30
BAB 1 THE ASSURANCE SERVICE MARKET A. Pengeran Auding Pengeran auding secara umum adalah suatu proses sistemak untuk memperoleh dan mengevaluasi buk secara obyekf mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan ngkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasilnya kepada pemakai yang berkepenngan. Dari sudut akuntan publik, auding adalah pemeriksaan (examinaon) secara obyekf atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen, yakni auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta buk yang dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa buk tersebut. B. Perbedaan Auding dan Akuntansi Akuntansi adalah pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhsaran periswa- periswa ekonomi dengan cara yang logis yang bertujuan menyediakan informasi keuangan untuk mengambil keputusan. Untuk menyediakan informasi yang relevan akuntan harus memiliki pemahaman yang mendalam atas prinsip-prinsip dan aturan- aturan yang menjadi dasar penyiapan informasi akuntansi. Auding berfokus pada penentuan apakah informasi yang dicatat tersebut mencerminkan dengan tepat periswa-periswa ekonomi yang terjadi selama periode akuntansi, selain itu auditor juga harus memiliki keahlian dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan buk- buk audit. Keahlian inilah yang membedakan auditor dengan akuntan. Menentukan prosedur audit yang tepat, memutuskan jumlah dan jenis unsur yang harus diuji, serta mengevaluasi hasilnya adalah tugas yang hanya dilakukan oleh auditor.

Auditing 1

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1

THE ASSURANCE SERVICE MARKET

A. Pengertian Auditing

Pengertian auditing secara umum adalah suatu proses sistematik untuk

memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan

tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat

kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan serta penyampaian hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Dari sudut akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan (examination) secara

obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan

untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam

semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi

tersebut. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen, yakni

auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus

kompeten untuk mengetahui jenis serta bukti yang dikumpulkan guna mencapai

kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti tersebut.

B. Perbedaan Auditing dan Akuntansi

Akuntansi adalah pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran peristiwa-

peristiwa ekonomi dengan cara yang logis yang bertujuan menyediakan informasi

keuangan untuk mengambil keputusan. Untuk menyediakan informasi yang relevan

akuntan harus memiliki pemahaman yang mendalam atas prinsip-prinsip dan aturan-

aturan yang menjadi dasar penyiapan informasi akuntansi.

Auditing berfokus pada penentuan apakah informasi yang dicatat tersebut

mencerminkan dengan tepat peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi selama periode

akuntansi, selain itu auditor juga harus memiliki keahlian dalam mengumpulkan dan

menginterprestasikan bukti- bukti audit. Keahlian inilah yang membedakan auditor

dengan akuntan. Menentukan prosedur audit yang tepat, memutuskan jumlah dan jenis

unsur yang harus diuji, serta mengevaluasi hasilnya adalah tugas yang hanya dilakukan

oleh auditor.

Perbedaan antara auditing dengan akuntansi adalah sebagai berikut :

Auditing Akuntansi

Metode Memperoleh dan menilai

atau mengevaluasi bukti

transaksi terkait dengan

laporan keuangan yang

disusun oleh manajemen.

Mengidentifikasi kejadian-

kejadian dan kemudian

mengukur, mencatat,

mengklasifikasikan dan

meringkasnya dalam

catatan-catatan akuntansi.

Tujuan Menyatakan pendapat

tentang kewajaran laporan

keuangan.

Menyusun dan

mendistribusikan laporan

keuangan.

Pihak yang

bertanggungjawab

Pihak yang

bertanggungjawab dalam

auditin adalah Auditor.

Pihak yang

bertanggungjawab adalah

Manajemen.

C. Pentingnya Auditing dalam mengurangi Risiko Informasi

Dalam melakukan pinjaman sebuah perusahaan kepada bank maka bank akan

menentukan suku bunga yang akan ditanggung perusahaan berikut :

1. Suku bunga bebas resiko, suku bunga ini mendekati suku bunga yang dapat diperoleh

bank dengan berinvestasi dalam Surat Utang Negara (SUN) selama jangka waktu yang

sama dengan pinjaman tersebut.

2. Resiko bisnis bagi nasabah, mencerminkan kemungkinan bahwa perusahaan tidak

sanggup melunasi pinjaman karena kondisi ekonomi/bisnis, seperti resesi, keputusan

manajemen yang buruk, atau persaingan tak terduga dalam industri.

3. Risiko informasi, mencerminkan bahwa informasi yang melandasi keputusan resiko

bisnis ternyata tidak akurat. Penyebab yang mungkin bagi resiko informasi ini adalah

kemungkinan tidak akuratnya laporan keuangan.

Auditing tidak berpengaruh terhadap suku bunga bebas resiko, dan resiko bisnis

bagi nasabah, namun resiko informasi dapat menimbulkan dampak yang signifikan

terhadap auditing. Jika laporan keuangan sudah diaudit maka resiko terhadap bank akan

berkurang dan memberi satu jaminan atas informasi yang disediakan laporan keuangan

dan bank dapat menurunkan suku bunga pinjaman perusahaan.

D. Penyebab Risiko Informasi dan Bagaimana Menguranginya

1. Jauhnya informasi : informasi yang disediakan oleh pihak-pihak lain harus menjadi

andalan karena mustahis bagi seorang pengambil keputusan mengetahui secara

langsung kondisi perusahaan yang menjadi rekan bisnis.

2. Bias dan Motif pihak penyedia : jika informasi disediakan oleh seseorang yang

tujuannya tidak sejalan dengan tujuan pengambil keputusan, informasi itu mungkin

dibiaskan demi menguntungkan pihak penyedia.

3. Data yang sanngat banyak : makin besar organisasi maka makin besar volume

transaksi yang di lakukan.

4. Transaksi pertukaran yang kompleks : dewasa ini pertukaran antar organisasi sudah

menjadi makin kompleks dan karenanya lebih sulit dicatat dengan tepat.

E. Perbedaan Jasa Assurance dan Jasa Audit

Jasa asuransi adalah jasa seorang profesional independent yang meningkatkan

kualiatas informasi bagi para pengambil keputusan. Jasa asuransi dapat disediakan oleh

propesi akuntan publik atau atau berbagai propesi lain

Jasa audit adalah pengumpulan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan

dan melaporkan derajat kesesuaian antara informsi itu dan kreteria yang telah

ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten dan

indipendent.

F. Perbedaan Jasa Assurance dan Non Assurance

Jasa asuransi adalah jasa seorang profesional independent yang meningkatkan

kualiatas informasi bagi para pengambil keputusan. Salah satu jasa asuransi yang

diberikan pleh propesi akuntanpublik atau oditor independent adalah jasa atestasi.

Jasa non asuransi adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan pubblik yang

didalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan kemuan,

atau bentuk lain keyakinan. Jenis jasa non asuransi yang di hasilkan oleh akuntan publik

adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, dan jasa konsultasi.

G. Perbedaan Jenis-Jenis Audit

1. Audit operasional : mengevaluasi efisiensi dan efektifitas setiap bagian dari prosedur

dan metode operasi organisasi. Dalam audit operasional, review atau penelaahan

yang dilkukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat menyangkut evaluasi atas

struktur organisasi, operasi komputer, metode operasi, pemasaran, dan semua

bidang lain dimana auditor menguasainya.

2. Audit Ketaatan : dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah

mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas

yang lebih tinggi.

3. Audit laporan keuangan : dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangn

(informasi yang di verifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteia tertentu.

H. Perbedaan Jenis-Jenis Auditor

1. Kantor Akuntan publik : bertanggungjawab mengaudit laporan keuangan historis

yang dipublikasikan semua perusahaan terbuka, kebayakan perusahaan lain yang

cukup besar, dan banyak perusahaan serta organisasi non komersial lebih kecil.

2. Auditor Internal Pemerintah : auditor yang bekerja untuk badan pengawasan

keuangan dan pembangunan (BPKP).

3. Auditor Badan Pemeriksa Keuangan : auditor yang bekerja untuk Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) Republik Indonesia, badan yang didirikan berdasarkan konstitusi

Indonesia. Tanggungjawab utama BPK adalah melaksanakan fungsi audit DPR dan

juga banyak memiliki tanggungjawab audit seperti KAP.

4. Auditor Pajak : audit ini murni bersifat ketaatan. Auditor yang melakukan

pemeriksaan ini disebut auditor pajak. Seorang auditor yang terlibat dalam salah satu

bidang ini harus memiliki pengetahuan tentang pajak dan keahlian audit yang cukup

luas untuk melakukan audit yang efektif.

5. Auditor Internal : dipekerjakan oleh perusahaan untuk melakukan audit bagi

manajemen, sama seperti BPK mengaudit untuk DPR.

I. Syarat-Syarat Menjadi CPA

Pemakaian gelar Certified Public Accountant (CPA) diatur oleh menteri keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 17/2008 mengatur persyaratan untuk

memperoleh dan mempertahankan izin berpraktik, baik untuk akuntan publik maupun

Kantor Akuntan Publik (KAP).

Sejalan dengan PMK 17/2008, IAPI diberikan tanggungjawab untuk melaksanakan

ujian CPA dan memberikan sertifikat CPA. Sebagian besar profesional muda yang ingin

menjadi CPA memulai karier mereka dengan bekerja pada sebuah KAP. Setelah menjadi

CPA, banyak yang meninggalkan lingkungan asalnya dan bekerja di lingkungan industri,

pemerintah, atau pendidikan. Untuk menjalankan hak berpraktik sebagai

auditorindependen, para CPA harus memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan

dan persyaratan lisensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, wajar saja jika akuntan

menjadi CPA tetapi tidak berpraktik sebagai auditor independen.

BAB 2

THE AUDIT STANDAR SETTING PROCESS

A. Sifat, Pekerjaan dan Struktur Kantor Akuntan

Kantor Akuntan Publik (KAP) menyediakan jasa audit serta jasa atestasi assurance

lainnya. Jasa tambahan yang biasanya diberikan oleh KAP antara lain :

Jasa Akuntansi dan Pembukuan : sebagian klien kecil yang tidak memiliki cukup

personel atau keahlian untuk memanfaatkan peranti lunak akuntansi guna membuat

ayat jurnal dan buku besarnya, biasanya memakai jasa KAP.

Jasa Perpajakan : KAP menyiapkan SPT pajak perusahaan dan perorangan baik untuk

klien audit maupun non-audit.

Jasa Konsultasi Manajemen : jasa ini berkisar dari saran singkat utnuk memperbaiki

sistem akuntansi klien hingga nasihat menyangkut manajemen risiko, teknologi

informasi, dan rancangan sistem e-commerce, uji tuntas merger dan akuisisi, serta

konsultasi manfaat aktuaria.

Struktur Kantor Akuntan

Tiga faktor utama yang mempengaruhi struktur organisasi KAP adalah :

Kebutuhan akan independensi dari klien

Pentingnya struktur untuk memicu kompetensi

Meningkatkan risiko tuntutan hukum yang dihadapi auditor

Struktur Kantor Akuntan (KAP) sesuai dengan PMK 17/2008 ada dua yaitu :

Perusahaan perorangan (proprietorship), hanya kantor dengan pemilik tunggal yang

dapat beroprasi dalam bentuk ini. Semua kantor dengan pemilik tunggal

diorganisasikan dengan pemilik tunggal diorganisasi sebagai perusahaan

perorangan.

Persekutuan (partnership), bentuk organisasi ini sama dengan perorangan, kecuali

bahwa bentuk ini menyangkut banyak pemilik.

B. Peran PCAOB dan efek UU SOA pada Profesi CPA

Sarbanes-Oxley Act (SOA) membentuk Publick Company Accounting Oversight

Board (PCAOB), yang ditunjuk dan diawasi oleh Securities and Exchange Commission

(SEC). PCAOB mengawasi auditor perusahaan publik atau terbuka, menetapkan standar

audit dan pengendalian mutu untuk audit atas perusahaan terbuka, menetapkan

standar audit dan pengendalian mutu untuk audit atas perusahaan terbuka serta

melakukan pemeriksaan atas pengendalian mutu di kantor-kantor yang melakukan

audit. PCAOB bertanggungjawab atas standar audit untuk perusahaan terbuka yang

sebelumnya merupakan tanggungjawab ASB dari AICPA. Sekarang ASB

bertanggungjawab untuk terus menyediakan standar-standar audit bagi perusahaan

swasta. PCAOB menggunakan standar audit yang di tetapkan oleh ASB sebagai standar

audit interim. Sekarang PCAOB mengeluarkan standar audit yang mencakup

menetapkan standar untuk audit tentang efektivitas pengendalian internal atas

pelaporan keuangan. PCAOB melakuakan inspeksi atas kantor-kantor akuntan yang

terdaftar untuk menilai ketaatannya pada aturan PCAOB dan SEC, standar profesional,

serta kebijakan pengendalian mutu kantor itu sendiri.

C. Peran SEC pada Bidang Akuntansi dan Auditing

SEC (Securities and Exchange Commission) dibentuk pada tahun 1934 dimana peran

utamanya adalah untuk mengatur penerbitan dan transaksi perdagangan sekuritas oleh

emiten kepada khalayak ramai (publik). SEC juga mewajibka perusahaan publik agar

laporan keuangan eksternalnya diaudit oleh akuntan independen. SEC sangat fokus

terhadap pelaporan keuangan perusahaan publik dan pengembangan standar

akuntansi. SEC juga secara seksama memonitor proses pembentukan standar akuntansi

di Amerika. SEC membantu mengembangkan dan menstandardisasi informasi keuangan

yang disajikan kepada para pemegang saham. SEC memiliki mandat untuk menetapkan

prinsip-prinsip akuntansi.

D. Peran Utama AICPA

Para akuntan publik mendapatkan gelar dari CPA dari negara mereka masing-

masing, tetapi ada pengaruh yang cukup besardari organisasi profesional, yaitu

American Institute of CertifiedPublick Accountants (AICPA). AICPA menetapkan standar

dan aturan yang harus diikuti seluruh anggota serta praktisi lainnya. AICPA memiliki

wewenang dalam menetapkan standar dan pembuatan aturan dalam lima bidang

utama, yaitu standar auditing, standar kompilasi dan review, standar atestasi lainnya,

standar konsultasi, kode perilaku profesional.

E. Standar Audit Internasional

International Standards on Auditing (ISAs) diterbitkan oleh International Auditing

Practices Committee (IAPC) dari International Federation of Accountants (IFAC). ISA

secara umum serupa dengan GAAS di Indonesia, meskipun ada beberapa perbedaan.

Jika auditor di Indonesia mengaudit laporan keuangan historis sesuai dengan ISA,

auditor harus memenuhi semua persyaratan ISA yang jauh diluar cakupan GAAS.

F. Basis Standar Audit

Standar audit merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi

tanggungjawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis. Standar ini

mencakup pertimbangan mengenai kualitas profesional seperti kompetensi dan

independensi, persyaratan laporan, dan bukti. Pedoman paling luas yang tersedia adalah

10 standar audit yang berlaku umum. Kesepuluh standar audit yang berlaku umum

dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Standar umum : menekankan pada pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki

oleh auditor. Auditor harus dilakukan oleh orang yang sedah mengikuti pelatihan

dan memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang auditor, auditor

harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam semua hal yang

berhubungan dengan audit serta auditor harus menerapkan kemahiran profesional

dalam melaksanakan audit dan menyusun laporan.

2. Standar pekerjaan lapangan : menyangkut pengumpulan bukti dan aktivitas lain

selama pelaksanaan audit yang sebenarnya. Auditor harus merencanakan pekerjaan

secara memadai dan mengawasi semua asisten sebagaimana mestinya, memahami

entitas dan lingkungan termasuk pengendalian internal, dan memperoleh bukti yang

mencukupi dan tepat dengan melakukan prosedur audit.

3. Standar pelaporan : auditor harus menyatakan dalam laporan auditor apakah

laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum,

mengidentifiksi dalam laporan auditor mengenai keadaan dimana prinsip tersebut

tidak secara konsisten diikuti selama periode berjalan jika dikaitkan dengan laporan

sebelumnya, jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan yang informatif belum

memadai, maka auditor harus menyatakannya dalam laporan auditor, auditor harus

menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan.

G. Standar Quality Control dan Praktik Profesi Akuntansi

Pengendalian mutu berkaitan erat namun berbeda dengan GAAS. Untuk

memastikan bahwa standar audit yang berlaku umum diikuti dalam setiap audit, KAP

mengikuti standar pengendalian mutu khusus yang membantu memenuhi standar-

standar itu secara konsisten pada setiap penugasan.

1. Unsur-unsur pengendalian mutu

IAPI belum menetapkan prosedur pengendalian mutu yang khusus bagi KAP.

Prosedur itu akan bergantung pada hal-hal seperti ukuran kantor, jumlah cabang

yang berpraktik, serta sifat praktik. Kelima unsur pengendalian mutu antara lain :

Independensi, Integritas, dan Objektivitas

Manajemen Kepegawaian

Penerimaan dan Kelanjutan Klien serta Penugasan

Kriteria Penugasan

Pemantauan

2. Review Sejawat (Peer Review)

KAP harus mendaftarkan diri dalam program pemantauan praktik IAPI agar para

anggota KAP memenuhi syarat keanggotaan Dewan Review Mutu (DRM).

Pemantauan praktik yang juga dikenal sebagai review sejawat (peer review) adalah

suatu telaah oleh akuntan publik, atas ketaatan KAP pada sistem pengendalian mutu

kantor itu. Tujuannya adalah untuk menentukan dan melaporkan apakah KAP yang

telah ditelaah itu telah mengembangkan kebijakan dan prosedur yang memadai bagi

kelima unsur pengendalian mutu, dan mengikuti kebijakan dan prosedur yang

memadai bagi kelima unsur pengendalian mutu, dan mengikuti kebijakan serta

prosedur itu dalam praktik.

BAB 3

AUDIT REPORT

A. Hakekat dan kebutuhan akan laporan audit

Laporan audit adalah hasil akhir dari proses audit. Lapaoran audit adalah hal yang

sangat penting dalam penugasan audit dan assurance karena mengkomunikasikan

temuan-temuan auditor. Dalam laporan audit, seorang auditor akan memberikan

kesimpulan dari pendapatnya, dan hasil dari laporan ini yang diandalkan dari para

pemakai laporan keuangan untuk membuat suatu keputusan. Sehingga auditor

bertanggungjawab atas hasil laporan auditnya.

B. Bagian-bagian dari standar laporan audit

Laporan audit standar tanpa pengecualian, laporan ini berisi dari tujuh bagian :

1. Judul laporan, dalam menulis judul laporan audit harus mengandung kata

independen untuk menunjukkan bahwa audit tersebut dalam segala aspeknya tidak

memihak.

2. Alamat laporan audit, umumnya ditunjukkan kepada klien yang diaudit.

3. Paragraf pendahuluan, paragraf ini harus menunjukkan tiga hal :

4. Paragraf ruang lingkup yaitu pernyataan faktual mengenai apa saja yang dilakuakan

auditor selama proses audit.

5. Paragraf pendapat, dibuat kesimpulan dari pendapat auditor tentang kewajaran atas

laporan keuangan terhadap prinsip akuntansi berlaku umum.

6. Nama KAP, adalah kantor akuntan publik yang melakukan audit, untuk

menunjukkan tanggungjawan KAP yang melakukan audit dan atas pendapatnya.

7. Tanggal laporan audit, ketika auditor telah selesai melakuakan auditor dilapangan.

C. Kondisi untuk laporan wajar tanpa pengecualian

Pada situasi tertentu, diterbitkan laporan audit wajar tanpa pengecualian atas laporan

keuangan, tetapi dengan kata-kata yang berlainan dari laporan wajar tanpa

pengecualian. Laporan audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf

penjelasan/midifikasi perkataan sesuai dengan kriteria audit yang lengkap dengan hasil

yang memuaskan dan laporan keuangan yang disajikan secara wajar, tetapi auditor

merasa penting atau wajib untuk memberikan informasi tambahan. Dalam laporan audit

tanpa pengecualian, tidak wajar atau menolak memberikan pendapat, auditor tidak

melaksanakan audit yang memuaskan, tidak yakin bahwa laporan keuangan tidak

disajikan secara wajar/tidak independen.

Berikut ini adalah penyebab penting penambahan paragraf penjelasan pada laporan

wajar tanpa pengecualian standar :

a. Tidak adanya aplikasi yang konsisten dari PABU

b. Keterangan yang subtansional mengenai going concern

c. Auditor setuju dengan penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dirumuskan

d. Penekanan pada suatu hal atau masalah

e. Laporan yang melibatkan auditor lain

D. Tipe-tipe laporan audit

1. Wajar tanpa pengecualian : auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan

disajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum (PABU).

2. Wajar dengan pengecualian : auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan

disajikan secara wajar, kecuali untuk pos tertentu.

3. Tidak wajar : auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara

wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum (PABU).

4. Tidak memberikan pendapat : auditor tidak menyimpulkan apakah laporan

keuangan disajikan secara wajar.

E. Materialitas memperangaruhi pelaporan audit ?

Materialitas adalah suatu pertimbangan dalam menentukan jenis laporan keuangan

yang tepat diterbitkan dalam situasi tertentu. Terdapat tiga tingkat materialitas :

1. Jumlahnya tidak material, jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan tetapi

tidak mempengaruhi pemakaian laporan dalam mengambil keputusan, hal itu

dianggap sangat tidak material. Pendapat audit dapat diberikan unqulified.

2. Jumlahnya material tetapi tidak memperburuk laporan keuangan secara

keseluruhan, tingkat material dalam laporan keuangan mempengaruhi pemakai

laporan keuangan dalam mengambil keputusan, tetapi laporan tetap disajikan

secara wajar dan karenanya masih berguna. Pendapat audit dapat diberikan

qualified.

3. Jumlahnya sanngat material sehingga keseluruhan laporan keuangan diragukan,

tingkat material terjadi apabila pemakai laporan membuat keputusan yang salah

jika mengandalkan laporan keuangan secara keseluruhan. Hal ini dapat diberikan

kesimpulan pendapat auditor adalah adverse of declaimer.

F. Kondisi yang menyebabkan penyimpangan

Dimana laporan audit wajar tanpa pengecualian dianggap tidak tepat serta jenis laporan

audit yang harus diterbitkan dalam setiap situasi, atau auditor tidak dapat

mempresentasikan laporan keuangan keseluruhan secara wajar, alasannya adalah :

1. Ruang lingkup audit dibatasi

2. Ketidak sesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi berlaku umum,

penerapan yang digunakan oleh perusahaan tidak sesuai atau menyimpang.

3. Auditor tidak independen, yang diatur dalam kode perilaku profesional.

Pendapat tidak wajar (advarse opinion) digunakan apabila auditor yakin bahwa laporan

keuangan secara keseluruhan mengandung salah saji yang material atau penyesatan,

sehingga tidak menyajikan secara wajar sesuai PABU, laporan ini dapat diterbitkan

apabila auditor memiliki pengetahuan, setelah melakukan investigasi lebih mendalam,

bahwa tidak ada kesesuaian dengan PABU.

Menolak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) diterbitkan apabila auditor

tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan secara keseluruhan

telah disajikan secara wajar. Pelaksanaan pemberian keputusan akan timbul apabila

terdapat pembatasan ruang lingkup / hubungan tidak independen antara auditor dan

kliennya.

G. Laporan audit modifikasi dari berbagai macam situsi dan kondisi

Ada dua kategori utama pembatasan ruang lingkup audit : pembatasan yang

disebabkan oleh klien dan oleh kondisi-kondisi yang berada diluar kendali klien maupun

auditor. Pembatasan ruang lingkup tersebut mempunyai pengaruh yang sama terhadap

laporan auditor, tetapi interprestasi materialitasnya mungkin berbeda. Bila ada

pembatasan ruang lingkup maka respon auditor yang tepat adalah menerbitkan

pendapat wajar tanpa pengecualian, kualifikasi (pengecualian) ruang lingkup dan

pendapat audit, atau menolak memberikan pendapat, tergantung pada materialitasnya.

Apabila auditor mengetahui bahwa laporan keuangan dapat menyesatkan karena

tidak disiapkan sesuai dengan PABU, dan klien tidak mampu atau tidak bersedia

mengoreksi salah saji itu, ia harus menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian

atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas pos yang dipertanyakan.

Peraturan 203 dalam kode perilaku profesional, memperkenankan pendapat

penyimpangan dari PABU bila auditor yakin bahwa ketaatan pada prinsip itu akan

menghasilkan laporan keuangan menyesatkan. Pendapat ini akan diterangkan dalam

paragraf ke3 sebagai tambahan.

Tidak adanya laporan arus kas keengganan klien untuk memasukkan laporan arus kas

(SAS 58 (AU 508)) maka auditor harus membuat laporan diparagraf ketiga menyatakan

peniadaan laporan itu dan kualifikasi pendapat “kecuali untuk”.

BAB 4

LEGAL LIABILITY CONSIDERATIONS FOR AUDITORS

A. Kondisi Hukum Dalam Praktik Akuntan Publik

Kewenangan asosiasi profesi sangat besar, antara lain :

1. Pembuatan standar akuntansi dan standar audit

2. Pemeriksaan terhadap kertas kerja audit

3. Pemberian sanksi

Dengan kewenangan asosiasi yang demikian luas, diperkirakan bahwa asosiasi profesi

dapat bertindak kurang independen jika terkait dengan perkembangan tersebut,

pemerintah Indonesia melalui Rancangan Undang-Undang tentang Akuntan Publik (Draf

RUU AP, Depkeu, 2006) menarik kewenangan pengawasan dan pembinaan ke tangan

Mentri Keuangan, disamping tetap melimpahkan beberapa kewenangan kepada asosiasi

profesi. Dalam RUU AP tersebut, regulasi terhadap akuntan publik diperketat disertai

dengan usulan penerapan sanksi disiplin berat dan denda administratif yang besar,

terutama dalam hal pelanggaran penerapan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP).

Disamping itu ditambahkan pula sanksi pidana kepada Akuntan Publik palsu (atau orang

yang mengaku sebagai akuntan publik) dan kepada Akuntan Publik yang melanggar

penerapan SPAP. Seluruh regulasi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas

pelaporan keuangan, meningkatkan kepercayaan publik serta melindungi kepentingan

publik melalui peningkatan independensi auditor dan kualitas audit.

B. Perbedaan antara Kegagalan Bisnis, Kegagalan Audit dan Risiko Audit

Banyak profesional akuntansi dan hukum yakin bahwa penyebab utama tuntutan

hukum kepada kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman para pemakai

laporan keuangan atas dua konsep.

Kegagalan Bisnis (business failure) terjadi apabila bisnis tersebut tidak mampu apabila

peminjam tidak mampu mnengembalikan pinjamannya atau memenuhi harapan para

investor karena keadaan ekonomi atau bisnis, seperti resesi, keputusan manajemen

yang buruk, atau persaingan yang tak terduga dalam industri itu.

Kegagalan Audit (audit failure) terjadi apabila kantor mengeluarkan pendapat audit

yang tidak benar karena gagal memenuhi persyaratan standar audit. Contohnya adalah

kantor yang menugaskan asisten yang tidak memenuhi syarat untuk melaksanakan

tugas audit tertentu, dimana mereka gagal menemuka salah saji yang material dalam

catatan klien yang seharusnya dapat ditemukan oleh auditor yang memenuhi syarat.

Risiko Audit merupakan kemungkinan bahwa auditor akan menyimpulkan, setelah

melaksanakan audit yang memadai, bahwa laporan keuangan telah dinyatakan secara

wajar, sedangkan dalam kenyataannya mengandung salah saji yang material. Risiko

audit tidak dapat dielakkan, karena auditor mengumpulkan bukti hanya atas dasar

pengujian dan karena kecurangan yang disembunyikan dengan baik sangat sulit

dideteksi. Seorang auditor mungkin saja menaati seluruh standar auditing, namun masih

gagal mengungkapkan salah saji yang material akibat kecurangan.

C. Konsep Hukum yang Mempengaruhi Kewajiban

1. Konsep orang yang bijak : ada kesepakatan antara profesi akuntan dan pengadilan

bahwa auditor bukan penjamin atau penerbit laporan keuangan. Auditor hanya

diharapkan untuk melakukan audit dengan kemahiran, dan tidak diharapkan benar

100%. Standar kemahiran (due care) disebut sebagai konsep orang bijak.

2. Kewajiban atas tindakan pihak lain : Para partner mungkin juga bertanggungjawab

atas pekerjaan orang yang mereka andalkan menurut UU keagenan. Tiga kelompok

auditor yang mungkin diandalkan para karyawan, kantor akuntan publik lain yang

ditugaskan untuk melakukan sebagian pekerjaan, dan para spesialis yang dihubungi

untuk menyediakan informasi teknis. Jika seorang karyawan melaksanakan audit

yang tidak memadai, partnernya daapat ikut bertanggungjawab atas kenerja itu.

3. Tidak adanya komunikasi istimewa : Akuntan publik tidak berhak menyembunyikan

informasi dari pengadilan dengan menyatakan bahwa informasi itu rahasia. Diskusi

rahasia antara klien dan auditor tidak dapat disembunyikan dari pengadilan.

D. Kewajiban Akuntan Terhadap Klien ataupun Pihak Ketiga

Sumber tuntutan hukum yang paling umum terhadap kantor akuntan publik adalah

dari klien. Kewajiban yang umum akibat tuntutan hukum klien melibatkan klaim bahwa

auditor tidak dapat menemukan pencurian oleh karyawan akibat kelalaian dalam

melaksanakan audit. Masalah utama dalam kasus yang melibatkan dugaan kelalaian

biasanya adalah tingkat kemahiran yang diperlukan.

Kantor akuntan publik biasanya menggunakan satu atau kombinasi dari empat

pembelaan bila ada tuntutan hukum oleh klien, yaitu tidak ada tugas yang harus

dilaksanakan, jasa berarti bahwa kantor akuntan publik mengklaim bahwa kontrak yang

tersirat ataupun yang dinyatakan secata jelas. Pelaksanaan kerja tanpa kelalaian

(nonegligent performance). Ketiadaan hubungan timbal balik (sebab-akibat).

Kasus utama yang mengawali kewajiban terhadap pihak ketiga adalah ultramares

corporation vs touche. Kasus ini membentuk suatu doktrin yaitu doktrin ultramares.

Pengadilan telah memperluas doktrin ultramares untuk mengizinkan pemulihan oleh

pihak ketiga dalam banyak situasi dengan memperkenalkan konsep foreseen users, yang

merupakan anggota dari golongan pemakai terbatas yang mengandalkan laporan

keuangan. Meskipun konsep foreseen users dapat langsung diterapkan, pengadilan

telah membuat beberapa interpretasi yang berbeda. Tiga pendekatan utama yang

diberlakukan adalah credit alliance, restatement of torts, dan foreeseble users.

E. Tanggungjawab Terhadap Kerahasiaan

Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperoleh dalam

melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus dilakukan secara

terbuka dan transparan. Dalam prinsip kerahasiaan ini, auditor dilarang menggunakan

informasi yang dimiliki untuk kepentingan pribadinya, misalnya untuk memperoleh

keuntungan finansial. Prinsip kerahasiaan tidak berlaku dalam situasi-situasi berikut :

1. Pengungkapan yang diijinkan oleh pihak yang berwenang

2. Pengungkapan yang diwajibkan berdasarkan peraturan perundang-undangan

3. Pengungkapan untuk kepentingan masyarakat yang dilindungi oleh undang-undang

Bila auditor memutuskan untuk mengungkapkan informasi karena situasi diatas,

terdapat tiga hal yang harus dipertimbangkan, yaitu :

1. Fakta-fakta yang diungkapkan telah mendapat dukungan bukti yang kuat atau

adanya pertimbangan profesional penentuan jenis pengungkapan ketika fakta-fakta

tersebut tidak didukung dengan bukti yang kuat

2. Pihak-pihak yang menerima informasi adalah pihak yang ttepat dan memiliki

tanggungjawab untuk bertindak atas dasar informasi tersebut

3. Perlunya nasihat hukum yang profesional atau konsultasi dengan organisasi yang

tepat sebelum melakukan pengungkapan informasi

BAB 5

ETHICS AND THE AUDIT PROFESSION

A. Perilaku etis dan perilaku tidak etis bagi perorangan, profesional dan konteks bisnis

Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai.

Para filsuf, organisasi keagamaan dan kelompok lainnya telah mendefinisikan etika

dalam berbagai prinsip moral atau nilai-nilai yang ideal. Merupakan hal yang umum bila

setiap orang memiliki perbedaan dalam prinsip moral dan nilai serta kepentingan relatif

yang terkait dengan prinsip-prinsip tersebut.

Enam nilai etika utama menurut Josephson Institute terkait dengan perilaku etis :

1. Dapat dipercaya (Trustwoethiness)

2. Rasa hormat (Respect)

3. Tanggungjawab (Responsibility)

4. Kewajaran (Fairness)

5. Kepedulian (Caring)

6. Kewarganegaraan (Citizenship)

Kebanyakan orang mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai perilaku menyimpang

dari apa yang mereka yakini sebagai perilaku yang patut dalam lingkungan mereka.

Masing-masing menentukan bagi diri sendiri mana yang merupakan perilaku tidak etis ,

baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Ada dua alasan utama yang menjadi

penyebab orang berperilaku tidak etis yaitu standar etika orang tersebut berbeda dari

etika masyarakat secara umum atau orang tersebut memilih untuk berperilaku egois,

seringkali keduanya muncul menjadi penyebab perilaku tidak etis.

B. Dilema Etika

Dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus

membuat keputusan mengenai perilaku yang patut. Para auditor, akuntan dan pebisnis

lainnya menghadapi banyak dilema etika dalam karier bisnis mereka. Terdapat beberapa

cara untuk menyelesaikan dilema etika, namun kehati-hatian tetap diperlukan untuk

menghindari metode yang membenarkan perilaku tidak etis. Berikut ini metode

pembenaran yang umumnya digunakan yang akan mengakibatkan munculnya perilaku

tidak etis adalah semua orang melakukannya, jika ini legal, maka ini etis, kemungkinan

terbongkar dan konsekuensi. Enam langkah pendekatan sederhana untuk

menyelesaikan dilema etika, antara lain :

1. Memperoleh fakta-fakta yang relevan

2. Mengidentifikasi masalah etika yang muncul dari fakta-fakta tersebut

3. Memutuskan siapa yang akan terkena dampak dari dilem tersebut dan bagaimana

setiap orang atau kelompok dapat terkena dampaknya

4. Mengidentifikasi alternatif tersedia bagi individu yang harus menyelesaikan dilema

5. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin muncul dari setiap alternatif

6. Memutuskan tindakan yang tepat

C. Pentingnya Etika Dalam Profesi Akuntansi

Para profesional diharapkan memiliki kepatutan dalam berperilaku yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kebanyakan orang pada umumnya. Istilah profesional berarti

tanggungjawab secara individu dan ketentuan dalam peraturan dan hukum masyarakat.

Seorang akuntan publik, sebagai seorang profesional, harus menyadari adanya

tanggungjawab pada publik, pada klien, dan pada sesama rekan praktisi, termasuk

perilaku yang terhormat, bahkan jika hal tersebut berarti harus melakukan pengorbanan

atas kepentingan pribadi. Bagi akuntan publik, merupakan hal yang penting bahwa klien

dan pihak-pihak eksternal pengguna laporna keuangan untuk memiliki kepercayaan

dalam kualitas audit dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik tersebut.

D. Tujuan dan Isi Kode Perilaku Profesional dari AICPA

Kode etik IAPI terdiri dari tiga bagian, ditambah sebuah bagian yang berisi definisi-

definisi penting, yang meliputi bagian-bagian berikut :

1. Bagian A : Penerapan umum atas kode etik

Lima prinsip yang harus diterapkan auditor adalah

a. Integritas

b. Objektivitas

c. Kompetensi profesional dan kecermatan

d. Kerahasiaan

e. Perilaku profesional

Ancaman, umumnya muncul karena kepentingan pribadi, penelaahan pribadi,

advokasi, kesepahaman, dan intimidasi. Pengamanan, hal yang terkait dengan

pengamanan antara lain profesi, legislasi, dan regulasi serta lingkungan kerja. Resolusi

Konflik, kode etik mendukung proses penyelesaian konflik etika yang konsisten.

2. Bagian B : Anggota dalam praktik publik

3. Bagian C : Anggota dalam bisnis

E. Independen, Integritas dan Objektifitas Dalam Hubungannya Dengan Kode Etik

Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam

melakukan pengujian audit, evaluasi atas hasil pengujian, dan penerbitan laporan audit.

Sebagian besar persyaratan independensi IAPI sesuai dengan persyaratan independensi

Bapepam-LK. Namun, karena kode etik tersebut senderung bersifat principles based

maka kode etik IAPI dan Bapepam-LK saling melengkapi satu sama lain. Independen

dalam kenyataan muncul ketika auditor benar-benar mampu menjaga sikap mental

independen selama melaksanakan pengauditan, sedangkan independen dalam

penampilan merupakan hasil dari interprestasi orang-orang terhadap independensinya

ini. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk jujur dan berterusterang tanpa

harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Integritas dapat menerima kesalahan yang

tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kacurangan

dan ketiadaan prinsip. Sebagai tambahan untuk waspada dalam melakukan audit dan

berhubungan dengan klien, independensi auditor dan integritas audit bisa ditingkatkan

dengan penggunaan komite audit, rotasi auditor, dan perlindungan kertas kerja.

Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai suatu jasa yang diberikan

anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota untuk adil, tidak memihak, jujur

secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan

atau berada dibawah pengaruh pihak lain.

BAB 6

AUDIT RESPONSIBILITIES AND OBJECTIVE

A. Tujuan pelaksanaan audit atas laporan keuangan

Tujuan pengauditan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen

merupakan pemberian opini atas kewajaran dimana laporan tersebut telah disajikan

secara wajar, dalam segala hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas,

sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Langkah-langkah mengembangkan tujuan audit antara lain :

1. Memahami tujuan dan tanggungjawab audit

2. Membagi laporan keuangan kedalam siklus-siklus

3. Mengetahui asersi manajemen atas laporan keuangan

4. Mengetahui tujuan umum audit untuk kelompok transaksi, akun dan pengungkapan

5. Mengetahui tujuan khusus audit untuk kelompok transaksi, akun dan

pengungkapan

B. Tanggungjawab manajemen dalam penyajian laporan keuangan

Auditor memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk

memperoleh keyakinan yang memadai mengenai apakah laporan keuangan telah bebas

dari salah saji material, yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Karena

sifat dari bahan bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor harus mampu

mendapatkan keyakinan yang memadai, namun bukan absolut, bahwa salah saji

material telah dideteksi. Auditor tidak memiliki tanggungjawab untuk merencanakan

dan menjalankan audit untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa kesalahan

penyajian yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, yang tidak signifikan

terhadap laporan keuangan telah terdeteksi. Mengenai tanggungjawab audit untuk

mendeteksi salah saji yang material memasukkan beberapa istilah dan kalimat penting :

1. Salah saji material vs tidak material : salah saji yang dianggap material jika gabungan

dari kesalahan yang belum dikoreksi dan kecurangan dalam laporan keuangan yang

mengubah/mengurangi keputusan pengguna laporan keuangan tersebut.

2. Keyakinan memadai : standar audit mengindikasikan keyakinan memadai sebagai

tingkat yang tinggi, namun tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas dari

salah saji material. Konsep “memadai, namun bukan absolut” menandakan bahwa

auditor bukanlah penjamin kebenaran atas laporan keuangan.

3. Kesalahan vs kecurangan : kesalahan adalah salah saji yang tidak disengaja

sedangkan kecurangan adalah salah saji yang disengaja. Untuk kecurangan, terdapat

perbedaan antara penyalahgunaan aset (kecurangan karyawan) dan kecurangan

dalam pelaporan (kecurangan manajemen).

4. Skeptisme profesional : mengharuskan pengauditan didesain untuk menghasilkan

keyakinan yang memadai agar dapat mendeteksi dengan baik kesalahan material

maupun kecurangan dalam laporan keuangan.

C. Tanggungjawab auditor

Auditor menekan beragam kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan-kesalahan

dalam perhitungan, kealphaan, kesalah pahaman, dan kesalahan penerapan standar

akuntansi, serta kesalahan dalam pengelompokan dan penjelasan. Kecurangan dalam

pelaporan keuangan membahayakan para pengguna dengan cara memberikan informasi

laporan keuangan yang salah untuk membuat keputusan. Secara khas, kesalahan dalam

laporan keuangan dilakukan oleh manajemen, terkadang tanpa pengetahuan karyawan.

Manajemen berada dalam posisi yang mampu menentukan keputusan-keputusan yang

terkait dengan akuntansi dan pelaporanya tanpa sepengetahuan karyawan.

Tindakan ilegal : tindakan yang melanggar hukum atau paraturan pemerintah selain

kecurangan. Berikut beberapa tindakan ilegal :

1. Tindakan ilegal yang berdampak langsung : pelanggaran atas UU dan peraturan

tertentu memiliki dampak langsung terhadap saldo akun tertentu dan laporan

keuangan. Tanggungjawab auditor atas tindakan ini sama dengan tanggungjawab

auditor atas kekeliruan dan kecurangan.

2. Tidakan ilegal yang berdampak tidak langsung : sebagian besar tindakan ilegal

hanya mempengaruhi laporan keuangan secara tidak langsung. Auditor tidak

memberikan kepastian bahwa tindakan ini akan terdeteksi.

Auditor memiliki 3 tingkat tanggungjawab untuk menemukan dan melaporankan

tindakan ilegal, yaitu :

1. Auditor pertama kali harus menanyakan pada manajemen yang tingkatnya lebih

tinggi dari pihak yang dicurigai terlibat dalam tindakan ilegal yang potensial.

2. Auditor harus berkonsultasi dengan penasihat hukum klien/ahli lainnya yang

memiliki pengetahuan mengenai potensi tindakan ilegal.

3. Auditor harus mempertimbangkan untuk menambah akumulasi bahan bukti audit

untuk menetukan apakah benar-benar terjadi tindakan ilegal.

D. Pendekatan siklus laporan keuangan untuk segmentasi audit

Pengauditan dilakukan dengan membagi laporan keuangan ke dalam kelompok atau

komponen yang lebih kecil. Sebuah cara yag umum untuk mengelompokkan audit

adalah dengan tetap menjaga jenis atau kelompok transaksi dan saldo akun yang terkait

erat ke dalam satu kelompok yang sama. Pendekatan ini disebut pendekatan siklus.

Logika penggunaan pendekatan siklus ini adalah bahwa pendekatan ini menghubungkan

bagaimana transaksi-transaksi dicatat dalam jurnal dan diikhtisarkan dalam buku besar

dan laporan keuangan. Pendekatan siklus menggabungkan transaksi dalam jurnal yang

berbeda dengan saldo yang tercatat dibuku besar yang timbul karena transaksi

tersebut.

E. Kategori asersi manajemen tentang laporan keuangan

Asersi manajemen adalah pernyataan tersirat atau tertulis oleh manajemen

mengenai kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun terkait serta pengungkapan

dalam laporan keuangan. PSA 07 (SA 326) mengelompokkan asersi ke dalam 3 kategori,

yaitu :

1. Asersi mengenai kelompok transaksi dan kejadian selama periode yang diaudit :

a. Keterjadain : apakah transaksi yang telah tercatat dan telah dilaporkan dalam

laporan keuangan benar-benar terjadi selama periode pembukuan.

b. Kelengkapan : apakah semua transaksi yang seharusnya dimasukkan dalam

laporan keuangan sudah dicatat dengan lengkap.

c. Akurasi : apakah transaksi telah dicatat dengan jumlah yang benar.

d. Klasifikasi : apakah transaksi telah dicatat dengan nama akun yang benar.

e. Pisah batas : apakah transaksi telah dicatat pada periode pembukuan yang

tepat.

2. Asersi mengenai saldo akun di akhir periode pembukuan :

a. Keberadaan : apakah aset, liabilitas, dan ekuitas yang dimasukkan dalam neraca

memang benar-benar ada ditanggal neraca tersebut.

b. Kelengkapan : apakah semua akun yang seharusnya disajikan dalam laporan

keuangan benar-benar dimasukkan dalam laporan keuangan.

c. Penilaian dan alokasi : apakah aset, liabilitas, dan ekuitas telah dimasukkan

dalam laporan keuangan dengan jumlah yang tepat, termasuk setiap

penyesuaian yang menggambarkan nilai aset pada nilai realisasi bersihnya.

d. Hak dan kewajiban : apakah aset merupakan hak entitas tersebut dan apakah

liabilitas merupakan kewajiban dari entitas tersebut pada suatu tanggal

tertentu.

3. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan :

a. Keterjadian dan hak atas kewajiban : apakah kejadian yang diungkapkan telah

benar terjadi serta merupakan hak dan kewajiban dari entitas tersebut.

b. Kelengkapan : apakah semua pengungkapan yang diharuskan telah dimasukkan

dalam laporan keuangan.

c. Akurasi dan penilaian : apakah informasi keuangan telah diungkapkan dengan

wajar dan dengan jumlah yang tepat.

d. Klasifikasi dan pemahaman : apakah jumlah-jumlah telah diklasifikasikan dengan

tepat dalam laporan keuangan dan catatan kaki, serta apakah penjelasan saldo

dan pengungkapan terkait dapat dipahami.

F. Tujuan umum dan khusus audit asersi manajemen

Auditor telah menemukan bahwa pada umumnya, cara yang paling efektif dan efisien

untuk melakukan pengauditan adalah dengan mendapatkan beberapa kombinasi

keyakinan untuk setiap kelompok transaksi dan untuk saldo akhir akun-akun terkait.

Untuk setiap traksaksi yang telah ditentukan, beberapa tujuan audit harus terpenuhi

sebelum auditor menyimpulkan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat.

1. Tujuan audit terkait transaksi : mengikuti dan terkait erat dengan asersi manajemen.

Tujuan umum audit terkait transaksi :

a. keterjadian : transaksi yang dicatat benar-benar ada

b.kelengkapan : transaksi yang ada telah dicatat

c. akurasi : transaksi yang disajikan dalam jumlah yang benar

d.pemindah bukuan dan pengikhtisaran : transaksi yang dicatat telah dimasukkan

dalam arsip utama dengan tepat dan telah diikhtisarkan dengan benar

e. klasifikasi : transaksi yg dimasukkan dalam jurnal klien diklasifikasi dengan tepat

f. penetapan waktu : transaksi dicatat pada tanggal yang benar

Tujuan khusus audi terkait transaksi : tujuan khusus audit terkait transaksi untuk

setiap kelompok transaksi yang penting dapat dikembangkan.

2. Tujuan audit terkait saldo kategori :

Tujuan umum audit terkait transaksi :

a. Keberadaan : jumlah yang dicatat memang benar-benar ada

b. Kelengkapan : jumlah yang ada telah dicatat

c. Akurasi : jumlah yang dimasukkan dinyatakan dalam jumlah yang benar

d. Klasifikasi : jumlah yang dimasukkan pada daftar milik klien telah diklasifikasi

dengan benar

e. Pisah batas : transaksi mendekati tanggal neraca dicatat dalam periode yang

benar

f. Keterikatan perincian saldo akun sesuai dengan jumlah di arsip utama yang

terkait, sesuai dengan jumlah total saldo akun dan sesuai dg jumlah total di BB

Tujuan khusus audi terkait transaksi : tujuan khusus audit terkait saldo dari setiap

saldo akun pada laporan keuangan dapat dikembangkan.

3. Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan : sama dengan asersi manajemen

untuk penyajian dan pengungkapan yang telah dibahas sebelumnya. Konsep yang

sama yang diterapkan untuk tujuan audit terkait saldo juga diterapkan untuk tujuan

audit penyajian dan pengungkapan.

G. Bagaimana tujuan audit dicapai

Auditor harus mendapatkan bukti audit yang memadai untuk mendukung semua

asersi manajemen dalam laporan keuangan. Hal ini dilakukan dengan mengakumulasi

bukti-bukti untuk mendukung kombinasi yang tepat dari tujuan audit terkait transaksi

dan tujuan audit terkait saldo. Penyajian dan tujuan audit terkait pengungkapan terkait

erat dengan tujuan audit terkait saldo.

1. Merencanakan dan merancang sebuah pendekatan audit (fase 1)

a. Mendapatkan pemahaman atas entitas klien dan lingkungannya

b. Mamahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian

c. Menilai risiko salah saji material

2. Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi (fase 2)

3. Melakukan prosedur analitis dan pengujian atas rincian saldo (fase 3)

4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit (fase 4)

BAB 7

NATURE AND TYPE OF AUDIT EVIDENCE

A. Hakekat bukti audit

Bukti adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah

informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bukti

memiliki banyak bentuk yang berbeda, termasuk :

1. Kesaksian lisan pihak yang diaudit (klien)

2. Komunikasi tertulis dengan pihak luar

3. Observasi oleh auditor

4. Data elektronik dan data lain tentang transaksi

Untuk memenuhi tujuan audit, auditor harus memperoleh bukti dengan kualitas dan

jumlah yang mencukupi. Auditor harus menentukan jenis dan jumlah bukti yang

diperlukan serta mengevaluasi apa informasi sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan.

B. Keputusan bahan bukti audit

Keputusan utama yang harus dihadapi oleh setiap auditor adalah untuk menentukan

ketepatan jenis dan jumlah bahan bukti yang dikumpulkan untuk memenuhi ketentuan

bahwa komponen laporan keuangan klien dan laporan keuanga secara kesekuruhan

telah disajikan secara wajar, dan bahwa klien menjalankan pengendalian internal yang

efektif terhadap laporan keuangan. Terdapat 4 jenis keputusan mengenai bahan bukti :

1. Prosedur pengauditan yang sama yang akan digunakan : prosedur audit adalah

instruksi terperinci yang menjelaskan bahan bukti audit yang harus diperoleh selama

melaksanakan pengauditan.

2. Berapa ukuran sampel yang dipilih untuk prosedur tertentu : auditor dapat

membedakan ukuran sampel dari satu keseluruh unsur dalam populasi yang diuji.

3. Unsur-unsur mana yang akan dipilih dari populasi : setelah menentukan ukuran

sampel, auditor harus memilih unsur yang mana dalam populasi yang akan diuji.

4. Kapan menjalankan prosedur tersebut : audit atas laporan keuangan biasanya

mencakup satu periode.

C. Keandalan bahan bukti yang menyimpulkan

Dua penentu keandalan bahan bukti adalah ketepatan dan kecukupan, yang diambil

langsung dari standar ke tiga pekerjaan lapangan.

1. Ketepatan : merupakan pengukuran terhadap kualitas bahan bukti, yang berarti

bahan bukti tersebut relevan dan andal dalam memenuhi tujuan audit untuk

kelompok-kelompok transaksi, saldo-saldo akun dan pengungkapan yang terkait.

a. Relevansi bukti : bahan bukti harus terkait dengan atau relevan terhadap tujuan

audit yang telah diuji sebelumnya oleh auditor sebelum bahan bukti tersebut

dapat dikatakan tepat. Relevansi hanya terkait dengan tujuan audit khusus.

b. Keandalan bukti : dimana bahan bukti dapat dipercaya atau layak dipercaya.

Keandalan, demikian pula dengan ketepatan, bergantung pada 6 karakteristik :

- Independensi pemberi informasi

- Efektivitas pengendalian internal klien

- Pengetahuan langsung auditor

- Kualifikasi individu yang memberikan informasi

- Tingkat objektivitas

- Ketepatan waktu

2. Kecukupan : kuantitas bahan bukti yang didapatkan mencerminkan kecukupan.

Kecukupan bahan bukti diukur berdasarkan ukuran sampel yang dipilih oleh auditor.

Dampak gabungan : keandalan bahan bukti hanya dapat dievaluasi setelah

mempertimbangkan gabungan dari ketepatan dan kecukupan, termasuk pengaruh atas

faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan dan kecukupan.

Keandalan dan biaya : keandalan dan biaya atas semua alternatif harus

dipertimbangkan sebelum memilih jenis yang terbaik atau jenis bahan bukti.

D. Tujuan dokumentasi audit

Tujuan akhir dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor dalam memberikan

opini yang beralasan bahwa pengauditan telah dilakukan dengan memadai sesuai

dengan standar audit. Dokumentasi audit, yang terkait dengan audit periode berjalan

adalah :

1. Sebuah dasar perencanaan audit

2. Sebuah catatan bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian yang dilakukan

3. Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat

4. Sebuah dasar untuk menelaah oleh supervisor dan partner

E. Jenis-jenis bahan bukti audit

Setiap prosedur audit membutuhkan satu atau lebih jenis bukti, berikut jenis bukti

audit :

1. Pemeriksaan fisik : pemeriksaan atau penghitungan yang dilakukan oleh auditor atas

aset berwujud, jenis bukti ini sering kali dikaitkan dengan persediaan dan kas.

2. Konfirmasi : jawaban lisan/ tertulis yang diterima dari pihak ketiga yang independen

untuk melakukan verifikasi atas keakuratan informasi yang diminta auditor.

3. Dokumentasi : pemeriksaan auditor atas dokumen dan catatan klien untuk

membuktikan informasi yang harus/sebaiknya dimasukkan dalam laporan keuangan.

4. Prosedur analitis : menggunakan perbandingan dan keterkaitan untuk menilai

apakah saldo-saldo akun data lain yang muncul telah disajikan secara wajar

dibandinngnkan dengan perkiraan auditor.

5. Tanya jawab dengan klien : diperolehnya jawaban tertulis atau informasi dari klien

sebagai jawaban atas pertanyaan yang diberikan auditor.

6. Penghitungan ulang : mencakup pengecekan ulang atas contoh-contoh perhitungan

yang dilakukan oleh klien. Terdiri dari pengujian atas keakuratan matematis dan

mencakup prosedur-prosedur.

7. Pengerjaan ulang : pengujian yang dilakukan oleh seorang auditor independen

terhadap prosedur pembukuan atau pengendalian yang awalnya dilakukan sebagai

bagian dari pembukuan entitas dan sistem pengendalian internal.

8. Pengamatan : penggunaan panca indra untuk menilai aktifitas-aktifitas klien.

F. Hakekat kertas kerja

Definisi kertas kerja (SA Seksi 339 paragraf 03) adalah catatan-catatan yang

diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian

yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuat

sehubungan dengan auditnya. Audit laporan keuangan harus didasarkn pada standar

auditing yang ditetapkan IAI. Standar pekerjaan lapangan mengharuskan auditor

melakukan perencanaan dan survei terhadap audit yang dilaksanakan, memperoleh

pemahaman atas pengendalian intern, dan mengumpulkan bukti kompeten yang cukup

melalui berbagai proses audit. Kertas kerja merupakan sarana yang digunakan oleh

auditor untuk membuktikan standar pekerjaan lapangan telah dipatuhi. Isi kertas kerja

menurut SA Seksi 339 paragraf 05 adalah kertas kerja yang memperlihatkan kecocokan

antara catatan akuntansi, laporan keuangan, informasi lain, dan standar auditing yang

diterapkan dan dilaksanakan oleh auditor. Kertas kerja berisi dokumentasi yang

memperlihatkan :

1. Telah dilaksanakan standar kerja lapangan pertama, yaitu pemeriksaan telah

direncanakan dan disupervisi dengan baik.

2. Telah dilaksanakan standar pekerjaan lapangan kedua, yaitu pemahaman memadai

atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan

menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.

3. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga, yaitu bukti audit telah

diperoleh, prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan, yang

memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

G. Konsep pengorganisasian kertas kerja

Terdapat tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja, yaitu :

1. Indeks angka : kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka

sedangkan skedul pendukung diberi sub indeks dengan mencantumkan nomor kode

skedut utama yang diberikan. Contoh : 6-1, 6-2, dan seterusnya.

2. Indeks kombinasi angka dan huruf : kertas kerja utama dan skedul utama diberi

huruf, angka. Sedangkan skedul pendukung diberi kombinasi angka dan huruf.

Contoh: A-1.

3. Indeks angka berurutan : kertas kerja diberi kode angka yang berurutan.

Susunan kertas kerja disusun secara sistematik dan dalam urutan logis untuk

memudahkan review atas kertas kerja yang dihasilkan oleh asisten atau staf auditor.

Urutannya adalah sebagai berikut :

a. Draf laporan audit (audit report)

b. Laporan keuangan auditan

c. Ringkasan informasi bagi reviewer

d. Program audit

e. Laporan keuangan/lembar kerja (work sheet) yang dibuat klien

f. Ringkasan jurnal adjustment

g. Working trial balace

h. Skedul utama

i. Skedul pendukung

Referensi :

1. Arens, Elder, Beasley. "Auditing and assurance service, an integrated approach",

15th edition.pearson education limited.england, 2014

2. Academia.edu