164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    1/42

    1

    ATRIAL SEPTAL DEFECT

    (Herin Arini, Baharaini, Amir)

    I. PENDAHULUAN

    Kelainan jantung kongenital (congenital heart disease) merupakan

    kelainan kongenital yang dapat terjadi mulai dari konsepsi sampai dengan

    delapan minggu dari kehamilan. Etiologi dari kelainan ini tidak diketahui

    secara pasti, sebagian besar kasus diduga disebabkan oleh multifaktor

    berupa kombinasi dari predisposisi genetik dan stimulus lingkungan, serta

    sebagian kecil kasus dihubungkan dengan kelainan kromosom. 1

    Kelainan jantung kongenital adalah kelompok anomali kongenital

    yang paling penting. Defek jantung terjadi pada sekitar 1% bayi lahir

    hidup. Di Amerika penyakit jantung kongenital baik yang dikoreksi maupun

    yang tidak diperkirakan meningkat 5% per tahun. Insiden penyakit jantung

    congenital diperkirakan sebesar 0,8%, dimana 85% diantaranya bertahan

    hidup sampai dewasa muda.2,3

    Pada anak dengan penyakit jantung kongenital murni, resiko

    rekurensi pada saudara kembar sekitar 3% . Resiko pada anak-anak dari

    orang tua yang memiliki penyakit jantung kongenital sebesar 5-10% dan

    10-20% anak dengan penyakit jantung kongenital memiliki kelainan lain.2

    ASD merupakan kelainan kongenital kedua tersering pada

    persalinan (9,8%) setelah (Ventricular Septal Defect) VSD (30,5%). Dalam

    20-30 tahun terjadi kemajuan pesat dalam diagnosis dan pengobatan

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    2/42

    2

    penyakit jantung kongenital pada anak-anak sehingga kebanyakan anak-

    anak dengan penyakit jantung kongenital dapat bertahan hidup hingga

    dewasa. 3

    II. EPIDEMIOLOGI

    Di Indonesia belum ada angka yang pasti mengenai kejadian PJB.

    Literatur yang ada menunjukkan prevalensi 0,5-0,8% pada kelahiran

    hidup. Dengan mengacu hal tersebut, pada tahun 2005 diperkirakan

    antara 24.000 sampai 38.000 bayi dilahirkan dengan penyakit jantung

    bawaan. Sementara itu, Surabaya merupakan kota terpadat di Jawa Timur

    dengan jumlah penduduk pertengahan tahun 2005 mencapai 2.698.972,

    dengan angka kelahiran 43.978. Dengan demikian kejadin PJB

    diperkirakan antara 220 sampai 352 pada tahun tersebut.4

    Prevalensi kelahiran di Amerika serikat untuk atrium septal defect

    berkisar antara 13,63 dan 100,18 per 10.000 kelahiran (national Birth

    Defects Prevention Network 2005). Rata-rata di Texas untuk tahun 1992-

    2002 adalah 40,12 kasus per 10.000 kelahiran.5

    Mortalitas / Morbiditas

    ASD sekundum gejalanya sangat jarang berarti pada pasien anak,

    tanpa memperhatikan ukuran dari defek.

    - Jarang, pada bayi dengan gagal jantung kongestif memperlihatkan

    ASD Sekundum. Apakah defek itu sendiri yang bertanggung jawab

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    3/42

    3

    untuk penyebab gagal jantung, walaupun memang kejadiannya dapat

    bertambah pada pasien yang hemodinamiknya sulit dinilai.

    - Endocarditis bachterial dengan lesi bukan merupakan factor resiko dan

    American Heart Association tidak menganjurkan penggunaan antibiotik

    profilaksis

    - Tidak ada data yang teridentifikasi bahwa ASD sekundum incomplete

    dapat menyebabkan penyakit vaskuler paru pada pasien anak

    - Pasien dengan hipertensi pulmonal primer mungkin menunjukkan ASD

    sekundum

    - Pasien dengan ASD sekundum yang signifikan dimana tinggal pada

    ketinggian lebih dari 4000 kaki dari permukaan laut mungkin dapat

    mendatangkan resiko kecil untuk berkembang menjadi penyakit

    vaskuler paru

    - Kematian akibat ASD sekundum tidak dapat terjadi pada pasien anak.6

    Ras

    Tidak ada pengaruh yang berarti dari ras yang teridentifikasi.6

    Seks

    ASD sekundum biasanya lebih banyak terjadi pada perempuan

    daripada laki-laki, dengan rasio perempuan banding laki-laki yaitu 2:1.6

    Umur Gestasi dan Berat Lahir

    ASD sekundum resikonya meningkat pada usia kehamilan yang

    lebih rendah. ASD juga terkait dengan berat badan lahir rendah,

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    4/42

    4

    makrosomia, dan kecil untuk usia kehamilan (retardasi pertumbuhan

    intrauterin).5

    III. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG

    Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling

    vital fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan

    kata lain, apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar

    pengaruhnya terhadap organ-organ tubuh lainya terutama ginjal dan otak.

    Karena fungsi utama jantung adalah sebagai single pompa yang

    memompakan darah ke seluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme

    sel-sel demi kelangsungan hidup.7

    Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan:

    - Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium visceral.

    - Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung

    jawab atas kemampuan kontraksi jantung.

    - Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau

    lapisan tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah

    dan bersifat sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-

    sel endotel pada pembuluh darah lainnya.7

    Katup Jantung

    Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang

    menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    5/42

    5

    atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik

    dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar. Katup atrioventrikuler

    terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang menghubungkan antara atrium

    kanan dengan ventrikel kanan, katup atrioventrikuler yang lain adalah

    katup yang menghubungkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri yang

    dinamakan dengan katup mitral atau bicuspid. Katup semilunar terdiri dari

    katup pulmonal yaitu katup yang menghubungkan antara ventrikel kanan

    dengan pulmonal trunk, katup semilunar yang lain adalah katup yang

    menghubungkan antara ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup

    aorta.7

    Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung

    sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat

    relaksasi atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh

    chordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak

    terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae

    tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut muskulus papilaris.7

    Gambar 1. Katup Jantung

    (Dikutip dari kepustakaan 7)

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    6/42

    6

    Ruang, Dinding & Pembuluh Darah Besar Jantung

    Jantung kita dibagi menjadi 2 bagian ruang, yaitu :

    - Atrium (serambi)

    - Ventrikel (bilik

    Karena atrium hanya memompakan darah dengan jarak yang

    pendek, yaitu ke ventrikel. Oleh karena itu otot atrium lebih tipis

    dibandingkan dengan otot ventrikel. Ruang atrium dibagi menjadi 2, yaitu

    atrium kanan dan atrium kiri. Demikian halnya dengan ruang ventrikel,

    dibagi lagi menjadi 2 yaitu ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Jadi kita boleh

    mengatakan kalau jantung dibagi menjadi 2 bagian yaitu jantung bagian

    kanan (atrium kanan & ventrikel kanan) dan jantung bagian kiri (atrium kiri

    & ventrikel kiri).7

    Kedua atrium memiliki bagian luar organ masing-masing yaitu

    auricle. Dimana kedua atrium dihubungkan dengan satu auricle yang

    berfungsi menampung darah apabila kedua atrium memiliki kelebihan

    volume.7

    Kedua atrium bagian dalam dibatasi oleh septal atrium. Ada bagian

    septal atrium yang mengalami depresi atau yang dinamakan fossa ovalis,

    yaitu bagian septal atrium yang mengalami depresi disebabkan karena

    penutupan foramen ovale saat kita lahir.7

    Ada beberapa ostium atau muara pembuluh darah besar yang perlu

    anda ketahui yang terdapat di kedua atrium, yaitu :

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    7/42

    7

    - Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat

    diruang atrium kanan yang menghubungkan vena cava superior

    dengan atrium kanan.

    - Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat

    di atrium kanan yang menghubungkan vena cava inferior dengan

    atrium kanan.

    - Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau lubang

    yang terdapat di atrium kanan yang menghubungkan sistem vena

    jantung dengan atrium kanan.

    - Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang terdapat di

    atrium kiri yang menghubungkan antara vena pulmonalis dengan

    atrium kiri yang mempunyai 4 muara.7

    Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal ventrikel,

    baik ventrikel maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang

    mana bagian lapisan dalam dari masing-masing ruangan dilapisi oleh sel

    endotelium yang kontak langsung dengan darah. Bagian otot jantung di

    bagian dalam ventrikel yang berupa tonjolan-tonjolan yang tidak beraturan

    dinamakan trabecula. Kedua otot atrium dan ventrikel dihubungkan

    dengan jaringan penghubung yang juga membentuk katup jatung

    dinamakan sulcus coronary, dan 2 sulcus yang lain adalah anterior dan

    posterior interventrikuler yang keduanya menghubungkan dan

    memisahkan antara kiri dan kanan kedua ventrikel.7

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    8/42

    8

    Perlu diketahui bahwa tekanan jantung sebelah kiri lebih besar

    dibandingkan dengan tekanan jantung sebelah kanan, karena jantung kiri

    menghadapi aliran darah sistemik atau sirkulasi sistemik yang terdiri dari

    beberapa organ tubuh sehingga dibutuhkan tekanan yang besar

    dibandingkan dengan jantung kanan yang hanya bertanggung jawab pada

    organ paru-paru saja, sehingga otot jantung sebelah kiri khususnya otot

    ventrikel sebelah kiri lebih tebal dibandingkan otot ventrikel kanan.7

    Gambar 2. Bagian interior Jantung

    (Dikutip dari kepustakaan 8)

    Pembuluh Darah Besar Jantung

    Ada beberapa pembuluh besar yang perlu anda ketahui, yaitu:

    1. Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor

    dari bagian atas diafragma menuju atrium kanan.

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    9/42

    9

    2. Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor

    dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.

    3. Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah

    kotor dari jantung sendiri.

    4. Pulmonary Trunk,yaitu pembuluh darah besar yang membawa

    darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis

    5. Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang

    membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.

    6. Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang

    membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.

    7. Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa

    darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang

    bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.

    8. Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih

    dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.7

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    10/42

    10

    Gambar 3. Pembuluh Darah pada Jantung

    (Dikutip dari kepustakaan 7)

    Sirkulasi Jantung

    - Sirkulasi Sistemik

    Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonalis. Darah di atrium

    kiri mengalir ke dalam ventrikel kiri melewati katup atrioventrikel (AV),

    yang terletak di taut atrium dan ventrikel kiri. Katup ini disebut katup mitral.

    Semua katup jantung membuka jika tekanan dalam ruang jantung atau

    pembuluh yang berada di atasnya lebih besar dari tekanan di dalam ruang

    atau pembuluh yang ada di bawah.8

    Aliran keluar darah dari ventrikel kiri adalah menuju sebuah arteri

    besar berotot yang disebut aorta. Darah mengalir dari ventrikel kiri ke

    aorta melalui katup aorta. Darah di aorta disalurkan ke seluruh sirkulasi

    sistemik, melalui arteri, arteriol, dan kapiler, yang kemudian menyatu

    http://bukusakudokter.files.wordpress.com/2012/11/25.png
  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    11/42

    11

    kembali untuk membentuk vena. Vena dari bagian bawah tubuh

    mengembalikan darah ke vena terbesar , vena cava inferior. Vena dari

    bagian atas tubuh mengembalikan darah ke vena cava superior. Kedua

    vena cava bermuara di atrium kanan.8

    Sirkulasi Paru

    Darah di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan melalui katup AV

    lainnya, yang disebut katup tricuspid. Darah keluar dari ventrikel kanan

    dan mengalir melewati katup ke empat, katup pulmonalis, ke dalam arteri

    pulmonalis. Arteri pulmonalis bercabang-cabang menjadi arteri pulmonalis

    kanan dan kiri yang masing-masing mengalir ke paru kanan dan kiri

    berturut-turut. Di paru, arteri pulmonalis bercabang berkali-kali menjadi

    arteriol dan kemudian kapiler. Masing-masing kapiler memperfusi alveolus

    yang merupakan unit pernafasan. Semua kapiler menyatu kembali untuk

    menjadi venula, dan venula menjadi vena. Vena-vena menyatu untuk

    membentuk vena pulmonalis besar. Darah mengalir di dalam vena

    pulmonalis kembali ke atrium kiri untuk menyelesaikan siklus aliran

    darah.8

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    12/42

    12

    Gambar 4. Sirkulasi Jantung

    (Dikutip dari kepustakaan 9)

    IV. KLASIFIKASI

    Pada dasarnya kelainan jantung kongenital dikelompokkan atas

    dua kelompok besar yaitu PJB tanpa sianosis dan yang disertai sianosis.

    PJB sianotik biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih

    kompleks dan hanya dapat ditangani dengan tindakan bedah. Sedangkan

    PJB non sianotik umumnya memilki lesi (kelainan) yang sederhana dan

    tunggal, namun tetap saja lebih dari 90 % di antaranya memerlukan

    tindakan bedah jantung terbuka untuk pengobatannya. Sepuluh persen

    lainnya adalah kelainan seperti kebocoran sekat bilik jantung yang masih

    mungkin untuk menutup sendiri seiring dengan pertambahan usia anak.

    Salah satu kelainan jantung congenital asianosis yang banyak terjadi

    adalah Atrial Septal Defect (ASD) yang ditandai dengan adanya lubang

    yang persisten pada septum antar atrial yang disebabkan oleh karena

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    13/42

    13

    kegagalan pembekuan sekat, yang menyebabkan adanya hubungan

    antara atrium kanan dan atrium kiri.3,10

    Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :

    a. Ostium secundum: merupakan tipe ASD yang tersering. Kerusakan

    yang terjadi terletak pada bagian tengah septum atrial dan fossa

    ovalis, meskipun sesungguhnya fosa ovalis merupakan septum

    primum.umumnya defek bersifat tunggal tetapi pada keadaan

    tertentu dapat terjadi beberapa fenestrasi kecil, dan sering disertai

    dengan aneurisma fosa ovalis

    b. Ostium primum merupakan bagian dari defek septum

    atrioventrikular dan pada bagian atas berbatas dengan fosa ovalis

    sedangkan bagian bawah dengan katup atrioventrikular

    c. Defek Sinus venosus, defek terjadi dekat muara vena besar (vena

    cava superior), sehingga terjadi koneksi biatrial. Sering vena

    pulmonalis dari paru-paru kanan juga mengalami anomali, dimana

    vena tersebut bermuara ke vena cava superior dekat muaranya di

    atrium. Dapat juga terjadi defek sinus venosus tipe vena cava

    inferior, dengan lokasi di bawah foramen ovale dan bergabung

    dengan dasar vena cava inferior.3

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    14/42

    14

    Gambar 5. Letak Defek pada ASD

    ( Dikutip dari kepustakaan 11)

    V. ET IOLOGI

    Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada

    beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan

    angka kejadian ASD. Faktor-faktor tersebut diantaranya :

    1 . Fak to r gene t i k

    Resiko penyakit jantung kongenital meningkat 2 sampai 6% jika

    terdapat riwayat keluarga yang terkena sebelumnya. Selain itu, 5-8%

    penderita penyakit jantung kongenital mempunyai keterkaitan dengan

    kelainan kromosom.12

    2. Faktor lingkungan

    Penyakit jantung kongenital juga dihubungkan dengan lingkungan ibu

    selama kehamilan. Seringnya terpapar dengan sinar radioaktif

    dipercaya dapat menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit jantung

    kongenital pada bayi.

    12

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    15/42

    15

    3. Obat-obatan

    Meliputi obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan,

    misalnya litium, busulfan, reinoids, trimetadion, thalidomide, dan agen

    antikonsulvan, antihipertensi, eritromicin, dan clomipramin.5

    4. Kesehatan Ibu

    Beberapa penyakit yang di derita oleh ibu hamil dapat berakibat pada

    janinnya, misalnya diabetes melitus, fenilketouria, lupus eritematosus

    siskemik, sindrom rubella kongenital.5

    VI . PATOFIS IOLOGI

    Pada Atrial Septal Defect, aliran darah yang ada di atrium sinistra

    bocor ke atrium dextra karena ada defect di septum interatrial-nya yang

    disebabkan oleh gagalnya menutup sebuah septum maupun karena

    adanya gangguan pertumbuhan. Karena tekanan di ventrikel sinistra yang

    notabene memompa darah ke seluruh tubuh lebih besar maka darah dari

    atrium dextra tidak dapat masuk ke atrium sinistra sehingga dapat

    dikatakan darah jalan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah (dari Atrium

    Sinistra ke Atrium Dextra). Di atrium dextra dan ventrikel dextra terjadi

    overload darah yang mengakibatkan hipertrofi atrium dan ventrikel dextra.

    Darah kemudian masuk ke arteri pulmonalis melewati katup pulmonal,

    yang otomatis terlalu sempit untuk jalan darah yang begitu banyak. Hal ini

    disebut stenosis pulmonal relative. Akibatnya arteri pulmonalis menjadi

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    16/42

    16

    dilatasi. Selanjutnya terjadi turbulensi disana yang menyebabkan

    terjadinya bunyi murmur systole.3,11,13

    VII. DIAGNOSIS

    Manifestasi Klinis

    Sebagian besar asimptomatik, terutama pada bayi dan anak kecil.

    Sangat jarang ditemukan gagal jantung pada defek septum atrium. Bila

    pirau cukup besar, pasien mengalami sesak napas, sering mengalami

    infeksi paru, dan berat badan akan sedikit turun. Jantung umumnya

    normal, atau hanya sedikit membesar.13

    Pemeriksaan Fisik

    Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan pulsasi ventrikel kanan

    pada daerah para sterna kanan, wide fixed splitting bunyi jantung kedua

    walaupun tidak selalu ada, bising sistolik tipe ejeksi pada daerah pulmonal

    pada garis sterna kiri atas, bising mid diastolik pada daerah tricuspid,

    dapat menyebar ke apeks. Bunyi jantung kedua mengeras di daerah

    pulmonal, oleh karena kenaikan tekanan pulmonal, dan perlu diingat

    bahwa bising-bising yang terjadi pada DSA merupakan bising fungsional

    akibat adanya beban volume yang besar pada jantung kanan. Sianosis

    jarang ditemukan, kecuali bila defek besar atau common atrium, defek

    sinus coronarius, kelainan vascular paru, stenosis pulmonal, atau bila

    disertai anomaly Ebstein.3

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    17/42

    17

    Pemeriksaan Elektrokardiografi

    EKG menunjukkan aksis ke kanan, blok bundel kanan, hipertrofi

    ventrikel kanan, Interval PR memanjang, aksis gelombang P abnormal,

    aksis ke kanan secara ekstrim biasanya akibat defek ostium primum.3

    Gambar 6. Perekaman pada anak umur 3 tahun denganAtrial Septal Defect(ASD)

    (Dikutip dari kepustakaan 14)

    Pemeriksaan Radiologi

    Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada penderita ASD

    adalah :

    1. Foto Thorax

    Jika jantung membesar atau hipertensi pulmonal ada, itu mungkin

    yang disebabkan oleh ASD. Jika kita mencurigai sebuah ASD kita harus

    memperhatikan hal-hal berikut ini:

    - Jantung mungkin membesar. Penentuan CTR yaitu dengan

    membandingkan lebar thorax dan lebar dari pada jantung. Jika

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    18/42

    18

    diameter jantung lebih besar daripada diameter thorax, itu adalah

    pembesaran jantung

    - Perhatikan bentuk jantung.pertama, perhatikan apexnya yang

    mana sering terjadi pembesaran pada ventrikel kanan dan kadang-

    kadang terlihat jelas diafragma terangkat. Selanjutnya lihat batas

    dari jantung kanan. Karena atrium kanan membesar, batas dari

    jantung kanan terlihat lebih lebar dari normalnya

    - Perhatikan posisi dari jantung dengan membandingkan pada posisi

    dari vertebra. Pada ASD, jantung kadang bergeser ke kiri dan

    terlihat juga ke tepi kanan dari columna vertebra

    - Perhatikan tonjolan dan lengkungan aorta. Itu sering mengecil jika

    ASD ada, karena darah dialirkan melalui atrium kanan, tidak melalui

    aorta.15

    Pada penderita ASD dengan pirau yang bermakna, foto toraks AP

    menunjukkan atrium kanan yang menonjol, dan dengan konus pulmonalis

    yang menonjol. Jantung hanya sedikit membesar dan corakan

    vaskularisasi paru yang prominent sesuai dengan besarnya pirau.3

    Batang arteri pulmonalis membesar sehingga pada hilus tampak

    denyutan (pada fluoroskopi) dan disebut sebagai hilar dance. Hilar dance

    ini terjadi karena arteri pulmonalis penuh darah dan melebar, sehingga

    pulsasi ventrikel kanan merambat sampai ke hilus. Makin besar defeknya,

    makin kecil jumlah darah yang mengalir ke ventrikel kiri, karena sebagian

    besar darah dari atrium kiri mengalir ke atrium kanan melalui defek. Aorta

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    19/42

    19

    menjadi kecil, hampir sukar dilihat, sedangkan arteri pulmonalis menjadi 3-

    5 kali lebih besar. Pembuluh darah hilus melebar demikian juga cabang-

    cabangnya. Lambat laun pembuluh darah paru bagian tepi menyempit dan

    tinggal pembuluh dari sentral (hilus) saja yang melebar. Bentuk hilus lebar,

    meruncing ke bawah berbentuk sebagai tanda koma terbalik ().16

    A

    B C

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    20/42

    20

    Gambar 7. (A). Foto PA: Kebocoran Septum Atrium (ASD), hemodinamika, belum ada

    HP, atrium kanan membesar dan atrium kiri tidak. (B). Foto PA: hilus melebar sekali,

    berbentuk koma terbalik. Vaskular paru bagian tepi sempit. Tanda hipertensi pulmonal.

    (C). Foto lateral: tampak ventrikel kanan yang membesar sekali. Atrium kiri dan ventrikel

    kiri normal.

    (Dikutip dari kepustakaan 1, 16)

    2. CT scan

    A

    B

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    21/42

    21

    Gambar 8. (A). Tiga-dimensi permukaan dari rekonstruksi ASDs seperti yang terlihat dari

    anterior obliq dan sedikit proyeksi caudal. Penampakan rims memadai kecuali pada

    bagian parsial dari tepi superior. Defek ini diukur dengan diameter 34 mm dan itu adalah

    diameter yang besar. Ao = aorta, ventrikel RV = kanan.

    (B). Gambaran CT axial dari sebuah Amplatzer septum atrium occluder 24 jam setelah

    penyebaran. Perangkat ini tidak menimpa struktur terdekatyang penting seperti lapisan

    mitral anterior atau vena pulmonalis kanan atas. RA = atrium kanan, LA = atrium kiri, Ao=

    akar aorta, RV = saluran keluar ventrikel kanan

    (Dikutip dari kepustakaan 17)

    CT jantung memberikan kualitas gambar yang sangat baik pada

    atrium septum yang dapat direkonstruksi untuk memberikan gambaran

    tiga dimensi dari defek yang non-geometris. (Gambar 7. (A)) Selain itu,

    Penilaian lingkaran dari septum atrium mungkin didapat dengan mudah.

    Kelebihan ini membuat CT menjadi metode non-invasif yang ideal untuk

    menentukan ukuran ASD, bentuk, dan persiapan untuk penutupan

    perkutan. Pasca penutupan alat perkutan, tomografi jelas menunjukkan

    posisi dari alat, adanya trombus, dan setiap pelampiasan potensial dari

    struktur yang terdekat (Gambar 7. (B)). ASD sinus venosus superior sering

    disertai dengan anomali parsial aliran balik vena pulmonalis, biasanya dari

    lobus paru kanan atas dan tengah. Defek seperti itu tidak dapat ditutup

    perkutan. Intervensi operative sering diperlukan karena volume

    pendorongan yang selalu besar dan menyebabkan pembesaran pada

    ventrikel kanan, hipertensi arteri pulmonal dan tachiaritmia. CT jantung

    dengan angiography yang jelas menunjukkan anomali drainase vena

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    22/42

    22

    pulmonal. Kadang-kadang, kehadiran ASD disertai dengan temuan

    lainnya dari anatomi bersangkutan. CT dengan angiography dapat

    menunjukkan kelainan terkait lainnya yang mungkin tidak didapat dengan

    echocardiography (Gambar 8). Penentuan shunt yang akurat juga

    mungkin didapat dengan mudah. Kurva waktu konsentrasi arteri yang

    dihasilkan setelah injeksi intravena dari indikator (iodine) menunjukkan

    kenaikan resirkulasi pada lekukan kurva dengan arah shunt kiri ke kanan.

    Area di bawah kurva bersifat indikatif dari volume shunt.17

    Gambar 9. A. Gambaran CT Aksial ASD sinus venosus dengan anomali vena pulmonalis

    kanan atas mengalir ke persimpangan SVC / RA . B. 3-D rekonstruksi dengan diberikan

    volume pada kasus yang sama dilihat dari lateralis kanan dan proyeksi caudal. atrium

    kanan = RA, atrium kiri = LA, LULPV = lobus atas vena pulmonalis kiri , RIPV = vena

    pulmonalis inferior kanan, Ao = aorta, LAA = atrium kiri tambahan, PA = arteri pulmonalis,

    IVC = vena cava inferior.

    (Dikutip dari kepustakaan 17)

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    23/42

    23

    3. MRI

    Karena kemajuan di dunia teknologi, kardiovaskular MR (CMR)

    telah berkembang pesat, terutama selama dekade terakhir ini. Dengan

    meningkatnya prevalensi penyakit arteri koroner (CAD) dan gagal jantung,

    antusiasme untuk penilaian jantung berbasis CMR menjadi dihargai.

    Dengan satu kali pemeriksaan, struktur LV, perfusi, dan kelangsungan

    hidup dapat dievaluasi dengan tingkat ketelitian yang tinggi sambil

    menghindari efek potensi berbahaya dari radiasi pengion dan agen

    kontras nefrotoksik. Indikasi umum lain untuk CMR termasuk pencitraan

    cardiomiopati, penyakit perikardial, penyakit katup jantung, penyakit

    jantung bawaan, massa pada jantung, dan pembuluh darah paru.18

    Umumnya lesi jantung bawaan termasuk shunts intracardiac,

    seperti atrium septal defek (ASD) dan ventrikel septal defek (VSD)

    (Gambar 9). CMR merupakan pelengkap echocardiography dalam

    mendiagnosa Penyakit Jantung Kongenital. Pengecualian pada anomali

    vena balik pulmonal dengan ASD sinus venosus yang saling terkait, di

    mana CMR lebih akurat daripada echocardiography karena berbentuk 3D

    yang dapat mencakup bagian dada. Selain pencitraan cine yang

    menunjukkan aliran, kecepatan menyandi pada pencitraan ini berguna

    untuk mengukur besarnya defek dan menentukan rasio shunt.18

    Penyakit jantung congenital yang kompleks sering memerlukan

    penggunaan echocardiography yang lengkap. CMR memiliki keuntungan

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    24/42

    24

    dari cakupan 3D dan kemampuan untuk dengan mudah menggambarkan

    pembuluh darah besar dan cabang-cabang arteri pada paru.18

    Gambar 10. Gambaran atrial Septal defek tipe sekundum (panah kiri) dan ventrikel

    septal defek (panah kanan).

    (Dikutip dari kepustakaan 18)

    4. Ekokardiografi

    Echocardiography adalah dasar diagnosis pada kondisi ini.

    pencitraan dua-dimensi akan menunjukkan defek dalam hampir semua

    kasus (Gambar 10.A). Tipe defek secundum yang terbaik dilihat dari

    gambaran subkostal, yang menempatkan septum interatrial pada sudut

    yang signifikan terhadap berkas pemeriksaan dan mengurangi

    kemungkinan diagnosis artefactual yang positif palsu. Karakteristik

    dilatasi dari ruang sisi kanan jantung baik terlihat dan dominasi volume

    overload ventrikel kanan akan sering dilihat sebagai gerakan septum

    paradoxical. Ini adalah gerakan anterior abnormal dari septum

    interventrikular selama sistole ventricular (Gambar 10.B).19

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    25/42

    25

    Defek ostium primum (juga dikenal sebagai defek septum

    atrioventrikular parsial) juga baik terlihat, seperti anatomi katup

    atrioventrikular. Defek sinus venosus yang kurang umum lebih sulit untuk

    divisualisasikan, karena letaknya tinggi pada atrium yaitu dekat muara

    vena kava superior. Studi transesophageal sering digunakan

    menunjukkan lesi yang sulit ini. Semua studi dari ASD harus disertai

    dengan pemeriksaan yang teliti yaitu memeriksa hubungan dari vena

    pulmonal dan sistemik, karena ini sering abnormal.19

    Studi doppler akan melengkapi informasi diagnostik. Pemetaan

    aliran warna sangat membantu dalam diagnosis dari setiap defek dan

    anomali vena (Gambar 10.C). waktu akselerasi yang singkat dalam aliran

    arteri pulmonal kadang-kadang bisa menunjukkan adanya hipertensi

    pulmonal, seperti kecepatan tinggi jet pada regurgitasi trikuspid. Rasio

    aliran sistemik untuk paru dapat dihitung menggunakan teknik dopler,

    tetapi ini sangat memakan waktu dan rentan terhadap kesalahan.

    Sederhana dan lebih akurat penilaian dengan non invasif pada tingkat

    shunting kiri ke kanan dapat dicapai dengan terlebih dahulu studi

    radionuklide sebelumnya. Studi radionuklida sebelumnya juga membantu

    pada anak yang lebih tua dengan kecurigaan ASD yang mana pencitraan

    subkostal bukan sebuah diagnostik.19

    Transthoracis echocardiography, kadang-kadang ditambah dengan

    transesophageal, merupakan diagnostic dalam kebanyakan kasus. Shunt

    yang besar akan menyebabkan kelebihan volume ventrikel kanan dengan

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    26/42

    26

    pembalikan gerakan septum. Defek Ostium primum dan ostium sekundum

    dapat dibedakan dengan mudah ; defek sinus venosus mungkin sulit

    untuk digambarkan. Warna aliran dopler akan menunjukkan shunt dan

    setiap regurgitasi katup. Kecepatan dari setiap regurgitasi tricuspid akan

    memperkirakan tekanan arteri pulmonalis. Dengan pengalaman, operator

    dapat menetapkan tambahan katup AV cordal pada cacat primum dan

    mendeteksi anomaly drainase pembuluh darah lobus kanan atas untuk

    SVC yang sering mempersulit defek sinus venosus dan terlihat sesekali

    pada ASDs lainnya.20

    A B

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    27/42

    27

    C

    Gambar 11. (A). Modifikasi apikal echocardiogram empat ruang dari pasien dengan ASD

    secundum. Ruang sisi kanan jauh diperbesar. (B). M-Mode echocardiogram dari seorang

    pasien dengan ASD dan volume overload pada ventrikel kanan. Ada gerakan paradoks

    dari Septum interventriculare (tanda panah). (C). Studi aliran warna Doppler pada pasien

    dengan ASDs. Mengalir melalui defek menuju katup tricuspid yang berwarna merah (arah

    transduser) (Dikutip dari kepustakaan 19)

    5. Katerisasi jantung dan angiocardiografi

    Diagnosis echocardiographic komprehensif akan sering

    menghilangkan keperluan untuk penyelidikan invasif, tetapi akan ada saat

    ketika ada keperluan untuk kateterisasi, baik untuk menghitung rasio

    shunt yang akurat atau untuk mengkonfirmasi atau mengecualikan

    beberapa detail anatomi. injeksi atrium kiri dengan media kontras kadang-

    kadang membantu, tetapi biasanya angiografi digunakan untuk menilai

    abnormalnya anatomi vena atau untuk menilai fungsi ventricel kiri. ASD

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    28/42

    28

    tentu umumnya terkait dengan bentuk lain dari penyakit jantung bawaan

    yang mana diperlukan kateterisasi jantung untuk diagnosis.19

    Kateterisasi jantung sekarang jarang diindikasikan pada ASD

    (kecuali untuk terapi intervensi), karena sebagian besar untuk diagnosis

    telah beralih ke echocardiogrphy. Sebuah kateter dari pembuluh darah di

    kaki biasanya lewat dari RA melalui ASD ke LA. Suntikan media kontras

    ke LA akan menunjukkan shunt kiri-ke kanan atrium. Suntikan ke PA akan

    menunjukkan shunt kiri-ke-kanan selama fase laevo. Sekali shunt atrium

    telah dibuktikan, tidak mungkin untuk mengidentifikasi distal shunt lagi

    (misalnya VSD atau PDA).20

    Defek Ostium primum ini dapat didiagnosis dengan angiografi LV

    pada film frontal sebagai batas kanan atas LV ini sangat melekuk dengan

    kurva cekungan halus yang disebabkan oleh kesalahan tempat katup

    mitral. Karakteristik penampilan 'leher angsa ' seringkali disertai dengan

    regurgitasi mitral, aliran inkompeten sering diarahkan melalui defek ostium

    primum ke RA.20

    Pada angiocardiography ECD yang lengkap dapat menunjukkan

    refluks dari kedua ventrikel sampai ke kedua atrium dan shunt kiri-ke-

    kanan pada level kedua atrium dan ventrikel. Beberapa Suntikan

    angiografik akan diperlukan dan LAO 30 dengan 40 dengan kemiringan

    caudocranial merupakan proyeksi yang optimal. Penyimpangan vena

    pulmonalis kadang-kadang dapat dideteksi dengan angiografi jantung

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    29/42

    29

    kanan pada tahap laevo tetapi hanya tipe sinus venosus atau vena yang

    berbentuk seperti pedang dapat divisualisasikan.20

    Bedah penutupan paling sering dilakukan pada ASD (ASD

    sekundum) - sekarang telah banyak bukti dilakukannya echodiagnostic, ini

    untuk menyingkirkan diagnostik kateterisasi jantung dan angiografi.20

    6. Trans Esophageal Echocardiography

    Trans Esofagus Echocardiograf (TEE) berguna dalam

    mengevaluasi defek septum atrium (ASD) untuk menilai rincian atau

    bagian yang halus pada saat memutuskan untuk penutupan defek. Hal ini

    juga berguna dalam menggambarkan ASDs yang tidak terlihat oleh trans

    toraks echocardiography (TTE) baik karena echo window yang jelek atau

    karena lokasi dari ASD seperti dalam ASD sinus venosus. TEE sering

    digunakan pada saat mengevaluasi hipertensi pulmonal dengan etiologi

    yang tidak jelas pada orang dewasa. Pemeriksaan TEE gambarannya

    sangat dekat dengan jantung tanpa ada intervensi dari jaringan paru-paru,

    dapat memberikan gambar yang sangat baik. Selain itu, jarak yang

    pendek memungkinkan penggunaan frekuensi transduser yang lebih tinggi

    dengan resolusi gambar yang lebih baik. Biasanya frekuensi transduser

    yang lebih tinggi tidak dapat digunakan untuk TTE karena kedalaman

    penetrasi ultrasound di frekuensi yang lebih tinggi pada orang dewasa.14

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    30/42

    30

    Gambar 12. Atrial septal defect pada trans esofagus echocardiography

    (Dikutip dari kepustakaan 14)

    Gambar TEE dalam tampilan axis pendek menunjukkan aorta (Ao),

    bagian dari intra atrium septum (IAS) dan ASD. Hal ini dapat dilihat

    bahwa hampir tidak ada rim aorta (aorta rim botak). Bagian dari atrium kiri

    terlihat di bagian atas IAS (tidak ditandai dalam gambar). Di bawah IAS,

    atrium kanan yang besar dapat terlihat.14

    VIII. DIAGNOSIS BANDING

    - Patent Ductus Arteriosus

    Patent Ductus Arteriosus adalah suatu kelainan dimana ductus

    asteriosus tidak menutup sehingga tetap menghubungkan antara aorta

    dan arteri pulmonalis. Pada PDA yang cukup besar, volume darah dalam

    arteri pulmonalis menjadi lebih besar. Jumlah darah di atrium kiri

    bertambah dan menyebabkan dilatasi, sertai terjadi hipertrofi ventrikel kiri

    seperti pada VSD. Darah yang dipompa ke dalam aorta biasa saja, tetapi

    http://cardiophile.org/wp-content/uploads/2009/09/ASD-TEE-SAX1.jpg
  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    31/42

    31

    setelah melampaui duktus arteriosus, jumlah darah ini berkurang karena

    sebagian darah mengalir ke arteri pulmonalis sehingga arteri pulmonalis

    dan cabang-cabangnya menjadi lebar, sedangkan aorta descendens

    menjadi lebih kecil. Pembuluh darah paru melebar, hilus melebar, dan

    pada fluoroskopi sering tampak hillar dance. 1

    Pada PDA sedang gejala biasanya timbul pada usia 2-5 bulan

    tetapi tidak berat. Pasien mengalami kesulitan makan (menyusu), sering

    menderita infeksi saluran nafas, namun biasanya berat badan masih

    dalam batas normal. Frekuensi nafas sedikit lebih cepat dibanding dengan

    anak normal. 1

    Gambaran foto toraks : 1

    1. Bila PDA kecil sekali, gambaran jantung dan pembuluh darah paru

    normal

    2. Bila PDA cukup besar, maka gambaran radiologinya:

    Aorta descedens dan arkus tampak normal atau membesar sedikit dan

    nampak menonjol pada proyeksi PA

    A. pulmonalis tampak menonjol lebar di samping aorta

    Pembuluh darah paru dan hilus nampak melebar, karena volume darah

    yang bertambah

    Pembesaran atrium kiri

    Pembesaran ventrikel kanan dan kiri.

    Pada orang dewasa, gambaran radiologi ini tampak jelas, tetapi

    pada anakanak tidak khas dan sulit dinilai, karena biasanya jantung anak-

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    32/42

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    33/42

    33

    - Ventricular Septal Defect

    VSD merupakan kelainan jantung dimana terjadi defect sekat

    antarventrikel pada berbagai lokasi. Gambaran klinis yang ditemukan

    secara garis besar dapat dibedakan berdasarkan apakah sudah terjadi

    hipertensi pulmonal atau belum. Pada kasus VSD tanpa hipertensi

    pulmonal, gejala klinis yang dominan adalah gejala yang timbul akibat

    kurangnya perfusi ke perifer, sering bermanifestasi sebagai keterlambatan

    pertumbuhan. Sedangkan jika sudah terjadi hipertensi pulmonal, gejala

    klinis umumnya berkaitan dengan keadaan cyanotic yang timbul karena

    adanya R-L Shunt. 1,3

    Gambaran foto thorax : 1

    1.Kebocoran yang sangat kecil.

    Jantung tidak membesar. Pembuluh darah paru normal.

    2.Kebocoran yang ringan

    Jantung membesar ke kiri oleh hipertrofi dan ventrikel kiri. Apeks

    menuju ke bawah diafragma. Ventrikel kanan belum jelas membesar.

    Atrium kiri berdilatasi.

    3.Kebocoran yang sedang-berat

    Ventrikel kanan dilatasi dan hipertrofi. Atrium kiri berdilatasi. A.

    Pulmonalis dengan cabang-cabangnya melebar. Atrium kanan tidak

    tampak kelainan. Ventrikel kiri hipertrofi. Aorta kecil.

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    34/42

    34

    4.Kebocoran dengan hipertensi pulmonal

    Ventrikel kanan tampak makin besar. A. Pulmonalis dan cabang-

    cabangnya di bagian sentral melebar. Segmen pulmonal menonjol. Atrium

    kiri normal. Aorta mengecil. Pembuluh darah paru bagian perifer sangat

    berkurang. Thoraks menjadi emfisematous. Pada tahap ini secara klinis

    ditemukan Sindrom Eisenmenger. Pada stadium ini kadang secara

    radiografi sukar dibedakan dengan Atrial Septal Defect (ASD) dengan

    hipertensi pulmonal.

    Gambar 14. PA: pembesaran jantung, konus pulmonalis

    menonjol dan corakan bronkhovaskuler bertambah

    ( Dikutip dari kepustakaan 1)

    - Stenosis Pulmonal

    Stenosis pulmonal adalah penyempitan lubang antara ventrikel

    kanan dan katup pulmonalis. Stenosis katup pulmonalis terutama terjadi

    akibat defek kongenital. Dengan menyempitnya lubang, ventrikal kanan

    harus memompa secara lebih kuat untuk mendorong darah. Kondisi ini

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    35/42

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    36/42

    36

    pulmonalis, penyakit jantung sianotik, anomaly dari arteri atau vena

    pulmonalis, dan arena operasi shunting paliatif.

    Pemeriksaan fisik sering ditemukan adanya distorsi dinding dada

    akibat hipertrofi ventrikel kanan yang berat. Temuan dari pemeriksaan fisik

    yang paling penting dan konsisten adalah peningkatan komponen

    pulmonal pada auskultasi. Bunyi jantung 2 terdengar keras dengan

    splitting yang tidak lebar pada pirau interventrikuler dan aorta pulmonal,

    namun splitting terdengar lebar apabila pirau terdapat pada tingkat

    interatrial. Klik ejeksi dan murmur ejeksi sistolik dapat didengar di sela iga

    2-3 parasternal kiri, kadang-kadang disertai murmur awal diastolik dari

    insufisiensi pulmonal dan murmur pansistolik dari regurtisasi trikuspid.

    Tanda-tanda adanya kegagalan jantung kanan seperti hepatomegali,

    udem perifer, akrosianosis jarang ditemukan pada anak kecil.21

    Gambaran foto thoraks yang khas berupa konus pulmonalis yang

    sangat membonjol, hilus yang lebar,vaskularisasi paru yang meningkat

    sekitar hilus, namun berkurang di perifer. Gambaran ini disebutpruning. 21

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    37/42

    37

    Gambar 16. Foto thoraks pada perempuan dewasa dengan ASD dan hipertensi pulmonal

    severe. Arteri pulmonal utama dan hilus arteri pulmonal sangat melebar, dengan

    redaman vaskular perifer.

    (Dikutip dari kepustakaan 19)

    PENATALAKSANAAN

    Defek septum atrium harus ditututp dengan pembedahan pada

    usia sekolah untuk mencegah hipertensi pulmonal.2

    Indikasi penutupan ASD :

    - Pembesaran jantung pada thorax, dilatasi ventrikel kanan, kenaikan

    tekanan arteri pulmonalis 50% atau kurang dari tekanan aorta, tanpa

    mempertimbangkan keluhan. Prognosis penutupan ASD akan sangat

    baik dibanding dengan pengobatan medikamentosa. Pada kelompok

    umur 40 tahun ke atas harus dipertimbangkan terjadinya aritmia atrial,

    apalagi bila sebelumnya telah ditemui adanya gangguan irama. Pada

    kelompok ini perlu dipertimbangkan ablasi per kutan atau ablasi

    operatif pada saat penutupan ASD

    - Adanya riwayat iskemik transient atau strok pada ASD atau foramen

    ovale persisten.

    Operasi merupakan kontraindikasi bila terjadi kenaikan resistensi

    vascular paru 7-8 unit, atau ukuran defek kurang dari 8 mm tanpa adanya

    keluhan dan pembesaran jantung kanan.

    Tindakan penutupan dapat dilakukan dengan operasi terutama

    untuk defek yang sangat besar lebih dari 40 mm, atau tipe ASD selain tipe

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    38/42

    38

    sekundum. Sedangkan untuk ASD sekundum dengan ukuran defek lebih

    kecil dari 40 mm harus dipertimbangkan penutupan dengan kateter

    dengan menggunakan amplatzer septal occluder. Masih dibutuhkan

    evaluasi jangka panjang untuk menentukan kejadian aritmia dan

    komplikasi tromboemboli.3

    IX . KOMPLIKASI

    - Kira-kira 10 % dari pasien menjadi hipertensi pulmonal. Situasi aliran

    shunt yang terus-menerus nantinya berubah sebaliknya menjadi

    kanan ke kiri. Kemudian pasien menjadi sianotik. Hal ini diketahui

    sebagai sindrom Eisenmenger

    - Emboli paradoxical

    - Cardiac conduction defects (fibrilasi atrium, flutter)

    - Pada penderita ASD ini dapat terjadi gagal jantung kongestif ,

    disaritmia atrium, insufisiensi katup mitral dan penyakit obstruksi

    vaskular.2,11

    X. PROGNOSIS

    Biasanya sebagian besar gejala tidak berkembang sampai umur 20

    tahun dimana evidence dari penyakit vaskuler paru menjadi nyata.

    Dengan penambahan umur, resiko dari gangguan peningkatan irama

    jantung bertambah. Pada umur 40 tahun, kebanyakan pasien

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    39/42

    39

    menunjukkan gejala. Gagal jantung adalah yang paling banyak

    menyebabkan kematian. Dan yang lain termasuk emboli dan infeksi.12

  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    40/42

    40

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Soetikno, DR. Gambaran Foto Thoraks pada Congenital Heart

    Disease. [Cited] 25 Desember 2012. Available from:

    http://repiratory.unpad.ac.id

    2. Meadow, Sir Roy, and Newell, Simon. Lecture Notes Pediatrika.

    Jakarta: Erlangga. 2005. Hal 139-145

    3. Aru WS, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Penyakit Jantung

    Kongenital pada Dewasa. Ed.4, Jilid.III. Jakarta Pusat : Interna

    Publishing 2007. Hal : 1641-1644

    4. Agus Cahyono dan Machrus A Rachman. Clinical Research: The

    Cause of Mortality Among Congenital Heart Disease Patients in

    Pediatric Ward, Soetomo General Hospital (2004-2006). Available

    from: Jurnal kardiologi Indonesia Juli 2007; Vol 28; 279-284 no.4.

    5. Texas Department of State health Service. Birth Defect Risk Factor

    Series: Atrial Septal Defect.. Available from : Texas Department of

    State health Service. Update: 10 Februari 2012

    6. Ira H Gessner, MD; Chief Editor: Steven R Neish, MD, SM. Ostium

    Secundum Atrial Septal Defect. Available from: Medscape

    Reference (Drugs, Diseases & Procedures). Updated: 1 Desember

    2011

    7. Abdullah, Rozi. Anatomi dan Fisiologi Jantung. [Cited] 25

    Desember 2012. Available from:

    http://repiratory.unpad.ac.id/http://repiratory.unpad.ac.id/http://repiratory.unpad.ac.id/
  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    41/42

    41

    http://bukusakudokter.wordpress.com/2012/11/14/anatomi-fisiologi-

    jantung/

    8. Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi : Sistem

    Kardiovaskuler. Ed.3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta:

    2009. Hal : 441-517

    9. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta:

    EGC, 1996. Hal 256-262

    10. Widyantoro B. Penyakit Jantung Bawaan: Haruskah Selalu Berakhir

    di Ujung Pisau Bedah. Inovasi. Jakarta; 2006. Volume 6. Hal 121-

    124

    11.Weerakkody , Yuranga and Gaillard, Frank et al.. Atrial Septal

    Defect. [Cited] 23 Desember 2012. Available from:

    http://www.radiopedia.org/articles/atrial-septal-defect-2

    12. Dr. Craig Smith. Atrial Septal Defect (ASD, Ostium Secundum

    Defect).. Available from: BOOK4DOC (free medical website 4

    Doctors). Updated: 3 Maret 2011

    13. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media

    Aesculapius. 2000. Hal 447

    14.Prof. (Dr.) Johnson Francis MD, DM, FACC, FRCP Edin. Atrial

    Septal Defect (ASD). Available from: Cardiophile MD. Updated: 23

    April 2012

    15. Corne, Jonathan, dkk. Chest X-Ray made easy. UK : Churcill

    Livingstone; 1998. p. 87-89

    http://bukusakudokter.wordpress.com/2012/11/14/anatomi-fisiologi-jantung/http://bukusakudokter.wordpress.com/2012/11/14/anatomi-fisiologi-jantung/http://bukusakudokter.wordpress.com/2012/11/14/anatomi-fisiologi-jantung/http://radiopaedia.org/users/weer06http://radiopaedia.org/users/frankhttp://www.radiopedia.org/articles/atrial-septal-defect-2http://www.radiopedia.org/articles/atrial-septal-defect-2http://cardiophile.org/author/admin/http://cardiophile.org/author/admin/http://www.radiopedia.org/articles/atrial-septal-defect-2http://radiopaedia.org/users/frankhttp://radiopaedia.org/users/weer06http://bukusakudokter.wordpress.com/2012/11/14/anatomi-fisiologi-jantung/http://bukusakudokter.wordpress.com/2012/11/14/anatomi-fisiologi-jantung/
  • 7/21/2019 164379798-Referat-Atrial-Septal-Defect-ASD-Herin-Arini-Natalia_2.pdf

    42/42

    16. Ekayuda, Iwan. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

    2005. Hal 184-188

    17. Budoff, J Matthew, dkk. Cardiac CT Imaging Diagnosis of

    cardiovascular Disease. London : Springer; 2006. p. 221-224

    18. Brant, E William and Helms, A Clyde. Fundamentals of Diagnostic

    Radiology. 2nded. Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p.665-666

    19. Sutton, David. Textbook of Radiology and Imaging volume 2. 7thed.

    UK : Churcill Livingstone; 2003. p. 363-375

    20.Grainger & Allisons. Diagnostic Radiology A Textbook of Medical

    Imaging. 4th ed. UK : Churcill Livingstone; 2001. Chapter 36B.

    21. I Nyoman Budi Hartawan, I.B. Agung Winaya. Hipertensi Pulmonal

    pada Anak. Available from : Health Science Journals Indonesia,

    Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 58, Nomor: 3, 86-93, Maret

    2008