5
Pengaruh Takaran dan Jenis Kompos........... (Heniyati Hawalid) 254 PENGARUH TAKARAN DAN JENIS KOMPOS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq ) PADA PEMBIBITAN UTAMA DALAM POLYBAG Heniyati Hawalid (Fakultas Pertanian Program Studi Agronomi Universitas Muhammadiyah Palembang) . ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari Pengaruh Takaran dan Jenis Kompos Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada Pembibitan Utama Dalam Polybag Penelitian ini dilaksanakan dikebun peneliti, jalan Palembang- Jambi Km.32 Desa Pulau Harapan Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin. Yang dimulai pada bulan Januari 2008 sampai dengan Mei 2008. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 12 kombinasi perlakuan dan 3 kelompok sebagai ulangan dengan 3 tanaman contoh. Faktor-faktor yang diteliti meliputi takaran kompos T 1 = 10 ton/ha (50 g/polybag), T 2 = 20 ton/ha (100 g/polybag), T 3 = 30 ton/ ha (150 g/polybag) dan jenis kompos pupuk kandang B o = Pupuk kandang kotoran ayam (kontrol), B 1 = Kompos kotoran sapi B 2 = Kompos kotoran ayam, B 3 = Kompos kotoran kambing. PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam usaha perluasan areal, maka pembibitan amat penting bagi ketersediaan bibit yang berkualitas, karena akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit (Dirjen Perkebunan, 2000 ). Faktor yang menjadi perhatian supaya tanaman dapat tumbuh dengan baik pada pembibitan kelapa sawit yaitu kondisi media tanamnya. Media tanam merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, yaitu penyedia unsur hara, air, dan udara bagi kehidupan tanaman (Soepardi, 1983). Pembibitan kelapa sawit dapat ditingkatkan dengan salah satu usaha yaitu menggunakan kompos pada media tanam yang digunakan. Kompos merupakan hasil dari pelapukan dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, dan kotoran hewan (Murbandono, 2000). Kompos ini dibuat dari bahan organik utama berupa pupuk kandang kotoran hewan yang terdiri dari pupuk kandang kotoran sapi, pupuk kandang kotoran ayam dan pupuk kandang kotoran kambing dan ditambah bahan-bahan seperti dedak,sekam, gula pasir, Effective Microorganisme 4 (EM4) dan air. Bahan seperti dedak dan sekam akan menambah kandungan unsur hara yang terdapat dalam kompos selain itu sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme, sedangkan gula pasir berperan untuk merangsang mikroorganisme dalam proses pengomposan. Adapun unsur hara yang terkandung dalam kompos ini yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro Menurut Harjono (2000), bahwa takaran pupuk organik dari masing-masing jenis pupuk sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan unsur hara tanaman yang akan di budidayakan Selanjutnya Marsono dan Sigit (2000), menyatakan pemakaian kompos sama dengan pemakaian pupuk kandang yaitu 20 ton/ha.

114598446-Makalah-Sawit-2010

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 114598446-Makalah-Sawit-2010

Pengaruh Takaran dan Jenis Kompos........... (Heniyati Hawalid)

254

PENGARUH TAKARAN DAN JENIS KOMPOS PUPUK KANDANG TERHADAP

PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq )

PADA PEMBIBITAN UTAMA

DALAM POLYBAG

Heniyati Hawalid

(Fakultas Pertanian Program Studi Agronomi Universitas Muhammadiyah Palembang)

.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari Pengaruh Takaran dan Jenis

Kompos Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada

Pembibitan Utama Dalam Polybag Penelitian ini dilaksanakan dikebun peneliti, jalan Palembang-

Jambi Km.32 Desa Pulau Harapan Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin. Yang dimulai

pada bulan Januari 2008 sampai dengan Mei 2008.

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 12

kombinasi perlakuan dan 3 kelompok sebagai ulangan dengan 3 tanaman contoh. Faktor-faktor

yang diteliti meliputi takaran kompos T1 = 10 ton/ha (50 g/polybag), T2 = 20 ton/ha (100

g/polybag), T3 = 30 ton/ ha (150 g/polybag) dan jenis kompos pupuk kandang Bo = Pupuk kandang

kotoran ayam (kontrol), B1 = Kompos kotoran sapi B2 = Kompos kotoran ayam, B3 = Kompos

kotoran kambing.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dalam usaha perluasan areal, maka

pembibitan amat penting bagi ketersediaan

bibit yang berkualitas, karena akan

mempengaruhi pertumbuhan dan produksi

tanaman kelapa sawit (Dirjen Perkebunan,

2000 ). Faktor yang menjadi perhatian supaya

tanaman dapat tumbuh dengan baik pada

pembibitan kelapa sawit yaitu kondisi media

tanamnya. Media tanam merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman, yaitu penyedia unsur

hara, air, dan udara bagi kehidupan tanaman

(Soepardi, 1983).

Pembibitan kelapa sawit dapat

ditingkatkan dengan salah satu usaha yaitu

menggunakan kompos pada media tanam

yang digunakan. Kompos merupakan hasil

dari pelapukan dedaunan, jerami, alang-alang,

rumput, dan kotoran hewan (Murbandono,

2000).

Kompos ini dibuat dari bahan organik

utama berupa pupuk kandang kotoran hewan

yang terdiri dari pupuk kandang kotoran sapi,

pupuk kandang kotoran ayam dan pupuk

kandang kotoran kambing dan ditambah

bahan-bahan seperti dedak,sekam, gula pasir,

Effective Microorganisme 4 (EM4) dan air.

Bahan seperti dedak dan sekam akan

menambah kandungan unsur hara yang

terdapat dalam kompos selain itu sebagai

sumber makanan bagi mikroorganisme,

sedangkan gula pasir berperan untuk

merangsang mikroorganisme dalam proses

pengomposan. Adapun unsur hara yang

terkandung dalam kompos ini yaitu unsur

hara makro dan unsur hara mikro

Menurut Harjono (2000), bahwa

takaran pupuk organik dari masing-masing

jenis pupuk sebaiknya disesuaikan dengan

kebutuhan unsur hara tanaman yang akan di

budidayakan Selanjutnya Marsono dan Sigit

(2000), menyatakan pemakaian kompos sama

dengan pemakaian pupuk kandang yaitu 20

ton/ha.

Page 2: 114598446-Makalah-Sawit-2010

Jurnal Rafflesia Vo. 16, No.2, Juli 2010 255

Berdasarkan uraian di atas maka perlu

dilakukan penelitian tentang Pengaruh

Takaran dan Jenis Kompos Pupuk Kandang

Terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit

(Elaeis guineensis Jacq) pada Pembibitan

Utama dalam Polybag

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Pengaruh Takaran dan Jenis

Kompos Pupuk Kandang Terhadap

pertumbuhan tanaman kelapa sawit

(Elaeis guineensis Jacq) pada Pembibitan

Utama dalam Polybag

MATERI DAN METODE

PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada

bulan Januati 2008 sampai dengan Mei 2008

di kebun petani di Desa Pulau Harapan

Kecamatan Banyuasin III Kabupaten

Banyuasin.

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah bibit kelapa sawit

Tenera, tanah, pupuk kandang kotoran sapi,

pupuk kandang kandang ayam dan pupuk

kandang kotoran kambing, dedak, sekam,

gula pasir, EM4, polybag ukuran 5 kg, karung

goni, Sevin 85-S, Dithane M-45. Adapun alat-

alat yang digunakan pada penelitian ini adalah

cangkul, parang, meteran, ember plastik,

timbangan, martil, atap rumbia, kayu.

Penelitian ini menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) disusun

secara faktorial dengan 12 kombinasi

perlakuan dan tiga ulangan. Adapun

perlakuan yang diberikan sebagai berikut T1 =

10 ton/ha (50 gram/polybag), T2 = 20 ton/ha

(100 gram/polybag) , T3 = 30 ton/ha (150

gram/polybag) dan B0 = Pupuk kandang

kotoran ayam (kontrol), B1 = kompos kotoran

sapi, B2 = kompos kotoran ayam, B3 =

kompos kotoran kambing

Tahap awal penelitian ini adalah

pembuatan kompos, untuk menghasilkan 10

kg kompos maka bahan yang diperlukan

adalah 80 % bahan organik utama (pupuk

kandang), dedak 10 %, sekam 10 %, 5 g gula

pasir 10 ml EM-4 dan air secukupnya.

Untuk membuat kompos dapat dilakukan

dengan mencampur pupuk kandang dengan

dedak dan sekam, campuran tersebut diaduk

dengan rata. Larutan EM-4 dan gula pasir

yang telah dilarutkan dalam air, disiramkan

secara merata pada campuran pupuk kandang

kotoran sapi, dedak dan sekam diaduk

kembali hingga merata sampai kandungan air

mencapai 30 % - 40 % yang ditandai dengan

tidak menetesnya air dari campuran kompos

bila digenggam, proses pembuatan ini lebih

kurang memakan waktu 10 hari.

Selanjutnya lahan tempat pembibitan

terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran dan

gulma yang ada, kemudian dibuat petakan 8

m x 5 m sebagai tempat meletakkan polybag.

Tanah akan dijadikan media tanam

dibersihkan dari kotoran, kemudian tanah

tersebut diisikan ke polybag selanjutnya

ditambah kompos pupuk kandang takaran

ssesuai perlakuan.

Sebelum bibit ditanam, tanah polybag

harus disiram terlebih dahulu yang berfungsi

untuk mempermudah proses penanaman,

kemudian membuat lubang ditengah kantong

polybag dengan menggunakan pipa silinder

yang ukurannya telah disesuaikan dengan

besarnya polybag bibit tanam sawit yang

berumur 3 bulan (Pre-nursery). Kantong

polybag Pre-nursery dibuka dan dimasukkan

ke dalam lubang pada polybag yang telah

tersedia. Penekanan disekeliling bibit

diperlukan guna mengkokohkan berdirinya

bibit dalam polybag.

Pemeliharaan meliputi penyiraman

yang dilakukan 2 kali sehari, pemberantasan

gulma didalam polybag dengan cara

mencabutnya, serta pengendalian hama

dilakukan dengan cara penyemprotan Sevin

85-S dan apabila adanya penyakit yang

menyerang pada bibit maka dilakukan dengan

menggunakan Dithane M-45.

Page 3: 114598446-Makalah-Sawit-2010

Pengaruh Takaran dan Jenis Kompos........... (Heniyati Hawalid)

256

Adapun parameter penelitian yang

diamati adalah 1). Pertambahan tinggi

tanaman (cm), 2). Pertambahan jumlah daun

(helai), 3). Panjang akar primer (cm), 4).

Berat brangkasan basah (g) dan 5). Persentase

bibit hidup (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil peneltian menunjukkan bahwa

perlakuan beberapa takaran dan berbagai

macam kompos pupuk kandang serta

interaksinya berpengaruh nyata sampai sangat

nyata terhadap semua peubah yang diamati,

kecuali terhadap pertambahan jumlah daun

dan persentase bibit hidup yang berpengaruh

tidak nyata. Hasil analisis keragaman respon

pemberian beberapa takaran dan berbagai

macam kompos pupuk kandang serta

interaksinya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh perlakuan takaran dan jenis kompos pupuk kandang terhadap semua peubah yang

diamati

Keterangan :

** = Berpengaruh sangat nyata, * = Berpengaruh nyata, tn = tidak nyata, T = Takaran kompos, B = Jenis

kompos, I = Interaksi,

KK =Koefisien Keragaman

Dari hasil analisis tanah awal sebelum

diadakan penelitian, menunjukkan bahwa

tingkat kesuburan tanahnya rendah. Hal ini

terlihat dari kandungan hara tanah yang

digunakan : pH 4,80 (masam), N-Total 0,14

(sangat rendah), P-Bray 145,25 (sangat

tinggi), K-dd 0,18 (rendah), dengan tekstur

tanah lempung berpasir. Perlakuan pemberian

takaran 20 ton/ha (100 gram/polybag)

memberikan pengaruh terbaik dibandingkan

dengan takaran 10 ton/ha (50 gram/polybag)

dan takaran 30 ton/ha (150 gram/polybag).

Hal ini tercermin pada peubah yang diamati

meliputi pertambahan tinggi tanaman

tertinggi yaitu rata-rata 13,60 cm, panjang

akar primer terpanjang yaitu rata-rata 44,48

cm, dan berat berangkasan basah terberat

yaitu rata-rata 17,81 gram. Diduga pemberian

takaran 20 ton/ha merupakan takaran yang

optimum bagi pertumbuhan bibit tanaman

kelapa sawit dan dapat mencukupi kebutuhan

unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman

sehingga dapat memacu proses pertumbuhan

vegetatif bibit tanaman kelapa sawit. Hal ini

sejalan dengan pendapat Setyamidjaja (1986),

bahwa untuk medapatkan pemupukan yang

optimal takaran harus diberikan dalam jumlah

yang mencukupi kebutuhan tanaman, agar

tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Peubah yang diamati Perlakuan

KK % T B I

Pertambahan Tinggi

Tanaman (cm)

Pertambahan Jumlah

Daun (helai)

Panjang Akar Primer (cm)

Berat Berangkasan

Basah (g)

Persentase bibit hidup (%)

**

tn

*

**

tn

**

tn

**

**

tn

*

tn

*

*

tn

10,92

6,18

13,63

11,1

4,19

Page 4: 114598446-Makalah-Sawit-2010

Jurnal Rafflesia Vo. 16, No.2, Juli 2010 257

Perlakuan pemberian takaran 10 ton/ha

dan 30 ton/ha memberikan hasil yang lebih

rendah dibandingkan dengan takaran 20

ton/ha hal ini diduga dengan pemberian

takaran 10 ton/ha tidak mencukupi kebutuhan

unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman

sehingga pertumbuhan menjadi terhambat.

Dan pada perlakuan 30 ton/ha terlalu tinggi

menyebabkan bertambahnya unsur yang

tersedia bagi tanaman. Akibatnya dapat

menggangu keseimbangan unsur hara yang

tersedai dalam tanah sehingga proses

metabolisme tanaman terganggu sehingga

pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.

Sejalan dengan pendapat Jumin (2002),

menyatakan bahwa kelebihan pupuk organik

akan menyebabkan tanah terlalu gembur

sehingga tanaman akan mudah rebah selain

itu pupuk tersebut kurang tersedia bagi

tanaman karena dimakan oleh

mikroorganisme tanah untuk kebutuhan

hidupnya.

Perlakuan kompos kotoran ayam

memberikan hasil terbaik terhadap

pertumbuhan bibit kelapa sawit. Hal ini

disebabkan karena pengaruh dari unsur hara

yang dihasilkan dari kompos kotoran ayam

lebih tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan

unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Dari hasil analisis kompos menunjukkan

bahwa kandungan unsur hara kompos kotoran

ayam lebih tinggi dibandingkan dengan

kompos lainnya yaitu N 3,21%, P 364,27 ppm

K 8,20 me/100g. Hal ini tercermin dari

peubah yang diamati seperti pertambahan

tinggi tanaman tertinggi yaitu rata-rata 14,35

cm, panjang akar primer terpanjang yaitu rata-

rata 46,31 cm, berat berangkasan basah

terberat yaitu rata-rata 17,79 gram.

Dari hasil analisis menunjukan

kandungan unsur hara terutama N pada

kompos kotoran ayam lebih tinggi

dibandingkan kompos kotoran sapi dan

kompos kotoran kambing serta pupuk

kandang kotoran ayam, sebagaimana

diketahui bahwa unsur hara N banyak

dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif

tanaman. Perlakuan pemberian pupuk

kandang kotoran ayam menunjukkan

pertumbuhan yang lebih rendah terhadap

pertumbuhan bibit kelapa sawit. Hal ini

disebabkan karena jumlah kandungan unsur

hara yang terdapat pada pupuk kandang

kotoran ayam lebih rendah dibandingkan

dengan pengomposan pupuk kandang.

Adapun komposisi kandungan unsur haranya

adalah 1,00 % N, 0,80 % P, 0,40 % K,

dengan sedikitnya unsur hara yang diserap

oleh tanaman maka proses pertumbuhan

tanaman menjadi terhambat.

Perlakuan pemberian kompos kotoran

sapi dan kompos kotoran kambing

memberikan hasil yang rendah terhadap

pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit. Hal

ini disebabkan karena jumlah unsur hara yang

terkandung masing-masing kompos berbeda-

beda sesuai dengan bahan baku

pembuatannya. kandungan unsur hara pada

kompos kotoran sapi yaitu N 2,02% P 251,52

ppm K 6,26 me/100 g dan kompos kotoran

kambing yaitu N 2,38% P 273,41 ppm K

7,12me/100 g. Menurut Murbandono (2003),

menyatakan sifat asal bahan baku kompos

akan berpengaruh terhadap proses penguraian

kompos. Semakin banyak kandungan

senyawa N, maka kompos akan lebih cepat

terurai. Hal ini disebabkan karena jasad-jasad

renik pengurai memerlukan senyawa N untuk

perkembangannya. Sedangkan kompos

kotoran sapi dan kompos kotoran kambing

mempunyai kandungan unsur hara terutama

nitrogen yang rendah, dengan N yang rendah

dapat menyebabkan terhambatnya

pertumbuhan tanaman.

Kombinasi perlakuan dari hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa takaran 20

ton/ha (100 g/polybag) dan kompos kotoran

ayam memberikan hasil terbaik terhadap

pertumbuhan bibit kelapa sawit. Kondisi ini

tercermin pada peubah yang diamati yaitu

pertambahan tinggi tanaman tertinggi yaitu

rata-rata 17,55 cm, panjang akar primer

terpanjang yaitu rata-rata 58, 07 cm, berat

berangkasan basah terberat yaitu rata-rata

19,43 gram. Pengaruh kombinasi antara

perlakuan takaran 20 ton/ha dengan

pemberian kompos kotoran ayam telah

mencukupi untuk kebutuhan pertumbuhan

vegetatif bibit kelapa sawit.

Hal ini diduga kombinasi tersebut

telah mencukupi kebutuhan unsur hara

tanaman dalam kondisi yang seimbang.

Sejalan dengan pendapat Lingga (1992),

dengan adanya unsur hara yang seimbang,

Page 5: 114598446-Makalah-Sawit-2010

Pengaruh Takaran dan Jenis Kompos........... (Heniyati Hawalid)

258

maka unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanaman tersedia dan dapat dimanfaatkan

oleh tanaman untuk pertumbuhannya.

Perlakuan takaran dan berbagai macam

kompos pupuk kandang berpengaruh tidak

nyata terhadap jumlah daun dan persentase

bibit hidup. Hal ini menunjukkan bahwa

pertambahan jumlah daun dan persentase bibit

hidup hampir seragam pertumbuhannya setiap

perlakuan. Ini diduga pada saat penanaman

bibit yang ditanam seragam, selain hal

tersebut ada faktor lain yang mempengaruhi

pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit

seperti faktor lingkungan dan faktor genetis

tanaman. Lakitan (1996), menyatakan bahwa

pertumbuhan dan perkembangan tanaman

selain dipengaruhi oleh lingkungan juga

dipengaruhi oleh faktor genetis tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN

Perlakuan takaran 20 ton/ha (100

gram/polybag) memberikan pengaruh terbaik

terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit.

Perlakuan kompos kotoran ayam memberikan

pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit

kelapa sawit. Interaksi antara perlakuan

takaran 20 ton/ha (100 gram/polybag) dan

kompos kotoran ayam memberikan pengaruh

terbaik terhadap pertumbuhan bibit kelapa

sawit.

Untuk memperoleh pertumbuhan bibit

kelapa sawit yang baik dapat digunakan

takaran 20 ton/ha (100 gram/polybag) dan

kompos kotoran ayam. Selain kompos

kotoran ayam dapat juga menggunakan

kompos kotoran sapi karena dilihat dari

penelitian ini kompos kotoran sapi

berpengaruh baik terhadap pertumbuhan bibit

kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2000.

Statistika Perkebunan Indonesia.

Jakarta.

Harjono. 2000. Sistem Pertanian Organik.

Aneka. Solo.

Jumin, H. B. 2002. Agrogeokologi. Suatu

Pendekatan Fisiologi. Raja grafindo

persada. Jakarta.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan

Perkembangan Tanaman. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Lingga, P. 1992. Petunjuk Penggunaan

Pupuk. Rajawali Press. Jakarta.

Marsono dan Sigit. 2001. Petunjuk

Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Murbandono. 2000. Membuat Kompos. PT.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Setyamidjaja. 1986. Pupuk dan Pemupukan.

Simplex Jakarta 129 hal

Soepardi. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan

Tanah. Fakultas Pertanian Institut

Pertanian Bogor. Bogor.