23
PERBEDAAN KLINIS TENGGELAM DI AIR LAUT DAN AIR TAWAR Suci Dwi Putri*, Wahyu Hendarto** ABSTRACT: Drowning is the process of experiencing respiratory impairment from submersion/immersion in liquid. Drowning can result death caused by suffocation ( lacking of breath ) when fluid hinder ability of body (after aspiration) to permeate oxygen from the air so that cause asphyxia. Physiological effects were different between the aspirations of drowning in fresh water and salt water. At the sink in fresh water, blood plasma had hypotonic, while in sea water is hypertonic. Aspiration of fresh water will be quickly absorbed from the alveoli, causing intravascular hypervolemia, hipotonis, dilution of serum electrolytes, and intravascular hemolysis. Aspiration of sea water caused the hypovolemia, hemoconcentration and hipertonis. Key words : Drowning, Aspiration, Asphyxia ABSTRAK: Tenggelam adalah proses mengalami gangguan pernapasan dari terendam / tenggelam dalam cairan. Tenggelam dapat berakibat kematian yang disebabkan mati lemas ( kekurangan napas ) ketika cairan menghalangi kemampuan tubuh (setelah aspiasi) untuk menyerap oksigen dari udara sehingga menyebabkan asfiksia. Efek fisiologis aspirasi pun berbeda antara tenggelam di air tawar dan air laut. Pada tenggelam 1

1 Refrat Drowning Sucidp

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat

Citation preview

Page 1: 1 Refrat Drowning Sucidp

PERBEDAAN KLINIS TENGGELAM

DI AIR LAUT DAN AIR TAWAR

Suci Dwi Putri*, Wahyu Hendarto**

ABSTRACT:

Drowning is the process of experiencing respiratory impairment from

submersion/immersion in liquid. Drowning can result death caused by suffocation

( lacking of breath ) when fluid hinder ability of body (after aspiration) to permeate

oxygen from the air so that cause asphyxia. Physiological effects were different between

the aspirations of drowning in fresh water and salt water. At the sink in fresh water,

blood plasma had hypotonic, while in sea water is hypertonic. Aspiration of fresh water

will be quickly absorbed from the alveoli, causing intravascular hypervolemia,

hipotonis, dilution of serum electrolytes, and intravascular hemolysis. Aspiration of sea

water caused the hypovolemia, hemoconcentration and hipertonis.

Key words : Drowning, Aspiration, Asphyxia

ABSTRAK:

Tenggelam adalah proses mengalami gangguan pernapasan dari terendam /

tenggelam dalam cairan. Tenggelam dapat berakibat kematian yang disebabkan mati

lemas ( kekurangan napas ) ketika cairan menghalangi kemampuan tubuh (setelah

aspiasi) untuk menyerap oksigen dari udara sehingga menyebabkan asfiksia. Efek

fisiologis aspirasi pun berbeda antara tenggelam di air tawar dan air laut. Pada

tenggelam di air tawar, plasma darah mengalami hipotonik, sedangkan pada air laut

adalah hipertonik. Aspirasi air tawar akan cepat diabsorbsi dari alveoli sehingga

menyebabkan hipervolemia intravaskular, hipotonis, dilusi elektrolit serum, dan

hemolisis intravaskular. Aspirasi air laut menyebakan hipovolemia, hemokonsentrasi

dan hipertonis.

Kata kunci : Tenggelam, Aspirasi, Asfiksia

*Co Assisten FK Trisakti Jakarta

** Dokter Spesialis Anestesiologi BLU RSUD Kota Semarang

1

Page 2: 1 Refrat Drowning Sucidp

PENDAHULUAN

Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian

tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik

secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam keadaan

mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari suatu

peristiwa pembunuhan.1

Tenggelam dapat menyebabkan kematian atau kecacatan. Menurut Kongres

Tenggelam Sedunia tahun 2002, tenggelam adalah suatu kejadian berupa gangguan

respirasi akibat tenggelam atau terendam oleh cairan. Menurut Dr. Boedi Swidarmoko

SpP, tenggelam (drowning) adalah kematian karena asfiksia pada penderita yang

tenggelam. Istilah lain, near drowning adalah untuk penderita tenggelam yang selamat

dari episode akut dan merupakan berisiko besar mengalami disfungsi organ berat

dengan mortalitas tinggi. 2

Penanganan pasien tenggelam harus diketahui dan dapat diterapkan oleh setiap

dokter umum. Penatalaksanaan pasien tenggelam yang paling penting adalah Resusitasi

Jantung Paru, dan jangan sekali-kali dimulai dengan drainage paru. Resusitasi Jantung

Paru adalah segala bentuk usaha medis yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi

kardiovaskuler dan respirasi, yang oleh suatu sebab mengalami henti jantung dan henti

nafas secara mendadak. Di RumahSakit, terapi ditujukan untuk memperbaiki ventilasi

dan sirkulasi sehingga adekuat, koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dan

mengatasi hipotermia. 2

Dokter umum harus mempunyai kemampuan untuk melakukan resusitasi

jantung paru. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai perbedaan klinis

tenggelam di air tawar dan air laut, serta penanganannya.

TENGGELAM

1. Definisi

Tenggelam adalah kematian yang disebabkan mati lemas (kekurangan napas)

ketika cairan menghalangi kemampuan tubuh untuk menyerap oksigen dari udara

2

Page 3: 1 Refrat Drowning Sucidp

hingga menyebabkan asfiksia. Penyebab utama kematian adalah hipoksia dan

asidosis yang mengakibatkan henti jantung.3

Nyaris tenggelam (near drowning) adalah kondisi bertahan hidup dari peristiwa

tenggelam hingga menyebabkan ketidaksadaran atau paru-paru terisi air yang bisa

mengakibatkan komplikasi sekunder yang serius, termasuk kematian setelah

terjadinya insiden. Kasus hampir tenggelam umumnya ditangani oleh profesional di

bidang kedokteran.3

Aspirasi adalah masuknya benda asing ke dalam paru: berupa cairan iritatif,

benda-benda infeksius atau benda tertentu. Sedang asfiksia merupakan kondisi

kekurangan oksigen pada pernafasan yang bersifat mengancam jiwa. Keadaan ini

bila dibiarkan dapat mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia yang disertai

dengan metabolik asidosis. 4,5

2. Klasifikasi Mati Tenggelam

Berdasarkan jenis air dimana peristiwa tenggelam terjadi, tenggelam dibagi

menjadi:

1. Tenggelam dalam air tawar.

2. Tenggelam dalam air laut. 6

Tenggelam dibagi menjadi dua kategori :

1. Passive drowning - orang yang tiba-tiba tenggelam atau tenggelam akibat

perubahan keadaan mereka. Contohnya termasuk orang yang tenggelam

dalam kecelakaan, atau karena tiba-tiba kehilangan kesadaran atau kondisi

medis mendadak. 3

2. Active drowning - orang seperti non-perenang dan kelelahan atau hipotermia

pada permukaan air, yang tidak mampu menahan nafas mereka di atas air

dan tercekik karena kurangnya udara.

Secara naluriah, orang dalam kasus tersebut masih aktif bergerak dalam 20 -

60 detik sebelum terendam, sebagai upaya terakhir tubuh untuk

mendapatkan udara. 3

Berdasarkan posisi mayat, yaitu :

Submerse drowning: mati tenggelam dengan posisi sebagian tubuh mayat

masuk ke dalam air, seperti bagian kepala mayat.

3

Page 4: 1 Refrat Drowning Sucidp

Immerse drowning: mati tenggelam dengan posisi seluruh tubuh mayat

masuk ke dalam air. 3

2. Prevalensi

Berdasarkan data statistik yang diambil dari halaman website e-medicine, satu

pertiga dari korban mati akibat tenggelam pernah mengikuti pelatihan berenang.

Walaupun tenggelam terjadi kepada kedua jenis kelamin, golongan lelaki adalah

tiga kali lebih sering mati akibat tenggelam berbanding golongan wanita. 7

Di Indonesia, kita tidak banyak mendengar berita tentang anak yang tenggelam

di kolam renang sesuai dengan keadaan sosial ekonomi di Indonesia tetapi

mengingat keadaan Indonesia yang dikelilingi air, baik lautan, danau maupun

sungai, tidak mustahil jika banyak terjadi kecelakaan dalam air seperti hanyut dan

tenggelam yang belum diberitahukan dan ditanggulangi dengan sebaik-baiknya.

Hampir setiap saat, terutama pada saat musim liburan, di objek wisata laut. Banyak

terjadi kasus wisatawan yang tenggelam, karena akibat air pasang atau kecerobohan

diri wisatawan tersebut. Selain itu, kasus tenggelam yang lainnya adalah akibat

buruknya transportasi laut di Indonesia. 7

Anak-anak

Kebanyakan anak tersebut ditemukan dengan setengah badan yaitu kepala

masuk ke dalam ember tersebut dan kedua kaki terjulur keatas atau tergantung di

pinggir ember. Grup anak-anak usia 9-16 bulan ini mempunyai resiko tinggi

tenggelam dalam fasilitas yang ada di rumah seperti Bathtubs, hottubs, whirr pool

dan lain-lain. 8

Remaja

Pada kematian tenggelam pada dewasa muda biasanya mencakup recreational

drowning termasuk kecelakaan saat naik kapal, menyelam pada tempat yang

dangkal yang menyebabkan trauma kepala dan leher, recreational diving,

entrapment injury, hipoksia di kolam renang. 8

Dewasa

4

Page 5: 1 Refrat Drowning Sucidp

Pada dewasa kematian tenggelam terjadi di laut, danau, dan sungai. Berbeda

dengan anak-anak kasus kematian tenggelam ditemukan di kolam renang dan di

kamar mandi. Kematian pada dewasa kebanyakan adalah kecelakaan. Paling banyak

pada saat recreational activity, particularly bathing, boating, dan fishing.

Kebanyakan terjadi pada pria tetapi dapat terjadi juga pada wanita yang bersama

dengan pria. Pada kasus kematian dewasa karena tenggelam intosikasi alkohol

sangat berpengaruh. 8

3. Faktor Resiko

Sebagian besar kasus tenggelam terjadi di air, 90% di air tawar (sungai, danau,

dan kolam renang) dan 10% di air laut. Kasus tenggelam akibat cairan yang bukan

air sering terjadi dalam kecelakaan industri. 3

Kondisi umum dan faktor resiko yang mengakibatkan tenggelam, diantaranya:

Tidak memakai pelampung ketika menjadi penumpang angkutan air

Kurangnya pengawasan terhadap anak (terutama anak berusia 5 tahun ke

bawah)

Kondisi air melebihi perenang, arus kuat, air yang sangat dalam, terperosok

sewaktu berjalan diatas es, ombak besar, atau pusaran air

Terperangkap, misalnya setelah peristiwa kapal karam, atau kecelakaan

mobil yang mengakibatkan mobil tenggelam

Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan dan minuman

berakohol

Ketidakmampuan akibat hipotermi, syok, cedera, atau kelelahan

Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang, termasuk

diantaranya : infark miokard, epilepsi atau stroke.

Ditenggelamkan dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan membunuh,

kekerasan antar anak sebaya, atau permainan di luar batas kewajaran.

4. Patofisiologi

Mekanisme tenggelam :

Tanpa aspirasi cairan (atypical atau dry drowning)

Dengan aspirasi cairan (typical atau wet drowning)

5

Page 6: 1 Refrat Drowning Sucidp

Near drowning = kematian terjadi akibat hipoksia ensefalopati atau perubahan

sekunder pada paru. 9

I. Tenggelam kering (Dry drowning)

15-20% kematian akibat tenggelam merupakan dry drowning, yang mana

tidak disertai dengan aspirasi cairan. Kematian ini biasanya terjadi dengan sangat

mendadak dan tidak tampak adanya tanda-tanda perlawanan. Mekanisme

kematian yang pasti masih tetap spekulatif. Pada waktu korban terbenam air,

dengan spontan akan berusaha menyelamatkan diri secara panik dengan disertai

berhentinya pernapasan (breath holding) yang dapat menyebabkan kurangnya

pasokan Oksigen tubuh dan retensi karbon dioksida. Ketika air masuk laring,

maka terjadi reflek spasme laring yang kemudian diikuti asfiksia, hipoksia,

penurunan kesadaran sehingga kemudian terjadi cardiac arrest yang kemudian

dapat terjadi kematian. Kurang lebih 10 - 20% dari kasus tenggelam adalah

termasuk dalam golongan ini. Pada waktu otopsi paru-paru, hanya sedikit sekali

atau bahkan tidak ditemukannya air. 8

Beberapa faktor predisposisi kematian akibat dry drowning :

1. intoksikasi alcohol (mendepresi aktivitas kortikal)

2. penyakit yang telah ada, misal atherosclerosis

3. kejadian tenggelam/terbenam secara tak terduga/mendadak

4. ketakutan atau aktivitas fisik berlebih (peningkatan sirkulasi katekolamin,

disertai kekurangan oksigen, dapat menyebabkan cardiac arrest.8

II. Tenggelam basah (Wet drowning)

Pada Wet drowning mula-mula terjadi spasme laring yang diikuti asfiksia

dan penurunan kesadaran dan secara pasif air masuk kedalam jalan nafas dan

paru-paru sehingga kemudian terjadi cardiac arrest. Pada waktu otopsi ditemukan

air di dalam paru-parunya. Wet drowning juga terjadi karena aspirasi air sewaktu

penderita dalam keadaan megap-megap dan dengan masuknya air ke dalam paru-

paru akan terjadi kerusakan organ-organ tubuh tersebut. 8

6

Page 7: 1 Refrat Drowning Sucidp

III. Near drowning

Mayoritas korban menderita hipoksemia dan aspirasi yang bertahan

bahkan setelah ventilasi diberikan. Penurunan compliance paru akibat tertutupnya

saluran nafas walaupun dengan aspirasi yang sedikit tetap dapat menyebabkan

hipoksemia yang menetap. Gejala sisa yang lain, seperti disrimia, defisit

neurologis dan renal, dipercaya merupakan akibat langsung dari hipoksia

dibanding akibat tenggelam.9

Patofisiologi tenggelam di air tawar

Jika terbenam di sungai dan rawa yang mengandung tanah, lumpur, dan kotoran

lainnya akan memperberat keadaan. Selain masuk ke dalam paru-paru, air dan

kotoran dapat masuk ke lambung sehingga penderita tersedak dan muntah.

Muntahan yang mengandung asam lambung dapat masuk kembali ke dalam paru-

paru sehingga semakin memperberat kerusakan jaringan paru. Pada keadaan hampir

tenggelam, sejumlah besar air masuk ke dalam alveoli dan kemudian akan masuk

ke dalam sirkulasi.

Air tawar yang masuk ke paru-paru akan ditarik ke dalam sirkulasi paru-paru

melalui tekanan osmosis. Pengenceran darah menyebabkan hemolisis (pecahnya sel

darah merah). Peningkatan K + (kalium) plasma dan depresi Na (sodium)

mengubah aktivitas listrik jantung yang sering menyebabkan fibrilasi ventrikel.3

Gagal ginjal akut terjadi akibat hemoglobin dari eritrosit yang pecah

terakumulasi di ginjal, dan serangan jantung juga dapat terjadi akibat suhu air yang

dingin dan juga menyebabkan komplikasi hipotermia yang akut..3

Bila air yang di aspirasi sangat banyak, maka akan terjadi hemodilusi hebat

sehingga venous return meningkat dan terjadi oedem paru dan seluruh tubuh. Pada

korban tenggelam di air dapat menyebabkan surfaktan menjadi rusak, sehingga

tegangan permukaan alveoli meningkat dan terjadilah atelektasis. Gangguan

keseimbangan ventilasi dan perfusi akan terjadi, demikian pula compliance paru-

paru akan menurun.9

Patofisiologi tenggelam di air laut

7

Page 8: 1 Refrat Drowning Sucidp

Pada kasus tenggelam di air laut, konsentrasi elektrolit di dalam air laut lebih

tinggi dibanding konsentrasi elektrolit dalam darah sehingga air akan ditarik dari

sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru. Hal ini dapat mengakibatkan

oedema pulmonal, hemokonstentrasi, hipovolemi, dan kenaikan kadar magnesium

dalam darah. Hemokonsentrasi akan mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat dan

menyebabkan terjadinya payah jantung. Kematian dapat terjadi dalam waktu 8-12

menit setelah tenggelam. 9

5. Tampilan Klinis

Tanda khas tenggelam: basah, hilang kesadaran, batuk, sesak, wheezing,

muntah, aritmia, hipoksia, hipotermia, asfiksia, aspirasi, penampilan seperti mayat

dengan warna biru atau abu-abu, dilatasi pupil (dikenal sebagai fish eyes). 10

Kegagalan paru umum terjadi setelah tenggelam kecuali aspirasi dicegah oleh

laryngospasms. Dua mekanisme yang mungkin menyebabkan gagal paru adalah

aspirasi air tawar dan air laut: 9

aspirasi pada air tawar - menyebabkan kerusakan paru karena pembersihan

surfaktan dan mekanisme refleks yang menyebabkan resistensi jalan napas

meningkat.

Aspirasi air laut - menyebabkan kerusakan paru melalui gradien osmotik,

menyebabkan pergeseran cairan tinggi protein ke dalam alveoli.

Tanda Klinis:

Air tawar/freshwater injury Air laut/salt-water submersion injury

Paru

- Paru besar, ringan - Paru besar, berat

- Relative kering - Basah

- Bentuk biasa - Bentuk besar, overlapping

- Merah pucat, emfisematous - Ungu biru, permukaan licin

- Krepitasi ada - Krepitasi tidak ada

- Busa banyak - Busa sedikit, cairan banyak

- Dikeluarkan dari thoraks tapi

kempes

- Dikeluarkan dari thoraks akan

mendatar dan ditekan akan

8

Page 9: 1 Refrat Drowning Sucidp

cekung

Tabel 1. Perbedaan Post-mortem tenggelam di air laut dan air tawar. (Dikutip dari daftar

pustaka no. 2)

Air tawar/freshwater injury Air laut/salt-water submersion injury

- Bj 1,055 - BJ 1,0595-1,0600

- Hipotonik - Hipertonik

- Hemodilusi/hemolisis - Hemokonsentrasi, edema paru

- Hipervolemia - Hipovolemia

- Hiperkalemia - Hipokalemia

- Hiponatremia - Hipernatremia

- Hipoklorida - Hiperklorida

Tabel 2. Perbedaan hasil pemeriksaan darah korban tenggelam di air laut dan air tawar.

(Dikutip dari daftar pustaka no. 2)

6. Komplikasi

Komplikasi utama dari tenggelam adalah tenggelam kedua atau secondary

drowning, yang merupakan Respiratory Distress Syndrome yang sering terlihat pada

penderita tenggelam pada air laut atau tenggelam di air yang terkena polusi hebat.

Biasanya akan diikuti dengan infeksi sekunder, untuk itu sebaiknya semua penderita

tenggelam yang mengalami aspirasi dan hilang kesadaran segera dikirim ke RS yang

memiliki peralatan yang lengkap untuk melakukan pengawasan penderita minimal

24 jam. 7

Komplikasi lainnya dapat berupa cedera otak, dihubungkan dengan hipoksia

dan cedera neuron difus, dengan akibat edema otak dan peningkatan tekanan

intrakranial serta lebih memperburuk perfusi serebri. Sementara aritmia atrium dan

ventrikel yang terjadi pada penderita tenggelam disebabkan oleh hipoksia, asidosis

metabolik dan respiratorik, reflek vagal, dan gangguan elektrolit. Dan nekrosis

tubular akut pada penderita tenggelam diakibatkan oleh hipotensi dan hipoksemia,

sedang gagal ginjal diakibatkan oleh rhabdomyolisis dan hemolisis akibat

disseminated intravascular coagulation (DIC). 9

9

Page 10: 1 Refrat Drowning Sucidp

7. Penatalaksanaan

Pada prinsipnya, penatalaksanaan ditujukan untuk memperbaiki ventilasi

agar adekuat, mengoreksi keseimbangan asam basa, dan mengatasi hipotermia.

Secara garis besar dapat dibagi menjadi penatalaksanaan di tempat kejadian dan

penatalaksanaan di RS. 10

1. Penatalaksanaan di tempat kejadian

Bila dijumpai korban tenggelam maka urutan tindakan yang dapat dilakukan

adalah :

Segera pindahkan korban ke daerah yang aman. Hati-hati pada saat melakukan

pertolongan kepada korban, ada kemungkinan korban dapat menarik penolong

karena panik. Selalu usahakan agar kepala, leher dan punggung korban berada

dalam satu garis lurus. Jika mungkin, letakkan papan pada punggung korban

untuk menarik korban ke tepi atau ke daratan.

Bebaskan jalan nafas (airway). Pada setiap korban selalu pertama kali kita lihat

apakah ada sumbatan pada saluran jalan napas. Jika ada tanda-tanda sumbatan

segera kita bebaskan dengan menggunakan jari kita (suara mendengkur, atau

tidak ada napas sama sekali). Hati-hati pada korban yang kita curigai patah

tulang leher. Pada korban seperti ini kita dapat membuka jalan napas dengan

Jaw Thrust manuver yaitu dengan mendorong mandibula maju tanpa

menggerakkan kepala, diusahakan kepala, leher, punggung dipertahankan

dalam satu garis lurus. Jika tersedia, segera pasang cervical collar.

Pernapasan buatan dari mulut ke mulut harus segera dilakukan tanpa menunda

waktu, meskipun penderita masih berada di dalam air. Pada keadaan tempat

yang dalam, diusahakan agar kepala penderita berada di permukaan air agar

dapat dilakukan pernapasan dari mulut ke mulut, sambil menarik penderita ke

tempat yang lebih dangkal atau ke darat. Hal ini dilakukan dengan cara, satu

tangan mengangkat kepala dan tangan korban, tangan yang satunya melingkari

dada menarik tubuh ke atas. Segera setelah korban dibawa ke darat, pernapasan

buatan dari mulut ke mulut harus tetap dilakukan.

10

Page 11: 1 Refrat Drowning Sucidp

Bila nadi tidak teraba atau jantung tidak berdenyut dapat segera dilaksanakan

pijat jantung luar. Resusitasi kardiopulmoner ini harus tetap dilakukan sampai

penderita tiba di RS untuk penatalaksanaan yang lebih sempurna.

Lepaskan baju penderita yang basah, ganti dengan baju yang kering untuk

menghangatkan tubuh korban.

Posisikan penderita dalam posisi mantap, yaitu posisi korban dimiringkan ke

samping dengan tujuan untuk mencegah aspirasi, dimana muntah biasa terjadi

pada ±50% korban yang diresusitasi.

Banyak penulis yang menganjurkan untuk tidak melakukan usaha pengeluaran

air dari paru atau drainage paru, karena justru akan membuang waktu, tidak

efektif, dan membuat muntah, karena ±50% dari korban-korban tenggelam

muntah selama resusitasi.

1. Penatalaksanaan di rumah sakit

Sangat penting untuk mengetahui waktu dan tempat terjadinya

kecelakaan, tindakan-tindakan resusitasi yang telah dilakukan termasuk lamanya

apnoe atau asistole, derajat kesadaran, dan apakah bagian kepala atau leher

terkena trauma atau tidak. Tindakan-tindakan yang dilakukan di RS terutama

dilakukan untuk memperbaiki sirkulasi, asidosis, hipotermia, perlindungan

terhadap otak dan terapi yang lain. 10

a. Memperbaiki ventilasi

Dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

Bebaskan jalan napas : jika korban masih bernapas spontan maka berikanlah

O2 dengan cup masker yang semi rigid. Pada keadaan koma, dapat

dilakukan intubasi endotrakheal kemudian dilakukan ventilasi buatan.

Perhatikan pada keadaan yang dicurigai terjadi patah tulang leher, terlebih

dulu pertahankan posisi leher, kepala, punggung dalam satu garis lurus

(diharapkan sudah terpasang cervical collar). Jika dengan keadaan diatas

11

Page 12: 1 Refrat Drowning Sucidp

airway masih terganggu, pertimbangkan pembebasan jalan napas dengan

teknik krikotiroidostomi atau trakheostomi.

Ventilasi mekanik terutama dilakukan untuk pasien dengan hipoksemia berat

dan oedem paru. Teknik ventilasi buatan secara PEEP (Positive End

Expiratory Pressure) akan memperbaiki oedem paru dan ventilasi, sehingga

perfusi diharapkan akan lebih baik. Jika korban sudah dapat bertoleransi

dengan ventilasi mekanik, maka dapat digunakan gabungan IMV

(Intermitten Mandatory Ventilation) dan PEEP. Pemberian oksigen lewat

PEEP bertujuan untuk meningkatkan PaO2 mencapai 60-80 mmHg.

Jika terjadi bronkospasme, dapat diberikan aminofilin 250 mg intra vena

selama 5-15 menit dan obat-obat ß2 adrenergik.

b. Memperbaiki sirkulasi

Jika terdapat cardiac output yang rendah, dapat diberikan zat vasoaktif

seperti isoproterenol 0,05-0,1 mg/KgBB/menit atau Dopamin 2-20

mcg/KgBB/menit, sedangkan epinefrin terutama ditujukan untuk mengatasi

keadaan henti jantung. Gangguan kardiovaskuler berupa aritmia/disritmia

terutama disebabkan karena asidosis, hipoksia, dan gangguan keseimbangan

elektrolit, maka dari itu penanggulangan ditujukan pada koreksi penyebabnya.

Hipoksia diatasi dengan pemberian oksigen, hipotermi diatasi dengan

penghangatan korban. Gangguan elektrolit bermakna jarang terjadi, maka kita

tidak perlu secara rutin memberikan NaCl pada penderita tenggelam di air

tawar. Elektrolit baru diberikan jika terdapat kelainan elektrolit yang berarti.

Penggantian cairan yang tepat dapat diberikan jika ada fasilitas pengukuran

CVP. Transfusi plasma dan darah dapat diberikan jika hemolisis sangat

banyak.

c. Memperbaiki asidosis

Jika asidosis yang terjadi sangat berarti, maka dapat diberikan sodium

bikarbonat 50-100 mmol.

12

Page 13: 1 Refrat Drowning Sucidp

d. Memperbaiki hipotermi

Jika temperatur dibawah 28°C,mungkin dapat menyebabkan fibrilasi

ventrikel yang spontan dan dapat terjadi koma. Penghangatan kembali pasien

dapat dicapai dengan selimut hangat, humidifikasi gas yang diinspirasi dan

cairan intra vena yang dipanaskan. Tindakan yang lebih agresif misalnya

dengan lavage peritoneal dengan air hangat dan kardiopulmoner by pass.

e. Perlindungan terhadap otak

Tindakan disini termasuk monitoring TIK, hiperventilasi untuk mengatur

PaCO2 sampai kira-kira 30 mmHg atau 4 Kpa, perbaiki hipotermi sampai

menjadi normotermi (30 ±1°C), restriksi cairan, terapi steroid, terapi barbiturat.

f. Terapi lain

Secara umum antibiotika tidak perlu diberikan, tetapi jika didapat tanda-

tanda infeksi dapat diberikan antibiotika spektrum luas, misalnya amoksisilin

dan sefalosporin. Antibiotika yang poten terhadap gram negatif dan anaerob

misalnya gentamisin dan metronidazol.

Steroid diberikan pada insufisiensi pulmonum dengan dosis 30

mg/KgBB, tapi efektifitasnya belum dibuktikan. Dosis kecil metilprednisolon 5

mg/KgBB/24 jam yang terbagi dalam 6 kali sehari, dapat diberikan untuk

mengatasi oedem pulmonum dan oedem cerebri yang disebabkan akibat

hipoksia.

g. Pemeriksaan dan Monitoring

- Rontgen Foto Toraks

Kelainan yang mungkin terdapat yaitu infiltrat dan oedem pulmonum. Pasien

yang masuk rumah sakit dengan foto toraks yang normal, biasanya dapat

hidup dengan terapi yang cukup.

- Elektrolit serum

13

Page 14: 1 Refrat Drowning Sucidp

Secara teoritis, terbenam di air akan menyebabkan elektrolit serum akan

menurun atau hemodilusi. Tapi pada kenyataan perubahan ini jarang terjadi

pada korban tenggelam, karena harus diperlukan jumlah yang sangat besar

yang diaspirasi untuk menimbulkan perubahan pada konsentrasi elektrolit

serum.

- Hemoglobin dan Hematokrit (hemokonsentrasi sering mengaburkan adanya

anemia.)

- Tes hemolisis : Hb dalam urin dan plasma, kenaikan methemoglobin

- Analisa gas darah

- Elektrokardiogram

- CVP kateter

- Swan-Ganz kateter untuk memonitor tekanan kapiler pulmo

- Monitor tekanan darah

8. Prognosis

Pada hampir tenggelam tanpa aspirasi air, penyembuhan dapat terjadi jika

resusitasi yang baik segera dimulai pada waktu kejadian. Jika terjadi aspirasi,

prognosis kurang baik. Jika terjadi hipoksemia berat dan asidosis metabolik yang

seringkali berhubungan dengan trauma paru, keadaan analisis gas darah yang jelek,

sukar menjadi patokan prognosis untuk hidup.

Prognosis pada korban yang datang ke rumah sakit dalam keadaan sadar atau

hanya mengantuk biasanya baik, tapi sebaliknya pasien yang ditemukan tidak sadar

dengan dilatasi pupil dan tidak ada respirasi spontan mempunyai prognosis yang

buruk.

KESIMPULAN

14

Page 15: 1 Refrat Drowning Sucidp

Telah dibicarakan tentang patofisiologi, penatalaksanaan dan monitoring serta

prognosis dari korban tenggelam. Kita mengenal dry drowning, wet drowning dan near

drowning juga perbedaan patofisiologi yang terjadi pada korban tenggelam di air laut

dan air tawar. Namun akibatnya hampir sama yaitu asfiksia karena terhalangnya paru-

paru untuk menyerap oksigen yang dapat berujung pada kerusakan organ hingga

kematian.

Penatalaksanaan di tempat kejadian yang paling penting adalah resusitasi

kardiopulmoner, dan jangan sekali-sekali dimulai dengan drainage paru. Di rumah

sakit, terapi ditujukan untuk memperbaiki ventilasi dan sirkulasi sehingga adekuat,

koreksi ketidakseimbangan asam basa dan mengatasi hipotermi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Poseidon. The Lifeguard’s Third Eyes. Drowning Statistic – Drowning Facts File.

2006

2. Ap, Bs, H. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 1981; 48-50.

3. Wikipedia. Tenggelam. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Tenggelam,

diunduh tanggal 9 Agustus 2012

4. Wikipedia. Asfiksia. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Asfiksia, diunduh

tanggal 10 Agustus 2012

5. Medical dictionary. Aspirasi. Available at http://medical-dictionary. t hefree

dictionary.com/Aspiration, diunduh tanggal 10 Agustus 2012

6. Sunaryo, Sudirman Syarif. Tenggelam dan cara pertolongannya. Dalam kumpulan

nazca lengkap Konas I PCCMI 1982; 261-79.

7. www.eMedicine – Drowning : Article by Suzanne Moore Shepherd, diunduh

tanggal 9 Agustus 2012

8. Shoemaker, William C. Drowning and near drowning. In Atext book of critical

care. Phyladelphia: W. B Saunder company; 2002; 39-43.

15

Page 16: 1 Refrat Drowning Sucidp

9. Idris AH, Berg RA, Bierens J, et al. Recommended guidelines for uniform reporting

of data from drowning : the “Utstein style.” Resuscitation. Sydneys: Butter worths;

2003; 45-59

10. Oh. T. E. Near drowning. In Intensive care manual. Sydneys: Butter worths; 2002;

282-5

16