21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalkulus merupakan alat untuk melakukan analisis matematis terhadap perubahan atau gerakan. Kita ketahui bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak berubah, segala sesuatu bisa mengalami perubahan atau dengan kata lain satu-satunya yang tidak berubah di dunia ini adalah perubahan itu sendiri. Oleh sebab itu, kalkulus memiliki peran dalam seluruh bidang penelitian ilmiah. Kalkulus dikembangkan pada abad ke-17 oleh Sir Isaac Newton dan Gottfried Leibniz dengan bidang yang berbeda. Newton pertama kali menemukan kalkulus dalam usahanya memecahkan masalah-masalah tertentu pada bidang fisika dan anatomi, yakni temuannya tentang kecepatan benda bergerak, gaya yang ada ketika melakukan suatu pekerjaan, serta pusat massa dari bnda. Sementara Leibniz pertama kali menemukan kalkulus dalam usahanya memecahkan masalah-masalah tertentu pada bidang ilmu ukur (geometri), yaitu menemukan tangen (garis singgung) suatu kurva, panjangnya bagian dari suatu kurva, luas bidang yang dibatasi satu kurva atau lebih, dan volume suatu benda padat. Operasi dasar dari kalkulus adalah diferensial dan integral yang berlawanan satu dengan yang lain. Diferensial terkait dengan penentuan tingkat perubahan dari suatu fungsi tertentu, atau dikatakan juga sebagai pecahan suatu fungsi ke dalam banyak bagian kecil (yang statis) secara tak terbatas sehingga ia mengurai fungsi tersebut pada titik waktu tertentu atau pada suatu nilai variabel bebas tertentu. Sementara integral terkait dengan pencarian suatu fungsi apabila diketahui tingkat perubahannya atau dikatakan juga sebagai penjumlahan secara tak terbatas dari bagian-bagian kecil untuk memperoleh fungsi awal. Kalkulus sangat penting dalam memecahkan masalah-masalah pada bidang ekonomi sebab analisis dalam bidang ini sering terkait dengan perubahan. Misalnya analisis marginal berupa tingkat perubahan marginal atau variasi atas margin dianalisis sebagai turunan pertama dari fungsi penad (relevan fungction), maksimisasi keuntungan atau minimisasi biaya, programasi matematis terkait maksimisasi dan minimisasi suatu fungsi dalam ekonomi, dan sebagainya. Untuk itu, sebelum masuk lebih dalam tentang penerapan kalkulus dalam bidang ekonomi maka terlebih dahulu akan dibahas konsep matematis khususnya yang terkait dengan kalkulus differensial. 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep diferensial fungsi dari satu variabel.

Tugas Kelompok Mateko

  • Upload
    unimed

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalkulus merupakan alat untuk melakukan analisis matematis terhadap perubahan

atau gerakan. Kita ketahui bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak berubah, segala sesuatu

bisa mengalami perubahan atau dengan kata lain satu-satunya yang tidak berubah di dunia ini

adalah perubahan itu sendiri. Oleh sebab itu, kalkulus memiliki peran dalam seluruh bidang

penelitian ilmiah. Kalkulus dikembangkan pada abad ke-17 oleh Sir Isaac Newton dan

Gottfried Leibniz dengan bidang yang berbeda. Newton pertama kali menemukan kalkulus

dalam usahanya memecahkan masalah-masalah tertentu pada bidang fisika dan anatomi,

yakni temuannya tentang kecepatan benda bergerak, gaya yang ada ketika melakukan suatu

pekerjaan, serta pusat massa dari bnda. Sementara Leibniz pertama kali menemukan kalkulus

dalam usahanya memecahkan masalah-masalah tertentu pada bidang ilmu ukur (geometri),

yaitu menemukan tangen (garis singgung) suatu kurva, panjangnya bagian dari suatu kurva,

luas bidang yang dibatasi satu kurva atau lebih, dan volume suatu benda padat. Operasi dasar

dari kalkulus adalah diferensial dan integral yang berlawanan satu dengan yang lain.

Diferensial terkait dengan penentuan tingkat perubahan dari suatu fungsi tertentu, atau

dikatakan juga sebagai pecahan suatu fungsi ke dalam banyak bagian kecil (yang statis)

secara tak terbatas sehingga ia mengurai fungsi tersebut pada titik waktu tertentu atau pada

suatu nilai variabel bebas tertentu. Sementara integral terkait dengan pencarian suatu fungsi

apabila diketahui tingkat perubahannya atau dikatakan juga sebagai penjumlahan secara tak

terbatas dari bagian-bagian kecil untuk memperoleh fungsi awal.

Kalkulus sangat penting dalam memecahkan masalah-masalah pada bidang ekonomi

sebab analisis dalam bidang ini sering terkait dengan perubahan. Misalnya analisis marginal

berupa tingkat perubahan marginal atau variasi atas margin dianalisis sebagai turunan

pertama dari fungsi penad (relevan fungction), maksimisasi keuntungan atau minimisasi

biaya, programasi matematis terkait maksimisasi dan minimisasi suatu fungsi dalam

ekonomi, dan sebagainya. Untuk itu, sebelum masuk lebih dalam tentang penerapan kalkulus

dalam bidang ekonomi maka terlebih dahulu akan dibahas konsep matematis khususnya yang

terkait dengan kalkulus differensial.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep diferensial

fungsi dari satu variabel.

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Limit

2.1.1 Definisi Limit

Suatu fungsi f(x) dikatakan mendekati L untuk x mendekati a dan ditulis lim�→� �� = � berarti bahwa untuk setiap ε > 0 (betapa pun kecilnya) terdapat δ >

0 yang berpadanan sedemikian sehingga |�� − �| < � dengan syarat bahwa 0 < | − �| < �.

Perhatikan nilai fungsi f(x) = 2x + 3 untuk x mendekati 5 pada tabel berikut:

X … 4,97 4,98 4,99 5 5,01 5,02 5,03 …

f(x) … 12,94 12,96 12,98 … 13,02 13,04 13,06 …

Dari tabel di atas, untuk x mendekati 5 dari arah kanan dan arah kiri nilai f(x) mendekati 13.

Selain itu, jika selisih antara suatu fungsi f(x) dengan suatu konstanta L dalam nilai

absolut lebih kecil daripada suatu angka positif kecil untuk semua nilai positif x yang cukup

besar atau nilai negatif x yang cukup kecil , maka f(x) yang merupakan pendekatan L adalah

limit pada saat x mendekati positif atau negatif tak terhingga.

Contoh 1:

Untuk �� = 1 − ���� maka lim�→�~ �� = 1 dan lim�→�~ �� = 1

X 1 50 100 150 200 1000 10000 … +∞

f(x) 0,000 0,980 0,990 0,993 0,995 0,999 0,9999 … …

X -1 -50 -100 -150 -200 -1000 -10000 … -∞

f(x) 2,000 1,020 1,010 1,0067 1,0050 1,0010 1,0001 … …

Selanjutnya, lim�→�� �� = � disebut dengan limit kanan dan lim�→�� �� = � disebut

limit kiri. Sehingga dapat disimpukan bahwa limit suatu fungsi ada (terdefinisi) jika dan

hanya jika limit kiri dan limit kanan ada serta keduanya sama.

lim�→�� �� = lim�→�� �� = �

3

2.1.2 Sifat-sifat Limit

Berikut ini beberapa sifat-sifat limit yang bermanfaat dalam mencari limit dari suatu fungsi.

1. lim�→� � = �

2. lim�→���� ± ��� = lim�→� �� ± lim�→� �� lim�→��∑ � �! "� � = ∑ lim�→� � �! "�

3. lim�→����. ��� = lim�→� �� . lim�→� �� 4. lim�→� $��%�� = &'()→* $��&'()→* %�� 5. lim�→�����! = �lim�→� ���!

6. lim�→�+ ,��- . = /lim�→���-

2.1.3 Limit Fungsi Aljabar

a). Limit fungsi berbentuk lim�→� �� Jika variabel x mendektai a dimana a ∈ R, maka cara penyelesaiannya adalah langsung

disubstitusikan. Jika hasilnya adalah bentuk tak tentu, maka terlebih dahulu difaktorkan,

disederhanakan lalu disubstitusikan.

Contoh :

lim�→� �0�1��2��� = lim�→� ���2������� = lim�→�� + 5 = 6

b). Limit fungsi berbentuk lim�→∞ �� Cara penyelesaiannya adalah pembilang dan penyebut dibagi dengan variabel pangkat

tertinggi. Untuk lim�→� $��%��, nilai limit ditentukan sebagai berikut:

1) Jika pangkat tertinggi f(x) = pangkat tertinggi g(x) maka

lim�→� $��%�� = 678$ 9 8!;�!%6�<<8=< !%% $��678$ 9 8!;�!%6�<<8=< !%% %��

4

2). Jika pangkat tertinggi f(x) > pangkat tertinggi g(x), maka

lim�→� $��%�� = ±∞

3). Jika pangkat tertinggi f(x) < pangkat tertinggi g(x), maka

Lim�→� $��%�� = 0

4). Untuk lim�→���� − ���, kalikan dengan sekawannya yaitu f(x) + g(x)

Contoh :

1). lim�→∞

0)0)? �@))?� 0)?)?)?�@)0)? � A)? = lim�→∞ 0)0� @)0� 0)?�� @)0� A)? = B�B�B��B�B = 0

2). lim�→∞C√ + 2 − √ − 1F = lim�→∞C√ + 2 − √ − 1F. C√��G�√���FC√��G�√���F = lim�→∞ ���G�����√��G�√���

= lim�→∞ H√��G�√���

= lim�→∞ @)/��0)�/��I)

= B√��B�√��B

= BG

= 0

2.1.4 Limit Fungsi Trigonometri

a). Jika variabel mendekati sudut tertentu (x → α)

Diselesaikan dengan mensubstitusikan langsung besar sudutnya (x). Jika hasilnya bentuk

tak tentu, maka harus disederhanakan, difaktorkan, lalu disubstitusikan.

Contoh :

LimJ→12K L'M J�NOLJ��PQMJ = limJ→12K L'M J�NOLJ��RST UVWRU

= limJ→12K L'M J�NOLJVWRUXRST UVWRU

= limJ→12K −cos\

= −cos 45B

= − �G √2

5

b). Jika variabel mendekati nol

Diselesaikan dengan mengubah ke dalam bentuk umum sebagai berikut:

1). Lim�→B L'M �� = 1

2). Lim�→B �L'M � = 1

3). Lim�→B PQM �� = 1

4). Lim�→B �PQM � = 1

Contoh :

1. Lim�→B L'M H�G� = Lim�→B L'M H�H� . HG

= HG . Lim�→B L'M H�H�

= HG �1 = HG

2. Lim�→B ��NOL G��0 = Lim�→B �����GL'M0 ��0

= Lim�→B G L'M0 ��0

= 2 (1)(1)

= 2

2.1.5 Limit Bentuk Tak Tentu

Bentuk tak tentu antara lain adalah BB,

∞ ∞ - ∞, 0

0. Untuk menyelesaikan limit bentuk tak

tentu maka terlebih dahulu harus melakukan manipulasi, penyederhanaan, pemfaktoran

fungsi aljabar atau fungsi trigonometri dari limit yang ditanyakan.

Contoh :

lim�→� �0����� = lim�→� �������� = lim�→� = 1

2.2 Kontinuitas dan Diskontinuitas

Suatu fungsi dikatakan kontinu pada x = a jika:

1. f(a) ada (terdefinisi)

2. lim�→� �� ada

3. lim�→� �� = ���

6

Berdasarkan definisi kontinuitas di atas maka berarti bahwa grafik dari suatu fungsi yang

kontinu pada suatu interval merupakan kurva yang tidak terputus-putus.

Contoh:

Kita akan buktikan bahwa f(x) = 5x2 – 3 kontinu pada x = -1

1. f(-1) = 5(-1)2 – 3 = 2 (ada)

2. lim�→��X �� = lim�→��XC5G– 3F = 5�−1G– 3 = 2

lim�→��` �� = lim�→��`C5G– 3F = 5�−1G– 3 = 2

lim�→��X �� = lim�→��` �� = lim�→�� �� = 2 (ada)

3. lim�→�� �� = ��� = 2

Jadi, karena memenuhi ketiga syarat kontinuitas maka terbukti bahwa f(x) = 5x2 – 3 kontinu

pada x = -1. Kurvanya adalah sebagai berikut ini:

Jika salah satu dari ketiga syarat di atas tidak terpenuhi maka f(x) dikatakan diskontinu di x =

a. Umumnya ada tiga bentuk ketidaksinambungan yang terjadi yaitu:

1. Suatu fungsi f(x) dikatakan mempunyai ketidaksinambungan tak terbatas pada x = a jika

f(x) menjadi tak terbatas (secara positif maupun negatif) apabila x → a, sekalipun jika

f(a) ada dan lim�→� �� tidak ada.

7

2. Suatu fungsi f(x) dikatakan mempunyai ketidaksinambungan terbatas atau bertahap pada

x = a jika f(x) tetap terbatas tapi berubah dengan tiba-tiba pada x = a, yaitu f(a)

terdefinisi tetapi lim�→� �� tidak ada (walaupun pada umumnya limit kanan dan limit

kiri ada dan f(a) sama dengan salah satu dari mereka).

3. Suatu fungsi f(x) dikatakan memiliki ketidaksinambungan titik yang hilang pada x = a

jika f(a) tidak terdefinisi tetapi lim�→� �� ada.

Contoh:

1. Fungsi f(x) = 4x/(4 – x2) memiliki ketidaksinambungan tak terbatas pada x = ± 2, karena

f(x) →∞ pada x→2- , f(x) →-∞ pada x→2

+, f(x) →∞ pada x→-2

-, f(x) →-∞ pada x→-2

+,

dan f(+2) serta f(-2) tidak terdefinisi. Fungsi ini sinambung pada semua nilai x kecuali

pada x = ± 2.

2. Fungsi f(x) = 1/(1+21/x

) memiliki ketidaksinambungan terbatas (yaitu adanya loncatan)

pada x = 0 karena lim�→B �� tidak terdefinisi. Fungsi ini sinambung pada semua

nilai x kecuali x = 0.

8

3. Fungsi f(x) = (x3 – 2x

2 - 3x + 6)/(x - 2) tidak terdefinisi dan oleh karena itu tidak

sinambung pada x = 2. Tetapi untuk x ≠ 2,

�� = �@�G�0�H��a��G = C�0�HF���G��G = G − 3

Dan lim�→G �� = 1. Jadi dengan demikian

��2 = lim�→G �� = 1

Sehingga f(x) sinambung untuk semua nilai x dan grafiknya berupa parabola y = x2 – 3

2.3 Turunan Pertama dari Suatu Fungsi

Misalkan I interval terbuka yang memuat x1 dan x2 serta f(x) terdefinisi di I sehingga

terdapat setidaknya dua titik yang terdefinisi di I yaitu P(x1, f(x1)) dan Q(x2, f(x2)). Kita

kan mendefinisikan kemiringan garis singgung pada grafik f(x) di titik P(x1, f(x1)).

9

Kita tarik garis yang melalui P dan Q sehingga didapat tali busur yang melalui kedua titik

tersebut. Kita nyatakan selisih antara absis Q dan P dengan ∆x = x2 – x1, dimana ∆x ini

menyatakan perubahan nilai x dari x1 menuju x2. Kemiringan tali busur PQ adalah:

bcd = ��G − ���∆

Atau

bcd = ��∆ + � − ���∆

Jika kita anggap P tetap, dan Q bergerak sepanjang kurva menuju P, maka Q mendekati P.

Dengan demikian, x2 mendekati x1 dan ∆x mendekati 0 sehingga kemiringan tali busur

mendekati nilai limit dimana nilai limit inilah yang disebut sebagai kemiringan garis

singgung pada grafik f(x) di titik P.

lim∆�→B bcd = lim∆�→B ��∆ + � − ���∆

Kemiringan suatu fungsi pada suatu titik tertentu disebut sebagai turunan pertama dari fungsi

tersebut pada titik itu, dan dinotasikan sebagai berikut:

�f�= lim∆�→B �� + ∆ − ��∆

Contoh :

Kita akan cari turunan pertama dari f(x) = 5x2 – 2.

�f�= lim∆�→B �� + ∆ − ��∆

= lim∆�→B +2���∆�0�G.��2�0�G∆�

= lim∆�→B 2���∆�0�G�2�0�G∆�

= lim∆�→B 2��0�G�∆��∆�0�G�2�0�G∆�

= lim∆�→B �B�∆��2∆�0∆�

10

= lim∆�→B ��B��2∆�∆�∆�

= lim∆�→B 10 + 5∆

=10 + 5�0 =10

2.4 Pengertian Diferensial

Derivatif atau turunan ghg� tidak dianggap sebagai suatu hasil bagi atau pecahan dengan ij sebagai pembilang dan dx sebagai penyebut, melainkan sebagai lambang yang

menyertakan limit dari khk�, sewaktu ∆ mendekati nilai nol sebagai limit. Akan tetapi untuk

dapat memahami masalah – masalah tertentu kadang – kadang bermanfaat juga untuk

menafsirkan dx dan dy secara terpisah. Dalam hubungan ini dx menyatakan diferensial x dan

dy diferensial y. pengertian diferensial berguna sekali, misalnya dalam aplikasinya pada

kalkulus integral dan pada pendekatan perubahan dalam variabel gayut yang berkaitan

dengan perubahan – perubahan kecil dalam variabel bebas.

Jika f(x) merupakan derivative dari fungsi y = f(x) untuk nilai x tertentu dan ∆

merupakan kenaikan dalam x, maka diferensial dari f(x), yang dalam hal ini ditulis df(x) atau

dy, terdefinisikan oleh persamaan.

dy = df (x) = �′(x)∆ = ghg� ∆

dideferensial x ang ditunjukkan dengan i adalah i = ∆

Dengan demikian, diferensial suatu fungsi didefinisikan sebagai derivatif fungsi tersebut

dikalikan dengan tambahan peubah bebas. Perhatikan bahwa, jika fungsi f(x) = x, maka �′� > lebih besar, dan dengan demikian i = ∆. Jadi jika x merupakan variabel bebas,

maka diferensial dx dari x sama dengan ∆.

Secara geometrical perhatikanlah kurva y = f(x) (lihat gambar 9 dibawah ini), dan

misalkan turunannya pada titik P = �′�. Maka

dx = PQ dan dy = �′� dx = (tanq)(PQ) = drcd . st = tu

11

Oleh karena itu dy adalah tambahan ordinat (sama dengan QT) dari garis singgung

yang sesuai dengan i atau df (x) adalah kenaikan ordinat dari tangens yang berpadanan

dengan dx.

Argumentasi geometrical ini membawa kita kepada penfsiran derivative sebagai suatu

hasil bagi atau pecahan, jika sembarang kenaikan dari variabel bebas x pada suatu titik P

(x,y) pada kurva y = f(x) dinyatakan dengan dx, maka dalam rumusan turunannya.

ghg� = �′� = (tan q)

dy menyatakan kenaikan yang bersesuaian dari koordinat tangens pada P atau tambahan

ordinat garis singgung pada titik P yang sesuai.

Perhatikan, bahwa diferensial dy dan kenaikan ∆j dari

fungsi yang berpadan dengan nilai dx = ∆ yang sama,

pada umumnya tidaklah sama, yaitu ≠ ∆j . Dalam

gambar.9 disamping dy = QT sedang ∆j = Qs′ Dari gambar itu dapat dilihat dengan jelas, bahwa ∆j

= QP', dan dy = QT kurang lebih sama, jika ∆ = PQ

sangatlah kecil. Dalam kenyataaan, jika variabel bebas

kecil sekali perubahannya, maka diferensial fungsi itu

hampir sama dengan kenaikan fungsi. Jika diferensial

fungsi dapat dipakai untuk mendekati perubahannya,

apabila perubahan variabel bebas keci sekali.

Contoh :

Untuk fungsi permintaan = �ah? dimana jumlah unit yang diminta dan j harga dalam

dollar. Jika j = 200 dengan kesalahan maksimum 10, tentukan berapa kira-kira kesalahan

relatif maksimum dari .

Penyelesaian :

ln = ln 16 − 4 ln j i = −4ijj

12

Untuk j = 200 dengan ij = 10, kesalahan relatif adalah i = − 40200 = −15

Sehingga prosentase kesalahan adalah -20. Tanda kesalahan yang negatif ini menunjukkan

bahwa dalam estimasi dan j, kemungkinan kesalahan dari dan j berlawanan tanda.

2.5 Rumus turunan pertama suatu fungsi :

1. Fungsi aljabar:

Aturan 1: turunan dari suatu konstanta adalah nol. Bila j = w; maka: iji = 0

Aturan 2: turunan dari suatu peubah yang berpangkat n adalah hasil kali n dengan

peubah tersebut yang berpangkat �x − 1, jika j = ! , maka iji = x!��

Aturan 3: turunan dari hasil kali suatu konstanta dan suatu fungsi yang dapat

dideferensiasi adalah hasil kali kontanta tersebut dengan turunan fungsi itu: jika j = w. z, di mana z = �� merupkan fungsi yang dapat didiferensiasi dari x, maka iji = w izi

Aturan 4: turunan dari jumlah fungsi-fungsi yang bisa didiferensiasi adalah jumlah

dari turunan mereka masing-masing: jika j = z + { di mana z = �� dan { = ��

adalah fungsi- fungsi didiferensiasi terhadap x, iji = izi + i{i

Aturan 5:j = z. {, di mana z = �� dan { = ��, iji = z izi + { i{i

Aturan 6: j = |}, di mana z = �� dan { = ��,

iji = z izi + { i{i{G

13

2. Fungsi –fungsi gabungan

Aturan 7. Jika j = ��z dan z = ℎ�, iji = ijiz + izi

Aturan 8. Jika j = z!, di mana z = �� iji = xz!�� izi

3. Fungsi-fungsi Logaritma

Aturan 9. Jika j = lQ ogz, di mana z = ��, iji = lQ ogzz izi

4. Fungsi-fungsi eksponensial

Aturan 10. Jika j = �|, dimana z = ��), maka z = ��, maka iji = �! ln � izi

Aturan 11. Jika j = z}, di mana z = ��) dan { = ��, maka iji = {z!�� izi + z} lnz izi

5. Fungsi-fungsi Trigonometri

Aturan 12. Jika j = sin z, dimana z = ��, iji = cosz izi

Aturan 13. Jika j = cos z, dimana z = ��, iji = −sin z izi

Aturan 14. Jika j = tan z, dimana z = ��, iji = secG z izi

6. Fungsi-fungsi inversi

Aturan 15. Jika = ��, dan = ��j adalah fungsi inversi, maka iji = 1iij

14

2.6 Diferensiasi Implisit

Fungsi- fungsi dalam bentuk j = �� yang menyatakan j secara eksplisit dalam

satuan dapat didiferensiasikan menurut kaidah-kaidah tipe fungsi yang sesuai. Akan tetapi,

sebagaimana nampak pada bagian di muka, beberapa persamaan meliputi dan j dalam

bentuk ��, j = 0, yang tidak menyatakan j secara eksplisit dalam satuan dan bentuk ini

tidak dengan mudah dapat dituliskan dalam bentuk diatas. Persamaan- persamaan yang

menyatakan j sebagai fungsi dari seperti mempunyai arti bahwa untuk setiap nilai ada

nilai j yang sesuai yang memenuhi persamaan itu, dan persamaan ini menyatakan j sebagai

fungsi implisit dari . Dengan menggunakan metode diferensiasi implisit kita dapat

menghitung ghg� dari persamaan seperti ini. Dalam metode ini, j diperlakukan sebagai sesuatu

yang tak diketahui tapi merupakan fungsi yang dapat didiferensiasikan terhadap , dan

dengan demikian kaidah-kaidah untuk mencari derivatif dapat digunakan. Pada umumnya,

metode ini memberikan pernyataan yang sama, yaitu ghg� baik untuk maupun j. Derivatif-

derivatif orde lebih tinggi dapat juga diproleh dengan diferensiasi implisit.

Prosedur Diferensiasi Implisit

Apabila j dinyatakan sebagai fungsi implisit dari oleh persamaan ��, j = 0,

derivatif j terhadap dapat diperoleh dengan mendiferensiasikan persamaan ��, j = 0

unsur demi unsur dengan menganggap j sebagai fungsi dari , dan kemudian memecahkan

persamaan hasil untuk mendapatkan derivatif ghg� .

Contoh :

Carilah ghg� untuk persamaan jG − G + j = 0. Diferensiasikan terhadap

Penyelesaian :

2j iji + jG − 2 + iji = 0

�2j + 1 iji = 2 − jG

iji = 2 − jG2j + 1

Catatan : Dalam contoh ini, jG adalah hasil kali dari dua fungsi , yaitu dan jG, dan

karena itu didiferensiasikan dengan menggunakan kaidah hasil kali. ii �z{ = z i{i + { izi

Dimana = , { = jG, g|g� = g�g� = 1, dan

g}g� = 2j ghg�. Sehingga gg� �jG = 2j ghg� + jG.

Derivatif dari −G adalah −2 sebagaimana dalam diferensiasi fungsi eksplisit (perhatikan

lagi bahwa ghg� = 1). Derivatif dari j adalah

ghg�, sebagaimana juga dalam diferensiasi fungsi

eksplisit.

15

2.7 Maksimum dan Minimum Relatif

Suatu fungsi j = �� dikatakan mempunyai maksimum relatif atau maksimum lokal

pada = �, jika ��� lebih besar daripada nilai �� yang lain, untuk yang berada pada

interval di sekitar �, suatu fungsi j = �� dikatakan mempunyai minimum relatif atau

minimum lokal pada = �. Jika ��� lebih kecil dari setiap nilai �� yang lain untuk

yang berada dalam interval di sekitar �. Perhatikan bahwa sebuah maksimum atau minimum

relatif dari suatu fungsi adalah maksimum atau minimum fungsi tersebut dalam suatu interval

tertentu; maksimum atau minimum absolut dari suatu fungsi dalam suatu interval yang lebih

besar dapat terjadi pada titik ujung interval tersebut, dan biasanya bukan pada maksimum

atau minimum relatif yang lainnya. Perlu diperhatikan juga bahwa nilai maksimum relatif

dari suatu fungsi bisa saja lebih kecil dari nilai minimum relatif dari fungsi yang

bersangkutan.

Jika suatu fungsi �� memiliki satu nilai maksimum atau nilai minimum relatif pada nilai = �, dimana derivatif pertama fungsi tersebuut sinambung, maka �f�� = 0. Nilai-nilai

untuk �f� tidak sinambung akan dijelaskan secara tersendiri dibagian belakang.

Catatan :

1. Sebuah maksimum atau minimum relatif pada = � menyatakan �f�� = 0 jika dan

hanya jika �� dan �f� sinambung pada = �.

2. �f�� = 0 tidak secara langsung menyatakan adanya titik maksimum atau minimum

relative pada = � sekalipun �� dan �f� sinambung pada = �, yaitu jika ��

dan �f� sinambung pada = �, �f�� = 0 merupakan syarat perlu, tapi bukan

syarat cukup untuk maksimum atau minimum relatif pada = �.

Perhatikan fungsi �� pada nilai = � dimana �� dan �f� sinambung. Secara

geometris jelas bahwa pada waktu ��� adalah sebuah maksimum relatif dari ��, maka

kemiringan �f� dari �� berubah dari positif menjadi negatif apabila melewati titik = �. Sama halnya, jika ��� adalah minimum relatif dari ��, maka kemiringan �f�

dari �� berubah dari negatif menjadi positif apabila melewati titik = �. Penjelasan

16

secara aljabar mengenai hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa suatu fungsi menaik

memiliki kemiringan positif dan fungsi menurun memiliki kemiringan negatif.

Dengan demikian untuk menentukan nilai maksimum atau minimum relatif dari suatu

fungsi j = ��, jika memang ada adalah,

1. Selesaikan persamaan �f� = 0 untuk memperoleh akar-akarnya

2. Untuk masing-masing akar �, tentukan apakah �f� berubah tanda apabila

bertambah melewati �: �f� berubah dari (+) ke (-) pada = � ⟹ maksimum relatif pada = � �f� berubah dari (-) ke (+) pada = � ⟹ minimum relatif pada = � �f� tidak berubah tanda pada = � ⟹ tidak ada maksimum atau minimum

relatif pada = �

Contoh :

Carilah maksimum dan minimum relatif (jika ada) dari fungsi j = 2H − 3G − 12 + 13. Penyelesaian : iji = 6G − 6 − 12

ghg� = 0 jika G − − 2 = 0 � − 2� + 1 = 0 = 2, = −1

�jika − 1 < < 2, ghg� < 0Jika > 2, ghg� > 0 � Jadi minimum pada = 2

17

� jika < −1, ghg� > 0Jika − 1 < < 2, ghg� < 0� Jadi maksimum pada = −1

Dalam setiap contoh diatas, derivatif pertama sinambung pada semua nilai . Jadi

maksimun dan minimum relatif hanya dapat terjadi untuk nilai-nilai = � dimana �f�� =0. Sebagaimana dinyatakan diatas, maksimum dan minimum relatif hanya dapat terjadi pada

nilai-nilai = � dimana �f�� tidak sinambung. Jadi jika �� sinambung pada = � tetapi

derivatif pertamanya tidak sinambung pada = �, maka dapat saja ��� merupakan

maksimum atau minimum relatif, sekalipun �f�� ≠ 0. Lagipula, perubahan tanda dari

derivatif pertama apabila melewati � juga diperlukan bagi adanya maksimum atau

minimum relaif pada = �.

Dengan demikian untuk menentukan nilai maksimum atau minimum relatif (jika ada)

dari suatu fungsi j = �� pada titik-titik dimana �� sinambung tapi �f� tidak

sinambung.

1. Tentukan nilai-nilai dimana �f� tidak sinambung dan �� sinambung.

2. Untuk masing-masing nilai � dimana �� sinambung pada = � dan �f� tidak

sinambung pada = �, tentukan apakah �f� berubah tanda apabila bertambah

melewati �: �f� berubah dari (+) ke (-) pada = � ⟹ maksimum relatif pada = � �f� berubah dari (-) ke (+) pada = � ⟹ minimum relatif pada = � �f� tidak berubah tanda pada = � ⟹ tidak ada maksimum atau minimum

relatif pada = �

Contoh :

Carilah maksimum dan minimum relatif (jika ada) dari fungsi j = G/H.

Penyelesaian :

18

iji = 23��/H

ghg� ≠ 0 untuk semua nilai

ghg� → −∞ apabila → 0� dan ghg� → ∞ apabila → 0�

Dengan demikian ghg� mempunyai ketidaksinambungan tak terhingga pada = 0.

�jika < 0, ghg� < 0Jika > 0, ghg� > 0� Jadi minimum pada = 0

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, nilai terkecil (atau terbesar) dari suatu fungsi

dalam suatu interval, yaitu nilai minimum atau maksimum fungsi tersebut dalam suatu

interval dapat terdapat pada titik ujung dari interval tersebut dan bukan pada titik minimum

atau maksimum relatif.

Contoh :

Carilah nilai maksimum dan minimum dari fungsi j = G − 2 dalam interval 2 ≤ ≤ 4. Penyelesaian : j = G − 2 iji = 2 − 2 iji = 0jika = 1

� iji < 0jika < 1iji > 0jika > 1� jadiminimumpada = 1

Akan tetapi = 1 berada diluar interval 2 ≤ ≤ 4.

19

Jika = 2, j = 0

Jika = 4,j = 8

Jadi dalam interval 2 ≤ ≤ 4, nilai terkecil j terjadi pad titik = 2 dan nilai terbesar pada

titik akhir = 4 ; pada titik ini ghg� tidak sama dengan nol.

20

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Suatu fungsi f(x) dikatakan mendekati L untuk x mendekati a dan ditulis lim�→� �� = �

berarti bahwa untuk setiap ε > 0 (betapa pun kecilnya) terdapat δ > 0 yang berpadanan

sedemikian sehingga |�� − �| < � dengan syarat bahwa 0 < | − �| < �.

2. Suatu fungsi dikatakan kontinu pada x = a jika:

1. f(a) ada (terdefinisi)

2. lim�→� �� ada

3. lim�→� �� = ��� Jika salah satu dari ketiga syarat di atas tidak terpenuhi maka f(x) dikatakan diskontinu di

x = a.

3. Kemiringan suatu fungsi pada suatu titik tertentu disebut sebagai turunan pertama dari

fungsi tersebut pada titik itu, dan dinotasikan sebagai berikut:

�f�= lim∆�→B �� + ∆ − ��∆

4. Persamaan- persamaan yang menyatakan j sebagai fungsi dari seperti mempunyai arti

bahwa untuk setiap nilai ada nilai j yang sesuai yang memenuhi persamaan itu, dan

persamaan ini menyatakan j sebagai fungsi implisit dari

5. Suatu fungsi j = �� dikatakan mempunyai maksimum relatif pada = �, jika ���

lebih besar daripada nilai �� yang lain, untuk yang berada pada interval di sekitar �,

suatu fungsi j = �� dikatakan mempunyai minimum relatif atau minimum lokal pada = �. Jika ��� lebih kecil dari setiap nilai �� yang lain untuk yang berada dalam

interval di sekitar �.

B. Saran

Diharapkan agar pembaca mencari referensi lain yang mendukung sehingga dapat

menambah wawasan lebih lagi mengenai konsep Differensial Fungsi Dari Satu Variabel serta

aplikasinya dalam bidang ekonomi.

21

DAFTAR PUSTAKA

Purcell, Edwin J. 1987. Kalkulus dan Geometri Analitis. Jakarta: Penerbit Erlangga

Weber, Jean E. 1999. Analisis Matematik : Penerapan Bisnis dan Ekonomi Edisi Keempat–

Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.