Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI BIMBINGAN AGAMA DALAM UPAYA
PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DI PONDOK YATIM PIATU
DAN DHUAFA “DAAR EL-YAQIN”
MALAKA KOTA JAKARTA UTARA PROVINSI DKI JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh:
Nur Syita Salamah
NIM. 11150520000022
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H. /2020 M.
IMPLEMENTASI BIMBINGAN AGAMA DALAM UPAYA
PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DI PONDOK YATIM PIATU
DAN DHUAFA “DAAR EL-YAQIN”
MALAKA KOTA JAKARTA UTARA PROVINSI DKI JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
Memenuhi Persyaratan Memeroleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Disusun Oleh :
Nur Syita Salamah
NIM. 11150520000022
Pembimbing
Prof. Dr. H. Daud Effendi, AM
NIP. 19490504 197703 1 001
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILNIU KOMUNIRASI
UIN SYARIF IIIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2020 M.
ABSTRAK
Nusyita Salamah 11150520000022, IMPLEMENTASI BIMBINGAN
AGAMA DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DI
PONDOK YATIM PIATU DAN DHUAFA DAAR EL-YAQIN
MALAKA KOTA JAKARTA UTARA PROVINSI DKI JAKARTA.
Santri di Pondok Yatim Piatu “Daar El-Yaqin”, malaka kota jakarta
utara ini cenderung belum mengenali serta memahami bagaimana karakter.
Didirikannya pondok ini dimaksudkan sebagai wadah ilmu pengetahuan
bagi anak yatim piatu dan dhuafa untuk bisa mengenali dan menanamkan
karakter yang sesuai dengan ajaran Islam.
Tujuan penelitian pada pondok tersebut dimaksudkan: (1) untuk
menganalisis strategi apa yang dipakai (2) untuk menganalisis hasil
implementasi .Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif. Dengan subjek penelitian adalah anak yatim, piatu dan
dhuafa. Analisis data menggunakan teori Creswell. , dengan cara
mempersiapkan dan mengorganisasikan data untuk dianalisis,
mengeskplorasi dan pengkodean data, menganalisis lebih detail dengan
mengkoding data, menerapkan proses koding, dan memvalidasi hasil
penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Strategi Bimbingan
Agama yang diberikan serta diterapkan oleh pembimbing yaitu Strategi
Bimbingan agama melalui penugasan, pembiasaan, pengawasan,
pengarahan serta keteladan, hukuman atau sanksi.(2) Hasil implementasi
bersifat positif karena berhasil membentuk karakter anak menjadi anak yang
baik.
Kata Kunci: Bimbingan Agama, Pembentukan Karakter, Anak
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Alhamdulillahirrabil’alamiin,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas karunia dan hidayah-Nya selama ini, penulis masih diberikan
kekuatan untuk selalu beriman dan taat kepada-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi
Bimbingan Agama Dalam Upaya Pembentukan Karakter
Anak di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara.” Sholawat teriring salam tak lupa pula
penulis curahkan kepadada Baginda Nabi Besar Nabi Muhammad
SAW, seluruh keluarganya, para sahabatnya, dan para pengemban
risalahnya yang telah membawa kita sebagai umatnya islam dari
zaman kebodohan ke zaman yang penuh teknologi dan kemajuan
seperti sekarang ini.
Dalam setiap tahapan penyelesaian skripsi ini, penulis
mengucapkan banyak rasa syukur karena masih diberikan waktu
dan kesempatan untuk menyelesaikannya, penulis menyadari
masih banyak sekali kekurangan dalam penulisan karya ilmiah
ini, karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis dapat
serta kemampuan penulis. Pada kelemahan dan keterbatasan
penulis tersebut, dengan yang penuh terbuka penulis
mengharapkan adanya kritik dan aran yang membangun dan
bermanfaat. Sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan dan memperbaiki kesalahan yang ada dikemudian
hari.
ii
Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk dapat
memperoleh gelar sarjana pada program Bimbingan dan
Penyuluhan Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Untuk itu dalam kesempatan kali ini dengan segala
kerendahan hati, penulis juga ingin menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya terutama kepada kedua
orangtua penulis Ayahanda tercinta Muhammad Hatta, SH. dan
Ibunda tersayang Asmanih, serta kedua adikku yang sangat ku
banggakan, Muhammad Hisyamuddin dan Azka Khairul Muslim
yang telah menghantarkan penulis untuk menempuh pendidikan
sampai pada titik ini. Selain itu, penulis ingin mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak atas segala bantuan yang
telah diberikan selama penulis belajar dan berjuang dalam
menempuh pendidikan di ranah Perguruan Tinggi terutama dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu rasa terimakasih
ini penulis sampaikan kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. Dr. Amany Umar Burhanuddin Lubis, MA.
2. Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Zulkifli, MA.
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Prof. Dr. Ahmad
Rodoni, MM, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Prof. Dr.
Masri Mansoer, MA. Wakil Rektor Bidang Kerjasama, Prof.
Dr. Andi M. Faisal Bakti, MA yang telah memberikan ilmu
serta banyak sekali kesempatan dan pengalaman dalam
menjalankan satu periode kepengurusan organisasi
iii
kemahasiswaan tingkat universitas sehingga satu periode
kepengurusan penulis dapat berjalan lancar.
3. Kepala Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian (BAUK),
Kastolan, S.Pd., M.Si. beserta seluruh staff dan karyawan,
Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan (BPK), H.
Khairunas, SH., MH, beserta seluruh staff dan karyawan,
Kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan
Kerjasama (BAAKK), Drs. H. Khoirudin, MM beserta seluruh
staff dan karyawan, yang telah membantu,mengarahkan
penulis untuk terus belajar dan memeperbaiki kesalahan
dalam hal keadministrasian serta birokrasi tingkat universitas,
sehingga roda kepengurusan organisasi kemahasiswaan dapat
berjalan sesuai program kerja dan ketepan yang sudah
ditetapkan.
4. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D., Wakil
Dekan I Bidang Akademik, Dr. Siti Napsiyah, MSW., Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dr. Sihabudin Noor,
MA, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Drs.
Cecep Castrawijaya, MA.
5. Ketua Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
Noor Bekti Negoro, SE, M.Si., Sekretaris Program Studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Artiarini Puspita Arwan,
M.Psi, yang telah meluangkan waktunya untuk sekedar
berkonsultasi dan meminta bantuan dalam hal perkuliahan.
6. Dosen Pembimbing Skripsi, Prof. Dr. H. Daud Effendi, AM
yang telah begitu bijaksana memberikan ilmunya kepada
peneliti di tengah kesibukan yang padat, serta membimbing
iv
penulis dengan sabar agar skripsi ini selesai dengan baik dan
juga bermanfaat.
7. Dosen Penasihat Akademik, Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D Yang
telah memberikan masukan awal kepada penulis mengenai
skripsi.
8. Seluruh dosen dan segenap karyawan beserta staff Tata Usaha
dan jajarannya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi
yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat serta
bantuan dalam hal akademis.
9. Pimpinan dan karyawan perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan buku serta
fasilitas lainnya sehingga penulis mendapat banyak referensi
dalam penelitian ini.
10. Terkasih,sosok teman berjuang sekaligus teman hidup penulis
Moch. Daniel Halim Badran, S.Sos, yang rela meluangkan
waktunya untuk berbagai banyak hal kepada penulis dalam
menyelesaikannya,senantiasa memeberikan semangat tiada
henti bagi penulis untuk bisa menyelesaikan penelitian ini.
11. Sahabat terdekat, Chalisa Okta Rahma Sari, Aisyi Akmala
yang selalu setia menemani dan membantu peneliti dalam
menyusun skripsi sampai memperoleh gelar sarjana serta tidak
pernah bosan mendengar keluh kesah penulis yang berbagi
drama kehidupan ini.
12. Keluarga besar Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara telah memberikan izin kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian, yang selalu
menyediakan waktunya. Tak lupa juga Ustadz Mochammad
Sholeh As Saidi, S.Ag yang selalu ikhlas, sabar, dan penuh
v
kesungguhan dalam memberikan informasi dan keperluan
penelitian kepada penulis.
13. Seluruh keluarga Besar Bimbingan dan Penyuluhan Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama kepada Angkatan
2015 yang telah memberi banyak pengetahuan, pengalaman,
dan menemani penulis baik suka maupun duka dan menjadi
teman untuk bertukar pikiran.
14. Seluruh keluarga Besar Bimbingan dan Penyuluhan Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Angkatan 2016,2017, 2018,
dan 2019 yang telah memberi banyak cerita, pengalaman, dan
menemani penulis baik suka maupun duka dan menjadi adik
kelas yang baik dan selalu menghibur penulis.
15. Adik Jurusan Tersayang Bunga Nur Eliza, sosok adik kecil
cerdas yang mengetahui perjuangan selama penulis belajar
dan berproses di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
16. Tim Badan Pengurus Harian (BPH) Dewan Eksekutif
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2019,
Sultan Rivandi (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) , Riski
Ari Wibowo (Fakultas Syariah dan Hukum), Andriyani
(Fakultas Ekonomi dan Bisnis), Diana Novita Sari (Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Raudatul Jannah (Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan) dan yang terutama Wakil Sekertaris
Jenderal kesayangan Qoriyana Nurselvi (Fakultas Sains dan
Teknologi) yang telah memberikan untaian sejarah sebuah
proses berorganisasi yang membuat kita belajar bahwa hasil
tidak akan pernah menghianati sebuah proses.
17. Seluruh Presidium Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2017,2018 dan 2019 serta
vi
seluruh teman-teman pengurus lainnya yang selalu setia dan
menemani sampai akhir kepengurusan.
18. Teman-teman seluruh pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Periode 2017
terutama Bidang Kemahasiswaan yang telah memberikan
ilmu dan pengalaman mengenai ke oraganisasian.
19. Seluruh Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(KOMFAKDA) Cabang Ciputat yang telah jadi tempat
pertama bagi penulis belajar dan pengalaman organisasi.
20. Seluruh Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Cabang Ciputat yang telah menjadikan penulis mau
belajar dan berani keluar dari zona nyaman dan mencoba
pengalaman baru dalam berorganisasi.
21. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Program
Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Cabang Ciputat yang telah jadi tempat pertama bagi penulis
belajar dibimbng, diarahkan, diberikan semngat serta
kesempatan dan motivasi dalam mengukir sejarah pengalaman
organisasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Latihan
Kader (II), dan Latihan Khusus Kohati (LKK), ilmu yang
didapatkan menjadi bekal penulis untuk terus belajar dan
berusaha.
22. Keluarga besar DNKTV Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
vii
memberikan ilmu dan pengalaman baru bagi peneliti akan
dunia broadcasting terutama Angkatan MDP 7 DNKTV .
23. Teman-teman serta pengurus Korps HMI Wati (KOHATI)
HMI Cabang Ciputat dan HMI Komisariat Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi (KOMFAKDA) yang telah
memberikan ilmu dan pengalaman dalam memaknai arti
perempuan sesungguhnya.
24. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang
Tangerang yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengikuti Latihan Khusus Kohati (LKK)
sebagai angkatan pertama, telah memberikan teman baru,
keluar baru,ilmu baru serta pengalaman baru bagi penulis.
25. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengikuti Latihan Kader II (LK II) dengan angkatan
bernama sukun, bukan hanya memberikan teman baru, keluar
baru,ilmu baru serta pengalaman baru bagi tapi juga mengukir
sejarah perjuangan berproses di HMI bagi penulis, sehingga
bisa diimplementasikan dalam kehidupan penulis disejarah
kehidupan selanjutnya.
26. Teman-teman serta seluruh anggota Kelompok Mahasiswa
Penyuluh (POKMALUH) Program Studi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada masanya
yang telah memberikan pengalaman berorganisasi mengenal
arti kerjasama, kekompakan dan berbagi ice breaking menarik
yang dapat diamalkan penulis di organiasai lainnya.
viii
27. Teman-teman serta pengurus Forum Keluarga Mahasiswa
Betawi (FKMB) Pengurus Wilayah Tangerang Selatan yang
telah memberikan warna tersendiri bagi peneliti, mengenal,
mencitai serta melestarikan budaya warisan nenek moyang
adalah tugas kita bersama.
28. Teman-teman serta pengurus Himpunan Mahasiswa Bogor
(HIMABO) yang telah memberikan pengalaman bagi peneliti
untuk belajar, mengenal serta mengetahui, budaya sunda yang
merupakan asal dari nenek peneliti yang merupakan keturunan
sunda agar bisa melestarikan budaya keluarga.
29. Abang-abang senior UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dedi
Eka Setiawan, Donni Bhestadi dan Deni Hidayat, Briyan
Muhammad Wiryo Santoso, Ahmad Fuad Maulana, Ahmad
Nabil Bintang, dan Nurikhsan Aldi, serta semua yang tidak
bisa saya sebutkan satu-persatu yang senantiasa selalu
membimbing dan menjadi mentor bagi penulis.
30. Teman-teman Tariku Ulfi, Nizar,dinda, ii, pute, azki, aida,
rahma dan lainnya, yang telah banyak memberikan ilmu tari
kepada penulis sehingga dapat mengisi kekosangan waktu
dengan melestarikan budaya Indonesia..
31. Kepada Seluruh pihak yang terlibat dan belum dituliskan oleh
penulis diatas dalam mengukir sejarah pengalaman hidup
selama berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai
mendapat gelar sarjana, dengan ketulusan hati penulis
memohon maaf atas kekhilafan yang telah dilakukan tersebut
karena penulis tidak disebutkan satu persatu atau menjelaskan
secara menyeluruh. Semoga amal dan kebaikan kalian selalu
diijabah oleh Allah SWT.
ix
Dengan tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada
kalian semua, penulis mengucapkan banyak terima kasih banyak.
Semoga semua bantuan dan perhatian yang tercurah selama ini
semoga mendapat balasan pahala yang berlimpah dari Allah SWT.
Selain itu, semoga apa yang kita cita-cita kan semua terwujud di
masa depan, dan semoga Allah SWT memberikan yang terbaik
untuk kita semua serta mendapat ridho dari-Nya.
Jakarta, 12 Februari 2020
Nur Syita Salamah
x
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN DOSESN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................... x
DAFTAR TABEL. ........................................................ ..........xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................ 13
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................ 17
D. Metodologi Penelitian .......................................................... 18
E. Tinjauan Kajian Terdahulu .................................................. 30
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 32
BAB II LANDASAN TEORI
A. Implementasi Bimbingan Agama
1. Pengertian Implementai ............................................ 35
2. Pengertian Bimbingan Agama .................................. 37
B. Karakter Anak Yatim Piatu dan Dhuafa...............................49
1. Pengertian Karakter ................................................... 49
2. Pengertian Anak Yatim, Piatu dan Dhuafa ............... 52
C. Kerangka Berfikir................................................................ 56
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK YATIM PIATU DAN
DHUAFA DAAR EL-YAQIN
xi
A. Sejarah Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-Yaqin .... 59
B. Visi, Misi dan Tujuan ........................................................... 62
C. Struktur Organisai. ............................................................... 65
D. Program dan Jadwal Kegiatan Santri .................................... 68
E. Sumber Dana ........................................................................ 73
F. Sarana Pra Sarana ................................................................. 74
G. Syarat Bergabung.................................................................. 75
H. Pelayanan .............................................................................. 75
I. Foto Dokumentasi ................................................................ 76
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Data Informan… .................................................................. 79
B. Temuan Lapangan .............................................................. .125
BAB V PEMBAHASAN
A. Strategi Bimbingan Agama dalam Upaya Pembentukan
Karakter Anak di Pondok Yarim Piatu dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara… ................................... 145
B. Hasil Implementasi Bimbingan Agama dalam Upaya
Pembentukan Karakter Anak di Pondok Yarim Piatu dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ........ 156
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan…........................................................................ 173
B. Implikasi… ........................................................................... 176
C. Saran… ................................................................................. 177
DAFTAR PUSTAKA...............................................................181
LAMPIRAN..............................................................................193
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lingkar Prosedur Pengumpulan Data ……....................... 29
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir …........................................….……….. 58
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Gambar 3.9
Gambar 3.10
Gambar 3.11
Struktur Kepengurusan........................................................
Logo Pondok........................................................................
Aula Sebra Guna Pondok Yatim Piatu & Dhuafa “Daar El-
Yaqin”..................................................................................
Gedung Pondok Yatim Piatu & Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Menjabat Sebagai Ketua Tutup Tahun SMP........................
Suasana Lingkungan Pondok Yatim Piatu & Dhuafa “Daar
El-Yaqin”……...................................................…...............
Tampak Depan Asrama Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“Daar El- Yaqin”…………...….....................................….
Tampak Ruang Kantor Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“Daar El- Yaqin”…….........................................................
Bimbingan Agama………………………………. .............
Setelah Kegiatan Bimbingan Agama.................... ..............
Kegiatan Bimbingan Agama……………………………....
Kegiatan Berenang Santri Asuh…………………………
.
67
76
76
76
76
77
77
77
77
77
77
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Harian Santri Asuh Pondok Yatim Piatu
dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin..............................................
72 Tabel 4.1
Tabel 4.2
Terbimbing Berdasarkan Jenis Kelami …............................
Terbimbing Berdasarkan Usia Santri Asuh........................
87
88
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan karakter merupakan salah satu aspek yang termuat
dalam tujuan pendidikan nasional. . Tujuan Pendidikan karakter
itu sendiri berada dalam Pasal Undang-Undang No.20 Tahun
2003 Pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang mengembangkan potensi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta perdaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar dapat menjadi manusia yang beriman dan betaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.1
Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010
mengeluarkan Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk mendukung
perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana
diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta
mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah
menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program
prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit
ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
1 Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI Kementerian
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Undang-undang Republik Indonesia
N0.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Jakarta )
https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/ Diakses pada Tanggal 7 Februari 2020,
Pukul, 11.00 WIB
2
Nasional (RPJPN) tahun 2005-20252, di mana pendidikan
karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan falsafah Pancasila.” .3
Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Indonesia dan telah
disepakati oleh seluruh sekolah yang ada di Indonesia untuk
menetapkan adanya Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK), dimana gerakan ini selain merupakan kelanjutan dan
kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter
Bangsa Tahun 2010 juga merupakan bagian integral Nawacita.
Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa dan
Gerakan Nasional Revolusi Mental dalam pendidikan yang
hendak mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir
dan cara bertindak dalam mengelola sekolah.
Untuk itu, Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam
pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para
pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling
berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan
sebagai prioritas Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
2 Syamsul Kurniawan., M.A, Pendidikan Karakter ( Konsep,
Implementasi secara terpadu, di lingkungan sekolah, keluarga,perguruan
tinggi dan msyarakat), ( Jakarta; AR-RUZZ MEDIA, 2016), Cet ke-3, Hal. 20 3 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Konsep Pedoman dan Penguatan Karakter ( Jakarta ) Hal. 9
http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id Diakses pada Tanggal 7 Februari
2020, Pukul, 11.00 WIB
3
Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah
sebagai berikut.
1. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap
Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku
melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut,
menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup
rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi
sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu
dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan).
Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai
dan menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi,
menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian,
percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan,
antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak
memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, dan melindungi
yang kecil dan tersisih.
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap,
dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
4
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa
sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban,
unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,
taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,
dan agama.
3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku
tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala
tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi
dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras),
tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif,
keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
4. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan
menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu
menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan
persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang-
orang yang membutuhkan.
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja
sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama,
musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati,
anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
5.Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang
mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
5
perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan
kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas
moral).
Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab
sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial,
melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan
kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada
kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan,
tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat
individu (terutama penyandang disabilitas).
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri
dan berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang
berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis
dan membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun
pendidikan karakter dimulai, individu dan lingkungan tempat
tinggal perlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik
secara kontekstual maupun universal. Nilai religius sebagai
cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan
agama dan keyakinan masing-masing dan dalam bentuk
kehidupan antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat,
maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan
bangsa nilai- nilai religius dimaksud melandasi dan melebur
di dalam nilai-nilai utama nasionalisme, kemandirian, gotong
royong, dan integritas. Demikian pula jika nilai utama
nasionalis dipakai sebagai titik awal penanaman nilai-nilai
6
karakter, nilai ini harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai
keimanan dan ketakwaan yang tumbuh bersama nilai-nilai
lainnya.
Dengan Penerapan Pendidikan Karakter yang sudah di
atur oleh dinas pendidikan dan juga pemerintah Indonesia
maka sudah sangat tergambarkan betapa pentingnya karakter
tersebut yang harus tertanam dalam setiap diri manusia
terutama di Indonesia karena pada dasarnya manusia adalah
makhluk sosial, ia senantiasa memerlukan bantuan orang
lain, manusia tidak dapat meminta dengan siapa iya
dilahirkan, dalam kondisi apa iya terlahir semua adalah
kehendak Allah SWT.oleh karenanya baik dalam kehidupan
sehari-hari manusia harus bisa saling membantu dalam
memberikan pengetahuan guna menambah wawasan dan
pemahaman dalam suatu ilmu. Pada dasarnya manusia
memiliki potensi-potensi dan keinginan-keinginan, manusia
maju tahap demi tahap dalam pertumbuhan dan
perkembangannya atas bantuan orang lain atau masyarakat4
Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah SWT
diharapkan dapat menjalankan dan mengamalkan ajaran
Agama Islam dalam kehidupannya sehari-hari sebagai
manifestasi kepada Allah SWT, hal ini sebagai mana
dijelaskan di dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56 :
نس إل ليعبدون وما خلقت الجن وال
Artinya :
4 Sartono. Bimbingan dan Penyuluhan Islam. (Bandung: CV
PUSTAKA SETIA, 1988), hal. 9
7
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdikan kepada Ku.5
Untuk membentuk manusia yang bertaqwa kepada
Allah SWT, Disamping memiliki kemampuan dan
keterampilan juga memiliki kemampuan mengembangkan diri
bermasyarakat serta kemampuan untuk bertingkah laku
berdasarkan norma-norma menurut ajaran Agama Islam6.
Manusia terlahir tidak mungkin hidup dan tumbuh
berkembang dan memiliki karakter baik dengan sendirinya,
namun harus adanya sebuah bimbingan yang dilakukan terus
menerus selama hidupnya. Bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan kepada individu secara terus menerus
(continue), supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga dia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak
wajar sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga dan masyarakat7
Dalam pembentukan karakter anak yang baik sesuai
yang diterapkan dalam agama dan tidak melanggar norma-
norma yang berlaku maka keluarga merupakan lingkungan
sosial pertama yang memberi pengaruh besar bagi tumbuh
kembangnya anak. Dalam kata lain secara ideal
perkembangan anak akan optimal apabila anak bersama
keluarganya. Keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang
5 Depag RI, (Al-Quran Al-Karim Dan Terjemah nya, 2000)
6 Arifi,Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam Disekolah
dan keluarga, Bulan Bintang Jakarta, 1976. hal.15 7 Andi Mapiare, Pengantar Bimbingan dan konseling di sekolah,
(Surabaya : Usaha Nasional, 1984), hal.127-128
8
menjalankan fungsinya dengan baik sehingga pemenuhan
tugas dan perkembangan jenis kebutuhan baik fisik maupun
sosial dapat tercapai dengan baik8. Pertalian anak dan ibu-
bapak adalah pertalian yang paling kuat dibanding golongan
apa saja. Hal ini menunjukkan bahwa peran kedua orang tua
sangat penting bagi perkembangan anak yang kurang
beruntung dalam masyarakat mereka adalah anak yang tidak
lagi tinggal bersama dengan ayah dan ibunya lantaran
berbagai macam alasan. Sehingga peran masyarakat disini
sangatlah penting untuk membantu tumbuh kembang anak-
anak yang tidak mempunyai keluarga.9
Karena salah satu tugas dan fungsi keberadaan orang
tua, orang tua mempunyai peranan yang besar dalam
tanggung jawab membina dan membimbing anak-ankanya,
akan tetapi apabila salah satu dari orang tua mereka atau
bahkan keduanya meninggal dunia yang menjadikannya
yatim piatu atau bahkan adanya orang tua yang hanya
terfokus untuk bagaimana cara menghidupkan keluarganya
yang menjadikan merka adalah golongan dhuafa, hal itu dapat
berpengaruh terhadap perkembangan anak tersebut yang
dampaknya menjadi kurangnya kasih sayang, motivasi,
bimbingan, arahan dan perhatian serta materi atau nafkah dari
8 Tim Penyusun, Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial
Profesional), Jakarta:Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan Anak,
Keluarga dan Lanjut Usia, 2006, hal. 13 9 Zuriah, Nurul. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Keluarga. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hal. 93
9
orang yang layaknya mereka atau seseoarang pada umumnya
dapatkan.
Menjadi yatim atau bahkan piatu adalah suatu
ketentuan atau suatu fakta yang tak mungkin dapat dihindari,
dan bahkan menjadi golongan dhuafa bukan suatu keinginan
yang diharapkan, namun bersikap positif terhadap anak-anak
yatim piatu dan dhuafa dengan menyantuni serta
memperhatikan nasib anak yatim, piatu dan dhuafa
merupakan suatu hal bijaksana yang dapat dilakukan orang-
orang disekelilingnya. Anak yatim piatu dan dhuafa mendapat
porsi perhatian yang sangat besar dari Islam. Islam
menganjurkan untuk berbuat baik kepada anak-anak yatim,
piatu dan dhuafa dan melarang keras untuk berbuat zhalim
kepada mereka.
Adapun yang menjadi dasar dari bimbingan agama
dalam mengasuh dan melindungi serta menolong anak-anak
yatim piatu dan dhuafa merupakan keharusan dalam agama
Islam. Firman allah dalam surat Al-Ma’un Ayat 1-7
لك الذي يدع اليتين (۲) يه (۱) فذ ببالد ا رأيتالذي يكذ
ول يحض على طعام المس كيه (۳) فىيل للن صليه (۴ )
الذيه هن عه صلتهن ساهىن (۵ ) الذيه هن يزاءون (۶)
ويمنعىن الماعىن (۷)
Artinya: “Adakah engkau ketahui orang, yang
mendustakan pembalasan (agama)? maka demikian itu ialah
orang yang mengusir anak yatim. dan tiada menyuruh
memberi makan orang miskin. maka celakalah (azablah) bagi
orang-orang yang sembahyang. yang mereka itu lalai dari
10
sembah yang. lagi mereka itu riya. dan enggan memberikan
zakat (barang-barang rumah).10
Ayat tersebut memberikan petunjuk bagi semua orang
agar mempertahankan keadaan anak yatim,piatu serta dhuafa ,
yang mengatakan bahwa kita harus mengurus mereka secara
patut seperti memberi kasih sayang, perlindungan, membantu
memenuhi kebutuhan baik secara fisik, mental maupun
sosialnya, Sehingga jiwanya dapat berkembang secara wajar
sesuai dengan ajaran agama Islam. Dengan demikian mereka
dapat menempatkan dirinya di masa yang akan datang,
mereka diharapkan memiliki perkembangan emosi yang kuat,
dan menjadi orang berguna bagi nusa dan bangsa serta
menjadi teladan bagi masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri juga bahwa keberadaan anak
dhuafa sangat memprihantinkan juga karena dimana anak-
anak tersebut hidup dalam zona kemiskinan, keterindasan,
ketakbedayan, kelemahan dan penderitaan yang terus
menurus.
Para orang tua, kaum terdidik dan masyarakat
keamanan seringkali di pusingkan oleh masalah yatim piatu
dan dhuafa yang nakal. Dari anak-anak yang terlahir atau
hidup sebagai yatim piatu dan dhuafa banyak ditemukan
kasus-kasus kenakalan, misalnya penyalahgunaan obat bius,
pemerkosaan, perampokan, perkelahian dan sebagainya.
Semua itu terjadi karena hilangnya sosok pembimbing agama
dalam kehidupan mereka untuk menciptakan karakter anak
10
Depag RI, (Al-Quran Al-Karim Dan Terjemah nya, 2000)
11
yang baik yang tidak melanggar norma-norma yang berlaku
di Indonesia.
Semua permasalahan diatas kembali kepada Karakter
yang tumbuh dan berkembang melalui lingkungan social
tempat tinggal anak yatim,piatu dan dhuafa itu sendiri. Atau
bahkan ada orang tua yang hanya terfokus pada pendidikan
formal dan pada ekonomi kehidupan saja sehingga tumbuh
kembang anak yatim piatu dan dhuafa menjadi buruk
sehingga disebut dengan anak yatim piatu dan dhuafa yang
demikian nakalnya, adalah yatim yang tiada mengenal
pendidikan karakter.
Pada dasarnya di Indonesia Pendidikan Karakter
sudah diterapkan dalam pendidikan formal seperti sekolah
sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter
namun dalam penerapannya dirasa kurang cukup untuk
menjadi dasar yang kuat untuk tumbuh kembang karakter
anak yatim,piatu serta dhuafa menjadi sosok anak yang baik
karena tidak semua anak yatim piatu dan dhuafa mengenyam
pendidikan formal banyak diantara mereka yang tidak
bersekolah atau bahkan putus sekolah sehingga tumbuh
kembang mereka lahir dari kondisi lingkungan mereka
sendiri.
Walaupun tidak sedikit pula anak yatim, piatu dan
dhuafa yang menyejukkan pandangan mata, karena
ketaatan,kesopanan dan tingkah lakunya yang baik dan selalu
12
berbuat kebaikan yang mencerminkan bahwa iya berkarakter
baik.
Secara lahir maupun batin anak yatim,piatu dan
dhuafa mengalami hambatan dalam perkembangan jiwanya
untuk menyesuaikan diri di masyarakat apalagi bagi mereka
yang dalam keadaan ekonomi rendah, perasaan mereka akan
bertambah minder karena selain tidak punya orang tua mereka
juga tidak punya apa-apa, mereka tidak punya sandaran dalam
hidup, hanya tinggal menerima kenyataan dalam mengarungi
kehidupan yang penuh tantangan ini .Tidak sedikit anak-anak
yang ditinggal kedua orang tuanya dan anak-anak yang
berasal dari keluarga kurang mampu tidak dapat melanjutkan
sekolah atau putus sekolah lantaran keadaan atau bahkan ada
yang bersekolahpun hanya sekedar bertatp muka diruang
pembelajaran saja seperti kelas tanpa menerapakn apa yang
mereka pelajari dikehidupan nyata. Akibatnya anak-anak
tumbuh dengan proses pendidikan seadanya. Melihat
fenomena seperti itu tidak banyak masyarakat yang peduli
hanya beberapa yang mau memikirkan masa depan anak-anak
yatim dan anak-anak yang kurang mampu (Dhuafa).
Bedasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di
atas, maka tidak diragukan lagi bahwasnya bimbingan agama
sangat penting bagi pembentukan karakter anak yatim piatu
dan dhuafa,sehingga penulis tertarik untuk mengupas lebih
jauh mana implementasi bimbingan agama dalam upaya
pembentukan karakter anak. selaras dengan uraian dan latar
belakang diatas hal inilah yang membuat penulis tertarik
13
untuk mengangkat sebuah judul “Implementasi Bimbingan
Agama Dalam Upaya Pembentukan Karakter Anak Di
Pondok Yatim Piatu Dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara Provinsi Dki Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan permasalahan yang ada di dalam
penelitian ini, penulis merasa penting untuk membatasi
masalah dalam penelitian agar pembahasan tidak kemana-
mana. Maka penulis hanya membatasi masalah pada :
a. Konsep Karakter
Karakter adalah kumpulan tata nilai yang terwujud dalam
suatu sistem daya dorong (daya juang) yang melandasi, sikap,
dan perilaku yang akan ditampilkan secara mantap. Karakter
mengacu pada serangkaian sikap (attitude), perilaku
(behaviours), motivasi (motivations), dan keterampilan,
(Skills11
), Dimana karakter dapat menjadi ciri khas pada
individu itu sendiri untuk dapat hidup bekerja sama, baik
dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat, bangsa dan
negara.
Sebagaimana telah ditetapkan dalam Panduan Pendidikan
Karakter (PPK) yang diterapkan di Indonesia maka Peneliti
membatasi permasalahan tersebut hanya mencakup beberapa
karakter dari seluruh karakter yang berada di PPK sebagai
berikut :
11 Syamsul Kurniawan., M.A, Pendidikan Karakter (Konsep,
Implementasi secara terpadu, di lingkungan sekolah, keluarga,perguruan
tinggi dan msyarakat), ( Jakarta; AR-RUZZ MEDIA, 2016), Cet ke-3, Hal. 29
14
1. Cinta Kepada Allah SWT.
2. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri,
3. Peduli dan Kerja Keras, 12
b. Bimbingan Agama
Sesuai dengan teori yang digunakan maka terfokus
dengan bimbingan agama menurut Arifin yang mengatakan
bahwa bimbingan agama adalah usaha pemberian bantuan kepada
orang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah
yang menyangkut kehidupan dimasa kini dan dimasa mendatang,
bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan
spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi
dengan kemampuan yang ada dirinya sendiri melalui dorongan
dengan kekuatan iman dan taqwanya kepada Allah.13
2. Perumusan Masalah
Bedasarkan Pembatasan masalah diatas maka peneliti
dapat merumuskan masalah, sebagai berikut :
a) Bagaimanakah strategi bimbingan agama yang digunakan
dalam upaya pembentukan karakter anak di Pondok
Yatim Daar El-Yaqin ?
b) Bagaimana hasil Implementasi Bimbingan Agama dalam
upaya pembentukan karakter anak di Pondok Yatim Daar
El-Yaqin ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
12
Prof. Dr. H. E Mulyasa, M.Pd. Manajemen Pendidikan Karakter,
( Jakarta; PT Bumo Aksara, 2018), Cet ke-6, Hal. 5
13
Ainur Rokhim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (UII
Press, Yogyakarta, 2001), Hal. 61
15
a. Untuk mengetahui Strategi Bimbingan Agama apakah
yang dipakai dalam upaya pembentukan karakter
anak di Pondok Yatim Daar El-Yaqin
b. Untuk mengetahui hasil Implementasi Bimbingan
Agama dalam upaya pembentukan karakter anak di
Pondok Yatim Daar El-Yaqin
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis:
1) Penelitian ini sebagai persyaratan tugas akhir dan
memperoleh kesarjanaan (S1) di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Mengembangkan khazanah pengetahuan di bidang
Bimbingan Agama serta Karakter Anak.
3) Hasil penelitian ini menjadi literatur dalam kajian
Bimbingan Agama bagi Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Khususnya Program Studi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam dalam melakukan Penyuluhan
Bimbingan Agama untuk Pembentukan Karakter
Anak .
b. Manfaat Praktis
1) Hasil dari penulisan ini dapat diterapkan di tempat
lain terutama tentang Implementasi Bimbingan
Agama dalam upaya Pembentukan Karakter Anak.
2) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi dalam meningkatkan kualitas
penyuluh agama dalam melaksanakan penyuluhan
16
agama yang berkaitan dengan Pembentukan
Karakter Anak.
3) Penelitian ini diharapkan menjadi bahan
rekomendasi untuk para penyuluh agama dan
lembaga sosial masyarakat yang memiliki
kepedulian terhadap anak yatim piatu dan dhuafa
dalam upaya pembentukan karakter mereka.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penulisan ini, peneliti menggunakan
metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang
mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata
(lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia,
serta peneliti tidak berusaha menghitung atau
mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh
dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka.14
Metode penelitian kualitatif ini menggunakan
pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif adalah
melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskriptif
yaitu terbatas pada gambaran data secara faktual. Data
diolah sedemikian rupa dan disajikan secara ringkas dan
sistematik sehingga mudah untuk dibaca dan dipahami
serta disimpulkan.15
Pendekatan deskriptif bertujuan
14
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2014), hal. 13. 15
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian Psikologi Edisi II,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hal. 6.
17
untuk pengumpulan informasi mengenai sejumlah besar
orang dengan mewawancarai segelintir orang dari
mereka.16
Metode yang digunakan adalah studi kasus dimana
merupakan penelitian yang ditemukan di banyak bidang,
khususnya evaluasi, dimana peneliti mengembangkan
suatu kasus, sering kali program, peristiwa, altivitas,
proses, atau satu individu atau lebih. Penelitian yang
dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam
terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau subjek
yan sempit.17
Untuk itu peneliti pada penelitian ini terjun
langsung ke lapangan guna mengamati situasi, orang-
orang atau perilaku yang berkaitan erat dengan tujuan
penelitian yaitu guna mengetahui mengenai Implementasi
Bimbingan Agama Dalam Pembentukan Karakter Anak
Di Pondok Yatim Piatu Dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara Provinsi Dki Jakarta
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini di Kampung, Malaka 4,
Jalan Rorotan IV No.63, RT.007/RW.006, Kelurahan
Rorotan, Kecamatan Cilincing, Kota Jakarta Utara,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Kode Pos (14140).
16
James Black dan Dean Champion, Metode dan Masalah Penelitian
Sosial, (Bandung: PT. Eresco, 1992), hal. 73. 17
John W. Creswell, Research Design, ( Yogjakarta, Pustaka Belajar,
2016), Hal. 19
18
Observasi Awal dilakukan pada 12 November 2019 pada
pukul 11.00 WIB.
Alasan penulis mengambil lokasi tersebut sebagai
tempat penelitian, adalah:
1) Tempat penelitian merupakan lembaga independen
non partisipan yang didirikan oleh Bapak Ustad
Muhammad Sholeh, As Syaidi, S.Ag
2) Tempat tersebut merupakan sebuah lembaga sosial
masyarakat untuk membantu mayarakat yang
kurang beruntung terkhusus untuk para yatim, piatu
dan dhuafa.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga)
bulan. Mulai bulan Januari 2020 sampai dengan April
2020.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini ditentukan secara
sengaja yang terdiri dari :
1. Anak Yatim
2. Anak Piatu
3. Anak Dhuafa
Adapun dalam penelitian ini yaitu,3 orang anak
yatim, dan 3 orang anak duafa, 2 orang anak piatu,
yang sedang berproses dan mensupport dalam
menjalankan berbagai macam program pembinaan
agama serta yang sedang membentuk karakter anak itu
19
sendiri di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa karena
dengan pertimbangan peneliti mereka adalah orang
yang dianggap lebih tahu tentang apa yang peneliti
harapakan, sehingga akan memudahkan peneliti untuk
menjalankan obyek atau situasi social yang diteliti,
berlangsung sesuai dengan waktu penelitian yang
peneliti lakukan yakni bulan Januari sampai dengan
April 2020 .
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Implementasi
Bimbingan Agama dalam upaya pembentukan karakter
anak di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-Yaqin
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan peneliti ini adalah metode
penelitian kualitatif dimana dalam penelitian kualitatif
teknik pengumpulan data sangatlah penting. Karena
pengumpulan data dalam kegiatan penelitian mempunyai
tujuan untuk mengungkap fakta empirik mengenai
variabel yang diteliti dan tujuan utamanya untuk
memperoleh data yang ingin didapatkan oleh peneliti.
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan:
a. Observasi
Dalam observasi peneliti mengetahui sesuatu yang
sedang terjadi atau yang sedang dilakukan, peneliti
merasa perlu untuk melihat sendiri kelokasi,serta
mendengarkan sendiri atau merasakan sendiri dari apa
yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan dengan
20
menggunakan teknik pengumpulan data observasi
terlibat.18
Dalam hal ini peneliti melalukan pengamatan
cara pembimbing agama dalam pembentukan karakter
anak dimana seharusnya peran ini dilakukan oleh kedua
orang tua namun anak-anak ini tidak dapat
menikmatinya, peneliti mengamati langsung bagaimana
Implementasi Bimbingan Agaama dalam upaya
pembentukan karakter anak di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa . Di sini peneliti menjadi bagian dalam kehidupan
serta lingkungan yang diteliti. Setelah melakukan
observasi terlibat, penulis menuangkan apa yang telah
dialami dari hasil pengamatan mengenai penelitian dan
dituangkan ke dalam skripsi sesuai dengan apa yang
dibutuhkan. Dan observasi awal ini penulis lakukan
selama 3 (Tiga) kali yaitu pada hari selasa, tanggal 12
November 2019. Kemudian hari kamis 19 Desember
2019 dan yang terakhir Sabtu 4 Januari 2020.
b. Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic
tertentu19
Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab
dengan tatap muka anatara pewawancara (interviewer)
18
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2014), hal. 21. 19
Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D
(Bandung: CV. Alfabeta, 2009) Cet ke- 8, hal 231
21
dan yang diwawancarai (interviewee) tentang masalah
yang diteliti, di mana pewawancara bermaksud
memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang
diwawancarai yang relevan dengan masalah yang
diteliti.20
Dengan wawancara penulis bisa mendapatkan
informasi, memperoleh data, dan dapat menggali apa saja
yang belum diketahui dan dialami oleh seseorang atau
subjek yang sedang diteliti dengan menyiapkan
pertanyaan yang akan diajukan sesuai data yang ingin
didapatkan oleh peneliti. Wawancara dilaksanakan
dengan petunjuk umum yang memuat garis besar pokok-
pokok penelitian. Waktu, tempat dan konsep pertanyaan
wawancara disesuaikan dengan kondisi responden.
Dalam penelitian ini yaitu 3 orang anak yatim,2 orang
anak piatu 3 orang anak duafa.
Responden dalam penelitian ini adalah orang-orang
yang mendukung peneliti untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan yang diantaranya terdiri dari Pimpinan
Pondok, pembimbing,anak yatim piatu, serta anak dhuafa
dan orangtua yang berada di pondok yatim piatu dan
dhuafa daar el-yaqin.
c. Dokumentasi
Disamping penggunaan teknik observasi dan
wawancara dalam proses pengumpulan data penelitian,
teknik pengambilan data dalam dokumentasi ini perlu
20
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 162.
22
peneliti lakukan dengan mengumpulkan bahan tertulis
seperti berita di media Online seperti Sosial Media
Facebook,website milik pondok dll, notulen-notulen rapat,
surat menyurat dan laporan-laporan untuk mencari
informasi yang diperlukan. Pengumpulan dokumen ini
dilakukan untuk mengecek kebenaran atau ketepatan
informasi yang diperoleh dari hasil melakukan
wawancara. Pengambilan data dalam dokumen diambil
dari sumber dokumen yang tersedia di Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa Daar El-Yaqin, foto-foto kegiatan
bimibingan agama dan pembinaan karakter, serta website
lain dari internet yang mendukung dan buku-buku yang
terkait dengan penelitian dan yang lainnya termasuk
semua data yang dihimpun selama melakukan penelitian
dalam menganalisi metode atau teknik pembimbing
agama terhadap pembentukan karakter anak dilokasi
penelitian.
5. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu data primer dan data sekunder.
A. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh oleh
peneliti langsung dari subjek penelitian dengan
menggunakan alat pengambilan data.melalui wawancara
dengan pihak terkait dan subjek penelitian itu sendiri yang
berda di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-Yaqin
tersebut.
23
B. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui
pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari
subjek penelitiannya.21
Untuk data primer, sumber
datanya diperoleh langsung dari informan. Dan untuk data
sekunder diperoleh dari buku-buku, literatur, brosur, dan
artikel yang memiliki relevansi terhadap objek penelitian
ini.22
6. Analisis Data
Analisis telah mulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan
berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian23
Analisis data yaitu proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan
diinterpretasikan. Analisis data dalam penelitian kualitatif
yaitu aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus
selama penelitian berlangsung, dilakukan mulai dari
mengumpulkan data sampai pada tahap penulisan
laporan.24
Jadi setelah data terkumpul dari hasil observasi
dan wawancara, data diolah, dianalisa dan ditulis dalam
bentuk laporan kualitatif, untuk menggambarkan
21
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada,2014), hal. 132. 22
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada,2014), hal. 132. 23
Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D
(Bandung: CV. Alfabeta, 2009) Cet ke- 8, hal 245 24
Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian
Survei, (Jakarta: LP3ES, 1995), Cet. Ke-1, hal. 23.
24
Akses dan Membuat Hubungan
(2)
Penentuan Informan
(3)
Pengumpulan Data
(4)
Merekam Informasi
(5)
Memilih data
(6)
Menyimpan Data
(7)
Menentukan Lokasi
(1)
bagaimana Implementasi bimbingan agama dalam upaya
pembentukan karakter anak di pondok yatim piatu dan
dhuafa daar el-yaqin tersebut. Dalam hal ini peneliti
melakukan analisis data dengan menggunakan lingkaran
prosedur pengumpulan data.
Gambar 1.1: Lingkar Prosedur Pengumpulan
Data25
25
Gun Gun Heryanto, Diskursus Islam Nusantara di Media Online.
(Jakarta: Lasswell Visitama, 2016), hal. 18.
25
Guna memperkuat teknik analisis tersebut maka
dalam hal ini peneliti menggunakan tahapan analisis
menurut Creswell.26
a. Mempersiapkan dan mengorganisasikan data untuk
dianalisis. Langkah ini melibatkan transkrip
wawancara, scanning materi, mengerti data lapangan
atau memilah-milah dan menyusun data ke dalam
jenis-jenis yang berbeda tergantung sumber informasi.
b. Mengeskplorasi dan pengkodean data. Dalam tahap
ini, menulis catatan-catatan khusus atau gagasan-
gagasan umum tentang data yang diperoleh. Atau
melakukan reduksi data dan keabsahan data dari hasil
wawancara sesuai kebutuhan dan hal-hal penting saja.
c. Menganalisis lebih detail dengan mengkoding data.
Koding merupakan proses mengolah materi atau
informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum
memaknainya.
d. Menerapkan proses koding untuk mendeskripsikan
setting, orang-orang, kategori, dan tema-tema yang
akan dianalisis serta menyajikan data secara
keseluruhan.
e. Memvalidasi akurasi hasil penelitian.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam penentuan judul skripsi ini, peneliti melakukan
tinjauan kajian terdahulu untuk menghindari adanya
26
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed, (Yogyakarta: Penerbit Bintang, 2010), hal . 274-276.
26
plagiarisme. Peneliti menelaah terlebih dahulu agar tidak
adanya kesamaan dari skripsi yang penulis buat dengan
skripsi sebelumnya.
Skripsi Yang Peneliti Jadikan Tinjauan Kajian
Terdahulu Yaitu, “Implementasi Bimbingan Agama Dalam
Meningkatkan Kesadaran Beribadah Pada Warga Binaan
Sosial (WBS)” Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2
Ceger Jakarta Timur27
Tinjauan kajian selanjutnya masih ditinjau dari skripsi
yang ditulis oleh Dian Melani “Implementasi Bimbingan
Agama Islam Dalam Pembentukan Moral Anak Dipanti
Asuhan Darul Hadlonah Purbalingg” 28
.
Tinjauan kajian selanjutnya, masih diambil dari skripsi
yang ditulis oleh Dwi Ajar Nurjayanti “Implementasi
Bimbingan Agama Islam Untuk Membentuk Akhlakul
Karimah Anak Panti Asuhan Kafalatul Yatama Karonsih
Ngaliyan Semarang”29
.
Tinjauan selanjutnya , peneliti meninjau dari skripsi
yang ditulis oleh Nurhasanuddin “Metode Bimbingan Islam
27
Syifa Amalia,“ Implementasi Bimbingan Agama dalam
Meningkatkan Kesadaran Beribadah pada Warga Binaan Sosial (WBS) Di
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger, Jakarta Timur”,(Skripsi S1:
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2015). 28
Dian Melani“Implementasi Bimbingan Agama Islam Dalam
Pembentukan Moral Anak Dipanti Asuhan Darul Hadlonah
Purbalingg”(Skripsi S1: Fakultas Dakwah, IAIN PURWOKERTO, 2017). 29
Dwi Ajar Nurjayati “Implementasi Bimbingan Agama Islam Untuk
Membentuk Akhlakul Karimah Anak Panti Asuhan Kafalatul Yatama Karonsih
Ngaliyan Semarang” (Skripsi S1: Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN
Walisongo Semarang, 2018).
27
Dalam Pemahaman Al-Qur’an Pada Anak Yatim Di Pondok
Pesantren Himmaturrijal Bekasi”. 30
Tinjauan terakhir,
peneliti meninjau dari skripsi yang ditulis oleh Nurhasanah
“Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak Panti
Asuhan Putra Muhammadiyah Cabang Medan Kota”31
.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti berpedoman
kepada Surat Keputusan (SK) Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatillah Jakarta Nomor : 507 Tahun 2017,
tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulaah
Jakarta, tertanggal 14 Juni Tahun 2017. Berdasarkan SK
yang dikeluarkan oleh Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut, skripsi terdiri dari VI
(enam) BAB. Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan kajian
terdahulu, kerangka berfikir dan sistematika
penulisan
30
Nurhasanuddin “Metode Bimbingan Islam Dalam Pemahaman Al-
Qur’an Pada Anak Yatim Di Pondok Pesantren Himmaturrijal Bekasi”.
(Skripsi S1: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2012).
31
Nurkhasanah “Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak
Panti Asuhan Putra Muhammadiyah Cabang Medan Kota” (Skripsi S1:
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sumatera Utara Medan, 2017).
28
BAB II LANDASAN TEORI
Landasan teori merupakan bagian yang
menjelaskan tentang pengertian-pengertian yang
yang dibahas dengan penelitian ini, antara lain
yang berisikan teori Implementasi, bimbingan,
agama, karakter. dan anak.
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK YATIM
PIATU DAN DHUAFA DAAR EL-YAQIN MALAKA
JAKARTA UTARA PROVINSI DKI JAKARTA
Pada bagian ini penulis akan menguraikan profil
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-Yaqin
yang terdiri dari sejarah berdirinya, visi dan misi,
struktur organisasi, motto dan fungsi, sasaran
bimbingan dan pelayanan sarana prasarana serta
tujuan dan program-program yang ada di . Pondok
Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-yaqin Malaka
Kota Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bagian ini membahas data dan temuan
penelitian yaitu identifikasi informan dan temuan
hasil penelitian yang berisikan tentang
Implementasi Bimbingan Agama dalam Upaya
Pembentukan Karakter Anak di Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa Daar El-Yaqin yang berisikan
tentang hasil implementasi pembimbing agama
dalam penerapan karakter pada anak yatim piatu
dan dhuafa,strategi pembimbing dalam
29
menerapkan bimbingan agama untuk pembentukan
karakter anak dilokasi penelitian tersebut.
BAB V PEMBAHASAN
Bagian ini berisi uraian pembahasan mengenai
analisis dari teori dan hasil penelitian, yaitu
analisis Strategi bimbingan agama yang diterapkan
dalam upaya pembentukan karakter anak di
Pondok Yatim Daar El-Yaqin serta hasil
Implementasi Bimbingan Agama dalam upaya
pembentukan karakter anak di Pondok Yatim Daar
El-Yaqin
BAB VI PENUTUP
Merupakan bab terakhir dalam skripsi yang
menguraikan tentang kesimpulan penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti dan berisikan saran-
saran yang diajukan pihak-pihak terkait dalam
masalah ini untuk menambahkan informasi dalam
penyusunan skripsi ini.
30
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Implementasi Bimbingan Agama
1. Pengertian Implementasi Bimbingan Agama
Kata implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia
diartikan pelaksanaan, penerapan1. Dimana kata penerapan itu
sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses,
cara, perbuatan untuk menerapkan suatu hal2. Implementasi
merupakan tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang
disusun secara matang dan terperinci.Sumber lain menyebutkan
bahwa penerapan adalah menggunakan ilmu yang kita miliki
untuk mengatasi suatu masalah yang timbul3. Artinya,
memanfaatkan ilmu yang telah diperoleh untuk membuat suatu
solusi pada sebuah masalah. Jadi dapat disimpulkan bahwa
implementasi adalah penerapan ilmu yang sudah didapatkan
untuk membuat solusi pada sebuah masalah.
Menurut Van Meter & Van Horn yang mengatakan bahwa
Implementasi adalah “pelaksanaan individu, pejabat, intansi
pemerintah maupun kelompok swasta dengan tujuan untuk
menggapai cita-cita yang telah digariskan dalam keputusan
tertentu. Pedapat lain menurut Nurudin Usman Implementasi
1 Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan,Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995) 2 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
Cet ke-3 3 Socrates, Menepis Impian, (Yogyakarta: Media Abadi, 1994), Jilid 2, Hal
89
31
adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya
mekanisme suatu system, implementasi bukan sekedar aktivitas
tetapi suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan
kegiatan.4 Guntur Setiawan Berpendapat bahwa Implementasi
adalah Perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses
interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainnya dan
memerlukan jaringan pelaksana birokrasi yang efektif.5
Setelah penulis menyimak beberapa pengertian
implementasi menurut para ahli diatas, penulis lebih condong ke
pengertian implementasi menurut menurut Van Meter & Van
Horn yang mengatakan bahwa Implementasi adalah “pelaksanaan
individu, pejabat, intansi pemerintah maupun kelompok swasta
dengan tujuan untuk menggapai cita-cita yang telah digariskan
dalam keputusan tertentu begitu juga dengan halnya karakter .
Dimana karakter sendiri merupakan nilai-nilai yang terpatri
dalam diri seseorang melalui pendidikan, pengalaman, percobaan,
pengorbanan, dan pengaruh lingkungan, tentu karakter tidak
datang dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk, ditumbuh
kembangkan, dan dibangun baik dalam lingkungan keluarga
maupun sosial bermasyarakat, untuk sama sama menggapai suatu
tujuan baik dalam hidupnya untuk itu harus dimulai dengan
penanaman karakter dalam diri. jika dihubungkan pengertian
tersebut dengan judul penulis, maka fokus penulis adalah pada
4 Nurudin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Grasindo,
(Jakarta 2002) Hal.70 5 Guntur Setiawan Implementasi dalam Birokrasi Perkembangan, Balai
Pustaka (Jakarta, 2004), Hal.39
32
anak dimana segala perilaku dan sikap yang dilihat itu menjadi
wadah pembelajaran untuk ditiru maka dsini sangat jelas bahwa
adanya orang lain yang membantu dalam membimbing
pembentukan karakter itu maka nantinya akan tercapai tujuan
yang diinginkan yaitu menjadi generasi muda yang berkarakter
islami.
2. Bimbingan Agama
Bimbingan adalah arahan, tuntunan 6. Bimbingan adalah
suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara terus
menerus (continue), supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan diri dan dapat
bertindak wajar sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga dan masyarakat. 7Istilah bimbingaan
merupakan alih bahasa dari istilah Inggris guidance. Dalam
kamus bahasa Inggris guidance dikaitkan dengan kata asal guide,
yang diartikan sebagai berikut; menunjukkan jalan (showing the
way), memimpin (leading);menuntun (conducting); memberikan
petunjuk (giving instruction); mengatur (regulating);
mengarahkan (governing); memberikan nasehat (giving advice)8.
Pengertian yang hampir sama pula dikatakan bahwa
bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa inggris yaitu
guidance yang berasal dari kata kerja to guide yang berarti
bantuan atau tuntunan. Pengertian bimbingan adalah menunjukan
6Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental (Jakarta: Gunung Agung, 2006), Hal. 11
7 Andi Mapiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Surabaya :
Usaha Nasional, 1984), Hal.127-128 8 Prof. Dr. H. Ramayulis, Bimbingan Konseling Islam, Kalam Mulia (Jakarta,
2016), Hal. 106
33
memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang
lebih bermanfaat bagi hidupnya dimasa kini dan masa yang akan
dating9
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata
“guidance”. Bimbingan dalam arti “guidance” menunjukkan pada
dua hal, yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu sebagaimana
dikatakan oleh W.S Wingkel adalah:
1. Memberi informasi, yakni memberikan petunjuk, bahkan
memberikan nasihat kepada seseorang atau kelompok.
Maka atas dasar pengetahuan tersebut, orang dapat
menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
2. Menuntun atau mengarahkan kepada sesuatu tujuan yang
akan dituju, yang mungkin tempat tersebut hanya
diketahui orang yang menuntun saja10
Secara Terminologi pengertian bimbingan banyak para ahli
yang memberikan definisi, namun demikian definisi yang
diberikan oleh para ahli tentang pengertian bimbingan itu
mempunyai titik persamaan pokok, yaitu bahwa bimbingan
adalah suatu usaha untuk membantu individu dalam mengadakan
penyesuaian diri terhadap lingkungan, baik lingkungan keluarga,
sekolah maupun lingkungan masyarakat.11
Menurut Rachman Natawidjaja, dalam bukunya Salcha
9M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama,
Jakarta: PT Golden Terayon Pres, 1994, Hal. 1 10
W.S. Wingkel, FKIP, IKIP, Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah, (Jakarta: P.T Gramedia, 1999), Hal. 18 11
Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama Di
Sekolah Dan Luar Sekolah, ( Bulan Bintang, Jakarta: 1997 ) Hal. 18.
34
Hatras yang berjudul “ Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling”,
makna bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara terus menerus, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup
mengarahkan diri dan bertindak wajar sesuai dengan tuntunan dan
keadaan sekolah, lingkungan, keluarga dan masyarakat, dengan
demikian mereka dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta
dapat memberikan sumbangan yang berarti kapada kehidupan
masyarakat umumnya12
Bimbingan menurut Stopps adalah suatu proses yang terus
menerus dalam membantu perkembangan individu untuk
mencapai kemampuannya secaramaksimal dalam mengarahkan
manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi
masyarakat.13
Menurut Crow and crow Bimbingan dapat diartikan sebagai
bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita,
yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai,
kepada seseorang yang baik dan pendidikan yang memadai,
kepada seseorang individu dari setiap usia untuk menolongnya
mengemudikan kegiatan- kegiatan hidupnya sendiri. Membuat
pilihan sendiri dan memikul beban sendiri.14
Menurut Mohamad Surya Bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari
12
Prof. Dr. H. Ramayulis, Bimbingan Konseling Islam, Kalam Mulia
(Jakarta, 2016), Hal. 106 13
Ibid, Hal. 107 14
Hallen, Bimbingan dan Konselling, ( Jakarta : Ciputat Pers, 2002) Hal.4
35
pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kesejahteraan
hidupnya klien.15
Peneliti menggunakan landasan teori bimbingan berdasarkan
teori shertzer dan stone “bimbingan adalah pertolongan yang
diberikan kepada individu atau kelompok yang biasanya sedang
mengalami perkembangan dan pertumbuhan mental,social,
intelektual, fisik, emosi, kejiwaan, serta kerohanian”.16
Berdasarkan dari apa yang dikemukakan diatas.Dapat ditarik
kesimpulan mengenai pengertian bimbingan sebagai berikut :
Pertama : Bimbingan merupakan suatu proses yang
berkelanjutan ini mengandung pengertian bahwa bimbingan itu
bukan suatu kegiatan yang dilaksanakan atau dilakukan secara
kebetulan melainkan suatu kegiatan yang dilakukan secara
sistematis, berencana, berkelanjutan dan terarah kepada suatu
tujuan.
Kedua : Bimbingan merupakan suatu proses membantu
karena sifatnya hanya bantuan maka bimbingan tidak memaksa
melainkan membantu menolong mengarahkan individu kearah
suatu tujuan yang sesuai dengan potensi secara maksimal.
Ketiga: Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada individu yang memerlukan dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya, bimbingan memberikan bantuan kepada setiap
individu, baik anak, remaja maupun orang dewasa.
15
Moh. Surya, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konselling , ( Yogjakarta,
1998), Hal. 12 16
Syamsul Yusuf dan A Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan
Konselling, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya), Hal.6
36
Keempa :Bantuan yang diberikan adalah agar individu
dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan
potensi / kemampuannya.17
Setelah penulis menyimak beberapa pengertian bimbingan
menurut para ahli diatas dan sudah menarik beberapa kesimpulan
maka, penulis lebih condong ke pengertian bimbingan menurut
menurut landasan teori bimbingan berdasarkan teori shertzer dan
stone “bimbingan adalah pertolongan yang diberikan kepada
individu atau kelompok yang biasanya sedang mengalami
perkembangan dan pertumbuhan mental,social, intelektual, fisik,
emosi, kejiwaan, serta kerohanian.” Untuk mencapai satu tujuan
yang ingin diteliti yaitu membentuk karakter anak yang dimana
tidak seperti anak awam pada umumnya yang memiliki keluarga
utuh.dengan penerapan bimbingan agama sebagai landasan
karakter anak tesebut menjadikan tumbuh kembang anak tersebut
menjadi generasi yang berkarakter islami.
Kata “agama” berasal dari bahasa sanksakerta, serta
terbentuk dari dua akar suku kata yakni “a” yang berarti tidak,
dan “gama” yang berarti kacau. Hal ini mengandung pengertian
bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan
manusia agar tidak kacau sesuai dengan aturan–aturan yang ada
didalamnya18
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia,
pengertian agama adalahsegenap kepercayaan (kepada Tuhan,
17
Muhammad Surya, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, (Teori Dan
Konsep), (PTKota Kembang, Yogyakarta: 1988) Hal. 12 18
Dadang Rahmad, Sosiologi Agama, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000
), Hal.13
37
dewa, dan sebagainya) serta dengan ajarankebaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu19
Agama dalam kamus besar bahasa Indonesia agama diartikan
kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu20
.
Sedangkan arti agama sendiri menurut Harun Nasution seperti
yang dikutip Jalaludin, Pengertian agama menurut asal kata al-
Din, religi (relegere, religare) dan agama21
Religi (belanda) Religion(inggris) yaitu hubungan antara
dengan sesuatu kekuasaan luar lain dan lebih dari apa yang di
alami oleh manusia, atau bagian yang dianggap “suci” yang
mendatangkan rasa tunduk manusia kepadanya, dan
memperlakukan dengan penuh hikmah serta menarik manusia
kepadanya.22
Al-Din dalam bahasa Arab mengandung arti menguasai,
mendudukan, patuh, utang, balasan, kebiasaan23
. Sedangkan dari
kata religi (latin) berarti mengupulkan dan membaca24
. Adapun
19
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2006), Cet. Ke-3. Edisi ke- III. Hal. 10-11. 20
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1998), Cet. Ke-1, Hal. 9 21
Jalaludin , Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998),
Cet ke- 3, Hal 1 22
Hankel, Insklopedia Indonesia, ( Ihtiar Baru, Van Bove, Jakarta: 1982 )
Hal. 852 23
Dr. Mardani, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2017), Hal. 2 24
Jalaludin , Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Rajawali Pres, 2016), Edisi
Revisi Cetakan 18 , Hal 223
38
kata agama terdiri dari a=tidak; gam=pergi, berarti mengandung
arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun.25
Sedangkan pengertian agama sebagai suatu istilah yang
dipakai sehari-hari sebenarnya bisa dilihat dari dua aspek yaitu:
1. Aspek subyektif (pribadi manusia), agama mengandung
pengertian tentang tingkah laku yang dapat mengatur dan
mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan
antara manusia dengan tuhannya dan pola hubungan
masyarakat serta alam sekitarnya
2. Aspek obyektif (Doctrines), agama dalam pengertian ini
mengandung nilai-nilai ajaran tuhan yang bersifat menuntut
manusia ke arah tujuan manusia sesuai dengan kehendak
ajaran tersebut. Agama dalam pengertian ini belum masuk
ke dalam batin manusia atau belum membudaya dalam
tingkah laku manusia. Oleh karena itu secara formal agama
dilihat dari aspek obyektif ini dapat diartikan sebagai
“peraturan yang bersifat ilahi (dari tuhan) yang menuntun
orang berakal budi kearah ikhtiar untuk mencapai
kesejahteraan hidup di dunia dan memperoleh kebahagiaan
hidup di akhirat.
Sedangkan menurut Sidi Ghazalba agama adalah
kepercayaan dan hubungan manusia dengan yang maha kuasa,
dihayati dengan hakekat yang gaib, hubungan yang mana
25
Ibid, Hal. 12
39
menyatakan diri dalam bentuk serta sistem kultus dan sikap hidup
berdasarkan doktrin tertentu.26
Sedangkan menurut Harun Nasution bahwa agama adalah:
a) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan
kekuatan ghaib yang harus di patuhi.
b) Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang mengakui
manusia.
c) Mengikatkan diri kepada suatu bentuk hidup yang
mengandung pengakuan kepada sumber yang berada di luar
diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia.
d) Kepercayaan terhadap suatu kekuatan ghaib yang
menimbulkan cara hidup tertentu.
e) Suatu sistem tingkah laku manusia yang berasal dari
kekuatan ghaib.
f) Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang
diyakini bersumber dari kekuatan ghaib.
g) Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari
perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan
misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
h) Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui
seorang rasul.27
26
Rozak Nasrudin, Dianul Islam, ( Al-Ma’arif Cet 10, Bandung: 1989 ) Hal.
60-61. 27
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta: UI Pers,
1979), jilid 1, Hal. 10
40
Sedangkan Agama menurut para ahli sebagai berikut : 28
a) Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan
kepatuhan yang terkadang biasa diartikan sebagai
pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan akhirat).
b) Menurut Quraish Shihab, agama adalah hubungan antara
makhluk dan khalik. Hubungan ini mewujudkan dalam
sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang
dilakukannya dan tercermin dalam sikap kesehariannya.
c) Menurut James Martineaun, agama adalah kepercayaan
kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan
kehendak Ilahi yang mengatur alam semesta dan
mempunyai hubungan moral dengan umat manusia.
d) Menurut Herbert Spencer, agama adalah pengakuan bahwa
segala sesuatu adalah manifestasi dari kuasa yang
melampaui pengetahuan kita.
Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia.
Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi , motivasi dan
membantu manusia untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang
sakral.
Setelah penulis menyimak beberapa pengertian agama menurut
para ahli diatas, penulis lebih condong ke pengertian agama
menurut Menurut James Martineaun, agama adalah kepercayaan
kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak
Ilahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan
28
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1998),
cet.ke-3, Hal.13
41
moral dengan umat manusia. Poin yang paling utama dalam
penelitian ini adalah bagaiamana anak bisa menanmkan jiawa
kesilaman dalm dirinya agar bisa menjalankan kehidupan sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan oleh agama islam dan tidak
keluar dari koridor yang telah ditetapkan.
Maka setelah diketahui pengertian baik mengenai bimbingan,
maupun agama, selanjutnya akan dijelaskan tentang definisi
bimbingan agama yaitu bantuan atau pertolongan kepada orang
lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam
lingkungan hidupnya, agar mengadakan reaksi agama yang timbul
dengan kesadaran yang diharapkan dapat mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat. Arifin mendefinisikan bimbingan
agama sebagai berikut:
Bimbingan agama adalah usaha pemberian bantuan kepada
orang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah
yang menyangkut kehidupan dimasa kini dan dimasa mendatang,
bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan
spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi dengan
kemampuan yang ada dirinya sendiri melalui dorongan dengan
kekuatan iman dan taqwanya kepada Allah29
Tujuan dari bimbingan agama secara umum yaitu untuk
meningkatkan dan menumbuh-suburkan kesadaran manusia
tentang eksistensinya sebagai makhluk Allah. Disamping itu pula
29
Ainur Rokhim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (UII Press,
Yogyakarta, 2001), Hal. 61
42
tujuan yang lainnya untuk membantu pihak yang dibimbing agar
mempunyai kesadaran untuk mengamalkan ajaran agama Islam.30
Kemudian tujuan yang masih bersifat umum tersebut, dapat
lebih dijelaskan menjadi lebih khusus, yaitu :
a) Menanamkan rasa keagamaan
b) Memperkenalkan ajaran-ajaran Islam
c) Melatih untuk menjalankan ajaran-ajaran Islam
d) Membiasakan berakhlak mulia
e) Mengajarkan al-Qur’an31
.
Tujuan lain dari Bimbingan Agama adalah :
1. Bimbingan Agama dimaksudkan untuk untuk
membantu pihak yang terbimbing agar mempunyai
religious reference (sumber pegangan) dalam
pemecahan masalah-masalah kehidupan.
2. Bimbingan Agama yang ditujukan kepada pihak yang
melakukan bimbingan agar dengan kesadaran dan
kemauan bersedia mengamalkan ajaran Islam.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari bimbingan Agama
adalah untuk memberikan tuntunan tentang ajaran agama Islam
sebagai sumber pegangan. Dengan demikian mereka dapat
terbentuk karakter dirinya sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dalam menjalankan bimbingan agama maka diperlukan teknik
yang perlu dilaksanakan diantaranya adalah :32
30
HM. Arifin, Pokok-Pokok tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Hal. 29 31
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya, Al Ikhlas,
1983), Hal.60
43
1. Teknik bil-mauidzoh: menunjukkan contoh yang benar,
supaya orang mengikuti dengan mudah, dikarenakan
kemampuan logikanya sulit menerima bila hanya berupa
penjelasan atau teori yang masih baku (tekstual).
2. Teknik ceramah: penjelasan yang bersifat umum, cara ini
lebih efektif diberikan dalam bimbingan kelompok (group
guidance). Tetapi konselor harus menyesuaikan apa yang
akan disampaikan sesuai dengan kondisi orang yang
beragam.
3. Teknik diskusi atau tanya jawab: kelebihan teknik ini,
orang bisa menyampaikan semua yang dirasakan secara
luas, sehingga pembimbing mampu memberikan jawaban
yang tepat.
4. Teknik persuasif: yaitu berupa dorongan yang positif,
santai, hiburan yang mendidik, sehingga orang termotivasi
untuk melaksanakan saran dan nasihat dari pembimbing
dengan senang hati.
5. Teknik lisan: melalui pesan langsung yang disampaikan
dengan ucapan atau kata-kata, dengan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti.
6. Teknik tulisan: adalah cara bimbingan atau bantuan yang
diberikan pembimbing pada orang yang terbimbing
melalui tulisan, bisa dengan pesan yang mengandung
hikmah maupun cerita-cerita. Ada sebagian orang yang
32
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syahid, 2008), Hal. 120-137
44
terkesan dengan membaca tulisan karena bisa lebih
menghayati dan meresapi secara mendalam, dibanding
mendengarkan kata-kata langsung (lisan).
7. Teknik bil-yadi (kekuasaan): adalah melalui wibawa
karismatik atau pengaruh personal yang dimiliki
pembimbing. Ada sebagian orang yang memperhatikan
siapa pembimbingnya, baru mau patuh dengan arahannya.
Dengan demikian, puncak dari semua teknik yang sudah
dipaparkan di atas ialah menjadikan orang sadar terhadap potensi
dan kemampuan diri mereka dan menjadikan dirinya berkarakter
baik sesuai dengan koridor yang diajakarkan Agama Islam, serta
menyadarkan bahwa tugas dan kewajiban meraka terhadap Sang
Pencipta (al-Khaliq).
B. Karakter Anak Yatim Piatu dan Dhuafa
1. Pengertian Karakter
Menurut Kamus Modern Bahasa Indonesia, Karakter adalah
watak, tabiat, bawaan,kebiasaan. Watak adalah sifat batin
manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku,
budi pekerti dan tabiat.33
Menurut Whyne karakter adalah “kumpulan tata nilai yang
mewujudkan dalam suatu sistem daya dorong (daya juang) yang
melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang akan ditampilkan
secara mantap. Karakter merupakan aktualisasi potensi dari
33
Sofwan Amri, S.Pd, Implementasi Pendidikan Karakterd dalam
Pembelajaran (Jakarta: Prestasi Pusaka Karya. 2011), Hal . 42
45
dalam dan internalisasi nilai-nilai moral dari yang menjadi
bagian kepribadian seseorang”. 34
Karakter, menurut Stephen R. Covey, adalah hasil
pembiasan dari sebuah gagasan dan perbuatan. Dalam sebuah
pernyataan disebutkan “Taburlah gagasab, tuailah perbuatan.
Taburlah perbuatan, tuailah kebiasaaan. Taburlah kebiasaan,
tuailah karakter”. Karenanya, karakter terbentuk melalui
perjalanan hidup seseorang.35
Karakter, menurut Thomas Likona yaitu menegtahui
kebaikan, mengingatkan kebaikan, dan melakukan segala sesuatu
yang baik.36
Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri
seseorang melalui pendidikan, pengalaman, percobaan,
pengorbanan, dan pengaruh lingkungan, tentu karakter tidak
datang dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk, ditumbuh
kembangkan, dan dibangun.37
Ada yang mengatakan bahwa karakter adalah nilai-nilai yang
khas baik(Tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata dalam
34
Maksudin, Pendidikan Karakter Non- Dikotomik (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2013), Hal . 3 35
Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Pendidikan ;
Pengembangan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran, 2010), Hal 134 36
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, Pendidikan Karakter Landasan, pilardan
Implemetasi (Jakarta: Kencana. 2016),Cetakan ke-2 Hal . 7 37
Prof. Dr. H. E Mulyasa, M.Pd. Manajemen Pendidikan Karakter, ( Jakarta;
PT Bumo Aksara, 2018), Cet ke-6, Hal. 19
46
kehidupan baik, dan berdampak baik dalam lingkungan) yang
terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. 38
Ada pula yang mengatakan bahwa karakter adalah sesuatu
yang baik, misalnya terkait dengan sikap jujur, toleransi, kerja
keras, adil dan amanah, akan tetapi apabila, tanpa disertai dengan
Iman yang kuat kepada Allah Swt sebagai Sang Pencipta, maka
karakter tersebut nantinya dapat melampai batas-batas ajaran
agama, dalam hal ini adalah agama islam.39
Setelah penulis menyimak beberapa pengertian karakter
menurut para ahli diatas, penulis lebih condong ke pengertian
karakter menurut Stephen R. Covey, dimana suatu karakter
adalah merupakan hasil dari suatu pembiasan dari sebuah
gagasan dan perbuatan yang dilakukan dalam menjalani
kehidupan .dimana hal ini selaras dengan judul yang diteliti yaitu
menerapkan bimbingan agama dalam upaya pembentukan
karakter anak di Pondok Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar
El-Yaqin sehingga anak yang tumbuh dan berkembang sesuai
dengan usianya tanpa tercampuri oleh hal-hal negatif yang dapat
membawa iya berkarakter buruk, dengan sebuah penerapan
bimbingan agama dalam pembentukan karakter anak diharapkan
anak tersebut dapat tetap memiliki karakter baik yang sama guna
menunjang kehidupannya nanti walaupun dalam segi keluarga
38
Dr. Anas Salahudin, M.Pd, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis
Agama, Budaya dan Bangsa (Bandung: Pustaka Setia. 2013), Hal . 44 39
Ridwan Abullah, Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter (Jakarta:
Bumi Aksara. 2019),Cetakan ke-2, Hal . 8
47
mereka mmiliki keterbatasam namun tidak menjadi penghalang
untuk terus memiliki karakter islami sesuai ajaran agama islam.
2. Anak Yatim Piatu dan Dhuafa
Menurut pendapat sebagian besar orang, masa kanak-kanak
merupakan masa terpanjang selama rentang waktu kehidupan.
Elizabeth Hurlock mengemukakan bahwa masa kanak-kanak
dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan,
yakni kira-kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara
seksual, kira-kira tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas
tahun untuk anak laki-laki40
Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa.
Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu
mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan
segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin
dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. “Anak
merupakan investasi unggul untuk melanjutkan kelestarian
peradaban sebagai penerus bangsa, maka haruslah diperhatikan
pendidikan dan hak-haknya”41 .
“Mengasuh, membesarkan dan
mendidik anak merupakan suatu tugas mulia yang tidak lepas dari
berbagai halangan dan tantangan karena dasar kepribadian
seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak”42
.“Perkembangan
yang dialami oleh anak adalah perkembangan jasmani dan rohani.
40
Elizabeth B Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendapat Sepanjang
Rentang Kehidupan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), Hal 108 41
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2009), Cet.Ke-3, Hal. 161 42
Singgih D. Ganursa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, ( Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia,1995), Hal. 3.
48
Oleh karena itu, dalam usaha membantu pengembangan ini selalu
dalam keseimbangan, agar tidak terjadi kelainan pada diri
anak”.43
Pengertian anak berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No.23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak adalah Seseorang yang
belum berusia 18 (Delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih berada didalam kandungan.44
. Hak asasi anak merupakan
bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa (KPBB) tentang hak anak-anak. Dari sisi kehidupan
berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan
generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak
atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi
serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan
diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan45
Dalam kasus Psikologi, Child atau anak didefinisikan sebagai
seorang anak atau individu yang belum mencapai tingkat
kedewasaan. Bergantung pada referensinya, istilah tersebut bisa
berarti seorang individu di antara kanak-kanak dan masa
puberitas46
43
Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Askara Baru, 1981), Hal.
71-72. 44
Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang prlindungan anak,( Jakarta :
Vissimedi, 2007), Hal 4 45
Admin KPAI, “UU RI nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak”, http://www.pdat.co.id diunduh pada tanggal 16 februari 2020 pukul 09.00
WIB 46
J. P. Chapin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), Cet ke- 8, Hal 83
49
Dari beberapa pengertian diatas, kita dapat mengetahui
beberapa pengertian anak. Dengan demikian, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa anak adalah individu yang masih lemah, baik
fisik maupun psikis yang diamanatkan Allah s.w.t kepada
manusia. Hal ini ditujukan agar anak tersebut dapat dibimbing
dan diarahkan, supaya mendapat kekokohan jiwa serta raganya,
karena anak tersebut masih dalam tahapan perkembangan dan
pertumbuhan baik jiwa dan raganya.
Setelah penulis menyimak beberapa pengertian anak diatas,
maka penulis lebih condong ke pengertian anak menurut Pasal 1
ayat (1) UU No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak
adalah Seseorang yang belum berusia 18 (Delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih berada didalam kandungan karena
melihat latar tempat penelitian dan sasaran penelitian adalah
anak-anak dibawah umur yang masih sangat memerlukan
pendampingan serta bimbingan secara intensif untuk
pembentukan karakter mereka sendiri untuk menujang
kehidupannya nanti.
Hamka mengatakan bahwa anak yatim adalah anak yang tidak
berbapak.47
Dalam Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa yang
dinamakan yatim adalah anak yang bapaknya telah meninggal dan
belum baligh (dewasa), baik ia kaya maupun miskin, laki-laki
atau perempuan. Adapun anak yang bapak dan ibunya telah
meninggal biasanya disebut yatim piatu, namun istilah ini hanya
dikenal di Indonesia, sedangkan dalam literatur fikih klasik
47
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983) , Hal. 351.
50
dikenal istilah yatim saja48
. Sedangkan piatu diambil dari kamus
ilmiah populer adalah anak yang tidak beribu, sedangkan anak
piatu adalah anak yang ditinggal oleh ibunya sebelum baligh. 49
Sedangkan Duafa berasal dari bahasa arab yang merupakan
kalimat jamak asal kata dhaif yang artinya lemah, sehingga dapat
diartikan sebagai orang-orang lemah, tertindas maupun sengsara
dimana mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. 50
Duafa definisinya dalam Buku Besar Bahasa Indonesia adalah
orang-orang lemah (ekonominya dan sebagainya).51
Pengertian lain dari duafa menurut Muhsin, duafa merupakan
golongan manusia yang hidup dalam kemiskinan, kesengsaraan,
kelemahan, ketertindasan dan penderitaan yang tiada putus.52
Dari uraian beberapa definisi mengenai duafa di atas maka
dapat disimpulkan bahwa pengertian duafa yaitu golongan orang-
orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya sehari-
hari atau memiliki perekonomian yang buruk.
48
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta : PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), Hal.206. 49
Pius A Partanto,Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: ARKOLA, 2001), Hal.
605. 50
Khurul Aimmatul Ummah, Pola Implementasi Alokasi Ziswaf Dalam
Penyediaan Akses Pendidikan Bagi Kaum Dhuafa, (Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia, 2018), Hal. 6.
51
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal.
214. 52
Muhsin, Menyayangi Dhuafa, (Jakarta: Gema Insani,2004), Hal. 1.
51
C. Kerangka Berfikir
Karakter tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus
dibentuk, ditumbuh kembangkan, dan dibangun. Karakter dalam
diri setiap manusa sangat penting karena merupakan suatu sifat
yang terukir dalam diri seseorang. Seluruh manusia di dunia
harus memiliki karakter untuk menujang kehidupannya dalam
bersosialiasi dilingkungan masyarakat tidak terkecuali anak anak
yatim, piatu dan dhufa, anak yatim, iatu dan duafa merupakan
salah satu yang membutuhkan bimbingan yang lebih intensif
dalam pembentukan karakter dalam dirinya karena permasalahan
kaum yatim,piatu dan duafa yaitu ketika mereka tidak bisa
memenuhi suatu objek kebutuhan mereka karena kondisi
perekonomian yang kurang sehingga mereka hanya terfokus
bagaimana cara bertahan hidup yang menyebabkan kecemasan
dan frustasi, sehingga sangat rawan kejahatan, minmnya karakter
pula dapat menjerumuskan anak untuk melakukan pelanggaran
norma-norma yang tidak sesuai dengan yang sudah ditetapkan
oleh Negara, karena kurang pemahaman bagaimana cara
mengambil sikap untuk menyikapi sutu hal dan kondisi tertentu,
mereka hanya mengikuti arus dan keinginan semata tanpa
mempertimbangkan dampaknya kedepan.
Hal ini semakin menjadi permasalahan ketika memperhatikan
anak yatim, piatu dan duafa yang semestinya masih dalam tahap
pencarian jati diri, diberikan bimbingan yang lengkap oleh kedua
orang tua, bahkan lingkugannya, namun sudah harus menghadapi
permasalahan tersebut. Sehingga banyak anak yang akhirnya
52
terjebak dalam dunia kenakalan remaja seperti pergaulan bebas,
mabuk- mabukkan, gang-gangan, mencuri dan permasalahan
kenakalan remaja lainnya. Sehingga dibutuhkan adanya
penanaman karakter diri yang baik yang dapat di terapkan di
masyarakat.
Salah satu pondok yatim piatu yaitu Daar el-yaqin Malaka
Kota Jakarta menjadi wadah dalam pembentukan karakter anak
yang dilakukan oleh pembimbing, pengasuh dan orangtua dalam
bentuk penerapan bimbingan agama dan melalukan berbagai
macam cara untuk membentuk karakter anak sejak dini kepada
anak yatim piatu dan dhuafanya.
53
Dekadensi Karakter -Faktor Suasana Rumah
Tangga, Faktor Lingkungan sosial kurang Kondusif,
Pembiasaan Pola Sikap dan Tingkah Laku
Strategi Bimbingan agama melalui Pembiasaan, Pengawasan,
Pengarahan serta Keteladan,
Hukuman atau sanksi
Penerapan Bimbingan Agama dalam
pembentukan karakter menggunakan Teknik Bil Mauidzoh, Teknik
Ceramah, Teknik Diskusi, Teknik
Persuasif, Teknik Lisan, Teknik Tulisan,
Teknik Bil Yadi
Implementasi
Bimbingan Agama dalam upaya Pembentukan
Karakter
Anak
Adanya perubahan karakter pada anak setelah mengikuti
Bimbingan Agama dalam
Pembentukan Karakter yaitu
menjadikan anak Religius, Tanggung
Jawab,disiplin, Mandiri, Peduli dan Kerja Keras
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
55
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK YATIM PIATU DAN
DHUAFA DAAR EL-YAQIN
A. SEJARAH DAN LATAR BELAKANG
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin
merupakan sebuah lembaga sosial masyarakat untuk
membantu mayarakat yang kurang beruntung terkhusus untuk
para yatim, piatu dan dhuafa. Tempat anak yatim dan dhuafa
ini berada di salah satu bagian Ibu Kota DKI JakartaTempat
penelitian merupakan lembaga independen non partisipan
yang didirikan oleh Bapak Ustad Muhammad Sholeh, As
Syaidi, S.Ag.Tempat penelitian ini di Kampung, Malaka 4,
Jalan Rorotan IV No.63, RT.007/RW.006, Kelurahan
Rorotan, Kecamatan Cilincing, Kota Jakarta Utara, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, Kode Pos (14140). Sebelum
berlokasi seperti terurai diatas pondok ini sering berganti
lokasi karena dari tahun 2011 hanya menempati rumah
kontrakan dipinngiran jakarta. Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa Daar El-Yaqin merupakan lembaga independen non
partisipan yang didirikan oleh Bapak Ustad Muhammad
Sholeh, As Syaidi, S.Ag berbekal iman dan semata-mata
karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
mendapatkan ridho darinya serta tekad yang kuat untuk
56
membantu meringankan beban anak yatim piatu dan dhuafa
tersebut.1
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin berdiri
pada tanggal 5 Agustus 2011. Gedung yang saat iniditempati
oleh puluhan santri Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “DAAR
EL- YAQIN” yang saat ini berlantai 3 tersebut merupakan
tanah wakaf milik Yayasan Nuansa Karya Jordizamil yang
dipimpin oleh Drs. H. R Zainal, MM.
Walaupun sudah ada sejak tanggal 5 Agustus 2011
Namun surat izin yang diberikan oleh pemerintah DKI Jakarta
pada tanggal 25 November 2015 sesuai dengan Surat
Keputusan Gubernur DKI Jakarta NO. 1053 Tahun 1997
tentang Pedoman Pendirian Panti sosial oleh Masyarakat DKI
Jakarta dan Peraturan Nomor 57 Tahun 2014 Tentang
Pelaksanaan Peraturan Daerah No.12 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Dalam
lembar pengesahan SATUAN PELAKSANA PELAYANAN
TERPADU SATU PNTU KECAMATAN CILINCING
memberikan izin pedirian kepada Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “DAAR EL- YAQIN”2
Pondok ini merupakan suatu lembaga sosial yang
bertanggung jawab member pelayanan pengganti dalam
pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak
1 Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”, Proposal
Kegiatan Pondok, Pengambilan Data pada Tanggal 20 Februari 2020 2 Observasi Peneliti dan Wawancara Pribadi dengan Muhammad
Sholeh, Pimpinan Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” ( Jakarta,
20 Februari 2020)
57
yatim, piatu dan dhuafa sehingga memperoleh kesempatan
yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian
dan sebagai rumah pembentukan karakter anak tersebut sesuai
dengan ketentuan ajaran Islam. Pondok yatim piatu dan
dhuafa ini berdiri dilatar belakangi oleh ketertarikan pendiri
akan sosok anak yatim, piatu dan dhuafa, serta niat yang tulus
untuk membantu meringankan beban pemerintah untuk bisa
sedikit membnatu memberikan rumah singgah dan membantu
mendidik santri untuk menjadi generasi penerus bangsa yang
hebat nantinya, disisi lain masih banyaknya anak-anak yatim,
piatu, yatim piatu dan terlantar yang kurang mendapatkan
perawatan dari keluarga.
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin
mempunyai santri asuh sebanyak 50 anak asuh, seluruh anak
berasal dari DKI Jakarta yang dilatar belakangi oleh keluarga
yang kurang mampu.dengan kisaran umur 1 tahun hingga 16
tahun. Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin
menggunakan program kegiatan dalam agenda rutin pondok
ini, dibuat dengan tujuan agar menmbah wawasan dan
mengembangkan kreativitas anak. Program kegiatan berasal
dari Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin itu
sendiri dan berdasarkan kesepakatan bersama antara pimpinan
dan pengurus Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-
Yaqin .Di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin
metode pembelajaran yang dilakukan pada saat anak asuh
sedang berkumpul dan kegiatan-kegaiatan dilaksanakan dari
mulai santri bangun tidur dipagi hari hingga malam
58
menjelang santri tertidur.Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
Daar El- Yaqin memiliki santri yang mengenyam pendidikan
formal mulai dari PAUD hinggan Madrasah Tsanawiyah3.
B. VISI, MISI DAN TUJUAN BERDIRINYA LEMBAGA4
VISI
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “DAAR EL- YAQIN”
merupakan sebuah Panti Asuhan Anak yang berdiri sendiri
tidak terafiliasi dengan salah satu panti islam manapun.
Namun berada di dalam yayassan “NUANSA KARYA
JORDIZAMIL”
Dengan Al-Qur’an dan Ash-Sunnah dengan senantiasa
aktif melaksanakan dakwah islam, amar ma’ruf nahi mungka
dengan terlebih dahulu memberikan bekal ilmu kepada anak
didik di Panti Asuhan khususnya untuk berilmu amaliyah,
berakhlakhul karimah serta tafaquh fiddin.
MISI
1 Menegakkan keyakinan akan kalimat “Laailaaha
Illalloohu Muhammaddurosululllah ”
2 Meningkatkan Ilmu Amal dan Dzikir serta Fikir
3 Dakwah Islamiyah
4 Ikromul Muslimin (memuliakan secara islam) melalui
Ta’lim Ta’aruf
3 Observasi Peneliti dan Wawancara Pribadi dengan Muchlis Amin,
Pembimbing Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” ( Jakarta, 22
Februari 2020) 4 Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”, Proposal
Kegiatan Pondok, Pengambilan Data pada Tanggal 20 Februari 2020
59
5 Menyebarkan Ajaran Islam melalui Pengajian rutin
Remaja, Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak.
6 Mewujudkan amalan-amalan islam dalam kehidupan
pribadi, keluarga, lingkungan pesantren dan masyarakat.
TUJUAN
Secara umum Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “DAAR
EL- YAQIN” didirikan dalam rangka melaksanakan perintah
Allah menyantuni Anak Yatim, Piatu dan Dhuafa dalam
asrama dengan tujuan untuk memebentuk pribadi anak yang
berkarakter islami dimana kokoh imannya, tekun ibadahnya,
mulia akhlaknya, luas ilmunya dan tinngi keteramilannya
serta cerah masa depannya. Serta dapat terwuduhnya pribad
anak asuh yang kuat komitmetmennya terhadap misi amar
ma’ruf nahi munkar. Yang dapat bisa lebih dijelaskan dalam
uraian tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek
sebagai berikut :
A. Tujuan Jangka Pendek5
1. Menjalankan program mingguan, bulanan, dan
tahunan. Diantaranya mengadakan Study tour,
Berenang, Rekreasi Tempat Wisata, Merayakan Hari
Jadi Pondok, dll.
2. Melatih nilai-nilai kepemimpinan dan organisasi.
5 Observasi Peneliti dan Wawancara Pribadi dengan Muhammad
Sholeh, Pimpinan Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” ( Jakarta,
20 Februari 2020)
60
3. Melaksanakan peraturan tata administrasi secara lebih
rapi dalam rangka menegakkan disiplin dilingkungan
Pondok
4. Memonitor dan mengarahkan target keberhasilan dan
prestasi santri asuh
5. Mampu secara tertib melaksanakan ibadah shalat 5
waktu, shalat Dhuha, shalat tahajjud dan shalat
sunnah lainnya serta berpuasa wajib/ sunnah
6. Berakhlak sopan dan berpenampilan Islami
7. Mempu menciptakan iklim BESTARI (bersih, sehat,
tertib, aman, dan rapi)
8. Mampu menjadi Imam shalat
9. Mampu berpidato dengan baik dan benar
10. Mampu membaca, melagukan, melafadzkan al-
quran dengan baik dan benar
11. Mampu menguasai keterampilan khusus
12. Gemar dan suka membaca buku
13. Mampu menguasai dan berprestasi dalam beberapa
cabang olah raga yang telah ditentukan
14. Mampu berprestasi dengan baik disekolah masing-
masing
15. Mampu menciptakan lingkungan pergaulan yang
baik antara sesama warga penghuni Panti
Asuhan.
61
B. Tujuan Jangka Panjang6
1. Menjadikan Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-
Yaqin yang anggun, unggul dan mandiri
2. Berpenampilan Islami, rapid an berwibawa
3. Berguna bagi masyarakat, Agama, Bangsa dan
Negara
4. Memiliki motivasi tinggi untuk meraih masa depan
yang lebih cemerlang
5. Mencetak generasi yang trampil, berakhlak dan
mandiri.
C. Struktur Organisasi7
Penanggung Jawab : Drs. H. R Zainal MM
(Ketua Yayasan Nuansa Karya)
Dewan Pengawas : Yanuar Kasim, S.S
Penasehat :H. Fadhil Bin Santun
Ketua :Mochammad Sholeh As
Saidi, S.Ag
Wakil Ketua :Abdul Majid
Sekertaris : Yuli Astutie
Bendahara : Joko Temok
Wakil Bendahara : Zulkarnain
Pembimbing : Muclis Amin
Seksi Bidang Pendidikan : Ahmad Zahwif, S. Pd.I
6 Observasi Peneliti dan Wawancara Pribadi dengan Muhammad
Sholeh, Pimpinan Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” ( Jakarta,
20 Februari 2020) 7 Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”, Proposal
Kegiatan Pondok, Pengambilan Data pada Tanggal 20 Februari 2020
62
Seksi Bidang Rohani : Maulana Yusuf, S. Ag
Seksi Bidang Keterampilan : M. Arsyad, S.Pd
Seksi Bidang Rumah Tangga : Titi Hermawati
Seksi Bidang Pengadaan Dana: Amir Hamzah S.Sos
Eko Dwi Wanto
Seksi Bidang Kesenian : Muhammad Yunus
Seksi Bidang Humas : Edy Junaidy
Siti Rohmah
Seksi Bidang Keamanan : Buchoir
Suryanto
Seksi Bidang Konseling : Ahmad Rizal
Seksi Bidang Kebersihan : Sholeh
Pembina Harian : Yong Amin
Santri Asuh : Ade Suryana
Novita Sari
M. Ridwan
Difa Kusuma Wijaya
Daffa Ramadhan
Ichwal Hasto
Tegar Satrian Rarendra
Arie Setiawan
M. Faris Traya Hidayat
M. Alfa Reza
M. Reza Alghifaric
M. Mursyid Al Arifie
Andhika
Ahmad Wildan Firdaus
Moch. Habibi
M. Rizky
Rifasha Aulia Zahra
M. Hidayat
Marcellino
M. Fadhil
K. Mardani Wahid
K. Mardani Isnain
K. Mardani Nisa
Eka Sandi
Reno Sandi
63
Fathurrahman
Biki Tirta
M. Bule
Abi Dzar Al Ghifari
Fadlan
Nazwatul Hasanah
Azkiah Rahmawati
Nindi Rahayu
Nur Aini Samain
Sekar Andini
Muammar Azami
Husein Hazemi
Afri Shofie
Mutmainnah Soleha
Khoirunnisa
Dwi Afrilia
Ovi Iyus
Irsyadul Ibad
Guntur Arisandi
Seno Awang
Suci Rahmadani
M. Irfan
Maulana
Rizki Amelia
Muhasim
Gambar 3.1. Struktur Kepengurusan
Penanggung Jawab
Dewan Pengawas
Ketua
Santri Asuh Putri
Seksi-Seksi
Bidang Santri Asuh
Putri
Wakil
Bendahara Wakil
Bendahara
Sekertaris
Pembimbing
Penasehat
64
D. Program dan Jadwal Kegiatan Santri8
1. Pengajian
Pengajian adalah program yang senantiasa berjalan
dan tidak pernah terlewatkan, pasalnya hanya pengajianlah
yang menjadi fokus kajian utama Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa Daar El- Yaqin selain program utama melalui
pengajian ini diharapkan terjadi proses internalisasi dan infusi
ajaran agama islam tu dapat terjadi. Sehingga hasil yang
diharapkan dapat membentuk pribadi-pribadi anak yang
memiliki keimanan yang kuat,memiliki sifat yang tertanam
dalam diri sesuai dengan ajaran agama islam serta memiliki
kemampuan intelektual yang medai. Oleh karena itulah proses
pengajian ini menjadi titik tekan kegiatan pondok yang tidak
bisa dilewatkandan digantikan oleh apapun.
Adapun rincian mata pelajaran pengajian Pondok
Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin yaitu : pendidikan
agama, ilmu al-qur’an, hadits, tafsir, bahasa arab, ilmu tajwid,
ilmu fiqih, aqidah akhlak, akhlak tasawuf, cara berudhu, doa-
doa pendek, cara tayamum,mengaji dan menghafal.
2. Tutor Mata Pelajaran
Untuk menunjang prestasi anak asuh di sekolah, maka
dilakukanlah tutor mata pelajaran di sekolah dengan
menghadirkan guru yang berkompeten. Tutor mata pelajaran
8 Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”, Proposal Kegiatan
Pondok, Pengambilan Data pada Tanggal 20 Februari 2020
65
yang berada di pondok ini menjadi dua yang pertama mata
pelajaran eksak yang kedua ilmu sosial. Untuk rumpun ilmu
eksak, mata pelajaran yang diperdalam adalah matamatika
dan juga fisika dengan harapan anak asuh dapat mampu
memiliki kompetensi terhadap ilmu tersebut terutama pada
mata pelajaran matematika.
Tutor untuk rumpun ilmu sosial, lebih difokuskan
pada penguasaan ilmu sosiologi dan antropologi. Penguasaan
terhadap ilmu sosiologi dan antropologi dimaksudkan agar
anak memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap ilmu
sosial yang nantinya anak asuh berkesempatan mendapat
beasiswa untuk melanjutkan studinya maka mereka sudah
memiliki bekal yang cukup dalam menyerap ilmu-ilmu sosial.
3. Tutor Bahasa Inggris
Tutor Bahasa Inggris adalah suplemen tambahan yang
dilakukan oleh pengurus terhadap peningatan SDM anak asuh
itu sendiri. Melalui tutor Bahasa Inggris inilah yang
diharapkan anak asuh memiliki kompetensi yang memadai
terhadap kemampuan menguasai Bahasa Inggris. Baik secara
konversession maupun grammer. Tutor ini dilakukan dengan
Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris. Sifat dari program ini
adalah kerjasama anatara panti dengan Lembaga Pendidikan
Bahasa Inggris terkait. Bentuk kerjasama anatara panti dengan
Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris adalah pemberian diskon
bagi peserta didik yang berasal dari Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa Daar El- Yaqin. Program ini berjalan selama 2 kali
66
pertemuan per pekan. Sehingga total pertemuan tutor bahasa
inggris selama sebulan menjadi delapan kali pertemuan.
4. Kursus Menjahit
Mulai Tahun 2015 program kursus menjahit diadakan
bagi anak asuh yang bersaam dengan telah lulus SLTA sudah
memiliki keterampilan menjahit dan membordir sehingga ada
visi usaha atau bisnis yang berhubungan dengan fashion.. dari
pengembangan penguasaan teknik menjahitdan membordir
yang menjadi prioritas dalam kursus menjahit ini.
5. Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konselling dilakukan tiap minggu.
Program ini ditunjukan hanya untuk melihat perkembangan
anak asuh, baik perkembangan secara fisik, emosi, intelektual,
ataupun psikologis. Program bimbingan konseling lebih di
khususkan pada penanganan anak asuh yang memiliki
kesulitan adaptasi, kelainan perilaku, dan penanganan
anakyang bermasalah yang sudah dinyatalan dalam batas
kewajaran.
Untuk pemenuhan bagi anak asuh yang mengalami
kesulitan adaptasi lebih mengarah pada penanganan mental
psikologis anak asuh. Apabila terdapat anak asuh yang merasa
sulit untuk beradaptasi dengan lingkungannya dengan ciri
anak tersebut susah mengalami kemajuan baik dalam bidang
pendidikan ataupun perkembangan sosial sehingga butuh
penanganan lebih khusus dibandingkan anak asuh lainnya.
67
Sehingga hasil akhir yang diharapkan kelak iya mampu
mengembangkan potensi dirinya sendiri.
6. Rumah Perlindungan Anak.
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat
hidup,tumbuh, berkembang dan berprestasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan, dari kekerasan dan diskriminasi.
Perlindungan sosial anak yakni lebih mengarah pada
pemenuhan hak dan kewajiban anak asuh ketika anak tersebut
diasuh diluar keluarganya. Fungsi perlindungan yang
dimaksud ialah perlindungan anak dari segala bentuk
pelecehan terhadap anak seperti pelecehan seksual, sosial
ataupun mental anak tersebut. Perlindungan anak ini juga
difungsikan agar anak asuh nantinya tidak ikut terlibat dan
bergabung kedalam pergaulan bebas yang bersifat negatif atau
bahkan bisa mrugikan diri sendiri atau bahkan orang lain
disekitarnya.
Artinya Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El-
Yaqin dalam pelaksaan kegiatannya mencoba melakukan
rehabilitasi terhadap anak yang mengalami beberapa
gangguan akibat pelecehan terhadap anak, baik sengaja
maupun tdak sengaja,. Maka program yang dilakukan oleh
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin lebih kepada
recovery ( Pengembalian) mental., spritual, dan psikis anak
agar kembali normal dan mampu mengenmbangkan potensi
68
dirinya dikemudian hari. Kegiatan ini melibatkan beberapa
unsur terkait yang berkompeten menangani gangguan
terhadap anak tersebut.
Tabel.3.1 Jadwal Kegiatan Harian Santri Asuh Pondok Yatim Piatu
dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin “9
No
.
Bentuk Kegiatan
Waktu
Pelaksanaan
1.
Shalat Malam
02.00
Pembina
Santri Asuh
yang Telah
Mampu
2. Shalat Subuh Berjamaaah 04.00 Keseluruhan
3. Sarapan Pagi 05.30 Pengasuh
4. Persiapan Berangkat Sekolah
06.00 Telah
Bersekolah
5. Shalat Dzuhur Berjamaah 12.00 Keseluruhan
6. Makan Siang 12.30 Pengasuh
7. Istirahat Siang 13.00 Pengasuh
8. Shalat Ashar Berjamaah 15.00 Keseluruhan
9.
Pendalaman Agama (Qiroat Al Qur’an)
15.30
Pengajar dan
Semua Santri
9 Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”, Proposal Kegiatan
Pondok, Pengambilan Data pada Tanggal 20 Februari 2020
69
Asuh
10. Istirahat Sore 17.00 Santri Asuh
11. Shalat Maghrib Berjamaah 17.30 Keseluruhan
12.
Pendalaman Agama dan Karakter
( Aqidah, Akhlak, dan Ibadah )
18.15
Pengajar dan
Semua Santri
Asuh
13. Shalat Isya Berjamaah 19.00 Keseluruhan
14. Makan Malam 19.15 Pengasuh
15. Pendalaman Materi Sekolah 19.30 Pembina
16. Istirahat Malam 21.00 Keseluruhan
17.
Pengajian Rutin Malam Minggu
20.00
Pengurus dan
Semua Santri
Asuh
18.
Pengajian Rutin Malam Jum’at
18.00
Seluruh
Jamaah
“Daar El
Yaqin”
E. Sumber Dana10
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa Daar El- Yaqin yang
merupakan lembaga independen dan ketika sudah memberikan
10
Observasi Peneliti dan Wawancara Pribadi dengan Muhammad Sholeh, Pimpinan
Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” ( Jakarta, 20 Februari 2020)
70
sumbangan sama sekali tidak akan mengikat atau melakukan
intervensi maka dari itu untuk dana pemasukan pondok itu sendiri
bersumber dari :
1. Para donatur tetap Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar
El- Yaqin”
2. Iuaran / sumbangan dari donatur perseorangan
3. Sumbangan dalam bentuk zakat, Infaq, Sadaqqah.
4. Kaum Muslimin/at Mayarakat Kampung, Malaka 4, Jalan
Rorotan IV No.63, RT.007/RW.006, Kelurahan Rorotan,
Kecamatan Cilincing, Kota Jakarta Utara, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
5. Bantuan dari Pemerintah Pusat melalui kas-kas sosial
yang ada.
6. Bantuan dari Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara
7. Perusahaan Mitra Pondok atau Lembaga Swasta lainnya
8. Iuran Wajib ALUMNI Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
Daar El- Yaqin.
F. Sarana dan Prasarana11
11
Observasi Peneliti dan Wawancara Pribadi dengan Muchlis Amin, Pembimbing
Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” ( Jakarta, 22 Februari 2020)
71
Sarana
1. Kamar Santri Akhwat
2. Kamar Santri Ikhwat
3. Ruang Penyimpanan
Barang
4. Aula Serbaguna
5. Toilet
6. Kamar Mandi
7. Dapur
8. Kantor
9. Ruang Konselling
10. Ruang Belajar
11. Ruang Pertemuan
12. Perpus mini
Prasarana
1. Televisi
2. Sepeda Motor
3. AC
4. Meja
5. Komputer
6. Peralatan
Keterampilan, Hadroh
dan Alat menja
SYARAT BERGABUNG DAN PELAYANAN12
1. Sehat Jasmani dan Rohani
2. Tergolong Yatim. Piatu serta berasal dari kalangan Ekonomi
menengah kebawah (Dhuafa)
3. Wawancara Orangtua/ wali jika masih memiliki
4. Fotokopi Akta Kelahiran (apabila ada)
5. Fotokopi Kartu Keluarga (apabila ada)
6. Bersedia dibina dan Mengikuti seluruh kegiatan Pondok selama
menempati pondok tersebut.
12
Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”, Proposal Kegiatan
Pondok, Pengambilan Data pada Tanggal 20 Februari 2020
72
G. PELAYANAN13
1. Mulai dari Usia 1-15 Tahun dari Pra Sekolah sampai tamat SLTA
atau sederajat Politeknik /D3 atau S1
2. Disekolahkan pada sekolah yang teah dipilih oleh pengelola
pondok
3. Dipenuhi biaya pendidikan dan kesejahteraannya
4. Diberikan kurss keterampilan yang memadai untuk bekal
hidupnya.
H. FOTO DOKUMENTASI14
Gambar 3.2 : Logo Pondok
Gambar 3.3 : Aula Sebra Guna
Pondok Yatim Piatu & Dhuafa
“Daar El-Yaqin”
13
Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”, Proposal Kegiatan
Pondok, Pengambilan Data pada Tanggal 20 Februari 2020 14
Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”,
https://m.facebook.com . Dengan dengan akun Daar El-Yaqin, Dokumentasi Kegiatan
Pondok, Pengambilan Data diakses pada Tanggal 24 Februari 2020
73
Gambar 3.4 : Gedung Pondok
Yatim Piatu & Dhuafa “Daar El-
Yaqin”
Gambar 3.5 : Suasana
Lingkungan Pondok Yatim Piatu
& Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Gambar 3.6 : Tampak Depan
Asrama Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El- Yaqin”
Gambar 3.7 : Tampak Ruang
Kantor Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El- Yaqin”
Gambar 3.8 : Bimbingan Agama
Keterangan : Menceritakan
kisah-kisah nabi yang
mengandung hikmah
pembelajaran disetiap kisahnya
Gambar 3.9 : Setelah kegiatan
Keagaaman
Keterangan : Membahas terkait
keislaman mulai dari mengaji,
74
menghafal dan menedegarkan
kisah-kisah Tokoh tauladan dalam
Islam
Gambar 3.10 : Kegiatan
Bimbingan Agama setelah Shalat
Isya Berjamaah
Gambar 3.11: Kegiatan berenang
Santri Asuh guna melatih
Psikomotorik anak
75
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai
temuan- temuan data yang didapatkan peneliti selama kegiatan
observasi dan wawancara berlangsung. Penelitian ini meneliti
tentang Implementasi Bimbingan Agama dalam Upaya
Pembentukan Karakter Anak di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “ Daar El-Yaqin” yang berlokasi di Malaka Kota
Jakarta Utara.Data Informan didapatkan berdasarkan temuan
data penelitian yang dikumpulkan, peneliti akan
mendeskripsikan hasil temuan dari 1 pimpinan Pondok, 1
Pembimbing, 3 Orang Anak Yatim, 3 Orang Anak Dhuafa, 2
Orang Anak Piatu dan 3 orangtua, di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “ Daar El-Yaqin”:
A. Data Informan
Berdasarkan temuan data penelitian yang dikumpulkan,
peneliti akan mendeskripsikan hasil temuan di Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” yang berlokasi di Malaka
Kota Jakarta Utara
Deskripsi Informan Pimpinan Pondok
Nama : M. Sholeh As Syaidi, S.Ag
Usia : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Asal : Jakarta
Tempat wawancara : Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“ Daar El-Yaqin”
76
Ustadz biasa dipanggil abi merupakan anak dari keluarga
Bapak M.Iwan dan Ibu Mayani. Beliau lahir pada tanggal 02
Februari 1967 di Jakarta merupakan anak ke 7 dari 8
bersaudara, bertempat tinggal di pondok tersebut dan memiliki
motto hidup yaitu hiduplah bermanfaat ntuk orang lain.
Kemudian dari latar belakang pendidikan beliau sebagai salah
satu mahasiswa jurusan agama, maka beliau mengabdikan diri
sebagai pimpinan di Pondok Pesantren tersebut.
Selain itu karena alasan pribadi dan kecintaanya terhadap
anak yatim piatu dan dhuafa maka iya dedikasikan sebagian
hidupnya untuk mengabdikan diri kepada ayak yatim piatu dan
dhuafa tersebut. Ketika mewawancarai Abi, beliau mengatakan
bahwa:
“Buatlah hidup sebermanfaat mungkin, karena
Keberadaan seorang pemimpin Pondok di sebuah pondok
bukan hanya sebagai seseorang yang membina santri
dalam menjalankan kehidupannya, bukan hanya menjadi
orang tua sambung untuk santri-santri tapi lebih dari itu
harus lebih bertanggung jawab atas kehidupan didunia dan
akhirat, tetapi juga sebagai keluarga kedua yang
memberikan dukungan kepada santri agar santri memiliki
akhlak karimah dan juga menanamkan karakter islami
dalam setiap diri santri, sehingga santri memperbaiki
kondisi kehidupannya hingga nantinya mereka semua
menjadi genaris penerus bangsa yang cerdas.”1
1. Deskripsi Informan Pembimbing
Nama : Muchlis Amin
Usia : 48 tahun
1 Wawancara Abi, Muhammad Sholeh, Pendiri Pondok Yatim, Piatu
dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 20
Februari 2020
77
Jenis Kelamin : Laki-laki
Asal : Jakarta
Tempat wawancara : Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“ Daar El-Yaqin”
Bapak Muchlis amin, biasa dikenal dengan pak muchlis
lahir dijakarta 30 Agustus 1971, merupakan anak ke 2 dari 6
bersaudara, ayahnya bernama M.Amin sedangkan ibunya
bernama Maisuri memliki moto hidup yaitu berdoalah sebelum
bekerja.
Pada awalnya Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar
El-Yaqin” yang berlokasi di Malaka Kota Jakarta Utara hanya
sebatas kontrakan kecil untuk tempat berteduh saat terik
matahari dan pada saat hujan datang, tidak seperti sekarang
yang memliki gedung pribadi. Berangkat dari niat yang baik
untuk membantu anak-anak yatim, piatu dan dhuafa, agar masa
depan mereka sukses nantinya,kini Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “ Daar El-Yaqin” yang berlokasi di Malaka Kota
Jakarta Utara bukan hanya sebagai rumah singgah namun telah
menjadi keluarga kedua para santri asuh yang tinggal dan
menetap dipondok ini, PondokYatim Piatu dan Dhuafa “ Daar
El-Yaqin” yang berlokasi di Malaka Kota Jakarta Utara
menjadi wadah santri asuh untuk elajar dan berproses
menikmati tumbuh dan berkembang dipondok ini guna bekal
dimasa yang akan datang.
Saat ini tugas Pak Muchlis adalah sebagai pengganti
abi ketika abi tidak ada sebagai pembimbing di pondok.
Namun karena kurangnya sumber tenaga di Pondok Yatim
78
Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” yang berlokasi di Malaka
Kota Jakarta Utara ini, Pak Muchlis pun terkadang merangkap
pekerjaan yang lainnya seperti menjadi sketaris pondok yang
melengkapi segala hal terkait administrasi, dan kerja sama
antara pondok dengan pihak luar. Selain itu Pak Muchlis juga
ikut membantu membina santri dalam kegiatan pengembangan
keterampilan seperti mengajarkan marawis,serta membantu hal
lainnya yg berkaitan dengan pondok pada saat abi sedang tidak
ada. Saat sedang di ajak berbincang-bincang pada awal
observasi peneliti di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar
El-Yaqin” yang berlokasi di Malaka Kota Jakarta Utara ini,
Pak Muchlis mengatakan:
“Sejak berdirinya Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar
El-Yaqin” ini pada dasarnya Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “ Daar El-Yaqin” kan memang didirikan dan
dibangun terfokus pada bimbingan agama salah satunya ya
berkaitan dengan penumbuhan karakter iu sendiri, sejak
dini mereka semua disini ya diajakarkan secara dasar
bimbingan agama karena disini dibiasakan dalam bersikap
dan berprilaku baik sesuai ajaran agama islam,, karena
memang dari awal abi besrta teman-teman pengurus disini
sangat memperjuangkan anak yatim,piatu dan dhuafa yang
ada di Dki Jakarta Khususnya Jakarta Utara agar mampu
mengubah kehidupannya dengan tetap berpegang teguh
pada ilmu Al-Qur’an dan Hadist. Bahkan awal-awalnya
mereka langsung turun ke jalan mencari satu persatu anak
yatim, piatu dan duafa yang terlantar untuk di bina
menjadi santri asuh hingga saat ini santri asuh kami cukup
banyak karena masyarakat disini pun percaya bahwa
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”
membawa dampak positif bagi kehidupan anak
yatim,piatu dan dhuafa diwilayah ini.”2
2 Wawancara Muchlis Amin, Pembimbing Pondok Yatim, Piatu dan
79
2. Deskripsi Informan Orangtua Santri Asuh
Nama : Nuriyah
Usia : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Jakarta
Tempat wawancara :Kampung Rorotan 3,Rt03/Rw
005 , Cilincing, Jakarta Utara
Ibu Nuriyah, atau biasa dipanggil dengan sebutan ibu
nunung, lahir pada tanggal 11 Maret 1968. Beliau merupakan
ibu dari santri asuh bernama Sekar Andini. Ibu Nuriyah
merupakan ibu rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai
kuli bangunan.beliau adalah orang tua dari santri asuh yang
pulang pergi dari Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-
Yaqin”anaknya sering menghabiskan waktu di Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” mulai dari bermain dan
belajar terkadang juga anaknya bermalam di Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”.
Ibu Nuriyah merupakan salah satu orang tua santri asuh
di Pondok yatim yang sangat memiliki harapan besar bahwa
pada saat dewasa kelak nantinya anaknya dapat menjadi
manusia yang berhasil dunia dan akhirat sehingga mampu
memperbaiki kondisi keluarganya dan dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan Negaranya. Orang tua santri asuh sangat
mengaharapkan bahwa nantinya anak mereka dapat tumbuh
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 22
Februari 2020
80
dan berkembang lebih baik dari kehidupan kedua orangtuanya.
Selain itu Ibu Nuriyah mengatakan bahwa:
“Anak saya dimasukkan ke Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “ Daar El-Yaqin” ini karena keinginan kami dan
anaknya. Dan di sini kan anaknya diajarkan dan
dibimbing terkait ajaran Agama Islam tanpa terkecuali
pendidikan karakter anak didalamnya. Mulai dari pulang
sekolah sampai malam, jadi kerumah terkadang Cuma
untuk tidur, karena tidak terlalu jauh juga jarak rumah
sama pondok, namun kesehariannya dia disana beresama
teman-temannya. Sejauh ini cukup ada perubahan yang
dirasakan saya kepada anak saya seperti lebih mandiri,
ketika waktu shalat lansung shalat, pandai mengaji, lebih
disiplin dan tanggung jawab saat ini selama anak saya
belajar disini. Selain itu di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” ini juga menerapkan konsep
kekeluargaan yang membuat anaknya nyaman dan juga
tambah banyak keterampilannya hingga anak saya lebih
berani dan kreatif.”3
Nama : Kosiyah
Usia : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Jakarta
Tempat wawancara : Jln.Rorotan V Rt01/Rw 007,
Cilincing, Jakarta Utara
Ibu Kosiah atau biasa dipanggil dengan sebutan mpok
kokos, yang lahir pada tanggal 20 April 1972 di Jakarta
merupakan seorang ibu penjual kue pagi keliling dilsekitar
lingkungan yang tidak jauh dari pondok dan suaminya bekerja
3 Wawancara Nuriyah, Orang Tua Santri asuh Pondok Yatim, Piatu
dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 27
Juni 2020
81
sebagai buruh. Ibu Kosiah merupakan orang tua dari santri
asuh Dwi Afrilia. Sama halnya seperti ibu Saat diwawancarai
Ibu Kosiah menyatakan bahwa ia dengan sengaja memasukkan
anaknya ke Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”
ini karena dirumah tidak ada orang ketika ibu bekerja dan
bapak bekerja ibu kokos khawatir akan anaknya sehingga ia
merasa lebih aman dan bermanfaat ketika anaknya tinggal
disana,disisi lain ibu kokos juga berharap agar anaknya mampu
menjadi anak yang taat beragama yang menjalankan
kehidupannya di dunia sesuai dengan Al-Qur’an dan hadist dan
menjauhi segala macam bentuk larangan agama,disini selalu
dibimbing dalam aktifitas, berprilaku dan bersikap yang baik
semua itu bernilai postif agar anak tersebut tidak terlibat dalam
kegiatan anak yang mengkhawatirkan apalagi sampai ikut arus
kedalam dunia gelap kenakalan remaja yang sekarang bukan
hanya menjadi hal tabu dimasyarakat namun menjadi hal
lumrah yang diwajarkan, iu sngat membahayakan dan
merusak, calon generasi muda penerus Bangsa. Beliau
mengatakan bahwa:
“Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” ini
Alhamdulillah pondok ini sangat membantu saya dan
mempermudah untuk membimbing serta mendidik anak
saya .Karena saya pribadi dirasa kurang cukup dalam hal
mendidik apalagi berkaitan dengan karakter anak yang
sangat penting untuk pondasi awal kehidupan anak saya
kelak dimasa yang akan datang, Udah itu ya ka, jaman
sekarang ngeri banget ka takut salah pergaulan. Di
tempat saya tu tingkah laku anak zaman sekarang
macam-macam. Anak-anaknya disana tu banyak yang
mabuk-mabukkan, pakai anting laki-lakinya, ada juga
82
pergaulan bebas.bersikap kasar sama orang tua dan
berprilaku menyimpang tidak sesuai dengan norma yang
ada, saya berharap dengan bisa dibimbing tidak terbawa
arus anak-anak disini, dan bisa membentuk karakter anak
yang baik guna bisa dimanfaatkan bagi kehidupanya
kelak ”4
Nama : Darso
Usia : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Asal : Jakarta
Tempat wawancara :Malaka IV, Rorotan,
Cilincing Jakarta Utara
Bapak Darso, lahir pada tanggal 2 Juli 1972. Beliau
merupakan Bapak dari santri bernama Muhammad Hidayat.
Bapak Darso merupakan seorang tukang servis panggilan.
Istrinya sudah lama meninggal dan beliau belum menikah
lagi.iya membesarkan anaknya seorang diri.
Bapak Darso merupakan informan orang tua terakhir dari
santri asuh di Pondok yatim sama seperti orang tua pada
umumnya masih sama sangat memiliki harapan besar bahwa
pada saat dewasa kelak nantinya anaknya dapat menjadi
manusia yang berhasil dunia dan akhirat sehingga mampu
memperbaiki kondisi keluarganya dan dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan Negaranya. Bapak Darso sangat
mengkhawatirkan anaknya karena tumbuh tanpa kasih sayang
seorang ibu, maka dari itu iya berharap ketika anaknya belajar
4 Wawancara Kosiah, Orang Tua Santri asuh Pondok Yatim, Piatu
dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 27
Juni 2020
83
dan dibimbing di Pondok akan menjadi anak yang bisa
bermanfaat bagi orang lain. Orang tua santri asuh sangat
mengaharapkan bahwa nantinya anak mereka dapat tumbuh
dan berkembang lebih baik dari kehidupan kedua orangtuanya.
Namu yang berbeda Bapak Darso mengatakan bahwa:
“Anak saya dimasukkan ke Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “ Daar El-Yaqin” ini karena keinginan saya dan
Allhamdulillahnya anaknya mau. Karena saya sadar
kalau hanya saya saja seorang diri yang membimbing
serta mengajarkan saya rasa kurang, disisi lai saya
kurang mampu dalam menghidupi dan mencukupi
kebutuhan anak saya, saya bekerja ketika dipanggil saja
ketika tidak saya menganggur tidak ada
pemasukan,.bertahan hidup dijakarta aja sudah sangat
sedih namun ada yang lebih sedih bagi saya klu nantinya
anak saya tumbuh jadi manusia yang tidak bermanfaat
bagi lingkungan tempat tinggalnya, karena karakter
menjadi modal utama dan agama menjadi pondasi dasar
kehidupan, walaupun berat melepas orang terkasih
tinggal dan lebih banyak menghabiskan waktu di
pondok, tidak apa-apa asalkan yang dijalankannya
selama ini bernilai positif dan beguna bagi kehidupannya
kelak”5
3. Deskripsi Informan Santri Duafa
Adapun deskripsi mengenai terbimbing adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Terbimbing Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 39 Orang
5Wawancara Darso, Orang Tua Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 27 Juni
2020
84
2 Perempuan 11 Orang
Jumlah 50 Orang
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah laki-
laki mendominasi yang dapat disimpulkan bahwa terbimbing
laki-laki berjumlah 39 orang dan terbimbing perempuan
berjumlah 11 orang dengan keseluruhan total santri asuh
sebanyak 50 orang.
Tabel 4.2 Terbimbing Berdasarkan Usia Santri Asuh
No Usia Jumlah
1 1-5 Tahun 4 Orang
2 6-10 Tahun 17 Orang
3 11-17 Tahun 29 Orang
Jumlah 50 Orang
Terbimbing yang menjadi sampel penulis di Pondok
Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” yang berlokasi di
Malaka Kota Jakarta Utara ini dengan total santri asuh
berjumlah 50 orang. Penulis hanya mengambil 8 sampel dalam
penelitian ini karena sesuai dengan kriteria yang penulis
harapkan yaitu :
a. Santri Asuh yang sudah bersekolah dengan batas usia 10 s/d 17
thn yang mengikuti masa pendidikan dan telah menjalankan
upaya pembentukan karakter melalui kegiatan dan keseharian
didalam pondok.
85
b. Anak yang aktif dan menjalankan bimbingan agama dengan
baik dalam upaya pembentukan karakter anak agar tumbuh
menjadi generasi Bangsa yang hebat..
c. Anak yang memiliki perubahan kearah yang lebih positif dari
awal masuk pondok hingga saat ini.
Nama : Rizki Amelia
Usia : 14 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Tegal
Rizki Amelia merupakan santri asuh yang akrab disapa
Amel lahir di Banten pada 5 September 2006. Orangtua dari
Amel bernama Bapak Tarudi dan Ibu titin. Amel merupakan
anak yatim yang sudah lama ditinggal oleh bapakya saat iya
masih kecil, dahulu bapaknya hanya seorang buruh tani
diTegal dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga.
Amel memiliki cita-cita ketika iya menjadi dewasa ia
ingin menjadi guru, dimana amel sendiri memiliki hobby
membaca, sehingga ia menjadi sosok anak yang pendiam,
moto hidup amel sangatlah bagus iya ingin hidupnya layaknya
seorang guru yang bisa bermanfaat bagi orang banyak yang
dikenal dengan pahlawan tanpa tanda jasa, sosok anak
perempuan hebat yang sangat peduli dengan sesama.
Amel termasuk santri yang jarang dijenguk karena
kesibukkan orangtuanya serta walaupun sudah dijadwal untuk
dijenguk sebulan sekali, karena salah satu hal yang menjadi
penghalang untuk menjenguk adalah faktor biaya karena
86
berdomisili di Tegal. Saat peneliti mengobservasi, Amel
merupakan sosok anak kecil yang sangat pendiam, namun
Amel termasuk santri yang aktif mengikuti semua kegiatan di
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara., selain itu ia juga rajin. Dalam hal ini,
peneliti pernah melihat Amel, membuatkan minum kepada
tamu Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara yang sedang menjenguk tanpa
disuruh oleh siapapun. Dan berdasarkan informasi dari salah
satu orangtua ketika peneliti melakukan observasi, salah satu
orangtua mengatakan :
“Amel sekarang udah bagus banget perubahannya ka.
Dulu dia itu kemana-mana sendiri, gak bisa apa-apa dia
itu dulunya waktu awal-awal tinggal disini. Tapi
sekarang udah bagus banget ka,walaupun masih pendiam
tapi dia anaknya sangat peduli banget sama temen-
temennya, setelah masuk pesantren jadi lebih dekat sama
orang lain dan rajin lagi dia, udah mau sdikit-sedikit
bersosialiasi sama orang-orang disini”6
Amel juga mengatakan :
“ Dulu suka takut ka kalau mau nanya sama orang lain,
bingung mau ngomongnya gimana, takut salah, tapi
selama tinggal disin abi dan pembimbing mencontohkan
hal yang baik membiasakan dikusi dan tanya jawab
membiasakan kalau ada yang engga paham atau tidak tau
ditanyakam, perlahan udah mulai engga takut lagi ka,
mulai bisa bersosialiasai sama lingkungan, lebih bisa
perduli sama orang lain ka”
Nama : Novita Sari
6 Rizki Amelia, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
87
Usia : 11 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Tegal
Novi merupakan anak dari Alm. Bapak Tarudi dan Ibu
Titin yang lahir pada tanggal 29 November 2008 di Tegal.
Novi sudah menjadi yatim ketika ia bersekolah di bangku kelas
1 SD, Novi pernah bersekolah di SDI Rabiatul adawiyah,
dahulu sebelum bapaknya meninggal dunia bapak novi dan
amel ini merupakan buruh tani di Tegal sedangkan ibunya
merupakan ibu rumah tangga. Semasa bersekolah, Novi
berpindah-pindah sekolah karena mengikuti orangtuanya.
Sama halnya seperti kakanya amel, novi bercita-cita
ingin menjadi guru, iya memiliki moto hidup yang sangat
bagus yaitu iya ingin menjadi yang terbaik diantara yang baik.
Sebelum Novi memutuskan untuk tinggal juga di
pondok, kakaknya Novi bernama amel sudah terlebih dahulu
tinggal di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara, melihat kakanya tumbuh menjadi
anak yang baik, Novi menjadi tertarik untuk memasukkan
Ma’wa menjadi santri di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara. Saat berbincang
novi mengatakan bahwa:
“saya dulu sebelum tinggal di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
anaknya sangat tergantung sama ibu ka, engga bisa jauh
dari ibu , selalu mengandalkan ibu, tapi selama disini
walaupun ada kaka tetap disni belajar mandiri, ”7
7Novita Sari, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar El-
88
Nama : Rifasha Aulia Zahra
Usia : 13 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Jakarta
Riva merupakan anak dari Bapak M.Sholeh dan Ibu
Ernawati yang lahir pada tanggal 06 Juli 2007 di Jakarta.
Kedua orangtua Riva, bapaknya pernah bekerja sebagai buruh
pabrik milik perusahaan China namun sekarang diberhentikan
kemudian ayahnya jatuh sakit dan meninggal dunia dan ibunya
hanya sebatas ibu rumah tangga Riva. Tidak bersekolah yang
iya pernah pelajari hanya sebatas membaca dan belajar
berbicara Riva mengatakan bahwa:
”Dulu sebelum masuk sini sering dibuli sama temen-
temen karena tidak bersekolah tapi memiliki cita-cita
menjadi pramugari, sedih ka karena kan dulunya saya
hanya sebatas bisa membaca dan belajar berbicara,disini
diajarkan menulis dan belajar mata pelajaran lain
Walaupun awalnya sulit banget karena ustadzah taulah
saya kan orangnya lama banget paham sampai abi
terkadang suka geregetan, tapi dari situ saya termotivasi
untuk bisa mengatur waktu dan kebiasaan di Pondok
Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara, Abi selalu memberikan semangat untuk
aku supaya terus berjuang bekerja keras untuk bisa
menggapai cita-cita aku ka supaya engga dibully lagi itu
yang membuat aku semangat”8
Riva adalah seorang anak yang berpenampilan sangat
normal namun ia memiliki kekurangan dalam hal mempelajari
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
8 Rifasha Aulia Zahra, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa”
Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
89
sesuatu yang baru. Riva mengatakan bahwa ia merupakan
seseorang anak yang bisa disebut dengan slowlearner. Slow
Learner yaitu seorang anak yang mengalami lamban dalam
belajar, lamban dalam memahami keterampilan dan lamban
memahami informasi yang diperolehnya.
Walaupun Riva memiliki kekurangan, Riva merupakan
seorang anak yang sudah dibiasakan mandiri oleh orangtuanya.
Riva sendiri sangat hobby berenang, maka dari itu setiap ada
agenda renang iya sangat semangat untuk mengikutinya, dan
semangat untuk belajar gaya renang, iya ingin menjadi tinggi
agar bisa menjadi pramugari.
Nama : Nindi Rahayu
Usia : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Indramayu
Nindi merupakan anak dari Bapak Budi Santoso dan
Ibu Suwarni yang lahir pada tanggal 05 April 2003 di
Indramayu. Bapaknya bekerja sebagai wirasuwasta sedangkan
ibunya merupakan ibu rumah tangga. Nindi merupakan murid
dari sebuah sekolah menengah kejuruan SMK Muhammadiyah
Jati Barang .
Nindi memilki cita-cita menjadi perawat, nindi
memiliki hobby menulis dan membaca, iya memiliki moto
hidup menjadi yang terbaik diantara yang baik.
Nindi pada awalnya merupakan anak yang cenderung
tidak bisa mengendalikan dirinya dan sangat ketergantungan
121
dengan keberadaan orangtuanya, dia juga tidak bisa disiplin
dalam melakukan suatu hal. Selalu menunda suatu pekerjaan,
dan mengabaikan perintah yang diberikan kepadanya. Nindi
mengatakan bahwa:
“Saya merasa ada perubahan karakter pada diri saya ka,
kalau dulu itu kadang saya masih males-malesan, solat
juga suka masih males-malesan suka nunda-nunda,
ngaji juga males, kan kalo di pondok tuh, ya mau gak
mau kita harus ngelakuin tepat waktu karena semuanya
dilakuin jamaah, terus juga ada dorongan juga dari
temen-temen ayo gitu diajak ama temen-temen juga,
jadi kaya berubah dikit-dikit, jadi yang awalnya males-
malesan jadi perlahan bisa mengantur waktu dan bisa
lebih disiplin”9
Naa : Marcelinno
Usia : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Asal : Cianjur
Marcelinno biasa dipanggil marcel. marcel ialah anak
ketiga dari 3 bersaudara. marcel lahir di Cianjur pada tanggal
05 desember 2008. Marcel juga merupakan anak dari Ayah
Asep Suryana dan Ibu Ai titin lulusan dari SDN Jatisari.
Marcel juga merupakan santri asuh yang aktif mengikuti
kegiatan pondok yaitu Marawis dan Hadroh. Marcel memiliki
cita-cita menjadi polisi dan iya memiliki moto hidup yaitu
hidup mulia atau mati syahid. Ketika diwawancarai marcel
9Nindi Rahayu, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
122
mengatakan bahwa :
“saya merasa ada perubahan karakter pada diri saya ka,
kalau dulu itu kadang saya masih males-malesan, solat
juga belum bener bacaannya, ngaji juga belum bisa,
puasa juga engga karena dulu tuh suka nyerah gak kuat
suka haus dan laper ka, kan kalo di pondok tuh diajarin
dan menajdi keharusan yang dikerjain ka, disini juga
diajarin bimbingan agama macem-macem ka belajar
shalat sunnah dan puasa sunnah juga, sekarang juga
udah bisa shalawatan ka. ” 10
Nama : Ahmad Wildan Firdaus
Usia : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Asal : Jakarta
Ahmad Wildan Firdaus merupakan santriwati Pondok
Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara. Santriwati yang biasa dipanggil Wildan ini lahir
di Jakarta pada tanggal 19 September 2006. Orangtua Wildan
bernama Ayahnya adalah M.Ismail dan Ibu Mulyaningsih.
Wildan merupakan anak yang gemar menyanyi, Wildan
memiliki cita-cita ingin menjadi dokter, suaranya merdu
sehingga iya sangat gemar bershalawat dan sangat senang jika
diberi tugas untuk adzan dan memimpin doa Wildan
mengatakan:
“Iya, saya merasa ada perubahan pas masuk pondok,
yang dari awalnya kan saya sama temen, mmm dia
bukan sekamar sama saya ah, masa bodo. Kalau
10
Marcelinno, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
123
sekarang karena kita udah dapet bimbingan oh ini
temen saya kita ngerangkul bareng, saling peduli kalau
ada tugas dari abi juga sekarang dikerjainkan karena
udah tau apa itu tanggung jawab ka, jadi dulu ka
merasa cuek tuh kaya pas di awal-awal aja gitu kak, ada
temen nangis nih misalnya dikamar lain, yaa masa bodo
gitu loh kak, saya- saya dia-dia. Tapi setelah kita ikut
bimbingan, oh ini loh artinya ukhuwah islamiyah itu
berarti disini kan kita sama- sama jadi orangtua, jadi
mereka adalah saudara kita gitu kak jadi muncul rasa
tanngung jawab kita juga loh sebagai kaka untuk
menhibur adik dan membantu adik-adik disini”11
Nama : Ade Suryana
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Asal : Jawa Barat
Tempat Wawancara : Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
Ade Suryana tinggal di Jalan Rorotan Malaka IV Rt
07/06 Rorotan, Cilincing Jakarta Utara. Santri asuh yang biasa
dipanggil Ade ini merupakan anak kedua dari 2 bersaudara,
Ade lahir di Jawa Barat pada tanggal 08 Desember 2007.
Nama orangtua dari ade ialah Ayah edi soppiah dan Ibu Jumia.
Ade juga merupakan lulusan dari SDI Rabiatul Adawiyah. Ade
juga termasuk santri asuh yang aktif di pondoknya, ia
mengikuti kegiatan bermain hadroh/marawis, Ade memiliki
hobby bermain bola sehingga dia pula memiliki cita cita
11
Ahmad Wildan Firdaus, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei
2020
124
menjadi pemain bola. Ade mengatakan:
“Setelah tinggal di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara. Ini ka
banyak banget perubahan, saya lebih mandiri, lebih
peka sama temen-temen udah engga males shalat, ngaji,
dan belajar agama ka, disini juga bisa lebih disiplin ka
soalnya semuanya dikerjain bareng-bareng kalau ada
yang gak bisa berjuang bareng kerja keras supaya bisa
ka jadi kalau ada yang gak bisa dalam pelajaran atau
menghafal ya udah jadi tanggung jawab kita bantu dan
nolong ka ”12
Nama : Mutmainnah Sholeha
Usia : 10 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Madura
Tempat Wawancara : Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
Mutmainnah Sholeha merupakan anak dari Ayah
Muhammad Ismail dan Ibu Mulyaningsih. Mutmainnah
Sholeha merupakan santri asuh yang biasa dipanggil Imut Imut
merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, Imut seorang santri di
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara. Lahir di Madura pada tanggal 11 Juli 2010,
iya bersekolah di MI Imadunnajah, Imut memiliki hobby
mengajar Ketika diwawancarai Imut mengatakan bahwa:
“Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara membentuk saya menjadi anak
yang bisa bertanggung jawab, anak yang disiplin, anak
12
Ade Suryana, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
125
yang mandiri, anak yang paham akan agama islam terus.
Makanya disisi peduli, harus ditanam didalam diri kita
buat dapat peduli sama orang lain, dan membantu itu gak
harus pandang bulu. Jadi perasaan peduli itu timbul sendiri
loh ka, kaya saya itu harus peduli orang, jangan egois
kalau jadi orang. Suatu saat mungkin saya bakal jadi kaya
dia, jadi jangan egois kalau buat menolong orang,
tolonglah selagi bisa, jangan sia-siain apa yang ada
didepan mata sedangkan itu sebuah kebaikan. Sebelumnya
saya itu anaknya bandel, bahkan bandel banget ka, lalai,
males-malesan, terus bodo amatan dia-dia ini. Ya tapi
kalau udah masuk pondok, udah tau ka bahwa islam
mengajarkan seperti ini, jadi tau mana yang boleh dan
tidak, udah gitu, saya tuh kan punya cita-cita jadi guru
agama Islam, seharusnya saya ngajarin kaya gini kaya
gini, walaupun umur saya masih kecil ka,masa iya saya
gak bisa mengamalkan itu walaupun saya sudah tidak
memiliki ibu tapi seneng banget disini banyak orang-orang
yang sayang sama saya saling membimbing dan sekarang
seneng bisa doain mamah supaya ditempatkan
disyurganya Allah ka”13
B. Temuan Lapangan
a. Hambatan Dalam Proses Penelitian
Hambatan peneliti dalam penelitian ini yang pertama
adalah peneliti mengalami kendala pada saat beradaptasi
dengan cuaca di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-
Yaqin”. Karena setiap kali peneliti berkunjung ke pesantren
untuk bertemu dengan santri, pengurus maupun orangtua,
peneliti selalu sakit demam karena harus bolak balik rumah,
kosan diciputat dan lokasi penelitian di Jakarta utara setelah
13
Mutmainah Shaleha, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa”
Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
126
itu.
Belum lagi cuaca di sekitar lokasi penelitian memang
sangat panas. Cahaya mataharinya sangat terik dan kering
dengan debu yang sangat pekat. Di sepanjang perjalanan
sangatlah tampak jelas bahwa debu-debu melapisi permukaan
daun, atap rumah, sertadinding rumah yang tampak sangat
kusam akibat tebalnya debu yang menempel.
Hal itu menjadi salah satu alasan terbesar, mengapa
peneliti jadi sering terlihat mengulur-ulur waktu. Karena
selama sakit, paling tidak peneliti membutuhkan waktu untuk
mengerjakan skripsi ini. Selain itu jarak untuk menuju ke
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara cukup jauh dan memakan banyak waktu.
Selain karena aktivitas peneliti sendiri yang begitu
padat menjadikan peneliti harus mengatur jadwal kapan harus
diciputat, kerumah dan ke pondok.
Untuk hambatan di dalam pondok sendiri, peneliti
kesulitan ketika mewawancarai seluruh subjek penelitian.
Karena seluruh subjek penelitian memiliki aktifitas sendiri dan
harus mengatur jadwal peneliti dengan subjek penelitian,
begitupula dengan orang tua karena dari anak-anak santri asuh
yang peneliti wawancarai orang tua mereka banyak yg tinggal
jauh dari jakarta jadi peneliti memilih orang tua yang dekat
dari pondok saja namun kebanyakan orangtua juga
menghindar ketika hendak diwawancarai atau bahkan ada yang
sibuk karena harus bekerja untuk menyambung kehidupan.
127
Dalam hal ini, peneliti mengakalinya dengan cara
hanya mewawancarai beberapa orangtua yang disarankan oleh
pemimpin pondok yang rumahnya tidak terlalu jauh dari
pondok. Setelah itu membuka obrolan biasa dengan orangtua,
namun dengan tetap mengacu pada pedoman wawancara.
Sehingga peneliti tetap mendapati hasil yang diarahkan dalam
penelitian ini.
Pendiri serta pembimbing juga sangat sulit ditemui
berkali-kali peneliti mengatur ulang jadwal pertemuan untuk
meminta data dan mewawancari guna melengkapi hasil
penelitian, pernah waktu itu peneliti kepondok tanpa
menghubungi pembimbing ketika sudah kesana pondok sepi
karena ada agenda, dan membuat peneliti tidak mendapat data
apapun, dari mulai saat itu peneliti selalu mengatur jadwal agar
bisa bertemu dan bisa mewancari subjek penelitian.
Selain itu awalnya santri perempuan sangat tertutup
awalnya malu malu dan sulit sekali mendapat informasi dari
mereka karena peneliti merupakan orang baru dikehidupan
mereka. Sedangkan untuk santri laki-lakinya jarang ada di
pondok karena sibuk untuk tampil hadroh dan pengajian
lainnya, berulang kali peneliti menunggu waktu yang pas
untuk bisa mendapatkan informasi,.
Dalam hal ini, peneliti mengakalinya dengan cara
melakukan pendekatan secara langsung kepada santri
perempuan. Sehingga peneliti mendapatkan kepercayaan dari
santrinya dan para santri lebih terbuka ketika peneliti
128
melakukan wawancara dan observasi.
Sedangkan untuk santri laki-laki, peneliti mengakalinya
dengan cara datang setiap hari minggu. Karena dihari itu
biasanya santri asuh istrahat.santri asuh laki-laki lebih bsia
terbuka dengan peneliti sehingga peneliti mudah untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan.
b. Permasalahan yang Dihadapi Santri Asuh di
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara pada dasarnya dibuat khusus untuk
mereka yang yatim, piatu dan duafa. Dimana Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
ini merupakan salah satu wadah pembelajaran anak-anak yang
kurang mampu dan memerlukan bimbingan lebih terkait
kehidupannya, sebagai salah satu rumah aman yang layak
untuk dihuni para anak generasi bangsa ini harus terus
dimanfaatkan dan diberdayakan. Bahkan diawal berdirinya
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara, para pengurusnya langsung turun ke
jalanan untuk mencari anak yatim, piatu dan duafa yang akan
menjadi santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara.
Tinggal di Ibu Kota DKI Jakarta sangatlah sulit banyak
anak gelandangan yang tidur hanya beralaskan koran dan
129
beratapkan jembatan flyover sungguh miris, belum lagi
bertahan hidup harus berjuang mencari sesuap nasi, hal itu
yang membuat abi pendiri Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara tergugah hatinya
untuk lebih peduli dan memperhatikan nasib generasi bangsan
kelak. Bermula dari kontrakan sederhana yang kumuh dan
sempit pada saat itu seiring berjalannya waktu, Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
mulai mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
santrinya. Sehingga muncullah permasalahan perekonomian di
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara yang mengakibatkan para pengurus harus
mencari-cari donasi dan sumbangan untuk tetap betahan
ditengah mewahnya kehidupan kota Jakarta ini.
Hingga akhirnya Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara kembali berada di
bawah naungan sebuah yayasan Nuansa Karya Jordizamil,
yang telah mendedikasikan tanah wakaf untuk digunakan
membuat asrama dan akhirnya dari kontrakan sempit nan
sederhana Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara berpindah seperti sekarang ini,
walaupun masihs angat sederhana setidaknya cukup luas dari
yang sebelumnya untuk menjadi rumah pembelejaran bagi
santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara. Santri asuh tidak harus lagi
berdekasan untuk tidr dan melakukan agenda lainnya karena
130
telah memiliki aula serba guna yang tidak terlalu besar namun
cukup menampung kegiatan anak-anak santri asuh di Pondok
Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara tersebut pun terdiri dari santri yang
kisaran umurnya 1-17 tahun, yang artinya bahwa anak tumbuh
dan berkembang dan pembentukan karakternya dibentuk di
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara ini, dengan keterbatasan orang tua sebagai
guru serta rumah mereka diharapkan dengan hadirnya Pondok
Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara ini menjadi sosok keluarga baru bagi mereka
Dengan jumlah santri sekitar 50 santri asuh hingga saat ini.
Yang terdiri dari 11 santri asuh perempuan dan 39 santri asuh
laki-laki. Santri asuh ini ada yang berasal dari jakarta sendiri
maupun luar jakarta, menjadikan anak-anak yang tinggal di
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara berbagai macam karakter dan kebiasaan
asal mereka yang unik dan harus dibina agar nantinya menjadi
generasi Bangsa Indonesia yang membanggakan.
Selain itu permasalahan lain yang dihadapi santri di
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara, terletak pada latar belakang santri duafa
tersebut yaitu kebanyakan dari santri berasal dari keluarga
miskin,ada juga mereka yang tidak tahu seperti apa wajah
131
orang tuanya, hidup sangat sederhana tanpa berpendidikan.
Saat sedang observasi dan wawancara, peneliti kerap mendapat
jawaban bahwa orangtua kebanyakan bekerja sebagai buruh
ada juga yang penganguran atau hanya bekerja saat dibutuhkan
saja. Selain itu santri sebelum masuk ke Pondok Yatim Piatu
dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara juga
ada yang mengalami permasalahan dijauhi oleh teman-
temannya, sehingga ketika di awal masuk Pondok Yatim Piatu
dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
banyak santri yang tidak mau berpisah dari orangtuanya.
Seperti ungkapan dari santri bernama Riva sosok anak kecil
yang lahir dijakarta dan orang tuanya juga berdomisili di
jakarta mengatakan:
“Riva ka dulu sebelum masuk sini suka disindir-sindir
sih sama temen-temen, jadi suka ngelampiasin emosinya
ke orang rumah. Banyak dulu yang ngeledekin cita-cita
riva yang pengen jadi pramugari, sedih dan kesel ka
jadinya aku dulu emosian banget orangnya. Tapi itu
dulu, disini orang-orangnya baik, abi ngasih aku
semangat untuk terus bekerja keras buat bisa gapai cita-
cita aku ka ”14
Dari pernyataan Riva tersebut terlihat bahwa
permasalahan dijauhi oleh temannya itu berupa sindiran yang
Riva terima dari teman-temannya. Dan selain Riva, salah satu
santri bernama Nindi pun mengalami hal yang sama, yaitu :
“Selama sekolah ka kalau di tempat saya dulu, kalau ada
14
Rifasha Aulia Zahra, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa”
Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
132
pelajaran sekolah atau tugas, anak yang bodoh ya bodoh
aja ka sendiri, engga ada yang ngajarin malah diledekin,
dan kalau ada yang pinter, ya pinter sendiri, pelit banget
sama ilmunya ka, engga mau ngajarin saya, tapi kalau
disini walaupun semuanya di kerjain masing-masing tapi
tetap saling bantu kalau ada yang susah atau kurang
paham diajarin ka. Dulu saya dijauhin mungkin karena
saya kan orangnya biasa-biasa aja. Dulu saya juga sering
diledekin “Nindi kamu bodoh banget sih. Nindi kok
kamu lambat banget sih pahamnya”. Tapi aku dihina gitu
malah jadi semangat untuk bisa. Ya walaupun sedih juga
sih bersyukur banget ka bisa dikelilingi orang-orang baik
di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara ini ka .”15
Masalah lain yang dialami oleh santri asuh yaitu
ketertinggalan dari segi pendidikan formal maupun pendidikan
dalam keluarga. Dalam hal ini peneliti mendapati santri-santri
yang sulit untuk dimintai data karena kesulitan tanda-tangan
dan masih belum lancar dalam menulis.
Selain itu santri-santri mengaku, dulunya sangat
ketergantungan dengan keberadaan orangtuanya. Banyak dari
mereka yang bahkan belum bisa melakukan tugas sehari-hari.
“waktu sebelum masuk di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ini
tadinya males banget dirumah itu ka, alhamdullah
sekarang sudah bisa bantu-bantu ibu dirumah. Dari
yang dulunya sedikit-sedikit ngambek sekarang udah
bisa mengontrol, dulu saya melawan orangtua dan tidak
deket orangtua.”16
15
Nindi Rahayu, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020 16
Wawancara Ahmad Wildan Firdaus, Santri asuh Pondok Yatim,
Piatu dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal
13 Mei 2020
133
Dari pernyataan Wildan tersebut, ia menyebutkan
bahwa ia kesulitan dalam mengendalikan emosinya sehinga
membuatnya bergantung dengan keberadaan orangtuanya
bahkan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti
membantu orangtua karena santri asuh disini sebagian ada
yang masih tinggal bersama orang tua ada yang tidak.
Ada pula beberapa santri asuh yang mengatakan bahwa
dirinya kurang disiplin, kurang mandiri dan kurang bisa
bertanggung jawab atas apa yang diperintahkan kepadanya
seperti yang dikatakan Wildan :
“Dulu nih ka sebelum masuk kesini suka banget ka
nunda-nunda pekerjaan kalau disuruh orang
tua,pokonya tadinya itu apa-apa orangtua,
alhamdulillah sekarang sudah bisa mandiri, lebih bisa
tepat waktu ka. Soalnya di sini semuanya kerjain
sendiri. Dulu apa-apa sama orang tua dan suka ngomel
dan aku gak pernah mau dengerin mereka ka.”17
Ada pula ketika peneliti berbincang ada yang mengatakan
bahwa :
“Dulu itu engga sekolah ka orang tua engga punya biaya
Cuma cukup untuk makan uangnya jadi Cuma bisa baca,
selama tinggal disini diajarin nulis yang bagus ka, setelah
tinggal disini di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ngerasa bersyukur
dan seneng banget ka akhirnya bisa ngerasain yang
namanya sekolah kaya anak-anak lain ka walaupun agak
sedikit lama nangkep pelajarannya, saya akan terus
belajar ka pelan-pelan semoga bisa gapai cita-cita ku ka
17 Wawancara Ahmad Wildan Firdaus, Santri asuh Pondok Yatim,
Piatu dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal
13 Mei 2020
134
dan ngebahagiain orang tua nantinya”18
Dari kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa
sebelumnya santri kurang diberikan pendidikan sehingga
untuk menjalani kegiatan sehari-hari, santri baru
memahaminya setelah diberi bimbingan di Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta
Utara.
Masalah yang hampir seluruhnya dialami oleh para
santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah kurangnya
bimbingan agama dalam kehidupan mereka karena tidak
adanya sosok pembimbing yang memberikan bimbingan serta
arahan terkait keagamaan seperti yang diungkapkan Marcel,
iya mengatakan bahwa :
“saya merasa ada perubahan karakter pada diri saya ka,
kalau dulu itu kadang saya masih males-malesan, solat
juga belum bener bacaannya, ngaji juga belum bisa,
puasa juga engga karena dulu tuh suka nyerah gak kuat
suka haus dan laper ka, kan kalo di pondok tuh diajarin
dan menajdi keharusan yang dikerjain ka, disini juga
diajarin bimbingan agama macem-macem ka belajar
shalat sunnah dan puasa sunnah juga, sekarang juga
udah bisa shalawatan ka, sekarang jadi bisa doain
kedua orang tua ka dan bisa lebih dekat dengan Allah
ka, Abi selalu berpesan jangan pernah sertakan Allah
dalam segala hal. ” 19
18
Rifasha Aulia Zahra , Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei
2020 19
Marcelinno, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
135
c. Strategi Bimbingan Aga,a dalam upaya
pembentukan karakter anak di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
Strategi bimbingan agama yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah perencanakan yang digunakan agar dapat
tercapainya maksud dan tujuan dari sebuah bimbingan yang
diharapkan yang berupa pembinaan, bimbingan serta didikan
yang dilakukan dari Abi serta pembimbing di Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
Dan bantuan berupa apresiasi dan kebanggaan yang diberikan
oleh orangtua santri. Seperti yang diungkapkan oleh Abi iya
mengatakan bahwa :
“Strategi bimbingan agama yang digunakan di Pondok
Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara bertujuan untuk membina santri dalam
menjalankan kehidupannya sehari-hari, disini abi bersikap
bukan hanya menjadi orang tua sambung untuk santri-santri
tapi lebih dari itu harus lebih bertanggung jawab atas
kehidupan didunia dan akhirat, tetapi juga sebagai keluarga
kedua yang memberikan dukungan kepada santri agar santri
memiliki akhlak karimah dan juga menanamkan karakter
islami dalam setiap diri santri, sehingga santri memperbaiki
kondisi kehidupannya hingga nantinya mereka semua
menjadi genaris penerus bangsa yang cerdas, semua agenda
yang digunakan dikeseharian santri asuh sudah dirancang
sangat baik oleh teman-teman pengurus dan abi guna
membentuk karakter anak itu sendiri, di pondok ini lebih
menerapkan segala bentuk bimbingan agama melalui
pembiasaan sebagai contoh shalat berjamaah dimana anak-
anak dibiasakan tepat waktu ketika shalat mencerminkan
sikap disiplin, ada juga abi dan teman-teman pengurus serta
pembimbing memberikan pengawasan terhadap
kesehariannya, tidak boleh keluar pondok jika tidak ada
136
agenda diluar, karena takut terbawa arus dengan pergaulan
yang kurang baik, abi juga memberikan arahan-arahan
kepada santri asuh ketika akan dan mau melakukan sesuatu
dan ketika ada suatu masalah abi mencoba untuk
mengarahkan kejalan yang benar, abi juga mencontohkan
keteladanan agar anak-anak mau mengikuti apa yang abi
katakan, karena fase anak-anak dimana iya paling banyak
mencontoh hal-hal baru dalam hidupnya, maka dari itu abi
dan pembimbing sangat berusaha betul untuk terus
memberikan tauladan yang baik agar dapat diikuti anak-
anak, dan yang terakhir biasanya ada saja santri asuh yang
terkadang nakal namanya juga anak-anak abi dan
pembimbing memberikan hukuman yang mendidik seperti
hafalan doa-doa pendek, membersihkan pondok atau
kegiatan positif lainnya yang pada dasarnya sangat malas
untuk dikerjakan anak-anak maka dari itu untuk
memberikan efek jera agar terus mengikuti bimbingan dan
arahan dari abi dan pembimbing yang ada disini”20
Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan Strategi
bimbingan agama yang digunakan di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara yaitu
dengan Strategi secara Pembiasaan, Pengawasan, Pengarahan,
Keteladanan dan Hukuman atau sanksi, agar pelaksanaan
bimbingan agama dapat maksimal dan mencapai suatu tujuan
yang diinginkan salah satunya adalah pemebentukan karakter
anak,
d. Teknik Bimbingan Aga,a dalam upaya
pembentukan karakter anak di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
20
Wawancara Muhammad Sholeh, Pendiri Pondok Yatim, Piatu dan
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 20 Feb
2020
137
Teknik bimbingan agama yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah langkah-langkan perencanakan yang
digunakan agar dapat terealisasikan strategi yang telah
direncanakan Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara guna tercapainya maksud dan tujuan
dari sebuah bimbingan yang diharapkan yang berupa
pembinaan, bimbingan serta didikan yang dilakukan dari Abi
serta pembimbing di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara Dan bantuan berupa apresiasi
dan kebanggaan yang diberikan oleh orangtua santri. Seperti
yang diungkapkan oleh pembimbing iya mengatakan bahwa :
“Strategi bimbingan agama yang telah direncanakan hanya
akan menjadi sebuah gagasan saja tanpa adanya suatu
praktek sesungguhnya dalam keseharian untuk itu
diadakannya teknik guna menerapkan startegi yang sudah
ada agar bernilai positif sama halnya dengan strategi teknik
disini bertujuan untuk membina santri dalam menjalankan
kehidupannya sehari-hari, disini menggunakan teknik bil-
mauidzoh: menunjukkan contoh yang benar, dengan strategi
pembiasaan dapat diterapkan seperti cuci tangan sebelum
makan, wudhu sebelum shalat, merapihkan tempat tidur
setelah bangun, jangan buang sampah semabrang itu adalah
suatu pembiasaan untuk anak-anak dengan memberikan
contoh yang benar kemudian ada,Teknik ceramah abi atau
saya memberikan nasihat motivasi dan masukan merupakan
penerapan dari strategi pengarahan sehingga nantinya anak-
anak tau mana yang diperbolehkan mana yang dilarang,
kemudian ada lagi, Teknik diskusi atau tanya jawab, abi dan
saya membiasaakan kalau ada yang tidak tahu ditanyakan
membiasakan untuk tidak malu bertanya, berdiskusi atau
mengajak anak untuk memikirkan tindakan yang baik,
kemudian mendorong mereka berbuat baik, kemudian ada
juga Teknik persuasif yaitu berupa dorongan yang positif,
138
dimana abi dan saya memberikan motivasi dan semangat
kepada anak-anak agar mau bekerja keras menggapai cita-
cita dengan terus memberikan kebebasan kepada anak untuk
menggali potensi diri walaupun tetap dalam pengawasan.
Teknik lisan melalui pesan langsung , abi dan saya akan
memberi teguran atau masukan apabila ada suatu kekeliruan
atau bahkan kesalahan yang anak-anak lakukan agar
kedepannya tidak melakukan hal yang sama ada pula
Teknik tulisan diprint kata-kata motivasi serta slogan positif
seperti, senyum sapa salam kepada ada-anak atau doa doa
keseharian supaya anak-anak khafal diprint dan ditmpel di
ruang istrahat anak-anak, belajar menulis vocabullari bahasa
inggris dalam kata-kata sehari seperti nama buah, nama
warna, dan hewan Dalam hal ini abi dan saya juga sering
mendongeng memberikan cerita agar bisa mengambil
hikmah dari cerita tersebut. Seperti menceritakan kisah
Nabi. Kemudian yang terakhir Teknik bil-yadi, dimana
dengan adanya karismatik dari pembimbing atau pengajar
maka dari itu agar anak-anak tidak bosan dan lebih
semangat abi dan saya sering mendatangkan oang-orang
baru untuk memberikan sedikit motvasi dan semangat untuk
anak-anak, agar anak-anak memiliki energi positif kembali
untuk mau dibimbing dan diarahkan di Pondok Yatim Piatu
dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara,
setiap pembimbing baru yang kami datangkan punya cara
tersendiri untuk menyampaikan pesan mereka” 21
Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan teknik
bimbingan agama yang digunakan di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara yaitu
dengan Teknik Bil Mauidzoh, Teknik Ceramah, Teknik Diskusi,
Teknik Persuasif, Teknik Lisan, Teknik Tulisan dan yang
terakhir Bil Yadi agar pelaksanaan bimbingan agama dapat
21
Wawancara Mauclis Amin, Pembimbing Pondok Yatim, Piatu dan
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 22
Februari 2020
139
berjalan dengan maksimal dan mencapai suatu tujuan yang
diinginkan salah satunya adalah pemebentukan karakter anak
e. Implementasi Bimbingan Agama dalam upaya
pembentukan karakter anak di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
Penerapan bimbingan agama dalan upaya pembentukan
karakter anak di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara merupakan hal yang harus
dijalankan karena bimbingan agama adalah pondasi awal dalam
mewujudkan karakter anak yang baik di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara sudah menjadi
suatu kesaharusan disetiap perbuatan yang dilakukan santri
asuh yang paling penting dan harus ditanamkan adalah
keagamaannya, apapun kegiatannya selalu diingatkan bahwa
santri asuh harus menyertakan Allah dalam hal apapun, Abi
percaya bahwa ketika santri suh menyertakan Allah mereka
akan bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran islam
dan tidak keluar dari zona yang dilarang oleh agama, abi
mengungkapkan bahwa
“ Bimbingan agama yang diterapkan di Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta
Utara bukan hanya soaal bagaimana santri asuh mengenal
tuhannya sang pencipta dirinya namun juga memberikan bekal
bimbingan agama lainnya seperti belajar pendidikan
agama, mengenal ilmu al-qur’an, hadits, tafsir, bahasa
arab, ilmu tajwid, ilmu fiqih, aqidah akhlak, akhlak
tasawuf, bagaimana cara berudhu yang benar, menghafal
doa-doa pendek yang digunakan sehari hari, bagaimana
cara tayamum,belajar mengaji dan menghafal shalawat
140
serta dzikir, walaupun santri asuh masih tergolong anak-
anak abi tetap menerapkan bimbingan agama sesuai
umur mereka tidak memberatkan santri asuh, sehingga
santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara bukan hanya paham
bagaiamana iya mengenal Tuhannya tapi bagaimana iya bisa
terus mau belajar ilmu-ilmu lain guna menopang karakternya
kelak dimasa yang akan datang”22
Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa
penerapan bimbingan agama dalam upaya pembentukan
karakter anak di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara membawa nilai positif
kearah yang lebih baik dan menuntutnnya kearah yang lebih
Islami di jalan Allah dengan cara menanamkan bimbingan
agama dalam kehidupan keseharian mereka terutama
pembentukan karakter anak itu sendiri, sehingga tidak hanya
sebuah aktivitas penerapan biasa dalam kehidupan sehari-hari
anak namun menjadi sebuah sifat batin manusia yang
mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti
dan tabiat yang tertanam dalam diri hingga nantinya tidak
menjadi keseharusan atau paksaan agi dalam menerapkannya
tapi sudah tertanam dalam diri seluruh santri asuh di Pondok
Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara.
f. Upaya Pimpinan ponok dalam pembentukana
karakter anak di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar
22
Wawancara Muhammad Sholeh, Pendiri Pondok Yatim, Piatu dan
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 22
Februari 2020
141
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
Abi sebagai Pimpinan Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara beserta
pembimbing memberikan upaya untuk membentuk karakter
anak kepada santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, tidak hanya
diterapkan didalam lingkungan pondok saja namun kepada
masyarakat sekitar pondok sehingga tidak hanya dapat berguna
bagi diri santri asuh tapi juga dapat berguna bagi masyarakat
sekitar seperti yang diungkapkan oleh Abi :
“Selain diberlakukannya penerapan bimbingan agama
didalam lingkungan Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara namun juga
diterapkan dilingkungan sekitar dengan cara memberikan
bimbingan agama dan juga bidang-bidang tertentu
seperti bakti sosial ke luar daerah, biasa bantu-bantu
kemaren ada bencana banjir, santri asuh turun serta
membantu mengangkat barang barang warga, membantu
galang dana, itu kan termasuk membangun suatu
karakter kepedulian dan tanggung jawab terhadap
sesama muslim, karena mereapkan bahwa kita semua
adalah saudara jadi harus saling tolong menolong dan
membantu . Kemudian juga ada kegiatan tampil
diberbagai macam acara dari hasil kerja keras mereka
latihan hadroh dan mendapatkan sebuah penghasilan dari
acara setiap kali mereka tampil, uang itu mereka tabung
yang menjadikan mereka lebih mandiri dan tidak
tergantung dengan orang tua atau abi dan saya sendiri,
itu semua berkat usaha kerja keras mereka latihan, dan
142
dari jerih payah keringat mereka sendiri. ”23
Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa
adanya upaya yang dilakukan abi, pembimbing serta pengurus
perubahan terhadap santri asuh dan menjadikan santri asuh di
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara ini memiliki karakter yang baik, mulai dari
Religius,tanggung jawab,disiplin, mandiri,peduli, serta kerja
keras baik terhadap diri sendiri maupun pondok. Sehingga tanpa
disuruh, santri asuh sudah mempunyai kesadaran untuk bergerak
sendiri, dan sudah tertanam dalam diri mereka.
g. Perubahan karakter anak yang diberikan Abi dan
Pembimbing melalui bimbingan agama di Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta
Utara
Selama penerapan bimbingan agama dalam upaya
pembentukan karakter anak yang diterapka di Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
Para santri asuh ketika dulu itu mereka belum mengetahui apa
itu karakter, sama seperti hal nya anak-anak seusianya mereka
hanya tau bermain makan dan tidur disetiap kesehariannya,
dalam menjalani hidupnya masih sesuai apa yang mereka mau
dan mereka ingin saja bisa dikatakan itu belum baik dan
pengetahuan akan pentingnya pementukan karakter mereka saja
23
Wawancara Muhammad sholeh, Pendiri Pondok Yatim, Piatu dan
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 20
Februari 2020
143
masih kurang. Sehingga banyak dari mereka yang hidupnya
masih individualisme (masing-masing), tidak memikirkan
oranglain.
Seperti yang dikatakan nindi :
“Saya merasa ada perubahan karakter pada diri saya ka,
kalau dulu itu kadang saya masih males-malesan, solat
juga suka masih males-malesan suka nunda-nunda,
ngaji juga males, kan kalo di pondok tuh, ya mau gak
mau kita harus ngelakuin tepat waktu karena semuanya
dilakuin jamaah, terus juga ada dorongan juga dari
temen-temen ayo gitu diajak ama temen-temen juga,
jadi kaya berubah dikit-dikit, jadi yang awalnya males-
malesan jadi perlahan bisa mengantur waktu dan bisa
lebih disiplin, dulu ka males banget untuk ngeraphin
tempat tidur sekarang harus ka supaya bisa lebih
mandiri,dulu juga kalau temen ada masalah atau temen
lagi kesusahan males bantu ka, dulu berfikir ngapain
bantu yang ada malah nyusahi, sekarang engga gitu ka
sekarang lebih bisa peduli sama orang lain, dahulu tuh
engga paham apa itu tanggung jawab sekarang karena
udah diajarin abi dan pembimbing jadi bisa tanggung
jawab dan lebih bisa berhati-hati dalam melakukan
sesuatu karena klu ada apa-apa kita sendiri yang harus
tanggung jawab juga dan dulu suka pesimis ka kalau
engga bisa ya pasrah males nyoba dan belajar lagi tapi
sekarang pastinya lebih semangat lagi dalam bekerja
keras untuk bisa menggapai cita-cita ka”24
Dari permasalahan-permasalahan itulah, peneliti meneliti
bimbingan agama untuk pembentukan karakter anak di Pondok.
Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta
Utara yang mengacu pada penerapan bimbingan agama yang
24
Nindi Rahayu, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
144
diberikan oleh abi sebagai pimpinan Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara dan
pembimbing yang khusus memberikan bimbingan agama
kepada santri asuh yang ada disini.
Seperti yang sudah dijelaskan oleh santri sebelumnya di
atas, santri mengaku dulu itu mereka masih belum berkarakter
baik. Namun setelah mendapatkan bimbingan dan berproses di
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara ,perlahan mereka merasa ada perubahan dalam
diri mereka menjadi pribadi yang jauh lebih baik dan pastinya
bermanfaat tidak hanya bagi keluarganya tapi juga
lingkungannya.
Karena mereka pun jauh dari orangtuanya dan ada pula
yang tidak pernah dijenguk bahkan tidak mengenal bagaimana
bentuk sosok orang tuanya, untuk itu ketika santri asuh tersebut
ketika mereka mempunyai masalah dan butuh bantuan, mereka
saling membantu satu sama lain, tidak individual. Karena seperti
yang mereka katakan, kita disini bareng- bareng, hidup susah
senang bareng, jadi ketika ada teman yang butuh bantuan, kita
bantu selagi kita bisa bantu, karena mereka merasakan bahwa
mereka adalah teman seperjuangan yang harus saling menjaga
dan menyayangi.
145
BAB V
PEMBAHASAN
A. Strategi Bimbingan Agama Dalam Upaya
Pembentukan Karakter Anak di Pondok Yatim Piatu
dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Jakarta Utara
Stratagi menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi. MA
yang memaparkan bahwasanya strategi pada hakikatnya adalah
suatu perencanaan (planning) untuk mencapai suatu tujuan,
dan jika dihubungkan dengan judul penulis yang lebih ke
implementasi bimbingan agama maka sebelum melakukan
penerapan maka harus disusunlah perencanaan dengan
demikian akan selaras dengan maksud penelitian ini, yaitu
mengimplementasikan bimbingan agama apa yang diterapkan
pembimbing guna mencapai suatu tujuan yaitu untuk upaya
pembentukan karakter anak.
Menurut penuturan Muhammad Sholeh selaku Pimpinan
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara yang membantu dan bertanggung jawab
untuk memberikan bimbingan agama kepada selruh santri asuh
yang tinggal di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-
Yaqin”, beliau memberikan startegi bimbingan agama serta
diterapkan dengan berbagai macam teknik sebagai berikut:
1. Pembiasaan
Merupakan strategi bimbingan agama dimana
membiaasakan anak untuk melakukan tindakan yang baik.
Misalnya menghormati orangtua, berprilaku jujur dalam segala
hal, pantang menyerah, berlaku sportif dalam melaksanakan
146
kegiatan, memberikan perhatian kepada sesama, menolong
orang lain, serta memili jiwa empati sehingga lebih memahami
apa yang dirasakan orang lain secara emosional1.
Dari pembiasaan ini Abi selaku Pimpinan Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara,
dan termasuk orang yang bertanggung jawab untuk membentuk
karakter anak, menerapkan pembiasaan ini dalam kehidupan
sehari-hari santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “
Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara.
Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Sholeh,
Pimpinan atau bisa diketakan pendiri Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, dalam
wawancaranya sebagai berikut:
“ Strategi bimbingan agama dalam poin pembiasaan ini
diterapkan setiap hari dari mulai santri asuh bangun
hingga tidur nanti, segala bentuk pembiasaan ini dalam
penerepannya lebih kepada pepmberian contoh
langsung secara baik dan benar dalam segala hal, disini
biasa disebut teknik bil maidzoh yang artinya supaya
orang mengikuti dengan mudah, dikarenakan
kemampuan logikanya sulit menerima bila hanya
berupa penjelasan atau teori yang masih baku
(tekstual), masa tumbuh anak-anak dapat berkembang
dari apa yang iya liat kemudian dia akan menirukan apa
yang iya liat itu, maka dari itu sebisa mungkin segala
bentuk bimbingan dalam membentuk karakter anak
lebih baik dilakukan secara langsung lewat strategi
pembiasaan ini, seperti anak-anak dibiasakan untuk
berdoa setelah shalat, merapihkan tempat tidur setelah
bangun, pembiasaan untuk saling tolong menolong
dengan santri asuh lainnya, pokonya dalam segala hal
1 Ridwan Abullah Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
(Jakarta: Bumi Aksara. 2019),Cetakan ke-2, Hal . 23
147
sebisa mungkin dibiasakan sejak dini”2
Seperti yang diungkapkan oleh Marcelino, Santri asuh
di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara, sebagai berikut:
“disini ka dibiasakan berbuat baik kepada sesama,
dibiasakan juga untuk tepat waktu dalam ibadah jadi
yang dulunya suka males-malesan dan belum bisa
karena disini walaupun dilaksanainnya sendiri-sendiri
tapi dikerjainnya bareng-bareng temen-temen disini
sedikit-sediki mulai berubah ka jadi terbiasa karena
dilakuinnya setiap hari” 3
Ada pula seperti yang diungkapkan oleh Novita Sari,
Santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, sebagai berikut:
“dulu sebelum tinggal di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
anaknya sangat tergantung sama ibu ka, engga bisa jauh
dari ibu , selalu mengandalkan ibu, tapi selama disini
walaupun ada kaka tetap disni belajar mandiri, karena
semuanya dilakuin sendiri ka kaya merapihkan tempat
tidur, mengambil makanan, merapihkan buku sekolah,
karena dikerjainnya sama-sama jadi perlahan bisa sendiri
ka karena terbiasa”4
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, strategi bimbingan
agama di poin pembiasaan ini yang dilakukan oleh pihak yang
2 Wawancara Abi, Muhammad Sholeh, Pendiri Pondok Yatim, Piatu
dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 20
Februari 2020 3Marcelinno, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020 4Novita Sari, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
148
terlibat di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara antara Abi yang menerapkan dan
Santri asuh yang menjalankan, memahami akan pentingnya
diadakannya stategi pembiasaan ini terkhusus terkait bimbingan
agama guna membentuk karakter santri asuh yang baik sesuai
ajaran agama islam.
2. Pengawasan
Merupakan strategi bimbingan agama dimana
memberikan kebabasan anak dalam melakukan sesuatu baru
dalam hidupnya yang bernilai positif, pengawasan dilakukan
bukan untuk membatasi anak untuk melakukan hal baru dalam
hidupnya yang bersifat positif atau membatasi anak-anak untuk
bersosialilasi dengan lingkungannya, tapi lebih kepada
memberikan pendampingan secara baik guna anak terhidar dari
pengaruh efek samping yang negatif yang nantinya akan
menjadikan tumbuh kembang mereka menjadi anak yang
berkarakter buruk. Untuk itu adanya pengawasan guna
membentuk pola pikir dan keperibadian anak agar berprilaku
sesuai norma, dimana anak tetap dibimbing dan diperhatikan
secara baik.5
Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Sholeh,
Pimpinan atau bisa diketakan pendiri Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, dalam
wawancaranya sebagai berikut:
5 Ridwan Abullah Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
(Jakarta: Bumi Aksara. 2019),Cetakan ke-2, Hal . 23
149
“Memberikan pengawasan disini bukan berarti anak-
anak dikekang, karena tidak 24 jam abi menemani
mereka setiap hari, sama hal nya seperti orang tua
kepada anak memberikan pengawasan agar anak tidak
mengikuti hal-hal yang buruk yang berada diluar
pondok, karena mereka harus sekolah abi selalu berpesan
untuk tidak nakal selama disekolah, mengawasi dengan
siapa saja mereka berteman diluar pondok, mengawasi
nilai pelajaran sekolah, apabila nilai menurun, abi akan
bertanya ada maslah apa, pelajaran apa yang susah,
kemudian lebih memberikan bimbingan yang lebih
intensif ke mereka,semua itu abi lakukan guna
membentuk karakter anak yang baik dalam pengawasan
ini abi lebih menggunakan teknik persuasif kesetiap anak
agara memberikan dorongan positif agar anak-anak
semangat dalam menjalankan kesehariannya”6
Seperti yang diungkapkan oleh Nindi Rahayu, Santri
asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara, sebagai berikut:
“Abi dan pembimbing disini sudah seperti orang tua
kami sendiri memberikan perhatian, kasih sayang, peduli
sama kita, abis selalu menanyakan ada kendala apa
disekolah, atau ada masalah apa hari ini, saya juga jadi
engga takut lagi buat cerita ke abi atau pembimbing soal
apa yang terjadi disekolah maupun dipondok karena saya
tau pasti abi ngasih masukan dan kalau ada yang gak bisa
dalam pelajaran abis selalu membimbing, abi juga selalu
memberikan arahan bahwa segala bentuk penyimpangan
yang dilarang oleh agama jika tetap dilakukan nmenjadui
sebuah kejatan atau dosa, Abi juga selalu berkata
walaupun abi gak bisa ada setiap saat untuk mengawasi
kita ada Allah yang selalu mengawasi kita tanpa terlewat,
itu yang membuat saya dan temen-temen disini suka
6 Wawancara Abi, Muhammad Sholeh, Pendiri Pondok Yatim, Piatu
dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 20
Februari 2020
150
takut kalau mau nakal ka”7
Ada pula seperti yang diungkapkan oleh Mutiah Shaleha,
Santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, sebagai berikut:
“ Dulu ka masih sibuk sendiri ka sekarang selama tinggal
di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara bisa lebih peduli sama ade-
ade, umurku baru 10 tahun ka tapi dsini banyak yang
jauh lebih muda dari aku, jadi ngerasa adik sendiri,
seneng banget bisa ngajarin adik-adik belajar jadi guru
juga ka seneng banget bisa ngajarin apa yang aku tau ka,
abi dan pembimbing juga ngarahin aku kalau aku gak
bisa, gak tau atau salah ka jadi apa yang diajarkan abi
dan pembimbing aku ajarin lagi sama ade-ade disini,
seneng banget ka jadi ngerasa punya adik bisa bantu
ngawasin mereka juga ka”8
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, strategi bimbingan
agama di poin pengawasan ini yang dilakukan oleh pihak yang
terlibat di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara antara Abi yang menerapkan dan
Santri asuh yang menjalankan, memahami akan pentingnya
diadakannya stategi pengawasan ini terkhusus terkait bimbingan
agama baik dilakukan secara teknik lisan, tulisan maupun
persuasif keduanya sangat penting guna membentuk karakter
santri asuh yang religius dan baik sesuai ajaran agama islam.
3. Pengarahan serta keteladanan
7Nindi Rahayu, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020 8Mutmainah Shaleha, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa”
Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
151
Merupakan strategi bimbingan agama guna memberikan
arahan atau menunjukan keteladanan yang baik dalam
berprilaku dan membimbing anak untuk berprilaku sesuai
teladan yang ditunjukan. Seorang anak tidak akan mengikuti
petunjuk jika orang yang diberikan petunjuk tidak menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari, seperti hal nya orang-tua
membiasakan diri shalat berjamaah sehingga anak akan
mencontoh orang tuanya untuk melaksanakan shalat berjamaah
sehingga apa yang dilakukan orang tuanya akan sama dengan
apa yang dilakukan oleh anaknya.Ingatlah Rasulullah menjad
tauladan yang sesuai dengan isi Al-qur’an yang disampaikan
beliau.9
Seperti yang diungkapkan oleh Muclis Amin,
Pembimbing Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara, dalam wawancaranya sebagai
berikut :
“Sosok orang tua memiliki peran yang sangat penting
dalam pemebentukan karakter anak, disini karena
mayoritas anak adalah anak yatim,piatu dan dhuafa yang
memiliki keterbatasan dalam pola asuh orang tua, maka
disini kami memposisikan diri sebagai orang tua
sambung bagi mereka, sama seperti halnya orang tua,
kami yang membmbing mereka, mengajarkan mereka,
memberikan kasih sayang kepada mereka, peduli akan
masa depannya kelak, kami disini berusaha untuk
menumbuhkan rasa kekeluargaan yang bisa dirasakan
anak-anak sehingga anak-anak tidak merasa takut dan
malu lagi dalam mengikuti apa yang arahkan dan
dibimbing disini, walaupun sosok keluarga disini tidak
9 Ridwan Abullah Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
(Jakarta: Bumi Aksara. 2019),Cetakan ke-2, Hal . 23
152
dapat merumuskan kurikulum dan program resmi terkait
pendidikan karakter tapi insya Allah segala hal yang
diajarkan, dimbimbing dan arahkan di Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta
Utara dapat membentuk karakter anak karena segala hal
yang diterapkan disini sangat potensial dan mendasar
guna mengupayakan pembentukan karakter anak itu
sendiri”10
Seperti yang diungkapkan oleh Rifasha Aulia Zahra ,
Santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, sebagai berikut:
“Disaat seperti ini ka, ada covid, abi dan pembimbing
mengarahkan untuk selalu cuci tangan dan bersih-bersih
sehabis keluar dari ponok, abi selalu mengatakan bahwa
kebersihan itu sebagian dari iman, bukan hanya setelah
covid aja ka, dari dulu abi selalu mengajarkan saya
mencuci tangan sebelum makan, membaca doa sebelum
dan sesudah melakukan sesuatu seperti makan, tidur,
masuk rumah dll ka, dulu mah makan tinggal makan,
tidur ya tingal tidur kalau masuk rumah ya tinggal masuk
sekarang harus mengucap “Assalamualaikum” dulu ka,
semua arahan dari abi membuat saya berubah kearah
yang lebih baik ka, abi dan pembimbing disini juga kalau
kita melaukan kesalahan walaupun ada hukumannya itu
semua suapaya kami tau bahwa itu salah dan tidak
melakukan kesalahan yang sama kedepannya ka”11
Ada pula yang berpendapat seperti yang diungkapkan
oleh Riski Amelia , Santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan
10
Wawancara Muclis Amin, Pembimbing Pondok Yatim, Piatu dan
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 22
Februari 2020 11
Rifasha Aulia Zahra, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei
2020
153
Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, sebagai
berikut:
“ Dalam kesehariannya abi dan pembimbing selalu
mengajarkan kita berpakain sopan ketika keluar dari
pondok, karena abi selau berpenampilan demikian, abi
dan pembimbing selalu membiasakan kata “Tolong”
ketika meminta santri asuh mengambilkan sesuatu atau
melakukan sebuah perintah, mengatakan “Maaf” ketika
melakukan kesalahan dan membiasakan “Terimakasih”
ketika sudah diberikan bantuan dari orang lain, karena
abi dan pembimbing membiaskan demikian kamipun
mencontoh tauladan baik dari abi dan pembimbing disini
ka”12
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, strategi bimbingan
agama di poin pengarahan serta keteladanan ini yang dilakukan
oleh pihak yang terlibat di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “
Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara antara abi, dan
pembimbing yang menerapkan dan Santri asuh yang
menjalankan, memahami akan pentingnya diadakannya stategi
pengarahan serta keteladanan ini terkhusus terkait bimbingan
agama baik dilakukan secara teknik bil mauidzoh maupun bil
yadi bisa juga dengan Ceramah semua itu dilakukan sesuai
dengan kegiatan masing-masih yang dilakukan karena sangat
berpengaruh dalam kelancaran penerapan bimbingan agama
guna membentuk karakter santri asuh yang religius dan baik
sesuai ajaran agama islam.
4. Hukuman atau sanksi
Karakter anak yang belum sepenuhnya terbentuk terkadang
12
Riski Amelia, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
154
membuat anak bisa berprilaku atau bertindak nakal dan
membantah, sehingga dapat membuat mereka melakukan
kesalahan tak jarang hingga membuat orang disekitar emosi.
Untuk mengatasinya, orang tua terkadang harus memberikan
hukuman atau sanksi agar anak menjadi jera dan berharap anak
tidak lagi berani lagi mengulangi kesalahan yang sama
dikemudian hari. Namun hukuman yang diberikan harus
mendidik dan ada hikmah dari setiap hukmah yang mereka
dapatkan, bukan soal melakukan kekerasan fisik, karena itu akan
menjadi masalah baru dikemudian hari.13
Seperti yang diungkapkan oleh Muclis Amin,
Pembimbing Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara, dalam wawancaranya sebagai
berikut :
“Namanya disini anak-anak terkadang masih suka
membantah, nakal dan tidak mau mendengarkan, untuk itu
adanya hukuman dan sanksi disini guna mendidik anak-
anak juga, hukaman dan sanksi bukan tentang kekerasan
fisik seperti dipukul ditendang, disiram atau lain-lain lebih
kepada ketika anak males atau tidak tadarus Al-qur’an,
hukumannya anak disuruh menghafalkan doa-doa pendek,
ketika anak telat shalat jamaah, maka dia yang harus
memimpin doa atau shalawat diwaktu shalat berikutnya, ada
juga yang berbau fisik namun tidak kekarasan melainnya
membersihkan aula, membersihkan ruang kantor,
membersihkan kamar mandi, atau menulis ayat surat-surat
pendek guna memperbagus tulisan arab mereka semua itu
memiliki manfaat sendiri bagi anak-anak”14
13
Ridwan Abullah Sani, Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
(Jakarta: Bumi Aksara. 2019),Cetakan ke-2, Hal . 23 14
Wawancara Muclis Amin, Pembimbing Pondok Yatim, Piatu dan
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 22
Februari 2020
155
Seperti yang diungkapkan oleh Ade Suryana , Santri asuh di
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara, sebagai berikut :
“Pernah ka waktu itu males banget buat ngaji sama shalat
berjamaah, akhirnya disuruh pimpin doa dan shalawat sama
abi sama mengahafal surat-surat penedek ka, dari yang
awalnya males mau gak mau ya dilaksanain dari pada
ditambah lagi hukmanannya jadi tambah banyak nanti ka,
tapi dari hukuman itu saya jadi engga takut lagi buat
mimpin doa dan shalawat didepan, bisa hafal surat-surat
pendek walaupun cape juga ka hafalinnya, tapi semua itu
buat saya engga males lagi buat shalat jamaah dan ngaji
karena hukumannya lebih banyak dari shalat dan ngaji ka”15
Ada pula Ahmad Wildan Firdaus , Santri asuh di Pondok
Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta
Utara, iya mengatakan sebagai berikut :
“Pernah juga ka dulu berantem sama temen dipondok ini
juga namanya andika, awalnya sih ka bercanda-canda ka
lama kelamaan akhirnya kita main kata-kataan karena sama
sama emosi akhirnya kita berantem tuh ka berdua, karena
kita berantem engga lama santri lain manggil abi ,abi
misahin kita berantem dan akhirnya kita berdua dihukum
bersihin kamar mandi, abi orangnya sangat tegas ka tapi
bukan berarti keras, dari situ saya belajar bahwa jangan jadi
orang yang cepat emosi harus bisa lebih sabar dan
melakukan tindakan yang buruk yang merugikan diri sendiri
dan orang lain, saya sadar perbuatan saya salah kedepannya
engga akan cepat emosi dengan apa yang dikatakan orang
lain terhadap kita, abi juga mengajarkan apa yang telah kita
perbuat harus berani untuk bertanggung jawab, setelah
dihukum saya sama andhika maaf-aafan lagi ko ka dan
berteman lagi”16
15
Ade Suryana, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020 16
Ahmad Wildan Firdaus, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan
156
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, strategi bimbingan
agama di poin Hukman dan sanksi ini yang dilakukan oleh pihak
yang terlibat di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara antara abi, dan pembimbing
yang menerapkan dan Santri asuh yang menjalankan, memahami
akan pentingnya diadakannya hukuman dan sanksi ini terkhusus
untuk membimbing anak lebih bertanggung jawab atas apa yang
telah mereka lakukan, hukuman dan sanksi ini dilakukan secara
teknik lisan maupun bil yadi sehingga setelah melakukan
hukuman anak menjadi tau kesalahan apa yang mereka perbuat
dan berani mempertanggung jawabkannya.
B. Hasi Implementasi Bimbingan Agama Dalam Upaya
Pembentukan Karakter Anak di Pondok Yatim Piatu
dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Jakarta Utara
Dengan segala macam penerapan yang diterapkan Pondok
Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta
Utara maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakter anak
yang terbentuk dari bimbingan agama di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah :
1. Religius
Setiap orang pasti memiliki kepercayaan terhadap sesuatu
yang transenden. Dimana menurut Nurcholis Majid seorang
Intelektual Muslim mengatakan bahwa agam bukan hanya
kepercayaan terhadap yang gaib dan melaksanakan ritual tertentu,
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei
2020
157
melaikan agama ada keseluruhan tingkah laku manusia yang
terpuji, yang dilakukan demi memperoleh ridha Allah. Agama
dengan kata lain merupakan bentuk keutuhan manusia berbudi
pekerti, atas dasar percaya atau iman kepada Allah dan tanggung
jawab pribadi di harikemudian. Dengan demikian menjadi jelas
bahwa nilai religius merupakan nilai yang sangat penting dalam
pembentukan karakter.17
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam
menjalankan ajaran agama yang dianutnya, dalam hal ini adalah
agama islam. Cinta kepada Allah Swt merupakan konsekuensi
keimanan dimana seorang makhluk tidak akan melanggar ajaran
agama dan senantiasa menaati semua perintah Sang Pencipta
yatitu Allah SWT. Tidak ada sesuatu yang esensinya patut
dicintai dari segala sisi selain Allah, yang memang tidak boleh
ada penyembahan, peribadatan, ketundukan dan kepatuhan serta
kecintaan yang sempurna kecuali hanya kepada Nya.18
Dalam karakter ini peneliti mencoba menyimpulkan dari
seluruh kegiatan bimbingan agama bahwa karakter religius yang
dilakukan santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah sebagai berikut :
1. Santri Asuh senang berdoa setelah melaksanakan
shalat berjamaah tanpa harus diperintah oleh siapapun
2. Santri Asuh selalu bersyukur atas segala rezeki yang
diberikan kepadanya
17
Ngainun Naim, Character Building (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
2012),Cetakan ke-1 Hal . 123 18
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, Pendidikan Karakter Landasan,
pilardan Implemetasi (Jakarta: Kencana. 2016),Cetakan ke-2 Hal . 85
158
3. Santri Asuh melaksanakan Shalat Wajib 5 Waktu
berjamaah, Shalat sunnah dhuha, Puasa dibulan
ramadhan dan mengaji Al-Qur’an.
4. Santri Asuh mengucapkan salam ketika akan pergi
dan masuk Pondok
5. Santri Asuh belajar pelanajaran agama lainnya seperti
pendidikan agama, ilmu al-qur’an, hadits, tafsir,
bahasa arab, ilmu tajwid, ilmu fiqih, aqidah akhlak,
akhlak tasawuf, cara berudhu, doa-doa pendek, cara
tayamum,mengaji dan menghafal.
Seperti salah satu contoh karakter religius yang
dikatakan oleh Marcellino , Santri asuh di Pondok Yatim Piatu
dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, iya
mengatakan sebagai berikut :
“Selama di pondok tuh saya dapet banyak pelajaran ka,
kaya dalam masalah ibadah, kalau dulu tuh saya belum
tentu ibadahnya tepat waktu, kalau disini udah pasti
tepat waktu karena kan disini jamaah, puasa juga rame-
rame ngerjainnya jadi engga ada yang mengasut untuk
gak puasa ka, ngaji juga bareng-bareng jadi semangat
ada temenya ka”19
Dapat disimpulkan dari data di atas, adanya perubahan
karakter terhadap santri selama di Pondok, jadi mereka mengerti
akan ajaran agama islam, dan bukan hanya sebatas siapa yang
menciptakan mereka, seperti apa, yang awalnya masih suka
19
Wawancara Marcellino, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei
2020
159
males-melesan belum melaksanakan ibadah wajib maupun
sunnah sesuati ajaran agama islam sekarang sudah tepat waktu
dan dan terlaksanakan dalam kondisi dan kegiatan apapun,
sekarang sudah ada perubahan menjadi lebih baik.
2. Tanggung Jawab
Seiring kita mendengarkan beberapa pernyataan “jangan
lari dari tanggung jawab” maka kita harus lebih dahulu
memahami apa itu tanggung jawab yang seharusnya iya lakukan
untuk diri sendiri masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya) dan negara serta Tuhan yang Maha Esa. Tanggung jawab
adalah suatu tugas atau kewajiban untuk melakukan atau
menyelesaikan tugas dengan penuh kepuasan, (yang diberikan
seseorang atas janji atau komitmen mereka sendiri) yang harus
dipatuhi seseorang dan yang memiliki konsekuensi hukuman
adalah mereka melakukan kegagalan.20
Dalam karakter ini peneliti mencoba menyimpulkan dari
seluruh kegiatan bimbingan agama bahwa tanggung jawab yang
dilakukan santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah sebagai berikut :
1. Santri Asuh melakukan seseuatu yang harus dilakukan
2. Santri Asuh selalu menjujukan ketekunan, kerajinan,
dan terus berusaha
3. Santri Asuh selalu melakukan yang terbaik untuk
dirinya maupun orang lain
20
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, Pendidikan Karakter Landasan,
pilardan Implemetasi (Jakarta: Kencana. 2016),Cetakan ke-2 Hal . 72
160
4. Santri Asuh selalu disiplin dalam mengontrol diri
dalam keadaan apapun
5. Santri Asuh selalu mengkaji dan menelaah dalam
berfikir dan bertindak
6. Santri Asuh mempertimbangkan dan
memperhitungkan konsekuensi yang diperbuat.
Seperti salah satu contoh tanggung jawab yang dikatakan
oleh Ahmad Wildan Firdaus , Santri asuh di Pondok Yatim Piatu
dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, iya
mengatakan sebagai berikut :
“ Tanggung jawab adalah suatu kegiatan yang harus kita
lakukan ka seperti merapihkan tempat tidur sendiri,
tanggung jawab bisa di artikan kita mengamalakan
perintah Allah SWT ka seperti Shalat dan puasa kalau
tidak kita dosa ka”21
Selain dari ungkapan Ahmad Wildan diatas, peneliti juga
melihat keseharian dari santri asuh ketika pada saat waktu
penelitian berlangsung bahwa perilaku yang mereka tunjukan
sudah mencerminkan sikap tanggung jawab seperti menegrjakan
PR sekolah, menolong santri asuh lain yang membutuhkan
bantuan. Dari perilaku tersebut Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara telah berhasil
membentuk karakter anak yang tanggung jawab sesuai posisi
yang dijalankan.
3. Disiplin
Ditinjau dari asal kata, kata disiplin berasal dari bahasa
21
Ahmad Wildan Firdaus, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei
2020
161
latin discare yang memiliki rti belajar, dari kata itu kemudian
muncul kata disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan22
.
Setelah perkembangan zaman kata disiplin adalah tindakan yang
menujukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
yang berlaku, orang yang disiplin adalah orang memiliki tujuan
hidup yang jelas, konsisten untuk tetap melakukannya, dan
mewujudkannya dalam kegiatan rutinitas sehari-hari mereka yang
disiplin tidak akan mampu dialihkan kepada hal yang tidak
sejalan dengan cita-cita dan keinginanya.23
Disiplin tidak bisa terbangun secara instan. Dibutuhkan
proses oanjang agar disiplin menjadi kebiasaan yang melekat kuat
dalam diri seorang anak. Oleh karena itu, penanaman disiplin
harus dimulai sejak dini. Tujuannya untuk mengarahkan anak
agar mau belajar mengnai hal-hal baik yang merupakan persiapan
bagi masa depannya ketika mereka telah dewasa nanti. Ketika
sudah diterapkan sejak dini makan nantinya mereka akan
menjadikannya sebagai kebiasaan dan bagian dari dirinya.
Dalam karakter ini peneliti mencoba menyimpulkan dari
seluruh kegiatan bimbingan agama bahwa karakter disiplin yang
dilakukan santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah sebagai berikut :
1. Santri asuh dapat menetapkan tujuan hidup
kedepannya mau seperti apa dan cara apa yang mereka
harus lakukan
22
Ngainun Naim, Character Building (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
2012),Cetakan ke-1 Hal . 142 23
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, Pendidikan Karakter Landasan,
pilardan Implemetasi (Jakarta: Kencana. 2016),Cetakan ke-2 Hal . 92
162
2. Santri asuh dapat mengontrol diri untuk tidak ikut
terbawa arus pergaulan yang kurang baik di luar
pondok
3. Santri asuh menjalankan rutinitas dan tanggung jawab
secara tepat waktu
4. Santri asuh paham untuk dapat memilih teman dan
mengabaikan omongan orang lain agar tidak
mengalihkan atau bahkan menganggu tujuan yang
ingin mereka capai salah satunya adalah mewujudkan
cita-cita mereka
Salah satu contoh disiplin yang sudah ternam dalam diri
santri seperti yang dikatakan oleh Nindi Rahayu , Santri asuh di
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara iya mengatakan sebagai berikut :
“ Disiplin itu ka melakukan segala sesuatu sesuai dengan
aturan pondok ka, misalnya kalau waktunya makan
semua makan ka bareng, kalau waktunya shalat ya shalat
ka jamaah, waktunya mengaji semuanya ngaji ka,
waktunya belajar semuanya belajar ka walaupun
pelajaran beda tapi ngelaksanainnya bareng ka kaya buat
PR, teru kalau waktunya tidur yang semuanya juga tidur,
pokonya hidupnya teratur ka karena udah ada jadwalnya
tiap hari ka awalnya juga belum terbiasa ka tapi pelan-
pelan udah terbiasa ka jadi hidup saya perlahan mulai
disiplin ka”24
Selain dari ungkapan Nindi Rahayu diatas, peneliti juga
melihat keseharian dari santri asuh ketika pada saat waktu
penelitian berlangsung bahwa perilaku yang mereka tunjukan
24
Nindi Rahayu, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
163
sudah mencerminkan sikap disiplin seperti membereskan alat
makan setelah makan ketempatnya, membereskan alat hadroh
setelah selesai digunkan, tidak membuang sampah sembarangan ,
merapihkan buku setelah belajar,tidak menganggu orang lain,
menjaga kebersihan diri seperti mandi dan sikat gigi, dan
menjaga lingkungan pondok seperti menyapu dan mengepel Dari
perilaku tersebut Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara telah berhasil membentuk
karakter anak yang disiplin dan telah adanya perubahan yang
positif dalam kehidupan anak-anak.
4. Mandiri
Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang
anak. Mandiri pada dasarnya merupakan hasil dari proses
pemeblajaran yang berlangsung lama,. Mandiri tidak selalu
berkaitan dengan usia. Bisa saja seorang anak sudah bersifat
mandiri karena proses latihan atau faktor pembiasaan atau bahkan
faktor kehidupan yang memaksanya untuk menjadi mandiri,
karena tidak jarang orang dewasa tetapi tidak bisa hidup sendiri,
ia masih tergantung pada orang lain. Pentingnya kemandirian
harus dimulai dan ditumbuh kembangkan kepada anak sejak anak
berusia dini. 25
Mandiri adalah suatu sikap dan perilaku seseorang yang
mencerminkan perbuatan yang cenderung dilakukannya sendiri,
tanpa ketergantungan dengan bantuan dan pertolongan dari orang
25
Ngainun Naim, Character Building (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
2012),Cetakan ke-1 Hal . 164
164
lain. Kemandirian identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu
tidak harus ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang
lain. Kemandirian anak sangat diperlukan dalam rangka
membekali mereka untuk menjalani kehidupan yang akan datang.
Dengan kemandirian ini seorang anak akan mampu untuk
menentukan pilihan yang ia anggap benar, selain itu ia berani
memutuskan pilihannya dan bertanggung jawab atas resiko dan
konsekwensi yang diakibatkan dari pilihannya tersebut.26
Dalam karakter ini peneliti mencoba menyimpulkan dari
seluruh kegiatan bimbingan agama bahwa karakter mandiri yang
dilakukan santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah sebagai berikut :
1. Santri Asuh mencari abi dan pembimbing untuk
meminta bantuan apabila tidak bisa menyelesaikan
tugas tertentu seperti PR sekolah
2. Santri Asuh melakukan sendiri aktifitas sesuai arahan
dan nasihat yang telah diberikan abi seperti makan
sendiri, membersihkan kamar tidur, berangkat dan
pulang sekolah sendiri
3. Santri Asuh melakukan latihan hadroh sendiri secara
berulang-ulang sesuai yang diajarkan abi dan
pembimbing.
4. Santri Asuh menyimpan barang sesuai tempatnya
seperti baju dilemari, buku dirak buku, sepatu dan
sendal dirak sepatu dan sendal
26
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, Pendidikan Karakter Landasan,
pilardan Implemetasi (Jakarta: Kencana. 2016),Cetakan ke-2 Hal . 98
165
5. Santri Asuh melakukan persiapan sendiri sebelum
berangkat kesekolah.
Seperti salah satu contoh tanggung jawab yang dikatakan
oleh Novita Sari , Santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, iya
mengatakan sebagai berikut :
“saya dulu sebelum tinggal di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
anaknya sangat tergantung sama ibu ka, engga bisa jauh
dari ibu , selalu mengandalkan ibu, tapi selama disini
walaupun ada kaka tetap disni belajar mandiri,bangun
pagi langsung beresin tempat tidur dan mandi ka, karena
sekarang udah tinggal jauh sama orang tua jadi harus
bisa mandiri ka ”27
Selain dari ungkapan Novita sari diatas, peneliti juga
melihat keseharian dari santri asuh ketika pada saat waktu
penelitian berlangsung bahwa perilaku yang mereka tunjukan
sudah mencerminkan sikap mandiri, walaupun ada atau tidak
adanya pembimbing atau abi, santri asuh tetap melaksanakan
kegiatannya sendiri. Dari perilaku tersebut Pondok Yatim Piatu
dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara telah
berhasil membentuk karakter anak yang mandiri karena sudah
tidak bergantung dengan keberadaan orang lain dalam
menyelesaikan tugas dan selama penerapan itu telah adanya
perubahan yang positif dalam kehidupan anak-anak.
5. Peduli
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan
27
Novita Sari, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
166
pihak lain. Seorang manusia tidak akan mungkin tumbuh secara
ideal tanpa bantuan orang lain, membantu dan memikirkan
kepentingan orang lain merupakan salah satu tindakan yang
terpuji, manusia tidak dapat sepenuhnya dan beranggapan bahawa
dirinya bisa hdup tanpa bantuan orang lain. Sikap egosi ini juga
dapat merubah tatanan sosial dalam bermarsyarakat, dan
berdampak buruk dalam kehidupan sehari-hari28
. Peduli adalah
mereka yang terpanggil melakukan sesuatu dalam rangka
memberi inspirasi, perubahan, kebaikan kepada lingkungan di
sekitarnya. Ketika ia melihat suatu keadaan tertentu iya dapat
merasakan kekahawatiran tentang orang lain ataupun sesuatu,
ketika ia menyaksikan kondisi masyarakat maka dirinya akan
tergerak melakukan sesuatu. Apa yang dilakukan ini diharapkan
dapat memperbaiki atau membantu kondisi di sekitarnya.29
Dalam karakter ini peneliti mencoba menyimpulkan dari
seluruh kegiatan bimbingan agama bahwa karakter peduli yang
dilakukan santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah sebagai berikut :
1. Santri Asuh berupaya menjaga kebaikan bersama
orang lain
2. Santri Asuh memiliki jiwa yang penuh kasih sayang
dan peduli kepada seluruh penghuni pondok
3. Santri Asuh mengapresiasikan rasa bersyukur
4. Santri Asuh memberi maaf dan memaafkan orang lain
28
Ngainun Naim, Character Building (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
2012),Cetakan ke-1 Hal . 200 29
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, Pendidikan Karakter Landasan,
pilardan Implemetasi (Jakarta: Kencana. 2016),Cetakan ke-2 Hal . 77
167
5. Santri Asuh membantu orang membutuhkan bantuan
Seperti salah satu contoh peduli yang dikatakan oleh
Rizki Amelia , Santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “
Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, iya mengatakan
sebagai berikut :
“kemarin ada bencana banjir,semuanya bersih-bersih
seperti nyapu, pel, dan yang lain sebagaian anak-anak
yang membantu mengangkati barang yang terendam
banjir ka, bersama abi bantu masyarakat dengan cara
memberikan sedekit rezeki makanan ka” 30
Selain dari ungkapan Rizki Amelia diatas, peneliti juga
melihat keseharian dari santri asuh ketika pada saat waktu
penelitian berlangsung bahwa perilaku yang mereka tunjukan
sudah mencerminkan karakter peduli, dimana santri asuh
meminjamkan pensil dan pulpen kepada santri asuh lain,
membagi makanan,membantu teman yang sedang sakit. Dari
perilaku tersebut Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara telah berhasil membentuk
karakter anak yang peduli kepada sesama, karena telah ikut
merasakan kesusahan bersama orang yang diberi kesusahan.
Kepedulian tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
bermasyarakat dan negara untuk itu sangat penting untuk
diterapkan dan ditanamkan sejak dini.
6. Kerja Keras
30
Rizki Amelia, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa” Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
168
Tidak ada keberhasilan yang bisa dicapai tanpa adanya
sebuah kerja keras. Kerja keras melambangkan kegigihan, dan
keseriusan dalam mewujudkan cita-cita, sebab hidup yang
dijalani dengan kerja keras memberikan nikmat yang semakin
besar dalam mencapai keseksesan. Karena cita-cita tidak bisa
hanya disenderkan ddengan nasib, sebab yang akan mengubah
kita adalah diri kita sendiri, lingkungan atau orang lain tidak akan
bisa menggantikan kita, mereka mungkin bisa membantu dan
menolong tetapi yang menentukan nasib adalah kita sendiri,
untuk itu karakter disiplin sangat penting untuk meraih
kesuksesan, menjadikan anak untuk mau berusaha dan pantang
menyerah, menjadikan akan semakin kuat dalam menghadapi
tantang kehidupan dimasa yang akan datang, untuk itu harus
diterapkan didalam usia dini. 31
Kerja keras adalah suatu sikap bersungguh-sungguh
dalam mencapai tujuan/prestasi yang disertai dengan doa dan
kepasrahan pada keputusan Allah SWT, bisa dikatakan perilaku
untuk menunjukan upaya sungguh-sungguh. Ada juga yang
mengatakan bahwa kerja keras adalah suatu usaha untuk
menggapai suatu tujuan yang diinginkan32
.
Dalam karakter ini peneliti mencoba menyimpulkan dari
seluruh kegiatan bimbingan agama bahwa karakter kerja keras
yang dilakukan santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “
Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara adalah sebagai
31
Ngainun Naim, Character Building (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
2012),Cetakan ke-1 Hal . 148 32
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum, Pendidikan Karakter Landasan,
pilardan Implemetasi (Jakarta: Kencana. 2016),Cetakan ke-2 Hal . 94
169
berikut :
1. Santri Asuh tau apa yang mereka inginkan dan
senangi sehingga akan mencari dan berjuang keras
untuk menggapai itu
2. Santri Asuh tidak mudah putus asa dalam melakukan
sesuatu, mereka akan berjuang hingga apa yang
mereka inginkan tercapai
3. Santri Asuh senang mengerjakan hal-hal yang
bermanfaat bagi masyarakat
4. Santri Asuh menghindari pekerjaa yang tidak menarik
dan tidak bermanfaat bagi dirinya, lingkungan dan
masyarakat.
5. Santri Asuh tetap menghargai waktu dan tidak terlalu
meksakan diri atas keinginnannya tersebut
Seperti salah satu contoh peduli yang dikatakan oleh
Rifhasa Aulia Zahra , Santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, iya
mengatakan sebagai berikut :
“saya kan orangnya lama banget paham sampai abi
terkadang suka geregetan, tapi dari situ saya termotivasi
untuk bisa mengatur waktu dan kebiasaan di Pondok
Yatim Piatu dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara, Abi selalu memberikan semangat untuk aku
supaya terus berjuang bekerja keras untuk bisa menggapai
cita-cita aku ka terus belajar apa yang engga bisa supaya
nanti engga dibully lagi itu yang membuat aku semangat
dan pantang menyerah ka”33
33
Rifasha Aulia Zahra, Santri asuh Pondok Yatim, Piatu dan Dhuafa”
Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 13 Mei 2020
170
Selain dari ungkapan Rifsha Aulia Zahra diatas, peneliti
juga melihat keseharian dari santri asuh ketika pada saat waktu
penelitian berlangsung bahwa perilaku yang mereka tunjukan
sudah mencerminkan karakter kerja keras, dimana santri asuh
belajar dengan tekun walaupun sedang libur sekolah, tidak malu
mendapat nilai kecil, mereka mampu bangkit untuk kedepannya
bisa mendapatkan nilai yang baik. Waktu kosong mereka
digunakan untuk melakukan hal positif tidak membuang-buang
waktu percuma. Dari perilaku tersebut Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara telah
berhasil membentuk karakter anak yang mau bekerja keras,
karena hasil tidak akan menghianati sebuah proses.
Dari enam karakter yang berhasil dimunculkan lewat
penerapan bimbingan agama tersebut peneliti dapat
menyimpulkan bahwa Penerapan bimbingan agama dapat
menghasilkan karakter religius, disiplin, tanggung jawab,
mandiri, peduli dan kerja keras bagi santri asuh di Pondok Yatim
Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara.
Menurut Muhamad Sholeh atau biasa dikenal abi yang
merupakan pimpinan Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara dan yang bertanggung jawab
pula membimbing santri asuh mengtakan bahwa :
“Karakter adalah memfokuskan bagaimana menerapkan
nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku
sehari-hari dan memerlukan proses yang cukup lama
hingga benar-benar tertanam dalam diri setiap santri Asuh
tanpa harus dibimbing dan diarahkan nantinya, guna
menjadi pondasi dasar dalam menjalankan kehidupan
171
mereka dimasa yang akan datang.”34
Sebagaimana diungkapkan oleh Muclis Amin,
Pembimbing Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara dalam wawancaranya:
“Walaupun Santri asuh disini perlahan sudah
mencerminkan karakter baik tetap yang jelas santri asuh
harus selalu dikontrol, kemudian dengan pemberian
bimbingan, tausiyah, dan nasehat setiap hari itu, jangan
sampai terlewatkan. Walaupun awalnya banyak yg
terpaksa melakukannya namun dengan cara begitu, di
paksa dengan perilaku yang baik, yang harus mereka
lakukan akan menjadi suatu hal yang terbiasa yang harus
diulang-ulang. Karena karakter itu kan dibentuk
berdasarkan kehidupan sehari-hari dorongan dari
bimbingan agama juga, apa yang dilihat, apa yang
didengar dan apa yang dikatakan, serta apa yang
dilakukan itu adalah pembentukan sebuah karakter.
Makanya didirikannya di Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa
“ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ini, karena
setiap apa yang dia lihat, dia katakan, dia dengar, dia
lakukan itu semua merupakan sebuah pendidikan dasar.
Sehingga, nantinya akan mewujudkan sebuah karakter
yang baik ketika sudah keluar dari pondok dan bisa
diterapkan dilingkungan yang baru nanti atau masih di
Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara itu sendiri”,.35
Berdasarkan keterangan Abi dan bapak Muclis Amin
selaku pemimpin dan pembimbing Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “ Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara dapat
34
Wawancara Abi, Muhammad Sholeh, Pendiri Pondok Yatim, Piatu
dan Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 20
Februari 2020 35
Wawancara Muclis Amin, Pembimbing Pondok Yatim, Piatu dan
Dhuafa” Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, pada tanggal 20
Februari 2020
172
disimpulkan bahwa sebuah karakter santri asuh itu sangat penting
untuk diterapkan diusia yang sedini mungkin, dengan
dibentuknya karakter anak melalui bimbingan ini, menjadikan
perilaku kebaikan tersendiri bagi santri asuh yang diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari itu akan menjadi suatu kebiasaan
apabila dilakukan dengan secara diulang-ulang, agar kelak nanti
menjadi santri asuh yang religius, tanggung jawab, disiplin,
mandiri, peduli dan kerja keras guna nantinya membuat
masyatakat Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter.
173
BAB VI
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Pondok Yatim Piatu dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Strategi Bimbingan Agama yang diterapkan di
Pondok merupakan sebuah perencaan yang telah
disusun secara baik oleh pemilik pondok, strategi
yang diterapkan di Pondok Yatim dan Dhuafa
“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara antara
lain meliputi : pembiasaan, pengawasan, pengarahan
dan keteladan, serta hukuman atau sanksi, segala
macam strategi diatas diterapkan oleh pendiri
pondok dan pembimbing guna mewujudkan
karakter yang baik untuk anak di Pondok Yatim dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta
Utara, strategi bimbingan agama disini merupakan
proses yang harus dijalankan seorang anak untuk
Pembentukan Sikap dan Tingkah Laku kearah yang
lebih baik , tenaga pembimbing disini diposisikan
sebagai inisiator, sebagai fasilitator, sebagai
motivator, serta pemberi contoh dan sebagai
pemimpin.
174
2. Hail dari Penerapan Bimbingan Agama dalam
upaya pembentukan karakter yatim, piatu dan
dhuafa di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara yaitu:
• Anak lebih Religius dalam keseharian
mereka, lebih tepat waktu dalam
menjalankan shalat wajib lima waktu,
melaksanakan shalat sunnah, belajar
berpuasa, mempelejari ulang pelajaran
agama islam yang dipelajari disekolah
didalam pondok secara lebih mendalam dan
meninggalkan kegiatan yang dilarang oleh
agama
• Anak lebih Tanggung Jawab dalam kegiatan
yang diadakan di Pondok Pesantren Pondok
Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara
• Anak lebih Disiplin baik dalam mengikuti
kegiatan yang diadakan di Pondok Pesantren
Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara maupun disiplin
pada diri sendiri, lebih pandai mengatur
waktu dalam kehidupan sehari-harinya.
• Anak lebih Mandiri dalam meakukan
kegiatan sehari-hari di Pondok Yatim dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara tidak lagi ketergantungan oleh
175
orang lain, selagi mampu untuk
melakukannya sendiri maka akan dilakukan.
• Anak lebih Peduli kepada orang lain
dilingkungan pondok maupun masyarakat.
Diantaranya anak-anak membantu dalam
kegiatan membersihkan lingkungan Pondok
Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara. Dalam hal ini peneliti
juga mengartikan bahwasannya anak di
Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara, tidak hanya
peduli pada lingkungan Pondok saja, akan
tetapi peduli juga akan lingkungan di luar
Pondok Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara dalam
terbukti dalam kegiatan bakti sosial dengan
memberikan bantuan kepada warga yang
terkena bencana alam, seperti banjir.
• Anak lebih mau untuk bekerja keras dan
berjuang dalam mempelajari ilmu yang
mereka belum kuasai guna mewujudkan
cita-cita mereka dimasa depan.
Hasil implementasi bimbingan agama diatas
dalam upaya pembentukan karakter anak memiliki
cakupannya yang lebih luas dalam upaya
mewujudkan masyarakat Indonesia yang
176
demokratis. Harus adanya payung hukum yang
mendukung pengembangan pembentukan karakter,
dan penanamannya harus diterapkan dan
diperkenalkan sejak dini. Peranan pemerintah juga
sangat dibutuhkan dalam pengembangan aspek
morallitas masyarakat menuju manusia Indonesia
yang adil dan beradab sesuai dengan ideologi
Bangsa.
B. Implikasi
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menjadi sebuah gambaran nyata bahwa bimbingan agama
sangat penting dan berpengaruh bagi anak yang berada di
Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara. Terbukti dengan adanya perubahan karakter
setelah mengikuti bimbingan agama, dapat
mengaplikasikan karakter tersebut di luar pondok paska
lulus dari pondok dan mau serta mampun keluar untuk
mencari jati diri dan membangun keluarga baru yang
mereka inginkan. Agar terciptanya generasi-generasi muda
dengan karakter yang baik karena menjadi pondasi dasar
dalam menopang kesuksesan mereka dimasa yang akan
datang. Karena bila santri asuh yang berada di Pondok
Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta
Utara, tidak memiliki karakter tersebut, maka ke depannya
sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, dan mengukir
sejarah baru dalam kehidupannya yang nantinya juga bisa
177
membangun Bangsa indonesia yang lebih bermartabat
karena masyarakatnyya memiliki karakter yang baik.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, yang dilaksanakan di
Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara, peneliti memberikan saran kepada pihak-
pihak terkait, yaitu:
Kepada Pihak Akademisi :
1. Diharapkan dapat menjadikan mahasiswa/i
bimbingan dan penyuluhan Islam lebih memahami
bahwa perlu adanya bimbingan agama dala upaya
pembentukan karakter anak yang baik yang harus
diterapkan dan dilaksanakan sedini mungkin.
Semakin banyaknya pembelajaran atau bimbingan
yang dapat membentuk tingkah laku moral positif,
semakin banyak juga generasi-generasi muda yang
memiliki karakter yang baik dan dapat memberi
manfaat bagi orang lain.
2. Perlu Kiranya ada penelitian lanjutan terkait proses
bimbingan agama dalam upaya pembentukan
karakter seiring perkembangan zaman nantinya.
Terlebih penelitian yang dilakukan tidak hanya
menggunakan metode kualitatif melaikan juga
metode penelitian kuantitatif. Dengan tujuan untuk
menguji akurasi dan ketepatan dari tiap-tiap strategi,
teknik dan konsep serta teori yang digunakan.
178
Dengan demikian validasi penelitian dan keilmuan
dibidang bimbingan agama dan karakter anak bisa
diperlengkap dan semakin berkembang.
Kepada Pihak Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara :
1. Program-program yang ada di Pondok Yatim dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta
Utara. Harus lebih dimaksimalkan, dan membuat
kegiatan kegiatan baru yang dapat menjadi angin
segar bagi santri asuh untuk lebih semangat dalam
upaya pembentukan karakter. Kegiatan tersebut
harus lebih kreatif dan inovatif namun tetap dalam
ranah bimbingan agama dalam upaya pemebentukan
karakter anak.
2. Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara, harus lebih diperhatikan lagi
bagi santri asuh ketika dalam menjalankan kegiatan
bimbingan agama dalam upaya pembentukan
karakter baik di lingkungan Pondok Yatim dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara
ataupun di lingkungan masyarakat. Karena semakin
banyak santri asuh yang memiliki karakter yang
baik,maka akan sangat baik dan dapat memberi
banyak manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
3. Bagi santri asuh yang berada di Pondok Pondok
Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
179
Jakarta Utara, lebih solid dalam menjalankan
bimbingan agama dalam upaya pembentukan
karakter anak, baik di lingkungan pondok maupun
di lingkungan masyarakat. Agar nantinya penerapan
bimbingan agama tersebut dapat dengan cepat
dirasakan hasilnya dan bermanfaat bagi diri sendiri
dan masyarakat sekitar.
Kepada Pihak Orang tua dari santri asuh di Pondok Yatim
dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara :
1. Penerapan kembali bimbingan agama dalam upaya
pembentukan karakter anak yang telah diterima
anak dari pondok, dan orangtua juga hendaknya
lebih ditingkatkan lagi membimbing dan
mengarahkan anak dan orangtua juga harus
mencerminkan karakter yang baik bagi anak.
Mengingat bahwa tauladan dari orangtua
berpengaruh besar pada karakter anak.
2. Lebih fokus untuk memperhatikan tumbuh kembang
anak menuju remaja dimana sosok panutan dan
acuan anak-anak terdapat pada didikan serta arahan
orang tua, untuk itu diharapkan orangtua tidak
mengabaikan pentingnya pembantukan karakter
anak guna menopang masa depan anak diwaktu
yang akan datang.
181
DAFTAR PUSTAKA
REFERENSI BUKU
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada
Amri, Sofwan. 2011. Implementasi Pendidikan Karakterd dalam
Pembelajaran . Jakarta: Prestasi Pusaka Karya..
Arifi. 1976. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam Disekolah
dan keluarga. Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin, H.M. 1998. Pedoman Pelaksaan bimbingan dan Penyuluhan Agama.
Cetakan ke-2. Jakarta: Golden Teroyan Pres.
Arifin,H.M. 1976. Pokok-Pokok tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama.
Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin. 1997. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama
Di Sekolah Dan Luar Sekolah. Jakarta: Bulan Bintang..
Azwar, Saifuddin. 2017. Metode Penelitian Psikologi Edisi II. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI. 2010. Pendidikan ;
Pengembangan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran.
B Hurlock, Elizabeth. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendapat
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Black ,James, Champion, Dean. 1992. Metode dan Masalah Penelitian
Sosial. Bandung: PT. Eresco..
Champion , Dean, Back, James. 1992. Metode dan Masalah Penelitian
Sosial. Bandung: PT. Eresco.
Chapin,J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi, Cetakan ke-8 . Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
182
Creswell, W, John. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Penerbit Bintang.
Daradjat,Zakiah. 1992. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung..
Depdiknas. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan. Ke-1. Jakarta:
Balai Pustaka.
Faqih,Rokhim, Ainur. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam.
Yogyakarta: UII Press.
Gunawan, Imam, 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ganursa, D, Singgih. 1995. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Heryanto, Gun Gun Heryanto. 2016. Diskursus Islam Nusantara di Media
Online. Jakarta: Lasswell Visitama.
Hallen. 2002. Bimbingan dan Konselling,. Jakarta : Ciputat Pers.
Hankel. 1982. Insklopedia Indonesia. Jakarta: Ihtiar Baru.
Jalaludin. 1998. Psikologi Agama, Cetakan ke-3. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Jalaludin . 2016. Psikologi Agama, Cetakan ke- 18, Edisi Revisi. Jakarta:
PT. Rajawali Pres.
Kadri,Muhammad dan Abdullah, Ridwan. 2019. Pendidikan Karakter
Cetakan ke-2. Jakarta: Bumi Aksara.
Kurniawan., Syamsul M.A, 2016. Pendidikan Karakter ( Konsep,
Implementasi secara terpadu, di lingkungan sekolah,
keluarga,perguruan tinggi dan msyarakat),Cetakan ke-2. Jakarta;
AR-RUZZ MEDIA.
Kardiman, A.M. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: PT. PronHalindo.
183
Lutfi, M. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling Islam).
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.
Mardani. 2017. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Prenada Media Group.
Mapiare, Andi. 1984. Pengantar Bimbingan dan konseling di sekolah.
Surabaya : Usaha Nasional.
Mansur. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Cetakan.Ke-3.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non- Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mulyasa. 2018. Manajemen Pendidikan Karakter, Cetakan ke-6. Jakarta; PT
Bumo Aksara.
Minner, John dan Stainer A George Manajemen Stratejik. Jakarta: Erlangga.
Mardani. 2017. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Prenada Media Group.
Muhsin. 2004. Menyayangi Dhuafa. Jakarta: Gema Insani.
Naim,Ngainun. 2012. Character Building Cetakan ke-1. Yogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Nurul, Zuriah. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Keluarga.. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nasution, Harun. 1979. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid 1.
Jakarta: UI Pers.
Nurihsan, A, Juntika dan Yusuf, Syamsul. Landasan Bimbingan dan
Konselling. Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Nasrudin,Rozak. 1989. Dianul Islam. Cetakan ke- 10. Bandung: Al-Ma’arif.
Priyono. 1986. Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis. Yogyakarta :
BPFE.
184
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Partanto,A, Pius. 2001. Kamus Ilmiah Populer .Surabaya: ARKOLA.
Ramayulis. 2016. Bimbingan Konseling Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Rahmad,Dadang. 2000 . Sosiologi Agama. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Salahudin,Anas. 2013. Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama,
Budaya dan Bangsa. Bandung: Pustaka Setia.
Sartono. 1988. Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Bandung: CV
PUSTAKA SETIA.
Sugiyono. 2009. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung: CV. Alfabeta.
Sujanto, Agus. 1981. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Askara Baru.
Syukir, Asmuni, 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al
Ikhlas.
Singarimbun, Masri, Efendi, Sofyan. 1995. Metodologi Penelitian Survei,
Cetakan.Ke-1. Jakarta: LP3ES.
Socrates. 1994. Menepis Impian, Jilid ke-2. Yogyakarta: Media Abadi.
Setiawan ,Guntur. 2004. Implementasi dalam Birokrasi Perkembangan,.
Jakarta: Balai Pustaka.
Supratikno, Hendrawan. 2003. Advanced Strategic Management: Back to
Basic Approach. Jakarta: PT. Gravindo Utama.
Sondang Siagian. 1986. Analisa Serta Kebijaksanaan dan
StrategiOrganisasi. Jakarta: PT. Gunung Agung.
Shofi, Ummu. 2007. Agar Cahaya Mata Makin Bersinar. Solo: PT. Indiva
Media Kreasi.
Suwaidi, Hafidh, Abdul dan Ibnu, Muhammad. 2009. Cara Nabi Mendidik
Anak, Cetakan ke-3. Jakarta: Al- I’tisham.
Surya,M. 1998. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konselling. Yogjakarta.
185
Sujanto,Agus. 1981. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Askara Baru.
Surya,Muhammad. 1988. Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, (Teori Dan
Konsep). Yogyakarta: PTKota Kembang.
Tim Penyusun. 2006. Intervensi Psikososial (Intervensi Pekerja Sosial
Profesional). Jakarta: Departemen Sosial Direktorat Kesejahteraan
Anak, Keluarga dan Lanjut Usia.
Tim Penyusun Kamus. Pusat Pembinaan dan Pengembangan. 1995. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam. 1997. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta :
PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Undang-Undang No. 23 tahun 2002. 2007. Tentang perlindungan anak,.
Jakarta : Vissimedi.
Usman ,Nurudin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.
Jakarta:Grasindo.
Ummah, Aimmatul, Khurul. 2018. Pola Implementasi Alokasi Ziswaf Dalam
Penyediaan Akses Pendidikan Bagi Kaum Dhuafa. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
Uchyana,Onong. 1992. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Wingkel, W.S FKIP, IKIP. 1999. Senata Darma, Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: P.T Gramedia.
Yaumi, Muhammad. 2018. Pendidikan Karakter ( Landasan, Pilar,
Implementasi), Cetakan ke 2 . Jakarta; PRENADAMEDIA GROUP.
186
REFERENSI SKRIPSI
Amalia, Syifa. 2015 . “ Implementasi Bimbingan Agama dalam
Meningkatkan Kesadaran Beribadah pada Warga Binaan Sosial
(WBS) Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger, Jakarta
Timur”. Jakarta: Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah.
Nurhasanuddin. 2012. “Metode Bimbingan Islam Dalam Pemahaman
Al-Qur’an Pada Anak Yatim Di Pondok Pesantren Himmaturrijal
Bekasi”. Jakarta. : Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah.
Nurjayati , Ajar , Dwi, 2018 .“Implementasi Bimbingan Agama Islam
Untuk Membentuk Akhlakul Karimah Anak Panti Asuhan Kafalatul
Yatama Karonsih Ngaliyan Semarang”. Semarang: Skripsi S1
FakultasDakwah dan Komunikasi, UIN Walisongo Semarang.
Diakses Pada 2 Desember 2019
Nurkhasanah. 2017. “Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak
Panti Asuhan Putra Muhammadiyah Cabang Medan Kota” Medan:
Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sumatera Utara
Medan. .Diakses Pada 2 Desember 2019
Melani , Dian. 2017 .“Implementasi Bimbingan Agama Islam Dalam
Pembentukan Moral Anak Dipanti Asuhan Darul Hadlonah
Purbalingg”. Purwokerto : Skripsi S1 Fakultas Dakwah, IAIN
PURWOKERTO. Diakses Pada 2 Desember 2019
187
REFERENSI INTERNET
Admin KPAI, “UU RI nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak”,
http://www.pdat.co.id diunduh pada tanggal 16 februari 2020 pukul
09.00 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS), Proyeksi Jumlah Penduduk DKI Jakarta 2020,
https://www.bps.go.id/ Diakses pada 5 Januari 2020, Pukul. 15.OO
WIB
Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK & DIKTI Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Undang-undang Republik
Indonesia N0.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/ Diakses pada Tanggal 7
Februari 2020, Pukul, 11.00 WIB
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Konsep
Pedoman dan Penguatan Karakter (Jakarta) Hal. 9
http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id Diakses pada Tanggal 7
Februari 2020, Pukul, 11.00 WIB
Profil Pondok Yatim Piatu dan Dhuafa “ Daar El- Yaqin”,
https://m.facebook.com . Dengan dengan akun Daar El-Yaqin,
Dokumentasi Kegiatan Pondok, Pengambilan Data diakses pada
Tanggal 24 Februari 2020
CATATAN LAPANGAN
12 November 2019
Pada saat terik matahari sedang menyinari DKI Jakarta
pada saat itu pula tepat berada di hari selasa tanggal 12
November 2019 pukul 11.00 WIB saya untuk pertama
kalinya datang dan berkunjung ke Pondok Yatim Piatu dan
dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, ini
merupakan tempat ke 5 dari ke 4 survei rumah yatim
sebelumnya, ketertarikan penulis terhadap anak menjadikan
penulis ingin membahas hal tersebut, melihat kondisi
tempat dan suasana sesuai dengan konsep dan gambaran
umum penulis, maka penulis memberanikan diri kesana.
Cukup jauh dari tempat tinggal penulis dan domisili saat ini
penulis berada di ciputat, Tangerang Selatan.
19 Desember 2019
Pada hari kamis, tanggal 19 Desember 2019, peneliti
datang lagi ke Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara. Hari itu saya ditemani
mamah ke Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara. Setelah sesampainya di Pondok,
banyak anak-anak sedang mengaji, sesampainya disana saya
bertemu bapak Muklis Amin, dan mengabarkan bahwa abi
lagi keluar sebentar, masuklah saya dan mamah kedalam
pondok, dan menunggu abi diruang kantor pondok, peneliti
dan mamah datang kepondok pada malam hari setelah
shalat maghrib, terlihat disana anak-anak santri asuh sedang
mengaji setelah shalat maghrib sambil menunggu shalat
isya, sambil mengamati lingkungan, akhirnya shalat isya
pun selesai, peneliti dan mamah tidak ikut berjamaah
dengan santri asuh disana, kemudian bapak mukhlis amin
menghampiri peneliti dan mamah diruang kantor, dan
meminta maaf dan mengabarkan bahwa abi masih diluar
hingga jam 22.00 karena dikhawatirkan percuma datang
kesana tanpa melakukan apapun maka kami saling bercerita
tentang pondok Pondok Pondok Yatim Piatu dan dhuafa
“Daar El-Yaqin”. Waktupun tak terasa hingga jam 9.00
namun abi belum juga datang kepondok, peneliti dan
mamah memutuskan untuk pulang.
4 Januari 2020
Pada hari sabtu, tanggal 4 januari 2020 peneliti datang
kembali ke Pondok Pondok Pondok Yatim Piatu dan dhuafa
“Daar El-Yaqin”, ditemani dengan saudara saya. Hari itu
pun sama peneliti bertemu kembali dengan mukhlisin
selaku sekretaris Pondok Pondok Pondok Yatim Piatu dan
dhuafa “Daar El-Yaqin” , peneliti menanyakan apakah
boleh peneliti meneliti disini ,dan bapak muhklis menyuruh
peneliti untuk menanyakan secara langsung kepada
pimpinan pondok, lalu pak mukhlisin memanggil abi yang
ada dirumah depan pondok lalu peneliti mengenalkan diri
begitu asalnya dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk
melakukan penelitian di Pondok Yatim Piatu dan dhuafa
“Daar El-Yaqin” ini. Setelah sekian lama berbincang-
bincang tak terasa waktu cepat berlalu, karena kebetulan
jatuh dihari weekend jadi peneliti mencukupkan pada hari
itu dan pamit untuk pulang.
22 Februari 2020
Pada tanggal 22 Februari 2020, waktu dimana jadwal
peneliti untuk wawancara Pak muclis sebagai pembimbing,
peneliti kembali datang ke Pondok Yatim Piatu dan dhuafa
“Daar El-Yaqin” bertepatan pada hari senin setelah lama
mengobrol dengan santri asuh, penelitipun kembali turun ke
aula serba guna untuk kembali bersama ayah abi dan pak
muclis dibawah, setelah asik berbincang-bincang penelitimu
meminta bantuan untuk melengkapi data yang diperlukan
untuk skripsi yang peneliti sedang buat. Setelah itu waktu
menujukan pukul 12.00 siang dan waktunya shalat jamaah
di Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin” dan
peneliti dan ayah bergegas pulang maka selesailah hari itu
penelitian peneliti.
24 Februari 2020
Pada saat terik matahari sedang menyinari Ciputat pada
saat itu pula tepat berada di tanggal 24 Februari 2020 pukul
09.00 WIB saya berniat untuk balik kerumah dan akan ke
Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin” suatu
kondisi yang baik baik saja sepanjang jalan ciputat rumah
peneliti, sesampainya arah rumah peneliti cuaca mendung,
alangkah terkejutnya peneliti menyaksikan bahwa, jalan
menuju arah rumah peneliti rata dengan air, banjir melanda
rumah peneliti, merupakan suatu kesalahan yang dilakukan
peneliti, peneliti tidak menghubungi pihak rumah dan
menanyakan bagaimana kondisi dan cuaca disana, karena
sudah terlanjur diperjalanan, dengan sangat hati-hati peneliti
menjalankan sepeda motor, untung tidak mogok dijalan,
sesampainnya dirumah, orang rumah pasrah karena untuk
pertama kalinya sejak 20 tahun lebih keluarga peneliti
tinggal disana belum pernah sedikitpun banjir, tapi kini
hingga 1 meter air menenggelamkan rumah peneliti, agenda
ke Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin”
terpaksa peneliti batalkan karena akses kesanapun tertutup,
peneliti hanya berkabar dengan abi lewat whatsaapp dan
mengatur jadwal ulang untuk melakukan penelitian skripsi
kembali. Dan peneliti mengatur jadwal dengan abi pada
tanggal 22 april 2020.
22 April 2020
Pada saat terik matahari sedang menyinari DKI Jakarta
pada saat itu pula tepat berada di tanggal 22 April 2020,
pada saat itu pula telah terjangkitnya suatu wabah yang
dikenal dengan covid-19 dimana kita yang berdomisi di
DKI Jakarta menerapkan PPSB (Pemberlakuan pebatasan
sosial bersekala besar) dimana setiap wilayah melakukan
lock dwn atau karantina wilayah, sehingga askses kesuatu
daerah kedaerah lain sedikit terhambat karena banyaknya
jalan diportal dan sekolahpun banyak yang libur, peneliti
mencoba menghubungi abi dan menanyakan kondisi
pondok, karena akses keluar masuk daerah yang cukup
rumit abi menyarankan untuk mendapatkan informasi data
melalui akun media sosial Pondok Yatim Piatu dan dhuafa
“Daar El-Yaqin” disana banyak gambar kegiatan santri
asuh yang berkaitan dengan bimbingan agama dalam
pembentukan karakter dan penerapannya. Efek dari adanya
pandemi ini peneliti jadi mengulur waktu dan hanya
melengkapi berkas yang peneliti sudah dapatkan dan
mencatat apa saja yang belum didapatkan oleh peneliti,
tidak jauh dari masalah pandemi yang mewabah masuklah
bulan suci ramadhan dan peneliti mengatur jadwal kembali
untuk melakukan penelitan kembali
27 Juni 2020.
Lalu di tanggal 27 Juni 2020 tepat dihari libur pada hari
sabtu,seperti waktu yang disarankan abi, karena kesibukan abi
dan dikhawatirkan orang tua dari santri asuh tidak ada dirumah
untuk itu abi memilih waktu dihari libur dan pagi hari, dipagi
yang cukup sejuk dan awan menghiasi langit, peneliti bergegas
pergi ke rumah orang tua dari santri asuh yang tidak jauh dari
letak pondok, kenapa peneliti tidak mengambil orang tua asuh
yang sama seperti anak yang diwawancari kendala yang pertama
adalah orang tua mereka berda jauh dari pondok dan berhalangan
lain karena memiliki kesibukan dan tidak ingin diwawancarai
kemudian peneliti lewat saran dari abi, peneliti kembali
berkunjung ke Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin”
dengan ditemani oleh mamah peneliti. Sesampainya dipondok
peneliti dan mamah sudah disambut hangat oleh abi setelah
mengobrol sebentar peneliti, mamah dan abi bergegas ke 3 rumah
yang berbeda tempat orang tua dari santri asuh, peneliti dan
mamah hanya diberitahu 3 lokasi dan abi pun bergeas balik
kepondok dan meninggalkan mamah dan penliti, setelah
memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan
peneliti datang kesana serta memohon izin dan orang tuapun
bersedia, mereka sangat ramah dan menyambut baik peneliti dan
mamah, peneliti melakukan wawancara sesuai pedoman
wawancara ditempat yang berbeda karena keasikan mengobrol
dengan ketiga orang tua asuh penelitipun bergegas pulang karena
waktu sudah menunjukan sore hari. Dengan hasil yang positif
maka peneliti menyudahi wawancara. Namun sesampainya
dijalan penelitipun baru ingat lupa untuk mengabadikan foto
kemudian keesokan harinya peneliti memutuskan untuk kembali
kerumah orang tua asuh santri dan meminta foto sebagai bukti
telah melaukan wawancara.
Lalu di tanggal 28 Juni 2020, peneliti kembali berkunjung
ke rumah santri asuh untuk meminta foto, tepat diminggu pagi
ketika peneliti kelokasi sayangnya ketiga orang tua itu sedang
tidak ada dirumah hanya ada santri asuh dan tetangga yang
mengabarkan ketidak adaan mereka kemudian penelitipun
memutuskan untuk balik kerumah, dan berniat kembali untuk
datang kesana setelah maghrib, setelah maghrib peneliti dan
mamah pergi ke tiga rumah yang saling berdekatan dan tidak
terlalu jauh dari pondok sehingga tidak memakan waktu cukup
lama akhirnya peneliti bertemu mereka bertigadiwaktu yang
berbeda setelah selesai dimalam itu penelitipun langsung
bergegas untuk pulang.
Pada saat terik matahari sedang menyinari DKI Jakarta pada
saat itu pula tepat berada di tanggal 05 Juli 2020, pada saat itu
pula masih terjangkitnya suatu wabah yang dikenal dengan
covid-19 dimana kita yang berdomisi di DKI Jakarta masih
menerapkan PPSB (Pemberlakuan pebatasan sosial bersekala
besar) dan pemberlakukan New Normal masih diberlakukan tetap
saja angka kenaikan masyarakat yg positif semakin bertambah
dengan tetap menjaga protokol kesehatan dengan masih ditemani
sang mamah tepat pada hari rabu setelah menjemput adik peneliti
yang bersekolah tk tidak jauh dari rumah, peneliti dan sang
mamah segera bergegas untuk pergi ke Pondok Yatim Piatu dan
dhuafa “Daar El-Yaqin” guna melengkapi berkas yang harus
disiapkan, sesampainya disana peneliti dan mamah disambut abi,
dan mempersilahkan kami untuk duduk di aula serba guna
Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin” tak lama
setelah bincang-bincang ada santri asuh yang menyediakan kami
minum, setelah berbincang-bincang sebentar dengan abi peneliti
pun langsung memintaizin untuk melengkapi lampiran skripsi
peneliti, setelah merapihkan berkas’ mendukung terkait pondok,
peneliti mengatur jadwal kembali untuk berfoto dengan anak-
anak karena pada saat itu anak-anak sedang tidak berada
dipondok dan ada acara di grogol, setelah mengatur jadwal dan
haripun menjukan sudah masuk waktu shalat dzuhur, peneliti
dengan sang mamah bersiap untuk pulang karena tempat yang
kami duduki saat ini sedang disiapkan santri asuh untuk shalat
dzuhur berjmaah, tampak sangat disiplin dan tanggung jawab
serta mandirinya santri asuh di Pondok Yatim Piatu dan dhuafa
“Daar El-Yaqin” akibat penerepan bimbingan agama dalam
upaya pembentukan karakter mereka membuahkan hasil yang
sangat memuaskan.
Lalu di tanggal 18 Juli 2020, peneliti kembali
berkunjung ke Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-
Yaqin, peneliti mengikuti kegiatan santri sambil mencatat
kegiatan yang mereka lakukan sembari melakukan
pendekatan bersama para santri asuh dan sang mamah
mengobrol dengan asisiten ruamh pindok yang membantu
abi dalam mencuci pakaian santri asuh, karena umur mereka
yang masih sangat kecil, mereka masih dibantu dalam hal
mencuci pakaian namun dalam hal membersihkan Pondok
Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin” dan kamar tempat
mereka istrirahat sudah menjadi kewajiban yang harus
dilaksanakan guna menerapkan rasa tanggung jawab atas
perbuatan yang telah mereka lakukan dan melatih disiplin
serta mandiri dalam kesehariannya.
Dan walaupun tanpa pembimbing dan abi disana
mengawasi mereka, santri asuh disana tampak tetap
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang telah
diberikan kemudia mereka tampak saling peduli, membantu
satu sama lain, pada saat waktu shalat para santri asuh
mengingatkan untuk segera melakukan sholat berjama’ah.
Dan karena peneliti harus bertemu dengan pak muclis.
Namun sayangnya peneliti tidak bertemu dengan beliau
karena beliau sedang ada agenda lain
Pada akhirnya setelah peneliti hanya melakukan foto
dengan santri asuh dan bahan penelitianpun usai peneliti
cukupkan karena penelti sudah cukup lama berada disana
sambil membantu anak-anak bersih-bersih Pondok Yatim
Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin” dan merbincang-bincang
dengan mba, mengingat waktu penelitipun bergegas pulang,
dan mengatur jadwal kembali untuk bertemu pak muclis.
19 Juli 2020
Lalu keesokkan harinya pada tanggal 19 Juli 2020,
bertepatan pada hari minggu pagi, pukul 09.00 peneliti
kembali berkunjung ke Pondok Yatim Piatu dan dhuafa
“Daar El-Yaqin” sepulang peneliti dari pasar menemani
mamah belanja kebutuhan sehari-hari. Dan tidak seperti
biasanya, pada hari itu suasana cuaca di lokasi penelitian
tidak sepanas biasanya, berhubung masih pagi juga.
Biasanya cahaya matahari terik dan kering, pada hari itu
cahaya mataharinya sedikit meredup, peneliti dan sang
mamh berniat untuk mengambil dokumentasi dengan pak
muclis karena selama beberapa hari lalu ketika berkunjung
kesini peneliti tidak pernah melakukan foto.
20 Juli 2020
Lalu keesokkan harinya pada tanggal 20 Juli 2020,
tepat dihari sabtu peneliti kembali berkunjung ke Pondok
Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin” ditemani ayah
setelah adzan maghrib tepatnya dimalam senin,
sesampainya disana peneliti sudah disambut hangat oleh abi
dan pak muchlis, sebelumnya peneliti sudah meminta izin
untuk mengambil surat keterangan telah melakukan
penelitia, surat itupun sudah jadi dan terprint rapih oleh abi,
setelah melakukan foto bersama abi dan pak muchlis,
penelitipun menyampaikan bahwa telah selesai penelitian
peneliti di Pondok Yatim Piatu dan dhuafa “Daar El-Yaqin”
malaka kota Jakarta Utara ini, sekaligus peneliti juga
mengucapkan terimakasih banyak kepada seluruh pihak
terkait yang berada di Pondok Yatim Piatu dan dhuafa
“Daar El-Yaqin” khusunya kepada abi dan pak muclis
karena sudah sangat begitu sabar mendampingi dan
membantu peneliti dalam melakukan penelitian, setelah itu
kami pun saling bercerita, bersama ayah peneliti setelah itu
penelitipun bergegas balik kerumah.
PEDOMAN WAWANCARA PENDIRI
Implementasi Bimbingan Agama Dalam Upaya Pembentukan
Karakter Anak di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara.
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Asal :
Waktu Wawancara :
Tempat wawancara :
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan latar belakang
pendidikan).
Jawaban:
2. Apa yang menjadi alasan dalam mendirikan Pondok Yatim
dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ini ?
Jawaban:
3. Bagaimana respon masyarakat sekitar terkait berdirinya
Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara ?
Jawaban:
4. Apa yang diterapkan Abi dalam upaya pembentukan
Karakter anak di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ?
Jawaban :
5. Menurut Abi sebagai Pimpinan Pondok Pondok Yatim dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara,
ceritakan gambaran umum mengenai karakter Anak disini
bagaimana?
Jawaban :
6. Bagaimana cara Abi menjalin hubungan antara pembimbing
dengan santri di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara. ?
Jawaban:
7. Menurut Abi, apakah dengan bimbingan agama dapat
membentuk karakter anak ?
Jawaban:
8. Program-program apa saja yang diterapkan di Pondok
Pesantren Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara kepada santri asuh disini?
Jawaban:
9. Bagaimana implementasi program-program tersebut?
Jawaban:
10. Apa Strategi yang diberikan pembimbing kepada santri untuk
membentuk karakter anak disini?
Jawaban:
11. Bagaimana tahap-tahap bimbingan agama dalam
membentuk karakter anak di Pondok Yatim dan Dhuafa
“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ini ?
Jawaban:
12. Kapan penerapan bimbingan agama untuk pembentukan
karakter santri asuh dilakukan?
Jawaban:
13. Dimana pelaksanaan bimbingan agama untuk pembentukan
karakter anak ini dilakukan?
Jawaban :
14. Berapa jumlah santri asuh yang biasa mengikuti
bimbingan agama?
Jawaban :
15. Apa tujuan memberikan bimbingan agama dalam
membentuk karakter anak bagi Abi?
Jawaban:
16. Apa saja perkembangan yang terlihat dari santri di Pondok
Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta
Utara. yang terkait dengan pembentuka karakter?
Jawaban:
17. Bagaiamana cara penerapan bimbingan agama dalam
pembentukan karakter anak dalam kehidupan sehari-hari ?
Jawaban :
18. Apakah ada kegiatan lain yang dapat membantu untuk
membentuk karakter anak yang dijalankan oleh Pondok
Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta
Utara ?
Jawaban :
PEDOMAN WAWANCARA PEMBIMBING
Implementasi Bimbingan Agama Dalam Upaya Pembentukan
Karakter Anak di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara.
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Waktu Wawancara :
Asal :
Tempat wawancara :
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan latar belakang
pendidikan).
Jawaban:
2. Menurut bapak karakter anak itu seperti apa?
Jawaban:
3. Apa yang diterapkan Bapak dalam upaya pembentukan
Karakter anak di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara ?
Jawaban :
4. Menurut bapak sebagai Pembimbing Pondok Yatim dan Dhuafa
“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara, ceritakan
gambaran umum mengenai karakter anak disini seperti apa?
Jawaban :
5. Bagaimana cara Bapak menjalin hubungan dengan santri asuh di
Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta
Utara. ?
Jawaban:
6. Apa yang ini dikembangkan di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara dalam pembentukan
Karakter anak disini.?
Jawaban:
7. Seberapa penting pendidikan karakter anak terhadap santri dalam
proses tumbuh kembang anak tersebut?
Jawaban:
8. Menurut Bapak, apakah dengan bimbingan agama dapat
membentuk karakter anak ?
Jawaban:
9. Program-program apa saja yang diterapkan di Pondok Pesantren
Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta
Utara kepada santri asuh disini?
Jawaban:
10. Bagaimana cara pengimplementasian program-program tersebut?
Jawaban:
11. Apa Strategi yang diberikan pembimbing kepada santri untuk
membentuk karakter anak disini?
Jawaban:
12. Bagaimana tahap-tahap bimbingan agama dalam
membentuk karakter anak di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ini ?
Jawaban:
13. Kapan penerapan bimbingan agama untuk pembentukan
karakter santri asuh dilakukan?
Jawaban:
14. Dimana pelaksanaan bimbingan agama untuk pembentukan
karakter anak ini dilakukan?
Jawaban :
15. Berapa jumlah santri asuh yang biasa mengikuti
bimbingan agama?
Jawaban :
16. Apa tujuan memberikan bimbingan agama dalam membentuk
karakter anak bagi Abi?
Jawaban:
17. Apakah ada kegiatan lain yang dapat membantu untuk
membentuk karakter anak yang dijalankan oleh Pondok Yatim
dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ?
Jawaban:
18. Siapakah di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara ini yang khusus memberikan bimbingan
agama dalam membentuk karakter anak ?
Jawaban:
19. Apakah ada perubahan karakter yang dirasakan pembimbing
selama santri asuh di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara setelah mengikuti bimbingan agama ?
Jawaban:
PEDOMAN WAWANCARA ORANG TUA
Implementasi Bimbingan Agama Dalam Upaya
Pembentukan Karakter Anak di Pondok Yatim dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara.
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Asal :
Waktu Wawancara :
Tempat wawancara :
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan pekerjaan).
Jawaban:
2. Anak menjadi santri di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara karena keinginan
sendiri atau orang tua? (alasannya)
Jawaban:
3. Mengapa Bapak/ibu merestui anak Bapak/ibu untuk
tinggal dan belajar di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ini?
Jawaban:
4. Berapa kali Bapak/ibu menjenguki anak ke Pondok Yatim
dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ?
Jawaban:
5. Menurut ibu/bapak, Bagaimana gambaran karakter anak
ibu/bapak sebelum masuk ke Pondok Yatim dan Dhuafa
“Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara ini?
Jawaban:
6. Menurut Bapak/ibu karakter itu merupakan hal yang
penting atau tidak bagi anak selama menjadi santri asuh di
Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarta Utara?
Jawaban:
7. Karakter anak seperti apa yang Bapak/ibu harapkan dapat
yang dimiliki anak ibu/bapak selama menjalani
aktifitasnya di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara?
Jawaban:
8. Dukungan seperti apa yang berikan agar anak senantiasa
bersemangat menjalani aktifitasnya di Pondok Yatim dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara?
Jawaban:
9. Apakah ada perubahan perilaku pada anak setelah
menjadi santri asuh di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar
El-Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara?
Jawaban:
10. Bagaimana pendapat Bapak/ibu terkait berdirinya
Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka
Kota Jakarta Utara ini?
Jawaban
11. Apakah menurut Bapak/ibu sepakat bahwa bimbingan
agama itu dapat membentuk karakter anak?
Jawaban
12. Menurut Bapak/ibu seluruh kegiatan bimbingan agama
yang berada di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarta Utara berdampak positif
dalam pembentukan karakter anak-anak bapak/ibu disini?
Jawaban
13. Apa harapan Bapak/ibu kepada anak selama menjadi
santri di Pondok Yatim dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarta Utara?
Jawaban:
DOKUMENTASI PENELITIAN
Foto peneliti bersama subjek
penelitian
(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu, dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarata Utara)
Nama : Ade Suryana
Umur : 13 Tahun
Asal : Jawa Barat
Tergolong : Piatu
Foto peneliti bersama subjek
penelitian
(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu,
dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarata Utara)
Nama : Mutmainah Sholeha
Umur : 10 Tahun
Asal : Madura
Tergolong : Piatu
Foto peneliti bersama subjek
penelitian
Foto peneliti bersama subjek
penelitian
(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu, dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarata Utara)
Nama : Ahmad Wildan Firdaus
Umur : 14 Tahun
Asal : Jakarta
Tergolong : Dhuafa
(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu,
dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarata Utara)
Nama : Marcelino
Umur : 12 Tahun
Asal : Cianjur
Tergolong : Dhuafa
Foto peneliti bersama subjek
penelitian
(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu, dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarata Utara)
Nama : Nindi Rahayu
Umur : 17 Tahun
Asal : Indramayu
Tergolong : Dhuafa
Foto peneliti bersama subjek
penelitian
(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu,
dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarata Utara)
Nama : Riski Amelia
Umur : 14 Tahun
Asal : Tegal
Tergolong : Yatim
Foto peneliti bersama subjek
penelitian
(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu, dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarata Utara)
Nama : Rifha Aulia Zahra
Umur : 13 Tahun
Asal : Tegal
Tergolong : Yatim
Foto peneliti bersama subjek
penelitian
(Santri Asuh Pondok Yatim Piatu,
dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarata Utara)
Nama : Novita Sari
Umur : 11 Tahun
Asal : Tegal
Tergolong : Yatim
Foto peneliti bersama
(Pendiri Pondok Yatim Piatu, dan
Dhuafa “Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarata Utara)
Nama : Muhammad Sholeh (Abi)
Umur : 52 Tahun
Asal : Jakarta
Foto peneliti bersama
(Pembimbing Pondok Yatim Piatu,
dan Dhuafa “Daar El-Yaqin”
Malaka Kota Jakarata Utara)
Nama : Muclis Amin
Umur : 48 Tahun
Asal : Jakarta
Foto peneliti berama
(Orang Tua dari Santri Asuh Pondok
Yatim Piatu, dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarata Utara)
Nama : Darso
Umur : 48 Tahun
Asal : Jakarta
Foto peneliti bersama
(Orang Tua dari Santri Asuh
Pondok Yatim Piatu, dan Dhuafa
“Daar El-Yaqin” Malaka Kota
Jakarata Utara)
Nama :Nuriyah
Umur : 52 Tahun
Asal : Jakarta
Foto peneliti bersama
(Orang Tua dari Santri Asuh Pondok
Yatim Piatu, dan Dhuafa “Daar El-
Yaqin” Malaka Kota Jakarata Utara)
Nama : Koriyah
Umur : 48 Tahun
Asal : Jakarta
Foto Peneliti di Pondok Yatim Piatu
dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” yang
berlokasi di Malaka Kota Jakarta
Utara
Foto Peneliti di Pondok Yatim Piatu
dan Dhuafa “ Daar El-Yaqin” yang
berlokasi di Malaka Kota Jakarta
Utara