10
Dasar hukum Pemantauan Garam Beryodium 1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 2 Kepmenkes RI No 747/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Operasional Keluarga Sdar Gizi di desa SIAGA 3 Kepmenkes RI No 145/Menkes/SK/I/2007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan 4 Permenkes No 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota 5 Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di posyandu Pemantauan pertumbuhan 1 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 2 Kepmenkes RI No 224/Menkes/SK/II/2007 tentang spesifikasi Teknis MP-ASI 3 Permenkes No 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota 4 Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu PENGERTIAN Penilaian Pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan BB setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status Pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan BB TUJUAN Mencegah memburuknya keadaan gizi, sebagai upaya meningkatkan keadaan gizi dan mempertahankan keadaan gizi yang baik SASARAN Balita (0-59 Bl) di wilayah Kerja Puskesmas Garawangi KEBIJAKAN Semua Balita (0-59 Bln) harus di timbang berat Badannya setiap bulan di Posyandu PROSEDUR 1 P e r s i a p a n 1.Bersama Lintas Program Membuat Jadwal Kegiatan posyandu 2.Merencanakan dan mendistribusikan sarana Posyandu

Tentang Sop - BAIXARDOC

Embed Size (px)

Citation preview

D a s a r h u k u m P e m a n t a u a n G a r a m B e r y o d i u m

1. U U N o . 3 6 t a h u n 2 0 0 9 t e n t a n g K e s e h a t a n

2 K e p m e n k e s R I N o 7 4 7 / M e n k e s / S K / I V / 2 0 0 7 t e n t a n g P e d o m a n Operasional

Keluarga Sdar Gizi di desa SIAGA

3 K e p m e n k e s R I N o 1 4 5 / M e n k e s / S K / I / 2 0 0 7 t e n t a n g P e d o m a n

Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan

4 Permenkes No 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan di

Kabupaten/Kota

5 P e r m e n d a g r i N o m o r 1 9 T a h u n 2 0 1 1 t e n t a n g P e d o m a n P e n g i n t e g r a s i a n

L a y a n a n S o s i a l D a s a r d i p o s y a n d u

P e m a n t a u a n p e r t u mb u h a n

1 U U N o . 3 6 t a h u n 2 0 0 9 t e n t a n g K e s e h a t a n

2 Kepmenkes RI No 224/Menkes/SK/II/2007 tentang spesifikasi Teknis MP-ASI

3 Permenkes No 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan

di Kabupaten/Kota

4 Permendagr i Nomor 19 Tahun 2011 t en t ang Pedoman Pengintegrasian

Layanan Sosial Dasar di Posyandu

PENGERTIAN

Penilaian Pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan BB setiap bulan, pengisian

KMS, menentukan status Pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan BB

TUJUAN

Mencegah memburuknya keadaan gizi, sebagai upaya meningkatkan keadaan gizi dan

mempertahankan keadaan gizi yang baik

SASARAN

Balita (0-59 Bl) di wilayah Kerja Puskesmas Garawangi

KEBIJAKAN

Semua Balita (0-59 Bln) harus di timbang berat Badannya setiap bulan di Posyandu

PROSEDUR

1 P e r s i a p a n

1 .Bersama Lin t as Program Membuat J adwal Kegia t an posyandu

2 .Merencanakan dan mend is t r i bus ikan sa rana Posyandu

2 P e l a k s a n a a n

1 .Bersama Bidan Desa dan Petugas P romkes Melaksanakan kegiatan Rakor

Desa sesuai jadwal

2 .Kader Pos yandu Men yebar luaskan in fo rmas i t en t ang j adwal Posyandu

3 .Bersama Bidan desa dan kader s e r t a T IM melaksanakan Pemantauan

pertumbuhan Balita di posyandu sesuai KMS

4 .Member ikan Penyu luhan d i meja 4 sesua i dengan ru jukan kader

pos yandu

5 . Membuat penca ta t an dan pel aporan (SKDNTOB)

6 . Eva luas i has i l kegia t an pos yandu

Pemberian kapsul vit unt bayi dan balita (dasar hukum)

1 U U N o . 3 6 t a h u n 2 0 0 9 t e n t a n g K e s e h a t a n

2 Permenkes No 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan

di Kabupaten/Kota

3 Permenkes RI No 23 Tahun 2014 Tentang Upa ya Perba ikan Giz i

4 Pe rmendagr i Nomor 19 Tahun 2011 t en t ang Pedoman Pengintegrasian

Layanan Sosial Dasar di Posyandu

-60-

b)

Bentuk MP-ASI :

(1) Makanan lumat yaitu sayuran, daging/ikan/telur, tahu/tempe dan buah yang

dilumatkan/disaring, seperti tomat saring,pisang lumat halus, pepaya

lumat, air jeruk manis, bubur susu dan bubur ASI

(2)Makanan lembik atau dicincang yang mudah ditelan anak, seperti bubur nasi

campur, nasi tim halus, bubur kacang hijau

(3)Makanan keluarga seperti nasi dengan lauk pauk, sayur dan buah

7)Bagaimana pola pemberian ASI dan MP-ASI untuk bayi dan anak?

PROTAP KONSULTASI GIZI PADA

KEKURANGAN ENERGI PROTEIN ( KEP ) ATAU BALITA KURUS

1. Kaji hasil pengukuran BB dan umur berdasarkan KMS.

2. Amati keadaan kesehatan balita;

a. Bila balita mempunyai penyakit penyerta atau komplikasi, balita dirujuk ke Balai

pengobatan atau dokter.

b. Bila balita Bbnya pada KMS berada di atas garis merah dan di daerah pita warna kuning,

berikan penyuluhan gizi yang ditekankan pada jumlah porsi, frekwensi makan atau variasi

makan. Anjurkan ke posyandu.

3. Bila balita tidak sakit dan pada KMS anak berada di bawah garis merah, maka pelayanan gizi

menurut petunjuk sebagai berikut :

4. Bila balita sakit dan KMS berada di bawah garis merah, maka langkah-langkah diet pada anak

balita adalah sebagai berikut :

a. Lakukan anamnesis dan riwayat gizi balita.

b. Tentukan status gizi anak dan apabila status gizi anak pada tingkat gizi buruk, maka

langsung dirujuk ke RS. Sedangkan anak dengan status gizi tingkat ringan / gizi kurang,

maka dapat dilayani di pozi.

c. Tentukan kebutuhan kalori dan protein anak KEP tingkat gizi kurng dengan memberikan diet

TETP ( Tinggi Energi Tinggi Protein ) yaitu :

Kalori : 100-150 kal/kg BB dan protein : 2-3 gr/kg BB.

5. Tuliskan diet anak pada leaflet makanan anak dengan memperhatikan frekuensi makan, jumlah

makan dan jenis makan.

6. Jelaskan makanan anak saat ini harus ditambah dengan cara meningkatkan jumlah porsi,

menambah jumlah frekuensi makan atau menambah variasi bahan makanan.

7. Anjurkan diet anak selalu terdiri dari aneka ragam bahan makanantetapi disiapkan dalam

bentuk lumat , lunak.

8. Sarankan ibu balita menyiapkan makanan dalam porsi kecil yaitu : 3 kali makan untuk bayi

umur 9 bulan dan ditambah 2 kali makanan selingan untuk anak 9-24 bulan, pemberian Asi

tetap diteruskan.

9. Berikan leaflet anak dan jelaskan diet padanan bahan makanan pada ibu balita.

10.Timbanglah anak setelah 2 minggu melaksanakan diet yang dianjurkan. Bila BB tidak naik

teliti apakah bahan makanan yang diberikan sudah mencukupi. Bila ternyata sudah mencukupi,

tetapi BB tidak naiknasehatkan untuk membawa balita ke puskesmas.

11.Catat jenis diet , macam konsultasi serta materi yang diberikan pada kartu status balita.

12. Anjurkan kunjungan ulang bila ada masalah dan bila tidak ada anjurkan kunjungan ke

posyandu.

Upaya Perbaikan Gizi. pada proses sertifikat higiene sanitasi dan

penyelenggara usaha pangan industri rumah tangga

Berikut beberapa resume isi pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

23 TAHUN 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi.

Salah satu pertimbangan disebutkan dalam Permenkes ini, bahwa peningkatan derajat

kesehatan masyarakat perlu dilakukan upaya perbaikan gizi perseorangan dan gizi

masyarakat pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia

dengan prioritas kepada kelompok rawan gizi; juga bahwa upaya perbaikan gizi tersebut

dilaksanakan berdasarkan pedoman yang selama ini masih tersebar dalam berbagai pedoman

yang belum bersifat regulasi;

Sedangkan beberapa acuan dasar hukum yang dipakai diantaranya:

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

3. Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional;

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/ Menkes/ SK/ VII/

2008 tentang Standar Pelayanan Minimal BidangKesehatan di Kabupaten/ Kota;

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63/20 10 tentang Garam Beryodium;

Pasal 1 Beberapa pengertian yang tercantum dalam Permenkes ini, antara lain:

1. Gizi Seimbang adalah susunan hidangan makanan sehari yang terdiri atas berbagai

ragam bahan makanan yang berkualitas dalam jumlah dan proporsi yang sesuai

dengan aktifitas fisik, umur, jenis kelamin dan keadaan fisiologi tubuh sehingga dapat

memenuhi kebutuhan gizi seseorang, guna pemeliharaan dan perbaikan sel tubuh dan

proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.

2. Keluarga Sadar Gizi yang selanjutnya disingkat KADARZI adalah suatu keluarga

yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.

3. Pelayanan Gizi adalah rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan gizi

perorangan dan masyarakat melalui upaya pencegahan, peningkatan, penyembuhan,

dan pemulihan yang dilakukan di masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan.

4. Angka Kecukupan Gizi adalah suatu nilai acuan kecukupan rata-rata zat gizi setiap

hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas

fisik untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

5. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai

ketentuan peraturan perundangan-undangan.

Pasal 2, diantaranya tercantum, bahwa pengaturan upaya perbaikan gizi ditujukan

untuk menjamin:

a. setiap orang memiliki akses terhadap informasi gizi dan pendidikan gizi;

b. setiap orang terutama kelompok rawan gizi memiliki akses terhadap pangan yang

bergizi; dan

c. setiap orang memiliki akses terhadap pelayanan gizi dan kesehatan.

Untuk mencapai tujuan diatas dilakukan melalui:

a. perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang;

b. perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan;

c. peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan

teknologi; dan

d. peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

Pasal 8 (Kecukupan Gizi)

(1) Setiap orang harus mengonsumsi makanan sesuai dengan standar angka

kecukupan gizi.

(2) Menteri menetapkan standar angka kecukupan gizi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) sekurang-kurangnya setiap 4 (empat) tahun sekali.

(3) Standar angka kecukupan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

digunakan untuk:

a. acuan dalam menilai kecukupan gizi;

b. acuan dalam menyusun makanan sehari-hari;

c. acuan perhitungan dalam perencanaan penyediaan pangan tingkat regional maupun

nasional;

d. acuan pendidikan gizi; dan

e. acuan label pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi.

Pasal 9 (1) Setiap penyelenggara usaha jasa boga harus memberikan informasi tentang

komposisi makanan-minuman dan nilai gizinya.

(2) Penilaian terhadap informasi diatas dilaksanakan bersamaan dengan penilaian

untuk mendapatkan sertifikat higiene sanitasi.

Pasal 10 (1) Setiap penyelenggara usaha pangan industri rumah tangga harus memberikan

informasi tentang komposisi makanan-minuman dan nilai gizinya.

(2) Penilaian terhadap informasi diatas dilaksanakan bersamaan dengan permohonan

registrasi usaha pangan industri rumah tangga di dinas kesehatan kabupaten/kota.

Pasal 12 (terkait Pelayanan Gizi) Pelayanan gizi dilakukan untuk mewujudkan perbaikan gizi pada seluruh siklus

kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada

kelompok rawan gizi; Kelompok rawan gizi tersebut antara lain meliputi:bayi dan

balita;anak usia sekolah dan remaja perempuan; ibu hamil, nifas dan menyusui;

pekerja wanita; dan usia lanjut. Pelayanan gizi ini dilakukan di:fasilitas pelayanan

kesehatan;institusi/fasilitas lainnya;asyarakat; dan lokasi dengan situasi darurat.

Pasal 18 (Suplementasi gizi) Suplementasi gizi ditujukan untuk memenuhi kecukupan gizi. Suplementasi gizi diberikan

untuk anak usia 6 – 59 bulan, anak sekolah, ibu hamil, ibu nifas, remaja perempuan, dan

pekerja wanita. Sedangkan Jenis suplementasi gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

meliputi:

a. kapsul vitamin A;

b. tablet tambah darah;

c. makanan tambahan ibu hamil;

d. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI);

e. makanan tambahan anak balita 2-5 tahun;

f. makanan tambahan anak usia sekolah; dan

g. bubuk multi vitamin dan mineral.

Pasal 19 (Tata Laksana Gizi)

Tata laksana gizi kurang merupakan rangkaian tindakan yang bertujuan untuk pemulihan

status gizi dengan prioritas menurunkan angka kesakitan pada balita gizi kurang. Tata laksana

gizi kurang dilaksanakan oleh masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Pasal 20 (Tata Laksana Gizi Buruk) Tata laksana gizi buruk merupakan rangkaian tindakan yang bertujuan untuk perbaikan status

gizi dengan prioritas menurunkan angka kematian pada balita gizi buruk; Perbaikan status

gizi terhadap balita penderita gizi buruk harus diberikan formula gizi buruk yang salah satu

komponennya merupakan mineral mix; Tata laksana gizi buruk dilaksanakan melalui rawat

jalan atau rawat inap sesuai dengan kondisi pasien.

Pasal 21 Tata laksana gizi lebih merupakan rangkaian tindakan yang bertujuan untuk mencapai status

gizi baik dan menurunkan risiko timbulnya penyakit gangguan metabolik dan degenerative;

Dilakukan melalui tindakan yang bersifat pencegahan, peningkatan, penyembuhan dan

pemulihan.

Pelayanan Gizi Diluar Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pasal 24

Pelayanan gizi diluar fasilitas pelayanan kesehatan diarahkan untuk mempertahankan dan

meningkatkan status gizi masyarakat.Pelayanan gizi tersebut antara lain meliputi:

a. pelayanan gizi di panti asuhan;

b. pelayanan gizi di lembaga pemasyarakatan;

c. pelayanan gizi di sekolah;

d. pelayanan gizi di tempat kerja;

e. pelayanan gizi di pondok pesantren;

f. pelayanan gizi di asrama haji/jemaah haji;

g. pelayanan gizi di pusat pelatihan olah raga;

h. pelayanan gizi di panti wreda; dan

i. pelayanan gizi di hotel dan restoran.

Pasal 26 (Pelayanan Gizi di Lokasi dengan Situasi Darurat)

Pelayanan Gizi di Lokasi dengan Situasi Darurat diarahkan untuk mempertahankan dan

memulihkan serta meningkatkan status gizi masyarakat di daerah bencana.

Pasal 27 Pemenuhan gizi dalam situasi darurat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi terjadinya

penurunan status gizi secara cepat dan tepat; Dilakukan terhadap masyarakat akibat korban

bencana, masyarakat di pengungsian, dan masyarakat di penampungan. Upaya ini dilakukan

sampai dengan dikeluarkannya pernyataan selesainya situasi darurat oleh kepala daerah.

Pasal 28 (Surveilans Gizi)

Surveilans gizi bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai perubahan pencapaian

indikator kinerja perbaikan gizi secara nasional, dan regional; Merupakan kegiatan analisis

secara sistematis dan terus menerus terhadap masalah gizi dan indikator pembinaan gizi

masyarakat. Ditujukan agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan

efisien serta tindak lanjut sebagai respon terhadap perkembangan informasi.

Pasal 29 (Penilaian Status Gizi) Prioritas penilaian status gizi dilakukan pada balita, anak usia sekolah, dan pekerja

perempuan. Penilaian status gizi ini dapat ditentukan dengan cara: Antropometri;

Biokimia;Klinis; dan/atau Konsumsi makanan.

Selain berbagai hal diatas, pada lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi, juga dijelaskan tentang Keluarga

Sadar Gizi disertai contoh dan cara pengisian formulirnya, diantaranya:

a. Pendampingan Keluarga Menuju Keluarga Sadar Gizi)

b. Strategi Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

KUESIONER IDENTIFIKASI KEBUTUHAN MASYARAKAT

PROGRAM UPAYA KESEHATAN MAS6ARAKAAT

PUSKESMAS LANJAS TAHUN 2016

A. PROGRAM GIZI

1. Agar balita yang tidak datang ke posyandu saat penimbangan tetap dapat terpantau

Kondisi kesehatannya sebaiknya dilakukan kegiatan

a. Penimbangan ulang

b. Diminta datang pada posyandu bulan berikutnya

c. Sweeping balita yang tidak keposyandu oleh kader

2. Data tentang pemberian ASI EKSLUSIF pada bayi usia 0-6 bulan dapat diperoleh

melalui kegiatan

a. Pendataan ibu hamil

b. Pemantauan ibu melahirkan

c. Pemantauan ASI Ekslusif

3. Untuk mengetahui seberapa banyak keluarga yang telah sadar gizi sebaiknya dilakukan

kegiatan

a. Pemantauan KADARZI (keluarga sadar gizi)

b. Pendataan rumah

c. Pemantauan balita

4. Peredaran garam beryodium diwilayaah kerja Puskesmas Lanjas sebaiknya dipantau

melalui kegiatan

a. Pendataan pasar

b. Pemantauan garam Beryodium

c. Pemantauan warung

5. Agar distribudi Vitamin A balita pada bulan Februari dan Agustus tepat sasaran,

sebaiknya dilakukan kegiatan

a. Pemantauan distribusi Vitamin A

b. Pemantauan Status Gizi Balita

c. Pemantauaan Balita usia 6-59 bulan

6. Untuk mengetahui status gizi seluruh balita diwilayah kerja Puskesmas Lanjas,

sebaiknya dilakukan kegiatan

a. Pemantauan Balita

b. Pemantauan Status Gizi Balita

c. Pendataan penimbangan

7. Balita dengan status gizi buruk / BGM serta ibu hamil dengan KEK sebaiknya

diberikan bantuan berupa

a. PMT pemulihan 90 hari

b. Penyuluhan kesehatan

c. Pakaian dan Obat

8. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi balita, gizi ibu hamil,

pentingnya datang keposyansu sebaiknya dilakukan kegitaan

a. Penyuluhan

b. Konsultasi

c. Tanya Jawab

9. Agar ibu balita mendapat informasi secara visual tentang bagaimana mempersiapkan

Makanan yang sehat bagi anaknya, sebaiknya dilakukan kegiatan

a. PMT penyuluhan

b. Tanya jawab

c. Konsultasi

10. Media komunikasi kader posyandu dengan petugas kesehatan adalah

a. Arisan

b. Pembinaan Posyandu oleh petugas

c. Rapat RT

11. Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan kader tentang kegiatan di

posyandu dan administrasinya serta untuk mendapatkan dukungan dari lintas sektor

sebaiknya dilakukan kegiatan

a. Refresing kader

b. Jalan-jalan

c. Pelatihan

KERANGKA ACUAN

KONSELING GIZI I. PENDAHULUAN

Status gizi merupakan salah satu faktor utama yang sangat menentukan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menjadi tujuan pembangunan Indonesia.

Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai

status gizi keluarga yang optimal. Keadaan gizi dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis,

keadaan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Pada saat ini, selain dampak dari krisis ekonomi

yang masih terasa, juga dampak dari bencana nasional mempengaruhi status kesehatan pada

umumnya dan status gizi khususnya.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya masalah gizi diantaranya adalah

ketersediaan pangan dalam rumah tangga, asuhan gizi keluarga, pengetahuan terkait gizi,

serta pemanfaatan keluarga terhadap pelayanan kesehatan khususnya di puskesmas. ( Depkes

RI, 2008 ). Sejalan dengan hal tersebut, maka diambil langkah-langkah dalam upaya

perbaikan gizi masyarakat yang diselenggarakan oleh puskesmas. Upaya peerbaikan gizi ini

merupakan bagian tak terpisahkan dari pelayanan kesehatan dasar di tingkat puskesmas.

Upaya pengembangan pojok gizi merupakan salah satu langkah yang ditempuh sejak

awal repelita VI. Pengembangan pojok gizi puskesmas diselenggarakan dalam rangka

mengoptimalkan pelayanan gizi, baik kualitas maupun kuantitasnya.

II. LATAR BELAKANG

Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai aspek,

diperlukan sumber daya yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing dengan negara lain

Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap

kualitas SDM di suatu negara, yang di gambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia

harapan hidup, dan tingkat pendidikan. Tenaga SDM yang berkualitas tinggi hanya dapat di

capai oleh tingkat kesehatan dan status gizi yang baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan

gizi di dalam keluarga dan pelayanan gizi pada individu karena kondisi kesehatannya harus

dirawat di suatu sarana pelayanan kesehatan semisal puskesmas.

Masalah gizi dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecenderungan peningkatan kasus penyakit

yang terkait gizi pada semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil, anak, remaja, hingga

lansia, memerlukan penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh karena itu dibutuhkan

pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal

dan mempercepat penyembuhan.

III. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melaui upaya preventif,

kuratif, dan promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus.

2. TUJUAN KHUSUS

1. Menyelenggarakan konseling gizi pada pasien dan keluarganya

2. Membimbing dan mengarahkan pasien dalam memahami masalah gizi yang

dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya

3. Memanfaatkan konseling gizi secara optimal oleh semua pasien yang datang ke

puskesmas maupun dirawat di puskesmas

4. Melakukan pengkajian gizi, faktor yang berpengaruh terhadap gangguan gizi dan

status gizi dengan cara anamnesis diet

5. Memantau perkembangan balita yang mempunyai masalah gizi kurang