Upload
anita-puspita
View
27
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Kolestasis didefinisikan sebagai hambatan aliran empedu, dengan manifestasi
sebagai conjugated hyperbilirubinemia disertai hambatan bahan-bahan (seperti
bilirubin, asam empedu dan kolesterol) dan secara histopatologis terlihat
penumpukan empedu di dalam hepatosit dan bilier. Kadar bilirubin direk > 1
mg/dl pada bilirubin total < 5 mg/dl atau bilirubin direk > 20% kadar bilirubin
total bila kadar bilirubin total > 5 mg/dl.1,2
Akibat penumpukan empedu di sel hati, bayi terlihat ikterik, urin berwarna
lebih gelap dan tinja berwarna lebih pucat sampai seperti dempul. Kolestasis harus
dipikirkan sebagai salah satu penyebab ikterus pada bayi baru lahir bila, ikterus
menetap setelah bayi berusia 2 minggu.1
Penyebab kolestasis pada bayi ini sangat beragam, berupa penyakit atau
kelainan fungsional. Diantaranya adalah infeksi, kelainan genetik, kelainan
metabolik yang menimbulkan kolestasis intrahepatik yang disebut kolestasis
hepatoseluler atau berbagai kelainan yang mempengaruhi saluran bilier
ekstrahepatik yang disebut juga kolestasis obstruktif yang dapat berupa kolestasis
obstruktif intrahepatik atau kolestsis obstruktif ekstrahepatik. Lebih dari 90%
penyebab kolestasis obstruktif adalah atresia bilier yang memerlukan tindakan
operasi dini.2
Kolestasis menunjukan suatu keadaan yang patologis pada hepatobilier,
betapapun ringannya ikterus tersebut. Oleh karena itu harus dilakukan
pemeriksaan intensif sedini mungkin agar dapat mencegah kerusakan hati yang
permanen dan progresif. Pada atresia bilier bila intervensi bedah dilakukan kurang
dari 8 minggu, angka keberhasilannya adalah 80% sedangkan pembedahan yang
dilakukan pada usia lebih dari 12 minggu angka keberhasilanya hanya 20%.
Tanpa intervensi bedah, rata-rata usia kematian adalah 12 bulan. Pada saat ini
dengan intervensi bedah dini sejumlah 36-56% pasien hidup sampai usia 5 tahun.
Bila pasca operasi, aliran empedu hanya mengalami perbaikan parsial, paling
tidak anak mendapat kesempatan tumbuh dan berkembang sebaik mungkin
sebelum diputuskan perlu tidaknya dilakukan transplantasi hati.3
1
Dari data yang dihimpun bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, sebagian besar kolestasis pada bayi adalah
jenis kolestasis intrahepatik, yaitu sebesar 60%. Mayoritas kolestasis intrahepatik
disebabkan oleh infeksi pada masa prenatal. Terdapat kasus kolestasis intrahepatik
akibat infeksi virus yang sembuh dengan sendirinya. Namun jika disebabkan oleh
infeksi kuman yang berat (sepsis) maka diperlukan terapi antibiotika yang tepat.
Ada pula kasus kolestasis intrahepatik yang disebabkan oleh gangguan
metabolisme yakni metabolisme karbohidrat, protein, lemak atau asam empedu.
Sedangkan kasus kolestasis ekstrahepatik pada bayi-bayi Asia sebagian besar
disebabkan oleh atresia bilier, yaitu gangguan pada saluran empedu, dimana
saluran itu tidak dapat dipakai mengeluarkan bahan-bahan yang seharusnya
dibuang ke tinja. Bisa juga diakibatkan oleh kista saluran empedu yang memicu
berbagai komplikasi termasuk pecahnya kista dan kematian.3
Penanganan bayi kolestasis merupakan suatu masalah yang cukup pelik
karena penyebabnya sangat bervariasi dan sebagian besar masih belum jelas
patogenesisnya. Oleh karena itu tugas klinisi dalam menghadapi kolestasis adalah
menegakkan kolestasis sedini mungkin, melakukan evaluasi diagnostik sedini
mungkin untuk mengetahui penyebabnya (intra atau ekstrahepatik), intervensi dini
untuk mencegah skuele jangka panjang.3
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Hati dan Empedu
Hati merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hati pada manusia
terletak pada cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas,
yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200 – 1600 gram
atau 2% berat badan orang dewasa normal.4,5
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber
energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada
beberapa fungsi hati yaitu :4,5
1. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat (KH)
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling
berkaitan 1 sama lain. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari
usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen
lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen
menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen menjadi glukosa disebut
glikogenelisis. Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama
glukosa dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa
monophosphat shunt dan terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa
mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida,
nucleic acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon (3C)
yaitu asam piruvat (asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs).
Glukoneogenesis dalam hati juga penting untuk mempertahankan konsentrasi
normal glukosa darah, karena gluconeogenesis hanya terjadi secara bermakna
apabila konsentrasi glukosa darah mulai menurun di bawah normal. Pada
keasaan demikian, sejumlah besar asam amino dan gliserol dari trigliserida
diubah menjadi glukosa, dengan demikian membantu mempertahankan
konsentrasi glukosa darah yang relative normal.
2. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak
Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan
katabolisis asam lemak. Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :
1. Senyawa 4 karbon – keton bodies
3
2. Senyawa 2 karbon – active acetate (dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol)
3. Pembentukan kolesterol
4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid
Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi
kolesterol. Dimana serum kolesterol menjadi standar pemeriksaan
metabolisme lipid. Hati bersama-sama dengan ginjal memecahkan asam lemak
berantai panjang menjadi benda-benda keton. Benda keton ini akan banyak
dihasilkan oleh tubuh pada masa kelaparan. Benda keton akan dikeluarkan
bersama air kemih. Kira-kira 80% kolesterol yang disintesis di dalam hati
diubah menjadi garam empedu, yang kemudian disekresikan kembali ke
dalam empedu, sisanya diangkut dalam lipoprotein dan dibawa oleh darah ke
semua sel jaringan tubuh.
3. Fungsi hati sebagai metabolisme protein
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. Dengan proses
deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.
Dengan proses transaminasi, hati memproduksi asam amino dari bahan-bahan
non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma
albumin dan ∂ - globulin dan organ utama bagi produksi urea. Urea
merupakan produk akhir dari metabolisme protein. Gamma-globulin selain
dibentuk di dalam hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang β –
globulin hanya dibentuk di dalam hati. Albumin mengandung ± 584 asam
amino dengan berat molekul 66.000.
4. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan
dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor
V, VII, IX, X. Benda asing menusuk kena pembuluh darah – yang beraksi
adalah faktor ekstrinsik, bila ada hubungan dengan katup jantung – yang
beraksi adalah faktor intrinsik. Fibrin harus isomer agar pembekuannya kuat
dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vitamin K dibutuhkan untuk
pembentukan protrombin dan beberapa faktor koagulasi.
4
5. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin
Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K.
6. Fungsi hati sebagai detoksikasi
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses
oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai
macam bahan seperti zat racun, obat over dosis.
7. Fungsi hemodinamik
Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ±
1500 cc/ menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam
arteri hepatica ± 25% dan di dalam vena porta 75% dari seluruh aliran darah
ke hati. Aliran darah ke hati dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh
persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu olahraga, terik
matahari, syok. Hati merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran
darah.
2.2 Empedu
a. Anatomi Sekresi Empedu
Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli empedu
yang kemudian menjadi duktus hepatika kanan dan kiri. Duktus hepatika menyatu
untuk membentuk duktus hepatik komunis yang kemudian menyatu dengan duktus
sistikus dari kantung empedu dan keluar dari hati sebagai duktus biliaris komunis.
Duktus empedu komunis, bersama dengan duktus pankreas, bermuara di
duodenum atau dialihkan untuk penyimpanan di kantung empedu.4,5
b. Komposisi Empedu
Empedu adalah cairan berwarna kuning kehijauan yang terdiri dari 97%
air, garam-garam empedu, pigmen empedu, kolesterol, asam lemak, lesitin dan
elektrolit (Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-). Garam-garam empedu terbentuk dari asam
empedu yang berikatan dengan kolesterol dan asam amino. Pigmen empedu
terdiri dari biliverdin (hijau) dan bilirubin (kuning).
c. Metabolisme Empedu
5
Tahapan metabolisme bilirubin berlangsung dalam 3 fase yaitu fase
prehepatik, intrahepatik dan ekstrahepatik.
- Fase Prehepatik
Bilirubin merupakan hasil pemecahan hemoglobin. Hemoglobin yang
dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera difagosit oleh
jaringan makrofag (sistem retikuloendotelial) di hampir seluruh tubuh, terutama di
hati (sel-sel kupffer), limpa, sumsum tulang. Hemoglobin dipecah menjadi heme
dan globin yang mana globin akan didegradasi menjadi asam amino dan akan
kembali ke sirkulasi, sedangkan heme akan dioksidasi oleh heme oksigenase
menjadi biliverdin, Fe dan karbon monoksida. Kemudian biliverdin akan
direduksi menjadi bilirubin indirek/tak terkonjugasi oleh enzim biliverdin
reduktase. Semua proses tersebut terjadi di limpa. Bilirubin indirek kemudian
dibawa ke hati melalui aliran darah. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air
maka dibutuhkan ikatan dengan albumin plasma dan di transport dalam kombinasi
ini melalui darah dan cairan interstisial. Bilirubin ini mempunyai daya larut yang
tinggi terhadap lemak dan kecil sekali terhadap air, sehingga pada reaksi van den
Bergh, zat ini harus dilarutkan dahulu dalam akselerator seperti methanol atau
etanol, oleh karena itu disebut bilirubin indirek. Zat ini sangat toksik terutama
untuk otak. Pengikatan dengan albumin merupakan upaya tubuh untuk
menyingkirkan bilirubin indirek dari tubuh dengan segera. Daya ikat albumin-
bilirubin (kapasitas ikat total) berkisar 3-4 mg/dl. Obat seperti asetil salisilat,
tiroksin dan sulfonamid dapat mengadakan kompetisi terhadap ikatan ini.
- Fase Intrahepatik
Dalam beberapa jam, bilirubin indirek diabsorpsi melalui membran sel
hati. Bilirubin indirek mudah memasuki hepatosit berkat adanya protein akseptor
sitoplasmik Y dan Z hepatosit. Proses tersebut dapat dihambat oleh anion organik
seperti asam flavasidik, beberapa bahan kolestogarafik. Sewaktu memasuki sel
hati, bilirubin dilepaskan dari albumin plasma dan segera setelah itu kira-kira 80%
dikonjugasi dengan asam glukoronat yang berasal dari asam uridin
diposfoglukoronat dengan bantuan enzim glukoronil transferase. Hasil gabungan
ini larut dalam air, sehingga disebut bilirubin direk atau bilirubin terikat (bilirubin
konjugasi). Selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk ikatan
6
monglukoronida atau ikatan dengan glukosa, xylosa dan sulfat. Bilirubin
konjugasi dikeluarkan melalui proses yang tergantung dari energi ke dalam sistem
bilier. Bilirubin yang diekskresikan ke dalam usus akan dirubah menjadi
sterkobilin. Enzim glukoronil transferase diinduksi oleh fenobarbital.
Fenobarbital juga menambah protein akseptor Y. Estrogen dan progestin yang
berasal dari ibu dan steroid dapat menghambat konjugasi bilirubin dalam hati.
Bilirubin direk atau bilirubin konjugasi dikeluarkan melalui membran kanalikuli
ke saluran empedu proses traspor aktif. Obat seperti klorpromazin dapat
memblokade proses ini demikian juga adanya bendungan ekstrahepatal dan
kerusakan sel hati. Bila terjadi blokade, maka bilirubin direk akan mengalami
regurgitasi sehingga kembali ke dalam plasma. Bilirubin direk ditampung dalam
kantong empedu yang kemudian dikeluarkan ke dalam saluran pencernaan.4
- Fase Ekstrahepatik
Sekali berada didalam usus, kira-kira setengah dari bilirubin direk akan
direduksi oleh bakteri menjadi urobilinogen, yang mudah larut. Sebagian besar
diekskresikan kembali oleh hati ke dalam usus, masuk ke dalam darah, dan kira-
kira 5% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin. Bilirubin direk sebagian besar
diserap oleh ileum terminal secara aktif, sebagian kecil yang tidak diserap masuk
ke dalam kolon, dirusak oleh bakteri usus manjadi bilirubin indirek. Sebagian dari
bilirubin ini diserap secara pasif oleh kolon melalui vena porta bilirubin ini
memasuki hati dan dikeluarkan lagi ke dalam sistem bilier (sirkulasi
enterohepatik).4
c. Kendali pada sekresi dan aliran empedu
Sekresi empedu diatur oleh faktor saraf (impuls parasimpatis) dan hormon
(sekretin dan kolesistokinin) yang sama dengan yang mengatur sekresi cairan
pankreas. Saat asam lemak dan asam amino mencapai usus halus, kolesistokinin
dilepas untuk menkontraksi otot kandung empedu dan merelaksasi sfingter Oddie.
Cairan empedu kemudian didorong ke dalam duodenum.
2.3 Definisi Kolestasis
7
Kolestasis adalah hambatan sekresi dan atau aliran empedu sehingga
terjadi akumulasi, retensi serta regurgitasi bahan – bahan yang diekskresikan oleh
empedu antara lain bilirubin, asam empedu, kolesterol dengan gejala klinis yang
terdiri dari ikterus, urin berwarna tua, tinja dempul dan gambaran laboratorium
kada bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl bila bilirubin total kurang dari 5mg/dl;
sedangkan bila bilirubin total lebih dari 5mg/dl kadar bilirubin direk adalah 20%
dari bilirubin total.1,3
Pada pemeriksaan histopatologis terlihat penumpukan empedu di dalam
hepatosit dan sistem bilier. Penumpukan bahan tersebut akan merusak sel hati
dengan berbagai tingkat gejala klinis yang mungkin terjadi, serta pengaruhnya
terhadap organ sistemik lainnya, tergantung dari lamanya kolestasis
berlangsung.2,3
2.4 Epidemiologi
Kolestasis pada bayi terjadi pada kurang lebih 1/3 dari 400 kelahiran hidup dan
sepertiga diantaranya disebabkan oleh atresia bilier. Dari 4 penyebab utama
kolestasis, insiden atresia bilier adalah 1:10.000 sampai 1:14.000 kelahiran hidup.
Hepatitis neonatal 1:4000, dan defisiensi α-1-antitripsin 1:30.000.1,2
Rasio atersia bilier pada anak permpuan dan anak laki-laki adalah 3 : 1,
sedangkan pada hepatitis neonatal, rasionya terbalik. Belum terbukti adanya
predileksi rasial atau familial.3
Di lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar
selama periode Januari 1992 sampai November 1993 tercatat 34 kasus kolestasis,
terdiri dari 26 kasus atau 76,5 % kasus kolestasis intrahepatik dan 8 kasus atau
23,5% kasus kolestasis ekstrahepatik. Berdasarkan jenis kelamin terdapat 22 kasus
atau 64,7% kasus pada laki-laki dan 12 kasus atau 35,2% kasus perempuan. Dari
segi usia, usia kurang dari 3 bulan sebanyak 28 kasus atau mencapai 82,4%. Usia
3-6 bulan sebayak 4 kasus atau 11,8 % dan usia lebih dari 6 bulan sebanyak 2
kasus atau 5,8%. Usia termuda adalah 9 hari dan tertua adalah 8 bulan.1,2,3
Kolestasis bisa terjadi pada semua kelompok umur. Namun diketahui
bahwa neonatus dan bayi lebih sering menderita penyakit ini sebagai konsekuensi
belum matangnya fungsi hati.6
8
2.5 Patofisiologi Kolestasis
Secara umum mekanisme terjadinya kolestasis dapat dibagi menjadi 2
jenis yakni gangguan hepatoseluler, dimana terjadi gangguan pembentukan
empedu, dan obstruktif dimana terjadinya hambatan pada pengaliran empedu
setelah selesai terbentuk. Gambaran histolpatologis untuk kolestasis hepatoseluler
adalah menunjukan adanya empedu didalam hepatosit dan kanalikuli. Sedangkan
untuk kolestasis tipe obstruktif maka akan ditemukan sumbatan pada saluran
empedu interlobuler, ekspansi portal, proliferasi dari saluran empedu dan jejas
dari kolat sentrilobularis.6
Kolestasis tipe obstruktif biasanya disebabkan oleh karena obstruksi dari
sistem bilier pada tingkat saluran empedu ekstrahepatik yang mana sering
disebabkan oleh batu ataupun tumor. Sumbatan pada tingkat sekecil apapun dapat
mengakibatkan onstruksi pada keseluruhan sistem empedu.
Retensi dari garam empedu akan mengakibatkan jejas pada membran
biologis di seluruh tubuh terutama pada hati. Selain itu retensi juga akan
mengakibatkan gangguan pada fungsi dan fluiditas dari membran.6
Retensi dari bilirubin terkonjugasi dan regurgitasi ke dalam serum6
Ekskresi dari bilirubin terkonjugasi adalah langkah pembatasan dari
pembersihan bilirubin. Ketika kolestasis terjadi konjugasi dari bilirubin terus
berlanjut sedangkan ekskresinya berkurang. Mekanisme yang mana menyebabkan
bilirubin terkonjugasi teregurgitasi kedalam serum kurang jelas dipahami. Diduga
pada kolestasis tipe hepatoseluler pembentukan dari bilirubin terkonjugasi akan
ter efflux langsung dari hepatosit melalui proses difusi atau eksositosis dari
vesikuler. Sedangkan pada kolestasis tipe obstruktif bilirubin terkonjugasi
memasuki daerah kanalikuler melalui tight junction yang melemah.
Tingkat dari bilirubin terkonjugasi dipengaruhi oleh pembentukan
bilirubin, derajat dari kolestasis dan juga eliminasi terutama eliminasi melalui
ginjal. Tingkat kenaikan dari bilirubi terkonjugasi tidaklah signifikan secara klinis
karena tidak menunjukan tipe ataupun derajat dari kolestasis.
9
Tingkat kenaikan dari bilirubin yang tidak terkonjugasi6
Kenaikan konsentrasi serum dapat ditemukan pada semua pasien yang
mengalami kolestasis. Jumlah dari bilirubin yang terkonjugasi mungkin akan
berkurang sebagai akibat dari inhibisi produk akhir ataupun sebagai akibat dari
jejas pada hepatosit. Tingkat produksi bilirubin mungkin juga meningkat sebagai
akibat dari hemolisis yang biasanya menyertai kolestasis.
2.6 Manifestasi klinis
Tanpa memandang etiologinya, gejala klinik utama pada kolestasis pada bayi
adalah ikterus, tinja berwarna lebih pucat sampai dempul (akolik), dan urin yang
berwarna kuning tua seperti teh. Selanjutnya akan muncul manifestasi klinis
lainnya, sebagai akibat terganggunya aliran empedu dan bilirubin.3,4
Adapun manifestasi klinis utama terjadinya kelainan yang menyebabkan
kolestasis adalah :
1. Peningkatan kadar bilirubin direk serum > 1 mg/dl pada bilirubin total < 5
mg/dl atau bilirubin direk > 20% kadar bilirubin total bila kadar bilirubin
total > 5 mg/dl.
2. Peningkatan asam empedu serum (>10 mmol/L)
3. Warna tinja akolik (seperti dempul) dengan variasinya.
4. Urin warna kuning tua seperti teh.
5. Hepatomegali
Secara klinis, kolestasis dihubungkan dengan gejala ikterik serta pruritus
berdasarkan peningkatan kadar bilirubin direk, γ-glutamil transferase, alkali-
fosfatase dan malabsorpsi lemak. Perubahan warna tinja serta urobilinogen urin
sejalan dengan jenis serta beratnya hambatan empedu tersebut dan berkorelasi
pula dengan lamanya kolestasis berlangsung. Pada kolestsis kronik, anak akan
mengalami malnutrisi dan retardasi dalam pertumbuhan serta gejala defisiensi
vitamin yang larut dalam lemak, yaitu terjadi penebalan kulit, rabun senja,
osteopenia, degenerasi neuromuskular, anemia hemolitik, hipoprotrombinemia
serta kelainan hati menjadi progresif dan selanjutnya terjadi sirosis bilier dengan
berbagai komplikasinya.2
10
2.7 Diagnosis
Untuk membedakan antara kolestasis intrahepatal dengan kolestasis
ekstrahepatal, dilakukan dengan cara :
1. Anamnesis
a. Riwayat keluarga
Bila ada saudara kandung pasien yang menderita kolestasis, kemungkinan
besar merupakan suatu kelainan genetik/metabolik. Atresia bilier jarang
mengenai suadara pasien yang lain.
b. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Riwayat obstetrik ibu (infeksi TORCH, hepatitis B dan infeksi lain), Berat
badan lahir, infeksi intrapartum, morbiditas perinatal dan riwayat
pemberian nutrisi parenteral. Bayi atresia bilier biasanya lahir dengan
berat badan normal, sedangkan bayi dengan kolestasis intrahepatal
biasanya lahir dengan berat badan rendah.
2. Klinis
Menurut Alagille (1984), bahwa ada 4 keadaan klnis yang dipakai sebagai
patokan untuk membedakan antara kolestasis ekstrahepatik dengan
intahepatik, yaitu :
a. Berat badan lahir
b. Warna tinja
c. Umur penderita saat tinja mulai akolik
d. Keadaan hati
11
Kriteria klinis untuk membedakan kolestasis Intra/Ekstrahepatal
Klinis Ekstrahepatal Intrahepatal
Warna tinja selama dirawat
- Pucat /dempul
- Kuning
Berat badan lahir
Usia tinja akolik
Gambaran klinis hati
- Hati normal
- Hepatomegali
Konsistensi :
- Normal
- Padat
- Keras
Biopsi hati
- Fibrosis porta
- Profilerasi duktus
- Thrombus empedu importal
79%
21%
3226 ± 45 gram
16 ± 1,5 minggu
13%
12%
63%
24%
94%
86%
63%
26%
74%
2678 ± 55 gram
30 ± 2 minggu
47%
35%
47%
6%
47%
30%
1%
Kolestasis ekstrahepatik hampir selalu menyebabkan tinja yang akolik, maka
sebagai upaya pertama untuk membedakan kolestasis intra/ekstrahepatik
adalah mengumpulkan tinja 3 porsi dalam wadah berwarna gelap.
1. Porsi I pkl 06.00 – 15.00
2. Porsi II pkl 15.00 – 03.00
3. Porsi III pkl 03.00 – 06.00
Pada saat tinja dikumpulkan, pemberian kolestiramin dihentikan. Bila selama
beberapa hari ketiga porsi tinja tetap dempul, maka kemungkinan besar
diagnosisnya adalah kolestasis ekstrahepatik. Pada kolestasis intrahepatik,
umumnya dempul pada pemeriksaan tinja 3 porsi akan berfluktuasi.
12
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rutin
Pada setiap kasus kolestasis dilakukan pemeriksaan kadar
komponen dari bilirubin untuk membedakanya dari hiperbilirubinemia
fisiologis. Juga dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap, uji fungsi hati
termasuk transaminase serum (SGOT, SGPT, Gamma Glutamil
Transferase), alkali fosfatase, waktu protrombin dan tromboplastin, UL,
FL.
Data laboratorik awal pada bayi kolestasis
Kolestasis intrahepatik Kolestasis ekstrahepatik
Bilirubin total
Bilirubin direk
SGOT ( dari N)
SGPT ( dari N)
GT ( dari N)
12,1 ± 9,6
8,0 ± 6,8
>20 x
>10 x
<5 x
10,2 ± 4,5
6,2 ± 2,6
<5 x
<5 x
>5 x
b. Pemerksaan khusus
Pemeriksaan Uji Aspirasi Duodenum (UAD) jarang dilakukan
karena beberapa pernyataan mengatakan bahwa pemeriksaan ini tidak
lebih baik dari pemeriksaan tinja 4 porsi.
c. Pencitraan
Pencitraan dilakukan untuk mengetahui patensi duktus dan menilai
keadaan parenkim hati. Pemeriksaan pencitraan yang dilakukan antara
lain:
- Pemeriksaan USG
Theoni (1990) mengemukakan bahwa akurasi diagnostik USG 77%
dan dapat ditingkatkan bila pasien dilakukan dalam 2 fase yaitu pada
saat puasa (puasa 6-8 jam) dan sesudah minum.
Pemeriksaan USG merupakan prosedur yang sederhana dan
noninvasif, sehinggga dapat dilakukan terhadap bayi dengan
kolestasis.
13
- Skintigrafi hati
Pemeriksaan skintigrafi memberikan gambaran fungsi hepatobilier dan
sistem empedu.
- Pemeriksaan kolangiografi
Prosedur ini jarang dilakukan karena memerlukan anestesi umum
dengan instrumen yang canggih dan teknis pelaksanaan yang sulit.
d. Biopsi hati
Gambaran histopatologis hati dapat membantu menentukan perlu atau
tidaknya laparotomi eksplorasi.
Pada hepatitis neonatal umumnya ditemukan infiltratif inflamasi di lobulus
yang disertai dengan nekrosis hepatoseluler, sehingga terlihat gambaran
lobuler yang kacau, serta ditemukan sel raksasa, fibrosis porta, dan
proliferasi duktus ringan.
Pada atresia bilier didapat gambaran proliferasi duktus bilier dan sumbatan
empedu, fibrosis porta dan edema tetapi arsitektur lobulernya masih
nomal.7
2.8 Diagnosis Banding
Diagnosis banding kolestasis
I. Kelainan ekstrahepatik
A. Atresia bilier
B. Hipoplasia bilier, stenosis duktus bilier
C. Perporasi spontan duktus bilier
D. Massa (neoplasma, batu)
E. Inspissated bile syndrom
II. Kelainan intrahepatik
A. Idiopatik
1. Idiopatik neonatal hepatitis
2. kolestasis intrahepatal persisten
3. syndrom alagille
4. Syndrom Zellweger
5. intrahepatik bile duct paucity
14
B. Anatomik
1. Fibrosis hepatitik congenital
2. Penyakit caroli
C. Kelainan metabolisme
1. Asam amino : Tyrosinemia
2. Lipid : Penyakit Gaucher, penyakit Niemann pick
3. Karbohidrat : galaktosemia
4. Penyakit empedu
5. Penyakit metabolik tidak khas : defisiensi α antitripsin, kistik
fibrosis
D. Hepatitis
1. Infeksi : Hepatitis B, reovirus, TORCH.
2. Toksis : Kolestasis akibat nutrisi parenteral, sepsis dengan
kemumngkinan endotoksinemia.
E. Genetic atau kromosal: Trisomi E, Syndrom Down, Syndrom
Donahue (leprechaunisme)
F. Lain-lain : Histiositosis X, renjatan atau hipoperfusi, obstruksi
intestinal, syndrom polisplenia, lupus neonatal.8
2.9 Penatalaksanaan
1. Terapi etiologik
Operatif – ekstrahepatik portoenterostomi kasai (umur < 6 – 8
minggu)
Non operatif – intrahepatik (medikamentosa)
2. Stimulasi aliran empedu
Fenobarbital
Enzim glukuronil transferase
Enzim sitokrom P450
Enzim Na+K+ATPase
Ursodeoksikolat 10 – 30 mg/ kgBB/ hr
Competitive binding empedu toksik
15
induksi 3 – 10 mg/ kgBB/ hr ; 2 dosis
Bile flow inducer
Suplemen empedu
hepatoprotector
Kolestiramin 0,25 – 0,5 g/ kgBB/ hr
Menyerap empedu toksik
Menghilangkan gatal
Rifampisin 10 mg/ kgBB/ hr
aktivitas mikrosom
Menghambat ambilan empedu
3. Terapi suportif
Terapi nutrisi untuk menunjang pertumbuhan optimal (kebutuhan
kalori umumnya dapat mencapai 130-150% kebutuhan bayi
normal)
MCT (Medium Chain Trigliseride)
Vitamin ADEK
- A 5.000 – 25.000 U/ hr
- D3 (calcitrol) 0,05 – 0,2 μg/ kgBB/ hr
- E 15 – 25 IU/ kgBB/ hr
- K1 2,5 – 5 mg/ 2 – 7 x/ minggu atau 0,3 mg/kgBB tiap
bulan
Mineral dan trace element Ca, P, Mn, Zn, Se, Fe
4. Terapi komplikasi
Hiperlipidemia/ xantelasma : kolestipol
Gagal hati : transplantasi
2.10 Prognosis
Prognosis kolestasis intrahepatik tergantung dari penyakit penyebab dan
banyaknya kerusakan sel-sel hati. Kolestasis yang terjadi oleh sepsis,
prognosisnya baik. Pada kasus kolestasis ekstrahepatik seperti atresia billier,
setelah dilakukan operasi Kasai (post kasai procedure) 30-60% bisa bertahan
sampai 5 tahun.7
16
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas penderita
Nama : RJS
Umur : 0 tahun 1 bulan 27 hari
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Banjar Saren II Ratumadeg Nusa Penida Klungkung
Agama : Hindu
Suku : Bali
MRS : 30 Juli 2011 Pk 11.36
3.2 Anamnesa
Keluhan utama
Tampak kuning
Riwayat penyakit sekarang
Penderita dikeluhkan mengalami kuning yang disadari sejak 11 hari SMRS (19
juli 2011). Sejak pasien lahir sebenarnya ibu sudah melihat bahwa kedua mata
pasien kuning dan kian hari bertambah kuning, meliputi seluruh kulit termasuk
pada kedua mata. Oleh adik perempuan ayah, warna kuning dikatakan tampak
tanpa kehijauan, terlihat lebih jelas pada kedua mata, telapak tangan dan telapak
kaki. Warna tinja dikatakan tidak pernah putih dempul hanya warna kuning biasa
dengan kadang kehijauan. Konsistensi agak lembek, tidak kehitaman, tidak
berdarah maupun berlendir. Frekuensi BAB kurang lebih 3-4 kali perhari. BAK
penderita juga berwarna kuning biasa, tidak didapatkan warna kuning tua.
Frekuensi BAK kurang lebih 3-4 kali perhari dan tidak keruh atau berbau
menyengat. Penderita tidak mengalami panas badan, tetapi didapatkan batuk dan
pilek sebelum masuk rumah sakit, pilek hilang sejak 1 minggu SMRS, batuk agak
berdahak, hanya kadang-kadang, tidak disertai sesak. Pendarahan kulit,
pendarahan dari mulut dan hidung, pendarahan setelah vaksinasi, pucat dan ruam-
ruam di kulit disangkal. Muntah maupun mencret disangkal. Perut membesar juga
disangkal. Penderita dikatakan gerakannya aktif dan kuat, tangisannya keras,
minumnya juga kuat.
17
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada tanggal 21 Juli 2011 (umur 1 bulan 13 hari) dibawa ke dokter spesialis anak
karena kuning dan masih pilek. Tanggal 22 Juli 2011, dibawa ke RS Klungkung
untuk dirawat. Tanggal 30 Juli 2011, dirujuk ke RSUP Sanglah dan opname.
Riwayat pengobatan
Pasien sempat dibawa ke RSUD Klungkung pada tanggal 22 Juli 2011. Terapi
yang diberikan adalah Urdafalk 3x40 mg, Apyalis, Neo K, Vit D.
Riwayat Imunisasi
Pasien mendapatkan imunisasi BCG 1 kali, Polio 1 kali dan Hepatitis B 1 kali.
Riwayat persalinan
Penderita lahir spontan di bidan dengan berat lahir 2800 gram, panjang badan 52
cm, dan tidak ada kelainan saat lahir.
Riwayat Nutrisi
Pasien diberikan ASI sejak lahir sampai sekarang dan juga diberikan susu formula
sejak usia 2 hari. Dan belum mendapatkan makanan tambahan.
Riwayat Sosial
Anggota keluarga tidak ada menderita sakit kuning, selama kehamilan ibu
dikatakan tidak pernah mengalami sakit dan keluarga pasien di rumah memelihara
kucing.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : Compos mentis
GCS : E4V2M3 (9/9)
HR : 130 kali/ menit
RR : 30 kali/ menit
Temperatur Axial : 36,70C
18
Berat Badan : 4,2 kg
Panjang Badan : 52 cm
Berat Badan Ideal : 4,2 kg
Lingkar Kepala : 38 cm
Status gizi : 100% (gizi baik)
Status generalis
Kepala : Normocefali, Ubun-ubun besar terbuka datar
Mata : Anemia -/- , Ikterus +/+ , RP +/+ isokor, Odem -/-
THT
- Telinga : Sekret (-)
- Hidung : Nafas Cuping Hidung (-), Sekret (-)
- Tenggorokan : Sulit dievaluasi
Leher
Inspeksi : Benjolan (-), Bendungan vena jugularis (-) Pendek (-)
Palpasi : Pembesaran kelenjar (-), Kaku kuduk tidak dilakukan
Thoraks
- Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis ICS IV MCL sinistra, Kuat angkat (-), Trill (-)
Auskultasi : S1S2 Normal Reguler Murmur (-)
- Paru-paru
Inspeksi : Bentuk torak simetris, Gerakan ada simetris, Retraksi (-)
Palpasi : Gerakan dada simetris
Auskultasi : Bronkovesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), Hernia umbilikalis (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Genitalia : Tidak ada kelainan
19
Ekstremitas
Inspeksi : Sianosis (-), Edema (-)
Palpasi : Akral hangat (+), CRT < 2 detik
Hangat : + + Edema : - -
+ + - -
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Di RSUD klungkung
Darah lengkap (22 juli 2011)
WBC : 7,4 K/μL (N= 9,80 – 34,0) Rendah
NE% : 67 % (N= 65,9 – 69,1)
LY% : 13% (N= 27,40 – 30,08) Rendah
HB : 8,4 (N=12,0-16,0) Rendah
HCT : 25,0 (N= 45,00 – 67,00) Rendah
PLT : 513 (N= 140,0 – 440) Tinggi
LFT ( 22 Juli 2011)
Bilirubin total : 14,4 (N= 0,00 – 1,00) Tinggi
Bilirubin direk : 7,74 (N= 0,00 – 0,40) Tinggi
Alkali phosphatase : 93,00 (N= 0,00 – 449,00)
SGOT : 64 (N= 11,00 – 33,00) Tinggi
SGPT : 34 (N=11,00 - 34,00)
Total Protein : 2,9 (N=4,40-7,60) Rendah
Globulin : 2,3 (N= 3,20 – 3,70) Rendah
BT :1
CT :7,3
Thyroid ( 28 juli 2011 )
TSH : 3,583 (N= 0,27 – 4,2)
FT4 : 0,99 (N= 0,93 – 1,71)
20
Hasil Lab UL (28 juli 2011)
Warna kuning, konsistensi lunak, lendir (-), darah (-), bau khas
Hasil lab sensitifitas kultur: Chlorampenicol, kanamicin, tetrasiklin, cephazholon,
ciprofloxacin, streptomicin, eritromicin, neomicin, gentamicin.
Darah lengkap (29 juli 2011)
WBC : 10,4 K/μL (N= 9,80 – 34,0)
NE% : 69,7 % (N= 65,9 – 69,1)
LY% : 9,4% (N= 27,40 – 30,08) Rendah
HB : 6,3 (N=12,0-16,0) Rendah
MCV : 79 (N= 78,0 – 102,0) Tinggi
MCH : 26,5 (N=25,0-35,0)
MCHC: 33,7 (N=31-36)
HCT : 18,7 (N= 45,00 – 67,00) Rendah
PLT : 381 (N= 140,0 – 440)
Di RSUD Sanglah
Darah lengkap ( 30 Juli 20 11 )
WBC : 9,03 K/μL (N= 9,80 – 34,0) Rendah
NE% : 11,90 % (N= 65,9 – 69,1) Rendah
LY% : 80,40% (N= 27,40 – 30,08) Tinggi
HB : 7,6 (N=12,0-16,0) Rendah
BA% : 1,58% (N= 0,00 – 1,10) Tinggi
RBC : 2,96 .106/μL (N= 4,00 – 6,60) Rendah
HGB : 7,60 (N= 14,50 – 22,56) Rendah
HCT : 23,50 (N= 45,00 – 67,00) Rendah
MCV : 79,10 (N= 78,0 – 102,0) Tinggi
MPV : 10,10 (N= 6,80-10,00 ) Tinggi
PLT : 257 (N= 140,0 – 440)
21
LFT (30 Juli 2011)
Bilirubin total : 11,29 (N= 0,00 – 1,00) Tinggi
Bilirubin indirek : 1,427 (N= < 0,8) Tinggi
Bilirubin direk : 9,867 (N= 0,00 – 0,40) Tinggi
Alkali phosphatase : 830,00 (N= 0,00 – 449,00) Tinggi
SGOT : 71,09 (N= 11,00 – 33,00) Tinggi
Gamma GT : 193,40 (N= 11,00 – 49,00) Tinggi
Total Protein : 5,812 (N= 4,40-7,60)
Albumin : 4,229 (N= 3,06 – 4,20) Tinggi
Globulin : 1,583 (N= 3,20 – 3,70) Rendah
PT/APTT (30 Juli 2011)
INR : 1,1 (N=)
PT/kontrol : 12,8/11,8(N=)
APTT/kontrol : 53,5/36,4(N=)
Darah lengkap ( 2 Agustus 20 11 )
WBC : 9,03 K/μL (N= 9,80 – 34,0) Rendah
NE% : 11,90 % (N= 65,9 – 69,1) Rendah
LY% : 80,40% (N= 27,40 – 30,08) Tinggi
BA% : 1,58% (N= 0,00 – 1,10) Tinggi
RBC : 2,96 .106/μL (N= 4,00 – 6,60) Rendah
HCT : 24,10% (N= 4,00 – 6,60) Rendah
PLT : 410 K/μL (N= 140,0 – 440)
Hasil lab: Normokromik, anisopoikilositosis (target sel (+), Stomatosit (+), helmet
sel (+), Normoblas (+), polikromasia (+)
Urine Lengkap (3 Agustus 2011)
pH : 8,00
Leukosit : negatif SEDIMEN URINE
Nitrit : negatif - Leukosit : -
Protein : negatif - Eritrosit : 0-1/lp
22
Glucose : normal - Sel epitel :
Ketone : negatif - Gepeng : 0-1/lp
Urobilinogen : normal
Bilirubin : negatif
Immunoserologi ( 3 Agustus 2011)
HBSAG : negatif
Anti HCV : negatif
Anti Toxo IgG : negatif
IgM : negatif
Anti Rubela IgG : positif
IgM : negatif
Anti CMV IgG : positif
IgM : positif
Anti Hsv2 IgG : negatif
IgM : negatif
Hasil Lab (3 Agustus 2011)
Ibu golongan darah O resus positif
USG Abdomen: Hepar, gallbladder, pankreas, lien, kedua ginjal tak tampak
kelainan. Tidak ada tanda-tanda obstruksi intrahepatik maupun extrahepatal
Feses Lengkap (4 Agustus 2011)
Makroskopis : Mikroskopis:
- Warna : kuning - Leukosit : negatif
- Bau : - - Eritrosit : negatif
- Konsistensi : lembek - Amoeba : negatif
- Lendir : positif - Telor cacing : negatif
- Darah : negatif - Lain-lain : fat ++
23
Hasil Lab FL (4 Agustus 2011)
Warna kuning, konsistensi lembek, lendir (+), darah (-), leukosit (-), eritrosit (-),
telur cacing (-), test darah samar (-).
Urine Lengkap ( 5 Agustus 2011)
pH : 6,5
Leukosit : negatif SEDIMEN URINE
Nitrit : negatif - Leukosit : <6/lp
Protein : negatif - Eritrosit : <3/lp
Glucose : normal - Sel epitel : -
Ketone : negatif - Gepeng : -
Urobilinogen : 1 mg/dl
Bilirubin : negatif
Erytrocyte : negatif
Hasil Lab (5 Agustus 2011)
1. Enzim G6PD : Normal
Combs test : Ditemukan autoimune Ab (DCT +) juga C3 yang coated
pada sel darah invivo.Tidak ditemukan adanya ireguler allo
Ab yang bebas dalam serum penderita (ICT- negatif)
1. Urine Rutin : PH 6,5, leukosit (-), nitrit (-), protein (-), glukosa normal
ketone (-), urobilinogen normal, bilirubin 1,0, eritrosit (-),
spesifik grafity 1,015, colour : amber, sedimen : (urine (-),
leukosit (-), eritrosit (-), sel epitel (-), sel gepeng 1-2),
Hemoglobin urin (-)
2. Hasil kultur urine : Organisme : klabsiella oksitoka (bakteri yang terisolasi
merupakan kolonisasi. Tidak dianjuekan pemberian
antibiotik. Konfirmasi dengan klinis pasien. Bila perlu
pengambilan spesimen urine.
3.5 Diagnosis Klinis
Kolestasis intrahepatal dd/ ekstrahepatal.
24
3.6 Follow up pasien
Tanggal S O A P
30/7/11 Menerima pasien dari
triage anak dengan
keluhan kuning di
seluruh kulit dan mata,
sejak 11 hari SMRS (19
juli 2011). Riwayat
kejang (-) demam (-)
BAK kuning BAB tidak
pernah diperhatikan
warnanya
St present
KU: sakit sedang
HR: 120 x/menit
RR: 30 x/menit
Tax: 36,50C
St general
Kepala : Normocepali
UUB datar 2x2cm
Mata : Konjungtiva
pucat -/- ,sklera
ikterik-/-,anemia -/-,
RP +/+ isokor
THT : NCH (-),sekret
(-)
Thorax : simetris (+) ,
retraksi (-)
Cor : S1S2 tgl reg M (-)
Pulmo : Bves +/+,
Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : dist (-), Bu
(+) normal, hernia
umbilicalis(+) hepar:
1/3-1/4 tepi tajam,
permukaan rata, kenyal,
nyeri tekan (-), lien S-1
kenyal
Extremitas : hangat
(+/+), edema (-/-),
CRT<3 detik
Kolestasis
Intrahepatal
dd/
Ekstrahepatal
Terapi: :
- Kebutuhan 420cc /hari
mampu minum
- Urdafalk 3x40mg (p.o)
- Vitamin K ( Neok)
0,3mg/kg bb ~ 1,2 mg
IM @ 3 hari
- Vitamin A 1x10.000
IU (p.o)
- Vitamin E 1x50 IU
- Vitamin D (ostreal )
capsul @ 3 hari
Penunjang Diagnosis
- kultur darah
- UL
- Kultur urin
- USG 2 fase
- Cek Tinja 3 porsi
Monitoring: vital sign,
balance cairan ,
produksi urin
31/07/2011 demam(-), minum (+)
kuat, kulit kuning (+)
BAB kuning kehijauan
(+)/BAK kuning (+)
St present
Kes: Compos Mentis
HR: 136 x/menit
RR: 40 x/menit
Tax: 36,50C
BB: 4,3 kg
St general
Kolestasis
Intrahepatal dd/
Ekstahepatal
Terapi: :
- Kebutuhan 430cc /hari
mampu minum
- Urdafalk 3x40mg (p.o)
- Vitamin K ( Neok)
0,3mg/kg bb ~ 1,2 mg
25
Kepala : Normocepali
UUB datar 2x2cm
Mata : Konjungtiva
pucat -/- ,sklera
ikterik+/+,RP +/+
isokor
THT : NCH
(-),sekret(-), faring dan
tonsil hiperemis (-)
Thorax : simetris (+) ,
retraksi (-)
Cor : S1S2 tgl reg M (-)
Pulmo : Bves +/+,
Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : dist (-), Bu
(+) normal, hepar: 1/3-
1/4 tepi tajam,
permukaan rata, kenyal,
Lien S-1 kenyal
Extremitas : hangat
(+/+), edema (-/-),
CRT<3 DETIK
IM @ 3 hari
- Vitamin A 1x10.000
IU (p.o)
- Vitamin E 1x50 IU
- Vitamin D (ostreal )
capsul @ 3 hari
Penunjang Diagnosis
- kultur darah 2 sisi
- Blood Smear
- Retikulosit
- Urin lengkap
- Kultur urine
- USG 2 fase( 3/8 2011)
- Cek Tinja 3 porsi mulai
pukul 18.00
Monitoring: vital sign,
tanda perdarahan
1/08/2011 Panas badan (-), minum
(+) kuat, kulit kuning
(+) BAB kuning
kehijauan (+)/BAK
kuning (+)
St present
Kes: Compos Mentis
HR: 138 x/menit
RR: 38 x/menit
Tax: 36,70C
St general
Kepala : Normocepali
UUB datar 2x2cm
Mata : Konjungtiva
pucat -/- ,sklera
ikterik+/+,RP +/+
isokor
THT : NCH
(-),sekret(-), faring dan
tonsil hiperemis (-)
Thorax : simetris (+) ,
retraksi (-)
Kolestasis
Intrahepatal dd/
Ekstrahepatal
Terapi:
- Kebutuhan 430cc /hari
mampu minum
- Urdafalk 3x40mg (p.o)
- Vitamin K ( Neok)
0,3mg/kg bb ~ 1,2 mg
IM @ 3 hari
- Vitamin A 1x10.000
IU (p.o)
- Vitamin E 1x50 IU
- Vitamin D (ostreal )
capsul @ 3 hari
Penunjang Diagnosis
- Kultur urine
- USG 2 fase( 3/8 2011)
26
Cor : S1S2 tgl reg M (-)
Pulmo : Bves +/+,
Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : dist (-), Bu
(+) normal, hepar: 1/3-
1/4 tepi tajam,
permukaan rata, kenyal,
Lien S-1 kenyal
Extremitas : hangat
(+/+), edema (-/-),
CRT<3 detik
- Cek Tinja 3 porsi mulai
pukul 18.00
- Cek golongan darah
ibu dan bayi
Monitoring: vital sign,
intake dan balance
cairan
27
2/08/2011 Panas badan (-), minum
(+) kuat, kulit kuning
(+) BAB kuning
kehijauan (+)/BAK (+) ,
batuk (-), mual (-)
St present
Kes: Compos Mentis
HR: 130 x/menit
RR: 32 x/menit
Tax: 36,70C
St general
Kepala : Normocepali
UUB datar 2x2cm
Mata : Konjungtiva
pucat -/- ,sklera
ikterik+/+,RP +/+
isokor
THT : NCH
(-),sekret(-), faring dan
tonsil hiperemis (-)
Thorax : simetris (+) ,
retraksi (-)
Cor : S1S2 tgl reg M (-)
Pulmo : Bves +/+,
Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : dist (-), Bu
(+) normal, hepar: 1/3-
1/4 tepi tajam,
permukaan rata, kenyal,
Lien S-1 kenyal
Extremitas : hangat
(+/+), edema (-/-),
CRT<3 detik
Kolestasis
Intrahepatal dd/
Ekstrahepatal
Terapi: :
- Kebutuhan 430cc /hari
mampu minum
- Urdafalk 3x40mg (p.o)
- Vitamin K ( Neok)
0,3mg/kg bb ~ 1,2 mg
IM @ 3 hari
- Vitamin A 1x10.000
IU (p.o)
- Vitamin E 1x50 IU
- Vitamin D (ostreal )
capsul @ 3 hari
Penunjang Diagnosis
- Kultur urine ulang
(porsi tengahsteril)
- USG 2 fase( 3/8 2011)
- Cek Tinja 3 porsi lanjut
- G6PD
- Hb HPLC
- Kultur Feses
- Konsul Bedah anak
Monitoring: vital sign,
Produksi Urine dan
balance cairan
2/08/11 Minum (+) kuat ASI,
kulit kuning (+) BAB
3x konsistensi lembek
(+)/BAK (+) normal,
muntah 3x berisi susu
St present
Kes: Compos Mentis
HR: 140 x/menit
RR: 44 x/menit
Tax: 36,50C
St general
Kepala : Normocepali
UUB datar 2x2cm
Mata : Konjungtiva
pucat -/- ,sklera
ikterik+/+,RP +/+
Kolestasis
Intrahepatal dd/
Ekstrahepatal
Terapi: :
- Kebutuhan 430cc /hari
mampu minum
- Urdafalk 3x40mg (p.o)
- Vitamin K ( Neok)
0,3mg/kg bb ~ 1,2 mg
IM @ 3 hari
- Vitamin A 1x10.000
IU (p.o)
28
isokor
THT : NCH
(-),sekret(-), faring dan
tonsil hiperemis (-)
Thorax : simetris (+) ,
retraksi (-)
Cor : S1S2 tgl reg M (-)
Pulmo : Bves +/+,
Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : dist (-), Bu
(+) normal, hepar: 1/3-
1/4 tepi tajam,
permukaan rata, kenyal,
Lien S-1 kenyal
Extremitas : hangat
(+/+), edema (-/-),
CRT<3 detik
- Vitamin E 1x50 IU
- Vitamin D (ostreal )
capsul @ 3 hari
Penunjang Diagnosis
- Kultur urine ulang
(porsi tengahsteril)
- USG 2 fase( 3/8 2011)
- Cek Tinja 3 porsi lanjut
- GGPD
- Hb HPLC
- Kultur Feses
- Konsul Bedah anak
Monitoring: vital sign,
balance cairan
4/08/2011 Minum (+) kuat, kulit
kuning (+) BAB
kuning kehijauan
(+)/BAK kuning(+)
St present
Kes: Compos Mentis
HR: 142 x/menit
RR: 44 x/menit
Tax: 35,60C
St general
Kepala : Normocepali
UUB datar 2x2cm
Mata : Konjungtiva
pucat -/- ,sklera
ikterik+/+,RP +/+
isokor
THT : NCH
(-),sekret(-), faring dan
tonsil hiperemis (-)
Thorax : simetris (+) ,
retraksi (-)
Cor : S1S2 tgl reg M (-)
Pulmo : Bves +/+,
Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : dist (-), Bu
(+) normal, hepar: 1/3-
Kolestasis
Intrahepatik ec.
Infeksi
Citomegalovirus
+ rubela +
anemia
normokromik
normositer dd/
Anemia
penyakit hati,
anemia penyakit
kronis, anemia
hemolitik
Terapi:
- Kebutuhan 430cc /hari
mampu minum
- Urdafalk 3x40mg (p.o)
- Vitamin K ( Neok)
0,3mg/kg bb ~ 1,2 mg
IM @ 3 hari
- Vitamin A 1x10.000
IU (p.o)
- Vitamin E 1x50 IU
- Vitamin D (ostreal )
capsul @ 3 hari
Penunjang Diagnosis
- Kultur urine
- GGPD
- Kultur Feses
Monitoring: vital sign,
balance cairan
29
1/4 tepi tajam,
permukaan rata, kenyal,
Lien S-1 kenyal
Extremitas : hangat
(+/+), edema (-/-),
CRT<3 detik
5/8/2011 Kulit kuning (+) BAB
4x kuning kehijauan(+)
(+)/BAK (+) normal,
muntah (-)
St present
Kes: Compos Mentis
HR: 132 x/menit
RR: 40 x/menit
Tax: 36,90C
St general
Kepala : Normocepali
UUB datar 2x2cm
Mata : Konjungtiva
pucat -/- ,sklera
ikterik+/+,RP +/+
isokor
THT : NCH
(-),sekret(-), faring dan
tonsil hiperemis (-)
Thorax : simetris (+) ,
retraksi (-)
Cor : S1S2 tgl reg M (-)
Pulmo : Bves +/+,
Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : dist (-), Bu
(+) normal, hepar: 1/3-
1/4 tepi tajam,
permukaan rata, kenyal,
Lien S-1 kenyal
Extremitas : hangat
(+/+), edema (-/-),
CRT<3 detik
Suspect
Kolestasis
Intrahepatik ec.
Infeksi
Citomegalovirus
+ rubela +
anemia
normokromik
normositer dd/
Anemia
penyakit hati,
anemia penyakit
kronis, anemia
hemolitik
Terapi: :
- Kebutuhan 450cc /hari
mampu minum
- Urdafalk 3x40mg (p.o)
- Vitamin K ( Neok)
0,3mg/kg bb ~ 1,2 mg
IM @ 3 hari
- Vitamin A 1x10.000
IU (p.o)
- Vitamin E 1x50 IU
- Vitamin D (ostreal )
capsul @ 3 hari
Penunjang Diagnosis
- Kultur urine
- GGPD
- Hemoglobin uri
- Tunggu evaluasi
bagian mata
Monitoring: vital sign,
balance cairan
6/8/2011 BAB 5x kuning
kehijauan(+) (+)/BAK
(+) normal, muntah (+),
minum ASI (+)
St present
Kes: Compos Mentis
HR: 124 x/menit
RR: 40 x/menit
Kolestasis
Intrahepatik ec.
Infeksi
Citomegalovirus
Terapi: :
- Kebutuhan 350cc /hari
mampu minum
- Urdafalk 3x40mg (p.o)
30
Tax: 37,00C
St general
Kepala : Normocepali
UUB datar 2x2cm
Mata : Konjungtiva
pucat -/- ,sklera
ikterik+/+, RP +/+
isokor
THT : NCH
(-),sekret(-), faring dan
tonsil hiperemis (-)
Thorax : simetris (+) ,
retraksi (-)
Cor : S1S2 tgl reg M (-)
Pulmo : Bves +/+,
Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : dist (-), Bu
(+) normal, hepar: 1/3-
1/4 tepi tajam,
permukaan rata, kenyal,
Lien S-1 kenyal
Extremitas : hangat
(+/+), edema (-/-),
CRT<3 detik
+ rubela +
anemia
normokromik
normositer dd/
Anemia
penyakit hati,
anemia penyakit
kronis, anemia
hemolitik
Jawaban konsul
hemato: saat ini
pasien
mengalami
anemia karena
penyakit kronis,
tidak perlu di
terapi dari sub
divisi
hematologi
- Vitamin K ( Neok)
0,3mg/kg bb ~ 1,2 mg
IM @ 3 hari
- Vitamin A 1x10.000
IU (p.o)
- Vitamin E 1x50 IU
- Vitamin D (ostreal )
capsul @ 3 hari
Penunjang Diagnosis
Tunggu jawaban konsul
hemato
7/8/2011 BAB 4x kuning (+)
(+)/BAK (+), muntah
(-), minum ASI (+),
panas badan (-)
St present
Kes: Compos Mentis
HR: 109 x/menit
RR: 38x/menit
Tax: 36,70C
St general
Kepala : Normocepali
UUB datar 2x2cm
Mata : Konjungtiva
pucat -/-, sklera
ikterik+/+, RP +/+
isokor
THT : NCH (-), secret
(-), faring dan tonsil
Suspect
Kolestasis
Intrahepatik ec.
Infeksi
Citomegalovirus
+ rubela +
anemia
normokromik
normositer dd/
Anemia
penyakit hati,
Terapi: :
- Kebutuhan 350cc /hari
mampu minum
- Urdafalk 3x40mg (p.o)
- Vitamin K ( Neok)
0,3mg/kg bb ~ 1,2 mg
IM @ 3 hari
- Vitamin A 1x10.000
IU (p.o)
- Vitamin E 1x50 IU
- Vitamin D (ostreal )
capsul @ 3 hari
31
hiperemis (-)
Thorax : simetris (+) ,
retraksi (-)
Cor : S1S2 tgl reg M (-)
Pulmo : Bves +/+,
Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : dist (-), Bu
(+) normal, hepar: 1/3-
1/4 tepi tajam,
permukaan rata, kenyal,
Lien S-1 kenyal
Extremitas : hangat
(+/+), edema (-/-),
CRT< 3 detik
anemia penyakit
kronis, anemia
hemolitik
8/8/2011 Panas badan (-), BAB
4x kuning (+) ,
(+)/BAK (+) normal,
muntah (-)
St present
Kes: Compos Mentis
HR: 110 x/menit
RR: 32 x/menit
Tax: 36,90C
St general
Kepala : Normocepali
UUB datar 2x2cm
Mata : Konjungtiva
pucat -/-, sklera
ikterik+/+, RP +/+
isokor
THT : NCH
(-),sekret(-), faring dan
tonsil hiperemis (-)
Thorax : simetris (+) ,
retraksi (-)
Cor : S1S2 tgl reg M (-)
Pulmo : Bves +/+,
Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : dist (-), Bu
(+) normal, hepar: 1/3-
1/4 tepi tajam,
permukaan rata, kenyal,
Kolestasis
Intrahepatik ec.
Infeksi
Citomegalovirus
+ rubela +
anemia
normokromik
normositer dd/
Anemia
penyakit hati,
anemia penyakit
kronis, anemia
hemolitik
Terapi: :
- Kebutuhan 350cc /hari
mampu minum
- Urdafalk 3x40mg (p.o)
- Vitamin K ( Neok)
0,3mg/kg bb ~ 1,2 mg
IM @ 3 hari
- Vitamin A 1x10.000
IU (p.o)
- Vitamin E 1x50 IU
- Vitamin D (ostreal )
capsul @ 3 hari
Penunjang Diagnosis
Monitoring vital sign
32
Lien S-1 kenyal
Extremitas : hangat
(+/+), edema (-/-),
CRT<3 detik
33