Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW : GAMBARAN PENGETAHUAN RESPONSE
TIME PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN
KATEGORI TRIASE KUNING
VICKA EDRIANTI
P07520118102
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW : GAMBARAN PENGETAHUAN RESPONSE
TIME PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN
KATEGORI TRIASE KUNING
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
Diploma lII Keperawatan
VICKA EDRIANTI
P07520118102
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN
2021
i
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL : LITERATURE REVIEW : GAMBARAN PENGETAHUAN
RESPONSE TIME PERAWAT DENGAN TINGKAT
KECEMASAN KATEGORI TRIASE KUNING
NAMA : Vicka Edrianti
NIM : P07520118102
Telah Diterima dan Disetujui Untuk Di Uji Dihadapan Penguji
Medan, 20 April 2021
Menyetujui
Pembimbing
Marlisa., S.Kep., Ns., M.Kep
NIP: 19710109 199303 2 002
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
(Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes)
NIP. 196505121999032001
ii
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : LITERATURE REVIEW : GAMBARAN PENGETAHUAN
RESPONSE TIME PERAWAT DENGAN TINGKAT
KECEMASAN KATEGORI TRIASE KUNING
NAMA : Vicka Edrianti
NIM : P07520118102
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diuji pada Sidang Ujian Akhir Program
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
Tahun 2021
Penguji I Penguji ll
(Elny Lorensi Silalahi.,S,Kep,Ns,M.Kes) ( Juliandi S.Kep,Ns,M.Kes )
NIP.196910081993032002 NIP.197502081997031004
Ketua Penguji
Hj. Marlisa., S.Kep., Ns., M.Kep
NIP: 19710109 199303 2 002
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
(Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes)
NIP. 196505121999032001
iii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini disebut dalam daftar pustaka.
Medan, 20 April 2021
Vicka Edrianti
P07520118102
iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN KARYA TULIS ILMIAH, April 2021
VICKA EDRIANTI
P07520118102
LITERATURE REVIEW : GAMBARAN PENGETAHUAN RESPONSE TIME PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KATEGORI TRIASE KUNING
V BAB + 55 HALAMAN + 2 TABEL
ABSTRAK
Latar Belakang : Response Time adalah kecepatan penanganan pasien
dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan .Sering kali
penanganan kegawatdaruratan ( response time ) di IGD mengalami
keterlambatan, akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya kecemasan pada
pasien dan keluarga. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran pengetahuan response time perawat dengan tingkat kecemasan
pasien kategori triage kuning berdasarkan studi literature review. Metode :Jenis
penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif berdasarkan studi literature
review. Jurnal diperoleh dari google scholar, Pubmed, Garuda dan DOAJ
(Directory of Open Acces Journals) dengan penelitian terbaru 5 tahun
terakhir.Hasil : Dari 10 jurnal yang ditelaah didapatkan hasil bahwa tingkat
pengetahuan response time perawat dengan tingkat kecemasan pasien kategori
triage kuning dikategorikan cukup ,tetapi sebagian ada yang memiliki kategori
baik. Maka dari itu agar perawat lebih meningkatkan pendidikan dan
pengetahuan dalam penanganan pasien gawat darurat terkhususnya dalam
penilaian triage. Kesimpulan: Semakin tinggi tingkat pengetahuan baik sangat
dipengaruhi oleh umur, tingkat kecemasan , jenis kelamin, dan pendidikan.
v
Dimana semakin tua umur maka pengetahuan yang dimiliki baik pula, Semakin
tinggi pendidikan yang dimiliki oleh responden maka pengetahuan yang dimiliki
semakin baik pula, serta semakin lama responden bekerja maka pengetahuan
yang dimiliki semakin baik.
Kata Kunci : Pengetahuan, Response Time, Kecemasan , Triase Kuning.
vi
MEDAN HEALTH POLYTECNIC OF MINISTRY OF HEALTH
NURSING MAJOR
SCIENTIFIC PAPER, APRIL 2021
VICKA EDRIANTI
P07520118102
LITERATURE RIVIEW : DESCRIPTION OF NURSES RESPONSE TIME KNOWLEDGE WITH PATIENTS ANXIETY LEVEL OF YELLOW TRIASE CATEGORY
V CHAPTER + 55 PAGES + 2 TABLES
ABSTRACT
Background : Response Time is the speed of patient handling calculated from
the time the patient arrives until the treatment is carried out. Often the emergency
response (response time) in the ER experiences delays, the result of which is the
occurrence of anxiety in patients and families. Objective : The purpose of this
study was to describe the knowledge of the nurse's response time with the level
of anxiety in the yellow triage category patient based on a literature review study.
Methods : This type of research uses descriptive quantitative based on a
literature review study. Journals were obtained from Google Scholar, Pubmed,
Garuda and DOAJ (Directory of Open Access Journals) with the latest research
in the last 5 years.
Results : From the 10 journals reviewed, the results showed that the level of
knowledge of the response time of nurses with the level of anxiety in the yellow
triage category was sufficient, but some of them had a good category. Therefore,
nurses should improve their education and knowledge in handling emergency
patients, especially in triage assessment. Conclusion: The higher the level of
good knowledge is strongly influenced by age, level of anxiety, gender, and
education. Where the older the age, the knowledge possessed is good too, the
more
The higher the education possessed by the respondent, the better the knowledge
possessed, and the longer the respondent works, the better the knowledge
possessed.
Keywords: Knowledge, Response Time, Anxiety, Yellow Triage
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul ‘’ LITERATURE RIVIEW : GAMBARAN
PENGETAHUAN RESPON TIME PERAWAT DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PASIEN KATEGORI TRIASE KUNING’’
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Hj.Marlisa, S.Kep, Ns, M.Kep yang telah banyak memberikan bimbingan,
dukungan, dan arahan kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan.
2. Ibu Johani Dewita Nasution,SKM.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
3. Ibu Afniwati,S.kep,Ns,M.Kes selaku Ketua Prodi D-Ill Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan .
4. Ibu Elny Lorensi Silalahi S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Penguji 1 dan Bapak
Juliandi S.Kep.,Ns.,M.Kes Selaku Penguji 2
5. Para dosen dan seluruh staff di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan yang telah membimbing dan mengajari penulis selama
menjalani masa pendidikan.
6. Terkhusus kepada keluarga, Ayah saya Edi Rianto dan Ibu saya Rosliani Nst
yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, sabar mengajari
dan memberikan nasehat, dukungan serta doa agar penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan dengan baik.
7. Terima kasih juga buat Abang saya, Vicky Edrianto serta adik-adik saya,
Vickry Edrian dan Vahreza Maulana Rianto yang telah memberikan
dukungan dan semangat di setiap saat.
viii
8. Terima kasih kepada teman-teman angkatan XXXII terkhususnya kelas III-B
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan atas
persahabatan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan sekali kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan, kiranya memberikan
balasan yang setimpal kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
kesuksesan proposal ini, Amin.
Medan, 20 April 2021
Penulis
Vicka Edrianti
P07520118102
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.5 Definisi Operasional ................................................................... 26
Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Identifikasi Literatur Review ............................. 30
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... ...........................ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT.......................................................................iii
ABSTRAK..........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
BAB II TINJUAN PUSTAKA ...............................................................................6
2.1 Pengetahuan...............................................................................................6
2.1.1 Pengertian .............................................................................................6
2.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan ........................................................ 6
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................... 8
2.1.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan ............................................................ 9
2.2 Response Time...........................................................................................10
2.2.1 Pengertian ...................................................................................... 10
2.2.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi Response Time ........................ 10
2.3 Kecemasan .............................................................................................. 13
2.3.1 Pengertian .........................................................................................13
2.3.2 Aspek-Aspek Kecemasan (ANXIETY) .............................................. 14
2.3.3 Jenis-Jenis Kecemasan (ANXIETY) ................................................. 15
2.3.4 Karakteristik Kecemasan .................................................................. 17
xi
2.3.5 Rentang Respon Kecemasan ............................................................ 18
2.4 Triase ....................................................................................................... 20
2.4.1 Pengertian ......................................................................................... 20
2.4.2Tujuan Triase ..................................................................................... 21
2.4.3 Prinsip Triase .................................................................................... 21
2.4.4 Klasifikasi tingkat Prioritas .................................................................. 21
2.5 Kerangka Konsep ..................................................................................... 25
2.6 Definisi Operasional....................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 26
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ..................................................................... 26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................... 26
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 26
3.3.1. Populasi ........................................................................................ 26
3.3.2. Sampel .......................................................................................... 26
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 27
3.5 Prosedur Kerja .................................................................................. 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................30
4.1 HASIL JURNAL..............................................................................................30
4.2 PEMBAHASAN..............................................................................................44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................45
5.1 KESIMPULAN................................................................................................49
5.2 SARAN...........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................51
LEMBAR KEGIATAN BIMBINGAN.....................................................................53
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di rumah
sakit yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama
masuknya pasien dengan kondisi gawat darurat. Keadaan gawat darurat adalah
suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan pertolongan medis yang
cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih lanjut (UU RI
nomor 44 tentang Rumah Sakit, 2009).
Response Time merupakan kecepatan dalam penanganan pasien,
dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan. Waktu tanggap
yang baik bagi pasien yaitu ≤ 5 menit (Suhartati et al,dkk,2015). Keberhasilan
waktu tanggap atau response time sangat tergantung kepada kecepatan yang
tersedia serta kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau
mencegah cacat sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan
rumah sakit (Haryatun, dkk, 2015). pasien dalam kondisi gawat darurat dapat
menimbulkan kecemasan tersendiri bagi pasien, melihat keadaan pasien dengan
ancaman kematian dan kecacatan membuat menginginkan pasien segera
mendapatkan penanganan di ruang instalasi gawat darurat sedangkan waktu
tanggap (respon time) pelayanan di ruang Instalasi Gawat Darurat juga
mempunyai ketentuan atau prioritas kasus. Pelayanan kegawatdaruratan
memerlukan penanganan secara terpadu dari multi disiplin dan multi profesi
termasuk pelayanan keperawatan. Pelayanan kegawatdaruratan saat ini sudah
diatur dalam suatu sistem yang dikenal dengan Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu baik Sistem penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Sehari–
hari dan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu bencana. Indikator
kinerja klinis pelayanan gawat darurat, waktu tanggap pelayanan digawat darurat
(response time), angka kematian pasien ≤ 24 jam dan kepuasan pelanggan
(Anggraini dkk , 2020).
Kecemasan menurut (Dongoes, 2016) merupakan keadaan individu
atau kelompok mengalami kegelisahan dan meningkatnya aktifitas syaraf otonom
2
ketika mengalami ancaman yang tidak jelas. Kecemasan dapat
memperburuk kondisi kesehatan fisik dan mental pasien. Respon kecemasan
umumnya di tandai dengan gejala nafas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat, muka berkerut, terlihat tidak tenang dan juga sukar tidur (Hawari ,
2016).
Kecemasan merupakan reaksi terhadap penyakit karena dirasakan
sebagai suatu ancaman, ketidaknyamanan akibat nyeri dan keletihan, perubahan
diet, berkurangnkjl;[=ya kepuasan seksual, timbulnya krisis finansial, frustasi
dalam mencapai tujuan, kebingungan dan ketidakpastian masa kini dan masa
depan (Brunner dkk , 2018)
Kecemasan sendiri terkait dengan masalah kesehatan yang
mendasarinya bagi sejumlah besar orang. Dalam beberapa kasus, kecemasan
merupakan tanda dan gejala atau indikator pertama bahwa Anda memiliki
penyakit medis. Dalam beberapa kasus pula, kecemasan disebabkan oleh
kondisi medis yang memerlukan perawatan (Tirto dkk, 2015).
Triase adalah pengelompokan pasien berdasarkan berat cideranya yang
harus di prioritaskan ada tidaknya gangguan airway, breathing, dan circulation
sesuai dengan sarana, sumberdaya manusia dan apa yang terjadi pada pasien
(Siswo, 2018). Sistem triase yang sering di gunakan dan mudah dalam
mengaplikasikanya adalah mengunakan START ( Simple Triage and rapid
treatment )
yang pemilahanya menggunakan warna. Warna merah menunjukan
prioritas tertinggi yaitu korban yang terancam jiwa jika tidak segera mendapatkan
pertolongan pertama. Warna kuning menunjukan prioritas tinggi yaitu koban
moderete dan emergent. Warna hijau yaitu korban gawat tetapi tidak darurat
meskipun kondisi dalam keaadaan gawat ia tidak memerlukan tindakan segera.
Terakhir adalah warna hitam adalah korban ada tanda-tanda meninggal (Ramsi
dkk , 2018).
Label kuning merupakan salah satu indikator warna yang digunakan
ketika mengidentifikasi, memilah dan menempatkan pasien pada kategori
prioritas untuk mendapatkan perawatan sesuai dengan tingkat keparahan dalam
sistem triase (Kilnerr T, 2016).
Menurut World Health Organisation rumah sakit merupakan suatu
organisasi sosial dan kesehatan yang mempunyai fungsi sebagai pelayanan,
3
meliputi pelayanan paripurna (komperhensif) penyembuhan penyakit (kuratif) dan
juga sebagai pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Sebagai
bentuk peningkatan kualitas pelayanan perawatan di Inggris dilakukan evaluasi
dengan pendekatan sistem dan prinsip pelayanan pasien. Hal itu bertujuan
supaya pasien mendapatkan perawatan dengan kualitas yang tinggi dan tepat
waktu (Leading Practices in Emergency Departement, 2010).
Fenomena yang sering terjadi di Instalasi Gawat Darurat terkait respon
time adalah kecemasan pasien tentang penanganan gawat darurat. Karena
kebanyakan pasien tidak tahu tentang masalah Triage di Instalasi Gawat Darurat
sehingga pasien kadang berpikir bahwa penangananya tidak cepat
menyebabkan timbulnya kecemasan akan kesehatanya. Ada beberapa warna
dalam Triage kegawatdaruratan di Instalasi Gawat Darurat bisa menggunakan
kategori warna dan Patient Acuity Scale yang terdiri dari 4 kategori yaitu kategori
merah atau P1 (gawat darurat) dengan respon time 0-5 menit kategori kuning
atau P2 (gawat tidak darurat / darurat tidak gawat) dengan respon time 5-15
menit, kategori hijau atau P3(tidak gawat dan tidak darurat) dengan respon time
30-45 menit, kategori hitam atau P0 (meninggal sebelum sampai di Instalasi
Gawad Darurat / DOA (Death of Arrival) dengan respon time 30-60 menit
(Depkes, 2017).
Hasil penelitian Desy Anggraini dan Arly Febrianti (2020) ini adalah
sebagian dari keluarga pasien di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Dr. A.K. Gani
Palembang. Analisis univariat response time keluarga responden sesuai
berjumlah 67 orang (69,8%) dan tingkat kecemasan keluarga responden pada
kategori sedang berjumlah 40 orang (41,7%). Analisis bivariat uji Chi-Squarep
value 0,035 ≤ α = 0,05 .Ada hubungan response time dengan tingkat kecemasan
keluarga pasien di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit dr. A.K. Gani Palembang.
(Desy Anggraini dan Arly Febrianti, 2020)
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah ‘’Berdasarkan Gambaran Pengetahuan
Response Time Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kategori Triase
Kuning dengan tindakan penanganan berdasarkan triase kuning ‘’ Literature
Review ”
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran pengetahuan
Response time perawat dengan tingkat kecemasan pasien kategori triase
kuning berdasarkan studi Literature Riview
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mencari persamaan penelitian tentang Gambaran pengetahuan
response time perawat dengan tingkat kecemasan pasien kategori Triase
Kuning dengan tindakan penanganan berdasarkan label triase dengan
melakukan literature riview sesuai topik penelitian yang dilakukan
2. Untuk mencari kelebihan penelitian tentang Gambaran pengetahuan
response time perawat dengan tingkat kecemasan pasien kategori Triase
Kuning dengan tindakan berdasarkan triase kuning.
3. Untuk mencari kekurangan penelitian tentang Gambaran pengetahuan
perawat tentang label triase dengan tindakan berdasarkan triase kuning.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi mahasiswa jurusan
keperawatan tentang gambaran pengetahuan response time perawat dengan
tingkat kecemasan pasien kategori triase kuning dengan tindakan berdasarkan
triase kuning berdasarkan literature review
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi mahasiswa jurusan
keperawatan tentang gambaran pengetahuan response time perawat dengan
tingkat kecemasan pasien kategori triase kuning dengan tindakan berdasarkan
triase kuning berdasarkan literature review.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan masukan tentang tinjauan teoritis tentang gambaran response time
perawat dengan tingkat kecemasan pasien kaegori triase kuning
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan
formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang
cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rencah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat
menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
7
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada (Wawan & Dewi, 2019).
2.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut:
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a. Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak
berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan.
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin masyarakat
baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan
berbagai prinsip orang lain yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan
kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran
sendiri.
8
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu (Wawan & Dewi, 2019).
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut
metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon
(1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir
suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan
penelitian ilmiah (Wawan & Dewi, 2019).
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang, yaitu:
1.) Faktor Internal
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah
cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan.
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk
mendapatkan nafkah atau pencaharian masyarakat yang
sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan
memiliki waktu yang lebih untuk mendapatkan informasi.
9
c. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai sekarang (Wawan dan Dewi, 2019).
d. Masa Kerja
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah berkerja pada
suatu organisasi, lembaga dan sebagainya, yang di hitung
sejak pertama kali berkerja, semakin lama berkerja
seseorang, tenaga kerja akan di anggap berpengalaman.
Masa kerja seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan
tentang sesuatu hal, semakin lama ia bekerja maka semakin
banyak pengalaman yang didapat saat menjalankan masa
kerja sehingga semakin bertambah pula pengetahuan
seseorang dari pengalaman yang telah dialaminya.
2.) Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan
& Dewi, 2019)
2.1.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
a. Baik : Hasil presentase 76%-100%
b. Cukup : Hasil presentase 56%-75%
c. Kurang : Hasil presentase <56%
(Wawan & Dewi, 2019)
10
2.2 Response Time
2.2.1 Pengertian
Respon Time merupakan kecepatan dalam penanganan pasien,
dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan (Suhartati et al.
2017). Waktu tanggap yang baik bagi pasien yaitu < 5 menit. (Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Berbeda dengan di Amerika dimana tidak
ada undang-undang federal mengenai waktu tanggap. Waktu tanggap hanya
diatur melalui kesepakatan kontrak antara penyedia Emergency Medical Service
(EMS) dengan subdivisi politik yang menetapkan waklu tanggap kemudian di
tetapkan menjadi peraturan. misalnya di California yang telah menetapkan
standar waktu tanggap 12 atau 15 menit sejak panggilan darurat diterima untuk
penyedia EMS swasta (Ludwig, 2016).
Menurut Moewardi (2017) Salah satu indikator keberhasilan
penanggulangan medik penderita gawat darurat adalah kecepatan memberikan
pertolongan yang memadai kepada penderita gawat darurat baik pada keadaan
rutin sehari-hari atau sewaktu bencana. Keberhasilan waktu tanggap atau
response time sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kualitas
pernberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak
di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit (Haryatun
dan Sudaryanto, 2016).
Waktu tanggap pelayanan dapat dihitung dengan hitungan menit dan
sangat diperngaruhi oleh berbagai hal baik mengenai jumlah tenaga maupun
komponen-komponen Iain yang mendukung seperti layanan laboratorium,
radiologi, farmasi dan administrasi. Waktu tanggap dikatakan tepat waktu atau
tidak terlambat apabila waktu yang diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata
standar yang ada (Haryatun dan Sudaryanto, 2016).
2.2.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi Response Time
Kecepatan dan ketetapan pertolongan yang diberikan pada pasien yang
datang ke Instalasi Gawat Darurat memerlukan standar sesuai dengan
standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuan sehingga dapat menjamin
suatu penanganan gawat darurat dengan respon time yang cepat dan
penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana,
11
prasarana, sumber daya manusia dan manajemen Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit sesuai standar. (Kepmenkes, 2016).
Canadian of Associatžon Emergency Phycisian (2016) menuliskan
bahwa kejadian kurangnya stretcher untuk penanganan kasus yang akut
berdampak serius terhadap kedatangan pasien baru yang mungkin saja dalam
kondisi yang sangat kritis. American Collegen of emergency physician (2016)
menuliskan Instalasi Gawat Darurat yang mengalami permasalahan
berlimpahnya jumlah pasien yang ingin mendapatkan seorang dokter diwilayah
triase dapat mempercepat proses pemulangan pasien atau discharge untuk
pasien minor dan membantu memulai penanganan bagi pasien yang kondisinya
lebih sakit. Green, et al. (2016)
mengemukakan bahwa pada perubahan yang sangat kecil dan
sederhana dalam penempatan staf sangat berdampak pada keterlambatan
penanganan di Instalasi Gawat Darurat .
faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keterlambatan
penanganan kasus gawat darurat antara Iain karakter pasien, penempatan staf,
ketersediaan stretcher (alat yang digunakan untuk memindahkan pasien ke
ambulance) dan petugas kesehatan, waktu ketibaan. pasien, pelaksanaan
manajemen dan strategi pemeriksaan dan penanganan yang dipilih. Hal ini bisa
menjadi pertimbangan dalam menentukan konsep tentang waktu tanggap
penanganan kasus di Instalasi Gawat Darurat rumah Yoon et al ( Kelmanutu,
2016 )
Strategi waktu tanggap adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan di
suatu rumah sakit yang dapat memberikan keyakinan kepada pelanggan agar
selalu menggunakan jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut
(Suyanto, 2015).
Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang
datang ke Instalasi Gawat Darurat memerlukan standar sesuai dengan
kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan
gawat darurat dengan waktu tanggap yang cepat dan penanganan yang tepat.
Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya
manusia dan manajemen Instalasi Gawat Darurat rumah sakit sesuai standar
(Keputusan Menteri Kesehatan, 2016).
12
Ketepatan pelayanan
ketepatan waktu adalah kesesuaian pelayanan medis yang diberikan
dari apa yang dibutuhkan dari waktu ke waktu. Tjiptono (2016), mendefinisikan
ketepatan waktu adalah "mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja
(performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini berarti
rumah sakit memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama (right the
first time). Selain itu juga berarti bahwa Rumah Sakit yang bersangkutan
memenuhi janjinya misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang
disepakati Ketepatan pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan. Pasien untuk
mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan ke gawat daruratan penyakitnya
sejak memasuki pintu Instalasi Gawat Darurat. Ketepatan pelayanan dalam hal
ini adalah ketepatan pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan oleh Dokter dan
Perawat dalam waktu kurang dari 5 menit dari pertama kedatangan pasien di
Instalasi Gawat Darurat . Lingkup pelayanan ke gawat daruratan tersebut di ukur
dengan melakukan primary survey tanpa dukungan alat bantu diagnostik
kemudian dilanjutkan dengan secondary survey menggunakan tahapan ABCD
yaitu: A: Airway management, B : Breathing management, C : Circulation
management; D : Drug Defibrilato.r Disability (Basoeki dkk, 2017). Pertolongan
kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei
primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien,
barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder. Tahapan Survei primer meliputi :
A: Airway yaitu mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai
kontrol servikal; B: Breathing yaitu mengecek pernafasan dengan tujuan
mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat; C: Circulation yaitu mengecek
sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan; D: Disability yaitu mengecek status
neurologis; E: Exposure yaitu enviromental control, buka baju penderita tapi
cegah hipotermia (Holder, 2017).
13
2.3 Kecemasan
2.3.1 Pengertian
Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari
Bahasa Latin agustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti
mencekik.
Kecemasan merupakan keadaan emosional negative yang ditandai
dengan adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak kencang,
berkeringat, kesulitan bernapas. (Trismiati, dkk 2015).
Anxiety (cemas) merupakan ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak
aman, tidak matang, dan kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan
realitas (lingkungan), kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari. Dikuatkan
oleh Kartini Kartono (2017) bahwa cemas adalah bentuk ketidakberanian
ditambah kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas. Senada dengan itu,
Sarlito Wirawan Sarwono (2017) menjelaskan kecemasan merupakan takut
yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya (Syamsu Yusuf , 2016)
Definisi yang paling menekankan mengenai kecemasan dipaparkan juga
oleh Jeffrey S. Nevid, dkk (2016) "kecemasan adalah suatu keadaan emosional
yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak
menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi". Senada dengan pendapat sebelumnya,memaparkan "ansietas/
kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya".
Dari berbagai pengertian kecemasan (anxiety) yang telah dipaparkan di
atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi emosi dengan
timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman
yang samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak
menentu yang disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas. (Gail. W. Stuart,
2016)
14
2.3.2 Aspek-Aspek Kecemasan (ANXIETY)
Kecemasan (anxiety) dalam respon perilaku,kognitif,dan
afektif,diantaranya:
1. Perilaku, diantaranya:
a. Gelisah
b. ketegangan fisik
c. fremor
d. reaksi terkejut
2. Kognitif diantaranya:
a. perhatian terganggu
b. konsenfrasi buruk
c. pelupa
d. salah dalam memberikan penilaian
3. Afëktif, diantaranya:
a. mudah terganggu
b. tidak sabar
c. gelisah
d. tegang, gugup, (Stuart, 2016)
Kecemasan dibagi menjadi tiga aspek, yaitu :
1. Aspek fisik,seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan keringat,
menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi, dan lain-lain.
2. Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut.
3. Aspek mental atau kognitif, timbulnya gangguan terhadap perhatian dan
memori, rasa khawatir, ketidakteraturan dalam berpikir, dan bingung
(Ghufron, 2016)
Analisis fungsional gangguan kecemasan dibagi atas beberapa,
diantaranya
1. Suasana hati, diantaranya: kecemasan, mudah marah, perasaan sangat
tegang.
15
2. Pikiran, diantaranya: khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong,
membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, dan
merasa tidak berdaya.
3. Motivasi, diantaranya: menghindari situasi, ketergantungan tinggi, dan ingin
melarikan diri.
4. Perilaku, diantaranya: gelisah, gugup, kewaspadaan yang berlebihan.
5. Gejala biologis, diantaranya: gerakan otomatis meningkat, seperti
berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, dan mulut kering
(Blackburn, 2016)
2.3.3 Jenis-Jenis Kecemasan (ANXIETY)
Kecemasan dibagi dalam dua bentuk, yaitu.
1. Trait anxiety
Trail anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang
menghinggapi diri seseorang terhadap kondisi yang sebenarnya tidak
berbahaya. Kecemasan ini disebabkan oleh kepribadian individu yang
memang memiliki potensi cemas dibandingkan dengan individu yang
lainnya.
2. State anxiety
State anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara
pada diri individu dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang
dirasakan secara sadar serta bersifat subjektif (Safaria, 2016)
Kecemasan terbagi dalam tiga jenis, yaitu :
1. Kecemasan neurosis
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak
diketahui, Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan id.
Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu
sendiri, namun ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika
suatu insting dipuaskan.
16
2. Kecemasan moral
Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan
ini dapatmuncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang
mereka yakini benar secara moral. Kecemasan moral merupakan rasa
takut terhadap suara hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam
realitas, di masa lampau sang pribadi pernah mendapat hukuman karena
melanggar norma moral dan dapat dihukum kembali.
3. Kecemasan realistik
Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan
tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.
Kecemasan realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya
nyata yang berasal dari dunia (Feist & Feist, 2016)
Tingkat Kecemasan setiap tingkat kecemasan mempunyai
manifestasi yang berbeda antara satu sama lain, ada empat tingkat
kecemasan yang dialami ofeh individu yaitu ringan, sedang, berat dan
panik yaitu:
1. Cemas ringan merupakan cemas yang normal yang berhubungan
dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan individu masih
waspada serta lapang presepsinya meluas, menajamkan indra.
Kecemasan tingkat ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas.
2. Cemas sedang merupakan memungkinkan individu untuk berfokus
pada hal yang penting dan menyampingkan yang Iain. Ansietas ini
mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu
tidak mengalami perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada
lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
3. Cemas berat merupakan individu memusatkan pada suatu hal yang
rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang yang Iain, dan semua
perilaku yang dilakukan hanya untuk mengurangi rasa ketegangan.
4. Panik merupakan suatu hal yang berhubungan dengan rasa
ketakutan, eror dan terperangah. Individu yang mengalami panik tidak
17
mampu melakukan sesuatu walau diberi pengarahan yang
dikarenakan individu tersebut mengalami hilang kendali, sehingga
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang Iain yang
mengakibatkan individu tersebut kehilangan pemikiran yang rasional
(Stuart, 2016)
2.3.4 Karakteristik Kecemasan
ada berbagai macam karakteristik kecemasan yaitu:
1.Cemas ringan
a) Respon fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan
darah meningkat sedikit, gejala ringan pada Iambung, muka
berkerut, serta bibir bergetar.
b) Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang,
tremor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang
meninggal.
2. Cemas sedang :
18
a. Respon fisiologis: sering nafäs pendek, nadi eksra sistol dan
tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi sakit kepala, dan sering kencing kognitif:
memusatkan perhatian pada hal Yang penting dan
mengenyampingkan Yang Iain, lapang persepsi menyempit
dan rangsangan dari luar tidak mampu di terima.
b. Respon perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak,
terlihat lebih tegang, banyak bicara lebih cepat, susah tidur,
perasaan tidak aman
3.Cemas berat:
a. Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkabut,
serta tampak tegang
b. Respon kognitif : tidak mampu berfikir berat lagi, dan
membutuhkan banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang
pandang menyempit
c. Respon perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat
dan komunikasi terganggu Panik :
d. Respon fisiologis : .nafas pendek, rasa tercekik dan
palpitasi, sakit dada, pucat, hipertensi, serta rendahnya
koordinasi motorik
e. Respon kognitif : gangguan realitas, tidak dapat berfikir
logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan
ketidalanampuan memahami situasi.
Respon perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah,
ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali/kontrol
(aktivitas tidak menentu), perasaari terancam, serta dapat
berbuat sesuatu yang dapat membahayakan diri sendiri atau
orang Iain (Asmadi , 2016)
19
2.3.5 Rentang Respon Kecemasan
Rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon
adaptif dan maladaptive. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi
dimana individu siap untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul.
Sedangkan maladaptive adalah panik dimana individu tidak mampu lagi
berespon terhadap cemas yang dihadapi.
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
Antisipatif Ringan Sedang Berat Panik
Gambar : 2.1 Rentang respon kecemasan (Nursalam, 2016)
20
Metode Pengukuran Tingkat Kecemasan, untuk mengetahui
sejauh mana tingkat kecemasan seseorang baik ringan, sedang, berat,
atau bahkan berat sekali digunakan alat ukur atau instrumen berupa
observasi/kuesioner yang dikenal dengan nama Depression Anxiety
Stress Scal.e merupakan metode pengukuran skala kecemasan yang
sifatnya sederhana, praktis, mudah, dan sesuai dengan standar.
(Nursalam, 2016)
Pada prinsipnya Depression Anxiety Stress Scale terdiri dari 14
bagian gejala yang meliputi :
1. Perasaan cemas (Ansietas): Cemas firasat buruk, takut akan
pikiran sendiri, mudah tersinggung.
2. Ketegangan: merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat
tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.
3. Ketakutan: takut pada getap, pada orang asing, pada
binatang besar, pada keramaian lalu lintas, pada kerumunan
orang banyak.
4. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam
hari, tidur tidak nyenyak, mimpi buruk.
5. Gangguan kecerdasan: kurang konsentrasi, daya ingat
menurun, daya ingat buruk atau mudah lupa.
6. Perasaan depresi (murung): kurang minat, berkurangnya
kesenangan pada hobi, sedih, perasaan berubah-ubah
sepanjang hari.
7. Gejala somatik fisik (otot): sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan
otot, gigi gemerutuk dan suara tidak stabil.
8. Gejala sensorik: muka merah, penglihatan kabur, lemas,
perasaan ditusuk-tusuk dan pucat
9. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri dada, denyut nadi
mengeras, detak jantung menghilang atau berhenti sekejab.
10. Gejala respiratori: rasa tertekan didada, rasa tercekk, sering
menarik nafas, nafas pendek dan sesak.
21
.
11. Gejala urogenital: sering BAK, tidak dapat menahan air seni,
darah haid berlebihan, darah haid sedikit, haid berkepanjangan,
impotensi, ejakulasí dini.
12. Gejala autonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat,
kepala pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit.
13. Perilaku pada wawancara: gelisah, tidak tenang, tremorp muka
tegang, nafas pendek dan cepat, muka merah.
14. Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai
dengan kategori.
Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)
I = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
2.4 Triase
2.4.1 Pengertian
Triase adalah pengelompokan pasien berdasarkan berat cideranya
yang harus di prioritaskan ada tidaknya gangguan airway, breathing, dan
circulation sesuai dengan sarana, sumberdaya manusia dan apa yang terjadi
pada pasien (Siswo, 2015). Sistem triase yang sering di gunakan dan mudah
dalam mengaplikasikanya adalah mengunakan START (Simple triage and rapid
treatment) yang pemilahanya menggunakan warna . Warna merah menunjukan
prioritas tertinggi yaitu korban yang terancam jiwa jika tidak segera
mendapatkan pertolongan pertama. Warna kuning menunjukan prioritas tinggi
yaitu koban moderete dan emergent. Warna hijau yaitu korban gawat tetapi
tidak darurat meskipun kondisi dalam keaadaan gawat ia tidak memerlukan
tindakan segera. Terakhir adalah warna hitam adalah korban ada tanda-tanda
meninggal (Ramsi, IF. dkk ,2014)
22
2.4.2 Tujuan Triase
1. Untuk mengidentifikasi kondisi pasien/korban yang mengancam
nyawa
2. Mengidentifikasi cepat pasien/korban yang memerlukan
stabilisasi segera.
3. Untuk Mempriotaskan Pasien/ korban menurut keakuatannya
4. Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan
5. Mengidentifikasi pasien/korban yang hanya dapat diselamatkan
dengan pembedahan.
6. Untuk bertindak dengan cepat dan waktu yang tepat serta
melakukan yang terbaik untuk pasien (Kartikawati, 2013)
2.4.3 Prinsip Triase
Dalam penanganan pasien,perawat harus memperhatikan kondisi
pasien. Perawat harus memperhatikan beberapa komponen penting, di
antaranya memperhatikan warna kulit pasien, suhu, kelembaban, nadi,
respirasi, luka dałam, tingkat kesadaran, memar.
Prinsip triase adalah melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan
banyak orang, meskipun SDM dan alat terbatas. Seperti yang sudah
disinggung sebelumnya, perawat melakukan seleksi korban yang akan
ditindaklanjuti berdasarkan ancaman: jika mematikan dałam hitungan menit,
tingkat kematian dałam hitungan jam, frauma ringan, dan pasien dan pasien
yang sudah meninggal.setidaknya ada beberapa prinsip triage.(Kartika, 2017)
Prinsip-prinsip tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
No Prinsip Triase
1. Dilakukan cepat,singkat dan akurat.
2. Memilih kemampuan merespons, menilai kondisi pasien yang
sakit, cidera atau yang sekarat.
3. Pengkajian dilakukan secara adekuat dan akurat.
4. Membuat keputusan berdasarkan dengan kajan.
23
5. Memberikan kepuasan kepada pasien, bisa berupa perawatan
secara simultan, cepat, dan pasien tidak ada yang dikeluhkan.
6. Perawatan memberikan dukungan emosional, baik kepada warga
maupun kepada pasien.
7. Menempatkan pasien berdasarkan tempat, waktu, dan pelayanan
yang tepat.
2.4.4.Klasifikasi tingkat Prioritas
Klasifikasi triage dari tingkat keutamaan atau prioritas, dibagi menjadi
empat kategori warna dalam dunia keperawatan klasifikasi prioritas ditandai
dengan beberapa tanda warna. Tanda warna tersebut mayoritas digunakan
untuk menetukan pengambilan keputusan dan tindakan.
Prioritas pemberian warna juga dilakukan untuk memberikan penilaian
dan intervensi penyelamatan nyawa. Intervensi biasa digunakan untuk
mengidentifikasi injury. Mengetahui tindakan yang dilakukan dengan cepat dan
tetap memberikan dampak signifikan keselamatan pasien. Hal ini disebut
dengan intervensi live saving. Intervensilive saving biasanya dilakukan sebelum
menetapkan kategori friage. Intervensi live saving umumnya digunakan dalam
praktik lingkup responden dan harus disertai persiapan alat-alat yang
dibutuhkan, Sebelum ke tahap intervensi, berikut ada beberapa warna yang
sering digunakan untuk triase :
1. Merah
Warna merah digunakan untuk menadai pasien yang harus segera
ditangani atau tingkat prioritas pertama. Warna merah menandakan bahwa
pasien dalam keadaan mengancam jiwa yang menyerang bagian vital. Pasien
dengan triase merah memerlukan tindakan bedah dan resusitasi sebagai
langkah awal sebelum dilakukan tindakan lantut, seperti operasi atau
pembedahan.
Pasien bertanda merah, jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan
pasien kehilangan nyawanya. Berikut yang termasuk ke prioritas pertama
24
(warna merah) di antaranya henti jantung, pendarahan besar, henti napas, dan
pasien tidak sadarkan diri.
2. Kuning
Pasien yang diberi tanda kuning juga berbahaya dan harus segera
ditangani. Hanya saja, tanda kuning menjadi tingkat prioritas kedua setelah
tanda merah. Dampak jika tidak segera ditangani, akan mengancam fungsi vital
organ tubuh bahkan mengancam nyawa. Misalnya, pasien yang mengalami
luka bakar tingkat II dan III kurang dari 25% mengalami trauma thorak, trauma
bola mata, dan laserari luas.
Adapun yang termasuk prioritas kedua, diantaranya terjadinya luka
bakar pada daerah vital, seperti kemaluan dan airway. Selain iłu, terjadinya
luka di kepala atau subdural hematon yang ditandai dengan muntah,
pendarahan bisa juga terjadi dibagian tertentu, seperti dibagian telinga, mulut
dan hidung. Penderita subdural hematon memiliki kecepatan nadi kurang
60 kali per menit, napas tidak teratur, lemah, refleks, dan krang menerima
rangsangan.
3. Hijau
Warna hijau merupakan tingkat prioritas ketiga. Warna hijau
mengisyaratkan bahwa pasien hanya perlu penanganan dan pelayanan biasa.
Dałam artian, pasien tidak dałam kondisi gawat darurat dan tidak dałam kondisi
terancam nyawanya. Pasien yang diberi prioritas warna hijau menandakan
bahwa pasien hanya mengalami Iuka ringan atau sakit ringan, misalnya Iuka
superfisial. Penyakit atau Iuka yang masuk ke prioritas hijau adalah fraktur
ringan disertai perdarahan. Pasien yang mengalami Iuka bakar ringan juga
termasuk ke prioritas ini.
4. Hitam
Warna hitam digunakan untuk pasien yang memiliki kemungkinan hidup
sangat kecil. Biasanya, pasien yang mengalami Iuka atau penyakit parah akan
diberikan tanda hitam. Tanda hitam juga digunakan untuk pasien yang belum
ditemukan cara menyembuhkanya. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk
memperpanjang nyawa pasien adalah dengan terapi supotife.
Warna hitam juga diberikan kepada pasien yang tidak bernapas setelah
dilakukan intervensi live saving. Adapun yang termasuk kategori prioritas warna
25
hitam antara lain pasien yang mengalami frauma kepala dengan otak keluar,
spinal injury, dan pasien multiple injury.
Dari keempat klasifikasi berdasarkan prioritas diatas, berikut adalah
kriteria pemberian warna berdasarkan tingkat kegawatdaruratan pasien.
(Kartikawati, 2013)
Tabel 2.3 Tabel prioritas triage
Hitam
(Prioritas 0)
Merah
(Prioritas 1)
Kuning
(Prioritas 2) (Prioritas 3)
Korban
meninggal
Respirasi >30kali per
menit
Tidak ada nadi radialis
Respirasi<30k ali per
menit Nadi teraba
Status mental
Tidak memiliki
kegawatan yang
Tidak sadar/penurunan
Kesadar
normal Serius
26
2.4 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep berjudul Pengetahuan response time perawat dengan
tingkat kecemasan pasien kategori triase kuning pada Pasien Gawat Darurat adalah
sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
a. Variabel Independen
Variabel independen dari penelitian ini adalah Pengetahuan respon time
perawat dengan tingkat kecemasan pasien kategori triage kuning berdasarkan
pendidikan akhir, lama kerja, dan umur.
b. Variabel Dependen
Variabel dependen dari penelitian ini adalah Pengetahuan respon time
perawat dengan tingkat kecemasan pasien kategori triage kuning
2.5 Defenisi Operasional
1. Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran, pengetahuan, keterampilan,
dan kebiasaan responden
2. Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat responden melakukan
penelitian dihitung dengan satuan tahun.
3. Lama kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui responden sejak menekuni
pekerjaan mulai dari awal hingga saat ini.
Umur
Pendidikan
Lama Kerja
Baik
Cukup
Kurang
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif berdasarkan studi literature
review. Metode studi literature adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelola bahan
yang berhubungan dengan penelitian. Studi literature bisa didapat dari berbagai
sumber buku, jurnal, buku dokumentasi, internet dan pustaka. Jenis data yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi literature data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari jurnal, buku dokumentasi, dan internet. Teknik ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan
yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil
penelitian.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan September-November 2020 dengan
menggunakan penelusuran studi literature jurnal.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Semua literatur yang berhubungan dengan Pengetahuan response time
perawat dengan tingkat kecemasan pasien kategori triase kuning pada pasien gawat
darurat
3.3.2 Sampel
Sampel disini merupakan seluruh artikel ilmiah yang berhubungan dengan
Pengetahuan respon time perawat dengan tingkat kecemasan pasien kategori triase
kuning pada pasien gawat darurat pada pasien gawat darurat yang di publikasikan
dalam lima tahun terakhir
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah studi pustaka. Jenis data yang digunakan
adalah data sekunder yaitu data yang berasal dari journal, artikel ilmiah dan
literature review yang berisikan tentang konsep yang diteliti. Data yang diperoleh
28
dikompulasi, dianalisa, dan disimpulkan sehingga mendapatkan kesimpulan
mengenai studi literatur.
3.5 Prosedur Kerja
Prosedur kerja meliputi penelusuran literatur, seleksi literatur, dokumentasi
literatur, analisis dan penarikan kesimpulan :
a) Mengidentifikasi istilah-istilah kunci
Pencarian jurnal atau literatur dilakukan dengan menggunakan kata
kunci seperti Pengetahuan, respon time, perawat dengan tingkat kecemasan
,pasien kategori triage kuning.
b) Menentukan tempat literatur sesuai dengan topik yang telah ditemukan
dari detabase ataupun internet
Mengumpulkan jurnal atau literatur yang relevan. Jurnal atau literatur
pada penelitian ini didapatkan dengan mengakses secara daring/online.
Penelusuran jurnal atau literatur dari rentang tahun 2016-2020 dengan
menggunakan bantuan google scholar.
c) Mengevaluasi dan memilih literatur secara kritis untuk dikaji
Pada penelitian studi literatur ini, literatur yang akan dievaluasi dan
dipilih untuk dikaji adalah:
1.Hubungan Response time Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Kategori Triase Kuning RSU Gmim Kalooran Amurang
( Tumbuan , dkk , 2015 )
2.Hubungan Pengetahuan Tentang Triase dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Label Kuning Di Instalasi Gawat Darurat
( Wahyu Budiaji , 2016 ).
3.Hubungan Response time Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Di
Triase Kuning di IGD di Kota Bogor ( Mega Giriandi Putri , 2017 ).
4. Hubungan Response time Perawat dengan tingkat Kecemasan Pasien
Kategori Triase kuning di Igd Rumah sakit Sumberglagah Mojokerto ( Aris
Suprianto , 2018)
5. Response Time dengan Tingkat Kecemasan Pasien Di Unit Gawat Darurat
Rumah Dr. A.K. Gani Palembang ( Desy Anggraini , Arly Febrianti , 2020 )
29
6. Response Time dengan Tingkat Kecemasan Pasien di Ruang Instalasi
Gawat Darurat RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen ( Ika Silvitasari , Wahyuni,
2019 )
7. Hubungan Response Time dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Ambarawa (Ermi, dkk , 2019 )
8. Relationship Response Time Patients With Anxiety of Patients in
Emergency Room (Annisa,dkk, 2019)
9. Validity Triage and Response Time Nurses in Hospitals Emergency Room
(Anissa ,dkk, 2020)
10. Response Times and Patient Satisfaction Emergency Room oleh(
Mutiarasari dkk, 2019)
d) Menyusun literatur yang telah dipilih
Dari semua jurnal hasil pencarian, dipilih beberapa jurnal yang relevan
sesudah itu dipilih jurnal yang menjadi acuan utama dalam mengulas topik
yang diangkat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Bahan-bahan data dan
informasi dari penelitian sebelumnya yang sudah didapatkan dibaca, dicatat,
diatur serta diolah kembali.
e) Menulis kajian pustaka
Menuliskan kembali hasil ringkasan informasi yang diperoleh melalui literatur
untuk dicantumkan dalam laporan penelitian.
f) Membuat hasil dan kesimpulan
Setelah itu hasil penelitian yang terdapat pada literatur yang digunakan
dianalisa dan disimpulkan
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Jurnal
Hasil dalam penelitian ini berdasarkan literatur riview dari kepustakaan atau jurnal yang
telah di telaah sesuai dengan judul penelitian :
N
o.
Judul/
Tahun
Nama
Jurnal
Peneliti
Tujuan
Populasi/
Sampel
Metode
Penelitian
Hasil
1. Hubungan
Response
time
Perawat
dengan
tingka
Kecemasan
pasien
kategori
triase
kuning di
igd Rumah
sakit
Sumbergla
gah
Mojekerto
2018
Jurnal
Keper
awata
n
Aris
Suprianto
Penelitian
ini bertujuan
untuk
mengetahui
Hubungan
response
time
perawat
dengan
tingkat
kecemasan
pasien
kategori
triase
kuning
Populasi=
semua
pasien di
Instalasi
gawat
darurat
kategori
triage
kuning di
instalasi
gawat
darurat
Sampel =
92
responden
Penelitian ini
menggunaka
n jenis
penelitian
analitik
korelasional
dengan
pendekatan
cross
sectional
Berdasark
an Hasil
penelitian
didapatka
n :Usia
Usia 17-
30 thn
berjumlah
32 ,
responde
n ( 35%),
usia 31-
45 thn
berjumlah
15 , Usia
45 tahun
berjumlah
16
responde
n (49%).
Jenis
31
kelamin
perempua
n
sebanyak
56
responde
n (61%),
sedangka
n berjenis
kelamin
laki – laki
sebanyak
(39%).
Response
Time
cepat 63
responde
n (
68,5%) ,
sedangka
n
responde
n lambat
berjumlah
29
responde
n (
31,5%)
2. Hubungan Jurnal Akrian N Penelitian Populasi= Penelitian ini Berdasark
32
response
time
perawat
dengan
tingkat
kecemasan
pasien
kategori
triase
kuning di
igd rsu
gmim
kaloomoran
tahun 2015
Keper
awata
n
Tumbuan ,
Lucky
Kumaat ,
Reginus
Malara
ini bertujuan
untuk
mengetahui
Hubungan
respon time
perawat
dengan
tingkat
kecemasan
pasien
kategori
triase
kuning
semua
pasien
Instalasi
Gawat
Darurat
yang
memenuhi
kriteria
inkluasi
Sampel =
77
responde
n
menggunakan
jenis penelitian
observasional
analitik
dengan
rancangan
cross sectional
an hasil
penelitian
didapatkan
: Umur
Umur 17-
25
berjumlah
21 ,
responden
( 27,3%),
Umur 26-
35
berjumlah
13 ,
responden
(16,9%) ,
Umur 36-
45
berjumlah
30 ,
responden
( 39%) ,
Usia 46 55
berjumlah
13,
responden
( 16,9%).
Jenis
kelamin
perempua
n
sebanyak
33
46
responden
(59,7%),
sedangkan
laki-laki
sebanyak
31
responden
( 40,3%).
Kecemasa
n ringan
berjumlah
17
responden
(22,1),
kecemasa
n sedang
berjumlah
19
responden
(
24,7%),kec
emasan
berat
berjumlah
27
responden
(35,1%) ,
kecemasa
n panik
berjumlah
14
34
responden
(18,2%).
3. Hubungan
Pengetahua
n tentang
triase
dengan
tingkat
kecemasan
pasien triase
kuning di
Instalasi
Gawat
Darurat
RSUD DR
Moewardi
Surakarta
Jurnal
Univer
sitas
Muham
madiya
h
Suraka
ta
Wahyu
Budiaji
Penelitian ini
bertujuan
untuk
mengetahui
hubungan
tingkat
pengetahuan
tentang
triase
dengan
tingkat
kecemasan
pasien triase
kuning
Populasi=
jumlah
kunjungan
pasien
triage
kuning
diruangan
Instalasi
Gawat
Darurat
Sampel =
95 orang
Penelitian ini
menggunakan
jenis penelitian
deskriptif
korelatif dengan
pendekatn
cross sectional
Berdasarka
n hasil
penelitian
didaptkan
pengetahua
n tentang
triase
sedang
yakni 55
responden (
58 %) , Baik
berjumlah
40
responden (
42%) ,
Kurang
tidak
menemukan
adanya
responden .
Kecemasan
Ringan
berjumlah
54
responden
(57 %) ,
kecemasan
sedang
berjumlah
30
responden (
31%) ,
35
kecemasan
berat
berjumlah
11
responden
(12%).
4. Hubungan
respon time
perawat
dengan
tingkat
kecemasan
pasien
triase
kuning di
Instalasi
Gawat
Darurat
Bogor
/2017
Jurnal
Jurnal
Ilmu-
Ilmu
Keseh
atan
STIKe
s
Wijay
a
Husad
a
Bogor
Mega
Girinda
Putri ,
S,Dwi
Sulisetyaw
ati , Rati
Dwi lestari
Puji Utami
Penelitian
ini bertujuan
untuk
mengetahui
Hubungan
respon time
perawat
dengan
tingkat
kecemasan
pasien
triase
kuning
Populasi=
seluruh
pasien
triage
kuning
yang di
Instalasi
Gawat
Darurat
Sampel
=41
dengan
mengguna
kan total
sampling
Penelitian ini
menggunakan
jenis penelitian
kuantitatif
dengan
rancangan
korelasional
menggunakan
cross sectional
Berdasark
an hasil
penelitian
didaptkan
: Jenis
kelamin
perempua
n
sebanyak
26 orang (
63,4%) ,
yakni laki
– laki
sebanyak
15 orang ,
(36,6%).
Jenis
Pendidka
n SD
berjumlah
22
responde
n (
53,7%),
pendidika
n SMP
berjumlah
36
7
responde
n (
17,1%) ,
pendidika
n SMA
berjumlah
12
responde
n (
29,3%) ,
pendidika
n D3 dan
pendidika
n S1 tidak
ada .
Kecemas
an Ringan
berjumlah
7
responde
n (
17,1%) ,
sedang
berjumlah
14
responde
n ( 34,1),
berat
berjumlah
20
responde
37
n (48,8).
5 Response
time
dengan
tingkat
kecemasan
pasien di
unit gawat
darurat
rumah sakit
Dr.A.K.Gani
palembang
Jurnal
Keper
awata
n
Desy
Anggraini ,
Arly
Febrianti
Penelitian
ini bertujuan
untuk
mengetahui
hubungan
respon time
dengan
tingkat
kecemasan
pasien di
Instalasi
Gawat
Darurat
Populasi=
jumlah
tingkat
kecemasa
n pasien
triage
kuning
Sampel
=41
responden
Survei analitik
dengan
rancangan
cross sectional
Berdasark
an hasil
penelitian
didapatkan
:
Kecemasa
n Rendah
19
responden
( 19,8%) ,
Kecemasa
n Sedang
42
responden
(43,8) ,
Kecemasa
n Berat 6
responden
(6,3%) ,
Kecemasa
n tidak
cemas 29
responden
(30,2%).
38
6 Hubungan
respon time
perawat
denga
tingkat
kecemasan
pasien di
Instalasi
Gawat
Darurat
RSUD
Ambarawa
Jurnal
Smart
Kepera
watan
Maria
Agustina
Ermi
T.S,Ria
Enes
Aprilianti,
Probowatie
Tjondrone
goro
Penelitian
ini bertujuan
untuk
mengetahui
ubungan
response
time dengan
tingkat
kecemasan
keluarga
pasien di
IGD
Populasi :
Untuk
melihat
respon
time
dengan
tingkat
kecemasa
n pasien
Sample:
93
responden
Penelitian
ini
mengguna
kan jenis
penelitiand
eskriptif
analitik
dengan
pendekata
n Cross
sectional.
Berdasarka
n hasil
penelitian
didapatkan:
Kecemasan
yang Tidak
mengalami
kecemasan
8 responden
( 62,4 %),
Kecemasan
ringan 23,
responden (
24,7%),
Kecemasan
Sedang 11 ,
responden (
11,8%) ,
kecemasan
berat 1 ,
responden
(1,1%).
Response
Time baik
berjumlah
90
responden
(96,8%),
sedangkan
respon time
kurang baik
berjumlah 3
responden
39
(3,2%).
7 Response
Time dengan
Tingkat
Kecemasan
Pasien di
Ruang
Instlasi
Gawat
Darurat
RSUD
Soehadi
Prijonegoro
Sragen
Jurnal
Aiska
Ika
Silvitasari,
Wahyuni
Tujuan
peneliti
untuk
mengetahi
hubungan
Response
Time
dengan
tingkat
kecemasan
pasien di
ruang IGD
RSUD
Soehadi
Prijonegoro
Sragen.
Populasi:
untuk
mengukur
tingkat
kecemasa
n pasien
Sampel:
100
responden
Penelitian
ini
mengguna
kan jenis
penelitian
kuantitatif
pendekata
n cross
sectional
Berdasarka
n hasil
penelitian
didapatkan:
Kecemasan
sedang,
yaitu
sebanyak
69
responden
(69%),
Ringan yaitu
20
responden
(20%),
Berat 11,
responden (
11 %).
Jenis
Pendidikan
yang tidak
sekolah
berjumlah 1
responden (
1%) , SD
berjumlah
15
responden
(15%) ,
SMP
berjumlah
40
24
responden
(24%) ,
SMA/SMK
berjumlah
49
responden
(49%) , PT
berjumlah
11
responden
(11%).
Jenis
Kelamin
perempuan
sebanyak
53
responden
(53%),
Sedangkan
jenis
kelamin laki-
laki
berjumlah
47
responden
(47%).
8 Relationship
Response
Time
Patients
With Anxiety
Jurnal
Praktik
Kepera
watan
Hendratmo
Lasaka,
Alfian
Fawzi,
Aprin
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan waktu response time pasien
Populasi:
seluruh
kecemasa
n pasien
di Instalasi
Penelitian
ini
mengguna
kan jenis
penelitian
Berdasarka
n hasil
penelitian
didapatkan:
Kecemasan
41
of Patients in
Emergency
Room /2019
Rusmawati
, Agusta
Dian Ellina
dengan kecemasan pasien di Instalasi Gawat Darurat
Gawat
Darurat
Sampel :
33
responden
analitik
korelasion
al dengan
pendekata
n cross
sectional.
sedang,
yaitu
sebanyak
17
responden (
51,5%) ,
normal tidak
memiliki
responden,
ringan ,
yaitu 14
responden (
42,4%),
berat, yaitu
2 responden
(6,1 %).
9. Validity
Triage and
Response
Time Nurses
in Hospitals
Emergency
Room
Sheikh
Yusuf Gowa
/ 2020
Jurnal
Praktik
Kepera
watan
Thahirah
Annisa,
Wahdania
h, Risnah,
Andi
Budiyanto,
Saleh
Ridwan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Respon Time triase perawat.
Populasi :
Jumlah
respon
time
perawat
Sampel :
18
responden
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional
Berdasarka
n hasil
penelitian
didapatkan :
respon time
Cepat yaitu
8 responden
(4,4%) ,
Lambat
yaitu 5
responden
(27,7%) ,
sangat
cepat yaitu
5 responden
42
( 27,8)
Jenis
Kelamin
perempuan
sebanyak.9
responden
(50,0%),
sedangkan
perempuan
berjumlah 9
responden (
9%) .
Umur
25-35
berjumlah 7
responden
(38.9%),
umur 36-45
berjumlah 8
responden
(44,4 %) ,
46-55
berjumah 3
responden
(16,7%).
43
1
0
Response
Times and
Patient
Satisfaction in
Emergency
Room at
Anutapura
General
Hospital, City
of Palu
Jurnal Keperawatan
Diah Mutiarasari Miranti Indah Puspasari Kiay Demak
Penelitian ini
bertujuan
untuk
mengetahui
hubungan
tersebut
antara waktu
response
perawat
dengan
kepuasan
pasien
Populasi :
Semua jumlah respon time
Sampel :
50
responden
Penelitian
ini
menggunak
an jenis
penelitianya
itu metode
observasi
dengan
pendekatan
cross
sectional
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan :
Jenis
Kelamin
Perempuan
yaitu , 29
responden (
58%), Laki –
laki yaitu 21
responden
(42%).
Umur < 17
tahun
berjumlah 14
tahun
responden
(18 %) , umur
17 – 25
berjumlah 4
responden
(8%) , umur
26 – 35
44
4.2 Pembahasan
a. Persamaan
Persamaan literatur yang telah ditelaah oleh peneliti berdasarkan studi
literature riview adalah, pada hasil jurnal 1yang berjudul Hubungan respon time
perawat dengan tingkat kecemasan pasien kategori triage kuning oleh Aris
Suprianto , 2018 terdapat mayoritas responden yang berumur 17-30 tahun
berjumlah 10
responden
(20%) , umur
36 – 45
berjumlah 5
responden
(10 %) ,
umur 46 – 55
berjumlah 5
orang
responden
(10 %) , umur
56 – 65
berjumlah 5
orang
responden
(10%) , umur
> 65 tahun
berjumlah 7
orang
responden
(14%)
.
45
sebanyak 32 orang (35%). Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 36 orang (39%). Respon time Sebanyak 63 orang (68,5%).
Pada jurnal 2 yang berjudul Hubungan response time perawat dengan
tingkat kecemasan pasien kategori triage kuning oleh Tumbuan dkk, 2015.
terdapat mayoritas responden yang berumur 36 – 45 tahun sebanyak 30 orang
responden (39%), mayoritas laki – laki lebih rileks dibanding perempuan
sebanyak 46 orang (59,7%). mayoritas besar yang mengalami kecemasan
berat sebanyak 27 orang (35,1%).
Pada jurnal 3 yang berjudul hubungan pengetahuan tentang triase
dengan tingkat kecemasan pasien triase kuning , 2016 terdapat mayoritas
Pengetahuan Sedang tentang triase sebanyak 55 orang responden (58%) .
Mayoritas kecemasan ringan yang tertingi sebanyak 54 responden (57%)
Pada jurnal 4 yang berjudul Hubungan response time perawat dengan
tingkat kecemasan pasien kategori triage kuning, 2017 terdapat mayoritas jenis
kelamin yang palin banyak adalah perempuan sebanyak 26 orang (63,4%).
mayoritas tingkat pendidikan SD yang paling banyak sejumlah 22 orang
responden (53,7%). mayoritas Kecemasan yang berat sebanyak 20 orang
responden ( 48,8%) .
Pada jurnal 5 yang berjudul Response time dengan tingkat kecemasan
pasien oleh Desy Anggraini dan Arly Febrianti, 2020.Mayoritas kecemasan
sedang berjumlah 42 orang responden ( 43,8 %) .
Pada jurnal 6 yang berjudul Hubungan Response Time dengan tingkat
kecemasan pasien di Instalasi Gawat Darurat , 2020. Mayoritas Kecemasan
dengan kecemasan tidak cemas berjumlah 58 responden (62,4%),Mayoritas
Response time baik sebanyak 90 orang responden( 96,8%).
Pada jurnal 7 yang berjudul Response Time dengan tingkat kecemasan
pasien diruang Instalasi Gawat Darurat Soehadi Prijonegoro Sragen
2019,Mayoritas kecemasan sedang yang berjumla 69 responden (69%),
Mayoritas Tingkat pendidikan SMA/SMK yaitu 49 responden (49%), Mayoritas
jenis kelamin perempuan sebanyak yaitu 53 orang responden ( 53%).
Pada jurnal 8 yang berjudul Relationship Response Time Patients With
Anxiety of Patients in Emergency Room oleh Annisa,dkk, 2019. Mayoritas
Kecemasan sedang sebanyak yaitu 17 orang responden ( 51,5 %).
46
Pada jurnal 9 yang berjudul Validity Triage and Response Time Nurses
in Hospitals Emergency Room oleh Anissa ,dkk, 2020. Respon time mayoritas
responden cepat sebanyak 8 responden ( 44,4%), Jenis Kelamin Mayoritas
perempuan sebanyak 9 responden ( 50,0%) , Umur Mayoritas responden 36-45
tahun yang berjumlah 8 orang responden (44,4 %).
Pada jurnal 10 yang berjudul Response Times and Patient Satisfaction
Emergency Room oleh Mutiarasari dkk, 2019, terhadap jenis Kelamin mayoritas
responden yang diperoleh Perempuan yaitu , 29 responden ( 58%), Umur
mayoritas < 17 tahun berjumlah 14 orang responden (28%)
Dari hasil penelitian 10 jurnal diatas dapat disimpulkan setiap jurnal
memiliki karakteristik berdasarkan umur ,jenis kelamin, kecemasan, response
time perawat , dan pendidikan . Dari 10 jurnal diatas terdapat 5 jurnal memiliki
karakteristik berdasarkan pendidikan dan jenis kelamin yaitu pada jurnal 4 dan
7 .. hasil dari jurnal 1, dan, 9 menyatakan terdapat mayoritas umur,jenis
kelamin , dan response time perawat. Pada jurnal 5,6, dan 8 terdapat mayoritas
kecemasan, dan response time . Dan pada jurnal 2,3 ,dan 10 terdapat
mayoritas jenis kelamin , umur, kecemasan , dan triase .
b. Kelebihan
Kelebihan literatur yang telah ditelaah oleh peneliti dalam setiap jurnal
berdasarkan studi literature riview adalah :
1. Hubungan response time perawat dengan tingkat kecemasan pasien
kategori triase kuning oleh Aris Suprianto, 2018 memiliki kelebihan
pada bagian pendahuluan peneliti memaparkan teori yang sangat
lengkap dan jelas.
2. Hubungan response time perawat dengan tingkat kecemasan pasien
kategori triase kuning oleh Tumbunan, dkk, 2015 memiliki kelebihan
pada bagian metode penelitian penulis menjelaskan mengenai
populasi, sampel tujuan penelitian dan teknik sampling.
3. Hubungan pengetahuan tentang triase dengan tingkat kecemasan
pasien triase kuning oleh wahyu budiaji , 2016. memiliki kelebihan
pada bagian hasil , sampel , populasi dan pembahasan penelitian
dijelaskan dengan baik dan keterangan yang mudah dimengerti.
4. Hubungan Respon time perawat dengan tingkat kecemasan pasien
di kategori triase kuning oleh Mega girinda putri, 2017 memiliki
47
kelebihan pada bagian hasil, jenis penelitian , populasi dan
pembahasan yang membuat pembaca lebih mudah memahami.
5. Respon time dengan tingkat kecemasan pasien oleh Desy Anggraini
dan Arly Febrianti, 2020 memiliki kelebihan pada bagian
pendahuluan peneliti memaparkan teori yang sangat lengkap dan
jelas.
6. Hubungan respon time perawat denga tingkat kecemasan pasien
Erm oleh dkk, 2020 memiliki kelebihan pada bagian hasil penulis
memaparkan hasil penelitian dengan lengkap dan terperinci
menggunakan tabel yang memiliki keterangan yang cukup jelas
sehingga pembaca mudah untuk mengerti.
7. Response Time dengan Tingkat Kecemasan Pasien di Ruang
Instlasi Gawat Darurat oleh Ika Silvitasari dan Wahyuni, 2016
memiliki kelebihan pada bagian pembahasan penelitian menjelaskan
Response time dengan tingkat kecemasan pasien
8. Relationship Response Time Patients With Anxiety of Patients in
Emergency Room oleh Lasaka, dkk, 2018 memiliki kelebihan pada
bagian pandahuluan peneliti memaparkan teori yang jelas.
9. Validity Triage and Response Time Nurses in Hospitals Emergency
Room oleh Anissa ,dkk, 2020 memiliki kelebihan pada bagian
metode penelitian dijelaskan instrumen penelitian populasi dan
jumlah sample.
10. Response Times and Patient Satisfaction Emergency Room oleh
Mutiarasari dkk, 2019 memiliki kelebihan pada bagian pendahuluan
peneliti memaparkan teori yang sangat lengkap dan jelas.
c. Kekurangan
Kekurangan literatur yang telah ditelaah oleh peneliti dalam setiap jurnal
berdasarkan studi literatur riview adalah :
1. Hubungan response time perawat dengan tingkat kecemasan pasien
kategori triase kuning oleh Aris Suprianto,2018 memiliki kekurangan
kesimpulan
2. Hubungan response time perawat dengan tingkat kecemasan pasien
kategori triase kuning oleh Tumbunan, dkk, 2015 tidak memiliki
kekurangan
48
3. Hubungan pengetahuan tentang triase dengan tingkat kecemasan
pasien triase kuning oleh wahyu budiaji , 2016. memiliki kekurangan
saran pada abstrak
4. Hubungan Response time perawat dengan tingkat kecemasan
pasien di kategori triase kuning oleh Mega girinda putri, 2017
memiliki kekurangan hasil penelitian tidak diberi gambar dan tabel
yang membuat pembaca susah untuk memahami
5. Response time dengan tingkat kecemasan pasien oleh Desy
Anggraini dan Arly Febrianti, 2020 memiliki kekurangan ialah pada
abstrak tidak terdapat populasi yang ditelti
6. Hubungan response time perawat denga tingkat kecemasan pasien
Erm oleh dkk, 2020 memiliki kekurangan ialah pada abstrak tidak
terdapat populasi yang diteliti.
7. Response Time dengan Tingkat Kecemasan Pasien di Ruang
Instlasi Gawat Darurat oleh Ika Silvitasari dan Wahyuni, 2016
memiliki kekurangan ialah pada abstrak tidak terdapat populasi yang
diteliti
8. Relationship Response Time Patients With Anxiety of Patients in
Emergency Room oleh Lasaka, dkk, 2018 tidak memiliki kekurangan
9. Validity Triage and Response Time Nurses in Hospitals Emergency
Room oleh Anissa ,dkk, 2020 tidak memiliki kekurangan .
10. Response Times and Patient Satisfaction Emergency Room oleh
Mutiarasari dkk, 2019 memiliki kekurangan ialah abstrak penelitian
tidak terdapat populasi yang diteliti.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian mengenai
pengetahuan perawat tentang label triase dengan tindakan penanganan
berdasarkan label triase di unit gawat berdasarkan literature review
dapat di ambil kesimpulan :
1. Berdasarkan study literatur mayoritas responden yang
berpengetahuan baik sangat dipengaruhi oleh umur, tingkat
kecemasan , jenis kelamin, dan pendidikan. Dimana semakin tua
umur maka pengetahuan yang dimiliki baik pula, semakin tinggi
pendidikan yang dimiliki oleh responden maka pengetahuan
yang dimiliki semakin baik pula, serta semakin lama responden
bekerja maka pengetahuan yang dimiliki semakin baik pula.
2. Berdasarkan hasil studi literatur mayoritas umur responden
dimulai 17 – 30 tahun . Semakin dewasa usia seseorang maka
akan semakin baik pengetahuannya karna cara berfikir yang
lebih kritis serta lebih bertanggung jawab dengan pekerjaan yang
diberikan kepadanya.
3. Berdasarkan hasil studi literatur mayoritas pendidikan responden
ialah SMA/SMK. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya.
50
5.2 Saran
Meskipun tingkat pengetahuan perawat tentang triase dalam kategori cukup,
tetapi sebagian ada yang memiliki kategori baik. Maka dari itu agar perawat
lebih meningkatkan pendidikan dan pengetahuan dalam penanganan pasien
gawat darurat terkhususnya dalam penilaian triase.
51
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.(2009), Teknik prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien , Salemba Medika , Jakarta.
Budiaji (2016). Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Brunner & Suddarth (2002) Keperawatan Medikal Bedah,Vol 1 .EGC :Jakarta.
Depkes RI (2009), Profil kesehatan Indonesia : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit, Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2017. Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta.
Haryatun, Nunuk dan Sudaryanto. (2015). Perbedaan Waktu Tanggap Tindakan
Keperawatan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi. Jurnal Berita
Ilmu Keperawatan
Hawari, D. 2010. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI
Kartikawati. ( 2013) .Buku Ajar Dasar Dasar Keperawatan darurat .Jakarta : Salemba
Medika
Kilner, T. (2016). Triage decisions of prehospital emergency health care providers, using a
multiple casualty scenario paper
Leading Practices in emergency Departement Patient Experience(2010). Ontario Hospital
Asociation.
Ludwig. G. (2004). EMS Response Time Standards.
Ramsi, IF dkk,2018. Basic Life Support, edisi 13, Jakarta : EGC
Tirtojiwo. (2015). Anxiety (Kecemasan). Diunduh dari : http://tirtojiwo.org/wp-
content/uploads/2012/06/kuliah-anxiety.pdf tanggal 15 November 2014.
Tumbuan, A N, Kumaat L, Malara R. (2015), Hubungan Respon Time Perawatdengan
Tingkat Kecemasan Pasien Kategori Triase Kuning di IGD RSUD GMIM Kalooran
Amurang, ejournal Keperawatan (e-Kp), Vol. 3,No.2,Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas SamRatulangi Manado.
52
UU No.44 ( 2009).Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit .Jakarta ,( rumah sakit ) ,40g
Wawan A, D. (2018). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia .
Yogyakarta: Nuha Medical
53
LEMBAR KEGIATAN BIMBINGAN
JUDUL : LITERATUR REVIEW : GAMBARAN PENGETAHUAN
RESPON TIME PERAWAT DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PASIEN KATEGORI TRIASE KUNING
NAMA : Vicka Edrianti
NIM : P07520118102
NAMA PEMBIMBING : HJ.Marlisa.,S.Kep.Ns.M.Kep
No
Hari /
Tanggal
Materi
Bimbingan Saran
Paraf
Pembimbing
Paraf
Mahasiswa
1
Selasa, 08
September
2020
Pengajuan
Judul
Pertama
Revisi
Judul
2
Kamis, 10
September
2020
Pengajuan
Judul Kedua
Revisi
Judul
3
Senin, 14
September
2020
ACC Judul Lanjut
BAB I
4
Selasa, 12
Oktober
2020
Konsul BAB I
Revisi
BAB I
lanjut
BAB II
54
5
Senin,02
Januari
2021
Konsul Revisi
BAB I, dan
BAB II
Revisi
BAB I,
dan
BAB II,
6
Selasa,03
Februari
2021
Konsul Revisi
BAB I,II,III Dan
Daftar Pustaka
Persiapa
n
seminar
proposal
7
Kamis , 10
Februari
2021
Ujian proposal Revisi
proposal
8
Senin, 15
Februari
2021
Konsul revisi
proposal
Acc
proposal
lanjut
bab IV
9 Selasa, 16
Maret 2021 Konsul BAB IV
Revisi
BAB IV
lanjut
BAB V
10 Rabu, 17
Maret 2021
Konsul BAB IV
dan BAB V
Revisi
BAB IV
dan BAB
V
11 Jumat,19
Maret 2021
Konsul BAB IV
dan BAB V
ACC
BAB IV
dan BAB
V
12 Rabu, 12
April 2021
Konsultasi
persiapan
seminar hasil
Persiapa
n power
point
seminar
hasil