2012 Skabies dan Asma Bronkhial Intermitten.doc

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING

BLOK EARLY CLINICAL AND COMMUNITY EXPOSURE I (ECCE I)

PBL KASUS 2SKABIES DAN ASMA BRONKHIAL

Tutor :

dr. Agung Saprasetya Dwi Laksana, MSc.PH

Kelompok 1

Ganda Sapto Edhi PambudiG1A012001NafiisahG1A012002Arvi Tri SulistiyaniG1A012003Fitri Ayu RamadonaG1A012004Yudith AninditaG1A012059Ratna ErnitaG1A012060Heidi Dewi MutiaG1A012061Maya AlvionitaG1A012062Dwi Bamas AjiG1A012063Hardina BawatriG1A012064Gladys Intan Kirana NugrahaG1A012065KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANJURUSAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2014

I. PENDAHULUANINFO 1

Seorang anak laki-laki Bima usia 9 tahun datang bersama ibunya untuk kunjungan pertama kali ke dokter keluarga (DK) untuk memeriksakan keluhan gatal pada sela-sela jari kedua tangan dan kaki sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan dirasakan sepanjang hari, semakin berat dan hebat pada malam hari, sehingga Bima sering tidak bisa tidur dengan nyenyak. Rasa gatal menjalar hingga telapak tangan, siku, ketiak dan selangkangan. Bima sering mengaruk bagian-bagian tubuh yang gatal hingga luka dan mengeluarkan cairan. Belum ada riwayat pengobatan yang dilakukan untuk keluhan ini. Ia merasa khawatir karena hampir seluruh keluarganya menderita keluhan yang sama.INFO 2

Riwayat MedisBima tidak pernah menderita penyakit gatal seperti ini sebelumnya. Bima mempunyai riwayat sesak nafas kumat-kumatan sejak 6 tahun yang lalu. Sesak nafas kumat jika terlalu lelah dan terkena debu. Sesak nafas disertai bunyi ngik-ngik, batuk dengan dahak kental, dan kadang hingga mengeluarkan banyak keringat. Keluhan akan segera membaik apabila berobat ke puskesmas dan diasap. Pada awalnya, penyakit sesak ini jarang kumat, mungkin hanya sekitar 2-4 kali pertahun. Tetapi dalam 1 tahun terakhir sesak 1 hingga 2 kali sebulan.

Selain sesak, tidak ada riwayat penyakit yang signifikan/penting. Jika sakit panas, pilek atau diare, Bima selalu dibawa ke puskesmas dengan fasilitas Jamkesmas dan selalu sembuh dalam beberapa hari. Frekuensi penyakit tersebut jarang, mungkin hanya 1-2 kali per tahun. Bima tidak pernah dirawat di RS, tidak pernah dioperasidan tidak pernah mengalami kecelakaan.

Riwayat Sosial Ekonomi

Bima adalah seorang pelajar kelas 3 SD di sebuah SD negeri. Bersama kakaknya yang berusia 11 tahun, kadang-kadang Bima bekerja menyemir sepatu di stasiun. Di samping sekolah dan bekerja, Bima masih dapat bermain bersama teman-temannya di bantaran sungai. Ayah Bima adalah lulusan SD yang bekerja sebagai tukang becak, sedangkan ibunya tidak lulus SD yang bekerja sebagai tukang cuci. Penghasilan keluarga tidak menentu, rata-rata 700 ribu hingga 1 juta rupiah per bulannya.

Bima bersama keluarganya (ayah, ibu, dengan 3 saudaranya) tinggal di sebuah rumah tidak permanen di bantaran sungai banjaran. Luas rumah 4x6 m2 yang terdiri atas 2 kamar tidur, ruang keluarga dan dapur. Sementara untuk keperluan MCK, keluarga Bima memanfaatkan WC umum di sungai. Rumah menyerupai rumah panggung dengan lantai kayu, dinding kayu, dan anyaman bambu serta atap seng. Sirkulasi udara kurang baik karena jendela jarang dibuka. Daerah tempat tinggal Bima merupakan daerah padat penduduk dengan pengelolaan sampah dan limbah yang kurang baik (dibuang ke sungai). Tidak ada hewan peliharaan atau tanaman di lingkungan rumah.

Meskipun sering hanya berlauk kerupuk dan sayuran saja, keluarga Bima selalu membiasakan makan bersama. Makan selalu menggunakan tangan dan mereka tidak mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. Mereka mempunyai kebiasaan mandi pagi dan sore dengan menggunakan 2 handuk secara bersama-sama yang dicuci 1 bulan seklai. Tidur dengan kasur tidak pernah dijemur, sprei dicuci sebulan sekali. Kegiatan peribadatan juga dilakukan secara rutin meskipun tidak ada bimbingan dari pemuka agama.

Bima mempunyai hubungan yang baik dan dekat dengan orang tuanya. Setiap permasalahan dapat dihadapi bersama-sama dan selama ini tidak ada masalah serius yang dapat mengguncang ketentraman keluarga. APGAR Score 8. Keluarganya juga mempunyai hubungan baik dengan masyarakat di lingkungan sekitar dengan senantiasa mengikuti kegiatan perkumpulan kampung.

Riwayat Penyakit Keluarga

Kakak (laki-laki) dan kedua adik Bima (perempuan dan laki-laki) mempunyai keluhan yang sama, yaitu gatal-gatal di telapak tangan dan kaki. Keluhan yang sama pada ayah dan ibunya disangkal. Ibu dan adik bungsu Bima mempunyai riwayat alergi ikan. Jika makan ikan, mata terasa gatal dan bengkak serta timbul bentol-bentol yang terasa gatal di seluruh tubuh.

Riwayat medis dari keluarga ayah tidak cukup banyak dan signifikan. Kakek dan nenek Bima masih hidup dan tidak diketahui memiliki riwayat tertentu. Ayah bima adalah anak keempat dari 5 bersaudara. Kakak pertama (laki-laki) diketahui menderita penyakit asam urat. Sementara kedua kakaknya yang lain (keduanya perempuan) tidak diketahui memiliki penyakit tertentuk. Begitu juga dengan adik (laki-laki), tidak memiliki riwayat penyakit tertentu.

Riwayat medis keluarga ibu cukup signifikan. Kakek Bima menderita penyakit darah tinggi. Sedangkan nenek Bima mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan ibu Bima, yaitu alergi ikan. Ibu Bima adalah anak pertama dari 6 bersaudara (semua adiknya perempuan). Adik ketiga dan keempat mempunyai riwayat asma.

Review SystemBima mengalami gatal-gatal di sela-sela jari tangan dan kaki, pergelangan tangan, siku, ketiak dan selangkangan. Tidak ada keluhan demam, pusing, batuk/pilek, sakit perut, gangguan BAB dan BAK. Bima juga tidak mengalami perubahan pola makan maupun penurunan berat badan. Riwayat sesak berulang (+). Meskipun mengalami kesulitan ekonomi, Bima menyangkal adanya stress emosional atau ketidakpuasan dalam keluarganya.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum :cukup baik, tampak kurusTinggi badan 125 cm Berat badan 24 kg

Tekanan darah 110/70 mmHg

HR 96x/menit, RR 20 x/menit

Temperatur axilla 36,6C

Kepala

Mata conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga dalam batas normal

Hidung dalam batas normalTenggorok, tonsil T0/T0, faring dalam batas normalToraksJantung dan Paru dalam batas normal

AbdomenDatar, supel, timpani, bising usus dalam batas normal

Ektremitas

Tidak ditemukan adanya edema maupun sianosis, capillary refill kurang dari 1 detik

II. PEMBAHASAN

Klarifikasi Istilah (ini masih dari yg PBL 1 May, sama aja mungkin, daripada gak ada kan kemren gak ada yang diklarifikasi. hehe)Dokter keluarga

Merupakan dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada komunitas, dengan titik berat pada keluarga, tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit namun sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu secara aktif mengunjungi penderita dan keluarganya (Prasetyawati, 2008).Keluarga

Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat. Pengertian keluarga antara lain sebagai berikut (Efendi, 2009):

UU No. 10 tahun 1992 : unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, atau istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya

Marilyn M. Friedman (1998) : kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Duval dan Logan (1986) : sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta soasial dati tiap anggota eluarga.

Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) : dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkainan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Menurut Friedman (1998), terdapat beberapa fungsi keluarga antara lain sebagai berikut (Suprajitno, 2003) :

Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang uatama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk kehidupan sosial sebelum meninggalkan umah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi danmenjaga kelangsungan keluarga.Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care funcion), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga.Sementara itu, bentuk-bentuk keluarga yang tinggal dalam satu rumah akan menyebabkan stressor yang berbeda. Bentuk-bentuk keluarga menurut Goldenberg (1980) dalam Edison (2011), yaitu:

Keluarga Inti (nuclear family), terdiri dari suami, isteri dan anak kandung

Keluaraga Campuran (extended family), disamping suami, isteri dan anak kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut garis vertikal dan ataupun garis horizontal yang dapat berasal dari pihak suami atau pihak istri.

Keluarga Campuran (blended family), terdiri dari suami, istri, anak kandung dan anak tiri.

Menurut Hukum Umum (common law family), terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan yang sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.

Keluaraga Orang Tua Tunggal (single parent family), terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernahmenikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.

Keluarga Hidup Bersama (commune family), terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.

Keluarga Tinggal Bersama (cohabitation family), terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

Keluarga Serial (serial family), terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, ttp kemudian bercerai dan masing-masing meinikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu keluarga.

Keluarga Gabungan (composite family), terdiri dari suami dengan beberapa isteri dan anak-anaknya (poliandri) atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poligami) yang hidup bersama.

Batasan Masalah

Identitas

Nama

: BimaUsia

: 9 tahunJenis Kelamin

: Laki-lakiPekerjaan

: Siswa SDRPS

Keluhan Utama: gatal-gatal terutama malam hariOnset

: 1 minggu yang lalu

Kualitas

: menganggu tidurKuantitas

: sepanjang hariFaktor pemberat: malam hari, menggaruk bagian yang gatal sehingga luka dan mengeluarkan cairanFaktor peringan: -Keluhan Penyerta:

Menjalar hingga telapak tangan, siku, ketiak dan selangkanRPD

(may, ini belum aku masukin)RPK

(may, ini belum aku masukin)RSE

(may, ini belum aku masukin)Analisis dan Pembahasan Masalah

Apa itu diagnosis holistik dan bagaimana penerapannya pada kasus?Diagnosis holistik adalah penentuan diagnosis pasien yang mempertimbangkan aspek bio-psiko-sosial dari pasien dan keluarganya yang berefek pula pada penatalaksanaannya.

Diagnosis holistik ini memiliki lima aspek, yaitu:

Aspek Personal

Keluhan Utama/Reason for encounter : gatal-gatal, terutama di malam hari

Keluhan Penyerta : tidak bisa tidur nyenyak, gatal menjalar dari sela-sela jari, telapak tangan, siku, ketiak dan selangkangan

Kecemasan/Anxiety : keluhan sangat menganggu dan keluhan dirasakan oleh beberapa keluarga lainnya

Harapan/Excpected : sembuh dari penyakit

Aspek Klinis

Diagnosis : Skabies dan Asma Bronkial intermiten

Differential DiagnosisAspekSkabiesCreeping Eruption (RI, 2014)Candidiasis Cutis (Hidalgo, 2014)Bronkitis Kronik (Fayyaz, 2014)

AnamnesisDitemukan dua dari empat tanda kardinal, meliputi pruritus nocturna, serangan berkelompok, terdapat gambaran pada kulit tipis, dan ditemukan tungau pada pemeriksaan mikroskopis (RI, 2014)Keluhan gatal dan panas pada daerah yang sering kontak dengan tanah, misalnya di telapak kaki, pantat, genitalia, dan tangan. Mempunyai riwayat tidak menggunakan alas kaki saat kontak dengan tanahKeluhan gatal pada lipatan genitocrural, axilla, tangan, dan kaki. Lesi berbentuk eritema yang luas dengan lesi satelit.Didapatkan keluhan batuk produktif dan hipersekresi mukus selama 3 bulan per tahun selama 2 tahun berturut-turut. Gejala pertama yang muncul adalah batuk lama untuk mengeluarkan mukus, baru muncul wheezing sebagai tanda adanya obstruksi saluran nafas. Berbeda dengan asma, yang gejala awalnya adalah wheezing akibat bronkospasme, diikuti batuk karena adanya hipersekresi mukus.

Pemeriksaan FisikPemeriksaan menggunakan lup mencari kanalikuliDari inspeksi terlihat UKK makula eritema, vesikel, dan terdapat lesi satelitTerdapat adanya retraksi intercostal saat bernafas

Pemeriksaan PenunjangTes tinta Burrow, yaitu dengan meneteskan tinta pena pada papul skabies, kemudian segera dihapus dengan alkohol. Jejak terowongan akan tampak sebagai garis yang karakteristik berbelok-belok karena adanya tinta yang masuk. Tes ini mudah sehingga dapat dikerjakan pada bayi/anak dan pasien nonkooperatif Tabri (2005). Pemeriksaan dengan KOH 10% untuk pewarnaan jamur penyebab kandidiasis, yaitu Candida Albicans

Skabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei dan produknya. Diagnosis Skabies dapat ditegakkan dengan didapatkannya 2 dari 4 tanda cardinal, yaitu (Handoko, 2010):

Proritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.

Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk gaaris lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).

Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak dan telapak kaki (Handoko, 2010).

Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan meneteskan larutan methylene blue pada lesi lalu dibiarkan dan dihapus menggunakan kertas tisu. Bila warna larutan methylene blue menetap, berarti tes positif.

Creeping Eruption

Creeping eruption adalah kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing (Aisah, 2010).

Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas. Mula-mula akan timbul papul, kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2-3mm, dan berwarna kemerahan. Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang berkelok-kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul, dan membentuk terowongan (burrow). Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari (Aisah, 2010).

Tempat predileksi adalah di tungkai, plantar, tangan, anus, bokong dan paha, juga di bagian tubuh di mana saja yang sering berkontak dengan tempat larva berada (Aisah, 2010).

Bronkitis Akut

Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Ada 2 jenis bronkitis yaitu bronkitis akut dan kronik. Gejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-3 minggu. Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat berwarna jernih, putih, kuning kehijauan,atau hijau. Selain batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut ini (Muttaqin, 2008):

Demam

Sesak napasBunyi napas mengi atau ngikRasa tidak nyaman di dada atau sakit dada

Gejala bronkitis akut tidaklah spesifik dan menyerupai gejala infeksi saluran pernafasan lainnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tidak tampak sakit berat, tidak sesak atau takipnea, mungkin ditemukan adanya nasofaringitis. Pada auskultasi paru didapatkan ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah batuk), wheezing dengan berbagai gradasi dan krepitasi.

Asthma bronkial

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Ciri-ciri klinis yang dominan adalah riwayat episode sesak, terutama pada malam hari yang sering disertai batuk. Pada pemeriksaan fisik pasien asma, sering ditemukan perubahan cara bernapas, dan terjadi perubahan bentuk anatomi toraks. Pada inspeksi dapat ditemukan napas cepat, kesulitan bernapas, menggunakan otot napas tambahan di leher, perut dan dada. Pada auskultasi dapat ditemukan mengi atau ekspirasi memanjang (Rengganis, 2008).Asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu genetik dan lingkungan. Ada beberapa hal yang harus diketahui dari pasien asma antara lain: riwayat hidung ingusan atau mampat (rhinitis alergi), mata gatal, merah, dan berair (konjungtivitis alergi), dan eksem atopi, batuk yang sering kambuh (kronik) disertai mengi, flu berulang, sakit akibat perubahan musim atau pergantian cuaca, adanya hambatan beraktivitas karena masalah pernapasan (saat berolahraga), sering terbangun pada malam hari, riwayat keluarga (riwayat asma, rinitis atau alergi lainnya dalam keluarga), memelihara binatang di dalam rumah, banyak kecoa, terdapat bagian yang lembab di dalam rumah. Pemeriksaan penunjaang yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis asma adalah Spirometer, Peak Flow Meter, X-ray thorax (Rengganis, 2008).

Aspek Interna, merupakan faktor risiko internal pasien yang memberi efek kepada keadaan pasien saat ini :

Berisi faktor-faktor risiko internal yang dapat mempengaruhi kondisi sehat sakit individu pasien dan keluarganya

Meliputi : Usia, Jenis kelamin, Ras, Genetik, perilaku individu sakit

Faktor-faktor risiko internal ini merupakan confounding factors terjadinya sehat-sakit

Aspek Interna pada kasus ini adalah :

Anak laki-laki dengan usia 9 tahun

Dengan perilaku individu dan keluarga yang kurang sehat yaitu :

Tidak pernah mencuci tangan sebelum makan, dan selalu makan menggunakan tangan

Menggunakan handuk sehari-hari secara bersamaan dan dicuci satu bulan sekali

Tidak pernah menjemur kasur

Sprei dicuci satu bulan sekali

Tidur bersama-sama

Kecukupan gizi yang kurang

Melakukan kegiatan MCK di sungai

Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu dan adik bungsi memiliki alergi ikan

Riwayat hipertensi dan asam urat dari keluarga ayah, diabetes mellitus dan asma dari keluarga ibu

Aspek Eksternal

Berisi faktor-faktor risiko eksternal yang dapat mempengaruhi kondisi sehat-sakit individu pasien dan keluarganya

Meliputi : perilaku sakit anggota keluarga lain, hubungan interpersonal, sosek, pendidikan, lingkungan rumah dan lingkungan local sekitarnya.

Factor-faktor eksternal ini merupakan determinant factors terjadinya sehat-sakit.

Aspek ekterna pada kasus ini adalah :

Riwayat Pendidikan dan Sosial Ekonomi, meliputi :

Pendidikan orang tua yang rendah

Penghasilan sedikit

Keadaan rumah

Tidak memiliki MCK

Ventilasi buruk

Rumah tidak ideal (bukan rumah permanen dari kayu dan bambu)

Ukuran rumah yang tidak ideal

Keadaan Lingkungan sekitar

Lingkungan tempat tinggal yang padat penduduk

Pengelolahan limbah yang tidak baik

Aspek Scale ScoreTabel 1. Scale Score System (Kekalih, 2008)

SkalaAktivitas menjalankan fungsiKetergantungan terhadap org lain

1Melakukan pekerjaan seperti sebelum sakitMandiri dalam perawatan diri dan bekerja di dalam dan luar rumah

2Pekerjaan ringan sehari-hari, di dalam dan luar rumahAktivitas kerja mulai berkurang

3Pekerjaan ringan dan bisa melakukan perawatan diriPekerjaan ringan dan perawatan diri masih dikerjakan sendiri

4Perawatan diri hanya keadaan tertentu, posisi duduk dan berbaringTidak melakukan aktivitas kerja. Perawatan diri oleh keluarga

5Perawatan diri oleh orang lain, posisi berbaring pasifSangat bergantung dengan orang lain (misal tenaga medis)

Pada kasus ini, pasien termaksud ke dalam scale score 1 karena pasien tidak mengeluh mengalami penurunan atktivitas.

Apa saja prinsip-prinsip dalam pendekatan layanan Family Medicine?Personal care

Hubungan erat antara dokter dan pasien. Pasien mungkin berkonsultasi tidak hanya ketika ia sedang sakit tetapi mencari nasihat sebagai seorang teman dan mentor (Ratna et all, 2009).Primary care

Dokter keluarga adalah pemberi pelayanan kesehatan yang pertama kali di temui oleh pasien dalam menyelesaikan masalahnya (Ratna et all, 2009).Continuing care

Pelayanan berpusat pada pasien bukan pada penyakitnya. Adanya hubungan jangka panjang antara dokter dan pasien dengan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan. Dengan demikian pelayanan kesehatan tidak berbatas pada satu episode penyakit. Terutama untuk kasus-kasus kronik yang perlu monitoring rutin dan pelayanan komplikasi yang mungkin muncul, misalnya hipertensi, DM, hiperlipidemia, dll (Ratna et all, 2009).Comprehensive care

Ada 3 pengertian (Ratna et all, 2009) :

Pelayanan mencakup semua usiaPelayanan melingkupi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatifPelayanan meliputi bio-psiko-sosialKoordinasi

Sebagai koordinator yang mengurus segalahal yang berkaitan dengan kesehatan pasien. Mulai dari memberikan informasi yang sejelas-jelasnya sampai dengan merujuk ke spesialis yang di butuhkan oleh pasien (Ratna et all, 2009).Family and community orientedMengikutsertakan keluarga dalam proses kesembuhan dari pasien. Bisa dengan memberikan suport, mengawasi dalam minumobat, serta melihat bila kondisi pasien semakin buruk (Ratna et all, 2009).

Apa yang dimaksud dengan Family Dinamic? Bagaimana cara pengukurannya dan aplikasi dalam kasus? (may ini dari yang laporan PBL 1 cuma diganti gambar genogram nya aja sama family line nya gak ada yg bikin, sama aja kan? Daripada cuma langsung gambar genogramnya aja.hehe)Dinamika keluarga merupakan gambaran dari interaksi dan hubungan di antara individu anggota keluarga yang nantinya akan menjadi refleksi dan mempengaruhi kesehatan fisik, mental, dan spiritual dari masing-masing individu di dalam satu keluarga. Yang termasuk dalam dinamika keluarga dapat berupa (Azwar, 2004) :

Perkembangan atau tantangan adaptif

Misalnya pada kejadian kelahiran anak, penyakit pada individu di keluarga yang dapat menyebabkan berkurangnya fungsi keluarga tersebut.

Kombinasi yang unik antara sumber daya dan beban

Misalnya status ekonomi dan pendidikan.

Dokter keluarga harus bisa memiliki pemahaman mengenai dinamika keluarga, karena hal ini dapat digunakan untuk membantu dalam menegakkan diagnosis dan mengenali faktor faktor apa saja yang dapat membantu dan menghambat proses penyembuhan pasien. Dokter keluarga dapat menggunakan alat penilaian keluarga untuk membantu menilai kondisi dinamika keluarga pasien. Alat alat tersebut dapat berupa (Azwar, 2004) :

Genogram

Family Life Cycle

Family Life Line

Family Map

Family APGAR

Family SCREEM

Dari hasil penilaian menggunakan alat alat tersebut, keluarga dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu (Azwar, 2004) :

Keluarga fungsional

Keluarga disfungsional

Mid range families

GenogramDefinisi

Menurut Rakel, genogram keluarga adalah alat yang digunakan oleh dokter dan tenaga medis lainya untuk meringkas pada satu halaman besar sejumlah informasi yang berkaitan dengan keluarga.

Indikasi penggunaan genogram (Azwar,2004)

Kondisi-kondisi dalam keluarga yang memiliki arti keturunan.

Juga dapat digunakan untuk menggambarkan masalah yang sifatnya turun-temurun yang tampaknya memiliki insiden yang tinggi dalam keluarga

Masalah ini tidak murni genetik, mereka mungkin terkait faktor sosial atau lingkungan atau ciri-ciri keluarga atau kebiasaan yang mempengaruhi anggota keluarga masa depan untuk kemungkinan masalah berkembang

Genogram juga dapat menunjukkan masalah yang tidak diketahui etiologi yang umum dalam keluarga

Genograms tidak perlu digunakan secara rutin dengan setiap pasien. Genogram paling efektif bila diterapkan secara selektif.

Manfaat genogram (Azwar,2004)

Untuk meninjau secara cepat situasi keluarga, seperti pernikahan kedua atau anak-anak di hadir dari pernikahan sebelumnya

Membiarkan dokter lain, perawat, dan lain-lain untuk menilai dan memahami keluarga secara cepat, sehingga meningkatkan perawatan yang komprehensif.

Membangun hubungan dengan menggunakan nama pertama anggota keluarga dan mengetahui siapa yang tinggal di rumah .

Mengidentifikasi sekilas faktor risiko yang signifikan dalam anggota keluarga, seperti keluarga riwayat diabetes mellitus dan obesitas atau riwayat keluarga jantung koroner.

Menyadari kebutuhan untuk skrining pada pasien yang berisiko tinggi (misalnya, kebutuhan untuk lebih sering mammogram jika ada riwayat kanker payudara dalam keluarga)

Mempromosikan perubahan gaya hidup dan menempatkan penekanan lebih besar pada pendidikan pasien (misalnya, terus-menerus mendorong penghentian merokok jika ada riwayat keluarga paru kanker atau penyakit arteri koroner).

Menunjukkan bahwa hubungan keluarga menjadi perhatian dari dokter keluarga dan penting untuk kesehatan setiap anggota keluarga.Komponen genogram (Azwar,2004)

Tiga generasi atau lebih.

Nama semua anggota keluarga.

Usia atau tahun kelahiran seluruh anggota keluarga.

Kematian termasuk usia atau tanggal kematian dan penyebabnya.

Significant penyakit atau masalah dari anggota keluarga.

Anggota yang tinggal bersama di rumah yang sama.

Tanggal pernikahan dan perceraian.

Daftar dari anak sulung dari setiap keluarga ke kiri, dengan saudara yang terdaftar berurutan ke kanan.

Kunci yang menggambarkan semua simbol yang digunakan.

Simbol dipilih untuk kesederhanaan dan visibilitas maksimum

Gambar 1. Simbol pada Genogram

Gambar 2. Simbol pada Genogram

Gambar 3. Genogram Kasus

APGAR ScoreFungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi (Prasetyawati, 2008) :

AdaptationMerupakan kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga lain

PartnershipMenggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh anggota keluarga tersebut.

GrowthMenggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.

AffectionMenggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antara anggota keluarga.

ResolveMenggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Skor untuk masing-masing kategori adalah :

0 : jarang / tidak sama sekali

1 : kadang-kadang

2 : sering / selalu

Terdapat tiga kategori penilaian, yaitu nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup, dan 8-10 adalah baik.

SCREEMFungsi patologis keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM score dengan rincian sebagai berikut (Prasetyawati, 2008) : SocialMelihat bagaimana interaksi dengan tetangga sekitar.CultureMelihat bagaimana kepuasan keluarga terhadap budaya, tata krama, dan perhatian terhadap sopan santun.

ReligiousMelihat bagaimana anggota keluarga dalam menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya.EconomicMelihat status ekonomi anggota keluarga.EducationalMelihat tingkat pendidikan anggota keluarga.MedicalMelihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.

Family Life LineFamily life line adalah alat yang digunakan untuk mendesripsikan kronologi kehidupan yang membuat stress/kejadian klinis dan bagaimana mengatasinya.Family life line juga bisa digunakan menggambarkan sejarah sebuah keluarga (Azwar, 2004).Apakah yang dimaksud dengan rumah sehat dan apa saja kriteria dari rumah sehat?Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu. (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwarumah sehatadalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik (Mukono, 2000)

Kriteria Rumah Sehat Menurut Winslow dan APHA

Permukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara permanen. Berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health Association (APHA), syarat rumah sehat harus memenuhi kriteria sebagai berikut

Memenuhikebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

Memenuhikebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

Memenuhipersyaratan pencegahan penularan penyakitantarpenghuni rumah, yaitu dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

Memenuhipersyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir (Mukono, 2000).Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang PersyaratanKesehatan Perumahan, meliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu :

Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.

Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.

Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang sampah pada tempat sampah.

Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat adalah:

Langit-langit

Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan.

Dinding

Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut.

Lantai

Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil waktu dipijak, permukaanlantai mudah dibersihkan. Lantai tanah sebaiknya tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai ditinggikan 20 cm dari permukaan tanah.

Pembagian ruangan / tata ruang

Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya. Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah:

Ruang untuk istirahat/tidur

Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua dengan kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan.

Ruang dapur

Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur dapat teralirkan keluar.

Kamar mandi dan jamban keluarga

Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi untuk berhubungan dengan udara luar.

Ventilasi

Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat, diantaranya:

Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan.

Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap kendaraan, dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.

Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua lubang jendela berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses aliran udara lebih lancar.

Pencahayaan

Cahayayang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya alami dan cahaya buatan. Yang perlu diperhatikan, pencahayaan jangan sampai menimbulkan kesilauan.

Pencahayaan alamiah

Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain untuk penerangan, sinar ini juga mengurangi kelembabanruangan, mengusir nyamuk atau serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu. Suatu cara sederhana menilai baik tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam sebuah rumah adalah: baik, bila jelas membaca dengan huruf kecil, cukup; bila samar-samar bila membaca huruf kecil, kurang; bila hanya huruf besar yang terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf besar.

Pencahayaan buatan

Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya.

Luas Bangunan Rumah

Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat, dikatakan memenuhi syarat jika 8 m2 / orang.

Bagaimana penanganan komprehensif untuk pasien pada kasus?Patient centered

Rencana penegakan diagnosis

Pemeriksaan hitung jenis leukositPewarnaan gram untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menginfeksi (Mengel, 2003)Rencana pengobatan

a) Skabies (Siregar, 2004):

Sulfur presipitatum/ belerang endap 2-5% salep + asam salisilat 2%. Dapat dipakai untuk anak usia di bawah 2 tahun, tapi kekurangannya bau dan kotor. Dipakai sesudah mandi dan dibiarkan 8-12 jam lalu bilas, dilakukan selama 3-4 hari berturut-turut.

Gama benzene heksaklorida (gameksan) 0,5-1 % salep/krim. Dioles 8-12 jam, efektif untuk semua stadium tungau, tapi tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan anak-anak karena bersifat toksik.Krim permetrin 5%. Untuk usia lebih dari 2 tahun. Sama seperti yang lainnya, dipakai selama 8-12 jam lalu bilas, dapat diulangi lagi 1 minggu kemudian

Emulsi benzil benzoate 20-25% selama 24 jam.Kromatiton 10% berfungsi sebagai antiparasit dan antigatal

Antihistamin: klorfeniramin maleat (CTM) untuk mengurangi rasa gatal.

b) Asma Bronkhial (GINA, 2014; McFadden; 2000):Reliever:

Anjuran A: beta 2 agonis inhalasi

Anjuran B: beta 2 agonis oral short acting, antikolinergik, teofilin

b. Controller:

Anjuran A: glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah, leukotriene modified

Anjuran B: teofilin

Rencana edukasi pasien (McFadden, 2000; Siregar, 2004):Obat topical scabies tidak boleh terkena air atau barang lain sampai waktu bilasnya

Cuci tangan kalau mau makan

Pakai alas kaki

Jangan sering main di kaliHindari pemakaian handuk bergantian

Jaga asupan nutrisi, makan makanan seimbangEdukasi tentang scabies merupakan penyakit menular

Hindari kontak dengan orang yang sehat

Edukasi asma bronkial dari segi patofisiologi, faktor pencetus, dan pencegahan

Hindari allergen

Edukasi penyakit familial yang terdapat dalam keturunan, yaitu atopi dan hipertensiFocus family

Dukungan pada pasien dan keluarga yang terkena, semua diobati

Rajin cuci handuk dan sprei dengan air panas atau direbus

Jemur kasur rutin di bawah sinar matahariEdukasi rumah sehat

Edukasi penyakit familial yang terdapat dalam keturunan, yaitu atopi dan hipertensiCommunity orientedEdukasi lingkungan untuk jaga kebersihan dan tentang rumah sehat

Periksa tetangga kalau ada yang tertular penyakit yang sama

Beri pengobatan untuk yang terkena juga.Apa saja Five Level of Prevention Menurut Leaval fan Clark?Leavell dan clark membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Usaha-usaha pencegahan itu adalah (Azwar, 2004):

Masa sebelum sakit (pre-pathogenesis)

Mempertinggi nilai kesehatan (Health promotion).Memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific protection). Pada masa sakit (patogenesis)

Mengenal dan mengetahui jenis pada tingkat awal,serta mengadakan pengobatan yang tepat dan segera (Early diagnosis and treatment).Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability limitation).Rehabilitasi (Rehabilitation).Health promotion

Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya (Azwar, 2004).

Beberapa usaha di antaranya berdasarkan kasus :

- Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.

- Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan, seperti :

Penyediaan air rumah tangga yang baik,

Perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah,

Membuka jendela agar sirkulasi udara baik,

Rajin membersihkan rumah sehingga debunya berkurang berefek pada berkurangnya faktor resiko terjadinya asma bronkial.

Mencuci tangan ketika makan,

Mandi minimal 2x sehari menggunakan sabun dan tidak memakai handuk secara bersama,

Rajin mencuci handuk dan pakaian lainnya.

- Pendidikan kesehatan kepada masyarakat misalnya melalui penyuluhan

Specific protection

Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit tertentu (Azwar, 2004):

Beberapa usaha di antaranya berdasarkan kasus :

- Isolasi penderita atau menghindari kontak langsung dengan penderita skabies agar tidak tertular .

Early diagnosis and treatment Tujuan utama dari usaha ini adalah (Azwar, 2004):

Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.

Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.

Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.

Beberapa usaha di antaranya berdasarkan kasus :

Mengobati penderita secara komprehensif.

Mengobati semua orang yang telah berhubungan dengan penderita skabies.

Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tindaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian tenaga kesehatannya,melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan.

Cuci semua handuk , pakaian , sprei dalam air hangat untuk membunuh tungaunya.

Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan (Azwar, 2004):

Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit.

Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.

Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.

Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.

Disability limitation

Dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat. Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah berat (dibatasi),dan fungsi dari alat tubuh yang menjadi cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin. Pada kasus diatas pasien yang menderita skabies dan asma bronkial, penyakit ini tidak mengakibatkan kecacatan yang berarti (Azwar, 2004).

Rehabilitation

Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat,sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat,semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuannya. Pada kasus diatas, tidak mennyebabkan adanya masalah dengan masyarakat , sehingga tidak perlunya dilakukan rehabilitasi (Azwar, 2004).

Rehabilitasi ini terdiri atas (Azwar, 2004):

Rehabilitasi fisik

yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-maksimalnya. Misalnya,seseorang yang karena kecelakaan, patah kakinya perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah ini sama dengan kaki yang sesungguhnya.

Rehabilitasi mental

yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental.

Rehabilitasi sosial vokasional

yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.

Rehabilitasi aesthesis

usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya : penggunaan mata palsu.

DAFTAR PUSTAKAAisah, Siti. 2010. Creeping Eruption dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Azwar, Azrul. 2004 . A Primer On Family Medicine Practice. Singapore International Foundation : Singapore

GINA. 2014. Pocket Guide for Physicians and Nurses. Dapat dilihat di: http://www.ginasthma.org/local/uploads/files/GINA_Pocket_2014_Jun11.pdfFayyaz, Jazeela. 2014. Bronchitis. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/297108-overview (diakses pada 18 November 2014)

Handoko, Ronny P. 2010. Skabies dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hidalgo, Jose A. 2014. Candidiasis. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/213853-overview (diakses pada 18 November 2014)

____________. 1999. Peraturan Menteri Kesehatan No 829 Tahun 1999. Persyaratan Kesehatan Perumahan. Lembaran Negara RI Tahun 1999 No 829. Sekretariat Negara. Jakarta.

Kekalih A. 2008. Diagnosis Holistik Pada Pelayanan Kesehatan Primer Pendekatan Multi Aspek. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI.McFadden ER. 2000. Penyakit Asma. Dalam Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harisson. Jakarta: EGC

Mukono. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Edisi Kedua.Surabaya. Airlangga University Press.Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.Prasetyawati, Arsita Eka. 2008. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Available at: http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf (diakses pada 12 November 2014)

Ratna, Rosita et all. 2009. Kebijakan Akselerasi Pengembangan Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta: Depertemen Kesehatan RI

Rengganis, Iris. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Majalah Kedokteran Indonesia.Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer. Lembaran Negara RI Tahun 2014 No. 5. Sekretariat Negara. Jakarta.

Siregar RS. 2004. Atlas Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: EGC

Tabri, F. 2005. Skabies Pada Bayi dan Anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD, editor. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaTschopp JM, Frey JG, Pernet R, Burrus C, Fordan B, Morin A, et al. 2002. Bronchial asthma and self-management education : implementation of Guidelines by an interdisciplinary programme in health network. Swiss Med Weekly. 132 : 92-972

_1234567890.vsdAsam urat

Alergi ikan

Asma

Asma

Alergi Ikan

11

Gatal

9

SkabiesAsma

Gatal

GatalAlergi ikan

Hipertensi