Upload
unand
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
PENGANTAR ILMU PAJAK
disusun oleh:
KELOMPOK 4SINAR DENMAS HENDRAWAN
BERTHO FERNANDO
HARVINDRA ABDI TAMA
RIZALDI TRI ANDRIANSYAH
FAKULTAS EKONOMI
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Pengantar Ilmu Pajak ini dengan baik. Kami juga berterima
kasih kepada Bapak Rahmat Kurniawan selaku Dosen mata
kuliah Perpajakan yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan
yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai ilmu
perpajakan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
i
Padang, 07 Februari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
PRAKATA.................................................i
BAB I PENDAHULUAN....................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................1
B. Identifikasi Masalah...........................2
C. Pembatasan Masalah.............................3
D. Perumusan Masalah..............................3
E. Tujuan Makalah.................................3
F. Manfaat Makalah................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................4
A. Pengertian Pajak: Paradigma dan Rekonstruksi...4
1. Pajak dalam Paradigma Klasik................4ii
2. Pajak dalam Paradigma Kontemporer...........6
B. Fungsi Negara dan Pajak........................7
1. Fungsi Pemerintah...........................7
2. Fungsi Pajak................................7
C. Penggolongan (Klasifikasi) Pajak...............8
1. Penggolongan (Klasifikasi) Pajak............8
2. Beberapa Jenis Pajak........................9
D. Sistem Perpajakan.............................10
1. Kebijakan Pajak (Tax Policies).................10
2. Administrasi Pajak (Tax Administration)........12
E. Hukum Pajak dan Yurisdiksi Pemajakan..........13
1. Hukum Pajak................................13
2. Yurisdiksi Pemajakan.......................14
F. Asas-asas Pemungutan Pajak....................16
1. Equity/Equality................................16
2. Asas Revenue Productivity.......................17
3. Asas Ease of Administration.....................17
4. Asas Neutrality...............................18
BAB III PENUTUP.....................................19
A. Kesimpulan....................................19
B. Saran.........................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................iv
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber penerimaan Negara terdiri dari Penerimaan
Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri
terdiri dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan
Bukan Pajak. Penerimaan Perpajakan pada dasarnya
terdiri dari penerimaan pajak dalam negeri dan
penerimaan pajak luar negeri. Penerimaan pajak dalam
negeri terdiri dari PPh, PPN, dan PPnBM, Bea Cukai,
PBB, dan pajak lainnya, sedangkan pajak luar negeri
terdiri dari Bea Masuk dan Pajak Ekspor.
Dalam struktur penerimaan Negara, penerimaan
perpajakan mempunyai peranan yang sangat strategis dan
merupakan sumber utama penerimaan dalam negeri untuk
menopang pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan nasional.
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan yang
menaungi Direktorat Jenderal Pajak terus berusaha agar
target penerimaan pajak yang telah ditetapkan tiap
tahunnya dapat dicapai. Peraturan perunang-undangan
1
yang berhubungan dengan perpajakan terus disempurnakan
agar pajak dapat lebih diterima oleh masyarakat.
Peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia
pada awalnya sebagian besar adalah produk pemerintah
Hidia Belanda. Pada tahun 1983, Pemerintah melakukan
reformasi perpajakan dengan mengubah Official Assessment
dengan Self Assessment System. Sistem ini memberikan
kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri
jumlah pajak yang terutang, sedangkan fiskus hanya
bertugas memberikan pelayanan, pengawasan, dan
pembinaan terhadap Wajib Pajak. Pada
2
hakikatnya Wajib Pajak lebih mengetahui seberapa besar
penghasilan yang diperoleh, sehingga besarnya pajak
yang harus dibayar dapat Wajib Pajak perhitungkan
sendiri.
Saat ini, penerimaan pajak belum sesuai dengan
harapan pemerintah, disebabkan karena Wajib Pajak
dalam membayar maupun melaporkan kewajiban pajaknya
tidak tepat waktu. Permasalahan lain yang timbul
adalah masih banyaknya kekeliruan yang berasal dari
Wajib Pajak itu sendiri. Kekeliruan tersebut seperti
kesalahan dalam menghitung jumlah pajak penghasilan
yang harus dibayar sehingga penerimaan pajak tidak
dapat mencapai target yang telah ditetapkan.
Permasalahan tersebut mengakibatkan tingkat
kepatuhan Wajib Pajak semakin menurun tiap tahunnya,
karena kurangnya penjelasan atau sosialisasi dari
pihak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) maupun Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) mengenai pentingnya membayar
pajak dan cara membayar pajak dengan benar.
Dengan latar belakang tersebut, penulis menyusun
makalah dengan judul “Pengantar Ilmu Pajak”.
2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka
dapat diidentifikasikan beberapa masalah mengenai:
1.Pajak dalam Paradigma Klasik dan Kontemporer;
2.Fungsi Negara dan Pajak;
3.Penggolongan Pajak;
4.Sistem Perpajakan;
5.Hukum Pajak dan Yurisdiksi Pemajakan;
6.Asas-asas Pemungutan Pajak.
C. Pembatasan Masalah
Dalam hal ini, penyusun membatasi masalah pada:
1.Pengertian;
2.Bentuk atau klasifikasi;
3.Pemberian contoh.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalahnya adalah bagaimana memberikan
penjelasan ringkas mengenai pengertian, bentuk atau
klasifikasi dan pemberian contoh.
E. Tujuan Makalah
Tujuan disusunnya makalah ini adalah:
1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan;3
2.Untuk memberikan penjelasan mengenai Perpajakan.
F. Manfaat Makalah
Makalah diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1.Penulis
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan;
b. Untuk menambah pengetahuan yang terkait
Perpajakan.
2.Pihak lain
a. Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan
informasi atau referensi bagi pihak yang
berkepentingan dan berminat dalam menyusun makalah
pada bidang yang sama;
b. Untuk menambah pengetahuan yang terkait
Perpajakan.
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak: Paradigma dan Rekonstruksi
Dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun
2007 Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan,
pajak didefinisikan sebagai:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
1.Pajak dalam Paradigma Klasik
Pajak dalam paradigma lama masih sangat dominan
sebagaimana ditunjukkan dalam The Encyclopedia Americana,
yaitu:
A compulsory contribution from the person to the government to
defray the expenses incurred in the common interest of all, without
reference to special benefits conferred.
Unsur-unsur yang ada dalam definisi pajak tersebut
akan diuraikan sebagai berikut:
4
a. Dapat Dipaksakan
Di Indonesia, salah satu instrumen “paksaan” dalam
pemungutan pajak adalah Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa (selanjutnya disebut PPSP). Berikut
ini penjelasan ringkas pelaksanaan PPSP sebagai
instrumen penagihan pajak:
1) Penagihan Surat Paksa
Secara garis besar, pelaksanaan PPSP dapat
diilustrasikan dalam gambar sebagai berikut:
5
Gambar 1.1 Prosedur Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
2) Penagihan Seketika dan Sekaligus
Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus
diterbitkan apabila:
a) Penanggung Pajak akan meninggalkan
Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat
untuk itu;
b) Penanggung Pajak menghentikan atau secara
nyata mengecilkan kegiatan perusahaan;
c) Penanggung Pajak akan membubarkan usahanya
atau berniat untuk itu;
d) Terjadi penyitaan barang Penanggung Pajak
oleh Pihak Ketiga atau terdapat tanda-tanda
kepailitan.
3) Esensi Sanksi dalam Perpajakan
Tujuan pemberian sanksi adalah:
6
a) Menghalangi orang untuk melakukan tindakan
yang tidak diinginkan;
b) Menegakkan keadilan.
Sanksi pidana maupun sanksi administrasi lebh
mempunyai tujuan jangka pendek, yaitu menghukum
Wajib Pajak yang tidak kooperatif dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya, daripada
untuk tujuan jangka panjang yaitu memengaruhi
tingkah laku Wajib Pajak yang tidak kooperatif
menjadi Wajib Pajak patuh.
4) Kompromi Fiskal
Kompromi Fiskal hanya berlaku apabila kesalahan
yang dilakukan oleh Wajib Pajak adalah kesalahan
yang tidak disengaja. Hal ini sesuai dengan
Pasal 38 UU KUP.
b. Dipungut berdasarkan Undang-undang
Dalam merumuskan atau menentukan peraturan
perundang-undangan pajak tersebut, aspirasi
masyarakat harus terwakili, paling tidak melalui
wakilnya di Badan Legislatif.
7
c. Tidak Mendapatkan Manfaat Langsung
Pembayar pajak tidak menerima langsung manfaat
atas kontribusi pembayaran pajaknya. Meskipun
demikian, bukan berarti uang pajak dapat digunakan
oleh Pemerintah secara semena-mena, karena
Pemerintah harus melakukan akuntabilitas dan
transparansi penggunaannya.
d. Dipergunakan untuk Menjalankan Fungsi Negara
Pemanfaatan pajak untuk menjalankan fungsi Negara
hendaknya berpegang pada prinsip-prinsip good
governance, yaitu penegakan hukum, transparansi,
akuntabilitas, efisiensi, profesionalisme dan
melibatkan masyarakat secara luas.
2.Pajak dalam Paradigma Kontemporer
Beberapa poin pergeseran paradigma dalam
mendefinisikan pajak adalah:
a. Pajak tidak boleh memaksa;
b. Pajak harus dikembalikan ke Masyarakat;
c. Pembayar pajak mendapatkan manfaat;
d. Pajak juga memiliki pengukuran benefit.
B. Fungsi Negara dan Pajak8
Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas mengenai
fungsi Negara dan pajak.
1.Fungsi Pemerintah
Fungsi Pemerintah dari segi ekonomi adalah mengatasi
masalah inefisiensi dalam alokasi sumber ekonomi,
mendistribusikan penghasilan dan kekayaan kepada
masyarakat
Fungsi kebijakan fiskal yang dijalankan pemerintah
adalah:
a. Fungsi Alokasi
Jika pasar tidak mau memproduksi barang atau jasa
yang dibutuhkan masyarakat luas, maka pada saat
itulah seharusnya pemerintah melakukan intervensi
dengan cara menyediakan barang atau jasa tersebut.
b. Fungsi Distribusi
Pemerintah bertanggungjawab untuk mendistribusikan
pendapatan agar kesejahteraan dapat menyebar ke
setiap lapisan masyarakat.
c. Fungsi Stabilisasi
Pemerintah menggunakan kebijakan anggaran sebagai
alat untuk menjaga agar tingkat tenaga kerja tetap
tinggi, tingkat stabilitas harga yang layak dan
pertumbuhan ekonomi yang tepat.
9
d. Fungsi Regulasi
Pemerintah menetapkan regulasi untuk mengatasi
permasalahan, seperti permasalahan yang berkaitan
dengan common property resources, adanya monopoli dan
atau oligopoly serta permasalahan lainnya
2.Fungsi Pajak
Pajak sebagai instrumen politik dapat dielaborasi
dalam beberapa fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai Sumber Penerimaan Negara yang Aman,
Murah dan Berkelanjutan
Untuk memenuhi fungsi budgetair, tidak jarang
pemerintah suatu Negara memilih untuk
memberlakukan kebijakan second best theory. Jika suatu
pajak sulit untuk dipungut padahal potensinya
signifikan, maka pemerintah lebih mengedepankan
asas simplicity / ease of administration daripada asas
equality.
b. Sebagai Instrumen Keadilan dan Pemerataan
Pajak sebagai instrumen keadilan dapat dilihat
dari dua sisi, yaitu:
1) Dari sisi kebijakan pajak;
2) Dari sisi belanja / pengeluaran pemerintah.
c. Sebagai Instrumen Kebijakan Pembangunan
1) Pajak untuk mewujudkan Millennium Development Goals;
10
2) Pajak untuk pembangunan nasional;
3) Pajak untuk pembangunan regional;
4) Pajak untuk pembangunan ekonomi.
d. Sebagai Instrumen Ketenagakerjaan
Keberpihakan pemerintah terhadap masalah
ketenagakerjaan kerap kali didukung dengan
kebijakan-kebijakan lain yang terkait, antara lain
kebijakan pajak seperti pemberian berbagai
insentif pajak.
e. Sebagai Instrumen Kebijakan Mitigasi dan
Adaptasi Perubahan Iklim
Fungsi ini diimpelementasikan dalam berbagai jenis
bentuk, antara lain carbon tax, tax on fuel, excise duty for
none biodiesel, tax on pesticides, dan lain-lain.
C. Penggolongan (Klasifikasi) Pajak
1.Penggolongan (Klasifikasi) Pajak
Berikut ini beberapa pembedaan, penggolongan atau
klasifikasi pajak yang banyak digunakan dalam sistem
perpajakan di dunia.
a. Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung
Beberapa kriteria dapat dijadikan pembeda antara
Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung, yaitu
dasar penentuan beban pajak, pengalihan beban
pajak, sistem pelaporan dan periodisasi
11
perhitungan, pembayaran dan pelaporan pajak
terutang.
Berdasarkan keempat kriteria tersebut, pembedaan
bermuara pada dua aspek, yaitu:
1) Aspek Ekonomis
Perbedaan antara pajak langsung dan pajak tidak
langsung adalah terkait beban pajak. Secara
ekonomis, beban pajak langsung tidak dapat
dialihkan, sebaliknya dalam pajak tidak
langsung, beban pajak dapat dialihkan.
2) Aspek Administratif
Pembedaan ini diperlukan untuk menentukan
subjek, objek dan tarif pajak dengan tepat.
b. Pajak Subjektif dan Pajak Objektif
Pajak subjektif dimulai dengan menetapkan
orangnya, kemudian menetapkan syarat-syarat
obyektifnya. Sedangkan pajak objektif dimulai
dengan menetapkan obyeknya, kemudian menetapkan
subyeknya atau orang yang harus membayar pajaknya.
c. Pajak Pusat dan Pajak Daerah
Pembedaan pajak pusat dan pajak daerah dilakukan
untuk menentukan kewenangan pemungutan pajak dan
pemanfaatan / penggunaannya serta untuk
menghindari adanya pajak berganda.
12
2.Beberapa Jenis Pajak
Berikut ini penjelasan ringkas mengenai beberapa
jenis pajak.
a. Excise (Cukai)
Cukai adalah pajak yang dikenakan terhadap barang-
barang tertentu. Tujuan pemungutan cukai lebih
menitikberatkan pada fungsi regulerend.
Karakteristik cukai adalah:
1) Selectivity in coverage;
2) Discrimination in intent;
3) Quantitative measurement.
Bentuk pemungutan cukai berdasarkan cakupan barang
dan jasa yang dijadikan sebagai objek pajak,
yaitu:
1) Limited excise systems;
2) Intermediate Excise Systems;
3) Extended Excise Systems.
b. Custom Duties (Bea Masuk)
Bea masuk adalah pajak atas lalu lintas barang.
Tujuan bea masuk adalah untuk melindungi produk
dalam negeri. Karakterisitik kebijakan untuk
mencapai tujuan tesebut adalah:
1) Transparan dan Accountable;
2) Selektif;
3) Limitatif;13
4) Declining.
c. Earmarked Taxes
Sebagai instrumen kebijakan, pemungutan pajak
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang
sudah ditetapkan pemerintah. Salah satu bentuk
pajak yang dipungut untuk tujuan ini adalah
earmarked, yaitu tax collected and used for a specific purpose.
Pemungutan pajak dengan sistem ini, umumnya
dikombinasikan dengan pemberian subsidi.
Penggunaan hasil pemungutan tidak harus selalu
sangat rigid dan spesifik.
D. Sistem Perpajakan
Sistem perpajakan yang baik seharusnya ditopang oleh
dua hal, yaitu kebijakan perpajakan dan administrasi
perpajakan. Penjelasan ringkasnya adalah sebagai
berikut:
1.Kebijakan Pajak (Tax Policies)
Kebijakan pajak adalah kebijakan yang berhubungan
dengan penentuan apa yang akan dijadikan sebagai tax
base, subjek pajak, objek pajak dan penentuan
prosedur pelaksanaan kewajiban pajak terutang.
Berikut ini penjelasannya:
14
a. Supply Side Tax Policies
Supply side policies adalah kebijakan yang bertujuan
untuk meningkatkan kinerja pasar dengan cara
meningkatkan kapasitas ekonomi untuk memproduksi
sehingga kurva penawaran naik. Cakupan kebijakan
supply side menekankan pada:
1) Kebijakan yang dapat meminimalisir distorsi
dalam pasar, yang diakibatkan oleh pengaruh
regulasi pemerintah terhadap harga, subsidi dan
tingginya pajak penghasilan;
2) Kebijakan untuk mengurangi distorsi pada poin
diatas, akan mendorong investasi dan produksi
dengan cara membuat bekerjanya insentif ekonomi
pasar bebas.
b. Kebijakan Tax Cut
Penurunan beban pajak merupakan salah satu bentuk
supply side policies. Cara yang dapat dilakukan agar
secara efektif dapat mengurangi beban pajak adalah
dengan menaikkan sanksi pajak, meningkatkan upaya-
upaya mendeteksi para penyelundup pajak melalui
perbaikan administrasi dan perundang-undangan
perpajakan.
c. Issue Tax Expenditure dalam Supply-Side Tax Policy
Expenditure tax merupakan salah satu bentuk dari
consumption based taxation, sedangkan tax expenditure15
adalah salah satu bentuk hilangnya potensi
pemajakan.
d. Rekonstruksi Konsepsi Supply-Side Tax Policy
Terminologi cost of taxation adalah:
1) Regulasi ketentuan perpajakan atau perlakuan
perpajakan yang masih belum diatur atau belum
jelas;
2) Deregulasi peraturan perpajakan yangmenyebabkan cost of taxation yang tinggi;
3) Deregulasi peraturan perpajakan yang mengganggu
cashflow.
2.Administrasi Pajak (Tax Administration)
Administrasi pajak dalam arti luas meliputi fungsi,
sistem dan organisasi/kelembagaan.
a. Teknik Pemungutan dan Assessment Pajak
Diantaranya adalah:
1) Self Assessment System
Yaitu Wajib Pajak sendiri yang menghitung,
menetapkan, menyetorkan dan melaporkan pajak
yang terutang. Dalam sistem ini, fiskus hanya
berperan untuk mengawasi.
2) Official Assessment System
Yaitu fiskus yang berperan aktif dalam
menghitung dan menetapkan besarnya pajak yang
terutang,
16
3) Hybrid System/Semi Self Assessment System
Yaitu hibridasi antara Self Assessment System dan
Official Assessment System. Kelebihannya adalah:
a) Memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap penerimaan Negara;
b) Relatif mudah dilakukan dan dapat
mengurangi administrative cost yang harus
dikeluarkan oleh pemerintah, terlebih jika
sumber daya otoritas perpajakan terbatas.
b. Sistem Pembayaran (Payment System)
1) Paradigma Klasik Sistem Pembayaran
Dalam nomenklatur paradigma klasik, sistem
pembayaran pajak khususnya pajak atas
penghasilan, dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
a) Sistem Nyata
Mendasarkan pengenaan pajak pada penghasilan
yang benar-benar diperoleh dalam setiap tahun
pajak.
b) Sistem Fiktif
Mendasarkan pengenaan pajak pada suatu
anggapan.
c) Sistem CampuranMendasarkan pengenaan pajak atas gabungankedua stelsel diatas.
2) Paradigma Kontemporer Sistem Pembayaran
17
Sistem pembayaran dikembangkan dengan membangun
sistem baru yang disebut Current Payment System
(CPS). CPS dapat diterapkan dalam 2 (dua) teknik
pemungutan, yaitu:
a) Withholding Tax Payment
Sistem ini diterapkan dalam dua bentuk, yaitu:
(1) Noncumulative withholding;
(2) Pay as you earn.
b) Estimated Tax Payment
Yang menjadi dasar untuk perhitungannya adalah
penghasilan tahun lalu, tidak termasuk
penghasilan yang menjadi objek withholding.
E. Hukum Pajak dan Yurisdiksi Pemajakan
1.Hukum Pajak
Hukum pajak dibedakan menjadi Hukum Pajak Material
dan Hukum Pajak Formal. Berikut ini penjelasan
ringkasnya.
a. Hukum Pajak Material
Hukum pajak material mengatur mengenai:
1) Objek pajak, keadaan-keadaan, perbuatan-
perbuatan dan peristiwa hukum yang dapat
dikenakan pajak (Objek Pajak);
2) Siapa saja yang dapat dikenakan pajak (Subjek
Pajak);18
3) Besarnya pajak yang terutang (Dasar Pengenaan
Pajak dan Tarif Pajak).
b. Hukum Pajak Formal
Mengatur bagaimana mengimplementasikan hukum pajak
material. Hukum pajak formal memuat bentuk dan
tata cara dalam mengimplementasikan hukum pajak
material, antara lain berupa:
1) Tata cara pendaftaran Wajib Pajak;
2) Tata cara penyetoran pajak;
3) Tata cara pelaporan pajak;
4) Tata cara penetapan utang pajak;
5) Tata cara penagihan utang pajak;
6) Tata cara pengajuan keberatan, pengajuan
restitusi, dan lain-lain;
7) Pengaturan berbagai sanksi, hak dan kewajiban
Wajib Pajak maupun fiskus.
c. Timbulnya Utang Pajak
Timbulnya utang pajak dibedakan berdasarkan dua
aliran, yaitu:
1) Menurut paham formal, utang pajak timbul karena
perbuatan fiskus;
2) Menurut paham material, utang pajak timbul
karena terpenuhinya tatbestand.
19
2.Yurisdiksi Pemajakan
Yurisdiksi pemajakan yaitu kewenangan suatu Negara
untuk merumuskan dan memberlakukan ketentuan
perpajakan.
a. Yurisdiksi Status
Penentuan subjek pajak dalam negeri yang
didasarkan atas tempat tinggal atau keberadaan
orang pribadi yang bersangkutan di suatu Negara,
disebut sebagai residence criterion atau fiscal domicile
criterion.
b. Yurisdiksi Sumber
Yaitu Negara berhak mengenakan pajak karena orang
pribadi atau badan tersebut memperoleh penghasilan
yang berasal dari Negara yang bersangkutan.
c. Penentuan Sumber Penghasilan
Menurut kelaziman internasional, Negara sumber
mempunyai hak untuk mengenakan pajak atas
penghasilan yang bersumber dari Negara yang
bersangkutan.
1) Penentuan Sumber Penghasilan dari Laba Usaha
dan Konsepsi BUT
BUT dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) tipe,
yaitu:
a) BUT Tipe Fasilitas Fisik20
BUT kelompok ini ditandai dengan adanya
fasilitas fisik atau aset yang merupakan
tempat untuk menjalankan usaha atau kegiatan
di suatu Negara.
b) BUT Tipe Aktivitas
Penentuan BUT tipe ini memerlukan tes waktu
agar kegiatan tersebut dianggap sebagai BUT.
c) BUT Tipe Keagenan
Kegiatan dari badan usaha atau orang yang
bertindak di satu Negara atas nama perusahaan
yang berkedudukan di Negara lain, akan
dianggap sebagai BUT, jika agen tersebut
merupakan agen yang terikat.
d) BUT Tipe Perusahaan AsuransiPerusahaan asuransi di satu Negara, kecuali
dalam reasuransi, dianggap mempunyai BUT di
Negara lain jika perusahaan tersebut memungut
premi atau menanggung risiko yang terjadi di
Negara lainnya melalui orang atau badan yang
bukan merupakan agen yang bebas.
2) Penentuan Sumber Penghasilan dari PassiveIncomePassive income dapat berbentuk bunga, penghasilan
dari harta, penghasilan dari saham dan sekuritas
serta royalti.
21
d. Pajak Berganda Internasional
Pajak berganda secara luas adalah setiap bentuk
pembebanan pajak dan pungutan lainnya lebih dari
satu kali. Dikelompokkan menjadi:
1) Pajak Berganda Internal;2) Pajak Berganda Internasional.Pajak berganda secara sempit adalah pemajakan
beberapa kali terhadap suatu subjek dan/atau objek
pajak dalam satu administrasi pajak yang sama.
Dikelompokkan menjadi:
1) Pajak Berganda oleh Penguasa Tunggal;2) Pajak Berganda oleh berbagai administrasi.Metode penghindaran pajak berganda, yaitu:1) Subject Exemption;
2) Object/Income Exemption;
3) Tax Exemption.
Metode penghindaran pajak berganda internasional
dalam sistem PPh di Indonesia adalah penerapan
Ordinary Credit per Country Limitation, karena masih
memungkinkan bagi pemerintah Indonesia untuk
memperoleh penerimaan pajak atas penghasilan luar
negeri yang diterima/diperoleh Wajib Pajak dalam
negeri.
22
F. Asas-asas Pemungutan PajakBerikut ini akan dijelaskan secara ringkas beberapa
asas yang penting untuk diperhatikan dalam mendesain
sistem pemungutan pajak.
1.Equity/Equality
Suatu sistem perpajakan dapat berhasil apabila
masyarakatnya merasa yakin bahwa pajak-pajak
dipungut pemerintah telah dikenakan secara adil dan
setiap orang membayar sesuai dengan bagiannya.
a. Pendekatan Keadilan
Pajak dikenakan kepada orang-orang pribadi
sebanding dengan kemampuannya untuk membayar pajak
tersebut dan juga sesuai dengan manfaat yang
diterimanya dari Negara,
b. Asas Keadilan dalam Pajak Penghasilan
Keadilan dalam pajak penghasilan terdiri dari:
1) Horizontal EquitySuatu pemungutan pajak dikatakan memenuhi
keadilan horizontal apabila Wajib Pajak yang
berada dalam kondisi yang sama diperlakukan
sama.
2) Vertical EquitySuatu pemungutan pajak dikatakan memenuhi
keadilan vertical apabila Wajib Pajak yang
23
mempunyai tambahan ekonomis yang berbeda
diperlakukan tidak sama
2.Asas Revenue Productivity
Asas ini menyatakan bahwa jumlah pajak yang dipungut
hendaklah memadai untuk keperluan menjalankan roda
pemerintahan. Namun meskipun demikian, hendaknya
dalam implementasinya tetap harus diperhatikan bahwa
jumlah pajak yang dipungut jangan sampai terlalu
tinggi sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi.
3.Asas Ease of Administration
Penjelasan dari masing-masing unsur ease of
administration adalah sebagai berikut:
a. Asas Certainty
Menyatakan bahwa harus ada kepastian, baik bagi
petugas pajak maupun bagi semua Wajib Pajak dan
seluruh masyarakat.
b. Asas Convenience
Menyatakan bahwa saat pembayaran pajak hendaklah
dimungkinkan pada saat yang
menyenangkan/memudahkan Wajib Pajak.
c. Asas Efficiency
Asas efisiensi dapat dilihat dari 2 (dua) sisi,
yaitu:
1) Dari sisi fiskus24
Dikatakan efisien jika biaya pemungutan pajak
lebih kecil daripada jumlah pajak yang berhasil
dikumpulkan.
2) Dari sisi Wajib Pajak
Dikatakan efisien jika biaya yang dikeluarkan
Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya bisa seminimal mungkin.
d. Asas Simplicity
Dalam sistem pajak penghasilan, terdapat suatu
metode penghitungan pajak yang disebut presumptive
tax atau deemed taxable income, dimana dalam
menghitung pajak penghasilan yang terutang, Wajib
Pajak diberi kemudahan untuk menghitung dengan
menggunakan norma pengitungan penghasilan neto
yang sifatnya hanya merupakan asumsi atau
perkiraan.
4.Asas Neutrality
Mengatakan bahwa pajak itu harus bebas dari
distorsi, baik distorsi terhadap konsumsi maupun
distorsi terhadap produksi serta faktor-faktor
ekonomi lainnya. Artinya pajak seharusnya tidak
memengaruhi pilihan masyarakat untuk melakukan
konsumsi dan juga tidak memengaruhi pilihan produsen
25
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1.Gagasan demokratisasi perpajakan menjadi penting
untuk dikembangkan karena semakin terbukanya iklim
politik di Indonesia dan perkembangan bebas serta
meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai
perpajakan.
2.Dalam memenuhi fungsi alokasi, maka pemungutan pajak
lebih ditekankan pada fungsi budgetair, sedangkan
untuk memenuhi fungsi-fungsi pemerintahan yang
lainnya, pemerintah dapat memungut pajak bukan
karena alas an penerimaan, melainkan untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu.
3.Dalam mendesain sistem pajak, harus terlebih dahulu
dipahami karakteristik pajak yang akan dipungut,
untuk menentukan alternatif desain kebijakan
pemungutan dan administrasi pemajakannya.
4.Undang-undang merupakan bagian dari kebijakan.
5.Hukum pajak merupakan bagian dari hukum public.
19
6.Dalam memungut suatu pajak, terdapat asas-asas yang
harus diperhatikan dalam sistem pemungutan pajak
tersebut.
B. Saran
1.Selalu meningkatkan wawasan dan pengetahuan di
bidang Perpajakan dengan cara selalu mengikuti update
peraturan perpajakan;
2.Mematuhi dan melaksanakan peraturan perpajakan agar
target penerimaan Negara dapat tercapai.
20