Upload
uitmperak
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim
tropis sehingga berbagai macam tanaman dapat tumbuh dan
berkembang di negara Indonesia khususnya daerah
Kalimantan Barat. Banyak tanaman buah, sayur, dan
tanaman konsumsi lain yang tumbuh. Selain itu Indonesia
juga sebagai negara dimana penghasil hasil bumi yang
besar, namun dengan kurangnya teknologi yang memadai
hasil bumi tersebut banyak yang tidak bisa di ekspor
keluar negeri.
Salah satu tanaman yang sekarang sudah bisa
diekspor yaitu buah. Di Indonesia banyak sekali tanaman
buah yang tumbuh. Di daerah dataran tinggi maupun
daerah dataran rendah. Tanaman semusim atau pun tahunan
banyak sekali yang tumbuh di negara kita ini. Salah
satu buah tahunan yaitu buah naga atau yang sering
disebut sebagai “Dragon Fruit” yang mana buah ini
mempunyai nilai jual yang sangat tinggi karena banyak
masyarakat yang belum mengetahui tentang buah naga dan
bagaimana cara budidaya serta manfaat buah naga itu
sendiri.
Buah naga masih tergolong dalam tanaman kaktus
yang hidup didaerah kering dan agak berpasir. Tanaman
1
ini mempunyai tulang daun yang banyak terkandung air
sehingga tahan terhadap panas. Selain itu tanaman buah
naga ini perlu sinar matahari penuh atau tidak ada
naungan karena jika tidak ada naungan akan mempengaruhi
produksi buah dan pertumbuhan tanaman buah naga itu
sendiri.
Pada umumnya masyarakat tidak memahami bagaimana
membudidaya serta manfaat pada buah naga khususnya
bercocok tanam didaerah tanah gambut yang diketahui
bahwa tanah gambut mepunyai sifat masam atau pH yang
tinggi. Dari uraian di atas, maka penulis tertarik
untuk menyusun makalah ini sebagai masukan dan
inspirasi kepada pembaca dan masyarakat.
Keberadaan lahan gambut semakin dirasakan peran
pentingnya terutama dalam menyimpan lebih dari 30
persen karbon terrestrial, memainkan peran penting
dalam siklus a Tengah. Kerusakan yang sering terjadi
adalah perbedaan penurunan pada arah memanjang jalan
(Differential Settlement) seperti yang terjadi pada ruas jalan
Buntok-Palangkaraya, dan ada juga penurunan pada oprit
jembatan seperti pada jembatan Handil II pada ruas
jalan Banjarmasin- Marabahan. Tanah gambut memiliki
tekstur terbuka dimana selain pori-pori makro, tekstur
tanah gambut juga didominasi oleh pori-pori mikro yang
berada di dalam serat-serat gambut. Dengan sistem pori
ganda dan tingkat homogenitas yang tidak merata
tersebut, serta berat isi tanah yang mendekati berat
2
isi air, maka masalah pemampatan (compressibility) yang
besar bisa mengakibatkan penurunan
(settlement) yang besar juga. Selain itu karena tanah
gambut ini sangat lembek pada umumnya mempunyai daya
dukung (bearing capacity) yang rendah, bahkan
menurut penelitian Jelisic, Leppanen (1992) bahwa daya
dukung tanah gambut lebih rendah dari pada tanah soft clay
sehingga bisa mengakibatkan kelongsoron/keruntuhan
(bearing capacity failure), hal ini menjadi masalah utama bagi
struktur yang akan dibangun di atasnya. Sudah banyak
usaha-usaha yang dilakukan untuk memperbaiki sifat-
sifat tanah gambut tersebut agar memiliki daya dukung
yang tinggi dan pemampatannya kecil. Usaha-usaha yang
telah dilakukan selama ini, biasanya dikelompokan pada
2 bagian. Pertama, untuk lapisan tanah gambut yang
tebalnya kurang dari 3 meter, usaha yang dilakukan
adalah mengupas/membuang 3 (disposal) lapisan gambutnya;
untuk masalah ini tidak ditemukan adanya penelitian-
penelitian yang berkenaan dengan cara perbaikannya.
Kedua, untuk lapisan tanah gambut yang tebal, usaha-
usaha yang dilakukan diataranya adalah pemberian beban
awal (preloading); pemasangan cerucuk atau kolom pasir
(sand column); dan metode stabilisasi tanah. Stabilisasi
yang dimaksud sebenarnya adalah solidifikasi, yaitu
penambahan zat aditif (baik dalam bentuk sebenarnya
atau hanya terkandung dari suatu bahan) ke dalam suatu
massa tanah untuk meningkatkan sifat-sifat mekanis-nya.
3
B. Masalah
Masalah yang kami dapat pada kebun salah satu
petani buah naga yang ada di desa purnama ujung, antara
lain :
1. Tidak menggunakan guludan
2. Tiang banyak yang patah
3. Drainase yang tidak bagus
4. Pemupukan yang kurang
C. Tujuan pembuatan makalah
Mempelajari dan memahami konsep –konsep dan
praktek mengenai input, proses produksi serta output
berbagai barang. Selain itu mempelajari cara
berkomunikasi efektif dalam menyampaikan gagasan kepada
orang lain.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi buah naga
Nama buah ‘naga’ berasal dari penampilan batangnya
yang menjulur berwarna hijau, yang mirip tubuh naga.
Buahnya juga bersisik dan memiliki sayap seperti seekor
naga. Buah naga sebenarnya adalah buah kaktus. Adapun
tanaman buah naga diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Subdivisi : Angiospermae ( berbiji tertutup )
Kelas : Dicotyledonae ( berkeping dua )
Ord : Cactales
Famil : Cactaceae
Genu : Hylocereus
Subfamily : Hylocereanea
Spesies : Hylocereus undarus ( daging putih )
Hylocereus costaricensis ( daging merah super )
Hylocereus polyrhizus (daging merah)
Selenicereus megalanthus (kulit kuning, tanpa sisik)
B. Morfologi buah naga
a) Batang dan cabang
Batang buah naga berwarna hijau kebiru-biruan
atau keunguan. Batang tersebut berbentuk siku
atau segitiga dan mengandung air dalam bentuk
6
lender dan berlapiskan lilin bila sudah dewasa.
Dari batang ini tumbuh cabang yang bentuk dan
warnanya sama dengan batang dan berfungsi sebagai
daun untuk proses asimilasi dan mengandung
kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman.
Pada batang dan cabang tanaman ini tumbuh duri-
duri yang keras dan pendek, letak duri pada tepi
siku-siku batang maupun cabang dan terdiri dari
4-5 buah duri di setiap titik tubuh. Cabang
berbentuk segi tiga dan berwarna hijau kebiru-
biruan atau unggu.
b) Bunga
Bunga buah naga berbentuk corong memanjang
berukuran sekitar 30 cm, akan mulai mekar di sore
hari dan mekar sempurna pada malam hari. Setelah
mekar warna mahkota bunga bagian dalam putih
bersih dan di dalamnya terdapat benangsari
berwarna kuning dan mengeluarkan bau yang harum.
Bunga yang telah mekar dan menyebarkan bau yang
sangat harum. Bau harum yang tersebar akan
menarik perhatian hewan-hewan untuk datang dan
membantu penyerbukan bunga tersebut. Hewan yang
biasanya membantu penyerbukan bunga naga antara
lain kelelawar dan serangga pengisap madu.
c) Buah
Buah naga merah berbentuk bulat lonjong mirip
buah nanas, namun memiliki sirip. Kulitnya
7
berwarna merah jambu, dan dihiasi sisik-sisik
yang berwarna hijau seperti sisik naga. Buah naga
mempunyai daging buah seperti buah kiwi. Daging
buahnya yang berwarna putih, merah, atau merah
tua (keunguan), bertaburan biji hitam kecil-
kecil. Rasa buah naga manis, segar, dan sedikit
asam. Ketebalan kulit buah naga mencapai 2-3 cm,
permukaan kulit buah naga terdapat jumbai atau
jambul berukuran 1-2 cm.
d) Akar
Perakaran buah naga bersifat epifit, merambat
dan menempel pada tanaman lain. Dalam
pembudidayaannya, dibuat tiang penopang untuk
merambatkan batang tanaman buah naga ini.
Perakaran buah naga tahan terhadap kekeringan
tetapi tidak tahan dalam genangan air terlalu
lama. Meskipun akar dicabut dari tanah, masih
bisa hidup dengan menyerap makanan dan air dari
akar udara yang tumbuh pada batangnya. Perakaran
buah naga bisa dikatakan dangkal, saat menjelang
produksi hanya mencapai kedalaman 50-60 cm,
mengikuti perpanjangan batang berwarna coklat
yang di dalam tanah. Hal inilah yang bisa
digunakan sebagai tolak ukur dalam pemupukan.
Supaya pertumbuhan akar bisa normal dan baik
memerlukan derajat keasaman tanah pada kondisi
ideal yaitu pH 7. Apabila pH tanah dibawah 5,
8
pertumbuhan tanaman akan menjadi lambat dan
menjadi kerdil. Dalam pembudidayaannya pH tanah
harus diketahui sebelum maupun sesudah tanaman
ditanam, karena perakaran merupakan faktor
penting untuk menyerap hara yang ada di dalam
tanah.
e) Biji
Biji buah naga berbentuk bulat berukuran
kecil dan berwarna hitam, kulit biji sangat tipis
tetapi keras. Biji ini dapat digunakan untuk
perbanyakan tanaman secara generatif tetapi cara
ini jarang dilakukan karena memerlukan waktu yang
lama sampai berproduksi. Biasanya biji digunakan
para peneliti untuk memunculkan varietas baru.
Setiap buah mengandung biji lebih dari 1000.
C. Jenis buah naga
Hingga kini ada empat jenis tanaman buah naga yang
diusahakan dan memiliki prospek baik. Ke empat jenis
tersebut sebagai berikut:
a) Hylocereus undatus
Hylocereus undarus yang lebih popular dengan
sebutan white pitaya adalah buah naga yang kulitnya
berwarna merah dan daging berwarna putih. Warna
merah buah ini sangat kontras dengan warna daging
buah. Pada kulit buah terdapat sisik atau jumpai
berwarna hijau. Di dalam buah terdapat banyak biji
9
berwarna hitam. Berat buah rata-rata 400-500g,
bahkan ada yang dapat mencapai 650 g. Rasa buahnya
masam bercampur manis, tanaman ini lebih banyak
dikembangkan di Negara-Negara produsen utama buah
naga dibanding jenis lainnya karena buahnya
cenderung lebih banyak diekspor.
b) Hylocereus polyrhizus
Hylocereus polyrhizus lebih banyak dikembangkan di
cina dan Australia, memiliki buah dengan kulit
berwarna merah dan daging berwarna merah keunguan.
kulitnya terdapat sisik atau jumbai berwarna hijau.
Tanaman ini tergolong jenis yang sangat rajin
berbunga, bahkan cenderung berbunga sepanjang tahun.
Sayangnya, tingkat keberhasilan bunga menjadi buah
sangat kecil, hanya mencapai 50% sehingga
produktivitas buahnya tergolong rendah Jenis tanaman
buah ini memiliki batang berlilin, hijau keputih-
putihan dengan tepian tajam, memiliki duri yang
kecil. Panjang buahnya sekitar 30 cm dengan daun-
daun pembalut besar.
c) Hylocereus costaricensi
Buah Hylocereus costaricensis sepintas memang mirip
buah hylocereus polyrhizus, namun warna daging buahnya
lebih merah. Itulah sebabnya tanaman ini disebut
buah naga berdaging super merah. Batangnya bersosok
lebih besar di banding Hylocereus polyrhizus. Batang dan
cabangnya akan berwarna loreng saat berumur tua.
10
Berat buahnya sekitar 400-500 g. rasanya manis
dengan kadar kemanisan mencapai 13-15 briks. Tanaman
sangat menyukai daerah yang panas dengan ketinggian
rendah sampai sedang.
d) Selenicereus megalanthus
Selenicereus megalanthus berpenampilan lebih berbeda
dibanding jenis anggota Genus hylocereus. Kulit
buahnya berwarna kuning tanpa sisik sehingga
cenderung lebih halus. Walaupun tanpa sisik, kulit
buahnya masih menampilkan tonjolan-tonjolan. Rasa
buahnya jauh labih manis dibanding buah naga lainnya
karena memiliki kadar kemanisan mencapai 15-18
briks. Buah yang dijuluki yellow pitaya ini kurang
popular dibanding jenis lainnya. Buah naga berkulit
kuning dengan daging putih, mempunyai ukuran paling
kecil jika dibandingkan dengan jenis lainnya, hanya
sekitar 80-100 gr. Buah naga berkulit kuning ini
tidak sesuai untuk dikomersilkan. Buah naga jenis
ini biasanya ditanam di daerah dingin dengan
ketinggian lebih dari 800 meter di atas permukaan
laut.
D. Kandungan zat gizi
Buah naga merupakan sumber serat, vitamin, dan
mineral yang baik. Kandungan nutrisi dalam 100 mg buah
naga secara umum. Berdasarkan hasil penelitian, buah
naga merah dan putih mengandung berbagai zat gizi,
11
kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram buah naga
masak segar adalah 0,229 g protein; 0,61 g lemak; 6,3 g
kalsium; 36,1 mg fosfor; 11,5 g karbohidrat; 0,28 mg
vitamin B1; 0,045 mg vitamin B2; 0,43 mg vitamin B3; 9
mg vitamin C dan air 83 g.
Buah naga mengandung serat yang cukup banyak,
mencapai 0,7-0,9 gram per 100 gram. Serat sangat
dibutuhkan tubuh untuk menurunkan kadar kolesterol. Di
dalam saluran pencernaan serat akan mengikat asam
empedu (produk akhir kolesterol) dan kemudian
dikeluarkan bersama feses. Semakin tinggi konsumsi
serat, semakin banyak asam empedu dan lemak yang
dikeluarkan oleh tubuh.
E. Khasiat dan manfaat buah naga
Berdasarkan kajian terkini, buah naga tidak hanya
dapat dimanfaatkan buahnya, bagian-bagian lain dari
tanaman buah naga juga dapat dimanfaatkan. Buah naga
yang masak memang langsung dapat dikonsumsi, sedangkan
buah yang belum masak dapat dibuat sup. Bunga buah naga
dapat juga dikonsumsi yaitu dengan menjadikannya
sebagai sayur urap, digoreng, atau dapat dikeringkan
untuk dijadikan minuman semacam teh. Dahan atau cabang
buah naga juga dapat dimakan yaitu dijadikan salad,
urap, digoreng, dan dijadikan sup. Masakan dari bahan
tumbuhan buah naga dipercaya dapat membuang racun dalam
tubuh dan membersihkan pencernaan. Di amerika selatan,
12
BAB III
PEMBAHASAN
A. Budidaya Buah Naga
Orang biasanya memperbanyak tanaman dengan cara
setek atau menyemai biji. Tanaman akan tumbuh subur
jika media tanam porous (tidak becek), kaya akan unsur
hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara
28-40 0C. Jika perawatan cukup baik, tanaman akan mulai
berbuah pada umur 7 - 12 bulan. Buah naga dapat
berkembang dengan kondisi tanah PMK (Podzolik Merah
Kuning), gambut dan ketinggian lokasi apapun, namun
tumbuhan ini cukup rakus akan unsur hara, sehingga
apabila tanah mengandung pupuk yang bagus, maka
pertumbuhannyapun akan pesat sekali.
1. Teknik Penanaman
Persyaratan yang mutlak tidak terlalu terpengaruh
dengan kualitas tanah. Tanah jenis apa saja boleh.
Membutuhkan penyinaran penuh dari sinar matahari,
Tanaman Buah Naga ini cocok didaerah tropis dan tidak
tahan dingin, kalau terus menerus temperaturnya dibawah
180C, daun bisa berubah warna menjadi kuning dan
batangnya akan bengkak akibat kedinginan, namun tidak
akan mengganggu pertumbuhannya. Tanaman buah naga ini
penanaman bibit hingga panen memerlukan waktu 7 – 12
14
bulan, setelah itu bisa memetik hasilnya sepanjang
tahun.
2. Persiapan Lahan
kegiatan penyediaan tempat untuk tanaman supaya
dapat tumbuhdengan baik di lahan pertanaman. Buah Naga
memang tidak tahan . terhadap genangan air. Ditanah
poros dan berdrainase baik ia bisa tumbuh produktif.
Namun bila di tanam pada dataran banjir sangat beresiko
rebah. Solusinya di buatkan parit sedalam 1 m dan lebar
80 cm di areal kebun, berkat parit, air hujan ataupun
air siraman tidak sampai menggenang di tanah datar itu.
Buah naga tidak mempunyai batang primer yang kuat.
Oleh karena itu digunakan tiang penyangga yang terbuat
dari beton (supaya tahan lama) berukuran 10 cm x 10 cm
x 200 cm. Atau bisa juga memakai bahan lokal yang lebih
murah, misalnya : kayu toreh, kayu daru-daru, kayu
mahoni, tiang penyangga ditancapkan ke tanah sedalam 50
cm dengan jarak tanam 2,5 m x 2 m atau 2,5 m x 2,5 m.
Penyangga ini berfungsi sebagai tempat merambatnya
pohon Buah Naga dan juga untuk menahan tanaman dari
angin. Di bagian atas di buatkan rangka kayu berukuran
65 cm x 65 cm disusun menyilang atau besi ukuran 10’
dan di beri ban untuk menopang tanaman saat berbunga
dan berbuah, pada awal pertumbuhan supaya tidak roboh
dan dibantu berdiri dengan tali rafia.
Indonesia merupakan salah satu negara yang
diberkahi kekayaan alam serta kesuburan tanah yang
15
melimpah. Faktor ini menjadikan Nusantara memiliki
potensi yang luar biasa termasuk dalam hal bercocok
tanam. Sayangnya, bangsa ini memilih untuk menjadi
negeri industri ketimbang negeri petani. Padahal dengan
tanah yang subur, hampir semua tanaman tumbuh dengan
mudah di Indonesia termasuk "Dragon Fruit" sekalipun
yang diketahui habitat aslinya adalah daerah yang
cenderung kering dan berpasir. Klasifikasi buah naga
dalam ilmu taksonomi memang dimasukkan ke dalam
keluarga kaktus yang dikenal sanggup hidup lama meski
tanpa air. Dari semua spesies kaktus, hanya seperempat
yang hidup di gurun. Selebihnya hidup di daerah semi-
gurun.
A. Pemecahan Masalah
1. Pemupukan
Pemupukan merupakan kegiatan penaburan pupuk di
lahan pertanian sesuai dengan dosis yang telah
ditetapkan atau didasari pada keperluan tanaman buah
naga tersebut. Kegiatan pemupukan pada budidaya tanaman
buah naga sangatlah penting untuk meningkatkan
pertumbuhan vegetative dan generatif sehingga tanaman
dapat tumbuh dengan baik dan kokoh serta dalam
persiapan aktivitas pertumbuhan. Tujuan dari pemupukan
adalah untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman pada
tanaman buah naga dan untuk meningkatkan produksi
16
tanaman dengan jenis pupuk yang dapat digunakan adalah
pupuk anorganik atau organik.
Dalam Kegiatan pemupukan tanaman budidaya tentunya
sangat memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku agar
pemupukan dapat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman
buah naga. Dasar dalam pemupukan yang perlu
diperhatikan yaitu yang biasa dikenal dengan 4 T :
tepat waktu, tepat dosis, tepat aplikasi (tabur) dan
tepat unsur (jenis).
Pupuk yang digunakan pada tempat budidaya Kusumo
Wanadri ini adalah pupuk organik, sehingga buah naga
yang dihasilkan juga organik tanpa kandungan bahan –
bahan kimia
1) Pemupukan dilakukan 2 bulan sekali.
2) Tiap tiang penyangga diberikan 10 Kg pupuk
organik.
3) Jika kekurangan pupuk maka cabang – cabang menjadi
kurang baik, buah yang dihasilkan pun kecil.
4) Namun, jika kelebihan pupuk tidak akan memberi
dampak apapun, justru buah yang dihasilkan semakin
besar.
2. Tidak menggunakan guludan
pembuatan guludan tanaman buah naga btidak benar
maka akan mengahambat pembuatan guludan ,pembuatan
guludan harus di lakukan pembajakan dulu agar sisa -
sisa perakaran dan batu - batu hilang atau tertimbun
tanah biar tidak menghambat pembuatan guludan.
17
Setelah pengolahan tanah selesai perlu dibiarkan
selama 4 – 5 hari, kemudian dibuatlah suatu guludan
untuk meletakkan tanaman. Tujuan pembuatan bedengan
adalah sebagai berikut ;
a) Memudahkan pembuangan air hujan, melalui jalan
antarpetakan.
b) Mempermudah pemeliharaan.
c) Mempermudah meresapnya air hujan atau pengairan.
d) Menghindari pemadatan tanah karena injakan.
Namun pada kenyataannya dilapangan bahwa semua itu
bertolak belakang dengan apa yang dilihat, yaitu pada
perkebunan ini tidak menggunakan guudan atau bedengan.
Dengan alasan karena tanah gambut tanah yang spok dan
dapat terkikis atau runtuh oleh air hujan ini yang
menyebabkan petani tersebut tidak menggunakan guludan
atau bedengan pada tanamannya.
3. Tiang banyak yang patah
Tanaman Buah naga termasuk tanaman merambat
sehingga membutuhkan penopang/panjatan untuk menopang
tanaman supaya bisa berdiri tegak dan tidak goyang -
goyang. Tiang panjatan untuk tanaman buah naga harus
kuat dan tahan lama selama beberapa tahun karena usia
tanaman buah naga yang panjang.
Tiang yang digunakan ada 2 yaitu kayu biasa dan
tiang beton. Pada kayu biasa banyak mengalami patah
akibat kayu tersebut mengalami pembusukan dibagian
pangkal tiang ini yang selama ini menjadi masalah yang
18
dapat membuat tanaman rusak bahkan mati akibat
kerusakan yang sering terjadi.
4. Saluran air tidak lancar
Lahan marginal seperti lahan gambut dapat
ditingkatkan menjadi lahan produktif dengan menerapkan
teknologi yang tepat guna. Lahan gambut dicirikan dengan
kandungan bahan organik yang tinggi, kemasaman tanah
tinggi, namun mempunyai ketersedian hara makro dan mikro
yang sangat rendah. Selain itu path musim penghujan
akan terjadi penggenangan air dan path musim kemarau
akan terjadi kekeringan, sehingga tata air menjadi
kebutuhan mutlak.
Sebagai salah satu jenis lahan rawa, keberadaan
air di lahan gambut sangat dipengaruhi oleh adanya
hujan dan pasang surut/luapan air sungai. Tingkah laku
dari keduanya akan berpengaruh terhadap tinggi dan lama
genangan air di lahan gambut dan pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap tingkat kesuburan lahan serta pola
budidaya tanaman yang akan diterapkan di atasnya. Lahan
gambut yang sering menerima luapan air sungai relatif
lebih subur dibandingkan lahan gambut yang semata-mata
hanya menerima limpasan/curahan air hujan. Sifat
luapan/pasang surut air sungai yang jangkauannya dapat
mencapai lahan gambut dapat disiasati untuk mengatasi
berbagai kendala pertanian di lahan gambut, misalnya
untuk mencuci zat-zat beracun atau asam kuat yang
berasal dari teroksidasinya pirit dan mengatur
19
keberadaan air sehingga tanaman dapat tumbuh dengan
baik.
Selain itu keberadaan air di dalam parit akan
berfungsi sebagai sekat bakar yang dapat mencegah
terjadinya kebakaran di lahan gambut; sebagai sarana
transportasi hasil panen.Lahan gambut merupakan salah
satu jenis lahan rawa yang selalu jenuh air atau
tergenang, kondisi demikian menjadikan lahan gambut
sulit untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian. Salah
satu faktor kunci keberhasilan pengembangan pertanian
di lahan gambut, selain meningkatkan kesuburannya
adalah mengendalikan tinggi muka air di dalamnya
sehingga gambut tetap basah tapi tidak tergenang
dimusim hujan dan tidak kering di musim kemarau.
Pengaturan tinggi muka air yang tepat juga dimaksudkan
agar proses pencucian bahan beracun berjalan dengan
lancar sehingga tercipta media tumbuh yang baik bagi
tanaman.
Namun pada lahan petani tersebut mengalami
kerusakan yang parah yang menyebabkan air tidak
mengalir dan bertahan yang dapat mengakibatkan tanaman
terendam dan banyak yang mengalami pembusukan baik akar
dan batang tanaman yang berjamur.
20
BAB IV
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai
produksi atau budidaya buah naga yang menjadi pokok
bahasan dan beserta masalah-masalah yang kami dapat
dari petani langsung kami cantumkan dalam makalah ini,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://www.buahnaga.us
http://pid.wikipedia.org/wiki/
Blogspot.com /2012/02 / Budidaya-Tanaman-Naga. html.
22