Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT TERHADAP RISIKO
PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS INTEGRATED REPORTING
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Empiris Laporan Perusahaan di Jepang Periode 2014, 2015, 2016 dan
2017)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
Annisa Alhasani
NIM: 11150820000020
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Annisa Alhasani
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 30 Januari 1997
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Perumahan Taman Anyelir 2, Blok D2 No. 1,
Kalimulya, Cilodong, Depok, Jawa Barat
5. Telepon : 0838-9183-6120
6. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK (2002-2003) : TK Al-Jihad
2. SD (2003-2009) : SDN Kaliabang Tengah VII
SDN Depok Jaya 1
3. SMP (2009-2012) : SMPN 1 Depok
4. SMA (2012-2015) : MAN 13 Jakarta
5. S1 (2015-2019) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Yuliana Sutarto
2. Ibu : Sri Antini Esih
3. Anak ke- : Kedua dari Tiga Bersaudara
vii
THE INFLUENCE OF AUDIT COMMITTEE EFFECTIVENESS ON FIRM
RISK WITH INTEGRATED REPORTING QUALITY AS INTERVENING
VARIABLE
(Empirical Study on Company Reports in Japan period 2014, 2015, 2016 and 2017)
ABSTRACT
This study aims to provide empirical evidence about the influence of audit
committee effectiveness on firm risk with integrated reporting (IR) quality as the
intervening variable. The independent variable in this study is audit committee
effectiveness measured by the characteristics of the audit committee. The dependent
variable in this study is firm risk measured by the firm's total risk, while IR quality is
used as an intervening variable measured by content elements within the IR framework
published by The International Integrated Reporting Council (IIRC).
The population in this study is a company listed on the Tokyo Stock Exchange
(TSE) in Japan that has issued IR. This research uses quantitative methods with panel
data. Data for firm risk variables are taken from the datastream, while data for audit
committee effectiveness variables and IR quality are taken from the company's annual
reports which are accessed through the official website of each company and on TSE.
Data analysis and hypothesis testing in this study were conducted using Structural
Equation Modeling (SEM) with the help of STATA Version 13 software.
The results of this study found that the audit committee effectiveness and the IR
quality has no effect on firm risk. Whereas, the audit committee effectiveness has a
positive and significant effect on IR quality. The study also found that the audit
committee effectiveness has no effect on firm risk through IR quality because the IR
framework issued by the IIRC was considered to have failed, so that it would only have
a small impact on company reporting.
Keywords: audit committee effectiveness, integrated reporting quality, and firm risk
viii
PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT TERHADAP RISIKO
PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS INTEGRATED REPORTING
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Empiris Laporan Perusahaan di Jepang Periode 2014, 2015, 2016 dan
2017)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
efektivitas komite audit terhadap risiko perusahaan dengan kualitas integrated reporting
(IR) sebagai variabel intervening. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
efektivitas komite audit yang diukur degan menggunakan karakteristik komite audit.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah risiko perusahaan yang diukur dengan
menggunakan total risiko perusahaan, sedangkan kualitas IR digunakan sebagai variabel
intervening yang diukur dengan menggunakan elemen-elemen konten dalam kerangka
IR yang diterbitkan oleh The International Integrated Reporting Council (IIRC).
Populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan terdaftar pada Tokyo Stock
Exchange (TSE) di Jepang yang telah menerbitkan IR. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan data panel. Data untuk variabel risiko perusahaan diperoleh
dari datastream, sedangkan data untuk variabel efektivitas komite audit dan kualitas IR
diperoleh dari laporan tahunan perusahaan yang diakses melalui situs resmi perusahaan
masing-masing maupun di TSE. Analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan
bantuan software STATA Versi 13.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas komite audit dan kualitas
IR tidak berpengaruh terhadap risiko perusahaan. Sedangkan, efektivitas komite audit
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas IR. Penelitian ini juga
menemukan bahwa efektivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap risiko
perusahaan melalui kualitas IR karena kerangka IR yang diterbitkan oleh IIRC dinilai
telah mengalami kegagalan sehingga hanya akan memiliki dampak kecil terhadap
pelaporan perusahaan.
Kata kunci: efektivitas komite audit, kualitas integrated reporting, dan risiko
perusahaan
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah Swt. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skirpsi yang berjudul “Pengaruh Efektivitas Komite Audit
Terhadap Risiko Perusahaan Dengan Kualitas Integrated Reporting Sebagai
Variabel Intervening (Studi Empiris Laporan Perusahaan di Jepang Periode
2014, 2015, 2016 dan 2017)”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada
junjungan Nabi Muhammad Saw. teladan bagi insan di muka bumi ini.
Penyusunan skirpsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat-syarat guna
mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah
membantu. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas kekuatan dan
kehendak Allah Swt. skripsi ini dapat diselesaikan. Selain itu, penulis juga ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan skirpsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak dan Umi) yang selalu memberikan dukungan
terbesar baik berupa moril dan materil. Terima kasih atas segala doa yang telah
kalian panjatkan, pengorbanan dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini.
2. Kakak dan adikku yang telah memberikan semangat, segala bantuan dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita dapat menjadi
anak-anak yang membanggakan bagi kedua orang tua kita baik di dunia maupun
di akhirat.
x
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP., CRMP selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Yusar Sagara, SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CPMA selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu serta dengan sabar
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membantu dan mengarahkan penulis selama menempuh masa studi.
8. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuannya
dan bantuan pelayanan selama penulis melaksanakan studi.
9. Sahabat sejak SMP yaitu Amigo (Ratu, Ansya, Alita, Syifa dan Rani) yang telah
banyak membantu. Memberikan dukung dan doa tiada henti. Semoga kelak kita
semua bisa mencapai segala cita-cita kita.
10. Sahabat sejak MAN yaitu Amor (Dina, Maulida, Maulia, Salsabila dan Via) yang
dengan setia selalu siap sedia menemani, mendukung, mendoakan dan menghibur.
Khususnya untuk Maulida yang juga merupakan sahabat seperjuangan melalui
lika-liku perkuliahan, selalu mendengarkan keluh kesah penulis serta memberikan
banyak bantuan. Semoga kita semua dapat segera meraih apapun yang kita cita-
citakan.
11. Sahabat seperjuangan skripsi yaitu Mutiara dan Naifah Lediyanti Arsyad yang
memulai penyusunan skripsi dari awal hingga akhir bersama-sama. Banyak sekali
diskusi yang telah kita lakukan untuk menyelesaikan skripsi ini. Terbayang semua
kerja keras yang telah kita lakukan bersama, meskipun memang menyelesaikan
skripsi ini sangat tidak mudah namun segala usaha dan doa yang akan membantu
kita.
xi
12. Teman-teman KKN “PENA RUSA” yang telah melalui waktu satu bulan untuk
tinggal bersama dengan banyak pengalaman berharga yang didapatkan.
13. Teman-teman seperjuangan Akuntansi 2015 khususnya Akuntansi A yang sudah
banyak berbagi kisah suka maupun duka, dan selalu memberikan semangat yang
luar biasa. Semoga kelak kita semua dapat mencapai cita-cita kita.
14. Semua pihak terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
banyak membantu dan memberikan masukan serta inspirasi bagi penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu
Jakarta, April 2019
(Annisa Alhasani)
xii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………..….i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI………………………………..………….……ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF…………………………….iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI……………………………………….iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH………………………...v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................... xvii
DAFTAR DIAGRAM .............................................................................................. xviii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 14
1. Kontribusi Pengembangan Ilmu ............................................................. 14
2. Kontribusi Pemecahan Masalah .............................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 16
A. Landasan Teori ............................................................................................... 16
1. Agency Theory ........................................................................................ 16
2. Signaling Theory ..................................................................................... 18
3. Stakeholder Theory ................................................................................. 20
4. Komite Audit .......................................................................................... 22
a. Definisi ............................................................................................. 22
xiii
b. Prinsip-Prinsip Pembentukan Komite Audit .................................... 23
c. Tujuan dan Peran Komite Audit ...................................................... 26
d. Efektivitas Komite Audit ................................................................. 30
e. Permasalahan dan Tantangan Komite Audit ................................... 32
f. Komite Audit di Jepang ................................................................... 34
5. Integrated Reporting (IR) ....................................................................... 36
a. Definisi Integrated Reporting .......................................................... 36
b. Tujuan Integrated Reporting ........................................................... 40
c. Peran dan Fungsi Integrated Reporting ........................................... 41
d. Prinsip Integrated Reporting ........................................................... 43
e. Elemen-Elemen Konten Integrated Reporting ................................ 45
f. Tanggung Jawab pada Integrated Reporting ................................... 47
g. The International Integrated Reporting Council (IIRC) .................. 49
h. Penerapan Integrated Reporting secara Mandatory ........................ 51
i. Penerapan Integrated Reporting secara Voluntary .......................... 54
6. Risiko Perusahaan ................................................................................... 57
a. Definisi ............................................................................................. 57
b. Bentuk-Bentuk Risiko Perusahaan .................................................. 58
c. Penanganan Risiko Perusahaan ....................................................... 60
d. Tanggung Jawab dalam Mengawasi Risiko Perusahaan ................. 63
e. Fungsi Pengawasan Risiko Perusahaan oleh Komite Audit ............ 64
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 65
C. Pengembangan Hipotesis ............................................................................... 76
1. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Risiko Perusahaan ........... 76
2. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Kualitas Integrated
Reporting................................................................................................. 78
3. Pengaruh Kualitas Integrated Reporting terhadap Risiko Perusahaan ... 81
4. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Risiko Perusahaan Melalui
Kualitas Integrated Reporting ................................................................. 83
D. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 86
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................... 88
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 88
xiv
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................. 88
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 89
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................................. 90
1. Variabel Dependen.................................................................................. 90
2. Variabel Independen ............................................................................... 91
3. Variabel Intervening ............................................................................... 92
4. Variabel Kontrol ..................................................................................... 93
a. Variabel Kontrol untuk Risiko Perusahaan ..................................... 93
b. Variabel Kontrol untuk Kualitas Integrated Reporting ................... 96
E. Metode Analisa Data .................................................................................... 101
1. Statistik Deskriptif ................................................................................ 102
2. Uji Reliabilitas ...................................................................................... 102
3. Structural Equation Model (SEM)........................................................ 103
a. Pengujian Model Penelitian ........................................................... 103
b. Pengujian Pengaruh Langsung ....................................................... 118
c. Pengujian Pengaruh Tidak Langsung ............................................ 118
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 119
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 119
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ............................................................... 120
1. Statistik Deskriptif ................................................................................ 120
2. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................. 123
3. Structural Equation Model (SEM)........................................................ 124
a. Pengujian Model Penelitian ........................................................... 124
b. Pengujian Pengaruh Langsung ....................................................... 127
c. Pengaruh Tidak Langsung ............................................................. 129
C. Interpretasi Hasil .......................................................................................... 130
1. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Risiko Perusahaan ....... 130
2. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Integrated
Reporting............................................................................................... 135
3. Pengaruh Kualitas Integrated Reporting Terhadap Risiko Perusahaan 138
4. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Risiko Perusahaan melalui
Kualitas Integrated Reporting ............................................................... 141
xv
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 144
A. Simpulan ...................................................................................................... 144
B. Implikasi ...................................................................................................... 146
C. Keterbatasan ................................................................................................. 148
D. Saran ............................................................................................................ 149
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 151
LAMPIRAN .............................................................................................................. 159
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................ 66
Tabel 3.1 Operasional Variabel ............................................................................... 99
Tabel 4.1 Kriteria Penentuan Sampel .................................................................... 119
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................. 121
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................. 124
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas .................................................................... 125
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Hipotesis 1 dan 3 ........................................................ 127
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Hipotesis 2 .................................................................. 128
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Hipotesis 4 .................................................................. 129
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis ................................................ 130
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Peringkat Risiko dengan Tantangan Terbesar bagi Komite Audit .......... 3
Grafik 1.2 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan yang Menerbitkan IR di Jepang ......... 5
Grafik 1.3 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan yang Mengungkapkan Risiko dan
Peluang dalam IR ...................................................................................................... 6
xviii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 Rincian Pengungkapan Risiko dan Peluang dalam IR ......................... 7
Diagram 1.2 Garis Waktu Risiko dan Peluang Perusahaan dalam IR...................... 8
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ................................................................ 87
Gambar 3.1 Model Struktural Variabel Penelitian ................................................ 105
Gambar 3.2 Sub Struktur Pertama ......................................................................... 108
Gambar 3.3 Sub Struktur Kedua ........................................................................... 112
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Kelengkapan Data Penelitian ................................................... 160
Lampiran 2 Ceklis Kualitas Integrated Reporting ................................................ 177
Lampiran 3 Ceklis Efektivitas Komite Audit ........................................................ 180
Lampiran 4 Contoh IR yang Diterbitkan Perusahaan (Seiko Epson Corporation) 182
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komite audit merupakan salah satu elemen kunci dalam kesuksesan tata
kelola perusahaan. Komite audit berperan untuk mengawasi manajemen
perusahaan, auditor internal dan eksternal serta kepatuhan perusahaan terhadap
peraturan dan hukum untuk mencegah terjadinya kecurangan dan kesalahan
sehingga dapat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan perusahaan (Al-
baidhani, 2014). Saat ini, peran yang dilaksanakan oleh komite audit menjadi
sangat kompleks terutama untuk mengawasi risiko-risiko dan memantau sejauh
mana manajemen risiko telah dilaksanakan oleh direksi atau Chief Risk Officer
(CRO) perusahaan (Saputra, 2014). Oleh karena itu, komite audit dituntut untuk
dapat melaksanakan perannya secara efektif.
Bangkrutnya perusahaan Carillion adalah salah satu kasus komite audit yang
tidak mampu melaksanakan perannya secara efektif dalam mengawasi risiko
sehingga keberlangsungan perusahaan tidak berhasil diselamatkan. Carillion
merupakan perusahaan konstruksi dan logistik yang bangkrut dengan hutang £ 1
miliar tak terbayar pada Januari 2018. Salah satu penyebabnya adalah kesalahan
penetapan strategi manajemen risiko yang dilakukan oleh dewan direksi sehingga
hutang perusahaan menumpuk sementara kontrak-kontrak besar yang akan dapat
2
dilaksanakan tidak menguntungkan meskipun perusahaan telah membentuk major
projects committee untuk menyetujui komitmen dan kontrak besar perusahaan
(The Institute of Internal Auditors, 2018).
Tidak semua komite audit dapat berperan secara efektif. Hal tersebut
dibuktikan dalam kasus komite audit pada perusahaan Carillion yang telah gagal
untuk melakukan pengawasan terhadap manajemen risiko perusahaan. Seharusnya
komite audit dapat mengevaluasi dan menilai sejauh mana efektivitas strategi
manajemen risiko yang telah ditetapkan dan bagaimana pelaksanaan tanggung
jawab major projects committee sehingga pencegahan dan perbaikan lebih awal
dapat dilakukan terhadap hutang dan kontrak-kontrak perusahaan. Oleh karena itu,
penting bagi perusahaan untuk memperhatikan dan meningkatkan efektivitas
komite audit dalam melaksanakan perannya yang dipengaruhi oleh ukuran,
aktivitas, kompetensi dan independensi komite audit (Hermawan, 2011).
Komitmen yang dibangun oleh Jepang dalam upaya untuk meningkatkan
efektivitas komite audit diwujudkan dengan Japan’s Corporate Governance Code
yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan. Japan’s
Corporate Governance Code mewajibkan secara khusus dalam komposisi komite
audit atau kansayaku, sedikitnya terdapat satu orang anggota kansayaku yang
memiliki keahlian dalam bidang akuntansi secara memadai. Kansayaku dapat
bersikap independen dan objektif serta menyediakan waktu yang cukup untuk
memenuhi perannya termasuk mengawasi risiko perusahaan. Dengan demikian,
3
kansayaku diharapkan dapat melaksanakan perannya secara efektif dalam upaya
menurunkan risiko perusahaan (Japan’s Corporate Governance Code, 2018).
Grafik 1.1
Peringkat Risiko dengan Tantangan Terbesar bagi Komite Audit
Sumber: KPMG (2017)
Grafik 1.1 di atas menunjukkan hasil survei yang dilakukan oleh KPMG pada
tahun 2017 kepada komite audit secara global termasuk Jepang dan Indonesia.
Berdasarkan grafik tersebut, terdapat 5 risiko teratas yang memberikan tantangan
terbesar bagi komite audit. Posisi pertama diraih oleh efektivitas program
manajemen risiko sebesar 41% yang menunjukkan bahwa pengawasan atas
efektivitas program manajemen risiko semakin kompleks sehingga memberikan
tantangan tersulit bagi komite audit. Hal tersebut dibuktikan dalam hasil survei
lebih lanjut, sebesar 40 % anggota komite audit menyatakan bahwa program dan
manajemen risiko perusahaan masih membutuhkan banyak peran komite audit
sehingga komite audit harus lebih baik menjalankan tugasnya.
41%
34%
28% 28%24%
Efektivitas Program
Manajemen Risiko
Kepatuhan
Hukum/Peraturan
Keamanan Dunia
Maya
Mempertahankan
Lingkungan
Pengendalian
Gaya
Kepemimpinan dan
Budaya Perusahaan
4
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan perusahaan untuk membantu
peran komite audit dalam menurunkan risiko adalah melalui implementasi IR. IR
merupakan gagasan yang dipelopori oleh IIRC untuk mendorong inovasi dalam
pelaporan perusahaan. IR menyediakan laporan tunggal secara terintegrasi
mengenai informasi keuangan dan informasi non-keuangan perusahaan (De
Villiers, Venter, dan Hsiao, 2016). IR memungkinkan perusahaan untuk mengenali
potensi risiko-risiko yang dapat mengganggu kegiatan bisnis perusahaan baik
jangka pendek, mengengah dan panjang. Dengan demikian, dalam ketidakpastian
keadaan lingkungan global saat ini, keberlangsungan perusahaan dapat
dipertahankan.
Pengembangan dan perintah untuk melaksanakan praktik IR dipelopori oleh
Afrika Selatan. Perusahaan didesak oleh King III untuk berkomitmen pada prinsip-
prinsip pemikiran terpadu yang terdapat dalam IR yaitu dengan memperkenalkan
konsep bahwa strategi, tata kelola dan keberlanjutan perusahaan memiliki
keterkaitan yang erat satu sama lain sehingga tidak berdiri sendiri. Kemudian
prinsip-prinsip King III tersebut diintegrasikan ke dalam daftar untuk dijadikan
persyaratan bagi perusahaan yang terdaftar pada Johannesburg Stock Exchange
(JSE), sehingga mewajibkan perusahaan untuk menerbitkan IR atau memberikan
penjelasan mengapa perusahaan tidak menerbitkan IR (De Villiers, Rinaldi, dan
Unerman, 2014).
5
Grafik 1.2
Pertumbuhan Jumlah Perusahaan yang Menerbitkan IR di Jepang
Sumber: KPMG (2018)
Berbeda dengan Afrika Selatan, Jepang melaksanakan praktik IR secara
voluntary. Grafik 1.2 menunjukkan hasil survei KPMG yang dilakukan pada tahun
2017, diketahui bahwa peningkatan jumlah perusahaan yang menerbitkan IR di
Jepang cukup pesat. Peningkatan terjadi setiap tahunnya mulai dari tahun 2010
terdapat 26 perusahaan yang menerbitkan IR dan meningkat hingga tahun 2017
menjadi 341 perusahaan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2015 sebanyak
56% yaitu dari tahun 2014 dengan 141 perusahaan menjadi 220 perusahaan di
tahun 2015. Peningkatan tersebut dapat terjadi salah satunya disebabkan karena
pemerintah Jepang memberikan dukungan bagi perusahaan untuk
mengimplementasikan IR (Ernst dan Young, 2014).
26 34
62
96
141
220
291
341
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
6
Grafik 1.3 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan yang Mengungkapkan Risiko dan
Peluang dalam IR
Sumber: KPMG (2018)
Berdasarkan grafik 1.3, diketahui bahwa jumlah perusahaan di Jepang yang
mengungkapkan risiko dan peluang di dalam IR juga mengalami peningkatan.
Pada tahun 2014 sebanyak 70 perusahaan yang telah mengungkapkan risiko dan
meningkat hingga pada tahun 2017 menjadi 271 perusahaan. Peningkatan terbesar
terjadi pada tahun 2017 sebanyak 79% yaitu dari tahun 2016 dengan 148
perusahaan meningkat menjadi 271 perusahaan di tahun 2017. Hasil survei lebih
lanjut menunjukkan bahwa hanya 33 perusahaan yang menjelaskan bagaimana
keterkaitan antara risiko dengan strategi perusahaan (KPMG, 2018). Dengan
demikian, penting bagi perusahaan untuk tidak hanya sekedar menerbitkan IR,
namun sejauh mana kualitas IR yang diterbitkan juga perlu untuk diawasi.
70
105
148
271
2014 2015 2016 2017
7
Diagram 1.1
Rincian Pengungkapan Risiko dan Peluang dalam IR
Sumber: KPMG (2018)
Perusahaan yang telah menerbitkan IR diharapkan dapat mengungkapkan
informasi-informasi penting mengenai proses bisnis perusahaan secara
menyeluruh. Pengungkapan tersebut termasuk mengenai risiko dan peluang apa
yang sedang dihadapi oleh perusahaan dalam proses penciptaan nilai (IIRC, 2013).
Berdasarkan diagram 1.1 diketahui bahwa hanya 23% atau sebanyak 62
perusahaan di Jepang yang telah mengungkapkan risiko dan peluang di dalam IR
yang mereka terbitkan. Sementara 77% atau sebanyak 209 perusahaan lainnya
yang hanya mengungkapkan mengenai risiko perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan perlu melakukan perbaikan secara terus menerus secara lebih teliti
mengenai apa saja yang perlu diungkapkan dalam IR yang diterbitkan.
Risiko
77%
Risiko dan
Peluang
23%
8
Diagram 1.2
Garis Waktu Risiko dan Peluang Perusahaan dalam IR
Sumber: KPMG (2018)
Perusahaan harus memperhitungkan garis waktu terkait proses bisnis yang
dilakukan (IIRC, 2013). Hal tersebut termasuk strategi dan metode manajemen
risiko perusahaan akan bergantung pada apakah risiko dan peluang tersebut
muncul dalam jangka pendek, mengengah atau panjang sehingga pengakuan garis
waktu yang dilakukan berdampak besar terhadap pengambilan keputusan.
Berdasarkan diagram 1.2 diketahui bahwa hanya 10% atau sebanyak 27
perusahaan yang secara jelas menunjukkan bahwa mereka melakukan perhitungan
batas waktu dalam mengenali risiko dan peluang perusahaan. Sedangkan, 90%
atau sebanyak 244 perusahaan ragu-ragu atau tidak menunjukkan dengan jelas
pengukuran garis waktu sehingga tidak memberikan informasi secara menyeluruh.
Pandangan Jangka
Pendek
1%
Pandangan Jangka
Menengah
5%
Pandangan Jangka
Panjang
1%
Pandangan Jangka
Pendek, Menengah
dan Panjang
3%
Ragu-ragu
90%
9
Pada perusahaan yang telah mengimplementasikan IR, komite audit akan
membantu perusahaan untuk terus melakukan peningkatan pada kualitas IR yang
diterbitkannya. Komite audit yang berperan secara efektif akan menilai dan
mengevaluasi sejauh mana perusahaan telah mengimplementasikan elemen-
elemen IR ke dalam pelaporan perusahaaan. Komite audit kemudian akan
mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengimplementasikan elemen-elemen
IR tersebut. Dengan demikian, melalui efektivitas komite audit dalam
melaksanakan perannya akan semakin banyak elemen-elemen IR yang
diimplementasikan ke dalam pelaporan perusahaan, maka kualitas IR perusahaan
tersebut dinilai akan semakin baik (Haji dan Anifowose, 2016).
IR yang diterbitkan oleh perusahaan seharusnya dapat berisi informasi non-
keuangan seperti faktor environmental, social, dan governance (ESG). Menurut
sudut pandang investor, penting bagi perusahaan untuk memperhatikan faktor
ESG. Proses tata kelola perusahaan dengan mengintegrasikan faktor ESG ke dalam
strategi dan opersi perusahaan secara keseluruhan dinilai dapat mengurangi risiko
perusahaan (Sassen, Hinze, dan Hardeck, 2016). Sehingga, semakin baik
perusahaan dalam menyajikan faktor ESG dapat dijadikan indikator bahwa kinerja
sosial dan kualitas IR perusahaan juga semakin baik. Kualitas IR yang baik
diharapkan dapat berdampak negatif terhadap risiko perusahaan (De Villiers,
Hsiao, dan Maroun, 2017).
Perusahaan yang memiliki kinerja sosial yang baik terbukti dapat menurunkan
risiko perusahaan yang berdampak pada stakeholder baik itu pelanggan, tenaga
10
kerja dan masyarakat secara umum. Penurunan risiko tersebut dapat terjadi sebagai
hasil dari pemenuhan kebutuhan stakeholder yang kemudian juga akan
menyebabkan lebih sedikitnya risiko keuangan yang dihadapi dan berdampak pada
volatilitas saham perusahaan di pasar modal turun. Dengan demikian, penting bagi
perusahaan untuk memberikan perhatian dan juga melakukan investasi dalam
kinerja sosial serta kinerja lingkungan sehingga akan membantu mengurangi
potensi risiko-risiko yang mungkin akan dihadapi perusahaan di masa yang akan
datang (Sassen et al., 2016).
Kinerja sosial perusahaan juga dapat terlihat dari sejauh mana perusahaan
memperhatikan aspek Corporate Social Responsibility (CSR). CSR dapat
menumbuhkan kesadaran risiko yang lebih besar. Melalui CSR, perusahaan lebih
mempersiapkan diri terhadap segala potensi insiden yang dapat merugikan dan
mengurangi tingkat keparahannya serta kemungkinan terjadinya insiden tersebut.
Salah satunya adalah investasi pada keselamatan karyawan yang dapat mengurangi
risiko terjadinya kecelakaan kerja. Sehingga secara keseluruhan, perusahaan yang
memiliki perhatian terhadap CSR diharapkan dapat membuat perusahaan tersebut
menjadi lebih bijaksana dalam menghadapi segala macam risiko yang mungkin
terjadi (Nguyen dan Nguyen, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Sassen et al. (2016) mengenai dampak kinerja
sosial perusahaan yang dioperasionalisasikan melalui faktor ESG dan faktor-faktor
tata kelola terhadap risiko perusahaan di Eropa menyatakan bahwa, penting bagi
perusahaan untuk memperhatikan kinerja sosialnya. Kinerja sosial perusahaan
11
yang baik secara signifikan dapat menurunkan risiko systematic, risiko
unsystematic dan total risiko perusahaan. Sedangkan, Wamba, Braune, dan
Hikkerova (2017) menemukan bahwa pada perusahaan di Eropa Barat, indeks tata
kelola perusahaan yang baik memiliki pengaruh yang lemah dalam mengurangi
risiko perusahaan sehingga upaya dalam menurunkan risiko akan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi perusahaan masing-masing.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alzharani dan Aljaaidi (2015)
mengenai hubungan karakteristik komite audit terhadap kombinasi manajemen
risiko pada perusahaan yang terdaftar di Arab Saudi menunjukkan bahwa, hanya
ukuran komite audit yang memiliki pengaruh terhadap manajemen risiko
perusahaan. Perusahaan dengan ukuran komite audit yang lebih besar akan
membantu meningkatkan kualitas internal kontrol perusahaan sehingga aktivitas
manajemen risiko menjadi lebih baik untuk mengurangi potensi risiko perusahaan.
Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian Huang (2018) menunjukkan bahwa
risiko sistematis perusahaan tidak berubah secara signifikan setelah pembentukan
komite audit pada perusahaan di Taiwan.
Penelitian yang dilakukan oleh Haji dan Anifowose (2016) mengenai peran
komite audit sebagai penyedia jaminan internal dalam praktik IR di Afrika selatan
pada tahun 2011-2013 menunjukkan bahwa efektivitas komite audit memiliki
pengaruh positif yang sangat kuat terhadap kualitas IR perusahaan. Komite audit
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai penyedia jaminan
internal perusahaan dinilai dapat meningkatkan kredibilitas dan keandalan laporan
12
perusahaan. Oleh karena itu, komite audit dapat membantu dan mendukung
implementasi elemen-elemen IR di dalam perusahaan sehingga semakin banyak
elemen-elemen IR yang diimplementasikan ke dalam pelaporan perusahaan maka
kualitas IR perusahaan tersebut akan semakin baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Rivera-arrubla et al. (2017) menunjukkan
bahwa angka pengungkapan IR yang diterbitkan oleh perusahaan dalam IIRC’s
pilot programme mencapai tingkat pengungkapan menengah atau sedang. Tingkat
pengungkapan tertinggi diraih oleh perusahaan dari Afrika Selatan karena
penerapan The King III code sedangkan tingkat pengungkapan terendah dimiliki
oleh perusahaan dari Amerika Serikat dan Inggris. Tingkat pengungkapan IR
tersebut berhubungan dengan lingkungan spesifik perusahaan (wilayah dan
industri) dan jaminan laporan serta publikasi di situs web IIRC. Praktik IR di
tingkat internasional tersebut memberikan indikasi kompleksitas dalam
implementasi IR sehingga dibutuhkan kecermatan.
Berdasarkan fenomena yang didukung dengan teori dan penelitian-penelitian
sebelumnya, maka penelitian ini akan mengkaji mengenai “Pengaruh Efektivitas
Komite Audit Terhadap Risiko Perusahaan Dengan Kualitas Integrated
Reporting Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Laporan Perusahaan
Di Jepang Periode 2014, 2015, 2016 dan 2017)”.
13
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap risiko perusahaan?
2. Seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap kualitas IR?
3. Seberapa besar pengaruh kualitas IR terhadap risiko perusahaan?
4. Seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap risiko perusahaan
dengan kualitas IR sebagai variabel intervening?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk:
1. Mengetahui seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap risiko
perusahaan.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap
kualitas IR.
3. Mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas IR terhadap risiko perusahaan.
4. Mengetahui seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap risiko
perusahaan dengan kualitas IR sebagai variabel intervening.
14
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat:
1. Kontribusi Pengembangan Ilmu
IR hadir sebagai perkembangan terbaru dari pelaporan perusahaan. IR
yang berkualitas mampu mengungkapkan informasi keuangan dan informasi
non-keuangan yang kemudian diintegrasikan ke dalam proses bisnis
perusahaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan stakeholder. Kualitas IR
dapat ditingkatkan melalui komite audit yang efektif. Komite audit yang
berperan secara efektif mendorong perusahaan untuk lebih
mengimplementasikan elemen-elemen IR ke dalam pelaporan perusahaan,
sehingga semakin banyak elemen-elemen IR yang diimplementasikan
perusahaan maka akan semakin baik kualitas IR perusahaan tersebut. Kualitas
IR yang baik dinilai dapat mengurangi pernyataan yang menyesatkan oleh
manajer perusahaan dan kemungkinan terjadinya kecurangan serta
penyimpangan dalam pelaporan perusahaan sehingga berdampak pada
menurunnya risiko perusahaan.
2. Kontribusi Pemecahan Masalah
Di dalam dunia bisnis, berbagai risiko dapat membahayakan
perusahaan. Risiko perusahaan yang tidak dipahami dan diantisipasi dengan
baik dapat mengganggu aktivitas bisnis perusahaan dan mengancam
keberlangsungan perusahaan. Penting bagi perusahaan untuk memperhatikan
dan mengelola risiko dengan baik, sehingga dapat mengurangi tingkat
15
kemungkinan dan dampak dari risiko. Salah satu cara yang dapat dilakukan
perusahaan untuk mengurangi risiko adalah dengan mengimplementasikan
IR. IR yang diimplementasikan perusahaan harus dapat berkualitas karena
melalui IR yang berkualitas, pernyataan menyesatkan dari manajemen dan
kecurangan serta penyimpangan dalam pelaporan perusahaan dapat menurun.
IR yang berkualitas dapat memastikan integritas dan transparansi dari
proses pelaporan perusahaan sehingga bagi pemangku kepentingan yang
loyal, peristiwa negatif yang dialami perusahaan berdampak kecil terhadap
kinerja dan reputasi perusahaan. Namun, tidak semua perusahaan mampu
menghasilkan IR yang berkualitas karena diperlukan kecermatan untuk
mengatasi kompeksitas dalam implementasi IR. Hadirnya komite audit yang
berperan secara efektif dinilai dapat membantu memberikan pemahaman yang
baik sehingga perusahaan terdorong untuk lebih mengimplementasikan
elemen-elemen IR dan mencegah kemungkinan terjadinya risiko perusahaan.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Agency Theory
Agency theory adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh Jensen dan
Meckling pada tahun 1976. Teori ini menjelaskan bahwa pada tata kelola
perusahaan terdapat hubungan kontraktual antara pemegang saham
(principal) yang menyerahkan pengambilan keputusan manajemen kepada
manajer (agent) untuk memaksimalkan keuntungan dalam pencapaian
perusahaan (Wamba et al., 2017). Hal tersebut pada akhirnya menimbulkan
potensi masalah agensi dalam perusahaan karena manajer memiliki
kepentingan pribadi dan dapat mengeksploitasi berbagai cara untuk
memenuhi kepentingan pribadi tersebut (Bananuka, Nkundabanyanga,
Nalukenge, dan Kaawaase, 2017).
Bagi pemegang saham, sejauh mana kinerja manajemen dalam
mendorong pencapaian perusahaan menjadi sangat penting untuk
diperhatikan. Namun, manajemen sendiri dapat mengatur dan menetapkan
ukuran dalam pencapaian perusahaan sehingga menimbulkan asimetri
informasi dan konflik kepentingan dengan pemegang saham mengenai apakah
manajemen dapat benar-benar berkinerja untuk mencapai tujuan pemegang
17
saham atau justru bertindak menjauh dari tujuan yang ditugaskan kepadanya
(Wamba et al., 2017). Dengan demikian, pembentukan komite audit dapat
digunakan sebagai alat untuk meminimalkan biaya agensi dan meningkatkan
pengendalian internal (Salehi, Tahervafaei, dan Tarighi, 2018).
Komite audit pada tata kelola perusahaan ditunjuk untuk berperan dalam
melaksanakan fungsi pengawasan (Al-baidhani, 2014). Pemegang saham
memiliki kepentingan untuk mengetahui pencapaian dan keberlangsungan
perusahaan sehingga risiko-risiko yang dapat menghambat harus dikelola
dengan baik. Kehadiran komite audit dapat menjadi penyedia jaminan internal
untuk mengawasi dan memastikan bahwa risiko-risiko dan pelaksanaan
manajemen risiko perusahaan telah diantisipasi dengan baik dari segi dampak
dan frekuensinya (Haji dan Anifowose, 2016). Hal tersebut dilakukan oleh
komite audit sebagai bentuk pertanggung jawaban dalam melindungi dan
menjaga ekuitas pemegang saham.
Komite audit memiliki peran penting untuk membantu menyelaraskan
tujuan pemegang saham dan tujuan manajer perusahaan khususnya untuk
melindungi mereka dari keputusan-keputusan yang terlalu berisiko sehingga
komite audit dituntut untuk dapat berperan secara efektif (Wamba et al.,
2017). Pemahaman yang baik mengenai bagaimana komite audit dapat
berperan dengan efektif menjadi sangat penting bagi dewan direksi, pemegang
saham dan regulator (Lary dan Taylor, 2011). Dengan demikian, kehadiran
komite audit dalam tata kelola perusahaan dapat mendorong peningkatan pada
18
fungsi pengawasan dan memperbaiki kualitas informasi yang diungkapkan
oleh perusahaan.
2. Signaling Theory
Signaling theory adalah teori yang menjelaskan tentang perilaku dua
pihak yaitu signaler dan receiver, yang saling berhubungan dan memiliki
akses berbeda terhadap informasi. Signaler atau insider merupakan pihak
yang berada di dalam perusahaan seperti executive atau manajer yang
mengirimkan informasi baik positif atau negatif untuk dapat digunakan bagi
receiver atau penerima sinyal dan memutuskan apakah serta bagaimana cara
menyampaikan informasi tersebut. Sedangkan receiver atau outsider adalah
pihak yang berada di luar perusahaan yang menerima informasi dari signaler
dan kemudian menginterpretasikan informasi tersebut (Connelly, Certo,
Ireland, dan Reutzel, 2011).
Hal yang paling penting dalam signaling theory ini adalah analisis
berbagai jenis sinyal yang berbeda, yang dikirimkan oleh signaler dan kondisi
dimana receiver mengartikan sinyal-sinyal tersebut dan kemudian
menggunakannya (Ching dan Gerab, 2017). Insider memiliki keistimewaan
dengan dapat mengetahui informasi spesifik perusahaan baik bersifat positif
atau negatif seperti produk dan jasa yang diberikan perusahaan, pencapaian
penjualan, jangkauan bisnis perusahaan, tuntutan hukum yang tertunda,
negosiasi dengan serikat pekerja dan lain-lain. Informasi tersebut juga dapat
19
berguna bagi receiver yang kekurangan informasi-informasi mengenai
perusahaan (Connelly et al., 2011).
Pada tata kelola perusahaan, komite audit memiliki peran dalam
mengawasi proses pelaporan perusahaan sehingga cenderung akan
mengirimkan sinyal penting kepada pengguna laporan perusahaan. Komite
audit yang dapat berperan secara efektif dinilai mampu meningkatkan kualitas
pengendalian internal perusahaan sehingga akan mendorong peningkatan
kredibilitas informasi yang diberikan. Dengan demikian, semakin efektif
peran yang dilaksanakan oleh komite audit maka akan semakin baik sinyal-
sinyal atas informasi penting perusahaan yang diberikan sehingga dapat
mengurangi kekhawatiran pengguna laporan dan biaya modal perusahaan
(Appuhami, 2018).
Komite audit yang berperan secara efektif diharapkan dapat mampu
mengawasi dan memastikan bahwa IR yang diterbitkan oleh perusahaan dapat
menjadi sarana strategis untuk mengirimkan sinyal-sinyal atas informasi
penting perusahaan. Informasi penting tersebut mencakup informasi keuangan
dan informasi non-keuangan perusahaan secara terintegrasi untuk
menggambarkan konsep bisnis perusahaan (Haji dan Anifowose, 2016). Oleh
karena itu, melalui IR yang berkualitas diharapkan dapat memberikan sinyal
lebih baik atas informasi penting perusahaan secara lebih luas dan
komprehensif sehingga dapat membantu stakeholder untuk menilai risiko dan
peluang perusahaan dalam prospek bisnis di masa depan.
20
3. Stakeholder Theory
Stakeholder theory merupakan sebuah teori yang dikemukakan oleh
Edward Freeman pada tahun 1984. Edward Freeman mendefinisikan
stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi (Oruc dan Sarikaya, 2011).
Keberadaan stakeholder diawali di dalam perusahaan. Stakeholder di dalam
perusahaan seperti pemilik, manajer dan karyawan. Kemudian, setelah
perusahaan melaksanakan kegiatan operasi dalam lingkungannya, perusahaan
akan memiliki stakeholder yang berasal dari luar seperti pemasok, pelanggan,
komunitas lokal, kelompok aktivis dan lembaga pemerintah (Busse,
Regelmann, Chithambaram, dan Wagner, 2017).
Teori ini menyatakan bahwa pada saat mengambil keputusan strategis,
organisasi bisnis atau perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap
kepentingan stakeholder (Mainardes, Alves, dan Raposo, 2011). Perusahaan
yang menjaga hubungan baik dengan stakeholder akan memiliki sumber
keunggulan kompetitif yang berharga. Keunggulan tersebut termasuk
permintaan pelanggan yang meningkat atau pelanggan bersedia membayar
pada harga premium atas produk perusahaan dan pemasok akan lebih merasa
terlibat dengan kegiatan bisnis perusahaan. Sebaliknya, bagi perusahaan yang
tidak menjaga hubungan baik dengan stakeholder akan mungkin menderita
akibat masalah keuangan tertentu (Tse, 2011).
Stakeholder theory akan mendorong perusahaan untuk membentuk
keterbukaan dialog antara manajer perusahaan dengan stakeholder dan
21
diharuskan untuk berkomitmen dalam mematuhi norma-norma yang berlaku.
Keterbukaan tersebut terbukti diperlukan dalam memberikan jaminan
kepastian dalam sebuah perusahaan (Boubaker, Djebabra, dan Saadi, 2014).
Oleh karena itu, perusahaan yang memperhatikan dan mengelola sekelompok
stakeholder tertentu akan memiliki kecenderungan memberikan pengaruh
yang kuat terhadap kemungkinan perusahaan mencapai sasaran strategisnya
sehingga dapat membantu memastikan kelangsungan hidup jangka panjang
perusahaan (Ackermann dan Eden, 2011).
Pentingnya menjaga hubungan dengan stakeholder perusahaan
dijelaskan dalam kerangka IR. Hal tersebut dapat terlihat dalam salah satu
prinsip pada kerangka IR yaitu stakeholder relationship yang menekankan
bahwa proses penciptaan nilai perusahaan tidak hanya terjadi di dalam
perusahaan saja, namun juga dengan menjaga hubungan dengan pihak lain.
Stakeholder dapat terlibat dengan kegiatan perusahaan secara teratur dalam
kegiatan bisnis sehari-hari seperti ketika perusahaan berhubungan dengan
pelanggan dan pemasok. Stakeholder juga dapat memiliki keterlibatan yang
lebih luas dengan perusahaan yaitu sebagai bagian dari rencana strategis dan
penilaian risiko (IIRC, 2013).
Komite audit memiliki peran untuk mengawasi dan memastikan bahwa
IR yang diterbitkan perusahaan dapat menyediakan konsep bisnis perusahaan
secara keseluruhan dan terintegrasi. Hal tersebut dilakukan dengan memaknai
misi perusahaan lebih dalam mengenai apa yang dilakukan perusahaan,
bagaimana perusahaan melakukannya dan bagaimana perusahaan
22
melaporkannya untuk memenuhi kebutuhan informasi stakeholder (Rivera-
arrubla et al., 2017). Pemenuhan kebutuhan stakeholder diharapkan dapat
membantu mengurangi kemungkinan risiko yang dapat menghambat kegiatan
bisnis perusahaan sehingga keberlangsungan jangka panjang perusahaan
dapat lebih terjamin.
4. Komite Audit
a. Definisi
Al-baidhani (2014) mendefinisikan komite audit sebagai
perwakilan dari dewan komisaris yang ditugaskan untuk melaksanakan
tanggung jawab tata kelola perusahaan, termasuk mengawasi pelaporan
keuangan yang disusun oleh manajemen, pengendalian internal, auditor
internal dan eksternal perusahaan, kepatuhan terhadap peraturan
termasuk kegiatan manajemen risiko perusahaan. Sedangkan, menurut
Hermawan (2011) komite audit merupakan komponen penting dalam tata
kelola perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan yang
berkualitas dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
perusahaan.
Menurut Magrane dan Malthus (2012) komite audit adalah
penasihat dewan komisaris, manajemen, auditor internal dan eksternal
perusahaan untuk melakukan peningkatan terhadap kinerja perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
komite audit merupakan salah satu bagian penting dalam tata kelola
23
perusahaan yang bertindak sebagai perwakilan dan penasihat dewan
komisaris, manajemen, auditor internal dan eksternal untuk melakukan
pengawasan dalam perusahaan. Hal tersebut dilakukan oleh komite audit
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas laporan dan kinerja
perusahaan.
b. Prinsip-Prinsip Pembentukan Komite Audit
Pengatur kebijakan dan komite tata kelola perusahaan di seluruh
dunia telah menilai bahwa komite audit berperan penting dalam sistem
tata kelola perusahaan. Pembentukan komite audit di dalam perusahaan
menjadi sangat dibutuhkan, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang
telah terdaftar dalam bursa efek diharuskan untuk membentuk komite
audit (Crisan dan Fulop, 2014). Alijoyo, Darwin, dan Gunadi (2006:26)
menjelaskan bahwa untuk mendukung peran dan tanggung jawab yang
akan dilaksanakan oleh komite audit perusahaan terutama dewan
komisaris perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar pembentukan
komite audit sebagai berikut:
1) Prinsip 1: One Size Does Not Fit All
Perusahaan memiliki struktur, budaya dan proses tata kelola
perusahaan yang unik sehingga dinamika yang dialami oleh
perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lainnya. Komite audit
yang berhasil di dalam suatu perusahaan tidak dapat memberikan
jaminan bahwa keberhasilan serupa juga dapat diraih oleh
24
perusahaan lainnya. Oleh karena itu, penting bagi dewan komisaris
untuk dapat menyatakan secara jelas sejauh mana pendelegasian
wewenang dari dewan komisaris kepada komite audit sehingga
kerangka kerja mengenai ruang lingkup dan batasan-batasan komite
audit dapat dipahami dengan baik serta dapat bersikap secara
responsif terhadap perubahaan dinamika di dalam perusahaan.
2) Prinsip 2: Right Blend of Members
Dewan komisaris berkewajiban untuk memastikan ketepatan struktur
keanggotaan komite audit dengan melihat bauran keahlian dan
pengalaman sesuai yang dibutuhkan oleh perusahaan. Perusahaan
membutuhkan anggota komite audit yang mampu bersikap secara
independen, memahami masalah keuangan dan pelaporan
perusahaan, memahami operasional dan risiko-risiko perusahaan,
serta didukung dengan karakter anggota komite audit yang cermat
dan komunikatif.
3) Prinsip 3: The Right Tone at The Top
Pada prinsip ini, komite audit memandang bahwa dewan komisaris
dan dewan direksi memiliki sikap, semangat, dan pendirian yang
tegas serta menginginkan terciptanya integritas dan ketepatan dalam
laporan keuangan perusahaan.
4) Prinsip 4: Audit Committee is Not Auditors Nor Lawyers
Komite audit memiliki tanggung jawab utama untuk dapat
mengawasi proses pelaporan keuangan perusahaan termasuk
25
manajemen risiko dan pengendalian dalam aspek finansial. Pada
aspek tata kelola perusahaan yang baik, komite audit juga
bertanggung jawab untuk mendorong peningkatan independensi,
integritas, transparansi dan akuntabilitas pelaporan keuangan
perusahaan. Namun, komite audit sebaiknya tidak dibebani dengan
kegiatan yang terlalu banyak sehingga dapat mengganggu tanggung
jawab utama komite audit. Komite audit harus dapat memahami
bahwa mereka bukan dan tidak dapat menjadi auditor maupun ahli
hukum meskipun mereka harus mengerti mengenai aspek-aspek
hukum dalam proses pelaporan keuangan perusahaan.
5) Prinsip 5: The Ultimate Accountability of The External Auditor
Tanggung jawab auditor eksternal adalah kepada dewan komisaris.
Hal tersebut harus dapat disadari dan diakui oleh direksi, manajemen
senior dan auditor eksternal itu sendiri serta mewujudkannya dalam
bentuk tindakan dan perbuatan yang nyata.
6) Prinsip 6: A Well-Defined Process Has to Be in Place
Terdapat tiga pihak yang bertanggung jawab dalam proses pelaporan
keuangan perusahaan yaitu: a. Direksi atau manajemen, termasuk
audit internal; b. Auditor eksternal; dan c. Komite audit. Hubungan
dan proses yang terjadi diantara pihak tersebut harus dapat
dirumuskan dengan jelas sehingga komite audit lebih mungkin untuk
melaksanakan pengawasan secara efektif termasuk dalam mendengar
(listen), bertanya (ask), menilai (assess) dan menguji (challenge).
26
c. Tujuan dan Peran Komite Audit
Menurut Magrane dan Malthus (2012) komite audit dibentuk
dengan tujuan utama untuk meningkatkan tata kelola organisasi, baik itu
organisasi yang berada pada sektor swasta atau sektor publik. Hal tersebut
dilakukan melalui upaya untuk peningkatkan pengawasan, akuntabilitas
dan penggunaan sumber daya yang efisien sehingga dapat memberikan
jaminan pada masalah keuangan dan kepatuhan perusahaan. Masing-
masing perusahaan akan memiliki “kerangkan pedoman” yang berbeda-
beda tergantung pada proses bisnis tiap perusahaan untuk menunjukkan
sejauh mana kegiatan dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh
komite audit (Al-baidhani, 2014).
Legal framework dan self-regulatary sangat diperlukan oleh
komite audit untuk memperjelas status dan tanggung jawab hukum yang
dimiliki. Hal tersebut akan sangat bervariasi pada beberapa negara dan
berhubungan dengan board structure yang digunakan negara-negara
dengan one-tier atau two-tier (Alijoyo et al., 2006:40). Pada sistem one-
tier dewan komisaris dan dewan direksi akan disatukan dalam satu wadah
yang disebut board of director yang akan melaksanakan tanggung jawab
sebagai pelaksana dan pengawas dalam perusahaan. Sedangkan pada
sistem two-tier, dewan komisaris akan dipisahkan dengan dewan direksi
sehingga tidak akan terjadi CEO-Chair duality (Hermawan, 2011).
Negara Amerika, Inggris dan Australia dengan sistem one-tier,
memilih anggota komite auditnya dari Non-Executive Directors (NED)
27
terutama independen NED. Sementara, negara Belanda, Jerman dan
Indonesia dengan sistem two-tier, memilih anggota komite auditnya dari
anggota komisaris atau merupakan kombinasi anggota dewan komisaris
terutama komisaris yang independen dengan profesional yang bukan
berasal dari anggota dewan komisaris. Bagi beberapa negara Asia
lainnya, seperti Jepang memiliki keunikan dengan mengenalkan struktur
alternalif yang disebut board of statutory auditor yang memiliki tanggung
jawab untuk mengawasi board of directors (Alijoyo et al., 2006:40).
Komite audit juga bertanggung jawab untuk membantu dewan
direksi dengan bertindak sebagai penasehat melalui pemberian opini dan
rekomendasi dalam proses pembuatan keputusan (Talpur, Lizam, dan
Zabr, 2018). Salah satunya adalah pada saat komite audit melaksanakan
tanggung jawabnya untuk meninjau laporan perusahaan, baik itu laporan
tahunan, triwulan dan bulanan. Hasil dari tinjauan tersebut dituangkan ke
dalam laporan dan rekomendasi yang akan diberikan kepada dewan
direksi. Kegiatan dan tanggung jawab komite audit setiap tahunnya akan
dijelaskan dalam sebuah laporan untuk kemudian disampaikan kepaada
pemegang saham (Al-baidhani, 2014).
Menurut Alijoyo et al. (2006:137) komite audit memiliki
tanggung jawab yang berbeda pada masing-masing perusahaan.
Meskipun tanggung jawab komite audit dapat bervariasi, namun dalam
melaksanakan tanggung jawabnya tersebut, komite audit perlu menjaga
hubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan proses pelaporan
28
perusahaan, seperti dewan komisaris, direksi atau manajemen, auditor
internal dan eksternal. Tidak hanya sekedar menjalin hubungan namun
kualitas dari hubungan itu sendiri perlu diperhatikan. Hubungan yang
berkualitas akan meningkatkan partisipasi aktif dan kolaborasi diantara
pihak-pihak tersebut. Berikut adalah hubungan kerja komite audit:
1. Hubungan komite audit dengan dewan komisaris
Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris bertujuan untuk
memberikan kepastian secara independen terkait dengan kebenaran
dan keandalan dari pelaporan perusahaan yang telah disusun oleh
direksi atau manajemen perusahaan. Sehingga, komite audit
diberikan kewenangan untuk mengakses informasi perusahaan dan
meminta penjelasan dari pihak direksi atau manajemen serta auditor
eksternal dan internal. Komite audit secara teratur akan
menyampaikan laporan terkait dengan pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab yang telah diterimanya kepada dewan komisaris.
Dewan komisaris juga perlu memastikan bahwa sumber daya dan
sarana yang diberikan kepada komite audit telah memadai untuk
melaksanakan tugas.
2. Hubungan komite audit dengan direksi atau manajemen
Komite audit ditugaskan untuk mengawasi direksi atau manajemen
perusahaan. Fungsi pengawasan tersebut dapat dilakukan salah
satunya dengan mengadakan pertemuan dengan direksi atau
manajemen perusahaan secara berkala. Pertemuan tersebut akan
29
membahas secara terbuka mengenai permasalahan-permasalahan
terkait dengan kinerja keuangan dan kinerja non-keuangan
perusahaan. Keterangan-keterangan penting dalam pertemuan akan
dibuat berbentuk laporan untuk dibahas bersama dengan dewan
komisaris dan bila perlu akan dibagian kepada auditor internal dan
eksternal.
3. Hubungan komite audit dengan audit internal
Komite audit dapat menjadikan audit internal sebagai salah satu
sarana untuk menilai sejauh mana direksi atau manajemen
melaksanakan pengendalian sehingga dapat diandalkan, berfungsi
dengan baik dan dapat mengelola risiko-risiko secara memadai
mengenai pelaporan keuangan perusahaan. Komite audit dapat
mengawasi audit internal termasuk: (a) Merekomendasikan
penunjukkan kepala audit internal kepada dewan komisaris; (b)
Melakukan kajian terhadap audit charter; (c) Memberikan penilaian
terhadap efektivitas struktur dan fungsi audit internal; (d) Melakukan
kajian terhadap rencana tahunan dan laporan audit internal; (e)
Memastikan bahwa sumber daya audit internal telah memadai.
4. Hubungan komite audit dengan auditor eksternal
Komite audit dapat memberikan rekomendasi mengenai kandidat
auditor eksternal yang diajukan oleh dewan direksi kepada dewan
komisaris. Rekomendasi tersebut dapat mencakup: a. Mengkaji
standar professional dan independensi auditor eksternal yang
30
digunakan perusahaan; b. Memberikan masukkan kepada dewan
komisaris mengenai terms of engagement dan audit fee; c. Rencana
kerja yang dimiliki oleh auditor eksternal.
d. Efektivitas Komite Audit
Kehadiran komite audit di dalam perusahaan tidak dapat
menjamin bahwa komite audit telah berperan secara efektif (Crisan dan
Fulop, 2014). Sehingga, komite audit secara berkala akan dinilai
kinerjanya oleh dewan komisaris. Penilaian dapat dilakukan secara
proaktif oleh komite audit sendiri yang meminta masukkan dari dewan
komisaris atau dengan mengukur tingkat kepuasan dewan komisaris atas
kinerja yang diberikan oleh komite audit (Alijoyo et al., 2006:163). Oleh
karena itu, penilaian kinerja komite audit penting untuk dilakukan
sehingga dapat diketahui sejauh mana komite audit mampu melaksanakan
peran serta tanggung jawabnya secara efektif di dalam perusahaan.
Efektivitas komite audit dipengaruhi oleh aktivitas, kompetensi,
ukuran dan independensi. Komite audit yang aktif diharapkan mampu
melaksanakan tugasnya secara lebih efektif. Salah satunya adalah apabila
sering menyelenggarakan pertemuan (Hermawan, 2011). Dalam
pertemuan tersebut tidak hanya dihadiri oleh anggota komite audit,
namun CEO, CFO, auditor internal, auditor eksternal, badan pengawas,
direktur keuangan dan lain-lainnya yang juga memiliki kepentingan
dalam membahas masalah perusahaan dapat menghadiri pertemuan
31
tersebut. Sehingga komite audit dapat berkordinasi dengan pihak-pihak
lainnya dan memperbaharui informasi perusahaan (Al-baidhani, 2014).
Komite audit seharusnya memiliki kompetensi akuntansi atau
keuangan agar bisa melaksanakan fungsinya secara lebih efektif. Hal
tersebut berkaitan dengan tugas komite audit dalam proses persiapan dan
audit dari laporan keuangan yang memerlukan kompetensi dalam bidang
keuangan ataupun audit (Hermawan, 2011). Kompetensi akuntansi yang
dimiliki anggota komite audit dapat meningkatkan tingkat akurasi dan
kualitas laporan keuangan (Salehi et al., 2018). Oleh karena itu,
diharapkan anggota komite audit untuk dapat selalu meningkatkan dan
mengembangankan keahlian mereka dalam praktik akuntansi dan
keuangan (Akhtaruddin dan Haron, 2010).
Ukuran dari komite audit dapat mempengaruhi efektivitas komite
dalam melaksanakan perannya untuk pengawasan (Hermawan, 2011).
Secara umum, komite audit memiliki tiga hingga enam anggota (Al-
baidhani, 2014). Komite audit yang memiliki ukuran lebih besar dinilai
akan meningkatkan kemampuan pengawasannya sehingga lebih dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya masalah dalam proses pelaporan
keuangan perusahaan. Ukuran komite audit yang besar juga berhubungan
dengan opini yang dikeluarkan oleh anggotanya sehingga semakin besar
ukuran komite audit maka opini yang diberikan akan menjadi lebih luas
(Haji dan Anifowose, 2016).
32
Komite audit yang independen dianggap lebih mampu mengawasi
manajemen dan ikut menguatkan independensi dan objektivitas dari
auditor internal dan eksternal perusahaan (Brennan dan Kirwan, 2015).
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, komite audit tidak boleh
terpengaruh oleh pihak lain, meskipun komite audit bekerja di bawah
tekanan untuk memenuhi berbagai harapan. Komite audit harus
memastikan bahwa informasi relevan telah disampaikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan (Haji, 2015). Dengan demikian, meskipun
komite audit banyak berhubungan dengan berbagai pihak, sikap
independensi dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas komite audit.
e. Permasalahan dan Tantangan Komite Audit
Akhir-akhir ini kebutuhan komite audit untuk memahami dan
menjawab berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam
menjalankan tugasnya semakin meningkat. Komite audit harus mampu
menghadapi dan mengatasi berbagai permasalahan dan tantangan dalam
hal lingkungan pengendalian, pelaporan keuangan dan proses audit. Bagi
komite audit, pemahaman mengenai bagaimana perusahaan merespon
permasalahan dan tantangan tersebut juga sangat penting (Alijoyo et al.,
2006:144). Hal tersebut dikarenakan pembentukan komite audit dapat
digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tata kelola
perusahaan (Magrane dan Malthus, 2012).
33
Komite audit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dihadapkan pada permasalahan (issues) maupun tantangan (challenges)
yang berbeda di setiap perusahaan. Manajemen risiko dan pengendalian
internal dapat menjadi permasalahan dan tantangan bagi komite audit
dalam suatu perusahaan. Namun, komite audit di perusahaan lainnya
mungkin dapat menilai bahwa tata struktur perusahaan yang rumit,
kecurangan dan perbuatan melanggar hukum menjadi permasalahan dan
tantangan tersulit untuk ditangani (Alijoyo et al., 2006:144). Hal tersebut
menjadi penting karena komite audit harus memenuhi tugas dan tanggung
jawabnya dalam melaksanakan fungsi pengawasan (Al-baidhani, 2014).
Kesiapan komite audit dalam menghadapi berbagai permasalahan
menjadi elemen penting keberhasilan komite audit pada tata kelola
perusahaan. Dibutuhkan kecermatan dan respon yang akurat untuk
menjawab permasalahan serta tantangan tersebut, sehingga komite audit
dituntut untuk beradaptasi dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya (Alijoyo et al., 2006:144). Oleh karena itu, mengenai sifat dan
ruang lingkup komite audit perlu dilakukan tinjauan kembali untuk
memastikan bahwa komite audit telah melaksanakan perannya dengan
tepat sehingga memperbaiki kekurangan komite audit dalam mencapai
tujuan tata kelola perusahaan (Al-baidhani, 2014).
34
f. Komite Audit di Jepang
Perusahaan yang terdaftar di Jepang menggunakan Japan’s
Corporate Governance Code sebagai dasar yang mengatur tata kelola
perusahaan yang efektif. Melalui penerapan dasar tersebut diharapkan
dapat mendorong keberhasilan perusahaan dan ekonomi di Jepang secara
keseluruhan. Berdasarkan Company Act yang direvisi pada tahun 2014,
perusahaan-perusahaan yang terdaftar dapat memilih satu dari tiga bentuk
struktur organisasi yaitu perusahaan dengan Kansayaku Board atau Audit
and Supervisory Board, perusahaan dengan Three Committee
(Nomination, Audit dan Remuneration) atau perusahaan dengan
Supervisory Committee (Japan’s Corporate Governance Code, 2018).
Tokyo Stock Exchange Inc. (2017) mendokumentasikan data-data
mengenai perusahaan terdaftar dalam TSE-Listed Companies White
Paper on Corporate Governance 2017. Berdasarkan bentuk struktur
organisasi yang dipilih, berada pada posisi tertinggi, terdapat sebanyak
79,8% atau 2.800 perusahaan dengan kansayaku board. Posisi
selanjutnya, terdapat sebanyak 18,2% atau 637 perusahaan dengan
Supervisory Committee dan pada posisi terendah terdapat sebanyak 2%
atau 70 perusahaan dengan Three Committee. Bagi perusahaan yang
terdaftar diwajibkan untuk menjelaskan secara terperinci mengenai
sistem tata kelola termasuk board structure yang digunakannya saat ini.
Perusahaan dengan kansayaku board memiliki keunikan. Sebagai
bentuk struktur organisasi yang paling banyak digunakan pada
35
perusahaan terdaftar, perusahaan dengan kansayaku board melaksanakan
peran dan tanggung jawabnya melalui kansayaku dan kansayaku board.
Peran utama kansayaku adalah audit atas kinerja direksi dan manajemen
serta hukum menyediakan kekuatan untuk melakukan penyelidikan.
Kansayaku ditunjuk dalam rapat pemegang saham dengan tidak kurang
dari setengah kansayaku merupakan kansayaku yang berasal dari pihak
luar perusahaan dan sedikitnya satu kansayaku yang bekerja penuh waktu
di dalam perusahaan (Japan’s Corporate Governance Code, 2018).
Posisi kedua dan ketiga bentuk struktur organisasi yang digunakan
pada perusahaan terdaftar yaitu perusahaan dengan Supervisory
Committee dan Three Committee (Tokyo Stock Exchange Inc., 2017).
Kedua bentuk struktur organisasi tersebut melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya serupa dengan perusahaan di negara lain. Dewan
membentuk komite audit dan ditugaskan melalui tanggung jawab tertentu
untuk memperkuat fungsi pemantauan, meskipun perusahaan dapat
memilih bentuk struktur organisasi yang ingin digunakan, pemenuhan
tanggung jawab harus dapat dilakukan oleh berbagai pihak di dalam
perusahaan secara efektif (Japan’s Corporate Governance Code, 2018).
Pada perusahaan dengan tata kelola yang baik, kansayaku
bertugas sebagai penasihat mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi
di dalam perusahaan dan bagaimana cara untuk meningkatkan kinerja
manajemen (Asian Corporate Governance Association, 2013).
Kansayaku bertindak sesuai dengan kepentingan perusahaan dan
36
kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu, kansayaku harus dapat
menjaga kerja sama dengan direktur dan manajemen perusahaan dalam
rangka pengumpulan informasi mengenai kondisi dan situasi yang
dialami perusahaan untuk dapat memenuhi tanggung jawabnya kepada
pemegang saham (Japan’s Corporate Governance Code, 2018).
Kansayaku dapat mengungkapkan opininya terkait isu-isu sensitif
dalam rapat dewan dan dituntut berperan secara efektif (Asian Corporate
Governance Association, 2013). Untuk meningkatkan efektivitasnya,
anggota kansayaku merupakan orang yang memiliki pengalaman,
keterampilan serta pengetahuan dalam bidang keuangan, akuntansi, dan
hukum untuk memenuhi tugasnya. Diwajibkan secara khusus, sedikitnya
satu orang anggota kansayaku memiliki keahlian dalam bidang akuntansi
yang memadai. Kansayaku juga harus bertindak secara independen dan
objektif serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk memenuhi
perannya (Japan’s Corporate Governance Code, 2018).
5. Integrated Reporting (IR)
a. Definisi Integrated Reporting
Perusahaan dituntut untuk memenuhi permintaan kepentingan
stakeholder melalui pelaporan perusahaan. Pelaporan perusahaan
tradisional hanya berfokus pada kinerja ekonomi dan tidak
mengungkapkan aspek etika kinerja bisnis yang memadai (Suwaldiman,
2009:82). Pelaporan perusahaan terus mengalami perkembangan untuk
37
memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kemampuan pemenuhan
kebutuhan informasi pengguna pelaporan perusahaan. Beberapa kerangka
kerja yang muncul untuk menyajikan informasi mengenai aktivitas bisnis
perusahaan, yaitu Balanced Scorecard (BSC), Triple Bottom Line (TBL),
Sustainable Reporting (SR) dan Integrated Reporting (IR).
Robert S. Kaplan dan David P. Norton mengembangkan konsep
BSC pada tahun 1992. Pengukuran kinerja perusahaan pada BSC terdiri
dari 4 perspektif yang saling berhubungan yaitu perspektif keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Namun, strategi dan operasional dalam BSC tidak mencakup sosial,
lingkungan dan isu keberlanjutan (Awadallah dan Allam, 2015). Dengan
demikian, Elkington pada tahun 1994 mengusulkan konsep TBL sebagai
sarana menuju pembangunan isu berkelanjutan perusahaan. TBL terdiri
dari people (aspek sosial), planet (aspek lingkungan) dan profit (aspek
ekonomi) di dalam perusahaan (Rambaud dan Richard, 2015).
Perusahaan yang mengimplementasikan TBL dengan baik akan
menyediakan pelaporan perusahaan yang berisikan informasi mengenai
kelangsungan operasi perusahaan dan kelangsungan hidup masyarakat
yang berada di sekitarnya. Fokus perusahaan akan terletak pada
bagaimana dapat beroperasi sesuai ekspektasi karyawan dan masyarakat,
meminimalkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap
lingkungan dan dapat bertahan secara keuangan. Sehingga, ketiga
38
komponen tersebut berisikan informasi mengenai sosial dan lingkungan
perusahaan dapat merujuk kepada konsep dan tujuan dalam pelaporan
berkelanjutan atau Sustainable Reporting (SR) (Suwaldiman, 2009:82).
Pada perkambangannya, praktik SR yang dilakukan oleh
perusahaan semakin luas. Hal tersebut terjadi karena perusahaan semakin
banyak melakukan pengungkapan terhadap informasi sosial dan
lingkungan. Dampaknya semakin banyak perusahaan yang mulai
memisahkan pengungkapan sosial dan lingkungannya dengan laporan
tahunan perusahaan melalui media lain, sehingga perusahaan dapat lebih
banyak mengungkapkan mengenai informasi sosial dan lingkungan. Oleh
karena itu, praktik tersebut menimbulkan banyak kritik karena dinilai
dapat menyulitkan stakeholder dalam memahami pelaporan perusahaan
(De Villiers et al., 2014).
Pelaporan perusahaan diharuskan untuk mencakup informasi-
informasi yang dapat memenuhi kebutuhan informasi stakeholder dalam
membantu menilai proses bisnis perusahaan. Informasi tersebut
diharapkan dapat diungkapkan oleh perusahaan secara jelas, singkat dan
transparan (Roxana-ioana dan Petru, 2017). Salah satu caranya adalah
dengan perusahaan mengungkapkan informasi-informasi penting, baik itu
informasi keuangan dan informasi non-keuangan yang dapat memberikan
gambaran secara keseluruhan mengenai bagaimana strategi yang
39
diterapkan dalam perusahaan dapat digunakan untuk mempertahankan
keberlangsungannya (Hoque, 2017).
Pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat
mendukung pengambilan keputusan, namun pendekatan SR menyajikan
format pelaporan keuangan serta non-keuangan yang tidak terintegrasi
secara memadai (Velte dan Stawinoga, 2017). Sehingga stakeholder tidak
dapat memahami proses bisnis perusahaan dengan baik. Menanggapi
fenomena tersebut, Integrated Reporting (IR) hadir sebagai
perkembangan terbaru yang melakukan reformasi terhadap pelaporan
perusahaan. IR menjanjikan akan mengatasi kritik serta kekurangan-
kekurangan yang ada pada pelaporan perusahaan sebelumnya (Stubbs dan
Higgins, 2015).
IR adalah komunikasi singkat mengenai bagaimana strategi, tata
kelola, kinerja dan prospek perusahaan dapat digunakan untuk
mengarahkan kepada penciptaan nilai jangka pendek, menengah dan
panjang (IIRC, 2013). Sedangkan menurut De Villiers et al. (2016) IR
merupakan kerangka baru pelaporan yang menyediakan laporan tunggal
secara terintegrasi mengenai informasi keuangan dan informasi non-
keuangan perusahaan. Kritik atas model pelaporan terdahulu diatasi
dengan gagasan baru yang disatukan dalam IR sehingga IR dapat
mengubah pelaporan perusahaan untuk meningkatkan kemampuan
investor dalam menilai masa depan dan prospek perusahaan.
40
Frías-aceituno, Rodríguez-ariza, dan García-sánchez (2013)
memandang IR sebagai laporan perusahaan yang dapat memberikan
penjelasan mengenai kinerja dan sumber daya termasuk bagaimana
penggunaan, dampak dan hubungan sumber daya tersebut dengan bentuk-
bentuk modal lainnya yang juga digunakan oleh perusahaan. Berdasarkan
definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa IR merupakan
sebuah pendekatan pelaporan terbaru yang hadir dengan menyediakan
informasi keuangan dan informasi non-keuangan perusahaan secara
terintegrasi. Dengan demikian, kebutuhan infomasi yang dibutuhkan oleh
stakeholder dapat terpenuhi untuk menilai masa depan perusahaan.
b. Tujuan Integrated Reporting
Perusahaan harus dapat memahami tujuan menerbitkan IR. IR
yang diterbitkan oleh perusahaan bukan hanya sekedar untuk
menambahkan informasi kualitatif dan indikator kunci mengenai kinerja
sosial dan lingkungan perusahaan dalam bentuk laporan yang berdiri
sendiri. Melalui IR diharapkan perusahaan dapat memenuhi tuntutan
stakeholder dan fungsi konsep bisnis yang terintegrasi yang mengarah
kepada pemaknaan misi perusahaan secara lebih mendalam seperti apa
yang perusahaan lakukan, bagaimana perusahaan melakukannya dan
bagaimana perusahaan melaporkannya (Rivera-arrubla et al., 2017). IIRC
(2013) menjelaskan bahwa IR memiki beberapa tujuan, yaitu:
41
1) Melakukan perbaikan terhadap kualitas informasi yang tersedia bagi
penyedia modal sehingga dapat memungkinkan alokasi modal yang
lebih efisien dan produktif.
2) Melakukan tindakan untuk dapat mendorong pendekatan yang lebih
kohesif dan efisien dalam pelaporan perusahaan serta
mengkomunikasikan beberapa faktor yang material sehingga dapat
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai
dari waktu ke watktu.
3) Melakukan peningkatkan terhadap akuntabilitas dan penatagunaan
bagi modal yang luas dalam perusahaan seperti financial,
manufactured, intellectual, human, social and relationship, dan
natural serta melakukan promosi terhadap pemahaman
interdependensi perusahaan.
4) Melakukan tindakan yang dapat mendorong perusahaan untuk
menanamkan pemikiran terpadu (integrated thinking), pengambilan
keputusan dan kegiatan yang befokus pada penciptaan nilai jangka
pendek, menengah dan panjang perusahaan.
c. Peran dan Fungsi Integrated Reporting
IR menyediakan paradigma pelaporan baru yang membahas
secara menyeluruh dan terintegrasi mengenai pandangan kinerja bisnis
perusahaan dalam aspek masalah ekonomi, sosial dan lingkungan. IR
dapat memastikan bahwa perusahaan memperhatikan dengan baik pada
42
aspek tanggung jawab etis karena tanggung jawab etis adalah aspek yang
paling utama dalam aktivitas bisnis perusahaan. IR tidak secara khusus
memfokuskan diri pada isu-isu etika perusahaan, namun IR tidak
diragukan lagi dalam membahas etika bisnis perusahaan sehingga dapat
memastikan bahwa perusahaan tidak hanya memperhatikan aspek
keuangan tetapi juga pada semua aspek kerja bisnis (Lodhia, 2015).
Hal penting yang ditekankan pada kerangka IR adalah kebutuhan
untuk melakukan pemikiran terintegrasi sebagai pusat dalam IR.
Pemikiran terintegrasi berkaitan dengan hal pemikiran tingkat tinggi,
pengambilan keputusan dan proses pelaporan perusahaan. (Stent dan
Dowler, 2015). IIRC (2013) menjelaskan bahwa pemikiran terintegrasi
akan mempertimbangkan hubungan antara berbagai unit operasional,
fungsional dan modal yang digunakan oleh perusahaan. Pemikiran
terintegrasi akan melakukan penilaian terhadap hubungan dan
ketergantungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam menciptakan nilai dari waktu ke waktu, termasuk pada:
1) Modal yang dapat digunakan atau dipengaruhi oleh perusahaan dan
sejauh mana ketergantungan kritis, termasuk juga pengorbanannya;
2) Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan
kepentingan stakeholder utama;
43
3) Bagaimana perusahaan melakukan penyesuaian terhadap model
bisnis dan strategi dalam menanggapi lingkungan eksternalnya dan
risiko serta peluang yang akan dihadapi;
4) Aktivitas bisnis dan kinerja perusahaan baik keuangan dan yang
lainnya serta hasil dalam hal modal perusahaan pada jangka waktu
dulu, sekarang dan yang akan datang.
Perusahaan yang menerbitkan IR dimaksudkan untuk dapat
memberikan informasi mengenai perusahaan dan apa yang membedakaan
perusahaan tersebut dengan perusahaan lainnya. Hal tersebut bertujuan
untuk menunjukan bagaimana pemikiran terintegrasi telah diterapkan di
dalam perusahaan. Apabila pemikiran terintegrasi tidak diterapkan di
dalam perusahaan maka laporan yang diterbitkan hanya dapat
memberikan sedikit nilai. Pemikiran terintegrasi yang telah diterapkan di
dalam perusahaan akan mempermudah perusahaan mempertimbangkan
modal yang digunakan dan efeknya terhadap perusahaan sehingga dapat
mengurangi hambatan bagi perusahaan (Ernst dan Young, 2014).
d. Prinsip Integrated Reporting
IIRC (2013) menerbitkan kerangka kerja IR yang memiliki
pendekatan dengan basis prinsip. Pendekatan prinsip digunakan dengan
tujuan untuk mencapai keseimbangan antara fleksibilitas dan ketentuan-
ketentuan yang dapat diakui secara luas dalam keadaan masing-masing
organisasi yang berbeda sehingga dapat memungkinkan tingkat
44
komparabilitas yang memadai bagi seluruh organisasi dalam memenuhi
kebutuhan akan informasi yang relevan. Kerangka kerja IR menyediakan
prinsip-prinsip panduan sebagai pondasi yang mendukung penyusunan IR
dalam menginformasikan isi laporan dan bagaimana informasi tersebut
disajikan, yaitu:
1. Strategic focus and future orientation
IR yang diterbitkan oleh perusahaan harus dapat menyediakan
informasi kepada penggunanya mengenai strategi perusahaan dan
bagaimana hubungannya dengan kemampuan perusahaan dalam
menciptakan nilai pada jangka pendek, menengah dan panjang serta
menguraikan penggunaan dan dampaknya pada modal.
2. Connectivity of information
IR yang diterbitkan oleh perusahaan harus dapat memberikan
wawasan secara menyeluruh mengenai kombinasi, keterkaitan dan
ketergantungan antara faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai dari waktu ke
waktu.
3. Stakeholder relationships
IR yang diterbitkan oleh perusahaan harus dapat menjelaskan
informasi mengenai sifat dan kualitas hubungan perusahaan dengan
stakeholder utamanya, termasuk juga bagaimana dan sejauh mana
45
perusahaan mengerti, mempertimbangkan serta menanggapi
kebutuhan dan kepentingan stakeholder lainnya.
4. Materiality
IR yang diterbitkan oleh perusahaan harus dapat menyediakan
informasi tentang semua hal yang secara substantif dapat
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai.
5. Conciseness
IR yang diterbitkan oleh perusahaan diharuskan untuk disajikan
secara ringkas.
6. Reliability and completeness
IR yang dierbitkan perusahaan harus dapat mencakup semua hal yang
bersifat material, baik itu positif atau negatif dan menyajikannya
secara benar tanpa kesalahan yang material.
7. Consistency and comparability
IR yang diterbitkan perusahaan harus dapat menjelaskan informasi
atas dasar yang konsisten dari waktu ke waktu dan dengan
menggunakan cara yang dapat memungkinkan untuk melakukan
perbandingan dengan perusahaan lainnya.
e. Elemen-Elemen Konten Integrated Reporting
Upaya awal dalam mempersiapkan IR yang dilakukan oleh
perusahaan lebih kepada melakukan pelaporan gabungan yaitu
perusahaan menerbitkan informasi keuangan dan informasi non-
46
keuangan mereka dalam satu format laporan gabungan. Namun, IR tentu
sangat berbeda dari sekedar melakukan pelaporan gabungan karena IR
berfokus pada bagaimana perusahaan dapat menghubungkan atau
mengaitkan berbagai aspek yang dapat berpotensi untuk menciptakan
atau bahkan mengurangi nilai dari waktu ke waktu (Ernst dan Young,
2014). IIRC (2013) menjelaskan bahwa IR yang diterbitkan perusahaan
terdiri dari 8 elemen konten yang berkaitan satu sama lain, yaitu:
1. Organizational overview and external environment
Menjelaskan tentang apa saja kegiatan yang dilakukan perusahaan
dan bagaimana keadaan lingkungan pada tempat perusahaan
melaksanakan operasinya.
2. Governance
Menjelaskan tentang bagaimana struktur tata kelola perusahaan dapat
mendorong kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai dalam
jangka pendek, menengah, dan panjang.
3. Business model
Menjelaskan tentang bagaimana model bisnis yang dimiliki oleh
perusahaan.
4. Risks and opportunities
Menjelaskan tentang risiko dan peluang spesifik apa saja yang dapat
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai dan
bagaimana perusahaan mengatasi hal tersebut.
47
5. Strategy and resource allocation
Menjelaskan tentang kemana arah perusahaan melangkah dan
bagimana cara perusahaan dalam mencapainya.
6. Performance
Menjelaskan tentang sejauh mana perusahaan dapat mencapai tujuan
strategis pada periode yang bersangkutan dan apakah modal dapat
dipengaruhi oleh hasil tersebut.
7. Outlook
Menjelaskan tentang tantangan dan ketidakpastian apa saja yang
dihadapi oleh perusahaan untuk mencapai strateginya serta apa
implikasi yang potensial dalam model bisnis dan kinerja perusahaan
di masa yang akan datang.
8. Basis of presentation
Menjelaskan tentang bagaimana perusahaan dapat menentukan apa
saja hal yang penting dan harus diungkapkan pada IR dan bagaimana
untuk mengukur atau mengevaluasi hal tersebut.
f. Tanggung Jawab pada Integrated Reporting
Menurut IIRC (2013) terdapat tanggung jawab tertentu pada IR
yang diterbitkan oleh perusahaan. IR harus dapat mencakup pernyataan
dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan meliputi:
1. Pengakuan tanggung jawab yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memastikan integritas pada IR
48
2. Pengakuan bahwa perusahaan telah dapat menerapkan pemikiran
yang terintegrasi dalam mempersiapkan dan menyajikan IR
3. Pendapat atau kesimpulan perusahaan mengenai apakah IR yang
disajikan telah sesuai dengan kerangka yang ditetapkan IIRC.
Namun, jika IR yang diterbitkan oleh perusahaan tidak dapat
termasuk pada pernyataan seperti itu, perusahaan harus menjelaskan
mengenai apa peran yang dilakukan oleh pihak yang bertangggung
jawab atas tata kelola dalam persiapan dan presentasi IR perusahaan,
langkah apa yang diambil perusahaan untuk memasukkan pernyataan
seperti itu di dalam laporan perusahaan mendatang dan kerangka
waktu untuk melakukan hal tersebut yang seharusnya tidak lebih dari
IR ketiga organisasi yang merujuk pada kerangka IR yang diterbitkan
IIRC.
IR berusaha menyediakan gambaran menyeluruh mengenai
perjalanan perusahaan dalam rangka mencapai visi dan kemudian
melaporkan kinerjanya. Fokus perusahaan adalah untuk menunjukkan
bahwa strategi dan taktik yang dimilikinya dapat menjadi dasar dalam
nilai-nilai untuk mencapai visi perusahaan selama periode pelaporan. IR
diharuskan dapat membuat akuntabilitas dan kinerja perusahaan menjadi
transparan. Hal tersebut bergantung pada kualitas etis perusahaan seperti
kejujuran dan keadilan yang tertanam di dalam nilai-nilai perusahaan.
Dengan demikian, pelaporan perusahaan dapat dipertanggungjawabkan
dengan baik dan tidak menyesatkan (Abeysekera, 2013).
49
Diperkirakan seiring berjalannya waktu, IR akan menjadi norma
pelaporan perusahaan. Komunikasi perusahaan tidak akan lagi terganggu
dan terputus. Hal tersebut dapat terjadi karena proses pemikiran yang
terintegrasi dan penerapan prinsip-prinsip seperti konektivitas informasi.
Semakin banyak pemikiran terintegrasi yang tertanam di dalam kegiatan
perusahaan maka secara alami akan semakin menguhubungkan arus
informasi ke dalam manajemen pelaporan, analisis dan pengambilan
keputusan. Hal tersebut akan mengarahkan pada integrasi yang lebih baik
dari sistem informasi sehingga mendukung pelaporan internal dan
eksternal (IIRC, 2013).
g. The International Integrated Reporting Council (IIRC)
Pada tahun 2004 The Prince of Wales mendirikan The Prince’s
Accounting for Sustainability Project sebagai tanggapan untuk mengatasi
kekhawatirannya atas pengungkapan dalam SR yang terlalu luas sehingga
memutuskan arus informasi. Selanjutnya pada tahun 2009, Prince of
Wales menjadi tuan rumah untuk sebuah forum yang dihadiri Global
Reporting Initiative (GRI) dan International Federation of Accountants
(IFAC) sebagai para pimpinan dibidang SR. Hasil dari konvensi tersebut
adalah pembentukan The International Integrated Reporting Council
(IIRC) pada tahun 2010 dengan tujuan utama untuk mengembangkan
kerangka IR yang dapat diterima secara global (Stent dan Dowler, 2015).
50
IIRC merupakan sebuah koalisi global yang tergabung dari
regulator, investor, perusahaan, pembuat standar, profesi akuntansi dan
LSM yang berasal dari seluruh dunia. Mereka bekerja sama dalam
membagikan pandangan bahwa komunikasi mengenai penciptaan nilai
harus menjadi langkah selanjutnya dalam evolusi pelaporan perusahaan.
IIRC memiliki visi untuk mencapai tujuan perusahaan yang lebih luas dari
stabilitas keuangan dan pembangunan berkelanjutan dengan
menyelaraskan pengalokasian modal dan perilaku perusahaan melalui
siklus pelaporan perusahaan dan menanamkan pemikiran terintegrasi
dalam praktik bisnis perusahaan (IIRC, 2013).
IIRC memiliki misi untuk menyatukan kembali secara jelas dan
konsisten terkait dengan informasi sosial, lingkungan, keuangan dan tata
kelola perusahaan sehingga pelaporan dan pemikiran terintegrasi dalam
bisnis perusahaan dapat menjadi norma pada sektor publik dan swasta
(Toit, Zyl, dan Schutte, 2016). Pada 12 September 2011, IIRC
menerbitkan draf konsultasi internasional yang berjudul “Towards
Integrated Reporting: Communicating Value in the 21st Century” dan
kemudian diikuti dengan menerbitkan kerangka IR. Pada Desember 2013,
setelah melalui perundingan yang panjang dan pendapat publik, maka
bentuk final IR diterbitkan (Steyn, 2014).
IR yang dirilis oleh IIRC memiliki perbedaan dengan SR.
Perbedaan penting antara IR dengan SR adalah bahwa SR umumnya
memberikan laporan mengenai dampak operasi perusahaan terhadap
51
lingkungannya, sedangkan IR harus melaporkan dampak lingkungan
terhadap operasi perusahaan serta dampak perusahaan terhadap
lingkungannya (Ernst dan Young, 2014). IIRC tidak menyatakan bahwa
IR akan menggantikan SR. IR tidak disajikan sebagai generasi penerus
SR karena IR hadir dengan menyediakan pendekatan yang lebih terpadu
dan efisien untuk pelaporan perusahaan yang mengacu pada serangkaian
pelaporan yang berbeda (Stubbs dan Higgins, 2014).
h. Penerapan Integrated Reporting secara Mandatory
Di Afrika Selatan pada tahun 1994 diterbitkan South Africa’s first
King Code of Corporate Governance Principles yang secara umum
dikenal sebagai King I. Alasan mengapa King I dikembangkan di Afrika
Selatan adalah sebagai tanggapan terhadap pemenuhan kebutuhan untuk
membangun kredibilitas padar modal lokal serta menyediakan model
yang berfokus pada kepentingan stakeholder untuk meminta
pertanggungjawaban kepada perusahaan atas kinerjanya. Oleh karena itu,
King I berisi tentang anjuran pendekatan untuk tata kelola perusahaan
yang melibatkan tidak hanya pemegang saham, namun semua stakeholder
(Dumay, Bernardi, Guthrie, dan Demartini, 2016).
Rekomendasi yang diberikan oleh King I digunakan untuk
mengatur standar perilaku bagi dewan direksi, perusahaan yang terdaftar,
bank dan perusahaan milik negara di Afrika Selatan. Namun pada tahun
2002, Mervyn King yang merupakan perancang king’s report,
52
memberikan anjuran untuk merevisi King I dalam rangka memasukkan
bagian baru mengenai keberlanjutan, manajemen risiko, dan peran dewan
perusahaan (Rensburg dan Botha, 2014). Sehingga, laporan King II dirilis
dengan berfokus pada pelaporan berkelanjutan yang didasari oleh GRI
dan TBL dengan melakukan analisis terhadap berbagai bidang dalam
pelaporan non-keuangan perusahaan (Dumay et al., 2016).
Laporan King II yang telah diterbitkan ternyata dinilai memiliki
kekurangan karena membuat laporan berkelanjutan menjadi berdiri
sendiri dan terpisah dengan aspek-aspek lainnya. Sehingga dirilis The
King Code of Governance Principles for South Africa of 2009 (King III)
yang berisi tentang prinsip-prinsip tata kelola terkait dengan IR sebagai
upaya menyatukan kembali laporan berkelanjutan dengan aspek lainnya.
Kemudian prinsip-prinsip King III tersebut dipadukan ke dalam
persyaratan JSE, sehingga perusahaan yang terdaftar di JSE diharuskan
menerbitkan IR untuk tahun keuangan yang dimulai pada atau setelah 1
Maret 2010, dengan basis “apply or explain” (Steyn, 2014).
Masuknya konsep IR ke dalam prinsip-prinsip King III
mendorong terbentuknya The Integrated Reporting Committee of South
Africa (IRCSA) dibawah kepemimpinan Mervyn E. King SC dengan
tujuan untuk melakukan pengembangan terhadap pedoman praktik IR
yang baik di Afrika Selatan. Pada 25 Januari 2011, IRCSA merilis
discussion paper mengenai kerangka kerja untuk IR yang menjadi
inisiatif nasional pertama pada IR. Kemudian pada Maret 2014, IRCSA
53
mengesahkan kerangka kerja IR yang diterbitkan IIRC untuk perusahaan
di Afrika Selatan dan menghentikan panduannya sendiri yang telah
diterbitkan sebelumnya (Barth, Cahan, Chen, dan Venter, 2015).
Tahun awal Afrika Selatan melaksanakan praktik IR secara
mandatory, perusahaan memilih untuk mengimplementasikan IR dengan
diberikan keleluasaan dalam menentukan apa yang ingin diungkapkan
dan bagaimana cara mengungkapkannya. Akhirnya, timbul variasi
signifikan diantara kualitas IR yang dihasilkan perusahaan-perusahaan di
Afrika Selatan. Sebagai contoh, pada tahap awal perusahaan menuju IR,
beberapa perusahaan hanya melakukan penggabungan antara laporan
pertanggungjawaban sosial (CSR) dengan laporan tahunan menjadi
sebuah laporan gabungan, yang tentu laporan gabungan akan sangat
berbeda dengan IR (Zhou, Simnett, dan Green, 2017).
Perusahaan di Aftika Selatan umumnya mengalami dilema dalam
menentukan seberapa banyak informasi yang harus diungkapkan dalam
IR tahunan perusahaan (Toit et al., 2016). Sementara, beberapa
perusahaan lainnya telah melangkah lebih jauh dalam menerapkan IR
dengan mengkomunikasikan tujuan strategis, model bisnis, risiko dan
peluang perusahaan serta menjelaskan bagaimana faktor-faktor tersebut
saling berhubungan. Sehingga, meskipun semua perusahaan memberikan
judul “integrated reporting” pada laporan mereka, namun antar
perusahaan akan memiliki tingkat kesesuaian atau kualitas dari IR yang
berbeda (Zhou et al., 2017).
54
i. Penerapan Integrated Reporting secara Voluntary
Saat ini, IIRC sedang mendorong perusahaan untuk melakukan
pengungkapan secara voluntary sehingga informasi yang diberikan
menjadi lebih jelas, singkat dan sebanding (Rivera-arrubla et al., 2017).
Meskipun Afrika Selatan adalah negara yang mempimpin dalam jalan
menuju IR, namun pendekatan terkait IR saat ini semakin diadopsi oleh
perusahaan-perusahaan di seluruh dunia (Maniora, 2015). Tidak seperti
Afrika Selatan yang telah mewajibkan perusahaan terdaftar di JSE untuk
mengadopsi IR, beberapa negara lainnya menjalankan praktik IR secara
voluntary seperti Inggris, Belanda, Brazil, Spanyol, Amerika, Singapura
dan Jepang (De Villiers et al., 2014).
Rivera-arrubla et al. (2017) menjelaskan bahwa berdasarkan
tingkat pengungkapan perusahaan yang diukur melalui Disclosure Index
of Integrated Reporting (DIIR), Brazil dan Belanda masuk ke dalam
daftar 10 perusahaan dengan pengungkapan terbaik. Brazil dan Belanda
merupakan negara dengan pengembangan tata kelola perusahaan yang
tinggi serta pengungkapan non-keuangan yang baik. Sedangkan, Amerika
dan Inggris mendapatkan nilai tingkat pengungkapan yang rendah karena
beroperasi dibawah common-law dengan lebih berfokus pada
pengungkapan konten keuangan namun tidak membahas dimensi sosial
dan lingkungan sebagai konten yang relevan untuk diungkapkan.
Perusahaan-perusahaan yang berada di Spanyol, Norwegia,
Swedia, Finlandia dan Prancis dinilai memiliki tingkat pengungkapan
55
yang tinggi sehingga pelaporan perusahaan menjadi lebih transparan.
Diketahui sebanyak 56,45% perusahaan telah dapat mengungkapkan IR
dengan sistem hukum sipil dan penegakan hukum yang kuat pada negara-
negara tersebut (Frias-Aceituno, Rodriguez-Ariza, dan Garcia-Sanchez,
2012). Sejalan dengan negara-negara tersebut yang menjalankan praktik
IR secara voluntary, nyatanya meskipun Jepang menjalankan praktik IR
secara voluntary, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi tingginya
pertumbuhan jumlah perusahaan yang menerbitkan IR di Jepang.
Berdasarkan survei yang dilakukan KPMG pada tahun 2017
menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah perusahaan yang menerbitkan
IR di Jepang, di awali pada tahun 2010 dengan 26 perusahaan dan terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan terbesar terjadi
pada tahun 2015 dari 141 perusahaan di tahun 2014 kemudian meningkat
56% menjadi 220 perusahaan di tahun 2015. Jumlah tersebut kembali
mengalami peningkatan pada tahun 2016 dari 220 perusahaan di tahun
2015 kemudian meningkat 27% menjadi 291 perusahaan di tahun 2016.
Hingga terakhir survei tersebut dilakukan, pada tahun 2017 terdapat 341
perusahaan yang telah menerbitkan IR di Jepang (KPMG, 2018).
Japan’s Ministry of Economy, Trade and Industry (METI)
mendirikan laboratorium pelaporan perusahaan untuk mendukung
terhadap kasus bisnis dan ekonomi pelaksanaan IR di Jepang (Ernst dan
Young, 2014). IR di Jepang mendorong pengenalan tata kelola
perusahaan sehingga manajemen memahami pentingnya menjaga dialog
56
dengan investor dan pemahaman tersebut terus menyebar. Saat ini,
semakin banyak perusahaan yang menjelaskan informasi untuk
menunjukkan efektivitas tata kelola, seperti alasan penunjukkan direksi,
hasil evaluasi dewan dan kebijakan remunerasi sehingga kesadaran serta
inisiatif dalam pembaharuan tata kelola semakin meluas (KPMG, 2018).
Praktik IR di Indonesia dilaksanakan secara voluntary sama
seperti di Jepang dan beberapa negara lainnya. Perusahaan-perusahaan di
Indonesia telah berusaha untuk memasukkan elemen-elemen konten IR
ke dalam laporan tahunan mereka, meskipun mereka masih menggunakan
judul “Annual Reporting”. Hal tersebut sangat penting untuk dilakukan
sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas IR yang mereka
terbitkan. Beberapa perusahaan yang telah memasukkan elemen-elemen
konten IR ke dalam laporan tahunan mereka seperti PT. Aneka Tambang
Tbk, PT Tambang Timah Tbk, PT Pertamina EP, PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk dan lain-lain.
Perusahaan PT. Aneka Tambang Tbk merupakan salah satu
contoh perusahaan yang dinilai telah cukup baik dalam memasukkan
elemen-elemen konten IR ke dalam laporan tahunan perusahaan.
Berdasarkan laporan tahunan PT. Aneka Tambang Tbk pada tahun 2017,
perusahaan tersebut dapat mengungkapkan mengenai kegiatan bisnis,
struktur tata kelola, strategi, kinerja keuangan dan non-keuangan yang
telah dicapai. Selain itu, perusahaan tersebut juga mengungkapkan
mengenai risiko dan peluang apa yang sedang dihadapi termasuk
57
manajemen risiko yang dilaksanakan oleh perusahaan. Namun, laporan
tahunan PT. Aneka Tambang Tbk tidak disajikan secara ringkas.
Perusahaan di Indonesia pada dasarnya telah siap menerbitkan IR
dengan beberapa catatan untuk menambah nilai pada laporan tahunan
mereka. Catatan yang penting untuk diperhatikan yaitu: a. Perusahaan
harus fokus pada pertambahan nilai perusahaan dalam jangka pendek,
menengah dan panjang; b. Perusahaan harus mengungkapkan bagaimana
model bisnis yang digunakan, strategi dan alokasi sumber daya yang
dikelola; c. Perusahaan harus memperhatikan hubungan dengan
stakeholder secara lebih baik; dan d. Perusahaan harus mengungkapkan
materialitas terutama evaluasi dan prioritas pada hal-hal yang relevan
(Setiawan, 2016). Dengan demikian, IR yang diterbitkan berkualitas baik.
6. Risiko Perusahaan
a. Definisi
Alijoyo et al. (2006:93) mendefinisikan risiko sebagai kegagalan
perusahaan dalam meningkatkan nilai pemegang saham secara optimal
yang disebabkan oleh hilangnya kesempatan yang seharusnya dapat
diraih perusahaan. Risiko dinilai bukan hanya sekedar bahaya yang
mungkin akan muncul dan harus dihindari oleh perusahaan. Sedangkan,
menurut Elahi (2014) risiko adalah terjadinya kesenjangan diantara
pengetahuan mengenai alternatif-alternatif pilihan dengan probabilitas
kejadian hasil yang mungkin bagi perusahaan. Kesenjangan tersebut
58
merupakan ketidakpastian sebagai akibat dari kurangnya informasi
mengenai apa yang mungkin terjadi di masa depan.
Menurut Eastburn dan Sharland (2017) risiko merupakan dimensi
potensi kerugian sehingga perusahaan diharuskan untuk selalu
memperhatikan setiap ketidakpastian yang dapat berpotensi menghambat
kinerja perusahaan mendatang. Berdasarkan defisini-difinisi tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa risiko adalah ketidakpastian yang muncul
akibat kurangnya informasi atas kejadian di masa depan. Sehingga
perusahaan dapat kehilangan kesempatan untuk memaksimalkan nilai
pemegang saham. Hal tersebut juga memiliki potensi untuk menghambat
pencapaian tujuan dan dapat membahayakan keberlangsungan
perusahaan.
b. Bentuk-Bentuk Risiko Perusahaan
Keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam mencapai
tujuannya dapat dipengaruhi oleh kondisi tidak pasti yang selalu dihadapi
oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya (Iswajuni,
Manasikana, dan Soetedjo, 2018). Hampir semua kegiatan bisnis yang
dilakukan perusahaan akan dekat dengan risiko. Risiko yang dialami oleh
perusahaan akan berbeda-beda tergantung pada hasil dari keputusan
keuangan, pilihan investasi dan kegiatan operasional yang dijalankan
perusahaan. Oleh karena itu, kegiatan bisnis perusahaan yang semakin
59
berkembang akan membuat risiko bisnis yang dihadapi oleh perusahaan
menjadi lebih rumit (Nobre, Grable, Da Silva, dan Nobre, 2018).
Risiko yang sederhana lebih mudah dipahami oleh perusahaan.
Risiko sederhana seperti kejadian alam terjadi secara berulang (banjir,
badai salju, kekeringan dll) yang berpotensi mengancam perusahaan
dapat diketahui penyebabnya dengan jelas. Dampak negatif yang akan
ditimbulkan dapat diketahui dengan mudah karena tingkat ketidakpastian
pada risiko sederhana yang rendah sehingga perusahaan dapat menangani
risiko tersebut dengan baik. Oleh karena itu, analisis secara statistik dapat
diterapkan untuk menilai risiko sederhana. Namun, kenyataannya tidak
semua risiko sederhana, ada banyak risiko yang tidak dapat dihitung
sebagai fungsi dari probabilitas dan efek (Renn, Klinke, dan Asselt,
2011).
Secara umum, risiko perusahaan dapat dikelompokkan menjadi
risiko systematic dan risiko unsystematic atau risiko idiosyncratic. Risiko
systematic sering disebut juga sebagai risiko pasar karena dapat
mempengaruhi sejumlah aset besar. Salah satu contoh risiko systematic
adalah ketidakpastian dari kondisi perekonomian, inflasi dan tingkat suku
bunga (Jo dan Na, 2012). Oleh karena itu, pendekatan secara menyeluruh
diperlukan untuk menganalisis risiko systematic karena untuk memahami
bahaya yang mungkin muncul diperlukan penilaian dan manajemen risiko
60
yang tidak terbatas pada batasan nasional atau sektor tunggal sehingga
menjadi lebih kompleks dan penuh ketidakpastian (Renn et al., 2011).
Risiko unsystematic atau sering juga disebut sebagai risiko khusus
perusahaan merupakan risiko yang hanya dapat mempengaruhi sejumlah
kecil aset sehingga dikatakan sebagai risiko spesifik perusahaan (Jo dan
Na, 2012). Berbeda dengan risiko systematic, risiko unsystematic tidak
dapat dijelaskan melalui pergerakan pasar yang luas. Gabungan dari
risiko systematic dan risiko unsystematic adalah total risiko perusahaan.
Untuk mengetahui tentang total risiko perusahaan dapat terlihat melalui
volatilitas saham perusahaan yang diukur dengan menggunakan standar
deviasi dari daily stock return perusahaan pada 12 bulan sebelumnya
(Sassen et al., 2016).
c. Penanganan Risiko Perusahaan
Salah satu cara penanganan risiko di dalam perusahaan adalah
dengan meningkatkan pengetahuan mengenai risiko melalui manajemen
risiko perusahaan. Kebutuhan dalam menerapkan manajemen risiko pada
setiap perusahaan berbeda-beda dan sejauh mana akan melibatkan
operasional, perencanan serta strategi perusahaan bergantung pada
tingkat ketidakpastian yang dihadapi. Semakin tinggi tingkat
ketidakpastian dan dampaknya terhadap perusahaan maka kebutuhan
akan manajemen risiko perusahaan dengan tingkat perhatian di dalamnya
61
juga akan semakin tinggi (Elahi, 2014). Oleh karena itu, penting bagi
perusahaan untuk dapat menilai kebutuhan atas manajemen risiko.
Manajemen risiko dapat terhambat apabila kurangnya
pengetahuan sehingga pelaksanaan strategi perusahaan menjadi tidak
efektif dan akan tidak menguntungkan dari segi kualitas dan biaya.
Pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan untuk
mengurangi risiko, sementara perusahaan yang tidak menerapkan
pengetahuannya dengan baik menimbulkan risiko yang sebenarnya dapat
dicegah. Dengan demikian, perusahaan perlu menumbuhkan
pengetahuannya dengan meningkatkan pemahaman perusahaan
mengenai pilihan tindakan alternatif sehingga dapat meningkatkan
kemungkinan keberhasilan perusahaan (Coleman dan Casselman, 2016).
Kualitas manajemen risiko dapat ditingkatkan melalui
implementasi Enterprise Risk Management (ERM) yang menjadi
panduan dalam proses manajemen risiko (Iswajuni et al., 2018). Menurut
Alijoyo et al. (2006:119) ERM merupakan pendekatan yang dapat
menyesuaikan antara strategi, proses, manusia, teknologi dan
pengetahuan dengan tujuan untuk mengevaluasi dan mengelola
ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam proses penciptakan nilai
secara terstruktur. Bagi perusahaan, yang menjadi permasalahan adalah
bagaimana menerapkan ERM ke dalam tindakan nyata. Komite audit
perlu memahami 5 elemen atau proses utama penerapan ERM, yaitu:
62
1. Risk Identification
Proses dalam mengidentifikasi apa saja risiko-risiko yang sedang
dihadapi perusahaan secara sistematis. Pada proses ini akan
menghasilkan daftar risiko perusahaan yang disusun berdasarkan
skala prioritas.
2. Risk Evaluation
Risiko yang telah diidentifikasi akan dievaluasi dan kemudian
dikelompokkan ke dalam pemetaan risiko (risk map) perusahaan.
Pada proses ini akan menghasilkan peta risiko melakukan pembagian
terhadap risiko-risiko yang telah diidentifikasi dalam sedikitnya
empat kriteria, yaitu: a. Risiko yang memiliki dampak tinggi dan
tingkat kemungkinan terjadi tinggi berada pada kuadran I; b. Risiko
yang memiliki dampak tinggi namun tingkat kemungkinan terjadinya
rendah berada pada kuadran II; c. Risiko yang memiliki dampak
rendah namun tingkat kemungkinan terjadinya sangat tinggi berada
pada kuadran III; d. Risiko yang memiliki dampak rendah dan tingkat
kemungkinan terjadinya juga sangat rendah berada pada kuadran IV.
3. Risk Treatment
Proses dalam menangani risiko sistematis. Hal ini dilakukan agar
dampak dan atau frekuensi tingkat kemungkinan terjadinya risiko
dapat diperkecil hingga level dimana risiko tersebut mampu
ditangani dengan baik oleh perusahaan.
63
4. Risk Measurement
Proses dalam mengukur risiko melalui sistem dengan unit ukuran
yang digunakan pada ketiga proses di atas. Pada semua proses harus
menggunakan sistem dan unit ukuran yang konsisten sehingga dapat
memberikan gambaran perbandingan antara satu risiko dengan risiko
yang lainnya.
5. Risk Monitoring
Proses dalam memantau risiko melalui sistem dan mekanisme
pelaporan terhadap keseluruhan proses di atas, baik yang memiliki
sifat substansi seperti metodologi, unit dan dasar pengukuran
maupun yang memiliki sifat proses seperti arah dan jalur pelaporan
yang terjadi antara manajemen lini dengan tim manajemen risiko
perusahaan.
d. Tanggung Jawab dalam Mengawasi Risiko Perusahaan
Pada sistem tata kelola perusahaan, tanggung jawab untuk melihat
potensi risiko yang dapat membahayakan perusahaan dan menilai
efektivitas manajemen risiko terletak pada dewan komisaris perusahaan.
Sedangkan, dewan direksi bertanggung jawab untuk menganalisis dan
mengelola risiko dalam fungsi manajemen risiko serta pengendalian
internal yang kemudian mengirimkan umpan balik kepada dewan
komisaris untuk menunjukkan bahwa fungsi tersebut benar-benar
dilaksanakan (Alijoyo et al., 2006:93). Pembagian tanggung jawab
64
tersebut terjadi pada sistem two-tier sehingga pembagian tanggung jawab
tergantung pada board structure yang digunakan (Hermawan, 2011).
Tata kelola perusahaan harus dapat mengatur tanggung jawab dan
tugas dari dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, manajemen,
audit internal dan eksternal dalam aspek risiko termasuk bagaimana
mengelola risiko dan mengungkapkannya dalam pelaporan perusahaan.
Hal tersebut penting karena stakeholder dan investor perusahaan baik
yang saat ini maupun yang potensial akan sangat membutuhkan
pengungkapan risiko perusahaan untuk menilai ketidakpastian dalam
bisnis. Dengan demikian, perusahaan yang melakukan pengungkapan
risiko secara jelas dan memadai akan membantu pengguna laporan
perusahaan tersebut dalam membuat keputusan yang lebih efektif.
e. Fungsi Pengawasan Risiko Perusahaan oleh Komite Audit
Menurut Alijoyo et al. (2006:95) pada aspek manajemen risiko,
tugas untuk mengawasi risiko utama perusahaan yang dilaksanakan oleh
komite audit akan bergantung pada seberapa jauh pendelegasian
wewenang yang diberikan oleh dewan komisaris perusahaan. Sehingga,
kegiatan pengawasan atas manajemen risiko yang dilaksanakan komite
audit pada masing-masing perusahaan dapat berbeda. Namun, pada
beberapa perusahaan, proses manajemen risiko yang diawasi oleh komite
audit adalah yang memiliki hubungan dengan risiko keuangan sehingga
65
dapat mempengaruhi laporan keuangan perusahaan, termasuk dalam hal-
hal sebagai berikut:
1. Melakukan pengawasan terhadap pengelolaan risiko-risiko utama
(principle risk) perusahaan yang berpotensi dalam mempengaruhi
proses pelaporan keuangan perusahaan.
2. Melakukan pemantauan atas integritas sistem pengendalian internal
yang berhubungan dengan proses pelaporan keuangan dan kepatuhan
pada standar akuntansi.
3. Melakukan pengawasan pada proses audit internal dan eksternal.
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik
yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1
66
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman berikutnya
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Remmer Sassen,
Anne-Kathrin
Hinze dan Inga
Hardeck/2016
“Impact of ESG
Factors on Firm
Risk in Europe”
Independen:
ESG
Dependen:
Firm Risk
Variabel:
Firm Risk
Penelitian Terdahulu
Populasi:
Laporan tahunan
perusahaan dari negara-
nergara di Eropa yang
menjadi bagian dari
database Thomson
Reuters Asset4 dari tahun
2002 hingga 2014.
Penelitian Sekarang
Populasi:
Laporan tahunan
perusahaan terdaftar pada
Tokyo Stock Exchange
(TSE) di Jepang yang
telah menerbitkan IR.
Kinerja sosial perusahaan
secara signifikan
berpengaruh terhadap
risiko perusahaan
67
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman berikutnya
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
2. Abdifatah Ahmed
Haji dan Mutalib
Anifowose/2016
“Audit Committee
and Integrated
Reporting Pratcice:
Does Internal
Assurance Matter?”
Independen:
Overall Audit
Committee
Effectiveness
Specific Audit
Committee
Effectiveness
Dependen:
Integrated
Reporting
Variabel:
Audit
Committee
Effectiveness
Integrated
Reporting
Penelitian Terdahulu
Populasi:
Laporan tahunan
perusahaan yang terdaftar
pada Johannesburg Stock
Exchange (JSE) di Afrika
Selatan pada tahun 2011-
2013.
Penelitian Sekarang
Populasi:
Laporan tahunan
perusahaan terdaftar pada
Tokyo Stock Exchange
(TSE) di Jepang yang
telah menerbitkan IR.
Berdasarkan teori
ekonomi, efektivitas
komite audit secara
keseluruhan berpengaruh
positif terhadap kualitas
IR
Berdasarkan teori sosial-
politik, independensi dan
kompentensi keuangan
komite audit tidak
berpengaruh terhadap
kualitas IR
68
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman berikutnya
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3. Abdullah
Mohammed
Alzharani dan
Khaled Salmen
Aljaaidi/2015
“An Empirical
Investigation of Audit
Committee
Effectiveness and Risk
Management:
Evidence from Saudi
Arabia”
Independen:
Audit Committee
Independence
Audit Committee
Size
Audit Committee
Financial
Expertise
Audit Committee
Meetings
Dependen:
Risk
Management
Activities
Variabel:
Audit
Committee
Penelitian Terdahulu
Sampel:
Perusahaan yang
terdaftar pada Saudi
Stock Exchange
(Tadawul) pada periode
2007-2011.
Penelitian Sekarang
Sampel:
Perusahaan terdaftar
pada Tokyo Stock
Exchange (TSE) di
Jepang yang telah
menerbitkan IR pada
periode 2014-2017.
Ukuran komite audit secara
positif dan signifikan dapat
mempengaruhi kegiatan
manajemen risiko
perusahaan. Ukuran komite
audit yang lebih besar dapat
menambah efektivitas
dalam meningkatkan
kualitas pengendalian
internal dan memantau
kegiatan manajemen risiko
perusahaan
69
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman berikutnya
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
4. M Athtaruddin dan
Hasnah Haron/2015
“Board Ownership,
Audit Committees’
Effectiveness and
Corporate Voluntary
Disclosures”
Independen:
Board
Ownership
Audit
Committee
Effectiveness
Dependen:
Corporate
Voluntary
Disclosures
Variabel:
Audit
Committee
Effectiveness
Penelitian Terdahulu
Sampel:
Laporan tahunan
perusahaan yang
terdaftar Bursa Efek
Malaysia tahun 2008
hingga tahun 2010.
Penelitian Sekarang
Sampel:
Laporan tahunan
perusahaan terdaftar
pada Tokyo Stock
Exchange (TSE) di
Jepang yang telah
menerbitkan IR pada
periode 2014-2017.
Perusahaan dengan tingkat
kepemilikan dewan yang
lebih tinggi untuk
memasukkan direktur yang
lebih independen di dalam
komite audit dapat
meningkatkan tingkat
pengungkapan dan
mengurangi terjadinya
simetri informasi antara
manajemen perusahaan dan
investor
70
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman berikutnya
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
5. Yaismir Adriana
Rivera-Arrubla,
Ana Zorio-Grima
dan María A.
García-Benau/2017
“Integrated Reports:
Disclosure Level and
Explanatory Factors”
Independen:
Region
Industry
Legal origin
Type of Auditor
Application Level
of CSR
Integrated
Reporting
Dependen:
The General
Index (DIIR)
The Partial
Indices (DBM,
DCN, DMT,
DGV and DCR)
Variabel:
Integrated
Reporting
Penelitian Terdahulu
Sampel:
Laporan tahunan dari
91 perusahaan dalam
The International
Integrated Reporting
Council (IIRC)’s pilot
programme.
Penelitian Sekarang
Sampel:
Laporan tahunan
perusahaan terdaftar
pada Tokyo Stock
Exchange (TSE) di
Jepang yang telah
menerbitkan IR pada
periode 2014-2017.
Angka pengungkapan IR
yang diterbitkan oleh
perusahaan dalam The
International Integrated
Reporting Council (IIRC)’s
pilot programme mencapai
tingkat pengungkapan
menengah atau sedang.
Tingkat pengungkapan IR
tersebut secara signifikan
berhubungan dengan
lingkungan spesifik
perusahaan (wilayah dan
industri), jaminan laporan
dan publikasi di situs web
IIRC.
71
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman berikutnya
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
6. Hsu-Huei
Huang/2018
“Audit Committees
and Systematic Risk:
Evidence from
Taiwan’s Regulatory
Change”
Independen:
Corporate
Governance
Audit
Committees
Dependen:
Systematic Risk
Variabel:
Audit
Committees
Penelitian Terdahulu
Sampel:
Perusahaan yang
terdaftar dalam
Taiwan Stock
Exchange pada
periode 2006-2014.
Penelitian Sekarang
Sampel:
Perusahaan terdaftar
pada Tokyo Stock
Exchange (TSE) di
Jepang yang telah
menerbitkan IR pada
periode 2014-2017.
Pembentukan komite audit
tidak memberikan
perubahan signifikan dalam
risiko sistematis pada
sampel perusahaan secara
keseluruhan.
72
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman berikutnya
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
7. Juma Bananuka,
Stephen Korutaro
Nkundabanyanga,
Irene Nalukenge
dan Twaha
Kaawaase/2018
“Internal Audit
Function, Audit
Committees’
Effectiveness and
Accounttability in The
Ugandan Statutory
Corporations”
Independen:
Internal Audit
Function
Audit
Committees’
Effectiveness
Dependen:
Accountability
Variabel:
Audit
Committees’
Effectiveness
Penelitian Terdahulu
Pengumpulan data:
Kuesioner
Sampel: Perusahaan hukum
(Statutory
Corporations) yang
berada di Uganda
Penelitian Sekarang
Pengumpulan data:
Laporan tahunan
perusahaan
Sampel:
Perusahaan terdaftar
pada Tokyo Stock
Exchange (TSE) di
Jepang yang telah
menerbitkan IR pada
periode 2014-2017.
Fungsi audit internal
secara signifikan dapat
berkontribusi dalam
akuntabilitas perusahaan
hukum yang ada di
Uganda
Efektivitas komite audit
tidak memiliki pengaruh
terhadap akuntabilitas
perusahaan hukum
apabila terdapat audit
internal yang efektif
Efektivitas komite audit
hanya dapat
berkontribusi secara
signifikan terhadap
akuntabilitas ketika
fungsi audit internal tidak
ada
73
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman berikutnya
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
8. Ben Kwame Agyei-
Mensah/2018
“The Effect of Audit
Committee
Effectiveness and
Audit Quality on
Corporate Voluntary
Disclosure Quality”
Independen:
Audit Committee
Effectiveness
Audit Quality
Dependen:
Voluntary
Disclosure
Quality
Variabel:
Audit
Committee
Effectiveness
Penelitian Terdahulu
Populasi:
Perusahaan yang
terdaftar pada Ghana
Stock Exchange
(GSE) periode 2013-
2016
Penelitian Sekarang
Populasi:
Perusahaan terdaftar
pada Tokyo Stock
Exchange (TSE) di
Jepang.
Dalam meningkatkan
kualitas pengungkapan
sukarela perusahaan,
terdapat hubungan substitusi
dan komplementer antara
kehadiran auditor Big Four
dengan efektivitas komite
audit
74
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman berikutnya
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
9. Ho Je Jo dan
Haejung Na/2012
“Does CSR Reduce
Firm Risk? Evidence
from Controversial
Industry Sectors”
Independen:
Corporate Social
Responsibility
(CSR)
Dependen:
Firm Risk
Variabel:
Firm Risk
Penelitian Terdahulu
Populasi:
Perusahaan dalam
industri yang
kontroversial seperti
alkohol, tembakau,
judi dan yang lainnya
serta perusahaan
dalam industri non-
kontroversial pada
periode 1991-2010
Penelitian Sekarang
Populasi:
Perusahaan terdaftar
pada Tokyo Stock
Exchange (TSE) di
Jepang.
Efek pengurangan risiko
melalui keterlibatan CSR
lebih signifikan secara
ekonomi dan statistik pada
perusahaan dalam industri
yang kontroversial
dibandingan dengan
perusahaan dalam industri
non-kontroversial
75
Tabel 2.1 (Lanjutan)
NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian
Terdahulu
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
10. Ancella Anitawati
Hermawan/2011
“The Influence of
Effective Board of
Commissioners and
Audit Committee on
The Informativeness
of Earnings:
Evidence from
Indonesian Listed
Firms”
Independen:
The Board of
Commissioner’s
Effectiveness
Audit Committee
Effectiveness
Dependen:
Earnings
Response
Coefficient
(ERC)
Variabel:
Audit
Committee
Effectiveness
Penelitian Terdahulu
Populasi:
Perusahaan yang
terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia (BEI)
periode 2006 dan 2007
Penelitian Sekarang
Populasi:
Perusahaan terdaftar
pada Tokyo Stock
Exchange (TSE) di
Jepang.
Efektivitas komite audit
tidak dapat mempengaruhi
keinformatifan pendapatan.
Analisis lebih lanjut
menunjukkan bahwa
efektivitas komite audit
berpengaruh positif terhadap
ERC pada saat dewan
komisaris tidak menjalankan
perannya secara efektif
76
Berdasarkan tabel hasil-hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa di
dalam tata kelola perusahaan, efektivitas komite audit dapat mempengaruhi kualitas IR
yang diterbitkan perusahaan. Kualitas IR yang baik juga dapat mempengaruhi risiko
perusahaan. Namun, adapula penelitian yang menyatakan bahwa efektivitas komite
audit tidak dapat mempengaruhi risiko perusahaan secara signifikan. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan data sekunder. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Method (SEM). Jurnal
yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah Alzharani dan Aljaaidi (2015), Sassen
et al. (2016) dan Haji dan Anifowose (2016).
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Risiko Perusahaan
Komite audit merupakan salah satu bagian penting dalam mekanisme
tata kelola perusahaan. Komite audit secara umum memiliki peran sebagai
perwakilan dari dewan komisaris perusahaan yang memiliki kewenangan
untuk melaksanakan tanggung jawab meliputi mengawasi dan memantau
pelaporan keuangan yang disusun oleh manajemen, pengendalian internal,
audit internal dan eksternal perusahaan, kepatuhan terhadap peraturan, dan
aktivitas manajemen risiko dalam tata kelola perusahaan. Peran yang
dilaksanakan oleh komite audit tersebut berlaku untuk berbagai jenis
77
organisasi, baik organisasi dalam sektor publik, swasta, dan campuran (Al-
baidhani, 2014).
Perusahaan dengan tata kelola yang efektif termasuk peran komite
auditnya dapat terlihat salah satunya dari kinerja dan kemampuan perusahaan
dalam mengelola risiko perusahaan (Lenard, Bing, York, dan Wu, 2014).
Komite audit memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan menjaga ekuitas
dan kepentingan pemegang saham. Komite audit dapat menjadi bagian dalam
analisis risiko perusahaan termasuk identifikasi risiko, evaluasi, manajemen
dan kontrol (Alzharani dan Aljaaidi, 2015). Oleh karena itu, dalam tata kelola
perusahaan, komite audit dapat menjadi salah satu sarana efektif untuk
mengurangi potensi terjadinya kecurangan pada pelaporan keuangan
perusahaan (Al-baidhani, 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alzharani dan Aljaaidi (2015)
menunjukkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan
terhadap manajemen risiko perusahaan. Perusahaan dengan ukuran komite
audit yang lebih besar dinilai dapat membantu meningkatkan kualitas
pengendalian internal perusahaan sehingga berdampak pada peran yang
dilaksanakan oleh komite audit menjadi lebih efektif. Dengan demikian,
semakin efektif peran komite audit dalam mengawasi risiko, maka risiko
perusahaan akan semakin menurun karena perusahaan dapat lebih
78
mempersiapkan diri dan mengantisipasi terhadap segala kemungkinan risiko
yang dapat terjadi di masa yang akan datang.
Berbeda dengan penelitian tersebut, Huang (2018) dalam penelitiannya
menemukan bahwa pembentukan komite audit pada perusahaan yang berada
di Taiwan tidak dapat memberikan perubahan yang signifikan terhadap risiko
sistematis perusahaan. Hal tersebut dikarenakan pembentukan komite audit
akan memberikan manfaat yang berbeda-beda pada masing-masing
perusahaan di Taiwan sehingga manfaat tertentu yang diperoleh dalam suatu
perusahaan belum tentu akan diperoleh perusahaan lainnya. Dengan demikian
manfaat pembentukan komite audit yang diperoleh perusahaan akan
bergantung pada proses tata kelola dalam perusahaan masing-masing.
Berdasarkan uraian diatas maka:
H1: Efektivitas komite audit berpengaruh negatif terhadap risiko
perusahaan
2. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Kualitas Integrated
Reporting
Pengatur kebijakan dan komite tata kelola perusahaan di seluruh dunia
telah menilai bahwa komite audit berperan penting dalam sistem tata kelola
perusahaan. Pembentukan komite audit di dalam perusahaan menjadi sangat
dibutuhkan, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar dalam
79
bursa efek diharuskan untuk membentuk komite audit (Crisan dan Fulop,
2014). Komite audit dibentuk dalam struktur tata kelola perusahaan untuk
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi perusahaan kepada stakeholder.
Hal tersebut dilakukan oleh komite audit melalui perannya dengan
menyediakan informasi keuangan yang lebih relevan dan dapat diandalkan
(Hermawan, 2011).
Lary dan Taylor (2011) menjelaskan bahwa karakteristik komite audit
yaitu independensi dan kompetensi sangat penting untuk diperhatikan. Hal
tersebut dikarenakan, insiden dan tingkat keparahan penyajian kembali
laporan keuangan perusahaan dapat dikurangi melalui peran komite audit
yang lebih independen dan lebih berkompeten. Komite audit yang lebih sering
melaksanakan pertemuan di dalam perusahaan dapat mendorong independensi
auditor eksternal menjadi lebih tinggi. Dengan demikian, perusahaan yang
memiliki komite audit lebih efektif dapat meningkatkan integritas laporan
keuangan sehingga dapat mengurangi kesalahan terkait dengan laporan
keuangan perusahaan.
Komite audit dapat melaksanakan perannya secara efektif tidak hanya
sebatas pada proses dalam laporan keuangan perusahaan namun dapat meluas
hingga pengungkapan non-keuangan seperti modal intelektual perusahaan.
Hal tersebut membuktikan bahwa komite audit dapat melaksanakan perannya
80
dalam meningkatkan kualitas proses pelaporan secara komprehensif termasuk
sosial, lingkungan, intelektual dan juga keuangan perusahaan. Pengungkapan
informasi keuangan dan informasi non-keuangan dapat terangkum di dalam
IR (Haji, 2015). Dengan demikian, semakin efektif peran komite audit maka
akan semakin membantu pengawasan serta peningkatan pada kualitas IR yang
diterbitkan oleh perusahaan.
Hasil penelitian Haji dan Anifowose (2016) menemukan bahwa
efektivitas komite audit keseluruhan memiliki hubungan positif dan signifikan
dalam meningkatkan kualitas IR perusahaan dari waktu ke waktu. Namun,
penelitian yang dilakukan oleh Bananuka et al. (2017) menyatakan bahwa
pada perusahaan hukum di Uganda, efektivitas komite audit tidak dapat
berpengaruh terhadap akuntabilitas jika dalam perusahaan tersebut audit
internal telah berfungsi secara efektif. Akuntabilitas tersebut mencakup
kepatuhan perusahaan terhadap standar, pencatatan akuntansi dan laporan
keuangan yang juga termasuk dalam kualitas IR. Berdasarkan uraian diatas,
maka:
H2: Efektivitas komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas
integrated reporting
81
3. Pengaruh Kualitas Integrated Reporting terhadap Risiko Perusahaan
Perusahaan yang melakukan peningkatkan dalam transparansi dan
kualitas pelaporan dinilai dapat menyediakan informasi dengan lebih baik.
Menurut sudut pandang stakeholder dan investor baik yang saat ini maupun
yang potensial bagi perusahaan, informasi mengenai pengungkapan risiko
perusahaan sangat dibutuhkan untuk menilai ketidakpastian dalam bisnis
sehingga pengambilan keputusan dapat menjadi lebih efektif (Hassan, 2014).
Selain itu, perusahaan juga perlu memperhatikan dan meningkatkan efisiensi
pelaporan yang akan memiliki dampak pada peningkatkan kinerja dan
penurunan risiko perusahaan. Dengan demikian, dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya risiko di masa yang akan datang (Dah dan Jizi, 2016).
IR secara transparan mengungkapkan informasi keuangan dan informasi
non-keuangan dalam satu bentuk laporan tunggal untuk memenuhi kebutuhan
para pengguna laporan perusahaan. Informasi non-keuangan dapat
diidentifikasikan sebagai informasi mengenai faktor environmental, social
dan governance (ESG) perusahaan. Perusahaan yang mampu menyajikan
faktor ESG dengan baik dapat mengindikasikan bahwa kualitas IR perusahaan
tersebut semakin baik. Faktor ESG dapat dijadikan sebagai indikator dalam
kinerja sosial perusahaan yang apabila diintegrasikan ke dalam strategi dan
82
operasi perusahaan secara keseluruhan dinilai dapat menurunkan tingkat
risiko perusahaan (Sassen et al., 2016).
Kinerja sosial perusahaan juga dapat terlihat melalui sejauh mana
perusahaan memperhatikan aspek CSR. Perusahaan yang memperhatikan
aspek CSR dapat menumbuhkan kesadaran risiko yang lebih baik. Perusahaan
menjadi lebih bijaksana dengan mempersiapkan diri terhadap segala
kemungkinan peristiwa yang dapat merugikan sehingga dapat mengurangi
tingkat keparahan peristiwa tersebut (Nguyen dan Nguyen, 2015). Perusahaan
dengan kinerja sosial yang lebih baik mempu mengurangi biaya modal
melalui penurunan risiko perusahaan. Investor akan tertarik dengan
perusahaan yang memiliki kinerja sosial lebih baik (Dhaliwal, Li, Tsang, dan
Yang, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sassen et al. (2016) mengenai
dampak kinerja sosial perusahaan yang dioperasionalisasikan melalui faktor
ESG dan faktor-faktor tata kelola terhadap risiko perusahaan di Eropa,
menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja sosial yang tinggi
dapat mengurangi risiko systematic, risiko unsystematic dan total risiko
perusahaan. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, Oikonomou, Brooks,
dan Pavelin (2012) menemukan bahwa kinerja sosial berhubungan negatif
dengan risiko perusahaan dan perusahaan yang tidak memperhatikan kinerja
83
sosialnya berhubungan positif dengan risiko keuangan perusahaan. Dengan
demikian, semakin baik kualitas IR yang diterbitkan oleh perusahaan maka
risiko perusahaan akan semakin menurun.
Penelitian yang dilakukan oleh Barnea dan Rubin (2010)
mendokumentasikan bahwa perusahaan yang memiliki perhatian terhadap
kinerja sosial dengan melaksanakan tanggung jawab sosial lebih besar dapat
mengalami peningkatan pada beban sosial perusahaan. Sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya konflik diantara pemegang saham perusahaan. Hal
tersebut dapat terjadi karena bagi perusahaan yang memberikan keamaan
kerja yang lebih besar termasuk kesehatan dan pensiun yang dijanjikan oleh
perusahaan dapat menjadi sumber risiko perusahaan. Oleh karena itu,
perhatian perusahaan terhadap kinerja sosial tidak selalu menguntungkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka:
H3: Kualitas integrated reporting berpengaruh negatif terhadap risiko
perusahaan
4. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Risiko Perusahaan Melalui
Kualitas Integrated Reporting
Komite audit memiliki peran untuk melaksanakan fungsi pengawasan di
dalam tata kelola perusahaan. Komite audit dituntut untuk bertanggung jawab
atas proses akuntansi, pelaporan dan audit dalam rangka memastikan bahwa
84
komunikasi perusahaan kepada pengguna pelaporan perusahaan telah
dilaksanakan secara terintegrasi dan transparan (Rahim, Johari, dan Takril,
2015). Komite audit juga berperan untuk melakukan pengawasan terhadap
risiko-risiko yang berpotensi menganggu keberlangsungan perusahaan dan
memantau sejauh mana manajemen risiko telah dilaksanakan oleh direksi atau
Chief Risk Officer (CRO) perusahaan. Namun, peran yang dimiliki oleh
komite audit saat ini menjadi sangat kompleks (Saputra, 2014).
Pendekatan yang dapat digunakan untuk membantu komite audit dalam
menurunkan risiko, salah satunya adalah melalui implementasi IR. IR
menyediakan laporan tunggal secara terintegrasi mengenai informasi
keuangan dan informasi non-keuangan perusahaan (De Villiers et al., 2016).
Komite audit dapat mendorong meningkatkan kualitas IR perusahaan
sehingga IR yang berkualitas dapat digunakan sebagai sarana untuk
memberikan informasi-informasi penting perusahaan. Informasi tersebut
digunakan memenuhi kebutuhan pengguna laporan perusahaan sehingga
pengguna laporan perusahaan dapat menilai risiko perusahaan sebagai upaya
membantu pengambilan keputusan yang lebih efekif.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marx dan Watt (2010) menunjukkan
bahwa pada perusahaan yang telah menerbitkan IR, komite audit memiliki
peran yang sangat penting. Komite audit akan memiliki tanggung jawab untuk
85
melakukan fungsi pengawasannya terhadap IR yang telah diterbitkan
perusahaan. Komite audit akan mengawasi dan menilai sejauh mana
perusahaan telah mengimplementasikan elemen-elemen IR. Oleh karena itu,
efektivitas komite audit dalam melaksanakan perannya menjadi sangat
penting karena komite audit yang berperan secara efektif akan membantu dan
mendorong peningkatan kualitas IR perusahaan dengan lebih
mengimplementasikan elemen-elemen IR ke dalam pelaporan perusahaan.
Haji dan Anifowose (2016) dalam penelitiannya menemukan bahwa
efektivitas komite audit secara keseluruhan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas IR. Semakin efektif komite audit melaksanakan perannya
sebagai penyedia jaminan internal dalam fungsi pengawasan maka akan
semakin baik kualitas IR yang diterbitkan dengan memeriksa proses pelaporan
perusahaan agar terhindar dari kesalahan dan kecurangan sehingga melalui
kualitas IR yang baik dapat menurunkan risiko perusahaan. Namun, penelitian
yang dilakukan oleh Wamba et al. (2017) menunjukkan bahwa upaya
menurunkan risiko harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang dialami
oleh perusahaan masing-masing. Berdasarkan uraian di atas maka:
H4: Efektivitas komite audit berpengaruh negatif terhadap risiko
perusahaan melalui kualitas integrated reporting
86
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.1
Gambar 2.1 (lanjutan)
(bersambung pada halaman berikutnya)
Komite audit saat ini memiliki peran yang sangat kompleks termasuk
melaksanakan pengawasan atas risiko-risiko dan memantau sejauh mana
manajemen risiko perusahaan telah dilaksanakan. Integrated reporting dapat
menjadi salah satu pendekatan yang digunakan untuk menurunkan risiko
perusahaan dengan mengintegrasikan kembali informasi keuangan dan
informasi non-keuangan dalam meningkatkan kegunaan dari pelaporan
sehingga dapat memenuhi kebutuhan stakeholder perusahaan. Pemenuhan
kebutuhan stakeholder tersebut dapat membantu menjamin keberlangsungan
perusahaan dalam jangka panjang dan mengurangi kemungkinan terjadinya
risiko.
Variabel Independen Variabel Intervening Variabel Dependen
Efektivitas Komite
Audit
(X)
Hermawan
(2011);
Alzharani dan
Aljaaidi (2015);
Bananuka et al.
(2018)
Kualitas Integrated
Reporting
(Y)
Abdifatah
Ahmed Haji
dan Mutalib
Anifowose
(2016); Zhou et
al. (2017)
Risiko Perusahaan
(Z)
Ho Je dan
Haejung Na
(2012);
Sassen et al.
(2016);
H2
H4
H3
H1
87
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Metode Analisis: SEM (STATA)
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Simpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran
88
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh dari variabel independen
yaitu efektivitas komite audit terhadap variabel dependen yaitu risiko perusahaan
secara langsug maupun tidak langsung melalui kualitas IR sebagai variabel
intervening. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar pada Tokyo
Stock Exchange (TSE) di Jepang dalam periode 2014-2017. Penelitian ini
merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif dengan data
sekunder.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan terdaftar pada Tokyo
Stock Exchange (TSE) di Jepang yang telah menerbitkan IR. Hingga tahun 2017,
terdapat 341 perusahaan yang terdaftar pada TSE dan telah menerbitkan IR.
Sedangkan, sampel yang dipilih adalah perusahaan terdaftar pada TSE di Jepang
yang telah menerbitkan IR pada periode 2014-2017. Jepang dipilih sebagai sampel
dalam penelitian ini karena Jepang merupakan salah satu negara yang
melaksanakan praktik IR secara voluntary dan dinilai memiliki kualitas IR yang
89
baik (KPMG, 2018). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan cara
menetapkan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan tujuan pada penelitian ini untuk
memberikan jawaban atas permasalahan yang ada. Berikut adalah kriteria-kriteria
dalam menentukan sampel yang ditentukan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Perusahaan terdaftar di Tokyo Stock Exchange (TSE) yang telah menerbitkan
IR hingga tahun 2017
b. Perusahaan dengan data tersedia sehingga dapat diakses
c. Perusahaan tidak termasuk industri keuangan karena karakteristik yang
dimiliki berbeda
d. Perusahaan dengan data yang lengkap sehingga memiliki seluruh data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder. Data
untuk variabel efektivitas komite audit dan variabel kualitas IR diperoleh dari
laporan tahunan perusahaan yang diakses melalui situs resmi perusahaan masing-
masing dan di TSE dengan mengunduh (download) laporan tersebut secara
manual. Sedangkan data-data keuangan yang diperlukan untuk mengukur variabel
risiko dan variabel kontrol lainnya diperoleh melalui datastream. Tabel
kelengkapan data penelitian dapat dilihat pada lampiran dalam penelitian ini.
90
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah risiko perusahaan. Risiko
perusahaan merupakan ketidakpastian atas kejadian di masa yang akan datang
yang berpotensi menghambat perusahaan dalam mencapai tujuan strategisnya
dan menganggu keberlangsungan perusahaan jangka panjang. Risiko muncul
sebagai akibat dari kurangnya informasi atau pengetahuan mengenai pilihan-
pilihan alternalif yang dapat dipilih dengan kemungkinan hasil yang dapat
diraih oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat kehilangan kesempatan
untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan pemegang saham. Risiko
menempatkan perusahaan dalam kemungkinan kerugian sehingga perusahaan
perlu melakukan tindakan antisipasi terhadap risiko tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sassen et al. (2016) risiko
perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total risiko melalui volatilitas
saham perusahaan. Total risiko perusahaan dapat dihitung dengan
menggunakan standar deviasi dari daily stock return perusahaan selama 12
bulan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan periode dari bulan April
hingga Maret.
91
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah efektivitas komite
audit. Komite audit merupakan salah satu bagian penting dalam tata kelola
perusahaan yang bertindak sebagai perwakilan dan penasihat dewan direksi,
manajemen, audit internal dan eksternal perusahaan. Komite audit
melaksanakan fungsi pengawasan termasuk dalam mengawasi risiko-risiko
dan memantau pelaksanaan manajemen risiko perusahaan. Perusahaan perlu
melakukan penilaian secara berkala untuk mengukur efektivitas komite audit
dalam melaksanakan perannya. Efektivitas komite audit dapat dinilai melalui
karakteristik yang dimiliki oleh komite audit itu sendiri dan dikaitkan dengan
pelaksanaan perannya di dalam perusahaan.
Efektivitas komite audit dapat diukur dengan menggunakan item-item
ceklis pertanyaan yang dikembangkan oleh Hermawan (2011). Terdapat 11
pertanyaan dalam ceklis tersebut yang terdiri dari 8 pertanyaan mengenai
audit committee activities, 1 pertanyaan mengenai audit committee size, dan 2
pertanyaan mengenai audit committee expertise and competence. Terdapat 3
kemungkinan penilaian untuk setiap pertanyaan yaitu Good, Fair, dan Poor.
Setiap penilaian akan diberikan nilai 3 untuk Good, 2 untuk Fair, dan 1 untuk
Poor atau untuk informasi yang tidak memadai. Dengan demikian, untuk
komite audit skor maksimal adalah 33 dan skor minimal 11.
92
3. Variabel Intervening
Variabel intervening dalam penelitian ini adalah kualitas IR. IR
merupakan konsep pendekatan pelaporan terbaru dengan mengintegrasikan
kembali informasi keuangan dengan informasi non-keuangan perusahaan. IR
menyediakan komunikasi singkat terhadap penciptaan nilai jangka pendek,
menengah dan panjang mengenai strategi, tata kelola, kinerja dan peluang
perusahaan dimasa yang akan datang kepada pengguna pelaporan perusahaan.
IR hadir untuk mengatasi kritik atas permasalahan yang timbul akibat
kekurangan-kekurangan pelaporan perusahaan sebelumnya sehingga
diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih baik terhadap
penggunanya (IIRC, 2013).
Kualitas IR diukur dengan menggunakan item-item ceklis pertanyaan
yang dikembangkan oleh Zhou et al. (2017). Terdapat 31 pertanyaan yang
terdiri dari 5 pertanyaan mengenai organizational overview and operating
context, 4 pertanyaan mengenai governance, 2 pertanyaan mengenai
opportunities and risks, 4 pertanyaan mengenai strategy and resource
allocation plans, 3 pertanyaan mengenai business model, 7 pertanyaan
mengenai performance and outcomes, 3 pertanyaan mengenai future outlook
dan 3 pertanyaan mengenai other elements. Masing-masing pertanyaan diberi
93
nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Dengan demikian, total skor
maksimal adalah 31 dan total skor minimum adalah 0.
4. Variabel Kontrol
Pada suatu penelitian berbagai variabel independen dapat berkaitan
dengan variabel dependen. Peneliti dapat mengontrol variabel relevan lainnya
yang dapat mempengaruhi hubungan yang sedang diteliti. Beberapa variabel
kontrol digunakan dalam penelitian ini untuk mengendalikan variabel lain
yang dapat mempengaruhi variabel dependen (Atinc dan Simmering, 2012).
a. Variabel Kontrol untuk Risiko Perusahaan
Penelitian ini menggunakan variabel kontrol berdasarkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Sassen et al. (2016). Beberapa variabel
kontrol digunakan dalam penelitian ini untuk mengendalikan variabel lain
yang dapat mempengaruhi variabel risiko perusahaan. Variabel kontrol
yang digunakan yaitu ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (ROA),
tingkat utang (LEV), pertumbuhan (MTB), Dividen (DIV), jenis industri
(IND) dan tahun penelitian (YEAR). Berikut diuraikan pengukuran untuk
masing-masing variabel:
1. Ukuran Perusahaan
Peluang untuk mengimplementasikan strategi dalam mengurangi
risiko lebih mungkin dilakukan bagi perusahaan yang berukuran
94
lebih besar (Nguyen dan Nguyen, 2015). Penelitian ini menggunakan
variabel ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural dari
total aset (Sassen et al., 2016).
2. Profitabilitas
Perubahan pada risiko perusahaan tergantung dengan kinerja
perusahaan sebelumnya. Manajer akan mencoba untuk mencapai
target kinerja perusahaan saat ini dengan mengambil risiko lebih
banyak pada investasi apabila kinerja perusahaan sebelumnya tidak
mencapai target. Sehingga perusahaan yang memiliki kinerja rendah
akan menghadapi risiko yang lebih besar (Mathew, Ibrahim, dan
Archbold, 2016). Penelitian ini menggunakan variabel profitabilitas
yang diukur dengan Return on Assetss (ROA) yaitu laba bersih dibagi
total aset (Sassen et al., 2016).
3. Tingkat Utang
Perusahaan dengan debt ratio yang tinggi maka semakin tinggi
tingkat hutang yang dimiliki dan akan semakin meningkatkan risiko
yang dihadapi perusahaan (Li, Jr, dan Yost, 2013). Penelitian ini
menggunakan variabel tingkat utang yang diukur dengan total
liabilitas dibagi dengan total aset perusahaan (Sassen et al., 2016).
95
4. Pertumbuhan Perusahaan
Perusahaan dengan pertumbuhan yang baik akan lebih memiliki
peluang untuk memperluas dan mengerjakan proyek baru sehingga
akan memberikan dampak terhadap risiko perusahaan (Mathew,
Ibrahim, dan Archbold, 2018). Penelitian ini menggunakan variabel
pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rasio market-to-book
value of equity yaitu nilai pasar ekuitas perusahaan dibagi dengan
nilai buku ekuitas (Sassen et al., 2016).
5. Dividen
Dividen yang dibayarkan oleh perusahaan berhubungan dengan
harga saham perusahaan (Wamba et al., 2017). Investor dan
pemegang saham menghargai perusahaan yang memberikan bayaran
dividen sehingga akan mempengaruhi risiko perusahaan. Penelitian
ini menggunakan variabel dividen yang diukur dengan dividend
payout ratio. Dihitung melalui dividen per saham dibagi dengan laba
per saham (Sassen et al., 2016).
6. Jenis Industri dan Tahun
Penelitian ini menggunakan jenis industri dan tahun sebagai dummy
variable. Jenis industri yang berbeda akan menghadapi risiko yang
berbeda dan risiko yang dialami perusahaan akan berbeda setiap
96
tahunnya (Mathew et al., 2016). Jenis industi dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok. Diberi nilai 1 hingga 9 untuk industri
yang sejenis. Untuk angka tahun diberikan nilai 1 hingga 4 untuk
setiap tahunnya.
b. Variabel Kontrol untuk Kualitas Integrated Reporting
Penelitian ini menggunakan variabel kontrol berdasarkan pada
penelitian-penelitian sebelumnya, seperti Frías-aceituno et al. (2013), Lee
dan Yeo (2016), Baboukardos dan Rimmel (2016) dan García-Sánchez
dan Noguera-Gámez (2017). Beberapa variabel kontrol digunakan dalam
penelitian ini untuk mengendalikan variabel lain yang dapat
mempengaruhi variabel kualitas IR. Variabel kontrol yang digunakan
yaitu ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (ROA), tingkat utang
(LEV), pertumbuhan (MTB), dan jenis industri (IND). Berikut adalah
penjelasan dari pengukuran untuk masing-masing variabel:
1. Ukuran Perusahaan
Perusahaan yang berukuran lebih besar memiliki sejumlah
karakteristik perusahaan yang berbeda seperti berbagai jenis produk
yang lebih beragam, jaringan distribusi yang lebih kompleks dan
penggunaan pasar modal yang lebih luas untuk pembiayaan.
Sehingga karakteristik tersebut akan membuat perusahaan yang
97
berukuran lebih besar berbeda dari perusahaan yang berukuran lebih
kecil (Frias-Aceituno, Rodríguez-Ariza, dan Garcia-Sánchez, 2014).
Penelitian ini menggunakan variabel ukuran perusahaan yang diukur
dengan logaritma natural dari total aset (Frias-Aceituno et al., 2013;
Lee dan Yeo, 2016; Baboukardos dan Rimmel, 2016; García-
Sánchez dan Noguera-Gámez, 2017).
2. Profitabilitas
Perusahaan yang menguntungkan akan mencegah penurunan harga
saham perusahaan mereka dengan mempublikasikan informasi
keuntungannya. Hal tersebut dilakukan untuk membedakan
perusahaan mereka dengan perusahaan lainnya yang kurang berhasil
dalam mendapatkan keuntungan (Frias-Aceituno et al., 2014).
Penelitian ini menggunakan variabel profitabilitas yang diukur
dengan Return on Assetss (ROA) yaitu laba bersih dibagi total aset
(Frías-aceituno et al., 2013; Lee dan Yeo, 2016; García-Sánchez dan
Noguera-Gámez, 2017).
3. Tingkat Utang
Tingkat utang yang dimiliki perusahaan berdampak pada praktik
pelaporan perusahaan, meskipun hasil yang berlawanan ditunjukkan
dalam beberapa penelitian sebelumnya (Haji dan Anifowose, 2016).
98
Penelitian ini menggunakan variabel tingkat utang yang diukur
dengan total liabilitas dibagi dengan total aset perusahaan
(Baboukardos dan Rimmel, 2016; Lee dan Yeo, 2016).
4. Pertumbuhan Perusahaan
Informasi lebih besar akan diungkapkan oleh perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Hal tersebut lakukan untuk
mengurangi asimetri informasi (Frias-Aceituno et al., 2012).
Penelitian ini menggunakan variabel pertumbuhan perusahaan yang
diukur dengan rasio market-to-book value of equity yaitu nilai pasar
ekuitas perusahaan dibagi dengan nilai buku ekuitas (Frias-Aceituno
et al., 2013; Lee dan Yeo, 2016; García-Sánchez dan Noguera-
Gámez, 2017).
5. Jenis Industri
Jenis industri sering digunakan untuk menghitung jumlah
pengungkapan informasi yang disediakan oleh perusahaan. Pada
penelitian ini jenis industri merupakan dummy variable, industri
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Diberi nilai 1 hingga 9
untuk industri yang sejenis (Frias-Aceituno et al., 2013;
Baboukardos dan Rimmel, 2016; Lee dan Yeo, 2016).
99
Tabel 3.1
Operasional Variabel
No Variabel Dimensi Pengukuran Skala Sumber
1. Efektivitas
Komite
Audit
1. Aktivitas
komite audit
2. Ukuran komite
audit
3. Keahlian dan
kompetensi
komite audit
1. Good
diberi nilai
3
2. Fair diberi
nilai 2
3. Poor diberi
nilai 1
Interval Hermawan
(2011)
2. Kualitas
Integrated
Reporting
1. Organizational
overview and
operating
context
2. Governance
3. Opportunities
and risks
4. Strategy and
resource
allocation
plans
5. Business
model
6. Performance
and outcomes
7. Future outlook
8. Other elements
1. Nilai
minimum
= 0
2. Nilai
maksimum
= 1
Rasio Zhou et al.
(2017)
3. Risiko
Perusahaan
- Total risiko Rasio Sassen et al.
(2016)
100
No Variabel Dimensi Pengukuran Skala Sumber
4. Ukuran
Perusahaan
- Logaritma
natural dari
total aset
Rasio Frías-aceituno
et al. (2013),
Lee dan Yeo
(2016),
Baboukardos
dan Rimmel
(2016), Sassen
et al. (2016)
dan García-
Sánchez dan
Noguera-
Gámez (2017)
5. Profitabilitas - Return on
Assetss
(ROA) yaitu
laba bersih
dibagi total
aset
Rasio Frías-aceituno
et al. (2013),
Lee dan Yeo
(2016), Sassen
et al. (2016)
dan García-
Sánchez dan
Noguera-
Gámez( 2017)
6. Tingkat
Utang
- Total
liabilitas
dibagi dengan
total aset
perusahaan
Rasio Lee dan Yeo
(2016),
Baboukardos
dan Rimmel
(2016) dan
Sassen et al.
(2016)
7. Pertumbuhan
Perusahaan
- Rasio market-
to-book value
of equity yaitu
nilai pasar
ekuitas
perusahaan
dibagi dengan
nilai buku
ekuitas
Rasio Frías-aceituno
et al. (2013),
Lee dan Yeo
(2016), Sassen
et al. (2016)
dan García-
Sánchez dan
Noguera-
Gámez( 2017)
101
No Variabel Dimensi Pengukuran Skala Sumber
8. Dividen - Dividend
payout ratio
yaitu dividen
per saham
dibagi dengan
laba per
saham
Rasio Sassen et al.
(2016)
9. Jenis Industri - Diberi nilai 1
hingga 9
untuk industri
yang sejenis.
Nominal Frías-aceituno
et al. (2013),
Lee dan Yeo,
(2016), Sassen
et al. (2016)
dan
Baboukardos
dan Rimmel
(2016)
10. Tahun - Diberikan
nilai 1 hingga
4 untuk setiap
tahunnya
Nominal Sassen et al.
(2016)
E. Metode Analisa Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Structural Equation Modelling (SEM) untuk membuktikan hipotesis baik
pengaruh langsung dan tidak langsung dengan menggunakan bantuan software
STATA Versi 13. STATA merupakan software statistik yang dapat digunakan
untuk pengujian dan manajemen data yang intuitif. STATA menyediakan mode
102
interaktif yang fleksibel sehingga sangat mudah digunakan. STATA dapat
melakukan berbagai macam prosedur statistik dengan metode point-and-click.
Namun, dataset yang terlalu besar sulit untuk ditangani pada software ini.
Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dengan tujuan untuk
melihat sebaran data dari masing-masing variabel pada model. Statistik
deskriptif akan memberikan gambaran atau deskripsi mengenai data seperti
nilai rata-rata (mean), nilai maksimal, nilai minimal dan standar deviasi
(Ghozali, 2013:19).
2. Uji Reliabilitas
Pada penelitian kuantitatif, reliabilitas merujuk kepada konsistensi,
stabilitas dan pengulangan hasil sehingga dapat diandalkan. Uji reliabilitas
merupakan uji kepercayaan terhadap pengukuran yang digunakan dalam
penelitian. Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
seberapa konsisten hasil pengukuran dengan terbebas dari bias dan error.
Reliabilitas pengukuran dapat diketahui melalui nilai cronbach alpha.
Koefisien reliabilitas berada diantara 0 sampai 1. Nilai 1 dimiliki oleh
reliabilitas yang sempurna sedangkan, nilai 0 dimiliki oleh reliabilitas yang
tidak sempurna. Dengan demikian, apabila pengukuran yang digunakan
103
semakin reliable maka hasil pengujian akan semakin baik sehingga peluang
membuat keputusan yang benar dalam penelitian dapat meningkat (Mohajan,
2017).
3. Structural Equation Model (SEM)
Menurut Fox (2008) Structural Equation Model (SEM) merupakan
model regresi multiple-equation dimana dalam satu persamaan regresi,
variabel respon dapat menjadi variabel penjelas pada persamaan lainnya dan
dapat saling mempengaruhi. Pengaruh tersebut dapat dilakukan baik secara
langsung atau tidak langsung. Metode SEM dapat digunakan untuk berbagai
disiplin ilmu seperti biostatistik, ekonometrik, psikometri dan statistik sosial.
Penelitian ini menggunakan SEM dengan aplikasi STATA versi 13. Berikut
adalah beberapa langkah pengujian yang dilakukan, yaitu:
a. Pengujian Model Penelitian
Pengujian model penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah model yang digunakan telah cocok
(fit). Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan melihat nilai prob>chi2.
Sebelum melakukan pengujian model, peneliti harus dapat membuat
model penelitian yang akan digunakan. Menurut Ferdinand (2014:46)
berikut adalah langkah-langkah pemodelan SEM:
104
1. Pengembangan model teoritis
Pada pemodelan SEM akan diawali dengan melakukan
pencarian dan pengembangan sebuah model yang memiliki dasar
teori yang kuat. Telaah pustaka sangat penting untuk dilakukan
sebagai serangkaian ekspolasi ilmiah untuk memperoleh dasar teori
yang kuat pada model teoritis yang dikembangkan. Hal tersebut
dilakukan karena SEM hanya digunakan untuk mengkonfirmasi
model teoritis melalui data empirik, bukan untuk menghasilkan
sebuah model. Dengan demikian, model yang digunakan dalam
penelitian harus memiliki dasar teori yang kuat.
Penelitian ini menggunakan SEM untuk mengkonfimasi model
dengan menguji pengaruh efektivitas komite audit sebagai variabel
independen, kualitas IR sebagai variabel intervening dan risiko
perusahaan sebagai variabel dependen baik secara langsung maupun
tidak langsung. Model penelitian yang digunakan pada penelitian ini
telah memiliki dasar teori yang kuat dan berdasarkan pada hasil
penelitian-penelitian terdahulu.
2. Pengembangan diagram alur (path diagram)
Path diagram akan menggambarkan model teoritis yang telah
dibangun sehingga akan mempermudah dalam melihat hubungan-
105
hubungan kausalitas yang diuji. Berdasarkan telaah pustaka yang
telah dilakukan pada pengembangan model teoritis, penelitian ini
memiliki empat hipotesis yang dapat dilihat pada Bab II. Hipotesis-
hipotesis tersebut kemudian dikembangkan menjadi gambar sebagai
berikut:
Gambar 3.1
Model Struktural Variabel Penelitian
AC IRQ
LEV SIZE GROWTH
RISK αRISKit IRQit αIRQit ACit
αRISKit ACit
αIRQit INDit
αIRQit LEVit
αIRQit GROWTHit
ε1
ε2
αRISKit ROAit
ROA IND YEAR DPR
αRISKit DPRit
αIRQit ROAit
106
Keterangan:
AC : Efektivitas Komite Audit IRQ : Kualitas IR RISK : Risiko perusahaan DPR : Dividen ROA : Profitabilitas LEV : Tingkat utang SIZE : Ukuran perusahaan GROWTH : Pertumbuhan perusahaan IND : Jenis industri YEAR : Tahun Penelitian α : Koefisien jalur ε1 : Variabel lain yang mempengaruhi kualitas IR ε2 : Variabel lain yang mempengaruhi risiko perusahaan
Berdasarkan gambar di atas, pada pemodelan SEM, variabel-
variabel laten yang digunakan dibagi menjadi variabel laten eksogen
dan variabel lanten endogen. Variabel laten eksogen dapat disebut
juga sebagai variabel independen yakni variabel yang dapat
mempengaruhi nilai dari variabel lain pada model. Sedangkan,
variabel laten endogen dapat disebut juga sebagai variabel dependen,
yakni variabel yang dipengaruhi oleh variabel eksogen pada model
tersebut. Pengaruh yang diberikan variabel eksogen terhadap
variabel endogen dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung.
107
Pada penelitian ini, efektivitas komite audit mempengaruhi
risiko perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga efektivitas komite audit merupakan variabel laten eksogen.
Sedangkan, kualitas IR dan risiko digunakan sebagai variabel
endogen karena dipengaruhi oleh efektivitas komite audit. Variabel
kontrol yang digunakan pada penelitian ini seperti dividen,
profitabilitas, tingkat utang, ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, industri dan tahun merupakan variabel laten eksogen
karena memberikan pengaruh terhadap kualitas IR dan risiko
perusahaan.
3. Konversi diagram alur ke dalam persamaan
Mengkonversi spesifikasi model ke dalam rangkaian
persamaan dapat dilakukan setelah model teoritis dikembangkan dan
digambarkan pada path diagram. Berdasarkan pada gambar 3.1
model struktural variabel penelitian, terdapat dua sub struktural
sebagai berikut:
a. Sub struktur pertama
Pada hipotesis 1, 3 dan 4 menyatakan terdapat hubungan
antar variabel yaitu pengaruh efektivitas komite audit (ACit)
terhadap risiko perusahaan (RISKit), pengaruh kualitas IR
108
(IRQit) terhadap risiko perusahaan (RISKit), dan pengaruh
efekivitas komite audit (ACit) terhadap risiko perusahaan
(RISKit) melalui kualitas IR (IRQit) yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 3.2
Sub Struktur Pertama
Berdasarkan gambar 3.2 di atas, diketahui bahwa terdapat
pengaruh variabel AC, IRQ, DPR, ROA, LEV, SIZE,
GROWTH, IND, YEAR terhadap variabel RISK. Koefisien
jalur αRISKitACit menunjukkan pengaruh langsung variabel AC
terhadap variabel RISK. Koefisien jalur αRISKitIRQit
AC IRQ
LEV SIZE GROWTH
RISK αRISKit IRQit αIRQit ACit
αRISKit ACit
εi
t
αRISKit ROAit
ROA IND YEAR DPR
αRISKit DPRit
109
menunjukkan pengaruh langsung variabel IRQ terhadap variabel
RISK. Koefisien jalur αRISKitDPRit, αRISKitROAit,
αRISKitLEVit, αRISKitSIZEit, αRISKitGROWTHit,
αRISKitINDit, dan αRISKitYEARit menunjukkan pengaruh
langsung variabel kontrol terhadap variabel RISK. Sedangkan
koefisien jalur αRISKitACit.αRISKitIRQit menunjukkan
pengaruh tidak langsung variabel AC terhadap variabel RISK
melalui variabel IRQ. Menghitung besarnya pengaruh variabel
AC, IRQ, dan variabel kontrol terhadap variabel RISK dapat
dihitung sebagai berikut:
1. Pengaruh variabel AC terhadap variabel RISK secara parsial
Pengaruh
langsung AC
terhadap RISK
αRISKitACit . αRISKitACit = (αRISKitACit)2=α11
Pengaruh tidak
langsung
melalui IRQ
αRISKitACit . αRISKitACit . αRISKitIRQ= α 12
Total pengaruh
variabel AC
terhadap RISK
α11 + α12 = α1
2. Pengaruh variabel IRQ terhadap Variabel RISK secara
parsial
Pengaruh
langsung IRQ
terhadap RISK
αRISKitIRQit . αRISKitIRQit = (αRISKitIRQit)2 = α2
110
3. Pengaruh variabel DPR sebagai variabel kontrol terhadap
RISK secara parsial
Pengaruh
langsung DPR
terhadap RISK
αRISKitDPRit . αRISKitDPRit = (αRISKitDPRit)2= α3
4. Pengaruh variabel ROA sebagai variabel kontrol terhadap
RISK secara parsial
Pengaruh
langsung ROA
terhadap RISK
αRISKitROAit . αRISKitROAit = (αRISKitROAit)2= α4
5. Pengaruh variabel LEV sebagai variabel kontrol terhadap
RISK secara parsial
Pengaruh
langsung LEV
terhadap RISK
αRISKitLEVit . αRISKitLEVit = (αRISKitLEVit)2= α5
6. Pengaruh variabel SIZE sebagai variabel kontrol terhadap
RISK secara parsial
Pengaruh
langsung SIZE
terhadap RISK
αRISKitSIZEit . αRISKitSIZEit = (αRISKitSIZEit)2= α6
7. Pengaruh variabel GROWTH sebagai variabel kontrol
terhadap RISK secara parsial
111
Pengaruh
langsung
GROWTH
terhadap RISK
αRISKitGROWTHit . αRISKitGROWTHit =
(αRISKitGROWTHit)2= α7
8. Pengaruh variabel IND sebagai variabel kontrol terhadap
RISK secara parsial
Pengaruh
langsung IND
terhadap RISK
αRISKitINDit . αRISKitINDit = (αRISKitINDit)2= α8
9. Pengaruh variabel YEAR sebagai variabel kontrol terhadap
RISK
Pengaruh
langsung
YEAR
terhadap RISK
αRISKitYEARit . αRISKitYEARit=(αRISKitYEARit)2=
α9
10. Pengaruh variabel AC, IRQ, DPR, ROA, LEV, SIZE,
GROWTH, IND, dan YEAR terhadap RISK secara simultan
R2αRISKitIRQitACitDPRitROAitLEVitSIZEitGROWTHitINDitYEARit = α1 +
α2+ α3 + α4 + α5 + α6 + α7 + α8 + α9
11. Pengaruh variabel selain AC, IRQ, DPR, ROA, LEV, SIZE,
GROWTH, IND, dan YEAR terhadap RISK yaitu:
R2αRISKε2 = √1 − 𝑅2𝑅𝐼𝑆𝐾𝐼𝑅𝑄𝐴𝐶𝐷𝑃𝑅𝑅𝑂𝐴𝐿𝐸𝑉𝑆𝐼𝑍𝐸𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻𝐼𝑁𝐷𝑌𝐸𝐴𝑅
= ε2
112
Dengan demikian, persamaan pada sub struktural pertama
adalah sebagai berikut:
RISKit = α0 + α1ACit + α2IRQit + α3DPRit + α4ROAit + α5LEVit +
α6SIZEit + α7Growthit + α8IND + α9YEAR +
ε2it...........................................................(1)
b. Sub struktur kedua
Hubungan antar variabel pada hipotesis 2 menyatakan
terdapat pengaruh efektivitas komite audit (ACit) terhadap
kualitas IR (IRQit) yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.3
Sub Struktur Kedua
AC
LEV SIZE GROWTH
IRQ αIRQit ACit
αIRQit LEVit
αIRQit GROWTHit
εit
αIRQit INDit
IND ROA
113
Berdasarkan gambar 3.3 diketahui bahwa sub struktural
kedua menunjukkan adanya pengaruh variabel AC terhadap
IRQ. Selain itu terdapat pengaruh variabel kontrol yaitu ROA,
LEV, SIZE, GROWTH, dan IND terhadap variabel IRQ.
Koefisien jalur αIRQitACit menunjukkan pengaruh langsung
variabel AC terhadap IRQ. Koefisien jalur αIRQitROAit,
αIRQitLEVit, αIRQitSIZEit, αIRQitGROWTHit, dan αIRQitINDit
menunjukkan pengaruh langsung variabel kontrol terhadap
variabel IRQ. Menghitung besarnya pengaruh variabel AC,
ROA, LEV, SIZE, GROWTH dan IND dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Pengaruh variabel AC terhadap variabel IRQ secara parsial:
Pengaruh langsung
AC terhadap IRQ αIRQitACit . αIRQitACit = (αIRQitKAit)
2= α10
2. Pengaruh variabel kontrol ROA terhadap variabel IRQ
secara parsial
Pengaruh langsung
ROA terhadap
IRQ
αIRQitROAit . αIRQitROAit = (αIRQitROAit)2=
α11
3. Pengaruh variabel kontrol LEV terhadap variabel IRQ
secara parsial
114
Pengaruh langsung
LEV terhadap IRQ αIRQitLEVit . αIRQitLEVit = (αIRQitLEVit)
2=
α12
4. Pengaruh variabel kontrol SIZE terhadap variabel IRQ
secara parsial
Pengaruh langsung
SIZE terhadap
IRQ
αIRQitSIZEit . αIRQitSIZEit = (αIRQitSIZEit)2=
α13
5. Pengaruh variabel kontrol GROWTH terhadap variabel IRQ
secara parsial
Pengaruh langsung
GROWTH
terhadap IRQ
αIRQitGROWTHit . αIRQitGROWTHit =
(αIRQitGROWTHit)2= α14
6. Pengaruh variabel kontrol IND terhadap variabel IRQ
secara parsial
Pengaruh langsung
IND terhadap IRQ αIRQitINDit . αIRQitINDit = (αIRQitINDit)
2= α15
7. Pengaruh variabel AC, ROA, LEV, SIZE, GROWTH, dan
IND terhadap IRQ secara Simultan
R2IRQACROALEVSIZEGROWTHIND = α10 + α11+ α12 + α13 + α14+
α15
8. Pengaruh variabel selain AC, ROA, LEV, SIZE,
GROWTH, dan IND terhadap IRQ secara Simultan
115
R2αIRQε1 = √1 − 𝑅2𝐴𝐶𝑅𝑂𝐴𝐿𝐸𝑉𝑆𝐼𝑍𝐸𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻𝐼𝑁𝐷 = ε1
Dengan demikian, persamaan pada sub struktural kedua
adalah sebagai berikut:
IRQit = α0 + α10ACit + α11ROAit+ α12LEVit + α13SIZEit +
α14GROWTHit + α15IND
+ε1it….............................................................(2)
4. Memilih matriks input dan estimasi model
Data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukan, SEM
hanya menggunakan matriks varians/kovarian atau matriks korelasi.
Estimasi model dapat dilakukan setelah model dikembangkan dan
input data telah dipilih. Berbagai program komputer atau aplikasi yang
dapat digunakan untuk melakukan estimasi pada model. Penelitian ini
menggunakan STATA versi 13 sebagai aplikasi untuk mengestimasi
model. Model penelitian ini diestimasi dengan menggunakan metode
Maximum Likelihood Estimation (ML). Metode tersebut merupakan
metode yang digunakan untuk melakukan estimasi pada semua
parameter yang ada di dalam model persamaan struktural secara
bersamaan termasuk covariance dan error variance (Fox, 2008).
116
5. Kemungkinan munculnya masalah identifikasi
Masalah identifikasi merupakan persoalan yang mendasar pada
model struktural. Masalah identifikasi memberikan indikasi apakah
model yang telah dikembangkan dapat diselesaikan dengan baik atau
tidak dapat diselesaikan dengan baik. Model yang telah diselesaikan
dengan baik dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.
6. Evaluasi kriteria goodness-of-fit
Model dalam penelitian dapat dievaluasi berdasarkan asumsi-
asumsi yang terdapat pada SEM. Model dapat melalui berbagai cara
uji jika asumsi-asumsi tersebut telah terpenuhi. Asumsi-asumsi dan
pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ukuran sampel
Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan
metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria tertentu
yang disesuaikan pada tujuan dalam penelitian.
b. Asumsi Normalitas
Asumsi normalitas melihat sebaran data yang dianalisis.
Metode ML yang digunakan pada penelitian ini memiliki
kelebihan yaitu data yang diestimasi telah diasumsikan
berdistribusi normal untuk semua variabel endogen dan eksogen
117
yang diamati pada model. Sedangkan, apabila asumsi normalitas
tersebut dilanggar atau data tidak normal, ML tetap dapat
memberikan hasil yang konsisten (Williams, Allison, dan Moral-
benito, 2018).
c. Asumsi Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan tujuan untuk
menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel independen. Pada model regresi yang baik
seharusnya diantara variabel independennya tidak terjadi korelasi.
Sebagai aturan praktis, interkorelasi diantara variabel independen
terjadi pada saat nilai berada di atas 0,8 sehinga memiliki
kemungkinan masalah (Garson, 2012).
d. Penilaian model
Pada SEM-STATA pengujian model penelitian diawali
dengan membuat model terlebih dahulu. Model penelitian yang
telah berhasil dibuat dapat diuji dengan memilih menu estimation
kemudian estimate. STATA akan melakukan pengujian model
penelitian dengan memberikan nilai prob>chi2. Model penelitian
dapat dikatakan telah cocok (fit) apabila memiliki nilai prob>chi2
kurang dari 0,05.
118
b. Pengujian Pengaruh Langsung
Pengaruh langsung terjadi pada saat variabel eksogen
mempengaruhi variabel endogen tanpa melalui variabel lainnya.
Penelitian ini melakukan pengujian pengaruh langsung dengan tujuan
untuk melihat (a) pengaruh efektivitas komite audit terhadap risiko
perusahaan; (b) pengaruh efektivitas komite audit terhadap kualitas IR;
dan (c) pengaruh kualitas IR terhadap risiko perusahaan. Pengujian
pengaruh langsung ini dilakukan dengan melihat pada nilai P>|z|. Dengan
demikian, hipotesis penelitian dapat diterima apabila nilai P>|z| kurang
dari α.
c. Pengujian Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh tidak langsung terjadi pada saat variabel eksogen
mempengaruhi variabel endogen dengan melalui variabel lain yang
disebut variabel intervening. Penelitian ini melakukan pengujian
pengaruh tidak langsung dengan tujuan untuk melihat pengaruh
efektivitas komite audit terhadap risiko perusahaan melalui kualitas IR.
Pengujian pengaruh tidak langsung ini dilakukan dengan melihat pada
nilai P>|z|. Dengan demikian, hipotesis penelitian dapat diterima apabila
nilai P>|z| kurang dari α.
119
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada Tokyo
Stock Exchange (TSE) di Jepang dengan periode tahun 2014 hingga tahun 2017.
Pada variabel efektivitas komite audit dan kualitas IR menggunakan data yang
diperoleh dari laporan tahunan perusahaan yang diakses dari situs resmi masing-
masing perusahaan. Sedangkan variabel risiko perusahaan diperoleh dari data-data
keuangan pada datastream. Pemilihan objek pada penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling. Objek dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian ini. Kriteria-kriteria tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Kriteria Penentuan Sampel
Sumber: Data sekunder yang diolah
No Kriteria Jumlah
1. Perusahaan terdaftar di Tokyo Stock Exchange (TSE) yang
telah menerbitkan IR hingga tahun 2017
341
2. Perusahaan dengan data tidak tersedia (108)
3. Perusahaan yang merupakan industri keuangan (23)
4. Perusahaan dengan data tidak lengkap (51)
5. Total perusahaan yang akan dianalisis 159
Tahun Penelitian 4
Total sampel dari tahun 2014 sampai tahun 2017 (Perusahaan-Tahun) 636
120
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa jumlah perusahaan Jepang yang
menerbitkan IR hingga tahun 2017 sebanyak 341 perusahaan. Selanjutnya,
penelitian ini mengeluarkan perusahaan dengan data tidak tersedia sebanyak 108
perusahaan; perusahaan yang termasuk industri keuangan sebanyak 23
perusahaan; dan perusahaan dengan data tidak lengkap sebanyak 51 perusahaan.
Sampel akhir berjumlah 159 perusahaan dengan 4 tahun penelitian yaitu dari tahun
2014 hingga 2017. Sehingga jumlah observasi adalah sebanyak 636 Perusahaan
per tahun (159 perusahaan dikali dengan 4 tahun pengamatan).
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
gambaran atau deskripsi mengenai data seperti nilai rata-rata (mean), nilai
maksimal, nilai minimal dan standar deviasi (Ghozali, 2013:19). Penelitian ini
menggunakan variabel independen yaitu efektivitas komite audit, variabel
dependen yaitu risiko perusahaan dan variabel intervening yaitu kualitas IR.
Uji statistik dalam penelitian ini akan menyediakan gambaran dan deskripsi
mengenai nilai rata-rata (mean), nilai maksimal, nilai minimal dan standar
deviasi pada variabel independen yaitu efektivitas komite audit, variabel
dependen yaitu risiko perusahaan dan variabel intervening yaitu kualitas IR.
121
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel Mean Std. Deviasi Minimum Maximum
AC 21,9449 5,3752 11 33
IRQ 23,1116 5,0289 2 31
RISK 0,0189 0,0075 0,0051 0,0542
DPR 0,0476 0,1140 -0,6331 0,7859
ROA 0,0419 0,0319 -0,1279 0,1683
LEV 0,1931 0,1449 0 0,6818
SIZE 27,4489 1,2639 23,4673 31,5177
GROWTH 1,8997 1,2709 -3,7382 9,9622
IND 4,4842 2,1789 1 9
YEAR 2,5 1,1189 2014 2017
Keterangan:
AC = Efektivitas Komite Audit, IRQ = Kualitas IR, Risk = Risiko
Perusahaan, DPR = Dividen, ROA = Profitabilitas, LEV = Tingkat
Hutang, SIZE = Ukuran Perusahaan, GROWTH = Pertumbuhan
Perusahaan, IND = dummy industri, YEAR = dummy tahun
Sumber: Output STATA
Tabel 4.2 menunjukkan hasil statistik deskriptif dalam penelitin ini.
Diperoleh data sebanyak 636 data observasi yang berasal dari perkalian
jumlah sampel sebanyak 159 perusahaan dengan 4 tahun penelitian yaitu dari
tahun 2014 hingga tahun 2017. Tabel 4.2 memberikan gambaran statistik
deskriptif untuk efektivitas komite audit sebagai variabel independen, kualitas
IR sebagai variabel intervening dan risiko perusahaan sebagai variabel
dependen.
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa untuk variabel efektivitas
komite audit menunjukkan nilai minimum 11, nilai maksimum 33, nilai rata-
122
rata 21,94 dengan standar deviasi 5,37. Nilai minimum dimiliki oleh
perusahaan Ajinomoto (2014), Kirin (2017), NGK Insulators (2016, 2017),
Nihon Kohden Corporation (2014, 2015, 2016), NSK Ltd (2015, 2017), Rohm
(2014, 2016, 2017), Sanki Engineering (2014) dan Sumitiomo Mitsui
Construction (2014, 2015, 2016, 2017). Nilai maksimum dimiliki oleh
perusahaan Denso Corporation (2016, 2017), Dentsu Inc (2014, 2015) dan
Mitsui O.S.K Lines (2014). Sedangkan, nilai rata-rata pada variabel
efektivitas komite audit menunjukkan bahwa perusahaan yang telah
menerbitkan IR di Jepang dinilai telah mendapatkan nilai yang cukup bagus
dari nilai maksimalnya adalah 33.
Hasil statistik deskriptif untuk variabel intervening yaitu kualitas IR
menunjukkan nilai minimum 2, nilai maksimum 31, nilai rata-rata 23,11
dengan standar deviasi 5,02. Nilai minimum tersebut dimiliki oleh perusahaan
Sumitiomo Mitsui Construction pada tahun 2014, 2015, 2016 dan 2017,
terlihat bahwa perusahaan tersebut dinilai belum dapat meningkatkan kualitas
IR yang diterbitkannya. Sementara, nilai maksimum dimiliki oleh perusahaan
Konica Minolta, Inc. pada tahun 2015. Nilai rata-rata variabel kualitas IR
menunjukkan bahwa perusahaan yang telah menerbitkan IR di Jepang telah
dapat menyajikan 23 dari 31 elemen-elemen konten IR.
123
Hasil statistik deskriptif untuk variabel dependen yaitu risiko
perusahaan menunjukkan nilai minimum 0,0051, nilai maksimum 0,0542,
nilai rata-rata 0,0189 dengan standar deviasi 0,0075. Nilai minimum tersebut
berarti perusahaan dengan risiko terendah dimiliki oleh perusahaan Ohara Inc.
pada tahun 2014. Sedangkan, nilai maksimum yang berarti perusahaan dengan
risiko tertinggi dimiliki oleh Dynam Japan Holdings Co. pada tahun 2014.
Nilai rata-rata pada variabel risiko perusahaan menunjukkan bahwa
perusahaan yang telah menerbitkan IR di Jepang tidak memiliki risiko yang
tinggi.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Penelitian ini dilakukan dengan mengukur efektivitas komite audit
sebagai variabel independen dan kualitas IR sebagai variabel intervening
dengan menggunakan ceklis manual pada laporan tahunan perusahaan.
Dengan demikian, uji reliabilitas pertanyaan yang terdapat pada ceklis
efektivitas komite audit dalam penelitian Hermawan (2011) dan kualitas IR
dalam penelitian Zhou et al. (2017) perlu untuk dilakukan. Pengujian tersebut
dilakukan dengan menggunakan cronbach alpha. Hasil pengujian dapat
diketahui dengan melihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:
124
Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas
Sumber: Output STATA
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa nilai cronbach alpha untuk
variabel kualitas IR adalah 0,7243 dan untuk variabel efektivitas komite audit
adalah 0,7488. Koefisien reliabilitas berada diantara nilai 0 sampai 1, sehingga
apabila koefisien reliabilitas semakin mendekati nilai 1 maka pengukuran
yang digunakan semakin reliable atau sempurna dan sebaliknya apabila
koefisien reliabilitas semakin mendekati nilai 0 maka pengukuran yang
dilakukan semakin tidak reliable aau tidak sempurna (Mohajan, 2017).
Dengan demikian, berdasarkan nilai cronbach alpha, pengukuran yang
digunakan untuk variabel kualitas IR dan variabel efektivitas komite audit
dalam penelitian ini dinilai cukup reliable.
3. Structural Equation Model (SEM)
a. Pengujian Model Penelitian
Langkah satu hingga langkah lima pada pemodelan SEM telah
terpenuhi. Selanjutnya adalah langkah enam untuk melihat hasil evaluasi
kriteria goodness-of-fit sebagai berikut:
Variabel Cronbach Alpha
IRQ 0,7243
AC 0,7488
Keterangan:
IRQ = Kualitas IR, AC = Efektivitas komite audit
125
1) Hasil Uji Multikolinearitas
Penelitian ini melakukan uji multikolinearitas untuk menguji
apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Pada model regresi yang baik, diantara variabel
independen seharusnya tidak terjadi korelasi. Aturan praktis
menjelaskan bahwa interkorelasi diantara variabel independen terjadi
pada saat nilai berada di atas 0,8 (Garson, 2012).
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
AC IRQ RISK DPR ROA LEV SIZE GROWTH
AC 1,0000
IRQ 0,4386 1,0000
RISK -0,0020 -0,0442 1,0000
DPR -0,1085 -0,1791 0,0066 1,0000
ROA -0,0745 0,0005 -0,0427 -0,0738 1,0000
LEV 0,0500 0,0770 0,0334 0,0088 -0,4390 1,0000
SIZE 0,2069 0,1678 -0,0468 -0,1839 -0,2631 0,4327 1,0000
GROWTH -0,0683 0,0275 -0,0301 -0,0786 0,5528 -0,2873 -0,3173 1,0000
Sumber: Output STATA
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, hasil pengujian menunjukkan
bahwa nilai korelasi pada setiap variabel tidak lebih dari 0,8 yang
berarti diantara variabel independen tidak terjadi korelasi. Dengan
demikian, model penelitian ini tidak memiliki masalah
multikolinearitas.
126
2) Penilaian model
Penilaian model dilakukan dengan melakukan pengujian model.
Penelitian ini melakukan pengujian model untuk mengetahui apakah
model dalam penelitian ini telah fit sehingga dapat digunakan untuk
analisis lebih lanjut. Pada software STATA, penguji harus dapat
memiliki model penelitian dengan dasar teori yang kuat sehingga
dapat dibuktikan. Model penelitian tersebut kemudian dapat
digambarkan melalui diagram alur dan diestimasi dengan data input
yang dipilih. Hasil estimasi tersebut yang akan menentukan apakah
model dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya.
Pengujian model penelitian dilakukan dengan menganalisis nilai
Prob > chi2, apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai Prob
> chi2 kurang dari 0,05 maka model penelitian telah fit sehingga
dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut. Berdasarkan hasil
pengujian model pada penelitian ini, diketahui bahwa nilai Prob >
chi2 sebesar 0,0000 lebih kecil dari 0,05 sehingga model dalam
penelitian ini telah fit dan dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.
127
b. Pengujian Pengaruh Langsung
1) Pengaruh Efektivitas Komite Audit dan Kualitas Integrated
Reporting terhadap Risiko Perusahaan
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Hipotesis 1 dan 3
Model Penelitian:
RISKit = α0 + α1ACit + α2IRQit + α3DPRit + α4ROAit + α5LEVit +
α6SIZEit + α7Growthit + α8IND + α9YEAR +
ε2it...........................................................(1)
Prediksi Coef. Sig
Constant 0,020123 0,0000***
AC - 0,000056 0,1775
IRQ - 0,000054 0,2115
DPR - -0,000979 0,3555
ROA - -0,003107 0,3940
LEV + 0,001822 0,2235
SIZE - -0,000506 0.0310**
GROWTH - -0,000035 0,4495
IND YA
YEAR YA
Adjusted R-squared 0,0862
Prob (F-Statistics) 0,0000
*** signifikan pada α=1%
** signifikan pada α=5%
*signifikan pada α=10%
Keterangan:
AC = Efektivitas Komite Audit, IRQ = Kualitas IR, DPR = Dividen,
ROA = Profitabilitas, LEV = Tingkat Hutang, SIZE = Ukuran
Perusahaan, GROWTH = Pertumbuhan Perusahaan, IND = Dummy
Industri, YEAR = Dummy Tahun
Sumber: Output STATA
Hasil pengujian pengaruh langsung merupakan pengujian untuk
hipotesis 1 dan 3 yang dapat terlihat pada tabel 4.5. Berdasarkan tabel
128
tersebut diketahui bahwa variabel efektivitas komite audit memiliki
nilai signifikansi 0,1175 yang lebih besar dari 0,05 nilai alpha, maka
H1 ditolak. Sedangkan, kualitas IR memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,2115 yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan kualitas IR
tidak berpengaruh terhadap risiko perusahaan (Ghozali, 2013).
2) Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Kualitas Integrated
Reporting
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Hipotesis 2
Model Penelitian:
IRQit = α0 + α10ACit + α11ROAit+ α12LEVit + α13SIZEit +
α14GROWTHit + α15IND
+ε1it….............................................................(2)
Prediksi Coef. Sig.
Constant -9,93064 0,0000***
AC + 0,39708 0,0000***
ROA + 5,47221 0,2210
LEV + 1,94219 0,0935
SIZE + 0,36335 0,0130**
GROWTH + 0,32325 0,0300**
IND YA
Adjusted R-squared 0,2083
Prob (F-Statistics) 0,0000
*** signifikan pada α=1%
** signifikan pada α=5%
*signifikan pada α=10%
Keterangan:
AC = Efektivitas Komite Audit, ROA = Profitabilitas, LEV = Tingkat
Hutang, SIZE = Ukuran Perusahaan, GROWTH = Pertumbuhan
Perusahaan, IND = Dummy Industri
Sumber: Output STATA
129
Hasil pengujian pengaruh langsung merupakan pengujian untuk
hipotesis 2 yang dapat terlihat pada tabel 4.6. Berdasarkan tabel
tersebut, diketahui bahwa efektivitas komite audit berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas IR. Hal ini terlihat pada nilai
signifikansi variabel efektivitas komite audit sebesar 0,0000 yang lebih
kecil dari 0,05 dengan koefisien positif, maka H2 diterima (Ghozali,
2013).
c. Pengaruh Tidak Langsung
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Hipotesis 4
Variabel Independen Risiko Perusahaan
Model Penelitian:
RISKit = α0 + α1ACit + α2IRQit + α3DPRit + α4ROAit + α5LEVit + α6SIZEit
+ α7Growthit + α8IND + α9YEAR +
ε2it...........................................................(1)
Coef. Sig.
AC 0,00002 0,2120
Prob F 0,0000
*** signifikan pada α=1%
** signifikan pada α=5%
*signifikan pada α=10%
Keterangan:
AC = Efektivitas Komite Audit
Sumber: Output STATA
Tabel 4.7 merupakan hasil pengujian untuk hipotesis 4 yang
menunjukkan pengujian pengaruh tidak langsung efektivitas komite audit
terhadap risiko perusahaan melalui kualitas IR. Berdasarkan tabel tersebut,
130
diketahui bahwa efektivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap risiko
perusahaan melalui kualitas IR. Hal ini dapat terlihat pada nilai signifikansi
0,2120 yang lebih besar dari 0,05 maka H4 ditolak (Ghozali, 201).
Tabel 4.8
Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis
No Hipotesis Uji
Statistik
Keputusan
Ha
Simpulan
1 Efektivitas komite
audit berpengaruh
negatif terhadap
risiko perusahaan
H0: py ≤
0,05
H1: py >
0,05
H1 ditolak Tidak
berpengaruh
2 Efektivitas komite
audit berpengaruh
positif terhadap
kualitas IR
H0: pz ≤
0,05
H2: pz <
0,05
H2 diterima Berpengaruh
3 Kualitas IR
berpengaruh negatif
terhadap risiko
perusahaan
H0: py ≤
0,05
H3: py >
0,05
H3 ditolak Tidak
berpengaruh
4 Efektivitas komite
audit berpengaruh
terhadap risiko
perusahaan melalui
kualitas IR
H0: py ≤
0,05
H4: py >
0,05
H4 ditolak Tidak
berpengaruh
C. Interpretasi Hasil
1. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Risiko Perusahaan
Pengaruh efektivitas komite audit yang diproksikan dengan
menggunakan karakteristik komite audit dapat dilihat pada tabel 4.5.
131
Diketahui bahwa efektivitas komite audit memiliki nilai signifikansi 0,1175.
Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 nilai alpha. Dengan demikian,
variabel efektivitas komite audit tidak dapat berpengaruh terhadap variabel
risiko perusahaan, maka H1 ditolak.
Peran komite audit dalam mengawasi risiko-risiko dan pelaksanaan
manajemen risiko perusahaan dilaksanakan untuk menghindari atau
meminimalisir dampak dan frekuensi terjadinya risiko. Komite audit yang
berperan secara efektif mampu meningkatkan kualitas pengendalian internal
perusahaan dan mendorong kredibilitas informasi yang diberikan sehingga
dapat menjadi sinyal-sinyal positif bagi stakeholder mengenai
keberlangsungan perusahaan (Appuhami, 2018). Namun pada penelitian ini,
komite audit Jepang atau kansayaku memiliki keterbatasan wewenang
sehingga meskipun kansayaku telah berperan secara efektif, kansayaku tidak
dapat mempengaruhi risiko.
Menurut Japan’s Corporate Governance Code (2018) perusahaan di
Jepang menggunakan kansayaku board system untuk melaksanakan tata
kelola perusahaan melalui kansayaku and the kansayaku board (audit and
supervisory board) atau komite audit dan dewan direksi perusahaan. Peran
dan tanggung jawab kansayaku and the kansayaku board adalah mengaudit
kinerja tugas direktur, pemberhentian auditor eksternal dan penentuan
132
remunerasi termasuk mengawasi risiko-risiko utama dan pelaksanaan
manajemen risiko perusahaan. Kansayaku dapat secara positif dan proaktif
menggunakan hak-hak mereka untuk mengemukakan pendapatnya dalam
rapat dewan.
Kansayaku akan mengawasi risiko-risiko utama dan menilai sejauh
mana manajemen risiko perusahaan telah dilaksanakan. Pengawasan yang
dilakukan termasuk mengenai risiko-risiko apa saja yang berpotensi
mengancam perusahaan, seberapa sering dan bagaimana dampak risiko
tersebut terhadap perusahaan serta apakah manajemen risiko yang telah
dilaksanakan dapat mengatasi risiko tersebut dengan baik. Berdasarkan hasil
pengawasan tersebut, kansayaku akan membuat kesimpulan mengenai upaya
apa saja yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi risiko dan apakah
pelaksanaan manajemen risiko telah dapat berjalan secara efektif untuk
menanganinya sehingga tidak menghambat keberlangsungan perusahaan.
Hasil pengawasan yang telah dilakukan oleh kansayaku akan
dituangkan dalam bentuk laporan sebagai bentuk pertanggungjawaban untuk
diungkapkan pada rapat dewan. Kansayaku dapat secara aktif dan proaktif
mengemukakan pendapatnya mengenai pengawasan terhadap risiko dan
pelaksanaan manajemen risiko perusahaan. Pendapat tersebut dapat berupa
saran atau rekomendasi dan kritik sehingga kansayaku akan bertindak sebagai
133
penasihat dan pelengkap peran dewan direksi dengan memberikan
rekomendasi mengenai upaya perusahaan untuk menghindari atau
meminimalisir risiko yang dihadapi. Dengan demikian, peran yang dimiliki
oleh dewan direksi tetap signifikan.
Dewan direksi tidak berkewajiban untuk selalu menyetujui rekomendasi
yang diberikan kansayaku. Hal tersebut dikarenakan kansayaku tidak
memiliki hak suara dalam rapat dewan. Kansayaku bukan bagian yang
terintegrasi dalam proses pengambilan keputusan dan persetujuan formal
dewan. Oleh karena itu, kansayaku umumnya dianggap memiliki status
rendah, terutama di Jepang yang memandang hirarki sangat penting dan
dibutuhkan untuk menghindari konfrontasi mengingat bahwa kansayaku tidak
dapat memberikan konsekuensi yang lebih dalam. Kansayaku sering tidak
didukung secara memadai dan lebih bergantung terhadap sumber daya internal
perusahaan (Asian Corporate Governance Association, 2013).
Kansayaku merupakan bagian dari mekanisme tata kelola perusahaan,
sehingga kansayaku harus dapat mematuhi pedoman yang telah ditetapkan.
Kansayaku tidak dapat melakukan tindakan yang berada di luar pedoman
tersebut. Kegiatan-kegiatan kansayaku dilakukan dalam rangka memenuhi
peran pengawasannya sesuai dengan status dan kewajiban hukum yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, meskipun kansayaku telah melaksanakan
134
perannya secara efektif dalam tata kelola perusahaan, namun status dan
kewajiban hukum yang dimiliki kansayaku tidak dapat mendukung kansayaku
dalam mempengaruhi atau memberikan konsekuensi yang lebih dalam
terhadap risiko perusahaan.
Hasil penelitian ini didukung oleh Hermawan (2011) yang menemukan
bahwa dalam tata kelola perusahaan, fungsi pengawasan yang dilaksanakan
oleh komite audit memiliki ruang lingkup yang berhubungan erat dengan
dewan komisaris. Hal tersebut dikarenakan komite audit merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dengan dewan komisaris. Komite audit dalam
melaksanakan perannya akan bersifat sebagai pelengkap peran yang dimiliki
oleh dewan komisaris dengan bertindak atas nama dewan komisaris dan
kemudian melaporkannya kepada dewan komisaris. Dengan demikian, dalam
tata kelola perusahaan peran yang dimiliki oleh dewan komisaris tetap
signifikan.
Hal serupa juga terjadi di Arab Saudi, Alzharani dan Aljaaidi (2015)
dalam penelitiannya menjelaskan bahwa, menurut kode tata kelola perusahaan
yang dikeluarkan pada tahun 2006, aktivitas manajemen risiko tidak
ditekankan sebagai bagian dari fungsi komite audit tetapi justru sebaliknya,
yakni aktivitas manejemen risiko dimasukkan ke dalam fungsi utama dewan
direksi perusahaan. Dengan demikian, analisis mengenai fungsi manajemen
135
risiko dan komite audit secara positif hanya berhubungan dengan ukuran
komite audit. Sedangkan karakteristik komite audit lainnya seperti keahlian,
independensi dan aktivitas tidak berhubungan dengan fungsi manajemen
risiko perusahaan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Huang (2018) menunjukkan bahwa
setelah pembentukan komite audit di perusahaan Taiwan, risiko sistematis
tidak mengalami perubahan secara signifikan. Untuk sampel perusahaan
secara keseluruhan, sebagian besar variabel tata kelola perusahaan juga tidak
mempengaruhi perubahan risiko. Risiko sistematis yang dihadapi oleh
perusahaan di Taiwan hanya turun bagi perusahaan tertentu dengan
pertumbuhan yang rendah. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian yang
dilakukan oleh Wamba et al. (2017) menjelaskan bahwa untuk mengurangi
risiko perusahaan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada
perusahaan masing-masing.
2. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Integrated
Reporting
Pengaruh efektivitas komite audit yang diproksikan dengan
menggunakan karakteristik komite audit dapat dilihat pada tabel 4.6.
Diketahui bahwa efektivitas komite audit memiliki nilai signifikansi 0,0000.
Nilai signifikansi tersebut yang lebih kecil dari 0,05 nilai alpha dan dengan
136
koefisien positif. Dengan demikian, variabel efektivitas komite audit
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kualitas IR, maka H2
diterima.
Pada tata kelola perusahaan, komite audit akan melaksanakan fungsi
pengawasannya dengan menilai implementasi elemen-elemen IR dalam
pelaporan perusahaan. Hal tersebut dilakukan oleh komite audit sebagai
upaya dalam membantu dan mendorong perusahaan untuk dapat lebih banyak
mengimplementasi elemen-elemen IR sehingga kualitas IR perusahaan terus
mengalami peningkatan. Semakin efektif peran komite audit maka akan
semakin baik kualitas IR perusahaan (Haji dan Anifowose, 2016). Dengan
demikian, komite audit yang berperan secara efektif dapat meningkatkan
kualitas IR dalam mengirimkan sinyal-sinyal penting atas informasi
perusahaan kepada stakeholder.
Japan’s Corporate Governance Code (2018) menyatakan bahwa dalam
rangka meningkatkan independensi dan kekuatan pengumpulan informasi
tingkat tinggi dalam perusahaan, terdapat persyaratan tertentu yang mengatur
komposisi kansayaku. Persyaratan tersebut yakni, dalam komposisi
kansayaku tidak kurang dari setengah anggota kansayaku yang dipilih dalam
pertemuan umum dengan pemegang saham, diwajibkan untuk memiliki
kansayaku yang terdiri dari kansayaku yang berasal dari pihak luar perusahaan
137
dan sedikitnya satu kansayaku penuh waktu. Dengan demikian, kewajiban
penentuan komposisi kansayaku tersebut harus dapat dipahami dan
dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan terdaftar di Jepang.
Tidak semua negara memberikan persyaratan dalam komposisi komite
audit dengan mewajiban untuk memiliki anggota komite audit yang bekerja
secara penuh waktu dalam perusahaan, salah satunya adalah Indonesia.
Berbeda dengan Jepang, komite audit yang berada di Indonesia hanya
diberikan persyaratan bahwa anggota komite audit terdiri dari paling sedikit
tiga anggota yang berasal dari pihak luar perusahaan (Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 55, 2015). Dengan demikian, diwajibkannya komposisi
komite audit memiliki paling sedikit satu kansayaku penuh waktu di dalam
perusahaan dapat memberikan nilai tambah bagi tata kelola perusahaan di
Jepang.
Kansayaku yang bekerja secara penuh waktu di dalam perusahaan
dinilai lebih memahami pertumbuhan dan perkembangan perusahaan dengan
mendapatkan informasi terbaru mengenai kondisi dan situasi yang sebenarnya
sedang terjadi di dalam perusahaan sehingga peran kansayaku dalam
melakukan pengawasan dapat meningkat dan semakin efektif. Kansayaku
yang berperan secara efektif mampu menilai sejauh mana perusahaan telah
mengimplementasikan elemen-elemen kerangka IR ke dalam pelaporan
138
perusahaan dan membantu serta mendorong perusahaan untuk melakukan
perbaikan apabila masih terdapat beberapa kekurangan dalam implementasi
IR. Sehingga, kualitas IR perusahaan semakin baik.
Hasil penelitian ini didukung oleh Haji dan Anifowose (2016) yang
menemukan bahwa efektivitas komite audit secara keseluruhan memiliki
hubungan positif dan signifikan dalam meningkatkan kualitas praktik IR dari
waktu ke waktu. Hal tersebut sesuai dengan yang telah diprediksi oleh teori-
teori terkait dengan ekonomi. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian
yang dilakukan oleh Marx dan Watt (2010) yang menunjukkan bahwa komite
audit memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengawasan bagi
perusahaan yang menerbitkan IR. Komite audit akan mengawasi sejauh mana
perusahaan telah mengimplementasikan elemen-elemen IR sehingga kualitas
IR perusahaan dapat meningkat.
3. Pengaruh Kualitas Integrated Reporting Terhadap Risiko Perusahaan
Pengaruh kualitas IR yang diproksikan dengan menggunakan elemen-
elemen konten dalam kerangka IR dapat dilihat pada tabel 4.5. Diketahui
bahwa kualitas IR memiliki nilai signifikansi 0,2115. Nilai signifikansi
tersebut lebih besar dari 0,05 nilai alpha. Dengan demikian, variabel kualitas
IR tidak berpengaruh terhadap variabel risiko perusahaan, maka H3 ditolak.
139
IR yang diterbitkan oleh perusahaan bertujuan untuk mengirimkan
sinyal-sinyal berupa informasi penting perusahaan mengenai proses bisnis
secara keseluruhan untuk memenuhi kebutuhan stakeholder. Semakin baik
kualitas IR yang diterbitkan perusahaan diharapkan sinyal-sinyal yang
dikirimkan kepada stakeholder juga semakin baik (Rivera-arrubla et al.,
2017). Hal tersebut dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
stakeholder sehingga dapat membantu perusahaan mempertahankan
keberlangsungannya dengan terhindar dari kemungkinan risiko yang
dihadapi. Namun, kualitas IR pada penelitian ini tidak dapat menurunkan
risiko perusahaan.
Flower (2015) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat
kelemahan dalam kerangka IR yang diterbitkan oleh IIRC. Berdasarkan
kerangka tersebut, IIRC mendorong perusahaan yang telah menerbitkan IR
untuk melakukan pengungkapan mengenai bagaimana sumber daya atau
modal yang dikelola perusahaan memiliki keterkaitan satu sama lain dan
diarahkan pada pencapaian perusahaan. Namun, IIRC cenderung
mengabaikan dengan tidak memberikan kewajibkan bagi perusahaan untuk
mengungkapkan informasi mengenai kerugian yang ditimbulkan dari aktivitas
perusahaan terhadap stakeholder, masyarakat dan lingkungan secara lebih
luas.
140
IR yang diterbitkan oleh perusahaan ditekankan untuk mengungkapkan
pengaruh sumber daya alam seperti penggunaan lahan, pepohonan, hasil laut
terhadap proses produksi sehingga berdampak pada pencapaian perusahaan.
Namun, informasi-informasi negatif yang ditimbulkan dari aktivitas
perusahaan terhadap lingkungan tidak wajib untuk diungkapkan dalam IR.
Salah satunya adalah apabila aktivitas perusahaan mengakibatkan kerusakan
alam seperti hilangnya unsur hara dalam tanah, berkurangnya oksigen karena
penebangan pohon dan tercemarnya air laut, IIRC tidak memberikan
kewajiban bagi perusahaan untuk mengungkapkan hal-hal tersebut dalam IR
mereka.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Reuter dan Messner
(2015) yang menemukan bahwa kebutuhan pengguna laporan perusahaan
tidak dapat tercermin di dalam kerangka IR yang diterbitkan oleh IIRC.
Sehingga kerangka IR memiliki kelemahan pada saat diimplementasikan ke
dalam pelaporan perusahaan. Hal tersebut mengakibatkan untuk berbagai
bentuk organisasi atau negara dengan berbagai tahap perkembangan ekonomi,
IR kurang dapat diimplementasikan. Dengan demikian, meskipun IR memiliki
kualitas yang baik, namun karena kerangka IR yang digunakan dinilai
memiliki kelemahan maka kualitas IR tidak dapat mempengaruhi risiko
perusahaan.
141
4. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Risiko Perusahaan melalui
Kualitas Integrated Reporting
Berdasarkan tabel 4.7, hasil pengujian pengaruh tidak langsung
menunjukkan bahwa efektivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap
risiko perusahaan melalui kualitas IR. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai
signifikansi sebesar 0,2120. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05
nilai alpha, maka H3 ditolak.
Bagi perusahaan yang telah mengimplementasikan IR, komite audit
dapat menggunakan IR sebagai sarana untuk mengirimkan sinyal-sinyal atas
informasi penting perusahaan. Semakin efektif peran komite audit maka akan
semakin baik kualitas IR perusahaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan
stakeholder (Rivera-arrubla et al., 2017). Terpenuhinya kebutuhan
stakeholder dapat mengurangi potensi risiko yang dihadapi sehingga
membantu perusahaan dalam memastikan keberlangsungannya. Namun, pada
penelitian ini efektivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap risiko
perusahaan melalui kualitas IR karena kegagalan yang terdapat pada kerangka
IR yang diterbitkan oleh IIRC.
Flower (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kerangka IR
yang diterbitkan oleh IIRC telah mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut
dapat terjadi karena disebabkan oleh dua alasan, yaitu (1) kerangka IR tidak
142
mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan dampak atas aktivitas
perusahaan terhadap stakeholder, masyarakat dan lingkungan secara luas; dan
(2) kerangka IR terlalu banyak melibatkan diskresi manajemen perusahaan.
Kegagalan tersebut mengakibatkan kerangka IR memiliki kelemahan pada
saat diimplementasikan ke dalam pelaporan perusahaan. Dengan demikian, IR
yang diterbitkan perusahaan juga memiliki kelemahaan dalam mempengaruhi
risiko perusahaan.
IIRC dinilai telalu menghormati manajemen dalam melakukan
pengungkapan risiko perusahaan. IIRC kurang menetapkan kewajiban khusus
kepada perusahaan berupa rincian standar atau aturan dalam pengungkapan
risiko sehingga secara umum perusahaan yang menerbitkan IR akan
dihadapkan pada dilema dalam menentukan apa saja risiko yang perlu
diungkapkan, sejauh mana risiko tersebut perlu diungkapkan dan seberapa
banyak informasi mengenai pengelolaan risiko perlu diungkapkan. Sehingga,
bagi perusahaan yang menebitkan IR dapat dimungkinkan untuk hanya
melaporkan risiko perusahaan secara umum dengan tidak menjelaskan risiko
spesifik apa yang sebenarnya sedang dihadapi perusahaan.
IIRC memberikan kebijaksanaan yang sangat luas bagi manajemen
perusahaan. Kebijaksanaan yang sangat luas tersebut dapat digunakan oleh
manajer perusahaan yang tidak bermoral untuk sengaja tidak melaporkan hal-
143
hal yang ingin dirahasiakan serta berisiko untuk diketahui oleh publik. Hal itu
menyebabkan IR yang diterbitkan oleh perusahaan memiliki kelemahan
dalam mengungkapkan informasi-informasi penting termasuk informasi
mengenai risiko. Dengan demikian, meskipun perusahaan telah
mengimplementasikan IR sesuai dengan kerangka yang ditetapkan oleh IIRC
sehingga dinilai memiliki kualitas IR yang baik, namun tetap saja laporan
tersebut memiliki banyak kekurangan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Stubbs dan Higgins (2014)
yang menunjukkan bahwa pada perusahaan di Australia, pengadopsian awal
IR tidak dapat mendorong inovasi baru dalam mekanisme pengungkapan
pelaporan perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya standar dan
peraturan yang ditetapkan IIRC dalam kerangka IR. Implementasi awal IR
yang dilakukan oleh perusahaan hanya dapat membuat pelaporan perusahaan
melakukan transisi dari pelaporan perusahaan sebelumnya bukan
transformasi. Oleh karena itu, kurangnya standar dan peraturan dalam
kerangka IR memiliki potensi untuk menghambat implementasi IR yang lebih
luas di masa yang akan datang.
144
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah diuraikan pada bab IV,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Efektivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap risiko perusahaan. Hal
tersebut dapat terjadi karena komite audit bukan merupakan bagian
terintegrasi dalam proses pengambilan keputusan dan persetujuan formal
dewan sehingga komite audit bertindak sebagai penasihat serta pelengkap
peran dewan direksi. Peran yang dimiliki oleh dewan direksi tetap signifikan
sehingga komite audit tidak dapat memberikan konsekuensi lebih dalam
terhadap risiko perusahaan. Dengan demikian, meskipun komite audit telah
berperan secara efektif namun status dan kewajiban hukum yang dimiliki oleh
komite audit tidak dapat menurunkan risiko perusahaan.
2. Efektivitas komite audit dapat memberikan pengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas IR. Pada perusahaan yang telah menerbitkan IR, komite
audit berperan dalam mengawasi sejauh mana perusahaan telah
mengimplementasikan elemen-elemen konten IR ke dalam pelaporan
perusahaan dan kemudian mendorong serta membantu dalam perbaikan
apabila perusahaan masih memiliki kekurangan dalam implementasi IR dan
145
sehingga kualitas IR perusahaan semakin baik. Dengan demikian, semakin
efektif komite audit melaksanakan perannya maka akan semakin baik kualitas
IR yang diterbitkan perusahaan.
3. Kualitas IR tidak berpengaruh terhadap risiko perusahaan. Elemen-elemen
konten IR yang digunakan untuk mengukur kualitas IR dalam penelitian ini
terdapat dalam kerangka IR yang dinilai memiliki kelemahan. Kelemahan
tersebut yaitu kerangka IR yang diterbitkan oleh IIRC terlalu berfokus pada
bagaimana sumber daya atau modal dapat digunakan untuk pencapaian
perusahaan dan cenderung mengabaikan bagaimana dampak aktivitas
perusahaan terhadap stakeholder, masyarakat dan lingkungan secara luas
sehingga informasi-informasi di dalam IR perusahaan menjadi kurang
menyeluruh. Dengan demikian, meskipun kualitas IR perusahaan dinilai baik,
namun laporan tersebut tetap memiliki kekurangan dalam memenuhi
kebutuhan informasi secara lebih luas sehingga tidak dapat menurunkan risiko
perusahaan.
4. Efektivitas komite audit tidak berperngaruh terhadap risiko perusahaan
melalui kualitas IR. Kerangka IR yang digunakan sebagai pengukuran kualitas
IR dalam penelitian ini dinilai mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut yaitu
tidak mewajibkan perusahaan mengungkapkan informasi mengenai dampak
yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan secara penuh dan memberikan
diskresi kepada manajemen perusahaan terlalu banyak. Sehingga, IIRC terlalu
menghormati kebijaksanaan manajemen dengan tidak memberikan kewajiban
146
khusus berupa standar atau peraturan dalam mengungkapkan risiko. IR yang
diterbitkan perusahaan dimungkinkan untuk merahasiakan informasi yang
tidak ingin diketahui publik dan hanya melaporkan risiko secara umum,
sehingga kebutuhan stakeholder akan informasi perusahaan kurang terpenuhi
dan tidak dapat menjamin keberlangsungan perusahaan jangka panjang.
Dengan demikian, meskipun kualitas IR perusahaan dinilai baik namun tetap
tidak dapat membantu komite audit dalam menurunkan risiko perusahaan.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Komite audit yang telah berperan secara efektif tidak dapat menurunkan risiko
perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi karena status dan kedudukan hukum
komite audit yang bukan merupakan bagian terintegrasi dalam proses
pengambilan keputusan dan persetujuan formal dewan. Komite audit
bertindak sebagai penasihat serta pelengkap peran dewan direksi sehingga
peran dewan direksi tetap signifikan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan kajian bagi pembuat kebijakan dan pemiliki perusahaan untuk
mengevaluasi peran serta pendelegasian wewenang terhadap komite audit
dalam upaya menurunkan risiko pada sistem tata kelola perusahaan. Perbaikan
pada peran dan pendelegasian wewenang komite audit diharapkan dapat
147
membantu perusahaan dalam mengantisipasi kemungkinan risiko-risiko
sebagai upaya mengelola dan memperhatikan kebutuhan stakeholder sehingga
keberlangsungan jangka panjang perusahaan dapat dipertahankan.
2. Peran komite yang efektif dapat mendorong peningkatan kualitas IR yang
diterbitkan perusahaan. Perusahaan yang telah menerbitkan IR dapat
menggunakan hasil penelitian untuk memperhatikan secara mendalam
karakteristik komite audit yaitu aktivitas, ukuran, keahlian dan kompetensi
komite audit sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas IR.
Dengan demikian, efektifnya peran komite audit dalam perusahaan dapat
menjadi pendorong bagi kualitas IR perusahaan yang lebih baik.
3. Kualitas IR yang baik tidak dapat menurunkan risiko perusahaan. Hal tersebut
dapat terjadi karena kerangka IR yang digunakan pada penelitian ini memiliki
kelemahan. IIRC dapat mempertimbangkan lebih lanjut hasil penelitian ini
untuk mengevaluasi dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat
dalam kerangka IR tersebut salah satunya adalah dengan menambahkan
kewajiban khusus berupa peraturan atau standar mengenai pengungkapan
risiko perusahaan. Dengan demikian, IR dapat memberikan gambaran
menyeluruh mengenai model bisnis perusahaan termasuk risiko sehingga
dapat memenuhi kebutuhan stakeholder.
4. Kegagalan yang terjadi dalam kerangka IR menyebabkan kualitas IR
perusahaan yang baik tidak dapat membantu komite audit dalam menurunkan
risiko perusahaan. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh IIRC untuk
148
menyempurnakan kelemahan-kelemahan dalam kerangka IR sehingga IR
dapat memberikan dampak signifikan terhadap pelaporan perusahaan.
Penyempurnaan dalam kerangka IR dilakukan sebagai upaya dalam
implementasi IR secara lebih luas. Dengan demikian, IR dapat
diimplementasikan pada berbagai bentuk organisasi atau negara dengan
berbagai tahap perkembangan ekonomi, khususnya di negara-negara Asia.
C. Keterbatasan
Penulis menyadari terdapat keterbatasan dalam penelitian ini. Berikut adalah
keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini:
1. Pengukuran efektivitas komite diproksikan dengan karakteristik komite audit
yang terdiri dari aktivitas, ukuran, keahlian dan kompetensi komite audit.
Namun, pengolahan data dalam penelitian ini menggabungkan seluruh
karakteristik tersebut sehingga tidak dapat menganalisis pengaruh dari
masing-masing karakteristik yang dimiliki oleh komite audit.
2. Pengukuran kualitas IR memiliki 8 elemen konten. Namun, penelitian ini
hanya dapat menganalisis seberapa banyak pengungkapkan informasi
mengenai elemen-elemen konten IR ke dalam pelaporan perusahaan secara
keseluruhan sehingga tidak dapat menganalisis pengaruh dari masing-masing
elemen konten IR.
149
3. Pengukuran risiko perusahaan dalam penelitian ini hanya menggunakan satu
proksi yaitu total risiko dengan menghitung standar deviasi dari daily stock
return perusahaan selama 12 bulan sebelumnya yakni bulan April hingga
Maret. Sehingga tidak dapat menganalisis pengaruh efektivitas komite audit
dan kualitas IR terhadap pengukuran risiko lainnya seperti risiko systematic
dan risiko unsystematic.
4. Penelitian ini menguji kualitas IR pada negara yang melaksanakan praktik IR
secara voluntary sehingga kualitas IR yang dihasilkan dapat bervariasi. Oleh
karena itu, hasil dalam penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan bagi negara
yang melaksanakan praktik IR secara mandatory.
D. Saran
Berdasarkan keterbatasan dalam penelitian ini, penulis memberikan beberapa
saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang lebih baik, yaitu sebagai
berikut:
1. Mengukur efektivitas komite audit secara parsial sehingga pengaruh dari
masing-masing karakteristik komite audit yaitu aktivitas, ukuran, keahlian dan
kompetensi komite audit dapat dianalisis dengan baik.
2. Mengukur kualitas IR berdasarkan masing-masing elemen konten dalam
kerangka IR sehingga pengaruh dari masing-masing elemen konten IR
tersebut dapat dilakukan analisis secara mendalam.
150
3. Mengukur risiko perusahaan dengan mengganti atau menambahkan
pengukuran lainnya seperti risiko systematic dan risiko unsystematic sehingga
hasil penelitian menjadi lebih menyeluruh dengan tidak hanya menggunakan
satu proksi.
4. Melakukan pengujian pada negara yang melaksanakan praktik IR secara
mandatory sehingga hasil penelitian dapat menjadi lebih relevan untuk
digunakan secara lebih luas pada berbagai negara.
151
DAFTAR PUSTAKA
Abeysekera, Indra. "A Template for Integrated Reporting". Journal of Intellectual
Capital, Vol. 14, No. 2, Pg. 227–245. 2013.
Ackermann, F., dan Colin Eden. "Strategic Management of Stakeholders: Theory and
Practice". Long Range Planning, Vol. 44, No. 3, Pg. 179–196. 2011.
Agyei-Mensah, Ben Kwame. "The Effect of Audit Committee Effectiveness and Audit
Quality on Corporate Voluntary Disclosure Quality". African Journal of
Economic and Management Studies. 2018.
Akhtaruddin, M., dan Hasnah Haron. "Board Ownership, Audit Committees’
Effectiveness, and Corporate Voluntary Disclosures". Asian Review of
Accounting, Vol. 18, No. 3, Pg. 245–259. 2010.
Al-baidhani, Ahmed Mohsen. "The Role of Audit Committee in Corporate
Governance: Descriptive Study". 2014.
Alijoyo, A., Ali Darwin dan Eddie M. Gunadi. "Komite Audit yang Efektif: Panduan
untuk Komisaris, Direksi dan Komite Audit Perusahaan Publik dan
BUMN". Jakarta: Ray Indonesia. 2006.
Alzharani, A. M., dan Khaled Salmen Aljaaidi. "An Empirical Investigation Of Audit
Committee Effectiveness And Risk Management: Evidence From Saudi
Arabia". Accounting dan Taxation, Vol. 7, No. 1, Pg. 39–49. 2015.
Appuhami, Ranjith. "The Signalling Role of Audit Committee Characteristics and The
Cost of Equity Capital Australian Evidence". Pacific Accounting Review,
Vol. 30, No. 3, Pg. 387–406. 2018.
Asian Corporate Governance Association. "The Roles and Functions of Kansayaku
Boards Compared to Audit Committees". Pg. 1–33. 2013.
Atinc, G., dan Maria J. Simmering. "Control Variable Use and Reporting in Macro
and Micro Management Research". Organizational Research Methods,
Vol. 15, No. 1, Pg. 57-74. 2012.
Awadallah, E. A., dan Amir Allam. "A Critique of the Balanced Scorecard as a
Performance Measurement Tool". International Journal of Business and
Social Science, Vol. 6, No. 7, Pg. 91–99. 2015.
Baboukardos, D., dan Gunnar Rimmel. "Value Relevance of Accounting Information
Under an Integrated Reporting Approach : A Research Note". Journal
Account Public Policy, Vol. 35, Pg. 437–452. 2016.
Bananuka, J., S.K. Nkundabanyanga., I. Nalukenge, dan Twaha Kaawaase. "Internal
152
Audit Function, Audit Committees’ Effectiveness and Accountability in the
Ugandan Statutory Corporation". Journal of Financial Reporting and
Accounting, Vol. 16, No. 1, Pg. 138–157. 2017.
Barnea, A., dan Amir Rubin. "Corporate Social Responsibility as a Conflict Between
Shareholders". Journal of Business Ethics, Vol. 97, No. 1, Pg. 71–86. 2010.
Barth, M. E., S. F. Cahan, Li Chen, dan E. R. Venter. "The Economic Consequences
Associated with Integrated Report Quality: Early Evidence from a
Mandatory Setting". 2015.
Boubaker, L., M. Djebabra, dan S. Saadi. "Contribution of Stakeholder Theory in the
Management of Environmental Quality of Algerian Firms Case Study of
the SONATRACH Group, Algeria". Management of Environmental
Quality: An International Journal, Vol. 25, No. 3, Pg. 335–351. 2014.
Brennan, N. M., dan C. E. Kirwan. "Audit Committees: Practices, Practitioners and
Praxis of Governance". Accounting, Auditing dan Accountability Journal,
Vol. 28, No. 4, Pg. 466–493. 2015.
Busse, C., A. Regelmann, H. Chithambaram, dan S. M Wagner. "Managerial
Perceptions of Energy in Logistics : An Integration of the Theory of
Planned Behavior and Stakeholder Theory". International Journal of
Physical Distribution dan Logistics Management, Vol. 47, No. 6, Pg. 447–
471. 2017.
Ching, H., dan F. Gerab. "Sustainability Reports in Brazil Through The Lens of
Signaling, Legitimacy and Stakeholder Theories". Social Responsibility
Journal, Vol. 13, No. 1. 2017.
Coleman, L., dan R. M Casselman. "Optimizing Decisions Using Knowledge Risk
Strategy". Journal of Knowledge Management, Vol. 20, No. 5, Pg. 936–
958. 2016.
Connelly, B. L., S. T. Certo, R. D. Ireland, dan C. R. Reutzel. "Signaling Theory : A
Review and Assessment". Journal of Management, Vol. 37, No. 1, Pg. 39–
67. 2011.
Crisan, A. R., dan M. T. Fulop. "The Role of The Audit Committee in Corporate
Governance – Case Study for a Sample of Companies Listed on BSE and
The London Stock Exchange - FTSE 100". Procedia Economics and
Finance, Vol. 15, No. 14, Pg. 1033–1041. 2014.
Dah, M. A. M., dan M. Jizi. "Women on Boards, Sustainability Reporting and Firm
Performance". Sustainability Accounting, Management and Policy
Journal, Vol. 7, No. 33, Pg. 376–401. 2016.
153
De Villiers, C., Pei-Chi Hsiao, dan Warren Maroun. "Developing a Conceptual Model
of Influences Around Integrated Reporting, New Insights and Directions
for Future Research". Meditari Accountancy Research, Vol. 25, No. 4, Pg.
450–460. 2017.
De Villiers, C., L. Rinaldi, dan J. Unerman. "Integrated Reporting : Insights, Gaps and
An Agenda for Future Research". Accounting, Auditing dan
Accountability Journal, Vol. 27, No. 7, Pg. 1042–1067. 2014.
De Villiers, C., E.R. Venter, dan P. K. Hsiao. "Integrated Reporting: Background ,
Measurement Issues, Approaches and An Agenda for Future Research".
Accounting and Finance Journal. 2016.
Dhaliwal, D. S., O.Z. Li, A. Tsang, dan Y. G. Yang. "Voluntary Non financial
Disclosure and the Cost of Equity Capital : The Initiation of Corporate
Social Responsibility Reporting". The Accounting Review, Vol. 86, No. 1,
Pg. 59–100. 2011.
Dumay, J., Cristina Bernardi, James Guthrie, dan P. Demartini. "Integrated reporting:
A Structured Literature Review". Accounting Forum, Vol. 40, No. 3, Pg.
166–185. 2016.
Eastburn, R. W., dan A. Sharland. "Risk Management and Managerial Mindset". The
Journal of Risk Finance, Vol. 18, No. 1. 2017.
Elahi, Ehsan. "Risk Management: The Next Source of Competitive Advantage".
Foresight, Vol. 15, No. 2, Pg. 117–131. 2014.
Ernst & Young. EY’s Excellence in Integrated Reporting Awards 2014. 2014.
Ferdinand, Augusty. "Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen".
Seri Pustaka Kunci. 2014.
Flower, John. "Critical Perspectives on Accounting The International Integrated
Reporting Council : A story of Failure". Critical Perspectives on
Accounting, Vol. 27, Pg. 1–17. 2015.
Fox, John. "An Introduction to Structural Equation Modeling". 2008.
Frias-Aceituno, J. V., L. Rodriguez-Ariza, dan I. M. Garcia-Sanchez. "The Role of the
Board in The Dissemination of Integrated Corporate Social Reporting".
Corporate Social Responsibility and Environmental Management, Vol. 20,
No. 4, Pg. 219–233. 2012.
Frias-Aceituno, J. V., L. Rodríguez-Ariza, dan I. M. Garcia-Sánchez. "Explanatory
Factors of Integrated Sustainability and Financial Reporting". Business
Strategy and the Environment, Vol. 72, Pg. 56–72. 2014.
154
Frías-aceituno, J. V, L. Rodríguez-ariza, dan I. M. García-sánchez. "Is integrated
Reporting Determined by A Country’s Legal System? An Exploratory
Study". Journal of Cleaner Production, Vol. 44, Pg. 45–55. 2013.
García-Sánchez, I.-M., dan L. Noguera-Gámez. "Integrated Reporting and Stakeholder
Engagement: The Effect on Information Asymmetry". Corporate Social
Responsibility and Environmental Management. 2017.
Garson, David. "Testing Statistical Assumptions". Statistical Associates Publishing.
2012.
Ghozali, Imam. "Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21".
Semarang: Universitas Diponegoro. 2013
Haji, Abdifatah Ahmed. "The Role of Audit Committee Attributes in Intellectual
Capital Disclosures: Evidence from Malaysia". Managerial Auditing
Journal, Vol. 30, No. 8/9. 2015.
Haji, A. A., dan M. Anifowose. "Audit Committee and Integrated Reporting Practice :
Does Internal Assurance Matter?". Managerial Auditing Journal,Vol. 31,
No. 8/9, Pg. 915–948. 2016.
Hassan, Nermine. S. M. "Investigating the Impact of Firm Characteristics on the Risk
Disclosure Quality". International Journal of Business and Social Science,
Vo. 5, No. 9, Pg. 109–119. 2014.
Hermawan, Ancella Aanitawati. "The Influence of Effective Board of Commissioners
and Audit Committee on The Informativeness of Earnings: Evidence From
Indonesian Listed Firms". Asia Pacific Journal of Accounting and Finance,
Vol. 2, No. 1. 2011.
Hoque, Mohammad Enamul. "Why Company Should Adopt Integrated Reporting?".
International Journal of Economics and Financial, Vol. 7, No. 1, Pg. 241–
248. 2017.
Huang, Hsu-Huei. "Audit Committees and Systematic Risk: Evidence from Taiwan’s
Regulatory Change". North American Journal of Economics and Finance.
2018.
IIRC. The International IR Framework. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2018, dari
http://integratedreportig.org. 2013.
Iswajuni, I., A. Manasikana, dan S. Soetedjo. "The Effect of Enterprise Risk
Management (ERM) on Firm Value in Manufacturing Companies Listed
on Indonesian Stock Exchange year 2010-2013". Asian Journal of
Accounting Research, Vol. 3, No. 2, Pg. 224–235. 2018.
Japan’s Corporate Governance Code. Japan’s Corporate Governance Code. 2018.
155
Jo, H., dan H. Na. "Does CSR Reduce Firm Risk ? Evidence from Controversial
Industry Sectors". Journal of Business Ethics. 2012.
KPMG. "Is Everything Under Control? Audit Committee Challenges and Priorities".
KPMG’s Audit Committee Institute, Pg. 1–36. 2017.
KPMG. "Survey of Integrated Reports in Japan 2017". Integrated Reporting Center of
Excellence KPMG in Japan, Pg. 1–28. 2018.
Lary, A. M., dan Dennis W. Taylor. "Governance Characteristics and Role
Effectiveness of Audit Committees". Managerial Auditing Journal, Vol. 27,
No. 4, Pg. 336–354. 2011.
Lee, K. W., dan Gillian Hian-Heng Yeo. "The Association Between Integrated
Reporting and Firm Valuation". Review of Quantitative Finance and
Accounting, Vol. 47, No. 4, Pg. 1221–1250. 2016.
Lenard, M. J., Y. Bing, E. A. York, dan S. Wu, "Impact of Board Gender Diversity on
Firm Risk". Managerial Finance, Vol. 40, No. 8, Pg. 787–803. 2014.
Li, Hao, Jr, John S. Jahera, dan Yost, K. "Corporate Risk and Corporate Governance:
Another View". Managerial Finance, Vol. 39, No. 3, Pg. 204–227. 2013.
Lodhia, Sumit. "Exploring the Transition to Integrated Reporting Through a Practice
Lens: An Australian Customer Owned Bank Perspective". Journal of
Business Ethics, Vol. 129, Pg. 585–598. 2015.
Magrane, J., dan S. Malthus. "Audit Committee Effectiveness: A Public Sector Case
Study". Managerial Auditing Journal, Vol. 25, No. 5, Pg. 427–443. 2012.
Mainardes, E. W., H. Alves, dan M. Raposo. "Stakeholder Theory: Issues to Resolve".
Management Decision, Vol. 49, No. 2, Pg. 226–252. 2011.
Maniora, Janine. "Is Integrated Reporting Really the Superior Mechanism for the
Integration of Ethics into the Core Business Model? An Empirical
Analysis". Journal of Business Ethics. 2015.
Marx, B., dan A. Van Der Watt. "Sustainability and Integrated Reporting: An Analysis
of The Audit Committee’s Oversight Role". Journal for New Generation
Sciences, Vol. 9, No. 2, Pg. 56–71. 2010.
Mathew, S., S. Ibrahim, dan S. Archbold. "Boards Attributes that Increase Firm Risk -
Evidence from the UK". Corporate Governance: The International Journal
of Business in Society, Vol. 16, No. 2, Pg. 233–258. 2016.
Mathew, S., S. Ibrahim, dan S. Archbold. "Corporate Governance and Firm Risk".
Corporate Governance: The International Journal of Business in Society,
Vol. 18, No. 1, Pg. 52–67. 2018.
156
Mohajan, Haradhan. "Two Criteria for Good Measurements in Research: Validity and
Reliability". MPRA Paper. 2017.
Nguyen, P., dan A. Nguyen. "The Effect of Corporate Social Responsibility on Firm
Risk". Social Responsibility Journal, Vol. 11, No. 2, Pg. 324–339. 2015.
Nobre, L. H. N., J. E. Grable, Da Silva, V. wesley dan F. C. Nobre. "Managerial Risk
Taking: A Conceptual Model for Business Use Model". Management
Decision, Vol. 56, No. 11, Pg. 2487–2501. 2018.
Oikonomou, I., C. Brooks, dan S. Pavelin. "The Impact of Corporate Social
Performance on Financial Risk and Utility: A Longitudinal Analysis".
Financial Management, Vol. 41, No. 2, Pg. 1–33. 2012.
Oruc, I., dan M. Sarikaya. "Normative Stakeholder Theory in Relation to Ethics of
Care". Social Responsibility Journal, Vol. 7, No. 33, Pg. 381–392. 2011.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55. "Pembentukan dan Pedoman
Pelaksanaan Kerja Komite Audit". 2015.
Rahim, M. F. A., R. J. Johari, dan N. F. Takril. "Revisited Note on Corporate
Governance and Quality of Audit Committee: Malaysian Perspective".
Procedia Economics and Finance, Vol. 28, Pg. 213–221. 2015.
Rambaud, A., dan J. Richard. "Critical Perspectives on Accounting The “Triple
Depreciation Line” Instead of The "Triple Bottom Line": Towards A
Genuine Integrated Reporting". Critical Perspectives on Accounting, Vol.
33, Pg. 92–116. 2015.
Renn, O., A. Klinke, dan M. V Asselt. "Coping With Complexity, Uncertainty and
Ambiguity in Risk Governance: A Synthesis". Springer, Vol. 40, Pg. 231–
246. 2011.
Rensburg, R., dan E. Botha. "Is Integrated Reporting The Silver Bullet of Financial
Communication? A Stakeholder Perspective from South Africa". Public
Relations Review, Vol. 40, No. 2, Pg. 144–152. 2014.
Reuter, M., dan Martin Messner. "Lobbying on The Integrated Reporting Framework
An Analysis of Comment Letters to The 2011 Discussion Paper of IIRC".
Accounting, Auditing dan Accountability Journal, Vol. 28, No. 3, Pg. 365–
402. 2015.
Rivera-arrubla, Y. A., A. Zorio-grima, dan M. A. García-benau. "Integrated Reports:
Disclosure Level and Explanatory Factors". Social Responsibility Journal,
Vol. 13, No. 1, Pg. 155–176. 2017.
Roxana-ioana, B., Petru, S. "Integrated Reporting for a Good Corporate Governance".
"Ovidius" University Annals, Economic Sciences Series, Vol. 17, No. 1,
157
Pg. 424–428. 2017.
Salehi, M., M. Tahervafaei, dan H. Tarighi. "The Effect of Characteristics of Audit
Committee and Board on Corporate Profitability in Iran". Journal of
Economic and Administrative Sciences, Vol. 34, No. 1, Pg. 71–88. 2018.
Saputra, A. Ghany. "Tuntutan Kompetensi Manajemen Risiko Bagi Anggota Komite
Audit di Tingkat Global dan Di Indonesia". Artikel diakses pada tanggal 4
Maret 2019, dari http://www2.crmsindonesia.org/knowledge/crms-
articles/tuntutan-kompetensi-manajemen-risiko-bagi-anggota-komite-
audit-di-tingkat. 2014.
Sassen, R., A. Hinze, dan I. Hardeck. "Impact of ESG factors on Firm Risk in Europe".
Journal of Business Economics, Vol. 86, No. 8, Pg. 867–904. 2016.
Setiawan, Amelia. "Integrated Reporting: Are Indonesian Companies Ready to Do
It ?". Asian Journal of Accounting Research, Vol. 1, No. 2, Pg. 62–70.
2016.
Stent, W., dan Dowler, T. "Early Assessments of The Gap Between Integrated
Reporting and Current Corporate Reporting". Meditari Accountancy
Research, Vol. 23, No. 1, Pg. 92–117. 2015.
Steyn, Maxi. "Organisational Benefits and Implementation Challenges of Mandatory
Integrated Reporting Perspectives of Senior Executives at South African
Listed Companies". Sustainability Accounting, Management and Policy
Journal, Vol. 5, No. 4, Pg. 476–503. 2014.
Stubbs, W., dan Colin Higgins. "Integrated Reporting and Internal Mechanisms of
Change". Accounting, Auditing dan Accountability Journal, Vol. 27, No.
7, Pg. 1068–1089. 2014.
Stubbs, W., dan Colin Higgins. "Stakeholders’ Perspectives on the Role of Regulatory
Reform in Integrated Reporting". Journal of Business Ethics. 2015.
Suwaldiman. "Kapita Selekta Akuntansi: Current Issues dalam Teori Akuntansi dan
Akuntansi Manajemen". Yogyakarta: Ekonisia. 2009.
Talpur, S., M. Lizam, dan S.M. Zabr. "Do Audit Committee Structure Increases
Influence The Level of Voluntary Corporate Governance Disclosures?".
Property Management, Vol. 36, No. 5, Pg. 544–561. 2018.
The Institute of Internal Auditors. "The Carillion Failure: Misunderstood Risks and
Constrained Auditors". 2018.
Toit, E. du, R. Zyl, Van, dan G. Schutte. "Integrated Reporting by South African
Companies: A Case Study". Meditari Accountancy Research, Vol. 25, No.
4, Pg. 654–674. 2016.
158
Tokyo Stock Exchange Inc. "TSE-Listed Companies White Paper on Corporate
Governance". 2017.
Tse, Terence. "Shareholder and Stakeholder Theory: After The Financial Crisis".
Qualitative Research in Financial Markets, Vol. 3, No. 1, Pg. 51–63. 2011.
Velte, P., dan Martin Stawinoga. "Integrated Reporting: The Current State of
Empirical Research, Limitations and Future Research Implications".
Journal of Management Control, Vol. 28, No. 3, Pg. 275–320. 2017.
Wamba, L. D., Eric Braune, dan Lubica Hikkerova. "Does Shareholder-Oriented
Corporate Governance Reduce Firm Risk ? Evidence from Listed
European Companies". Journal of Applied Accounting Research, Vol. 19,
No. 2, Pg. 295–311.
Williams, R., Paul D. Allison, dan Enrique Moral-benito. "Linear Dynamic Panel-Data
Estimation Using Maximum Likelihood and Structural Equation
Modeling". The Stata Journal, Vol. 18, No. 2, Pg. 293–326. 2018.
Zhou, S., Roger Simnett, dan Wendy Green. "Does Integrated Reporting Matter to the
Capital Market?". Journal of Accounting, Finance and Business Studies,
Vol. 53, No. 1. 2017.
160
Lampiran 1
TABEL KELENGKAPAN DATA PENELITIAN
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
1 Ajinomoto Co., Inc.
2 Alps Electric Co.,
Ltd.
3 Ana Holdings Inc.
4 Asahi Group
Holdings, Ltd.
5 Asahi Kasei Corp.
6 Astellas Pharma Inc.
7 Azbil Corporation
8 Bandai Namco
Holdings Inc.
9 Bridgestone
Corporation
10 Capcom Co., Ltd.
Bersambung ke halaman selanjutnya
161
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
11 Chubu Electric
Power Co., Inc.
12 Chugai
Pharmaceutical Co.,
Ltd.
13 Daicel Corporation
14 Daifuku Co., Ltd.
15 Daiwa House
Industry Co., Ltd.
16 Denka Company
Limited
17 Denso Corporation
18 Dentsu Inc.
19 Don Quijote
Holdings Co., Ltd.
20 Dynam Japan
Holdings Co., Ltd.
Bersambung ke halaman selanjutnya
162
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
21 Ebara Corporation
22 Eisai Co., Ltd.
23 Electric Power
Development Co.,
Ltd.
24 FamilyMart UNY
Holdings Co., Ltd.
25 Freund Corp
26 Fuji Electric Co.,
Ltd.
27 Fujifilm Holdings
Corporation
28 Fujikura Ltd.
29 Fujitsu Limited
30 Hakuhodo DY
Holdings Inc.
Bersambung ke halaman selanjutnya
163
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
31 Hitachi Ltd Group
32 Hitachi Metals, Ltd.
33 Hitachi Transport
System, Ltd.
34 Hitachi Zosen
Corporation
35 Horiba, Ltd.
36 Idemitsu Kosan Co.,
Ltd.
37 Iino Kaiun Kaisha,
Ltd.
38 Ito En, Ltd.
39 Itochu Corporation
40 Itochu Enex Co.,
Ltd.
Bersambung ke halaman selanjutnya
164
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
41 Itochu Techno-
Solution Corporation
42 J. Front Retailing
Co., Ltd.
43 Japan Airlines Co.
Ltd.
44 Japan Petroleum
Exploration Co., Ltd.
45 JGC Corporation
46 JTEKT Corporation
47 JVC Kenwood
Corporation
48 JXTG Holdings, Inc.
49 Kajima Corporation
50 Kaneka Corporation
Bersambung ke halaman selanjutnya
165
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
51 Kanematsu
Corporation
52 Kansai Paint Co.,
Ltd.
53 Kawasaki Heavy
Industries, Ltd.
54 KDDI Corporation
55 Kirin Holdings
Company, Limited
56 Konica Minolta, Inc.
57 Kubota Corporation
58 Kyowa Exeo
Corporation
59 Kyowa Hakko Kirin
Co., Ltd.
60 Lawson, Inc.
Bersambung ke halaman selanjutnya
166
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
61 Lintec Corporation
62 Lion Corporation
63 Lixil Group
Corporation
64 Marubeni
Corporation
65 Medipal Holdings
Corporation
66 Meiji Holdings Co.,
Ltd.
67 Mitsubishi
Corporation
68 Mitsubishi Heavy
Industries, Ltd.
69 Mitsubishi Tanabe
Pharma Corporation
70 Mitsui dan Co, Ltd.
Bersambung ke halaman selanjutnya
167
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
71 Mitsui O.S.K Lines,
Ltd.
72 Nagase dan Co., Ltd.
73 NEC Corporation
74 Nec Networks dan
System Integration
Corporation
75 NGK Insulators, Ltd.
76 NGK Spark Plug
Co., Ltd.
77 Nichicon
Corporation
78 Nichirei Corporation
79 Nihon Kohden
Corporation
Bersambung ke halaman selanjutnya
168
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
80 Nippon Telegraph
And Telephone
Corporation
81 Nippon Yusen
Kabushiki Kaisha
82 Nissan Chemical
Industries, Ltd.
83 Nisshinbo Holdings
Inc.
84 Nissin Food
Holdings Co., Ltd.
85 Nomura Co. Ltd.
86 Nomura Research
Institute, Ltd.
87 NSK Ltd.
88 NTN Corporation
Bersambung ke halaman selanjutnya
169
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
89 NTT Data
Corporation
90 Obayashi Corporation
91 Ohara Inc.
92 Oji Holdings
Corporation
93 Olympus Corporation
94 Omron Corporation
95 Ono Pharmaceutical
Co., Ltd.
96 Penta-Ocean
Construction Co., Ltd.
97 Pigeon Corporation
98 Pola Orbis Holdings
Inc.
99 Ricoh Company, Ltd.
Bersambung ke halaman selanjutnya
170
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
100 Rohm Company
Limited
101 Sanki Engineering
Co., Ltd.
102 Santen
Pharmaceutical
Co., Ltd.
103 Sanwa Holdings
Corporation
104 Sato Holdings
Corporation
105 Sawai
Pharmaceutical
Co., Ltd.
106 Screen Holdings
Co., Ltd.
107 SCSK Corporation
Bersambung ke halaman selanjutnya
171
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
108 Sega Sammy
Holdings Inc.
109 Seiko Epson
Corporation
110 Sekisui Chemical
Co., Ltd.
111 Sekisui House, Ltd.
112 Seven dan I
Holdings Co., Ltd.
113 Shikoku Electric
Power Company,
Incorporated
114 Shimadzu
Corporation
115 Shimizu
Corporation
Bersambung ke halaman selanjutnya
172
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
116 Shin-Etsu
Chemical Co., Ltd.
117 Shionogi dan Co.,
Ltd.
118 Shiseido Company,
Limited
119 Showa Denko K.K
120 Showa Shell
Sekiyu K.K
121 Sojitz Corporation
122 Subaru Corporation
123 Sumitomo
Chemical
Company, Limited
124 Sumitomo
Corporation
Bersambung ke halaman selanjutnya
173
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
125 Sumitomo Foresty
Co., Ltd.
126 Sumitomo Heavy
Industries, Ltd.
127 Sumitomo Metal
Mining Co., Ltd.
128 Sumitomo Mitsui
Conctruction
129 Suzuken Co Ltd
130 Sysmex Corp
131 Taisho
Pharmaceutical
Holdings
132 Taiyo Nippon
Sanso Corporation
133 Teijin Limited
Bersambung ke halaman selanjutnya
174
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
134 Terumo
Corporation
135 T-Gaia Corporation
136 Tobishima
Corporation
137 Toda Corporation
138 Tokyo Electric
Power Company
Holdings, Inc.
139 Toppan Forms Co.,
Ltd.
140 Toppan Printing
Co., Ltd.
141 Toshiba
Corporation
142 Toto Ltd.
Bersambung ke halaman selanjutnya
175
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
143 Toyo Engineering
Corporation
144 Toyoda Gosei Co.,
Ltd
145 Toyota Boshoku
Corporation
146 Toyota Industries
Corporation
147 Toyota Motor
Corporation
148 TS Tech Co., Ltd.
149 Tsubakimoto Chain
Co.
150 Ube Industries,
Ltd.
Bersambung ke halaman selanjutnya
176
No Perusahaan Komite Audit
Kualitas Integrated
Reporting Risiko Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
151 Ulvac, Inc.
152 Unicarm
Corporation
153 United Arrows Ltd.
154 Wacoal Holding
Corp
155 Yahoo Japan
Corporation
156 Yamada Denki Co.,
Ltd.
157 Yamaha Motor
Co., Ltd.
158 Yamato Holdings
Co., Ltd.
159 Yaskawa Electric
Corporation
177
Lampiran 2
CEKLIS KUALITAS INTEGRATED REPORTING
Panel A: 31 components included in the coding framework
No Dimensions Components Scoring Scheme
Minimum
Score
Maximum
Score
1 Organizational overview and
operating context
1.1 Reporting
boundary
0 1
What does the organization do and
what are the circumstances under
which it operates
1.2 Mission and value 0 1
1.3 Business overview 0 1
1.4 Operating context 0 1
1.5 Summary statistic 0 1
2 Governance 2.1 Governance
structure
0 1
What is the organization's
governance structure, and how
does it support the organization's
ability to create value in the short,
medium, and long term?
2.2 Governance and
strategy
0 1
2.3 Remuneration and
performance
0 1
2.4 Governance and
others
0 1
3 Opportunities and risks 3.1 Risks 0 1
What are the key opportunities and
risks faced by the organization?
3.2 Opportunities 0 1
4 Strategy and resource allocation
plans
4.1 Strategic
objectives
0 1
Where does the organization want
to go and how does it intend to get
there?
4.2 Links between
strategy and other
elements
0 1
4.3 Competitive
advantage
0 1
4.4 Stakeholder
consultations
0 1
Bersambung ke halaman selanjutnya
178
No Dimensions Components Scoring Scheme
Minimum
Score
Maximum
Score
5 Business model 5.1 Business model
description
0 1
What are the organization's key
inputs, value-adding activities, and
outputs by which it aims to create
value over the short, medium, long
term?
5.2 Links between
business model and
other
0 1
5.3 Stakeholder
dependencies
0 1
6 Performance and outcomes 6.1 KPI's againts
strategy
0 1
How has the organization
performed against its strategic
objectives and related startegies,
and what are the key outcomes
resulting from its activities?
6.2 Explanation of
KPIs
0 1
6.3 Stakeholder
relationship
0 1
6.4 Past, current, and
future performance
0 1
6.5 Financial
implications of other
capitals
0 1
6.6 Supply chain
performance
0 1
6.7 The quality of
quantitative indicators
0 1
7 Future outlook 7.1 Anticipated
changes
0 1
What opportunities, risks,
challanges, and uncertainities is
the organization likely to
encounter potential implications
for its strategies and future
performance.
7.2 Potential
implications
0 1
7.3 Estimates
0 1
Bersambung ke halaman selanjutnya
179
No Dimensions Components Scoring Scheme
Minimum
Score
Maximum
Score
8 Other elements 8.1 Conciseness and
links
0 1
What are the other elements that
reflect the guiding principles of
integrated reporting, but are not
specifically mentioned in the
content elements?
8.2 Materiality
determination process
0 1
8.3 The board sign-off 0 1
180
Lampiran 3
CEKLIS EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT
No. Description Good Fair Poor
A. Audit Committee Activities
1-5 Assess the responsibilities fulfilled by the audit
committee during the year, include the
following items:
1. Evaluating internal control
2. Propose auditor
3. Financial report review
4. Evaluating legal compliance
5. Prepare a complete audit committee report
for disclosure.
In each category, if the responsibility is
fulfilled, firms will receive a ‘good’ score. If the
responsibility is fulfilled a part, the company
will receive a ‘fair’ score. If the responsibility
is not fulfilled, or no information, the company
will receive a ‘poor’ score.
6 How many meetings were held during the year?
If the audit committee meets more than six
times, the firm will earn a ‘good’ score. If 4 – 6
meeting, the firm will earn a ’fair’ score, while
less than four time or no information will be
scored as ‘poor’.
7 What is attendance performance of the audit
committee members during the year?
If the overall audit committee attendance for
the year is greater than 80%, the firm earns a
‘good’ score. If attendance is 70 -80% receives
a ‘fair’ score, and less than 70% or no
information receives a ’poor’ score.
Bersambung ke halaman selanjutnya
181
No. Description Good Fair Poor
8 Does the audit committee evaluate the scope,
accuracy, cost effectiveness, independency and
objectivity of external auditor?
If the audit committee evaluates all of the items,
the firm has a ‘good’ score, If only some part of
the items was evaluated, the score will be ‘fair’.
And if none of the items was evaluated, the score
will be ‘poor’.
B. Audit Committee Size
9 What is the size of the audit committee?
If there are 3 people in the audit committee the
score will be ‘fair’, and if there is more than 3
person in the audit committee, the score will be
‘good’. If there is no information, the score will
be ‘poor’.
C. Audit Committee Expertise and Competence
10 Does the audit committee have an accounting
background?
If the company has more than 1 person with
accounting background, the firm will earn a
‘good’ score. If the company has only 1 person
with accounting background, the firm earns a
‘fair’ score, and if none has accounting
background or no information, the score will be
‘poor’.
11 What is the average age of the audit committee?
If the average age of the audit committee is more
than 40 years old, the company will receive a
‘good’ score. If the average age of the audit
committee is between 30 and 40 years old, the
score is ‘fair’, and if the average age is below 30
years old, the score will be ‘poor’.
182
Lampiran 4
CONTOH IR YANG DITERBITKAN PERUSAHAAN (SEIKO EPSON CORPORATION)
Bersambung ke halaman selanjutnya