52
. Dra. Siti Sahara Sejarah & Perkembangan Bahasa Indonesia Pertemuan ke-2

2. sejarah dan perkembangan bahasa indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1. . Dra. Siti Sahara Sejarah & Perkembangan Bahasa Indonesia Pertemuan ke-2

2. 1. LINGUA PRANCA 2. STRUKTUR YANG SEDERHANA 3. BAHASA SASRTA 4. BAHASA FERS 5. KEDEWASAAN BANGSA INDONESIA MENGAPA ? Bahasa Melayu - Bahasa Indonesia 3. 1. LINGUA FRANCA PRASASATI PRASASATI Berhuruf Pallawa 1. Kedukan Bukit, Palembang (638 M) 2. Talang Ruwo, dekat Palembang (684 M) 3. Kota Kapur, Pulau Bangka (686 M) 4. Karang Berahi, Meringin, Daerah Hulu Jambi (686 M) Berhuruf Nagari Gandasuli, Jawa Tengah (832 M) Berhuruf Arab Kuala Berang, Trengganu (1303-1387) 4. LINGUA FRANCA BERITA CINA A. Pendeta I Tsing atau I Ching (; Pinyin Y Jng) 1. Nan-hai Chi-kuei Nei-fa Chuan (Catatan Ajaran Buddha yang dikirimkan dari Laut Selatan) 2. Ta-Tang Hsi-yu Chiu-fa Kao-seng Chuan (Catatan Pendeta-pendeta yang menuntut ilmu di India zaman Dinasti Tang) B. Wang pu dalam T'ang-Hui-Yao (kisah kerajaan Melayu mengirimkan utusan ke Cina) 5. 2. STRUKTUR SEDERHANA Struktur Sederhana 1. Mudah dipelajari 2.Mudah dikembang 3.Mudah mendapat pengaruh Demokratis 1. Bahasa Jawa: ngoko, madyo, inggil 2. Bahasa Sunda: halus, sedeung, kasar 3. Bahasa Bali: Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra 6. 3. BAHASA SASTRA 1. Raja Ali Haji: Gurindam XII 2. Abdullah Bin Abdul Kadir Munsyi 3. Hamzah Fansuri Contoh: Pasal Kesepuluh 1. Dengan bapa jangan durhaka, supaya Allah tidak murka. 2. Dengan ibu hendaklah hormat, supaya badan dapat selamat. 3. Dengan anak janganlah lalai, supaya boleh naik ke tengah balai. 4. Dengan isteri dan gundik janganlah alpa, supaya kemaluan jangan menerpa. 5. Dengan kawan hendaklah adil supaya tangannya jadi kafill. 7. 4. BAHASA PERS 8. 5. KEDEWASAN BANGSA INDONESIA: POLITIK 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesi 18 Agustus 1945 ditandatangani Undang- Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa negara 9. KEDEWASAN BANGSA INDONESIA: SASTRA Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku- buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana. 10. KEDEWASAN BANGSA INDONESIA atau Kelahiran Bahasa Indonesia KONGRES BAHASA INDONESIA Pemuda-pemudi Indonesia pada masa pergerakan berhasil menyelenggarakan Kongres Pemuda Indonesia. Dalam kongres tersebut tercetuslah ikrar bersama yang lebih dikenal dengan Sumpah Pemuda. Ikrar Sumpah Pemuda yang dikumandangkan pada tanggal 28 Oktober 1928 itu salah satu butirnya adalah menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Adapun bunyi ikrar lengkap pemuda Indonesia yang dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda itu adalah sebagai beriku 11. Teks Sumpah Pemuda 12. Perkembaangan Bahasa Indonesia Siti Sahara 13. PENGEMBANGAN BAHASA Dari masa: - Raja Ali Haji: Gurindam XII - Abdullah Bin Abdul Kadir Munsyi - Hamzah Fansuri Taman Bacaan Rakyat atau Balai Pustaka Tanggal 14 September 1908 yang bertugas: 1. mengumpulkan dan membukukan cerita-cerita rakyat atau dongeng-dongeng yang tersebar di kalangan rakyat, serta menerbitkannya dalam bahasa Melayu setelah diubah dan disempurnakan; 2. menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa; 3. menerima karangan pengarang-pengarang muda yang isinya sesuai dengan keadaan hidup di sekitarnya. 14. . Kelahiran Bahasa Indonesia Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan berbagai ragam bahasa daerah yang dimilikinya memerlukan adanya satu bahasa persatuan guna menggalang semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan ini sangat penting dalam perjuangan mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Kesadaran politis semacam inilah yang memunculkan ide pentingnya bahasa yang satu, bahasa persatuan, bahasa yang dapat menjembatani keinginan pemuda-pemudi dari berbagai suku bangsa dan budaya di Indonesia saat itu. 15. . Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah sebagai berikut: Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua franca (bahasa perantara atau bahasa pergaulan di bidang perdagangan) di seluruh wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mempunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari, dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar untuk memerkaya dan menyempurnakan fungsinya. Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya perbedaan tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status sosial, sehingga tidak menimbulkan perasaan sentimen dan perpecahan. Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, demi tujuan yang mulia. Secara historis bahasa Indonesia berakar pada bahasa Melayu Riau sebab bahasa yang dipilih sebagai bahasa nasional itu adalah bahasa Melayu, yang sudah menjadi lingua franca di pelabuhan-pelabuhan perniagaan yang tersebar di wilayah Nusantara. 16. . Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Masa Kolonial Meskipun bukti-bukti autentik tidak ditemukan, bahasa yang digunakan pada masa kejayaan kerajaan Sriwijaya pada abad VII adalah bahasa Melayu. Sementara itu, bukti-bukti yang tertulis mengenai pemakaian bahasa Melayu dapat ditemukan pada tahun 680 Masehi, yakni digunakannya bahasa Melayu untuk penulisan batu prasasti, di antaranya sebagai berikut. 1. Prasasti yang ditemukan di Kedukan Bukit berangka tahun 683 Masehi. 2. Prasasti yang ditemukan di Talang Tuwo (dekat Palembang) berangka tahun 686 Masehi. 3. Prasasti yang ditemukan di Kota Kapur (Bangka Barat) berangka tahun 686 Masehi. 4. Prasasti yang ditemukan di Karang Brahi (antara Jambi dan Sungai Musi) berangka tahun 686 Masehi. 5. Prasasti dengan nama Inskripsi Gandasuli yang ditemukan di daerah Kedu dan berasal dari tahun 832 Masehi. 6. Pada tahun 1356 ditemukan lagi sebuah prasasti yang bahasanya berbentuk prosa diselingi puisi (?). 7. Pada tahun 1380 di Minye Tujoh, Aceh, ditemukan batu nisan yang berisi suatu model syair tertua. 17. . Perkembangan Bahasa Indonesia di Masa Kolonial mereka sudah mendapati bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan dan bahasa perantara dalam kegiatan perdagangan. Bukti lain yang Pada abad XVI, ketika orang-orang Eropa datang ke Nusantara dapat dipaparkan adalah naskah/daftar kata yang disusun oleh Pigafetta pada tahun 1522. Di samping itu, pengakuan orang Belanda, Danckaerts, pada tahun 1631 yang mendirikan sekolah di Nusantara terbentur dengan bahasa pengantar. Oleh karena itu, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan surat keputusan: K.B. 1871 No. 104 yang menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah bumiputera diberi dalam bahasa Daerah, kalau tidak dipakai bahasa Melayu. 18. . Perkembangan Bahasa Indonesia di Masa Pergerakan Setelah Sumpah Pemuda, perkembangan Bahasa Indonesia tidak berjalan dengan mulus. Belanda sebagai penjajah melihat pengakuan pada bahasa Indonesia itu sebagai kerikil tajam. Oleh karena itu, dimunculkanlah seorang ahli pendidik Belanda bernama Dr. G.J. Niewenhuis dengan politik bahasa kolonialnya lebih kurang isinya sebagai berikut: 19. . Perkembangan Bahasa Indonesia di Masa Pergerakan Pengaruh politik bahasa yang dicetuskan Niewenhuis itu tentu saja menghambat perkembangan bahasa Indonesia. Banyak pemuda pelajar berlomba- lomba mempelajari bahasa Belanda, bahkan ada yang meminta pengesahan agar diakui sebagai orang Belanda (seperti yang dilukiskan Abdul Muis dalam roman Salah Asuhan pada tokoh Hanafi). Sebaliknya, pada masa pendudukan Dai Nippon, bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Tentara pendudukan Jepang sangat membenci semua yang berbau Belanda; sementara itu orang- orang bumiputera belum bisa berbahasa Jepang. Oleh karena itu, digunakanlah bahasa Indonesia untuk memperlancar tugas-tugas administrasi dan membantu tentara Dai Nippon melawan tentara Belanda dan sekutu-sekutunya. 20. . Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu (1) sebagai bahasa nasional, dan (2) sebagai bahasa resmi/negara. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional sekaligus merupakan bahasa persatuan. Kedudukan Bahasa Indonesia 21. . Kedudukan Bahasa Indonesia Adapun dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut: Lambang jati diri (identitas). Lambang kebanggaan bangsa. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang etnis dan sosial-budaya, serta bahasa daerah yang berbeda. Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah. 22. . Kedudukan Bahasa Indonesia Kedudukan bahasa Indonesia yang kedua adalah sebagai bahasa resmi/negara; kedudukan ini mempunyai dasar yuridis konstitusional, yakni Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut: Bahasa resmi negara. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan. Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi. 23. Peristiwa-Peristiwa Penting Dra. Siti Sahara 24. Pada tahun 1908 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Commissie voor de Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat) melalui Surat Ketetapan Gubernemen tanggal 14 September 1908 yang bertugas: 1. mengumpulkan dan membukukan cerita-cerita rakyat atau dongeng-dongeng yang tersebar di kalangan rakyat, serta menerbitkannya dalam bahasa Melayu setelah diubah dan disempurnakan; 2. menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa; 3. menerima karangan pengarang-pengarang muda yang isinya sesuai dengan keadaan hidup di sekitarnya. PERISTIWA-PERISTIWA PENTING 1 25. 2 PERISTIWA-PERISTIWA PENTING Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan yang banyak memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Pada masa Pujangga Baru bahasa yang digunakan untuk menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka. 26. 3 PERISTIWA-PERISTIWA PENTING Tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain: mengganti Ejaan van Ophuysen, mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan. 27. 4 PERISTIWA-PERISTIWA PENTING Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk kepentingan penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan, sebab bahasa Jepang belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal yang demikian menyebabkan bahasa Indonesia mempunyai peran yang semakin penting. 28. 5 PERISTIWA-PERISTIWA PENTING 6 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai bahasa negara sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36: Bahasa negara adalah bahasa Indonesia. 19 Maret 1947 (SK No. 264/Bhg. A/47) Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan Ejaan Republik sebagai penyempurnaan atas ejaan sebelumnya. Ejaan Republik ini juga dikenal dengan sebutan Ejaan Soewandi. 29. 7 PERISTIWA-PERISTIWA PENTING 8 Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa dengan nama Balai Bahasa. Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya menjadi Lembaga Bahasa Nasional dan pada tahun 1972 diubah menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Pusat Bahasa. 28 Oktober s.d. 1 November 1954 terselenggara Kongres Bahasa Indonesia II di Medan, Sumatera Utara. Kongres ini terselenggara atas prakarsa Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Mr. Mohammad Yamin. 30. 9 PERISTIWA-PERISTIWA PENTING 10 - 14 Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972 diresmikan ejaan baru yang berlaku mulai 17 Agustus 1972, yang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Tap.MPR No. 2/197 1. 25 s.d. 28 Februari 1975 di Jakarta diselenggarakan Seminar Politik Bahasa Indonesia. 2. Tahun 1978, bulan November, di Jakarta diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III. 3. Tanggal 21 s.d. 26 November 1983 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. 4. Tanggal 27 Oktober s.d. 3 November 1988 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. 5. Tanggal 28 Oktober 2 November 1993 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. 31. . PERISTIWA-PERISTIWA PENTING Sebenarnya ada usaha-usaha bersama dari pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah Diraja Malaysia untuk mengadakan satu ejaan dengan mengingat antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai bahasa resmi pemerintah Diraja Malaysia masih satu rumpun atau memiliki kesamaan. Usaha itu antara lain pemufakatan ejaan Melindo (Melayu-Indonesia), namun usaha ini akhirnya kandas karena situasi politik antara Indonesia dan Malaysia yang sempat memanas pada tahun 1963. 32. . FUNGSI DAN PERANAN BAHASA INDONESIA: - Bahasa Negara - Bahasa Nasional Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972 diresmikan ejaan baru yang berlaku mulai 17 Agustus 1972, yang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Tap.MPR No. 2/1972 PERISTIWA-PERISTIWA PENTING 33. . Ejaan Soewandi/Ejaan Republik dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Ruang Lingkup 1. Penulisan Huruf 2. Pemakaian Huruf 3. Penulisan Kata 4. Penulisan Unsur Serapan 5. Tanda Baca 34. . Perbedaan Ejaan Republik dengan EYD Hurup yang Digunakan Ejaan Republik 1. tj tjari 2. dj djarang 3. j sajang 4. nj njaring 5. sj sjukur 6. ch chusus EYD 1. c cari 2. j jarang 3. y sayang 4. ny nyaring 5. sy syukur 6. kh khusus 35. Nama Huruf Ejaan Republik 1. c disebut se 2. j disebut ye 3. q disebut kuw 4. y disebut ey Jadi : - 100 cc dibaca seratus sese - ABC dibaca a-be-se 36. Nama Khas Geografi Ejaan Republik 1. danau Toba 2. gunung Kawi 3. selat Sunda 4. teluk Tomini EYD 1. Danau Toba 2. Gunung Kawi 3. Selat Sunda 4. Teluk Tomini 37. Kata Sapaan Ejaan Republik - Atas perhatian bapak, kami ucapkan. EYD - Atas perhatian Bapak, kami ucapkan. 38. Kata atau Bentuk Ulang Ejaan Republik 1. Rumah2 2. Anak2an 3. Bermain2 EYD 1. Rumah-rumah 2. Anak-anakan 3. Bermain-main 39. . Kata Ganti Tuhan Ejaan Republik - Kepadamu, oh Tuhan - Hanya kepadanya EYD - Kepada-Mu - Hanya kepada-Nya 40. . Kata Depan di- dan ke- Ejaan Republik 1. disini 2. disana 3. kesana EYD 1. di sini 2. di sana 3. ke sana 41. . Penulisa Pun Ejaan Republik 1. Diapun pergilah. 2. Haripun malamlah. 3. Diberipun aku tak mau. EYD 1. Dia pun pergilah. 2. Hari pun malamlah. 3. Diberi pun aku tak ma 42. . Serapan Bahasa Asing Ejaan Republik 1. i : sistim, apotik, atlit 2. w : akwarium, kwitansi, kwartal 3. a : metoda 4. x : taxi, extra 5. il : Formil, tradisionil, rasionil 6. oir : trotoir, dresoir 7. oi : repertoir 8. pro: prosentase EYD 1. i : sistem, apotek, atlet 2. w : akuarium, kuitansi, kuartal 3. a : metode 4. x : taksi, ektra 43. . Huruf Kapital Huruf Kapital digunakan untuk huruf pertama awal kalimat dan petikan langsung: 1. Dia menangis. 2. Apa yang dimintanya? 3. Kamu harus pergi! 4. Ibu bertanya, Kapan kamu pergi? 44. . Huruf Kapital Yang berhubungan dengan keagamaan (peristiwa agama, kitab suci, nama Tuhan termasuk kata gantinya) - Allah. Nabi Sulaiman. Kepada-Nya. Gelar (akademis, keturunan, kegaaman) Jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang - Sultan Hasanudin. Haji Agus Salim. 45. . Nama 1. Nama orang, nama bangsa, suku, dan bahasa 2. Nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah 3. Nama geografi 4. Nama resmi badan, lembaga pemerintahan, ketatanegaraan, ser ta nama dokumen resmi 5. Nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan 6. Nama gelar, dan sapaan 7. Nama kekerabatan yang digunakan sapaan 46. . Huruf Miring Nama buku, majalah, surat kabar yang dikutip dalam karangan. - Tempo. Bobo. Gadis. Menegaskan sesuatu (kata, huruf, atau frase). - Ia bukan ditembak, melainkan tertebak Nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang sudah disesuaikan dengan ejaannya. - Politik divide et impera alat utama memecah belah 47. Penulisan Kata 1. Penulisan kata dasar 2. Penulisan kata turunan 3. Penulisan bentuk ulang 4. Penulisan gabungan kata 5. Kata majemuk 6. Gabungan yang menjadi rancu diberi tanda hubung 7. Gabungan yang sudah satu ditulis serangkai 8. Kata ganti 9. Kata depan 48. Penulisan Kata 1. Kata sandang 2. Partikel 3. Singkatan dan akronim 4. Akronim 5. Nama diri ditulis huruf besar awalnya 6. Sespa, Akabri, 7. Bukan nama diri tidak ditulis huruf besar 8. Radio Detection and Ranging (radar), tilang 49. Singkatan dan Akronim Singkata 1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti titik - S.Pd. S.S. S.E. M.Hum. MBA. 2. Singkatan nama lembaga atau organisasi tidak menggunakan tanda titik - MPR DPR AL AL AD 3. Singkatan yang lazim terdiri atas tiga huruf menggunakan satu titik - dkk. yth. dst. 4. Singkatan yang lazim terdiri atas dua huruf menggunakan dua titik - s.d. u.p. c.q 5. Lambang kimia atau ukuran tidak menggunakan tanda titik - cm Rp km kpm 50. Penulisan Angka Bilangan Bilangan tingkat - Sultan Hamangkubowono IX - Paku Buwono ke-10 Lambang bilangan pada awal kalimat di tulis dengan huruf - Sepuluh tersangka perampok ditangkap Bukan - 10 tersangka perampokan ditangkap Kecuali dalam dokumen resmi angka dan huruf tidak perlu ditulis sekaligus - Rp 5.000.000, 00 (lima juta rupiah) 51. Buku Sumber 1. A. Gani, Ramlan dan Mahmudah Fitriyah ZA. Gemar Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK Press, 2010. 2. Akhadiah, Sabarti dan Sakura Ridwan. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga, 1999. 3. Arifin, Zainal. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo 2010. 4. Henry, Guntur Tarigan. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa 1983. 5. Keraf, Gorys. Komposisi. Ende, Flores: Nusa Indah, 1995. 6. Nasuhi, Hamid. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: CeQDA, 2007. 7. Razak, Abdul. Kalimat Efektif Setruktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta: PT Gramedia, 19985. 8. Sahara, Siti dan Mahmuda Fitriyah, E Kusnadi. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN, 2008. 9. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1990. 52. . . Dra Siti Sahara