10
ADAB TILAWAH

ADAB TILAWAH

  • Upload
    hila

  • View
    261

  • Download
    12

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ADAB TILAWAH (membaca Al-Qur'an) di sadur dari berbagai sumber, dibuat oleh "mama Raka" silahkan di COPAS dan masukan nama penyadurnya... thanks b4.

Citation preview

Page 1: ADAB TILAWAH

ADAB TILAWAH

Page 2: ADAB TILAWAH

Al-Quran adalah kitab suci yang diwahyukan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril yang kemudian diteruskan kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada seluruh umat. Yakni tidak hanya sebatas manusia saja melainkan menyeluruh “rahmatan lil ‘alamin” ke segenap alam. Baik alam gaibah (non fisik) ataupun alam basyariyah (fisikal).

Al-Quran adalah satu di antara dua peninggalan Nabi (al-Quran dan al-hadis) dimana seorang hamba tidak akan pernah tersesat dalam mengarungi kehidupan ini selama berpegang teguh padanya. Karena itu dalam beberapa sabdanya nabi Muhammad saw tak henti-hentinya memotifasi umatnya agar selalu menjadikan al-Quran sebagai bacaan utama.

 Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar ra, Nabi saw menggambarkan bahwa derajat seorang hamba kelak di hari kiamat bergantung pada seberapa gemar, seberapa banyak, serta seberapa istiqamahkah seorang hamba membaca dan mengamalkan al-Quran.

“Bacalah, dan terus tambah kualitas dan kuantitas bacaanmu, karena derajatmu di akhirat bergantung pada bacaanmu di dunia.”

Dalam kesempatan lain pun Nabi saw berkata kepada para sahabat, “sesungguhnya Allah SWT memiliki keluarga (dari golongan manusia) di dunia ini.” Setelah berkata demikian, kontan, para sahabat bertanya dengan penuh penasaran. “siapakah mereka ya Rasulallah?.” Lalu Nabi saw menjawab, “mereka adalah para ahlul quran (gemar membaca dan mengamalkan al-Quran), mereka semua adalah keluarga Allah yang di khususkan.” (hadis riwayat Anas ra.) Rasanya tidak ada the best family selain menjadi keluarga Allah SWT. Maka masih layakkah jika seorang hamba berpaling lalu mencari keluarga lain selain menjadi bagian dari keluarga besar-Nya.

 Masih banyak motifasi dan informasi lain tentang keistimewaan membaca al-Quran dari Rasulullah saw yang menjelaskan begitu tinggi dan mulianya al-Quran. Dimana posisi al-Quran tak tergantikan (selain sebagai bacaan primer) pun sebagai sumber dan pedoman hidup. Oleh karena itu, wajar jika ulama menjastifikasi bahwa membaca al-Quran memiliki unsur ibadah “muta’abbad bi tilawatih.” Yakni berpahala jika dibaca dan dosa ketika tidak membaca atau bahkan salah saat membaca. Dari sinilah para ulama merancang beberapa kaidah dan ilmu-ilmu (seperti ilmu tajwid dan qiraah) supaya para pembaca al-Quran lebih berhati-hati dan meminimalisir kesalahan. Namun, tidak hanya cukup di sini saja. Para ulama pun telah merangkum dan menetapkan beberapa tata cara atau adab saat membaca demi menjaga sisi keagungan, kesucian, dan kesakralan al-Quran.

Adab yang dimaksud antara lain;

Page 3: ADAB TILAWAH

1. Hendaknya pembaca dalam kedaan suci dari hadas besar (jinabat) ataupun kecil, berwudhu. Sebagian ulama berpendapat bahwa membaca al-Quran adalah se-utamanya dzikir. Yaitu salah satu bentuk munajat antara seorang hamba dan Tuhannya. Karena itu seorang hamba supaya suci dhohir batin. Demikian pula sebagaimana tidak diperkenankannya dalam kondisi berhadas membawa atau bahkan menyentuh al-Quran, kecuali dalam kondisi dhoruroh.

2. Memilih tempat yang suci saat membaca atau ketika meletakkannya3. Menghadap kiblat. Alasannya, membaca bagian dari ibadah,

sedangkan menghadap kiblat mengindikasikan lebih terkabulnya sebuah munajat

4. Membersihkan mulut terlebih dahulu (gosok gigi atau semacamnya) karena dari mulut itulah nantinya akan keluar ayat-ayat suci. Nabi bersabda, "sungguh mulut-mulutmu adalah jalan keluarnya ayat-ayat al-Quran, maka bersihkanlah terdahulu dengan siwak (gosok gigi)."

5. Menyelami makna dan maksud yang terkandung di dalamnya. Karena tujuannya bukanlah terhenti di fase "membaca" melainkan meningkat ke fase "pengamalan." Sebagaimana yang difirmankan dalam surat shad: 29.                                                                                                   "ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran."                                                                                                                                   Hudzaifah ra menceritakan suatu malam saat bersama Rasulullah saw. "malam itu saya shalat bersama Rasulullah saw, beliau memulainya dengan membaca surat al-Baqarah, Ali Imran, dan an-Nisa. Surat-surat tersebut dibacanya dengan rapi dan dialogis. Setiap kali melewati ayat tasbih, maka beliau bertasbih. Ketika melewati ayat tentang pertanyaan, beliaupun bertanya. Dan ketika membaca ayat ta'awudz, maka beliaupun memohon perlindungan pada Allah SWT."

6. Membaca dengan sepenuh hati, dengan suara yang terbaik. "hiasilah al-Quran dengan indahnya suaramu." Begitulah anjuran Nabi saw.

7. Makruh hukumnya saat membaca diselingi bercakap dengan yang lain, kecuali dalam keadaan dhorurot. Ini disebabkan karena tiada 'kalam' yang lebih sempurna melainkan 'kalamullah'. Tidak ada percakapan yang paling indah selain bercakap dengan Allah rabbul 'izzah. Dalam kitab shahih, Ibn

Umar ra bercerita, "bahwa Rasulullah saw tidak akan bicara dengan yang lain sebelum bacaannya usai." Dan sebenarnya para pembaca al-Quran itu sedang berdialog dengan Allah SWT. Sabda Nabi saw, "siapa saja yang hendak berdialog dengan Allah SWT, maka bacalah al-Quran." Bahkan bagi pembaca al-Quran tidak diperkenankan menjawab salam seseorang sebelum bacaannya selesai.

Page 4: ADAB TILAWAH

8. Bagian dari adab membaca yaitu hendaknya para qari' membaca secara berurutan, sebab demikianlah turunnya al-Quran (tauqifi). Sebuah hadis yang diriwayatkan Ibn Mas'ud, "suatu saat Rasulullah saw ditanya oleh seorang sahabat yang cara membaca al-Qurannya secara acak, random. Lalu beliau menjawab bahwa yang demikian itu menandakan akan lemahnya hati orang tersebut."

9. Wajib menyimak atau mendengarkan dengan seksama di saat al-Quran di baca. Allah SWT berkata,                                                                                   "Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat."

10. Disunahkan bersujud di saat membaca atau mendengarkan ayat sajadah. Dengan syarat telah suci sebagaimana ketika melaksanakan sholat

11. Disunnahkan membaca dengan tartil dan tidak tergesa-gesa. Karena sebenarnya tidak hanya perintah membaca saja melainkan memahami, menyerapi dan menyelami kandungan maknanya.                                                                                                                                                                            "...dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan."

12. Membaca atau mendengarkan dengan khusyu dan tawadhu' hingga benar-benar menyerap dan menancap dalam hati. Sampai benar-benar terpancar kesempurnaan iman. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." Bahkan tidak terasa airmata menetes, menangis disebabkan dorongan iman yang sempurna. Suatu saat Ibn Mas'ud diminta oleh Rasulullah saw membaca al-Quran untuknya. Awalnya Ibn Mas'ud menolak dengan bertanya, "ya Rasulullah, bagaimana aku akan membaca untukmu sementara kepadamulah al-Quran diturunkan." Maka Nabi saw pun menjawab, "sungguh saya senang mendengarkan bacaan al-Quran selain dari diriku." Walhasil, Ibn Mas'ud pun mulai membaca surat an-Nisa. Namun ketika sampai pada ayat... "Maka Bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu [299])." Meleleh air mata Rasulullah saw, tidak terasa beliaupun menangis teringat tugasnya yang begitu berat di bumi ini. Karena seorang Nabi kelak menjadi saksi atas perbuatan tiap-tiap umatnya, Apakah perbuatan itu sesuai dengan perintah dan larangan Allah atau tidak.

13. Disunnahkan doa ketika menghatamkan al-Quran, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Rasulullah saw, "siapa saja yang menghatamkan al-Quran maka doanya dikabulkan."

dakwatuna.com - Agar Al-Qur’an memberi bekas ke dalam hati, ada adab-adab yang perlu Anda perhatikan saat membacanya. Berikut ini beberapa adab yang bisa Anda lakukan.

Page 5: ADAB TILAWAH

1. Pilihlah waktu yang terkategori waktu Allah ber-tajalli kepada hamba-hamba-Nya. Di saat itu rahmat-Nya memancar. Bacalah Al-Quran di waktu sepertiga terakhir malam (waktu sahur), di malam hari, di waktu fajar, di waktu pagi, dan di waktu senggang di siang hari.

2. Pilih tempat yang sesuai. Misalnya, di masjid atau sebuah ruangan di rumah yang dikosongkan dari gangguan dan kegaduhan. Meski begitu, membaca Al-Qur’an saat duduk dengan orang banyak, di kendaraan, atau di pasar, dibolehkan. Hanya saja kondisi seperti itu kurang maksimum untuk memberi bekas di hati Anda.

3. Pilih cara duduk yang sesuai. Sebab, Anda sedang menerima pesan Allah swt. Jadi, harus tampak ruh ibadahnya. Harus terlihat ketundukan dan kepasrahan di hadapan-Nya. Arahkan wajah Anda ke kiblat. Duduk terbaik seperti saat tasyahud dalam shalat. Jika capek, silakan Anda mengubah posisi duduk. Tapi, dengan posisi yang menunjukkan penghormatan kepada Kalam Allah.

4. Baca Al-Qur’an dalam keadaan diri Anda suci secara fisik. Harus suci dari jinabah. Bila Anda wanita, harus suci dari haid dan nifas. Berwudhulah. Tapi, Anda boleh membaca atau menghafal Al-Qur’an tanpa wudhu. Sebab, tidak ada nash yang mensyaratkan berwudhu sebagai syarat sah membaca Al-Qur’an. Bahkan, para ulama menfatwakan boleh membaca Al-Qur’an bagi wanita yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an saat ia sedang haid atau nifas dengan alasan darurat.

5. Sucikan semua indera Anda -lidah, mata, telinga, hati– yang berhubungan dengan tilawah Al-Qur’an dari perbuatan maksiat. Sesungguhnya Al-Qur’an itu seperti hujan. Batu tidak akan menyerap air hujan. Air hujan hanya berinteraksi dengan lahan yang siap menyerap segala keberkahan. Jadi, jangan Anda bungkus lidah, mata, telinga, dan hati dengan lapisan masiat, dosa, dan kemunkaran yang kedap dari limpahan rahmat membaca Al-Qur’an.

6. Hadirkan niat yang ikhlas hanya kepada Allah swt. Dengan begitu tilawah yang Anda lakukan akan mendapat pahala. Ketahuilah, amal dinilai berdasarkan niat. Sedangkan ilmu, pemahaman, dan tadabbur adalah nikmat dan rahmat yang murni dari Allah. Dan rahmat Allah tidak diberikan kepada orang yang hatinya bercampur aduk dengan niat-niat yang lain.

7. Berharaplah akan naungan dan lindungan Allah swt. seperti orang yang kapalnya sedang tenggelam dan mencari keselamatan. Dengan perasaan itu Anda akan terbebas dari rasa memiliki daya dan upaya, ilmu, akal, pemahaman, kecerdasan, serta keyakinan secara pasti. Sebab, kesemuanya itu tidak akan berarti tanpa Allah swt. menganugerahkan tadabbur, pemahaman, pengaruh, dan komitmen untuk beramal kepada diri Anda.

Page 6: ADAB TILAWAH

8. Bacalah isti’adzah dan basmalah. “Apabila kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (An-Nahl: 98). Basmalah dibaca saat awal membaca surat di awal, kecuali surat At-Taubah. Membaca basmalah juga dianjurkan saat Anda membaca Al-Qur’an di tengah surat dan ketika Anda memutus bacaan karena ada keperluan kemudian meneruskan bacaan Anda. Membaca basamalah adalah tabarruk (mencari berkah) dan tayammun (mencari rahmat) dengan menyebut nama Allah swt.

9. Kosongkan jiwa Anda dari hal-hal yang menyita perhatian, kebutuhan, dan tuntutan yang harus dipenuhi sebelum membaca Al-Qur’an. Jika tidak, semua itu akan terbayang saat Anda membaca Al-Qur’an. Pintu tadabbur pun tertutup. Jadi, selesaikan dulu urusan Anda jika sedang lapar, haus, pusing, gelisah, kedinginan, atau ingin ke toilet. Setelah itu, baru baca Al-Qur’an dengan haqul tilawah.

10. Saat membaca, batasi pikiran Anda hanya kepada Al-Qur’an saja. Pusatkan pikiran, buka jendela pengetahuan, dan tadabburi ayat-ayat dengan sepenuh jiwa, perasaan, cita rasa, imajinasi, pemikiran, dan bisikan hati. Dengan begitu, Anda akan merasakan limpahan rahmat dan lezatnya membaca Al-Qur’an.

11. Hadirkan kekhusyu’an. Menangislah saat membaca ayat-ayat tentang azab. Hadirkan azab itu begitu nyata dalam penglihatan Anda dengan menyadari dosa-dosa dan maksiat yang masih lekat dengan diri Anda. Jika Anda tidak mampu berbuat seperti itu, tangisilah diri Anda yang tidak mampu tersentuh dengan ayat-ayat yang menggambarkan kedahsyatan azab neraka.

12. Rasakan keagungan Allah swt. Yang Mahabesar yang dengan kemurahannya memancarkan nikmat dan anugerah-Nya kepada Anda. Pengagungan ini akan menumbuhkan rasa takzim Andfa kepada Allah dan Kalam-Nya. Dengan begitu interasi, tadabbur, dan tarbiyah Anda dengan Al-Qur’an akan memberi bekas, makna, hakikat, pelajaran, dan petunjuk yang sangat luar biasa manfaatnya.

13. Perhatikan ayat-ayat untuk ditadabburi. Pahami maknanya. Resapi hakikat-hakikat yang terkandung di dalamnya. Kaitkan juga dengan berbagai ilmu, pengetahuan, dan pelajaran yang bisa menambah pengayaan Anda tentang ayat-ayat tersebut. Inilah tujuan tilawah. Tilawah tanpa tadabbur, tidak akan melahirkan pemahaman dan memberi bekal apa pun pada Anda. Al-Qur’an hanya sampai di tenggorokan Anda. Tidak sampai ke hati Anda.

14. Hanyutkan perasaan dan emosi Anda sesuai dengan ayat-ayat yang Anda baca. Bergembiralah saat membaca kabar gembira. Takutlah saat membaca ayat peringatan dan tentang siksaan. Buka hati saat membaca ayat tentang perintah beramal. Koreksi diri saat bertemu tilawah Anda membaca sifar-sifat orang munafik. Resapi ayat-ayat yang berisi doa. Dengan begitu hati Anda hidup dan

Page 7: ADAB TILAWAH

bergetar sesuai dengan sentuhan setiap ayat. Inilah ciri orang beriman yang sejati dengan imannya (Al-Anfal: 2).

15. Rasakan bahwa diri Anda sedang diajak berbicara Allah swt. lewat ayat-ayat-Nya. Berhentilah sejenak saat bertemu dengan ayat yang didahului dengan kalimat “Wahai orang-orang yang beriman…, hai manusia….” Rasakan setiap panggilan itu hanya untuk Anda. Dengan begitu lanjutan ayat yang berisi perintah, larangan, teguran, peringatan, atau arahan akan dapat Anda respon dengan baik. Kami dengar dan kami taat. Bukan kami dengarin lalu kami cuekin.