Upload
undip
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul
Pemanfaatan Alang-Alang sebagai bahan baku pembuatan pulp
dengan metode acetosolve.
1.2 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki daratan yang luas.
Walaupun luas negara Indonesia mencapai 1.904.569 km2, tidak
seluruh dari luas wilayah tersebut dimanfaatkan dengan ditanami
dengan tanaman yang bermanfaat. Salah satu tumbuhan yang dirasa
kurang bermanfaat adalah rumput alang-alang. Kertas menjadi salah
satu sarana komunikasi secara nonverbal dalam berbagai sektor
kehidupan. Indonesia yang penduduknya berjumlah 237.556.363
(sensus tahun 2010, Badan Pusat Statistik) menjadikan negara
tersebut konsumtif dalam pemakaian jumlah kertas. Sebagai negara
berkembang kebutuhan informasi serta hiburan berkembang pesat di
Indonesia. Dalam segala usia, pemakaian kertas dipakai
berdasarkan kebutuhan yang berbeda-beda. Maka dari itu, seiring
dengan meningkatnya kebutuhan akan kertas, industri-industri
pembuatan kertas di Indonesia mengalami peningkatan.
Dengan meningkatnya kebutuhan yang besar akan kertas, dan
tuntutan masyarakat akan teknologi yang ramah lingkungan semakin
meningkat, menyebabkan perlunya pemasokan bahan baku kertas yang
besar pula pada sektor industri kertas. Maka tanaman alang-alang
yang mengandung selulosa dapat dijadikan sebagai bahan pembuat
pulp, karena selain persediaannya yang banyak di Indonesia, dan1
juga dapat menggantikan bahan baku kayu di hutan sebagai bahan
baku pembuatan pulp.
Tanaman alang-alang yang tidak diharapkan masyarakat dapat
diolah dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan yaitu
proses asetosolv, yang merupakan salah satu proses organosolv,
dengan bahan asam asetat untuk menjadi pulp kertas. Proses
acetosolv dalam pengolahan pulp memiliki beberapa keunggulan,
antara lain: bebas senyawa sulfur, daur ulang limbah dapat
dilakukan hanya dengan metode penguapan dengan tingkat kemurnian
yang cukup tinggi. Dan juga bahan pemasak yang digunakan dalam
proses acetosolv dapat diambil kembali, tanpa adanya proses
pembakaran bahan bekas pemasak. (Wibisono et al., 2011)
1.3 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dari proses pembuatan pulp
dari Alang-alang ini adalah bagaimana pengaruhtemperatur
pemasakan dan lama pemasakan terhadap kualitas pulp yang di
hasilkan. Kebutuhan kertas saat ini semakin meningkat sehingga
bahan bakunya juga meningkat pula.
1.4 Tujuan Penelitian
Pada praktikum yang akan kami lakukan mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk dapat membandingkan pulp hasil penelitian yang telah
terlaksana dengan pulp hasil praktikum yang akan kami lakukan
dengansuhu dan waktu pemasakan dengan tujuan mengetahui kondisi
operasi optimum pada proses operasi pulping dan bleaching.
2
2. Dapat melakukan analisa bahan baku dan bahan jadi pada
proses pulping.
3. Dapat membuat pulp dari bahan baku Alang-alang.
1.5 Manfaat
Melalui praktikum ini kita dapat mengetahui bahwa Alang-
alang dapat di gunakan sebagai bahan baku alternatif dalam
pembuatan kertas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alang-alang
3
2.1.1 Pengertian Alang-alang
Alang-alang atau ilalang adalah sejenis rumput berdaun
tajam, yang kerap menjadi gulma di lahan pertanian. Nama
ilmiahnya adalah Imperata cylindrica, dan ditempatkan dalam anak
suku Panicoideae. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagaibladygrass,
cogongrass, speargrass, silver-spike atau secara umum disebut satintail,
mengacu pada malai bunganya yang berambut putih halus.
Orang Belanda menamainya snijgras, karena sisi daunnya yang tajam
dapat melukai.Alang-alang menyebar secara alami mulai dari India
hingga ke Asia Timur, Asia Tenggara, Mikronesia, dan Australia.
Kini alang-alang juga ditemukan di Asia Utara, Eropa, Afrika, dan
Amerika (Wikipedia, 2015).
Klasifikasi Alang-alang
4
Keraja
an:
Plantae
Divisi
:
Magnoliop
hyta
Kelas: Liliopsid
a
Ordo: Poales
Famili
:
Poaceae
Genus: Imperata
Spesie
s:
I. cylindrica
2.1.2 Kandungan Alang-alang Kering
Komposisi kimia Alang-alang (%) Alpha Selulosa 41,7Pentosan 28,58Lignin 18,2Abu 5,4Silika 3,6(Sumber :wibisono et al., 2011)
2.2 Manfaat Tanaman Alang-alang
Alang-alang atau sering juga disebut dengan nama ilalang
adalah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap menjadi gulma di
lahan pertanian. Nama ilmiah alang-alang adalah Imperata cylindrica.
Meski sering dianggap sebagai tanaman pengganggu, namun ternyata
mempunyai banyak sekali manfaat dan khasiat untuk kesehatan
khususnya untuk pengobatan tradisional. Berbagai jenis gangguan
kesehatan dan penyakit bisa diobati dengan memanfaatkan tanaman
alang-alang misalnya asma, diare, hipertensi akibat sakit ginjal,
kencing batu, keputihan, melancarkan air seni, mimisan,
hepatitis, prostat dan radang paru-paru (Anonim, 2015).
Bagian Alang-alang yang sering digunakan adalah bagian
akarnya yang mengandung kandungan glukosa, malic acid, citric acid.
5
Akar alang-alang juga ada kandungan kimia coixol, fermenol,
arundoin, cylindrin, simiarenol dan kandungan anemonin (Saputra,
2014).
2.3 Selulosa
Selulosa adalah bagian utama dari dinding sel kayu. Selulosa
adalah suatu polimer karbohidrat yang kompleks yang memilki
presentasi komposisi yang sama dengan tepung (kanji) dimana nilai
glukosa dapat ditentukan dengan hidrolisis menggunakan asam. Unit
molekul penyusunan selulosa adalah glukosa yang merupakan gula.
Banyak molekul glukosa yang bergabung bersama-sama membentuk
rantai selulosa. Rumus kimia selulosa adalah (C6H10O5)n dimana n
adalah jumlah unit pengulangan glukosa, n juga disebut derajat
polimerasi (DP).
Nilai dari n bevariasi tergantung sumber selulosa yang
berbeda. Selama pengolahan pulp dalam digester, derajat
polimerisasi akan menurun beberapa derajat. Ini penting untuk
tidak turun terlalu banyak, karena rantai selulosa jauh lebih
pendek pada akhirnya menghasilkan pulp yang kurang bagus.
Selulosa dalam kayu mempunyai nilai derajat polimerisasi
rata-rata 3500 dimana selulosa dalam pulp mempunyai rata-rata
derajat polimerasi dalam rentang 600-1500. Karena sifat – sifat
bahan yang mengandung selulosa berhubungan dengan derajat
polimerisasi molekul selulosa. Berkurangnya berat molekul di
bawah tingkat tertentu akan menyebabkan berkurangnya ketangguhan.
Selulosa adalah polimer lurus tidak bercabang. Tersusun atas
molekul glukosa rantai lurus dan panjang merupakam komponen yang
6
paling disukai dalam kesetimbangan terbaik sifat – sifat
pembuatan kertas karena panjang dan kuat selain ini hal ini
terjadi ketika kebanyakan lignin tersisih dari serat. Sifat
penting pada selulosa yang penting untuk pembuatan kertas, antara
lain:
1. Gugus aktif alkohol (dapat mengalami oksidasi)
2. Derajat polimerasi (serat menjadi panjang)
Berdasarkan derajat polimerisasi (DP), maka selulosa dapat
dibedakan atas tiga jenis yaitu
1. Selulosa α (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang,
tidak larut dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat
dengan DP (derajat polimerisasi) berkisar 600-1500. Selulosa
α dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemurnian
selulosa.
2. Selulosa β (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek,
larut dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan
DP berkisar 15-90, dapat mengendap bila dinetralkan.
3. Selulosa γ (Gamma cellulose) adalah selulosa berantai pendek,
larut dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP
kurang daripada 15 (Anonim, 2014).
2.4 Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan senyawa sejenis polisakarida yang
terdapat pada semua jenis serat, mudah larut dalam alkali, dan
mudah terhidrolisis oleh asam mineral menjadi gula dan senyawa
lain. Hemiselulosa lebih mudah larut daripada selulosa, dan
dapat diisolasi dari kayu dengan ekstraksi.
7
Gambar 4:Struktur unit-unit penyusun hemiselulosa
2.5 Lignin
Lignin adalah zat yang bersama-sama dengan selulosa yang
adalah salah satu sel yang terdapat dalam kayu. Lignin berguna
dalam kayu seperti lem atau semen yang mengikat sel-sel lain
dalam satu kesatuan, sehingga bisa menambah support dan kekuatan
kayu (mechanical strength) agar kokoh dan berdiri tegak.
Lignin memiliki struktur kimiawi yang bercabang-cabang dan
berbentuk polimer tiga dimensi. Molekul dasar lignin adalah fenil
propan. Molekul lignin memiliki derajat polimerisasi tinggi. Oleh
karena ukuran dan strukturnya yang tiga dimensi bisa memungkinkan
lignin berfungsi sebagai semen atau lem bagi kayu yang dapat
mengikat serat dan memberikan kekerasan struktur serat. Bagian
tengah lamela pada sel kayu, sebagian besar terdiri dari lignin,
berikatan dengan sel-sel lain dan menambah kekuatan struktur
kayu. Dinding sel juga mengandung lignin. Pada dinding sel,
lignin bersama-sama dengan hemiselulosa membentuk matriks (semen)
8
yang mengikat serat-serat halus selulosa. Lignin di dalam kayu
memiliki persentase yang berbeda tergantung dari jenis kayu
(Wibisono et al., 2011).
2.6 Proses Pembuatan Pulp
Pemisahan serat sellulosa dari bahan-bahan bukan serat kayu
dan bukan kayu dapat dilakukan dengan berbagai proses, yaitu
proses mekanik, proses semi-kimia dan proses kimia.
1) Proses Mekanik
Kayu gelondongan dihancurkan dengan gilingan batu sambil
menyemprotkan air ke permukaan gilingan batu untuk mengeluarkan
bahan yang sudah digiling.Metode ini hanya digunakan untuk jenis
kayu lunak yaitu jenis kayu yang berasal dari pohon berdaun
jarum. Proses mekamik ini tidak ada bagian kayu yang terbuang.
2) Proses Kimia
Pada metode ini serpihan kayu dimasukkan ke dalam bahan kimia
untuk mengeluarkan lignin dan karbohidrat. Ada 3 proses kimia
yang digunakan yaitu :
a. Proses Soda
Sistem pemasakan alkali yang menggunakan tekanan tinggi dan
menambahkan NaOH yang berfungsi sebagai larutan pemasak dengan
perbandingan 4 : 1 dari kayu yang digunakan. Larutan yang
dihasilkan dipekatkan dengan cara penguapan. Proses alkali jarang
dipergunakan dibandingkan dengan proses sulfit, karena proses
alkali lebih sulit memperoleh zat kimia dari larutan pemasak.
Keuntungan proses soda adalah mudah mendapatkan kembali bahan
9
kimia hasil pemasakan (recovery) NaOH dari lindi hitam dan bahan
baku yang dipakai dapat bermacam-macam.
b. Proses Kraft
Proses kraft menggunakan natrium hidroksida yang ditambahkan
natrium sulfat. Dalam proses ini natrium sulfat yang ditambahkan,
direduksi di dalam tungku pemulihan menjadi natrium sulfida yang
dibutuhkan untuk delignifikasi. Pada proses ini digunakan bahan
pemutih sehingga pulp yang dihasilkan mempunyai derajat putih
yang berkualitas tinggi. Untuk proses ini sering kali digunakan
dalam proses pembuatan pulp dikarenakan pemulihan bahan kimia
yang lebih sederhana dan sifat-sifat pulpnya yang lebih baik.
Walaupun proses ini sering digunakan namun proses mempunyai
kelemahan yang sukar diatasi seperti bau gas (SO2 dan Cl2) yang
tidak enak dan kebutuhan bahan kimia pemutih yang tinggi untuk
pulp kraft dari kayu lunak. Keuntungan proses kraft adalah proses
ini lebih fleksibel karena dapat digunakan untuk berbagai jenis
kayu.
c. Proses sulfit
Dalam proses sulfit digunakan campuran asam sulfur (H2SO3)
dan ion bisulfat (H2SO3) untuk melarutkan lignin. Proses ini
memisahkan lignin sebagai garam-garan asam lignosulfonat dan
sebagian besar struktur molekul lignin tetap utuh. Bahan kimia
basa untuk bisulfit dapat berupa ion kalsium, magnesium, sodium,
atau ammonium. Pembuatan pulp sulfit berlangsung dalam rentang pH
yang lebar. Asam sulfit menunjukkan bahwa pembuatan pulp dibuat
10
dengan kelebihan asam sulfur (pH 1-2), sedangkan pemasakan
bisulfit dibuat di bawah kondisi yang kurang asam (pH 3-5). Pulp
sulfit lebih cerah dan mudah diputihkan, tetapi lembaran
kertasnya lebih lemah dibandingkan pulp sulfat (kraft) (Surest
dan Satriawan, 2010).
3) Organosolv
Pembuatan biomassa secara efisien dapat dilakukan dengan
menerapkan konsep ”biomass refining ” yaitu pemrosesan dengan
menggunakan pelarut organik ( organosolve process ). Prinsipnya
adalah melakukan fraksionasi biomassa menjadi komponen-komponen
utama penyusunnya (selulosa, hemiselulosa, dan lignin) tanpa
banyak merusak ataupun mengubahnya, serta dapat diolah lebih
lanjut menjadi produk yang dapat dipasarkan. Fraksionasi biomassa
menggunakan pelarut organik yang telah menjadi suatu metode
alternatif bagi proses-proses konvensional dalam pembuatan pulp,
yang lebih dikenal dengan organosolve pulping.
Kelebihan dari proses organosolv dibandingkan dengan proses
konvensional adalah:
1. Berdampak kecil bagi lingkungan, yaitu tidak menyebabkan
timbulnya pencemaran seperti gas-gas berbau yang disebabkan oleh
belerang
2. Cairan pemasak (pelarut organik) bekas dapat digunakan kembali
setelah dimurnikan terlebih dahulu
3. Produk samping mempunyai daya jual seperti glukosa, pentosa,
fulfural, adhesiv serta bahan-bahan kimia (Masrianto, 2012).
a. Acetosolv
11
Penggunaan asam asetat sebagai pelarut organik disebut
dengan proses asetosolv. Kekuatan tarik pulp asetosolv setara
dengan kekuatan tarik pulp kraft. Proses asetosolv dalam
pengolahan pulp memiliki beberapa keunggulan, antara lain: bebas
senyawa sulfur, daur ulang limbah dapat dilakukan hanya dengan
metode penguapan dengan tingkat kemurnian yang cukup tinggi,
yaitu dengan distilasi saja daur ulang pemakaian asam asetat
sebagai bahan pemasaknya, dan nilai hasil daur ulangnya jauh
lebih mahal dibanding dengan hasil daur ulang limbah kraft.
Keuntungan lain dari proses asetosolv adalah bahwa bahan pemasak
yang digunakan dapat diambil kembali tanpa adanya proses
pembakaran bahan bekas pemasak. (Wibisono et al., 2011).
4) Proses Biologis
Menambahkan enzim lipase pada proses pre-treatment dalam
pembuatan pulp. Enzim lipase dimanfaatkan dalam proses
penghilangan noda dan penghilangan tinta pada proses pembuatan
kertas daur ulang .
Pada saat ini telah dikembangkan pembuatan kemasan makanan
dan minuman terbuat dari bahan baku alam (lignoselulosa) karena
bahan kemasan berasal dari lignoselulosa, maka dapat terurai
secara hayati (biodegradable) jika dibuang di alam dan dapat
menggantikan bahan dari styrofoam. Sifat ini tidak terdapat pada
kemasan berbahan dasar plastik (styrofoam) yang sulit atau tidak
dapat mengalami biodegradasi. Selain itu sifat bahan baku
biodegradable pada serat TKS (Tandan Kosog Sawit) juga dapat
dikembangkan sebagai media tanam kecambah kelapa sawit. Salah
12
satu kegiatan utama Pusat Penelitian Kelapa Sawit bergerak dalam
produksi kecambah dan pembibitan kelapa sawit. Media tanam ini
diharapkan dapat menjadi alternatif untuk meminimalisasi
penggunaan tanah sebagai media tanam secara umum pada tahap
pembibitan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi
produksi pulp TKS yang berkualitas tinggi sebagai bahan baku
kertas cetak, moulding dan media tanam kecambah kelapa sawit.
2.7 Proses Acetosolve
Proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia
organik seperti misalnya: metanol, etanol, aseton, asam asetat,
dan lain-lain dinamakan dengan proses organosolv. Proses ini
telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan
sangat efisien dalam pemanfaatan sumber daya hutan.
Dengan menggunakan proses organosolv diharapkan permasalahan
lingkungan yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas akan dapat
diatasi. Proses organosolv memberikan beberapa keuntungan, yaitu
rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam
dapat dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulfur
sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dapat menghasilkan by-
products (hasil sampingan) berupa lignin dan hemiselulosa dengan
tingkat kemurnian tinggi.
Penggunaan asam asetat sebagai pelarut organik disebut dengan
proses asetosolv. Kekuatan tarik pulp asetosolv setara dengan
kekuatan tarik pulp kraft. Proses asetosolv dalam pengolahan pulp
memiliki beberapa keunggulan, antara lain: bebas senyawa sulfur,
daur ulang limbah dapat dilakukan hanya dengan metode penguapan
13
dengan tingkat kemurnian yang cukup tinggi, yaitu dengan
distilasi saja daur ulang pemakaian asam asetat sebagai bahan
pemasaknya, dan nilai hasil daur ulangnya jauh lebih mahal
dibanding dengan hasil daur ulang limbah kraft. Keuntungan lain
dari proses asetosolv adalah bahwa bahan pemasak yang digunakan
dapat diambil kembali tanpa adanya proses pembakaran bahan bekas
pemasak. (Wibisono et al., 2011).
2.8 CH3COOH
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa
kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma
dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini
seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah
cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.
Sifat fisika CH3COOH
CH3COOH NilaiBerat Molekul 60.05 g/molTitik Lebur 16.5 °CTitik Didih 118.1 °CPenampilan Cairan tak berwarna
atau kristal
Sifat Kimia CH3COOH
1. Keasaman
14
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H +
(Proton), sehingga memberikan sifat asam. asam asetat adalah asam
lemah monoprotik dengan nilai pKa = 4.8. Basa konjungsinya adalah
asetat (CH3COO-). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira
sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memilki pH sekitar 2.4
2. Dimer Siklis
Struktur kristal asam asetat menunjukan bahwa molekul-molekul
asam asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh
ikatan hidrogen. dimer juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 1200C. dimer juga terjadi pada larutan encer di dalam pelarut tak-
berikatan-hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer
tersebut diperkirakan 65.0-66.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar
154-157 J Mol-1 k-1 .Sifat dimersiasi ini juga dimiliki oleh asam
karboksilat sederhana lainnya.
3. Pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (Polar), mirip
seperti air dan etanol. asam asetat memiliki konstanta dielektrik
yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa
polar seperti garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar
seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. asam
asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar
lainnya seperti air, kloroform dan heksana. sifat kelarutan dan
kemudahan bercampur dari asam asetat. ini membuatnya berguna
dalam industri kimia.
4. Reksi Kimia Asam Asetat dengan unsur lainnya.
15
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak
logam seperti besi, magnesium, dan seng, membentuk
gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam
asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan
suatu basa yang cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda
kue (Natrium Bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hapir semua garam
asetat larut dengan baik dalam air (Wikipedia, 2015).
2.9 Pemutihan (Bleaching)
Bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan
menghilangkan lignin tanpa merusak selulosa. Dalam industri pulp
terdapat beberapa tahap dalam proses pemutihan. Masing-masing
tahapan dijabarkan di bawah ini.
•C : tahap klorinasi, menggunakan Cl2 dalam media asam
•E : Extraksi Alkali, untuk melarutkan hasil degradasi lignin
yang terbentuk pada tahap sebelumnya dengan larutan NaOH.
•D : Klorin dioksida, mereaksikan ClO2 dengan pulp pada kondisi
asam
•O : Oksigen, digunakan pada tekanan tinggi dan suasana basa
•H : Hipoklorit, mereaksikan NaClO dalam media basa
•P : Peroksida, reaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2) dalam
kondisi basa
•Z : Ozon, menggunakan ozon (O3) dalam kondisi asam
•X : Xylanase, Biobleaching dengan enzim murni mikroba dalam
kondisi netral (Nova, 2011).
Bleaching merupakan suatu proses kimia yang dilakukan untuk
menghilangkan sisa lignin dari proses pulping. Untuk menghilangkan
16
sisa lignin dilakukan proses oksidasi yang diikuti dengan reaksi
pemutihan (bleaching). Proses bleaching dapat meningkatan derajat
putih, kemurnian selulosa dan kualitas kertas. Bahan pemutih yang
banyak digunakan dalam industri pulp adalah klorin(Cl2), klorin
dioksida (ClO2), oksigen (O2), hidrogen peroksida (H2O2), natrium
hipoklorit (NaOCl), asam hipokolit (HOCl), natrium hidroksida
(NaOH), dan ozon (O3).
Bahan kimia yang digunakan dalam bleaching terbagi menjadi 2
macam yaitu:
1. Oksidator
Oksidator berfungsi untuk mendegradasi dan menghilangkan lignin
dari gugus kromofor. Oksidator yang sering digunakan adalah Khlor
(Cl), Oksigen (O2), Hipoklorit, Klordioksida, Hydrogen Peroksida,
Ozon dan Nitrogen dioksida.
2. Alkali
Alkali berfungsi untuk mendegradasikan lignin dengan cara
hidrolisis dan melarutkan gugus gula sederhana yang masih bersatu
dalam pulp. Biasanya menggunakan NaOH sebagai basa kuat (Maruf,
2012).
2.10 Kaporit (Ca(ClO)2)
Kaporit atau Kalsium Hipoklorit adalah senyawa kimia yang
memiliki rumus kimia (Ca(ClO)2). Kaporit biasanya digunakan
sebagai zat disinfektan air. Kalsium hipoklorit adalah padatan
putih yang siap didekomposisi di dalam air untuk kemudian
melepaskan oksigen dan klorin. Kalsim hipoklorit memiliki aroma
17
klorin yang kuat. Senyawa ini tidak terdapat di lingkungan secara
bebas.
Interaksi kalsium hipoklorit terhadap lingkungan terutama di
air dan tanah senyawa ini berpisah menjadi ion kalsium (Ca2+) dan
hipoklorit (ClO-). Ion ini dapat bereaksi dengan substansi –
substansi lain yang terdapat di air. Kalsium hipoklorit utamanya
digunakan sebagai agen pemutih atau desinfektan. Senyawa ini
adalah komponen yang digunakan dalam pemutih komersial yang
biasanya digunakan sebagai pemutihan (bleaching) pada produk –
produk kertas dan tekstil. Yang keamanannya tergantung pada level
kadar dari kalsium hipoklorit yang digunakan (Wikipedia, 2015).
18
BAB III
METODOLOGI
3.1 Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :
Tahap I : Analisa terhadap bahan dasar
Tahap II : Pemasakan dengan metode acetosolve
Tahap III : Analisa pulp hasil pemasakan
3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan
3.2.1Alat yang Digunakan
Tabel 4: Alat yang Digunakan
No. Alat Ukuran Jumlah1.
2.
3.
4.
5.
Ember
Neraca Digital
Digester
Oven
Desikator
-
-
-
-
-
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah3.2.2. Gambar Rangkaian Alat Digester
19
Gambar 7: Alat Digester
Keterangan :
1. Motor Penggerak Impeller 7. Inlet
2. Pengatur Suhu 8. Outlet
3. Sensor Suhu 9. Valve Tekanan
4. Saklar Heater 10. Indikator Tekanan
5. Saklar Motor 11. Jaket
6. Impeller
3.2.3 Cara Kerja Alat Digester
a. Menghubungkan kabel alat dengan sumber arus listrik (PLN)
b. Memasukkan bahan-bahan pembuatan ke dalam tangki
c. Mengatur suhu sesuai dengan set point
d. Menyalakan alat pada control panel dengan dengan cara
menekan tombol ON
e. Mengatur control valve pada pressure gauge agar tidak
melampaui batas (<1kg/cm2)
f. Memasak bahan-bahan selama waktu yang ditentukan
g. Mematikan alat dengan cara menekan tombol OFF
3.2.4 Bahan yang Digunakan
a. Bahan – bahan pembuatan pulp :
20
1. Bahan baku berupa alang-alang kering
2. Larutan CH3COOH
b. Bahan – bahan untuk analisa :
1. Larutan NaOH 17,5%
2. Larutan CH3COOH (Asam Asetat) 2N
3. Kaporit (Ca(ClO)2)
4. Aquadest
5. KMnO4 0,1 N
6. Na2S2O3 0,1 N
7. Larutan KI 166 gr/liter
8. H2SO4 4 N
3.3Variabel Percobaan
Variabel Tetap : Berat sampel = 50 gram
CH3COOH = 70 %,
Variabel Berubah : Temperatur pemasakan = 100 ± 10
C
Waktu pemasakan = 70 ± 10 menit
3.4 Rancangan percobaan
Dalam percobaan/penelitian proses pulping yang digunakan adalah
proses acetosolve, dengan perhitungan :
a. Bahan baku fleksibel dan mudah didapat di Indonesia
b. Pemanfaatan hasil pertanian sehingga mengurangi limbah
c. Kekuatan pulp hasil pemasakan relatif tinggi
Tabel Rancangan pulping dengan metode acetosolve
Percobaan
Variabel Berubah KadarAbu
Kadarα
selulosa
BilanganPermanga
natT ( 0C ) t
21
( menit )
I 90 60 a1 b1 c1
II 110 80 a2 b2 c2
III 90 80 a3 b3 c3
IV 110 60 a4 b4 c4
Tabel Rancangan Percobaan Praktikum Bleaching
Analisa HasilKadar α sellulosa %Hasil warna sebelum
bleaching
Warna
Hasil warna setelah
bleaching
Warna
22
Gambar : Diagram Blok Pembuatan Pulp
3.5 Metode Pendekatan
Percobaan yang akan dilakukan meliputi 3 tahap, yaitu :
1. Analisa terhadap bahan dasar
2. Pemasakan dengan proses acetosolve
3. Proses pemutihan (bleaching)
Pada analisa bahan dasar alang-alang, akan dilakukan beberapa
macam analisa yaitu :
1. Menentukan kadar air
2. Menentukan kadar abu
3. Menentukan kadar selulosa
Selanjutnya pada analisa hasil pulp pemasakan akan dilakukan
beberapa macam analisa, yaitu:
1. Menentukan kadar Abu
2. Menentukan kadar α sellulosa
3. Menentukan bilangan permanganat
3.6 Prosedur Kerja
3.6.1 Analisa Bahan Baku
a. Menentukan Kadar Air
Langkah – langkahnya :
1. 4 gram sampel ditimbang dalam cawan porselen
2. Dikeringkan dalam oven pada suhu 1000C selama 1 jam lalu
didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Hal ini kita
ulangi hingga memperoleh penimbangan dengan berat konstan
3. Kadar air = a−b2
x100%
Keterangan : a = Berat cawan porselen23
b = Berat cawan porselen setelah di oven
b. Menentukan Kadar Abu
Langkah – langkahnya :
1) Krus kosong dibakar dalam muffle furnace (oven yang suhunya
lebih tinggi) pada suhu
1000C hingga memperoleh berat konstan. Misal a gram
2) Timbang 4 gram sample, masukkan dalam krus porselen tadi,
kemudian pindahkan dalam muffle furnace dan dibakar pada
suhu 6000C selama 2 s/d 4 jam hingga seluruh karbon
terbakar.
3) Dinginkan dalam desikator
4) Ulangi percobaan hingga diperoleh berat konsatn
5) Kadar abu : b−a
beratsampel bebas air x100%Keterangan :
a = Berat krus porselen setelah dibakar dalam muffle furnace
b = Berat bahan dan berat krus porselen setelah dibakar di
furnace
c. Menentukan Kadar α Sellulosa
Langkah – langkahnya :
1) Timbang 4 gram sampel kering dalam beaker glass, letakkan
dalam cooler bath dan suhu dijaga 200C.
2) Tambahkan 35 ml NaOH 17,5% diaduk selama 5 menit lalu
tambahkan lagi 10 ml dan aduk selama 10 menit. Tambahkan
lagi masing-masing 10 ml pada menit ke 2,5;5;10 menit
berikutnya.
24
3) Tutup beaker glass dengan kaca arloji dan biarkan selama 3
menit.
4) Tambahkan aquadest 100 ml aduk hingga homogen dan biarkan
selama 30 menit.
5) Saring dengan saringan penghisap dan sisa sampel dalam
beaker glass dikeluarkan dengan bantuan penambahan 25 ml
NaOH 8,5%.
6) Endapan dicuci dengan aquadest 5 ¿ 50 ml.
7) Saring dengan saringan penghisap dan lanjutkan pencucian
dengan aquadest 400 ml.
8) Tambahkan 40 ml asam asetat 2 N.
9) Biarkan endapan terendam dahulu baru cairan dibuang kemudian
dicuci dengan aquadest hingga larutan menjadi netral. Setiap
kali pencucian diuji.
10) Setelah netral dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C
300C.
11) Didinginkan dalam desikator dan timbang, ulangi hal
tersebut hingga diperoleh berat konstan, misal b gram.
12) Kadar α selulosa : b3 x100%
Keterangan :
b = berat beaker glass dan berat sampel yang telah kering di
oven
3.6.2 Pemasakan (Pulping) dengan Proses Acetosolve
1) Memotong alang-alang kering yang sudah disiapkan dengan
menggunakan pisau atau
gunting
25
2) Menimbang alang-alang kering sebanyak 50 gram kemudian
masukan dalam digester dan tambahkan larutan pemasak
CH3COOH 70%
3) Memasak selama 60 menit dengan suhu 90oC untuk percobaan 1,
80 menit dengan suhu 110 oC untuk percobaan 2, 60 menit
dengan suhu 110 oC untuk percobaan 3, 80 menit dengan suhu
90 oC untuk percobaan 4
4) Menentukan kadar α sellulosa, hasil yang terbaik selanjutnya
dilakukan proses bleaching dengan menggunakan kaporit
3.6.3 Analisa
Pulp Hasil Pemasakan
1. Menentukan kadar Abu
2. Menentukan kadar α sellulosa
3. Menentukan bilangan permanganat
Penjelasan :
a) Menentukan Kadar Abu
Langkah-langkah pengerjaan :
1. Krus kosong dibakar dalam muffle furnace (oven
yang suhunya lebih
tinggi) pada suhu 1000C hingga memperoleh berat
konstan. Misal a gram
2. Timbang 4 gram sample, masukkan dalam krus
porselen tadi, kemudian pindahkan dalam muffle
furnace dan dibakar pada suhu 6000C selama 2 s/d
4 jam hingga seluruh karbon terbakar
26
3. Dinginkan dalam desikator, ulangi percobaan
hingga diperoleh berat konstan
4. Kadar abu : b−a
beratsampel bebas air x100%Keterangan :
a = Berat krus porselen setelah dibakar dalam
muffle furnace
b = Berat bahan dan berat krus porselen setelah
dibakar di furnace
b) Menentukan Kadar α sellulosa
Langkah – langkah pengerjaan :
1) Timbang 4 gram sampel kering dalam beaker glass,
letakkan dalam water bath dan suhu dijaga ± 25C
2) Tambahkan 35 ml larutan NaOH 17,5 % diaduk selama
5 menit lalu tambahkan lagi 10 ml dan aduk selama
10 menit. Tambahkan lagi masing – masing 10 ml
pada menit ke 2,5 ; 5 ; 10 berikutnya
3) Tutup beaker glass dengan kaca arloji dan biarkan
selama 3 menit
4) Tambahkan aquadest 100 ml aduk hingga homogeny dan
biarkan selama 3 menit
5) Saring dengan saringan penghisap dan sisa sampel
dalam beaker glass, keluarkan dengan bantuan
penambahan 25 ml NaOH 8,5%.
6) Endapan dicuci dengan aquadest 5 x 50 ml.
27
7) Saring dengan saringan penghisap dan lanjutkan
pencucian dengan aquadest ± 400 ml.
8) Tambahkan 40 ml asam asetat 2 N.
9) Biarkan endapan direndam dahulu baru cairan
dibuang kemudian dicuci dengan aquadest hingga
netral.
10) Keringkan dalam oven pada suhu 105⁰C ± 30⁰C.
11) Dinginkan dalam desikator dan timbang hingga
berat konstan (misal b gram).
c) Menentukan Bilangan Permanganat
Langkah-langkah pengerjaan :
1. Timbang 1 gram pulp kering
2. Hancurkan sampel dengan aquadest sebanyak 50 ml
3. Pindahkan sampel ke dalam beker gelas 1 liter dan
tambahkan 25 ml KMnO4 0,1 N, 25 ml H2SO4 4 N dan
650 ml aquadest, aduk dengan menggunakan pengaduk
selama 5 menit
4. Tambahkan 5 ml larutan KI
5. I2 bebas yang terjadi dititrasi dengan 0,1 N
Na2S2O3, misal Na2S2O3 yang dibutuhkan = b ml
6. Larutan blanko KMnO4 membutuhkan a ml Na2S2O3
7. Bilangan permanganat = a – b
28
BAB IV
PENUTUP
Demikian proposal praktikum mata kuliah pilihan kertas yang
kami buat dengan judul “Pemanfaatan Alang-alang sebagai Bahan
Baku Pembuatan Pulp dengan Metode Acetosolve”. Semoga proposal
praktikum ini dapat disetujui dan dilaksanakan dengan baik.
29
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015. Manfaat Alang-alang untuk Pengobatan Tradisional.Diakses tanggal 14 September 2015.
Id.wikipedia.org/wiki/Alang-alang. Diakses tanggal 14 September2015.
Id.wikipedia.org/wiki/Asam Asetat. Diakses tanggal 14 September2015.
Id.wikipedia.org/wiki/Kaporit. Diakses tanggal 14 September 2015.
Maruf, A. 2012. Proses Bleaching dan Chelating pada PembuatanKertas. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Masrianto, 2012. Prarancangan Pabrik Pulp dari Corn Stover (Jeramijagung) dengan Proses Organosolv. Diakses tanggal 14 September2015.
Saputra, G.A. 2014. Mengenal Kandungan Alang-alang dan ManfaatAlang-alang. Diakses tanggal 14 September 2015.
Surest, A.H. dan D. Satriawan. 2010. Pembuatan Pulp dari BatangRosella dengan Proses Soda. Jurnal Teknik Kimia, III(17).
Wibisono, I., H. Leonardo, Antaresti dan Aylianawati. 2011.
Pembuatan Pulp dari Alang-alang. Widya Teknik, X(1): 11-20.
30