39
Administrasi Kebijakan dan Kesehatan Rabu, 04 Januari 2012 Analisis Kinerja Perawat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas, pada dasarnya adalah organisasi jasa pelayanan umum. Oleh karenanya rumah sakit atau puskesmas perlu memiliki karakter mutu pelayanan prima sesuai dengan harapan pasien, selain memberikan pelayanan medis yang bermutu. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan mencantumkan bahwa setiap profesi kesehatan harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar profesi. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam suatu organisasi yang dapat menentukan tercapainya tujuan organisasi dalam mencapai tujuan, merekalah yang menentukan maju mundurnya suatu organisasi dan kemampuan terpadu dari daya fikir dan daya fisik yang dimiliki individu,

Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

  • Upload
    inosu

  • View
    305

  • Download
    14

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

Administrasi Kebijakan dan KesehatanRabu, 04 Januari 2012

Analisis Kinerja Perawat

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas, pada

dasarnya adalah organisasi jasa pelayanan umum. Oleh karenanya rumah sakit atau

puskesmas perlu memiliki karakter mutu pelayanan prima sesuai dengan harapan

pasien, selain memberikan pelayanan medis yang bermutu. Hal ini sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan mencantumkan bahwa

setiap profesi kesehatan harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar

profesi.

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam

suatu organisasi yang dapat menentukan tercapainya tujuan organisasi dalam

mencapai tujuan, merekalah yang menentukan maju mundurnya suatu organisasi

dan kemampuan terpadu dari daya fikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku

dan sikapnya dipengaruhi oleh lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya

dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya (Sarti, 2010).

Organisasi pada dasarnya adalah suatu sistem yang mengatur kerjasama

antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Didalam

suatu organisasi tidak luput dari persoalan, karena persoalan organisasi adalah

Page 2: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

persoalan manusia. Sehingga sumber daya manusia memegang peranan yang

penting dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan (Azwar,

1996).

Seperti yang kita bicarakan pada paragraf diatas bahwasannya sumber daya

manusia merupakan salah satu faktor yang terpenting yang harus diperhatikan

dalam suatu organisasi karena merekalah kunci utama kesuksesan organisasi

dimasa sekarang dan mendatang. Dengan memiliki tenaga kerja yang

berkompetensi dan memiliki motivasi tinggi organisasi telah mempunyai aset yang

sangat mahal, yang sulit dinilai dengan uang.

Ketersediaan sumber daya manusia dalam sistem kesehatan. Tenaga

kesehatan merupakan orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan.

Tahapan dalam mencapai ketersediaan sumber daya tenaga kesehatan yaitu mulai

dari perencanaan, tahap pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga

pada tempat pelayanan kesehatan ( Adisasmito, 2010).

Faktor tenaga kerja adalah yang paling unik karena manusia memiliki perilaku

dan perasaan, memiliki akal budi dan mempunyai tujuan-tujuan pribadi, bila

organisasi mampu mengelolah dengan baik, mendayagunakan secara optimal,

tenaga kerja yang berkompetensi dan memiliki motivasi, akan memiliki semangat

kerja tinggi sehingga kinerjanya juga menjadi lebih baik yang pada akhirnya akan

mencapai sasaran seperti yang diharapkan.

Menyadari bahwa manusia adalah faktor penentu dan menjadi pusat

perhatian setiap kegiatan operasionalnya, maka setiap organisasi dituntut

mengelolah sumber daya manusia yang ada agar tujuan yang diharapkan dapat

dicapai dengan selalu berorientasi pada penggunaan sumber daya manusia yang

lebih efektif dan efisiensi.

Pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya

berupaya melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu prioritasnya

adalah pembangunan di segala bidang kesehatan, pemerintah melakukan upaya-

upaya pembangunan kesehatan secara merata di seluruh wilayah yang bermutu dan

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat ( Sarti, 2010).

Page 3: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

Puskesmas merupakan suatu kesatuan kesehatan fungsional yang berfungsi

sebagai 1) pusat pengembangan kesehatan masyarakat, 2) pembina peran serta

masyarakat, 3) memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Pelayanan keperawatan pada puskesmas merupakan salah satu pelayanan

yang sangat penting dan berorientasi pada tujuan yang berfokus pada penerapan

asuhan keperawatan yang berkualitas, sehingga dapat memberikan suatu

pelayanan yang berkualitas kepada pasien yang menggunakan jasa.

Kemampuan memberikan pelayanan asuhan keperawatan secara profesional

sesuai standar keperawatan sangat tergantung pada bagaimana kinerja perawat

dalam menerapkan asuhan keparawatan. Ketidakpuasan pasien terhadap asuhan

keperawatan diasumsikan kinerja perawat yang kurang baik yang disebabkan oleh

kualitas pendidikan perawat yang rendah dan kurangnya pengalaman kerja perawat

( Widoyoko, 2011).

Tenaga perawat yang merupakan “The Caring Profession” mempunyai

kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan, karena

pelayanan yang diberikan berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual

merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan

berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibandingkan pelayanan lainnya

(Departemen Kesehatan RI, 2001).

Puskesmas Pundata Baji merupakan puskesmas rawat jalan dan rawat inap,

Puskesmas Pundata Baji adalah salah satu dari tiga Puskesmas dalam wilayah

Kecamatan Labakkang yang berjarak lebih 8 km dari ibu kota kabupaten Pangkep.

Luas wilayah Kerjanya 26,44 km2 yang terdiri atas 4 desa/kelurahan yaitu Pundata

Baji, Borimasunggu, Manakku dan Bontomanai denagan jumlah KK sebanyak 3.092.

 Fasilitas pelayanan yang disediakan meliputi poli umum, gigi, KIA (Kesehatan

Ibu dan Anak), Gizi. Adapun pelayanan penunjang yang tersedia guna membantu

dan menunjang pelayanan berupa laboratorium sederhana untuk pemeriksaan

hemoglobin, sputum/dahak pada TB dan golongan darah (Profil Puskesmas Pundata

Baji, 2010).

Page 4: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

 Masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Pundata Baji dengan perilaku

hidup sehat masih kurang, perlunya pembangunan kesehatan yang bersifat promotif

dan preventif  tetapi tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif, perlunya

program kerja yang berkesinambungan sesuai dengan hasil penilaian kerja

puskesmas, sebagai instrumen mawas diri dan diharapkan puskesmas dapat menilai

kinerjanya secara mandiri dan meliputi penilaian pencapaian hasil cakupan (out put)

serta mutu pelayanan (out come) dari kegiatan  utama puskesmas yang telah

ditetapkan ditingkat  kabupaten/kota dan kegiatan pengembangan dalam rangka

penerapan fungsi puskesmas melalui pendekatan kesehatan masyarakat

Dari laporan penilaian mutu kinerja Puskesmas Pundata Baji bahwa pada

tahun 2009 dan 2010 terjadi penurunan kinerja. Ini terlihat dari nilai rata-rata mutu

kinerja puskesmas Pundata Baji pada tahun 2009 (9,33) masuk  dalam kategori baik

sedangkan  tahun 2010 (8,00) masuk dalam kategori sedang. Untuk kegiatan

manajemen Puskesmas Pundata Baji juga mengalami penurunan, terlihat pada

lampiran kegiatan manajemen dalam penilaian kinerja puskesmas pada tahun 2009

dan 2010 berturut-turut 9,7 dan 8,4 yang masuk dalam kategori mutu baik pada

tahun 2009 dan mutu sedang pada tahun 2010.

Dalam rangka analisis situasi keperawatan yang terkait dengan berbagai

masalah dan perkembangan kesehatan, Direktorat Pelayanan Keperawatan Depkes

bekerja sama dengan WHO mengadakan penelitian tentang pelayanan keperawatan

yang dilakukan pada tahun 2000 di Provinsi Kalimantan Timur, Sumatera Utara,

Sulawesi Utara, Jawa Barat dan DKI, menunjukkan gambaran sebagai berikut: 1)

70,9% perawat selama 3 tahun terakhir tidak pernah mengikuti pelatihan, 2) 39,8%

perawat masih melakukan tugas-tugas non keperawatan. 3) 47,4% perawat tidak

memiliki uraian tugas secara tertulis dan 4) belum dikembangkan monitoring dan

evaluasi kinerja perawat secara khusus.

Berdasarkan kondisi tersebut dan dalam rangka mengembangkan

profesionalisme perawat, Direktorat Pelayanan Keperawatan bersam WHO dan

UGM pada tahun 2011 mengembangkan suatu model peningkatan kinerja perawat

di puskesmas dan rumah sakit  yang kemudian di kenal sebagai “Pengembangan

Page 5: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

Kinerja” (PMK). Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada bulan Januari-Maret 2003

menunjukkan adanya kinerja perawat setelah mengikuti kegiatan PMK baik di rumah

sakit maupun di puskesmas (Menteri Kesehatan RI, 2005).

Oleh sebab itu sangatlah penting bagi Puskesmas Pundata Baji untuk

memperhatikan karyawannya terutama masalah kompetensi dan motivasi karyawan

dalam rangka peningkatan kinerjanya, karena dengan memperhatikan hal tersebut

secara tidak langsung memberi dorongan kepada karyawannya dalam melakukan

pekerjaannya.

Puskesmas Pundata Baji, harus memberikan peningkatan kompetensi kepada

karyawannya berupa keterampilan-keterampilan misalnya dalam penggunaan

peralatan /fasilitas-fasilitas yang terbaru dimana jaman sekarang peralatan yang

digunakan sudah semakin canggih dan itu bisa disalurkan lewat pelatihan-pelatihan

kepada karyawannya. Dengan demikian Puskesmas Pundata Baji dapat

memaksimalkan sumber daya manusia yang dimiliki dan yang mempunyai

kompetensi tinggi dengan keterampilan yang profesional dibidangnya.

Pada dasarnya setiap organisasi, bukan saja mengharapkan karyawan yang

mampu, cakap dan terampil tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan

berkeinginan mencapai hasil kerja yang optimal. Untuk itu hendaknya agar karyawan

(petugas kesehatan) mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas dan

pekerjaannnya. Disinilah pentingnya peran motivasi untuk mendorong semangat

kerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Di dalam organisasi, karyawan mempunyai kebutuhan dan keinginan

misalnya karyawan menghendaki tempat kerja yang aman serta mendapat cukup

udara yang segar penerangan yang baik. Pemberian tempat kerja yang

menyenangkan berarti pula menimbulkan semangat kerja karyawan, cara demikian

dapat terhindar dari pemborosan waktu dan merosotnya kesehatan, puskesmas

harus menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan.

Motivasi pada suatu organisasi bertujuan untuk mendorong semangat kerja

para karyawan agar mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan

dan keterampilan demi terwujudnya suatu organisasi. Rendahnya motivai kerja

Page 6: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

pegawai akan berdampak secara langsung pada buruknya kinerja dan produktifitas

tenaga kesehatan. Jika motivasi kerja tidak ditata dan ditingkatkan akan menjadi

penghalang dalam upaya pencapaian tujuan organisasi dan berdampak buruk bagi  

organisasi dan masyarakat luas (Sarti, 2010).

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan berbagai macam faktor yang

mempengaruhinya yaitu tingkat pendidikan, pengetahuan, beban kerja, pelatihan

dan masa kerja. Hal ini dikarenakan bahwa banyak perawat melaksanakan asuhan

keperawatan memiliki pendidikan, motivasi kerja, beban kerja dan pelatihan yang

mendukung terciptanya kinerja mengalami masalah dalam aplikasi dilapangan

berupa keterlambatan atau banyaknya proses pengisian asuhan keperawatan yang

tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pihak rumah sakit atau puskesmas

(Joeharno, 2008).

Oleh karena itu, peningkatan kompetensi dan motivasi perlu diperhatikan,

semuanya itu diharapkan dapat meningkatkan kinerja perawat. Dari latar belakang

tersebut, maka dalam penelitian ini diberi judul “Analisis Kinerja Perawat di

Puskesmas Pundata Baji Kab. Pangkep Tahun 2012”

B.   Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian adalah “Adakah hubungan antara kompetensi dan

motivasi terhadap kinerja perawat?”.

C.   Tujuan Penelitian

1.    Tujuan Umum

Untuk menganalisis hubungan antara kompetensi dan motivasi terhadap kinerja

perawat di Puskesmas Pundata Baji Kab. Pangkep Tahun 2012

2.    Tujuan khusus

a.    Untuk menganalisis hubungan antara kompetensi (keterampilam, pengetahuan, dan

sikap) terhadap kinerja perawat di Puskesmas Pundata Baji Kab. Pangkep Tahun

2012

Page 7: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

b.    Untuk menganalisis hubungana antara motivasi (gaji, keamanan kerja,

penghargaan) terhadap kinerja perawat di Puskesmas Pundata Baji Kab. Pangkep

Tahun 2012

D.   Manfaat Penelitian

1.    Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi pengalaman berharga bagi peneliti untuk memperluas

wawasan dan pengetahuan mengenai kinerja tenaga perawat melalui penelitian

lapangan serta aplikasi ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.

2.    Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapaka dapat memperkaya khasanah pengetahuan dan

merupakan salah satu bahan bacaan bagi peneliti berikutnya.

3.    Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Dinas

Kesehatan Kabupaten Pangkep dalam menetapkan kebijakan keperawatan

kesehatan masyarakat dan sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Pundata Baji

Kabupaten Pangkep dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.   Tinjauan Umum Tentang Kinerja

1.    Pengertian Kinerja

Pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau

tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering

tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba

salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah

merosot sehingga perusahaan/instansi menghadapi krisis yang serius kesan-kesan

buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda-tanda

peringatan adanya kinerja yang merosot (Anonim, 2011).

Page 8: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

Menurut Ambar Teguh Sulistyani (2003:223), Kinerja seseorang merupakam

kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil

kerjanya. Sedangkan menurut  Veizal Rivai (2004:309), Kinerja merupakan perilaku

yang nyata ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh

karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan atau instansi.

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan

selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan

berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria

yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati (Rivai, 2005).

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk

menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan

dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah

cukup untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang

akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya (Mangkuprawira, 2007).

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000) dalam bukunya Manajemen

Sumber Daya Manusia Perusahaan, mengemukakan pengertian kinerja sebagai:

“hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikanya”.

Kinerja karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja seseorang karyawan

selama periode tertentu dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya

standar, target, atau sasaran atau kinerja yang telah ditentukan terlebih

dahahulu dan telah disepakati bersama. Kinerja mengacu pada prestasi

karyawan yang diukur berdasarkan standar atau kriteria yang ditetapkan

perusahaan.  Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh majer

sebagai kesuksesan seseorang didalam melaksanakan suatu pekerjaan. Hasil-

hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu

organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan

organisasi dalam periode waktu tertentu (Admin, 2011).

Page 9: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

Miner (1990), mengemukakan secara umum dapat dinyatakan empat aspek

dari kinerja yaitu sebagai berikut:

a.    Kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah, kesalahan, waktu, dan

ketepatan dalam melakukan tugas.

b.    Kuantitas yang dihasilkan, berkenan dengan jumlah produk atau jasa yang dapat

dihasikan.

c.    Waktu kerja, menerangkan tentang jumlah absent, keterlambatan, serta masa kerja

yang telah dijalani individu pegawai tersebut.

d.    Kerja sama, menerangkan akan begaimana individu membantu atau menghambat

dari teman sekerjanya.

Dari definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud kinerja adalah hasil kerja karyawan dilihat pada aspek kualitas,

kuantitas, waktu kerja, dan kerja sama untuk mencapai tujuan yang sudah

ditetapkan oleh organisasi, sehingga dapat dijelaskan bahwa performance

adalah hasil interaksi antara motivasi dengan ability (kemampuan dasar).

2.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dapat dibagi dalam

dua perbedaa, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia (intrinsik) dan faktor

yang berasal dari luar manusia (ekstrinsik).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah:

a.    Faktor internal adalah segala sesuatu yang bersal dari diri sendiri yang dapat

memberikan tekanan atau dorongan untuk mengerjakan sesuatu dengan gigih untuk

mencapai kesuksesan faktor-faktor internal yang mempengaruhi kinerja adalah

kemampuan dan motivasi.

b.    Faktor eksternal adalah segala hal yang berasal dari pihak lain yang berpengaruh

atau dari lingkungan, misalnya orang tua, rekan kerja atau pemimpin yang

mempengaruhi seseorang untuk dapat berupaya lebih keras untuk mencapai

sesuatu. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja adalah supervisi, dan

gaya kepemimpinan (Hasmoko, 2008).

Page 10: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

David C. Mc Cleland (1997) seperti dikutip Mangkunegara (2001:68),

berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan

pencapaian kerja”. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang

untuk melakukan suatu kegiatan atau atau tugas dengan sebaik-baiknya agar

mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji.

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jakson (2001:82), faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: 1). Kemampuan mereka. 2).

Motivasi. 3). Dukungan yang diterima. 4). Keberadaan pekerjaan yang mereka

lakukan, dan 5). Hubungan mereka dengan organisasi.

Menurut Gibson (1987) ada tiga faktor yang berpengaruhi terhadap kinerja,

yaitu:

a.    Faktor individu: kemampuan keterampilan (mental dan fisik), latar belakang

keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang (asal usul dan

jenis kelamin).

b.    Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadia, motivasi dan kepuasan kerja.

c.    Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem

penghargaan (reward system).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan

kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok

dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau

kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi

(Anonim, 2011).

3.    Pengertian Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna

mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisiensi, karena adanya

kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam

organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan

organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui

kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja pegawai (Anonim, 2011).

Page 11: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan oleh

seorang manajer atau pimpinan. Kegiatan penilaian ini penting, karena dapat

digunakan untuk memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberi umpan

balik kepada karyawan tentang kinerja mereka.

Menurut Bambang Wahyudi (2002:101), penilaian kinerja adalah suatu

evaluasi yang dilakukan secara priodik dan sistematis tentang prestasi kerja/jabatan

seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya. Sedangkan menurut

Henry Simamora (2004:338), penilaian kerja adalah proses yang dipakai oleh

organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan.

Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan

perilaku karyawan dalam rangka menghasilkan jasakaryawan dalam kualitas dan

volume yang tinggi. Manajer dapat menggunakan prosesapraisal kinerja untuk

mengatur arah kerja dalam memilih, bimbingan perencanaan karir, sertapemberi

penghargaan kepada karyawan yang kompeten.

Dengan adanya penilaian kinerja terhadap karyawan dapat diketahui secara

tepat apa yang sedang dihadapi dan target apa yang harus dicapai. Melalui

penilaian karyawan dapat disusun rencana, stategi, dan menentukan langkah-

langkah yang perlu diambil sehubungan dengan pencapaian tujuan karier yang

diinginkan. Bagi pihak manajemen kinerja sangat membantu dalam mengambil

keputusan seperti promosi dan pengembangan karier, mutasi, pemutusan hubungan

kerja, penyesuaian kompensasi, kebutuhan pelatihan dan mempertahankan status

akreditasi yang telah diperoleh (Widoyoko, 2011).

4.    Tujuan Penilaian Kinerja

Penialaian kinerja merupakan proses organisasi untuk menilai kinerja

pegawainya. Tujuan dilakukannya penilaian kinerja adalah untuk memberikan

umpan balik kepada karyawan dalam upaya memperbaiki kinerjanya dan

meningkatkan produktivitas organisasi. Ada dua tujuan organisasi yaitu:

a.    Meningkatkan kinerja karyawan dengan cara membantu mereka agar menyadari dan

menggunakan seluruh potensi mereka dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Page 12: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

b.    Memberikan informasi kepada karyawan dan pemimpin untuk mengambil keputusan

yang berkaitan dengan pekerjaan.

Penilaian kinerja dapat mengidentifikasi pelatihan, pengetahuan, kemampuan,

keterampilan, serta syarat lain yang perlu dipertimbangkan dalam dalam seleksi.

Penilaian kinerja dapat menjadi dasar membedakan pekerjaan pekerjaan yang

efektif dan tidak efektif (Sarti, 2010).

5.    Manfaat Penilaian Kinerja

Salah satu sarana manajemen paling penting yang harus dibebankan gar

tujuan organisasi dapat tercapai adalah faktor manusia, tanpa manusia yang

berkualitas betapapun canggihnya sistem yang dirancang, tujuan organisasi

mungkin hanya sekedar angan-angan saja. Disamping sarana, prinsip-prinsip

organisasi harus pula dipenuhi seperti adanya pembagian tugas yang adil,

pendelegasian tugas, rentang kekuasaan, tingkat pegawasan yang cukup, kesatuan

perintah dan tanggung jawab serta koordinasi masing-masing unit merupakan suatu

hal yang harus terus menerus disempurnakan (Admin, 2011).

Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat bagi

perencanaan kebijakan organisasi. Adapun  secara terperinci penilaian kinerja bagi

organisasi adalah:

a.    Penyesuaian-penyesuaian kompensasi, melalui penilaian pemimpin dapat

mengambil keputusan dalam menentukan perbaikan pemberian kompensasi dan

sebagainya.

b.    Perbaikan kerja, dengan adanya penilaian baik pemimpin maupun karyawan

memperoleh umpan balik dan mereka dapat memperbaiki pekerjaan/prestasinya.

c.    Mengidentifikasi kebutuhan latihan dan pengembangan karyawandan untuk

meyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan

d.    Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan,

pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.

e.    Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai, kinerja yang buruk

mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian

kinerja dapat membantu mendiagnosis kesalahan tersebut.

Page 13: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

Berdasarkan manfaat diatas dapat dikatakan bahwa penilaian prestasi kerja

yang dilakukan secara tidak tepat akan sangat merugikan karyawan dan organisasi,

karyawan dapat menurun motivasi kerjanya karena hasil penilaian kinerja yang tidak

sesuai dengan hasil kerjanya. Dampak motivasi yang menurun adalah

ketidakpuasan kerja yang pasa akhirnya akan sangat mempengaruhi proses

pelayanan.

Bagi organisasi hasil penilaian kinerja yang tidak tepat akan mempengaruhi

pengambilan keputusan kepegawaian yang tidak tepat, misalnya promosi.

Mempromosikan karyawan yang tidak tepat untuk menduduki level manajemen akan

menurunkan kualitas organisasi tersebut (widoyoko, 2011).

B.   Tinjauan Umum Tentang Kompetensi

Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan

suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta

di dukung oleh sikap yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Dengan demikian

kompetensi menunjukkan keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh

profesionalisma dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting

sebagai unggulan dibidang tersebut.

Kompetensi dimaknai sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar

yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi juga dapat

sebagai kamampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan atau

latihan. Kompetensi juga menunjukkan karakteristik pengetahuan dan keterampilan

yang dimiliki oleh setiap individu memampukan mereka untuk melakukan tugas dan

dan tanggung jawab mereka secara efektif dan meningkatkan standar kualitas

profesional dalam pekerjaan mereka.

UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan: pasal 1 (10), “Kompetensi

adalah kemampuan setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja yang sesuai”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah sebuah pernyataan

terhadap apa yang seseorang harus lakukan ditempat kerja untuk menunjukkan

Page 14: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

pengetahuannya, keterampilannya dan sikap sesuai dengan standar yang

dipersyaratkan (Junaidi, 2011).

a.    Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.

Hal tersebut sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl

ayat 78, yang berbunyi:

Artinya: Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa dan dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani agar kamu bersyukur.

Menurut Notoatmodjo (2003), domain tingkat pengetahuan (kognitif)

mempunyai enam tingkatan yakni:

1)    Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengikat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap

suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.

2)    Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan,menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari.

3)    Aplikasi (Aplication)

Page 15: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi dan kondisi real.

4)    Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan analisis suatu objek

kedalam komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5)    Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6)    Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

b.    Keterampilan

Pemahaman tentang keterampilan diartikan sebagai suatu tingkat pencapaian

individu untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan efisiensi. keterampilan

adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu. Keterampilan juga

merupakan perilaku yang terkait dengan tugas yang bisa dikuasai melalui

pembelajaran dan bisa ditingkatkan dengan latihan dan bantuan orang lain.

Pelatihan pada dasarnya suatu proses memberikan bantuan bagi para

karyawan/pekerja untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk

memperbaiki kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan mereka.

c.    Sikap

Sikap adalah manifestasi dari kepribadian ketika seseorang berinteraksi

dengan lingkungannya, melalui sikap kita mengalami proses kesadaran yang

menentukan tindakan nyata dan tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam

kehidupan sosialnya.

Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan dengan

persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sikap yang baik adalah dimana seseorang mau

Page 16: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

mengerjakan pekerjaan tersebut tanpa terbebani oleh sesuatu hal yang menjadi

konflik. Perilaku bekerja seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap dalam bekerja

sedangkan sikap seseorang dalam memberikan respon terhadap masalah

dipengaruhi oleh kepribadian seseorang.

Kepribadian dibentuk sejak lahir dan berkembang sampai dewasa, kepribadian

seseorang sulit dirubah karena elemen kepribadiannya yaitu ego dan super ego

yang dibangun dari hasil bagaimana dia belajar saat dikandungan sampai dewasa.

Dalam hubungannya dengan bekerja dan bagaimana seseorang berpenampilan diri

terhadap lingkungan, maka seseorang berprilaku. Perilaku ini dapat dirubah dengan

meningkatkan pengetahuan dan memahami sikap yang posotif dalam bekerja

(Hasmoko, 2008).

Definisi tersebut dipertegas pula dalam AL-Qur’an Surah AL-Isra’ ayat 7 yang

berbunyi:

Artinya:  Jika kamu berbuat baik berarti kebaikan itu untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat maka kerugian dari kejahatan itu untuk sendiri pula (Surah Al-Isra’ ayat).

Ada tingkatan sikap menurut Notoadmodjo (2007), sikap terdiri dari berbagai

tingkatan yakni:

1)    Menerima

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan.

2)    Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang

diberikan.

3)    Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

4)    Bertanggung jawab

Page 17: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

C.   Tinjauan Umum Tentang Motivasi

1.    Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari perkataan motif (motive) yang artinya adalah rangsangan

dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang

tersebut memperhatikan perilaku tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan

motivasi ialah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan dan ataupun

pembangkit tenaga pada seseorang dan ataupun sekelompok masyarakat tersebut

mau berbuat dan bekeja sama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah

direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996:288).

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada

tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan,

menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arahan tekad

tertentu (Suarli, 2010).

Menurut Stanford dalam Azwar (2010:30), pengertian motivasi, yaitu hubungan

antara kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu

yang dirasakan kurang oleh seseorang, baik bersifat fisiologis ataupun psikologis.

Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan

adalah akhir dari satu siklus motivasi.

Memotivasi adalah proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku

manusia berdasarkan pengetahuan mengenai “apa yang membuat orang bergerak”.

Stonner dan Freeman dalam Suarli (2010), menurut bentuknya motivasi terdiri atas:

a.    Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datang dari dalam diri individu diantaranya

prestasi, pekerjaan kreatif yang menentang, tanggung jawab dan peningkatan.

b.    Motivasi ekstrinsik, yaitu  motivasi yang datang dari luar diri individu diantaranya

kebijakan dan administrasi, kualitas pengendalian, kondisi kerja, status pekerjaan,

keamanan kerja, kehidupan pribadi serta penggajian.

c.    Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya

serentak serta menghentak.

Page 18: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

Motivasi kerja bagi tenaga perawat merupakan aspek yang dapat

mempengaruhi kemampuan dan kualitas kerja yang akan dilaksanakan dan diterima

oleh pasien di rumah sakit atau puskesmas, dimana hal ini berhubungan dengan

kinerja yang dimiliki tenaga perawat.

Motivasi sebagai kemauan seseorang untuk berbuat sesuatu, dengan adanya

motivasi maka pegawai memiliki kekuatan pendorong untuk bekerja. Seorang

pegawai bisa memiliki kinerja yang baik jika pelaksanaan kerja didukung   oleh

kemampuan yang cukup.

Pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan pokok, kebutuhan manusia

tersusun atas suatu hierarki atau urutan kebutuhan, mulai dari kebutuhan yang

paling mendasar sampai yang tinggi. Selengkapnya adalah seperti di bawah ini:

a.    Fisiologikal

Kebutuhan yang melangsungkan kehidupan, seperti makanan, minuman, tidur,

dan istirahat. Apabila kebutuhan fisiologi ini belum terpenuhi secukupnya, maka

kebutuhan lain tidak akan memotivasi manusia.

b.    Keamanan Kerja dan keselamatan

Kebutuhan yang ada kaitannya dengan dengan kepastian untuk hidup yang

bebas dari ancaman dan bahaya yang ada di dalamnya termasuk ancaman dari

bahaya dari sudut ekonomi dan sosial.

c.    Harga diri

Kebutuhan untuk  menghargai diri sendiri maupun mendapat penghargaan dari

orang lain. Misalnya adalah pencapain posisi atau jabatan tertentu.

d.    Aktualisasi diri

Kebutuhan untuk bisa memaksimumkan kemampuan, keahlian, dan potensi diri.

Misalnya dalam menghadapi tantangan kerja.

Menurut Maslow dalam Suarli (2010:32), orang akan berusaha memenuhi

kebutuhan yang lebih pokok dulu (fisiologis) sebelum beralih pada kebutuhan yang

lebih tinggi atau dengan kata lain, seseorang akan termotivasi untuk memenuhi

kebutuhan yang paling menonjol atau paling kuat dirasakannya pada saat ini, jadi,

yang harus menjadi perhatian manajemen adalah sampai di tingkat mana kebutuhan

Page 19: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

yang telah terpenuhi dalam diri masing-masing pegawai/karyawan, sehingga bisa

menetapkan strategi yang yang bisa memotivasinya. 

2.    Teori Proses Motivasi

Menurut Gibson dalam Suarli (2010:35), teori proses motivasi berusaha

menerangkan dan menguraikan bagaimana perilaku seseorang digerakkan,

diarahkan, didukung, dan dihentikan. Konsep yang penting dalam setiap proses

motivasi adalah konsep belajar. Pembelajaran adalah proses perubahan perilaku

melalui praktik.

Ada tiga tipe pembelajaran yang penting dalam pengembangan dan

perubahan perilaku, yaitu pengkondisian kalsik, pengkondisian operan, dan

pembelajaran melalui pengamatan. Untuk memahami macam-macam tipe

pembelajaran, ada empat konsep dasar yang harus dipelajari yaitu:

a.    Pendorong (drive) adalah keadaan yang timbul dalam diri seseorang, baik itu

pendorong primer seperti rasa lapar yang tidak bisa dipelajari maupun pendorong

skunder seperti keinginan untuk maju yang bisa dipelajari.

b.    Stimulus atau ransangan adalah petunjuk adanya peristiwa yang harus ditanggapi

(direspons), baik yang sifatnya jelas terlihat maupun yang tidak.

c.    Tanggapan atau respons adalah hasil berupa perilaku yang muncul karena adanya

stimulus.

d.    Penguat adalah setiap objek atau kejadian yang meningkatkan atau

mempertahankan kekuatan sebuah tanggapan.  

Salah satu diantara teori motivasi yang dikembangkan oleh para ahli untuk

memprediksi motivasi dan kinerja adalah expectary theory dimana menurut teori ini

perilaku seseorang dipengaruhi oleh probabilitas yang dilekatkan terhadap

hubungan individu sebagai berikut:

a.    Usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuan

Motivasi seseorang yang telah ditetapkan ditentukan oleh persepsi orang

tersebut terhadap hubungan antara usaha dengan tujuan yang hendak dicapai.jika

Page 20: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

untuk mencapai sasarn yang telah ditetapkan diperlukan usaha yang besar, sasaran

yang memberikan tantangan akan motivasi seseorang.

b.    Kinerja dan penghargaan

Jika seseorang merasa berjiwa terdapat kemungkinan yang tinggi suatu kinerja

yang baik akan mendapatkan penghargaan atau penghargaan yang diterima

didasarkan atas kinerja yang baik, motivasi orang akan berusaha mencapai sasaran

yang telah ditetapkan akan tinggi.

c.    Penghargaan yang memuaskan tujuan pribadi

Untuk dapat memotivasi individu, penghargaan harus dirasakan adil oleh

individu tersebut. Jika penghargaan yang diterima oleh seseorang dirasakan adil

maka penghargaan ini akan memberikan kepuasan bagi orang tersebut.

3.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Rowland dalam Suarli (2010:39), fungsi manajer meningkatkan

kepuasan staf didasarkan pada faktor-faktor motivasi. Faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi meliputi:

a.    Keinginan akan adanya peningkatan.

b.    Rasa percaya bahwa gaji yang didapatkan sudah mencukupi.

c.    Memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan.

d.    Adanya umpan balik.

e.    Adanya kesempatan untuk mencoba pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan.

f.     Adanya instrumen kinerja untuk pomosi, kerja sama, dan peningkatan penghasilan.

Kebutuhan seseorang untuk mencapai prestasi merupakan kunci dalam

motivasi dan kepuasan kerja. Jika seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhan,

pencapaian prestasi tersebut bisa berubah, biasanya sebagai dampak dari beberapa

faktor dalam organisasi, misalnya program pelatihan, pembagian jenis tugas yang

diberikan, tipe supervisi yang dilakukan, dan perubahan pada motivasi.

Seseorang memilih pekerjaan didasarkan pada kemampuan dan keterampilan

yang dimilikinya. Motivasi akan menjadi masalah apabila kemampuan yang

dimilikinya tidak dimanfaatkan dan dikembangkan dalam melaksanakan tugasnya.

Page 21: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

Dalam keadaan ini, persepsi seseorang memegang peranan penting sebelum

melaksanakan atau memilih pekerjaan.

Memotivasi seseorang akan timbul apabila mereka diberi kesempatan untuk

mencoba cara baru dan mendapat umpan balik dari hasil yang diberikan. Oleh

karena itu, penghargaan psikis dalam hal ini sangat diperlukan agar seseorang

merasa dihargai dan diperhatikan serta dibimbing manakala melakukan kesalahan.

D.   Tinjauan Umum Tentang Perawat

1.    Pengertian Perawat

Perawat adalah orang yang didik menjadi tenaga paramedik untuk

menyelenggarakan perawatan orang sakit atau secara khusus untuk mendalami

bidang perawatan tertentu. Perawat merupakan salah satu komponen penting dan

strategis dalam pelaksanaan layanan kesehatan. Dalam menjalankan tugasnya

tersebut, seorang perawat dituntut untuk memahami  proses dan standar praktik

perawat.

Dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001

Tentang registrasi dan praktik perawat, dijelaskan bahwa perawat adalah orang

yang telah lulus dari pendidikan perawat, baik di dalam maupun di luar negeri,

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Wachid, 2011).

2.    Peran dan Fungsi Perawat

Perawat harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesionalnya

dalam prakttik keperawatan dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya. Dalam

melaksanakan praktik keperawatan, perawat juga dituntut melakukan peran dan

fungsi sebagaimana yang diharapkan oleh profesi dan masyarakat sebagai

pengguna jasa pelayanan keperawatan.

a.    Peran Perawat

Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari:

1)    Sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan

dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan.

Page 22: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

2)    Sebagai advokat klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dan pemberi pelayanan khususnya dalam

pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan.

3)    Sebagai educator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan kesehatan, gejala bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi

peubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

4)    Sebagai koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi

pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan

dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

5)    Sebagai kolanorator

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari

dokter fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan

keperawatan yang diperlukan.

6)    Sebagai konsultan

Perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan

keperawatan yang tepat diberika. Peran ini dilakukan atas permintaan klien.

7)    Sebagai pembaharu

Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan

terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

b.    Fungsi Perawat

1)    Fungsi independen, dalam fungsi ini tindakan perawat bersifat tidak memerlukan

perintahdokter, tindakan perawat bersifat mandiri berdasarkan ilmu dan kiat

keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang

timbul dari tindakan yang diambil. Misalnya membantu pasien dalam melakukan

kegiatan sehari-hari.

2)    Funsi interdependen, dalam fungsi ini tindakan perawatan berdasar pada kerjasama

dengan tim kesehatan lain. Funsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga

Page 23: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

kesehatan berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Contohnya adalah

menangani ibu hamil yang menderita diabetes, mereka membuat rencana untuk

menentukan kebutuhan makanan yang diperlukan ibu hamil.

3)    Fungsi dependen, dalam fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalam

memberikan pelayanan medis. Perawat membantu dokter memberikan pelayanan

pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi kewenangan dokter.

3.    Standar Keperawatan

Standar pada dasarnya menuntut pada tingkat ideal yang dapat dicapai.

Standar dapat diukur dengan menggunakan suatu indikator. Indikator adalah suatu

ukuran terhadap standar yang telah di tetapkan. Jadi standar keperawatan adalah

upaya memberikan asuhan dan bimbingan langsung kepada perawat untuk

melaksanakan praktek keperawatan (Hasmoko, 2008).

Standar praktek keperawatan dikembangkan menjadi dua tipe yaitu:

1)    Standar praktek keperawatan meliputi:

a.    Perawat mengkaji data.

b.    Perawat menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan.

c.    Perawat mengembangkan hasil yang diharapkan pasien.

d.    Perawat mengembangkan rencana tindakan keperawatan untuk mencapai hasil

yang diharapkan.

e.    Perawat melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana keperawatan.

f.     Perawat mengevaluasi perkembangan pasien menuji pencapaian hasil.

2)    Standar kinerja profesional meliputi:

a.    Perawat mengevaluasi secara sistematis mutu dan efektifan praktek keperawatan.

b.    Perawat mengevaluasi dirinya dalam praktek keperawatan hubungannya dengan

standar praktek keperawatan.

c.    Perawat menggunakan konsep pengetahuan, keterampilan, dalam praktek

keperawatan.

d.    Perawat mendukung pengembangan profesionalisasi di antara sesama perawat.

e.    Perawat memutuskan dan melakukan tindakan untuk kepentingan pasien dengan

memperhatikan etika sopan santun.

Page 24: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

f.     Perawat bekerjasama dengan pasien dan tim tenaga dalam memberikan pelayanan

keperawatan.

g.    Perawat melakukan penelitian dalam praktek keperawatan.

h.    Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan keefektifan

biaya dalam pelaksanaan keperawatan.

E.   Tinjauan Umum Tentang Puskesmas

1.    Pengertian Puskesmas

Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran

serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu

kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

2.    Kegiatan Pokok Puskesmas

Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda,

maka kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah Puskesmas akan

berbeda-beda pula. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang seharusnya

dilaksanakan, yaitu Kesejahteraan ibu dan anak, Keluarga berencana, Usaha

peningkatan gizi, Kesehatan lingkungan, Pencegahan dan pemberantasan penyakit

menular, Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, Penyuluhan

kesehatan masyarakat, Kesehatan sekolah, Kesehatan olahraga, Perawatan

kesehatan masyarakat, Kesehatan kerja, Kesehatan gigi dan mulut, Kesehatan jiwa,

Kesehatan mata, Laboratorium sederhana, Pencatatan dan pelaporan dalam rangka

sisteminformasi kesehatan, Kesehatan lanjut usia, dan Pembinaan pengobatan

tradisional.

Pelaksanan kegiatan pokok diarahkan kepada keluarga sebagai satuan

masyarakat terkecil. Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan

pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

3.    Fasilitas Pendukung

a.    Puskesmas Pembantu

Page 25: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

Puskesmas pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan

berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam ruang

lingkup wilayah yang lebih kecil. 

b.    Puskesmas Keliling

Puskesmas keliling adalah unit pelayanan kesehatan yang dilengkapi dengan

kendaraan bermotor roda empat atau perahu bermotor, peralatan kesehatan dan

peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari Puskesmas,

fungsinya menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan Puskesmas

dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.

c.    Posyandu

Posyandu merupakan kegiatan keterpaduan antara Puskesmas dan

masyarakat di tingkat desa yang diwujudkan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu.

Semula Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat

sekaligus memperoleh pelayanan KB dan kesehatan.

BAB III

KERANGKA KONSEP

A.   Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja adalah merupakan kelakuan atau

kegiatan yang berhubungan dengan tujuan organisasi, dimana organisasi tersebut

merupakan keputusan dari pimpinan selain itu kinerja juga merupakan kombinasi

antara kemampuan dan usaha untuk menghasilkan apa yang dikerjakan.

Dalam suatu organisasi terdapat bermacam-macam sumber daya manusia

dengan perbedaan sifat dan karakter. Bukanlah suatu hal yang mudah untuk

mengetahui faktor apa saja yang dapat memotivasi meraka dalam bekerja. Hal ini

tidak lepas dari kebutuhan organisasi akan karyawan yang cakap, terampil, dan

Page 26: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

setia terhadap organisasi, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan

berkeinginan mencapai hasil kerja yang optimal.

Setiap karyawan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam

melaksanakan tugas pekerjaannya. Dengan demikian keberhasilan kerja karyawan

akan berbeda untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan kerja

seseorang karyawan, maka harus dilakukan penilaian prestasi kerja karyawan untuk

mengetahui peran aktif dalam menncapai tujuan. Karyawan yang berprestasi

hendaknya diberi penghargaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan

demikian karyawan akan merasa dihargai dan diperhatikan kemampuannya.

Perawat merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh Puskesmas maupun Rumah Sakit serta salah satu faktor yang

yang dapat menentukan tecapainya tujuan pembangunan kesehatan. Peranan

perawat sangatlah penting bagi pihak yang memberikan pertolongan pertama

kepada masyarakat. Dalam penelitian ini pengukuran kinerja perawat menggunakan

indikator berupa kompetensi dan motivasi.

Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan

suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta

di dukung oleh sikap yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Kompetensi juga

menunjukkan karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap

individu memampukan mereka untuk melakukan tugas dan dan tanggung jawab

mereka secara efektif dan meningkatkan standar kualitas profesional dalam

pekerjaan mereka.

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi

pada tingkat komitmen seseorang atau dorongan dari dalam diri individu

berdasarkan perilaku dengan cara tertentu untuk memenuhi keinginan dan

kebutuhan.  Menurut Stanford dalam Azwar (2010:30), pengertian motivasi yaitu

hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan muncul karena

adanya sesuatu yang dirasakan kurang oleh seseorang, baik bersifat fisiologis

ataupun psikologis.

Page 27: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

Apabila penilaian prestasi kerja dilaksanakan dengan baik, tertib dan benar

akan dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi sekaligus dapat

meningkatkan loyalitas para anggota organisasi yang ada didalamnya, dan apabila

ini terjadi akan menguntungkan organisasi itu sendiri. Oleh karena itu penilaian

kinerja perlu dilakukan secara formal dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan

oleh organisasi secara obyektif.

B.   Model Hubungan Variabel yang Diteliti

 

                     

C.   Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1.    Kompetensi

Kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap

dan, apresiasi  yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal ini menunjukkan

bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang harus

dimiliki peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan jenis

pekerjaan tertentu (Junaidi, 2011).

Adapun indikator-indikator yang digunakan adalah:

a.    Pengetahuan sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.

Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor

luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya. Melalui

pendidikan seseorang dipersiapkan memiliki bekal agar siap tahu, mengenai, dan

mengembangkan metode berfikir secara sistematik agar dapat memecahkan

masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari.

b.    Keterampilan adalah kemampuan perawat mengerjakan tugas fisik atau mental

tertentu. Keterampilan juga merupakan perilaku yang terkait dengan tugas yang bisa

dikuasai melalui pembelajaran dan bisa ditingkatkan dengan latihan dan bantuan

orang lain.

Page 28: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

c.    Sikap adalah kepribadian ketika seseorang (perawat) berinteraksi dengan

lingkungannya. Dengan demikian sikap dibentuk dari pengalaman kondisi sosial

atau lingkungan dan kepribadiannya. Sikap dapat ditunjukkan dengan bagaimana

menjalin hubungan dan kerja sama dengan orang lain.

Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala Likert yaitu sebagai berikut:

Jumlah pertanyaan      : 10

Jumlah kategori                        : 4

                                           4 = sangat baik       2 = cukup

                                           3 = baik                    1 = kurang

Skor tertinggi                 = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

                                         = 10 x 4

                                         = 40 (100%)

Skor terendah                = jumlah pertanyaan x skor terendah

                                         = 10 x 1

                                         = 10 (25%)

Kriteria Objektif:

Cukup     : Jika skor jawaban responden ≥ 62,5%

Kurang    : Jika skor jawaban responden ≤ 62,5%

2.    Motivasi

Motivasi adalah kemauan atau keinginan didalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk bertindak. Motivasi merupakan kondisi atau energi yang

menggerakkan diri karyawan kearah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi.

Adapun indikator-indikator yang digunakan:

a.    Fisiologikal, yaitu kebutuhan perawat yang berhubungan dengan kebutuhan-

kebutuhan utama, dasar dan esensial yang harus dipenuhi oleh tiap manusia untuk

mempertahankan diri sebagai makhluk. Adapun faktor-faktor khusus yang mencakup

kebutuhan ini yakni pengkondisian udara dan cahaya, kondisi kerja serta gaji /upah.

b.    Rasa aman, yaitu kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan perawat akan rasa

aman dan proteksi diri, ancaman atau gangguan dari luar. Kebutuhan keamanan

harus dilihat dalam arti luas tidak hanya dalam arti keamanan fisik akan tetapi

Page 29: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

keamanan psikologi dan perlakuan adil dalam pekerjaan atau jabatan seseorang.

Adapun faktor-faktor khusus yang mencakup kebutuhan ini yakni keselamatan kerja

serta kesejahteraan.

c.    Penghargaan, yaitu kebutuhan perawat yang berkaitan dengan keinginan manusia

untuk dihormati dan dihargai orang lain sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya

dan ingin punya status, pengakuan serta penghargaan prestasi. Adapun faktor-faktor

khusus yang mencakup kebutuhan ini mencakup status kreatifitas serta prestasi

dalam pekerjaan.

3.    Kinerja

Kinerja Karyawan adalah suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang

karyawan untuk mencapai tujuan yang diharapkan selama periode tertentu

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar,

target/sasaran/kriteria yang ditentukan dan disepakati bersama. Dalam hal ini

penilaian tetap mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi yang

mempengaruhi kinerja (Anonim, 2008).

Adapun indikator yang digunakan yakni pekerjaan yang diselesaikan dan

dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya, luasnya

pengetahuan menganai pekerjaan dan keterampilannya, kreatifitas yang

dimunculkan, tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan yang muncul  serta

hubungan kerjasama dengan sesama anggota organisasi.

 Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala Likert yaitu sebagai berikut:

Jumlah pertanyaan           : 5

Jumlah kategori                 : 2

                                           2 = Cukup

                                           1 = kurang

Skor tertinggi                      = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

                                              = 5 x 2

                                              = 10 (100%)

Skor terendah                    = jumlah pertanyaan x skor terendah

                                              = 5 x 1

Page 30: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

                                              = 5 (50%)

Kriteria Objektif:

Cukup          : Jika skor jawaban responden ≥ 75%

Kurang        : Jika skor jawaban responden ≤ 75%

D.   Hipotesis Penelitian

1.    Hipotesis Nol (Ho)

a.    Tidak ada hubungan antara kompetensi terhadap kinerja perawat di Puskesmas

Pundata Baji Kabupaten Pangkep

b.    Tidak ada hubungan antara motivasi terhadap kinerja perawat di Puskesmas

Pundata Baji Kabupaten Pangkep

2.    Hipotesis Alternatif (Ha)

a.    Ada hubungan antara kompetensi terhadap kinerja perawat di Puskesmas Pundata

Baji Kabupaten Pangkep

b.    Ada hubungan antara motivasi terhadap kinerja perawat di Puskesmas Pundata Baji

Kabupaten Pangkep

BAB IV

METODE PENELITIAN

A.   Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilakukan dengan

maksud untuk mengetahui hubungan antara variabel kompetensi dan motivasi

dengan kinerja perawat.

B.   Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupaka tempat dimana penelitian tersebut dilaksanakan.

Penelitian ini dilaksanakan Puskesmas Pundata Baji Kabupaten Pangkep

C.   Populasi dan Sampel

1.    Populasi

Page 31: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas di

Puskesmas Pundata Baji Kabupaten Pangkep yang berjumlah 12 orang.

2.    Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total Sampling sehingga sampel

dalam penelitian ini adalah seluruh populasi (semua perawat) di Puskesmas

Pundata Baji Kabupaten Pangkep.

D.   Pengumpulan Data

1.    Data primer

Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner sebagai acuan

pertanyaan.

2.    Data skunder

Data skunder diperoleh dari instansi terkait, dalam hal ini Puskesmas Pundata

Baji Kabupaten Pangkep sebagai data awal untuk menunjang penelitian.

E.   Pengolahan dan Penyajian Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer melalui program

SPSS. Selanjutnya hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabulasi yang

dilengkapi dengan narasi.

F.    Analisis Data

Hipotesis yang akan diuji adalah Ho dan tingkat kemaknaan yang dipilih

adalah α = 0,05. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan uji

Chi Square (Chi kuadrat) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Rumus dasar Chi Square adalah:

                   X2 = ∑ ( O – E )2

                                                   E

Keterangan:

Page 32: Administrasi Kebijakan Dan Kesehatan

X2  =  Chi Square (Chi Kuadrat)

O   =  Nilai Pengamatan

E   =  Nilai harapan

Dengan penilaian sebagai berikut:

Jika nilai X2  ≥ X2  tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Jika nilai  X2 ≤ X2  tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.