14
LEMBAR JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021 NAMA : KRISTINA SIMANJUNTAK NIM : 2065290012 MATA KULIAH : KODE ETIK PSIKOLOGI PROGRAM STUDI : MAGISTER PSIKOLOGI SAINS HARI/TANGGAL : SElASA, 02 FEBRUARI 2021 SOAL NO. I Kode Etik Psikologi adalah: Seperangkat nilai-nilai untuk ditaati dan dijalankan dengan sebaik- baiknya dalam melaksanakan kegiatan psikologi dan ilmuwan psikologi di Indonesia (HIMPSI). Pikologi adalah: Ilmu yang berfokus pada perilaku dan proses mental yang melatar belakangi, serta penerapan dalam kehidupan manusia. Ahli dalam ilmu psikologi dibedakan menjadi dua kelompok yaitu profesi dan ilmu psikologi terapan (HIMPSI). Berikut adalah beberapa Kasus penyimpangan kode etik psikologi. 1. Kasus penyimpangan pertama Seorang pria berinisial KR berprofesi sebagai seorang psikolog yang membantu biro psikologi yang mendapatkan proyek kerjasama untuk melakukan psikotes di suatu perusahaan atau disebuah lembaga pendidikan. Salah seorang dari senior kelasnya yang berinisial DB memiliki biro psikologi yang masih berbentuk CV dan mendapatkan sebuah proyek dari perusahaan tertentu untuk melakukan psiko tes dalam bentuk massal. Kemudian DB meminta KR untuk membantunya dalam menjalankan rencana ini. Tentu KR menerima tawaran ini hanya berdasarkan rasa kepercayaan saja karena mereka adalah kawan lama, jadi tidak ada surat perjanjian apapun yang harus mereka sepakati dan mereka tanda tangani bersama. Kemudian setelah beberapa lama ternyata KR belum juga mendapat honor dari hasil pekerjaannya selama ini di perusahaannya DB. Setelah segala upaya dilakukan KR untuk bisa menghubungi DB melalui telepon, pesan singkat, atau bahkan datang ke lokasi tempat DB bekerja, namun sayang semua usahanya itu sia-sia. KR tak kunjung dibayar oleh DB, bahkan ia merasa ditipu oleh teman sendiri. Kemudian dalam sebuah diskusi tentang kode etik di forum psikologi, KR mengemukakan kasusnya dengan menyebutkan nama lengkap DB dan juga nama perusahaannya dengan jelas untuk mendapatkan solusi dari kasusnya tersebut. Meskipun demikian KR tidak berniat membuat laporan resmi kepada pihak yang berwajib/polisi karena mengingat pada awalnya mereka tidak memiliki surat perjanjian resmi yang ditanda tangani bersama.

81_2065290012_UAS PPT KODE ETIK KRISTINA PDF.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

LEMBAR JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021

NAMA : KRISTINA SIMANJUNTAK

NIM : 2065290012

MATA KULIAH : KODE ETIK PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI : MAGISTER PSIKOLOGI SAINS

HARI/TANGGAL : SElASA, 02 FEBRUARI 2021

SOAL NO. I

❖ Kode Etik Psikologi adalah: Seperangkat nilai-nilai untuk ditaati dan dijalankan dengan sebaik-

baiknya dalam melaksanakan kegiatan psikologi dan ilmuwan psikologi di Indonesia

(HIMPSI).

❖ Pikologi adalah: Ilmu yang berfokus pada perilaku dan proses mental yang melatar belakangi,

serta penerapan dalam kehidupan manusia. Ahli dalam ilmu psikologi dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu profesi dan ilmu psikologi terapan (HIMPSI).

Berikut adalah beberapa Kasus penyimpangan kode etik psikologi.

1. Kasus penyimpangan pertama

Seorang pria berinisial KR berprofesi sebagai seorang psikolog yang membantu biro

psikologi yang mendapatkan proyek kerjasama untuk melakukan psikotes di suatu perusahaan

atau disebuah lembaga pendidikan. Salah seorang dari senior kelasnya yang berinisial DB

memiliki biro psikologi yang masih berbentuk CV dan mendapatkan sebuah proyek dari

perusahaan tertentu untuk melakukan psiko tes dalam bentuk massal. Kemudian DB meminta

KR untuk membantunya dalam menjalankan rencana ini. Tentu KR menerima tawaran ini

hanya berdasarkan rasa kepercayaan saja karena mereka adalah kawan lama, jadi tidak ada

surat perjanjian apapun yang harus mereka sepakati dan mereka tanda tangani bersama.

Kemudian setelah beberapa lama ternyata KR belum juga mendapat honor dari hasil

pekerjaannya selama ini di perusahaannya DB. Setelah segala upaya dilakukan KR untuk bisa

menghubungi DB melalui telepon, pesan singkat, atau bahkan datang ke lokasi tempat DB

bekerja, namun sayang semua usahanya itu sia-sia. KR tak kunjung dibayar oleh DB, bahkan ia

merasa ditipu oleh teman sendiri. Kemudian dalam sebuah diskusi tentang kode etik di forum

psikologi, KR mengemukakan kasusnya dengan menyebutkan nama lengkap DB dan juga

nama perusahaannya dengan jelas untuk mendapatkan solusi dari kasusnya tersebut. Meskipun

demikian KR tidak berniat membuat laporan resmi kepada pihak yang berwajib/polisi karena

mengingat pada awalnya mereka tidak memiliki surat perjanjian resmi yang ditanda tangani

bersama.

Identifikasi kasus:

Pasal kode etik HIMPSI yang dilanggar adalah Bab VII tentang biaya layanan psikologi, yaitu

pasal 34 rujukan dan biaya (Psikolog dan/Ilmuwan Psikologi membagi imbalan atau

pembayaran), seharusnya KR mendapatkan haknya dari apa yang sudah dia kerjakan.

Tindakan DB dalam pelanggaran kode etik diatas sudah jelas sangat merugikan bagi KR

karena ia merasa kerja kerasnya tidak dihargai oleh teman sendiri.

Jika dilihat dari segi faktor internal sebenarnya kasus ini tidak perlu terjadi, karena pada

dasarnya KR dan DB adalah sahabat lama yang nota bene sudah saling mengenal sejak masih

di bangku kuliah. Mungkin itu jugalah yang membuat maka surat perjanjian kerja antara

mereka berdua tidak perlu ditanda tangani sebagai mana mestinya. KR hanya bermodalkan rasa

percaya kepada rekan kerjanya padahal tanpa dia duga kepercayaan itu di salah gunakan oleh

rekannya sendiri.

Dan jika dilihat dari faktor eksternal, maka kemungkinan ada unsur-unsur kesengajaan yang

dilakukan oleh Db dikarenakan desakan lingkungan organisasi tempat dia bekerja. Mungkin

terjebak hutang yang menumpuk, atau masalah managemen di perusahaan yang mungkin tak

terselesaikan dengan baik sehingga mengakibatkan kurangnya pertanggungjawaban DB

terhadap kinerja yang dihasilkan oleh KR.

2. Kasus penyimpangan kedua

BM adalah seorang psikolog yang membuka praktek dengan memasang plang di depan

rumah tempat dia tinggal. Ia melakukan praktik psikolog antara lain mendiagnosis,

memberikan konseling dan memberikan psikoterapi kepada kliennya. Namun pada saat

memberikan hasil diagnose dia justru menggunakan istilah dalam psikologi yang tidak dapat

dipahami oleh kliennya. Nah hal ini sering kali terjadi setiap kali BM memberikan diagnosanya

terhadap keluhan klien yang datang untuk mendapatakan terapi darinya. Misalkan saja seperti

menganalisis gangguan syaraf yang seharusnya ditangani oleh seorang dokter spesialis syaraf.

BM juga kerap sekali menceritakan masalah yang dialami oleh klien sebelumnya kepada klien

yang sedang datang berkunjung kepadanya saat itu dengan menyebutkan nama jelas si klien

tersebut. Lebih anehnya lagi, Bm sang psikolog terkadang menolak dalam memberikan jasa

dengan alasan honor yang diterima terlalu sedikit/murah.

Hingga pada suatu waktu ada sebuah perusahaan membutuhkan karyawan baru untuk

dipekerjakan di perusahaan tersebut. Kemudian pimpinan perusahaan menunjuk BM untuk

memberikan psikotes kepada calon karyawan yang berkompeten dalam bidanya. Secara

kebetulan BM mempunyai seorang kerabat yang juga adalah salah satu dari calon karyawan di

perusahaan itu yang berinisial JU. Dengan wewenang yang BM miliki sebagai psikolog yang

menyaring calon karyawan, maka dengan mudahnya JU kerabatnya tersebut lulus dalam

psikotes dan bahkan menduduki posisi penting dalam perusahaan tersebut.

Tetapi seiring berjalannya waktu, pihak perusahaan mengeluh akan kinerja JU yang

tidak memuaskan dan tidak membuahkan hasil yang baik bagi keuntungan perusahaan.

Akhirnya setelah dikaji lebih dalam maka pihak perusahaan akhirnya mengetahui bahwa JU

lulus psikotes karena ada factor nepotisme yang dilakukan BM. Kemudian pihak perusahaan

menyelidiki praktik psikolog yang dilakukan oleh BM yang ternyata belum tercatat dalam

daftar HIMPSI.

Identifikasi kasus:

BM sudah jelas melakukan pelanggaran kode etik HIMPSI pada Bab I yaitu pedoman

umum pasal 1 ayat 3 yaitu Psikolog wajib memiliki ijin praktik psikologi. Seharusnya BM

mendapatkan ijin praktik terlebih dahulu barulah ia dapat melakukan praktik psikolog di

perusahaan tersebut atau ditempat tinggalnya.

BM juga melanggar kode etik psikolog pasal 2 mengenai prinsip umum. Yaitu

penghormatan pada harkat dan martabat manusia (ayat 1,2,3,4 dan 5) dan juga Bab V tentang

kerahasiaan klien pasal 24 (menjaga kerahasiaan data klien) dan pasal 26 (pengungkapan

kerahasiaan data klien).

Ayat 1 BM tidak menjaga kerahasiaan data ataupun identitas kliennya. Tidak seharusnya dia

membuka identitas ataupun rahasia klien yang satu kepada klien yang lain. Dengan demikian

BM melanggar sumpah profesi yaitu menjaga rahasia dat klien.

Prinsip yang lain adalah integritas dan sikap ilmiah (ayat 1,2,3,4 dan 5). Psikolog Bm

telah memberikan sebuah diagnose yang bukan hak ataupun wewenangnya. Seharusnya Bm

merujuk kepada dokter spesialis syaraf, bukan malah mengambil diagnose melalui opini

pribadi.

Kemudian prinsip profesinalitas yaitu (ayat 1,2,3,4,5 dan 6) Bab XI asesmen pasal 65

(interpretasi hasil asesmen) dan pasal 66 (penyampaian data hasil asesmen) ayat 3 serta Bab III

kompetensi pasal 7 (ruang lingkup kompetensi). Sang psikolog tidak bekerja dengan

professional, tidak di dasari prinsip kerja yang jujur, tetapi dipengaruhi unsur nepotisme

terhadap kerabatnya.

Kemudian dari segi eksternalnya, Bm menolak klien hanya karena mendapat honor yang

kurang sesuai dengan harapannya. Ini melanggar kode etik manfaat yaitu (ayat 1,2,3).

Note: Soal no. 2 ada dalam bentuk PPT

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

PRAKTEK PSIKOLOGI YANG ETIS MENURUT KODE ETIK

HIMPUNAN PSIKOLOGI INDONESIA (HIMPSI)

Oleh : KRISTINA SIMANJUNTAKMAGISTER PSIKOLOGI SAINS

Psikolog adalah seorang ahlidalam ilmu psikologi yang berfokus pada pikiran danperilaku seseorang. Psikologumumnya menggunakanpsikoterapi untuk membantuklien atau pasien dalammengatasi masalah yang mempengaruhi kondisikesehatan mentalnya.

Dalam menyelesaikan masalahpsikologis ataupun memperbaikiperilaku pasien, psikolog dapatbekerjasama dengan psikiater

dan dokter yang menanganipasien. Kerjasama dilakukanapabila pasien membutuhkan

pengobatan sekaliguspsikoterapi dan konseling dari

psikolog.

Dalam melakukan praktekpsikologi, seorang psikologharuslah mengikuti aturanyang berlaku yang sudahditentukan oleh HIMPSI. Untuk menghindariterjadinya mal praktekataupun tindakan diluaraturan kode etik yang sudahditentukan dan disepakati.

Layanan Psikologi adalah segala aktifitas pemberian jasa

dan praktik psikologi dalam rangka menolong individu

dan/atau kelompok yang dimaksudkan untuk

pencegahan, pengembangan dan penyelesaian

masalah-masalah psikologis.

(Sumber HIMPSI)

Penyalahgunaan dalam bidang psikologi adalah

1. Setiap pelanggaran wewenang di bidangkeahlian psikologi dan setiap pelanggaranterhadap Kode Etik Psikologi Indonesia dapatdi kenakan sanksi organisasi sebagaimanadiatur dalam Anggaran Dasar, AnggaranRumah Tangga Himpunan Psikologi Indonesia.

2. Apabila Psikologi dan/atau Ilmuwan Psikologimenemukan pelanggaran atau penilaian salahterhadap kerja mereka, mereka wajibmengambil langkah-langkah yang masuk akalsesuai dengan ketentuan yang berlaku untukmemperbaiki atau mengurangi pelanggaranatau kesalahan yang terjadi.

Keadaan darurat adalahsuatu kondisi dimana

layanan kesehatan mental dan/atau psikologi secara

mendesak dibutuhkantetapi tidak tersedia

tenaga Psikolog dan/atauilmuwan psikologi yang

memiliki kompetensi untukmemberikan layanan

psikologi yang dibutuhkan.

Pemberian Layanan Psikologi dalam keadaan darurat

Dalam kondisi darurat kebutuhan yang ada haruslah tetapdilakukan. Karena psikolog dan/atau ilmuwan psikologi yang belum memiliki kompetensi dalam bidang tersebut dapatmemberikan layanan psikologi untuk memastikan bahwakebutuhan layanan psikologi tersebut tidak ditolak.

Penghentian Konseling Psikologi/Psikoterapi

Kode Etik Psikologi Indonesia disusun secara terperinci sehingga merupakan

satu kesatuan untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan Kegiatan

Profesional bagi Psikolog dalam Ilmuwan Psikologi. Oleh sebab itu bagi calon

Psikolog ataupun yang sudah berprofesi menjadi Psikolog harus benar-benar

mampu memahami semua aturan atau pasal-pasal yang terkandung dalam

Kode Etik Psikologi Indonesia.

Referensi :

Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI)

Thomson, C. Linda. JB> Henderson, D. 2004 Counseling Children. Belmont Brooks Cole Thomson Learning

Canter, MB. Bennet, B.E, Jones, SE & Nagy, TF 1999. Ethichs for Psycologists.

Azari Tumanggor: RPL Bk, Bimbingan Konseling

Dewifa’s Blog. Dewifa. Wordpress.com