44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    1/23

    Sindrom koroner akut

    a. Definisi

    suatu istilah atau terminologi yang digunakan untuk menggambarkan

    spektrum keadaan atau kumpulan proses penyakit yang meliputi angina

    pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina/UA), infark miokard gelombang

    non-Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation

    myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau

    infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial

    infarction/STEMI)

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    2/23

    Infark Miokard Akut

    http://4.bp.blogspot.com/-2ld1d0QQVmY/TkDy1sxDM2I/AAAAAAAAAR0/CfzdRyszzcE/s1600/Patofisiologi+AMI.JPG
  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    3/23

    b. Etiologi

    1.Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah adaPenyebab paling sering SKA adalah penurunan perfusi miokard oleh karena

    penyempitan arteri koroner sebagai akibat dari trombus yang ada pada

    plak aterosklerosis yang robek/pecah dan biasanya tidak sampai

    menyumbat. Mikroemboli (emboli kecil) dari agregasi trombosit beserta

    komponennya dari plak yang ruptur, yang mengakibatkan infark kecil di

    distal, merupakan penyebab keluarnya petanda kerusakan miokard pada

    banyak pasien.

    2. Obstruksi dinamik

    Penyebab yang agak jarang adalah obstruksi dinamik, yang mungkin

    diakibatkan oleh spasme fokal yang terus menerus pada segmen arteri

    koroner epikardium (angina prinzmetal). Spasme ini disebabkan oleh

    hiperkontraktilitas otot polos pembuluh darah dan/atau akibat disfungsi

    endotel. Obstruksi dinamik koroner dapat juga diakibatkan oleh konstriksi

    abnormal pada pembuluh darah yang lebih kecil.

    3. Obstruksi mekanik yang progresif

    http://4.bp.blogspot.com/-1YwO7MNx93E/TkDypEdQJmI/AAAAAAAAARY/Fbjyrn05yUg/s1600/3.jpg
  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    4/23

    Penyebab ke tiga SKA adalah penyempitan yang hebat namun bukan

    karena spasme atau trombus. Hal ini terjadi pada sejumlah pasien dengan

    aterosklerosis progresif atau dengan stenosis ulang setelah intervensi

    koroner perkutan (PCI).

    4. Inflamasi dan/atau infeksi

    Penyebab ke empat adalah inflamasi, disebabkan oleh/yang berhubungan

    dengan infeksi, yang mungkin menyebabkan penyempitan arteri,

    destabilisasi plak, ruptur dan trombogenesis. Makrofag dan limfosit-T di

    dinding plak meningkatkan ekspresi enzim seperti metaloproteinase, yang

    dapat mengakibatkan penipisan dan ruptur plak, sehingga selanjutnya

    dapat mengakibatkan SKA.

    5. Faktor atau keadaan pencetus

    Penyebab ke lima adalah SKA yang merupakan akibat sekunder dari kondisi

    pencetus diluar arteri koroner. Pada pasien ini ada penyebab berupa

    penyempitan arteri koroner yang mengakibatkan terbatasnya perfusi

    miokard, dan mereka biasanya menderita angina stabil yang kronik. SKA

    jenis ini antara lain karena :

    o Peningkatan kebutuhan oksigen miokard, seperti demam, takikardi dan

    tirotoksikosis

    o Berkurangnya aliran darah koroner

    o Berkurangnya pasokan oksigen miokard, seperti pada anemia dan

    hipoksemia.

    Kelima penyebab SKA di atas tidak sepenuhnya berdiri sendiri dan banyak

    terjadi tumpang tindih. Dengan kata lain tiap penderita mempunyai lebih

    dari satu penyebab dan saling terkait.

    c. Faktor resiko

    Faktor resiko :

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    5/23

    1. Adanya gejala angina

    2. Riwayat PJK sebelumnya

    3. Jenis kelamin

    4. Usia

    5. Diabetes

    faktor utama risikonya adalah:

    o Mengatur kadar gula darah agar selalu dalam keadaan stabil pada

    penyandang penyakit kencing manis (diabetes mellitus).

    o Mengendalikan tekanan darah pada pengidap tekanan darah tinggi

    (hipertensi). Sebagian besar pasien ternyata tidak menjalani

    pengobatan dan tekanan darahnya sehingga menjadi tidak terkontrol.

    o Mengendalikan tekanan darah pada pengidap tekanan darah tinggi

    (hipertensi). Sebagian besar pasien ternyata tidak menjalani

    pengobatan dan tekanan darahnya sehingga menjadi tidak terkontrol.

    o Mengurangi berat badan yang berlebih.

    o Memperbaiki metabolisme gula darah bagi pengidap diabetes

    mellitus

    o Mengurangi lemak tubuh untuk penderita obesitas

    o Menurunkan tekanan darah pada penyandang hipertensi.

    Faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner dikenal sejak lama berupa:

    1. Hipertensi

    2. Kolesterol darah

    3. Merokok

    4. Diet5. Usia

    6. Sex

    7. Kurang latihan

    8. Turunan

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    6/23

    d. Klasifikasi

    e. Manifestasi

    f. Patofisiologi

    g. DD

    insufisiensi koroner akut

    Diseksi aorta

    Kelainan saluran cerna bagian atas (hernia diafragmatica, esofagitis

    refluks)

    Kelainan lokal dinding aorta

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    7/23

    Kompresi saraf

    Kelainan intra abdominal

    h. Diagnosis

    Anamnesis

    Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan seperti berikut ini :

    Apakah ada riwayat PJKA sebelumnya?

    Singkirkan faktor risiko komorbid, seperti merokok, diabetes, hipertensi,

    dislipidemia atau riwayat PJK di keluarga

    Apakah nyeri dada dirasakan seperti menusuk atau menekan (curiga

    angina) ?

    Apakah nyeri (kearah angina) menjalar ke bagian tubuh lain?

    Adakah nyeri saat istirahat dan apakah terus menerus (> 20 menit)?

    Pada pasien PJK, apakah nyeri menghilang dengan pemakian nitrat

    sublingual?

    Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan ini, jika dicurigai adanya diagnosis

    SKA, harus dilakukan pemeriksaan EKG 12 sadapan dalam waktu 10 menit.

    Sifat nyeri dada yang spesifik angina sebagai berikut :

    Lokasi : substermal, retrostermal, dan prekordial

    Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda

    berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.

    Penjalaran ke : leher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggung/interskapula,

    dan dapat juga ke lengan kanan.

    Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat

    Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah

    makan Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin,

    dan lemas.

    Berat ringannya nyeri bervariasi. Sulit untuk membedakan antara gejala

    APTS/NSTEMI dan STEMI.

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    8/23

    Pemeriksaan Fisik

    Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengidentifikasi faktor pencetus

    dan kondisi lain sebagai konsekuensi dari APTS/NSTEMI. Hipertensi tak

    terkontrol, anemia,tirotoksikosis, stenosis aorta berat, kardiomiopati

    hipertropik dan kondisi

    lain, seperti penyakit paru. Keadaan disfungsi ventrikel kiri (hipotensi, ronki

    dan gallop S3) menunjukkan prognosis yang buruk. Adanya bruit di karotis

    atau penyakit vaskuler perifer menunjukkan bahwa pasien memiliki

    kemungkinan juga penderita penyakit jantung koroner (PJK).

    Pemeriksaan Penunjang

    Perubahan EKG cukup spesifik, tetapi tidak peka untuk diagnosis

    IMA pada fase yang masih dini. Berdasarkan kelainan EKG IMA

    dibagi atas 2 yaitu :

    IMA dengan gelombang Q

    i. Mula-mula terjadi elevasi segmen ST ang konveks pada

    hantaran yang mencerminkan daerah IMA. Kadang baru

    terjadi beberapa jam setelah serangan. Depresi segmen ST

    yang resiprokal terjadi [ada hantaran yang berlawanan.

    ii. Diikuti terbentuknya gelombang Q patologis yang

    menunjukkan IMA transmural (terjadi 24 jam pertama IMA).

    iii. setelah elevasi segmen ST berkurang, gelombang T terbalik

    (inversi). Keduanya dapat menjadi normal setelah beberapa

    hari atau minggu.

    Anterior : V3-V4

    Ateroseptal : V1-V2 Anterolateral : I, aVL, V5-V6

    Anterior luas : I, aVL, V1-V6

    Anterolateral tinggi : I, aVL

    Posterior : V1-V2

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    9/23

    Ventrikel kanan : II,III, aVF,V3R,V4R

    IMA non gelombang Q

    Tidak ada Q patologis, hanya dijumpai depresi

    segmen ST dan inversi simetrik gelombang T

    (Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3)

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    10/23

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    11/23

    1. Riwayat/ Anamnesis

    Diagnosa adanya suatu SKA harus ditegakkan secara cepat dan tepat dan

    didasarkan pada tiga kriteria, yaitu;

    o gejala klinis nyeri dada spesifik,

    o gambaran EKG (elektrokardiogram)

    o dan evaluasi biokimia dari enzim jantung.

    Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pasien SKA. Nyeri dada atau

    rasa tidak nyaman di dada merupakan keluhan dari sebagian besar pasien dengan SKA.

    Seorang dokter harus mampu mengenal nyeri dada angina dan mampu membedakan

    dengan nyeri dada lainnya karena gejala ini merupakan petanda awal dalam pengelolaan

    pasien SKA.

    Sifat nyeri dada yang spesifik angina sebagai berikut :

    Lokasi : substermal, retrostermal, dan prekordial

    sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda

    berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.

    Penjalaran ke : leher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggung/ interskapula,

    dan dapat juga ke lengan kanan.

    Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    12/23

    Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah

    makan

    Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, dan

    lemas.

    Berat ringannya nyeri bervariasi. Sulit untuk membedakan antara gejala

    APTS/NSTEMI dan STEMI.

    Pada beberapa pasien dapat ditemukan tanda-tanda gagal ventrikel kiri akut. Gejala

    yang tidak tipikal seperti rasa lelah yang tidak jelas, nafas pendek, rasa tidak nyaman di

    epigastrium atau mual dan muntah dapat terjadi, terutama pada wanita, penderita

    diabetes dan pasien lanjut usia. Kecurigaan harus lebih besar pada pasien dengan faktor

    risiko kardiovaskularmultipeldengan tujuan agar

    tidak terjadi kesalahan diagnosis.

    2. Pemeriksaan Fisik

    Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengidentifikasi faktor pencetus dan

    kondisi lain sebagai konsekuensi dari APTS/NSTEMI.

    o Hipertensi tak terkontrol, anemia, tirotoksikosis, stenosis aorta berat,

    kardiomiopati hipertropik dan kondisi lain, seperti penyakit paru.

    o Keadaan disfungsi ventrikel kiri (hipotensi, ronki dan gallop S3)

    menunjukkan prognosis yang buruk.

    o Adanya bruit di karotis atau penyakit vaskuler perifer menunjukkan bahwa

    pasien memiliki kemungkinan juga penderita penyakit jantung koroner (PJK).

    3. Elektrokardiografi

    EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis. Rekaman yang dilakukan saat

    sedang nyeri dada sangat bermanfaat. Gambaran diagnosis dari EKG adalah :

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    13/23

    1. Depresi segmen ST > 0,05 mV

    2. Inversi gelombang T, ditandai dengan > 0,2 mV inversi gelombang T yang

    simetris di sandapan prekordial

    i. Penatalaksanaan

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    14/23

    Prinsip umum

    - mengembalikan aliran darah koroner dengan trombolitik/ PTCA primer

    untuk menyelamatkan jantung dari infark miokard,

    - membatasi luasnya infark miokard,

    - mempertahankan fungsi jantung.

    - memperlambat atau menghentikan progresifitas penyakit.

    - Memperbaiki kualitas hidup dengan mengurangi frekuensi serangan

    angina

    - Mengurangi atau mencegah infark miokard dan kematian mendadak.

    Triase :

    Jika riwayat dan anamnesa curiga adanya SKA

    - Berikan asetil salisilat (ASA) 300 mg dikunyah

    - Berikan nitrat sublingual

    - Rekam EKG 12 sadapan atau kirim ke fasilitas yang memungkinkan

    - Jika mungkin periksa petanda biokimia

    b. Jika EKG dan petanda biokimia curiga adanya SKA

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    15/23

    Kirim pasien ke fasilitas kesehatan terdekat dimana terapi defenitif dapat

    diberikan

    c. Jika EKG dan petanda biokimia tidak pasti akan SKA

    - Pasien risiko rendah ; dapat dirujuk ke fasilitas rawat jalan

    - Pasien risiko tinggi : pasien harus dirawat

    Tujuannya adalah mencegah terjadinya infark miokard ataupun

    membatasi luasnya infark dan mempertahankan fungsi jantung. Manajemen

    yang dilakukan adalah sebagai berikut :

    Dalam 10 menit pertama harus selesai dilaksanakan adalah:

    a. pemeriksaan klinis dan penilaian rekaman EKG 12 sadapan,

    b. periksa enzim jantung CK/CKMB atau CKMB/cTnT,

    c. berikan segera: 02, infus NaCl 0,9% atau dekstrosa 5%,

    d. pasang monitoring EKG secara kontiniu,

    e. pemberian obat:

    f. nitrat sublingual/transdermal/nitrogliserin intravena titrasi (kontraindikasi

    bila TD sistolik < 90 mmHg), bradikardia (< 50 kali/menit), takikardia,

    g. aspirin 160-325 mg: bila alergi/tidak responsif diganti dengan dipiridamol,

    tiklopidin atau klopidogrel, dan

    h. mengatasi nyeri: morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap 5

    menit sampai dosis total 20 mg atau petidin 25-50 mg intravena atau

    tramadol 25-50 mg intravena.

    a. Memperbaiki faktor risiko

    Walaupun masih diperdebatkan ternyata menurunkan kolesterol darah dalam

    jangka lama dapat mengurangi progresifitas penyakit. Pencegahan primer

    dengan diet ternyata bermanfaat, bila tidak ada respons dapat diberikan obat-

    obatan anti lipid. Exercise dapat menurunkan kolesterol LDL. Pngobatan

    hipertensi juga dapat mengurangi progresifits penyakit, demikian juga

    merokok perlu dilarang.

    b. Pemberian obat-obatan

    1. Nitrat

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    16/23

    Nitrat meningkatkan pemberian O2 miokard dengan dilatasi arteri epikardial

    tanpa mempengaruhi, resistensi arteriol arteri intramiokard. Dilatasi terjadi

    pada arteri yang normal maupun yang abnormal juga pada pembuluh darah

    kolateral sehingga memperbaiki aliran darah pada daerah isomik. Toleransi

    sering timbul pada pemberian oral atau bentuk

    lain dari nitrat long-acting termasuk pemberian topikal atau transdermal.

    Toleransi adalah suatu keadaan yang memerlukan peningkatan dosis nitrat

    untuk merangsang efek hemodinamik atau anti-angina. Nitrat yang short-

    acting seperti gliseril trinitrat kemampuannya terbatas dan harus

    dipergunakan lebih sering. Sublingual dan jenis semprot oral reaksinya lebih

    cepat sedangkan jenis buccal mencegah angina lebih dari 5 am tanpa timbul

    toleransi.

    2. Beta- Bloker

    Beta Bloker tetap merupakan pengobatan utama karena pada sebagian besar

    penderita akan mengurangi keluhan angina. Kerjanya mengurangi denyut

    jantung, kontasi miokard, tekanan arterial dan pemakaian O2. Beta Bloker

    lebih jarang dipilih diantara jenis obat lain walaupun dosis pemberian hanya

    sekali sehari. Efek samping jarang ditemukan akan tetapi tidak boleh diberikan

    pada penderita dengan riwayat bronkospasme, bradikardi dan gagal jantung.

    3. Ca-antagonis

    Kerjanya mengurangi beban jantung dan menghilangkan spasma koroner,

    Nifedipin dapat mengurangi frekuensi serangan anti-angina, memperkuat efek

    nitrat oral dan memperbaiki toleransi exercise. Merupakan pilihan obat

    tambahan yang bermanfaat terutama bila dikombinasi dengan beta-bloker

    sangat efektif karena dapat mengurangi efek samping beta bloker. Efek anti

    angina lebih baik pada pemberian nifedipin ditambah dengan separuh dosis

    beta-bloker daripada pemberian beta-bloker saja. Jadi pada permulaan

    pengobatan angina dapat diberikan beta-bloker di samping sublingual gliseril

    trinitrat dan baru pada tingkat lanjut dapat ditambahkan nifedipin. Atau

    kemungkinan lain sebagai pengganti beta-bloker dapat diberi diltiazem suatu

    jenis ca-antagonis yang tidak merangsang tahikardi. Bila dengan pengobatan

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    17/23

    ini masih ada keluhan angina maka penderita harus direncanakan untuk terapi

    bedah koroner. Pengobatan pada angina tidak stabil prinsipnya sama tetapi

    penderita harus dirawat di rumah sakit. Biasanya keluhan akan berkurang bila

    ca-antagonis ditambah pada beta-bloker akan tetapi dosis harus disesuaikan

    untuk mencegah hipertensi. Sebagian penderita dengan pengobatan ini akan

    stabil tetapi bila keluhan menetap perlu dilakukan

    test exercise dan arteriografi koroner. Sebagian penderita lainnya dengan

    risiko tinggi harus diberi nitrat i.v dan nifedipin harus dihentikan bila tekanan

    darah turun. Biasanya kelompok ini harus segera dilakukan arteriografi

    koroner untuk kemudian dilakukan bedah pintas koroner atau angioplasti.

    4. Antipletelet dan antikoagulan

    Segi lain dari pengobatan angina adalah pemberian antipletelet dan

    antikoagulan. Cairans dkk 1985 melakukan penelitian terhadap penderita

    angina tak stabil selama lebih dari 2 tahun, ternyata aspirin dapat

    menurunkan mortalitas dan insidens infark miokard yang tidak fatal pada

    penderita angina tidak stabil. Pemberian heparin i.v juga efeknya sama dan

    sering diberikan daripada aspirin untuk jangka pendek dengan tujuan

    menstabilkan keadaan penderita sebelum arteriografi. Terdapat obat-obatan

    pada angina pektoris tak stabil secara praktis dapat disimpulkan sebagai

    berikut:

    - Heparin i.v dan aspirin dapat dianjurkan sebagai pengobatan rutin selama

    fase akut maupun sesudahnya

    - Pada penderita yang keadaannya cenderung tidak stabil dan belum

    mendapat pengobatan, beta-bloker merupakan pilihan utama bila tidak

    adakontra indikasi. Tidak ada pemberian kombinasi beta-bloker dengan ca-

    antagonis diberikan sekaligus pada permulaan pengobatan.

    - Pada penderita yang tetap tidak stabil dengan pemberian beta-bloker dapat

    ditambah dengan nifedipin.

    - Pengobatan tunggal dengan nifedipin tidak dianjurkan.

    c. Bedah pintas koroner (Coronary Artery Bypass Graft Surgery)

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    18/23

    Walupun pengobatan dengan obat-obatan terbaru untuk pengobatan angina

    dapat memeperpanjang masa hidup penderita, keadaan tersebut belum dapat

    dibuktikan pada kelompok penderita tertentu terutama dengan penyakit

    koroner proksimal yang berat dan gangguan fungsi ventrikel kiri dengan risiko

    kerusakan mikardium yang luas (Rahimtoola 1985).

    Pembedahan lebih bagus hasilnya dalam memperbaiki gejala dan kapasitas

    exercise pada angina sedang sampai berat. Perbaikan gejala angina

    didapatkan pada 90% penderita selama 1 tahun pertama dengan kekambuhan

    setelah itu 6%pertahun. Kekambuhan yang lebih cepat biasanya disertai

    dengan penutupan graft akibat kesulitan teknis saat operasi sedangkan

    penutupan yang lebih lama terjadi setelah 5 12 tahun sering karena adanya

    graft ateroma yang kembali timbul akibat pengaruh peninggian kolesterol dan

    diabetes.

    Penelitian selama 10 tahun mendapatkan kira-kira 60% graft vena tetap baik

    dibandingkan dengan 88% graft a. mamaria interna. Mortalitas pembedahan

    tidak lebih dari 2% akibat risiko yang besar pada penderita angina tak stabil

    dengan fungsi ventrikel kiri yang buruk. Resiko meninggi pada umur lebih dari

    65 tahun akibat penyakit yang lebih berat terutama pada kerusakan ventrikel

    kiri walaupun memberikan respons yang baik dengan graft dan sekarangpun

    pembedahan biasa dilakukan pada penderita umur 20 tahun. Morbiditas

    pembedahan juga tidak sedikit yaitu sering didapatkan perubahan

    neuropsikiatrik sementara dan insidens stroke 5%. Akan tetapi kebanyakan

    penderita lambat laun akan kembali seperti semula.

    d. Percutaneous transluminal Coronary Angioplasaty (PTCA)

    Pada bebrapa negara 30% penderita dilakukan dilatasi stenosis koroner

    dengan balon. Mula-mula indikasinya terbatas pada lesi koroner yang tunggal

    akan tetapi sekarang juga dilakukan pada penyakit pembuluh darah multipel.

    Tehnik ini dilakukan dengan anestesi lokal dan biasanya perawatan di rumah

    sakit tidak lebih dari 3 hari. Risiko oklusi pembuluh darah dan infark miokard

    didapatkan 5%. 25% stenosis kembali dalam waktu 6 bulan dan perlu diulang

    kembali, sedangkan 75% berhasil untuk waktu yang lama. Pemilihan penderita

  • 8/2/2019 44810142 Sindrom Koroner Akut YUSUF

    19/23

    yang tepat untuk dilakukan PTCA memberi hasil yang aman dan sangat efektif

    untuk memperbaiki angina stabil dan angina tak stabil walaupun belum ada

    percobaan kontrol yang membandingkan dengan bedah koroner.

    e. Penderita penanganan angina berdasarkan tingkatan risiko

    Penanganan secara sistematik dan rasional pada penderita angina pektoris

    dapat disimpulkan sebagai berikut:

    Penderita yang telah ditentukan kelompok risiko tinggi dengan parameter non-

    invasif merupakan indikasi untuk arteriografi koroner. Bila arteriografi

    menunjukkan kelainan a.koronaris pada 3 pembuluh darah atau pembuluh

    darah utama kiri dan diperkirakan dengan pembedahan dapat mempebaiki

    prognosa maka merupakan indikasi untuk CABG. PTCA dipertimbangkan pada

    lesi proksimal yang kritis walaupun manfaatnya belum dapat dilakukan

    operasi karena risiko operasi yang tinggi atau alasan lainnya. Penderita yang

    secara non-invasif ditentukan sebagai kelompok risiko tinggi dan pada

    arteriografi koroner dengan 1 atau 2 kelaianan pembuluh darah serta fungsi

    ventrikel kiri yang normal, tetapi bila gejala tidak terkontrol, pilihan pertama

    adalah PTCA tidak berhasil atau tidak dapat dilakukan karena alasan lain.

    j. Prognosis

    Tenggang waktu antara mulai keluhan-diagnosis dini sampai dengan mulai

    terapi reperfusi akan sangat mempengaruhi prognosis.

    1. Mortalitas tertinggi 4 jam pertama serangan IMA

    2. Dalam 24 jam berikutnya masih rawan

    3. Setelah 24 jam komplikasi sangat menurun

    a. Tingkat I Killip :

    Tanpa syok dan bendungan paru. Prognosis baik, mortalitas