54
DEALING WITH CYBERBULLIES Sistem Keamanan Komputer Tugas Final 1 DISUSUN OLEH Agung Budi Setiawan 1181028

Dealing with Cyberbullies

  • Upload
    unai

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

DEALING WITH CYBERBULLIES

Sistem Keamanan Komputer

Tugas Final 1

DISUSUN OLEH

Agung Budi Setiawan

1181028

UNIVERSITAS ADVENT INDONESIAJl. Kolonel Masturi 288 Parongpong, Bandung Barat

– 40559

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karenaberkat izin dari-Nya saya masih diberikan kesehatan dankemampuan untuk memberikan informasi – informasi ataupuntulisan – tulisan yang bertemakan “Dealing with Cyberbullies”ke dalam sebuah makalah untuk dapat berbagi dengan pembaca.

Makalah ini disusun atas dasar sebagai tugas akhir pertamamata kuliah “Sistem Keamanan Komputer”, dosen pengajar RaymondMaulani, MT. Universitas Advent Indonesia. Makalah ini telahdibuat dengan berbagai observasi dan beberapa media untukmembantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selamamengerjakan makalah ini.

Makalah ini ditulis dan disampaikan dengan bahasa sehari –hari agar mudah dipahami dan dimengerti dan juga materi yangdisampaikan makalah ini dibuat dengan semudah dan sesimpelmungkin.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasarpada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembacauntuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untukpenyempurnaan makalah selanjutnya. Makalah ini bisa diaksesmelalui media internet dengan cara membuka “blog” penulisyakni unai.academia.edu/AgungBudiSetiawan

Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna untuk siapa sajadan memberikan manfaat bagi kita semua. Tuhan memberkati kita.

2

Bandung, November 2013

Agung Budi Setiawan

3

DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR………………………………………………………………...…........i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...…………..ii

BAB I – PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG....………………....………………….…..….……..1

1.2 TUJUAN……………………………………………………..…….……...2

1.3 RUANG LINGKUP MATERI……………………………………….…....2

BAB II – DASAR TEORI/LANDASAN TEORI

2.1 ELEMEN CYBERBULLYING …………………………………............4

2.2 BENTUK AKTIVITAS CYBERBULLYING MENURUT

WILLARD....4

2.3 KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN……………………………..……...5

2.4 PERSEPSI TERHADAP KORBAN………………………………...…….6

2.5 STRAIN……………………………………………...…………………….6

2.6 PERAN INTERAKSI ORANGTUA DAN ANAK………………..

….......7

2.7 CYBERBULLY & CYBERSTALKING……………………...………......7

2.8 CYBERBULLYING SEBAGAI INTIMIDASI SESEORANG…..

……..10

4

BAB III – PEMBAHASAN

3.1 METODE YANG DIGUNAKAN CYBERBULLY………………...…...18

3.2 CYBERBULLY DALAM VIDEO GAME………………………..….....20

3.3 PERLINDUNGAN BAGI KORBAN LANSIA…………………..

…......21

3.4 CYBERBULLING KAUM DEWASA ……………………..…………22

3.5 DAMPAK CYBER BULLYING……………………………....………..23

3.6 CARA MENYIKAPI CYBERBULLYING……………………...………24

3.7 CYBERBULLYING MEMLIKI ASPEK HUKUM…………………......25

3.8 PENCEGAHAN CYBERBULLYING…………………………..…........26

BAB IV – PENUTUP

4.1 KESIMPULAN…………………..………………………..……………..27

4.2 USUL DAN SARAN ………………………………………………..…..28

DAFTAR PUSTAKA………………………………………..……………………...315

6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dengan perkembangan media elektronik ini, maka sekarang ada

yang namanya “cyberbullying”, yaitu perlakuan kasar yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, menggunakan

bantuan alat elektronik yang dilakukan berulang dan terus

menerus pada seorang target yang kesulitan membela diri.

Oleh karena itu makalah ini di buat dengan judul “Dealing

with Cyberbullying”. Maksud dari judul ini adalah sebuah

tindakan yang melontarkan kata-kata negatif tanpa dipikirkan

dulu secara mendalam apa akibatnya bagi diri, atau orang

lain yang membacanya dan terjadi pada dunia teknologi

khususnya pelecehan melalui dunia internet dan saya sebut

sebagai “cyberbullying”. “Cyberbullying” dapat terjadi di

mana saja, bisa di rumah, melalui email, sms dan situs

sosial, contohnya saja seperti situs – situs jejaring sosial

“facebook” atau “twitter”, dsb.

Bullying telah menjadi salah satu perilaku memprihatinkan

yang terjadi di dunia pendidikan. Perilaku dimana seorang

siswa mengejek, mempermalukan, atau menyiksasiswa lainnya

ini telah berlangsung sejak lama, dan seringkali pihak

sekolah tidak mengetahui kapan tindakan bullying itu

terjadi, karena perilaku ini terjadi secarasembunyi-sembunyi

tanpa sepengetahuan otoritas, namun bisa memberikan dampak

psikologis yang sangat besar bagi para korban.Di era

komunikasi digital seperti sekarang ini, para pelaku

7

bullying mulai telah menemukan taman bermain baru bagi

mereka untuk melancarkan aksinya, yaitu internet. Ini

merupakan bentuk baru dari bullying, yang disebut

cyberbullying. Cyberbullying merupakan penyalahgunaan dari

teknologi Diana seseorang menulis teks ataupun mengunggah

gambar maupun video mengenai orangtertentu dengan tujuan

untuk mempermalukan, menyiksa, mengolok-olok, ataumengancam

mereka. Lebih jauh lagi, teks, gambar atau video yang mereka

unggah keinternet itu mengundang komentar dari pihak ketiga

(bystander) yang seringkali ikutmelecehkan dan mempermalukan

korban dan memperparah dampak yang diakibatkan bagi para

korban cyberbullying. Walaupun cyberbullying tidak

melibatkan kontak personal antara pelaku dankorban, tindakan

ini dapat merusak psikologis dan emosional korban.

Walaupunbanyak siswa menyangkal keseriusan dari pemberian

julukan, mengolok-olok, danaktivitas lainnya yang dianggap

tidak berbahaya, penelitian menunjukkan sebaliknya.Sebanyak

8% dari partisipan dalam suatu penelitian mengakui bahwa

pengalamanmenjadi korban bullying pada dasarnya telah

mempengaruhi mereka sampai padapoin dimana mereka mencoba

bunuh diri, kabur dari rumah, tidak mau sekolah, atausakit

secara kronis (Hinduja & Patchin, 2005). Lebih spesifik

lagi, dalam penelitianyang melibatkan lebih dari 3000 murid,

peneliti menemukan bahwa 38% dari korban bully merasa

dendam, 37% merasa marah, dan 24% merasa tidak dapat berbuat

apa-apa(Hinduja & Patchin, 2005). Dari hasil survey yang

dilaksanakan beberapa waktu yang lalu tercatat sebanyak 97%

responden yang mempunyai akun Twitter atau

8

Facebook. Sebanyak 46% responden pernah berada dalam

pertengkaran online dan 6% diantaranya

1.2 TUJUAN

Dengan disusun makalah ini, pemahaman tentang

“cyberbullying” akan lebih jelas dan lebih mengetahui

tentang bagaimana undang – undang “cyberbullying”, etika

dalam dunia internet, serta memahami penanggulan dan

pencegahan tentang “cyberbullying” ini.

1.3 RUANG LINGKUP MATERI

Ruang lingkup dari pembahasan masalah dalam makalah ini

ialah segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah seputar

pelecehan melalui dunia internet. Pelecehan disini bisa

berupa kata – kata yang negatif, menghina seseorang, ataupun

menjelek – jelekan harga diri seseorang yang di lontarkan

melalui dunia internet.

BAB II

DASAR TEORI/LANDASAN TEORI

Cyberbullying memiliki kata dasar yaitu cyber dan

bullying. Cyber adalah dunia maya/internet sedangkan bullying

adalah sebuah bentuk perilaku agresif yang terwujud dalam

sebuah penyiksaan. Bullying melibatkan penghinaan

secaraverbal, serangan atau kekerasan fisik dan ditujukan pada

korban tertentu atas dasar sukubangsa, agama, jenis kelamin,

orientasi seksual, atau kemampuan diri. (Wikipedia, 2011).9

Cyberbullying menurut situs http://stopcyberbullying.org

(2010) didefinisikansebagai situasi dimana seorang anak, pra-

remaja, atau remaja secara berulang-ulangdisiksa, diancam,

dilecehkan, dihina, dipermalukan atau dijadikan target oleh

anak-anak atau remaja lainnya menggunakan SMS, email, instant

messaging, atau berbagaimacam tipe media komunikasi digital

lainnya.

Menurut Kowalski (2008), cyberbullying mengacu pada

bullying yang terjadi melalui instant messaging, email, chat

room, website, video game, atau melalui gambaratau pesan yang

dikirim melalui telepon selular.Dari beberapa pengertian di

atas, dapat disimpulkan bahwa cyberbullying merupakan salah

satu bentuk dari bullying secara verbal dan non-verbal yang

dilakukanmelalui media elektronik seperti komputer atau

telepon selular, seperti mengirimkanpesan singkat yang berisi

kebencian terhadap seseorang, mengatakan hal-hal yangmenghina

perasaan orang lain dalam sebuah chat, atau menyebarkan isu

yang tidak benarmengenai seseorang melalui internet.

Mengacuhkan seseorang dalam sebuah chat room,atau mengejek

seseorang melalui media online juga merupakan salah satu

bentuk dari cyberbullying Cyberbullying adalah penggunaan

Teknologi Informasi untuk menyakiti atau melecehkan orang lain

secara sengaja, berulang, hingga bermusuhan.1 Menurut US Legal

Definisi, Cyber-intimidasi hanya sebatas untuk memposting

gosip tentang seseorang melalui internet. Gosip tersebut bisa

saja tentang kebencian, atau mungkin pada identitas pribadi

1 "What is Cyberbullying". U.S. Department of Health & Human Services.10

sesorang dan hal – hal tersebut sangat mempermalukan dan

mencemarkan nama orang tersebut.2

Dengan meningkatnya penggunaan teknologi tersebut

Cyberbullying telah menjadi semakin umum, terutama di kalangan

remaja.3 Dampaknya ada berbagai hal, contoh kasus pada diri

Tyler Celementi, ia tewas bunuh diri setelah harga dirinya di

lecehkan oleh sesorang di media internet. 4

Cyberbullying didefinisikan dalam kamus hukum sebagai

tindakan yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi

untuk keperluan yang disengaja, dilakukan terus menerus,

dengan tujuan untuk merugikan orang lain dengan cara

menyakiti/menghina harga diri orang lain hingga menimbulkan

perrmusuhan oleh seorang individu atau kelompok penggunaan

teknologi komunikasi dalam penggunaan layanan internet dan

teknologi mobile seperti halaman web dan grup diskusi serta

pesan instan atau pesan teks SMS.

Cyberbullying termasuk komunikasi yang berusaha untuk

mengintimidasi , mengkontrol, memanipulasi , meletakkan

informasi – informasi palsu hingga mempermalukan penerima .

Tindakan yang disengaja , berulang , dan menimbulkan

permusuhan dimaksudkan untuk menyakiti orang lain . Seperti

yang telah didefinisikan oleh “The National Council”

Cyberbullying adalah: “Tindakan yang dimaksudkan untuk

menyakiti dan mempermalukan orang lain melalui media internet,

2 http://en.wikipedia.org/wiki/Template:Ccite_web%5Ctitle%3DCyber_Bullying_Law_and_Legal_Definition3 "Cyberbullying: its nature and impact in secondary school pupils". The Journal of Child Psychology and Psychiatry.4 "Legal Debate Swirls Over Charges in a Student's Suicide". New York Times.

11

ponsel atau perangkat lain yang digunakan untuk mengirim teks

atau gambar yang".5

Seorang cyberbully mungkin menjadi orang yang memang ia

sendiri sebagai pelaukanya atau bisa saja ia meminta

keterlibatan orang lain secara online untuk melakukan aksinya.

2.1 ELEMEN CYBERBULLYING

Umumnya terdapat 3 elemen baik dalam setiap praktek

bullying dan cyberbullying, yaitu:

1. pelaku (bullies).

2. korban (victims), dan

3. saksi peristiwa (bystande)

2.2 BENTUK AKTIVITAS CYBERBULLYING MENURUT WILLARD (2005)

Ada beberapa tipe aktivitas pada cyberbullying. Aktivitas

tersebut meliputi:

a. Flaming, mengirimkan pesan amarah, kasar dan vulgar.

b. Harassment, berulang kali mengirimkan pesan yang ofensif.

c. Cyberstalking, berulang kali mengirimkan ancaman

membahayakan atau pesan-pesan yang sangat mengintimidasi.

d. Denigration, posting pernyataan yang tidak benar ataupun

kejam.

e. Impersonation, berpura-pura menjadi orang lain untuk

membuat orang tersebutterlihat buruk atau berada dalam

bahaya.

f. Outing dan trickery, mem-posting hal-hal yang mengandung

informasi pribadi atau sensitif mengenai orang lain atau5 “Cyberbullying - Law and Legal Definitions” US Legal

12

mem-forward pesan-pesan pribaditerlibat dalam trik-trik

dengan tujuan mengumpulkan informasi yangmemalukan dan

menyebarkannya

g. Exclusion, dengan sengaja mengeluarkan seseorang dari

online group.

2.3 KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN

Karakteristik anak yang menjadi pelaku bullying seperti

yang dipaparkan olehCamodeca & Goossens (2005; Kowalski, et

al., 2008) adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kepribadian yang dominan dan senang melakukan

kekerasan.

2. Cenderung temperamental, impulsif, dan mudah frustrasi.

3. Memiliki sikap positif terhadap kekerasan dibandingkan

anak lainnya.

4. Kesulitan mengikuti peraturan.

5. Terlihat kuat dan menunjukkan sedikit rasa empati atau

belas kasihan kepada merekayang di-cyberbully.

6. Sering bersikap secara agresif ke orang dewasa.

7. Pandai berkelit pada situasi sulit.

8. Terlibat dalam agresi proaktif (seperti agresi yang

disengaja untuk meraih tujuantertentu) dan agresi reaktif

(seperti reaksi defensif ketika diprovokasi).

Sedangkan karakteristik yang membuat anak menjadi target para

pelaku cyberbullying

(Demeray & Brown, 2009; Marden, 2010) adalah

13

a. Remaja yang rapuh, belum dewasa, dan secara sosial naif

yang kemampuandan pengetahuannya masih belum cukup untuk

membuat keputusan secara efektif.

b. Remaja lebih muda yang memiliki orang tua yang

overprotektif atau naïf namuncenderung memiliki hubungan

teman sebaya yang sehat dan memiliki nilai-nilai yang

bagus.

c. Pemuda yang hubungan dengan orangtuanya dan/atau teman

sebayanya sedangmelemah dan sedang dalam emosi yang

kalapalam emosi yang kalap.

Dalam penelitian lain, korban cyberbullying cenderung

memiliki harga diri yanglebih rendah diantara rekan sebayanya.

Hal itu menjadikan dirinya mengalami kecemasansosial dan

cenderung menghindari kontak sosial sehingga mempengaruhi

kemampuanmereka untuk membentuk suatu hubungan (Campfield,

2006). Namun meskipun remajayang menjadi target terbukti

memiliki tingkat kecemasan sosial yang tinggi, ternyata pelaku

cyberbullying-lah yang memiliki tingkat kecemasan sosial

paling tinggi(Kowalski, 2008).Seorang anak biasanya menjadi

target apabila mereka berbeda dalam haltertentu berdasarkan

pendidikan, ras, berat badan yang berlebih,memiliki kecacatan

atauyang sejenisnya, agama, dan lain-lain. Mereka juga

cenderung sensitif, pasif, dan berasal dari keluarga yang

penuh kasih dan saling peduli. Mereka dianggap ‘lemah’ oleh

para pelaku cyberbullying dan dengan mudah menjadi sasaran

(Marden, 2010).Tidak dipungkiri bahwa karakteristik

kepribadian cukup memainkan peran dalamkecenderungan seseorang

dalam melakukan tindakan cyberbullying. Orang dengan hargadiri

14

yang tinggi cenderung sering berperilaku agresif untuk

membuktikan dirinya lebihberkuasa daripada yang lain. Salah

satu cara mempertahankan kondisi tersebut adalahdengan

melakukan tindakan cyberbullying.

2.4 PERSEPSI TERHADAP KORBAN

Segala hal yang kita persepsikan mengenai manusia,

seperti tanggapan kita padaorang-orang terdekat kita,

bagaimana kita mengambil keputusan tentang karakteristik orang

lain, atau bagaimana kita menjelaskan mengapa seseorang

melakukan haltertentu, disebut dengan persepsi interpersonal.

Persepi interpersonal adalah pemberianmakna terhadap stimulus

inderawi yang berasal dari seseorang, yang berupa pesanverbal

dan nonverbal (Rakhmat, 2007).Dari survey awal penulis dengan

pelaku cyberbullying, sebagian besar dari merekamengungkapkan

alasan mereka mem-bully korban adalah karena sifat atau

karakteristik dari korban yang mengundang untuk mereka bully.

Dari pemaparan ini terlihat bahwapersepsi dan atraksi

seseorang terhadap individu tertentu dapat mempengaruhi

sikapmereka terhadap individu tersebut. Orang yang

kontroversial atau kurang disukaicenderung mengundang orang

lain untuk mem-bully dirinya, tidak peduli apapun yang

ialakukan.

2.5 STRAIN

Strain adalah suatu kondisi ketegangan psikis yang

ditimbulkan dari hubungannegatif dengan orang lain yang

menghasilkan afek negatif (terutama rasa marah danfrustasi)

yang mengarah pada kenakalan (Agnew, 1992). Teori strain15

menitikberatkanpada hubungan yang negatif dengan orang lain,

hubungan dimana seseorang tidak diperlakukan sebagaimana

dirinya ingin diperlakukan. Remaja yang mengalami

strainmemiliki kecenderungan untuk mem-bully atau men-cyber

bully orang lain daripadaremaja yang tidak mengalami strain

(Hinduja & Patchin, 2010). Cyberbullying dapat terjadi karena

ingin mengurangi ketegangan, membalaskandendam, atau

meringankan emosi negatif terutama ketika pelaku bullying

tidak memilikikemampuan dan sumber-sumber untuk mengatasi

peristiwa penuh stres karena dukungansosial dan kontrol

dirinya rendah (Agnew, 1992).

2.6 PERAN INTERAKSI ORANGTUA DAN ANAK

Peranan orangtua dalam mengawasi aktivitas anak dalam

berinteraksi di internetmerupakan faktor yang cukup

berpengaruh pada kecenderungan anak untuk terlibatdalam aksi

cyberbullying. Orangtua yang tidak terlibat dalam aktivitas

online anak menjadikan anak lebih rentan terlibat dalam aksi

cyberbullying (Willard, 2005). Beberapafaktor resiko lainnya

dari orangtua termasuk: kurangnya kehangatan dan

keterlibatanorangtua, pola asuh orang tua yang terlalu

permisif, kurangnya pengawasan, pendisiplinan fisik dan kasar,

dan/atau model perilaku bullying yang dicontohkan(umumnya

secara tidak sadar) oleh orang tua (Marden, 2010). Anak-anak

yang menjadipelaku bullying cenderung agresif dan mempunyai

sedikit simpati moral dan merekamengalami banyak konflik dalam

hubungan mereka dengan orangtuanya (Marden, 2010)

16

2.7 CYBERBULLY & CYBERSTALKING

Cyberbully bisa juga disebut sebagai cyberstakling,

sedikit dasar teori tentang cyberstalking. Cyberstalking

adalah penggunaan internet atau alat elektronik lainnya untuk

melecehkan seseorang, sekelompok orang, atau organisasi. Ini

mungkin termasuk tuduhan palsu, pemantauan, membuat ancaman,

pencurian identitas, kerusakan pada data atau peralatan,

permohonan dari anak-anak untuk seks, atau mengumpulkan

informasi dalam rangka untuk melecehkan. Aksi cyberstalking

bisa sangat berbahaya dan menakutkan, terutama bagi anak dan

remaja. Hal ini lantaran informasi identitas pribadi seseorang

yang tidak diketahui di Internet memberikan peluang bagi para

penguntit (stalker) untuk berkeliaran bebas menjalankan

aksinya. Cyberstalker (pelaku cyberstalker alias penguntit)

bahkan sering melakukan tindakkan ekstrim karena mereka merasa

tidak dapat ditangkap dan/atau dihukum karena sulit dideteksi.

Berikut sejumlah kriteria cyberstalking yang beraksi dengan

beberapa macam cara dan tujuan:

1. Tuduhan palsu. Banyak cyberstalkers mencoba untuk merusak

reputasi korban mereka. Mereka posting informasi palsu

tentang mereka di situs dan website tertentu. Mereka

mungkin mengatur situs mereka sendiri, blog atau halaman

pengguna untuk tujuan kejahatan ini. Mereka memposting

dugaan tentang korban untuk newsgroup, chat room atau

situs lainnya yang memungkinkan kontribusi masyarakat.

2. Upaya untuk mengumpulkan informasi tentang korban.

Cyberstalkers mungkin melakukan pendekatan dengan teman-

17

teman korban mereka, keluarga dan rekan kerja untuk

mendapatkan informasi pribadi. Mereka dapat memantau

informasi di Internet, atau menyewa seorang detektif

swasta. Mereka akan sering memonitor aktivitas online

korban dan berusaha untuk melacak alamat IP mereka dalam

upaya untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang

korban-korban mereka.

3. Mendorong orang lain untuk melecehkan korban. Banyak

cyberstalkers mencoba untuk melibatkan pihak ketiga dalam

pelecehan ini. Mereka mungkin mengklaim korban telah

merugikan penguntit atau keluarganya dalam beberapa cara,

misalnya dengan memposting nama korban dan nomor telepon

untuk mendorong orang lain ikut mengganggu korban.

4. Salah korban. cyberstalker akan mengklaim bahwa korban

melecehkan dirinya.

5. Serangan terhadap data dan peralatan. Mereka mungkin

mencoba untuk merusak komputer korban dengan mengirimkan

virus.

6. Memesan barang dan jasa. Mereka memesan barang atau

berlangganan majalah atas nama korban. Ini sering

melibatkan langganan untuk melakukan tindakkan pornografi

atau memesan mainan seks kemudian dikirim ke tempat

korban.

7. Mengatur pertemuan. Para pemuda menghadapi risiko tinggi

terutama terhadap cyberstalkers yang mencoba untuk

mengatur pertemuan di antara mereka.

Cyberstalker juga bisa melakukan beberapa hal di bawah ini:

18

Mengawasi aktivitas online korban via spyware (yaitu

program yang dirancang untuk memata-matai komputer atau

ponsel seseorang secara jarak jauh)

Melacak lokasi korban menggunakan teknologi GPS

Mencegat dengan panggilan ponsel atau SMS seseorang

Berkedok sebagai korban

Mengawasi dan menonton aktivitas korban lewat kamera

tersembunyi

Meskipun pelecehan online dan ancaman dapat dilakukan

dengan banyak bentuk, cyberstalking memiliki karakteristik

penting dengan menguntit secara offline. Banyak stalkers

online atau off termotivasi oleh keinginan untuk melakukan

kontrol atau mengawasi korban mereka dan terlibat dalam hal

tersebut untuk mencapai tujuan mereka. Seperti bukti yang ada,

sebagian besar menunjukkan bahwa mayoritas cyberstalkers

adalah laki-laki dan mayoritas korban-korban mereka adalah

perempuan, meskipun ada dilaporkan kasus perempuan melakukan

cyberstalking terhadap pria dan cyberstalking terhadap sesama

jenis. Dalam banyak kasus, cyberstalker dan korban memiliki

hubungan sebelumnya, dan cyberstalking dimulai ketika korban

mencoba untuk memutuskan hubungan. Namun, ada juga contoh

cyberstalking oleh orang asing. Mengingat sejumlah besar

informasi pribadi tersedia melalui Internet, cyberstalker

dapat dengan mudah menemukan informasi pribadi tentang korban

yang memiliki potensial.

Fakta bahwa cyberstalking tidak melibatkan kontak fisik

dapat menciptakan kesalahan persepsi bahwa lebih berbahaya

daripada menguntit secara fisik. Hal ini belum tentu benar.19

Dengan fungsi Internet yang menjadi bagian integral dari

kehidupan kita pribadi, penguntit profesional dapat mengambil

keuntungan dari kemudahan komunikasi serta peningkatan akses

terhadap informasi pribadi. Dengan kata lain, stalker mungkin

tidak mau atau tidak mampu menghadapi korban secara langsung

atau di telepon, ia mungkin memiliki sedikit keraguan

melecehkan atau mengancam dengan mengirim komunikasi

elektronik untuk korban. Akhirnya, seperti pelecehan fisik

mengintai, ancaman secara online mungkin merupakan awal

terhadap perilaku yang lebih serius, termasuk kekerasan fisik.

Tips Pencegahan Cyberstalking:

1. Jangan berbagi informasi pribadi dihadapan publik mana

saja secara online, atau memberikannya kepada orang

asing, termasuk dalam email atau chat room. Jangan

menggunakan nama asli anda atau nama panggilan sebagai

nama layar anda atau ID pengguna. Pilih nama yang gender

dan usianya netral atau sesuai. Dan jangan posting

informasi pribadi sebagai bagian dari profil pengguna.

2. Sangat berhati-hati dengan pertemuan dan kenalan secara

online dengan orang lain. Jika anda memilih untuk

bertemu, lakukanlah di tempat umum dan bawa serta teman

anda.

3. Pastikan bahwa anda memiliki jaringan “acceptable use

policy” yang melarang cyberstalking. Dan jika jaringan

anda gagal untuk menanggapi keluhan anda, pertimbangkan

20

untuk beralih ke penyedia yang lebih responsif terhadap

keluhan pengguna.

4. Jika situasi menjadi bermusuhan secara online, log off

atau online di tempat lain. Jika Anda dalam situasi

ketakutan pada suatu tempat, kontak lembaga penegak hukum

setempat.

Praktek cyberbullying tidak terbatas pada anak-anak dan,

sementara perilaku diidentifikasi dengan definisi yang sama

ketika dilakukan oleh orang dewasa, perbedaan dalam kelompok

usia kadang-kadang mengacu pada penyalahgunaan sebagai

cyberstalking atau cyberharassment bila dilakukan oleh orang

dewasa terhadap orang dewasa. 6 Umum taktik yang digunakan oleh

cyberstalkers dilakukan dalam forum publik, media sosial atau

situs informasi online dan dimaksudkan untuk mengancam

pendapatan korban, pekerjaan, reputasi, atau keselamatan.

Perilaku mungkin termasuk mendorong orang lain untuk

melecehkan korban dan berusaha untuk mempengaruhi partisipasi

secara online korban. Banyak cyberstalkers mencoba untuk

merusak reputasi korban mereka.

Cyberstalking mungkin termasuk tuduhan palsu, monitoring,

membuat ancaman, pencurian identitas, kerusakan data atau

peralatan, permohonan anak di bawah umur untuk seks, atau

mengumpulkan informasi untuk melecehkan. 7 Sebuah pola berulang

dari tindakan tersebut dan pelecehan terhadap target dengan

orang dewasa merupakan cyberstalking. Cyberstalking sering

terkait melaui online dan offline. Ada konsekuensi hukum6 "Cyber stalking". THE TIMES OF INDIA. Jun 6, 2011.7 "UCF Cyber Stalker’s Sentence Not Harsh Enough, Victim Says". ABC News. January 23, 2012. Retrieved 2012-10-21.

21

melalui offline dan juga online, hingga akhirnya cyber-

stalkers dapat dimasukkan ke dalam penjara. Intinya adalah

cyberstalking merupakan suatu bentuk dari cyberbullying.

2.8 CYBERBULLYING SEBAGAI INTIMIDASI SESEORANG

Karakteristik tertentu yang melekat dalam teknologi

online meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan

dieksploitasi untuk tujuan yang menyimpang. 8 Tidak seperti

intimidasi fisik, pengganggu elektronik menggunakan account

email sementara, nama samaran di chat room, pesan instan,

pesan teks pada telepon seluler, dan tempat-tempat internet

lainnya untuk menutupi identitas mereka, ini mungkin

membebaskan mereka dari kendala normatif dan sosial pada

perilaku mereka.

Selain itu, forum elektronik sering kekurangan

pengawasan. Sementara obrolan host secara teratur mengamati

dialog di beberapa chat room dalam upaya untuk percakapan

polisi dan mengusir individu ofensif, pesan pribadi yang

dikirim antara pengguna (seperti surat elektronik atau pesan

teks) dapat dilihat hanya oleh pengirim dan penerima, sehingga

di luar peraturan mencapai otoritas tersebut. Selain itu,

ketika remaja tahu lebih banyak tentang komputer dan telepon

seluler dari orang tua, mereka itu mampu mengoperasikan

teknologi tanpa kekhawatiran bahwa orang tua akan menemukan

8 Patchin, J. W. & Hinduja, S. (2006). Bullies move beyond the schoolyard: A preliminary look at cyberbullying Youth Violence and Juvenile Justice, 4(2), 148–169.

22

pengalaman mereka dengan intimidasi (baik sebagai korban atau

pelaku).

Faktor lain adalah ketidakterpisahan dari telepon seluler

dari pemiliknya, membuat orang itu target abadi untuk korban.

Pengguna sering perlu untuk menjaga ponsel mereka dihidupkan

untuk tujuan yang sah, yang memberikan kesempatan bagi mereka

dengan niat jahat untuk terlibat dalam perilaku yang tidak

diinginkan seperti melecehkan panggilan telepon atau mengancam

dan pernyataan menghina melalui kemampuan pesan teks telepon

seluler. Untuk pemuda yang mengalami malu atau kebencian pada

diri sendiri, efek ini berbahaya karena dapat menyebabkan

isolasi diri yang ekstrim.

Satu keuntungan yang mungkin bagi korban cyberbullying

melalui intimidasi tradisional adalah bahwa mereka kadang-

kadang dapat menghindarinya hanya dengan menghindari Ruang

chatting yang bersangkutan. Alamat email dan nomor telepon

dapat diubah, di samping itu, sebagian besar account e-mail

sekarang menawarkan layanan yang secara otomatis akan

menyaring pesan dari pengirim tertentu bahkan sebelum mereka

mencapai kotak masuk, dan telepon menawarkan fungsi yang sama

ID pemanggil.

Namun, ini tidak melindungi terhadap semua bentuk

cyberbullying, penerbitan materi memfitnah tentang seseorang

di internet sangat sulit untuk mencegah dan setelah itu

diposting, banyak orang atau layanan pengarsipan berpotensi

dapat men-download dan meng-copy, di mana titik itu adalah

hampir tidak mungkin untuk dihapus dari Internet. Beberapa

23

pelaku memposting foto yang diedit seperti memfitnah

keterangan atau menyisipkan wajah korban pada tubuh telanjang.

Meskipun kebijakan yang menggambarkan cyberbullying sebagai

pelanggaran terhadap persyaratan layanan, banyak situs web

jejaring sosial telah digunakan untuk tujuan itu. 9

2.9 PENELITIAN

Australia

Survey dari The nation-wide Australian Covert Bullying

Prevalence10 menilai cyberbullying terjadi di antara 7.418

siswa. Rating untuk dunia maya - intimidasi meningkat dengan

usia muda, dengan 4,9 % dari siswa kelas 4 dibandingkan dengan

7,9 % di kelas 9 . Tahun 2009 melaporkan bahwa tingkat

intimidasi dan melecehkan orang lain lebih rendah, tetapi juga

meningkat dengan kaum anak anak. Hanya 1,2 % siswa kelas 4

melaporkan cyberbullying dibandingkan dengan 5,6 % dari siswa

kelas 9 .

Kanada

Demikian pula , sebuah penelitian di Kanada menemukan:

9 Cyberbullying Common, More So At Facebook And MySpace by Thomas Claburn, Information week; June 27, 200710 Cross, D., Shaw, T., Hearn, L., Epstein, M., Monks, H., Lester, L., & Thomas, L. 2009. Australian Covert Bullying Prevalence Study (ACBPS). ChildHealth Promotion Research Centre, Edith Cowan University, Perth. Deewr.gov.au. Retrieved on July 6, 2011.

24

23 % dari siswa SMP yang disurvei telah di bully dengan

mengirim e -mail

35 % di chat room

41 % oleh pesan teks di ponsel mereka

Sepenuhnya 41 % tidak mengetahui identitas para pelaku.

Uni Eropa

Pelaporan hasil dari analisis meta dari negara-negara Uni

Eropa , Hasebrink et al . (2009) 11 diperkirakan (melalui hasil

median) bahwa sekitar 18 % anak muda Eropa telah "diganggu /

dilecehkan" melalui internet dan ponsel. Rata – rata

cyberbullying terjadi pada pelecehan untuk orang-orang muda di

seluruh negara anggota Uni Eropa berkisar antara 10 % sampai

52% .

Finlandia

Selain penelitian saat ini. Sourander et al. (2010)

melakukan penelitian berbasis populasi cross- sectional yang

berlangsung di Finlandia. Para penulis penelitian ini

mengambil laporan diri dari 2.215 kaum dewasa antara usia tua

tentang cyberbullying dan cybervictimization pada umur 13

hingga 16 tahun selama 6 bulan terakhir . Ditemukan bahwa, di

11 Hasebrink, U., Livingstone, S., Haddon, L. and Ólafsson, K.(2009) Comparing children’s online opportunities and risks across Europe: Cross-national comparisons for EU Kids Online. LSE, London: EU Kids Online (Deliverable D3.2, 2nd edition), ISBN 978-0-85328-406-2 lse.ac.uk

25

antara total sampel , 4,8 % adalah cybervictims saja, 7,4 %

adalah cyberbullies saja, dan 5,4 % adalah korban .

Cybervictim - satunya Status dikaitkan dengan berbagai

faktor , termasuk masalah emosional, tidur kesulitan , dan

merasa tidak aman di sekolah . Cyberbully - satunya Status

dikaitkan dengan faktor-faktor seperti hiperaktif dan perilaku

prososial yang rendah, serta masalah perilaku. Status

cyberbully - korban dikaitkan dengan semua faktor risiko yang

terkait dengan kedua cybervictim - hanya status dan cyberbully

juga hanya sebagai status. Para penulis studi ini mampu

menyimpulkan bahwa cyberbullying serta cybervictimization

dikaitkan tidak hanya dengan masalah kejiwaan, tapi masalah

psikosomatik. Banyak remaja dalam penelitian yang dilaporkan

sakit kepala atau kesulitan tidur . Para penulis percaya bahwa

hasil mereka menunjukkan kebutuhan yang lebih besar untuk ide-

ide baru tentang bagaimana mencegah cyberbullying dan apa yang

harus dilakukan ketika itu terjadi. Ini jelas merupakan

masalah di seluruh dunia yang perlu dianggap serius.

Amerika Serikat

2000

Sebuah survei oleh Crimes Against Children Research

Center di University of New Hampshire pada tahun 2000

menemukan bahwa 6 % dari orang-orang muda dalam survei telah

mengalami beberapa bentuk pelecehan termasuk ancaman dan gosip

negatif dan 2 % mengalami pelecehan yang menyedihkan. 12

12 Finkelhor, D., Mitchell, K.J., & Wolak, J. (2000). Online victimization: A report on the nation’s youth. Alexandria, VA: National Center for Missingand Exploited Children.

26

2004

Pada bulan September 2006 , ABC News 13 melaporkan pada

survei tahun 2004 dari 1.500 siswa antara kelas 4-8 yang

ditemukan:

42 % dari anak-anak telah dibully saat online. Satu dari

empat memiliki itu terjadi lebih dari sekali.

35 % dari anak-anak telah diancam online. Hampir satu

dari lima punya itu terjadi lebih dari sekali.

21 % dari anak-anak telah menerima e - mail rata-rata

atau mengancam melalui pesan lainnya.

58 % dari anak-anak mengakui seseorang telah mengatakan

hal-hal yang menyakitkan secara online. Lebih dari empat

dari sepuluh mengatakan itu telah terjadi lebih dari

sekali.

58 % tidak memberitahu orang tua mereka atau orang dewasa

tentang sesuatu yang berarti atau menyakitkan yang

terjadi pada mereka secara online .

2005

The Youth Internet Safety Survey , dilakukan oleh Crimes

Against Children Research Center di University of New

Hampshire pada tahun 2005 , menemukan bahwa 9 % dari orang-

orang muda dalam survei telah mengalami beberapa bentuk13 Abcnews.go.com. Retrieved on 25 November 2013.

27

pelecehan. Survei adalah survei telepon nasional yang

representatif dari 1.500 remaja berusia 10-17 tahun. Sepertiga

melaporkan merasa tertekan dengan kejadian itu, dengan

kesulitan yang lebih mungkin untuk responden yang lebih muda

dan mereka yang menjadi korban pelecehan agresif (termasuk

yang menelepon, mengirim hadiah , atau mengunjungi di rumah

oleh peleceh). 14Dibandingkan dengan pemuda tidak dilecehkan

secara online, korban lebih cenderung memiliki masalah sosial.

Di sisi lain, pemuda yang melecehkan orang lain lebih mungkin

untuk memiliki masalah dengan melanggar aturan dan agresi 15

tumpang tindih yang signifikan terlihat Pemuda yang dilecehkan

secara signifikan lebih mungkin untuk juga melecehkan orang

lain.

Hinduja dan Patchin menyelesaikan studi di musim panas

2005 dari sekitar 1.500 remaja - menggunakan Internet dan

menemukan bahwa lebih dari sepertiga dari pemuda dilaporkan

menjadi korban online, dan lebih dari 16 % responden mengaku

cyber intimidasi orang lain . 16Sementara sebagian besar dari

contoh yang terlibat perilaku cyber intimidasi relatif kecil (

41 % yang tidak dihargai , 19 % disebut nama ) , lebih dari 12

% secara fisik terancam dan sekitar 5 % takut untuk

14 Ybarra, M.L., Mitchell, K.J., Wolak, J., & Finkelhor, D. Examining characteristics and associated distress related to Internet harassment: findings from the Second Youth Internet Safety Survey. Pediatrics. 200615 Ybarra, M.L. & Mitchell, K.J. Prevalence and frequency of Internet harassment instigation: implications for adolescent health. J Adolesc Health. 200716http://district.seattleschools.org/modules/groups/homepagefiles/cms/1583136/File/Departmental%20Content/cyber%20bullying/lesson%202/cbms_2_tr1.pdf

28

keselamatan mereka . Khususnya , kurang dari 15 % dari korban

mengatakan kepada orang dewasa tentang insiden itu.

Penelitian tambahan oleh Hinduja dan Patchin pada tahun

2007 menemukan bahwa pemuda yang melaporkan menjadi korban

cyber-bullying juga mengalami stres atau ketegangan yang

berhubungan dengan masalah perilaku offline seperti melarikan

diri dari rumah , kecurangan pada tes sekolah , bolos

sekolah , atau menggunakan alkohol atau ganja . Para penulis

mengakui bahwa kedua studi ini hanya memberikan informasi awal

tentang sifat dan konsekuensi bullying online, karena

tantangan metodologis terkait dengan survei online.

Menurut survei tahun 2005 oleh Anak Nasional Rumah amal

dan Tesco Mobile dari 770 pemuda berusia antara 11 dan 19 , 20

% responden mengungkapkan bahwa mereka telah diintimidasi

melalui sarana elektronik . Hampir tiga perempat ( 73 % )

menyatakan bahwa mereka tahu pengganggu , sementara 26 %

menyatakan bahwa pelaku adalah orang asing . 10 % dari

responden menunjukkan bahwa orang lain telah mengambil gambar

dan / atau video mereka melalui kamera telepon selular,

sehingga membuat mereka merasa tidak nyaman, malu , atau

terancam . Banyak pemuda merasa tidak nyaman menceritakan

figur otoritas tentang mereka korban cyber intimidasi karena

takut akses mereka terhadap teknologi akan diambil dari mereka

, sedangkan 24 % dan 14 % mengatakan orang tua atau guru

masing-masing , 28 % tidak memberitahu siapa pun , sementara

41 % mengatakan teman.17

17 http://www.nch.org.uk/uploads/documents/Mobile_bullying_%20report.pdf

29

2007

Pada tahun 2007 , Debbie Heimowitz , mahasiswa master

Stanford University, menciptakan Adina Deck , sebuah film

berdasarkan penelitian Stanford terakreditasi . Dia bekerja

dalam kelompok fokus selama sepuluh minggu di tiga sekolah

untuk belajar tentang masalah cyber-bullying di California

Utara . Temuan menetapkan bahwa lebih dari 60 % siswa telah

cyber diganggu dan menjadi korban cyber-bullying . Film ini

sekarang sedang digunakan di ruang kelas nasional seperti yang

dirancang di sekitar tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan

masalah bahwa siswa telah memahami topik . Sekolah menengah

dari Megan Meier dilaporkan menggunakan film sebagai solusi

untuk krisis di kota mereka .

2008

Pada musim panas tahun 2008 , peneliti Sameer Hinduja

( Florida Atlantic University ) dan Justin Patchin

( University of Wisconsin - Eau Claire ) menerbitkan sebuah

buku tentang cyber-bullying yang dirangkum keadaan saat

penelitian cyber intimidasi . ( Bullying luar Schoolyard

yang : Mencegah dan Menanggapi Cyberbullying ) [ 51 ] dokumen

penelitian mereka bahwa kasus cyber-bullying telah meningkat

selama beberapa tahun terakhir . . Mereka juga melaporkan

temuan dari studi terbaru dari cyber-bullying di kalangan

30

siswa sekolah menengah . Menggunakan sampel acak dari sekitar

2000 siswa sekolah menengah dari sebuah distrik sekolah besar

di Amerika Serikat bagian selatan , sekitar 10 % responden

telah cyber diganggu dalam 30 hari sebelumnya saat lebih dari

17 % melaporkan bahwa mereka cyber bullying setidaknya sekali

dalam seumur hidup mereka . [ 51 ] Meskipun angka ini sedikit

lebih rendah dari beberapa temuan dari penelitian mereka

sebelumnya , Hinduja dan Patchin menunjukkan bahwa studi

sebelumnya yang didominasi dilakukan di kalangan remaja yang

lebih tua dan sampel Internet . Artinya, pemuda yang lebih tua

menggunakan internet lebih sering dan lebih mungkin untuk

mengalami cyber-bullying dari anak-anak muda.

2011

Distribusi tempat cyberbullying digunakan oleh orang-

orang muda di AS , menurut Centers for Disease Control.

Kejahatan Nasional Pencegahan Dewan melaporkan pada tahun 2011

bahwa cyber-bullying adalah masalah yang mempengaruhi hampir

setengah dari semua remaja Amerika.

BAB III

PEMBAHASAN

Ketersediaan internet menjadi suatu bagian penting dalam

kehidupan seseorangyang kebutuhan bersosialisasinya cukup

tinggi, karena internet menyediakan suatukenyamanan tersendiri

31

untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa harus

meninggalkanrumah. Terlebih lagi dengan tersedianya situs-

situs jejaring sosial seperti Facebook danTwitter, memudahkan

para pengguna internet untuk saling berinteraksi tanpa

batas.Berbicara mengenai karakteristik internet, ada hal yang

menarik dalam sifatinternet yang membuat para penggunanya

merasa nyaman dan semakin lekatmenggunakan internet. Selama

berinteraksi di Internet, seseorang menjadi lebih terbukauntuk

mengekspresikan dirinya tanpa harus terbentur norma-norma

sosial yang biasaditemukan pada interaksi langsung. Fenomena

ini disebut efek disinhibisi

online, atau online disinhibition effects. Online user bisa

lebih terbuka terhadap orang yang tidak dikenalnya, lebih bisa

mengekspresikan emosinya dan tidak menutup kemungkinan

bagimereka untuk berbincang pada sesame online user mengenai

topik yang tidak akan iaperbincangkan dengan seseorang yang

dikenalnya secara personal. Menurut Suler (2004), aktivitas

seperti ini disebut dengan benign disinhibition atau

disinhibisi yang tidak berbahaya. Dari sifat benign

disinhibition tersebut, banyak terdapat online user yang

menggunakan kata-kata kasar, kritik yang kejam, kemarahan,

kebencian, bahkanancaman terhadap orang lain. Selain itu juga

terdapat mereka yang mengunjungi sisigelap Internet seperti

website pornografi, kriminal atau kekerasan yang

merupakanwilayah yang tidak akan mereka jelajahi di dunia

nyata. Aktivitas yang merupakan sisiburuk dari benign

disinhibition ini disebut Suler (2004) sebagai toxic

disinhibition atau disinhibisi yang berbahaya. Pada cakupan

32

inilah orang menjadi lebih mudah untuk melakukan tindakan

cyberbullying. Adanya factor online disinhibition effects

memungkinkan seseorang untuk menjadi lebih tidak mempedulikan

apa yang ia tulis atauia ucapkan di dunia maya karena ia tidak

bertemu langsung dengan lawan bicaranya.Didasari oleh

karakteristik remaja yang masih membutuhkan arahan

danbimbingan dalam hidupnya, orangtua berperan penting dalam

keterlibatan anak pada cyberbullying. Remaja yang memiliki

kedekatan dengan orangtuanya dapat mengurangikecenderungan

anak terlibat dalam cyberbullying. Orangtua yang terus

memantaukegiatan online anak dapat memberikan suatu batasan

bagi anak dalam berinteraksisecara online sehingga mereka akan

berpikir dua kali untuk terlibat dalam forum atauinteraksi

yang memungkinkan terjadinya cyberbullying. Ada tiga hal yang

menjadi dorongan internal remaja dalam melakukan tindakan

cyberbullying, yaitu strain atau emosi yang dirasakan,

karakteristik kepribadian, danpersepsi terhadap korban.

Seseorang yang penuh dengan rasa dendam akibat pengalamannya

di-bully di dunia nyata bisa saja menyalurkan emosinya melalui

stimulusvisual secara online dengan mengirimkan pesan anonim

berisikan kata-kata kasar danmenyinggung perasaan orang yang

mem-bully dirinya di dunia nyata. Ia menjadi lebihberani

mengekspresikan perasaannya di dunia maya karena efek

disinhibisi online yang menjadikan dirinya tidak terjangkau

oleh korban.Karakteristik kepribadian juga mempengaruhi

kecenderungan seseorang dalammengekspresikan dirinya di media

online. Remaja dengan kepribadian ekstrovertcenderung lebih

terbuka dan lebih emosional dalam mengekspresikan

33

perasaannyasehingga lebih mudah bagi mereka untuk melakukan

tindakan cyberbullying, sedangkanremaja yang introvert

cenderung lebih tertutup, walaupun tidak dipungkiri juga

remajadengan kepribadian introvert justru lebih terbuka dalam

mengekspresikan dirinya secaraanonim melalui media

online.Orang yang kontroversial atau kurang disukai oleh

masyarakat cenderung menjadisasaran empuk bagi pelaku

cyberbullying. Teks status yang di-update oleh orang yang

kontroversial berfungsi sebagai stimulus visual yang memicu

emosi para pembenci orangtersebut untuk merespon kata-katanya

dengan penyataan negatif. Pelaku cenderung lebihmemilih untuk

menjelek-jelekan atau mengintimidasi orang yang kurang ia

sukai melaluimedia online daripada menghina orang tersebut

secara langsung. Dengan karakteristik internet yang anonim

pelaku merasa lebih aman untuk menghina seseorang melaluimedia

online karena ia tidak tersentuh oleh jangkauan orang yang

menjadi korban hinaannya.Sama halnya dengan remaja introvert

yang kerap menjadi korban bullying tradisional. Pengalaman

para korban yang di-bully di dunia nyata dapat memunculkan

ketegangandalam dirinya seperti rasa marah atau dendam

sehingga iamenemukan kenyamanan dalam menyalurkan kekesalannya

dengan mem-bully oranglain di internet karena sifat

disinhibisi yang dihasilkan oleh internet dan

akhirnyamenikmati rasanya menjadi orang yang kuat. Remaja yang

memiliki kepribadian agresif namun memiliki hubungan yang baik

dengan orangtuanya mungkin saja dapat menahankeinginan untuk

melakukan cyberbullying. Tidak menutup kemungkinan masing-

masing faktor yang telah dipaparkan saling berkontribusi satu

34

sama lain dan memberikanpengaruh bagi kecenderungan remaja

untuk melakukan cyberbullying.

3.1 METODE YANG DIGUNAKAN CYBERBULLY

"Cyberbullying memang sangat tidak pantas untuk dilakukan

kepada orang lain. Seorang cyberbuly yang dilakukannya adalah

mengirimkan konten yang berbahaya menggunakan ponsel atau

internet." Cyberbullying melibatkan perilaku berulang dengan

maksud untuk menyakiti dalam diri seseorang.

Cyberbullying dilakukan melalui pelecehan, cyberstalking,

pencemaran ama baik, peniruan. Cyberbullying dapat dilakukan

sesederhana mungkin dengan cara terus mengirim e-mail atau

pesan teks yang beriisikan melecehkan seseorang yang telah

mengatakan mereka ingin tidak ada kontak lebih lanjut dengan

pengirim. Hal ini juga dapat mencakup tindakan publik seperti

ancaman berulang, komentar seksual, kata – kata yang

merendahkan (seperti kebencian atau tuduhan, memfitnah),

korban menjadi bahan ejekan di forum online, merusak situs

tentang orang, dan posting laporan palsu sebagai fakta

ditujukan sebuah pendiskreditkan atau merendahkan orang yang

ditargetkan. Cyberbullying dapat terbatas pada postingan

tentang seseorang di internet dengan tujuan untuk mewujudkan

kebencian dalam pikiran orang lain atau meyakinkan orang lain.

Hingga ke tingkat identitas pribadi korban kejahatan itulah

sebagai bahan fitnahan untuk mempermalukan mereka.

Cyberbullies terjadi dalam bentuk data pribadi korban

'(misalnya nama asli, alamat rumah, atau tempat kerja /

sekolah) pada website atau forum atau dapat menggunakan35

peniruan, membuat akun palsu, komentar atau situs yang

menyamar sebagai target mereka untuk tujuan agar nama baik

mereka menjadi tercemar, tidak hanya itu bisa saja untuk

mengolok-olok mereka. Hal ini menjadi sulit sebagai cyberbully

yang namanya tidak teridentifikasikan untuk dikatakan sebagi

pelaku cyberbully. Padahal, tidak semua cyberbullies

menggunakan nama yang tidak teridentifikasikan. Pesan teks

atau pesan instan dan email antara teman-teman juga dapat

terjadi tindakan cyberbullying jika apa yang dikatakan atau

ditampilkan menyakitkan kepada merkea.

Beberapa cyberbullies juga dapat mengirimkan mengancam

dan melecehkan dengan mngirim email, pesan instan atau teks

untuk para korban yang memberikan gosip dan menghasut orang

lain untuk tidak menyukai satu sama lainnya.

Penggunaan terbaru dari aplikasi mobile dan munculnya

smartphone telah menghasilkan ke bentuk yang lebih mudah

diakses dari cyberbullying. Diharapkan bahwa cyberbullying

melalui platform ini akan terkait dengan intimidasi via ponsel

untuk tingkat yang lebih besar daripada secara eksklusif

melalui platform internet stasioner lain. Selain itu, dengan

teknologi smartphone sekarang Sangat mungkin bahwa mereka

“cyberbully” melakukan aksinya dengan perangkat mobile dan

akan membentuk lebih luas jenis cyberbullying dari pada di

tempat lain.

3.2 CYBERBULLY DALAM VIDEO GAME

36

Pelecehan seksual sebagai bentuk Cyberbullying adalah

umum dalam budaya video game. 18 Sebuah studi oleh Journal of

Experimental Social Psychology menunjukkan bahwa pelecehan ini

disebabkan sebagian penggambaran perempuan dalam video game.

Pelecehan ini umumnya melibatkan penghinaan yang diarahkan

kepada wanita, seperti seks pada peran stereotip , dan bahasa

yang terlalu agresif .

Dalam satu kasus, di mana Capcom mensponsori internet

streaming “reality show pitting” yaitu ahli permainan

pertempuran melawan satu sama lain untuk hadiah sebesar $

25.000, satu gamer perempuan kehilangan pertandingan akibat

pelecehan intens . 19 Pelatih dari tim lawan , Aris Bakhtanians

, menyatakan, " pelecehan seksual adalah bagian dari budaya .

Jika Anda menghapus dari komunitas game fighting, itu bukan

komunitas game fighting ... itu tidak masuk akal untuk

memiliki sikap itu. hal-hal ini telah didirikan selama

bertahun-tahun . "20

Sebuah studi dari National Sun Yat - sen University

mengamati bahwa anak-anak yang menikmati video game kekerasan

jauh lebih mungkin untuk memperbuat cyberbullying.

Penegakan Hukum

Sebagian besar negara memiliki undang-undang yang secara

eksplisit memasukkan formulir elektronik komunikasi dalam

18 "Effects of exposure to sex-stereotyped video game characters on tolerance of sexual harassment". Journal of Experimental Social Psychology.19 " Gender Stereotypes, Aggression, and Computer Games: An Online Survey of Women". CyberPsychology & Behavior.20 " Sexual harassment as ethical imperative: how Capcom’s fighting game reality show turned ugly". The Penny Arcade Report.

37

hukum. Kebanyakan lembaga penegak hukum memiliki unit

kejahatan cyber dan sering berhubungan kepada internet sebagai

masalah yang lebih serius daripada laporan secara non

internet.

Keamanan Cyberbully di Sekolah

Keamanan sekolah semakin menjadi fokus tindakan

legislatif negara. Terjadi peningkatan dalam undang-undang

cyberbullying berlaku antara 2006-2010. Inisiatif dan

persyaratan kurikulum juga ada di Inggris (bimbingan eSafety

Ofsted) dan Australia (Overarching Learning Outcome 13). Pada

tahun 2012, sekelompok remaja di New Haven, Connecticut

mengembangkan sebuah aplikasi untuk membantu memerangi

bullying. Disebut "Back Off Bully" ( BOB ) , aplikasi web

adalah sumber anonim untuk komputer , ponsel pintar atau

iPad . Ketika seorang saksi atau korban bullying, mereka dapat

langsung melaporkan kejadian tersebut. Aplikasi ini menanyakan

tentang waktu, lokasi dan bagaimana bullying yang terjadi.

Selain memberikan tindakan positif dan pemberdayaan atas

insiden, informasi yang dilaporkan membantu dengan pergi ke

data base mana administrator mempelajarinya. Benang merah yang

terlihat sehingga orang lain dapat campur tangan dan

mematahkan pola pelaku intimidasi. BOB, gagasan dari empat

belas remaja di kelas desain, sedang dipertimbangkan sebagai

prosedur operasi standar di sekolah-sekolah di seluruh negara

bagian.

3.3 PERLINDUNGAN BAGI KORBAN LANSIA

38

Ada undang-undang yang hanya menangani pelecehan online

anak-anak atau fokus pada predator anak serta hukum yang

melindungi korban cyberstalking pada kaum dewasa, atau korban

dari segala usia. Saat ini, ada 45 cyberstalking yang tertulis

pada undang-undang.

Sementara beberapa situs mengkhususkan diri dalam undang-

undang yang melindungi korban usia 18 dan di bawah, bekerja

untuk menghentikan penyalahgunaan internet adalah sumber

bantuan yang berisi daftar Amerika Serikat hukum federal dan

negara - cyberstalking terkait saat ini dan yang tertunda. Ini

juga terdapat daftar negara-negara yang melakukan tidak

memiliki undang-undang yang belum dibuat dan undang-undang

yang terkait dari negara lain. Global Hukum Cyber database

(GCLD) bertujuan untuk menjadi sumber yang paling komprehensif

dan otoritatif hukum cyber untuk semua negara.

Cyberbully pada Kaum Anak-anak dan Remaja.

Menurut penelitian, anak-anak memulai aktivitas online

rata-rata lebih awal daripada anak perempuan. Namun, dengan

sekolah menengah, anak perempuan lebih mungkin untuk terlibat

dalam cyberbullying daripada anak laki-laki. Cyberbully

terjadi kepada laki-laki atau perempuan, dan tujuannya adalah

untuk sengaja mempermalukan orang lain, melecehkan,

mengintimidasi , atau membuat ancaman online satu sama lain .

Intimidasi ini terjadi melalui email, pesan teks , posting ke

blog , dan situs web.

Daftar cyberbullies remaja yang di tulis oleh The National

Crime Prevention Association:39

Mereka berpura-pura sebagi identitas orang lain secara

online hanya untuk mengelabui seseorang.

Menyebarkan kebohongan dan rumor tentang korban

Menipu orang untuk mengungkapkan informasi pribadiny

Mengirim hal – hal yang aneh terus menerus sebagai pesan

teks

Mengirim gambar korban tanpa persetujuan mereka

Studi dalam efek psikososial dunia maya telah mulai memantau

dampak cyberbullying mungkin ada pada para korban. Konsekuensi

dari cyberbullying adalah multi - faceted, yang artinya adalah

ada banya segi tentang kebenaran yang sebenarnya. Penelitian

tentang remaja melaporkan bahwa perubahan perilaku korban

sebagai akibat dari cyberbullying bisa positif bisa juga

negatif. Korban menciptakan pola kognitif pengganggu, yang

akibatnya membantu mereka untuk mengenali orang-orang agresif.

Namun, Research Journal of Psikososial melaporkan tentang

abstrak Cyberspace yang memiliki dampak penting antara lain

korban akan merendahkan harga dirinya, ia juha akan mengalami

kesepian, kekecewaan, dan ketidakpercayaan kepada orang.

Dampak lebih ekstrim yang merugikan diri antara lain Anak-anak

telah saling membunuh dan bunuh diri setelah terlibat dalam

insiden cyberbullying.

Penelitian terbaru di lapangan mendefinisikan cyberbullying

sebagai "tindakan agresif, tindakan yang disengaja atau

perilaku yang dilakukan oleh kelompok atau individu berulang

kali dan dari waktu ke waktu terhadap korban yang tidak dapat

dengan mudah membela dirinya sendiri ". Meskipun penggunaan

pernyataan seksual dan ancaman kadang-kadang hadir dalam40

cyberbullying, itu tidak sama dengan pelecehan seksual,

biasanya terjadi antara rekan-rekan , dan tidak selalu

melibatkan predator seksual. Beberapa kasus digital menyakiti

diri telah dilaporkan, di mana seorang individu terlibat dalam

cyberbullying terhadap diri mereka.

3.4 CYBERBULLING KAUM DEWASA

Berbicara di online memiliki konsekuensi pidana seperti

berbicara tentang kejelekan seseorang. Sebuah pemahaman target

mengapa cyberstalking terjadi adalah membantu untuk

memperbaiki dan mengambil tindakan protektif. Diantara faktor-

faktor yang terjadi adalah: iri hati, obsesi patologis,

pengangguran atau kegagalan dengan pekerjaan sendiri, niat

untuk mengintimidasi dan menyebabkan orang lain merasa

inferior.

Hukum cyberstalking dirancang untuk mengadili orang-orang

untuk menggunakan sarana elektronik berulang kali melecehkan

atau mengancam seseorang secara online \. Ada sumber daya yang

didedikasikan untuk membantu korban dewasa kesepakatan dengan

cyberbullies secara sah dan efektif. Salah satu langkah yang

dianjurkan adalah untuk mencatat segala sesuatu dan kontak

polisi.

3.5 DAMPAK CYBER BULLYING

Kekerasan yang dialami anak atau remaja dan

dilakukan teman sepantaran melalui media cyber atau internet

cyberbullying sering kali depresi, merasa terisolasi,

diperlakukan tidak manusiawi, dan tak berdaya ketika

41

diserang,selain itu kekerasan dunia maya ternyata lebih

menyakitkan jika dibandingkan dengan kekerasan secara fisik

Cyber bullying yang berkepanjangan bisa mematikan

rasa percaya diri anak, membuat anak menjadi murung, khawatir,

selalu merasa bersalah atau gagal karena tidak mampu mengatasi

sendiri gangguan yang menimpanya. Bahkan ada pula korban

cyber bullying yang berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena

tak tahan lagi diganggu. Remaja korban cyber bullying akan

mengalami stress yang bisa memicunya melakukan tindakan-

tindakan rawan masalah seperti mencontek, membolos, lari dari

rumah, dan bahkan minum minuman keras atau menggunakan

narkoba.

Pemicu terjadi cyberbullying

Motivasi pelakunya cyberbullying beragam, ada

yang melakukannya karena marah dan ingin balas dendam,

frustrasi, ingin mencari perhatian bahkan ada pula yang

menjadikannya sekedar hiburan pengisi waktu luang. Tidak

jarang, motivasinya kadang-kadang hanya ingin bercanda.

Anak-anak atau remaja pelaku cyber bullying

biasanya memilih untuk menganggu anak lain yang dianggap lebih

lemah, tak suka melawan dan tak bisa membela diri. Pelakunya

sendiri biasanya adalah anak-anak yang ingin berkuasa atau

senang mendominasi. Anak-anak ini biasanya merasa lebih hebat,

berstatus sosial lebih tinggi dan lebih populer di kalangan

teman-teman sebayanya. Sedangkan korbannya biasanya anak-anak

atau remaja yang sering diejek dan dipermalukan karena

penampilan mereka, warna kulit, keluarga mereka, atau cara42

mereka bertingkah laku di sekolah. Namun bisa juga si korban

cyber bullying justru adalah anak yang populer, pintar, dan

menonjol di sekolah sehingga membuat iri teman sebayanya yang

menjadi

Cyber bullying lebih mudah dilakukan daripada

kekerasan konvensional karena si pelaku tidak perlu berhadapan

muka dengan orang lain yang menjadi targetnya. Mereka bisa

mengatakan hal-hal yang buruk dan dengan mudah mengintimidasi

korbannya karena mereka berada di belakang layar komputer atau

menatap layar telelpon seluler tanpa harus melihat akibat yang

ditimbulkan pada diri korban. Peristiwa cyberbullying juga

tidak mudah di identifikasikan orang lain, seperti orang tua

atau guru karena tidak jarang anak-anak remaja ini, juga

mempunyai kode-kode berupa singkatan kata atau emoticon

internet yang tidak dapat dimengerti selain oleh mereka

sendiri.

Pelaku cyberbullying merasa aman dan di atas angin

karena pihak yang lebih punya kuasa (orang tua/sekolah)

seringkali sama sekali buta tentang teknologi internet dan

praktek penggunaannya.

3.6 CARA MENYIKAPI CYBERBULLYING

Cyber bullying menjadi salah satu permasalahan

yang makin marak, termasuk di kalangan para siswa di sekolah.

Wawasan yang terbuka, kearifan, dan kreativitas sekolah

dibutuhkan untuk penanganannya. Cara pandang yang tepat

terhadap fungsi sekolah akan sangat membantu anak menghadapi

dan melewati permasalahan yang mereka alami,dan juga seperti43

yang dibawah ini juga bisa untuk menyikapi ancaman cyber

bullying seperti:

1. Jangan merespon. Para pelaku bullying selalu menunggu-

nunggu reaksi korban. Untuk itu, jangan terpancing untuk

merespon aksi pelaku agar mereka tidak lantas merasa

diperhatikan.

2. Jangan membalas aksi pelaku. Membalas apa yang dilakukan

pelaku cyberbullying akan membuat Anda ikut menjadi

pelaku dan makin menyuburkan aksi tak menyenangkan ini.

3. Adukan pada orang yang dipercaya. Jika anak-anak yang

menjadi korban, mereka harus melapor pada orang tua,

guru, atau tenaga konseling di sekolah. Selain

mengamankan korban, tindakan ini akan membantu

memperbaiki sikap mental pelaku.

4. Simpan semua bukti. Oleh karena aksi ini berlangsung di

media digital, korban akan lebih mudah meng-capture, lalu

menyimpan pesan, gambar atau materi pengganggu lainnya

yang dikirim pelaku, untuk kemudian menjadikannya sebagai

barang bukti saat melapor ke pihak-pihak yang bisa

membantu.

5. Segera blokir aksi pelaku. Jika materi-materi pengganggu

muncul dalam bentuk pesan instan, teks, atau komentar

profil, gunakan tool preferences/privasi untuk memblok

pelaku. Jika terjadi saat chatting, segera tinggalkan

chatroom.

6. Selalu berperilaku sopan di dunia maya. Perilaku buruk

yang dilakukan, seperti membicarakan orang lain,

44

bergosip, atau memfitnah, akan meningkatkan risiko

seseorang menjadi korban cyberbullying.

7. Jadilah teman, jangan hanya diam. Ikut meneruskan pesan

fitnah atau hanya diam dan tidak berbuat apa-apa akan

menyuburkan aksi bullying dan menyakiti perasaan korban.

Suruh pelaku menghentikan aksinya, atau jika pelaku tidak

diketahui bantu korban menenangkan diri dan laporkan

kasus tersebut ke pihak berwenang.

3.7 CYBERBULLYING MEMLIKI ASPEK HUKUM

Pasal-pasal KUHP yang relevan dalam mengatur delik cyber

bullying ini adalah yang tercantum dalam Bab XVI mengenai

Penghinaan, khususnya Pasal 310 ayat (1) dan (2). Pasal 310

ayat (1) menyatakan bahwa “Barangsiapa dengan sengaja

menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan

menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu

diketahui umum, diancam karena pencemaran, dengan pidana

penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling

banyak empat ribu lima ratus rupiah.”

Sedangkan Pasal 310 ayat (2) menyatakan bahwa “Jika hal itu

dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan,

dipertunjukan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam

karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama

satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat

ribu lima ratus rupiah. Dari kedua pasal tersebut, maka Pasal

310 ayat (2) dinilai lebih cocok untuk menuntut para pelaku

cyber bullying. Namun memang disini tidak ditegaskan mengenai

apa yang dimaksud dengan “muka umum.”

45

Pertanyaan mengenai apakah dunia maya termasuk dalam kategori

“muka umum” sudah dijawab dalam Putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 50/PUU-VI/2008, dimana Mahkamah berpendapat bahwa

“Penghinaan yang diatur dalam KUHP (penghinaan off line) tidak

dapat menjangkau delik penghinaan dan pencemaran nama baik

yang dilakukan di dunia siber (penghinaan on line) karena ada

unsur ”di muka umum”. Mahkamah juga menambahkan bahwa

“memasukkan dunia maya ke dalam pengertian “diketahui umum”,

“di muka umum”, dan “disiarkan” sebagaimana dalam KUHP, secara

harfiah kurang memadai, sehingga diperlukan rumusan khusus

yang bersifat ekstensif yaitu kata “mendistribusikan” dan/atau

“mentransmisikan” dan/atau “membuat dapat diakses”.

Pada dasarnya, KUHP memang dibentuk jauh sebelum perkembangan

teknologi dunia maya dicetuskan. Maka, dalam rangka

mengakomodasi pengaturan mengenai dunia maya dan segala hal

yang berkaitan dengannya, dibentuklah Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam

undang-undang ini, terdapat pasal-pasal yang lebih sesuai

untuk menjerat para pelaku cyber bullying. Undang-undang ini

menerapkan larangan dan sanksi pidana antara lain bagi: Setiap

Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan

yang melanggar kesusilaan (Pasal 27 ayat 1), muatan penghinaan

dan/atau pencemaran nama baik (Pasal 27 ayat 3), muatan

pemerasan dan/atau pengancaman (Pasal 27 ayat 4);

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan

informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau46

permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu

berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA),

(Pasal 28 ayat 2); Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak

mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang

ditujukan secara pribadi (Pasal 29) Ancaman bagi pelaku tindak

pidana diatas dapat dikenakan hukuman 6-12 tahun penjara dan

denda satu-dua miliar rupiah.

Kesimpulan : Untuk cyberbullying sendiri memang belum diatur

dalam hukum di Indonesia. Namun terdapat pasal – pasal dalam

KUHP yang mungkin relevan dengan cyberbullying. Pasal-pasal

KUHP yang relevan dalam mengatur delik cyber bullying ini

adalah yang tercantum dalam Bab XVI mengenai Penghinaan,

khususnya Pasal 310 ayat (1) dan (2).

3.8 PENCEGAHAN CYBERBULLYING:

Berikut adalah beberapa upaya pencegahan cyberbullying :

1. Berusaha untuk selalu mencermati dan mempelajari jenis

jejaring sosial yang akan anda gunakan.

2. Pikirkan secara matang mengenai wujud pemikiran yang akan

anda tuangkan dalam jejaring sosial. Hindari segala

bentuk penghinaan, pemojokan, pengejekan dan/atau

diskriminasi terhadap pihak-pihak tertentu; khususnya

terhadap orang-orang di sekitar anda seperti teman,

rekan, atasan atau bahkan orang yang tidak anda kenal

namun masih berada dalam lingkungan kehidupan anda.

47

3. Hindari pula segala pernyataan yang bersifat provokatif

dan sensitif (seperti SARA), mengingat masyarakat

Indonesia sangat beragam.

4. Jika tidak diperlukan, hindari mencantumkan data pribadi

seperti nama lengkap, alamat lengkap dan nomor telepon

karena dapat lebih membuka akses yang lebih luas bagi

pelaku cyber bullying.

5. Hindari memasang foto pribadi yang bersifat seronok

karena dapat menjadi sasaran manipulasi foto dan objek

penghinaan dan cemooh bagi para cyber bullying.

6. Bagi orang tua, awasi dengan cermat dan seksama

penggunaan internet, khususnya jejaring sosial oleh anak-

anak, meskipun mereka telah beranjak dewasa.

7. Jangan terpancing untuk melakukan hal-hal yang terkait

dengan cyber bullying, meskipun atas ajakan teman

sehingga akan melahirkan persengkongkolan untuk memojokan

seseorang.

8. Laporkan segala bentuk indikasi awal cyber bullying

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Cyberbullying merupakan penyalahgunaan dari teknologi

dimana seseorangmenulis teks ataupun mengunggah gambar maupun

video mengenai orang tertentudengan tujuan untuk

mempermalukan, menyiksa, mengolok-olok, atau mengancammereka.

48

Lebih jauh lagi, teks, gambar atau video yang mereka unggah ke

internet itumengundang komentar dari pihak ketiga (bystander)

yang seringkali ikut melecehkandan mempermalukan korban dan

memperparah dampak yang diakibatkan bagi para korban

cyberbullying. Dari hasil survey yang dilaksanakan beberapa

waktu yang lalutercatat sebanyak 97% responden yang mempunyai

akun Twitter atau Facebook. Sebanyak 46% responden pernah

berada dalam pertengkaran Online dan 6% diantaranyaberada

dalam pertengkaran Online lebih dari 5 kali

4.2 USUL DAN SARAN

1. Pikirkan apa yang akan dikirim ke internet. Peringatkan

agar para remaja ini berhati-hati dalam berbagi apapun

ke internet, apalagi yang sifatnya personal. Meskipun

apa yang dikirim tersebut hanya ditujukan kepada orang

tertentu yang dipercaya, peluang tersebarnya konten

privat ke ruang publik terlalu besar. Sekali sebuah

konten tersebar luar di internet, tidak mungkin bisa

menghapusnya lagi.

2. Jadilah ‘anak baik’ di internet. Ajari remaja kita agar

memperlakukan orang lain dengan baik, agar mereka pun

diperlakukan orang lain dengan cara yang sama.

Seringkali, korban cyberbullying adalah mereka yang

pada awalnya membuat sesuatu yang menyinggung perasaan

banyak orang di ruang publik. Ingat kasus anak SMA 6

dan wartawan?

3. Jangan reaktif. Jika seseorang berlaku kurang layak di

internet, dan remaja kita mengetahuinya, sarankan agar

mereka tidak dengan mudah merespon tindakan tersebut.49

Saling berlaku tidak layak hanya akan memperpanjang

masalah, dan pada akhirnya menyebabkan rantai

cyberbullying terus terjadi. Minta mereka untuk

mengabaikan sesuatu yang dianggap kurang nyaman, atau

laporkan.

4. Laporkan perilaku tak layak. Jika menemukan perilaku

cyberbullying di internet, minta remaja kita untuk

melaporkan kepada orang dewasa yang mengerti dengan

persoalannya. Jika di sekolah, bisa melaporkan kepada

guru, atau kepada orang tua jika guru tidak dapat

memberi petunjuk untuk mengatasinya. Kalau perlu,

laporkan secara online kepada pihak-pihak yang mungkin

bisa membantu. Bahkan kalau sudah keterlaluan, ajari

mereka untuk melaporkan perbuatan tidak menyenangkan

kepada pihak penyelenggara layanan.

5. Jangan ikut berpartisipasi. Ketika terjadi

cyberbullying massal terhadap seseorang atau sekelompok

orang, larang remaja kita ikut-ikutan

Cyber bullying menjadi salah satu permasalahan yang makin

marak, termasuk di kalangan para siswa di sekolah. Wawasan

yang terbuka, kearifan, dan kreativitas sekolah dibutuhkan

untuk penanganannya. Cara pandang yang tepat terhadap fungsi

sekolah akan sangat membantu anak menghadapi dan melewati

permasalahan yang mereka alami,dan juga seperti yang dibawah

ini juga bisa untuk menyikapi ancaman cyber bullying seperti:

1. Jangan merespon. Para pelaku bullying selalu menunggu-

nunggu reaksi korban. Untuk itu, jangan terpancing

50

untuk merespon aksi pelaku agar mereka tidak lantas

merasa diperhatikan.

2. Jangan membalas aksi pelaku. Membalas apa yang

dilakukan pelaku cyberbullying akan membuat Anda ikut

menjadi pelaku dan makin menyuburkan aksi tak

menyenangkan ini.

3. Adukan pada orang yang dipercaya. Jika anak-anak yang

menjadi korban, mereka harus melapor pada orang tua,

guru, atau tenaga konseling di sekolah. Selain

mengamankan korban, tindakan ini akan membantu

memperbaiki sikap mental pelaku.

4. Simpan semua bukti. Oleh karena aksi ini berlangsung di

media digital, korban akan lebih mudah meng-capture,

lalu menyimpan pesan, gambar atau materi pengganggu

lainnya yang dikirim pelaku, untuk kemudian

menjadikannya sebagai barang bukti saat melapor ke

pihak-pihak yang bisa membantu.

5. Segera blokir aksi pelaku. Jika materi-materi

pengganggu muncul dalam bentuk pesan instan, teks, atau

komentar profil, gunakan tool preferences/privasi untuk

memblok pelaku. Jika terjadi saat chatting, segera

tinggalkan chatroom.

6. Selalu berperilaku sopan di dunia maya. Perilaku buruk

yang dilakukan, seperti membicarakan orang lain,

bergosip, atau memfitnah, akan meningkatkan risiko

seseorang menjadi korban cyberbullying.

7. Jadilah teman, jangan hanya diam. Ikut meneruskan pesan

fitnah atau hanya diam dan tidak berbuat apa-apa akan

51

menyuburkan aksi bullying dan menyakiti perasaan

korban. Suruh pelaku menghentikan aksinya, atau jika

pelaku tidak diketahui bantu korban menenangkan diri

dan laporkan kasus tersebut ke pihak berwenang.

Berikut adalah beberapa upaya pencegahan cyberbullying :

1. Berusaha untuk selalu mencermati dan mempelajari jenis

jejaring sosial yang akan anda gunakan.

2. Pikirkan secara matang mengenai wujud pemikiran yang

akan anda tuangkan dalam jejaring sosial. Hindari

segala bentuk penghinaan, pemojokan, pengejekan

dan/atau diskriminasi terhadap pihak-pihak tertentu;

khususnya terhadap orang-orang di sekitar anda seperti

teman, rekan, atasan atau bahkan orang yang tidak anda

kenal namun masih berada dalam lingkungan kehidupan

anda.

3. Hindari pula segala pernyataan yang bersifat provokatif

dan sensitif (seperti SARA), mengingat masyarakat

Indonesia sangat beragam.

4. Jika tidak diperlukan, hindari mencantumkan data

pribadi seperti nama lengkap, alamat lengkap dan nomor

telepon karena dapat lebih membuka akses yang lebih

luas bagi pelaku cyber bullying.

5. Hindari memasang foto pribadi yang bersifat seronok

karena dapat menjadi sasaran manipulasi foto dan objek

penghinaan dan cemooh bagi para cyber bullying.

6. Bagi orang tua, awasi dengan cermat dan seksama

penggunaan internet, khususnya jejaring sosial oleh

anak-anak, meskipun mereka telah beranjak dewasa. 52

7. Jangan terpancing untuk melakukan hal-hal yang terkait

dengan cyber bullying, meskipun atas ajakan teman

sehingga akan melahirkan persengkongkolan untuk

memojokan seseorang.

8. Laporkan segala bentuk indikasi awal cyber bullying

DAFTAR PUSTAKANancy E. Willard,(2007), Cyberbullying and Cyberthreats:

Responding to the Challenge of Online Social Aggression,

Threats, and Distress. Reasearch Press.

Kowalski, R.M., Limber, S.P., & Agatston, P.W. (2008).

Cyberbullying: Bullying in the digitalage. Oxford: Blackwell

Publishing

Tettegah, S. Y., Betout, D., & Taylor, K. R. (2006). Cyber-

bullying and schools in an electronic era. In S. Tettegah & R.

Hunter (Eds.) Technology and Education: Issues in

administration, policy and applications in k12 school. PP. 17–

28. London: Elsevier.

Wolak, J. Mitchell, K.J., & Finkelhor, D. (2006). Online

victimization of youth: 5 years later. Alexandria, VA:

National Center for Missing & Exploited Children. Available at

unh.edu

Ybarra, M. L. & Mitchell, J. K. (2004). Online

aggressor/targets, aggressors and targets: A comparison of

53

associated youth characteristics. Journal of Child Psychology

and Psychiatry, 45, 1308–1316.

Ybarra ML (2004). Linkages between depressive symptomatology

and Internet harassment among young regular Internet users.

Cyberpsychol and Behavior.

Ybarra ML, Mitchell KJ (2004). Youth engaging in online

harassment: associations with caregiver-child relationships,

Internet use, and personal characteristics. Journal of

Adolescence.

Sumber Internet

Wikipedia (2013). CyberBullying. Diakses pada tanggal 1

Desember 2013 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Cyberbullying

Blogspot (2013). Pengertian etika dan cyber ethics pada

tanggal 25 November 2013 dari

http://tiketikaprofesi.blogspot.com/2012/11/pengertian-etika-

dan-cyber-ethics.html

Kompasiana (2013). Cyberbullying dan Cyberstalking dalam

pemahaman sederhana. Diakses pada tanggal 27 Novermber 2013

dari

http://teknologi.kompasiana.com/internet/2013/01/25/cyberbully

ing-dan-cyberstalking-dalam-pemahaman-sederhana--522828.html

54