Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS HASIL TERJEMAHAN UNSUR-UNSUR PROSA SASTRA
DALAM KUMPULAN CERPEN "AL-'ABARAT" KARYA MUSTAFA LUTFI
AL-MANFALUTI : STUDl KASUS CERPEN "KEHORMATAN"
Oleh:
YUlli NUrflllllhNIM.I00024118596
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HlDAYATULLAH
JAKARTA
1426 Hl2005 M
ANALISIS TERJEMAHAN UNSUR-UNSUR PROSA SASTRA DALAMKUMPULAN CERPEN "AL-'ABARAT" KARYA MUSTAFA LUTFI
AL-MANFALUTI: STUDI lUSUS CERPEN "KEHORMATAN"
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniorauntuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana sarjana Sastra
OIeh:
YUNINURFALAHNIM. 100024118596
Di Bawah Bimbingan :
Su Ion Ka 1 .ANIP. 1502822400
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1426 H / 2005 M
pENGESAHAN pANITIA lUIAN
Skripsi yang beljudul Analisis I-Iasi! Terjemahan Unsur-Unsur Prosa
Sastr'a Dalam Kumpulan Cerpen "AI-Abarat" Karya Mustafa Lutfi AI
Manfaluti: Studi Kasus Cerpen "Kehonnntan" telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 20 September 2005, Skripsi ini telah diterima scbagai salah SHtu syarat untuk
mcmperolch gelnr sarjalla program strata I (S 1) pada jurusall tariamah,
Jakarta. 20 September 2005
Sidang Mnnaqasyah
l<.etua rv1erangkap Anggnta
Drs. Abdnllah, M.AgNIP. 150262446
Sekre(aris iVlcnlllgkap Anggot/.l
Anggota
~ Pcmbimbing'<-.
/',.• Q~Suk1'0,tJ(a111 iI,QVI,\A Po
NIP. 150282400
(]3erdlrifafi tegaf(mempetjua1l{jf<gn pendlrian .
Sefama fiiaupmu
Sesunggufil1ya fwyat itu liatrya 6erartt'
(]3ifa dlisi efe1l{jan aqiefali
<Dan pe1jua1l{jan.
KATA PENGANTAR
r.J="YI ~YI.uJ1 ~
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagtti tugas akhir, guna
mencapai gelar S81jana Strata I pada universitas Islam Negeri Syarif Hidaya.tullah.
Skripsi ini berjuclul "Analisis TCljemahan Unsur-unsur Prosa Sastra Dal81TI
Kumpulan Cerpen al- 'ahara! Karya Mustafa Lutfi al-Manfaluti: Studi Kasus Cerpen
Kehormatan". Shalawat serta salmn senantiasa tercurah kepacla Nabi Muhmnmad
SAW, pembawa risalah kebenaran untuk saluruh umat 111anusia di dunia.
Tiada terasa waktu berlalu, perjalanan yang panjangpelllili clengan cobaancla
rintangan telah Penulis lalui dengan penuh keikhlasan clan kesabaran bertawakal
kepacla Allall SWT. Walauplm demikian, itu senlUall1erupakan langkall awalyang
tidak akan mampu menghalangi Penulis dalam menyelesaikanskJripsi ini.
Dengan penuh kesadaran, penulisan ilmiall ini banyak keterbatasan dan
kemampuan pengetahU811, sehingga masih banyak terdapat kekurangan.-kekura.ngan.
yang penulis miliki clalmn penulisan skripsi ini.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi initiclaklepas dari
dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak yang begitu sabar nlelllberi bimbingan
dan motivasi. Sehingga, tak ada yang dapat Penulis berikan sebagai Balas jasa selain
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
I. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, M. A., selaku Reklor, Bapak Dr. H. Badri
Yatim, M.A. , selaku Dekan Fakultas Adab dan Hmuaniora, Bapak Drs.
Abdullah, M. A., selaku Ketua Jurusan, dan Bapak Drs. Ikhwan Azizi, selaku
Sekretaris Jurusan Te~jemah UIN SyarifHidayatullah.
2. Bapak Sukron Kamil, M. A., selaku Dosen Pembimbing yang telah ikhlas
meluangkan waktunya untuk membimbing bahkan mengarahkan Penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Adab dan Humaniora yang telah banyak
menuangkan ilmunya kepada penulis, sehimgga PenUlis sadar bahwa masih
banyak yang harus diperbuat untuk hidup ini.
4. Para Pustakawan di Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Perpustakaan Gandaria, Perpustakaan UI Depok, Perpustakaan Umwn Il11al1
Jama', Perpustakaan Soemantri Brojonegoro Kuningan, yang telah
memberikan pelayanan yang baik kepada Penulis dalamnlertCariinforl11asi
data yang Penulis butuhkan.
5. Kedua orang tua tercinta yang sangat mengharapkallanaknya menyandang
gelar Saljana, yaitu Ayahanda H. Ahmad dan ibunda tercinta almarhluuahHj.
Uti yang senantiasa ikhlas dan sabaI' dalam mendidik dan mel1lberikan
dukungan moril maupun materil, juga atas do'a dan kasih sayangkepada
penulis selalua penulis menjalani pendidikan sehingga skripsi inidapat
terselesaikan dengan baik. Ungkapan terima kasih juga Penulis sfuupaikan
kepada keluargaku tercinta, kakak-kakakku yang telah ikut membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Suamiku terkasih Effendi, yang sudah begitu sabar memberi semlillgat dan
dukungan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulislill skripsi ini.
7. Rekan -rekan Jurusan Terjemah angkatan 2000, khususnya "D'Milkshaker",
Oby, Lia, Mayang, Risma, Vita & Encup, atas kesetiaannya dan persahabatan
dari dulu hingga sekarang. Semoga persahabatan ini tidak terputus walaupun
kita jarang bertemu. Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada
rekan-rekan sepeljuangan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, akal1
tetapi tidak mengurangi rasa terima kasih Penulis.
Akhirnya kepada Allah jualah Pel1ulis panjatkan Puji serta Syukur yang
sebesar-besarnya, semoga anlal dan jasa mereka mendapatkan pahala eli sisi
Allah SWT. Ami..n.
Jakarta, 21 Juli 2005
Pel1ulis
Yuni Nurfalah
DAFTARISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR lSI iv
TRANSLITERASI VI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................... 6
C. Tujuan"Penelitian..................................................................... 7
D. Metode Penelitian 7
E. Sistematika Penulisan 8
BAB II KERANGKA TEOm DAN TERJEMAHAN 9
A. Kerangka Teori Cerpen 9
1. Pengertian Cerpen 9
2. Karakteristik Cerpen 12
3. Jenis-jenis Cerpen 13
4. Unsur-unsur Cerpen 16
B. Kerangka Teori TeIjemahan 26
I. Pengertian PeneIjemahan 26
2. Metode Penerjemahan 29
BAB III BIOGRAFI AL-MANFALUTI SEBAGAI PENULIS
CERPEN AL-ABARAT DAN KHALIFAURItAHMAN
FATHSEBAGAIPENERJEMAHANNYA 40
A. Biografi AI-Manfaluti dan karya"karyanya.............................. 40
1. Kelahiran dan Perkembangannya 40
2. Cerpen-cerpen al-Manfluti dan Karakteristiknya................. 44
3. Pandangan Kritikus terhadap karya al-manfaluti 48
B. Riwayat Hidup Khalifurrahman Fath dan karya-karyanya....... 51
BAB IV ANALISIS TERJEMAHAN ARAB --- INDONESIA DALAM
CERPEN "RINTIIIAN JIWA" 57
A. Ringkasan Cerita Pendek "Kehormatan" ;................ 57
B. Analisis Bentuk 58
C. Analisis lsi Cerpen 72
BAB V PENUTUP 74
A. Kesimpulan ;...... 74
B. Saran-saran ; ;....... 75
DAFTARPUSTAKA...................................................................................... 77
PEDOMAN TRANSLlTERASI ARAB - LATIN
Sesuai dengan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 158/1987 dan No. 0543b/U/1987 mengenai
pedoman transliterasi, maka skripsi ini menggunakamlya sebagai pedoman
transliterasi dengan sedikit modifikasi pada sistim penulisan, sebagaimana akan
dijelaskan di bawah ini:
Arab Latin Arab Latin.
I Tidak .l:. tdilambangka~
.y b ..l2 z.W t t
,
~ s t g
e:: J u f
C h " q•
t kb ~ k
.l d J I
~ z r- ID
.) r U n
j z .J w
()" s 0 h
• sy ~ ali/uf'()"
(J"" s l# y•
I..J":> d•
-
Dntnk Vokal Panjang dan Vokal Rangkap
il = a panjang
= i panjang
a = u panjang
'($.... = al
'J.... = au
Keterangan
I. Artikel JI / aI- / ditulis dalam satu bentuk yaitu / al / tanpn membedakan apakah
hurufyang mengikutinya termasuk hurufqamariyah atau syamsiyah.
2. Syaddah ditandai dengan hurufkembar, contoh : ti.;J1 / aI-jannat-u /.
3. Setiap fonem dipisah dengan tanda minus (-), seperti / aI-jannat-u /.
4. / .... / mengapittransliterasi Arab.
5. " .... " mengapit arti dalam bahasa Indonesia.
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belalmng Masalah
Pertumbuhan sastra di Indonesia selalu diikuti oleh teljemahan atau__
saduran karya-karya asing. Ha litu bisa dilihat dalam sejarah perturnbuhan sastra
di Indonesia sejak zaman Indonesia-Hindu sampai pada hari inL Kadang justru
terlihat bahwa karya terjemahan mendahului tumbuhnya karya-karya sastra asH. I
Sastra telj<:mahan pada hari-hari ini masih dirasakan kepentingannya
terutama oleh lingkungan terbatas para sastrawan saja. Sebabnya jelas bahwa hal
itu dibaca scbagai bahan pelajaran kesastrawanannya. Sastra teljell1ahah ternyata
kurang digemarioleh pembaca awam yangtidakbennaksud menjadi sastra\vah.
Hal initerlihat dari adanya keluhan para penerbit sastratetjemahart s"jakll1asa
Balai Pustaka san1pai sekarang.2
Kurang diterbitkannya karya-karya sastra terjemahan .di Indonesia
mungkin hanya merugikan bagi para sastrawan yang kurm1g menguasai isecara
baik Bahasa asing lainnya. Para pembaca awam yang menguasai Bahasa Asing
suka membaca karya sastra dalam bahasa asing daripada terjemahal1,sedangpara
pcmbaca awam yang kurang menguasai Bahasa Asing jelas ratacrata.kurahgbaik
J Drs. Jakob Sumardjo,dan saini KM, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta Gramedia,1997). h. 1 \C
2 Ibid. h.2
2
apresiasinya terhadap baeaan bermutu sastra dunia. Akibatnya, mereka kurang
bisa menghargai karya-karya teljemahan.3
Menerjemahkan buku-buku sastra dlmia sekarang ini sarTIa artinya dengan
memperkaya kesusastraan Indonesia dan mempereepat perkembangarlllya. Maka
di samping peneljemahan permanent yang bekerja lebih tereneana, lebih intensif,
sehingga seluruh kesusastraan dunia masuk membanjiri dunia kesusasraan
Indonesia.4
Dengan demikian, pene~jemahan karya-karya tulis yang bersifat sastra
eukup memiliki kontribusi yang eukup besar bagi khazanah kesusastraan
Indonesia. Perlu kita ketahui muneulnya sejarah sastra Indonesia moderen ini
clisebabkan oleh persentuhan antara karya sastra Indonesia clengan karya
terjemahan luar.
Dalarn hal ini penerjemahan karya sastra masih mengalarni kesulitan.
Sementara orang mel11andang bahwa l11eneljemahkarl eerpen atau novel lebih
muclah claripada meneljel11ahkan puisi, karena kata-kata yang digtmakanticlak
sehemat clan seterpilih kata-kata puisi. Keinclahan clalarn sebuah eerpen atau novel
ticlak begitu tergantung pacla pilihan kata, irarna, dan rima, tetapi lebih terletak
pacla alur eel·ita dan pengembangan tokoh-tokoh yang aela eli dalarn eerita itu.
Pendapat ini memang tielak salah, hanya saja kalau tidak hati-hati bisa teljerUlTIus
)(J Ibid. , h. 6
4 H. B Jassin, Sastra Indonesia Sebagai Warga Sastra Dunia, (Jakarta: Yayasan Sayu, 1981).Cet. Ke-3, h. 18
3
dalam teljemahan kalimat perkalimat, yang kalau dibaca sepintas terlihat bagus
dan runtut, tetapi secara keseluruhan tidak membawa pesan seperti yang
diamanatkan oleh naskah aslinya.5
Seperti kita ketahui banyak karya-karya sastra sastrawan Arab yang sudah
diterjemahkan kedalanl beberapa bahasa, diantaranya adalah ballasa Indonesia,
yang dapat dijadikan tolak uknr untuk sastra modem. Salah satunya yaitu cerpen
Al- Abanrt karya al-Manfaluif yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi Rintihan Jiwa. Dengan demikian, tidak dapat disangkal lagi bahwa
kesusastraan Arab Modern merupakan sebuall tempat dimana teljadi perubahan-
perubahan yang terus menerus, terjadi percobaan-percobaan dan terjadi
pemerolehan hasil dari kebangkitan kesusastraan Arab modern bercermin pada
suasana hidup yang kontemporer dalanl semua aspek dan manipestasinya yang
beraneka ragam. Hal ini dapat dilihat dalanl beberapa genre dan gayanya. 6
AI-A baral, mcrupakan salah satu kumpulan cerpen karya Mustafa Lut6.
Al-Manfaluti yang diteljemahkan oleh KhalifiJrralmlan menjadi "Rinlihan Jiwa".
Sebagaimana kita ketahui Mustafa Lutfi AI-Manfaluti yang kbih dikenal dengan
nama Al-Manfaluti, adalall seorang sastrawan yang cukup terkenal pada
zammmya. Karymlya cukup banyak terdiri dari essei, cerpen dan terjemahan.
Essei dan cerpennya terku111pul dalam dua bukunya, yalmi al-Naziirat dan al-
5 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto. Translation: Bahasa Teol'i dan PenunLunPraktis Menetjemahkan, (Yogyakarta:Kanisius, 2003), h. 155
6 Males Sutiasumarga, Kesusaslraan Arab:Asal Mula dan Perkembangannya. (Jakarta:ZikrulI-Iakim, 200 I), cet. Ke-2, h. 114
4
'AbarGt. Keduanya sudah diteljemahkan kedalam bahasa Indonesia. Syaimya
tertuang dalam MukhtarZit al-Man/alutl (Pilihan-pilihan al-Manfaluti) dan
terjemahannya dari bahasa Peraneis masing-masing berjudul Mqjdulin
(Magdalena), Fi Sabil al-Taj (karena mahkota), al-Syair (Penyair), dan al-Fadila
(Keutamaan).7
Dilihat dari karya-karyanya, al-Manfaluti sendiri Iebih banyak m.ehulis
essei daripada eel·pen. Dari 131 judul karyanya yang terdapat dalam al-Nazarat
dan al-Abariit , hanya ada II judul yang berbentukeerpen. Namun, karena tema
dan gaya bahasa yang ditampilkan dalalll kesebelas cel-pen tersebut melllpunyai
cirri khas tersendiri, ia juga dapat dianggap sebagai pengarang eerpen yang
berhasil pada zalllannya.
Skripsi ini akan membahas kumpulan cerpen al-abarm (Rintihan Jiwa)
karya al-Manfaluti. Cerpen ini meneoba lIlengungkapkan keadaan masyarakat saat
ini. Dengan kehaIusan bahasa dan jalinan kisah yang demikian· memukau-
karakteristik aI-Manfaluti- ia seperti menyihir kita untuk merentlhg· serta
mempertanyakan diri kita sendiri. Al-Manfaluti juga meneoba menipertanyakan
kebiasaan lIlasyarakat yang kerap dijustifikasi dengan ajaran agall1a.,hhkum., tata
7 Muhammmad Mahmud Ridwan, "AI-Manfaluli dan Karya~karyanya" da]am Magdalena diBawah Nallngan Pollon Tilia, (Yogyakarta: U.P Indonesia, ]985), Cet III, h. xxiii-xxxvii
5
nilai sosial.s Contoh dari teks asli eerpen al-Abarat dan hasil teljemahan
KhalifulTahman Fath:
';l ,.,9',,,1\ J~\ (.)'lip (.)'liy ~\.c:.3 ,4i.JjI L&... Ol>)...." (.)'lly '-;-.lAj39.~~y..,.\\ l>\~\ ';lJ \.A~
Basil teljemahan Khalifurrahman:
"Pergi berbekal banyak pikiran dan gagasan yang eemerlang, tapi pulangdengall tangan hampa, tak ubahnya kepala area yang hanya dipenuhi nafsumenggelora".10
Dari eontoh hasil terjemahan di atas, penulis berpendapat bahwa
penerjemah menggunakan metode peneljemahan bebas, seperti dalam kalimat:
Apabila kalimat tersebut diterjemahkan berdasarkan model teJjemahan
kata demi kata, maka hasil terjemahan kalimat di atas adalah:
"Ill. Pergi membawa kepala yang penuh dengan hikman dan pemikiran".ll
Penulis melihat bahwa peneljemah lebih mengutamakan isi dan
mengorbankan bentuk teks bahasa surnber.
8 Al-Manfaluthi, Rintihan Jiwa, terjemahan Khalifurrahman dari al- 'abarat(Yogyakarta:Navilla, 200)
, Ibid. , h, 39
10 Mustafa Lutfi al-Manfaluti, Rintihan Jiwa yang diterjemahkan oleh Khalifurrahman Fath, K(Yogyakarta: Navilla, 2003), h. 2 \ lol'(Y' .
II Ibid
6
Contoh lainnya terlihat dalam kalimat:
Khalifl.rrrahman menerjemahkan :
"Tapi pulang dengan tangan hampa, tal ubalmya kepala area yang hanya dipenuhi nafsu menggelora".
Dari hasil terjemahan di atas, penulis melihat adanya ketidak sesuaian
dengan teks aslinya. Namun penerjemah lebih mengutamakan keindahan kata
.dan penggunaan diksi yang tepat.
B. Pembatasan dan perumusan masalah
Dalam skripsi ini penulis tidak menganalisis seluruh eerpen yang terdapat
dalam kumpulan eerpen Rinlihan Jiwa, namun penuJis hanya menganaJisis salah satu
eerpen yang berjudul Kehormatan. Walaupun demikian, penulis berharap semoga
satu eerpen ini dapat memberi gambaran dari seluruh eerpen yang terdapat dalam
kumpulan eerpen yang berjudul "Rintihan Jiwa".
Dari uraian latar belakang di atas, maka perumusan dan pembatasan masalah
dalam penuJisan skripsi ini adalall:
I. Jenis atau terjemahan apa yang digunalmn dalam eerpen Kehormatan?
2. Apakah terjemahan ini sudah sesuai dengan teori peneljemahan eerpen,
dan apalmh bahasa yang digunakan merupakan bahasa baku atau tidak?
3. Apa kelebihan dan kekurangan terjemahan eerpen terse:but?
7
C. Tujuan Pcnclitian
I. Mengetahui jenis atau model terjemahan cerpen Rintihan Jiwa
2. Mengetahui sejauh mana kesesuaian bahasa yang digunakan dalam
penerjemahan cerpen tersebut.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teljemahan tersebut.
D. Mctodc J'cnclitian
Metode yang penulis gunakan dalall1 pcnulisan skripsi ini adalah metode
Deskriptif yang berusaha menggall1barkan model terjemahan Khalifurrahll1an dalall1
cerpen Rintihan Jiwa karya al-Manfaluthiserta mengfmalisis teljemahan terscbut.
Dalam mempcroleh data, penulis menggunakan lirary research (penelitian/ studi
kepustakaan), yaitu dengan l11engumpulkan data-data yang bcrkaitan dengan
pcnelitian. Penulis juga menggunakan l11etodc wawaneara langsung kepada
Khalifurrahman, untuk mengetahui biografi penerjemah.. Sedangkan dalam
menganalisis hasil teIjel11ahan cerpen tcrsebut, penulis l11erujuk pada teori
peneljcmahan cerpen dan unsur-unsur cerpen.
Adapun metode penulisan penulis mengaeu kepada buki.! Pedoman Penulisan
Skripsi, Tesis, Disertasi yang disusun oleh Tim U1N Syarif Hidayatullah Jakarta dan
diterbitkan oleh UJN Jakarta dan diterbitkan oleh UIN Jakarta Press 2002.
8
E. Sistemlltikll Penulislln
Sistematika penulisan ini terdiri dad lima bab yang disuSUll sl)bagai bedkut:
Bab I berisi pendahuluan. bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan
dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika
pcnulisan.
Bab II bcrisi kerangka teori fiksi dan terjemahan yang tcrdiri dari pengertian
cerpcn, jenis-jenis ccrpen, karakteristik cerpcn, unsur-unsur cerpen, pengertian
penerjemahan, jenis-jenis peneljemahan, dan metode penerjemahan.
Bab III berisi biograti al-Manfaluti, karya-karyallya, dan riwayat singkat
peneljemah.
Bab IV berisi gan1baran umum, analisis bentuk, dan analisis mak.t1a
Bab V berisi penutup terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi.
BABII
KERANGKA TEOm CERPEN DAN TERJEMAHAN
A. KCI'angka Tcori Ccrpcn
1. Pcngcrtian Ccrpcn
Menllrul Wlljlld lisiknya cerpen adalah cerila yang pendek. Tapi lenlang
panjang dan pendek orang bisa berdebat. Pendek di sini bisa berarti eerila yang habis
dibaca sclama sekitar 10 menit, atau sckilar sctengah jam. Cerita yang dapat dibaea
sekali duduk. Atau cerita yang terdiri dari sekitar 500 kala sampai 5000 kata. Bahkan,
ada "cerpen" yang lerdiri dari 30.000 kata. Jadi setebal buleu "Layar Terkembang".
Akan tetapi, itu pengeeualian. Rata-rata em'pen Indonesia terdiri dari 4 atau lima
lembar kertas folio dengan spasi rangkap, Atau paling banyak 20 Iembar,l
Menurul Ajip Rosidi, eerita pendek Indonesia lermasuk short-short story atau.,
cerita pendek. Ini disebabkan oIeh karena jumlah lembaran d[m uleuran Iembaran
halaman-halaman majalah kita. Tidak seperti ukuran majalah Barat yang tebal dan
lebar. Alean tetapi akhir-akhir ini terlihat bahwa eerpen Danarto, Umar Kayam dan
Wildan Yatim mencapai ukuran fisik eerpen Barat. Seperti cerpen "Kecubung
Pengasihan" karangan Danarto, "Bawuk" karangan Umar Kaymn dan "Doli Sang
Pcnjala" oleh Wildan Yatim.2
I Jakob Sumardjo, Seluk-Beluk & Petunjuk Menulis Cerita Pendek, (B:mdung:PustakaLatifah,2004), h. 7
2 Ibid, h. 8
10
Akan tetapi, dengan hanya melihat bentuk fisiknya yang pendek saja, orang
belum bisa menetapkan bahwa itu eerpen. Ada jenis eerita yang pendek tapi bukan
eel·pen. Yaitu fabel, eerita dengan tokop-tokoh binatang. Pm'abell, yaitu kisah pendek
yang diambil dari Kitab Suei.. Cerita Rakyat, yaitu kisah pendek tentang orang-orang
atau kejadian-kejadian yang diwariskan tunm temunm seeara lisan. Ada pula eerita
pendek yang disebut anekdot, yaitu kisah lueu dan eksentris dari tokoh besar sejarah.
Ciri esensil yang kedua dari eerpen adalah sifat naratifnya, atau sifat eeritanya.
Cerita pendek harus berbentuk naratif dan pendek. Jadi, eerpen bukan argumentasi
atau analisa atau deskripsi. Namun, bentuk naratif yang pendek saja belum tentu
eerpen. Dalmn hal ini, sebuah sketsa, berita atau kisah perjalanan juga punya sifat
naratif. Dalam jenis-jenis itu ada penurutan yang berurutan dan hidup, tapi jelas
berdasarkml hal-hal yang benar ada dan telah terjadi. Jadi, ada nilai aktualitasnya.
Sedang sebuah eerpen tidak tergmltung sama sekali pada aktualitasnya. Cerpen adalah
fiksi,jiction, yang bermii eiptaan atau rekaan.3
Sebnall eerpen pada dasarnya menuntut adanya perwatakan jelas pada tokoh
eerita. Sang tokoh merupakan ide sentral dm'i eerita; eerita bermula dari smlg tokbh
dan berakhir pula pada"nasib" yang menimpa sang tokoh.' Unsur perwatakml lebih
dominml daripada unsur eerita itu sendiri. Membaea sebuah eerpen berarti kita
berusaha memahmni manusia, bukan sekedar ingin mengetahui bagaimal1a jalan
J Ibid, h. 9
11
ceritanya, beda dengan sebuah novel dimana kedudukan perwataJ<an dan jalan cerita
berada dalam satu keseimbangan, ibarat dua sisi dari satu matauang.4
Soal panjang pendek ukuran fisiknya tidak menjadi ukuran yang mutlak; tidaJ<
ditentukan bahwa cerpen hams sekian halal11an atau sekian kata, walaupun ia
mempunyai kecendemngan untuk berukuran pendek dan pekat. Karena
kesingkatannya, maka cenderung tidak memberi kesernpatan bagi cerpennntuk
menjelaskan mencantumkan segalanya; kepadanya dituntut menyampaikqn sesuatu
yang tidak kecil kendatipun menggunakan sejumlah kecil bahasa. Dengan· begitu
cerpen menyuguhkan' kebenaran yang diciptakan, dipadatkan, digayalcan, dan
diperkokoh oleh kemal11puan imajinasi pengarangnya. Jadi,cerpen mernilih cara
penampilan cerita yang pekat dan mirip kepada individualitas pengarangllya, tetapi
juga mempunyai identitas diri.5
Dari definisi-definisi diatas dapat diambilkesimpulanbahwabelum ada
standar yang jelas mengenai panjang pendeknya cerpen. BelU111 adabatasan yang
pasti mengenai panjang pendeknya. Ada cerpen yang hanya bempatigalernbar
halan1an saja, tapi ada juga yang san1pai berjul11lah seratushalal11an.Akantetapi,
sesuai dengan nal11anya yang "pendek" sudahtentu kependekanmenjadihalyallg
penting dalam sebuah cerpen. Cerpen umumnya berkisarantara.tigapuluhsampai
dua puluh lembar. Apabila lebih dari itu, ia akaJll11empllnyai bentlJk dan seblllaJllall1,
misalnya novelet, novel, dsb.
4 M. Atar Semi, Ana/omi 8as/ra, (Padang: Angkasa Raya, tth), h. 34
5 Ibid
12
Jadi, masalah panjang pendeknya cerpen bukanlah hal yang terpenting, karena
ada kriteria lain yang dapat menjadikan snatu cerita bisa disebut cerpen. Hal
terpenting dalam cerpen adalah ia berkisah mengenai sebuah irisan saja atau satu sisi
saja dari kehidupan manusia yang luas dan penuh misteri.
2. Karakteristik eel'pen
Cerpen dan novel merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut
fiksi. Bahkan dalam perkembangannya yang kemudian, nc>vel clianggap bersinonim
dcngan fiksi. 6 Namun kcduanya mcmpunyai karaktcristik yang bCI'I?cda. Karaktcristik
cerpen antal'll lain:
a. Cerita berjalan dan memusat hanya pada beberapa tokoh. Sebuah cerpen biasanya
mempunyai tokoh hanya satu atau tiga. Jika tokohnya lebih dari satu, itu
fuugsinya hanya sebagai tokoh penunjang saja. Konflik sndah ada ketika cerita
dimulai tanpa ada development atau pengembangan cerita yang biasa ada pada
novel. Cerpen tidak menekankan pada action seperti halnya cerita detektif, tapi
lebih menekankan pada niIai-niiai dan etiket selia hakeket kemanusiaan.1
b. Cerpen karena bentukuya yang pendek, biasanya mempunyai keterbatasan waktu.
Ini mempengaruhi para tokohnya yang biasanya menjadi tidal( mengalanli
perkembangan watak. Walctu ber1angsungnya cerita juga biasanya relative
singkat. Hal terpenting 1ainnya adalah kepiawaian pengarang dalam menggarap
6 Burhan Nurdiyantoro, Teori I'engkajian Fi/rsi, (YogyakaJta,G~jah mada University Press, Jtho 2003), h. 9
7 Ibid
13
elemen-elemen cerita dan kemampuannya untuk menggugah emosi pembaca,
sehingga karyanya menjadi diterima oleh pembacanya.
c. Umumnya berupa cerita atau narasi (bnkan analisa arg11l11entatif) yang fiktif (tidak
benar-benar telah terjadi tapi bisa teljadi kapan saja dan dimana saja)serta relative
pendek.8
3. Jellis-jenis Cerpen
Menandakan pembagian atau klasifikasi terhadap (:erita pendek dapat
dilakukan dari berbagai sudut pandangan; yang umum adalah:
a. Berdasarkan jumlah kata
Berdasarkan jumlah kata yang dikandung oleh cerita pcndek, maka dapatlah
dibedakan dua jenis cerita pendek, yaitu:
1. cerpen yang pendek (short short story)
2. cerpen yang panjang (long short story)
Yang dimaksud dengan short short story adalah cerita pendek yang j11l111ah
kata-katanya pada 11I111mmya di bawah 500 kata, maksim11l11 5000 kata, atau kira-kira
16 halaman kuarto spasi rangkap, yang dibaca rangkap dalam waktu kira-kira
seperempat jam.9
Yang dimaksud dengan long short story adalah cerita pendek yang jumlah
kata-katanya di antara 5000 sampai 10.000 kata; minimal 5.000 kata dan maksimal
8 Jakob Sumardjo, op. cit. , h. 10
9 Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dosor 8os/ro, ( Bandung: Angkasa J993), h. 178
14
10.000 kata, atau kira-kira 33 halaman kuarto spasi rangkap, yang dapat dibaca kira-
kira setengall jam.
b. Berdasarkan ni1ai sastra
Kalau kita banyak membaca cerita pendek, maka talmlal1 kita bal1wa ada
diantaranya yang benar-benar bernilai sastra, yaitu memenuhi norma-norma yang
dituntut oleh seni sastra, dan di samping itu ada pula beberapa yang tidak bernilai
sastra, tetapi lebih ditujukan wltuk menghibur saja..o
Klasifikasi tersebut masing-masing disebut dengan istilah:.
1. cerpen sastra. Yaitu cerpen yang lebih menekankan pada is; cerita, pada
pesan cerita. Cerpen sastra justru mencari bentuk-bentuk baru, Wlgkapan-
ungkapan bal'll menyimpang dari cerpen yang sudal1 1convensiona1. Sastra
berarti pencarian tel'lls menerus, sehingga menlperkaya :kehidupan. Kadffilg-
kadang cerpen sastra juga berbentuk protes sosial. Cerpen jenis ini yang
berhasil keluar dengan bobot sastra adalal1 Robohnya Surau Kami yang
ditulis oleh A.A. Navis. Penulis cerpen prates yangtetkenal di luarnegeri
ialal1 John Steinbeck, Bernard Malamud, John Updike. Merekapenulis-
penulis Amerika. II
Jenis cerpen sastra lain adalal1 cerpen fantasi, artinya cerpen yang sama
sekali tak mWlgkin terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Tapi justru
dengan memaparkan kejadian fantastis itu kebenaran malal1 tefungkap
10 Henry Gllntur Tarigan, op. cil. h. 179 :x..." Jakob Sllmardjo. op. cit., h. 61
15
dengan cara sejitu-jitunya. Penulis Indonesia yang suka mengarang cerpen
demikian adalah Danarto. Untuk mengganlbarkan kebenaran "mistik" yang
sebenarnya ia mempergunakan tehnik bercerita yang fantastis begitu. Salah
satu contoh cerpen sastra yaitu cerpen yang berjudul "Jejak Tanah" karya
Danarto. 12
Ccrpcn ini mcngisahkan tcntang pcristiwa aneh yang dnalami satu kcluarga.
Ketika sang suami mcninggal, jenazalmya tidak dapat dimakanlkan, karena
semasa hidupnya ia pernah menjadikan tanah sebagai barang dagangan
sambil menyengsarakan warga miskin yang sudah puluhan tahun tinggal di
situ. Oleh sebab itu, tanah me~olal( jenazalmya.13
2. Cerpen hiburan. Biasanya cerpen ini memaparkan cerita yang penuh dengan
gambaran dunia mimpi. Persoalan yang dijwnpaioleh tokoh-tokoh cerita
selahl berakhir dengan beres dan amat memuaskan. Kaidah moralcerpen
hiburan hanya satu: yaitu yang baik diganjar dengan kebahagiaan sedang
yang jahat dihukwn kejam. Pendek kata cerpen, ini memberi kesenangan
bagi pembacanya dengan jalan cerita yang mudah diikuti, penuh ketegangan.
clan tanda tanya, segala rintanga teratasi dan tokoh yangbaik akan mencapai
kemenangan serta kebahagiaanl4.
12 Ibid
13 Danarto, Jejak Tanah Cerpen Pilihan Kampas. (Jakarta: Penerbit Iln~ Kampas,2002).]ki'
14 Jakob Sumardjo, ap. cit. , h. 59
16
Cerpen hiburan menghindari kenyataan, sebab kenyalaan hidup memang
lebih banyak mengecewakan daripada menyenangkan. Cerpen lriburan tidak
perlu hanya bertema percintaan. Ia bisa bertema apa saja: horror, perang
pembunuhan, misteri, dan sebagainyal5. Salah satu contohnya adalah cerpen
yang beljudul "Pakaian Kebesaran Zigy".
Cerpen ini menceritakan tcntang kebiasaan seorang anak remaja yang gemar
memakai t-shirt plus celana pendck. Ia selalu mengenakan pakaian
lwbesarannya tcrscbut ke berbagai kescmpatan. Ia tak p(;rnah rnenghiraukan
pandangan orang terhadapnya. Hingga suatu hari, ia mengalarni kejadian
yang sangat rncrnalukan karena pakaian kebesarannya terscbut d~U1 iapun
tidak mau rnemakainya lagi. 16
4.Unsnr-UnsUl' Penting Dalam Cerpen
Novel dan cerpen sebagai karya fiksi rnernpunyai persarnaan, keduanya
dibangun oleh W1Sur-unSur pembangun yang sarna, kedunya dibangun dari dna unsur
intrinsik dan ekstrinsik. 17Unsur ekshinsik adala1I segala rnacanl nnsur yang berada di
Inar suatu karya sastra yang iknt rnempengaruhi kehadirankarya sastra tersebnt,
misalnya faktor sosial ekonomi, faktor kebudayaan, faktor sosio-politik, keagamaan,
dan tata nilai yang dianut masYlli·ak~t. Unsnr intrinsik adala1I. unsur-unsur yang
/5 Ibid
16 Sanila Deselia, Baju Kebesaran Zigy, Majalah Kawanku, (J~arta: Redaksi Kawanku,
2002), h. 96
17 Burhan Nurgiantoro, op.cil. h. 10
17
membentuk karya sastra tersebut seperti penokohan atau perwatakan, tema, alur
(plot), pusat pengisahan, latar, dan gaya bahasa.
a. Unsur 1ntrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya satra hadir sebagai. karya sastra, unsur
unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur
intrinsik sebuah cerpen adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta
membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat
sebuah cerpen berwujud. Atau, sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca,
unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijwnpai, jika kita men1baca sebuah cerpen.
Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita,
plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya ballasa,
dan lain-lain. 18 Dan untuk lebih rind dan kompleks al(an terlihat pada pembicaraan
berikut:
1. Plot (alur).
Adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah
interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian da1am
keseluruhan fiksi. Dengan demikian, alur merupakan perpaduan unSur-W1Sur yang
membangun cerita sehingga kerangka utama cerita. Da1arnpengertian ini, alur
merupakan suatu jalur tempat lewatnya rentetan peristiwa yang merupakan
18 Ibid. •h. 23
18
rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat
di dalanmya. 19
Kejar.:Iian atau peristiwa dalam cerita dipengaruhi atau clibentuk oleh banyak
hal, antm'a lain adalah karakter tokoh, pikiran atau suasana hati sang tokoh, latar
(setting), waktu, dan suasana lingkungan. Kejadian atau peristiwa-peristiwa
ituhanya berupa pelilaku yang tampak, seperti pembicaraan dan gerak-gerik,
tetapi juga menyangkut perubahan tingkah laku tokoh yang bersifat nonfisik,
seperti perubahan cara berpikir, sikap, kepribadian, dan sebagainya.20
Hubungan antara bagian alur menimbulkan persoalan proporsi; artinya
terdapat bagian yang satu diceritakan dalam proporsi yang bcrbeda dengan bagian
yang lain. Di samping itu antara bagian itu ada yang dihubungkan dengan ikatan
yang kuat dan ada pula yang longgar. Alur yang bagian-bagiannya diikat dengan,
erat disebut alur erat, sedangkan yang diikat dengan longgar disebut alur longgar.
Biasmlya alur erat ditemui pada cerita yang memiliki junllah pelaku yang lebuh
sedikit, karena dengan demikian hubungan antar pelaku menjadi lebih sering dan
membentuk jaringan yang lebih rapat.
Pada Wllunmya alur cerita rekaan terdiri dari:
a. Alur buka, yaitu situasi mulai terbentang sebagai suatu kondisi pennulaan
yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya.
" Alar Semi, op. cit. , h. 43
20 Ibid, h. 44
19
b. Alur tengah, yaitu kondisi mulai bergerak kea rah kondisi yang mulai
memuncak.
c. Alur puncak, yaitu kondisi mencapai titik puncak sebagai Idimaks peristiwa.
d. Alur tutup, yaitu kondisi memlIDcak sebelmnnya nmlai menampakkan
pemecahan atau penyesaIan.
Di samping jenis alur seperti di atas yang menekankan. jenis aIur berdasarkan
uruta kelompok kejadian, kita dapat pula membagi alur berdasatkan fungsinya, yaitu
(I) alur ulama, dan (2) alur sampingan.21
Alur utama adalah alur yang berisi eerita pokok,sedang alur sarripingan adalah
alur yang merupakan bingkai cerita: segaIa peristiwa kecil yang rnelingkari peristiwa
peristiwa pokok yang membangun eerita. Sering pula aIur san1pingan ini merupakan
eerita yang berada dalam cerita induk.
Alur merupakan tulang punggung suatu cerita. Yang menuntiln kita memaharrii
keseluruhan cerita dengan segala sebab-akibat di dalanmya. BHa ada bagiari yang
terlepas dari pengamatan tenlu kita tidak dapat menmharrii kemUnclIlahperisliwa atau
kejadian yang lain.
Unsur alur yang penting adalah konflik dan klimaks. Konf1ik dalarrifiksi terdiri
dari: konflik internal, yaitu pertentangan dua keinginandi daIarri diri se()rangJ()k()h;
dan konflik eksternal, yaitu konflik antara satu tokoh dengan tokoh lain, atau antara
tokoh dengan lingkungannya. Di antara konflik-konf1ik kecil yang terdapatdaIafu
alur cerita, terdapat pula satu konflik sentral. Konfliksentral illi dapat 11lel'Upakall
ZJ Ibid
20
konilik internal yang kuat, atau konflik eksternal yang kuat, atau berupa gabungan
konflik internal dan konflik eksternal yang sangat besar mempengaruhi tokoh eerita.
Klimaks eerita adalah saat-saat konflik menjadi sangat hebat dan jalan keluar
harus ditemukan. Kadang-kadang klimaks utama tidaklah merupalmn kejadian yang
sangat mengheraukan, dan kadang-kadang klimaks utama itu sukar diidentifikasi
disebabkan bagian-bagian konflik dalam eerita mempunyai klimaks tersendiri. Suatu
kenyataan adalah, bahwa bila konflik sentral sebuah eerpen muneu] dalam beberapa
penggalan eel ita, bolch jadi menimbulkan kesukaran untuk rnenemukan klimaks
utama; narnun dengan menemukan salah satu dari klimaks itu merupakan usaha yang
cukup berharga, terutama dalanl upaya menemukan kejclasan stl1lktur cerita.22
2. Tema.
Kata tema seringkali disamal(an dengan pengertian topik; padahal kedua istilah
itu mengandung pengertian yang berbeda. Kata topik berasal dari bahasa Yunani
topoi yang berarti tempat. Topik dalanl suatu tulisan atau karangan berarti pokok
pembiearaan, sedangkan tema marupakan tulisan atau karya fiksi. Pickett
mcnyebutkan; wujud tema dalam sastra, berpangkal kepada alasan tindak (motif
tokoh). 23
Jadi tema tidak lain dari suatu gagasan sentral yang mer!iadi dasar tersebut.
Yang menjadi unsur gagasan sentral, yang kita tema tadi adalah topik atau pokok
pembicaraan dan tujuan yang akan dieapai oleh pengarang dengarl topiknya tadi.
22 Ibid, h. 45
23 Ibid, h. 42
21
;
Jadi secara praktis dapat digambarkan dalam skema di bawah ini:
Topik
> Tema
Tujuan
Jadi dalam peng.ertian tema itu tercakup persoalan dan tujuan atau amanat
pengarang kepada pembaca.
Karena ceritanya yang pendek, cerpen hanya berisi s~tu tema. Hal itu berkaitan
dengan keadaan plot yang juga tunggal dan pelaku yang terbatas.
3. Pcnokohan.
Yaitu pelukisan ganlbaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalim1
sebuah cerita. Penokohan juga menyaran pada tehllik perwujudan dan pengembangan
tokoh dalam cerita tersebut. Yang dimaksud dengan tokoh ialah individu rekaan yang
mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada
umunmya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwnjud binatang atau bel1dayang
diinsankan.24
Masalah penokohan dan perwatakan ini merupakan salah satu hal yarig
kehadirannya dalam sebuah fiksi sangat penting dan bahkan menentukan; karella
" Atar Semi, op. cit. , h. 36 ~
22
tidak akan mungkin ada suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang bergerak yang
akhimya membentuk alur cerita.25
Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan terterttu yang diberi bentuk
dan isi oleh pengarang. Perwatakan (karakterisasi) dapat diperoleh dengan mernberi
gan1baran mengenai tindak-tanduk, ucapan atau sejalan tidaknya antara apa yang
dikatakan dengan apa yang dilakukan. Prilaku para tokoh dapat diukur melalui
tindak-tanduk, ucapan, kebiasaan, dan sebagainya.
Jumlah tokoh cerita yang terlibat dalam novel clan cerpen terbatas, apalagi yang
berstatus tokoh utama. Dibanding clengan novel, tokoh-tokoh cerpen lebih lagi
terbatas,baik yang menyangkut jumlah maupun clata-data jati diri tokoh, khususnya
yang berkaitan clengan perwatakan, sehingga pembaca harus merekonstruksi sencliri
gan1baran yang lebih lengkap tentang tokoh itu.
Tokoh-tokoh cerita clalarn fiksi clapat dibedakan ke dalam beberapa jenis
penarnaan, cliantaranya clilihat clad segi paranan atau tillgkat pentingnya tokoh clalan1
suatu cerita, acla tokoh yang tergolong penting clan ditarnpilkan terus menerus
sehingga terasa mendominasi sebagian cerita, tokoh ini disebut tokoh utama (central- -
character atau main character), dan sebaliknya acla tokoh-tokoh yanghanya
dimullculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, tokoh ini disebut tokoh tambahan
atau tokoh sampingan (pheripheral character).26
25 Ibid"P. Sudjiman, Bunga Rampai Stilistika, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1991), h. 4
23
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritllllllliya dalam snatu novel.
atau cerpen yang bersangkutan. la merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan,
baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh
tambahan adalah tokoh yang netral keduduhulliya dalam cerita, tetapi kehadirannya
sangat diperlukan untuk penunjang atau pendukung tokoh utan1a.
4. Latar
Disebut juga setting adalah lingkungan tempat peristiwa teJjadi. Termasuk
didalam latar ini adalah, tempat atau ru!U1g yang dapat diamati, seperti kampus, di
sebuah kapal, di Puskesmas, dan sebagainya. Terma~uk di dalam unsur latar ini
adalah waktu, hari, tahun, musim, atau periode sejarah, dan lain-lain. Biasanya latar
muncul pada semua bagian atau penggaIan ceriw, dan kebanyakan pembaca tidak
terlalu menghiraukan latar ini; karena lebih terpusat padajaIan ceritanya.27
Pelukisan latar cerita untuk novel dan cerpen dilihatsecara kuantitatif terdapat
perbedllllll yang l1lenonjol. Cerpen tidak l11el11erlukan detil-detil khusus tentang
keadaan latar, misalnya yang l11enyangkut keadaan tel11pat dan sosial. Cerpen hanya
mel1lerlukan pelukisan secara garis besar saja, atau ballkan hanya secara implisit, asaI
telah l11al11pu l11emberikan suasana tertentu yang dimaksudkan.
5. Kepaduan.
Novel atau cerpen yang baik haruslah l11el11enuhi kriteria kepaduan, unity.
Artinya, segala sesuatu yang diceritakan bersifat dan berfungsi mendukw1g tema
utama. Penampilan berbagai peristiwa yang saling menyusul yarlg l1lembentuk plot,
27 Ibid, h. 46
24
walau tidak bersifat kronologis, namun haruslah tetap saling herkaitan secara logika,
Baik novel maupun cerpen, keduanya, dapat dikatakan menawarkan sebuah dWlia
yang padu, NamW1, dua imajiner yang ditampilkan cerpen hanya menyangkut salah
satu sisi kecil pengalaman kehidupan saja, sedilllg yang ditawill'kan novel merupalcan
dunia dalam skala yang lebih besar dilll kompleks, mencalcup herbagai pengalanlan
kchidupan yang dipandang aktual, namun semllanya tclap saling herjalinan,28
6. Gaya Pcnccritaan
Yilllg dimakslldkan di sini adalah tingkah laku pengarang Clalam menggunakan
bahasa. Tingkah laku berbahasa ini merupakan suatu sarana sastra yang amatpenting,
Tilllpa bahasa, saslra tidak ada, BetapapW1 dua atau tiga orang pengaJ.'illlg'·
mengwlgkapkan suatu tema, alur, karakter, atau latar yangsama, hasil karyamereka
akan berbeda bila gaya mahasa mereka berbeda}9
Kekayaan sebuah kata tuliSilll kreatif terletakpada w1su:r"UllSllrballasadan
bentuk yang menimbulkan keragamilll dan kompleksitas, serta. interaksi. yaJ.lgbaik
antara unsur-unsur tersebut sesamilllya serta dengan dWlia ny:lta yaJ.lg heradadi
lingkungan karya itu sendiri.
b, Unsur Ekstinsik
Unsur ekstrinsik adalall unsur-W1sur yangberada di luar karya sastra iill, teiapi
seCill'a tidak langslmg mempengill'uhi bangunan atau sistem organisn1ekaryasatra,
'8 Ibid, h. 14
29 M. Alar Semi, op, cit. , h, 47
25
Atau, secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi.
banglill cerita sebuah karya sastra, naIllun unsur-unsur itu sendil'i tidak ikut menjadi
bagian di dalarnnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh (untuk
tidak dikatakarl: cukup menentukan) terhadap totalitas b:mgun cerita yang
dihasilkan.3o
Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga terdiri dari
sejumlah unsur. Unsur-unsur yang dimaksud (Wellek & Warren,1956:75-135) antara
lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan,
dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang
ditulisnya. Pendek kata, unsur biografi pengarang akarl turnt menentukan corak karya
yang dihasilkarmya. Unsur ekstrinsik berikutnya adalah psikologi, baik yang berupa
psikologi pengarang (yarlg mencakup proses kreatifnya), psikilogi pembaca,l11allpun
penerapan prinsip psikologi dalam karya. KeadaaIl di lingkungan pengararlgseperti
ekonomi, politik, daIl sosial juga akarl berpengaruh terhadap karya saslfa,dahhalitu
merupakan unsur ekstinsik pula. Unsur ekstrinsik lainnya misalnya pandangan hidup
suatu baIlgsa berbagai karya seni yaIlg lain, daIl sebagainya.
30 Burhan Nurgiyantoro, op. cil. h. 23
26
B. KCl"angka Tcori Tcrjcmahan
1. Pcngcrtian Tcrjcmahan
Dalam bidang peneljemahan terdapat istilah Translation dan interpretation
yang diglUlakan dalam konteks yang berbeda-beda, meskipuu kedua istilah itu
terfokus pada peralihan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
Pada umumnya, istilah tranlation mengacu pada peralihan pesan tertulis dan
Iisan. Namun, jika kedua istilah tersebut dibahas secara bersamaan, maka istilah
translation menunjukkan pada peralihan pesan tertulis ddall istilah interpretation
mengacu hallya pada peralihan peSall lisan. Perlu pula kita bedakan antara
penerjemahan dengan terjemahan sebagai padanan dari traslation. Kala peneJjemahall
mengandlUlg pengertian proses alih pesan, sedangkan kata terjemahan artinya hasil
dari suatu penerjemahall.
Penerjemall dapat diumpamakan "pengemudi" atau "pilot". Ia bertugas
menyampaikan pesan penulis yang termuat dalam karya asH kepada pembaca karya
terjemahan melalui bahasa pembaca yaIlg dituju. Dan pesan ittl harus benar-benar
sampai tujUaIl dalam keadaaIl yaIlg baik daIl memuaskan. Untuk itu peneJjemah
sebagai "pengemudi" memerlukaIl "rambu-rambu lalu lintas". Rambu-rambu
mendasar penerjemahan adalah arti atau pengertian "menerjemahkan".31
Harimurti Kridalaksana mendefinisikan "menerjemahkan" sebagai berikut :
"Vera Sudiati & Aloys Widyamarlaya, Panggilan Menjadi Peneljemah, (Yogyakarta,Puslaka Widyatama, 2005), h. 7
27
"Meneljemahkan adalah memindahkan suatu amanat dari ballasa sumber ke
dalam ballasa sasaran dengan pertama-tama, mengungkapkan maknanya dan kedua,
menglmgkapkan gaya bahasanya.,,32
J.C.Catford mengartikan, "Penerjemahan adalall penggantian bahan tekstual
dalam satu bahasa (ballasa sumber) dengan bahan tekstual yang sepadan dalam suatu
bahasa yang lain (bahasa sasaran)."
Nida dan Taber mcngartikan, "Mcnerjemahkan merupakan kegiatan
mcnghasilkan kcmbali dalambahasa penerima terjcmahan yang s,,:dckat-dekatnya dan
sewajarnya scpadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama dalam hal
makna dan kedua dalam hal gaya bahasa.,,33
Mary M.F.Massoud mengartikan, menerjemahkan berarti menyusun kembali,
dalam bahasa yang barn, seluruh isi teks dalam bahasa sumber sedemikian rnpa
sehingga terjemahan akan menyanlpaikan tidak hanya infonnasi yang sama, tetapi
juga sesuatu yang bersifat imaginative dan bermuatan emosional dari karya asli, jika
karya asli itu adalah karya seni sastra.34
Pesan yang ingin dialihkan dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran
(Bsa) mempunyai satu kesatuan yang' terdiri dari isi dan bentuk . Bentuk adalah
bagian dari struktur bahasa secara lahiriah, sedangkan isi atau makna adalah struktur
batin.
32 Ibid
33 Ibid, h. 8
34 Ibid
28
Bentuk sebagai struktur permukaan bahasa berfungsi sebagai alat yang
menyangkut makna. Kaidah yang menghubungkan isi dan bentuk dalam setiap
ballasa bervmiasi, arbiter, dan kompleks, sehingga seorang pene,jemah dituntut untuk
mengenal dengan baik kedua bahasa, temtmna bahasa sumber, dan harns
menguasainya secara teoritis dan praktis. Yaltu aspek gratis (ejaan), sintaksis, tata
bahasa scrta penggunaannya. Di sini terlihat bahwa dalam penerjemahan yang
dilakukan dari satu bahasa sasaran, penguasaan bahasa tersebut adalah syarat ideal
bagi seorang penmjemah..
Terjemahan bertujuan untuk memindahkan makua dan pesan dari bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran. Terjemahan bukan karya asli, nmnun dalmn
penerjemahannya harus senantiasa setia pada karya asli. Setia yang dimaksud adalall
makna dan pesan yang ingin dismnpaikan dalmn karya asli hams ditmnpilkml kembali
ke dalanl teIjemahannya, tidak bokleh menyimpang dari karya asli:nya.35
Kesempurnaml yang hams dilakukan dalmll penerjemahan adalah bentuk dan
makna ballasa sumbernya harus ada dalam bahasa sasarmlliya. Kesempumaan itu
mempakan gagasan yang sangat idealis dan tidak sepenuhnya tercapai, tetapi harns
selalu diusahakan. Dalam hal ini peneljemah memang dapat memilih setia pada kosa
kata, stmktur dan tata bahasa, atau gaya teks asli. Kesetiaannya hams dibatasi dengan
memperhitungkan konteks dan kewajaran, berdasarkan pemahal11an ballwa bahasa
35 Maurits Simatupang, Enam Makalah Tenlang Penerjemahan, (Jakarta: UKl Press, 1993),eel. Ke·2, h. 13
29
yang berbeda mempunyai kebudayaan yang berbeda serta persepsi yang berbeda pula,
sebab kesetiaan yang buta dapat merusak hasil terjemahan.
Selain kesetiaan, yang perIu diperhatikan dalam menerjemahkan adalah
kesepadanan dan pergeseran. Terjemahan yang baik adalall teJjemahan yang
mementingkan kesepadanan isi daripada kesepadanan bentuk. Kesepadanan isi adalah
kesebandingan tanggapan masyarakat bahasa sumber yang membaca teks sumber.36
2. Mctodc Pcncrjcmahan
Ada dua pengelompokan metode penerjemahan menurut Newmark 37yaitu:
a. Metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber, antara lain:
1. Penerjemahan Kata Demi Kata (interIineal)
Dalam metode ini, kata-kata yang terdapat dalam bahasa sumber diteljemaWcan
di luar konteks, dan kata-kata yang bersifat kultural diteJjemahkan apa adanya.
Menurut Newmark penerjemahan jenis ini biasanya kala-kata dalam teks
sasaran langsung diletakkan di bawah versi teks sumber. Umumnya
peneljemallan ini dilakukan pada tallapan pra peneJjemallan dan juga pada
penerjemahan teks yang sangat sukar dipahami. PeneJjemahan inipun dapat.
teJjadi pada tahap awal pengalihan. Terjemahan ini berguna apabila seseorang
ingin mengelahui bentuk dan susunan kala dalam bahasa aslinya baris demi
36 Zuhridin Suryawinata, "Penelitian Terhadap Terjemahan", dalam Aminuddin, MetodePenelitian Kuali/a/if, (Malang: H1SKI dan YA3, 1993), eet, ke-J, h. 140
37 Roehayah Mahali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), eet ke-2, h. 50
30
baris tanpa mempelajari lebih dulu bahasa mmber itu. Umumnya jenis
teljemahan ini sulit sekali dimengerti maknanya karena kosa katanya dari
bahasa sasaran tetapi susunan kata dan kalimatnya mengikuti bahasa sumber.
Cara ini banyak diterapkan untuk penerjemahan Kitab Suci, khususnya sebagai
alat bantu Imtuk mereka yang sedang mempelajari bahasa aslinya.38
2. Peneljemahan I-Iarfiah (formal)
Adalah terjemahan tradisional yang mengalih bahasakan naskah dalam bahasa
sumber tanpa mengindahkan kekhususan bahasa sasaran. Karena respek
penerjemah yang berlebihan kepada bahasa sumber, bentuk bahasa aslinya
sedapat mungkin dipertahankan walauptm sering tenlSa janggal maknanya
dalam bahasa sasaran. Teljemahan tradisional ini banyak diterapkan dalanl
menerjemahkan kitab-kitab suci, baik Alkitab, Alquran maupun kitab-kitab suci
Hindu, Budha, dan lain-lain. Cara penerjemallan ini mengusahal(an padanan
setara antara bahasa sumber dan bahasa sasaran dalam bidang leksikal dan
sintaksis; hanya titik beratnya masih pada struktur lahir.39
Metode ini digunakan dengan cara mencarikan padanan konstruksi gramatikal
bahasa sumber yang terdekat dalanl bahasa sasaramlya, tetapi pene~jemahan
leksikal dilakukan terpisah dari konteks.
3. Peneljemahan Setia
J8 Vero Sudiati dan Aloys Widyamartaya, op. cit. , h. ]4
J9 Ibid
31
Penerjemahan 1m mencoba menghasilkan· makna kontekstual bahasa
sumber dengan dibatasi oleh struktur gramatikalnya. PeneIjemah jenis ini
berpegang teguh pada maksud dan tujuan bahasa sumber, schingga hasil
terjcmahmmya kadang-kadmlg terasa kaku dan seringkali asing.
4. Penerjemahan Semantis
Peneljemallan semantik harns memperhatikan unsur estetika teks bahasa sumber
dengan mcngkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Selain
itu, kata yang sedikit bermuatan budaya dapat ditcrjemankan dengml kata yang
netral.40
5. Pcnerjemahan Komunikatif
Peneljemahan komunikatif mencoba menghadirkan kembali maknq.
konseptual yang scdemikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun
aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Demikian pula versi ballasa
sasaran.
6. Penerjemallan Kesenisastraan
Pencrjemahan jcnis ini, adalah penerjemahan untuk kepentingan kesenian dan
kesusastraan, seperti penerjemahan prosa, puisi, drmna, atau opera, cerita
bcrgambar, dan film. Pada penerjemahan ini, penerjemahmmya biasanya amat
setia pada bahasa sumber. Selain itu, tentn saja padakandlmgan pesan naskah
bahasa sumber serta kesan yang ditimbulkan oleh naskah tersebut.
Peneljemahannya dituntut untuk manlpu mengungkapkan nuansa dan getar-
40 Rochayah Mahali, op. cil. , h. 50
32
getar rasa yang tertuang dalam bahasa sllillber, biasanya dikemas denganbahasa
tersirat; sehingga wajarlah jika masyarakat berpendapat bahwa tidak semua
orang dapat melakukan penerjemahan jenis ini karena keterbatasankehlarnpllah
yang dimilikinya.
Diantara berbagai macam metode penerjemahan yang ll1endapatkan
pcrhatian dalam pcncrjemahan prosa yaitu penerjemahan kesenisastraan.41
Penerjemahan sastra adalah suatu proses pengalihan kalimat ke kalimat lain,
baik dari satu bahasa ke bahasa lain atau dalam satu bahasa ke bahasayang sarna
dalam karya sastni dengan proses tanpaperbaikall,yaknihanyadalmll Tarigka
menyalin saj a.42
Dalam peneljemahan sastra, apabila BSu terdiri dari dua kalinlat,maka
jmnlah kalimat hasil terjemahan tersebut kemllllgkinan sarna dankalaupun
bertambah hanya sedikit. Dua kalimat BSu setelah diterjelllahkml,mehjaditiga
atau empat kalimat saja. Berbeda dengan saduran, dua kalimat BSu setelah
disadur bisa menjadi lima sampai sepuluh kalimat atau bahkan lebih,halini
dimaksudkan agar cerita tersebut lebih hidup dari isi cerita' aslinya, tetapi tanpa
merusak garis besar cerita.
Ada pula yang disebut dengan karya sastra teIjemahan.. Jikasebuahkarya
diterjemahkan, kemudian terjemahannya diperbandingkandengan karyaasJinya,
41 Suhendra Yusuf, Teori Tetjemahan Pengantar ke Arah Pendekalan Unguislik danSosiolinguislik, (Bandling: Mandar Majll, 1994), eet ke-4, h. 16
42 Peter Salim, The Contemporary English-Indonesia Diclionwy, (Jakarta: Modem English,1986), h. 30
33
akan tampak bahwa keduanya tidak benar-benar saling menutupi; ada yang
berkurang, ada pula yang bertambah pada terjemahmIDya. Hal ini lebih-Iebih
terasa pada teIjemahan sebuah kerya sastra, karena seperti kita ketahui makna
karya sastra itu berlapis-Iapis. Jika lapisan terluar telah diterjemahkan dengan
baikpun, belumlah merupakan jaminan bahwa lapisan-lapisan yang lain ikut
terpindahkan.43
Menurut Nida dan Taber, "Translating must aim primarily at 'reproducing
the message' "; jadi, fokus terjemahan ada pada tanggapan si penerimaJpembaca.
Pesan pengarang yang terdapat dalmn karya aslinya hmus se:cara utuh ditangkap
oleh pembaca terjemahannya. Nmnun, dalam karya sastra, yang penting bukan
hm1ya apa pesan itu, melainkan juga bagaimana pesan itu dismnpaikan.
Jika l11emperhatikan panjang-pendek karya asli (KA) dan karya terjemal1an
(KT), akan tampak perbandingan sebagai berikut:
KA: 242 halmnan maksimal 40 baris
KT: 179 halmnm1 l11aksimal40 baris
60 ketukan perbaris
60 ketukan perbaris
Temyata panjang terjel11ahan berkurang 63 halmnan ataulebih kurang 25%.
Ada beberapa kemungkinan penyebabnya:
a. Baik jumlah suku kata l11aupun jumlah huruf per kata dalmn BSa lebih
kecil dm'ipada dalmn BSu.
b. Kalil11at terjemahan lebih ringkas dm'ipada aslinya.
43 Panuti Sudjiman, Bunga Rampai Stilistika, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1991), cet. Ke-
1, h. 74
34
c. Banyak teljadi pelesapan bagian karangan
b. Metode yang lebih memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran, antara
lain:
I. Adaptasi (saduran)
Metode penerjemahan adaptasi adalah metode penerjemahan yang paling
dekat dengan bahasa sasaran. Adaptasi bisa disebut saduran, asalkan
penyaduran tidak mengorbankan hal-hal penting dalam bahasa sumber.
Misalnya alur, tema, dan karakter.
Metode ini merupakan hasil penerjemahan bebas yang mementingkan pesan
atau arnanat, tetapi mengungkapkan dengan kata-kata sendiri. Ada dua jenis
adaptasi: (a) karena harns disesuaikan dengan jenis mcdianya, misalnya
musik, puisi, drama, film, dan lain-lain. (b) kerena pandangan peneljemah
mengenai apa yang dianggapnya paling penting bagi pembaca/ penerima
terjemahan.
2. Penerjemahan Bebas
Pada metode penerjemahan ini yang lebih diutarnakan adalah isi dan
mengorbankan bentuk teks bahasa sumber. Biasanya metode ini lebih
berbentuk sebuah para frase yang dapat lebih panjangatmi lebih pendek dari
aslinya. Namun, bebas disini bukan berarti penerjemah boleh
menerjemahkan sekehendak hatinya sehingga esensi te~jemahan itu sendiri
hilang. Bebas di sini yaitu penerjemah dalarn menjalankan misinya tidak
terlalu terikat oleh bentuk maupun struktur kalimat yang terdapat pada
35
naskah berbahasa sumber. 1a boleh melakukan modifikasi kalimat dengan
tujuan agar pesan atau maksud penulis naskah mudah dimengerti secarajelas
oleh pembacanya.
3. Penerjemahan 1diomatik
Adalah pengalih bahasaan yang mempertahankan makna yang terkandung
dalam bahasa sumber, sekaligus memperhatikan kekhususan hahasa sasaran.
Metode peneljemahan ini bertujuan menghasilkan kembali pesan dalam teks
bahasa sumber, namun dengan mengganakan kesan akrab dan dengan
mencarikan padanan idiomatik yang tidak didapatkan pada versi aslinya,
sehingga banyak terjadi distorsi makna. Cara penerjemahan ini sangat serius
dalam mencari padanan yang wajar dan terdekat dalam bahasa sasaran yang
dapat mengungkapkatl arti dan fungsi yang dimaksud dalam teks bahasa
aslinya. Terjemahan ini samgat bermanfaat untuk mengetahui
maknalberitalamanat yatlg dimuat dalanl naskah yatlg diterjemahkatl.
Dalam menerjemahkan cerpen atau novel, penerjemah harus berhati-hati
karena akan terjerumus ke dalam penerjemahan kalimat per kalimat tanpa melibatkan
pesan yang diamanatkan oleh naskah (teks) aslinya, dan itu akan mengakibatkan
banyak pesan yang tak tersapaikan44•
Menurut Peter Newmark (1988), masalah-masalah yang menghadang
penerjemah dalam menerjemahkan cerpen adalah pengaruh budaya sumber dim pesan
moral yang ingin disampaikan oleh penulis aslinya. Dalam hal pengaruh budaya BSa,
44 Rochayah Mahali, op. cit. , h. 35
36
;
kesulitan ini bisa berupa aturan-aturan BSu, gaya, bahasa, latar dan tema, sedang
dalam hal pesan moral, penerjemah bisa menemukan kesulitan dalam hal idiolek dan
cilTi-ciri khas penulis.
Untuk mengatasi masalah-masalall tersebut, peneIjemah dapat menggunakan
teori menerjemal1kan novel atau cerpen yang diajukan oleh Belloc sebagaimana
dikutip oleh Basnett-McGuire yang terdiri dari enanl hal:
a) Penetjemah tidak boleh menenl1tkan langkalmya hanya untuk.
menerjemal1kan kata per kata atau kalimat per kalimat saja, tetapi dia harus
selalu mempertimbangkan keselmuhan karya, baik karya aslinya maupun
karya terjemal1annya. Ini berarti peneIjemah hams menganggap naskall
aslinya sebagai satu kesatuan unit yang integral, meskipun saat
mene~jemahkannya ia mengerjakan bagian per bagian saja.
b) Penerjemah hendaknya menerjema1tkan idiom menjadi idiom pula. Di sini
hams diingat bahwa idiom dalam BSu mungkin sekali mempunyai
padanan idiom dalam BSa, meskipun kata-kata yang dipergunakan tidak
sanla persis. Seperti contoh idiom hitam manis dalam bal1asa Indonesia
mempunyai padanan aswad ai-malih dalam bahasa Arab, dan bukan aswad
aI-hulwah. Jadi, dalam kasus seperti ini penerjemah perlu mencari padanan
dari idiom dari BSu di dalam BSa. Kalau memang tidak ada padanaffi1ya,
barulah idiom itu bisa diteIjema1tkan.
c) Penerjemah hams menerjemahkan "maksud" menjadi "maksud" juga. Kata
"maksud" di sini menurut Belloc berarti muatan ernosi atau perasaaan
37
yang dikandung oleh ekspresi tertentu. Bisa saja muatan emosi dalarn
ekspresi BSu-nya lebih kuat daripada muatan emosi dari padanannya
dalam BSa, atau ekspresi tertentu tcrasa pas dalarn BSu tetapi menjadi
janggal dalarn BSa, bila diterjemahkan secara literal. Oleh karenanya,
seringkali pcnerjemah prosa fiksi terpaksa menarnbahkan kata-kata yang
sebenamya tidak ada dalarn konteks asli untuk menyesuaikan
"maksud"nya di dalarn BSa. Akan tetapi, bagaimanapun, sebisa mungkin
penerjemah menahan diri untuk tidak cepat menambah atau mengurangi
hal-hal dalanl teks aslinya.
d) Penerjemah harus waspada terhadap kata-kata atau struktur yang
kelihatannya sarna dalarn BSu dan BSa, tetapi sebenarnya sangat berbeda.
e) Penerjemah hendaknya berani mengubah segala sesuatu yang perludiubah
dari BSu ke dalarn BSa dengan tegas. Dalam hal ini makna cerita dalarn
BSu dan BSa
f) Meskipun penerjemall harus mengubah segala yang perlu diubah, tetapi
Belloc mengatakan bahwa penerjcmah tidak boleh membubuhi cerita
aslinya dengan "hiasan-hiasan" yang bisa membuat cerita dalarn BSa itu
lebih buruk atau lebih indah sekalipun. TugaspeneJjemahadalall
menghidupkan makna cerita tadi, bukan mempercantikllya, apalagi
memperburuknya.
Dengan demikian jelas sekali bahwa dalarn penerjemahan cerpen atau novel,
pencrjemah mementingkan makna, pesan, kemuclian gaya.
38
Mengingat arti "menerjemahkan" yang harus ditepati sebagai rambu-rambu
kegiatan meneljemahkan sepelii dipaparkan di atas, dapat dikemukakan syarat-syarat
untuk menjadi peneljemah yang baik menurut Bathgate:45
1. Peneljemah harus menguasai bahasa sumberdanbahasa sasaran
2. Penerjemah harus memahami denganbaik isi/bahan yWlg akan
diteljemahkan. Dengan kata lain, kemampuali peneIjemah sesuai dengan
proyek yang akan dikerjakan.
3. Pene~jemah harus mampu menulis seem'a baik dml jelas denganberbagai
gaya tulis.
4. Penerjemah harus biasa bekerja dengan teliti dan cenIlat.
5. Penerjemah harus biasa berkonsultasi dcngan orang ymlgahli bilamana
ragu-ragu mengenai mii teks atau meligenai peristilahan.
6. Penerjemah mempunyai pengalmuandalammenafsirkan sesuatu.
7. Penerjemah harus berwatak rendah hati dan berinte,gritasdiri. Artinya,
penerjemah harus dapat mengukurkemampuannya sendiridahsenang
meminta pertimbangan dan orang lain.
Selain itu ciri·ch·i terjemahan yang baik dapat disebutkad sebagai herik.ut46:
a. Mengenai isi karangan. Terjemahanyangbaik setiakcpadaaslil1yadah
menyaj ikan kebenm'an, seluruh kehenllran.Gagasan prihlldi pel1garahg,
seperti apapun, tidak boleh masuk ke dalam terjcll1ahan.
45 Vem Sudiati, op. cit, h. II
46 Ibid, h. 18
39
b. Mengenai nada atau mood. Teljemahan yang baik mengungkapkan
dengall seksanla semallgat atau suasana karangan asli.
c. Mengenai bahasa Indonesia. Terjemahan yang baik bahasanya tidak
terasa sebagai terjemahan, tetapi terbaca sebagai karangan asli yang
berbahasa Indonesia sungguh-sungguh:
1. Mudah dimengerti
2.Yang impIisit dijadikan ekspIisit dan yang perIu dije1askan
dideskripsikan
3. Mengalir dengan 1ancar dan enak
4. Idiomatis
5. Bercitra rasa seni sastra.
Dengan demikian, rambu-rambu mendasar peneljemahan adaIah sebagai
berikut: Kepentingan pembaca merupakan tujuan utama, maka isi terjemahan seutuh
mungkin harus sanla dengan isi karya asIi, dan gaya bahasa terjemahan terasa wajar
bagi pembaca yang dituju.
BAB III
BIOGRAFI AL-MANFALUTI SEBAGAI PENULIS CERPEN AL-ABARAT
DAN KHALIFURRAHMAN FATH SEBAGAI PENER.JEMAHNYA
A. Biografi AI-Manfaluthi
1. Kclahiran dan Pcrkcmbangannya
Mustafa Lutfl bin Muhammad Ha~an Lutial-Manfalutidilahirkan pada tahun
1873 M di kota Manfaluth, salah satu kota di distrik AsiyUt. lac lahir dari keluarga
keturunan asJi Mesir yang terkenal dengan kemuliaan dan kematangan etika. Ia
dibesarkan di keluarga yang mempooyai semangat agama dan pengetahuan
mendalam di bidang fiqih, keluarganya mewarisi i1mu hukul11 dan syariall, dan
kepel11impinan kelompok sufi selanla hampir dua ratus taboo. Ia juga hidup dalal11
lingkungan Islami dan bangga dengan agama Islam, mellsucikan al-Qman,
l11emperhatikan i1mu hadits dan menghafalkan sejarah nabi Muharnmad SAW. I
Ketika al-Manfaluti berumm II tahun, ia dikirim ayahhya ke a1'-Azhar untuk
belajar. Dia disana selama 10 tahun, tak lama kemudian diabel1emu dengan Syekh
Muhammad Abduh yang mengajar tafsir a1-Qman dan kedua kitab Abdul Khohir di
bidang i1mu balaghoh yaitu "dalail al I'jaz" dan "asrar al-balaghoh". Ia tertarik
dengan Muhanlmad Abduh dan ajaran-ajarannya, hingga membuatnya meninggalkan
al-Azhar, pendidikannya, dan tokoh-tokohnya. Karena ia merasa kurang puas dengan
I Sukron Kamil, "AI-Manfaluli Wa Adabuhu" dalam Mimbar Agama dan Budaya, no 37,vol.xv/1998-1999 (Jakarta:UIN Syahid, 1998), h. 74
41
metode al-Azhar yang membuatnya putus asa.Tidak lama kemudian dill. mulai
mengikuti pengajian Muhanlmad Abduh dan ill. mendapatkan. apa yang ill. inginkan,,
iapun teJpengaruholeh ajaran-ajaran Muhan1illad Abduh. 2
Aktifitas kesastrawanannya dimulai ketika ill. menjadi seorang mahasiswa di
AI-Azhar. Saat itu ill. pernah menulis puisi yang berisi caci maki terhadap Abbas,
penguasa masa itu. Karena puisinya itu, dill. ditangkap dan dipenjara cukup lama.
Pengalaman dalam penjara,menyaksikan penderitaan rakyat Mesir di bawah
penjajahan Inggris melahirkan tangis getir dan rintih pilu dalanl tuJisan-tulisannya.3
Di masa mudanya, aI-Manfaliltl mulai merasakan babwa dalam dirinya·
terdapat keinginan untuk mempel'\iari kesusastraan. Sejak itulah, lambat laun ill. mulai
menekuni ilmu-Hmu kesusastraan, baik prosa, puisi, maupun tata bahasa. Di samping
itu, iapun gemar membaca kumpuan puisi dari para penyair yang tinggi bahasanya
dan tulisan para penulis yang tidak diragukan lagi kemampuannya.
Al-Manfaliiti adalah salah satu pengagum Syekh MUhammad Abduh.
Walaupun ill. tidak menekuni bidang agama dan syariat, akan tetapi ill. selalu
menghadiri perkuJiahan yang dibimbing oleh Muhannllad Abduh.4 Tujuan
sesungguhnya bukan untuk mendaJami Hmu agama, akan tetapi dill. sangat
mengharapkan ill11U Adab. Dill. sibuk l11empelajari kitab-kitab !luna di bidang ill11u
adab/sastra dan pustaka syair adab masa Abbasiyah, menghafal syair yang pendek
2 Ibid
J Pengantar redaksi, dalam kumpulan cerpen" Rinlihan Jiwa" karya Mustafa Lutfi yangditerjemahkan oleh Khalifurrahman Fath, (Yogyakarta:Navilla, 2003), h. 253
4 As-Siba'l, AI-Adab Wa al-Nushiis, (Kairo: Dar an-Nadhah, tth), h. 321
42
maupun yang panjang yang ia dapatkan dari tulisan-tulisan Muhammad Abduh, ia
mempelajari dan mengutip darinya. Ia juga membaca tulisim-tulisan Ibnu al
Muqaffa', al-Jahiz, Badiu Zanlan al Hamdani dan buku Naqd al-Adab karya al
Amidi dan Baqilani, Dcngan itu, ia tclah mempersiapkan dirinya untuk menjadi
jurnalis yang pintar. Dia lncndapatkan popularitas yang tinggi di al-Azhar karena
kecerdasan otalmya dan metodenya yang sangat menarik. Ballkilll Muhan1l11ad Abduh
mengakui kecerdasarll1ya, Iapun menerangkan kepada al-Manfaluti bahwa yang
paling baik untuk mencapai keberhasilan hidupill1l1ya adalal1 sastra.5
AI-Manfaliiti ~lendapatkan banyak manfaat dari pergaulannya dengan
Muhammad Abduh dan Saad Basya Zaghul. Saad sangat tertarik dengilll al-Manfalutf
dan memilihnya menjadi sekretillis di Kementrian Ptmdidikan dan Kcbudayaan di
bawah kcpcmimpinan Saad, Bahkan, ketika Saad pindal1 ke Kcmcntrian Kchakiman
dan Hukum, ia mcmbawa al-Manfaluti bersamanya. Akan tetapi, tidak lama
kel11udian al-Manfaluti l11cninggalkan pekerjaannya kill'ena Saad sendiri tclah keluill'
dmi kabinet kel11entriilll. Al-Manfailltl tcrus l11encrus l11enulis dalam surat kabar
sehingga Mesh, mendirikilll Parlel11en pada tahun 1923. Selillljutnya, Saadpul1
memilihnya menjadi ketua kclompok penulis di par'lemcn, Namun, tidak lama
kcmudian al-Manfaluti wafat.
Pertumbuhan al-Manfaliiti bersamaan dengan zaman penjajahan Inggris di
Mesir. Ia mengalami pergolakan nasional dan pcmberontakan-pemberontakan
kebangsaan yang tcrjadi saat itu, seperti rcvolusi Urrobi yaitu pada tahun 1881 M,
5 Sukron Kami!, op, cit. , h. 77
43
perang dunia peliama (I), revolusi 1919 M, penj ajahan Inggris terhadap Mesir dan
reaksi masyarakat Mesir, kejaclian-kejadian sosial dan krisis ekonomi. AI-Manfaluti
tidak senang berkecimpung dalam dunia politik secara langsung, akan tetapi ia lebih.
senang mengabdi kepada negara dengan cara menn1is tentang hal ihwal manusia dan
masyarakat. Hal ini terbukti dengan usahanya dalam menerjemahkan kisah "Fi Sabi1i
al-T~" (karena mahkota), yaitu sebuah roman nasional yang penerbitannya
berpengaruh besar dalam membangun jiwa nasional dan mengobarkan semangat
pemuda meJawan penjl\jah. Pada saat itu, perhubungan Mesir dengan Barat mulai
membuahkan hasil di bidang kebudayaan dan kesusastraan.6
Kejadian-kejadian yang terjadi di negaranya sangat berpengaruh terhadap
bentuk sastra dan pemikiran-pemikirannya, dimana sastra-sastranya sebagai berikut:
J. Dari sisi bentuk, dia melanjutkan gerakan bayan dan fashall yang dimu1ai 01eh al-
Jahiz, dan Abdul I;Iamid, dan lain-lain. Ini yang membuat para uJama allli kritik
sastra Arab menganggap al-Manfaluif sebagai guru di bidang ilmu bayan. Sete1ah
Muhammad Abduh, dialah orang yang paling terkenal di bidang tersebut.
2. Di sisi konteks, sastra a1-Manfaluti merupakan hasil masanya sendiri dart bentuk
dari kejaclia sosial. Kedudukan al-Manfaluti di bidang natsar prosa(naskall sastra
Arab), seperti kedudukan al-Barudhi di bidang syair. Kedua tokoh tersebut
merupakan tokoh pembaharu sastra Arab.7
6 Muhammad Mahmud Ridwan, "AI-Manjalutfdan Kmya-karyanya" dalam Magdalena dibawah Naungan Pohan Tilia, (Yogyakarta: U.P Indonesia, 1985), cet ke III, h. 16
7 Sukron Kami!, op. cit. , h. 76
44
AI-Manfalutl memiliki watak seniman dengan citarasasel)rang sastrawan. AI
Manfaluti sendiri tidak pandai dalam berbahasa asing, akan tetapi berkat jasa teman-
temannyalah ia manlpu menerjemahkan berbagai buku dari bahasa Prancis.
Diantaranya ada yang diterjemahkan kata demi kata laiu terjemahan tersebut
--diperbaiki kalimat dan gayanya oleh al-Manfaillti. Mengenai hal ini ia bel'kata:
"Saya telah menjaga jiwa asli sepenulmya dan mengikat diri sayasekeras..kerasnya. Saya tidak menyimpang kecuali membuang beberapakalimat yangtidak penting, menambah beberapa kalimat yang terpaksa saya tambahkankarenakeharusan teIjemahan, pengolahan, penyesuaian tu{uan dan maksud·maksud tanpamengurangi nilai aslinya atau keluar dari batasan".
AI-Manfaluti adalah sastrawan Mesir yang sangat terkenal di Indonesia
melalui pengaruhnya atas Abdul Malik Karim Amrullah'(HAMKA). Iaadalah
seorang sastrawan yang sastranya bersandar atas refoI'riiasida11l rasional,karena ia
termasuk orang yang menganut aliran sastrapemikiran (literature of idea) yang
mempunyai dua keistimewaan pokok, yaitu keistimcwmffi bentuk/syakaldan
keistimewaan tema. Sastranya merupakan titik pertemuan antm's, sistcll1Arab klasik
dan isi kehidupan sosial yang nyata,9
2. Cerpen-cerpen al-Manfaluti dan K;arakteristilrnya
Sebagai seorang sastrawan Arab beraliran klasik yang mel11el1tingkan gaya
bahasa yang indah, cenderung mendayu-dayu, tentullya ia tak [uput.dariberbagai
8 Muhammad Mahmud Ridwan, op, cit. , h. 22
9 Sukron Kamil. op.cit. , h. 74
45
karya yang meneerminkan kepribadian pengarangnya. Diantara karya-karya al-
-Manfaluti antara lain:
A. Annazllarat : terdiri dari riga jilid dan berisi semua yang teiah disebarkan
dalam Harian al-muayyid, terdiri dari kritik sastra, essai sosial, deskripsi dan
cerpen.
B. AI-Abarat: merupakan kumpulan eerpemlya sendiri dan teIjemahan.
C. Mukhtarat al-Manfaluti: merupal,an syair-syair pilihan al-Manfaluti dari
sastrawan klasik dan pandangan sastranya.
D. Karya-karya terjemahan yang terdiri dari dari Majdulin karya Anfos harbul
Farjini, al-Fadilah karya Barnardhi Sanferosiro Nether Gerak, dan as-Syafr
karya Edmond Roslan dan Fi Sabll al-Taj.l0
Tidak diragukan lagi, bahwa sastra al-Manfaluti tidaklah berangkat dari
nol, tetapi sebagai kelanjutan sastra Arab sebelumnya. Ia adalah pelopor bayan
pada masa kebangkitan. Sebelunmya, prosa Arab bersifat baku dan sastra <Ii al-
Azhar dianggap sebagai pekerjaan sia-sia. Sastra al-Maniilluti terbentuk dari
beberapa elemenffaktor, pertanla Aqidah al-Islanliyah (daTi a.1-Quran dun hadits)
dan alturals at Araby (khazanah sastra dari masa Jahiliyah, uwal Islam dan
abbasiyah), pengaruh tokoh-tokoh terkenal seperti Imam Jamaluddin al-Afgani,
Muj1ammad Abduh dan Saad Zaglul. Dan hasil hubungannya dengan kebudayaan
asing, khususnya kebudayaan Perancis.
10 Sukron Kamil, op. cit., h. 76
46
Adapun faktor-faktor yang membuat sastranya terkenal dengan pesat
adalah karena perannya melawan westernisasi (budaya Barat), seruan untuk
menghidupkan bahasa Arab 'ammiyah, kemunduran gaya bahasa sastra Arab,
serta semangat untuk kembali pada arsiterasi Arab.
Karakteristik atau cirri-ciri dari karya-karya al-Manfal~tiantara lain: II
I. Berkecenderungan rasa yang berbicara pada hal : karyanya adalah karya
romantis yang sentimentil yang berisi tangisan sedih dan rasa berkabung.
Menurutnya, sastra adalah berbicara dari hati ke hati, bukan hanya
berbicara dengarl otak. Metode al-Manfaliiti adalah metode rasa yang
menggambarkan khayalan yang mengalahkan realitas, menggunakan,
lafadz-lafadz majazi dan tidak menganalisis fenomena sosial secar'a
sosiologis, akan tetapi menganalisisnya sejauh menggelitikjiwanya.
2. Berkecenderungan pada moral. Sastra yang menek,mkan rasa di atas
berhubwlgan dengan penekanan moral, dimana ia melihat semua fenomena
sosial dengan pendekatan moral yang bersandar atas petunjuk dan
mengambil hikmahnya. Kadang, kala al-Marlfaluti mengarnbil tema-tema
yang bersifat abadi, seperti membicarakan tentang cinta, kewajiban dan"
pengorbanan. Oleh karena itu, sastranya tidak terikat waktu/masa, sperti
sastra Yunani yang bersifat kekal.
AI-Manfaliiti memiliki beberapa pendapat tentang kesusastraan. Contoh
kesusastraan yang bernilai tinggi adalah kesusasatraan yang berbicara tentang
1I Ibid, h. 77
47
kebenaran. ArtJnya, bahwa kesusastraan harus timbul dari p(:rasaan hakiki yang
dirasakan oleh seorang sastrawan.
Dalam hal ini ia berkata: "seorang penyair dan penulis terbaik menurut
pendapatku adalah yang dapat melukiskan dengan sebaik-baiknya hal ihwal dirinya
dan alam, dan dapat mengganlbarkan hal-hal itu kepada orang lain dengan gambar!m
yang tepat".12
Syaral kedua untuk kesusaslraan yang baik menurul al-Manfaliiti adalah
kejelasan. Pengertian kejelasan disini adalah jelasnya pikiran dan bahasa. Semua kata
asing yang pelik hendakdaknya dijauhi, karena zaman dimana kita hidup adalall
zaman pergerakan dan kegiatan. Masyarakat pada saat itu lidak suka membuang
buang waktu berdianl diri di hadapan sebuah syair, telapi mereka mencoba
memahanli salu baris prosa beserta arti-artinya.
Syarat keliga, yaitu pemakaian kata-kata yang mudah dipaharni dan dibaca
oleh umum dan masyarakat zaman sekarang.
Dengan ketiga syarat ini, al-Manfaiuti telah menyesuikan diri dan
mempral(lekkan dalam karya-karyanya, sehingga dalam karya-karyanya akan
terlihal suatu kebenaran dan kejelasan kata-kata yang mudah dipahami. 13
12 Mustafa Lulfi al-Manfaluii, al-AbarGt, (Beirul:Maktabah al-Ilmiah al-Radils), h. 90
13 Ibid
48
3. Pandangan Kritikns Terhadap Kal-ya-karya AI-Manfaln!i
Beberapa kritikus mempunyai pendapat tentang karya·karya al-Manfaluti,
diantaranya adalah Thoha Husain, Lutfi Sayyid, Ahmad Husain az-Zayyat dan, .
Ahmad Hafidz. 14
Menurut keempat tokoh diatas, sastra al-Manfaluti sangat tinggi nilainya.
Lutfi Sayyid menganggap sisitem al-Manfaluti sebagai buah yang matang untuk
ll1asa penulisan sastra pada saat ia hidup, karena ia ll1all1pu menyatukan pell1ikiran
tradisional Arab dan modem. Adapun AI-Aqod menganggapllya sebagai munsyi
(penell1u sistell1 penulisan bam) bukan hanya sebagai penulis saja, karena penell1u
ll1enurutnya Iebih tinggi daripada sekedar penulis. Adapun Fathi Ridwan
ll1enjelaskan peranan al-Manfaluti sebagai tokoh sastrawan Arab yang ll1ampu
ll1ell1baca perasaan masyarakat, bukan hanya mell1perhatikan keindahan lafadz. Ia
juga melihat ballwa ll1asa sesudah Perang Duma I, layak dijullild sebagai masa al-
Manfaluti (ahlul Manfaluti). Hampir tidak ada satu nUllah pun yang tidak memiliki
buku atau karya al-Manfaluti, bahkan tidak ada pembaca yang tidak pernah
ll1embaca hasi karyanya, baik yang bempa novel yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab maupun tulisannya sendiri tentang sastra dan kehidupan sosial dan
sastra.
Orang orentalis yang bemama Gibb menganggap sastra al-Manfaluti" sebagai
usaha yang cukup berhasil dalam menjawab tuntutan masyarakat luas, yang berarti
14 Sukron Kami!, 01'. cit. , h. 79
49
sistem sastranya mendapatkan pengakuan dan penerimaan oleh masyarakat umum.
Maim, sastra melalui al-Manfaluti menjadi populis padahal sebelumnya bersifat
elitis. Adapun Anwar Al-Jundi berpendapat bahwa al-Manfaluti adalah pembuka
warna baru dalam sastra kontemporer karena ia mendirikan aliran dalam bidang
penulisan sastra yang mempengaruhi Thaha Husain dan Az-Zayyat. 15
AI-Mandur membela al-Manfaluti dan menolak pendapat al-Mazini dengan
argumennya:"bagaimanapun sastra al-Manfaluti dapat dianggap sebagai sastra
teladan dan sehat, lebih mulia daripada sastra-sastra yang lain, yang biasanya
cenderung ke arall seksualitas, balJkan ke arah yang vulgar, sebagaimana yang kita
saksikan di c:nlam karya sastra masa kini". Dan kritiknya te:rliadap tuduhan al
Mazini yaitu bahwa terlalu banyak maf'ul mutlak dalam tulisan al-Manfaliiti:
menurutnya hal itu bukanlall masalah 16
Dalam satra, persoalan tangisan cengeng bukanlah sesuatu yang penting,
demikian menurut Profesor Umar Dasuki. Menurutnya yang terpenting adalah
perasaan yang benar, Az-Zayyat juga menganggiip bahwa masalah sastra menangis
atau tertawa, sastra lemah atau knat adalah pandangan keliru.17
Mallmud Taymw' berpendapat bahwa bahwa tendensi al-Manfaluti adalah
romantis, manis dan gayanya mudah, menguasai perasaan dIm memperdayakan
dirinya. Akan tetapi, dalam pendahuluan kumpulan cerpeIDlya al-Syaikh Sayyaid al-
15 Ibid
16 Ibid, h. 81
17 Ibid
50
'Abit, ia mengatakan bahwa al-Manfal~ti lebih memusatkan pada gaya dan bahasa
daripada eel'ita itu sendiri, khususnya karyanya sendiri. Kendati gaya bercerita al
Manfal~ti indah dan bagus, ia gagal dalam topik eerita dan penokohan. Ia berpidato
dalam eerita-eeritanya. Realita berubah menjadi fantasi. Tokoh-tokohceritanya
adalah bayangan, tanpa hakikat. 18
AI-MazTni telah menuduh sastra al-Manfal;tl bersifat a.dab bu'ka'i (sastra
yang eengeng) dalam makalalmya yang berjudul adab adho'f dengan kelembutan,
kehalusan dimana sastranya menurut al-Mazini merupakan sastra yang negatif, tidak
menciptakan kekuatan dalam jiwa manusia ,melainkan hanya melemahkan jiwa
manusia. Dan ia berkata bahwa tugas seseorang dalam kehidupan ini adalah hams
mampu mengalahkan kekuatan alanl dan melawannya. Merrumt al-Mazini, al-
--Manfaluti sepecti pedagang karena dia menjual lafadz dan sangat memperhatikal1
bentuk dan keindahannya. AI-Manfaluti juga telah mengumpulkan 572 ma/'ul
mutlak dalam kitabnya. 19
AI-Mazini dalam kitabnya jilid 2 menyatakan keprihatinannya terhadap aI-
Manfaluti tentang lafadz, sehingga kurang mengenai isi dan makha. Men1lrutnyll,
lafadz itu seperti baju, yang tidak memberikan kebenaran sastra karena· jika
diteljemahkan ke dalam bahasa lain, maka isinya terlihat. Padahal, sastra tnanusia
tidak mengkhususkan suatu kaum tanpa kaum yang lain, akan tetapi bersifat umum.
18 Neneng Amalia, Analisis Teljemahan Novel "Reinkarnasi Kleopatro dan Timur LengDalam Konferensi Damar KOIya Mahmud Taimur, (Jakarta, Perpustakaan Adab, DIN Syahid, th.2005), h. 48
19 Sukron Kamil, op. cit., h. 80
51
Begitu pula dengan sastra, tidak khusus dengan satu bahasa, karena sumbernya
berdasarkan kehidupan umat manusia, bukan fenomena tertentu atau keadaan
tertentu. Adab al-Manfaiiitiyang begitu halus dan lembut itu telah membunuh citra
sastra, dan tidak menimbulkan kekuatan dan semangat. Begitu juga komentarnya
tentang uslub (system) al-Manfaluti, ia mengatakan bahwa al-Manfaliiti tidak
mampu memilih kosa kata yang tepat dan juga tidak mampu memilih lema yang
coeok dengan masa kini, yaitu era ilmiah. Bahkan, ia menyayangkan bahwa ada
sekelompok mvnusia yang menikmati dan mengagungkan sastra al-Manfaliii[
Lebih lanjut, penerjemah Khalifurralunan memaparkan kelebihan-kelebihan
atau karakteristik al-Manfalilti. Menumtnya, tema yang diangkat seringkali
mengajak para pembaeanya berkaea pada did sendiri. AIill' logikanya sederhana
ll1embuat karya-karyanya mudah dipahall1i, selain itu nuansa sastra (dalam teks asli
Arabnya) sangat kental. Dalam beberapa karyanya terdapat banyak syair, dan
ll1emiliki nilai sastra yang tinggi yang menggugall perasaan pembaeanya.
B. Riwayat Hidup Khalifurrahman Fath dan Karya-klhllJ·anya
Khalifimalunan adalah anak pertama dari dua bersaudara, ia lahir di
Sumenep, 11 maret 1976. Isterinya bel11ama Sulistyowati. Saat ini ia berdomisili di J1.
Bulus kp. Pulo eeger Rt. 003 kelurahan Jakasetia Bekasi Selatan.2o
20 Hasi/ wawancara via E-mail dengan Kha/ifurrahman, penerjemah kumpulan eerpen"Rinlihall Jiwa ", karya al-Maufaluti, 2005
52
Sepanjang pendidikannya, KhalifulTahman banyak bclajar di Pondok
Pcsantrcn. Dimulai dari SDN Pakandangan Barat pada tahtm 1988, dan pada tahun
1991 ia me1anjutkan sekolah tingkat pertama di madrasah tsanawiyah di pindok
pesantren Nurulhuda, pakandangan. Lalu ia melanjutkan ke madarasah aliyah di
pesantren yang sama pada tahun 1994. Setelah itu, ia mengikuti bimbingan
penyuluhan Islam Fakultas dakwah STAI AI-Amin, Prenduan, Sumencp pada tahun
2002.
Pcmuda kelahiran sumcnep ini memiJiki banyak keterampilan, selain dapat
menerjemahkan bahasa Arab, ia juga ahli dalam bahasa Inggris, ketik sepuluh jari,
internet, dan komputer.
Selama menggeluti profesi sebagai mahasiswa, ia juga tak lepas dari berbagai
alctifitas organisasi. Beberapa diantaranya adalah, ia pernah menjabat sebagai
sekrctaris Organisasi Santri Nurulhuda (OSDA), ia juga ikut serta dalam bagian
pengajaran OSDA, ketua OSDA, staf biro pengajaran Ponpes Nurulhuda, staf,
sekretariat Ponpes Numlhuda, divisi litbang SEMA STAI AI-Amin, ketua II SEMA
STAI AI-Amin, divisi litbang fomm kcrjasama ponpes se-Lombok Utara.
Sclain ia sibuk dalam berbagai kegiatan organisasi, ia juga mempunyai
banyak pengalaman kcrja, diantaranya yaitu, sebagai guru· MTS/MA Numlhuda
selama 6 tahWl, gwu MTS/MA Nurul Bayan di Lombok Barat selama 2 tahun,
desainer percetakan Sumber Hasil di Sumenep, desainer percetakan Rembulan,
penerjemah freelance beberapa penerbit buku, penerjemah tctap sastra Arab di'
penerbit NavilJa, redaktur majalah saslTa pesanlTen "Fadilah", curator naskah di
53
penerbit Navilh, wakil manager penerbit Navilla,penyunting b1.lku, dan juga guru
agama di SMA Tunas Jakasempurna Bekasi.
2. Karya-karya KhalifulTahman Fath
Di samping mempwlyai banyak keahlian dan pengalllJrtan. kelja,
KhalifUlTahman juga telah menghasilkan beberapa karya thlis.•Sebagiandiantaranya
adalah karya asli, dan sebagian yang lain adalall karya terjemahan. KaryateJjemahan
yang berupa karya sastra adalah ;21
a. Callaya Jiwa, Penerbit Navilla, Yogyakarta
b. Rintihan Jiwa, Penerbit Navilla, Yogyakarta
c. Malam Pengantin, Penerbit Navilla, Yogyakarta
d. Gadis Dusun, Penerbit Navilla,Yogyakarta
e. Simpang Empat, Penerbit Navilla, Yogyakarta
£ Bila Cinta Jangan Pergi, Penerbit Navilla, Yogyakarta
g. Jiwa-jiwa Pencinta, Penerbit Navilla, Yogyakarta
h. Damai Dahun Cinta, Penerbit Navilla, Yogyakarta
i. Hanya Sath Malam, Penerbit Navilla, Yogyakarta
j. Cinta yang Bilang, Penerbit Navilla, Yogyakarta
k. Asmara Lara, Penerbit Navilla, Yogyakarta
Karya tulis terjemahan yang bukan berupa karya sastra yaitu:
21 Ibid
a. 60 Tanya-jawab Masalah Haid, Penerbit Akbar Media Eka Sarana, Jakarta
b. Terapi Was-was, Penerbit Indah, Surabaya
c. Biografi Hasan al-Bana, Penerbir Media Insani Press, Solo
d. Jejak-jejak nchwanul Muslimin, Penerbit Media Insani Press,Solo
e. Shahwah Islamiyyah, Penerbit Media Insani Press, Solo
f. Tahafut at-Tahafut, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta
g. Ibnu Rusy, Penerbit Qirtas, Yogyakarta
h. Risalah Cinta, Penerbit Tinta, Yogyakarta.
1. Hikmah Kisah Para Nabi, Penerbit Cahaya Hikmah, Yogyakarta
j. Islam dan Globalisme, Penerbit Jslamika, Yogyakarta
k. Islam Milenium, Penerbit Pustaka Pelajal", Yogyakarta
1. Risalah Laduni, Penerbit Mitra Pustaka, Yogyakarta
m. Qishas Mustaqim, Penerbit Mitra Pustaka, Yogyakarta
n. Me1cstarikan Kesetiaan Suami, Penerbit Mujahid, Bandm'lg
o. Nabi-nabi Allah, Penerbit al-Manar, Yogyakal"ta
p. Fatwa-fatwa Wanita., Penerbit Pustaka Izzan, Yogyakarta
q. Mengatasi Seribu Macam Masalah, Penerbit AK 7, Yogyakarta
r. Kaki Langit Jiwa, Penerbir Serambi
s. Jangan Menyesal, Penerbit al-Kautsar, Jakarta
t. Keluarga Bahagia, Penerbit Senayan Abadi Publising, Jakarta
Sedangkal1 karyanya yang asli dan suntingan yaitu:
54
55
a. Keajaiban Pernikahan; Mawar Cinta Untuk Suamiku, suntingan karya Shaleh
Gysmar, Penerbit Amoor Book, Surabaya
b. Antologi Cerpen bersama "Kopyah dan Kun Fayakun", Penerbit Gita Nagari,
Yogyakarta
c. Ensiklopedi al-Quran (Panduan untuk buku "Mewarnai dan Mengaji"), Penerbit
Navilla, Yogyakarta
d. Buku Kerjaku: Belajar Agama Islam untuk SMP Kelas I,lL. dan Ill, Penerbit
Erlangga, Jakarta
C. Pandangall Khalifllrrllhman TClltllllg PCllcrjclIlllhlln
Menurutnya, definisi menerjemah bukanlah menyalin kalimat dari satu bahasa
ke bahasa yang lain, melainkan menyanlpaikan suatu pesan dalanl satu ballasa (baik
itu lisan maupun tulisan) kepada publik yang membutuhkan pes£ill tersebut, dengan
menggunalcan bahasa yang dapat dicerna dan dimengerti.22
Ia juga menyebutkan bahwa yang seringkali menjadi kendala dalam proses
peneljemahan adalah mencari diksi dan padanan yang tepat. Terlebih jika kata yang
tertera dalam bahasa sumber tidak dalam jangkauan penguasaan penerjemah.
Contohnya ketika ia berhadapan dengan bahasa 'pasaran' dalam bahasa Arab, karena
kata-kata itu merupakan ballasa sehari-hari dan sangat lal1gka ditemui dalam sebuah
karya tulis. Oleh karena itu, tanggul1g jawab penerjemah sangat besar. Di satu sisi ia
22 Ibid
56
hams setia kepada penuHs asH, namun di sisi lain kepentingan pembaca. untuk dapat
menerima pesan juga tidak boleh i diabaikan. Sebagai konsekwensi, menjadi
peneljemah tidak boleh malas untuk terus belajar, baik dengan cara membukakamus
maupun bertanya kesana sini. Lebih tidak bolch lagi seorang peheljel11ahbersikap
'sok menguasai' bahasanya sendiri, yakni bahasa Indonesia.
Teljemahan yang baik menurutnya tidak lepas dari kriteria-kriteria berikut ini:
jujur, bertanggungjawab, dan komunukatif. Jujur dalam pengertian, penerjemah tidak
boleh terlalu jauh 'mel1gintervensi' karya orang lain, baik del1gal1 mel1ambah pesan
maupul1 mel1gurangi. Bertanggung jawab berarti menyampaikan pesan seperti yang
diinginkan penulis asH. Dengan kata lain, hasil teljemahaunya alrurat. 23
23 Hasil wawancara via E-mail dengan Khalifnrrahman, penerjel11ah Kurnpulan Cerpen"Rintihan Jiwa", karya al-Manfaluti, 2005
BABIV
ANALISIS TERJEMAHAN CERPEN KEHORMATAN
DALAM KUMPULAN CERPEN RlNTIHAN JlWA
Analisis terjemahan ini menyangkut analisis terjemahlln dari segi belltuk dan
isi cerpen. Dalam analisis bentuk, pcnulis mencoblluntuk melakukan analisis
pcnerjcmahun unsur-unsur cerpen yang terdiri dari penokohan, alur, dan latm'. Selain
itu, penulis juga melakukan analisis gaya bahasa dangtatnatikal yangterjadidalllln
cerpen "Rintihan Jiwa", dan dalam anlliisis isi cerpen, penulis juga membahas tel1tang
kesalahan pemaknaan yang teljadi dalam cerpen tersebut.
Sebelunl beranjak menganalisis terjemahan cerpen BSa,ada baikllyaterlebih
dahulu diceritakan dahulu sedikit dari isi cerpen BSa ini.
A. Ringkasan Cerpen "kehormatan" dalam Kumpulan Cetpen "Rintihan Jiwa"
Cerpen yang berjudul Kehormatan ini mel1ceritakansebuah perjalanallhidup
seorang pemuda yang tanpa berfikir pllfljang meniru sikap,pikiran dantindak-tanduk
yang sesungguhnya tidak sesuai dengan diri kita sendiri. Demi :limbol kemoderilan
banyak orang di negara-negara Timur secara membabi buta mene!an mentah-mentah
ideologi dan peradaban Barat, dan tidak perduli apakall pandangan itu sesuai atau
tidak.
58
Bel'awal dal'i kepel'gian Sofyan ke El'opa. Disana ia tinggal bebel'apa tabun.
Setelah kembali, pola kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat. Ia pergi
bel'bekal hati yang bel'sih dan suci, rendah hati dan sulca membel'i maaf, tetapi Ia
kembali dengan membawa kekel'asan hati, mengumbar kemal'ahan pada semua
penduduk negel'i, bahkan membenci langit, bumi dan penciptanya. Sebelumnya, ia
dikenal sebagai sosok yang dipenuhi oleh gagasan-gagasan y,mg cemerl,mg dan
selalu meletakkan agama dan negara di atas segala-galanya.
Sofyan sangat menentang dan membenci kebiasaan wanita-wanita Mesir yang
selalu mengenakan ~ijiib demi menjaga kehol'matan mel'eka. Ia lebih menyukai
wanita-wanita El'opa yang tegal' dan bel'ani di tengah kaum lelaki. Mel'eka bisa
menjaga diri untuk melindungi kehol'matan tanpa harus mengenakan /jijab. Bahkan ia
menyuruh istel'inya untuk melepaskan Wab dan bebas bel'gaul dengan lelaki
manapun. Hingga akhimya ia merasa lr.hawatil' tel'hadap istel'inya dan iapun tersel'ang
penyakit yang pal'ah. Iapun segel'a menyesali segala perbuatannya, namun til'ai
kematian terlanjul' menghampil'inya dan ia telall gagal menjadi syuhada yang
menyelamatkan manusia dari bencana dan kehancuran.
B. Analisis Bentuk
1. Analisis Penel'jemahan Tokoh, alur, dan latar
Pada sub bab ini, penulis melakukan analisis penel'jemahan tel'hadap unsul'
unsul' cel'pen yang tel'dil'i dari penokohan, alur, dan latar. Analisis ini dilakulcan guna
59
untuk mengetahui pengalihan makna dalam novel tersebut, jugauntuk mengetahui
jenis tetjemahan yang digunakan oleh penerjemah.
a.Penokohan
Tokoh utama dalam cerpen ini adalah sebrang pemlidaMesil' yahgbernanm
Sofyan. Tokoh bawahannya adalah sahabatnyayang tidak terteral1aIIlanya,isterinya,
puteranya, pemuda-pemuda dan wanita·wanita Eropa, dam wanita·wahita Mesir.
Dalam terjemahan BSa, penerjemahan nama tokoh mengalal11iperubahaIl.
Nama tokoh dalam cerpen BSu diterjemahkan dengan nama yangberbeda dalam
cerpen BSa. Seperti tertera dalaIll contoh di bawah ini:i
Sofyan sudah bertekad bulat uutnk pergi ke Ef(Jpa2
Seperti terlihat di atas, terjadi perubahan nama dalam BSu Ice dala.l11cel-Pel1
BSa. Kata 0)U dalam bahasa Arab merupakan sebutan bagi seseOrlmg.Olehkai·ena
itu, penerjemah berusaha menyesuailcan hal tersebut dengah lllel1gubah seblltlll1())\i
dengan "Sofyan", agar menghasilkan penerjemahan yangbersifatbebas.
I Mustafa Lutfi-al-Manfalutf, AI-AbarCit, (Beirut: Dar aj-Jil, TT),I-I. 39
2 Mustafa Lutfl al-Manfalut'i; Ril1tihal1 Jiwa, diterjemahkall oleh Khalifurralunan,(Yngyakarta: Navilla, 2003), h. I
60
Bahkan dalam eontoh lain disebutkan :
"Hei, aku tahu engkau punya4banyak impian dan harapan. Jadi, impiandanhal'apan
mana yang engkau maksud? "
Pada hJa LS~Y dalam ballasa Arab biasa diartikan dengan sebutan "tuank\l",
tetapi pada terjemal1an BSa Lj~ diterjemahkan dengan kata "engkau" bal1kan seperti
tidak dite~jemahkan.
Dari eontoh di atas, jelas terlihat bal1wa penel'jemah lehih memilih
menggunakan teljemahan bebas, namun makna yang tersirat dahumeerpen BSa tidak
menimhulkan perubahan makna dalam eel'pen BSu, dan dapat diaJnbil kesirripulan
bahwa terjemahan di atas merupakan terjemal1an bebas.
b. Alur
Alur yang terjadi dalam eerpen "Kehormatan" ini adalal1alUl" lUl"\ls atau alUl"
maju, karena peristiwa yang teljadi diurutkan dari awalsampaiakhir. Alur inidiawali
dengan kepergian Sofyan ke Negara Eropa. Sofyan pergi dengan berbekal jiwayang
khusy\lk dan menyadari bahwa banyak kekurangan pada dirinya,tetapi ia kelnhali
dengan keeongkakan dan kesombongan, talc satupun dianggap lebih til1ggi, dania tak
mau melihat yang di bawah.
J . - -Mustafa LUlli, ai-Aboral, op. eil, h. 40
" Mustafa Lutn: RinlihaJ1.Jhva. op, cil. , h. 3
61
Sofyan menjadi seseorang yang berambisi menghapus segala tatanan atau
aturan-aturan, bahkan kebiasaan-kebiasaan bangsa Mesir. Ia menginginkan para
wanita Mesir. Ia menginginkan para wanita Mesir melepas hijabnya dan bebas
bergaul dengan para pemuda. Karena i!l beranggapan bahwa, hijab wanita hanya akan
mel11belenggu jiwa-jiwa l11ereka. Wanita-wanita itu dapat menjaga kehormatan
mereka walau tanpa hijab. Padahal, sebelumnya Sofyan adalah pel11uda yang
l11emberi gagasan penggunaan hijab pada wanita, karena ia adalah seorang pemuda
yang meletakkan agama di atas segala-galanya. Seperti tertera dalam contoh di bawah
ini:
Sofyan sudah bertekad bulat untuk pergi ke Eropa. Tak seorangpun bisa mencegah.Di sana ia tinggal beberapa tahun. Setelah kembali, pola kehiduparmya berubahseratus delapan puluh derajat. Tak secuilpun tersisa sikap dan perilaku yang pernahkami kenaI.
Contoh di atas menunjukkan perubahan sikap dan perilaku tokoh utama, yang
semula mempumyai perilaku baik dan dikarenakan pengaruh budaya Barat di Eropa,
ia mengubah segala perilaku baiknya menjadi perilaku yang sangat buruk. Maka alur
ini disebut alur lurus atau alur maju.
5 --Mustafa Lutfi, al-Aharal. op. cil, , h. 39
6 Mustafa Lutt1, Rintihan Jiwa, op. cit. , h. I
62
Selain itu, terjemahan pada teks di atas mempakan terjemahan bebas, karena
terdapat perubahan makna, seperti kata yl yang berarti "urusan", namun, pada teks
BSa diterjemahkan "tekad". Dan pada kata .~ yang berarti "sesuatu", namun
diterjemahhm dengan "sikap dan perilaku". Selanjutnya, kata seratus delapan puluh
derajat digunakan penetjemah untuk menjelaskan bahwa SofYan sangat berubah bila
dibandingkan dengan SofYan yang dulu ia kenai, padahaI kata seratus delapan puluh
derajat tidak tertera dalam teks BSa. Menurut penulis, kalimat di atas dapat
diterjemahkan sebagai berikut:
"Seorang pemuda pergi ke Eropa untuk suatu keperluan dan tir,ggal di sana untulcbeberapa tahun, kemudian ia kembali ke tanah airnya. Namun, keadaan dirinya sudahtidak lagi seperti yang kita kenai dulu".
C. Latar
I. Latar waktu, (waktu terjadinya peristiwa, misalnya keterangan musim, tahun,
bulan, dan sebagainya). Latar w~ktu yang terjadi pada cerpenBSu' tidak
mengalami perubahan dalam cerpen BSa. Hal ini dapat dilihat dari contoh di
bawaII ini:
Beberapa tahun8
7 Mustafa Lutfl, al-Abar'Gt, ap. cit. ,h, 39
g Mustafa Lutfi~ Ri/1tiha/1 Jiwa, op. cit. , h. t
63
fi. . 10
Semalaman aku ber Ilor tentang perempuan ItU.
Kedua teIjemahan di atas merupakan teljemahan harfiah, dinlana
penerjemahan mengutanlakan padanan kata didalanl BSu.Latardalanl.
penerjemahan BSa juga diterjemahkan sesuaidenganrm\knaaslinyadalam cerpen
BSu.
2. Latar tempat (lokasi geografis, yang meliputi pemandangandaI1 perincian tata
ruang (bangunan) dan sebagainya.
Aku melihat diriku l11aIUPU menjadi penggel'ak,orangyangpelimnakalimenghancurleburkan bangunan kuno. 12
Latar tempat pada teljemahaIl di atas terlihat mengalami perubahan, pada
kalimat rJ-"l1 <.S0WI .li; diteljemahkan dengan "bangunan kuno", padahal dalal11bahasa
Arab kalimat tersebut berarti "bangunanketurU11fln qabTIah 'ad".Pellerje111ah
melakukaIl perubahaIl l11akna agar hasil teljenlahanJlyalebih mudah ·dipahmni
pel11baea. Selain itu, kalil11at "bangunan kuno"l11erupakaIlknlimatmajii£i;kalin1at
9 Mustafa Lutfi; al-Abariit, op. cit. ,h. 40
10 Mustafa Lutfi: Rintihan Jjwa, op. cit. , h. 3
11 Mustafa Lutfi; al-Abarai, op. cit. , h. 40
12 Mustafa Luti, Rintihan Jiwa, op. cit. ,h. 4
64
tersebut digunakan penelj emah untuk mendramatisir keadaan atau peristiwa yang
teljadi.
3. Latar sosial, yakni penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial, adat
istiadat, cara hidup dan lain-lain yang melatari peristiwa.
" / ~ ") 7 "",." '" ",? j~~" .P ~
\A.~~wI ~l;.)1 CO \A.Mly> LJ->.J!E.~ A)1;1.)1 ~y.JI ~.Jj.J,)/1 OI.YJI r1:Jlj;. . -
Kalian temukan perempuan-perempuan Eropa yang tegar dan berani di tengahkaum lclaki. Mercka bisa menjaga diri untuk melindungi kehormatan. Sementarakalian menginginkan perempuan Mesir yang lemah tidak berdaya tampil diantarakaum lelaki, mempertaruhkan diri?14
Latar sosial yang teljadi dalam BSu tidak mengalami perubahan dalam cerpen
BSa. Dalam keduanya, terlihat bahwa antara kebiasaan wanita-wanita Eropa dan
wanitaOwanita Mesir sangat bertentangan. Dan jenis peneljemahan latar social ini
adalall peneljemahan bebas. Contoh pada kata "~i.).", yang berm-ti "dan kalian
melihat". Namun, peneJjemah meneJjemahkan dengan kalimat "kalian temukan".
4. LataI' spiritual, yakni lingkungan moral, intelektual, dan emosional yang
dipengaruhi tokoh-tokohnya.
13 --Mustafa LUlfi, aJ-Abaral, op. cil. , h. 47
" Mustafa Lutfi"; Rintihan Jiwa, op. cit. , h. 13
65
".' (.) Qy' :~..../ .,~
c.5Y~ L.P3 ~L.P ~I..! ,~~~ <\,j.lLA LA->:b.l1Y> J.,lh -.\yJl w.&1.c
.' .t-", '/'./..' , ~ .-' _,-
~,l,;» tA.ll3 .)c. r~" o.ibc.JI 4-u c.5.l:J 0:l!~ <\.ijJ 3\~l "-:1.ly ~\; <,:l~ o.ll.:....l\
';> ...• /c~·./""./
151..1< \d~'jll 'I. .,\ wl~ 1.'..,:; I." 'I.,. tll··L·:~ ..>.U"" . 3~ "{\-.. """'..! . <.s' ~
~ < /
Pcrcmpuan Mcsir tclah lama hidup tenang dan. damai da dalam tempat tinggalmcreka, menjalani kehidupan apa adanya. Walau demildan, mereka tctap menegukcawan anggur kcbahagiaan, melaksanakan kcwajiban-kewajibankcpada yang MahaKuasa, mcncurabkan kasih sayang kcpada putcra-putcnl tcrcinta, dan salingmengunjungi sesama tetangga, berbagi suka dan duka. 16
Latar spiritual pada peneljemahan di atas tidak mengalami perubahan. Seperti
kata~ tidak diteljemabkan dalam cerpen BSu. Contoh lain yaitu terdapat pada
kalimat .oUt JS .oUt y hanya diartikan dengan kalimat "meneguk cawan anggur
kebahagiaan". Penulis juga melihat babwa banyak terjadi perubahan tanda baca,
misalnya dalam cerpen BSu terdapat tanda koma, namun dalam cerpen BSa terdapat
tanda titik. lni menunjukkan babwa peneljemah menggmlakan metode penerjemahan
bebas.
2. Analisis Gaya Bahasa dan Gramatikal
Mengingat bahwa bahasa yang digunakan al-ManlalutT dalam karya-karyanya
termasuk al-Abarat adalah bahasa Arab, maka tinjauan tentanggaya bahasa i11i lebih
dikhususkan pada gaya babasa yang berlaku pada bahasa Arab.
IS fi--Mustafa Lut I, al-Abarat, op. cit. , h. 44
16 Mustafa Lutfi~Rintihan Jiwa, op. cit. , h. 9
66
Untuk lebih jelasnya dan men!farah dalam perabahan dari cerpen BSu dan
cerpen BSa, penulis akan memberikan contoh berikut:
Jiwa manusia itu tak ubahnya telaga air. Ia akan senahtiasa jernih selama tidak adaorang yang menjatuhkan batu kc dasarnya. 18
Pada kalimat di atas terjadi perubahan bentuk dari naskah BSu ke naskahBSa.
Katabi....; merupakan bentuk majhiiZ, akan tetapi diterjemahkan dalam bentukma '/z;-m
yaitu "menjatuhkan". Menurut penulis kalimat di atas dapat diterjemahkansebagai'
berikut:
"Jiwa manusia laksana kubangan air yang menggenang,akan terus bersihsela.gi tidakkejatuhan batu hingga menjadi keruh".
Masing-masing umat memiliki kewajiban sendiri-sendiri.20
Kedua contoh di atas adalah gaya bahasa tasybih, atau lebihtepatnya adalah
-lasybih mursaZ mufassaZ, karena adapt lasybihnya diseblltlca.ri, yakni'~ (kaj)pada
contoh pertama, dan LJIs (kaanna) pada contoh kedua., dart terdapat juga wajahsyibh,
yakni \"Ill.<> Jlj,l':l .£1)1 pada contoh pertama diterjemahkan "ia akflll senantiasa jernih",
17 -.-Mustafa Lutfi, al-Aharat, op. cit. , h. 41
1& Mustafa Lutn, Rintihan .Jiwa, op. cit. ,h. 5
19 --Mustafa Lutfi, al-Abarat, op. cit. , h. 42
20 Mustafa Lutfi~ Rintihan .Jiwa, op. cil. ,h. 6
67
dan y.;>.\J J$; ,.:iAi pada contoh kedua diteljemahkan "masing-masing memiliki
kewajiban".
Selain ta.lybfh, juga terdapat gaya bahasa lainnya,seperti cOl1toh berikut ini :
"Apakah engkau mengingkru:i keberedaan mrumsia yrulg bisa menjaga kesuciruldirinya?,,22
Contoh di atas adalah kalimat taqrfr. Kru'ena pada kalimat tersebut terdapat
isim istifham yaitu hamzah yang keluar dari makna aslinya menjadi makl1ataqrir
(penegasrul). Pada conroh di atas, sang pembicarabermaksnd nH'lnlotivasi ()raIlgyajig
dipujinya untuk mengakui kelebihan-kelebihaJ1 yaJ1g didakwakan kepadaIiya.
"Oh, gelap gulita, mataku tak dapat melihat apa_apa".24
Contoh di atas adalah kalimat ta'ajjub. Cara mengi'rabnyaadalahL.
merupakaJ1 isim nakirah tammah (semputna) yang mel11jJnnyai makl1a ta 'ajjub,atau
disebut juga isim mausul (kata saJ11burtg) yang njaha khabt:lrl1yadihilangkan.
Kedudukannya sebagai mubtada' mabni atas sukun berkedudukrul rafa'dandisebut
dengan L. ta'ajjub atau partikel ta'ajjub. Dan ~I fuerupakml.fiUta'ajjubyakl1i
mengikuti pola ta 'ajjub yang berfungsi sebagai flU ta 'ajjubatau jJredikatta 'ajjub.
21 --Mustafa Lutti, ai-Aboral, op. cil. , h. 42
22 Mustafa Lutfl, Rintihan Jiwa, op. cil. , h. 5
23 Mustafa Lutfl, ai-Aboral, op. cil. , h. 51
24 Mustafa Lutt1. Rintiha Jiwa, op. cit. : h. 19
68
Dan FJI kcdudukannya scbagai maf'ul bih alau discbul juga dcngan mula 'ajjab
minhu. ('Lol Scbagai zarafmakan alau kclerangan tempat.
Pcrgi bcrbckal jiwa yang khusyuk dan mcnyadari banyak kckurangan pada dirinya,kcmbali dcngan kccongkakan dan kcsombongan, tidak mmimclihat yang di bawah.26
DaIam kalimat di alas tcrdapat dua pasang kata yang bcrlawanan arli, yaitu
dcngan , dan dcngan , lcrkumpulnya dua kala yang bcrlawan[m' arti dalam suatu
kalimal, scbagaimana contoh di alas discbul scbagai lhibaq. Hanya saja lhibaq pada
contoh di alas discbuf lhibaq ijab, karena kedua kata yang bcrlawanan itu tidak
bcrbeda positif dan negatifnya.
Dari contoh-contoh gaya bahasa di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
lidak tcrjadi pcrubahan gaya bahasa dalam BSu matlpUn BSa.
Mengcnai analisis gramatikal atau tata bahasa, disini pcnulis hanya membahas
scdikit tcnlang penggunaan tanda baca. Mcnurut hcmal penulis, pcnggunaan tanda
baca, terulama tmlda baca litik dan koma sudah banyak yang mcmenuhi kriteria
pcnerjcmahan yang baik, schingga hasil terjemahan terscbut mudah dipahami
pcmbaca. Pcncrjemah scringkali mcnambahkan bahkan menghilangkan tanda baca
yang dirasa lidak perlu. Misalnya, pada cerpen BSu tidak tcrdapat tanda baca koma,
laIu pencrjemah menambahkan tanda koma pada cerpen BSa.
'5 --- Mustafa Lutfi, al-Abaral, ap. cil. ,h. 39
26 Mustafa Lutfl, Rinlihan Jiwa, op. cil. , h. 1
69
"Atas nama wibawa bangsa dan kehormatan agama, ku mohon kalian tinggalkanperempuan itu".28
"Oh, gelap gulita, mataku tidak dapat melihat apa-apa. Duniainiterasaselupitsekali".30
Pada contoh di atas, penulis melihat adanyaperubahan tanda baca yang
dilakukan peneljemah. Pada contoh pertama, peneljemah mellarr,bahkan tanda koma
pada cerpen BSa. Dan pada contoh kedua, penerjemah luenggantl tandaseruITlenjadi
tanda koma dan tanda titik.
Kata pada kalimat di atas menunjukkan perasaall ta'jub atau keheral1anyang
dirasakan tokoh utama. Penulis meletakkan kata tersebut· berttljuari··agar •. jJaia
pembaca dapat ikut merasakan kejadian yang menimpa tokoh~tokohdalaITl cerpen
tersebut.
Contoh yang lainnya yaitu ;
a. Jadi impian dan harapan yang mana yang engkaumaksud?
b. Dulu billlyak orang yang mengira penggunaan ijijdiJ inipun 111el'eka<pasti akal1
mengikuti jalan pikiranku.
"7 --- Mustafa Lutti, al-Abarat, op. cit. , h. 48
28 Mustafa Lutfi; Rintihan Jiwa, op. cit. ,h. 13
29 Mustafa Lutt1, al-Abara!, op. cit. . h. 51
30 Mustafa Lutfi; Rintihan Jiwa, op. cit. ,h. 19
70
Pada eontoh (a), seharusnya setelah kata "jadi", disertakan tanda baea koma.
Lebih jelasnya adalah sebagai berikut:" jadi, impian dan harapan yang mana yang
engkau maksud?".
Pada eontoh (b), seharusnya setelah kata "dulu", disertahm tanda baea koma.
Lebih jelasnya adalah sebagai berikut: "dulu, banyak orang yang mengira
penggunaan !Jijab inipwl mereka pasti akan mengikuti jalan pikiranku".
Selain itu, dalam eerpen BSa banyak terdapat penambahan kata demi
menghasilkan keindahan bahasa.
Hasil teljemahan Khalifurrahman :
Pergi berbekal banyak pikiran dan gagasan yang eemerlang, tapi pulang dengantangan hampa, tak ubahnya kepala area yang hanya dipenuhi nafsu menggelora.32
Dari eontoh hasil teIjemahan di atas, penulis berpendapat bahwa penerjemah
menggunakan metode penerjemahan bebas, seperti dalam kalimat:
Jl - -Mustafa Lutfi al-Manfaluti, al-Aharat, op. cit. , h. 39
32 Mustafa Lutfl, Rintihan Jiwa, op. cit. , h. 2
71
Apabila kalimat tersebut diterjemahkan berdasarkan mode!< terjemahan kata
demi kata, maIm hasil kalimat di atas adalah:
"ra pergi membawa kepala yang penuh dengan hikmah dan pemikiran".
Penulis melihat bahwa penerjemah lebih mengutamakan isi dan pemilihan
diksi yang tepat sehingga mengorbankan bentuk teks bahasa sumber. Namtm, hasH
terjemahan KhalifulTahman tidak menyimpang dari amanat penulis BSn.Contoh
lainnya terlihat dalam kalimat:
"Tapi pulang dengan tangan hampa, tak ubahnya kepala area yang hanya di penuhinafsu menggelora".34
Dari hasi te~jemahan di atas, penulis melihat keticlak sesuaian dengan teks
aslinya. MenUt'ut penulis teks diatas eukup diartikan clengan kalimat:
"Namun kembali dengan kepala yang hanya berisikan hawa keraguan dan syubhat".
Contoh perubahan bentuk, dari kalimat majhul menjadi kalimat ma'lum,
terlihat pada kalimat:
"Kalianlihat ilmuwan Eropa berlomba-lomba meneapai ilmu yang gemiJang di antam"bangsa-bangsa dunia".36
33 _ _ - -Mustafa Lutfi, ai-Aboral, op. cil. , h. 39
34 Mustafa Lutf1, Rintihan Jhva, op. cit. , h. 2
35 --"Mustafa Lutfi, ai-Aboral, op. cil. , h. 47
36 Mustafa Lutt1, Ril11ihal1 Jiwa, op. cil. , h. 12
72
Teori teIjemahan bebas Khalifurrahman juga terlihat pada kalimat:
"Kalian katakan pada mereka, bahwa cinta adalah dasar sebuah mmall tangga.Akibatnya mata mereka mulaijelalatan mencari cinta".38
C. Analisis Jsi Ccrpcn
Ccrpen ini mcrupakan gambaran rintihan jiwa penulis, dan diungkapkan
melalui tulisan-tulisan yang sarat dengan makna kehidupan manusia. Dalam tulisan-
tulisan al-Manfaluti, scpertinya ia tidak setuju dengan masulmya budaya-budaya
Barat ke Timur. Menumtnya, budaya Bamt hanya akan mcrusak adat ketimuran alau
aturan-aturan bangsa Timur. Karcna sikap dan cara berfikir b:mgsa Barat sangat
bertolak belakang dengan budaya bangsa Timur.
Pengarul1 budaya Barat dapat berdampak positif apabila diimbangi dengan
kcjcrnihan fikiran, kecerdasan, dan keimanan. Namun, apabila tidak diimbat1gi itu
semua, maim hanya akan menimbulkan bencana. Seperti yang tertera dalalll cerpen
"kehormatan". Begitu dallsyatnya perkembangan zaman dan kemajuan teknologi,,
hingga kcbanyakan orang rela melupakan dan meninggalkan nilai-nilai peradaban
dan nilai-nilai keagamaan demi symbol kemoderenan yang dibawa bangsa Barat.
37 Mustafa Lutfi, al-Aharat. op. cit. , h. 4538 Mustafa Lutfi, Rinlihan Jiwa, op. cit., h. 10
73
Mereka tidak menyadari bahwasanya pengaruh duniaBaratyangl11erekab3l1gga"
banggakan hanya akan menimbulkan malapetalca bagi diri merekasendiri.
Cerpen "kehormatan" ini juga berkisar l11engenai tradisibangsa Thrillr
khususnya Mesir yang mengharuskan para kaul11 wanitimya Il1ellgenalcanhijabd3l1
mereka juga dibatasi untuk bergaul dengan para kaum lelalcikecuali isterimereka.
Walaupun demikian, para wanita itu hidup bahagia bersama keluarga mereka. Mereka
selalu patuh kepada suami mereka dan juga mereka selalu taat menjalankan perintah
agama. Hingga saat seorang pemuda yang baru kembalidari Eropa datang
mengustmg budaya Barat dan berusaha mengoyak semuatradisi btmsa Mesir. Natnun,
yang terjadi kemudian pemuda tersebut tertimpa malapetaka, d3l1alchimya ia
menyadari kekeliruannya.
Kelebihan cerpen-cerpen al-Manfaluti adalah tulisall-tulisa.l1nya yahg
menyerupai syair-syair yang indah, sehingga orang yahg Inel11baca tulisannyaalcan
terkagum-kagunl dengall keilldahan bahasanya. Selain. itu,temayangdisajikan
merupakan gambaran kehidupan manusia yang kadang· kala rnellyenangk311d311
mellyedihkan. Dan cerpen ini juga talc lepasdari tema· cinta yarlgb3l1yakdil11inati
para pembaca.
BABVPENUTUP
A.Kcsimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian dengan peneljemahan dalam cerpen
"Rintihan Jiwa", maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
I. Berdasarkan anaHsis unsur-unsur cerpen, maka cerpen BSa tidak mengalami
perubahan sebagaimana cerpen BSu, baik alur, maupun lata!'. Perubahan terjadi
hanya pada unsur penokohan, dalam naskah BSu, penulis tidak mencantumkan
nama-nama tokoh yang terlibat di dalam cerita. Penulis hanya menggunakan kata
"fulan" sebagai tokoh utamanya. Sedangkan dalam naskah BSa, pene~jemah
menggunakan kata "Sofyan". Namun, perubahan yang terjadi tidalc
mempengaruhi isi cerita. Oleh karena itu, cerpen BSa dapal dipastikan adalah
cerpen teljemallan sastra, bulcan saduran.
2. Model terjemahan Khalifurrahman cenderung bersifat bebas dml terkadang keHru.
Pendapat penuHs ini berdasarkan analisis penuHs pada beberapa unsur.
Penerjemahan bebas terlihat pada unsur alur. Kata yl yang biasanya bermakna
"urusan", namun diteljemahlcan "tekad". Selain itu, pada unsur latar terdapat lcata
r'\!1_u yang berarti "dan kaHan melihat", diteljemahkan dengan kalimat "kaHan
temukan". Jadi, menurut penuHs i Khalifunahman sebagai penerjemah lebih
memilih metode peneljemahan bebas agar menghasilkan penerjemahan yang ideal
dan tidak kaku.
75
3. Dalam cerpen "Rintihan Jiwa" terdapat kekurangan dan kelebihan. Kelebihan dari
cerpen ini yaitu, seperti kita ketahui, al-Manfaluti adalah sastrawan mesir yang
terkenal dengan kemahirannya dalam memilih kata-kata yang indah, bahkan
hampir menyerupai sebuah syair. Hal tersebut ia buktikan dalain cerpen yang
beljudul al-Abarat ini. Al-Manfaluti dapat l11embuatpara pembacallyaterkagwll
kagum dan terlena saat membaca hasil karyanyakarena keindahaIlbahasa.dah
tema yang biasanya merupakan masalah-masalah sosial, percintaan atau
romantika sepasang kekasih yang menyentuh perasaan.
4. Cerpen "Rintihan Jiwa" ini banyak memberikan hilollah danpelajaraIl bagi para
pembacanya. Sehingga, mereka likan memikirkandah mempertimbahgkal1segala
akibat dari tindakan yang akan mereka laktlkan. Cerpen ini. juga
menggambarkanlmenegaskan, bahwa segala sesuatu yang terlihatbaik iU111:\1k
orang lain, belum tentu baik untuk diri sendiri.
B.Saran
Penulis sadar bahwa penelitian ini jallh dari kesemptirnaan.Olellkarenaitu,
penulis sangat mengharapkan ada11ya peneliti-peneliti laill yahglIlelarijlltkaIl
penelitian ini dengan lebih baik. Hal ini dikarcnakaIl penulisbelum menganaJisis
semua cerpen yang terdapat dalam kumpulaIl cerpen "Rin1iha11. Jiwa" ,pellulis
ha11ya menganalisis satu sub cerpen saja, yaitu "Kehormat.:tn".
76
Penulis juga dapat mengambil kesimpulan, bahwa pengetahuan bahasa Arab
sangat penti, g bagi peneliti naskah. Selain peneliti naskah, pihak lain yang hams
menguasai pengelahuan bahasa Arab yailu seorang peneIjemah. Penerjemah yang
baik hams memiliki kepandaian dalam memilih padanan kata atau diksi yarlg tepat,
agar menghasilkan terjemahan yang baik dan udah dipahami oleh pembaca. Selain
itu, hal terpcnting dalam proses penerjemahan yaitu , hasil terjemahan tidak boleh
menyimpang dari teks asli. Artinya, pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang
hams sampai kepada pembaea.
Hal yang paling penting dalam proses penerjemalJan yaitu, seorang
penerjemalJ hams menguasai kosa kata bahasa Arab dan Nahwu, sehingga tidak
terjadi kesalahan penerjemahan.
SeOl'ang penerjemah juga dituntut agar dapat membuat para pembacanya
merasa bahwa ia membaca teks asli. Oleh karena itu, peneljernah hams memiliki
wawasan bahasa dan tidak boleh tertinggal infonnasi mengenai kebahasaan.
DAFTAR PUSTAKA
AI-Manfaluti Rintihan Jiwa, Terjemahan Khalifurrahman daTi al-Abarat, Yogyakarta:
Navilla, 2003)
, al-Abarat, Beirut: Dar al-Jil, tth----, Rintihan Jiwa, Terjemahan oleh Khalifurrahman Fath, Yogyakarta:----
Navilla, 2003
Amalia, Neneng, Analisis Teljemahan Novel "Reinkarnasi Kleopatra dan timur Leng
dalam Konftrensi Damai", karya Mahrnud Tayrnlrr, Jakarta, Perpus Adab,
UIN Syarif Hidayatullah, 2005
As-Siba'i, Al-Adab wa al-Nushus, Kairo: Dar an-Nadhah, tth
Danarlo, Jejak Tanah, Cerpen pilihan dalarn Kompas, Jaka\'la; Penerbit Buku
Kompas, 2002
Deselia, Sanita, Baju Kebesaran Zigy, Majalah Kawanku, Jakarta: Redaksi}t.
Kawanku, 2002
Hanafi, Nuraehman, Teori dan Seni Menerjemahkan, Flores: Nusa Indah, 1986
Haywood, John, A., Modern Arabic Literature 1800-1970, New York: St.Martin's
Press, 1972
Jassin, I-I.B, Sastra 1ndonesia Sebagai Warga Sastra Dunia, Jakarta: YayasanSayu,
1981, Cet. Ke-3
Kamil, Sukron, "Al-Man/alutiwa Adabuhu", dalam Mimbar Aganaa dan Budaya, No.
37, Vol. XV /1998 -1999, Jakmia: UIN Syahid, 1998
78
Larson, Mildred 1., Penerjemahan Berdasar Makna; Pedoman untuk Pemadanan
Antal' Bahasa, Jakarta: Arean, 1991, Cet. ke-2
Lubis, A. Hamid Hasan, Glosarium Bahasa dan Sastra, Bandung: Angkasa, 1994
Lubis, Moehtar, Sastra dan Tehniknya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1977
Mahali, Roehayah, Pedoman Bagi Peneljemah, Jakarta: Grasindo, 2002, Cet. Ke-2
Nurgiyantoro, Bill'han, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah mada Univesity
Press. Th. 2003
Rahmanto, B. , Cerita Rekaan dan Drama, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999
Rani, Supratman Abdul dan Endang Sugriati, 115 Ikhtisar Roman Sastra Indonesia,
Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999, Cet. Ke-1
Ridwan, Muhammad Maiunud "AI-manfaluti dan Karya-karyanya", dalam
Magdalena di hawah naungan Pohon Tilla, Yogyakarta: U.P. Indo, 1985, Cet.
Ke-3
Saad, M. Saleh, Cerita Rekaan, Jakarta: Panitia Pelaksana PenataTan Sastra Pusat·
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1978
-Salam, Muhanlmad Zaglul, Dirasat ji al-Ql:~sah al-Haditsah, t. t. :Jamiah al-
Iskandariyyah, t.t.
Salim, Peter, The Contempormy English - Indo Dictionary, Jakarta: Modem
English, 1986
Sayuti, Suminto A. , Berkenalan Dengann Prosa Fiksi, Yogyakarta: Gama Media,
2000
Semi, M. Atar, Anatomi Sastra, Padang: Angkasa Raya, tth
79
Simatupang, MaUl'its, Enam makalah tentang Penerjemahan, Jakarta; UKI Press,
1993
Sudiati, Vero, dan Aloys Widyamm'taya, Panggilan Menjadi Penerjemah,
Yogyakm·ta: ustaka Widyatm11a, 2005
Sudjiman, Panuti, Bunga Rampai Stilistika, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1991
Suryawinata, Zuchridin, "PeneWian Terhadap Terjemahan'~ dalam Aminuddin,
Metode Penelitian Kualitatif; Malang: I-IISKI dan YA3, 1993, Cel. Ke-I
Sumardjo, Jakob, Seluk-beluk dan Petunjuk Menulis Cerita Pendek, Bandung:
Pustaka Latifah, 2004
Sumardjo, Jakob, dan Saini K. M. , Apresiasi Kesusastraan, Jakarta: Granledia, 1997
Suryawinata, Zuchridin, dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasa teori dan
Penuntun Praktis Meneljemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 2003, h. 155
Sutiasumarga, Males, Kesustraan Arab: Asal Mula dan Perkembi:mgannya, Jakarta:
Zikrul Hakim, 2001, Cel. Ke-2
Tarigan, Henry Guntur, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, Bandung: Angkasa, 1993
Yusuf, Suhendra, Teori Terjemahan Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan
Sosiolinguistik, Bandung: Mandar maju, 1994), Cel. Ke-4
Zainuddin, Drs., Materi Pokok Bahasa dan Sastru Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta,
1992