Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK, SHODAQOH (ZIS) SECARA PRODUKTIF UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI UMMAT
( Studi Kasus Pada LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
HERA NURAGUSTIN NIM: 11140150000071
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439/2018
i
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan oleh mahaiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial semester VIII. Judul dari penelitian ini adalah “Analisis Pengelolaan Zakat, Infak, Shodaqoh (ZIS) secara Produktif untuk Pemberdayaan Ekonomi Ummat (Studi Kasus pada LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta)”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengelolaan ZIS di Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Jakarta serta untuk mengetahui bagaimana strategi pengurus Laznas tersebut dalam menjaga dan meningkatkan kepercayaan dari muzakki.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini adalah, Laznas BMH telah melakukan proses pengelolaan ZIS secara professional, mulai dari penghimpunan sampai ke tahap pendistribusian. Untuk tahap penghimpunan, strategi yag LAZNAS BMH lakukan adalah sebagai berikut: (1) Membuka konter penerimaan zakat; (2) Layanan jemput zakat; (3) muzakki yang menunaikan zakatnya secara langsung. baik datang ke kantor BMH maupun melalui transfer. Pendistribusiannya, diutamakan pada 3 program utama yaitu: (1) Dakwah; (2) Pendidikan; dan (3) Ekonomi: Rumah Tangga Berdaya, Santri Berdaya dan Mandiri Terdepan.
Adapun untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan muzakki, LAZNAS BMH melakukan beberapa strategi, diantaranya: (1) Memperbaiki database terintegrasi; (2) Membangun layanan interaktif dengan donatur; (3) Memperkuat isu-isu actual untuk layanan report bagi donatur; (4) Klasifikasi layanan donatur VIP; (5) Meminimalisir dan penanganan komplain serta penyelesaiannya.
Kata Kunci: Pengelolaan, Zakat, Infak, Shodaqoh, Pemberdayaan.
ii
ABSTRACT
This research was conducted by students of the Faculty of Tarbiyah and the Department of Social Sciences Education Education semester VIII. The title of this research is "Management Analysis of Zakat, Infak, Shodaqoh (ZIS) Productively for Empowerment of Ummat Economy (Case Study at LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta)".
The purpose of this research is to know the strategy of ZIS management at Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Jakarta and to know how the strategy of Laznas in maintaining and improving trust from muzakki.
This research was conducted by qualitative descriptive method. Sampling technique used is Purposive Sampling, Data collection techniques used are observation, interview and documentation. Data analysis is done by three stages, namely data reduction, data presentation and conclusion.
The result of this research is, Laznas BMH has done ZIS management process professionally, starting from collecting to distribution stage. For the accumulation stage, the LAZNAS BMH strategy to do is as follows: (1) Opening the zakat acceptance counter; (2) Zakat pickup service; (3) muzakki who fulfill his zakat directly. either coming to the office of BMH or by transfer. Its distribution, preferably in 3 main programs are: (1) Da'wah; (2) Education; and (3) Economy: Resilient Household, Empowerment and Mandiri Leading Front.
As for maintaining and improving trust muzakki, LAZNAS BMH do some strategies, including: (1) Improve the integrated database; (2) Build interactive services with donors; (3) Strengthening actual issues for reporting services for donors; (4) Classification of VIP donor services; (5) Minimize and handle complaints and settlement.
Keywords: Management, Zakat, Infak, Shodaqoh, Empowerment.
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Analisis Pengelolaan Ztkat,Infak, Shodaqoh (ZIS) secara Produktif untukPemberdayaan Ekonomi Ummat
(Studi Kasus pada LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu l'arbiyah dan Keguruan untuk memenuhi
pe rsyaratan
memperoleh gelar Sariana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Hera l\utaguslin
NIM. 11140150000071
Yang Mengesahkan,
bing I Pembimbing II
Dr. Mu Andri Noor Ardiansvah. M.Si
NrP. 198403122015031002
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAII SOSIALF'AKT]LTAS.ILMU TARBIYAH DAN KEGIJRUAII
IJiYIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF TIIDAYATULLAH.IAKARTA
2018
NIP. i 9700 6061997 021002
LEMBAR PENGESAIIAN PENGUJI
Skripsi ini berjudul: Analisis Pengelolaan Z,LkLt, Infak, Shodaqoh (ZIS) Secara
Produktif Untuk Pemberdayaan Ekonomi Ummat (Studi Kasus Pada LAZNAS
BaituI Maal Ilidayatullah Jakarta), disusun oleh Hera Nuragustiq NIM:
11140150000071, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan telah dinyatakan Lulus dalam ujian
Munaqasah pada tanggal 29 hru 2018 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis
berhak memperoleh gelar sarjana 51 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial.
Jakarta,29 Juni 2018
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS)
Dr. Iwan Purwanto, M.PdNrP. 1973 0424008011 012
rt [Xr
Sekretaris (Sekretaris Jurusan)
Drs. Svaripuiloh" iVI.SiNrP. i967 0909 2007 01 1033
Dosen Penguji I
Dr.Iwan Purwanto. M.PdNIP. 1973 0424 0080 tt 0r2
Dosen Penguji II
Anissa Windarti. M.ScNIP. 19820802 20ti01 2005
l? /olt$'
lo
'?/t!
J
1071..til..
'1
Mengetahui:
Dekan F Ilmu Tarbiyah Keguruan
Jakarta
JSKAR IA
98203 1 007
LEMBAR PENGESAHAI{ PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul "Analisis Pengelolaan Zakat,Infak, Shodaqoh (ZIS) secara
Praduktif untuk Perntrerdayaan Ekonomi Umma-t {Studi Kasus pada
LAZNAS Baitul Maal Hidayatulllah Jakarta)". Disusun oleh Hera Nuragustin,
NIM. 11140150000071, Jr:rusan Pe,rdir-likan Ilmr-r Pengetahuan Sosial, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Unrversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Telah melalui bimbingan dan Cin,vatakan sa-h sebagai k-arya ilmiah yang
berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan
oleh takultas.
Jakarta, 07 Juni 2018
Yang I\fengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
M.Pd
NrP. 1 9700 6061997 021 002 NIP. 198403122015031002
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berujudul
"Analisis Pengelolaan Zal<atr lnfak, Shodaqoh (ZIS) secara Produktif untuk
Pemberdayaan Ekonomi Ummat (Studi Kasus pada LAZNAS Baitul Maal
Hidayatulllah Jakarta)" yang disusun oleh Hera Nuragustin, NIM.
11140150000071, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 04 Juni
2018.
Jakarta, 07 Juni 2018
Mengetahui,
I Pembimbing II
NIP. 19700 6061997 02t002 NrP. 19840312201s03 1002
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1il12 lndonesia
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
Tgl. Terbit 1 lt/aret 2010
No. Revisi 01
Hal 1t1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini.
Nama :HeraNuragustin
Tempat/Tgl.Lahir : Sukabumi,23 Agu:itus 1996
NIM : 11140150000071
Jurusan / Prodi : Pendidikan Ilmu Pcngetahuan Sosial/Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis PengelolarinZakat,Infak, Shodaqoh (ZIS) secara
Produktif untuk Pernberdayaan Ekonomi Ummat
(Studi Kasus pada t,AZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta)
Dosen Pembimbing 1. Dr. Muhammad Arif M.Pd
2. Andri Noor Ardiansyah, M.Si
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu sytrat tnenempuh Ujian Munaqasah.
Iakarta,Itrah siswa Ybs
NIM. 11140150000071
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Pengelolaan Zakat, Infak, Shodaqoh (ZIS) secara
Produktif untuk Pemberdayaan Ekonomi Ummat (Studi Kasus pada
LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta)” ini. Tidak lupa pula shalawat
dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW
yang telah membimbing umat manusia dari jalan jahiliyah menuju jalan yang
terang benderang dengan Agama Islam yang dibawanya menjadi penyelamat dan
mengantarkan pemeluknya menuju kedamaian di dunia maupun di akhirat.
Selama penyelesaian skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak yang
telah memberikan dorongan dan dukungan baik moril maupun materil sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Bapak Drs. H. Syaripulloh M.Si selaku Sekretaris
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Ibu Tri Harjawati, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membantu peneliti selama perkuliahan dari awal semester sampai akhir.
4. Bapak Dr. Muhammad Arif, M.Pd dan Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si.,
selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk terus membantu dalam membimbing sampai selesainya
penulisan skripsi.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menuntut
ilmu di bangku perkuliahan.
iv
6. Bapak Toni Kusnadi dan Mamah Ai Nina, orang tua yang penulis cintai tidak
pernah henti membantu mendoakan, memotivasi, dan selalu siap dikala
penulis kesulitan.
7. Kakak-kakak yang penulis sayangi, Adam dan Deuis Nur Aprianti yang
selalu setia membantu baik berupa moril ataupun materil dalam penulisan
skripsi ini. Adik yang saya cintai, M. Wildan Ramdhani yang selalu menjadi
penyemangat ketika penulis mulai mengeluh.
8. Semua Pengurus LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta yang sudah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di sana dan juga telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Mahasiswa jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2014, yang
sudah sama-sama berjuang belajar bersama di kampus selama 4 tahun.
10. Faristin Firdausiyah, Hana Nahdiana, Laitul Hikmah, Munawaroh, Febrilia
Syifa, Lailatu Syifa, Syifana Lomi, Sipa Fadilah, Dinan Zahra Sharfina, Yayu
Hariyanti sahabat satu perjuangan di Jurusan yang selalu membantu dan
memberikan hiburan baik di dalam perkuliahan maupun kegiatan di luar.
11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu untuk
membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, semoga Allah SWT
membalas semua kebaikannya.
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan karena apabila bukan karena Allah
SWT penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan di dalamnya, untuk itu penulis memerlukan kritik dan saran
dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca
serta bagi masyarakat.
Jakarta, 29 Juni 2018
Penulis
Hera Nuragustin
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ............................................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL dan DIAGRAM ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ......................................... 8
A. Zakat ................................................................................................................ 8
1. Pengertian dan Hukumnya........................................................................... 8
2. Teori Zakat .................................................................................................. 12
3. Macam-Macam Zakat .................................................................................. 13
4. Syarat Zakat ................................................................................................. 18
5. Golongan Penerima Zakat ........................................................................... 19
6. Hikmah dan Manfaat Zakat ......................................................................... 19
7. Potensi Zakat di Indonesia ........................................................................... 20
8. Pengelolaan Dana Zakat .............................................................................. 23
vi
9. Pendistribusian Dana Zakat ......................................................................... 33
10. Pemberdayaan Ekonomi Melalui Zakat ...................................................... 38
B. Infak ................................................................................................................. 43
1. Pengertian Infak dan Dasar Hukumnya ....................................................... 43
2. Hukum Infak ................................................................................................ 44
3. Golongan yang Wajib Meneriama Infak ..................................................... 44
C. Sedekah ............................................................................................................ 45
1. Pengertian Sedekah dan Dasar Hukumnya .................................................. 45
2. Hukum Sedekah dan Hikmahnya ................................................................ 46
D. Hasil Penelitian Yang Relevan ........................................................................ 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 51
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 51
1. Tempat Penelitian ........................................................................................ 51
2. Waktu Penelitian ......................................................................................... 51
B. Metode Penelitian ........................................................................................... 52
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 53
D. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 62
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ............................................. 65
F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data ........................................................... 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 68
A. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................................ 68
1. Sejarah Baitul Maal Hidayatullah................................................................ 68
2. Profil Lembaga ............................................................................................ 71
3. Legal Formal ............................................................................................... 71
4. Visi dan Misi ............................................................................................... 72
5. Penghargaan dan Apresiasi .......................................................................... 72
6. Kantor Perwakilan LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah ............................. 73
7. Lambang LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah ............................................ 73
B. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................................. 74
1. Strategi Pengelolaan Zakat, Infak, Shodaqoh pada LAZNAS BMH .......... 74
2. Strategi untuk Meningkatkan Kepercayaan Muzakki ................................. 89
C. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................................... 90
vii
1. Strategi Pengelolaan Zakat, Infak, Shodaqoh pada LAZNAS BMH .......... 90
2. Strategi untuk Meningkatan Kepercayaan Muzakki ................................... 108
BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 114
A. Kesimpulan .................................................................................................... 114
B. Saran .............................................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 117
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL dan DIAGRAM
Tabel 2.1 : Nishab Kambing dan Sapi
Tabel 2.2 : Jumlah penduduk DKI Jakarta dan rasio jenis kelamin
menurut kabupaten/ kota pada tahun 2015
Tabel 2.3 : Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 : Pedoman observasi
Tabel 3.2 : Instrumen Wawancara
Tabel 3.3 : Pedoman studi dokumentasi
Tabel 3.4 : Kisi-kisi instrument dan teknik pengumpulan data
Tabel 4.1 : Data penerima manfaat program BMH per asnaf
Tabel 4.2 : Data penerima manfaat LAZNAS BMH berdasarkan
program tahun 2017
Tabel 4.3 : Penerima manfaat dari program ekonomi
Diagram 4.1 : Alur pengelolaan ZIS di LAZNAS BMH
Diagram 4.2 : Realitas jenis donasi masuk
Diagram 4.3 : Persentase jumlah donatur di masing-masing wilayah
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Kantor Perwakilan LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah
Gambar 4.2 : Lambang/ Logo LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah
Gambar 4.3 : Konter penerimaan ZIS di Plaza Senayan
Gambar 4.4 : Amil LAZNAS BMH yang sedang melayani muzakki
Gambar 4.5 : Tata cara membayar ZIS melalui website kitabisa.com
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin melakukan penelitian
2. Surat keterangan telah melakukan penelitian
3. Uji referensi
4. Pedoman wawancara
5. Transkip wawancara
6. Keputusan Menteri Agama Nomor 452 Tahun 2015 (SK Laznas BMH)
7. Program-program Laznas Baitul Maal Hidayatullah
8. Penerima Manfaat
9. Program kerja divisi fundraising
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai sebuah pranata sosial-ekonomi yang lahir pada abad ke-7
M, zakah adalah sistem fiskal pertama di dunia yang memiliki
kelengkapan aturan yang luar biasa,1 mulai dari subjek pembayar zakat,
objek harta zakat (mal al-zakah) beserta tarifnya masing-masing (miqdar
al-zakah), batas kepemilikan harta (haul), hingga alokasi distribusi
penerima dana zakat (mustahik). Jika diterapkan secara sistemik dalam
perekonomian, khususnya perekonomian berbasis aturan dan semangat
Islam yang komprehensif, zakat juga akan memiliki berbagai karakteristik
dan implikasi ekonomi yang penting dan signifikan, yang membuatnya
diinginkan secara sosial.2
Salah satu alasan kenapa zakat sangat diinginkan secara ekonomi
dan sosial, karena zakat dianggap menjadi salah satu bidang yang dapat
mengentaskan kemiskinan, zakat dianggap mampu meningkatkan
kesejahteraan umat. Hal tersebut semakin membuat bahagia umat
manakala dikabarkan bahwa potensi zakat yang ada di Indonesia juga
besar, pantas jika potensi zakatnya besar, karena Indonesia merupakan
negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Akan tetapi, potensi
zakat yang besar tidak akan dapat mengurangi kemiskinan jika tidak
dikelola dan didistribusikan secara benar.
Pengelolaan yang kurang terencana dan tanpa manajemen menjadi
dua hal penting yang menyebabkan potensi zakat belum mampu menekan
angka kemiskinan. Ditambah dengan pendistribusian yang belum merata,
serta masih bersifat konsumtif menunjukkan bahwa dana zakat infak
shodaqoh belum mampu memperbaiki perekonomian umat. Dalam buku
1 Al-Qardhawi, Fiqh al- Zakah (terj), (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1998), h. 1118-1119.
2 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia (Diskursus Pengelolaan Zakat Nasional dari Rezim Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015). H. 7.
2
Eri Sudewo, disebutkan bahwa terdapat 15 ciri pengelolaan zakat yang
menjebak hingga menyulitkan perkembangan lembaga-lembaga sosial di
Indonesia. Ke 15 ciri tersebut akan peneliti bahas lebih terperinci di dalam
bab dua.
Permasalahan kemiskinan ini mengundang pehatian banyak orang
untuk membantu mengatasinya dengan cara mendirikan lembaga-lembaga
sosial. Dan lembaga-lembaga sosial yang sudah ada pun semakin
meningkatkan program kerjanya dalam hal mengentaskan kemiskinan.
Kemiskinan merupakan masalah besar dan sejak lama telah ada,
dan hal ini seakan mimpi buruk yang menjadi kenyataan di dalam
kehidupan masyarakat. Kemungkinan sebab utama kelemahan adalah
kemiskinan yang membutuhkan harta. Karena itu Islam menaruh perhatian
pada penanganan masalah kemiskinan dengan memakai pendekatan
“mencabut penyebabnya”.3 Bagaimana cara mencabutnya, bisa dengan
cara bekerja bagi orang-orang yang masih mampu bekerja, sedangkan bagi
orang yang sudah tidak memiliki kemampuan untuk bekerja maka ia
berhak mendapatkan bantuan dari mereka yang mampu. Betapa seriusnya
masalah zakat ini, karena Islam menghawatirkan dampak dari kemiskinan
yang paling bahaya itu adalah terjadinya kekufuran. Bayangkan jika
kemiskinan belum bisa di atasi, bahkan semakin bertambah setiap
tahunnya, setiap bulannya, setiap minggu bahkan setiap harinya, maka
akan semakin banyak pula orang-orang yang kufur.
Seharusnya hal tersebut menjadi permasalahan utama yang harus
segera diselesaikan oleh pemerintah. Dengan melihat potensi zakat yang
besar, dikatakan oleh ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Bambang Sudibyo bahwa potensi zakat di Indonesia ini mencapai 217
triliun rupiah. Lebih lengkapnya, beliau mengatakan "Potensi zakat sangat
besar, penelitian pada 2011 oleh ITB mengungkap potensi di tahun 2010
adalah 217 trilun rupiah. Dengan perhitungan PDB, potensi di tahun 2015
3 Prof. Muhammad Abu Zahrah, Zakat Dalam Persepektif Sosial, (Jakarta: PT. Pustaka
Firdaus, 1995), h. 1.
3
menjadi 286 triliun rupiah. Namun, penghimpunan zakat masih rendah,
pada 2015 baru 3,7 triliun rupiah atau 1,3 persen dari PDB," seharusnya
dengan melihat angka tersebut sudah tidak ada lagi yang namanya
kemiskinan di negeri ini.
Besarnya potensi zakat yang ada, ditambah dengan semakin
banyak berdirinya badan maupun lembaga-lembaga amil zakat, yang
dalam undang-undang dikatakan bahwa badan dan lembaga tersebut
memiliki tugas menghimpun, mengelola, dan mendistribusikan dana zakat,
menunjukkan bahwa potensi zakat yang ada di Indonesia ini memang
harus dikelola secara baik dan benar.
Dan salah satu lembaga yang dipercaya pemerintah untuk
menghimpun, mengelola dan mendistribusikan dana ZIS adalah LAZNAS
Baitul Maal Hidayatullah. Lembaga ini sudah berkirprah dari tahun 2001
dan kembali dikukuhkan menjadi Lembaga Amil Zakat Nasional melalui
Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 425 Tahun
2015. Sepanjang perjalanannya mengemban amanat mengelola dana ZIS,
BMH memiliki 3 program unggulan yang peneliti rasa berbeda dari
lembaga-lembaga lainnya. Ketiga program itu adalah, (1) Da’i Tangguh
yang meliputi program penjaringan, pendidikan, penugasan dan
pemberdayaan da’i, hingga apresiasi berupa umroh da’i untuk kategori
da’i pedalaman, perbatasan, terpencil, terjauh dan terluar dari wilayah
NKRI. Menurut hemat peneliti, program ini adalah salah satu program
yang menjadi ciri khas BMH, yakni memuliakan dan mengangkat derajat
para ustadz di daerah-daerah. (2) Program Senyum Anak Indonesia, jika
dilihat dari nama programnya saja, peneliti menginterpretasikan bahwa
program ini ditujukan untuk biaya pendidikan masyarakat menengah ke
bawah. Dengan pemberian beasiswa dan lain sebagainya. (3) Program
Mandiri Terdepan. Program ini adalah program yang akan peneliti kaji
karena berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi umat. Bagaimana sistem
bantuannya, seperti apa persyaratan untuk mendapatkan bantuan dari
program ini, dan apa feedback untuk LAZNAS BMH sendiri. Penjelasan
4
tersebut akan peneliti sajikan pada bab berikutnya. Hal lain yang
membedakan BMH dengan lembaga lainnya adalah semua pengurus yang
ada di lembaga tersebut merupakan laki-laki, tidak ada pengurus
perempuan. Hal tersebut menurut peneliti unik, karena lazimnya
keanggotaan pengurus pada lembaga apapun terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Mungkin mereka beranggapan bahwa dengan melibatkan laki-
laki semua di dalam kepungurusan, akan mudah terjalin chemistry tanpa
canggung masalah mahram atau bukan. Terlepas dari keunikan itu semua,
BMH menjadi salah satu Lembaga Zakat Nasional, yang patut
diperhitungkan keberadaannya dalam mengurangi dan mengentaskan
kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi umat.
Akan tetapi betulkah seperti itu, jika kita melihat keadaannya
secara nyata, apakah betul potensi zakat yang besar tersebut sudah mampu
dikelola dan didistribusikan dengan baik, guna mengentaskan kemiskinan
yang ada. Apakah betul banyaknya badan dan lembaga zakat yang berdiri
sudah mampu menurunkan kesenjangan sosial. Jika memang iya, kenapa
masih banyak orang yang meminta-minta, masih banyak orang yang untuk
makan pun susah. Kemana sebetulnya potensi zakat tersebut, apakah si
kaya terlalu kikir sampai mereka enggan untuk mengeluarkan sebagian
hartanya, dimana peran dan fungsi badan dan lembaga zakat yang ada.
Apa yang sudah mereka lakukan untuk menghilangkan kemiskinan yang
ada, untuk menyelamatkan umat Islam dari kekufuran. Apakah badan dan
lembaga-lembaga amil zakat tersebut sudah memberikan hak yang
seharusnya diterima oleh para mustahik.
Artinya, agar kemiskinan dapat terhapuskan, memang harus ada
kerjasama yang baik antara si kaya sebagai muzakki (yang mengeluarkan
zakat), dan badan atau lembaga amil zakat sebagai penghimpun, pengelola
dan pendistribusi dana zakat. Berbicara mengenai pendistribusian dana
zakat, peneliti rasa badan ataupun lembaga amil zakat sudah amanah
dalam menyalurkan dana zakat tersebut. Namun yang menjadi
permasalahan berikutnya adalah, apakah dana zakat tersebut hanya
5
didistribusikan secara konsumtif, dengan memberikan hak mustahik baik
berupa uang maupun kebutuhan pokok lainnya, yang tingkat
kemanfaatannya dirasa tidak cukup panjang. Lebih menghawatirkan lagi
jika dana zakat terus didistribusikan secara konsumtif akan menyebabkan
si mustahik semakin malas bekerja dan berusaha untuk memperbaiki
keadaan hidupnya, karena mereka merasa nanti juga akan dapat jatah dari
dana zakat.
Pembagian zakat secara konsumtif seperti dibagikan secara manual
di rumah-rumah dengan memanggil ratusan muzakki, yang mengakibatkan
kondisi tidak kondusif, akan banyak orang yang berdesak-desakan bahkan
terinjak-injak sampai jatuh korban, sehingga esensi dari manfaat zakat itu
sendiri menjadi hilang. Ataukah lembaga zakat sudah berinovasi dengan
mendistribusikan dana zakatnya secara produktif guna memberdayakan
ekonomi umat. Jika memang sudah, apa programnya dan bagaimana
dampak terhadap kehidupan mustahik. Apakah sama seperti biasanya atau
ada peningkatan terhadap pendapatan si mustahik.
Begitu menarik sebetulnya jika kita membahas tentang dana zakat,
infak shodakoh dan pendistribusiannya, berdasarkan masalah-masalah di
atas, maka judul penelitian yang peneliti ambil adalah “Analisis
Pengelolaan Zakat, Infak, Shadaqah (ZIS) Secara Produktif Untuk
Pemberdayaan Ekonomi Ummat” (Studi Kasus Pada LAZNAS Baitul
Maal Hidayatullah Jakarta).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan tema dan latar belakang yang telah penulis uraikan,
maka identifikasi masalah yang penulis temukan adalah:
1. Besarnya potensi zakat yang ada belum terhimpun secara maksimal 2. Dana zakat masih dikelola secara tradisional 3. Kurangnya kepercayaan muzakki terhadap lembaga pengelola
zakat, infak dan shoda qoh 4. Dana zakat belum terdistribusi secara tepat
6
5. Pendistribusian dana zakat masih bersifat konsumtif 6. Kurangnya kesadaran muzakki untuk berinfak 7. Kurangnya kesadaran muzakki untuk bersedekah 8. Kurangnya pengetahuan muzakki tentang infak dan sedekah
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah diatas, agar penelitian lebih
terarah maka peneliti memberikan pembatasan masalah pada kajian
penelitiannya. Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Pengelolaan zakat, infak dan shodaqoh masih bersifat tradisional
2. Kurangnya kepercayaan muzakki terhadap lembaga pengelola
zakat, infak dan shodaqoh
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas,
maka perumusan masalah yang akan menjadi bahan penelitian adalah:
1. Bagaimana strategi pengelolaan zakat, infak, shodaqoh pada
LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah?
2. Bagaimana strategi yang dilakukan untuk meningkatkan
kepercayaan muzakki terhadap LAZNAS BMH?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengelolaan ZIS pada
LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah.
2. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan dalam meningkatkan
kepercayaan muzakki terhadap LAZNAS BMH
7
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Kegiatan Ilmiah/ Manfaat Teoritis a. Bagi Peneliti
Sebagai masukan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang materi yang diteliti yaitu tentang
pengelolaan dan pendistribusian dana ZIS secara produktif
untuk pemberdayaan ekonomi umat.
b. Bagi Mahasiswa Diharapakan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan referensi di dalam penelitian lanjutan tentang
pengelolaan dan pendistribusian dana ZIS secara produktif
untuk pemberdayaan ekonomi umat. 2. Kegiatan Terapan/ Manfaat Praktis
a. Bagi LAZNAS
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi
pengurus atau amil zakat di lembaga-lembaga zakat,
khususnya LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah untuk terus
mengoptimalkan pengelolaan dan pendistribusian dana ZIS
secara produktif untuk pemberdayaan ekonomi umat.
b. Bagi Praktisi dan Pihak Lain yang Terkait
Hasil penelitian ini dapat menunjukkan apakah dana ZIS
sudah dikelola dan didistribusikan dengan baik dan benar
sesusai dengan syariat Islam atau belum oleh lembaga amil
zakat. Serta menjadi pengingat bagi masyarakat atau muzakki
agar selalu menunaikan zakat, infak dan sodaqohnya yang
dapat mengurangi beban ekonomi sesama, karena di dalam
harta yang kita miliki ada sebagian hak orang lain.
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Zakat
1. Pengertian Zakat dan Hukumnya
Menurut bahasa zakat berarti nama’ (kesuburan), thaharah
(kesucian), barakah (keberkatan) dan berarti juga tazkia tahhier
(mensucikan). 1
Sedangkan dari segi istilah fiqh sejumlah harta tertentu
yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang yang berhak
menerimanya, disamping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu
sendiri.2 Adapun hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa
dengan pengertian zakat menurut istilah adalah, sekalipun secara
tekstual zakat dilihat dari aspek jumlah berkurang, namun hakikat
zakat itu bisa menyebabkan harta itu bertambah, baik secara maknawi
maupun secara kuantitas. Terkadang Allah membukakan pintu-pintu
rezeki bagi seseorang yang tidak pernah terbetik dalam hati
sanubarinya. Allah berbuat seperti itu tentu karena seorang tadi
melaksanakan kewajiban terhadap harta yang Allah wajibkan atasnya.3
Selain itu, zakat juga dapat menambah keimanan ke dalam hati orang
yang berzakat. Karena zakat termasuk amal shalih, sementara amal
shalih dapat menambah keimanan seseorang.
Makna zakat dalam syari‟ah4 terkandung dua aspek di dalamnya.
Pertama, sebab dikeluarkan zakat itu karena adanya proses tumbuh
kembang pada harta itu sendiri atau tumbuh kembang pada aspek
pahala yang menjadi semakin banyak dan subur disebabkan
mengeluarkan zakat. Atau keterkaitan adanya zakat itu semata-mata
1 T.M. Hasbih Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991), h 24.
2 Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, terjemahan, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1995), h. 34. 3 Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin, Fiqih Zakat Kontemporer: Soal Jawab Ikhwal
Zakat Dari Yang Klasik Hingga Terkini (Solo, Al- Qowam, 2011), h. 11. 4 Wawan Shofwan Shalehuddin, Risalah Zakat: Infak dan shadaqah,(Bandung: Tafakur,
2011), h12-13.
9
karena memiliki sifat tumbuh kembang seperti zakat tijarah dan
zira’ah. Kedua, pensucian karena zakat adalah pensucian atas
kerakusan, kebakhilan jiwa, dan kotoran-kotoran lainnya, sekaligus
pensucian jiwa manusia dari dosa-dosanya. Di bawah ini adalah
beberapa firman Allah dan hadits tentang zakat:
QS. al- Baqarah (2): 245
عفه ۥله ۥمن ذا ٱلذى ي قرض ٱلله ق رضا حسنا ف يض
ط وي بص ي قبض وٱلله أضعافا كثرية ت رجعون وإليه
Artinya:
Siapakah yang mahu memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang
baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat
gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.
Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-
lah kamu dikembalikan.
QS. al- Baqarah (2): 129
لو عليهم آياتك هم ي ت رب نا واب عث فيهم رسول من
يهم العزيز أنت إنك وي علمهم الكتاب والكمة وي زك
الكيم
10
Artinya:
Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari
kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-
ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-
Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunah)serta mensucikan mereka.
Sesunguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
رهم و يهم با وصل عليهم خذ من أموالم صدقة تطه إن ت زكيع والله لم سكن صلتك عليم س
Artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS. At-Taubah: 103)
Menurut UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,
bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang Muslim
atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
sesuai dengan syari‟at Islam.5
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dipahami bahwa
zakat merupakan kewajiban seorang Muslim mengeluarkan sebagian
hartanya yang telah mencapai nasab (batas minimal) dalam waktu
tertentu dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerima
zakat untuk menyucikan dan membersihkan jiwa dan hartanya sesuai
dengan diisyaratkan dalam Al-Qur‟an.
5 Undang-Undang No. 38 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1 ayat 2.
11
Zakat adalah ibadah maaliyyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi
sangat penting, strategis, dan menentukan,6 baik dilihat dari sisi ajaran
Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai
suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun (rukun ketiga)
dari rukun Islam yang lima, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai
hadis nabi, sehingga keberadaannya dianggap sebagai ma’luum minad-
diin bidh-dharuurah atau diketahui secara otomatis adanya dan
merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang.7 Di dalam Al-
Qur‟an kata zakat disebutkan sebanyak 82 kali dan selalu dirangkaikan
dengan shalat (sembahyang) yang merupakan rukun Islam kedua.8
Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya kedudukan zakat di dalam
Islam. Jika shalat merupakan lembaga penyambung manusia dengan
Tuhan yang disebut dengan hablu minaAllah, maka zakat merupakan
sarana komunikasi utama antara manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat yang kita sebut dengan hablu minannaas. Karena itu
lembaga zakat ini sangat penting dalam menyusun kehidupan yang
humanis dan harmonis.
Terkait hukum zakat, menurut konsensus kaum muslimin, zakat
hukumnya wajib. Karenanya, siapa saja yang mengingkari kewajiban
zakat, ia telah kafir, kecuali ia baru saja masuk Islam. Atau ia tumbuh
dari pedesaan yang jauh dari ilmu dan orang-orang yang berilmu
sehingga ia sulit mendaptkan informasi tentang persoalan zakat itu.
Hanya saja, perlu diketahui, jika setelah ia mengetahui tetapi masih
saja mengingkari kewajiban zakat, maka ia dicap sebagai orang kafir
karena ia telah murtad.
Hal ini berbeda dengan orang yang enggan mengeluarkan zakat
karena didasari sifat bakhil dan menyepelekan, maka dalam hal ini
terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ahli ilmu. Ada sebagian
dari mereka yang berpendapat, “Orang itu telah kafir. Pendapat ini
6 Yusuf al- Qardhawi, Al- Ibadah fil-Islam (Beirut: Muassasah Risalah, 1993), h. 235.
7 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial (Bandung: 1994), h.231.
8 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam (Jakarta: UI Press, 1988), h. 9.
12
merupakan salah satu dari dua riwayat yang diriwayatkan dari Imam
Ahmad. Ada juga sebagian dari mereka yang berpendapat bahwa ia
tidak divonis kafir. Pendapat terakhir ini yang benar. Hanya saja, ia
telah mengerjakan dosa besar. Adapun dalil yang menunjukkan bahwa
ia tidak divonis kafir itu adalah hadits Abu Huraiah bahwasanya Nabi
SAW pernah menyebutkan sanksi yang dijatuhkan kepada orang yang
enggan mengeluarkan zakat dari hartanya yang berupa emas dan perak.
Setelah itu beliau bersabda yang artinya: “sehingga ia diadili (oleh
Allah disaat Allah mengadili) di antara hamba-hamba-Nya lalu ia
melihat tempat tinggalnya; di surga atau di neraka.”9
Karena itu, kewajiban bagi setiap Muslim untuk bersyukur kepada
Allah atas nikmat harta yang telah dianugerahkan kepadanya dengan
cara menunaikan zakat dari harta tersebut, sehingga Allah menambah
harta baginya yang lebih banyak lagi dan lebih berkah tentunya.
2. Teori Zakat
Abdul Kholik Syafa‟at dalam skripsinya tentang potensi ZIS pada
BAZNAS di Kabupaten Banyuwangi, mengutip pendapat Yusuf
Qardhawi terkait dengan teori zakat, yaitu:10
a. Teori Beban Umum
Teori ini didasarkan bahwa merupakan hak Allah – sebagai
pemberi nikmat – untuk membebankan kepada hamba-Nya apa
yang dikehendakinya, baik kewajiban badani maupun harta,
untuk melaksanakan kewajibannya dan tanda syukur atas
nikmatnya.
b. Teori Khilafah
Harta adalah amanah Allah. Dan manusia sebagai
pemegang amanah atas harta itu. Harta kekayaan adalah rizki
dari Allah untuk manusia sebagai anugerah dan nikmat darinya.
Dan setelah memperoleh nikmat itu, ia harus mengeluarkan
9 HR. Muslim dalam Kitabuz Zakat, Bab Itsm Mani’iz Zakat, hadits nomor 987.
10 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Bogor: Litera Antar Nusa, 2007), h. 1008-1009.
13
sebagian rizkinya itu dengan tujuan meninggikan rahmat Allah,
dan menolong saudara-saudaranya sesama hamba Allah,
sebagai tanda syukur atas segala nikmat yang diberikan
kepadanya.
c. Teori Pembelaan antara Pribadi dan Masyarakat
Islam mewajibkan setiap orang yang punya kekayaan banyak
untuk menunaikan hak-hak tertentu bagi kepentingan umum.
d. Teori Persaudaraan
Masyarakat Islam ibarat satu bangunan yang kokoh dan
kuat, yang satu menunjang yang lainnya, saling tolong
menolong dan saling menjaga satu sama lainnya.11
3. Macam-Macam Zakat
Pada dasarnya, zakat terbagi menjadi 2 macam, yaitu: zakat nafs
(jiwa) dan zakat maal (harta). Di bawah ini akan peneliti jelaskan
mengenai ke dua jenis zakat tersebut.
a. Zakat Nafs (jiwa), disebut juga zakat fitrah yang merupakan
zakat untuk mensucikan diri. Zakat fitrah adalah pengeluaran
yang wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai
kelebihan dari nafkah keluarga yang wajar pada malam dan
hari raya Idulfitri, sebagai tanda syukur kepada Allah karena
telah selesai menunaikan ibadah puasa. Zakat fitrah ini, selain
dari untuk menggembirakan hati fakir-miskin pada hari raya
tersebut, juga dimaksudkan untuk menyuci bersihkan dosa-
dosa kecil yang mungkin ada ketika melaksanakan puasa
Ramadhan (al-Hadits), agar oang itu benar-benar kembali
kepada keadaan fitrah, suci ketika dilahirkan ibunya. Orang
Islam yang mempunyai bahan makanan pokok lebih dari dua
setengah kilogram pada waktu itu, wajib membayar zakat fitrah
11
Abdul Kholiq Syafa‟at, skripsi tentang Potensi Zakat, Infaq, Shodaqoh Pada Badan
Amil Zakat Nasional (Baznas) Di Kabupaten Banyuwangi (Universitas Islam Negeri (Uin) Sunan
Ampel Surabaya).
14
sebagai upaya pendidikan agar orang gemar membelanjakan
hartanya untuk kepentingan orang lain, kendatipun setelah
mengeluarkan zakat fitrah itu ia berhak menerima bagian yang
mungkin lebih besar dari yang dikeluarkannya.12
Waktu
mengeluarkan zakat fitrah yaitu masuknya hari raya Idul Fitri.
Kewajiban melaksanakannya, mulai tenggelamnya matahari
sampai tergelincirnya matahari. Dan yang lebih utama dalam
melaksanakannya adalah sebelum pelaksanaan shalat hari raya,
menurut Imamiyah. Sedangkan menurut Imam Syafi‟i,
diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah adalah akhir bulan
ramadhan dan awal bulan Syawal, artinya pada tengeelamnya
matahari dan sebelum sedikit (dalam jangka waktu dekat) pada
akhir bulan ramadhan. Orang yang berhak menerima zakat
fitrah adalah orang-orang yang berhak menerima secara umum,
yaitu orang-orang yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat at-
Taubah ayat 60.
b. Zakat Mal (Harta), adalah bagian dari harta kekayaan seseorang
(juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan
orang-orang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu
tertentu dalam jumlah minimal tertentu. Pada umumnya di
dalam kitab-kitab (fikih) Islam harta kekayaan yang wajib
dizakati atau dikeluarkan zakatnya digolongkan ke dalam
kategori (1) emas, perak dan uang (simpanan), (2) barang yang
diperdagangkan, (3) hasil peternakan, (4) hasil bumi, (5) hasil
tambang dan barang temuan. Masing-masing kelompok itu
berbeda nisab haul dan kadar zakatnya.13
Adapun sumber dana
zakat dibagi lagi menjadi:
(1) Emas, Perak dan Uang
12
Mohammad Daud Ali, Op.Cip., h. 49. 13
Ibid, h. 44.
15
Dasar hukum wajib zakat bagi harta kekayaan yang berupa
emas, perak dan uang adalah al-Qur‟an surah 9 ayat 35.
Dipunyai (dimiliki secara pasti) selama satu tahun penuh dan
sampai nisabnya. Nisab (a) emas adalah 20 dinar, lebih kurang
sama dengan 96 gram emas murni. Setelah dimiliki selama satu
tahun, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar dua setengah persen.
Nisab (b) perak adalah 200 dirham, beratnya sama dengan lebih
kurang 672 gram. Berdasarkan beberapa hadits, emas dan perak
yang menjadi perhiasan wanita yang cukup senisab dan
dimiliki cukup setahun pula, hendaklah dikeluarkan zakatnya
sebanyak dua setengah persen. Nisab (c) uang, baik giral
maupun kartal, adalah sama dengan nilai atau harga 96 gram
mas. Bila disimpan cukup setahun, zakatnya adalah dua
setengah persen.
(2) Barang Yang Diperdagangkan
Yang menjadi dasar hukum wajib zakat bagi barang dagangan
adalah al-Qur‟an surah 2 ayat 267. Dan hadits Nabi yang
berasal dari Samurah (Sahabat Nabi). Setiap tutup buku, setelah
perdagangan berjalan setahun lamanya, uang yang ada dan
semua barang yang ada dihitung harganya. Dari jumlah itu
dikeluarkan zakatnya dua setengah persen, nisabnya sama
dengan nilai harga 96 gram emas. Kini, zakat perdagangan ini
diperluas pada perusahaan atau badan usaha lainnya.
(3) Hasil Peternakan
Dasar hukum waib zakat bagi binatang ternak adalah hadits
Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari. Yang wajib dikeluarkan
zakatnya adalah ternak yang telah dipelihara setahun di tempat
pengembalaan dan tidak dipekerjakan sebagai tenaga
pengangkutan dan sebagainya, dan sampai nisabnya Kadar
zakatnya berbeda-beda (menurut tabel tertentu). Ternak yang
dizakati di Indonesia adalah kambing atau biri-biri, sapi dan
16
kerbau. Adapun nishab kambing dan sapi/lembu berdasarkan
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69
Tahun 2015 adalah sebagai berikut:14
Tabel 2.1
Kambing
NISHAB (Ekor) ZAKAT YANG WAJIB DIKELUARKAN
40-120 1 ekor kambing
121-200 2 ekor kambing
201-300 3 ekor kambing
Setiap tambahan 100
ekor dari 300 ekor
Zakatnya ditambah 1 ekor kambing
Sapi/Lembu
NISHAB (Ekor) ZAKAT YANG WAJIB DIKELUARKAN
30-59 1 ekor anak sapi betina
60-69 2 ekor anak sapi jantan
70-79 1 ekor anak sapi betina dan 1 ekor anak sapi jantan
80-89 2 ekor anak sapi betina
90-99 3 ekor anak sapi jantan
100-109 1 ekor anak anak sapi betina dan 2 ekor anak sapi
jantan
110-119 2 ekor anak sapi betina dan 1 ekor anak sapi jantan
>120 3 ekor anak sapi betina atau 3 ekor anak sapi jantan
(4) Hasil Bumi
Dasar hukum bagi zakat hasil bumi adalah al-Qur‟an surah 2
ayat 267 dan surah 6 ayat 141, serta hadits Nabi yang berasal
dari Abu Burdah. Pengeluaran zakatnya tidak harus menunggu
14
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2015, Tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 Tentang Syarat dan Tata Cara
Perhitungan Zakat Maal dan Zakat Fitrah Serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif.
17
satu tahun dimiliki, tetapi harus dilakukan setiap kali panen
atau menuai. Kadar zakatnya lima persen untuk hasil bumi
yang diairi atas usaha penanaman sendiri dan sepuluh persen
kalau pengairannya tadah hujan tanpa usaha yang menanam.
Menurut para ahli dalam mazhab Syafi‟i, hasil bumi yang
dizakati itu hanyalah hasil bumi yang menjadi makanan pokok
manusia saja seperti gandum, jelai dan kurma serta anggur
kering, seperti yang disebutkan dalam hadits yang berasal dari
Abi Burdah tersebut di atas. Keempat jenis hasil bumi itu tidak
terdapat di Indonesia, dan karena itu “apa yang Kami keluarkan
dari bumi, untuk kamu” seperti yang disebut dalam al-Qur‟an
surah 2 ayat 276 itu oleh ahli hukum Islam Indonesia dirinci
sesuai dengan keadaan di Indonesia. Di tanah air kita selain
hasil bumi, juga hasil laut perlu dikeluarkan zakatnya.
(5) Hasil Tambang dan Barang Temuan (Makdim dan Rikaz)
Dalam kitab-kitab hukum (fikih) Islam barang tambang yang
wajib dizakati hanyalah emas dan perak saja. Demikian juga
dengan barang temuan: yang dizakati terbatas pada emas dan
perak saja. Dasar hukumnya berasal dari al-Qur‟an surah 9 ayat
35 tersebut di atas. Kewajiban untuk menunaikan zakat barang-
barang tambang adalah setiap kali barang itu selesai
dibersihkan (diolah). Nishab zakat pertambangan senilai 85
gram emas dan kadar zakatnya senilai 2,5%.15
Nishab barang
temuan sama dengan nisab emas dan perak. Demikian juga
kadarya.
(6) Hasil Pendapatan dan Jasa
Zakat pendapatan adalah zakat yang dikeluarkan dari
penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab.
Profesi yang dimaksud mencakup profesi pegawai negeri atau
15
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2014, Tentang Syarat
dan Tata Cara Perhitungan Zakat Maal dan Zakat Fitrah Serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha
Produktif.
18
swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, dll. Nisab
zakat pendapatan setara dengan nisab zakat tanaman dan buah-
buahan sebesar 653 kg gabah atau setara dengan 524 kg beras,
kadar zakatnya sebesar 2,5%. Waktu untuk mengeluarkan zakat
profesi pada setiap kali menerima diqiyaskan dengan waktu
pengeluaran zakat tanaman yaitu setiap kali panen.16
4. Syarat Zakat
Menurut para ahli hukum Islam, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi agar kewajiban zakat dapat dibebankan pada harta yang
dipunyai oleh seorang muslim. Syarat-syarat itu adalah:
a. Pemilikan yang pasti. Artinya sepenuhnya berada dalam
kekuasaan yang punya, baik kekuasaan pemanfaatan maupun
kekuasaan menikmati hasilnya;
b. Berkembang. Artinya harta itu berkembang, baik secara alami
berdasarkan sunnatullah maupun bertambah karena ikhtiar atau
usaha manusia;
c. Melebihi kebutuhan pokok. Artinya harta yang dipunyai oleh
seseorang itu melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan oleh
diri dan keluarganya untuk hidup wajar sebagai manusia;
d. Bersih dari hutang. Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang
itu bersih dari hutang, baik hutang kepada Allah (nazar, wasiat)
maupun hutang kepada sesama manusia;
e. Mencapai nisab. Artinya mencapai jumlah minial yang wajib
dikeluarkan zakatnya;
f. Mencapai haul. Artinya harus mencapai waktu tertentu
pengeluaran zakat, biasanya dua belas bulan setia kali setelah
menuai atau panen.17
16
Kementerian agama RI Direktotat Jenderal Bimbingan Masyarakat Ilam Direktorat
Pemberdayaan Zakat, Petunjuk Pelaksanaan Pengumpulan Zakat, h. 45. 17
Ibid, h. 41.
19
5. Golongan Penerima Zakat
Hasan „Asy‟ari Syaikho dalam jurnalnya tentang Pengelolaan ZIS
dalam Upaya Mengubah Status Mustahiq menjdai Muzaki18
, mengutip
pendapat dari Sulaiman Rasyid dalam Fiqh Islam, bahwa orang-orang
yang berhak menerima zakat hanya mereka yang tlah ditentukan Allah
SWT. dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah ayat 60, yang artinya:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak,orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan
Maha Bijaksana.”
Seperti yang telah kita ketahui, berdasarkan ayat di atas, orang
yang berhak menerima zakat (mustahik) terdapat delapan asnaf atau
golongan yaitu: Fakir, miskin, amil (zengurus zakat), muallaf (orang
fakir yang ada harapan masuk Islam), riqab (hamba sahaya), Gharimin
(orang yang berhutang), sabilillah (di jalan Allah), ibnu sabil (orang
yang sedang dalam perjalanan bukan untuk maksit).
6. Hikmah dan Manfaat Zakat
a. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT. Karena zakat
merupakan harta mustahik, maka zakat berfungsi untuk menolong,
membantu dan membina terutama fakir miskin kearah yang lebih
baik dan lebih sejahtera.
b. Sebagai pilar amal bersama (jam’i) antara orang kaya yang
berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya
digunakan untuk berjihad dijalan Allah.
c. Sebagai salah satu sumber bagi pembangunan sarana dan
prasarana.
18
Hasan Asy‟ari Syaikho, Pengelolaan ZIS dalam Upaya Mengubah Status Mustahiq
menjadi Muzaki: Studi Kasus Pada PKPU Jawa Tengah, 2012, h. 41.
20
a. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar.
b. Dari sisi pembangunan umat, zakat merupakan salah satu
instrumen pemerataan pendapatan.
c. Dorongan ajaran Islam yang begitu kuat kepada orang-orang
yang beriman untuk berzakat, menunjukkan bahwa ajaran
Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha
sehingga memiliki harta kekayaan yang disamping dapat
memnuhi kebutuhan
7. Potensi Zakat di Indonesia
Mengetahui potensi zakat adalah penting untuk perencanaan ke
depan, strategi pengelolaan, dan evaluasi kinerja zakat nasional, serta
untuk meletakkan secara proporsional peran zakat di ranah publik.
Potensi zakat adalah kemampuan zakat dalam upaya pemanfaatan
zakat untuk digunakan dan dimanfaatkan secara optimal. Potensi zakat
apabila digunakan dengan pemanfaatan dan mekanisme yang tepat
tentu dapat digunakan untuk mengentaskan kemiskinan dikalangan
umat muslim. Potensi zakat dimasing-masing daerah akan berbeda
sesuai dengan struktur dan tingkat kemajuan suatu daerah tersebut.
Semakin maju suatu daerah maka akan semakin besar potensi zakat
yang dapat digali. 19
Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas
penduduk Muslim yaitu sejumlah 216,66 juta penduduk atau dengan
persentase Muslim sebesar 85 persen dari total populasi.20
Fakta ini
menyiratkan bahwa zakat memiliki potensi besar dan dapat
berkontribusi dalam mengurangi kemiskinan.
Data menunjukkan bahwa pada bulan September 2016, jumlah
penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan
di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,76 juta orang
(10,70 persen), berkurang sebesar 0,25 juta orang dibandingkan
19
Amalia, Kasyful Mahalli, Jurnal Tentang Potensi Dan Peranan Zakat Dalam
Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan. 20
Badan Pusat Statistik, 2015.
21
dengan kondisi Maret 2016 yang sebesar 28,01 juta orang (10,86
persen). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret
2016 sebesar 7,79 persen, turun menjadi 7,73 persen pada September
2016. Demikian pula persentase penduduk miskin di daerah perdesaan
turun dari 14,11 persen pada Maret 2016 menjadi 13,96 persen pada
September 2016.21
Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Bambang Sudibyo
menyebutkan bahwa potensi zakat di Indonesia ialah sebesar 286
triliun rupiah. Namun, pada 2015 yang lalu, penerimaan zakat baru
terealisasi sebesar 3,7 triliun. "Potensi zakat sangat besar, penelitian
pada 2011 oleh ITB mengungkap potensi di tahun 2010 adalah 217
trilun rupiah. Dengan perhitungan PDB, potensi di tahun 2015 menjadi
286 triliun rupiah. Namun, penghimpunan zakat masih rendah, pada
2015 baru 3,7 triliun rupiah atau 1,3 persen dari PDB.22
Dengan
melihat data tersebut, kita seharusnya bertanya kenapa penghimpunan
zakat masih bereda ditingkat rendah dari potensi yang sebesar itu.
Apakah para muzakki memang tidak berniat untuk mengeluarkan
zakatnya, menyisihkan sebagian hartanya untuk orang yang lebih
membutuhkan. Atau mungkin dari pihak lembaga penghimpun dana
zakat sendiri, dari pengelolaan dan pendistribusiannya yang kurang
baik sehingga menimbulkan ketidakpercayaan dari pihak muzakki. Dan
hal ini perlu kita kaji lagi, agar dana zakat yang disebut-sebut bisa
menguragi tingkat kesenjangan masyarakat itu memang benar terbukti
adanya.
Berbicara Indonesia mungkin terlalu luas, karena peneliti
melakukan penelitian di Baitul Mal Hidayatullah Pasar Minggu Jakarta
Selatan, maka di bawah ini peneliti menyajikan data penduduk DKI
21
https://www.bps.go.id/index.php/brs/1378, diakses pada 07 Nopember 2017, pkl 21.48. 22
http://ksp.go.id/potensi-zakat-di-indonesia-sangat-besar/, diakses pada 07 Nopember
2017, pkl 22.19.
22
Jakarta dan rasio jenis kelamin menurut kabupaten/ kota pada tahun
2015.23
Tabel 2.2
Kabupaten/Kota Regency/City
Jenis Kelamin (ribu) Sex (thousand)
Rasio Jenis
Kelamin Sex Ratio
Laki-Laki Male
Perempuan Female
Jumlah Total
1 2 3 4 5
1 Kepulauan Seribu
11 720 11 620 23 340 100,86
2 Jakarta Selatan 1 096 469 1 089 242 2 185 711 100,66
3 Jakarta Timur 1 436 128 1 407 688 2 843 816 102,02
4 Jakarta Pusat 457 025 457 157 914 182 99,97
5 Jakarta Barat 1 246 288 1 217 272 2 463 560 102,38
6 Jakarta Utara 867 727 879 588 1 747 315 98,65
DKI jakarta 5 115
357 5 062 567
10 177 924
101,04
Badan Pusat Statistika
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta
pada bulan September 2016 sebesar 385,84 ribu orang (3,75 persen).
Dibandingkan Maret 2016 (384,30 ribu orang atau 3,75 persen), jumlah
penduduk miskin naik sebanyak 1,54 ribu orang. Sedangkan
dibandingkan dengan September 2015 dengan jumlah penduduk miskin
sebesar 368,67 ribu orang (3,61 persen), jumlah penduduk miskin naik
17,17 ribu orang atau naik 0,14 poin.
Untuk potensi zakatnya sendiri, potensi zakat, infaq dan shadaqah di
DKI Jakarta dinilai sangat besar hingga Rp3 triliun, namun potensi itu
belum tergali maksimal.Sebagai perbandingan, Badan Amil Zakat, Infaq
dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta hanya berani menargetkan
pendapatan zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) sebanyak Rp35 miliar untuk
tahun 2009.
Hal ini seharusnya menjadi alarm bagi kita umat Muslim khususnya,
melihat besarnya potensi zakat yang ada di Indonesia, utamanya di Ibu
23
https://jakarta.bps.go.id/index.php/linkTabelStatis/91, diakses pada 07 N0pember 2017,
pkl 21.53.
23
Kota Jakarta, kenapa tidak bisa menurunkan angka kemiskinan di daerah
ini. Apa yang menjadi masalahnya, penghimpunan yang masih sedikit kah,
atau pengelolaan dana zakat yang kurang baik kah, sehingga
pendistribusiannya pun tidak dilakukan secara tepat dan cermat. Maka dari
itu, peneliti ingin melihat secara langsung bagaimana proses
penghimpunan dana zakat, infak, shodakoh, bagaimana pengelolaannya
serta pendistribusiannya. Apakah dana zakat yang terkumpul hanya
diberikan saja kepada mustahik (penerima zakat) yang kemungkinan besar
dana zakat tersebut langsung habis, ataukah ada program khusus dari
lembaga zakat ketika mengelola zakat tersebut, sehingga bisa bermanfaat
lebih lama bagi para mustahik, dan kemungkinan besar bisa merubah
status mustahik menjadi muzakki.
8. Pengelolaan Dana Zakat
Dalam pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat, dikatakan bahwa pengelolaan zakat adalah
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Dari
pengertian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa pengelolaan zakat
adalah satu rangkaian kegiatan pengumpulan dana zakat dari muzakki
sampai pendistribusian zakat dan pendayagunaannya untuk para
mustahik sesuai dengan syari‟at Islam.
Pengelolaan zakat yang tampak dimasyarakat, lebih sering bersifat
charity. Solah-olah dengan cara ini kewajiban untuk membantu kaum
dhuafa’ sudah selesai. Dengan memberi sembako, bagi sebagian kalan
sudah merasa lepas tanggung jawab sosialnya.24
Sebagai titik poinnya, cara ini patut diapresiasi, karena menjadi
bukti kepedulian pada sesama. Akan tetapi bila berhenti pada cara ini
saja dan tidak melakukan inovasi, sama artinya memapankan
24
BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS
Provinsi DKI Jakarta, (Jakarta: BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006), h. 87.
24
kemiskinan. Karena sama sekali tidak membuat orang kreatif.
Akibatnya adalah semakin banyak orang yang tanganya di bawah
karena nyaris tak perlu mengeluarkan keringat, tapi kocek dan perut
tetap terisi.
Akibat lainnya, persepsi tentang zakat menjadi kerdil, dan
mengurangi kepercayaan masyarakat pada lembaga pengelolaan zakat.
Persepsi itu misalnya, kenapa harus membayar zakat lewat lembaga,
kalau tujuan zakat adalah hanya bagi-bagi sembako atau uang.
Bukankah muzakki juga dapat melaksanakannya sendiri?
Diakui atau tidak, cara-cara ini masih menjadi kecenderungan di
kalangan masyarakat pengelola zakat, dan hal tersebut tentu saja
memberikan dampak kurang baik bagi lembaga-lembaga pengelola
zakat lainnya.
Peran lembaga zakat sangat diperlukan dalam pengelolaan dana
zakat. Ada beberapa persepsi yang dapat dijadikan argumen kenapa hal
tersebut di anggap penting, di antaranya:
a. Dana zakat selalu habis dibagi-bagi dalam waktu sekejap. Dana
tidak dikelola sebagai suatu kekuatan untuk membuat
perubahan dikalangan fakir miskin. Dengan demikian tidak
akan ada perubahan apapun di masyarakat. Termasuk lembaga
pengelola zakat pun telah menghilangkan kesempatan untuk
melatih diri menjadi lembaga keuangan non-perbankan yang
profesional.
b. Ada kekeliruan cara pandang perzakatan, hingga melahirkan
tradisi panjang yang hanya bagi-bagi uang saja. Bagi mereka
menyegerakan sampai pada mustahik dan segera habis
dibagikan merupakan upaya terbaik. Alasannya itu cara
melipatgandakan pahala sesuai dengan keinginan donatur.
Dengan memproduktifkan artinya sama dengan menahan dana
zakat, berarti telah menghapus nilai pahala. Ini merupakan
25
tindakan tercela, menghianati amanah donatur serta tidak sesuai
dengan perintah agama.
Cara pandang seperti itu, sesungguhnya mempertegas model
pengelolaan yang dijalankan secara sambilan. Dengan menjadikan
pengelola zakat hanya berfungsi sebagai kasir dengan tugas membagi-
bagi uang, tentu tidaklah membutuhkan suatu manajemen kuat.
Dengan menghadirkan manajemen yang kuat, artinya membutuhkan
kesungguhan, keseriusan dan planning yang memadai. Manajemen
demikian tak akan bisa dijalankan secara sambilan. Maka hingga
sebelum tahun 1993, pengelolaan zakat di Indonesia kebanyakan
memang belum sampai ke arah itu. Pengelolaan yang ada masih
sebatas sampingan, dan telah meluas dan tertanam kuat di masyarakat.
Ini menjadi tradisi yang telah berjalan lama, hingga menjadi ciri
tersendiri.25
Menurut Eri Sadewo, dalam bukunya Manajemen Zakat,
menyebutkan bahwa ada 15 ciri dari tradisi pengelolaan zakat yang
menjebak hingga menyulitkan perkembangan lembaga-lembaga sosial
di Indonesia. Ke 15 cara itu adalah sebagai berikut:
a. Anggap Sepele
Sifat zakat memang bantuan. Istilah bantuan membenuk
paradigma keliru bahwa bahwa bantuan adalah pekerjaan sosial
semata. Karena sosial tak perlu diseriusi seperti muzakki
menggeluti pekerjaan sehari-hari. Pekerjaan sosial karenanya
dapat dikerjakan sambil lalu, santai dan tak perlu waktu yang
khusus. Namanya juga bantuan sosial. Ada bantuan saja sudah
harus bersyukur. Tak ada bantuan, toh kalangan fakir miskin
juga tak bisa menuntut. Jadi jika dibantu apalagi dikerjakan
sendiri, itu sesuatu hal yang mulia sekali.
25
Eri Sudewo, Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar,
(Ciputat: Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 11.
26
b. Kelas 2
Pekerjaan sosial adalah pekerjaan kemurahan hati. Saat hati
sedang senang, rasa sosial pun bangkit. Sebaliknya saat
seseorang sedang dilanda masalah, kondisi jiwa pun tak stabil.
Jika yang terakhir ini terjadi, urusan bantuan sosial pun gagal.
Kapan berakhir kegalauan itu, tentu amat ditentukan oleh
situasi dan kondisi juga. Dengan kondisi demikian format
berpikir yang tumbuh menempatkan pekerjaan sosial hanyalah
sampingan.
c. Tanpa Manajemen
Di Indonesia, pengelolaan zakat lebih didominasi intuisi. Tiap
anggota organisasi terutama ketua, menjalankan kegiatan
dengan persepsi masing-masing. manajemen dalam arti
sesungguhnya tidak dikenal. Pembagian tugas dan struktur
organisasi sudah ada tapi hanya formalitas. Jika ditanya
mengapa strukturnya seperti itu, cenderung tak ada yang dapat
menjawab. Saat operasional, umumnya anggota juga tak paham
apa yang harus dikerjakan oleh bidangnya.
d. Tanpa Perencanaan
Kegiatan menyantuni anak yatim atau bagi-bagi sembako
merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh siapapun. Anak
yatim dan kalangan fakir miskin dapat dengan mudah dijumpai.
Oleh karena itu tak perlu berlelah-lelah mengadakan strategic
planning dalam mendisain perencanaan.
e. Struktur Organisasi Tumpang Tindih
Kebanyakan organisasi lokal, rata-rata struktur organisasinya
sederhana. Ada dua pengertian yang dimaksud dengan
sederhana. Pertama struktur organisasi memang dibuat ala
kadarnya. Karena yang mendisain pengetahuannya terbatas,
pembagian kerja antar bidang dan seksi-seksi jadi tumpang
tindih. Kedua adalah proses perumusan struktur organisasi,
27
dilakukan dengan amat subyektif. Ketua pendiri yang biasanya
seorang tokoh, hanya tinggal menunjuk orang untuk duduk di
masing-masing bidang. Sering kali sang tokoh sekaligus
menginisiatifi dirinya menjadi ketua umum.
f. Tanpa Fit and Proper Test
Satu tradisi lembaga nirlaba lokal yang juga bersumber dana
pada ZIS adalah tidak serius dalam mencari SDM pengelola.
Tidak dikenal istilah rekruitmen, apalagi fit and proper test. Itu
terlampau muluk. Untuk apa mengurus pekerjaan sosial harus
dengan test. Orang mau bekerja saja sudah bagus. Diminta test,
siapa yang mau mengurus nanti. Yang dibutuhkan hanya
tinggal kesediaan diri karena diminta ketua. Soal kerja atau
tidak, bagaimana nanti saja.
g. Kaburnya batasan
Dengan struktur organisasi sederhana dan tumpang tindih,
mencerminkan tak jelasnya batas-batas wewenang dan
tanggung jawab. Garis komando semua lini memang mengacu
pada ketua umum, namun Cuma sebatas itu. Sampai sejauh
mana wewenang yang dimandatkan, tak tertulis dan
terdokumentasi baik. Ketua umu kerap intervensi bahkan
hingga hal-hal yang teramat kecil. Bagi lini di bawahnya
intervensi tersebut sebenarnya bukan merupakan proses
pendewasaan yang baik.
h. Ikhlas Tanpa Imbalan
Pola lama bekerja di yayasan sosial dan panti, selalu
dinyatakan sebagai bentuk manajmne lillahi ta’ala. Makna
lillahi ta’ala diidentikkan dengan pengabdian yang tak perlu
mendapat hak, lebih-lebih menuntut upah yang layak. Tuntutan
tersebut dianggap tidak ikhlas, merusak pengabdian, serta
tindakan itu tidak Islami. Ini adalah lembaga pengabdian.
Jangan rusak dengan tuntutan itu.
28
i. Dikelola Paruh Waktu
Mengabdi tanpa imbalan, hanya sanggup dijalankan oleh
orang-orang yang tidak lagi membutuhkan gaji. Orang-orang
seperti ini, biasanya telah tidak lagi aktif bekerja karena
pensiun. Karena mereka masih sanggup bekerja, mereka ingin
mengabdikan apa yang dimiliki untuk kepentingan masyarakat.
Ini merupakan tindakan mulia sebagai bentuk aktualisasi diri
yang memang harus diakomodir. Sayangnya mereka kini
memiliki kemampuan yang terbatas. Meskipun semangat masih
membara, tetapi mereka bukan lagi sosok muda seperti dulu
yang masih bisa full time bekerja.s
j. Lemahnya SDM
Ciri lain dari pengelolaan yayasan lokal dan panti asuhan yang
tradisional dapat dilihat dari SDM dibelakangnya. Kebanyakan
yang bekerja merupakan orang-orang yang memiliki
kemampuan kebanyakan. Hal tersebut amat berpengaruh pada
image citra lembaga. Akibatnya masyarakat sendiri kurang
berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang kegiatan-
kegiatan yang dijalankan.
k. Bukan Pilihan
Bekerja bukan berdasarkan pilihan, punya dampak yang serius.
Ini berpengaruh besar pada kondisi kejiwaan yang
bersangkutan dan lembaga itu sendiri.
l. Lemahnya Kreativitas
Sala satu ciri pngelolaan tradisional adalah pasif. Ini tampak
dari tidak adanya pemikiran kreatif. Karena kurang kreatif,
program-program yang dilahirkannya pun tidaklah inovatif.
Kebanyakan lembaga hanya saling mencontoh yang telah ada.
Mereka kurang berani mengadakan terobosan-terobosan baru
sebagai bentuk ijtihadi.
m. Tak Ada Monitoring dan Evaluasi
29
Salah satu dampak dari lemahnya kreativitas adalah tidak
adanya sistem monitoring dan evaluasi. Ada atau tidaknya
sistem ini amat tergantung pada pimpinan. Pimpinan menjadi
kata kunci karena ini menyangkut organisasi nirlaba lokal.
Karena hampir seluruh persoalan kembali pada pimpinan,
sistem pengawasan seolah-olah telah difungsikan dengan baik.
Sementara yang terjadi dilapangan, ternyata tidaklah
sesederhana seperti yang dapat dibayangkan oleh pimpinan.
Lembaga pun akhirnya sulit berbenah apalagi berkembang.
n. Tak Disiplin
Satu kultur budaya Indonesia yang negatif adalah
ketidakdisiplinan. Di hampir seluruh sektor, tidak disiplin
sudah jadi bagian sehari-hari. Bagi lembaga zakat, rapat
pengurus dan pengelola, cenderung terlambat juga. Lalu para
pembesar yang mendirikan lembaga zakat, ternyata sulit
dihubungi apalagi bisa hadir. Tak ada yang menarik dan
menantang di lembaga zakat bagi para pembesar itu. Rapat jadi
selalu terlecehkan. Maka jika pendiri yang pembesar itu bisa
hadir, seolah itu merupakan rahmat luar biasa.
o. Kepanitiaan
Di samping puasa, umat Islam punya kewajiban lain yakni
membayarkan zakat fitrah di bulan Ramadhan. Dalam zakat
pun umat ingin mengelola khusus di bulan Ramadhan. Segera
dibayar, segera dihimpun, segera didistribusikan agar segera
dapat dinimati mustahik. Pengelolaan yang serba singkat itu,
lebih perencanaan, bersifat temporal hingga mudah untuk
segera dibubarkan dengan berakhirnya bulan Ramadhan.26
Itulah ke lima belas ciri yang diungkapkan oleh Eri Sudewo terkait
pengelolaan zakat yang masih tradisional. Dari ciri-ciri tersebut yang dapat
26
Ibid, h. 13-20.
30
peneliti simpulkan adalah itu memang sifat-sifat kurang baik yang dimiliki
oleh masyarakat Indonesia, jika hal tersebut terus menerus dilakukan,
maka ini akan berdampak buruk karena muzakki semakin enggan unturk
mengeluarkan zakatnya, dan mentitipkan zakatnya kepada lembaga.
Muzakki akan lebih memilih memberikan zakat secara langsung kepada
fakir miskin, ataupun kepada kyai yang ada disekitar tempat mereka. Dan
jika ini terus terjadi maka tingkat kesenjangan pun akan sulit untuk
dikurangi, karena tidak ada pemerataan dalam pendistribusian dana zakat.
Selain itu, jika muzakki langsung memberikan zakatnya kepada fakir
miskin, itu tidak akan memberikan dampak yang panjang bagi si miskin,
dan menjadikan tambah malas untuk berusaha karena mereka merasa nanti
juga akan ada orang kaya yang memberikan meraka jatah zakat.
Persoalan yang berhak mengelola dana zakat memang jadi persoalan
klasik. Satu pihak berargumen memang itu adalah hak pemerintah.
Sementara praktek di masyarakat sendiri, sebagian zakat telah disalurkan
langsung oleh muzakki kepada orang miskin. Sebab zakat adalah
persoalan ibadah, antara muzakki dengan Allah SWT. Ada atau tidak ada
lembaga zakat, kewajiban zakat tidaklah gugur. Di beberapa daerah lain,
malah ada kebiasaan khusus dimana masyarakat dapat memberikan
zakatnya langsung pada kyai yang dipercaya. Di pihak pemerintah sendiri,
ternyata tidak pernah secara serius dan sungguh-sungguh mengelola dana
zakat. Lebih-lebih jika dan zakat itu hendak dimasukkan sebagai sumber
devisa dalam APBN atau APBD. Persoalannya barangkali pemerintah juga
sulit bersikap, karena zakat adalah tuntutan agama sementara negara
Republik Indonesia merupakan negara demokrasi berlandaskan UUD 45
dan Pancasila.
Disamping itu, bicara zakat adalah bicara kepercayaan. Dengan
performane birokrasi yang memiliki banyak problem, tentu juga sulit bagi
masyarakat untuk dengan mudah percaya menyerahkan begitu saja dana
zakatnya.
31
Pada tahun 1998, Yusuf Qardhawi ulama besar dari Mesir yang
menulis buku Fiqhuz Zakat, berkunjung ke Indonesia atas undangan Bank
Indonesia (BI)27
. Ini merupakan catatan sejarah perbankan Indonesia,
mengingat untuk pertama kali BI mengundang seorang ulama dan bicara
tentang Bank Syari‟ah di gedung BI. Jika Indonesia tidak diabrak krisis
moneter tahun 1997, entah apakah juga ada episode tentang ceramah Bank
Syari‟ah di BI. Memanfaatkan kunjungan langka ini, para praktisi
ekonomi syari‟ah mengundang Yusuf Qardhawi berdialog terbuka di
Institut Bank Indonesia di Kemang Jakarta. Dalam diskusi yang dipandu
oleh M. Syafi‟i Antonio dan Anis Matta itu, Eri Sudewo, penulis buku
Manajemen Zakat bertanya langsung kepada Yusuf Qardhawi:
“Jika Pemerintah Indonesia sedang mengalami problem besar hingga
tidak konsentrasi mengelola zakat, sementara masyarakat juga belum bisa
percaya kepada pemerintah, apakah boleh masyarakat mengelola dana
zakat tersebut?” Yusuf Qardhawi menjawab dengan amat singkat: “Jika
kondisinya memang begitu, boleh. Zakat boleh dikelola oleh masyarakat.”
September tahun 1999 draft rancangan UU tentang perzakatan di
sahkan oleh DPR. Draft ini disahkan sebagai UU Nomor 38 tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat. Salah satu hal yang paling menggembirakan
dalam UU itu, eksistensi kedudukan lembaga zakat yang tumbuh atas
inisiatif masyarakat, diakui dan dilegalkan keberadaannya. Lembaga-
lembaga zakat masyarakat, dalam UU 38 tahun 1999 itu disebut sebagai
lembaga Amil Zakat (LAZ). Sedang lembaga zakat yang didirikan
pemerintah disebut Badan Amil Zakat (BAZ).
Secara umum, kehadiran UU No. 38 tahun 1999 telah membawa
berbagai dampak positif bagi dunia zakat nasional, antara lain: (i)
perlindungan dan pelayanan bagi warga negara dalam melaksanakan zakat
ibadah sesuai dengan agamanya; (ii) memberi kepastian hukum bagi
27
Ibid, h. 24.
32
operasional OPZ, baik LAZ maupun BAZ; (iii) meningkatnya hasil guna
dan daya guna zakat sebagai pranata keagamaan dalam upaya meuwjudkan
kesejahteraan dan keadilan sosial sebagai hasil diterimanya sejumlah
interpretasi modern dalam pengelolaan zakat seperti seperti zakat
penghasilan; dan (iv) meningkatnya kesadaran masyarakat dalam
menunaikan zakat melalui lembaga. Dampak posiitif kehadiran UU No 38
tahun 1999 tidak terlepas dari berbagai ketentuan yang sudah baik yang
tercantum dalam Undang-Undang ini.28
Berbagai ketentuan dalam UU Nomor 38 tahun 1999 telah berada di
arah yang tepat, antara lain: (i) Akomodasi masyarakat sipil dalam
pengelolaan zakat dengan adanya pengakuan terhadap Lembaga Amil
Zakat (LAZ) yang murni prakarsa masyarakat (Pasal 7); (ii) Implementasi
good governace dalam OPZ dengan mendorong pembagian kekuasaan
organisasi yaitu unsur pertimbangan dana zakat dan non-zakat sesuai
dengan ketentuan agama, serta memperkenalkan perluasan basis zakat
diperekonomian modern seperti zakat penghasilan dan zakat perusahaan
(Pasal 11 dan 13); (iv) pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat
sesuai dengan ketentuan agama dan mendorong pendayaugunaan dana
secara produktif (Pasal 16 dan 17); (v) memperkenalkan insentif fiskal
bagi pembayar zakat dengan menjadikan zakat sebagai pengurang
laba/pendapatan sisa kena pajak (14); dan (vi) memperkenalkan sanksi
bagi OPZ yang lalai dalam melaksanakan kewajibannya (Pasal 21). Di sisi
lain, undang-undang ini juga memberi basis legal yang kuat bagi
keterlibatan negara dalam pengelolaan zakat nasional. Bahkan dalam
rancangan awal undang-undang, negara memainkan peranan sentral
dengan peran masyarakat sipil nyaris sepenuhnya diabaikan.
Selain berbagai dampak positif, di saat yang sama, kehadiran undang-
undang ini juga telah membawa sejumlah dampak yang tidak diharapkan.
28
Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia: Diskursus Zakat Nasional dari Rezim
UU No. 38 Tahun 1999 ke Rezim UU No. 23 Tahun 2011 (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015),
h.73.
33
Salah satunya adalah undang-undang ini teah menjadi basis legalitas dan
sekaligus basis pendirian OPZ (Organisasi Pengelol Zakat) sehingga
menjadi fakor penting yang memicu pertumbuhan jumlah OPZ secara
signifikan. Data terakhir yng dikeluarkan oleh BAZNAS adalah, sampai
Maret tahun 2017 ini terdapat 34 BAZNAS tingkat Provinsi dan 274 BAZ
tingkat Kabupaten/ Kota dengan Jumlah BAZ terbanyak ada di Provinsi
Jawa Barat, yaitu 26 BAZ. Sedangkan untuk jumlah Lembaga Amil
Zakatnya adalah, LAZ skala nasional berjumlah 17, LAZ skala provinsi
berjumlah 7, dan LAZ skala Kabupaten/Kota berjumlah 11. Ada juga LAZ
yang telah mendapatkan rekomendasi BAZNAS namun masih mengurus
izin di Kementerian Agama agama berjumlah 5 Lembaga Amil Zakat.
Dengan dikeluarkannya UU Nomor 33 tahun 1999 yang kini telah di
revisi menjadi UU Nomor 23 tahun 2011 membuktikan bahwa
pengelolaan zakat di Indonesia telah dilakukan secara serius. Diikuti juga
dengan banyak didirikannya Badan maupun Lembaga Amil Zakat,
menjadi bukti bahwa potensi zakat di Indonesia memang sangat besar dan
hal tersebut akan sangat bermanfaat untuk menghapuskan kesenjangan
ekonomi maupun sosial yang ada di negeri ini, dengan catatan, jika dana
tersebut dihimpun, dikelola, dan didistribusikan secara baik dan benar.
9. Pendistribusian Dana Zakat
Ada beberapa ketentuan dalam mendistribusikan dana zakat
kepada mustahiq:
1) Mengutamakan distribusi domestik, dengan melakukan distribusi
lokal atau atau lebih mengutamakan penerima zakat yang berada
dalam lingkungan terdekat dengan lembaga zakat (wilayah
muzakki) dibandingkan pendistribusiannya untuk wilayah lain.
2) Pendistribusian yang merata dengan kaidah-kaidah sebagai berikut:
Bila zakat yang dihasilkan banyak, seyogyanya setiap
golongan mendapat bagiannya sesuai dengan kebutuhan
masing-masing.
34
Pendistribusiannya haruslah menyeluruh kepada delapan
golongan yang telah ditetapkan.
Diperbolehkan untuk memberikan semua bagian zakat
kepada beberapa golongan peneria zakat saja, apabila
didapati bahwa kebutuhan yang ada pada golongan tersebut
memerlukan penanganan secara khusus.
Menjadikan golongan fakir miskin sebagai golongan
pertama yang menerima zakat, karena memenuhi
kebutuhan mereka dan membuatnya tidak bergantung
kepada golongan lain adalah maksud dan tujuan
diwajibkannya zakat.
Seyogyanya mengambil pendapat Imam Syafi‟i sebagai
kebijakan umum dalam menentukan bagian maksimal
untuk diberikan kepada petugas zakat, baik yang bertugas
dalam mengumpulkan maupun mendistribusikannya.
Membangun kepercayaan antara pemberi dan penerima
zakat. Zakat baru bisa diberikan setalah adanya keyakinan
dan juga kepercayaan bahwa si penerima adalah orang yang
berhak dengan cara mengetahui atau menanyakan hal
tersebut kepada orang-orang adil yang tinggal
dilingkungannya, ataupun yang mengetahui keadaanya
yang sebenarnya.29
Agar dana zakat yang disalurkan itu dapat berdaya guna dan
berhasil guna, maka pemanfaatannya harus selektif untuk
kebutuhan konsumtif atau produktif. Mekanisme distribusi zakat
kepada mustahiq bersifat konsumtif dan juga produktif.
29 “Optimalisasi Distribusi Zakat ”http://11-05/optimalisasi-distribusi-zakat.html.
Diakses 9 Nopember 2017 pkl 9.05.
35
1) Distribusi Konsumtif Dana Zakat
Dalam distribusi konsumtif disini dapat diklarifikasi menjadu dua,
yaitu:30
a. Tradisional
Zakat dibagikan kepada mustahiq dengan secara langsung
untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. Misalnya pembagian
zakat fitrah berupa beras dan uang kepada fakir miskin setiap
idul fitri. Pola ini merupakan program jangka pendek dalam
mengatasi permasalahan umat.
b. Kreatif
Zakat yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan
digunakan untuk membantu orang miskin dalam mengatasi
permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapi. Proses
pengkonsumsian dalam bentuk lain dari barangnya semula. 31
misalnya diberikan dalam bentuk beasiswa untuk pelajar.
Pola pendistribusian dana zakat secara konsumtif diarahkan
kepada:
a. Upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi dasar dari para
mustahiq.
b. Upaya pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan tingkat
kesejahteraan sosial dan psikologis.
c. Upaya pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan
peningkatan SDM agar dapat bersaing hidup di alam transisi
ekonomi dan demokrasi Indonesia.
2) Distribusi Produktif Dana Zakat
Pola distribusi dana zakat produktif menjadi menarik untuk di
bahas mengingat statement syari‟ah menegaskan bahwa dana zakat
yang terkumpul sepenuhnya adalah hak milik dari mustahiq delapan
30
Fachruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Yogyakarta: Sukses Offset,
2008), 314. 31
Amiruddin dkk, Anatomi Fiqh Zakat (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005), h. 3.
36
asnaf. Konsep distribusi produktif yang dikedepankan oleh sejumlah
lembaga pengumpul zakat, biasanya dipadukan dengan dana lain yang
terkumpul, misal infaq dan shodaqoh.
Dalam Pendistribusian Zakat Produktif disini dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu antara lain:
a. Tradisional/Konvensional
Zakat yang diberikan dalam bentuk-bentuk barang produktif,
dimana dengan menggunakan barang-barang tersebut, para
mustahiq dapat menciptakan suatu usaha. Misalnya pemberian
bantuan ternak kambing, sapi.
b. Kreatif
Zakat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian modal
bergulir, baik untuk permodalan proyek sosial seperti
membangun sekolah, tempat ibadah, maupun sebagai modal
usaha untuk membantu mengembangkan usaha para pedagang
atau pengusaha kecil.32
Zakat secara produktif ini bukan tanpa dasar, zakat ini pernah
terjadi di zaman Rasulullah dikemukakan dalam sebuah hadits riwayat
Imam Muslim dari Salim bin Abdillah Bin Umar dari ayahnya, bahwa
Rasulullah telah memberikan kepadanya zakat lalu menyuruhnya
untuk dikembagkan atau disedekahkan lagi.
Dalam kaitan dengan penyaluran zakat yang bersifat produktif, ada
pendapat yang menarik yang dikemukakan oleh ulama Mesir Yusuf
Qardhawi dalam bukunya Fiqh Zakat, bahwa pemerintah Islam
diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan
dari uang zakat untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya bagi
kepentingan fakir miskin, sehingga akan terpenuhi kebutuhan hidup
mereka sepanjang masa. Dan untuk saat ini peranan pemerintah dalam
32
Departemen Agama, Manajemen Pengelolaan Zakat (Depok: Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2005), h. 35-36.
37
pengelolaan zakat digantikan oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga
Amil Zakat.33
Menurut Didin Hafidhuddin, BAZ ataupun LAZ, jika memberikan
zakat yang bersifat produktif, harus pula melakukan pembinaan dan
pendampingan kepada para mustahik agar kegiatan usahanya dapat
berjalan dengan baik. Disamping melakukan pembinaan dan
pendampingan kepada para mustahik dalam kegiatan usahanya, BAZ
dan LAZ juga harus memberikan pembinaan ruhani dan intelektual
keagamaannya agar semakin meningkat kualitas keimanan dan
keislamannya.34
Adapun langkah-langkah pendistribusian zakat produktif tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Pendataan yang akurat sehingga yang menerima benar-benar
orang yang tepat.
b. Pengelompokkan peserta ke dalam kelompok kecil, homogen
baik dari sisi gender, pendidikan, ekonomi dan usia dan
kemudian dipilih ketua kelompok, diberi pembimbing dan
pelatih.
c. Pemberian pelatihan dasar, pada pendidikan dalam pelatihan
harus berfokus untuk melahirkan pembuatan usaha produktif,
manajemen usaha, pengelolaan keuangan usaha dan lain-lain.
Pada pelatihan ini juga diberi penguatan secara agama sehingga
melahirkan anggota yang berkarakter dan bertanggung jawab.
d. Pemberian dana,dana diberikan setelah materi tercapai, dan
peserta dirasa telah dapat menerima materi dengan baik. Usaha
yang telah direncanakan pun dapat diambil. Anggota akan
33
Al- Qardhawi, Op.Cit., Edisi Terjemahan . 34
Susilo Ady Saputro, Zakat Produktif Sebagai Upaya Mengurangi Kemiskinan di
Indonesia. http://anakbanyumas.wordpress.com/2010/04/23/zakat-produktif-sebagai-upaya-
mengurangi-kemiskinan-di-Indonesia/#more-159. Diakses 9 Nopember 2017, okl 10.45.
38
dibimbing oleh pembimbing dam mentor secara intensif sampai
anggota tersebut mandiri untuk menjalankan usaha sendiri.35
10. Pemberdayaan Ekonomi Melalui Zakat
Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti
tenaga atau kekuatan, pemberdayaan adalah upaya yang membangun
daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki untuk mengembangkannya.36
Upaya memberdayakan zakat menurut perspektif ekonomi Islam
didasarkan pada prinsip-prinsip dan kaidah hukum Islam, di mana
keuangan Islam menjadi sarana untuk menggerakkan kegiatan di
berbagai bidang, baik sektor ekonomi, sosial, keuangan maupun
politik. Dan yang akan peneliti kaji di dalam penelitian ini hanya
pemberdayaan zakat, infak, sodaqoh dari sisi ekonominya saja.
Pemberdayaan ekonomi melalui zakat yaitu untuk menghindari
intervensi politis keuangan Islam dalam zakat untuk membantu para
fakir miskin yang secara langsung besar pengaruhya bagi kehidupan
ekonomi dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap hasil
produksi, penghasilan dalam kekayaan yang dapat diwujudkan untuk
mencapai target perkembangan ekonomi serta sumbangsihnya dalam
mengentaskan pertumbuhan ekonomi, dengan cara melakukan
pengembangan ekonomi atau mengatur unsur-unsur hasil produksi.37
Dalam pembahasan ini akan penulis ringkas dalam bagian-bagian
berikut ini:
a. Zakat dan Pengembangan Penghasilan
35
“Zakat Konsumtif dan produktif”
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/09/zakat-konsumtif-dan-zakat-produktif.html. Di akses 9
Nopember 2017, pkl 10.54. 36
Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, cet. Ke-2, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,
2000), h. 263. 37
Gazi Inayah, Teori Komprehensif Tentang Zakat Dan Pajak, (Yogyakarta: PT Tiara
Wacana Yogya), 2003, h. 217.
39
Keuangan Islam yang paling fundamental dalam
pengembangan harta adalah zakat. Hal itu dilakukan dengan
cara memperoleh harta dan mengumpulkan kekayaan.
Zakat adalah salah satu perangkat politis keuangan Islam
dalam menghimpun penghasilan untuk pengembangan harta,
yaitu dengan cara mengembangkan hasil produksi dan
penghasilan sebagai ganti zakat yang diambil. Allah SWT
berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 276 yang artinya: Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan
bergelimang dosa.
Rasulullah SAW bersabda: Zakat dapat memelihara harta
dari kekurangan dan memacu untuk berkembang serta
diberdayakan untuk terus berkembang.(Mutafaq „Alih)
Apabila kita berasumsi pada titik tolak hubungan antara
zakat dan penghasilan, maka ini adalah upaya untuk
mengembangkan penghasilan dan memperdayakannya untuk
terus berproduksi serta menambah penghasilan dan mampu
mewujudkan pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih tinggi.
Kewajiban zakat pada dasrnya adalah kewajiban ilahiyah
yang pasti dan perolehan zakat dianggap sebagai
pemberdayaan dan pengembangan harta benda serta tidak
menimbun harta yang mengakibatkan mendapat ancaman siksa
api nerka bagi penimbun harta.
Membayar zakat dimaksudkan untuk mencegah seseorang
menimbun harta. Zakat adalah pengamalan hukum Islam
dengan cara memerdayakan harta, menghindari hukuman dan
dosa, serta tidak takut kurang ketika modalnya kurang karena
dipotong untuk zakat. Semua ini dimaksdukan untuk
memberdayakan harta, menggerakkan unsur-unsur produksi,
menggali potensi sumber daya, meningkatkan penambahan
40
penghasilan serta merealisasikan kekutan ekonomi dan sosial
masyarakat.
Untuk memperkuat aplikasi pemeliharaan, mengatur serta
mengembangkan harta yang sesuai dengan huku Islam, maka
pemungutan zakat itu diorientasikan untuk mengembangkan
harta, bukan menarik modal dari harta secara keseluruhan. Hal
itu untuk menjaga produksi harta serta membentuk cadangan
harta yang sewaktu-waktu mendadak yang sekarang dikenal
dengan pembaharuan permodalan.38
Selanjutnya Gazi Inayah masih berpendapat bahwa zakat
sepersepuluh adalah zakat yang paling potensial untuk
pengembangan hasil tanah, begitu juga zakat hasil keuntungan
produksi dan perdagangan, yaitu zakat yang diambilkan dari
keuntungan, bukan dari barangnya, misalnya perahu, pesawat
dan perangkat lainnya.39
Untuk melestarikan modal secara totalitas, maka ekonomi
Islam menegaskan bahwa zakat itu diperoleh dari kelebihan
harta, yaitu kelebihan kebutuhan hidup orang mukallaf dan
keluarganya.
Dan untuk menjaga modal produksi, ekonomi Islam
menetapkan zakat harus adil dan seimbang sesuai dengan
ketentuan nisab zakat. Ekonomi Islam telah menetapkan batas-
batas zakat sampai pada tahapan zakat yang bersifat umum dan
dibatasi dengan keseimbangan, tanpa sikap kikir dan
berlebihan.
Menurutnya, bukti peranan zakat dalam mengembangkan
harta itu ada pada ajaran yang pokok, yaitu ketetapan harta
dalam akurasi nisab, tidak menimbun harta, serta
menginfakkan harta untuk tujuan hasil produksi secara
38
Ibid, h. 218-219. 39
Ibid, h. 220.
41
seimbang. Konsep ini dapat menyempurnakan modal harta
untuk tujuan produksi, serta memberdayakannya untuk
pengembangan harta sebagai partispasi zakat dalam bidang
ekonomi. Akan tetapi terbatasnya waktu menanam karena
faktor alam terkadang menjadi kendala pokok dalam
mengembangkan dan memproduksi barang dalam
pemerintahan Islam.
Peran zakat dalam hal ini sangat jelas yaitu untuk
mengangkat kehormatan manusia dengan cara mendorong
tingkat produktifitas manusia, memenuhi panggilan bahwa
harkat manusia itu ada, mengembalikan kekuatan unsur
manusiawi dan etos kerjanya, sikap tersebut harus dilakukan
oleh masyarakat Islam untuk membantu semua aspek ekonomi
dan sosial. Peranan dan tuga ekonomi pada zakat adalah:
Pertama, zakat dan pemberdayaan sumber produktifitas di
luar unsur manusia. yaitu dengan cara mengembangkan,
memperbaiki tingkat produktifitas, meningkatkan kemampuan
berproduksi dan berpenghasilan. Di antara unsur terpenting di
luar unsur manusia adalah tanah, barang terpendam dalam
tanah dan modal.
Kedua, zakat dan pemberdayaan pengelolaan tanah, hukum
Islam sangat memperhatikan kemampuan maksimal dalam
kewajiban zakat tanaman dan buah-buahan. Islam tidak
mewajibkan terhadap modal harta, tetapi terhadap hasil dari harta
itu untuk memelihara unsur produktifitasnya.
Ketiga, zakat dan tugas memelihara harta benda, hukum Islam
memperhatikan kewajiban zakat sebagai kebutuhan untuk
kesejahteraan umum.
42
Keempat, zakat dan tugas memelihara modal, hukum Islam
sangat memperhatikan kewajiban zakat untuk memelihara modal
harta dengan cara memperhatikan bagian produktifitas dan
mengembangkannya.40
b. Zakat dan Sirkulasi Keuangan
Dalam kewajiban zakat, hukum Islam mengatur masalah-
masalah yang mengarah pada pengembangan sirkulasi keuangan
sebagai saham dalam mewujudkan tujuan ekonomi dengan cara
menyempurnakan peredaran uang sebagai sumber pengembangan
ekonomi dan sosial.
Oleh karena itu ketentuan harta yang berkaitan dengan zakat
terhadap 2,5% dapat bertambah dari beban pemeliharaan harta
yang telah dikembangkan oleh pemiliknya di pasar, sehingga dapat
menambah sirkulasi keuangan di pasar.
Begitu juga sumbangsih peningkatan zakat dalam
mengembangkan keuangan dan sirkulasi keuangan dengan cara
zakat yang dilakukan oleh para pemilik harta serta para penerima
zakat yang telah ditentukan cenderung mengarah pada peningkatan
produktifitas sebagai kekuatan daya beli yang mereka zakatkan
yang biasanya dapat memenuhi kebutuhan produktifitas yang dapat
mengangkat gerakan sirukulasi keuangan. Dengan demikian ada
peningkatan nilai dan produksi barang yang dapat menggerakkan
orang kaya, pemilik modal, produsen dan para pengembang harta
sehingga hasil produksi barang menjadi naik dengan sirkulasi
keuangan.41
40
Ibid, h. 227-229. 41
Ibid, h. 230.
43
B. Infak
1. Pengertian Infak dan Dasar Hukumnya
Infaq secara bahasa infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti
mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut
istilah infaq adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang,
setiap kali ia memperoleh rezeki, sebanyak yang dikehendakinya
sendiri.42
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 262:
لم ف سبيل ٱلله ث ل ي تبعون ما ٱلذين ينفقون أمو
م ول أجرهم لم أذى ول منا أنفقوا عند رب
خوف عليهم ول هم يزنون
Artinya:
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,
kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu
dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di
sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.
Pengertian infak lebih umum dari pada zakat karena setiap orang
beriman sangat dianjurkan untuk berinfak, baik mampu maupun tidak
mampu. Infak tidak ditentukan jenis barangnya, jumlahhnya dan
sasaran khusus pendayagunaannya. Oleh karena itu, berinfak boleh
diberikan kepada siapa pun, seperti kepada kedua orang tua, saudara,
dan anak yatim. Di sinilah perbedaan infak dengan zakat.43
Karenaa
penerima zakat sudah ditentukan, bahkkan ada di dalam Al-qur‟an.
42
Ibid, h.23. 43
Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai, 2008), h. 18.
44
Infak memiliki makna yang lebih sempit dari pada sedekah. Jika
sedekah bermakna memberikan segala sesuatu yang kita miliki, baik
berupa uang, barang, jasa, kebaikan, dan lain sebagainya, maka infak
hanya memberikan materi saja, yaitu berupa harta, baik uang atau
barang. Jadi, bisa dikatakan infak termasuk sedekah. Sebaliknya,
sedekah belum tentu infak. Sebab sedekah tidak hanya berbentuk
materi.
2. Hukum Infak
Infak mencakup harta zakat dan non-zakat. Infak ada yang wajib
dan ada yang sunnah. Infak wajib di antaranya zakat, kafarat, dan
nazar. Sedangkan, infak sunnah, diantaranya infak kepada fakir miskin
sesama muslim, infak bencana alam dan infak kemanusiaan.44
3. Golongan yang Wajib Mengeluarkan Infak
Terdapat tiga golongan yang diwajibkan untuk mengeluarkan
infak, yaitu:
a. Mereka yang sedang di dalam kesempitan juga diwajibkan
untuk mngeluarkan infak, bagi golongan ini berlaku minimal
10% dari penghasilannya.
b. Mereka yang di dalam keadaan mampu atau di dalam
kelapangan diwajibkan untuk mengeluarkan infak, berlaku
minimal 20% sampai 35% dari penghasilannya.
c. Mereka yang berlebih, terkena infak di atas 50% sampai
dengan 100%.45
44
Ibid, h. 19.. 45
Achmad Subianto, Shadaqah, Infak, dan Zakat Sebagai Instrumen untuk Membangun
Indonesia yang Bersih, sehat dan Benar, (Jakarta: Yayasan Bermula Dari Kanan, 2004), h. 33
45
C. Sedekah
1. Pengertian Sedekah dan Dasar Hukumnya
Kata sedekah berasal dari bahasa Arab, yaitu “shadaqo” yang
secara bahasa berarti “benar” atau “jujur”. Di sini, tersirat makna
bahwa orang yang bersdekah telah menjalankan agama dengan benar
atau jujur. Dengan kata lain, sedekah menjadi bukti pembenar bagi
keimanan seorang muslim. Hal ini sesuai dengan hadits yang
menyebukan bahwa sedekah itu merupakan bukti keimanan
seseorang.46
“Dari Abu Malik al- Harits bin Ashim al-As’ariy Ra., ia berkata
bahwasanya Raasulullah saw bersabda, “Suci adalah sebagian
dari iman, membaca Alhamdulillah dapat memenuhi timbangan.
Subhanallah dan Alhamduillah dapat memenuhi semua yang ada
di antara langit dan bumi. Shalat adalah cahaya, sedekah itu
adalah bukti iman, sabar adalah pelita dan al-Qur’an untuk
berhujjah terhadap yang kamu sukai ataupun terhhadap yang tidak
kamu sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya,
kemudian ada yang membebaskan dirinya, da nada pula yang
membinasakan dirinya. (HR. Muslim).
Sedangkan secara istilah, sedekah berarti sebuah pemberian
secara suka rela, baik berupa uang, barang, jasa, kebaikan dan lainnya,
kepada orang yang berhak menerimanya dengan jumlah yang tidak
ditentukan atau sekehendak dirinya dan diberikan kapana saja dan di
mana saja demi mengharap ridha dan pahala dari Allah swt.47
.
Dari pengertian tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa objek
dari sedekah lebih luas atau lebih umum cakupannya jika
dibandingkan dengan zakat dan infak. Di bawah ini adalah firman
Allah SWT tentang sedekah, dalam QS. At-Taubah:60.
46
Masykur Arif, Sedekah Itu Ajib! (Bukti-Bukti Sedekahm berbuah bagi Berlimpahnya
Rezeki Setiap Hari), (Jogjakarta: Diva Press, 2014), h. 13 47
Ibid, h. 14
46
ها و ا الصدقات للفقراء والمساكني والعاملني علي المؤلفة ق لوب هم إن من فريضة وف الرقاب والغارمني وف سبيل الله وابن السبيل
حكيم عليم والله الله
Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Lembaga sedekah sangat digalakkan oleh ajaran Islam untuk
menanamkan jiwa sosial dan mengurangi penderitaan orang lain.
Sedekah tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material saja,
tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan
senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan orang
lain, termasuk dalam kategori sedekah. Pengertian shadaqoh sama
dengan pengertian infaq sama juga hukum dan ketentuannya,
perbedaannya adalah infaq hanya berkaitkan dengan meteri sedangan
shadaqoh memiliki arti luas menyangkut juga hal yang bersifat non
materil.
2. Hukum Sedekah dan Hikmahnya
Para ulama fiqh sepakat bahwa sedekah hukumnya sunnah.
Artinya, sedekah boleh dikerjakan boleh juga tidak48
. Atau jika
dikerjakan berbuah pahala dan jika tidak dikerjakan tidak berujung
dosa. Akan tetapi, Rasulullah Saw sangat menganjurkan ummatnya
untuk bersedekah. Apalagi sedekah merupakan bukti dari keimanan
seseorang, dan siapa saja bisa bersedekah, mulai dari yang kaya
sampai yang miskin. Mulai berupa harta benda, sampai jasa dan segala
48
Ibid, h.18.
47
tindakan baik. Karena itu, tentu sedekah sangat mudah dilaksanakan
dan siapapun bisa bersedekah.
Sedekah sangat penting dan istimewa. Aturan (hukum) untuk
bersedekah ini memiliki dampak-dampak positif bagi hubungan social,
seperti hubungan social, seperti hubungan antara si kaya dan si miskin,
hubungan dengan tetangga, hubungan dengan saaudara sesama
muslim, terlebih manfaat yang paling penting adalah memperbaiki
kepribadian seorang yang rajin bersedekah. Orang yang rajin
bersedekah kepribadiannya akan menjadi lebih baik. Dirinya akan
disenangi orang lain, harta kekayaanya tidak akan pernah berkurang
karena disedekahkan, malah akan semakin bertambah
Itulah beberapa hikmah yang dapat dirasakan dari sedekah. Jadi,
sudah sangat jelas, meskipun sedekah hukumnya sunnah, namun
sangat dianjurkan untuk dilaksanakan oleh seluruh umat Islam karena
memiliki hikmah yang sangat besar bagi pelakunya. Melihat
manfaatnya yang begitu besar, tentu akan menjadi rugi orang yang
tidak bersedekah. Karena itu, sedekah hukumnya sunnah muakkadah,
yakni sunnah yang sangat dianjurkan.49
Berdasarkan uraian-uraian tentang zakat, infak, sedekah di atas,
dapat peneliti simpulkan bahwa persamaan dan perbedaan antara zakat,
infaq, dan shadaqah adalah:
Persamaan: pertama, Zakat, sedekah, infak, sama-sama merupakan
bentuk pemberian harta yang kita miliki untuk diberikan kepada orang
lain. Kedua, Zakat, sedekah, infak, sama-sama merupakan perbuatan
terpuji yang diridhai oleh Allah SWT. Ketiga, Zakat, sedekah, infak,
sama-sama merupakan wujud kedermawanan yang dimiliki oleh
seseorang atau suatu kelompok dalam organisasi. Keempat, Zakat,
sedekah, infak, sama-sama diberikan dengan ikhlas tanpa
mengharapkan balasan dari si penerima.
49
Ibid, h. 21
48
Perbedaan: pertama, zakat itu hukumnya wajib dan adanya
ketentuan terhadap harta yang harus dizakati dan siapa saja yang
boleh menerimanya. Sedangkan sedekah dan nfak, boleh diterima oleh
mukmin siapa saja baik anak-anak maupun orang tua, Baik si kaya
maupun simiskin. Kedua, zakat hukumnya adalah wajib dikeluarkan.
Sedangkan sedekah, infak, itu sunnah namun perbuatan tersebut sangat
dianjurkan oleh Allah SWT. Lain halnya dengan hadiah dan hibah, itu
hukumnya boleh-boleh saja diberikan untuk mengerat hubungan
silaturrahmi. Ketiga, dalam mengeluarkan zakat adanya ketentuan dan
nisab. Sedangkan sedekah dan infak, tidak adanya ketentuan dan nisab.
Boleh kita keluarkan semau dan semampu kita. jikalau lebih banyak
kita berikan maka akan lebih baik tergantung niat dan ketulusan hati
kita. Keempat, kalau zakat itu ditentukan apa yang harus dikeluarkan,
sedangkan sedekah dan infak tidak ditentukan. Boleh kita melakukan
infak atau sedekah dengan uang, makanan bahkan dengan tenaga pun
diperbolehkan.
Demikianlah uraian tentang pengertian dan hukum dari zakat, infaq
dan shadaqah serta perbedaan dan persamaan dari ketiganya.
D. Hasil Penelitian Yang Relevan
NO NAMA
PENULIS/TAHUN/
JUDUL
HASIL PERBEDAAN
1 Rahmat Hidayat/
2016/ “Analisis
Pengelolaan Zakat Di
Badan Ami Zakat
(BAZ) Kabupaten
Kulonprogo”
Hasil Penelitian dari
penelitian ini adalah:
1. Pengelolaan zakat
oleh BAZNAS
Kabupaten
Kulonprogo belum
efektif. Ini dapat
dilihat dari beberapa
Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang
saya lakukan adalah,
penelitian hanya terfokus
kepada pengelolaa
zakatnya saja, sedangkan
penelitian yang saya
lakukan membahas tentang
49
hal berikut:
a. Dana zakat yang
terkumpul masih
sedikit, sehingga
penyaluran dananya
masih sangat terbatas
b. Pendayagunaan zakat
secara produktif, baru
diterapkan hanya di
dusun-dusun tertentu
c. Amil tidak terlalu
fokus dalam
mengelola zakat
d. Kurangnya sosialisasi
kepada masyarakat.50
pengelolaan,
pendistribusian dan ZIS
secara produktif dan
pemberdayaan ekonomi
umat melalui zakat.
2 Muhammad Furqon/
2012/ Strategi LAZIS
Nahdatul Ulama
Dalam
Memberdayakan
Ekonomi Masyarakat
Hasil penelitian ini
menunjukkan: 1. Strategi
yang digunakan LAZISNU
dalam memberdayakan
ekonomi masyarakat ada
tujuh: membangun
kepercayaan dari masyarakat,
penerapan manajemen
korporasi bagi seluruh SDM
LAZISNU, pemanfaatan dana
ZIS untuk memberdayakan
usaha mikro, pembentukan
kelompok-kelompok usaha
Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang
saya lakukan adalah,
penelitian Muhammad
Furqon hanya membahas
startegi LAZIS dalam
memberdayakan ekonomi
mayarakat, sedangkan
penelitian yang saya
lakukan adalah membahas
tentang bagaimana
penegelolaan,
pendistribusian serta
50
Rahmat Hidayat, Pengelolaan Zakat Di BAZ Kabupaten Kulonprogo, Skripsi Pada UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016, h. ix.
50
produktif, membangun skill
para mustahik, bekerjasama
dengan seluruh pengurus NU
yang ada di Indonesia, dan
bekerjasama dengan lembaga
zakat lain, lembaga keuangan
dan perusahaan-perusahaan.
2. dampak strategi LAZIS
NU dalam memberdayakan
ekonomi masyarakat di
Jakarta Barat yaitu
mempunyai dampak yang
signifikan, dari 30 responden
terdapat 26 responden
mengalami peningkatan
pendapatan rata-rata Rp
103.000/ hari dan sisanya tiak
mengalami pendapatan juga
tidak mengalami penurunan
setelah mengikuti program
pemberdayaan LAZISNU.51
pemberdayaan dana ZIS
untuk kesejahteraan umat
3 Erwin Aditya
Pratama/ 2013/
“Optimalisasi
Pengelolaan Sebagai
Sarana Mencapai
Kesejahteraan Sosial
(Sebuah Studi Di
Badan Amil Zakat
Hasil penelitian dapat
dianalisa, bahwa dalam
mengelola zakat, BAZ Kota
Semarang melaksanakan
strategi pengelolaan seperti
yang tersirat dalam surat
keputusan Walikota
Semarang nomor
Perbedaan Penelitian ini
dengan penelitian yang
saya lakukan adalah,
penelitian ini membahas
bagaimana dana zakat
dihimpun dan dikelola
oleh BAZ Kota Semarang,
sedangkan penelitian yang
51
Muhammad Furqon, Strategi LAZIS Nahdatu Ulama Dalam Memberdayakan
EkonomiMasyarakat, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. ii.
51
Kota Semarang)”. 451.12/1953 tahun 2011
tentang pembayaran zakat.
Yang menyebutkan bahwa
seorang yang dikenakan zakat
adalah seorang yang memiliki
NPWP dari pengahasilan
sebesar Rp. 2.681.000/bulan
dan penghasilan dibawahnya
hanya dikenakan infaq
sebesar Rp.10.000. Namun
dari strategi yang dilaksanakn
BAZ ini kurang berjalan
efektif mengingat masih
banyaknya wajib zakat yang
tidak membayarkan zakatnya
di BAZ Kota Semarang
karena tidak adanya sanksi.52
saya lakukan membahas
tentang bagaimana
pengelolaan dan ZIS,
pendistribusian secara
produktif oleh LAZNAS
BMH, serta pemberdayaan
ekonomi melalui dana ZIS.
52
Erwin Aditya Pratama, Optimalisasi Pengelolaan Zakat Sebagai Sarana Mencapai
Kesejahteraan Sosial (Sebuah Studi DI BAZ Kota Semarang), Skripsi Pada Universitas Negeri
Semarang, 2013, h. viii.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Lembaga Amil Zakat Nasional
(LAZNAS) Baitul Maal Hidayatullah Jakarta, yang berlokasi di
Kalibata Office Park, Jl Raya Pasar Minggu, No. 21, Blok H, Kalibata,
Jakarta Selatan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yakni dari
bulan Januari sampai Mei 2018. Pengambilan waktu pelaksanaan ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa interval waktu tersebut penulis
sudah dapat memanajemen waktu kuliah sehingga juga dapat
memfokuskan penelitian dan penulisan skripsi.
No
Kegiatan
Agustus
September
Oktober
November
Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
Proposal Skripsi
√
√
√
2 Pengumpulan
Proposal
(Gelombang I)
√
3 Seminar Proposal
(Gelombang I)
√
√
√
4 Revisi Proposal
Skripsi
√ √
53
No
Kegiatan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
5 Penyusunan Bab I
Pendahuluan
√ √ √ √
6 Penyusunan Bab II
Kajian Teori
√ √ √
√
7 Penyusunan Bab III
Metodologi
Penelitian
√
√
√
√
8 Penyusnan Bab IV
Hasil Penelitian dan
Bab V
√
√
√
√
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif dan tertulis dengan informasi dari lembaga
terkait dalam objek penelitian. Pendekatan penelitian ini menggunakan
penelitian lapangan (Field Research) dengan ditambah instrumen
wawancara sebagai alat bantu untuk mendapatkan data yang lebih detail
dan terpercaya.
Adapun sumber data yang peneliti peroleh adalah dari data primer dan
data sekunder. Data primer, yaitu data yang tertuang dalam item-item
pertanyaan yang dihasilkan dari wawancara mendalam dengan responden
atau narasumber. Dalam penelitiaan ini sumber data primer diperoleh dari
wawancara dengan pengurus LAZNAS BMH bagian Program
Pemberdayaan, juga wawancara dengan mustahik LAZNAS BMH yang
sudah diberdayakan. Sedangkan data sekunder yaitu sumber data
pendukung dan pelengkap data penelitian. Sumber data sekunder diambil
dari berbagai literatur yang ada seperti buku-buku, dokumen-dokumen,
54
baik dari jurnal, internet dan kepustakaan lain yang berkaitan dengan
pembahasan dalam skripsi ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah tahap yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Pengumpulan data dapat dikumpulkan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara.
Ada tiga teknik yang dilakukan untuk kepentingan pengumpulan data
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah dasar semua pengetahuan. Para ilmuan hanya
dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yang diperoleh melalui observasi.1 Dalam peneletian ini, peneliti
melakukan observasi secara non partisipan pada LAZNAS Baitul Maal
Hidayatullah Jakarta. Observasi non-partisipan adalah ketika seorang
peneliti tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan atau aktifitas grup,
dan hanya sebagai pengamat pasif, melihat, mengamati, mendengarkan
semua aktifitas dan mengambil kesimpulan dari hasil observasi
tersebut.2
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengobservasi bagaimana
aktualisai strategi pengelolaan dana ZIS yang dilakukan oleh para amil
lembaga tersebut serta aktualisasi strategi yang dilakukan lembaga
tersebut untuk meningkatkatkan kepercayaan muzakki.
1 Ibid, h. 226. 2 Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penenlitian (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),
h.237.
55
Tabel 3.1
Pedoman Observasi
No Data Yang Diperulukan Objek yang Diamati
1 Kelembagaan Baitul Maal Hidayatullah LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah
Jakarta
2 Proses pendistribusian dana ZIS
Usaha yang dilakukan mustahik yang
berada di Jasinga Bogor. Sebagai
aktualisasi program pendistribusian
secara produktif
3 Program pemberdayaan ekonomi Mustahik yang diberdayakan oleh BMH
yang ada di daerah Depok
4 Kehidupan mustahik setelah diberi bantuan Kehidupan Mustahik yang diberdayakan
oleh BMH yang ada di Depok
2. Wawancara
Setelah proses observasi atau pengamatan selesai, maka langkah
selanjutnya adalah kegiatan wawancara. Wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.3 Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi lebih
mendalam dari pengurus LAZNAS BMH dan mustahik yang sudah
diberdayakan oleh pengurus LAZNAS BMH.
Dalam penelitian ini pengurus yang peneliti wawancarai adalah
ustadz Zaenal Abidin, S.Pd.I, selaku manajer divisi PRODAYA, dan
ustadz Mahmudin, SE selaku staff bagian program. Pertanyaan terkait
pengelolaan, pendistribusian serta program pemberdayaan ekonomi
umat yang telah dijalankan oleh lembaga tersebut. Wawancara
berikutnya peneliti lakukan dengan bebeapa mustahik dari LAZNAS
3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ( Bandung: Alfabeta cv,
2011), h. 231.
56
BMH yang sudah diberdayakan. Pertanyaannya seputar perekonomian
mustahik tersebut sebelum dan sesudah diberdayakan.
Tabel 3.2
Instrumen Wawancara
No Indikator Data Yang Diperlukan Sumber Data
1. Kelembagaan Baitul
Maal Hidayatullah
1. Sejarah berdirinya
LAZNAS BMH
2. Visi misi dan tujuan
dari LAZNAS BMH
sebagai pengelola zakat
2. perkembangan
LAZNAS BMH
dari awal berdiri
sampai sekarang
Pengurus BMH
Divisi Prodaya.
Meliputi: Manajer
Prodaya dan Staff
Prodaya bagian
pemberdayaan
2. Pengetahuan tentang
UU No 23 tahun 2011
1. Strategi
pengelolaan dana
zakat berdasarkan
UU No. 23 Tahun
2011
Pengurus BMH
Divisi Prodaya.
Meliputi: Manajer
Prodaya dan Staff
Prdaya bagian
pemberdayaan
3. Sumber dana ZIS yang
terkumpul
1. Dari mana sumber
dana zakat, infak
shodaoh
dikumpulkan
2. Seberapa besar
potensi dana ZIS
yang ada di
Pengurus BMH
Divisi Prodaya.
Meliputi: Manajer
Prodaya dan Staff
Prodaya bagian
pemberdayaan
57
Provinsi DKI
Jakarta
4. Strategi pengelolaan
dana ZIS
1. Strategi
pengelolaan dana
ZIS di LAZNAS
BMH
Pengurus BMH
Divisi Prodaya.
Meliputi: Manajer
Prodaya dan Staff
Prdaya bagian
pemberdayaan
5. a. Proses
pendistribusian dana
ZIS
b. persentase untuk
pendistribusian secara
konsumtif dan
poduktif
1. proses
pendistribusian
dan ZIS di
LAZNAS BMH
2. persentasi untuk
pendistribusian
dan zakat secara
konsumtif dan
produktif
Pengurus BMH
Divisi Prodaya.
Meliputi: Manajer
Prodaya dan Staff
Prdaya bagian
pemberdayaan
6. a. system pendataan
mustahiq
b. kriteria mustahik
yang berhak menerima
dana ZIS
c. prosedur atau syarat
mustahik untuk
endapatkan dana ZIS
d. batas minimal dan
maksimal modal yang
diberikan kepada
mustahik
e. status mustahik
1. Sistem pendataan
mustahiq yang
dilakukan oleh
LAZNAS BMH
2. Kriteria mustahiq
yang berhak
menerima dana
ZIS menurut
LAZNAS BMH
3. Prosedur
mustahiq untuk
mendapatkan
dana zakat?
Pengurus BMH
Divisi Prodaya.
Meliputi: Manajer
Prodaya dan Staff
Prdaya bagian
pemberdayaan
58
ketika sudah sejahtera Apakah ada
syarat-syaratnya?
7. a. Program
pemberdayaan
ekonomi umat
b. proses dan tahapan
program tersebut
dilakukan
c. manfaat program
tersebut
d. hambatan ketika
melaksankan program
tersebut
e. respon masyarakat
dan pemerintah
terhadap program
tersebut
1. Program yang
dilakukan oleh
LAZNAS BMH
yang
berhubungan
dengan
pemberdayaan
ekonomi
2. Proses dan
tahapan program
itu dilaksanakan
3. Batas minimal
dan maksimal
modal yang
diberikan kepada
mustahiq
4. Manfaat dari
program tersebut
untuk mustahiq
dan untuk
lembaga
5. Program tersebut
sudah dapat
memperbaiki
perekonomian
mustahiq
6. Status mustahiq
yang dibina ketika
sudah sejahtera
Pengurus BMH
Divisi Prodaya.
Meliputi: Manajer
Prodaya dan Staff
Prodaya bagian
pemberdayaan
59
7. Hambatan yang
dialami ketika
merealisasikan
program ini
8. Respon dari
pemerintah dan
masyarakat
terhadap program
ini
8. Strategi pemasaran 1. Strategi untuk
meningkatkan
keepercayaan
muzakki
Pengurus BMH
Divisi Fundraising.
Meliputi: Manajer
fundraising
9. a. Pengetahuan
mustahiik tentang
LAZNAS BMH
b. syarat yang harus
dipenuhi untuk
mendapatkan modal
dari BMH
c. pendapat mustahik
tentang persyatan
tersebut
d. lama waktu
mengikuti program
e. jumlah bantuan atau
modal yang diterima
f. pendapatan
mustahik sebelum dan
1. Informasi tentang
LAZNAS BMH
2. Informan tentang
program
pemberdayaan ini
3. Persyaratan yang
harus dipenuhi
untuk
mendapatkan
modal dari
LAZNAS BMH
4. Pendapat
mustahik terhadap
persyaratan
tersebut
5. Lama mustahik
Mustahik yang
sudah
diberdayakan oleh
LAZNAS BMH
60
sesudah diberdayakan
g. pandangan
mustahik terkait
program
pemberdayaan
LAZNAS BMH
h. perasaan
mustahikketika diberi
bantuan
i. kehidupan mustahik
setelah diberi bantuan
j. harapan mustahik
untuk LAZNAS BMH
kedepannya.
mengikuti
program
pemberdayaan
ekonomi ini
6. Bantuan atau
modal yang
mustahik terima
7. Perasaan
mustahik ketika
menerima
bantuan ini
8. Kehidupan
mustahik setelah
diberi bantuan
oleh LAZNAS
BMH
9. Pendapatan
mustahik sebelum
dan sesudah
diberdayakan oleh
LAZNAS BMH
10. Harapan mustahik
untuk LAZNAS
BMH
11. Pandangan
mustahik terkait
program
pemberdayaan
ekonomi yang
dilakukan oleh
LAZNAS BMH
61
10 Pendapat muzakki
terhadap LAZNAS
BMH
1. Lama muzakki
menjadi doantur
BMH
2. Alasan muzakki
berdonasi di
BMH
3. Konfirmasi
LAZNAS BMH
kepada donatur
4. Transparansi
LAZNAS BMH
Muzakki/ donatur
LAZNAS BMH
3. Dokumentasi
Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan
pengumpulan data dengan metode dokumentasi tentang keadaan
sebenarnya yang ada di tempat penelitian guna tanda bukti yang sah
yang mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan.
Studi dokumentasi adalah pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam dalam penelitian kualitatif. Sugiyono
menjelaskan bahwa “dokumentasi bisa berbetuk tulisan atau gambar”.4
Studi dokumentasi juga akan lebih memberikan informasi atau dari
dokumentasi tersebut dapat dikembangkan sehingga informasi yang
diperoleh dapat lebih berkembang. Dokumen yang peneliti perlukan
untuk penelitian ini di antaranya, daftar pengurus LAZNAS BMH,
untuk mengetahui apakah LAZNAS tersebut sudah mempunyui
struktur kepengurusan yang baik dan professional, kemudian data
muzakki dan mustahik yang sudah diberdayakan oleh BMH untuk
diketahuin apakah lebih banyak muzakkinya atau mustahiknya,
4 Ibid, 240
62
dokumen atau data sumber perolehan dana yang di peroleh oleh
LAZNAS BMH, untuk transparansi kepada masyarakat terkait dana
zakat infak dan shodaqoh yang sudah terkumpul, dan yang terakhir
adalah data atau program LAZNAS BMH sebagai acuan keseriusan
BMH dalam mengelola dana zakat infak shodaqoh dalam rangka
menekan dan mengentaskan kemiskinan.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini merupakan tabel daftar
dokumen apa saja yang peneliti perlukan beseta keterangan ada atau
tidaknya.
Tabel 3.3
Pedoman Studi Dokumentasi
No Dokumen Yang Diperlukan Sumber Dokumen Keterangan
1 PERMENAG No 52 Tahun 2014 Web Kementerian Agama Republik
Indonesia
√
2 PERMENAG No 69 Tahun 2015 Web Kementerian Agama Republik
Indonesia
√
3 Data pengurus BMH LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah -
4 Keputusan Menteri Agama No.
452 Tahun 2015
Web Kementerian Agama Republik
Indonesia
√
5 Mustahik tahun 2016 dan 2017 Baitul Maal Hidayatullah √
6 Perolehan sumber dana tahun
2016 dan 2017
Baitul Maal Hidayatullah -
7 Pendistribusian zakat, infak,
shodakoh dana tahun 2016 dan
2017
Baitul Maal Hidayatullah √
8 Program yang dilakukan tahun
2016 dan 2017
Baitul Maal Hidayatullah √
9 Syarat untuk memperoleh dana
zakat
Mustahik -
63
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat
penelitian adalah peneliti sendiri. Menurut Cholid Narbuko, “peneliti
kualitatif sebagai human Instrumen, berfungsi menetapkan focus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan dan
membuat kesimpulan temuannya:.5 Dalam hal in peneliti sebagai human
instrument dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui
fenomena social, namun dalam penelitian bukan hanya mengetahui
fenomena saja tetapi pada prinsipnya penelitian adalah melakukan
pengukuran dan alat ukur dalam penelitian tersebut dinamakan instrument
penelitian.
Menurut Sugiono “instrument penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukr fenomena alam maupun social yang diamati”.6
Instrument penelitian ini menggunakan wawancara untuk mengetahui
bagaimana pengelolaan dana ZIS oleh LAZNAS BMH.
Berikut ini merupakan kisi-kisi teknik dan instrument
pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti.
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrument Dan Teknik Pengumpulan Data
No Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data
Wawanc
ara
Observasi Dokume
ntasi
1. Kelembagaan Baitul
Maal Hidayatullah
Pengurus BMH
-
√
√
2. Pengetahuan tentang UU
No 23 tahun 2011
Pengurus BMH Divisi
Prodaya. Meliputi:
Manajer Prodaya dan
√
-
√
5Jamiluddn Ritonga, Riset Kehumasan, (Jakarta: PT. Gramedia Grasindo, 2004), h. 39. 6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ( Bandung: Alfabeta cv,
2011), h. 80.
64
Staff Prdaya bagian
pemberdayaan
3. Sumber dana ZIS yang
terkumpul
Pengurus BMH Divisi
Prodaya. Meliputi:
Manajer Prodaya dan
Staff Prdaya bagian
pemberdayaan
√
-
√
4. Strategi pengelolaan
dana ZIS
Pengurus BMH Divisi
Prodaya. Meliputi:
Manajer Prodaya dan
Staff Prdaya bagian
pemberdayaan
√
-
-
5. a. Proses pendistribusian
dana ZIS
b. persentase untuk
pendistribusian secara
konsumtif dan poduktif
Pengurus BMH Divisi
Prodaya. Meliputi:
Manajer Prodaya dan
Staff Prdaya bagian
pemberdayaan
√
√
√
-
√
√
6. a. system pendataan
mustahiq
b. kriteria mustahik yang
berhak menerima dana
ZIS
c. prosedur atau syarat
mustahik untuk
mendapatkan dana ZIS
d. batas minimal dan
maksimal modal yang
diberikan kepada
mustahik
e. status mustahik ketika
Pengurus BMH Divisi
Prodaya. Meliputi:
Manajer Prodaya dan
Staff Prdaya bagian
pemberdayaan
√
√ √ √ √
-
-
-
-
-
√
√
√
√
-
65
sudah sejahtera
7. a. Program
pemberdayaan ekonomi
umat
b. proses dan tahapan
program tersebut
dilakukan
c. manfaat program
tersebut
d. hambatan ketika
melaksankan program
tersebut
e. respon masyarakat dan
pemerintah terhadap
program tersebut
Pengurus BMH Divisi
Prodaya. Meliputi:
Manajer Prodaya dan
Staff Prdaya bagian
pemberdayaan
√
√
√
√
√
√
-
-
-
-
√
-
-
-
-
8. Strategi pemasaran Pengurus BMH Divisi
Fundraising. Meliputi:
Manajer bidang
fundraising
√ √ √
9. a. Pengetahuan mustahik
tentang LAZNAS BMH
b. syarat yang harus
dipenuhi untuk
mendapatkan modal dari
BMH
c. pendapat mustahik
tentang persyatan
tersebut
d. lama waktu mengikuti
program
Mustahik yang sudah
diberdayakan oleh
LAZNAS BMH
√
√
√
√
-
-
-
-
-
-
-
-
66
e. jumlah bantuan atau
modal yang diterima
f. pendapatan mustahik
sebelum dan sesudah
diberdayakan
g. pandangan mustahik
terkait program
pemberdayaan LAZNAS
BMH
h. perasaan
mustahikketika diberi
bantuan
i. kehidupan mustahik
setelah diberi bantuan
j. harapan mustahik
untuk LAZNAS BMH
kedepannya.
√
√
√
√
√
√
-
-
-
-
√
-
-
-
-
-
-
-
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Triangulasi dalam pengujian keabsahan data yang diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan
dan analisis data. Terdapat dua macam yang dipakai untuk menguji
kredibilitas penelitian ini.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi Teknik
67
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda.7
F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Setelah semua data yang diinginkan diperoleh, langkah selanjutnya
adalah menggunakan data itu untuk penelitian. Data kemudian ditelaah
dan dianalisis, atau lebih dikenal dengan analisis data. Menurut Suharsimi
analisis data adalah cara mengolah data yang telah terkumpul untuk
kemudian dapat memberikan interpretasi dan pengelolaan.8 Analisis data
ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan.
Dalam penelitian ini, dilakukan teknik analisis yang bertahap, yaitu
analisis data dilapangan Model Miles dan Huberman. Analisis data dalam
metode ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
a. Data Reduction
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfouskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data
ini dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, phi chard, pictogram
dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data
teroganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga aka semakin
mudah dipahami.
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ( Bandung: Alfabeta cv,
2011), h. 274. 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakte, (Jakarta: Rineke
Cipta, 2006)) cet 13, h. 231.
68
c. Conclusion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam anlisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, di dukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalm penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak, Karena seperti yang telah dikemukakan bahwa
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada
dilapangan.9
9 Ibid, h. 251-253.
69
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Sejarah Baitul Maal Hidayatullah
Hidayatullah awalnya sebuah pondok pesantren yang berdiri di atas
lahan wakaf seluas 120 hektar di Gunung Tembak, Balikpapan,
Kalimantan Timur. Pondok pesantren ini didirikan oleh Ust Abdullah
Said pada 7 Januari 1973.1
Pendirian pesantren ini juga dilatar belakangi oleh oleh
keprihatinan pengurus BMH ketika melihat anak-anak terutama dari
kalangan yang kurang mampu, mereka tidak mendapatkan hak mereka
untuk duduk dibangku sekolah, menerima ilmu dari guru. Hal ini
sesuai dengan pernyataan narasumber yang peneliti wawancara.
“Jadi euu…bermula awalnya itu pada keprithatinan yaa, keprihatinan kita meihat banyaknya anak-anak terutama dikalangan yang kurang mampu dalam mendapatan sumber dan akses pendidikan yang layak gitu. Kemudian dibentuklah yang namanya PPAS (Pusat Pendidikan Anak Soleh) itu berawal di Kalimantan yaa di Balik Papan”.2 Dalam perkembangannya, Ust Abdullah Said mengirimkan
santri-santrinya untuk berdakwah ke berbagai daerah di seluruh
Indonesia, khususnya daerah-daerah minoritas Muslim.
Di tempat tugas yang baru, para santri Hidayatullah tak sekadar
berdakwah, tetapi juga membangun cabang pondok pesantren
Hidayatullah.
Pada akhirnya, tersebarlah ke lebih dari 100 kabupaten di seluruh
Indonesia dalam bentuk pondok pesantren tersebut. Fokus kegiatannya
adalah sosial, pendidikan, dan dakwah.
Pada Musyawarah Nasional (Munas) Pertama Hidayatullah, 9–13
Juli 2000, di Balikpapan, Hidayatullah mengembangkan
1 http://hidayatullah.or.id/sekilas-hidayatullah/ diakses pada 05 April 2018 pukul 9:49 2 Wawancara dengan Zaenal Abidin, Kantor BMH, 28 Feburari 2018, pkl. 11.00 WIB.
70
menejemennya menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas) dan
menyatakan diri sebagai gerakan dakwah dan perjuangan Islam.
Dalam perkembangan selanjutnya, ormas Islam Hidayatullah
berubah menjadi Perkumpulan Hidayatullah. Keanggotaan, misi, visi,
dan konsep dasar gerakan bersifat terbuka.
Sejalan dengan itu, kader-kader Hidayatullah yang sudah tersebar
di seluruh penjuru tanah air mulai membentuk Pimpinan Cabang (PC),
Pimpinan Daerah (PD) dan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW). Hingga
tahun 2013 ini, Hidayatullah sudah memiliki 33 DPW, 287 PD dan 70
PC. Jumlah DPC, PR dan PAR tidak dicantumkan karena
pertumbuhannya yang terus berubah.
Sejak 1978 Hidayatullah melakukan pengiriman da’i ke seluruh
Indonesia dan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah
(STIEHID) di Depok, Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-
Hakim (STAIL) di Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah
Hidayatullah (STISID) di Balikpapan sebagai lembaga pendidikan
untuk pengkaderan da’i dengan memberlakukan beasiswa penuh
(biaya pendidikan dan biaya hidup) bagi mahasiswa dengan pola
ikatan dinas. Da’i ini kemudian mendapatkan tunjangan maksimal
hingga 3 tahun atau sampai mereka mampu menjadi pelaku ekonomi di
tempatnya berada.
Mulai tahun 1998 lembaga pendidikan kader da’i ini telah
menghasilkan lulusan dan telah mengirimkan da’i ke berbagai daerah
terutama Indonesia Bagian Timur dan Tengah. Setidaknya setiap
tahun, Hidayatullah mengirimkan 150 da’i ke berbagai daerah di
Indonesia dengan 50 di antaranya adalah lulusan strata satu dari
lembaga pendidikan kader da’i.
Lembaga pendidikan Hidayatullah meliputi Taman Kanak-Kanak
dan kelompok bermain pra sekolah, Sekolah Dasar atau Madrasah
Ibtidaiyah di hampir semua Daerah, Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah
71
Aliyah setidaknya ada di setiap Wilayah dan 3 perguruan tinggi di
Surabaya, Balikpapan dan Depok.
Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) adalah institusi berupa
pesantren bagi anak yatim piatu. Ada lebih dari 200 Pusat Pendidikan
Anak Shaleh (PPAS) dengan jumlah anak yatim piatu dan tidak
mampu dimana setiap PPAS menampung sekitar 150 orang anak.
Pada tahun 2013, Hidayatullah mendapat tambahan sebuah
perguruan tinggi STT STIKMA Internasional Malang, yang dinaungi
dibawah PW Hidayatullah Jawa Timur. Berbeda dengan Perguruan
Tinggi Hidayatullah lainnya yang umumnya mempelajari ilmu agama,
STT STIKMA Internasional Malang adalah perguruan tinggi yang
mempelajari bidang Teknologi Informasi, Multimedia, Arsitektur, dan
Komputerisasi Akuntansi. STT STIKMA Internasional Malang
bergabung setelah yayasan yang lama, meng-hibah-kan lembaga STT
STIKMA Internasional kepada ormas Hidayatullah.
Sebagai organisasi massa Islam yang berbasis kader, Hidayatullah
menyatakan diri sebagai Gerakan Perjuangan Islam (Al-Harakah al-
Jihadiyah al-Islamiyah) dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program
utamanya. Keanggotaan Hidayatullah bersifat terbuka, dimana
usahanya berfungsi sebagai basis pendidikan dan pengkaderan.
Metode (manhaj nubuwwah’) Hidayatullah yaitu berpegang pada
al Qur’an dan as-Sunnah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan
Rasul-Nya. Hidayatullah berfokus pada pelurusan masalah aqidah,
imamah dan jamaah (tajdid); pencerahan kesadaran (tilawatu
ayatillah); pembersihan jiwa (tazkiyatun-nufus); pengajaran dan
pendidikan (ta’limatul-kitab wal-hikmah) dengan tujuan akhir
melahirkan kepemimpinan dan ummat.3
3 http://hidayatullah.or.id/sekilas-hidayatullah/ diakses pada 05 April 2018 pukul 9:49
72
2. Profil Lembaga
Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan
dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial
kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan,
dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial
kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.
Kini kantor layanan LAZNAS BMH hadir di 30 Provinsi dengan
unit penghimpunan (UPP) zakat,infak dan sedekah mencapai 97 se
Indonesia. Kami wujudkan semua sebagai komitmen untuk menjadi
perantara kebaikan, memberi kemudahan bagi masyarakat dalam
menunaikan ZISWAF menuju Indonesia yang lebih bermartabat.
Kiprah program BMH dari hasil pengelolaan zakat telah melintasi
berbagai daerah di Indonesia, setidaknya 370 Pesantren telah eksis dan
berkiprah, 5.213 Dai Tangguh telah meyebar seantero nusantara,
ribuan keluarga dhuafa telah terberdayakan dan mandiri, ribuan anak
usia sekolah mendapatkan pendidikan yang layak.
Semua dedikasi dan kiprah BMH tersebut merupakan mahakarya
dukungan semua pihak yang telah mempercayakan ZIS nya melalui
Baitul Maal Hidayatullah. Tak heran jika Desember 2015, BMH resmi
dikukuhkan kembali sebagai LAZNAS oleh Kementrian Agama RI
dengan SK No. 425 Tahun 2015 dan sesuai ketentuan UU Zakat No.
23/2011.4
3. Legal Formal
a) SK Menteri Agama No. 538 Tahun 2001 sebagai LAZNAS
b) SK Menteri Agama No. 425 Tahun 2015 sesuai perubahan UU
zakat no 23/2011
c) Akte Notaris Lilik Kristiwati, SH tanggal 26 Februari 2001
4 Profil BMH dalam, www.bmh.or.id diakses pada 05 April 2018 pukul 9:55
73
d) Keputusan Menkumham AHU-AH.01.08-210 tanggal 15 April
2011
e) NPWP 2.028.581.3-002
f) Izin Domisili 018/SRHJ/IV/2011
g) Surat Izin Operasional 011.12510.13/1.848 B5
4. Visi dan Misi
VISI
Menjadi Lembaga Amil Zakat Terdepan dan Terpercaya.
MISI
• Menjadi Lembaga Amil Zakat yang terdepan dalam
penghimpunan dan fokus dalam pendayagunaan
• Melaksanakan pengelolaan dana Zakat, Infaq dan
Shadaqah sesuai dengan manajemen modern yang
transparan dan profesional
• Melakukan pemberdayaan ummat dengan meningkatkan
kuantitas, kualitas pendidikan dan dakwah6
5. Penghargaan dan Apresiasi
a) Rekor MURI dengan sate qurban terbanyak 2005
b) The Best of Growth Fundraising 2010
c) Pendamping Ekonomi Terbaik 2012 versi Carrefour
d) Kembali lulus Sertifikasi ISO 9001 : 2008 pada tahun 2013
e) Penghargaan Rekor MURI sebagai Pemrakarsa dan
Penyelenggara Sebari Da’i Ramadhan Terbanyak dan Terluas
2013
5 www.bmh.or.id diakses pada 05 April 2018 pukul 9:55 6 www.bmh.or.id diakses pada 05 April 2018 pukul 9:55
74
f) Penghargaan Rekor MURI sebagai Pemrakarsa Pembagian
Paket Sekolah Senyum Anak Indonesia Terbanyak dan Terluas
20147
6. Kantor Perwakilan LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah
Gambar 4.1
7. Lambang LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah
Gambar 4.2
7 www.bmh.or.id diakses pada 05 April 2018 pukul 9:55
75
B. Deskipsi Hasil Penelitian
1. Strategi Pengelolaan Zakat, Infak, Shodaqoh pada LAZNAS BMH
Pengelolaan zakat infak shodaqoh merupakan satu rangkaian
kegitatan yang berkesinambungan mulai dari kegiatan perencanaan,
penghimpunan, hingga pendistribusian. Dulu, kegiatan ini dilakukan
secara tradisionnal, lebih ke pertemuan langsung antara si pemberi dan
si penerima, tanpa adanya pihak ketiga yang membantu dalam
pengelolaan dana ummat tersebut. Pola seperti ini memungkinkan
tidak meratanya pendistribusian dana zakat, karena hanya terpusat
pada satu mustahik saja.
Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman, dengan melihat
besarnya potensi zakat yang ada di Negara kita ini, maka sudah
seharusnya pengelolaan dana zakat, infak shodaqoh dikelola secara
serius. Hal tersebut ternyata sudah di lakukan oleh pemerintah
Indonesia mulai tahun 1999 dengan dikeluarkannya UU No 38 Tahun
1999 Tentang Pengelolaan Dana Zakat Infak dan Shodaqoh. Yang
kemudian di revisi menjadi UU No 23 Tahun 2011.
Dalam UU no 23 tahun 2011 dengan jelas disebutkan bahwa zakat
haruslah dikelola oleh suatu badan maupun lembaga.
Dalam pasal 1 ayat 7 dan 8 di sebutkan bahwa:
(7) Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS
adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara
nasional.
(8) Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah
lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. 8
Sebetulnya, hierarki organisasi yang berbentuk badan dan yang
berhak mengelola zakat di mulai dari tingkat nasional, provinsi hingga
daerah. Untuk tingkat nasional disebut dengan BAZNAS (Badan Amil
Zakat Nasional), kemudian untuk tingkat provinsi disebut dengan
8 UU NO 23 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 7 dan 8, h.3.
76
BAZNAS Provinsi, pembentukan BAZNAS Provinsi ini diatur dalam
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia no 118 tahun 2014, dan
untuk di daerah disebut dengan BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah).
Ketiga badan pengelola zakat ini adalah badan pengelola zakat milik
pemerintah karena yang membentuknya pun pemerintah.9
Adapun organisasi yang dibentuk oleh masyarakat yang berhak
mengelola zakat disebut dengan LAZ (Lembaga Amil Zakat). Menurut
narasumber yang peneliti wawancarai, kedua organisasi ini diibaratkan
profesi PNS dan Non-PNS. Organisasi yang PNS adalah BAZ
sedangkan organisasi yang Non-PNS adalah LAZ. 10
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan, maka dapat penulis
simpulkan bahwa Baitul Maal Hidayatullah merupakan organisasi
pengelola zakat yang beradda di bawah naungan ORMAS (Organisasi
Masyarakat). Dan organisasi pengelola zakat ini awalnya merupakan
sebuah pesantren atau yayasan, sampai pada akhirnya di keluarkanlah
Keputusan Menteri Agama (KMA) No 538 tahun 2001 yang kemudian
di perbaharui menjadi KMA No 525 tahun 2015, yang menyatakan
bahwa Baitul Maal Hidayatullah resmi menjadi lembaga pengelola
zakat berskala nasional.11
Setelah resmi menjadi lembaga pengelola zakat, BMH dengan
sungguh-sungguh berusaha melakukan pengelolaan dana zakat, infak,
shodaqoh secara professional dan sesuai dengan syari’at Islam.
Dalam undang-undang no 23 tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat, dikatakan bahwa pengelolaan zakat adalah kegiatan
pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat.12
9 Wawancara dengan.Zaenal Abidin, Manajer Divisi PRODAYA, Kantor BMH, 28 Feburari 2018, pkl. 11.00 WIB. 10 Wawancara dengan.Zaenal Abidin, Manajer Divisi PRODAYA, Kantor BMH, 28
Feburari 2018, pkl. 11.00 WIB. 11 Keputusann Menteri Agama (KMA) No 525 Tahun 2015 12 Undang-Undang No 23 Tahun 2011Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1 ayat 1.
77
Dalam mengoptimalkan potensi zakat, BMH selalu membuat
rencana setiap tahunnya yang di sebut dengan RAT (Rencana
Anggaran Tahunan). Di dalam RAT ini di muat rencana penerimaan
ataupun penghimpunan dalam satu tahun. Menurut penuturan Tri
Winarno, salah satu amil BMH yang menempati jabatan sebagai
manajer fundraising ini, bahwa proporsi rencana penerimaan dilihat
dari riwayat tahun sebelumnya. Untuk proporsinya yang biasa dibuat,
dana zakat harus terhimpun sekitar 40%, infak dan shodaqoh 30% dan
sisanya dari wakaf. Akan tetapi, kebijakan ini sedikit mengalami
pergeseran manakala dilihat dari sisi pemenuhan operasional amil.
Dengan melihat hal tersebut maka proporsinya di rubah dari yang
awalnya zakat 40% menjadi 35%, infak menjadi 40% dan sisanya dari
infak terikat ataupun wakaf.13 Setelah RAT ini selesai dibuat maka
lembaga berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan
penghimpunan, pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat.
a. Penghimpunan
Penghimpunan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mengumpulkan sesuatu, dalam hal ini objek yang dikumpulkan berarti
dana dari masyarakat berupa dana zakat, infak dan shodaqoh. Adapun
produk penghimpunan LAZNAS BMH diantaranya: Zakat (maal
maupun fitrah), infak dan shodaqoh, wakaf, hewan qurban dan dana
social kemanusiaan.14
Adapun Sumber dana yang BMH peroleh berasal dari para
muslimin, para aghnia (orang-orang kaya) umumnya,15 dalam hal ini
disebut dengan muzakki, munfik dan mushoddiq.
Dalam proses penghimpunan ini dilakukan dengan beberapa cara.
Pertama, dengan membuka konter-konter penerimaan ZIS di tempat-
13 Wawancara dengan Triwinarno, Manajer Divisi Fundraising, Rabu 25 April 2018, pkl
16.30 wib, dan Data RAT dari divisi fundraising 14 Andika Ramadhanu, dalam skripsi: “Peran Lembaga Amil Zakat Baitul Maal
Hidayatullah dalam Pemberdayaan Ekonomi Muallaf Suku Tengger. 15 Wawancara dengan.Zaenal Abidin, Manajer Divisi PRODAYA, Kantor BMH, 28
Feburari 2018, pkl. 11.00 WIB.
78
tempat perbelanjaan maupun di perkantoran-perkantoran. Menjelang
ramadhan yang merupakan bulan penuh berkah, bulan penuh pahala,
bulan yang memiliki daya tarik tersendiri untuk orang-orang agar
melakukan berbagai macam kebaikan. Dan hal tersebut menjadi
pendorong untuk lembaga-lembaga zakat khususnya BMH untuk
menambah konter-konter penerimaan ZIS, karena para amil sudah
memprediksi bahwa ketika event ramadhan penerimaan dana ZIS akan
meningkat. Maka dari itu, untuk event ramadhan BMH kemungkinan
akan membuka lebih banyak konter, yakni sekitar 25 konter.16
Nah kalau yang konter untuk romadhon ini kan saya target 25 konter. Itu di mall dan diperkantoran, untuk Jakarta. Untuk Depok itu sampe kemaren dia minta euu 12 konter, kemudian Bogor itu minta 5 konter, Bekasi itu adaa minta 3 konter. Ini untuk romadhon saja. Memang range waktunya yang sebulan full ada yang 20 hari ada yang 20 hari.17
Masing-masing konter range waktunnya berbeda-beda. Ada yang
full selama 1 bulan, ada juga yang hanya 20 hari bahkan 10 hari. Yang
peneliti baru ketahui di sini, ternyata semua konter yang di buka ini
tidak semua bayar. Ada yang di gratiskan oleh pemilik tempat. Akan
tetapi tetap ada kompensasinya atau pun feedback nya. Seperti, BMH
harus menyiapkan takjil untuk pengunjung ataupun karyawan yang ada
di tempat tersebut, atau BMH turut membantu acara yang di adakan
tempat tersebut dengan mendatangkan salah satu bintang tamu. Dan
hal tersebut tentuu saja memberikan keuntungan untuk BMH dengan
meringankan biaya operasionalnya. Karena biaya sewa tempat untuk 1
konter saja mulai dari 5 juta ke atas dalam satu bulan.18
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat peneliti interpretasikan
bahwa ketika ada konter yang tidak harus membayar uang sewa
16 Wawancara dengan Triwinarno, Manajer Divisi Fundraising, Rabu 25 April 2018, pkl
16.30 wib, dan Data RAT dari divisi fundraising 17 Wawancara dengan Triwinarno, Manajer Divisi Fundraising, Rabu 25 April 2018, pkl
16.30 wib, dan Data RAT dari divisi fundraising 18 Wawancara dengan Triwinarno, Manajer Divisi Fundraising, Rabu 25 April 2018, pkl
16.30 wib, dan Data RAT dari divisi fundraising
79
tempat, maka pengeluaran biaya operasional pun bisa dikurangi. Dan
anggaran ini bisa digunakan untuk mem backup anggaran-anggaran
lain yang belum tertutupi.
Adapun rencana aktifitas dan srategi konter yang dilakukan oleh
BMH adalah:
a) Untuk DKI mengutamakan 5 gerai utama
b) Perbaikan sisi layanan pembayaran (zakat corner)
c) Performance amil
d) Penguatan gerai-gerai perkantoran.19
Dengan dilakukannya strategi tersebut, diharapkan jumlah
penerimanan dari konter akan mengalami peningkatan.
Gambar 4.3
Konter LAZNAS BMH di Plaza Senayan
19 Data diperoleh dari LAZNAS BMH Divisi Fundraising
80
Gambar 4.4
Amil LAZNAS BMH yang sedang melayani muzakki
Penghimpuan yang kedua, dilakukan dengan cara layanan jemput
zakat. Kemudian yang ketiga, penghimpunannya bisa langsung oleh
muzakki sendiri dengan cara datang ke kantor BMH atau melalui
transfer ke rekening-rekening yang sudah BMH sediakan. Adapun
nomor rekening tersebut adalah: Mandiri: 1240034000077; BRI: 1402-
01-00008-30-2; BNI: 44373643847; BRI Syari’ah: 10838643847;
81
BCA: 128.032.0001. Selain ketiga cara di atas, penyaluran zakat ke
LAZNAS BMH juga bisa dilakukan melalui web kitabisa.com,
dengan cara sebagai berikut:
Gambar 4.5
Buka web www.kitabisa.com, kemudian klik zakat
Klik “Zakat Sekarang” Klik “Program dengan Logo BMH”
82
Masukan jumlah donasi, “Klik Lanjut” pilih “Metode Pembayaran”
Setelah semua langkah ini selesai, tunggu konfirmasi dan ikuti arahan berikutnya
berupa transfer sejumlah donasi yang telah ditulis melalui rekening yang sudah
ditentukan oleh BMH.
Kemudian setelah dana zakat, infak dan shodaqoh itu terhimpun,
BMH mulai melakukan strategi pengelolaaan dengan mengadakan
program-program yang bemanfaat untuk umat.
Namun, sebelum masuk ke program, LAZNAS BMH terlebih
dahulu mengklasifikasikan dana tersebut. Mana yang termasuk ke
dalam zakat, infak dan shodaqoh, karena peruntukan untuk masing-
masing dana tersebut berbeda. Jika di gambarkan alur poses
pengelolaan dana ZIS di BMH adalah sebagai berikut:
Diagram 4.1
Alur Pengelolaan ZIS di LAZNAS BMH
PENGHIMPUNAN Masuk Ke sistem “B-Maal
PENDISTRIBUSIAN
Konter
Jemput Zakat
Datang langssung ke kantor/ Transfer
83
Dari bagan di atas dapat kita lihat bahwa semua dana yang
terhimpun akan masuk secara otomatis dan terklasifikasi secara
otomatis juga ke dalam system yang disebut dengan sistem “B-Maal”.
Ketika dana itu sudah diinput maka secara otomatis muzakki akan
mendapatkan pemeberitahaun pada hari itu juga berupa ucapan terima
kasih karena muzakki tersebut sudah menunaikan zakatnya di BMH.
Adapun untuk dana yang sudah terhimpun di konter, dana tersebut
akan di ambil setiap tiga hari sekali oleh tim penjemput zakat, yang
nantinya dana tersebut akan dibawa ke kantor BMH yang berlokasi di
Kalibata.
Setelah semua dana terinput ke dalam sistem, maka sebetulnya
dana tersebut sudah terklasifikasi secara otomatis ke dalam akunnya
masing-masing. Mana yang termasuk ke dalam dana zakat, infak dan
shodaqoh.20 Setelah divisi keuangan dan marketing memastikan bahwa
data yang ada di dalam sistem sudah sinkron dengan yang ada di
kwitansi maka selanjutnya adalah tugas divisi pendayagunaan untuk
memastikan bahwa masing-masing dana tersebut terdistribusi sesuai
degan peruntukannya dan sesuai dengan permintaan donatur.
b. Pendistribusian
Ketika kita membahas soal dana zakat maka jelas
pendistibusiannya harus menyentuh 8 asnaf atau golongan yang sudah
disebutkan pula dalam QS. At-Taubah ayat 60.
Di bawah ini merupakan data mustahik BMH sesuai dengan
asnafnya.
20 Wawancara dengan Triwinarno, Manajer Divisi Fundraising, Rabu 25 April 2018, pkl
16.30 wib, dan Data RAT dari divisi fundraising
84
Tabel 4.1 Data Penerima Manfaat Program BMH Perasnaf
No Asnaf Jumlah Penerima 1 Fakir 557 2 Miskin 3.954 3 Amilin 18 4 Mualaf 109 5 Riqab 6 Ghorimin 13 7 Fisabilillah 228 8 Ibnu Sabil 2.540
Jumlah 7.419 Sumber data: BMH Jakarta Divisi PRODAYA21
Jika kita lihat data di atas, mustahik yang paling banyak menerima
dana zakat adalah dari asnaf miskin. Menurut hemat peneliti, hal ini
wajar saja terjadi karena di wilayah DKI tingkat kemiskinannya
memang relatif masih tinggi.
Berbeda dengan dana infak dan shodaqoh, peruntukan dana
tersebut lebih fleksibel dan luas. Di BMH sendiri dana infak digunakan
untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya pemberdayaan, kemudiann
bantuan pendidikan juga bantuan sarana dan prasarana. Lebih jelasnya,
Manajer bidang Program dan Pendayagunaan (PRODAYA) Zaenal
Abidin, mengatakan:
“Yaa jadii euu dna ZIS tentunya disitu ada kategorinya, maka ketika dana itu masuk ke BMH maka eeuu kita klasifikasikan dana itu. Ketika zakat maka peruntukannya tidak boleh keluar dari kerangka asnaf, kalau zakt ya. Karen di jelakan dalam ayat al-Qur’an; Innama Ashdaqotu Lil fuqoroi… jadi ada 8 asnaf disitu. Maka ketika zakat korelasinya harus menyetuh asnaf, apapun itu programnya gitu. Karena asnaf ini euu sudah menjadi ketetapan di dalam al-Qur’an maka tidak boleh euu melibihi dari batas itu. Maka ketika kita menyalurkan kepada anak yatim misalkan yatim ini apakah masuk 8 asnaf yatim ini harus fakir atau miskin atau fii sabilillah atau ibu sabil nah jadi harus keterkaitan disitu. Berbeda dengan dana zakat kalo dana zakat, euu dana infak maksudnya itu lebih fleksibel, lebih luas infak sodaqoh itu. Di BMH ya menggunakan dana infak itu bisa untuk kegiatan-kegiatan yang
21 Data dperoleh dari LAZNAS BMH Divisi Program dan Pendayagunaan (PRODAYA)
85
sifatnya euu pemberdayaan, kemudian bantuan pendidikan, bantuan sarana prasrana gitu. Tapi kalau zakat itu kan rata-rata kalau kita lihat dari pada 8 asnaf ini hampir sebagian ini makhuk hidup semua, buka benda mati ya. Jadi semaksimal mungkin kalau ada bantuan meja, peralatan tulis dan sebagaianya kita ambil dari dana infak bukan dari dana zakat. Karena zakat itu ya tadi pemberdayaan , kesana, ke makhluk hidup.”22
Dari pernyataan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa dana zakat
itu pendistribusiannya untuk makhluk hidup. Sedangkan untuk
pembangunan infrastruktur, sarana prasarana dan sumbangan-
sumbangan yang lainnya, dana yang digunakan berasal dari dana infak
dan shodaqoh.
Di dalam bab sebelumnya sudah peneliti sampaikan, bahwa
pendistribusian dana ZIS ini di bagi ke dalam dua jenis. Yakni ada
yang konsumtif dan distributif.
Pendistribusian dana zakat secara konsumtif adalah zakat yang
diberikan kepada mustahik secara langsung untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari para mustahik. Biasanya berupa pemberian
barang habis pakai. Sedangkan pendistribusiann secara produktif
adalah zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif
maupun dalam bentuk pemberian modal.
Di LAZNAS BMH pola pendistribusian dana ZIS mayoritas masih
bersifat konsumtif dari pada produktif. Hal ini memang sesuai dengan
background dari Hidayatullah sendiri yaitu bermula dari pesantren.
Dan hal tersebut sedikit mempengaruhi fokus program BMH yakni
lebih ke dakwah dan pendidikan. Meskipun begitu BMH tetap
mengembangkan program di bidang ekonomi.
Di bawah ini merupakan tabel data penerima manfaat BMH sesuai
dengan programnya masing-masing.
22 Wawancara dengan Zaenal Abidin, Manajer Divisi PRODAYA, Rabu 28 Februari
2018, pkl 11.00 wib
86
Tabel 4.2
Data Jumlah Penerima Manfaat LAZNAS BMH Berdasarkan
Program Tahun 2017
NO NAMA PROGRAM / kegiatan
WAKTU PELAKSANAAN
JUMLAH PENERIMA MANFAAT
KETERANGAN
1 PROGRAM SOSIAL 2017
116 mustahik yang datang ke kantor by proposal/pengajuan
2 BEASISWA KADER BANGSA 2017
96 Perguruan Tinggi Umum
3 BEASISWA PT 2017 75 STIE Hidayatullah
4 BEASISWA SEKOLAH PEMIMPIN
2017 125 Tingkat SMA
5 NATURA DA'I 2017 270 Da'i-da'i tangguh
6 BANTUAN PENDIDIKAN 2017
34 mustahik yang datang ke kantor by proposal/pengajuan
7 MOTOR DAI TANGGUH 2017
5
Da'i-da'i tangguh pedalaman, perbatasan, maupun pinggiran kota
8 BANTUAN SOSIAL 2017
24 program sosial untuk Yatim & Dhuafa
9 MAPAN 2017 23 Bantuan Kemandirian Ekonomi
10 PROGRAM KESEHATAN 2017
350 Pengobatan Dan Pemeriksaan
11 PROGRAM JUMAT BERKAH 2017
1.550 15 Lokasi Masjid
12 PROGRAM BENCANA NUSANTARA
2017 1.000
13 LOGISTIK SANTRI 2017
3.300 Yayasan ada 8, anak anak ada 3.000 an
14 PROGRAM KEMITRAAN 2017
51 Mitra eksternal
15 PROGRAM RAMADHAN 2017
14.000
Tebar ta'jil, santunan Yatim, ceria Belanja Yatim, Tebar fitrah, natura da'i
16 PROGRAM QURBAN 2017
5.000 26.019 Sumber Data: BMH Jakarta Divisi PRODAYA23
23 Data diperoleh dari LAZNAS BMH Divisi Program dan Pendayagunaan (PRODAYA)
87
Data di atas merupakan data yang menunjukkan program-
program BMH secara keseluruhan. Akan tetapi, sejak BMH mulai
berkiprah mulai dari taahun 2001, BMH memiliki 3 bidang
program yang utama, yaitu bidang dakwah, pendidikan dan
ekonomi. Ketiga program ini BMH realisasikan dengan tag-line
3T, Terluar, Terdepan dan Terdalam. Ketiga program tersebut akan
penulis paparkan di bawah ini.
1) Dakwah
Program dakwah ini BMH namakan program Da’i
Tangguh. Dimana proses dilakukannya program ini meliputi
penjaringan, pendidikan, penugasan hinggga pemberdayaan
da’i. Mereka yang terpilih untuk program ini adalah yang
nantinya akan ditempatkan di daerah terluar, terdepan dan
terdalam dari wilayah NKRI. Disana para da’i yang terpilih
berusaha membimbing suku dan anak-anak pedalaman untuk
lebih tahu dan mengenal Islam, para da’i juga mengajarkan
anak-anak pedalaman mengaji dan memahami Al-Qur’an.
Program da’i tangguh yang dikirimkan BMH ke pelosok-
pelosok merupakan program yang strategis untuk membumikan
Islam sebagai nilai-nilai dasar dalam kehidupan umat. Hal ini
karena daerah pelosok adalah daerah yang sangat jarang
terjamah oleh masyarakat luar sehingga mereka haus dengan
nilai-nilai spiritual, namun pada saat yang sama belum ada
seorang da’i yang membimbing mereka. Dan dari dulu hingga
sekarang, BMH hadir untuk menghilangkan keresahan tersebutt
dengan dikirimnya da’i-da’i tangguh ke berbagai pelosok
NKRI.
Selain da’i tangguh, program BMH di bidang dakwah ada
juga yang disebut dengan da’i preneur. Program ini sebagai
bukti bahwa selain memberdayakan da’i di bidang pendidikan
88
BMH juga memberikan fasilitas kepada para da’i untuk
berwirausaha demi memperbaiki kesejahteraaan hidup mereka.
Program ini juga diharapkan mampu mengurangi angka
kemiskinan yang ada di Indonesia.
Dengan diterjunkannya da’i-da’i BMH ke berbagai pelosok
negeri, menjadikan BMH sebagai lembaga amil zakat yang
memiliki jaringan terbesar dan terluas.
2) Pendidikan
Pilar program BMH yang ke dua adalah pendidikan.
Program ini dinamai dengan Senyum Anak Indonesia. Dengan
dana ummat yang telah terhimpun, BMH berusaha mengangkat
harkat dan martabat kaum dhuafa dari kebodohan menjadi
masyarakat yang sejahtera dan mulia. Narasumber yang
peneliti wawancarai mengatakan bahwa mainstream program
BMH memang dari sektor dakwah, social kemanusiaan
kemudian ekonomi. Di bawah ini adalah kutipan wawancara
dengan narasumber.
“ya jadii euuu kalau BMH ini ada sektor pendidikan, sector dakwah kemudian social kemanusiaan dan ekonomi. Namun kita yang menjadi mainstream program kita itu di dakwah dengan pendidikan. Yaa dua itu yang menjadi mainstream kita. Yang membedakan BMH dengan lembaga zakat yang lain bahwasanya eueu BMH nii kuat dii dua ini. Pendidikan dan dakwah. Kemanusiaan, ekonomi itu adalah bagian dari pada sustainable program yang BMH euu kaitkan dengan ekonomi gitu, social kemanusiaan dengan ekonomi. Jadi kaitan programnya kesana.”24
Dari pernyataan di atas, dapat peneliti interpretasikan
bahwa meskipun progam BMH lebih terfokus kepada sektor
dakwah dan pendidikan, namun BMH juga tetap
menyandingkan kedua program tersebut dengan unsur
24 Wawancara dengan Zaenal Abidin, Manajer Divissi PRODAYA, Rabu 28 Februari 2018, pkl 11.00 wib
89
ekonominya, agar terjadi keseimbangan dan pemerataan dalam
pendistribusian dan ZIS nya. Apapun programnya tujuannya
tetap sama yakni untuk mengakat harkat dan martabat kaum
dhuafa.
3) Ekonomi
Pemberdayaan ekonomi merupakan satu tema yang
menarik untuk dibicaraakaan, karena manfaat dari kegiatan
tersebut sangatlah besar utamanya dalam hal pengentasan
kemiskinan.
Dalam tujuan mengentaskan kemiskinan, BMH juga
memiliki program dibidang ekonomi, di antaranya:
a) Pemberdayaan Rumah Tangga
b) Pemberdayaan lele (bioflok) oleh santri Hidayatullah
c) Mandiri Terdepan (MAPAN)25
Mandiri terdepan meupakan salah satu program
unggulan BMH dari bidang ekonomi, dimana bentuk
bantuannya adalah berupa pemberian modal dengan
dilakukan pendampingan dari BMH. Manfaat dari
program MAPAN ini sendiri sudah dirasakan oleh
Musliadi, salah satu penerima manfaat dari program ini,
menurutnya, program ini sudah membantu usaha
catering yang iya miliki dengan diberi stimulus modal
sebesar 2 juta rupiah. Dari modal tersebut Musliadi bisa
menjalankan usaha kateringnya dan sempat mengalami
penaikan omset. Lebih dari itu, manfaat yang betul-
betul iya rasakan adalah bahwa program ini sudah
berhasil merubah status dirinya dari mustahik menjadi
muzakki.
25 Wawancara dengan Manajer bidang PRODAYA, Zaenal Abidin.
90
“iya Alhamdulillah seperti yang saya bilang tadi. Saya ingin bisnis ini sudah naik kelas saya ingin menjadi bagian dari muzakki.”
2. Strategi untuk Meningkatkan Kepercayaan Muzakki
Untuk menjaga dan meningkatkan unsur trust tersebut, BMH
selalu berusaha melakukan yang terbaik dari sisi pelayanan,
transparansi keuangan serta transparansi perihal realisasi program.
BMH sendiri memiliki strategi pencapaian yaitu:
a. Penguatan layanan donatur personal dan peluasan jaringan
mitra corporate/ komunitas.
b. Memberikan support dalam dalam meningkatkan pnerimaan
gerai BMH Bogor, Bekasi, Depok
c. Meningkatkan Brand Image BMH sebagai LAZNAS yang
terdepan dalam merespon persoalan 3 T
d. Membangun eksistensi BMH megapolitan melalui event
fundraising.
Itulah beberapa hal yang hendak BMH capai dalam mengelola dana
ummat untuk satu periodenya.
Selain melakukan strategi pencapaian, BMH juga melakukan
pengembangan pada sisi donatur retail, dengan cara:
a. Meningkatkan tampilan display dan perfomance relawan konter
b. Meningkatkan kemudahan layanan pembayaran melalui zakat
corner
c. Membangun konsep pengembangan donatur retail berbasis
kerelawanan dan agen ZIS
d. Meningkatkan layanan retail berbasis berbasis layanan event
komunitas (Roadhow Event Fundraising/ Event Komunitas)
e. Mengembangkan donatur retail berbasis tokoh melalui social
media (whatsapp/telegram)
91
Strategi pengembangan donatur retail di atas BMH lakukan tidak
lain adalah untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan muzakki
terhadap BMH.
Hal-hal tersebut BMH aktualisasikan dengan cara sebagai berikut:
a. Memperbaiki database terintegrasi
b. Membangun layanan interaktif dengan donatur
c. Memperkuat isu-isu actual untuk layanan report bagi
donatur
d. Klasifikasi layanan donatur VIP
e. Meminimalisir dan penangan komplain serta
penyelesaiannya.
Itulah beberapa strategi yang dilakukan LAZNAS BMH dalam
rangka meningkatkan kepercayaan muzakki.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Strategi Pengelolaan ZIS
a. Penghimpunan
Dalam deskripsi data di atas, telah peneliti deskripsikan bahwa
pengelolaan dana ZIS merupakan satu bentuk kegiatan dimulai dari
penghimpunan sampai kepada pendayagunaan. Untuk penghimpunan,
LAZNAS BMH melakukannya kurang lebih dengan 3 cara, yaitu:
konter, jemput zakat, muzakki langsung yang berdonasi.
Pertama, dengan membuka konter-konter penerimaan ZIS di
tempat-tempat perbelanjaan maupun di perkantoran-perkantoran.
Konter ini juga di bagi menjadi dua, ada konter yag memang setiap
hari buka, dalam arti tidak hanya ketika ada event saja, konter ini
disebut dengan konter regular. Kemudian konter yang beroperasi
hanya ketika ada event, seperti ramadhan dan lain sebagainya.
Menurut Tri Winarno, biasanya konter yang aktif dalam satu bulan
bisa mencapai 15 konter. Akan tetapi, sekarang ini konter regular yang
92
aktif menghimpun dana ZIS dipilih mana yang paling efektif dan mana
yang tidak. Jadi di lihat dari sisi efektivitas dan efisiensi dalam biaya,
konter yang masih aktif sampai sekarang berjumlah 11 konter di
wilayah JABODEBEK. Dengan rincian sebagai berikut, 5 konter besar
yang ada di Jakarta, 1 konter ada di Bogor, 3 konter ada di Depok dan
2 konter ada di Bekasi.
Kedua, dilakukan dengan cara jemput zakat. Jemput zakat ini
adalah salah satu layanan penghimpunan dana zakat yang dilakukan
oleh LAZNAS BMH dengan cara langsung silaturahmi ke rumah
donatur. Menurut Tri Winarno, layanan ini biasanya digunakan oleh
muzakki atau donatur yang memang sudah biasa berzakat di BMH.
Pertama-tama muzakki akan memberikan kabar kepada BMH baik
melalui, telpon, wad an lain sebagainya. Memberitahukan bahwa dia
meminta agar ada amil BMH yang mengambil dana zakatnya. Setelah
selesai konfirmasi, salah seorang amil BMH akan mendatangi alamat
yang sudah diberitahukan oleh muzzakki, entah alamat rumah maupun
kantor tempat muzakki tersebut bekerja. Ketika melakukan
penjemputan, amil tersebut juga membawa perlengkapan sebagaimana
mestinya, seperti membawa kwitansi dan mesin edc.
Menurut peneliti, layanan ini merupakan salah satu kemudahan
yang diberikan oleh BMH kepada para muzakki untuk selalu
mengeluarkan zakatnya. Bagi donatur atau muzakki yang super sibuk
tentu saja ini sangat menguntungkan, karena mereka tidak harus capek-
capek mencari konter terdekat ataupun datang langsung ke gerai BMH,
bahkan mereka tidak harus meluangkan waktu hanya sekedar
melakukan transfer via ATM.
Untuk BMH sendiri, ini menjadi kesempatan agar BMH lebih
dekat dengan muzakki. Ketika proses zakat berlangsung, amil BMH
bisa sembari memaparkan program-program yang dilakukan oleh
Baitul Maal Hidayatullah.
93
Ketiga, penghimpunannya bisa langsung oleh muzakki sendiri
dengan cara datang ke kantor BMH atau melalui transfer ke rekening-
rekening yang sudah BMH sediakan.
Cara penghimpunan yang terakhir adalah dilakukan oleh muzaki
dengan mendatangi gerai BMH, maupun transfer melalui rekening-
rekening yang sudah BMH sediakan.
Selain itu, untuk mengoptimalkan penghimpunan, BMH juga
meresmikan platform baru yaitu “Berbagi Kebaikan”. Diresmikannya
platform ini dengan maksud mengedukasi masyarakat terkait
pembayaran zakat, bahwa zakat ini adalah untuk semua kalangan.
Dalam kata lain zakat tidak khusus untuk orang-orang yang memang
memiliki pemahan agama saja, tapi masyarakat yang pemahaman
agama masih kurang juga tetap wajib berzakat.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa
Baitul Maal Hidayatullah dalam mensosialisakan zakat berusaha
menyentuh semua kalangan dengan platform yang lebih universal yaitu
“berbagi kebaikan”. Jelas, harapan dari diluncukannya platform ini
adalah untuk mengoptimalkan penghimpunan zakat, infak dan
sodaqoh. Berbagai usaha yang BMH lakukan di atas, berhasil
menunjukkan bahwa BMH sudah serius dalam melakukan
pengelolaan dana ZIS, dan mulai meninggalkan pengelolaan yang
bersifat tradisional. Seperti yang telah Eri Sudewo katakan dalam
bukunya yang berjudul “Manajamen Zakat” ada 15 ciri dari tradisi
pengelolaan zakat yang menjebak hingga menyulitkan perkembangan
lembaga-lembaga sosial di Indonesia.26
Itulah beberapa strategi yang BMH lakukan dalam rangka
mengoptimalkan penghimpunan dana ummat. Meskipun cara
penghimpunannya berbeda-beda, akan tetapi BMH berusaha
26 Eri Sudewo, Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar,
(Ciputat: Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 30.
94
memberikan kualitas pelayanan yang sama dan terbaik. Seperti setiap
amil BMH selalu mendo’akan muzakki selesai mereka mendonasikan
zakatnya. Hal ini tentusaja akan menciptakan kedekakatan dan kesan
yang baik dengan muzakki, karena mereka selalu merasa dihargai
setiap kali berdonasi, berapapun jumlah dana yang mereka donasikan.
Di bawah ini merupakan data yang peneliti peroleh dari LAZNAS
BMH terkait dengan penerimaan dan zakat.
Diagram 4.2
Realitas Jenis Donasi Masuk
Sumber Data: LAZNAS BMH Divisi Fundraising27
Berdasarkan data di atas, dapat kita lihat bahwa penerimaan terbesar
diperoleh dari layanan, yaitu sebesar 40%, dan penerimaan terendah
27 Data diperoleh dari LAZNAS BMH Divisi Fundraising
Layanan 40% 30% Adv
20% Konter
10% Corporate
95
diperoleh dari corporate yaitu sebesar 10%. Artinya, kualitas layanan yang
diberikan oleh LAZNAS BMH memang baik dan dapat dipercaya.
Itulah beberapa layanan yang BMH sediakan dalam rangka
mengoptimalkan penghimpunan dana zakat infak dan shodaqoh. Dengan
adanya beberapa cara yang bisa dilakukan dalam menunaikan zakat, di
harapkan ini dapat memudahkan muzakki dalam menunaikan kewajiban
mereka, serta dana zakat yang terhimpun mampu teroptimalkan sesuai
dengan potensinya yaitu 217 triliun.
Karena seperti yang kita ketahui bahwa faktanya dana ummat yang
sudah terhimpun ini masih jauh dari potensinya. Dikatakan oleh manajer
fundraising BMH bahwa dana zakat yang sudah terkumpul masih sangat
kecil yaitu sekitar 6,2 triliun, jumlah ini merupakan akumulasi dari
BAZNAS dan semua LAZNAS. Dan di LAZNAS Baitul Maal sendiri
sampai saat ini sudah berhasil mengumpulkan dana zakat sekitar 130
sampai 140 miliar secara nasionalnya, dengan target yang harus
dikumpulkan oleh BMH DKI sebesar 32,2 miliar untuk tahun ini dari
target sebelumnya sebesar 22,2 miliar.28
Kabar baiknya adalah, meskipun penghimpunannya masih sangat kecil
dan sangat jauh dari potensinya, ternyata dana zakat yang terhimpun ini
mengalami penaikan ataupun peningkatan setiap tahunnya. Menurut Tri
Winarno, pertumbuhan dari setiap kantor cabang BMH mencapai 20
sampai 30% setiap tahunnya. Atas prestasi tersebut BMH dianugerahi
penghargaan IMZ award pada tahun 2011.
IMZ (Indonesia Magnifecence of Zakat) Award adalah sebuah
penghargaan bagi lembaga atau organisasi yang terus berupaya
mengedukasi komunitas perzakatan di tanah air.29 Dan pada tahun 2011
28 Wawancara dengan Triwinarno, Manajer Divisi Fundraising, Rabu 25 April 2018, pkl
16.30 wib, dan Data RAT dari divisi fundraising 29 http://www.imz.or.id/new/events/1476/imz-zakat-community-apreciation/?lang=id,
diakses pada hari Jum’at, 27 April 2018, pkl 08.40 wib.
96
LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah berhasil menyabet pengahargaan
tersebut sebagai The Best Growth Fundraising Zakat 2010. Penghargaan
ini diberikan atas penggalangan dana BMH yang pertumbuhannya
dianggap terbaik se-Indonesia di antara organisasi pengelola zakat (OPZ)
lainnya.
Berdasarkan sumber yang peneliti baca dari berita digital yang ada di
web resmi Hidayatullah, bahwa dari 10 nominasi dalam kategori ini,
dipilih tiga nominator, yaitu Dompet Dhuafa (DD), BMH, dan Lagzis.
Meskipun nominal penggalian dana DD masih lebih banyak, namun dari
sisi tingkat persentase pertumbuhan dana yang digali dari masyarakat,
posisi BMH (41 %) di atas DD (39 %) dan Lazis (11 %). Angka ini adalah
penilaian dari tahun 2009 hingga 2010.30
Data di atas menunjukkan bahwa Baitul Maal Hidayatullah selalu
berusaha melakukan yang terbaik dalam melakukan pengelolaan dana
zakat. Lebih lanjut manajer fundraising BMH menyatakan bahwa prestasi
yang BMH peroleh di latar belakangi juga oleh jaringan BMH yang besar
dan luas, yang menyentuh bagian terdalam dan terpelosok dari negeri
Indonesia ini, sesuai dengan tagline yang sering mereka gaungkan yakni
Terpencil, Terdalam dan Terluar.
Dan hal ini juga yang membuat peneliti sangat mengapresiasi BMH
dalam melakukan pengelolaan zakat, meskipun sistem pengelolaan
keuangan BMH baru ada satu, yaitu B-Maal, namun BMH berhasil
melakukan pelaporan keuangan kepada BAZNAS dengan baik dan tepat
waktu.
Itulah beberapa strategi yang BMH lakukan dalam upaya
mengoptimalkan penghimpunan dana zakat, infak dan shodaqoh.
30 https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2011/08/04/52096/bmh-terbaik-
peningkatan-dana-dd-sabet-tiga-the-best.html, di akses pada hari Rabu, 27 April 2018, pkl 08. 50 wib.
97
b. Pendistribusian
Pendistribusian adalah proses terakhir dari pengelolaan dana ZIS,
yaitu menyalurkan dana zakat yang sudah terhimpun sesuai dengan
peruntukannya. Agar dana zakat yang disalurkan itu dapat berdaya guna
dan berhasil guna, maka pemanfaatannya harus selektif untuk kebutuhan
konsumtif atau produktif. Seperti yang telah peneliti deskripsikan di atas,
bahwa dalam mendistribusikan dana ummat ini, BMH
mendistribusikannya ke dalam 3 program utama, yakni dakwah,
pendidikan dan ekonomi.
a) Dakwah
Program dakwah ini dikenal dengan nama Da’i Tangguh.
Da’i Tangguh adalah mereka yang mencurahkan semua
kehidupan sehari-harinya untuk memberdayakan masyarakat
pedalaman secara ekonomi, sosial, dan agama untuk perubahan
yang lebih baik. Mereka berdakwah tanpa pamrih, jauh dari
publikasi media dengan tekad kuat mereka meninggalkan
mimpi-mimpi kehidupan yang cerah dan memilih sebagai
perantara hidayah Allah menerangi kehidupan Ummat,
mencerdaskan dan memerangi kemiskinan di pedesaan dan
pedalaman. Melaui program Zakat dan Sedekah dari donatur
yaitu program Da’i Tangguh turut membantu keberlangsungan
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat pedalaman.
Sasaran Progaram Da’i Tangguh meliputi pertama
sebanyak 50 Da’i Tangguh yang tersebar di pelosok dan
pedalaman, kedua aktivitas dakwah Da’i perbatasan, ketiga
warga masyarakat binaan Da’i tangguh perbatasan, keempat
ana-anak/santri/siswa dari binaan Da’i tangguh perbatasan, dan
kelima variasi program Da’i tangguh perbatasan. Adapaun
bentuk program dai Da’i tangguh yaitu sebagai berikut:
98
1) Pelatihan Da’i Tangguh
Lokasi pelosok dan pedalaman merupakan medan yang
berat untuk berdakwah. Sehingga perlu ada solusi untuk
mengatainya dengan memmbekali pelatihan-pelatihan
untuk para da’I agar mereka siap mengemban amanah
tersebut, serta pemberian jaminan kesehatan da’i yang
telah berdakwah di pelosok dann pedalaman dalam
bentuk asuransi kesehatan untuk da’i tangguh sehingga
mereka konsisten untuk berdakwah.
2) Tunjangan Da’i Tangguh
Tunjangan ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari da’i yang telah berdakwah di pelosok dan
pedalaman.
3) Peduli Da’i
Program bantuan alat transportasi berupa motor untuk
da’i menunjang keegiatan da’i-da’i tersebut dalam
berdakwah dan menyebarkan agama Islam di daerh
terluar dan terdalam.
4) Da’i Berdaya
Program pemberdayaan bagi da’i dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan da’i. pemberdayaan ini
dalam bentuk usaha, pertanian, perikanan, dan
perkebunan.
5) Umrah untuk Da’i
Sebagai bentuk apresiasi atas kesabaran dan ketabahan
da’i dalam berdakwah di pelosok dan pedalaman.
6) Wakaf Sejuta Qur’an
Penyebaran mushaf Al-Qur’an untuk masyarakat. 31
31Andika Ramadhanu, skripsi: Peran Lembaga Amil Zakat (Laz) Baitul Maal
Hidayatullah (Bmh) Dalam Pemberdayaan Ekonomi Mualaf Suku Tengger, (Universitas Airlangga: Surabaya, 2016), h. 91-92
99
Menurut penulis, pendistribusin dana zakat untuk program
dakwah secara keseluruhan masih besifat konsumtif karena
dana zakat diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan para
da’i. akan tetapi, BMH tetap memasukkan unsur produktifnya
dengan program da’i berdaya.
Meskipun program ini masih termasuk ke dalam program
yang sifatnya konsumtif, tetapi levelnya adalah konsumtif
kreatif, yakni zakat yang dirupakan dalam bentuk lain dengan
harapan dapat bermanfaat lebih baik.32
Dengan adanya program da’i tangguh ini, menjadikan
LAZNAS BMH sebagai LAZNAS yang memiliki jaringan
terbesar.
b) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu fokus program yang
BMH lakuan dalam pendistribusian dana zakat. BMH sadar
betul bahwa tingkat pendidikan yang diperoleh masyarakat
Indonesia masih sangat rendah. Untuk itu, BMH hadir
memberikan bantuan berupa beasiswa untu masyarakat dhuafa
agar mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Program ini
BMH namakan dengan “Senyum Anak Indonesia”.
Keterbatasan sarana pendidikan menjadi salah satu factor
terbesar kebanyakan anak di Indonesia tidak dapat meinikmati
pendidikan yang lebih layak sehingga membuat Sumber Daya
Manusia (SDM) Indonesia kurang kompetitif dalam persaigan
global yang semakin ketat ini. Melalui program senyum anak
Indonesia, zakat dan sedekah donatur yang telah dihimpun oleh
BMH menjadi salah satu solusi atas kendala kurangnya sarana
32 Didin Hafidhudddin, dkk, The Power of Zakat (Studi Perbandigan Pengeelolaan Zakat
Asia Tenggara), (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 13.
100
pendidikan tersebut. Adapun sasaran program senyum anak
Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan untuk anak pulau;
2) Pendidikan untuk anak yatim dhuafa atau anak-anak
kaum musthiq;
3) Pendidikan untuk anak pedesaan;
4) Pendidikan untuk anak perbatasan (antar negara).33
Program ini merupakan program yang masih bersifat
konsumtif, karena habis pakai. Akan tetapi kosumtif yang
kreatif. Konsumif kreatif yaitu Zakat yang diwujudkan dalam
bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk membantu
orang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan
ekonomi yang dihadapi. Proses pengkonsumsian dalam bentuk
lain dari barangnya semula.34 Dan pembberian beasiswa
merupkan salah satu bentuk pendistrbusian dana zakat secara
konsumtif kreatif.
Bentuk program dari senyum anak Indonesia adalah
beasiswa anak Indonesia untuk 10.000 siswa, bantuan 10.000
peralatan paket sekolah seperti tas, buku, dan alat tulis serta
pelatihan guru pedalaman untuk memajukan pendidikan di
daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan Negara-
negara tetangga.
c) Ekonomi
Upaya memberdayakan zakat menurut perspektif ekonomi
Islam didasarkan pada prinsip-prinsip dan kaidah hukum Islam,
di mana keuangan Islam menjadi sarana untuk menggerakkan
33 Andika Ramadhanu, skripsi: Peran Lembaga Amil Zakat (Laz) Baitul Maal
Hidayatullah (Bmh) Dalam Pemberdayaan Ekonomi Mualaf Suku Tengger, (Universitas Airlangga: Surabaya, 2016), h. 91-92
34 Amiruddin dkk, Anatomi Fiqh Zakat (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005), h. 3.
101
kegiatan di berbagai bidang, baik sektor ekonomi, sosial,
keuangan maupun politik.
Pemberdayaan ekonomi merupakan satu tema yang
menarik untuk dibicaraakaan, karena manfaat dari kegiatan
tersebut sangatlaah besar utamanya dalam hal pengentasan
kemiskinan.
Dalam tujuan mengentaskan kemiskinan, BMH juga
memiliki program dibidang ekonomi, di antaranya:
1) Pemberdayaan Rumah Tangga
Berdasarkan penuturan manajer divisi Program dan
Pendayaguanaan (PRODAYA) Zaenal Abidin, seorang suami
memang bertanggung jawab untuk menafkahi istrinya,
memenuhi setiap kebutuhan istrinya. Akan tetapi dalam
menjalankan tanggung jawab tersebut masih ada kekurangan
dan keterbatasannya. Di sinilah peran seorng istri diperlukan
untuk membantu suami. Dan BMH turut andil mebantu ibu-ibu
ini dengan melakukan pemberdayaan untuk perempuan.
2) Budidaya Lele oleh Santri Hidayatullah (Bioflok)
Budidaya lele dengan menggunakan system bioflok adalah
system pemeliharaan ikan lele dengan menumbuhkan
mikroorganisme yang berfungsi sebagai pengolah limbah
budidaya itu sendiri.35 Budidaya lele ini dikelola oleh santri-
santri Hidayatullah yang nantinya hasil dari panen dan penjualan
lele di gunakan untuk biaya operasional pesantren.
Menurut hemat peneliti, program ini sangat bagus, karena
seorang santri Hidayatullah selain dituntut untuk bersifat
religious, disiplin mereka juga dituntut untuk mandiri, mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dengan cara
berwirausaha yaitu ternak lele.
35 http://www.infoagribisnis.com/2018/02/cara-ternak-lele-bioflok/ dia kses pada 25
April 2018, pkl 06.23
102
3) Mandiri Terdepan (MAPAN)
MAPAN (Mandiri Terdepan). MAPAN ini merupakan
program pendistribusian dana zakat secara konsumtif juga
secara produktif.
Kembali peneliti ingatkan bahwa pendistribusian dana zakat
secara konsumtif adalah memberikan dana zakat secara
langsung kepada mustahik untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sedangkan pendistribusian secara produktif adalah
pemberian dana zakat dalam bentuk barang-barang produktif
ataupun dalam bentuk pemberian modal yang nantinya akan
dikembangkan oleh mustahik dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
MAPAN sendiri merupakan program BMH dibidang
ekonomi yang mengkolaborasikan kedua pola pendistribusian
tersebut.
Program MAPAN ini dilatarbelakangi karena angka
kemiskinan dan penganngguran ya diperkirakan bertambah
setelah adanya kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak)
yang sangat memukul hati rakyat khususnya kaum dhuafa.
Dampaknya semua harga baran melonjak serta daya beli
masyarakat pun menurun. Dengan kondisi yang seperti ini,
bagaimana nasib para pedagang kecil dan menengah agar
mampu bertahan untuk tetap berdagang demi memenuhi
keebutuhan hidup keluarganya, atau haruskah mereka gulung
tikar karena ketidakmampuan mereka dalam menghadapi
masalah ekonomi ini.
Sebagai seorang yang bekerja di lapangan, ustadz Zaenal
dan ustadz Mahmudin sangat paham betul tentangg kondisi
masyarakat tersebut. Sebelum ada keputusan yang paling akhir,
yaitu menutup usahanya, mereka akan berusaha terlebih dahulu
103
dengan mencari pinjaman ke lembaga-lembaga keuangan baik
itu ke Bank maupun non-Bank.
Namun kenyataan dilapangan yang seringkali kita temui
bahwa ketika mereka mengajukan pinjaman kepada piihak Bank
maka akan terbentur dengan persyaratan-persyaratan yang
dirasa memberatkkan peminjam ditambah dengan harus
adanya agunan berupa sertifikat ataupun surat berharga
lainnya. Ditambah dengan bunga yang harus peminja penuhi
setiap kali membayar cicilan. Mesksipun bunganya hanya 1-2%
tapi untuk kalangan menengah ke bawah tentu saja itu
memberatkan.
Ketika melakukan pinjaman terasa berbelit-belit dan begitu
banyak persyaratan yang harus dipenuhi, akhirnya ditempuh lah
solusi terakhir yakni melakukan pinjaman ke rentenir, yang bisa
memberikan pinjaman langsung, tanpaa syarat yang berbelit-
belit. Akan tetapi, nyatanya rentenir lebih berbahaya dari pada
Bank. Ia bagaikaan lintah darat yang terus menerus menyedot
darah si peminjam. Bunga yang ditetapkan renteni tidak lah
sedikit, yakni sekitar 30%-50% yang tentu saja ini sangat
memberatkan dan “mencekik” orang yg meminjam. Bagaimana
tidak, mereka harus melakukan cicilan perbulan ditambah
dengan bunga yang hamppir setengahnya dari hutang mereka.
Berangkat dari permasalahan di atas, BMH hadir
memberikan solusi dengan program MAPAN (Mandiri
Terdepan) dengan tujuan untuk menopang dan sekaligus
membantu mengentaskan kemiskinan dan pengangguran melalui
dukungan pembiayaan bagi pelaku ekonomi lemah (kaum
dhuafa) serta membebaskan mereka dari jeratan rentenir serta
melakukan pembinaan baik aspek moral, spiritual dan
manajerial. Tentu saja hal ini juga didasari oleh teori jaminam
sosial yang di kutip oleh Gazi Inayah berdasarkan pendapat
104
Yusuf al-Qardhawi. Dalam teori tersebut disebutkan bahwa
sebagai anggota masyarakat mereka mempunyai hak yang harus
dilindungi, dibantuu apa yang mereka lakukan, diringankan
bebannya dan di ayomi, bukan karena belas kasihan.36
Secara eksplisit, manfaat dari program ini yaitu;
(1) Penerapan system Islam dalam perekonomian
(2) Memberdayakan mustahik
(3) Membangun nilai-nilai kkebersamaan
(4) Menekan angka kemiskinan
(5) Mengurangi jumlah dan dampak pengangguran
Manfaat tersebut sudah dirasakan oleh Musliadi,
penerima manfaat dari program MAPAN dengan
memperoleh stimuluss dana sebesar 2 juta rupiah untuk usaha
kateringnya yang di berinama “Aya Katering”. Dengan
dibantu oleh BMH Musliadi merasa omsetnya ada
peningkatan, karena selain diberikan bantuan berupa modal,
usaha kateringnya juga dijadikan mitra oleh BMH. Jadi
setiap ada event dari BMH, pemesanan katerignya dilakukan
ke “Aya Katering”. Selain itu, program ini telah berhasil
merubah atau meningkatkan status musliadi dari mustahik
menjadi muzakki.
Adapun tujuan dari program MAPAN ini adalah:
(1) Melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi syari’ah
(2) Menjadi solusi alternative untuk membebaskan
pedagang kecil dan ekonomi lemah dari jeratan
rentenir
(3) Membuka dan memperluas lapangan kerja untuk
mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran
36 Gazi Inayah, Teori Kompehensif Tentang Zakat dan Pajak, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2003), h. 40.
105
(4) Meningkaatkan taraf hidup dan pendapatan para
pedagang kecil dan ekonomi lemah
(5) Memasyarakatkan etika bisnis yang berdasarkan
syariah
(6) Menyantuni kaum dhuafa lainnya dari keuntungan
yang didapat
(7) Melakukan pembinaan kepada para pedagang dan
ekonomi lemah
Itu lah beberapa tujuan yang harus di capai oleh BMH
melalui program MAPAN. Program MAPAN ini memang
salah satu program BMH di bidang ekonomi produktif, baik
berupa pemberian baranng-barang produktif maupun
pemberian modal untuk usaha. Sesuai dengan yang
disebutkan oleh Didin Hafdhuddin dalam bukunya The
Power of Zakat, bahwa pemberdayaan secara poduktif pun
dibagi dua, ada produktif tradisional dan produktif kreatif.37
Namun salah satu hal yang meembuat BMH berbeda dari
lembaga-lembaga zakat yang lain adalah sebelum BMH
memberikan zakatnya secara produkktif keepada mustahik,
BMH tetap melakukan pendekatan pendstribusian secara
konsumtif. Karena meenurut salah satu amil BMH, Zaenal
Abidin, bahwa permasalahan yang terjadi pada masyarakat
Indonesia khususnyaa yang beerada di wilayah
JABODEBEK ini adalah bahwasanya masyarakat itu masih
sangat sulit memenuhi kebutuhan hidup mereka. Belum ke
perkara mereka memiliki modal atau tidak.
Jadi, pendekatan yang dilakukan oleh lembaga adalah
dengan memenuhi dulu kebutuhan dasar mereka,
37 Didin Hafidhudddin, dkk, The Power of Zakat (Studi Perbandigan Pengeelolaan Zakat Asia Tenggara), (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 13.
106
mencukupkan terlebih dahulu barang-barang konsumtif
mereka, setelah semuanya terpenuhi barulah para mustahik
tersebut dibrikan modal untuk membuka sebuah usaha agar
kedepannya mereka mampu memenuhi kebutuhan hidup
mereka secara mandiri.
Di bawah ini merupakan nama-nama mustahik untuk
program MAPAN.
Tabel 4.3
Penerima Manfaat dari Program Ekonomi
No NAMA ALAMAT 1 Iing Pondok Kopi 2 Yuyus Pamulang Tangsel 3 Arifin Hasan Tangerang 4 Iwan K Pondok Kopi 5 Hafidz Tarzaka Tangerang 6 Fiqih Arbianto Cipinang Lontar 7 Uwes Husaini Semanan 8 Asef Novanta Jl. Ridwan Rais 9 Bakti Gunawan Kp. Sawah 10 Merta Utama Jl. Ridwan Rais 11 Ahmad Mantana Kp. Utan Jaya Rt 08/03 12 Dedi Rohmansyah Depok 13 Muhammad Haerul A Kp. Panjang 14 Musliadi Depok Sumber Data: BMH Jakarta Divisi PRODAYA38
Sebagaimana lembaga lainnya, LAZNAS BMH juga menetapkan
beberapa syarat untuk mustahik sebelum mereka mendapatkan haknya.
Syarat yang pertama tentu saja penerima manfaat tersebut harus
terdaftar menjadi mustahik BMH. Kemudian syarat administrasi lainnnya
adalah penerima manfaat harus menyertakan SKTM (Surat Keterangan
Tidak Mampu) dari tempat mereka tinggal. Menurut staff manajer
PRODAYA pak Mahmudin, surat tersebut merupakan syarat admistrasi
38 Data diperoleh dari LAZNAS BMH Divisi Program dan Pendayagunaan
107
yang harus di penuhi untuk memastikan bahwa mustahik tersebut memang
tinggal di alamat yang tertera pada surat tersebut. Karena setelah mereka
melampirkan SKTM, akan ada tim yang melakukan survey ke alamat
tersebut. Setelah semuanya dirasa sesuai barulah BMH akan memberikan
apa yang mustahik butuhkan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan
oleh penerima manfaat dari program MAPAN, bahwa sebelum BMH
memberikan modal terlebih dahulu ada tim yang melakukan survey
ketempat akan dilakukannya usaha, setelah itu baarulah modal diberikan
dengan selau diberikan pendampingan dari pihak BMH kepada mustahik.
Dana pembiayaan yang disalurkan oleh BMH kepada para
pedagang kecil maupun sekor informal lainnya dikelola secara syari’ah
dan (tidak mengandung unsur judi dan riba). Adapun pola pembiayaan
yang dipraktikkan adalah dana bergulir melalui mekanisme Pinjaman
Kebajikan (Al-Qardhul Hasan), dimana dari dana qardhul hasan tersebut
dapat mendorong bangkitnya ekonomi dhuafa yang termarginalkan dan
juga diharapkan kelak mereka yang tadinya mustahik dapat menjadi
seorang muzakki. Dan hal ini sesuai dengan harapan amil-amil BMH
bahwa nantinya status mereka akan berubah dari mustahik menjadi
muzakki. Ketika mereka sudah menjadi muzakki, penyerahan zakatnya
pun pasti akan mereka lakukan di BMH. Itu lah salah satu feedback yang
BMH dapatkan dari program ekonomi, selain dari feedback Branding atau
dalam kata lain nama BMH semakin dikenal ditengah-tengah masyarakat.
Jadi yang disebut dengan Pinjaman Kebajikan itu bukanlah sebuah
hutang uang yang harus dikembalikan lagi dengan uang, karena yang
namanya zakat memang sudah menjadi hak si mustahik tanpa harus
dikembalikan lagi kepada si pemberi.
Tidak ada batas minimal ataupun maksimal ketika pemberian dan
pemberdayaan, hanya disesuaikan dengan usaha yang mereka miliki atau
yang baru akan mereka lakukan.
108
Ketika program ini berlangsung, BMH secara berkala selalu
melakukan monitoring dan pendampingan. Kegiatan ini dilakukan oleh
tim ahli dengan maksud agar usaha yang dilakukan oleh paraa mustahik
dapat memperoleh keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Pembinaan
dilakukaan per dua minggu sekali.
Setiap program yang direalisasikan mempunyai hambatannya
masing-masing menurut penuturann Mahmudin, salah satu staff manajer
PRODYA bagian pemberdayaan, hambatan yang dirasakan justru ketika
akan melakukan pembinaan dan pendampingan. Mustahik yang
diberdayakan ini kadang sulit untuk dikumpulkan dan dilakukan
pembinaan.
Berdasarkan hasil wawancara, hambatan lain yang dirasakan oleh
pengurus BMH ketika merealisasikan program ekonomi di atas adalah:
• Mindset mustahik (bermental meminta-minta)
• Perbedan kebutuhan mustahik antara yang diceritakan dengan
kenyataan dilapangan
• Skill mustahik yang terbatas
• Mustahik yang sudah terlilit hutang
• Dari sisi keterbatasan lembaga ketika akan melakukan
pendampingan
Dengan beberapa hambatan di atas, tidak menjadikan BMH
mundur dalam melaksanakan program pemberdayaaan ekonomi. Sejauh
ini BMH telah bersungguh dalam mendistribusikan dana zakat secara
produktif dalam rangka menumbuhkaan ekonomi mandiri di tengah-
tengah masyarakat dhuafa.
109
2. Strategi untuk Meningkatkan Kepercayaan Muzakki
Sampai saat ini, sudah banyak bermunculan Badan Amil Zakat
atau Lembaga Amil Zakat, yang berada di tingkat pusat, wilayah,
daerah dan bahkan di tingkat desa, baik yang dibentuk oleh pemerintah
maupun oleh organisasi social keagamaan, seperti Nahdatul Ulama,
Muhammadiyah, tak terkecuali Hidayatullah, dan organisasi
keagamaan lainnya. Masyarakat pada saat ini di mana saja berada
sesungguhnya sudah tidak akan mengalami kesulitaan tatkala mereka
akan mengeluarkan zakat. Bahkan, akhir-akhir ini muncul berbagai
pelayanan zakat yang disediakan oleh masing-masing lembaga, seolah
mereka terus bersaing dalam hal pengelolaan zakat. Tentu saja
persaingan ini adalah persaingan positif atau dalam hal lain dikatakan
sebagai “fastabiqul khairoot” (berlomba-lomba dalam kebaikan)
dengan tujuan yang sama yakni menumbuhkan kepercayaan muzakki
terhadap lembaga agar mereka dengan senang hati selalu
mengeluarkan zakat, infak dan shodaqohnya.
Akan tetapi, sekalipun zakat telah diposisikan sama dengan ibadah
haji,yakni fardhu ‘ain bagi yang telah memenuhi persyaratan,
tampaknya belum dirasakan sebagai amal yang harus ditunaikan.
Orang seolah-olah belum merasakan berdosa tatkala meninggalkannya
dan belum merasa mendapatkan kepuasan batin (berpahala) dengan
telah menjalankannya. Tidak sebagaimana haji, zakat belum
memperoleh apresiasi yang tinggi ditengah-tengah masyarakat.
Padahal, secara sepintas sesungguhnya, haji tiddak seperti zakat, boleh
dikatakan tidak memiliki efek positif terhadap kehidupan social.
Dengan haji, orang miskin dari sisi ekonomi tidak mendaapatkan
keuntungan apa-apa, dan sebaliknya dengan zakat mereka (orang
miskin) secara mudah dipahami akan teruntungkan dari pembagian
zakat ini.39
39 Didin Hafidhuddin, dkk, The Power of Zakat Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat
Asia Tenggara, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 6.
110
Dari fenomena ini tampak bahwa pemenuhan kewajiban agama
tidak semata-mata didorong oleh kekuatan keimanan bagi pelakunya
semata, melainkan juga terdapat dorongan yang bersifat sosiologis.
Orang yang menjalankan ibadah haji selalu akan memperoleh
penghargaan masyarakat, setidaknya mereka akan diposisikan pada
strata yang lebih tinggi. Hal yang sama tidak didapatkan oleh orang
yang mengeluarkan zakat, sekalipun dengan zakat justru memberi
manfaaat kepada orang lain. Oleh karena itu tampaknya dengan
munculnya lembaga amil zakat dimana-mana, belum tentu berhasil
mendorong orang untuk mengeluarkan zakat. Artinya, zakat tidak akan
berkembang dengan serta merta hanya sebatas tersedianya Badan Amil
Zakat, sekalipun pranata itu sesungguhnya juga penting.
Maka dari itu, hal ini menjadi PR untuk seluruh badan dan
lembaga amil zakat, bagaimana cara menumbuhkan kesadaran para
muzakki untuk mengeluarkan sebagian hartanya kemudian bagaimana
menjaga dan meningkatkan kepercayaan muzakki terhadap lembaga
agar mereka merasa lebih baik jika menyalurkan zakatnya melalui
lembaga yang sudah ada.
Badan dan Lembaga Amil Zakat seyogyanya mampu menunjukkan
kekuatan komitmen, trust (kepercayaan) dan integritas pada
manajemen pelaksanaan zakat. Begitu juga dengan LAZNAS Baitul
Maal Hidayatullah yang selalu melakukan strategi dan terobosan-
terobosan baru untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan
muzakkinya. Salah satu factor pendukung untuk menjaga dan
meningkatkan kepercayaan tersebut adalah dari sisi transparansi
lembaga BMH.
Sejak tahun 2001 hingga sekarang BMH telah amanah dalam
mengelola dan mendistribusikan dana ummat ini. Tidak ada yang
ditutup-tutupi oleh BMH. Hal ini tentu saja dirasakan oleh salah satu
muzakki atau donatur BMH, yaitu bapak Syarif Al-Ghifari. Bisa
dikatakan beliau merupakan donatur rutin untuk BMH. Menurut
111
penuturan beliau. BMH sudah sangat transparan dan amanah dalam
mengelola dana ummat ini. BMH tidak pernah terlambat
mengkonfirmasi ketika beliau berdonasi. Konfirmasi BMH sendiri
dilakukan melalui aplikasi Whatsapp.BMH juga sudah amanah dalam
mendistribusikan dana ummat ini, terbukti dengan banyaknya
program-program dari BMH yang sudah terrealisasi, seperti yang
terbaru ini adalah pembangunan Rumah Tahfidz Apung di Penjaringan
Jakarta Utara. Kredibilitas dan transparansi dari LAZNAS BMH
sendiri sudah dibuktikan dengan diperolehnya berbagai apresia dan
penghargaan untuk lembaga, diantaranya: Rekor MURI dengan sate
qurban terbanyak 2005; The Best of Growth Fundraising 2010;
Pendamping Ekonomi Terbaik 2012 versi Carrefour; Kembali lulus
Sertifikasi ISO 9001 : 2008 pada tahun 2013; Penghargaan Rekor
MURI sebagai Pemrakarsa dan Penyelenggara Sebari Da’i Ramadhan
Terbanyak dan Terluas 2013; Penghargaan Rekor MURI sebagai
Pemrakarsa Pembagian Paket Sekolah Senyum Anak Indonesia
Terbanyak dan Terluas 201440
Selama 15 tahun BMH berkiprah sebagai Lembaga Amil Zakat,
BMH selalu berusaha untuk mengoptimalkan penghimpunan ZIS juga
memberikan pelayanan terbaik untuk para muzakki.
Untuk tahun ini penerimaan ZIS ditargetkan oleh tim fundraising
sebesar 32 miliar, naik 10 miliar dari tahun sebelumnya. Kemudian
dari sisi donatur atau muzakki, BMH menargetkan bertambah
sebanyak 2000 muzakki baru, dengan jumlah donatur di masing-
masing wilayah adalah sebagai berikut:
40 www.bmh.or.id diakses pada 05 April 2018 pukul 9:55
112
Diagram 4.3
Sumber Data: Data Divisi Fundraising LAZNAS BMH41
Untuk mencapai target di atas, serta menjaga dan meningkatkan
unsur trust tersebut, BMH selalu berusaha melakukan yang terbaik dari
sisi pelayanan, transparansi keuangan serta transparansi perihal realisasi
program. Hal-hal tersebut BMH aktualisasikan dengan cara sebagai
berikut:
a. Meningkatkan performance dan kemudahan layanan
pembayaran zakat infak shodqoh
BMH memberikan kemudahan kepada donatur yang
ingi meyalurkan zakat maupun infaknya dengan hanya
mengakses website Meningkatkan performance dan
kemudahan layanan pembayaran melalui konter zakat
Kitabisa.com, atau juga dengan cara mendownload apliasi
zakat LAZNAS BMH di appstore.
b. Memperbaiki database terintegrasi
41 Data diperoleh dari LAZNAS BMH Divisi Fundraising
DKI Jakarta59% Depok 23%
Bekasi 10%
Bogor 8%
Depok 500 orang Bekasi 200 orang Bogor 100 orang DKI Jakarta 1.200 orang
113
Database menjadi salah satu patokan dapat dipercaya
atau tidaknya sebuah lembaga. Ketika basi data atau
database lembaga tersebut aman, terintegrasi dengan baik
serta mampu menjaga data-data privasi para donatur, maka
sudah dapat dipastikan bahwa lembaga tersebut bekerja
secara professional dan tersistematis, sehingga dengan
sendirinya donatur kan semakin percaya kepada lembaga
tersebut.
c. Membangun layanan interaktif dengan donatur
Unsur lain yang menjadi ruh bagi suatu lembaga
adalah donatur, atau dalam hal ini adalah muzakki. Ketika
suatu lembaga kehilangan donaturnya maka itu akan
menghambat kinerja lembaga, karena biaya operasional
lembaga zakat diambil dari dana yang diberikan oleh
donatur, yaitu sebesar 25%. Untuk itu, agar donatur tetap
instens menyalurkan dana zakatnya, makaharus ada layanan
yang lebih interaktif antara lembaga amil zakat dengan para
donatur. Dengan cara seperti itu donatur akan merasa lebih
dianggap oleh lembaga.
d. Memperkuat isu-isu aktual untuk layanan report bagi
donatur
Penting sekali bagi lembaga amil zakat untuk selalu
mengupdate program-program yang dilakukan, baik yang
sudah terealisir maupun belum. Hal ini sebagai salah satu
media transparansi, agar donatur mengetahui kemana
sbetulnya dana yang telaah mereka donasikan itu
tersalurkan.
e. Klasifikasi layanan donatur VIP
Ini merupakan salah satu layanan yang BMH berikan
untuk donatur, yaitu pengklasifikasian donatur. Jadi,
donatur dibagi menjadi 2 kategori, yaitu VIP dan regular.
114
Donatur VIP adalah donatur yang memiliki potensi besar
untuk mengelurkan zakatnya, donatur ini sekelas direktur di
suatu perusahaan dan lain sebagainya. Sedangkan donaatur
regular adalah donatur yang potensi zakatnya biasa saja
tetapi rutin melakukan donasi ke BMH.
Pengklasifikasian donatur ini adalah semata-mata
untuk menarik donatur lain. Atau dalam bahasa lainnya
disebut muzakki get muzakki. Jadi, donatur yang masuk ke
kategori VIP tersebut akan mampu mempersuasi rekan
kerjanya agar mau menunaikan zakatnya.
f. Meminimalisir dan penanganan komplain serta
penyelesaiannya
LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah selalu berusaha
untuk meminimalisir terjadinya complain. Dan kalaupun
sudah terlanjur terjadi, maka dengan sigap para pengurus
BMH akan menyelesaikan keluhan tersebut.
Manajer bidang fundraising, Tri Winarno menambahkan bahwa
untuk menjadi menjadi lembaga amil zakat yang semakin dipercaya
ummat, BMH berusaha untuk selalu mengedepankan transparansi dari sisi
pengelolaan, setiap tahunnya BMH harus teraudit dan yang terakhir BMH
selalu memberikan program-program yang terupdate.
Itulah beberapa strategi yang dilakukan LAZNAS BMH dalam
rangka meningkatkan kepercayaan muzakki.
Dengan diimplementasikannya strategi-strategi di atas semoga
muzakki atau donatur BMH semakin bertambah, bahkan mencapai target,
yakni 2000 donatur setiap bulannya.
115
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tersebut dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Strategi pengelolaan ZIS pada LAZNAS Baitul Maal
Hidayatulah Jakarta.
1) Untuk penghimpunannya dilakukan dengan cara:
a. Membuka konter-konter penghimpunan ZIS di pusat
perbelanjaan dan diperkantoran. Konter ini ada yang
sifatnya regular, setiap hari buka, dan ada juga konter
yang hanya buka ketika ada even saja, seperti Islamic
Book Fair dan ketika bulan Ramadhan.
b. Layanan jemput zakat dari Amil LAZNAS Baitul Maal
Hidayatullah untuk muzakki/donatur. Layanan ini
merupakan salah satu kemudahan yang diberikan oleh
Baitul Maal Hidayatullah untuk donatur yang tidak
sempat menunaikan zakatnya secara langsung. Jadi
donatur tersebut akan melalukan konfirmasi kepada
amil Baitul Maal Hidayatullah untuk menjemput dana
zakatnya, bisa di jemput ke tempat kerja maupun ke
rumah donatur sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
Setelah amil Baitul Maal Hidayatullah akan menjemput
dana zakat, infak, shodaqoh tersebut.
c. Muzakki sendiri yang membayar zakat ke gerai Baitul
Maal Hidayatullah atau melalui transfer. Ini merupakan
inisiatif dan kesanggupan dari donatur atau muzakki
sendiri untuk membayar zakatnya langsung ke gerai
Baitul Maal Hidayatullah terdekat.
116
Setelah dana ummat ini terkumpul, langkah selanjutnya
adalah penginputan data kesistem B-Maal, untuk kemudian
diklasifikasikan ke dalam kategorinya masing-masing, setelah
itu pengurus BMH memastikan kalau dana ummat tersebut
terdistribusi sesuai dengan peruntukannya.
2) Pendistribusian
Dana ZIS pada LAZNAS BMH di distribusikan untuk
program-program sebagai berikut:
a. Dakwah (Da’i Tangguh)
a) Pelatihan Da’i Tangguh
b) Tunjangan Da’i Tangguh
c) Peduli Da’i
d) Da’i Berdaya
e) Umrah untuk Da’i
b. Pendidikan (Senyum Anak Indonesia)
Program ini merupakan program yang masih
bersifat konsumtif, karena habis pakai. Akan tetapi
kosumtif yang kreatif. Konsumif kreatif yaitu Zakat
yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan
digunakan untuk membantu orang miskin dalam
mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang
dihadapi.
c. Ekonomi
a) Rumah Tangga Berdaya
b) Santri Berdaya (Budidaya lele bioflok oleh
santri Hidayatullah)
c) Mandiri Terdepan (MAPAN)
117
2. Strategi untuk Meningkatkan Kepercayaan Muzakki
Untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan dari
muzakki atau donatur, maka strategi yang dilakukan oleh
LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta adalah sebagai
berikut:
a. Memperbaiki database terintegrasi
b. Membangun layanan interaktif dengan donatur
c. Memperkuat isu-isu actual untuk layanan report bagi
donatur
d. Klasifikasi layanan donatur VIP
e. Meminimalisir dan penangan komplain serta
penyelesaiannya.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian di LAZNAS Baitul Maal
Hidayatullah, peneliti menemukan hal-hal baru dalam mengelola dana
ZIS. Menurut hemat peneliti, sebagai LAZNAS yang sudah berkiprah
selama kurang lebih 15 tahun, Baitul Maal Hidayatullah sudah profesional
dalam mengelola dana ummat ini, terbukti dengan didapatkannya beberapa
penghargaaan. Mulai dari transparansi sampai cepatnya menghimpun dana
zakat menjadikan BMH semakin dipercaya oleh para muzakki untuk
mengelola dana zakat. Serta amanahya BMH dalam menyalurkan dana
yang sudah terhimpun tersebut.
Sedikit saran yang dapat peneliti berikan, yang pertama terkait
kepengurusan di lembaga, tidak ada salahnya BMH melakukan perekrutan
untuk pengurus akhwat (perempuan). Karena menurut hemat peneliti
perempuan juga berhak untuk ikut mengelola dana ummat ini, tentu saja
dengan tanpa mengesampingkan syari’at lslam. Dan yang ke dua, semoga
kedepannya program pemberdayaan ekonomi dari BMH akan ditambah
dan penerima manfaat (mustahiknya) juga ditambah. Karena kita tahu,
dizaman sekarang ini pemberdayaan ekonomi juga sangat penting
dilakukann, beriringan dengan progam dakwah dan pendidikan.
118
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zahrah, Muhammad. Zakat Dalam Persepektif Sosial. Jakarta: PT. Pustaka
Firdaus. 1995.
Al- Utsaimin, Muhammad bin Shalih. Fiqih Zakat Kontemporer: Soal Jawab
Ikhwal Zakat Dari Yang Klasik Hingga Terkini. Solo. Al- Qowam. 2011.
Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: UI Press. 1988.
Amiruddin dkk. Anatomi Fiqh Zakat. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.2005.
Arif, Masykur. Sedekah Itu Ajib! (Bukti-Bukti Sedekah berbuah bagi
Berlimpahnya Rezeki Setiap Hari), Jogjakarta: Diva Press. 2014.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineke Cipta. 2006.
Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbih. Pedoman Zakat. Jakarta: PT Bulan Bintang. 1991.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat. Manajemen ZIS
BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: BAZIS Provinsi DKI Jakarta. 2006.
Departemen Agama. Manajemen Pengelolaan Zakat. Depok: Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf. 2005.
Didin Hafidhudddin, dkk. The Power of Zakat. Studi Perbandigan Pengeelolaan
Zakat Asia Tenggara). Malang: UIN Malang Press. 2008.
Fachruddin. Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. Yogyakarta: Sukses Offset.
2008.
119
Hasbi, Al-Furqon 125 Masalah Zakat. Solo: Tiga Serangkai. 2008.
HR. Muslim dalam Kitabuz Zakat, Bab Itsm Mani’iz Zakat, hadits nomor 987.
Inayah, Gazi. Teori Komprehensif Tentang Zakat Dan Pajak. Yogyakarta: PT
Tiara Wacana Yogya. 2003.
Kementerian agama RI Direktotat Jenderal Bimbingan Masyarakat Ilam
Direktorat Pemberdayaan Zakat. Petunjuk Pelaksanaan Pengumpulan Zakat.
Mubyarto. Membangun Sistem Ekonomi, cet. Ke-2. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta. 2000.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2014, Tentang
Syarat dan Tata Cara Perhitungan Zakat Maal dan Zakat Fitrah Serta
Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2015, Tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 Tentang
Syarat dan Tata Cara Perhitungan Zakat Maal dan Zakat Fitrah Serta
Pendayagunaan
Qardhawi, Yusuf Hukum Zakat. Bogor: Litera Antar Nusa. 2007.
Qardhawi, Yusuf. Al- Ibadah fil-Islam. Beirut: Muassasah Risalah. 1993.
Qardhawi, Yusuf. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Terjemahan. Jakarta:
Gema Insani Press. 1995.
Ritonga, Jamiluddin. Riset Kehumasan. Jakarta: PT. Gramedia Grasindo. 2004.
120
Shalehuddin, Wawan Shofwan. Risalah Zakat: Infak dan shadaqah. Bandung:
Tafakur. 2011.
Subianto, Achmad. Shadaqah, Infak, dan Zakat Sebagai Instrumen untuk
Membangun Indonesia yang Bersih, sehat dan Benar. Jakarta: Yayasan
Bermula Dari Kanan. 2004.
Sudewo, Eri Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar.
Ciputat: Institut Manajemen Zakat. 2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
2011.
Undang-Undang No. 38 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1 ayat 2.
Wibisono, Yusuf. Mengelola Zakat Indonesia (Diskursus Pengelolaan Zakat
Nasional dari Rezim Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 ke Rezim
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011). Jakarta: Prenadamedia Group.
2015.
Widi, Restu Kartiko. Asas Metodologi Penenlitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2010.
Yafie, Ali. Menggagas Fiqh Sosial. Bandung: 1994.
121
Skripsi dan Jurnal
Amalia, Kasyful Mahalli. Jurnal Tentang Potensi Dan Peranan Zakat Dalam
Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan.
Furqon, Muhammad. Strategi LAZIS Nahdatu Ulama Dalam Memberdayakan
EkonomiMasyarakat. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta: 2012.
Hidayat, Rahmat. Pengelolaan Zakat Di BAZ Kabupaten Kulonprogo. Skripsi
Pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2016.
Pratama, Erwin Aditya. Optimalisasi Pengelolaan Zakat Sebagai Sarana
Mencapai Kesejahteraan Sosial (Sebuah Studi DI BAZ Kota Semarang).
Skripsi Pada Universitas Negeri Semarang. 2013.
Syafa’at, Abdul Kholiq. skripsi tentang Potensi Zakat, Infaq, Shodaqoh Pada
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Di Kabupaten Banyuwangi
(Universitas Islam Negeri (Uin) Sunan Ampel Surabaya).
Syaikho, Hasan Asy’ari Pengelolaan ZIS dalam Upaya Mengubah Status
Mustahiq menjadi Muzaki: Studi Kasus Pada PKPU Jawa Tengah. 2012.
Internet
https://www.bps.go.id/index.php/brs/1378, diakses pada 07 Nopember 2017, pkl
21.48.
http://ksp.go.id/potensi-zakat-di-indonesia-sangat-besar/, diakses pada 07
Nopember 2017, pkl 22.19.
https://jakarta.bps.go.id/index.php/linkTabelStatis/91, diakses pada 07 N0pember
2017, pkl 21.53.
122
“Optimalisasi Distribusi Zakat ”http://11-05/optimalisasi-distribusi-zakat.html.
Diakses 9 Nopember 2017 pkl 9.05.
Susilo Ady Saputro, Zakat Produktif Sebagai Upaya Mengurangi Kemiskinan di
Indonesia.http://anakbanyumas.wordpress.com/2010/04/23/zakat-
produktif-sebagai-upaya-mengurangi-kemiskinan-di-Indonesia/#more-159.
Diakses 9 Nopember 2017, okl 10.45.
Brosur Penerimaan Relawan Ramadhan LAZNAS BMH
Konter penerimanan ZIS LAZNAS BMH Ketika Event IBF di JCC
Amil BMH yang sedang Melayani Pembayaran zakat Muzakki (@Konter Plaza Senayan)
Peneliti Menjadi Relawan Ramadhan BMH di Konter Plaza Senayan
Foto Bersama Manajer Bidang Program dan Pendayagunaan (PRODAYA)
Zaenal Abidin, S.Pd.I
Foto Bersama Staff Manajer Bidang Program dan Pendayagunaan (PRODAYA)
Mahmudin, SE.
Wawancara bersama Manajer bidang Fundraising, Tri Winarno, S.Ag
Foto bersama Manajer bidang Fundraising, Tri Winarno, S.Ag
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082
Tgl. Terbit 1 Maret 20'10
No. Revisi 0'r
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia
FORM (FR)
1t1Hal
S U RAT PERMoHo NA N lztN P E N EL ITIAN
NomorLampiranHal
Tembusan1. Dekan FITK2. Wakil Dekan Bidang Akademik3. Mahasiswa yang bersangkutan
Un.01 /F1 iKM.01 .3/330 1201A
Permohonan lzin Penelitian
Jakarta, 21 Februari 201A
Kepada Yth.Pengurus LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakartadi-Tempat
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama : Hera Nuragustin
NIM : 11140150000071
Jurusan : Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial
Semester : 8 (Delapan)
Judul Skripsi:"Analisis Pengelolaan Zakat, lnfak, Shodaqoh (ZlS)secara Produktif untuk Pemberdayaan Ekonomi Ummat(Studi Kasus pada LAZNAS Baitul Maal HidayatullahJakarta)"
adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UINJakarta yang sedang menyusun Skripsi, dan akan mengadakanpenelitian (riset) di lembaga yang BapaUlbu pimpin.
Untuk itu kami mohon Bapak/lbu dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan penelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Bapakllbu, kami ucapkan terima kasih
Wassal am u' al aiku m Wr. Wb.
IPS
nto, M. Pd0801 1012
ZRY{HBAITUL MAAL H I DAYATU LLAH
SURAT KETERANGANNo. 0l41SICBMH-JKT/VU2O 18
Bersama ini kami Lembaga AmiI Zakat Nasional Baitul MaaI Hidayatullah menerangkanbahwa yang tersebut di bawah ini :
Nama
NIMTTLAlamat
- Program Studi
Kampus
: HeraNuragustin
: i1140150000071
: Sukabumi,23 Agusfus 1996
: Kp. Panenjoan RT 002/ RW 007, Ds. Tenjolay4 Kec. Cibadak -Sukabumi
: Pendidikan IImu Pengetahuan Sosial: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayaflrllah Jakarta
Telah melakukan penelitian di Lembaga Amil ZakatNasional Baitul Maal Hidayatullah padabulan Mei 2018 denganjudul skripsi :
"An'tl,ris Pengelolaan /-akat,Infak, ! hoilaqoh (zIS) Secara Produktif untuk'i'emberdayaan El" onomi timmat
Sfudi Kasus pndaLaznas Baitul L4aal Hidayatullah Jakarta))
Demikian surat keterangan ini kami sampaikan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 5 Juni 2018
HIDAYATUTTAH
Direktur Operasional
Kantor PusatGraha BII4H, Kalibata Office Park,Jl. Raya Pasar [\4inggu No. 21, Blok HKalibata, Jakarta SelatanTelp.021-7975770,Fax.021-7975614e-mail : [email protected]. id
&"**r,#,ffi
;
www.bmh.or.id
UJI REFEREI\SI
Nama : Hera Nuragustin
NIM :11140150000071
Jurusan/Semester : Pendidikan IPS/VII
Judul Skripsi :Analisis Pengelolaan Zakat, Infak, Shodaqoh (ZIS) secara Produktif
untuk Pemberdayaan Ekonomi Ummat (Studi Kasus pada LAZNAS
Baitul Maal Hidayatullah Jakarta)
No. Referensi Paraf
Pembimbing
I
Paraf
Pembimbing
IIBAB I
n
1 Al-Qardhawi, Fiqh al- Zakah (terj), (Bogor: Pustaka LiteraAntarNusa. 1998). ( #
2 Yusuf Wibisono, Mengelolo Zukat Intlonesict (DiskursttsPengeloloctn Zukat J'lasionul cluri Reziru L,ndttng-UndttngNomor 3<9 Tahun 1999 ke Rezim Undang-Untlang ltrontor 23Ttthun 201 1), (Jakarla: Prenadamedia Group, 2015).
+J Prof. Muhamrnad Abu Zahrah, ZuJtat Dolurn Perscpekti.f Sosiol,
(Jakarla: PT. Pustaka Firdaus, i995)
+BAB II
4 T.M. Hasbih Ash-Shiddieqi,, Peclomun Zuktt, (Jakarta: P'f
Bulan Bintang, 1991 . d5 Yusnf Qardhar,vi, Kicrt Lslam Mengentuskun Keniskinun,
terjemahan, (Jakarta: Gema Insairi Press, 1995), d 46 Muhammad bin Shalih Ai- Utsain-rir-r. Fiqih Zahrt
Kontentpctrer: Soul Juv,uh lklnyul Zukat. Dari Yung Klu,sik
flinggn T"erkini (Solo. A1- Qon'am. 201 1) &1 War,van Shofrvan Shalehuddin, Risalalt Zuliut; In/uk dun
.shuduqoh,(Bandung: Tafakur, 201 1). 1.r12-i3. ( 48 Undang-Undang No. 38 Iahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat. Pasal 1 ayal2. d9 Yusuf a1- Qardharvi, Al- Ibuclcrh .fil-Lsluru (Beirut: Muassasah
Risalah. l9s3). h.235. + zfrfr
10 A1i Yafle, Menggogcrs Fiqh Sosiul (Bandung: 1994), 1i.231 \ 4{ )11 Mohanrmad Daud Ali, Sistent Ekonomi IslcLru (lakarta: UI
Press, 1988), h. 9. ! -1 *12 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69
Tahun 2015, Tentang Perubahan atas Peraturan MenteriAgama Nomor 52 Tahun 2014 Tenlang Syarat dan Tata CaraPerhitungan Zakat I|lf.aal dan Zakat Fitrah Serta PendayagunaanZakat untuk Usaha Produktif d tr
13 Amalia, Kasyful Mahalli, Jurnal Tentang Potensi Dan PerananZakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan. d €D
14 BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat,Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, (Jakarta: BAZISProvinsi DKI Jakarta, 2006), h. 87. d'
15 Eri Sudewo, Manajenten Zakat; Tinggolkun 15 TratlisiTerapkan 4 Prinsip Dasor, (Ciputat: Institut N{anajemen Zakat,2004). h. 1 1. c 4
16 Fachruddin, Fiqh clan Manajemen Zokot di Indonesio(Yosyakafia: Sukses Offset. 2008). 314. a f,
17 Amiruddin dlck, Anatomi Fiqh Zakat (Yogyakarta, PustakaPelaiar. 2005). h. 3. d
18 Mubyafto, Membangun Sistem Ekonomi, cet. Ke-2,(Yosyakarta: BPFE Yosyakarta, 2000), h. 263. d ru
19 Gazi Inayah, Teari Komprehensif Tentang Zakat Dan Pajak,(Yoeyakarta: PT Tiara Wacana Yosya). 2003.h.217. ( 1)
20 Al-Furqon Hasbi, 125 Mosalah Zakot, (Solo: Tiga Serangkai,2008). ( re
2t Achmad Subianto, Shadaqah, I"fak, dan Zakat SebagaiInstrumen untuk Membangun Indonesia yang Bersih, sehat danBenar, (Jakarta: Yayasan Bermula Dari Kanan, 2004),h.33
( 422 Masykur Arif, Sedekah ltu A.jib! (Bukti-Bukti Sedekah berbr"rah
bagi Berlimpahnya Rezeki Setiap Hari), (Jogjakarta: DivaPress,2014), h. 13 d zft
23 Rahmat Hidayat, Pengelolaatt Zukat Di BAZ KctbrpotenKulonprogo. Skripsi Pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakafia,2016. h. ix. + 14
24 Muhammad Furqon, Strategi LAZIS Ncthdutu Llomcr DctluntMe m b e r rl ay cr kun E k o n o nil,Ia s y a r aka r, S kr-ips i pa da UN S yarifHidayatullah Jakarla, Jakarta, 2012, h. ii.
( I fr25 Envin Aditya Pratama, Optirnulisctsi Pengeloloon Znkut
Sebagoi Strrcrnu Mencuyttti Kesejuhterttttu Sctsiol (SebtruJt StutliDI BAZ Koto Semcu'urg), Skripsi Pada Universitas NegeriSernarans. 20 1 3. h. viii. ,$ 4BAB III
26 Sugiyono, Metode Penelitictt't Kuuntitatif Kuulitotif clttn R&D. (Bandung: Alfabeta cv,201i), h.80. ( 4
2l Restu Kafiiko Widi, Asrts l\,[etoclo|ctgi PenenIition (Yogyakarla:Graha Ilmu, 2010),h.231 .
d ffi28 .farnilucldn Ritonga, Riset Kehuntaxm, (Jakarla: PT. Gramedia
Grasindo, 2004), h. 39. d29 Sulrarsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suutu Penclekoicnt
Prokte, (Jakarla: Rineke Cipta, 2006)) cet 13. h. 231. ( n
t
4
BAB IV
30 Didin Hafidhuddin, dk, Ihe Power of Zakat, StudiPerbandingan Pengelolaan Zakat di Indonesia, (Malang: UINMalane Press. 2008) {
I431 Andika Ramadhanu, skripsi: Peran Lembaga Amil Zakat (Laz)
Baitul Maal Hidayatullah (Bmh) Dalam PemberdayaanEkonomi Mualaf Suku Tengger, (Universitas Airlangga:Surabaya. 201 6). h. 9l-92 {
&32 Amiruddin dVk, Anatomi Fiqh Zakat (Yogyakarta, Pustaka
Pelaiar.2005). h. 3. (,fr--\
{+)JJ Eri Sudewo, Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi
Terapkan 4 Prinsip Dasqr, (Ciputat: Institut Manajemen Zakat,2004), h.30.
q
q e/ Ut
)+ Gazi Inayah, Teori Kompehensif Tentang Zakat dan Pajak,(Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yosya, 2003). h. 40. + A
Mengesahkan
Andri Noor Ardians),ah. M.Si
NIP. 1 98403 122015031002
Pembimbing Skripsi II
NIP. I 97006061997 021002
Pedoman Wawancara
Nama :
Jabatan :
Tanggal :
Waktu :
1. Bagaimana sejarah berdirinya LAZNAS BMH?
…………………………………………………………………………..
2. Apa visi misi dan tujuan dari LAZNAS BMH sebagai pengelola zakat?
………………………………………………………………………….
3. Bagaimana perkembangan LAZNAS BMH dari awal berdiri sampai sekarang?
…………………………………………………………………………..
4. Dari mana sumber dana zakat, infak shodaoh dikumpulkan?
…………………………………………………………………………..
5. Seberapa besar potensi dana ZIS yang ada di Provinsi DKI Jakarta?
…………………………………………………………………………..
6. Bagaimana strategi pengelolaan dana ZIS di LAZNAS BMH?
…………………………………………………………………………..
7. Bagaimana proses pendistribusian dan ZIS di LAZNAS BMH?
…………………………………………………………………………..
8. Berapa persentasi untuk pendistribusian dan zakat secara konsumtif dan
produktif?
…………………………………………………………………………..
9. Seberapa tinggi tingkat kemiskinan yang ada di Provinsi DKI Jakarta?
…………………………………………………………………………..
10. Bagaimana sistem pendataan mustahiq yang dilakukan oleh LAZNAS BMH?
…………………………………………………………………………..
11. Apa kriteria mustahiq yang berhak menerima dana ZIS menurut LAZNAS BMH?
…………………………………………………………………………..
12. Bagaimana prosedur mustahiq untuk mendapatkan dana zakat? Apakah ada
syarat-syaratnya?
…………………………………………………………………………..
13. Program apa yang dilakukan oleh LAZNAS BMH yang berhubungan dengan
pemberdayaan ekonomi?
…………………………………………………………………………..
14. Bagaimana proses dan tahapan program itu dilaksanakan?
…………………………………………………………………………..
15. Berapa batas minimal dan maksimal modal yang diberikan kepada mustahiq?
…………………………………………………………………………..
16. Apa manfaat dari program tersebut untuk mustahiq dan untuk lembaga?
…………………………………………………………………………..
17. Sejauh ini, apakah program tersebut sudah dapat memperbaiki perekonomian
mustahiq?
…………………………………………………………………………..
18. Ketika mustahiq yang dibina sudah sejahtera, apa ia masih dianggap mustahiq dari
LAZNAS BMH atau dilepas dan tidak diberikan dana lagi karena dianggap sudah
mampu?
…………………………………………………………………………..
19. Apa hambatan yang dialami ketika merealisasikan program ini?
…………………………………………………………………………..
20. Bagaimana respon dari pemerintah dan masyarakat terhadap program ini?
…………………………………………………………………………..
21. Untuk kedepannya, apakah program pemberdayaan ini akan lebih dikembangan
atau tetap seperti ini saja?
…………………………………………………………………………..
Pedoman Wawancara
Nama :
Jabatan :
Tanggal :
Waktu :
1. Apakah sebelumnya ibu mengetahui informasi tentang LAZNAS BMH?
…………………………………………………………………………..
2. Darimana bapak/ibu mendapatkan informasi tentang program pemberdayaan ini?
…………………………………………………………………………..
3. Adakah persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan modal dari
LAZNAS BMH?
…………………………………………………………………………..
4. Jika ada, bagaimana pendapat bapak ibu terhadap persyaratan tersebut?
…………………………………………………………………………..
5. Sudah berapa lama ibu mengikuti program pemberdayaan ekonomi ini?
…………………………………………………………………………..
6. Berapa bantuan atau modal yang bapak/ibu terima?
…………………………………………………………………………..
7. Berapa pendapatan bapak/ibu sebelum dan sesudah diberdayakan oleh LAZNAS
BMH?
…………………………………………………………………………..
8. Bagaimana pandangan bapak/ibu terkait program pemberdayaan ekonomi yang
dilakukan oleh LAZNAS BMH?
…………………………………………………………………………..
9. Bagaimana perasaan bapak/ibu ketika menerima bantuan ini?
…………………………………………………………………………..
10. Bagaimana kehidupan bapak ibu setelah diberi bantuan oleh LAZNAS BMH?
…………………………………………………………………………..
11. Apa harapan bapak/ibu untuk LAZNAS BMH untuk kedepannya?
……………………………………………………………………………
Pedoman Wawancara
Nama :
Jabatan :
Tanggal :
Waktu :
12. Sudah berapa lama menjadi muzakki/donatur LAZNAS BMH?
…………………………………………………………………………..
13. Kenapa berdonasi ke LAZNAS BMH?
…………………………………………………………………………..
14. Apakah ada konfirmasi dari LAZNAS BMH terkait donasi yang bapak berikan?
…………………………………………………………………………..
15. Menurut pendapat bapak LAZNAS BMH transparan atau tidak?
…………………………………………………………………………..
Transkip wawancara
Waktu : Rabu, 28 Februari 2018, pkl 11.00-12.00 WIB
Tempat : Kantor BMH Kalibata Office Park
Narasumber 1 : Ustadz Zaenal Abidin, S.Pd.I
Jabatan : Manajer Prodaya
Narasumber 2 : Ustadz Mahmudin, SE
Jabatan : Staff Prodaya bidang pemberdayaan
Peneliti : untuk pertama itu sejarah berdirinya LAZNAS BMH mungkin bisaa diceritakan secara singkat aja ustadz?
U. Zaenal : Jadi euu bermula awalnya itu pada keprithatinan yaa, keprihtinan kita meihat banyaknya anak-anak terutaa dikalangan yang kurang mampu dalam mendapatan sumber dan akses pendidikan yang layak gitu. Kemudiasn dibentulash yang namana PPAS (Pusat Pendidikan Anak Soleh) itu berawal di Kalimantan yaa di Balik Papan, kemuudian seiring berjalannya waktu semakin banyak ya anak-anak yang membutuhkan akan hal itu gitu. Ya kita seiring berjalnnya waktu terkait dengan support finansial euu tentunya sebuah kegiatan tidak bisa berjalan tapa dukungan dana yang cukup gitu, sehingga dibentuklah yang namanya Baitul Maal Pesantren Hidayatullah,
Peneliti : Ooo dari pesantren dulu..
U.Zaenal : ya, dari pesanten cikal bakal berdirinya Baitul Maal Hidayatullah. Sebenernya sudah ada lebih dulu yang namanya Baitul Maal Pesantren Hidayatullah, untuk mensupport kegiatan di euu internal pesantren. Tadi Pusat Pendidikan Anak Soleh tadi. Jadi semacam panti asuhan gitu. Kemudian euu dengan dinamika yang ada kemudian diharusakan secara regulasi pemerintah ya bahwasanya lembaga itu harus terdaftar kemudian BMH juga membuka diri bahwasanya BMH ini tidak eksklusif tapi kita inklusif ya jadi penyalurannya kita sadari bahwasanya tidak hanya di dalam aja gitu, baswasanya banyak anak-anak juga yang di luar yang juga membutuhkan sentuhan yang sama. Nah Karena keterbatasan itulah maka dibentuklah lembaga resminya setelah membesar ini tahun 2001 ya dikeluarkaan SK Menteri Agama ya No 538 nah ketika itu maka BMH secara legal itu sah menjadi Lembaga Zakat Nasional. Yang artinya BMH ini juga membuka diri ya secara umum kepada masyarakat jadi akses-akes pendanaan itu tidak hanya untuk mendanai sector yang ada di dalam tadi (PPAS) tetapi juga menyantuni anak-anak yatim fakir miskin yang ada di luar dari pada pesantren gitu itu cikal bakal berdirinya Baitul Maal Hidayatullah dan hingga saat ini euuu BMH hadir di 24 Provinsi kemudian kurang lebih ada 70-an euu kantor gerai BMH yang sebelumnya kemarin sebelum ada regulasi terbaru UU No 23 tahun 2011 yang dulunya kantor cabang BMH sekarang menjadi kantor gerai euuu BMH.
Peneliti : untuk visi misi dari BMH sendiri eeuu..
U. Zaenal : visi tentu euuu BMH ya menjadi salah satu lembaga zakat yang terdepan dan terpercaya itu visi dari BMH. Adapun misinya tentu yang pertama tentu mengkat harkat dan martabat kaum dhuafa ya dari kebodohan menjadi kemuliaan dan kesejahteraan itu salah satu misi BMH jadi tetep mainstream kita adalah di pendidikan itu tadi yang menjadi salah satu pilar program ..
Peneliti : lebih kependidikannya gitu ustadz?
U. Zaenal : ya jadii euuu kalau BMH ini ada sekto pendidikan, sector dakwah kemudian social kemanusiaan dan ekonomi. Namun kita yang menjadi mainstream program kita itu di dakwah dengan pendidikan. Yaa dua itu yang menjadi mainstream kita. Yang membedakan BMH dengan lembaga zakat yang lain bahwasanya eueu BMH nii kuat dii dua ini. Pendidikan dan dakwah. Kemanusiaan, ekonomi itu adalah bagian dari pada sustainable program yang BMH euu kaitkan dengan ekonomi gitu, social kemanusiaan dengan ekonomi. Jadi kaitan programnya kesana.
Peneliti : kalau dari hierarki ni ustadz setelah BAZNAS dan lain sebagainya, posisi BMH ini ada dimana utadz?
U. Zaenal : ya, jadiii untuk membedakan posisi mana BAZNAS mana lembaga jadi kalau BAZNAS itu adalah lembaga zakat bentukan dari pemerintah ya. Jadi kalau kita kategorikan secara umum eeuu PNS dan Non PNS yaa kalau karyawan yaa, berarti kalau BMH ini ya swasta. Jadi lembaga zakat yang dibentuk berbadan hukum yayasan baik itu yang di bawah ORMAS dan yang di bawah non ORMAS. Itu LAZ itu ada kategorinya lagi. Jadi kalau BAZ itu pemerintahnya kalau LAZ itu swastanya. Nah swastanya ini dibagi lagi ada yang ORMAS dan non ORMAS…
Peneliti : kalau BMH yang ORMAS. Kategori LAZNAS (Lembaga Amil Zakat Nasional yang di bawah ORMAS). Jadi ada BMH ada LAZIS NU, ada LAZIS Muhammadiyah, PERSIS ya, DDI ya Dewan Dakwah Islam, LAZ Dewan Dakwah itu juga di bawah, di bawah ORMAS. Itu secara ininya, eueu hierarkinya.
Peneliti : jadi kalau BAZNAS itu bentukan dari pemerintah, BZNAS BAZDA dan BAZ BAZ lainnya…
U. Zaenal : BAZNAS BAZDA itu tturunan sebenarnya, sama halnya secara herarki BMH itu ada BMH pusat kemudian ada BMH perwakilan berhenti disitu kalau LAZ, secara regulasi. Naah baru ada kantor gerai, kantor gerai itu perpanjangan tangan dari pada perwakilan-perwakilan sama halnya dengan BAZNAS, jadi ada BAZNAS pusat, ada BAZNAS Provinsi, ada BAZDA ya euu BAZDA itu yang di daerah kabupaten kota kemudian ada tingkat kecamatan yaa, ada juga. Itu hierarkinya seperti itu.
Peneliti : euu tadi an ang dikatakan salah satu yang membeakan BMH dengan lembaga-lemaga lainnya itu ibiang pendidikan dan dakwah. Tapi saya juga pernah euu bukan bekerja sih sebetulnya leih ke volunteer untuk pendidikan ini kayanya memang sudah ada juga programnya gitu ustadz nah keunikan lain y ang dimiliki BMH selain dengan lembaga lain itu apga sih ustdz?
U.. Zaenal : yang pertama euu tentunya dari pendidikan tadi ya kitra berawal dari pendidikan tadi BMH saat ini memiliki atau menjadi support utama di pendidikan-pendidikan yang ada di pondok pesantren Hidayatullah se Indonesia, kurang lebih ada sekitar 370 ya
Peneliti : pesantren:?
U. Zaenal : euuu pesantren dan 200 pendidikan euu lembaga pendidikan
Peneliti : tingkat apa ustadz?
U. Zaenal : mulai dari tingkat PAUD sampai dengan Peguruan Tinggi ya. Dan itu terbuka untuk masyarakat umum bahkan mahasiswa-mahasiswa kita itu rata-rata dari luar bukan santri yang nyantri di pesantren. Jadi kita ada lima perguruan tinggi ..
Peneliti : dimana aja itu ustadz?
U. Zaenal : ada diiii Balik Papan itu Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah, kemudian ada Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan di Surabaya, kemudian Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi kemudian di Batam yaa euu computer. Nah korelasinya sebagai mainstream program itu tadi, mahasiswa-mahasiswa yang lulus ya itu siap ditugaskan untuk terjun ke medan dakwah ki pelosok negeri ya, jadi kalau BMH itu eu taglinenya di 3T ya, Terluar euuu kemudian Terdalam atau pedalaman ya kemudian daerah-daerah perbatasan terluar tadi perbatasan terdalam tadi euu daerah pelosok ya kemudian euuu diii …
Peneliti : terdalam terluar terbaik hehe (tertawa)
U. Zaenal : hehe ya diii Terpelosok lah yaa. Jadii euu pokoknya kalau bisa dibilang yang nggk enak-enak itu daerah-daerah sana itu biasanya jatahnya Da’I da’I BMH. Seperti Pitawa ya, kemudian sekarang yang sedang kita rintis ada diii mana suku anak dalam ada di Jambi. Ah itu banyak alumni-alumni yang dididik dari pendidikan kita bahwasanya tidak hanya dari
sector dalam bentu bantuan modal, tapi memberdayakan adalah bagaimana seorang atau anak atau penerima manfaat ya dari dana zakat yang dititipkan melalui BMH itu bisa di ejawantahkan dalam aktivitas riil keumatan . itu adalah bentuk pemberdayaan yang nyata gitu. Jadi dana zakat dari ummat kembalinya ke ummat dalam bentuk kontribusi itu tadi, Dalam bentuk tenaga pengajar, bukan hanya da’I disini, mereka tenaga-tenaga pengajar di sekolahan ya di pelosok-pelosok negeri. Mereka juga berdakwah gitu merintis lembaga pendidikan TPA euu itu keunikan dari pada BMH.
Peneliti : euu kallau dari pengurus yag saya tau kan pengurusnya di sini semua laki-laki ustadz? Tidak ada pereempuan?
U. Zaenal : Yaa,
Peneliti : kalau boleh tau alasannya kenapa ustadz?
U. Zaenal : eheem, jadi euu secara syari’ah ini untuk internal BMH ya, jadi bukaan kita tidak menghargai emansipasi wanita yaa tapi tidak ada yang bisa menjamin berinteraksi dengan yang bukan mahramnya, kemudian itu kita memastikan baahwasanya tidak ada interaksi yang melebihi batas syar’i gitu. Contoh ni, ya kita kalau bercandaan gitu yam au tepok sini mau tepok sini kaan nggak ada masalah (sambil mempraktikan ke ustadz yang disampingnya). Tapi kalau perempuan dengan laki-laki, misalkan ni bagian program berdua jalan assessment gitu yaa kemudian disitu duduk bareng dan segala macem siapa yang bisa menjaga. Ketika mereka berdua maka orang ketiganya haha tidak tau siapa nah ituu, itu bgian dari pada menjaga, bahwasanya euu zakat adalaah sebuah ibadah tidak bisa kita lepaskan dari situ zakat ini ibadah, lebi ekstrim lagi zakat ini bagian dari pada pilar rukun Islam maka sesuatu ya ng suci harus dijaga dengan akivitas-aktivitas yang seeebaik mungkin. Naah itu salah satunya gitu, euu dasarnya kenapa. Kalo memang euuu tapi BMH di sisi lain juga melibatkan gitu euu peran serta jadi tidak kemudian pengurus amil zakat di BMH memang lakk-laki tetappi BMH tetap melibatkan partisipasi wanita dalam aktivitas programnya. Contoh, ketika BMH melakukan aktivitas pembinaan misalkan, pembinaan baik itu pembinaan yang sifatnya incidental maupun yang rutin. Contoh kemarin sosiaisasi apaa event gizii dan sgala macem, tenaga ahli dibidang gizi ya wanitta gitu Karena memang capable disitu. Tapi kalau untuk keseharian gitu kan amilnya memang lak-laki semua. Jadi tetep emansipasi wanitanya tetep ada gitu (tertawa ringan).
Peneliti : dari mana sumber dana zakat infak shodaqoh ini dikumpulkan?
U. Zaenal : iya, dari para muzakki, dari para muslimin dari para agniya tentunya secara umum ya. Baik dia yang PNS maupun non-PNS. Tapi sebagian besar memang yang non-PNS ya. Karena yang PNS kan digarap oleh BAZNAS gitu. Jadi kita dii termasuk juga zakat perusahaan iya zakat perusahaan.
Peneliti : kaya payroll gitu bukan ustadz?
U. Zaenal : euu zakat perusahaan itu dari pyroll bisa euuu memang pure dari perusahaan dari hasil usaha karena zakat itu kan bagian dari paa zakat usaha juga, bagian dari pada harta.
Peneliti : euu setelah dana ZIS itu terkumpul bagaimana strategi pengelolaan dari LAZNAS BMH sendiri ustadz?
U. Zaenal : yaa jadii euu dna ZIS tentunya disitu ada kategorinya, maka ketika dana itu masuk ke BMH maka eeuu kita klasifikasikan dana itu. Ketika zakat maka peruntukannya tidak boleh keluar dari kerangka asnaf, kalau zakt ya. Karen di jelakan dalam ayat al-Qur’an; Innama Ashdaqotu Lil fuqoroi… jadi ada 8 asnaf disitu. Maka ketika zakat korelasinya harus menyetuh asnaf, apapun itu programnya gitu. Karena asnaf ini euu sudah menjadi ketetapan di dalam al-Qur’an maka tidak boleh euu melibihi dari batas itu. Maka ketika kita menyalurkan kepada anak yatim misalkan yatim ini apakah masuk 8 asnaf yatim ini harus fakir atau miskin atau fii sabilillah atau ibu sabil nah jadi harus keterkaitan disitu. Berbeda dengan dana zakat kalo dana zakat, euu dana infak maksudnya itu lebih fleksibel, lebih luas infak sodaqoh itu. Di BMH ya menggunakan dana infak itu bisa untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya euu pemberdayaan, kemudian bantuan pendidikan, bantuan sarana prasrana gitu. Tapi kaau zakat itu kan rata-rata
kalau kita lihat dari pada 8 asnaf ini hampir sebagian ini makhuk hidup semua, buka benda mati ya. Jadi semaksimal mungkin kalau ada bantuan meja, peralatan tulis dan sebagaianya kita ambil dari dana infak bukan dari dana zakat. Karena zakat itu ya tadi pemberdayaan , kesana, ke makhluk hidup.
Peneliti : untuk proses pendistribusiannnya ni ustadz, berapa persen untuk yang konsumtifnya dan berapa persen untuk yang produktifnya?
U. Zaenal : heeeh, persentasinya ya. Jadi selama ini euu yang dipakai oleh BMH bahwassanya aktivitas produktif pun itu kita selalu dampingkan dengan yang konsumif. Jadi kalau di kita ini bisa dibilang yaa fifty-fifty antara produktif dengan yang konsumtif.
Peneliti : sama aja ya ustadz?
U. Zaenal : iya, jadii selalu kita lekatkan, jadi ketika kita apaa memberikan bantaun misalkan (berdehem) berbeda dengan kegiatan incidental yang seperti zakat firtah itu kan euu zakat tapi itu kan konsumtif semua gitu. Zakat fitrah nggk bisa kita produktifkan.
Peneliti : dana zakat khusus zakat gitu maksudnya ustadz?
U. Zaenal : khusus zakat kalau zakat itu yaa itu tadi khusus zakat kita selalu dampingkan kegiatan yang apa charits tadi apa yang konsumtif itu jadi fifty-fifty ya itu ya.
Peneliti : tapi sempet ada ini euu ada, kalau misalkan dana zakat itu diserahkan secara konsumtif nanti sii mustahiknya itu euuu mengira dia jadi tidak mau berusaha karena istilahnya nanti juga saya dapet dana dari BMH gitu ustadz, untuk apa saya harus berusaha lagi. Tapi kan sedangkan kalau secara produktif bisa dalam benuk modal atau apapun itu jadi sii mustahiknya pun bisa melakukan usaha gitu ustadz. Kalau untuk fifty-ifty mungkin..
U. Zaenal : euu ya, saya sepakat dengan itu dana zakat itu kita lihat dari pada kondisi riil di lapangan gitu. Ketika masyarakat itu memang saat itu alam kondisi yang memang fakir gitu. Dia fakir maka kita tidak bisa saat itu berbicara langsung produktif. Masuk dulu ada konsumtif. Nah maka di BMH ittu ketika kita sudah melakukan konsumtif maka yang kedua adalah kita masukan sisi produktifnya tadi. Nah itu yang saya bilang fifty-fifty. Karen ketika orang laper misalkan, orang laper kemudian oh ibu mohon maaf hari ini ibu tidak kita kasih bantuan langsung, tapi ibu saya kasih modal saya akan pantau ni kegiatannya dan segala macamnya ibu jualan dulu dan segala macamnya. Padahal saat itu sudah jelas dia membutuhkan itu tadi, dia membutuhkan biaya anaknya untuk sekolah kalau anaknya nggak sekolah euu nggak bayar uang sekolah maka anaknya nggak bisa masuk lagi sekolah, maka itu adalah konsumtif. Misalkan dia terlilit hutang yaaa ini terkait dengan asnaf ya gharim orang yang berhutang , maka ketika itu nyawanya terancam misalkan depkolektor datang dan sagala macem maka peran BMH disitu adalah konsumtif. Nah setelah permasalahan dasarnya itu selesai baru kita masuk di dalam tataran produktif. Saya gambarkan contoh logika gini, ketika ada orang yang sudah dua hari dia nggak ketemu nasi, bapak kk tiap hari disini udah dua hari saya lihat ayok dong sholat yaa, kira-kira apa responnya. Pasti ini orang kurang ngajar ya (tertawa) bukannya ngasih saya makan ngajak saya sholat. Tapi ketika andaikata kita tahu kebutuhan utama dasarnya dia itu adalah sesuap nasi tadi, kita berikn sebungkus nasi dengan lauk pauknya, kita tungguin setelah dia kenyang kemudian kita nasehatin bahwasanya ayok pak kita sholat, nah maka kemungkinan besar dia akan berangkat. Sama halnya dengan seperti zakat, ketika kebutuhan dasar dan mendesak itu tadi selesai maka ketika ia berfikir itu realistis untuk meee apa menunjang sisi produtifnya begitu. Jadi analogi…
Peneliti : selesaikan dulu yang konsumtifnya gitu ya baru poduktifnya..
U. Zaenal : heem baru masuk produktif
Peneliti : untuk system pendataan mustahik sendiri di BMH itu seperti apa ustadz, makudnya kriteria yang bisa oo ini nii yang bener-bener patut dibantu karena kalo asnaf kan udah jelas ada dalam al-Qur’an 8 asnaf itu..
U. Zaenal : pak Mahmudin pengalaman selama ini, gimana nanti ssya tambahkan.
U. Mahmudin : kalau untuk pendataan sih memang kita sudah ada standarnya yang utama memang kalau kita lihat dari segiii apaa dari manusia seharusnya betul-betul tidak menampakan bahwa dia membutuhkan. Tapi kita berada dilingkungan suasana masyarakat yang memang tidak mungkin untuk melakukan itu. Yang pertama yang kita lakukan adalah survey sesuai dengan tempat tinggalnya didukung dari segi admistrasi ada surat keterangan tidak mampu itu memang kebutuhan dari segi administrasi kita butuhkkan. Kita tahu tinggalnya dimana rt rw nya tahu, baru disurvey. Jadi data SKTM itu menjadi patokan utama kita euu menjadi pandangan awal kita sebelum melanjutkan ke survei.
Peneliti : jadi harus pake euuu SKTM juga gitu ustadz?
U. Mahmudin : iya, kalau tidak ada SKTM berarti kita tidak bisa memberikan tindak lanjut, terkait dengan rt rw nya itu kan harus dari situ, apakah tinggal disini rt rw nya kita tahu. Kan mungkin saja dia mengaku tinggal disini ternyata rt rw nya tidak tahu.
Peneliti ; tapi SKTM juga bisa dimainin loh ustadz, maksudnya kalau di kampus ni pengalaman banyak beasiswa yang pingin dpet beasiswa tu bikin aja SKTM..
U. Mahmudin : ya kan itu jadi patokan kita kalau kita kalau disurve. Kalau tanpa itu otomatis kita tidak tahu dong. Itu memang bukan menjadi patokan utama untuk di acc tapi menjadi patokan awal bahwa dia itu mustahik. Kitta tetep melakukan pendataan, survey baik secara langsung secara telpon atau secara apa nanti yang lanjutin
Peneliti : emm jadi yang pertama itu harus ada administrasi dulu jelas gitu tempat tinggal, SKTM dan lain sebagainya lalu di survey ke rumah si mustahik tersebut
U. Mahmudin : survey bisa datang langsung bisa va telpon. Survey langsung ketemu langsung sama orangnya seperti apa. Atau via tetangganya juga bisa.
U. Zaenal : jadi yang riil euu megetahui kan tetangga terdekat ya biasanya. Makanya SKTM itu menjadi acuan awal aja sebenarnya acuan dasar karena euu kita berkehidupan bernegara ini kan tentunya ada administrasi adapun penyalahgunaan dan sebagainya yaa bagaimana negaNegara arif dalam mengatur tata kelola itu tadi gitu.
Peneliti : ada administrasi juga….
U. Zaenal : yak karena itu kan standar yang ditetapkan oleh Negara. Negara menstandarkan bahwa orang kalau miskin itu harus punya SKTM, tapi disalah gunakan itu ya eeeuu di luar ini. Tapi itu sebagai acuan aja tidak tidak menentukan bahwasanya punya SKTM pasti di acc oleh BH, tapi BMH mengadakan tindakan assesment lebih jauh melalui survey itu tadi kondisi riilnya.
Peneliti : ada berapa mustahik di BMH yang tercatat kurang lebihnya?
U. Mahmudin : see Jakarta atau secara nasional? Kalau se Jakarta kita tiap bulan saja yang rutin tu diambil sekitar 2000-an .
Peneliti : tiap bulannya 2000-an?
U. Mahmudin : yaa karna kita memang ada santri-santri yang memang kita euu distribusikan secara sabilillah atau ibnu sabil. Jadi itu memang kita ketika ada program khusus tapi ketika ada program apa itu jugga menjadi hak juga dari kesejahteraan kemudiaan incidentil proposal ya itu juga menjadi bagian.
Peeneliti : setelah euuu udah ni ada SKTM oke ni ini menjadi mustahik dari BMH. Nah bagaimana prosedur si mustahik untuk mendapatkan haknya euu dana zakat dari BMH sendiri apakah sudah b etul jadi mmustahik langsung diberikan gitu ustadz , prosedurnnya sepertia apa ustadz?
U. Mahmudin : ada yang memang kita berikan penawaran ketika mustahik misalkan tidak punya ongkos kemudian tidak bisa bayar kontrakan tidak apa euu punya tunggakan anak. Kita ada penekanan paling nggak ada sedikit semacam apa setidaknya mungkin nasihat atau apa khusunya bahwa dia minimal bisa melahirkan atau memberikan generasinya ketika dia sudah
tua sudah tidak mungkin bekerja maksimal maka anakanya yang memang kita support dalam hal minimal yaa kita memberikan motivasi bahwa ya anaknya lah yang akan merubah atau ada juga yang sifatnya mengaku-ngaku sebagai mualaf biasanya kita mengecek dari segi baacaannyaa surat-surat pendek, dan itu menjadi paatokan ketika dikatakan muslim kan tidak mungkin dia tidak bisa baca Qur’an.
Peneliti : masuk ke program pemberdayaan ni ustadz, program apa yang ilakukan LAZNAS BMH, kalau tadi kan pemberdayaannya dari segi pendidikan gitu. Kalau pembedayaan dari segi ekonomi umatnya apa sih ustadz?
U. Zaenal : kalau ekonomi ummat euu baanyak sector ya yang saat ini kita jalankan. Eeuu contoh pemberdayaan euu ibu-ibu ya, jadi ketika suami daalam menafkahi isterinya tidak mencukupi dari sector kebutuhannya maka kita bisa memberdayakan ibu-ibu yang punya keahlian atau keluangan waktu untuk mereka berwirausaha gitu. Jai BMH juga support modal ya ada yang penjual sayur ada yang penjual makanan bikin kue-kue kering dan segala macem, nah itu yang pemberdayaan perempuan ya. Euu titik ya ada di Bekasi, di Soreang ada di beberapa titik itu pemberdayaan ibu-ibu. Kemudian ada juga santri kita bikin lele (bioflog) yang itu dikembangkan dikelola oleh santri dan hasil penjualannya juga untuk pesantren. Ya dibeberapa pesantren. Kemudian ada juga kita euu pemberdayaan euu lahan ya jadi BMH mendapatkan amanah lahan wakaf, bagaimana lahan wakaf itu bisa produktif maka euu kita libatkan masyarakat disekitar itu untuk menggarap lahan itu. BMH modalin bibitnya untuk tanam jagung kemudian hasilnya mereka panen jadi pemberdayaan-pemberdyaan dilakukannya seperti itu.
Peneliti : euu bagaimana proses dan tahapan program itu dilaksanakan?
U. Zaenal : euuu iya tentunya monitoring itu senantiasa kita lakukan seperti kalau pemberdayaan ituu pemberian modal tapi disitu BMH membuat semacam keompok-kelompok yaa, jadi misalkan dalam satu kampung itu ada pemberdayaan tarolah 30 orang maka kita akan bikin kelompok itu per lima orang satu kelompok untuk saling menguatkan mereka untuk sharing usahanya bagaimana dan kita clusterkan biasanya. Pembinannya euu BMH kumpulkan mereka dalam forum majlis taklim itu per dua pekan, jadi disitu mereka diberikan euu nasihat secara spiritual kemudian juga mereka mendapatkan support secara finansial. Di forum itulah mereka biasanya sharing ya dengan pendamping dari BMH ini. Misalkan yang jualan es yang baru buka merints ini apa sih euu kendalanya, pendmping yang BMH lekatkan disitu mereka membeikan advice atau nasihat bahwasanya system penjulannya yang kurang dan segala macem. Nah itulah tahapan yang BMH lakukan. Dilingkup pesantren kita iitu pemberdaayaannya pendampingannya melekat melakukan pemantuan gitu.dan kita juga euuu menghadirkan tim ahli ya untuk melakukan proses itu tadi tahapan-tahapan mulai dari awal sampai panen sampai tahap penjualan seperti apa. Jadi kita harapkan bisa susttainn euu program pemberdayaan kita. Euu dari hulu sampai hilirnya bagaimana. Naah seperti itu.
Peneliti : berapa batas minimal dan maksimal modal yang bisanya diberikan kepada satu mustahik?
U. Zaennal : kalau untuk mustahiik tergantung dari jenis usaha dan kebutuhannya gitu. Jadi aspek itulah yang kita kaji. Kalau usahanya hanya jualann es misalkan berarti kan modalnya tidak terlalu besar. Jadi bukan pada minimal atau maksimalnya tapi sector usahanya. Itu yang menjadi kajian dari BMH untuk menentukan berapa modal yang akan diberikan.
U. Mahmudin : jadi mereka yang kita support itu tidak punya akses untuk melakukan pinjaman ke yang resmi , itu yang lebih kita utamakan.
Peneliti : kalau pinjam kesana kan juga ada bunganya..
U. Zaenal : ooo iya, selain bunga administrasinya. Kadang mau ke Bank sudah liat administrasinya sudah mundur, udah males duluan.
Peneliti : jadi kalau mau dapat modal dari sini tanpa syarat ustadz asalkan terdaftar jadi mustahik aja gitu.
U. Zaenal : iya yang penting mustahik asnafnya jelas, kalau itu memang memerlukan dana zakat ya maka kita euuu beriikan euu modal itu dengan catatan-catatan itu dia ada pendampingan dari BMH bagaimaana pemberdayaan yang digulirkan oleh BMH ni biasa sustain continue.
U. Mahudin : tambahannya memang usahanya harus jelas, kemudian ada rekomendasi dari yang lain.
Peneliti : itu sifatnya pinjaman atau seperti apa ustadz?
U. Zaenal : kalau dana zakat tidak ada pinnjaman ya adi itu dana pemberdayaan. Hanya itu tadi bagaimana BMH mengawal jadi namanya peyaluran dana zakat itu tidak hanya sekedar bagai-bagi. Tapi kan harapan dari muzakki atau orang yang mngeluarkan zakat sendiri bagaimana dana nya iu bermanfaat, manfaat tidak hanya sekilas. Bagaimana itu tadi dana zakat bisa mengangkat harkat dan martabat mustahik. itu kan kalau di kaitkan dengan program kan harus yang continue. Maka itu tadi rekomendasi paling nggak usahanya udah ada wujudnya. Jualan gorengan kok masih kurang, pendapatannya bagaimana ditingkatkan nah BMH masuk disitu.
Peneliti : kalau sifatnya bukan pinjaman jadi feedback untuk BMH sendiri apa ustadz?
U. Zaenal : feedbacknya bagi BMH. Yang pertama dari sisi branding. Jadi mereka yang sector pemberdyaan kita branding biasanya. Kita branding BMH bahwasanya ini progam pemberddayaann ekoomi BMH. Kemudian yang kedua kita harapkan suatu saat nanti mereka bisa menjaadi muzakki. Mereka sudah sejahtera, selangkah lebih maju, mereka diberikan modal oleh BMH dan ketika mereka sejahtera mereka inget zakat inget BMH.
Peneliti : ketika mustahiknya sudah sejahtera berarti sudah tidak dianggap mustahik lagi oleh BMH?
U. Zaenal : ya jadi kategorinya sudah bukan mustahik BMH lagi tapi menjadi muzakki BMH.
Peneliti : euu menurut ustadz sendiri program tersebut sudah memperbaiki perekonomian mustahik, dari tahun berapa si mulai dilakukan pemberdayaan ekonomi?
U. Zaenal : pemberdayan ekonomi mulai dilakukan sejak sekitar tahun 2008 sampai sekarang.
Peneliti : dan itu terbukti sudah membantu memperbaiki ?
U. Zaenal : ya sangat membantu karena kalau program pemberdayaan itu kan alat ukurannya jelas. Jadi ketika dia belm sejahtera keadaan ekonominya bagaimana ketika dia sudah muli berdaya ya dengann progam pemberdayaan, indikatornya jelas pemberdayaan ekonomi itu, gampang secra kasat mata pun bisa kita lihat. Mulai darii euu pola hidupnya, pendiikan anakya yang tadinya anaknya nggak sekolah kemudian indicator lainnya itu ya paling nggak sarana prasarana yang dia miliki dalam rumah tangga itu sudah lebih meningkat, yang tadinya nggak punya sepeda ia bisa punya sepeda gitu yang nggak unya motor biasa punya motor.
Peneliti : ada hambatan kah ustadz dalam menjalankan program pemberdayaan ini ?
U. Zaenal : program pemberdayaa setiap program tentunya banyak hambatan terutama program pmberdayaan. Naah pak Mahmudin silahkan di inikan..
U. Mahmudin : nah kalau untuk pemberdayaa yang menjadi hambatan untuk merubah maindset dulu ya. Karna kita kadang-kadang saingan tu bukan hanya masalah modal. Kenyataan dilapangan memang kebutuhan itu menjadi antara kebutuhan dan pikiran mereka itu berbeda. Mereka mengajukan butuhnya ini ternyata dilapangankan yang mereka butuhkan lain lagi. Itu menjadi indicator yang sangat mempengaruhi terealisasinya program itu. Karena itu yang menjadi awal keberhasilan, misalkan mereka mengajukan untuk modal tapi sampai di rumah anaknya sakit atau apa. Nah yang membuat hambatan tu factor dari segi kebutuhan dasar yang harus terpenuhi. Kemudian yang selanjutnya dari segi keahlian juga mereka sifatnya otodidak. Jadi kita mau merubah jualan-julan yang sifatnya euuu gorengan ya memang fikiran mereka itu yangpenting gorengan dia banyak bikinnya banyak yang penting dapat untung banyak, jadi kita untuk meminimalisir resiko ketika euuu penghasilan nanti dia mau mengajukan modal misalkan nanti saya mau buka cabang disini mau buka cabang disini resikonya menjadi tidak dihitungkan. Itu yang membuat kita ketika pemikiran mereka dengan kita tu berbeda. Yaa kita
hrus menyatukan salah satu pandangan itu. Kemudian juga dari sisi euuu mereka ini kan rata-rata orang yang punya usaha kemudian berjualan sudah ada ikatan degan yaa Bank Keliling lah atau apa namanya nah itu menjadi rantai yang sudah sangat sulit kita putuskan karena tadi kebutuhan dasar mereka yang memang cukup tinggi, walaupun kita tau mereka itu bukan berniat untuk konsumtif atau apa untuk foya-foya, namun kebutuhan mereka yang memang seperti itu. Nah kemudian dari sisi keterbatasan kita untuk melakukan pendamingan itu tidak mampu bertahan dengan kondisi dilapangan. Apa kadang-kadang ketika kita mendampingi mereka yang sok apa sok sibuk istilahnya apa ya mereka yang lebih sibuk gitu. Dan memang ketika sudah ada program berjalan sudah adaa yang curhat seperti itu. Kemudian dari sisi euu keterbatasan karen BMH kan fokusnya memang lebih ke program itu apa mengelola pendamping, dan pendamping ini kadang-kadang kita karena keterbatasan dari sisi apa istilahnya anggaran untuk pendamping jug kadang kita memberikan pendamping yang memang ditua kan disitu. Kadang juga dengan mahasiswa yang KKN atau apa, nah sehingga dari sisi euu apa keahliannya atau dari sisi keilmuannya mereka belum yang ahlinya seperti itu. Hanya kita pandang mereka punya keinginan mereka punya dan juga istilahnya mereka mau belajar. Mungkin itu kendala-kendalanya.
U. Zaenal : kendala yang pertama itu maindset. Maindset orang yang euu bermental mengharap meminta terus karena factor kebutuhan dasar yang belum terpenuhi tadi. Makanya assessment survey itu kita yang harus kuat. Terkadang memang bener-bener dia butuh tapi terkadang kebutuhannya bkan untuk modal usaha yang sesuai dengan yang diajukan gitu. Maka itu juga yang menjadi problem selama ini. Jadi fenomena gali lobang tutup lobang menjadi fenomen yang utama yaa dalam program pemberdayaan.
Peneliti : tapii euu sejauh ini BMH memang sudah sangat serius dalam membantu perekonomian masyarakat ya ustadz ya dalam membantu mengentaskan kemiskinan. Tapi yang saya liat tu angka kemisikinan di Jakarta khusunya kemaren juga di katakana ketua BAZNAS pak Bambang Sudibyo poteni zakat tu besar sekai itu sekitar 278 trilun kalau nggak salah dan yang terkumpul tu baru sekitar 1,3%. Itu sebetulnya kenapa sih bisa seperti itu ustadz, jauh sekali potensi dan yang terkumpulkan?
U. Zaenal : iya jawaban yang pertama adalah pada sisi regulasi. Lembaga zakat atau pemerintah mengeluarknn sebuah UU atau aturan itu pada kerangkanya itu adalah mengatur pada sisi lembaganya gitu. Tapi belum bagaimana pada sisi muzakkinya atau calon orang yang mengeluarkan zakat itu. Misalkan gini kenapa kok terjadi ketimpangan yang cukup tinggi, potensinya 278 triliun kemudian realisasi yang terkumpul hanya 5 t. nah selama ini UU no 23 tahun 2011 itu mngatur ada pasal-pasal, yang salah satunya bagi lembaga zakat ya yang tidak memenuhi pesyaratan sesuai dengan administrasi Negara ya itu dikenakan pidana. Contoh misalksn amil yang tidak resmi kemudian dia mengelola zakat maka kena pidana euu 500 juta kalau nggak salah atau denda 5 tahun penjara. Nah ketika aturan ini kemudian diikuti dengan aturan yang lin misalkan, ketika umat Islam di Indonesia tidak membayar zakat maka dia akan kena denda 5 kali darii euu 5 kali infak dari nominal yang harus dia bayarkan zakat misalkan seperti itu, maka orang akan berbondong-bondong untuk membayar zakat kenpa, karena ada punishment yang ditetapkan oleh ulil amri atau pemerintah itu sendiri. Maka gayung bersambutlah disitu. Maka potensi yang besar itu akan diimbangi oeh effort euu yang besar pula dari masyarakat. Itu yang pertama regulasi. Kemudian yang kedua sosialisasi. Nah saat ini lembaga-lembaga zakat terutama lembaga zakat non pemerintah itu tidak mendaptkan alokasi dana publikasi yang besar. Kalau BAZNAS itu ada alokasi dari APBN, untuk operasaionalnya. Baik operasional gajinya, operasionalpublikainya dan lain-lain itu ada dari APBN. Kemudian kalau BAZNAS provinsi ada di APBD. Nah sedangkan LAZ ini hanya mengandalkan dari pada sisi euu hak amilnya, 12,5% itu yang dipake untuuk sosialisasi untuk operasional lain-lain naah maka harus pinter-pinte memegang. Dan 12,5% itu bukan angka yang besar gitu nah sedangkan sosialisasi itu kan membutuhkan pendanaan yang cukup. Apalagi kalau kita sosialisasinya yang saat ini yang sedang tren kan euu tetep yang pertam kan tv ya, ketik kita mau sosialisasi di tv lembaga zakat A misalkan BMH mau sosialisasi di tv ini berapa ratus juta dala sekian menit ya kaan. Itu apakah relevan gitu. Naah disitulah peran sosialisasi ya. Kemudian euu yang ketiga lagi-lagi masih euu pada kesadaran muzakki. Ketika dia merasa hartanya sudah mencapai nishab 85 gr emas, maka euu sudah tidak harus diminta dia harus mengeluarkan zakat itu. Karena zakat itu adalah kewajiban sebagaimana ketika orang meninggalkan sholat maka dia akan merasa berdosa karena dia tidak melakukan ssholat dzuhur misalkan, wah saya berdosa ni krena meninggalkan sholat dzuhur. Apakah sudah
seperti itu memposisikan ibadah zakat ini sebagaimana ibadah sholat. Padahal zakat erat kaitannya dengan sholat. Apalagi dam euu ayat al-Qur’an perintahnya udah jelas “khuz min amwaalihim”. Ambillah dari sebagian harta mereka. Maka ketika disuruh mengambil naah disini pemerintah membentuk ada BAZ ada LAZ. Nah disuruh mengambil kita mengambil, mengambil dengan cara apa, mengedukasi tadi. Nah maka peran lembaga zakat baik LAZ maupun BAZNAS Bagaimana kita bersama-sama mengedukasi masyarakat sadar akan pentingnya zakat gitu. Zakat memberdayakan, zakat mencerdaskan nah itu harus sama-sama kita gaungkan itu PR kita bersama saat ini kenapa kok potensi dengan realisasi jauh.
Peneliti : eksistensi BMH sendiri masyarakt seperti apa ustadz? Nah banyak pula masyarakat yang tidak tau BAZNAS gitu taunya mereka maalah BASARNAS. Nah sekarang bagaimana tempat BMH dimasyarakat ini?
U . Zaenal : ya secara umum masyarakat belum terlalu tau apa itu BMH. Mungkin ini juga yang dialami teman-teman dilembaga lain. Tadi statement orang belum tau BAZNAS taunya BASARNAS yak an berarti aksi nyata yang dilakukan atau kiprah dari pada lembaga zakat khusunya BMH itu belum banyak terpublikasikan dimasyarakat. Andai kata BMH mempunyai ruang yang cukup mempunyai dukungan finansial yang cukup maka publikasi dari pada apa yang dilakukan BMH eksistensi BMH dari 2001 sampe sekarang ini ketika itu masih dipublikasi oleh masyarakat saya yakin ketika disebut BMH maka orang aakan tau o itu lembaga zakat. Maka euu itulah euu menjadi PR bagi BMH. Ketika mungkin di Jakarta di Tanya BMH tau nggak ya tidak sayaa masih meragukan ketika semua orang yang dipinggir jalan kita tanya tau nggak BMH, seperti halnya itu tadi BAZNA dengaN BASARNAS. Atau jangan-jangan BMH itu tetangganya BNI yak arena kan logonya hampir-hampir mirip gitu kan.
Peneliti : tapi sejauh ini bagaimana sih respon masyarakat terhadap program-program yang dilakukan BMH:
U. Zaenal : ya selama ini masyarakat yang berinteraksi dengan kita baik mustahik maupun muzakki sangat apresiasi ya dengan kiprah yang dilakukan BMH selama ini. Terbukti mulai dari Aceh sampai dengan Papua ya itu kiprah BMH hadir di sana. Jadi bahkan di daerah-daerah pedalaman ya. Orang yang tidak memikirkan bagaimana orang bisa hidup disitu terkadang kiprah BMH melalui da’i-da’inya juga hadir disitu. Jadii sangat dirasakan manfaatnya tentunya. Ya mulai dari pendidikan, dakwah kemudian program ekonominya.
Peneliti : satu lagi ni ustadz, untuk kedepannya apakah program pemberdayaan ini akan terus dikembangkan atau tetap seperti ini saja? Ada program baru ungkin ustadz dari tahun ke tahun?
U. Zaenal : Silahkan pak Mahmudin
U. Mahmudin : kalau dikembangkan sudah pasti mbak ya. Tapi kan support itu juga menjadi hal yang euu perlu kita pikirkn sama-sama ya. Karena memang sejauh ini programprogram itu sebagaimana tadi disampaikan euu program pemderayaan ini dilakukn setelah kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Antusiasme masyarakat terhadap program ini sangat besar. Rata-rata orang ingin berubah dari mustahik ke muzakki. Hanya masalah kendala kemudian dari segi finansialnya memang harus sama-sama mendukung, dan Inshaa Allah akan kita kembangkan.
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Tri Winarno, SE.
Jabatan : Manajer Fundraising
Waktu : Rabu, 25 April 2018 pukul 16.20 WIB
Tempat : Kantor Baitul Maal Hidayatullah Kalibata
Peneliti : Sebelumnya dengan bapak siapa?
Pak Tri : Tri, Tri Wiinarno (sambil menyerahkan kartu nama)
Peneliti : emm bapak di fundraisingnya?
Pak Tri : ya manajer fundraising, saya juga baru satu tahun di sini sebelumnya saya di pusat. Jadikan beda tu sama yang di pusat, kalau di sini kita membawahi operasional megapolitan. Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi (JABODEBEK).
Peneliti : dimulai dari struktur ya pak, struktur dari BMH ini seperti apa?
Pak Tri : sudah dapat profile belum ?
Peneliti : belum
Pak Tri : sebentar,, saya cek di sini (sambil buka tas mencari dokumen kepengurusan), euu di BMH atau di marketing?
Peneliti r : di BMH nya
Pak Tri : jadi kalau kita itu di bawahi ehemmm oleh direktur operasional. Kalau secara nasional kana ada yang namanya ketum ya, ketum itu diirektur utama. Jadi membawahi beberapa direksi, nah di bawah kepala direktur itu nanti namanya kepala divisi. Ada divisi marketing itu saya, divisi pendayagunaan itu pak Zaaenal, ada kepala divisi. Kemudian di bawah kepala divisi itu masing-masing kita memiliki coordinator jadi kalau saya itu ada namanya coordinator kemitraan dan perusahaan ada coordinator untuk retail ada coordinator untuk layanan. Ddi keuangan juga sama, di keuangan itu ada kasir, ada apa yaa. Ada komte kemudian yang lain itu sudah masuk ditingkat staff semua. Cuma nanti sebutan kita coordinator membawahi beberapa tim
Peneliti : dan itu semuanya ikhwan (laki-laki)?
Pak Tri : eeuu ya semuanya ikhwan. Kalau kita ada event-event tertentu seperti Romadhon. Roadhon itu kan kita event yang sifatnya adalah fundraising. Event fundraising tu kalau kaya-kaya di mall ini barter dengan Pejaten Village, kita mendatangkan artis dan lain sebagainya. Biasanya kita juga perlu temen-temen euu apa namanya euu yang akhwat paling enggak itu memang hanya event-evvent saja incidental. Atau seandainya kita ketika romadhon ada kegiatan pendayagunaan di mana gitu yaa. Kita butuh juga sebagai salah satu pendamping itu adalah akhwat. Nah paling kita butuh ketika itu saja.tapi kalau untuk fundraising regular seperti sekarang kita di konter kemudian di beberapa perkantoraan yang untuk jaga konter atau zis konsultan semuanya laki-laki.
Peneliti : untuk gerai regular sendiri sekarang ada berapa ?
Pak Tri : jadi kalau sebelumnya itu sebulannya hampir 15 konter. Naah untuk mulai tahun ini berjalan 3 bulan ini saya milih mana yang paling efektif mana yang tidak ya. Jadi kalau dulu itu kan namanya kaya Depo namanya kantor kas. Sekarang itu jatohnya adalah gerai. Jadi gerai itu hanya melakukan pengumpulan, tapi masalah distribusi dananya dari sini. Jadi dari dana yang mereka himpun itu masuk sini.
Peneliti : ke BMH yang ada di sini?
Pak Tri : ke BMH Jakarta. Nah dari masing-masing gerai saja yang aktif di Jakarta ini sekiar 5 itu yang besar-besar, kemudian di Depok sekitar 3 Bekasi 2 Bogor 1. Nah saya memang untuk tahun ini mencoba melihat dari sisi efektivitas dan juga efisiensi biaya ya karena memang ada yang, kalau saya yang ngitung berapa sih idealnya penerimaan dana konter gitu ya atau pun dari dana boot gitu ketika terhimpun. Contoh lah IBF gitu jadi kita harus menggunakan asumsi palingtidak dari sisi persentase walaupun itu sebenarnya kalau di keuangan kita satu tahun baru di rekap gitu ya. Tapi paling tidak kita punya asumsi dasarnya kalau seandainya dari zakat itu 12,5%,, kemudian dari infak itu maksimaaal kita bisa ambil 20%. Maksimal saya 10% itu operasional, nah ini saya berarti harus menghasilkan berapa kali lipat emm 10 kali lipat. Nah seandainya saya mengeluarkan biaya 10 juta berarti saya harus menghasilkan 100. Itu kalau asumsinya 10% semua. Atau asumsi kita dana itu adalah dana program terikat. Tapi kan dipenerimaan itu kita ada namanya infak umum itu yang kalau hak amilnya itu bisa sampai 20%.
Peneliti : hak dari infak?
Pak Tri : dari infak, infak umum ya. Jadi kan kita itu ada yang namanya wakaf. Wakaf itu kita nggkk boleh ngambil apapun. Kita nggak ngambil, jadi semuanya disalurkan. Kemudian dari zakat, tadi 12,5% kalau untuk yang infak program kaya contohnya infak untuk pendidikan. Kita itu ngambil maksimal 10%.
Peneliti : untuk amil?
Pak Tri : untuk hak amil. Ini infak umum ya. Kaya penggalangan umum lah ya penggalanagan umum itu kita bisa sebenarnya dikasih operasionalnya itu bisa sampai 25% sesuai dengan dewan syari’ah masing-masing. Kalau dewann syari’ah kan sebenarnya tidak ada yang membatasi terkait dengan berapa-berapanya. Tapi kalau di BMH dibatasi maksimal memang 25%. Nah jadi kalau ini dibuatkan rata-rata saya itu minimal itu 15-20% operasional itu harus menghasilkan sekian kali lipat lah kalu 5% saya harus menghasilkan 5 kali lipat kan. Nah makanya kalau hitung-hitungan saya seandainya saya mengeluarkan biaya 10 juta saya minimal harus menghasilkan 50 juta. Itu hitung-hitungan saya.
Peneliti : 50 juta itu untuk satuuu..?
Pak Tri : satu bulan
Peneliti : untuk semua gerai?
Pak Tri : satu bulan atau satu periode berjalan. Contoh kaya IBF. IBF itu seandainya saya biaya habis 20-an juta gitu ya. Maka saya harus menghasilkan minimal 100 juta.
Peneliti : yang dihimpun itu 100 juta?
Pak Tri : 100 juta selama 5 hari kan kamaren?
Peneliti : heem
Pak Tri : Itu baru impact dalam arti saya tidak mengambil hak-hak amil yang lain yang dibulanan ini untuk membiayai biaya itu. Makanya di kita penerimaan namanya dengan donatur rutin ataupun donatur yang tiba-tiba transfer tanpa kita harus keluar biaya kan ada juga tu. Orang yang cuma tau informasi dari mana dari mana rekomendasi, dan nanti saling subsidi lah sebenernya disitu. Jadi yang kita buat biaya berapa yang orang tiba-tiba tanpa biaya berapa. Nah dalam satu tahun di marketing itu berapa persen ya saya lupa ya cuma kita ngambil proporsi yang dari 12,5% sama 20%. Ini untuk marketing itu 1/3 nya kalau nggak salah.1/3 SDM dan kantor 1/3 nya untuk dana amil. jadi kalau di BMH pun biayanya tidak terlalu besar untuk operasional.
Peneliti : emm tadi itu yang 12,5% itu yang harus di himpunnya ustadz? Misalkan 12,5% dari zakat?
Pak Tri : maksudnya gimana?
Peneliti : sumber dana zis itu kan dukumpulkan dari muzakki ya ustadz
Pak tri : heeh
Peneliti : nah dari situ harus terkumpul berapa persen gitu dari infaknya berapa persen terhimpunnya?/
Pak Tri : ooo ya. Kalau di kita jadi saya dalam satu tahun itu membuat RAT ya Rencana Anggaran Tahunan yang disitu meliputi rencana penerimaan. Rencana penerimaan itu dilihat dari mana, saya melihat dari riwayat tahun-tahun sebelumnya. Proporsinya biasanya itu zakat itu bisa sampai 50-an persen, 50-an persen ya kadang 40 kadang 50 persen ya, tapi paling 40-an persen. Nah kemudian infak sebentar saya cari dulu datanya (sambil mencari-cari dokumen di dalam tas) walaupun kemaren sempet di suruh di rubah kalau bisa jangan zakatnya yang besar tapi infaknya yang besar karena hak amilnnya kan besar.
Peneliti : tapi padahal kan potensi zakatnya justru yang lebih besar ustadz
Pak Tri : yaa cuman kan gini, euu inilah sebenarnya persoalan-persoalan lembaga zakat itu simultan ya. Harusnyaa kalau kita menggunkan dalil “khudz min amwaalikum” itu tidak usah pakai sosialisasi ya kan. Ya harus dipaksa saja, undang-undang berjalaan . tadi saya baru ketemu dengan pak Fuad, pak Amin Tsuma juga. Euu masalah itu. Jadi kalau lembaga zakat itu harusnya nggak usah memikirkan yang 40% berapa persen-berapa persen kemudian operasional harus sekian, nggak usah, karena itu fungsi Negara gitu. Jadi kalau kita nyetak spanduk itu bukan lagi euu “Tunaikan Zakat Anda di sini” “Tunaikan Zakat Anda untuk Program Pendidikan” nggak usah begitu. Karena memang zakat ini adalah kewajiban gitu kan. Nah sementara sekarang ini nah ini mungkin bisa jadi salah satu kajian menarik sosialisasi zakat sosialisasi lembaga zakat yang ada ini lebih kepada pendekatan program, yaa kan. Hampir semua lembaga zakat begitulah, yang ditampilkan hasil program-programnya. Padahal kalau menurut saya zakat ini sesuatu yang harus dipaksakan dan yang punya fungsinya adalah pemerintah. Kalau misalkan lembaga zakat, oh biaya operasional untuk marketingnya besar ya sampai iklan di tv sampai iklan di mana-mana, karena memang fungsi pemerintah belum sampai kesitu. Contoh di Undang-Undang zakat saja belum sampai zakat itu sebagai pengurang pajak, zakat cuma sebagai PKP kan pengurang Penghasilan Kena Pajak.ya makanya di kita pun kemaren ada ini kebijakan di tim, ini harus di rubah ini kalau ini jangan 40 ini dibuat aja 35. Ini (zakat) 35 kemudian infak jadi 40 kemudian berapa ini…
Peneliti : shoodaqoh
Pak Tri : ya bukan, ituu kan, infak dan shodaqoh sama. Kemudian wakaf atau program yang terikat itu sisanya. Untuk apa sebenarnya, ini untuk mengantisipasi . nah itu memang anu nya eu apa tujuan kita buat proporsinya. Yang selama ini berjalan memang itu paling di kita yaa 40-50% setahun
Peneliti : amil ituu, euu salah satu asnaf kan ya ustadz jadi dia dapet haknya itu dari zakat iya dari infak juga iya?
Pak Tri : iya, jadi kan memang kata-kata yang spesifik sebenernya lembaga zakat itu kan ngelola zakatnya ya. Ini 12,5% ya kan. Nah 12,5% ini untuk banyak ya. Pertama kita untuk sosialsisasi bahasanya adalah marketing ya kan, kemudian untuk SDM, SDM itu untuk salary gaji kemudian untuk kantor ya kan ini sudah masuk di sini semua. Nah zakat. Kemudian infak sama, infak di luar infak yang terikat. Kalau di akuntansi kan ada tu infak terikat adalah infak yang euu ketika contohnya orang saya mau berinfak untuk anak ini, saya mau berinfak untuk.. ini cuma 10%. Untuk operasionalnya cuma 10%. Ini nanti dimasukkan untuk ini juga. Kalau infak umum itu bisa sampai saya lupa ini mungkin bisa ditanyakan nanti atau mungkin kemaren sudah ditanyakan. Itu kalau nggak salah 25% lah maksimal 25%. Ah ini untuk operasional amil semua, jadi BMH itu di topang dari mana operasional, ya dari infak ini. Infak yang terikat 10% kemudian yang ini (infak dan shodaqoh umum) sampai 25% kemudian yang zakat 12,5%. Jadi ini kalkulasi semua lah kalkulasi apa namanya penerimaan dalam setahun. (masih mencari-cari data di laptop)
Peneliti : emm boleh saya minta data soft file nya ustadz, untuk nanti lampiran.
Pak Tri : emm ya nanti saya carikan (masih mencari-cari data di laptop)
Peneliti : emm sambil lanjut ya ustadz
Pak Tri : silahkan
Peneliti : nah setelah dana itu terhimpun dari masing-masing gerai, kan kalau di lembaga lain itu ada yang namanya kolektor, atau jemput zakat. Nah di ambil dh tu ke masing-masing gerai. Nah setelah dana itu terkumpul, bagaimana strategi pengelolaaan dari laznas BMH sendiri?
Pak Tri : jadi kalau dii kita euu terkait dengan alur proses penerimaan zakat kalau sekarang ini kan prosesnya banyak ya, ada yang melalui jemput. Kalau yang jemput itu kan dia jatohnya sudah donatur yang regular. Ya kan atau donatur yang memang biasa minta dijemput. Nah kemudian yang ke dua ada yang namanya lewat konter. Nah konter ini yang tadi saya bilang yang di mall di perkantoran, kemudian ada juga lewat euu media digital. Itu yang dari kita mulai di crod funding elevenia ada juga yang di bli-bli, nah ini pengelolaannya beda-beda semua. Kalau yang dijemput itu mulai dari mereka konfirmasi, kemudian kita dateng, dana dijemput hari itu kemudian langsung dilaporkan di system kita. Kita kana ada system namanya system BIMA. Itu langsung di input dan hari itu donatur langsung mendaapatkan konfirmasi terkait dengan penerimaan dananya, “euu terima kasih bapak ibu sudah berdonasi ke BMH”. Nah setelah kalau pas dijemput kan mereka tentu mendapatkan kwitansi manual itu yang biasa kita bawa itu. Langsung manual langsung kita sampaikan pada saat itu pelayanan kita termasuk di do’akan kemudian kita berikan majalah juga kemudian kalau mereka setuju setiap bulan dikrim majalah mulia ya kita kirimkan, juga untuk membangun transparansi setiap bulan, euuu setiap seminggu dua kali kita kirimkan update program. Tentunya kita terakhir itu bangun Rumahh Tahhfidz itu yang di Muara Kama, itu setiap bulan eh setiap minggu itu kita update terkait dengan progresnya sudah seperti apa.
Peneliti : via apa tu ustadz?
Pak Tri : Whatsapp. Jadi sekarang hampir sms center kita juga sudah dirubah ke whatsapp semua. Karena hampir semua donatur sih rata-rata pakai whatsapp ya. Dan disitu lebih efektif karena kita bisa kirim gambar. Dan mungkin yang kedua contonya ini yang cukup bagus, kebetulan ramadhan kemarin saya belum di DKI. Tapi saya dipilih sebagai ketua qurban nasional membuat laporan ”same the report”. Jadi ketika pemotongan saya minta dalam bentuk video dan foto. Jadi begitu di potong dan hari itu bisa di kirim. Karena bahkan kemaren kan kita menjangkau hampir di semua provinsi lah. Karena yang namanya whatsapp mereka dapat sinyal mereka bisa ngirim, tapi kalau email biasanya agak lama. Soalnya Alhamdulillah tahun kemaren itu kita sampai 7 hari nyetak sertifikat. Kalau ini begitu hari itu dipotong atau maksimmal sampai hari tasyrik ke tiga itu udah selesai semua. Itu salah satunya. Nah kalau tadi yang dari konter kemudian ada tim penjemputan biasanya 3 hari sekali dia ke konter ngambil hari itu kemudian langsung di eeu input di kita nah nanti yang satu ke keuangan yang satu di system layanan. Nah system layanan ini kemudian yang nanti memfollow up. Kaya di kita kan ada yang namanya tim telling service, itu yang secara berkala nelpon ada juga tim yang setiap ini meng update program. Nah nanti beda palayanannya. Kalau seandainya dia euu kalau di ketika donatur itu kita kasih mana donatur yang prioritas atau yang regular. Prioritas itu jatohnya VIP.
Peneliti : kenapa tu bisa dbedain seperti itu ustadz?
Pak Tri : nah jadi biasanya kita melihat dari potensi zakatnya, potensi euu zakat dari masing-masing muzakki. Contoh seandainya ya kita melihat orang ini mampu. Kita kan memiliki beberapa kategori. Pertama ketika pertama kali mereka berdonasi biasanya kan kita mengeksplore ya terkait dengan kemampuan itu. Terkadang ada juga donatur itu yang berdonasi atau berzakat itu bukan hanya kepada satu lembaga. Nah ada juga yang mungkin ke beberapa lembaga. Ada juga yang full ke BMH. Nah kita kadang-kadang memprioritaskan beberapa donatur VIP. Itu dengan layanan khusus. Layanan khusus itu biasanya ditangani oleh temen-temen di manajemen. Seperti saya dan lainnya. Nah fungsinya untuk apa. Fungsinya adalah untuk memberikan pendekatan yang euu lebih euu intensif lah. Bahkan kalau komunikasi dan broadcast pun kita beda dengan yang umum. Kalau yang umum kan broadcastnya umum bahasa-bahasanya umum seperti bapak ibu.. tapi kalau oraang-orang khusus yang kita
pandang dia ada potensi tentunya euu dalam arti dia mampu ya atau kita bisa melihat beberapa kategori atau dia memiliki jabatan. Karena salah satu strategi kita untuk mengembangkan donatur adalah bagaimana kita menggunakan basis donatur lama euu atau bahasanya itu muzakki get muzakki. Nah jadi satu donatur di satu perkantoran gitu ya diharapakan sering silaturahim dengan personal dia juga ngajak temennya, ya harapan kita itu begitu. Jadi kenapa kita donatur-donatur yang memiliki potensi memiliki jabatan kemudian kita maintance secara personal orang khusus, harapan kita dia bisa memberikan impact kepada yang lain. Tapi yang regular juga layanannya ada juga tapi yang sifatnya umum.
Peneliti : nah setelah dana itu terhimpun terus masuk ke kantor BMH ini (system B-Maal) bagaimana untuk system pendistribusiannya ustadz ?
Pak Tri : yah pertama, paling nggak melihat jenis dana mungkin ya. Euu ini infak harus sesuai dengan ini, ini wakaf. Seperti saya bilang ketika dana itu masuk kan di form bukti tanda terima kan di tulis ini, ini dana zakat, ini dana program atau ini dana kurban gitu ya. Nanti diii euu diii system kita itu sudah euu terdeteksi sesuai dengan account nya masing-masing. Kalau dia dana zakat infak sedekah sudah dalam kategori itu. Nah kalau misalnya disitu adalah infak terikat euu apa namanya seandainya contoh khusus eu ke Palestina gitu ya, ada dana untuk ke Palestina. Maka dana yan kemudian masuk nanti ketika di keuangan. Kemudian keuangan melaporkan harus sinkron dengan dana data di marketing. Jadi memang kan kita 3 rekap kwitansi ya, yang pertama itu untuk donatur, yang kedua itu untuk back up layanan, yang ketiga adalah untuk backup keungan. Jadi nanti kita di layanan ini euu membackup dan memastikann bahwa dana yang masuk ini kemudian tersalurkan sesuai dengan keinginan donatur. Itu kita mellihatnyya dari situ rekapan setiap bulan. Nah kalau kemudian nanti dari keungan setiap bulan kan dia buat rekapan zakat berapa infak berapa kan, nah kemudian dari situlah nanti pendayagunaan bisa mengakses dana. Jadi nanti euuu apa namanya pendayagunaan melihat zakat itu berapa mau dipake untuk program apa dalam setiap bulan kan punya rencana anggaran tu. Ah nanti dia litany dari situ dari porsi itu. Itu memastikan program ini sudah dialurkan belum. Contohnya RTA ini Rumah Tahfidz terkumpul dana sampai 150 juta gitu ya, pada bulan ini sudah closed sudah tutup. Maka saya meminta kepada tim keuangan atau tim pendayagunaan ketika nanti di rapat manajemen dana ini sudah tersalurkan apa belum. Kalau belum maka dana ini harus disalurkan kapan. Itu kan harus ada updatenya. Jadi fungsi saya adalah memastikan bahwa dana-dana yang terhimpun sudah terdistribusi sesuai dengan tujuan-tujuan donatur. Atau minimal kalau itu sifatnya umum zakat umum harus sesuai dengan asnaf itu. Seperti itu. Sudah ada klasifikasinya.
Peneliti : kalau di persen kan ustadz pendistribusian untuk yang sifatnya konsumtif itu berapa dan produktif itu berapa?
Pak Tri : euu sebenernya yang tau persis itu pendayagunaan ya, tetapi kalau di layanan yang biasanya adalah memastikan broadcast ataupun informasi yang kita dapat juga dari pendayagunaan itu sesuai dengan apa namanya, euu maksudnya gini apa yang kita informasikan kepada donatur kemudian donatur menunaikan dananya kepada kita baik itu zakat, infak maupun shodaqoh. Misalkan mau broadcast pemberdayaan berbasis dakwah. Kita membuat program suku anak dalam ya pembinaan bagaimana kemudian saya memastikan donatur-donatur itu ketika transfer itu mengarah ke program itu. Walaupun ada juga donatur yang sudah biasa dia mau liat program atau tidak tetap aja transfer ada juga. Nah tapi kalau kemudian rekapan saya setiap bulan, mana dana yang paling besar masuk sebenarnya zakat yang sifatnya umum. Zakat yang sifatnya orang yang ah yang penting bayar zakat. Nah kalau kemudian dari zakat yang sifatnya umum kemudian mana yang sector produktif mana yang konsumtif kalau di BMH ini sebenarnya kalau saya melihat sekarang ini masih yang proporsinya masih yang habis pake. Contohnya untuk proram dakwah itu masih sifatnya yang konsumtif. Walaupun untuk yang produktif ya juga sudah kita rintis ya. Ada namanya BMT ada namanya pertanian agroponik, itu juga sudah kita rintis tapi memang porsi besarnya untuk saat ini euu lebih banyak ke yang konsumtif atau ke proyek-proyek habis pakai lah. Seperti terakhir ni rumah tahfidz kan masih masih yaa sebenernya produktif juga sih tapi nilainya yang saya lihat masih konsumtif. Kalau produktif itu kan lebih di lihat dari berapa kemudian impact dari pada progam itu dalam arti nominalkan ekonomi dan lain sebagainya. Tapi kalau di BMH lebih cenderung konsumtif.
Peneliti : itu yang suku anak dalam dari sini juga ustadz, BMH sini juga yang mendanai?
Pak Tri : euu iya, jadi kalaau program-program nasional, program nasional itu adalah program yang diusulkan oleh daerah, daerahh itu dalam arti BMH daerah ya perwakilan. Kemudian ini masuk ke pusat dan ini dijual bahasanya bukan dijual ya euu di sosialisasikan oleh semua BMH cabang. Contohnya DKI juga boleh jual kemudian Surabaya juga boleh jual. Nah dari hasil penggalangan-penggalangan ini kemudian nanti masuklah kita ke pusat, kemudian nanti masuk lagi ke program tersebut. Jadi prosesnya memang nggak bisa dari DKI itu langsungg menyalurkan ke daerah itu nggak bisa. Jadi kita ke pusat dari pusat baru ke daerah. Termasuk program-program yang luar negeri. Jadi ketika Palestina gitu ya ini nanti menjadi kebijakan yang namanya program nasional, maka ini boleh di di sosialisasikan oleh siapapun. Semua BMH cabang, seratus cabang itu kan. Dia boleh sosialissikan. Dari dana yang ada ini kita setorkan ke pusat. Nah dari pusat ini kemudian nanti di distribusi ke Palestina Rohingya juga begitu. Termasuk suku anak dalam yang ada di Jambi, program ini dari Jambi sebetulnya. Cuma kan kita tahu kemampuan BMH Jambi yang masih kecil gitu ya, masih belum mampu membiayai mendirikan pesantren atau pusat pembinaan. Akhirnya diangkatlah ke program nasional nah itu di BMH pusat, BMH pusat merekomendasikan ke BMH-BMH yang besar termasuk BMH Jakarta untuk mengumpukan dana program ini, kalau nanti dana itu sudah terkumpul baru didistribusikan ke program ini. Dari BMH pusat untuk BMH yang di Jambi. Berarti nanti pelaporannya juga dari sana.
Peneliti : euu berarti nanti kalau romadhon gerainya di tambah?
Pak Tri : yaa euuuh, memang gini kalau terkait dengan konter, konter ya namanya. Bukan gerai.Kalau gerai itu kaya kantor cabang kalau sekarang. Kalau konter seperti tadi saya bilang ya sebenernya event strategi sudah cukup lama dan sekarang kan ada media yang lebih efektif sebenarnya seperti media social, digital marketing atau platform “kita bisa” atau pun yang lain. Euu bahkan sekarang saya berani ganti dari yang biasa konter itu dengan event Ipo. Kemaren saya sudah 3 kali mengadakan event fundraising bersama Ipo Santosa. Nah kalau yang konter untuk romadhon ini kan saya target 25 konter. Itu di mall dan diperkantoran, untuk Jakarta. Untuk Depok itu sampe kemaren dia minta euu 12 konter, kemudian Bogor itu minta 5 konter, Bekasi itu adaa minta 3 konter. Ini untuk romadhon saja. Memang range waktunya yang sebulan full ada yang 20 hari ada yang 20 hari. Dan juga ini nggak mesti bayar. Ada yang barter ada yang memang dia minta artis. Artis kan kalau kita kenal bayarnya juga nggak mahal atau pun bahkan free. Jadi kalau di mall ini kan yang 25 ini hampir yang 12 itu mall, 12 mall ini ada yang sewa ada yang nggk.
Peneliti : emm masa sh ustadz?
Pak Tri : iya, yang sewa kan kita bayar yaa, beda-beda lah ada yang mulai 5 juta dan lain sebagainya sebulan. Lalu ada juga yang free cuma nanti konvensasinya kita memberikan takjil untuk jama’ah disitu. Karena ita juga ada program buka puasa kan. Nah itu boleh bisa kita ambil berapa. Atau misalkan ada progam belanja yatim bersama artis, nah kita yang datangkan artisnya. Atau dia bisa aja barter mungkin dengan bentuk yang lain, bisa juga sih, banyak bentuknya.. tapi kalau untuk perkantoran, untuk perkantoran kita rata-rata free. Tinggal bagaimana kemudian kita bisa memberikan euu pelaporan aja ke mereka.
Peneliti : untuk penghimpunannya ada penaikan nggak ustadz setiap tahunnya?
Pak Tri : setiap tahun ada. Jadi kalau dii BMH ini kita pernah mnendapatkan IMZ award itu 2 ribu…..2011 kali ya atau 2010 saya lupa.
Peneliti : IMZ itu award untuk apa?
Pak Tri : fundraising, jadi kita termasuk lembaga zakat yang pengumpulannya paling cepet. Karena memang dari sisi jaringan BMH itu terbesar dari lembaga-lembaga zakat yang ada. Karna kan BAZDA Hidayatullah ya dan hampir perkembangannya selama ini eu apa pertumbuhan temen-temen itu ada yang sampai 20, 30%. Di DKI sendiri kemarin itu target 22. Sekarng ini saya masuk di DKI aja ya itu 32 miliar untuk taun ini ya untuk DKI. Berarti naik sekitar 10 miliaran dari tahun sebelumnya. Dan memang masih perlu digenjot terus lah. Karena memang kalau dilihat dari potensi..
Peneliti : potensinya kan memang sekitar dua ratus delapan..
Pak Tri : 217 Triliun, iya. Masih kecil lah. Sekarang kan baru 6,2 triliun. Yang terhimpun. Secara BAZNS LAZNAS. Sementara kita kan baru nasional baru serattuuus (sambil mengingat-ngingat) 130 atau 140 lah saya lupa.
Peneliti : nasionalnya?
Pak Tri : heueum, 140-an lah. Kalau di DKI ini targetnya 32, 3 miliar.
Peneliti : sempet baca juga berita kalau BMH itu memang euu LAZNAS yang tercepat euu memberikan laporan keungan gitu ke BAZNAS.
Pak Tri : mungkin ya, saya belum tau anu nya tapi paling tidak memang kita secara berkala ya, secara berkala itu memberikan laporan kepada BAZNAS atau KEMENAG sebenarnya melalui BAZNAS ya. Dan di BMH sendiri terkait dengan program euu bahkan di forum-forum kita ini terkenl sebagai lembaga yang memiliki euu apa namanya jaringan terluas ya. Makanya kalau kemudian masalah laporan keuangan atau realisasi keuangan lebih cepet sudah punya basis-basis ininya ya, basis-basis pendayagunaan. Ya itu mungkin menjadi salah satu kelebihan BMH walaupun masih ada juga beberapa kekurangan yang belum kita perbaiki karena dengan semakin banyaknya jaringan itu kan harus bagaimana mengkondisikan ini kan agar tidak terjadi slek dan lain sebagainya.
Peneliti : bagaimana strategi BMH untuk meningkatkan kepercayaan muuzakki?
Pak Tri : euu sebenarnya kalau terkait dengan strategi marketing, karna saya lebih spesifik ke situ ya. Dan ini tidak bisa dilepaskan dengan euu apa namanya semua divisi. Yang pertama sekarang itu kenapa zakat yang begitu besar dari 217 triliun tidak terkelola dengan baik gitu. Yang pertama memang kelemahan kita ada di sisi regulasi. Bagaimana sisi regulasi ini belum mengakomodir untuk itu. Salah satu bentuknya adalah bagaimana undang-undang ini kemudian contohnya ya bagaimana uu ini euu zakat ini bisa menjadi pengurang pajak, nah ini kan belum dikabulkan juga oleh pemerintah. Ini salah satunya. Kemudian yang kedua dari sisi tata kelola lembaga ya, tata kelola lembaga zakat yang menurut saya juga perlu di seriusi, atau masalah sertifikasi amil. Dan di BMH sendiri baru menuju kesana bagaimana kita bisa membentuk amil-amil yang kompeten dalam sisi itu. Itu bukan pekerjaan marketing tapi pekerjaan tim lain kan. Nah saya melihat dari sisi itu yang pertama dari regulasi pemerintah yang kedua dari sumber daya amil. Yang ketiga adalah bagaimana kemudian euu spesifik ditingkat marketing kita bisa menggunakan teknologi informasi ini sebagai salah satu media marketing. Di BMH ada namanya kita punya platform “berbagi kebaikan” yang kemarin kita baru launching. Itu sebenarnya adalah untuk mengkanal euu kaum-kaum milenial ya tapi dengan lifestyle yang berbeda. Kalau yang selama ini sosialisasi melalui pengajian melalui mungkin brosur-brosur kajian, tapi dengan kita di medsos kemudian kita disitu masukan aplikasi yang friendly terkait dengan bagaimana berbagi, berzakat ya diharapkan zakat ataupun infak bahkan itu bisa menyasar semua kalanga. Nah itu salahh satu yang coba kita kembangkan. Kemudian terkait dengan segmen itu juga seperti di DKI sendiri saya coba kembangkan bahwa zakat ini tidak eksklusif untuk orang-orang tertentu dalam arti yang dalam konteks hanya memiliki pemahaman keagamaan saja enggak. Sekarang saya mencoba masuk dalam lingkungan euu yang lebih moderat contoh karyawan-karyawan yang bahkan tidak berjilbab. Bagaimana kita edukasi tentang berbagi. Karena sesungguhnya ketika kita bisa mengatakan kepada mereka tentang berbagi itu tidak melihat sekat-sekat euu mereka apa namanya muslim yang taat atau tidak kadang-kadang. Walaupun kedepannya tetap kita edukasi terus ya euu dia memiliki pemahaman yang baik tentang Islam dan sebagainya. Tapi untuk tahapan ini kita memang masih mencoba untuk sosialisasi di semua kalangan.terus yang terakhir kalau di BMH sendiri bagaimana kita bisa memberikan transparansi kemudian juga kecepatan dan ketepatan dalam sisi laporan. Itu menurut saya yang paling penting. Karena salah satu contoh kadang satu donatur itu kadang tidak hanya berdonasi di satu lembaga. Ketika dia berdonasi di beberapa lembaga dan hampir kalau mungkin bisa diselidiki beberapa lembaga di laporan keuangan atau dilaporan apa yang bisa kita liat ya nama donatur ini kadang-kadang ada juga di donatur yang lembaga yang ini. Dan tidak menutup kemungkinan zakat-zakat itu dibagi-bagi. Dan kita berlomba-lomba dalam konteks fastabiqul khoirot ya sesama lembaga dalam memberikan pelayanan terbaik. Bukan berarti kita menjatuhkan yang lain nudzubillah. Tapi bagaimana saya BMH yang kita kedepan kan adalah bagamana kita bisa memberikan transparansi dari sisi pengelolaan, kemudian kita harus teraudit setiap taun
yak an, kemudian program-program yang kita berikan terupdate. Nah itu menurut saya yang memang kita berikan kepada donatur. Karena memang kalau kita lihat sekarang donatur kadang euu tidak melihat lembaga. Ada sih beberapa yang melihat lembaga, ini leembaga besar, tapi pendekatannya masih banyak yang melihat dari sisi program. Siapa punya program yang lebih bagus donatur banyak yang kesitu. Mungkin kalau temen-temen juga tau “kita bisa” kan, kan nggak tau siapa itu kan, tetapi orang percaya kesitu. Bahkan dia bisa mengalahkan kedepan hampir lembaga-lembaga penggiat zakat dengan platfoam online “kita bisa”nya. Nah makanya kita juga harus mengarah ke situ, bagaimana menggunakan media itu kesana. Kalau misalkan kita spesifik bahasanya kaalau di investasi tu kaya pier to pier kan, saya zakat eh saya infak saya sedekah untuk ini digunakan untuk ini kan bagaimana hasilnya keliatan kan dan BMH akan melakukan itu. Dan kita mencoba masuk kesana dengan “berbagi kebaikan” biar donatur tau persis dana zakat saya itu untuk apa sih gitu ya.
Peneliti : saya juga pengalaman ustadz pas jaga di konter..
Pak Tri ; pernah jaga dimana?
Peneliti : euu di BAZNAS sempat waktu itu di konter PIM (Pondok Indah Mall) waktu itu samping-sampingan sama Al-Azhar. Dan memang donatur itu bilang untuk BAZNAS segini ya mbak saya juga mau euu zakat di lembaga lain.
Pak Tri : ya, memang euu sebenarnya justru bagus dia melihat itu. Iya berarti kan dia melihat ini baik, ini baik. Tapi dalam konteks kita sebagai amil kita harus memberikan yang terbaik. Ya tapi bukan berarti kita menjatuhkan yang lain tapi bagaimana kita bisa memberikan yang lebih baik dari lembaga lain. Itu dalam konteks saya sebagai amil BMH ya. Kalau dalam apa euu nanti pandangan donatur mana yang paling baik terserah ke mereka kan. Tapi paling tidak kita harus berusaha menjadi yang terbaik lah.
Ya kalau di kita gambaran besarnya seperti tadi yang saya katakan ya. Jadi kalau dalam konteks secara eksternal dan internal , kalau di rencana strategi kita secara eksternal yang tadi saya katakana seperti regulasi zakat, pemerintah kemudian juga mungkin fungsi dari pada pendakwah-pendakwah itu ya bagaimana strategi zakatnya. Kemudian dari sisi internal memang seperti kita juga harus terus diperbaharui dari sisi pengelolaannya. Seperti tadi disampaikan pengelolaan SDM nya, termasuk sertifikasi amil kan belum. Walaupun sudah mau berjalan.
Peneliti : sertifikasi amil itu maksudnya fungsinya nanti kita dapat semacam tunjangan?
Pak Tri : sertifikat. Euu jadi memang paling tidak sisi kompetensi gitu. Sekarang sudah ada yang namanya sekolah amil ya sekolah amil yang diinisiaasi oleh FOZ sebenarnya. Nah itu juga sebagai salah satu lembaga diklat kemudian juga menstandarkan amil. Kalau sekarang ini kana amil hanya sebagai bahkan orang tanpa kompetensi pun bisa jadi amil. Karena Cuma sekedar saya peduli, saya mau, atau bahkan sayaa lagi kosong waktu saya jadi amil. Nggak begitu. Karna kalau kita melihat fungsi zakat sebenarya memang harus dikelola secara professional. Nah termsuk saya, saya juga masih harus banyak belajar. Karena bagaimana pun kalau kita berkaca kee Malaysia atau Saudi lah ya, pengelolaan zakatnya sudah lumayan bagus gitu ya. Jadi termasuk mungkn di UIN namanya jurusan manajemen zakat kan juga ada SEBI juga ada. Dan pemerintah dengan isu-isu terbaru ini bagaimana memang menggunakan zakat itu sebagai salah satu instrument euu fikal gitu ya. Nah disitu menurut saya potensi zakat ke depan nggak bisa dikelola hanya lembaga-lembaga zakat begini parsial. Ke depan memang harus ada satu aturan yang terintegrasi seperti wacana bagaimana OJK ini mengawas terkait dengan pengelolaan zakat yang ada di Indonesia. Iya jadi zakat ini mungkin jadi sebagaimana Dirjen pajak gitu. Harusnya kesitu. Nah itu kan harus didukung oleh amil yang kompeten ya kan. Bukan dari hanya dia paham fikih zakat, paham keuangan zakat. Tapi dia harus dalam tingkatan itu, umpamanya dilevel staff dia harus punya kemampuan apa sih di level senior staff, di level manajer apa gitu ya dia harus punya kemampuan, itu sertifikasi itu yang memang belum di bakukan. Itu yang menurut saya penting.
Peneliti : tadi yang dikatakan sekolah amil itu dimana ustadz?
Pak Tri : itu di FOZ. BMH juga punya. BMH punya sekolah amil tapi itu diinisiasi oleh BMH. BMH punya sekolah amil yang buat salah satu wadah upgrading BMH saja. Tapi yang diinisiasi oleh temen-temen FOZ sebenarnya ada juga. Sekretariatnya juga belum ini sih belum resmi. Kalau yang di BMH itu kan mencakupnya ke sekolah tinggi yang di Depok itu STIE. Kalau yang di FOZ setau saya belum berbadan hokum. Tapi programnya berjalan terus upgrading dan lain sebagainya, pelatihan itu berjalan terus. Bahkan seperti lembaga-lembaga NGO contohnyaa jadi lembaga-lembaga yang memang sebenarnya awalanya adalah lembaga faundraising non zakat itu sekarang udah mengarahnya ke zakat. Bagaimana dia buat peelatihan tentang manajemen zakat.
Ya kalau di kita itu ya, pertama bagaiman penguatan disisi amil ya, yang kedua di tim kita baagaimana kita bisa menignkatkan laayanan transparansi laporan keuangan dan lain sebagainya. Kemudian untuk pengembangannya kita masih menggunakn konter-konter, gerai kemudian kita juga ada event-event fundraising apa namanya dengan menyasar semua kalangan jadi kita tidak membatasi hanya orang-orang tertentu di masjid dan sebagainya kemudian juga kita terakhir ada MPZ (Mitra Zakat) euu itu ada di masjid-masjid yang mengelola zakat tapi mereka tidak punya badan hokum. Jadi banyak lembaga-lembaga yang apa atau komunitas lah ya, komunitas-komunitas di perusahaan gitu kan itu mereka mengumpulkan dana zakat dan lumayan besar bahkan ada yang ratusan juta perbulan. Tapi mereka tidak, kalau BUMN kan di bawahnya BAZNAS ya. Cuma kalau memang dia yang belum mau masuk ke BAZNAS nah kita tawari juga dari sisi support kemitraan. Nanti kita damping mereka laporan keuangannya ke kita. Dan sebagainya lah, itu salah satu bagaimana kita biss memberikan edukasi.
Transkip Wawancara dengan Mustahik (Penerima Manfaat BMH)
Waktu : Kamis, 24 Mei 2018, pkl 20.00.00-21.00 WIB
Tempat : Depok
Informan : Musliadi
Profesi : Pengusaha Ketring
Usia : 41 Tahun
Peneliti : Bapak tau BMH dari mana atau dari siapa?
Musliadi : kalau BMH saya yang melahirkan di Jakarta. Sebelum BMH hadir di Jakarta saya termasuk yang merintis bersama pak Suhardi. Jadi cikal bakal BMH itu kami yang termasuk menyebar apa namanya itu euuu pamphlet.
Peneliti : BMH yang di Kalibata pak?
Musliadi : emmm iya, Kalibata itu kan sebelumnya di Samali sebelumnya lagi di Kalimalang sebelumnya lagi di Cipinang Cempedak no. 11 eh no 14 kantor DPP Hidayatullah itu sejarahnya ya.
Peneliti : oo.. jadi bapak ini perintis sekaligus penerima manfaat begitu?
Musliadi : iya saya termasuk penerima manfaat dari program euuu.. program ini ya MAPAN dari BMH untuk usaha euu usaha ketring saya itu. Ya Alhamdulillah cukup membantu ya, termasuk event-event di BMH itu selalu menggunakan nama ketring saya euu “Aya Catering”, itu selalu dijadiin mitra untuk apply nasi kotak.
Peneliti : emm apa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum mendapatkan dana dari BMH itu?
Musliadi : simple aja, BMH itu kan sebenarnya melihat keseriusan eu.. apa namanya person itu. Kemudian di verifikasi setelah itu dibantu dan didampingi supaya dia bertumbuh menjadi entrepreneur yang tangguh. Euu hari ini saya mencoba untuk naik kelas, untuk tidak dibantu lagi oleh BMH (sambil berdehem).
Peneliti : euu kalau persyaratan berupa dokumennya ada mungkin pak?
Musliadi : jadi waktu itu survei ke lokasi, survei dapur, kemudian nanya tentang sudah melayani siapa saja. Dari situ apa namanya, dirapatkan di internal manajemen dan memutuskan bahwa “Aya Catering” layak untuk dibantu dengan memenuhi standar sebagai pengusaha pemula.
Peneliti : surveinya ke rumah?
Musliadi : iya langsung ke rumah, liat dapur kemudian nanya tentang cash flow ya selama ini keuangan Aya Catering bagaimana, setelah itu di rapatkan di internal mereka dan Alhamdulillah layak mendapatkan bantuan dari BMH.
Observer : tahun berapa pak?
Musliadi : tahun kemaren, 2016 ya tepatnya 2016 akhir.
Peneliti : euu.. waktu itu kan sempat wawancara dengan pengurus BMH bagian program dan pendayagunaan, menyebutkan bahwa pemberian modalnya itu disesuaikan dengan jenis usaha yang dimiliki, kalau boleh tahu jumlah modal yang diberikan BMH waktu itu berapa?
Musliadi : euu.. modalnya kecil yang dari BMH itu karena memang sifatnya UKM gitu ya jadi semua yang mendapatkan manfaat itu diberi modal 2 juta per usaha supaya bisa apa namanya untuk beli minyak goring, beli bahan baku dan lain sebagainya. Setelah itu di damping lagi ditanya lagi perkembangannya seperti apa dan langsung order ke dapur kan nah itu kan sudah langsung kembali modal itu, misalkan catering kan rata-rata keuntungannya itu 40 persen . kalau misalkan 10 juta bersih itu 4 juta. Nah dari modal 2 juta itu kita bisa beli misalkan bahan-bahan kebutuhan dasar catering itu kan ya bumbu dapur. Pada saat mereka order modal itu sudah dua kali lipat sudah kembali.
Peneliti : dalam jangka waktu berapa lama?
Musliadi : sekali saja, sehari order itu langsung kembali, belum lagi kalau beberapa kali, BMH itu termasuk yang sering order ke “Aya Catering”.
Peneliti : selain memberikan modal juga dibantu dengan orderan itu ya pak?
Musliadi : iya.., jadi cukup sekali saja ngasih modal hanya untuk stimulus saja euu seperti yang saya sebutkan tadi untuk beli bahan-bahan. Pada saat mereka order untuk kegiatan mereka seperti training sampai 100 orang. 100 orang ini kan butuh makan seperti prasmanan.
Peneliti : euu program MAPAN ini kan sifatnya Qordul Hasan ya pak (pinjaman kebaikan). Yang namanya meminjam itu kan harus dikembalikan kepada si pemberi pinjaman. Nah apa yang bapak berikan kepada BMH setelah mendapatkan modal ini?
Musliadi : saya.. ketika program ini berjalan tiba-tiba euu dalam proses berjalan itu ada pergantian-pergantian kebijakan yang mengelola program MAPAN ini digeser sehingga tidak ada apa namanya euu lepas begitu aja. Jadi dari semua yang mendapatkan manfaat itu, dari sekitar 10-15 orang tidak ada lagi tindak lanjut, pertemuan gitu ya. Nah akhirnya euu kami juga bingung dari 15 orang ini seperti apa, mengembalikan dalam bentuk uang atau apa. Ya itu aja, karena tidak ada tindak lanjutnya dianggap sampai sekarang ya berhenti begitu saja. Padahal temen-temen sudah pada bisa mengembalikan.
Peneliti : pendampingan dilakukan berapa kali pak?
Musliadi : pendampingannya dua kali, setelah dikeluarkan modal itu, pecan depannya dating lagi bawa ex. Banner sesuai dengan jenis usaha masing-masing dengan macam-macam gambar makanan. Dipekan selanjutnya pada saat ada order ya ada order kami undang. Setelah itu tidak ada lagi. Ya jadi catatan juga buat euu apa namanya divisi pemberdayaan dalam hal ini ya pendampingan, pendampingan usaha.
Peneliti : tentunya setelah dibantu oleh BMH ada peningkatan mungkin pak dari omset?
Musliadi : Alhamdulillah 2 bulan terakhir ini dapurnya nyala terus. Jadi kalau apa namanya kalau sudah ada nalurinya itu, Inshaa Allah berjalan terus. Sekarang sudah melayani euu wedding (pernikahan) yang sifatnya bermitra dengan yang lain. Jadi diusaha manapun memang dibutuhkan inovasi kreativitas. Jadi kalau kita berhenti dengan pikiran sendiri, yauda segitu-gitu aja. Tapi kalau bermitra dengan banyak orang Inshaa Allah berkembang.
Peneliti : emm.. tujuan dari MAPAN sendiri adalah mengganti status mustahik menjadi muzakki. Berarti sekarang bapak sudah menjadi muzakki ya?
Musliadi : iya Alhamdulillah seperti yang saya bilang tadi. Saya ingin bisnis ini sudah naik kelas saya ingin menjadi bagian dari muzakki.
Peneliti : menjadi muzakki BMH juga mungkin pak?
Musliadi : ya ke BMH dan orang-orang sekitar BMH tentunya.
Peneliti : apa harapan bapak untuk LAZNAS BMH kedepannya?
Musliadi : euu sesuai dengan yang saya geluti, harapan saya buat BMH agar lebih serius euu dalam hal pemberdayaan. Jadi euu mudah-mudahan tidak keluar bahasa ini ya, mudah-mudahan tidak
menjadikan euu unit bisnis itu sebagai entertain tapi bener-bener memang lahir pengusaha dari BMH. Misalkan di modali, di damping, diantar sampai jadi. Menurut saya yang ada di JABODEBEK ini memang belum ada yang betul-betul murni lahir dari BMH. Ya maksudnya entertain itu euu seperti usaha lele (bioflok) hanya menjadi entertain untuk muzakki supaya kasian kan. Maksud saya supaya lebih serius bahwa mereka memang perlu dibantu untuk meningkatkan taraf pengusaha kelas pemula. Jadi jangan sampai mundur sebelum sukses. Saya sudah ancur-ancuran badan ini. Kesiram air panas, belang semua badan, tapi saya nikamati.
Peneliti : jadi sudah berapa lama bermitra dengan BMH pak?
Musliadi : emm ya baru 2 tahun lah, tapi kalau kegiatan lain semenjak lahirnya BMH. BMH berdiri tahun 2001. Berarti tahun 2000 saya menginisiasi pelatihan BMH. Perkembangannya luar biasa, pesat sekali jadi kornya itu memang untuk sosial. Bisnisnya pun rasa sosial. Makanya saya bilang tadi program-program yang BMH luncurkan itu lebih pada ketahanan pangan dhuafa. Jadi kalau untuk bisnis BMH hanya sebagai stimulus saja. Kalau mengharapkan modal lebih itu tidak bisa. Jadi misalkan MAPAN ini dijual ke donator, dapatlah 40 juta. Nah 40 juta itu dibagi-bagi lagi ke orang. Saya sempat tawarkan waktu itu kenapa yang 40 juta itu tidak dilempar ke orang yang serius misalkan. Yang betul-betul saya sampai menunjuk diri saya gitu. Kenapa bukan saya kelola saja. Supaya saya bisa euu mengelola itu dan menjadi dana bergulir kan. Tapi kalau di share ke 20 orang kan masing-masing hanya mendapatkan 2 juta dan terbukti omongan saya, 2 juta 2 juta 2 juta kemudian mundur secara pelan-pelan.
Peneliti : banyak yang mundurnya pak?
Musliadi : pasti, yang namanya usaha itu berat, kapan modal itu kemakan antara modal dengan konsumsi keluarga itu, kemudian kebutuhan, 2 juta itu setengah bulan. Bersamaan dengan bayar kontrakan 14 juta bayar sekolah anak-anak 3 kan, dikasih modal 2 juta, nggak keliatan. Tapi ya itu tadi 2 juta itu saya anggap hanya stimulus.
Peneliti : alat ukur pemberdayaan ekonomi itu kan dari tidak punya ini ke punya gitu. Nah setelah bapak diberdayakan oleh BMH apa yang sebelumnya bapak tidak punya menjadi punya?
Musliadi : euu ya pada akhirnya punya. Ya saya harus mengakui juga tadi yang saya sampaikan , dari stimulus itu kemudian ada semacam komitmen setiap event BMH itu ordernya ke “Aya Catering” kan. Sudah sangat luar biasa sebenarnya manfaat yang saya dapatkan memberdayakan euu mitra-mitra yang pernah di support termasuk saya. Alhamdulillah sudah lebih dari cukup yang saya dapatkan dari BMH.
Jadi dari modal 2 juta bisa dapatkan puluhan kali lipat, sudah sangat banyak. Sudah 2 tahun bermitra dengan BMH dan unit-unit yang disamping BMH seperti yayasan Hidayatullah. Cuman memang untuk euu untuk naik kelas itu butuh modal besar. Saya misalkan butuh modal 1-2 M. 1 M itu buat dapur, 1 M untuk alat transportasi paling tidak itu satu kebutuhan. Nah itu bayangan saya, kalau itu ada wah omsetnya bisa lebih. Kalau selama ini kan omset saya itu kadang-kadang ya naik turun ya. Kemarin yang wedding itu pernah diangka 170 juta yang bulan kemaren. Dan di bulan yang akan dating nol. Ya itu bulan yang akan dating ada lagi juga.
NO NAMA PROGRAM / kegiatan
WAKTU PELAKSANAAN
JUMLAH PENERIMA MANFAAT
KETERANGAN
1 PROGRAM SOSIAL 2017 116
mustahik yang datang ke kantor by proposal/pengajuan
2 BEASISWA KADER BANGSA 2017
96 Perguruan Tinggi Umum
3 BEASISWA PT 2017 75 STIE Hidayatullah
4 BEASISWA SEKOLAH PEMIMPIN
2017 125 Tingkat SMA
5 NATURA DA'I 2017 270 Da'i-da'i tangguh
6 BANTUAN PENDIDIKAN 2017
34
mustahik yang datang ke kantor by proposal/pengajuan
7 MOTOR DAI TANGGUH 2017
5
Da'i-da'i tangguh pedalaman, perbatasan, maupun pinggiran kota
8 BANTUAN SOSIAL 2017 24
program sosial untuk Yatim & Dhuafa
9 MAPAN 2017 23
Bantuan Kemandirian Ekonomi
10 PROGRAM KESEHATAN 2017
350 Pengobatan Dan Pemeriksaan
11 PROGRAM JUMAT BERKAH 2017
1.550 15 Lokasi Masjid
12 PROGRAM BENCANA NUSANTARA
2017 1.000
13 LOGISTIK SANTRI 2017 3.300
Yayasan ada 8, anak anak ada 3.000 an
14 PROGRAM KEMITRAAN 2017
51 Mitra eksternal
15 PROGRAM RAMADHAN 2017
14.000
Tebar ta'jil, santunan Yatim, ceria Belanja Yatim, Tebar fitrah, natura da'i
16 PROGRAM QURBAN 2017
5.000
26.019
Data Penerima program BMH Perasnaf
No Asnaf Jumlah Penerima 1 Fakir 557 2 Miskin 3.954 3 Amilin 18 4 Mualaf 109 5 Riqab 6 Ghorimin 13 7 Fisabilillah 228 8 Ibnu Sabil 2.540
Jumlah 7.419
DAFTAR PENERIMA MANFAAT MUSTAHIK EKONOMI SINERGI PT. OTIC
NO NAMA ALAMAT TEMPAT & TANGGAL LAHIR JENIS USAHA
1 SANTA BIN ASIM
KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI
BEKASI 03-06-1975 PEDAGANG
2 KASUM KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI
BEKASI 16-031963 WIRASWASTA
3 AMIH BT SAIM KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI
BEKASI 16-09-1972
MENGRUS RUMAH TANGGA
4 IBAH KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI
BEKASI 01-07-1978 WIRASWASTA
5 ACIH BT KAMU KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI
BEKASI 14-06-1969
MENGRUS RUMAH TANGGA
6 ENIN KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI
BEKASI 01-07-1964 PETANI
7 OLANG BIN OJAN
KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI
BEKASI 20-11-1970 WIRASWASTA
8 SATUR BIN BOEN
KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI
BEKASI 17-12-1961 PETANI
9 SANDIH BIN MUSA
KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI
BEKASI 11-12-1961 PETANI
10 ABDURRAHMAN NOHO
PERUM BUMI MADANI INDAH BLOK F 9/7
MANADO 07-10-1972 USTADZ
Realitas Metode Marketing
•Teleservice•Telemarketing•Layanan Aktif•Berapa transaksi per bulan???•Apa layanan yg ada?•Apa yg dibuthkan?
Layanan
•Berbasis konter•Event isidentil
Retail•Segment komunitas Islam•Unit Sosial•Non CSR
Corporate/Event
•Marketplace•Crowdfunding•Website,dll
Digital Marketing
Ka. Fundraising & Markom
Kord. Pengembangan Retail
PJ KonterKord. MZ &
Agen Zis
Kord. Layanan
Database, Layanan aktif
Teleservice dan
Telemarketing
Kord. Corporate dan Event
Desain & Event
Koordinator Kemitraan
Perusahaan
Struktur Fundraising BMH Megapolitan
Kebijakan Fundraising Dana penerimaan sebesar 32 Milyar.
Peningkatan jumlah donatur personal 2.000 donatur baru.
Pengembangan donatur berbasis Agen ZIS 10 Orang.
Membangun kerjasama dengan merchant sebanyak 20 perusahaan.
Optimalisasi Mitra Zakat Internal 3 Lembaga dan Eksternal 10 Mitra.
Pemasangan 4 Baliho dan 100 Spanduk setiap Bulan
Meningkatkan performance dan kemudahan layanan pembayran melalui konter zakat.
Membangun konsep pengembangan donatur retail berbasis kerelawanan dan Agen Zis
Meningkatkan layanan retail berbasis layanan event komunitas (Rodshow Event Fundraising/Event Hari Besar).
Mengembangkan donatur retail berbasis endorse tokoh via sosial media (whatshap/telegram).
Peningkatan jumlah donatur 2.000 donatur baru.
Depok 500 Orang
Bogor 100 Orang
Bekasi 200 Orang
DKI Jakarta 1.200 orang
Pengembangan donatur berbasis Agen ZIS 10 Orang.
Rekruitmen agen zis berbasis komunitas taklim, BDI
Rekruitmen agen zis berbasis person potensial yang memiliki jaringan dan pengalaman
Memberikan kompensasi dalam bentuk transport serta fee ujroh dari setiap peneirmaan per jenis dana
Upgrading dan pendampingan Agen Zis
Mengedepandkan sisem kerelawanan sosial
Depok 2 Orang
Bogor 1 Orang
Bekasi 1 Orang
DKI Jakarta 6
Orang
Membangun kerjasama dengan merchant sebanyak 20 perusahaan.
Depok 5 Mitra
Bogor 2 Mitra
Bekasi 3 Mitra
DKI Jakarta 10
Mitra
Melakukan penawaran pada mitra yang telah/pernah bekerjasama
Mengedepankan sharing benefit
Melakukan penawaran pada toko retail, restoran, cafe, dll
Menjalin kemitraan dengan retail besar lottemart,carrefoure,gian, dll
Optimalisasi Mitra Zakat Internal 3 Lembaga dan Eksternal 10 Mitra.
Depok MZ Eksternal 3
Bogor 1 MZ Eksternal
Bekasi 1 MZ Eksternal
DKI Jakarta MZ Internal
3, Eks 5
Menjalin kemitraan dengan masjid perumahan atau perkantoran.
Memberikan legalitas/SK mitra sebagai MZ BMH
Membangun standarisasi mitra MZ
Fokus pada pendampingan manajemen SDM MZ
Support sistem keuangan sesuai PSAK 109 (B-Maal /LSPD)
4 Baliho dan 100 Spanduk setiap Bulan
Depok 1 Titik
Bogor 1 Titik
Bekasi 1 Titik
DKI Jakarta 2 Titik
Depok 50 Pcs
Bogor 25 Pcs
Bekasi 25 Pcs
DKI Jakarta 100 pcs
Baliho
Spanduk
Baliho dan spanduk dipasamg pada lokasi strategis
Pemasangan baliho menggunakan semi permanen
Baliho dapat dipasang oleh amil atau melalui pihak ke 3
Strategi Pencapaian
Penguatanlayanan donatur
personal dan perluasan
jaringan mitra corporate/komu
nitas.
Memberikan support dalam meningkatkan penerimaan gerai BMH
Bogor, Bekasi, Depok.
Meningkatkan brand image BMH sebagai Laznas yang
terdepan dalammerespon
persoalan di 3 T.
Membangun eksistensi BMH
Megapolitan melalui event fundraising.
Pengembangan Donatur Retail
Meningkatkan tampilan display dan performance relawan konter
Meningkatkan kemudahan layanan pembayran melalui zakat corner.
Membangun konsep pengembangan donatur retail berbasis kerelawanan dan Agen ZisMeningkatkan layanan retail berbasis layanan event komunitas (Rodshow Event Fundraising/Event Hari Besar).Mengembangkan donatur retail berbasis tokoh melalui sosial media (whatshap/telegram).
Mitra Corporate dan Event
Membangun kerjasama dengan Mitra zakat Internal dan Eksternal
Membangun kerjasama korporate berbasis sharing benefit kepada mitra corporate.
Membangun komunikasi intim secara personal kepada corporate yang telah bermitra.
Meningkatkan layanan event komunitas (Rodshow Event Fundraising/Event Hari Besar).
Mendampingi team Megapolitan mengembangkan sistem fundraising komunitas.
Menjalin kerjasama dengan mitra perbelanjaan untuk donasi via kasir.
Melaksanakan event-event secara periodik seperti CFD, Pameran, dll.
Mengontrol dan mensupport standarisasi tools marketing BMH Megapolitan.
Konter
Rencana Aktifitas dan Strategi Konter:Untuk DKI mengutamakan 5 Gerai UtamaPerbaikan sisi layanan pembayaran (zakat corner), Performance amil,Penguatan gerai-gerai perkantoran
Agen Zis
Rencana Aktifitas dan Strategi Agen ZIS:1. DKI menunjuk 5 orang agen zis2. Memprioritaskan pada mitra potensial di perusahaan, koordinator
sebuah komunitas.3. Memberikan transport bulanan dan prosentase bonus
Penguatan layanan Donatur Existing
Rencana aktifitas dan strategi layanan donatur:
Memperbaiki database terintegrasi
Membangun layanan interaktif dengan donatur
Memperkuat isu-isu aktual untuk layanan repport bagi donatur
Meningkatkan intensitas donasi melalui layanan pembayaran rutin (Flas, E money,dll)
Klasifikasi layanan donatur VIP
Meminimalisir dan penangan komplain serta penyekesaiannya
Kerjasama Program/CSR
Membangun kerjasama dengan Mitra Zakat Internal dan Eksternal
Membangun kemitraan berbasis sharing benefit ekonomi
Membangun komunikasi intensif dengan PIC corporate
Meningkatkan layanan komunitas event pengajian, seminar, dll
Menjalin kerjasama dengan perusahaan retail donasi via kasir
Menyajikan laporan program secara cepat dan tepat
Layanan Corporate dan Komunitas
Membangun kerjasama dengan EO dan Mitra perusahaan dalam program
Membangun kemitraan berbasis sharing benefit ekonomi
Membangun komunikasi intensif dengan PIC corporate
Meningkatkan layanan komunitas event pengajian, seminar, dll
Menjalin kerjasama dengan perusahaan retail donasi via kasir
Mendampingi BMH Megapolitan dalam mengembangkan komunitas pengajian
Mengontrol dan mensupport standarisasi tools marketing BMH Megapolitan
Placement iklan media
Placement Advertising Spanduk, Baliho
Event reguler CFD, Pameran, dll