Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI
MASYARAKAT DAN PERMUKIMAN
BERBASIS KOMUNITAS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TATA CARA PERENCANAAN TEKNIS SISTEM
PENYEDIAAN AIR BERSIH
PROGRAM
NASIONAL
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
MANDIRI PSF
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 1
1.1 Latar Belakang
Pascabencana erupsi gunung api akan selalu meninggalkan masalah yang tidak
kecil, baik yang diakibatkan oleh aliran lahar panas, awan panas dan banjir lahar
yang meluluh lantakkan area yang dilaluinya. Bencana erupsi Merapi pada akhir
tahun 2010 juga telah menyebabkan ratusan jiwa meninggal, kerusakan pada
infrastruktur, lahan dan tata perekonomian-sosial serta hancurnya sekitar 3000
rumah warga di sekitar Merapi.
Sebagai upaya untuk mengembalikan pada kondisi normal, terutama pada rumah
warga, prasarana permukiman, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan pada
area terdampak, pemerintah melalui REKOMPAK memberikan pendampingan dan
bantuan dana stimulan untuk kegiatan rehabilitasi, rekonstruksi rumah dan
infrastruktur permukiman melalui pendekatan pemberdayaan, yakni menempatkan
masyarakat menjadi pelaku utama dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi
permukiman di wilayahnya sendiri.
Rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman dilakukan dengan memukimkan kembali
warga ke tempat yang lebih aman untuk dihuni berdasarkan peta kawasan rawan
bencana Gunung Merapi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM.
Pada pelaksanaannya, pemukiman baru tersebut juga dilengkapi dengan
prasarana Sistem Penyediaan Air Bersih (SPAB).
1.2 Landasan Operasional dan Acuan
Landasan operasional yang digunakan mengacu kepada ketentuan-ketentuan dan
persyaratan pada :
a. Grant Agreement Java Reconstruction Fund (JRF) for Community Based
Settlement Rehabilitation and Reconstruction Project for Central and West Java
and Yogyakarta Special Region,
b. Grant Agreement PNPM Support Facility (PSF) for Community Based
Settlement Rehabilitation and Reconstruction Project,
c. Pedoman Operasional Umum (POU) untuk Kelurahan/Desa REKOMPAK, 2010.
d. Pedoman Operasional Teknis (POT) untuk Kelurahan/Desa REKOMPAK, 2010.
BBAABB 11
PPEENNDDAAHHUULLUUAANN
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 3
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud
1. Memberikan panduan dan tata cara kepada warga masyarakat desa/kelurahan
dalam melaksanakan kegiatan penyusunan rencana detail teknis dan
pelaksanaan pembangunan prasarana SPAB,
2. Sebagai acuan persyaratan teknis yang diperlukan dalam pelaksanaan
pembangunan prasarana SPAB yang akan dibangun pada program REKOMPAK
Pasca Erupsi Merapi,
3. Memberikan panduan dan tata cara kepada konsultan pendamping REKOMPAK
dalam memfasilitasi penyusunan rencana detail teknis dan pelaksanaan
pembangunan prasarana SPAB di tingkat desa/kelurahan;
Tujuan
1. Meningkatnya kapasitas masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan
pembangunan prasarana SPAB di tingkat desa/kelurahan;
2. Tersusunnya rencana detail pembangunan prasarana SPAB di tingkat
desa/kelurahan berbasis komunitas dan berorientasi pada tata bangunan dan
tata lingkungan yang tanggap pada risiko bencana;
3. Terjaminnya kualitas detail teknis dan tersusunnya dokumen teknis
pembangunan prasarana SPAB sesuai dengan kaidah teknis dan aturan yang
berlaku.
1.4 Sasaran
Kelompok sasaran utama standar operasional porosedur ini, adalah:
1. Tingkat komunitas desa, yaitu para calon pengelola dan pelaksana
pembangunan prasarana SPAB serta para Panitia Pembangunan (PP)
desa/kelurahan,
2. Konsultan pendamping tingkat desa, yaitu para fasilitator pendamping
masyarakat desa (faskel, building controler/BC),
Sasaran selanjutnya adalah:
1. Komunitas, yaitu BKM/TPK, Tim Inti Perencana (TIP) dan Panitia
Pembangunan (PP)
2. Pemerintah desa/kelurahan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/
Kelurahan (LPMD/K), dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD),
3. Pemerintah Kecamatan, Penanggung Jawab Operasional Kecamatan (PJOK),
4. Dinas/Instansi Terkait, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) - Kabupaten/Kota,
5. Konsultan REKOMPAK; National Management Consultant (NMC), District
Management Consultant (DMC),
6. Serta pihak-pihak lain yang peduli atau memanfaatkan panduan tata cara ini.
1.5 Pelaku
Penanggungjawab keseluruhan dalam pembangunan prasarana SPAB yang
dibiayai melalui dana BDL adalah Panitia Pembangunan (PP) dengan koordinasi
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 4
dan bimbingan dari BKM/TPK. Pelaksana penyusunan rencana detail teknis dan
pembangunan prasarana SPAB adalah Tim Inti Perencana (TIP) dengan
melibatkan warga masyarakat desa/kelurahan dan Pemerintah Desa/Kelurahan
serta instansi Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam melaksanakan penyusunan
rencana detail teknis dan pembangunan prasarana SPAB , TIP mendapatkan
pendampingan atau bantuan teknis dari Tim Fasilitator REKOMPAK.
1.6 Definisi-Definisi Dalam SOP ini yang dimaksud dengan :
1. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), adalah lembaga keswadayaan
masyarakat yang terdiri dari anggota masyarakat yang dibentuk dan dipilih
melalui rembug musyawarah tingkat desa/kelurahan yang mempunyai fungsi
dan peran untuk membuat kebijakan dan mengkoordinasikan kegiatan-
kegiatan yang disepakati oleh seluruh warga masyarakat desa/kelurahan.
BKM membentuk unit-unit pengelola sesuai kebutuhan, yang sekurang-
kurangnya terdiri dari Unit Pengelola Keuangan (UPK), Unit Pengelola
Lingkungan (UPL), dan Unit Pengelola Sosial (UPS).
2. Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) merupakan bagian dari struktur
kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan yang berada di tingkat desa. TPK
terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa yang
mempunyai fungsi dan peran untuk mengkoordinasikan pelaksanaan
kegiatan di desa dalam mengelola administrasi serta keuangan. TPK
sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Bendahara dan Sekretaris.
3. Rencana Penataan Permukiman (RPP) atau Community Settlement Plan
(CSP) adalah rencana penataan permukiman kelurahan/desa dalam kurun
waktu 5 (lima), tahun yang disusun masyarakat berdasarkan aspirasi,
kebutuhan dan cita-cita masyarakat untuk meningkatkan kondisi
permukiman yang tanggap terhadap upaya pengurangan risiko bencana
serta mengendalikan dan mengelola pembangunan permukiman
kelurahan/desa.
4. Program Jangka Menengah (PJM) adalah yang berisi tentang rencana
pembangunan sarana dan prasarana fisik maupin non phisik yang menjadi
kebutuhan desa sesuai dengan hasil analisa kebutuhan dalam penyusunan
RPP.
5. Verifikasi RPP adalah suatu rangkaian kegiatan peninjauan terhadap
usulan program dan kegiatan yang telah terumuskan dalam RPP, untuk
menseleksi, memastikan dan memutuskan apakah usulan kegiatan layak
atau tidak layak didanai sesuai dengan batasan pendanaan Program
REKOMPAK.
6. Bantuan Dana Lingkungan (BDL) merupakan bantuan dana hibah dari
multi donor, luar negeri atau dalam negeri, yang dihibahkan kepada warga
masyarakat desa/ kelurahan yang ditujukan untuk rekonstruksi & rehabilitasi
masyarakat serta kerusakan sarana-prasarana lingkungan akibat dampak
bencana. BDL merupakan dana stimulan dalam rangka merealisasikan PJM
hasil RPP yang disusun oleh komunitas warga masyarakat sendiri.
7. Bantuan Dana Rumah (BDR) merupakan bantuan dana hibah dari multi
donor, luar negeri atau dalam negeri, yang dihibahkan kepada warga
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 5
desa/kelurahan, ditujukan untuk rekonstruksi & rehabilitasi dan
pembangunan rumah warga yang hunian tempat tinggalnya rusak akibat
dampak bencana. BDR merupakan bantuan dana stimulan agar warga
korban bencana dapat membangun rumahnya kembali dengan layak
(sederhana, sehat, aman), bukan merupakan ganti rugi rumah.
8. Dokumen Teknis Pembangunan Lingkungan (DTPL) adalah merupakan
dokumen perencanaan teknis detail yang disusun oleh Panitia
Pembangunan/PP dengan pendampingan dari Fasilitator dan Tenaga Ahli
DMC yang menjadi acuan pelaksanaan pembangunan sarana-prasarana
lingkungan dan merupakan dokumen dasar syarat pencairan dana BDL.
9. Dokumen Teknis Pembangunan Permukiman (DTPP) adalah
merupakan dokumen perencanaan teknis detail yang disusun oleh Kelompok
Pemukim/KP dengan pendampingan dari Fasilitator dan Tenaga Ahli DMC
yang menjadi acuan pelaksanaan pembangunan permukiman/rumah/hunian
tetap atau hunian sementara (shelter) dan merupakan dokumen dasar syarat
pencairan dana BDR.
10. Panitia Pembangunan (PP), PP dibentuk oleh BKM/TPK untuk
melaksanakan kegiatan pembangunan terdiri dari anggota masyarakat yang
dipilih melalui musyawarah warga desa. PP sekurang-kurangnya terdiri dari
Ketua, Sekretaris/Admintrasi&Keuangan/Bendahara, Petugas Belanja/
Logistik, Koordinator Perencanaan dan Koordinator Pelaksanaan.
11. Tim Inti Perencana (TIP), TIP dibentuk oleh BKM/TPK untuk
melaksanakan kegiatan perencanaan pembangunan terdiri dari anggota
masyarakat yang dipilih melalui musyawarah warga desa. TIP sekurang-
kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota,
12. Kelompok Pemukim (KP), dibentuk untuk melaksanakan kegiatan
pembangunan permukinan/rumah terdiri dari anggota-anggota warga
masyarakat penerima BDR sebanyak-banyaknya 15 KK. Pembentukan KP
difasilitasi oleh BKM/TPK. Organisasi KP sekurang-kurangnya terdiri dari
Ketua, Sekretaris/Admintrasi&Keuangan/ Bendahara, Petugas
Belanja/Logistik, Koordinator Perencanaan dan Koordinator Pelaksanaan.
13. Tim Pengadaan atau Panitia Lelang adalah tim yang dibentuk untuk
melaksanakan pengadaaan barang atau jasa beranggota ganjil terdiri 3
orang atau lebih dengan minimal 1 anggotanya adalah perempuan. Untuk
Tim Pengadaan Tingkat KP/PP dibentuk oleh Ketua KP/PP yang disepakati
anggotanya. Untuk Tim Pengadaan Tingkat Desa dibentuk oleh para ketua
KP/PP yang disepakati oleh BKM/TPK.
14. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), adalah upaya penyerasian
antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar pekerja dapat
melaksanakan pekerjaannya secara sehat dan aman tanpa membahayakan
dirinya dan maupun masyarakat sekitar.
15. Relokasi Mandiri, adalah Kelompok Pemukim dimana anggota-anggota
kelompok pemukim (AKP) tersebut membangun rumah BDR di lahannya
sendiri-sendiri yang lokasinya tidak mengelompok atau tidak secara sengaja
berkelompok.
16. Relokasi Berkelompok, adalah Kelompok Pemukim yang membangun
rumah-rumah permukimannya secara berkelompok atau kolektif sehingga
diperlukan perencanan siteplan terlebih dahulu sebelum mulai pembangunan
masing-maisng rumah. Lahan permukiman bisa disediakan oleh a)