10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas sumber daya manusia suatu negara salah satunya ditentukan oleh bagaimana pendidikan di suatu negara dilaksanakan, pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Melalui pendidikan sumber daya manusia suatu negara mempelajari dan menguasai suatu keompetensi, serta mengembangkan pengetahuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Untuk dapat meningkatkan penguasaan kompetensi dari peserta didik, pelaksanaan proses pembelajaran haruslah berjalan dengan baik dan efektif. Proses pembelajaran haruslah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memahami suatu kompetensi, mengetahui sejauh mana ia telah menguasai suatu kompetensi serta mampu menerapkan kompetensi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Jika proses pembelajaran berjalan dengan baik, maka hal tersebut akan berimplikasi pada meningkatnya kualitas sumberdaya manusia di suatu Negara. Untuk dapat mengetahui apakah suatu proses pembelajaran berjalan baik atau tidak, apakah siswa sudah menguasai kompetensi yang dipelajari, maka diperlukan suatu penilaian (asesmen) terhadap proses dan penguasaan kompetensi siswa. Dengan dilaksanakannya asesmen, seorang guru akan mendapat gambaran mengenai tingkat penguasaan kompetensi siswa. Hal tersebut akan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan untuk langkah selanjutnya. Salah satunya sebagai acuan dalam merancang proses pembelajaran untuk kompetensi berikutnya, asesmen memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran berikutnya. Asesmen merupakan kegiatan harian guru, yang ia laksanakan setiap hari, hari demi hari selama proses pembelajaran berlangsung. Tidak ada bentuk tanggungjawab guru lainnya yang lebih penting dibandingkan dengan melakukan asesmen pada murid-muridnya. Guru harus dapat mengkomunikasikan performa akademik dan performa sosial siswa serta kemajuan atau pertumbuhannya kepada 1

Asesmen Tradisional Dan Asesmen Alternatif - baixardoc

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas sumber daya manusia suatu negara salah satunya

ditentukan oleh bagaimana pendidikan di suatu negara dilaksanakan, pendidikan

memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Melalui pendidikan sumber daya manusia suatu negara mempelajari dan

menguasai suatu keompetensi, serta mengembangkan pengetahuan untuk

mencapai taraf hidup yang lebih baik.

Untuk dapat meningkatkan penguasaan kompetensi dari peserta didik,

pelaksanaan proses pembelajaran haruslah berjalan dengan baik dan efektif.

Proses pembelajaran haruslah memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk memahami suatu kompetensi, mengetahui sejauh mana ia telah menguasai

suatu kompetensi serta mampu menerapkan kompetensi tersebut dalam kehidupan

sehari-hari. Jika proses pembelajaran berjalan dengan baik, maka hal tersebut

akan berimplikasi pada meningkatnya kualitas sumberdaya manusia di suatu

Negara.

Untuk dapat mengetahui apakah suatu proses pembelajaran berjalan baik atau

tidak, apakah siswa sudah menguasai kompetensi yang dipelajari, maka

diperlukan suatu penilaian (asesmen) terhadap proses dan penguasaan kompetensi

siswa. Dengan dilaksanakannya asesmen, seorang guru akan mendapat gambaran

mengenai tingkat penguasaan kompetensi siswa. Hal tersebut akan dapat dijadikan

sebagai acuan dalam pengambilan keputusan untuk langkah selanjutnya. Salah

satunya sebagai acuan dalam merancang proses pembelajaran untuk kompetensi

berikutnya, asesmen memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran

berikutnya.

Asesmen merupakan kegiatan harian guru, yang ia laksanakan setiap hari, hari

demi hari selama proses pembelajaran berlangsung. Tidak ada bentuk

tanggungjawab guru lainnya yang lebih penting dibandingkan dengan melakukan

asesmen pada murid-muridnya. Guru harus dapat mengkomunikasikan performa

akademik dan performa sosial siswa serta kemajuan atau pertumbuhannya kepada

1

berbagai pihak yang terkait meliputi siswa, orang tua siswa, sekolah dan

administrator pendidikan, serta masyarakat umum.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :

1. Apa Pengertian Asesmen Tradisional dan Asesmen Alternatif ?

2. Apa saja Jenis Assesmen Alternatif ?

3. Bagaimana Rubrik jenis asesmen alternatif ?

4. Apa saja Kelebihan dan kekurangan asesmen tradisional dan asesmen

alternatif ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui Apa Pengertian Asesmen Tradisional dan Asesmen

Alternatif.

2. Untuk mengetahui Apa saja Jenis Assesmen Alternatif.

3. Untuk mengetahui Bagaimana Rubrik jenis asesmen alternatif.

4. Untuk mengetahui Apa saja Kelebihan dan kekurangan asesmen

tradisional dan asesmen alternatif.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asesmen Tradisional dan Asesmen Alternatif

Penilaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan

berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan

hasil belajar yang telah dicapai siswa.

Penilaian tidak sama dengan pengukuran, namun keduanya tidak dapat

dipisahkan, karena kedua kegiatan tersebut saling berhubungan erat. Untuk dapat

mengadakan penilaian perlu melakukan pengukuran terlebih dahulu. Pengukuran

2

dapat diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik

tertentu yang di-dasarkan pada aturan atau formulasi yang jelas

Dari hasil pengukuran akan diperoleh skor yang menggambarkan tingkat

keberhasilan belajar siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Lebih

lanjut, berikut adalah penjelasan dari buku Penilaian Kelas pada Kurikulum 2004

tentang beberapa istilah yang sering terkait dengan penilaian. "Banyak orang

mencampuradukan pengertian antara evaluasi, pengukuran (measurement), tes,

dan penilaian (assessment), padahal keempatnya memiliki pengertian yang

berbeda.

Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program

yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat

pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan

dengan keputusan nilai (value judgement). Di bidang pendidikan, kita dapat

melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber

belajar tertentu, atau etos kerja guru.

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan

beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil

belajar siswa atau keterca-paian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa.

Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar

seorang siswa.

2.1.1 Asesmen Tradisional

Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian

proses, kemajuan dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen

diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “The process of Collecting data wich

shows the development of learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa.

Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam

asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan.

Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara

kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. oleh karena itu, maka

Popham (1995) menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian

dari pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985)

3

manyatakan bahwa pada hahikatnya asesmen menitikberatkan penilaian pada

proses belajar siswa. berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994)

menyatakan bahwa dalam mengungkapkan penguasaan konsep siswa, asesmen

tidak hanya mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang

proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini

asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dari proses belajar siswa, akan tetapi juga

kemajuan belajarnya.

Salah satu bentuk penilaian adalah asesmen tradisional. Menurut Muller

(2008), asesmen tradisional adalah penilaian yang mengacu pada ukuran tes

pilihan ganda (forced-choice), tes melengkapi (fill-in-the-blanks), tes benar salah

(true-false), menjodohkan dan semacamnya. Siswa secara khas memilih suatu

jawaban atau mengingat informasi untuk melengkapi penilaian.

a) Terdapat beberapa ciri-ciri asesmen tradisional diantaranya adalah :

Penilaian dilakukan untuk menilai kemampuan siswa dalam memberikan

jawaban yang benar.

b) Tes yang diberikan tidak berhubungan dengan realitas kehidupan siswa.

c) Tes terpisah dari pembelajaran yang dilakukan siswa.

d) Dapat diskor dengan reliabilitas tinggi.

e) Hasil tes diberikan dalam bentuk skor.

Manfaat dan tujuan Asesmen Tradisional

Manfaat Asesmen Tradisional adalah

a) Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah proses

pembelajaran berlangsung.

b) Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui

kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.

4

c) Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang

dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remidial.

d) Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,

kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.

e) Untuk memberikan pilihan alternatif penilaian guru.

f) Untuk memberikan informasi kepada orangtua dan komite sekolah tentang

efektivitas pendidikan.

Tujuan dari Asesment Tradisional diantaranya adalah :

1) Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,

2) Memonitor kemajuan siswa,

3) Menentukan jenjang kemampuan siswa,

4) Menentukan efektivitas pembelajaran,

5) Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran,

6) Mengevaluasi kinerja guru kelas,

7) Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru

2.1.2 Asesmen Alternatif (Alternative Assessment)

Hakikat Asesmen Alternatif Menurut Blaustein, D. et al. dalam Sudjana

(2008:45) “Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi dan membuat

keputusan berdasarkan informasi itu”. Dalam mengumpulkan informasi ini guru

biasanya menggunakan paper and pencil test atau disebut dengan asesmen formal

atau asesmen konvensional. Disebut demikian karena metode inilah yang biasa

digunakan oleh guru. Metode paper and pencil test hanya dapat mengukur

kemampuan kognitif peserta didik namun belum dapat mengukur hasil belajar

5

peserta didik secara holistik. Apabila perubahan kurikulum di Indonesia ditelaah

lebih jauh, maka dapat dipahami perubahan tersebut tidak hanya dipandang

sekedar penyesuaian substansi materi dan format kurikulum dengan tuntutan

perkembangan zaman, tetapi juga pergeseran paradigma. Selanjutnya implikasi

dari diterapkannya standar kompetensi adalah proses asesmen yang dilakukan

oleh guru baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan

kriteria. Dengan demikian dalam melakukan asesmen guru memerlukan instrumen

selain paper and pencil test, artinya diperlukan asesmen yang lain atau alternatif.

Asesmen alternatif tidak menghilangkan asesmen dengan metode paper and pencil

test, tetapi merupakan bentuk asesmen lain yang dapat mengukur kemampuan

peserta didik yang tidak dapat dijangkau dengan penilaian konvensional.

Asesmen alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-tradisional

untuk mengases kinerja atau hasil belajar peserta didik. Ada kalanya asesmen

alternatif juga dapat disebut dengan asesmen otentik atau asesmen kinerja.

2.2 Jenis Asesmen Alternatif

Menurut Mertler, dalam Classroom Assessment: A Practical Guide for

Educators, bentuk penilaian berdasarkan alat penilaian dalam asesmen alternative

berupa asesmen kinerja (Performance Assessment), asesmen informal (informal

assessment), observasi (Observation), penggunaan pertanyaan (Questioning),

Presentasi (Presentation), diskusi (Discusions), Projek (Project) , investigasi atau

penyelidikan (Investigation), Portofolio (Portofolio), Jurnal (Journal), Wawancara

(Interview), Konferensi, dan Evaluasi diri oleh siswa (Self Evaluation).

2.2.1 Asesmen Informal (Informal Assessment)

Asesmen informal adalah asesmen yang dilakukan secara spontan atau tidak

direncanakan dan ketika asesmen ini dilakukan, peserta didik tidak menyadari

bahwa mereka sedang dinilai dengan kata lain asesmen informal dilakukan selama

pembelajaran berlangsung. Ada dua jenis strategi yang digunakan dalam asesmen

informal ini yaitu observasi guru (teacher observations) dan pertanyaan dari guru

(teacher questions).

a) Observasi guru (teacher observations)

Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku

catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di

sekolah. Salah satu contohnya dengan format buku catatan harian. selain

6

bermanfaat untuk merekam dan menilai perilaku peserta didik sangat bermanfaat

pula untuk menilai sikap peserta didik serta dapat menjadi bahan dalam penilaian

perkembangan peserta didik secara keseluruhan. Selain itu, dalam observasi

perilaku dapat juga digunakan daftar cek yang memuat perilaku-perilaku tertentu

yang diharapkan muncul dari peserta didik pada umumnya atau dalam keadaan

tertentu.

b) Pertanyaan langsung (teacher questions)

Guru juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang

berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik

tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai "Peningkatan

Ketertiban". Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi

jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam

penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini

dalam menilai sikap dan membina peserta didik.

Adapun kelebihan dari asesmen informal antara lain:

• Pendidik dapat melakukan pengasesan secara terus-menerus, mulai dari

awal sampai akhir pembelajaran.

• Dalam melakukan pengamatan untuk pengasesan berjalan secara alami

atau spontan sesuai dengan kondisi, tanpa ada perencanaan sebelumnya.

• Bentuk pengasesan bisa bervariasi sesuai dengan kondisi kelas.

Kelemahan dari asesmen informal antara lain :

• Dalam asesmen informal dibutuhkan penarikan kesimpulan dari catatan

sehari-hari yang telah terkumpul.

• Asesmen ini seringkali terlupakan oleh para pendidik karena dilakukan

secara spontan dan terus-menerus.

• Terkadang pendidik tidak menyediakan cukup waktu untuk menjawab

pertanyaan yang diberikan, jadi disini siswa dituntut untuk secara spontan

dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

2.2.2 Asesmen Unjuk Kerja atau Asesmen Kinerja (Performance Assessment)

Asesmen kinerja disebut juga dengan asesmen perbuatan (unjuk kerja).

Asesmen kinerja dilakukan untuk menilai tugas-tugas yang dilakukan oleh peserta

didik, sehingga guru dapat memiliki informasi yang lengkap tentang peserta didik.

Menurut Hibbard tugas-tugas kinerja menghendaki:

a) Penerapan konsep-konsep dan informasi penunjang penting lainnya

b) Budaya kerja yang penting bagi studi atau kerja ilmiah

7

c) Literasi sains.

Asesmen kinerja (Performance Assessment) pada dasarnya adalah asesmen

autentik, karena dalam asesmen ini peserta didik dituntut untuk

mendemonstrasikan inkuiri ilmiah mereka, melakukan penalaran dan

keterampilan dalam menyelesaikan berbagai tugas menarik dan menantang dalam

konteks kehidupan nyata. Asesmen unjuk kerja merupakan proses asesmen yang

dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.

Asesmen ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang

menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti, praktikum, praktek

sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi,

membaca puisi/ deklamasi dll. Asesmen unjuk kerja perlu mempertimbangkan

hal-hal berikut:

a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk

menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.

b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan diases dalam kinerja tersebut.

c) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan

tugas.

d) Mengupayakan kemampuan yang akan diases tidak terlalu banyak,

sehingga semua dapat diamati.

e) Kemampuan yang akan diases diurutkan berdasarkan urutan pengamatan.

Asesmen kinerja ini memiliki karakteristik yaitu sebagai berikut:

a) Membolehkan peserta didik untuk menunjukkan secara langsung kinerja

atau kemampuannya

b) Membutuhkan beberapa prosedur asesmen subjektif (misalnya dengan

menggunakan skala rata-rata (rating scales), daftar cek (checklist) atau

rubrik (rubrics)

c) Ada kesempatan yang besar untuk mengembangkan asesmen kinerja ini

dalam proses pembelajaran

Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat penilaian

kinerja yang baik antara lain:

a) Mengidentifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang

akan mempengaruhi hasil akhir yang terbaik.

b) Menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan

diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang

terbaik.

8

c) Mengusahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur

tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama

peserta didik melaksanakan tugas.

d) Mendefinisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur

berdasarkan kemampuan peserta didik yang harus dapat diamati (observable)

atau karakteristik produk yang dihasilkan.

e) Mengurutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang

dapat diamati

f) Jika ada, memeriksa kembali dan membandingkan dengan kriteria

kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.

Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk

menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk mengases

kemampuan lompat jauh peserta didik misalnya dilakukan pengamatan atau

observasi yang beragam, seperti: teknik mengambil awalan, teknik tumpuan,

sikap/posisi tubuh saat di udara, teknik mendarat. Dengan demikian, gambaran

kemampuan peserta didik akan lebih utuh. Untuk mengamati unjuk kerja

peserta didik dapat menggunakan alat ukur atau instrumen berikut:

• Daftar Cek (Check-list)

Asesmen unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-

tidak). Asesmen unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik

mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh

pengases. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai.

Kelemahan tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan

mengamati subjek dalam jumlah besar.

• Skala Penilaian (Rating Scale)

Asesmen unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan

pengases memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena

pemberian nilai secara kontinum dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua.

Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya:

1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten.

Pada alat penyekoran berupa skala penilaian ini terdapat jenis lain yaitu berupa

rubrik (rubrics).

9

Heidi Goodrich Andrade, mendefinisikan rubrik sebagai suatu alat penskoran

yang terdiri dari daftar seperangkat kriteria atau apa yang harus dihitung.

American Association for Advacement of Science, mendefinisikan rubric adalah

suatu petunjuk penskoran yang dapatmembedakan dalam hal skala yang

diartikulasikan, di antara sekelompok perilak-perilaku yang sederhana atau

kejadian-kejadian yang telah terjadi yang direspons pada saat itu juga. Jadi, rubrik

adalah suatu set kriteria yang digunakan untuk menyekor atau menempatkan

posisi siswa dapat pula diartikan sebagai suatu pedoman penskoran yang

digunakan untuk menentukan tingkat kemahiran (proficiency) siswa dalam

mengerjakan tugas.

Rubrik penyekoran mendeskripsikan tingkat kinerja yang diharapkan dicapai

siswa secara relatif. Deskripsi kinerja ini dapat membantu evaluator untuk

mencari karakteristik kinerja siswa. Ada dua jenis rubrik yaitu analytic rubric dan

holistic rubric.

Asesmen kinerja memiliki kelebihan dan kekurangan, Adapun kelebihan dari

asesmen kinerja adalah sebagai berikut:

a) Dapat mengetahui hasil belajar yang kompleks dan keterampilan-

keterampilan yang tidak dapat dievaluasi dengan tes tradisional (paper and

pencil test).

b) Menyajikan suatu evaluasi yang lebih hakiki, langsung dan lengkap dari

beberapa tipe keterampilan mengungkapkan alasan, keterampilan lisan dan

keterampilan fisik.

c) Menyajikan motivasi belajar yang tinggi bagi peserta didik dengan tujuan-

tujuan yang jelas dan membuat pembelajaran lebih berarti.

d) Mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan yang nyata.

e) Dapat dijadikan informasi sebagai bahan pertimbangan untuk membuat

keputusan dalam pembelajaran selanjutnya.

Adapun kelemahan asesmen kinerja yaitu sebagai berikut:

a) Membutuhkan waktu dan usaha-usaha yang harus dipertimbangkan dalam

penggunaannya.

b) Asesmen dan penyekoran kinerja subjektif, memberatkan dan secara

khusus memiliki reliabilitas yang rendah.

c) Frekuensi melakukan evaluasi secara individual harus lebih daripada

dalam kelompok.

10