129
SESUMBER GEOLOGI Sesumber Geologi adalah produk dari proses geologi yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. A. SUMBERDAYA AIR 1. Dasar Teori Air merupakan sumber daya penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan, telah meningkatkan kebutuhan air. Di lain pihak, ketersediaan air dirasakan semakin terbatas, di beberapa tempat bahkan sudah dapat dikategorikan berada dalam kondisi kritis. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti pencemaran, penggundulan hutan, kegiatan pertanian yang mengabaikan kelestarian lingkungan dan berubahnya fungsi daerah tangkapan air. Air adalah semua air yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah. Air dalam pengertian ini termasuk air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang dimanfaatkan di darat. Sedangkan pengertian sumberdaya air adalah air dan semua potensi yang terdapat pada air, sumber air, termasuk sarana dan prasarana pengairan yang dapat dimanfaatkan, namun tidak termasuk kekayaan hewani yang ada di dalamnya (Sunaryo, 2004).

Tugas Geologi Lingkungan Kelompok 1

Embed Size (px)

Citation preview

SESUMBER GEOLOGI

Sesumber Geologi adalah produk dari proses geologi yang

dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia.

A. SUMBERDAYA AIR

1. Dasar Teori

Air merupakan sumber daya penting bagi kehidupan

manusia dan mahluk hidup lainnya. Meningkatnya jumlah

penduduk dan kegiatan pembangunan, telah meningkatkan

kebutuhan air. Di lain pihak, ketersediaan air

dirasakan semakin terbatas, di beberapa tempat bahkan

sudah dapat dikategorikan berada dalam kondisi kritis.

Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti

pencemaran, penggundulan hutan, kegiatan pertanian yang

mengabaikan kelestarian lingkungan dan berubahnya

fungsi daerah tangkapan air.

Air adalah semua air yang terdapat di atas maupun

di bawah permukaan tanah. Air dalam pengertian ini

termasuk air permukaan, air tanah, air hujan dan air

laut yang dimanfaatkan di darat. Sedangkan pengertian

sumberdaya air adalah air dan semua potensi yang

terdapat pada air, sumber air, termasuk sarana dan

prasarana pengairan yang dapat dimanfaatkan, namun

tidak termasuk kekayaan hewani yang ada di dalamnya

(Sunaryo, 2004).

Menurut Middleton (2008) dalam Sunaryo (2004) air

merupakan elemen yang paling melimpah di atas bumi,

yang meliputi 70 persen permukaannya dan berjumlah

kira-kira 1.4 ribu juta kilometer kubik. Namun hanya

sebagian kecil saja dari jumlah ini yang benar-benar

dimanfaatkan, yaitu kira-kira hanya 0,003 persen.

Sebagian besar air, kira-kira 97 persen, ada dalam

samudera, laut, dan kadar garamnya terlalu tinggi.

Beberapa batasan pengertian lingkup sumber daya air

di bawah ini, mengambil bahan rujukan (referensi) dari

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2004 tentang Sumber Daya

Air, dan beberapa Peraturan Pemerintah yang berkait.

a. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas,

ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam

pengertian ini air permukaan, air tanah, air

hujan, dan air laut yang berada di darat.

b. Sumber Air, adalah tempat atau wadah air alami

dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas,

ataupun di bawah permukaan tanah.

c. Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air

dan/atau pada sumber air yang dapat memberikan

manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan

penghidupan manusia serta lingkungannya.

d. Sumber daya air merupakan air, sumber air, dan

daya air yang terkandung di dalamnya.

e. Pengelolaan Sumber daya air adalah upaya untuk

mengatur, merencanakan, melaksanakan, memantau,

dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber

daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan

pengendalian daya rusak air.

f. Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara

keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan

fungsi sumberdaya air agar senantiasa tersedia

dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk

memenuhi kebutuhan maklhk hidup, baik pada waktu

sekarang maupun yang akan datang.

g. Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk

mencegah, menanggulangi, dan memulihkan kerusakan

lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air.

Operasi: adalah kegiatan pengaturan, pengalokasian

serta penyediaan air dan sumber air untuk

mengoptimalkan prasarana sumber daya air.

h. Pemeliharaan adalah kegiatan untuk merawat sumber

air dan prasarana sumber daya air yang ditujukan

untuk menjamin kelestarian fungsi sumber air dan

prasarana sumber daya air.

i. Prasarana sumber daya air adalah bangunan air

beserta bangunan lain yang menunjang kegiatan

pengelolaan sumber daya air, baik langsung mapun

tidak langsung.

2. Deskripsi sumber daya dan kondisi geologi

Deskripsi sumber daya

Sumberdaya air merupakan sumberdaya alam yang dapat

terbarukan (renewable resources), dengan volume yang

sama atau tetap. Secara teoritis volume sumberdaya air

di bumi ini memang tidak berubah, dan mengalami siklus

yang tertutup atau berkesinambungan. Namun dinamika

kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

sedikit demi sedikit mempengaruhi siklus air tersebut.

Perubahan yang dapat langsung dirasakan adalah

distribusi dan kualitas sumber daya yang dipakai oleh

manusia untuk kehidupannya.

Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang

berguna atau potensial bagi manusia. Kegunaan air

meliputi penggunaan di bidang pertanian, industri,

rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan.

Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia membutuhkan

air tawar.

97% air di bumi adalah air asin, dan hanya 3%

berupa air tawar yang lebih dari 2 per tiga bagiannya

berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub. Air

tawar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di

dalam tanah berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil

berada di atas permukaan tanah dan di udara.

Fetter C.W. Applied Hydrogeology,(2001), seorang

ahli meneliti sumberdaya air di Bumi menyimpulkan bahwa

jumlah sumberdaya air adalah tetap, namun distribusi da

fasanya berbeda, dengan kesimpulan bahwa hampir dua

pertiga pemukaan bumi ini ditempati oleh air, dengan

komposisi perbandinga lokasi dan fasa air sebagai

berikut :

97,2% merupakan air laut yang bersifat asin

sebagai akibat terlarutnya berbagai jenis garam

dan mineral lainnya;

2,14% sebagai es dan gletser yang membeku/fasa

padat yang berada di puncak-puncak gunung yang

sangat tinggi (Puncak Jayawijaya di Indonesia);

0,16% sebagai air tanah yang berada di bawah

permukaan tanah, berupa air tanah dalam dan

dangkal;

0,009% sebagai air permukaan yang menempati

sungai, danau, situ, kolam, sawah, bendungan, dan

lain-lain;

0,005% sebagai uap air yang berada dalam ruang

antar butir tanah pucuk (topsoil) yang dapat

mendukung perakaran dan pertumbuhan tanaman;

0,001% sebagai uap air dan hujan yang berada di

udara bebas.

Memperhatikan data umum perbandingan dan distribusi

tersebut diatas, terlihat bahwa jumlah volume air tawar

yang dapat dimanfaatkan oleh manusia di muka bumi ini

sangat terbatas (total sekitar 2,309% saja), apalagi

saat ini kegiatan manusia telah menimbulkan berbagai

bahan pencemar yang mencemari sumberdaya air tawar

tersebut, sehingga jumlah air tawar yang dapat

digunakan oleh manusia semakin kecil dan terbatas.

Secara eksplisit karakteristik dasar sumberdaya air

antara lain:

a. Dapat mencakup beberapa wilayah administratif

(cross-administrative boundary) dikarenakan oleh faktor

topografi dan geologi.

b. Dipergunakan oleh berbagai aktor (multi-stakeholders)

c. Bersifat sumberdaya mengalir (flowing/dynamic

resources) sehingga mempunyai keterkaitan yang

sangat erat antara kondisi kuantitas dengan

kualitas, antara hulu dengan hilir, antara instream

dengan offstream, maupun antara air permukaan dengan

air bawah tanah.

d. Dipergunakan baik oleh generasi sekarang maupun

generasi mendatang (antar generasi).

Kuantitas dan kualitas air amat bergantung pada

tingkat pengelolaan sumber daya air masing-masing

daerah, keragaman penggunaan air yang bervariasi –

pertanian, air baku domestik dan industri, pembangkit

tenaga listrik, perikanan, dan pemeliharaan lingkungan

– selain iklim, musim (waktu) serta sifat ragawi alam

(topografi dan geologi) dan kondisi demografi (jumlah

dan penyebaran) serta apresiasi (persepsi) tentang air.

Mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka sumberdaya

air merupakan sumberdaya alam yang sangat vital bagi

hidup dan kehidupan mahluk serta sangat strategis bagi

pembangunan perekonomian, menjaga kesatuan dan

ketahanan nasional sehingga harus dikelola secara

terpadu, bijaksana dan profesional. 

Kondisi Geologi

Air merupakan salah satu sumber daya geologi yang

sangat penting dan vital, tidak saja diperlukan oleh

semua mahkluk hidup yang ada di bumi, tetapi juga

diperlukan bagi proses-proses geologi.

Aktivitas air di permukaaan bumi, batuan, tanah,

udara, dan lautan mempunyai arti penting dan secara

berkelanjutan akan berdampak terhadap aktivitas

manusia. Manfaat sumber daya air bagi manusia antara

lain adalah sebagai air minum, irigasi, pembangkit

tenaga listrik, proses pendinginan pada industri dan

pembangkit tenaga serta untuk sarana olahraga dan

rekreasi.

Beberapa proses atau kondisi geologi menentukan

keberadaan dan komposisi sumber daya air di Bumi,

termasuk keterdapatan air tawar di Bumi. Air tawar

adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih

terus berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai

di beberapa bagian di dunia dan populasi dunia terus

meningkat yang mengakibatkan peningkatan permintaan

terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan

global dalam mempertahankan air untuk pelayanan

ekosistem telah bermunculan, terutama sejak dunia telah

kehilangan lebih dari setengah lahan basah bersama

dengan nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air

tawar yang tinggi biodiversitasnya saat ini terus

berkurang lebih cepat dibandingkan dengan ekosistem

laut ataupun darat. Sumber air tawar yang ada di

permukaan Bumi adalah :

a. Air permukaan

Air permukaan adalah air yang terdapat di

sungai, danau, atau rawa air tawar. Air permukaan

secara alami dapat tergantikan dengan presipitasi

dan secara alami menghilang akibat aliran menuju

lautan, penguapan, dan penyerapan menuju ke bawah

permukaan.

Meski satu-satunya sumber alami bagi perairan

permukaan hanya presipitasi dalam area tangkapan

air, total kuantitas air dalam sistem dalam suatu

waktu bergantung pada banyak faktor. Faktor-faktor

tersebut termasuk kapasitas danau, rawa, dan

reservoir buatan, permeabilitas tanah di bawah

reservoir, karakteristik aliran pada area tangkapan

air, ketepatan waktu presipitasi dan rata-rata

evaporasi setempat. Semua faktor tersebut juga

memengaruhi besarnya air yang menghilang dari aliran

permukaan.

Aktivitas manusia memiliki dampak yang besar dan

kadang-kadang menghancurkan faktor-faktor tersebut.

Manusia seringkali meningkatkan kapasitas reservoir

total dengan melakukan pembangunan reservoir buatan,

dan menguranginya dengan mengeringkan lahan basah.

Manusia juga sering meningkakan kuantitas dan

kecepatan aliran permukaan dengan pembuatan sauran-

saluran untuk berbagai keperluan, misalnya irigasi.

Kuantitas total dari air yang tersedia pada

suatu waktu adalah hal yang penting. Sebagian

manusia membutuhkan air pada saat-saat tertentu

saja. Misalnya petani membutuhkan banyak air ketika

akan menanam padi dan membutuhkan lebih sedikit air

ketika menanam palawija. Untuk mensuplai petani

dengan air, sistem air permukaan membutuhkan

kapasitas penyimpanan yang besar untuk mengumpulkan

air sepanjang tahun dan melepaskannya pada suatu

waktu tertentu. Sedangkan penggunaan air lainnya

membutuhkan air sepanjang waktu, misalnya pembangkit

listrik yang membutuhkan air untuk pendinginan, atau

pembangkit listrik tenaga air. Untuk mensuplainya,

sistem perairan permukaan harus terisi ketika aliran

arus rata-rata lebih rendah dari kebutuhan

pembangkit listrik.

Perairan permukaan alami dapat ditambahkan

dengan mengambil air permukaan dari area tangkapan

hujan lainnya dengan kanal atau sistem perpipaan.

Dapat juga ditambahkan secara buatan dengan cara

lainnya, namun biasanya jumlahnya diabaikan karena

terlalu kecil.

Manusia dapat menyebabkan hilangnya sumber air

permukaan dengan menjadikannya tidak lagi berguna,

misalnya dengan cara polusi.

b. Aliran sungai bawah tanah

Total volume air yang dialirkan dari daratan

menuju lautan dapat berupa kombinasi aliran air yang

dapat terlihat dan aliran yang cukup besar di bawah

permukaan melalui bebatuan dan lapisan bawah tanah

yang disebut dengan zona hiporeik (hyporheic zone).

Untuk beberapa sungai di lembah-lembah yang besar,

komponen aliran yang "tidak terlihat" mungkin cukup

besar dan melebihi aliran permukaan. Zona hiporeik

seringkali membentuk hubungan dinamis antara

perairan permukaan dengan perairan subpermukaan

dengan saling memberi ketika salah satu bagian

kekurangan air. Hal ini terutama terjadi di area

karst di mana lubang tempat terbentuknya hubungan

antara sungai bawah tanah dan sungai permukaan cukup

banyak.

c. Air tanah

Air tanah adalah air tawar yang terletak di

ruang pori-pori antara tanah dan bebatuan dalam. Air

tanah juga berarti air yang mengalir di lapisan

aquifer di bawah water table. Terkadang berguna untuk

membuat perbedaan antara perairan di bawah permukaan

yang berhubungan erat dengan perairan permukaan dan

perairan bawah tanah dalam di aquifer (yang kadang-

kadang disebut dengan "air fosil").

Sistem perairan di bawah permukaan dapat

disamakan dengan sistem perairan permukaan dalam hal

adanya input, output, dan penyimpanan. Perbedaan

yang paling mendasar adalah kecepatan dan

kapasitasnya; air tanah mengalir dengan kecepatan

bervariasi, antara beberapa hari hingga ribuan tahun

untuk muncul kembali ke perairan permukaan dari

wilayah tangkapan hujan, dan air tanah memiliki

kapasitas penyimpanan yang jauh lebih besar dari

perairan permukaan.

Input alami dari air tanah adalah serapan dari

perairan permukaan, terutama wilayah tangkapan air

hujan. Sedangkan output alaminya adalah mata air dan

serapan menuju lautan.

Air tanah mengalami ancaman berarti menghadapi

penggunaan berlebihan, misalnya untuk mengairi lahan

pertanian. Penggunaan secara belebihan di area

pantai dapat menyebabkan mengalirnya air laut menuju

sistem air tanah, menyebabkan air tanah dan tanah di

atasnya menjadi asin (intrusi air laut). Selain itu,

manusia juga dapat menyebabkan air tanah terpolusi,

sama halnya dengan air permukaan yang menyebabkan

air tanah tidak dapat digunakan.

d. Desalinasi

Desalinasi adalah proses buatan untuk mengubah

air asin (umumnya air laut) menjadi air tawar.

Proses desalinasi yang paling umum adalah destilasi

dan osmosis terbalik. Desalinasi saat ini cukup

mahal jika dibandingkan dengan mengambil langsung

dari sumber air tawar, hanya sebagian kecil

kebutuhan manusia terpenuhi melalui desalinasi.

Proses ini terjadi secara ekstensif di Teluk Persia

untuk mensuplai air bagi beberapa wilayah di Timur

Tengah dan fasilitas wisata dan perhotelan di

wilayah tersebut.

e. Air beku

Bongkahan es yang terlihat di New Foundland, Canada

Es yang membeku di kutub dan glasier berpotensi

untuk dijadikan sumber air tawar karena dua per tiga

air tawar dunia berada dalam bentuk es. Beberapa

skema telah diajukan untuk menjadikan gunung es di

kutub sebagai sumber air, namun hingga saat ini hal

itu hanya sekedar rencana. Aliran glasier saat ini

dikatakan sebagai salah satu perairan permukaan.

Himalaya, "Atap Dunia" mengandung glasier dan es

dalam jumlah besar di luar wilayah kutub, dan

menjadi sumber dari sepuluh sungai besar di Asia

yang menghidupi miliaran manusia. Masalah yang

terjadi saat ini adalah peningkatan temperatur dunia

yang cukup cepat, Nepal saat ini mengalami

peningkatan rata-rata sebesar 0,6 derajat Celcius

sejak sepuluh tahun lalu, sementara dunia mengalami

peningkatan sebesar 0,7 sejak ratusan tahun yang

lalu.

3. Deskripsi Teknik Pemanfaatan Sumber Daya Air

Berikut ini adalah hal-hal yang harus

dipertimbangkan dalam pemanfaatan Sumber Daya air,

yaitu :

a. Metoda pengambilan sampel air untuk air minum

b. Air permukan untuk keperluan air minum

c. Kualitas air untuk keperluan air minum

d. Kualitas air untuk keperluan sektor perikanan

e. Air payau

f. Air pencucian/ penggelontoran

g. Kandungan bahan berbahaya dalam air

h. Air tanah

i. Limbah air buangan

j. Kandungan nitrat yang berasal dari pertanian

Seluruh makhluk hidup di muka bumi membutuhkan air.

Sejak awal kehidupan, mahluk hidup terutama manusia

telah memanfaatkan air untuk kelangsungan hidupnya,

bahkan mutlak dibutuhkan manusia. Seiring dengan

pertambahan penduduk dan perkembangan industri,

kebutuhan manusia akan air cenedrung meningkat. Berikut

adalah manfaat sumber daya air sebagai pendukung

kehidupan.

a. Sumber bahan pangan. Manusia dan hewan dapat

memperoleh sumber makanan dari perairan, seperti

berbagai jenis ikan, rumput laut, kepiting, udang,

kereang dan lainnya.

b. Prasarana lalulintas air antar pulau atau

antarbenua. Wilayah yang didominasi oleh perairan

sangat bergantung pada lalulintas air, seperti

adanya sungai atau laut  inilah hubungan antar

wilayah dapat terjalin.

c. Fungsi energi seperti pembangkit tenaga. Pergerakan

air pasang dan surut dapat menghasilkan energi

listrik. Selain itu, arus laut dapat dimanfaatkan

ebagai energi pendorong perahu secara alami.

d. Fungsi rekreasi. Kondisi pantai, danau, dan lau yang

indah dan bersih difungsikan sebagai objek wisata.

e. Fungsi pengaturan iklim. Perbedaan sifat fisik air

laut dan daeratan dapat memengaruh gereakan udara

(angin). Hal ini selanjutnya memanaskan perairan dan

mengakibatkan penguapan kemudian turun sebagai

hujan.

f. Sebagai tempat usaha perikanan. Manusia memanfaatkan

perairan sebagai usaha perikanan, seperti tambank

udang, pengembangbiakan kerang mutiara dan

sejenisnya.

g. Sumber mineral, seperti garam, kalium karbonat, dan

sejenisnya

h. Sumber bahan tambang, seperti minyak bumi, timah,

gas alam, dan sejenisnya

Dengan ke 8 manfaat sumber daya air ini kita dapat

memaksimalkan sumber daya air yang ada dan tentunya

tetap menjaga dan melestarikannya untuk kebutuhan

sekrang dan masa yang akan datang.

Penggunaan air tawar

Penggunaan air tawar dapat dikategorikan sebagai

penggunaan konsumtif dan non-konsumtif. Air dikatakan

digunakan secara konsumtif jika air tidak dengan segera

tersedia lagi untuk penggunaan lainnya, misalnya irigasi

(di mana penguapan dan penyerapan ke dalam tanah serta

penyerapan oleh tanaman dan hewan ternak terjadi dalam

jumlah yang cukup besar). Jika air yang digunakan tidak

mengalami kehilangan serta dapat dikembalikan ke dalam

sistem perairan permukaan (setelah diolah jika air

berbentuk limbah), maka air dikatakan digunakan secara

non-konsumtif dan dapat digunakan kembali untuk

keperluan lainnya, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

a. Bidang Pertanian

Diperkirakan 69% penggunaan air di seluruh dunia

untuk irigasi. Di beberapa wilayah irigasi dilakukan

terhadap semua tanaman pertanian, sedangkan di

wilayah lainnya irigasi hanya dilakukan untuk tanaman

pertanian yang menguntungkan, atau untuk meningkatkan

hasil. Berbagai metode irigasi melibatkan perhitungan

antara hasil pertanian, konsumsi air, biaya produksi,

penggunaan peralatan dan bangunan. Metode irigasi

seperti irigasi beralur (furrow) dan sprinkler umumnya

tidak terlalu mahal namun kurang efisien karena

banyak air yang mengalami evaporasi, mengalir atau

terserap ke area di bawah atau di luar wilayah akar.

Metode irigasi lainnya seperti irigasi tetes, irigasi

banjir, dan irigasi sistem sprinkler di mana

sprinkler dioperasikan dekat dengan tanah, dikatakan

lebih efisien dan meminimalisasikan aliran air dan

penguapan meski lebih mahal. Setiap sistem yang tidak

diatur dengan benar dapat menyia-nyiakan sumber daya

air, sedangkan setiap metode memiliki potensi untuk

efisiensi yang lebih tinggi pada kondisi tertentu di

bawah pengaturan waktu dan manajemen yang tepat.

Saat populasi dunia meningkat, dan permintaan

terhadap bahan pangan juga meningkat dengan suplai

air yang tetap, terdapat dorongan untuk mempelajari

bagaimana memproduksi bahan pangan dengan sedikit

air, melalui peningkatan metode dan teknologi

irigasi, manajemen air pertanian, tipe tanaman

pertanian, dan pemantauan air.

Air saat ini lebih banyak digunakan untuk

pertanian dibandingkan lainnya. Air untuk pertanian

mencapai 66% dari total penggunaan air manusia,

sisanya 10% untuk keperluan domestik, 20% industri,

dan 4% evaporasi. Kelangkaan air mempengaruhi

keamanan dan ketahanan pangan serta angka harapan

hidup manusia. Untuk mengurangi konsumsi air yang

berlebihan, dapat diusahakan penghematan penggunaan

air agar tidak terbuang percuma. Efisiensi Penggunaan

Sumber daya air dapat dibagi menjadi berikut :

1) Efisiensi Penampungan: Bentuk dari efisiensi

penampungan adalah adanya upaya untuk menampung

air hujan yang datang baik secara alami maupun

buatan melalui panen hujan dan aliran permukaan.

2) Efisiensi Penyimpanan: Efisiensi penyimpanan dapat

berupa mengisi lekukan-lekukan pada permukaan

tanah (depression storage) misalnya dalam waduk

untuk aliran permukaan dan mengisi celah-celah

dalam tanah untuk air tanah.

3) Efisiensi Penyaluran: Efisiensi penyaluran berupa

efisiensi dalam hal untuk mengantisipasi adanya

kebocoran pada pasokan air.

4) Efisiensi Pemanfaatan: Efisiensi pemanfaatan

berupa penggunaan sumber daya air yang tepat guna

dan dilakukan secara optimal.

Konservasi air tanah berarti upaya melindungi dan

memelihara keberadaan, kondisi dan lingkungan air

tanah guna mempertahankan kelestarian dan atau

kesinambungan ketersediaan dalam kuantitas dan

kualitas yang memadai demi kelangsungan fungsi dan

pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan makhluk

hidup, baik waktu sekarang maupun pada generasi yang

akan datang.

b. Bidang Industri

Diperkirakan bahwa 15% air di seluruh dunia

dipergunakan untuk industri. Banyak pengguna industri

yang menggunakan air, termasuk pembangkit listrik

yang menggunakan air untuk pendingin atau sumber

energi, pemurnian bahan tambang dan minyak bumi yang

menggunakan air untuk proses kimia, hingga industri

manufaktur yang menggunakan air sebagai pelarut.

Porsi penggunaan air untuk industri bervariasi di

setiap negara, namun selalu lebih rendah dibandingkan

penggunaan untuk pertanian.

Air juga digunakan untuk membangkitkan energi.

Pembangkit listrik tenaga air mendapatkan listrik

dari air yang menggerakkan turbin air yang

dihubungkan dengan generator. Pembangkit listrik

tenaga air adalah pembangkit listrik yang rendah

biaya produksi, tidak menghasilkan polusi, dan dapat

diperbarui. Energi ini pada dasarnya disuplai oleh

matahari; matahari menguapkan air di permukaan, yang

lalu mengalami pengembunan di udara, turun sebagai

hujan, dan air hujan mensuplai air bagi sungai yang

mengaliri pembangkit listrik tenaga air. Bendungan

Three Gorges merupakan bendungan pembangkit listrik

tenaga air terbesar di dunia.

Penggunaan industrial lainnya adalah turbin uap

dan penukar panas, juga sebagai pelarut bahan kimia.

Keluarnya air dari industri tanpa dilakukan

pengolahan terlbih dahulu dapat disebut sebagai

polusi. Polusi meliputi pelepasan larutan kimia

(polusi kimia) atau pelepasan air sisa penukaran

panas (polusi termal). Industri membutuhkan air murni

untuk berbagai aplikasi dan menggunakan berbagai

tehnik pemurnian untuk suplai air maupun limbahnya.

c. Bidang Rumah tangga

Air minum yang umum berada di negara-negara maju

diperkirakan 15% penggunaan air di seluruh dunia

adalah di rumah tangga. Hal ini meliputi air minum,

mandi, memasak, sanitasi, dan berkebun. Kebutuhan

minimum air yang dibutuhkan dalam rumah tangga

menurut Peter Gleick adalah sekitar 50 liter per

individu per hari, belum termasuk kebutuhan berkebun.

Air minum haruslah air yang berkualitas tinggi

sehingga dapat langsung dikonsumsi tanpa risiko

bahaya. Di sebagian besar negara-negara berkembang,

air yang disuplai untuk rumah tangga dan industri

adalah air minum standar meski dalam proporsi yang

sangat kecil digunakan untuk dikonsumsi langsung atau

pengolahan makanan.

d. Bidang Rekreasi

Penggunaan air untuk rekreasi biasanya sangatlah

kecil, namun terus berkembang. Air yang digunakan

untuk rekreasi biasanya berupa air yang ditampung

dalam bentuk reservoir, dan jika air yang ditampung

melebihi jumlah yang biasa ditampung dalam reservoir

tersebut, maka kelebihannya dikatakan digunakan untuk

kebutuhan rekreasional. Pelepasan sejumlah air dari

reservoir untuk kebutuhan arung jeram atau kegiatan

sejenis juga disebut sebagai kebutuhan rekreasional.

Hal lainnya misalnya air yang ditampung dalam

reservoir buatan (misalnya kolam renang).

Penggunaan rekreasional umumnya non-konsumtif,

karena air yang dilepaskan dapat digunakan kembali.

Pengecualian terdapat pada penggunaan air di lapangan

golf, yang umumnya sering menggunakan air dalam

jumlah berlebihan terutama di daerah kering. Namun

masih belum jelas apakah penggunaan ini dikategorikan

sebagai penggunaan rekreasional atau irigasi, namun

tetap memberikan efek yang cukup besar bagi sumber

daya air setempat. Sebagai tambahan, penggunaan

rekreasional mungkin akan mengurangi ketersediaan air

bagi kebutuhan lainnya di suatu tempat pada suatu

waktu tertentu.

e. Lingkungan dan ekologi

Penggunaan bagi lingkungan dan ekologi secara

eksplisit juga sangat kecil namun terus berkembang.

Penggunaan air untuk lingkungan dan ekologi meliputi

lahan basah buatan, danau buatan yang ditujukan untuk

habitat alam liar, konservasi satwa ikan, dan

pelepasan air dari reservoir untuk membantu ikan

bertelur. Seperti penggunaan untuk rekreasi,

penggunaan untuk lingkungan dan ekologi juga termasuk

penggunaan non konsumtif, namun juga mengurangi

ketersediaan air untuk kebutuhan lainnya di suatu

tempat pada suatu waktu tertentu.

Konsep Konservasi Air

Konsep dasar konservasi air adalah jangan membang-

buang sumberdaya air. Pada awalnya konservasi air

diartikan sebagai menyimpan air dan menggunakannya untuk

keperluan yang produktif di kemudian hari. Konsep ini

disebut konservasi segi suplai. Perkembangan selanjutnya

konservasi lebih mengarah kepada pengurangan dan

pengefisienan penggunaan air dan dikenal sebagai

konservasi sisi kebutuhan.

Konservasi air yang baik merupakan gabungan dari

kedua konsep tersebut, yaitu menyimpan air dikala

berlebihan dan menggunakannya sesedikit mungkin untuk

keprluan tertentu yang produktif. Sehingga konservasi

air domestik berarti menggunakan air sesedikit mungkin

untuk mandi, mencuci, menggelontor toilet, dan

penggunaan-penggunaan rumah tangga lainnya. Konservasi

air industri berarti pemakaian air sesedikit mungkin

untuk menghasilkan suatu produk. Konservasi air

pertanian pada dasarnya berarti penggunaan air sesdikit

mungkin untuk menghasilkan hasil pertanian yang

sebanyak-banyaknya.

Konservasi air dapat dilakukan dengan cara : 1).

meningkatkan pemanfaatan air permukaan dan air tanah,

2). Meningkatkan efisiensi air irigasi dan 3) menjaga

kualitas air sesuai dengan peruntukannya.

4. Dampak Pemanfaatan Sumber Daya Air

Secara umum  masalah pengelolaan sumberdaya air

dapat dilihat dari kelemahan mempertahankan sasaran

manfaat pengelolaan sumberdaya air dalam hal pengendalian

banjir dan penyediaan air baku bagi kegiatan domestik,

municipal,  dan industri.

Masalah pengendalian banjir sebagai bagian dari

upaya pengelolaan pengelolaan sumberdaya air, sering

mendapatkan hambatan karena adanya pemukiman padat di

sepanjang sungai yang cenderung mengakibatkan

terhambatnya aliran sungai karena banyaknya sampah

domestik yang dibuang ke badan sungai sehingga

mengakibatkan berkurangnya daya tampung sungai untuk

mengalirkan air yang datang akibat curah hujan yang

tinggi di daerah hulu.

Pada sisi lain penyediaan air baku yang dibutuhkan

bagi kegiatan rumah tangga, perkotaan dan industri

sering mendapatkan gangguan secara kuantitas – dalam

arti terjadinya penurunan debit air baku akibat

terjadinya pembukaan lahan-lahan baru bagi pemukiman

baru di daerah hulu yang berakibat pada pengurangan

luas catchment area sebagai sumber penyedia air baku.

Disamping itu, secara kualitas penyediaan air baku

sering tidak memenuhi standar karena adanya pencemaran

air sungai oleh limbah rumah tangga, perkotaan, dan

industri.

Memperhatikan adanya ketidakseimbangan jumlah

ketersediaan air, maka jumlah ketersediaan air dan

besarnya kebutuhan akan air perlu dikelola sedemikian

rupa sehingga pemanfaatannya memenuhi kriteria

keterpaduan secara fungsional ruang,  berkelanjutan, 

dan berwawasan lingkungan. Untuk itu, dibutuhkan

perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air

yang memadai untuk mencapai pengelolaan sumberdaya air

secara berkelanjutan berdasarkan strategi pemanfaatan

ruang yang banyak ditentukan oleh karakteristik sumber

daya air.

Menurut Bisri (2009) beberapa faktor yang berkaitan

dengan permasalahan sumberdaya air di Indonesia, antara

lain adalah :

a. Ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan dalam

perspektif ruang dan waktu.

Indonesia yang terletak di darah tropis merupakan

negara kelima terbesar di dunia dalam hal

ketersediaan air. Namun, secara alamiah Indonesia

menghadapi kendala dalam memenuhi kebutuhan air

karena distribusi yang tidak merata baik secara

spasial maupun waktu, sehingga air yang dapat

disediakan tidak selalu sesuai dengan kebutuhan, baik

dalam perspektif jumlah maupun mutu. Ketersediaan air

yang sangat melimpah pada musim hujan, yang selain

menimbulkan manfaat, pada saat yang sama juga

menimbulkan potensi bahaya kemanusiaan berupa banjir.

Sedangkan pada musim kemarau, kelangkaan air telah

pula menimbulkan potensi bahaya kemanusiaan lainnya

berupa kekeringan yang berkepanjangan.

b. Meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya

dukung sumberdaya air, baik air permukaan maupun ait

tanah.

Kerusakan lingkungan yang semakin luas akibat

kerusakan hutan secara signifikan telah menyebabkan

penurunan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS)

dalam menahan dan menyimpan air.

c. Menurunnya kemampuan penyediaan air

Berkembangnya daerah permukiman dan industri telah

menurunkan area resapan air dan mengancam kapasitas

lingkungan dalam menyediakan air. Pada sisi lain,

kapasitas infrastruktur penampang air seperti waduk

dan bendungan makin menurun sebagai akibat

meningkatnya sedimentasi, sehingga menurunkan

keandalan penyediaan air untuk irigasi maupun air

baku.

d. Meningkatnya potensi konflik air

Meningkatnya persaingan penggunaan air dan penurunan

efisiensi penggunaan air salah satunya disebabkan

oleh meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas

kehidupan masyarakat, jumlah kebutuhan air baku bagi

rumah tangga, permukiman, pertanian maupun industri

juga semakin meningkat.

e. Kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi

Belum atau tidak berfungsinya jaringan irigasi

disebabkan antara lain oleh belum lengkapnya sistem

jaringan, ketidaktersediaan air, belum siapnya lahan

sawah, ketidaksiapan petani penggarap atau terjadinya

mutasi lahan. Selain itu, pada jaringan irigasi yang

berfungsi juga mengalami kerusakan terutama

disebabkan oleh rendahnya kualitas operasi dan

pemeliharaan.

f. Makin meluasnya abrasi pantai

Perubahan lingkungan dan abrasi pantai mengancam

keberadaan pada aspek institusi, lemahnya koordinasi

antar instansi dan antar daerah otonom telah

menimbulkan pola pengelolaan sumberdaya air yang

tidak efisien.

g. Rendahnya kualitas pengelolaan data dan sistem

informasi.

Pengelolaan sumberdaya air belum di dukung oleh basis

data dan sistem informasi yang memadai. Kualitas

datadan informasi yang dimiliki belum memenuhi

standar yang ditetapkan dan tersedia pada saat

diperlukan.

h. Kerusakan prasarana sumberdaya air

Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan

berada di pertemuan beberapa lempeng daratan dunia

mempunyai kerentanan terhadap banjir. Banjir, gempa,

tsunami, tanah longsor dan bencana lainnya hampir

setiap tahun selalu terjadi.

Kerusakan sumberdaya air di Indonesia terutama

disebabkan oleh kegitan-kegiatan sektor atau peruntukan

yang sal ing berbenturan akibat kurang adanya

keterpaduan. Beberapa kerusakan yang dapat dilihat dari

berbagai segi antara lain (Ibnu Kasiro, 1994):

a. Air Permukaan

Upaya peningkatan kualitas air permukaan

diperlukan misalnya dengan pembangunan instalasi

pengolahan air limbah indusrri sebelum air limbah

masuk ke sungai atau sumber lainnya. Kerusakan sungai

yang terbesar berupa degradasi dasar sungai (68,5%),

agradasi (9%), gerusan lokal (18%), dan runtuhan

tebing intensif (4,5%). Adapun penyebab kerusakan

sungai sebagian besar adalah penggalian bahan galian

C (40%), sedimen yang tertahan di hulu (19%),

bangunan dan aliran lokal (28%), dan perubahan bentuk

sungai (13%).

Selanjutnya kerusakan yang tidak kalah pentingnya

adalah menurunnya kualitas air permukaan, seperti

telah dibicarakan dalam bab terdahulu. Menurunnya

kualitas air, bahkan sudah mencapai tingkat

pencemaran air sangat berpengaruh terhadap permukaan

air sungai tersebut, yang terutama bersumber dari

pembuangan lumbah industri dan rumah tangga.

Aliran sungai menunjukkan fluktuasi yang besar,

yaitu banjir yang besar pada mus-im penghujan dan

debit yang kecil pada musim kemarau, bahkan cenderung

kering, sehingga secara umum kesinambungan aliran

sungai terganggu.

b. Air Tanah

Sebagai akibat penurapan air tanah yang tidak

terkendali, sedangkan di sisi lain cadangan air tanah

tetap (bahkan cenderung untuk menurun), maka terjadi

penurunan muka air tanah yang terus berlanjut. Hal

ini terutama terjadi di kota-kota besar yang sedang

dan terus berkembang, seperti Bandung dan Yogyakarta.

Di kota-kota besar di daerah pantai, tidak hanya

terjadi penurunan muka air tanah, namun terjadi pula

penyusupan laut hingga menyebabkan berasa payau atau

asin. Peruntukan air tanah menjadi terbatas, karena

Jcualitasnya yang jelek. Penyusupan air asin sudah

teramati di Medan, Cilegon, Jakarta, Semarang, dan

Denpasar. Tidak tertutup kemungkinan bahwa penyusupan

air asin masih akan berlanjut ke kota-kota lain di

Indonesia.

Penurunan muka air tanah dapat berdampak lanjutan

berupa menurunnya muka tanah (amblesan). Di Bangkok

dan Jakarta, bahkan di Semarang kasus semacam ini

sudah terjadi, sehingga bangunan/gedung bertingkat

terancam, dan daerah-daerah tertentu terjadi genangan

banjir akibat air laut masuk ke daerah-daerah yang

mengalami penurunan muka tanah.

c. Pantai dan Muara

Di Indonesia pantai telah dikembangkan sesuai

kebutuhan pembangunan sehingga mempunyai berbagai

fungsi: tempat wisata. Tempat usaha, tempat budidaya,

pelabuhan, waduk dsb. Sebanyak 75°o dari kota dengan

populasi lebih besar dari 100.000 orang terletak di

pinggir atau sekitar pantai. Pada waktu ini terasa

ada ionjakan permintaan akan kawasan pantai,

sayangnya tidak atau belum diimbangi dengan kesadaran

masyarakat untuk memahami tentang karakteristik

pantai itu sendiri. Tanpa pemahaman yang baik tentang

pantai itu, maka keberadaan manusia di kawasan pantai

akan menjadi penyebab rusaknya lingkungan di kawasan

itu.

Berbagai kerusakan pantai di Indonesia pada

umumnya disebabkan oleh kegiatan manusia dan

pembangunan seperti diuraikan ini:

1) Interaksi  antara  berbagai  aktivitas 

pembangunan  dan  kepentingan yang berbeda.

2) Modifikasi proses pantai.

3) Pencemaran air laut.

4) Kerusakan daerah aliran sungai (DAS).

Pencemaran Sumberdaya Air

Secara alami kualitas air hujan yang belum

bersentuhan dengan permukaan tanah memiliki kualitas

yang baik dan dapat digolongkan sebagai air bersih.

Namun proses pencemaran baik yang alami maupun akibat

kegiatan manusia dimulai ketika air hujan tersebut

menyentuh permukaan tanah. Proses pencemaran sumberdaya

air menjadi semakin intensif ketika air mengalir sebagai

air permukaan/sungai yang melewati berbagai kawasan

seperti pertanian, industri, permukiman dan perkotaan.

Setiap kawasan tersebut menghasilkan berbagai materi dan

sisa hasil kegiatan manusia baik cair, padat, organik,

dan non organik yang menjadi polutan bagi sumberdaya

air. Pada akhirnya, beragam polutan tersebut mengurangi

kualitas sumberdaya air. Berbagai bahan sisa aktifitas

manusia tersebut adalah polutan yang mencemari

sumberdaya air. Polutan tersebut bersifat merugikan atau

bahkan membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia

apabila air yang mengandung bahan tersebut digunakan

manusia. Bukti pencemaran sumberdaya air adalah kasus

keracunan pada manusia dan makhluk hidup lain di air

(biota air) serta berbagai penyakit pada manusia seperi

diare, penyakit kulit, dan lain-lain.

B. SUMBERDAYA LAHAN

1. Dasar Teori

Pembangunan dan perkembangan suatu daerah tidak

akan terlepas dari sumberdaya yang dimiliki oleh daerah

itu sendiri.  Smberdaya tersebut diantaranya yaitu

sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya

binaan. Sumberdaya alam sendiri terbagi menjadi

sumberdaya air, sumberdaya tanah, sumberdaya hutan dan

sumberdaya mineral. 

Dalam hal ini, sumberdaya lahan termasuk kedalam

sumberdaya alam yang menjadi salah satu faktor penting

dalam menentukan pembangunan dan pengembangan suatu

daerah. Sumberdaya lahan mencakup semua karakteristik

dan proses-proses serta fenomena-fenomena lahan yang

dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia.  Salah satu tipe penggunaan lahan yang penting

ialah penggunaan sumberdaya lahan dalam tipe-tipe

pemanfaatan lahan (land utilization type) pertanian

untuk mendapatkan hasil-hasil pertanian dan ternak

(Hardjowigeno, 1985). Untuk itu diperlukan suatu

tindakan evaluasi lahan untuk mengetahui kapasitas,

kesesuaian lahan serta kemampuan lahan agar perencanaan

pembangunan dan pengembangan suatu daerah dapat

berjalan berkesinambungan.

Lahan merupakan kata yang diartikan dari bahasa

inggris yaitu land. Istilah lahan digunakan berkenaan

dengan permukaan bumi beserta segenap karakteristik-

karakteristik yang ada padanya dan penting bagi

perikehidupan manusia (Christian dan Stewart, 1968). 

Secara lebih rinci, istilah lahan atau land dapat

didefinisikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi,

mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap

tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di

bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah,

batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan,

serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas

manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu

berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada

saat sekarang dan di masa mendatang (Brinkman dan

Smyth, 1973; dan FAO, 1976). Lahan dapat dipandang

sebagai suatu sistem yang tersusun atas (i) komponen

struktural yang sering disebut karakteristik lahan, dan

(ii) komponen fungsional yang  sering disebut kualitas

lahan.  Kualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan 

sekelompok  unsur-unsur lahan (complex attributes) yang

menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO,

1976). Selain itu, lahan juga memiliki arti ruang atau

tempat. Sehingga kata lahan bisa disetarakan maknanya

dengan kata land. (Arsyad, 1989)

Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang

sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena

diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk

pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan

untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah

yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah.

Sitorus (2001) mendefinsikan sumberdaya lahan (land

resources) sebagai lingkunganfisik terdiri dari iklim,

relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada

diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap

penggunaanlahan. Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat

dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang

dinamis antara organisme yang ada diatas lahan tersebut

dengan lingkungannya (Mather,1986).

Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan

manusia yang terus berkembang dan untuk memacu

pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan

sumberdaya lahan seringkali kurang

bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek

keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga

kelestariannya semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya

lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan

manusia semakin bergantung pada sumberdaya lahan yang

bersifat marginal (kualitas lahan yang rendah). Hal ini

berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahananpangan,

tingkat dan intensitas pencemaran yang berat

dankerusakan lingkungan lainnya. Dengan demikian,

secara keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju

sistem pemanfaatan sumberdaya alam dengan kapasitas

daya dukung yang menurun. Di lain pihak, permintaan

akan sumber daya lahan terus meningkat akibat tekanan

pertambahan penduduk dan peningkatan konsumsi perkapita

(Rustiadi,2001).

2. Deskripsi Sumber Daya Dan Kondisi Geologi Lahan

Pengertian Lahan

Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi

beserta segenap karakteristik-karakteristik yang ada

padanya dan penting bagi perikehidupan manusia

(Christian dan Stewart, 1968). Secara lebih rinci,

istilah lahan atau land dapat didefinisikan sebagai

suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua

komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau

bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah

wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan

induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta

segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia

di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu

berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada

saat sekarang dan di masa mendatang(Brinkman dan Smyth,

1973; dan FAO, 1976). Lahan dapat dipandang sebagai

suatu sistem yang tersusun atas (i) komponen struktural

yang sering disebut karakteristik lahan, dan (ii)

komponen fungsional yang sering disebut kualitas

lahan. Kualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan

sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang

menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO,

1976). Lahan sebagai suatu "sistem" mempunyai komponen-

komponen yang terorganisir secara spesifik dan

perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu.

Komponen – Komponen Lahan

Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang sebagai

sumberdaya dalam hubungannya dengan aktivitas manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sys (1985)

mengemukakan enam kelompok besar sumberdaya lahan yang

paling penting bagi pertanian, yaitu (i) iklim, (ii)

relief dan formasi geologis, (iii) tanah, (iv) air, (v)

vegetasi, dan (vi) anasir artifisial (buatan). Dalam

konteks pendekatan sistem untuk memecahkan

permasalahan-permasalahan lahan, setiap komponen lahan

atau sumberdaya lahan tersebut di atas dapat dipandang

sebagai suatu subsistem tersendiri yang merupakan

bagian dari sistem lahan. Selanjutnya setiap subsistem

ini tersusun atas banyak bagian-bagiannya atau

karakteristik- karakteristiknya yang bersifat dinamis

(Soemarno, 1990). Dari beberapa pengertian tentang

lahan maka dapat disimpulkan bahwa Lahan merupakan

lingkungan fisik yang meliputi iklim, relief, tanah,

hidrologi, dan vegetasi. Faktor-faktor ini hingga batas

tertentu mempengaruhi potensi dan kemampuan lahan untuk

mendukung suatu tipe penggunaan tertentu.

Kondisi geologi lahan

Bencana Geologi

Bencana geologi adalah bencana alam yang terjadi

sebaga akibat proses alamiah yang menimpa yang

berada di wilayah tersebut sehingga menimbulkan

kerugian, baik kerugian material berupa harta benda

ataupun korban jiwa. Bencana geologi dapat menimpa

manusia karena kurang pedulinya manusia dalam

memahami sifat-sifat dan karakter dari kondisi

geologi setempat.

Potensi bencana geologi yang terdapat di suatu

lahan/wilayah sangat ditentukan oleh kondisi geologi

yang menempati lahan/wilayah tersebut. Lahan yang

berada di areal dataran dan berdekatan dengan

bantaran suangi atau muara sungai akan berpotensi

karena bencana banjir, sedangkan lahan yang berada

di pegunungan akan berpotensi terhadap bencana

longsoran dan erosi.

Disamping itu kondisi geologi seperti jenis batuan,

struktur geologi, dan patahan aktif serta

seismisitas akan berpengaruh terhadap kemungkinan

bencana geologi. Faktor-faktor lainnya yang

mempengaruhi potensi bencana geologi adalah tutupan

lahan, pemanfaatan lahan dan eksloitasi lahan yang

melebihi daya dukung suatu lahan.

3. Teknik Pemanfaatan Sumberdaya Lahan

Tipe - Tipe Penggunaan Dan Pemanfaatan Lahan

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk

campur tangan (intervensi) manusia terhadap lahan

dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik

material maupun spiritual (Vink, 1975).

Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua

kelompok besar yaitu (1) penggunaan lahan pertanian

dan (2) penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan

lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan

pada lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian,

penggunaan lahan tergantung pada kelas kemampuan

lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan pada

sifat-sifat yang menjadi penghambat bagi

penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan

tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang

telah terjadi. Penggunaan lahan juga tergantung pada

lokasi, khususnya untuk daerah-daerah pemukiman,

lokasi industri, maupun untuk daerah-daerah rekreasi

(Suparmoko, 1995). Menurut Barlowe (1986) faktor-

faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah

faktor fisik dan biologis, faktor pertimbangan

ekonomi dan faktor institusi (kelembagaan). Faktor

fisik dan biologis mencakup kesesuaian dari sifat

fisik seperti keadaan geologi, tanah, air, iklim,

tumbuh-tumbuhan, hewan dan kependudukan. Faktor

pertimbangan ekonomi dicirikan oleh keuntungan,

keadaan pasar dan transportasi. Faktor institusi

dicirikan oleh hukum pertanahan, keadaan politik,

keadaan sosial dan secara administrasi dapat

dilaksanakan.

Tipe penggunaan lahan ("major kind of land use") adalah

golongan utama dari penggunaan lahan pedesaan,

seperti lahan pertanian tadah hujan, lahan pertanian

irigasi, lahan hutan, atau lahan untuk rekreasi.

Tipe pemanfaatan lahan ("land utilization type, LUT") adalah

suatu macam penggunaan lahan yang didefinisikan

secara lebih rinci dan detail dibandingkan dengan

tipe penggunaan lahan. Suatu LUT terdiri atas

seperangkat spesifikasi teknis dalam konteks tatanan

fisik, ekonomi dan sosial yang tertentu. Beberapa

atribut utama dari LUT adalah:

1. Produk, termasuk barang (tanaman, ternak, kayu),

jasa (misalnya. fasilitas rekreasi), atau benefit

lain (misalnya cagar alam, suaka alam)

2. Orientasi pasar, subsisten atau komersial

3. Intensitas penggunaan kapital

4. Intensitas penggunaan tenagakerja

5. Sumber tenaga (manusia, ternak, mesin dengan menggu

nakan bahan bakar tertentu)

6. Pengetahuan teknis dan perilaku pengguna lahan

7. Teknologi yang digunakan (peralatan dan mesin,

pupuk, ternak, metode penebangan, dll)

8. Infrastruktur penunjang

9. Penguasaan dan pemilikan lahan

10. Tingkat pendapatan.

1. Ketinggian / Elevasi

Ketinggian suatu lahan diukur atau dihitung dari tinggi

muka air laut rata-rata yaitu hingga rata-rata tinggi

muka air laut pasang dan muka air laut surut. Pasang

surut air laut sangat bervariasi yang sangat ditentukan

oleh letak atau posisi dimana letak lahan tersebut.

Sebagai Contoh, pasang surut air laut didaerah merauke,

papua bias mencapai puluhan kilometer kea rah daratan,

sedangkan dipulau jawa pasang-surut air laut mencapai

beberapa meter hingga ratusan meter kearah daratan.

Berdasarkan lokasinya, lahan dapat di kelompokkan

kedalam lahan pasang surut, lahan pantai, lahan basah,

lahan kering, lahan dataran rendah,lahan dataran tinggi,

lahan perbukitan, lahan pegunungan.

2. Kelerengan

Permukaan bumi pada kenyataannya tidaklah berbentuk

dataran, akan tetapi ada daerah-daerah di permukaan bumi

yang berbentuk bukit-bukit, lembah/ ngarai, dataran dan

lautan.

Tabel Kelas Lereng dan Kesesuaian Lahan

Kelerengan(%) Bentang

Alam

Sifat-sifat dan

kesesuain Lahan0-50 (0-3%) Datar Cocok Untuk

pengembangan

pemukiman dan

pertanian. Sebagian

wilayah dapat

berpotensi terhadap

bencana banjir dan

drainase yang buruk.5-150 (3-9%) Landai Kurang sesuai untuk

lapangan terbang baik

untuk industry berat.

Irigasi terbatas

tetapi baik untuk dry

farming, drainase

baik untuk

pembangunan

pemukiman.15-300

(9 – 17 %)

Bergelomb

ang

Cocok untuk

cultivation, problem

erosi cukup besar,

cocok untuk areal

industry ringan,

bangunan rendah atau

apartemen, kompleks

pemukiman dan

fasilitas rekreasi.30-500

( 17-27 %)

Terjal Cocok untuk areal

rekreasi, tempat

peristirahatan,

buffer tanaman hutan

atau padang rumput.>50% Sangat

Terjal

Daerah yang sesuai

untuk tempat tinggal

binatang buas, hutan

dan padang rumput

yang terbatas.

3. Jenis Batuan

Jenis Batuan yang menempati suatu lahan sangat

ditentukan oleh kondis geologidimana lahan tersebut

berada. Suatu lahan dapat berisi berbagai jenis Batuan,

baik batuan beku, sedimen, serta batuan metamorf atau

batuan vulkanik serta material rombakan dari batuan-

batuan yang ada dipermukaan bumi. Sebagai contoh, wilyah

DKI. Jakarta secara umum didominasi oleh endapan gunung

api dan alluvial sungai, sedangkan wilayah kota bogor,

didominasi oleh batuan endapan gunung berapi. Jenis-

jenis batuan yang terdapat dalam lahan tersebut sangat

menentukan potensi sumber daya geologi yang terdapat

dalam lahan tersebut. Suatu lahan dapat memiliki sumber

daya alam yang besar ( Sunber daya air, bahan galian,

mineral industry, sumber daya energy, dll) apabila

didalam lahan tersebut terdapat berbagai jenis sumber

daya geologi yang dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan umat

manusia. Suatu lahan dapat juga tidak memiliki sumber

daya geologi yang memadai bagi kebutuhan manusia yang

ada didalamnya.

4. Jenis tanah

Pada hakekatnya tanah merupakan hasil pelapukan batuan

yang ada permukaan bumi, Oleh karena itu jenis-jenis

tanah yang ada dipermukaan bumi sangat berkaitan erat

dengan komposisi kimia-mineral batuan dasarnya. Berbagai

macam jenis tanah seperti laterit, andosol, latosol,

alluvial, podsolik adalah jenis-jenis tanah hasil

pelapukan dari jenis-jenis batuan tertentu. Jenis-jenis

tanah ayang menempati suatu lahan sangat menentukan

tanaman apa saja yang dapat tumbuh diatasnya, oleh

karena itu potensi suatu lahan terhadap peruntukannya

sangat ditentukan oleh jenis tanah yang menempati lahan

tersebut. Daya dukung lahan untuk bangunan di tentukan

oleh sifat-sifat keteknikan dari tanah dan batuan

terhadap daya dukung bangunan, seperti kuat tekan,

plastisitas, mekanika tanah dan batuan.

5. Tutupan Lahan

Tutupan lahan adalah segala jenis vegetasi maupun hasil

budidaya manusia yang menempti suatu lahan. Suatu lahan

dapat ditempatioleh berbagai jenis vegetssi seperti

hutan, semak belukar, kebun, sawah, tegalan, pemukiman,

(Kota, kampong), bangunan ( Jalan, rel kereta api,

Bendungan, Saluran irigasi dsb).

6. Hidrologi

Hidrologi yang ada disuatu lahanakanberpengaruh terhadap

potensisumber daya tersebut. Sumber daya air yang

terdapat disuatu kahan dapatberasal darisumber curah

hujan, mata air, air run off(sunga), air bawah tanah

(deep and shallow water), danau, dan air rawa. Potensi

sumberdaya air disuatu lahan dapat ditentukan

berdasarkan rumus hidrologi air, yaitu input-output.

Ketersediana sumberdaya air untuk memenuhi kebutuhan,

baik manusia maupun flora dan fauna yang berada di dalam

lahan tersebut sangatlah vital. Daya dukung suatu lahan

terhadap kemampuan memenuhi kebutuhan sumberdaya air,

baik bagi manusia serta semua makluk hidup yang ada

diatasnya sangatlah terbatas. Keterbatasan dayadukung

suatu lahan untuk selalu peruntukan tertentu harus

diperhitungkan dengan sebaik-baiknya, karena kemampuan

lahan yang ada batasnya.

7. Fauna dan Flora

Flora dan fauna yang terdapat didalam suatu lahan

merupakan bagian yang tak tarpisahkan dari sumberdaya

yang dimilki oleh lahan tersebut. Berbagai jenis

binatang serta tumbuhan yang hidup secara alamia di

dalam lahan merupakan sumberdaya dari suatu lahan. Oleh

karena itu peruntukan suatu lahan untuk kepentingan

tertentu haruslah dipertimbangkan aspek ekologi yang ada

di dalam lahan tersebut serta untuk menjaga kelestarian

fauna dan flora yang terdapat di dalamnya.

8. Iklim dan Posisi Geografis

Posisi geografis suatu lahan sangat menentukan kondisi

iklim yang ada di dalam lahan tersebut. Secara geografis

suatu lahan dapat berada di tepi pantai, di pegunungan,

di dataran tinggi, di gurun pasir atau suatu lahan dapat

berada di wilayah tropis, sub tropis, arid, semi arid,

dan di kutub.

Ketinggian/elevasi suatu juga mempengaruhi kondisi iklim

suatu lahan, lahan yang secara geografis terletak pada

posisi geografis yang sama, akan tetapi

ketinggian/elevasi berbeda akan berbeda pula kondisi

klimatologinya. Oleh karena itu letak ketinggian dan

posisi geografis suatu lahan sangat menentukan kondisi

iklim yang ada di lahan tersebut. Seperti temperatur

rata-rata, curah hujan rata-rata, presipitasi,

kelembaban, angin dan arah angin, kabut, awan dan

sebagainya.

Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu

penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke

penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya

tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke

waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan

pada kurun waktu yang berbeda. (Wahyunto et al.,2001).

Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan

pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut

terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk

memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat

jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya

tuntutan akan mutu kehidupanyang lebih baik.

Para ahli berpendapat bahwa perubahan penggunaan

lahan lebih disebabkan oleh adanya kebutuhan dan

keinginan manusia. Menurut McNeilletal., (1998) faktor-

faktor yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah

politik, ekonomi, demografi dan budaya. Aspekpolitik

adalah adanya kebijakan yang dilakukan oleh pengambil

keputusan yang mempengaruhi terhadap pola perubahan

penggunaanlahan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3

yang menjelaskan skenario perubahan penggunaan lahan.

Selanjutnya pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan

dan konsumsi juga merupakan faktor penyebab perubahan

penggunaan lahan. Sebagai contoh, meningkatnya

kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan

tempat rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan

penggunaan lahan. Teknologi juga berperan dalam

menggeser fungsi lahan. Grubler (1998) mengatakan ada

tiga hal bagaimana teknologi mempengaruhi pola

penggunaan lahan. Pertama, perubahan teknologi telah

membawa perubahan dalam bidang pertanian melalui

peningkatan produktivitas lahan pertanian dan

produktivitas tenaga kerja. Kedua, perubahan teknologi

transportasi meningkatkan efisiensi tenaga kerja,

memberikan peluang dalam meningkatkan urbanisasi daerah

perkotaan. Ketiga, teknologi transportasi dapat

meningkatkan aksesibilitas pada suatu daerah.

Menurut Adjest (2000) dinegara Afrika Timur,

sebanyak 70% populasi penduduk menempati 10% wilayah

yang mengalami perubahan penggunaan lahan selama 30

tahun. Pola perubahan penggunaan lahan ini disebabkan

karena pertumbuhan penduduk, kebijakan pemerintah

pada sektor pertanian dan transmigrasi serta faktor

sosial ekonomi lainnya. Akibatnya, lahan basah yang

sangat penting dalam fungsi hidrologis dan ekologis

semakin berkurang yang pada akhirnya meningkatkan

peningkatan erosi tanah dan kerusakan lingkungan

lainnya. Konsekuensi lainnya adalah berpengaruh

terhadap ketahanan pangan yang berimplikasi semakin

banyaknya penduduk yang miskin.

Perubahan penggunan lahan di suatu wilayah

merupakan pencerminan upaya manusia memanfaatkan dan

mengelola sumberdaya lahan. Perubahan penggunaan lahan

tersebut akan berdampak terhadap manusia dan kondisi

lingkungannya. Menurut Suratmo (1982) dampak suatu

kegiatan pembangunan dibagi menjadi dampak fisik-kimia

seperti dampak terhadap tanah, iklim mikro, pencemaran,

dampak terhadap vegetasi (flora dan fauna), dampak

terhadap kesehatan lingkungan dan dampak terhadap

sosial ekonomi yang meliputi ciri pemukiman,

penduduk ,pola lapangan kerja dan pola pemanfaatan

sumber daya alam yang ada.

Penelitian yang membahas tentang perubahan

penggunaan lahan dan dampaknya terhadap biofisik dan

sosial ekonomi telah banyak dilakukan. Penelitian

terhadap struktur ekonomi, yang dilakukan Somaji (1994)

menyatakan bahwa pada tahun 1984 wilayah industri

berperan sebanyak 13,05% dan meningkat menjadi 14,65%

pada tahun 1990. Nilai ini dicapai akibat dari

kecepatan alih fungsi lahan pertanian menjadi

nonpertanian selama kurun waktu 1981-1990 sebanyak

0,46%. Penelitian Janudianto (2003) menjelaskan

perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu

didominasi oleh kecenderungan perubahan lahan pertanian

(sawah) menjadi lahan pemukiman dan perubahan hutan

menjadi lahan perkebunan (kebun teh). Hasil penelitian

Heikal (2004) menunjukkan penggunaan lahan di DAS

Ciliwung Hulu berpengaruh nyata terhadap peningkatan

selisih debi tmaksimum-minimum sungai. Penurunan

luashutan dan luas sawah meningkatkan selisih

debit maksimum-minimum, sedangkan peningkatan luas

pemukiman dan kebun campuran meningkatkan selisihdebit.

C. SUMBER DAYA MINERAL

Pendahuluan

Tidak dapat dipungkiri, sumberdaya mineral sebagai

salah satu sumberdaya alam, merupakan sumber yang sangat

penting dalam menopang perekonomian Indonesia. Bahkan

beberapa jenis mineral, yakni minyak dan gas bumi, pernah

menjadi soko guru perekonomian Pemerintah. Dalam skala

global, mineral – khususnya penghasil energi utama; bahkan

berperan strategis dalam menentukan peta perpolitikan

dunia. Sementara mineral dalam bentuk logam mulia emas juga

memiliki posisi penting dalam perekonomian dunia.

Dalam perkembangan peradaban umat manusia, mineral

logam telah membuat manusia selangkah lebih maju melewati

peradaban zaman batu. Sejalan dengan kemajuan teknologi,

semakin banyak pula mineral yang dieksploitasi demi

memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia. Jadi secara

singkatnya dapat dikatakan bahwa kehidupan manusia tidak

dapat dilepaskan dari peranan berbagai macam sumberdaya

mineral.

Namun sayangnya sumberdaya mineral adalah sumberdaya

yang tidak dapat diperbaharui lagi, pada suatu saat

sumberdaya tersebut tidak akan ada lagi di bumi jika terus-

menerus digunakan. Selain itu sumberdaya mineral juga

memiliki nilai berbeda diwaktu yang berbeda, serta rentan

dipengaruhi oleh isu-isu global dunia. Disinilah pentingnya

kebijaksanaan pemerintah dalam mengelola sumberdaya mineral

dengan cara memahami seutuhnya karakteristik dan potensi

sumberdaya mineral di Indonesia guna kemajuan dan

kemakmuran bangsa. Lebih dari itu menjadi sangat penting

untuk dapat memahami secara baik tentang sumber daya

mineral.

Sumberdaya mineral adalah sumberdaya yang diperolehdari

hasil ekstraksi batuan atau pelapukan batuan (tanah).

Berdasarkan jenisnya sumberdaya mineral dapat dikelompokkan

menjadi 2 yaitu :

1. Sumberdaya mineral logam. Contohnya : tembaga, besi,

nikel, emas, perak, dan timah

2. Sumberdaya mineral nonlogam. Contohnya :

kuarsa(silica), muskovit (mika), batu pasir, bentonit

dan lempung.

Sumberdaya mineral telah dimanfaatkan oleh manusia

sejak manusia pertama kali menemukan bahan galian berupa

bijih tembaga dan bijih besi. Pemanfaatan bahan galian ini

pada awalnya digunakan untuk keperluan alat rumah tangga

atau alat unutk mempertahankan diri dan berburu, seperti

pedang, tombak, panah dan sebagainya. Kemudian pada zaman

revolusi industry, kebutuhan bahan mineral semakin

meningkat karena manfaat dari berbagai jenis mineral

tersebut, misalnya untuk keperluan untuk membuat mesin-

mesin industry, alat transportasi, alat komunikasi, dan

alat-alat rumah tangga.

1. Dasar Teori

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui

proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya

bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral.

Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam

sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan

ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya

tidak termasuk). Mineral ialah suatu benda padat homogen

yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik,

mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan

mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.

Benda padat homogen artinya bahwa mineral itu hanya

terdiri satu fase padat, hanya satu macam material, yang

tidak dapat diuraikan menjadi senyawa-senyawa yang lebih

sederhana oleh suatu proses fisika.

Terbentuk secara anorganik artinya benda-benda padat

homogen yang dihasilkan oleh binatang dan tumbuh-

tumbuhan tidak termasuk, maka dari itu kulit tiram (dan

mutiara didalamnya), meskipun terdiri dari calcium

carbonat yang tidak dapat dibedakan secara kimia maupun

fisika dari mineral aragonit, tidak dianggap sebagai

mineral. Selain dari definisi ini adapula definisi lain

yang diberikan oleh beberapa ahli seperti:

a. Menurut L. G. Berry dan B. Mason 1959

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang

terdapat di alam dan terbentuk secara anorganik

dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan

mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.

b. Menurut D. G. A. Whitten dan J. R. V. Brooks 1972

Mineral adalah bahan padat dengan struktur homogen

mempunyai komposisi kimia tertentu dan dibentuk oleh

proses alam yang anorganik.

c. Menurut A. W. R. Potter dan H. Robinson 1977

Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen

mempunyai komposisi kimia tertentu dan mempunyai

sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil

suatu kehidupan.

d. Menurut Kraus, dkk. 1977

Mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam

dengan komposisi kimia yang khas dan biasanya

mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-

kadang dapat menjelma dalam bentuk geometris

tertentu.

Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur

tertentu, tetapi juga mempunyai bentuk tertentu yang di

sebut bentuk kristal. Batasan - batasan definisi mineral

:

a. Suatu bahan alam, artinya terbentuk secara alamiah,

bukan dibuat oleh manusia.

b. Mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tetap.

Dimana sifat fisik ini mencakup: warna, kekerasan,

belahan, perawakan, pecahan, dan lain sebagainya.

Sedangkan sifat kimia mencakup: nyata api terhadap

api oksidasi atau api reduksi, dan lain sebagainya.

c. Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap.

Beberapa contoh unsur tunggal antara lain: diamond

(C), native silver (Ag), dan lain-lain. Sedangkan

unsur senyawa diantaranya berupa: Barit (BaSO4),

magnetit (Fe3O4), zircon (ZrSiO4), dan lain-lain.

d. Umumnya bersifat anorganik, dimana mineral bukan

hasil dari suatu kehidupan.

e. Homogen, artinya mineral tidak dapat diuraikan

menjadi senyawa lain yang lebih sederhana.

f. Berupa padat, cair, dan gas.

Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.

Mineralogi merupakan suatu cabang ilmu geologi yang

mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu

maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain sifat-sifat

fisik, sifat-sifat kimia, keterdapatannya, cara

terjadinya, dan kegunaannya.

2. Deskripsi Sumber Daya dan Kondisi Geologi

Deskripsi Sumber Daya Mineral

Adapun untuk mendeskripsikan sumber daya mineral maka

erat kaitannya dengan deskripsi mineral itu sendiri.

Sedangkan deskripsi mineral dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Warna (Colour)

Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Bila

suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka

cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut

sebagian akan diserap (absorpsi) dan sebagian akan

dipantulkan (refleksi). Warna ini penting untuk

membedakan antara warna yang disebabkan oleh campuran

atau pengotor dan warna asli elemen-elemen utama pada

mineral tersebut. Warna mineral dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu:

1) Idiokromatik; yaitu warna mineral yang selalu

tetap. Umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang

tidak tembus cahaya (opak), seperti galena,

magnetit = hitam, pirit = kuning loyang, belerang

= kuning, azurit = biru dan lain sebagainya.

2) Allochromatic; Yaitu warna mineral yang tidak

tetap, tergantung dari material pengotornya.

Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus

cahaya, seperti kuarsa, kalsit,dan lain

sebagainya. Contohnya : halite warnanya dapat

berubah-ubah menjadi abu-abu, biru bervariasi,

kuning, coklat gelap, dan merah muda. Juga kuarsa

yang tak berwarna, tetapi karena ada campuran

atau pengotor maka warna berubah-ubah menjadi

violet (amethyst), merah muda, ataupun coklat

hitam.

Tapi ada pula warna yang ditentukan oleh kehadiran

sekelompok ion asing yang dapat memberikan warna

tertentu pada mineral, yang disebut dengan nama

chomophores. Contoh : ion-ion Cu yang karena proses

hidrasi merupakan chromophores dalam mineral Cu

sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.

Warna beberapa mineral

b. Perawakan Kristal (crystal habit)

Apabila dalam pertumbuhan suatu mineral tidak

mengalami gangguan apapun, maka mineral tersebut akan

mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Tetapi bentuk

yang sempurna ini jarang sekali kita dapatkan karena

gangguan tersebut di alam selalu ada. Mineral di alam

yang dijumpai sering pula bentuknya tidak berkembang

sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk

mengelompokkannya ke dalam sistem kristal.sebagai

gantinya dipakai istilah perawakan kristal. Perawakan

kristal merupakan bentuk khas mineral yang ditentukan

oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan

ukuran relatif bidang-bidang tersebut. Menurut Pearl

(1975), perawakan mineral dibedakan menjadi 3

golongan besar, yaitu:

1) Elongated Habits

2) Flattened Habits

3) Rounded Habits

c. Kilap (Luster)

Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya

yang dikenakan padanya. Kilap merupakan sifat optis

dari mineral yang rapat hubungannya dengan refleksi

dan refraksi. Intensitas dari kilap sebenarnya

tergantung kuantitas cahaya pantul dan pada umumnya

tergantung pada besarnya indeks refraksi mineral.

Macam – macam kilap :

1) Kilap Logam (metalic luster)

Kilap metalic merupakan kilap yang dipancarkan

dari suatu logam yang padat. Kilap logam

memberikan kesan seperti logam bila terkena

cahaya. Mineral-mineral opak dalam fragmen -

fragmen yang tipis dan mempunyai indeks refaksi

(n = 3) atau lebihpada umumnya mempunyai kilap

logam. Misalnya : emas, pirit, kalkopirit,

galena, sulfida, logam alam.

Galena Pyrite

2) Kilap Sub Metalik (sub-metalic luster)

Kilap sub metalik terdapat pada mineral - mineral

semi opak sampai opak dan mempunyai indeks

refraksi (n = 2,6 dan 3). Contoh : mineral

cuprit, cinabar, hematit, alabandit

Alabandite Cinnabar

3) Kilap Bukan Logam (non metalic luster)

Kilap bukan logam tidak memberikan kesan logam

jika terkena cahaya. Kilap bukan logam biasanya

terlihat pada mineral-mineral yang mempunyai

warna-warna muda dan dapat melukiskan cahaya pada

bagian-bagian yang tipis.

Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi :

1. Kilap Kaca (vitreous luster)

2. Kilap Intan (adamantine luster)

3. Kilap Damar (resinous luster)

4. Kilap Lemak (greasy luster)

5. Kilap Sutera (silky luster)

6. Kilap Mutiara (pearly luster)

7. Kilap Tanah (earthy luster)

8. Kilap Lilin (waxy luster)

d. Kekerasan (Hardness)

Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu

goresan. Penentuan kekerasan relatif mineral ialah

dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang rata

pada mineral standar dari skala Mohs yang sudah

diketahui kekerasannya, yang dimulai dari skala 1

yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang

paling keras.

Kekeras

an

Mineral Keterangan

1 Talc Mg3Si4O10(OH)2 Tergores kuku2 Gypsum CaSO4-2H2O Tergores kuku, kekerasan

kuku-kuku3 Calcite CaCO3 Tergores pecahan botol,

atau pisau4 Fluorite CaF2 Tergores pecahan botol,

atau pisau5 Apatite

Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)

Tergores dengan sukar

oleh pisau6 Orthoclase KAlSi3O8 Tergores pisau atau

pecahan botol7 Quartz SiO2 Tergores pisau8 Topaz Al2SiO4(OH,F)2 Tergores pisau9 Corundum Al2O3 Tergores pisau10 Diamond C (pure

carbon)

Tergores pisau

e. Gores (Streak)

Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk

bubuk. Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna

mineral. Umumnya warna cerat tetap. Gores ini di

pertanggungjawabkan karena stabil dan penting untuk

membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi

goresnya berbeda. Gores ini di peroleh dengan cara

mengoreskan mineral pada permukaan keeping porselin,

tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari

6, maka dapat di cari mineral yang berwarna terang

biasanya mempunyai gores berwarna putih.

Contoh : Kuarsa = putih / tak berwarna

Gypsum = putih / tak berwarna

Calcite = tak bertwarna

Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan

memberikan gores yang lebih terang dari pada warna

mineralnya sendiri. Mineral yang mempunyai kilap

metallic kadang-kadang mempunyai warna gpoes yang

lebih gelap dari warna mineralnya sendiri. Mineral-

mineral oksida, sulfida, karbonat, dan phospat,

arsenat, sulfat juga mempunyai goresan yang

karakteristik. Untuk mineral-mineral transparan dan

translusent mempunyai kilap bukan logam mempunyai

gores lebih terang dari warnanya, sedangkan mineral-

mineral dengan kilap logam kerap kali mempunyai gores

yang lebih gelap dari warnanya. Ada beberapa mineral

warna dan gores sering menunjukan warna yang sama.

f. Belahan (Cleavage)

Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan

kemampuannya membelah melalui bidang-bidang belahan

yang rata dan licin atau suatu mineral yang dipukul

tidak hancur tetapi terbelah-belah melalui bidang-

bidang belah yang licin. Tidak semua mineral

mempunyai sifat ini, sehingga dipakai istilah mudah

dibelah, sukar dibelah, atau tidak dapat dibelah.

Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu

dari mineral tersebut. Belahan dapat di bedakan

menjadi:

1) Sempurna (perfect), yaitu apabila mineral mudah

terbelah melalui arah belahannya yang merupakan

bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui

bidang belahannya. Contoh : calcite, muscovite,

galena, halite

2) Baik (good), yaitu apabila mineral mudah terbelah

melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat

juga terbelah tidak melalui bidang belahannya.

Contoh : feldspar, hyperstene, diopsite, augite,

rhodonite

3) Jelas (distinct), yaitu apabila bidang belahan

mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral

tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya

dan tidak rata. Contoh : staurolite, scapolite,

hornblende, anglesite, feldspar, scheelite

4) Tidak Jelas (indistinct), yaitu apabila arah

belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan

untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.

Contoh : beryl, corundum, platina, gold,

magnetite

5) Tidak Sempurna (imperfect), yaitu apabila mineral

sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral

akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.

Contoh : apatite, cassiterite, native sulphur

g. Pecahan (Fracture)

Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui

bidang yang tidak rata dan tidak teratur. Mineral

yang mendapat tekanan dan melampaui batas

plastisitasnya, jika tidak terbelah secara teratur,

maka mineral akan pecah dengan arah yang tidak

teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi :

1) Pecahan konkoidal (Choncoidal), yaitu pecahan yang

memperlihatkan gelombang yang melengkung di

permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol

atau kulit bawang. Contoh : kuarsa, cerrusite,

anglesite, obsidian, rutile, zincite.

2) Pecahan berserat/fibrus (Splintery), yaitu pecahan

mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam

menyerupai benang atau berserabut. Contoh :

flourite, anhydrite, antigorite.

3) Pecahan tidak rata (Uneven), yaitu pecahan mineral

yang memperlihatkan permukaan bidang pecahnya

tidak teratur dan kasar. Kebanyakan mineral

mempunytai pecahan uneven. Contoh : garnet,

hematite, chalcopyrite, rutile.

4) Pecahan rata (Even), yaitu pecahan mineral dengan

permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan ujung

pecahan masih mendekati bidang datar. Contoh :

muscovite, talc, biotite, mineral lempung.

5) Pecahan Runcing (Hacly), yaitu pecahan mineral

yang permukaannya tidak teratur, kasar, dan

ujungnya runcing-runcing. Contoh : copper,

platinum, silver, gold.

6) Pecahan tanah (Earthy), yaitu pecahan mineral yang

hancur seperti tanah. Contoh: kaolin, muscovite,

biotite, talc.

h. Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)

Tenacity adalah suatu reksi atau daya tahan mineral

terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan,

pemecahan, pembengkokan, pematahan, pemukulan,

penghancuran, dan pemotongan. Tenacity dapat dibagi

menjadi:

1) Brittle (Rapuh), yaitu apabila suatu mineral dipukul

dan mudah hancur menjadi partikel-partikel yang

kecil, sehingga akan meninggalkan serbuk yang

halus. Sebagian besar mineral memiliki sifat

brittle (mudah remuk dan hancur). Contoh:

calcite, kuarsa, marcasite, hematite.

2) Sectile (Dapat Diiris), yaitu apabila mineral mudah

dipotong dengan pisau dengan tidak berkurang

menjadi tepung. Contoh : gypsum, cerargyte.

3) Ductile (Dapat Dipintal), yaitu apabila mineral

dapat ditarik dan diulur seperti kawat. Bila

ditarik akan menjadi panjang, dan apabila

dilepaskan akan kembali seperti semula. Contoh :

silver, copper, olivine, cerargyte.

4) Malleable (Dapat Ditempa), yaitu apabila mineral

ditempa dengan palu akan menjadi pipih. Contoh :

gold, copper, dan silver.

5) Elastic (Lentur), yaitu apabila mineral dapat

merenggang bila ditarik, dan akan kembali seperti

semula bila dilepaskan. Contoh : muscovite,

hematite tipis.

6) Flexible, yaitu apabila mineral dapat dilengkungkan

kemana-mana dengan mudah. Contoh : talc, gypsum,

mica.

i. Berat Jenis (Specific Gravity)

Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat

suatu mineral dibandingkan dengan berat air pada

volume yang sama. Berat jenis dapat dirumuskan

sebagai berikut:

BJ= BERATMINERALVOLUMEMINERAL

Dalam penentuan berat jenis dipergunakan alat-alat

seperti :

a. Piknometer

b. Timbangan analitik, dan

c. Gelas ukur.

j. Bau dan rasa (Taste and Odor)

Disamping dari sifat-sifat yang telah dibahas di

atas, beberapa mineral mempunyai rasa dan bau.

k. Sifat kemagnetan

Sifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum

mineral fisik adalah sifat dari mineral yang

diselidiki, apakah feromagnetik, paramagnetik, atau

diamagnetik.

1) Feromagnetik, yaitu mineral yang mempunyai daya

tarik yang sangat kuat terhadap magnet. Jika

dibalik, mineral tersebutpun tidak akan terlepas

dari magnet.

2) Paramagnetik (magnetik), yaitu mineral tersebut

mempunyai daya tarik terhadap magnet, tetapi

lemah dan tidak keras seperti feromagnetik. Jika

dibalik, mineral tersebut akan terlepas dari

magnet.

3) Diamagnetik (non-magnetik), yaitu mineral

tersebut mempunyai daya tolak terhadap magnet.

l. Derajat Ketransparanan

Sifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada

kemampuan mineral tersebut mentransmit sinar cahaya

(berkas sinar).

Kondisi Geologi

Keterdapatan sumberdaya mineral dibumi sangat tergantung

kepada kondisi geologinya dan tidak semua Negara memiliki

sumberdaya mineral yang diperlukan. Genesa/pembentukan

sumberdaya mineral ditentukan oleh asosiasi batuannya,

misalnya nikel akan berasosiasi dengan batuan beku

ultrabasa, sedangkan timah dan uranium akan berasosiasi

dengan batuab beku asam seperti granit. Tembaga dan emas

akan berasosiasi dengan batuan beku intermdiet seperti

andesit dan diorite sedangkan minyak bumi terbentuk dalam

batuan sedimenter. Oleh karena kondisi geologi setiap

Negara tidak selalu sama, maka keterdapatan dan

penyebaran sumberdaya mineral juga tidak merata di setiap

Negara.

Sebagaimana diketahui bahwa untuk mendapatkan sumberdaya

mineral maka diperlukan suatu proses yaitu, mulai dari

tahap penemuan (eksplorasi), tahap pengambilan

(ekploitasi) dan tahap ekstraksi dan prosesing (pemisahan

mineral-mineral dengan material yang tidak diperlukan).

Dalam setiap tahapan pada proses mendapatkan sumberdaya

mineral akan berdampak pada pencemaran lingkungan.

Genesa Mineral

Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki

nilai ekonomis, maupun yang tidak bernilai ekonomis

sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses

pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-

mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat

diketahui bagaimaana keberadaannya dan keterdapatannya

dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya

tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi,

penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui

bahwa keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari

beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara lain

banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek

biologis, dan fisika.

Secara umum, proses pembentukan mineral baik jenis

logam maupun nonlogam dapat terbentuk karena proses

mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan

mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga

dapat dihasilkan oleh proses alterasi, yaitu mineral

hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu

faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara

mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-

faktor tertentu.

a. Proses Magmatis

Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer

yang bersifat ultra basa, lalu mengalami pendinginan

dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan

bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido

magmatis mulai membentuk mineral-mineral, baik logam

maupun non-logam. Asosiasi mineral yang terbentuk

sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu.

b. Proses Pegmatisme

Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma

(larutan pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas.

Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C sampai 450˚C

berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya

Granit.

c. Proses Pneumatolisis

Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C,

akumulasi gas mulai membentuk jebakan pneumatolisis dan

tinggal larutan sisa magma makin encer.

d. Proses Hydrotermal

Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh

pengaruh temperatur dan tekanan yang sangat rendah, dan

larutan magma yang terbentuk sebelumnya.

e. Proses Proses Replacement (Metasomatic replacement)

Proses Replacement adalah prsoses dalam pembentukan

endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi oleh

pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan

sangat penting dalam grup epitermal.

f. Proses Sedimenter

Proses Sedimenter terbagi atas endapan besi, mangan,

phosphate, nikel dan lain sebagainya.

g. Proses Evaporasi

Proses EvaporasiTerdiri dari Evaporasi laut, danau dan

air tanah.

h. Konsentrasi Residu dan Mekanik

Konsentrasi residu dan mekanik terdiri atas :

1. Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan,

besi, bauxite dan lain-lain.

2. Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa

sungai, pantai, alluvial dan eolian.

i. Supergen Enrichment

Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air,

dalam hal berupa kekar, maka Ni yang terbawa oleh air

turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona air

sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus

bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni yang berasosiasi

dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit

dengan rumus kimia (Ni,Mg)Si4O5(OH)4. Apabila proses ini

berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi

adalah proses pengkayaan supergen (supergen enrichment).

j. Proses Metamorfisme

Metamorfisme terbagi atas endapan endapan

termetamorfiskan dan endapan metamorfisme.

3. Deskripsi Teknik Pemanfaatan Sumberdaya Mineral

a. Kebutuhan Sumberdaya Mineral

Faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya permintaan

mineral logam didunia adalah:

1) Peningkatannya jumlah populasi manusia dibumi

2) Meningkatnya standar hidup manusia di Negara

berkembang

3) Meningkatnya status Negara (misalnya Negara

berkembang menjadi maju)

Meningkatnya kebutuhan sumberdaya mineral didunia

telah memacu kegiatan eksplorasi dan eksploitasi

sumberdaya mineral serta untuk mendapatkan lokas-

lokasi sumberdaya mineral yang baru. Konsekuensi dari

meningkatnya eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya

mineral harus diikuti dengan usaha-usaha dalam

pencegahan terhadap dampak yang ditimbulkan sebagai

akibat dari eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya

mineral tersebut.

Permasalahan yang sering muncul dari kegiatan

eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral adalah

penurunan kualitas lingkungan, seperti pencemaran pada

tanah, udara dan hidrologi air, serta terganggunya

ekosistem.

b. Peran Industri Pertambangan

Industri pertambangan adalah suatu industri yang

paling penting dalam kegiatan eksploitasi suatu bahan

galian mineral dimana bahan galian mineral diproses

dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak

diperlukan. Dalam industri mineral, proses untuk

mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis biasanya

menggunakan metoda ekstraksi, yaitu proses pemisahan

mineral-mineral dari batuan terhadap mineral pengikut

yang tidak diperlukan.

Mineral-mineral yang tidak diperlukan akan menjadi

limbah industri pertambangan dan mempunyai kontribusi

yang cukup signifikan pada pencemaran dan degradasi

lingkungan. Industri pertambangan sebagai industri

hulu yang menghasilkan sumberdaya mineral dan

merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang

diperlukan oleh umat manusia didunia. Sebagaimana kita

ketahui bahwa dibidang pertanian, para petani sangat

membutuhkan pupuk bagi tanamannya dan pupuk yang

dibutuhkan oleh para petani tersebut berasal dari

hasil industri pupuk (fertilizer) yang bahan bakunya

berasal dari mineral-mineral yang ditambang. Bahan

bakar minyak dan gas bumi digunakan sebagai bahan

bakar kendaraan untuk alat transportasi serta bahan

bakar energy yang dipakai untuk menggerakkan mesin-

mesin industri maupun penerangan berasal dari

industrri pertambangan. Kendaraan transportasi seperti

pesawat terbang, kapal, kereta api dan mobil serta

mesin indistri memerlukan material baja, besi,

aluminium, tembaga, nikel dan lain-lain sebagai bahan

baku. Berdasarkan hal tersebut, maka keberadaan

industri pertambangan pada hakekatnya adalah untuk

memenuhi kebutuhan manusia dan kebutuhan ini akan

semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah

populasi manusia dan meningkatnya kesejahteraan suatu

Negara serta perkembangan suatu Negara agraris menjadi

Negara industri.

Proses dalam menghasilkan produk sumberdaya

mineral mempunyai kontribusi yang besar terhadap

pencemaran lingkungan dan hal ini telah dikritis oleh

para pemerhati lingkungan. Disatu sisi untuk menutup

suatu tambang atau industri pertambangan yang

menghasilkan mineral-mineral yang dibutuhkan oleh

manusia adalah sesuatu hal yang tidak bijaksana.

Disisi lain,dampak yang ditimbulkan akibat pertumbuhan

industri pertambangan harus disikapi dengan cara

mencegah agar supaya dampak yang ditimbulkannya dapat

diminimalkan.

4. Dampak Pemanfaatan Sumberdaya Mineral

Untuk memanfaatkan sumberdaya mineral yang tersebar di

permukaan Bumi, erat kaitannya dengan kegiatan di

industri pertambangan, baik berupa kegiatan eksplorasi,

eksploitasi, maupun ekstraksi dan prosesing.

a. Dampak Pertambangan terhadap Lingkungan

Pengelolaan sumberdaya mineral dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup manusia tidak harus menimbulkan dampak

lingkungan baik yang berupa pencemaran dan degradasi

lingkungan dimana sumberdaya tersebut dimanfaatkan.

Degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi

sumberdaya mineral, khususnya limbah padat yang

berasal dari hasil penambangan dan pemprosesan mineral

telah mengakibatkan berbagai dampak lingkungan seperti

ekosistem menjadi terganggu, pencemaran udara, tanah

dan air oleh mineral-mineral yang berbahaya bagi

kehidupan manusia maupun flora dan fauna. Lubang-

lubang bekas penambangan serta pembukaan lapisan tanah

yang subur pada saat penambangan dapat mengakibatkan

daerah yang semula subur menjadi daerah yang tandus

dan akan memerlikan waktu yang sangat lama untuk

kembali kedalam kondisi semula. Polusi dan degradasi

lingkungan akan terjadi pada semua tahap dalam

aktivitas pertambangan, mulai dari tahap eksplorasi ,

tahap eksploitasi hingga tahap prosesing mineral serta

semua aktivitas yang menyertainya dalam seluruh tahap

tersebut, seperti penggunaan peralatan survey, bahan

peledak, alat-alat berat, limbah mineral padat yang

tidak dibutuhkan.

b. Dampak dari Tahap Eksplorasi

Biasanya pada tahap eksplorasi dimulai dengan

penyelidikan dipermukaan bumi yang diawali dengan

survey geofisika dipermukaan tanah serta survey udara,

kemudian dilanjutkan dengan survey geokimia dengan

metoda stream sediment sampling, soil sampling, rock

sampling yang kemudian dilanjutkan dengan pemboran

(drilling), pembuatan puritan (trenching), dan

peledakan (blasting).

Dampak yang ditimbulkan pada tahap ini adalah

pembukaan lahan-lahan yang tertutup tanaman, seperti

dilingkungan hutan lindung, hutan suaka marga satwa,

taman nasional dan lain sebagainya. Masuknya peralatan

survey dan alat-alat berat kelokasi penyelidikan

didaerah yang di eksplorasi aka menimbulkan degradasi

lingkungan serta terganggungnya eksositem daerah

tersebut. Bekas-bekas lubang pemborsn, pengupasan

lapisan tanah oleh alat-alat berta dan aktivitas

pekerjaan dibawah tanah (underground) yang

ditinggalkan setelah satu penyelidikan eksplorasi

selesai akan mengakibatkan degradasi lingkungan.

c. Dampak dari Tahap Ekploitasi/Penambangan

Pada tahap ini yang terpenting dan perlu diperhatikan

adalah ketika alat-alat berta mulai masuk kelokasi

penambangan serta sejumlah besar material (limbah

material padat), baik yang berasal dari batuan maupun

pengupasan lapisan tanah untuk mendapatkan mineral-

mineral yang diinginkan, dimana limbah material padat

ini harus dipindahkan ke lokasi-lokasi diluar lokasi

tambang. Pengelolaan limbah padat yang berasal dari

tahap eksploitasi/penambangan harus dikelola secara

hati-hati sehingga dikemudian hari tidak menimbulkan

dampak lingkungan yang berupa pencemaran, degradasi

lingkungan dan polusi.

d. Dampak dari Tahap Pemrosesan Mineral

Pembuangan limbah yang berasal dari pemrosesan mineral-

mineral merupakan permasalahan yang sangat unik dam

komplek. Pemrosesan mineral dapat terdiri dari

pencucian untuk memisahkan lempung dan pasir, proses

penggerusan, penggilingan dan pemisahan material-

material yang tidak ekonimis (limbah padat) lebih besar

dibandingkan dengan material-material yang mempunyai

ekonomis, yaitu perbandingannya berkisar antara 10:90

atau bahkam mencapai 0,5 : 99,5 sehingga pada tahap ini

volume limbah dari material yang tidak terpakai menjadi

suatu masalah tersendiri.

Dampak lingkungan yang sering kita jumpai pada tahap

ini adalah mereka membuang limbah padat kedalam sungai

yang kemudian dibawah oleh arus sungai dan akhirnya

akan diendapkan di daerah-daerah yang lebih rendah

seperti datarn banjir. Contonya adalah tambang tembaga

Freeport di papua yang membuang limbahnya didaerah hulu

sungai (upstream) dan pencemaran lingkungan terjadi

didaerah muara (downstream). Dampak lain yang mungkin

timbul dalam tahap ini adalah degradasi lingkungan

akibat suara dan getaran yang berasal dari peledakan

dinamit di daerah penambangan serta debu yang berasal

dari laulintas alat-alat berat. Disamping hal

tersebut, problem yang cukup serius adalah bekas-bekas

saluran pembuangan (drainase) yang ditinggalkan

diwilayah pertambangan, dimana air yang bersifta sangat

asam dan mengandung unsure besi. Air yang berasal dari

pertambangan seringkali mengandung tembaga (Cu) atau

seng (Zn), dan apabila air tersebut masuk kedalam

sungai, maka unsure Zn tidak baik bagi kehidupan ikan.

Dalam tenik pertambangan terdapat 3 dampak lingkungan

yang sangat khas, yaitu Hidraulicking, Dredging, Strip

Mining.

a. Hidraulicking adalah sistem penambangan yang dilakukan

dengan cara menyemprotkan air terhadap material yang

akan ditambang. Pada tahap ini mineral-mineral yang

ditambang seperti emas akan tertinggal ditempatnya

sedangkan material lempung dan pasir akan terbawa oleh

air dan akan diendapkan didaerah yang rendah seperti

lembah-lembah sungai atau didaerah dataran banjir

disepanjang sungai. Adapun dampak yang dapat terjadi

pada sistem penambangan ini adalah endapan-endapan

material yang diendapkan oleh sungai akan menimbulkan

daerah seperti daerah pertanian ataupun daerah

pemukiman.

b. Dredging adalah sistem penambangan yang dilakukan

dengan cara menggunakan mesin keruk. Umumnya dilakukan

disepanjang pantai dan sungai, untuk mendapatkan bahan

baku pasir dan kerikil sebagai bahan bangunan. Dampak

dari sistem penambangan ini umumnya adalah terjadinya

kolam-kolam air yang ada disepanjang sungai akibat

pengerukan oleh mesin keruk. Degradasi lingkungan yang

mungkin terjadi pada sistem penambangan dengan metoda

ini adalah terganggunya sistem hidrologi air tanah.

c. Srip Mining adalah sistem penambangan yang dilakukan

dengan cara mengupas lapisan tanah dan batuan yang

menutupi lapisan batuan yang akan ditambang, seperti

lapisan batubara. Adapaun dampak dari sistem

penambangan seperti ini adalah material tanah yang

tidak terpakai hasil pengupasan sebagai limbah padat.

Disamping itu lahan bekas penambangan mengalami

degradasi, karena untuk dapat ditanami kembali akan

memakan waktu yang lama, karena lapisan tanah yang

subur sudah terkupas dan dampak lainnya adalah

terganggunya sistem hidrologi tanah.

Dampak positif dan negatif dari pemanfaatan bidang energi

dan sumber dayamineral

Dampak Positif :

1. sebagai energi atau bahan bakar,misalnya gas dan

minyak bumi serta batu bara

2. Bahan berbagai jenis industri ,seperti industri

pesawat, kendaraan bermotor, persenjataaan dan lain-

lain.

3. Untuk bahan konstruksi, seperti rumah, jalan,

jembatan, dan lain-lain.

4. Bahan untuk pembuatan perhiasan,seperti emas,intan

dan lain-lain.

Dampak Negatif :

1. Kerusakan lingkungan pada lahan galian memberikan

dampak berupa tingginya laju erosi.

2. Lokasi pertambangan kadang berada di tengah hutan,

sehingga merusak ekosistem hutan.

3. Munculnya konflik sosial dalam penguasaan lahan

pertambangan.

4. Tercemarnya sungai dan wilayah perairan lainnya oleh

bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun dari proses

pengolahan hasil tambang.

Dibawah ini akan diterangkan lebih lanjut mengenai proses

pembentukan beberapa bahan galian/barang tambang

diantaranya:

a. Minyak bumi

Proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu jutaan

tahun. Minyak bumi berasal dari mikroplankton yang

terdapat di danau, teluk, rawa, dan laut yang dangkal.

Sesudah mati, mikroplankton berjatuhan dan mengendap di

dasar-dasar kemudian bercampur dengan lumpur sapropelium.

Tekanan dari lapisan-lapisan atas dan pengaruh magma

yang mengakibatkan terjadinya proses destilasi yang

menghasilkan minyak bumi.

Kualitas minyak bumi di Indonesia terbilang cukup baik.

Kadar sulfurnya sangat rendah, sehingga mengurangi asap

motor yang menimbulkan pencemaran udara.Perusahaan yang

melakukan eksploitasi minyak bumi di Indonesia yaitu

Perusahaan minyak negara (Pertamina), sedangkan untuk

pihak swastanya yaitu PT. Caltex Indonesia dan PT.

Stanvac Indonesia) dan untuk pihak asinya yaitu

Petromer Tren, Arco, Union Oil dan Javec.Persebaran

pertambangan minyak bumi di Indonesia antara lain

Nanggroe Aceh Darussalam/ NAD, Sumatera Utara, Riau dan

Kep. Riau yaitu Kep. Natuna (Pulau Sumatera), lepas

pantai Teluk Jakarta disekitar kepulauan Seribu dan di

Jati Barang Indramayu (Jawa Barat), sekitar Cepu (Jawa

Tengah) , Bojonegoro, Surabaya, dan lepas patai timur

Madura (Jawa Timur), Balikpapan, Tarakan, Pulau Bunyu

dan Pulau Bekapai di lepas patai timur Samarinda

(Kalimantan Timur), Pulau Seram bagian timur di teluk

Bula dan Pulau Lemun, Teluk Seram Utara (Maluku),

Sorong, Kepala Burung, Biak, dan Kasim (Papua/Irian

Jaya).

b. Gas Alam

Gas alam merupakan campuran beberapa hidro karbon

dengan kadar karbon yang kecil, terutama metan, propan

dan butan yang digunakan sebagi bahan bakar. Terdapat

dua macam gas alam cair yang diperdagangkan

yaitu Liquified Natural atau gas alam cair (LNG) dan Gas

Liquified Petroleum Gas atau gas minyak bumi cair (LPG),

dipasarkan dengan nama elpiji dengan tabung gas. Elpiji

ini yang digunakan untuk bahan bakar kompor gas dan

pemanas lainnya. Daerah persebarannya di Arun, NAD

(Sumatera), Kamojang (Jawa Timur), Bontang dan

Kalimantan Timur (Kalimantan).

c. Batubara

Sebagian besar batubara berasal dari tumbuh-tumbuhan

tropis masa prsejarah/masa karbon. Tumbuhan tersebut

tertimbun hingga berada di dalam lapisan batuan

sedimen. Proses pembentukan batu bara

disebut inkolen (proses pengarangan) yang terjadi mejadi

dua (proses biokimia dan proses metamorfosis). Proses

biokimia adalah proses pembentukan batu bara yang

dilakukan oleh bakteri anaerob sehingga sisa-sisa

tumbuhan yang menjadi keras karena beratnya sendiri,

tidak ada kenaikan suhu dan tekana. Proses ini

menyebabkan tumbuh-tumbuhan menjadi gambut (turf).

Proses metamorfosis merupakan proses yang terjadi

karena pengaruh tekanan dan suhu yang tinggi dan

berlangsung lama. Dan proses ini tidak ada bakteri

lagi.

Daerah persebaran batu bara di Indonesia yaitu di

Sumatera bagian tengah, Ombilin (Sawah Lunto), Sumatera

bagian selatan, Bukit Asam (Sumatera), di daerah

Mahakam, Kalimantan bagian tenggara di Pulau Laut

(Kalimantan).

d. Tanah liat

Tanah liat merupakan tanah yang mengandung lempung

(65%), butir-butirnya sangat halus sehingga rapat dan

sulit menyerap air. Persebaran tanah liat ini terdapat

di dataran rendah seperti di Pulau Jawa.

e. Kaolin

Kaolin yang disebut oleh masyarakat tanah lempung putih

atau tanah liat putih merupakan endapan residual atau

dapat pula terjadi sebagai akibat proses pelapukan dan

hidrothermal alterasi pada batuan beku yang banyak

mengandung feldspar dimana mineral potassium alumunium

silikat dan feldspar dirubah menjadi kaolin.

Persebarannya terdapat di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra

Selatan, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat,

Sulawesi Tengah, Maluku.

f. Batu kapur

Batu kapur terbentuk dari pelapukan makhluk hidup laut,

seperti karang dan sarang binatang laut. Batu kapur ini

banyak terdapat di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.

g. Pasir kuarsa

Pasir kuarsa terdapat sebagai endapan sedimen, berasal

dari rombakan batuan yang mengandung silicon dioksida

seperti granit, riolit, granodiorit. Endapan pasir

kuarsa terjadi setelah melalui proses transfortasi,

sortasi dan sedimentasi . oleh sebab itu endapan pasir

kuarsa dialam tidak pernah didapatkan dalm keadaan

murni. Sekalipun ada di alam biasanya sudah tercampunr

dengan lempung, feldspar, magnetit dsb.

Persebarannya terdapat di Sumatera, Jawa, Kalimantan

Barat, Timurdan Selatan juga Sulawesi dan Papua.

h. Pasir besi

Pasir besi berasal dari batuan pasir yang banyak

mengandung zat besi. Persebaran pasir besi yaitu di

pantai seltan Wates, Kulon Progo bagian barat sampai ke

timur Cilacap (Pulau Jawa).

i. Marmer/batu pualam

Marmer/batu pualam merupakan batu kapur yang telah

berubah bentuk menjadi batuan yang sangat indah setelah

digosok dan dilicinkan.

j. Batu aji/batu akik

Batu aji/batu akik merupakan mineral yang cukup keras.

Warna batu aji ini bermacam-macam seperti merah, hijau,

biru, ungu, putih, kuning dan hitam. Batu ini banyak

digunakan untuk perhiasan. Batu akik banyak ditemukan

di daerah pegunungan dan di sekitar aliran sungai.

Banyak terdapat di daerah seperti Pulau Jawa.

k. Bauksit

Bauksit terjadi dari hasil pelapukan prafis yang

efektif pada batuan beku yang kaya akan alumina.

Bauksit merupakan bahan dasar pembuatan alumunium.

Persebaran bauksit adalah di Pulau Bintan, Loban,

Tanjung Saluh, Pulau Kijang, Angkut, Tembeling, Kelong

dan Koyan (Riau), Pulau Singkep, Bangka Belitung,

daerah Kapuas dan Tayun (Kalimantan Barat).

l. Timah

Timah dapat dibedakan menjadi dua yaitu timah primer

dan timah sekunder (alluvial). Timah primer merupakan

timah yang mengendap pertama kali pada batuan granit,

sedangkan timah sekunder adalah timah yang sudah

berpindah dari tempat asalnya akibat proses pelapukan

dan erosi. Persebaran timah yaitu di Pulau Bangka,

Belitung, Singkep, Bangkinang, Riau daratan, dan lepas

pantai Pulau Tujuh (Pulau Sumatera).

m. Nikel

Nikel terbentuk karena proses pelapukan dan pencucian

oleh air hujan pada batuan peridotit yang massif. Hasil

pelapukan kemudian teronggok di permukaan sebagai

mineral-mineral. Mineral ini mengandung nikel. Daerah

persebaran nikel terdapat di Soroako, Bulubulang,

Pamaloa Utara, dan Pamaloa Selatan (Sulawesi Tenggara).

n. Tembaga

Tembaga berasal dari larutan cair magma yang kemudian

menyusup dan mengisi celah-celah pada patahan

(diaklas). Tembaga dalam jumlah kecil merupakan hasil

sampingan dalam penambangan emas dan perak.

Persebarannya di Tembagapura (Papua/Irian Jaya),

Cikotok, Cirotan dan Palasari (Jawa).

o. Emas dan perak

Emas dan perak merupakan logam mulia. Pertambangan emas

dan perak di Indonesia dilakukan dengan cara

pertambangan secara terbuka, dan mengeruk/mendulang

pasir/lumpur sungai yang mengandung emas. Daerah

persebaran di Pulau Jawa yaitu: Cikotok (Jawa Barat),

dan daerah Rejang Lembong (Bengkulu).

p. Mangan

Mangan merupakan hasil pengendapan di daerah danau dan

pantai yang terjadi pada zaman tersier. Daerah

persebaran magma terdapat di Karangnunggal dan

Tasikmalaya bagian selatan (Jawa Barat), Kliripan dan

Kulon Progo (Yogyakarta) serta di sekitar Martapura

(Kalimantan).

q. Besi

Pada temperature yang tinggi, bijih besi dicampur

dengan kokas dan besi tua. Percampuan diatur dan

dibakar secara merata. Kotoran dalam bijih besi

dihilangkan melalui proses reduksi yaitu mengambil

unsure oksigen dari bijih besi. Proses pembakaran pada

suhu tinggi menghasilkan cairan. Kemudian cairan

tersebut dicetak dalam bentuk tertentu. Bijih besi

merupakan besi yang kandungan/campuran karbonnya

rendah.

r. Belerang

Belerang atau sulfur didapatkan dalam 2 bentuk yaitu

sebagai senyawa sulfide dan sebagai belerang alam.

Sebagai senyawa sulfide didapatakan dalam bentuk galen-

PbS, chalkoporit-CuFeS dan Pirit-FeS. Kesemuanya

terbentuk akibat proses hydrothermal, kecuali yang yang

terakhir dapat pula terjadi karena proses sedimentasi

dalam kondisi tertentu. Sedang belerang alam unsure

tersebut berbentuk kristal bercampur lumpur

atau merupakan hasil sublimasi. Endapan belerang ini

terbentuk oleh kegiatan solfatara, fumarola atau

sebagai akibat dari gas dan larutan yang mengandung

belerang keluar dalam bumi melalui rekahan-rekahan,

serta selalu berkaitan dengan rangkaian gunung api

aktif.

Belerang ini terdapat di Kab. Aceh Besar, Aceh

Tenggara, Sumatera Utara (Kab. Taput), Sumatera Barat

(Kab. Solok), Jambi (Kab. Kerinci), Jawa Barat (G.

Papandayan, G. Galunggung, G. Ciremai dan Tangkuban

Parahu), Jawa Tengah (G. Dieng, Telaga Terus), Maluku,

Sulawesi Utara dll.

s. Fosfat

Endapan fosfat di Indonesia terdapat di gua-gua dalam

berbagai bentuk dan butiran , bongkahan sampai

bongkahan besar. Endapan fosfat guano dengan komposisi

kalsium fosfat terdapat sebagai endapan permukaan,

endapan gua dan endapan bawah permukaan.

Secara garis besar proses pembentukan ketiganya adalah

sama yaitu merupakan hasil reaksi antara batu gamping

dengan kotoran burung dan kelelawar yang mengandung

asam fosfat karena pengaruh air hujan/air tanah.

Persebarannya terdapat di daerah Aceh yaitu kab. Aceh

Besar dan Aceh Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat

( Kab.Bogor, Kab. Sukabumi, Kab. Ciamis, Pangandaran),

Jawa tengah (Kab. Tegal, dan Kab. Wonogiri), Blitar,

Sumenep, Madura, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan,

Irian Jaya dan Sulawesi Tenggara.

t. Mika

Kelompok mika (muskovit, plogopit dan biotit) terbentuk

pada tahap akhir proses pembentukan magma yang

kekentalannya rendah dan bersifat assam. Kristal mika

berukuran lebar dan berlapis, relatif lunak (kekerasan

2-2,5) transparan dengan warna yang bervariasi.

Muscovit ini berwarna putih, kuning dan coklat yang

memiliki sifat fleksibel dan elastis didapatkan pada

batuan beku yang kaya silica dan alumina. Sedangkan

plogopit bersifat transparan dan elastis dengan warna

coklat muda atau kekuningan dan biasa terdapat pada

batuan metamorf yang kaya magnesium. Biotit berwarna

hitam hingga hijau gelap, fleksibel, elastis, dan biasa

dijumpai pada batuan pegmatite, lamprophyre, kadang-

kadang pada lava batuan metamorf.

Persabarannya terdapat di Aceh, Sumatera Utara,

Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah,

Irian Jaya.

u. Tras

Tras pada umumnya terbentuk pada batuan volkanik yang

banyak mengandung feldspar dan silica antara lain

breksi andesit, granit, rhyolit yang telah mengalami

pelapukan lanjut. Akibat proses pelapukan feldspar akan

berubah menjadi mineral lempung/kaolin dan senyawa

silica amorf. Makin lanjut tingkat pelapukan maka makin

baik mutu/kualitas tras.

Persebarannya terdapat di Pulau Sumatera, Pulau Bali,

Pulau Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi.

v. Intan

Intan terbentuk bersamaan dengan pembekuan batuan ultra

basa missal peridotit dan kimberlit. Kristalisasi Intan

pada kimberlite pipa terbentuk pada kedalaman 60 mil/

lebih dalam dibawah permukaan bumi dan temperatur

1.500-2.000°C. Intan mempunyai hablur berwarna bening

tetapi kadang-kadang berwarna kebiruan, kehijauan,

kemerahan atau kuning.

Intan yang diketemukan di Indonesia terdapat di Riau,

Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan

(Martapura), Kalimantan Timur.

w. Asbes

Asbes terjadi karena proses metamorphose (proses

serpentinisasi) batuan yang bersifat basa atau ultra

basa. Berdasarkan sifatnya asbes ini terbagi enjadi dua

yaituasbes serpentinit dan amfibol.

Tempat diketemukan Jawa Tengah (Karangsambung, kab.

Kebumen), Halmahera (Weda), Sulawesi Teggara, Nusa

Tenggara Timur dan Irian Jaya.

x. Grafit

Grafit terbentuk pada metamorphose tingkat tinggi dari

batuan yang mengandung zat organic, dapat terjadi pula

karena proses magmatisme antara lain pada pegmatite,

dan juga terdapat pada hydrothermal vein. Grafit ini

sangat umum didapatkan dalam granit, sekis, genis mika

sekis ataupun batu gamping kristalin.

Persebarannya terdapat di Sumatera (Muara Saiti,

Pangkalan, Tanjung Balit, kab. Lima Puluh Kota, danau

Singkarak, Siberlabu, Payakumbuh.

D. SUMBER DAYA ENERGI

1. Dasar Teori

Energi adalah daya kerja atau tenaga. Energi berasal

dari bahasa Yunani yaitu Energia yang merupakan

kemampuan untuk melakukan usaha. Energi merupakan

besaran yang kekal, artinya enegi tidak dapat diciptakan

dan dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari bentuk satu ke

bentuk yang lain.

Sumber daya energi adalah sumber daya alam yang dapat

diolah oleh manusia sehingga dapat digunakan bagi

pemenuhan kebutuhan energi. Sumber daya energi ini

disebut sumber energi primer, yaitu sumber daya energi

dalam bentuk apa adanya yang tersedia di alam. Secara

umum, sumber daya energi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu

:

Sumber daya energi konvensional

Sumber daya energi konvensional adalah sumber daya energi

yang digunakan untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan

energi manusia sekarang. Sumber daya energi konvensional

terdiri dari: minyak bumi, batubara, gas alam. Berikut ini

adalah beberapa contoh dari Sumber Daya Energi Konvensional

:

1. Angin

Saat ini sebuah turbin angin modern 100 kali lebih

kuat daripada turbin dua dekade yang lalu dan ladang

angin saat ini menyediakan tenaga besar yang setara

dengan pembangkit listrik konvensional. Teknologi tenaga

angin, sumber energi paling cepat berkembang di dunia,

sepintas terlihat sederhana. Namun dibalik menara

tinggi, langsing dan bilahan besi putar terdapat

pergerakan yang kompleks dari bahan-bahan yang ringan

seperti desain aerodinamis dan komputer yang dijalankan

secara elektronik. Tenaga ditransfer melalui baling-

baling, kadang dioperasikan pada variable kecepatan,

lalu ke generator (meskipun beberapa turbin menghindari

kotak peralatan dengan menjalankan langsung).

Perkembangan teknologi dalam dua dekade terakhir

menghasilkan turbin angin yang modular dan mudah

dipasang.

Pada awal tahun 2004, pemasangan tenaga angin secara

global telah mencapai 40.300 MW sehingga tenaga yang

dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 19

juta rumah tangga menengah di Eropa yang berarti sama

dengan mendekati 47 juta orang. Dalam 15 tahun terakhir

ini, seiring meningkatnya pasar, tenaga angin

memperlihatkan menurunnya biaya produksi hingga 50%.

Saat ini di wilayah yang anginnya maksimum, tenaga

angin mampu menyaingi PLTU batu bara teknologi baru dan

di beberapa lokasi dapat menandingi pembangkit listrik

tenaga gas alam. Ramah lingkungan- keuntungan terpenting

dari tenaga angin adalah berkurangnya level emisi karbon

dioksida penyebab perubahan ikilm. Tenaga ini juga bebas

dari polusi yang sering diasosiasikan dengan pembangkit

listrik berbahan bakar fosil dan nuklir.

2. Gas Alam

Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah

kontaminan (pengotor) utama dari gas yang harus

dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang

signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga

sebagai “acid gas (gas asam)”. Gas alam yang telah

diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak

berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut

didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut

diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat

terdeteksi bila terjadi kebocoran gas.

Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya

tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat

menyebabkan tercekiknya pernafasan karena ia dapat

mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang

dapat membahayakan. Gas alam sering juga disebut sebagai

gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil

berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia

dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan

juga tambang batu bara.

Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi

melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-

bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas.

Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat

pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran

manusia dan hewan.komponen utama dalam gas alam adalah

metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai

terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung

molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti

etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain

juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang).

Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber

gas helium. Metana adalah gas rumah kaca yang dapat

menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke

atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang

sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di

atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon

dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana

yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat.

Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup

kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan

pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75

dan 100 juta ton per tahun secara berturut-

turut).Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen

sulfida (H2S), dan air dapat juga terkandung di dalam

gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah

kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan

sumber ladang gasnya. Gas alam dapat berbahaya karena

sifatnya yang sangat mudah terbakar dan menimbulkan

ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga

cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila

ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah,

konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah

meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan

ledakan yang dapat menghancurkan bangunan. Kandungan

metana yang berbahaya di udara adalah antara 5% hingga

15%, Pembakaran satu meter kubik gas alam komersial

menghasilkan 38 MJ (10.6 kWh).

3. Batubara

Indonesia tidak mungkin membakar habis batu bara dan

mengubahnya menjadi energis listrik melalui PLTU. Selain

mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2, NOx dan

CxHy cara ini dinilai kurang efisien dan kurang memberi

nilai tambah tinggi. Batu bara merupakan bahan bakar

selain solar (diesel fuel), yang telah umum digunakan

pada banyak industri.

Dari segi ekonomis, batubara jauh lebih hemat

dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai

berikut : solar Rp 0,74 / kilokalori sedangkan batubara

hanya Rp 0,09 / kilokalori. Dari segi kuantitas batu

bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi

Indonesia. Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan

milyar ton. Jumlah ini sebenarnya cukup untuk memasok

kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan.

batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih

bermakna dan efisien jika dikonversi menjadi migas

sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai

ekonomi tinggi.

Dua cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah

likuifikasi (pencairan) dan gasifikasi (penyubliman)

batu bara. Membakar batu bara secara langsung (direct

burning) telah dikembangkan teknologinya secara

continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi

pembakaran yang maksimum, cara-cara pembakaran langsung

seperti: fixed grate, chain grate, fluidized bed,

pulverized, dan lain-lain, masing-masing mempunyai

kelebihan dan kelemahannya.

4. Minyak Bumi

Minyak bumi dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah

cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah

terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area

di kerak Bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran

kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri

alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi,

dan kemurniannya.

Komposisi minyak bumi (petroleum) adalah campuran

kompleks, terutama terdiri dari hidrokarbon bersama-sama

dengan sejumlah kecil komponen yang mengandung sulfur,

oksigen dan nitrogen dan sangat sedikit komponen yang

mengandung logam.

5. Panas Bumi (Geothermal)

 

Energi panas bumi adalah energi yang diekstraksi

dari panas yang tersimpan di dalam bumi. Energi panas

bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi

yang terjadi sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga

berasal dari panas matahari yang diserap oleh permukaan

bumi. Energi ini telah dipergunakan untuk memanaskan

(ruangan ketika musim dingin atau air) sejak peradaban

Romawi, namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan

energi listrik. Sekitar 10 Giga Watt pembangkit listrik

tenaga panas bumi telah dipasang di seluruh dunia pada

tahun 2007, dan menyumbang sekitar 0.3% total energi

listrik dunia. energi panas bumi cukup ekonomis dan

ramah lingkungan, namun terbatas hanya pada dekat area

perbatasan lapisan tektonik.

Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat

dibangun di sekitar lempeng tektonik di mana temperatur

tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat

permukaan. Pengembangan dan penyempurnaan dalam

teknologi pengeboran dan ekstraksi telah memperluas

jangkauan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas

bumi dari lempeng tektonik terdekat. Efisiensi termal

dari pembangkit listrik tenaga panas bumi cenderung

rendah karena fluida panas bumi berada pada temperatur

yang lebih rendah dibandingkan dengan uap atau air

mendidih. Berdasarkan hukum termodinamika, rendahnya

temperatur membatasi efisiensi dari mesin kalor dalam

mengambil energi selama menghasilkan listrik. Sisa panas

terbuang, kecuali jika bisa dimanfaatkan secara lokal

dan langsung, misalnya untuk pemanas ruangan. Efisiensi

sistem tidak memengaruhi biaya operasional seperti

pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil.

6. Matahari

Energi surya adalah energi yang didapat dengan

mengubah energi panas surya (matahari) melalui peralatan

tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain. Teknik

pemanfaatan energi surya mulai muncul pada tahun 1839,

ditemukan oleh A.C. Becquerel. Ia menggunakan kristal

silikon untuk mengkonversi radiasi matahari, namun

sampai tahun 1955 metode itu belum banyak dikembangkan.

Selama kurun waktu lebih dari satu abad itu, sumber

energi yang banyak digunakan adalah minyak bumi dan batu

bara. Upaya pengembangan kembali cara memanfaatkan

energi surya baru muncul lagi pada tahun 1958. Sel

silikon yang dipergunakan untuk mengubah energi surya

menjadi sumber daya mulai diperhitungkan sebagai metode

baru, karena dapat digunakan sebagai sumber daya bagi

satelit angkasa luar.

7. Tenaga air

Tenaga air adalah energi yang diperoleh dari air

yang mengalir. Pada dasarnya, air di seluruh permukaan

Bumi ini bergerak (mengalir). Di alam sekitar kita, kita

mengetahui bahwa air memiliki siklus. Dimana air

menguap, kemudian terkondensasi menjadi awan. Air akan

jatuh sebagai hujan setelah ia memiliki massa yang

cukup. Air yang jatuh di dataran tinggi akan

terakumulasi menjadi aliran sungai. Aliran sungai ini

menuju ke laut.

Di laut juga terdapat gerakan air, yaitu gelombang

pasang,ombak, dan arus laut. gelombang pasang

dipengaruhi oleh gravitasi bulan, sedangkan ombak

disebabkan oleh angin yang berhembus di permukaan laut

dan arus laut di sebabkan oleh perbedan kerapatan (massa

jenis air), suhu dan tekanan, serta rotasi bumi.

Tenaga air yang memanfaatkan gerakan air biasanya

didapat dari sungai yang dibendung. Pada bagian bawah

dam tersebut terdapat lubang-lubang saluran air. Pada

lubang-lubang tersebut terdapat turbin yang berfungsi

mengubah energi kinetik dari gerakan air menjadi energi

mekanik yang dapat menggerakan generator listrik. Energi

listrik yang berasal dari energi kinetik air disebut

“hydroelectric”. Hydroelectric ini menyumbang sekitar

715.000 MW atau sekitar 19% kebutuhan listrik dunia.

bahkan di Kanada, 61% dari kebutuhan listrik negara

berasal dari Hydroelectric.

Sumber daya energi nuklir

Sumber daya energi nuklir merupakan sumber daya energi yang

tersedia di alam dan hanya dapat dikonversi menjadi bentuk

energi yang dapat dikonsumsi oleh manusia melalui reaksi

nuklir. Sumber energi nuklir terdiri dari : sumber daya

energi fissi nuklir (uranium, torium), material radioaktiv

alami, sumber daya energi fusi nuklir (deuterium, litium).

Sumber daya energi terbarukan/nonkonvensional

Sumber daya energi terbarukan/nonkonvensional adalah sumber

daya energi yang tersedia secara terus menerus dalam waktu

sangat lama karena siklus alaminya. Sumber daya energi

terbarukan terdiri dari : energi angin, energi surya,

geothermal, aliran air (sungai), biomassa (sampah,

kultivasi), energi kelautan (arus laut, gelombang, pasang

surut, beda suhu), energi badan air besar / danau (beda

suhu). Berikut adalah beberapa contoh dari Sumber Daya

Energi Terbarukan/Non Konvensional :

1. Energi Hidro

Hidroelektrisitas adalah satu bentuk tenaga hidro

digunakan untuk memproduksi listrik. Kebanyakan tenaga

hidroelektrik berasal dari energi potensial dari air yang

dibendung dan menggerakkan turbin air dan generator.

Bentuk yang kurang umum adalah memanfaatkan energi

kinetik seperti tenaga ombak. Tenaga hidro atau

Microhidro adalah energi melalui aliran air baik biasanya

di sungai yang dapat dipakai untuk membangkitkan listrik

dalam daya tertentu. Secara teknis, alat pembangkit

dipasang pada aliran sungai, kemudian energi yang

dihasilkan disimpan/dialirkan melalui Pembangkit Listrik.

Hidroelektrisitas adalah sumber energi terbaharui. Di

banyak bagian Kanada (provinsi British Columbia,

Manitoba, Ontario, Quebec, dan Newfoundland and Labrador)

hidroelektrisitas digunakan secara luas. Pusat tenaga

yang dijalani oleh provinsi-provinsi ini disebut BC

Hydro, [[[Manitoba Hydro]], Hydro One (dulunya “Ontario

Hydro”), Hydro-Québec, dan Newfoundland and Labrador

Hydro. Hydro-Québec merupakan perusahaan penghasil

listrik hydro terbesar dunia, dengan total listrik

terpasang sebesar 31.512 MW (2005).

Tenaga listrik hydro, menggunakan kinetik, atau energi

gerakan sungai, sekarang menyediakan 20% listrik dunia.

Misalnya Norwegia menghasilkan hampir seluruh listriknya

dari hydro, sedangkan Iceland memproduksi 83% dari

kebutuhannya (2004), Austria memproduksi 67% dari seluruh

listrik yang dihasilkan di negara tersebut. Kanada

merupakan penghasil tenaga hidro terbesar dunia dan

memproduksi lebih dari 70% listriknya dari sumber

hidroelektrik.

2. Energi Surya

Energi surya adalah energi yang didapat dengan mengubah

energi panas surya (matahari) melalui peralatan tertentu

menjadi sumber daya dalam bentuk lain. Energi surya

menjadi salah satu sumber pembangkit daya selain air,

uap,angin, biogas, batu bara, dan minyak bumi. Teknik

pemanfaatan energi surya mulai muncul pada tahun 1839,

ditemukan oleh A.C. Becquerel. Ia menggunakan

kristalsilikon untuk mengkonversi radiasi matahari, namun

sampai tahun 1955 metode itu belum banyak dikembangkan.

Selama kurun waktu lebih dari satu abad itu, sumber

energi yang banyak digunakan adalah minyak bumi dan batu

bara. Upaya pengembangan kembali cara memanfaatkan energi

surya baru muncul lagi pada tahun 1958. Sel silikon yang

dipergunakan untuk mengubah energi surya menjadi sumber

daya mulai diperhitungkan sebagai metode baru, karena

dapat digunakan sebagai sumber daya bagi satelitangkasa

luar.

3. Bahan Bakar Bio tingkat tinggi

Biaya produksi untuk menghasilkan bahan bakar bio dari

serat yang telah dibuang dan membusuk, jerami, rumput

liar, daun, atau pakan ternak, akan setara dengan biaya

produksi bensin sebelum 2015 mendatang, atau turun hingga

10 sen AS setiap KWH, dan akan menjadi saingan berat bagi

sumber energi fosil konvensional. Saat ini hambatan

teknis untuk menghasilkan bio fuel tingkat tinggi

(seperti ethanol yang dihasilkan dari bahan baku non

pangan) adalah: membangun infrastruktur transportasinya

dan perlengkapan penyimpanan, serta memproduksi mobil

yang memanfaatkan bahan bakar bio tingkat tinggi atau

bahan bakar campuran (seperti bensin dicampur dengan

bahan bakar bio tingkat tinggi).

4. Tenaga surya berbentuk cair

Kini teknologi yang memanfaatkan tenaga surya untuk

memanaskan air yang kemudian digunakan untuk

membangkitkan listrik sudah sedemikian matang, dan

biayanya sudah ditekan menjadi sama dengan biaya dalam

teknologi pembangkit listrik konvensional (seperti bata

bara untuk membangkitkan listrik).

Namun meskipun energi surya dapat disimpan dalam wujud

cairan panas, namun sulit untuk disalurkan – inilah yang

kini menjadi kendala dalam penyebar-luasan pemanfaatan

energi surya berwujud cairan ini.

5. Energi surya fotovoltaik

Dengan menggunakan panel fotovoltaik, sinar matahari

dapat langsung ditransformasikan menjadi energi listrik.

Perkembangan teknologi fotovoltaik kini juga sudah

berkembang sedemikian rupa sehingga biaya produksi dapat

ditekan. Hingga 2020 mendatang biaya produksi energi

surya fotovoltaik akan sama dengan biaya produksi sumber

energi lainnya, dan akan memiliki daya saing tinggi.

Total kapasitas listrik di seluruh dunia yang dapat

dihasilkan dengan teknologi fotovoltaik ini akan mencapai

120 ~ 140 miliar watt pada 2015 mendatang, atau sekitar 6

~ 7 kali lipat kapasitas produksi listrik pada 2009 yang

hanya sebesar 20 miliar watt.

6. Tenaga angin

Tenaga angin dapat dibedakan menjadi dua macam yakni

tenaga angin darat (onshore wind) dan tenaga angin laut

(offshore wind). Jika dibandingkan dengan sumber energi

terbarukan lainnya, teknologi energi tenaga angin ini

sudah sangat mumpuni. Di sejumlah tempat, biaya produksi

satuan listrik dengan tenaga angin darat sudah sama

dengan teknologi pembangkit listrik konvensional, bahkan

terus menunjukkan tren menurun. Diperkirakan pada 2015,

biaya produksi listrik dengan tenaga angin dapat ditekan

lagi sebesar 15%, hingga mencapai 12 ~ 13 sen AS untuk

setiap KWH.

Menurut data statistik dari Asosiasi Energi Tenaga Angin

Kanada (CanWEA), dalam satu dekade terakhir, tingkat

pertumbuhan pembangkit listrik tenaga angin di seluruh

dunia telah mencapai 25%. Dan pada 2020 mendatang, total

nilai investasi di sektor energi tenaga angin di seluruh

dunia akan mencapai 1 triliun dolar AS, dengan kapasitas

listrik tahunan mencapai lebih dari 6 triliun watt per

tahun. Namun kendala tenaga angin adalah: dibutuhkannya

lahan yang sangat luas, yang biasanya sulit untuk

mendapat izin dari pemerintah, dan sulit untuk menyimpan

listrik yang dihasilkan.

2. Deskripsi Sumber Daya dan Kondisi Geologi

Definisi Ketersediaan Sumber Daya Energi

Ketersediaan sumber daya energi diartikan sebagai

kemampuan manusia untuk mendapatkan sumber daya energi

tersebut berdasarkan teknologi yang telah dikembangkan

serta dengan cara yang secara ekonomi dapat diterima.

Ketersediaan sumber daya energi ditinjau dari beberapa

macam aspek, yaitu :

keberadaan sumber daya tersebut di alam.

ketersediaan teknologi untuk mengeksploitasi sumber

daya tersebut.

ketersediaan teknologi untuk memanfaatkan sumber daya

tersebut.

pertimbangan dalam aspek ekonomi.

pertimbangan dampak (lingkungan, sosial).

kompetisi dengan penggunaan penting lainnya.

Berdasarkan berbagai aspek pertimbangan tentang

ketersediaan sumber daya energi yang telah disebutkan di

atas, maka secara lebih praktis ketersediaan sumber daya

energi didasarkan pada dua aspek penting, yaitu :

ketersediaan data yang cukup dan konsisten.

estimasi biaya yang diperlukan untuk menggali.

Untuk mengeksploitasi suatu sumber daya alam

(termasuk sumber daya energi) disamping dua pertimbangan

tersebut masih diperlukan pertimbangan berikutnya yang

menyangkut :

dampak lingkungan maupun sosial akibat eksploitasi

sumber daya alam.

kompetisi (benturan) dengan penggunaan penting

lainnya.

Peranan Geologi Lingkungan terhadap Sumber Daya Energi

Kebutuhan sumber daya energi saat ini merupakan

kebutuhan yang sangat diperlukan untuk menunjang

keberlangsungan hidup manusia, terutama industri. Banyak

industri-industri saat ini telah mengeksplorasi berbagai

jenis sumber energi baik hidrokarbon maupun non

hidrokarbon dan telah banyak pula mengembangkan

pemanfaatan sumber daya energi yang terbarukan

(renewable). Tahapan eksplorasi dan eksploitasi ini juga

pastinya akan berdampak pada lingkunga, terlebih lagi

dalam eksplorasi dan eksploitasi sumber daya energi non-

renewableyang memiliki banyak dampak terhadap lingkungan,

seperti halnya pencemaran tanah, penurunan muka air

tanah, dll. Untuk itu, geologi lingkungan sangatlah

penting dalam usaha bagaimana meminimalisir dampak dan

memberikan skenario terbaik usaha-usaha pasca eksplorasi

dan eksploitasi sehingga dapat dicapai suatu

kesetimbangan antara sumber daya energi yang didapat dan

faktor lingkungan yang dikembalikan (reklamasi lahan,

dsb.). Berikut merupakan poin-poin penting peranan

geologi lingkungan dalam usaha pemanfaatan sumber daya

energi :

1. Menanggulangi terjadinya degradasi lingkungan akibat

kegiatan penambangan.

2. Membatasi kegiatan pembukaan lahan untuk eksploitasi

maupun eksplorasi.

3. Untuk pengawasan dan mitigasi kerusakan lingkungan

yang disebabkan oleh aktivitas eksplorasi dan

eksploitasi.

4. Memahami dan menyesuaikan batasan-batasan rencana

eksplorasi atau eksploitasi yang dipengaruhi oleh

lingkungan geologis suatu daerah.

5. Mengetahui kondisi lingkungan geologis yang tepat

untuk pembuangan limbah sehingga bisa mengurangi

masalah kontaminasi dan polusi.

6. Pemahaman tentang bencana alam dan mengurangi

dampaknya pada manusia.

7. Dengan manajemen lingkungan yang efektif, maka akan

dapat mengurangi dampak negatif dari eksploitasi

mineral.

Pada hakekatnya permasalahan lingkungan akan muncul

ketika eksploitasi sumberdaya  mengabaikan prinsip-

prinsip pengelolaan yang berkelanjutan. Permasalahan

lingkungan saat ini telah menjadi isu global dan menjadi

perhatian para peneliti maupun para pengambil keputusan.

Banyak tempat di muka bumi saat ini kondisi

lingkungannya sangat buruk dan sebagian besar dalam

kondisi yang kritis. Penurunan kualitas lingkungan dapat

kita jumpai diberbagai belahan bumi, terutama di tempat-

tempat dimana eksploitasi sumberdaya energi sudah tidak

mengindahkan kelestarian lingkungan dan pengelolaan yang

tidak bertanggungjawab.

3. Deskripsi Teknik Pemanfaatan Sumber Daya Energi

Pemanfaatan Energi Matahari

Ada beberapa cara pemanfaatan energi panas matahari

yaitu:

a. Pemanasan Ruangan

Ada beberapa teknik penggunaan energi panas matahari

untuk pemanasan ruangan, yaitu:

1) Jendela

Ini merupakan teknik pemanasan dengan menggunakan

energi panas matahari yang paling sederhana. Hanya

diperlukan sebuah lubang pada dinding untuk

meneruskan panas matahari dari luar masuk ke dalam

bangunan.

2) Dinding Trombe(Trombe Wall) Dinding trombe adalah

dinding yang diluarnya terdapat ruangan sempit

berisi udara. Dinding bagian luar dari ruangan

sempit tersebut biasanya berupa kaca. Dinding ini

dinamai berdasarkan nama penemunya yaitu Felix

Trombe, orang berkebangsaan Perancis. Prinsip

kerjanya adalah permukaan luar ruangan ini akan

dipanasi oleh sinar matahari, kemudian panas

tersebut perlahan-lahan dipindahkan kedalam ruangan

sempit. Selanjutnya panas di dalam ruangan sempit

tersebut akan dikonveksikan ke dalam bangunan

melalui saluran udara pada dinding trombe.

3) Greenhouse

Teknik ini hampir sama dengan dinding trombe hanya

saja jarak antara dinding masif dengan kaca lebih

lebar, sehingga tanaman bisa hidup di dalamnya.

Prinsip kerja greenhouse juga serupa dengan dinding

trombe. Panas masuk melalui kaca ke dalam greenhouse

lalu dikonveksikan ke dalam bangunan untuk

menghangatkan ruangan atau menjaga suhu rungan tetap

stabil meskipun pada waktu siang atau malam hari.

b. Penerangan Ruangan

Penerangan ruanagan adalah teknik pemanfaatan energi

matahari yang banyak dipakai saat ini. Dengan teknik

ini pada siang hari lampu pada bangunan tidak perlu

dinyalakan sehingga menghemat penggunaan listrik untuk

penerangan.

c. Kompor Matahari

Prinsip kerja dari kompor matahari adalah dengan

memfokuskan panas yang diterima dari matahari pada

suatu titik menggunakan sebuah cermin cekung besar

sehingga didapatkan panas yang besar yang dapat

digunakan untuk menggantikan panas dari kompor minyak

atau kayu bakar. Untuk diameter cermin sebesar1,3 meter

kompor ini memberikan daya thermal sebesar 800 watt

pada panci. Dengan menggunakan kompor ini maka

kebutuhan akan energi fosil dan energi listrik untuk

memasak dapat dikurangi.

d. Pengeringan Hasil Pertanian

Hal ini biasanya dilakukan petani di desa-desa daerah

tropis dengan menjemur hasil panennya dibawah terik

sinar matahari. Cara ini sangat menguntungkan bagi para

petani karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya

untuk mengeringkan hasil panennya.

e. Distilasi Air

Cara kerjanya adalah sebuah kolam yang dangkal, dengan

kedalaman 25mm hingga 50 mm, ditututup oleh kaca. Air

yang dipanaskan oleh radiasi matahari, sebagian menguap

dan sebagian uap itu mengembun pada bagian bawah dari

permukaan kaca yang lebih dingin. Kaca tersebut

dimiringkan sedikit 10 derajat untuk memungkinkan

embunan mengalir karena gaya berat menuju ke saluran

penampungan yang selanjutnya dialirkan ke tangki

penyimpanan.

f. Pemanasan Air

Penyediaan air panas sangat diperlukan oleh masyarakat,

baik untuk mandi maupun untuk alat antiseptik pada

rumah sakit dan klinik kesehatan. Penyediaan air panas

ini memerlukan biaya yang besar karena harus tersedia

sewaktu-waktu dan biasanya untuk memanaskan digunakan

energi fosil ataupun energi listrik. Namun dengan

menggunakan pemanas air tenaga surya maka hal ini bukan

merupakan masalah karena pemanasan air dilakukan dengan

menyerap panas matahari dengan menggunakan kolektor

sehingga tidak memerlukan biaya bahan bakar.

Prinsip kerjanya adalah panas dari matahari diterima

oleh kolektor yang terdapat di dalam terdapat pipa-pipa

berisi air. Panas yang diterima kolektor akan diserap

oleh air yang berada di dalam pipa sehingga suhu air

meningkat. Air dingin dialirkan dari bawah sedangkan

air panasnya dialirkan lewat atas karena massa jenis

air panas lebih kecil daripada massa jenis air dingin

(prinsip thermosipon). Air ini lalu masuk ke dalam

penyimpan panas. Pada penyimpan panas, panas dari air

ini dipindahkan ke pipa berisi air yang lain yang

merupakan persediaan air untuk mandi/antiseptik.

Sedangkan air yang berasal dari kolektor akan diputar

kembali ke kolektor dengan menggunakan pompa atau hanya

menggunakan prinsip thermosipon. Persediaan air panas

akan disimpan di dalam tangki penyimpanan yang terbuat

dari bahan isolator thermal. Pada sistem ini terdapat

pengontrol suhu jika suhu air panas yang dihasilkan

kurang dari yang diinginkan maka air akan dimasukkan

kembali ke tangki penyimpan panas untuk dipanaskan

kembali. Kolektor yang digunakan pada pemanas air

tenaga panas matahari ini adalah kolektor surya plat

datar yang bagian atasnya terbuat dari kaca yang

berwarna hitam redup sedangkan bagian bawahnya terbuat

dari bahan isolator yang baik sehingga panas yang

terserap kolektor tidak terlepas ke lingkungan. Air

panas di dalam kolektor bisa mencapai 82 C sedangkan

air panas yang dihasilkan tergantung keinginan karena

sistem dilengkapi pengontrol suhu.

Keuntungan dan Kerugian Energi Panas Matahari

Keuntungan dari penggunaan energi panas matahari antara

lain:

a. Penggunaan energi panas matahari tidak menghasilkan

polutan dan emisi yang berbahaya baik bagi manusia

maupun lingkungan.

b. Penggunaan energi panas matahari untuk pemanas air,

pengeringan hasil panen akan dapat mengurangi

kebutuhan akan energi fosil.

c. Pembanguan pemanas air tenaga matahari cukup sederhana

dan memiliki nilai ekonomis.

Kerugian dari penggunaan energi panas matahari antara

lain:

a. Sistem pemanas air dan pembangkit listrik tenaga panas

matahari tidak efektif digunakan pada daerah memiliki

cuaca berawan untuk waktu yang lama.

b. Pada musim dingin, pipa-pipa pada sistem pemanas ini

akan pecah karena air di dalamnya membeku.

c. Membutuhkan lahan yang sangat luas yang seharusnya

digunakan untuk pertanian, perumahan, dan kegiatan

ekonomi lainya. Hal ini karena rapat energi matahari

sangat rendah

d. Lapisan kolektor yang menyilaukan bisa mengganggu dan

membahayakan penglihatan, misalnya penerbangan.

e. Sistem hanya bisa digunakan pada saat matahari

bersinar dan tidak bisa digunakan ketika malam hari

atau pada saat cuaca berawan.

f. Penyimpanan air panas untuk perumahan bukan merupakan

masalah, tetapi penyimpanan uap air pada pembangkit

listrik memerlukan teknologi yang sulit.

Pemanfaat Energi Angin

a. orang zaman dahulu memanfaatkan angin sebagai

penggerak perahu - perahu layar mereka sebelum

ditemukannya mesin penggerak untuk perahu yang

menggunakan mesin pada saat sekarang.

b. kincir angin untuk menggiling gandum. Sekarang  ini,

energi angin ditangkap oleh turbin angin dan digunakan

untuk menghasilkan listrik. Karena matahari memanaskan

permukaan bumi secara tidak merata, maka terbentuklah

angin. Energi Kinetik dari angin dapat Digunakan untuk

Menjalankan Turbin angin, Beberapa mampu memproduksi

tenaga 5 MW. Keluaran tenaga Kubus adalah fungsi dari

kecepatan angin, maka Turbin tersebut paling tidak

membutuhkan angin dalam kisaran 5,5 m / d (20 km / j),

dan dalam praktek sangat sedikit wilayah yang memiliki

angin yang bertiup terus menerus.

Pemanfaat energi tenaga air atau energi mikrohidro :

a. Untuk saluran irigasi

b. Penerangan listrik di rumah penduduk

c. Dan yang terpenting adalah memerdekakan penduduk

dengan mengembalikan keberdayaan secara ekonomi

maupun  pengelolaan,serta pemeliharaan sumber daya

hutan dan air secara berkelanjutan

Keunggulan dan Kelemahan Energi Air

Keunggulannya :

Tenaga air merupakan sumber energi bersih yang

terbarukan dan tidak mencemari planet kita dengan emisi

CO2 yang berbahaya, tidak seperti pembakaran pada bahan

bakar fosil. Meskipun tenaga air tidak menimbulkan polusi

udara dan tidak berkontribusi pada masalah perubahan iklim

seperti pada bahan bakar fosil, tenaga air tidak

sepenuhnya merupakan sumber energi ramah lingkungan.

Tenaga air merupakan sumber energi yang jauh lebih

stabil (konstan) dibandingkan dengan tenaga angin dan

tenaga surya karena setelah bendungan selesai dibangun

listrik dapat diproduksi pada tingkat stabil. Dan juga

ketika permintaan listrik tidak tinggi, mudah untuk

menghentikan pembangkit listrik dan menjalankannya lagi di

saat permintaan meningkat.

Setelah bendungan dibangun, mereka tidak hanya sangat

efisien tetapi juga dirancang untuk bertahan dalam waktu

yang sangat lama, dengan biaya operasional dan

pemeliharaan yang relatif rendah. Pembangkit listrik

tenaga air sebenarnya merupakan salah satu sumber energi

yang paling dapat diandalkan, dan energi terbarukan yang

paling efisien dalam menjamin pasokan listrik secara

konstan di berbagai belahan dunia.

Pembangkit listrik tenaga air juga dapat memberikan

kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tempat

bendungan dibangun karena danau yang terbentuk di belakang

bendungan tidak hanya sering digunakan untuk tujuan

irigasi tetapi juga untuk pariwisata dan rekreasi dalam

bentuk olahraga air, memancing, berenang, berperahu, dan

jenis rekreasi lainnya. Dan tentu saja, pemanfaatan tenaga

air tidak menghasilkan limbah seperti pada beberapa sumber

energi lain  (terutama bahan bakar fosil dan energi

nuklir).

Kelemahannya :

Ketika membicarakan kerugian tenaga air, banyak orang

yang menunjuk kerusakan lingkungan yang dapat terjadi

sebagai hasil dari pembangunan bendungan. Misalnya

bendungan tenaga air dapat mengganggu aliran alami sungai

yang dapat memiliki banyak dampak negatif pada ekosistem

sungai. Jika bendungan yang dibangun benar-benar besar,

hal ini dapat menyebabkan erosi, tanah longsor dan

kerusakan geologi yang serius (kasus ini terjadi pada

pembangunan Three Gorges Dam di Cina dan Hoover Dam di

Amerika Serikat). Hal ini juga dapat menyebabkan banjir,

dan kadang-kadang masyarakat setempat bahkan harus

meninggalkan rumah mereka (ini yang terjadi pada Three

Gorges Dam yang mengakibatkan 1,24 juta orang mengungsi

karena banjir serius). Bendungan pembangkit listrik tenaga

air juga dapat mengubah tingkat aliran, pola aliran, suhu

air, yang kesemuanya dapat memberikan efek yang sangat

berbahaya terhadap satwa liar.

Kekurangan tenaga air dari segi ekonomi meliputi biaya

awal yang sangat besar untuk membangun bendungan untuk

pembangkit listrik tenaga air, yang berarti bahwa

pembangunan pembangkit listrik tenaga air harus beroperasi

setidaknya selama beberapa dekade sebelum mulai membawa

keuntungan. Juga, di saat kekeringan ketika tidak ada air

yang cukup, tenaga air tidak bisa menghasilkan energi

listrik.

Pemanfaatan energi panas bumi :

a. Sebagai tenaga pembangkit listrik dan digunakan dalam

bentuk listrik.

b. Sebagai sumber panas yang dimanfaatkan secara langsung

menggunakan pipa ke perut bumi.

c. Sebagai pompa panas yang dipompa langsung dari perut

bumi.

Keunggulan Energi Panas Bumi

Energi panas bumi memiliki beberapa keunggulan

dibandingkan energi sumber lain yang dapat diperbaharui,

di antaranya:

a. Hemat ruang dan pengaruh dampak visual yang minimal

b. Mampu memproduksi secara terus- menerus selama 24 jam,

sehingga tidak membutuhkan tempat penyimpanan energi,

serta

c. Tingkat ketersediaan yang sangat tinggi, yaitu di atas

95%. Sekalipun demikian, pemulihan energi panas bumi

memakan waktu yang relatif lama yaitu beberapa ratus

tahun. Selain untuk tenaga listrik panas bumi dapat

langsung dimanfaatkan untuk kegiatan usaha pemanfaatan

energi atau fluida .

Kekurangan Energi Panas Bumi

Ada beberapa kekurangan pada energi geothermal. Pertama,

Kita tidak bisa membangun pembangkit listrik tenaga panas

bumi di sembarang lahan kosong di suatu tempat. Daerah

tempat pembangkit energi geothermal yang akan dibangun

harus mengandung batu-batu panas yang cocok pada kedalaman

yang tepat untuk pengeboran. Selain itu, jenis bebatuannya

harus mudah untuk dibor ke dalam. Hal ini penting untuk

menjaga area sekitar karena jika lubang dibor dengan tidak

benar, maka mineral dan gas yang berpotensi membahayakan

bisa menyembur dari bawah tanah.  Pencemaran dapat terjadi

karena pengeboran yang tidak tepat di stasiun panas bumi.

Dan juga, memungkinkan pula pada suatu area panas bumi

tertentu terjadi kekeringan.

4. Dampak Pemanfaatan Sumberdaya Energi

Dampak positif dan negatif teknologi nuklir

Tidak dapat dipungkiri lagi kebutuhan energi terus tumbuh

sementara minyak dan gas tidak akan dapat mempertahankan

andil mereka dalam memasok begitu jauh di masa depan.

Minyak dan gas alam akan menyumbang secara signifikan

paling banter selama 30 tahun pada laju penggunaan

sekarang namun tidak mempunyai prospek ekspansi jangka

panjang. Peningkatan dua kali tuntutan energi dunia

dengan penggunaan minyak dan gas dipertahankan pada level

sekarang akan memerlukan tiga setengah kali lipat

peningkatan dari sumber-sumber lain. Jadi, akan ada suatu

keperluan energi ekstra yang meningkat yang hanya dapat

hadir dari batubara, nuklir atau sumber-sumber energi

terbarukan, dan mungkin dari percampuran ketiganya.

Apa itu Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir?

PLTN adalah pembangkit tenaga listrik tenaga nuklir yang

merupakan kumpulan mesin untuk pembangkit tenaga listrik

yang memanfaatkan tenaga nuklir sebagai tenaga awalnya.

Prinsip kerjanya seperti uap panas yang dihasilkan untuk

menggerakkan mesin yang disebut turbin.

Secara ringkas dan sederhana, rancangan PLTN terdiri dari

air mendidih, boild water reactor bisa mewakili PLTN pada

umumnya, yakni setelah ada reaksi nuklir fisi, secara

bertubi-tubi, di dalam reaktor, maka timbul panas atau

tenaga lalu dialirkanlah air di dalamnya. Kemudian uap

panas masuk ke turbin dan turbin berputar poros turbin

dihubungkan dengan generator yang menghasilkan listrik.

Berikut adalah dampak positif dan negative dari teknologi

nuklir

a. Dampak positif

1) Penggunaan energi nuklir akan berdampak pada

penghematan bahan bakar fossil dan perlindungan

lingkungan. Pembangkitan listrik bertanggungjawab

atas 25% konsumsi bahan bakar fossil dunia. Dengan

menggunakan energi nuklir untuk menghasilkan listrik

akan mengurangi perlunya membakar bahan bakar ini,

sehingga cadangannya dapat bertahan lama.

2) PLTN secara langsung memberi manfaat kepada negara-

negara berkembang. Makin besar sumbangan nuklir,

makin rendah laju peningkatan harga-harga bahan

bakar fossil. Karena, biaya energi yang tinggi

berarti bahwa makin banyak usaha diberikan dalam

mendapatkan energi dan makin sedikit dihasilkan

barang dan jasa. Sumber daya yang telah dibebaskan

dapat digunakan untuk menghasilkan barang-barang

atau untuk tujuan-tujuan sosial-ekonomi.

3) Dalam operasi normal PLTN sangat sedikit menyebabkan

kerusakan lingkungan dan bermanfaat bila mereka

menggantikan pembangkit-pembangkit yang mengemisi

CO2, SO2 dan NOx. Dalam kaitan ini mereka akan

membantu mengurangi hujan asam dan membatasi emisi

gas rumah kaca.

4) Energi nuklir telah memainkan peran signifikan dalam

suplai listrik dunia dan sumber utama listrik di

sejumlah negara. Produksi listrik dunia dari nuklir

tumbuh cepat dan kini menyumbang hampir seperlima

listrik yang dibangkitkan di negara-negara industri

atau 17% pada produksi listrik dunia, dan berkisar

5% konsumsi energi primer dunia.

5) Kebijakan non-nuklir akan mendorong peningkatan

harga-harga energi, menyebabkan kerentanan ekonomi,

membuat industri kurang kompetitif, mengurangi

standar-standar kehidupan dan menimbulkan risiko

pengangguran lebih tinggi.

6) PLTN telah terbukti dan mempunyai potensial paling

besar dalam sumber-sumber daya yang menawarkan

prospek jangka panjang untuk memenuhi meningkatnya

kebutuhan energi dunia sambil tetap menjaga harga

energi mendekati tingkat yang sekarang. Harga

listrik nuklir tidak perlu bertambah secara

signifikan di atas yang sekarang dialami karena

biaya-biaya bahan bakar adalah merupakan bagian yang

paling kecil dari biaya total produksinya, terutama

dalam reaktor cepat.

7) Pada eksplorasi minyak dan gas, penggunaan teknologi

nuklir berguna untuk menentukan sifat dari bebatuan

sekitar seperti porositas dan litografi. Teknologi

ini melibatkan penggunaan neutron atau sumber energi

sinar gamma dan detektor radiasi yang ditanam dalam

bebatuan yang akan diperiksa.

8) Pada konstruksi jalan, pengukur kelembaban dan

kepadatan yang menggunakan nuklir digunakan untuk

mengukur kepadatan tanah, aspal, dan beton. Biasanya

digunakan cesium-137 sebagai sumber energi

nuklirnya.

9) Aplikasi medis dari teknologi nuklir dibagi menjadi

diagnosa dan terapi radiasi, perawatan yang efektif

bagi penderita kanker. Pencitraan (sinar X dan

sebagainya), penggunaan Teknesium untuk diberikan

pada molekul organik, pencarian jejak radioaktif

dalam tubuh sebelum diekskresikan oleh ginjal, dan

lain-lain.

b. Dampak negatif

1) Reaktor nuklir sangat membahayakan dan mengancam

keselamatan jiwa manusia. Radiasi yang diakibatkan

oleh reaktor nuklir ini ada dua. Pertama, radiasi

langsung, yaitu radiasi yang terjadi bila radio

aktif yang dipancarkan mengenai langsung kulit atau

tubuh manusia. Kedua, radiasi tak langsung. Radiasi

tak langsung adalah radiasi yang terjadi lewat

makanan dan minuman yang tercemar zat radio aktif,

baik melalui udara, air, maupun media lainnya.

2) Teknologi Nuklir bisa di salah gunakan untuk senjata

pemusnah massal.

3) Ada beberapa bahaya laten dari PLTN yang perlu

dipertimbangkan. Pertama, kesalahan manusia (human

error) yang bisa menyebabkan kebocoran, yang

jangkauan radiasinya sangat luas dan berakibat fatal

bagi lingkungan dan makhluk hidup. Kedua, salah satu

yang dihasilkan oleh PLTN, yaitu Plutonium memiliki

hulu ledak yang sangat dahsyat. Sebab Plutonium

inilah, salah satu bahan baku pembuatan senjata

nuklir. Kota Hiroshima hancur lebur hanya oleh 5 kg

Plutonium. Ketiga, limbah yang dihasilkan (Uranium)

bisa berpengaruh pada genetika. Di samping itu,

tenaga nuklir memancarkan radiasi radio aktif yang

sangat berbahaya bagi manusia.

Banyak studi menunjukkan bahwa PLTN dapat

berkompetitif penuh dengan alternatif-alternatifnya di

banyak negara. Namun, di beberapa negara, di mana

limpahan bahan bakar fossil tersedia pada biaya rendah

atau di mana grid daya listrik terlalu kecil untuk

mengakomodasi unit nuklir yang besar, PLTN cenderung

tidak kompetitif.

Dengan menghemat bahan bakar fossil dunia, PLTN

secara langsung memberi manfaat kepada negara-negara

berkembang. Makin besar sumbangan nuklir, makin rendah

laju peningkatan harga-harga bahan bakar fossil.

Karena, biaya energi yang tinggi berarti bahwa makin

banyak usaha diberikan dalam mendapatkan energi dan

makin sedikit dihasilkan barang dan jasa. Sumber daya

yang telah dibebaskan dapat digunakan untuk

menghasilkan barang-barang atau untuk tujuan-tujuan

sosial-ekonomi.

Sementara itu, penggunaan energi fossil telah

mencapai suatu level sedemikian dampak-dampak

lingkungannya menjadi penting melintasi skala lokal

dan regional. Saat ini, keprihatinan utama tentang

penggunaan yang meningkat dan berlanjut dari bahan

bakar fossil adalah masalah emisi CO2. Muncul

keprihatinan di antara para ahli bahwa peningkatan

konsumsi bahan bakar fossil menyebabkan penimbunan

karbon dioksida di atmosfer bumi yang dapat membawa

efek-efek berbahaya pada iklim global. Selain itu, ada

emisi-emisi berbahaya lain dari pembakaran batu-bara,

beberapa di antaranya berkontribusi pada hujan asam

yang dapat membahayakan danau-danau dan hutan.

Pembakaran minyak dalam pembangkit-pembangkit listrik,

tanur-tanur atau kendaraan-kendaraan juga

berkontribusi pada kerusakan lingkungan. Memang, masih

banyak riset diperlukan untuk memahami apakah

keprihatinan ini terbukti, namun pada tingkat ini akan

tidak bijaksana untuk menganggap bahwa dunia akan

mampu untuk terus secara tak terbatas menyandarkan

konsumsinya pada bahan bakar fosil.

Dengan demikian, penggunaan energi nuklir akan

menghilangkan sumber dari beberapa masalah ini baik

secara langsung dalam produksi listrik maupun di mana

listrik nuklir menggantikan bahan bakar fosil, dalam

pemanasan misalnya. Dalam operasi normal PLTN sangat

sedikit menyebabkan kerusakan lingkungan dan

bermanfaat bila mereka menggantikan pembangkit-

pembangkit yang mengemisi CO2, SO2 dan NOx. Dalam

kaitan ini mereka akan membantu mengurangi hujan asam

dan membatasi emisi gas rumah kaca.

Kendati demikian, di banyak negara muncul kepedulian

publik signifikan terhadap PLTN dan oposisi terhadap

pengenalan atau pengekspansiannya. Kepedulian-

kepedulian terpusat pada risiko kecelakaan, pembuangan

limbah radioaktif dan proliferasi senjata nuklir. Dua

keprihatinan pertama berkaitan langsung dengan

proteksi lingkungan.

Orang mengkhawatirkan keselamatan PLTN dan efek-

efeknya pada lingkungan yang timbul dari limbah-limbah

nuklir. Meski, industri nuklir percaya bahwa baik

keselamatan maupun limbah-limbah dapat ditangani

sehingga risiko-risikonya terhadap publik dapat

dipertahankan pada level paling tidak serendah yang

dari industri-industri lain.

Risiko potensial terhadap kesehatan dan lingkungan

dari sebuah PLTN bergantung pada desain, tapak,

konstruksi dan operasinya. Kemungkinan adanya bahaya

tak lazim telah diketahui sejak awal pengembangan

sistem energi nuklir dan bahwa tercapainya level

keselamatan tingkat tinggi merupakan tujuan utama.

Pertimbangan keselamatan telah menciptakan suatu

strategi yang didasarkan pada konsep membangun

barrier-barrier protektif berlapis terhadap pelepasan

material radioaktif dan penggunaan peralatan tambahan

untuk menjamin integritas barrier-barrier tersebut.

Salah satu bentuk barrier (penghalang), yang diadopsi

di beberapa negara untuk reaktor berpendingin dan

bermoderator air, adalah sebuah pengungkung kuat yang

didesain untuk mencegah setiap lepasan material

radioaktif yang mungkin timbul sebagai akibat

kecelakaan. Pentingnya keunggulan desain ini telah

ditunjukkan secara baik oleh dua kecelakaan PLTN utama

yang terjadi selama operasi: kecelakaan Three Mile

Island, Amerika Serikat, pada 1979 dan Chernobyl,

Ukraina, pada 1986.

Kecelakaan Three Mile Island tidak menimbulkan efek

berarti pada publik karena pengungkung berfungsi

seperti dirancang. Kecelakaan ini telah menarik

perhatian terhadap rekayasa kompleks yang terlibat

dalam mencegah pelelehan bahan bakar dan yang

mengandung efek-efek malfungsi utama lainya.

Radioaktivitas total yang lepas dari kecelakaan ini

kecil, dan dosis maksimum bagi individu yang hidup di

dekat PLTN jauh di bawah batas-batas yang telah

ditentukan Internasional. Pengungkungnya bekerja!

Para ahli keselamatan reaktor sepakat bahwa

bencana utama hanya dapat terjadi jika sebagian besar

bahan bakar dalam teras reaktor meleleh. Peristiwa

seperti ini terjadi jika pendingin teras reaktor

hilang secara tiba-tiba. Oleh karenanya, perlengkapan

sistem pendingin teras darurat harus selalu disiap-

siagakan. Dalam hal kegagalan ini, yang menyebabkan

pelelehan teras, reaktor biasanya dikungkung dalam

bangunan yang dirancang untuk mencegah pelepasan

radioaktif ke lingkungan. Sekitar seperempat biaya

kapital reaktor-reaktor biasanya ditujukan bagi desain

rekayasa untuk memperkuat keselamatan operator dan

lingkungannya.

Sebaliknya kecelakaan Chernobyl, yang memiliki

defisiensi desain dan ketiadaan pengungkung, mempunyai

konsekuensi-konsekuensi di luar tapak yang serius.

Demikian seriusnya, kecelakaan ini telah meminta

korban jiwa dan terjadi paparan radiasi dengan dosis

signifikan ke lingkungan.

Kecelakaan tersebut mengundang keprihatinan publik

terhadap tiadanya struktur pengungkung substansial

seperti standar reaktor di negara Barat. Disamping

itu, desainnya sedemikian rupa sehingga kegagalan

pendingin menyebabkan peningkatan output daya, tidak

seperti reaktor Barat yang mempunyai koefisien rongga

negatif sehingga kehilangan pendingin secara otomatis

mengurangi output daya

Laporan ahli OECD menyimpulkan bahwa "kecelakaan

Chernobyl tidak menjelaskan sesuatu fenomena baru yang

sebelumnya tak diketahui atau isu-isu keselamatan yang

tak terpecahkan atau lain-lain yang dicakup oleh

program-program keselamatan reaktor untuk reaktor-

reaktor daya komersial saat ini di negara-negara

anggota OECD." Dengan alasan ini, kecelakaan tersebut

tidak berpengaruh pada program PLTN dunia, selain

hanya mempertegas kembali perlunya sistem-sistem

reaktor direkayasa secara sempurna.

Ada sejumlah kecelakaan dalam reaktor-reaktor

eksperimental dan dalam satu bangunan penghasil

plutonium militer, namun tak satupun yang menyebabkan

kehilangan jiwa yang teridentifikasi di luar bangunan

yang sesungguhnya, atau kontaminasi lingkungan jangka

panjang.

Meskipun rekaman keselamatan PLTN komersial begitu

mengesankan dengan rekayasa struktur dan sistem

reaktor yang ketat yang membuat pelepasan radioaktif

katastrofik dari reaktor Barat hampir tidak mungkin,

namun banyak yang tidak menginginkan dijalankannya

sesuatu yang berisiko seperti ini. Ketakutan ini

memperkuat perlawanan terhadap manfaat PLTN, serupa

dengan katakutan orang akan jatuhnya pesawat terbang

di atas kepala mereka, terlepas dari pentingnya

transportasi udara itu sendiri. Akhirnya, keseimbangan

antara risiko dan manfaat bukanlah latihan saintifik

semata. Bagaimanapun, di tengah gaung kekhawatiran

publik, nuklir dalam berbagai aplikasinya tetap

menjadi harapan bagi kemakmuran masa depan.

Dampak Pemakaian Energi Fosil

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari

lingkungan sekitarnya, baik itu lingkungan alam maupun

lingkungan sosial. Seiring dengan perkembangan zaman,

jumlah penduduk dunia juga terus mengalami peningkatan

setiap tahunnya, sehingga peningkatan akan kebutuhan

energi tidak dapat dihindarkan lagi. Saat ini, hampir

semua kebutuhan energi yang manusia gunakan diperoleh

dari konversi sumber energi fosil, misalnya energi untuk

pembangkit listrik, industri dan berbagai macam alat-alat

transportasi. Bahan bakar fosil itu sendiri adalah bahan

bakar yang terbentuk dari proses alam seperti dekomposisi

anaerobik dari sisa-sisa organisme termasuk fitoplankton

dan zooplankton yang mengendap ke bagian bawah laut (atau

danau) dalam jumlah besar, selama jutaan tahun. Bahan

bakar fosil merupakan sumber daya tak terbarukan karena

proses pembentukannya memerlukan waktu jutaan tahun,

sedangkan cadangan di alam habis jauh lebih cepat

daripada proses pembentukannya. Produksi dan penggunaan

bahan bakar fosil menimbulkan keprihatinan lingkungan.

Sebuah gerakan global menuju generasi energi terbarukan

karena itu dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan

energi meningkat. Diperkirakan oleh Energy Information

Administration bahwa pada tahun 2007 sumber utama energi

terdiri dari minyak bumi 36,0%, batu bara 27,4%, gas alam

23,0%, yang berarti 86,4% konsumsi energi primer di dunia

adalah bahan bakar fosil. Sedangkan sumber energi non-

fosil seperti tenaga air, nuklir, dan lainnya ( panas

bumi , surya , gelombang , angin , kayu , limbah ) hanya

sebesar 13,6%. Padahal energi non-fosil ini jika dikelola

dengan benar akan memberikan kontribusi besar pada

konsumsi energi dunia yang tumbuh sekitar 2,3% per tahun.

Anda sadari atau tidak, pemakaian energi fosil yang terus

menerus akan  mengakibatkan dampak negatif terhadap

lingkungan dan kesehatan makhluk hidup. Hal tersebut

dikarenakan bahan bakar fosil seperti batubara , minyak

bumi , dan gas alam  mengandung persentase karbon yang

tinggi. Gas karbon adalah gas tanpa warna yang merupakan

senyawa karbon dengan oksigen, tidak terbakar dan larut

dalam air. Jika gas karbon tersebut terlepas ke udara

akan bersenyawa dengan oksigen dan membentuk gas karbon

dioksida. Karbon dioksida adalah salah satu gas rumah

kaca yang meningkatkan radiasi dan memberikan kontribusi

pada  pemanasan global , yang menyebabkan rata-rata suhu

permukaan bumi meningkat.

Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian

sumber energi dari alam untuk memenuhi kebutuhan manusia

akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan. Berikut merupakan beberapa dampak negatif

penggunaan energi fosil:

a. Dampak terhadap udara dan iklim

Penggunaan berbagai macam bahan bakar fosil

(misalnya: minyak bumi, batu bara, dan gas alam) untuk

bahan bakar alat-alat industri dan transportasi telah

membuat sebuah perubahan besar pada kondisi iklim

dunia.

Penggunaan bahan bakar tersebut telah meningkatan

konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) yaitu karbon dioksida

(CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NOx), sulfur

dioksida (SO2) dan tiga gas-gas industri yang

mengandung fluor (HFC, PFC, dan SF6) sehingga

menyebabkan meningkatnya radiasi yang terperangkap di

atmosfer bumi. Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat

bereaksi dengan uap air diawan dan membentuk asam

nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yangmerupakan

asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan, air

hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari

5,6 yang merupakan pH“hujan normal”), yang dikenal

sebagai “hujan asam”. Hujan asammenyebabkan tanah dan

perairan (danau dan sungai) menjadi asam.Untuk

pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah akan

mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk

perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunya

makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam

secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan (karat,

lapuk). Sedangkan Gas-gas industri yang mengandung

fluor (HFC, PFC, dan SF6) diproduksi oleh proses

industri, dan tinggal di atmosfer hampir selama-

lamanya karena tidak ada penyerap atau penghancur

alaminya. Peningkatan GRK tersebut akan menyebabkan

fenomena pamanasan global yaitu naiknya temperatur

rata-rata dipermukaan bumi. Pemanasan global itu

sendiri akan mengakibatkan perubahan iklim, yaitu

perubahan pada unsur-unsur iklim seperti naiknya suhu

permukaan bumi, meningkatnya penguapan di udara,

berubahnya pola curah hujan, dan tekanan udara yang

pada akhirnya akan mengubah pola iklim dunia.

b. Dampak Terhadap Perairan

Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara

penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang tidak

layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau

kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya minyak

(ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan

pencemaran perairan. Selain itu, pencemaran air oleh

minyak bumi juga bisa disebabkan oleh pembuangan

minyak pelumas secara sembarangan. Pembuangan sisa

sampah cair pabrik ke sungai atau laut juga ikut

memegang andil yang besar terhadap pencemaran air ini.

Di laut sering terjadi pencemaran oleh minyak dari

tangki yang bocor. Dengan adanya minyak pada permukaan

air menghalangi kontak antara air dengan udara

sehingga kadar oksigen didalam air akan berkurang dan

dapat mengganggu biota-biota yang berada didalam air

tersebut. Pada dasarnya pencemaran air disebabkan oleh

kesalahan manusia.

c. Dampak Terhadap Tanah 

Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat

diketahui, misalnya dari pertambangan batu bara.

Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul

terutama dalam pertambangan terbuka (Open Pit Mining).

Pertambangan ini memerlukan lahan yang sangat luas.

Perlu diketahui bahwa lapisan batu bara terdapat di

tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut

digunakan untuk pertambangan batu bara maka lahan

tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk pertanian atau

hutan selama kurun waktu tertentu.  Penggunaan alat-

alat yang menggunakan energi bersih sangat membantu

lingkungan dan pemulihan bumi.