38
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II OLEH : Dr. EMRIZAL M. TAMBOESAI, M.Si, M.H LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU 2016

Buku Penuntun Praktikum Kimia Anorganik II

Embed Size (px)

Citation preview

BUKU PENUNTUN

PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

OLEH :

Dr. EMRIZAL M. TAMBOESAI, M.Si, M.H

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

2016

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Penuntun

Praktikum Kimia Anorganik II. Buku penuntun praktikum ini merupakan literatur

acuan bagi praktikan yang mengikuti perkuliahan Praktikum Kimia Anorganik II

di Laboratorium Kimia Anorganik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Riau.

Pada buku penuntun praktikum ini terdapat 9 (sembilan) objek percobaan.

Buku penuntun praktikum ini memuat sedikit paparan teoritis tentang objek

percobaan dan beberapa aturan serta petunjuk dalam mengikuti perkuliahan

Praktikum Kimia Anorganik II.

Penulis menyadari bahwa buku penuntun praktikum ini belum sempurna.

Oleh karena itu, penulis menerima berbagai kritik dan saran dari pembaca yang

bersifat membangun. Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu demi terselesainya buku penuntun ini dan berharap

semoga buku penuntun ini dapat memberi arti positif dalam memantapkan

perkuliahan di Jurusan Kimia FMIPA Universitas Riau.

Pekanbaru, Februari 2016

Penulis

Tim Labor Kimia Anorganik

ii

TIM PELAKSANA PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

JURUSAN KIMIA FMIPA UNIVERSITAS RIAU T.A 2015/2016

A. Kepala Lab./Penanggung Jawab : Pepi Helza Yanti, M.Si

B. Dosen Pembimbing : 1. Halida Sophia, M.Si

2. Drs. Akmal Mukhtar, MS

3. Dr. Emrizal M. Tamboesai, M.Si, M.H

C. Laboran : Zul Aprisna

D. Koordinator Asisten : Rizki Rilda Aulia

E. Asisten Praktikum : 1. Sari Kurniawati

2. Abdi Kaumiyah

3. Enggal Satrio

4. Dede Suhendra

5. Syahri Kasiani

6. Mutia Agustina

7. Indah Puspita Sari

8. Nia

9. Zerly Marseliza

10. Merry Siska Yanti

11. Dewi Puspita

12. Titin Kasriani

13. Karmila

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

TIM PELAKSANA PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II ................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

TATA TERTIB PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II ........................ iv

PERCOBAAN I Stabilitas dan Isolasi Senyawa Tembaga (1) ............... 1

PERCOBAAN II Meneliti Kesadahan Air ............................................... 5

PERCOBAAN III Penetapan Rumus Molekul Senyawa Kompleks .......... 7

PERCOBAAN IV Pembuatan Natrium Peroksoborat ................................ 10

PERCOBAAN V Mengendapkan Garam, Melarutkan dan Menelitinya . 12

PERCOBAAN VI Pembuatan Soda Kostik Preparatif .............................. 14

PERCOBAAN VII Pembuatan dan Pemurnian Kalium Iodat .................... 16

PERCOBAAN VIII Senyawa Kompleks dari Na2C2O4 dan H2C2O4 ............ 19

PERCOBAAN IX Pembuatan Zeolit ......................................................... 21

PANDUAN PENULISAN JURNAL DAN LAPORAN PRAKTIKUM ... 25

iv

TATA TERTIB PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

I. Pelaksanaan Praktikum

1. Praktikan harus mempelajari buku penuntun sebelumnya dan bersiap untuk

diresponsi tentang percobaan yang akan dilakukan.

2. Praktikan harus datang 15 menit sebelum praktikum dimulai.

3. Praktikan tidak diperkenankan memasuki ruang laboratorium sebelum diberi

izin oleh asisten.

4. Pratikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum jika tidak membuat jurnal

praktikum tentang percobaan yang akan dilakukan dan tidak membuat

laporan praktikum dari percobaan sebelumnya.

5. Keterlambatan lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti praktikum.

6. Tas ditinggalkan di tempat yang sudah disediakan, jangan lupa amankan

barang–barang anda.

7. Praktikan wajib mengikuti instruksi asisten praktikum, bekerja dalam

kelompok dengan tenang, dan mengerjakan laporan secara individual.

8. Catat semua hasil pada lembar data segera setelah percobaan selesai dan

serahkan data hasil percobaan kepada asisten kelompok (Format data hasil

pengamatan sementara terlampir, wajib difotokopi).

9. Hanya praktikan yang tidak hadir karena sakit (surat ijin dari dokter) dan

tugas dari jurusan/fakultas/universitas, yang diperkenankan untuk mengikuti

praktikum susulan, pada kelas yang lain.

10. Sanksi akan diberikan apabila praktikan melanggar instruksi ataupun

melakukan kegiatan di luar aktifitas praktikum contoh mengerjakan tugas

kuliah lain selama kegiatan praktikum, melakukan kegiatan yang

membahayakan diri sendiri maupun praktikan lainnya, dll.

11. Praktikan yang tidak masuk 2 kali berturut-turut atau 3 kali tidak masuk

dianggap mengundurkan diri.

II. Alat dan Reagenesia

1. Praktikan harus menyediakan sendiri jas labor yang dipakai sewaktu

praktikum.

v

2. Semua alat yang dipakai harus dipinjam dengan bon dan dikembalikan

kembali dalam keadaan bersih serta lengkap.

3. Peralatan-peralatan besar untuk pemakaian bersama terletak di luar meja

kerja, di dalam ruang laboratorium. Harap dipergunakan dengan

bertanggungjawab.

4. Botol-botol reagen harus diletakkan ditempat yang telah ditentukan dan tidak

boleh dibawa ke meja masing-masing.

5. Botol reagen yang kosong/habis harus segera diberitahukan kepada asisten.

6. Sebelum praktikum dimulai, kelompok praktikan harap memeriksa

kesesuaian jumlah alat dengan daftar yang telah dipersiapkan oleh laboran.

Bila ada ketidaksesuaian harus segera dilaporkan kepada asisten.

7. Jika ada alat yang hilang atau pecah selama praktikum, maka harus diganti

secepatnya atau paling lambat sebelum akhir semester oleh kelompok

mahasiswa yang bersangkutan. Bila lalai menggantikan alat akan dinyatakan

gagal dan nilai tidak akan dikeluarkan.

III. Keselamatan Kerja

Laboratorium kimia adalah wilayah kerja yang berbahaya. Tidak dibenarkan

bekerja seorang diri di laboratorium.

1. Setiap aktifitas dan selama berada di laboratorium, wajib berpakaian

sewajarnya, memakai jas laboratorium sebagaimana mestinya, bersepatu, dan

bila perlu menggunakan sarung tangan dan masker.

2. Rambut panjang atau jilbab harus dijepit rapi sehingga tidak mengganggu

pekerjaan anda, menjerat peralatan atau terbakar api.

3. Mengetahui letak kotak P3K, pintu keluar/darurat dan pemadam kebakaran di

area sekitar laboratorium. Jangan paksakan diri anda bekerja apabila kondisi

fisik anda tidak sehat.

4. Bila bahan kimia jatuh mengenai kulit, segera bilas kulit dengan air mengalir

dan laporkan ke asisten. Bila bahan kimia jatuh mengenai pakaian, lepaskan

dan cuci kulit di bawahnya dengan air.

5. Jangan membaui campuran reaksi secara langsung. Kurangi keterpaparan diri

anda oleh uap bahan kimia secara langsung. Jika ingin membaui sesuatu uap

kipaslah uap tersebut dengan tangan ke muka anda.

vi

6. Bekerjalah di lemari asam bila menggunakan konsentrasi yang pekat dan

bahan berbahaya. Jebak uap beracun yang keluar dari reaksi ke dalam air atau

bahan yang sesuai atau lakukan percobaan dalam lemari asam.

7. Untuk mengencerkan asam, tuang asam pekat ke dalam air, tidak sebaliknya.

8. Jangan menggosok-gosok mata atau anggota badan lain dengan tangan yang

mungkin sudah terkontaminasi bahan kimia.

9. Dilarang menggunakan HP/laptop, makan, minum dan merokok di dalam

laboratorium.

IV. Kebersihan Laboratorium

1. Tidak diperkenankan membuang sampah di tempat cucian, sampah harus

dibuang di tempat yang telah disediakan.

2. Jika ada zat yang tumpah harus segera disiram/dibersihkan dengan pencuci

yang sesuai.

3. Jika terjadi kecelakaan harus segera beritahu asisten.

1

PERCOBAAN I

STABILITAS DAN ISOLASI SENYAWA TEMBAGA (I)

TUJUAN

Mempelajari cara isolasi senyawa tembaga (I) melalui pembentukan

senyawa kompleks tris (tiourea) tembaga (I) sulfat.

PENDAHULUAN

Dalam larutan berair, suatu unsur dapat ada dalam beberapa keadaan

oksidasi. Tiap-tiap keadaan oksidasi mempunyai stabilitas termodinamika yang

berbeda. Stabilitas relatif suatu unsur pada dua keadaan oksidasi yang berbeda

dapat dinyatakan sebagai potensial elektroda berikut:

Ma+

+ (a-b) e- →

M

b+ b>a

Potensial elektroda reaksi ini dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

E = Eo +𝑅𝑇

𝑛𝐹ln [𝑀𝑎+]

[𝑀𝑏+]

Dengan

n = jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi

F = bilangan Faraday

E = potensial eleketroda larutan

Eo

= potensial elektroda standar

[Ma+

] = aktivitas ion Ma+

dalam larutan

[Mb+

] = aktivitas ion Mb+

dalam larutan

Oleh karena itu, setiap spesies yang ditambahkan ke dalam larutan yang

menurunkan konsentrasi Ma+

atau Mb+

akan menyebabkan perubahan potensial

elektroda karena perubahan rasio [Ma+

]/[Mb+

]. Potensial elektroda dari reaksi di

atas menunjukkan apakah stabilitas keadaan oksidasi yang lebih tinggi bertambah

atau berkurang dengan adanya pembentukan suatu senyawa. Namun demikian, hal

itu tidak memberikan informasi tentang bagaimana kenaikan atau penurunan

stabilitas keadaan oksidasi yang tidak biasa dari logam.

2

Tembaga (3d10

4s1) mempunyai keadaan oksidasi +1 dan +2. Keadaan

oksidasi yang normal dari tembaga ada +2, tetapi senyawa yang mengandung

Cu(I) yang sudah distabilkan dapat juga dibuat dalam suatu larutan berair.

1. Stabilitas Melalui Pembentukan Suatu Senyawa Tak Larut

Potensial elektroda standar untuk reaksi reduksi Cu(I) dan Cu(II) ada di

bawah ini:

Cu+ + e

- ↔ Cu E = 0,52 V

Cu2+

+ e- ↔ Cu

+ E = 0,153 V

Dengan demikian ion Cu(I) dalam larutan berair adalah tidak stabil dengan

kecenderungan berubah menjadi Cu(I) dan Cu(II).

2 Cu → Cu+ + Cu

2+ E = 0,357 V

Dari persamaan:

E = Eo +𝑅𝑇

𝑛𝐹ln [𝑀𝑎+]

[𝑀𝑏+]

Setiap spesies yang ditambahkan ke dalam larutan yang menurunkan

konsentrasi Cu(I) akan menyebabkan naiknya harga potensial ion yang dapat

membentuk garam tidak larut dengan Cu(I) tetapi tidak dengan Cu(II).

2. Stabilisasi Molekul Pembentukan Suatu Senyawa Larut

Selain melalui pembentukan suatu senyawa tak larut, stabilisasi Cu(I)

dapat juga dilakukan dengan cara pembentukan senyawa kompleks yang terbentuk

cukup stabil, maka konsentrasi Cu(I) yang tereduksi cukup berarti.

Dalam senyawa kompleks, di samping terjadi ikatan sigma antara logam

pusat dengan ligan juga akan terjadi pemanfaatan elektron ion logam untuk

pembentukan ikatan phi. Jika ion logam mempunyai kerapatan elektron yang

tinggi, maka ion logam akan lebih siap untuk menyumbangkan elektron dalam

pembentukan ikatan phi dengan ligan. Dengan adanya ikatan phi ini akan

menyebabkan naiknya stabilitas ion kompleks. Dengan demikian suatu jenis ion

logam dengan keadaan oksidasi yang lebih rendah akan lebih siap berpartisipasi

3

dalam pembentukan ikatan phi. Untuk keperluan stabilisasi Cu(I) dalam larutan,

tiourea merupakan ligan yang cocok. Senyawa kompleks yang terbentuk adalah

tris (tiourea) tembaga (I) dengan ikatan koordinasi terjadi antara ion Cu(I) dengan

atom S dari tiourea.

ALAT-ALAT

1. Gelas ukur 10 mL

2. Gelas ukur 25 mL

3. Gelas piala 100 mL

4. Batang pengaduk

5. Kertas saring

6. Pembakar bunsen

7. Termometer

8. Timbangan

9. Pipet tetes

BAHAN-BAHAN

1. Tiourea

2. Akuades

3. Tembaga (II) sulfat pentahidrat

4. Es Batu

5. Asam Sulfat 1 M

6. Alkohol

7. Bubuk tembaga

8. HCl 1 M

CARA KERJA

1. Buat larutan tiourea (2,5 g) dalam 15 mL akuades dan larutan Tembaga (II)

sulfat pentahidrat (2,5 g) dalam 15 mL akuades, kemudian dinginkan kedua

larutan itu dalam tempat yang berisi es.

2. Tambahkan perlahan-lahan larutan Tembaga (II) sulfat penta hidrat ke dalam

larutan tiourea sambil diaduk terus-menerus.

3. Setelah larutan Tembaga (II) sulfat penta hidrat habis ditambahkan, diamkan

larutan campuran hingga terbentuk kristal putih pada dinding gelas piala.

4. Siapkan larutan tiourea dingin (0,1 g) dalam 10 mL akuades dan tambahkan

ke dalam campuran reaksi.

5. Aduk campuran reaksi secara cepat kemudian dinginkan.

6. Setelah jumlah kristal putih terbentuk maksimum, lakukan penyaringan untuk

memisahkan kristal dari campuran reaksi.

7. Rekristalisai dilakukan dengan cara melarutkan kristal yang diperoleh

kedalam larutan tiurea (0,1g) dalam 30 mL yang mengandung beberapa tetes

asam sulfat 1 M.

4

8. Pelarutan dapat dipercepat dengan cara memanaskan larutan pada suhu

maksimum 75 oC.

9. Dinginkan larutan dan saring kristal putih yang terbentuk.

10. Cuci kristal yang diperoleh dengan 5 mLakuades, kemudian dengan 5 mL

alkohol.

11. Keringkan dan timbang.

TUGAS

1. Gambarkan orbital-orbital ligan yang digunakan untuk stabilisasi keadaan

oksidasi Cu(I) melalui ikatan phi!

2. Buat larutan tiourea (1 g) dalam 10 mL larutan HCl 1 M. Tambahkan sedikit

bubuk tembaga dan hangatkan campuran itu perlahan-lahan. Ulangi

percobaan ini dengan tanpa tiourea. Apa yang terjadi?

3. Perkirakan struktur ion kompleks yang dihasilkan pada percobaan!

4. Apa manfaat senyawa yang dihasilkan pada percobaan ini?

5. Jelaskan sifat-sifat kimia dan fisika tembaga (I)!

5

PERCOBAAN II

MENELITI KESADAHAN AIR

TUJUAN

Mahasiswa dapat membedakan air lunak dan air keras. Mahasiswa dapat

melunakkan air sadah dan menghitung derajat kesadahan.

PENDAHULUAN

Air yang mengandung ion Kalsium atau ion Magnesium disebut air

sadah.Kesadahan sementara disebabkan oleh garam-garam Bikarbonat dari Ca dan

Mg,Sedangkan kesadahan tetap oleh garam Sulfat dan Klorida dari Ca dan Mg.

Besarnya kesadahan air dapat diukur antara lain dengan derajat kesadahan jerman

yaitu jumlah gram CaO yang terdapat dalam 1 liter air. Air sadah dapat

menimbulkan kerak pada ketel. Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan

pemanasan atau penambahan air kapur, sedangkan kesadahan tetap dengan lindi

soda.

ALAT-ALAT

1. Tabung reaksi

2. Rak tabung

3. Gelas ukur 100 mL

4. Gelas ukur 10 mL

5. Gelas piala 250 mL

6. Erlenmeyer 250 mL

7. Batang pengaduk

8. Bunsen

9. Pipet tetes

10. Kaca arloji

11. Timbangan

BAHAN-BAHAN

1. Natrium klorida

2. Kalium nitrat

3. Natrium sulfat

4. Besi (II) sulfat

5. Magnesium klorida

6. Magnesium sulfat

7. Kalsium klorida

8. Akuades

9. Sabun

10. Natrium karbonat

11. Asam klorida

6

CARA KERJA

1. Ambil 7 buah tabung reaksi, masukkan ke dalam masing- masing tabung:

Natrium Klorida, Kalium Nitrat, Natrium Sulfat, Besi (II) Sulfat, Magnesium

Klorida, Magnesium Sulfat, Kalsium Klorida sebanyak 0,4 g dilarutkan

dalam 5 mL akuades.

2. Buatlah larutan sabun dari 1 g sabun lemak dilarutkan dalam 100 mLakuades

dan alkohol dengan volume yang sama.

3. Tuangi larutan larutan sabun ke dalam masing-masing tabung reaksi dengan

volume yang sama, lalu kocoklah tabung-tabung reaksi tersebut.

4. Masukkan 25 ml air sadah sementara ke dalam erlenmeyer, lalu panaskan.

5. Buanglah filtratnya, kemudian pada sisa endapan tuangi Asam Klorida.

6. Periksalah gas yang keluar dengan batang pengadukyang telah dicelupkan

dalam air kapur.

TUGAS

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesadahan karbonat dan kesadahan non-

karbonat?

2. Mengapa kesadahan air yang tinggi dapat merugikan?

3. Amati tabung- tabung reaksi. Tentukan tabung reaksi yang tidak

menunjukkan busa/buih! Jelaskan penyebabnya!

4. Tulislah persamaan reaksi cara kerja no 4-6. Kesimpulan apa yang kamu

peroleh dari percobaan ini?

5. Tambahkan 1 g Na2CO3 pada 20 mL air sadah, lalu kocok- kocoklah,

kemudian tuangi beberapa mL sabun, Bagaimana pembentukan busa/buih

sekarang?

6. Hitunglah air sadah dalam percobaan no. 1-3 dengan derajat kesadahan

Jerman!

7

PERCOBAAN III

PENETAPAN RUMUS MOLEKUL SENYAWA KOMPLEKS

TUJUAN

Mempelajari pembuatan dan penentuan rumus molekul senyawa kompleks

besi (II) oksalat.

PENDAHULUAN

Reaksi antara dua molekul stabil atau lebih dapat menghasilkan produk

reaksi yang stabil dengan sifat yang karakteristik. Sebagai contoh, kompleks

amina akan terbentuk jika amina direaksikan dengan Kobalt (II) Klorida. Dalam

beberapa hal kompleks tidak memberikan reaksi dalam larutan yang karakteristik

pada ion logam atau ligan tidak kompleks. Tetapi stabilitas termodinamika dan

kinetika bervariasi sehingga hal ini bukan merupakan kriteria pembentukan

senyawa koordinasi.

Hakekat struktur senyawa koordinasi adalah transfer elektron yang terjadi

anatara ligan dengan ion pusat (ion logam). Dalam bentuk yang paling sederhana,

ikatan koordinasi terbentuk oleh transfer pasangan elektron dari ligan (molekul)

ke ion pusat. Molekul netral atau ion-ion yang bertindak sebagai ligan harus

memiliki pasangan elektron sumyi (elektron bebas) seperti NH3, Cl, C2O4, dan

Lain-lain. Senyawa koordinasi paling sederhana akan terbentuk dengan ikatan

sigma antara suatu ligan dan suatu molekul atau ion logam. Beberapa kompleks

dikenal dimana ikatan sigma atau iatan phi keduanya dapat terjadi. Kompleks

yang terjadi pada ion oksalat memungkinkan ikatan phi dari orbital 2p pada

oksigen mengkonstribusi sluruh ikatan. Dalam ligan yang lain seperti Karbon

Monoksida (CO) dan Nitrosida (NO), kontribusi dari orbital ikatan phi berperan

dalam seluruh ikatan. Gugus CO bereaksi dengan suatu logam yang mempunyai

orbital kosong dan dua orbital d terisi untuk memberikan ikatan resultan dengan

ikatan phi antara logam dan karbon. Sedangkan untuk NO memerlukan suatu

logam yang mempunyai orbital sigma dan dua orbital d yang hanya mengandung

tiga elektron. Hal ini dapat dikatakan bahwa derajat sumbangan elektron dapat

diharapkan bervariasi terhadap sifat alamiah logam keadaan oksidasi, dan ligan-

ligan lain dalam molekul.

8

ALAT-ALAT

1. Gelas piala 100 mL

2. Gelas ukur 10 mL

3. Bunsen

4. Corong Buchner

5. Kertas saring

6. Buret 50 mL

7. Termometer

8. Erlenmeyer 50 mL

9. Kaca arloji

10. Timbangan

BAHAN-BAHAN

1. Ammonia besi (II) sulfat

2. Asam oksalat

3. Asam sulfat 2 M

4. Akuades

5. Aseton

6. Kalium Permanganat

7. Serbuk Seng

8. Larutan tiosulfat

CARA KERJA

1. Buatlah larutan ammonia besi (II) sulfat dan larutan asam oksalat dengan cara

melarutkan 8 g ammonia besi (II) sulfat dalam 25 mL akuades yang telah

diasamkan dengan 1 mL asam sulfat 2 M, larutan asam oksalat dibuat dengan

melarutkan 5 g asam oksalat dalam 30 mL akuades.

2. Campurkan larutan asam oksalat tersebut ke dalam larutan ammonia besi (II)

sulfat, kemudian didihkan.

3. Saring endapan kuning yang terbentuk dengan corong buchner dan cuci

endapan dengan air panas, lalu cuci kembali dengan Aseton dan keringkan.

4. Setelah endapan dikeringkan tentukan rendemen dan komposisihasil sintesis.

Penentuan komposisi hasil sintesis

a. Larutkan0,2-0,3 g hasil sintesis yang didapat dalam asam sulfat 2 M,

kemudian dititrasi dengan larutan standar kalium permanganat. Jika

warna kalium permanganat memucat, panaskan larutan sampai suhu

60oC dan lanjutkan titrasi sampai tercapai titik ekivalen.

b. Didihkan larutan dengan 2 g serbuk seng selama 10 menit. Tes larutan

dengan satu tetes larutan Tiosulfat, jika muncul warna merah jambu

hentikan titrasi. Tetapi jika tidak ada warna merah jambu teruskan

pendidihan selama 5 menit.

9

c. Saring larutan dengan kertas saring dan cuci serbuk seng dengan asam

sulfat 2 M.

d. Titrasi campuran filtrat Ammonia Besi (II) Sulfat dan hasil cucian

dengan larutan standar kalium permanganat, dari hasil tersebut tentukan

kadar oksalat dan kadar airnya. Tentukan pula rumus empirisnya.

TUGAS

1. Apa yang dimaksud dengan senyawa kompleks?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ikatan sigma dan ikatan phi pada

senyawa kompleks!

3. Buatlah reaksi kimia antara ammonia besi (II) sulfat dengan asam oksalat?

4. Buatlah struktur kimia senyawa kompleks yang dihasilkan pada percobaan

ini!

5. Jelaskan manfaat/kegunaan dari senyawa kompleks yang dihasilkan pada

percobaan ini!

10

PERCOBAAN IV

PEMBUATAN NATRIUM PEROKSOBORAT

TUJUAN

Mempelajari pembuatan natrium peroksoborat dan manfaatnya di dalam

kehidupan sehari-hari.

PENDAHULUAN

Natrium peroksoborat atau yang lebih dikenal natrium perborat adalah

senyawa putih, tidak berbau, larut dalam air dengan rumus kimia NaBO3.

Senyawa ini mengkristal sebagai monohidrat, NaBO3.H2O, trihidrat,

NaBO3.3H2O, dan tetrahidrat, NaBO3.4H2O. monohidrat dan tetrahidrat adalah

bentuk komersial penting dari senyawa ini.Natrium perborat di dalam dunia tekstil

digunakan sebagai zat pengelantang yang bersifat oksidator, yaitu menghilangkan

warna kekuning-kuningan yang ada pada bahan tekstil yang disebabkan oleh

pigmen-pigmen alam.

ALAT-ALAT

1. Gelas piala 100 mL

2. Gelas piala 1000 mL

3. Gelas ukur 10 mL

4. Batang pengaduk

5. Pipet tetes

6. Corong buchner

7. Kertas saring

8. Kaca arloji

9. Spatula

10. Timbangan

BAHAN-BAHAN

1. Natrium tetra boraks dekahidrat

2. Natrium hidroksida 3,3 %

3. Es Batu

4. Hidrogen Peroksida 6 %

5. Larutan KI 10 %

6. Alkohol

7. Akuades

8. H2SO4 2 M

9. KMnO4 0,02 M

CARA KERJA

1. Larutkan 6 g boraks dalam 30 mL larutan NaOH 3,3 %.

2. Dinginkan larutan dalam bak es dan perlahan-lahan tambahkan 40 mL

hidrogen peroksida 6 %.

11

3. Aduk kira-kira 20 menit atau sampai kristal terbentuk dengan sempurna.

4. Saring dengan alat penghisap.

5. Cuci dengan dengan alkohol, kemudian keringkan.

Pengujian hasil

Gunakan 5 mL larutan segar dalam akuades dari zat tersebut, lalukan reaksi

berikut!

a. Tambahkan H2SO4 2 M dan KMnO4 0,02 M, lalu amati apa yang terjadi!

b. Tambahkan H2SO4 2 M dan larutan KI 10 %, lalu amati apa yang terjadi!

TUGAS

1. Tuliskan reaksi kimia pembuatan natrium peroksoborat!

2. Buatlah struktur kimia natrium peroksoborat!

3. Sebutkan manfaat lainnya dari natrium peroksobat di dalam kehidupan sehari-

hari!

4. Mengapa natrium peroksoborat pada percobaan perlu dilakukan pengujian

hasil? Jelaskan kegunaannya!

5. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi pada pengujian hasil bagian a dan b pada

percobaan di atas!

12

PERCOBAAN V

MENGENDAPKAN GARAM, MELARUTKAN DAN MENELITINYA

TUJUAN

Mengenal sifat-sifat bahan kimia dan mempelajari cara mengendapkan zat,

menyaring endapan serta menuliskan persamaan reaksi penggaraman bersyarat.

PENDAHULUAN

Garam-garam Nitrat semua dapat larut, kecuali garam dari logam Alkali.

Maka garam-garam karbonat, fosfat, tiosianat dan sulfat dari Ca, Ba dan Sr tidak

dapat larut. Endapan-endapan itu biasanya mempunyai warna tertentu. Bila dari

suatu reaksi kimia terjadi endapan maka endapan itu dapat diteliti dari warna

endapan.

ALAT-ALAT

1. Tabung reaksi

2. Pipet tetes

3. Spatula

4. Kertas saring

5. Corong

6. Gelas ukur 10 mL

7. Lakmus merah

8. Kaca arloji

BAHAN-BAHAN

1. Barium klorida

2. Akuades

3. Natrium karbonat 0,1 N

4. Besi (III) nitrat

5. Asam klorida

6. Asam sulfat

7. Ammonium hidroksida

8. Natrium Tiosianat

CARA KERJA

1. Masukkan 1 g barium klorida ke dalam tabung reaksi, lalu larutkan dalam 5

mL akuades, tambahkan setetes demi setetes larutan natrium karbonat 0,1 N.

2. Bila terjadi endapan saringlah endapan itu.

3. Periksa endapan itu dengan memasukkannya sedikit ke dalam tabung reaksi,

lalu tuangkan 2 tetes asam klorida, kemudian kocok. Sedikit endapan yang

lain diperiksa dengan 2 tetes asam sulfat.

4. Larutkan 1 g besi (III) nitrat ke dalam 5 mL akuades.

13

5. Tambahkan ammonium hidroksida berlebihkan sehingga lakmus merah yang

dicelupkan kedalam reaktan menjadi biru.

6. Saring endapan yang diperoleh, sebagian diperiksa dengan menambahkan

Asam Klorida dan sebagian yang lain dilarutkan dengan asam sulfat,

kemudian ditambahkan larutan Natrium tiosianat.

TUGAS

1. Tuliskan semua persamaan reaksi percobaan-percobaan di atas!

2. Apa yang dimaksud dengan reaksi penetralan!

3. Catatlah warna endapan yang terjadi!

4. Apa yang dimaksud dengan reaksi penggaraman bersyarat?

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan rekristalisasi!

14

PERCOBAAN VI

PEMBUATAN SODA KOSTIK PREPARATIF

TUJUAN

Mempelajari cara pembuatan soda kostik sesuai dengan teori dan

mengenal sifat-sifat fisika dan kimia dari soda kostik.

PENDAHULUAN

NaOH ini dapat diperoleh melalui reaksi penggaraman antara garam

karbonat dan basa. Reaksi penggaraman adalah suatu reaksi bersyarat dimana

harus terjadi endapan sesudah reaksi. Basa yang digunakan diperoleh dengan

kapur hidup dalam air dan selanjutnya direaksikan dengan larutan natrium

karbonat. Reaksi yang terjadi adalah:

CaO + H2O → Ca(OH)2 + Kalori

Ca(OH)2 + Na2CO3 → 2 NaOH + CaCO3

ALAT-ALAT

1. Timbangan

2. Kaca arloji

3. Spatula

4. Gelas piala 100 mL

5. Batang pengaduk

6. Bunsen

7. Kertas saring

8. Corong buchner

9. Gelas ukur 10 mL

10. Gelas ukur 50 mL

BAHAN-BAHAN

1. Kalsium oksida

2. Akuades

3. Natrium karbonat

(Na2CO3.10H2O)

CARA KERJA

1. Timbang 5,6 g CaO dan larutkan dalam 50 ml akuades dan aduk sampai

menjadi bubur.

2. Panaskan dalam oven (105oC), 20 g NaC03.10 H20 selama 1 jam.

3. Dinginkan dan kemudian timbanglah 10,6 g dari padanya untuk dilarutkan

dalam 100 ml air. Agar lebih cepat dan mudah melarutkan perlu dipanaskan

sampai mendidih dan diaduk.

15

4. Kemudian campurkan kedua larutan di atas, aduk lalu didihkan lagi selama

beberapa lama.

5. Setelah dingin, saring dengan kertas saring yang telah ditimbang dulu untuk

mengetahui beratnya. Maka filtrat yang diperoleh adalah larutan soda kostik,

dan ditampung untuk disimpan, sedangkan endapan yang terjadi dikeringkan

dalam oven pada suhu 105 oC di atas kaca arloji selama 1 jam.

6. Periksalah filtrat yang diperoleh dengan kertas lakmus merah.

7. Setelah dingin, timbang endapan untuk mengetahui beratnya.

TUGAS

1. Buatlah reaksi kimia pembuatan soda kostik pada percobaan ini!

2. Menurut percobaan di atas, berapa CaCO3 yang diperoleh? Bandingkan

dengan hasil teoritis menurut perhitungan reaksi di atas! Mengapa terjadi

perbedaan?

3. Mengapa reaksi di atas harus dilakukan dalam bentuk cairan. Syarat-syarat

apa yang harus dipenuhi supaya reaksi seperti dalam percobaan itu bisa

terjadi?

4. Jelaskan apa yang dimaksud preparatif pada percobaan ini!

5. Sebutkan manfaat soda kostik dalam kehidupan sehari-hari!

16

PERCOBAAN VII

PEMBUATAN DAN PEMURNIAN KALIUM IODAT

TUJUAN

Mengenal salah satu pembuatan kalium iodat, memurnikan dan

menganalisanya. Mendapatkan latihan untuk teknik-teknik dasar yang sering

digunakan dalam pembuatan preparat maupun pekerjaan analisa.

PENDAHULUAN

Banyak cara untuk membuat dan menganalisa suatu preparat. Pemilihan

cara pembuatan yang tepat banyak, tergantung kepada bahan baku dan alat yang

tersedia, hasil yang dicapai, biaya, dan pada syarat-syarat yang diperlukan pada

proses pembuatannya. Begitu pula cara menganalisa zat sangat tergantung kepada

2 (dua) faktor terakhir. Salah satu cara pembuatan dan analisa akan kita kerjakan

pada percobaan ini.

Pembuatan dan Pemurnian Preparatif

Tahap I. Iodat dioksidasi oleh kalium klorat yang dilakukan pada suasana asam

yang sedang dalam keadaan panas.

Tahap II. Karena pada pendinginan, campuran reaksi selain kalium iodat juga

terbentuk kalium hidroiodat, maka sebelum didinginkan larutan harus

dinetralkan dulu dengan KOH. Pada pendinginan, kalium iodat akan

mengendap.

Reaksi-reaksi yang berlangsung sebagai berikut:

Tahap I

6 H2O + H2O → 2 IO3- + 12 H

+ + 10 e

-

6 H+ + ClO3 + 6 e

- → Cl

- + 3 H2O

Tahap II

K+ + H

+ + 2 IO3

- → KH(IO3)2

H+ + OH

- → H2O

Reaksi samping yang mungkin terjadi adalah:

2 ClO3- + 12 H

+ + 10 e

- → Cl2 + 6 H2O

2 Cl + 2 e- → Cl2

17

Pemurnian produk yang terjadi dikerjakan melalui pengkristalan kembali dan

pengeringan.

Sifat-sifat bahan baku dan preparat

Iodium : zat berkristal ungu kehitaman, titik leleh 113,7 oC, kelarutan

dalam air kecil

Kalium klorat : zat berkristal putih, kelarutan dalam air sedang, 7 g/100 mL pada

suhu 200 oC dan 57 g/100 mL pada 100

oC.

Kalium iodat : zat berkristal putih, kelarutan dalam air, 5 g/100 mL pada 0 oC

dan 32g/100 mL pada 100 oC.

ALAT-ALAT

1. Statif

2. Ring besi

3. Kasa

4. Kaki tiga

5. Labu bulat

6. Timbangan

7. Spatula

8. Kaca arloji

9. Bunsen

10. Corong

11. Akuades

12. Gelas piala 500 mL

13. Pipet tetes

14. Kertas indikator

15. Corong buchner

16. Buret

17. Kertas saring

18. Gelas ukur 50 mL

BAHAN-BAHAN

1. Kalium klorat

2. Iodium

3. Akuades

4. Asam nitrat 6 M

5. KOH

CARA KERJA

1. Pasang ring besi (10 cm) pada statif, letakkan kasa di bawahnya. Pasang labu

bulat 500 mL pada statif sehingga dasar labu tepat menyentuh kawat kasa.

Tinggi pemasangan hendaknya sedemikian rupa hingga dapat diletakkan

pembakar di bawahnya.

2. Timbang 31 g KCIO3 dan 36 g I2.

3. Masukkan 31 g KCIO3 beserta 100 mL akuades ke dalam labu bulat,

panaskan campuran ini hingga semua kalium klorat larut.

18

4. Singkirkan pembakar, kemudian tambahkan 36 g I2 dan 1 ml HNO3 6 M.

5. Tutup mulut labu dengan suatu corong (penyaring kualitatif).

6. Bila uap iodin ada keluar maka dinginkan labu tadi dalam bak berisi air

dingin. Untuk menyempurnakan reaksinya labu dipanaskan dengan api kecil

sambil kadang- kadang di goyang- goyang perlahan- lahan agar sisa iodin

yang masih menempel di dinding labu terkena larutan kloratnya.

7. Masukkan akuades bebas ion ke dalamnya.

8. Ambil corong dari mulut labu, didihkan larutan tadi selama 10 menit.

9. Tuangkan isi labu ke dalam gelas piala 500 ml. Letakkan gelas piala ini pada

kawat kasa di atas kaki tiga, panaskan larutan agar tetap mendidih.

10. Sementara larutan tetap mendidih dengan tambahkan KOH tetes demi tetes

sampai larutan netral. Periksa dengan kertas indikator.

11. Biarkan pada suhu kamar sampai larutan dingin, kumpulkan kristal yang

terbentuk dalam penyaring buchener. Larutan berubah menjadi tidak

bewarna.

12. Ulangi titrasi sampai 3 kali hingga selisih ketiga harga tersebut maksimum

0,05 mL.

13. Hitung kadar iodat tersebut.

TUGAS

1. Sebutkan manfaat kalium iodat dalam kehidupan sehari-hari!

2. Tuliskan rumus molekul dari senyawa-senyawa berikut ini! Kalium klorat,

iodium, akuades, asam nitrat, kalium hidroksida.

3. Mengapa pada cara kerja no 10 harus ditambahkan KOH sampai lautan

netral?

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan preparat dan preparatif?

5. Sebutkan faktor –faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisa?

19

PERCOBAAN VIII

SENYAWA KOMPLEKS DARI Na2C2O4 dan H2C2O4

TUJUAN

Mempelajari pembuatan dan penentuan stoikiometri senyawa kompleks

dari Na2C2O4 dan H2C2O4.

PENDAHULUAN

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion

logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan

elektron bebasnya kepada ion logam. Semua senyawa kompleks atau senyawa

koordinasi adalah senyawa yang terjadi karena adanya ikatan kovalen koordinasi

antara logam transisi dengan satu atau lebih ligan.

ALAT-ALAT

1. Kaca arloji

2. Spatula

3. Timbangan

4. Gelas piala 50 mL

5. Gelas piala 1000 mL

6. Gelas ukur 50 mL

7. Batang pengaduk

8. Termometer

9. Es batu

10. Kertas saring

11. Corong

12. Pipet tetes

13. pH meter

14. buret 50 mL

BAHAN-BAHAN

1. Natrium oksalat

2. Akuades

3. Asam oksalat

4. Alkohol

5. NaOH

6. Es Batu

7. KmnO4

CARA KERJA

1. Siapkan larutan I yang mengandung 1,84 g (0,01 mol) Na₂C₂O₄ dalam 10 mL

akuades.

2. Siapkan larutan II yang mengandung 4,50 g (0,036 mol) H₂C₂O₄.2H₂O dalam

40 mL air panas.

3. Tambahkan larutan I ke dalam larutan II sambil diaduk.

20

4. Dinginkan larutan sampai mendekati 0 ˚C dengan menempatkan bejana ke

dalam wadah yang berisi es batu.

5. Setelah didinginkan selama 20 menit, dekantasi larutan jenuh (supernatan)

melalui kertas saring yang kasar.

6. Buang filtrat, larutkan kembali endapan yang tertinggal dalam bejana dan

pada kertas saring dalam air 50 mL yang mendidih.

7. Dinginkan kembali bejana gelas dalam pendinginan selama 20 menit.

8. Pindahkan endapan ke dalam kertas saring dan buang larutannya. Cuci hasil

endapan 3 kali dengan 10 mL alkohol secara bertahap untuk menghilangkan

air yang melekat (terikat) pada kristal. Setelah hasil dibersihkan dengan hati-

hati dari filtrate ke kaca arloji, hasil disebarkan sedemikian rupa untuk

mempercepat penguapan alkohol. Jika hasil sudah tampak kering, timbang.

9. Keringkan kembali dalam oven pada 105 oC selam 30 menit untuk

menghilangkan air yang terhidrat dan timbang kembali.

10. Catat pH terhadap volume NaOH standar dan harus diperoleh 2 titik akhir

yang berbeda, liat perbandingan dari kedua titik akhir.

11. Dari data yang didapat, tentukan RM senyawa tersebut. Sebagai kenyataan

hasil tersebut mengandung H⁺ , Na⁺, C₂O₄⁻2 dalam Na₂H₂(C₂O₄) dengan x,y

dan z adalah bilangan bulat, simpulkan rumus senyawa dengan tepat sesuai

dengan RM yang telah ditentukan sebelumnya.

12. Tentukan berapa mol air per mol senyawa tersebut setelah dikeringkan di

udara. Kemungkinan lain: anion oksalat dapat ditentukan dengan titrasi

memakai KMnO₄ sebagai standar.

Reaksi : 16 H⁺ + 5 C₂O₄⁻ + 2 MnO₄ → 10 CO₂ + 2Mn2+ + 8 H₂O

TUGAS

1. Apa yang dimaksud dengan senyawa kompleks?

2. Jelaskan pengertian ligan!

3. Jelaskan tentang pembagian ligan berdasarkan jumlah elektron yang dapat

disumbangkan pada atom logam!

4. Berikan contoh manfaat senyawa kompleks dalam kehidupan sehari-hari!

5. Sebutkan syarat-syarat terbentuknya senyawa kompleks!

21

PERCOBAAN IX

PEMBUATAN ZEOLIT

TUJUAN

Mempelajari pembuatan zeolit dan mengetahui sifat-sifat kimia dan

fisikanya.

PENDAHULUAN

Mineral zeolit telah dikenal sejak Tahun 1756 oleh Baron Freiherr Axel

Cronsted ketika menemukan stilbit yang bila dipanaskan seperti batuan mendidih

(boiling stone). Hal ini disebabkan karena dehidrasi molekul air yang

dikandungnya. Istilah zeolit sendiri berasal dari bahasa Yunani Zein yang

berartimembuih dan lithos yang berarti batu, sehingga zeolit berarti batu yang

berbuih.

Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal alumina silika terhidrasi

yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensi,

dimana kationnya dapat diganti oleh kation lain tanpa menyebabkan perubahan

pada struktur zeolit dan dapat menyerap air secara reversibel. Zeolit mempunyai

rongga dan celah dengan luas permukaan dalam yang jauh lebih besar dari pada

luas permukaan kristal bagian luarnya.

Struktur kimia sel zeolit dengan sisa aktifnya dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 1. Struktur kerangka zeolit

Tipe-tipe zeolit dapat dikarakterisasi berdasarkan topologi tertentu dalam

kerangka. Sisi aktif inilah yang dapat menyebabkan zeolit memiliki kemampuan

sebagai penukar ion, adsorben dan katalis.

Pada struktur zeolit di atas atom Al yang berbentuk tetrahedral yang

menyebabkan atom Al tersebut akan bermuatan negatif karena berkoordinasi

22

dengan empat atom oksigen dan selalu dinetralkan oleh kation alkali dan alkali

tanah untuk mencapai senyawa yang stabil.

Rumus empiris zeolit yaitu :

(Mx/n[(AlO2)x(SiO2)v]mH2O

Keterangan:

M : Kation logam yang dapat saling ditukarkan

n : Valensi kation M

m : Jumlah molekul air perunit

x,y : Menyatakan banyaknya atom Al dan Si

Struktur kristal zeolit merupkan gabungan dari sejumlah unit pembangun

sekunder yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk rongga-rongga dan

saluran. Rongga-ronga dan saluran ini berisi kation dan molekul air. Kation-kation

tersebut tidak terikat pada posisi yang tepat melainkan dapat digantikan dengan

kation lain tanpa merusak struktur zeolit, karena molekul air juga dapat bergerak

bebas dalam rongga, maka zeolit dapat menyerap air secara reversibel. Posisi

kation dan molekul air dalam rongga zeolit dapat ditunjukkan pada gambar di

bawah ini :

Gambar 2. Posisi kation dan molekul air dalam rongga zeolit.

ALAT-ALAT

1. Spatula

2. Kursibel

3. Furnace

4. Desikator

5. Gelas piala 50 mL

6. Gelas piala 100 mL

7. Gelas ukur 50 mL

8. Gelas ukur 10 mL

9. Labu ukur 250 mL

10. Bunsen

23

11. Batang pengaduk

12. Timbangan

13. Kertas saring

14. Oven

BAHAN-BAHAN

1. Abu layang

2. NaOH

3. Akuades

4. Al(OH)3

CARA KERJA

Peleburan Abu Layang dengan NaOH

1. Leburkan 25 g abu layang dengan 20 g NaOH dalam furnace pada suhu

500oC selama 15 menit.

2. Dinginkan campuran dalam desikator.

Pembuatan larutan Natrium Silikat

1. Setelah dingin, Larutkan campuran leburan dengan akuades secukupnya lalu

dibiarkan selama 1 malam agar larut sempurna.

2. Saring larutan yang terbentuk dan encerkan dengan akuades hingga volume

250 mL.

Pembuatan Larutan Natrium Aluminat

1. Larutan aluminat dibuat dengan melarutkan 30,5 g NaOH dalam 100 mL

akuades.

2. Panaskan agar larut sempurna, campuran diaduk.

3. Secara perlahan-lahan tambahkan 21,65 g Al(OH)3 sambil diaduk hingga

terbentuk larutan bening.

4. Setelah semua Al(OH)3 melarut kemudian encerkan hingga volume 250 mL

dengan akuades.

Mensintesis Zeolit

1. Zeolit disintesis dengan menambahkan larutan natrium aluminat secara

perlahan-lahan ke dalam larutan natrium silikat sambil diaduk hingga

homogen selama 3 jam,

2. Lalu terbentuk gel berwarna putih.

3. Saring gel yang terbentuk kemudian panaskan pada suhu 80oC selama 8 jam.

4. Kristal yang terbentuk dicuci dengan akuades.

24

TUGAS

1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis zeolit!

2. Sebutkan dan jelaskan karakteristik zeolit!

3. Sebutkan metode apa saja yang digunakan untuk menentukan karakteristik

zeolit!

4. Sebutkan dan jelaskan aplikasi penggunaan zeolit dalam kehidupan sehari-

sehari maupun dalam industri!

5. Termasuk jenis apakah yang disintesis pada percobaan ini?

25

PANDUAN PENULISAN JURNAL DAN LAPORAN PRAKTIKUM

I. Jurnal Praktikum

1. Setiap praktikum wajib membuat jurnal praktikum tentang percobaan yang

akan dilakukan. Praktikan yang tidak membuat jurnal praktikum tidak

diperkenankan mengikuti praktikum.

2. Jurnal praktikum ditulis menggunakan buku disampul hitam.

3. Penulisan jurnal praktikum mengikuti format berikut ini:

Judul

I. Tujuan Percobaan

1.1.…

1.2. Dan seterusnya

II. Landasan Teori

III. Alat dan Bahan

3.1.Alat yang diperlukan

1. …

2. Dan seterusnya

3.2.Bahan yang diperlukan

1. ….

2. Dan seterusnya

IV. Skema Kerja

V. Tugas

1. …

2. Dan seterusnya

VI. Daftar Pustaka (minimal 5

dari jurnal/buku)

II. Laporan Praktikum

1. Setiap percobaan yang dilakukan, praktikan diwajibkan membuat laporan

praktikum pada kertas A4 sesuai format yang disediakan.

2. Penulisan laporan praktikum mengikuti format berikut ini (penulisan poin

disesuaikan dengan jurnal praktikum):

Cover (Contoh terlampir)

Judul

I. Tujuan Percobaan

II. Landasan Teori

III. Alat dan Bahan

3.1. Alat yang digunakan

3.2. Bahan yang digunakan

IV. Skema Kerja

V. Data Hasil Pengamatan

(diusahakan dalam bentuk

tabel)

VI. Perhitungan/Reaksi Kimia

VII. Pembahasan

VIII. Tugas

IX. Kesimpulan

1. …

2. Dan seterusnya

X. Daftar Pustaka

26

XI. Lampiran (foto hasil akhir percobaan beserta keterangan, bukan proses

kerja dan lampiran tinjauan pustaka)

27

DATA HASIL PENGAMATAN SEMENTARA

Judul Percobaan :

Hari, Tanggal Percobaan :

Kelas/Kelompok :

Nama Anggota :

Mengetahui,

Asisten Percobaan

( )

28

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK

JURUSAN KIMIA FMIPA UNIVERSITAS RIAU

LEMBARAN ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

Judul Praktikum/ No Percobaan :

Hari/Tanggal :

Kelas/Kelompok :

Nama Asisten :

No Alat Jumlah Keterangan

No Bahan Jumlah Keterangan

Pekanbaru,…………2016

Praktikan Asisten

29

Respon Praktikum Kimia Anorganik II

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Riau

Judul Percobaan :

Hari/Tanggal :

Kelas/Kelompok :

Nama Asisten :

Praktikan Asisten

Contoh Cover

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

STABILITAS DAN ISOLASI SENYAWA TEMBAGA (I)

OLEH :

NAMA : MEGA WATY

NIM : 1303112413

KELAS/KELOMPOK : C/VII (TUJUH)

TANGGAL PERCOBAAN : 05 DESEMBER 2014

ASISTEN : ASTARINA ATIK P.

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

2016

3 cm

3 spasi

Font 12,

1,5spasi, Bold

Font 12,

1,5spasi, Bold

Font 12,

1,5 spasi, Bold

3 cm

3 cm

3 cm

4 spasi

± 5 x 5 cm

Berwarna

3 spasi

Laporan Praktikum Kimia Anorganik II

Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Universitas Riau