Upload
galuh-ajeng-firsty
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 7 - BAB 4 Presus Epilepsi Ajeng
1/13
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus ini dari hasil anamnesis, pemeriksa fisik dan pemeriksaan
penunjang, pasien didiagnosis epilepsi, hal-hal yang mendasari pengambilan
diagnosis tersebut diantaranya :
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan kejang, dimana kejang secara umum dapat
didefinisikan sebagai suatu keadan dimana terjadinya lepas muatan listrik yang
abnormal, berlebihan, dan mendadak dari suatu populasi neuron yang
mengganggu fungsi normal otak. Penyebab kejang dapat disebabkan oleh banyak
faktor di antaranya :
; Epilepsi; Infeksi intrakranial : ensfalitis, meningitis, meningoensfealitis,; Tumor otak : miningioma, glioblastoma, astrositoma; Trauma kapitis; angguan metobolik : hipoglikemia,; angguan elektrolit : hipernatremia, hiponatremia, hipomagnesia,
hipokalsemia; !ahan toksik : obat, alkohol, kokain; Insufisiensi serbro"askular arteriosklerotik dan infark serebrum
Pasien datang kontrol ke P#$I %&PA' atot &oebroto dengan ri(ayat
kejang ) minggu yang lalu. &ebelum kejang , pasien mengaku pingsan
*berdasarkan keterangan keluarga+ kemudian kejang terjadi secara tiba-tiba
dan berlangsung sekitar ) menit. ejang dia(ali dengan kaku seluruh tubuh beberapa lama kemudian diikuti kelojotan yang menyerupai gerakan
menyetak, dengan jumlah gerakan menyentak semakin lama semakin
berkurang jumlahnya namun kekuatan sentakannya tetap. &elama periode )
tahun a(al, kejang terjadi setiap hari dengan serangan )- menit setiap
harinya sebanyak tiga kali atau lebih.
ejang mulai terjadi sejak tahun yang lalu, dan masih sering terjadi
hingga saat ini.
1
8/19/2019 7 - BAB 4 Presus Epilepsi Ajeng
2/13
&etiap sebelum kejang pasien merasakan cemas berlebihan, jantung
berdebar-debar, perasaan tidak enak, serta berkeringat. &ebelum kejang terjadi,
pasien menyadari gejala yang sering muncul sebelum kejang sehingga pasien
selalu mengantisipasi untuk tidak kejang saat diluar rumah.
&etiap kejang mulut tidak pernah mengeluarkan busa dan lidah tidak
pernah berdarah. &elalu merasa kesakitan pada seluruh badan serta kepala saat
kejang berlangsung. &etelah kejang selesai badan terasa lemas dan setelah
beberapa menit berangsur-angsur pasien merasa segar kembali dan tidak
bingung. /amun kejang dapat timbul berulang. Tidak ada keluhan kelemahan
anggota gerak setelah kejang. Tidak ada keluhan demam, muntah, ri(ayat
kepala terbentur, mengkonsumsi obat-obat tertentu atau alkohol. Pasien
mengaku kejang terutama muncul jika banyak pikiran, kelelahan, serta
imunitas sedang menurun. ejang muncul saat berada dikeramaian, atau saat
melihat cahaya tiba-tiba disangkal.
!erdasarkan diagnosis sebelumya pasien telah didiagnosis Epilepsi.
Epilepsi didefinisikan sebagai kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis
yang muncul disebabkan gangguan fungsi otak secara intermiten, yang terjadi
akibat lepas muatan listrik abnormal atau berlebihan dari neuron-neuronsecara paroksismal. &edangkan bangkitan epilepsi atau Epileptic seizure
adalah manifestasi klinis yang serupa dan berulang secara paroksismal, yang
disebabkan oleh hiperakti"itas listrik sekelompok sel saraf di otak yang
spontan dan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut *0unpro"oked1+.
'iagnosis epilepsi ditegakkan atas dasar adanya bangkitan epilepsi berulang
*minimum )+ tanpa pro"okasi, dengan atau tanpa adanya gambaran
epileptiform pada EE . emudian bentuk bangkitan yang terjadi pada pasienini berdasarkan klasifikasi I$AE 2342 adalah bangkitan umum tonik-klonik,
bangkitan umum tonik-klonik dia(ali dengan hilang kesadaran dengan cepat
sehingga akti"itas penderita terhenti. emudian penderita mengalami kejang
tonik. otot-otot berkontraksi sangat hebat, penderita terjatuh, lengan fleksi dan
tungkai ekstensi diikuti rigiditas. ejang tonik ini berlangsung beberapa detik
kemudian disusul dengan kejang klonik, fase ini memperlihatkan kelompok-
kelompok otot yang berla(anan bergantian berkontraksi dan melemas
2
8/19/2019 7 - BAB 4 Presus Epilepsi Ajeng
3/13
sehingga terjadi gerakan-gerakan menyentak,yang seolah-olah mengguncang-
guncang. 5umlah kontraksi secara bertahap berkurang namun kekuatannya
tidak berubah.
eadaan yang terjadi pada pasien adalah kejang dia(ali kaku seluruh
tubuh beberapa lama kemudian diikuti kelojotan yang menyerupai gerakan
menyetak, dengan jumlah gerakan menyentak semakin lama semakin
berkurang jumlahnya namun kekuatan sentakannya tetap. Pasien tidak pernah
menjerit, lidah berdarah namun lidah sering biru dan tampak bekas gigitan.
arena keadaan mejerit saat kejang dapat disebabkan oleh kontraksi dari otot-
otot pernapasann sehingga udara paru terdorong keluar dengan deras sehingga
terdengar seperti suara jeritan. $idah yang tegigit saat kejang disebabkan
spasme rahang. !angkitan kejang kali dalam sehari yang terjadi pada pasien
bukanlah status epileptikus. &tatus epileptikus adalah bangkitan yang
berlangsung lebih dari 6 menit, atau adanya dua bangkitan atau lebih di mana
di antara bangkitan-bangkitan tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran,
sedangkan pada pasien kejang hanya berlangsung )- menit, kemudian
diantara bangkitan kejang yang pertama, kedua, dan ketiga pasien sadar yang
berlangsung selama jam.&edangkan faktor- faktor lain yang dapat meyebabkan kejang yaitu :
; Infeksi intrakranial : ensfalitis, meningitis, meningoensfealitis; !ahan toksik : obat, alkohol, kokain; Trauma kapitis
'apat di singkirkan karena sebelum timbul kejang tidak ada keluhan
demam, nyeri kepala hebat, muntah ataupun ri(ayat kepala terbentur, pasien
tidak sedang menkonsumsi obat-obatan tertentu maupun alkohol. &elain ituinfeksi intrakranial dapat disingkirkan karena pada hasil pemeriksaan tanda
rangsang meningeal tidak terdapat kelainan. &edangkan tumor otak juga dapat
dilemahkan karena tidak terdapat gejala tanda khas pada tumor otak yaitu
nyeri kepala yang bersifat kronik progresif *perlahan-lahan+ dan nyeri
biasanya timbul pada pagi hari serta defisit neurologis tertentu yang berkaitan
dengan letak tumor.
Status Internus
3
8/19/2019 7 - BAB 4 Presus Epilepsi Ajeng
4/13
'ari keadaan umum pasien didapatkan pasien dalam keadaan sakit
sedang. Pasien masih mampu menja(ab pertanyaan yang diajukan sehingga
disimpulkan bah(a kesadaran pasien dalam keadaan compos mentis 7&
E89 ; .'ari pemeriksaan tanda "ital didapatkan bah(a hasil pemeriksaan
dalam batas normal. Tidak diketemukan adanya hipertensi pada pasien saat
dilakukannya pemeriksaan.Pada pemeriksaan neurologis didapatkan bah(a tidak ditemukan
adanya gejala rangsang meningeal, tidak ada kelainan pada ner"i craniales.
Pada pemeriksaan motorik dalam batas normal tidak didapatkan kelainan.
%eflek fisiologis dalam batas normal dan tidak ditemukan adanya reflek
patologis pada pasien. &ensibilitas pada pasien dalam keadaan normal,
simetris antara kanan dan kiri. Pemeriksaan koordinasi dan keseimbangan
dalam batas normal.
8/19/2019 7 - BAB 4 Presus Epilepsi Ajeng
5/13
menentukan prognosis pasien. Pada pasien dengan hasil EE normal pada
masa post ictal memiliki prognosis yang lebih baik.
;Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan anjuran yang dianjurkan untuk pasien ini ialah pemeriksaan
laboratorium dan 9%I kepala.
1; Pemeriksaan $aboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah dilakukan untuk
mencari faktor risiko. Elektrolit untuk mencari apakah terjadi
kekurangan atau kelebihan dari masing-masing unsur.
2; Pemeriksaan kadar #AEPemeriksaan ini untuk melihat target level setelah tercapainya
steady state , pada saat bangkitan terkontrol baik, tanpa gejala
toksik. Pemeriksaan ini diulang setiap tahun, untuk monitor
kepatuhan pasien. Permeriksaan ini dilakukan pula bila bangkitan
timbul kembali, atau bila terdapat gejala toksisitas, bila akan
dikombinasi dengan obat lain, atau saat melepas kombinasi dengan
obat lain, bila terdapat perubahan fisiologi pada tubuh penyandang*kehamilan, luka bakar, gangguan fungsi ginjal+.
3; 9%I
Pada semua pasien dengan kejang onset a(al harus dilakukan
pemeriksaan imaging kepala untuk menentukan apakah adanya
kelainan struktural yang menyebabkan terjadinya kejang. Pengecualian
adalah pada pasien anak dengan ri(ayat kejang yang tidak jelas atau
pada pasien dengan kejang yang lebih ringan seperti epilepsi tipe
absance.
2; TERAPINon !armakologis:
; 9enerangkan kepada pasien dan keluarganya mengenai kemungkinan
adanya epilepsi pada pasien
5
8/19/2019 7 - BAB 4 Presus Epilepsi Ajeng
6/13
; 9oti"asi pasien untuk minum obat secara teratur dan keluarga untuk
menga(asi kepatuhan pasien minum obat
; 9engatakan pada pasien dan keluarga tentang efek samping obat
!armakologis
1; Phenytoin
a; 9erk 'agang
Phenytoin, 'ilantin, Pheilep, 9#;I$EP&@, entrofil
b; omposisi:
; Tiap tablet mengandung:
8/19/2019 7 - BAB 4 Presus Epilepsi Ajeng
7/13
; &emua jenis Epilepsi kecuali Petit 9alC&tatus Epileptikus
e; ontraindikasi:
Pasien dengan sejarah hipersensitif terhadap fenitoin atau produk
hidantoin lain.
f; 'osis :
emungkinan diperlukan penyesuaian dosis dan monitoring le"el
serum bila terjadi perubahan dari pemakaian bentuk 0free acid1 menjadi
bentuk garam natriumnya dan sebaliknya karena fenitoin bentuk 0free
acid1 mengandung kadar fenitoin 4D lebih tinggi dibanding bentuk
sediaan garam natriumnya. 'osis harus disesuaikan dengan keadaan
penderita dan konsentrasi plasma harus dimonitor.
'e(asa :
; 'osis a(al: 66 mg sehari dibagi dalam )- dosis.
; 'osis pemeliharaan: 66-866 mg atau - mg=kg !! sehari *maksimal 66
mg sehari+.Anak-anak:
; 'osis a(al mg=kg !! sehari dibagi dalam )- dosis dan tidak lebih dari
66 mg sehari.
; 'osis pemeliharaan a(al yang dianjurkan: 8-? mg=kg !! sehari.
; Anak usia lebih dari tahun dapat diberikan dosis minimal de(asa * 66
mg sehari+.
g; Efek samping:
; &usunan &araf pusat: manifestasi paling sering yang berhubungan dengan
terapi fenitoin dengan &&P biasanya tergantung dosis. Efek samping ini
berupa nistagmus, ataksia, banyak bicara, koordinasi menurun dan konfusi
mental, pusing, susah tidur, gelisah, kejang motorik dan sakit kepala.
;&aluran cerna: mual, muntah dan konstipasi.
7
8/19/2019 7 - BAB 4 Presus Epilepsi Ajeng
8/13
; ulit: kelainan dermatologik berupa ruam kulit skarlatimiform atau
morbiliform kadang-kadang disrtai dengan demam. !entuk lebih serius
dapat berupa dermatitis eksfoliati", lupus eritematosus, sindroma &te"ens-
5ohnson dan nekrolisis epidermal toksik.
; &istem hemopoetik: efek samping yang dapat bersifat fatal ini kadang-
kadang dilaporkan terjadi. al ini dapat berupa trombositopenia
leukopenia, granulositopenia, agranulositosis, pansitopenia dengan atau
tanpa supresi sumsum tulang.
; 5aringan penunjang: muka menjadi kasar, bibir melebar, hiperplasia gusi,
hipertrikosis dan penyakit peyroni.
; ardio"askular: periarterisis nodosa.
; Imunologik: sindroma sensitifitas, lupus eritromatosus sistemik dan
kelainan immunoglobulin.
h; Peringatan dan perhatian:
; !ila diperlukan pengurangan dosis, penghentian pengobatan harus
dilakukan bertahap.
; Pada kasus terjadi alergi atau reaksi hipersensitifitas, kemungkinan
diperlukan terapi alternatif yang bukan dari golongan hidantoin.
; ati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi hati, usia lanjut.
;
8/19/2019 7 - BAB 4 Presus Epilepsi Ajeng
9/13
;
8/19/2019 7 - BAB 4 Presus Epilepsi Ajeng
10/13
; Tanda-tanda lain adalah: tremor, hiperfleksia, letargi, banyak bicara, mual,
muntah.
; emudian menjadi koma, pupil tidak beraksi dan tekanan darah menurun.
ematian terjadi akibat depresi pernafasan dan depresi sirkulatori.
Penatalaksanaannya bersifat non-spesifik yaitu dengan bantuan pernafasan
atau hemodialisis.
; $ethal dose pada anak-anak tidak diketahui.
2; Asam !olat
A.
8/19/2019 7 - BAB 4 Presus Epilepsi Ajeng
11/13
Ekskresi : $ebih dari 36D folic acid diekskresikan di urine dalam bentuk
metabolit dan sejumlah kecil diekskresikan di feces.
!. Interaksi obat
Asam folat dapat menurunkan absorbsi obat lain.
8/19/2019 7 - BAB 4 Presus Epilepsi Ajeng
12/13
!entuk sediaan
8/19/2019 7 - BAB 4 Presus Epilepsi Ajeng
13/13
; Pemilihan jenis obat sesuai dengan jenis bangkitan.
; &ebaiknya terapi dengan monoterapi.
; Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai
dosis efektif tercapai.
; Pada prinsipnya terapi dimulai dengan obat antiepilepsi lini pertama. !ila
diperlukan penggantian obat, maka dosis obat pertama diturunkan secara
bertahap dan dosis obat kedua dinaikkan secara bertahap.
; !ila didapatkan kegagalan monoterapi maka dapat dipertimbangkan untuk
diberi kombinasi #AE.
Prognosis :
; Hntuk prognosis ad "itam adalah bonam karena pemeriksaan
tanda "ital, keadaan umum dan kesadaran pasien dalam keadaan
stabil dan baik tekanan darah masih terkontrol.
; Prognosis ad fungsionam bonam karena pada pasien ini tidak
ditemukan adanya penurunan secara fungsional dalam masa post
ictal.
; Hntuk ad sanam dubia ad bonam karena jika benar pada pasien
ini terdiagnosa sebagai epilepsi sekalipun, gejalanya tetap dapat
dikontrol dengan pengobatan yang teratur.
; Prognosis ad cosmeticum bonam karena tidak adanya kelainan
neurologis pada pasien ini.
13