229
i PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT TERHADAP RISIKO PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS INTEGRATED REPORTING SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Empiris Laporan Perusahaan di Jepang Periode 2014, 2015, 2016 dan 2017) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi Oleh: Annisa Alhasani NIM: 11150820000020 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

pengaruh efektivitas komite audit terhadap risiko - Repository

Embed Size (px)

Citation preview

i

PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT TERHADAP RISIKO

PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS INTEGRATED REPORTING

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(Studi Empiris Laporan Perusahaan di Jepang Periode 2014, 2015, 2016 dan

2017)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh:

Annisa Alhasani

NIM: 11150820000020

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

ii

iii

iv

v

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Annisa Alhasani

2. Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 30 Januari 1997

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Alamat : Perumahan Taman Anyelir 2, Blok D2 No. 1,

Kalimulya, Cilodong, Depok, Jawa Barat

5. Telepon : 0838-9183-6120

6. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. TK (2002-2003) : TK Al-Jihad

2. SD (2003-2009) : SDN Kaliabang Tengah VII

SDN Depok Jaya 1

3. SMP (2009-2012) : SMPN 1 Depok

4. SMA (2012-2015) : MAN 13 Jakarta

5. S1 (2015-2019) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Yuliana Sutarto

2. Ibu : Sri Antini Esih

3. Anak ke- : Kedua dari Tiga Bersaudara

vii

THE INFLUENCE OF AUDIT COMMITTEE EFFECTIVENESS ON FIRM

RISK WITH INTEGRATED REPORTING QUALITY AS INTERVENING

VARIABLE

(Empirical Study on Company Reports in Japan period 2014, 2015, 2016 and 2017)

ABSTRACT

This study aims to provide empirical evidence about the influence of audit

committee effectiveness on firm risk with integrated reporting (IR) quality as the

intervening variable. The independent variable in this study is audit committee

effectiveness measured by the characteristics of the audit committee. The dependent

variable in this study is firm risk measured by the firm's total risk, while IR quality is

used as an intervening variable measured by content elements within the IR framework

published by The International Integrated Reporting Council (IIRC).

The population in this study is a company listed on the Tokyo Stock Exchange

(TSE) in Japan that has issued IR. This research uses quantitative methods with panel

data. Data for firm risk variables are taken from the datastream, while data for audit

committee effectiveness variables and IR quality are taken from the company's annual

reports which are accessed through the official website of each company and on TSE.

Data analysis and hypothesis testing in this study were conducted using Structural

Equation Modeling (SEM) with the help of STATA Version 13 software.

The results of this study found that the audit committee effectiveness and the IR

quality has no effect on firm risk. Whereas, the audit committee effectiveness has a

positive and significant effect on IR quality. The study also found that the audit

committee effectiveness has no effect on firm risk through IR quality because the IR

framework issued by the IIRC was considered to have failed, so that it would only have

a small impact on company reporting.

Keywords: audit committee effectiveness, integrated reporting quality, and firm risk

viii

PENGARUH EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT TERHADAP RISIKO

PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS INTEGRATED REPORTING

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(Studi Empiris Laporan Perusahaan di Jepang Periode 2014, 2015, 2016 dan

2017)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh

efektivitas komite audit terhadap risiko perusahaan dengan kualitas integrated reporting

(IR) sebagai variabel intervening. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

efektivitas komite audit yang diukur degan menggunakan karakteristik komite audit.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah risiko perusahaan yang diukur dengan

menggunakan total risiko perusahaan, sedangkan kualitas IR digunakan sebagai variabel

intervening yang diukur dengan menggunakan elemen-elemen konten dalam kerangka

IR yang diterbitkan oleh The International Integrated Reporting Council (IIRC).

Populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan terdaftar pada Tokyo Stock

Exchange (TSE) di Jepang yang telah menerbitkan IR. Penelitian ini menggunakan

metode kuantitatif dengan data panel. Data untuk variabel risiko perusahaan diperoleh

dari datastream, sedangkan data untuk variabel efektivitas komite audit dan kualitas IR

diperoleh dari laporan tahunan perusahaan yang diakses melalui situs resmi perusahaan

masing-masing maupun di TSE. Analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan

bantuan software STATA Versi 13.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas komite audit dan kualitas

IR tidak berpengaruh terhadap risiko perusahaan. Sedangkan, efektivitas komite audit

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas IR. Penelitian ini juga

menemukan bahwa efektivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap risiko

perusahaan melalui kualitas IR karena kerangka IR yang diterbitkan oleh IIRC dinilai

telah mengalami kegagalan sehingga hanya akan memiliki dampak kecil terhadap

pelaporan perusahaan.

Kata kunci: efektivitas komite audit, kualitas integrated reporting, dan risiko

perusahaan

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah Swt. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang

telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skirpsi yang berjudul “Pengaruh Efektivitas Komite Audit

Terhadap Risiko Perusahaan Dengan Kualitas Integrated Reporting Sebagai

Variabel Intervening (Studi Empiris Laporan Perusahaan di Jepang Periode

2014, 2015, 2016 dan 2017)”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada

junjungan Nabi Muhammad Saw. teladan bagi insan di muka bumi ini.

Penyusunan skirpsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat-syarat guna

mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah

membantu. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas kekuatan dan

kehendak Allah Swt. skripsi ini dapat diselesaikan. Selain itu, penulis juga ingin

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan skirpsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak dan Umi) yang selalu memberikan dukungan

terbesar baik berupa moril dan materil. Terima kasih atas segala doa yang telah

kalian panjatkan, pengorbanan dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

2. Kakak dan adikku yang telah memberikan semangat, segala bantuan dan doa

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita dapat menjadi

anak-anak yang membanggakan bagi kedua orang tua kita baik di dunia maupun

di akhirat.

x

3. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP., CRMP selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Yusar Sagara, SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CPMA selaku Dosen

Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu serta dengan sabar

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membantu dan mengarahkan penulis selama menempuh masa studi.

8. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuannya

dan bantuan pelayanan selama penulis melaksanakan studi.

9. Sahabat sejak SMP yaitu Amigo (Ratu, Ansya, Alita, Syifa dan Rani) yang telah

banyak membantu. Memberikan dukung dan doa tiada henti. Semoga kelak kita

semua bisa mencapai segala cita-cita kita.

10. Sahabat sejak MAN yaitu Amor (Dina, Maulida, Maulia, Salsabila dan Via) yang

dengan setia selalu siap sedia menemani, mendukung, mendoakan dan menghibur.

Khususnya untuk Maulida yang juga merupakan sahabat seperjuangan melalui

lika-liku perkuliahan, selalu mendengarkan keluh kesah penulis serta memberikan

banyak bantuan. Semoga kita semua dapat segera meraih apapun yang kita cita-

citakan.

11. Sahabat seperjuangan skripsi yaitu Mutiara dan Naifah Lediyanti Arsyad yang

memulai penyusunan skripsi dari awal hingga akhir bersama-sama. Banyak sekali

diskusi yang telah kita lakukan untuk menyelesaikan skripsi ini. Terbayang semua

kerja keras yang telah kita lakukan bersama, meskipun memang menyelesaikan

skripsi ini sangat tidak mudah namun segala usaha dan doa yang akan membantu

kita.

xi

12. Teman-teman KKN “PENA RUSA” yang telah melalui waktu satu bulan untuk

tinggal bersama dengan banyak pengalaman berharga yang didapatkan.

13. Teman-teman seperjuangan Akuntansi 2015 khususnya Akuntansi A yang sudah

banyak berbagi kisah suka maupun duka, dan selalu memberikan semangat yang

luar biasa. Semoga kelak kita semua dapat mencapai cita-cita kita.

14. Semua pihak terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah

banyak membantu dan memberikan masukan serta inspirasi bagi penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki

penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang

membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu

Jakarta, April 2019

(Annisa Alhasani)

xii

DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………..….i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI………………………………..………….……ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF…………………………….iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI……………………………………….iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH………………………...v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xvi

DAFTAR GRAFIK ................................................................................................... xvii

DAFTAR DIAGRAM .............................................................................................. xviii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 13

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 13

D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 14

1. Kontribusi Pengembangan Ilmu ............................................................. 14

2. Kontribusi Pemecahan Masalah .............................................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 16

A. Landasan Teori ............................................................................................... 16

1. Agency Theory ........................................................................................ 16

2. Signaling Theory ..................................................................................... 18

3. Stakeholder Theory ................................................................................. 20

4. Komite Audit .......................................................................................... 22

a. Definisi ............................................................................................. 22

xiii

b. Prinsip-Prinsip Pembentukan Komite Audit .................................... 23

c. Tujuan dan Peran Komite Audit ...................................................... 26

d. Efektivitas Komite Audit ................................................................. 30

e. Permasalahan dan Tantangan Komite Audit ................................... 32

f. Komite Audit di Jepang ................................................................... 34

5. Integrated Reporting (IR) ....................................................................... 36

a. Definisi Integrated Reporting .......................................................... 36

b. Tujuan Integrated Reporting ........................................................... 40

c. Peran dan Fungsi Integrated Reporting ........................................... 41

d. Prinsip Integrated Reporting ........................................................... 43

e. Elemen-Elemen Konten Integrated Reporting ................................ 45

f. Tanggung Jawab pada Integrated Reporting ................................... 47

g. The International Integrated Reporting Council (IIRC) .................. 49

h. Penerapan Integrated Reporting secara Mandatory ........................ 51

i. Penerapan Integrated Reporting secara Voluntary .......................... 54

6. Risiko Perusahaan ................................................................................... 57

a. Definisi ............................................................................................. 57

b. Bentuk-Bentuk Risiko Perusahaan .................................................. 58

c. Penanganan Risiko Perusahaan ....................................................... 60

d. Tanggung Jawab dalam Mengawasi Risiko Perusahaan ................. 63

e. Fungsi Pengawasan Risiko Perusahaan oleh Komite Audit ............ 64

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 65

C. Pengembangan Hipotesis ............................................................................... 76

1. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Risiko Perusahaan ........... 76

2. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Kualitas Integrated

Reporting................................................................................................. 78

3. Pengaruh Kualitas Integrated Reporting terhadap Risiko Perusahaan ... 81

4. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Risiko Perusahaan Melalui

Kualitas Integrated Reporting ................................................................. 83

D. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 86

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................... 88

A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 88

xiv

B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................. 88

C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 89

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................................. 90

1. Variabel Dependen.................................................................................. 90

2. Variabel Independen ............................................................................... 91

3. Variabel Intervening ............................................................................... 92

4. Variabel Kontrol ..................................................................................... 93

a. Variabel Kontrol untuk Risiko Perusahaan ..................................... 93

b. Variabel Kontrol untuk Kualitas Integrated Reporting ................... 96

E. Metode Analisa Data .................................................................................... 101

1. Statistik Deskriptif ................................................................................ 102

2. Uji Reliabilitas ...................................................................................... 102

3. Structural Equation Model (SEM)........................................................ 103

a. Pengujian Model Penelitian ........................................................... 103

b. Pengujian Pengaruh Langsung ....................................................... 118

c. Pengujian Pengaruh Tidak Langsung ............................................ 118

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 119

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 119

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ............................................................... 120

1. Statistik Deskriptif ................................................................................ 120

2. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................. 123

3. Structural Equation Model (SEM)........................................................ 124

a. Pengujian Model Penelitian ........................................................... 124

b. Pengujian Pengaruh Langsung ....................................................... 127

c. Pengaruh Tidak Langsung ............................................................. 129

C. Interpretasi Hasil .......................................................................................... 130

1. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Risiko Perusahaan ....... 130

2. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Integrated

Reporting............................................................................................... 135

3. Pengaruh Kualitas Integrated Reporting Terhadap Risiko Perusahaan 138

4. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Risiko Perusahaan melalui

Kualitas Integrated Reporting ............................................................... 141

xv

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 144

A. Simpulan ...................................................................................................... 144

B. Implikasi ...................................................................................................... 146

C. Keterbatasan ................................................................................................. 148

D. Saran ............................................................................................................ 149

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 151

LAMPIRAN .............................................................................................................. 159

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................ 66

Tabel 3.1 Operasional Variabel ............................................................................... 99

Tabel 4.1 Kriteria Penentuan Sampel .................................................................... 119

Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................. 121

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................. 124

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas .................................................................... 125

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Hipotesis 1 dan 3 ........................................................ 127

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Hipotesis 2 .................................................................. 128

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Hipotesis 4 .................................................................. 129

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis ................................................ 130

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Peringkat Risiko dengan Tantangan Terbesar bagi Komite Audit .......... 3

Grafik 1.2 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan yang Menerbitkan IR di Jepang ......... 5

Grafik 1.3 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan yang Mengungkapkan Risiko dan

Peluang dalam IR ...................................................................................................... 6

xviii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1 Rincian Pengungkapan Risiko dan Peluang dalam IR ......................... 7

Diagram 1.2 Garis Waktu Risiko dan Peluang Perusahaan dalam IR...................... 8

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ................................................................ 87

Gambar 3.1 Model Struktural Variabel Penelitian ................................................ 105

Gambar 3.2 Sub Struktur Pertama ......................................................................... 108

Gambar 3.3 Sub Struktur Kedua ........................................................................... 112

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Kelengkapan Data Penelitian ................................................... 160

Lampiran 2 Ceklis Kualitas Integrated Reporting ................................................ 177

Lampiran 3 Ceklis Efektivitas Komite Audit ........................................................ 180

Lampiran 4 Contoh IR yang Diterbitkan Perusahaan (Seiko Epson Corporation) 182

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komite audit merupakan salah satu elemen kunci dalam kesuksesan tata

kelola perusahaan. Komite audit berperan untuk mengawasi manajemen

perusahaan, auditor internal dan eksternal serta kepatuhan perusahaan terhadap

peraturan dan hukum untuk mencegah terjadinya kecurangan dan kesalahan

sehingga dapat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan perusahaan (Al-

baidhani, 2014). Saat ini, peran yang dilaksanakan oleh komite audit menjadi

sangat kompleks terutama untuk mengawasi risiko-risiko dan memantau sejauh

mana manajemen risiko telah dilaksanakan oleh direksi atau Chief Risk Officer

(CRO) perusahaan (Saputra, 2014). Oleh karena itu, komite audit dituntut untuk

dapat melaksanakan perannya secara efektif.

Bangkrutnya perusahaan Carillion adalah salah satu kasus komite audit yang

tidak mampu melaksanakan perannya secara efektif dalam mengawasi risiko

sehingga keberlangsungan perusahaan tidak berhasil diselamatkan. Carillion

merupakan perusahaan konstruksi dan logistik yang bangkrut dengan hutang £ 1

miliar tak terbayar pada Januari 2018. Salah satu penyebabnya adalah kesalahan

penetapan strategi manajemen risiko yang dilakukan oleh dewan direksi sehingga

hutang perusahaan menumpuk sementara kontrak-kontrak besar yang akan dapat

2

dilaksanakan tidak menguntungkan meskipun perusahaan telah membentuk major

projects committee untuk menyetujui komitmen dan kontrak besar perusahaan

(The Institute of Internal Auditors, 2018).

Tidak semua komite audit dapat berperan secara efektif. Hal tersebut

dibuktikan dalam kasus komite audit pada perusahaan Carillion yang telah gagal

untuk melakukan pengawasan terhadap manajemen risiko perusahaan. Seharusnya

komite audit dapat mengevaluasi dan menilai sejauh mana efektivitas strategi

manajemen risiko yang telah ditetapkan dan bagaimana pelaksanaan tanggung

jawab major projects committee sehingga pencegahan dan perbaikan lebih awal

dapat dilakukan terhadap hutang dan kontrak-kontrak perusahaan. Oleh karena itu,

penting bagi perusahaan untuk memperhatikan dan meningkatkan efektivitas

komite audit dalam melaksanakan perannya yang dipengaruhi oleh ukuran,

aktivitas, kompetensi dan independensi komite audit (Hermawan, 2011).

Komitmen yang dibangun oleh Jepang dalam upaya untuk meningkatkan

efektivitas komite audit diwujudkan dengan Japan’s Corporate Governance Code

yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan. Japan’s

Corporate Governance Code mewajibkan secara khusus dalam komposisi komite

audit atau kansayaku, sedikitnya terdapat satu orang anggota kansayaku yang

memiliki keahlian dalam bidang akuntansi secara memadai. Kansayaku dapat

bersikap independen dan objektif serta menyediakan waktu yang cukup untuk

memenuhi perannya termasuk mengawasi risiko perusahaan. Dengan demikian,

3

kansayaku diharapkan dapat melaksanakan perannya secara efektif dalam upaya

menurunkan risiko perusahaan (Japan’s Corporate Governance Code, 2018).

Grafik 1.1

Peringkat Risiko dengan Tantangan Terbesar bagi Komite Audit

Sumber: KPMG (2017)

Grafik 1.1 di atas menunjukkan hasil survei yang dilakukan oleh KPMG pada

tahun 2017 kepada komite audit secara global termasuk Jepang dan Indonesia.

Berdasarkan grafik tersebut, terdapat 5 risiko teratas yang memberikan tantangan

terbesar bagi komite audit. Posisi pertama diraih oleh efektivitas program

manajemen risiko sebesar 41% yang menunjukkan bahwa pengawasan atas

efektivitas program manajemen risiko semakin kompleks sehingga memberikan

tantangan tersulit bagi komite audit. Hal tersebut dibuktikan dalam hasil survei

lebih lanjut, sebesar 40 % anggota komite audit menyatakan bahwa program dan

manajemen risiko perusahaan masih membutuhkan banyak peran komite audit

sehingga komite audit harus lebih baik menjalankan tugasnya.

41%

34%

28% 28%24%

Efektivitas Program

Manajemen Risiko

Kepatuhan

Hukum/Peraturan

Keamanan Dunia

Maya

Mempertahankan

Lingkungan

Pengendalian

Gaya

Kepemimpinan dan

Budaya Perusahaan

4

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan perusahaan untuk membantu

peran komite audit dalam menurunkan risiko adalah melalui implementasi IR. IR

merupakan gagasan yang dipelopori oleh IIRC untuk mendorong inovasi dalam

pelaporan perusahaan. IR menyediakan laporan tunggal secara terintegrasi

mengenai informasi keuangan dan informasi non-keuangan perusahaan (De

Villiers, Venter, dan Hsiao, 2016). IR memungkinkan perusahaan untuk mengenali

potensi risiko-risiko yang dapat mengganggu kegiatan bisnis perusahaan baik

jangka pendek, mengengah dan panjang. Dengan demikian, dalam ketidakpastian

keadaan lingkungan global saat ini, keberlangsungan perusahaan dapat

dipertahankan.

Pengembangan dan perintah untuk melaksanakan praktik IR dipelopori oleh

Afrika Selatan. Perusahaan didesak oleh King III untuk berkomitmen pada prinsip-

prinsip pemikiran terpadu yang terdapat dalam IR yaitu dengan memperkenalkan

konsep bahwa strategi, tata kelola dan keberlanjutan perusahaan memiliki

keterkaitan yang erat satu sama lain sehingga tidak berdiri sendiri. Kemudian

prinsip-prinsip King III tersebut diintegrasikan ke dalam daftar untuk dijadikan

persyaratan bagi perusahaan yang terdaftar pada Johannesburg Stock Exchange

(JSE), sehingga mewajibkan perusahaan untuk menerbitkan IR atau memberikan

penjelasan mengapa perusahaan tidak menerbitkan IR (De Villiers, Rinaldi, dan

Unerman, 2014).

5

Grafik 1.2

Pertumbuhan Jumlah Perusahaan yang Menerbitkan IR di Jepang

Sumber: KPMG (2018)

Berbeda dengan Afrika Selatan, Jepang melaksanakan praktik IR secara

voluntary. Grafik 1.2 menunjukkan hasil survei KPMG yang dilakukan pada tahun

2017, diketahui bahwa peningkatan jumlah perusahaan yang menerbitkan IR di

Jepang cukup pesat. Peningkatan terjadi setiap tahunnya mulai dari tahun 2010

terdapat 26 perusahaan yang menerbitkan IR dan meningkat hingga tahun 2017

menjadi 341 perusahaan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2015 sebanyak

56% yaitu dari tahun 2014 dengan 141 perusahaan menjadi 220 perusahaan di

tahun 2015. Peningkatan tersebut dapat terjadi salah satunya disebabkan karena

pemerintah Jepang memberikan dukungan bagi perusahaan untuk

mengimplementasikan IR (Ernst dan Young, 2014).

26 34

62

96

141

220

291

341

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

6

Grafik 1.3 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan yang Mengungkapkan Risiko dan

Peluang dalam IR

Sumber: KPMG (2018)

Berdasarkan grafik 1.3, diketahui bahwa jumlah perusahaan di Jepang yang

mengungkapkan risiko dan peluang di dalam IR juga mengalami peningkatan.

Pada tahun 2014 sebanyak 70 perusahaan yang telah mengungkapkan risiko dan

meningkat hingga pada tahun 2017 menjadi 271 perusahaan. Peningkatan terbesar

terjadi pada tahun 2017 sebanyak 79% yaitu dari tahun 2016 dengan 148

perusahaan meningkat menjadi 271 perusahaan di tahun 2017. Hasil survei lebih

lanjut menunjukkan bahwa hanya 33 perusahaan yang menjelaskan bagaimana

keterkaitan antara risiko dengan strategi perusahaan (KPMG, 2018). Dengan

demikian, penting bagi perusahaan untuk tidak hanya sekedar menerbitkan IR,

namun sejauh mana kualitas IR yang diterbitkan juga perlu untuk diawasi.

70

105

148

271

2014 2015 2016 2017

7

Diagram 1.1

Rincian Pengungkapan Risiko dan Peluang dalam IR

Sumber: KPMG (2018)

Perusahaan yang telah menerbitkan IR diharapkan dapat mengungkapkan

informasi-informasi penting mengenai proses bisnis perusahaan secara

menyeluruh. Pengungkapan tersebut termasuk mengenai risiko dan peluang apa

yang sedang dihadapi oleh perusahaan dalam proses penciptaan nilai (IIRC, 2013).

Berdasarkan diagram 1.1 diketahui bahwa hanya 23% atau sebanyak 62

perusahaan di Jepang yang telah mengungkapkan risiko dan peluang di dalam IR

yang mereka terbitkan. Sementara 77% atau sebanyak 209 perusahaan lainnya

yang hanya mengungkapkan mengenai risiko perusahaan. Oleh karena itu,

perusahaan perlu melakukan perbaikan secara terus menerus secara lebih teliti

mengenai apa saja yang perlu diungkapkan dalam IR yang diterbitkan.

Risiko

77%

Risiko dan

Peluang

23%

8

Diagram 1.2

Garis Waktu Risiko dan Peluang Perusahaan dalam IR

Sumber: KPMG (2018)

Perusahaan harus memperhitungkan garis waktu terkait proses bisnis yang

dilakukan (IIRC, 2013). Hal tersebut termasuk strategi dan metode manajemen

risiko perusahaan akan bergantung pada apakah risiko dan peluang tersebut

muncul dalam jangka pendek, mengengah atau panjang sehingga pengakuan garis

waktu yang dilakukan berdampak besar terhadap pengambilan keputusan.

Berdasarkan diagram 1.2 diketahui bahwa hanya 10% atau sebanyak 27

perusahaan yang secara jelas menunjukkan bahwa mereka melakukan perhitungan

batas waktu dalam mengenali risiko dan peluang perusahaan. Sedangkan, 90%

atau sebanyak 244 perusahaan ragu-ragu atau tidak menunjukkan dengan jelas

pengukuran garis waktu sehingga tidak memberikan informasi secara menyeluruh.

Pandangan Jangka

Pendek

1%

Pandangan Jangka

Menengah

5%

Pandangan Jangka

Panjang

1%

Pandangan Jangka

Pendek, Menengah

dan Panjang

3%

Ragu-ragu

90%

9

Pada perusahaan yang telah mengimplementasikan IR, komite audit akan

membantu perusahaan untuk terus melakukan peningkatan pada kualitas IR yang

diterbitkannya. Komite audit yang berperan secara efektif akan menilai dan

mengevaluasi sejauh mana perusahaan telah mengimplementasikan elemen-

elemen IR ke dalam pelaporan perusahaaan. Komite audit kemudian akan

mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengimplementasikan elemen-elemen

IR tersebut. Dengan demikian, melalui efektivitas komite audit dalam

melaksanakan perannya akan semakin banyak elemen-elemen IR yang

diimplementasikan ke dalam pelaporan perusahaan, maka kualitas IR perusahaan

tersebut dinilai akan semakin baik (Haji dan Anifowose, 2016).

IR yang diterbitkan oleh perusahaan seharusnya dapat berisi informasi non-

keuangan seperti faktor environmental, social, dan governance (ESG). Menurut

sudut pandang investor, penting bagi perusahaan untuk memperhatikan faktor

ESG. Proses tata kelola perusahaan dengan mengintegrasikan faktor ESG ke dalam

strategi dan opersi perusahaan secara keseluruhan dinilai dapat mengurangi risiko

perusahaan (Sassen, Hinze, dan Hardeck, 2016). Sehingga, semakin baik

perusahaan dalam menyajikan faktor ESG dapat dijadikan indikator bahwa kinerja

sosial dan kualitas IR perusahaan juga semakin baik. Kualitas IR yang baik

diharapkan dapat berdampak negatif terhadap risiko perusahaan (De Villiers,

Hsiao, dan Maroun, 2017).

Perusahaan yang memiliki kinerja sosial yang baik terbukti dapat menurunkan

risiko perusahaan yang berdampak pada stakeholder baik itu pelanggan, tenaga

10

kerja dan masyarakat secara umum. Penurunan risiko tersebut dapat terjadi sebagai

hasil dari pemenuhan kebutuhan stakeholder yang kemudian juga akan

menyebabkan lebih sedikitnya risiko keuangan yang dihadapi dan berdampak pada

volatilitas saham perusahaan di pasar modal turun. Dengan demikian, penting bagi

perusahaan untuk memberikan perhatian dan juga melakukan investasi dalam

kinerja sosial serta kinerja lingkungan sehingga akan membantu mengurangi

potensi risiko-risiko yang mungkin akan dihadapi perusahaan di masa yang akan

datang (Sassen et al., 2016).

Kinerja sosial perusahaan juga dapat terlihat dari sejauh mana perusahaan

memperhatikan aspek Corporate Social Responsibility (CSR). CSR dapat

menumbuhkan kesadaran risiko yang lebih besar. Melalui CSR, perusahaan lebih

mempersiapkan diri terhadap segala potensi insiden yang dapat merugikan dan

mengurangi tingkat keparahannya serta kemungkinan terjadinya insiden tersebut.

Salah satunya adalah investasi pada keselamatan karyawan yang dapat mengurangi

risiko terjadinya kecelakaan kerja. Sehingga secara keseluruhan, perusahaan yang

memiliki perhatian terhadap CSR diharapkan dapat membuat perusahaan tersebut

menjadi lebih bijaksana dalam menghadapi segala macam risiko yang mungkin

terjadi (Nguyen dan Nguyen, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Sassen et al. (2016) mengenai dampak kinerja

sosial perusahaan yang dioperasionalisasikan melalui faktor ESG dan faktor-faktor

tata kelola terhadap risiko perusahaan di Eropa menyatakan bahwa, penting bagi

perusahaan untuk memperhatikan kinerja sosialnya. Kinerja sosial perusahaan

11

yang baik secara signifikan dapat menurunkan risiko systematic, risiko

unsystematic dan total risiko perusahaan. Sedangkan, Wamba, Braune, dan

Hikkerova (2017) menemukan bahwa pada perusahaan di Eropa Barat, indeks tata

kelola perusahaan yang baik memiliki pengaruh yang lemah dalam mengurangi

risiko perusahaan sehingga upaya dalam menurunkan risiko akan disesuaikan

dengan situasi dan kondisi perusahaan masing-masing.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alzharani dan Aljaaidi (2015)

mengenai hubungan karakteristik komite audit terhadap kombinasi manajemen

risiko pada perusahaan yang terdaftar di Arab Saudi menunjukkan bahwa, hanya

ukuran komite audit yang memiliki pengaruh terhadap manajemen risiko

perusahaan. Perusahaan dengan ukuran komite audit yang lebih besar akan

membantu meningkatkan kualitas internal kontrol perusahaan sehingga aktivitas

manajemen risiko menjadi lebih baik untuk mengurangi potensi risiko perusahaan.

Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian Huang (2018) menunjukkan bahwa

risiko sistematis perusahaan tidak berubah secara signifikan setelah pembentukan

komite audit pada perusahaan di Taiwan.

Penelitian yang dilakukan oleh Haji dan Anifowose (2016) mengenai peran

komite audit sebagai penyedia jaminan internal dalam praktik IR di Afrika selatan

pada tahun 2011-2013 menunjukkan bahwa efektivitas komite audit memiliki

pengaruh positif yang sangat kuat terhadap kualitas IR perusahaan. Komite audit

dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai penyedia jaminan

internal perusahaan dinilai dapat meningkatkan kredibilitas dan keandalan laporan

12

perusahaan. Oleh karena itu, komite audit dapat membantu dan mendukung

implementasi elemen-elemen IR di dalam perusahaan sehingga semakin banyak

elemen-elemen IR yang diimplementasikan ke dalam pelaporan perusahaan maka

kualitas IR perusahaan tersebut akan semakin baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Rivera-arrubla et al. (2017) menunjukkan

bahwa angka pengungkapan IR yang diterbitkan oleh perusahaan dalam IIRC’s

pilot programme mencapai tingkat pengungkapan menengah atau sedang. Tingkat

pengungkapan tertinggi diraih oleh perusahaan dari Afrika Selatan karena

penerapan The King III code sedangkan tingkat pengungkapan terendah dimiliki

oleh perusahaan dari Amerika Serikat dan Inggris. Tingkat pengungkapan IR

tersebut berhubungan dengan lingkungan spesifik perusahaan (wilayah dan

industri) dan jaminan laporan serta publikasi di situs web IIRC. Praktik IR di

tingkat internasional tersebut memberikan indikasi kompleksitas dalam

implementasi IR sehingga dibutuhkan kecermatan.

Berdasarkan fenomena yang didukung dengan teori dan penelitian-penelitian

sebelumnya, maka penelitian ini akan mengkaji mengenai “Pengaruh Efektivitas

Komite Audit Terhadap Risiko Perusahaan Dengan Kualitas Integrated

Reporting Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Laporan Perusahaan

Di Jepang Periode 2014, 2015, 2016 dan 2017)”.

13

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap risiko perusahaan?

2. Seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap kualitas IR?

3. Seberapa besar pengaruh kualitas IR terhadap risiko perusahaan?

4. Seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap risiko perusahaan

dengan kualitas IR sebagai variabel intervening?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk:

1. Mengetahui seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap risiko

perusahaan.

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap

kualitas IR.

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas IR terhadap risiko perusahaan.

4. Mengetahui seberapa besar pengaruh efektivitas komite audit terhadap risiko

perusahaan dengan kualitas IR sebagai variabel intervening.

14

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat:

1. Kontribusi Pengembangan Ilmu

IR hadir sebagai perkembangan terbaru dari pelaporan perusahaan. IR

yang berkualitas mampu mengungkapkan informasi keuangan dan informasi

non-keuangan yang kemudian diintegrasikan ke dalam proses bisnis

perusahaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan stakeholder. Kualitas IR

dapat ditingkatkan melalui komite audit yang efektif. Komite audit yang

berperan secara efektif mendorong perusahaan untuk lebih

mengimplementasikan elemen-elemen IR ke dalam pelaporan perusahaan,

sehingga semakin banyak elemen-elemen IR yang diimplementasikan

perusahaan maka akan semakin baik kualitas IR perusahaan tersebut. Kualitas

IR yang baik dinilai dapat mengurangi pernyataan yang menyesatkan oleh

manajer perusahaan dan kemungkinan terjadinya kecurangan serta

penyimpangan dalam pelaporan perusahaan sehingga berdampak pada

menurunnya risiko perusahaan.

2. Kontribusi Pemecahan Masalah

Di dalam dunia bisnis, berbagai risiko dapat membahayakan

perusahaan. Risiko perusahaan yang tidak dipahami dan diantisipasi dengan

baik dapat mengganggu aktivitas bisnis perusahaan dan mengancam

keberlangsungan perusahaan. Penting bagi perusahaan untuk memperhatikan

dan mengelola risiko dengan baik, sehingga dapat mengurangi tingkat

15

kemungkinan dan dampak dari risiko. Salah satu cara yang dapat dilakukan

perusahaan untuk mengurangi risiko adalah dengan mengimplementasikan

IR. IR yang diimplementasikan perusahaan harus dapat berkualitas karena

melalui IR yang berkualitas, pernyataan menyesatkan dari manajemen dan

kecurangan serta penyimpangan dalam pelaporan perusahaan dapat menurun.

IR yang berkualitas dapat memastikan integritas dan transparansi dari

proses pelaporan perusahaan sehingga bagi pemangku kepentingan yang

loyal, peristiwa negatif yang dialami perusahaan berdampak kecil terhadap

kinerja dan reputasi perusahaan. Namun, tidak semua perusahaan mampu

menghasilkan IR yang berkualitas karena diperlukan kecermatan untuk

mengatasi kompeksitas dalam implementasi IR. Hadirnya komite audit yang

berperan secara efektif dinilai dapat membantu memberikan pemahaman yang

baik sehingga perusahaan terdorong untuk lebih mengimplementasikan

elemen-elemen IR dan mencegah kemungkinan terjadinya risiko perusahaan.

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Agency Theory

Agency theory adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh Jensen dan

Meckling pada tahun 1976. Teori ini menjelaskan bahwa pada tata kelola

perusahaan terdapat hubungan kontraktual antara pemegang saham

(principal) yang menyerahkan pengambilan keputusan manajemen kepada

manajer (agent) untuk memaksimalkan keuntungan dalam pencapaian

perusahaan (Wamba et al., 2017). Hal tersebut pada akhirnya menimbulkan

potensi masalah agensi dalam perusahaan karena manajer memiliki

kepentingan pribadi dan dapat mengeksploitasi berbagai cara untuk

memenuhi kepentingan pribadi tersebut (Bananuka, Nkundabanyanga,

Nalukenge, dan Kaawaase, 2017).

Bagi pemegang saham, sejauh mana kinerja manajemen dalam

mendorong pencapaian perusahaan menjadi sangat penting untuk

diperhatikan. Namun, manajemen sendiri dapat mengatur dan menetapkan

ukuran dalam pencapaian perusahaan sehingga menimbulkan asimetri

informasi dan konflik kepentingan dengan pemegang saham mengenai apakah

manajemen dapat benar-benar berkinerja untuk mencapai tujuan pemegang

17

saham atau justru bertindak menjauh dari tujuan yang ditugaskan kepadanya

(Wamba et al., 2017). Dengan demikian, pembentukan komite audit dapat

digunakan sebagai alat untuk meminimalkan biaya agensi dan meningkatkan

pengendalian internal (Salehi, Tahervafaei, dan Tarighi, 2018).

Komite audit pada tata kelola perusahaan ditunjuk untuk berperan dalam

melaksanakan fungsi pengawasan (Al-baidhani, 2014). Pemegang saham

memiliki kepentingan untuk mengetahui pencapaian dan keberlangsungan

perusahaan sehingga risiko-risiko yang dapat menghambat harus dikelola

dengan baik. Kehadiran komite audit dapat menjadi penyedia jaminan internal

untuk mengawasi dan memastikan bahwa risiko-risiko dan pelaksanaan

manajemen risiko perusahaan telah diantisipasi dengan baik dari segi dampak

dan frekuensinya (Haji dan Anifowose, 2016). Hal tersebut dilakukan oleh

komite audit sebagai bentuk pertanggung jawaban dalam melindungi dan

menjaga ekuitas pemegang saham.

Komite audit memiliki peran penting untuk membantu menyelaraskan

tujuan pemegang saham dan tujuan manajer perusahaan khususnya untuk

melindungi mereka dari keputusan-keputusan yang terlalu berisiko sehingga

komite audit dituntut untuk dapat berperan secara efektif (Wamba et al.,

2017). Pemahaman yang baik mengenai bagaimana komite audit dapat

berperan dengan efektif menjadi sangat penting bagi dewan direksi, pemegang

saham dan regulator (Lary dan Taylor, 2011). Dengan demikian, kehadiran

komite audit dalam tata kelola perusahaan dapat mendorong peningkatan pada

18

fungsi pengawasan dan memperbaiki kualitas informasi yang diungkapkan

oleh perusahaan.

2. Signaling Theory

Signaling theory adalah teori yang menjelaskan tentang perilaku dua

pihak yaitu signaler dan receiver, yang saling berhubungan dan memiliki

akses berbeda terhadap informasi. Signaler atau insider merupakan pihak

yang berada di dalam perusahaan seperti executive atau manajer yang

mengirimkan informasi baik positif atau negatif untuk dapat digunakan bagi

receiver atau penerima sinyal dan memutuskan apakah serta bagaimana cara

menyampaikan informasi tersebut. Sedangkan receiver atau outsider adalah

pihak yang berada di luar perusahaan yang menerima informasi dari signaler

dan kemudian menginterpretasikan informasi tersebut (Connelly, Certo,

Ireland, dan Reutzel, 2011).

Hal yang paling penting dalam signaling theory ini adalah analisis

berbagai jenis sinyal yang berbeda, yang dikirimkan oleh signaler dan kondisi

dimana receiver mengartikan sinyal-sinyal tersebut dan kemudian

menggunakannya (Ching dan Gerab, 2017). Insider memiliki keistimewaan

dengan dapat mengetahui informasi spesifik perusahaan baik bersifat positif

atau negatif seperti produk dan jasa yang diberikan perusahaan, pencapaian

penjualan, jangkauan bisnis perusahaan, tuntutan hukum yang tertunda,

negosiasi dengan serikat pekerja dan lain-lain. Informasi tersebut juga dapat

19

berguna bagi receiver yang kekurangan informasi-informasi mengenai

perusahaan (Connelly et al., 2011).

Pada tata kelola perusahaan, komite audit memiliki peran dalam

mengawasi proses pelaporan perusahaan sehingga cenderung akan

mengirimkan sinyal penting kepada pengguna laporan perusahaan. Komite

audit yang dapat berperan secara efektif dinilai mampu meningkatkan kualitas

pengendalian internal perusahaan sehingga akan mendorong peningkatan

kredibilitas informasi yang diberikan. Dengan demikian, semakin efektif

peran yang dilaksanakan oleh komite audit maka akan semakin baik sinyal-

sinyal atas informasi penting perusahaan yang diberikan sehingga dapat

mengurangi kekhawatiran pengguna laporan dan biaya modal perusahaan

(Appuhami, 2018).

Komite audit yang berperan secara efektif diharapkan dapat mampu

mengawasi dan memastikan bahwa IR yang diterbitkan oleh perusahaan dapat

menjadi sarana strategis untuk mengirimkan sinyal-sinyal atas informasi

penting perusahaan. Informasi penting tersebut mencakup informasi keuangan

dan informasi non-keuangan perusahaan secara terintegrasi untuk

menggambarkan konsep bisnis perusahaan (Haji dan Anifowose, 2016). Oleh

karena itu, melalui IR yang berkualitas diharapkan dapat memberikan sinyal

lebih baik atas informasi penting perusahaan secara lebih luas dan

komprehensif sehingga dapat membantu stakeholder untuk menilai risiko dan

peluang perusahaan dalam prospek bisnis di masa depan.

20

3. Stakeholder Theory

Stakeholder theory merupakan sebuah teori yang dikemukakan oleh

Edward Freeman pada tahun 1984. Edward Freeman mendefinisikan

stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau

dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi (Oruc dan Sarikaya, 2011).

Keberadaan stakeholder diawali di dalam perusahaan. Stakeholder di dalam

perusahaan seperti pemilik, manajer dan karyawan. Kemudian, setelah

perusahaan melaksanakan kegiatan operasi dalam lingkungannya, perusahaan

akan memiliki stakeholder yang berasal dari luar seperti pemasok, pelanggan,

komunitas lokal, kelompok aktivis dan lembaga pemerintah (Busse,

Regelmann, Chithambaram, dan Wagner, 2017).

Teori ini menyatakan bahwa pada saat mengambil keputusan strategis,

organisasi bisnis atau perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap

kepentingan stakeholder (Mainardes, Alves, dan Raposo, 2011). Perusahaan

yang menjaga hubungan baik dengan stakeholder akan memiliki sumber

keunggulan kompetitif yang berharga. Keunggulan tersebut termasuk

permintaan pelanggan yang meningkat atau pelanggan bersedia membayar

pada harga premium atas produk perusahaan dan pemasok akan lebih merasa

terlibat dengan kegiatan bisnis perusahaan. Sebaliknya, bagi perusahaan yang

tidak menjaga hubungan baik dengan stakeholder akan mungkin menderita

akibat masalah keuangan tertentu (Tse, 2011).

Stakeholder theory akan mendorong perusahaan untuk membentuk

keterbukaan dialog antara manajer perusahaan dengan stakeholder dan

21

diharuskan untuk berkomitmen dalam mematuhi norma-norma yang berlaku.

Keterbukaan tersebut terbukti diperlukan dalam memberikan jaminan

kepastian dalam sebuah perusahaan (Boubaker, Djebabra, dan Saadi, 2014).

Oleh karena itu, perusahaan yang memperhatikan dan mengelola sekelompok

stakeholder tertentu akan memiliki kecenderungan memberikan pengaruh

yang kuat terhadap kemungkinan perusahaan mencapai sasaran strategisnya

sehingga dapat membantu memastikan kelangsungan hidup jangka panjang

perusahaan (Ackermann dan Eden, 2011).

Pentingnya menjaga hubungan dengan stakeholder perusahaan

dijelaskan dalam kerangka IR. Hal tersebut dapat terlihat dalam salah satu

prinsip pada kerangka IR yaitu stakeholder relationship yang menekankan

bahwa proses penciptaan nilai perusahaan tidak hanya terjadi di dalam

perusahaan saja, namun juga dengan menjaga hubungan dengan pihak lain.

Stakeholder dapat terlibat dengan kegiatan perusahaan secara teratur dalam

kegiatan bisnis sehari-hari seperti ketika perusahaan berhubungan dengan

pelanggan dan pemasok. Stakeholder juga dapat memiliki keterlibatan yang

lebih luas dengan perusahaan yaitu sebagai bagian dari rencana strategis dan

penilaian risiko (IIRC, 2013).

Komite audit memiliki peran untuk mengawasi dan memastikan bahwa

IR yang diterbitkan perusahaan dapat menyediakan konsep bisnis perusahaan

secara keseluruhan dan terintegrasi. Hal tersebut dilakukan dengan memaknai

misi perusahaan lebih dalam mengenai apa yang dilakukan perusahaan,

bagaimana perusahaan melakukannya dan bagaimana perusahaan

22

melaporkannya untuk memenuhi kebutuhan informasi stakeholder (Rivera-

arrubla et al., 2017). Pemenuhan kebutuhan stakeholder diharapkan dapat

membantu mengurangi kemungkinan risiko yang dapat menghambat kegiatan

bisnis perusahaan sehingga keberlangsungan jangka panjang perusahaan

dapat lebih terjamin.

4. Komite Audit

a. Definisi

Al-baidhani (2014) mendefinisikan komite audit sebagai

perwakilan dari dewan komisaris yang ditugaskan untuk melaksanakan

tanggung jawab tata kelola perusahaan, termasuk mengawasi pelaporan

keuangan yang disusun oleh manajemen, pengendalian internal, auditor

internal dan eksternal perusahaan, kepatuhan terhadap peraturan

termasuk kegiatan manajemen risiko perusahaan. Sedangkan, menurut

Hermawan (2011) komite audit merupakan komponen penting dalam tata

kelola perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan yang

berkualitas dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

perusahaan.

Menurut Magrane dan Malthus (2012) komite audit adalah

penasihat dewan komisaris, manajemen, auditor internal dan eksternal

perusahaan untuk melakukan peningkatan terhadap kinerja perusahaan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

komite audit merupakan salah satu bagian penting dalam tata kelola

23

perusahaan yang bertindak sebagai perwakilan dan penasihat dewan

komisaris, manajemen, auditor internal dan eksternal untuk melakukan

pengawasan dalam perusahaan. Hal tersebut dilakukan oleh komite audit

dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas laporan dan kinerja

perusahaan.

b. Prinsip-Prinsip Pembentukan Komite Audit

Pengatur kebijakan dan komite tata kelola perusahaan di seluruh

dunia telah menilai bahwa komite audit berperan penting dalam sistem

tata kelola perusahaan. Pembentukan komite audit di dalam perusahaan

menjadi sangat dibutuhkan, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang

telah terdaftar dalam bursa efek diharuskan untuk membentuk komite

audit (Crisan dan Fulop, 2014). Alijoyo, Darwin, dan Gunadi (2006:26)

menjelaskan bahwa untuk mendukung peran dan tanggung jawab yang

akan dilaksanakan oleh komite audit perusahaan terutama dewan

komisaris perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar pembentukan

komite audit sebagai berikut:

1) Prinsip 1: One Size Does Not Fit All

Perusahaan memiliki struktur, budaya dan proses tata kelola

perusahaan yang unik sehingga dinamika yang dialami oleh

perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lainnya. Komite audit

yang berhasil di dalam suatu perusahaan tidak dapat memberikan

jaminan bahwa keberhasilan serupa juga dapat diraih oleh

24

perusahaan lainnya. Oleh karena itu, penting bagi dewan komisaris

untuk dapat menyatakan secara jelas sejauh mana pendelegasian

wewenang dari dewan komisaris kepada komite audit sehingga

kerangka kerja mengenai ruang lingkup dan batasan-batasan komite

audit dapat dipahami dengan baik serta dapat bersikap secara

responsif terhadap perubahaan dinamika di dalam perusahaan.

2) Prinsip 2: Right Blend of Members

Dewan komisaris berkewajiban untuk memastikan ketepatan struktur

keanggotaan komite audit dengan melihat bauran keahlian dan

pengalaman sesuai yang dibutuhkan oleh perusahaan. Perusahaan

membutuhkan anggota komite audit yang mampu bersikap secara

independen, memahami masalah keuangan dan pelaporan

perusahaan, memahami operasional dan risiko-risiko perusahaan,

serta didukung dengan karakter anggota komite audit yang cermat

dan komunikatif.

3) Prinsip 3: The Right Tone at The Top

Pada prinsip ini, komite audit memandang bahwa dewan komisaris

dan dewan direksi memiliki sikap, semangat, dan pendirian yang

tegas serta menginginkan terciptanya integritas dan ketepatan dalam

laporan keuangan perusahaan.

4) Prinsip 4: Audit Committee is Not Auditors Nor Lawyers

Komite audit memiliki tanggung jawab utama untuk dapat

mengawasi proses pelaporan keuangan perusahaan termasuk

25

manajemen risiko dan pengendalian dalam aspek finansial. Pada

aspek tata kelola perusahaan yang baik, komite audit juga

bertanggung jawab untuk mendorong peningkatan independensi,

integritas, transparansi dan akuntabilitas pelaporan keuangan

perusahaan. Namun, komite audit sebaiknya tidak dibebani dengan

kegiatan yang terlalu banyak sehingga dapat mengganggu tanggung

jawab utama komite audit. Komite audit harus dapat memahami

bahwa mereka bukan dan tidak dapat menjadi auditor maupun ahli

hukum meskipun mereka harus mengerti mengenai aspek-aspek

hukum dalam proses pelaporan keuangan perusahaan.

5) Prinsip 5: The Ultimate Accountability of The External Auditor

Tanggung jawab auditor eksternal adalah kepada dewan komisaris.

Hal tersebut harus dapat disadari dan diakui oleh direksi, manajemen

senior dan auditor eksternal itu sendiri serta mewujudkannya dalam

bentuk tindakan dan perbuatan yang nyata.

6) Prinsip 6: A Well-Defined Process Has to Be in Place

Terdapat tiga pihak yang bertanggung jawab dalam proses pelaporan

keuangan perusahaan yaitu: a. Direksi atau manajemen, termasuk

audit internal; b. Auditor eksternal; dan c. Komite audit. Hubungan

dan proses yang terjadi diantara pihak tersebut harus dapat

dirumuskan dengan jelas sehingga komite audit lebih mungkin untuk

melaksanakan pengawasan secara efektif termasuk dalam mendengar

(listen), bertanya (ask), menilai (assess) dan menguji (challenge).

26

c. Tujuan dan Peran Komite Audit

Menurut Magrane dan Malthus (2012) komite audit dibentuk

dengan tujuan utama untuk meningkatkan tata kelola organisasi, baik itu

organisasi yang berada pada sektor swasta atau sektor publik. Hal tersebut

dilakukan melalui upaya untuk peningkatkan pengawasan, akuntabilitas

dan penggunaan sumber daya yang efisien sehingga dapat memberikan

jaminan pada masalah keuangan dan kepatuhan perusahaan. Masing-

masing perusahaan akan memiliki “kerangkan pedoman” yang berbeda-

beda tergantung pada proses bisnis tiap perusahaan untuk menunjukkan

sejauh mana kegiatan dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh

komite audit (Al-baidhani, 2014).

Legal framework dan self-regulatary sangat diperlukan oleh

komite audit untuk memperjelas status dan tanggung jawab hukum yang

dimiliki. Hal tersebut akan sangat bervariasi pada beberapa negara dan

berhubungan dengan board structure yang digunakan negara-negara

dengan one-tier atau two-tier (Alijoyo et al., 2006:40). Pada sistem one-

tier dewan komisaris dan dewan direksi akan disatukan dalam satu wadah

yang disebut board of director yang akan melaksanakan tanggung jawab

sebagai pelaksana dan pengawas dalam perusahaan. Sedangkan pada

sistem two-tier, dewan komisaris akan dipisahkan dengan dewan direksi

sehingga tidak akan terjadi CEO-Chair duality (Hermawan, 2011).

Negara Amerika, Inggris dan Australia dengan sistem one-tier,

memilih anggota komite auditnya dari Non-Executive Directors (NED)

27

terutama independen NED. Sementara, negara Belanda, Jerman dan

Indonesia dengan sistem two-tier, memilih anggota komite auditnya dari

anggota komisaris atau merupakan kombinasi anggota dewan komisaris

terutama komisaris yang independen dengan profesional yang bukan

berasal dari anggota dewan komisaris. Bagi beberapa negara Asia

lainnya, seperti Jepang memiliki keunikan dengan mengenalkan struktur

alternalif yang disebut board of statutory auditor yang memiliki tanggung

jawab untuk mengawasi board of directors (Alijoyo et al., 2006:40).

Komite audit juga bertanggung jawab untuk membantu dewan

direksi dengan bertindak sebagai penasehat melalui pemberian opini dan

rekomendasi dalam proses pembuatan keputusan (Talpur, Lizam, dan

Zabr, 2018). Salah satunya adalah pada saat komite audit melaksanakan

tanggung jawabnya untuk meninjau laporan perusahaan, baik itu laporan

tahunan, triwulan dan bulanan. Hasil dari tinjauan tersebut dituangkan ke

dalam laporan dan rekomendasi yang akan diberikan kepada dewan

direksi. Kegiatan dan tanggung jawab komite audit setiap tahunnya akan

dijelaskan dalam sebuah laporan untuk kemudian disampaikan kepaada

pemegang saham (Al-baidhani, 2014).

Menurut Alijoyo et al. (2006:137) komite audit memiliki

tanggung jawab yang berbeda pada masing-masing perusahaan.

Meskipun tanggung jawab komite audit dapat bervariasi, namun dalam

melaksanakan tanggung jawabnya tersebut, komite audit perlu menjaga

hubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan proses pelaporan

28

perusahaan, seperti dewan komisaris, direksi atau manajemen, auditor

internal dan eksternal. Tidak hanya sekedar menjalin hubungan namun

kualitas dari hubungan itu sendiri perlu diperhatikan. Hubungan yang

berkualitas akan meningkatkan partisipasi aktif dan kolaborasi diantara

pihak-pihak tersebut. Berikut adalah hubungan kerja komite audit:

1. Hubungan komite audit dengan dewan komisaris

Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris bertujuan untuk

memberikan kepastian secara independen terkait dengan kebenaran

dan keandalan dari pelaporan perusahaan yang telah disusun oleh

direksi atau manajemen perusahaan. Sehingga, komite audit

diberikan kewenangan untuk mengakses informasi perusahaan dan

meminta penjelasan dari pihak direksi atau manajemen serta auditor

eksternal dan internal. Komite audit secara teratur akan

menyampaikan laporan terkait dengan pendelegasian wewenang dan

tanggung jawab yang telah diterimanya kepada dewan komisaris.

Dewan komisaris juga perlu memastikan bahwa sumber daya dan

sarana yang diberikan kepada komite audit telah memadai untuk

melaksanakan tugas.

2. Hubungan komite audit dengan direksi atau manajemen

Komite audit ditugaskan untuk mengawasi direksi atau manajemen

perusahaan. Fungsi pengawasan tersebut dapat dilakukan salah

satunya dengan mengadakan pertemuan dengan direksi atau

manajemen perusahaan secara berkala. Pertemuan tersebut akan

29

membahas secara terbuka mengenai permasalahan-permasalahan

terkait dengan kinerja keuangan dan kinerja non-keuangan

perusahaan. Keterangan-keterangan penting dalam pertemuan akan

dibuat berbentuk laporan untuk dibahas bersama dengan dewan

komisaris dan bila perlu akan dibagian kepada auditor internal dan

eksternal.

3. Hubungan komite audit dengan audit internal

Komite audit dapat menjadikan audit internal sebagai salah satu

sarana untuk menilai sejauh mana direksi atau manajemen

melaksanakan pengendalian sehingga dapat diandalkan, berfungsi

dengan baik dan dapat mengelola risiko-risiko secara memadai

mengenai pelaporan keuangan perusahaan. Komite audit dapat

mengawasi audit internal termasuk: (a) Merekomendasikan

penunjukkan kepala audit internal kepada dewan komisaris; (b)

Melakukan kajian terhadap audit charter; (c) Memberikan penilaian

terhadap efektivitas struktur dan fungsi audit internal; (d) Melakukan

kajian terhadap rencana tahunan dan laporan audit internal; (e)

Memastikan bahwa sumber daya audit internal telah memadai.

4. Hubungan komite audit dengan auditor eksternal

Komite audit dapat memberikan rekomendasi mengenai kandidat

auditor eksternal yang diajukan oleh dewan direksi kepada dewan

komisaris. Rekomendasi tersebut dapat mencakup: a. Mengkaji

standar professional dan independensi auditor eksternal yang

30

digunakan perusahaan; b. Memberikan masukkan kepada dewan

komisaris mengenai terms of engagement dan audit fee; c. Rencana

kerja yang dimiliki oleh auditor eksternal.

d. Efektivitas Komite Audit

Kehadiran komite audit di dalam perusahaan tidak dapat

menjamin bahwa komite audit telah berperan secara efektif (Crisan dan

Fulop, 2014). Sehingga, komite audit secara berkala akan dinilai

kinerjanya oleh dewan komisaris. Penilaian dapat dilakukan secara

proaktif oleh komite audit sendiri yang meminta masukkan dari dewan

komisaris atau dengan mengukur tingkat kepuasan dewan komisaris atas

kinerja yang diberikan oleh komite audit (Alijoyo et al., 2006:163). Oleh

karena itu, penilaian kinerja komite audit penting untuk dilakukan

sehingga dapat diketahui sejauh mana komite audit mampu melaksanakan

peran serta tanggung jawabnya secara efektif di dalam perusahaan.

Efektivitas komite audit dipengaruhi oleh aktivitas, kompetensi,

ukuran dan independensi. Komite audit yang aktif diharapkan mampu

melaksanakan tugasnya secara lebih efektif. Salah satunya adalah apabila

sering menyelenggarakan pertemuan (Hermawan, 2011). Dalam

pertemuan tersebut tidak hanya dihadiri oleh anggota komite audit,

namun CEO, CFO, auditor internal, auditor eksternal, badan pengawas,

direktur keuangan dan lain-lainnya yang juga memiliki kepentingan

dalam membahas masalah perusahaan dapat menghadiri pertemuan

31

tersebut. Sehingga komite audit dapat berkordinasi dengan pihak-pihak

lainnya dan memperbaharui informasi perusahaan (Al-baidhani, 2014).

Komite audit seharusnya memiliki kompetensi akuntansi atau

keuangan agar bisa melaksanakan fungsinya secara lebih efektif. Hal

tersebut berkaitan dengan tugas komite audit dalam proses persiapan dan

audit dari laporan keuangan yang memerlukan kompetensi dalam bidang

keuangan ataupun audit (Hermawan, 2011). Kompetensi akuntansi yang

dimiliki anggota komite audit dapat meningkatkan tingkat akurasi dan

kualitas laporan keuangan (Salehi et al., 2018). Oleh karena itu,

diharapkan anggota komite audit untuk dapat selalu meningkatkan dan

mengembangankan keahlian mereka dalam praktik akuntansi dan

keuangan (Akhtaruddin dan Haron, 2010).

Ukuran dari komite audit dapat mempengaruhi efektivitas komite

dalam melaksanakan perannya untuk pengawasan (Hermawan, 2011).

Secara umum, komite audit memiliki tiga hingga enam anggota (Al-

baidhani, 2014). Komite audit yang memiliki ukuran lebih besar dinilai

akan meningkatkan kemampuan pengawasannya sehingga lebih dapat

mengurangi kemungkinan terjadinya masalah dalam proses pelaporan

keuangan perusahaan. Ukuran komite audit yang besar juga berhubungan

dengan opini yang dikeluarkan oleh anggotanya sehingga semakin besar

ukuran komite audit maka opini yang diberikan akan menjadi lebih luas

(Haji dan Anifowose, 2016).

32

Komite audit yang independen dianggap lebih mampu mengawasi

manajemen dan ikut menguatkan independensi dan objektivitas dari

auditor internal dan eksternal perusahaan (Brennan dan Kirwan, 2015).

Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, komite audit tidak boleh

terpengaruh oleh pihak lain, meskipun komite audit bekerja di bawah

tekanan untuk memenuhi berbagai harapan. Komite audit harus

memastikan bahwa informasi relevan telah disampaikan kepada pihak-

pihak yang berkepentingan (Haji, 2015). Dengan demikian, meskipun

komite audit banyak berhubungan dengan berbagai pihak, sikap

independensi dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas komite audit.

e. Permasalahan dan Tantangan Komite Audit

Akhir-akhir ini kebutuhan komite audit untuk memahami dan

menjawab berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam

menjalankan tugasnya semakin meningkat. Komite audit harus mampu

menghadapi dan mengatasi berbagai permasalahan dan tantangan dalam

hal lingkungan pengendalian, pelaporan keuangan dan proses audit. Bagi

komite audit, pemahaman mengenai bagaimana perusahaan merespon

permasalahan dan tantangan tersebut juga sangat penting (Alijoyo et al.,

2006:144). Hal tersebut dikarenakan pembentukan komite audit dapat

digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tata kelola

perusahaan (Magrane dan Malthus, 2012).

33

Komite audit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

dihadapkan pada permasalahan (issues) maupun tantangan (challenges)

yang berbeda di setiap perusahaan. Manajemen risiko dan pengendalian

internal dapat menjadi permasalahan dan tantangan bagi komite audit

dalam suatu perusahaan. Namun, komite audit di perusahaan lainnya

mungkin dapat menilai bahwa tata struktur perusahaan yang rumit,

kecurangan dan perbuatan melanggar hukum menjadi permasalahan dan

tantangan tersulit untuk ditangani (Alijoyo et al., 2006:144). Hal tersebut

menjadi penting karena komite audit harus memenuhi tugas dan tanggung

jawabnya dalam melaksanakan fungsi pengawasan (Al-baidhani, 2014).

Kesiapan komite audit dalam menghadapi berbagai permasalahan

menjadi elemen penting keberhasilan komite audit pada tata kelola

perusahaan. Dibutuhkan kecermatan dan respon yang akurat untuk

menjawab permasalahan serta tantangan tersebut, sehingga komite audit

dituntut untuk beradaptasi dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya (Alijoyo et al., 2006:144). Oleh karena itu, mengenai sifat dan

ruang lingkup komite audit perlu dilakukan tinjauan kembali untuk

memastikan bahwa komite audit telah melaksanakan perannya dengan

tepat sehingga memperbaiki kekurangan komite audit dalam mencapai

tujuan tata kelola perusahaan (Al-baidhani, 2014).

34

f. Komite Audit di Jepang

Perusahaan yang terdaftar di Jepang menggunakan Japan’s

Corporate Governance Code sebagai dasar yang mengatur tata kelola

perusahaan yang efektif. Melalui penerapan dasar tersebut diharapkan

dapat mendorong keberhasilan perusahaan dan ekonomi di Jepang secara

keseluruhan. Berdasarkan Company Act yang direvisi pada tahun 2014,

perusahaan-perusahaan yang terdaftar dapat memilih satu dari tiga bentuk

struktur organisasi yaitu perusahaan dengan Kansayaku Board atau Audit

and Supervisory Board, perusahaan dengan Three Committee

(Nomination, Audit dan Remuneration) atau perusahaan dengan

Supervisory Committee (Japan’s Corporate Governance Code, 2018).

Tokyo Stock Exchange Inc. (2017) mendokumentasikan data-data

mengenai perusahaan terdaftar dalam TSE-Listed Companies White

Paper on Corporate Governance 2017. Berdasarkan bentuk struktur

organisasi yang dipilih, berada pada posisi tertinggi, terdapat sebanyak

79,8% atau 2.800 perusahaan dengan kansayaku board. Posisi

selanjutnya, terdapat sebanyak 18,2% atau 637 perusahaan dengan

Supervisory Committee dan pada posisi terendah terdapat sebanyak 2%

atau 70 perusahaan dengan Three Committee. Bagi perusahaan yang

terdaftar diwajibkan untuk menjelaskan secara terperinci mengenai

sistem tata kelola termasuk board structure yang digunakannya saat ini.

Perusahaan dengan kansayaku board memiliki keunikan. Sebagai

bentuk struktur organisasi yang paling banyak digunakan pada

35

perusahaan terdaftar, perusahaan dengan kansayaku board melaksanakan

peran dan tanggung jawabnya melalui kansayaku dan kansayaku board.

Peran utama kansayaku adalah audit atas kinerja direksi dan manajemen

serta hukum menyediakan kekuatan untuk melakukan penyelidikan.

Kansayaku ditunjuk dalam rapat pemegang saham dengan tidak kurang

dari setengah kansayaku merupakan kansayaku yang berasal dari pihak

luar perusahaan dan sedikitnya satu kansayaku yang bekerja penuh waktu

di dalam perusahaan (Japan’s Corporate Governance Code, 2018).

Posisi kedua dan ketiga bentuk struktur organisasi yang digunakan

pada perusahaan terdaftar yaitu perusahaan dengan Supervisory

Committee dan Three Committee (Tokyo Stock Exchange Inc., 2017).

Kedua bentuk struktur organisasi tersebut melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya serupa dengan perusahaan di negara lain. Dewan

membentuk komite audit dan ditugaskan melalui tanggung jawab tertentu

untuk memperkuat fungsi pemantauan, meskipun perusahaan dapat

memilih bentuk struktur organisasi yang ingin digunakan, pemenuhan

tanggung jawab harus dapat dilakukan oleh berbagai pihak di dalam

perusahaan secara efektif (Japan’s Corporate Governance Code, 2018).

Pada perusahaan dengan tata kelola yang baik, kansayaku

bertugas sebagai penasihat mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi

di dalam perusahaan dan bagaimana cara untuk meningkatkan kinerja

manajemen (Asian Corporate Governance Association, 2013).

Kansayaku bertindak sesuai dengan kepentingan perusahaan dan

36

kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu, kansayaku harus dapat

menjaga kerja sama dengan direktur dan manajemen perusahaan dalam

rangka pengumpulan informasi mengenai kondisi dan situasi yang

dialami perusahaan untuk dapat memenuhi tanggung jawabnya kepada

pemegang saham (Japan’s Corporate Governance Code, 2018).

Kansayaku dapat mengungkapkan opininya terkait isu-isu sensitif

dalam rapat dewan dan dituntut berperan secara efektif (Asian Corporate

Governance Association, 2013). Untuk meningkatkan efektivitasnya,

anggota kansayaku merupakan orang yang memiliki pengalaman,

keterampilan serta pengetahuan dalam bidang keuangan, akuntansi, dan

hukum untuk memenuhi tugasnya. Diwajibkan secara khusus, sedikitnya

satu orang anggota kansayaku memiliki keahlian dalam bidang akuntansi

yang memadai. Kansayaku juga harus bertindak secara independen dan

objektif serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk memenuhi

perannya (Japan’s Corporate Governance Code, 2018).

5. Integrated Reporting (IR)

a. Definisi Integrated Reporting

Perusahaan dituntut untuk memenuhi permintaan kepentingan

stakeholder melalui pelaporan perusahaan. Pelaporan perusahaan

tradisional hanya berfokus pada kinerja ekonomi dan tidak

mengungkapkan aspek etika kinerja bisnis yang memadai (Suwaldiman,

2009:82). Pelaporan perusahaan terus mengalami perkembangan untuk

37

memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kemampuan pemenuhan

kebutuhan informasi pengguna pelaporan perusahaan. Beberapa kerangka

kerja yang muncul untuk menyajikan informasi mengenai aktivitas bisnis

perusahaan, yaitu Balanced Scorecard (BSC), Triple Bottom Line (TBL),

Sustainable Reporting (SR) dan Integrated Reporting (IR).

Robert S. Kaplan dan David P. Norton mengembangkan konsep

BSC pada tahun 1992. Pengukuran kinerja perusahaan pada BSC terdiri

dari 4 perspektif yang saling berhubungan yaitu perspektif keuangan,

pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.

Namun, strategi dan operasional dalam BSC tidak mencakup sosial,

lingkungan dan isu keberlanjutan (Awadallah dan Allam, 2015). Dengan

demikian, Elkington pada tahun 1994 mengusulkan konsep TBL sebagai

sarana menuju pembangunan isu berkelanjutan perusahaan. TBL terdiri

dari people (aspek sosial), planet (aspek lingkungan) dan profit (aspek

ekonomi) di dalam perusahaan (Rambaud dan Richard, 2015).

Perusahaan yang mengimplementasikan TBL dengan baik akan

menyediakan pelaporan perusahaan yang berisikan informasi mengenai

kelangsungan operasi perusahaan dan kelangsungan hidup masyarakat

yang berada di sekitarnya. Fokus perusahaan akan terletak pada

bagaimana dapat beroperasi sesuai ekspektasi karyawan dan masyarakat,

meminimalkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap

lingkungan dan dapat bertahan secara keuangan. Sehingga, ketiga

38

komponen tersebut berisikan informasi mengenai sosial dan lingkungan

perusahaan dapat merujuk kepada konsep dan tujuan dalam pelaporan

berkelanjutan atau Sustainable Reporting (SR) (Suwaldiman, 2009:82).

Pada perkambangannya, praktik SR yang dilakukan oleh

perusahaan semakin luas. Hal tersebut terjadi karena perusahaan semakin

banyak melakukan pengungkapan terhadap informasi sosial dan

lingkungan. Dampaknya semakin banyak perusahaan yang mulai

memisahkan pengungkapan sosial dan lingkungannya dengan laporan

tahunan perusahaan melalui media lain, sehingga perusahaan dapat lebih

banyak mengungkapkan mengenai informasi sosial dan lingkungan. Oleh

karena itu, praktik tersebut menimbulkan banyak kritik karena dinilai

dapat menyulitkan stakeholder dalam memahami pelaporan perusahaan

(De Villiers et al., 2014).

Pelaporan perusahaan diharuskan untuk mencakup informasi-

informasi yang dapat memenuhi kebutuhan informasi stakeholder dalam

membantu menilai proses bisnis perusahaan. Informasi tersebut

diharapkan dapat diungkapkan oleh perusahaan secara jelas, singkat dan

transparan (Roxana-ioana dan Petru, 2017). Salah satu caranya adalah

dengan perusahaan mengungkapkan informasi-informasi penting, baik itu

informasi keuangan dan informasi non-keuangan yang dapat memberikan

gambaran secara keseluruhan mengenai bagaimana strategi yang

39

diterapkan dalam perusahaan dapat digunakan untuk mempertahankan

keberlangsungannya (Hoque, 2017).

Pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat

mendukung pengambilan keputusan, namun pendekatan SR menyajikan

format pelaporan keuangan serta non-keuangan yang tidak terintegrasi

secara memadai (Velte dan Stawinoga, 2017). Sehingga stakeholder tidak

dapat memahami proses bisnis perusahaan dengan baik. Menanggapi

fenomena tersebut, Integrated Reporting (IR) hadir sebagai

perkembangan terbaru yang melakukan reformasi terhadap pelaporan

perusahaan. IR menjanjikan akan mengatasi kritik serta kekurangan-

kekurangan yang ada pada pelaporan perusahaan sebelumnya (Stubbs dan

Higgins, 2015).

IR adalah komunikasi singkat mengenai bagaimana strategi, tata

kelola, kinerja dan prospek perusahaan dapat digunakan untuk

mengarahkan kepada penciptaan nilai jangka pendek, menengah dan

panjang (IIRC, 2013). Sedangkan menurut De Villiers et al. (2016) IR

merupakan kerangka baru pelaporan yang menyediakan laporan tunggal

secara terintegrasi mengenai informasi keuangan dan informasi non-

keuangan perusahaan. Kritik atas model pelaporan terdahulu diatasi

dengan gagasan baru yang disatukan dalam IR sehingga IR dapat

mengubah pelaporan perusahaan untuk meningkatkan kemampuan

investor dalam menilai masa depan dan prospek perusahaan.

40

Frías-aceituno, Rodríguez-ariza, dan García-sánchez (2013)

memandang IR sebagai laporan perusahaan yang dapat memberikan

penjelasan mengenai kinerja dan sumber daya termasuk bagaimana

penggunaan, dampak dan hubungan sumber daya tersebut dengan bentuk-

bentuk modal lainnya yang juga digunakan oleh perusahaan. Berdasarkan

definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa IR merupakan

sebuah pendekatan pelaporan terbaru yang hadir dengan menyediakan

informasi keuangan dan informasi non-keuangan perusahaan secara

terintegrasi. Dengan demikian, kebutuhan infomasi yang dibutuhkan oleh

stakeholder dapat terpenuhi untuk menilai masa depan perusahaan.

b. Tujuan Integrated Reporting

Perusahaan harus dapat memahami tujuan menerbitkan IR. IR

yang diterbitkan oleh perusahaan bukan hanya sekedar untuk

menambahkan informasi kualitatif dan indikator kunci mengenai kinerja

sosial dan lingkungan perusahaan dalam bentuk laporan yang berdiri

sendiri. Melalui IR diharapkan perusahaan dapat memenuhi tuntutan

stakeholder dan fungsi konsep bisnis yang terintegrasi yang mengarah

kepada pemaknaan misi perusahaan secara lebih mendalam seperti apa

yang perusahaan lakukan, bagaimana perusahaan melakukannya dan

bagaimana perusahaan melaporkannya (Rivera-arrubla et al., 2017). IIRC

(2013) menjelaskan bahwa IR memiki beberapa tujuan, yaitu:

41

1) Melakukan perbaikan terhadap kualitas informasi yang tersedia bagi

penyedia modal sehingga dapat memungkinkan alokasi modal yang

lebih efisien dan produktif.

2) Melakukan tindakan untuk dapat mendorong pendekatan yang lebih

kohesif dan efisien dalam pelaporan perusahaan serta

mengkomunikasikan beberapa faktor yang material sehingga dapat

mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai

dari waktu ke watktu.

3) Melakukan peningkatkan terhadap akuntabilitas dan penatagunaan

bagi modal yang luas dalam perusahaan seperti financial,

manufactured, intellectual, human, social and relationship, dan

natural serta melakukan promosi terhadap pemahaman

interdependensi perusahaan.

4) Melakukan tindakan yang dapat mendorong perusahaan untuk

menanamkan pemikiran terpadu (integrated thinking), pengambilan

keputusan dan kegiatan yang befokus pada penciptaan nilai jangka

pendek, menengah dan panjang perusahaan.

c. Peran dan Fungsi Integrated Reporting

IR menyediakan paradigma pelaporan baru yang membahas

secara menyeluruh dan terintegrasi mengenai pandangan kinerja bisnis

perusahaan dalam aspek masalah ekonomi, sosial dan lingkungan. IR

dapat memastikan bahwa perusahaan memperhatikan dengan baik pada

42

aspek tanggung jawab etis karena tanggung jawab etis adalah aspek yang

paling utama dalam aktivitas bisnis perusahaan. IR tidak secara khusus

memfokuskan diri pada isu-isu etika perusahaan, namun IR tidak

diragukan lagi dalam membahas etika bisnis perusahaan sehingga dapat

memastikan bahwa perusahaan tidak hanya memperhatikan aspek

keuangan tetapi juga pada semua aspek kerja bisnis (Lodhia, 2015).

Hal penting yang ditekankan pada kerangka IR adalah kebutuhan

untuk melakukan pemikiran terintegrasi sebagai pusat dalam IR.

Pemikiran terintegrasi berkaitan dengan hal pemikiran tingkat tinggi,

pengambilan keputusan dan proses pelaporan perusahaan. (Stent dan

Dowler, 2015). IIRC (2013) menjelaskan bahwa pemikiran terintegrasi

akan mempertimbangkan hubungan antara berbagai unit operasional,

fungsional dan modal yang digunakan oleh perusahaan. Pemikiran

terintegrasi akan melakukan penilaian terhadap hubungan dan

ketergantungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan

perusahaan dalam menciptakan nilai dari waktu ke waktu, termasuk pada:

1) Modal yang dapat digunakan atau dipengaruhi oleh perusahaan dan

sejauh mana ketergantungan kritis, termasuk juga pengorbanannya;

2) Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan

kepentingan stakeholder utama;

43

3) Bagaimana perusahaan melakukan penyesuaian terhadap model

bisnis dan strategi dalam menanggapi lingkungan eksternalnya dan

risiko serta peluang yang akan dihadapi;

4) Aktivitas bisnis dan kinerja perusahaan baik keuangan dan yang

lainnya serta hasil dalam hal modal perusahaan pada jangka waktu

dulu, sekarang dan yang akan datang.

Perusahaan yang menerbitkan IR dimaksudkan untuk dapat

memberikan informasi mengenai perusahaan dan apa yang membedakaan

perusahaan tersebut dengan perusahaan lainnya. Hal tersebut bertujuan

untuk menunjukan bagaimana pemikiran terintegrasi telah diterapkan di

dalam perusahaan. Apabila pemikiran terintegrasi tidak diterapkan di

dalam perusahaan maka laporan yang diterbitkan hanya dapat

memberikan sedikit nilai. Pemikiran terintegrasi yang telah diterapkan di

dalam perusahaan akan mempermudah perusahaan mempertimbangkan

modal yang digunakan dan efeknya terhadap perusahaan sehingga dapat

mengurangi hambatan bagi perusahaan (Ernst dan Young, 2014).

d. Prinsip Integrated Reporting

IIRC (2013) menerbitkan kerangka kerja IR yang memiliki

pendekatan dengan basis prinsip. Pendekatan prinsip digunakan dengan

tujuan untuk mencapai keseimbangan antara fleksibilitas dan ketentuan-

ketentuan yang dapat diakui secara luas dalam keadaan masing-masing

organisasi yang berbeda sehingga dapat memungkinkan tingkat

44

komparabilitas yang memadai bagi seluruh organisasi dalam memenuhi

kebutuhan akan informasi yang relevan. Kerangka kerja IR menyediakan

prinsip-prinsip panduan sebagai pondasi yang mendukung penyusunan IR

dalam menginformasikan isi laporan dan bagaimana informasi tersebut

disajikan, yaitu:

1. Strategic focus and future orientation

IR yang diterbitkan oleh perusahaan harus dapat menyediakan

informasi kepada penggunanya mengenai strategi perusahaan dan

bagaimana hubungannya dengan kemampuan perusahaan dalam

menciptakan nilai pada jangka pendek, menengah dan panjang serta

menguraikan penggunaan dan dampaknya pada modal.

2. Connectivity of information

IR yang diterbitkan oleh perusahaan harus dapat memberikan

wawasan secara menyeluruh mengenai kombinasi, keterkaitan dan

ketergantungan antara faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai dari waktu ke

waktu.

3. Stakeholder relationships

IR yang diterbitkan oleh perusahaan harus dapat menjelaskan

informasi mengenai sifat dan kualitas hubungan perusahaan dengan

stakeholder utamanya, termasuk juga bagaimana dan sejauh mana

45

perusahaan mengerti, mempertimbangkan serta menanggapi

kebutuhan dan kepentingan stakeholder lainnya.

4. Materiality

IR yang diterbitkan oleh perusahaan harus dapat menyediakan

informasi tentang semua hal yang secara substantif dapat

mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai.

5. Conciseness

IR yang diterbitkan oleh perusahaan diharuskan untuk disajikan

secara ringkas.

6. Reliability and completeness

IR yang dierbitkan perusahaan harus dapat mencakup semua hal yang

bersifat material, baik itu positif atau negatif dan menyajikannya

secara benar tanpa kesalahan yang material.

7. Consistency and comparability

IR yang diterbitkan perusahaan harus dapat menjelaskan informasi

atas dasar yang konsisten dari waktu ke waktu dan dengan

menggunakan cara yang dapat memungkinkan untuk melakukan

perbandingan dengan perusahaan lainnya.

e. Elemen-Elemen Konten Integrated Reporting

Upaya awal dalam mempersiapkan IR yang dilakukan oleh

perusahaan lebih kepada melakukan pelaporan gabungan yaitu

perusahaan menerbitkan informasi keuangan dan informasi non-

46

keuangan mereka dalam satu format laporan gabungan. Namun, IR tentu

sangat berbeda dari sekedar melakukan pelaporan gabungan karena IR

berfokus pada bagaimana perusahaan dapat menghubungkan atau

mengaitkan berbagai aspek yang dapat berpotensi untuk menciptakan

atau bahkan mengurangi nilai dari waktu ke waktu (Ernst dan Young,

2014). IIRC (2013) menjelaskan bahwa IR yang diterbitkan perusahaan

terdiri dari 8 elemen konten yang berkaitan satu sama lain, yaitu:

1. Organizational overview and external environment

Menjelaskan tentang apa saja kegiatan yang dilakukan perusahaan

dan bagaimana keadaan lingkungan pada tempat perusahaan

melaksanakan operasinya.

2. Governance

Menjelaskan tentang bagaimana struktur tata kelola perusahaan dapat

mendorong kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai dalam

jangka pendek, menengah, dan panjang.

3. Business model

Menjelaskan tentang bagaimana model bisnis yang dimiliki oleh

perusahaan.

4. Risks and opportunities

Menjelaskan tentang risiko dan peluang spesifik apa saja yang dapat

mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai dan

bagaimana perusahaan mengatasi hal tersebut.

47

5. Strategy and resource allocation

Menjelaskan tentang kemana arah perusahaan melangkah dan

bagimana cara perusahaan dalam mencapainya.

6. Performance

Menjelaskan tentang sejauh mana perusahaan dapat mencapai tujuan

strategis pada periode yang bersangkutan dan apakah modal dapat

dipengaruhi oleh hasil tersebut.

7. Outlook

Menjelaskan tentang tantangan dan ketidakpastian apa saja yang

dihadapi oleh perusahaan untuk mencapai strateginya serta apa

implikasi yang potensial dalam model bisnis dan kinerja perusahaan

di masa yang akan datang.

8. Basis of presentation

Menjelaskan tentang bagaimana perusahaan dapat menentukan apa

saja hal yang penting dan harus diungkapkan pada IR dan bagaimana

untuk mengukur atau mengevaluasi hal tersebut.

f. Tanggung Jawab pada Integrated Reporting

Menurut IIRC (2013) terdapat tanggung jawab tertentu pada IR

yang diterbitkan oleh perusahaan. IR harus dapat mencakup pernyataan

dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan meliputi:

1. Pengakuan tanggung jawab yang dilakukan oleh perusahaan untuk

memastikan integritas pada IR

48

2. Pengakuan bahwa perusahaan telah dapat menerapkan pemikiran

yang terintegrasi dalam mempersiapkan dan menyajikan IR

3. Pendapat atau kesimpulan perusahaan mengenai apakah IR yang

disajikan telah sesuai dengan kerangka yang ditetapkan IIRC.

Namun, jika IR yang diterbitkan oleh perusahaan tidak dapat

termasuk pada pernyataan seperti itu, perusahaan harus menjelaskan

mengenai apa peran yang dilakukan oleh pihak yang bertangggung

jawab atas tata kelola dalam persiapan dan presentasi IR perusahaan,

langkah apa yang diambil perusahaan untuk memasukkan pernyataan

seperti itu di dalam laporan perusahaan mendatang dan kerangka

waktu untuk melakukan hal tersebut yang seharusnya tidak lebih dari

IR ketiga organisasi yang merujuk pada kerangka IR yang diterbitkan

IIRC.

IR berusaha menyediakan gambaran menyeluruh mengenai

perjalanan perusahaan dalam rangka mencapai visi dan kemudian

melaporkan kinerjanya. Fokus perusahaan adalah untuk menunjukkan

bahwa strategi dan taktik yang dimilikinya dapat menjadi dasar dalam

nilai-nilai untuk mencapai visi perusahaan selama periode pelaporan. IR

diharuskan dapat membuat akuntabilitas dan kinerja perusahaan menjadi

transparan. Hal tersebut bergantung pada kualitas etis perusahaan seperti

kejujuran dan keadilan yang tertanam di dalam nilai-nilai perusahaan.

Dengan demikian, pelaporan perusahaan dapat dipertanggungjawabkan

dengan baik dan tidak menyesatkan (Abeysekera, 2013).

49

Diperkirakan seiring berjalannya waktu, IR akan menjadi norma

pelaporan perusahaan. Komunikasi perusahaan tidak akan lagi terganggu

dan terputus. Hal tersebut dapat terjadi karena proses pemikiran yang

terintegrasi dan penerapan prinsip-prinsip seperti konektivitas informasi.

Semakin banyak pemikiran terintegrasi yang tertanam di dalam kegiatan

perusahaan maka secara alami akan semakin menguhubungkan arus

informasi ke dalam manajemen pelaporan, analisis dan pengambilan

keputusan. Hal tersebut akan mengarahkan pada integrasi yang lebih baik

dari sistem informasi sehingga mendukung pelaporan internal dan

eksternal (IIRC, 2013).

g. The International Integrated Reporting Council (IIRC)

Pada tahun 2004 The Prince of Wales mendirikan The Prince’s

Accounting for Sustainability Project sebagai tanggapan untuk mengatasi

kekhawatirannya atas pengungkapan dalam SR yang terlalu luas sehingga

memutuskan arus informasi. Selanjutnya pada tahun 2009, Prince of

Wales menjadi tuan rumah untuk sebuah forum yang dihadiri Global

Reporting Initiative (GRI) dan International Federation of Accountants

(IFAC) sebagai para pimpinan dibidang SR. Hasil dari konvensi tersebut

adalah pembentukan The International Integrated Reporting Council

(IIRC) pada tahun 2010 dengan tujuan utama untuk mengembangkan

kerangka IR yang dapat diterima secara global (Stent dan Dowler, 2015).

50

IIRC merupakan sebuah koalisi global yang tergabung dari

regulator, investor, perusahaan, pembuat standar, profesi akuntansi dan

LSM yang berasal dari seluruh dunia. Mereka bekerja sama dalam

membagikan pandangan bahwa komunikasi mengenai penciptaan nilai

harus menjadi langkah selanjutnya dalam evolusi pelaporan perusahaan.

IIRC memiliki visi untuk mencapai tujuan perusahaan yang lebih luas dari

stabilitas keuangan dan pembangunan berkelanjutan dengan

menyelaraskan pengalokasian modal dan perilaku perusahaan melalui

siklus pelaporan perusahaan dan menanamkan pemikiran terintegrasi

dalam praktik bisnis perusahaan (IIRC, 2013).

IIRC memiliki misi untuk menyatukan kembali secara jelas dan

konsisten terkait dengan informasi sosial, lingkungan, keuangan dan tata

kelola perusahaan sehingga pelaporan dan pemikiran terintegrasi dalam

bisnis perusahaan dapat menjadi norma pada sektor publik dan swasta

(Toit, Zyl, dan Schutte, 2016). Pada 12 September 2011, IIRC

menerbitkan draf konsultasi internasional yang berjudul “Towards

Integrated Reporting: Communicating Value in the 21st Century” dan

kemudian diikuti dengan menerbitkan kerangka IR. Pada Desember 2013,

setelah melalui perundingan yang panjang dan pendapat publik, maka

bentuk final IR diterbitkan (Steyn, 2014).

IR yang dirilis oleh IIRC memiliki perbedaan dengan SR.

Perbedaan penting antara IR dengan SR adalah bahwa SR umumnya

memberikan laporan mengenai dampak operasi perusahaan terhadap

51

lingkungannya, sedangkan IR harus melaporkan dampak lingkungan

terhadap operasi perusahaan serta dampak perusahaan terhadap

lingkungannya (Ernst dan Young, 2014). IIRC tidak menyatakan bahwa

IR akan menggantikan SR. IR tidak disajikan sebagai generasi penerus

SR karena IR hadir dengan menyediakan pendekatan yang lebih terpadu

dan efisien untuk pelaporan perusahaan yang mengacu pada serangkaian

pelaporan yang berbeda (Stubbs dan Higgins, 2014).

h. Penerapan Integrated Reporting secara Mandatory

Di Afrika Selatan pada tahun 1994 diterbitkan South Africa’s first

King Code of Corporate Governance Principles yang secara umum

dikenal sebagai King I. Alasan mengapa King I dikembangkan di Afrika

Selatan adalah sebagai tanggapan terhadap pemenuhan kebutuhan untuk

membangun kredibilitas padar modal lokal serta menyediakan model

yang berfokus pada kepentingan stakeholder untuk meminta

pertanggungjawaban kepada perusahaan atas kinerjanya. Oleh karena itu,

King I berisi tentang anjuran pendekatan untuk tata kelola perusahaan

yang melibatkan tidak hanya pemegang saham, namun semua stakeholder

(Dumay, Bernardi, Guthrie, dan Demartini, 2016).

Rekomendasi yang diberikan oleh King I digunakan untuk

mengatur standar perilaku bagi dewan direksi, perusahaan yang terdaftar,

bank dan perusahaan milik negara di Afrika Selatan. Namun pada tahun

2002, Mervyn King yang merupakan perancang king’s report,

52

memberikan anjuran untuk merevisi King I dalam rangka memasukkan

bagian baru mengenai keberlanjutan, manajemen risiko, dan peran dewan

perusahaan (Rensburg dan Botha, 2014). Sehingga, laporan King II dirilis

dengan berfokus pada pelaporan berkelanjutan yang didasari oleh GRI

dan TBL dengan melakukan analisis terhadap berbagai bidang dalam

pelaporan non-keuangan perusahaan (Dumay et al., 2016).

Laporan King II yang telah diterbitkan ternyata dinilai memiliki

kekurangan karena membuat laporan berkelanjutan menjadi berdiri

sendiri dan terpisah dengan aspek-aspek lainnya. Sehingga dirilis The

King Code of Governance Principles for South Africa of 2009 (King III)

yang berisi tentang prinsip-prinsip tata kelola terkait dengan IR sebagai

upaya menyatukan kembali laporan berkelanjutan dengan aspek lainnya.

Kemudian prinsip-prinsip King III tersebut dipadukan ke dalam

persyaratan JSE, sehingga perusahaan yang terdaftar di JSE diharuskan

menerbitkan IR untuk tahun keuangan yang dimulai pada atau setelah 1

Maret 2010, dengan basis “apply or explain” (Steyn, 2014).

Masuknya konsep IR ke dalam prinsip-prinsip King III

mendorong terbentuknya The Integrated Reporting Committee of South

Africa (IRCSA) dibawah kepemimpinan Mervyn E. King SC dengan

tujuan untuk melakukan pengembangan terhadap pedoman praktik IR

yang baik di Afrika Selatan. Pada 25 Januari 2011, IRCSA merilis

discussion paper mengenai kerangka kerja untuk IR yang menjadi

inisiatif nasional pertama pada IR. Kemudian pada Maret 2014, IRCSA

53

mengesahkan kerangka kerja IR yang diterbitkan IIRC untuk perusahaan

di Afrika Selatan dan menghentikan panduannya sendiri yang telah

diterbitkan sebelumnya (Barth, Cahan, Chen, dan Venter, 2015).

Tahun awal Afrika Selatan melaksanakan praktik IR secara

mandatory, perusahaan memilih untuk mengimplementasikan IR dengan

diberikan keleluasaan dalam menentukan apa yang ingin diungkapkan

dan bagaimana cara mengungkapkannya. Akhirnya, timbul variasi

signifikan diantara kualitas IR yang dihasilkan perusahaan-perusahaan di

Afrika Selatan. Sebagai contoh, pada tahap awal perusahaan menuju IR,

beberapa perusahaan hanya melakukan penggabungan antara laporan

pertanggungjawaban sosial (CSR) dengan laporan tahunan menjadi

sebuah laporan gabungan, yang tentu laporan gabungan akan sangat

berbeda dengan IR (Zhou, Simnett, dan Green, 2017).

Perusahaan di Aftika Selatan umumnya mengalami dilema dalam

menentukan seberapa banyak informasi yang harus diungkapkan dalam

IR tahunan perusahaan (Toit et al., 2016). Sementara, beberapa

perusahaan lainnya telah melangkah lebih jauh dalam menerapkan IR

dengan mengkomunikasikan tujuan strategis, model bisnis, risiko dan

peluang perusahaan serta menjelaskan bagaimana faktor-faktor tersebut

saling berhubungan. Sehingga, meskipun semua perusahaan memberikan

judul “integrated reporting” pada laporan mereka, namun antar

perusahaan akan memiliki tingkat kesesuaian atau kualitas dari IR yang

berbeda (Zhou et al., 2017).

54

i. Penerapan Integrated Reporting secara Voluntary

Saat ini, IIRC sedang mendorong perusahaan untuk melakukan

pengungkapan secara voluntary sehingga informasi yang diberikan

menjadi lebih jelas, singkat dan sebanding (Rivera-arrubla et al., 2017).

Meskipun Afrika Selatan adalah negara yang mempimpin dalam jalan

menuju IR, namun pendekatan terkait IR saat ini semakin diadopsi oleh

perusahaan-perusahaan di seluruh dunia (Maniora, 2015). Tidak seperti

Afrika Selatan yang telah mewajibkan perusahaan terdaftar di JSE untuk

mengadopsi IR, beberapa negara lainnya menjalankan praktik IR secara

voluntary seperti Inggris, Belanda, Brazil, Spanyol, Amerika, Singapura

dan Jepang (De Villiers et al., 2014).

Rivera-arrubla et al. (2017) menjelaskan bahwa berdasarkan

tingkat pengungkapan perusahaan yang diukur melalui Disclosure Index

of Integrated Reporting (DIIR), Brazil dan Belanda masuk ke dalam

daftar 10 perusahaan dengan pengungkapan terbaik. Brazil dan Belanda

merupakan negara dengan pengembangan tata kelola perusahaan yang

tinggi serta pengungkapan non-keuangan yang baik. Sedangkan, Amerika

dan Inggris mendapatkan nilai tingkat pengungkapan yang rendah karena

beroperasi dibawah common-law dengan lebih berfokus pada

pengungkapan konten keuangan namun tidak membahas dimensi sosial

dan lingkungan sebagai konten yang relevan untuk diungkapkan.

Perusahaan-perusahaan yang berada di Spanyol, Norwegia,

Swedia, Finlandia dan Prancis dinilai memiliki tingkat pengungkapan

55

yang tinggi sehingga pelaporan perusahaan menjadi lebih transparan.

Diketahui sebanyak 56,45% perusahaan telah dapat mengungkapkan IR

dengan sistem hukum sipil dan penegakan hukum yang kuat pada negara-

negara tersebut (Frias-Aceituno, Rodriguez-Ariza, dan Garcia-Sanchez,

2012). Sejalan dengan negara-negara tersebut yang menjalankan praktik

IR secara voluntary, nyatanya meskipun Jepang menjalankan praktik IR

secara voluntary, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi tingginya

pertumbuhan jumlah perusahaan yang menerbitkan IR di Jepang.

Berdasarkan survei yang dilakukan KPMG pada tahun 2017

menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah perusahaan yang menerbitkan

IR di Jepang, di awali pada tahun 2010 dengan 26 perusahaan dan terus

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan terbesar terjadi

pada tahun 2015 dari 141 perusahaan di tahun 2014 kemudian meningkat

56% menjadi 220 perusahaan di tahun 2015. Jumlah tersebut kembali

mengalami peningkatan pada tahun 2016 dari 220 perusahaan di tahun

2015 kemudian meningkat 27% menjadi 291 perusahaan di tahun 2016.

Hingga terakhir survei tersebut dilakukan, pada tahun 2017 terdapat 341

perusahaan yang telah menerbitkan IR di Jepang (KPMG, 2018).

Japan’s Ministry of Economy, Trade and Industry (METI)

mendirikan laboratorium pelaporan perusahaan untuk mendukung

terhadap kasus bisnis dan ekonomi pelaksanaan IR di Jepang (Ernst dan

Young, 2014). IR di Jepang mendorong pengenalan tata kelola

perusahaan sehingga manajemen memahami pentingnya menjaga dialog

56

dengan investor dan pemahaman tersebut terus menyebar. Saat ini,

semakin banyak perusahaan yang menjelaskan informasi untuk

menunjukkan efektivitas tata kelola, seperti alasan penunjukkan direksi,

hasil evaluasi dewan dan kebijakan remunerasi sehingga kesadaran serta

inisiatif dalam pembaharuan tata kelola semakin meluas (KPMG, 2018).

Praktik IR di Indonesia dilaksanakan secara voluntary sama

seperti di Jepang dan beberapa negara lainnya. Perusahaan-perusahaan di

Indonesia telah berusaha untuk memasukkan elemen-elemen konten IR

ke dalam laporan tahunan mereka, meskipun mereka masih menggunakan

judul “Annual Reporting”. Hal tersebut sangat penting untuk dilakukan

sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas IR yang mereka

terbitkan. Beberapa perusahaan yang telah memasukkan elemen-elemen

konten IR ke dalam laporan tahunan mereka seperti PT. Aneka Tambang

Tbk, PT Tambang Timah Tbk, PT Pertamina EP, PT Semen Indonesia

(Persero) Tbk dan lain-lain.

Perusahaan PT. Aneka Tambang Tbk merupakan salah satu

contoh perusahaan yang dinilai telah cukup baik dalam memasukkan

elemen-elemen konten IR ke dalam laporan tahunan perusahaan.

Berdasarkan laporan tahunan PT. Aneka Tambang Tbk pada tahun 2017,

perusahaan tersebut dapat mengungkapkan mengenai kegiatan bisnis,

struktur tata kelola, strategi, kinerja keuangan dan non-keuangan yang

telah dicapai. Selain itu, perusahaan tersebut juga mengungkapkan

mengenai risiko dan peluang apa yang sedang dihadapi termasuk

57

manajemen risiko yang dilaksanakan oleh perusahaan. Namun, laporan

tahunan PT. Aneka Tambang Tbk tidak disajikan secara ringkas.

Perusahaan di Indonesia pada dasarnya telah siap menerbitkan IR

dengan beberapa catatan untuk menambah nilai pada laporan tahunan

mereka. Catatan yang penting untuk diperhatikan yaitu: a. Perusahaan

harus fokus pada pertambahan nilai perusahaan dalam jangka pendek,

menengah dan panjang; b. Perusahaan harus mengungkapkan bagaimana

model bisnis yang digunakan, strategi dan alokasi sumber daya yang

dikelola; c. Perusahaan harus memperhatikan hubungan dengan

stakeholder secara lebih baik; dan d. Perusahaan harus mengungkapkan

materialitas terutama evaluasi dan prioritas pada hal-hal yang relevan

(Setiawan, 2016). Dengan demikian, IR yang diterbitkan berkualitas baik.

6. Risiko Perusahaan

a. Definisi

Alijoyo et al. (2006:93) mendefinisikan risiko sebagai kegagalan

perusahaan dalam meningkatkan nilai pemegang saham secara optimal

yang disebabkan oleh hilangnya kesempatan yang seharusnya dapat

diraih perusahaan. Risiko dinilai bukan hanya sekedar bahaya yang

mungkin akan muncul dan harus dihindari oleh perusahaan. Sedangkan,

menurut Elahi (2014) risiko adalah terjadinya kesenjangan diantara

pengetahuan mengenai alternatif-alternatif pilihan dengan probabilitas

kejadian hasil yang mungkin bagi perusahaan. Kesenjangan tersebut

58

merupakan ketidakpastian sebagai akibat dari kurangnya informasi

mengenai apa yang mungkin terjadi di masa depan.

Menurut Eastburn dan Sharland (2017) risiko merupakan dimensi

potensi kerugian sehingga perusahaan diharuskan untuk selalu

memperhatikan setiap ketidakpastian yang dapat berpotensi menghambat

kinerja perusahaan mendatang. Berdasarkan defisini-difinisi tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa risiko adalah ketidakpastian yang muncul

akibat kurangnya informasi atas kejadian di masa depan. Sehingga

perusahaan dapat kehilangan kesempatan untuk memaksimalkan nilai

pemegang saham. Hal tersebut juga memiliki potensi untuk menghambat

pencapaian tujuan dan dapat membahayakan keberlangsungan

perusahaan.

b. Bentuk-Bentuk Risiko Perusahaan

Keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam mencapai

tujuannya dapat dipengaruhi oleh kondisi tidak pasti yang selalu dihadapi

oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya (Iswajuni,

Manasikana, dan Soetedjo, 2018). Hampir semua kegiatan bisnis yang

dilakukan perusahaan akan dekat dengan risiko. Risiko yang dialami oleh

perusahaan akan berbeda-beda tergantung pada hasil dari keputusan

keuangan, pilihan investasi dan kegiatan operasional yang dijalankan

perusahaan. Oleh karena itu, kegiatan bisnis perusahaan yang semakin

59

berkembang akan membuat risiko bisnis yang dihadapi oleh perusahaan

menjadi lebih rumit (Nobre, Grable, Da Silva, dan Nobre, 2018).

Risiko yang sederhana lebih mudah dipahami oleh perusahaan.

Risiko sederhana seperti kejadian alam terjadi secara berulang (banjir,

badai salju, kekeringan dll) yang berpotensi mengancam perusahaan

dapat diketahui penyebabnya dengan jelas. Dampak negatif yang akan

ditimbulkan dapat diketahui dengan mudah karena tingkat ketidakpastian

pada risiko sederhana yang rendah sehingga perusahaan dapat menangani

risiko tersebut dengan baik. Oleh karena itu, analisis secara statistik dapat

diterapkan untuk menilai risiko sederhana. Namun, kenyataannya tidak

semua risiko sederhana, ada banyak risiko yang tidak dapat dihitung

sebagai fungsi dari probabilitas dan efek (Renn, Klinke, dan Asselt,

2011).

Secara umum, risiko perusahaan dapat dikelompokkan menjadi

risiko systematic dan risiko unsystematic atau risiko idiosyncratic. Risiko

systematic sering disebut juga sebagai risiko pasar karena dapat

mempengaruhi sejumlah aset besar. Salah satu contoh risiko systematic

adalah ketidakpastian dari kondisi perekonomian, inflasi dan tingkat suku

bunga (Jo dan Na, 2012). Oleh karena itu, pendekatan secara menyeluruh

diperlukan untuk menganalisis risiko systematic karena untuk memahami

bahaya yang mungkin muncul diperlukan penilaian dan manajemen risiko

60

yang tidak terbatas pada batasan nasional atau sektor tunggal sehingga

menjadi lebih kompleks dan penuh ketidakpastian (Renn et al., 2011).

Risiko unsystematic atau sering juga disebut sebagai risiko khusus

perusahaan merupakan risiko yang hanya dapat mempengaruhi sejumlah

kecil aset sehingga dikatakan sebagai risiko spesifik perusahaan (Jo dan

Na, 2012). Berbeda dengan risiko systematic, risiko unsystematic tidak

dapat dijelaskan melalui pergerakan pasar yang luas. Gabungan dari

risiko systematic dan risiko unsystematic adalah total risiko perusahaan.

Untuk mengetahui tentang total risiko perusahaan dapat terlihat melalui

volatilitas saham perusahaan yang diukur dengan menggunakan standar

deviasi dari daily stock return perusahaan pada 12 bulan sebelumnya

(Sassen et al., 2016).

c. Penanganan Risiko Perusahaan

Salah satu cara penanganan risiko di dalam perusahaan adalah

dengan meningkatkan pengetahuan mengenai risiko melalui manajemen

risiko perusahaan. Kebutuhan dalam menerapkan manajemen risiko pada

setiap perusahaan berbeda-beda dan sejauh mana akan melibatkan

operasional, perencanan serta strategi perusahaan bergantung pada

tingkat ketidakpastian yang dihadapi. Semakin tinggi tingkat

ketidakpastian dan dampaknya terhadap perusahaan maka kebutuhan

akan manajemen risiko perusahaan dengan tingkat perhatian di dalamnya

61

juga akan semakin tinggi (Elahi, 2014). Oleh karena itu, penting bagi

perusahaan untuk dapat menilai kebutuhan atas manajemen risiko.

Manajemen risiko dapat terhambat apabila kurangnya

pengetahuan sehingga pelaksanaan strategi perusahaan menjadi tidak

efektif dan akan tidak menguntungkan dari segi kualitas dan biaya.

Pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan untuk

mengurangi risiko, sementara perusahaan yang tidak menerapkan

pengetahuannya dengan baik menimbulkan risiko yang sebenarnya dapat

dicegah. Dengan demikian, perusahaan perlu menumbuhkan

pengetahuannya dengan meningkatkan pemahaman perusahaan

mengenai pilihan tindakan alternatif sehingga dapat meningkatkan

kemungkinan keberhasilan perusahaan (Coleman dan Casselman, 2016).

Kualitas manajemen risiko dapat ditingkatkan melalui

implementasi Enterprise Risk Management (ERM) yang menjadi

panduan dalam proses manajemen risiko (Iswajuni et al., 2018). Menurut

Alijoyo et al. (2006:119) ERM merupakan pendekatan yang dapat

menyesuaikan antara strategi, proses, manusia, teknologi dan

pengetahuan dengan tujuan untuk mengevaluasi dan mengelola

ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam proses penciptakan nilai

secara terstruktur. Bagi perusahaan, yang menjadi permasalahan adalah

bagaimana menerapkan ERM ke dalam tindakan nyata. Komite audit

perlu memahami 5 elemen atau proses utama penerapan ERM, yaitu:

62

1. Risk Identification

Proses dalam mengidentifikasi apa saja risiko-risiko yang sedang

dihadapi perusahaan secara sistematis. Pada proses ini akan

menghasilkan daftar risiko perusahaan yang disusun berdasarkan

skala prioritas.

2. Risk Evaluation

Risiko yang telah diidentifikasi akan dievaluasi dan kemudian

dikelompokkan ke dalam pemetaan risiko (risk map) perusahaan.

Pada proses ini akan menghasilkan peta risiko melakukan pembagian

terhadap risiko-risiko yang telah diidentifikasi dalam sedikitnya

empat kriteria, yaitu: a. Risiko yang memiliki dampak tinggi dan

tingkat kemungkinan terjadi tinggi berada pada kuadran I; b. Risiko

yang memiliki dampak tinggi namun tingkat kemungkinan terjadinya

rendah berada pada kuadran II; c. Risiko yang memiliki dampak

rendah namun tingkat kemungkinan terjadinya sangat tinggi berada

pada kuadran III; d. Risiko yang memiliki dampak rendah dan tingkat

kemungkinan terjadinya juga sangat rendah berada pada kuadran IV.

3. Risk Treatment

Proses dalam menangani risiko sistematis. Hal ini dilakukan agar

dampak dan atau frekuensi tingkat kemungkinan terjadinya risiko

dapat diperkecil hingga level dimana risiko tersebut mampu

ditangani dengan baik oleh perusahaan.

63

4. Risk Measurement

Proses dalam mengukur risiko melalui sistem dengan unit ukuran

yang digunakan pada ketiga proses di atas. Pada semua proses harus

menggunakan sistem dan unit ukuran yang konsisten sehingga dapat

memberikan gambaran perbandingan antara satu risiko dengan risiko

yang lainnya.

5. Risk Monitoring

Proses dalam memantau risiko melalui sistem dan mekanisme

pelaporan terhadap keseluruhan proses di atas, baik yang memiliki

sifat substansi seperti metodologi, unit dan dasar pengukuran

maupun yang memiliki sifat proses seperti arah dan jalur pelaporan

yang terjadi antara manajemen lini dengan tim manajemen risiko

perusahaan.

d. Tanggung Jawab dalam Mengawasi Risiko Perusahaan

Pada sistem tata kelola perusahaan, tanggung jawab untuk melihat

potensi risiko yang dapat membahayakan perusahaan dan menilai

efektivitas manajemen risiko terletak pada dewan komisaris perusahaan.

Sedangkan, dewan direksi bertanggung jawab untuk menganalisis dan

mengelola risiko dalam fungsi manajemen risiko serta pengendalian

internal yang kemudian mengirimkan umpan balik kepada dewan

komisaris untuk menunjukkan bahwa fungsi tersebut benar-benar

dilaksanakan (Alijoyo et al., 2006:93). Pembagian tanggung jawab

64

tersebut terjadi pada sistem two-tier sehingga pembagian tanggung jawab

tergantung pada board structure yang digunakan (Hermawan, 2011).

Tata kelola perusahaan harus dapat mengatur tanggung jawab dan

tugas dari dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, manajemen,

audit internal dan eksternal dalam aspek risiko termasuk bagaimana

mengelola risiko dan mengungkapkannya dalam pelaporan perusahaan.

Hal tersebut penting karena stakeholder dan investor perusahaan baik

yang saat ini maupun yang potensial akan sangat membutuhkan

pengungkapan risiko perusahaan untuk menilai ketidakpastian dalam

bisnis. Dengan demikian, perusahaan yang melakukan pengungkapan

risiko secara jelas dan memadai akan membantu pengguna laporan

perusahaan tersebut dalam membuat keputusan yang lebih efektif.

e. Fungsi Pengawasan Risiko Perusahaan oleh Komite Audit

Menurut Alijoyo et al. (2006:95) pada aspek manajemen risiko,

tugas untuk mengawasi risiko utama perusahaan yang dilaksanakan oleh

komite audit akan bergantung pada seberapa jauh pendelegasian

wewenang yang diberikan oleh dewan komisaris perusahaan. Sehingga,

kegiatan pengawasan atas manajemen risiko yang dilaksanakan komite

audit pada masing-masing perusahaan dapat berbeda. Namun, pada

beberapa perusahaan, proses manajemen risiko yang diawasi oleh komite

audit adalah yang memiliki hubungan dengan risiko keuangan sehingga

65

dapat mempengaruhi laporan keuangan perusahaan, termasuk dalam hal-

hal sebagai berikut:

1. Melakukan pengawasan terhadap pengelolaan risiko-risiko utama

(principle risk) perusahaan yang berpotensi dalam mempengaruhi

proses pelaporan keuangan perusahaan.

2. Melakukan pemantauan atas integritas sistem pengendalian internal

yang berhubungan dengan proses pelaporan keuangan dan kepatuhan

pada standar akuntansi.

3. Melakukan pengawasan pada proses audit internal dan eksternal.

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik

yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1

66

Tabel 2.1

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Bersambung pada halaman berikutnya

NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian

Terdahulu

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Remmer Sassen,

Anne-Kathrin

Hinze dan Inga

Hardeck/2016

“Impact of ESG

Factors on Firm

Risk in Europe”

Independen:

ESG

Dependen:

Firm Risk

Variabel:

Firm Risk

Penelitian Terdahulu

Populasi:

Laporan tahunan

perusahaan dari negara-

nergara di Eropa yang

menjadi bagian dari

database Thomson

Reuters Asset4 dari tahun

2002 hingga 2014.

Penelitian Sekarang

Populasi:

Laporan tahunan

perusahaan terdaftar pada

Tokyo Stock Exchange

(TSE) di Jepang yang

telah menerbitkan IR.

Kinerja sosial perusahaan

secara signifikan

berpengaruh terhadap

risiko perusahaan

67

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Bersambung pada halaman berikutnya

NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian

Terdahulu

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

2. Abdifatah Ahmed

Haji dan Mutalib

Anifowose/2016

“Audit Committee

and Integrated

Reporting Pratcice:

Does Internal

Assurance Matter?”

Independen:

Overall Audit

Committee

Effectiveness

Specific Audit

Committee

Effectiveness

Dependen:

Integrated

Reporting

Variabel:

Audit

Committee

Effectiveness

Integrated

Reporting

Penelitian Terdahulu

Populasi:

Laporan tahunan

perusahaan yang terdaftar

pada Johannesburg Stock

Exchange (JSE) di Afrika

Selatan pada tahun 2011-

2013.

Penelitian Sekarang

Populasi:

Laporan tahunan

perusahaan terdaftar pada

Tokyo Stock Exchange

(TSE) di Jepang yang

telah menerbitkan IR.

Berdasarkan teori

ekonomi, efektivitas

komite audit secara

keseluruhan berpengaruh

positif terhadap kualitas

IR

Berdasarkan teori sosial-

politik, independensi dan

kompentensi keuangan

komite audit tidak

berpengaruh terhadap

kualitas IR

68

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Bersambung pada halaman berikutnya

NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian

Terdahulu

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

3. Abdullah

Mohammed

Alzharani dan

Khaled Salmen

Aljaaidi/2015

“An Empirical

Investigation of Audit

Committee

Effectiveness and Risk

Management:

Evidence from Saudi

Arabia”

Independen:

Audit Committee

Independence

Audit Committee

Size

Audit Committee

Financial

Expertise

Audit Committee

Meetings

Dependen:

Risk

Management

Activities

Variabel:

Audit

Committee

Penelitian Terdahulu

Sampel:

Perusahaan yang

terdaftar pada Saudi

Stock Exchange

(Tadawul) pada periode

2007-2011.

Penelitian Sekarang

Sampel:

Perusahaan terdaftar

pada Tokyo Stock

Exchange (TSE) di

Jepang yang telah

menerbitkan IR pada

periode 2014-2017.

Ukuran komite audit secara

positif dan signifikan dapat

mempengaruhi kegiatan

manajemen risiko

perusahaan. Ukuran komite

audit yang lebih besar dapat

menambah efektivitas

dalam meningkatkan

kualitas pengendalian

internal dan memantau

kegiatan manajemen risiko

perusahaan

69

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Bersambung pada halaman berikutnya

NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian

Terdahulu

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

4. M Athtaruddin dan

Hasnah Haron/2015

“Board Ownership,

Audit Committees’

Effectiveness and

Corporate Voluntary

Disclosures”

Independen:

Board

Ownership

Audit

Committee

Effectiveness

Dependen:

Corporate

Voluntary

Disclosures

Variabel:

Audit

Committee

Effectiveness

Penelitian Terdahulu

Sampel:

Laporan tahunan

perusahaan yang

terdaftar Bursa Efek

Malaysia tahun 2008

hingga tahun 2010.

Penelitian Sekarang

Sampel:

Laporan tahunan

perusahaan terdaftar

pada Tokyo Stock

Exchange (TSE) di

Jepang yang telah

menerbitkan IR pada

periode 2014-2017.

Perusahaan dengan tingkat

kepemilikan dewan yang

lebih tinggi untuk

memasukkan direktur yang

lebih independen di dalam

komite audit dapat

meningkatkan tingkat

pengungkapan dan

mengurangi terjadinya

simetri informasi antara

manajemen perusahaan dan

investor

70

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Bersambung pada halaman berikutnya

NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian

Terdahulu

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

5. Yaismir Adriana

Rivera-Arrubla,

Ana Zorio-Grima

dan María A.

García-Benau/2017

“Integrated Reports:

Disclosure Level and

Explanatory Factors”

Independen:

Region

Industry

Legal origin

Type of Auditor

Application Level

of CSR

Integrated

Reporting

Dependen:

The General

Index (DIIR)

The Partial

Indices (DBM,

DCN, DMT,

DGV and DCR)

Variabel:

Integrated

Reporting

Penelitian Terdahulu

Sampel:

Laporan tahunan dari

91 perusahaan dalam

The International

Integrated Reporting

Council (IIRC)’s pilot

programme.

Penelitian Sekarang

Sampel:

Laporan tahunan

perusahaan terdaftar

pada Tokyo Stock

Exchange (TSE) di

Jepang yang telah

menerbitkan IR pada

periode 2014-2017.

Angka pengungkapan IR

yang diterbitkan oleh

perusahaan dalam The

International Integrated

Reporting Council (IIRC)’s

pilot programme mencapai

tingkat pengungkapan

menengah atau sedang.

Tingkat pengungkapan IR

tersebut secara signifikan

berhubungan dengan

lingkungan spesifik

perusahaan (wilayah dan

industri), jaminan laporan

dan publikasi di situs web

IIRC.

71

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Bersambung pada halaman berikutnya

NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian

Terdahulu

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

6. Hsu-Huei

Huang/2018

“Audit Committees

and Systematic Risk:

Evidence from

Taiwan’s Regulatory

Change”

Independen:

Corporate

Governance

Audit

Committees

Dependen:

Systematic Risk

Variabel:

Audit

Committees

Penelitian Terdahulu

Sampel:

Perusahaan yang

terdaftar dalam

Taiwan Stock

Exchange pada

periode 2006-2014.

Penelitian Sekarang

Sampel:

Perusahaan terdaftar

pada Tokyo Stock

Exchange (TSE) di

Jepang yang telah

menerbitkan IR pada

periode 2014-2017.

Pembentukan komite audit

tidak memberikan

perubahan signifikan dalam

risiko sistematis pada

sampel perusahaan secara

keseluruhan.

72

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Bersambung pada halaman berikutnya

NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian

Terdahulu

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

7. Juma Bananuka,

Stephen Korutaro

Nkundabanyanga,

Irene Nalukenge

dan Twaha

Kaawaase/2018

“Internal Audit

Function, Audit

Committees’

Effectiveness and

Accounttability in The

Ugandan Statutory

Corporations”

Independen:

Internal Audit

Function

Audit

Committees’

Effectiveness

Dependen:

Accountability

Variabel:

Audit

Committees’

Effectiveness

Penelitian Terdahulu

Pengumpulan data:

Kuesioner

Sampel: Perusahaan hukum

(Statutory

Corporations) yang

berada di Uganda

Penelitian Sekarang

Pengumpulan data:

Laporan tahunan

perusahaan

Sampel:

Perusahaan terdaftar

pada Tokyo Stock

Exchange (TSE) di

Jepang yang telah

menerbitkan IR pada

periode 2014-2017.

Fungsi audit internal

secara signifikan dapat

berkontribusi dalam

akuntabilitas perusahaan

hukum yang ada di

Uganda

Efektivitas komite audit

tidak memiliki pengaruh

terhadap akuntabilitas

perusahaan hukum

apabila terdapat audit

internal yang efektif

Efektivitas komite audit

hanya dapat

berkontribusi secara

signifikan terhadap

akuntabilitas ketika

fungsi audit internal tidak

ada

73

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Bersambung pada halaman berikutnya

NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian

Terdahulu

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

8. Ben Kwame Agyei-

Mensah/2018

“The Effect of Audit

Committee

Effectiveness and

Audit Quality on

Corporate Voluntary

Disclosure Quality”

Independen:

Audit Committee

Effectiveness

Audit Quality

Dependen:

Voluntary

Disclosure

Quality

Variabel:

Audit

Committee

Effectiveness

Penelitian Terdahulu

Populasi:

Perusahaan yang

terdaftar pada Ghana

Stock Exchange

(GSE) periode 2013-

2016

Penelitian Sekarang

Populasi:

Perusahaan terdaftar

pada Tokyo Stock

Exchange (TSE) di

Jepang.

Dalam meningkatkan

kualitas pengungkapan

sukarela perusahaan,

terdapat hubungan substitusi

dan komplementer antara

kehadiran auditor Big Four

dengan efektivitas komite

audit

74

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Bersambung pada halaman berikutnya

NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian

Terdahulu

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

9. Ho Je Jo dan

Haejung Na/2012

“Does CSR Reduce

Firm Risk? Evidence

from Controversial

Industry Sectors”

Independen:

Corporate Social

Responsibility

(CSR)

Dependen:

Firm Risk

Variabel:

Firm Risk

Penelitian Terdahulu

Populasi:

Perusahaan dalam

industri yang

kontroversial seperti

alkohol, tembakau,

judi dan yang lainnya

serta perusahaan

dalam industri non-

kontroversial pada

periode 1991-2010

Penelitian Sekarang

Populasi:

Perusahaan terdaftar

pada Tokyo Stock

Exchange (TSE) di

Jepang.

Efek pengurangan risiko

melalui keterlibatan CSR

lebih signifikan secara

ekonomi dan statistik pada

perusahaan dalam industri

yang kontroversial

dibandingan dengan

perusahaan dalam industri

non-kontroversial

75

Tabel 2.1 (Lanjutan)

NO Peneliti/Tahun/Judul Variabel Penelitian

Terdahulu

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

10. Ancella Anitawati

Hermawan/2011

“The Influence of

Effective Board of

Commissioners and

Audit Committee on

The Informativeness

of Earnings:

Evidence from

Indonesian Listed

Firms”

Independen:

The Board of

Commissioner’s

Effectiveness

Audit Committee

Effectiveness

Dependen:

Earnings

Response

Coefficient

(ERC)

Variabel:

Audit

Committee

Effectiveness

Penelitian Terdahulu

Populasi:

Perusahaan yang

terdaftar pada Bursa

Efek Indonesia (BEI)

periode 2006 dan 2007

Penelitian Sekarang

Populasi:

Perusahaan terdaftar

pada Tokyo Stock

Exchange (TSE) di

Jepang.

Efektivitas komite audit

tidak dapat mempengaruhi

keinformatifan pendapatan.

Analisis lebih lanjut

menunjukkan bahwa

efektivitas komite audit

berpengaruh positif terhadap

ERC pada saat dewan

komisaris tidak menjalankan

perannya secara efektif

76

Berdasarkan tabel hasil-hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa di

dalam tata kelola perusahaan, efektivitas komite audit dapat mempengaruhi kualitas IR

yang diterbitkan perusahaan. Kualitas IR yang baik juga dapat mempengaruhi risiko

perusahaan. Namun, adapula penelitian yang menyatakan bahwa efektivitas komite

audit tidak dapat mempengaruhi risiko perusahaan secara signifikan. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan data sekunder. Metode analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Method (SEM). Jurnal

yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah Alzharani dan Aljaaidi (2015), Sassen

et al. (2016) dan Haji dan Anifowose (2016).

C. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Risiko Perusahaan

Komite audit merupakan salah satu bagian penting dalam mekanisme

tata kelola perusahaan. Komite audit secara umum memiliki peran sebagai

perwakilan dari dewan komisaris perusahaan yang memiliki kewenangan

untuk melaksanakan tanggung jawab meliputi mengawasi dan memantau

pelaporan keuangan yang disusun oleh manajemen, pengendalian internal,

audit internal dan eksternal perusahaan, kepatuhan terhadap peraturan, dan

aktivitas manajemen risiko dalam tata kelola perusahaan. Peran yang

dilaksanakan oleh komite audit tersebut berlaku untuk berbagai jenis

77

organisasi, baik organisasi dalam sektor publik, swasta, dan campuran (Al-

baidhani, 2014).

Perusahaan dengan tata kelola yang efektif termasuk peran komite

auditnya dapat terlihat salah satunya dari kinerja dan kemampuan perusahaan

dalam mengelola risiko perusahaan (Lenard, Bing, York, dan Wu, 2014).

Komite audit memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan menjaga ekuitas

dan kepentingan pemegang saham. Komite audit dapat menjadi bagian dalam

analisis risiko perusahaan termasuk identifikasi risiko, evaluasi, manajemen

dan kontrol (Alzharani dan Aljaaidi, 2015). Oleh karena itu, dalam tata kelola

perusahaan, komite audit dapat menjadi salah satu sarana efektif untuk

mengurangi potensi terjadinya kecurangan pada pelaporan keuangan

perusahaan (Al-baidhani, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alzharani dan Aljaaidi (2015)

menunjukkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh secara signifikan

terhadap manajemen risiko perusahaan. Perusahaan dengan ukuran komite

audit yang lebih besar dinilai dapat membantu meningkatkan kualitas

pengendalian internal perusahaan sehingga berdampak pada peran yang

dilaksanakan oleh komite audit menjadi lebih efektif. Dengan demikian,

semakin efektif peran komite audit dalam mengawasi risiko, maka risiko

perusahaan akan semakin menurun karena perusahaan dapat lebih

78

mempersiapkan diri dan mengantisipasi terhadap segala kemungkinan risiko

yang dapat terjadi di masa yang akan datang.

Berbeda dengan penelitian tersebut, Huang (2018) dalam penelitiannya

menemukan bahwa pembentukan komite audit pada perusahaan yang berada

di Taiwan tidak dapat memberikan perubahan yang signifikan terhadap risiko

sistematis perusahaan. Hal tersebut dikarenakan pembentukan komite audit

akan memberikan manfaat yang berbeda-beda pada masing-masing

perusahaan di Taiwan sehingga manfaat tertentu yang diperoleh dalam suatu

perusahaan belum tentu akan diperoleh perusahaan lainnya. Dengan demikian

manfaat pembentukan komite audit yang diperoleh perusahaan akan

bergantung pada proses tata kelola dalam perusahaan masing-masing.

Berdasarkan uraian diatas maka:

H1: Efektivitas komite audit berpengaruh negatif terhadap risiko

perusahaan

2. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Kualitas Integrated

Reporting

Pengatur kebijakan dan komite tata kelola perusahaan di seluruh dunia

telah menilai bahwa komite audit berperan penting dalam sistem tata kelola

perusahaan. Pembentukan komite audit di dalam perusahaan menjadi sangat

dibutuhkan, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar dalam

79

bursa efek diharuskan untuk membentuk komite audit (Crisan dan Fulop,

2014). Komite audit dibentuk dalam struktur tata kelola perusahaan untuk

meningkatkan akuntabilitas dan transparansi perusahaan kepada stakeholder.

Hal tersebut dilakukan oleh komite audit melalui perannya dengan

menyediakan informasi keuangan yang lebih relevan dan dapat diandalkan

(Hermawan, 2011).

Lary dan Taylor (2011) menjelaskan bahwa karakteristik komite audit

yaitu independensi dan kompetensi sangat penting untuk diperhatikan. Hal

tersebut dikarenakan, insiden dan tingkat keparahan penyajian kembali

laporan keuangan perusahaan dapat dikurangi melalui peran komite audit

yang lebih independen dan lebih berkompeten. Komite audit yang lebih sering

melaksanakan pertemuan di dalam perusahaan dapat mendorong independensi

auditor eksternal menjadi lebih tinggi. Dengan demikian, perusahaan yang

memiliki komite audit lebih efektif dapat meningkatkan integritas laporan

keuangan sehingga dapat mengurangi kesalahan terkait dengan laporan

keuangan perusahaan.

Komite audit dapat melaksanakan perannya secara efektif tidak hanya

sebatas pada proses dalam laporan keuangan perusahaan namun dapat meluas

hingga pengungkapan non-keuangan seperti modal intelektual perusahaan.

Hal tersebut membuktikan bahwa komite audit dapat melaksanakan perannya

80

dalam meningkatkan kualitas proses pelaporan secara komprehensif termasuk

sosial, lingkungan, intelektual dan juga keuangan perusahaan. Pengungkapan

informasi keuangan dan informasi non-keuangan dapat terangkum di dalam

IR (Haji, 2015). Dengan demikian, semakin efektif peran komite audit maka

akan semakin membantu pengawasan serta peningkatan pada kualitas IR yang

diterbitkan oleh perusahaan.

Hasil penelitian Haji dan Anifowose (2016) menemukan bahwa

efektivitas komite audit keseluruhan memiliki hubungan positif dan signifikan

dalam meningkatkan kualitas IR perusahaan dari waktu ke waktu. Namun,

penelitian yang dilakukan oleh Bananuka et al. (2017) menyatakan bahwa

pada perusahaan hukum di Uganda, efektivitas komite audit tidak dapat

berpengaruh terhadap akuntabilitas jika dalam perusahaan tersebut audit

internal telah berfungsi secara efektif. Akuntabilitas tersebut mencakup

kepatuhan perusahaan terhadap standar, pencatatan akuntansi dan laporan

keuangan yang juga termasuk dalam kualitas IR. Berdasarkan uraian diatas,

maka:

H2: Efektivitas komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas

integrated reporting

81

3. Pengaruh Kualitas Integrated Reporting terhadap Risiko Perusahaan

Perusahaan yang melakukan peningkatkan dalam transparansi dan

kualitas pelaporan dinilai dapat menyediakan informasi dengan lebih baik.

Menurut sudut pandang stakeholder dan investor baik yang saat ini maupun

yang potensial bagi perusahaan, informasi mengenai pengungkapan risiko

perusahaan sangat dibutuhkan untuk menilai ketidakpastian dalam bisnis

sehingga pengambilan keputusan dapat menjadi lebih efektif (Hassan, 2014).

Selain itu, perusahaan juga perlu memperhatikan dan meningkatkan efisiensi

pelaporan yang akan memiliki dampak pada peningkatkan kinerja dan

penurunan risiko perusahaan. Dengan demikian, dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya risiko di masa yang akan datang (Dah dan Jizi, 2016).

IR secara transparan mengungkapkan informasi keuangan dan informasi

non-keuangan dalam satu bentuk laporan tunggal untuk memenuhi kebutuhan

para pengguna laporan perusahaan. Informasi non-keuangan dapat

diidentifikasikan sebagai informasi mengenai faktor environmental, social

dan governance (ESG) perusahaan. Perusahaan yang mampu menyajikan

faktor ESG dengan baik dapat mengindikasikan bahwa kualitas IR perusahaan

tersebut semakin baik. Faktor ESG dapat dijadikan sebagai indikator dalam

kinerja sosial perusahaan yang apabila diintegrasikan ke dalam strategi dan

82

operasi perusahaan secara keseluruhan dinilai dapat menurunkan tingkat

risiko perusahaan (Sassen et al., 2016).

Kinerja sosial perusahaan juga dapat terlihat melalui sejauh mana

perusahaan memperhatikan aspek CSR. Perusahaan yang memperhatikan

aspek CSR dapat menumbuhkan kesadaran risiko yang lebih baik. Perusahaan

menjadi lebih bijaksana dengan mempersiapkan diri terhadap segala

kemungkinan peristiwa yang dapat merugikan sehingga dapat mengurangi

tingkat keparahan peristiwa tersebut (Nguyen dan Nguyen, 2015). Perusahaan

dengan kinerja sosial yang lebih baik mempu mengurangi biaya modal

melalui penurunan risiko perusahaan. Investor akan tertarik dengan

perusahaan yang memiliki kinerja sosial lebih baik (Dhaliwal, Li, Tsang, dan

Yang, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sassen et al. (2016) mengenai

dampak kinerja sosial perusahaan yang dioperasionalisasikan melalui faktor

ESG dan faktor-faktor tata kelola terhadap risiko perusahaan di Eropa,

menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja sosial yang tinggi

dapat mengurangi risiko systematic, risiko unsystematic dan total risiko

perusahaan. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, Oikonomou, Brooks,

dan Pavelin (2012) menemukan bahwa kinerja sosial berhubungan negatif

dengan risiko perusahaan dan perusahaan yang tidak memperhatikan kinerja

83

sosialnya berhubungan positif dengan risiko keuangan perusahaan. Dengan

demikian, semakin baik kualitas IR yang diterbitkan oleh perusahaan maka

risiko perusahaan akan semakin menurun.

Penelitian yang dilakukan oleh Barnea dan Rubin (2010)

mendokumentasikan bahwa perusahaan yang memiliki perhatian terhadap

kinerja sosial dengan melaksanakan tanggung jawab sosial lebih besar dapat

mengalami peningkatan pada beban sosial perusahaan. Sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya konflik diantara pemegang saham perusahaan. Hal

tersebut dapat terjadi karena bagi perusahaan yang memberikan keamaan

kerja yang lebih besar termasuk kesehatan dan pensiun yang dijanjikan oleh

perusahaan dapat menjadi sumber risiko perusahaan. Oleh karena itu,

perhatian perusahaan terhadap kinerja sosial tidak selalu menguntungkan.

Berdasarkan uraian diatas, maka:

H3: Kualitas integrated reporting berpengaruh negatif terhadap risiko

perusahaan

4. Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Risiko Perusahaan Melalui

Kualitas Integrated Reporting

Komite audit memiliki peran untuk melaksanakan fungsi pengawasan di

dalam tata kelola perusahaan. Komite audit dituntut untuk bertanggung jawab

atas proses akuntansi, pelaporan dan audit dalam rangka memastikan bahwa

84

komunikasi perusahaan kepada pengguna pelaporan perusahaan telah

dilaksanakan secara terintegrasi dan transparan (Rahim, Johari, dan Takril,

2015). Komite audit juga berperan untuk melakukan pengawasan terhadap

risiko-risiko yang berpotensi menganggu keberlangsungan perusahaan dan

memantau sejauh mana manajemen risiko telah dilaksanakan oleh direksi atau

Chief Risk Officer (CRO) perusahaan. Namun, peran yang dimiliki oleh

komite audit saat ini menjadi sangat kompleks (Saputra, 2014).

Pendekatan yang dapat digunakan untuk membantu komite audit dalam

menurunkan risiko, salah satunya adalah melalui implementasi IR. IR

menyediakan laporan tunggal secara terintegrasi mengenai informasi

keuangan dan informasi non-keuangan perusahaan (De Villiers et al., 2016).

Komite audit dapat mendorong meningkatkan kualitas IR perusahaan

sehingga IR yang berkualitas dapat digunakan sebagai sarana untuk

memberikan informasi-informasi penting perusahaan. Informasi tersebut

digunakan memenuhi kebutuhan pengguna laporan perusahaan sehingga

pengguna laporan perusahaan dapat menilai risiko perusahaan sebagai upaya

membantu pengambilan keputusan yang lebih efekif.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marx dan Watt (2010) menunjukkan

bahwa pada perusahaan yang telah menerbitkan IR, komite audit memiliki

peran yang sangat penting. Komite audit akan memiliki tanggung jawab untuk

85

melakukan fungsi pengawasannya terhadap IR yang telah diterbitkan

perusahaan. Komite audit akan mengawasi dan menilai sejauh mana

perusahaan telah mengimplementasikan elemen-elemen IR. Oleh karena itu,

efektivitas komite audit dalam melaksanakan perannya menjadi sangat

penting karena komite audit yang berperan secara efektif akan membantu dan

mendorong peningkatan kualitas IR perusahaan dengan lebih

mengimplementasikan elemen-elemen IR ke dalam pelaporan perusahaan.

Haji dan Anifowose (2016) dalam penelitiannya menemukan bahwa

efektivitas komite audit secara keseluruhan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kualitas IR. Semakin efektif komite audit melaksanakan perannya

sebagai penyedia jaminan internal dalam fungsi pengawasan maka akan

semakin baik kualitas IR yang diterbitkan dengan memeriksa proses pelaporan

perusahaan agar terhindar dari kesalahan dan kecurangan sehingga melalui

kualitas IR yang baik dapat menurunkan risiko perusahaan. Namun, penelitian

yang dilakukan oleh Wamba et al. (2017) menunjukkan bahwa upaya

menurunkan risiko harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang dialami

oleh perusahaan masing-masing. Berdasarkan uraian di atas maka:

H4: Efektivitas komite audit berpengaruh negatif terhadap risiko

perusahaan melalui kualitas integrated reporting

86

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam

gambar 2.1

Gambar 2.1 (lanjutan)

(bersambung pada halaman berikutnya)

Komite audit saat ini memiliki peran yang sangat kompleks termasuk

melaksanakan pengawasan atas risiko-risiko dan memantau sejauh mana

manajemen risiko perusahaan telah dilaksanakan. Integrated reporting dapat

menjadi salah satu pendekatan yang digunakan untuk menurunkan risiko

perusahaan dengan mengintegrasikan kembali informasi keuangan dan

informasi non-keuangan dalam meningkatkan kegunaan dari pelaporan

sehingga dapat memenuhi kebutuhan stakeholder perusahaan. Pemenuhan

kebutuhan stakeholder tersebut dapat membantu menjamin keberlangsungan

perusahaan dalam jangka panjang dan mengurangi kemungkinan terjadinya

risiko.

Variabel Independen Variabel Intervening Variabel Dependen

Efektivitas Komite

Audit

(X)

Hermawan

(2011);

Alzharani dan

Aljaaidi (2015);

Bananuka et al.

(2018)

Kualitas Integrated

Reporting

(Y)

Abdifatah

Ahmed Haji

dan Mutalib

Anifowose

(2016); Zhou et

al. (2017)

Risiko Perusahaan

(Z)

Ho Je dan

Haejung Na

(2012);

Sassen et al.

(2016);

H2

H4

H3

H1

87

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Metode Analisis: SEM (STATA)

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Simpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran

88

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh dari variabel independen

yaitu efektivitas komite audit terhadap variabel dependen yaitu risiko perusahaan

secara langsug maupun tidak langsung melalui kualitas IR sebagai variabel

intervening. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar pada Tokyo

Stock Exchange (TSE) di Jepang dalam periode 2014-2017. Penelitian ini

merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif dengan data

sekunder.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan terdaftar pada Tokyo

Stock Exchange (TSE) di Jepang yang telah menerbitkan IR. Hingga tahun 2017,

terdapat 341 perusahaan yang terdaftar pada TSE dan telah menerbitkan IR.

Sedangkan, sampel yang dipilih adalah perusahaan terdaftar pada TSE di Jepang

yang telah menerbitkan IR pada periode 2014-2017. Jepang dipilih sebagai sampel

dalam penelitian ini karena Jepang merupakan salah satu negara yang

melaksanakan praktik IR secara voluntary dan dinilai memiliki kualitas IR yang

89

baik (KPMG, 2018). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan cara

menetapkan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan tujuan pada penelitian ini untuk

memberikan jawaban atas permasalahan yang ada. Berikut adalah kriteria-kriteria

dalam menentukan sampel yang ditentukan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Perusahaan terdaftar di Tokyo Stock Exchange (TSE) yang telah menerbitkan

IR hingga tahun 2017

b. Perusahaan dengan data tersedia sehingga dapat diakses

c. Perusahaan tidak termasuk industri keuangan karena karakteristik yang

dimiliki berbeda

d. Perusahaan dengan data yang lengkap sehingga memiliki seluruh data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini

C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder. Data

untuk variabel efektivitas komite audit dan variabel kualitas IR diperoleh dari

laporan tahunan perusahaan yang diakses melalui situs resmi perusahaan masing-

masing dan di TSE dengan mengunduh (download) laporan tersebut secara

manual. Sedangkan data-data keuangan yang diperlukan untuk mengukur variabel

risiko dan variabel kontrol lainnya diperoleh melalui datastream. Tabel

kelengkapan data penelitian dapat dilihat pada lampiran dalam penelitian ini.

90

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah risiko perusahaan. Risiko

perusahaan merupakan ketidakpastian atas kejadian di masa yang akan datang

yang berpotensi menghambat perusahaan dalam mencapai tujuan strategisnya

dan menganggu keberlangsungan perusahaan jangka panjang. Risiko muncul

sebagai akibat dari kurangnya informasi atau pengetahuan mengenai pilihan-

pilihan alternalif yang dapat dipilih dengan kemungkinan hasil yang dapat

diraih oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat kehilangan kesempatan

untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan pemegang saham. Risiko

menempatkan perusahaan dalam kemungkinan kerugian sehingga perusahaan

perlu melakukan tindakan antisipasi terhadap risiko tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sassen et al. (2016) risiko

perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total risiko melalui volatilitas

saham perusahaan. Total risiko perusahaan dapat dihitung dengan

menggunakan standar deviasi dari daily stock return perusahaan selama 12

bulan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan periode dari bulan April

hingga Maret.

91

2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah efektivitas komite

audit. Komite audit merupakan salah satu bagian penting dalam tata kelola

perusahaan yang bertindak sebagai perwakilan dan penasihat dewan direksi,

manajemen, audit internal dan eksternal perusahaan. Komite audit

melaksanakan fungsi pengawasan termasuk dalam mengawasi risiko-risiko

dan memantau pelaksanaan manajemen risiko perusahaan. Perusahaan perlu

melakukan penilaian secara berkala untuk mengukur efektivitas komite audit

dalam melaksanakan perannya. Efektivitas komite audit dapat dinilai melalui

karakteristik yang dimiliki oleh komite audit itu sendiri dan dikaitkan dengan

pelaksanaan perannya di dalam perusahaan.

Efektivitas komite audit dapat diukur dengan menggunakan item-item

ceklis pertanyaan yang dikembangkan oleh Hermawan (2011). Terdapat 11

pertanyaan dalam ceklis tersebut yang terdiri dari 8 pertanyaan mengenai

audit committee activities, 1 pertanyaan mengenai audit committee size, dan 2

pertanyaan mengenai audit committee expertise and competence. Terdapat 3

kemungkinan penilaian untuk setiap pertanyaan yaitu Good, Fair, dan Poor.

Setiap penilaian akan diberikan nilai 3 untuk Good, 2 untuk Fair, dan 1 untuk

Poor atau untuk informasi yang tidak memadai. Dengan demikian, untuk

komite audit skor maksimal adalah 33 dan skor minimal 11.

92

3. Variabel Intervening

Variabel intervening dalam penelitian ini adalah kualitas IR. IR

merupakan konsep pendekatan pelaporan terbaru dengan mengintegrasikan

kembali informasi keuangan dengan informasi non-keuangan perusahaan. IR

menyediakan komunikasi singkat terhadap penciptaan nilai jangka pendek,

menengah dan panjang mengenai strategi, tata kelola, kinerja dan peluang

perusahaan dimasa yang akan datang kepada pengguna pelaporan perusahaan.

IR hadir untuk mengatasi kritik atas permasalahan yang timbul akibat

kekurangan-kekurangan pelaporan perusahaan sebelumnya sehingga

diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih baik terhadap

penggunanya (IIRC, 2013).

Kualitas IR diukur dengan menggunakan item-item ceklis pertanyaan

yang dikembangkan oleh Zhou et al. (2017). Terdapat 31 pertanyaan yang

terdiri dari 5 pertanyaan mengenai organizational overview and operating

context, 4 pertanyaan mengenai governance, 2 pertanyaan mengenai

opportunities and risks, 4 pertanyaan mengenai strategy and resource

allocation plans, 3 pertanyaan mengenai business model, 7 pertanyaan

mengenai performance and outcomes, 3 pertanyaan mengenai future outlook

dan 3 pertanyaan mengenai other elements. Masing-masing pertanyaan diberi

93

nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Dengan demikian, total skor

maksimal adalah 31 dan total skor minimum adalah 0.

4. Variabel Kontrol

Pada suatu penelitian berbagai variabel independen dapat berkaitan

dengan variabel dependen. Peneliti dapat mengontrol variabel relevan lainnya

yang dapat mempengaruhi hubungan yang sedang diteliti. Beberapa variabel

kontrol digunakan dalam penelitian ini untuk mengendalikan variabel lain

yang dapat mempengaruhi variabel dependen (Atinc dan Simmering, 2012).

a. Variabel Kontrol untuk Risiko Perusahaan

Penelitian ini menggunakan variabel kontrol berdasarkan pada

penelitian yang dilakukan oleh Sassen et al. (2016). Beberapa variabel

kontrol digunakan dalam penelitian ini untuk mengendalikan variabel lain

yang dapat mempengaruhi variabel risiko perusahaan. Variabel kontrol

yang digunakan yaitu ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (ROA),

tingkat utang (LEV), pertumbuhan (MTB), Dividen (DIV), jenis industri

(IND) dan tahun penelitian (YEAR). Berikut diuraikan pengukuran untuk

masing-masing variabel:

1. Ukuran Perusahaan

Peluang untuk mengimplementasikan strategi dalam mengurangi

risiko lebih mungkin dilakukan bagi perusahaan yang berukuran

94

lebih besar (Nguyen dan Nguyen, 2015). Penelitian ini menggunakan

variabel ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural dari

total aset (Sassen et al., 2016).

2. Profitabilitas

Perubahan pada risiko perusahaan tergantung dengan kinerja

perusahaan sebelumnya. Manajer akan mencoba untuk mencapai

target kinerja perusahaan saat ini dengan mengambil risiko lebih

banyak pada investasi apabila kinerja perusahaan sebelumnya tidak

mencapai target. Sehingga perusahaan yang memiliki kinerja rendah

akan menghadapi risiko yang lebih besar (Mathew, Ibrahim, dan

Archbold, 2016). Penelitian ini menggunakan variabel profitabilitas

yang diukur dengan Return on Assetss (ROA) yaitu laba bersih dibagi

total aset (Sassen et al., 2016).

3. Tingkat Utang

Perusahaan dengan debt ratio yang tinggi maka semakin tinggi

tingkat hutang yang dimiliki dan akan semakin meningkatkan risiko

yang dihadapi perusahaan (Li, Jr, dan Yost, 2013). Penelitian ini

menggunakan variabel tingkat utang yang diukur dengan total

liabilitas dibagi dengan total aset perusahaan (Sassen et al., 2016).

95

4. Pertumbuhan Perusahaan

Perusahaan dengan pertumbuhan yang baik akan lebih memiliki

peluang untuk memperluas dan mengerjakan proyek baru sehingga

akan memberikan dampak terhadap risiko perusahaan (Mathew,

Ibrahim, dan Archbold, 2018). Penelitian ini menggunakan variabel

pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rasio market-to-book

value of equity yaitu nilai pasar ekuitas perusahaan dibagi dengan

nilai buku ekuitas (Sassen et al., 2016).

5. Dividen

Dividen yang dibayarkan oleh perusahaan berhubungan dengan

harga saham perusahaan (Wamba et al., 2017). Investor dan

pemegang saham menghargai perusahaan yang memberikan bayaran

dividen sehingga akan mempengaruhi risiko perusahaan. Penelitian

ini menggunakan variabel dividen yang diukur dengan dividend

payout ratio. Dihitung melalui dividen per saham dibagi dengan laba

per saham (Sassen et al., 2016).

6. Jenis Industri dan Tahun

Penelitian ini menggunakan jenis industri dan tahun sebagai dummy

variable. Jenis industri yang berbeda akan menghadapi risiko yang

berbeda dan risiko yang dialami perusahaan akan berbeda setiap

96

tahunnya (Mathew et al., 2016). Jenis industi dikelompokkan

menjadi beberapa kelompok. Diberi nilai 1 hingga 9 untuk industri

yang sejenis. Untuk angka tahun diberikan nilai 1 hingga 4 untuk

setiap tahunnya.

b. Variabel Kontrol untuk Kualitas Integrated Reporting

Penelitian ini menggunakan variabel kontrol berdasarkan pada

penelitian-penelitian sebelumnya, seperti Frías-aceituno et al. (2013), Lee

dan Yeo (2016), Baboukardos dan Rimmel (2016) dan García-Sánchez

dan Noguera-Gámez (2017). Beberapa variabel kontrol digunakan dalam

penelitian ini untuk mengendalikan variabel lain yang dapat

mempengaruhi variabel kualitas IR. Variabel kontrol yang digunakan

yaitu ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (ROA), tingkat utang

(LEV), pertumbuhan (MTB), dan jenis industri (IND). Berikut adalah

penjelasan dari pengukuran untuk masing-masing variabel:

1. Ukuran Perusahaan

Perusahaan yang berukuran lebih besar memiliki sejumlah

karakteristik perusahaan yang berbeda seperti berbagai jenis produk

yang lebih beragam, jaringan distribusi yang lebih kompleks dan

penggunaan pasar modal yang lebih luas untuk pembiayaan.

Sehingga karakteristik tersebut akan membuat perusahaan yang

97

berukuran lebih besar berbeda dari perusahaan yang berukuran lebih

kecil (Frias-Aceituno, Rodríguez-Ariza, dan Garcia-Sánchez, 2014).

Penelitian ini menggunakan variabel ukuran perusahaan yang diukur

dengan logaritma natural dari total aset (Frias-Aceituno et al., 2013;

Lee dan Yeo, 2016; Baboukardos dan Rimmel, 2016; García-

Sánchez dan Noguera-Gámez, 2017).

2. Profitabilitas

Perusahaan yang menguntungkan akan mencegah penurunan harga

saham perusahaan mereka dengan mempublikasikan informasi

keuntungannya. Hal tersebut dilakukan untuk membedakan

perusahaan mereka dengan perusahaan lainnya yang kurang berhasil

dalam mendapatkan keuntungan (Frias-Aceituno et al., 2014).

Penelitian ini menggunakan variabel profitabilitas yang diukur

dengan Return on Assetss (ROA) yaitu laba bersih dibagi total aset

(Frías-aceituno et al., 2013; Lee dan Yeo, 2016; García-Sánchez dan

Noguera-Gámez, 2017).

3. Tingkat Utang

Tingkat utang yang dimiliki perusahaan berdampak pada praktik

pelaporan perusahaan, meskipun hasil yang berlawanan ditunjukkan

dalam beberapa penelitian sebelumnya (Haji dan Anifowose, 2016).

98

Penelitian ini menggunakan variabel tingkat utang yang diukur

dengan total liabilitas dibagi dengan total aset perusahaan

(Baboukardos dan Rimmel, 2016; Lee dan Yeo, 2016).

4. Pertumbuhan Perusahaan

Informasi lebih besar akan diungkapkan oleh perusahaan dengan

tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Hal tersebut lakukan untuk

mengurangi asimetri informasi (Frias-Aceituno et al., 2012).

Penelitian ini menggunakan variabel pertumbuhan perusahaan yang

diukur dengan rasio market-to-book value of equity yaitu nilai pasar

ekuitas perusahaan dibagi dengan nilai buku ekuitas (Frias-Aceituno

et al., 2013; Lee dan Yeo, 2016; García-Sánchez dan Noguera-

Gámez, 2017).

5. Jenis Industri

Jenis industri sering digunakan untuk menghitung jumlah

pengungkapan informasi yang disediakan oleh perusahaan. Pada

penelitian ini jenis industri merupakan dummy variable, industri

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Diberi nilai 1 hingga 9

untuk industri yang sejenis (Frias-Aceituno et al., 2013;

Baboukardos dan Rimmel, 2016; Lee dan Yeo, 2016).

99

Tabel 3.1

Operasional Variabel

No Variabel Dimensi Pengukuran Skala Sumber

1. Efektivitas

Komite

Audit

1. Aktivitas

komite audit

2. Ukuran komite

audit

3. Keahlian dan

kompetensi

komite audit

1. Good

diberi nilai

3

2. Fair diberi

nilai 2

3. Poor diberi

nilai 1

Interval Hermawan

(2011)

2. Kualitas

Integrated

Reporting

1. Organizational

overview and

operating

context

2. Governance

3. Opportunities

and risks

4. Strategy and

resource

allocation

plans

5. Business

model

6. Performance

and outcomes

7. Future outlook

8. Other elements

1. Nilai

minimum

= 0

2. Nilai

maksimum

= 1

Rasio Zhou et al.

(2017)

3. Risiko

Perusahaan

- Total risiko Rasio Sassen et al.

(2016)

100

No Variabel Dimensi Pengukuran Skala Sumber

4. Ukuran

Perusahaan

- Logaritma

natural dari

total aset

Rasio Frías-aceituno

et al. (2013),

Lee dan Yeo

(2016),

Baboukardos

dan Rimmel

(2016), Sassen

et al. (2016)

dan García-

Sánchez dan

Noguera-

Gámez (2017)

5. Profitabilitas - Return on

Assetss

(ROA) yaitu

laba bersih

dibagi total

aset

Rasio Frías-aceituno

et al. (2013),

Lee dan Yeo

(2016), Sassen

et al. (2016)

dan García-

Sánchez dan

Noguera-

Gámez( 2017)

6. Tingkat

Utang

- Total

liabilitas

dibagi dengan

total aset

perusahaan

Rasio Lee dan Yeo

(2016),

Baboukardos

dan Rimmel

(2016) dan

Sassen et al.

(2016)

7. Pertumbuhan

Perusahaan

- Rasio market-

to-book value

of equity yaitu

nilai pasar

ekuitas

perusahaan

dibagi dengan

nilai buku

ekuitas

Rasio Frías-aceituno

et al. (2013),

Lee dan Yeo

(2016), Sassen

et al. (2016)

dan García-

Sánchez dan

Noguera-

Gámez( 2017)

101

No Variabel Dimensi Pengukuran Skala Sumber

8. Dividen - Dividend

payout ratio

yaitu dividen

per saham

dibagi dengan

laba per

saham

Rasio Sassen et al.

(2016)

9. Jenis Industri - Diberi nilai 1

hingga 9

untuk industri

yang sejenis.

Nominal Frías-aceituno

et al. (2013),

Lee dan Yeo,

(2016), Sassen

et al. (2016)

dan

Baboukardos

dan Rimmel

(2016)

10. Tahun - Diberikan

nilai 1 hingga

4 untuk setiap

tahunnya

Nominal Sassen et al.

(2016)

E. Metode Analisa Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Structural Equation Modelling (SEM) untuk membuktikan hipotesis baik

pengaruh langsung dan tidak langsung dengan menggunakan bantuan software

STATA Versi 13. STATA merupakan software statistik yang dapat digunakan

untuk pengujian dan manajemen data yang intuitif. STATA menyediakan mode

102

interaktif yang fleksibel sehingga sangat mudah digunakan. STATA dapat

melakukan berbagai macam prosedur statistik dengan metode point-and-click.

Namun, dataset yang terlalu besar sulit untuk ditangani pada software ini.

Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Statistik Deskriptif

Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dengan tujuan untuk

melihat sebaran data dari masing-masing variabel pada model. Statistik

deskriptif akan memberikan gambaran atau deskripsi mengenai data seperti

nilai rata-rata (mean), nilai maksimal, nilai minimal dan standar deviasi

(Ghozali, 2013:19).

2. Uji Reliabilitas

Pada penelitian kuantitatif, reliabilitas merujuk kepada konsistensi,

stabilitas dan pengulangan hasil sehingga dapat diandalkan. Uji reliabilitas

merupakan uji kepercayaan terhadap pengukuran yang digunakan dalam

penelitian. Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

seberapa konsisten hasil pengukuran dengan terbebas dari bias dan error.

Reliabilitas pengukuran dapat diketahui melalui nilai cronbach alpha.

Koefisien reliabilitas berada diantara 0 sampai 1. Nilai 1 dimiliki oleh

reliabilitas yang sempurna sedangkan, nilai 0 dimiliki oleh reliabilitas yang

tidak sempurna. Dengan demikian, apabila pengukuran yang digunakan

103

semakin reliable maka hasil pengujian akan semakin baik sehingga peluang

membuat keputusan yang benar dalam penelitian dapat meningkat (Mohajan,

2017).

3. Structural Equation Model (SEM)

Menurut Fox (2008) Structural Equation Model (SEM) merupakan

model regresi multiple-equation dimana dalam satu persamaan regresi,

variabel respon dapat menjadi variabel penjelas pada persamaan lainnya dan

dapat saling mempengaruhi. Pengaruh tersebut dapat dilakukan baik secara

langsung atau tidak langsung. Metode SEM dapat digunakan untuk berbagai

disiplin ilmu seperti biostatistik, ekonometrik, psikometri dan statistik sosial.

Penelitian ini menggunakan SEM dengan aplikasi STATA versi 13. Berikut

adalah beberapa langkah pengujian yang dilakukan, yaitu:

a. Pengujian Model Penelitian

Pengujian model penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah model yang digunakan telah cocok

(fit). Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan melihat nilai prob>chi2.

Sebelum melakukan pengujian model, peneliti harus dapat membuat

model penelitian yang akan digunakan. Menurut Ferdinand (2014:46)

berikut adalah langkah-langkah pemodelan SEM:

104

1. Pengembangan model teoritis

Pada pemodelan SEM akan diawali dengan melakukan

pencarian dan pengembangan sebuah model yang memiliki dasar

teori yang kuat. Telaah pustaka sangat penting untuk dilakukan

sebagai serangkaian ekspolasi ilmiah untuk memperoleh dasar teori

yang kuat pada model teoritis yang dikembangkan. Hal tersebut

dilakukan karena SEM hanya digunakan untuk mengkonfirmasi

model teoritis melalui data empirik, bukan untuk menghasilkan

sebuah model. Dengan demikian, model yang digunakan dalam

penelitian harus memiliki dasar teori yang kuat.

Penelitian ini menggunakan SEM untuk mengkonfimasi model

dengan menguji pengaruh efektivitas komite audit sebagai variabel

independen, kualitas IR sebagai variabel intervening dan risiko

perusahaan sebagai variabel dependen baik secara langsung maupun

tidak langsung. Model penelitian yang digunakan pada penelitian ini

telah memiliki dasar teori yang kuat dan berdasarkan pada hasil

penelitian-penelitian terdahulu.

2. Pengembangan diagram alur (path diagram)

Path diagram akan menggambarkan model teoritis yang telah

dibangun sehingga akan mempermudah dalam melihat hubungan-

105

hubungan kausalitas yang diuji. Berdasarkan telaah pustaka yang

telah dilakukan pada pengembangan model teoritis, penelitian ini

memiliki empat hipotesis yang dapat dilihat pada Bab II. Hipotesis-

hipotesis tersebut kemudian dikembangkan menjadi gambar sebagai

berikut:

Gambar 3.1

Model Struktural Variabel Penelitian

AC IRQ

LEV SIZE GROWTH

RISK αRISKit IRQit αIRQit ACit

αRISKit ACit

αIRQit INDit

αIRQit LEVit

αIRQit GROWTHit

ε1

ε2

αRISKit ROAit

ROA IND YEAR DPR

αRISKit DPRit

αIRQit ROAit

106

Keterangan:

AC : Efektivitas Komite Audit IRQ : Kualitas IR RISK : Risiko perusahaan DPR : Dividen ROA : Profitabilitas LEV : Tingkat utang SIZE : Ukuran perusahaan GROWTH : Pertumbuhan perusahaan IND : Jenis industri YEAR : Tahun Penelitian α : Koefisien jalur ε1 : Variabel lain yang mempengaruhi kualitas IR ε2 : Variabel lain yang mempengaruhi risiko perusahaan

Berdasarkan gambar di atas, pada pemodelan SEM, variabel-

variabel laten yang digunakan dibagi menjadi variabel laten eksogen

dan variabel lanten endogen. Variabel laten eksogen dapat disebut

juga sebagai variabel independen yakni variabel yang dapat

mempengaruhi nilai dari variabel lain pada model. Sedangkan,

variabel laten endogen dapat disebut juga sebagai variabel dependen,

yakni variabel yang dipengaruhi oleh variabel eksogen pada model

tersebut. Pengaruh yang diberikan variabel eksogen terhadap

variabel endogen dapat terjadi secara langsung maupun tidak

langsung.

107

Pada penelitian ini, efektivitas komite audit mempengaruhi

risiko perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung

sehingga efektivitas komite audit merupakan variabel laten eksogen.

Sedangkan, kualitas IR dan risiko digunakan sebagai variabel

endogen karena dipengaruhi oleh efektivitas komite audit. Variabel

kontrol yang digunakan pada penelitian ini seperti dividen,

profitabilitas, tingkat utang, ukuran perusahaan, pertumbuhan

perusahaan, industri dan tahun merupakan variabel laten eksogen

karena memberikan pengaruh terhadap kualitas IR dan risiko

perusahaan.

3. Konversi diagram alur ke dalam persamaan

Mengkonversi spesifikasi model ke dalam rangkaian

persamaan dapat dilakukan setelah model teoritis dikembangkan dan

digambarkan pada path diagram. Berdasarkan pada gambar 3.1

model struktural variabel penelitian, terdapat dua sub struktural

sebagai berikut:

a. Sub struktur pertama

Pada hipotesis 1, 3 dan 4 menyatakan terdapat hubungan

antar variabel yaitu pengaruh efektivitas komite audit (ACit)

terhadap risiko perusahaan (RISKit), pengaruh kualitas IR

108

(IRQit) terhadap risiko perusahaan (RISKit), dan pengaruh

efekivitas komite audit (ACit) terhadap risiko perusahaan

(RISKit) melalui kualitas IR (IRQit) yang dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 3.2

Sub Struktur Pertama

Berdasarkan gambar 3.2 di atas, diketahui bahwa terdapat

pengaruh variabel AC, IRQ, DPR, ROA, LEV, SIZE,

GROWTH, IND, YEAR terhadap variabel RISK. Koefisien

jalur αRISKitACit menunjukkan pengaruh langsung variabel AC

terhadap variabel RISK. Koefisien jalur αRISKitIRQit

AC IRQ

LEV SIZE GROWTH

RISK αRISKit IRQit αIRQit ACit

αRISKit ACit

εi

t

αRISKit ROAit

ROA IND YEAR DPR

αRISKit DPRit

109

menunjukkan pengaruh langsung variabel IRQ terhadap variabel

RISK. Koefisien jalur αRISKitDPRit, αRISKitROAit,

αRISKitLEVit, αRISKitSIZEit, αRISKitGROWTHit,

αRISKitINDit, dan αRISKitYEARit menunjukkan pengaruh

langsung variabel kontrol terhadap variabel RISK. Sedangkan

koefisien jalur αRISKitACit.αRISKitIRQit menunjukkan

pengaruh tidak langsung variabel AC terhadap variabel RISK

melalui variabel IRQ. Menghitung besarnya pengaruh variabel

AC, IRQ, dan variabel kontrol terhadap variabel RISK dapat

dihitung sebagai berikut:

1. Pengaruh variabel AC terhadap variabel RISK secara parsial

Pengaruh

langsung AC

terhadap RISK

αRISKitACit . αRISKitACit = (αRISKitACit)2=α11

Pengaruh tidak

langsung

melalui IRQ

αRISKitACit . αRISKitACit . αRISKitIRQ= α 12

Total pengaruh

variabel AC

terhadap RISK

α11 + α12 = α1

2. Pengaruh variabel IRQ terhadap Variabel RISK secara

parsial

Pengaruh

langsung IRQ

terhadap RISK

αRISKitIRQit . αRISKitIRQit = (αRISKitIRQit)2 = α2

110

3. Pengaruh variabel DPR sebagai variabel kontrol terhadap

RISK secara parsial

Pengaruh

langsung DPR

terhadap RISK

αRISKitDPRit . αRISKitDPRit = (αRISKitDPRit)2= α3

4. Pengaruh variabel ROA sebagai variabel kontrol terhadap

RISK secara parsial

Pengaruh

langsung ROA

terhadap RISK

αRISKitROAit . αRISKitROAit = (αRISKitROAit)2= α4

5. Pengaruh variabel LEV sebagai variabel kontrol terhadap

RISK secara parsial

Pengaruh

langsung LEV

terhadap RISK

αRISKitLEVit . αRISKitLEVit = (αRISKitLEVit)2= α5

6. Pengaruh variabel SIZE sebagai variabel kontrol terhadap

RISK secara parsial

Pengaruh

langsung SIZE

terhadap RISK

αRISKitSIZEit . αRISKitSIZEit = (αRISKitSIZEit)2= α6

7. Pengaruh variabel GROWTH sebagai variabel kontrol

terhadap RISK secara parsial

111

Pengaruh

langsung

GROWTH

terhadap RISK

αRISKitGROWTHit . αRISKitGROWTHit =

(αRISKitGROWTHit)2= α7

8. Pengaruh variabel IND sebagai variabel kontrol terhadap

RISK secara parsial

Pengaruh

langsung IND

terhadap RISK

αRISKitINDit . αRISKitINDit = (αRISKitINDit)2= α8

9. Pengaruh variabel YEAR sebagai variabel kontrol terhadap

RISK

Pengaruh

langsung

YEAR

terhadap RISK

αRISKitYEARit . αRISKitYEARit=(αRISKitYEARit)2=

α9

10. Pengaruh variabel AC, IRQ, DPR, ROA, LEV, SIZE,

GROWTH, IND, dan YEAR terhadap RISK secara simultan

R2αRISKitIRQitACitDPRitROAitLEVitSIZEitGROWTHitINDitYEARit = α1 +

α2+ α3 + α4 + α5 + α6 + α7 + α8 + α9

11. Pengaruh variabel selain AC, IRQ, DPR, ROA, LEV, SIZE,

GROWTH, IND, dan YEAR terhadap RISK yaitu:

R2αRISKε2 = √1 − 𝑅2𝑅𝐼𝑆𝐾𝐼𝑅𝑄𝐴𝐶𝐷𝑃𝑅𝑅𝑂𝐴𝐿𝐸𝑉𝑆𝐼𝑍𝐸𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻𝐼𝑁𝐷𝑌𝐸𝐴𝑅

= ε2

112

Dengan demikian, persamaan pada sub struktural pertama

adalah sebagai berikut:

RISKit = α0 + α1ACit + α2IRQit + α3DPRit + α4ROAit + α5LEVit +

α6SIZEit + α7Growthit + α8IND + α9YEAR +

ε2it...........................................................(1)

b. Sub struktur kedua

Hubungan antar variabel pada hipotesis 2 menyatakan

terdapat pengaruh efektivitas komite audit (ACit) terhadap

kualitas IR (IRQit) yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.3

Sub Struktur Kedua

AC

LEV SIZE GROWTH

IRQ αIRQit ACit

αIRQit LEVit

αIRQit GROWTHit

εit

αIRQit INDit

IND ROA

113

Berdasarkan gambar 3.3 diketahui bahwa sub struktural

kedua menunjukkan adanya pengaruh variabel AC terhadap

IRQ. Selain itu terdapat pengaruh variabel kontrol yaitu ROA,

LEV, SIZE, GROWTH, dan IND terhadap variabel IRQ.

Koefisien jalur αIRQitACit menunjukkan pengaruh langsung

variabel AC terhadap IRQ. Koefisien jalur αIRQitROAit,

αIRQitLEVit, αIRQitSIZEit, αIRQitGROWTHit, dan αIRQitINDit

menunjukkan pengaruh langsung variabel kontrol terhadap

variabel IRQ. Menghitung besarnya pengaruh variabel AC,

ROA, LEV, SIZE, GROWTH dan IND dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

1. Pengaruh variabel AC terhadap variabel IRQ secara parsial:

Pengaruh langsung

AC terhadap IRQ αIRQitACit . αIRQitACit = (αIRQitKAit)

2= α10

2. Pengaruh variabel kontrol ROA terhadap variabel IRQ

secara parsial

Pengaruh langsung

ROA terhadap

IRQ

αIRQitROAit . αIRQitROAit = (αIRQitROAit)2=

α11

3. Pengaruh variabel kontrol LEV terhadap variabel IRQ

secara parsial

114

Pengaruh langsung

LEV terhadap IRQ αIRQitLEVit . αIRQitLEVit = (αIRQitLEVit)

2=

α12

4. Pengaruh variabel kontrol SIZE terhadap variabel IRQ

secara parsial

Pengaruh langsung

SIZE terhadap

IRQ

αIRQitSIZEit . αIRQitSIZEit = (αIRQitSIZEit)2=

α13

5. Pengaruh variabel kontrol GROWTH terhadap variabel IRQ

secara parsial

Pengaruh langsung

GROWTH

terhadap IRQ

αIRQitGROWTHit . αIRQitGROWTHit =

(αIRQitGROWTHit)2= α14

6. Pengaruh variabel kontrol IND terhadap variabel IRQ

secara parsial

Pengaruh langsung

IND terhadap IRQ αIRQitINDit . αIRQitINDit = (αIRQitINDit)

2= α15

7. Pengaruh variabel AC, ROA, LEV, SIZE, GROWTH, dan

IND terhadap IRQ secara Simultan

R2IRQACROALEVSIZEGROWTHIND = α10 + α11+ α12 + α13 + α14+

α15

8. Pengaruh variabel selain AC, ROA, LEV, SIZE,

GROWTH, dan IND terhadap IRQ secara Simultan

115

R2αIRQε1 = √1 − 𝑅2𝐴𝐶𝑅𝑂𝐴𝐿𝐸𝑉𝑆𝐼𝑍𝐸𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻𝐼𝑁𝐷 = ε1

Dengan demikian, persamaan pada sub struktural kedua

adalah sebagai berikut:

IRQit = α0 + α10ACit + α11ROAit+ α12LEVit + α13SIZEit +

α14GROWTHit + α15IND

+ε1it….............................................................(2)

4. Memilih matriks input dan estimasi model

Data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukan, SEM

hanya menggunakan matriks varians/kovarian atau matriks korelasi.

Estimasi model dapat dilakukan setelah model dikembangkan dan

input data telah dipilih. Berbagai program komputer atau aplikasi yang

dapat digunakan untuk melakukan estimasi pada model. Penelitian ini

menggunakan STATA versi 13 sebagai aplikasi untuk mengestimasi

model. Model penelitian ini diestimasi dengan menggunakan metode

Maximum Likelihood Estimation (ML). Metode tersebut merupakan

metode yang digunakan untuk melakukan estimasi pada semua

parameter yang ada di dalam model persamaan struktural secara

bersamaan termasuk covariance dan error variance (Fox, 2008).

116

5. Kemungkinan munculnya masalah identifikasi

Masalah identifikasi merupakan persoalan yang mendasar pada

model struktural. Masalah identifikasi memberikan indikasi apakah

model yang telah dikembangkan dapat diselesaikan dengan baik atau

tidak dapat diselesaikan dengan baik. Model yang telah diselesaikan

dengan baik dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.

6. Evaluasi kriteria goodness-of-fit

Model dalam penelitian dapat dievaluasi berdasarkan asumsi-

asumsi yang terdapat pada SEM. Model dapat melalui berbagai cara

uji jika asumsi-asumsi tersebut telah terpenuhi. Asumsi-asumsi dan

pengujian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Ukuran sampel

Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan

metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria tertentu

yang disesuaikan pada tujuan dalam penelitian.

b. Asumsi Normalitas

Asumsi normalitas melihat sebaran data yang dianalisis.

Metode ML yang digunakan pada penelitian ini memiliki

kelebihan yaitu data yang diestimasi telah diasumsikan

berdistribusi normal untuk semua variabel endogen dan eksogen

117

yang diamati pada model. Sedangkan, apabila asumsi normalitas

tersebut dilanggar atau data tidak normal, ML tetap dapat

memberikan hasil yang konsisten (Williams, Allison, dan Moral-

benito, 2018).

c. Asumsi Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan dengan tujuan untuk

menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi

antar variabel independen. Pada model regresi yang baik

seharusnya diantara variabel independennya tidak terjadi korelasi.

Sebagai aturan praktis, interkorelasi diantara variabel independen

terjadi pada saat nilai berada di atas 0,8 sehinga memiliki

kemungkinan masalah (Garson, 2012).

d. Penilaian model

Pada SEM-STATA pengujian model penelitian diawali

dengan membuat model terlebih dahulu. Model penelitian yang

telah berhasil dibuat dapat diuji dengan memilih menu estimation

kemudian estimate. STATA akan melakukan pengujian model

penelitian dengan memberikan nilai prob>chi2. Model penelitian

dapat dikatakan telah cocok (fit) apabila memiliki nilai prob>chi2

kurang dari 0,05.

118

b. Pengujian Pengaruh Langsung

Pengaruh langsung terjadi pada saat variabel eksogen

mempengaruhi variabel endogen tanpa melalui variabel lainnya.

Penelitian ini melakukan pengujian pengaruh langsung dengan tujuan

untuk melihat (a) pengaruh efektivitas komite audit terhadap risiko

perusahaan; (b) pengaruh efektivitas komite audit terhadap kualitas IR;

dan (c) pengaruh kualitas IR terhadap risiko perusahaan. Pengujian

pengaruh langsung ini dilakukan dengan melihat pada nilai P>|z|. Dengan

demikian, hipotesis penelitian dapat diterima apabila nilai P>|z| kurang

dari α.

c. Pengujian Pengaruh Tidak Langsung

Pengaruh tidak langsung terjadi pada saat variabel eksogen

mempengaruhi variabel endogen dengan melalui variabel lain yang

disebut variabel intervening. Penelitian ini melakukan pengujian

pengaruh tidak langsung dengan tujuan untuk melihat pengaruh

efektivitas komite audit terhadap risiko perusahaan melalui kualitas IR.

Pengujian pengaruh tidak langsung ini dilakukan dengan melihat pada

nilai P>|z|. Dengan demikian, hipotesis penelitian dapat diterima apabila

nilai P>|z| kurang dari α.

119

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada Tokyo

Stock Exchange (TSE) di Jepang dengan periode tahun 2014 hingga tahun 2017.

Pada variabel efektivitas komite audit dan kualitas IR menggunakan data yang

diperoleh dari laporan tahunan perusahaan yang diakses dari situs resmi masing-

masing perusahaan. Sedangkan variabel risiko perusahaan diperoleh dari data-data

keuangan pada datastream. Pemilihan objek pada penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling. Objek dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang telah

ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian ini. Kriteria-kriteria tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.1

Kriteria Penentuan Sampel

Sumber: Data sekunder yang diolah

No Kriteria Jumlah

1. Perusahaan terdaftar di Tokyo Stock Exchange (TSE) yang

telah menerbitkan IR hingga tahun 2017

341

2. Perusahaan dengan data tidak tersedia (108)

3. Perusahaan yang merupakan industri keuangan (23)

4. Perusahaan dengan data tidak lengkap (51)

5. Total perusahaan yang akan dianalisis 159

Tahun Penelitian 4

Total sampel dari tahun 2014 sampai tahun 2017 (Perusahaan-Tahun) 636

120

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa jumlah perusahaan Jepang yang

menerbitkan IR hingga tahun 2017 sebanyak 341 perusahaan. Selanjutnya,

penelitian ini mengeluarkan perusahaan dengan data tidak tersedia sebanyak 108

perusahaan; perusahaan yang termasuk industri keuangan sebanyak 23

perusahaan; dan perusahaan dengan data tidak lengkap sebanyak 51 perusahaan.

Sampel akhir berjumlah 159 perusahaan dengan 4 tahun penelitian yaitu dari tahun

2014 hingga 2017. Sehingga jumlah observasi adalah sebanyak 636 Perusahaan

per tahun (159 perusahaan dikali dengan 4 tahun pengamatan).

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian

1. Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk memberikan

gambaran atau deskripsi mengenai data seperti nilai rata-rata (mean), nilai

maksimal, nilai minimal dan standar deviasi (Ghozali, 2013:19). Penelitian ini

menggunakan variabel independen yaitu efektivitas komite audit, variabel

dependen yaitu risiko perusahaan dan variabel intervening yaitu kualitas IR.

Uji statistik dalam penelitian ini akan menyediakan gambaran dan deskripsi

mengenai nilai rata-rata (mean), nilai maksimal, nilai minimal dan standar

deviasi pada variabel independen yaitu efektivitas komite audit, variabel

dependen yaitu risiko perusahaan dan variabel intervening yaitu kualitas IR.

121

Tabel 4.2

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel Mean Std. Deviasi Minimum Maximum

AC 21,9449 5,3752 11 33

IRQ 23,1116 5,0289 2 31

RISK 0,0189 0,0075 0,0051 0,0542

DPR 0,0476 0,1140 -0,6331 0,7859

ROA 0,0419 0,0319 -0,1279 0,1683

LEV 0,1931 0,1449 0 0,6818

SIZE 27,4489 1,2639 23,4673 31,5177

GROWTH 1,8997 1,2709 -3,7382 9,9622

IND 4,4842 2,1789 1 9

YEAR 2,5 1,1189 2014 2017

Keterangan:

AC = Efektivitas Komite Audit, IRQ = Kualitas IR, Risk = Risiko

Perusahaan, DPR = Dividen, ROA = Profitabilitas, LEV = Tingkat

Hutang, SIZE = Ukuran Perusahaan, GROWTH = Pertumbuhan

Perusahaan, IND = dummy industri, YEAR = dummy tahun

Sumber: Output STATA

Tabel 4.2 menunjukkan hasil statistik deskriptif dalam penelitin ini.

Diperoleh data sebanyak 636 data observasi yang berasal dari perkalian

jumlah sampel sebanyak 159 perusahaan dengan 4 tahun penelitian yaitu dari

tahun 2014 hingga tahun 2017. Tabel 4.2 memberikan gambaran statistik

deskriptif untuk efektivitas komite audit sebagai variabel independen, kualitas

IR sebagai variabel intervening dan risiko perusahaan sebagai variabel

dependen.

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa untuk variabel efektivitas

komite audit menunjukkan nilai minimum 11, nilai maksimum 33, nilai rata-

122

rata 21,94 dengan standar deviasi 5,37. Nilai minimum dimiliki oleh

perusahaan Ajinomoto (2014), Kirin (2017), NGK Insulators (2016, 2017),

Nihon Kohden Corporation (2014, 2015, 2016), NSK Ltd (2015, 2017), Rohm

(2014, 2016, 2017), Sanki Engineering (2014) dan Sumitiomo Mitsui

Construction (2014, 2015, 2016, 2017). Nilai maksimum dimiliki oleh

perusahaan Denso Corporation (2016, 2017), Dentsu Inc (2014, 2015) dan

Mitsui O.S.K Lines (2014). Sedangkan, nilai rata-rata pada variabel

efektivitas komite audit menunjukkan bahwa perusahaan yang telah

menerbitkan IR di Jepang dinilai telah mendapatkan nilai yang cukup bagus

dari nilai maksimalnya adalah 33.

Hasil statistik deskriptif untuk variabel intervening yaitu kualitas IR

menunjukkan nilai minimum 2, nilai maksimum 31, nilai rata-rata 23,11

dengan standar deviasi 5,02. Nilai minimum tersebut dimiliki oleh perusahaan

Sumitiomo Mitsui Construction pada tahun 2014, 2015, 2016 dan 2017,

terlihat bahwa perusahaan tersebut dinilai belum dapat meningkatkan kualitas

IR yang diterbitkannya. Sementara, nilai maksimum dimiliki oleh perusahaan

Konica Minolta, Inc. pada tahun 2015. Nilai rata-rata variabel kualitas IR

menunjukkan bahwa perusahaan yang telah menerbitkan IR di Jepang telah

dapat menyajikan 23 dari 31 elemen-elemen konten IR.

123

Hasil statistik deskriptif untuk variabel dependen yaitu risiko

perusahaan menunjukkan nilai minimum 0,0051, nilai maksimum 0,0542,

nilai rata-rata 0,0189 dengan standar deviasi 0,0075. Nilai minimum tersebut

berarti perusahaan dengan risiko terendah dimiliki oleh perusahaan Ohara Inc.

pada tahun 2014. Sedangkan, nilai maksimum yang berarti perusahaan dengan

risiko tertinggi dimiliki oleh Dynam Japan Holdings Co. pada tahun 2014.

Nilai rata-rata pada variabel risiko perusahaan menunjukkan bahwa

perusahaan yang telah menerbitkan IR di Jepang tidak memiliki risiko yang

tinggi.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Penelitian ini dilakukan dengan mengukur efektivitas komite audit

sebagai variabel independen dan kualitas IR sebagai variabel intervening

dengan menggunakan ceklis manual pada laporan tahunan perusahaan.

Dengan demikian, uji reliabilitas pertanyaan yang terdapat pada ceklis

efektivitas komite audit dalam penelitian Hermawan (2011) dan kualitas IR

dalam penelitian Zhou et al. (2017) perlu untuk dilakukan. Pengujian tersebut

dilakukan dengan menggunakan cronbach alpha. Hasil pengujian dapat

diketahui dengan melihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:

124

Tabel 4.3

Hasil Uji Reliabilitas

Sumber: Output STATA

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa nilai cronbach alpha untuk

variabel kualitas IR adalah 0,7243 dan untuk variabel efektivitas komite audit

adalah 0,7488. Koefisien reliabilitas berada diantara nilai 0 sampai 1, sehingga

apabila koefisien reliabilitas semakin mendekati nilai 1 maka pengukuran

yang digunakan semakin reliable atau sempurna dan sebaliknya apabila

koefisien reliabilitas semakin mendekati nilai 0 maka pengukuran yang

dilakukan semakin tidak reliable aau tidak sempurna (Mohajan, 2017).

Dengan demikian, berdasarkan nilai cronbach alpha, pengukuran yang

digunakan untuk variabel kualitas IR dan variabel efektivitas komite audit

dalam penelitian ini dinilai cukup reliable.

3. Structural Equation Model (SEM)

a. Pengujian Model Penelitian

Langkah satu hingga langkah lima pada pemodelan SEM telah

terpenuhi. Selanjutnya adalah langkah enam untuk melihat hasil evaluasi

kriteria goodness-of-fit sebagai berikut:

Variabel Cronbach Alpha

IRQ 0,7243

AC 0,7488

Keterangan:

IRQ = Kualitas IR, AC = Efektivitas komite audit

125

1) Hasil Uji Multikolinearitas

Penelitian ini melakukan uji multikolinearitas untuk menguji

apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

independen. Pada model regresi yang baik, diantara variabel

independen seharusnya tidak terjadi korelasi. Aturan praktis

menjelaskan bahwa interkorelasi diantara variabel independen terjadi

pada saat nilai berada di atas 0,8 (Garson, 2012).

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinearitas

AC IRQ RISK DPR ROA LEV SIZE GROWTH

AC 1,0000

IRQ 0,4386 1,0000

RISK -0,0020 -0,0442 1,0000

DPR -0,1085 -0,1791 0,0066 1,0000

ROA -0,0745 0,0005 -0,0427 -0,0738 1,0000

LEV 0,0500 0,0770 0,0334 0,0088 -0,4390 1,0000

SIZE 0,2069 0,1678 -0,0468 -0,1839 -0,2631 0,4327 1,0000

GROWTH -0,0683 0,0275 -0,0301 -0,0786 0,5528 -0,2873 -0,3173 1,0000

Sumber: Output STATA

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, hasil pengujian menunjukkan

bahwa nilai korelasi pada setiap variabel tidak lebih dari 0,8 yang

berarti diantara variabel independen tidak terjadi korelasi. Dengan

demikian, model penelitian ini tidak memiliki masalah

multikolinearitas.

126

2) Penilaian model

Penilaian model dilakukan dengan melakukan pengujian model.

Penelitian ini melakukan pengujian model untuk mengetahui apakah

model dalam penelitian ini telah fit sehingga dapat digunakan untuk

analisis lebih lanjut. Pada software STATA, penguji harus dapat

memiliki model penelitian dengan dasar teori yang kuat sehingga

dapat dibuktikan. Model penelitian tersebut kemudian dapat

digambarkan melalui diagram alur dan diestimasi dengan data input

yang dipilih. Hasil estimasi tersebut yang akan menentukan apakah

model dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya.

Pengujian model penelitian dilakukan dengan menganalisis nilai

Prob > chi2, apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai Prob

> chi2 kurang dari 0,05 maka model penelitian telah fit sehingga

dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut. Berdasarkan hasil

pengujian model pada penelitian ini, diketahui bahwa nilai Prob >

chi2 sebesar 0,0000 lebih kecil dari 0,05 sehingga model dalam

penelitian ini telah fit dan dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.

127

b. Pengujian Pengaruh Langsung

1) Pengaruh Efektivitas Komite Audit dan Kualitas Integrated

Reporting terhadap Risiko Perusahaan

Tabel 4.5

Hasil Pengujian Hipotesis 1 dan 3

Model Penelitian:

RISKit = α0 + α1ACit + α2IRQit + α3DPRit + α4ROAit + α5LEVit +

α6SIZEit + α7Growthit + α8IND + α9YEAR +

ε2it...........................................................(1)

Prediksi Coef. Sig

Constant 0,020123 0,0000***

AC - 0,000056 0,1775

IRQ - 0,000054 0,2115

DPR - -0,000979 0,3555

ROA - -0,003107 0,3940

LEV + 0,001822 0,2235

SIZE - -0,000506 0.0310**

GROWTH - -0,000035 0,4495

IND YA

YEAR YA

Adjusted R-squared 0,0862

Prob (F-Statistics) 0,0000

*** signifikan pada α=1%

** signifikan pada α=5%

*signifikan pada α=10%

Keterangan:

AC = Efektivitas Komite Audit, IRQ = Kualitas IR, DPR = Dividen,

ROA = Profitabilitas, LEV = Tingkat Hutang, SIZE = Ukuran

Perusahaan, GROWTH = Pertumbuhan Perusahaan, IND = Dummy

Industri, YEAR = Dummy Tahun

Sumber: Output STATA

Hasil pengujian pengaruh langsung merupakan pengujian untuk

hipotesis 1 dan 3 yang dapat terlihat pada tabel 4.5. Berdasarkan tabel

128

tersebut diketahui bahwa variabel efektivitas komite audit memiliki

nilai signifikansi 0,1175 yang lebih besar dari 0,05 nilai alpha, maka

H1 ditolak. Sedangkan, kualitas IR memiliki nilai signifikansi

sebesar 0,2115 yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan kualitas IR

tidak berpengaruh terhadap risiko perusahaan (Ghozali, 2013).

2) Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Kualitas Integrated

Reporting

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Hipotesis 2

Model Penelitian:

IRQit = α0 + α10ACit + α11ROAit+ α12LEVit + α13SIZEit +

α14GROWTHit + α15IND

+ε1it….............................................................(2)

Prediksi Coef. Sig.

Constant -9,93064 0,0000***

AC + 0,39708 0,0000***

ROA + 5,47221 0,2210

LEV + 1,94219 0,0935

SIZE + 0,36335 0,0130**

GROWTH + 0,32325 0,0300**

IND YA

Adjusted R-squared 0,2083

Prob (F-Statistics) 0,0000

*** signifikan pada α=1%

** signifikan pada α=5%

*signifikan pada α=10%

Keterangan:

AC = Efektivitas Komite Audit, ROA = Profitabilitas, LEV = Tingkat

Hutang, SIZE = Ukuran Perusahaan, GROWTH = Pertumbuhan

Perusahaan, IND = Dummy Industri

Sumber: Output STATA

129

Hasil pengujian pengaruh langsung merupakan pengujian untuk

hipotesis 2 yang dapat terlihat pada tabel 4.6. Berdasarkan tabel

tersebut, diketahui bahwa efektivitas komite audit berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kualitas IR. Hal ini terlihat pada nilai

signifikansi variabel efektivitas komite audit sebesar 0,0000 yang lebih

kecil dari 0,05 dengan koefisien positif, maka H2 diterima (Ghozali,

2013).

c. Pengaruh Tidak Langsung

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Hipotesis 4

Variabel Independen Risiko Perusahaan

Model Penelitian:

RISKit = α0 + α1ACit + α2IRQit + α3DPRit + α4ROAit + α5LEVit + α6SIZEit

+ α7Growthit + α8IND + α9YEAR +

ε2it...........................................................(1)

Coef. Sig.

AC 0,00002 0,2120

Prob F 0,0000

*** signifikan pada α=1%

** signifikan pada α=5%

*signifikan pada α=10%

Keterangan:

AC = Efektivitas Komite Audit

Sumber: Output STATA

Tabel 4.7 merupakan hasil pengujian untuk hipotesis 4 yang

menunjukkan pengujian pengaruh tidak langsung efektivitas komite audit

terhadap risiko perusahaan melalui kualitas IR. Berdasarkan tabel tersebut,

130

diketahui bahwa efektivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap risiko

perusahaan melalui kualitas IR. Hal ini dapat terlihat pada nilai signifikansi

0,2120 yang lebih besar dari 0,05 maka H4 ditolak (Ghozali, 201).

Tabel 4.8

Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis

No Hipotesis Uji

Statistik

Keputusan

Ha

Simpulan

1 Efektivitas komite

audit berpengaruh

negatif terhadap

risiko perusahaan

H0: py ≤

0,05

H1: py >

0,05

H1 ditolak Tidak

berpengaruh

2 Efektivitas komite

audit berpengaruh

positif terhadap

kualitas IR

H0: pz ≤

0,05

H2: pz <

0,05

H2 diterima Berpengaruh

3 Kualitas IR

berpengaruh negatif

terhadap risiko

perusahaan

H0: py ≤

0,05

H3: py >

0,05

H3 ditolak Tidak

berpengaruh

4 Efektivitas komite

audit berpengaruh

terhadap risiko

perusahaan melalui

kualitas IR

H0: py ≤

0,05

H4: py >

0,05

H4 ditolak Tidak

berpengaruh

C. Interpretasi Hasil

1. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Risiko Perusahaan

Pengaruh efektivitas komite audit yang diproksikan dengan

menggunakan karakteristik komite audit dapat dilihat pada tabel 4.5.

131

Diketahui bahwa efektivitas komite audit memiliki nilai signifikansi 0,1175.

Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 nilai alpha. Dengan demikian,

variabel efektivitas komite audit tidak dapat berpengaruh terhadap variabel

risiko perusahaan, maka H1 ditolak.

Peran komite audit dalam mengawasi risiko-risiko dan pelaksanaan

manajemen risiko perusahaan dilaksanakan untuk menghindari atau

meminimalisir dampak dan frekuensi terjadinya risiko. Komite audit yang

berperan secara efektif mampu meningkatkan kualitas pengendalian internal

perusahaan dan mendorong kredibilitas informasi yang diberikan sehingga

dapat menjadi sinyal-sinyal positif bagi stakeholder mengenai

keberlangsungan perusahaan (Appuhami, 2018). Namun pada penelitian ini,

komite audit Jepang atau kansayaku memiliki keterbatasan wewenang

sehingga meskipun kansayaku telah berperan secara efektif, kansayaku tidak

dapat mempengaruhi risiko.

Menurut Japan’s Corporate Governance Code (2018) perusahaan di

Jepang menggunakan kansayaku board system untuk melaksanakan tata

kelola perusahaan melalui kansayaku and the kansayaku board (audit and

supervisory board) atau komite audit dan dewan direksi perusahaan. Peran

dan tanggung jawab kansayaku and the kansayaku board adalah mengaudit

kinerja tugas direktur, pemberhentian auditor eksternal dan penentuan

132

remunerasi termasuk mengawasi risiko-risiko utama dan pelaksanaan

manajemen risiko perusahaan. Kansayaku dapat secara positif dan proaktif

menggunakan hak-hak mereka untuk mengemukakan pendapatnya dalam

rapat dewan.

Kansayaku akan mengawasi risiko-risiko utama dan menilai sejauh

mana manajemen risiko perusahaan telah dilaksanakan. Pengawasan yang

dilakukan termasuk mengenai risiko-risiko apa saja yang berpotensi

mengancam perusahaan, seberapa sering dan bagaimana dampak risiko

tersebut terhadap perusahaan serta apakah manajemen risiko yang telah

dilaksanakan dapat mengatasi risiko tersebut dengan baik. Berdasarkan hasil

pengawasan tersebut, kansayaku akan membuat kesimpulan mengenai upaya

apa saja yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi risiko dan apakah

pelaksanaan manajemen risiko telah dapat berjalan secara efektif untuk

menanganinya sehingga tidak menghambat keberlangsungan perusahaan.

Hasil pengawasan yang telah dilakukan oleh kansayaku akan

dituangkan dalam bentuk laporan sebagai bentuk pertanggungjawaban untuk

diungkapkan pada rapat dewan. Kansayaku dapat secara aktif dan proaktif

mengemukakan pendapatnya mengenai pengawasan terhadap risiko dan

pelaksanaan manajemen risiko perusahaan. Pendapat tersebut dapat berupa

saran atau rekomendasi dan kritik sehingga kansayaku akan bertindak sebagai

133

penasihat dan pelengkap peran dewan direksi dengan memberikan

rekomendasi mengenai upaya perusahaan untuk menghindari atau

meminimalisir risiko yang dihadapi. Dengan demikian, peran yang dimiliki

oleh dewan direksi tetap signifikan.

Dewan direksi tidak berkewajiban untuk selalu menyetujui rekomendasi

yang diberikan kansayaku. Hal tersebut dikarenakan kansayaku tidak

memiliki hak suara dalam rapat dewan. Kansayaku bukan bagian yang

terintegrasi dalam proses pengambilan keputusan dan persetujuan formal

dewan. Oleh karena itu, kansayaku umumnya dianggap memiliki status

rendah, terutama di Jepang yang memandang hirarki sangat penting dan

dibutuhkan untuk menghindari konfrontasi mengingat bahwa kansayaku tidak

dapat memberikan konsekuensi yang lebih dalam. Kansayaku sering tidak

didukung secara memadai dan lebih bergantung terhadap sumber daya internal

perusahaan (Asian Corporate Governance Association, 2013).

Kansayaku merupakan bagian dari mekanisme tata kelola perusahaan,

sehingga kansayaku harus dapat mematuhi pedoman yang telah ditetapkan.

Kansayaku tidak dapat melakukan tindakan yang berada di luar pedoman

tersebut. Kegiatan-kegiatan kansayaku dilakukan dalam rangka memenuhi

peran pengawasannya sesuai dengan status dan kewajiban hukum yang telah

ditetapkan. Dengan demikian, meskipun kansayaku telah melaksanakan

134

perannya secara efektif dalam tata kelola perusahaan, namun status dan

kewajiban hukum yang dimiliki kansayaku tidak dapat mendukung kansayaku

dalam mempengaruhi atau memberikan konsekuensi yang lebih dalam

terhadap risiko perusahaan.

Hasil penelitian ini didukung oleh Hermawan (2011) yang menemukan

bahwa dalam tata kelola perusahaan, fungsi pengawasan yang dilaksanakan

oleh komite audit memiliki ruang lingkup yang berhubungan erat dengan

dewan komisaris. Hal tersebut dikarenakan komite audit merupakan bagian

yang tidak dapat dipisahkan dengan dewan komisaris. Komite audit dalam

melaksanakan perannya akan bersifat sebagai pelengkap peran yang dimiliki

oleh dewan komisaris dengan bertindak atas nama dewan komisaris dan

kemudian melaporkannya kepada dewan komisaris. Dengan demikian, dalam

tata kelola perusahaan peran yang dimiliki oleh dewan komisaris tetap

signifikan.

Hal serupa juga terjadi di Arab Saudi, Alzharani dan Aljaaidi (2015)

dalam penelitiannya menjelaskan bahwa, menurut kode tata kelola perusahaan

yang dikeluarkan pada tahun 2006, aktivitas manajemen risiko tidak

ditekankan sebagai bagian dari fungsi komite audit tetapi justru sebaliknya,

yakni aktivitas manejemen risiko dimasukkan ke dalam fungsi utama dewan

direksi perusahaan. Dengan demikian, analisis mengenai fungsi manajemen

135

risiko dan komite audit secara positif hanya berhubungan dengan ukuran

komite audit. Sedangkan karakteristik komite audit lainnya seperti keahlian,

independensi dan aktivitas tidak berhubungan dengan fungsi manajemen

risiko perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Huang (2018) menunjukkan bahwa

setelah pembentukan komite audit di perusahaan Taiwan, risiko sistematis

tidak mengalami perubahan secara signifikan. Untuk sampel perusahaan

secara keseluruhan, sebagian besar variabel tata kelola perusahaan juga tidak

mempengaruhi perubahan risiko. Risiko sistematis yang dihadapi oleh

perusahaan di Taiwan hanya turun bagi perusahaan tertentu dengan

pertumbuhan yang rendah. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian yang

dilakukan oleh Wamba et al. (2017) menjelaskan bahwa untuk mengurangi

risiko perusahaan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada

perusahaan masing-masing.

2. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Integrated

Reporting

Pengaruh efektivitas komite audit yang diproksikan dengan

menggunakan karakteristik komite audit dapat dilihat pada tabel 4.6.

Diketahui bahwa efektivitas komite audit memiliki nilai signifikansi 0,0000.

Nilai signifikansi tersebut yang lebih kecil dari 0,05 nilai alpha dan dengan

136

koefisien positif. Dengan demikian, variabel efektivitas komite audit

berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kualitas IR, maka H2

diterima.

Pada tata kelola perusahaan, komite audit akan melaksanakan fungsi

pengawasannya dengan menilai implementasi elemen-elemen IR dalam

pelaporan perusahaan. Hal tersebut dilakukan oleh komite audit sebagai

upaya dalam membantu dan mendorong perusahaan untuk dapat lebih banyak

mengimplementasi elemen-elemen IR sehingga kualitas IR perusahaan terus

mengalami peningkatan. Semakin efektif peran komite audit maka akan

semakin baik kualitas IR perusahaan (Haji dan Anifowose, 2016). Dengan

demikian, komite audit yang berperan secara efektif dapat meningkatkan

kualitas IR dalam mengirimkan sinyal-sinyal penting atas informasi

perusahaan kepada stakeholder.

Japan’s Corporate Governance Code (2018) menyatakan bahwa dalam

rangka meningkatkan independensi dan kekuatan pengumpulan informasi

tingkat tinggi dalam perusahaan, terdapat persyaratan tertentu yang mengatur

komposisi kansayaku. Persyaratan tersebut yakni, dalam komposisi

kansayaku tidak kurang dari setengah anggota kansayaku yang dipilih dalam

pertemuan umum dengan pemegang saham, diwajibkan untuk memiliki

kansayaku yang terdiri dari kansayaku yang berasal dari pihak luar perusahaan

137

dan sedikitnya satu kansayaku penuh waktu. Dengan demikian, kewajiban

penentuan komposisi kansayaku tersebut harus dapat dipahami dan

dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan terdaftar di Jepang.

Tidak semua negara memberikan persyaratan dalam komposisi komite

audit dengan mewajiban untuk memiliki anggota komite audit yang bekerja

secara penuh waktu dalam perusahaan, salah satunya adalah Indonesia.

Berbeda dengan Jepang, komite audit yang berada di Indonesia hanya

diberikan persyaratan bahwa anggota komite audit terdiri dari paling sedikit

tiga anggota yang berasal dari pihak luar perusahaan (Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 55, 2015). Dengan demikian, diwajibkannya komposisi

komite audit memiliki paling sedikit satu kansayaku penuh waktu di dalam

perusahaan dapat memberikan nilai tambah bagi tata kelola perusahaan di

Jepang.

Kansayaku yang bekerja secara penuh waktu di dalam perusahaan

dinilai lebih memahami pertumbuhan dan perkembangan perusahaan dengan

mendapatkan informasi terbaru mengenai kondisi dan situasi yang sebenarnya

sedang terjadi di dalam perusahaan sehingga peran kansayaku dalam

melakukan pengawasan dapat meningkat dan semakin efektif. Kansayaku

yang berperan secara efektif mampu menilai sejauh mana perusahaan telah

mengimplementasikan elemen-elemen kerangka IR ke dalam pelaporan

138

perusahaan dan membantu serta mendorong perusahaan untuk melakukan

perbaikan apabila masih terdapat beberapa kekurangan dalam implementasi

IR. Sehingga, kualitas IR perusahaan semakin baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh Haji dan Anifowose (2016) yang

menemukan bahwa efektivitas komite audit secara keseluruhan memiliki

hubungan positif dan signifikan dalam meningkatkan kualitas praktik IR dari

waktu ke waktu. Hal tersebut sesuai dengan yang telah diprediksi oleh teori-

teori terkait dengan ekonomi. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian

yang dilakukan oleh Marx dan Watt (2010) yang menunjukkan bahwa komite

audit memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengawasan bagi

perusahaan yang menerbitkan IR. Komite audit akan mengawasi sejauh mana

perusahaan telah mengimplementasikan elemen-elemen IR sehingga kualitas

IR perusahaan dapat meningkat.

3. Pengaruh Kualitas Integrated Reporting Terhadap Risiko Perusahaan

Pengaruh kualitas IR yang diproksikan dengan menggunakan elemen-

elemen konten dalam kerangka IR dapat dilihat pada tabel 4.5. Diketahui

bahwa kualitas IR memiliki nilai signifikansi 0,2115. Nilai signifikansi

tersebut lebih besar dari 0,05 nilai alpha. Dengan demikian, variabel kualitas

IR tidak berpengaruh terhadap variabel risiko perusahaan, maka H3 ditolak.

139

IR yang diterbitkan oleh perusahaan bertujuan untuk mengirimkan

sinyal-sinyal berupa informasi penting perusahaan mengenai proses bisnis

secara keseluruhan untuk memenuhi kebutuhan stakeholder. Semakin baik

kualitas IR yang diterbitkan perusahaan diharapkan sinyal-sinyal yang

dikirimkan kepada stakeholder juga semakin baik (Rivera-arrubla et al.,

2017). Hal tersebut dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

stakeholder sehingga dapat membantu perusahaan mempertahankan

keberlangsungannya dengan terhindar dari kemungkinan risiko yang

dihadapi. Namun, kualitas IR pada penelitian ini tidak dapat menurunkan

risiko perusahaan.

Flower (2015) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat

kelemahan dalam kerangka IR yang diterbitkan oleh IIRC. Berdasarkan

kerangka tersebut, IIRC mendorong perusahaan yang telah menerbitkan IR

untuk melakukan pengungkapan mengenai bagaimana sumber daya atau

modal yang dikelola perusahaan memiliki keterkaitan satu sama lain dan

diarahkan pada pencapaian perusahaan. Namun, IIRC cenderung

mengabaikan dengan tidak memberikan kewajibkan bagi perusahaan untuk

mengungkapkan informasi mengenai kerugian yang ditimbulkan dari aktivitas

perusahaan terhadap stakeholder, masyarakat dan lingkungan secara lebih

luas.

140

IR yang diterbitkan oleh perusahaan ditekankan untuk mengungkapkan

pengaruh sumber daya alam seperti penggunaan lahan, pepohonan, hasil laut

terhadap proses produksi sehingga berdampak pada pencapaian perusahaan.

Namun, informasi-informasi negatif yang ditimbulkan dari aktivitas

perusahaan terhadap lingkungan tidak wajib untuk diungkapkan dalam IR.

Salah satunya adalah apabila aktivitas perusahaan mengakibatkan kerusakan

alam seperti hilangnya unsur hara dalam tanah, berkurangnya oksigen karena

penebangan pohon dan tercemarnya air laut, IIRC tidak memberikan

kewajiban bagi perusahaan untuk mengungkapkan hal-hal tersebut dalam IR

mereka.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Reuter dan Messner

(2015) yang menemukan bahwa kebutuhan pengguna laporan perusahaan

tidak dapat tercermin di dalam kerangka IR yang diterbitkan oleh IIRC.

Sehingga kerangka IR memiliki kelemahan pada saat diimplementasikan ke

dalam pelaporan perusahaan. Hal tersebut mengakibatkan untuk berbagai

bentuk organisasi atau negara dengan berbagai tahap perkembangan ekonomi,

IR kurang dapat diimplementasikan. Dengan demikian, meskipun IR memiliki

kualitas yang baik, namun karena kerangka IR yang digunakan dinilai

memiliki kelemahan maka kualitas IR tidak dapat mempengaruhi risiko

perusahaan.

141

4. Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Risiko Perusahaan melalui

Kualitas Integrated Reporting

Berdasarkan tabel 4.7, hasil pengujian pengaruh tidak langsung

menunjukkan bahwa efektivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap

risiko perusahaan melalui kualitas IR. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai

signifikansi sebesar 0,2120. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05

nilai alpha, maka H3 ditolak.

Bagi perusahaan yang telah mengimplementasikan IR, komite audit

dapat menggunakan IR sebagai sarana untuk mengirimkan sinyal-sinyal atas

informasi penting perusahaan. Semakin efektif peran komite audit maka akan

semakin baik kualitas IR perusahaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan

stakeholder (Rivera-arrubla et al., 2017). Terpenuhinya kebutuhan

stakeholder dapat mengurangi potensi risiko yang dihadapi sehingga

membantu perusahaan dalam memastikan keberlangsungannya. Namun, pada

penelitian ini efektivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap risiko

perusahaan melalui kualitas IR karena kegagalan yang terdapat pada kerangka

IR yang diterbitkan oleh IIRC.

Flower (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kerangka IR

yang diterbitkan oleh IIRC telah mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut

dapat terjadi karena disebabkan oleh dua alasan, yaitu (1) kerangka IR tidak

142

mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan dampak atas aktivitas

perusahaan terhadap stakeholder, masyarakat dan lingkungan secara luas; dan

(2) kerangka IR terlalu banyak melibatkan diskresi manajemen perusahaan.

Kegagalan tersebut mengakibatkan kerangka IR memiliki kelemahan pada

saat diimplementasikan ke dalam pelaporan perusahaan. Dengan demikian, IR

yang diterbitkan perusahaan juga memiliki kelemahaan dalam mempengaruhi

risiko perusahaan.

IIRC dinilai telalu menghormati manajemen dalam melakukan

pengungkapan risiko perusahaan. IIRC kurang menetapkan kewajiban khusus

kepada perusahaan berupa rincian standar atau aturan dalam pengungkapan

risiko sehingga secara umum perusahaan yang menerbitkan IR akan

dihadapkan pada dilema dalam menentukan apa saja risiko yang perlu

diungkapkan, sejauh mana risiko tersebut perlu diungkapkan dan seberapa

banyak informasi mengenai pengelolaan risiko perlu diungkapkan. Sehingga,

bagi perusahaan yang menebitkan IR dapat dimungkinkan untuk hanya

melaporkan risiko perusahaan secara umum dengan tidak menjelaskan risiko

spesifik apa yang sebenarnya sedang dihadapi perusahaan.

IIRC memberikan kebijaksanaan yang sangat luas bagi manajemen

perusahaan. Kebijaksanaan yang sangat luas tersebut dapat digunakan oleh

manajer perusahaan yang tidak bermoral untuk sengaja tidak melaporkan hal-

143

hal yang ingin dirahasiakan serta berisiko untuk diketahui oleh publik. Hal itu

menyebabkan IR yang diterbitkan oleh perusahaan memiliki kelemahan

dalam mengungkapkan informasi-informasi penting termasuk informasi

mengenai risiko. Dengan demikian, meskipun perusahaan telah

mengimplementasikan IR sesuai dengan kerangka yang ditetapkan oleh IIRC

sehingga dinilai memiliki kualitas IR yang baik, namun tetap saja laporan

tersebut memiliki banyak kekurangan.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Stubbs dan Higgins (2014)

yang menunjukkan bahwa pada perusahaan di Australia, pengadopsian awal

IR tidak dapat mendorong inovasi baru dalam mekanisme pengungkapan

pelaporan perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya standar dan

peraturan yang ditetapkan IIRC dalam kerangka IR. Implementasi awal IR

yang dilakukan oleh perusahaan hanya dapat membuat pelaporan perusahaan

melakukan transisi dari pelaporan perusahaan sebelumnya bukan

transformasi. Oleh karena itu, kurangnya standar dan peraturan dalam

kerangka IR memiliki potensi untuk menghambat implementasi IR yang lebih

luas di masa yang akan datang.

144

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah diuraikan pada bab IV,

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Efektivitas komite audit tidak berpengaruh terhadap risiko perusahaan. Hal

tersebut dapat terjadi karena komite audit bukan merupakan bagian

terintegrasi dalam proses pengambilan keputusan dan persetujuan formal

dewan sehingga komite audit bertindak sebagai penasihat serta pelengkap

peran dewan direksi. Peran yang dimiliki oleh dewan direksi tetap signifikan

sehingga komite audit tidak dapat memberikan konsekuensi lebih dalam

terhadap risiko perusahaan. Dengan demikian, meskipun komite audit telah

berperan secara efektif namun status dan kewajiban hukum yang dimiliki oleh

komite audit tidak dapat menurunkan risiko perusahaan.

2. Efektivitas komite audit dapat memberikan pengaruh positif dan signifikan

terhadap kualitas IR. Pada perusahaan yang telah menerbitkan IR, komite

audit berperan dalam mengawasi sejauh mana perusahaan telah

mengimplementasikan elemen-elemen konten IR ke dalam pelaporan

perusahaan dan kemudian mendorong serta membantu dalam perbaikan

apabila perusahaan masih memiliki kekurangan dalam implementasi IR dan

145

sehingga kualitas IR perusahaan semakin baik. Dengan demikian, semakin

efektif komite audit melaksanakan perannya maka akan semakin baik kualitas

IR yang diterbitkan perusahaan.

3. Kualitas IR tidak berpengaruh terhadap risiko perusahaan. Elemen-elemen

konten IR yang digunakan untuk mengukur kualitas IR dalam penelitian ini

terdapat dalam kerangka IR yang dinilai memiliki kelemahan. Kelemahan

tersebut yaitu kerangka IR yang diterbitkan oleh IIRC terlalu berfokus pada

bagaimana sumber daya atau modal dapat digunakan untuk pencapaian

perusahaan dan cenderung mengabaikan bagaimana dampak aktivitas

perusahaan terhadap stakeholder, masyarakat dan lingkungan secara luas

sehingga informasi-informasi di dalam IR perusahaan menjadi kurang

menyeluruh. Dengan demikian, meskipun kualitas IR perusahaan dinilai baik,

namun laporan tersebut tetap memiliki kekurangan dalam memenuhi

kebutuhan informasi secara lebih luas sehingga tidak dapat menurunkan risiko

perusahaan.

4. Efektivitas komite audit tidak berperngaruh terhadap risiko perusahaan

melalui kualitas IR. Kerangka IR yang digunakan sebagai pengukuran kualitas

IR dalam penelitian ini dinilai mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut yaitu

tidak mewajibkan perusahaan mengungkapkan informasi mengenai dampak

yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan secara penuh dan memberikan

diskresi kepada manajemen perusahaan terlalu banyak. Sehingga, IIRC terlalu

menghormati kebijaksanaan manajemen dengan tidak memberikan kewajiban

146

khusus berupa standar atau peraturan dalam mengungkapkan risiko. IR yang

diterbitkan perusahaan dimungkinkan untuk merahasiakan informasi yang

tidak ingin diketahui publik dan hanya melaporkan risiko secara umum,

sehingga kebutuhan stakeholder akan informasi perusahaan kurang terpenuhi

dan tidak dapat menjamin keberlangsungan perusahaan jangka panjang.

Dengan demikian, meskipun kualitas IR perusahaan dinilai baik namun tetap

tidak dapat membantu komite audit dalam menurunkan risiko perusahaan.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Komite audit yang telah berperan secara efektif tidak dapat menurunkan risiko

perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi karena status dan kedudukan hukum

komite audit yang bukan merupakan bagian terintegrasi dalam proses

pengambilan keputusan dan persetujuan formal dewan. Komite audit

bertindak sebagai penasihat serta pelengkap peran dewan direksi sehingga

peran dewan direksi tetap signifikan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan kajian bagi pembuat kebijakan dan pemiliki perusahaan untuk

mengevaluasi peran serta pendelegasian wewenang terhadap komite audit

dalam upaya menurunkan risiko pada sistem tata kelola perusahaan. Perbaikan

pada peran dan pendelegasian wewenang komite audit diharapkan dapat

147

membantu perusahaan dalam mengantisipasi kemungkinan risiko-risiko

sebagai upaya mengelola dan memperhatikan kebutuhan stakeholder sehingga

keberlangsungan jangka panjang perusahaan dapat dipertahankan.

2. Peran komite yang efektif dapat mendorong peningkatan kualitas IR yang

diterbitkan perusahaan. Perusahaan yang telah menerbitkan IR dapat

menggunakan hasil penelitian untuk memperhatikan secara mendalam

karakteristik komite audit yaitu aktivitas, ukuran, keahlian dan kompetensi

komite audit sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas IR.

Dengan demikian, efektifnya peran komite audit dalam perusahaan dapat

menjadi pendorong bagi kualitas IR perusahaan yang lebih baik.

3. Kualitas IR yang baik tidak dapat menurunkan risiko perusahaan. Hal tersebut

dapat terjadi karena kerangka IR yang digunakan pada penelitian ini memiliki

kelemahan. IIRC dapat mempertimbangkan lebih lanjut hasil penelitian ini

untuk mengevaluasi dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat

dalam kerangka IR tersebut salah satunya adalah dengan menambahkan

kewajiban khusus berupa peraturan atau standar mengenai pengungkapan

risiko perusahaan. Dengan demikian, IR dapat memberikan gambaran

menyeluruh mengenai model bisnis perusahaan termasuk risiko sehingga

dapat memenuhi kebutuhan stakeholder.

4. Kegagalan yang terjadi dalam kerangka IR menyebabkan kualitas IR

perusahaan yang baik tidak dapat membantu komite audit dalam menurunkan

risiko perusahaan. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh IIRC untuk

148

menyempurnakan kelemahan-kelemahan dalam kerangka IR sehingga IR

dapat memberikan dampak signifikan terhadap pelaporan perusahaan.

Penyempurnaan dalam kerangka IR dilakukan sebagai upaya dalam

implementasi IR secara lebih luas. Dengan demikian, IR dapat

diimplementasikan pada berbagai bentuk organisasi atau negara dengan

berbagai tahap perkembangan ekonomi, khususnya di negara-negara Asia.

C. Keterbatasan

Penulis menyadari terdapat keterbatasan dalam penelitian ini. Berikut adalah

keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini:

1. Pengukuran efektivitas komite diproksikan dengan karakteristik komite audit

yang terdiri dari aktivitas, ukuran, keahlian dan kompetensi komite audit.

Namun, pengolahan data dalam penelitian ini menggabungkan seluruh

karakteristik tersebut sehingga tidak dapat menganalisis pengaruh dari

masing-masing karakteristik yang dimiliki oleh komite audit.

2. Pengukuran kualitas IR memiliki 8 elemen konten. Namun, penelitian ini

hanya dapat menganalisis seberapa banyak pengungkapkan informasi

mengenai elemen-elemen konten IR ke dalam pelaporan perusahaan secara

keseluruhan sehingga tidak dapat menganalisis pengaruh dari masing-masing

elemen konten IR.

149

3. Pengukuran risiko perusahaan dalam penelitian ini hanya menggunakan satu

proksi yaitu total risiko dengan menghitung standar deviasi dari daily stock

return perusahaan selama 12 bulan sebelumnya yakni bulan April hingga

Maret. Sehingga tidak dapat menganalisis pengaruh efektivitas komite audit

dan kualitas IR terhadap pengukuran risiko lainnya seperti risiko systematic

dan risiko unsystematic.

4. Penelitian ini menguji kualitas IR pada negara yang melaksanakan praktik IR

secara voluntary sehingga kualitas IR yang dihasilkan dapat bervariasi. Oleh

karena itu, hasil dalam penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan bagi negara

yang melaksanakan praktik IR secara mandatory.

D. Saran

Berdasarkan keterbatasan dalam penelitian ini, penulis memberikan beberapa

saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang lebih baik, yaitu sebagai

berikut:

1. Mengukur efektivitas komite audit secara parsial sehingga pengaruh dari

masing-masing karakteristik komite audit yaitu aktivitas, ukuran, keahlian dan

kompetensi komite audit dapat dianalisis dengan baik.

2. Mengukur kualitas IR berdasarkan masing-masing elemen konten dalam

kerangka IR sehingga pengaruh dari masing-masing elemen konten IR

tersebut dapat dilakukan analisis secara mendalam.

150

3. Mengukur risiko perusahaan dengan mengganti atau menambahkan

pengukuran lainnya seperti risiko systematic dan risiko unsystematic sehingga

hasil penelitian menjadi lebih menyeluruh dengan tidak hanya menggunakan

satu proksi.

4. Melakukan pengujian pada negara yang melaksanakan praktik IR secara

mandatory sehingga hasil penelitian dapat menjadi lebih relevan untuk

digunakan secara lebih luas pada berbagai negara.

151

DAFTAR PUSTAKA

Abeysekera, Indra. "A Template for Integrated Reporting". Journal of Intellectual

Capital, Vol. 14, No. 2, Pg. 227–245. 2013.

Ackermann, F., dan Colin Eden. "Strategic Management of Stakeholders: Theory and

Practice". Long Range Planning, Vol. 44, No. 3, Pg. 179–196. 2011.

Agyei-Mensah, Ben Kwame. "The Effect of Audit Committee Effectiveness and Audit

Quality on Corporate Voluntary Disclosure Quality". African Journal of

Economic and Management Studies. 2018.

Akhtaruddin, M., dan Hasnah Haron. "Board Ownership, Audit Committees’

Effectiveness, and Corporate Voluntary Disclosures". Asian Review of

Accounting, Vol. 18, No. 3, Pg. 245–259. 2010.

Al-baidhani, Ahmed Mohsen. "The Role of Audit Committee in Corporate

Governance: Descriptive Study". 2014.

Alijoyo, A., Ali Darwin dan Eddie M. Gunadi. "Komite Audit yang Efektif: Panduan

untuk Komisaris, Direksi dan Komite Audit Perusahaan Publik dan

BUMN". Jakarta: Ray Indonesia. 2006.

Alzharani, A. M., dan Khaled Salmen Aljaaidi. "An Empirical Investigation Of Audit

Committee Effectiveness And Risk Management: Evidence From Saudi

Arabia". Accounting dan Taxation, Vol. 7, No. 1, Pg. 39–49. 2015.

Appuhami, Ranjith. "The Signalling Role of Audit Committee Characteristics and The

Cost of Equity Capital Australian Evidence". Pacific Accounting Review,

Vol. 30, No. 3, Pg. 387–406. 2018.

Asian Corporate Governance Association. "The Roles and Functions of Kansayaku

Boards Compared to Audit Committees". Pg. 1–33. 2013.

Atinc, G., dan Maria J. Simmering. "Control Variable Use and Reporting in Macro

and Micro Management Research". Organizational Research Methods,

Vol. 15, No. 1, Pg. 57-74. 2012.

Awadallah, E. A., dan Amir Allam. "A Critique of the Balanced Scorecard as a

Performance Measurement Tool". International Journal of Business and

Social Science, Vol. 6, No. 7, Pg. 91–99. 2015.

Baboukardos, D., dan Gunnar Rimmel. "Value Relevance of Accounting Information

Under an Integrated Reporting Approach : A Research Note". Journal

Account Public Policy, Vol. 35, Pg. 437–452. 2016.

Bananuka, J., S.K. Nkundabanyanga., I. Nalukenge, dan Twaha Kaawaase. "Internal

152

Audit Function, Audit Committees’ Effectiveness and Accountability in the

Ugandan Statutory Corporation". Journal of Financial Reporting and

Accounting, Vol. 16, No. 1, Pg. 138–157. 2017.

Barnea, A., dan Amir Rubin. "Corporate Social Responsibility as a Conflict Between

Shareholders". Journal of Business Ethics, Vol. 97, No. 1, Pg. 71–86. 2010.

Barth, M. E., S. F. Cahan, Li Chen, dan E. R. Venter. "The Economic Consequences

Associated with Integrated Report Quality: Early Evidence from a

Mandatory Setting". 2015.

Boubaker, L., M. Djebabra, dan S. Saadi. "Contribution of Stakeholder Theory in the

Management of Environmental Quality of Algerian Firms Case Study of

the SONATRACH Group, Algeria". Management of Environmental

Quality: An International Journal, Vol. 25, No. 3, Pg. 335–351. 2014.

Brennan, N. M., dan C. E. Kirwan. "Audit Committees: Practices, Practitioners and

Praxis of Governance". Accounting, Auditing dan Accountability Journal,

Vol. 28, No. 4, Pg. 466–493. 2015.

Busse, C., A. Regelmann, H. Chithambaram, dan S. M Wagner. "Managerial

Perceptions of Energy in Logistics : An Integration of the Theory of

Planned Behavior and Stakeholder Theory". International Journal of

Physical Distribution dan Logistics Management, Vol. 47, No. 6, Pg. 447–

471. 2017.

Ching, H., dan F. Gerab. "Sustainability Reports in Brazil Through The Lens of

Signaling, Legitimacy and Stakeholder Theories". Social Responsibility

Journal, Vol. 13, No. 1. 2017.

Coleman, L., dan R. M Casselman. "Optimizing Decisions Using Knowledge Risk

Strategy". Journal of Knowledge Management, Vol. 20, No. 5, Pg. 936–

958. 2016.

Connelly, B. L., S. T. Certo, R. D. Ireland, dan C. R. Reutzel. "Signaling Theory : A

Review and Assessment". Journal of Management, Vol. 37, No. 1, Pg. 39–

67. 2011.

Crisan, A. R., dan M. T. Fulop. "The Role of The Audit Committee in Corporate

Governance – Case Study for a Sample of Companies Listed on BSE and

The London Stock Exchange - FTSE 100". Procedia Economics and

Finance, Vol. 15, No. 14, Pg. 1033–1041. 2014.

Dah, M. A. M., dan M. Jizi. "Women on Boards, Sustainability Reporting and Firm

Performance". Sustainability Accounting, Management and Policy

Journal, Vol. 7, No. 33, Pg. 376–401. 2016.

153

De Villiers, C., Pei-Chi Hsiao, dan Warren Maroun. "Developing a Conceptual Model

of Influences Around Integrated Reporting, New Insights and Directions

for Future Research". Meditari Accountancy Research, Vol. 25, No. 4, Pg.

450–460. 2017.

De Villiers, C., L. Rinaldi, dan J. Unerman. "Integrated Reporting : Insights, Gaps and

An Agenda for Future Research". Accounting, Auditing dan

Accountability Journal, Vol. 27, No. 7, Pg. 1042–1067. 2014.

De Villiers, C., E.R. Venter, dan P. K. Hsiao. "Integrated Reporting: Background ,

Measurement Issues, Approaches and An Agenda for Future Research".

Accounting and Finance Journal. 2016.

Dhaliwal, D. S., O.Z. Li, A. Tsang, dan Y. G. Yang. "Voluntary Non financial

Disclosure and the Cost of Equity Capital : The Initiation of Corporate

Social Responsibility Reporting". The Accounting Review, Vol. 86, No. 1,

Pg. 59–100. 2011.

Dumay, J., Cristina Bernardi, James Guthrie, dan P. Demartini. "Integrated reporting:

A Structured Literature Review". Accounting Forum, Vol. 40, No. 3, Pg.

166–185. 2016.

Eastburn, R. W., dan A. Sharland. "Risk Management and Managerial Mindset". The

Journal of Risk Finance, Vol. 18, No. 1. 2017.

Elahi, Ehsan. "Risk Management: The Next Source of Competitive Advantage".

Foresight, Vol. 15, No. 2, Pg. 117–131. 2014.

Ernst & Young. EY’s Excellence in Integrated Reporting Awards 2014. 2014.

Ferdinand, Augusty. "Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen".

Seri Pustaka Kunci. 2014.

Flower, John. "Critical Perspectives on Accounting The International Integrated

Reporting Council : A story of Failure". Critical Perspectives on

Accounting, Vol. 27, Pg. 1–17. 2015.

Fox, John. "An Introduction to Structural Equation Modeling". 2008.

Frias-Aceituno, J. V., L. Rodriguez-Ariza, dan I. M. Garcia-Sanchez. "The Role of the

Board in The Dissemination of Integrated Corporate Social Reporting".

Corporate Social Responsibility and Environmental Management, Vol. 20,

No. 4, Pg. 219–233. 2012.

Frias-Aceituno, J. V., L. Rodríguez-Ariza, dan I. M. Garcia-Sánchez. "Explanatory

Factors of Integrated Sustainability and Financial Reporting". Business

Strategy and the Environment, Vol. 72, Pg. 56–72. 2014.

154

Frías-aceituno, J. V, L. Rodríguez-ariza, dan I. M. García-sánchez. "Is integrated

Reporting Determined by A Country’s Legal System? An Exploratory

Study". Journal of Cleaner Production, Vol. 44, Pg. 45–55. 2013.

García-Sánchez, I.-M., dan L. Noguera-Gámez. "Integrated Reporting and Stakeholder

Engagement: The Effect on Information Asymmetry". Corporate Social

Responsibility and Environmental Management. 2017.

Garson, David. "Testing Statistical Assumptions". Statistical Associates Publishing.

2012.

Ghozali, Imam. "Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21".

Semarang: Universitas Diponegoro. 2013

Haji, Abdifatah Ahmed. "The Role of Audit Committee Attributes in Intellectual

Capital Disclosures: Evidence from Malaysia". Managerial Auditing

Journal, Vol. 30, No. 8/9. 2015.

Haji, A. A., dan M. Anifowose. "Audit Committee and Integrated Reporting Practice :

Does Internal Assurance Matter?". Managerial Auditing Journal,Vol. 31,

No. 8/9, Pg. 915–948. 2016.

Hassan, Nermine. S. M. "Investigating the Impact of Firm Characteristics on the Risk

Disclosure Quality". International Journal of Business and Social Science,

Vo. 5, No. 9, Pg. 109–119. 2014.

Hermawan, Ancella Aanitawati. "The Influence of Effective Board of Commissioners

and Audit Committee on The Informativeness of Earnings: Evidence From

Indonesian Listed Firms". Asia Pacific Journal of Accounting and Finance,

Vol. 2, No. 1. 2011.

Hoque, Mohammad Enamul. "Why Company Should Adopt Integrated Reporting?".

International Journal of Economics and Financial, Vol. 7, No. 1, Pg. 241–

248. 2017.

Huang, Hsu-Huei. "Audit Committees and Systematic Risk: Evidence from Taiwan’s

Regulatory Change". North American Journal of Economics and Finance.

2018.

IIRC. The International IR Framework. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2018, dari

http://integratedreportig.org. 2013.

Iswajuni, I., A. Manasikana, dan S. Soetedjo. "The Effect of Enterprise Risk

Management (ERM) on Firm Value in Manufacturing Companies Listed

on Indonesian Stock Exchange year 2010-2013". Asian Journal of

Accounting Research, Vol. 3, No. 2, Pg. 224–235. 2018.

Japan’s Corporate Governance Code. Japan’s Corporate Governance Code. 2018.

155

Jo, H., dan H. Na. "Does CSR Reduce Firm Risk ? Evidence from Controversial

Industry Sectors". Journal of Business Ethics. 2012.

KPMG. "Is Everything Under Control? Audit Committee Challenges and Priorities".

KPMG’s Audit Committee Institute, Pg. 1–36. 2017.

KPMG. "Survey of Integrated Reports in Japan 2017". Integrated Reporting Center of

Excellence KPMG in Japan, Pg. 1–28. 2018.

Lary, A. M., dan Dennis W. Taylor. "Governance Characteristics and Role

Effectiveness of Audit Committees". Managerial Auditing Journal, Vol. 27,

No. 4, Pg. 336–354. 2011.

Lee, K. W., dan Gillian Hian-Heng Yeo. "The Association Between Integrated

Reporting and Firm Valuation". Review of Quantitative Finance and

Accounting, Vol. 47, No. 4, Pg. 1221–1250. 2016.

Lenard, M. J., Y. Bing, E. A. York, dan S. Wu, "Impact of Board Gender Diversity on

Firm Risk". Managerial Finance, Vol. 40, No. 8, Pg. 787–803. 2014.

Li, Hao, Jr, John S. Jahera, dan Yost, K. "Corporate Risk and Corporate Governance:

Another View". Managerial Finance, Vol. 39, No. 3, Pg. 204–227. 2013.

Lodhia, Sumit. "Exploring the Transition to Integrated Reporting Through a Practice

Lens: An Australian Customer Owned Bank Perspective". Journal of

Business Ethics, Vol. 129, Pg. 585–598. 2015.

Magrane, J., dan S. Malthus. "Audit Committee Effectiveness: A Public Sector Case

Study". Managerial Auditing Journal, Vol. 25, No. 5, Pg. 427–443. 2012.

Mainardes, E. W., H. Alves, dan M. Raposo. "Stakeholder Theory: Issues to Resolve".

Management Decision, Vol. 49, No. 2, Pg. 226–252. 2011.

Maniora, Janine. "Is Integrated Reporting Really the Superior Mechanism for the

Integration of Ethics into the Core Business Model? An Empirical

Analysis". Journal of Business Ethics. 2015.

Marx, B., dan A. Van Der Watt. "Sustainability and Integrated Reporting: An Analysis

of The Audit Committee’s Oversight Role". Journal for New Generation

Sciences, Vol. 9, No. 2, Pg. 56–71. 2010.

Mathew, S., S. Ibrahim, dan S. Archbold. "Boards Attributes that Increase Firm Risk -

Evidence from the UK". Corporate Governance: The International Journal

of Business in Society, Vol. 16, No. 2, Pg. 233–258. 2016.

Mathew, S., S. Ibrahim, dan S. Archbold. "Corporate Governance and Firm Risk".

Corporate Governance: The International Journal of Business in Society,

Vol. 18, No. 1, Pg. 52–67. 2018.

156

Mohajan, Haradhan. "Two Criteria for Good Measurements in Research: Validity and

Reliability". MPRA Paper. 2017.

Nguyen, P., dan A. Nguyen. "The Effect of Corporate Social Responsibility on Firm

Risk". Social Responsibility Journal, Vol. 11, No. 2, Pg. 324–339. 2015.

Nobre, L. H. N., J. E. Grable, Da Silva, V. wesley dan F. C. Nobre. "Managerial Risk

Taking: A Conceptual Model for Business Use Model". Management

Decision, Vol. 56, No. 11, Pg. 2487–2501. 2018.

Oikonomou, I., C. Brooks, dan S. Pavelin. "The Impact of Corporate Social

Performance on Financial Risk and Utility: A Longitudinal Analysis".

Financial Management, Vol. 41, No. 2, Pg. 1–33. 2012.

Oruc, I., dan M. Sarikaya. "Normative Stakeholder Theory in Relation to Ethics of

Care". Social Responsibility Journal, Vol. 7, No. 33, Pg. 381–392. 2011.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55. "Pembentukan dan Pedoman

Pelaksanaan Kerja Komite Audit". 2015.

Rahim, M. F. A., R. J. Johari, dan N. F. Takril. "Revisited Note on Corporate

Governance and Quality of Audit Committee: Malaysian Perspective".

Procedia Economics and Finance, Vol. 28, Pg. 213–221. 2015.

Rambaud, A., dan J. Richard. "Critical Perspectives on Accounting The “Triple

Depreciation Line” Instead of The "Triple Bottom Line": Towards A

Genuine Integrated Reporting". Critical Perspectives on Accounting, Vol.

33, Pg. 92–116. 2015.

Renn, O., A. Klinke, dan M. V Asselt. "Coping With Complexity, Uncertainty and

Ambiguity in Risk Governance: A Synthesis". Springer, Vol. 40, Pg. 231–

246. 2011.

Rensburg, R., dan E. Botha. "Is Integrated Reporting The Silver Bullet of Financial

Communication? A Stakeholder Perspective from South Africa". Public

Relations Review, Vol. 40, No. 2, Pg. 144–152. 2014.

Reuter, M., dan Martin Messner. "Lobbying on The Integrated Reporting Framework

An Analysis of Comment Letters to The 2011 Discussion Paper of IIRC".

Accounting, Auditing dan Accountability Journal, Vol. 28, No. 3, Pg. 365–

402. 2015.

Rivera-arrubla, Y. A., A. Zorio-grima, dan M. A. García-benau. "Integrated Reports:

Disclosure Level and Explanatory Factors". Social Responsibility Journal,

Vol. 13, No. 1, Pg. 155–176. 2017.

Roxana-ioana, B., Petru, S. "Integrated Reporting for a Good Corporate Governance".

"Ovidius" University Annals, Economic Sciences Series, Vol. 17, No. 1,

157

Pg. 424–428. 2017.

Salehi, M., M. Tahervafaei, dan H. Tarighi. "The Effect of Characteristics of Audit

Committee and Board on Corporate Profitability in Iran". Journal of

Economic and Administrative Sciences, Vol. 34, No. 1, Pg. 71–88. 2018.

Saputra, A. Ghany. "Tuntutan Kompetensi Manajemen Risiko Bagi Anggota Komite

Audit di Tingkat Global dan Di Indonesia". Artikel diakses pada tanggal 4

Maret 2019, dari http://www2.crmsindonesia.org/knowledge/crms-

articles/tuntutan-kompetensi-manajemen-risiko-bagi-anggota-komite-

audit-di-tingkat. 2014.

Sassen, R., A. Hinze, dan I. Hardeck. "Impact of ESG factors on Firm Risk in Europe".

Journal of Business Economics, Vol. 86, No. 8, Pg. 867–904. 2016.

Setiawan, Amelia. "Integrated Reporting: Are Indonesian Companies Ready to Do

It ?". Asian Journal of Accounting Research, Vol. 1, No. 2, Pg. 62–70.

2016.

Stent, W., dan Dowler, T. "Early Assessments of The Gap Between Integrated

Reporting and Current Corporate Reporting". Meditari Accountancy

Research, Vol. 23, No. 1, Pg. 92–117. 2015.

Steyn, Maxi. "Organisational Benefits and Implementation Challenges of Mandatory

Integrated Reporting Perspectives of Senior Executives at South African

Listed Companies". Sustainability Accounting, Management and Policy

Journal, Vol. 5, No. 4, Pg. 476–503. 2014.

Stubbs, W., dan Colin Higgins. "Integrated Reporting and Internal Mechanisms of

Change". Accounting, Auditing dan Accountability Journal, Vol. 27, No.

7, Pg. 1068–1089. 2014.

Stubbs, W., dan Colin Higgins. "Stakeholders’ Perspectives on the Role of Regulatory

Reform in Integrated Reporting". Journal of Business Ethics. 2015.

Suwaldiman. "Kapita Selekta Akuntansi: Current Issues dalam Teori Akuntansi dan

Akuntansi Manajemen". Yogyakarta: Ekonisia. 2009.

Talpur, S., M. Lizam, dan S.M. Zabr. "Do Audit Committee Structure Increases

Influence The Level of Voluntary Corporate Governance Disclosures?".

Property Management, Vol. 36, No. 5, Pg. 544–561. 2018.

The Institute of Internal Auditors. "The Carillion Failure: Misunderstood Risks and

Constrained Auditors". 2018.

Toit, E. du, R. Zyl, Van, dan G. Schutte. "Integrated Reporting by South African

Companies: A Case Study". Meditari Accountancy Research, Vol. 25, No.

4, Pg. 654–674. 2016.

158

Tokyo Stock Exchange Inc. "TSE-Listed Companies White Paper on Corporate

Governance". 2017.

Tse, Terence. "Shareholder and Stakeholder Theory: After The Financial Crisis".

Qualitative Research in Financial Markets, Vol. 3, No. 1, Pg. 51–63. 2011.

Velte, P., dan Martin Stawinoga. "Integrated Reporting: The Current State of

Empirical Research, Limitations and Future Research Implications".

Journal of Management Control, Vol. 28, No. 3, Pg. 275–320. 2017.

Wamba, L. D., Eric Braune, dan Lubica Hikkerova. "Does Shareholder-Oriented

Corporate Governance Reduce Firm Risk ? Evidence from Listed

European Companies". Journal of Applied Accounting Research, Vol. 19,

No. 2, Pg. 295–311.

Williams, R., Paul D. Allison, dan Enrique Moral-benito. "Linear Dynamic Panel-Data

Estimation Using Maximum Likelihood and Structural Equation

Modeling". The Stata Journal, Vol. 18, No. 2, Pg. 293–326. 2018.

Zhou, S., Roger Simnett, dan Wendy Green. "Does Integrated Reporting Matter to the

Capital Market?". Journal of Accounting, Finance and Business Studies,

Vol. 53, No. 1. 2017.

159

LAMPIRAN

160

Lampiran 1

TABEL KELENGKAPAN DATA PENELITIAN

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

1 Ajinomoto Co., Inc.

2 Alps Electric Co.,

Ltd.

3 Ana Holdings Inc.

4 Asahi Group

Holdings, Ltd.

5 Asahi Kasei Corp.

6 Astellas Pharma Inc.

7 Azbil Corporation

8 Bandai Namco

Holdings Inc.

9 Bridgestone

Corporation

10 Capcom Co., Ltd.

Bersambung ke halaman selanjutnya

161

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

11 Chubu Electric

Power Co., Inc.

12 Chugai

Pharmaceutical Co.,

Ltd.

13 Daicel Corporation

14 Daifuku Co., Ltd.

15 Daiwa House

Industry Co., Ltd.

16 Denka Company

Limited

17 Denso Corporation

18 Dentsu Inc.

19 Don Quijote

Holdings Co., Ltd.

20 Dynam Japan

Holdings Co., Ltd.

Bersambung ke halaman selanjutnya

162

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

21 Ebara Corporation

22 Eisai Co., Ltd.

23 Electric Power

Development Co.,

Ltd.

24 FamilyMart UNY

Holdings Co., Ltd.

25 Freund Corp

26 Fuji Electric Co.,

Ltd.

27 Fujifilm Holdings

Corporation

28 Fujikura Ltd.

29 Fujitsu Limited

30 Hakuhodo DY

Holdings Inc.

Bersambung ke halaman selanjutnya

163

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

31 Hitachi Ltd Group

32 Hitachi Metals, Ltd.

33 Hitachi Transport

System, Ltd.

34 Hitachi Zosen

Corporation

35 Horiba, Ltd.

36 Idemitsu Kosan Co.,

Ltd.

37 Iino Kaiun Kaisha,

Ltd.

38 Ito En, Ltd.

39 Itochu Corporation

40 Itochu Enex Co.,

Ltd.

Bersambung ke halaman selanjutnya

164

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

41 Itochu Techno-

Solution Corporation

42 J. Front Retailing

Co., Ltd.

43 Japan Airlines Co.

Ltd.

44 Japan Petroleum

Exploration Co., Ltd.

45 JGC Corporation

46 JTEKT Corporation

47 JVC Kenwood

Corporation

48 JXTG Holdings, Inc.

49 Kajima Corporation

50 Kaneka Corporation

Bersambung ke halaman selanjutnya

165

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

51 Kanematsu

Corporation

52 Kansai Paint Co.,

Ltd.

53 Kawasaki Heavy

Industries, Ltd.

54 KDDI Corporation

55 Kirin Holdings

Company, Limited

56 Konica Minolta, Inc.

57 Kubota Corporation

58 Kyowa Exeo

Corporation

59 Kyowa Hakko Kirin

Co., Ltd.

60 Lawson, Inc.

Bersambung ke halaman selanjutnya

166

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

61 Lintec Corporation

62 Lion Corporation

63 Lixil Group

Corporation

64 Marubeni

Corporation

65 Medipal Holdings

Corporation

66 Meiji Holdings Co.,

Ltd.

67 Mitsubishi

Corporation

68 Mitsubishi Heavy

Industries, Ltd.

69 Mitsubishi Tanabe

Pharma Corporation

70 Mitsui dan Co, Ltd.

Bersambung ke halaman selanjutnya

167

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

71 Mitsui O.S.K Lines,

Ltd.

72 Nagase dan Co., Ltd.

73 NEC Corporation

74 Nec Networks dan

System Integration

Corporation

75 NGK Insulators, Ltd.

76 NGK Spark Plug

Co., Ltd.

77 Nichicon

Corporation

78 Nichirei Corporation

79 Nihon Kohden

Corporation

Bersambung ke halaman selanjutnya

168

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

80 Nippon Telegraph

And Telephone

Corporation

81 Nippon Yusen

Kabushiki Kaisha

82 Nissan Chemical

Industries, Ltd.

83 Nisshinbo Holdings

Inc.

84 Nissin Food

Holdings Co., Ltd.

85 Nomura Co. Ltd.

86 Nomura Research

Institute, Ltd.

87 NSK Ltd.

88 NTN Corporation

Bersambung ke halaman selanjutnya

169

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

89 NTT Data

Corporation

90 Obayashi Corporation

91 Ohara Inc.

92 Oji Holdings

Corporation

93 Olympus Corporation

94 Omron Corporation

95 Ono Pharmaceutical

Co., Ltd.

96 Penta-Ocean

Construction Co., Ltd.

97 Pigeon Corporation

98 Pola Orbis Holdings

Inc.

99 Ricoh Company, Ltd.

Bersambung ke halaman selanjutnya

170

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

100 Rohm Company

Limited

101 Sanki Engineering

Co., Ltd.

102 Santen

Pharmaceutical

Co., Ltd.

103 Sanwa Holdings

Corporation

104 Sato Holdings

Corporation

105 Sawai

Pharmaceutical

Co., Ltd.

106 Screen Holdings

Co., Ltd.

107 SCSK Corporation

Bersambung ke halaman selanjutnya

171

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

108 Sega Sammy

Holdings Inc.

109 Seiko Epson

Corporation

110 Sekisui Chemical

Co., Ltd.

111 Sekisui House, Ltd.

112 Seven dan I

Holdings Co., Ltd.

113 Shikoku Electric

Power Company,

Incorporated

114 Shimadzu

Corporation

115 Shimizu

Corporation

Bersambung ke halaman selanjutnya

172

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

116 Shin-Etsu

Chemical Co., Ltd.

117 Shionogi dan Co.,

Ltd.

118 Shiseido Company,

Limited

119 Showa Denko K.K

120 Showa Shell

Sekiyu K.K

121 Sojitz Corporation

122 Subaru Corporation

123 Sumitomo

Chemical

Company, Limited

124 Sumitomo

Corporation

Bersambung ke halaman selanjutnya

173

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

125 Sumitomo Foresty

Co., Ltd.

126 Sumitomo Heavy

Industries, Ltd.

127 Sumitomo Metal

Mining Co., Ltd.

128 Sumitomo Mitsui

Conctruction

129 Suzuken Co Ltd

130 Sysmex Corp

131 Taisho

Pharmaceutical

Holdings

132 Taiyo Nippon

Sanso Corporation

133 Teijin Limited

Bersambung ke halaman selanjutnya

174

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

134 Terumo

Corporation

135 T-Gaia Corporation

136 Tobishima

Corporation

137 Toda Corporation

138 Tokyo Electric

Power Company

Holdings, Inc.

139 Toppan Forms Co.,

Ltd.

140 Toppan Printing

Co., Ltd.

141 Toshiba

Corporation

142 Toto Ltd.

Bersambung ke halaman selanjutnya

175

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

143 Toyo Engineering

Corporation

144 Toyoda Gosei Co.,

Ltd

145 Toyota Boshoku

Corporation

146 Toyota Industries

Corporation

147 Toyota Motor

Corporation

148 TS Tech Co., Ltd.

149 Tsubakimoto Chain

Co.

150 Ube Industries,

Ltd.

Bersambung ke halaman selanjutnya

176

No Perusahaan Komite Audit

Kualitas Integrated

Reporting Risiko Perusahaan

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

151 Ulvac, Inc.

152 Unicarm

Corporation

153 United Arrows Ltd.

154 Wacoal Holding

Corp

155 Yahoo Japan

Corporation

156 Yamada Denki Co.,

Ltd.

157 Yamaha Motor

Co., Ltd.

158 Yamato Holdings

Co., Ltd.

159 Yaskawa Electric

Corporation

177

Lampiran 2

CEKLIS KUALITAS INTEGRATED REPORTING

Panel A: 31 components included in the coding framework

No Dimensions Components Scoring Scheme

Minimum

Score

Maximum

Score

1 Organizational overview and

operating context

1.1 Reporting

boundary

0 1

What does the organization do and

what are the circumstances under

which it operates

1.2 Mission and value 0 1

1.3 Business overview 0 1

1.4 Operating context 0 1

1.5 Summary statistic 0 1

2 Governance 2.1 Governance

structure

0 1

What is the organization's

governance structure, and how

does it support the organization's

ability to create value in the short,

medium, and long term?

2.2 Governance and

strategy

0 1

2.3 Remuneration and

performance

0 1

2.4 Governance and

others

0 1

3 Opportunities and risks 3.1 Risks 0 1

What are the key opportunities and

risks faced by the organization?

3.2 Opportunities 0 1

4 Strategy and resource allocation

plans

4.1 Strategic

objectives

0 1

Where does the organization want

to go and how does it intend to get

there?

4.2 Links between

strategy and other

elements

0 1

4.3 Competitive

advantage

0 1

4.4 Stakeholder

consultations

0 1

Bersambung ke halaman selanjutnya

178

No Dimensions Components Scoring Scheme

Minimum

Score

Maximum

Score

5 Business model 5.1 Business model

description

0 1

What are the organization's key

inputs, value-adding activities, and

outputs by which it aims to create

value over the short, medium, long

term?

5.2 Links between

business model and

other

0 1

5.3 Stakeholder

dependencies

0 1

6 Performance and outcomes 6.1 KPI's againts

strategy

0 1

How has the organization

performed against its strategic

objectives and related startegies,

and what are the key outcomes

resulting from its activities?

6.2 Explanation of

KPIs

0 1

6.3 Stakeholder

relationship

0 1

6.4 Past, current, and

future performance

0 1

6.5 Financial

implications of other

capitals

0 1

6.6 Supply chain

performance

0 1

6.7 The quality of

quantitative indicators

0 1

7 Future outlook 7.1 Anticipated

changes

0 1

What opportunities, risks,

challanges, and uncertainities is

the organization likely to

encounter potential implications

for its strategies and future

performance.

7.2 Potential

implications

0 1

7.3 Estimates

0 1

Bersambung ke halaman selanjutnya

179

No Dimensions Components Scoring Scheme

Minimum

Score

Maximum

Score

8 Other elements 8.1 Conciseness and

links

0 1

What are the other elements that

reflect the guiding principles of

integrated reporting, but are not

specifically mentioned in the

content elements?

8.2 Materiality

determination process

0 1

8.3 The board sign-off 0 1

180

Lampiran 3

CEKLIS EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT

No. Description Good Fair Poor

A. Audit Committee Activities

1-5 Assess the responsibilities fulfilled by the audit

committee during the year, include the

following items:

1. Evaluating internal control

2. Propose auditor

3. Financial report review

4. Evaluating legal compliance

5. Prepare a complete audit committee report

for disclosure.

In each category, if the responsibility is

fulfilled, firms will receive a ‘good’ score. If the

responsibility is fulfilled a part, the company

will receive a ‘fair’ score. If the responsibility

is not fulfilled, or no information, the company

will receive a ‘poor’ score.

6 How many meetings were held during the year?

If the audit committee meets more than six

times, the firm will earn a ‘good’ score. If 4 – 6

meeting, the firm will earn a ’fair’ score, while

less than four time or no information will be

scored as ‘poor’.

7 What is attendance performance of the audit

committee members during the year?

If the overall audit committee attendance for

the year is greater than 80%, the firm earns a

‘good’ score. If attendance is 70 -80% receives

a ‘fair’ score, and less than 70% or no

information receives a ’poor’ score.

Bersambung ke halaman selanjutnya

181

No. Description Good Fair Poor

8 Does the audit committee evaluate the scope,

accuracy, cost effectiveness, independency and

objectivity of external auditor?

If the audit committee evaluates all of the items,

the firm has a ‘good’ score, If only some part of

the items was evaluated, the score will be ‘fair’.

And if none of the items was evaluated, the score

will be ‘poor’.

B. Audit Committee Size

9 What is the size of the audit committee?

If there are 3 people in the audit committee the

score will be ‘fair’, and if there is more than 3

person in the audit committee, the score will be

‘good’. If there is no information, the score will

be ‘poor’.

C. Audit Committee Expertise and Competence

10 Does the audit committee have an accounting

background?

If the company has more than 1 person with

accounting background, the firm will earn a

‘good’ score. If the company has only 1 person

with accounting background, the firm earns a

‘fair’ score, and if none has accounting

background or no information, the score will be

‘poor’.

11 What is the average age of the audit committee?

If the average age of the audit committee is more

than 40 years old, the company will receive a

‘good’ score. If the average age of the audit

committee is between 30 and 40 years old, the

score is ‘fair’, and if the average age is below 30

years old, the score will be ‘poor’.

182

Lampiran 4

CONTOH IR YANG DITERBITKAN PERUSAHAAN (SEIKO EPSON CORPORATION)

Bersambung ke halaman selanjutnya

183

Bersambung ke halaman selanjutnya

184

Bersambung ke halaman selanjutnya

185

Bersambung ke halaman selanjutnya

186

Bersambung ke halaman selanjutnya

187

Bersambung ke halaman selanjutnya

188

Bersambung ke halaman selanjutnya

189

Bersambung ke halaman selanjutnya

190

Bersambung ke halaman selanjutnya

191

Bersambung ke halaman selanjutnya

192

Bersambung ke halaman selanjutnya

193

Bersambung ke halaman selanjutnya

194

Bersambung ke halaman selanjutnya

195

Bersambung ke halaman selanjutnya

196

Bersambung ke halaman selanjutnya

197

Bersambung ke halaman selanjutnya

198

Bersambung ke halaman selanjutnya

199

Bersambung ke halaman selanjutnya

200

Bersambung ke halaman selanjutnya

201

Bersambung ke halaman selanjutnya

202

Bersambung ke halaman selanjutnya

203

Bersambung ke halaman selanjutnya

204

Bersambung ke halaman selanjutnya

205

Bersambung ke halaman selanjutnya

206

Bersambung ke halaman selanjutnya

207

Bersambung ke halaman selanjutnya

208

Bersambung ke halaman selanjutnya

209