagai perempuan yang tertera di dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Hal ini
sebagaimana dalam firman Allah terdapat 3 ayat yang menjadi landasan Aisyiyah,
yakni surat Ali Imran ayat: 104, surat At-Taubah ayat: 71, dan surat An-Nahl ayat:
97.
Ketiga ayat itulah yang menjadi dasar dan orientasi gerakan Aisyiyah, bahwa baik
perempuan maupun laki-laki sama-sama memiliki kewajiban untuk menjalankan
perintah Allah, yakni mengerjakan amar makruf nahi munkar. Aisyiyah merupakan
organisasi perempuan berkemajuan yang tiada henti melakukan sesuatu yang nyata
(riil), yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan Negara dalam menebar Islam
41
yang Rahmatan Lil‟alamin. Oleh karenanya, misi abadi Aisyiyah ialah sebuah
organisasi perempuan yang berorientasi pada gerakan dakwah Islamiyah amar makruf
nahi munkar. Visi didirikannya Aisyiyah di kota Depok, ialah sebagaimana anggaran
dasar „Aisyiyah pada Bab III Pasal 7, yakni tegaknya agama Islam sehingga
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.28
Ideologi dari organisasi Aisyiyah merupakan tali pengikat yang diwujudkan
dalam sistem Jam‟iyah, Jama‟ah, Imamah, dan gerakan Amal Usaha untuk
menjadikan Islam sebagai Rahmatan lil ‟alamin di muka bumi. Organisasi Aisyiyah
memiliki ciri-ciri gerakan sebagai berikut29
:
a. Berorientasi ke depan, Islam yang berkemajuan.
b. Selalu bergerak kreatif, banyak inovatif, dan energik atau dinamis.
c. Menjadi pioner penggerak.
Selain itu pada keputusan Tanwir yaitu kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas
tanggung jawab Pimpinan Pusat dan dihadiri oleh anggota Pimpinan Pusat, Ketua serta
Sekretaris Pimpinan Wilayah dan Wakil Wilayah yang diambil dari Daerah-Daerah. Kegiatan
ini berkaitan dengan Evaluasi dan Kerja Aisyiyah, yakni laporan Pimpinan Pusat,
pelaksanaan keputusan Muktamar, Organisasi, hambatan serta upaya mengatasi, dan lain-
lain, sebagaimana yang tertera dalam AD/ART Aisyiyah, Bab VIII pasal 24. Aisyiyah
menyebutkan bahwa Aisyiyah adalah organisasi yang gerakannya (action) pada
pemajuan, pemberdayaan, serta pengentasan. Untuk mencapai tujuan dakwah
Aisyiyah, dua tahun setelah berdirinya Asiyiyah yakni pada tahun 1919, berdirilah
28
ibu Hj. Warnisma, M.Pd, Wawancara, Depok, 22 Agustus 2014. 29
Catatan Pribadi milik Ibu Hj. Ummi Kulsum saat mengikuti kegiatan ke-Muhammadiyahan kota
Depok tahun 1980-an.
42
sekolah frobel atau taman kanak-kanak yang bertitik tolak dari Nabi Muhammad
S.A.W. yaitu Semua anak dilahirkan dalam keadaan fithrah (suci), kedua orang
tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Frobel yang pertama didirikan oleh pribumi (orang Indonesia). Pemberian nama
terhadap lembaga pendidikan anak usia dini ini berbeda dengan nama lembaga
pendidikan lainnya, yaitu Aisyiyah memberikan nama lembaga ini dengan Bustanul
Athfal. Nama ini diambil dari bahasa Arab, yang terdiri dari dua kata yakni Bustan
dan Athfal. Kata Bustan berarti taman, dan kata Athfal berarti anak-anak, jadi apabila
kedua kata ini dagabungkan artinya menjadi taman kanak-kanak, sehingga taman
kanak-kanak yang dimiliki oleh Aisyiyah dinamakan dengan Bustanul Athfal, namun
tidak semuanya dinamakan dengan Bustanul Athfal, ada juga yang dinamakan dengan
taman kanak-kanak Aisyiyah.
Lembaga pendidikan ini biasanya berada di tingkat cabang Aisyiyah, juga di
tingkat ranting-ranting, khususnya di Depok lembaga pendidikan Bustanul Athfal ini
berada dan tersebar di tingkat ranting-ranting Aisyiyah Depok. Misi Aisyiyah yang
lainnya untuk mencapai tujuan dakwah Aisyiyah, ialah dengan merintis berdirinya
kelompok pendidikan keterampilan bagi kaum perempuan pada tahun 1923.
Kelompok pendidikan ini dirintis oleh Nyai Walidah Ahmad Dahlan.
Kelompok pendidikan ini dibuat oleh Nyai Walidah sebagai upaya agar kaum
perempuan dapat mengembangkan daya kreatifitasnya. Kegiatan dalam kelompok ini
dilakukan di kediaman Nyai Walidah dengan berkegiatan menjahit, menyulam, dan
memasak. Dalam keterampilan itu dilaksanakan oleh kelompok remaja yang diberi
nama Siswo Proyo, yang kemudian berganti nama menjadi Nahsiyatul Aisyiyah.
43
BAB III
AMAL USAHA AISYIYAH KOTA DEPOK
DALAM BIDANG SOSIAL-BUDAYA
Mayoritas masyarakat Indonesia menganut ajaran Islam, namun posisi masyarakat
Islam masih terpinggirkan. Padahal ajaran Islam seharusnya dapat menjadi motor
penggerak di dalam kehidupan sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur‟an dan Al-
Hadits. Dalam keputusan majlis Tarjih definisi dari ad-din ajaran Islam ialah sesuatu
yang disyariatkan oleh Allah dengan perantara para Nabi-Nya berupa perintah,
larangan serta tuntutan untuk kemaslahatan umat muslim di dunia dan akhirat dan
merupakan suatu yang telah diturunkan Allah dalam Al-Qur‟an yang termaktub
dalam sunnah yang shahih berupa perintah, larangan serta tuntutan untuk
kemaslahatan umat di dunia dan akhirat. Dengan kata lain, Muhammadiyah memiliki
pemahaman bahwa Islam bukan semata-mata mengajarkan bagaimana seharusnya
seseorang menghubungkan dirinya kepada Allah, seperti shalat, puasa, menunaikan
haji dan sebagainya, namun Islam membawa ajaran yang sempurna menuntun
hambanya mendapatkan kehidupan yang bahagia sejahtera di dunia dan akhirat. Islam
mencakup seluruh segi kehidupan manusia, baik perorangan maupun masyarakat
seperti masalah aqidah, ibadah, akhlak, kebudayaan, pendidikan ilmu pengetahuan
sosial, ekonomi, politik dan sebagainya.1
1Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan ‘Aisyiyah, hal. 17-18.
44
Untuk itu diperlukan suatu wadah sebagai upaya dalam menegakkan ajaran Islam
sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang bahagia dan sejahtera (Rahmatan
Lil „Alamin) dengan berpedoman pada ajaran Islam yang sebenar-benarnya, yakni
melalui suatu wadah yang bernama organisasi. Ajaran Islam mengajarkan umatnya
agar dalam upaya menegakkan ajaran Islam hendaknya dengan cara berorganisasi
sebagaimana dalam surat Ash-Shaf ayat 4, yang artinya “Sesungguhnya Allah senang
kepada orang-orang yang barjuang di jalan-Nya secara tersusun rapi (berbaris-baris)
ibarat suatu bangunan yang kokoh.” Dan ayat ini menjadi salah satu landasan
Aisyiyah dalam berorganisasi untuk melaksanakan kewajiban menegakkan ajaran
Islam hukumnya wajib.
Dengan ini, motif gerak Aisyiyah ialah membawa kesadaran beragama dan
berorganisasi, mengajak warganya menciptakan Baldatun Thoyyi-batun Warobun
Ghofur, yakni suatu kehidupan yang bahagia dan sejahtera, penuh limpahan rahmat
dan nikmat Allah S.W.T di dunia dan akhirat. Untuk itu, hal ini dikemas dalam
maksud dan tujuan didirikannya Aisyiyah, yakni untuk merealisasikan visi dan misi
Muhammadiyah yang tertera dalam anggaran dasar Aisyiyah pada Bab III pasal 7,
yaitu untuk menegakkan agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.2
Untuk mencapai tujuan Aisyiyah, maka Aisyiyah melakukan program-program
kerja dalam berbagai aspek kehidupan, yang dituangkan melalui Amal Usaha
Aisyiyah dalam berbagai bidang dalam aspek kehidupan. Sebagaimana yang tertera
2Anggaran Dasar/Rumah Tangga ‘Aisyiyah, cet. Ke-16 (Yogyakarta: Pimpinan Pusat
„Aisyiyah, 2012), hal. 6.
45
dalam anggaran rumah tangga Aisyiyah, Bab III Pasal 3, yakni usaha Aisyiyah
diwujudkan dalam bentuk program, amal usaha, dan kegiatan yang meliputi3:
1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman,
meningkatkan pengamalan serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam segala aspek
kehidupan;
2. Memperteguh iman mempertinggi akhlak, meningkatkan semangat ibadah,
dan memperkuat muamalah duniawiyah;
3. Meningkatkan harkat dan martabat wanita sesuai ajaran Islam;
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap ajaran Islam;
5. Meningkatkan semangat jihad, zakat, infaq, sadaqah, wakaf, dan hibah;
6. Meningkatkan peran kehidupan berbangsa dan bernegara dalam berbagai
bidang;
7. Mengembangkan kebudayaan, meningkatkan pendidikan, memperluas ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta menggairahkan penelitian;
8. Meningkatkan perekonomian masyarakat ke arah perbaikan hidup yang
berkualitas;
9. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang kesejahteraan
sosial, kesehatan dan lingkungan hidup;
10. Meningkatkan upaya penegakan hukum, keadilan, kebenaran, perlindungan
hak asasi manusia dan melakukan advokasi serta pendidikan kewarganegaraan;
11. Meningkatkan semangat membangun memelihara dan memakmurkan tempat
ibadah, masjid, mushola dan sejenisnya;
3Ibid., hal. 22-23.
46
12. Meningkatkan ukhuwah dan kerja sama dengan pihak-pihak terkait, baik
dalam maupun luar negeri;
13. Membina angkatan muda muhammadiyah untuk menjadi pelopor,
pelangsung, dan penyempurna gerakan Aisyiyah;
14. Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana;
15. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan tujuan organisasi.
Berbagai bidang Amal Usaha Aisyiyah, di antaranya Amal Usaha bidang
pendidikan, dalam perkembangannya terdapat 5365 taman kanak-kanak yang tersebar
di seluruh Indonesia, sekitar 507 madrasah Diniyah Awaliyah serta taman pendidikan
Al-Qur‟an (TPA) yang tersebar di setiap cabang dan ranting di seluruh Indonesia.
Selain itu, juga membentuk suatu wadah yang bernama IGABA (Ikatan Guru
Aisyiyah Bustanul Athfal) sebagai wadah untuk para guru untuk menambah wawasan
pendidikan, dan di tingkat akademi Aisyiyah memiliki 13 akademi/sekolah tinggi
yang tersebar di seluruh Indonesia yang dikoordinir oleh bagian Dikti (Pendidikan
Tinggi).4 Bidang keagamaan, mengadakan pengajian rutin yang kegiatannya belajar
mengaji, kegiatan dakwah, dan lain sebagainya. Bidang kesejahteraan sosial, yang
kegiatannya berupa penyantunan anak yatim, yang kemudian mendirikan panti
asuhan yang diberikan Aisyiyah untuk memberikan bantuan sosial kepada mereka,
dan kemudian kegiatan dalam bidang ini diperluas hingga meliputi sub bidang
perlindungan dan kesejahteraan keluarga, serta sub bidang bantuan kepada korban
bencana alam.
4Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan „Aisyiyah, hal. 59-62.
47
Dalam bidang kesehatan, Aisyiyah berperan aktif dengan mendirikan Balai
Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) Aisyiyah. BKIA ini kemudian berkembang
menjadi klinik bersalin, rumah sakit bersalin, bahkan ada yang berkembang menjadi
rumah sakit. Bidang ekonomi, Aisyiyah mengembangkan usaha simpan pinjam dalam
bentuk koperasi, pada tahun 1985 tercatat terdapat sebanyak 27 buah koperasi
didaerah DKI Jakarata dan beberapa koperasi (pra koperasi) di Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur.5
Dalam hal ini Aisyiyah di tingkat Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok
juga terus melakukan upaya untuk masalah kemaslahatan dan untuk memajukan
masyarakat di daerah kota Depok, melalui Amal Usaha dalam berbagai bidang dalam
aspek-aspek dalam kehidupan. Terdapat berbagai program Amal Usaha Pimpinan
Daerah Aisyiyah kota Depok akan tetapi, berfokus kepada dua bidang, yakni
pendidikan dan tabligh. Berikut ini pemaparan mengenai Amal Usaha Aisyiyah
tingkat Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok dalam membawa masyarakat
kota Depok menuju arah yang lebih baik.
A. Bidang Pendidikan
Pendidikan adalah unsur yang sangat penting bagi pembinaan suatu bangsa,
dengan pendidikan dapat diketahui bagaimana kemajuan perkembangan dalam suatu
bangsa. Untuk itu, pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat perlu dimulai
dari lingkungan keluarga, khususnya bagi orang tua sebagai pembimbing dalam
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat di mana kelak seorang anak akan
5Ibid.,hal. 65-67.
48
menjadi anggota masyarakat dan sebagai penyelenggara pendidikan sehingga dapat
membawa perubahan khsusnya perubahan untuk lingkungan masyarakat. Menyadari
akan pentingnya hal itu, Aisyiyah dalam kiprahnya memfokuskan diri pada bidang
pendidikan, khususnya Aisyiyah di kota Depok ini memfokuskan diri pada
pembinaan terhadap pendidikan Anak Usia Dini, melalui lembaga taman kanak-
kanak dan Paud sebagai ikon Amal Usaha Aisyiyah kota Depok. Hampir di seluruh
penjuru kota Depok dapat ditemukan TK Aisyiyah dengan mudah. TK Aisyiyah kota
Depok merupakan salah satu hasil riil gerakan Aisyiyah dalam bidang pendidikan.
Dalam konteks kekinian, di mana fenomena dan kondisi era globalisasi sedang
mengalami kondisi yang memprihatinkan. Di era globalisasi ini banyak ditemukan
berbagai problematika dekadensi moral pada generasi muda.6 Dekadensi moral terdiri
dari dua kata, yakni dekadensi dan moral. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI) dekadensi berarti kemerosotan (tata akhlak), kemunduran (tata seni, sastra)7,
sedangkan moral berarti (tata ajaran) baik dan buruk perbuatan, sikap, kewajiban,
akhlak, budi pekerti.8 Jadi, pengertian dari dekadensi moral ialah suatu kondisi
dimana terjadi kemerosotan dan kemunduran dalam tata akhlak, sikap, perbuatan, dan
budi pekerti pada generasi muda dalam era globalisasi ini.
Dekadensi moral yang terjadi pada generasi muda dapat dilihat dari fakta
lapangan yang diliput dalam media massa dan media cetak yakni terjadi tawuran
antar pelajar, penggunaan narkotika dan minuman keras, pergaulan bebas, serta
6 Maisar Binti Yasin, Wanita Karier Dalam Perbincangan, Cet.I, (Jakarta: Gema Insani Press,
1997), hal. 82. 7KBBI. Vol. I
8Ibid.
49
generasi muda yang budi pekertinya sudah tidak santun lagi. Terjadinya dekadensi
moral dikalangan generasi muda dikarenakan dari berbagai faktor di antaranya, dari
lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, teknologi serta budaya barat yang
mempengaruhi budaya Indonesia, namun yang paling utama ialah dikarenakan
kurang kuatnya pembinaan karakter saat usia dini, sebagai fondasinya.
Kondisi moral generasi muda ini dikarenakan pembentukan karakter saat usia dini
yang kurang ditanam, sehingga saat ia tumbuh di usia remaja sangat rentan
dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan barat yang bersifat negatif, sehingga nilai-
nilai dalam ajaran Islam serta kearifan dan kebudayaan lokal lambat laun akan luntur
dan dilupakan. Tetapi, apabila penanaman pendidikan anak usia dini sudah
ditanamkan dengan kuat, maka kelak ketika ia tumbuh menjadi remaja ia akan dapat
membentengi diri dan tidak mudah terpengaruh oleh budaya barat yang bersifat
negatif. Karena salah satu indikator majunya suatu Negara dilihat dari bagaimana
partisipasi generasi mudanya dalam membangun peradaban di Negaranya.
Melalui praktik pendidikan, peserta didik dalam konteks pembinaan generasi
muda (anak-anak) dipersiapkan untuk kelak dapat menghadapi dan menjawab
tantangan serta tuntutan zaman, dengan bekal ilmu pengetahuan, nilai-nilai budaya
dan agama. Agar kelak ketika seorang anak tumbuh dewasa, dan menjadi anggota
dalam masyarakat dan negara sebagai penyelenggara pendidikan, dapat
mengaplikasikan bekal ilmu pengetahuan dan nilai-nilai budaya serta agama sesuai
dengan perkembangan tuntutan dan tantangan zaman. Untuk itu sejak usia dini sangat
penting untuk dibina dan dididik sebaik dan semaksimal mungkin, sebagai bekal
terwujudnya generasi muda yang berkarakter. Untuk itu dalam aspek pendidikan,
50
melalui didirikannya sekolah-sekolah untuk memberikan kesadaran dan kecerdasan
yang seimbang antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai dalam ajaran Islam, juga
sebagai wadah untuk melakukan dakwah dan misi mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya, sebagaimana yang tertera dalam anggaran dasar Aisyiyah,
yakni menegakkan agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.
Pada awal berdirinya Aisyiyah di kota Depok amal usaha di bidang pendidikan
diselenggarakan melalui didirikannya TK Aisyiyah 1 yang berada di ranting Beji
Timur, TK Aisyiyah 2 berada di ranting Kukusan, dan TK Aisyiyah 3 berada di
ranting Pondok Cina.9 Ketiga lembaga taman kanak-kanak (TK) ini merupakan
lembaga TK yang tertua karena didirikannya pada saat awal lahirnya Aisyiyah di kota
Depok, dan merupakan ranting-ranting yang tertua yang didirikan pada sekitar tahun
1960.
Ada pun perincian amal usaha Aisyiyah se-Daerah kota Depok di bidang
pendidikan di antaranya, sebagai berikut:
9ibu Hj. Warnisma, M.Pd, Ketua PDA kota Depok 2005-2010 dan 2010-2015, Wawancara
Pribadi, Depok, 11 September 2014, pukul: 10.45-12.00 WIB
51
Amal Usaha bidang Pendidikan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok
dengan pengelompokkan berdasarkan Pimpinan Cabang Aisyiyah se-Daerah
Depok.
Nama Amal Usaha Alamat
Pimpinan Cabang Beji
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 2
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1
TK Aisyiyah Bustnalu Athfal 3
Jl. Raya Kukusan
Jl. KH. Ahmad Dahlan Beji
Timur
Jl. Margonda Raya Masjid Al
furqan
Pimpinan Cabang Sukmajaya Dan Cimanggis
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 11
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 8
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 10
TPA Ahmad Dahlan
TPA Aisyiyah
TPA Aisyiyah
TPA Aisyiyah
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 9
TPA Aisyiyah
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 24
Jl. Citanduy III, 73a
Jl. Masjid Al Islah Rt. 03/03,
Cisalak
Jl. D Batur Depok Timur
PRA Baktijaya
PRA Cisalak
PRA Cisalak Pasar, Cimanggis
PRA Abdijaya
Jl. Kemulyaan Depok II Tengah
PRA Mekarjaya
Grand Depok City
52
Pimpinan Cabang Depok Barat
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 7
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 13
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 5
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 6
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 21
Jl. Masjid Al Hukman, Parung
Bingung
Jl. Situ Asih, Kampung Dulo,
Depok
Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Rawa
Denok
Jl. Raya Sawangan No. 112
Jl. Blok Rambutan, Cipayung
Pimpinan Cabang Sawangan
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 14
Diniyah Aisyiyah
Diniyah Aisyiyah
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 18
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 17
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 16
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 15
Diniyah Aisyiyah
Jl. H. Maksum No. 15
Jl. H. Baron
Jl. Maksum
Jl. Pondok Cabe Udik
Jl. Sirnagalih
Jl. H. Katam
Jl. A. Wahab No. 63
Jl. H. Katam
Tabel.Amal usaha Aisyiyah se-Daerah kota Depok bidang pendidikan.
Selain itu, dari lingkungan keluarga juga mempengaruhi dalam pembentukan
karakter generasi muda dan yang berperan besar dalam hal ini ialah bagaimana peran
seorang ibu dalam mendidik anaknya, untuk itu Aisyiyah melalui Amal Usahanya
53
bergerak dalam bidang keagamaan, melalui pengajian dan dakwah kaum perempuan
diberikan nilai-nilai dalam ajaran Islam, salah satunya bagaimana dan apa yang
seharusnya kaum perempuan melakukan kewajibannya sebagai seorang perempuan
dan sebagai seorang ibu sesuai ajaran Islam yang tertera dalam Al-Qur‟an dan Al-
Hadits. Selain itu Amal Usaha Aisyiyah juga bergerak dalam bidang-bidang yang
lainnya, guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan daya kreatifitas,
kebutuhan akan ekonomi, dan kesejahteraan sosial. Untuk itu berikut ini penjelasan
dan gambaran mengenai Amal Usaha Aisyiyah kota Depok dalam bidang tabligh.
B. Bidang Tabligh
Tabligh memiliki pengertian menyampaikan Islam, untuk menyampaikan tabligh
maka dibentuklah majelis tabligh. Majelis tabligh dibentuk untuk membina
kehidupan agama para anggotanya dan meluruskan kepada masyarakat dengan cara
mengadakan pengajian, belajar agama di luar sekolah bagi anak-anak dan orang
dewasa. Kegiatan dalam majelis tabligh ini di antaranya, memberikan ceramah-
ceramah kepada masyarakat baik di dalam masjid maupun di luar masjid, seperti di
rumah-rumah, gedung yang dimiliki oleh Aisyiyah dan lain sebagainya, selain itu
juga kegiatan dalam majelis tabligh ini berupa belajar bersama tentang agama, dan
menyampaikan siraman rohani. Adapun usaha yang dilakukan dalam menggiatkan
dakwah antara lain:10
10
Yusuf Abdullah Puar, Perjuangan dan Pengabdian Muhammadiyah (Jakarta: Pustaka Antara,
1989), hal. 215.
54
a. Mengadakan siraman agama Islam dengan lisan, khutbah, tulisan dan lain
sebagainya.
b. Mengadakan pengajaran-pengajaran bagi para calon mubaligh
c. Menggiatkan pembangunan langgar (surau, mushalla) dan juga masjid serta
memeliharanya.
d. Mensyiarkan putusan-putusan majelis tarjih kepada masyarakat melalui
media-media lisan dan tulis.
Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Depok dalam upaya mensyiarkan dakwahnya
dilakukan dengan cara menyampaikan pesan dakwah melalui lisan dengan
menyelenggarakan pengajian-pengajian ataupun ceramah-ceramah dari rumah ke
rumah dan di dalam masjid. Kegiatan dalam pengajian ini selain belajar mengaji,
dakwah yang disampaikan lebih kepada pembahasan mengenai hukum-hukum Islam
dalam kehidupan sehari-hari, khususnya menyangkut Perempuan salah satunya
mengenai bagaimana tugas seorang ibu dalam ajaran Islam sebagai orang tua yang
banyak berperan dalam pembentukan karakter anaknya, dan juga pembahasan
mengenai lain sebagainya.
Selain menyampaikan pesan dakwah melalui lisan, pesan dakwah juga
disampaikan melalui perbuatan nyata, seperti mengadakan pengobatan gratis,
khususnya bagi para balita dan lansia, pemberian sembako, membagikan zakat,
hewan kurban dan lain sebagainya. Selain itu juga kegiatan ini dilakukan melalui
memberikan pengetahuan mengenai kesehatan bagi ibu dan anak, yang bekerja sama
dengan posyandu serta dokter-dokter.
55
Pengajian rutin di tingkat PRA (Pimpinan Ranting Aisyiyah) diadakan setiap
minggu, sedangkan tingkat PCA (Pimpinan Cabang Aisyiyah) diadakan setiap dua
minggu sekali, dan pada tingkat PDA (Pimpinan Daerah Aisyiyah) diadakan setiap
sebulan sekali yang dilaksanakan di PCA secara bergiliran.
Amal Usaha Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Depok bidang tabligh
Nama pengajian (Tabligh) Alamat Jumlah anggota
1. Pengajian Cabang Depok
Barat
2. Pengajian Cabang Beji
3. Pengajian Cabang
Cimanggis
4. Pengajian Cabang
Pancoran mas
5. Pengajian Cabang
Sawangan
Jl. Raya Sawangan
Jl. Kh. Usman Betim
Jl. Serimpi VI Depok
Jl. Wijaya Kusuma Raya
Jl. Raya A. Wahab
254
234
313
127
709
6. Pengajian Ranting Pondok
Cina
7. Pengajian Ranting
Kukusan
8. Pengajian Ranting Beji
Timur
9. Pengajian Ranting
Pondok Cina
Kukusan
Beji Timur
Kukusan
58
81
96
81
56
Kukusan Utara
10. Pengajian Cabang
11. Pengajian Ranting
Sukmajaya
12. Pengajian Ranting Cisalak
Pasar
13. Pengajian Ranting Cisalak
14. Pengajian Ranting
Abadijaya
15. Pengajian Ranting
Baktijaya
16. Pengajian Ranting
Mekarjaya
Sekretariat
Berkeliling
Berkeliling
Berkeliling
Berkeliling
Berkeliling
Berkeliling
75
25
30
45
45
30
30
17. Pengajian Ranting Depok
Jaya Baru
18. Pengajian Ranting Depok
Jaya Tengah
19. Pengajian Ranting Depok
Barat
20. POMG TK ABA 12
21. POMG TK ABA 4
Dari rumah ke rumah
Dari rumah ke rumah
Dari rumah ke rumah
TK ABA 12
TK ABA 4
15
12
25
75
57
C. Bidang Kesejahteraan Sosial
Amal usaha Aisyiyah kota Depok dalam bidang kesejahteraan sosial diwujudkan
melalui didirikannya panti asuhan dan asuhan keluarga yang pengelolaannya bekerja
sama dengan Muhammadiyah. Penyantunan anak yatim dan dhu‟afa dilakukan dalam
bentuk bantuan-bantuan rutin ditingkat ranting dan cabang, selain itu pembagian
zakat dan hewan qurban kepada masyarakat juga dilakukan dalam bidang
kesejahteraan sosial. Adapun jumlah panti asuhan yang dikelola Pimpinan Daerah
Aisyiyah kota Depok berjumlah sebanyak 2 unit, yakni:
Nama Alamat
Panti Asuhan Aisyiyah Jl. Kemulyaan, Depok II Tengah
Panti Asuhan Aisyiyah Putri Jl. KH. Ahmad Dahlan, Beji
Timur
D. Bidang Ekonomi
Amal Usaha Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Depok dalam bidang ekonomi
diwujudkan melalui koperasi. Koperasi yang aktif hingga saat ini berjumlah 1 (satu)
unit. Di samping itu individu-individu anggota Aisyiyah juga mengelola usaha bidang
ekonomi dalam rangka menambah penghasilan keluarga, baik berupa jasa, jual beli
maupun produksi. Akan tetapi, amal usaha bidang ekonomi ini sudah tidak berjalan
lagi sebagaimana mestinya. Jadi, kegiatan dalam bidang ini hanya pada iuran anggota
yang dikumpulkan oleh pengurus Aisyiyah.
58
BAB IV
SITUASI DAN KONDISI
HAMBATAN AISYIYAH DI KOTA DEPOK
A. Profil Kota Depok
Kota Depok terletak pada koordinat 60 19’ 00” – 6
0 28’ 00” Lintang Selatan dan
1060 43’ 00” – 106
0 55’ 30” Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut1:
Timur : Kecamatan Pondok Gede, Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri,
Kabupaten Bogor.
Barat : Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur.
Utara : Kabupaten Tangerang dan DKI Jakarta.
Selatan : Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten
Bogor.
Bentang alam kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran
rendah dan perbukitan bergelombang, dengan elevasi antara 50-140 meter di atas
permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai
wilayah termuda di Jawa Barat, memiliki luas wilayah sekitar 200,29 KM2. Kondisi
geografisnya, terdapat sungai-sungai besar yang mengaliri kota Depok, yakni sungai
Ciliwung dan Cisadane, serta 13 sub satuan wilayah aliran sungai.2
1http://websitekotadepok.wordpress.com/2013/02/05/peta-kota-depok-jawa-barat/
2http://www.depok.go.id/profil-kota/geografi
59
Depok bermula dari sebuah kecamatan yang masuk ke dalam wilayah
kabupaten Bogor. Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk kota administratif Depok
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1981, dan diresmikan pada tanggal
18 Maret 1982, yang terdiri dari 3 kecamatan dan 17 desa, yakni3:
1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 desa, antara lain: Desa Depok, Desa
Depok Jaya, Desa Pancoran Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya,
Desa Rangkapan Jaya Baru.
2. Kecamatan Beji, terdiri dari 5 desa, antara lain: Desa Beji, Desa Kemiri
Muka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan.
3. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 desa, antara lain: Desa Mekarjaya, Desa
Sukma Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya.
Kemudian dalam perkembangannya, kota Depok mengalami perkembangan
dalam aspek pembangunan, pemerintahan jumlah penduduk dan lain sebagainya, oleh
karenanya dalam struktur pemerintah dibentuklah pemekaran sehingga status Depok
yang tadinya sebagai Kota Administratif (Kotif) berubah menjadi Kotamadya
(Kodya).
Berdasarkan Undang-Undang nomor 15 tahun 1999, maka dibentuklah
Kotamadya Daerah Tingkat II Depok, yang wilayahnya meliputi wilayah
Administratif kota Depok, tediri dari 3 kecamatan, ditambah dengan sebagian
wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, antara lain4:
3http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1063
4Ibid.
60
1. Kecamatan Cimanggis, yang tediri dari 1 kelurahan dan 12 desa, antara lain:
Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa
Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Harjamukti, Desa Sukatani,
Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa Cimpaeun, Desa Leuwinanggung.
2. Desa Sawangan, yang tediri dari 14 desa, antara lain: Desa Sawangan, Desa
Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa Pondok
Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren
Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan, Desa Bedahan, Desa Pasir
Putih.
3. Kecamatan Limo, tediri dari 8 desa, antara lain: Desa Limo, Desa Meruyung,
Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru,
Desa Krukut, Desa Grogol.
4. Dan ditambah 5 desa dari Kecamatan Bojong Gede, antara lain: Desa
Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa
Pondok Jaya.
B. Hambatan Kultur (Budaya)
Terjadinya migrasi telah membawa suatu kelompok dari suatu wilayah ke wilayah
lain sehingga membawa dampak perubahan seperti perubahan ekonomi, misalnya
nilai pembangunan, perubahan kebudayaan dalam masyarakat, seperti nilai-nilai
dalam pergaulan, dan lain sebagainya. Dengan migrasi semakin lama, semakin
banyak jumlah penduduk, sehingga terjadilah pembelahan suku kelompok demi
61
kelompok meninggalkan suku asal dan daerah asal mereka, mencari daerah baru dan
menjadikannya tempat tinggal yang baru.5
Ketika suatu kelompok yang pindah atau melakukan migrasi ke suatu wilayah,
mereka akan menemukan kelompok-kelompok lain di wilayah tempat tinggal
barunya, yang mungkin merupakan penduduk asli, ataupun kelompok dari daerah lain
yang melakukan migrasi juga.6 Dengan demikian, maka terbentuklah kelompok-
kelompok di dalam suatu wilayah, yang terdiri dari penduduk asli, dan penduduk
pendatang yang berasal dari kelompok-kelompok yang melakukan migrasi.
Dengan adanya kelompok-kelompok ini, maka terjadilah pergaulan hidup antara
anggota kelompok-kelompok itu dalam suatu waktu yang lama, dan terjadilah
asimilasi kebudayaan yaitu kebudayaan masing-masing kelompok saling
menyesuaikan diri, sehingga terbentuklah kebudayaan baru. Akan tetapi, hal itu tidak
selalu dapat berdampingan antara kebudayaan baru yang dibawa oleh penduduk
pendatang dengan budaya yang sudah ada di dalam wilayah penduduk asli.
Dengan terjadinya migrasi di kota Depok, penduduk kota Depok dapat
dikualifikasikan menjadi dua, yakni penduduk asli dan penduduk pendatang.
Penduduk asli merupakan penduduk kota Depok, yang memang dari awal menempati
wilayah Depok, dan menetap di kota Depok, wilayah ini meliputi wilayah Beji,
Pondok cina, Kukusan dan beberapa wilayah yang berada di Sawangan, sehingga
terciptalah masyarakat yang homogen.
5Sidi Gazalba, Antropologi Budaya II Gaya Baru, Cet.II, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hal. 141.
6Ibid. hal. 143.
62
Sedangkan penduduk pendatang ialah penduduk yang berasal dari para pendatang
dari berbagai kota, provinsi, pulau dan lain sebagainya seperti dari pulau Sumatera,
Jawa, dan lain sebagainya, kemudian tinggal di kota Depok dan tidak seluruhnya
menetap di kota Depok, para pendatang ini seringkali datang dan pergi, sehingga
terciptalah masyarakat yang heterogen berasal dari berbagai kota, provinsi, pulau dan
lain sebagainya.
Dengan adanya penduduk asli dan penduduk pendatang memiliki karakteristik
dan ciri khas yang berbeda di antara keduanya, sehingga ini mempengaruhi
perkembangan Aisyiyah kota Depok. Oleh karenanya, dalam melaksanakan program-
program kerjanya terdapat perbedaan bentuk dan perkembangan Aisyiyah kota Depok
antara yang di wilayah penduduk asli dengan yang di wilayah penduduk pendatang.
Salah satu contoh yang dapat dilihat pada Aisyiyah ranting Beji, dimana wilayah
Beji ini merupakan wilayah bagi penduduk asli. Wilayah penduduk asli ini memiliki
karakteristik yang kurang terbuka dan agak kaku, dalam arti mereka enggan membaur
dan bergabung apabila dianggap berbeda dengan yang biasa mereka lakukan, masih
sangat bergantung pada keputusan tokoh yang mereka anggap sebagai sesepuh
mereka.
Selain itu, pada sisi pengkaderan wilayah penduduk asli ini tidak mengizinkan
bagi anggota yang berasal dari penduduk pendatang apabila ingin masuk pada
struktur kepengurusan Aisyiyah meskipun ia memiliki kapasitas, menurut mereka
yang menjadi pengurus Aisyiyah haruslah berasal dari penduduk asli dan karirnya di
Aisyiyah haruslah dari dasar hingga mencapai tingkat yang tinggi, dan harus atas
persetujuan tokoh yang dianggap penting dan sudah sesepuh, apabila tidak memenuhi
63
persyaratan itu maka tidak diperbolehkan seseorang untuk menjadi pengurus
Aisyiyah di wilayah penduduk asli ini.7
C. Manajemen Organisasi
Menurut Shrone dan Voich, tujuan utama manajemen ialah produktivitas dan
kepuasan. Produktivitas merupakan ukuran kuantitas dan kualitas kerja dengan
mempertimbangkan kemampuan sumber daya. Produktivitas dibagi ke dalam 2
kategori, yaitu sebagai berikut8:
a. Produktivitas teknik, mengacu pada keefektifan dan efisiensi penggunaan
sumber daya, diukur dengan produktifitas fisik (kuantitas).
b. Produktivitas perilaku, merupakan sikap mental yang senantiasa berusaha
untuk berkembang, diukur berdasarkan nilai-nilai.
Struktur organisasi adalah rangkaian aturan yang menunjukkan hubungan antara
fungsi-fungsi organisasi yang meliputi pimpinan, tugas, wewenang, serta tanggung
jawab yang masing-masing memiliki peran dalam satu kesatuan yang utuh untuk
mencapai tujuan organisasi. Sebagai organisasi, Aisyiyah membutuhkan adanya
struktur organisasi yang sehat dan efisien. Struktur yang sehat berarti tiap-tiap satuan
organisasi dapat menjalankan perannya dengan tertib. Struktur organisasi yang efisien
yakni dalam menjalankan perannya, masing-masing satuan organisasi dapat mencapai
perbandingan terbaik antara usaha dan hasil kerja.
7 ibu Hj. Warnisma, M.Pd, Wawancara, Depok, 22 Agustus 2014.
8 Iwan Purwanto, Manajemen Strategi, (Bandung: CV. Yrama Widya, 2008), hal. 22-23.
64
Aisyiyah merupakan suatu organisasi formal dan juga informal. Suatu organisasi
belum tentu bekerja secara sehat dan efisien apabila hanya didasarkan pada struktur
formalnya, sedangkan segi informalnya diabaikan. Oleh karena itu, organisasi
informal merupakan sesuatu yang akan melengkapi segi formal dari organisasi
tersebut. Adapun peranan organisasi informal sebagai saluran informasi untuk
mempertajam perasaan dan keutuhan pribadi, percaya diri dan kebiasaan bertindak
kepada orang-orang yang tergabung dalam organisasi. Dengan demikian organisasi
informal bertujuan untuk memperlancar hubungan dalam melaksanakan kerja
organisasi.
Pada dasarnya pengertian formal dan informal tidak menunjukkan sah tidaknya
organisasi, juga tidak menunjukkan adanya dua macam organisasi. Dalam hal ini
organisasi tetap hanya satu bentuk, dengan wadah dua. Formal atau tidaknya sebuah
organisasi dapat diketahui dari strukturnya dalam anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga, sedangkan informal organisasi dapat diperoleh melalui pendekatan pribadi.
Dalam membentuk struktur organisasi, agar diperoleh struktur organisasi yang
sehat dan efisien, dibutuhkan berbagai azas organisasi yang berperan sebagai
pedoman untuk membentuk struktur organisasi yang sehat dan efisien dan sebagai
pedoman untuk melakukan kegiatan organisasi agar dapat berjalan lancar. Adapun
azas atau landasan struktur Aisyiyah ialah sebagai berikut:
1. SK Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang berupa kaidah-kaidahnya tentang
organisasi
2. AD dan ART Muhammadiyah
3. AD dan ART Aisyiyah
65
Dalam hal praktik manajemen dalam sebuah organisasi, permasalahan waktu
untuk para pengurus terkadang menjadi faktor internal timbulnya masalah, misalnya
apabila akan melakukan kegiatan rapat rutin ataupun rapat untuk mengadakan suatu
acara dan lain sebagainya. Masalah ini sebenarnya tidak menjadi masalah yang terlalu
serius, tidak terlalu mengganggu dalam melakukan rapat-rapat yang diadakan, karena
bisa diwakilkan dengan pengurus lainnya, akan tetapi dengan begitu ada beberapa
pengurus yang tugasnya menjadi rangkap sehingga kurang maksimalnya kerja yang
dilakukan oleh pengurus tersebut.
Persoalan manajemen waktu ini timbul dikarenakan banyak pengurus Aisyiyah
yang juga bekerja menjadi pegawai, karyawan dan lain sebagainya, oleh karenanya
terkadang sulit untuk mengatur waktu saat akan dilaksanakan rapat, waktunya sering
bentrok antara waktu bekerja dengan waktu rapat sehingga pengurus yang
bersangkutan dan memiliki suatu tugas berhalangan untuk hadir.
Untuk itu, dalam manajemen sebuah organisasi diperlukan adanya pengendalian,
sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana atau selaras dengan standar. Proses
pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan, rencana dan melakukan
tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan-penyimpangan, agar tujuan yang
dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan. Adapan cara-cara pengendalian,
diantaranya9:
1. Pengawasan langsung, yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri secara
langsung oleh seorang pimpinan.
9Ibid., hal. 67-70.
66
2. Pengawasan tidak langsung, yaitu pengendalian jarak jauh melalui laporan
yang diberikan oleh bawahan.
3. Pengawasan berdasarkan kekecualian, yaitu pengendalian yang khusus
dilakukan pada penyimpangan-penyimpangan yang luar biasa dari hasil
atau standar yang diharapkan.
D. Kepemimpinan (leadership)
Menurut G.R. Terry, kepemimpinan ialah kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi
orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan.10
Untuk itu dalam suatu
organisasi yang memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai, maka dibutuhkan seorang
pemimpin.
Macam-macam wewenang seorang pemimpin, antara lain:
1. Wewenang formal, yakni wewenang sah yang dimiliki seorang pemimpin
karena kedudukannya.
a. Wewenang yang diberikan oleh atasan kepada pimpinan yang lebih
rendah.
b. Wewenang yang mendasarkan diri pada pimpinan yang dipilih oleh
mereka yang akan menjadi bawahannya.
2. Wewenang karena wibawa yang dimiliki seseorang, misalnya karena
seseorang, misalnya karena usia, pendidikan, kepribadian, sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan kelompok dan kepuasan bawahan.
10
Ibid., hal. 63.
67
Dalam hal mengenai pemimpin Aisyiyah di kota Depok dipilih dan memiliki
wewenang sebagai seorang pemimpin karena wewenang yang mendasar pada
pimpinan yang dipilih oleh para anggota dan karena kapasitas yang dimiliki, salah
satunya dari segi pendidikan, akan tetapi terdapat sedikit masalah dalam hal
mengenai unsur-unsur komunikasi, yakni dalam hal pesan, yaitu informasi dan
perintah yang disampaikan. Artinya, dalam unsur informasi dan perintah kurang
sesuai dengan kadar dan porsinya sebagai seorang pemimpin, hal ini terlihat disaat
akan diadakan sebuah acara, sebagai seorang ketua dalam sebuah organisasi yang
masih melakukan penyebaran surat, seharusnya dalam unsur komunikasi yang baik
hal itu bukan bagian dari tugas seorang ketua dalam sebuah organisasi.
Selain itu, dari segi pengkaderan juga ditemukan bahwa terdapat kurangnya
partisipasi kaum mudanya, padahal seharusnya kaum muda dalam organisasi
Aisyiyah kota Depok juga dilibatkan dalam kegiatan ini agar ada inovasi-inovasi
baru, pemikiran-pemikiran baru, dan juga bagi kaum muda, khususnya bagi kaum
perempuannya dapat menjadikan organisasi Aisyiyah sebagai salah satu wadah untuk
belajar Islam, khususnya mengenai bagaimana hak dan kewajiban perempuan di
dalam ajaran Islam, mengingat fenomena kondisi kaum muda yang terjadi, khususnya
pada kaum perempuan banyak yang telah menyimpang dari sisi prilakunya banyak
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, misalnya dari segi prilaku seperti sopan santun
cara berprilaku kepada orang tua, cara bergaul, dan lain sebagainya.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mayoritas masyarakat kota Depok menganut agama Islam, namun demikian
pemahaman mereka mengenai ajaran Islam cukup minim, khususnya kaum
perempuannya. Hal ini dapat diketahui dari segi keagamaan, banyak masyarakat yang
telah banyak menyimpang dari ajaran Islam, seperti adanya benda-benda berhala di
sekitar rumah masyarakat, kemudian selain itu juga banyak masyarakat yang tidak
dapat membaca Al-Qur’an, bahkan belum mengenal huruf, khususnya huruf Arab.
Dari segi pendidikan masyarakat kota Depok saat itu dapat dikatakan masih rendah,
karena masih banyak yang berhenti sekolah pada tingkat sekolah dasar. Selain itu,
dari sisi ekonomi mayoritas masyarakat di wilayah ini berasal dari golongan
menengah ke bawah. Untuk itu, melihat berbagai persoalan yang ada di masyarakat
kota Depok, Aisyiyah didirikan di kota Depok oleh pendirinya, yakni ibu Hj. Ummi
Kulsum.
Aisyiyah kota Depok bermula dari ranting Beji Timur yang mayoritas
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Aisyiyah kota Depok telah berdiri
pada tahun 1975 dalam bentuk ranting Beji Timur, dan menjadi tingkat Daerah
(PDA) kota Depok pada tahun 1994. Pada awal didirikannya Aisyiyah di ranting Beji
Timur ini, pendirinya mengadakan kegiatan pengajian, memberikan ceramah yang
materinya mengenai ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist, memberikan
pemahaman tentang keorganisasian Aisyiyah, serta mengajarkan keterampilan seperti
69
belajar menjahit, yang diadakan di kediaman ibu Hj. Ummi Kulsum, yakni pendiri
Aisyiyah kota Depok.
Adapun peran serta kontribusi Aisyiyah kota Depok bagi pemberdayaan
masyarakat Islam, khususnya kaum perempuan di kota Depok diwujudkan melalui
Amal Usaha Aisyiyah di bidang pendidikan, majelis tabligh, serta kesejahteraan
sosial. Dalam bidang pendidikan, Aisyiyah kota Depok menyadari pentingnya unsur-
unsur pendidikan bagi pembinaan generasi muda sejak usia dini, oleh karenanya
Aisyiyah kota Depok mewujudkannya melalui diselenggarakannya lembaga Bustanul
Athfal Aisyiyah atau taman kanak-kanak Aisyiyah yang hingga saat ini sudah
mencapai sebanyak 24 TK Aisyiyah. Dalam bidang majelis tabligh, Aisyiyah kota
Depok menyelenggarakan pengajian-pengajian yang diadakan di setiap ranting,
cabang, serta di tingkat Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota Depok, serta
mengadakan pembinaan bagi para mubaligh. Dalam bidang kesejahteraan sosial,
mendirikan panti asuhan yang bekerja sama dengan Muhammadiyah kota Depok.
Akan tetapi, terdapat Amal Usaha Aisyiyah kota Depok yang tidak berjalan dengan
sebagaimana mestinya, seperti dalam bidang ekonomi, kesehatan dan lainnya.
Beberapa Amal Usaha Aisyiyah kota Depok yang sudah tidak berjalan
sebagimana mestinya dikarenakan adanya faktor-faktor yang menjadi penghambat, di
antaranya:
1. Adanya faktor hambatan budaya (kultur);
2. Adanya faktor kepemimpinan (leadership);
3. Adanya faktor manajemen waktu dalam kepengurusan organisasi Aisyiyah.
70
Melihat kondisi yang seperti itu, tentunya bukan hal yang mudah seperti
membalikkan telapak tangan bagi para perintis Aisyiyah dalam memperbaiki kondisi
masyarakat kota Depok dan mensyiarkan dakwah amar makruf nahi munkar. Namun,
tetap melakukan upaya dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
dan mengaplikasikan nilai-nilai ke-Aisyiyahan.
B. Saran-saran
1. Dengan terungkapnya sejarah serta perkembangan Aisyiyah di kota Depok,
penulis mengharapkan agar ada peneliti selanjutnya yang meneruskan penelitian
ini, khususnya pembahasan Aisyiyah kota Depok dari sisi yang lainnya,
misalnya dengan pendekatan politik ataupun yang lainnya.
2. Terungkapnya mengenai peran serta kontribusi Aisyiyah di kota Depok
diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kaum perempuan khususnya, agar dapat
berpartisipasi dan berkontribusi dalam ruang publik. Dan untuk organisasi
Aisyiyah kota Depok dapat menjadi barometer atau alat ukur, sudah sejauh mana
program-program kerja Aisyiyah yang diimplementasikan melalui amal usaha
Aisyiyah.
3. Dengan ditemukannya faktor-faktor yang menjadi hambatan Aisyiyah,
diharapkan dapat memberikan solusi bagi organisasi Aisyiyah. Solusi tersebut di
antaranya:
a. Agar Aisyiyah kota Depok dapat mengadakan kegiatan-kegiatan lainnya
yang lebih menarik perhatian serta melibatkan peran para pemuda di kota
71
Depok, sehingga kaum pemuda di kota Depok dapat ikut berpartisipasi dalam
organisasi Aisyiyah kota Depok.
b. Untuk wilayah penduduk asli kota Depok yang kurang terbuka dengan hal-
hal seperti pemikiran yang berbeda dengan yang dipegang oleh masyarakat,
penulis menyarankan agar dapat lebih melakukan pendekatan lagi melalui
berbagai kegiatan dalam Aisyiyah yang sekiranya dapat menarik perhatian
dan disukai masyarakat penduduk asli, ataupun melakukan pendekatan
terhadap tokoh masyarakat penduduk asli yang disegani.
Demikianlah kesimpulan ini dibuat, dengan harapan agar tulisan ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca secara umum. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulisan yang selanjutnya
dapat lebih baik lagi.
72
KEPUSTAKAAN
Data Tertulis
Abdullah, Yusuf, Perjuangan dan Pengabdian Muhammadiyah, Jakarta: Pustaka
Antara, 1989.
Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999. Cet. II.
,Metodologi Penelitian Sejarah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2007. Cet. I.
Adawiyah, Rabi’atul, Peran Sosial Politik Aisyiyah Pada Masa Pergerakan Nasional
Sampai Orde Lama (1917-1965), Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ‘Aisyiyah, Yogyakarta: Pimpinan
Pusat ‘Aisyiyah, 2012, Cet. Ke-16.
Asrofie, Yusron, K.H.A. Dahlan: Pemikiran dan Kepemimpinannya, Yogyakarta:
Yogya Offset, 1983.
Burhanuddin, Jajat, ed., Ulama Perempuan Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2001.
Fauzia, Amelia, dkk., Tentang Perempuan Islam: Wacana dan Gerakan, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Gazalba, Sidi, Antropologi Budaya II Gaya Baru, Jakarta: Bulan Bintang, 1974. Cet.
II.
Hadikusumo, Djarnawi, Aliran Pembaharuan Islam Dari Jamaluddin Al-Afghani
Sampai K.H.A. Dahlan, Jogjakarta: Persatuan, t.t.
Kamal, Musthafa dan Darban, Ahmad Adaby, Muhammadiyah Sebagai Gerakan
Islam (Dalam Perspektif Historis dan Ideologis), Yogyakarta: LPPI, 2002.
73
Karim, M. Rusli, Muhammadiyah Dalam Kritik dan Komentar, Jakarta: Rajawali,
1986.
Kartodirdjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Soisial Dalam Metodologi Sejarah, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Munir, Abdul, Pemikiran Kyai Haji Ahmad dan Muhammadiyah Perspektif
Perubahan Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1990.
Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Depok, Profil Pimpinan Daerah Aisyiyah
Kota Depok, Depok, 2012.
Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Sejarah Perumbuhan dan Perkembangan ‘Aisyiyah,
Yogyakarta: t.t.
Purwanto, Iwan, Manajemen Strategi, Bandung: CV. Yrama Widya, 2008. Cet. II.
Qazan, Shalah, Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan, Solo: Era
Intermedia, 2001.
Salam, Solichin, K.H.A. Dahlan Reformer Islam Indonesia, Jakarta: Djajamurni,
1962.
Salman, Ismah, “Strategi dan Politik Dakwah Muhammadiyah (Suatu Kajian
Pengantar), Mimbar Agama dan Budaya”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol.
XIX, no.1, 2002.
Samsuddin, Din, Muhammadiyah Kini dan Esok, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990.
Sihbudi, M. Riza, Indonesia Timur Tengah: Masalah dan Prospek, Cet. I, Jakarta:
Gema Insani Press, 1977.
Surat Putusan Pengesahan Organisasi yang dikeluarkan oleh Pimpinan Pusat
‘Aisyiyah di Yogyakarta pada tanggal 26 November 1994.
Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan, Jakarta: Depdikbud, 1977.
Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah
Malang, Muhammadiyah: Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha, Malang: PT.
Tiara Wacana Yogya dan Universitas Muhammadiyah Malang, 1990.
74
Tjandrasasmita, Uka, Arkeologi Islam Nusantara, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,
2009.
Yasin, Maisar Binti, Wanita Karier Dalam Perbincangan, Cet.I, Jakarta: Gema Insani Press,
1997.
Wawancara
Ibu Hj. Ummi Kalsum, tokoh pendiri Aisyiyah kota Depok.
Ibu Dra. Hj. Warnisma, M.Pd., ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Depok.
Bapak Drs. H. Farkhan, ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Depok.
Sumber Elektronik
http://websitekotadepok.wordpress.com/2013/02/05/peta-kota-depok-jawa-barat/
http://www.depok.go.id/profil-kota/geografi
http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1063
http://www.academia.edu/8409804/Merayakan_Hari_Kartini
75
76
77
78
79
80
81
82
Hasil Wawancara Dengan Ibu Hj. Ummi Kulsum, Selaku Tokoh Pendiri
Aisyiyah Kota Depok
Pada hari Sabtu 5 Juli 2014 Pukul 13.00-14.30 WIB.di Kediaman Ibu Ummi Kulsum, Jl.
Ahmad Dahlan, Beji Timur
Tanya : Kapan Aisyiyah kota Depok didirikan?
Jawab : Aisyiyah kota Depok berawal dari Ranting
Beji Timur yang didirikan tahun 1975.
Tanya :Apa maksud didirikannya Aisyiyah di kota Depok saat itu?
Jawab : Untuk memberikan pelajaran, pengertian berorganisasi dan
kesadaran mengenai pemahaman keagamaan.
Tanya : Siapa saja tokoh pendirinya?
Jawab : Ibu Hj. Ummi Kalsum bersama dengan Ibu Hj. Mayani, Ibu
Masnun, Ibu Rofi’ah dan Ibu Rumianah.
Tanya : Sejak kapan Ibu aktif dalam Organisasi Aisyiyah?
Jawab: Aktif sejak 1965. Saat itu, aktif dalam kegiatan Nahsiyatul Aisyiyah di kota Bandung.
Tanya : Apa yang melalatar belakang didirikannya Aisyiyah diKota Depok?
Jawab : Ada beberapa alas an yang menjadi latar belakangdidirikannya Aisyiyah di
kota Depok, yakni karena melihat berbagai persoalan yang ada di masyarakat,
seperti minimnya pemahaman masyarakat mengenai ajaran Islam, bahkan
masih ada yang percaya terhadap benda-benda berhala, seperti keris, kemudian
menggantung benda-benda berhala yang dianggap dapat melindungi dan
membawa rezeki kepada mereka, kemudian dari segi pendidikan
83
masyarakatnya banyak yang putus sekolah, lembaga pendidikan di wilayah ini
pun masih sangat sedikit, dan dari segi ekonomi juga masyarakatnya masih
berasal dari menengah ke bawah, banyak yang bekerja sebagai petani dan
buruh, kemudian kaum perempuannya pun belum benyak yang memiliki
keterampilan. Kemudian, organisasi Asyiyah belum ada di wilayah ini.untuk
itu, melihat berbagai persoalan yang ada di masyarakat Depok ini, Aisyiyah
didirikan agar dapat bagian yang berperan serta untuk menjawab berbagai
persoalan yang ada di masyarakat.
Tanya : Bagaimana respon masyarakat pada saat didirikannya Aisyiyah di kotaDepok?
Jawab : Pada awal didirikannya Aisyiyah di kota Depok, terdapat respon yang
kurang baik dari masyarakat sekitar terhadap Aisyiyah. Berbagai respon itu
dilakukan, yang salah satunya pada saat menjelang pelaksanaan shalat Idul
Adha, lapangan dimana tempat akan dilaksanakannya shalat Idul Adha oleh
jemaah Muhammadiyah dan Aisyiyah, dikotori oleh masyarakat. Hal ini
dikarenakan, banyak dari mereka yang belum mengetahui dan memahami
tentang Muhammadiyah dan Aisyiyah.Namun, seiring berjalannya waktu dan
mereka semakin mengenal dan memahami, organisasi Muhammadiyah dan
Aisyiyah mendapat respon yang posirtif dari masyarakat.
Tanya : Apa saja Amal Usaha yang telah dilakukan?
Jawab : 1. Amal usaha bidang Pendidikan : mendirikan tamankanak-kanak Aisyiyah
Bustanul Aisyiyah dan ada yang mengikuti penataran dalam bidang
pendidikan.
84
1. Amal usaha dalam bidang Tabligh :mendirikan Majelis Taklim Aisyiyah,
dan mengadakan penataran Mubaligh.
2. Amal usaha dalam bidang Ekonomi : mengadakan simpanpinjam untuk
para anggota Aisyiyah. Akan tetapi, sekarang amal usaha ini sudah tidak
berjalan.
3. Amal usaha dalam bidang Sosial : mendirikan panti asuhan yang bekerja
sama dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Depok, memberi
bantuan kepada para anggota Aisyiyah maupun kepada masyarakat sekitar
yang tertimpa musibah, dan mengadakan tamasya dakwah. Dan di bidang-
bidang tersebut diberikan pelatihan-pelatihan.
Tanya : Berasal dari mana saja anggota Aisyiyah di kota Depok?
Jawab : anggota Aisyiyah kota Depok berasal dari masyarakatsekitar Depok.
Tanya : Bagaimana kondisi masyarakat dan lingkungan masyarakat kota Depok
sebelum didirikannya Aisyiyah?
Jawab : kondisi masyarakat dan lingkungan masyarakatnya pada saat itu, dalam segi
pendidikan masyarakatnya masih sangatrendah, salah satunya banyak
masyarakatnya yang tidaklulus sekolah dasar. Dan dari segi yang lain,
masyarakatnyajuga kurang mengerti tentang organisasi, sehingga belumada
organisasi ke-Islaman yang didirikan di wilayah itu,salah satunya organisasi
Aisyiyah yang belum ada diwilayah kota Depok, sehingga didirikanlah Aisyiyah
diwilayah ini.
Tanya : Adakah masalah yang timbul pada Aisyiyah di kota Depok?, jika ada, apa saja
masalahnya?
85
Jawab : tentunya, pasti ada masalah-masalah yang timbul padaorganisasi Aisyiyah di
kota Depok, di antaranya:
1. Pernah adanya perbedaan pemahaman Keagamaan, sehingga pernah
membuat terjadinya sedikit konflik, namun seiring berjalannya
waktu, keduanya semakin mengenal dan memahami satu sama
lainnya saling memberikan respon yang positif.; 2. Masalah
pengkaderan, kurangnya partisipasi kaum mudanya.; 3. Masalah
mengenai waktu yang terkadang bentrok dengan jadwal Ibu-Ibu
dikarenakan banyak Ibu-Ibu yang kerja..kemudian, ada beberapa
pengurus yang menjabat kepengurusan di organisasi lainnya,
sehingga terkadang Ibu-Ibu sulit untuk mengatur jadwalnya.
Tanya : Bagaimana Aisyiyah kota Depok mengatasimasalah yang timbul?
Jawab : organisasi Aisyiyah dalam mengatasi berbagai masalah yangtimbul dengan cara
rapat, musyawarah yakni para pengurusberkumpul untuk berdiskusi dan mencari
pemecahan permasalahannya, hingga mendapatkan sebuah solusi bagi
pemecahan permasalahannya.
Interview Interviewer
Ibu Hj. Umi Kultsum Dian Rahmayanti
86
Hasil Wawancara Dengan Ibu Dra. Hj. Warnisma, M.Pd., Selaku Ketua
Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Depok 2010-2015
Pada hari Jum’at 22 Agustus 2014 Pukul 09.00-11.45 di Kediaman Ibu Warnisma Jl.
Gandaria III no.91, Depok II Tengah
Tanya : Kapan Aisyiyah Kota Depok didirikan?
Jawab : Aisyiyah kota Depok resmi menjadi tingkat Pimpinan Daerah
Aisyiyah (PDA) kota Depok pada tahun 1994, yang pada
mulanya berawal dari Ranting Beji Timur (1975).
Tanya : Apa visi dan misi didirikannya Aisyiyah kota Depok?
Jawab : Didirikannya Aisyiyah di kota Depok, tentunya beracuan
pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Aisyiyah
yang terkandung dalam Bab III Pasal 7 dan Pasal 8.
Tanya : Amal Usaha apa saja yang dilakukan Aisyiyah kota Depok?
Jawab : Amal Usaha Aisyiyah kota Depok, di antaranya:
Mendirikan sekolah-sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal,
antara lain: Cabang Beji, TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1, 2,
dan 3; Cabang Sukmajaya dan Cimanggis: TK Aisyiyah
Bustanul Athfal 8, 9, 10, 11, TPA Aisyiyah Ahmad Dahlan,
TPA Cisalak, Cisalak Pasar, Abadi Jaya, Mekarjaya; Cabang
Depok Barat: TK Aisyiyah Bustanul Athfal 5, 6,7, 13, 21;
Cabang Sawangan: TK Aisyiyah Bustanul Athfal 14, 15, 16,
17, 18, dan 3 Diniyah Aisyiyah. Selain itu, terdapat juga
87
Pengajian (Tabligh) yang diadakan di setiap Ranting pada
setiap minggu sekali, pada setiap Cabang diadakan setiap
dua minggu sekali, serta Pengajian (Tabligh) di tingkat
Daerah satu bulan sekali. Dalam bidang kesejahteraan,
terdapat Panti Asuhan yang bekerja sama dengan
Muhammadiyah kota Depok.
Tanya : Apa yang membedakan sekolah-sekolah Aisyiyah dengan
sekolah yang lainnya?
Jawab : yang membedakan sekolah Aisyiyah dengan sekolah lainnya
ialah dari segi tujuannya, karena didirikannya sekolah
Aisyiyah bertujuan untuk membentuk generasi muslim yang
berakhlakul karimah, yang diseimbangi dengan ilmu
pengetahuan, sehingga kelak bermanfaat bagi masyarakat dan
Negara.
Tanya : Bagaimana respon masyarakat saat awal didirikan sekolah
Aisyiyah di kota Depok?
Jawab : Respon dari masyarakat cukup baik dan positif, karena masyarakat merasakan
manfaat yang baik dari didirikannya
sekolah Aisyiyah di kota Depok ini.
Tanya : Apakah para murid selain kegiatan belajar juga dibina
pembentukan kader Aisyiyah kota Depok?
Jawab : Iya, dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah Aisyiyah
terdapat kurikulum mengenai nilai-nilai ke-Aisyiyahan, dan
88
tentunya karena murid yang diajarkan adalah anak usia dini,
nilai-nilai ke-Aisyiyahan yang diajarkan disesuaikan untuk
anak-anak. Misalnya, adab-adab dalam ajaran Islam, di
antaranya mengajarkan doa-doa, cara berpakaian seorang
muslim, manasik haji yang disesuaikan kepada anak-anak,
dan lain sebagainya.
Tanya : Berapa jumlah Cabang dan Ranting Aisyiyah kota Depok?
Jawab : Jumlah Cabang Aisyiyah di kota Depok ada sebanyak 7
Cabang yang terdiri dari 28 Ranting, di antaranya:
Cabang Beji: Kukusan, Beji Timur, Kukusan Timur,
Pondokcina.
Cabang Depok Barat: Rawadenok, Cipayung, Pulo,
Parungbingung, Jemblongan.
CabangCimanggis: Cisalak Pasar, Tugu, Sukatani.
Cabang Sukmajaya: Cisalak Kota, Mekarjaya, Abadijaya, Bhaktijaya,
Sukmajaya, Grand Depok City.
Cabang Pancoranmas: Pancoranmas, Depok Jaya Barat, DepokJaya, Depok
Jaya Tengah.
Cabang Sawangan: Sawangan Utara, Kampung Bulu, Kampung Bulak,
Cinangka, Cipayung, Sawangan Kaum.
Cabang Limo: Meruyung, Limo, Cinere.
89
Tanya : Adakah masalah yang dihadapi Aisyiyah kota Depok?, Jika
ada, apa saja masalah yang ada di Aisyiyah kota Depok?
Jawab : Masalah yang ada di Aisyiyah kota Depok ialah, 1. masalah
manajemen waktu bagi kebanyakan pengurus Aisyiyah,
karena banyak pengurus Aisyiyah yang bekerja sebagai
pegawai ataupun yang lainnya, serta ada juga yang juga
menjadi pengurus di tempat lainnya, untuk itu pada saat akan
diadakan kegiatan, acara ataupun mengadakan rapat sering
terjadi bentrok sehingga pengurus yang bersangkutan tidak
dapat hadir.2. Masalah mengenai pengkaderan, yakni masalah kurangnya
partisipasi dari kaum muda. 3. Masalah kurang terbukanya penduduk asli kota
Depok terhadap pemikiran dari luar wilayah penduduk asli.
Interview Interviewer
Ibu Hj. Dra. Warnisma, M.Pd. Dian Rahmayanti
90
Hasil Wawancara Dengan Bapak Drs. H. Farkhan A.R., Selaku Ketua
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Depok
2010-2015
Pada hari Rabu 30 September 2014 Pukul 13.05-13.20 di Kantor Muhammadiyah Kota
Depok, Jl. H. M. Usman, Kukusan-Depok.
Tanya : Bagaimana pandangan Bapak mengenai Aisyiyah kota depok, yakni mengenai
kontribusinya kepada masyarakat?
Jawab : Sejauh ini, Aisyiyah sebagai organisasi telah menjalankan
tugasnya dengan baik melalui program-program Amal Usaha
Aisyiyah untuk masyarakat kota Depok. Berbagai Amal
Usaha Aisyiyah dilakukan untuk mewujudkan kehidupan
masyarakat yang sebenar-benarnya sesuai dengan AlQur’an
dan Hadist.
Tanya : Bagaimana hubungan PDA kota Depok dengan PDM kota Depok?
Jawab : Hubungan silaturrahmi Aisyiyah kota Depok dengan PDM kota Depok berjalan
dengan baik, saat ada acara ataupun hallainnya, satu sama lin saling mendukung
dan membantu. Misalnya, ketika ada acara di tingkat PDA kota Depok, PDM
selalu diundang dan datang, serta mmemberikan bantuin ketika dibutuhkan oleh
PDA kota Depok.
Interview Interviewer
Bapak H. Drs. Farkhan. A.R. Dian Rahmayanti
91
Tokoh Pendiri Aisyiyah kota Depok
Gambar 1. Pendiri Organisasi Aisyiyah Kota Depok, Ibu Hj. Ummi Kulsum
92
Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Depok
Gambar. Ibu Hj. Ummi Kulsum, Ketua PDA kota Depok Periode ke-II, Tahun
2000-2005.
Gambar 2.Ketua Aisyiyah Kota Depok Periode ke-III dan ke-IV, Tahun 2005-
2010 dan 2010-2015.
93
Amal Usaha Aisyiyah Kota Depok
1. Amal Usaha Aisyiyah kota Depok Bidang Pendidikan
Gambar. TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Gambar. TK AisyiyahBustanul Athfal 4
Gambar.TK Aisyiyah Bustanul Athfal 8
94
2. Amal Usaha Aisyiyah kota Depok Bidang Tabligh
Gambar. Pengajian Aisyiyah tingkat Daerah kota Depok, yang dilaksanakan setiap satu bulan
sekali.
Gambar. Pengajian yang diadakan di tingkat Ranting, Cabang Aisyiyah kota Depok.
95
Gambar.3 Kantor PDA kota Depok