of 48 /48
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan tentang Kelapa Sawit 1.1.1 Klasifikasi Tanaman kelapa sawit (Palm Oil) yang ditunjukkan oleh Gambar 1. dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut Sastrosayono (2003) : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocothyledonae Ordo : Palmaes Famili : Palmaceae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis jack Gambar 1. Pohon Kelapa Sawit (Anonim,2009) 1.1.2 Varietas Kelapa sawit Page 1

Makalah Kelapa Sawit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

.

Text of Makalah Kelapa Sawit

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan tentang Kelapa Sawit

1.1.1 Klasifikasi

Tanaman kelapa sawit (Palm Oil) yang ditunjukkan oleh Gambar 1. dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut Sastrosayono (2003) :

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas

: Monocothyledonae

Ordo

: Palmaes

Famili

: Palmaceae

Genus

: Elaeis

Spesies: Elaeis guineensis jack

Gambar 1. Pohon Kelapa Sawit (Anonim,2009)

1.1.2 Varietas

Menurut Sastrosayono (2003), varietas tanaman kelapa sawit dapat digolongkan berdasarkan:

a. Tebal tipisnya cangkang (endocarp), dikenal ada 3 varietas, yaitu : Dura, Pisifera, dan Tenera.

b. Warna buah, dikenal ada 3 tipe, yaitu: Nigrescens, Virescens, dan Albecens.

Bedasarkan tebal tipisnya cangkang dikenal tipe-tipe:

1. Varietas Dura

Varietas ini memiliki ciri-ciri: daging buah (mesocarp) tipis, cangkang (endocarp) setebal 2 8 mm. Intinya besar dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase daging buah 35 60% dengan rendemen minyak 17 18%. Tipe Delidura yang juga terdapat di Malaysia, buahnya lebih besar, daging buahnya lebih tebal dan intinya juga lebih besar.

2. Varietas Pisifera

Varietas ini memiliki ciri-ciri: daging buahnya tebal, tidak mempunyai cangkang, tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti. Intinya kecil sekali bila dibandingkan dengan varietas Dura maupun Tenera. Perbandingan daging buah terhadap buahnya tinggi, dan kandungan minyaknya tinggi. Bunga varietas Pisifera biasanya steril, varietas ini hanya dipakai sebagai pohon bapak dalam persilangn dengan varietas Dura.

3. Varietas Tenera

Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas Dura dan Pisifera. Sifat varietas Tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Varietas ini mempunyai tebal cangkang sekitar 0,5 4 mm, mempunyai cincin serabut walaupun tidak sebanyak pada Pisifera, sedangkan intinya kecil. Perbandingan daging buah terhadap buah 60 96%, rendemen minyaknya 22 24%. Jumlah daun yang terbentuk tiap tahun pada varietas ini lebih banyak daripada varietas Dura, tetapi ukurannya lebih kecil.

Untuk lebih jelasnya digambarkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2 tipe-tipe kelapa sawit berdasarkan

tebal tipisnya cangkang (Wikipedi, 2014).Sedangkan pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1.Pembagian Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah (Ketaren, 1989)

VarietasWarna Kulit Buah (setelah masak)

Nigrescens

Virescens

AlbecensMerah kehitaman

Merah

Hitam

Dewasa ini dikenal beberapa varietas unggul yang telah ditanam di perkebunan kelapa sawit. Tipe atau varietas unggul ini merupakan hasil persilangan buatan atau hibridisasi atara varietas Delidura dengan varietas Pisifera. Hasil persilangan tersebut memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Varietas unggul hasil persilangan antara lain: Dura Deli Marihat, Dura Deli D. Sinumbah, Pabatu, Bah Jambi, Tinjowan, D. Ilir, Dura Dumpy Pabatu, Dura Deli G. Bayu dan G Malayu (berasal dari Kebun Seleksi G. Bayu dan G. Melayu), Pisifera D. Sinumbah dan Bah Jambi (berasal dari Yangambi), Pisifera Marihat (berasal dari Kamerun), Pisifera SP 540T (berasal dari Kongo dan ditanam di Sei Pancur) (Anonim, 2009).

Gambar 3. Beberapa Jenis Varietas Bibit Kelapa Sawit (Anonim, 2009)

1.1.3 Ciri Ciri Fisiologi Kelapa Sawit

a. Akar

Menurut Sastrosayono (2003), sistem perakaran kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut:

Akar primer, yaitu akar yang tumbuh vertikal (radicle) maupun mendatar (adventitious roots), berdiameter 5 10 mm.

Akar sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar primer, arah tumbuhnya mendatar maupun ke bawah yang berdiameter 1 4 mm.

Akar tersier, yaitu akar yang tumbuh dari akar sekunder, arah tumbuhnya mendatar, panjangnya mencapai 0,5 1,5 mm.

Akar kuarter, yaitu akar-akar cabang dari akar tersier yang berdiameter 0,2 0,5 mm dan panjangnya rata-rata 3 cm.

b. Batang

Batang kelapa sawit tumbuh lurus ke atas dengan diameter normal adalah 40 60 cm. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh. Pertumbuhan meninggi dimulai setelah tanaman berumur 4 tahun dengan kecepatan tumbuh (pertambahan tinggi) sekitar 25 40 cm per tahun. Pada umumnya setiap tanaman mempunyai 8 spiral yang letaknya agak tegak dan mengarah ke kanan atau ke kiri dan ini merupakan sifat genetis. Secara ilmiah (pertumbuhan liar di hutan), tinggi batang dapat mencapai 30 meter, tetapi secara komersial (dalam budidaya perkebunan) jarang sekali tinggi tanaman melebihi 15 18 meter. Hal ini berhubungan dengan kemudahan pelaksanaan panen buah dan pemangkasan daun (Sastrosayono, 2003).

c. Daun

Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Pada pangkal daun terdapat duri-duri dan bulu-bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat lebih dari 9 meter. Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang paling panjang, dapat melebihi 1,2 meter. Jumlah anak daun dalam satu pelepah daun adalah 100 160 pasang. Duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk spiral. Pohon kelapa sawit normal dan sehat yang dibudidayakan, pada satu batang terdapat 40 50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur 4 6 tahun mencapai 30 40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara 20 25 helai (Sastrosayono, 2003). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 4. Bagian-bagian tanaman kelapa sawit

d. Bunga

Bunga kelapa sawit berumah satu. Artinya, pada satu batang terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah pada tandan bunga yang berbeda. Tandan bunga terletak di ketiak daun, mulai tumbuh setelah tanaman berumur sekitar 1 tahun. Primordia (bakal) bunga terbentuk sekitar 33 34 bulan sebelum bunga matang (siap melaksanakan penyerbukan). Letak bunga jantan yang satu dengan yang lainnya sangat rapat dan membentuk cabang-cabang bunga yang panjangnya antara 10 20 cm. Pada tanaman dewasa, satu tandan mempunyai 200 cabang bunga. Setiap cabang mengandung 700 1200 bunga jantan. Bunga jantan ini terdiri dari 6 helai benangsari dan 6 perhiasan bunga. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan 25 50 gram tepungsari. Bunga betina terletak dalam tandan bunga, tiap tandan bunga mempunyai 100 200 cabang dan setiap cabang terdapat paling banyak 30 bunga betina. Dalam satu tandan terdapat 3000 6000 bunga betina. Bunga betina memiliki 3 putik dan 6 perhiasan bunga. Diantara bakal buah hanya satu yang subur, jarang terdapat dua atau lebih. Bunga jantan maupun bunga betina biasanya terbuka selama 2 hari (sekalipun dalam musim hujan bisa sampai 4 hari). Tepung sari dapat menyerbuki selama 2 3 hari, tetapi makin lama daya hidup (viabilitas)nya makin menurun (Sastrosayono, 2003). Gambar 5. Bunga Betinda dan Jantan Kelapa Sawit (Wikipedi, 2014)e. Buah

Menurut Sastrosayono (2003), buah kelapa sawit menjadi masak jika lima bulan setelah terjadinya penyerbukan. Tiap buah panjangnya 2 5 cm dan beratnya dapat melebihi 30 gram. Penampang buah kelapa sawit ditunjukkan oleh Gambar 2.4. Bagian bagian dari buah kelapa sawit yaitu:

1. Perikarp, terdiri dari:

a. Eksokarp, yaitu kulit luar yang keras dan licin.

b. Mesokarp, yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak (Crude Palm Oil) dengan rendemen paling tinggi jika buah sudah masak.2. Biji, mempunyai bagian:a. Endokarp, yaitu tempurung buah kelapa sawit. Ketika buah masih muda, endokarp memiliki tekstur lunak dan berwarna putih. Ketika buah sudah tua, endokarp berubah menjadi keras dan berwarna hitam. Ketebalan endokarp tergantung pada varietasnya.b. Kernel, yaitu inti buah kelapa sawit yang mengandung minyak (PKO) sebesar 3 % dari berat tandan, berwarna jernih dan bermutu sangat tinggi.c. Lembaga atau embrio.

Gambar 6. Buah Kelapa Sawit (Anonim, 2009)

Keterangan:

a. Eksokarp

b. Mesokarp

c. Endokarp

d. Inti

Gambar 7. Penampang Buah Kelapa Sawit

Gambar 8. Penampang Buah Kelapa Sawit

1.1.4 Komposisi Buah Kelapa Sawit

Komposisi rata-rata buah kelapa sawit yang matang dan segar dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2. Nilai Konversi Kelapa Sawit (Ketaren, 1989)

Bagian Buah Jumlah (%)Dihitung dari 100 %

Daging buah (perikarp)58 62 Buah sawit

Biji 37 43 Buah sawit

Daging buah: air

minyak

ampas36 40

46 50

13 15 Daging buah

Daging buah

Daging buah

Minyak sawit 77 82 Daging buah (berat kering)

Minyak sawit28.5 29.5Berat buah matang segar

Biji: tempurung

inti (kernel)78 82

17 23 Berat biji

Berat biji

Inti (dikeringkan dengan udara)6 6.5Berat buah matang segar

Minyak sawit29Berat buah matang segar

Air27Berat buah matang segar

Ampas (serat)8Berat buah matang segar

Tempurung30Berat buah matang segar

Inti6Berat buah matang segar

Gambar 9. Buah kelapa sawit mentah dan matang.

1.1.5 Kegunaan Buah Kelapa Sawit

Kelapa sawit sangat bermanfaat, mulai dari industri makanan sampai industri kimia. Data selengkapnya mengenai produk dan penggunaan minyak sawit dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 3. Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia (Anonim, 2009)

PemanfaatanKeterangan

Industri makananMentega, shortening, coklat, additive, es cream, pakan ternak, minyak goreng.

Produk obat obatan dan kosmetikKrim, shampoo, lotion, pomade, vitamin dan beta carotene.

Industri berat dan ringanIndustri kulit (untuk membuat kulit halus dan lentur dan tahan terhadap tekanan tinggi atau temperatur tinggi), cold rolling and fluxing agent pada industri perak, dan juga sebagai bahan pemisah dari material cobalt dan tembaga di industri logam.

Industri kimiaBahan kimia yang digunakan untuk detergen, sabun, dan minyak. Sisa - sisa dari industri minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler, bahan semir furniture, bahan anggur.

Selain minyaknya, ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber pupuk kalium dan berpotensi untuk diproses menjadi pupuk organik melalui fermentasi (pengomposan) aerob dengan penambahan mikroba alami yang akan memperkaya pupuk yang dihasilkan. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) mencapai 23 % dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit. tersebut digunakan sebagai alternatif pupuk organik sehingga memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi. Bagi perkebunan kelapa sawit, dapat menghemat penggunaan pupuk sintetis sampai dengan 50 %.

1.1.6 Sistem Panen

a. Umur Panen

Kelapa sawit berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah sudah membrondol (jatuh di piringan) secara alamiah dan bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg. Panen dilakukan 5 hari dalam seminggu, 2 hari untuk pemeliharaan alat (Anonim, 2009).

b. Cara Panen

Buah dari pohon yang masih rendah diambil dengan dodos sedangkan untuk pohon yang tinggi diambil dengan agrek (arit bergagang bambu panjang) (Anonim, 2009). Cara panen adalah:

1. Tandan matang harus dipanen semuanya dengan kriteria 25-75% buah luar memberondol atau kurang matang dengan 12,5-25% buah luar memberondol

2. Potong pelepah daun yang menyangga buah

3. Tandan buah dipotong dengan dodos/agrek di dekat pangkalnya

4. Beri tanda di tempat bekas potongan yang berisi nama pemanen dan tanggal panen

5. Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur di gawangan (ruang kosong di antara barisan tanaman) dengan cara ditelungkupkan.

1.2 Tinjauan Minyak Kelapa Sawit ( CPO atau Crude Palm Oil)

Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit. Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau Crude Palm Oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif (minyak disel) (Syamsulbahri, 1996).

1.2.1 Komposisi Kimia

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis. Kadar minyak dalam perikarp sekitar 34 40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Rata-rata komposisi minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.4 (Ketaren, 1989).

Tabel 4. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit (Ketaren, 1989)

Asam LemakMinyak Kelapa Sawit (%)Minyak Inti Sawit (%)

Asam kaprilat

Asam kaproat

Asam laurat

Asam miristat

Asam palmitat

Asam stearat

Asam oleat

Asam linoleat-

-

-

1,1 2,5

40 46

3,6 4,7

39 45

7 113 4

3 7

46 52

14 17

6,5 9

1 2,5

13 19

0,5 2

1.2.3 Sifat Fisiko-Kimia

Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan, slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan, titik asap, titik nyala dan titik api (Ketaren, 1989). Beberapa sifat fisiko-kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 5. Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit (Ketaren, 1989)

Sifat Minyak SawitMinyak Inti Sawit

Bobot jenis pada suhu kamar

Indeks bias D 40 (C

Bilangan Iod

Bilangan penyabunan0,900

1,4565 1,4585

48 56

196 2050,900 0,913

1,495 1,415

14 20

244 254

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak (Ketaren, 1989).

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone (Ketaren, 1989).

Titik cair minyak sawit berada dalam kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda (Ketaren, 1989).

1.2.3.Proses Pengolahan

Pada dasarnya, ada dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Menurut Sastrosayono (2003), tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak diuraikan sebagai berikut:

1. Pengangkutan TBS ke Pabrik

Buah kelapa sawit dari kebun harus secepatnya diangkut dengan alat angkutan yang tepat yang dapat mengangkut buah sebanyak-banyaknya, seperti lori, traktor gandeng atau truk. Sesampainya di pabrik, buah harus segera ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori perebusan yang biasanya berkapasitas 2,5 ton setiap lori. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas (free fatty acid) tinggi. Untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas, pengolahan harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah pemanenan.

2. Sterilisasi

Buah serta lorinya direbus dalam tempat rebusan dengan mengalirkan / menekankan uap panas selama 60 menit ke dalam tempat rebusan. Suhu uap yang digunakan adalah 125 (C dan tekanan dalam ruang sterilisasi 2,5 atm. Maksud dari perebusan adalah:

Agar buah mudah dilepas dari tandannya.

Untuk membunuh enzim penstimulir pembentukan asam lemak bebas.

Agar daging buah menjadi lunak.

Untuk memudahkan terlepasnya inti dari cangkangnya.

Untuk menambah kelembaban dalam daging buah sehingga minyak lebih mudah dikeluarkan (dipisahkan).

Untuk mengkoagulasikan protein sehingga proses pemurnian minyak lebih mudah.

3. Perontokan dan Pelumatan Buah

Tandan buah yang telah direbus dimasukkan ke dalam mesin perontok buah (thresher), kemudian buah yang rontok dibawa ke dalam mesin pelumat (digester). Sambil dilumat, buah dipanasi (diuapi) lagi supaya daging buah hancur dan lepas dari bijinya. Keadaan demikian memudahkan proses pengeluaran (ekstraksi) minyak. Tandan kosong (telah lepas buah-buahnya) kemudian diangkut ke tempat pembakaran dan digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap yang digunakan dalam proses sterilisasi. Sisa pembakaran berupa abu yang mengandung 30% K2O, yang digunakan untuk pemupukan Kalium di kebun. Sebagian tandan kosong digunakan sebagai bahan mulsa(fiber).

4. Pemerasan atau Ekstraksi Minyak Sawit

Ada bermacam cara untuk mengeluarkan minyak (extraction of oil), tetapi yang umum dipakai adalah pengepresan dengan menggunakan alat atau mesin pengepres tipe hydraulic, centrifugal atau tipe continuous screw press. Daging buah yang sudah dilumatkan di mesin pelumat dimasukkan ke dalam alat pengepres, kemudian dipres sehingga minyak dapat dikeluarkan dan dipisahkan dari ampasnya. Minyak yang keluar ditampung untuk selanjutnya dimurnikan, sedangkan ampasnya keluar secara terpisah dan dapat digunakan sebagai bahan bakar.

5. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit

Minyak yang keluar dari mesin pengepres mengandung 45% sampai 55% air, lumpur dan bahan-bahan lainnya. Minyak yang masih kasar ini dibawa ke tangki pemurnian atau tangki klarifikasi. Setelah mengalami pemurnian akan diperoleh 90% minyak, dan sisanya adalah lumpur. Setelah dilakukan penyaringan kemudian minyak ditampung dalam tangki dan dijernihkan lebih lanjut untuk memisahkan air yang masih terkandung di dalamnya. Selanjutnya minyak dilewatkan pada continuous vaccum drier sehingga diperoleh minyak berkadar air kurang dari 0,1%. Minyak ini ditampung dalam tangki-tangki penampungan.

6. Pemisahan Biji dari Sisa-Sisa Daging Buah

Sisa pengepresan yang berupa ampas dibawa ke alat pembuang sisa daging buah (depericarper). Pada proses pemisahan biji dari sabutnya digunakan proses pengeringan dan penghembusan. Dengan proses ini serat dan bahan-bahan lain yang kering dan ringan terhembus keluar melalui cyclone, kemudian ditampung untuk digunakan sebagai bahan bakar.

7. Pengeringan dan Pemecahan Biji

Biji dari alat pembuang daging buah (depericarper) diangkut ke silo dan dikeringkan. Biji-biji yang telah kering ini, intinya mengkerut dan mudah dilepaskan dari cangkang atau tempurungnya. Biji-biji yang telah dipisahkan berdasarkan diameternya, kemudian dipecah lagi agar inti dan cangkangnya dapat dipisahkan.

8. Pemisahan Inti Sawit dari Cangkang

Prinsip pemisahan biji dari cangkangnya adalah karena adanya perbedaan berat jenis antara inti dan cangkang. Caranya adalah dengan mengapungkan biji-biji yang telah dipecahkan dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Dalam keadaan ini inti kelapa sawit akan mengapung dalam larutan dan cangkang akan mengendap di dasar. Inti dan cangkang diambil secara terpisah kemudian dicuci sampai bersih. Alat yang digunakan untuk memisahkan inti dari cangkangnya disebut hydrocyclone separator. Inti buah dibawa ke silo dan dikeringkan pada suhu 80 (C. Selama pengeringan harus selalu dibolak-balik agar keringnya merata.

1.2.4.Proses Produksi Pengolahan Kelapa Sawit Secara Umum Diterapkan di Perusahaan Kelapa Sawit 1. LOADING RAMPSetelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage. Ramp cage mempunyai 24 pintu yang dibuka tutup dengan sistem hidrolik, terdiri dari 2 line sebelah kiri dan kanan.

Setelah terisi, conveyor di jalankan dan TBS di jatuhkan ke hopper. Kemudian di isikan ke dalam sebanyak 8 lori dalam 4 mesin sterilizer.2. STERILIZERSterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut dengan sterilizer. Adapun fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:

1. Mematikan enzyme.

2. Memudahkan lepasnya brondolan dari tandan.

3. Mengurangi kadar air dalam buah.

4. Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan pengepressan.

5. Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.

Proses perebusan dilakukan selama 62 menit. Untuk media pemanas dipakai steam dari BVP (Back Pressure Vessel) yang bertekanan 2,8-3 bar.

Perebusan dilakukan dengan sistem 3 peak ( tiga puncak tekanan). Puncak pertama tekanan sampai 1,5 Kg/cm2, puncak kedua tekanan sampai 2,0 Kg/cm2 dan puncak ketiga tekanan sampai 2,8 3,0 Kg/cm2.

Berikut proses perebusan sistem tiga peak :

1. Deaeration dilakukan 2 menit, dimana posisi condensate terbuka.

2. Memasukkan uap untuk peak pertama yang dicapai dalam waktu 10 menit. Biasanya tekanan mencapai 1,2 bar.

3. Uap dan kondensat dibuang sampai tekanan menjadi 0 bar dalam waktu 5 menit.

4. Uap dimasukkan selama 15 menit untuk mencapai tekanan 2 bar.

5. Uap kondensat dibuang lagi selama 3 menit.

6. Kemudian steam dimasukkan lagi untuk mencapai peak ke-3 dalam waktu 15 20 menit.

7. Setelah peak ketiga tercapai maka dilakukan penahanan selama 40 50 menit.

8. Uap kondensat dibuang selama 5 7 menit sampai tekanan 0

3. THRESSERSetelah perebusan TBS yang telah masak diangkut menggunakan conveyor ke thresser. TBS yang telah masak di tampung di dalam hopper thresser (auto feeder).

Pada stasiun ini tandan buah segar yang telah direbus siap untuk dipisahkan antara berondolan dan tandannya. Sebelum masuk kedalam thresser TBS yang telah direbus diatur pemasukannya dengan menggunakan auto feeder. Dengan menggunakan putaran TBS dibanting sehingga berondolan lepas dari tandannya dan jatuh ke conveyor dan elevator untuk didistribusikan ke rethresser untuk pembantingan kedua kalinya. Thresser mempunyai kecepatan putaran 22 25 rpm. Pada bagian dalam thresser, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan berondolan keluar dari thresser. Untuk tandan kosong sendiri didistribusikan dengan empty bunch conveyor untuk di press dalam bunch press. Tandan kosong yang sudah di ambil minyaknya di distribusikan ke lahan.4. STASIUN PRESSBerondolan yang keluar dari thresser jatuh ke conveyor, kemudian diangkut dengan fruit elevator ke top cross conveyor yang mendistribusikan berondolan ke distributing conveyor untuk dimasukkan dalam tiap-tiap digester. Digester adalah tangki silinder tegak yang dilengkapi pisau-pisau pengaduk dengan kecepatan putaran 25-26 rpm, sehingga brondolan dapat dicacah di dalam tangki ini. Bila tiap-tiap digester telah terisi penuh maka brondolan menuju ke conveyor recycling, diteruskan ke elevator untuk dikembalikan ke digester. Tujuan pelumatan adalah agar daging buah terlepas dari biji sehingga mudah di-press. Untuk memudahkan pelumatan buah, pada digester di-inject steam bersuhu sekitar 90 95 C.

Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press untuk diperas sehingga dihasilkan minyak (crude oil). Kapasitas mesin press adalah 12 ton per jam dengan kecepatan 12-15 rpm.

Tekanan mesin press harus diatur, karena bila tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan inti pecah dan screw press mudah aus. Sebaliknya, jika tekanan mesin press terlalu rendah maka oil losses di ampas tinggi.

Minyak hasil mesin press kemudian menuju ke sand trap tank untuk pengendapan. Hasil lain adalah ampas (terdiri dari biji dan fiber), yang akan dipisahkan dengan menggunakan cake breaker conveyor (CBC).

5. STASIUN PEMURNIANMinyak yang berasal dari stasiun press masih banyak mengandung kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain. Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi standar, maka perlu dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi, yang meliputi : Sand Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil Tank, Purifier, Vacum Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat Pit, dan Storage Tank.

a. Sand Trap TankMinyak hasil mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak mengandung kotoran-kotoran. Minyak tersebut masuk ke sand trap tank untuk mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai densitas tinggi. Sand trap tank adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder tegak.

b. Vibrating ScreenMinyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat dan sedikit kotoran dialirkan ke ayakan getar (vibrating screen). Proses penyaringan memakai vibrating screen bertujuan untuk memisahkan padatan, seperti : serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran lain yang masih terbawa dari sand trap tank. Vibrating yang digunakan adalah double deck vibrating screen, dimana screen pertama berukuran 30 mesh dan screen kedua 40 mesh. Padatan yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke digester melalui conveyor, sedangkan minyak dipompakan ke crude oil tank.c. Crude Oil Tank (COT)Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk ditampung sementara. Pada crude oil tank ini minyak dipanaskan dengan steam melalui sistem pipa pemanas, dan suhu dipertahankan 90-95C. Dari sini minyak dipompakan ke CST (Continuous Settling Tank).

d.Distributing tankMinyak dari COT di pompa ke distributing tank untuk proses pembagian CPO yang masuk ke CCT.e. Continous Clarifier Tank (CCT)Minyak dari COT dipompakan ke CST dimana sebelumnya dilewatkan ke buffer tank agar aliran minyak masuk ke CST tidak terlalu kencang. CST bertujuan untuk mengendapkan lumpur (sudge) berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Di CST suhu dipertahankan 86-90 oC. Minyak pada bagian atas CST dikutip dengan bantuan skimmer menuju oil tank, sedangkan sludge (yang masih mengandung minyak) pada bagian bawah dialirkan secara underflow ke sludge vibrating screen sebelum ke sludge oil tank. Sludge dan pasir yang mengendap didasar CST di-blowdown untuk dibawa ke sludge drain tank .

f. Wet Oil TankMinyak dari CCT menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu, sebelum dialirkan ke oil purifier. Dalam oil tank juga terjadi pemanasan (75-80C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.

g. PurifierDi dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran pembuangan untuk dibawa ke Fat Pit.

h. Vacuum DrierMinyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle 4 biji berdiameter 8mm sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan kemudian dipompakan ke storage tank.

i. Sludge TankUntuk overflow dari tangki ini di alirkan ke drain tank sedangkan under flownya dialirkan sludge tank trus di pompakan ke buffer tank melewati sand cyclone. Di dalam sand yclone terjadi poses pemisahan sludge artinya lumpur dan minyak di pisahkan. Di dalam buffer tank di umpankan k sludge santrifuse melalui brush strainer. Terjadi proses pemisahan sludge yang mungkin terikut seperi fiber2 halus. Dari sand cyclone atau brush strainer sludge dialirkan ke balance tank sebagai umpan untuk decanter atau sludge centrifuge.

j. Sludge centrifugeSludge centrifuge untuk mengolah sludge. Sludge Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak yang masih terkandung di dalam sludge, dengan cara pemisahan berdasarkan gaya sentrifugal. Didalam sludge centrifuge ini terdapat bowl yang berputar 1450 rpm, bowl ini berbentuk bintang yang diujungnya terdapat nozzle dengan diameter lubang tertentu dan nozzle ini dapat diganti sesuai keinginan.

Prinsip kerjanya adalah nozzle separator berputar dengan gaya centifugal dimana pemisahannya, fraksi berat ( lumpur, kotoran ) terlempar ke dinding bowl dan fraksi ringan (air dan minyak) akan ketengah. Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong keluar melalui sudu-sudu (paring disk), dan ditampung di reclaimed tank sebelum dipompakan oleh reclaimed oil pump untuk alirkan kembali ke CCT. Sedangkan sludge (mengandung air) yang mempuyai densitas lebih besar akan terdorong ke bagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle, kemudian sludge keluar melalui saluran pembuangan menuju fat pit.

k. Fat PitSebelum sludge di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu ditampung di fat pit sebelum di pompakan ke dalam cooling pond.l. Storage TankMinyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank (tangki timbun), pada suhu simpan 45-55C. Setiap hari dilakukan pengujian mutu. Minyak yang dihasilkan dari daging buah berupa minyak yang disebut Crude Palm Oil (CPO).

6. STASIUN KERNELPada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut, pemisahan inti dari cangkangnya dan juga pengeringan inti. Peralatan yang digunakan di stasiun ini , diantaranya : Cake Breaker Conveyor (CBC), Depericarper, Nut Silo, Ripple Mill, fibrating trough, Hydrocyclone , dan Kernel Silo.

a.Cake Breaker Conveyor (CBC)Ampas dari screw press yang terdiri dari fiber dan nut yang masih menggumpal masuk ke CBC. CBC merupakan suatu screw conveyor namun screwnya dipasang palt persegi sebagai pelempar fiber dan nut. CBC berfungsi untuk mengurai gumpalan fiber dengan nut dan membawanya ke depericarper.b.DepericarperDepericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut. Fiber dan nut dari CBC masuk ke separating column. Disini fraksi ringan yang berupa fiber dihisap dengan fibre cyclone dan di tampung dalam hopper sebagai bahan bakar pada boiler. Sedangkan fraksi berat berupa nut turun ke bawah masuk ke polishing drum.

c.Nut Polishing DrumNut polishing drum berupa drum berlubang-lubang yang berrputar. Akibat dari perputaran ini terjadi gesekan yang mengakibatkan serabut yang masih menempel pada nut terkikis dan terpisah dari nut. Nut jatuh, selanjutnya nut diangkut oleh nut conveyor dan destoner (second depericarper) untuk memisahkan batu dan benda benda yang lebih berat dari nut seperti besi. Nut yang terbawa ke atas jatuh kembali di dalam air lock dan di tampung oleh nut elevator untuk dibawa ke dalam nut silo.

d.Nut SiloFungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut, hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari cangkangnya.

e.Ripple MillBiji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti terpisah dari cangkang. Biji yang masuk melalui rotor akan mengalami gaya sentrifugal sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting dengan kuat yang menyebabkan cangkang pecah. Setelah dipecahkan inti yang masih bercampur dengan kotoran-kotoran di bawa ke kernel grading drum.f.Fibrating troughPada fibrating trough nut di grading dengan cara di saring dengan menggunakan ukuran space bar ke bar 14mm jadi terpisahkan antara nut, shell dan kotoran dengan nut yang belum terpecahkan. Untuk nut shell dan kotoran lolos dari saringan dibawa ke LTDS. Sementara untuk nut atau yang tertahan dikembalikan ke nut conveyor.g.Light Tenera Dry Separator (LTDS)LTDS 1. untuk pemisahan kernel utuh dengan cangkang dan kernel pecah dan LTDS 2. untuk pemisahan kenel pecah dengan cangkang.Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih ringan akan dihisap oleh LTDS cyclone. Fraksi-fraksi yang ringan di hisap yang terdiri dari cangkang dan serabut akan di bawa ke shell hopper melalui fibre and shell conveyor. Inti dan sebagian cangkang yang belum terpisahkan, dipisahkan lagi pada hydrocyclone .

H.HydrocycloneHydrocyclone adalah alat pemisahan Inti dengan cangkang. Proses pemisahan ini secara basah yang menggunakan air. Air berfungsi sebagai larutan pemisah antara kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis. Berat jenis Kernel basah = 1,07 dan berat jenis cangkang = 1,15 1,20, maka untuk memisah kernel dan cangkang tersebut dibuat larutan dengan berat jenis = 1,12. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang berat akan tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa ke kernel silo untuk disimpan dengan suhu tertentu.

i.Kernel SiloInti yang masih mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar air 7%. Inti yang berasal dari pemisahan di clay bath melalui top wet kernel conveyor didistribusikan ke dalam unit kernel silo untuk dilakukan proses pengeringan. Pada kernel silo ini inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas dari steam heater yang dihembuskan oleh Fan kernel silo ke dalam kernel silo. Pengeringan dilakukan pada temperatur 60-80C selama 6 jam. Kernel yang telah dikeringkan ini dibawa ke kernel bulk silo melalui dry kernel transport fan.

Diagram Alir Proses Produksi

Diagram Alir Proses Pengolahan CPO

Gambar 10. Diagram alir proses produksi Crude Palm Oil

1. Pengolahan Kernel

1.2.5 Tinjauan Tentang Hasil Samping Pengolahan TBS

Dalam proses pengolahan buah kelapa sawit diperoleh produk utama dan beberapa produk sampingan. Sebagai produk utama adalah minyak kelapa sawit (CPO atau Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel). Sedangkan produk sampingannya adalah tempurung, ampas dan tandan kosong. Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan bakar, yaitu arang aktif yang biasa digunakan dalam industri kesehatan. Tandan kosong untuk bahan bakar ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk Kalium. Ampas lumatan daging buah juga dapat digunakan untuk bahan bakar ketel uap (Sastrosayono, 2003).

1.2.5.1.Produksi Limbah Pengolahan Kelapa Sawit di Perusahaan Kelapa Sawit

Limbah merupakan sisa hasil pengolahan yang sudah tidak dapat digunakan lagi. Limbah pengolahan kelapa sawit pada perusahaan ini adalah produk- produk yang dihasilkan selain minyak sawit mentah (CPO) dan kernel. Limbah ini diklasifikasi berdasarkan wujudnya yaitu padat, cair dan gas. Limbah padat ini mencakup fiber, cangkang , padatan terlarut ,abu dan tandan kosong sawit (TKS). Limbah cair mencakup sludge dan air hasil kondensat sedangkan limbah gas berupa steam dan gas hasil pembakaran boiler.

Limbah padat yang berupa cangkang dan fiber digunakan kembali oleh pabrik sebagai bahan bakar boiler hal ini dikarenakan kemudahannya untuk dibakar. TKS tidak digunakan sebagai bahan bakar boiler dikarenakan efisiensi pembakarannya yang rendah dan menghasilkan emisi gas yang berbahaya bagi lingkungan. TKS dan abu yang dihasilkan oleh pabrik dimanfaatkan seluruhnya sebagai pupuk organik di perkebunan dan penimbunan jalan disekitar pabrik. Sedangkan padatan terlarut diumpankan kembali pada sludge tank untuk diolah.

Limbah cair pada proses pengolahan kelapa sawit berasal dari kondensat sterilizer, clarifier, hidrosiklon dan sludge separator. Limbah ini dapat digunakan kembali sebagai pupuk untuk perkebunan setelah melalui proses pengolahan limbah.

Satu-satunya limbah yang tidak dapat digunakan kembali adalah limbah gas. Limbah gas ini dihasilkan dari boiler dan jenset yang digunakan setiap hari. Limbah gas ini dibuang ke lingkungan setelah melalui proses pengolahan agar tidak mengandung polutan yang membahayakan lingkungan.

1.2.5.3. Proses Pengelolaan Limbah

a.Limbah Padat

Limbah padat hasil pengolahan kelapa sawit dapat berupa fiber, cangkang, padatan terlarut, abu, dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS).

Komponen terbesar limbah padat adalah selulosa, disamping hemiselulosa dan lignin dalam jumlah yang kecil.

Seperti yang telah kita ketahui diatas, bahwa limbah padat berupa fiber serta cangkang berasal dari proses pelumatan serta ekstraksi untuk memperoleh CPO. Limbah ini langsung dimanfaatkan untuk bahan bakar boiler dan dijadikan pelapis tanah dikebun.

Limbah padat lain yang merupakan salah satu jenis limbah kelapa sawit terbesar adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Komposisi kimiawi TKKS disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 6. Komposisi Kimiawi Tandan Kosong Kelapa Sawit

Komponen%

Kadar abu6,04

Selulosa35,81

Lignin15,70

Hemiselulosa27,01

Sumber: Pratiwi et al, 1988

Dalam pengelolaan limbah tandan kosong ini, perusahaan kelapa sawit langsung mengaplikasikan limbah tersebut sebagai pupuk organik (secara mulching) pada tanaman-tanaman sawit khususnya tanaman replanting. Proses mulching tersebut dilakukan dengan mendekomposisikan TKKS secara alami dengan membiarkannya disekitar tanaman sawit. TKKS diaplikasikan langsung ke tanaman dikarenakan kandungan nutrisi dari TKKS yang bagus untuk tanah (peningkatan unsur hara tanah)Tabel 7. Kandungan Nutrisi TKKS (% Berat Kering)

UraianKompos minimum

N (%)> 1.5

P (%)> 0.3

K (%)> 2.0

Ca(%)> 0.72

Mg (%)> 0.4

Bahan Organik> 50%

C/N< 20

Air45

Permasalahan muncul ketika dilakukan proses mulching TKKS tersebut, yakni tumbuhnya larva kumbang tanduk yang awalnya adalah sebagai dekomposer alami dari TKKS akan tetapi apabila sudah menjadi kumbang tanduk sangat merugikan bagi perkebunan TPP tetapi jumlah kumbang tanduk masih didalam batas toleransi. Untuk limbah padat berupa abu hasil sisa pembakaran boiler dimanfaatkan untuk penutup lubang di jalan (penyemenan).b. Limbah Cair

Proses pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan limbah cair yang berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi, dan dari hidrosiklon. Sebagaimana limbah industri pertanian lainnya, limbah cair kelapa sawit pun mempunyai kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya bahan organik tersebut mengakibatkan beban pencemaran yang semakin besar, karena degradasi bahan organik yang lebih besar.

Limbah cair tersebut ditampung di kolam-kolam IPAL dan akan dilakukan proses pengelolaan limbah cair sehingga aman untuk digunakan. Limbah cair yang tertampung dalam kolam-kolam IPAL itulah yang disebut sebagai sludge (lumpur). Adapun kolam-kolam penampungan terdirin atas Kolam Fat Pit, Kolam Cooling, Kolam Mixing, Kolam Anaerob, dan Kolam Contact Line Aplikasi.

1. Kolam Fat Pit (Fat Pit Pond)

Kolam ini berfungsi untuk memampung sementara raw sludge serta pembersihan raw sludge bebas dari minyak (oil losses). Di dalam perusahaan standarnya terdapat 2 Fat Pit Ponds dan suhu rata-rata sludge yang masuk adalah 60-80C

2. Kolam Pendingin (Cooling Pond)

Berfungsi untuk menurunkan suhu pada raw sludge sehingga dapat diolah kembali secara maksimal oleh mikroba (penguraian). Disini, suhu sludge yang semula sebesar 60-80C berubah menjadi 40-45C.

3. Kolam Pencampur (Mixing Pond)

Sebagai tempat percampuran raw sludge dari Cooling Pond dengan limbah dari anaerobic, disini sudah mulai terjadi hidrolisis senyawa organik dari limbah oleh mikroorganisme menjadi senyawa monomer yang lebih sederhana. Selain itu juga terjadi proses asidifikasi oleh mikroba dan menghasilkan VFA, H2, dan Co2.

4. Kolam Anaerobik (Anaerobic Pond)

Dalam kolam anaerobic ini, terjadi proses dekomposisi bahan organik tanpa adanya oksigen bebas melalui proses reduksi dengan hasil utamanya berupa CH4, CO2. Reaksi yang terjadi dalam anaerobic pond ini adalah reaksi asenogenik (VFA menjadi asam asetat), dan metanasi (asama asetat menjadi CH4 dan CO2).

5. Kolam Line Aplikasi (Contact Pond)

Berfungsi untuk tempat penampungan sementara sebelum diaplikasikan di kebun.

Setelah limbah dari IPAL, limbah tersebut diaplikasikan langsung ke tanaman-tanaman sawit replanting dalam kebun-kebun yang dimiliki oleh perusahaan.

c.Limbah Gas

Limbah gas yang dihasilkan dari perusahan ini terdiri dari dua bentuk limbah, yakni limbah gas hasil pembakaran boiler, serta limbah gas methan yang dihasilkan dari IPAL perusahan.

Limbah gas hasil pembakaran boiler ini tidak benar-benar termanfaatkan, akan tetapi kualitas gas tersebut tetap dijaga agar tidak melebihi batas keamanan yang telah ditetapkan oleh Menteri Negara dan Lingkungan Hidup.

Untuk limbah gas methan dihasilkan ketika sludge berada dalam Anaerobic Pond karena terjadinya proses methanasi yakni perubahan asam asetat menjadi gas methan dan CO2. Menurut Sixt (1994) menjelaskan bahwa pada proses anaerobic, sampai dengan 90% limbah cair diubah menjadi gas. Dan 60 - 75% adalah gas methane, 25 40% gas CO2, sisanya adalah amonia, H2S, mercaptan (dlm satuan ppm).

1.3. Standar Mutu

Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar asam lemak bebas (free fatty acid), air, kotoran, logam besi, logam tembaga, dan peroksida (Anonim, 2009).

Standar mutu inti kelapa sawit di Indonesia tercantum di dalam Standar Produksi SP 10-1975 (Anonim, 2009). Adapun syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut:

a) Kadar minyak minimum (%): 48; cara pengujian SP- SMP-13-1975

b) Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara pengujian SP-SMP-7-1975

c) Kontaminasi maksimum (%):4,0; cara pengujian SP-SMP-31-1975

d) Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SP-SMP-31-1975

Menurut Ketaren (1989), standar mutu Special Prime Bleach (SPB) dibandingkan dengan mutu ordinary dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 8. Standar Mutu SPB dan Ordinary (Ketaren, 1989)

KandunganSPBOrdinary

Asam lemak bebas (%)

Kadar air (%)

Kotoran (%)

Besi p.p.m.

Tembaga p.p.m.

Bilangan Iod

Karotene p.p.m.

Tokoferol p.p.m.1 2

0,1

0,002

10

0,5

53 1,5

500

8003 5

0,1

0,01

10

0,5

45 56

500 700

400 600

(Ketaren, 1989)1.4. Pengaruh Kondisi Buah dan Penundaan Hari Proses Terhadap kenaikan FFA

Kematangan buah sangat diperhatikan sebelum memroses tandan buah sawit. Pada tandan buah sawit yang umurnya kurang dari sehari dapat mengakibatkan minyak sawit mentah berasam lemak bebas yang tinggi. Buah yang dipanen harus masak dan mempunyai 10 berondolan buah yang jatuh ke tanah.

Tandan buah segar mengandung minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit, yang harus segera diproses atau diekstrak untuk memisahkan minyak dengan bagian yang lainnya. Penundaan jarak waktu panen dan pengolahan yang terlalu lama (lebih dari 24 jam) dapat mengakibatkan penurunan kualitas minyak yang dihasilkan karena peningkatan kandungan asam lemak. Proses pengangkutan TBS dari kebun ke pabrik dilakukan secepat mungkin, pengangkutan paling lama di perusahaan yaitu maksimal 2 jam.

Setelah sampai di pabrik TBS ditimbang kemudian dilakukan sortasi. Setelah buah disortir pihak sortasi dengan kondisi-kondisi tertentu seperti buah yang akan diolah sudah masak, tangkainya sudah dipotong menyerupai bentuk V.

Selain itu apabila jumlah jumlah TBS terlalu banyak maka buah dari kebun yang terakhir sampai dipabrik dijadikan buah restan. Buah ini hanya diberi perlakuan sampai sterilisasi saja kemudian disimpan dalam hopper. Kemudian diolah keesokan harinya. Proses ini biasanya dilakukan pada saat panen raya.

a.Asam Lemak Bebas

Asam Lemak Bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA), adalah asam yang di bebaskan pada hidrolisa dari lemak. Terdapat berbagai macam lemak, tetapi untuk perhitungan kadar ALB minyak sawit dianggap sebagai Asam Palmitat (berat molekul 256).

Daging kelapa sawit mengandung enzim lipase yang dapat menyebabkan kerusakan pada mutu minyak ketika struktur seluler terganggu. Enzim yang berada didalam jaringan daging buah tidak aktif karena terselubung oleh lapisan vakuola, sehingga tidak dapat berinteraksi dengan minyak yang banyak terkandung pada daging buah. Masih aktif di bawah 15 o C dan non aktif pada suhu diatas 50oC.

Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Berikut ini adalah reaksi hidrolisis lemak.

CH2RCOO CH2OH

l l

CHRCOO + 3H2O CHOH + RCOOH

l l

CH2RCOO CH2OH

TAG + H2O DAG + ALB

DAG + H2O MAG + ALB

MAG + H2O Gliserol + ALB

Reaksi hidrolisis lemak bersifat reversible merupakan reaksi kesetimbangan kondisi tercapai bila kecepatan reaksi pemecahan lemak sama dengan reaksi pembentukan lemak. Reaksi hidrolisis lemak berlangsung secara bertahap yaitu pembentukan isomer diasilgliserol, proses pembentukan alpha & betha monoasilgliserol dan proses pembentukan gliserol.

b.Variabel Yang Sangat Berpengaruh Terhadap Asam Lemak Bebas

Beberapa variabel proses yang sangat berpengaruh terhadap perolehan asam lemak menurut (fauziah,2011) adalah pengaruh suhu, kematangan buah, kadar pelukaan buah, pengadukan, penambahan air, penambahan CPO dan lama penyimpanan.

1) Pengaruh TemperaturDari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa kadar asam lemak yang paling tinggi didapat pada suhu kamar (25oC 27oC). Enzim lipase pada buah kelapa sawit sudah tidak aktif pada suhu pendinginan 8oC dan pada pemanasan pada suhu 50oC.

Secara umum temperatur sangat berpengaruh pada reaksi kimia, dimana kenaikan temperatur akan menaikkan kecepatan reaksi. Sifat enzim yang inaktif pada suhu tinggi, maka pada proses enzimatis ada batasan suhu supaya enzim dapat bekerja secara optimal. Penurunan aktifitas enzim pada suhu tinggi diduga diakibatkan oleh denaturasi protein. Juga pada suhu rendah, aktifitas enzim juga menurun yang diakibatkan oleh denaturasi enzim.

2) Pengaruh Penambahan Air

Air mempunyai pengaruh pada reaksi yang terjadi, dan pengaruh ini pada dasarnya adalah membantu terjadinya kontak antara substrat dengan enzim. Enzim lipase aktif pada permukaan (interface) antara lapisan minyak dan air, sehingga dengan melakukan pengadukan, maka kandungan air pada buah akan mampu untuk membantu terjadinya kontak ini.

Pada proses hidrolisa ini, secara stokiometri air pada buah sudah berlebih untuk menghasilkan asam lemak (kadar air pada buah adalah sekitar 28%), tetapi karena air ini berada pada padatan maka perlu dilakukan pelumatan buah dan selanjutnya dilakukan pengadukan. Disamping itu, untuk mengatasi/mencegah kekurangan air.

Pengaruh kadar air pada produk yang dicapai sangat besar, dimana kandungan air yang sangat besar ini mengakibatkan reaksi antara asam lemak dan gliserol tidak dapat terjadi dengan baik.

3) Pengaruh Pelukaan dan Pengadukan BuahEnzim lipase tidak berada dalam minyak, tetapi berada dalam serat. Tingkat pelukaan buah dan pengadukan sangat berpengaruh terhadap proses hidrolisa karena akan membantu terjadinya kontak antara enzim dan minyak (substrat). Hal ini karena posisi enzim lipase pada buah sawit belum diketahui secara pasti, sehingga untuk mengatasi hal ini maka buah harus dilumat sampai halus, kemudian minyak dan seratnya dicampur kembali. Dengan proses seperti ini terbukti bahwa kadar asam lemak yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan jika buah tidak dilumat sampai halus (hanya dimemarkan/dilukai).

Pengaturan kecepatan pengadukan pada reaksi ini perlu dilakukan, karena pada proses ini pengadukan berpengaruh kepada waktu kontak antara air, substrat dan enzim. Disamping itu, karena yang diaduk adalah campuran serat dan minyak, maka pemilihan rancangan pengaduk sangat perlu untuk diperhatikan.

4) Pengaruh Kematangan BuahBuah yang terdapat pada satu tandan buah kelapa sawit tidak akan matang secara serempak. Buah yang berada pada lapisan luar biasanya lebih matang jika dibandingkan dengan buah yang berada pada bagian yang lebih dalam. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan persentase minyak yang terdapat pada setiap buah yang berada dalam satu tandan.

Pada buah kelapa sawit, semakin matang buah maka kadar minyaknya akan semakin tinggi. Dengan semakin tingginya kadar minyak pada buah maka proses hidrolisa secara enzimatis akan semakin cepat terjadi, sehingga perolehan asam lemak akan lebih tinggi.

5) Pengaruh Lama PenyimpananSecara alami asam lemak bebas akan terbentuk seiring dengan berjalannya waktu, baik karena aktifitas mikroba maupun karena hidrolisa dengan bantuan katalis enzim lipase. Namun demikian asam lemak bebas yang terbentuk dianggap sebagai hasil hidrolisa dengan menggunakan enzim lipase yang terdapat pada buah sawit.6) Pengaruh Penambahan CPOPada proses ini, kecepatan reaksi lebih rendah jika penambahan kadar CPO terhadap campuran antara serat dan minyak semakin meningkat. Hal ini dapat terjadi karena enzim lipase yang berada pada buah sudah jenuh atau jumlahnya terbatas, sementara jumlah substrat sudah sangat berlebih. Kecepatan reaksi bergantung kepada konsentrasi enzim lipase, bukan pada konsentrasi substrat.

7) Pengaruh Aktifitas Enzim Terhadap Asam Lemak Bebas

Sebelum proses ektraksi minyak dilakukan, proses pendahuluan yaitu buah direbus di dalam stelizer. Salah satu tujuannya yaitu mengnonaktifkan aktifitas enzim. Didalam buah kelapa sawit ada enzim lipase dan oksidase yang tetap bekerja sebelum enzim itu dihentikan dengan cara fisika dan kimia. Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi protein.

7.1. Enzim Lipase

Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecahnya kembali menjadi asam lemak bebas (ALB).

Sifat-sifat enzim lipase adalah sebagai berikut : Temperatur optimum: 35oC, pada suhu 50oC enzim sebagian besar sudah rusak.

pH optimum : 4,7 5,0

Berat molekul : 45000-50000

Dapat bekerja secara aerob maupun anaerob

ko-faktor : Ca++, Sr++, Mg++. Dari ketiga ko-faktor ini yang paling efektif adalah Ca++

Inhibitor : Zn2+, Cu2+, Hg2+, iodine, versene

7.2.Enzim oksidase

Enzim Oksidase berperan dalam proses pembentukan peroksida yang kemudian dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugusan aldehide dan kation. Senyawa yang terakhir bila dioksidasi lagi akan menjadi asam. Jadi ALB yang terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidase.

Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah mengalami luka. Untuk mengurangi aktifitas enzim sampai di pabrik kelapa sawit diusahakan agar buah tidak rusak dan buah tidak busuk. Enzim tersebut tidak aktif lagi pad temperatur 50oC. Karena itu perebusan di dalam sterilizer pada temperatur 120oC akan menghentikan enzim.

DAFTAR PUSTAKAAnonymousa. 2009. Palm Oil. http://www.citra-agri.com/2009/03/images/Close-up-palm-oil-fruit.jpg. Tanggal Akses: 6 November 2010.Anonymouse. 2009. Oil Palm Profil Singkat. http://www.regional-investment.com/sipidid/user/files/komoditi2oilpalm_profilsingkat.pdf. Tanggal Akses: 6 November 2010.Anonymousf. 2010. Kelapa-Sawit. http://sagoeleuser5.files.wordpress/2010/07/.jpg. Tanggal Akses: 6 November 2010.Anonymousg. 2006. Evaluasi Kebijakan Perkebunan Kelapa Sawit. Komisi Pengawas Pesaing Usaha Republik Indonesia

Fauzi, Yan et.al. 2007. Kelapa Sawit cetakan 21. Jakarta : Penebar Swadaya

Ketaren, S. 1989. Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.Penulis PS. 1992. Kelapa Sawit-Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta

Sastrosayono, Selardi. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agro Media Pustaka. Jakarta.Syamsulbahri. 1996. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktifitas. Kanisius. Yogyakarta.

Separating Colomn LTDS-2

Separating Colomn LTDS-1

CM Airlock

Airlock LTDS-1

Airlock LTDS-2

CM Conveyor

Hydrocyclone

Wet Kernel Conveyor

Shell Conveyor

Shell Elevator

Kernel Elevator

Distributing kernel conveyor

Kernel Drier

Disch. Kernel Conveyor

Kernel Transfer Fan

Kernel Silo

Kernel Despatch

Kernel Vibre Trough

CM Elevator

Rotary Feeder

Ripple Mil

CM Conveyor

Nut Air Lock

Magnetik Trap

Fuel Distributing Conveyor

Nut Silo

Nut Polishing Drum

Horizontal fiber shell conveyor

Inclined Fiber Shell Conveyor

Boiler

Shell Hoper/ Banker

Fuel Recycle conveyor

Depericarper

Nut Transport

Cake Braker Conveyor

Screw Press

Inclined Nut Conveyor

Sabut Kering yang masih ada kernelnya

IPAL

Sludge (Limbah Cair)

Oil Dispatch

Oil Storage Tank

CPO (Crude Palm Oil)

Sludge Sparator

Sand Cyclone

Float Tank

Sludge Tank

Sludge desanding Pump

Sand Satling Tank

Brush Stainer

Recycle Oil Tank

Recycle Oil Pump

Sludge Buffer Tank

Wet Oil Tank

Oil Purifire Pump

Oil Purifire Tank

Vacum Dryer

Dried Oil Palm

Heavy Phase Pit

Sludge Pit

Sludge Pit Pump

Clarifire Tank

Distributing Tank

Vibrating Screen

Screw Press

Recycling Conveyor

Distributing Conveyor

Empty Bunch Press

Empty Bunch Despacth

Fruit Elevator

Top Cross Conveyor

Digester

Oli Gutter

Sand Trap Tank

Crude Oil Tank

Refuse Conveyor

Crude Oil Pump

Bottom Cros Conveyor

Dilution Box

Below Conveyor

Dilution Tank

Horizontal empty bunch conveyor

Tresher

Condensat Pit Pump

Condensat Pit

Auto Feeder

Blowdown / Off Chamber/Silencer

Sterilisasii

FFB Hopper

Pembongkaran & sortasi TBS

Ditimbang

Loading Ramp

Sterilizer Pit

Lorry

SFB Hopper

TBS dari kebun

Kelapa sawit

Page 31