Upload
riyadhiervin
View
247
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jjdjkkdkak
Citation preview
TUGAS MAKALAH PRAKTIKUM GIZI
ANTROPOMETRI
KETEPATAN INDIVIDU DAN KETEPATAN ALAT
Kelompok 6 :
Vania Rizka (100710176)
Astari Marullyta (100810091)
Meilisa P (100810350)
Kiki Ardyansyah (100810104)
Septa Linda R (100810367)
Andy Tamba (100810388)
Risma Kartika (100810438)
Hertha Erika (100810453)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh seperti berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, tebal lemak bawah kulit untuk menentukan status gizi (akut dan kronis).
Interpretasi hasil pengukuran dimensi tubuh terhadap status gizi didapatkan berdasarkan baku
internasional atau nasional sehingga dapat diketahui kondisi sangat kurus, kurus, normal,
gemuk, sangat gemuk.
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Sangat umum digunakan
untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan
energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh
Syarat yang Mendasari Penggunaan Antropometri adalah :
1. Alat mudah didapat dan digunakan
2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
3. Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus profesional, dapat oleh
tenaga lain setelah mendapat pelatihan
4. Biaya relatif murah
5. Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt of point dan baku rujukan yang
sudah pasti
6. Secara ilmiah diakui kebenarannya
Kualitas hasil pengukuran dimensi tubuh ini sangat tergantung ketelitian pengukuran
baik alat atau individu, ketelitian alat sangat tergantung pada individu. Pemilihan alat yang
dipakai juga sangat mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran. Standarisasi alat harus
dilakukan setelah pemakaian oleh 20 orang dewasa.
Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu pertumbuhan linier dan pertumbuhan massa
jaringan. Metode untuk pertumbuhan linier adalah dengan menggunakan tinggi badan,
lingkar dada, dan lingkar kepala. Sedangkan massa jaringan dengan menggunakan metode
berat badan, LILA, dan tebal lemak bawah kulit. Pertumbuhan massa jaringan
menggambarkan status gizi pada saat sekarang atau pada saat pengukuran dan bentuk dan
ukuran massa jaringan adalah massa tubuh
I.2 TUJUAN PRAKTIKUM
1.2.1 Tujuan umum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampumenggunakan
berbagai alat antropometri dan mampu menilai status gizi seseorang atau sekelompok
orang.
1.2.2 Tujuan khusus :
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu :
1. Mengidintifikasi dan memperoleh individu yang memiliki tingkat ketelitian tinggi
dalam pengukuran
2. Mengidentifikasi alat-alat yang memiliki tingkat ketelitian tinggi
3. Menentukan status gizi berdasarkan Body Mass Index (BMI ), ukuran lingkar lengan
atas (LILA) dan tebal lemak bawah kulit (TLBK)
BAB II
BAHAN DAN CARA PENGUKURAN
2.1 Pengukuran Ketepatan Individu
a. Bahan :
Timbangan badan Detecto Scale
b. Cara :
1) Ukur berat badan mahasiswa secara bergantian pada satu alat timbang
2) Pakailah alat timbang Detecto Scale
3) Timbanglah dua kali setiap mahasiswa pada alat timbang tersebut
4) Perhatikan, catat dan laporkan : hasil pengukuran berat badan rata-rata anatara
penimbang dan siapa yang menimbang
5) Laporkan perbedaan ketepatan antar individu
6) Perhatikan hasil pengukuran yang terbaik adalah <0.5kg
2.2 Pengukuran Ketepatan Alat
Setelah dari hasil pengukuran ketepatan individu diketahui bahwa dua andividu adalah
yang paling teliti. Maka dua orang tersebut yang seterusnya melakukan pengukuran
ketepatan alat.
a. Bahan :
Berbagai timbangan badan :
1) Detecto Scale
2) Health Smic
3) Timbangan injak (Bathromm Scale) dan
4) Timbangan Electrik
Pengukur tinggi badan : Microtoise dan tinggi badan pada health smic)
b. Cara :
1. Ukur berat badan ada berbagai alat timbang sebanyak dua kali. Angka ketepatan
adalah satu angka di belakang koma.
Sebelum pengukuran dimulai, lihat ketepatan penunjuk pada angka nol.
Pengukuran dengan keadaan baju ringan, lepaskan segala hal yang mengganggu
ketepatan hasil pengukuran seperti sepatu dan sandal.
2. Ukurlah tinggi badan (TB) setiap anggota kelompok pada bermacam-macam alat ukur
dan ambil rata-rata.
Letakkan alat pengukur pada alas lantai yang lurus dan tegakkan pada alat sandarac
atau tembok yang lurus.
Lepaskan alas kaki
Posisi badan tegak lurus, menempel pada alat ukur mulai dari telapak kaki di belakang
sampai ujung kepala atas
Pandangan lurus ke depan (Frankort horizontal plane)
2.3 Menentukan Status Gizi
2.3.1 Penentuan Status Gizi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
1. Cara :
a. Baca status gizi dari hasil pengukuran rata-rata berat badan dan tinggi badan
masing-masing kelompok dan tentukan status kelompok.
b. Kemudian tentukan status gizinya berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT = berat badan (kg)
tinggi badan (m) kuadrat
c. Kemudian dimasukkan ke dalam kategori sesuai dengan Tabel Status Gizi menurut IMT :
Klasifikasi IMTSangat kurus <17Kurus 17 – 18,5Normal >18,5 – 25Gemuk >25 – 27,5Sangat gemuk >27,5
(Standar WHO dalam Gibson, 2005)
2.3.2 Penentuan Status Gizi dengan Memakai LILA
Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) masing-masing anggota kelompok. Kemudian
tentukan status gizinya (pada tabel baku ukuran LILA orang dewasa)
Tabel Baku Ukuran LILA Orang Dewasa
Umur (th)
LAKI (mm) PEREMPUAN (mm)100% 90% 85% 80% 70% 60% 100% 90% 85% 80% 70% 60%
19 - 302 277 262 246 216 185 265 239 225 212 186 15925 - 319 287 271 255 223 191 277 249 235 222 194 16635 - 326 293 277 261 238 196 290 261 247 232 203 17445 - 322 290 274 258 235 193 299 269 254 239 209 179
(Jeliffe, 1989)
1. Cara :
a. Ukur panjang lengan mulai titik tonjolan tulang pangkal lengan atas ke
siku.
b. Pada titik ½ jarak ukuran tersebut, lakukan pengukuran lingkar lengan.
Penentuan status gizi, dengan memakai LILA pakailah kriteria sbb:
1. Gizi lebih >100% baku
2. Gizi baik 80-100% baku
3. Gizi kurang 60-100% baku
4. Gizi buruk <60% baku
2.3.3 Penentuan Status Gizi dengan memakai Tebal Lemak Bawah Kulit
Ukur Tebal Lemak Bawah Kulit dengan alat Skin Fold Caliper Lange dan ambil rata-rata hasil
pengukuran, kemudian tentukan status gizi. Lihat pada Tabel Lemak Otot Lengan Trisep Orang
Dewasa
LAKI-LAKI PEREMPUANRENDAH
5thMEDIUM
50thTINGGI
90thRENDAH
5thMEDIUM
50thTINGGI
90th
5 10 20 10 20 30
1. Cara :
Pada posisi LILA seperti pada pengukuran LILA, ambil kulit dan jaringan
bawah kulit dengan dua jari tebal jaringan lemak bawah kulit dan pasang alat Skin
Fold Caliper Lange pada daerah kulit yang ada pada dua jari tersebut. Perhatikan
posisi jarum yang menunjuk ke angka, tunggu sampai posisi jarum tidak
bergerak.
Tempat pengukuran : lengan atas daerah Trisep dan Bisep, lengan bawah
(foream), tulang belikat (subscapular), perut (abdominal), bawah tulang rusuk,
tempurung lutut, pertengahan tungkai bawah dan paha.
Tetapi dalam pratikum hanya diukur daerah trisep saja.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengukuran Ketepatan Individu
Dalam pengukuran antropometri ini dilakukan penimbangan berat badan oleh anggota
kelompok dengan cara saling mengukur berat badan anggota dengan alat timbang Detecto
Scale. Disini pertama yang harus kita dapatkan adalah dua anggota kelompok anggota teliti
yang nantinya akan melakukan pengukuran kepada anggota kelompok lainnya.
Dalam pengukuran berat badan dilakukan dua kali lalu dirata – rata sehingga akan
didapat hasil berat badan akhir yang nanatinya akan diselisihkan sampai ditemukan dua
anggota kelompok yang paling teliti.
Hasil perhitungan dari data penimbangan antar anggota kelompok dapat dilihat di
tabel bawah ini :
Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Ketepatan Individu
Pengukur
yang di ukurSepta L Meilisa P Astari M Hertha E Vania R Andy T Kiki A Risma K Rata-rata
Septa L 52 51,8 51,8 51,7 51,9 52 52 51,9 52,7 52,5 52 52 51,9 51,8 Rata2 51,9 51,75 51,95 51,95 52,6 52 51,85 52,00
selisih 0,10 0,25 0,05 0,05 -0,60 0,00 0,15 Meilisa P 49,9 49,8 49,7 49,7 49,7 49,7 49,7 49,7 49,7 49,7 49,8 49,8 49,8 49,8 Rata2 49,85 49,7 49,7 49,7 49,7 49,8 49,8 49,73selisih -0,12 0,03 0,03 0,03 0,03 -0,07 -0,07 Astari M 45,7 45,6 45,5 45,6 45,5 45,5 45,8 45,7 45,6 45,6 45,6 45,7 45,6 45,6 Rata2 45,65 45,55 45,5 45,75 45,6 45,65 45,6 45,61selisih -0,04 0,06 0,11 -0,14 0,01 -0,04 0,01 Hertha E 50,7 50,8 50,8 50,7 50,7 50,7 50,7 50,6 50,6 50,6 50,7 50,7 50,8 50,6 Rata2 50,75 50,75 50,7 50,65 50,6 50,7 50,7 50,68selisih -0,07 -0,07 -0,02 0,03 0,08 -0,02 -0,02 Vania R 48,9 49,1 49 49 49 49 48,9 49 49 49 49,1 49,1 49 49 Rata2 49 49 49 48,95 49 49,1 49 49,01selisih 0,01 0,01 0,01 0,06 0,01 -0,09 0,01 Andy T 104,5 104,6 104,5 104,4 104,4 104,5 104,4 104,3 104,6 104,5 104,4 104,3 104,3 104,4 Rata2 104,55 104,45 104,45 104,35 104,55 104,35 104,35 104,42selisih -0,13 -0,03 -0,03 0,07 -0,13 0,07 0,07 Kiki A 53,3 53,3 53,4 53,3 53,3 53,3 53,3 53,2 53,3 53,3 53,3 53,4 53,4 53,3 Rata2 53,3 53,35 53,3 53,25 53,3 53,35 53,35 53,32selisih 0,02 -0,03 0,02 0,07 0,02 -0,03 -0,03 Risma K 60,7 60,5 60,7 60,6 60,6 60,6 60,9 60,8 60,7 60,8 60,8 60,7 60,8 60,8 Rata2 60,6 60,65 60,6 60,85 60,75 60,75 60,8 60,73selisih 0,13 0,08 0,13 -0,12 -0,02 -0,02 -0,07
Tabel 3.2 Hasil Selisih Pengukuran Berat Badan
Pengukur Septa L Meilisa P Astari M Hertha E Vania R Andy T Kiki A Risma K Yang di ukur
Septa L 0,1 0,25 0,05 0,05 0,6 0 0,15Meilisa P 0,12 0,03 0,03 0,03 0,03 0,07 0,07Astari M 0,04 0,06 0,11 0,14 0,01 0,04 0,01Hertha E 0,07 0,07 0,02 0,03 0,08 0,02 0,02Vania R 0,01 0,01 0,01 0,06 0,01 0,09 0,01Andy T 0,13 0,03 0,03 0,07 0,13 0,07 0,07Kiki A 0,02 0,03 0,02 0,07 0,02 0,03 0,03Risma K 0,13 0,08 0,13 0,12 0,02 0,02 0,07 Jumlah 0,52 0,38 0,49 0,51 0,42 0,78 0,36 0,36
Dari hasil perbandingan selisih pengukuran berat badan antar anggota diatas maka didapat tingkat ketelitian anggota kelompok
sebagai berikut :
1. Kiki Ardiansyah
2. Risma Kartika
3. Meilisa P
4. Vania R
5. Astari M
6. Herta
7. Septa L
8. Andy T
Maka dua anggota yang paling teliti adalah Kiki A dan Risma K
3.2 Pengukuran Ketepatan Alat :
a. Berat badan
Dengan Kiki A dan Risma K sebagai pembanding selisih berat badan untuk alat ukur lain, maka didapat :
Tabel 3.3 Penimbangan oleh dua teliti dengan Timbangan Injak, Timbangan Elektrik, dan Health Smic
Alat Detecto Scale Timbangan Injak Timbangan Elektrik Health Smic Kiki Risma Kiki Risma Kiki Risma Kiki RismaSepta L 52 52 51,9 51,8 53 52 53 53 52,2 52,1 52,6 52,6 51 51 51 51Rata2 52 51,85 52,5 53 52,15 52,6 51 51Selisih -0,5 -1,15 -0,15 -0,75 1 0,85Meilisa P 49,8 49,8 49,8 49,8 51 51 51 50 49,9 49,8 49,8 49,9 49,5 49 49 49Rata2 49,8 49,8 51 50,5 49,85 49,85 49,25 49Selisih -1,2 -1,2 -0,05 -0,05 0,55 0,8Astari M 45,6 45,7 45,6 45,6 46 45 46 46 46 46,1 46 46 45,5 45,5 46 45,5Rata2 45,65 45,6 45,5 46 46,05 46 45,5 45,75Selisih 0,15 -0,4 -0,4 -0,4 0,15 -0,15Hertha E 50,7 50,7 50,8 50,6 52 52 52 51,5 50,2 50,3 50,2 50,2 50 50,5 50 50,5Rata2 50,7 50,7 52 51,75 50,25 50,2 50,25 50,25Selisih -1,3 -1,05 0,45 0,5 0,45 0,45Vania R 49,1 49,1 49 49 50 50 50 50 49,2 49,3 49,3 49,2 48 48,5 48 48Rata2 49,1 49 50 50 49,25 49,25 48,25 48Selisih -0,9 -1 -0,9 -0,25 0,85 1Andy T 104,4 104,3 104,3 104,4 106 105 106 106 105,3 105,2 105,3 105,3 104 104,5 104,5 104Rata2 104,35 104,35 105,5 106 105,25 105,3 104,25 104,25Selisih -1,15 -1,65 -0,9 -0,95 0,1 0,1
Dari tabel sebelumnya didapatkan hasil penimbangan menggunakan Timbangan
Injak, Timbangan Elektrik, dan Health Smic oleh dua anggota kelompok yang paling teliti.
Untuk mendapatkan jenis timbangan mana yang sensitif setelah Detecto Scale harus
dilakukan perbandingan selisih antar alat timbang. Di bawah ini adalah tabel perhitungan
selisih antar timbangan dengan Detecto Scale.
Tabel 3.4 Perhitungan Selisih Alat Ukur Berat Badan
AlatTimbangan
InjakTimbangan
Elektrik Health SmicKiki Risma Kiki Risma Kiki Risma
Septa L 0,5 1,15 0,15 0,75 1 0,85Meilisa P 1,2 1,2 0,05 0,05 0,55 0,8Astari M 0,15 0,4 0,4 0,4 0,15 0,15Hertha E 1,3 1,05 0,45 0,5 0,45 0,45Vania R 0,9 1 0,9 0,25 0,85 1Andy T 1,15 1,65 0,9 0,95 0,1 0,1Jumlah 5,2 6,45 2,85 2,9 3,1 3,35 5,825 2,875 3,225
Dapat dilihat hasil perhitungan yang telah dilakukan sesuai dengan tabel didapat alat
ukur yang paling sensitif setelah Detecto Scale adalah Timbangan Elektrik.
Maka urutan ketepatan alat dari hasil percobaan adalah :
1. Detecto Scale
2. Timbangan Elektrik
3. Health Smic
4. Timbangan Injak
b. Tinggi badan
Alat ukur tinggi badan yang tersedia adalah Microtoise dan TB Health Smic. Dibawah
ini adalah tabel perhitungan untuk mengetahui dari dua alat ukur tinggi badan tersebut
manakah yang paling akurat atau sensitif.
Pengukuran dilakukan oleh dua anggota kelompok yang paling teliti dan pengukuran
dilakukan dua kali untuk mendapatkan ketepatan pengukuran. Selisih didapat dari
perbandingan dengan rata – rata pengukuran individu dengan rerata pengukuran secara
keseluruhan.
Tabel 3.5 Pengukuran Tinggi Badan
Alat Microtoise TB Health Smic Kiki Risma Kiki Risma
Septa L 156,5 157 156 156 158,5 158 157,5 158 Rata2 156,75 156 158,25 157,75 157,19Selisih 0,44 1,19 -1,06 -0,56 Meilisa P 148,5 149 149 148 148,5 148,5 149,5 149 Rata2 148,75 148,5 148,5 149,25 148,75Selisih 0 0,25 0,25 -0,5 Astari M 152 153 153 152 154 154,5 154 154 Rata2 152,5 152,5 154,25 154 153,31Selisih 0,81 0,81 -0,94 -0,69 Hertha E 153 153 153 153,5 154,5 154 154 154,5 Rata2 153 153,25 154,25 154,25 153,69Selisih 0,69 0,44 -0,56 -0,56 Vania R 160,5 161 162 161 161 161,5 160,5 161 Rata2 160,75 161,5 161,25 160,75 161,06Selisih 0,31 -0,44 -0,19 0,31 Andy T 181,5 181 183 183 182 182,5 185,5 184 Rata2 181,25 183 182,25 184,75 182,81Selisih 1,56 -0,19 0,56 -1,94
Tabel 3.6 Perhitungan Selisih Pengukuran Tinggi Badan
AlatMicrotoise TB Health Smic
Kiki Risma Kiki RismaSepta L 0,44 1,19 1,06 0,56Meilisa P 0 0,25 0,25 0,5Astari M 0,81 0,81 0,94 0,69Hertha E 0,69 0,44 0,56 0,56Vania R 0,31 0,44 0,19 0,31Andy T 1,56 0,19 0,56 1,94Jumlah 3,81 3,32 3,56 4,56 3,565 4,06
Hasil perhitungan selisih menyatakan alat ukur tinggi badan yang paling sensitif
adalah Microtoise.
3.3 Menentukan status gizi
3.3.1 Penentuan Status Gizi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT digunakan berdasarkan rekomendasi FAO/WHO/UNO tahun 1985, batasan BB
normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Body Mass Index (BMI/IMT). IMT
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (usia 18
tahun ke atas), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan BB. IMT
tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Juga tidak
dapat diterapkan pada keadaan khsusus (penyakit) seperti edema, asites dan
hepatomegali
Berikut ini adalah perhitungan IMT, pengukuran berat badan dengan menggunakan
alat ukur Detecto Scale dan tinggi badan menggunakan Microtoise dengan hasil rerata
pengukuran oleh anggota kelompok yang paling teliti. Hasil berat badan dan tinggi
badan anggota adalah :
Tabel 3.7 Berat Badan dan Tinggi Badan Anggota Kelompok
Maka satatus gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan rumus = Berart
badan (kg) / kuadrat Tinggi badan (m) akan diperoleh sebagai berikut :
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Status Gizi Berdasarkan IMT
Dari hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan status gizi anggota kelompok
berdasarkan IMT 87,5% dalam status Normal dan sisanya (22,5%) dalam satatus
Sangat Gemuk.
3.3.2 Penentuan Status Gizi dengan Memakai LILA
Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan
cepat, tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh, memberikan
gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
Lila mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:
1. Status KEP pada balita
2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko bayi BBLR
Alat: suatu pita pengukur dari fiber glass atau sejenis kertas tertentu berlapis plastik.
Ambang batas (Cut of Points) LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia < 23.5 cm
Kelemahan:
1. Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai
untuk digunakan di Indonesia
2. Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB
3. Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk
golongan dewasa
Penentuan status gizi anggota kelompok berdasarkan LILA dihitung berdasar baku
ukuran LILA orang dewasa didapat sebagai berikut :
Tabel 3.9 Ukuran LILA Anggota Kelompok
Pengukur
yang di ukur
Septa L
Meilisa P
Astari M
Hertha E
Vania R
Andy T
Kiki A
Risma K
Rata-rata (cm)
% Baku LILA
Status Gizi
Septa L 26,5 27,5 26 26,5 26 26 26 26,4 99 Gizi BaikMeilisa P 26 26,5 27 27 26,5 26 27 26,6 100 Gizi BaikAstari M 25 25 25 25 25 24,5 25 24,9 94 Gizi BaikHertha E 27 27,5 28 28 27,5 27 28 27,6 104 Gizi LebihVania R 22 23 22,5 23 23 22 23 22,6 85 Gizi BaikAndy T 37 37 38 38 38 36 38 37,4 124 Gizi LebihKiki A 25 26 25,5 26 25 25 26 25,5 84 Gizi BaikRisma K 30 29 30 30 29,8 29 29,5 29,6 112 Gizi Lebih
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa 62,5% anggota kelompok 6
status gizi berdasarkan ukuran LILA adalah dalam kondisi Gizi Baik. Sedangkan
37,5% nya dalam kondisi Gizi Lebih.
3.3.3 Penentuan Status Gizi dengan memakai Tebal Lemak Bawah Kulit
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit (skinfold)
dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misal :
a. lengan atas (tricep dan bicep),
b. lengan bawah (forearm),
c. tulang belikat (subscapular),
d. di tengah garis ketiak
(midaxillary),
e. sisi dada (pectoral),
f. perut (abdominal),
g. suprailiaka,
h. paha,
i. tempurung lutut (suprapatellar),
j. pertengahan tungkai bawah
(medial calv)
Lemak dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat
tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan
umur. Lemak bawah kulit pria 3.1 kg, wanita 5.1 kg
Penentuan status gizi anggota kelompok berdasarkan LILA dihitung berdasar tebal
lemak bawah kulit didapat sebagai berikut :
Tabel 3.10 Ukuran Tebal Lemak Bawah Kulit Anggota Kelompok
Pengukur
yang di ukur
Septa L
Meilisa P
Astari M
Hertha E
Vania R
Andy T
Kiki A
Risma K
Rata-rata
Status Gizi
Septa L 23 23 16 20 19 19 21 20,1 MediumMeilisa P 19 23,5 20 20 19 20 19 20,1 MediumAstari M 13 13 15 16 11 13 13 13,4 RendahHertha E 21 23 26 23 23 24 23 23,3 MediumVania R 15 14 15 16 15 14 14 14,7 RendahAndy T 26 29 28 29 28 35 33 29,7 TinggiKiki A 18 18 19 18 19 17 18 18,1 MediumRisma K 21 22 21 22 22 21 21 21,4 Medium
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa 62,5% anggota kelompok 6
status gizi berdasarkan tebal lemak bawah kulit status gizinya adalah Medium dan
25% termasuk dalam status Rendah. Sedangkan 12,5% nya dalam status gizi Tinggi.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Keunggulan Antropometri1. Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel
cukup besar2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli3. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di
daerah setempat4. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau6. Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik, karena
sudah ada ambang batas yang jelas7. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari
satu generasi ke generasi berikutnya8. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi
Kelemahan Antropometri1. Tidak sensitif: tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu, misal Fe dan Zn2. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran4. Kesalahan terjadi karena: pengukuran, perubahan hasil pengukuran (fisik dan komposisi jaringan), analisis dan asumsi yang keliru5. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan: latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat, kesulitan pengukuran
Didalam suatu pengukuran perlu diketahui pengertian presisi dan akurasi.
Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto (1990), memberikan pengertian mengenai presisi
yaitu kemampuan mengukur subjek yang sama secara berulang-ulang dengan
kesalahan minimum. Sedangkan akurasi adalah kemampuan untuk mendapatkan hasil
yang sedekat mungkin dengan hasil yang diperoleh. Namun, dalam pengukuran sering
dijumpai berbagai kesalahan, diantara penyebabnya antara lain: (Supariasa, 2001:63-
64)
a) Pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan posisi
orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung, pinggul, dan tumit harus
menempel di dinding. Sikapnya harus dalam posisis sempurna. Disamping itu pula
kesalahan juga terjadi apabila petugas tidak memperhatikan situasi pada saat anak
diukur. Contohnya adalah anak menggunakan sandal atau sepatu.
b) Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol
c) Kesalahan pada peralatan, Tinggi badan dapat diukur dengan mikrotoa
berkapasitas 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. LILA dapat diukur dengan pita LILA
yang berkapasitas 33 cm dengan skala 0,1 cm.
d) Kesalahan yang disebabkan oleh Tenaga Pengukur, keslahan ini dapat terjadi
karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum mendapat pelatihan yang
memadai. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran sering disebut
Measurement Error.
Mengatasi Kesalahan Pengukuran Antropometri
Secara garis besar untuk mengatasi kesalahan pengukuran, baik dalam
mengukur sebab maupun akibat serta dampak dari suatu tindakan, dapat
dikelompokkan ebagai berikut: (Supariasa, 2001:64-65)
a) Memilih ukuran yang sesuai dengan yang diukur. Misalnya mengukur tinggi
badan menggunakan Mikrotoa, dan tidak menggunakan alat ukur lain yang bukan
diperuntukkan untuk mengukur tinggi badan.
b) Membuat prosedur baku pengukuran yang harus ditaati oleh seluruh pengumpul
data. Petugas pengumpul data harus mengerti teknik, urutan dan langkah-langkah
dalam pengumpulan data.
c) Pelatihan petugas. Pelatihan petugas harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, baik
ditinjau dari segi waktu maupun materi pelatihan. Materi pelatihan
sebaiknyamenekankan pada ketelitian pembacaan dan pencatatan hasil.
d) Peneraan alat ukur secara berkala. Alat timbang dan alat lainnya harus selalu
ditera dalam kurun waktu tertentu. Apabila ada alat yang rusak, sebaiknya tidak
digunakan lagi.
e) Pengukuran silang antar pengamat. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan
presisi dan akurasi yang baik.
f) Pengawasan dan uji petik.
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar Pengukuran Berat Badan Secara Bergantian dengan Menggunakan Alat
Detecto Scale
Gambar Pengukuran Berat Badan oleh Dua Orang Paling Teliti dengan Menggunakan
Health Smic
Gambar Pengukuran Berat Badan oleh Dua Orang Paling Teliti dengan Menggunakan
Timbangan Injak
Gambar Pengukuran Berat Badan oleh Dua Orang Paling Teliti dengan Menggunakan
Timbangan Elektrik
Gambar Pengukuran Tinggi Badan oleh Dua Orang Paling Teliti dengan Menggunakan
Microtoise