Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATUR REVIEW
ASPEK ERGONOMI DI RUANG PENYIMPANAN REKAM MEDIS
NUR AINUN
NIM 17.03.206
YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
PRODI D3 REKAM MEDISDAN INFORMASI KESEHATAN
MAKASSAR 2020
ii
ii
LITERATUR REVIEW
ASPEK ERGONOMI DI RUANG PENYIMPANAN REKAM MEDIS
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program
Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Disusun dan diajukan oleh
NUR AINUN
NIM. 17.03.206
YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
MAKASSAR 2020
vi
vii
ASBSTRAK
NUR AINUN 17.03.206 : LITERATURE REVIEW ASPEK ERGONOMI DI
RUANG PENYIMPANAN REKAM MEDIS
Pembimbing : Sitti Syamsiah & Muh Erwin Rosyadi
Pencapaian tertib administrasi dalam pengelolaan rekam medis tidak lepas dari penerapan
prinsip ergonomi, termasuk di ruang penyimpanan berkas rekam medis. Prinsip dasar
dalam ergonomi adalah menyesuaikan manusia dengan pekerjaannya, keamanan dan
kenyamanan dalam bekerja. Namun pada kenyataannya tidak selalu menerapkan
ergonomi karena beberapa hambatan. Fakta menunjukkan bahwa masih banyak
ditemukan adanya dampak-dampak yang diinginkan. Seperti adanya sebuah kecelakaan
penyakit akibat kerja, kelelahan yang sering terakumulatif, rasa tidak nyaman. Tujuan
dari penulisan ini adalah menjelaskan gambaran aspek ergonomi di ruang penyimpanan
rekam medis. Database pencarian jurnal pada penelitian ini menggunakan database
Google scholer. Dari 6 jurnal yang telah di review dapat diketahui bahwa pencahayaan di
ruang penyimpanan ditemukan masih ada yang kurang dan tidak sesuai standar, hanya
dua jurnal yang sudah sesuai standar. Ditemukan juga pencahayaan yang tidak diukur
secara ilmiah. Pada aspek suhu masih ada yang tidak sesuai dengan standar, dan
ditemukan ada penelitian yang belum menggunakan pendingin (AC) ataupun exhause
pada ruang filling, sehingga terasa pengap dan panas rata-rata suhu pada ke 6 jurnal
adalah 22-29,4ºC dan masih ditemukan resiko-resiko yang akan dialami oleh petugas baik
keselamatan maupun kesehatan kerja.
Kata Kunci : Ergonomi, Filling dan Ruang Penyimpanan
v
ABSTRACT
NUR AINUN 17.03.206 : LITERATURE REVIEW OF ERGONOMIC
ASPECTS IN MEDICAL RECORDS STORAGE
Advisor : Sitti Syamsiah & Muh Erwin Rosyadi
Achievement of orderly administration in managing medical records cannot be
separated from the application of ergonomic principles, including in the medical
record file storage room. The basic principle in ergonomics is to adapt humans to
their work, safety and comfort at work. But in reality, ergonomics do not always
apply due to several obstacles. The fact shows that many of the desired effects are
still being found. Such as an occupational disease accident, often accumulated
fatigue, discomfort. The purpose of this paper is to describe an overview of
ergonomic aspects in the medical record storage room. The journal search
database in this study uses the Google Scholer database. From the 6 journals that
have been reviewed, it can be seen that the lighting in the storage room was found
to be lacking and not up to standard, only two journals were according to the
standard. Also found lighting that is not scientifically measured. In the aspect of
temperature there are still those that are not in accordance with the standard, and
there are studies that have not used refrigeration (AC) or exhause in the filling
room, so it feels stuffy and hot, the average temperature in the 6 journals is 22-
29.4 ºC and is still found. The risks that will be experienced by officers, both occupational safety and health.
Keywords: Ergonomics, Filling and Storage Space
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana Wataalah sebagai
pencipta wujud dan rasa syukur dan cinta seorang ham kepada Sang Khalik.
Karena berkar rahmat-Nya la sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kasus Literature Review dengan judul “ASPEK ERGONOMI DI RUANG
PENYIMPANAN REKAM MEDIS”. Laporan Kasus ini di ajukan sebagai salah
satu persyaratan dalam menyelesaikan program studi D3 Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan di STIKES panakkukang Makassar.
Laporan Kasus ini penulis mempersembahkan khususnya kepada kedua
orang tua, untuk ibunda Hj. Suhara dan ayahanda Sudirman dan saudara saya
Mirna Sudirman, atas segala do’a yang tiada henti-henti nya, dukungan dan
semangat serta kasih sayangnya lah yang memberikan kekuatan tersendiri untuk
penulis dalam menyusun Laporan Kasus ini.
Penulis mengucapkan banyak terimah kasih atas jasa-jasa Ibu Sitti
Syamsiah, S.Kp, M.Kes dan Bapak Muh Erwin Rosyadi S, S.Kom., M.Kes selaku
pembimbing saya, yang penuh ketulusan dan kesabaran meluangkan waktu,
tenaga, dan pikirannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis sampai
terselesaikannya Laporan Kasus ini.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terimah kasih dan hormat yang
sebesar-besarnya kepada :
1. H. Sumardin Makka. SKM, M. Kes, selaku ketua yayasan perawat Sulawesi
Selatan (YPSS).
vii
2. Dr. Ns. Makkasau. M. Kes, selaku ketua STIKES Panakkukang Makassar.
3. Syamsuddin A.Md. PK. SKM. M. Kes, selaku ketua Prodi D-III Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan STIKES Panakkukang Makassar.
4. Arief Azhari Ilyas, SSt, M. Kes, selaku ketua Sekretaris Prodi D-III Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan.
5. Bapak dan ibu dosen serta seluruh staff STIKES Panakkukang Makassar yang
telah membantu penulis secara tidak langsung selama perkuliahan untuk
menuntut ilmu.
6. Teman-teman terdekat Nur Ainun, Orang Terkasih yang member semangat
dan selalu mensuport setiap hari, sahabat Ainun , The Nine Family, Geng
Petir dan semua teman-teman yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu,
terimah kasih telah memberi motivasi dan semanagat dalam menyelesaikan
tugas.
7. Rekan- rekan mahasiswa angkatan 2017 STIKES Panakkukang Makassar
program Studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, terimah kasih atas
kebesamaannya selama 3 tahun menuntut ilmu di STIKES Panakkukang
Makassar.
viii
Menyadari akan segala kekurangan dan keterbatasan penulis sebagaai
manusia biasa, maka penulis mengharapkan saran dan kritikan guna
menyempurnakan Laporan Kasus ini.
Akhirnya harapan penulis semoga Laporan Kasus Literature
Riview ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca khususnya bagi
penulis sendiri dan tak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu. Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis
bernilai ibadah disisi Allah Subhanahu wa ta’ala.
Makassar, November 2020
Penulis
Nur Ainun
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN SEBELUM UJIAN .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN SETELAH UJIAN ............................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ..................................................... v
HALAMAN ABSTRAK (Bahasa Indonsia) ......................................................... vi
HALAMAN ABSTRACT (Bahasa Inggris) ......................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penulis ........................................................................................... 4
D. Manfaat Penulis ......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Rekam Medis
1. Pengertian Rekam Medis .................................................................... 6
2. Tujuan Rekam Medis .......................................................................... 6
3. Nilai Guna Rekam Medis .................................................................... 7
4. Kegunaan Rekam Medis ..................................................................... 8
xii
xii
B. Tinjauan tentang Ergonomi
1. Definisi Ergonomi ............................................................................... 9
2. Tujuan dan Prinsip Ergonomi
a. Tujuan Ergonomi .......................................................................... 10
b. Prinsip Ergonomi .......................................................................... 11
c. Manfaat Ergonomi ........................................................................ 11
d. Sasaran Ergonomi ......................................................................... 12
3. Penerapan Prinsip Kerja Ergonomi ..................................................... 13
C. Tinjauan Tentang Penyimpanan
1. Pengertian tentang Penyimpanan Rekam Medis ................................. 17
2. Tujuan Penyimpanan ........................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ....................................................................................... 19
B. Pencarian Literatur
1. Kata Kunci .......................................................................................... 19
2. Database Pencarian ............................................................................. 20
3. Strategi Pencarian ............................................................................... 20
4. Kriteria Insklusi dan Ekslusi ............................................................... 21
5. Sintesis Hasil Review .......................................................................... 22
6. Ekstraksi Data ..................................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL ....................................................................................................... 27
B. PEMBAHASAN ....................................................................................... 36
xii
xiii
1. Penerangan/Pencahayaan di Ruang Penyimpanan
Rekam Medis ...................................................................................... 36
2. Pengaturan Suhu Ruangan di Ruang Penyimpanan
Rekam Medis ...................................................................................... 37
3. Resiko yang akan dialami Petugas di Ruang Penyimpanan
Rekam Medis ...................................................................................... 39
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 40
B. SARAN ..................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 48
xii
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Strategi Pencarian Jurnal ....................................................................... 21
Tabel 3.2 Kriteria Inkslusi & Ekslusi .................................................................... 21
Tabel 3.3 Ekstraksi Data Literature Review.......................................................... 23
Tabel 4.1 Hasil Pencarian Literature .................................................................... 27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2009).
Jenis pelayanan kesehatan terdiri atas pelayanan kesehatan perorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan masyarakat dilihat dari
bentuk pelayanannya yaitu pelayanan klinik dan puskesmas (Presiden
Republik Indonesia, 2009)
Rumah sakit sebagai salah satu pelayanan kesehatan yang merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Rumah sakit mempunya kewajiban dalam
penyelenggaraan rekam medis dan wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan tentang tentang semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit
dalam bentuk sistem informasi manajemen rumah sakit (Republik Indonesia,
2009)
Salah satu pendukung pelayanan kesehatan yang berada di rumah sakit
adalah rekam medis. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan
2
2
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain kepada pasien pada pasien. (Kemenkes RI, 2008)
Pencapaian tertib administrasi dalam pengelolaan rekam medis tidak
lepas dari penerapan prinsip ergonomi, termasuk di ruang penyimpanan
berkas rekam medis. Prinsip dasar dalam ergonomi adalah menyesuaikan
manusia dengan pekerjaannya, keamanan dan kenyamanan dalam bekerja.
Namun pada kenyataannya tidak selalu menerapkan ergonomi karena
beberapa hambatan. Fakta menunjukkan bahwa masih banyak ditemukan
adanya dampak-dampak yang diinginkan. Seperti adanya sebuah kecelakaan
penyakit akibat kerja, kelelahan yang sering terakumulatif, rasa tidak nyaman.
Selain itu masalah yang sering terjadi di ruang penyimpanan adalah kesalahan
dalam penyisipan rekam medis akibat penerangan yang buruk, kapasitas rak
penyimpanan yang tidak memadai menyebabkan tertumpuknya rekam medis
dan ventilasi udara yang buruk.
Berdasarkan penelitian Windari, dkk (2018) di RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta menyatakan bahwa aspek ergonomi ruang
penyimpanan antara lain pengelolaan dan perlengkapan ruang penyimpanan
sudah sesuai dengan teori yang ada kecuali untuk alat bantu pijakan. Suhu
dan kelembapan sudah ideal, tingkat kebisingan rendah, namun pencahayaan
tidak merata. Adapun resiko keselamatan yang dialami oleh petugas antara
terdiri dari resiko keselamatan kebakaran, terjepit roll o’pack dan terjatuh dari
alat bantu pijakan. Dan resiko kesehatan yang dialami oleh petugas antara
3
3
lain kaki dan tangan pegal, nyeri tengkuk, gatal-gatal, luka akibat tergores,
sesak nafas dan tenggorokan serak(Windari et al., 2018).
Penelitian Nurbaeti, dkk (2019) di RSUD Waled Kabupaten Cirebon juga
menyatakan bahwa dari hasil observasi dan hasil pengukuran pada aspek
ergonomi lingkungan di ruangan penyimpanan berkas rekam medis,
temperatur suhu dan kelembaban udara tertinggi berada pada nilai 29,4°C dan
64% dimana tidak memenuhi standar ergonomi dan temperatur suhu dan
kelembaban udara terendah dengan nilai 29°C dan 60% yang memenuhi
standar ergonomi. Pengukuran tingkat pencahayaan pada
ruanganmenggunakan digital Luxmeter dari 11 hasil pengukuran tingkat
pencahayaan hanya 2 yang memenuhi standar ergonomi yaitu dengan nilai
177,0 Lux dan 157,6 Lux terdapat nilai tingkat pencahayaan yang rendah
dengan nilai 22,8 Lux yang tidak memenuhi standar ergonomi(Nurbaeti et al.,
2019).
Berdasarkan permasalahan yang masih ditemukan dari penelitian
sebelumnya, maka penulis tertarik mengambil literature review“Aspek
Ergonomi di Ruang Penyimpanan Rekam Medis”
PICO merupakan metode pencarian informasi klinis yang merupakan
akronim dari 4 komponen: P (Population atau Problem atau Patient atau
Program), I (Intervention, Prognostic Factor atay Exposure), C
(Comparison), O (Outcome). Dengan menggunakan PICO, kita dapat
memastikan penelitian yang dicari sesuai dengan pertanyaan klinis.
Pertanyaan klinis dalam literature rivew ini menggunakan format PICO yaitu
4
4
: P Ruang Penyimpana (Filling), I Tidak ada , C Tidak ada perbandingan, O
Aspek Ergonomi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yaitu :
Bagaimanakah gambaran Aspek Ergonomi di Ruang Penyimpanan Rekam
Medis?
C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Menjelaskan gambaran Aspek Ergonomi di Ruang Penyimpanan Rekam
Medis.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya jurnal terkait penerangan/pencahayaan di ruang
penyimpanan rekam medis
b. Teridentifikasinya jurnal terkai pengaturan suhu ruangan di ruangan
penyimpanan rekam medis
c. Teridentifikasinya jurnal terkait resiko yang akan dialami petugas di
ruang penyimpanan rekam medis
D. Manfaat Penulis
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi, hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dan pengembangan rekam medis terutama di ruang
penyimpanan.
5
5
b. Bagi penulis, hasil penulisan ini dapat menambah pengetahuan dan
menjadi pengalaman yang berharga.
c. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan sebagai bahan acuan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi instansi pelayanan kesehatan, hasil penulisan ini dapat menjadi
bahan evaluasi dan pedoman untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja
di ruang penyimpanan rekam medis.
b. Bagi tenaga rekam medis, sebagai pedoman untuk merencanakan
sistem ruang penyimpanan yang ergonomi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Rekam Medis
1. Pengertian Rekam Medis
a. Menurut PERMENKES No. 269/MENKES/PER/III/2008:
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
b. Menurut Gemala Hatta
Rekam medis merupakan kumpulan fakta tentang
kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan
sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh praktisi
kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien(Hatta, 2017).
2. Tujuan Rekam Medis
Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Tanpa dukungan suatu sistem pengolahan rekam medis
yang baik dan benar, tertib administrasi di rumah sakit tidak akan
berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi
merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya
pelayanan kesehatan di rumah sakit. (Rustiyanto, 2010)
7
Pembuatan rekam medis di rumah sakit bertujuan untuk
mendapatkan catatan atau dokumen yang akurat dan adekuat dari
pasien, mengenai kehidupan dan riwayat kesehatan, riwayat penyakit
di masa lalu dan sekarang, juga pengobatan yang telah diberikan
sebagai peningkatan pelayanan kesehatan.(Rustiyanto, 2010)
Rekam medis dibuat untuk tertib administrasi di rumah sakit yang
merupakan salah satu faktor penentu dalam rangka uapaya peningkatan
pelayanan kesehatan(Rustiyanto, 2010).
3. Nilai Guna Rekam Medis
a. Nilai guna Rekam Medis
1. Bagi Paien
a) Menyediakan bukti asuhan keperawatan atau tindakan
medis yang diterima oleh pasien.
b) Menyediakan data bagi pasien jika pasien datang untuk
yang kedua kalinya dan seterusnya.
c) Menyediakan data yang dapat melindungi pekerja
kecelakaan pribadi atau mal prakek.
2. Bagi Fasilitas pelayanan kesehatan
a) Memiliki data yang dipakai untuk bekerja profesional
kesehatan.
b) Sebagai bukti atas biaya pembayaran pelayanan medis
pasien.
c) Mengevaluasi penggunaan sumber daya.
8
3. Bagi pemberi Pelayanan
a) Menyediakan informasi untuk membantu seluruh tenaga
profesional dalam merawat pasien
b) Membantu dokter dalam menyediakan data perawatan yang
bersifat berkesinambungan pada berbagai tingkatan
pelayanan kesehatan.
c) Menyediakan data-data untuk penelitian dan pendidikan
4. Kegunaan Rekam Medis
Menurut (Rustiyanto, 2010)kegunaan rekam medis secara umum
antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahlinya yang
ikut ambil bagian di dalam memberikan pelayanan pengobatan,
perawatan kepada pasien.
b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang
harus diberikan kepada seorang pasien.
c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan,
perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien
berkunjung/dirawat di rumah sakit.
d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan
evaluasiterhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.
e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun
dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
9
f. Menyediakan data-data khususnya yang sangat berguna untuk
penelitian dan pendidikan.
g. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan
medik pasien.
h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta
sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan.
B. Tinjauan tentang Ergonomi
1. Definisi Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, dari kata ergos dan nomos
yang memiliki arti “kerja” dan aturan atau kaidah”, dari kedua kata
tersebut secara pengertian bebas sesuai dengan perkembangannya,
yakni suatu aturan atau kaidah yang ditaati dalam lingkungan
pekerjaan. Ditinjau dari fakta historis, ergonomi telah menyatu dengan
budaya manusia sejak zaman megaliti, dalam proses perancangan dan
pembuatan benda-benda seperti alat kerja dan barang buatan sesuai
dengan kebutuhan manusia pada zamannya. Banyak defenisi tentang
ergonomi yang dikeluarkan oleh para pakar dibidangnya antara lain:
a. Menurut Corleet dan Clark, 1995Ergonomi adalah studi dari
kemampuan manusia dan karakteristik yang memengaruhi
perancangan peralatan dan system kerja (Wowo Sunaryo Kuswana,
2016:2).
10
b. Menurut Bridger, 2003Ergonomi merupakan ilmu yang
mempelajari interaksi antara manusia dengan mesin dan faktor lain
yang memengaruhinya(Wahyuni S, 2016).
2. Tujuan dan Prinsip Ergonomi
a. Tujuan Ergonomi
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan
beban kerja fisik dan mental dan kepuasan kerja.
2) Untuk menciptakan suatu kombinasi yang serasi (kesesuaian
antara peralatan kerja dan manusia sebagai pekerja) sehingga
tercapai produktif.
3) Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan
kualitas kontak social, mengelolah dan mengkordinir kerja
secara tepat guna meningkatkan jasmani social baik selama
kurun waktu produktif maupun setelah tidak produktif.
4) Mengurangi beban kerja, karena apabila peralatan kerja dan
kondisi lingkungan tidak mendukung maka akan menjadi
beban tambahan.
Dari penjelasan mengenai tujuan ergonomi khususnya dalam
meningkatkan kesejahtraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera penyakit akibat kerja perlu memperhatikan faktor resiko bekerja
di unit rekam medis khususnya pada rungpenyimpanan rekam medis.
Hal-hal atau resiko yang harus diperhatikan adalah resiko terjatuh dan
11
kebakaran sehingga dilakukan pengendalian dengan pengadaan
topangan kaki yang stabil atau tangga dan penyediaan APAR yang
sesuai.
b. Prinsip Ergonomi
Menerapkan dan memahami prinsip ergonomi akan mempermudah
evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan
dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang
digunakan dalam pekerjaan tersebut terus menerus berubah. Prinsip
ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat
kerja, terdapat 11 (sebelas) prinsip ergonomi, yaitu sebagai berikut:
1) Bekerja dalam posisi atau postural normal
2) Mengurangi beban berlebihan
3) Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan
4) Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh
5) Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan
6) Minimalisasi gerakan statis
7) Minimalisasikan titik beban
8) Mencakup jarak ruang
9) Mengurangi stress
10) Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
11) Melakukan gerakan, olahraga dan peregangan saat
bekerja(Wahyuni S, 2016)
c. Manfaat Ergonomi
12
Dengan adanya ergonomi maka diperoleh manfaat sebagai berikut:
1) Menurunnya angka sakit akibat kerja.
2) Menurunnya kecelakaan kerja
3) Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang
4) Stres akibat kerja berkurang
5) Produktivitas membaik
6) Alur kerja bertambah baik
7) Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera
8) Kepuasan kerja meningkat
9) Pekerjaan lebih cepat sekali
10) Resiko kerja lebih kecil
11) Gairah dan kepuasam kerja lebih tinggi
12) Kelelahan berkurang
13) Absensi kerja berkurang(Wahyuni S, 2016)
d. Sasaran Ergonomi
Penerapan ergonomi di bidang kesehatan akan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi kerja karena sasaran dari ergonomi adalah:
1) Meningkatkan kesejahteraan fsik dan mental dengan
meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental),
mencegah penyakit akibat kerja dan meningkatkan kepuasan
kerja
2) Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan
kualitas kontak sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih
13
baik dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat
kerja.
3) Berkontribusi di dalam keseimbangan nasional antara aspek-
aspek teknik,ekonomi, antropologi, dan budaya dari sistem
manusia mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem
manusia-mesin(Wahyuni S, 2016).
3. Penerapan Prinsip Kerja Ergonomi
1. Peralatan kerja
Keselamatan bermula pada meja perencanaan, desain peralatan
(seperti tinggi rak terbuka dengan petugas penyimpangan yaitu 200
cm, meja yaitu (54-58 cm), dan kursi yaitu 38-48 cm) atau lokasi
kerja dapat menimbulkan atau mencegah kecelakaan. Perencanaan
yang sadar akan keselamataan kerja selalu memberi ruang gerak
yang cukup guna mencegah kecelakaan sewaktu menggunakan
barang. Seperti menyediakan tangga untuk alat pengendali di atas
kepala. Singkatnya, mesin yang selamat senantiasa lengkap
dengan kontak pengaman, seperti akat penghentian beban
berlebihan (Ihwal, 2014).
Penempatan peralatan yang tepat sangat penting, penyesuaian
antar peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja ini bukan aspek
fisiknya saja tetapi jugakemampuan intelektual atau
berpikirnya.Dalam hal ini yang ingin dicapai oleh ergonomi adalah
14
mencegah kelelahan tenaga kerja yang menggunakan alat-alat
tersebut.
Apabila peralatan kerja dan manusia atau tenaga tersebut sudah
cocok maka kelelahan dapat dicegah dan hasilnya lebih efesien.
Hasil suatu proses kerja yang efesien berarti memperoleh
produktivitas kerja yang tinggi.
Peralatan kerja harus sesuai dengan manusia pemakai,
lingkungan kerjanya harus mendukung fungsi tubuh yang sedang
bekerja. Hal ini yang dituju dalam pelaksanaan ergonomi di tempat
kerja. Dengan ergonomi akan dijamin manusia bekerja sesuai
dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasannya. Ergonomi
dimanfaatkan sebagai suatu cabang ilmu akan sangat bermanfaat
bagi manusia bekerja, dimana saja dan kapan saja(Ihwal, 2014).
2. Penerangan/pencahayaan
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi pegawai
guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja, oleh sebab itu
perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi
tidak menyilaukan(Ihwal, 2014).
Pencahayaan yang cukup dan diatur secara baik juga akan
membantu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan
menyenangkan sehingga dapat memelihara kegairahan kerja
sedangkan Pencahayaan yang kurang dapat berakibat pada
kelelahan mata yang berlebihan. Sama halnya dengan berbagai
15
aktivitas di industry, karakteristik beban visual yang relative tinggi
dapat ditemuai pada sejumlah pekerjaan, seperti permesinan,
pengamatan di ruang kontrol, perakitan, pemeriksaan kualitas,
pemeriksaan di laboratorium, dan lain-lain. Untuk pekerjaan-
pekerjaan seperti ini (maupun berbagai jenis pekerjaan lain pada
umumnya), kondisi pencahayaan yang tertata dengan baik akan
meningkatkan kemampuan dalam melihat detail dari suatu objek
(visual acuity) serta meningkatkan kedalaman pandang (depth
offield) dari mata kita. Cahaya pada dasarnya adalah radiasi
gelombang elektromagnetik yang dapat terlihat oleh mata manusia
(Bridger, 2003). Spectrum gelombang elektromagnetik di mana
cahaya (yang terlihat oleh mata) memiliki panjang gelombang
sekitar 360-760 nano meter (nm). Warna violet ditandai oleh
panjang gelombang yang relative lebih pendek (400 nm) bila
dibandingkan dengan warna merah (700 nm), (Ihwal, 2014)
Penerangan/pencahayaan dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Penerangan alamiah yaitu cahaya matahari.
b. Penerangan buatan yaitu menggunakan sumber cahaya yang
bukan alamiah yaitu lampu listrik.
Untuk mengurangi pemborosan energi disarankan untuk
menggunakan penerangan alamiah, akan tetapi setiap tempat kerja
harus pula disediakan penerangan buatan yang memadai. Hal ini
untuk menanggulangi jika dalam keadaan mendung atau kerja di
16
malam hari. Perlu diingatkan bahwa bahwa penggunaan
penerangan buatan harus selalu diadakan perawatan yang baik oleh
karena lampu yang kotor akan menurunkan intensitas penerangan
sampai dengan 30%. Tingkat penerangan pada tiap-tiap pekerjaan
berbeda tergantung sifat dan jenis pekerjaannya (Tarwaka et al.,
2016)
Ruangan penyimpanan rekam medis harus mempunyai cukup
jendela sebagai jalan masuknya cahaya matahari.Jika cahaya yang
masuk ke dalamruangan tidak cukup perlu menggunakan cahaya
buatan (lampu listrik). Kriteria penerangan yang baik adalah :
1) Tidak menyilaukan
2) Tidak suram
3) Arah sinar cahaya menyebar secara merata dalam ruangan
4) Tidak berkedip-kedip
5) Tidak banyak bayangan
Menurut kepmenkes No 1405 tahun 2002, tentang
pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja
yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Faktor pencahayaan dalam ruangan ini sangat penting dan akan
sangat mendukung kinerja dalam bekerja di lingkungan ruang kerja
yang sehat dan nyaman. Intensitas cahaya di ruang kerja minimal
100 lux.
17
Standar Pencahayaan di Indonesia telah ditetapkan seperti
dalam peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.7 tahun 1964,
tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan dan penerangan di
tempat kerja. Standar penerangan yang ditetapkan untuk di
Indonesia tersebut secara garis besar hampir sama denagan standar
internasional.
3. Pengaturan Suhu Ruangan
Kualitas udara yang memenuhi syarat dan keselamatan
sangat diperlukan oleh semua penghuni ruangan (karyawan) maka
harus selalu dijaga dan di upayakan tetap dalam kisaran yang
nyaman untuk bekerja. Salah satu upaya untuk mendapatkan
ruangan dengan udara yang nyaman adalah dengan memasang AC
(Air Conditioner). Ruang ber-AC dianjurkan menyetel suhu antara
24-26°C (Tarwaka et al., 2016)
Temperatur atau suhu di tempat kerja harus diperhatikan
karena dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia
mempunyai temperature yang berbeda. Tenperatur yang terlampau
dingin akan mengakibatkan gairah kerja menurun, sedangkan
terlampau panas akan mengakibatkan cepat timbul kelelahan dalam
bekerja dan cenderung membuat banyak kesalahan.
C. Tinjaun tentang Penyimpanan
1. Pengertian tentang Penyimpanan Rekam Medis
18
Pengaturan dan penyimpanan rekam medis atas dasar sistem
penataan tertentu melalui prosedur yang sistematis, sehingga sewaktu-
waktu dibutuhkan/diperlukan dapat diketemukan kembali secara cepat
dan tepat(Hozisah, 2001)
Sistem penyimpanan yang baik dan sesuai merupakan kunci
kerahasian dan kebaikan manajemen rekam medis dari suatu sarana
pelayanan kesehatan.
Dengan didukung :
a. Sistem
b. Sarana (peralatan)
c. Procedur atau tata kerja
d. SDM yang cakap dan terampil
2. Tujuan Penyimpanan
Menurut (Hozisah, 2001)tujuan penyimpanan rekam medis secara
umum antara lain sebagai berikut.
a. Menyediakan rekam medis secara utuh atau secara lengkap apabila
sewaktu-waktu diperlukan.
b. Menghindari pemborosan waktu dan tenaga dalam penemua
kembali.
c. Memanfaatkan tempat atau sarana penyimpanan.
d. Mengamankan atau melindungi rekam medis dari bahaya, bencana
kebakaran, kebanjiran dan lain-lain.
e. Menjaga informasi (kerahasian) yang terkandung didalamnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan penjabaran lebih lanjut dari desain
rangkuman hasil penelitian dengan jenis literature review untuk mencari
referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang akan
diangkat. Dari 7 peletian sebelumya, 2 artikel dengan metode penelitian
Studi Kasus (study casus), 1 artikel metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross sectional, 1 artikel metode penelitian deskriptif, 1 artikel
metode penelitian deskriptif dengn pendekatan kualitatif, 1 artikel metode
penelitian deeskriptif kuantitatif dan 1 artikel dengan metode penelitian
pengarsipan ilmu ruang interior.
B. Pencarian Literatur
Sumber data pada literature review adalah data sekunder, data utama
adalah artikel hasil penelitian, sehingga kualitas data ditentukan pada
pencarian literature.
1. Kata Kunci
Hal yang paling penting dalam pencaria literature adalah kata
kunci yang digunakan dalam pencarian database, kata kunci sangan
menentukan kualitas yang diperoleh sehingga kata kunci harus disusun
sebaik mungkin. Beberapa yang perlu diperhatikan dalam menyusun
kata kunci adalah alternative kata kunci lain yang serupa, persamaan
kata, atau makna, ejaan dan bentuk kata kuncinya jamak atau tunggal
19
20
karna semua yang kita dapatkan pada pencarian database ditentukan
kata kunci yang dimasukkan. Pencarian jurnal pada penelitian ini
menggunkan kata kunci atau keyword dengan pendekatan boolen
operator yaitu Ergonomi, Filling dan Ruang Penyimpanan.
2. Database Pencarian
Setelah penulis menetukan kata kunci yang akan digunakan maka
langkah selanjutnya adalah atau database pencarian, artikel penelitian
dapat penulis peroleh .pada jurnal-jurnal online yang teerdapat pada
jurnal database, maka penulis menggunakan database pencarian jurnal
nasional seperti google Scholer dan Garba Rujukan Digital
(GARUDA).
Database pencarian jurnal pada penelitian ini menggunakan
database Google scholer.
3. Strategi pencarian
Strategi pencarian yamg dimaksud adalah bagaimana cara kita
mendapatkan literature atau artikel yang kita cari sesuai dengan criteria
yang telah kita tetapkan. Salah satu strategi yang kita bisa gunakan
dalam pencarian literature adalah penggunaan Boolean system yaitu
perintah yang digunakan pada mesin pencarian seperti penggunaan
kata AND, OR, NOT pada kata kunci, maka hal ini berarti
memberikan perintah untuk memuncul artikel dengan kata kunci.
21
Tabel 3.1
Strategi Pencarian Jurnal
DATABASE STRATEGI PENCARIAN JURNAL
Google Scholar Aspek Ergonomi AND Ruang penyimpanan
Ruang Penyimpanan OR filling
4. Kriteria Inskulisi dan Ekslusi
Kriteria insklusi artinya syarat yang harus dipenuhi artikel tersebut
agar bisa dijadikan data untuk dilakukan literature review, sedangkan
kriteria ekslusi adalah indikator ketika itu ditemukan pada artikel
tersebut maka artikel itu tidak diambil dalam proses literatue review.
Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan dasar dalam menentukan
kriteria inklusi dan eksklusi. Misalnya :Literature Riview Aspek
Ergonomi di Ruang Penyimpanan Rekam Medis, maka proses
inklusi dan eksklusi dapat dibuat seperti ini:
Tabel 3.2
Kriteria Insklusi dan Ekslusi
INSKLUSI EKSLUSI
Artikel tahun 2015-2020 Pengambilan Berkas Rekam
Medis
Aspek Ergonomi Penjajaran Berkas Rekam Medis
Desain tata letak Ruangan Filling Tidak full teks, hanya
menampilkan abstrak
Pada tabel diatas menjelaskan bahwa artikel yang diambil adalah
artikel yang memenuhi kriteria inklusi yang telah kita tetapkan,
sedangkan apabila memenuhi kriteria eksklusi maka itu tidak diambil.
22
5. Sintesis Hasil Review
Sintesis hasil literature sangat ditekankan untuk mendapatkan
literature yang berkualitas. Proses seleksi literature diawali dengan
mencari literature pada jurnal database. Pencarian dilakukan pada
Google Scholer, dan didapatkan 145 artikel sesuai dengan kata kunci
dan strategi pencarian. Setelah mendapatkan beberapa artikel
selanjutnya diseleksi sesuai dengan kriteria Inklusi yang telah
ditetapkan dan didaptkan 14 atikel. Setelah di identifkasi hanya 6
artikel yang memenuhi kriteria. 3 arikel dikeluarkan karena artikel di
bawah tahun 2015 sedangkan artikel yang dicari adalah lima tahun
terakhir, 3 artikel dikeluarkan karena artikel tersebut tidak lengkap
hanya menampilkan abstrak sehingga sulit untuk penulis
mengidentifikasi artikel tersebut, dan 1 artikel yang dikeluarkan karena
tidak menampilkan besaran suhu pada ruangan.
23
6. Ekstraksi data
3.3 Ekstraksi Data Literature Riview
No Nama &
Tahun judul Desain Penelitian Pencahayaan di
ruang penyimpanan
Suhu di ruang
penyimpanan
Resiko yang akan
dialami petugas di ruang penyimpanan
1 (Irmawati et
al., 2019)
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(K3) di Bagian
Filling
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
deskriptifdan
rancangan
penelitian secara cross sectional
Intensitas cahaya
yang ada di ruang
filling didapatkan
hasil adalah 31
lux
Suhu di ruangan
filling adalah 27,6⸰C
Resiko yang
mungkin timbul
antara lain adalah
petugas terjatuh.
2 (Mathar et
al., 2019)
Perancangan ulang
tata kelola ruang
Filling
berdasarkan ilmu
ergonomi di
Puskesmas
Banjarejo Kota
Madium
Desain ini adalah
desain pengarsipan
ilmu ruang interior
Intensitas cahaya
di ruang kerja
minimal 100 lux
Di ruangan
penyimpanan tidak
di temukan adanya
AC sebagai penstabil
suhu maupun
exhause yang
berfungsi sebagai
sirkulsi udara di
ruang penyimpanan
Ruangan
penyimpanan yang
panas dan kotor
mengakibatkan
ketidaknyaman dan
mempengaruhi
kesehatan bagi
petugas.
3 (Jepisah,
2020) Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Ergonimi Ruangan
Filling terhadap
Akses petugas rekam medis di
Metode penelitian
ini adalah bersifat
deskriptif dengan
pendekatan
kualitatif
Intensitas cahaya
di ruang kerja
minimal 100 lux
Suhu di ruangan
filling adalah 22-
26⸰C
Ruangan filling
yang sempit
menyebabkan
ketidaknyamanan
petugas dan dapat berpengaruh
24
No Nama &
Tahun judul Desain Penelitian Pencahayaan di
ruang penyimpanan
Suhu di ruang
penyimpanan
Resiko yang akan
dialami petugas di ruang penyimpanan
RSUD Siak Tahun 2018
terhadap kesehatan.
4 (Nurbaeti et Tinjaun Aspek Jenis penelitian Tingkat Ruangan Menimbulkan al., 2019) Ergonomi di yang digunakan pencahayaan pada Penyimpanan berkas resiko jatuh karna Ruang adalah deskriptif ruangan rekam medis menggunakan Penyimpanan Sub kuantitatif. penyimpanan temperaturesuhu dan bekas laci yang bagian Rekam rekam medis kelembapan udara bermaterial kayu Medis RSUD menggunakan alat tertinggi berada pada sebagai ganti waled Kabupaten digital nilai 29.4⸰C dan 64 pijakan. Cirebon luxmeterdari 11 % , kelembapan
hasil pengukuran udara terendah
tingkat dengan nilai 28.0⸰C
pencahayaan dan 60 %
hanya 2 yang
memenuhi standar
ergonomi yaitu
dengan nilai
177.0 lux dan
157.6 lux
5 (Windari et Tinjauan Aspek Jenis penelitian Pencahayaan Rata-rata suhu dan Risiko keselamatan al., 2018) Ergonimi Ruang yang digunakan tidak diukur kelembaban di ruang meliputi kebakaran, Filling adalah penelitian secara ilmiah. filling RS PKU terjepit roll o’pack Berdasarkan studi kasus (case Dari hasil Muhammadiyah dan terjatuh dari Antropometri study) observasi terdapat Yogyakarta adalah alat bantu pijakan. petugas Filling 9 buah lampu 27,3⸰C dan 55% Adapun risiko
25
No Nama &
Tahun judul Desain Penelitian Pencahayaan di
ruang penyimpanan
Suhu di ruang
penyimpanan
Resiko yang akan
dialami petugas di ruang penyimpanan
terhadap
keselamatan dan
kesehatan kerja
(K3) petugas
dengan daya 40
watt dan
menggunakan
tegangan 220
Volt
kesehatan yang
dialami oleh
petugas filling
antara lain kaki dan
tangan pegal, nyeri
tengkuk, gatal-
gatal, luka akibat
tergores, sesak
nafas dan
tenggorokan serak.
6 (Anggita & Gangguan Jenis penelitian Rata-rata Dari hasil Tingkat resiko Fitria, 2020) Kesehatan Kerja digunakan adalah keseluruhan pengukuran suhu yang terjadi, dan Kecelakaan penelitian pencahayaan di diperoleh suhu Resiko rendah : pada Petugas Deskriptif. ruang filling 23,9⸰C mata perih, nyeri Medis di Bagian sekitar 56,8 luks. pinggang, sesak Filling Rumah napas, nyeri Sakit Roemani punggung, Muhammadiyah kelelahan, Semarang Tahun berkunang-kunang, 2019 kepanasan, terjatuh/terpeleset. Resiko sedang : pegal-pegal, kesemutan dan Resiko tinggi :
26
No Nama &
Tahun judul Desain Penelitian Pencahayaan di
ruang penyimpanan
Suhu di ruang
penyimpanan
Resiko yang akan
dialami petugas di ruang penyimpanan
batuuk, pilek,
bersin-bersin,
tertimpa benda/dokumen.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Tabel 4.1 Hasil Pencarian Literatures
no Nama
Penulis
Nama
Jurnal
(Vol,No)
Judul Metode
(Design,
Populasi
Variabel)
Hasil Penelitian Sumber
Database
1 Irmawati , Lily
Kresnow
ati, Edy
Susanto,
Teni
Ikhsan
Nurfalah
(2019)
Jurnal
Manajeme
n
Informasi
Kesehatan
Indonesia
(Vol. 7,
No. 1)
Kesehata
n dan
Keselamt
an Kerja
(K3) di
Bagian
Filling
Jenis
penelitian
yang
digunakan
adalah
penelitian
deskriptif.
Metode
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini adalah
observasi
dan
wawancar
a dengan
pendekata
n cross
sectional.
1. Pencahayaan ruang filling yaitu 31 lux.
2. Suhu diruang
filling umumnya
yaitu 27,5ºC
3. Resiko yang
mungkin timbul
yaitu kelelahan
mata,
berkurangnya daya
dan efisiensi kerja,
kelelahan mental,
sakit kepala,
meningkatnya
kecelakaan kerja
Google Scholar
2 Irmawati
Mathar,
Nurlina,
Puspa
(2019)
Prosiding
Call For
Paper
SMIKNA
S
Perancan
gan Ulag
Tata
Kelola
Ruang
Filling
Berdasar
kan Ilmu
Ergonom
i di
Puskesm as
Tema
yang
digunakan
dalam
desain ini
adalah
pengarsipa
n ilmu
ruang
interior
yang terkait
1. Pencahayaan ruang
filling yaitu minimal
100 lux.
2. Tidak ditemukan
adanya AC sebagai
penstabil suhu
maupun exhause
yang berfungsi
sebagai sirkulasi
udara di ruang
penyimpanan
sehingga menyebabkan
Google Scholar
28
anjarejo
Kota
Madiun
dengan
ergonomic
yang baik
dan benar.
pengab dan panas
3. Resiko yang
mungkin timbul
yaitu
ketidaknyamanan
dan mempengaruhi
Kesehatan bagi petugas.
3 Doni
Jepisah
(2020)
Menara
Ilmu (Vol.
XIV, No.
01)
Faktor-
Faktor
yang
Mempen
garuhi
Ergonom
i
Ruangan
Filling
Terhadap
Akses
Petugas
Rekam
Medis di
RSUD
Siak
Tahun
2018
Metode
penelitian
ini adalah
bersifat
deskriptif
dengan
pendekata
n kualitatif
1. Pencahayaan
diruang filling
yaitu minimal 100
lux.
2. Suhu di ruangan
filling yaitu 22-
26⸰C
3. Resiko yang
mungkin timbul
yaitu
ketidaknyamanan
petugas dan dapat
berpengaruh
terhadap kesehatan
Scholar
4 Widya
Nurbaeti,
Jaenudin,
Iin Indra
Nuraeni
(2019)
Jurnal
Kesehatan
Mahardika
(Vol. 6,
No. 2)
Tinjauan
Aspek
Ergonom
i di
Ruang
Penyimp
anan Sub
Bagian
Rekam
Medis
RSUD
Waled Kabupat
en Cirebon
Metode
penelitian
ini
mengguna
kan
metode
deskriptif
1. Pencahayaan
diruang filling
yaitu 22,8 lux
2. Suhu diruang
filling yaitu 29.4ºC
3. Resiko yang
mungkin timbul
yaitu risiko jatuh
karena
menggunakan
bekas laci yang
bermaterial kayu
sebagai ganti
pijakan.
Scholar
5 Adhani
Windari,
Edy
Susanto,
Elise
Garmelia
Jurnal
Rekam
Medis dan
Informasi
Kesehatan
(Vol. 1,
Tinjauan
Aspek
Ergonom
i Ruang
Filling Berdasar
Jenis
penelitian
yang
digunakan
adalah
penelitian
1. Pencahayaan diruang
filling yaitu daya 40
wat dan
menggunakan
tegangan 220 volt
2. Suhu diruang filling
Scholar
29
, Hidayatu
l Maula
(2018)
No.2) kan
Antropo
metri
Petugas
Filling
terhadap
Keselam
atan dan
Kesehata
n Kerja
(K3)
Petugas
studi
kasus
(case
study).
Subjek
dalam
penelitian
ini adalah
5 orang
petugas
filling di
RS PKU
Muhamma
diyah
Yogyakart
a. Objek
dalam
penelitian
ini adalah
ruang filling.
yaitu 27,3ºC 3. Resiko yang
mungkin terjadi
yaitu kebakaran,
terjepit Roll
Opack, dan
terjatuh dari alat
bantu pijakan,
tangan pegal, nyeri
tengkuk, sesak
nafas, gatal – gatal
luka akibat
tergores.
6 Dita
Anggita
Sar,
Fitria
Wulanda
ri (2020)
VISIKES
(Vol. 18,
No.2)
Ganggua
n
Kesehata
n Kerja
dan
Kecelaka
an Pada
Petugas
Unit
Rekam
Medis di
Bagian
Filling
Rumah
Sakit
Roemani
Muham
madiyah
Semaran
g Tahun
2019
Jenis
penelitian
digunakan
adalah
penelitian
deskriptif.
Metode
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini adalah
observasi
dan
wawancar
a dengan
petugas
filling.
Adapun
variabel
dalam
penelitian
ini adalah
Peneranga n,
1. Pencahayaan
diruang filling
yaitu rata – rata
sekitar 56,8 lux
2. Suhu diruang
filling yaitu
23,9ºC.
3. Resiko yang
mungkin timbul
adalah mata perih,
nyeri pinggang,
sesak nafas, nyeri
punggung,
kelelahan mata,
berkunang –
kunang,
kepanasan,
terjatuh/terpeleset..
Scholar
30
Ventilasi,
Suhu,
Debu,
APD (Alat
Pelindung
Diri),
Kecelakaa
n Kerja
dan
Gangguan
Kesehatan.
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa aspek ergonomi
diantaranya :
1. Penerangan/Pencahayaan Di Ruang Penyimpanan Rekam Medis
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa pencahayaan
yang ada di filling umum di dapatkan hasil 31 lux. Hal ini justru
berbanding terbalik dengan pencahayaan yang ada diruang filling
kesehatan jiwa terpadu yang bernilai 595,8 luks, yang artinya bahwa
penerangan di ruang filling kesehatan jiwa terpadu melebihi standar yang
seharusnya sehingga dapat juga menyebabkan kelelahan mata (Irmawati,
Lily Kresnowati, Edy Susanto, Teni Ikhsan Nurfalah (2019). Intensitas
cahaya di ruang kerja minimal 100 lux (Irmawati Mathar, Nurlina, Puspa
(2019). Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux (Doni Jepisah
(2020). Pengukuran tingkat pencahayaan pada ruangan penyimpanan
rekam medis menggunakan alat digital uxmeter dari 11 hasil pengukuran
tingkat pencahayaan hanya 2 yang memenuhi standar ergonomi yaitu
dengan nilai 177.0 Lux dan 157.6 Lux terdapat nilai tingkat pencahayaan
yang rendah dengan nilai 22.8 Lux yang tidak memenuhi standar
31
ergonomi (Widya Nurbaeti, Jaenudin, Iin Indra Nuraeni (2019).
Pencahayaan tidak diukur secara ilmiah oleh penulis karena keterbatasan
alat ukur, berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan terdapat 9
buah lampu dengan daya 40 watt dan menggunakan tegangan 220 Volt.
Setiap lampu ditempatkan diantara 2 lorong rak. Hal tersebut
menyebabkan pencahayaan tidak merata (Adhani Windari, Edy Susanto,
Elise Garmelia, Hidayatul Maula (2018). Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan petugas menyatakan bahwa ruangan filling sudah
cukup terang dengan alasan karena adanya penambahan lampu di tengah
ruangan dan penataan posisi lemari yang tinggi di dalam ruangan lebih
tertata sehingga tidak menghalangi cahaya. Didapatkan intensitas
penerangan paling tinggi berada pada pojok kiri belakang (115 lux), dan
intensitas penerangan paling rendah berada di pojok kanan depan (22
lux). Dengan rata-rata keseluruhan di ruangan filling diperoleh sekitar
56,8 lux (Dita Anggita Sar, Fitria Wulandari (2020).
Pencahayaan dari ke 6 penelitian sebelumnya yang telah di review
masih terdapat penelitian yang tidak sesuai dengan standar. Diketahui
juga ada penelitian yang tidak mengukur pencahayaan secara ilmiah
karena keterbatasan alat ukur, tetapi dari hasil observasi diketahui
pencahayaan tidak merata.
2. Pengaturan Suhu Ruangan di Penyimpanan Rekam Medis
Dari hasil pengukuran suhu ruang filling jika dibandingkan dengan
teori suhu di ruang filling umum bernilai 27,6 ºC, suhu tersebut tersebut
32
belum sesuai dengan standar yang ada, meskipun sudah adanya AC
diruang filling umum. Suhu yang ada diruang filling kesehatan jiwa
terpadu bernilai 27,5ºC nilai ini juga belum sesuai dengan standar
meskipun sudah terdapat AC. Dan kelembaban di ruang filling umum
bernilai 65,6% ssehingga dapat dikatakan sudah sesuai standar yang ada
sedangkan kelembaban di ruang filling kesehatan jiwa bernilai 68% yang
artinya juga sudah sesuai standar yaitu diantara 65%-95% (Irmawati, Lily
Kresnowati, Edy Susanto, Teni Ikhsan Nurfalah (2019). Di ruangan
penyimpanan tidak di temukan adanya AC sebagai penstabil suhu
maupun exhause yang berfungsi sebagai sirkulsi udara di ruang
penyimpanan hal tersebut menyebabkan ruangan menjadi pengap dan
panas. Ada baiknya apabila ruang penyimpanan minimal diberikan
exhause untuk sirkulasi udara, alangkah baiknya apabila di lakukan
pengadaan Air Conditioner (AC) sekaligus karena hal ini dapat
menunjang produktivitas kerja dari petugas (Irmawati Mathar, Nurlina,
Puspa (2019). Suhu di ruangan filling adalah 22-26⸰C (Doni Jepisah
(2020). Berdasarkan hasil observasi dan pengukuran pada aspek
ergonomi lingkungan di ruangan penyimpanan berkas rekam medis
temperature suhu dan kelembapan udara tertinggi berada pada nilai
29.4ºC dan 64% dimana tidak memenuhi standar ergonomi dan
temperature suhu dan kelembapan udara terendah dengan nilai 28.0ºC
dan 60% yang memenuhi standar ergonomic (Widya Nurbaeti, Jaenudin,
Iin Indra Nuraeni (2019). Sistem penyimpanan rekam medis di RS PKU
33
Muhammadiyah Yogyakarta dilakukan secara sentralisasi. Adapun suhu
dan kelembaban di ruang filling RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
pada pagi hari dengan suhu 27ºC dan kelembaban 55 %, siang hari
dengan suhu 28ºC dan kelembaban 52%, dan sore hari ddengan suhu
27ºC dan kelembaban 58%. Adapun rata-rata suhu dan kelembaban di
ruang filling adalah 27,3ºC dan 55% (Adhani Windari, Edy Susanto,
Elise Garmelia, Hidayatul Maula (2018). Untuk suhu pada ruang filling,
dari hasil pengukuran di RS Roemani Muhammadiyah Semarang
diperoleh suhu 23,9ºC (Dita Anggita Sar, Fitria Wulandari (2020).
Suhu dari 6 penelitian sebelumnya yang telah di review masih ada
yang tidak sesuai dengan standar, dan ditemukan ada penelitian yang
belum menggunakan pendingin (AC) ataupun exhause pada ruang filling,
sehingga terasa pengap dan panas.
3. Resiko Yang Akan Dialami Petugas Di Ruang Penyimpanan Rekam
Medis.
Resiko yang mungkin timbul antara lain adalah petugas terjatuh.
Penerangan yang melebihi standar juga dapat menyebabkan kelelahan
pada mata, berkurangnya daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental,
keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata,
kerusakan alat penglihatan, meningkatnya kecelakaan kerja (Irmawati,
Lily Kresnowati, Edy Susanto, Teni Ikhsan Nurfalah (2019). Ruangan
penyimpanan yang panas dan kotor mengakibatkan ketidaknyaman dan
mempengaruhi kesehatan bagi petugas (Irmawati Mathar, Nurlina, Puspa
34
(2019). Ruangan filling yang sempit menyebabkan ketidaknyamanan
petugas dan dapat berpengaruh terhadap kesehatan (Doni Jepisah (2020).
Menimbulkan resiko jatuh karna menggunakan bekas laci yang
bermaterial kayu sebagai ganti pijakan (Widya Nurbaeti, Jaenudin, Iin
Indra Nuraeni (2019). Risiko keselamatan meliputi kebakaran, terjepit
roll o’pack dan terjatuh dari alat bantu pijakan. Adapun risiko kesehatan
yang dialami oleh petugas filling antara lain kaki dan tangan pegal, nyeri
tengkuk, gatal-gatal, luka akibat tergores, sesak nafas dan tenggorokan
serak (Adhani Windari, Edy Susanto, Elise Garmelia, Hidayatul Maula
(2018). Tingkat resiko yang terjadi, Resiko rendah : mata perih, nyeri
pinggang, sesak napas, nyeri punggung, kelelahan, berkunang-kunang,
kepanasan, terjatuh/terpeleset. Resiko sedang : pegal-pegal, kesemutan
dan Resiko tinggi : batuk, pilek, bersin-bersin, tertimpa benda/dokumen
(Dita Anggita Sar, Fitria Wulandari (2020).
Resiko yang dialami petugas antara lain adalah terjatuh.
Penerangan yang melebihi standar juga dapat menyebabkan kelelahan
pada mata, berkurangnya daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental,
keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata,
kerusakan alat penglihatan, meningkatnya kecelakaan kerja. Ruangan
filling yang sempit, panas dan kotor menyebabkan ketidaknyamanan
petugas dan dapat berpengaruh terhadap kesehatan bagi petugas.
Persamaan dari literature yang telah di review yaitu 4 penelitian
menggunakan metode deskriptif dimana metode deskriptif adalah metode
35
yang menggambarkan masalah-masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat
atau komunitas tertentu termasuk bidang rekam medis. Sumber data yang
digunakan dalam melakukan pencarian literature tersebut adalah database
Google Scholar.
B. PEMBAHASAN
1. Penerangan/Pencahayaan Di Ruang Penyimpanan Rekam Medis
Dari 6 jurnal yang telah di review dapat diketahui bahwa
pencahayaan di ruang penyimpanan ditemukan masih ada yang kurang
dan tidak sesuai standar, hanya dua jurnal yang sudah sesuai standar
yaitu Perancangan Ulang Tata Kelola Ruang Filling Berdasarkan Ilmu
Ergonomi di Puskesmas Banjarejo Kota Madium(Irmawati Mathar,
Nurlina, Puspa (2019) dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ergonomi
Ruangan Filling Terhadap akses petugas Rekam Medis di RSUD Siak
Tahun 2018 (Doni Jepisah (2020) . Ditemukan juga pencahayaan yang
tidak diukur secara ilmiah oleh penulis karena keterbatasan alat ukur,
namun dari hasil observasi ditemukan pencahayaan tidak merata.
Hal ini tidak sesuai dengan dengan KEPMENKES No. 1405
tahun 2002 tentang pencahayaan di lingkungan ruangan kerja yang sehat
dan nyaman dan intensitas cahaya di dalam ruang kerja adalah minimal
100 lux.
Berdasarkan teori PMK No. 7 tahun 1964 menyatakan bahwa
penerangan yang cukup diatur secara baik dapat mempengaruhi
36
lingkungan kerja yang nyaman dapat mempengaruhi lingkungan kerja
yang nyaman dapat meningkatkan produktivitas petugas. Penerangan
yang buruk akan mempengaruhi fungsi mata, intensitas penerangan yang
dibutuhkan di masing-masing tempat kerja di tentukan dari jenis dan sifat
petugas.
Ihwal (2014) juga menyebutkan bahwa Cahaya atau penerangan
sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna mendapat keselamatan dan
kelancaran kerja, oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan
(cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan.
Menurut penulis pencahayaan di ruang penyimpanan rekam medis
harus sesuai standar KEPMENKES No. 1405 tahun 2002 tentang
pencahayaan ruang kerja yang sehat dan nyaman dan intensitas cahaya di
dalam ruang kerja adalah minimal 100 lux, agar pencahayaan merata dan
memudahkan petugas dalam bekerja. Intensitas cahaya tergantung dari
luasnya Ruang Penyimpanan. Perlu diketahui bahwa pencahayaan juga
bisa didapatkan dari cahaya matahari langsung, ruang Penyimpanan
harus mempunyai cukup jendela sebagai jalan masuknya cahaya
matahari, jika cahaya yang masuk ke dalam ruangan tidak cukup perlu
menggunakan cahaya buatan ( lampu listrik). Kriteria penerangan yang
baik adalah, tidak menyilaukan, tidak suram, arah sinar cahaya menyebar
secara merata dalam ruangan, tidak berkedip-kedip, dan tidak banyak
bayangan.
2. Pengaturan Suhu Ruangan di Ruang Penyimpanan Rekam Medis
37
Aspek ergonomi suhu dapat diketahui dari ke 6 penelitian
sebelumnya masih ada yang tidak sesuai dengan standar, dan ditemukan
ada penelitian yang belum menggunakan pendingin (AC) ataupun
exhause pada ruang filling, sehingga terasa pengap dan panas. Dari ke 6
penelitian sebelumnya rata-rata suhu didapatkan berkisar 22°C-29,4°C.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Rustiyanto dan Warih Ambar
(2011) dalam Windari (2018) yang menyebutkan bahwa suhu ideal di
ruang filling adalah 18-28°C dan kelembaban ideal adalah 40%-60%.
Depkes (1997) menyatakan bahwa ruangan penyimpanan arsip
jangan terlalu lembab, harus dijaga supaya tetap kering. Supaya ruangan
tidak terlalu lembab perlu diatur berkisar 65°F sampai 75°F atau 22°C
sampai 25°C.
Wignjosoebroto (2002) dalam Irmawati (2019) menyebutkan
bahwa produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling
tinggi pada temperatur sekitar 24°C sampai 27°C.
Sunaryo (2014) dalam Sari (2019) juga menyatakan bahwa terlalu
dingin suhu akan berdampak pada produktifitas pekerja sedangkan
terlampau panas dapat mengakibatkan kelelahan dalam bekerja akan
membuat banyak kesalahan dan standar suhu nyaman untuk bekerja
berkisar 24-26°C.
Tarwaka et al,(2016) juga menyatakan kualitas udara yang
memenuhi syarat dan keselamatan sangat diperlukan oleh semua
penghuni ruangan (karyawan) maka harus selalu dijaga dan di upayakan
38
tetap tetap dalam kisaran yang nyaman untuk bekerja. Salah satu upaya
untuk mendapatkan ruangan dengan udara yang nyaman adalah dengan
memasang AC (Air Conditioner). Ruang ber-A dianjurkan menyetel
suhu antara - .
Menurut penulis Suhu pada ruang penyimpanan rekam medis harus
memenuhi standar Depkes (1997) menyatakan bahwa ruangan
penyimpananan arsip jangan terlalu lembab, harus di jaga agar tetap
kering. Supaya ruangan tidak terlalu lembab perlu diatur berkisar 65 F
atau F atau sampai , agar tidak terasa pengap dan panas
karna mempengaruhi kelembaban berkas Rekam Medis. Intisitas suhu di
ruang penyimpanan Rekam Medis tergantung dari luas ruang
penyimpanan, peralatan kerja dan banyaknya petugas yang ada di dalam
Ruang Penyimpanan.
3. Resiko Yang Akan Dialami Petugas Di Ruang Penyimpanan Rekam
Medis
Berdasarkan hasil review dari ke 6 penelitian sebelumnya dapat
diketahui bahwa dari ketidak sesuaian dengan standar baik pencahayaan
maupun suhu masih ditemukan resiko-resiko yang akan dialami oleh
petugas baik keselamatan maupun kesehatan kerja.
Berdasarkan teori PMK No. 7 tahun 1964 menyatakan bahwa
penerangan yang cukup diatur secara baik dapat mempengaruhi
39
lingkungan kerja yang nyaman dapat mempengaruhi lingkungan kerja
yang nyaman dapat meningkatkan produktivitas petugas.
Sunaryo (2014) dalam Sari (2019) juga menyatakan bahwa terlalu
dingin suhu akan berdampak pada produktifitas pekerja sedangkan
terlampau panas dapat mengakibatkan kelelahan dalam bekerja akan
membuat banyak kesalahan.
Menurut penulis kenyamanan kerja petugas dengan memperhatikan
pencahayaan dan suhu pada ruang Rekam Medis, jika suhu ruangan tidak
memenuhi standar maka berpengaruh pada berkas rekam medis dan
termasuk petugas rekam medis, karna petugas dapat kepanasan dalam
bekerja, dan jika pencahayaan tidak memenuhi standar maka sangat
berpengaruh pada petugas rekam medis, seperti mata lelah dalam
melakukan pekerjaan karna minimnya pencayaan di ruang Rekam Medis.
40
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dari 6 jurnal yang telah di review dapat diketahui bahwa pencahayaan di
ruang penyimpanan ditemukan masih ada yang kurang dan tidak sesuai
standar, hanya dua jurnal yang sudah sesuai standar. Ditemukan juga
pencahayaan yang tidak diukur secara ilmiah.
2. Dari ke 6 penelitian sebelumnya masih ada yang tidak sesuai dengan
standar, dan ditemukan ada penelitian yang belum menggunakan
pendingin (AC) ataupun exhause pada ruang filling, sehingga terasa
pengap dan panas.
3. Berdasarkan hasil review dari ke 6 penelitian sebelumnya dapat diketahui
bahwa masih ditemukan resiko-resiko yang akan dialami oleh petugas
baik keselamatan maupun kesehatan kerja.
B. SARAN
1. Sebaiknya lebih diperhatikan lagi aspek keselamatan dan kesehatan kerja
petugas dengan penambahan lampu agar pencahayaan optimum.
2. Sebaiknya lebih diperhatikan kenyamanan kerja petugas dengan
memperhatikan suhu pada ruangan filling. suhu ruangan juga
mempengaruhi kelembaban rekam medis.
41
DAFTAR PUSTAKA
Anggita, D., & Fitria, S. (2020). Petugas Unit Rekam Medis di Bagian Filing
Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun 2019. VISIKES:
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 18(2), 60–66.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan. Depkes RI.
Hatta, G. (2017). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. UI-Press.
Hozisah. (2001). Pelatihan Dasar Manajemen Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan. Ikatan Alumni Akademi Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan Indonesia Esa Unggul.
Ihwal. (2014). Penerapan Prinsip Ergonomi Pada Tempat Penyimpanan Berkas
Rekam Medis di Rumah Sakit Ibnu Sina YW UMI. STIKES Panakkukang
Makassar.
Irmawati, I., Kresnowati, L., Susanto, E., & Nurfalah, T. I. (2019). Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja (K3) Di Bagian Filing. Jurnal Manajemen Informasi
Kesehatan Indonesia, 7(1), 38. https://doi.org/10.33560/jmiki.v7i1.215
Jepisah, D. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ergonomi Ruangan
Filling Terhadap Akses Petugas Rekam Medis Di Rsud Siak Tahun 2018.
XIV(01), 43–49.
Kemenkes RI. (2008). Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam
Medis. Kemenkes RI.
Mathar, I., Nurlina, & Puspa. (2019). Perancangan Ulang Tata Kelola Ruang
Filling Berdasarkan Ilmu Ergonomi di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
Jurnal Prosiding Call For Paper SMIKNAS, 171–181.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam
Medis. Menkes RI.
Nurbaeti, W., Jaenudin, & Nuraeni, I. I. (2019). Tinjauan Aspek Ergonomi Di
Ruang Penyimpanan Sub Bagian Rekam Medis Di Rsud Waled Kabupaten
Cirebon. Jurnal Kesehatan Mahardika, 6(2), 52–55.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Vol. 4, Issue 2). http://www.albayan.ae
Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009, tentang Rumah Sakit.
42
Rustiyanto, E. (2010). Statistik Rumah Sakit untuk Pengambilan Keputusan.
Graha Ilmu.
Tarwaka, Bakri, S. H., & Sudiajeng, L. (2016). Ergonomi Untuk Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Universitas Islam Batik Surakarta.
Wahyuni S, S. (2016). Penerapan Prinsip Ergonomi Pada Rung Penyimpanan di
Rumah Sakit Umum Daerah Lasinrang. STIKES Panakkukang Makassar.
Windari, A., Susanto, E., Garmelia, E., & Maula, H. (2018). Tinjauan Aspek
Ergonomi Berdasarkan Antropometri Petugas Filing Terhadap Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja (K3) Petugas. Jurnal Rekam Medis Dan Informasi
Kesehatan, 1(2), 81. https://doi.org/10.31983/jrmik.v1i2.3845
43
RIWAYAT HIDUP
Nama Nur Ainun lahir di Sempang pada
tanggal 18 April 1999.. Anak kedua dari dua
bersaudara dari pasangan Sudirman dan Hj. Suhara.
Saudara kandung dari Mirna Sudirman
Pada tahun 2004 penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak RA
DDI Sempang. Setelah selesai pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan
di Sekolah Dasar Negeri 126 Patampanua. Setelah tamat sekolah dasar pada tahun
2011 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Pinrang. Tepatnya pada
tahun 2014 penulis tamat di sekolah menengah pertama dan melanjutkan
pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Pinrang dan tamat pada tahun 2017.
Setelah penulis tamat sekolah menengah atas pada tahun 2017, penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Panakkukang Makassar, pada program studi D3 Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan.