27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dunia ini banyak terdapat jenis mahluk hidup. Salah satunya adalah Laba-laba/Artropoda. Laba-laba adalah sejenis hewan berbuku-buku (Artropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tidak bersayap dan tidak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis Laba-laba digolongkan ke dalam kingdom Animalia, filum Artrophoda, kelas Arachnida, dan ordo Araneae. Bidang studi mengenai laba-laba disebut arachnologi. Laba-laba hanya memiliki dua segmen. Bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus. Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada musuh atau mangsanya. Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan manusia. 1

Karya ilmiah jaring laba-laba

  • Upload
    unsri

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dunia ini banyak terdapat jenis mahluk hidup. Salah

satunya adalah Laba-laba/Artropoda. Laba-laba adalah sejenis

hewan berbuku-buku (Artropoda) dengan dua segmen tubuh, empat

pasang kaki, tidak bersayap dan tidak memiliki mulut

pengunyah. Semua jenis Laba-laba digolongkan ke dalam kingdom

Animalia, filum Artrophoda, kelas Arachnida, dan ordo Araneae. Bidang

studi mengenai laba-laba disebut arachnologi.

Laba-laba hanya memiliki dua segmen. Bagian depan disebut

cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan

dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan segmen bagian belakang

disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan

abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau

pedicellus.

Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan

kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga. Hampir

semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies

dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo

Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang

taringnya kepada musuh atau mangsanya. Meski demikian, dari

puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang

gigitannya dapat membahayakan manusia.1

Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap

mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan benang sutera

yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat dari

kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang

tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk membantu

pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain,

menjerat mangsa, membuat kantung telur, melindungi lubang

sarang, dan lain-lain.

Selama hidupnya, laba-laba melakukan segala aktivitasnya di

jaring yang telah dibuatnya sendiri di atas pohon asoka.

Uniknya bahan sutra yang digunakan untuk membuat jaringnya itu

berasal dari tubuhnya sendiri. Sutra itu dirangkai sedemikian

rupa hingga membentuk jaring yang megah berbentuk hampir

bulat, dan di pusat jaring inilah laba-laba menghinggap

menunggu mangsa.

Peneliti tinggal di tempat yang banyak terdapat jaring

laba-laba. Banyak laba-laba yang merakit jaringnya di pohon

asoka dengan bentuk hampir seperti bola, peneliti tertarik

untuk meneliti lebih jauh bagaimana laba-laba menghasilkan

bahan baku sutra dari tubuhnya sendiri dan bagaimana proses

atau cara pembentukan jaring laba-laba sehingga terbentuk

jaring yang demikian unik.

Berdasarkan ketertarikan peneliti terhadap jaring laba-laba

tersebut, maka lahirlah karya ilmiah yang berjudul “Pembuatan

Jaring Laba-Laba Pada Tanaman Asoka”.

2

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka dalam

penelitian ini rumusan masalah yang penulis ajukan adalah :

1. Bagaimanakah proses pembentukan jaring laba-laba pada

tanaman asoka, sehingga jaring tersebut tersusun dengan

rapi ?

2. Bagaimana proses terbentuknya benang sutra laba-laba

didalam tubuhnya?

1.3 Batasan Masalah

Mengingat terbatasnya waktu, tenaga, biaya,

pengetahuan, serta keterampilan yang dimiliki oleh penulis,

maka penulis membatasi pada hal-hal berikut:

1. Sarang laba-laba yang diteliti terdapat pada tanaman

asoka, yang terletak di lingkungan SMA Titian Teras

Jambi.

2. Dalam penelitian ini, penulis menunjukan proses pembuatan

jaring laba-laba dengan sutra yang dihasilkan oleh

tubuhnya sendiri.

3. Laba-laba yang penulis teliti dan dijadikan sampel dalam

penelitian ini adalah Jenis Laba-laba penenun (anggota

suku Araneidae).

3

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian penulis ini adalah untuk

mengikuti lomba penelitian ilmiah remaja (LPIR) dan

melengkapi tugas Bahasa Indonesia.

Secara khusus tujuan penelitian yang akan dicapai oleh

penulis adalah :

1.Mengetahui proses pembentukan jaring laba-laba,

sehingga jaring tersebut tersusun dengan rapi pada

tanaman asoka.

2.Meneliti proses pembentukan sutra laba-laba di dalam

tubuhnya.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis

mengharapkan agar penelitian ilmiah ini dapat bermanfaat

bagi setiap kalangan, diantaranya:

1.Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi

masyarakat luas, dan khususnya bagi penulis sendiri.

2.Memberikan informasi bagaimana sistem pembuatan

jaring laba-laba.

3.Sebagai sumbangan terhadap dunia pendidikan

khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan.

1.6 Hipotesis

4

Dalam penelitian ini penulis mengajukan suatu

hipotesis yaitu seekor laba-laba dapat membuat jaringnya

sendiri pada tanaman asoka tanpa bantuan hewan lain, dan

benang sutra yang digunakan dalam pembuatan sarang laba-

laba dapat dihasilkan oleh tubuhnya sendiri. Dalam

pembuatan jaring laba-laba, benang sutera tersebut

mengandung bahan perekat yang digunakan untuk menangkap

mangsanya. Jaring yang telah di buat oleh laba-laba

tersebut berfungsi sebagai sarang tempat tinggal,

berkembang biak, dan berfungsi sebagai jebakan untuk

menangkap mangsa

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Laba-laba

Hingga sekarang, sekitar 40.000 spesies laba-laba telah

dipertelakan, dan digolong-golongkan ke dalam 111 suku, akan

tetapi mengingat bahwa hewan ini begitu beragam, banyak, di

antaranya yang bertubuh amat kecil, seringkali tersembunyi di

alam, dan bahkan banyak spesimen di museum yang belum

terdeskripsi dengan baik, diyakini bahwa kemungkinan ragam

jenis laba-laba seluruhnya dapat mencapai 200.000 spesies.

5

Ordo laba-laba ini selanjutnya terbagi atas tiga golongan

besar pada aras subordo, yakni:

Mesothelae, yang merupakan laba-laba primitif tak

berbisa, dengan ruas-ruas tubuh yang nampak jelas;

memperlihatkan hubungan kekerabatan yang lebih dekat

dengan leluhurnya yakni artropoda beruas-ruas.

Mygalomorphae atau Orthognatha, yalah kelompok laba-laba

yang membuat liang persembunyian, dan juga yang membuat

lubang jebakan di tanah. Banyak jenisnya yang bertubuh

besar, seperti tarantula dan juga lancah maung.

Araneomorphae adalah kelompok laba-laba ‘modern’.

Kebanyakan laba-laba yang kita temui termasuk ke dalam

subordo ini. Taring dari kelompok ini mengarah agak

miring ke depan (dan bukan tegak seperti pada kelompok

tarantula) dan digerakkan berlawanan arah seperti capit

dalam menggigit mangsanya.

2.2 Indera

Kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang tidak

begitu baik, tidak dapat membedakan warna, atau hanya sensitif

pada gelap dan terang. Laba-laba penghuni gua bahkan ada yang

buta. Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis laba-laba

pemburu yang mempunyai penglihatan tajam dan bagus, termasuk

dalam mengenali warna. Untuk menandai kehadiran mangsanya pada

umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada jaring-

jaring suteranya maupun pada tanah, air, atau tempat yang

6

dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang mampu merasai perbedaan

tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada rambut-

rambut di kakinya.

2.3 Pemangsaan

Kebanyakan laba-laba memang merupakan 1predator penyergap,

yang menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di

balik daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan, atau lubang di

tanah yang ditutupi 2kamuflase. Beberapa jenis memiliki pola

warna yang menyamarkan tubuhnya di atas tanah, batu atau

pepagan pohon, sehingga tak perlu bersembunyi.

Laba-laba penenun (misalnya anggota suku Araneidae)

membuat jaring-jaring sutera berbentuk kurang lebih bulat di

udara, di antara dedaunan dan ranting-ranting, di muka rekahan

batu, di sudut-sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan

lain-lain. Jaring ini bersifat lekat, untuk menangkap serangga

terbang yang menjadi mangsanya. Begitu serangga terperangkap

jaring, laba-laba segera mendekat dan menusukkan taringnya

kepada mangsa untuk melumpuhkan dan sekaligus mengirimkan

enzim pencerna ke dalam tubuh mangsanya. Sedikit berbeda,

laba-laba pemburu biasanya lebih aktif. Laba-laba ini dapat

mengejar dan melompat untuk menerkam mangsanya. Berjam-jam

laba-laba menyedot cairan itu hingga bangkai mangsanya

mengering. Laba-laba yang memiliki rahang (chelicera) kuat, bisa

lebih cepat menghabiskan makanannya dengan cara merusak dan

meremuk tubuh mangsa dengan rahang dan taringnya itu.

7

1predator = Pemangsa, 2kamuflase = sampah

2.4 Sang Ahli Pembuat Perangkap

Orang umumnya berpikir bahwa laba-laba adalah makhluk

yang menggunakan jaring untuk menangkap mangsa. Namun, spesies

yang disebut 1Dinopis ini tidak menunggu mangsanya terperangkap

dalam jaring, tapi ia membuat perangkap bergerak. Ia membuat

benang khusus dengan membuat dua ratus gulungan per menitnya.

Ia lalu merangkaikan benang-benang ini dengan mengikuti suatu

pola yang cerdas.

Dengan cara ini, sebuah perangkap mematikan pun kini

telah siap. Ia menunggu di tempat yang sering dilalui serangga

untuk menyergapnya. Matanya yang tajam mampu melihat gerakan

paling lemah sekalipun. Ia lalu membungkus mangsanya dalam

jerat khusus. Laba-laba menangkap lebih dari satu mangsa dalam

semalam, dan menganyam jaring yang berbeda untuk setiap

mangsa. Jaring ini sungguh merupakan suatu desain yang sangat

istimewa. Mangsa yang tertangkap tidak berkesempatan untuk

lolos. Laba-laba Dinopsis yang baru lahir telah mampu

menganyam jaring mungil.

1Dinopis = Ahli pembuat perangkap

2.5 Ahli Kimia

  Laba-laba menggunakan metode yang unik untuk menarik

perhatian mangsanya, yakni 3ngengat jantan. Benang ini

terbungkus oleh butiran-butiran lengket. Ia mengulurkan8

benangnya dari sebuah pohon layaknya tangkai pancing,

melemparkan tali pancing lalu menunggu dengan sabar, persis

seperti pemancing. Laba-laba ini memiliki tipuan cerdik untuk

menarik perhatian mangsanya. Ngengat betina mengeluarkan

hormon feromon untuk menarik ngengat jantan kepadanya. Laba-

laba meniru memproduksi aroma ini dan meletakkannya di bagian

ujung perangkap. Ngengat jantan tergoda mendekati perangkap

tersebut. Ketika ngengat mendekat, laba-laba segera

menggerakkan benang layaknya sebuah jerat. Dengan rangcangan

perangkap ini, ia berhasil menangkap mangsanya.

3ngengat = laba-laba

2.6 Keunikan sarang laba-laba

Sarang laba-laba dapat mengecoh serangga, terutama

serangga pemakan nektar dan serbuk sari bunga. Karena serangga

ini tidak bisa melihat sinar ultara violet (UV). Laba-laba

memanfaatkan kelemahan serangga ini dengan membuat sarang

khusus. Pertama-tama, laba-laba memintal sarang dengan benang

yang sedikit memantulkan sinar UV, kemudian pola dibuat lagi

dengan benang yang bersinar dibawah sinar UV. Sarang laba-laba

ini akan terlihat seperti pola bunga yang dipantulkan oleh

sinar UV oleh serangga, sehingga serangga yang lapar akan

terkecoh mengira sarang laba-laba sebagai bunga.

9

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan

oleh penulis untuk meneliti suatu masalah sehingga didapat

data yang akurat yang diperlukan. Teknik penelitian yang

dilakukan oleh penulis untuk memperoleh data adalah :

1.Metode Kepustakaan (Library Resourch)

Metode kepustakaan adalah metode yang bersifat

mencari data dari buku-buku yang berhubungan dengan

apa yang akan diteliti oleh penulis mengenai laba-

laba.

2. Metode Observasi

Metode Observasi dilakukan dengan meneliti

langsung ke lapangan dan mencatat segala kejadian

dan prilaku objek yang di teliti, sehingga

mendapatkan hasil dan kesimpulan dari penelitian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Peneltian ini dilakukan selama + 4 bulan tahun 2008-

2009 yang dilakukan di lingkungan SMA Titian Teras Jambi.

Dengan ketentuan sebagai berikut:

10

3.2.1 Penelitian 1

Hari, tanggal : Jum’at-Sabtu, 09-22 Januari 2009

Waktu : 04.00-20.00 WIB

Tempat : di Lingkungan SMA Titian Teras Jambi

3.2.2 Penelitian 2

Hari Tanggal : Senin-Kamis, 16-19 Februari 2009

Waktu : 04.30-05.30 WIB

Tempat : di Lingkungan SMA Titian Teras Jambi

3.2.3 Penelitian 3

Hari, tanggal : Selasa-Jum’at, 17-20 Maret 2009

Waktu : 16.00-17.45 WIB

Tempat : di Lingkungan SMA Titian Teras Jambi

3.2.4 Penelitian 4

Hari, tanggal : Rabu-Kamis, 7-9 April 2009

Waktu : 16.10-18.00 WIB

Tempat : di Lingkungan SMA Titian Teras Jambi

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini

antara lain:

1. Kamera

Peneliti menggunakan kamera untuk mengambil gambar

laba-laba sebagai sampel dalam penelitian ini.

2. Alat-alat tulis

11

Alat – alat tulis berupa pena, buku dan juga pensil

diganakan untuk mencatat kegiatan keseharian laba-laba

baik pada saat ia berada di sarangnya, maupun tidak.

3. Kayu

Kayu digunakan untuk peneliti sebagai alat

penghancur sarang laba-laba, agar secara langsung laba-

laba tidak takut pada saat jaringnya dihancurkan.

4. Serangga / umpan

Umpan berupa serangga digunakan peneliti untuk

mengetahui proses laba-laba dalam beburu mangsa.

12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian maka berikut ini adalah

hasil dan pembahasan tentang penelitian pembentukan jaring

laba-laba pada tanaman Asoka. Hasil yang penelti peroleh dalam

penelitian ilmiah ini adalah sebagai berikut :

4.1 Peneliti meneliti kehidupan dan kebiasaan yang dilakukan

oleh laba-laba.

Penelitian 1

Penelitian ini diadakan pada waktu subuh hari

sekitar jam 04.00 sampai dengan selesai, untuk melihat

perkembangan selanjutnya terhadap pembuatan jaring laba-

laba pada tanaman Asoka. Dalam penelitian ini ternyata

laba-laba tidak melakukan aktifitas kerja pada siang

hari. Laba-laba melakukan aktivitas kerjanya pada

keadaan gelap/ malam (18.00-06.00 WIB).

4.2 Peneliti mulai mencari ide agar laba-laba tersebut

menunjukan tata cara pembuatan jaringnya.

Penelitian 2

Untuk melihat tata cara pembuatan jaring laba-laba

pada tanaman asoka maka peneliti mulai mencari ide agar

laba-laba tersebut memperlihatkan bagaimana tata cara

pembuatan jaringnya. Pada tahap ini peneliti merusak

jaring laba-laba yang sudah terbentuk dengan rapi dan

13

menunggu respon apa yang akan dilakukan oleh laba-laba.

Ternyata setelah peneliti amati dengan seksama, laba-

labapun memberi respon yang menarik perhatian. Saat

melihat jaringnya hancur laba-laba langsung bergegas

untuk memperbaiki. Perusakan jaring laba-laba yang

diberi respon (diperbaiki) ini tidak hanya sekali.

Penulis melakukan sampai 4 kali namun laba-laba tetap

memberi respon yang sama. Dalam tahap ini penulis

memperhatikan berapa lama laba-laba dapat membentuk

jaring baru. Ternyata laba-laba mampu membentuk jaring

baru dalam waktu 4 jam.

4.3 Peneliti mulai mengamati jalannya pembuatan jaring laba-

laba.

Penelitian 3

Dalam tahap ini peneliti memperoleh cara/teknik laba-

laba dalam membuat jaring. Laba-laba membuat sarang mulai

dari yang sederhana seperti yang sering kita lihat

disudut-sudut rumah sampai ke tingkat yang sangat rumit.

Ada tiga komponen yang membentuk sarang laba-laba yaitu

benang jenis kuat dan tegang yang mengarah ke luar yang

berpotongan pada titik pusat sebagai porosnya, benang

yang menjadi kerangka bagian luar sarang, dan benang

14

jenis kendur dan lengket berbentuk spiral yang mampu

menjebak mangsa. Laba-laba memulai membuat sarang dengan

membuat kerangka. Benang sutra yang dikeluarkan laba-laba

dilemparkan ke udara, karena tertiup angin, benang sutra

akan menempel pada benda yang ada didekatnya.

Benang inilah yang digunakan oleh laba-laba untuk

memasang benang-benang lainnya sehingga membentuk

kerangka. Setelah kerangka terbentuk, laba-laba mulai

memintal benang sutra yang menghubungkan satu sisi dengan

sisi lainnya. Laba-laba memintal lebih banyak benang

kering sehingga membentuk seperti jari-jari sepeda.

Setelah itu laba-laba memasang benang lengket diatas

benang kering tersebut. Benang kering dibuang oleh laba-

laba dengan cara memakannya.

4.4 Peneliti mulai mengamati jalannya pembuatan benang sutra

laba-laba.

Penelitian 4

Dalam tahap ini peneliti memperoleh cara/teknik

laba-laba dalam membuat benang sutra yang digunakan

sebagai bahan pembentuk jaring. Sutera yang dibuat laba-

laba jauh lebih kuat dibanding serat alami atau serat

sintetik manapun yang kita kenal. Menyadari hal ini,

peneliti mulai bergegas untuk memahami bagaimana laba-

laba membuatnya. Laba-laba memperoleh semua bahan mentah

suteranya dari sintesis asam-asam amino dari hasil

pencernaan mangsanya. Laba-laba juga makan dan mencerna

15

jaringnya sendiri sebagai bahan untuk membuat jaring

berikutnya.laba-laba mengeraskan suteranya dengan

mengasamkannya. Ketika protein-protein sutera bersentuhan

dengan asam tersebut, protein-protein ini melipat dan

saling membentuk jembatan-jembatan yang mengeraskan

suteranya.

Dari protein-protein tersebut sutera mentah yang

diproduksi dikeluarkan dalam bentuk serat-serat melalui

lubang celah yang berfungsi seperti keran yang nantinya

menghasilkan sutera kering untuk berpegangan bagi laba-

laba saat berjalan di jaringnya atau ketika memanjat naik

dan turun, sutera lengket, sutera tipis yang khusus untuk

membungkus mangsa setelah tertangkap dan memproduksi zat

rekat yang dibutuhkan untuk menempelkan sutera di

permukaan lain.

16

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dan data-data yang

diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada tiga komponen yang membentuk sarang laba-laba

yaitu benang jenis kuat dan tegang yang mengarah ke luar

yang berpotongan pada titik pusat sebagai porosnya,

benang yang menjadi kerangka bagian luar sarang, dan

benang jenis kendur dan lengket berbentuk spiral yang

mampu menjebak mangsa. Laba-laba memulai membuat sarang

dengan membuat kerangka. Setiap benang yang dihasilkan

oleh laba-laba mengandung bahan perekat. Benang sutra

yang dikeluarkan laba-laba dilemparkan ke udara, karena

tertiup angin, benang sutra akan menempel pada benda yang17

ada didekatnya. Benang inilah yang digunakan oleh laba-

laba untuk memasang benang-benang lainnya sehingga

membentuk kerangka. Setelah kerangka terbentuk, laba-laba

mulai memintal benang sutra yang menghubungkan satu sisi

dengan sisi lainnya. Laba-laba memintal lebih banyak

benang kering sehingga membentuk seperti jari-jari

sepeda. Setelah itu laba-laba memasang benang lengket

diatas benang kering tersebut. Benang kering dibuang oleh

laba-laba dengan cara memakannya. Sehingga terbentuklah

jaring Laba-laba yang tersusun rapi pada tanaman asoka

dalam jangka waktu sampai 4 jam.

2. Laba-laba memperoleh semua bahan mentah suteranya dari

sintesis asam-asam amino dari hasil pencernaan mangsanya.

Laba-laba juga makan dan mencerna jaringnya sendiri

sebagai bahan untuk membuat jaring berikutnya.laba-laba

mengeraskan suteranya dengan mengasamkannya. Ketika

protein-protein sutera bersentuhan dengan asam tersebut,

protein-protein ini melipat dan saling membentuk

jembatan-jembatan yang mengeraskan suteranya. Dari

protein-protein tersebut sutera mentah yang diproduksi

dikeluarkan dalam bentuk serat-serat melalui lubang celah

yang berfungsi seperti keran yang nantinya menghasilkan

sutera kering untuk berpegangan bagi laba-laba saat

berjalan di jaringnya atau ketika memanjat naik dan

turun, sutera lengket, sutera tipis yang khusus untuk

membungkus mangsa setelah tertangkap dan memproduksi zat

rekat yang dibutuhkan untuk menempelkan sutera di

permukaan lain.18

5.2 Saran

Dari uraian, penjelasan, dan data yang telah disajikan

diatas, penulis ingin memberi saran:

1. Mari kita lestatarikan lingkungan sekitar kita, untuk

menghindari kepunahan hewan-hewan di sekitar kita

terutama laba-laba

2. Perhatikanlah sesuatu yang ada di lingkungan sekitar

kita, mungkin dari perhatian kita terhadap sesuatu itu

nantinya dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri dan

orang lain.

2. Mulailah untuk berkreasi, karena dengan berkreasi akan

memberi sumbangan bagi dunia pendidikan

19

DAFTAR PUSTAKA

Harunyahya. 2004. Keajaiban Laba-laba. Jurnl Ilmu Pendidikan,

(Online), (www.harunyahya.com/indo, 22 Januari 2009).

Syamsuri, Istamar, dkk. 2000. Biologi 2000 1b Untuk SMU Kelas X.

Jakarta: Erlangga.

Gunawan Susilowarno, Remigius. 2008. Cara Mudah Menghadapi Ujian

Nasional 2008. Jakarta. Grasindo.

www // http. Google. Com. Laba-laba.(diakses Jum’at, 20 Maret

2009)

20

LAMPIRAN

Gambar 1. Laba-laba sedang menunggu mangsa

21

Gambar 2. Laba-laba mulai membuat kembali sarang yang hancur

Gambar 3. Jaring yang telah selesai di buat

22

Gambar 4. Jaring laba-laba sebagai tempat beristirahat

23

BIODATA

Nama Lengkap : Suyono

Tempat/Tanggal Lahir : Jambi, 23 Maret 1992

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Nama Sekolah : SMA Titian Teras Jambi

Alamat Lengkap Sekolah : Jl.Lintas Jambi-Ma.Bulian

Km.21,Pijoan,

Kecamatan Jaluko,Kabupaten Muaro

Jambi,Provinsi Jambi

Kode Pos : 36361

Telp:(0741) 7551162-27900

Alamat Lengkap Rumah : Jl. Suka Damai RT. 11/04 No. 395

Kab.Muaro Jambi Prov. Jambi

Kegemaran/Hobby : Football dan Bermusik

Cita-Cita : Pengusaha sukses

Bidang Ilmu Yang Digemari : Fisika, Komputer

Nama Orang Tua

Ayah : Kasimun

Ibu : Misem24

Pekerjaan orang tua

Ayah : Tani

Ibu : IRT

25

BIODATA

Nama Lengkap : Rio Natanael Ginting

Tempat/Tanggal Lahir : Kuala Tungkal, 13 Desember 1992

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Nama Sekolah : SMA Titian Teras Jambi

Alamat Lengkap Sekolah : Jl.Lintas Jambi-Ma.Bulian

Km.21,Pijoan,

Kecamatan Jaluko,Kabupaten Muaro

Jambi,Provinsi Jambi

Kode Pos : 36361

Telp:(0741) 7551162-27900

Alamat Lengkap Rumah : Jl. Patunas RT 04 Kel. Tungkal IV Kota

Kec. Tungkal Ilir

Kegemaran/Hobby : Bermain basket, tenis meja, dan

komputer

Cita-Cita Pribadi : Menegement

Bidang Ilmu Yang Digemari : Ekonomi, Sosiologi,

Matimatika dan Komputer

Nama Orang Tua :

Ayah : S. Ginting

26

Ibu : Dra. Prisma Barus

Pekerjaan Orang Tua

Ayah : PNS

Ibu : PNS

27

16