Click here to load reader
View
229
Download
0
Embed Size (px)
8/6/2019 EPILEPSI presus
1/39
1
EPILEPSI
Definisi
Kata epilepsi berasal dari bahasa Yunani. epi berarti atas, dan
lepsia berasal dari kata lembenein yang berarti menyerang . Dengan
demikian dapat disimpulkan, bahwa pada mulanya epilepsia itu berarti
suatu serangan dari atas, suatu kutukan dari surga. Penyakit ini juga
dinamai Morbus Sacer, yang berarti penyakit suci.
Epilepsi adalah : Manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi,
namun dengan gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berkala dan
reversibel, yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik neuron kortikal
secara berlebihan.
Menurut Hughlings Jackson, bangkitkan epilepsi dapatlah dianggap
sebagai suatu lepas muatan (discharge) dari suatu bagian substansia grisea
tertentu dari korteks serebri.
Suatu bangkitan epilepsi dapatlah dipandang sebagai suatu lepas
muatan dari sebagian substansia grisea otak yang berlangsung secara tiba-tiba, berlebihan, cepat, tidak teratur dan untuk waktu yang sementara.
Epilepsi bukanlah suatu penyakit, tetapi suatu sindrom, suatu reaksi
dari otak yang timbul secara paroksismal, karena adanya suatu rangsang
patologik yang menghinggapi korteks serebri secara lokal atau difus.
Epidemiologi
Insiden epilepsy di berbagai Negara bervariasi. Di Indonesia :
900.000 1.800.000 penderi dan di Amerika Serikat : 2.000.000 penderita.Epilepsi dijumpai pada semua ras di dunia walaupun ada penelitian yang
menunjukkan lebih banyak di daerah berkembang. Penderita laki laki
lebih banyak dari pada penderita wanita, dan lebih sering dijumpai pada
anak pertama. Sekitar 30 % penderita mendapat sawan pertama pada usia
8/6/2019 EPILEPSI presus
2/39
2
kurang dari 4 tahun, 50 % terdapat pada kelompok kurang dari 10 tahun
dan mencapai 75 80% pada usia kurrang dari 20 tahun , 15 % penderita
pada usia lebih dari 25 tahun dan kurang dari 2 % pada usia lebih dari 50tahun.
Etiologi
Untuk dapat memberikan pengobatan dengan baik, maka sebaiknya
para penderita epilepsi kita kelompokkan dalam dua golongan, yaitu :
A. Kelompok I : Epilepsi Primer
Mereka yang tidak dapat kita ketahui penyebab dari bangkitan
epilepsinya. Kelompok I dinamai Epilepsi primer atau genuin (epilepsiidiopatik, epilepsi esensiil, epilepsi genetik). 50 % dari penderita
epilepsi anak.
B. Kelompok II : Epilepsi Sekunder
Mereka yang dapat kita ketahui penyebab dari bangkita epilepsinya.
Kelompok II dinamakan Epilepsi sekunder atau simptomatik.
Lepas muatan sudah barang tentu mulai di suatu tempat di korteks
serebri. Tetapi yang menyebabkan timbulnya lepas muatan itu tidak
selalu berada dalam ruang tengkorak sendiri. Penyebab bangkitanepilepsi dapat berasal intrakranial tetapi dapat pula berada di
ekstrakranial.
1. Penyebab yang terletak intrakranial
a. Kerusakan pada SSP bayi, sewaktu persalinan, seperti misalnya
karena anoksi, perdarahan, immaturitas dan lain-lain
b. Anomali kongenital
c. Sisa cacat bekas meningitis atau ensefalitis
d. Atrofia korteks serebri bekas ensefalomalasie. Sisa cacat bekas trauma kapitis
f. Tumor serebri
g. Arterio-venous malformation
8/6/2019 EPILEPSI presus
3/39
3
2. Penyebab yang terletak ekstrakranial
a. Anoksia
b. Uremic. Eklampsi
d. Gangguan endokrin seperti misalnya hipoglikemi dan
hipokalsemi
e. Keracunan seperti misalnya karena alkohol, dieldrin dan anti
depresan
Penyebab epilepsy pada berbagai kelompok usia :
1. Kelompok usia 0 6 bulan : Kelainan intra uterin, kelainan
selama persalinan, Kelainan congenital, gangguan metabolic,
infeksi susunan saraf pusat
2. Kelompok usia 6 bulan 3 tahun, karena kejang demam
komplikasi, cedera kepala, gangguan metabolisme, keracunan
timah hitam dan logam berat, degenerasi serebral primer,
3. Kelompok anak anak sampai remaja, dapat disebabkan oleh
infeksi oleh virus, bakteri, parasit dan absesotak yang
frekuensinya sampai 32 % yang meningkat setelah tindakan
operasi.
4. Kelompok usia muada, Cedera kepala merupakan penyebab
yang tersering, disusul oleh tumor otak dan infeksi.
5. Kelompok usia lanjut, Gangguan pembuluh darah otak
merupakan penyebab tersering, pada usia di atas 50 tahun
mencapai 50 %, diikuti oleh trauma, tumor dan degenerasi
serebral.
Patogenesis
Dalam keadaan normal, suatu lepas muatan tidaklah akan mudah
dapat terjadi, berhubung dengan adanya mekanisme penghambat di dalam
susunan saraf pusat itu sendiri.
8/6/2019 EPILEPSI presus
4/39
4
Bermacam mekanisme inhibisi yang didapat dalam susunan saraf pusat,
misalnya :
1. Sel RenshawSetiap sel ganglion motorik memiliki suatu akson yang sebelum
meninggalkan S.S.P. telah melepaskan suatu kolateral rekurrens, yang
dapat merangsang suatu sel Renshaw. Sel Renshaw ini adalah suatu sel
penghambat.
Dengan mempergunakan G.A.B.A. sebagai neurotransmitter, maka sel
Renshaw itu akan dapat melakukan inhibisi terhadap sel ganglion
motorik itu sendiri.
2. Area 4S dari korteks serebri :
Sel-sel ganglia dari daerah ini memiliki akson-akson yang dapat
menghambat bagian-bagian lain dari susuanan saraf pusat. Misalnya
pada kambing telah dapat dibuktikan adanya sabut-sabut yang berasal
dari area 4S ini, yang menuju ke nukleus funikuli grasilis dan ke
nukleus funikuli kuneati. Sabut-sabut ini berfungsi sebagai penghambat,
sehingga tidaklah semua impuls yang sampai pada nuklei tersebut lalu
begitu saja dan dilanjutkan ke korteks serebri.
Mekanisme seperti diuraikan tadi dapat menghalang-halangi timbulnya
lepas muatan yag berlebihan. Selain itu, suatu pompa natrium (Na-K-
ATP-ase) yang oleh karena tidak dapat berfungsi dengan baik, akan
dapat mempermudah timbulnya suatu lepas muatan.
Kita ketahui, bahwa kadar kalium adalah lebih tinggi di dalam daripada
di luar sel neuron. Sebaliknya kadar natrium adalah lebih tinggi di luar
daripada di dalam sel. Dengan demikian maka bagian dalam dari sel itu
adalah 50-70 mV negatif bila dibandingkan dengan bagian luar.
Keadaan yang demikian hanyalah dapat dipertahankan selama pompa
natrium itu bekerja dengan baik. Bila suatu rangsang eksitatorik sampai
pada sel itu, maka terjadilah depolarisasi. Ini berarti bahwa bagian
dalam yang dahulu adalah 50 mV negatif kini misalnya menjadi 30 mV
positif. Bila ada rangsang inhibisi maka terjadilah hiperpolarisasi, yang
8/6/2019 EPILEPSI presus
5/39
5
berarti bahwa bagian dalam akan menjadi bertambah negatif terhadap
bagian luar. Misalnya dari 50 mV negatif lalu menjadi 90 mV negatif.
Kita ketahui bahwa vaskularisasi dari bagian korteks serebri dimanaterdapat suatu sikatriks meningo-serebral, tidaklah sebaik bagian
korteks yang sehat. Sel-sel neuron yang terletak di dekat sikatriks itu
tidaklah dapat menerima oksigen (O2) dan glukosa yang cukup,
sehingga metabolisme dalam sel-sel tersebut terganggu. Akibatnya
adalah, bahwa sediaan ATP dalam sel itu akan menurun. Padahal ATP
sangat diperlukan oleh pompa natrium. Kekurangan ATP akan
berakibat pompa natrium itu tidak dapat berfungsi dengan baik. Dan
sewaktu terjadi depolarisasi, pompa natrium itu tidaklah sanggup lagi
untuk mengeluarkan natrium dari dalam sel, sehingga kadar natrium di
dalam sel akan lebih tinggi dari semula. Keadaan yang demikian itu
akan mengakibatkan bahwa suatu rangsang ringan yang dahulu,
sewaktu pompa natrium masih baik, tidak akan menimbulkan
depolarisasi, kini akan dapat menimbulkan lepas muatan. Dapatlah
dibayangkan, bahwa suatu sikatriks meningo-serebral dengan demikian
akan dapat menjadi suatu fokus epileptogenik.
Jasper : Kejang : abnormal hyperactive sinchronous electrical
discharge of neurons within the central nervous system oleh karena
instabilitas membran neuron- kelebihan rangsangan (excitation) atau
berkurangnya mekanisme yang biasa menghambat (normal inhibitory
mechanism)
Rangsangan stimulasi terhadap sel Na memasuki sel perubahan
potensial potensial aksi meluas ke lain sel dan serat-seratnya
tranmisi impuls transmitter agent
Transmitter Agent :
a. Norepineprine
b. Serotonin
c. Dopamin
8/6/2019 EPILEPSI presus
6/39
6
d. Acethylcoline
e. L-glutamic acid dan L-aspartic acid
f. Gama amino butyric acid (GABA) yang mengerem kejang(inhibitory)
Ambang Miokloni (ambang kejang)
Bila ambang ini dilampaui suatu rangsang, maka akan timbullah kejang.
Seorang sehat yang tidak pernah mendapat serangan epilepsi, memiliki
suatu ambang miokloni yang cukup tinggi. Oleh karena itu, maka suatu
rangsang yang biasa, yang menghinggapinya setiap hari, tidaklah akan
dapat menimbulkan bangkita epilepsi.
Ini tidaklah berarti, bahwa bangkitan epilepsi tidak akan dapat timbul
padanya. Asal rangsananya cukup tinggi dan kuat, sehingga dapat
melampaui ambang mikloninya, maka bangkitan epilepsi pasti akan
timbul pula. Suatu misal, adalah pengobatan berbagai penderita psikotik
dengan cara elektroshock. Aliran listrik yang dipergunakan dalam
pengobatan ini dapat menimbulkan bangkitan epilepsi, walaupun orang
itu memiliki ambang miokloni yang cukup tinggi.
Disamping orang-orang yang memiliki ambang miokloni yang cukup
tinggi, ada pula yang memili