198
ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK, SHODAQOH (ZIS) SECARA PRODUKTIF UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI UMMAT ( Studi Kasus Pada LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: HERA NURAGUSTIN NIM: 11140150000071 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439/2018

analisis pengelolaan zakat, infak, Shodaqoh (ZIS) secara

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK, SHODAQOH (ZIS) SECARA PRODUKTIF UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI UMMAT

( Studi Kasus Pada LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

HERA NURAGUSTIN NIM: 11140150000071

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439/2018

i

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan oleh mahaiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial semester VIII. Judul dari penelitian ini adalah “Analisis Pengelolaan Zakat, Infak, Shodaqoh (ZIS) secara Produktif untuk Pemberdayaan Ekonomi Ummat (Studi Kasus pada LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta)”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengelolaan ZIS di Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Jakarta serta untuk mengetahui bagaimana strategi pengurus Laznas tersebut dalam menjaga dan meningkatkan kepercayaan dari muzakki.

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini adalah, Laznas BMH telah melakukan proses pengelolaan ZIS secara professional, mulai dari penghimpunan sampai ke tahap pendistribusian. Untuk tahap penghimpunan, strategi yag LAZNAS BMH lakukan adalah sebagai berikut: (1) Membuka konter penerimaan zakat; (2) Layanan jemput zakat; (3) muzakki yang menunaikan zakatnya secara langsung. baik datang ke kantor BMH maupun melalui transfer. Pendistribusiannya, diutamakan pada 3 program utama yaitu: (1) Dakwah; (2) Pendidikan; dan (3) Ekonomi: Rumah Tangga Berdaya, Santri Berdaya dan Mandiri Terdepan.

Adapun untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan muzakki, LAZNAS BMH melakukan beberapa strategi, diantaranya: (1) Memperbaiki database terintegrasi; (2) Membangun layanan interaktif dengan donatur; (3) Memperkuat isu-isu actual untuk layanan report bagi donatur; (4) Klasifikasi layanan donatur VIP; (5) Meminimalisir dan penanganan komplain serta penyelesaiannya.

Kata Kunci: Pengelolaan, Zakat, Infak, Shodaqoh, Pemberdayaan.

ii

ABSTRACT

This research was conducted by students of the Faculty of Tarbiyah and the Department of Social Sciences Education Education semester VIII. The title of this research is "Management Analysis of Zakat, Infak, Shodaqoh (ZIS) Productively for Empowerment of Ummat Economy (Case Study at LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta)".

The purpose of this research is to know the strategy of ZIS management at Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Jakarta and to know how the strategy of Laznas in maintaining and improving trust from muzakki.

This research was conducted by qualitative descriptive method. Sampling technique used is Purposive Sampling, Data collection techniques used are observation, interview and documentation. Data analysis is done by three stages, namely data reduction, data presentation and conclusion.

The result of this research is, Laznas BMH has done ZIS management process professionally, starting from collecting to distribution stage. For the accumulation stage, the LAZNAS BMH strategy to do is as follows: (1) Opening the zakat acceptance counter; (2) Zakat pickup service; (3) muzakki who fulfill his zakat directly. either coming to the office of BMH or by transfer. Its distribution, preferably in 3 main programs are: (1) Da'wah; (2) Education; and (3) Economy: Resilient Household, Empowerment and Mandiri Leading Front.

As for maintaining and improving trust muzakki, LAZNAS BMH do some strategies, including: (1) Improve the integrated database; (2) Build interactive services with donors; (3) Strengthening actual issues for reporting services for donors; (4) Classification of VIP donor services; (5) Minimize and handle complaints and settlement.

Keywords: Management, Zakat, Infak, Shodaqoh, Empowerment.

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Analisis Pengelolaan Ztkat,Infak, Shodaqoh (ZIS) secara Produktif untukPemberdayaan Ekonomi Ummat

(Studi Kasus pada LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu l'arbiyah dan Keguruan untuk memenuhi

pe rsyaratan

memperoleh gelar Sariana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Hera l\utaguslin

NIM. 11140150000071

Yang Mengesahkan,

bing I Pembimbing II

Dr. Mu Andri Noor Ardiansvah. M.Si

NrP. 198403122015031002

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAII SOSIALF'AKT]LTAS.ILMU TARBIYAH DAN KEGIJRUAII

IJiYIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF TIIDAYATULLAH.IAKARTA

2018

NIP. i 9700 6061997 021002

LEMBAR PENGESAIIAN PENGUJI

Skripsi ini berjudul: Analisis Pengelolaan Z,LkLt, Infak, Shodaqoh (ZIS) Secara

Produktif Untuk Pemberdayaan Ekonomi Ummat (Studi Kasus Pada LAZNAS

BaituI Maal Ilidayatullah Jakarta), disusun oleh Hera Nuragustiq NIM:

11140150000071, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan telah dinyatakan Lulus dalam ujian

Munaqasah pada tanggal 29 hru 2018 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis

berhak memperoleh gelar sarjana 51 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial.

Jakarta,29 Juni 2018

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS)

Dr. Iwan Purwanto, M.PdNrP. 1973 0424008011 012

rt [Xr

Sekretaris (Sekretaris Jurusan)

Drs. Svaripuiloh" iVI.SiNrP. i967 0909 2007 01 1033

Dosen Penguji I

Dr.Iwan Purwanto. M.PdNIP. 1973 0424 0080 tt 0r2

Dosen Penguji II

Anissa Windarti. M.ScNIP. 19820802 20ti01 2005

l? /olt$'

lo

'?/t!

J

1071..til..

'1

Mengetahui:

Dekan F Ilmu Tarbiyah Keguruan

Jakarta

JSKAR IA

98203 1 007

LEMBAR PENGESAHAI{ PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul "Analisis Pengelolaan Zakat,Infak, Shodaqoh (ZIS) secara

Praduktif untuk Perntrerdayaan Ekonomi Umma-t {Studi Kasus pada

LAZNAS Baitul Maal Hidayatulllah Jakarta)". Disusun oleh Hera Nuragustin,

NIM. 11140150000071, Jr:rusan Pe,rdir-likan Ilmr-r Pengetahuan Sosial, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Unrversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Telah melalui bimbingan dan Cin,vatakan sa-h sebagai k-arya ilmiah yang

berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan

oleh takultas.

Jakarta, 07 Juni 2018

Yang I\fengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

M.Pd

NrP. 1 9700 6061997 021 002 NIP. 198403122015031002

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berujudul

"Analisis Pengelolaan Zal<atr lnfak, Shodaqoh (ZIS) secara Produktif untuk

Pemberdayaan Ekonomi Ummat (Studi Kasus pada LAZNAS Baitul Maal

Hidayatulllah Jakarta)" yang disusun oleh Hera Nuragustin, NIM.

11140150000071, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 04 Juni

2018.

Jakarta, 07 Juni 2018

Mengetahui,

I Pembimbing II

NIP. 19700 6061997 02t002 NrP. 19840312201s03 1002

KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1il12 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

Tgl. Terbit 1 lt/aret 2010

No. Revisi 01

Hal 1t1

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama :HeraNuragustin

Tempat/Tgl.Lahir : Sukabumi,23 Agu:itus 1996

NIM : 11140150000071

Jurusan / Prodi : Pendidikan Ilmu Pcngetahuan Sosial/Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis PengelolarinZakat,Infak, Shodaqoh (ZIS) secara

Produktif untuk Pernberdayaan Ekonomi Ummat

(Studi Kasus pada t,AZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta)

Dosen Pembimbing 1. Dr. Muhammad Arif M.Pd

2. Andri Noor Ardiansyah, M.Si

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu sytrat tnenempuh Ujian Munaqasah.

Iakarta,Itrah siswa Ybs

NIM. 11140150000071

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Analisis Pengelolaan Zakat, Infak, Shodaqoh (ZIS) secara

Produktif untuk Pemberdayaan Ekonomi Ummat (Studi Kasus pada

LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta)” ini. Tidak lupa pula shalawat

dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW

yang telah membimbing umat manusia dari jalan jahiliyah menuju jalan yang

terang benderang dengan Agama Islam yang dibawanya menjadi penyelamat dan

mengantarkan pemeluknya menuju kedamaian di dunia maupun di akhirat.

Selama penyelesaian skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak yang

telah memberikan dorongan dan dukungan baik moril maupun materil sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan kerendahan hati

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial dan Bapak Drs. H. Syaripulloh M.Si selaku Sekretaris

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Ibu Tri Harjawati, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah membantu peneliti selama perkuliahan dari awal semester sampai akhir.

4. Bapak Dr. Muhammad Arif, M.Pd dan Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si.,

selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan

pikiran untuk terus membantu dalam membimbing sampai selesainya

penulisan skripsi.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menuntut

ilmu di bangku perkuliahan.

iv

6. Bapak Toni Kusnadi dan Mamah Ai Nina, orang tua yang penulis cintai tidak

pernah henti membantu mendoakan, memotivasi, dan selalu siap dikala

penulis kesulitan.

7. Kakak-kakak yang penulis sayangi, Adam dan Deuis Nur Aprianti yang

selalu setia membantu baik berupa moril ataupun materil dalam penulisan

skripsi ini. Adik yang saya cintai, M. Wildan Ramdhani yang selalu menjadi

penyemangat ketika penulis mulai mengeluh.

8. Semua Pengurus LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta yang sudah

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di sana dan juga telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Mahasiswa jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2014, yang

sudah sama-sama berjuang belajar bersama di kampus selama 4 tahun.

10. Faristin Firdausiyah, Hana Nahdiana, Laitul Hikmah, Munawaroh, Febrilia

Syifa, Lailatu Syifa, Syifana Lomi, Sipa Fadilah, Dinan Zahra Sharfina, Yayu

Hariyanti sahabat satu perjuangan di Jurusan yang selalu membantu dan

memberikan hiburan baik di dalam perkuliahan maupun kegiatan di luar.

11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu untuk

membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, semoga Allah SWT

membalas semua kebaikannya.

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan karena apabila bukan karena Allah

SWT penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini masih

banyak kekurangan di dalamnya, untuk itu penulis memerlukan kritik dan saran

dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca

serta bagi masyarakat.

Jakarta, 29 Juni 2018

Penulis

Hera Nuragustin

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ............................................................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL dan DIAGRAM ..................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 6

D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ......................................... 8

A. Zakat ................................................................................................................ 8

1. Pengertian dan Hukumnya........................................................................... 8

2. Teori Zakat .................................................................................................. 12

3. Macam-Macam Zakat .................................................................................. 13

4. Syarat Zakat ................................................................................................. 18

5. Golongan Penerima Zakat ........................................................................... 19

6. Hikmah dan Manfaat Zakat ......................................................................... 19

7. Potensi Zakat di Indonesia ........................................................................... 20

8. Pengelolaan Dana Zakat .............................................................................. 23

vi

9. Pendistribusian Dana Zakat ......................................................................... 33

10. Pemberdayaan Ekonomi Melalui Zakat ...................................................... 38

B. Infak ................................................................................................................. 43

1. Pengertian Infak dan Dasar Hukumnya ....................................................... 43

2. Hukum Infak ................................................................................................ 44

3. Golongan yang Wajib Meneriama Infak ..................................................... 44

C. Sedekah ............................................................................................................ 45

1. Pengertian Sedekah dan Dasar Hukumnya .................................................. 45

2. Hukum Sedekah dan Hikmahnya ................................................................ 46

D. Hasil Penelitian Yang Relevan ........................................................................ 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 51

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 51

1. Tempat Penelitian ........................................................................................ 51

2. Waktu Penelitian ......................................................................................... 51

B. Metode Penelitian ........................................................................................... 52

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 53

D. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 62

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ............................................. 65

F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data ........................................................... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 68

A. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................................ 68

1. Sejarah Baitul Maal Hidayatullah................................................................ 68

2. Profil Lembaga ............................................................................................ 71

3. Legal Formal ............................................................................................... 71

4. Visi dan Misi ............................................................................................... 72

5. Penghargaan dan Apresiasi .......................................................................... 72

6. Kantor Perwakilan LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah ............................. 73

7. Lambang LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah ............................................ 73

B. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................................. 74

1. Strategi Pengelolaan Zakat, Infak, Shodaqoh pada LAZNAS BMH .......... 74

2. Strategi untuk Meningkatkan Kepercayaan Muzakki ................................. 89

C. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................................... 90

vii

1. Strategi Pengelolaan Zakat, Infak, Shodaqoh pada LAZNAS BMH .......... 90

2. Strategi untuk Meningkatan Kepercayaan Muzakki ................................... 108

BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 114

A. Kesimpulan .................................................................................................... 114

B. Saran .............................................................................................................. 116

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 117

LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL dan DIAGRAM

Tabel 2.1 : Nishab Kambing dan Sapi

Tabel 2.2 : Jumlah penduduk DKI Jakarta dan rasio jenis kelamin

menurut kabupaten/ kota pada tahun 2015

Tabel 2.3 : Kerangka Berpikir

Tabel 3.1 : Pedoman observasi

Tabel 3.2 : Instrumen Wawancara

Tabel 3.3 : Pedoman studi dokumentasi

Tabel 3.4 : Kisi-kisi instrument dan teknik pengumpulan data

Tabel 4.1 : Data penerima manfaat program BMH per asnaf

Tabel 4.2 : Data penerima manfaat LAZNAS BMH berdasarkan

program tahun 2017

Tabel 4.3 : Penerima manfaat dari program ekonomi

Diagram 4.1 : Alur pengelolaan ZIS di LAZNAS BMH

Diagram 4.2 : Realitas jenis donasi masuk

Diagram 4.3 : Persentase jumlah donatur di masing-masing wilayah

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Kantor Perwakilan LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah

Gambar 4.2 : Lambang/ Logo LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah

Gambar 4.3 : Konter penerimaan ZIS di Plaza Senayan

Gambar 4.4 : Amil LAZNAS BMH yang sedang melayani muzakki

Gambar 4.5 : Tata cara membayar ZIS melalui website kitabisa.com

x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat izin melakukan penelitian

2. Surat keterangan telah melakukan penelitian

3. Uji referensi

4. Pedoman wawancara

5. Transkip wawancara

6. Keputusan Menteri Agama Nomor 452 Tahun 2015 (SK Laznas BMH)

7. Program-program Laznas Baitul Maal Hidayatullah

8. Penerima Manfaat

9. Program kerja divisi fundraising

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai sebuah pranata sosial-ekonomi yang lahir pada abad ke-7

M, zakah adalah sistem fiskal pertama di dunia yang memiliki

kelengkapan aturan yang luar biasa,1 mulai dari subjek pembayar zakat,

objek harta zakat (mal al-zakah) beserta tarifnya masing-masing (miqdar

al-zakah), batas kepemilikan harta (haul), hingga alokasi distribusi

penerima dana zakat (mustahik). Jika diterapkan secara sistemik dalam

perekonomian, khususnya perekonomian berbasis aturan dan semangat

Islam yang komprehensif, zakat juga akan memiliki berbagai karakteristik

dan implikasi ekonomi yang penting dan signifikan, yang membuatnya

diinginkan secara sosial.2

Salah satu alasan kenapa zakat sangat diinginkan secara ekonomi

dan sosial, karena zakat dianggap menjadi salah satu bidang yang dapat

mengentaskan kemiskinan, zakat dianggap mampu meningkatkan

kesejahteraan umat. Hal tersebut semakin membuat bahagia umat

manakala dikabarkan bahwa potensi zakat yang ada di Indonesia juga

besar, pantas jika potensi zakatnya besar, karena Indonesia merupakan

negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Akan tetapi, potensi

zakat yang besar tidak akan dapat mengurangi kemiskinan jika tidak

dikelola dan didistribusikan secara benar.

Pengelolaan yang kurang terencana dan tanpa manajemen menjadi

dua hal penting yang menyebabkan potensi zakat belum mampu menekan

angka kemiskinan. Ditambah dengan pendistribusian yang belum merata,

serta masih bersifat konsumtif menunjukkan bahwa dana zakat infak

shodaqoh belum mampu memperbaiki perekonomian umat. Dalam buku

1 Al-Qardhawi, Fiqh al- Zakah (terj), (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1998), h. 1118-1119.

2 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia (Diskursus Pengelolaan Zakat Nasional dari Rezim Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015). H. 7.

2

Eri Sudewo, disebutkan bahwa terdapat 15 ciri pengelolaan zakat yang

menjebak hingga menyulitkan perkembangan lembaga-lembaga sosial di

Indonesia. Ke 15 ciri tersebut akan peneliti bahas lebih terperinci di dalam

bab dua.

Permasalahan kemiskinan ini mengundang pehatian banyak orang

untuk membantu mengatasinya dengan cara mendirikan lembaga-lembaga

sosial. Dan lembaga-lembaga sosial yang sudah ada pun semakin

meningkatkan program kerjanya dalam hal mengentaskan kemiskinan.

Kemiskinan merupakan masalah besar dan sejak lama telah ada,

dan hal ini seakan mimpi buruk yang menjadi kenyataan di dalam

kehidupan masyarakat. Kemungkinan sebab utama kelemahan adalah

kemiskinan yang membutuhkan harta. Karena itu Islam menaruh perhatian

pada penanganan masalah kemiskinan dengan memakai pendekatan

“mencabut penyebabnya”.3 Bagaimana cara mencabutnya, bisa dengan

cara bekerja bagi orang-orang yang masih mampu bekerja, sedangkan bagi

orang yang sudah tidak memiliki kemampuan untuk bekerja maka ia

berhak mendapatkan bantuan dari mereka yang mampu. Betapa seriusnya

masalah zakat ini, karena Islam menghawatirkan dampak dari kemiskinan

yang paling bahaya itu adalah terjadinya kekufuran. Bayangkan jika

kemiskinan belum bisa di atasi, bahkan semakin bertambah setiap

tahunnya, setiap bulannya, setiap minggu bahkan setiap harinya, maka

akan semakin banyak pula orang-orang yang kufur.

Seharusnya hal tersebut menjadi permasalahan utama yang harus

segera diselesaikan oleh pemerintah. Dengan melihat potensi zakat yang

besar, dikatakan oleh ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Bambang Sudibyo bahwa potensi zakat di Indonesia ini mencapai 217

triliun rupiah. Lebih lengkapnya, beliau mengatakan "Potensi zakat sangat

besar, penelitian pada 2011 oleh ITB mengungkap potensi di tahun 2010

adalah 217 trilun rupiah. Dengan perhitungan PDB, potensi di tahun 2015

3 Prof. Muhammad Abu Zahrah, Zakat Dalam Persepektif Sosial, (Jakarta: PT. Pustaka

Firdaus, 1995), h. 1.

3

menjadi 286 triliun rupiah. Namun, penghimpunan zakat masih rendah,

pada 2015 baru 3,7 triliun rupiah atau 1,3 persen dari PDB," seharusnya

dengan melihat angka tersebut sudah tidak ada lagi yang namanya

kemiskinan di negeri ini.

Besarnya potensi zakat yang ada, ditambah dengan semakin

banyak berdirinya badan maupun lembaga-lembaga amil zakat, yang

dalam undang-undang dikatakan bahwa badan dan lembaga tersebut

memiliki tugas menghimpun, mengelola, dan mendistribusikan dana zakat,

menunjukkan bahwa potensi zakat yang ada di Indonesia ini memang

harus dikelola secara baik dan benar.

Dan salah satu lembaga yang dipercaya pemerintah untuk

menghimpun, mengelola dan mendistribusikan dana ZIS adalah LAZNAS

Baitul Maal Hidayatullah. Lembaga ini sudah berkirprah dari tahun 2001

dan kembali dikukuhkan menjadi Lembaga Amil Zakat Nasional melalui

Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 425 Tahun

2015. Sepanjang perjalanannya mengemban amanat mengelola dana ZIS,

BMH memiliki 3 program unggulan yang peneliti rasa berbeda dari

lembaga-lembaga lainnya. Ketiga program itu adalah, (1) Da’i Tangguh

yang meliputi program penjaringan, pendidikan, penugasan dan

pemberdayaan da’i, hingga apresiasi berupa umroh da’i untuk kategori

da’i pedalaman, perbatasan, terpencil, terjauh dan terluar dari wilayah

NKRI. Menurut hemat peneliti, program ini adalah salah satu program

yang menjadi ciri khas BMH, yakni memuliakan dan mengangkat derajat

para ustadz di daerah-daerah. (2) Program Senyum Anak Indonesia, jika

dilihat dari nama programnya saja, peneliti menginterpretasikan bahwa

program ini ditujukan untuk biaya pendidikan masyarakat menengah ke

bawah. Dengan pemberian beasiswa dan lain sebagainya. (3) Program

Mandiri Terdepan. Program ini adalah program yang akan peneliti kaji

karena berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi umat. Bagaimana sistem

bantuannya, seperti apa persyaratan untuk mendapatkan bantuan dari

program ini, dan apa feedback untuk LAZNAS BMH sendiri. Penjelasan

4

tersebut akan peneliti sajikan pada bab berikutnya. Hal lain yang

membedakan BMH dengan lembaga lainnya adalah semua pengurus yang

ada di lembaga tersebut merupakan laki-laki, tidak ada pengurus

perempuan. Hal tersebut menurut peneliti unik, karena lazimnya

keanggotaan pengurus pada lembaga apapun terdiri dari laki-laki dan

perempuan. Mungkin mereka beranggapan bahwa dengan melibatkan laki-

laki semua di dalam kepungurusan, akan mudah terjalin chemistry tanpa

canggung masalah mahram atau bukan. Terlepas dari keunikan itu semua,

BMH menjadi salah satu Lembaga Zakat Nasional, yang patut

diperhitungkan keberadaannya dalam mengurangi dan mengentaskan

kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi umat.

Akan tetapi betulkah seperti itu, jika kita melihat keadaannya

secara nyata, apakah betul potensi zakat yang besar tersebut sudah mampu

dikelola dan didistribusikan dengan baik, guna mengentaskan kemiskinan

yang ada. Apakah betul banyaknya badan dan lembaga zakat yang berdiri

sudah mampu menurunkan kesenjangan sosial. Jika memang iya, kenapa

masih banyak orang yang meminta-minta, masih banyak orang yang untuk

makan pun susah. Kemana sebetulnya potensi zakat tersebut, apakah si

kaya terlalu kikir sampai mereka enggan untuk mengeluarkan sebagian

hartanya, dimana peran dan fungsi badan dan lembaga zakat yang ada.

Apa yang sudah mereka lakukan untuk menghilangkan kemiskinan yang

ada, untuk menyelamatkan umat Islam dari kekufuran. Apakah badan dan

lembaga-lembaga amil zakat tersebut sudah memberikan hak yang

seharusnya diterima oleh para mustahik.

Artinya, agar kemiskinan dapat terhapuskan, memang harus ada

kerjasama yang baik antara si kaya sebagai muzakki (yang mengeluarkan

zakat), dan badan atau lembaga amil zakat sebagai penghimpun, pengelola

dan pendistribusi dana zakat. Berbicara mengenai pendistribusian dana

zakat, peneliti rasa badan ataupun lembaga amil zakat sudah amanah

dalam menyalurkan dana zakat tersebut. Namun yang menjadi

permasalahan berikutnya adalah, apakah dana zakat tersebut hanya

5

didistribusikan secara konsumtif, dengan memberikan hak mustahik baik

berupa uang maupun kebutuhan pokok lainnya, yang tingkat

kemanfaatannya dirasa tidak cukup panjang. Lebih menghawatirkan lagi

jika dana zakat terus didistribusikan secara konsumtif akan menyebabkan

si mustahik semakin malas bekerja dan berusaha untuk memperbaiki

keadaan hidupnya, karena mereka merasa nanti juga akan dapat jatah dari

dana zakat.

Pembagian zakat secara konsumtif seperti dibagikan secara manual

di rumah-rumah dengan memanggil ratusan muzakki, yang mengakibatkan

kondisi tidak kondusif, akan banyak orang yang berdesak-desakan bahkan

terinjak-injak sampai jatuh korban, sehingga esensi dari manfaat zakat itu

sendiri menjadi hilang. Ataukah lembaga zakat sudah berinovasi dengan

mendistribusikan dana zakatnya secara produktif guna memberdayakan

ekonomi umat. Jika memang sudah, apa programnya dan bagaimana

dampak terhadap kehidupan mustahik. Apakah sama seperti biasanya atau

ada peningkatan terhadap pendapatan si mustahik.

Begitu menarik sebetulnya jika kita membahas tentang dana zakat,

infak shodakoh dan pendistribusiannya, berdasarkan masalah-masalah di

atas, maka judul penelitian yang peneliti ambil adalah “Analisis

Pengelolaan Zakat, Infak, Shadaqah (ZIS) Secara Produktif Untuk

Pemberdayaan Ekonomi Ummat” (Studi Kasus Pada LAZNAS Baitul

Maal Hidayatullah Jakarta).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan tema dan latar belakang yang telah penulis uraikan,

maka identifikasi masalah yang penulis temukan adalah:

1. Besarnya potensi zakat yang ada belum terhimpun secara maksimal 2. Dana zakat masih dikelola secara tradisional 3. Kurangnya kepercayaan muzakki terhadap lembaga pengelola

zakat, infak dan shoda qoh 4. Dana zakat belum terdistribusi secara tepat

6

5. Pendistribusian dana zakat masih bersifat konsumtif 6. Kurangnya kesadaran muzakki untuk berinfak 7. Kurangnya kesadaran muzakki untuk bersedekah 8. Kurangnya pengetahuan muzakki tentang infak dan sedekah

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah diatas, agar penelitian lebih

terarah maka peneliti memberikan pembatasan masalah pada kajian

penelitiannya. Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Pengelolaan zakat, infak dan shodaqoh masih bersifat tradisional

2. Kurangnya kepercayaan muzakki terhadap lembaga pengelola

zakat, infak dan shodaqoh

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas,

maka perumusan masalah yang akan menjadi bahan penelitian adalah:

1. Bagaimana strategi pengelolaan zakat, infak, shodaqoh pada

LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah?

2. Bagaimana strategi yang dilakukan untuk meningkatkan

kepercayaan muzakki terhadap LAZNAS BMH?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengelolaan ZIS pada

LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah.

2. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan dalam meningkatkan

kepercayaan muzakki terhadap LAZNAS BMH

7

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Kegiatan Ilmiah/ Manfaat Teoritis a. Bagi Peneliti

Sebagai masukan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang materi yang diteliti yaitu tentang

pengelolaan dan pendistribusian dana ZIS secara produktif

untuk pemberdayaan ekonomi umat.

b. Bagi Mahasiswa Diharapakan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan referensi di dalam penelitian lanjutan tentang

pengelolaan dan pendistribusian dana ZIS secara produktif

untuk pemberdayaan ekonomi umat. 2. Kegiatan Terapan/ Manfaat Praktis

a. Bagi LAZNAS

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi

pengurus atau amil zakat di lembaga-lembaga zakat,

khususnya LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah untuk terus

mengoptimalkan pengelolaan dan pendistribusian dana ZIS

secara produktif untuk pemberdayaan ekonomi umat.

b. Bagi Praktisi dan Pihak Lain yang Terkait

Hasil penelitian ini dapat menunjukkan apakah dana ZIS

sudah dikelola dan didistribusikan dengan baik dan benar

sesusai dengan syariat Islam atau belum oleh lembaga amil

zakat. Serta menjadi pengingat bagi masyarakat atau muzakki

agar selalu menunaikan zakat, infak dan sodaqohnya yang

dapat mengurangi beban ekonomi sesama, karena di dalam

harta yang kita miliki ada sebagian hak orang lain.

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Zakat

1. Pengertian Zakat dan Hukumnya

Menurut bahasa zakat berarti nama’ (kesuburan), thaharah

(kesucian), barakah (keberkatan) dan berarti juga tazkia tahhier

(mensucikan). 1

Sedangkan dari segi istilah fiqh sejumlah harta tertentu

yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang yang berhak

menerimanya, disamping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu

sendiri.2 Adapun hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa

dengan pengertian zakat menurut istilah adalah, sekalipun secara

tekstual zakat dilihat dari aspek jumlah berkurang, namun hakikat

zakat itu bisa menyebabkan harta itu bertambah, baik secara maknawi

maupun secara kuantitas. Terkadang Allah membukakan pintu-pintu

rezeki bagi seseorang yang tidak pernah terbetik dalam hati

sanubarinya. Allah berbuat seperti itu tentu karena seorang tadi

melaksanakan kewajiban terhadap harta yang Allah wajibkan atasnya.3

Selain itu, zakat juga dapat menambah keimanan ke dalam hati orang

yang berzakat. Karena zakat termasuk amal shalih, sementara amal

shalih dapat menambah keimanan seseorang.

Makna zakat dalam syari‟ah4 terkandung dua aspek di dalamnya.

Pertama, sebab dikeluarkan zakat itu karena adanya proses tumbuh

kembang pada harta itu sendiri atau tumbuh kembang pada aspek

pahala yang menjadi semakin banyak dan subur disebabkan

mengeluarkan zakat. Atau keterkaitan adanya zakat itu semata-mata

1 T.M. Hasbih Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991), h 24.

2 Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, terjemahan, (Jakarta: Gema

Insani Press, 1995), h. 34. 3 Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin, Fiqih Zakat Kontemporer: Soal Jawab Ikhwal

Zakat Dari Yang Klasik Hingga Terkini (Solo, Al- Qowam, 2011), h. 11. 4 Wawan Shofwan Shalehuddin, Risalah Zakat: Infak dan shadaqah,(Bandung: Tafakur,

2011), h12-13.

9

karena memiliki sifat tumbuh kembang seperti zakat tijarah dan

zira’ah. Kedua, pensucian karena zakat adalah pensucian atas

kerakusan, kebakhilan jiwa, dan kotoran-kotoran lainnya, sekaligus

pensucian jiwa manusia dari dosa-dosanya. Di bawah ini adalah

beberapa firman Allah dan hadits tentang zakat:

QS. al- Baqarah (2): 245

عفه ۥله ۥمن ذا ٱلذى ي قرض ٱلله ق رضا حسنا ف يض

ط وي بص ي قبض وٱلله أضعافا كثرية ت رجعون وإليه

Artinya:

Siapakah yang mahu memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang

baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat

gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.

Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-

lah kamu dikembalikan.

QS. al- Baqarah (2): 129

لو عليهم آياتك هم ي ت رب نا واب عث فيهم رسول من

يهم العزيز أنت إنك وي علمهم الكتاب والكمة وي زك

الكيم

10

Artinya:

Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari

kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-

ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-

Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunah)serta mensucikan mereka.

Sesunguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

رهم و يهم با وصل عليهم خذ من أموالم صدقة تطه إن ت زكيع والله لم سكن صلتك عليم س

Artinya:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk

mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa

bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

(QS. At-Taubah: 103)

Menurut UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,

bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang Muslim

atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya

sesuai dengan syari‟at Islam.5

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dipahami bahwa

zakat merupakan kewajiban seorang Muslim mengeluarkan sebagian

hartanya yang telah mencapai nasab (batas minimal) dalam waktu

tertentu dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerima

zakat untuk menyucikan dan membersihkan jiwa dan hartanya sesuai

dengan diisyaratkan dalam Al-Qur‟an.

5 Undang-Undang No. 38 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1 ayat 2.

11

Zakat adalah ibadah maaliyyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi

sangat penting, strategis, dan menentukan,6 baik dilihat dari sisi ajaran

Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai

suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun (rukun ketiga)

dari rukun Islam yang lima, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai

hadis nabi, sehingga keberadaannya dianggap sebagai ma’luum minad-

diin bidh-dharuurah atau diketahui secara otomatis adanya dan

merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang.7 Di dalam Al-

Qur‟an kata zakat disebutkan sebanyak 82 kali dan selalu dirangkaikan

dengan shalat (sembahyang) yang merupakan rukun Islam kedua.8

Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya kedudukan zakat di dalam

Islam. Jika shalat merupakan lembaga penyambung manusia dengan

Tuhan yang disebut dengan hablu minaAllah, maka zakat merupakan

sarana komunikasi utama antara manusia dengan manusia lain dalam

masyarakat yang kita sebut dengan hablu minannaas. Karena itu

lembaga zakat ini sangat penting dalam menyusun kehidupan yang

humanis dan harmonis.

Terkait hukum zakat, menurut konsensus kaum muslimin, zakat

hukumnya wajib. Karenanya, siapa saja yang mengingkari kewajiban

zakat, ia telah kafir, kecuali ia baru saja masuk Islam. Atau ia tumbuh

dari pedesaan yang jauh dari ilmu dan orang-orang yang berilmu

sehingga ia sulit mendaptkan informasi tentang persoalan zakat itu.

Hanya saja, perlu diketahui, jika setelah ia mengetahui tetapi masih

saja mengingkari kewajiban zakat, maka ia dicap sebagai orang kafir

karena ia telah murtad.

Hal ini berbeda dengan orang yang enggan mengeluarkan zakat

karena didasari sifat bakhil dan menyepelekan, maka dalam hal ini

terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ahli ilmu. Ada sebagian

dari mereka yang berpendapat, “Orang itu telah kafir. Pendapat ini

6 Yusuf al- Qardhawi, Al- Ibadah fil-Islam (Beirut: Muassasah Risalah, 1993), h. 235.

7 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial (Bandung: 1994), h.231.

8 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam (Jakarta: UI Press, 1988), h. 9.

12

merupakan salah satu dari dua riwayat yang diriwayatkan dari Imam

Ahmad. Ada juga sebagian dari mereka yang berpendapat bahwa ia

tidak divonis kafir. Pendapat terakhir ini yang benar. Hanya saja, ia

telah mengerjakan dosa besar. Adapun dalil yang menunjukkan bahwa

ia tidak divonis kafir itu adalah hadits Abu Huraiah bahwasanya Nabi

SAW pernah menyebutkan sanksi yang dijatuhkan kepada orang yang

enggan mengeluarkan zakat dari hartanya yang berupa emas dan perak.

Setelah itu beliau bersabda yang artinya: “sehingga ia diadili (oleh

Allah disaat Allah mengadili) di antara hamba-hamba-Nya lalu ia

melihat tempat tinggalnya; di surga atau di neraka.”9

Karena itu, kewajiban bagi setiap Muslim untuk bersyukur kepada

Allah atas nikmat harta yang telah dianugerahkan kepadanya dengan

cara menunaikan zakat dari harta tersebut, sehingga Allah menambah

harta baginya yang lebih banyak lagi dan lebih berkah tentunya.

2. Teori Zakat

Abdul Kholik Syafa‟at dalam skripsinya tentang potensi ZIS pada

BAZNAS di Kabupaten Banyuwangi, mengutip pendapat Yusuf

Qardhawi terkait dengan teori zakat, yaitu:10

a. Teori Beban Umum

Teori ini didasarkan bahwa merupakan hak Allah – sebagai

pemberi nikmat – untuk membebankan kepada hamba-Nya apa

yang dikehendakinya, baik kewajiban badani maupun harta,

untuk melaksanakan kewajibannya dan tanda syukur atas

nikmatnya.

b. Teori Khilafah

Harta adalah amanah Allah. Dan manusia sebagai

pemegang amanah atas harta itu. Harta kekayaan adalah rizki

dari Allah untuk manusia sebagai anugerah dan nikmat darinya.

Dan setelah memperoleh nikmat itu, ia harus mengeluarkan

9 HR. Muslim dalam Kitabuz Zakat, Bab Itsm Mani’iz Zakat, hadits nomor 987.

10 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Bogor: Litera Antar Nusa, 2007), h. 1008-1009.

13

sebagian rizkinya itu dengan tujuan meninggikan rahmat Allah,

dan menolong saudara-saudaranya sesama hamba Allah,

sebagai tanda syukur atas segala nikmat yang diberikan

kepadanya.

c. Teori Pembelaan antara Pribadi dan Masyarakat

Islam mewajibkan setiap orang yang punya kekayaan banyak

untuk menunaikan hak-hak tertentu bagi kepentingan umum.

d. Teori Persaudaraan

Masyarakat Islam ibarat satu bangunan yang kokoh dan

kuat, yang satu menunjang yang lainnya, saling tolong

menolong dan saling menjaga satu sama lainnya.11

3. Macam-Macam Zakat

Pada dasarnya, zakat terbagi menjadi 2 macam, yaitu: zakat nafs

(jiwa) dan zakat maal (harta). Di bawah ini akan peneliti jelaskan

mengenai ke dua jenis zakat tersebut.

a. Zakat Nafs (jiwa), disebut juga zakat fitrah yang merupakan

zakat untuk mensucikan diri. Zakat fitrah adalah pengeluaran

yang wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai

kelebihan dari nafkah keluarga yang wajar pada malam dan

hari raya Idulfitri, sebagai tanda syukur kepada Allah karena

telah selesai menunaikan ibadah puasa. Zakat fitrah ini, selain

dari untuk menggembirakan hati fakir-miskin pada hari raya

tersebut, juga dimaksudkan untuk menyuci bersihkan dosa-

dosa kecil yang mungkin ada ketika melaksanakan puasa

Ramadhan (al-Hadits), agar oang itu benar-benar kembali

kepada keadaan fitrah, suci ketika dilahirkan ibunya. Orang

Islam yang mempunyai bahan makanan pokok lebih dari dua

setengah kilogram pada waktu itu, wajib membayar zakat fitrah

11

Abdul Kholiq Syafa‟at, skripsi tentang Potensi Zakat, Infaq, Shodaqoh Pada Badan

Amil Zakat Nasional (Baznas) Di Kabupaten Banyuwangi (Universitas Islam Negeri (Uin) Sunan

Ampel Surabaya).

14

sebagai upaya pendidikan agar orang gemar membelanjakan

hartanya untuk kepentingan orang lain, kendatipun setelah

mengeluarkan zakat fitrah itu ia berhak menerima bagian yang

mungkin lebih besar dari yang dikeluarkannya.12

Waktu

mengeluarkan zakat fitrah yaitu masuknya hari raya Idul Fitri.

Kewajiban melaksanakannya, mulai tenggelamnya matahari

sampai tergelincirnya matahari. Dan yang lebih utama dalam

melaksanakannya adalah sebelum pelaksanaan shalat hari raya,

menurut Imamiyah. Sedangkan menurut Imam Syafi‟i,

diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah adalah akhir bulan

ramadhan dan awal bulan Syawal, artinya pada tengeelamnya

matahari dan sebelum sedikit (dalam jangka waktu dekat) pada

akhir bulan ramadhan. Orang yang berhak menerima zakat

fitrah adalah orang-orang yang berhak menerima secara umum,

yaitu orang-orang yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat at-

Taubah ayat 60.

b. Zakat Mal (Harta), adalah bagian dari harta kekayaan seseorang

(juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan

orang-orang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu

tertentu dalam jumlah minimal tertentu. Pada umumnya di

dalam kitab-kitab (fikih) Islam harta kekayaan yang wajib

dizakati atau dikeluarkan zakatnya digolongkan ke dalam

kategori (1) emas, perak dan uang (simpanan), (2) barang yang

diperdagangkan, (3) hasil peternakan, (4) hasil bumi, (5) hasil

tambang dan barang temuan. Masing-masing kelompok itu

berbeda nisab haul dan kadar zakatnya.13

Adapun sumber dana

zakat dibagi lagi menjadi:

(1) Emas, Perak dan Uang

12

Mohammad Daud Ali, Op.Cip., h. 49. 13

Ibid, h. 44.

15

Dasar hukum wajib zakat bagi harta kekayaan yang berupa

emas, perak dan uang adalah al-Qur‟an surah 9 ayat 35.

Dipunyai (dimiliki secara pasti) selama satu tahun penuh dan

sampai nisabnya. Nisab (a) emas adalah 20 dinar, lebih kurang

sama dengan 96 gram emas murni. Setelah dimiliki selama satu

tahun, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar dua setengah persen.

Nisab (b) perak adalah 200 dirham, beratnya sama dengan lebih

kurang 672 gram. Berdasarkan beberapa hadits, emas dan perak

yang menjadi perhiasan wanita yang cukup senisab dan

dimiliki cukup setahun pula, hendaklah dikeluarkan zakatnya

sebanyak dua setengah persen. Nisab (c) uang, baik giral

maupun kartal, adalah sama dengan nilai atau harga 96 gram

mas. Bila disimpan cukup setahun, zakatnya adalah dua

setengah persen.

(2) Barang Yang Diperdagangkan

Yang menjadi dasar hukum wajib zakat bagi barang dagangan

adalah al-Qur‟an surah 2 ayat 267. Dan hadits Nabi yang

berasal dari Samurah (Sahabat Nabi). Setiap tutup buku, setelah

perdagangan berjalan setahun lamanya, uang yang ada dan

semua barang yang ada dihitung harganya. Dari jumlah itu

dikeluarkan zakatnya dua setengah persen, nisabnya sama

dengan nilai harga 96 gram emas. Kini, zakat perdagangan ini

diperluas pada perusahaan atau badan usaha lainnya.

(3) Hasil Peternakan

Dasar hukum waib zakat bagi binatang ternak adalah hadits

Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari. Yang wajib dikeluarkan

zakatnya adalah ternak yang telah dipelihara setahun di tempat

pengembalaan dan tidak dipekerjakan sebagai tenaga

pengangkutan dan sebagainya, dan sampai nisabnya Kadar

zakatnya berbeda-beda (menurut tabel tertentu). Ternak yang

dizakati di Indonesia adalah kambing atau biri-biri, sapi dan

16

kerbau. Adapun nishab kambing dan sapi/lembu berdasarkan

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69

Tahun 2015 adalah sebagai berikut:14

Tabel 2.1

Kambing

NISHAB (Ekor) ZAKAT YANG WAJIB DIKELUARKAN

40-120 1 ekor kambing

121-200 2 ekor kambing

201-300 3 ekor kambing

Setiap tambahan 100

ekor dari 300 ekor

Zakatnya ditambah 1 ekor kambing

Sapi/Lembu

NISHAB (Ekor) ZAKAT YANG WAJIB DIKELUARKAN

30-59 1 ekor anak sapi betina

60-69 2 ekor anak sapi jantan

70-79 1 ekor anak sapi betina dan 1 ekor anak sapi jantan

80-89 2 ekor anak sapi betina

90-99 3 ekor anak sapi jantan

100-109 1 ekor anak anak sapi betina dan 2 ekor anak sapi

jantan

110-119 2 ekor anak sapi betina dan 1 ekor anak sapi jantan

>120 3 ekor anak sapi betina atau 3 ekor anak sapi jantan

(4) Hasil Bumi

Dasar hukum bagi zakat hasil bumi adalah al-Qur‟an surah 2

ayat 267 dan surah 6 ayat 141, serta hadits Nabi yang berasal

dari Abu Burdah. Pengeluaran zakatnya tidak harus menunggu

14

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2015, Tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 Tentang Syarat dan Tata Cara

Perhitungan Zakat Maal dan Zakat Fitrah Serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif.

17

satu tahun dimiliki, tetapi harus dilakukan setiap kali panen

atau menuai. Kadar zakatnya lima persen untuk hasil bumi

yang diairi atas usaha penanaman sendiri dan sepuluh persen

kalau pengairannya tadah hujan tanpa usaha yang menanam.

Menurut para ahli dalam mazhab Syafi‟i, hasil bumi yang

dizakati itu hanyalah hasil bumi yang menjadi makanan pokok

manusia saja seperti gandum, jelai dan kurma serta anggur

kering, seperti yang disebutkan dalam hadits yang berasal dari

Abi Burdah tersebut di atas. Keempat jenis hasil bumi itu tidak

terdapat di Indonesia, dan karena itu “apa yang Kami keluarkan

dari bumi, untuk kamu” seperti yang disebut dalam al-Qur‟an

surah 2 ayat 276 itu oleh ahli hukum Islam Indonesia dirinci

sesuai dengan keadaan di Indonesia. Di tanah air kita selain

hasil bumi, juga hasil laut perlu dikeluarkan zakatnya.

(5) Hasil Tambang dan Barang Temuan (Makdim dan Rikaz)

Dalam kitab-kitab hukum (fikih) Islam barang tambang yang

wajib dizakati hanyalah emas dan perak saja. Demikian juga

dengan barang temuan: yang dizakati terbatas pada emas dan

perak saja. Dasar hukumnya berasal dari al-Qur‟an surah 9 ayat

35 tersebut di atas. Kewajiban untuk menunaikan zakat barang-

barang tambang adalah setiap kali barang itu selesai

dibersihkan (diolah). Nishab zakat pertambangan senilai 85

gram emas dan kadar zakatnya senilai 2,5%.15

Nishab barang

temuan sama dengan nisab emas dan perak. Demikian juga

kadarya.

(6) Hasil Pendapatan dan Jasa

Zakat pendapatan adalah zakat yang dikeluarkan dari

penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab.

Profesi yang dimaksud mencakup profesi pegawai negeri atau

15

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2014, Tentang Syarat

dan Tata Cara Perhitungan Zakat Maal dan Zakat Fitrah Serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha

Produktif.

18

swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, dll. Nisab

zakat pendapatan setara dengan nisab zakat tanaman dan buah-

buahan sebesar 653 kg gabah atau setara dengan 524 kg beras,

kadar zakatnya sebesar 2,5%. Waktu untuk mengeluarkan zakat

profesi pada setiap kali menerima diqiyaskan dengan waktu

pengeluaran zakat tanaman yaitu setiap kali panen.16

4. Syarat Zakat

Menurut para ahli hukum Islam, ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi agar kewajiban zakat dapat dibebankan pada harta yang

dipunyai oleh seorang muslim. Syarat-syarat itu adalah:

a. Pemilikan yang pasti. Artinya sepenuhnya berada dalam

kekuasaan yang punya, baik kekuasaan pemanfaatan maupun

kekuasaan menikmati hasilnya;

b. Berkembang. Artinya harta itu berkembang, baik secara alami

berdasarkan sunnatullah maupun bertambah karena ikhtiar atau

usaha manusia;

c. Melebihi kebutuhan pokok. Artinya harta yang dipunyai oleh

seseorang itu melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan oleh

diri dan keluarganya untuk hidup wajar sebagai manusia;

d. Bersih dari hutang. Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang

itu bersih dari hutang, baik hutang kepada Allah (nazar, wasiat)

maupun hutang kepada sesama manusia;

e. Mencapai nisab. Artinya mencapai jumlah minial yang wajib

dikeluarkan zakatnya;

f. Mencapai haul. Artinya harus mencapai waktu tertentu

pengeluaran zakat, biasanya dua belas bulan setia kali setelah

menuai atau panen.17

16

Kementerian agama RI Direktotat Jenderal Bimbingan Masyarakat Ilam Direktorat

Pemberdayaan Zakat, Petunjuk Pelaksanaan Pengumpulan Zakat, h. 45. 17

Ibid, h. 41.

19

5. Golongan Penerima Zakat

Hasan „Asy‟ari Syaikho dalam jurnalnya tentang Pengelolaan ZIS

dalam Upaya Mengubah Status Mustahiq menjdai Muzaki18

, mengutip

pendapat dari Sulaiman Rasyid dalam Fiqh Islam, bahwa orang-orang

yang berhak menerima zakat hanya mereka yang tlah ditentukan Allah

SWT. dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah ayat 60, yang artinya:

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk

(memerdekakan) budak,orang-orang yang berhutang, untuk jalan

Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu

ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan

Maha Bijaksana.”

Seperti yang telah kita ketahui, berdasarkan ayat di atas, orang

yang berhak menerima zakat (mustahik) terdapat delapan asnaf atau

golongan yaitu: Fakir, miskin, amil (zengurus zakat), muallaf (orang

fakir yang ada harapan masuk Islam), riqab (hamba sahaya), Gharimin

(orang yang berhutang), sabilillah (di jalan Allah), ibnu sabil (orang

yang sedang dalam perjalanan bukan untuk maksit).

6. Hikmah dan Manfaat Zakat

a. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT. Karena zakat

merupakan harta mustahik, maka zakat berfungsi untuk menolong,

membantu dan membina terutama fakir miskin kearah yang lebih

baik dan lebih sejahtera.

b. Sebagai pilar amal bersama (jam’i) antara orang kaya yang

berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya

digunakan untuk berjihad dijalan Allah.

c. Sebagai salah satu sumber bagi pembangunan sarana dan

prasarana.

18

Hasan Asy‟ari Syaikho, Pengelolaan ZIS dalam Upaya Mengubah Status Mustahiq

menjadi Muzaki: Studi Kasus Pada PKPU Jawa Tengah, 2012, h. 41.

20

a. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar.

b. Dari sisi pembangunan umat, zakat merupakan salah satu

instrumen pemerataan pendapatan.

c. Dorongan ajaran Islam yang begitu kuat kepada orang-orang

yang beriman untuk berzakat, menunjukkan bahwa ajaran

Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha

sehingga memiliki harta kekayaan yang disamping dapat

memnuhi kebutuhan

7. Potensi Zakat di Indonesia

Mengetahui potensi zakat adalah penting untuk perencanaan ke

depan, strategi pengelolaan, dan evaluasi kinerja zakat nasional, serta

untuk meletakkan secara proporsional peran zakat di ranah publik.

Potensi zakat adalah kemampuan zakat dalam upaya pemanfaatan

zakat untuk digunakan dan dimanfaatkan secara optimal. Potensi zakat

apabila digunakan dengan pemanfaatan dan mekanisme yang tepat

tentu dapat digunakan untuk mengentaskan kemiskinan dikalangan

umat muslim. Potensi zakat dimasing-masing daerah akan berbeda

sesuai dengan struktur dan tingkat kemajuan suatu daerah tersebut.

Semakin maju suatu daerah maka akan semakin besar potensi zakat

yang dapat digali. 19

Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas

penduduk Muslim yaitu sejumlah 216,66 juta penduduk atau dengan

persentase Muslim sebesar 85 persen dari total populasi.20

Fakta ini

menyiratkan bahwa zakat memiliki potensi besar dan dapat

berkontribusi dalam mengurangi kemiskinan.

Data menunjukkan bahwa pada bulan September 2016, jumlah

penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan

di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,76 juta orang

(10,70 persen), berkurang sebesar 0,25 juta orang dibandingkan

19

Amalia, Kasyful Mahalli, Jurnal Tentang Potensi Dan Peranan Zakat Dalam

Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan. 20

Badan Pusat Statistik, 2015.

21

dengan kondisi Maret 2016 yang sebesar 28,01 juta orang (10,86

persen). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret

2016 sebesar 7,79 persen, turun menjadi 7,73 persen pada September

2016. Demikian pula persentase penduduk miskin di daerah perdesaan

turun dari 14,11 persen pada Maret 2016 menjadi 13,96 persen pada

September 2016.21

Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Bambang Sudibyo

menyebutkan bahwa potensi zakat di Indonesia ialah sebesar 286

triliun rupiah. Namun, pada 2015 yang lalu, penerimaan zakat baru

terealisasi sebesar 3,7 triliun. "Potensi zakat sangat besar, penelitian

pada 2011 oleh ITB mengungkap potensi di tahun 2010 adalah 217

trilun rupiah. Dengan perhitungan PDB, potensi di tahun 2015 menjadi

286 triliun rupiah. Namun, penghimpunan zakat masih rendah, pada

2015 baru 3,7 triliun rupiah atau 1,3 persen dari PDB.22

Dengan

melihat data tersebut, kita seharusnya bertanya kenapa penghimpunan

zakat masih bereda ditingkat rendah dari potensi yang sebesar itu.

Apakah para muzakki memang tidak berniat untuk mengeluarkan

zakatnya, menyisihkan sebagian hartanya untuk orang yang lebih

membutuhkan. Atau mungkin dari pihak lembaga penghimpun dana

zakat sendiri, dari pengelolaan dan pendistribusiannya yang kurang

baik sehingga menimbulkan ketidakpercayaan dari pihak muzakki. Dan

hal ini perlu kita kaji lagi, agar dana zakat yang disebut-sebut bisa

menguragi tingkat kesenjangan masyarakat itu memang benar terbukti

adanya.

Berbicara Indonesia mungkin terlalu luas, karena peneliti

melakukan penelitian di Baitul Mal Hidayatullah Pasar Minggu Jakarta

Selatan, maka di bawah ini peneliti menyajikan data penduduk DKI

21

https://www.bps.go.id/index.php/brs/1378, diakses pada 07 Nopember 2017, pkl 21.48. 22

http://ksp.go.id/potensi-zakat-di-indonesia-sangat-besar/, diakses pada 07 Nopember

2017, pkl 22.19.

22

Jakarta dan rasio jenis kelamin menurut kabupaten/ kota pada tahun

2015.23

Tabel 2.2

Kabupaten/Kota Regency/City

Jenis Kelamin (ribu) Sex (thousand)

Rasio Jenis

Kelamin Sex Ratio

Laki-Laki Male

Perempuan Female

Jumlah Total

1 2 3 4 5

1 Kepulauan Seribu

11 720 11 620 23 340 100,86

2 Jakarta Selatan 1 096 469 1 089 242 2 185 711 100,66

3 Jakarta Timur 1 436 128 1 407 688 2 843 816 102,02

4 Jakarta Pusat 457 025 457 157 914 182 99,97

5 Jakarta Barat 1 246 288 1 217 272 2 463 560 102,38

6 Jakarta Utara 867 727 879 588 1 747 315 98,65

DKI jakarta 5 115

357 5 062 567

10 177 924

101,04

Badan Pusat Statistika

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta

pada bulan September 2016 sebesar 385,84 ribu orang (3,75 persen).

Dibandingkan Maret 2016 (384,30 ribu orang atau 3,75 persen), jumlah

penduduk miskin naik sebanyak 1,54 ribu orang. Sedangkan

dibandingkan dengan September 2015 dengan jumlah penduduk miskin

sebesar 368,67 ribu orang (3,61 persen), jumlah penduduk miskin naik

17,17 ribu orang atau naik 0,14 poin.

Untuk potensi zakatnya sendiri, potensi zakat, infaq dan shadaqah di

DKI Jakarta dinilai sangat besar hingga Rp3 triliun, namun potensi itu

belum tergali maksimal.Sebagai perbandingan, Badan Amil Zakat, Infaq

dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta hanya berani menargetkan

pendapatan zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) sebanyak Rp35 miliar untuk

tahun 2009.

Hal ini seharusnya menjadi alarm bagi kita umat Muslim khususnya,

melihat besarnya potensi zakat yang ada di Indonesia, utamanya di Ibu

23

https://jakarta.bps.go.id/index.php/linkTabelStatis/91, diakses pada 07 N0pember 2017,

pkl 21.53.

23

Kota Jakarta, kenapa tidak bisa menurunkan angka kemiskinan di daerah

ini. Apa yang menjadi masalahnya, penghimpunan yang masih sedikit kah,

atau pengelolaan dana zakat yang kurang baik kah, sehingga

pendistribusiannya pun tidak dilakukan secara tepat dan cermat. Maka dari

itu, peneliti ingin melihat secara langsung bagaimana proses

penghimpunan dana zakat, infak, shodakoh, bagaimana pengelolaannya

serta pendistribusiannya. Apakah dana zakat yang terkumpul hanya

diberikan saja kepada mustahik (penerima zakat) yang kemungkinan besar

dana zakat tersebut langsung habis, ataukah ada program khusus dari

lembaga zakat ketika mengelola zakat tersebut, sehingga bisa bermanfaat

lebih lama bagi para mustahik, dan kemungkinan besar bisa merubah

status mustahik menjadi muzakki.

8. Pengelolaan Dana Zakat

Dalam pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat, dikatakan bahwa pengelolaan zakat adalah

kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam

pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Dari

pengertian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa pengelolaan zakat

adalah satu rangkaian kegiatan pengumpulan dana zakat dari muzakki

sampai pendistribusian zakat dan pendayagunaannya untuk para

mustahik sesuai dengan syari‟at Islam.

Pengelolaan zakat yang tampak dimasyarakat, lebih sering bersifat

charity. Solah-olah dengan cara ini kewajiban untuk membantu kaum

dhuafa’ sudah selesai. Dengan memberi sembako, bagi sebagian kalan

sudah merasa lepas tanggung jawab sosialnya.24

Sebagai titik poinnya, cara ini patut diapresiasi, karena menjadi

bukti kepedulian pada sesama. Akan tetapi bila berhenti pada cara ini

saja dan tidak melakukan inovasi, sama artinya memapankan

24

BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS

Provinsi DKI Jakarta, (Jakarta: BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006), h. 87.

24

kemiskinan. Karena sama sekali tidak membuat orang kreatif.

Akibatnya adalah semakin banyak orang yang tanganya di bawah

karena nyaris tak perlu mengeluarkan keringat, tapi kocek dan perut

tetap terisi.

Akibat lainnya, persepsi tentang zakat menjadi kerdil, dan

mengurangi kepercayaan masyarakat pada lembaga pengelolaan zakat.

Persepsi itu misalnya, kenapa harus membayar zakat lewat lembaga,

kalau tujuan zakat adalah hanya bagi-bagi sembako atau uang.

Bukankah muzakki juga dapat melaksanakannya sendiri?

Diakui atau tidak, cara-cara ini masih menjadi kecenderungan di

kalangan masyarakat pengelola zakat, dan hal tersebut tentu saja

memberikan dampak kurang baik bagi lembaga-lembaga pengelola

zakat lainnya.

Peran lembaga zakat sangat diperlukan dalam pengelolaan dana

zakat. Ada beberapa persepsi yang dapat dijadikan argumen kenapa hal

tersebut di anggap penting, di antaranya:

a. Dana zakat selalu habis dibagi-bagi dalam waktu sekejap. Dana

tidak dikelola sebagai suatu kekuatan untuk membuat

perubahan dikalangan fakir miskin. Dengan demikian tidak

akan ada perubahan apapun di masyarakat. Termasuk lembaga

pengelola zakat pun telah menghilangkan kesempatan untuk

melatih diri menjadi lembaga keuangan non-perbankan yang

profesional.

b. Ada kekeliruan cara pandang perzakatan, hingga melahirkan

tradisi panjang yang hanya bagi-bagi uang saja. Bagi mereka

menyegerakan sampai pada mustahik dan segera habis

dibagikan merupakan upaya terbaik. Alasannya itu cara

melipatgandakan pahala sesuai dengan keinginan donatur.

Dengan memproduktifkan artinya sama dengan menahan dana

zakat, berarti telah menghapus nilai pahala. Ini merupakan

25

tindakan tercela, menghianati amanah donatur serta tidak sesuai

dengan perintah agama.

Cara pandang seperti itu, sesungguhnya mempertegas model

pengelolaan yang dijalankan secara sambilan. Dengan menjadikan

pengelola zakat hanya berfungsi sebagai kasir dengan tugas membagi-

bagi uang, tentu tidaklah membutuhkan suatu manajemen kuat.

Dengan menghadirkan manajemen yang kuat, artinya membutuhkan

kesungguhan, keseriusan dan planning yang memadai. Manajemen

demikian tak akan bisa dijalankan secara sambilan. Maka hingga

sebelum tahun 1993, pengelolaan zakat di Indonesia kebanyakan

memang belum sampai ke arah itu. Pengelolaan yang ada masih

sebatas sampingan, dan telah meluas dan tertanam kuat di masyarakat.

Ini menjadi tradisi yang telah berjalan lama, hingga menjadi ciri

tersendiri.25

Menurut Eri Sadewo, dalam bukunya Manajemen Zakat,

menyebutkan bahwa ada 15 ciri dari tradisi pengelolaan zakat yang

menjebak hingga menyulitkan perkembangan lembaga-lembaga sosial

di Indonesia. Ke 15 cara itu adalah sebagai berikut:

a. Anggap Sepele

Sifat zakat memang bantuan. Istilah bantuan membenuk

paradigma keliru bahwa bahwa bantuan adalah pekerjaan sosial

semata. Karena sosial tak perlu diseriusi seperti muzakki

menggeluti pekerjaan sehari-hari. Pekerjaan sosial karenanya

dapat dikerjakan sambil lalu, santai dan tak perlu waktu yang

khusus. Namanya juga bantuan sosial. Ada bantuan saja sudah

harus bersyukur. Tak ada bantuan, toh kalangan fakir miskin

juga tak bisa menuntut. Jadi jika dibantu apalagi dikerjakan

sendiri, itu sesuatu hal yang mulia sekali.

25

Eri Sudewo, Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar,

(Ciputat: Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 11.

26

b. Kelas 2

Pekerjaan sosial adalah pekerjaan kemurahan hati. Saat hati

sedang senang, rasa sosial pun bangkit. Sebaliknya saat

seseorang sedang dilanda masalah, kondisi jiwa pun tak stabil.

Jika yang terakhir ini terjadi, urusan bantuan sosial pun gagal.

Kapan berakhir kegalauan itu, tentu amat ditentukan oleh

situasi dan kondisi juga. Dengan kondisi demikian format

berpikir yang tumbuh menempatkan pekerjaan sosial hanyalah

sampingan.

c. Tanpa Manajemen

Di Indonesia, pengelolaan zakat lebih didominasi intuisi. Tiap

anggota organisasi terutama ketua, menjalankan kegiatan

dengan persepsi masing-masing. manajemen dalam arti

sesungguhnya tidak dikenal. Pembagian tugas dan struktur

organisasi sudah ada tapi hanya formalitas. Jika ditanya

mengapa strukturnya seperti itu, cenderung tak ada yang dapat

menjawab. Saat operasional, umumnya anggota juga tak paham

apa yang harus dikerjakan oleh bidangnya.

d. Tanpa Perencanaan

Kegiatan menyantuni anak yatim atau bagi-bagi sembako

merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh siapapun. Anak

yatim dan kalangan fakir miskin dapat dengan mudah dijumpai.

Oleh karena itu tak perlu berlelah-lelah mengadakan strategic

planning dalam mendisain perencanaan.

e. Struktur Organisasi Tumpang Tindih

Kebanyakan organisasi lokal, rata-rata struktur organisasinya

sederhana. Ada dua pengertian yang dimaksud dengan

sederhana. Pertama struktur organisasi memang dibuat ala

kadarnya. Karena yang mendisain pengetahuannya terbatas,

pembagian kerja antar bidang dan seksi-seksi jadi tumpang

tindih. Kedua adalah proses perumusan struktur organisasi,

27

dilakukan dengan amat subyektif. Ketua pendiri yang biasanya

seorang tokoh, hanya tinggal menunjuk orang untuk duduk di

masing-masing bidang. Sering kali sang tokoh sekaligus

menginisiatifi dirinya menjadi ketua umum.

f. Tanpa Fit and Proper Test

Satu tradisi lembaga nirlaba lokal yang juga bersumber dana

pada ZIS adalah tidak serius dalam mencari SDM pengelola.

Tidak dikenal istilah rekruitmen, apalagi fit and proper test. Itu

terlampau muluk. Untuk apa mengurus pekerjaan sosial harus

dengan test. Orang mau bekerja saja sudah bagus. Diminta test,

siapa yang mau mengurus nanti. Yang dibutuhkan hanya

tinggal kesediaan diri karena diminta ketua. Soal kerja atau

tidak, bagaimana nanti saja.

g. Kaburnya batasan

Dengan struktur organisasi sederhana dan tumpang tindih,

mencerminkan tak jelasnya batas-batas wewenang dan

tanggung jawab. Garis komando semua lini memang mengacu

pada ketua umum, namun Cuma sebatas itu. Sampai sejauh

mana wewenang yang dimandatkan, tak tertulis dan

terdokumentasi baik. Ketua umu kerap intervensi bahkan

hingga hal-hal yang teramat kecil. Bagi lini di bawahnya

intervensi tersebut sebenarnya bukan merupakan proses

pendewasaan yang baik.

h. Ikhlas Tanpa Imbalan

Pola lama bekerja di yayasan sosial dan panti, selalu

dinyatakan sebagai bentuk manajmne lillahi ta’ala. Makna

lillahi ta’ala diidentikkan dengan pengabdian yang tak perlu

mendapat hak, lebih-lebih menuntut upah yang layak. Tuntutan

tersebut dianggap tidak ikhlas, merusak pengabdian, serta

tindakan itu tidak Islami. Ini adalah lembaga pengabdian.

Jangan rusak dengan tuntutan itu.

28

i. Dikelola Paruh Waktu

Mengabdi tanpa imbalan, hanya sanggup dijalankan oleh

orang-orang yang tidak lagi membutuhkan gaji. Orang-orang

seperti ini, biasanya telah tidak lagi aktif bekerja karena

pensiun. Karena mereka masih sanggup bekerja, mereka ingin

mengabdikan apa yang dimiliki untuk kepentingan masyarakat.

Ini merupakan tindakan mulia sebagai bentuk aktualisasi diri

yang memang harus diakomodir. Sayangnya mereka kini

memiliki kemampuan yang terbatas. Meskipun semangat masih

membara, tetapi mereka bukan lagi sosok muda seperti dulu

yang masih bisa full time bekerja.s

j. Lemahnya SDM

Ciri lain dari pengelolaan yayasan lokal dan panti asuhan yang

tradisional dapat dilihat dari SDM dibelakangnya. Kebanyakan

yang bekerja merupakan orang-orang yang memiliki

kemampuan kebanyakan. Hal tersebut amat berpengaruh pada

image citra lembaga. Akibatnya masyarakat sendiri kurang

berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang kegiatan-

kegiatan yang dijalankan.

k. Bukan Pilihan

Bekerja bukan berdasarkan pilihan, punya dampak yang serius.

Ini berpengaruh besar pada kondisi kejiwaan yang

bersangkutan dan lembaga itu sendiri.

l. Lemahnya Kreativitas

Sala satu ciri pngelolaan tradisional adalah pasif. Ini tampak

dari tidak adanya pemikiran kreatif. Karena kurang kreatif,

program-program yang dilahirkannya pun tidaklah inovatif.

Kebanyakan lembaga hanya saling mencontoh yang telah ada.

Mereka kurang berani mengadakan terobosan-terobosan baru

sebagai bentuk ijtihadi.

m. Tak Ada Monitoring dan Evaluasi

29

Salah satu dampak dari lemahnya kreativitas adalah tidak

adanya sistem monitoring dan evaluasi. Ada atau tidaknya

sistem ini amat tergantung pada pimpinan. Pimpinan menjadi

kata kunci karena ini menyangkut organisasi nirlaba lokal.

Karena hampir seluruh persoalan kembali pada pimpinan,

sistem pengawasan seolah-olah telah difungsikan dengan baik.

Sementara yang terjadi dilapangan, ternyata tidaklah

sesederhana seperti yang dapat dibayangkan oleh pimpinan.

Lembaga pun akhirnya sulit berbenah apalagi berkembang.

n. Tak Disiplin

Satu kultur budaya Indonesia yang negatif adalah

ketidakdisiplinan. Di hampir seluruh sektor, tidak disiplin

sudah jadi bagian sehari-hari. Bagi lembaga zakat, rapat

pengurus dan pengelola, cenderung terlambat juga. Lalu para

pembesar yang mendirikan lembaga zakat, ternyata sulit

dihubungi apalagi bisa hadir. Tak ada yang menarik dan

menantang di lembaga zakat bagi para pembesar itu. Rapat jadi

selalu terlecehkan. Maka jika pendiri yang pembesar itu bisa

hadir, seolah itu merupakan rahmat luar biasa.

o. Kepanitiaan

Di samping puasa, umat Islam punya kewajiban lain yakni

membayarkan zakat fitrah di bulan Ramadhan. Dalam zakat

pun umat ingin mengelola khusus di bulan Ramadhan. Segera

dibayar, segera dihimpun, segera didistribusikan agar segera

dapat dinimati mustahik. Pengelolaan yang serba singkat itu,

lebih perencanaan, bersifat temporal hingga mudah untuk

segera dibubarkan dengan berakhirnya bulan Ramadhan.26

Itulah ke lima belas ciri yang diungkapkan oleh Eri Sudewo terkait

pengelolaan zakat yang masih tradisional. Dari ciri-ciri tersebut yang dapat

26

Ibid, h. 13-20.

30

peneliti simpulkan adalah itu memang sifat-sifat kurang baik yang dimiliki

oleh masyarakat Indonesia, jika hal tersebut terus menerus dilakukan,

maka ini akan berdampak buruk karena muzakki semakin enggan unturk

mengeluarkan zakatnya, dan mentitipkan zakatnya kepada lembaga.

Muzakki akan lebih memilih memberikan zakat secara langsung kepada

fakir miskin, ataupun kepada kyai yang ada disekitar tempat mereka. Dan

jika ini terus terjadi maka tingkat kesenjangan pun akan sulit untuk

dikurangi, karena tidak ada pemerataan dalam pendistribusian dana zakat.

Selain itu, jika muzakki langsung memberikan zakatnya kepada fakir

miskin, itu tidak akan memberikan dampak yang panjang bagi si miskin,

dan menjadikan tambah malas untuk berusaha karena mereka merasa nanti

juga akan ada orang kaya yang memberikan meraka jatah zakat.

Persoalan yang berhak mengelola dana zakat memang jadi persoalan

klasik. Satu pihak berargumen memang itu adalah hak pemerintah.

Sementara praktek di masyarakat sendiri, sebagian zakat telah disalurkan

langsung oleh muzakki kepada orang miskin. Sebab zakat adalah

persoalan ibadah, antara muzakki dengan Allah SWT. Ada atau tidak ada

lembaga zakat, kewajiban zakat tidaklah gugur. Di beberapa daerah lain,

malah ada kebiasaan khusus dimana masyarakat dapat memberikan

zakatnya langsung pada kyai yang dipercaya. Di pihak pemerintah sendiri,

ternyata tidak pernah secara serius dan sungguh-sungguh mengelola dana

zakat. Lebih-lebih jika dan zakat itu hendak dimasukkan sebagai sumber

devisa dalam APBN atau APBD. Persoalannya barangkali pemerintah juga

sulit bersikap, karena zakat adalah tuntutan agama sementara negara

Republik Indonesia merupakan negara demokrasi berlandaskan UUD 45

dan Pancasila.

Disamping itu, bicara zakat adalah bicara kepercayaan. Dengan

performane birokrasi yang memiliki banyak problem, tentu juga sulit bagi

masyarakat untuk dengan mudah percaya menyerahkan begitu saja dana

zakatnya.

31

Pada tahun 1998, Yusuf Qardhawi ulama besar dari Mesir yang

menulis buku Fiqhuz Zakat, berkunjung ke Indonesia atas undangan Bank

Indonesia (BI)27

. Ini merupakan catatan sejarah perbankan Indonesia,

mengingat untuk pertama kali BI mengundang seorang ulama dan bicara

tentang Bank Syari‟ah di gedung BI. Jika Indonesia tidak diabrak krisis

moneter tahun 1997, entah apakah juga ada episode tentang ceramah Bank

Syari‟ah di BI. Memanfaatkan kunjungan langka ini, para praktisi

ekonomi syari‟ah mengundang Yusuf Qardhawi berdialog terbuka di

Institut Bank Indonesia di Kemang Jakarta. Dalam diskusi yang dipandu

oleh M. Syafi‟i Antonio dan Anis Matta itu, Eri Sudewo, penulis buku

Manajemen Zakat bertanya langsung kepada Yusuf Qardhawi:

“Jika Pemerintah Indonesia sedang mengalami problem besar hingga

tidak konsentrasi mengelola zakat, sementara masyarakat juga belum bisa

percaya kepada pemerintah, apakah boleh masyarakat mengelola dana

zakat tersebut?” Yusuf Qardhawi menjawab dengan amat singkat: “Jika

kondisinya memang begitu, boleh. Zakat boleh dikelola oleh masyarakat.”

September tahun 1999 draft rancangan UU tentang perzakatan di

sahkan oleh DPR. Draft ini disahkan sebagai UU Nomor 38 tahun 1999

tentang Pengelolaan Zakat. Salah satu hal yang paling menggembirakan

dalam UU itu, eksistensi kedudukan lembaga zakat yang tumbuh atas

inisiatif masyarakat, diakui dan dilegalkan keberadaannya. Lembaga-

lembaga zakat masyarakat, dalam UU 38 tahun 1999 itu disebut sebagai

lembaga Amil Zakat (LAZ). Sedang lembaga zakat yang didirikan

pemerintah disebut Badan Amil Zakat (BAZ).

Secara umum, kehadiran UU No. 38 tahun 1999 telah membawa

berbagai dampak positif bagi dunia zakat nasional, antara lain: (i)

perlindungan dan pelayanan bagi warga negara dalam melaksanakan zakat

ibadah sesuai dengan agamanya; (ii) memberi kepastian hukum bagi

27

Ibid, h. 24.

32

operasional OPZ, baik LAZ maupun BAZ; (iii) meningkatnya hasil guna

dan daya guna zakat sebagai pranata keagamaan dalam upaya meuwjudkan

kesejahteraan dan keadilan sosial sebagai hasil diterimanya sejumlah

interpretasi modern dalam pengelolaan zakat seperti seperti zakat

penghasilan; dan (iv) meningkatnya kesadaran masyarakat dalam

menunaikan zakat melalui lembaga. Dampak posiitif kehadiran UU No 38

tahun 1999 tidak terlepas dari berbagai ketentuan yang sudah baik yang

tercantum dalam Undang-Undang ini.28

Berbagai ketentuan dalam UU Nomor 38 tahun 1999 telah berada di

arah yang tepat, antara lain: (i) Akomodasi masyarakat sipil dalam

pengelolaan zakat dengan adanya pengakuan terhadap Lembaga Amil

Zakat (LAZ) yang murni prakarsa masyarakat (Pasal 7); (ii) Implementasi

good governace dalam OPZ dengan mendorong pembagian kekuasaan

organisasi yaitu unsur pertimbangan dana zakat dan non-zakat sesuai

dengan ketentuan agama, serta memperkenalkan perluasan basis zakat

diperekonomian modern seperti zakat penghasilan dan zakat perusahaan

(Pasal 11 dan 13); (iv) pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat

sesuai dengan ketentuan agama dan mendorong pendayaugunaan dana

secara produktif (Pasal 16 dan 17); (v) memperkenalkan insentif fiskal

bagi pembayar zakat dengan menjadikan zakat sebagai pengurang

laba/pendapatan sisa kena pajak (14); dan (vi) memperkenalkan sanksi

bagi OPZ yang lalai dalam melaksanakan kewajibannya (Pasal 21). Di sisi

lain, undang-undang ini juga memberi basis legal yang kuat bagi

keterlibatan negara dalam pengelolaan zakat nasional. Bahkan dalam

rancangan awal undang-undang, negara memainkan peranan sentral

dengan peran masyarakat sipil nyaris sepenuhnya diabaikan.

Selain berbagai dampak positif, di saat yang sama, kehadiran undang-

undang ini juga telah membawa sejumlah dampak yang tidak diharapkan.

28

Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia: Diskursus Zakat Nasional dari Rezim

UU No. 38 Tahun 1999 ke Rezim UU No. 23 Tahun 2011 (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015),

h.73.

33

Salah satunya adalah undang-undang ini teah menjadi basis legalitas dan

sekaligus basis pendirian OPZ (Organisasi Pengelol Zakat) sehingga

menjadi fakor penting yang memicu pertumbuhan jumlah OPZ secara

signifikan. Data terakhir yng dikeluarkan oleh BAZNAS adalah, sampai

Maret tahun 2017 ini terdapat 34 BAZNAS tingkat Provinsi dan 274 BAZ

tingkat Kabupaten/ Kota dengan Jumlah BAZ terbanyak ada di Provinsi

Jawa Barat, yaitu 26 BAZ. Sedangkan untuk jumlah Lembaga Amil

Zakatnya adalah, LAZ skala nasional berjumlah 17, LAZ skala provinsi

berjumlah 7, dan LAZ skala Kabupaten/Kota berjumlah 11. Ada juga LAZ

yang telah mendapatkan rekomendasi BAZNAS namun masih mengurus

izin di Kementerian Agama agama berjumlah 5 Lembaga Amil Zakat.

Dengan dikeluarkannya UU Nomor 33 tahun 1999 yang kini telah di

revisi menjadi UU Nomor 23 tahun 2011 membuktikan bahwa

pengelolaan zakat di Indonesia telah dilakukan secara serius. Diikuti juga

dengan banyak didirikannya Badan maupun Lembaga Amil Zakat,

menjadi bukti bahwa potensi zakat di Indonesia memang sangat besar dan

hal tersebut akan sangat bermanfaat untuk menghapuskan kesenjangan

ekonomi maupun sosial yang ada di negeri ini, dengan catatan, jika dana

tersebut dihimpun, dikelola, dan didistribusikan secara baik dan benar.

9. Pendistribusian Dana Zakat

Ada beberapa ketentuan dalam mendistribusikan dana zakat

kepada mustahiq:

1) Mengutamakan distribusi domestik, dengan melakukan distribusi

lokal atau atau lebih mengutamakan penerima zakat yang berada

dalam lingkungan terdekat dengan lembaga zakat (wilayah

muzakki) dibandingkan pendistribusiannya untuk wilayah lain.

2) Pendistribusian yang merata dengan kaidah-kaidah sebagai berikut:

Bila zakat yang dihasilkan banyak, seyogyanya setiap

golongan mendapat bagiannya sesuai dengan kebutuhan

masing-masing.

34

Pendistribusiannya haruslah menyeluruh kepada delapan

golongan yang telah ditetapkan.

Diperbolehkan untuk memberikan semua bagian zakat

kepada beberapa golongan peneria zakat saja, apabila

didapati bahwa kebutuhan yang ada pada golongan tersebut

memerlukan penanganan secara khusus.

Menjadikan golongan fakir miskin sebagai golongan

pertama yang menerima zakat, karena memenuhi

kebutuhan mereka dan membuatnya tidak bergantung

kepada golongan lain adalah maksud dan tujuan

diwajibkannya zakat.

Seyogyanya mengambil pendapat Imam Syafi‟i sebagai

kebijakan umum dalam menentukan bagian maksimal

untuk diberikan kepada petugas zakat, baik yang bertugas

dalam mengumpulkan maupun mendistribusikannya.

Membangun kepercayaan antara pemberi dan penerima

zakat. Zakat baru bisa diberikan setalah adanya keyakinan

dan juga kepercayaan bahwa si penerima adalah orang yang

berhak dengan cara mengetahui atau menanyakan hal

tersebut kepada orang-orang adil yang tinggal

dilingkungannya, ataupun yang mengetahui keadaanya

yang sebenarnya.29

Agar dana zakat yang disalurkan itu dapat berdaya guna dan

berhasil guna, maka pemanfaatannya harus selektif untuk

kebutuhan konsumtif atau produktif. Mekanisme distribusi zakat

kepada mustahiq bersifat konsumtif dan juga produktif.

29 “Optimalisasi Distribusi Zakat ”http://11-05/optimalisasi-distribusi-zakat.html.

Diakses 9 Nopember 2017 pkl 9.05.

35

1) Distribusi Konsumtif Dana Zakat

Dalam distribusi konsumtif disini dapat diklarifikasi menjadu dua,

yaitu:30

a. Tradisional

Zakat dibagikan kepada mustahiq dengan secara langsung

untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. Misalnya pembagian

zakat fitrah berupa beras dan uang kepada fakir miskin setiap

idul fitri. Pola ini merupakan program jangka pendek dalam

mengatasi permasalahan umat.

b. Kreatif

Zakat yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan

digunakan untuk membantu orang miskin dalam mengatasi

permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapi. Proses

pengkonsumsian dalam bentuk lain dari barangnya semula. 31

misalnya diberikan dalam bentuk beasiswa untuk pelajar.

Pola pendistribusian dana zakat secara konsumtif diarahkan

kepada:

a. Upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi dasar dari para

mustahiq.

b. Upaya pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan tingkat

kesejahteraan sosial dan psikologis.

c. Upaya pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan

peningkatan SDM agar dapat bersaing hidup di alam transisi

ekonomi dan demokrasi Indonesia.

2) Distribusi Produktif Dana Zakat

Pola distribusi dana zakat produktif menjadi menarik untuk di

bahas mengingat statement syari‟ah menegaskan bahwa dana zakat

yang terkumpul sepenuhnya adalah hak milik dari mustahiq delapan

30

Fachruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Yogyakarta: Sukses Offset,

2008), 314. 31

Amiruddin dkk, Anatomi Fiqh Zakat (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005), h. 3.

36

asnaf. Konsep distribusi produktif yang dikedepankan oleh sejumlah

lembaga pengumpul zakat, biasanya dipadukan dengan dana lain yang

terkumpul, misal infaq dan shodaqoh.

Dalam Pendistribusian Zakat Produktif disini dapat

diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu antara lain:

a. Tradisional/Konvensional

Zakat yang diberikan dalam bentuk-bentuk barang produktif,

dimana dengan menggunakan barang-barang tersebut, para

mustahiq dapat menciptakan suatu usaha. Misalnya pemberian

bantuan ternak kambing, sapi.

b. Kreatif

Zakat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian modal

bergulir, baik untuk permodalan proyek sosial seperti

membangun sekolah, tempat ibadah, maupun sebagai modal

usaha untuk membantu mengembangkan usaha para pedagang

atau pengusaha kecil.32

Zakat secara produktif ini bukan tanpa dasar, zakat ini pernah

terjadi di zaman Rasulullah dikemukakan dalam sebuah hadits riwayat

Imam Muslim dari Salim bin Abdillah Bin Umar dari ayahnya, bahwa

Rasulullah telah memberikan kepadanya zakat lalu menyuruhnya

untuk dikembagkan atau disedekahkan lagi.

Dalam kaitan dengan penyaluran zakat yang bersifat produktif, ada

pendapat yang menarik yang dikemukakan oleh ulama Mesir Yusuf

Qardhawi dalam bukunya Fiqh Zakat, bahwa pemerintah Islam

diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan

dari uang zakat untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya bagi

kepentingan fakir miskin, sehingga akan terpenuhi kebutuhan hidup

mereka sepanjang masa. Dan untuk saat ini peranan pemerintah dalam

32

Departemen Agama, Manajemen Pengelolaan Zakat (Depok: Direktorat

Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2005), h. 35-36.

37

pengelolaan zakat digantikan oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga

Amil Zakat.33

Menurut Didin Hafidhuddin, BAZ ataupun LAZ, jika memberikan

zakat yang bersifat produktif, harus pula melakukan pembinaan dan

pendampingan kepada para mustahik agar kegiatan usahanya dapat

berjalan dengan baik. Disamping melakukan pembinaan dan

pendampingan kepada para mustahik dalam kegiatan usahanya, BAZ

dan LAZ juga harus memberikan pembinaan ruhani dan intelektual

keagamaannya agar semakin meningkat kualitas keimanan dan

keislamannya.34

Adapun langkah-langkah pendistribusian zakat produktif tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Pendataan yang akurat sehingga yang menerima benar-benar

orang yang tepat.

b. Pengelompokkan peserta ke dalam kelompok kecil, homogen

baik dari sisi gender, pendidikan, ekonomi dan usia dan

kemudian dipilih ketua kelompok, diberi pembimbing dan

pelatih.

c. Pemberian pelatihan dasar, pada pendidikan dalam pelatihan

harus berfokus untuk melahirkan pembuatan usaha produktif,

manajemen usaha, pengelolaan keuangan usaha dan lain-lain.

Pada pelatihan ini juga diberi penguatan secara agama sehingga

melahirkan anggota yang berkarakter dan bertanggung jawab.

d. Pemberian dana,dana diberikan setelah materi tercapai, dan

peserta dirasa telah dapat menerima materi dengan baik. Usaha

yang telah direncanakan pun dapat diambil. Anggota akan

33

Al- Qardhawi, Op.Cit., Edisi Terjemahan . 34

Susilo Ady Saputro, Zakat Produktif Sebagai Upaya Mengurangi Kemiskinan di

Indonesia. http://anakbanyumas.wordpress.com/2010/04/23/zakat-produktif-sebagai-upaya-

mengurangi-kemiskinan-di-Indonesia/#more-159. Diakses 9 Nopember 2017, okl 10.45.

38

dibimbing oleh pembimbing dam mentor secara intensif sampai

anggota tersebut mandiri untuk menjalankan usaha sendiri.35

10. Pemberdayaan Ekonomi Melalui Zakat

Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti

tenaga atau kekuatan, pemberdayaan adalah upaya yang membangun

daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan

kesadaran akan potensi yang dimiliki untuk mengembangkannya.36

Upaya memberdayakan zakat menurut perspektif ekonomi Islam

didasarkan pada prinsip-prinsip dan kaidah hukum Islam, di mana

keuangan Islam menjadi sarana untuk menggerakkan kegiatan di

berbagai bidang, baik sektor ekonomi, sosial, keuangan maupun

politik. Dan yang akan peneliti kaji di dalam penelitian ini hanya

pemberdayaan zakat, infak, sodaqoh dari sisi ekonominya saja.

Pemberdayaan ekonomi melalui zakat yaitu untuk menghindari

intervensi politis keuangan Islam dalam zakat untuk membantu para

fakir miskin yang secara langsung besar pengaruhya bagi kehidupan

ekonomi dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap hasil

produksi, penghasilan dalam kekayaan yang dapat diwujudkan untuk

mencapai target perkembangan ekonomi serta sumbangsihnya dalam

mengentaskan pertumbuhan ekonomi, dengan cara melakukan

pengembangan ekonomi atau mengatur unsur-unsur hasil produksi.37

Dalam pembahasan ini akan penulis ringkas dalam bagian-bagian

berikut ini:

a. Zakat dan Pengembangan Penghasilan

35

“Zakat Konsumtif dan produktif”

http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/09/zakat-konsumtif-dan-zakat-produktif.html. Di akses 9

Nopember 2017, pkl 10.54. 36

Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, cet. Ke-2, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,

2000), h. 263. 37

Gazi Inayah, Teori Komprehensif Tentang Zakat Dan Pajak, (Yogyakarta: PT Tiara

Wacana Yogya), 2003, h. 217.

39

Keuangan Islam yang paling fundamental dalam

pengembangan harta adalah zakat. Hal itu dilakukan dengan

cara memperoleh harta dan mengumpulkan kekayaan.

Zakat adalah salah satu perangkat politis keuangan Islam

dalam menghimpun penghasilan untuk pengembangan harta,

yaitu dengan cara mengembangkan hasil produksi dan

penghasilan sebagai ganti zakat yang diambil. Allah SWT

berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 276 yang artinya: Allah

memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak

menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan

bergelimang dosa.

Rasulullah SAW bersabda: Zakat dapat memelihara harta

dari kekurangan dan memacu untuk berkembang serta

diberdayakan untuk terus berkembang.(Mutafaq „Alih)

Apabila kita berasumsi pada titik tolak hubungan antara

zakat dan penghasilan, maka ini adalah upaya untuk

mengembangkan penghasilan dan memperdayakannya untuk

terus berproduksi serta menambah penghasilan dan mampu

mewujudkan pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih tinggi.

Kewajiban zakat pada dasrnya adalah kewajiban ilahiyah

yang pasti dan perolehan zakat dianggap sebagai

pemberdayaan dan pengembangan harta benda serta tidak

menimbun harta yang mengakibatkan mendapat ancaman siksa

api nerka bagi penimbun harta.

Membayar zakat dimaksudkan untuk mencegah seseorang

menimbun harta. Zakat adalah pengamalan hukum Islam

dengan cara memerdayakan harta, menghindari hukuman dan

dosa, serta tidak takut kurang ketika modalnya kurang karena

dipotong untuk zakat. Semua ini dimaksdukan untuk

memberdayakan harta, menggerakkan unsur-unsur produksi,

menggali potensi sumber daya, meningkatkan penambahan

40

penghasilan serta merealisasikan kekutan ekonomi dan sosial

masyarakat.

Untuk memperkuat aplikasi pemeliharaan, mengatur serta

mengembangkan harta yang sesuai dengan huku Islam, maka

pemungutan zakat itu diorientasikan untuk mengembangkan

harta, bukan menarik modal dari harta secara keseluruhan. Hal

itu untuk menjaga produksi harta serta membentuk cadangan

harta yang sewaktu-waktu mendadak yang sekarang dikenal

dengan pembaharuan permodalan.38

Selanjutnya Gazi Inayah masih berpendapat bahwa zakat

sepersepuluh adalah zakat yang paling potensial untuk

pengembangan hasil tanah, begitu juga zakat hasil keuntungan

produksi dan perdagangan, yaitu zakat yang diambilkan dari

keuntungan, bukan dari barangnya, misalnya perahu, pesawat

dan perangkat lainnya.39

Untuk melestarikan modal secara totalitas, maka ekonomi

Islam menegaskan bahwa zakat itu diperoleh dari kelebihan

harta, yaitu kelebihan kebutuhan hidup orang mukallaf dan

keluarganya.

Dan untuk menjaga modal produksi, ekonomi Islam

menetapkan zakat harus adil dan seimbang sesuai dengan

ketentuan nisab zakat. Ekonomi Islam telah menetapkan batas-

batas zakat sampai pada tahapan zakat yang bersifat umum dan

dibatasi dengan keseimbangan, tanpa sikap kikir dan

berlebihan.

Menurutnya, bukti peranan zakat dalam mengembangkan

harta itu ada pada ajaran yang pokok, yaitu ketetapan harta

dalam akurasi nisab, tidak menimbun harta, serta

menginfakkan harta untuk tujuan hasil produksi secara

38

Ibid, h. 218-219. 39

Ibid, h. 220.

41

seimbang. Konsep ini dapat menyempurnakan modal harta

untuk tujuan produksi, serta memberdayakannya untuk

pengembangan harta sebagai partispasi zakat dalam bidang

ekonomi. Akan tetapi terbatasnya waktu menanam karena

faktor alam terkadang menjadi kendala pokok dalam

mengembangkan dan memproduksi barang dalam

pemerintahan Islam.

Peran zakat dalam hal ini sangat jelas yaitu untuk

mengangkat kehormatan manusia dengan cara mendorong

tingkat produktifitas manusia, memenuhi panggilan bahwa

harkat manusia itu ada, mengembalikan kekuatan unsur

manusiawi dan etos kerjanya, sikap tersebut harus dilakukan

oleh masyarakat Islam untuk membantu semua aspek ekonomi

dan sosial. Peranan dan tuga ekonomi pada zakat adalah:

Pertama, zakat dan pemberdayaan sumber produktifitas di

luar unsur manusia. yaitu dengan cara mengembangkan,

memperbaiki tingkat produktifitas, meningkatkan kemampuan

berproduksi dan berpenghasilan. Di antara unsur terpenting di

luar unsur manusia adalah tanah, barang terpendam dalam

tanah dan modal.

Kedua, zakat dan pemberdayaan pengelolaan tanah, hukum

Islam sangat memperhatikan kemampuan maksimal dalam

kewajiban zakat tanaman dan buah-buahan. Islam tidak

mewajibkan terhadap modal harta, tetapi terhadap hasil dari harta

itu untuk memelihara unsur produktifitasnya.

Ketiga, zakat dan tugas memelihara harta benda, hukum Islam

memperhatikan kewajiban zakat sebagai kebutuhan untuk

kesejahteraan umum.

42

Keempat, zakat dan tugas memelihara modal, hukum Islam

sangat memperhatikan kewajiban zakat untuk memelihara modal

harta dengan cara memperhatikan bagian produktifitas dan

mengembangkannya.40

b. Zakat dan Sirkulasi Keuangan

Dalam kewajiban zakat, hukum Islam mengatur masalah-

masalah yang mengarah pada pengembangan sirkulasi keuangan

sebagai saham dalam mewujudkan tujuan ekonomi dengan cara

menyempurnakan peredaran uang sebagai sumber pengembangan

ekonomi dan sosial.

Oleh karena itu ketentuan harta yang berkaitan dengan zakat

terhadap 2,5% dapat bertambah dari beban pemeliharaan harta

yang telah dikembangkan oleh pemiliknya di pasar, sehingga dapat

menambah sirkulasi keuangan di pasar.

Begitu juga sumbangsih peningkatan zakat dalam

mengembangkan keuangan dan sirkulasi keuangan dengan cara

zakat yang dilakukan oleh para pemilik harta serta para penerima

zakat yang telah ditentukan cenderung mengarah pada peningkatan

produktifitas sebagai kekuatan daya beli yang mereka zakatkan

yang biasanya dapat memenuhi kebutuhan produktifitas yang dapat

mengangkat gerakan sirukulasi keuangan. Dengan demikian ada

peningkatan nilai dan produksi barang yang dapat menggerakkan

orang kaya, pemilik modal, produsen dan para pengembang harta

sehingga hasil produksi barang menjadi naik dengan sirkulasi

keuangan.41

40

Ibid, h. 227-229. 41

Ibid, h. 230.

43

B. Infak

1. Pengertian Infak dan Dasar Hukumnya

Infaq secara bahasa infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti

mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut

istilah infaq adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang,

setiap kali ia memperoleh rezeki, sebanyak yang dikehendakinya

sendiri.42

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 262:

لم ف سبيل ٱلله ث ل ي تبعون ما ٱلذين ينفقون أمو

م ول أجرهم لم أذى ول منا أنفقوا عند رب

خوف عليهم ول هم يزنون

Artinya:

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,

kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu

dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak

menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di

sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan

tidak (pula) mereka bersedih hati.

Pengertian infak lebih umum dari pada zakat karena setiap orang

beriman sangat dianjurkan untuk berinfak, baik mampu maupun tidak

mampu. Infak tidak ditentukan jenis barangnya, jumlahhnya dan

sasaran khusus pendayagunaannya. Oleh karena itu, berinfak boleh

diberikan kepada siapa pun, seperti kepada kedua orang tua, saudara,

dan anak yatim. Di sinilah perbedaan infak dengan zakat.43

Karenaa

penerima zakat sudah ditentukan, bahkkan ada di dalam Al-qur‟an.

42

Ibid, h.23. 43

Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai, 2008), h. 18.

44

Infak memiliki makna yang lebih sempit dari pada sedekah. Jika

sedekah bermakna memberikan segala sesuatu yang kita miliki, baik

berupa uang, barang, jasa, kebaikan, dan lain sebagainya, maka infak

hanya memberikan materi saja, yaitu berupa harta, baik uang atau

barang. Jadi, bisa dikatakan infak termasuk sedekah. Sebaliknya,

sedekah belum tentu infak. Sebab sedekah tidak hanya berbentuk

materi.

2. Hukum Infak

Infak mencakup harta zakat dan non-zakat. Infak ada yang wajib

dan ada yang sunnah. Infak wajib di antaranya zakat, kafarat, dan

nazar. Sedangkan, infak sunnah, diantaranya infak kepada fakir miskin

sesama muslim, infak bencana alam dan infak kemanusiaan.44

3. Golongan yang Wajib Mengeluarkan Infak

Terdapat tiga golongan yang diwajibkan untuk mengeluarkan

infak, yaitu:

a. Mereka yang sedang di dalam kesempitan juga diwajibkan

untuk mngeluarkan infak, bagi golongan ini berlaku minimal

10% dari penghasilannya.

b. Mereka yang di dalam keadaan mampu atau di dalam

kelapangan diwajibkan untuk mengeluarkan infak, berlaku

minimal 20% sampai 35% dari penghasilannya.

c. Mereka yang berlebih, terkena infak di atas 50% sampai

dengan 100%.45

44

Ibid, h. 19.. 45

Achmad Subianto, Shadaqah, Infak, dan Zakat Sebagai Instrumen untuk Membangun

Indonesia yang Bersih, sehat dan Benar, (Jakarta: Yayasan Bermula Dari Kanan, 2004), h. 33

45

C. Sedekah

1. Pengertian Sedekah dan Dasar Hukumnya

Kata sedekah berasal dari bahasa Arab, yaitu “shadaqo” yang

secara bahasa berarti “benar” atau “jujur”. Di sini, tersirat makna

bahwa orang yang bersdekah telah menjalankan agama dengan benar

atau jujur. Dengan kata lain, sedekah menjadi bukti pembenar bagi

keimanan seorang muslim. Hal ini sesuai dengan hadits yang

menyebukan bahwa sedekah itu merupakan bukti keimanan

seseorang.46

“Dari Abu Malik al- Harits bin Ashim al-As’ariy Ra., ia berkata

bahwasanya Raasulullah saw bersabda, “Suci adalah sebagian

dari iman, membaca Alhamdulillah dapat memenuhi timbangan.

Subhanallah dan Alhamduillah dapat memenuhi semua yang ada

di antara langit dan bumi. Shalat adalah cahaya, sedekah itu

adalah bukti iman, sabar adalah pelita dan al-Qur’an untuk

berhujjah terhadap yang kamu sukai ataupun terhhadap yang tidak

kamu sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya,

kemudian ada yang membebaskan dirinya, da nada pula yang

membinasakan dirinya. (HR. Muslim).

Sedangkan secara istilah, sedekah berarti sebuah pemberian

secara suka rela, baik berupa uang, barang, jasa, kebaikan dan lainnya,

kepada orang yang berhak menerimanya dengan jumlah yang tidak

ditentukan atau sekehendak dirinya dan diberikan kapana saja dan di

mana saja demi mengharap ridha dan pahala dari Allah swt.47

.

Dari pengertian tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa objek

dari sedekah lebih luas atau lebih umum cakupannya jika

dibandingkan dengan zakat dan infak. Di bawah ini adalah firman

Allah SWT tentang sedekah, dalam QS. At-Taubah:60.

46

Masykur Arif, Sedekah Itu Ajib! (Bukti-Bukti Sedekahm berbuah bagi Berlimpahnya

Rezeki Setiap Hari), (Jogjakarta: Diva Press, 2014), h. 13 47

Ibid, h. 14

46

ها و ا الصدقات للفقراء والمساكني والعاملني علي المؤلفة ق لوب هم إن من فريضة وف الرقاب والغارمني وف سبيل الله وابن السبيل

حكيم عليم والله الله

Artinya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang

dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang

berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang

dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,

dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Lembaga sedekah sangat digalakkan oleh ajaran Islam untuk

menanamkan jiwa sosial dan mengurangi penderitaan orang lain.

Sedekah tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material saja,

tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan

senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan orang

lain, termasuk dalam kategori sedekah. Pengertian shadaqoh sama

dengan pengertian infaq sama juga hukum dan ketentuannya,

perbedaannya adalah infaq hanya berkaitkan dengan meteri sedangan

shadaqoh memiliki arti luas menyangkut juga hal yang bersifat non

materil.

2. Hukum Sedekah dan Hikmahnya

Para ulama fiqh sepakat bahwa sedekah hukumnya sunnah.

Artinya, sedekah boleh dikerjakan boleh juga tidak48

. Atau jika

dikerjakan berbuah pahala dan jika tidak dikerjakan tidak berujung

dosa. Akan tetapi, Rasulullah Saw sangat menganjurkan ummatnya

untuk bersedekah. Apalagi sedekah merupakan bukti dari keimanan

seseorang, dan siapa saja bisa bersedekah, mulai dari yang kaya

sampai yang miskin. Mulai berupa harta benda, sampai jasa dan segala

48

Ibid, h.18.

47

tindakan baik. Karena itu, tentu sedekah sangat mudah dilaksanakan

dan siapapun bisa bersedekah.

Sedekah sangat penting dan istimewa. Aturan (hukum) untuk

bersedekah ini memiliki dampak-dampak positif bagi hubungan social,

seperti hubungan social, seperti hubungan antara si kaya dan si miskin,

hubungan dengan tetangga, hubungan dengan saaudara sesama

muslim, terlebih manfaat yang paling penting adalah memperbaiki

kepribadian seorang yang rajin bersedekah. Orang yang rajin

bersedekah kepribadiannya akan menjadi lebih baik. Dirinya akan

disenangi orang lain, harta kekayaanya tidak akan pernah berkurang

karena disedekahkan, malah akan semakin bertambah

Itulah beberapa hikmah yang dapat dirasakan dari sedekah. Jadi,

sudah sangat jelas, meskipun sedekah hukumnya sunnah, namun

sangat dianjurkan untuk dilaksanakan oleh seluruh umat Islam karena

memiliki hikmah yang sangat besar bagi pelakunya. Melihat

manfaatnya yang begitu besar, tentu akan menjadi rugi orang yang

tidak bersedekah. Karena itu, sedekah hukumnya sunnah muakkadah,

yakni sunnah yang sangat dianjurkan.49

Berdasarkan uraian-uraian tentang zakat, infak, sedekah di atas,

dapat peneliti simpulkan bahwa persamaan dan perbedaan antara zakat,

infaq, dan shadaqah adalah:

Persamaan: pertama, Zakat, sedekah, infak, sama-sama merupakan

bentuk pemberian harta yang kita miliki untuk diberikan kepada orang

lain. Kedua, Zakat, sedekah, infak, sama-sama merupakan perbuatan

terpuji yang diridhai oleh Allah SWT. Ketiga, Zakat, sedekah, infak,

sama-sama merupakan wujud kedermawanan yang dimiliki oleh

seseorang atau suatu kelompok dalam organisasi. Keempat, Zakat,

sedekah, infak, sama-sama diberikan dengan ikhlas tanpa

mengharapkan balasan dari si penerima.

49

Ibid, h. 21

48

Perbedaan: pertama, zakat itu hukumnya wajib dan adanya

ketentuan terhadap harta yang harus dizakati dan siapa saja yang

boleh menerimanya. Sedangkan sedekah dan nfak, boleh diterima oleh

mukmin siapa saja baik anak-anak maupun orang tua, Baik si kaya

maupun simiskin. Kedua, zakat hukumnya adalah wajib dikeluarkan.

Sedangkan sedekah, infak, itu sunnah namun perbuatan tersebut sangat

dianjurkan oleh Allah SWT. Lain halnya dengan hadiah dan hibah, itu

hukumnya boleh-boleh saja diberikan untuk mengerat hubungan

silaturrahmi. Ketiga, dalam mengeluarkan zakat adanya ketentuan dan

nisab. Sedangkan sedekah dan infak, tidak adanya ketentuan dan nisab.

Boleh kita keluarkan semau dan semampu kita. jikalau lebih banyak

kita berikan maka akan lebih baik tergantung niat dan ketulusan hati

kita. Keempat, kalau zakat itu ditentukan apa yang harus dikeluarkan,

sedangkan sedekah dan infak tidak ditentukan. Boleh kita melakukan

infak atau sedekah dengan uang, makanan bahkan dengan tenaga pun

diperbolehkan.

Demikianlah uraian tentang pengertian dan hukum dari zakat, infaq

dan shadaqah serta perbedaan dan persamaan dari ketiganya.

D. Hasil Penelitian Yang Relevan

NO NAMA

PENULIS/TAHUN/

JUDUL

HASIL PERBEDAAN

1 Rahmat Hidayat/

2016/ “Analisis

Pengelolaan Zakat Di

Badan Ami Zakat

(BAZ) Kabupaten

Kulonprogo”

Hasil Penelitian dari

penelitian ini adalah:

1. Pengelolaan zakat

oleh BAZNAS

Kabupaten

Kulonprogo belum

efektif. Ini dapat

dilihat dari beberapa

Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang

saya lakukan adalah,

penelitian hanya terfokus

kepada pengelolaa

zakatnya saja, sedangkan

penelitian yang saya

lakukan membahas tentang

49

hal berikut:

a. Dana zakat yang

terkumpul masih

sedikit, sehingga

penyaluran dananya

masih sangat terbatas

b. Pendayagunaan zakat

secara produktif, baru

diterapkan hanya di

dusun-dusun tertentu

c. Amil tidak terlalu

fokus dalam

mengelola zakat

d. Kurangnya sosialisasi

kepada masyarakat.50

pengelolaan,

pendistribusian dan ZIS

secara produktif dan

pemberdayaan ekonomi

umat melalui zakat.

2 Muhammad Furqon/

2012/ Strategi LAZIS

Nahdatul Ulama

Dalam

Memberdayakan

Ekonomi Masyarakat

Hasil penelitian ini

menunjukkan: 1. Strategi

yang digunakan LAZISNU

dalam memberdayakan

ekonomi masyarakat ada

tujuh: membangun

kepercayaan dari masyarakat,

penerapan manajemen

korporasi bagi seluruh SDM

LAZISNU, pemanfaatan dana

ZIS untuk memberdayakan

usaha mikro, pembentukan

kelompok-kelompok usaha

Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang

saya lakukan adalah,

penelitian Muhammad

Furqon hanya membahas

startegi LAZIS dalam

memberdayakan ekonomi

mayarakat, sedangkan

penelitian yang saya

lakukan adalah membahas

tentang bagaimana

penegelolaan,

pendistribusian serta

50

Rahmat Hidayat, Pengelolaan Zakat Di BAZ Kabupaten Kulonprogo, Skripsi Pada UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016, h. ix.

50

produktif, membangun skill

para mustahik, bekerjasama

dengan seluruh pengurus NU

yang ada di Indonesia, dan

bekerjasama dengan lembaga

zakat lain, lembaga keuangan

dan perusahaan-perusahaan.

2. dampak strategi LAZIS

NU dalam memberdayakan

ekonomi masyarakat di

Jakarta Barat yaitu

mempunyai dampak yang

signifikan, dari 30 responden

terdapat 26 responden

mengalami peningkatan

pendapatan rata-rata Rp

103.000/ hari dan sisanya tiak

mengalami pendapatan juga

tidak mengalami penurunan

setelah mengikuti program

pemberdayaan LAZISNU.51

pemberdayaan dana ZIS

untuk kesejahteraan umat

3 Erwin Aditya

Pratama/ 2013/

“Optimalisasi

Pengelolaan Sebagai

Sarana Mencapai

Kesejahteraan Sosial

(Sebuah Studi Di

Badan Amil Zakat

Hasil penelitian dapat

dianalisa, bahwa dalam

mengelola zakat, BAZ Kota

Semarang melaksanakan

strategi pengelolaan seperti

yang tersirat dalam surat

keputusan Walikota

Semarang nomor

Perbedaan Penelitian ini

dengan penelitian yang

saya lakukan adalah,

penelitian ini membahas

bagaimana dana zakat

dihimpun dan dikelola

oleh BAZ Kota Semarang,

sedangkan penelitian yang

51

Muhammad Furqon, Strategi LAZIS Nahdatu Ulama Dalam Memberdayakan

EkonomiMasyarakat, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. ii.

51

Kota Semarang)”. 451.12/1953 tahun 2011

tentang pembayaran zakat.

Yang menyebutkan bahwa

seorang yang dikenakan zakat

adalah seorang yang memiliki

NPWP dari pengahasilan

sebesar Rp. 2.681.000/bulan

dan penghasilan dibawahnya

hanya dikenakan infaq

sebesar Rp.10.000. Namun

dari strategi yang dilaksanakn

BAZ ini kurang berjalan

efektif mengingat masih

banyaknya wajib zakat yang

tidak membayarkan zakatnya

di BAZ Kota Semarang

karena tidak adanya sanksi.52

saya lakukan membahas

tentang bagaimana

pengelolaan dan ZIS,

pendistribusian secara

produktif oleh LAZNAS

BMH, serta pemberdayaan

ekonomi melalui dana ZIS.

52

Erwin Aditya Pratama, Optimalisasi Pengelolaan Zakat Sebagai Sarana Mencapai

Kesejahteraan Sosial (Sebuah Studi DI BAZ Kota Semarang), Skripsi Pada Universitas Negeri

Semarang, 2013, h. viii.

52

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Lembaga Amil Zakat Nasional

(LAZNAS) Baitul Maal Hidayatullah Jakarta, yang berlokasi di

Kalibata Office Park, Jl Raya Pasar Minggu, No. 21, Blok H, Kalibata,

Jakarta Selatan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yakni dari

bulan Januari sampai Mei 2018. Pengambilan waktu pelaksanaan ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa interval waktu tersebut penulis

sudah dapat memanajemen waktu kuliah sehingga juga dapat

memfokuskan penelitian dan penulisan skripsi.

No

Kegiatan

Agustus

September

Oktober

November

Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan

Proposal Skripsi

2 Pengumpulan

Proposal

(Gelombang I)

3 Seminar Proposal

(Gelombang I)

4 Revisi Proposal

Skripsi

√ √

53

No

Kegiatan

Januari

Februari

Maret

April

Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

5 Penyusunan Bab I

Pendahuluan

√ √ √ √

6 Penyusunan Bab II

Kajian Teori

√ √ √

7 Penyusunan Bab III

Metodologi

Penelitian

8 Penyusnan Bab IV

Hasil Penelitian dan

Bab V

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang

menghasilkan data deskriptif dan tertulis dengan informasi dari lembaga

terkait dalam objek penelitian. Pendekatan penelitian ini menggunakan

penelitian lapangan (Field Research) dengan ditambah instrumen

wawancara sebagai alat bantu untuk mendapatkan data yang lebih detail

dan terpercaya.

Adapun sumber data yang peneliti peroleh adalah dari data primer dan

data sekunder. Data primer, yaitu data yang tertuang dalam item-item

pertanyaan yang dihasilkan dari wawancara mendalam dengan responden

atau narasumber. Dalam penelitiaan ini sumber data primer diperoleh dari

wawancara dengan pengurus LAZNAS BMH bagian Program

Pemberdayaan, juga wawancara dengan mustahik LAZNAS BMH yang

sudah diberdayakan. Sedangkan data sekunder yaitu sumber data

pendukung dan pelengkap data penelitian. Sumber data sekunder diambil

dari berbagai literatur yang ada seperti buku-buku, dokumen-dokumen,

54

baik dari jurnal, internet dan kepustakaan lain yang berkaitan dengan

pembahasan dalam skripsi ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah tahap yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Pengumpulan data dapat dikumpulkan dalam berbagai setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara.

Ada tiga teknik yang dilakukan untuk kepentingan pengumpulan data

dalam penelitian ini, yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah dasar semua pengetahuan. Para ilmuan hanya

dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan

yang diperoleh melalui observasi.1 Dalam peneletian ini, peneliti

melakukan observasi secara non partisipan pada LAZNAS Baitul Maal

Hidayatullah Jakarta. Observasi non-partisipan adalah ketika seorang

peneliti tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan atau aktifitas grup,

dan hanya sebagai pengamat pasif, melihat, mengamati, mendengarkan

semua aktifitas dan mengambil kesimpulan dari hasil observasi

tersebut.2

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengobservasi bagaimana

aktualisai strategi pengelolaan dana ZIS yang dilakukan oleh para amil

lembaga tersebut serta aktualisasi strategi yang dilakukan lembaga

tersebut untuk meningkatkatkan kepercayaan muzakki.

1 Ibid, h. 226. 2 Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penenlitian (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),

h.237.

55

Tabel 3.1

Pedoman Observasi

No Data Yang Diperulukan Objek yang Diamati

1 Kelembagaan Baitul Maal Hidayatullah LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah

Jakarta

2 Proses pendistribusian dana ZIS

Usaha yang dilakukan mustahik yang

berada di Jasinga Bogor. Sebagai

aktualisasi program pendistribusian

secara produktif

3 Program pemberdayaan ekonomi Mustahik yang diberdayakan oleh BMH

yang ada di daerah Depok

4 Kehidupan mustahik setelah diberi bantuan Kehidupan Mustahik yang diberdayakan

oleh BMH yang ada di Depok

2. Wawancara

Setelah proses observasi atau pengamatan selesai, maka langkah

selanjutnya adalah kegiatan wawancara. Wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu.3 Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi lebih

mendalam dari pengurus LAZNAS BMH dan mustahik yang sudah

diberdayakan oleh pengurus LAZNAS BMH.

Dalam penelitian ini pengurus yang peneliti wawancarai adalah

ustadz Zaenal Abidin, S.Pd.I, selaku manajer divisi PRODAYA, dan

ustadz Mahmudin, SE selaku staff bagian program. Pertanyaan terkait

pengelolaan, pendistribusian serta program pemberdayaan ekonomi

umat yang telah dijalankan oleh lembaga tersebut. Wawancara

berikutnya peneliti lakukan dengan bebeapa mustahik dari LAZNAS

3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ( Bandung: Alfabeta cv,

2011), h. 231.

56

BMH yang sudah diberdayakan. Pertanyaannya seputar perekonomian

mustahik tersebut sebelum dan sesudah diberdayakan.

Tabel 3.2

Instrumen Wawancara

No Indikator Data Yang Diperlukan Sumber Data

1. Kelembagaan Baitul

Maal Hidayatullah

1. Sejarah berdirinya

LAZNAS BMH

2. Visi misi dan tujuan

dari LAZNAS BMH

sebagai pengelola zakat

2. perkembangan

LAZNAS BMH

dari awal berdiri

sampai sekarang

Pengurus BMH

Divisi Prodaya.

Meliputi: Manajer

Prodaya dan Staff

Prodaya bagian

pemberdayaan

2. Pengetahuan tentang

UU No 23 tahun 2011

1. Strategi

pengelolaan dana

zakat berdasarkan

UU No. 23 Tahun

2011

Pengurus BMH

Divisi Prodaya.

Meliputi: Manajer

Prodaya dan Staff

Prdaya bagian

pemberdayaan

3. Sumber dana ZIS yang

terkumpul

1. Dari mana sumber

dana zakat, infak

shodaoh

dikumpulkan

2. Seberapa besar

potensi dana ZIS

yang ada di

Pengurus BMH

Divisi Prodaya.

Meliputi: Manajer

Prodaya dan Staff

Prodaya bagian

pemberdayaan

57

Provinsi DKI

Jakarta

4. Strategi pengelolaan

dana ZIS

1. Strategi

pengelolaan dana

ZIS di LAZNAS

BMH

Pengurus BMH

Divisi Prodaya.

Meliputi: Manajer

Prodaya dan Staff

Prdaya bagian

pemberdayaan

5. a. Proses

pendistribusian dana

ZIS

b. persentase untuk

pendistribusian secara

konsumtif dan

poduktif

1. proses

pendistribusian

dan ZIS di

LAZNAS BMH

2. persentasi untuk

pendistribusian

dan zakat secara

konsumtif dan

produktif

Pengurus BMH

Divisi Prodaya.

Meliputi: Manajer

Prodaya dan Staff

Prdaya bagian

pemberdayaan

6. a. system pendataan

mustahiq

b. kriteria mustahik

yang berhak menerima

dana ZIS

c. prosedur atau syarat

mustahik untuk

endapatkan dana ZIS

d. batas minimal dan

maksimal modal yang

diberikan kepada

mustahik

e. status mustahik

1. Sistem pendataan

mustahiq yang

dilakukan oleh

LAZNAS BMH

2. Kriteria mustahiq

yang berhak

menerima dana

ZIS menurut

LAZNAS BMH

3. Prosedur

mustahiq untuk

mendapatkan

dana zakat?

Pengurus BMH

Divisi Prodaya.

Meliputi: Manajer

Prodaya dan Staff

Prdaya bagian

pemberdayaan

58

ketika sudah sejahtera Apakah ada

syarat-syaratnya?

7. a. Program

pemberdayaan

ekonomi umat

b. proses dan tahapan

program tersebut

dilakukan

c. manfaat program

tersebut

d. hambatan ketika

melaksankan program

tersebut

e. respon masyarakat

dan pemerintah

terhadap program

tersebut

1. Program yang

dilakukan oleh

LAZNAS BMH

yang

berhubungan

dengan

pemberdayaan

ekonomi

2. Proses dan

tahapan program

itu dilaksanakan

3. Batas minimal

dan maksimal

modal yang

diberikan kepada

mustahiq

4. Manfaat dari

program tersebut

untuk mustahiq

dan untuk

lembaga

5. Program tersebut

sudah dapat

memperbaiki

perekonomian

mustahiq

6. Status mustahiq

yang dibina ketika

sudah sejahtera

Pengurus BMH

Divisi Prodaya.

Meliputi: Manajer

Prodaya dan Staff

Prodaya bagian

pemberdayaan

59

7. Hambatan yang

dialami ketika

merealisasikan

program ini

8. Respon dari

pemerintah dan

masyarakat

terhadap program

ini

8. Strategi pemasaran 1. Strategi untuk

meningkatkan

keepercayaan

muzakki

Pengurus BMH

Divisi Fundraising.

Meliputi: Manajer

fundraising

9. a. Pengetahuan

mustahiik tentang

LAZNAS BMH

b. syarat yang harus

dipenuhi untuk

mendapatkan modal

dari BMH

c. pendapat mustahik

tentang persyatan

tersebut

d. lama waktu

mengikuti program

e. jumlah bantuan atau

modal yang diterima

f. pendapatan

mustahik sebelum dan

1. Informasi tentang

LAZNAS BMH

2. Informan tentang

program

pemberdayaan ini

3. Persyaratan yang

harus dipenuhi

untuk

mendapatkan

modal dari

LAZNAS BMH

4. Pendapat

mustahik terhadap

persyaratan

tersebut

5. Lama mustahik

Mustahik yang

sudah

diberdayakan oleh

LAZNAS BMH

60

sesudah diberdayakan

g. pandangan

mustahik terkait

program

pemberdayaan

LAZNAS BMH

h. perasaan

mustahikketika diberi

bantuan

i. kehidupan mustahik

setelah diberi bantuan

j. harapan mustahik

untuk LAZNAS BMH

kedepannya.

mengikuti

program

pemberdayaan

ekonomi ini

6. Bantuan atau

modal yang

mustahik terima

7. Perasaan

mustahik ketika

menerima

bantuan ini

8. Kehidupan

mustahik setelah

diberi bantuan

oleh LAZNAS

BMH

9. Pendapatan

mustahik sebelum

dan sesudah

diberdayakan oleh

LAZNAS BMH

10. Harapan mustahik

untuk LAZNAS

BMH

11. Pandangan

mustahik terkait

program

pemberdayaan

ekonomi yang

dilakukan oleh

LAZNAS BMH

61

10 Pendapat muzakki

terhadap LAZNAS

BMH

1. Lama muzakki

menjadi doantur

BMH

2. Alasan muzakki

berdonasi di

BMH

3. Konfirmasi

LAZNAS BMH

kepada donatur

4. Transparansi

LAZNAS BMH

Muzakki/ donatur

LAZNAS BMH

3. Dokumentasi

Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan

pengumpulan data dengan metode dokumentasi tentang keadaan

sebenarnya yang ada di tempat penelitian guna tanda bukti yang sah

yang mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan.

Studi dokumentasi adalah pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam dalam penelitian kualitatif. Sugiyono

menjelaskan bahwa “dokumentasi bisa berbetuk tulisan atau gambar”.4

Studi dokumentasi juga akan lebih memberikan informasi atau dari

dokumentasi tersebut dapat dikembangkan sehingga informasi yang

diperoleh dapat lebih berkembang. Dokumen yang peneliti perlukan

untuk penelitian ini di antaranya, daftar pengurus LAZNAS BMH,

untuk mengetahui apakah LAZNAS tersebut sudah mempunyui

struktur kepengurusan yang baik dan professional, kemudian data

muzakki dan mustahik yang sudah diberdayakan oleh BMH untuk

diketahuin apakah lebih banyak muzakkinya atau mustahiknya,

4 Ibid, 240

62

dokumen atau data sumber perolehan dana yang di peroleh oleh

LAZNAS BMH, untuk transparansi kepada masyarakat terkait dana

zakat infak dan shodaqoh yang sudah terkumpul, dan yang terakhir

adalah data atau program LAZNAS BMH sebagai acuan keseriusan

BMH dalam mengelola dana zakat infak shodaqoh dalam rangka

menekan dan mengentaskan kemiskinan.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini merupakan tabel daftar

dokumen apa saja yang peneliti perlukan beseta keterangan ada atau

tidaknya.

Tabel 3.3

Pedoman Studi Dokumentasi

No Dokumen Yang Diperlukan Sumber Dokumen Keterangan

1 PERMENAG No 52 Tahun 2014 Web Kementerian Agama Republik

Indonesia

2 PERMENAG No 69 Tahun 2015 Web Kementerian Agama Republik

Indonesia

3 Data pengurus BMH LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah -

4 Keputusan Menteri Agama No.

452 Tahun 2015

Web Kementerian Agama Republik

Indonesia

5 Mustahik tahun 2016 dan 2017 Baitul Maal Hidayatullah √

6 Perolehan sumber dana tahun

2016 dan 2017

Baitul Maal Hidayatullah -

7 Pendistribusian zakat, infak,

shodakoh dana tahun 2016 dan

2017

Baitul Maal Hidayatullah √

8 Program yang dilakukan tahun

2016 dan 2017

Baitul Maal Hidayatullah √

9 Syarat untuk memperoleh dana

zakat

Mustahik -

63

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat

penelitian adalah peneliti sendiri. Menurut Cholid Narbuko, “peneliti

kualitatif sebagai human Instrumen, berfungsi menetapkan focus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan dan

membuat kesimpulan temuannya:.5 Dalam hal in peneliti sebagai human

instrument dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui

fenomena social, namun dalam penelitian bukan hanya mengetahui

fenomena saja tetapi pada prinsipnya penelitian adalah melakukan

pengukuran dan alat ukur dalam penelitian tersebut dinamakan instrument

penelitian.

Menurut Sugiono “instrument penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukr fenomena alam maupun social yang diamati”.6

Instrument penelitian ini menggunakan wawancara untuk mengetahui

bagaimana pengelolaan dana ZIS oleh LAZNAS BMH.

Berikut ini merupakan kisi-kisi teknik dan instrument

pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti.

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrument Dan Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

Wawanc

ara

Observasi Dokume

ntasi

1. Kelembagaan Baitul

Maal Hidayatullah

Pengurus BMH

-

2. Pengetahuan tentang UU

No 23 tahun 2011

Pengurus BMH Divisi

Prodaya. Meliputi:

Manajer Prodaya dan

-

5Jamiluddn Ritonga, Riset Kehumasan, (Jakarta: PT. Gramedia Grasindo, 2004), h. 39. 6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ( Bandung: Alfabeta cv,

2011), h. 80.

64

Staff Prdaya bagian

pemberdayaan

3. Sumber dana ZIS yang

terkumpul

Pengurus BMH Divisi

Prodaya. Meliputi:

Manajer Prodaya dan

Staff Prdaya bagian

pemberdayaan

-

4. Strategi pengelolaan

dana ZIS

Pengurus BMH Divisi

Prodaya. Meliputi:

Manajer Prodaya dan

Staff Prdaya bagian

pemberdayaan

-

-

5. a. Proses pendistribusian

dana ZIS

b. persentase untuk

pendistribusian secara

konsumtif dan poduktif

Pengurus BMH Divisi

Prodaya. Meliputi:

Manajer Prodaya dan

Staff Prdaya bagian

pemberdayaan

-

6. a. system pendataan

mustahiq

b. kriteria mustahik yang

berhak menerima dana

ZIS

c. prosedur atau syarat

mustahik untuk

mendapatkan dana ZIS

d. batas minimal dan

maksimal modal yang

diberikan kepada

mustahik

e. status mustahik ketika

Pengurus BMH Divisi

Prodaya. Meliputi:

Manajer Prodaya dan

Staff Prdaya bagian

pemberdayaan

√ √ √ √

-

-

-

-

-

-

65

sudah sejahtera

7. a. Program

pemberdayaan ekonomi

umat

b. proses dan tahapan

program tersebut

dilakukan

c. manfaat program

tersebut

d. hambatan ketika

melaksankan program

tersebut

e. respon masyarakat dan

pemerintah terhadap

program tersebut

Pengurus BMH Divisi

Prodaya. Meliputi:

Manajer Prodaya dan

Staff Prdaya bagian

pemberdayaan

-

-

-

-

-

-

-

-

8. Strategi pemasaran Pengurus BMH Divisi

Fundraising. Meliputi:

Manajer bidang

fundraising

√ √ √

9. a. Pengetahuan mustahik

tentang LAZNAS BMH

b. syarat yang harus

dipenuhi untuk

mendapatkan modal dari

BMH

c. pendapat mustahik

tentang persyatan

tersebut

d. lama waktu mengikuti

program

Mustahik yang sudah

diberdayakan oleh

LAZNAS BMH

-

-

-

-

-

-

-

-

66

e. jumlah bantuan atau

modal yang diterima

f. pendapatan mustahik

sebelum dan sesudah

diberdayakan

g. pandangan mustahik

terkait program

pemberdayaan LAZNAS

BMH

h. perasaan

mustahikketika diberi

bantuan

i. kehidupan mustahik

setelah diberi bantuan

j. harapan mustahik

untuk LAZNAS BMH

kedepannya.

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Triangulasi dalam pengujian keabsahan data yang diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber. Hal ini dimaksudkan untuk

mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan

dan analisis data. Terdapat dua macam yang dipakai untuk menguji

kredibilitas penelitian ini.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi Teknik

67

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda.7

F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Setelah semua data yang diinginkan diperoleh, langkah selanjutnya

adalah menggunakan data itu untuk penelitian. Data kemudian ditelaah

dan dianalisis, atau lebih dikenal dengan analisis data. Menurut Suharsimi

analisis data adalah cara mengolah data yang telah terkumpul untuk

kemudian dapat memberikan interpretasi dan pengelolaan.8 Analisis data

ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan.

Dalam penelitian ini, dilakukan teknik analisis yang bertahap, yaitu

analisis data dilapangan Model Miles dan Huberman. Analisis data dalam

metode ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

a. Data Reduction

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfouskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data

ini dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, phi chard, pictogram

dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data

teroganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga aka semakin

mudah dipahami.

7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ( Bandung: Alfabeta cv,

2011), h. 274. 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakte, (Jakarta: Rineke

Cipta, 2006)) cet 13, h. 231.

68

c. Conclusion Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam anlisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, di dukung oleh bukti-bukti yang valid

dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalm penelitian kualitatif mungkin

dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi

mungkin juga tidak, Karena seperti yang telah dikemukakan bahwa

masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih

bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada

dilapangan.9

9 Ibid, h. 251-253.

69

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sejarah Baitul Maal Hidayatullah

Hidayatullah awalnya sebuah pondok pesantren yang berdiri di atas

lahan wakaf seluas 120 hektar di Gunung Tembak, Balikpapan,

Kalimantan Timur. Pondok pesantren ini didirikan oleh Ust Abdullah

Said pada 7 Januari 1973.1

Pendirian pesantren ini juga dilatar belakangi oleh oleh

keprihatinan pengurus BMH ketika melihat anak-anak terutama dari

kalangan yang kurang mampu, mereka tidak mendapatkan hak mereka

untuk duduk dibangku sekolah, menerima ilmu dari guru. Hal ini

sesuai dengan pernyataan narasumber yang peneliti wawancara.

“Jadi euu…bermula awalnya itu pada keprithatinan yaa, keprihatinan kita meihat banyaknya anak-anak terutama dikalangan yang kurang mampu dalam mendapatan sumber dan akses pendidikan yang layak gitu. Kemudian dibentuklah yang namanya PPAS (Pusat Pendidikan Anak Soleh) itu berawal di Kalimantan yaa di Balik Papan”.2 Dalam perkembangannya, Ust Abdullah Said mengirimkan

santri-santrinya untuk berdakwah ke berbagai daerah di seluruh

Indonesia, khususnya daerah-daerah minoritas Muslim.

Di tempat tugas yang baru, para santri Hidayatullah tak sekadar

berdakwah, tetapi juga membangun cabang pondok pesantren

Hidayatullah.

Pada akhirnya, tersebarlah ke lebih dari 100 kabupaten di seluruh

Indonesia dalam bentuk pondok pesantren tersebut. Fokus kegiatannya

adalah sosial, pendidikan, dan dakwah.

Pada Musyawarah Nasional (Munas) Pertama Hidayatullah, 9–13

Juli 2000, di Balikpapan, Hidayatullah mengembangkan

1 http://hidayatullah.or.id/sekilas-hidayatullah/ diakses pada 05 April 2018 pukul 9:49 2 Wawancara dengan Zaenal Abidin, Kantor BMH, 28 Feburari 2018, pkl. 11.00 WIB.

70

menejemennya menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas) dan

menyatakan diri sebagai gerakan dakwah dan perjuangan Islam.

Dalam perkembangan selanjutnya, ormas Islam Hidayatullah

berubah menjadi Perkumpulan Hidayatullah. Keanggotaan, misi, visi,

dan konsep dasar gerakan bersifat terbuka.

Sejalan dengan itu, kader-kader Hidayatullah yang sudah tersebar

di seluruh penjuru tanah air mulai membentuk Pimpinan Cabang (PC),

Pimpinan Daerah (PD) dan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW). Hingga

tahun 2013 ini, Hidayatullah sudah memiliki 33 DPW, 287 PD dan 70

PC. Jumlah DPC, PR dan PAR tidak dicantumkan karena

pertumbuhannya yang terus berubah.

Sejak 1978 Hidayatullah melakukan pengiriman da’i ke seluruh

Indonesia dan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah

(STIEHID) di Depok, Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-

Hakim (STAIL) di Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah

Hidayatullah (STISID) di Balikpapan sebagai lembaga pendidikan

untuk pengkaderan da’i dengan memberlakukan beasiswa penuh

(biaya pendidikan dan biaya hidup) bagi mahasiswa dengan pola

ikatan dinas. Da’i ini kemudian mendapatkan tunjangan maksimal

hingga 3 tahun atau sampai mereka mampu menjadi pelaku ekonomi di

tempatnya berada.

Mulai tahun 1998 lembaga pendidikan kader da’i ini telah

menghasilkan lulusan dan telah mengirimkan da’i ke berbagai daerah

terutama Indonesia Bagian Timur dan Tengah. Setidaknya setiap

tahun, Hidayatullah mengirimkan 150 da’i ke berbagai daerah di

Indonesia dengan 50 di antaranya adalah lulusan strata satu dari

lembaga pendidikan kader da’i.

Lembaga pendidikan Hidayatullah meliputi Taman Kanak-Kanak

dan kelompok bermain pra sekolah, Sekolah Dasar atau Madrasah

Ibtidaiyah di hampir semua Daerah, Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah

71

Aliyah setidaknya ada di setiap Wilayah dan 3 perguruan tinggi di

Surabaya, Balikpapan dan Depok.

Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) adalah institusi berupa

pesantren bagi anak yatim piatu. Ada lebih dari 200 Pusat Pendidikan

Anak Shaleh (PPAS) dengan jumlah anak yatim piatu dan tidak

mampu dimana setiap PPAS menampung sekitar 150 orang anak.

Pada tahun 2013, Hidayatullah mendapat tambahan sebuah

perguruan tinggi STT STIKMA Internasional Malang, yang dinaungi

dibawah PW Hidayatullah Jawa Timur. Berbeda dengan Perguruan

Tinggi Hidayatullah lainnya yang umumnya mempelajari ilmu agama,

STT STIKMA Internasional Malang adalah perguruan tinggi yang

mempelajari bidang Teknologi Informasi, Multimedia, Arsitektur, dan

Komputerisasi Akuntansi. STT STIKMA Internasional Malang

bergabung setelah yayasan yang lama, meng-hibah-kan lembaga STT

STIKMA Internasional kepada ormas Hidayatullah.

Sebagai organisasi massa Islam yang berbasis kader, Hidayatullah

menyatakan diri sebagai Gerakan Perjuangan Islam (Al-Harakah al-

Jihadiyah al-Islamiyah) dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program

utamanya. Keanggotaan Hidayatullah bersifat terbuka, dimana

usahanya berfungsi sebagai basis pendidikan dan pengkaderan.

Metode (manhaj nubuwwah’) Hidayatullah yaitu berpegang pada

al Qur’an dan as-Sunnah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan

Rasul-Nya. Hidayatullah berfokus pada pelurusan masalah aqidah,

imamah dan jamaah (tajdid); pencerahan kesadaran (tilawatu

ayatillah); pembersihan jiwa (tazkiyatun-nufus); pengajaran dan

pendidikan (ta’limatul-kitab wal-hikmah) dengan tujuan akhir

melahirkan kepemimpinan dan ummat.3

3 http://hidayatullah.or.id/sekilas-hidayatullah/ diakses pada 05 April 2018 pukul 9:49

72

2. Profil Lembaga

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH)

Merupakan lembaga amil zakat yang bergerak dalam penghimpunan

dana Zakat, infaq, sedekah, Wakaf dan Hibah berikut dana sosial

kemanusiaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan,

dan melakukan distribusi melalui program pendidikan, dakwah, sosial

kemanusiaan dan ekonomi secara nasional.

Kini kantor layanan LAZNAS BMH hadir di 30 Provinsi dengan

unit penghimpunan (UPP) zakat,infak dan sedekah mencapai 97 se

Indonesia. Kami wujudkan semua sebagai komitmen untuk menjadi

perantara kebaikan, memberi kemudahan bagi masyarakat dalam

menunaikan ZISWAF menuju Indonesia yang lebih bermartabat.

Kiprah program BMH dari hasil pengelolaan zakat telah melintasi

berbagai daerah di Indonesia, setidaknya 370 Pesantren telah eksis dan

berkiprah, 5.213 Dai Tangguh telah meyebar seantero nusantara,

ribuan keluarga dhuafa telah terberdayakan dan mandiri, ribuan anak

usia sekolah mendapatkan pendidikan yang layak.

Semua dedikasi dan kiprah BMH tersebut merupakan mahakarya

dukungan semua pihak yang telah mempercayakan ZIS nya melalui

Baitul Maal Hidayatullah. Tak heran jika Desember 2015, BMH resmi

dikukuhkan kembali sebagai LAZNAS oleh Kementrian Agama RI

dengan SK No. 425 Tahun 2015 dan sesuai ketentuan UU Zakat No.

23/2011.4

3. Legal Formal

a) SK Menteri Agama No. 538 Tahun 2001 sebagai LAZNAS

b) SK Menteri Agama No. 425 Tahun 2015 sesuai perubahan UU

zakat no 23/2011

c) Akte Notaris Lilik Kristiwati, SH tanggal 26 Februari 2001

4 Profil BMH dalam, www.bmh.or.id diakses pada 05 April 2018 pukul 9:55

73

d) Keputusan Menkumham AHU-AH.01.08-210 tanggal 15 April

2011

e) NPWP 2.028.581.3-002

f) Izin Domisili 018/SRHJ/IV/2011

g) Surat Izin Operasional 011.12510.13/1.848 B5

4. Visi dan Misi

VISI

Menjadi Lembaga Amil Zakat Terdepan dan Terpercaya.

MISI

• Menjadi Lembaga Amil Zakat yang terdepan dalam

penghimpunan dan fokus dalam pendayagunaan

• Melaksanakan pengelolaan dana Zakat, Infaq dan

Shadaqah sesuai dengan manajemen modern yang

transparan dan profesional

• Melakukan pemberdayaan ummat dengan meningkatkan

kuantitas, kualitas pendidikan dan dakwah6

5. Penghargaan dan Apresiasi

a) Rekor MURI dengan sate qurban terbanyak 2005

b) The Best of Growth Fundraising 2010

c) Pendamping Ekonomi Terbaik 2012 versi Carrefour

d) Kembali lulus Sertifikasi ISO 9001 : 2008 pada tahun 2013

e) Penghargaan Rekor MURI sebagai Pemrakarsa dan

Penyelenggara Sebari Da’i Ramadhan Terbanyak dan Terluas

2013

5 www.bmh.or.id diakses pada 05 April 2018 pukul 9:55 6 www.bmh.or.id diakses pada 05 April 2018 pukul 9:55

74

f) Penghargaan Rekor MURI sebagai Pemrakarsa Pembagian

Paket Sekolah Senyum Anak Indonesia Terbanyak dan Terluas

20147

6. Kantor Perwakilan LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah

Gambar 4.1

7. Lambang LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah

Gambar 4.2

7 www.bmh.or.id diakses pada 05 April 2018 pukul 9:55

75

B. Deskipsi Hasil Penelitian

1. Strategi Pengelolaan Zakat, Infak, Shodaqoh pada LAZNAS BMH

Pengelolaan zakat infak shodaqoh merupakan satu rangkaian

kegitatan yang berkesinambungan mulai dari kegiatan perencanaan,

penghimpunan, hingga pendistribusian. Dulu, kegiatan ini dilakukan

secara tradisionnal, lebih ke pertemuan langsung antara si pemberi dan

si penerima, tanpa adanya pihak ketiga yang membantu dalam

pengelolaan dana ummat tersebut. Pola seperti ini memungkinkan

tidak meratanya pendistribusian dana zakat, karena hanya terpusat

pada satu mustahik saja.

Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman, dengan melihat

besarnya potensi zakat yang ada di Negara kita ini, maka sudah

seharusnya pengelolaan dana zakat, infak shodaqoh dikelola secara

serius. Hal tersebut ternyata sudah di lakukan oleh pemerintah

Indonesia mulai tahun 1999 dengan dikeluarkannya UU No 38 Tahun

1999 Tentang Pengelolaan Dana Zakat Infak dan Shodaqoh. Yang

kemudian di revisi menjadi UU No 23 Tahun 2011.

Dalam UU no 23 tahun 2011 dengan jelas disebutkan bahwa zakat

haruslah dikelola oleh suatu badan maupun lembaga.

Dalam pasal 1 ayat 7 dan 8 di sebutkan bahwa:

(7) Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS

adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara

nasional.

(8) Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah

lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. 8

Sebetulnya, hierarki organisasi yang berbentuk badan dan yang

berhak mengelola zakat di mulai dari tingkat nasional, provinsi hingga

daerah. Untuk tingkat nasional disebut dengan BAZNAS (Badan Amil

Zakat Nasional), kemudian untuk tingkat provinsi disebut dengan

8 UU NO 23 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 7 dan 8, h.3.

76

BAZNAS Provinsi, pembentukan BAZNAS Provinsi ini diatur dalam

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia no 118 tahun 2014, dan

untuk di daerah disebut dengan BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah).

Ketiga badan pengelola zakat ini adalah badan pengelola zakat milik

pemerintah karena yang membentuknya pun pemerintah.9

Adapun organisasi yang dibentuk oleh masyarakat yang berhak

mengelola zakat disebut dengan LAZ (Lembaga Amil Zakat). Menurut

narasumber yang peneliti wawancarai, kedua organisasi ini diibaratkan

profesi PNS dan Non-PNS. Organisasi yang PNS adalah BAZ

sedangkan organisasi yang Non-PNS adalah LAZ. 10

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan, maka dapat penulis

simpulkan bahwa Baitul Maal Hidayatullah merupakan organisasi

pengelola zakat yang beradda di bawah naungan ORMAS (Organisasi

Masyarakat). Dan organisasi pengelola zakat ini awalnya merupakan

sebuah pesantren atau yayasan, sampai pada akhirnya di keluarkanlah

Keputusan Menteri Agama (KMA) No 538 tahun 2001 yang kemudian

di perbaharui menjadi KMA No 525 tahun 2015, yang menyatakan

bahwa Baitul Maal Hidayatullah resmi menjadi lembaga pengelola

zakat berskala nasional.11

Setelah resmi menjadi lembaga pengelola zakat, BMH dengan

sungguh-sungguh berusaha melakukan pengelolaan dana zakat, infak,

shodaqoh secara professional dan sesuai dengan syari’at Islam.

Dalam undang-undang no 23 tahun 2011 tentang pengelolaan

zakat, dikatakan bahwa pengelolaan zakat adalah kegiatan

pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan zakat.12

9 Wawancara dengan.Zaenal Abidin, Manajer Divisi PRODAYA, Kantor BMH, 28 Feburari 2018, pkl. 11.00 WIB. 10 Wawancara dengan.Zaenal Abidin, Manajer Divisi PRODAYA, Kantor BMH, 28

Feburari 2018, pkl. 11.00 WIB. 11 Keputusann Menteri Agama (KMA) No 525 Tahun 2015 12 Undang-Undang No 23 Tahun 2011Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1 ayat 1.

77

Dalam mengoptimalkan potensi zakat, BMH selalu membuat

rencana setiap tahunnya yang di sebut dengan RAT (Rencana

Anggaran Tahunan). Di dalam RAT ini di muat rencana penerimaan

ataupun penghimpunan dalam satu tahun. Menurut penuturan Tri

Winarno, salah satu amil BMH yang menempati jabatan sebagai

manajer fundraising ini, bahwa proporsi rencana penerimaan dilihat

dari riwayat tahun sebelumnya. Untuk proporsinya yang biasa dibuat,

dana zakat harus terhimpun sekitar 40%, infak dan shodaqoh 30% dan

sisanya dari wakaf. Akan tetapi, kebijakan ini sedikit mengalami

pergeseran manakala dilihat dari sisi pemenuhan operasional amil.

Dengan melihat hal tersebut maka proporsinya di rubah dari yang

awalnya zakat 40% menjadi 35%, infak menjadi 40% dan sisanya dari

infak terikat ataupun wakaf.13 Setelah RAT ini selesai dibuat maka

lembaga berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan

penghimpunan, pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat.

a. Penghimpunan

Penghimpunan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mengumpulkan sesuatu, dalam hal ini objek yang dikumpulkan berarti

dana dari masyarakat berupa dana zakat, infak dan shodaqoh. Adapun

produk penghimpunan LAZNAS BMH diantaranya: Zakat (maal

maupun fitrah), infak dan shodaqoh, wakaf, hewan qurban dan dana

social kemanusiaan.14

Adapun Sumber dana yang BMH peroleh berasal dari para

muslimin, para aghnia (orang-orang kaya) umumnya,15 dalam hal ini

disebut dengan muzakki, munfik dan mushoddiq.

Dalam proses penghimpunan ini dilakukan dengan beberapa cara.

Pertama, dengan membuka konter-konter penerimaan ZIS di tempat-

13 Wawancara dengan Triwinarno, Manajer Divisi Fundraising, Rabu 25 April 2018, pkl

16.30 wib, dan Data RAT dari divisi fundraising 14 Andika Ramadhanu, dalam skripsi: “Peran Lembaga Amil Zakat Baitul Maal

Hidayatullah dalam Pemberdayaan Ekonomi Muallaf Suku Tengger. 15 Wawancara dengan.Zaenal Abidin, Manajer Divisi PRODAYA, Kantor BMH, 28

Feburari 2018, pkl. 11.00 WIB.

78

tempat perbelanjaan maupun di perkantoran-perkantoran. Menjelang

ramadhan yang merupakan bulan penuh berkah, bulan penuh pahala,

bulan yang memiliki daya tarik tersendiri untuk orang-orang agar

melakukan berbagai macam kebaikan. Dan hal tersebut menjadi

pendorong untuk lembaga-lembaga zakat khususnya BMH untuk

menambah konter-konter penerimaan ZIS, karena para amil sudah

memprediksi bahwa ketika event ramadhan penerimaan dana ZIS akan

meningkat. Maka dari itu, untuk event ramadhan BMH kemungkinan

akan membuka lebih banyak konter, yakni sekitar 25 konter.16

Nah kalau yang konter untuk romadhon ini kan saya target 25 konter. Itu di mall dan diperkantoran, untuk Jakarta. Untuk Depok itu sampe kemaren dia minta euu 12 konter, kemudian Bogor itu minta 5 konter, Bekasi itu adaa minta 3 konter. Ini untuk romadhon saja. Memang range waktunya yang sebulan full ada yang 20 hari ada yang 20 hari.17

Masing-masing konter range waktunnya berbeda-beda. Ada yang

full selama 1 bulan, ada juga yang hanya 20 hari bahkan 10 hari. Yang

peneliti baru ketahui di sini, ternyata semua konter yang di buka ini

tidak semua bayar. Ada yang di gratiskan oleh pemilik tempat. Akan

tetapi tetap ada kompensasinya atau pun feedback nya. Seperti, BMH

harus menyiapkan takjil untuk pengunjung ataupun karyawan yang ada

di tempat tersebut, atau BMH turut membantu acara yang di adakan

tempat tersebut dengan mendatangkan salah satu bintang tamu. Dan

hal tersebut tentuu saja memberikan keuntungan untuk BMH dengan

meringankan biaya operasionalnya. Karena biaya sewa tempat untuk 1

konter saja mulai dari 5 juta ke atas dalam satu bulan.18

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat peneliti interpretasikan

bahwa ketika ada konter yang tidak harus membayar uang sewa

16 Wawancara dengan Triwinarno, Manajer Divisi Fundraising, Rabu 25 April 2018, pkl

16.30 wib, dan Data RAT dari divisi fundraising 17 Wawancara dengan Triwinarno, Manajer Divisi Fundraising, Rabu 25 April 2018, pkl

16.30 wib, dan Data RAT dari divisi fundraising 18 Wawancara dengan Triwinarno, Manajer Divisi Fundraising, Rabu 25 April 2018, pkl

16.30 wib, dan Data RAT dari divisi fundraising

79

tempat, maka pengeluaran biaya operasional pun bisa dikurangi. Dan

anggaran ini bisa digunakan untuk mem backup anggaran-anggaran

lain yang belum tertutupi.

Adapun rencana aktifitas dan srategi konter yang dilakukan oleh

BMH adalah:

a) Untuk DKI mengutamakan 5 gerai utama

b) Perbaikan sisi layanan pembayaran (zakat corner)

c) Performance amil

d) Penguatan gerai-gerai perkantoran.19

Dengan dilakukannya strategi tersebut, diharapkan jumlah

penerimanan dari konter akan mengalami peningkatan.

Gambar 4.3

Konter LAZNAS BMH di Plaza Senayan

19 Data diperoleh dari LAZNAS BMH Divisi Fundraising

80

Gambar 4.4

Amil LAZNAS BMH yang sedang melayani muzakki

Penghimpuan yang kedua, dilakukan dengan cara layanan jemput

zakat. Kemudian yang ketiga, penghimpunannya bisa langsung oleh

muzakki sendiri dengan cara datang ke kantor BMH atau melalui

transfer ke rekening-rekening yang sudah BMH sediakan. Adapun

nomor rekening tersebut adalah: Mandiri: 1240034000077; BRI: 1402-

01-00008-30-2; BNI: 44373643847; BRI Syari’ah: 10838643847;

81

BCA: 128.032.0001. Selain ketiga cara di atas, penyaluran zakat ke

LAZNAS BMH juga bisa dilakukan melalui web kitabisa.com,

dengan cara sebagai berikut:

Gambar 4.5

Buka web www.kitabisa.com, kemudian klik zakat

Klik “Zakat Sekarang” Klik “Program dengan Logo BMH”

82

Masukan jumlah donasi, “Klik Lanjut” pilih “Metode Pembayaran”

Setelah semua langkah ini selesai, tunggu konfirmasi dan ikuti arahan berikutnya

berupa transfer sejumlah donasi yang telah ditulis melalui rekening yang sudah

ditentukan oleh BMH.

Kemudian setelah dana zakat, infak dan shodaqoh itu terhimpun,

BMH mulai melakukan strategi pengelolaaan dengan mengadakan

program-program yang bemanfaat untuk umat.

Namun, sebelum masuk ke program, LAZNAS BMH terlebih

dahulu mengklasifikasikan dana tersebut. Mana yang termasuk ke

dalam zakat, infak dan shodaqoh, karena peruntukan untuk masing-

masing dana tersebut berbeda. Jika di gambarkan alur poses

pengelolaan dana ZIS di BMH adalah sebagai berikut:

Diagram 4.1

Alur Pengelolaan ZIS di LAZNAS BMH

PENGHIMPUNAN Masuk Ke sistem “B-Maal

PENDISTRIBUSIAN

Konter

Jemput Zakat

Datang langssung ke kantor/ Transfer

83

Dari bagan di atas dapat kita lihat bahwa semua dana yang

terhimpun akan masuk secara otomatis dan terklasifikasi secara

otomatis juga ke dalam system yang disebut dengan sistem “B-Maal”.

Ketika dana itu sudah diinput maka secara otomatis muzakki akan

mendapatkan pemeberitahaun pada hari itu juga berupa ucapan terima

kasih karena muzakki tersebut sudah menunaikan zakatnya di BMH.

Adapun untuk dana yang sudah terhimpun di konter, dana tersebut

akan di ambil setiap tiga hari sekali oleh tim penjemput zakat, yang

nantinya dana tersebut akan dibawa ke kantor BMH yang berlokasi di

Kalibata.

Setelah semua dana terinput ke dalam sistem, maka sebetulnya

dana tersebut sudah terklasifikasi secara otomatis ke dalam akunnya

masing-masing. Mana yang termasuk ke dalam dana zakat, infak dan

shodaqoh.20 Setelah divisi keuangan dan marketing memastikan bahwa

data yang ada di dalam sistem sudah sinkron dengan yang ada di

kwitansi maka selanjutnya adalah tugas divisi pendayagunaan untuk

memastikan bahwa masing-masing dana tersebut terdistribusi sesuai

degan peruntukannya dan sesuai dengan permintaan donatur.

b. Pendistribusian

Ketika kita membahas soal dana zakat maka jelas

pendistibusiannya harus menyentuh 8 asnaf atau golongan yang sudah

disebutkan pula dalam QS. At-Taubah ayat 60.

Di bawah ini merupakan data mustahik BMH sesuai dengan

asnafnya.

20 Wawancara dengan Triwinarno, Manajer Divisi Fundraising, Rabu 25 April 2018, pkl

16.30 wib, dan Data RAT dari divisi fundraising

84

Tabel 4.1 Data Penerima Manfaat Program BMH Perasnaf

No Asnaf Jumlah Penerima 1 Fakir 557 2 Miskin 3.954 3 Amilin 18 4 Mualaf 109 5 Riqab 6 Ghorimin 13 7 Fisabilillah 228 8 Ibnu Sabil 2.540

Jumlah 7.419 Sumber data: BMH Jakarta Divisi PRODAYA21

Jika kita lihat data di atas, mustahik yang paling banyak menerima

dana zakat adalah dari asnaf miskin. Menurut hemat peneliti, hal ini

wajar saja terjadi karena di wilayah DKI tingkat kemiskinannya

memang relatif masih tinggi.

Berbeda dengan dana infak dan shodaqoh, peruntukan dana

tersebut lebih fleksibel dan luas. Di BMH sendiri dana infak digunakan

untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya pemberdayaan, kemudiann

bantuan pendidikan juga bantuan sarana dan prasarana. Lebih jelasnya,

Manajer bidang Program dan Pendayagunaan (PRODAYA) Zaenal

Abidin, mengatakan:

“Yaa jadii euu dna ZIS tentunya disitu ada kategorinya, maka ketika dana itu masuk ke BMH maka eeuu kita klasifikasikan dana itu. Ketika zakat maka peruntukannya tidak boleh keluar dari kerangka asnaf, kalau zakt ya. Karen di jelakan dalam ayat al-Qur’an; Innama Ashdaqotu Lil fuqoroi… jadi ada 8 asnaf disitu. Maka ketika zakat korelasinya harus menyetuh asnaf, apapun itu programnya gitu. Karena asnaf ini euu sudah menjadi ketetapan di dalam al-Qur’an maka tidak boleh euu melibihi dari batas itu. Maka ketika kita menyalurkan kepada anak yatim misalkan yatim ini apakah masuk 8 asnaf yatim ini harus fakir atau miskin atau fii sabilillah atau ibu sabil nah jadi harus keterkaitan disitu. Berbeda dengan dana zakat kalo dana zakat, euu dana infak maksudnya itu lebih fleksibel, lebih luas infak sodaqoh itu. Di BMH ya menggunakan dana infak itu bisa untuk kegiatan-kegiatan yang

21 Data dperoleh dari LAZNAS BMH Divisi Program dan Pendayagunaan (PRODAYA)

85

sifatnya euu pemberdayaan, kemudian bantuan pendidikan, bantuan sarana prasrana gitu. Tapi kalau zakat itu kan rata-rata kalau kita lihat dari pada 8 asnaf ini hampir sebagian ini makhuk hidup semua, buka benda mati ya. Jadi semaksimal mungkin kalau ada bantuan meja, peralatan tulis dan sebagaianya kita ambil dari dana infak bukan dari dana zakat. Karena zakat itu ya tadi pemberdayaan , kesana, ke makhluk hidup.”22

Dari pernyataan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa dana zakat

itu pendistribusiannya untuk makhluk hidup. Sedangkan untuk

pembangunan infrastruktur, sarana prasarana dan sumbangan-

sumbangan yang lainnya, dana yang digunakan berasal dari dana infak

dan shodaqoh.

Di dalam bab sebelumnya sudah peneliti sampaikan, bahwa

pendistribusian dana ZIS ini di bagi ke dalam dua jenis. Yakni ada

yang konsumtif dan distributif.

Pendistribusian dana zakat secara konsumtif adalah zakat yang

diberikan kepada mustahik secara langsung untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari para mustahik. Biasanya berupa pemberian

barang habis pakai. Sedangkan pendistribusiann secara produktif

adalah zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif

maupun dalam bentuk pemberian modal.

Di LAZNAS BMH pola pendistribusian dana ZIS mayoritas masih

bersifat konsumtif dari pada produktif. Hal ini memang sesuai dengan

background dari Hidayatullah sendiri yaitu bermula dari pesantren.

Dan hal tersebut sedikit mempengaruhi fokus program BMH yakni

lebih ke dakwah dan pendidikan. Meskipun begitu BMH tetap

mengembangkan program di bidang ekonomi.

Di bawah ini merupakan tabel data penerima manfaat BMH sesuai

dengan programnya masing-masing.

22 Wawancara dengan Zaenal Abidin, Manajer Divisi PRODAYA, Rabu 28 Februari

2018, pkl 11.00 wib

86

Tabel 4.2

Data Jumlah Penerima Manfaat LAZNAS BMH Berdasarkan

Program Tahun 2017

NO NAMA PROGRAM / kegiatan

WAKTU PELAKSANAAN

JUMLAH PENERIMA MANFAAT

KETERANGAN

1 PROGRAM SOSIAL 2017

116 mustahik yang datang ke kantor by proposal/pengajuan

2 BEASISWA KADER BANGSA 2017

96 Perguruan Tinggi Umum

3 BEASISWA PT 2017 75 STIE Hidayatullah

4 BEASISWA SEKOLAH PEMIMPIN

2017 125 Tingkat SMA

5 NATURA DA'I 2017 270 Da'i-da'i tangguh

6 BANTUAN PENDIDIKAN 2017

34 mustahik yang datang ke kantor by proposal/pengajuan

7 MOTOR DAI TANGGUH 2017

5

Da'i-da'i tangguh pedalaman, perbatasan, maupun pinggiran kota

8 BANTUAN SOSIAL 2017

24 program sosial untuk Yatim & Dhuafa

9 MAPAN 2017 23 Bantuan Kemandirian Ekonomi

10 PROGRAM KESEHATAN 2017

350 Pengobatan Dan Pemeriksaan

11 PROGRAM JUMAT BERKAH 2017

1.550 15 Lokasi Masjid

12 PROGRAM BENCANA NUSANTARA

2017 1.000

13 LOGISTIK SANTRI 2017

3.300 Yayasan ada 8, anak anak ada 3.000 an

14 PROGRAM KEMITRAAN 2017

51 Mitra eksternal

15 PROGRAM RAMADHAN 2017

14.000

Tebar ta'jil, santunan Yatim, ceria Belanja Yatim, Tebar fitrah, natura da'i

16 PROGRAM QURBAN 2017

5.000 26.019 Sumber Data: BMH Jakarta Divisi PRODAYA23

23 Data diperoleh dari LAZNAS BMH Divisi Program dan Pendayagunaan (PRODAYA)

87

Data di atas merupakan data yang menunjukkan program-

program BMH secara keseluruhan. Akan tetapi, sejak BMH mulai

berkiprah mulai dari taahun 2001, BMH memiliki 3 bidang

program yang utama, yaitu bidang dakwah, pendidikan dan

ekonomi. Ketiga program ini BMH realisasikan dengan tag-line

3T, Terluar, Terdepan dan Terdalam. Ketiga program tersebut akan

penulis paparkan di bawah ini.

1) Dakwah

Program dakwah ini BMH namakan program Da’i

Tangguh. Dimana proses dilakukannya program ini meliputi

penjaringan, pendidikan, penugasan hinggga pemberdayaan

da’i. Mereka yang terpilih untuk program ini adalah yang

nantinya akan ditempatkan di daerah terluar, terdepan dan

terdalam dari wilayah NKRI. Disana para da’i yang terpilih

berusaha membimbing suku dan anak-anak pedalaman untuk

lebih tahu dan mengenal Islam, para da’i juga mengajarkan

anak-anak pedalaman mengaji dan memahami Al-Qur’an.

Program da’i tangguh yang dikirimkan BMH ke pelosok-

pelosok merupakan program yang strategis untuk membumikan

Islam sebagai nilai-nilai dasar dalam kehidupan umat. Hal ini

karena daerah pelosok adalah daerah yang sangat jarang

terjamah oleh masyarakat luar sehingga mereka haus dengan

nilai-nilai spiritual, namun pada saat yang sama belum ada

seorang da’i yang membimbing mereka. Dan dari dulu hingga

sekarang, BMH hadir untuk menghilangkan keresahan tersebutt

dengan dikirimnya da’i-da’i tangguh ke berbagai pelosok

NKRI.

Selain da’i tangguh, program BMH di bidang dakwah ada

juga yang disebut dengan da’i preneur. Program ini sebagai

bukti bahwa selain memberdayakan da’i di bidang pendidikan

88

BMH juga memberikan fasilitas kepada para da’i untuk

berwirausaha demi memperbaiki kesejahteraaan hidup mereka.

Program ini juga diharapkan mampu mengurangi angka

kemiskinan yang ada di Indonesia.

Dengan diterjunkannya da’i-da’i BMH ke berbagai pelosok

negeri, menjadikan BMH sebagai lembaga amil zakat yang

memiliki jaringan terbesar dan terluas.

2) Pendidikan

Pilar program BMH yang ke dua adalah pendidikan.

Program ini dinamai dengan Senyum Anak Indonesia. Dengan

dana ummat yang telah terhimpun, BMH berusaha mengangkat

harkat dan martabat kaum dhuafa dari kebodohan menjadi

masyarakat yang sejahtera dan mulia. Narasumber yang

peneliti wawancarai mengatakan bahwa mainstream program

BMH memang dari sektor dakwah, social kemanusiaan

kemudian ekonomi. Di bawah ini adalah kutipan wawancara

dengan narasumber.

“ya jadii euuu kalau BMH ini ada sektor pendidikan, sector dakwah kemudian social kemanusiaan dan ekonomi. Namun kita yang menjadi mainstream program kita itu di dakwah dengan pendidikan. Yaa dua itu yang menjadi mainstream kita. Yang membedakan BMH dengan lembaga zakat yang lain bahwasanya eueu BMH nii kuat dii dua ini. Pendidikan dan dakwah. Kemanusiaan, ekonomi itu adalah bagian dari pada sustainable program yang BMH euu kaitkan dengan ekonomi gitu, social kemanusiaan dengan ekonomi. Jadi kaitan programnya kesana.”24

Dari pernyataan di atas, dapat peneliti interpretasikan

bahwa meskipun progam BMH lebih terfokus kepada sektor

dakwah dan pendidikan, namun BMH juga tetap

menyandingkan kedua program tersebut dengan unsur

24 Wawancara dengan Zaenal Abidin, Manajer Divissi PRODAYA, Rabu 28 Februari 2018, pkl 11.00 wib

89

ekonominya, agar terjadi keseimbangan dan pemerataan dalam

pendistribusian dan ZIS nya. Apapun programnya tujuannya

tetap sama yakni untuk mengakat harkat dan martabat kaum

dhuafa.

3) Ekonomi

Pemberdayaan ekonomi merupakan satu tema yang

menarik untuk dibicaraakaan, karena manfaat dari kegiatan

tersebut sangatlah besar utamanya dalam hal pengentasan

kemiskinan.

Dalam tujuan mengentaskan kemiskinan, BMH juga

memiliki program dibidang ekonomi, di antaranya:

a) Pemberdayaan Rumah Tangga

b) Pemberdayaan lele (bioflok) oleh santri Hidayatullah

c) Mandiri Terdepan (MAPAN)25

Mandiri terdepan meupakan salah satu program

unggulan BMH dari bidang ekonomi, dimana bentuk

bantuannya adalah berupa pemberian modal dengan

dilakukan pendampingan dari BMH. Manfaat dari

program MAPAN ini sendiri sudah dirasakan oleh

Musliadi, salah satu penerima manfaat dari program ini,

menurutnya, program ini sudah membantu usaha

catering yang iya miliki dengan diberi stimulus modal

sebesar 2 juta rupiah. Dari modal tersebut Musliadi bisa

menjalankan usaha kateringnya dan sempat mengalami

penaikan omset. Lebih dari itu, manfaat yang betul-

betul iya rasakan adalah bahwa program ini sudah

berhasil merubah status dirinya dari mustahik menjadi

muzakki.

25 Wawancara dengan Manajer bidang PRODAYA, Zaenal Abidin.

90

“iya Alhamdulillah seperti yang saya bilang tadi. Saya ingin bisnis ini sudah naik kelas saya ingin menjadi bagian dari muzakki.”

2. Strategi untuk Meningkatkan Kepercayaan Muzakki

Untuk menjaga dan meningkatkan unsur trust tersebut, BMH

selalu berusaha melakukan yang terbaik dari sisi pelayanan,

transparansi keuangan serta transparansi perihal realisasi program.

BMH sendiri memiliki strategi pencapaian yaitu:

a. Penguatan layanan donatur personal dan peluasan jaringan

mitra corporate/ komunitas.

b. Memberikan support dalam dalam meningkatkan pnerimaan

gerai BMH Bogor, Bekasi, Depok

c. Meningkatkan Brand Image BMH sebagai LAZNAS yang

terdepan dalam merespon persoalan 3 T

d. Membangun eksistensi BMH megapolitan melalui event

fundraising.

Itulah beberapa hal yang hendak BMH capai dalam mengelola dana

ummat untuk satu periodenya.

Selain melakukan strategi pencapaian, BMH juga melakukan

pengembangan pada sisi donatur retail, dengan cara:

a. Meningkatkan tampilan display dan perfomance relawan konter

b. Meningkatkan kemudahan layanan pembayaran melalui zakat

corner

c. Membangun konsep pengembangan donatur retail berbasis

kerelawanan dan agen ZIS

d. Meningkatkan layanan retail berbasis berbasis layanan event

komunitas (Roadhow Event Fundraising/ Event Komunitas)

e. Mengembangkan donatur retail berbasis tokoh melalui social

media (whatsapp/telegram)

91

Strategi pengembangan donatur retail di atas BMH lakukan tidak

lain adalah untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan muzakki

terhadap BMH.

Hal-hal tersebut BMH aktualisasikan dengan cara sebagai berikut:

a. Memperbaiki database terintegrasi

b. Membangun layanan interaktif dengan donatur

c. Memperkuat isu-isu actual untuk layanan report bagi

donatur

d. Klasifikasi layanan donatur VIP

e. Meminimalisir dan penangan komplain serta

penyelesaiannya.

Itulah beberapa strategi yang dilakukan LAZNAS BMH dalam

rangka meningkatkan kepercayaan muzakki.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Strategi Pengelolaan ZIS

a. Penghimpunan

Dalam deskripsi data di atas, telah peneliti deskripsikan bahwa

pengelolaan dana ZIS merupakan satu bentuk kegiatan dimulai dari

penghimpunan sampai kepada pendayagunaan. Untuk penghimpunan,

LAZNAS BMH melakukannya kurang lebih dengan 3 cara, yaitu:

konter, jemput zakat, muzakki langsung yang berdonasi.

Pertama, dengan membuka konter-konter penerimaan ZIS di

tempat-tempat perbelanjaan maupun di perkantoran-perkantoran.

Konter ini juga di bagi menjadi dua, ada konter yag memang setiap

hari buka, dalam arti tidak hanya ketika ada event saja, konter ini

disebut dengan konter regular. Kemudian konter yang beroperasi

hanya ketika ada event, seperti ramadhan dan lain sebagainya.

Menurut Tri Winarno, biasanya konter yang aktif dalam satu bulan

bisa mencapai 15 konter. Akan tetapi, sekarang ini konter regular yang

92

aktif menghimpun dana ZIS dipilih mana yang paling efektif dan mana

yang tidak. Jadi di lihat dari sisi efektivitas dan efisiensi dalam biaya,

konter yang masih aktif sampai sekarang berjumlah 11 konter di

wilayah JABODEBEK. Dengan rincian sebagai berikut, 5 konter besar

yang ada di Jakarta, 1 konter ada di Bogor, 3 konter ada di Depok dan

2 konter ada di Bekasi.

Kedua, dilakukan dengan cara jemput zakat. Jemput zakat ini

adalah salah satu layanan penghimpunan dana zakat yang dilakukan

oleh LAZNAS BMH dengan cara langsung silaturahmi ke rumah

donatur. Menurut Tri Winarno, layanan ini biasanya digunakan oleh

muzakki atau donatur yang memang sudah biasa berzakat di BMH.

Pertama-tama muzakki akan memberikan kabar kepada BMH baik

melalui, telpon, wad an lain sebagainya. Memberitahukan bahwa dia

meminta agar ada amil BMH yang mengambil dana zakatnya. Setelah

selesai konfirmasi, salah seorang amil BMH akan mendatangi alamat

yang sudah diberitahukan oleh muzzakki, entah alamat rumah maupun

kantor tempat muzakki tersebut bekerja. Ketika melakukan

penjemputan, amil tersebut juga membawa perlengkapan sebagaimana

mestinya, seperti membawa kwitansi dan mesin edc.

Menurut peneliti, layanan ini merupakan salah satu kemudahan

yang diberikan oleh BMH kepada para muzakki untuk selalu

mengeluarkan zakatnya. Bagi donatur atau muzakki yang super sibuk

tentu saja ini sangat menguntungkan, karena mereka tidak harus capek-

capek mencari konter terdekat ataupun datang langsung ke gerai BMH,

bahkan mereka tidak harus meluangkan waktu hanya sekedar

melakukan transfer via ATM.

Untuk BMH sendiri, ini menjadi kesempatan agar BMH lebih

dekat dengan muzakki. Ketika proses zakat berlangsung, amil BMH

bisa sembari memaparkan program-program yang dilakukan oleh

Baitul Maal Hidayatullah.

93

Ketiga, penghimpunannya bisa langsung oleh muzakki sendiri

dengan cara datang ke kantor BMH atau melalui transfer ke rekening-

rekening yang sudah BMH sediakan.

Cara penghimpunan yang terakhir adalah dilakukan oleh muzaki

dengan mendatangi gerai BMH, maupun transfer melalui rekening-

rekening yang sudah BMH sediakan.

Selain itu, untuk mengoptimalkan penghimpunan, BMH juga

meresmikan platform baru yaitu “Berbagi Kebaikan”. Diresmikannya

platform ini dengan maksud mengedukasi masyarakat terkait

pembayaran zakat, bahwa zakat ini adalah untuk semua kalangan.

Dalam kata lain zakat tidak khusus untuk orang-orang yang memang

memiliki pemahan agama saja, tapi masyarakat yang pemahaman

agama masih kurang juga tetap wajib berzakat.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa

Baitul Maal Hidayatullah dalam mensosialisakan zakat berusaha

menyentuh semua kalangan dengan platform yang lebih universal yaitu

“berbagi kebaikan”. Jelas, harapan dari diluncukannya platform ini

adalah untuk mengoptimalkan penghimpunan zakat, infak dan

sodaqoh. Berbagai usaha yang BMH lakukan di atas, berhasil

menunjukkan bahwa BMH sudah serius dalam melakukan

pengelolaan dana ZIS, dan mulai meninggalkan pengelolaan yang

bersifat tradisional. Seperti yang telah Eri Sudewo katakan dalam

bukunya yang berjudul “Manajamen Zakat” ada 15 ciri dari tradisi

pengelolaan zakat yang menjebak hingga menyulitkan perkembangan

lembaga-lembaga sosial di Indonesia.26

Itulah beberapa strategi yang BMH lakukan dalam rangka

mengoptimalkan penghimpunan dana ummat. Meskipun cara

penghimpunannya berbeda-beda, akan tetapi BMH berusaha

26 Eri Sudewo, Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar,

(Ciputat: Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 30.

94

memberikan kualitas pelayanan yang sama dan terbaik. Seperti setiap

amil BMH selalu mendo’akan muzakki selesai mereka mendonasikan

zakatnya. Hal ini tentusaja akan menciptakan kedekakatan dan kesan

yang baik dengan muzakki, karena mereka selalu merasa dihargai

setiap kali berdonasi, berapapun jumlah dana yang mereka donasikan.

Di bawah ini merupakan data yang peneliti peroleh dari LAZNAS

BMH terkait dengan penerimaan dan zakat.

Diagram 4.2

Realitas Jenis Donasi Masuk

Sumber Data: LAZNAS BMH Divisi Fundraising27

Berdasarkan data di atas, dapat kita lihat bahwa penerimaan terbesar

diperoleh dari layanan, yaitu sebesar 40%, dan penerimaan terendah

27 Data diperoleh dari LAZNAS BMH Divisi Fundraising

Layanan 40% 30% Adv

20% Konter

10% Corporate

95

diperoleh dari corporate yaitu sebesar 10%. Artinya, kualitas layanan yang

diberikan oleh LAZNAS BMH memang baik dan dapat dipercaya.

Itulah beberapa layanan yang BMH sediakan dalam rangka

mengoptimalkan penghimpunan dana zakat infak dan shodaqoh. Dengan

adanya beberapa cara yang bisa dilakukan dalam menunaikan zakat, di

harapkan ini dapat memudahkan muzakki dalam menunaikan kewajiban

mereka, serta dana zakat yang terhimpun mampu teroptimalkan sesuai

dengan potensinya yaitu 217 triliun.

Karena seperti yang kita ketahui bahwa faktanya dana ummat yang

sudah terhimpun ini masih jauh dari potensinya. Dikatakan oleh manajer

fundraising BMH bahwa dana zakat yang sudah terkumpul masih sangat

kecil yaitu sekitar 6,2 triliun, jumlah ini merupakan akumulasi dari

BAZNAS dan semua LAZNAS. Dan di LAZNAS Baitul Maal sendiri

sampai saat ini sudah berhasil mengumpulkan dana zakat sekitar 130

sampai 140 miliar secara nasionalnya, dengan target yang harus

dikumpulkan oleh BMH DKI sebesar 32,2 miliar untuk tahun ini dari

target sebelumnya sebesar 22,2 miliar.28

Kabar baiknya adalah, meskipun penghimpunannya masih sangat kecil

dan sangat jauh dari potensinya, ternyata dana zakat yang terhimpun ini

mengalami penaikan ataupun peningkatan setiap tahunnya. Menurut Tri

Winarno, pertumbuhan dari setiap kantor cabang BMH mencapai 20

sampai 30% setiap tahunnya. Atas prestasi tersebut BMH dianugerahi

penghargaan IMZ award pada tahun 2011.

IMZ (Indonesia Magnifecence of Zakat) Award adalah sebuah

penghargaan bagi lembaga atau organisasi yang terus berupaya

mengedukasi komunitas perzakatan di tanah air.29 Dan pada tahun 2011

28 Wawancara dengan Triwinarno, Manajer Divisi Fundraising, Rabu 25 April 2018, pkl

16.30 wib, dan Data RAT dari divisi fundraising 29 http://www.imz.or.id/new/events/1476/imz-zakat-community-apreciation/?lang=id,

diakses pada hari Jum’at, 27 April 2018, pkl 08.40 wib.

96

LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah berhasil menyabet pengahargaan

tersebut sebagai The Best Growth Fundraising Zakat 2010. Penghargaan

ini diberikan atas penggalangan dana BMH yang pertumbuhannya

dianggap terbaik se-Indonesia di antara organisasi pengelola zakat (OPZ)

lainnya.

Berdasarkan sumber yang peneliti baca dari berita digital yang ada di

web resmi Hidayatullah, bahwa dari 10 nominasi dalam kategori ini,

dipilih tiga nominator, yaitu Dompet Dhuafa (DD), BMH, dan Lagzis.

Meskipun nominal penggalian dana DD masih lebih banyak, namun dari

sisi tingkat persentase pertumbuhan dana yang digali dari masyarakat,

posisi BMH (41 %) di atas DD (39 %) dan Lazis (11 %). Angka ini adalah

penilaian dari tahun 2009 hingga 2010.30

Data di atas menunjukkan bahwa Baitul Maal Hidayatullah selalu

berusaha melakukan yang terbaik dalam melakukan pengelolaan dana

zakat. Lebih lanjut manajer fundraising BMH menyatakan bahwa prestasi

yang BMH peroleh di latar belakangi juga oleh jaringan BMH yang besar

dan luas, yang menyentuh bagian terdalam dan terpelosok dari negeri

Indonesia ini, sesuai dengan tagline yang sering mereka gaungkan yakni

Terpencil, Terdalam dan Terluar.

Dan hal ini juga yang membuat peneliti sangat mengapresiasi BMH

dalam melakukan pengelolaan zakat, meskipun sistem pengelolaan

keuangan BMH baru ada satu, yaitu B-Maal, namun BMH berhasil

melakukan pelaporan keuangan kepada BAZNAS dengan baik dan tepat

waktu.

Itulah beberapa strategi yang BMH lakukan dalam upaya

mengoptimalkan penghimpunan dana zakat, infak dan shodaqoh.

30 https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2011/08/04/52096/bmh-terbaik-

peningkatan-dana-dd-sabet-tiga-the-best.html, di akses pada hari Rabu, 27 April 2018, pkl 08. 50 wib.

97

b. Pendistribusian

Pendistribusian adalah proses terakhir dari pengelolaan dana ZIS,

yaitu menyalurkan dana zakat yang sudah terhimpun sesuai dengan

peruntukannya. Agar dana zakat yang disalurkan itu dapat berdaya guna

dan berhasil guna, maka pemanfaatannya harus selektif untuk kebutuhan

konsumtif atau produktif. Seperti yang telah peneliti deskripsikan di atas,

bahwa dalam mendistribusikan dana ummat ini, BMH

mendistribusikannya ke dalam 3 program utama, yakni dakwah,

pendidikan dan ekonomi.

a) Dakwah

Program dakwah ini dikenal dengan nama Da’i Tangguh.

Da’i Tangguh adalah mereka yang mencurahkan semua

kehidupan sehari-harinya untuk memberdayakan masyarakat

pedalaman secara ekonomi, sosial, dan agama untuk perubahan

yang lebih baik. Mereka berdakwah tanpa pamrih, jauh dari

publikasi media dengan tekad kuat mereka meninggalkan

mimpi-mimpi kehidupan yang cerah dan memilih sebagai

perantara hidayah Allah menerangi kehidupan Ummat,

mencerdaskan dan memerangi kemiskinan di pedesaan dan

pedalaman. Melaui program Zakat dan Sedekah dari donatur

yaitu program Da’i Tangguh turut membantu keberlangsungan

pembinaan dan pemberdayaan masyarakat pedalaman.

Sasaran Progaram Da’i Tangguh meliputi pertama

sebanyak 50 Da’i Tangguh yang tersebar di pelosok dan

pedalaman, kedua aktivitas dakwah Da’i perbatasan, ketiga

warga masyarakat binaan Da’i tangguh perbatasan, keempat

ana-anak/santri/siswa dari binaan Da’i tangguh perbatasan, dan

kelima variasi program Da’i tangguh perbatasan. Adapaun

bentuk program dai Da’i tangguh yaitu sebagai berikut:

98

1) Pelatihan Da’i Tangguh

Lokasi pelosok dan pedalaman merupakan medan yang

berat untuk berdakwah. Sehingga perlu ada solusi untuk

mengatainya dengan memmbekali pelatihan-pelatihan

untuk para da’I agar mereka siap mengemban amanah

tersebut, serta pemberian jaminan kesehatan da’i yang

telah berdakwah di pelosok dann pedalaman dalam

bentuk asuransi kesehatan untuk da’i tangguh sehingga

mereka konsisten untuk berdakwah.

2) Tunjangan Da’i Tangguh

Tunjangan ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari da’i yang telah berdakwah di pelosok dan

pedalaman.

3) Peduli Da’i

Program bantuan alat transportasi berupa motor untuk

da’i menunjang keegiatan da’i-da’i tersebut dalam

berdakwah dan menyebarkan agama Islam di daerh

terluar dan terdalam.

4) Da’i Berdaya

Program pemberdayaan bagi da’i dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan da’i. pemberdayaan ini

dalam bentuk usaha, pertanian, perikanan, dan

perkebunan.

5) Umrah untuk Da’i

Sebagai bentuk apresiasi atas kesabaran dan ketabahan

da’i dalam berdakwah di pelosok dan pedalaman.

6) Wakaf Sejuta Qur’an

Penyebaran mushaf Al-Qur’an untuk masyarakat. 31

31Andika Ramadhanu, skripsi: Peran Lembaga Amil Zakat (Laz) Baitul Maal

Hidayatullah (Bmh) Dalam Pemberdayaan Ekonomi Mualaf Suku Tengger, (Universitas Airlangga: Surabaya, 2016), h. 91-92

99

Menurut penulis, pendistribusin dana zakat untuk program

dakwah secara keseluruhan masih besifat konsumtif karena

dana zakat diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan para

da’i. akan tetapi, BMH tetap memasukkan unsur produktifnya

dengan program da’i berdaya.

Meskipun program ini masih termasuk ke dalam program

yang sifatnya konsumtif, tetapi levelnya adalah konsumtif

kreatif, yakni zakat yang dirupakan dalam bentuk lain dengan

harapan dapat bermanfaat lebih baik.32

Dengan adanya program da’i tangguh ini, menjadikan

LAZNAS BMH sebagai LAZNAS yang memiliki jaringan

terbesar.

b) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu fokus program yang

BMH lakuan dalam pendistribusian dana zakat. BMH sadar

betul bahwa tingkat pendidikan yang diperoleh masyarakat

Indonesia masih sangat rendah. Untuk itu, BMH hadir

memberikan bantuan berupa beasiswa untu masyarakat dhuafa

agar mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Program ini

BMH namakan dengan “Senyum Anak Indonesia”.

Keterbatasan sarana pendidikan menjadi salah satu factor

terbesar kebanyakan anak di Indonesia tidak dapat meinikmati

pendidikan yang lebih layak sehingga membuat Sumber Daya

Manusia (SDM) Indonesia kurang kompetitif dalam persaigan

global yang semakin ketat ini. Melalui program senyum anak

Indonesia, zakat dan sedekah donatur yang telah dihimpun oleh

BMH menjadi salah satu solusi atas kendala kurangnya sarana

32 Didin Hafidhudddin, dkk, The Power of Zakat (Studi Perbandigan Pengeelolaan Zakat

Asia Tenggara), (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 13.

100

pendidikan tersebut. Adapun sasaran program senyum anak

Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan untuk anak pulau;

2) Pendidikan untuk anak yatim dhuafa atau anak-anak

kaum musthiq;

3) Pendidikan untuk anak pedesaan;

4) Pendidikan untuk anak perbatasan (antar negara).33

Program ini merupakan program yang masih bersifat

konsumtif, karena habis pakai. Akan tetapi kosumtif yang

kreatif. Konsumif kreatif yaitu Zakat yang diwujudkan dalam

bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk membantu

orang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan

ekonomi yang dihadapi. Proses pengkonsumsian dalam bentuk

lain dari barangnya semula.34 Dan pembberian beasiswa

merupkan salah satu bentuk pendistrbusian dana zakat secara

konsumtif kreatif.

Bentuk program dari senyum anak Indonesia adalah

beasiswa anak Indonesia untuk 10.000 siswa, bantuan 10.000

peralatan paket sekolah seperti tas, buku, dan alat tulis serta

pelatihan guru pedalaman untuk memajukan pendidikan di

daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan Negara-

negara tetangga.

c) Ekonomi

Upaya memberdayakan zakat menurut perspektif ekonomi

Islam didasarkan pada prinsip-prinsip dan kaidah hukum Islam,

di mana keuangan Islam menjadi sarana untuk menggerakkan

33 Andika Ramadhanu, skripsi: Peran Lembaga Amil Zakat (Laz) Baitul Maal

Hidayatullah (Bmh) Dalam Pemberdayaan Ekonomi Mualaf Suku Tengger, (Universitas Airlangga: Surabaya, 2016), h. 91-92

34 Amiruddin dkk, Anatomi Fiqh Zakat (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005), h. 3.

101

kegiatan di berbagai bidang, baik sektor ekonomi, sosial,

keuangan maupun politik.

Pemberdayaan ekonomi merupakan satu tema yang

menarik untuk dibicaraakaan, karena manfaat dari kegiatan

tersebut sangatlaah besar utamanya dalam hal pengentasan

kemiskinan.

Dalam tujuan mengentaskan kemiskinan, BMH juga

memiliki program dibidang ekonomi, di antaranya:

1) Pemberdayaan Rumah Tangga

Berdasarkan penuturan manajer divisi Program dan

Pendayaguanaan (PRODAYA) Zaenal Abidin, seorang suami

memang bertanggung jawab untuk menafkahi istrinya,

memenuhi setiap kebutuhan istrinya. Akan tetapi dalam

menjalankan tanggung jawab tersebut masih ada kekurangan

dan keterbatasannya. Di sinilah peran seorng istri diperlukan

untuk membantu suami. Dan BMH turut andil mebantu ibu-ibu

ini dengan melakukan pemberdayaan untuk perempuan.

2) Budidaya Lele oleh Santri Hidayatullah (Bioflok)

Budidaya lele dengan menggunakan system bioflok adalah

system pemeliharaan ikan lele dengan menumbuhkan

mikroorganisme yang berfungsi sebagai pengolah limbah

budidaya itu sendiri.35 Budidaya lele ini dikelola oleh santri-

santri Hidayatullah yang nantinya hasil dari panen dan penjualan

lele di gunakan untuk biaya operasional pesantren.

Menurut hemat peneliti, program ini sangat bagus, karena

seorang santri Hidayatullah selain dituntut untuk bersifat

religious, disiplin mereka juga dituntut untuk mandiri, mampu

memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dengan cara

berwirausaha yaitu ternak lele.

35 http://www.infoagribisnis.com/2018/02/cara-ternak-lele-bioflok/ dia kses pada 25

April 2018, pkl 06.23

102

3) Mandiri Terdepan (MAPAN)

MAPAN (Mandiri Terdepan). MAPAN ini merupakan

program pendistribusian dana zakat secara konsumtif juga

secara produktif.

Kembali peneliti ingatkan bahwa pendistribusian dana zakat

secara konsumtif adalah memberikan dana zakat secara

langsung kepada mustahik untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Sedangkan pendistribusian secara produktif adalah

pemberian dana zakat dalam bentuk barang-barang produktif

ataupun dalam bentuk pemberian modal yang nantinya akan

dikembangkan oleh mustahik dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan hidupnya.

MAPAN sendiri merupakan program BMH dibidang

ekonomi yang mengkolaborasikan kedua pola pendistribusian

tersebut.

Program MAPAN ini dilatarbelakangi karena angka

kemiskinan dan penganngguran ya diperkirakan bertambah

setelah adanya kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak)

yang sangat memukul hati rakyat khususnya kaum dhuafa.

Dampaknya semua harga baran melonjak serta daya beli

masyarakat pun menurun. Dengan kondisi yang seperti ini,

bagaimana nasib para pedagang kecil dan menengah agar

mampu bertahan untuk tetap berdagang demi memenuhi

keebutuhan hidup keluarganya, atau haruskah mereka gulung

tikar karena ketidakmampuan mereka dalam menghadapi

masalah ekonomi ini.

Sebagai seorang yang bekerja di lapangan, ustadz Zaenal

dan ustadz Mahmudin sangat paham betul tentangg kondisi

masyarakat tersebut. Sebelum ada keputusan yang paling akhir,

yaitu menutup usahanya, mereka akan berusaha terlebih dahulu

103

dengan mencari pinjaman ke lembaga-lembaga keuangan baik

itu ke Bank maupun non-Bank.

Namun kenyataan dilapangan yang seringkali kita temui

bahwa ketika mereka mengajukan pinjaman kepada piihak Bank

maka akan terbentur dengan persyaratan-persyaratan yang

dirasa memberatkkan peminjam ditambah dengan harus

adanya agunan berupa sertifikat ataupun surat berharga

lainnya. Ditambah dengan bunga yang harus peminja penuhi

setiap kali membayar cicilan. Mesksipun bunganya hanya 1-2%

tapi untuk kalangan menengah ke bawah tentu saja itu

memberatkan.

Ketika melakukan pinjaman terasa berbelit-belit dan begitu

banyak persyaratan yang harus dipenuhi, akhirnya ditempuh lah

solusi terakhir yakni melakukan pinjaman ke rentenir, yang bisa

memberikan pinjaman langsung, tanpaa syarat yang berbelit-

belit. Akan tetapi, nyatanya rentenir lebih berbahaya dari pada

Bank. Ia bagaikaan lintah darat yang terus menerus menyedot

darah si peminjam. Bunga yang ditetapkan renteni tidak lah

sedikit, yakni sekitar 30%-50% yang tentu saja ini sangat

memberatkan dan “mencekik” orang yg meminjam. Bagaimana

tidak, mereka harus melakukan cicilan perbulan ditambah

dengan bunga yang hamppir setengahnya dari hutang mereka.

Berangkat dari permasalahan di atas, BMH hadir

memberikan solusi dengan program MAPAN (Mandiri

Terdepan) dengan tujuan untuk menopang dan sekaligus

membantu mengentaskan kemiskinan dan pengangguran melalui

dukungan pembiayaan bagi pelaku ekonomi lemah (kaum

dhuafa) serta membebaskan mereka dari jeratan rentenir serta

melakukan pembinaan baik aspek moral, spiritual dan

manajerial. Tentu saja hal ini juga didasari oleh teori jaminam

sosial yang di kutip oleh Gazi Inayah berdasarkan pendapat

104

Yusuf al-Qardhawi. Dalam teori tersebut disebutkan bahwa

sebagai anggota masyarakat mereka mempunyai hak yang harus

dilindungi, dibantuu apa yang mereka lakukan, diringankan

bebannya dan di ayomi, bukan karena belas kasihan.36

Secara eksplisit, manfaat dari program ini yaitu;

(1) Penerapan system Islam dalam perekonomian

(2) Memberdayakan mustahik

(3) Membangun nilai-nilai kkebersamaan

(4) Menekan angka kemiskinan

(5) Mengurangi jumlah dan dampak pengangguran

Manfaat tersebut sudah dirasakan oleh Musliadi,

penerima manfaat dari program MAPAN dengan

memperoleh stimuluss dana sebesar 2 juta rupiah untuk usaha

kateringnya yang di berinama “Aya Katering”. Dengan

dibantu oleh BMH Musliadi merasa omsetnya ada

peningkatan, karena selain diberikan bantuan berupa modal,

usaha kateringnya juga dijadikan mitra oleh BMH. Jadi

setiap ada event dari BMH, pemesanan katerignya dilakukan

ke “Aya Katering”. Selain itu, program ini telah berhasil

merubah atau meningkatkan status musliadi dari mustahik

menjadi muzakki.

Adapun tujuan dari program MAPAN ini adalah:

(1) Melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi syari’ah

(2) Menjadi solusi alternative untuk membebaskan

pedagang kecil dan ekonomi lemah dari jeratan

rentenir

(3) Membuka dan memperluas lapangan kerja untuk

mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran

36 Gazi Inayah, Teori Kompehensif Tentang Zakat dan Pajak, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2003), h. 40.

105

(4) Meningkaatkan taraf hidup dan pendapatan para

pedagang kecil dan ekonomi lemah

(5) Memasyarakatkan etika bisnis yang berdasarkan

syariah

(6) Menyantuni kaum dhuafa lainnya dari keuntungan

yang didapat

(7) Melakukan pembinaan kepada para pedagang dan

ekonomi lemah

Itu lah beberapa tujuan yang harus di capai oleh BMH

melalui program MAPAN. Program MAPAN ini memang

salah satu program BMH di bidang ekonomi produktif, baik

berupa pemberian baranng-barang produktif maupun

pemberian modal untuk usaha. Sesuai dengan yang

disebutkan oleh Didin Hafdhuddin dalam bukunya The

Power of Zakat, bahwa pemberdayaan secara poduktif pun

dibagi dua, ada produktif tradisional dan produktif kreatif.37

Namun salah satu hal yang meembuat BMH berbeda dari

lembaga-lembaga zakat yang lain adalah sebelum BMH

memberikan zakatnya secara produkktif keepada mustahik,

BMH tetap melakukan pendekatan pendstribusian secara

konsumtif. Karena meenurut salah satu amil BMH, Zaenal

Abidin, bahwa permasalahan yang terjadi pada masyarakat

Indonesia khususnyaa yang beerada di wilayah

JABODEBEK ini adalah bahwasanya masyarakat itu masih

sangat sulit memenuhi kebutuhan hidup mereka. Belum ke

perkara mereka memiliki modal atau tidak.

Jadi, pendekatan yang dilakukan oleh lembaga adalah

dengan memenuhi dulu kebutuhan dasar mereka,

37 Didin Hafidhudddin, dkk, The Power of Zakat (Studi Perbandigan Pengeelolaan Zakat Asia Tenggara), (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 13.

106

mencukupkan terlebih dahulu barang-barang konsumtif

mereka, setelah semuanya terpenuhi barulah para mustahik

tersebut dibrikan modal untuk membuka sebuah usaha agar

kedepannya mereka mampu memenuhi kebutuhan hidup

mereka secara mandiri.

Di bawah ini merupakan nama-nama mustahik untuk

program MAPAN.

Tabel 4.3

Penerima Manfaat dari Program Ekonomi

No NAMA ALAMAT 1 Iing Pondok Kopi 2 Yuyus Pamulang Tangsel 3 Arifin Hasan Tangerang 4 Iwan K Pondok Kopi 5 Hafidz Tarzaka Tangerang 6 Fiqih Arbianto Cipinang Lontar 7 Uwes Husaini Semanan 8 Asef Novanta Jl. Ridwan Rais 9 Bakti Gunawan Kp. Sawah 10 Merta Utama Jl. Ridwan Rais 11 Ahmad Mantana Kp. Utan Jaya Rt 08/03 12 Dedi Rohmansyah Depok 13 Muhammad Haerul A Kp. Panjang 14 Musliadi Depok Sumber Data: BMH Jakarta Divisi PRODAYA38

Sebagaimana lembaga lainnya, LAZNAS BMH juga menetapkan

beberapa syarat untuk mustahik sebelum mereka mendapatkan haknya.

Syarat yang pertama tentu saja penerima manfaat tersebut harus

terdaftar menjadi mustahik BMH. Kemudian syarat administrasi lainnnya

adalah penerima manfaat harus menyertakan SKTM (Surat Keterangan

Tidak Mampu) dari tempat mereka tinggal. Menurut staff manajer

PRODAYA pak Mahmudin, surat tersebut merupakan syarat admistrasi

38 Data diperoleh dari LAZNAS BMH Divisi Program dan Pendayagunaan

107

yang harus di penuhi untuk memastikan bahwa mustahik tersebut memang

tinggal di alamat yang tertera pada surat tersebut. Karena setelah mereka

melampirkan SKTM, akan ada tim yang melakukan survey ke alamat

tersebut. Setelah semuanya dirasa sesuai barulah BMH akan memberikan

apa yang mustahik butuhkan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan

oleh penerima manfaat dari program MAPAN, bahwa sebelum BMH

memberikan modal terlebih dahulu ada tim yang melakukan survey

ketempat akan dilakukannya usaha, setelah itu baarulah modal diberikan

dengan selau diberikan pendampingan dari pihak BMH kepada mustahik.

Dana pembiayaan yang disalurkan oleh BMH kepada para

pedagang kecil maupun sekor informal lainnya dikelola secara syari’ah

dan (tidak mengandung unsur judi dan riba). Adapun pola pembiayaan

yang dipraktikkan adalah dana bergulir melalui mekanisme Pinjaman

Kebajikan (Al-Qardhul Hasan), dimana dari dana qardhul hasan tersebut

dapat mendorong bangkitnya ekonomi dhuafa yang termarginalkan dan

juga diharapkan kelak mereka yang tadinya mustahik dapat menjadi

seorang muzakki. Dan hal ini sesuai dengan harapan amil-amil BMH

bahwa nantinya status mereka akan berubah dari mustahik menjadi

muzakki. Ketika mereka sudah menjadi muzakki, penyerahan zakatnya

pun pasti akan mereka lakukan di BMH. Itu lah salah satu feedback yang

BMH dapatkan dari program ekonomi, selain dari feedback Branding atau

dalam kata lain nama BMH semakin dikenal ditengah-tengah masyarakat.

Jadi yang disebut dengan Pinjaman Kebajikan itu bukanlah sebuah

hutang uang yang harus dikembalikan lagi dengan uang, karena yang

namanya zakat memang sudah menjadi hak si mustahik tanpa harus

dikembalikan lagi kepada si pemberi.

Tidak ada batas minimal ataupun maksimal ketika pemberian dan

pemberdayaan, hanya disesuaikan dengan usaha yang mereka miliki atau

yang baru akan mereka lakukan.

108

Ketika program ini berlangsung, BMH secara berkala selalu

melakukan monitoring dan pendampingan. Kegiatan ini dilakukan oleh

tim ahli dengan maksud agar usaha yang dilakukan oleh paraa mustahik

dapat memperoleh keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Pembinaan

dilakukaan per dua minggu sekali.

Setiap program yang direalisasikan mempunyai hambatannya

masing-masing menurut penuturann Mahmudin, salah satu staff manajer

PRODYA bagian pemberdayaan, hambatan yang dirasakan justru ketika

akan melakukan pembinaan dan pendampingan. Mustahik yang

diberdayakan ini kadang sulit untuk dikumpulkan dan dilakukan

pembinaan.

Berdasarkan hasil wawancara, hambatan lain yang dirasakan oleh

pengurus BMH ketika merealisasikan program ekonomi di atas adalah:

• Mindset mustahik (bermental meminta-minta)

• Perbedan kebutuhan mustahik antara yang diceritakan dengan

kenyataan dilapangan

• Skill mustahik yang terbatas

• Mustahik yang sudah terlilit hutang

• Dari sisi keterbatasan lembaga ketika akan melakukan

pendampingan

Dengan beberapa hambatan di atas, tidak menjadikan BMH

mundur dalam melaksanakan program pemberdayaaan ekonomi. Sejauh

ini BMH telah bersungguh dalam mendistribusikan dana zakat secara

produktif dalam rangka menumbuhkaan ekonomi mandiri di tengah-

tengah masyarakat dhuafa.

109

2. Strategi untuk Meningkatkan Kepercayaan Muzakki

Sampai saat ini, sudah banyak bermunculan Badan Amil Zakat

atau Lembaga Amil Zakat, yang berada di tingkat pusat, wilayah,

daerah dan bahkan di tingkat desa, baik yang dibentuk oleh pemerintah

maupun oleh organisasi social keagamaan, seperti Nahdatul Ulama,

Muhammadiyah, tak terkecuali Hidayatullah, dan organisasi

keagamaan lainnya. Masyarakat pada saat ini di mana saja berada

sesungguhnya sudah tidak akan mengalami kesulitaan tatkala mereka

akan mengeluarkan zakat. Bahkan, akhir-akhir ini muncul berbagai

pelayanan zakat yang disediakan oleh masing-masing lembaga, seolah

mereka terus bersaing dalam hal pengelolaan zakat. Tentu saja

persaingan ini adalah persaingan positif atau dalam hal lain dikatakan

sebagai “fastabiqul khairoot” (berlomba-lomba dalam kebaikan)

dengan tujuan yang sama yakni menumbuhkan kepercayaan muzakki

terhadap lembaga agar mereka dengan senang hati selalu

mengeluarkan zakat, infak dan shodaqohnya.

Akan tetapi, sekalipun zakat telah diposisikan sama dengan ibadah

haji,yakni fardhu ‘ain bagi yang telah memenuhi persyaratan,

tampaknya belum dirasakan sebagai amal yang harus ditunaikan.

Orang seolah-olah belum merasakan berdosa tatkala meninggalkannya

dan belum merasa mendapatkan kepuasan batin (berpahala) dengan

telah menjalankannya. Tidak sebagaimana haji, zakat belum

memperoleh apresiasi yang tinggi ditengah-tengah masyarakat.

Padahal, secara sepintas sesungguhnya, haji tiddak seperti zakat, boleh

dikatakan tidak memiliki efek positif terhadap kehidupan social.

Dengan haji, orang miskin dari sisi ekonomi tidak mendaapatkan

keuntungan apa-apa, dan sebaliknya dengan zakat mereka (orang

miskin) secara mudah dipahami akan teruntungkan dari pembagian

zakat ini.39

39 Didin Hafidhuddin, dkk, The Power of Zakat Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat

Asia Tenggara, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 6.

110

Dari fenomena ini tampak bahwa pemenuhan kewajiban agama

tidak semata-mata didorong oleh kekuatan keimanan bagi pelakunya

semata, melainkan juga terdapat dorongan yang bersifat sosiologis.

Orang yang menjalankan ibadah haji selalu akan memperoleh

penghargaan masyarakat, setidaknya mereka akan diposisikan pada

strata yang lebih tinggi. Hal yang sama tidak didapatkan oleh orang

yang mengeluarkan zakat, sekalipun dengan zakat justru memberi

manfaaat kepada orang lain. Oleh karena itu tampaknya dengan

munculnya lembaga amil zakat dimana-mana, belum tentu berhasil

mendorong orang untuk mengeluarkan zakat. Artinya, zakat tidak akan

berkembang dengan serta merta hanya sebatas tersedianya Badan Amil

Zakat, sekalipun pranata itu sesungguhnya juga penting.

Maka dari itu, hal ini menjadi PR untuk seluruh badan dan

lembaga amil zakat, bagaimana cara menumbuhkan kesadaran para

muzakki untuk mengeluarkan sebagian hartanya kemudian bagaimana

menjaga dan meningkatkan kepercayaan muzakki terhadap lembaga

agar mereka merasa lebih baik jika menyalurkan zakatnya melalui

lembaga yang sudah ada.

Badan dan Lembaga Amil Zakat seyogyanya mampu menunjukkan

kekuatan komitmen, trust (kepercayaan) dan integritas pada

manajemen pelaksanaan zakat. Begitu juga dengan LAZNAS Baitul

Maal Hidayatullah yang selalu melakukan strategi dan terobosan-

terobosan baru untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan

muzakkinya. Salah satu factor pendukung untuk menjaga dan

meningkatkan kepercayaan tersebut adalah dari sisi transparansi

lembaga BMH.

Sejak tahun 2001 hingga sekarang BMH telah amanah dalam

mengelola dan mendistribusikan dana ummat ini. Tidak ada yang

ditutup-tutupi oleh BMH. Hal ini tentu saja dirasakan oleh salah satu

muzakki atau donatur BMH, yaitu bapak Syarif Al-Ghifari. Bisa

dikatakan beliau merupakan donatur rutin untuk BMH. Menurut

111

penuturan beliau. BMH sudah sangat transparan dan amanah dalam

mengelola dana ummat ini. BMH tidak pernah terlambat

mengkonfirmasi ketika beliau berdonasi. Konfirmasi BMH sendiri

dilakukan melalui aplikasi Whatsapp.BMH juga sudah amanah dalam

mendistribusikan dana ummat ini, terbukti dengan banyaknya

program-program dari BMH yang sudah terrealisasi, seperti yang

terbaru ini adalah pembangunan Rumah Tahfidz Apung di Penjaringan

Jakarta Utara. Kredibilitas dan transparansi dari LAZNAS BMH

sendiri sudah dibuktikan dengan diperolehnya berbagai apresia dan

penghargaan untuk lembaga, diantaranya: Rekor MURI dengan sate

qurban terbanyak 2005; The Best of Growth Fundraising 2010;

Pendamping Ekonomi Terbaik 2012 versi Carrefour; Kembali lulus

Sertifikasi ISO 9001 : 2008 pada tahun 2013; Penghargaan Rekor

MURI sebagai Pemrakarsa dan Penyelenggara Sebari Da’i Ramadhan

Terbanyak dan Terluas 2013; Penghargaan Rekor MURI sebagai

Pemrakarsa Pembagian Paket Sekolah Senyum Anak Indonesia

Terbanyak dan Terluas 201440

Selama 15 tahun BMH berkiprah sebagai Lembaga Amil Zakat,

BMH selalu berusaha untuk mengoptimalkan penghimpunan ZIS juga

memberikan pelayanan terbaik untuk para muzakki.

Untuk tahun ini penerimaan ZIS ditargetkan oleh tim fundraising

sebesar 32 miliar, naik 10 miliar dari tahun sebelumnya. Kemudian

dari sisi donatur atau muzakki, BMH menargetkan bertambah

sebanyak 2000 muzakki baru, dengan jumlah donatur di masing-

masing wilayah adalah sebagai berikut:

40 www.bmh.or.id diakses pada 05 April 2018 pukul 9:55

112

Diagram 4.3

Sumber Data: Data Divisi Fundraising LAZNAS BMH41

Untuk mencapai target di atas, serta menjaga dan meningkatkan

unsur trust tersebut, BMH selalu berusaha melakukan yang terbaik dari

sisi pelayanan, transparansi keuangan serta transparansi perihal realisasi

program. Hal-hal tersebut BMH aktualisasikan dengan cara sebagai

berikut:

a. Meningkatkan performance dan kemudahan layanan

pembayaran zakat infak shodqoh

BMH memberikan kemudahan kepada donatur yang

ingi meyalurkan zakat maupun infaknya dengan hanya

mengakses website Meningkatkan performance dan

kemudahan layanan pembayaran melalui konter zakat

Kitabisa.com, atau juga dengan cara mendownload apliasi

zakat LAZNAS BMH di appstore.

b. Memperbaiki database terintegrasi

41 Data diperoleh dari LAZNAS BMH Divisi Fundraising

DKI Jakarta59% Depok 23%

Bekasi 10%

Bogor 8%

Depok 500 orang Bekasi 200 orang Bogor 100 orang DKI Jakarta 1.200 orang

113

Database menjadi salah satu patokan dapat dipercaya

atau tidaknya sebuah lembaga. Ketika basi data atau

database lembaga tersebut aman, terintegrasi dengan baik

serta mampu menjaga data-data privasi para donatur, maka

sudah dapat dipastikan bahwa lembaga tersebut bekerja

secara professional dan tersistematis, sehingga dengan

sendirinya donatur kan semakin percaya kepada lembaga

tersebut.

c. Membangun layanan interaktif dengan donatur

Unsur lain yang menjadi ruh bagi suatu lembaga

adalah donatur, atau dalam hal ini adalah muzakki. Ketika

suatu lembaga kehilangan donaturnya maka itu akan

menghambat kinerja lembaga, karena biaya operasional

lembaga zakat diambil dari dana yang diberikan oleh

donatur, yaitu sebesar 25%. Untuk itu, agar donatur tetap

instens menyalurkan dana zakatnya, makaharus ada layanan

yang lebih interaktif antara lembaga amil zakat dengan para

donatur. Dengan cara seperti itu donatur akan merasa lebih

dianggap oleh lembaga.

d. Memperkuat isu-isu aktual untuk layanan report bagi

donatur

Penting sekali bagi lembaga amil zakat untuk selalu

mengupdate program-program yang dilakukan, baik yang

sudah terealisir maupun belum. Hal ini sebagai salah satu

media transparansi, agar donatur mengetahui kemana

sbetulnya dana yang telaah mereka donasikan itu

tersalurkan.

e. Klasifikasi layanan donatur VIP

Ini merupakan salah satu layanan yang BMH berikan

untuk donatur, yaitu pengklasifikasian donatur. Jadi,

donatur dibagi menjadi 2 kategori, yaitu VIP dan regular.

114

Donatur VIP adalah donatur yang memiliki potensi besar

untuk mengelurkan zakatnya, donatur ini sekelas direktur di

suatu perusahaan dan lain sebagainya. Sedangkan donaatur

regular adalah donatur yang potensi zakatnya biasa saja

tetapi rutin melakukan donasi ke BMH.

Pengklasifikasian donatur ini adalah semata-mata

untuk menarik donatur lain. Atau dalam bahasa lainnya

disebut muzakki get muzakki. Jadi, donatur yang masuk ke

kategori VIP tersebut akan mampu mempersuasi rekan

kerjanya agar mau menunaikan zakatnya.

f. Meminimalisir dan penanganan komplain serta

penyelesaiannya

LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah selalu berusaha

untuk meminimalisir terjadinya complain. Dan kalaupun

sudah terlanjur terjadi, maka dengan sigap para pengurus

BMH akan menyelesaikan keluhan tersebut.

Manajer bidang fundraising, Tri Winarno menambahkan bahwa

untuk menjadi menjadi lembaga amil zakat yang semakin dipercaya

ummat, BMH berusaha untuk selalu mengedepankan transparansi dari sisi

pengelolaan, setiap tahunnya BMH harus teraudit dan yang terakhir BMH

selalu memberikan program-program yang terupdate.

Itulah beberapa strategi yang dilakukan LAZNAS BMH dalam

rangka meningkatkan kepercayaan muzakki.

Dengan diimplementasikannya strategi-strategi di atas semoga

muzakki atau donatur BMH semakin bertambah, bahkan mencapai target,

yakni 2000 donatur setiap bulannya.

115

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tersebut dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Strategi pengelolaan ZIS pada LAZNAS Baitul Maal

Hidayatulah Jakarta.

1) Untuk penghimpunannya dilakukan dengan cara:

a. Membuka konter-konter penghimpunan ZIS di pusat

perbelanjaan dan diperkantoran. Konter ini ada yang

sifatnya regular, setiap hari buka, dan ada juga konter

yang hanya buka ketika ada even saja, seperti Islamic

Book Fair dan ketika bulan Ramadhan.

b. Layanan jemput zakat dari Amil LAZNAS Baitul Maal

Hidayatullah untuk muzakki/donatur. Layanan ini

merupakan salah satu kemudahan yang diberikan oleh

Baitul Maal Hidayatullah untuk donatur yang tidak

sempat menunaikan zakatnya secara langsung. Jadi

donatur tersebut akan melalukan konfirmasi kepada

amil Baitul Maal Hidayatullah untuk menjemput dana

zakatnya, bisa di jemput ke tempat kerja maupun ke

rumah donatur sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

Setelah amil Baitul Maal Hidayatullah akan menjemput

dana zakat, infak, shodaqoh tersebut.

c. Muzakki sendiri yang membayar zakat ke gerai Baitul

Maal Hidayatullah atau melalui transfer. Ini merupakan

inisiatif dan kesanggupan dari donatur atau muzakki

sendiri untuk membayar zakatnya langsung ke gerai

Baitul Maal Hidayatullah terdekat.

116

Setelah dana ummat ini terkumpul, langkah selanjutnya

adalah penginputan data kesistem B-Maal, untuk kemudian

diklasifikasikan ke dalam kategorinya masing-masing, setelah

itu pengurus BMH memastikan kalau dana ummat tersebut

terdistribusi sesuai dengan peruntukannya.

2) Pendistribusian

Dana ZIS pada LAZNAS BMH di distribusikan untuk

program-program sebagai berikut:

a. Dakwah (Da’i Tangguh)

a) Pelatihan Da’i Tangguh

b) Tunjangan Da’i Tangguh

c) Peduli Da’i

d) Da’i Berdaya

e) Umrah untuk Da’i

b. Pendidikan (Senyum Anak Indonesia)

Program ini merupakan program yang masih

bersifat konsumtif, karena habis pakai. Akan tetapi

kosumtif yang kreatif. Konsumif kreatif yaitu Zakat

yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan

digunakan untuk membantu orang miskin dalam

mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang

dihadapi.

c. Ekonomi

a) Rumah Tangga Berdaya

b) Santri Berdaya (Budidaya lele bioflok oleh

santri Hidayatullah)

c) Mandiri Terdepan (MAPAN)

117

2. Strategi untuk Meningkatkan Kepercayaan Muzakki

Untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan dari

muzakki atau donatur, maka strategi yang dilakukan oleh

LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta adalah sebagai

berikut:

a. Memperbaiki database terintegrasi

b. Membangun layanan interaktif dengan donatur

c. Memperkuat isu-isu actual untuk layanan report bagi

donatur

d. Klasifikasi layanan donatur VIP

e. Meminimalisir dan penangan komplain serta

penyelesaiannya.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian di LAZNAS Baitul Maal

Hidayatullah, peneliti menemukan hal-hal baru dalam mengelola dana

ZIS. Menurut hemat peneliti, sebagai LAZNAS yang sudah berkiprah

selama kurang lebih 15 tahun, Baitul Maal Hidayatullah sudah profesional

dalam mengelola dana ummat ini, terbukti dengan didapatkannya beberapa

penghargaaan. Mulai dari transparansi sampai cepatnya menghimpun dana

zakat menjadikan BMH semakin dipercaya oleh para muzakki untuk

mengelola dana zakat. Serta amanahya BMH dalam menyalurkan dana

yang sudah terhimpun tersebut.

Sedikit saran yang dapat peneliti berikan, yang pertama terkait

kepengurusan di lembaga, tidak ada salahnya BMH melakukan perekrutan

untuk pengurus akhwat (perempuan). Karena menurut hemat peneliti

perempuan juga berhak untuk ikut mengelola dana ummat ini, tentu saja

dengan tanpa mengesampingkan syari’at lslam. Dan yang ke dua, semoga

kedepannya program pemberdayaan ekonomi dari BMH akan ditambah

dan penerima manfaat (mustahiknya) juga ditambah. Karena kita tahu,

dizaman sekarang ini pemberdayaan ekonomi juga sangat penting

dilakukann, beriringan dengan progam dakwah dan pendidikan.

118

DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahrah, Muhammad. Zakat Dalam Persepektif Sosial. Jakarta: PT. Pustaka

Firdaus. 1995.

Al- Utsaimin, Muhammad bin Shalih. Fiqih Zakat Kontemporer: Soal Jawab

Ikhwal Zakat Dari Yang Klasik Hingga Terkini. Solo. Al- Qowam. 2011.

Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: UI Press. 1988.

Amiruddin dkk. Anatomi Fiqh Zakat. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.2005.

Arif, Masykur. Sedekah Itu Ajib! (Bukti-Bukti Sedekah berbuah bagi

Berlimpahnya Rezeki Setiap Hari), Jogjakarta: Diva Press. 2014.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineke Cipta. 2006.

Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbih. Pedoman Zakat. Jakarta: PT Bulan Bintang. 1991.

BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat. Manajemen ZIS

BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: BAZIS Provinsi DKI Jakarta. 2006.

Departemen Agama. Manajemen Pengelolaan Zakat. Depok: Direktorat

Pengembangan Zakat dan Wakaf. 2005.

Didin Hafidhudddin, dkk. The Power of Zakat. Studi Perbandigan Pengeelolaan

Zakat Asia Tenggara). Malang: UIN Malang Press. 2008.

Fachruddin. Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. Yogyakarta: Sukses Offset.

2008.

119

Hasbi, Al-Furqon 125 Masalah Zakat. Solo: Tiga Serangkai. 2008.

HR. Muslim dalam Kitabuz Zakat, Bab Itsm Mani’iz Zakat, hadits nomor 987.

Inayah, Gazi. Teori Komprehensif Tentang Zakat Dan Pajak. Yogyakarta: PT

Tiara Wacana Yogya. 2003.

Kementerian agama RI Direktotat Jenderal Bimbingan Masyarakat Ilam

Direktorat Pemberdayaan Zakat. Petunjuk Pelaksanaan Pengumpulan Zakat.

Mubyarto. Membangun Sistem Ekonomi, cet. Ke-2. Yogyakarta: BPFE

Yogyakarta. 2000.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2014, Tentang

Syarat dan Tata Cara Perhitungan Zakat Maal dan Zakat Fitrah Serta

Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2015, Tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 Tentang

Syarat dan Tata Cara Perhitungan Zakat Maal dan Zakat Fitrah Serta

Pendayagunaan

Qardhawi, Yusuf Hukum Zakat. Bogor: Litera Antar Nusa. 2007.

Qardhawi, Yusuf. Al- Ibadah fil-Islam. Beirut: Muassasah Risalah. 1993.

Qardhawi, Yusuf. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Terjemahan. Jakarta:

Gema Insani Press. 1995.

Ritonga, Jamiluddin. Riset Kehumasan. Jakarta: PT. Gramedia Grasindo. 2004.

120

Shalehuddin, Wawan Shofwan. Risalah Zakat: Infak dan shadaqah. Bandung:

Tafakur. 2011.

Subianto, Achmad. Shadaqah, Infak, dan Zakat Sebagai Instrumen untuk

Membangun Indonesia yang Bersih, sehat dan Benar. Jakarta: Yayasan

Bermula Dari Kanan. 2004.

Sudewo, Eri Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar.

Ciputat: Institut Manajemen Zakat. 2004.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

2011.

Undang-Undang No. 38 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1 ayat 2.

Wibisono, Yusuf. Mengelola Zakat Indonesia (Diskursus Pengelolaan Zakat

Nasional dari Rezim Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 ke Rezim

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011). Jakarta: Prenadamedia Group.

2015.

Widi, Restu Kartiko. Asas Metodologi Penenlitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

2010.

Yafie, Ali. Menggagas Fiqh Sosial. Bandung: 1994.

121

Skripsi dan Jurnal

Amalia, Kasyful Mahalli. Jurnal Tentang Potensi Dan Peranan Zakat Dalam

Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan.

Furqon, Muhammad. Strategi LAZIS Nahdatu Ulama Dalam Memberdayakan

EkonomiMasyarakat. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta: 2012.

Hidayat, Rahmat. Pengelolaan Zakat Di BAZ Kabupaten Kulonprogo. Skripsi

Pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2016.

Pratama, Erwin Aditya. Optimalisasi Pengelolaan Zakat Sebagai Sarana

Mencapai Kesejahteraan Sosial (Sebuah Studi DI BAZ Kota Semarang).

Skripsi Pada Universitas Negeri Semarang. 2013.

Syafa’at, Abdul Kholiq. skripsi tentang Potensi Zakat, Infaq, Shodaqoh Pada

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Di Kabupaten Banyuwangi

(Universitas Islam Negeri (Uin) Sunan Ampel Surabaya).

Syaikho, Hasan Asy’ari Pengelolaan ZIS dalam Upaya Mengubah Status

Mustahiq menjadi Muzaki: Studi Kasus Pada PKPU Jawa Tengah. 2012.

Internet

https://www.bps.go.id/index.php/brs/1378, diakses pada 07 Nopember 2017, pkl

21.48.

http://ksp.go.id/potensi-zakat-di-indonesia-sangat-besar/, diakses pada 07

Nopember 2017, pkl 22.19.

https://jakarta.bps.go.id/index.php/linkTabelStatis/91, diakses pada 07 N0pember

2017, pkl 21.53.

122

“Optimalisasi Distribusi Zakat ”http://11-05/optimalisasi-distribusi-zakat.html.

Diakses 9 Nopember 2017 pkl 9.05.

Susilo Ady Saputro, Zakat Produktif Sebagai Upaya Mengurangi Kemiskinan di

Indonesia.http://anakbanyumas.wordpress.com/2010/04/23/zakat-

produktif-sebagai-upaya-mengurangi-kemiskinan-di-Indonesia/#more-159.

Diakses 9 Nopember 2017, okl 10.45.

Dokumentasi

Kantor LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakarta

Tampak Depan Kantor LAZNAS BMH Jakarta

Brosur Penerimaan Relawan Ramadhan LAZNAS BMH

Konter penerimanan ZIS LAZNAS BMH Ketika Event IBF di JCC

Amil BMH yang sedang Melayani Pembayaran zakat Muzakki (@Konter Plaza Senayan)

Peneliti Menjadi Relawan Ramadhan BMH di Konter Plaza Senayan

Foto Bersama Manajer Bidang Program dan Pendayagunaan (PRODAYA)

Zaenal Abidin, S.Pd.I

Foto Bersama Staff Manajer Bidang Program dan Pendayagunaan (PRODAYA)

Mahmudin, SE.

Wawancara bersama Manajer bidang Fundraising, Tri Winarno, S.Ag

Foto bersama Manajer bidang Fundraising, Tri Winarno, S.Ag

Wawancara bersama penerima manfaat LAZNAS BMH, Musliadi.

Program Da’i Tangguh

Program Senyum Anak Indonesia

Program Mandiri Terdepan (MAPAN)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082

Tgl. Terbit 1 Maret 20'10

No. Revisi 0'r

KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM (FR)

1t1Hal

S U RAT PERMoHo NA N lztN P E N EL ITIAN

NomorLampiranHal

Tembusan1. Dekan FITK2. Wakil Dekan Bidang Akademik3. Mahasiswa yang bersangkutan

Un.01 /F1 iKM.01 .3/330 1201A

Permohonan lzin Penelitian

Jakarta, 21 Februari 201A

Kepada Yth.Pengurus LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah Jakartadi-Tempat

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama : Hera Nuragustin

NIM : 11140150000071

Jurusan : Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial

Semester : 8 (Delapan)

Judul Skripsi:"Analisis Pengelolaan Zakat, lnfak, Shodaqoh (ZlS)secara Produktif untuk Pemberdayaan Ekonomi Ummat(Studi Kasus pada LAZNAS Baitul Maal HidayatullahJakarta)"

adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UINJakarta yang sedang menyusun Skripsi, dan akan mengadakanpenelitian (riset) di lembaga yang BapaUlbu pimpin.

Untuk itu kami mohon Bapak/lbu dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Bapakllbu, kami ucapkan terima kasih

Wassal am u' al aiku m Wr. Wb.

IPS

nto, M. Pd0801 1012

ZRY{HBAITUL MAAL H I DAYATU LLAH

SURAT KETERANGANNo. 0l41SICBMH-JKT/VU2O 18

Bersama ini kami Lembaga AmiI Zakat Nasional Baitul MaaI Hidayatullah menerangkanbahwa yang tersebut di bawah ini :

Nama

NIMTTLAlamat

- Program Studi

Kampus

: HeraNuragustin

: i1140150000071

: Sukabumi,23 Agusfus 1996

: Kp. Panenjoan RT 002/ RW 007, Ds. Tenjolay4 Kec. Cibadak -Sukabumi

: Pendidikan IImu Pengetahuan Sosial: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayaflrllah Jakarta

Telah melakukan penelitian di Lembaga Amil ZakatNasional Baitul Maal Hidayatullah padabulan Mei 2018 denganjudul skripsi :

"An'tl,ris Pengelolaan /-akat,Infak, ! hoilaqoh (zIS) Secara Produktif untuk'i'emberdayaan El" onomi timmat

Sfudi Kasus pndaLaznas Baitul L4aal Hidayatullah Jakarta))

Demikian surat keterangan ini kami sampaikan untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 5 Juni 2018

HIDAYATUTTAH

Direktur Operasional

Kantor PusatGraha BII4H, Kalibata Office Park,Jl. Raya Pasar [\4inggu No. 21, Blok HKalibata, Jakarta SelatanTelp.021-7975770,Fax.021-7975614e-mail : [email protected]. id

&"**r,#,ffi

;

www.bmh.or.id

UJI REFEREI\SI

Nama : Hera Nuragustin

NIM :11140150000071

Jurusan/Semester : Pendidikan IPS/VII

Judul Skripsi :Analisis Pengelolaan Zakat, Infak, Shodaqoh (ZIS) secara Produktif

untuk Pemberdayaan Ekonomi Ummat (Studi Kasus pada LAZNAS

Baitul Maal Hidayatullah Jakarta)

No. Referensi Paraf

Pembimbing

I

Paraf

Pembimbing

IIBAB I

n

1 Al-Qardhawi, Fiqh al- Zakah (terj), (Bogor: Pustaka LiteraAntarNusa. 1998). ( #

2 Yusuf Wibisono, Mengelolo Zukat Intlonesict (DiskursttsPengeloloctn Zukat J'lasionul cluri Reziru L,ndttng-UndttngNomor 3<9 Tahun 1999 ke Rezim Undang-Untlang ltrontor 23Ttthun 201 1), (Jakarla: Prenadamedia Group, 2015).

+J Prof. Muhamrnad Abu Zahrah, ZuJtat Dolurn Perscpekti.f Sosiol,

(Jakarla: PT. Pustaka Firdaus, i995)

+BAB II

4 T.M. Hasbih Ash-Shiddieqi,, Peclomun Zuktt, (Jakarta: P'f

Bulan Bintang, 1991 . d5 Yusnf Qardhar,vi, Kicrt Lslam Mengentuskun Keniskinun,

terjemahan, (Jakarta: Gema Insairi Press, 1995), d 46 Muhammad bin Shalih Ai- Utsain-rir-r. Fiqih Zahrt

Kontentpctrer: Soul Juv,uh lklnyul Zukat. Dari Yung Klu,sik

flinggn T"erkini (Solo. A1- Qon'am. 201 1) &1 War,van Shofrvan Shalehuddin, Risalalt Zuliut; In/uk dun

.shuduqoh,(Bandung: Tafakur, 201 1). 1.r12-i3. ( 48 Undang-Undang No. 38 Iahun 2011 Tentang Pengelolaan

Zakat. Pasal 1 ayal2. d9 Yusuf a1- Qardharvi, Al- Ibuclcrh .fil-Lsluru (Beirut: Muassasah

Risalah. l9s3). h.235. + zfrfr

10 A1i Yafle, Menggogcrs Fiqh Sosiul (Bandung: 1994), 1i.231 \ 4{ )11 Mohanrmad Daud Ali, Sistent Ekonomi IslcLru (lakarta: UI

Press, 1988), h. 9. ! -1 *12 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69

Tahun 2015, Tentang Perubahan atas Peraturan MenteriAgama Nomor 52 Tahun 2014 Tenlang Syarat dan Tata CaraPerhitungan Zakat I|lf.aal dan Zakat Fitrah Serta PendayagunaanZakat untuk Usaha Produktif d tr

13 Amalia, Kasyful Mahalli, Jurnal Tentang Potensi Dan PerananZakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan. d €D

14 BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen Zakat,Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, (Jakarta: BAZISProvinsi DKI Jakarta, 2006), h. 87. d'

15 Eri Sudewo, Manajenten Zakat; Tinggolkun 15 TratlisiTerapkan 4 Prinsip Dasor, (Ciputat: Institut N{anajemen Zakat,2004). h. 1 1. c 4

16 Fachruddin, Fiqh clan Manajemen Zokot di Indonesio(Yosyakafia: Sukses Offset. 2008). 314. a f,

17 Amiruddin dlck, Anatomi Fiqh Zakat (Yogyakarta, PustakaPelaiar. 2005). h. 3. d

18 Mubyafto, Membangun Sistem Ekonomi, cet. Ke-2,(Yosyakarta: BPFE Yosyakarta, 2000), h. 263. d ru

19 Gazi Inayah, Teari Komprehensif Tentang Zakat Dan Pajak,(Yoeyakarta: PT Tiara Wacana Yosya). 2003.h.217. ( 1)

20 Al-Furqon Hasbi, 125 Mosalah Zakot, (Solo: Tiga Serangkai,2008). ( re

2t Achmad Subianto, Shadaqah, I"fak, dan Zakat SebagaiInstrumen untuk Membangun Indonesia yang Bersih, sehat danBenar, (Jakarta: Yayasan Bermula Dari Kanan, 2004),h.33

( 422 Masykur Arif, Sedekah ltu A.jib! (Bukti-Bukti Sedekah berbr"rah

bagi Berlimpahnya Rezeki Setiap Hari), (Jogjakarta: DivaPress,2014), h. 13 d zft

23 Rahmat Hidayat, Pengelolaatt Zukat Di BAZ KctbrpotenKulonprogo. Skripsi Pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakafia,2016. h. ix. + 14

24 Muhammad Furqon, Strategi LAZIS Ncthdutu Llomcr DctluntMe m b e r rl ay cr kun E k o n o nil,Ia s y a r aka r, S kr-ips i pa da UN S yarifHidayatullah Jakarla, Jakarta, 2012, h. ii.

( I fr25 Envin Aditya Pratama, Optirnulisctsi Pengeloloon Znkut

Sebagoi Strrcrnu Mencuyttti Kesejuhterttttu Sctsiol (SebtruJt StutliDI BAZ Koto Semcu'urg), Skripsi Pada Universitas NegeriSernarans. 20 1 3. h. viii. ,$ 4BAB III

26 Sugiyono, Metode Penelitictt't Kuuntitatif Kuulitotif clttn R&D. (Bandung: Alfabeta cv,201i), h.80. ( 4

2l Restu Kafiiko Widi, Asrts l\,[etoclo|ctgi PenenIition (Yogyakarla:Graha Ilmu, 2010),h.231 .

d ffi28 .farnilucldn Ritonga, Riset Kehuntaxm, (Jakarla: PT. Gramedia

Grasindo, 2004), h. 39. d29 Sulrarsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suutu Penclekoicnt

Prokte, (Jakarla: Rineke Cipta, 2006)) cet 13. h. 231. ( n

t

4

BAB IV

30 Didin Hafidhuddin, dk, Ihe Power of Zakat, StudiPerbandingan Pengelolaan Zakat di Indonesia, (Malang: UINMalane Press. 2008) {

I431 Andika Ramadhanu, skripsi: Peran Lembaga Amil Zakat (Laz)

Baitul Maal Hidayatullah (Bmh) Dalam PemberdayaanEkonomi Mualaf Suku Tengger, (Universitas Airlangga:Surabaya. 201 6). h. 9l-92 {

&32 Amiruddin dVk, Anatomi Fiqh Zakat (Yogyakarta, Pustaka

Pelaiar.2005). h. 3. (,fr--\

{+)JJ Eri Sudewo, Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi

Terapkan 4 Prinsip Dasqr, (Ciputat: Institut Manajemen Zakat,2004), h.30.

q

q e/ Ut

)+ Gazi Inayah, Teori Kompehensif Tentang Zakat dan Pajak,(Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yosya, 2003). h. 40. + A

Mengesahkan

Andri Noor Ardians),ah. M.Si

NIP. 1 98403 122015031002

Pembimbing Skripsi II

NIP. I 97006061997 021002

Pedoman Wawancara

Nama :

Jabatan :

Tanggal :

Waktu :

1. Bagaimana sejarah berdirinya LAZNAS BMH?

…………………………………………………………………………..

2. Apa visi misi dan tujuan dari LAZNAS BMH sebagai pengelola zakat?

………………………………………………………………………….

3. Bagaimana perkembangan LAZNAS BMH dari awal berdiri sampai sekarang?

…………………………………………………………………………..

4. Dari mana sumber dana zakat, infak shodaoh dikumpulkan?

…………………………………………………………………………..

5. Seberapa besar potensi dana ZIS yang ada di Provinsi DKI Jakarta?

…………………………………………………………………………..

6. Bagaimana strategi pengelolaan dana ZIS di LAZNAS BMH?

…………………………………………………………………………..

7. Bagaimana proses pendistribusian dan ZIS di LAZNAS BMH?

…………………………………………………………………………..

8. Berapa persentasi untuk pendistribusian dan zakat secara konsumtif dan

produktif?

…………………………………………………………………………..

9. Seberapa tinggi tingkat kemiskinan yang ada di Provinsi DKI Jakarta?

…………………………………………………………………………..

10. Bagaimana sistem pendataan mustahiq yang dilakukan oleh LAZNAS BMH?

…………………………………………………………………………..

11. Apa kriteria mustahiq yang berhak menerima dana ZIS menurut LAZNAS BMH?

…………………………………………………………………………..

12. Bagaimana prosedur mustahiq untuk mendapatkan dana zakat? Apakah ada

syarat-syaratnya?

…………………………………………………………………………..

13. Program apa yang dilakukan oleh LAZNAS BMH yang berhubungan dengan

pemberdayaan ekonomi?

…………………………………………………………………………..

14. Bagaimana proses dan tahapan program itu dilaksanakan?

…………………………………………………………………………..

15. Berapa batas minimal dan maksimal modal yang diberikan kepada mustahiq?

…………………………………………………………………………..

16. Apa manfaat dari program tersebut untuk mustahiq dan untuk lembaga?

…………………………………………………………………………..

17. Sejauh ini, apakah program tersebut sudah dapat memperbaiki perekonomian

mustahiq?

…………………………………………………………………………..

18. Ketika mustahiq yang dibina sudah sejahtera, apa ia masih dianggap mustahiq dari

LAZNAS BMH atau dilepas dan tidak diberikan dana lagi karena dianggap sudah

mampu?

…………………………………………………………………………..

19. Apa hambatan yang dialami ketika merealisasikan program ini?

…………………………………………………………………………..

20. Bagaimana respon dari pemerintah dan masyarakat terhadap program ini?

…………………………………………………………………………..

21. Untuk kedepannya, apakah program pemberdayaan ini akan lebih dikembangan

atau tetap seperti ini saja?

…………………………………………………………………………..

Pedoman Wawancara

Nama :

Jabatan :

Tanggal :

Waktu :

1. Apakah sebelumnya ibu mengetahui informasi tentang LAZNAS BMH?

…………………………………………………………………………..

2. Darimana bapak/ibu mendapatkan informasi tentang program pemberdayaan ini?

…………………………………………………………………………..

3. Adakah persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan modal dari

LAZNAS BMH?

…………………………………………………………………………..

4. Jika ada, bagaimana pendapat bapak ibu terhadap persyaratan tersebut?

…………………………………………………………………………..

5. Sudah berapa lama ibu mengikuti program pemberdayaan ekonomi ini?

…………………………………………………………………………..

6. Berapa bantuan atau modal yang bapak/ibu terima?

…………………………………………………………………………..

7. Berapa pendapatan bapak/ibu sebelum dan sesudah diberdayakan oleh LAZNAS

BMH?

…………………………………………………………………………..

8. Bagaimana pandangan bapak/ibu terkait program pemberdayaan ekonomi yang

dilakukan oleh LAZNAS BMH?

…………………………………………………………………………..

9. Bagaimana perasaan bapak/ibu ketika menerima bantuan ini?

…………………………………………………………………………..

10. Bagaimana kehidupan bapak ibu setelah diberi bantuan oleh LAZNAS BMH?

…………………………………………………………………………..

11. Apa harapan bapak/ibu untuk LAZNAS BMH untuk kedepannya?

……………………………………………………………………………

Pedoman Wawancara

Nama :

Jabatan :

Tanggal :

Waktu :

12. Sudah berapa lama menjadi muzakki/donatur LAZNAS BMH?

…………………………………………………………………………..

13. Kenapa berdonasi ke LAZNAS BMH?

…………………………………………………………………………..

14. Apakah ada konfirmasi dari LAZNAS BMH terkait donasi yang bapak berikan?

…………………………………………………………………………..

15. Menurut pendapat bapak LAZNAS BMH transparan atau tidak?

…………………………………………………………………………..

Transkip wawancara

Waktu : Rabu, 28 Februari 2018, pkl 11.00-12.00 WIB

Tempat : Kantor BMH Kalibata Office Park

Narasumber 1 : Ustadz Zaenal Abidin, S.Pd.I

Jabatan : Manajer Prodaya

Narasumber 2 : Ustadz Mahmudin, SE

Jabatan : Staff Prodaya bidang pemberdayaan

Peneliti : untuk pertama itu sejarah berdirinya LAZNAS BMH mungkin bisaa diceritakan secara singkat aja ustadz?

U. Zaenal : Jadi euu bermula awalnya itu pada keprithatinan yaa, keprihtinan kita meihat banyaknya anak-anak terutaa dikalangan yang kurang mampu dalam mendapatan sumber dan akses pendidikan yang layak gitu. Kemudiasn dibentulash yang namana PPAS (Pusat Pendidikan Anak Soleh) itu berawal di Kalimantan yaa di Balik Papan, kemuudian seiring berjalannya waktu semakin banyak ya anak-anak yang membutuhkan akan hal itu gitu. Ya kita seiring berjalnnya waktu terkait dengan support finansial euu tentunya sebuah kegiatan tidak bisa berjalan tapa dukungan dana yang cukup gitu, sehingga dibentuklah yang namanya Baitul Maal Pesantren Hidayatullah,

Peneliti : Ooo dari pesantren dulu..

U.Zaenal : ya, dari pesanten cikal bakal berdirinya Baitul Maal Hidayatullah. Sebenernya sudah ada lebih dulu yang namanya Baitul Maal Pesantren Hidayatullah, untuk mensupport kegiatan di euu internal pesantren. Tadi Pusat Pendidikan Anak Soleh tadi. Jadi semacam panti asuhan gitu. Kemudian euu dengan dinamika yang ada kemudian diharusakan secara regulasi pemerintah ya bahwasanya lembaga itu harus terdaftar kemudian BMH juga membuka diri bahwasanya BMH ini tidak eksklusif tapi kita inklusif ya jadi penyalurannya kita sadari bahwasanya tidak hanya di dalam aja gitu, baswasanya banyak anak-anak juga yang di luar yang juga membutuhkan sentuhan yang sama. Nah Karena keterbatasan itulah maka dibentuklah lembaga resminya setelah membesar ini tahun 2001 ya dikeluarkaan SK Menteri Agama ya No 538 nah ketika itu maka BMH secara legal itu sah menjadi Lembaga Zakat Nasional. Yang artinya BMH ini juga membuka diri ya secara umum kepada masyarakat jadi akses-akes pendanaan itu tidak hanya untuk mendanai sector yang ada di dalam tadi (PPAS) tetapi juga menyantuni anak-anak yatim fakir miskin yang ada di luar dari pada pesantren gitu itu cikal bakal berdirinya Baitul Maal Hidayatullah dan hingga saat ini euuu BMH hadir di 24 Provinsi kemudian kurang lebih ada 70-an euu kantor gerai BMH yang sebelumnya kemarin sebelum ada regulasi terbaru UU No 23 tahun 2011 yang dulunya kantor cabang BMH sekarang menjadi kantor gerai euuu BMH.

Peneliti : untuk visi misi dari BMH sendiri eeuu..

U. Zaenal : visi tentu euuu BMH ya menjadi salah satu lembaga zakat yang terdepan dan terpercaya itu visi dari BMH. Adapun misinya tentu yang pertama tentu mengkat harkat dan martabat kaum dhuafa ya dari kebodohan menjadi kemuliaan dan kesejahteraan itu salah satu misi BMH jadi tetep mainstream kita adalah di pendidikan itu tadi yang menjadi salah satu pilar program ..

Peneliti : lebih kependidikannya gitu ustadz?

U. Zaenal : ya jadii euuu kalau BMH ini ada sekto pendidikan, sector dakwah kemudian social kemanusiaan dan ekonomi. Namun kita yang menjadi mainstream program kita itu di dakwah dengan pendidikan. Yaa dua itu yang menjadi mainstream kita. Yang membedakan BMH dengan lembaga zakat yang lain bahwasanya eueu BMH nii kuat dii dua ini. Pendidikan dan dakwah. Kemanusiaan, ekonomi itu adalah bagian dari pada sustainable program yang BMH euu kaitkan dengan ekonomi gitu, social kemanusiaan dengan ekonomi. Jadi kaitan programnya kesana.

Peneliti : kalau dari hierarki ni ustadz setelah BAZNAS dan lain sebagainya, posisi BMH ini ada dimana utadz?

U. Zaenal : ya, jadiii untuk membedakan posisi mana BAZNAS mana lembaga jadi kalau BAZNAS itu adalah lembaga zakat bentukan dari pemerintah ya. Jadi kalau kita kategorikan secara umum eeuu PNS dan Non PNS yaa kalau karyawan yaa, berarti kalau BMH ini ya swasta. Jadi lembaga zakat yang dibentuk berbadan hukum yayasan baik itu yang di bawah ORMAS dan yang di bawah non ORMAS. Itu LAZ itu ada kategorinya lagi. Jadi kalau BAZ itu pemerintahnya kalau LAZ itu swastanya. Nah swastanya ini dibagi lagi ada yang ORMAS dan non ORMAS…

Peneliti : kalau BMH yang ORMAS. Kategori LAZNAS (Lembaga Amil Zakat Nasional yang di bawah ORMAS). Jadi ada BMH ada LAZIS NU, ada LAZIS Muhammadiyah, PERSIS ya, DDI ya Dewan Dakwah Islam, LAZ Dewan Dakwah itu juga di bawah, di bawah ORMAS. Itu secara ininya, eueu hierarkinya.

Peneliti : jadi kalau BAZNAS itu bentukan dari pemerintah, BZNAS BAZDA dan BAZ BAZ lainnya…

U. Zaenal : BAZNAS BAZDA itu tturunan sebenarnya, sama halnya secara herarki BMH itu ada BMH pusat kemudian ada BMH perwakilan berhenti disitu kalau LAZ, secara regulasi. Naah baru ada kantor gerai, kantor gerai itu perpanjangan tangan dari pada perwakilan-perwakilan sama halnya dengan BAZNAS, jadi ada BAZNAS pusat, ada BAZNAS Provinsi, ada BAZDA ya euu BAZDA itu yang di daerah kabupaten kota kemudian ada tingkat kecamatan yaa, ada juga. Itu hierarkinya seperti itu.

Peneliti : euu tadi an ang dikatakan salah satu yang membeakan BMH dengan lembaga-lemaga lainnya itu ibiang pendidikan dan dakwah. Tapi saya juga pernah euu bukan bekerja sih sebetulnya leih ke volunteer untuk pendidikan ini kayanya memang sudah ada juga programnya gitu ustadz nah keunikan lain y ang dimiliki BMH selain dengan lembaga lain itu apga sih ustdz?

U.. Zaenal : yang pertama euu tentunya dari pendidikan tadi ya kitra berawal dari pendidikan tadi BMH saat ini memiliki atau menjadi support utama di pendidikan-pendidikan yang ada di pondok pesantren Hidayatullah se Indonesia, kurang lebih ada sekitar 370 ya

Peneliti : pesantren:?

U. Zaenal : euuu pesantren dan 200 pendidikan euu lembaga pendidikan

Peneliti : tingkat apa ustadz?

U. Zaenal : mulai dari tingkat PAUD sampai dengan Peguruan Tinggi ya. Dan itu terbuka untuk masyarakat umum bahkan mahasiswa-mahasiswa kita itu rata-rata dari luar bukan santri yang nyantri di pesantren. Jadi kita ada lima perguruan tinggi ..

Peneliti : dimana aja itu ustadz?

U. Zaenal : ada diiii Balik Papan itu Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah, kemudian ada Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan di Surabaya, kemudian Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi kemudian di Batam yaa euu computer. Nah korelasinya sebagai mainstream program itu tadi, mahasiswa-mahasiswa yang lulus ya itu siap ditugaskan untuk terjun ke medan dakwah ki pelosok negeri ya, jadi kalau BMH itu eu taglinenya di 3T ya, Terluar euuu kemudian Terdalam atau pedalaman ya kemudian daerah-daerah perbatasan terluar tadi perbatasan terdalam tadi euu daerah pelosok ya kemudian euuu diii …

Peneliti : terdalam terluar terbaik hehe (tertawa)

U. Zaenal : hehe ya diii Terpelosok lah yaa. Jadii euu pokoknya kalau bisa dibilang yang nggk enak-enak itu daerah-daerah sana itu biasanya jatahnya Da’I da’I BMH. Seperti Pitawa ya, kemudian sekarang yang sedang kita rintis ada diii mana suku anak dalam ada di Jambi. Ah itu banyak alumni-alumni yang dididik dari pendidikan kita bahwasanya tidak hanya dari

sector dalam bentu bantuan modal, tapi memberdayakan adalah bagaimana seorang atau anak atau penerima manfaat ya dari dana zakat yang dititipkan melalui BMH itu bisa di ejawantahkan dalam aktivitas riil keumatan . itu adalah bentuk pemberdayaan yang nyata gitu. Jadi dana zakat dari ummat kembalinya ke ummat dalam bentuk kontribusi itu tadi, Dalam bentuk tenaga pengajar, bukan hanya da’I disini, mereka tenaga-tenaga pengajar di sekolahan ya di pelosok-pelosok negeri. Mereka juga berdakwah gitu merintis lembaga pendidikan TPA euu itu keunikan dari pada BMH.

Peneliti : euu kallau dari pengurus yag saya tau kan pengurusnya di sini semua laki-laki ustadz? Tidak ada pereempuan?

U. Zaenal : Yaa,

Peneliti : kalau boleh tau alasannya kenapa ustadz?

U. Zaenal : eheem, jadi euu secara syari’ah ini untuk internal BMH ya, jadi bukaan kita tidak menghargai emansipasi wanita yaa tapi tidak ada yang bisa menjamin berinteraksi dengan yang bukan mahramnya, kemudian itu kita memastikan baahwasanya tidak ada interaksi yang melebihi batas syar’i gitu. Contoh ni, ya kita kalau bercandaan gitu yam au tepok sini mau tepok sini kaan nggak ada masalah (sambil mempraktikan ke ustadz yang disampingnya). Tapi kalau perempuan dengan laki-laki, misalkan ni bagian program berdua jalan assessment gitu yaa kemudian disitu duduk bareng dan segala macem siapa yang bisa menjaga. Ketika mereka berdua maka orang ketiganya haha tidak tau siapa nah ituu, itu bgian dari pada menjaga, bahwasanya euu zakat adalaah sebuah ibadah tidak bisa kita lepaskan dari situ zakat ini ibadah, lebi ekstrim lagi zakat ini bagian dari pada pilar rukun Islam maka sesuatu ya ng suci harus dijaga dengan akivitas-aktivitas yang seeebaik mungkin. Naah itu salah satunya gitu, euu dasarnya kenapa. Kalo memang euuu tapi BMH di sisi lain juga melibatkan gitu euu peran serta jadi tidak kemudian pengurus amil zakat di BMH memang lakk-laki tetappi BMH tetap melibatkan partisipasi wanita dalam aktivitas programnya. Contoh, ketika BMH melakukan aktivitas pembinaan misalkan, pembinaan baik itu pembinaan yang sifatnya incidental maupun yang rutin. Contoh kemarin sosiaisasi apaa event gizii dan sgala macem, tenaga ahli dibidang gizi ya wanitta gitu Karena memang capable disitu. Tapi kalau untuk keseharian gitu kan amilnya memang lak-laki semua. Jadi tetep emansipasi wanitanya tetep ada gitu (tertawa ringan).

Peneliti : dari mana sumber dana zakat infak shodaqoh ini dikumpulkan?

U. Zaenal : iya, dari para muzakki, dari para muslimin dari para agniya tentunya secara umum ya. Baik dia yang PNS maupun non-PNS. Tapi sebagian besar memang yang non-PNS ya. Karena yang PNS kan digarap oleh BAZNAS gitu. Jadi kita dii termasuk juga zakat perusahaan iya zakat perusahaan.

Peneliti : kaya payroll gitu bukan ustadz?

U. Zaenal : euu zakat perusahaan itu dari pyroll bisa euuu memang pure dari perusahaan dari hasil usaha karena zakat itu kan bagian dari paa zakat usaha juga, bagian dari pada harta.

Peneliti : euu setelah dana ZIS itu terkumpul bagaimana strategi pengelolaan dari LAZNAS BMH sendiri ustadz?

U. Zaenal : yaa jadii euu dna ZIS tentunya disitu ada kategorinya, maka ketika dana itu masuk ke BMH maka eeuu kita klasifikasikan dana itu. Ketika zakat maka peruntukannya tidak boleh keluar dari kerangka asnaf, kalau zakt ya. Karen di jelakan dalam ayat al-Qur’an; Innama Ashdaqotu Lil fuqoroi… jadi ada 8 asnaf disitu. Maka ketika zakat korelasinya harus menyetuh asnaf, apapun itu programnya gitu. Karena asnaf ini euu sudah menjadi ketetapan di dalam al-Qur’an maka tidak boleh euu melibihi dari batas itu. Maka ketika kita menyalurkan kepada anak yatim misalkan yatim ini apakah masuk 8 asnaf yatim ini harus fakir atau miskin atau fii sabilillah atau ibu sabil nah jadi harus keterkaitan disitu. Berbeda dengan dana zakat kalo dana zakat, euu dana infak maksudnya itu lebih fleksibel, lebih luas infak sodaqoh itu. Di BMH ya menggunakan dana infak itu bisa untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya euu pemberdayaan, kemudian bantuan pendidikan, bantuan sarana prasrana gitu. Tapi kaau zakat itu kan rata-rata

kalau kita lihat dari pada 8 asnaf ini hampir sebagian ini makhuk hidup semua, buka benda mati ya. Jadi semaksimal mungkin kalau ada bantuan meja, peralatan tulis dan sebagaianya kita ambil dari dana infak bukan dari dana zakat. Karena zakat itu ya tadi pemberdayaan , kesana, ke makhluk hidup.

Peneliti : untuk proses pendistribusiannnya ni ustadz, berapa persen untuk yang konsumtifnya dan berapa persen untuk yang produktifnya?

U. Zaenal : heeeh, persentasinya ya. Jadi selama ini euu yang dipakai oleh BMH bahwassanya aktivitas produktif pun itu kita selalu dampingkan dengan yang konsumif. Jadi kalau di kita ini bisa dibilang yaa fifty-fifty antara produktif dengan yang konsumtif.

Peneliti : sama aja ya ustadz?

U. Zaenal : iya, jadii selalu kita lekatkan, jadi ketika kita apaa memberikan bantaun misalkan (berdehem) berbeda dengan kegiatan incidental yang seperti zakat firtah itu kan euu zakat tapi itu kan konsumtif semua gitu. Zakat fitrah nggk bisa kita produktifkan.

Peneliti : dana zakat khusus zakat gitu maksudnya ustadz?

U. Zaenal : khusus zakat kalau zakat itu yaa itu tadi khusus zakat kita selalu dampingkan kegiatan yang apa charits tadi apa yang konsumtif itu jadi fifty-fifty ya itu ya.

Peneliti : tapi sempet ada ini euu ada, kalau misalkan dana zakat itu diserahkan secara konsumtif nanti sii mustahiknya itu euuu mengira dia jadi tidak mau berusaha karena istilahnya nanti juga saya dapet dana dari BMH gitu ustadz, untuk apa saya harus berusaha lagi. Tapi kan sedangkan kalau secara produktif bisa dalam benuk modal atau apapun itu jadi sii mustahiknya pun bisa melakukan usaha gitu ustadz. Kalau untuk fifty-ifty mungkin..

U. Zaenal : euu ya, saya sepakat dengan itu dana zakat itu kita lihat dari pada kondisi riil di lapangan gitu. Ketika masyarakat itu memang saat itu alam kondisi yang memang fakir gitu. Dia fakir maka kita tidak bisa saat itu berbicara langsung produktif. Masuk dulu ada konsumtif. Nah maka di BMH ittu ketika kita sudah melakukan konsumtif maka yang kedua adalah kita masukan sisi produktifnya tadi. Nah itu yang saya bilang fifty-fifty. Karen ketika orang laper misalkan, orang laper kemudian oh ibu mohon maaf hari ini ibu tidak kita kasih bantuan langsung, tapi ibu saya kasih modal saya akan pantau ni kegiatannya dan segala macamnya ibu jualan dulu dan segala macamnya. Padahal saat itu sudah jelas dia membutuhkan itu tadi, dia membutuhkan biaya anaknya untuk sekolah kalau anaknya nggak sekolah euu nggak bayar uang sekolah maka anaknya nggak bisa masuk lagi sekolah, maka itu adalah konsumtif. Misalkan dia terlilit hutang yaaa ini terkait dengan asnaf ya gharim orang yang berhutang , maka ketika itu nyawanya terancam misalkan depkolektor datang dan sagala macem maka peran BMH disitu adalah konsumtif. Nah setelah permasalahan dasarnya itu selesai baru kita masuk di dalam tataran produktif. Saya gambarkan contoh logika gini, ketika ada orang yang sudah dua hari dia nggak ketemu nasi, bapak kk tiap hari disini udah dua hari saya lihat ayok dong sholat yaa, kira-kira apa responnya. Pasti ini orang kurang ngajar ya (tertawa) bukannya ngasih saya makan ngajak saya sholat. Tapi ketika andaikata kita tahu kebutuhan utama dasarnya dia itu adalah sesuap nasi tadi, kita berikn sebungkus nasi dengan lauk pauknya, kita tungguin setelah dia kenyang kemudian kita nasehatin bahwasanya ayok pak kita sholat, nah maka kemungkinan besar dia akan berangkat. Sama halnya dengan seperti zakat, ketika kebutuhan dasar dan mendesak itu tadi selesai maka ketika ia berfikir itu realistis untuk meee apa menunjang sisi produtifnya begitu. Jadi analogi…

Peneliti : selesaikan dulu yang konsumtifnya gitu ya baru poduktifnya..

U. Zaenal : heem baru masuk produktif

Peneliti : untuk system pendataan mustahik sendiri di BMH itu seperti apa ustadz, makudnya kriteria yang bisa oo ini nii yang bener-bener patut dibantu karena kalo asnaf kan udah jelas ada dalam al-Qur’an 8 asnaf itu..

U. Zaenal : pak Mahmudin pengalaman selama ini, gimana nanti ssya tambahkan.

U. Mahmudin : kalau untuk pendataan sih memang kita sudah ada standarnya yang utama memang kalau kita lihat dari segiii apaa dari manusia seharusnya betul-betul tidak menampakan bahwa dia membutuhkan. Tapi kita berada dilingkungan suasana masyarakat yang memang tidak mungkin untuk melakukan itu. Yang pertama yang kita lakukan adalah survey sesuai dengan tempat tinggalnya didukung dari segi admistrasi ada surat keterangan tidak mampu itu memang kebutuhan dari segi administrasi kita butuhkkan. Kita tahu tinggalnya dimana rt rw nya tahu, baru disurvey. Jadi data SKTM itu menjadi patokan utama kita euu menjadi pandangan awal kita sebelum melanjutkan ke survei.

Peneliti : jadi harus pake euuu SKTM juga gitu ustadz?

U. Mahmudin : iya, kalau tidak ada SKTM berarti kita tidak bisa memberikan tindak lanjut, terkait dengan rt rw nya itu kan harus dari situ, apakah tinggal disini rt rw nya kita tahu. Kan mungkin saja dia mengaku tinggal disini ternyata rt rw nya tidak tahu.

Peneliti ; tapi SKTM juga bisa dimainin loh ustadz, maksudnya kalau di kampus ni pengalaman banyak beasiswa yang pingin dpet beasiswa tu bikin aja SKTM..

U. Mahmudin : ya kan itu jadi patokan kita kalau kita kalau disurve. Kalau tanpa itu otomatis kita tidak tahu dong. Itu memang bukan menjadi patokan utama untuk di acc tapi menjadi patokan awal bahwa dia itu mustahik. Kitta tetep melakukan pendataan, survey baik secara langsung secara telpon atau secara apa nanti yang lanjutin

Peneliti : emm jadi yang pertama itu harus ada administrasi dulu jelas gitu tempat tinggal, SKTM dan lain sebagainya lalu di survey ke rumah si mustahik tersebut

U. Mahmudin : survey bisa datang langsung bisa va telpon. Survey langsung ketemu langsung sama orangnya seperti apa. Atau via tetangganya juga bisa.

U. Zaenal : jadi yang riil euu megetahui kan tetangga terdekat ya biasanya. Makanya SKTM itu menjadi acuan awal aja sebenarnya acuan dasar karena euu kita berkehidupan bernegara ini kan tentunya ada administrasi adapun penyalahgunaan dan sebagainya yaa bagaimana negaNegara arif dalam mengatur tata kelola itu tadi gitu.

Peneliti : ada administrasi juga….

U. Zaenal : yak karena itu kan standar yang ditetapkan oleh Negara. Negara menstandarkan bahwa orang kalau miskin itu harus punya SKTM, tapi disalah gunakan itu ya eeeuu di luar ini. Tapi itu sebagai acuan aja tidak tidak menentukan bahwasanya punya SKTM pasti di acc oleh BH, tapi BMH mengadakan tindakan assesment lebih jauh melalui survey itu tadi kondisi riilnya.

Peneliti : ada berapa mustahik di BMH yang tercatat kurang lebihnya?

U. Mahmudin : see Jakarta atau secara nasional? Kalau se Jakarta kita tiap bulan saja yang rutin tu diambil sekitar 2000-an .

Peneliti : tiap bulannya 2000-an?

U. Mahmudin : yaa karna kita memang ada santri-santri yang memang kita euu distribusikan secara sabilillah atau ibnu sabil. Jadi itu memang kita ketika ada program khusus tapi ketika ada program apa itu jugga menjadi hak juga dari kesejahteraan kemudiaan incidentil proposal ya itu juga menjadi bagian.

Peeneliti : setelah euuu udah ni ada SKTM oke ni ini menjadi mustahik dari BMH. Nah bagaimana prosedur si mustahik untuk mendapatkan haknya euu dana zakat dari BMH sendiri apakah sudah b etul jadi mmustahik langsung diberikan gitu ustadz , prosedurnnya sepertia apa ustadz?

U. Mahmudin : ada yang memang kita berikan penawaran ketika mustahik misalkan tidak punya ongkos kemudian tidak bisa bayar kontrakan tidak apa euu punya tunggakan anak. Kita ada penekanan paling nggak ada sedikit semacam apa setidaknya mungkin nasihat atau apa khusunya bahwa dia minimal bisa melahirkan atau memberikan generasinya ketika dia sudah

tua sudah tidak mungkin bekerja maksimal maka anakanya yang memang kita support dalam hal minimal yaa kita memberikan motivasi bahwa ya anaknya lah yang akan merubah atau ada juga yang sifatnya mengaku-ngaku sebagai mualaf biasanya kita mengecek dari segi baacaannyaa surat-surat pendek, dan itu menjadi paatokan ketika dikatakan muslim kan tidak mungkin dia tidak bisa baca Qur’an.

Peneliti : masuk ke program pemberdayaan ni ustadz, program apa yang ilakukan LAZNAS BMH, kalau tadi kan pemberdayaannya dari segi pendidikan gitu. Kalau pembedayaan dari segi ekonomi umatnya apa sih ustadz?

U. Zaenal : kalau ekonomi ummat euu baanyak sector ya yang saat ini kita jalankan. Eeuu contoh pemberdayaan euu ibu-ibu ya, jadi ketika suami daalam menafkahi isterinya tidak mencukupi dari sector kebutuhannya maka kita bisa memberdayakan ibu-ibu yang punya keahlian atau keluangan waktu untuk mereka berwirausaha gitu. Jai BMH juga support modal ya ada yang penjual sayur ada yang penjual makanan bikin kue-kue kering dan segala macem, nah itu yang pemberdayaan perempuan ya. Euu titik ya ada di Bekasi, di Soreang ada di beberapa titik itu pemberdayaan ibu-ibu. Kemudian ada juga santri kita bikin lele (bioflog) yang itu dikembangkan dikelola oleh santri dan hasil penjualannya juga untuk pesantren. Ya dibeberapa pesantren. Kemudian ada juga kita euu pemberdayaan euu lahan ya jadi BMH mendapatkan amanah lahan wakaf, bagaimana lahan wakaf itu bisa produktif maka euu kita libatkan masyarakat disekitar itu untuk menggarap lahan itu. BMH modalin bibitnya untuk tanam jagung kemudian hasilnya mereka panen jadi pemberdayaan-pemberdyaan dilakukannya seperti itu.

Peneliti : euu bagaimana proses dan tahapan program itu dilaksanakan?

U. Zaenal : euuu iya tentunya monitoring itu senantiasa kita lakukan seperti kalau pemberdayaan ituu pemberian modal tapi disitu BMH membuat semacam keompok-kelompok yaa, jadi misalkan dalam satu kampung itu ada pemberdayaan tarolah 30 orang maka kita akan bikin kelompok itu per lima orang satu kelompok untuk saling menguatkan mereka untuk sharing usahanya bagaimana dan kita clusterkan biasanya. Pembinannya euu BMH kumpulkan mereka dalam forum majlis taklim itu per dua pekan, jadi disitu mereka diberikan euu nasihat secara spiritual kemudian juga mereka mendapatkan support secara finansial. Di forum itulah mereka biasanya sharing ya dengan pendamping dari BMH ini. Misalkan yang jualan es yang baru buka merints ini apa sih euu kendalanya, pendmping yang BMH lekatkan disitu mereka membeikan advice atau nasihat bahwasanya system penjulannya yang kurang dan segala macem. Nah itulah tahapan yang BMH lakukan. Dilingkup pesantren kita iitu pemberdaayaannya pendampingannya melekat melakukan pemantuan gitu.dan kita juga euuu menghadirkan tim ahli ya untuk melakukan proses itu tadi tahapan-tahapan mulai dari awal sampai panen sampai tahap penjualan seperti apa. Jadi kita harapkan bisa susttainn euu program pemberdayaan kita. Euu dari hulu sampai hilirnya bagaimana. Naah seperti itu.

Peneliti : berapa batas minimal dan maksimal modal yang bisanya diberikan kepada satu mustahik?

U. Zaennal : kalau untuk mustahiik tergantung dari jenis usaha dan kebutuhannya gitu. Jadi aspek itulah yang kita kaji. Kalau usahanya hanya jualann es misalkan berarti kan modalnya tidak terlalu besar. Jadi bukan pada minimal atau maksimalnya tapi sector usahanya. Itu yang menjadi kajian dari BMH untuk menentukan berapa modal yang akan diberikan.

U. Mahmudin : jadi mereka yang kita support itu tidak punya akses untuk melakukan pinjaman ke yang resmi , itu yang lebih kita utamakan.

Peneliti : kalau pinjam kesana kan juga ada bunganya..

U. Zaenal : ooo iya, selain bunga administrasinya. Kadang mau ke Bank sudah liat administrasinya sudah mundur, udah males duluan.

Peneliti : jadi kalau mau dapat modal dari sini tanpa syarat ustadz asalkan terdaftar jadi mustahik aja gitu.

U. Zaenal : iya yang penting mustahik asnafnya jelas, kalau itu memang memerlukan dana zakat ya maka kita euuu beriikan euu modal itu dengan catatan-catatan itu dia ada pendampingan dari BMH bagaimaana pemberdayaan yang digulirkan oleh BMH ni biasa sustain continue.

U. Mahudin : tambahannya memang usahanya harus jelas, kemudian ada rekomendasi dari yang lain.

Peneliti : itu sifatnya pinjaman atau seperti apa ustadz?

U. Zaenal : kalau dana zakat tidak ada pinnjaman ya adi itu dana pemberdayaan. Hanya itu tadi bagaimana BMH mengawal jadi namanya peyaluran dana zakat itu tidak hanya sekedar bagai-bagi. Tapi kan harapan dari muzakki atau orang yang mngeluarkan zakat sendiri bagaimana dana nya iu bermanfaat, manfaat tidak hanya sekilas. Bagaimana itu tadi dana zakat bisa mengangkat harkat dan martabat mustahik. itu kan kalau di kaitkan dengan program kan harus yang continue. Maka itu tadi rekomendasi paling nggak usahanya udah ada wujudnya. Jualan gorengan kok masih kurang, pendapatannya bagaimana ditingkatkan nah BMH masuk disitu.

Peneliti : kalau sifatnya bukan pinjaman jadi feedback untuk BMH sendiri apa ustadz?

U. Zaenal : feedbacknya bagi BMH. Yang pertama dari sisi branding. Jadi mereka yang sector pemberdyaan kita branding biasanya. Kita branding BMH bahwasanya ini progam pemberddayaann ekoomi BMH. Kemudian yang kedua kita harapkan suatu saat nanti mereka bisa menjaadi muzakki. Mereka sudah sejahtera, selangkah lebih maju, mereka diberikan modal oleh BMH dan ketika mereka sejahtera mereka inget zakat inget BMH.

Peneliti : ketika mustahiknya sudah sejahtera berarti sudah tidak dianggap mustahik lagi oleh BMH?

U. Zaenal : ya jadi kategorinya sudah bukan mustahik BMH lagi tapi menjadi muzakki BMH.

Peneliti : euu menurut ustadz sendiri program tersebut sudah memperbaiki perekonomian mustahik, dari tahun berapa si mulai dilakukan pemberdayaan ekonomi?

U. Zaenal : pemberdayan ekonomi mulai dilakukan sejak sekitar tahun 2008 sampai sekarang.

Peneliti : dan itu terbukti sudah membantu memperbaiki ?

U. Zaenal : ya sangat membantu karena kalau program pemberdayaan itu kan alat ukurannya jelas. Jadi ketika dia belm sejahtera keadaan ekonominya bagaimana ketika dia sudah muli berdaya ya dengann progam pemberdayaan, indikatornya jelas pemberdayaan ekonomi itu, gampang secra kasat mata pun bisa kita lihat. Mulai darii euu pola hidupnya, pendiikan anakya yang tadinya anaknya nggak sekolah kemudian indicator lainnya itu ya paling nggak sarana prasarana yang dia miliki dalam rumah tangga itu sudah lebih meningkat, yang tadinya nggak punya sepeda ia bisa punya sepeda gitu yang nggak unya motor biasa punya motor.

Peneliti : ada hambatan kah ustadz dalam menjalankan program pemberdayaan ini ?

U. Zaenal : program pemberdayaa setiap program tentunya banyak hambatan terutama program pmberdayaan. Naah pak Mahmudin silahkan di inikan..

U. Mahmudin : nah kalau untuk pemberdayaa yang menjadi hambatan untuk merubah maindset dulu ya. Karna kita kadang-kadang saingan tu bukan hanya masalah modal. Kenyataan dilapangan memang kebutuhan itu menjadi antara kebutuhan dan pikiran mereka itu berbeda. Mereka mengajukan butuhnya ini ternyata dilapangankan yang mereka butuhkan lain lagi. Itu menjadi indicator yang sangat mempengaruhi terealisasinya program itu. Karena itu yang menjadi awal keberhasilan, misalkan mereka mengajukan untuk modal tapi sampai di rumah anaknya sakit atau apa. Nah yang membuat hambatan tu factor dari segi kebutuhan dasar yang harus terpenuhi. Kemudian yang selanjutnya dari segi keahlian juga mereka sifatnya otodidak. Jadi kita mau merubah jualan-julan yang sifatnya euuu gorengan ya memang fikiran mereka itu yangpenting gorengan dia banyak bikinnya banyak yang penting dapat untung banyak, jadi kita untuk meminimalisir resiko ketika euuu penghasilan nanti dia mau mengajukan modal misalkan nanti saya mau buka cabang disini mau buka cabang disini resikonya menjadi tidak dihitungkan. Itu yang membuat kita ketika pemikiran mereka dengan kita tu berbeda. Yaa kita

hrus menyatukan salah satu pandangan itu. Kemudian juga dari sisi euuu mereka ini kan rata-rata orang yang punya usaha kemudian berjualan sudah ada ikatan degan yaa Bank Keliling lah atau apa namanya nah itu menjadi rantai yang sudah sangat sulit kita putuskan karena tadi kebutuhan dasar mereka yang memang cukup tinggi, walaupun kita tau mereka itu bukan berniat untuk konsumtif atau apa untuk foya-foya, namun kebutuhan mereka yang memang seperti itu. Nah kemudian dari sisi keterbatasan kita untuk melakukan pendamingan itu tidak mampu bertahan dengan kondisi dilapangan. Apa kadang-kadang ketika kita mendampingi mereka yang sok apa sok sibuk istilahnya apa ya mereka yang lebih sibuk gitu. Dan memang ketika sudah ada program berjalan sudah adaa yang curhat seperti itu. Kemudian dari sisi euu keterbatasan karen BMH kan fokusnya memang lebih ke program itu apa mengelola pendamping, dan pendamping ini kadang-kadang kita karena keterbatasan dari sisi apa istilahnya anggaran untuk pendamping jug kadang kita memberikan pendamping yang memang ditua kan disitu. Kadang juga dengan mahasiswa yang KKN atau apa, nah sehingga dari sisi euu apa keahliannya atau dari sisi keilmuannya mereka belum yang ahlinya seperti itu. Hanya kita pandang mereka punya keinginan mereka punya dan juga istilahnya mereka mau belajar. Mungkin itu kendala-kendalanya.

U. Zaenal : kendala yang pertama itu maindset. Maindset orang yang euu bermental mengharap meminta terus karena factor kebutuhan dasar yang belum terpenuhi tadi. Makanya assessment survey itu kita yang harus kuat. Terkadang memang bener-bener dia butuh tapi terkadang kebutuhannya bkan untuk modal usaha yang sesuai dengan yang diajukan gitu. Maka itu juga yang menjadi problem selama ini. Jadi fenomena gali lobang tutup lobang menjadi fenomen yang utama yaa dalam program pemberdayaan.

Peneliti : tapii euu sejauh ini BMH memang sudah sangat serius dalam membantu perekonomian masyarakat ya ustadz ya dalam membantu mengentaskan kemiskinan. Tapi yang saya liat tu angka kemisikinan di Jakarta khusunya kemaren juga di katakana ketua BAZNAS pak Bambang Sudibyo poteni zakat tu besar sekai itu sekitar 278 trilun kalau nggak salah dan yang terkumpul tu baru sekitar 1,3%. Itu sebetulnya kenapa sih bisa seperti itu ustadz, jauh sekali potensi dan yang terkumpulkan?

U. Zaenal : iya jawaban yang pertama adalah pada sisi regulasi. Lembaga zakat atau pemerintah mengeluarknn sebuah UU atau aturan itu pada kerangkanya itu adalah mengatur pada sisi lembaganya gitu. Tapi belum bagaimana pada sisi muzakkinya atau calon orang yang mengeluarkan zakat itu. Misalkan gini kenapa kok terjadi ketimpangan yang cukup tinggi, potensinya 278 triliun kemudian realisasi yang terkumpul hanya 5 t. nah selama ini UU no 23 tahun 2011 itu mngatur ada pasal-pasal, yang salah satunya bagi lembaga zakat ya yang tidak memenuhi pesyaratan sesuai dengan administrasi Negara ya itu dikenakan pidana. Contoh misalksn amil yang tidak resmi kemudian dia mengelola zakat maka kena pidana euu 500 juta kalau nggak salah atau denda 5 tahun penjara. Nah ketika aturan ini kemudian diikuti dengan aturan yang lin misalkan, ketika umat Islam di Indonesia tidak membayar zakat maka dia akan kena denda 5 kali darii euu 5 kali infak dari nominal yang harus dia bayarkan zakat misalkan seperti itu, maka orang akan berbondong-bondong untuk membayar zakat kenpa, karena ada punishment yang ditetapkan oleh ulil amri atau pemerintah itu sendiri. Maka gayung bersambutlah disitu. Maka potensi yang besar itu akan diimbangi oeh effort euu yang besar pula dari masyarakat. Itu yang pertama regulasi. Kemudian yang kedua sosialisasi. Nah saat ini lembaga-lembaga zakat terutama lembaga zakat non pemerintah itu tidak mendaptkan alokasi dana publikasi yang besar. Kalau BAZNAS itu ada alokasi dari APBN, untuk operasaionalnya. Baik operasional gajinya, operasionalpublikainya dan lain-lain itu ada dari APBN. Kemudian kalau BAZNAS provinsi ada di APBD. Nah sedangkan LAZ ini hanya mengandalkan dari pada sisi euu hak amilnya, 12,5% itu yang dipake untuuk sosialisasi untuk operasional lain-lain naah maka harus pinter-pinte memegang. Dan 12,5% itu bukan angka yang besar gitu nah sedangkan sosialisasi itu kan membutuhkan pendanaan yang cukup. Apalagi kalau kita sosialisasinya yang saat ini yang sedang tren kan euu tetep yang pertam kan tv ya, ketik kita mau sosialisasi di tv lembaga zakat A misalkan BMH mau sosialisasi di tv ini berapa ratus juta dala sekian menit ya kaan. Itu apakah relevan gitu. Naah disitulah peran sosialisasi ya. Kemudian euu yang ketiga lagi-lagi masih euu pada kesadaran muzakki. Ketika dia merasa hartanya sudah mencapai nishab 85 gr emas, maka euu sudah tidak harus diminta dia harus mengeluarkan zakat itu. Karena zakat itu adalah kewajiban sebagaimana ketika orang meninggalkan sholat maka dia akan merasa berdosa karena dia tidak melakukan ssholat dzuhur misalkan, wah saya berdosa ni krena meninggalkan sholat dzuhur. Apakah sudah

seperti itu memposisikan ibadah zakat ini sebagaimana ibadah sholat. Padahal zakat erat kaitannya dengan sholat. Apalagi dam euu ayat al-Qur’an perintahnya udah jelas “khuz min amwaalihim”. Ambillah dari sebagian harta mereka. Maka ketika disuruh mengambil naah disini pemerintah membentuk ada BAZ ada LAZ. Nah disuruh mengambil kita mengambil, mengambil dengan cara apa, mengedukasi tadi. Nah maka peran lembaga zakat baik LAZ maupun BAZNAS Bagaimana kita bersama-sama mengedukasi masyarakat sadar akan pentingnya zakat gitu. Zakat memberdayakan, zakat mencerdaskan nah itu harus sama-sama kita gaungkan itu PR kita bersama saat ini kenapa kok potensi dengan realisasi jauh.

Peneliti : eksistensi BMH sendiri masyarakt seperti apa ustadz? Nah banyak pula masyarakat yang tidak tau BAZNAS gitu taunya mereka maalah BASARNAS. Nah sekarang bagaimana tempat BMH dimasyarakat ini?

U . Zaenal : ya secara umum masyarakat belum terlalu tau apa itu BMH. Mungkin ini juga yang dialami teman-teman dilembaga lain. Tadi statement orang belum tau BAZNAS taunya BASARNAS yak an berarti aksi nyata yang dilakukan atau kiprah dari pada lembaga zakat khusunya BMH itu belum banyak terpublikasikan dimasyarakat. Andai kata BMH mempunyai ruang yang cukup mempunyai dukungan finansial yang cukup maka publikasi dari pada apa yang dilakukan BMH eksistensi BMH dari 2001 sampe sekarang ini ketika itu masih dipublikasi oleh masyarakat saya yakin ketika disebut BMH maka orang aakan tau o itu lembaga zakat. Maka euu itulah euu menjadi PR bagi BMH. Ketika mungkin di Jakarta di Tanya BMH tau nggak ya tidak sayaa masih meragukan ketika semua orang yang dipinggir jalan kita tanya tau nggak BMH, seperti halnya itu tadi BAZNA dengaN BASARNAS. Atau jangan-jangan BMH itu tetangganya BNI yak arena kan logonya hampir-hampir mirip gitu kan.

Peneliti : tapi sejauh ini bagaimana sih respon masyarakat terhadap program-program yang dilakukan BMH:

U. Zaenal : ya selama ini masyarakat yang berinteraksi dengan kita baik mustahik maupun muzakki sangat apresiasi ya dengan kiprah yang dilakukan BMH selama ini. Terbukti mulai dari Aceh sampai dengan Papua ya itu kiprah BMH hadir di sana. Jadi bahkan di daerah-daerah pedalaman ya. Orang yang tidak memikirkan bagaimana orang bisa hidup disitu terkadang kiprah BMH melalui da’i-da’inya juga hadir disitu. Jadii sangat dirasakan manfaatnya tentunya. Ya mulai dari pendidikan, dakwah kemudian program ekonominya.

Peneliti : satu lagi ni ustadz, untuk kedepannya apakah program pemberdayaan ini akan terus dikembangkan atau tetap seperti ini saja? Ada program baru ungkin ustadz dari tahun ke tahun?

U. Zaenal : Silahkan pak Mahmudin

U. Mahmudin : kalau dikembangkan sudah pasti mbak ya. Tapi kan support itu juga menjadi hal yang euu perlu kita pikirkn sama-sama ya. Karena memang sejauh ini programprogram itu sebagaimana tadi disampaikan euu program pemderayaan ini dilakukn setelah kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Antusiasme masyarakat terhadap program ini sangat besar. Rata-rata orang ingin berubah dari mustahik ke muzakki. Hanya masalah kendala kemudian dari segi finansialnya memang harus sama-sama mendukung, dan Inshaa Allah akan kita kembangkan.

TRANSKIP WAWANCARA

Narasumber : Tri Winarno, SE.

Jabatan : Manajer Fundraising

Waktu : Rabu, 25 April 2018 pukul 16.20 WIB

Tempat : Kantor Baitul Maal Hidayatullah Kalibata

Peneliti : Sebelumnya dengan bapak siapa?

Pak Tri : Tri, Tri Wiinarno (sambil menyerahkan kartu nama)

Peneliti : emm bapak di fundraisingnya?

Pak Tri : ya manajer fundraising, saya juga baru satu tahun di sini sebelumnya saya di pusat. Jadikan beda tu sama yang di pusat, kalau di sini kita membawahi operasional megapolitan. Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi (JABODEBEK).

Peneliti : dimulai dari struktur ya pak, struktur dari BMH ini seperti apa?

Pak Tri : sudah dapat profile belum ?

Peneliti : belum

Pak Tri : sebentar,, saya cek di sini (sambil buka tas mencari dokumen kepengurusan), euu di BMH atau di marketing?

Peneliti r : di BMH nya

Pak Tri : jadi kalau kita itu di bawahi ehemmm oleh direktur operasional. Kalau secara nasional kana ada yang namanya ketum ya, ketum itu diirektur utama. Jadi membawahi beberapa direksi, nah di bawah kepala direktur itu nanti namanya kepala divisi. Ada divisi marketing itu saya, divisi pendayagunaan itu pak Zaaenal, ada kepala divisi. Kemudian di bawah kepala divisi itu masing-masing kita memiliki coordinator jadi kalau saya itu ada namanya coordinator kemitraan dan perusahaan ada coordinator untuk retail ada coordinator untuk layanan. Ddi keuangan juga sama, di keuangan itu ada kasir, ada apa yaa. Ada komte kemudian yang lain itu sudah masuk ditingkat staff semua. Cuma nanti sebutan kita coordinator membawahi beberapa tim

Peneliti : dan itu semuanya ikhwan (laki-laki)?

Pak Tri : eeuu ya semuanya ikhwan. Kalau kita ada event-event tertentu seperti Romadhon. Roadhon itu kan kita event yang sifatnya adalah fundraising. Event fundraising tu kalau kaya-kaya di mall ini barter dengan Pejaten Village, kita mendatangkan artis dan lain sebagainya. Biasanya kita juga perlu temen-temen euu apa namanya euu yang akhwat paling enggak itu memang hanya event-evvent saja incidental. Atau seandainya kita ketika romadhon ada kegiatan pendayagunaan di mana gitu yaa. Kita butuh juga sebagai salah satu pendamping itu adalah akhwat. Nah paling kita butuh ketika itu saja.tapi kalau untuk fundraising regular seperti sekarang kita di konter kemudian di beberapa perkantoraan yang untuk jaga konter atau zis konsultan semuanya laki-laki.

Peneliti : untuk gerai regular sendiri sekarang ada berapa ?

Pak Tri : jadi kalau sebelumnya itu sebulannya hampir 15 konter. Naah untuk mulai tahun ini berjalan 3 bulan ini saya milih mana yang paling efektif mana yang tidak ya. Jadi kalau dulu itu kan namanya kaya Depo namanya kantor kas. Sekarang itu jatohnya adalah gerai. Jadi gerai itu hanya melakukan pengumpulan, tapi masalah distribusi dananya dari sini. Jadi dari dana yang mereka himpun itu masuk sini.

Peneliti : ke BMH yang ada di sini?

Pak Tri : ke BMH Jakarta. Nah dari masing-masing gerai saja yang aktif di Jakarta ini sekiar 5 itu yang besar-besar, kemudian di Depok sekitar 3 Bekasi 2 Bogor 1. Nah saya memang untuk tahun ini mencoba melihat dari sisi efektivitas dan juga efisiensi biaya ya karena memang ada yang, kalau saya yang ngitung berapa sih idealnya penerimaan dana konter gitu ya atau pun dari dana boot gitu ketika terhimpun. Contoh lah IBF gitu jadi kita harus menggunakan asumsi palingtidak dari sisi persentase walaupun itu sebenarnya kalau di keuangan kita satu tahun baru di rekap gitu ya. Tapi paling tidak kita punya asumsi dasarnya kalau seandainya dari zakat itu 12,5%,, kemudian dari infak itu maksimaaal kita bisa ambil 20%. Maksimal saya 10% itu operasional, nah ini saya berarti harus menghasilkan berapa kali lipat emm 10 kali lipat. Nah seandainya saya mengeluarkan biaya 10 juta berarti saya harus menghasilkan 100. Itu kalau asumsinya 10% semua. Atau asumsi kita dana itu adalah dana program terikat. Tapi kan dipenerimaan itu kita ada namanya infak umum itu yang kalau hak amilnya itu bisa sampai 20%.

Peneliti : hak dari infak?

Pak Tri : dari infak, infak umum ya. Jadi kan kita itu ada yang namanya wakaf. Wakaf itu kita nggkk boleh ngambil apapun. Kita nggak ngambil, jadi semuanya disalurkan. Kemudian dari zakat, tadi 12,5% kalau untuk yang infak program kaya contohnya infak untuk pendidikan. Kita itu ngambil maksimal 10%.

Peneliti : untuk amil?

Pak Tri : untuk hak amil. Ini infak umum ya. Kaya penggalangan umum lah ya penggalanagan umum itu kita bisa sebenarnya dikasih operasionalnya itu bisa sampai 25% sesuai dengan dewan syari’ah masing-masing. Kalau dewann syari’ah kan sebenarnya tidak ada yang membatasi terkait dengan berapa-berapanya. Tapi kalau di BMH dibatasi maksimal memang 25%. Nah jadi kalau ini dibuatkan rata-rata saya itu minimal itu 15-20% operasional itu harus menghasilkan sekian kali lipat lah kalu 5% saya harus menghasilkan 5 kali lipat kan. Nah makanya kalau hitung-hitungan saya seandainya saya mengeluarkan biaya 10 juta saya minimal harus menghasilkan 50 juta. Itu hitung-hitungan saya.

Peneliti : 50 juta itu untuk satuuu..?

Pak Tri : satu bulan

Peneliti : untuk semua gerai?

Pak Tri : satu bulan atau satu periode berjalan. Contoh kaya IBF. IBF itu seandainya saya biaya habis 20-an juta gitu ya. Maka saya harus menghasilkan minimal 100 juta.

Peneliti : yang dihimpun itu 100 juta?

Pak Tri : 100 juta selama 5 hari kan kamaren?

Peneliti : heem

Pak Tri : Itu baru impact dalam arti saya tidak mengambil hak-hak amil yang lain yang dibulanan ini untuk membiayai biaya itu. Makanya di kita penerimaan namanya dengan donatur rutin ataupun donatur yang tiba-tiba transfer tanpa kita harus keluar biaya kan ada juga tu. Orang yang cuma tau informasi dari mana dari mana rekomendasi, dan nanti saling subsidi lah sebenernya disitu. Jadi yang kita buat biaya berapa yang orang tiba-tiba tanpa biaya berapa. Nah dalam satu tahun di marketing itu berapa persen ya saya lupa ya cuma kita ngambil proporsi yang dari 12,5% sama 20%. Ini untuk marketing itu 1/3 nya kalau nggak salah.1/3 SDM dan kantor 1/3 nya untuk dana amil. jadi kalau di BMH pun biayanya tidak terlalu besar untuk operasional.

Peneliti : emm tadi itu yang 12,5% itu yang harus di himpunnya ustadz? Misalkan 12,5% dari zakat?

Pak Tri : maksudnya gimana?

Peneliti : sumber dana zis itu kan dukumpulkan dari muzakki ya ustadz

Pak tri : heeh

Peneliti : nah dari situ harus terkumpul berapa persen gitu dari infaknya berapa persen terhimpunnya?/

Pak Tri : ooo ya. Kalau di kita jadi saya dalam satu tahun itu membuat RAT ya Rencana Anggaran Tahunan yang disitu meliputi rencana penerimaan. Rencana penerimaan itu dilihat dari mana, saya melihat dari riwayat tahun-tahun sebelumnya. Proporsinya biasanya itu zakat itu bisa sampai 50-an persen, 50-an persen ya kadang 40 kadang 50 persen ya, tapi paling 40-an persen. Nah kemudian infak sebentar saya cari dulu datanya (sambil mencari-cari dokumen di dalam tas) walaupun kemaren sempet di suruh di rubah kalau bisa jangan zakatnya yang besar tapi infaknya yang besar karena hak amilnnya kan besar.

Peneliti : tapi padahal kan potensi zakatnya justru yang lebih besar ustadz

Pak Tri : yaa cuman kan gini, euu inilah sebenarnya persoalan-persoalan lembaga zakat itu simultan ya. Harusnyaa kalau kita menggunkan dalil “khudz min amwaalikum” itu tidak usah pakai sosialisasi ya kan. Ya harus dipaksa saja, undang-undang berjalaan . tadi saya baru ketemu dengan pak Fuad, pak Amin Tsuma juga. Euu masalah itu. Jadi kalau lembaga zakat itu harusnya nggak usah memikirkan yang 40% berapa persen-berapa persen kemudian operasional harus sekian, nggak usah, karena itu fungsi Negara gitu. Jadi kalau kita nyetak spanduk itu bukan lagi euu “Tunaikan Zakat Anda di sini” “Tunaikan Zakat Anda untuk Program Pendidikan” nggak usah begitu. Karena memang zakat ini adalah kewajiban gitu kan. Nah sementara sekarang ini nah ini mungkin bisa jadi salah satu kajian menarik sosialisasi zakat sosialisasi lembaga zakat yang ada ini lebih kepada pendekatan program, yaa kan. Hampir semua lembaga zakat begitulah, yang ditampilkan hasil program-programnya. Padahal kalau menurut saya zakat ini sesuatu yang harus dipaksakan dan yang punya fungsinya adalah pemerintah. Kalau misalkan lembaga zakat, oh biaya operasional untuk marketingnya besar ya sampai iklan di tv sampai iklan di mana-mana, karena memang fungsi pemerintah belum sampai kesitu. Contoh di Undang-Undang zakat saja belum sampai zakat itu sebagai pengurang pajak, zakat cuma sebagai PKP kan pengurang Penghasilan Kena Pajak.ya makanya di kita pun kemaren ada ini kebijakan di tim, ini harus di rubah ini kalau ini jangan 40 ini dibuat aja 35. Ini (zakat) 35 kemudian infak jadi 40 kemudian berapa ini…

Peneliti : shoodaqoh

Pak Tri : ya bukan, ituu kan, infak dan shodaqoh sama. Kemudian wakaf atau program yang terikat itu sisanya. Untuk apa sebenarnya, ini untuk mengantisipasi . nah itu memang anu nya eu apa tujuan kita buat proporsinya. Yang selama ini berjalan memang itu paling di kita yaa 40-50% setahun

Peneliti : amil ituu, euu salah satu asnaf kan ya ustadz jadi dia dapet haknya itu dari zakat iya dari infak juga iya?

Pak Tri : iya, jadi kan memang kata-kata yang spesifik sebenernya lembaga zakat itu kan ngelola zakatnya ya. Ini 12,5% ya kan. Nah 12,5% ini untuk banyak ya. Pertama kita untuk sosialsisasi bahasanya adalah marketing ya kan, kemudian untuk SDM, SDM itu untuk salary gaji kemudian untuk kantor ya kan ini sudah masuk di sini semua. Nah zakat. Kemudian infak sama, infak di luar infak yang terikat. Kalau di akuntansi kan ada tu infak terikat adalah infak yang euu ketika contohnya orang saya mau berinfak untuk anak ini, saya mau berinfak untuk.. ini cuma 10%. Untuk operasionalnya cuma 10%. Ini nanti dimasukkan untuk ini juga. Kalau infak umum itu bisa sampai saya lupa ini mungkin bisa ditanyakan nanti atau mungkin kemaren sudah ditanyakan. Itu kalau nggak salah 25% lah maksimal 25%. Ah ini untuk operasional amil semua, jadi BMH itu di topang dari mana operasional, ya dari infak ini. Infak yang terikat 10% kemudian yang ini (infak dan shodaqoh umum) sampai 25% kemudian yang zakat 12,5%. Jadi ini kalkulasi semua lah kalkulasi apa namanya penerimaan dalam setahun. (masih mencari-cari data di laptop)

Peneliti : emm boleh saya minta data soft file nya ustadz, untuk nanti lampiran.

Pak Tri : emm ya nanti saya carikan (masih mencari-cari data di laptop)

Peneliti : emm sambil lanjut ya ustadz

Pak Tri : silahkan

Peneliti : nah setelah dana itu terhimpun dari masing-masing gerai, kan kalau di lembaga lain itu ada yang namanya kolektor, atau jemput zakat. Nah di ambil dh tu ke masing-masing gerai. Nah setelah dana itu terkumpul, bagaimana strategi pengelolaaan dari laznas BMH sendiri?

Pak Tri : jadi kalau dii kita euu terkait dengan alur proses penerimaan zakat kalau sekarang ini kan prosesnya banyak ya, ada yang melalui jemput. Kalau yang jemput itu kan dia jatohnya sudah donatur yang regular. Ya kan atau donatur yang memang biasa minta dijemput. Nah kemudian yang ke dua ada yang namanya lewat konter. Nah konter ini yang tadi saya bilang yang di mall di perkantoran, kemudian ada juga lewat euu media digital. Itu yang dari kita mulai di crod funding elevenia ada juga yang di bli-bli, nah ini pengelolaannya beda-beda semua. Kalau yang dijemput itu mulai dari mereka konfirmasi, kemudian kita dateng, dana dijemput hari itu kemudian langsung dilaporkan di system kita. Kita kana ada system namanya system BIMA. Itu langsung di input dan hari itu donatur langsung mendaapatkan konfirmasi terkait dengan penerimaan dananya, “euu terima kasih bapak ibu sudah berdonasi ke BMH”. Nah setelah kalau pas dijemput kan mereka tentu mendapatkan kwitansi manual itu yang biasa kita bawa itu. Langsung manual langsung kita sampaikan pada saat itu pelayanan kita termasuk di do’akan kemudian kita berikan majalah juga kemudian kalau mereka setuju setiap bulan dikrim majalah mulia ya kita kirimkan, juga untuk membangun transparansi setiap bulan, euuu setiap seminggu dua kali kita kirimkan update program. Tentunya kita terakhir itu bangun Rumahh Tahhfidz itu yang di Muara Kama, itu setiap bulan eh setiap minggu itu kita update terkait dengan progresnya sudah seperti apa.

Peneliti : via apa tu ustadz?

Pak Tri : Whatsapp. Jadi sekarang hampir sms center kita juga sudah dirubah ke whatsapp semua. Karena hampir semua donatur sih rata-rata pakai whatsapp ya. Dan disitu lebih efektif karena kita bisa kirim gambar. Dan mungkin yang kedua contonya ini yang cukup bagus, kebetulan ramadhan kemarin saya belum di DKI. Tapi saya dipilih sebagai ketua qurban nasional membuat laporan ”same the report”. Jadi ketika pemotongan saya minta dalam bentuk video dan foto. Jadi begitu di potong dan hari itu bisa di kirim. Karena bahkan kemaren kan kita menjangkau hampir di semua provinsi lah. Karena yang namanya whatsapp mereka dapat sinyal mereka bisa ngirim, tapi kalau email biasanya agak lama. Soalnya Alhamdulillah tahun kemaren itu kita sampai 7 hari nyetak sertifikat. Kalau ini begitu hari itu dipotong atau maksimmal sampai hari tasyrik ke tiga itu udah selesai semua. Itu salah satunya. Nah kalau tadi yang dari konter kemudian ada tim penjemputan biasanya 3 hari sekali dia ke konter ngambil hari itu kemudian langsung di eeu input di kita nah nanti yang satu ke keuangan yang satu di system layanan. Nah system layanan ini kemudian yang nanti memfollow up. Kaya di kita kan ada yang namanya tim telling service, itu yang secara berkala nelpon ada juga tim yang setiap ini meng update program. Nah nanti beda palayanannya. Kalau seandainya dia euu kalau di ketika donatur itu kita kasih mana donatur yang prioritas atau yang regular. Prioritas itu jatohnya VIP.

Peneliti : kenapa tu bisa dbedain seperti itu ustadz?

Pak Tri : nah jadi biasanya kita melihat dari potensi zakatnya, potensi euu zakat dari masing-masing muzakki. Contoh seandainya ya kita melihat orang ini mampu. Kita kan memiliki beberapa kategori. Pertama ketika pertama kali mereka berdonasi biasanya kan kita mengeksplore ya terkait dengan kemampuan itu. Terkadang ada juga donatur itu yang berdonasi atau berzakat itu bukan hanya kepada satu lembaga. Nah ada juga yang mungkin ke beberapa lembaga. Ada juga yang full ke BMH. Nah kita kadang-kadang memprioritaskan beberapa donatur VIP. Itu dengan layanan khusus. Layanan khusus itu biasanya ditangani oleh temen-temen di manajemen. Seperti saya dan lainnya. Nah fungsinya untuk apa. Fungsinya adalah untuk memberikan pendekatan yang euu lebih euu intensif lah. Bahkan kalau komunikasi dan broadcast pun kita beda dengan yang umum. Kalau yang umum kan broadcastnya umum bahasa-bahasanya umum seperti bapak ibu.. tapi kalau oraang-orang khusus yang kita

pandang dia ada potensi tentunya euu dalam arti dia mampu ya atau kita bisa melihat beberapa kategori atau dia memiliki jabatan. Karena salah satu strategi kita untuk mengembangkan donatur adalah bagaimana kita menggunakan basis donatur lama euu atau bahasanya itu muzakki get muzakki. Nah jadi satu donatur di satu perkantoran gitu ya diharapakan sering silaturahim dengan personal dia juga ngajak temennya, ya harapan kita itu begitu. Jadi kenapa kita donatur-donatur yang memiliki potensi memiliki jabatan kemudian kita maintance secara personal orang khusus, harapan kita dia bisa memberikan impact kepada yang lain. Tapi yang regular juga layanannya ada juga tapi yang sifatnya umum.

Peneliti : nah setelah dana itu terhimpun terus masuk ke kantor BMH ini (system B-Maal) bagaimana untuk system pendistribusiannya ustadz ?

Pak Tri : yah pertama, paling nggak melihat jenis dana mungkin ya. Euu ini infak harus sesuai dengan ini, ini wakaf. Seperti saya bilang ketika dana itu masuk kan di form bukti tanda terima kan di tulis ini, ini dana zakat, ini dana program atau ini dana kurban gitu ya. Nanti diii euu diii system kita itu sudah euu terdeteksi sesuai dengan account nya masing-masing. Kalau dia dana zakat infak sedekah sudah dalam kategori itu. Nah kalau misalnya disitu adalah infak terikat euu apa namanya seandainya contoh khusus eu ke Palestina gitu ya, ada dana untuk ke Palestina. Maka dana yan kemudian masuk nanti ketika di keuangan. Kemudian keuangan melaporkan harus sinkron dengan dana data di marketing. Jadi memang kan kita 3 rekap kwitansi ya, yang pertama itu untuk donatur, yang kedua itu untuk back up layanan, yang ketiga adalah untuk backup keungan. Jadi nanti kita di layanan ini euu membackup dan memastikann bahwa dana yang masuk ini kemudian tersalurkan sesuai dengan keinginan donatur. Itu kita mellihatnyya dari situ rekapan setiap bulan. Nah kalau kemudian nanti dari keungan setiap bulan kan dia buat rekapan zakat berapa infak berapa kan, nah kemudian dari situlah nanti pendayagunaan bisa mengakses dana. Jadi nanti euuu apa namanya pendayagunaan melihat zakat itu berapa mau dipake untuk program apa dalam setiap bulan kan punya rencana anggaran tu. Ah nanti dia litany dari situ dari porsi itu. Itu memastikan program ini sudah dialurkan belum. Contohnya RTA ini Rumah Tahfidz terkumpul dana sampai 150 juta gitu ya, pada bulan ini sudah closed sudah tutup. Maka saya meminta kepada tim keuangan atau tim pendayagunaan ketika nanti di rapat manajemen dana ini sudah tersalurkan apa belum. Kalau belum maka dana ini harus disalurkan kapan. Itu kan harus ada updatenya. Jadi fungsi saya adalah memastikan bahwa dana-dana yang terhimpun sudah terdistribusi sesuai dengan tujuan-tujuan donatur. Atau minimal kalau itu sifatnya umum zakat umum harus sesuai dengan asnaf itu. Seperti itu. Sudah ada klasifikasinya.

Peneliti : kalau di persen kan ustadz pendistribusian untuk yang sifatnya konsumtif itu berapa dan produktif itu berapa?

Pak Tri : euu sebenernya yang tau persis itu pendayagunaan ya, tetapi kalau di layanan yang biasanya adalah memastikan broadcast ataupun informasi yang kita dapat juga dari pendayagunaan itu sesuai dengan apa namanya, euu maksudnya gini apa yang kita informasikan kepada donatur kemudian donatur menunaikan dananya kepada kita baik itu zakat, infak maupun shodaqoh. Misalkan mau broadcast pemberdayaan berbasis dakwah. Kita membuat program suku anak dalam ya pembinaan bagaimana kemudian saya memastikan donatur-donatur itu ketika transfer itu mengarah ke program itu. Walaupun ada juga donatur yang sudah biasa dia mau liat program atau tidak tetap aja transfer ada juga. Nah tapi kalau kemudian rekapan saya setiap bulan, mana dana yang paling besar masuk sebenarnya zakat yang sifatnya umum. Zakat yang sifatnya orang yang ah yang penting bayar zakat. Nah kalau kemudian dari zakat yang sifatnya umum kemudian mana yang sector produktif mana yang konsumtif kalau di BMH ini sebenarnya kalau saya melihat sekarang ini masih yang proporsinya masih yang habis pake. Contohnya untuk proram dakwah itu masih sifatnya yang konsumtif. Walaupun untuk yang produktif ya juga sudah kita rintis ya. Ada namanya BMT ada namanya pertanian agroponik, itu juga sudah kita rintis tapi memang porsi besarnya untuk saat ini euu lebih banyak ke yang konsumtif atau ke proyek-proyek habis pakai lah. Seperti terakhir ni rumah tahfidz kan masih masih yaa sebenernya produktif juga sih tapi nilainya yang saya lihat masih konsumtif. Kalau produktif itu kan lebih di lihat dari berapa kemudian impact dari pada progam itu dalam arti nominalkan ekonomi dan lain sebagainya. Tapi kalau di BMH lebih cenderung konsumtif.

Peneliti : itu yang suku anak dalam dari sini juga ustadz, BMH sini juga yang mendanai?

Pak Tri : euu iya, jadi kalaau program-program nasional, program nasional itu adalah program yang diusulkan oleh daerah, daerahh itu dalam arti BMH daerah ya perwakilan. Kemudian ini masuk ke pusat dan ini dijual bahasanya bukan dijual ya euu di sosialisasikan oleh semua BMH cabang. Contohnya DKI juga boleh jual kemudian Surabaya juga boleh jual. Nah dari hasil penggalangan-penggalangan ini kemudian nanti masuklah kita ke pusat, kemudian nanti masuk lagi ke program tersebut. Jadi prosesnya memang nggak bisa dari DKI itu langsungg menyalurkan ke daerah itu nggak bisa. Jadi kita ke pusat dari pusat baru ke daerah. Termasuk program-program yang luar negeri. Jadi ketika Palestina gitu ya ini nanti menjadi kebijakan yang namanya program nasional, maka ini boleh di di sosialisasikan oleh siapapun. Semua BMH cabang, seratus cabang itu kan. Dia boleh sosialissikan. Dari dana yang ada ini kita setorkan ke pusat. Nah dari pusat ini kemudian nanti di distribusi ke Palestina Rohingya juga begitu. Termasuk suku anak dalam yang ada di Jambi, program ini dari Jambi sebetulnya. Cuma kan kita tahu kemampuan BMH Jambi yang masih kecil gitu ya, masih belum mampu membiayai mendirikan pesantren atau pusat pembinaan. Akhirnya diangkatlah ke program nasional nah itu di BMH pusat, BMH pusat merekomendasikan ke BMH-BMH yang besar termasuk BMH Jakarta untuk mengumpukan dana program ini, kalau nanti dana itu sudah terkumpul baru didistribusikan ke program ini. Dari BMH pusat untuk BMH yang di Jambi. Berarti nanti pelaporannya juga dari sana.

Peneliti : euu berarti nanti kalau romadhon gerainya di tambah?

Pak Tri : yaa euuuh, memang gini kalau terkait dengan konter, konter ya namanya. Bukan gerai.Kalau gerai itu kaya kantor cabang kalau sekarang. Kalau konter seperti tadi saya bilang ya sebenernya event strategi sudah cukup lama dan sekarang kan ada media yang lebih efektif sebenarnya seperti media social, digital marketing atau platform “kita bisa” atau pun yang lain. Euu bahkan sekarang saya berani ganti dari yang biasa konter itu dengan event Ipo. Kemaren saya sudah 3 kali mengadakan event fundraising bersama Ipo Santosa. Nah kalau yang konter untuk romadhon ini kan saya target 25 konter. Itu di mall dan diperkantoran, untuk Jakarta. Untuk Depok itu sampe kemaren dia minta euu 12 konter, kemudian Bogor itu minta 5 konter, Bekasi itu adaa minta 3 konter. Ini untuk romadhon saja. Memang range waktunya yang sebulan full ada yang 20 hari ada yang 20 hari. Dan juga ini nggak mesti bayar. Ada yang barter ada yang memang dia minta artis. Artis kan kalau kita kenal bayarnya juga nggak mahal atau pun bahkan free. Jadi kalau di mall ini kan yang 25 ini hampir yang 12 itu mall, 12 mall ini ada yang sewa ada yang nggk.

Peneliti : emm masa sh ustadz?

Pak Tri : iya, yang sewa kan kita bayar yaa, beda-beda lah ada yang mulai 5 juta dan lain sebagainya sebulan. Lalu ada juga yang free cuma nanti konvensasinya kita memberikan takjil untuk jama’ah disitu. Karena ita juga ada program buka puasa kan. Nah itu boleh bisa kita ambil berapa. Atau misalkan ada progam belanja yatim bersama artis, nah kita yang datangkan artisnya. Atau dia bisa aja barter mungkin dengan bentuk yang lain, bisa juga sih, banyak bentuknya.. tapi kalau untuk perkantoran, untuk perkantoran kita rata-rata free. Tinggal bagaimana kemudian kita bisa memberikan euu pelaporan aja ke mereka.

Peneliti : untuk penghimpunannya ada penaikan nggak ustadz setiap tahunnya?

Pak Tri : setiap tahun ada. Jadi kalau dii BMH ini kita pernah mnendapatkan IMZ award itu 2 ribu…..2011 kali ya atau 2010 saya lupa.

Peneliti : IMZ itu award untuk apa?

Pak Tri : fundraising, jadi kita termasuk lembaga zakat yang pengumpulannya paling cepet. Karena memang dari sisi jaringan BMH itu terbesar dari lembaga-lembaga zakat yang ada. Karna kan BAZDA Hidayatullah ya dan hampir perkembangannya selama ini eu apa pertumbuhan temen-temen itu ada yang sampai 20, 30%. Di DKI sendiri kemarin itu target 22. Sekarng ini saya masuk di DKI aja ya itu 32 miliar untuk taun ini ya untuk DKI. Berarti naik sekitar 10 miliaran dari tahun sebelumnya. Dan memang masih perlu digenjot terus lah. Karena memang kalau dilihat dari potensi..

Peneliti : potensinya kan memang sekitar dua ratus delapan..

Pak Tri : 217 Triliun, iya. Masih kecil lah. Sekarang kan baru 6,2 triliun. Yang terhimpun. Secara BAZNS LAZNAS. Sementara kita kan baru nasional baru serattuuus (sambil mengingat-ngingat) 130 atau 140 lah saya lupa.

Peneliti : nasionalnya?

Pak Tri : heueum, 140-an lah. Kalau di DKI ini targetnya 32, 3 miliar.

Peneliti : sempet baca juga berita kalau BMH itu memang euu LAZNAS yang tercepat euu memberikan laporan keungan gitu ke BAZNAS.

Pak Tri : mungkin ya, saya belum tau anu nya tapi paling tidak memang kita secara berkala ya, secara berkala itu memberikan laporan kepada BAZNAS atau KEMENAG sebenarnya melalui BAZNAS ya. Dan di BMH sendiri terkait dengan program euu bahkan di forum-forum kita ini terkenl sebagai lembaga yang memiliki euu apa namanya jaringan terluas ya. Makanya kalau kemudian masalah laporan keuangan atau realisasi keuangan lebih cepet sudah punya basis-basis ininya ya, basis-basis pendayagunaan. Ya itu mungkin menjadi salah satu kelebihan BMH walaupun masih ada juga beberapa kekurangan yang belum kita perbaiki karena dengan semakin banyaknya jaringan itu kan harus bagaimana mengkondisikan ini kan agar tidak terjadi slek dan lain sebagainya.

Peneliti : bagaimana strategi BMH untuk meningkatkan kepercayaan muuzakki?

Pak Tri : euu sebenarnya kalau terkait dengan strategi marketing, karna saya lebih spesifik ke situ ya. Dan ini tidak bisa dilepaskan dengan euu apa namanya semua divisi. Yang pertama sekarang itu kenapa zakat yang begitu besar dari 217 triliun tidak terkelola dengan baik gitu. Yang pertama memang kelemahan kita ada di sisi regulasi. Bagaimana sisi regulasi ini belum mengakomodir untuk itu. Salah satu bentuknya adalah bagaimana undang-undang ini kemudian contohnya ya bagaimana uu ini euu zakat ini bisa menjadi pengurang pajak, nah ini kan belum dikabulkan juga oleh pemerintah. Ini salah satunya. Kemudian yang kedua dari sisi tata kelola lembaga ya, tata kelola lembaga zakat yang menurut saya juga perlu di seriusi, atau masalah sertifikasi amil. Dan di BMH sendiri baru menuju kesana bagaimana kita bisa membentuk amil-amil yang kompeten dalam sisi itu. Itu bukan pekerjaan marketing tapi pekerjaan tim lain kan. Nah saya melihat dari sisi itu yang pertama dari regulasi pemerintah yang kedua dari sumber daya amil. Yang ketiga adalah bagaimana kemudian euu spesifik ditingkat marketing kita bisa menggunakan teknologi informasi ini sebagai salah satu media marketing. Di BMH ada namanya kita punya platform “berbagi kebaikan” yang kemarin kita baru launching. Itu sebenarnya adalah untuk mengkanal euu kaum-kaum milenial ya tapi dengan lifestyle yang berbeda. Kalau yang selama ini sosialisasi melalui pengajian melalui mungkin brosur-brosur kajian, tapi dengan kita di medsos kemudian kita disitu masukan aplikasi yang friendly terkait dengan bagaimana berbagi, berzakat ya diharapkan zakat ataupun infak bahkan itu bisa menyasar semua kalanga. Nah itu salahh satu yang coba kita kembangkan. Kemudian terkait dengan segmen itu juga seperti di DKI sendiri saya coba kembangkan bahwa zakat ini tidak eksklusif untuk orang-orang tertentu dalam arti yang dalam konteks hanya memiliki pemahaman keagamaan saja enggak. Sekarang saya mencoba masuk dalam lingkungan euu yang lebih moderat contoh karyawan-karyawan yang bahkan tidak berjilbab. Bagaimana kita edukasi tentang berbagi. Karena sesungguhnya ketika kita bisa mengatakan kepada mereka tentang berbagi itu tidak melihat sekat-sekat euu mereka apa namanya muslim yang taat atau tidak kadang-kadang. Walaupun kedepannya tetap kita edukasi terus ya euu dia memiliki pemahaman yang baik tentang Islam dan sebagainya. Tapi untuk tahapan ini kita memang masih mencoba untuk sosialisasi di semua kalangan.terus yang terakhir kalau di BMH sendiri bagaimana kita bisa memberikan transparansi kemudian juga kecepatan dan ketepatan dalam sisi laporan. Itu menurut saya yang paling penting. Karena salah satu contoh kadang satu donatur itu kadang tidak hanya berdonasi di satu lembaga. Ketika dia berdonasi di beberapa lembaga dan hampir kalau mungkin bisa diselidiki beberapa lembaga di laporan keuangan atau dilaporan apa yang bisa kita liat ya nama donatur ini kadang-kadang ada juga di donatur yang lembaga yang ini. Dan tidak menutup kemungkinan zakat-zakat itu dibagi-bagi. Dan kita berlomba-lomba dalam konteks fastabiqul khoirot ya sesama lembaga dalam memberikan pelayanan terbaik. Bukan berarti kita menjatuhkan yang lain nudzubillah. Tapi bagaimana saya BMH yang kita kedepan kan adalah bagamana kita bisa memberikan transparansi dari sisi pengelolaan, kemudian kita harus teraudit setiap taun

yak an, kemudian program-program yang kita berikan terupdate. Nah itu menurut saya yang memang kita berikan kepada donatur. Karena memang kalau kita lihat sekarang donatur kadang euu tidak melihat lembaga. Ada sih beberapa yang melihat lembaga, ini leembaga besar, tapi pendekatannya masih banyak yang melihat dari sisi program. Siapa punya program yang lebih bagus donatur banyak yang kesitu. Mungkin kalau temen-temen juga tau “kita bisa” kan, kan nggak tau siapa itu kan, tetapi orang percaya kesitu. Bahkan dia bisa mengalahkan kedepan hampir lembaga-lembaga penggiat zakat dengan platfoam online “kita bisa”nya. Nah makanya kita juga harus mengarah ke situ, bagaimana menggunakan media itu kesana. Kalau misalkan kita spesifik bahasanya kaalau di investasi tu kaya pier to pier kan, saya zakat eh saya infak saya sedekah untuk ini digunakan untuk ini kan bagaimana hasilnya keliatan kan dan BMH akan melakukan itu. Dan kita mencoba masuk kesana dengan “berbagi kebaikan” biar donatur tau persis dana zakat saya itu untuk apa sih gitu ya.

Peneliti : saya juga pengalaman ustadz pas jaga di konter..

Pak Tri ; pernah jaga dimana?

Peneliti : euu di BAZNAS sempat waktu itu di konter PIM (Pondok Indah Mall) waktu itu samping-sampingan sama Al-Azhar. Dan memang donatur itu bilang untuk BAZNAS segini ya mbak saya juga mau euu zakat di lembaga lain.

Pak Tri : ya, memang euu sebenarnya justru bagus dia melihat itu. Iya berarti kan dia melihat ini baik, ini baik. Tapi dalam konteks kita sebagai amil kita harus memberikan yang terbaik. Ya tapi bukan berarti kita menjatuhkan yang lain tapi bagaimana kita bisa memberikan yang lebih baik dari lembaga lain. Itu dalam konteks saya sebagai amil BMH ya. Kalau dalam apa euu nanti pandangan donatur mana yang paling baik terserah ke mereka kan. Tapi paling tidak kita harus berusaha menjadi yang terbaik lah.

Ya kalau di kita gambaran besarnya seperti tadi yang saya katakan ya. Jadi kalau dalam konteks secara eksternal dan internal , kalau di rencana strategi kita secara eksternal yang tadi saya katakana seperti regulasi zakat, pemerintah kemudian juga mungkin fungsi dari pada pendakwah-pendakwah itu ya bagaimana strategi zakatnya. Kemudian dari sisi internal memang seperti kita juga harus terus diperbaharui dari sisi pengelolaannya. Seperti tadi disampaikan pengelolaan SDM nya, termasuk sertifikasi amil kan belum. Walaupun sudah mau berjalan.

Peneliti : sertifikasi amil itu maksudnya fungsinya nanti kita dapat semacam tunjangan?

Pak Tri : sertifikat. Euu jadi memang paling tidak sisi kompetensi gitu. Sekarang sudah ada yang namanya sekolah amil ya sekolah amil yang diinisiaasi oleh FOZ sebenarnya. Nah itu juga sebagai salah satu lembaga diklat kemudian juga menstandarkan amil. Kalau sekarang ini kana amil hanya sebagai bahkan orang tanpa kompetensi pun bisa jadi amil. Karena Cuma sekedar saya peduli, saya mau, atau bahkan sayaa lagi kosong waktu saya jadi amil. Nggak begitu. Karna kalau kita melihat fungsi zakat sebenarya memang harus dikelola secara professional. Nah termsuk saya, saya juga masih harus banyak belajar. Karena bagaimana pun kalau kita berkaca kee Malaysia atau Saudi lah ya, pengelolaan zakatnya sudah lumayan bagus gitu ya. Jadi termasuk mungkn di UIN namanya jurusan manajemen zakat kan juga ada SEBI juga ada. Dan pemerintah dengan isu-isu terbaru ini bagaimana memang menggunakan zakat itu sebagai salah satu instrument euu fikal gitu ya. Nah disitu menurut saya potensi zakat ke depan nggak bisa dikelola hanya lembaga-lembaga zakat begini parsial. Ke depan memang harus ada satu aturan yang terintegrasi seperti wacana bagaimana OJK ini mengawas terkait dengan pengelolaan zakat yang ada di Indonesia. Iya jadi zakat ini mungkin jadi sebagaimana Dirjen pajak gitu. Harusnya kesitu. Nah itu kan harus didukung oleh amil yang kompeten ya kan. Bukan dari hanya dia paham fikih zakat, paham keuangan zakat. Tapi dia harus dalam tingkatan itu, umpamanya dilevel staff dia harus punya kemampuan apa sih di level senior staff, di level manajer apa gitu ya dia harus punya kemampuan, itu sertifikasi itu yang memang belum di bakukan. Itu yang menurut saya penting.

Peneliti : tadi yang dikatakan sekolah amil itu dimana ustadz?

Pak Tri : itu di FOZ. BMH juga punya. BMH punya sekolah amil tapi itu diinisiasi oleh BMH. BMH punya sekolah amil yang buat salah satu wadah upgrading BMH saja. Tapi yang diinisiasi oleh temen-temen FOZ sebenarnya ada juga. Sekretariatnya juga belum ini sih belum resmi. Kalau yang di BMH itu kan mencakupnya ke sekolah tinggi yang di Depok itu STIE. Kalau yang di FOZ setau saya belum berbadan hokum. Tapi programnya berjalan terus upgrading dan lain sebagainya, pelatihan itu berjalan terus. Bahkan seperti lembaga-lembaga NGO contohnyaa jadi lembaga-lembaga yang memang sebenarnya awalanya adalah lembaga faundraising non zakat itu sekarang udah mengarahnya ke zakat. Bagaimana dia buat peelatihan tentang manajemen zakat.

Ya kalau di kita itu ya, pertama bagaiman penguatan disisi amil ya, yang kedua di tim kita baagaimana kita bisa menignkatkan laayanan transparansi laporan keuangan dan lain sebagainya. Kemudian untuk pengembangannya kita masih menggunakn konter-konter, gerai kemudian kita juga ada event-event fundraising apa namanya dengan menyasar semua kalangan jadi kita tidak membatasi hanya orang-orang tertentu di masjid dan sebagainya kemudian juga kita terakhir ada MPZ (Mitra Zakat) euu itu ada di masjid-masjid yang mengelola zakat tapi mereka tidak punya badan hokum. Jadi banyak lembaga-lembaga yang apa atau komunitas lah ya, komunitas-komunitas di perusahaan gitu kan itu mereka mengumpulkan dana zakat dan lumayan besar bahkan ada yang ratusan juta perbulan. Tapi mereka tidak, kalau BUMN kan di bawahnya BAZNAS ya. Cuma kalau memang dia yang belum mau masuk ke BAZNAS nah kita tawari juga dari sisi support kemitraan. Nanti kita damping mereka laporan keuangannya ke kita. Dan sebagainya lah, itu salah satu bagaimana kita biss memberikan edukasi.

Transkip Wawancara dengan Mustahik (Penerima Manfaat BMH)

Waktu : Kamis, 24 Mei 2018, pkl 20.00.00-21.00 WIB

Tempat : Depok

Informan : Musliadi

Profesi : Pengusaha Ketring

Usia : 41 Tahun

Peneliti : Bapak tau BMH dari mana atau dari siapa?

Musliadi : kalau BMH saya yang melahirkan di Jakarta. Sebelum BMH hadir di Jakarta saya termasuk yang merintis bersama pak Suhardi. Jadi cikal bakal BMH itu kami yang termasuk menyebar apa namanya itu euuu pamphlet.

Peneliti : BMH yang di Kalibata pak?

Musliadi : emmm iya, Kalibata itu kan sebelumnya di Samali sebelumnya lagi di Kalimalang sebelumnya lagi di Cipinang Cempedak no. 11 eh no 14 kantor DPP Hidayatullah itu sejarahnya ya.

Peneliti : oo.. jadi bapak ini perintis sekaligus penerima manfaat begitu?

Musliadi : iya saya termasuk penerima manfaat dari program euuu.. program ini ya MAPAN dari BMH untuk usaha euu usaha ketring saya itu. Ya Alhamdulillah cukup membantu ya, termasuk event-event di BMH itu selalu menggunakan nama ketring saya euu “Aya Catering”, itu selalu dijadiin mitra untuk apply nasi kotak.

Peneliti : emm apa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum mendapatkan dana dari BMH itu?

Musliadi : simple aja, BMH itu kan sebenarnya melihat keseriusan eu.. apa namanya person itu. Kemudian di verifikasi setelah itu dibantu dan didampingi supaya dia bertumbuh menjadi entrepreneur yang tangguh. Euu hari ini saya mencoba untuk naik kelas, untuk tidak dibantu lagi oleh BMH (sambil berdehem).

Peneliti : euu kalau persyaratan berupa dokumennya ada mungkin pak?

Musliadi : jadi waktu itu survei ke lokasi, survei dapur, kemudian nanya tentang sudah melayani siapa saja. Dari situ apa namanya, dirapatkan di internal manajemen dan memutuskan bahwa “Aya Catering” layak untuk dibantu dengan memenuhi standar sebagai pengusaha pemula.

Peneliti : surveinya ke rumah?

Musliadi : iya langsung ke rumah, liat dapur kemudian nanya tentang cash flow ya selama ini keuangan Aya Catering bagaimana, setelah itu di rapatkan di internal mereka dan Alhamdulillah layak mendapatkan bantuan dari BMH.

Observer : tahun berapa pak?

Musliadi : tahun kemaren, 2016 ya tepatnya 2016 akhir.

Peneliti : euu.. waktu itu kan sempat wawancara dengan pengurus BMH bagian program dan pendayagunaan, menyebutkan bahwa pemberian modalnya itu disesuaikan dengan jenis usaha yang dimiliki, kalau boleh tahu jumlah modal yang diberikan BMH waktu itu berapa?

Musliadi : euu.. modalnya kecil yang dari BMH itu karena memang sifatnya UKM gitu ya jadi semua yang mendapatkan manfaat itu diberi modal 2 juta per usaha supaya bisa apa namanya untuk beli minyak goring, beli bahan baku dan lain sebagainya. Setelah itu di damping lagi ditanya lagi perkembangannya seperti apa dan langsung order ke dapur kan nah itu kan sudah langsung kembali modal itu, misalkan catering kan rata-rata keuntungannya itu 40 persen . kalau misalkan 10 juta bersih itu 4 juta. Nah dari modal 2 juta itu kita bisa beli misalkan bahan-bahan kebutuhan dasar catering itu kan ya bumbu dapur. Pada saat mereka order modal itu sudah dua kali lipat sudah kembali.

Peneliti : dalam jangka waktu berapa lama?

Musliadi : sekali saja, sehari order itu langsung kembali, belum lagi kalau beberapa kali, BMH itu termasuk yang sering order ke “Aya Catering”.

Peneliti : selain memberikan modal juga dibantu dengan orderan itu ya pak?

Musliadi : iya.., jadi cukup sekali saja ngasih modal hanya untuk stimulus saja euu seperti yang saya sebutkan tadi untuk beli bahan-bahan. Pada saat mereka order untuk kegiatan mereka seperti training sampai 100 orang. 100 orang ini kan butuh makan seperti prasmanan.

Peneliti : euu program MAPAN ini kan sifatnya Qordul Hasan ya pak (pinjaman kebaikan). Yang namanya meminjam itu kan harus dikembalikan kepada si pemberi pinjaman. Nah apa yang bapak berikan kepada BMH setelah mendapatkan modal ini?

Musliadi : saya.. ketika program ini berjalan tiba-tiba euu dalam proses berjalan itu ada pergantian-pergantian kebijakan yang mengelola program MAPAN ini digeser sehingga tidak ada apa namanya euu lepas begitu aja. Jadi dari semua yang mendapatkan manfaat itu, dari sekitar 10-15 orang tidak ada lagi tindak lanjut, pertemuan gitu ya. Nah akhirnya euu kami juga bingung dari 15 orang ini seperti apa, mengembalikan dalam bentuk uang atau apa. Ya itu aja, karena tidak ada tindak lanjutnya dianggap sampai sekarang ya berhenti begitu saja. Padahal temen-temen sudah pada bisa mengembalikan.

Peneliti : pendampingan dilakukan berapa kali pak?

Musliadi : pendampingannya dua kali, setelah dikeluarkan modal itu, pecan depannya dating lagi bawa ex. Banner sesuai dengan jenis usaha masing-masing dengan macam-macam gambar makanan. Dipekan selanjutnya pada saat ada order ya ada order kami undang. Setelah itu tidak ada lagi. Ya jadi catatan juga buat euu apa namanya divisi pemberdayaan dalam hal ini ya pendampingan, pendampingan usaha.

Peneliti : tentunya setelah dibantu oleh BMH ada peningkatan mungkin pak dari omset?

Musliadi : Alhamdulillah 2 bulan terakhir ini dapurnya nyala terus. Jadi kalau apa namanya kalau sudah ada nalurinya itu, Inshaa Allah berjalan terus. Sekarang sudah melayani euu wedding (pernikahan) yang sifatnya bermitra dengan yang lain. Jadi diusaha manapun memang dibutuhkan inovasi kreativitas. Jadi kalau kita berhenti dengan pikiran sendiri, yauda segitu-gitu aja. Tapi kalau bermitra dengan banyak orang Inshaa Allah berkembang.

Peneliti : emm.. tujuan dari MAPAN sendiri adalah mengganti status mustahik menjadi muzakki. Berarti sekarang bapak sudah menjadi muzakki ya?

Musliadi : iya Alhamdulillah seperti yang saya bilang tadi. Saya ingin bisnis ini sudah naik kelas saya ingin menjadi bagian dari muzakki.

Peneliti : menjadi muzakki BMH juga mungkin pak?

Musliadi : ya ke BMH dan orang-orang sekitar BMH tentunya.

Peneliti : apa harapan bapak untuk LAZNAS BMH kedepannya?

Musliadi : euu sesuai dengan yang saya geluti, harapan saya buat BMH agar lebih serius euu dalam hal pemberdayaan. Jadi euu mudah-mudahan tidak keluar bahasa ini ya, mudah-mudahan tidak

menjadikan euu unit bisnis itu sebagai entertain tapi bener-bener memang lahir pengusaha dari BMH. Misalkan di modali, di damping, diantar sampai jadi. Menurut saya yang ada di JABODEBEK ini memang belum ada yang betul-betul murni lahir dari BMH. Ya maksudnya entertain itu euu seperti usaha lele (bioflok) hanya menjadi entertain untuk muzakki supaya kasian kan. Maksud saya supaya lebih serius bahwa mereka memang perlu dibantu untuk meningkatkan taraf pengusaha kelas pemula. Jadi jangan sampai mundur sebelum sukses. Saya sudah ancur-ancuran badan ini. Kesiram air panas, belang semua badan, tapi saya nikamati.

Peneliti : jadi sudah berapa lama bermitra dengan BMH pak?

Musliadi : emm ya baru 2 tahun lah, tapi kalau kegiatan lain semenjak lahirnya BMH. BMH berdiri tahun 2001. Berarti tahun 2000 saya menginisiasi pelatihan BMH. Perkembangannya luar biasa, pesat sekali jadi kornya itu memang untuk sosial. Bisnisnya pun rasa sosial. Makanya saya bilang tadi program-program yang BMH luncurkan itu lebih pada ketahanan pangan dhuafa. Jadi kalau untuk bisnis BMH hanya sebagai stimulus saja. Kalau mengharapkan modal lebih itu tidak bisa. Jadi misalkan MAPAN ini dijual ke donator, dapatlah 40 juta. Nah 40 juta itu dibagi-bagi lagi ke orang. Saya sempat tawarkan waktu itu kenapa yang 40 juta itu tidak dilempar ke orang yang serius misalkan. Yang betul-betul saya sampai menunjuk diri saya gitu. Kenapa bukan saya kelola saja. Supaya saya bisa euu mengelola itu dan menjadi dana bergulir kan. Tapi kalau di share ke 20 orang kan masing-masing hanya mendapatkan 2 juta dan terbukti omongan saya, 2 juta 2 juta 2 juta kemudian mundur secara pelan-pelan.

Peneliti : banyak yang mundurnya pak?

Musliadi : pasti, yang namanya usaha itu berat, kapan modal itu kemakan antara modal dengan konsumsi keluarga itu, kemudian kebutuhan, 2 juta itu setengah bulan. Bersamaan dengan bayar kontrakan 14 juta bayar sekolah anak-anak 3 kan, dikasih modal 2 juta, nggak keliatan. Tapi ya itu tadi 2 juta itu saya anggap hanya stimulus.

Peneliti : alat ukur pemberdayaan ekonomi itu kan dari tidak punya ini ke punya gitu. Nah setelah bapak diberdayakan oleh BMH apa yang sebelumnya bapak tidak punya menjadi punya?

Musliadi : euu ya pada akhirnya punya. Ya saya harus mengakui juga tadi yang saya sampaikan , dari stimulus itu kemudian ada semacam komitmen setiap event BMH itu ordernya ke “Aya Catering” kan. Sudah sangat luar biasa sebenarnya manfaat yang saya dapatkan memberdayakan euu mitra-mitra yang pernah di support termasuk saya. Alhamdulillah sudah lebih dari cukup yang saya dapatkan dari BMH.

Jadi dari modal 2 juta bisa dapatkan puluhan kali lipat, sudah sangat banyak. Sudah 2 tahun bermitra dengan BMH dan unit-unit yang disamping BMH seperti yayasan Hidayatullah. Cuman memang untuk euu untuk naik kelas itu butuh modal besar. Saya misalkan butuh modal 1-2 M. 1 M itu buat dapur, 1 M untuk alat transportasi paling tidak itu satu kebutuhan. Nah itu bayangan saya, kalau itu ada wah omsetnya bisa lebih. Kalau selama ini kan omset saya itu kadang-kadang ya naik turun ya. Kemarin yang wedding itu pernah diangka 170 juta yang bulan kemaren. Dan di bulan yang akan dating nol. Ya itu bulan yang akan dating ada lagi juga.

NO NAMA PROGRAM / kegiatan

WAKTU PELAKSANAAN

JUMLAH PENERIMA MANFAAT

KETERANGAN

1 PROGRAM SOSIAL 2017 116

mustahik yang datang ke kantor by proposal/pengajuan

2 BEASISWA KADER BANGSA 2017

96 Perguruan Tinggi Umum

3 BEASISWA PT 2017 75 STIE Hidayatullah

4 BEASISWA SEKOLAH PEMIMPIN

2017 125 Tingkat SMA

5 NATURA DA'I 2017 270 Da'i-da'i tangguh

6 BANTUAN PENDIDIKAN 2017

34

mustahik yang datang ke kantor by proposal/pengajuan

7 MOTOR DAI TANGGUH 2017

5

Da'i-da'i tangguh pedalaman, perbatasan, maupun pinggiran kota

8 BANTUAN SOSIAL 2017 24

program sosial untuk Yatim & Dhuafa

9 MAPAN 2017 23

Bantuan Kemandirian Ekonomi

10 PROGRAM KESEHATAN 2017

350 Pengobatan Dan Pemeriksaan

11 PROGRAM JUMAT BERKAH 2017

1.550 15 Lokasi Masjid

12 PROGRAM BENCANA NUSANTARA

2017 1.000

13 LOGISTIK SANTRI 2017 3.300

Yayasan ada 8, anak anak ada 3.000 an

14 PROGRAM KEMITRAAN 2017

51 Mitra eksternal

15 PROGRAM RAMADHAN 2017

14.000

Tebar ta'jil, santunan Yatim, ceria Belanja Yatim, Tebar fitrah, natura da'i

16 PROGRAM QURBAN 2017

5.000

26.019

Data Penerima program BMH Perasnaf

No Asnaf Jumlah Penerima 1 Fakir 557 2 Miskin 3.954 3 Amilin 18 4 Mualaf 109 5 Riqab 6 Ghorimin 13 7 Fisabilillah 228 8 Ibnu Sabil 2.540

Jumlah 7.419

DAFTAR PENERIMA MANFAAT MUSTAHIK EKONOMI SINERGI PT. OTIC

NO NAMA ALAMAT TEMPAT & TANGGAL LAHIR JENIS USAHA

1 SANTA BIN ASIM

KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI

BEKASI 03-06-1975 PEDAGANG

2 KASUM KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI

BEKASI 16-031963 WIRASWASTA

3 AMIH BT SAIM KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI

BEKASI 16-09-1972

MENGRUS RUMAH TANGGA

4 IBAH KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI

BEKASI 01-07-1978 WIRASWASTA

5 ACIH BT KAMU KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI

BEKASI 14-06-1969

MENGRUS RUMAH TANGGA

6 ENIN KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI

BEKASI 01-07-1964 PETANI

7 OLANG BIN OJAN

KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI

BEKASI 20-11-1970 WIRASWASTA

8 SATUR BIN BOEN

KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI

BEKASI 17-12-1961 PETANI

9 SANDIH BIN MUSA

KP. JATI DUSUN II SUKA SEJATI

BEKASI 11-12-1961 PETANI

10 ABDURRAHMAN NOHO

PERUM BUMI MADANI INDAH BLOK F 9/7

MANADO 07-10-1972 USTADZ

PROGRAM KERJA & TARGET PENCAPAIANDIVISI FUNDRAISING DAN MARKOM

Realitas Jenis Donasi Masuk

Konter 20%

Corporate 10%Adv 30 %

Layanan 40%

Realitas Metode Marketing

•Teleservice•Telemarketing•Layanan Aktif•Berapa transaksi per bulan???•Apa layanan yg ada?•Apa yg dibuthkan?

Layanan

•Berbasis konter•Event isidentil

Retail•Segment komunitas Islam•Unit Sosial•Non CSR

Corporate/Event

•Marketplace•Crowdfunding•Website,dll

Digital Marketing

Ka. Fundraising & Markom

Kord. Pengembangan Retail

PJ KonterKord. MZ &

Agen Zis

Kord. Layanan

Database, Layanan aktif

Teleservice dan

Telemarketing

Kord. Corporate dan Event

Desain & Event

Koordinator Kemitraan

Perusahaan

Struktur Fundraising BMH Megapolitan

Kebijakan Fundraising Dana penerimaan sebesar 32 Milyar.

Peningkatan jumlah donatur personal 2.000 donatur baru.

Pengembangan donatur berbasis Agen ZIS 10 Orang.

Membangun kerjasama dengan merchant sebanyak 20 perusahaan.

Optimalisasi Mitra Zakat Internal 3 Lembaga dan Eksternal 10 Mitra.

Pemasangan 4 Baliho dan 100 Spanduk setiap Bulan

Meningkatkan performance dan kemudahan layanan pembayran melalui konter zakat.

Membangun konsep pengembangan donatur retail berbasis kerelawanan dan Agen Zis

Meningkatkan layanan retail berbasis layanan event komunitas (Rodshow Event Fundraising/Event Hari Besar).

Mengembangkan donatur retail berbasis endorse tokoh via sosial media (whatshap/telegram).

Peningkatan jumlah donatur 2.000 donatur baru.

Depok 500 Orang

Bogor 100 Orang

Bekasi 200 Orang

DKI Jakarta 1.200 orang

Pengembangan donatur berbasis Agen ZIS 10 Orang.

Rekruitmen agen zis berbasis komunitas taklim, BDI

Rekruitmen agen zis berbasis person potensial yang memiliki jaringan dan pengalaman

Memberikan kompensasi dalam bentuk transport serta fee ujroh dari setiap peneirmaan per jenis dana

Upgrading dan pendampingan Agen Zis

Mengedepandkan sisem kerelawanan sosial

Depok 2 Orang

Bogor 1 Orang

Bekasi 1 Orang

DKI Jakarta 6

Orang

Membangun kerjasama dengan merchant sebanyak 20 perusahaan.

Depok 5 Mitra

Bogor 2 Mitra

Bekasi 3 Mitra

DKI Jakarta 10

Mitra

Melakukan penawaran pada mitra yang telah/pernah bekerjasama

Mengedepankan sharing benefit

Melakukan penawaran pada toko retail, restoran, cafe, dll

Menjalin kemitraan dengan retail besar lottemart,carrefoure,gian, dll

Optimalisasi Mitra Zakat Internal 3 Lembaga dan Eksternal 10 Mitra.

Depok MZ Eksternal 3

Bogor 1 MZ Eksternal

Bekasi 1 MZ Eksternal

DKI Jakarta MZ Internal

3, Eks 5

Menjalin kemitraan dengan masjid perumahan atau perkantoran.

Memberikan legalitas/SK mitra sebagai MZ BMH

Membangun standarisasi mitra MZ

Fokus pada pendampingan manajemen SDM MZ

Support sistem keuangan sesuai PSAK 109 (B-Maal /LSPD)

4 Baliho dan 100 Spanduk setiap Bulan

Depok 1 Titik

Bogor 1 Titik

Bekasi 1 Titik

DKI Jakarta 2 Titik

Depok 50 Pcs

Bogor 25 Pcs

Bekasi 25 Pcs

DKI Jakarta 100 pcs

Baliho

Spanduk

Baliho dan spanduk dipasamg pada lokasi strategis

Pemasangan baliho menggunakan semi permanen

Baliho dapat dipasang oleh amil atau melalui pihak ke 3

Strategi Pencapaian

Penguatanlayanan donatur

personal dan perluasan

jaringan mitra corporate/komu

nitas.

Memberikan support dalam meningkatkan penerimaan gerai BMH

Bogor, Bekasi, Depok.

Meningkatkan brand image BMH sebagai Laznas yang

terdepan dalammerespon

persoalan di 3 T.

Membangun eksistensi BMH

Megapolitan melalui event fundraising.

Pengembangan Donatur Retail

Meningkatkan tampilan display dan performance relawan konter

Meningkatkan kemudahan layanan pembayran melalui zakat corner.

Membangun konsep pengembangan donatur retail berbasis kerelawanan dan Agen ZisMeningkatkan layanan retail berbasis layanan event komunitas (Rodshow Event Fundraising/Event Hari Besar).Mengembangkan donatur retail berbasis tokoh melalui sosial media (whatshap/telegram).

Mitra Corporate dan Event

Membangun kerjasama dengan Mitra zakat Internal dan Eksternal

Membangun kerjasama korporate berbasis sharing benefit kepada mitra corporate.

Membangun komunikasi intim secara personal kepada corporate yang telah bermitra.

Meningkatkan layanan event komunitas (Rodshow Event Fundraising/Event Hari Besar).

Mendampingi team Megapolitan mengembangkan sistem fundraising komunitas.

Menjalin kerjasama dengan mitra perbelanjaan untuk donasi via kasir.

Melaksanakan event-event secara periodik seperti CFD, Pameran, dll.

Mengontrol dan mensupport standarisasi tools marketing BMH Megapolitan.

Konter

Rencana Aktifitas dan Strategi Konter:Untuk DKI mengutamakan 5 Gerai UtamaPerbaikan sisi layanan pembayaran (zakat corner), Performance amil,Penguatan gerai-gerai perkantoran

Agen Zis

Rencana Aktifitas dan Strategi Agen ZIS:1. DKI menunjuk 5 orang agen zis2. Memprioritaskan pada mitra potensial di perusahaan, koordinator

sebuah komunitas.3. Memberikan transport bulanan dan prosentase bonus

Penguatan layanan Donatur Existing

Rencana aktifitas dan strategi layanan donatur:

Memperbaiki database terintegrasi

Membangun layanan interaktif dengan donatur

Memperkuat isu-isu aktual untuk layanan repport bagi donatur

Meningkatkan intensitas donasi melalui layanan pembayaran rutin (Flas, E money,dll)

Klasifikasi layanan donatur VIP

Meminimalisir dan penangan komplain serta penyekesaiannya

Kerjasama Program/CSR

Membangun kerjasama dengan Mitra Zakat Internal dan Eksternal

Membangun kemitraan berbasis sharing benefit ekonomi

Membangun komunikasi intensif dengan PIC corporate

Meningkatkan layanan komunitas event pengajian, seminar, dll

Menjalin kerjasama dengan perusahaan retail donasi via kasir

Menyajikan laporan program secara cepat dan tepat

Layanan Corporate dan Komunitas

Membangun kerjasama dengan EO dan Mitra perusahaan dalam program

Membangun kemitraan berbasis sharing benefit ekonomi

Membangun komunikasi intensif dengan PIC corporate

Meningkatkan layanan komunitas event pengajian, seminar, dll

Menjalin kerjasama dengan perusahaan retail donasi via kasir

Mendampingi BMH Megapolitan dalam mengembangkan komunitas pengajian

Mengontrol dan mensupport standarisasi tools marketing BMH Megapolitan

Placement iklan media

Placement Advertising Spanduk, Baliho

Event reguler CFD, Pameran, dll