211
IMPLEMENTASI BIMBINGAN AGAMA DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DI PONDOK YATIM PIATU DAN DHUAFA “DAAR EL-YAQIN” MALAKA KOTA JAKARTA UTARA PROVINSI DKI JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Oleh: Nur Syita Salamah NIM. 11150520000022 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H. /2020 M.

implementasi bimbingan agama dalam upaya

Embed Size (px)

Citation preview

IMPLEMENTASI BIMBINGAN AGAMA DALAM UPAYA

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DI PONDOK YATIM PIATU

DAN DHUAFA “DAAR EL-YAQIN”

MALAKA KOTA JAKARTA UTARA PROVINSI DKI JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh:

Nur Syita Salamah

NIM. 11150520000022

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H. /2020 M.

IMPLEMENTASI BIMBINGAN AGAMA DALAM UPAYA

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DI PONDOK YATIM PIATU

DAN DHUAFA “DAAR EL-YAQIN”

MALAKA KOTA JAKARTA UTARA PROVINSI DKI JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk

Memenuhi Persyaratan Memeroleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Disusun Oleh :

Nur Syita Salamah

NIM. 11150520000022

Pembimbing

Prof. Dr. H. Daud Effendi, AM

NIP. 19490504 197703 1 001

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILNIU KOMUNIRASI

UIN SYARIF IIIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H / 2020 M.

ABSTRAK

Nusyita Salamah 11150520000022, IMPLEMENTASI BIMBINGAN

AGAMA DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DI

PONDOK YATIM PIATU DAN DHUAFA DAAR EL-YAQIN

MALAKA KOTA JAKARTA UTARA PROVINSI DKI JAKARTA.

Santri di Pondok Yatim Piatu “Daar El-Yaqin”, malaka kota jakarta

utara ini cenderung belum mengenali serta memahami bagaimana karakter.

Didirikannya pondok ini dimaksudkan sebagai wadah ilmu pengetahuan

bagi anak yatim piatu dan dhuafa untuk bisa mengenali dan menanamkan

karakter yang sesuai dengan ajaran Islam.

Tujuan penelitian pada pondok tersebut dimaksudkan: (1) untuk

menganalisis strategi apa yang dipakai (2) untuk menganalisis hasil

implementasi .Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

metode deskriptif. Dengan subjek penelitian adalah anak yatim, piatu dan

dhuafa. Analisis data menggunakan teori Creswell. , dengan cara

mempersiapkan dan mengorganisasikan data untuk dianalisis,

mengeskplorasi dan pengkodean data, menganalisis lebih detail dengan

mengkoding data, menerapkan proses koding, dan memvalidasi hasil

penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Strategi Bimbingan

Agama yang diberikan serta diterapkan oleh pembimbing yaitu Strategi

Bimbingan agama melalui penugasan, pembiasaan, pengawasan,

pengarahan serta keteladan, hukuman atau sanksi.(2) Hasil implementasi

bersifat positif karena berhasil membentuk karakter anak menjadi anak yang

baik.

Kata Kunci: Bimbingan Agama, Pembentukan Karakter, Anak

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahirrabil’alamiin,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

atas karunia dan hidayah-Nya selama ini, penulis masih diberikan

kekuatan untuk selalu beriman dan taat kepada-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi

Bimbingan Agama Dalam Upaya Pembentukan Karakter

Anak di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara.” Sholawat teriring salam tak lupa pula

penulis curahkan kepadada Baginda Nabi Besar Nabi Muhammad

SAW, seluruh keluarganya, para sahabatnya, dan para pengemban

risalahnya yang telah membawa kita sebagai umatnya islam dari

zaman kebodohan ke zaman yang penuh teknologi dan kemajuan

seperti sekarang ini.

Dalam setiap tahapan penyelesaian skripsi ini, penulis

mengucapkan banyak rasa syukur karena masih diberikan waktu

dan kesempatan untuk menyelesaikannya, penulis menyadari

masih banyak sekali kekurangan dalam penulisan karya ilmiah

ini, karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis dapat

serta kemampuan penulis. Pada kelemahan dan keterbatasan

penulis tersebut, dengan yang penuh terbuka penulis

mengharapkan adanya kritik dan aran yang membangun dan

bermanfaat. Sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan dan memperbaiki kesalahan yang ada dikemudian

hari.

ii

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk dapat

memperoleh gelar sarjana pada program Bimbingan dan

Penyuluhan Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Untuk itu dalam kesempatan kali ini dengan segala

kerendahan hati, penulis juga ingin menyampaikan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya terutama kepada kedua

orangtua penulis Ayahanda tercinta Muhammad Hatta, SH. dan

Ibunda tersayang Asmanih, serta kedua adikku yang sangat ku

banggakan, Muhammad Hisyamuddin dan Azka Khairul Muslim

yang telah menghantarkan penulis untuk menempuh pendidikan

sampai pada titik ini. Selain itu, penulis ingin mengucapkan

banyak terimakasih kepada semua pihak atas segala bantuan yang

telah diberikan selama penulis belajar dan berjuang dalam

menempuh pendidikan di ranah Perguruan Tinggi terutama dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu rasa terimakasih

ini penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

Prof. Dr. Amany Umar Burhanuddin Lubis, MA.

2. Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Zulkifli, MA.

Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Prof. Dr. Ahmad

Rodoni, MM, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Prof. Dr.

Masri Mansoer, MA. Wakil Rektor Bidang Kerjasama, Prof.

Dr. Andi M. Faisal Bakti, MA yang telah memberikan ilmu

serta banyak sekali kesempatan dan pengalaman dalam

menjalankan satu periode kepengurusan organisasi

iii

kemahasiswaan tingkat universitas sehingga satu periode

kepengurusan penulis dapat berjalan lancar.

3. Kepala Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian (BAUK),

Kastolan, S.Pd., M.Si. beserta seluruh staff dan karyawan,

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan (BPK), H.

Khairunas, SH., MH, beserta seluruh staff dan karyawan,

Kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan

Kerjasama (BAAKK), Drs. H. Khoirudin, MM beserta seluruh

staff dan karyawan, yang telah membantu,mengarahkan

penulis untuk terus belajar dan memeperbaiki kesalahan

dalam hal keadministrasian serta birokrasi tingkat universitas,

sehingga roda kepengurusan organisasi kemahasiswaan dapat

berjalan sesuai program kerja dan ketepan yang sudah

ditetapkan.

4. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D., Wakil

Dekan I Bidang Akademik, Dr. Siti Napsiyah, MSW., Wakil

Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dr. Sihabudin Noor,

MA, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Drs.

Cecep Castrawijaya, MA.

5. Ketua Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam,

Noor Bekti Negoro, SE, M.Si., Sekretaris Program Studi

Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Artiarini Puspita Arwan,

M.Psi, yang telah meluangkan waktunya untuk sekedar

berkonsultasi dan meminta bantuan dalam hal perkuliahan.

6. Dosen Pembimbing Skripsi, Prof. Dr. H. Daud Effendi, AM

yang telah begitu bijaksana memberikan ilmunya kepada

peneliti di tengah kesibukan yang padat, serta membimbing

iv

penulis dengan sabar agar skripsi ini selesai dengan baik dan

juga bermanfaat.

7. Dosen Penasihat Akademik, Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D Yang

telah memberikan masukan awal kepada penulis mengenai

skripsi.

8. Seluruh dosen dan segenap karyawan beserta staff Tata Usaha

dan jajarannya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi

yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat serta

bantuan dalam hal akademis.

9. Pimpinan dan karyawan perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan buku serta

fasilitas lainnya sehingga penulis mendapat banyak referensi

dalam penelitian ini.

10. Terkasih,sosok teman berjuang sekaligus teman hidup penulis

Moch. Daniel Halim Badran, S.Sos, yang rela meluangkan

waktunya untuk berbagai banyak hal kepada penulis dalam

menyelesaikannya,senantiasa memeberikan semangat tiada

henti bagi penulis untuk bisa menyelesaikan penelitian ini.

11. Sahabat terdekat, Chalisa Okta Rahma Sari, Aisyi Akmala

yang selalu setia menemani dan membantu peneliti dalam

menyusun skripsi sampai memperoleh gelar sarjana serta tidak

pernah bosan mendengar keluh kesah penulis yang berbagi

drama kehidupan ini.

12. Keluarga besar Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara telah memberikan izin kepada

penulis untuk melaksanakan penelitian, yang selalu

menyediakan waktunya. Tak lupa juga Ustadz Mochammad

Sholeh As Saidi, S.Ag yang selalu ikhlas, sabar, dan penuh

v

kesungguhan dalam memberikan informasi dan keperluan

penelitian kepada penulis.

13. Seluruh keluarga Besar Bimbingan dan Penyuluhan Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama kepada Angkatan

2015 yang telah memberi banyak pengetahuan, pengalaman,

dan menemani penulis baik suka maupun duka dan menjadi

teman untuk bertukar pikiran.

14. Seluruh keluarga Besar Bimbingan dan Penyuluhan Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Angkatan 2016,2017, 2018,

dan 2019 yang telah memberi banyak cerita, pengalaman, dan

menemani penulis baik suka maupun duka dan menjadi adik

kelas yang baik dan selalu menghibur penulis.

15. Adik Jurusan Tersayang Bunga Nur Eliza, sosok adik kecil

cerdas yang mengetahui perjuangan selama penulis belajar

dan berproses di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

16. Tim Badan Pengurus Harian (BPH) Dewan Eksekutif

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2019,

Sultan Rivandi (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) , Riski

Ari Wibowo (Fakultas Syariah dan Hukum), Andriyani

(Fakultas Ekonomi dan Bisnis), Diana Novita Sari (Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Raudatul Jannah (Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan) dan yang terutama Wakil Sekertaris

Jenderal kesayangan Qoriyana Nurselvi (Fakultas Sains dan

Teknologi) yang telah memberikan untaian sejarah sebuah

proses berorganisasi yang membuat kita belajar bahwa hasil

tidak akan pernah menghianati sebuah proses.

17. Seluruh Presidium Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta periode 2017,2018 dan 2019 serta

vi

seluruh teman-teman pengurus lainnya yang selalu setia dan

menemani sampai akhir kepengurusan.

18. Teman-teman seluruh pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Periode 2017

terutama Bidang Kemahasiswaan yang telah memberikan

ilmu dan pengalaman mengenai ke oraganisasian.

19. Seluruh Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

(KOMFAKDA) Cabang Ciputat yang telah jadi tempat

pertama bagi penulis belajar dan pengalaman organisasi.

20. Seluruh Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Cabang Ciputat yang telah menjadikan penulis mau

belajar dan berani keluar dari zona nyaman dan mencoba

pengalaman baru dalam berorganisasi.

21. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Program

Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Cabang Ciputat yang telah jadi tempat pertama bagi penulis

belajar dibimbng, diarahkan, diberikan semngat serta

kesempatan dan motivasi dalam mengukir sejarah pengalaman

organisasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Latihan

Kader (II), dan Latihan Khusus Kohati (LKK), ilmu yang

didapatkan menjadi bekal penulis untuk terus belajar dan

berusaha.

22. Keluarga besar DNKTV Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

vii

memberikan ilmu dan pengalaman baru bagi peneliti akan

dunia broadcasting terutama Angkatan MDP 7 DNKTV .

23. Teman-teman serta pengurus Korps HMI Wati (KOHATI)

HMI Cabang Ciputat dan HMI Komisariat Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi (KOMFAKDA) yang telah

memberikan ilmu dan pengalaman dalam memaknai arti

perempuan sesungguhnya.

24. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang

Tangerang yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mengikuti Latihan Khusus Kohati (LKK)

sebagai angkatan pertama, telah memberikan teman baru,

keluar baru,ilmu baru serta pengalaman baru bagi penulis.

25. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang

Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk mengikuti Latihan Kader II (LK II) dengan angkatan

bernama sukun, bukan hanya memberikan teman baru, keluar

baru,ilmu baru serta pengalaman baru bagi tapi juga mengukir

sejarah perjuangan berproses di HMI bagi penulis, sehingga

bisa diimplementasikan dalam kehidupan penulis disejarah

kehidupan selanjutnya.

26. Teman-teman serta seluruh anggota Kelompok Mahasiswa

Penyuluh (POKMALUH) Program Studi Bimbingan dan

Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada masanya

yang telah memberikan pengalaman berorganisasi mengenal

arti kerjasama, kekompakan dan berbagi ice breaking menarik

yang dapat diamalkan penulis di organiasai lainnya.

viii

27. Teman-teman serta pengurus Forum Keluarga Mahasiswa

Betawi (FKMB) Pengurus Wilayah Tangerang Selatan yang

telah memberikan warna tersendiri bagi peneliti, mengenal,

mencitai serta melestarikan budaya warisan nenek moyang

adalah tugas kita bersama.

28. Teman-teman serta pengurus Himpunan Mahasiswa Bogor

(HIMABO) yang telah memberikan pengalaman bagi peneliti

untuk belajar, mengenal serta mengetahui, budaya sunda yang

merupakan asal dari nenek peneliti yang merupakan keturunan

sunda agar bisa melestarikan budaya keluarga.

29. Abang-abang senior UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dedi

Eka Setiawan, Donni Bhestadi dan Deni Hidayat, Briyan

Muhammad Wiryo Santoso, Ahmad Fuad Maulana, Ahmad

Nabil Bintang, dan Nurikhsan Aldi, serta semua yang tidak

bisa saya sebutkan satu-persatu yang senantiasa selalu

membimbing dan menjadi mentor bagi penulis.

30. Teman-teman Tariku Ulfi, Nizar,dinda, ii, pute, azki, aida,

rahma dan lainnya, yang telah banyak memberikan ilmu tari

kepada penulis sehingga dapat mengisi kekosangan waktu

dengan melestarikan budaya Indonesia..

31. Kepada Seluruh pihak yang terlibat dan belum dituliskan oleh

penulis diatas dalam mengukir sejarah pengalaman hidup

selama berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai

mendapat gelar sarjana, dengan ketulusan hati penulis

memohon maaf atas kekhilafan yang telah dilakukan tersebut

karena penulis tidak disebutkan satu persatu atau menjelaskan

secara menyeluruh. Semoga amal dan kebaikan kalian selalu

diijabah oleh Allah SWT.

ix

Dengan tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada

kalian semua, penulis mengucapkan banyak terima kasih banyak.

Semoga semua bantuan dan perhatian yang tercurah selama ini

semoga mendapat balasan pahala yang berlimpah dari Allah SWT.

Selain itu, semoga apa yang kita cita-cita kan semua terwujud di

masa depan, dan semoga Allah SWT memberikan yang terbaik

untuk kita semua serta mendapat ridho dari-Nya.

Jakarta, 12 Februari 2020

Nur Syita Salamah

x

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN DOSESN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR .................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................... x

DAFTAR TABEL. ........................................................ ..........xii

DAFTAR GAMBAR .............................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................ 13

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................ 17

D. Metodologi Penelitian .......................................................... 18

E. Tinjauan Kajian Terdahulu .................................................. 30

F. Sistematika Penulisan ........................................................... 32

BAB II LANDASAN TEORI

A. Implementasi Bimbingan Agama

1. Pengertian Implementai ............................................ 35

2. Pengertian Bimbingan Agama .................................. 37

B. Karakter Anak Yatim Piatu dan Dhuafa...............................49

1. Pengertian Karakter ................................................... 49

2. Pengertian Anak Yatim, Piatu dan Dhuafa ............... 52

C. Kerangka Berfikir................................................................ 56

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK YATIM PIATU DAN

DHUAFA DAAR EL-YAQIN

xi

A. Sejarah Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-Yaqin .... 59

B. Visi, Misi dan Tujuan ........................................................... 62

C. Struktur Organisai. ............................................................... 65

D. Program dan Jadwal Kegiatan Santri .................................... 68

E. Sumber Dana ........................................................................ 73

F. Sarana Pra Sarana ................................................................. 74

G. Syarat Bergabung.................................................................. 75

H. Pelayanan .............................................................................. 75

I. Foto Dokumentasi ................................................................ 76

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Data Informan… .................................................................. 79

B. Temuan Lapangan .............................................................. .125

BAB V PEMBAHASAN

A. Strategi Bimbingan Agama dalam Upaya Pembentukan

Karakter Anak di Pondok Yarim Piatu dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara… ................................... 145

B. Hasil Implementasi Bimbingan Agama dalam Upaya

Pembentukan Karakter Anak di Pondok Yarim Piatu dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ........ 156

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan…........................................................................ 173

B. Implikasi… ........................................................................... 176

C. Saran… ................................................................................. 177

DAFTAR PUSTAKA...............................................................181

LAMPIRAN..............................................................................193

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lingkar Prosedur Pengumpulan Data ……....................... 29

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir …........................................….……….. 58

Gambar 3.1

Gambar 3.2

Gambar 3.3

Gambar 3.4

Gambar 3.5

Gambar 3.6

Gambar 3.7

Gambar 3.8

Gambar 3.9

Gambar 3.10

Gambar 3.11

Struktur Kepengurusan........................................................

Logo Pondok........................................................................

Aula Sebra Guna Pondok Yatim Piatu & Dhuafa “Daar El-

Yaqin”..................................................................................

Gedung Pondok Yatim Piatu & Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Menjabat Sebagai Ketua Tutup Tahun SMP........................

Suasana Lingkungan Pondok Yatim Piatu & Dhuafa “Daar

El-Yaqin”……...................................................…...............

Tampak Depan Asrama Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“Daar El- Yaqin”…………...….....................................….

Tampak Ruang Kantor Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“Daar El- Yaqin”…….........................................................

Bimbingan Agama………………………………. .............

Setelah Kegiatan Bimbingan Agama.................... ..............

Kegiatan Bimbingan Agama……………………………....

Kegiatan Berenang Santri Asuh…………………………

.

67

76

76

76

76

77

77

77

77

77

77

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Harian Santri Asuh Pondok Yatim Piatu

dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin..............................................

72 Tabel 4.1

Tabel 4.2

Terbimbing Berdasarkan Jenis Kelami …............................

Terbimbing Berdasarkan Usia Santri Asuh........................

87

88

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter merupakan salah satu aspek yang termuat

dalam tujuan pendidikan nasional. . Tujuan Pendidikan karakter

itu sendiri berada dalam Pasal Undang-Undang No.20 Tahun

2003 Pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan nasional adalah

pendidikan yang mengembangkan potensi mengembangkan

kemampuan dan membentuk karakter serta perdaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar dapat menjadi manusia yang beriman dan betaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.1

Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010

mengeluarkan Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk mendukung

perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana

diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta

mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah

menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program

prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit

ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang

1 Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI Kementerian

Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Undang-undang Republik Indonesia

N0.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Jakarta )

https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/ Diakses pada Tanggal 7 Februari 2020,

Pukul, 11.00 WIB

2

Nasional (RPJPN) tahun 2005-20252, di mana pendidikan

karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi

pembangunan nasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat

berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab

berdasarkan falsafah Pancasila.” .3

Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Indonesia dan telah

disepakati oleh seluruh sekolah yang ada di Indonesia untuk

menetapkan adanya Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter

(PPK), dimana gerakan ini selain merupakan kelanjutan dan

kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter

Bangsa Tahun 2010 juga merupakan bagian integral Nawacita.

Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa dan

Gerakan Nasional Revolusi Mental dalam pendidikan yang

hendak mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk

mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir

dan cara bertindak dalam mengelola sekolah.

Untuk itu, Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam

pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para

pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling

berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan

sebagai prioritas Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

2 Syamsul Kurniawan., M.A, Pendidikan Karakter ( Konsep,

Implementasi secara terpadu, di lingkungan sekolah, keluarga,perguruan

tinggi dan msyarakat), ( Jakarta; AR-RUZZ MEDIA, 2016), Cet ke-3, Hal. 20 3 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,

Konsep Pedoman dan Penguatan Karakter ( Jakarta ) Hal. 9

http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id Diakses pada Tanggal 7 Februari

2020, Pukul, 11.00 WIB

3

Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah

sebagai berikut.

1. Religius

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap

Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku

melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut,

menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran

terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup

rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.

Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi

sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu

dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan).

Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai

dan menjaga keutuhan ciptaan.

Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi,

menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian,

percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan,

antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak

memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, dan melindungi

yang kecil dan tersisih.

2. Nasionalis

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap,

dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan

penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

4

Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa

sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban,

unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,

taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,

dan agama.

3. Mandiri

Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku

tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala

tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi

dan cita-cita.

Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras),

tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif,

keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

4. Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan

menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu

menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan

persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang-

orang yang membutuhkan.

Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja

sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama,

musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati,

anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

5.Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang

mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam

5

perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan

kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas

moral).

Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab

sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial,

melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan

kebenaran.

Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada

kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan,

tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat

individu (terutama penyandang disabilitas).

Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri

dan berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang

berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis

dan membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun

pendidikan karakter dimulai, individu dan lingkungan tempat

tinggal perlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik

secara kontekstual maupun universal. Nilai religius sebagai

cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan

agama dan keyakinan masing-masing dan dalam bentuk

kehidupan antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat,

maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan

bangsa nilai- nilai religius dimaksud melandasi dan melebur

di dalam nilai-nilai utama nasionalisme, kemandirian, gotong

royong, dan integritas. Demikian pula jika nilai utama

nasionalis dipakai sebagai titik awal penanaman nilai-nilai

6

karakter, nilai ini harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai

keimanan dan ketakwaan yang tumbuh bersama nilai-nilai

lainnya.

Dengan Penerapan Pendidikan Karakter yang sudah di

atur oleh dinas pendidikan dan juga pemerintah Indonesia

maka sudah sangat tergambarkan betapa pentingnya karakter

tersebut yang harus tertanam dalam setiap diri manusia

terutama di Indonesia karena pada dasarnya manusia adalah

makhluk sosial, ia senantiasa memerlukan bantuan orang

lain, manusia tidak dapat meminta dengan siapa iya

dilahirkan, dalam kondisi apa iya terlahir semua adalah

kehendak Allah SWT.oleh karenanya baik dalam kehidupan

sehari-hari manusia harus bisa saling membantu dalam

memberikan pengetahuan guna menambah wawasan dan

pemahaman dalam suatu ilmu. Pada dasarnya manusia

memiliki potensi-potensi dan keinginan-keinginan, manusia

maju tahap demi tahap dalam pertumbuhan dan

perkembangannya atas bantuan orang lain atau masyarakat4

Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah SWT

diharapkan dapat menjalankan dan mengamalkan ajaran

Agama Islam dalam kehidupannya sehari-hari sebagai

manifestasi kepada Allah SWT, hal ini sebagai mana

dijelaskan di dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56 :

نس إل ليعبدون وما خلقت الجن وال

Artinya :

4 Sartono. Bimbingan dan Penyuluhan Islam. (Bandung: CV

PUSTAKA SETIA, 1988), hal. 9

7

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia

melainkan supaya mereka mengabdikan kepada Ku.5

Untuk membentuk manusia yang bertaqwa kepada

Allah SWT, Disamping memiliki kemampuan dan

keterampilan juga memiliki kemampuan mengembangkan diri

bermasyarakat serta kemampuan untuk bertingkah laku

berdasarkan norma-norma menurut ajaran Agama Islam6.

Manusia terlahir tidak mungkin hidup dan tumbuh

berkembang dan memiliki karakter baik dengan sendirinya,

namun harus adanya sebuah bimbingan yang dilakukan terus

menerus selama hidupnya. Bimbingan adalah suatu proses

pemberian bantuan kepada individu secara terus menerus

(continue), supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,

sehingga dia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak

wajar sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan

sekolah, keluarga dan masyarakat7

Dalam pembentukan karakter anak yang baik sesuai

yang diterapkan dalam agama dan tidak melanggar norma-

norma yang berlaku maka keluarga merupakan lingkungan

sosial pertama yang memberi pengaruh besar bagi tumbuh

kembangnya anak. Dalam kata lain secara ideal

perkembangan anak akan optimal apabila anak bersama

keluarganya. Keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang

5 Depag RI, (Al-Quran Al-Karim Dan Terjemah nya, 2000)

6 Arifi,Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam Disekolah

dan keluarga, Bulan Bintang Jakarta, 1976. hal.15 7 Andi Mapiare, Pengantar Bimbingan dan konseling di sekolah,

(Surabaya : Usaha Nasional, 1984), hal.127-128

8

menjalankan fungsinya dengan baik sehingga pemenuhan

tugas dan perkembangan jenis kebutuhan baik fisik maupun

sosial dapat tercapai dengan baik8. Pertalian anak dan ibu-

bapak adalah pertalian yang paling kuat dibanding golongan

apa saja. Hal ini menunjukkan bahwa peran kedua orang tua

sangat penting bagi perkembangan anak yang kurang

beruntung dalam masyarakat mereka adalah anak yang tidak

lagi tinggal bersama dengan ayah dan ibunya lantaran

berbagai macam alasan. Sehingga peran masyarakat disini

sangatlah penting untuk membantu tumbuh kembang anak-

anak yang tidak mempunyai keluarga.9

Karena salah satu tugas dan fungsi keberadaan orang

tua, orang tua mempunyai peranan yang besar dalam

tanggung jawab membina dan membimbing anak-ankanya,

akan tetapi apabila salah satu dari orang tua mereka atau

bahkan keduanya meninggal dunia yang menjadikannya

yatim piatu atau bahkan adanya orang tua yang hanya

terfokus untuk bagaimana cara menghidupkan keluarganya

yang menjadikan merka adalah golongan dhuafa, hal itu dapat

berpengaruh terhadap perkembangan anak tersebut yang

dampaknya menjadi kurangnya kasih sayang, motivasi,

bimbingan, arahan dan perhatian serta materi atau nafkah dari

8 Tim Penyusun, Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial

Profesional), Jakarta:Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan Anak,

Keluarga dan Lanjut Usia, 2006, hal. 13 9 Zuriah, Nurul. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif

Keluarga. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hal. 93

9

orang yang layaknya mereka atau seseoarang pada umumnya

dapatkan.

Menjadi yatim atau bahkan piatu adalah suatu

ketentuan atau suatu fakta yang tak mungkin dapat dihindari,

dan bahkan menjadi golongan dhuafa bukan suatu keinginan

yang diharapkan, namun bersikap positif terhadap anak-anak

yatim piatu dan dhuafa dengan menyantuni serta

memperhatikan nasib anak yatim, piatu dan dhuafa

merupakan suatu hal bijaksana yang dapat dilakukan orang-

orang disekelilingnya. Anak yatim piatu dan dhuafa mendapat

porsi perhatian yang sangat besar dari Islam. Islam

menganjurkan untuk berbuat baik kepada anak-anak yatim,

piatu dan dhuafa dan melarang keras untuk berbuat zhalim

kepada mereka.

Adapun yang menjadi dasar dari bimbingan agama

dalam mengasuh dan melindungi serta menolong anak-anak

yatim piatu dan dhuafa merupakan keharusan dalam agama

Islam. Firman allah dalam surat Al-Ma’un Ayat 1-7

لك الذي يدع اليتين (۲) يه (۱) فذ ببالد ا رأيتالذي يكذ

ول يحض على طعام المس كيه (۳) فىيل للن صليه (۴ )

الذيه هن عه صلتهن ساهىن (۵ ) الذيه هن يزاءون (۶)

ويمنعىن الماعىن (۷)

Artinya: “Adakah engkau ketahui orang, yang

mendustakan pembalasan (agama)? maka demikian itu ialah

orang yang mengusir anak yatim. dan tiada menyuruh

memberi makan orang miskin. maka celakalah (azablah) bagi

orang-orang yang sembahyang. yang mereka itu lalai dari

10

sembah yang. lagi mereka itu riya. dan enggan memberikan

zakat (barang-barang rumah).10

Ayat tersebut memberikan petunjuk bagi semua orang

agar mempertahankan keadaan anak yatim,piatu serta dhuafa ,

yang mengatakan bahwa kita harus mengurus mereka secara

patut seperti memberi kasih sayang, perlindungan, membantu

memenuhi kebutuhan baik secara fisik, mental maupun

sosialnya, Sehingga jiwanya dapat berkembang secara wajar

sesuai dengan ajaran agama Islam. Dengan demikian mereka

dapat menempatkan dirinya di masa yang akan datang,

mereka diharapkan memiliki perkembangan emosi yang kuat,

dan menjadi orang berguna bagi nusa dan bangsa serta

menjadi teladan bagi masyarakat.

Tidak dapat dipungkiri juga bahwa keberadaan anak

dhuafa sangat memprihantinkan juga karena dimana anak-

anak tersebut hidup dalam zona kemiskinan, keterindasan,

ketakbedayan, kelemahan dan penderitaan yang terus

menurus.

Para orang tua, kaum terdidik dan masyarakat

keamanan seringkali di pusingkan oleh masalah yatim piatu

dan dhuafa yang nakal. Dari anak-anak yang terlahir atau

hidup sebagai yatim piatu dan dhuafa banyak ditemukan

kasus-kasus kenakalan, misalnya penyalahgunaan obat bius,

pemerkosaan, perampokan, perkelahian dan sebagainya.

Semua itu terjadi karena hilangnya sosok pembimbing agama

dalam kehidupan mereka untuk menciptakan karakter anak

10

Depag RI, (Al-Quran Al-Karim Dan Terjemah nya, 2000)

11

yang baik yang tidak melanggar norma-norma yang berlaku

di Indonesia.

Semua permasalahan diatas kembali kepada Karakter

yang tumbuh dan berkembang melalui lingkungan social

tempat tinggal anak yatim,piatu dan dhuafa itu sendiri. Atau

bahkan ada orang tua yang hanya terfokus pada pendidikan

formal dan pada ekonomi kehidupan saja sehingga tumbuh

kembang anak yatim piatu dan dhuafa menjadi buruk

sehingga disebut dengan anak yatim piatu dan dhuafa yang

demikian nakalnya, adalah yatim yang tiada mengenal

pendidikan karakter.

Pada dasarnya di Indonesia Pendidikan Karakter

sudah diterapkan dalam pendidikan formal seperti sekolah

sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter

namun dalam penerapannya dirasa kurang cukup untuk

menjadi dasar yang kuat untuk tumbuh kembang karakter

anak yatim,piatu serta dhuafa menjadi sosok anak yang baik

karena tidak semua anak yatim piatu dan dhuafa mengenyam

pendidikan formal banyak diantara mereka yang tidak

bersekolah atau bahkan putus sekolah sehingga tumbuh

kembang mereka lahir dari kondisi lingkungan mereka

sendiri.

Walaupun tidak sedikit pula anak yatim, piatu dan

dhuafa yang menyejukkan pandangan mata, karena

ketaatan,kesopanan dan tingkah lakunya yang baik dan selalu

12

berbuat kebaikan yang mencerminkan bahwa iya berkarakter

baik.

Secara lahir maupun batin anak yatim,piatu dan

dhuafa mengalami hambatan dalam perkembangan jiwanya

untuk menyesuaikan diri di masyarakat apalagi bagi mereka

yang dalam keadaan ekonomi rendah, perasaan mereka akan

bertambah minder karena selain tidak punya orang tua mereka

juga tidak punya apa-apa, mereka tidak punya sandaran dalam

hidup, hanya tinggal menerima kenyataan dalam mengarungi

kehidupan yang penuh tantangan ini .Tidak sedikit anak-anak

yang ditinggal kedua orang tuanya dan anak-anak yang

berasal dari keluarga kurang mampu tidak dapat melanjutkan

sekolah atau putus sekolah lantaran keadaan atau bahkan ada

yang bersekolahpun hanya sekedar bertatp muka diruang

pembelajaran saja seperti kelas tanpa menerapakn apa yang

mereka pelajari dikehidupan nyata. Akibatnya anak-anak

tumbuh dengan proses pendidikan seadanya. Melihat

fenomena seperti itu tidak banyak masyarakat yang peduli

hanya beberapa yang mau memikirkan masa depan anak-anak

yatim dan anak-anak yang kurang mampu (Dhuafa).

Bedasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di

atas, maka tidak diragukan lagi bahwasnya bimbingan agama

sangat penting bagi pembentukan karakter anak yatim piatu

dan dhuafa,sehingga penulis tertarik untuk mengupas lebih

jauh mana implementasi bimbingan agama dalam upaya

pembentukan karakter anak. selaras dengan uraian dan latar

belakang diatas hal inilah yang membuat penulis tertarik

13

untuk mengangkat sebuah judul “Implementasi Bimbingan

Agama Dalam Upaya Pembentukan Karakter Anak Di

Pondok Yatim Piatu Dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara Provinsi Dki Jakarta”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan permasalahan yang ada di dalam

penelitian ini, penulis merasa penting untuk membatasi

masalah dalam penelitian agar pembahasan tidak kemana-

mana. Maka penulis hanya membatasi masalah pada :

a. Konsep Karakter

Karakter adalah kumpulan tata nilai yang terwujud dalam

suatu sistem daya dorong (daya juang) yang melandasi, sikap,

dan perilaku yang akan ditampilkan secara mantap. Karakter

mengacu pada serangkaian sikap (attitude), perilaku

(behaviours), motivasi (motivations), dan keterampilan,

(Skills11

), Dimana karakter dapat menjadi ciri khas pada

individu itu sendiri untuk dapat hidup bekerja sama, baik

dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat, bangsa dan

negara.

Sebagaimana telah ditetapkan dalam Panduan Pendidikan

Karakter (PPK) yang diterapkan di Indonesia maka Peneliti

membatasi permasalahan tersebut hanya mencakup beberapa

karakter dari seluruh karakter yang berada di PPK sebagai

berikut :

11 Syamsul Kurniawan., M.A, Pendidikan Karakter (Konsep,

Implementasi secara terpadu, di lingkungan sekolah, keluarga,perguruan

tinggi dan msyarakat), ( Jakarta; AR-RUZZ MEDIA, 2016), Cet ke-3, Hal. 29

14

1. Cinta Kepada Allah SWT.

2. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri,

3. Peduli dan Kerja Keras, 12

b. Bimbingan Agama

Sesuai dengan teori yang digunakan maka terfokus

dengan bimbingan agama menurut Arifin yang mengatakan

bahwa bimbingan agama adalah usaha pemberian bantuan kepada

orang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah

yang menyangkut kehidupan dimasa kini dan dimasa mendatang,

bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan

spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi

dengan kemampuan yang ada dirinya sendiri melalui dorongan

dengan kekuatan iman dan taqwanya kepada Allah.13

2. Perumusan Masalah

Bedasarkan Pembatasan masalah diatas maka peneliti

dapat merumuskan masalah, sebagai berikut :

a) Bagaimanakah strategi bimbingan agama yang digunakan

dalam upaya pembentukan karakter anak di Pondok

Yatim Daar El-Yaqin ?

b) Bagaimana hasil Implementasi Bimbingan Agama dalam

upaya pembentukan karakter anak di Pondok Yatim Daar

El-Yaqin ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

12

Prof. Dr. H. E Mulyasa, M.Pd. Manajemen Pendidikan Karakter,

( Jakarta; PT Bumo Aksara, 2018), Cet ke-6, Hal. 5

13

Ainur Rokhim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (UII

Press, Yogyakarta, 2001), Hal. 61

15

a. Untuk mengetahui Strategi Bimbingan Agama apakah

yang dipakai dalam upaya pembentukan karakter

anak di Pondok Yatim Daar El-Yaqin

b. Untuk mengetahui hasil Implementasi Bimbingan

Agama dalam upaya pembentukan karakter anak di

Pondok Yatim Daar El-Yaqin

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis:

1) Penelitian ini sebagai persyaratan tugas akhir dan

memperoleh kesarjanaan (S1) di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Mengembangkan khazanah pengetahuan di bidang

Bimbingan Agama serta Karakter Anak.

3) Hasil penelitian ini menjadi literatur dalam kajian

Bimbingan Agama bagi Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Khususnya Program Studi Bimbingan dan

Penyuluhan Islam dalam melakukan Penyuluhan

Bimbingan Agama untuk Pembentukan Karakter

Anak .

b. Manfaat Praktis

1) Hasil dari penulisan ini dapat diterapkan di tempat

lain terutama tentang Implementasi Bimbingan

Agama dalam upaya Pembentukan Karakter Anak.

2) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi dalam meningkatkan kualitas

penyuluh agama dalam melaksanakan penyuluhan

16

agama yang berkaitan dengan Pembentukan

Karakter Anak.

3) Penelitian ini diharapkan menjadi bahan

rekomendasi untuk para penyuluh agama dan

lembaga sosial masyarakat yang memiliki

kepedulian terhadap anak yatim piatu dan dhuafa

dalam upaya pembentukan karakter mereka.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penulisan ini, peneliti menggunakan

metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif

adalah metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang

mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata

(lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia,

serta peneliti tidak berusaha menghitung atau

mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh

dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka.14

Metode penelitian kualitatif ini menggunakan

pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif adalah

melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskriptif

yaitu terbatas pada gambaran data secara faktual. Data

diolah sedemikian rupa dan disajikan secara ringkas dan

sistematik sehingga mudah untuk dibaca dan dipahami

serta disimpulkan.15

Pendekatan deskriptif bertujuan

14

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2014), hal. 13. 15

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian Psikologi Edisi II,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal. 6.

17

untuk pengumpulan informasi mengenai sejumlah besar

orang dengan mewawancarai segelintir orang dari

mereka.16

Metode yang digunakan adalah studi kasus dimana

merupakan penelitian yang ditemukan di banyak bidang,

khususnya evaluasi, dimana peneliti mengembangkan

suatu kasus, sering kali program, peristiwa, altivitas,

proses, atau satu individu atau lebih. Penelitian yang

dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam

terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau subjek

yan sempit.17

Untuk itu peneliti pada penelitian ini terjun

langsung ke lapangan guna mengamati situasi, orang-

orang atau perilaku yang berkaitan erat dengan tujuan

penelitian yaitu guna mengetahui mengenai Implementasi

Bimbingan Agama Dalam Pembentukan Karakter Anak

Di Pondok Yatim Piatu Dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara Provinsi Dki Jakarta

2. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini di Kampung, Malaka 4,

Jalan Rorotan IV No.63, RT.007/RW.006, Kelurahan

Rorotan, Kecamatan Cilincing, Kota Jakarta Utara,

Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Kode Pos (14140).

16

James Black dan Dean Champion, Metode dan Masalah Penelitian

Sosial, (Bandung: PT. Eresco, 1992), hal. 73. 17

John W. Creswell, Research Design, ( Yogjakarta, Pustaka Belajar,

2016), Hal. 19

18

Observasi Awal dilakukan pada 12 November 2019 pada

pukul 11.00 WIB.

Alasan penulis mengambil lokasi tersebut sebagai

tempat penelitian, adalah:

1) Tempat penelitian merupakan lembaga independen

non partisipan yang didirikan oleh Bapak Ustad

Muhammad Sholeh, As Syaidi, S.Ag

2) Tempat tersebut merupakan sebuah lembaga sosial

masyarakat untuk membantu mayarakat yang

kurang beruntung terkhusus untuk para yatim, piatu

dan dhuafa.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga)

bulan. Mulai bulan Januari 2020 sampai dengan April

2020.

3. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini ditentukan secara

sengaja yang terdiri dari :

1. Anak Yatim

2. Anak Piatu

3. Anak Dhuafa

Adapun dalam penelitian ini yaitu,3 orang anak

yatim, dan 3 orang anak duafa, 2 orang anak piatu,

yang sedang berproses dan mensupport dalam

menjalankan berbagai macam program pembinaan

agama serta yang sedang membentuk karakter anak itu

19

sendiri di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa karena

dengan pertimbangan peneliti mereka adalah orang

yang dianggap lebih tahu tentang apa yang peneliti

harapakan, sehingga akan memudahkan peneliti untuk

menjalankan obyek atau situasi social yang diteliti,

berlangsung sesuai dengan waktu penelitian yang

peneliti lakukan yakni bulan Januari sampai dengan

April 2020 .

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Implementasi

Bimbingan Agama dalam upaya pembentukan karakter

anak di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-Yaqin

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan peneliti ini adalah metode

penelitian kualitatif dimana dalam penelitian kualitatif

teknik pengumpulan data sangatlah penting. Karena

pengumpulan data dalam kegiatan penelitian mempunyai

tujuan untuk mengungkap fakta empirik mengenai

variabel yang diteliti dan tujuan utamanya untuk

memperoleh data yang ingin didapatkan oleh peneliti.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan:

a. Observasi

Dalam observasi peneliti mengetahui sesuatu yang

sedang terjadi atau yang sedang dilakukan, peneliti

merasa perlu untuk melihat sendiri kelokasi,serta

mendengarkan sendiri atau merasakan sendiri dari apa

yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan dengan

20

menggunakan teknik pengumpulan data observasi

terlibat.18

Dalam hal ini peneliti melalukan pengamatan

cara pembimbing agama dalam pembentukan karakter

anak dimana seharusnya peran ini dilakukan oleh kedua

orang tua namun anak-anak ini tidak dapat

menikmatinya, peneliti mengamati langsung bagaimana

Implementasi Bimbingan Agaama dalam upaya

pembentukan karakter anak di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa . Di sini peneliti menjadi bagian dalam kehidupan

serta lingkungan yang diteliti. Setelah melakukan

observasi terlibat, penulis menuangkan apa yang telah

dialami dari hasil pengamatan mengenai penelitian dan

dituangkan ke dalam skripsi sesuai dengan apa yang

dibutuhkan. Dan observasi awal ini penulis lakukan

selama 3 (Tiga) kali yaitu pada hari selasa, tanggal 12

November 2019. Kemudian hari kamis 19 Desember

2019 dan yang terakhir Sabtu 4 Januari 2020.

b. Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic

tertentu19

Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab

dengan tatap muka anatara pewawancara (interviewer)

18

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2014), hal. 21. 19

Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D

(Bandung: CV. Alfabeta, 2009) Cet ke- 8, hal 231

21

dan yang diwawancarai (interviewee) tentang masalah

yang diteliti, di mana pewawancara bermaksud

memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang

diwawancarai yang relevan dengan masalah yang

diteliti.20

Dengan wawancara penulis bisa mendapatkan

informasi, memperoleh data, dan dapat menggali apa saja

yang belum diketahui dan dialami oleh seseorang atau

subjek yang sedang diteliti dengan menyiapkan

pertanyaan yang akan diajukan sesuai data yang ingin

didapatkan oleh peneliti. Wawancara dilaksanakan

dengan petunjuk umum yang memuat garis besar pokok-

pokok penelitian. Waktu, tempat dan konsep pertanyaan

wawancara disesuaikan dengan kondisi responden.

Dalam penelitian ini yaitu 3 orang anak yatim,2 orang

anak piatu 3 orang anak duafa.

Responden dalam penelitian ini adalah orang-orang

yang mendukung peneliti untuk mendapatkan informasi

yang dibutuhkan yang diantaranya terdiri dari Pimpinan

Pondok, pembimbing,anak yatim piatu, serta anak dhuafa

dan orangtua yang berada di pondok yatim piatu dan

dhuafa daar el-yaqin.

c. Dokumentasi

Disamping penggunaan teknik observasi dan

wawancara dalam proses pengumpulan data penelitian,

teknik pengambilan data dalam dokumentasi ini perlu

20

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 162.

22

peneliti lakukan dengan mengumpulkan bahan tertulis

seperti berita di media Online seperti Sosial Media

Facebook,website milik pondok dll, notulen-notulen rapat,

surat menyurat dan laporan-laporan untuk mencari

informasi yang diperlukan. Pengumpulan dokumen ini

dilakukan untuk mengecek kebenaran atau ketepatan

informasi yang diperoleh dari hasil melakukan

wawancara. Pengambilan data dalam dokumen diambil

dari sumber dokumen yang tersedia di Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa Daar El-Yaqin, foto-foto kegiatan

bimibingan agama dan pembinaan karakter, serta website

lain dari internet yang mendukung dan buku-buku yang

terkait dengan penelitian dan yang lainnya termasuk

semua data yang dihimpun selama melakukan penelitian

dalam menganalisi metode atau teknik pembimbing

agama terhadap pembentukan karakter anak dilokasi

penelitian.

5. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu data primer dan data sekunder.

A. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh oleh

peneliti langsung dari subjek penelitian dengan

menggunakan alat pengambilan data.melalui wawancara

dengan pihak terkait dan subjek penelitian itu sendiri yang

berda di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-Yaqin

tersebut.

23

B. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui

pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari

subjek penelitiannya.21

Untuk data primer, sumber

datanya diperoleh langsung dari informan. Dan untuk data

sekunder diperoleh dari buku-buku, literatur, brosur, dan

artikel yang memiliki relevansi terhadap objek penelitian

ini.22

6. Analisis Data

Analisis telah mulai sejak merumuskan dan

menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian23

Analisis data yaitu proses penyederhanaan data ke

dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan

diinterpretasikan. Analisis data dalam penelitian kualitatif

yaitu aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus

selama penelitian berlangsung, dilakukan mulai dari

mengumpulkan data sampai pada tahap penulisan

laporan.24

Jadi setelah data terkumpul dari hasil observasi

dan wawancara, data diolah, dianalisa dan ditulis dalam

bentuk laporan kualitatif, untuk menggambarkan

21

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada,2014), hal. 132. 22

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada,2014), hal. 132. 23

Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D

(Bandung: CV. Alfabeta, 2009) Cet ke- 8, hal 245 24

Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian

Survei, (Jakarta: LP3ES, 1995), Cet. Ke-1, hal. 23.

24

Akses dan Membuat Hubungan

(2)

Penentuan Informan

(3)

Pengumpulan Data

(4)

Merekam Informasi

(5)

Memilih data

(6)

Menyimpan Data

(7)

Menentukan Lokasi

(1)

bagaimana Implementasi bimbingan agama dalam upaya

pembentukan karakter anak di pondok yatim piatu dan

dhuafa daar el-yaqin tersebut. Dalam hal ini peneliti

melakukan analisis data dengan menggunakan lingkaran

prosedur pengumpulan data.

Gambar 1.1: Lingkar Prosedur Pengumpulan

Data25

25

Gun Gun Heryanto, Diskursus Islam Nusantara di Media Online.

(Jakarta: Lasswell Visitama, 2016), hal. 18.

25

Guna memperkuat teknik analisis tersebut maka

dalam hal ini peneliti menggunakan tahapan analisis

menurut Creswell.26

a. Mempersiapkan dan mengorganisasikan data untuk

dianalisis. Langkah ini melibatkan transkrip

wawancara, scanning materi, mengerti data lapangan

atau memilah-milah dan menyusun data ke dalam

jenis-jenis yang berbeda tergantung sumber informasi.

b. Mengeskplorasi dan pengkodean data. Dalam tahap

ini, menulis catatan-catatan khusus atau gagasan-

gagasan umum tentang data yang diperoleh. Atau

melakukan reduksi data dan keabsahan data dari hasil

wawancara sesuai kebutuhan dan hal-hal penting saja.

c. Menganalisis lebih detail dengan mengkoding data.

Koding merupakan proses mengolah materi atau

informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum

memaknainya.

d. Menerapkan proses koding untuk mendeskripsikan

setting, orang-orang, kategori, dan tema-tema yang

akan dianalisis serta menyajikan data secara

keseluruhan.

e. Memvalidasi akurasi hasil penelitian.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam penentuan judul skripsi ini, peneliti melakukan

tinjauan kajian terdahulu untuk menghindari adanya

26

John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif, dan Mixed, (Yogyakarta: Penerbit Bintang, 2010), hal . 274-276.

26

plagiarisme. Peneliti menelaah terlebih dahulu agar tidak

adanya kesamaan dari skripsi yang penulis buat dengan

skripsi sebelumnya.

Skripsi Yang Peneliti Jadikan Tinjauan Kajian

Terdahulu Yaitu, “Implementasi Bimbingan Agama Dalam

Meningkatkan Kesadaran Beribadah Pada Warga Binaan

Sosial (WBS)” Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2

Ceger Jakarta Timur27

Tinjauan kajian selanjutnya masih ditinjau dari skripsi

yang ditulis oleh Dian Melani “Implementasi Bimbingan

Agama Islam Dalam Pembentukan Moral Anak Dipanti

Asuhan Darul Hadlonah Purbalingg” 28

.

Tinjauan kajian selanjutnya, masih diambil dari skripsi

yang ditulis oleh Dwi Ajar Nurjayanti “Implementasi

Bimbingan Agama Islam Untuk Membentuk Akhlakul

Karimah Anak Panti Asuhan Kafalatul Yatama Karonsih

Ngaliyan Semarang”29

.

Tinjauan selanjutnya , peneliti meninjau dari skripsi

yang ditulis oleh Nurhasanuddin “Metode Bimbingan Islam

27

Syifa Amalia,“ Implementasi Bimbingan Agama dalam

Meningkatkan Kesadaran Beribadah pada Warga Binaan Sosial (WBS) Di

Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger, Jakarta Timur”,(Skripsi S1:

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2015). 28

Dian Melani“Implementasi Bimbingan Agama Islam Dalam

Pembentukan Moral Anak Dipanti Asuhan Darul Hadlonah

Purbalingg”(Skripsi S1: Fakultas Dakwah, IAIN PURWOKERTO, 2017). 29

Dwi Ajar Nurjayati “Implementasi Bimbingan Agama Islam Untuk

Membentuk Akhlakul Karimah Anak Panti Asuhan Kafalatul Yatama Karonsih

Ngaliyan Semarang” (Skripsi S1: Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN

Walisongo Semarang, 2018).

27

Dalam Pemahaman Al-Qur’an Pada Anak Yatim Di Pondok

Pesantren Himmaturrijal Bekasi”. 30

Tinjauan terakhir,

peneliti meninjau dari skripsi yang ditulis oleh Nurhasanah

“Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak Panti

Asuhan Putra Muhammadiyah Cabang Medan Kota”31

.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti berpedoman

kepada Surat Keputusan (SK) Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatillah Jakarta Nomor : 507 Tahun 2017,

tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulaah

Jakarta, tertanggal 14 Juni Tahun 2017. Berdasarkan SK

yang dikeluarkan oleh Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut, skripsi terdiri dari VI

(enam) BAB. Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian, tinjauan kajian

terdahulu, kerangka berfikir dan sistematika

penulisan

30

Nurhasanuddin “Metode Bimbingan Islam Dalam Pemahaman Al-

Qur’an Pada Anak Yatim Di Pondok Pesantren Himmaturrijal Bekasi”.

(Skripsi S1: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2012).

31

Nurkhasanah “Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak

Panti Asuhan Putra Muhammadiyah Cabang Medan Kota” (Skripsi S1:

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sumatera Utara Medan, 2017).

28

BAB II LANDASAN TEORI

Landasan teori merupakan bagian yang

menjelaskan tentang pengertian-pengertian yang

yang dibahas dengan penelitian ini, antara lain

yang berisikan teori Implementasi, bimbingan,

agama, karakter. dan anak.

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK YATIM

PIATU DAN DHUAFA DAAR EL-YAQIN MALAKA

JAKARTA UTARA PROVINSI DKI JAKARTA

Pada bagian ini penulis akan menguraikan profil

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-Yaqin

yang terdiri dari sejarah berdirinya, visi dan misi,

struktur organisasi, motto dan fungsi, sasaran

bimbingan dan pelayanan sarana prasarana serta

tujuan dan program-program yang ada di . Pondok

Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-yaqin Malaka

Kota Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bagian ini membahas data dan temuan

penelitian yaitu identifikasi informan dan temuan

hasil penelitian yang berisikan tentang

Implementasi Bimbingan Agama dalam Upaya

Pembentukan Karakter Anak di Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa Daar El-Yaqin yang berisikan

tentang hasil implementasi pembimbing agama

dalam penerapan karakter pada anak yatim piatu

dan dhuafa,strategi pembimbing dalam

29

menerapkan bimbingan agama untuk pembentukan

karakter anak dilokasi penelitian tersebut.

BAB V PEMBAHASAN

Bagian ini berisi uraian pembahasan mengenai

analisis dari teori dan hasil penelitian, yaitu

analisis Strategi bimbingan agama yang diterapkan

dalam upaya pembentukan karakter anak di

Pondok Yatim Daar El-Yaqin serta hasil

Implementasi Bimbingan Agama dalam upaya

pembentukan karakter anak di Pondok Yatim Daar

El-Yaqin

BAB VI PENUTUP

Merupakan bab terakhir dalam skripsi yang

menguraikan tentang kesimpulan penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti dan berisikan saran-

saran yang diajukan pihak-pihak terkait dalam

masalah ini untuk menambahkan informasi dalam

penyusunan skripsi ini.

30

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Implementasi Bimbingan Agama

1. Pengertian Implementasi Bimbingan Agama

Kata implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia

diartikan pelaksanaan, penerapan1. Dimana kata penerapan itu

sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses,

cara, perbuatan untuk menerapkan suatu hal2. Implementasi

merupakan tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang

disusun secara matang dan terperinci.Sumber lain menyebutkan

bahwa penerapan adalah menggunakan ilmu yang kita miliki

untuk mengatasi suatu masalah yang timbul3. Artinya,

memanfaatkan ilmu yang telah diperoleh untuk membuat suatu

solusi pada sebuah masalah. Jadi dapat disimpulkan bahwa

implementasi adalah penerapan ilmu yang sudah didapatkan

untuk membuat solusi pada sebuah masalah.

Menurut Van Meter & Van Horn yang mengatakan bahwa

Implementasi adalah “pelaksanaan individu, pejabat, intansi

pemerintah maupun kelompok swasta dengan tujuan untuk

menggapai cita-cita yang telah digariskan dalam keputusan

tertentu. Pedapat lain menurut Nurudin Usman Implementasi

1 Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan,Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995) 2 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),

Cet ke-3 3 Socrates, Menepis Impian, (Yogyakarta: Media Abadi, 1994), Jilid 2, Hal

89

31

adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya

mekanisme suatu system, implementasi bukan sekedar aktivitas

tetapi suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan

kegiatan.4 Guntur Setiawan Berpendapat bahwa Implementasi

adalah Perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses

interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainnya dan

memerlukan jaringan pelaksana birokrasi yang efektif.5

Setelah penulis menyimak beberapa pengertian

implementasi menurut para ahli diatas, penulis lebih condong ke

pengertian implementasi menurut menurut Van Meter & Van

Horn yang mengatakan bahwa Implementasi adalah “pelaksanaan

individu, pejabat, intansi pemerintah maupun kelompok swasta

dengan tujuan untuk menggapai cita-cita yang telah digariskan

dalam keputusan tertentu begitu juga dengan halnya karakter .

Dimana karakter sendiri merupakan nilai-nilai yang terpatri

dalam diri seseorang melalui pendidikan, pengalaman, percobaan,

pengorbanan, dan pengaruh lingkungan, tentu karakter tidak

datang dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk, ditumbuh

kembangkan, dan dibangun baik dalam lingkungan keluarga

maupun sosial bermasyarakat, untuk sama sama menggapai suatu

tujuan baik dalam hidupnya untuk itu harus dimulai dengan

penanaman karakter dalam diri. jika dihubungkan pengertian

tersebut dengan judul penulis, maka fokus penulis adalah pada

4 Nurudin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Grasindo,

(Jakarta 2002) Hal.70 5 Guntur Setiawan Implementasi dalam Birokrasi Perkembangan, Balai

Pustaka (Jakarta, 2004), Hal.39

32

anak dimana segala perilaku dan sikap yang dilihat itu menjadi

wadah pembelajaran untuk ditiru maka dsini sangat jelas bahwa

adanya orang lain yang membantu dalam membimbing

pembentukan karakter itu maka nantinya akan tercapai tujuan

yang diinginkan yaitu menjadi generasi muda yang berkarakter

islami.

2. Bimbingan Agama

Bimbingan adalah arahan, tuntunan 6. Bimbingan adalah

suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara terus

menerus (continue), supaya individu tersebut dapat memahami

dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan diri dan dapat

bertindak wajar sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan

sekolah, keluarga dan masyarakat. 7Istilah bimbingaan

merupakan alih bahasa dari istilah Inggris guidance. Dalam

kamus bahasa Inggris guidance dikaitkan dengan kata asal guide,

yang diartikan sebagai berikut; menunjukkan jalan (showing the

way), memimpin (leading);menuntun (conducting); memberikan

petunjuk (giving instruction); mengatur (regulating);

mengarahkan (governing); memberikan nasehat (giving advice)8.

Pengertian yang hampir sama pula dikatakan bahwa

bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa inggris yaitu

guidance yang berasal dari kata kerja to guide yang berarti

bantuan atau tuntunan. Pengertian bimbingan adalah menunjukan

6Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental (Jakarta: Gunung Agung, 2006), Hal. 11

7 Andi Mapiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Surabaya :

Usaha Nasional, 1984), Hal.127-128 8 Prof. Dr. H. Ramayulis, Bimbingan Konseling Islam, Kalam Mulia (Jakarta,

2016), Hal. 106

33

memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang

lebih bermanfaat bagi hidupnya dimasa kini dan masa yang akan

dating9

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata

“guidance”. Bimbingan dalam arti “guidance” menunjukkan pada

dua hal, yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu sebagaimana

dikatakan oleh W.S Wingkel adalah:

1. Memberi informasi, yakni memberikan petunjuk, bahkan

memberikan nasihat kepada seseorang atau kelompok.

Maka atas dasar pengetahuan tersebut, orang dapat

menentukan pilihan dan mengambil keputusan.

2. Menuntun atau mengarahkan kepada sesuatu tujuan yang

akan dituju, yang mungkin tempat tersebut hanya

diketahui orang yang menuntun saja10

Secara Terminologi pengertian bimbingan banyak para ahli

yang memberikan definisi, namun demikian definisi yang

diberikan oleh para ahli tentang pengertian bimbingan itu

mempunyai titik persamaan pokok, yaitu bahwa bimbingan

adalah suatu usaha untuk membantu individu dalam mengadakan

penyesuaian diri terhadap lingkungan, baik lingkungan keluarga,

sekolah maupun lingkungan masyarakat.11

Menurut Rachman Natawidjaja, dalam bukunya Salcha

9M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan

Agama,

Jakarta: PT Golden Terayon Pres, 1994, Hal. 1 10

W.S. Wingkel, FKIP, IKIP, Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan di

Sekolah, (Jakarta: P.T Gramedia, 1999), Hal. 18 11

Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama Di

Sekolah Dan Luar Sekolah, ( Bulan Bintang, Jakarta: 1997 ) Hal. 18.

34

Hatras yang berjudul “ Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling”,

makna bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada

individu yang dilakukan secara terus menerus, supaya individu

tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup

mengarahkan diri dan bertindak wajar sesuai dengan tuntunan dan

keadaan sekolah, lingkungan, keluarga dan masyarakat, dengan

demikian mereka dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta

dapat memberikan sumbangan yang berarti kapada kehidupan

masyarakat umumnya12

Bimbingan menurut Stopps adalah suatu proses yang terus

menerus dalam membantu perkembangan individu untuk

mencapai kemampuannya secaramaksimal dalam mengarahkan

manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi

masyarakat.13

Menurut Crow and crow Bimbingan dapat diartikan sebagai

bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita,

yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai,

kepada seseorang yang baik dan pendidikan yang memadai,

kepada seseorang individu dari setiap usia untuk menolongnya

mengemudikan kegiatan- kegiatan hidupnya sendiri. Membuat

pilihan sendiri dan memikul beban sendiri.14

Menurut Mohamad Surya Bimbingan adalah suatu proses

pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari

12

Prof. Dr. H. Ramayulis, Bimbingan Konseling Islam, Kalam Mulia

(Jakarta, 2016), Hal. 106 13

Ibid, Hal. 107 14

Hallen, Bimbingan dan Konselling, ( Jakarta : Ciputat Pers, 2002) Hal.4

35

pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kesejahteraan

hidupnya klien.15

Peneliti menggunakan landasan teori bimbingan berdasarkan

teori shertzer dan stone “bimbingan adalah pertolongan yang

diberikan kepada individu atau kelompok yang biasanya sedang

mengalami perkembangan dan pertumbuhan mental,social,

intelektual, fisik, emosi, kejiwaan, serta kerohanian”.16

Berdasarkan dari apa yang dikemukakan diatas.Dapat ditarik

kesimpulan mengenai pengertian bimbingan sebagai berikut :

Pertama : Bimbingan merupakan suatu proses yang

berkelanjutan ini mengandung pengertian bahwa bimbingan itu

bukan suatu kegiatan yang dilaksanakan atau dilakukan secara

kebetulan melainkan suatu kegiatan yang dilakukan secara

sistematis, berencana, berkelanjutan dan terarah kepada suatu

tujuan.

Kedua : Bimbingan merupakan suatu proses membantu

karena sifatnya hanya bantuan maka bimbingan tidak memaksa

melainkan membantu menolong mengarahkan individu kearah

suatu tujuan yang sesuai dengan potensi secara maksimal.

Ketiga: Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan

kepada individu yang memerlukan dalam memecahkan masalah

yang dihadapinya, bimbingan memberikan bantuan kepada setiap

individu, baik anak, remaja maupun orang dewasa.

15

Moh. Surya, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konselling , ( Yogjakarta,

1998), Hal. 12 16

Syamsul Yusuf dan A Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan

Konselling, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya), Hal.6

36

Keempa :Bantuan yang diberikan adalah agar individu

dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan

potensi / kemampuannya.17

Setelah penulis menyimak beberapa pengertian bimbingan

menurut para ahli diatas dan sudah menarik beberapa kesimpulan

maka, penulis lebih condong ke pengertian bimbingan menurut

menurut landasan teori bimbingan berdasarkan teori shertzer dan

stone “bimbingan adalah pertolongan yang diberikan kepada

individu atau kelompok yang biasanya sedang mengalami

perkembangan dan pertumbuhan mental,social, intelektual, fisik,

emosi, kejiwaan, serta kerohanian.” Untuk mencapai satu tujuan

yang ingin diteliti yaitu membentuk karakter anak yang dimana

tidak seperti anak awam pada umumnya yang memiliki keluarga

utuh.dengan penerapan bimbingan agama sebagai landasan

karakter anak tesebut menjadikan tumbuh kembang anak tersebut

menjadi generasi yang berkarakter islami.

Kata “agama” berasal dari bahasa sanksakerta, serta

terbentuk dari dua akar suku kata yakni “a” yang berarti tidak,

dan “gama” yang berarti kacau. Hal ini mengandung pengertian

bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan

manusia agar tidak kacau sesuai dengan aturan–aturan yang ada

didalamnya18

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia,

pengertian agama adalahsegenap kepercayaan (kepada Tuhan,

17

Muhammad Surya, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, (Teori Dan

Konsep), (PTKota Kembang, Yogyakarta: 1988) Hal. 12 18

Dadang Rahmad, Sosiologi Agama, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000

), Hal.13

37

dewa, dan sebagainya) serta dengan ajarankebaktian dan

kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu19

Agama dalam kamus besar bahasa Indonesia agama diartikan

kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan

kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu20

.

Sedangkan arti agama sendiri menurut Harun Nasution seperti

yang dikutip Jalaludin, Pengertian agama menurut asal kata al-

Din, religi (relegere, religare) dan agama21

Religi (belanda) Religion(inggris) yaitu hubungan antara

dengan sesuatu kekuasaan luar lain dan lebih dari apa yang di

alami oleh manusia, atau bagian yang dianggap “suci” yang

mendatangkan rasa tunduk manusia kepadanya, dan

memperlakukan dengan penuh hikmah serta menarik manusia

kepadanya.22

Al-Din dalam bahasa Arab mengandung arti menguasai,

mendudukan, patuh, utang, balasan, kebiasaan23

. Sedangkan dari

kata religi (latin) berarti mengupulkan dan membaca24

. Adapun

19

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2006), Cet. Ke-3. Edisi ke- III. Hal. 10-11. 20

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1998), Cet. Ke-1, Hal. 9 21

Jalaludin , Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998),

Cet ke- 3, Hal 1 22

Hankel, Insklopedia Indonesia, ( Ihtiar Baru, Van Bove, Jakarta: 1982 )

Hal. 852 23

Dr. Mardani, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:

Prenada Media Group, 2017), Hal. 2 24

Jalaludin , Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Rajawali Pres, 2016), Edisi

Revisi Cetakan 18 , Hal 223

38

kata agama terdiri dari a=tidak; gam=pergi, berarti mengandung

arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun.25

Sedangkan pengertian agama sebagai suatu istilah yang

dipakai sehari-hari sebenarnya bisa dilihat dari dua aspek yaitu:

1. Aspek subyektif (pribadi manusia), agama mengandung

pengertian tentang tingkah laku yang dapat mengatur dan

mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan

antara manusia dengan tuhannya dan pola hubungan

masyarakat serta alam sekitarnya

2. Aspek obyektif (Doctrines), agama dalam pengertian ini

mengandung nilai-nilai ajaran tuhan yang bersifat menuntut

manusia ke arah tujuan manusia sesuai dengan kehendak

ajaran tersebut. Agama dalam pengertian ini belum masuk

ke dalam batin manusia atau belum membudaya dalam

tingkah laku manusia. Oleh karena itu secara formal agama

dilihat dari aspek obyektif ini dapat diartikan sebagai

“peraturan yang bersifat ilahi (dari tuhan) yang menuntun

orang berakal budi kearah ikhtiar untuk mencapai

kesejahteraan hidup di dunia dan memperoleh kebahagiaan

hidup di akhirat.

Sedangkan menurut Sidi Ghazalba agama adalah

kepercayaan dan hubungan manusia dengan yang maha kuasa,

dihayati dengan hakekat yang gaib, hubungan yang mana

25

Ibid, Hal. 12

39

menyatakan diri dalam bentuk serta sistem kultus dan sikap hidup

berdasarkan doktrin tertentu.26

Sedangkan menurut Harun Nasution bahwa agama adalah:

a) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan

kekuatan ghaib yang harus di patuhi.

b) Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang mengakui

manusia.

c) Mengikatkan diri kepada suatu bentuk hidup yang

mengandung pengakuan kepada sumber yang berada di luar

diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan

manusia.

d) Kepercayaan terhadap suatu kekuatan ghaib yang

menimbulkan cara hidup tertentu.

e) Suatu sistem tingkah laku manusia yang berasal dari

kekuatan ghaib.

f) Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang

diyakini bersumber dari kekuatan ghaib.

g) Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari

perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan

misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.

h) Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui

seorang rasul.27

26

Rozak Nasrudin, Dianul Islam, ( Al-Ma’arif Cet 10, Bandung: 1989 ) Hal.

60-61. 27

Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta: UI Pers,

1979), jilid 1, Hal. 10

40

Sedangkan Agama menurut para ahli sebagai berikut : 28

a) Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan

kepatuhan yang terkadang biasa diartikan sebagai

pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan akhirat).

b) Menurut Quraish Shihab, agama adalah hubungan antara

makhluk dan khalik. Hubungan ini mewujudkan dalam

sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang

dilakukannya dan tercermin dalam sikap kesehariannya.

c) Menurut James Martineaun, agama adalah kepercayaan

kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan

kehendak Ilahi yang mengatur alam semesta dan

mempunyai hubungan moral dengan umat manusia.

d) Menurut Herbert Spencer, agama adalah pengakuan bahwa

segala sesuatu adalah manifestasi dari kuasa yang

melampaui pengetahuan kita.

Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia.

Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi , motivasi dan

membantu manusia untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang

sakral.

Setelah penulis menyimak beberapa pengertian agama menurut

para ahli diatas, penulis lebih condong ke pengertian agama

menurut Menurut James Martineaun, agama adalah kepercayaan

kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak

Ilahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan

28

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1998),

cet.ke-3, Hal.13

41

moral dengan umat manusia. Poin yang paling utama dalam

penelitian ini adalah bagaiamana anak bisa menanmkan jiawa

kesilaman dalm dirinya agar bisa menjalankan kehidupan sesuai

dengan aturan yang telah ditetapkan oleh agama islam dan tidak

keluar dari koridor yang telah ditetapkan.

Maka setelah diketahui pengertian baik mengenai bimbingan,

maupun agama, selanjutnya akan dijelaskan tentang definisi

bimbingan agama yaitu bantuan atau pertolongan kepada orang

lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam

lingkungan hidupnya, agar mengadakan reaksi agama yang timbul

dengan kesadaran yang diharapkan dapat mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat. Arifin mendefinisikan bimbingan

agama sebagai berikut:

Bimbingan agama adalah usaha pemberian bantuan kepada

orang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah

yang menyangkut kehidupan dimasa kini dan dimasa mendatang,

bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan

spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi dengan

kemampuan yang ada dirinya sendiri melalui dorongan dengan

kekuatan iman dan taqwanya kepada Allah29

Tujuan dari bimbingan agama secara umum yaitu untuk

meningkatkan dan menumbuh-suburkan kesadaran manusia

tentang eksistensinya sebagai makhluk Allah. Disamping itu pula

29

Ainur Rokhim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (UII Press,

Yogyakarta, 2001), Hal. 61

42

tujuan yang lainnya untuk membantu pihak yang dibimbing agar

mempunyai kesadaran untuk mengamalkan ajaran agama Islam.30

Kemudian tujuan yang masih bersifat umum tersebut, dapat

lebih dijelaskan menjadi lebih khusus, yaitu :

a) Menanamkan rasa keagamaan

b) Memperkenalkan ajaran-ajaran Islam

c) Melatih untuk menjalankan ajaran-ajaran Islam

d) Membiasakan berakhlak mulia

e) Mengajarkan al-Qur’an31

.

Tujuan lain dari Bimbingan Agama adalah :

1. Bimbingan Agama dimaksudkan untuk untuk

membantu pihak yang terbimbing agar mempunyai

religious reference (sumber pegangan) dalam

pemecahan masalah-masalah kehidupan.

2. Bimbingan Agama yang ditujukan kepada pihak yang

melakukan bimbingan agar dengan kesadaran dan

kemauan bersedia mengamalkan ajaran Islam.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari bimbingan Agama

adalah untuk memberikan tuntunan tentang ajaran agama Islam

sebagai sumber pegangan. Dengan demikian mereka dapat

terbentuk karakter dirinya sesuai dengan ajaran agama Islam.

Dalam menjalankan bimbingan agama maka diperlukan teknik

yang perlu dilaksanakan diantaranya adalah :32

30

HM. Arifin, Pokok-Pokok tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Hal. 29 31

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya, Al Ikhlas,

1983), Hal.60

43

1. Teknik bil-mauidzoh: menunjukkan contoh yang benar,

supaya orang mengikuti dengan mudah, dikarenakan

kemampuan logikanya sulit menerima bila hanya berupa

penjelasan atau teori yang masih baku (tekstual).

2. Teknik ceramah: penjelasan yang bersifat umum, cara ini

lebih efektif diberikan dalam bimbingan kelompok (group

guidance). Tetapi konselor harus menyesuaikan apa yang

akan disampaikan sesuai dengan kondisi orang yang

beragam.

3. Teknik diskusi atau tanya jawab: kelebihan teknik ini,

orang bisa menyampaikan semua yang dirasakan secara

luas, sehingga pembimbing mampu memberikan jawaban

yang tepat.

4. Teknik persuasif: yaitu berupa dorongan yang positif,

santai, hiburan yang mendidik, sehingga orang termotivasi

untuk melaksanakan saran dan nasihat dari pembimbing

dengan senang hati.

5. Teknik lisan: melalui pesan langsung yang disampaikan

dengan ucapan atau kata-kata, dengan menggunakan

bahasa yang mudah dimengerti.

6. Teknik tulisan: adalah cara bimbingan atau bantuan yang

diberikan pembimbing pada orang yang terbimbing

melalui tulisan, bisa dengan pesan yang mengandung

hikmah maupun cerita-cerita. Ada sebagian orang yang

32

M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,

(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syahid, 2008), Hal. 120-137

44

terkesan dengan membaca tulisan karena bisa lebih

menghayati dan meresapi secara mendalam, dibanding

mendengarkan kata-kata langsung (lisan).

7. Teknik bil-yadi (kekuasaan): adalah melalui wibawa

karismatik atau pengaruh personal yang dimiliki

pembimbing. Ada sebagian orang yang memperhatikan

siapa pembimbingnya, baru mau patuh dengan arahannya.

Dengan demikian, puncak dari semua teknik yang sudah

dipaparkan di atas ialah menjadikan orang sadar terhadap potensi

dan kemampuan diri mereka dan menjadikan dirinya berkarakter

baik sesuai dengan koridor yang diajakarkan Agama Islam, serta

menyadarkan bahwa tugas dan kewajiban meraka terhadap Sang

Pencipta (al-Khaliq).

B. Karakter Anak Yatim Piatu dan Dhuafa

1. Pengertian Karakter

Menurut Kamus Modern Bahasa Indonesia, Karakter adalah

watak, tabiat, bawaan,kebiasaan. Watak adalah sifat batin

manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku,

budi pekerti dan tabiat.33

Menurut Whyne karakter adalah “kumpulan tata nilai yang

mewujudkan dalam suatu sistem daya dorong (daya juang) yang

melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang akan ditampilkan

secara mantap. Karakter merupakan aktualisasi potensi dari

33

Sofwan Amri, S.Pd, Implementasi Pendidikan Karakterd dalam

Pembelajaran (Jakarta: Prestasi Pusaka Karya. 2011), Hal . 42

45

dalam dan internalisasi nilai-nilai moral dari yang menjadi

bagian kepribadian seseorang”. 34

Karakter, menurut Stephen R. Covey, adalah hasil

pembiasan dari sebuah gagasan dan perbuatan. Dalam sebuah

pernyataan disebutkan “Taburlah gagasab, tuailah perbuatan.

Taburlah perbuatan, tuailah kebiasaaan. Taburlah kebiasaan,

tuailah karakter”. Karenanya, karakter terbentuk melalui

perjalanan hidup seseorang.35

Karakter, menurut Thomas Likona yaitu menegtahui

kebaikan, mengingatkan kebaikan, dan melakukan segala sesuatu

yang baik.36

Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri

seseorang melalui pendidikan, pengalaman, percobaan,

pengorbanan, dan pengaruh lingkungan, tentu karakter tidak

datang dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk, ditumbuh

kembangkan, dan dibangun.37

Ada yang mengatakan bahwa karakter adalah nilai-nilai yang

khas baik(Tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata dalam

34

Maksudin, Pendidikan Karakter Non- Dikotomik (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. 2013), Hal . 3 35

Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Pendidikan ;

Pengembangan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran, 2010), Hal 134 36

Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, Pendidikan Karakter Landasan, pilardan

Implemetasi (Jakarta: Kencana. 2016),Cetakan ke-2 Hal . 7 37

Prof. Dr. H. E Mulyasa, M.Pd. Manajemen Pendidikan Karakter, ( Jakarta;

PT Bumo Aksara, 2018), Cet ke-6, Hal. 19

46

kehidupan baik, dan berdampak baik dalam lingkungan) yang

terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. 38

Ada pula yang mengatakan bahwa karakter adalah sesuatu

yang baik, misalnya terkait dengan sikap jujur, toleransi, kerja

keras, adil dan amanah, akan tetapi apabila, tanpa disertai dengan

Iman yang kuat kepada Allah Swt sebagai Sang Pencipta, maka

karakter tersebut nantinya dapat melampai batas-batas ajaran

agama, dalam hal ini adalah agama islam.39

Setelah penulis menyimak beberapa pengertian karakter

menurut para ahli diatas, penulis lebih condong ke pengertian

karakter menurut Stephen R. Covey, dimana suatu karakter

adalah merupakan hasil dari suatu pembiasan dari sebuah

gagasan dan perbuatan yang dilakukan dalam menjalani

kehidupan .dimana hal ini selaras dengan judul yang diteliti yaitu

menerapkan bimbingan agama dalam upaya pembentukan

karakter anak di Pondok Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar

El-Yaqin sehingga anak yang tumbuh dan berkembang sesuai

dengan usianya tanpa tercampuri oleh hal-hal negatif yang dapat

membawa iya berkarakter buruk, dengan sebuah penerapan

bimbingan agama dalam pembentukan karakter anak diharapkan

anak tersebut dapat tetap memiliki karakter baik yang sama guna

menunjang kehidupannya nanti walaupun dalam segi keluarga

38

Dr. Anas Salahudin, M.Pd, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis

Agama, Budaya dan Bangsa (Bandung: Pustaka Setia. 2013), Hal . 44 39

Ridwan Abullah, Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter (Jakarta:

Bumi Aksara. 2019),Cetakan ke-2, Hal . 8

47

mereka mmiliki keterbatasam namun tidak menjadi penghalang

untuk terus memiliki karakter islami sesuai ajaran agama islam.

2. Anak Yatim Piatu dan Dhuafa

Menurut pendapat sebagian besar orang, masa kanak-kanak

merupakan masa terpanjang selama rentang waktu kehidupan.

Elizabeth Hurlock mengemukakan bahwa masa kanak-kanak

dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan,

yakni kira-kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara

seksual, kira-kira tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas

tahun untuk anak laki-laki40

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa.

Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu

mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan

segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin

dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. “Anak

merupakan investasi unggul untuk melanjutkan kelestarian

peradaban sebagai penerus bangsa, maka haruslah diperhatikan

pendidikan dan hak-haknya”41 .

“Mengasuh, membesarkan dan

mendidik anak merupakan suatu tugas mulia yang tidak lepas dari

berbagai halangan dan tantangan karena dasar kepribadian

seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak”42

.“Perkembangan

yang dialami oleh anak adalah perkembangan jasmani dan rohani.

40

Elizabeth B Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendapat Sepanjang

Rentang Kehidupan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), Hal 108 41

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka

Belajar, 2009), Cet.Ke-3, Hal. 161 42

Singgih D. Ganursa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, ( Jakarta:

PT BPK Gunung Mulia,1995), Hal. 3.

48

Oleh karena itu, dalam usaha membantu pengembangan ini selalu

dalam keseimbangan, agar tidak terjadi kelainan pada diri

anak”.43

Pengertian anak berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No.23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak adalah Seseorang yang

belum berusia 18 (Delapan belas) tahun, termasuk anak yang

masih berada didalam kandungan.44

. Hak asasi anak merupakan

bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

Undang Dasar (UUD) 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-

Bangsa (KPBB) tentang hak anak-anak. Dari sisi kehidupan

berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan

generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak

atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi

serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan

diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan45

Dalam kasus Psikologi, Child atau anak didefinisikan sebagai

seorang anak atau individu yang belum mencapai tingkat

kedewasaan. Bergantung pada referensinya, istilah tersebut bisa

berarti seorang individu di antara kanak-kanak dan masa

puberitas46

43

Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Askara Baru, 1981), Hal.

71-72. 44

Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang prlindungan anak,( Jakarta :

Vissimedi, 2007), Hal 4 45

Admin KPAI, “UU RI nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak”, http://www.pdat.co.id diunduh pada tanggal 16 februari 2020 pukul 09.00

WIB 46

J. P. Chapin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002), Cet ke- 8, Hal 83

49

Dari beberapa pengertian diatas, kita dapat mengetahui

beberapa pengertian anak. Dengan demikian, kita dapat menarik

kesimpulan bahwa anak adalah individu yang masih lemah, baik

fisik maupun psikis yang diamanatkan Allah s.w.t kepada

manusia. Hal ini ditujukan agar anak tersebut dapat dibimbing

dan diarahkan, supaya mendapat kekokohan jiwa serta raganya,

karena anak tersebut masih dalam tahapan perkembangan dan

pertumbuhan baik jiwa dan raganya.

Setelah penulis menyimak beberapa pengertian anak diatas,

maka penulis lebih condong ke pengertian anak menurut Pasal 1

ayat (1) UU No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak

adalah Seseorang yang belum berusia 18 (Delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih berada didalam kandungan karena

melihat latar tempat penelitian dan sasaran penelitian adalah

anak-anak dibawah umur yang masih sangat memerlukan

pendampingan serta bimbingan secara intensif untuk

pembentukan karakter mereka sendiri untuk menujang

kehidupannya nanti.

Hamka mengatakan bahwa anak yatim adalah anak yang tidak

berbapak.47

Dalam Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa yang

dinamakan yatim adalah anak yang bapaknya telah meninggal dan

belum baligh (dewasa), baik ia kaya maupun miskin, laki-laki

atau perempuan. Adapun anak yang bapak dan ibunya telah

meninggal biasanya disebut yatim piatu, namun istilah ini hanya

dikenal di Indonesia, sedangkan dalam literatur fikih klasik

47

Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983) , Hal. 351.

50

dikenal istilah yatim saja48

. Sedangkan piatu diambil dari kamus

ilmiah populer adalah anak yang tidak beribu, sedangkan anak

piatu adalah anak yang ditinggal oleh ibunya sebelum baligh. 49

Sedangkan Duafa berasal dari bahasa arab yang merupakan

kalimat jamak asal kata dhaif yang artinya lemah, sehingga dapat

diartikan sebagai orang-orang lemah, tertindas maupun sengsara

dimana mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. 50

Duafa definisinya dalam Buku Besar Bahasa Indonesia adalah

orang-orang lemah (ekonominya dan sebagainya).51

Pengertian lain dari duafa menurut Muhsin, duafa merupakan

golongan manusia yang hidup dalam kemiskinan, kesengsaraan,

kelemahan, ketertindasan dan penderitaan yang tiada putus.52

Dari uraian beberapa definisi mengenai duafa di atas maka

dapat disimpulkan bahwa pengertian duafa yaitu golongan orang-

orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya sehari-

hari atau memiliki perekonomian yang buruk.

48

Tim Penyusun Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta : PT.

Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), Hal.206. 49

Pius A Partanto,Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: ARKOLA, 2001), Hal.

605. 50

Khurul Aimmatul Ummah, Pola Implementasi Alokasi Ziswaf Dalam

Penyediaan Akses Pendidikan Bagi Kaum Dhuafa, (Yogyakarta: Universitas Islam

Indonesia, 2018), Hal. 6.

51

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal.

214. 52

Muhsin, Menyayangi Dhuafa, (Jakarta: Gema Insani,2004), Hal. 1.

51

C. Kerangka Berfikir

Karakter tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus

dibentuk, ditumbuh kembangkan, dan dibangun. Karakter dalam

diri setiap manusa sangat penting karena merupakan suatu sifat

yang terukir dalam diri seseorang. Seluruh manusia di dunia

harus memiliki karakter untuk menujang kehidupannya dalam

bersosialiasi dilingkungan masyarakat tidak terkecuali anak anak

yatim, piatu dan dhufa, anak yatim, iatu dan duafa merupakan

salah satu yang membutuhkan bimbingan yang lebih intensif

dalam pembentukan karakter dalam dirinya karena permasalahan

kaum yatim,piatu dan duafa yaitu ketika mereka tidak bisa

memenuhi suatu objek kebutuhan mereka karena kondisi

perekonomian yang kurang sehingga mereka hanya terfokus

bagaimana cara bertahan hidup yang menyebabkan kecemasan

dan frustasi, sehingga sangat rawan kejahatan, minmnya karakter

pula dapat menjerumuskan anak untuk melakukan pelanggaran

norma-norma yang tidak sesuai dengan yang sudah ditetapkan

oleh Negara, karena kurang pemahaman bagaimana cara

mengambil sikap untuk menyikapi sutu hal dan kondisi tertentu,

mereka hanya mengikuti arus dan keinginan semata tanpa

mempertimbangkan dampaknya kedepan.

Hal ini semakin menjadi permasalahan ketika memperhatikan

anak yatim, piatu dan duafa yang semestinya masih dalam tahap

pencarian jati diri, diberikan bimbingan yang lengkap oleh kedua

orang tua, bahkan lingkugannya, namun sudah harus menghadapi

permasalahan tersebut. Sehingga banyak anak yang akhirnya

52

terjebak dalam dunia kenakalan remaja seperti pergaulan bebas,

mabuk- mabukkan, gang-gangan, mencuri dan permasalahan

kenakalan remaja lainnya. Sehingga dibutuhkan adanya

penanaman karakter diri yang baik yang dapat di terapkan di

masyarakat.

Salah satu pondok yatim piatu yaitu Daar el-yaqin Malaka

Kota Jakarta menjadi wadah dalam pembentukan karakter anak

yang dilakukan oleh pembimbing, pengasuh dan orangtua dalam

bentuk penerapan bimbingan agama dan melalukan berbagai

macam cara untuk membentuk karakter anak sejak dini kepada

anak yatim piatu dan dhuafanya.

53

Dekadensi Karakter -Faktor Suasana Rumah

Tangga, Faktor Lingkungan sosial kurang Kondusif,

Pembiasaan Pola Sikap dan Tingkah Laku

Strategi Bimbingan agama melalui Pembiasaan, Pengawasan,

Pengarahan serta Keteladan,

Hukuman atau sanksi

Penerapan Bimbingan Agama dalam

pembentukan karakter menggunakan Teknik Bil Mauidzoh, Teknik

Ceramah, Teknik Diskusi, Teknik

Persuasif, Teknik Lisan, Teknik Tulisan,

Teknik Bil Yadi

Implementasi

Bimbingan Agama dalam upaya Pembentukan

Karakter

Anak

Adanya perubahan karakter pada anak setelah mengikuti

Bimbingan Agama dalam

Pembentukan Karakter yaitu

menjadikan anak Religius, Tanggung

Jawab,disiplin, Mandiri, Peduli dan Kerja Keras

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

55

BAB III

GAMBARAN UMUM PONDOK YATIM PIATU DAN

DHUAFA DAAR EL-YAQIN

A. SEJARAH DAN LATAR BELAKANG

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin

merupakan sebuah lembaga sosial masyarakat untuk

membantu mayarakat yang kurang beruntung terkhusus untuk

para yatim, piatu dan dhuafa. Tempat anak yatim dan dhuafa

ini berada di salah satu bagian Ibu Kota DKI JakartaTempat

penelitian merupakan lembaga independen non partisipan

yang didirikan oleh Bapak Ustad Muhammad Sholeh, As

Syaidi, S.Ag.Tempat penelitian ini di Kampung, Malaka 4,

Jalan Rorotan IV No.63, RT.007/RW.006, Kelurahan

Rorotan, Kecamatan Cilincing, Kota Jakarta Utara, Daerah

Khusus Ibukota Jakarta, Kode Pos (14140). Sebelum

berlokasi seperti terurai diatas pondok ini sering berganti

lokasi karena dari tahun 2011 hanya menempati rumah

kontrakan dipinngiran jakarta. Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa Daar El-Yaqin merupakan lembaga independen non

partisipan yang didirikan oleh Bapak Ustad Muhammad

Sholeh, As Syaidi, S.Ag berbekal iman dan semata-mata

karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan

mendapatkan ridho darinya serta tekad yang kuat untuk

56

membantu meringankan beban anak yatim piatu dan dhuafa

tersebut.1

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin berdiri

pada tanggal 5 Agustus 2011. Gedung yang saat iniditempati

oleh puluhan santri Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “DAAR

EL- YAQIN” yang saat ini berlantai 3 tersebut merupakan

tanah wakaf milik Yayasan Nuansa Karya Jordizamil yang

dipimpin oleh Drs. H. R Zainal, MM.

Walaupun sudah ada sejak tanggal 5 Agustus 2011

Namun surat izin yang diberikan oleh pemerintah DKI Jakarta

pada tanggal 25 November 2015 sesuai dengan Surat

Keputusan Gubernur DKI Jakarta NO. 1053 Tahun 1997

tentang Pedoman Pendirian Panti sosial oleh Masyarakat DKI

Jakarta dan Peraturan Nomor 57 Tahun 2014 Tentang

Pelaksanaan Peraturan Daerah No.12 Tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Dalam

lembar pengesahan SATUAN PELAKSANA PELAYANAN

TERPADU SATU PNTU KECAMATAN CILINCING

memberikan izin pedirian kepada Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “DAAR EL- YAQIN”2

Pondok ini merupakan suatu lembaga sosial yang

bertanggung jawab member pelayanan pengganti dalam

pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak

1 Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”, Proposal

Kegiatan Pondok, Pengambilan Data pada Tanggal 20 Februari 2020 2 Observasi Peneliti dan Wawancara Pribadi dengan Muhammad

Sholeh, Pimpinan Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” ( Jakarta,

20 Februari 2020)

57

yatim, piatu dan dhuafa sehingga memperoleh kesempatan

yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian

dan sebagai rumah pembentukan karakter anak tersebut sesuai

dengan ketentuan ajaran Islam. Pondok yatim piatu dan

dhuafa ini berdiri dilatar belakangi oleh ketertarikan pendiri

akan sosok anak yatim, piatu dan dhuafa, serta niat yang tulus

untuk membantu meringankan beban pemerintah untuk bisa

sedikit membnatu memberikan rumah singgah dan membantu

mendidik santri untuk menjadi generasi penerus bangsa yang

hebat nantinya, disisi lain masih banyaknya anak-anak yatim,

piatu, yatim piatu dan terlantar yang kurang mendapatkan

perawatan dari keluarga.

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin

mempunyai santri asuh sebanyak 50 anak asuh, seluruh anak

berasal dari DKI Jakarta yang dilatar belakangi oleh keluarga

yang kurang mampu.dengan kisaran umur 1 tahun hingga 16

tahun. Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin

menggunakan program kegiatan dalam agenda rutin pondok

ini, dibuat dengan tujuan agar menmbah wawasan dan

mengembangkan kreativitas anak. Program kegiatan berasal

dari Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin itu

sendiri dan berdasarkan kesepakatan bersama antara pimpinan

dan pengurus Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-

Yaqin .Di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin

metode pembelajaran yang dilakukan pada saat anak asuh

sedang berkumpul dan kegiatan-kegaiatan dilaksanakan dari

mulai santri bangun tidur dipagi hari hingga malam

58

menjelang santri tertidur.Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

Daar El- Yaqin memiliki santri yang mengenyam pendidikan

formal mulai dari PAUD hinggan Madrasah Tsanawiyah3.

B. VISI, MISI DAN TUJUAN BERDIRINYA LEMBAGA4

VISI

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “DAAR EL- YAQIN”

merupakan sebuah Panti Asuhan Anak yang berdiri sendiri

tidak terafiliasi dengan salah satu panti islam manapun.

Namun berada di dalam yayassan “NUANSA KARYA

JORDIZAMIL”

Dengan Al-Qur’an dan Ash-Sunnah dengan senantiasa

aktif melaksanakan dakwah islam, amar ma’ruf nahi mungka

dengan terlebih dahulu memberikan bekal ilmu kepada anak

didik di Panti Asuhan khususnya untuk berilmu amaliyah,

berakhlakhul karimah serta tafaquh fiddin.

MISI

1 Menegakkan keyakinan akan kalimat “Laailaaha

Illalloohu Muhammaddurosululllah ”

2 Meningkatkan Ilmu Amal dan Dzikir serta Fikir

3 Dakwah Islamiyah

4 Ikromul Muslimin (memuliakan secara islam) melalui

Ta’lim Ta’aruf

3 Observasi Peneliti dan Wawancara Pribadi dengan Muchlis Amin,

Pembimbing Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” ( Jakarta, 22

Februari 2020) 4 Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”, Proposal

Kegiatan Pondok, Pengambilan Data pada Tanggal 20 Februari 2020

59

5 Menyebarkan Ajaran Islam melalui Pengajian rutin

Remaja, Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak.

6 Mewujudkan amalan-amalan islam dalam kehidupan

pribadi, keluarga, lingkungan pesantren dan masyarakat.

TUJUAN

Secara umum Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “DAAR

EL- YAQIN” didirikan dalam rangka melaksanakan perintah

Allah menyantuni Anak Yatim, Piatu dan Dhuafa dalam

asrama dengan tujuan untuk memebentuk pribadi anak yang

berkarakter islami dimana kokoh imannya, tekun ibadahnya,

mulia akhlaknya, luas ilmunya dan tinngi keteramilannya

serta cerah masa depannya. Serta dapat terwuduhnya pribad

anak asuh yang kuat komitmetmennya terhadap misi amar

ma’ruf nahi munkar. Yang dapat bisa lebih dijelaskan dalam

uraian tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek

sebagai berikut :

A. Tujuan Jangka Pendek5

1. Menjalankan program mingguan, bulanan, dan

tahunan. Diantaranya mengadakan Study tour,

Berenang, Rekreasi Tempat Wisata, Merayakan Hari

Jadi Pondok, dll.

2. Melatih nilai-nilai kepemimpinan dan organisasi.

5 Observasi Peneliti dan Wawancara Pribadi dengan Muhammad

Sholeh, Pimpinan Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” ( Jakarta,

20 Februari 2020)

60

3. Melaksanakan peraturan tata administrasi secara lebih

rapi dalam rangka menegakkan disiplin dilingkungan

Pondok

4. Memonitor dan mengarahkan target keberhasilan dan

prestasi santri asuh

5. Mampu secara tertib melaksanakan ibadah shalat 5

waktu, shalat Dhuha, shalat tahajjud dan shalat

sunnah lainnya serta berpuasa wajib/ sunnah

6. Berakhlak sopan dan berpenampilan Islami

7. Mempu menciptakan iklim BESTARI (bersih, sehat,

tertib, aman, dan rapi)

8. Mampu menjadi Imam shalat

9. Mampu berpidato dengan baik dan benar

10. Mampu membaca, melagukan, melafadzkan al-

quran dengan baik dan benar

11. Mampu menguasai keterampilan khusus

12. Gemar dan suka membaca buku

13. Mampu menguasai dan berprestasi dalam beberapa

cabang olah raga yang telah ditentukan

14. Mampu berprestasi dengan baik disekolah masing-

masing

15. Mampu menciptakan lingkungan pergaulan yang

baik antara sesama warga penghuni Panti

Asuhan.

61

B. Tujuan Jangka Panjang6

1. Menjadikan Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-

Yaqin yang anggun, unggul dan mandiri

2. Berpenampilan Islami, rapid an berwibawa

3. Berguna bagi masyarakat, Agama, Bangsa dan

Negara

4. Memiliki motivasi tinggi untuk meraih masa depan

yang lebih cemerlang

5. Mencetak generasi yang trampil, berakhlak dan

mandiri.

C. Struktur Organisasi7

Penanggung Jawab : Drs. H. R Zainal MM

(Ketua Yayasan Nuansa Karya)

Dewan Pengawas : Yanuar Kasim, S.S

Penasehat :H. Fadhil Bin Santun

Ketua :Mochammad Sholeh As

Saidi, S.Ag

Wakil Ketua :Abdul Majid

Sekertaris : Yuli Astutie

Bendahara : Joko Temok

Wakil Bendahara : Zulkarnain

Pembimbing : Muclis Amin

Seksi Bidang Pendidikan : Ahmad Zahwif, S. Pd.I

6 Observasi Peneliti dan Wawancara Pribadi dengan Muhammad

Sholeh, Pimpinan Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” ( Jakarta,

20 Februari 2020) 7 Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”, Proposal

Kegiatan Pondok, Pengambilan Data pada Tanggal 20 Februari 2020

62

Seksi Bidang Rohani : Maulana Yusuf, S. Ag

Seksi Bidang Keterampilan : M. Arsyad, S.Pd

Seksi Bidang Rumah Tangga : Titi Hermawati

Seksi Bidang Pengadaan Dana: Amir Hamzah S.Sos

Eko Dwi Wanto

Seksi Bidang Kesenian : Muhammad Yunus

Seksi Bidang Humas : Edy Junaidy

Siti Rohmah

Seksi Bidang Keamanan : Buchoir

Suryanto

Seksi Bidang Konseling : Ahmad Rizal

Seksi Bidang Kebersihan : Sholeh

Pembina Harian : Yong Amin

Santri Asuh : Ade Suryana

Novita Sari

M. Ridwan

Difa Kusuma Wijaya

Daffa Ramadhan

Ichwal Hasto

Tegar Satrian Rarendra

Arie Setiawan

M. Faris Traya Hidayat

M. Alfa Reza

M. Reza Alghifaric

M. Mursyid Al Arifie

Andhika

Ahmad Wildan Firdaus

Moch. Habibi

M. Rizky

Rifasha Aulia Zahra

M. Hidayat

Marcellino

M. Fadhil

K. Mardani Wahid

K. Mardani Isnain

K. Mardani Nisa

Eka Sandi

Reno Sandi

63

Fathurrahman

Biki Tirta

M. Bule

Abi Dzar Al Ghifari

Fadlan

Nazwatul Hasanah

Azkiah Rahmawati

Nindi Rahayu

Nur Aini Samain

Sekar Andini

Muammar Azami

Husein Hazemi

Afri Shofie

Mutmainnah Soleha

Khoirunnisa

Dwi Afrilia

Ovi Iyus

Irsyadul Ibad

Guntur Arisandi

Seno Awang

Suci Rahmadani

M. Irfan

Maulana

Rizki Amelia

Muhasim

Gambar 3.1. Struktur Kepengurusan

Penanggung Jawab

Dewan Pengawas

Ketua

Santri Asuh Putri

Seksi-Seksi

Bidang Santri Asuh

Putri

Wakil

Bendahara Wakil

Bendahara

Sekertaris

Pembimbing

Penasehat

64

D. Program dan Jadwal Kegiatan Santri8

1. Pengajian

Pengajian adalah program yang senantiasa berjalan

dan tidak pernah terlewatkan, pasalnya hanya pengajianlah

yang menjadi fokus kajian utama Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa Daar El- Yaqin selain program utama melalui

pengajian ini diharapkan terjadi proses internalisasi dan infusi

ajaran agama islam tu dapat terjadi. Sehingga hasil yang

diharapkan dapat membentuk pribadi-pribadi anak yang

memiliki keimanan yang kuat,memiliki sifat yang tertanam

dalam diri sesuai dengan ajaran agama islam serta memiliki

kemampuan intelektual yang medai. Oleh karena itulah proses

pengajian ini menjadi titik tekan kegiatan pondok yang tidak

bisa dilewatkandan digantikan oleh apapun.

Adapun rincian mata pelajaran pengajian Pondok

Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin yaitu : pendidikan

agama, ilmu al-qur’an, hadits, tafsir, bahasa arab, ilmu tajwid,

ilmu fiqih, aqidah akhlak, akhlak tasawuf, cara berudhu, doa-

doa pendek, cara tayamum,mengaji dan menghafal.

2. Tutor Mata Pelajaran

Untuk menunjang prestasi anak asuh di sekolah, maka

dilakukanlah tutor mata pelajaran di sekolah dengan

menghadirkan guru yang berkompeten. Tutor mata pelajaran

8 Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”, Proposal Kegiatan

Pondok, Pengambilan Data pada Tanggal 20 Februari 2020

65

yang berada di pondok ini menjadi dua yang pertama mata

pelajaran eksak yang kedua ilmu sosial. Untuk rumpun ilmu

eksak, mata pelajaran yang diperdalam adalah matamatika

dan juga fisika dengan harapan anak asuh dapat mampu

memiliki kompetensi terhadap ilmu tersebut terutama pada

mata pelajaran matematika.

Tutor untuk rumpun ilmu sosial, lebih difokuskan

pada penguasaan ilmu sosiologi dan antropologi. Penguasaan

terhadap ilmu sosiologi dan antropologi dimaksudkan agar

anak memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap ilmu

sosial yang nantinya anak asuh berkesempatan mendapat

beasiswa untuk melanjutkan studinya maka mereka sudah

memiliki bekal yang cukup dalam menyerap ilmu-ilmu sosial.

3. Tutor Bahasa Inggris

Tutor Bahasa Inggris adalah suplemen tambahan yang

dilakukan oleh pengurus terhadap peningatan SDM anak asuh

itu sendiri. Melalui tutor Bahasa Inggris inilah yang

diharapkan anak asuh memiliki kompetensi yang memadai

terhadap kemampuan menguasai Bahasa Inggris. Baik secara

konversession maupun grammer. Tutor ini dilakukan dengan

Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris. Sifat dari program ini

adalah kerjasama anatara panti dengan Lembaga Pendidikan

Bahasa Inggris terkait. Bentuk kerjasama anatara panti dengan

Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris adalah pemberian diskon

bagi peserta didik yang berasal dari Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa Daar El- Yaqin. Program ini berjalan selama 2 kali

66

pertemuan per pekan. Sehingga total pertemuan tutor bahasa

inggris selama sebulan menjadi delapan kali pertemuan.

4. Kursus Menjahit

Mulai Tahun 2015 program kursus menjahit diadakan

bagi anak asuh yang bersaam dengan telah lulus SLTA sudah

memiliki keterampilan menjahit dan membordir sehingga ada

visi usaha atau bisnis yang berhubungan dengan fashion.. dari

pengembangan penguasaan teknik menjahitdan membordir

yang menjadi prioritas dalam kursus menjahit ini.

5. Bimbingan Konseling

Bimbingan dan konselling dilakukan tiap minggu.

Program ini ditunjukan hanya untuk melihat perkembangan

anak asuh, baik perkembangan secara fisik, emosi, intelektual,

ataupun psikologis. Program bimbingan konseling lebih di

khususkan pada penanganan anak asuh yang memiliki

kesulitan adaptasi, kelainan perilaku, dan penanganan

anakyang bermasalah yang sudah dinyatalan dalam batas

kewajaran.

Untuk pemenuhan bagi anak asuh yang mengalami

kesulitan adaptasi lebih mengarah pada penanganan mental

psikologis anak asuh. Apabila terdapat anak asuh yang merasa

sulit untuk beradaptasi dengan lingkungannya dengan ciri

anak tersebut susah mengalami kemajuan baik dalam bidang

pendidikan ataupun perkembangan sosial sehingga butuh

penanganan lebih khusus dibandingkan anak asuh lainnya.

67

Sehingga hasil akhir yang diharapkan kelak iya mampu

mengembangkan potensi dirinya sendiri.

6. Rumah Perlindungan Anak.

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat

hidup,tumbuh, berkembang dan berprestasi secara optimal

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta

mendapat perlindungan, dari kekerasan dan diskriminasi.

Perlindungan sosial anak yakni lebih mengarah pada

pemenuhan hak dan kewajiban anak asuh ketika anak tersebut

diasuh diluar keluarganya. Fungsi perlindungan yang

dimaksud ialah perlindungan anak dari segala bentuk

pelecehan terhadap anak seperti pelecehan seksual, sosial

ataupun mental anak tersebut. Perlindungan anak ini juga

difungsikan agar anak asuh nantinya tidak ikut terlibat dan

bergabung kedalam pergaulan bebas yang bersifat negatif atau

bahkan bisa mrugikan diri sendiri atau bahkan orang lain

disekitarnya.

Artinya Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-

Yaqin dalam pelaksaan kegiatannya mencoba melakukan

rehabilitasi terhadap anak yang mengalami beberapa

gangguan akibat pelecehan terhadap anak, baik sengaja

maupun tdak sengaja,. Maka program yang dilakukan oleh

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin lebih kepada

recovery ( Pengembalian) mental., spritual, dan psikis anak

agar kembali normal dan mampu mengenmbangkan potensi

68

dirinya dikemudian hari. Kegiatan ini melibatkan beberapa

unsur terkait yang berkompeten menangani gangguan

terhadap anak tersebut.

Tabel.3.1 Jadwal Kegiatan Harian Santri Asuh Pondok Yatim Piatu

dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin “9

No

.

Bentuk Kegiatan

Waktu

Pelaksanaan

1.

Shalat Malam

02.00

Pembina

Santri Asuh

yang Telah

Mampu

2. Shalat Subuh Berjamaaah 04.00 Keseluruhan

3. Sarapan Pagi 05.30 Pengasuh

4. Persiapan Berangkat Sekolah

06.00 Telah

Bersekolah

5. Shalat Dzuhur Berjamaah 12.00 Keseluruhan

6. Makan Siang 12.30 Pengasuh

7. Istirahat Siang 13.00 Pengasuh

8. Shalat Ashar Berjamaah 15.00 Keseluruhan

9.

Pendalaman Agama (Qiroat Al Qur’an)

15.30

Pengajar dan

Semua Santri

9 Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”, Proposal Kegiatan

Pondok, Pengambilan Data pada Tanggal 20 Februari 2020

69

Asuh

10. Istirahat Sore 17.00 Santri Asuh

11. Shalat Maghrib Berjamaah 17.30 Keseluruhan

12.

Pendalaman Agama dan Karakter

( Aqidah, Akhlak, dan Ibadah )

18.15

Pengajar dan

Semua Santri

Asuh

13. Shalat Isya Berjamaah 19.00 Keseluruhan

14. Makan Malam 19.15 Pengasuh

15. Pendalaman Materi Sekolah 19.30 Pembina

16. Istirahat Malam 21.00 Keseluruhan

17.

Pengajian Rutin Malam Minggu

20.00

Pengurus dan

Semua Santri

Asuh

18.

Pengajian Rutin Malam Jum’at

18.00

Seluruh

Jamaah

“Daar El

Yaqin”

E. Sumber Dana10

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin yang

merupakan lembaga independen dan ketika sudah memberikan

10

Observasi Peneliti dan Wawancara Pribadi dengan Muhammad Sholeh, Pimpinan

Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” ( Jakarta, 20 Februari 2020)

70

sumbangan sama sekali tidak akan mengikat atau melakukan

intervensi maka dari itu untuk dana pemasukan pondok itu sendiri

bersumber dari :

1. Para donatur tetap Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar

El- Yaqin”

2. Iuaran / sumbangan dari donatur perseorangan

3. Sumbangan dalam bentuk zakat, Infaq, Sadaqqah.

4. Kaum Muslimin/at Mayarakat Kampung, Malaka 4, Jalan

Rorotan IV No.63, RT.007/RW.006, Kelurahan Rorotan,

Kecamatan Cilincing, Kota Jakarta Utara, Daerah Khusus

Ibukota Jakarta

5. Bantuan dari Pemerintah Pusat melalui kas-kas sosial

yang ada.

6. Bantuan dari Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara

7. Perusahaan Mitra Pondok atau Lembaga Swasta lainnya

8. Iuran Wajib ALUMNI Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

Daar El- Yaqin.

F. Sarana dan Prasarana11

11

Observasi Peneliti dan Wawancara Pribadi dengan Muchlis Amin, Pembimbing

Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” ( Jakarta, 22 Februari 2020)

71

Sarana

1. Kamar Santri Akhwat

2. Kamar Santri Ikhwat

3. Ruang Penyimpanan

Barang

4. Aula Serbaguna

5. Toilet

6. Kamar Mandi

7. Dapur

8. Kantor

9. Ruang Konselling

10. Ruang Belajar

11. Ruang Pertemuan

12. Perpus mini

Prasarana

1. Televisi

2. Sepeda Motor

3. AC

4. Meja

5. Komputer

6. Peralatan

Keterampilan, Hadroh

dan Alat menja

SYARAT BERGABUNG DAN PELAYANAN12

1. Sehat Jasmani dan Rohani

2. Tergolong Yatim. Piatu serta berasal dari kalangan Ekonomi

menengah kebawah (Dhuafa)

3. Wawancara Orangtua/ wali jika masih memiliki

4. Fotokopi Akta Kelahiran (apabila ada)

5. Fotokopi Kartu Keluarga (apabila ada)

6. Bersedia dibina dan Mengikuti seluruh kegiatan Pondok selama

menempati pondok tersebut.

12

Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”, Proposal Kegiatan

Pondok, Pengambilan Data pada Tanggal 20 Februari 2020

72

G. PELAYANAN13

1. Mulai dari Usia 1-15 Tahun dari Pra Sekolah sampai tamat SLTA

atau sederajat Politeknik /D3 atau S1

2. Disekolahkan pada sekolah yang teah dipilih oleh pengelola

pondok

3. Dipenuhi biaya pendidikan dan kesejahteraannya

4. Diberikan kurss keterampilan yang memadai untuk bekal

hidupnya.

H. FOTO DOKUMENTASI14

Gambar 3.2 : Logo Pondok

Gambar 3.3 : Aula Sebra Guna

Pondok Yatim Piatu & Dhuafa

“Daar El-Yaqin”

13

Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”, Proposal Kegiatan

Pondok, Pengambilan Data pada Tanggal 20 Februari 2020 14

Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”,

https://m.facebook.com . Dengan dengan akun Daar El-Yaqin, Dokumentasi Kegiatan

Pondok, Pengambilan Data diakses pada Tanggal 24 Februari 2020

73

Gambar 3.4 : Gedung Pondok

Yatim Piatu & Dhuafa “Daar El-

Yaqin”

Gambar 3.5 : Suasana

Lingkungan Pondok Yatim Piatu

& Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Gambar 3.6 : Tampak Depan

Asrama Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El- Yaqin”

Gambar 3.7 : Tampak Ruang

Kantor Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El- Yaqin”

Gambar 3.8 : Bimbingan Agama

Keterangan : Menceritakan

kisah-kisah nabi yang

mengandung hikmah

pembelajaran disetiap kisahnya

Gambar 3.9 : Setelah kegiatan

Keagaaman

Keterangan : Membahas terkait

keislaman mulai dari mengaji,

74

menghafal dan menedegarkan

kisah-kisah Tokoh tauladan dalam

Islam

Gambar 3.10 : Kegiatan

Bimbingan Agama setelah Shalat

Isya Berjamaah

Gambar 3.11: Kegiatan berenang

Santri Asuh guna melatih

Psikomotorik anak

75

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai

temuan- temuan data yang didapatkan peneliti selama kegiatan

observasi dan wawancara berlangsung. Penelitian ini meneliti

tentang Implementasi Bimbingan Agama dalam Upaya

Pembentukan Karakter Anak di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “ Daar El-Yaqin” yang berlokasi di Malaka Kota

Jakarta Utara.Data Informan didapatkan berdasarkan temuan

data penelitian yang dikumpulkan, peneliti akan

mendeskripsikan hasil temuan dari 1 pimpinan Pondok, 1

Pembimbing, 3 Orang Anak Yatim, 3 Orang Anak Dhuafa, 2

Orang Anak Piatu dan 3 orangtua, di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “ Daar El-Yaqin”:

A. Data Informan

Berdasarkan temuan data penelitian yang dikumpulkan,

peneliti akan mendeskripsikan hasil temuan di Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” yang berlokasi di Malaka

Kota Jakarta Utara

Deskripsi Informan Pimpinan Pondok

Nama : M. Sholeh As Syaidi, S.Ag

Usia : 52 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Asal : Jakarta

Tempat wawancara : Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“ Daar El-Yaqin”

76

Ustadz biasa dipanggil abi merupakan anak dari keluarga

Bapak M.Iwan dan Ibu Mayani. Beliau lahir pada tanggal 02

Februari 1967 di Jakarta merupakan anak ke 7 dari 8

bersaudara, bertempat tinggal di pondok tersebut dan memiliki

motto hidup yaitu hiduplah bermanfaat ntuk orang lain.

Kemudian dari latar belakang pendidikan beliau sebagai salah

satu mahasiswa jurusan agama, maka beliau mengabdikan diri

sebagai pimpinan di Pondok Pesantren tersebut.

Selain itu karena alasan pribadi dan kecintaanya terhadap

anak yatim piatu dan dhuafa maka iya dedikasikan sebagian

hidupnya untuk mengabdikan diri kepada ayak yatim piatu dan

dhuafa tersebut. Ketika mewawancarai Abi, beliau mengatakan

bahwa:

“Buatlah hidup sebermanfaat mungkin, karena

Keberadaan seorang pemimpin Pondok di sebuah pondok

bukan hanya sebagai seseorang yang membina santri

dalam menjalankan kehidupannya, bukan hanya menjadi

orang tua sambung untuk santri-santri tapi lebih dari itu

harus lebih bertanggung jawab atas kehidupan didunia dan

akhirat, tetapi juga sebagai keluarga kedua yang

memberikan dukungan kepada santri agar santri memiliki

akhlak karimah dan juga menanamkan karakter islami

dalam setiap diri santri, sehingga santri memperbaiki

kondisi kehidupannya hingga nantinya mereka semua

menjadi genaris penerus bangsa yang cerdas.”1

1. Deskripsi Informan Pembimbing

Nama : Muchlis Amin

Usia : 48 tahun

1 Wawancara Abi, Muhammad Sholeh, Pendiri Pondok Yatim, Piatu

dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 20

Februari 2020

77

Jenis Kelamin : Laki-laki

Asal : Jakarta

Tempat wawancara : Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“ Daar El-Yaqin”

Bapak Muchlis amin, biasa dikenal dengan pak muchlis

lahir dijakarta 30 Agustus 1971, merupakan anak ke 2 dari 6

bersaudara, ayahnya bernama M.Amin sedangkan ibunya

bernama Maisuri memliki moto hidup yaitu berdoalah sebelum

bekerja.

Pada awalnya Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar

El-Yaqin” yang berlokasi di Malaka Kota Jakarta Utara hanya

sebatas kontrakan kecil untuk tempat berteduh saat terik

matahari dan pada saat hujan datang, tidak seperti sekarang

yang memliki gedung pribadi. Berangkat dari niat yang baik

untuk membantu anak-anak yatim, piatu dan dhuafa, agar masa

depan mereka sukses nantinya,kini Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “ Daar El-Yaqin” yang berlokasi di Malaka Kota

Jakarta Utara bukan hanya sebagai rumah singgah namun telah

menjadi keluarga kedua para santri asuh yang tinggal dan

menetap dipondok ini, PondokYatim Piatu dan Dhuafa “ Daar

El-Yaqin” yang berlokasi di Malaka Kota Jakarta Utara

menjadi wadah santri asuh untuk elajar dan berproses

menikmati tumbuh dan berkembang dipondok ini guna bekal

dimasa yang akan datang.

Saat ini tugas Pak Muchlis adalah sebagai pengganti

abi ketika abi tidak ada sebagai pembimbing di pondok.

Namun karena kurangnya sumber tenaga di Pondok Yatim

78

Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” yang berlokasi di Malaka

Kota Jakarta Utara ini, Pak Muchlis pun terkadang merangkap

pekerjaan yang lainnya seperti menjadi sketaris pondok yang

melengkapi segala hal terkait administrasi, dan kerja sama

antara pondok dengan pihak luar. Selain itu Pak Muchlis juga

ikut membantu membina santri dalam kegiatan pengembangan

keterampilan seperti mengajarkan marawis,serta membantu hal

lainnya yg berkaitan dengan pondok pada saat abi sedang tidak

ada. Saat sedang di ajak berbincang-bincang pada awal

observasi peneliti di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar

El-Yaqin” yang berlokasi di Malaka Kota Jakarta Utara ini,

Pak Muchlis mengatakan:

“Sejak berdirinya Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar

El-Yaqin” ini pada dasarnya Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “ Daar El-Yaqin” kan memang didirikan dan

dibangun terfokus pada bimbingan agama salah satunya ya

berkaitan dengan penumbuhan karakter iu sendiri, sejak

dini mereka semua disini ya diajakarkan secara dasar

bimbingan agama karena disini dibiasakan dalam bersikap

dan berprilaku baik sesuai ajaran agama islam,, karena

memang dari awal abi besrta teman-teman pengurus disini

sangat memperjuangkan anak yatim,piatu dan dhuafa yang

ada di Dki Jakarta Khususnya Jakarta Utara agar mampu

mengubah kehidupannya dengan tetap berpegang teguh

pada ilmu Al-Qur’an dan Hadist. Bahkan awal-awalnya

mereka langsung turun ke jalan mencari satu persatu anak

yatim, piatu dan duafa yang terlantar untuk di bina

menjadi santri asuh hingga saat ini santri asuh kami cukup

banyak karena masyarakat disini pun percaya bahwa

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”

membawa dampak positif bagi kehidupan anak

yatim,piatu dan dhuafa diwilayah ini.”2

2 Wawancara Muchlis Amin, Pembimbing Pondok Yatim, Piatu dan

79

2. Deskripsi Informan Orangtua Santri Asuh

Nama : Nuriyah

Usia : 52 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Asal : Jakarta

Tempat wawancara :Kampung Rorotan 3,Rt03/Rw

005 , Cilincing, Jakarta Utara

Ibu Nuriyah, atau biasa dipanggil dengan sebutan ibu

nunung, lahir pada tanggal 11 Maret 1968. Beliau merupakan

ibu dari santri asuh bernama Sekar Andini. Ibu Nuriyah

merupakan ibu rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai

kuli bangunan.beliau adalah orang tua dari santri asuh yang

pulang pergi dari Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-

Yaqin”anaknya sering menghabiskan waktu di Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” mulai dari bermain dan

belajar terkadang juga anaknya bermalam di Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”.

Ibu Nuriyah merupakan salah satu orang tua santri asuh

di Pondok yatim yang sangat memiliki harapan besar bahwa

pada saat dewasa kelak nantinya anaknya dapat menjadi

manusia yang berhasil dunia dan akhirat sehingga mampu

memperbaiki kondisi keluarganya dan dapat bermanfaat bagi

masyarakat dan Negaranya. Orang tua santri asuh sangat

mengaharapkan bahwa nantinya anak mereka dapat tumbuh

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 22

Februari 2020

80

dan berkembang lebih baik dari kehidupan kedua orangtuanya.

Selain itu Ibu Nuriyah mengatakan bahwa:

“Anak saya dimasukkan ke Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “ Daar El-Yaqin” ini karena keinginan kami dan

anaknya. Dan di sini kan anaknya diajarkan dan

dibimbing terkait ajaran Agama Islam tanpa terkecuali

pendidikan karakter anak didalamnya. Mulai dari pulang

sekolah sampai malam, jadi kerumah terkadang Cuma

untuk tidur, karena tidak terlalu jauh juga jarak rumah

sama pondok, namun kesehariannya dia disana beresama

teman-temannya. Sejauh ini cukup ada perubahan yang

dirasakan saya kepada anak saya seperti lebih mandiri,

ketika waktu shalat lansung shalat, pandai mengaji, lebih

disiplin dan tanggung jawab saat ini selama anak saya

belajar disini. Selain itu di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” ini juga menerapkan konsep

kekeluargaan yang membuat anaknya nyaman dan juga

tambah banyak keterampilannya hingga anak saya lebih

berani dan kreatif.”3

Nama : Kosiyah

Usia : 48 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Asal : Jakarta

Tempat wawancara : Jln.Rorotan V Rt01/Rw 007,

Cilincing, Jakarta Utara

Ibu Kosiah atau biasa dipanggil dengan sebutan mpok

kokos, yang lahir pada tanggal 20 April 1972 di Jakarta

merupakan seorang ibu penjual kue pagi keliling dilsekitar

lingkungan yang tidak jauh dari pondok dan suaminya bekerja

3 Wawancara Nuriyah, Orang Tua Santri asuh Pondok Yatim, Piatu

dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 27

Juni 2020

81

sebagai buruh. Ibu Kosiah merupakan orang tua dari santri

asuh Dwi Afrilia. Sama halnya seperti ibu Saat diwawancarai

Ibu Kosiah menyatakan bahwa ia dengan sengaja memasukkan

anaknya ke Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”

ini karena dirumah tidak ada orang ketika ibu bekerja dan

bapak bekerja ibu kokos khawatir akan anaknya sehingga ia

merasa lebih aman dan bermanfaat ketika anaknya tinggal

disana,disisi lain ibu kokos juga berharap agar anaknya mampu

menjadi anak yang taat beragama yang menjalankan

kehidupannya di dunia sesuai dengan Al-Qur’an dan hadist dan

menjauhi segala macam bentuk larangan agama,disini selalu

dibimbing dalam aktifitas, berprilaku dan bersikap yang baik

semua itu bernilai postif agar anak tersebut tidak terlibat dalam

kegiatan anak yang mengkhawatirkan apalagi sampai ikut arus

kedalam dunia gelap kenakalan remaja yang sekarang bukan

hanya menjadi hal tabu dimasyarakat namun menjadi hal

lumrah yang diwajarkan, iu sngat membahayakan dan

merusak, calon generasi muda penerus Bangsa. Beliau

mengatakan bahwa:

“Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” ini

Alhamdulillah pondok ini sangat membantu saya dan

mempermudah untuk membimbing serta mendidik anak

saya .Karena saya pribadi dirasa kurang cukup dalam hal

mendidik apalagi berkaitan dengan karakter anak yang

sangat penting untuk pondasi awal kehidupan anak saya

kelak dimasa yang akan datang, Udah itu ya ka, jaman

sekarang ngeri banget ka takut salah pergaulan. Di

tempat saya tu tingkah laku anak zaman sekarang

macam-macam. Anak-anaknya disana tu banyak yang

mabuk-mabukkan, pakai anting laki-lakinya, ada juga

82

pergaulan bebas.bersikap kasar sama orang tua dan

berprilaku menyimpang tidak sesuai dengan norma yang

ada, saya berharap dengan bisa dibimbing tidak terbawa

arus anak-anak disini, dan bisa membentuk karakter anak

yang baik guna bisa dimanfaatkan bagi kehidupanya

kelak ”4

Nama : Darso

Usia : 48 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Asal : Jakarta

Tempat wawancara :Malaka IV, Rorotan,

Cilincing Jakarta Utara

Bapak Darso, lahir pada tanggal 2 Juli 1972. Beliau

merupakan Bapak dari santri bernama Muhammad Hidayat.

Bapak Darso merupakan seorang tukang servis panggilan.

Istrinya sudah lama meninggal dan beliau belum menikah

lagi.iya membesarkan anaknya seorang diri.

Bapak Darso merupakan informan orang tua terakhir dari

santri asuh di Pondok yatim sama seperti orang tua pada

umumnya masih sama sangat memiliki harapan besar bahwa

pada saat dewasa kelak nantinya anaknya dapat menjadi

manusia yang berhasil dunia dan akhirat sehingga mampu

memperbaiki kondisi keluarganya dan dapat bermanfaat bagi

masyarakat dan Negaranya. Bapak Darso sangat

mengkhawatirkan anaknya karena tumbuh tanpa kasih sayang

seorang ibu, maka dari itu iya berharap ketika anaknya belajar

4 Wawancara Kosiah, Orang Tua Santri asuh Pondok Yatim, Piatu

dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 27

Juni 2020

83

dan dibimbing di Pondok akan menjadi anak yang bisa

bermanfaat bagi orang lain. Orang tua santri asuh sangat

mengaharapkan bahwa nantinya anak mereka dapat tumbuh

dan berkembang lebih baik dari kehidupan kedua orangtuanya.

Namu yang berbeda Bapak Darso mengatakan bahwa:

“Anak saya dimasukkan ke Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “ Daar El-Yaqin” ini karena keinginan saya dan

Allhamdulillahnya anaknya mau. Karena saya sadar

kalau hanya saya saja seorang diri yang membimbing

serta mengajarkan saya rasa kurang, disisi lai saya

kurang mampu dalam menghidupi dan mencukupi

kebutuhan anak saya, saya bekerja ketika dipanggil saja

ketika tidak saya menganggur tidak ada

pemasukan,.bertahan hidup dijakarta aja sudah sangat

sedih namun ada yang lebih sedih bagi saya klu nantinya

anak saya tumbuh jadi manusia yang tidak bermanfaat

bagi lingkungan tempat tinggalnya, karena karakter

menjadi modal utama dan agama menjadi pondasi dasar

kehidupan, walaupun berat melepas orang terkasih

tinggal dan lebih banyak menghabiskan waktu di

pondok, tidak apa-apa asalkan yang dijalankannya

selama ini bernilai positif dan beguna bagi kehidupannya

kelak”5

3. Deskripsi Informan Santri Duafa

Adapun deskripsi mengenai terbimbing adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Terbimbing Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 39 Orang

5Wawancara Darso, Orang Tua Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 27 Juni

2020

84

2 Perempuan 11 Orang

Jumlah 50 Orang

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah laki-

laki mendominasi yang dapat disimpulkan bahwa terbimbing

laki-laki berjumlah 39 orang dan terbimbing perempuan

berjumlah 11 orang dengan keseluruhan total santri asuh

sebanyak 50 orang.

Tabel 4.2 Terbimbing Berdasarkan Usia Santri Asuh

No Usia Jumlah

1 1-5 Tahun 4 Orang

2 6-10 Tahun 17 Orang

3 11-17 Tahun 29 Orang

Jumlah 50 Orang

Terbimbing yang menjadi sampel penulis di Pondok

Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” yang berlokasi di

Malaka Kota Jakarta Utara ini dengan total santri asuh

berjumlah 50 orang. Penulis hanya mengambil 8 sampel dalam

penelitian ini karena sesuai dengan kriteria yang penulis

harapkan yaitu :

a. Santri Asuh yang sudah bersekolah dengan batas usia 10 s/d 17

thn yang mengikuti masa pendidikan dan telah menjalankan

upaya pembentukan karakter melalui kegiatan dan keseharian

didalam pondok.

85

b. Anak yang aktif dan menjalankan bimbingan agama dengan

baik dalam upaya pembentukan karakter anak agar tumbuh

menjadi generasi Bangsa yang hebat..

c. Anak yang memiliki perubahan kearah yang lebih positif dari

awal masuk pondok hingga saat ini.

Nama : Rizki Amelia

Usia : 14 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Asal : Tegal

Rizki Amelia merupakan santri asuh yang akrab disapa

Amel lahir di Banten pada 5 September 2006. Orangtua dari

Amel bernama Bapak Tarudi dan Ibu titin. Amel merupakan

anak yatim yang sudah lama ditinggal oleh bapakya saat iya

masih kecil, dahulu bapaknya hanya seorang buruh tani

diTegal dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga.

Amel memiliki cita-cita ketika iya menjadi dewasa ia

ingin menjadi guru, dimana amel sendiri memiliki hobby

membaca, sehingga ia menjadi sosok anak yang pendiam,

moto hidup amel sangatlah bagus iya ingin hidupnya layaknya

seorang guru yang bisa bermanfaat bagi orang banyak yang

dikenal dengan pahlawan tanpa tanda jasa, sosok anak

perempuan hebat yang sangat peduli dengan sesama.

Amel termasuk santri yang jarang dijenguk karena

kesibukkan orangtuanya serta walaupun sudah dijadwal untuk

dijenguk sebulan sekali, karena salah satu hal yang menjadi

penghalang untuk menjenguk adalah faktor biaya karena

86

berdomisili di Tegal. Saat peneliti mengobservasi, Amel

merupakan sosok anak kecil yang sangat pendiam, namun

Amel termasuk santri yang aktif mengikuti semua kegiatan di

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara., selain itu ia juga rajin. Dalam hal ini,

peneliti pernah melihat Amel, membuatkan minum kepada

tamu Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara yang sedang menjenguk tanpa

disuruh oleh siapapun. Dan berdasarkan informasi dari salah

satu orangtua ketika peneliti melakukan observasi, salah satu

orangtua mengatakan :

“Amel sekarang udah bagus banget perubahannya ka.

Dulu dia itu kemana-mana sendiri, gak bisa apa-apa dia

itu dulunya waktu awal-awal tinggal disini. Tapi

sekarang udah bagus banget ka,walaupun masih pendiam

tapi dia anaknya sangat peduli banget sama temen-

temennya, setelah masuk pesantren jadi lebih dekat sama

orang lain dan rajin lagi dia, udah mau sdikit-sedikit

bersosialiasi sama orang-orang disini”6

Amel juga mengatakan :

“ Dulu suka takut ka kalau mau nanya sama orang lain,

bingung mau ngomongnya gimana, takut salah, tapi

selama tinggal disin abi dan pembimbing mencontohkan

hal yang baik membiasakan dikusi dan tanya jawab

membiasakan kalau ada yang engga paham atau tidak tau

ditanyakam, perlahan udah mulai engga takut lagi ka,

mulai bisa bersosialiasai sama lingkungan, lebih bisa

perduli sama orang lain ka”

Nama : Novita Sari

6 Rizki Amelia, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

87

Usia : 11 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Asal : Tegal

Novi merupakan anak dari Alm. Bapak Tarudi dan Ibu

Titin yang lahir pada tanggal 29 November 2008 di Tegal.

Novi sudah menjadi yatim ketika ia bersekolah di bangku kelas

1 SD, Novi pernah bersekolah di SDI Rabiatul adawiyah,

dahulu sebelum bapaknya meninggal dunia bapak novi dan

amel ini merupakan buruh tani di Tegal sedangkan ibunya

merupakan ibu rumah tangga. Semasa bersekolah, Novi

berpindah-pindah sekolah karena mengikuti orangtuanya.

Sama halnya seperti kakanya amel, novi bercita-cita

ingin menjadi guru, iya memiliki moto hidup yang sangat

bagus yaitu iya ingin menjadi yang terbaik diantara yang baik.

Sebelum Novi memutuskan untuk tinggal juga di

pondok, kakaknya Novi bernama amel sudah terlebih dahulu

tinggal di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara, melihat kakanya tumbuh menjadi

anak yang baik, Novi menjadi tertarik untuk memasukkan

Ma’wa menjadi santri di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara. Saat berbincang

novi mengatakan bahwa:

“saya dulu sebelum tinggal di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

anaknya sangat tergantung sama ibu ka, engga bisa jauh

dari ibu , selalu mengandalkan ibu, tapi selama disini

walaupun ada kaka tetap disni belajar mandiri, ”7

7Novita Sari, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar El-

88

Nama : Rifasha Aulia Zahra

Usia : 13 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Asal : Jakarta

Riva merupakan anak dari Bapak M.Sholeh dan Ibu

Ernawati yang lahir pada tanggal 06 Juli 2007 di Jakarta.

Kedua orangtua Riva, bapaknya pernah bekerja sebagai buruh

pabrik milik perusahaan China namun sekarang diberhentikan

kemudian ayahnya jatuh sakit dan meninggal dunia dan ibunya

hanya sebatas ibu rumah tangga Riva. Tidak bersekolah yang

iya pernah pelajari hanya sebatas membaca dan belajar

berbicara Riva mengatakan bahwa:

”Dulu sebelum masuk sini sering dibuli sama temen-

temen karena tidak bersekolah tapi memiliki cita-cita

menjadi pramugari, sedih ka karena kan dulunya saya

hanya sebatas bisa membaca dan belajar berbicara,disini

diajarkan menulis dan belajar mata pelajaran lain

Walaupun awalnya sulit banget karena ustadzah taulah

saya kan orangnya lama banget paham sampai abi

terkadang suka geregetan, tapi dari situ saya termotivasi

untuk bisa mengatur waktu dan kebiasaan di Pondok

Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara, Abi selalu memberikan semangat untuk

aku supaya terus berjuang bekerja keras untuk bisa

menggapai cita-cita aku ka supaya engga dibully lagi itu

yang membuat aku semangat”8

Riva adalah seorang anak yang berpenampilan sangat

normal namun ia memiliki kekurangan dalam hal mempelajari

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

8 Rifasha Aulia Zahra, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa”

Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

89

sesuatu yang baru. Riva mengatakan bahwa ia merupakan

seseorang anak yang bisa disebut dengan slowlearner. Slow

Learner yaitu seorang anak yang mengalami lamban dalam

belajar, lamban dalam memahami keterampilan dan lamban

memahami informasi yang diperolehnya.

Walaupun Riva memiliki kekurangan, Riva merupakan

seorang anak yang sudah dibiasakan mandiri oleh orangtuanya.

Riva sendiri sangat hobby berenang, maka dari itu setiap ada

agenda renang iya sangat semangat untuk mengikutinya, dan

semangat untuk belajar gaya renang, iya ingin menjadi tinggi

agar bisa menjadi pramugari.

Nama : Nindi Rahayu

Usia : 17 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Asal : Indramayu

Nindi merupakan anak dari Bapak Budi Santoso dan

Ibu Suwarni yang lahir pada tanggal 05 April 2003 di

Indramayu. Bapaknya bekerja sebagai wirasuwasta sedangkan

ibunya merupakan ibu rumah tangga. Nindi merupakan murid

dari sebuah sekolah menengah kejuruan SMK Muhammadiyah

Jati Barang .

Nindi memilki cita-cita menjadi perawat, nindi

memiliki hobby menulis dan membaca, iya memiliki moto

hidup menjadi yang terbaik diantara yang baik.

Nindi pada awalnya merupakan anak yang cenderung

tidak bisa mengendalikan dirinya dan sangat ketergantungan

121

dengan keberadaan orangtuanya, dia juga tidak bisa disiplin

dalam melakukan suatu hal. Selalu menunda suatu pekerjaan,

dan mengabaikan perintah yang diberikan kepadanya. Nindi

mengatakan bahwa:

“Saya merasa ada perubahan karakter pada diri saya ka,

kalau dulu itu kadang saya masih males-malesan, solat

juga suka masih males-malesan suka nunda-nunda,

ngaji juga males, kan kalo di pondok tuh, ya mau gak

mau kita harus ngelakuin tepat waktu karena semuanya

dilakuin jamaah, terus juga ada dorongan juga dari

temen-temen ayo gitu diajak ama temen-temen juga,

jadi kaya berubah dikit-dikit, jadi yang awalnya males-

malesan jadi perlahan bisa mengantur waktu dan bisa

lebih disiplin”9

Naa : Marcelinno

Usia : 12 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Asal : Cianjur

Marcelinno biasa dipanggil marcel. marcel ialah anak

ketiga dari 3 bersaudara. marcel lahir di Cianjur pada tanggal

05 desember 2008. Marcel juga merupakan anak dari Ayah

Asep Suryana dan Ibu Ai titin lulusan dari SDN Jatisari.

Marcel juga merupakan santri asuh yang aktif mengikuti

kegiatan pondok yaitu Marawis dan Hadroh. Marcel memiliki

cita-cita menjadi polisi dan iya memiliki moto hidup yaitu

hidup mulia atau mati syahid. Ketika diwawancarai marcel

9Nindi Rahayu, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

122

mengatakan bahwa :

“saya merasa ada perubahan karakter pada diri saya ka,

kalau dulu itu kadang saya masih males-malesan, solat

juga belum bener bacaannya, ngaji juga belum bisa,

puasa juga engga karena dulu tuh suka nyerah gak kuat

suka haus dan laper ka, kan kalo di pondok tuh diajarin

dan menajdi keharusan yang dikerjain ka, disini juga

diajarin bimbingan agama macem-macem ka belajar

shalat sunnah dan puasa sunnah juga, sekarang juga

udah bisa shalawatan ka. ” 10

Nama : Ahmad Wildan Firdaus

Usia : 14 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Asal : Jakarta

Ahmad Wildan Firdaus merupakan santriwati Pondok

Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara. Santriwati yang biasa dipanggil Wildan ini lahir

di Jakarta pada tanggal 19 September 2006. Orangtua Wildan

bernama Ayahnya adalah M.Ismail dan Ibu Mulyaningsih.

Wildan merupakan anak yang gemar menyanyi, Wildan

memiliki cita-cita ingin menjadi dokter, suaranya merdu

sehingga iya sangat gemar bershalawat dan sangat senang jika

diberi tugas untuk adzan dan memimpin doa Wildan

mengatakan:

“Iya, saya merasa ada perubahan pas masuk pondok,

yang dari awalnya kan saya sama temen, mmm dia

bukan sekamar sama saya ah, masa bodo. Kalau

10

Marcelinno, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

123

sekarang karena kita udah dapet bimbingan oh ini

temen saya kita ngerangkul bareng, saling peduli kalau

ada tugas dari abi juga sekarang dikerjainkan karena

udah tau apa itu tanggung jawab ka, jadi dulu ka

merasa cuek tuh kaya pas di awal-awal aja gitu kak, ada

temen nangis nih misalnya dikamar lain, yaa masa bodo

gitu loh kak, saya- saya dia-dia. Tapi setelah kita ikut

bimbingan, oh ini loh artinya ukhuwah islamiyah itu

berarti disini kan kita sama- sama jadi orangtua, jadi

mereka adalah saudara kita gitu kak jadi muncul rasa

tanngung jawab kita juga loh sebagai kaka untuk

menhibur adik dan membantu adik-adik disini”11

Nama : Ade Suryana

Usia : 13 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Asal : Jawa Barat

Tempat Wawancara : Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

Ade Suryana tinggal di Jalan Rorotan Malaka IV Rt

07/06 Rorotan, Cilincing Jakarta Utara. Santri asuh yang biasa

dipanggil Ade ini merupakan anak kedua dari 2 bersaudara,

Ade lahir di Jawa Barat pada tanggal 08 Desember 2007.

Nama orangtua dari ade ialah Ayah edi soppiah dan Ibu Jumia.

Ade juga merupakan lulusan dari SDI Rabiatul Adawiyah. Ade

juga termasuk santri asuh yang aktif di pondoknya, ia

mengikuti kegiatan bermain hadroh/marawis, Ade memiliki

hobby bermain bola sehingga dia pula memiliki cita cita

11

Ahmad Wildan Firdaus, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei

2020

124

menjadi pemain bola. Ade mengatakan:

“Setelah tinggal di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara. Ini ka

banyak banget perubahan, saya lebih mandiri, lebih

peka sama temen-temen udah engga males shalat, ngaji,

dan belajar agama ka, disini juga bisa lebih disiplin ka

soalnya semuanya dikerjain bareng-bareng kalau ada

yang gak bisa berjuang bareng kerja keras supaya bisa

ka jadi kalau ada yang gak bisa dalam pelajaran atau

menghafal ya udah jadi tanggung jawab kita bantu dan

nolong ka ”12

Nama : Mutmainnah Sholeha

Usia : 10 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Asal : Madura

Tempat Wawancara : Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

Mutmainnah Sholeha merupakan anak dari Ayah

Muhammad Ismail dan Ibu Mulyaningsih. Mutmainnah

Sholeha merupakan santri asuh yang biasa dipanggil Imut Imut

merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, Imut seorang santri di

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara. Lahir di Madura pada tanggal 11 Juli 2010,

iya bersekolah di MI Imadunnajah, Imut memiliki hobby

mengajar Ketika diwawancarai Imut mengatakan bahwa:

“Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara membentuk saya menjadi anak

yang bisa bertanggung jawab, anak yang disiplin, anak

12

Ade Suryana, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

125

yang mandiri, anak yang paham akan agama islam terus.

Makanya disisi peduli, harus ditanam didalam diri kita

buat dapat peduli sama orang lain, dan membantu itu gak

harus pandang bulu. Jadi perasaan peduli itu timbul sendiri

loh ka, kaya saya itu harus peduli orang, jangan egois

kalau jadi orang. Suatu saat mungkin saya bakal jadi kaya

dia, jadi jangan egois kalau buat menolong orang,

tolonglah selagi bisa, jangan sia-siain apa yang ada

didepan mata sedangkan itu sebuah kebaikan. Sebelumnya

saya itu anaknya bandel, bahkan bandel banget ka, lalai,

males-malesan, terus bodo amatan dia-dia ini. Ya tapi

kalau udah masuk pondok, udah tau ka bahwa islam

mengajarkan seperti ini, jadi tau mana yang boleh dan

tidak, udah gitu, saya tuh kan punya cita-cita jadi guru

agama Islam, seharusnya saya ngajarin kaya gini kaya

gini, walaupun umur saya masih kecil ka,masa iya saya

gak bisa mengamalkan itu walaupun saya sudah tidak

memiliki ibu tapi seneng banget disini banyak orang-orang

yang sayang sama saya saling membimbing dan sekarang

seneng bisa doain mamah supaya ditempatkan

disyurganya Allah ka”13

B. Temuan Lapangan

a. Hambatan Dalam Proses Penelitian

Hambatan peneliti dalam penelitian ini yang pertama

adalah peneliti mengalami kendala pada saat beradaptasi

dengan cuaca di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-

Yaqin”. Karena setiap kali peneliti berkunjung ke pesantren

untuk bertemu dengan santri, pengurus maupun orangtua,

peneliti selalu sakit demam karena harus bolak balik rumah,

kosan diciputat dan lokasi penelitian di Jakarta utara setelah

13

Mutmainah Shaleha, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa”

Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

126

itu.

Belum lagi cuaca di sekitar lokasi penelitian memang

sangat panas. Cahaya mataharinya sangat terik dan kering

dengan debu yang sangat pekat. Di sepanjang perjalanan

sangatlah tampak jelas bahwa debu-debu melapisi permukaan

daun, atap rumah, sertadinding rumah yang tampak sangat

kusam akibat tebalnya debu yang menempel.

Hal itu menjadi salah satu alasan terbesar, mengapa

peneliti jadi sering terlihat mengulur-ulur waktu. Karena

selama sakit, paling tidak peneliti membutuhkan waktu untuk

mengerjakan skripsi ini. Selain itu jarak untuk menuju ke

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara cukup jauh dan memakan banyak waktu.

Selain karena aktivitas peneliti sendiri yang begitu

padat menjadikan peneliti harus mengatur jadwal kapan harus

diciputat, kerumah dan ke pondok.

Untuk hambatan di dalam pondok sendiri, peneliti

kesulitan ketika mewawancarai seluruh subjek penelitian.

Karena seluruh subjek penelitian memiliki aktifitas sendiri dan

harus mengatur jadwal peneliti dengan subjek penelitian,

begitupula dengan orang tua karena dari anak-anak santri asuh

yang peneliti wawancarai orang tua mereka banyak yg tinggal

jauh dari jakarta jadi peneliti memilih orang tua yang dekat

dari pondok saja namun kebanyakan orangtua juga

menghindar ketika hendak diwawancarai atau bahkan ada yang

sibuk karena harus bekerja untuk menyambung kehidupan.

127

Dalam hal ini, peneliti mengakalinya dengan cara

hanya mewawancarai beberapa orangtua yang disarankan oleh

pemimpin pondok yang rumahnya tidak terlalu jauh dari

pondok. Setelah itu membuka obrolan biasa dengan orangtua,

namun dengan tetap mengacu pada pedoman wawancara.

Sehingga peneliti tetap mendapati hasil yang diarahkan dalam

penelitian ini.

Pendiri serta pembimbing juga sangat sulit ditemui

berkali-kali peneliti mengatur ulang jadwal pertemuan untuk

meminta data dan mewawancari guna melengkapi hasil

penelitian, pernah waktu itu peneliti kepondok tanpa

menghubungi pembimbing ketika sudah kesana pondok sepi

karena ada agenda, dan membuat peneliti tidak mendapat data

apapun, dari mulai saat itu peneliti selalu mengatur jadwal agar

bisa bertemu dan bisa mewancari subjek penelitian.

Selain itu awalnya santri perempuan sangat tertutup

awalnya malu malu dan sulit sekali mendapat informasi dari

mereka karena peneliti merupakan orang baru dikehidupan

mereka. Sedangkan untuk santri laki-lakinya jarang ada di

pondok karena sibuk untuk tampil hadroh dan pengajian

lainnya, berulang kali peneliti menunggu waktu yang pas

untuk bisa mendapatkan informasi,.

Dalam hal ini, peneliti mengakalinya dengan cara

melakukan pendekatan secara langsung kepada santri

perempuan. Sehingga peneliti mendapatkan kepercayaan dari

santrinya dan para santri lebih terbuka ketika peneliti

128

melakukan wawancara dan observasi.

Sedangkan untuk santri laki-laki, peneliti mengakalinya

dengan cara datang setiap hari minggu. Karena dihari itu

biasanya santri asuh istrahat.santri asuh laki-laki lebih bsia

terbuka dengan peneliti sehingga peneliti mudah untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan.

b. Permasalahan yang Dihadapi Santri Asuh di

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara pada dasarnya dibuat khusus untuk

mereka yang yatim, piatu dan duafa. Dimana Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

ini merupakan salah satu wadah pembelajaran anak-anak yang

kurang mampu dan memerlukan bimbingan lebih terkait

kehidupannya, sebagai salah satu rumah aman yang layak

untuk dihuni para anak generasi bangsa ini harus terus

dimanfaatkan dan diberdayakan. Bahkan diawal berdirinya

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara, para pengurusnya langsung turun ke

jalanan untuk mencari anak yatim, piatu dan duafa yang akan

menjadi santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara.

Tinggal di Ibu Kota DKI Jakarta sangatlah sulit banyak

anak gelandangan yang tidur hanya beralaskan koran dan

129

beratapkan jembatan flyover sungguh miris, belum lagi

bertahan hidup harus berjuang mencari sesuap nasi, hal itu

yang membuat abi pendiri Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara tergugah hatinya

untuk lebih peduli dan memperhatikan nasib generasi bangsan

kelak. Bermula dari kontrakan sederhana yang kumuh dan

sempit pada saat itu seiring berjalannya waktu, Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

mulai mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

santrinya. Sehingga muncullah permasalahan perekonomian di

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara yang mengakibatkan para pengurus harus

mencari-cari donasi dan sumbangan untuk tetap betahan

ditengah mewahnya kehidupan kota Jakarta ini.

Hingga akhirnya Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara kembali berada di

bawah naungan sebuah yayasan Nuansa Karya Jordizamil,

yang telah mendedikasikan tanah wakaf untuk digunakan

membuat asrama dan akhirnya dari kontrakan sempit nan

sederhana Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara berpindah seperti sekarang ini,

walaupun masihs angat sederhana setidaknya cukup luas dari

yang sebelumnya untuk menjadi rumah pembelejaran bagi

santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara. Santri asuh tidak harus lagi

berdekasan untuk tidr dan melakukan agenda lainnya karena

130

telah memiliki aula serba guna yang tidak terlalu besar namun

cukup menampung kegiatan anak-anak santri asuh di Pondok

Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara tersebut pun terdiri dari santri yang

kisaran umurnya 1-17 tahun, yang artinya bahwa anak tumbuh

dan berkembang dan pembentukan karakternya dibentuk di

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara ini, dengan keterbatasan orang tua sebagai

guru serta rumah mereka diharapkan dengan hadirnya Pondok

Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara ini menjadi sosok keluarga baru bagi mereka

Dengan jumlah santri sekitar 50 santri asuh hingga saat ini.

Yang terdiri dari 11 santri asuh perempuan dan 39 santri asuh

laki-laki. Santri asuh ini ada yang berasal dari jakarta sendiri

maupun luar jakarta, menjadikan anak-anak yang tinggal di

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara berbagai macam karakter dan kebiasaan

asal mereka yang unik dan harus dibina agar nantinya menjadi

generasi Bangsa Indonesia yang membanggakan.

Selain itu permasalahan lain yang dihadapi santri di

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara, terletak pada latar belakang santri duafa

tersebut yaitu kebanyakan dari santri berasal dari keluarga

miskin,ada juga mereka yang tidak tahu seperti apa wajah

131

orang tuanya, hidup sangat sederhana tanpa berpendidikan.

Saat sedang observasi dan wawancara, peneliti kerap mendapat

jawaban bahwa orangtua kebanyakan bekerja sebagai buruh

ada juga yang penganguran atau hanya bekerja saat dibutuhkan

saja. Selain itu santri sebelum masuk ke Pondok Yatim Piatu

dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara juga

ada yang mengalami permasalahan dijauhi oleh teman-

temannya, sehingga ketika di awal masuk Pondok Yatim Piatu

dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

banyak santri yang tidak mau berpisah dari orangtuanya.

Seperti ungkapan dari santri bernama Riva sosok anak kecil

yang lahir dijakarta dan orang tuanya juga berdomisili di

jakarta mengatakan:

“Riva ka dulu sebelum masuk sini suka disindir-sindir

sih sama temen-temen, jadi suka ngelampiasin emosinya

ke orang rumah. Banyak dulu yang ngeledekin cita-cita

riva yang pengen jadi pramugari, sedih dan kesel ka

jadinya aku dulu emosian banget orangnya. Tapi itu

dulu, disini orang-orangnya baik, abi ngasih aku

semangat untuk terus bekerja keras buat bisa gapai cita-

cita aku ka ”14

Dari pernyataan Riva tersebut terlihat bahwa

permasalahan dijauhi oleh temannya itu berupa sindiran yang

Riva terima dari teman-temannya. Dan selain Riva, salah satu

santri bernama Nindi pun mengalami hal yang sama, yaitu :

“Selama sekolah ka kalau di tempat saya dulu, kalau ada

14

Rifasha Aulia Zahra, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa”

Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

132

pelajaran sekolah atau tugas, anak yang bodoh ya bodoh

aja ka sendiri, engga ada yang ngajarin malah diledekin,

dan kalau ada yang pinter, ya pinter sendiri, pelit banget

sama ilmunya ka, engga mau ngajarin saya, tapi kalau

disini walaupun semuanya di kerjain masing-masing tapi

tetap saling bantu kalau ada yang susah atau kurang

paham diajarin ka. Dulu saya dijauhin mungkin karena

saya kan orangnya biasa-biasa aja. Dulu saya juga sering

diledekin “Nindi kamu bodoh banget sih. Nindi kok

kamu lambat banget sih pahamnya”. Tapi aku dihina gitu

malah jadi semangat untuk bisa. Ya walaupun sedih juga

sih bersyukur banget ka bisa dikelilingi orang-orang baik

di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara ini ka .”15

Masalah lain yang dialami oleh santri asuh yaitu

ketertinggalan dari segi pendidikan formal maupun pendidikan

dalam keluarga. Dalam hal ini peneliti mendapati santri-santri

yang sulit untuk dimintai data karena kesulitan tanda-tangan

dan masih belum lancar dalam menulis.

Selain itu santri-santri mengaku, dulunya sangat

ketergantungan dengan keberadaan orangtuanya. Banyak dari

mereka yang bahkan belum bisa melakukan tugas sehari-hari.

“waktu sebelum masuk di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ini

tadinya males banget dirumah itu ka, alhamdullah

sekarang sudah bisa bantu-bantu ibu dirumah. Dari

yang dulunya sedikit-sedikit ngambek sekarang udah

bisa mengontrol, dulu saya melawan orangtua dan tidak

deket orangtua.”16

15

Nindi Rahayu, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020 16

Wawancara Ahmad Wildan Firdaus, Santri asuh Pondok Yatim,

Piatu dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal

13 Mei 2020

133

Dari pernyataan Wildan tersebut, ia menyebutkan

bahwa ia kesulitan dalam mengendalikan emosinya sehinga

membuatnya bergantung dengan keberadaan orangtuanya

bahkan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti

membantu orangtua karena santri asuh disini sebagian ada

yang masih tinggal bersama orang tua ada yang tidak.

Ada pula beberapa santri asuh yang mengatakan bahwa

dirinya kurang disiplin, kurang mandiri dan kurang bisa

bertanggung jawab atas apa yang diperintahkan kepadanya

seperti yang dikatakan Wildan :

“Dulu nih ka sebelum masuk kesini suka banget ka

nunda-nunda pekerjaan kalau disuruh orang

tua,pokonya tadinya itu apa-apa orangtua,

alhamdulillah sekarang sudah bisa mandiri, lebih bisa

tepat waktu ka. Soalnya di sini semuanya kerjain

sendiri. Dulu apa-apa sama orang tua dan suka ngomel

dan aku gak pernah mau dengerin mereka ka.”17

Ada pula ketika peneliti berbincang ada yang mengatakan

bahwa :

“Dulu itu engga sekolah ka orang tua engga punya biaya

Cuma cukup untuk makan uangnya jadi Cuma bisa baca,

selama tinggal disini diajarin nulis yang bagus ka, setelah

tinggal disini di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ngerasa bersyukur

dan seneng banget ka akhirnya bisa ngerasain yang

namanya sekolah kaya anak-anak lain ka walaupun agak

sedikit lama nangkep pelajarannya, saya akan terus

belajar ka pelan-pelan semoga bisa gapai cita-cita ku ka

17 Wawancara Ahmad Wildan Firdaus, Santri asuh Pondok Yatim,

Piatu dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal

13 Mei 2020

134

dan ngebahagiain orang tua nantinya”18

Dari kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa

sebelumnya santri kurang diberikan pendidikan sehingga

untuk menjalani kegiatan sehari-hari, santri baru

memahaminya setelah diberi bimbingan di Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta

Utara.

Masalah yang hampir seluruhnya dialami oleh para

santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah kurangnya

bimbingan agama dalam kehidupan mereka karena tidak

adanya sosok pembimbing yang memberikan bimbingan serta

arahan terkait keagamaan seperti yang diungkapkan Marcel,

iya mengatakan bahwa :

“saya merasa ada perubahan karakter pada diri saya ka,

kalau dulu itu kadang saya masih males-malesan, solat

juga belum bener bacaannya, ngaji juga belum bisa,

puasa juga engga karena dulu tuh suka nyerah gak kuat

suka haus dan laper ka, kan kalo di pondok tuh diajarin

dan menajdi keharusan yang dikerjain ka, disini juga

diajarin bimbingan agama macem-macem ka belajar

shalat sunnah dan puasa sunnah juga, sekarang juga

udah bisa shalawatan ka, sekarang jadi bisa doain

kedua orang tua ka dan bisa lebih dekat dengan Allah

ka, Abi selalu berpesan jangan pernah sertakan Allah

dalam segala hal. ” 19

18

Rifasha Aulia Zahra , Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei

2020 19

Marcelinno, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

135

c. Strategi Bimbingan Aga,a dalam upaya

pembentukan karakter anak di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

Strategi bimbingan agama yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah perencanakan yang digunakan agar dapat

tercapainya maksud dan tujuan dari sebuah bimbingan yang

diharapkan yang berupa pembinaan, bimbingan serta didikan

yang dilakukan dari Abi serta pembimbing di Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

Dan bantuan berupa apresiasi dan kebanggaan yang diberikan

oleh orangtua santri. Seperti yang diungkapkan oleh Abi iya

mengatakan bahwa :

“Strategi bimbingan agama yang digunakan di Pondok

Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara bertujuan untuk membina santri dalam

menjalankan kehidupannya sehari-hari, disini abi bersikap

bukan hanya menjadi orang tua sambung untuk santri-santri

tapi lebih dari itu harus lebih bertanggung jawab atas

kehidupan didunia dan akhirat, tetapi juga sebagai keluarga

kedua yang memberikan dukungan kepada santri agar santri

memiliki akhlak karimah dan juga menanamkan karakter

islami dalam setiap diri santri, sehingga santri memperbaiki

kondisi kehidupannya hingga nantinya mereka semua

menjadi genaris penerus bangsa yang cerdas, semua agenda

yang digunakan dikeseharian santri asuh sudah dirancang

sangat baik oleh teman-teman pengurus dan abi guna

membentuk karakter anak itu sendiri, di pondok ini lebih

menerapkan segala bentuk bimbingan agama melalui

pembiasaan sebagai contoh shalat berjamaah dimana anak-

anak dibiasakan tepat waktu ketika shalat mencerminkan

sikap disiplin, ada juga abi dan teman-teman pengurus serta

pembimbing memberikan pengawasan terhadap

kesehariannya, tidak boleh keluar pondok jika tidak ada

136

agenda diluar, karena takut terbawa arus dengan pergaulan

yang kurang baik, abi juga memberikan arahan-arahan

kepada santri asuh ketika akan dan mau melakukan sesuatu

dan ketika ada suatu masalah abi mencoba untuk

mengarahkan kejalan yang benar, abi juga mencontohkan

keteladanan agar anak-anak mau mengikuti apa yang abi

katakan, karena fase anak-anak dimana iya paling banyak

mencontoh hal-hal baru dalam hidupnya, maka dari itu abi

dan pembimbing sangat berusaha betul untuk terus

memberikan tauladan yang baik agar dapat diikuti anak-

anak, dan yang terakhir biasanya ada saja santri asuh yang

terkadang nakal namanya juga anak-anak abi dan

pembimbing memberikan hukuman yang mendidik seperti

hafalan doa-doa pendek, membersihkan pondok atau

kegiatan positif lainnya yang pada dasarnya sangat malas

untuk dikerjakan anak-anak maka dari itu untuk

memberikan efek jera agar terus mengikuti bimbingan dan

arahan dari abi dan pembimbing yang ada disini”20

Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan Strategi

bimbingan agama yang digunakan di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara yaitu

dengan Strategi secara Pembiasaan, Pengawasan, Pengarahan,

Keteladanan dan Hukuman atau sanksi, agar pelaksanaan

bimbingan agama dapat maksimal dan mencapai suatu tujuan

yang diinginkan salah satunya adalah pemebentukan karakter

anak,

d. Teknik Bimbingan Aga,a dalam upaya

pembentukan karakter anak di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

20

Wawancara Muhammad Sholeh, Pendiri Pondok Yatim, Piatu dan

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 20 Feb

2020

137

Teknik bimbingan agama yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah langkah-langkan perencanakan yang

digunakan agar dapat terealisasikan strategi yang telah

direncanakan Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara guna tercapainya maksud dan tujuan

dari sebuah bimbingan yang diharapkan yang berupa

pembinaan, bimbingan serta didikan yang dilakukan dari Abi

serta pembimbing di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara Dan bantuan berupa apresiasi

dan kebanggaan yang diberikan oleh orangtua santri. Seperti

yang diungkapkan oleh pembimbing iya mengatakan bahwa :

“Strategi bimbingan agama yang telah direncanakan hanya

akan menjadi sebuah gagasan saja tanpa adanya suatu

praktek sesungguhnya dalam keseharian untuk itu

diadakannya teknik guna menerapkan startegi yang sudah

ada agar bernilai positif sama halnya dengan strategi teknik

disini bertujuan untuk membina santri dalam menjalankan

kehidupannya sehari-hari, disini menggunakan teknik bil-

mauidzoh: menunjukkan contoh yang benar, dengan strategi

pembiasaan dapat diterapkan seperti cuci tangan sebelum

makan, wudhu sebelum shalat, merapihkan tempat tidur

setelah bangun, jangan buang sampah semabrang itu adalah

suatu pembiasaan untuk anak-anak dengan memberikan

contoh yang benar kemudian ada,Teknik ceramah abi atau

saya memberikan nasihat motivasi dan masukan merupakan

penerapan dari strategi pengarahan sehingga nantinya anak-

anak tau mana yang diperbolehkan mana yang dilarang,

kemudian ada lagi, Teknik diskusi atau tanya jawab, abi dan

saya membiasaakan kalau ada yang tidak tahu ditanyakan

membiasakan untuk tidak malu bertanya, berdiskusi atau

mengajak anak untuk memikirkan tindakan yang baik,

kemudian mendorong mereka berbuat baik, kemudian ada

juga Teknik persuasif yaitu berupa dorongan yang positif,

138

dimana abi dan saya memberikan motivasi dan semangat

kepada anak-anak agar mau bekerja keras menggapai cita-

cita dengan terus memberikan kebebasan kepada anak untuk

menggali potensi diri walaupun tetap dalam pengawasan.

Teknik lisan melalui pesan langsung , abi dan saya akan

memberi teguran atau masukan apabila ada suatu kekeliruan

atau bahkan kesalahan yang anak-anak lakukan agar

kedepannya tidak melakukan hal yang sama ada pula

Teknik tulisan diprint kata-kata motivasi serta slogan positif

seperti, senyum sapa salam kepada ada-anak atau doa doa

keseharian supaya anak-anak khafal diprint dan ditmpel di

ruang istrahat anak-anak, belajar menulis vocabullari bahasa

inggris dalam kata-kata sehari seperti nama buah, nama

warna, dan hewan Dalam hal ini abi dan saya juga sering

mendongeng memberikan cerita agar bisa mengambil

hikmah dari cerita tersebut. Seperti menceritakan kisah

Nabi. Kemudian yang terakhir Teknik bil-yadi, dimana

dengan adanya karismatik dari pembimbing atau pengajar

maka dari itu agar anak-anak tidak bosan dan lebih

semangat abi dan saya sering mendatangkan oang-orang

baru untuk memberikan sedikit motvasi dan semangat untuk

anak-anak, agar anak-anak memiliki energi positif kembali

untuk mau dibimbing dan diarahkan di Pondok Yatim Piatu

dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara,

setiap pembimbing baru yang kami datangkan punya cara

tersendiri untuk menyampaikan pesan mereka” 21

Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan teknik

bimbingan agama yang digunakan di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara yaitu

dengan Teknik Bil Mauidzoh, Teknik Ceramah, Teknik Diskusi,

Teknik Persuasif, Teknik Lisan, Teknik Tulisan dan yang

terakhir Bil Yadi agar pelaksanaan bimbingan agama dapat

21

Wawancara Mauclis Amin, Pembimbing Pondok Yatim, Piatu dan

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 22

Februari 2020

139

berjalan dengan maksimal dan mencapai suatu tujuan yang

diinginkan salah satunya adalah pemebentukan karakter anak

e. Implementasi Bimbingan Agama dalam upaya

pembentukan karakter anak di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

Penerapan bimbingan agama dalan upaya pembentukan

karakter anak di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara merupakan hal yang harus

dijalankan karena bimbingan agama adalah pondasi awal dalam

mewujudkan karakter anak yang baik di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara sudah menjadi

suatu kesaharusan disetiap perbuatan yang dilakukan santri

asuh yang paling penting dan harus ditanamkan adalah

keagamaannya, apapun kegiatannya selalu diingatkan bahwa

santri asuh harus menyertakan Allah dalam hal apapun, Abi

percaya bahwa ketika santri suh menyertakan Allah mereka

akan bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran islam

dan tidak keluar dari zona yang dilarang oleh agama, abi

mengungkapkan bahwa

“ Bimbingan agama yang diterapkan di Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta

Utara bukan hanya soaal bagaimana santri asuh mengenal

tuhannya sang pencipta dirinya namun juga memberikan bekal

bimbingan agama lainnya seperti belajar pendidikan

agama, mengenal ilmu al-qur’an, hadits, tafsir, bahasa

arab, ilmu tajwid, ilmu fiqih, aqidah akhlak, akhlak

tasawuf, bagaimana cara berudhu yang benar, menghafal

doa-doa pendek yang digunakan sehari hari, bagaimana

cara tayamum,belajar mengaji dan menghafal shalawat

140

serta dzikir, walaupun santri asuh masih tergolong anak-

anak abi tetap menerapkan bimbingan agama sesuai

umur mereka tidak memberatkan santri asuh, sehingga

santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara bukan hanya paham

bagaiamana iya mengenal Tuhannya tapi bagaimana iya bisa

terus mau belajar ilmu-ilmu lain guna menopang karakternya

kelak dimasa yang akan datang”22

Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa

penerapan bimbingan agama dalam upaya pembentukan

karakter anak di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara membawa nilai positif

kearah yang lebih baik dan menuntutnnya kearah yang lebih

Islami di jalan Allah dengan cara menanamkan bimbingan

agama dalam kehidupan keseharian mereka terutama

pembentukan karakter anak itu sendiri, sehingga tidak hanya

sebuah aktivitas penerapan biasa dalam kehidupan sehari-hari

anak namun menjadi sebuah sifat batin manusia yang

mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti

dan tabiat yang tertanam dalam diri hingga nantinya tidak

menjadi keseharusan atau paksaan agi dalam menerapkannya

tapi sudah tertanam dalam diri seluruh santri asuh di Pondok

Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara.

f. Upaya Pimpinan ponok dalam pembentukana

karakter anak di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar

22

Wawancara Muhammad Sholeh, Pendiri Pondok Yatim, Piatu dan

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 22

Februari 2020

141

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

Abi sebagai Pimpinan Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara beserta

pembimbing memberikan upaya untuk membentuk karakter

anak kepada santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, tidak hanya

diterapkan didalam lingkungan pondok saja namun kepada

masyarakat sekitar pondok sehingga tidak hanya dapat berguna

bagi diri santri asuh tapi juga dapat berguna bagi masyarakat

sekitar seperti yang diungkapkan oleh Abi :

“Selain diberlakukannya penerapan bimbingan agama

didalam lingkungan Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara namun juga

diterapkan dilingkungan sekitar dengan cara memberikan

bimbingan agama dan juga bidang-bidang tertentu

seperti bakti sosial ke luar daerah, biasa bantu-bantu

kemaren ada bencana banjir, santri asuh turun serta

membantu mengangkat barang barang warga, membantu

galang dana, itu kan termasuk membangun suatu

karakter kepedulian dan tanggung jawab terhadap

sesama muslim, karena mereapkan bahwa kita semua

adalah saudara jadi harus saling tolong menolong dan

membantu . Kemudian juga ada kegiatan tampil

diberbagai macam acara dari hasil kerja keras mereka

latihan hadroh dan mendapatkan sebuah penghasilan dari

acara setiap kali mereka tampil, uang itu mereka tabung

yang menjadikan mereka lebih mandiri dan tidak

tergantung dengan orang tua atau abi dan saya sendiri,

itu semua berkat usaha kerja keras mereka latihan, dan

142

dari jerih payah keringat mereka sendiri. ”23

Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa

adanya upaya yang dilakukan abi, pembimbing serta pengurus

perubahan terhadap santri asuh dan menjadikan santri asuh di

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara ini memiliki karakter yang baik, mulai dari

Religius,tanggung jawab,disiplin, mandiri,peduli, serta kerja

keras baik terhadap diri sendiri maupun pondok. Sehingga tanpa

disuruh, santri asuh sudah mempunyai kesadaran untuk bergerak

sendiri, dan sudah tertanam dalam diri mereka.

g. Perubahan karakter anak yang diberikan Abi dan

Pembimbing melalui bimbingan agama di Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta

Utara

Selama penerapan bimbingan agama dalam upaya

pembentukan karakter anak yang diterapka di Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

Para santri asuh ketika dulu itu mereka belum mengetahui apa

itu karakter, sama seperti hal nya anak-anak seusianya mereka

hanya tau bermain makan dan tidur disetiap kesehariannya,

dalam menjalani hidupnya masih sesuai apa yang mereka mau

dan mereka ingin saja bisa dikatakan itu belum baik dan

pengetahuan akan pentingnya pementukan karakter mereka saja

23

Wawancara Muhammad sholeh, Pendiri Pondok Yatim, Piatu dan

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 20

Februari 2020

143

masih kurang. Sehingga banyak dari mereka yang hidupnya

masih individualisme (masing-masing), tidak memikirkan

oranglain.

Seperti yang dikatakan nindi :

“Saya merasa ada perubahan karakter pada diri saya ka,

kalau dulu itu kadang saya masih males-malesan, solat

juga suka masih males-malesan suka nunda-nunda,

ngaji juga males, kan kalo di pondok tuh, ya mau gak

mau kita harus ngelakuin tepat waktu karena semuanya

dilakuin jamaah, terus juga ada dorongan juga dari

temen-temen ayo gitu diajak ama temen-temen juga,

jadi kaya berubah dikit-dikit, jadi yang awalnya males-

malesan jadi perlahan bisa mengantur waktu dan bisa

lebih disiplin, dulu ka males banget untuk ngeraphin

tempat tidur sekarang harus ka supaya bisa lebih

mandiri,dulu juga kalau temen ada masalah atau temen

lagi kesusahan males bantu ka, dulu berfikir ngapain

bantu yang ada malah nyusahi, sekarang engga gitu ka

sekarang lebih bisa peduli sama orang lain, dahulu tuh

engga paham apa itu tanggung jawab sekarang karena

udah diajarin abi dan pembimbing jadi bisa tanggung

jawab dan lebih bisa berhati-hati dalam melakukan

sesuatu karena klu ada apa-apa kita sendiri yang harus

tanggung jawab juga dan dulu suka pesimis ka kalau

engga bisa ya pasrah males nyoba dan belajar lagi tapi

sekarang pastinya lebih semangat lagi dalam bekerja

keras untuk bisa menggapai cita-cita ka”24

Dari permasalahan-permasalahan itulah, peneliti meneliti

bimbingan agama untuk pembentukan karakter anak di Pondok.

Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta

Utara yang mengacu pada penerapan bimbingan agama yang

24

Nindi Rahayu, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

144

diberikan oleh abi sebagai pimpinan Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara dan

pembimbing yang khusus memberikan bimbingan agama

kepada santri asuh yang ada disini.

Seperti yang sudah dijelaskan oleh santri sebelumnya di

atas, santri mengaku dulu itu mereka masih belum berkarakter

baik. Namun setelah mendapatkan bimbingan dan berproses di

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara ,perlahan mereka merasa ada perubahan dalam

diri mereka menjadi pribadi yang jauh lebih baik dan pastinya

bermanfaat tidak hanya bagi keluarganya tapi juga

lingkungannya.

Karena mereka pun jauh dari orangtuanya dan ada pula

yang tidak pernah dijenguk bahkan tidak mengenal bagaimana

bentuk sosok orang tuanya, untuk itu ketika santri asuh tersebut

ketika mereka mempunyai masalah dan butuh bantuan, mereka

saling membantu satu sama lain, tidak individual. Karena seperti

yang mereka katakan, kita disini bareng- bareng, hidup susah

senang bareng, jadi ketika ada teman yang butuh bantuan, kita

bantu selagi kita bisa bantu, karena mereka merasakan bahwa

mereka adalah teman seperjuangan yang harus saling menjaga

dan menyayangi.

145

BAB V

PEMBAHASAN

A. Strategi Bimbingan Agama Dalam Upaya

Pembentukan Karakter Anak di Pondok Yatim Piatu

dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Jakarta Utara

Stratagi menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi. MA

yang memaparkan bahwasanya strategi pada hakikatnya adalah

suatu perencanaan (planning) untuk mencapai suatu tujuan,

dan jika dihubungkan dengan judul penulis yang lebih ke

implementasi bimbingan agama maka sebelum melakukan

penerapan maka harus disusunlah perencanaan dengan

demikian akan selaras dengan maksud penelitian ini, yaitu

mengimplementasikan bimbingan agama apa yang diterapkan

pembimbing guna mencapai suatu tujuan yaitu untuk upaya

pembentukan karakter anak.

Menurut penuturan Muhammad Sholeh selaku Pimpinan

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara yang membantu dan bertanggung jawab

untuk memberikan bimbingan agama kepada selruh santri asuh

yang tinggal di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-

Yaqin”, beliau memberikan startegi bimbingan agama serta

diterapkan dengan berbagai macam teknik sebagai berikut:

1. Pembiasaan

Merupakan strategi bimbingan agama dimana

membiaasakan anak untuk melakukan tindakan yang baik.

Misalnya menghormati orangtua, berprilaku jujur dalam segala

hal, pantang menyerah, berlaku sportif dalam melaksanakan

146

kegiatan, memberikan perhatian kepada sesama, menolong

orang lain, serta memili jiwa empati sehingga lebih memahami

apa yang dirasakan orang lain secara emosional1.

Dari pembiasaan ini Abi selaku Pimpinan Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara,

dan termasuk orang yang bertanggung jawab untuk membentuk

karakter anak, menerapkan pembiasaan ini dalam kehidupan

sehari-hari santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “

Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara.

Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Sholeh,

Pimpinan atau bisa diketakan pendiri Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, dalam

wawancaranya sebagai berikut:

“ Strategi bimbingan agama dalam poin pembiasaan ini

diterapkan setiap hari dari mulai santri asuh bangun

hingga tidur nanti, segala bentuk pembiasaan ini dalam

penerepannya lebih kepada pepmberian contoh

langsung secara baik dan benar dalam segala hal, disini

biasa disebut teknik bil maidzoh yang artinya supaya

orang mengikuti dengan mudah, dikarenakan

kemampuan logikanya sulit menerima bila hanya

berupa penjelasan atau teori yang masih baku

(tekstual), masa tumbuh anak-anak dapat berkembang

dari apa yang iya liat kemudian dia akan menirukan apa

yang iya liat itu, maka dari itu sebisa mungkin segala

bentuk bimbingan dalam membentuk karakter anak

lebih baik dilakukan secara langsung lewat strategi

pembiasaan ini, seperti anak-anak dibiasakan untuk

berdoa setelah shalat, merapihkan tempat tidur setelah

bangun, pembiasaan untuk saling tolong menolong

dengan santri asuh lainnya, pokonya dalam segala hal

1 Ridwan Abullah Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter

(Jakarta: Bumi Aksara. 2019),Cetakan ke-2, Hal . 23

147

sebisa mungkin dibiasakan sejak dini”2

Seperti yang diungkapkan oleh Marcelino, Santri asuh

di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara, sebagai berikut:

“disini ka dibiasakan berbuat baik kepada sesama,

dibiasakan juga untuk tepat waktu dalam ibadah jadi

yang dulunya suka males-malesan dan belum bisa

karena disini walaupun dilaksanainnya sendiri-sendiri

tapi dikerjainnya bareng-bareng temen-temen disini

sedikit-sediki mulai berubah ka jadi terbiasa karena

dilakuinnya setiap hari” 3

Ada pula seperti yang diungkapkan oleh Novita Sari,

Santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, sebagai berikut:

“dulu sebelum tinggal di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

anaknya sangat tergantung sama ibu ka, engga bisa jauh

dari ibu , selalu mengandalkan ibu, tapi selama disini

walaupun ada kaka tetap disni belajar mandiri, karena

semuanya dilakuin sendiri ka kaya merapihkan tempat

tidur, mengambil makanan, merapihkan buku sekolah,

karena dikerjainnya sama-sama jadi perlahan bisa sendiri

ka karena terbiasa”4

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, strategi bimbingan

agama di poin pembiasaan ini yang dilakukan oleh pihak yang

2 Wawancara Abi, Muhammad Sholeh, Pendiri Pondok Yatim, Piatu

dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 20

Februari 2020 3Marcelinno, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020 4Novita Sari, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

148

terlibat di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara antara Abi yang menerapkan dan

Santri asuh yang menjalankan, memahami akan pentingnya

diadakannya stategi pembiasaan ini terkhusus terkait bimbingan

agama guna membentuk karakter santri asuh yang baik sesuai

ajaran agama islam.

2. Pengawasan

Merupakan strategi bimbingan agama dimana

memberikan kebabasan anak dalam melakukan sesuatu baru

dalam hidupnya yang bernilai positif, pengawasan dilakukan

bukan untuk membatasi anak untuk melakukan hal baru dalam

hidupnya yang bersifat positif atau membatasi anak-anak untuk

bersosialilasi dengan lingkungannya, tapi lebih kepada

memberikan pendampingan secara baik guna anak terhidar dari

pengaruh efek samping yang negatif yang nantinya akan

menjadikan tumbuh kembang mereka menjadi anak yang

berkarakter buruk. Untuk itu adanya pengawasan guna

membentuk pola pikir dan keperibadian anak agar berprilaku

sesuai norma, dimana anak tetap dibimbing dan diperhatikan

secara baik.5

Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Sholeh,

Pimpinan atau bisa diketakan pendiri Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, dalam

wawancaranya sebagai berikut:

5 Ridwan Abullah Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter

(Jakarta: Bumi Aksara. 2019),Cetakan ke-2, Hal . 23

149

“Memberikan pengawasan disini bukan berarti anak-

anak dikekang, karena tidak 24 jam abi menemani

mereka setiap hari, sama hal nya seperti orang tua

kepada anak memberikan pengawasan agar anak tidak

mengikuti hal-hal yang buruk yang berada diluar

pondok, karena mereka harus sekolah abi selalu berpesan

untuk tidak nakal selama disekolah, mengawasi dengan

siapa saja mereka berteman diluar pondok, mengawasi

nilai pelajaran sekolah, apabila nilai menurun, abi akan

bertanya ada maslah apa, pelajaran apa yang susah,

kemudian lebih memberikan bimbingan yang lebih

intensif ke mereka,semua itu abi lakukan guna

membentuk karakter anak yang baik dalam pengawasan

ini abi lebih menggunakan teknik persuasif kesetiap anak

agara memberikan dorongan positif agar anak-anak

semangat dalam menjalankan kesehariannya”6

Seperti yang diungkapkan oleh Nindi Rahayu, Santri

asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara, sebagai berikut:

“Abi dan pembimbing disini sudah seperti orang tua

kami sendiri memberikan perhatian, kasih sayang, peduli

sama kita, abis selalu menanyakan ada kendala apa

disekolah, atau ada masalah apa hari ini, saya juga jadi

engga takut lagi buat cerita ke abi atau pembimbing soal

apa yang terjadi disekolah maupun dipondok karena saya

tau pasti abi ngasih masukan dan kalau ada yang gak bisa

dalam pelajaran abis selalu membimbing, abi juga selalu

memberikan arahan bahwa segala bentuk penyimpangan

yang dilarang oleh agama jika tetap dilakukan nmenjadui

sebuah kejatan atau dosa, Abi juga selalu berkata

walaupun abi gak bisa ada setiap saat untuk mengawasi

kita ada Allah yang selalu mengawasi kita tanpa terlewat,

itu yang membuat saya dan temen-temen disini suka

6 Wawancara Abi, Muhammad Sholeh, Pendiri Pondok Yatim, Piatu

dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 20

Februari 2020

150

takut kalau mau nakal ka”7

Ada pula seperti yang diungkapkan oleh Mutiah Shaleha,

Santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, sebagai berikut:

“ Dulu ka masih sibuk sendiri ka sekarang selama tinggal

di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara bisa lebih peduli sama ade-

ade, umurku baru 10 tahun ka tapi dsini banyak yang

jauh lebih muda dari aku, jadi ngerasa adik sendiri,

seneng banget bisa ngajarin adik-adik belajar jadi guru

juga ka seneng banget bisa ngajarin apa yang aku tau ka,

abi dan pembimbing juga ngarahin aku kalau aku gak

bisa, gak tau atau salah ka jadi apa yang diajarkan abi

dan pembimbing aku ajarin lagi sama ade-ade disini,

seneng banget ka jadi ngerasa punya adik bisa bantu

ngawasin mereka juga ka”8

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, strategi bimbingan

agama di poin pengawasan ini yang dilakukan oleh pihak yang

terlibat di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara antara Abi yang menerapkan dan

Santri asuh yang menjalankan, memahami akan pentingnya

diadakannya stategi pengawasan ini terkhusus terkait bimbingan

agama baik dilakukan secara teknik lisan, tulisan maupun

persuasif keduanya sangat penting guna membentuk karakter

santri asuh yang religius dan baik sesuai ajaran agama islam.

3. Pengarahan serta keteladanan

7Nindi Rahayu, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020 8Mutmainah Shaleha, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa”

Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

151

Merupakan strategi bimbingan agama guna memberikan

arahan atau menunjukan keteladanan yang baik dalam

berprilaku dan membimbing anak untuk berprilaku sesuai

teladan yang ditunjukan. Seorang anak tidak akan mengikuti

petunjuk jika orang yang diberikan petunjuk tidak menerapkan

dalam kehidupan sehari-hari, seperti hal nya orang-tua

membiasakan diri shalat berjamaah sehingga anak akan

mencontoh orang tuanya untuk melaksanakan shalat berjamaah

sehingga apa yang dilakukan orang tuanya akan sama dengan

apa yang dilakukan oleh anaknya.Ingatlah Rasulullah menjad

tauladan yang sesuai dengan isi Al-qur’an yang disampaikan

beliau.9

Seperti yang diungkapkan oleh Muclis Amin,

Pembimbing Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara, dalam wawancaranya sebagai

berikut :

“Sosok orang tua memiliki peran yang sangat penting

dalam pemebentukan karakter anak, disini karena

mayoritas anak adalah anak yatim,piatu dan dhuafa yang

memiliki keterbatasan dalam pola asuh orang tua, maka

disini kami memposisikan diri sebagai orang tua

sambung bagi mereka, sama seperti halnya orang tua,

kami yang membmbing mereka, mengajarkan mereka,

memberikan kasih sayang kepada mereka, peduli akan

masa depannya kelak, kami disini berusaha untuk

menumbuhkan rasa kekeluargaan yang bisa dirasakan

anak-anak sehingga anak-anak tidak merasa takut dan

malu lagi dalam mengikuti apa yang arahkan dan

dibimbing disini, walaupun sosok keluarga disini tidak

9 Ridwan Abullah Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter

(Jakarta: Bumi Aksara. 2019),Cetakan ke-2, Hal . 23

152

dapat merumuskan kurikulum dan program resmi terkait

pendidikan karakter tapi insya Allah segala hal yang

diajarkan, dimbimbing dan arahkan di Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta

Utara dapat membentuk karakter anak karena segala hal

yang diterapkan disini sangat potensial dan mendasar

guna mengupayakan pembentukan karakter anak itu

sendiri”10

Seperti yang diungkapkan oleh Rifasha Aulia Zahra ,

Santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, sebagai berikut:

“Disaat seperti ini ka, ada covid, abi dan pembimbing

mengarahkan untuk selalu cuci tangan dan bersih-bersih

sehabis keluar dari ponok, abi selalu mengatakan bahwa

kebersihan itu sebagian dari iman, bukan hanya setelah

covid aja ka, dari dulu abi selalu mengajarkan saya

mencuci tangan sebelum makan, membaca doa sebelum

dan sesudah melakukan sesuatu seperti makan, tidur,

masuk rumah dll ka, dulu mah makan tinggal makan,

tidur ya tingal tidur kalau masuk rumah ya tinggal masuk

sekarang harus mengucap “Assalamualaikum” dulu ka,

semua arahan dari abi membuat saya berubah kearah

yang lebih baik ka, abi dan pembimbing disini juga kalau

kita melaukan kesalahan walaupun ada hukumannya itu

semua suapaya kami tau bahwa itu salah dan tidak

melakukan kesalahan yang sama kedepannya ka”11

Ada pula yang berpendapat seperti yang diungkapkan

oleh Riski Amelia , Santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan

10

Wawancara Muclis Amin, Pembimbing Pondok Yatim, Piatu dan

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 22

Februari 2020 11

Rifasha Aulia Zahra, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei

2020

153

Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, sebagai

berikut:

“ Dalam kesehariannya abi dan pembimbing selalu

mengajarkan kita berpakain sopan ketika keluar dari

pondok, karena abi selau berpenampilan demikian, abi

dan pembimbing selalu membiasakan kata “Tolong”

ketika meminta santri asuh mengambilkan sesuatu atau

melakukan sebuah perintah, mengatakan “Maaf” ketika

melakukan kesalahan dan membiasakan “Terimakasih”

ketika sudah diberikan bantuan dari orang lain, karena

abi dan pembimbing membiaskan demikian kamipun

mencontoh tauladan baik dari abi dan pembimbing disini

ka”12

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, strategi bimbingan

agama di poin pengarahan serta keteladanan ini yang dilakukan

oleh pihak yang terlibat di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “

Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara antara abi, dan

pembimbing yang menerapkan dan Santri asuh yang

menjalankan, memahami akan pentingnya diadakannya stategi

pengarahan serta keteladanan ini terkhusus terkait bimbingan

agama baik dilakukan secara teknik bil mauidzoh maupun bil

yadi bisa juga dengan Ceramah semua itu dilakukan sesuai

dengan kegiatan masing-masih yang dilakukan karena sangat

berpengaruh dalam kelancaran penerapan bimbingan agama

guna membentuk karakter santri asuh yang religius dan baik

sesuai ajaran agama islam.

4. Hukuman atau sanksi

Karakter anak yang belum sepenuhnya terbentuk terkadang

12

Riski Amelia, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

154

membuat anak bisa berprilaku atau bertindak nakal dan

membantah, sehingga dapat membuat mereka melakukan

kesalahan tak jarang hingga membuat orang disekitar emosi.

Untuk mengatasinya, orang tua terkadang harus memberikan

hukuman atau sanksi agar anak menjadi jera dan berharap anak

tidak lagi berani lagi mengulangi kesalahan yang sama

dikemudian hari. Namun hukuman yang diberikan harus

mendidik dan ada hikmah dari setiap hukmah yang mereka

dapatkan, bukan soal melakukan kekerasan fisik, karena itu akan

menjadi masalah baru dikemudian hari.13

Seperti yang diungkapkan oleh Muclis Amin,

Pembimbing Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara, dalam wawancaranya sebagai

berikut :

“Namanya disini anak-anak terkadang masih suka

membantah, nakal dan tidak mau mendengarkan, untuk itu

adanya hukuman dan sanksi disini guna mendidik anak-

anak juga, hukaman dan sanksi bukan tentang kekerasan

fisik seperti dipukul ditendang, disiram atau lain-lain lebih

kepada ketika anak males atau tidak tadarus Al-qur’an,

hukumannya anak disuruh menghafalkan doa-doa pendek,

ketika anak telat shalat jamaah, maka dia yang harus

memimpin doa atau shalawat diwaktu shalat berikutnya, ada

juga yang berbau fisik namun tidak kekarasan melainnya

membersihkan aula, membersihkan ruang kantor,

membersihkan kamar mandi, atau menulis ayat surat-surat

pendek guna memperbagus tulisan arab mereka semua itu

memiliki manfaat sendiri bagi anak-anak”14

13

Ridwan Abullah Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter

(Jakarta: Bumi Aksara. 2019),Cetakan ke-2, Hal . 23 14

Wawancara Muclis Amin, Pembimbing Pondok Yatim, Piatu dan

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 22

Februari 2020

155

Seperti yang diungkapkan oleh Ade Suryana , Santri asuh di

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara, sebagai berikut :

“Pernah ka waktu itu males banget buat ngaji sama shalat

berjamaah, akhirnya disuruh pimpin doa dan shalawat sama

abi sama mengahafal surat-surat penedek ka, dari yang

awalnya males mau gak mau ya dilaksanain dari pada

ditambah lagi hukmanannya jadi tambah banyak nanti ka,

tapi dari hukuman itu saya jadi engga takut lagi buat

mimpin doa dan shalawat didepan, bisa hafal surat-surat

pendek walaupun cape juga ka hafalinnya, tapi semua itu

buat saya engga males lagi buat shalat jamaah dan ngaji

karena hukumannya lebih banyak dari shalat dan ngaji ka”15

Ada pula Ahmad Wildan Firdaus , Santri asuh di Pondok

Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta

Utara, iya mengatakan sebagai berikut :

“Pernah juga ka dulu berantem sama temen dipondok ini

juga namanya andika, awalnya sih ka bercanda-canda ka

lama kelamaan akhirnya kita main kata-kataan karena sama

sama emosi akhirnya kita berantem tuh ka berdua, karena

kita berantem engga lama santri lain manggil abi ,abi

misahin kita berantem dan akhirnya kita berdua dihukum

bersihin kamar mandi, abi orangnya sangat tegas ka tapi

bukan berarti keras, dari situ saya belajar bahwa jangan jadi

orang yang cepat emosi harus bisa lebih sabar dan

melakukan tindakan yang buruk yang merugikan diri sendiri

dan orang lain, saya sadar perbuatan saya salah kedepannya

engga akan cepat emosi dengan apa yang dikatakan orang

lain terhadap kita, abi juga mengajarkan apa yang telah kita

perbuat harus berani untuk bertanggung jawab, setelah

dihukum saya sama andhika maaf-aafan lagi ko ka dan

berteman lagi”16

15

Ade Suryana, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020 16

Ahmad Wildan Firdaus, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan

156

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, strategi bimbingan

agama di poin Hukman dan sanksi ini yang dilakukan oleh pihak

yang terlibat di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara antara abi, dan pembimbing

yang menerapkan dan Santri asuh yang menjalankan, memahami

akan pentingnya diadakannya hukuman dan sanksi ini terkhusus

untuk membimbing anak lebih bertanggung jawab atas apa yang

telah mereka lakukan, hukuman dan sanksi ini dilakukan secara

teknik lisan maupun bil yadi sehingga setelah melakukan

hukuman anak menjadi tau kesalahan apa yang mereka perbuat

dan berani mempertanggung jawabkannya.

B. Hasi Implementasi Bimbingan Agama Dalam Upaya

Pembentukan Karakter Anak di Pondok Yatim Piatu

dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Jakarta Utara

Dengan segala macam penerapan yang diterapkan Pondok

Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta

Utara maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakter anak

yang terbentuk dari bimbingan agama di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah :

1. Religius

Setiap orang pasti memiliki kepercayaan terhadap sesuatu

yang transenden. Dimana menurut Nurcholis Majid seorang

Intelektual Muslim mengatakan bahwa agam bukan hanya

kepercayaan terhadap yang gaib dan melaksanakan ritual tertentu,

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei

2020

157

melaikan agama ada keseluruhan tingkah laku manusia yang

terpuji, yang dilakukan demi memperoleh ridha Allah. Agama

dengan kata lain merupakan bentuk keutuhan manusia berbudi

pekerti, atas dasar percaya atau iman kepada Allah dan tanggung

jawab pribadi di harikemudian. Dengan demikian menjadi jelas

bahwa nilai religius merupakan nilai yang sangat penting dalam

pembentukan karakter.17

Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam

menjalankan ajaran agama yang dianutnya, dalam hal ini adalah

agama islam. Cinta kepada Allah Swt merupakan konsekuensi

keimanan dimana seorang makhluk tidak akan melanggar ajaran

agama dan senantiasa menaati semua perintah Sang Pencipta

yatitu Allah SWT. Tidak ada sesuatu yang esensinya patut

dicintai dari segala sisi selain Allah, yang memang tidak boleh

ada penyembahan, peribadatan, ketundukan dan kepatuhan serta

kecintaan yang sempurna kecuali hanya kepada Nya.18

Dalam karakter ini peneliti mencoba menyimpulkan dari

seluruh kegiatan bimbingan agama bahwa karakter religius yang

dilakukan santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah sebagai berikut :

1. Santri Asuh senang berdoa setelah melaksanakan

shalat berjamaah tanpa harus diperintah oleh siapapun

2. Santri Asuh selalu bersyukur atas segala rezeki yang

diberikan kepadanya

17

Ngainun Naim, Character Building (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

2012),Cetakan ke-1 Hal . 123 18

Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, Pendidikan Karakter Landasan,

pilardan Implemetasi (Jakarta: Kencana. 2016),Cetakan ke-2 Hal . 85

158

3. Santri Asuh melaksanakan Shalat Wajib 5 Waktu

berjamaah, Shalat sunnah dhuha, Puasa dibulan

ramadhan dan mengaji Al-Qur’an.

4. Santri Asuh mengucapkan salam ketika akan pergi

dan masuk Pondok

5. Santri Asuh belajar pelanajaran agama lainnya seperti

pendidikan agama, ilmu al-qur’an, hadits, tafsir,

bahasa arab, ilmu tajwid, ilmu fiqih, aqidah akhlak,

akhlak tasawuf, cara berudhu, doa-doa pendek, cara

tayamum,mengaji dan menghafal.

Seperti salah satu contoh karakter religius yang

dikatakan oleh Marcellino , Santri asuh di Pondok Yatim Piatu

dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, iya

mengatakan sebagai berikut :

“Selama di pondok tuh saya dapet banyak pelajaran ka,

kaya dalam masalah ibadah, kalau dulu tuh saya belum

tentu ibadahnya tepat waktu, kalau disini udah pasti

tepat waktu karena kan disini jamaah, puasa juga rame-

rame ngerjainnya jadi engga ada yang mengasut untuk

gak puasa ka, ngaji juga bareng-bareng jadi semangat

ada temenya ka”19

Dapat disimpulkan dari data di atas, adanya perubahan

karakter terhadap santri selama di Pondok, jadi mereka mengerti

akan ajaran agama islam, dan bukan hanya sebatas siapa yang

menciptakan mereka, seperti apa, yang awalnya masih suka

19

Wawancara Marcellino, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei

2020

159

males-melesan belum melaksanakan ibadah wajib maupun

sunnah sesuati ajaran agama islam sekarang sudah tepat waktu

dan dan terlaksanakan dalam kondisi dan kegiatan apapun,

sekarang sudah ada perubahan menjadi lebih baik.

2. Tanggung Jawab

Seiring kita mendengarkan beberapa pernyataan “jangan

lari dari tanggung jawab” maka kita harus lebih dahulu

memahami apa itu tanggung jawab yang seharusnya iya lakukan

untuk diri sendiri masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan

budaya) dan negara serta Tuhan yang Maha Esa. Tanggung jawab

adalah suatu tugas atau kewajiban untuk melakukan atau

menyelesaikan tugas dengan penuh kepuasan, (yang diberikan

seseorang atas janji atau komitmen mereka sendiri) yang harus

dipatuhi seseorang dan yang memiliki konsekuensi hukuman

adalah mereka melakukan kegagalan.20

Dalam karakter ini peneliti mencoba menyimpulkan dari

seluruh kegiatan bimbingan agama bahwa tanggung jawab yang

dilakukan santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah sebagai berikut :

1. Santri Asuh melakukan seseuatu yang harus dilakukan

2. Santri Asuh selalu menjujukan ketekunan, kerajinan,

dan terus berusaha

3. Santri Asuh selalu melakukan yang terbaik untuk

dirinya maupun orang lain

20

Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, Pendidikan Karakter Landasan,

pilardan Implemetasi (Jakarta: Kencana. 2016),Cetakan ke-2 Hal . 72

160

4. Santri Asuh selalu disiplin dalam mengontrol diri

dalam keadaan apapun

5. Santri Asuh selalu mengkaji dan menelaah dalam

berfikir dan bertindak

6. Santri Asuh mempertimbangkan dan

memperhitungkan konsekuensi yang diperbuat.

Seperti salah satu contoh tanggung jawab yang dikatakan

oleh Ahmad Wildan Firdaus , Santri asuh di Pondok Yatim Piatu

dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, iya

mengatakan sebagai berikut :

“ Tanggung jawab adalah suatu kegiatan yang harus kita

lakukan ka seperti merapihkan tempat tidur sendiri,

tanggung jawab bisa di artikan kita mengamalakan

perintah Allah SWT ka seperti Shalat dan puasa kalau

tidak kita dosa ka”21

Selain dari ungkapan Ahmad Wildan diatas, peneliti juga

melihat keseharian dari santri asuh ketika pada saat waktu

penelitian berlangsung bahwa perilaku yang mereka tunjukan

sudah mencerminkan sikap tanggung jawab seperti menegrjakan

PR sekolah, menolong santri asuh lain yang membutuhkan

bantuan. Dari perilaku tersebut Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara telah berhasil

membentuk karakter anak yang tanggung jawab sesuai posisi

yang dijalankan.

3. Disiplin

Ditinjau dari asal kata, kata disiplin berasal dari bahasa

21

Ahmad Wildan Firdaus, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei

2020

161

latin discare yang memiliki rti belajar, dari kata itu kemudian

muncul kata disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan22

.

Setelah perkembangan zaman kata disiplin adalah tindakan yang

menujukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan

yang berlaku, orang yang disiplin adalah orang memiliki tujuan

hidup yang jelas, konsisten untuk tetap melakukannya, dan

mewujudkannya dalam kegiatan rutinitas sehari-hari mereka yang

disiplin tidak akan mampu dialihkan kepada hal yang tidak

sejalan dengan cita-cita dan keinginanya.23

Disiplin tidak bisa terbangun secara instan. Dibutuhkan

proses oanjang agar disiplin menjadi kebiasaan yang melekat kuat

dalam diri seorang anak. Oleh karena itu, penanaman disiplin

harus dimulai sejak dini. Tujuannya untuk mengarahkan anak

agar mau belajar mengnai hal-hal baik yang merupakan persiapan

bagi masa depannya ketika mereka telah dewasa nanti. Ketika

sudah diterapkan sejak dini makan nantinya mereka akan

menjadikannya sebagai kebiasaan dan bagian dari dirinya.

Dalam karakter ini peneliti mencoba menyimpulkan dari

seluruh kegiatan bimbingan agama bahwa karakter disiplin yang

dilakukan santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah sebagai berikut :

1. Santri asuh dapat menetapkan tujuan hidup

kedepannya mau seperti apa dan cara apa yang mereka

harus lakukan

22

Ngainun Naim, Character Building (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

2012),Cetakan ke-1 Hal . 142 23

Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, Pendidikan Karakter Landasan,

pilardan Implemetasi (Jakarta: Kencana. 2016),Cetakan ke-2 Hal . 92

162

2. Santri asuh dapat mengontrol diri untuk tidak ikut

terbawa arus pergaulan yang kurang baik di luar

pondok

3. Santri asuh menjalankan rutinitas dan tanggung jawab

secara tepat waktu

4. Santri asuh paham untuk dapat memilih teman dan

mengabaikan omongan orang lain agar tidak

mengalihkan atau bahkan menganggu tujuan yang

ingin mereka capai salah satunya adalah mewujudkan

cita-cita mereka

Salah satu contoh disiplin yang sudah ternam dalam diri

santri seperti yang dikatakan oleh Nindi Rahayu , Santri asuh di

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara iya mengatakan sebagai berikut :

“ Disiplin itu ka melakukan segala sesuatu sesuai dengan

aturan pondok ka, misalnya kalau waktunya makan

semua makan ka bareng, kalau waktunya shalat ya shalat

ka jamaah, waktunya mengaji semuanya ngaji ka,

waktunya belajar semuanya belajar ka walaupun

pelajaran beda tapi ngelaksanainnya bareng ka kaya buat

PR, teru kalau waktunya tidur yang semuanya juga tidur,

pokonya hidupnya teratur ka karena udah ada jadwalnya

tiap hari ka awalnya juga belum terbiasa ka tapi pelan-

pelan udah terbiasa ka jadi hidup saya perlahan mulai

disiplin ka”24

Selain dari ungkapan Nindi Rahayu diatas, peneliti juga

melihat keseharian dari santri asuh ketika pada saat waktu

penelitian berlangsung bahwa perilaku yang mereka tunjukan

24

Nindi Rahayu, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

163

sudah mencerminkan sikap disiplin seperti membereskan alat

makan setelah makan ketempatnya, membereskan alat hadroh

setelah selesai digunkan, tidak membuang sampah sembarangan ,

merapihkan buku setelah belajar,tidak menganggu orang lain,

menjaga kebersihan diri seperti mandi dan sikat gigi, dan

menjaga lingkungan pondok seperti menyapu dan mengepel Dari

perilaku tersebut Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara telah berhasil membentuk

karakter anak yang disiplin dan telah adanya perubahan yang

positif dalam kehidupan anak-anak.

4. Mandiri

Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang

anak. Mandiri pada dasarnya merupakan hasil dari proses

pemeblajaran yang berlangsung lama,. Mandiri tidak selalu

berkaitan dengan usia. Bisa saja seorang anak sudah bersifat

mandiri karena proses latihan atau faktor pembiasaan atau bahkan

faktor kehidupan yang memaksanya untuk menjadi mandiri,

karena tidak jarang orang dewasa tetapi tidak bisa hidup sendiri,

ia masih tergantung pada orang lain. Pentingnya kemandirian

harus dimulai dan ditumbuh kembangkan kepada anak sejak anak

berusia dini. 25

Mandiri adalah suatu sikap dan perilaku seseorang yang

mencerminkan perbuatan yang cenderung dilakukannya sendiri,

tanpa ketergantungan dengan bantuan dan pertolongan dari orang

25

Ngainun Naim, Character Building (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

2012),Cetakan ke-1 Hal . 164

164

lain. Kemandirian identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu

tidak harus ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang

lain. Kemandirian anak sangat diperlukan dalam rangka

membekali mereka untuk menjalani kehidupan yang akan datang.

Dengan kemandirian ini seorang anak akan mampu untuk

menentukan pilihan yang ia anggap benar, selain itu ia berani

memutuskan pilihannya dan bertanggung jawab atas resiko dan

konsekwensi yang diakibatkan dari pilihannya tersebut.26

Dalam karakter ini peneliti mencoba menyimpulkan dari

seluruh kegiatan bimbingan agama bahwa karakter mandiri yang

dilakukan santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah sebagai berikut :

1. Santri Asuh mencari abi dan pembimbing untuk

meminta bantuan apabila tidak bisa menyelesaikan

tugas tertentu seperti PR sekolah

2. Santri Asuh melakukan sendiri aktifitas sesuai arahan

dan nasihat yang telah diberikan abi seperti makan

sendiri, membersihkan kamar tidur, berangkat dan

pulang sekolah sendiri

3. Santri Asuh melakukan latihan hadroh sendiri secara

berulang-ulang sesuai yang diajarkan abi dan

pembimbing.

4. Santri Asuh menyimpan barang sesuai tempatnya

seperti baju dilemari, buku dirak buku, sepatu dan

sendal dirak sepatu dan sendal

26

Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, Pendidikan Karakter Landasan,

pilardan Implemetasi (Jakarta: Kencana. 2016),Cetakan ke-2 Hal . 98

165

5. Santri Asuh melakukan persiapan sendiri sebelum

berangkat kesekolah.

Seperti salah satu contoh tanggung jawab yang dikatakan

oleh Novita Sari , Santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, iya

mengatakan sebagai berikut :

“saya dulu sebelum tinggal di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

anaknya sangat tergantung sama ibu ka, engga bisa jauh

dari ibu , selalu mengandalkan ibu, tapi selama disini

walaupun ada kaka tetap disni belajar mandiri,bangun

pagi langsung beresin tempat tidur dan mandi ka, karena

sekarang udah tinggal jauh sama orang tua jadi harus

bisa mandiri ka ”27

Selain dari ungkapan Novita sari diatas, peneliti juga

melihat keseharian dari santri asuh ketika pada saat waktu

penelitian berlangsung bahwa perilaku yang mereka tunjukan

sudah mencerminkan sikap mandiri, walaupun ada atau tidak

adanya pembimbing atau abi, santri asuh tetap melaksanakan

kegiatannya sendiri. Dari perilaku tersebut Pondok Yatim Piatu

dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara telah

berhasil membentuk karakter anak yang mandiri karena sudah

tidak bergantung dengan keberadaan orang lain dalam

menyelesaikan tugas dan selama penerapan itu telah adanya

perubahan yang positif dalam kehidupan anak-anak.

5. Peduli

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan

27

Novita Sari, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

166

pihak lain. Seorang manusia tidak akan mungkin tumbuh secara

ideal tanpa bantuan orang lain, membantu dan memikirkan

kepentingan orang lain merupakan salah satu tindakan yang

terpuji, manusia tidak dapat sepenuhnya dan beranggapan bahawa

dirinya bisa hdup tanpa bantuan orang lain. Sikap egosi ini juga

dapat merubah tatanan sosial dalam bermarsyarakat, dan

berdampak buruk dalam kehidupan sehari-hari28

. Peduli adalah

mereka yang terpanggil melakukan sesuatu dalam rangka

memberi inspirasi, perubahan, kebaikan kepada lingkungan di

sekitarnya. Ketika ia melihat suatu keadaan tertentu iya dapat

merasakan kekahawatiran tentang orang lain ataupun sesuatu,

ketika ia menyaksikan kondisi masyarakat maka dirinya akan

tergerak melakukan sesuatu. Apa yang dilakukan ini diharapkan

dapat memperbaiki atau membantu kondisi di sekitarnya.29

Dalam karakter ini peneliti mencoba menyimpulkan dari

seluruh kegiatan bimbingan agama bahwa karakter peduli yang

dilakukan santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah sebagai berikut :

1. Santri Asuh berupaya menjaga kebaikan bersama

orang lain

2. Santri Asuh memiliki jiwa yang penuh kasih sayang

dan peduli kepada seluruh penghuni pondok

3. Santri Asuh mengapresiasikan rasa bersyukur

4. Santri Asuh memberi maaf dan memaafkan orang lain

28

Ngainun Naim, Character Building (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

2012),Cetakan ke-1 Hal . 200 29

Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, Pendidikan Karakter Landasan,

pilardan Implemetasi (Jakarta: Kencana. 2016),Cetakan ke-2 Hal . 77

167

5. Santri Asuh membantu orang membutuhkan bantuan

Seperti salah satu contoh peduli yang dikatakan oleh

Rizki Amelia , Santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “

Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, iya mengatakan

sebagai berikut :

“kemarin ada bencana banjir,semuanya bersih-bersih

seperti nyapu, pel, dan yang lain sebagaian anak-anak

yang membantu mengangkati barang yang terendam

banjir ka, bersama abi bantu masyarakat dengan cara

memberikan sedekit rezeki makanan ka” 30

Selain dari ungkapan Rizki Amelia diatas, peneliti juga

melihat keseharian dari santri asuh ketika pada saat waktu

penelitian berlangsung bahwa perilaku yang mereka tunjukan

sudah mencerminkan karakter peduli, dimana santri asuh

meminjamkan pensil dan pulpen kepada santri asuh lain,

membagi makanan,membantu teman yang sedang sakit. Dari

perilaku tersebut Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara telah berhasil membentuk

karakter anak yang peduli kepada sesama, karena telah ikut

merasakan kesusahan bersama orang yang diberi kesusahan.

Kepedulian tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan

bermasyarakat dan negara untuk itu sangat penting untuk

diterapkan dan ditanamkan sejak dini.

6. Kerja Keras

30

Rizki Amelia, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

168

Tidak ada keberhasilan yang bisa dicapai tanpa adanya

sebuah kerja keras. Kerja keras melambangkan kegigihan, dan

keseriusan dalam mewujudkan cita-cita, sebab hidup yang

dijalani dengan kerja keras memberikan nikmat yang semakin

besar dalam mencapai keseksesan. Karena cita-cita tidak bisa

hanya disenderkan ddengan nasib, sebab yang akan mengubah

kita adalah diri kita sendiri, lingkungan atau orang lain tidak akan

bisa menggantikan kita, mereka mungkin bisa membantu dan

menolong tetapi yang menentukan nasib adalah kita sendiri,

untuk itu karakter disiplin sangat penting untuk meraih

kesuksesan, menjadikan anak untuk mau berusaha dan pantang

menyerah, menjadikan akan semakin kuat dalam menghadapi

tantang kehidupan dimasa yang akan datang, untuk itu harus

diterapkan didalam usia dini. 31

Kerja keras adalah suatu sikap bersungguh-sungguh

dalam mencapai tujuan/prestasi yang disertai dengan doa dan

kepasrahan pada keputusan Allah SWT, bisa dikatakan perilaku

untuk menunjukan upaya sungguh-sungguh. Ada juga yang

mengatakan bahwa kerja keras adalah suatu usaha untuk

menggapai suatu tujuan yang diinginkan32

.

Dalam karakter ini peneliti mencoba menyimpulkan dari

seluruh kegiatan bimbingan agama bahwa karakter kerja keras

yang dilakukan santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “

Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah sebagai

31

Ngainun Naim, Character Building (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

2012),Cetakan ke-1 Hal . 148 32

Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, Pendidikan Karakter Landasan,

pilardan Implemetasi (Jakarta: Kencana. 2016),Cetakan ke-2 Hal . 94

169

berikut :

1. Santri Asuh tau apa yang mereka inginkan dan

senangi sehingga akan mencari dan berjuang keras

untuk menggapai itu

2. Santri Asuh tidak mudah putus asa dalam melakukan

sesuatu, mereka akan berjuang hingga apa yang

mereka inginkan tercapai

3. Santri Asuh senang mengerjakan hal-hal yang

bermanfaat bagi masyarakat

4. Santri Asuh menghindari pekerjaa yang tidak menarik

dan tidak bermanfaat bagi dirinya, lingkungan dan

masyarakat.

5. Santri Asuh tetap menghargai waktu dan tidak terlalu

meksakan diri atas keinginnannya tersebut

Seperti salah satu contoh peduli yang dikatakan oleh

Rifhasa Aulia Zahra , Santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, iya

mengatakan sebagai berikut :

“saya kan orangnya lama banget paham sampai abi

terkadang suka geregetan, tapi dari situ saya termotivasi

untuk bisa mengatur waktu dan kebiasaan di Pondok

Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara, Abi selalu memberikan semangat untuk aku

supaya terus berjuang bekerja keras untuk bisa menggapai

cita-cita aku ka terus belajar apa yang engga bisa supaya

nanti engga dibully lagi itu yang membuat aku semangat

dan pantang menyerah ka”33

33

Rifasha Aulia Zahra, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa”

Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020

170

Selain dari ungkapan Rifsha Aulia Zahra diatas, peneliti

juga melihat keseharian dari santri asuh ketika pada saat waktu

penelitian berlangsung bahwa perilaku yang mereka tunjukan

sudah mencerminkan karakter kerja keras, dimana santri asuh

belajar dengan tekun walaupun sedang libur sekolah, tidak malu

mendapat nilai kecil, mereka mampu bangkit untuk kedepannya

bisa mendapatkan nilai yang baik. Waktu kosong mereka

digunakan untuk melakukan hal positif tidak membuang-buang

waktu percuma. Dari perilaku tersebut Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara telah

berhasil membentuk karakter anak yang mau bekerja keras,

karena hasil tidak akan menghianati sebuah proses.

Dari enam karakter yang berhasil dimunculkan lewat

penerapan bimbingan agama tersebut peneliti dapat

menyimpulkan bahwa Penerapan bimbingan agama dapat

menghasilkan karakter religius, disiplin, tanggung jawab,

mandiri, peduli dan kerja keras bagi santri asuh di Pondok Yatim

Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara.

Menurut Muhamad Sholeh atau biasa dikenal abi yang

merupakan pimpinan Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara dan yang bertanggung jawab

pula membimbing santri asuh mengtakan bahwa :

“Karakter adalah memfokuskan bagaimana menerapkan

nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku

sehari-hari dan memerlukan proses yang cukup lama

hingga benar-benar tertanam dalam diri setiap santri Asuh

tanpa harus dibimbing dan diarahkan nantinya, guna

menjadi pondasi dasar dalam menjalankan kehidupan

171

mereka dimasa yang akan datang.”34

Sebagaimana diungkapkan oleh Muclis Amin,

Pembimbing Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara dalam wawancaranya:

“Walaupun Santri asuh disini perlahan sudah

mencerminkan karakter baik tetap yang jelas santri asuh

harus selalu dikontrol, kemudian dengan pemberian

bimbingan, tausiyah, dan nasehat setiap hari itu, jangan

sampai terlewatkan. Walaupun awalnya banyak yg

terpaksa melakukannya namun dengan cara begitu, di

paksa dengan perilaku yang baik, yang harus mereka

lakukan akan menjadi suatu hal yang terbiasa yang harus

diulang-ulang. Karena karakter itu kan dibentuk

berdasarkan kehidupan sehari-hari dorongan dari

bimbingan agama juga, apa yang dilihat, apa yang

didengar dan apa yang dikatakan, serta apa yang

dilakukan itu adalah pembentukan sebuah karakter.

Makanya didirikannya di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa

“ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ini, karena

setiap apa yang dia lihat, dia katakan, dia dengar, dia

lakukan itu semua merupakan sebuah pendidikan dasar.

Sehingga, nantinya akan mewujudkan sebuah karakter

yang baik ketika sudah keluar dari pondok dan bisa

diterapkan dilingkungan yang baru nanti atau masih di

Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara itu sendiri”,.35

Berdasarkan keterangan Abi dan bapak Muclis Amin

selaku pemimpin dan pembimbing Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara dapat

34

Wawancara Abi, Muhammad Sholeh, Pendiri Pondok Yatim, Piatu

dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 20

Februari 2020 35

Wawancara Muclis Amin, Pembimbing Pondok Yatim, Piatu dan

Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 20

Februari 2020

172

disimpulkan bahwa sebuah karakter santri asuh itu sangat penting

untuk diterapkan diusia yang sedini mungkin, dengan

dibentuknya karakter anak melalui bimbingan ini, menjadikan

perilaku kebaikan tersendiri bagi santri asuh yang diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari itu akan menjadi suatu kebiasaan

apabila dilakukan dengan secara diulang-ulang, agar kelak nanti

menjadi santri asuh yang religius, tanggung jawab, disiplin,

mandiri, peduli dan kerja keras guna nantinya membuat

masyatakat Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter.

173

BAB VI

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Pondok Yatim Piatu dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Strategi Bimbingan Agama yang diterapkan di

Pondok merupakan sebuah perencaan yang telah

disusun secara baik oleh pemilik pondok, strategi

yang diterapkan di Pondok Yatim dan Dhuafa

“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara antara

lain meliputi : pembiasaan, pengawasan, pengarahan

dan keteladan, serta hukuman atau sanksi, segala

macam strategi diatas diterapkan oleh pendiri

pondok dan pembimbing guna mewujudkan

karakter yang baik untuk anak di Pondok Yatim dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta

Utara, strategi bimbingan agama disini merupakan

proses yang harus dijalankan seorang anak untuk

Pembentukan Sikap dan Tingkah Laku kearah yang

lebih baik , tenaga pembimbing disini diposisikan

sebagai inisiator, sebagai fasilitator, sebagai

motivator, serta pemberi contoh dan sebagai

pemimpin.

174

2. Hail dari Penerapan Bimbingan Agama dalam

upaya pembentukan karakter yatim, piatu dan

dhuafa di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara yaitu:

• Anak lebih Religius dalam keseharian

mereka, lebih tepat waktu dalam

menjalankan shalat wajib lima waktu,

melaksanakan shalat sunnah, belajar

berpuasa, mempelejari ulang pelajaran

agama islam yang dipelajari disekolah

didalam pondok secara lebih mendalam dan

meninggalkan kegiatan yang dilarang oleh

agama

• Anak lebih Tanggung Jawab dalam kegiatan

yang diadakan di Pondok Pesantren Pondok

Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara

• Anak lebih Disiplin baik dalam mengikuti

kegiatan yang diadakan di Pondok Pesantren

Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara maupun disiplin

pada diri sendiri, lebih pandai mengatur

waktu dalam kehidupan sehari-harinya.

• Anak lebih Mandiri dalam meakukan

kegiatan sehari-hari di Pondok Yatim dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara tidak lagi ketergantungan oleh

175

orang lain, selagi mampu untuk

melakukannya sendiri maka akan dilakukan.

• Anak lebih Peduli kepada orang lain

dilingkungan pondok maupun masyarakat.

Diantaranya anak-anak membantu dalam

kegiatan membersihkan lingkungan Pondok

Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara. Dalam hal ini peneliti

juga mengartikan bahwasannya anak di

Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara, tidak hanya

peduli pada lingkungan Pondok saja, akan

tetapi peduli juga akan lingkungan di luar

Pondok Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara dalam

terbukti dalam kegiatan bakti sosial dengan

memberikan bantuan kepada warga yang

terkena bencana alam, seperti banjir.

• Anak lebih mau untuk bekerja keras dan

berjuang dalam mempelajari ilmu yang

mereka belum kuasai guna mewujudkan

cita-cita mereka dimasa depan.

Hasil implementasi bimbingan agama diatas

dalam upaya pembentukan karakter anak memiliki

cakupannya yang lebih luas dalam upaya

mewujudkan masyarakat Indonesia yang

176

demokratis. Harus adanya payung hukum yang

mendukung pengembangan pembentukan karakter,

dan penanamannya harus diterapkan dan

diperkenalkan sejak dini. Peranan pemerintah juga

sangat dibutuhkan dalam pengembangan aspek

morallitas masyarakat menuju manusia Indonesia

yang adil dan beradab sesuai dengan ideologi

Bangsa.

B. Implikasi

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti

menjadi sebuah gambaran nyata bahwa bimbingan agama

sangat penting dan berpengaruh bagi anak yang berada di

Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara. Terbukti dengan adanya perubahan karakter

setelah mengikuti bimbingan agama, dapat

mengaplikasikan karakter tersebut di luar pondok paska

lulus dari pondok dan mau serta mampun keluar untuk

mencari jati diri dan membangun keluarga baru yang

mereka inginkan. Agar terciptanya generasi-generasi muda

dengan karakter yang baik karena menjadi pondasi dasar

dalam menopang kesuksesan mereka dimasa yang akan

datang. Karena bila santri asuh yang berada di Pondok

Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta

Utara, tidak memiliki karakter tersebut, maka ke depannya

sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, dan mengukir

sejarah baru dalam kehidupannya yang nantinya juga bisa

177

membangun Bangsa indonesia yang lebih bermartabat

karena masyarakatnyya memiliki karakter yang baik.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, yang dilaksanakan di

Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara, peneliti memberikan saran kepada pihak-

pihak terkait, yaitu:

Kepada Pihak Akademisi :

1. Diharapkan dapat menjadikan mahasiswa/i

bimbingan dan penyuluhan Islam lebih memahami

bahwa perlu adanya bimbingan agama dala upaya

pembentukan karakter anak yang baik yang harus

diterapkan dan dilaksanakan sedini mungkin.

Semakin banyaknya pembelajaran atau bimbingan

yang dapat membentuk tingkah laku moral positif,

semakin banyak juga generasi-generasi muda yang

memiliki karakter yang baik dan dapat memberi

manfaat bagi orang lain.

2. Perlu Kiranya ada penelitian lanjutan terkait proses

bimbingan agama dalam upaya pembentukan

karakter seiring perkembangan zaman nantinya.

Terlebih penelitian yang dilakukan tidak hanya

menggunakan metode kualitatif melaikan juga

metode penelitian kuantitatif. Dengan tujuan untuk

menguji akurasi dan ketepatan dari tiap-tiap strategi,

teknik dan konsep serta teori yang digunakan.

178

Dengan demikian validasi penelitian dan keilmuan

dibidang bimbingan agama dan karakter anak bisa

diperlengkap dan semakin berkembang.

Kepada Pihak Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara :

1. Program-program yang ada di Pondok Yatim dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta

Utara. Harus lebih dimaksimalkan, dan membuat

kegiatan kegiatan baru yang dapat menjadi angin

segar bagi santri asuh untuk lebih semangat dalam

upaya pembentukan karakter. Kegiatan tersebut

harus lebih kreatif dan inovatif namun tetap dalam

ranah bimbingan agama dalam upaya pemebentukan

karakter anak.

2. Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara, harus lebih diperhatikan lagi

bagi santri asuh ketika dalam menjalankan kegiatan

bimbingan agama dalam upaya pembentukan

karakter baik di lingkungan Pondok Yatim dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara

ataupun di lingkungan masyarakat. Karena semakin

banyak santri asuh yang memiliki karakter yang

baik,maka akan sangat baik dan dapat memberi

banyak manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

3. Bagi santri asuh yang berada di Pondok Pondok

Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

179

Jakarta Utara, lebih solid dalam menjalankan

bimbingan agama dalam upaya pembentukan

karakter anak, baik di lingkungan pondok maupun

di lingkungan masyarakat. Agar nantinya penerapan

bimbingan agama tersebut dapat dengan cepat

dirasakan hasilnya dan bermanfaat bagi diri sendiri

dan masyarakat sekitar.

Kepada Pihak Orang tua dari santri asuh di Pondok Yatim

dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara :

1. Penerapan kembali bimbingan agama dalam upaya

pembentukan karakter anak yang telah diterima

anak dari pondok, dan orangtua juga hendaknya

lebih ditingkatkan lagi membimbing dan

mengarahkan anak dan orangtua juga harus

mencerminkan karakter yang baik bagi anak.

Mengingat bahwa tauladan dari orangtua

berpengaruh besar pada karakter anak.

2. Lebih fokus untuk memperhatikan tumbuh kembang

anak menuju remaja dimana sosok panutan dan

acuan anak-anak terdapat pada didikan serta arahan

orang tua, untuk itu diharapkan orangtua tidak

mengabaikan pentingnya pembantukan karakter

anak guna menopang masa depan anak diwaktu

yang akan datang.

181

DAFTAR PUSTAKA

REFERENSI BUKU

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada

Amri, Sofwan. 2011. Implementasi Pendidikan Karakterd dalam

Pembelajaran . Jakarta: Prestasi Pusaka Karya..

Arifi. 1976. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam Disekolah

dan keluarga. Jakarta: Bulan Bintang.

Arifin, H.M. 1998. Pedoman Pelaksaan bimbingan dan Penyuluhan Agama.

Cetakan ke-2. Jakarta: Golden Teroyan Pres.

Arifin,H.M. 1976. Pokok-Pokok tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama.

Jakarta: Bulan Bintang.

Arifin. 1997. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama

Di Sekolah Dan Luar Sekolah. Jakarta: Bulan Bintang..

Azwar, Saifuddin. 2017. Metode Penelitian Psikologi Edisi II. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI. 2010. Pendidikan ;

Pengembangan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran.

B Hurlock, Elizabeth. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendapat

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Black ,James, Champion, Dean. 1992. Metode dan Masalah Penelitian

Sosial. Bandung: PT. Eresco..

Champion , Dean, Back, James. 1992. Metode dan Masalah Penelitian

Sosial. Bandung: PT. Eresco.

Chapin,J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi, Cetakan ke-8 . Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

182

Creswell, W, John. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Penerbit Bintang.

Daradjat,Zakiah. 1992. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung..

Depdiknas. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan. Ke-1. Jakarta:

Balai Pustaka.

Faqih,Rokhim, Ainur. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam.

Yogyakarta: UII Press.

Gunawan, Imam, 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.

Jakarta: Bumi Aksara.

Ganursa, D, Singgih. 1995. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Heryanto, Gun Gun Heryanto. 2016. Diskursus Islam Nusantara di Media

Online. Jakarta: Lasswell Visitama.

Hallen. 2002. Bimbingan dan Konselling,. Jakarta : Ciputat Pers.

Hankel. 1982. Insklopedia Indonesia. Jakarta: Ihtiar Baru.

Jalaludin. 1998. Psikologi Agama, Cetakan ke-3. Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada.

Jalaludin . 2016. Psikologi Agama, Cetakan ke- 18, Edisi Revisi. Jakarta:

PT. Rajawali Pres.

Kadri,Muhammad dan Abdullah, Ridwan. 2019. Pendidikan Karakter

Cetakan ke-2. Jakarta: Bumi Aksara.

Kurniawan., Syamsul M.A, 2016. Pendidikan Karakter ( Konsep,

Implementasi secara terpadu, di lingkungan sekolah,

keluarga,perguruan tinggi dan msyarakat),Cetakan ke-2. Jakarta;

AR-RUZZ MEDIA.

Kardiman, A.M. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: PT. PronHalindo.

183

Lutfi, M. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling Islam).

Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.

Mardani. 2017. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Prenada Media Group.

Mapiare, Andi. 1984. Pengantar Bimbingan dan konseling di sekolah.

Surabaya : Usaha Nasional.

Mansur. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Cetakan.Ke-3.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non- Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Mulyasa. 2018. Manajemen Pendidikan Karakter, Cetakan ke-6. Jakarta; PT

Bumo Aksara.

Minner, John dan Stainer A George Manajemen Stratejik. Jakarta: Erlangga.

Mardani. 2017. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Prenada Media Group.

Muhsin. 2004. Menyayangi Dhuafa. Jakarta: Gema Insani.

Naim,Ngainun. 2012. Character Building Cetakan ke-1. Yogjakarta: Ar-

Ruzz Media.

Nurul, Zuriah. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif

Keluarga.. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nasution, Harun. 1979. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid 1.

Jakarta: UI Pers.

Nurihsan, A, Juntika dan Yusuf, Syamsul. Landasan Bimbingan dan

Konselling. Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

Nasrudin,Rozak. 1989. Dianul Islam. Cetakan ke- 10. Bandung: Al-Ma’arif.

Priyono. 1986. Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis. Yogyakarta :

BPFE.

184

Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Partanto,A, Pius. 2001. Kamus Ilmiah Populer .Surabaya: ARKOLA.

Ramayulis. 2016. Bimbingan Konseling Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rahmad,Dadang. 2000 . Sosiologi Agama. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Salahudin,Anas. 2013. Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama,

Budaya dan Bangsa. Bandung: Pustaka Setia.

Sartono. 1988. Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Bandung: CV

PUSTAKA SETIA.

Sugiyono. 2009. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Bandung: CV. Alfabeta.

Sujanto, Agus. 1981. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Askara Baru.

Syukir, Asmuni, 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al

Ikhlas.

Singarimbun, Masri, Efendi, Sofyan. 1995. Metodologi Penelitian Survei,

Cetakan.Ke-1. Jakarta: LP3ES.

Socrates. 1994. Menepis Impian, Jilid ke-2. Yogyakarta: Media Abadi.

Setiawan ,Guntur. 2004. Implementasi dalam Birokrasi Perkembangan,.

Jakarta: Balai Pustaka.

Supratikno, Hendrawan. 2003. Advanced Strategic Management: Back to

Basic Approach. Jakarta: PT. Gravindo Utama.

Sondang Siagian. 1986. Analisa Serta Kebijaksanaan dan

StrategiOrganisasi. Jakarta: PT. Gunung Agung.

Shofi, Ummu. 2007. Agar Cahaya Mata Makin Bersinar. Solo: PT. Indiva

Media Kreasi.

Suwaidi, Hafidh, Abdul dan Ibnu, Muhammad. 2009. Cara Nabi Mendidik

Anak, Cetakan ke-3. Jakarta: Al- I’tisham.

Surya,M. 1998. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konselling. Yogjakarta.

185

Sujanto,Agus. 1981. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Askara Baru.

Surya,Muhammad. 1988. Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, (Teori Dan

Konsep). Yogyakarta: PTKota Kembang.

Tim Penyusun. 2006. Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial

Profesional). Jakarta: Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan

Anak, Keluarga dan Lanjut Usia.

Tim Penyusun Kamus. Pusat Pembinaan dan Pengembangan. 1995. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Penyusun Ensiklopedi Islam. 1997. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta :

PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.

Undang-Undang No. 23 tahun 2002. 2007. Tentang perlindungan anak,.

Jakarta : Vissimedi.

Usman ,Nurudin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.

Jakarta:Grasindo.

Ummah, Aimmatul, Khurul. 2018. Pola Implementasi Alokasi Ziswaf Dalam

Penyediaan Akses Pendidikan Bagi Kaum Dhuafa. Yogyakarta:

Universitas Islam Indonesia.

Uchyana,Onong. 1992. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Wingkel, W.S FKIP, IKIP. 1999. Senata Darma, Bimbingan dan

Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: P.T Gramedia.

Yaumi, Muhammad. 2018. Pendidikan Karakter ( Landasan, Pilar,

Implementasi), Cetakan ke 2 . Jakarta; PRENADAMEDIA GROUP.

186

REFERENSI SKRIPSI

Amalia, Syifa. 2015 . “ Implementasi Bimbingan Agama dalam

Meningkatkan Kesadaran Beribadah pada Warga Binaan Sosial

(WBS) Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger, Jakarta

Timur”. Jakarta: Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah.

Nurhasanuddin. 2012. “Metode Bimbingan Islam Dalam Pemahaman

Al-Qur’an Pada Anak Yatim Di Pondok Pesantren Himmaturrijal

Bekasi”. Jakarta. : Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah.

Nurjayati , Ajar , Dwi, 2018 .“Implementasi Bimbingan Agama Islam

Untuk Membentuk Akhlakul Karimah Anak Panti Asuhan Kafalatul

Yatama Karonsih Ngaliyan Semarang”. Semarang: Skripsi S1

FakultasDakwah dan Komunikasi, UIN Walisongo Semarang.

Diakses Pada 2 Desember 2019

Nurkhasanah. 2017. “Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak

Panti Asuhan Putra Muhammadiyah Cabang Medan Kota” Medan:

Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sumatera Utara

Medan. .Diakses Pada 2 Desember 2019

Melani , Dian. 2017 .“Implementasi Bimbingan Agama Islam Dalam

Pembentukan Moral Anak Dipanti Asuhan Darul Hadlonah

Purbalingg”. Purwokerto : Skripsi S1 Fakultas Dakwah, IAIN

PURWOKERTO. Diakses Pada 2 Desember 2019

187

REFERENSI INTERNET

Admin KPAI, “UU RI nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak”,

http://www.pdat.co.id diunduh pada tanggal 16 februari 2020 pukul

09.00 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS), Proyeksi Jumlah Penduduk DKI Jakarta 2020,

https://www.bps.go.id/ Diakses pada 5 Januari 2020, Pukul. 15.OO

WIB

Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI Kementerian Riset,

Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Undang-undang Republik

Indonesia N0.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/ Diakses pada Tanggal 7

Februari 2020, Pukul, 11.00 WIB

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Konsep

Pedoman dan Penguatan Karakter (Jakarta) Hal. 9

http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id Diakses pada Tanggal 7

Februari 2020, Pukul, 11.00 WIB

Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”,

https://m.facebook.com . Dengan dengan akun Daar El-Yaqin,

Dokumentasi Kegiatan Pondok, Pengambilan Data diakses pada

Tanggal 24 Februari 2020

LAMPIRAN

CATATAN LAPANGAN

12 November 2019

Pada saat terik matahari sedang menyinari DKI Jakarta

pada saat itu pula tepat berada di hari selasa tanggal 12

November 2019 pukul 11.00 WIB saya untuk pertama

kalinya datang dan berkunjung ke Pondok Yatim Piatu dan

dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, ini

merupakan tempat ke 5 dari ke 4 survei rumah yatim

sebelumnya, ketertarikan penulis terhadap anak menjadikan

penulis ingin membahas hal tersebut, melihat kondisi

tempat dan suasana sesuai dengan konsep dan gambaran

umum penulis, maka penulis memberanikan diri kesana.

Cukup jauh dari tempat tinggal penulis dan domisili saat ini

penulis berada di ciputat, Tangerang Selatan.

19 Desember 2019

Pada hari kamis, tanggal 19 Desember 2019, peneliti

datang lagi ke Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara. Hari itu saya ditemani

mamah ke Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara. Setelah sesampainya di Pondok,

banyak anak-anak sedang mengaji, sesampainya disana saya

bertemu bapak Muklis Amin, dan mengabarkan bahwa abi

lagi keluar sebentar, masuklah saya dan mamah kedalam

pondok, dan menunggu abi diruang kantor pondok, peneliti

dan mamah datang kepondok pada malam hari setelah

shalat maghrib, terlihat disana anak-anak santri asuh sedang

mengaji setelah shalat maghrib sambil menunggu shalat

isya, sambil mengamati lingkungan, akhirnya shalat isya

pun selesai, peneliti dan mamah tidak ikut berjamaah

dengan santri asuh disana, kemudian bapak mukhlis amin

menghampiri peneliti dan mamah diruang kantor, dan

meminta maaf dan mengabarkan bahwa abi masih diluar

hingga jam 22.00 karena dikhawatirkan percuma datang

kesana tanpa melakukan apapun maka kami saling bercerita

tentang pondok Pondok Pondok Yatim Piatu dan dhuafa

“Daar El-Yaqin”. Waktupun tak terasa hingga jam 9.00

namun abi belum juga datang kepondok, peneliti dan

mamah memutuskan untuk pulang.

4 Januari 2020

Pada hari sabtu, tanggal 4 januari 2020 peneliti datang

kembali ke Pondok Pondok Pondok Yatim Piatu dan dhuafa

“Daar El-Yaqin”, ditemani dengan saudara saya. Hari itu

pun sama peneliti bertemu kembali dengan mukhlisin

selaku sekretaris Pondok Pondok Pondok Yatim Piatu dan

dhuafa “Daar El-Yaqin” , peneliti menanyakan apakah

boleh peneliti meneliti disini ,dan bapak muhklis menyuruh

peneliti untuk menanyakan secara langsung kepada

pimpinan pondok, lalu pak mukhlisin memanggil abi yang

ada dirumah depan pondok lalu peneliti mengenalkan diri

begitu asalnya dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk

melakukan penelitian di Pondok Yatim Piatu dan dhuafa

“Daar El-Yaqin” ini. Setelah sekian lama berbincang-

bincang tak terasa waktu cepat berlalu, karena kebetulan

jatuh dihari weekend jadi peneliti mencukupkan pada hari

itu dan pamit untuk pulang.

22 Februari 2020

Pada tanggal 22 Februari 2020, waktu dimana jadwal

peneliti untuk wawancara Pak muclis sebagai pembimbing,

peneliti kembali datang ke Pondok Yatim Piatu dan dhuafa

“Daar El-Yaqin” bertepatan pada hari senin setelah lama

mengobrol dengan santri asuh, penelitipun kembali turun ke

aula serba guna untuk kembali bersama ayah abi dan pak

muclis dibawah, setelah asik berbincang-bincang penelitimu

meminta bantuan untuk melengkapi data yang diperlukan

untuk skripsi yang peneliti sedang buat. Setelah itu waktu

menujukan pukul 12.00 siang dan waktunya shalat jamaah

di Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin” dan

peneliti dan ayah bergegas pulang maka selesailah hari itu

penelitian peneliti.

24 Februari 2020

Pada saat terik matahari sedang menyinari Ciputat pada

saat itu pula tepat berada di tanggal 24 Februari 2020 pukul

09.00 WIB saya berniat untuk balik kerumah dan akan ke

Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin” suatu

kondisi yang baik baik saja sepanjang jalan ciputat rumah

peneliti, sesampainya arah rumah peneliti cuaca mendung,

alangkah terkejutnya peneliti menyaksikan bahwa, jalan

menuju arah rumah peneliti rata dengan air, banjir melanda

rumah peneliti, merupakan suatu kesalahan yang dilakukan

peneliti, peneliti tidak menghubungi pihak rumah dan

menanyakan bagaimana kondisi dan cuaca disana, karena

sudah terlanjur diperjalanan, dengan sangat hati-hati peneliti

menjalankan sepeda motor, untung tidak mogok dijalan,

sesampainnya dirumah, orang rumah pasrah karena untuk

pertama kalinya sejak 20 tahun lebih keluarga peneliti

tinggal disana belum pernah sedikitpun banjir, tapi kini

hingga 1 meter air menenggelamkan rumah peneliti, agenda

ke Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin”

terpaksa peneliti batalkan karena akses kesanapun tertutup,

peneliti hanya berkabar dengan abi lewat whatsaapp dan

mengatur jadwal ulang untuk melakukan penelitian skripsi

kembali. Dan peneliti mengatur jadwal dengan abi pada

tanggal 22 april 2020.

22 April 2020

Pada saat terik matahari sedang menyinari DKI Jakarta

pada saat itu pula tepat berada di tanggal 22 April 2020,

pada saat itu pula telah terjangkitnya suatu wabah yang

dikenal dengan covid-19 dimana kita yang berdomisi di

DKI Jakarta menerapkan PPSB (Pemberlakuan pebatasan

sosial bersekala besar) dimana setiap wilayah melakukan

lock dwn atau karantina wilayah, sehingga askses kesuatu

daerah kedaerah lain sedikit terhambat karena banyaknya

jalan diportal dan sekolahpun banyak yang libur, peneliti

mencoba menghubungi abi dan menanyakan kondisi

pondok, karena akses keluar masuk daerah yang cukup

rumit abi menyarankan untuk mendapatkan informasi data

melalui akun media sosial Pondok Yatim Piatu dan dhuafa

“Daar El-Yaqin” disana banyak gambar kegiatan santri

asuh yang berkaitan dengan bimbingan agama dalam

pembentukan karakter dan penerapannya. Efek dari adanya

pandemi ini peneliti jadi mengulur waktu dan hanya

melengkapi berkas yang peneliti sudah dapatkan dan

mencatat apa saja yang belum didapatkan oleh peneliti,

tidak jauh dari masalah pandemi yang mewabah masuklah

bulan suci ramadhan dan peneliti mengatur jadwal kembali

untuk melakukan penelitan kembali

27 Juni 2020.

Lalu di tanggal 27 Juni 2020 tepat dihari libur pada hari

sabtu,seperti waktu yang disarankan abi, karena kesibukan abi

dan dikhawatirkan orang tua dari santri asuh tidak ada dirumah

untuk itu abi memilih waktu dihari libur dan pagi hari, dipagi

yang cukup sejuk dan awan menghiasi langit, peneliti bergegas

pergi ke rumah orang tua dari santri asuh yang tidak jauh dari

letak pondok, kenapa peneliti tidak mengambil orang tua asuh

yang sama seperti anak yang diwawancari kendala yang pertama

adalah orang tua mereka berda jauh dari pondok dan berhalangan

lain karena memiliki kesibukan dan tidak ingin diwawancarai

kemudian peneliti lewat saran dari abi, peneliti kembali

berkunjung ke Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin”

dengan ditemani oleh mamah peneliti. Sesampainya dipondok

peneliti dan mamah sudah disambut hangat oleh abi setelah

mengobrol sebentar peneliti, mamah dan abi bergegas ke 3 rumah

yang berbeda tempat orang tua dari santri asuh, peneliti dan

mamah hanya diberitahu 3 lokasi dan abi pun bergeas balik

kepondok dan meninggalkan mamah dan penliti, setelah

memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan

peneliti datang kesana serta memohon izin dan orang tuapun

bersedia, mereka sangat ramah dan menyambut baik peneliti dan

mamah, peneliti melakukan wawancara sesuai pedoman

wawancara ditempat yang berbeda karena keasikan mengobrol

dengan ketiga orang tua asuh penelitipun bergegas pulang karena

waktu sudah menunjukan sore hari. Dengan hasil yang positif

maka peneliti menyudahi wawancara. Namun sesampainya

dijalan penelitipun baru ingat lupa untuk mengabadikan foto

kemudian keesokan harinya peneliti memutuskan untuk kembali

kerumah orang tua asuh santri dan meminta foto sebagai bukti

telah melaukan wawancara.

Lalu di tanggal 28 Juni 2020, peneliti kembali berkunjung

ke rumah santri asuh untuk meminta foto, tepat diminggu pagi

ketika peneliti kelokasi sayangnya ketiga orang tua itu sedang

tidak ada dirumah hanya ada santri asuh dan tetangga yang

mengabarkan ketidak adaan mereka kemudian penelitipun

memutuskan untuk balik kerumah, dan berniat kembali untuk

datang kesana setelah maghrib, setelah maghrib peneliti dan

mamah pergi ke tiga rumah yang saling berdekatan dan tidak

terlalu jauh dari pondok sehingga tidak memakan waktu cukup

lama akhirnya peneliti bertemu mereka bertigadiwaktu yang

berbeda setelah selesai dimalam itu penelitipun langsung

bergegas untuk pulang.

Pada saat terik matahari sedang menyinari DKI Jakarta pada

saat itu pula tepat berada di tanggal 05 Juli 2020, pada saat itu

pula masih terjangkitnya suatu wabah yang dikenal dengan

covid-19 dimana kita yang berdomisi di DKI Jakarta masih

menerapkan PPSB (Pemberlakuan pebatasan sosial bersekala

besar) dan pemberlakukan New Normal masih diberlakukan tetap

saja angka kenaikan masyarakat yg positif semakin bertambah

dengan tetap menjaga protokol kesehatan dengan masih ditemani

sang mamah tepat pada hari rabu setelah menjemput adik peneliti

yang bersekolah tk tidak jauh dari rumah, peneliti dan sang

mamah segera bergegas untuk pergi ke Pondok Yatim Piatu dan

dhuafa “Daar El-Yaqin” guna melengkapi berkas yang harus

disiapkan, sesampainya disana peneliti dan mamah disambut abi,

dan mempersilahkan kami untuk duduk di aula serba guna

Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin” tak lama

setelah bincang-bincang ada santri asuh yang menyediakan kami

minum, setelah berbincang-bincang sebentar dengan abi peneliti

pun langsung memintaizin untuk melengkapi lampiran skripsi

peneliti, setelah merapihkan berkas’ mendukung terkait pondok,

peneliti mengatur jadwal kembali untuk berfoto dengan anak-

anak karena pada saat itu anak-anak sedang tidak berada

dipondok dan ada acara di grogol, setelah mengatur jadwal dan

haripun menjukan sudah masuk waktu shalat dzuhur, peneliti

dengan sang mamah bersiap untuk pulang karena tempat yang

kami duduki saat ini sedang disiapkan santri asuh untuk shalat

dzuhur berjmaah, tampak sangat disiplin dan tanggung jawab

serta mandirinya santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan dhuafa

“Daar El-Yaqin” akibat penerepan bimbingan agama dalam

upaya pembentukan karakter mereka membuahkan hasil yang

sangat memuaskan.

Lalu di tanggal 18 Juli 2020, peneliti kembali

berkunjung ke Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-

Yaqin, peneliti mengikuti kegiatan santri sambil mencatat

kegiatan yang mereka lakukan sembari melakukan

pendekatan bersama para santri asuh dan sang mamah

mengobrol dengan asisiten ruamh pindok yang membantu

abi dalam mencuci pakaian santri asuh, karena umur mereka

yang masih sangat kecil, mereka masih dibantu dalam hal

mencuci pakaian namun dalam hal membersihkan Pondok

Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin” dan kamar tempat

mereka istrirahat sudah menjadi kewajiban yang harus

dilaksanakan guna menerapkan rasa tanggung jawab atas

perbuatan yang telah mereka lakukan dan melatih disiplin

serta mandiri dalam kesehariannya.

Dan walaupun tanpa pembimbing dan abi disana

mengawasi mereka, santri asuh disana tampak tetap

tanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang telah

diberikan kemudia mereka tampak saling peduli, membantu

satu sama lain, pada saat waktu shalat para santri asuh

mengingatkan untuk segera melakukan sholat berjama’ah.

Dan karena peneliti harus bertemu dengan pak muclis.

Namun sayangnya peneliti tidak bertemu dengan beliau

karena beliau sedang ada agenda lain

Pada akhirnya setelah peneliti hanya melakukan foto

dengan santri asuh dan bahan penelitianpun usai peneliti

cukupkan karena penelti sudah cukup lama berada disana

sambil membantu anak-anak bersih-bersih Pondok Yatim

Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin” dan merbincang-bincang

dengan mba, mengingat waktu penelitipun bergegas pulang,

dan mengatur jadwal kembali untuk bertemu pak muclis.

19 Juli 2020

Lalu keesokkan harinya pada tanggal 19 Juli 2020,

bertepatan pada hari minggu pagi, pukul 09.00 peneliti

kembali berkunjung ke Pondok Yatim Piatu dan dhuafa

“Daar El-Yaqin” sepulang peneliti dari pasar menemani

mamah belanja kebutuhan sehari-hari. Dan tidak seperti

biasanya, pada hari itu suasana cuaca di lokasi penelitian

tidak sepanas biasanya, berhubung masih pagi juga.

Biasanya cahaya matahari terik dan kering, pada hari itu

cahaya mataharinya sedikit meredup, peneliti dan sang

mamh berniat untuk mengambil dokumentasi dengan pak

muclis karena selama beberapa hari lalu ketika berkunjung

kesini peneliti tidak pernah melakukan foto.

20 Juli 2020

Lalu keesokkan harinya pada tanggal 20 Juli 2020,

tepat dihari sabtu peneliti kembali berkunjung ke Pondok

Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin” ditemani ayah

setelah adzan maghrib tepatnya dimalam senin,

sesampainya disana peneliti sudah disambut hangat oleh abi

dan pak muchlis, sebelumnya peneliti sudah meminta izin

untuk mengambil surat keterangan telah melakukan

penelitia, surat itupun sudah jadi dan terprint rapih oleh abi,

setelah melakukan foto bersama abi dan pak muchlis,

penelitipun menyampaikan bahwa telah selesai penelitian

peneliti di Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin”

malaka kota Jakarta Utara ini, sekaligus peneliti juga

mengucapkan terimakasih banyak kepada seluruh pihak

terkait yang berada di Pondok Yatim Piatu dan dhuafa

“Daar El-Yaqin” khusunya kepada abi dan pak muclis

karena sudah sangat begitu sabar mendampingi dan

membantu peneliti dalam melakukan penelitian, setelah itu

kami pun saling bercerita, bersama ayah peneliti setelah itu

penelitipun bergegas balik kerumah.

PEDOMAN WAWANCARA PENDIRI

Implementasi Bimbingan Agama Dalam Upaya Pembentukan

Karakter Anak di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara.

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Asal :

Waktu Wawancara :

Tempat wawancara :

1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan latar belakang

pendidikan).

Jawaban:

2. Apa yang menjadi alasan dalam mendirikan Pondok Yatim

dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ini ?

Jawaban:

3. Bagaimana respon masyarakat sekitar terkait berdirinya

Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara ?

Jawaban:

4. Apa yang diterapkan Abi dalam upaya pembentukan

Karakter anak di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ?

Jawaban :

5. Menurut Abi sebagai Pimpinan Pondok Pondok Yatim dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara,

ceritakan gambaran umum mengenai karakter Anak disini

bagaimana?

Jawaban :

6. Bagaimana cara Abi menjalin hubungan antara pembimbing

dengan santri di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara. ?

Jawaban:

7. Menurut Abi, apakah dengan bimbingan agama dapat

membentuk karakter anak ?

Jawaban:

8. Program-program apa saja yang diterapkan di Pondok

Pesantren Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara kepada santri asuh disini?

Jawaban:

9. Bagaimana implementasi program-program tersebut?

Jawaban:

10. Apa Strategi yang diberikan pembimbing kepada santri untuk

membentuk karakter anak disini?

Jawaban:

11. Bagaimana tahap-tahap bimbingan agama dalam

membentuk karakter anak di Pondok Yatim dan Dhuafa

“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ini ?

Jawaban:

12. Kapan penerapan bimbingan agama untuk pembentukan

karakter santri asuh dilakukan?

Jawaban:

13. Dimana pelaksanaan bimbingan agama untuk pembentukan

karakter anak ini dilakukan?

Jawaban :

14. Berapa jumlah santri asuh yang biasa mengikuti

bimbingan agama?

Jawaban :

15. Apa tujuan memberikan bimbingan agama dalam

membentuk karakter anak bagi Abi?

Jawaban:

16. Apa saja perkembangan yang terlihat dari santri di Pondok

Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta

Utara. yang terkait dengan pembentuka karakter?

Jawaban:

17. Bagaiamana cara penerapan bimbingan agama dalam

pembentukan karakter anak dalam kehidupan sehari-hari ?

Jawaban :

18. Apakah ada kegiatan lain yang dapat membantu untuk

membentuk karakter anak yang dijalankan oleh Pondok

Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta

Utara ?

Jawaban :

PEDOMAN WAWANCARA PEMBIMBING

Implementasi Bimbingan Agama Dalam Upaya Pembentukan

Karakter Anak di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara.

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Waktu Wawancara :

Asal :

Tempat wawancara :

1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan latar belakang

pendidikan).

Jawaban:

2. Menurut bapak karakter anak itu seperti apa?

Jawaban:

3. Apa yang diterapkan Bapak dalam upaya pembentukan

Karakter anak di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara ?

Jawaban :

4. Menurut bapak sebagai Pembimbing Pondok Yatim dan Dhuafa

“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, ceritakan

gambaran umum mengenai karakter anak disini seperti apa?

Jawaban :

5. Bagaimana cara Bapak menjalin hubungan dengan santri asuh di

Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta

Utara. ?

Jawaban:

6. Apa yang ini dikembangkan di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara dalam pembentukan

Karakter anak disini.?

Jawaban:

7. Seberapa penting pendidikan karakter anak terhadap santri dalam

proses tumbuh kembang anak tersebut?

Jawaban:

8. Menurut Bapak, apakah dengan bimbingan agama dapat

membentuk karakter anak ?

Jawaban:

9. Program-program apa saja yang diterapkan di Pondok Pesantren

Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta

Utara kepada santri asuh disini?

Jawaban:

10. Bagaimana cara pengimplementasian program-program tersebut?

Jawaban:

11. Apa Strategi yang diberikan pembimbing kepada santri untuk

membentuk karakter anak disini?

Jawaban:

12. Bagaimana tahap-tahap bimbingan agama dalam

membentuk karakter anak di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ini ?

Jawaban:

13. Kapan penerapan bimbingan agama untuk pembentukan

karakter santri asuh dilakukan?

Jawaban:

14. Dimana pelaksanaan bimbingan agama untuk pembentukan

karakter anak ini dilakukan?

Jawaban :

15. Berapa jumlah santri asuh yang biasa mengikuti

bimbingan agama?

Jawaban :

16. Apa tujuan memberikan bimbingan agama dalam membentuk

karakter anak bagi Abi?

Jawaban:

17. Apakah ada kegiatan lain yang dapat membantu untuk

membentuk karakter anak yang dijalankan oleh Pondok Yatim

dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ?

Jawaban:

18. Siapakah di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara ini yang khusus memberikan bimbingan

agama dalam membentuk karakter anak ?

Jawaban:

19. Apakah ada perubahan karakter yang dirasakan pembimbing

selama santri asuh di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara setelah mengikuti bimbingan agama ?

Jawaban:

PEDOMAN WAWANCARA ORANG TUA

Implementasi Bimbingan Agama Dalam Upaya

Pembentukan Karakter Anak di Pondok Yatim dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara.

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Asal :

Waktu Wawancara :

Tempat wawancara :

1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan pekerjaan).

Jawaban:

2. Anak menjadi santri di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara karena keinginan

sendiri atau orang tua? (alasannya)

Jawaban:

3. Mengapa Bapak/ibu merestui anak Bapak/ibu untuk

tinggal dan belajar di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ini?

Jawaban:

4. Berapa kali Bapak/ibu menjenguki anak ke Pondok Yatim

dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ?

Jawaban:

5. Menurut ibu/bapak, Bagaimana gambaran karakter anak

ibu/bapak sebelum masuk ke Pondok Yatim dan Dhuafa

“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ini?

Jawaban:

6. Menurut Bapak/ibu karakter itu merupakan hal yang

penting atau tidak bagi anak selama menjadi santri asuh di

Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarta Utara?

Jawaban:

7. Karakter anak seperti apa yang Bapak/ibu harapkan dapat

yang dimiliki anak ibu/bapak selama menjalani

aktifitasnya di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara?

Jawaban:

8. Dukungan seperti apa yang berikan agar anak senantiasa

bersemangat menjalani aktifitasnya di Pondok Yatim dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara?

Jawaban:

9. Apakah ada perubahan perilaku pada anak setelah

menjadi santri asuh di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar

El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara?

Jawaban:

10. Bagaimana pendapat Bapak/ibu terkait berdirinya

Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka

Kota Jakarta Utara ini?

Jawaban

11. Apakah menurut Bapak/ibu sepakat bahwa bimbingan

agama itu dapat membentuk karakter anak?

Jawaban

12. Menurut Bapak/ibu seluruh kegiatan bimbingan agama

yang berada di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara berdampak positif

dalam pembentukan karakter anak-anak bapak/ibu disini?

Jawaban

13. Apa harapan Bapak/ibu kepada anak selama menjadi

santri di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarta Utara?

Jawaban:

DOKUMENTASI PENELITIAN

Foto peneliti bersama subjek

penelitian

(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu, dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarata Utara)

Nama : Ade Suryana

Umur : 13 Tahun

Asal : Jawa Barat

Tergolong : Piatu

Foto peneliti bersama subjek

penelitian

(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu,

dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarata Utara)

Nama : Mutmainah Sholeha

Umur : 10 Tahun

Asal : Madura

Tergolong : Piatu

Foto peneliti bersama subjek

penelitian

Foto peneliti bersama subjek

penelitian

(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu, dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarata Utara)

Nama : Ahmad Wildan Firdaus

Umur : 14 Tahun

Asal : Jakarta

Tergolong : Dhuafa

(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu,

dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarata Utara)

Nama : Marcelino

Umur : 12 Tahun

Asal : Cianjur

Tergolong : Dhuafa

Foto peneliti bersama subjek

penelitian

(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu, dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarata Utara)

Nama : Nindi Rahayu

Umur : 17 Tahun

Asal : Indramayu

Tergolong : Dhuafa

Foto peneliti bersama subjek

penelitian

(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu,

dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarata Utara)

Nama : Riski Amelia

Umur : 14 Tahun

Asal : Tegal

Tergolong : Yatim

Foto peneliti bersama subjek

penelitian

(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu, dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarata Utara)

Nama : Rifha Aulia Zahra

Umur : 13 Tahun

Asal : Tegal

Tergolong : Yatim

Foto peneliti bersama subjek

penelitian

(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu,

dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarata Utara)

Nama : Novita Sari

Umur : 11 Tahun

Asal : Tegal

Tergolong : Yatim

Foto peneliti bersama

(Pendiri Pondok Yatim Piatu, dan

Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarata Utara)

Nama : Muhammad Sholeh (Abi)

Umur : 52 Tahun

Asal : Jakarta

Foto peneliti bersama

(Pembimbing Pondok Yatim Piatu,

dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”

Malaka Kota Jakarata Utara)

Nama : Muclis Amin

Umur : 48 Tahun

Asal : Jakarta

Foto peneliti berama

(Orang Tua dari Santri Asuh Pondok

Yatim Piatu, dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarata Utara)

Nama : Darso

Umur : 48 Tahun

Asal : Jakarta

Foto peneliti bersama

(Orang Tua dari Santri Asuh

Pondok Yatim Piatu, dan Dhuafa

“Daar El-Yaqin” Malaka Kota

Jakarata Utara)

Nama :Nuriyah

Umur : 52 Tahun

Asal : Jakarta

Foto peneliti bersama

(Orang Tua dari Santri Asuh Pondok

Yatim Piatu, dan Dhuafa “Daar El-

Yaqin” Malaka Kota Jakarata Utara)

Nama : Koriyah

Umur : 48 Tahun

Asal : Jakarta

Foto Peneliti di Pondok Yatim Piatu

dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” yang

berlokasi di Malaka Kota Jakarta

Utara

Foto Peneliti di Pondok Yatim Piatu

dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” yang

berlokasi di Malaka Kota Jakarta

Utara