Upload
independent
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
CAPITAL BUDGETING(PENGANGGARAN MODAL)
Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi dasar :
Mampu menganalisis kelayakan investasi dalam aset tetap
(penganggaran modal) dengan menggunakan berbagai teknik evaluasi
kelayakan.
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan penganggaran modal
2. Menghitung dan menggunakan berbagai criteria keputusan
penganggaran modal, seperti Payback period, NPV dan IRR.
3. Mengidentifkasi arus kas yang “relevan” dan harus
dipertimbangkan dalam analisis pengangaran modal.
4. Mengestimasi arus kas proyek dan selanjutnya membuat keputusan
kelayakan dengan menggunakan kriteria payback period, NPV dan
IRR
Gambaran Umum Materi
Setiap unit bisnis akan selalui menghadapi berbagai keputusan
investasi, baik dalam aset jangka pendek maupun dalam aset jangka
panjang. Bab ini akan membahas keputusan investasi dalam aset
jangka panjang, atau yang sering dikenal dengan penganggaran
modal (capital budgeting). Bagian pertama akan membahas berbagai
teknik yang umumnya digunakan untuk menganalisis kelayakan
Page 1 of 25
penganggaran modal (proyek). Sedang bagian bagian kedua akan
membahas mengenai estimasi arus kas yang relevan dengan keputusan
penganggaran modal.
A. TEKNIK PENGANGGARAN MODAL
KONSEP DASAR PENGANGGARAN MODAL
Penganggaran modal (Capital Budgeting) merupakan keputusan investasi
pada barang modal (jangka panjang). Investasi ini menyangkut
investasi pada real assets (aset berwujud). Langkah-langkah dalam
keputusan investasi tersebut meliputi
1. Adanya usulan investasi
2. Biaya dari proyek / investasi yang diusulkan
3. Arus kas yang dihasilkan dari investasi yang diusulkan
4. Menilai usulan investasi dengan berbagai kriteria penilaian
investasi
5. Mengevaluasi dari usulan proyek / investasi yang diterima
secara berkesinambungan
Klasifikasi Usulan Investasi :
Usulan proyek / investasi dapat terdiri dari berbagai tipe, pada
umumnya diklasifikasikan dalam tiga kategori sebagai berikut :
1. Penggantian (Replacement) yaitu usulan investasi menyangkut
penggantian aset. Penggantian ini dapat bertujuan untuk
mempertahankan bisnis yang sudah ada atau untuk mengurangi
biaya/meningkatkan efisiensi atau mengganti aset yang lama
dengan aset yang baru
Page 2 of 25
2. Perluasan (Expansion) yaitu usulan investasi menyangkut
perluasan usaha, dapat berupa menambah jumlah
produksi/perluasan daerah pemasaran atau menambah produk baru
yang dihasilkan
3. Keamanan Lingkungan (Safety/Environmental project) yaitu usulan
investasi yang dilakukan dalam rangka untuk mematuhi ketentuan
Pemerintah, Aturan Perburuhan atau Kebijakan Asuransi. Oleh
karenanya pengeluaran ini dinamakan nonrevenue-producing project
KRITERIA PENILAIAN USULAN INVESTASI
Apabila jumlah biaya untuk usulan investasi (proyek) dan hasil
pengembalian dari investasi selama umur ekonomis sudah diketahui,
maka usulan investasi tersebut dapat dinilai apakah layak untuk
dilaksanakan atau tidak dapat menggunakan kriteria penilaian
investasi.
Kriteria penilaian usulan investasi meliputi :
1. Payback Period (PP)
2. Discounted Payback (DPP)
3. Profitability Index (PI)
4. Net Present Value (NPV)
5. Internal Rate of Return (IRR)
6. Modified Rate of Return (MIRR)
Untuk menentukan apakah usulan proyek diterima atau dapat
dilaksanakan selain melihat hasil penilaian berdasar kriteria
penilaian yang digunakan juga melihat sifat/jenis usulan
investasi yang dapat dibedakan menjadi:
Page 3 of 25
1. Mutually Exclusive Projects
Yaitu usulan investasi yang terdiri dari beberapa proyek,
dimana hanya satu proyek yang dapat dilaksanakan karena
masing-masing mempunyai sifat yang sama meskipun berdasar
kriteria penilaian terdapat lebih dari satu proyek yang layak
untuk dilaksanakan.
2. Independent Projects
Yaitu usulan dua atau lebih proyek investasi dimana proyek
yang satu dengan lainnya tidak sama sifatnya, sehingga apabila
berdasar kriteria penilaian yang digunakan usulan yang layak
diterima lebih dari satu maka dapat dilaksanakan sepanjang
dana yang tersedia mencukupi.
Payback Period
Payback period adalah kriteria penilaian usulan investasi yang
mengukur periode/jangka waktu yang diperlukan untuk menutup semua
biaya investasi yang dikeluarkan.
a. Jika aliran kas yang dihasilkan dari usulan investasi tersebut
secara periodik jumlahnya sama, maka periode payback dapat
dihitung:
PaybackPeriod=Arus Kas Keluar (Investasi Awal)Arus Kas Masuk Periodik
b. Tetapi jika aliran kas secara periodik besarnya tidak sama,
periode payback dapat ditentukan dengan cara:
Page 4 of 25
Payback Period = Tahun sebelum sepenuhnya tertutup +Investasi yang belum tertutup pada awal tahunArus kas selama tahun tersebut
Kriteria penerimaan/penolakan investasi berdasarkan payback period:
Jika PP < PPmax : investasi diterima
Jika PP > PPmax : investasi ditolak
Payback period maksimal (PPmax) bisa didasarkan (a) jangka
waktu proyek, atau (b) jangka waktu pinjaman. Secara prinsip,
semakin pendek payback period suatu proyek maka semakin layak
proyek tersebut.
Contoh:
Berikut adalah aliran kas dari dua usulan proyek yang bersifat
mutually exclusive selama umur proyek yang memerlukan dana investasi
sama :Tahun Jasuke
0 (50,000,000)1 15,000,000 2 15,000,000 3 15,000,000 4 15,000,000
Tentukan Payback Period dari kedua usulan investasi tersebut.
Untuk Investasi Jasuke:
karena Cashinflow setiap tahun pada usulan Jasuke besarnya sama
maka payback period dapat dihitung sebagai berikut :
PPJasuke=50.000.00015.000.000
=3,33 tahun
Untuk investasi Kebab Jamur:
Page 5 of 25
Perhitungan Payback Period dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut :Kas AkhirHarga Jual MobilPajakPengembalian Moker
PPKebabJamur=2tahun+10.000.00015.000.000
=2,67tahun
Berdasarkan hasil perhitungan payback period diatas, maka
proyek ”Jamur” lebih layak untuk dipilih karena memilik payback
period lebih pendek (2,67 tahun untuk Jamur dan 3,33 tahun untuk
Jasuke.
Payback period memiliki kelebihan dalam hal bahwa kriteria
ini mudah untuk dihitung dan dipahami. Namun kriteria ini juga
memiliki beberapa kelamahan, antara lain:
a. Tidak memperhatikan nilai waktu dari uang
b. Mengabaikan arus kas yang diterima setelah periode payback.
Discounted Payback Period
Discounted Payback Period adalah kriteria penilaian yang digunakan
untuk mengukur jangka waktu yang diperlukan untuk menutup semua
dana yang diinvestasikan dari aliran kas yang dihasilkan setelah
didiskontokan dengan tingkat biaya modal dari investasi tersebut.
Kriteria ini dirancang untuk mengatasi sebagian kelemahan dari
pendekatan Payback Period dalam hal pengabaian terhadap nilai
waktu dari uang.
Kriteria penerimaan/penolakan investasi :
Page 6 of 25
Jika DPP < DPPmax : investasi diterima
Jika DPP > DPPmax : investasi ditolak
Seperti halnya dengan payback period, secara prinsip semakin
pendek discounted payback period suatu proyek maka semakin layak
proyek tersebut. Kriteria discounted payback period masih
mengandung satu kelemahan mendasar, yaitu mengabaikan arus kas
setelah periode pengembalian
Contoh:
Untuk usulan investasi Jasuke dan Kebab Jamur, jika biaya modal
dari kedua usulan investasi tersebut 6%, hitung discounted payback
period untuk investasi Jasuke.
Penyelesaian:Tahun CF DF DCF
0 (50,000,000) 1.00 (50,000,000)1 15,000,000 0.94 14,150,943 2 15,000,000 0.89 13,349,947 3 15,000,000 0.84 12,594,289 4 15,000,000 0.79 11,881,405
Keterangan : DF=Discount Factor; CF=Cash Flow, DCF=Discounted Cash Flow
DPPJasuke=3tahun+9.904.82111.881.405
=3,83 tahun
Hasil perhitungan atas proyek Jasuke diatas memperlihatkan
bahwa kriteria discounted payback period menghasilkan periode yang
lebih lama dibanding criteria payback period, yaitu 3,83 tahun
dibanding 3,33 tahun. Hal ini karena dengan mempertimbangkan
nilai waktu dari uang dalam pendekatan discounted payback period maka
Page 7 of 25
nilai arus kas masuk pada tahun kedua dan sesudahnya menjadi
lebih kecil.
Net Present Value (NPV)
Net Present Valu (nilai sekarang bersih) adalah metode penilaian
usulan investasi yang mengurangkan nilai sekarang dari aliran kas
yang dihasilkan dari suatu investasi setelah didiskonto dengan
biaya modal (k), dengan dana yang dikeluarkan untuk investasi
tersebut. Metode ini dipandang sebagai metode terbaik untuk
penilaian kelayakan investasi.
Kriteria penerimaan/penolakan investasi:
Jika NPV positif : investasi diterima
Jika NPV negatif : investasi ditolak
Berdasarkan criteria ini, maka Secara prinsip semakin
positif nilai NPV suatu proyek maka semakin baik proyek tersebut.
Untuk mencari NPV dapat dihitung dengan menggunakan konsep
nilai waktu uang sebagai berikut:
a. Arus kas tidak sama:
NPV=CF0+CF1
(1+k )1+
CF2(1+k )2
+CF3
(1+k)3+.............+
CFn(1+k )n
=∑t=0
n CFt(1+k )t
b. Arus kas sama:
NPV=CF0+(CFtx1−1
(1+k )n
k )Contoh:
Page 8 of 25
Terdapat dua usulan investasi mutually exclusive yaitu Jasuke dan
Kebab Jamur pada contoh sebelumnya, jika diketahui bahwa biaya
modal sebesar 6%, maka NPV dari kedua usulan investasi tersebut
dapat dihitung sebagai berikut:
Untuk Jasuke:
Karena aliran kas selama umur investasi untuk Jasuke adalah sama,
maka NPV dari Jasuke dapat dihitung dengan memanfaatkan Tabel
bunga PVIFAk,n atau dengan perhitungan sebagai berikut :
NPVJasuke=CF0+(CFtx 1−1
(1+k )n
k )NPVJasuke=−Rp.50.000.000,−+(Rp.15.000.000,−x
1−1
(1+0,06)4
0,06 ) = - Rp 50.000.000,- + (Rp 15.000.000 x 3,47)
= - Rp 50.000.000,- + Rp 51.976.584
= Rp 1.976.584 usulan investasi diterima (NPV positif)
Untuk Kebab Jamur:
NPVKebabJamur=−Rp.50juta,−+Rp.20jt(1+0,06)
+Rp.20jt(1+0,06 )2
+Rp.15jt(1+0,06)3
+Rp.5jt
(1+0,06)4
= - Rp50 jt +Rp18.867.925 + Rp17.799.929+ Rp 12.594.289 + Rp
3.960.468
= Rp 3.222.611 usulan investasi diterima (NPV positif).
Perhitungan NPV juga dapat dilakukan dengan menggunakan
Microsft Excel, dengan cara memilih NPV pada fungsi Financial,
Page 9 of 25
yang ditampilkan sebagai berikut. Rate = 0,06 (6%) dari cell C1,
Value1 diambil dari cell B4 sampai B7. Selanjutnya tekan OK.
Untuk menghitung NPV maka tambahkan investasi awal, cell B3,
sehingga fungsi menjadi: NPV(C1, B4:B7)+B3.
Berdasarkan kriteria NPV maka proyek Kebab Jamur lebih layak
dipilih dibanding proyek Jasuke karena memiliki nilai yang lebih
besar, yaitu Rp.3.222.611 dibanding Rp.1.976.584.
Page 10 of 25
Profitability Index (PI)
Profitability index adalah rasio antara nilai sekarang (PI) dari
aliran kas yang dihasilkan oleh suatu investasi yang didiskonto
dengan biaya modal (k) terhadap aliran kas/investasi awal, yang
dapat dirumuskan sebagai berikut :
PI=∑t=1
n CFt(1+k )t
I0 Kriteria penerimaan/penolakan investasi :
Jika PI ≥ 1 : investasi diterima
Jika PI < 1 : investasi ditolak
Dengan menggunakan contoh usulan investasi Jasuke di atas, maka
dapat dihitung Profitability Index-nya sebagai berikut :
Tahun CF0 (50,000,000)1 15,000,000 2 15,000,000 3 15,000,000
PIJasuke=51.976.58450.000.000
=1,04 usulan investasi diterima karena PI >
1
INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan kriteria penilaian usulan
investasi yang menggunakan tingkat hasil pengembalian yang
diharapkan investor sebagai tingkat diskonto untuk menyamakan
nilai sekarang dari aliran kas dari investasi selama umur proyek
dengan nilai investasi awalnya.
Page 11 of 25
Apabila dinyatakan dalam persamaan:
I0 (CF0) = PV Inflow
I0=∑t=1
n CFt(1+IRR )t
Kriteria penerimaan/penolakan investasi :
Jika IRR ≥ biaya modal : investasi diterima
Jika IRR < biaya modal : investasi ditolak
Menentukan IRR dari usulan investasi dilakukan dengan trial and error,
yaitu dicoba dengan IRR tertentu sehingga diperoleh NPV positif
dan negative. Selanjutnya dilakukan interpolasi kemudian dihitung
IRR nya dengan rumus berikut :
IRR=IRR1+[ (IRR2−IRR1 )xNPV1
NPV1−NPV2 ]Contoh : Pada usulan investasi Kebab Jamur di atas tentukan IRR
nya.
Penyelesaian :
Dicoba dengan IRR = 5%
NPV1=−Rp50jt+Rp.20jt((1+0,05 )
+Rp.20jt(1+0,05)2
+Rp.15jt(1+0,05 )3
+Rp.5jt
(1+0,05)4
= -Rp 50.000.000,- + Rp 19.047.619 + Rp 18.140.590 + Rp
12.957.564 + Rp 4.113.512
= Rp 4.259.285
Page 12 of 25
Dicoba dengan IRR2 = 10%
NPV2=−Rp50jt+Rp.20jt((1+0,10 )
+Rp.20jt(1+0,10)2
+Rp.15jt(1+0,10 )3
+Rp.5jt
(1+0,10)4
= -Rp 50.000.000,- + Rp 18.181.818 + Rp 16.528.926 + Rp
11.269.722 + Rp 3.415.067
= - Rp 604.467
Interpolasi :
IRR=5%+[ (10 %−5% )x 4.259.2854.259.285−(−604.467 ) ]
IRR = 5% + (5% x 0,875) = 5% + 4,38%
= 9,38 %
Usulan investasi tersebut diterima karena IRR > biaya modal
(9,38% > 6%)
Perhitungan IRR juga dapat dilakukan dengan menggunakan
Microsoft Excel, dengan cara memilih IRR pada fungsi Financial,
yang ditampilkan sebagai berikut. Value diambil dari cell B3
sampai B7. Guess tidak perlu diisi. Selanjutnya tekan OK.
Diperoleh hasil IRR = 0,0933 atau 9,33%. Terdapat sedikit
perbedaan dengan hasil dari intrapolasi yang dikarenakan faktor
pembualatan dan/atau proksimasi.
Page 13 of 25
MODIFIED INTERNAL RATE OF RETURN (MIRR)
Adalah penilaian usulan investasi dengan mencari return yang
menyamakan nilai sekarang (PV) dari nilai yang akan datang aliran
kas yang dihasilkan investasi (cash inflow) dengan nilai
investasi awal (cash outflow)
Apabila dinyatakan dalam persamaan tampak sebagai berikut :
PV Cost(Outflow) = PV Terminal Value
PVOutflow=TV
(1+MIRR )n
dimana : TV=∑
t=0
nCash Inflow (1+k )n−t
Usulan proyek akan diterima jika MIRR > return yang disyaratkan
dan ditolak jika lebih kecil dari return yang disyaratkan.
Misalnya dari usulan proyek senilai Rp.200.000.000,- tersebut
diatas biaya modalnya 10% , maka langkah pertama dihitung Terminal
Value dari aliran kas yang dihasilkan investasi yaitu :
TV=−Rp.10jt (1+0,1 )4+Rp.50jt (1+0,1)3+Rp.75jt(1+0,1 )2+Rp.70jt (1+0,1)1+Rp.60jt (1+0,1 )0
Page 14 of 25
= - Rp.14.641.000 + Rp.66.550.000,- + Rp.90.750.000,- +Rp.77.000.000 + Rp.60.000.000,
= Rp.279.659.000,-
Kemudian untuk mencari MIRR dapat digambarkan dalam time line
berikut :
0 1 2 3
4 5
- Rp.200 jt -Rp.10jt Rp.50jt Rp.75jtRp.70jt Rp60.000.000
Rp77.000.000 Rp90.750.000
Rp66.550.000
-Rp14.461.000
Rp.279.659.000
PVTV= Rp.200 jtMIRR = ?
Jika dinyatakan dalam persamaan :
Rp.200.000.000,−¿
Rp.279.659.000,−
(1+MIRR )5
Rp.200.000.000,- (1+MIRR)5 = Rp.279.659.000,-
(1+MIRR)5 = 1,398295
1+MIRR=5√1,543805
1+ MIRR = 1,090733
MIRR = 0,09733
= 9,07%
Page 15 of 25
B. ARUS KAS PENGANGGARAN MODAL
KONSEP DASAR ESTIMASI ALIRAN KAS
Pada penilaian usulan investasi tersebut di atas, aliran kas
dari usulan investasi diasumsikan sudah diketahui. Berikut
diuraikan klasifikasi aliran kas dan langkah-langkah menghitung
aliran kas selama umur proyek.
Dalam menentukan aliran kas, usulan investasi penggantian
maupun ekspansi, yang dihitung adalah incremental nya saja.
Incremental cash flow dapat didefinisikan sebagai arus kas setelah
pajak yang terjadi dengan adanya proyek investasi. Dengan kata
lain, incremental cash flow adalah selisih antara total arus kas
dengan adanya usulan proyek dan arus kas tanpa usulan proyek
tersebut. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
perhitungan incremental (relevant) cash flow:
Page 16 of 25
1. Sunk cost. Biaya ini merupakan pengeluaran yang terjadi dimasa
lalu dan tidak dapat diperoleh kembali di masa datang terlepas
apakah proyek yang sedang dipertimbangkan diterima. Contoh,
biaya studi kelayakan, biaya ijin bangunan. Arus kas seperti
ini tidak relevan dalam penganggaran modal.
2. Opportunity cost, terkait dengan aset yang dimiliki. Opportunity cost
merupakan biaya karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh
pendapatan akibat aset yang dimiliki digunakan untuk kebutuhan
proyek yang direncanakan. Misal Tn. Abot berencana membuka
Restoran, yang direncakanakan akan dijalankan di lahan dan
gedung yang saat ini sudah dimilikinya. Apabila lahan dan
gedung disewakan, maka diperoleh uang sewa Rp.25 juta per
tahun. Ketika mengevaluasi arus kas, maka potensi uang sewa
lahan dan bangunan Rp.25 juta ini harus dibebankan ke proyek
restoran.
3. Beban Bunga. Dalam perhitungan biaya modal tertimbang (weighted
average cost of capital – WACC), beban bunga (biaya hutang)
merupakan salah satu komponennya. Mengingat WACC digunakan
sebagai faktor diskonto dalam perhitungan NPV proyek, maka
mengurangkan beban bunga dari pendapatan perusahaan akan
menyebabkan pembebaban ganda (double counting), pertama dalam
perhitungan WACC dan kedua dalam perhitungan arus kas
operasional. Untuk mengatasi hal ini maka beban beban bunga
harus dikeluarkan sebagai pengurang dalam perhitungan laba
perusahaan.
Page 17 of 25
4. Externalities, merupakan dampak dari suatu proyek terhadap bagian
lain perusahaan atau lingkungan. Misal, Bank ABC berencana
mendirikan cabang baru di Jl. Nginden Semolo 34. Dampak dari
pembukaan cabang baru ini adalah sebagian nasabah yang dulunya
bertransaksi di cabang Jl. Ngagel Jaya 20 berpindah.
Diperkirakan terdapat 100 nasabah yang akan berpindah dengan
nilai arus kas bersih sebesar Rp.40 juta. Ketika Bank ABC
menilai kelayakan cabang Jl Nginden Semolo 34, maka arus kas
yang diperolehnya akan dikurangi sebesar Rp.40 juta.
Aliran kas dari suatu usulan investasi terdiri dari :
a. Aliran Kas Awal (Initial Outlay = I0), yaitu jumlah kas yang
digunakan untuk mendanai usulan investasi
b. Aliran Kas Operasional (Operational Cashflow), yaitu arus kas yang
dihasilkan selama umur proyek
c. Aliran Kas Akhir (Terminal Cahflow), yaitu aliran kas yang
dihasilkan pada akhir umur proyek
ALIRAN KAS AWAL = Io
a. Proyek Baru
Arus kas awal untuk proyek baru terdiri dari:
1) Harga perolehan aset [-]. Harga perolehan aset mencakup semua
biaya yang diperlukan sampai dengan aset tersebut siap
digunakan. Misal, untuk pembelian mesin, maka harga perolehan
mencakup harga beli (harga faktur), biaya pengiriman (termasuk
asuransi jika ada), dan biaya instalasi dan uji coba.
Page 18 of 25
2) Perubahan modal kerja bersih. Modal kerja bersih merupakan
selisih antar aset lancar (piutang usaha dan persediaan) dan
kewajiban lancar (hutang usaha). Keberadaan proyek baru,
sering kali membutuhkan tambahan modal kerja [-], namun
terkadang bisa juga berupa penghematan modal kerja [+].
b. Proyek Penggantian
1) Harga perolehan aset baru [-]. Perhitungan sebagaimana untuk
proyek baru.
2) Nilai bersih dari penjualan aset lama yang diganti. Nilai
bersih hasil penjualan aset lama dapat dihitung dengan:
- Harga jual (nilai pasar) aset lama [+]
- Dikurang beban (ditambah penghematan) pajak: tarip x (Harga
Jual – Nilai Buku) [-/+]
3) Perubahan modal kerja bersih [-]. Perhitungan modal kerja
bersih sebagaimana untuk proyek baru.
Contoh :
Sebuah perusahaan ingin mengganti mesin lama dengan mesin yang
baru. Mesin lama diperoleh lima tahun yang lalu dengan harga
Rp.100.000.000,- , diperkirakan berumur 10 tahun, disusut dengan
metode garis lurus tanpa nilai sisa. Mesin baru seharga
Rp.90.000.000,- untuk mengoperasikan diperlukan biaya pemasangan
instalasi yang memerlukan biaya Rp.25.000.000,. Mesin baru ini
memiliki masa manfaat delapan tahun dan diperkirakan memiliki
nilai residu Rp.5.000.000. Jika penggantian dilakukan maka mesin
Page 19 of 25
lama akan dijual dan diperkirakan laku seharga Rp.56.000.000,-
Dengan digunakan mesin baru, perusahaan memerlukan tambahan modal
kerja sebesar Rp.10.000.000,-. Jika tingkat pajak perusahaan 30%,
berapa nilai investasi awal dari usulan penggantian mesin
tersebut ?
Penyelesaian :
Harga perolehan mesin baru: Harga Beli Rp. 90.000.000,-
Biaya Instalasi Rp.
25.000.000,- +
(Rp.115.000.000,-)
Harga Jual Mesin lama Rp.
56.000.000,-
Pajak keuntungan penjualan mesin 30% x (Rp.56 jt – Rp.50 juta*)
= (Rp. 1.800.000,-)
Hasil bersih penjualan aset lama Rp.
54.200.000,-
*) Nilai buku = Harga perolehan – Akumulasi penyusutan = 100 juta
– [5 th x (100 juta /10)]
Tambahan Modal Kerja
(Rp. 10.000.000,-)
Nilai Investasi Awal = I0 = (115.000.000) + 54.200.000 +(10.000.000) = Rp.70.800.000,-
ALIRAN KAS OPERASIONAL
Page 20 of 25
Untuk menentukan aliran kas operasional selama umur proyek
dilakukan sebagai berikut:
1. Tentukan peningkatan pendapatan yang diharapkan dari usulan
investasi (+)
2. Hitung penghematan/peningkatan biaya operasional (+/-)
3. Hitung peningkatan /penurunan biaya depresiasi karena
penggunaan aset baru (-/+)
4. Hitung peningkatan laba sebelum pajak
5. Hitung pajak yang dibebankan (-)
6. Tambahkan kembali peningkatan depresiasi, karena biaya
depresiasi tidak mengakibatkan arus kas keluar.
Secara matematis, perhitungan arus kas operasional dapat
dilakukan dengan formula sederhana sebagai berikut:
a. Menggunakan laba bersih (EAT), yang sudah memasukkan beban
bunga dan depresiasi
ACF = EAT + Depresiasi + Bunga (1 – T)
dimana ACF adalah annual cash flow, EAT adalah earnings after taxes,
dan T adalah tarif efektif pajak penghasilan badan (PPh
badan). Catatan: bila dalam perhitungan laba bersih, sudah
mengeluarkan beban bunga maka bagian terakhir dari persamaan
diatas, Bunga (1 – tarif pajak), dihilangkan.
b. Menggunakan laba operasional sebelum pajak, bunga, dan
depresiasi (EBITD)
ACF= EBIT (1 – tarip pajak) + Depresiasi (T)
c. Menggunakan komponen pendapatan dan beban
Page 21 of 25
ACF = [(Penjualan – Biaya operasional variabel - Depresiasi)
(1 – t)] + Depresiasi
Contoh :
Misalnya dari contoh penggantian mesin tersebut di atas ;
diharapkan dengan menggunakan mesin baru, penjualan dapat
meningkat sebesar Rp.25.000.000,- per tahun dan biaya operasional
meningkat sebesar Rp.5.000.000,- pertahun. Mesin baru
diperkirakan berumur delapan tahun disusutkan dengan metode garis
lurus dengan nilai sisa Rp.5.000.000,- Karena metode penyusutan
adalah garis lurus, sehingga beban depresiasi setiap tahunnya
sama besar, maka aliran kas operasional setiap tahun selama umur
proyek dapat dihitung sebagai berikut :
Penyelesaian :
Peningkatan penjualan Rp.25.000.000,-
Peningkatan biaya operasional (Rp.5.000.000,-)
Depresiasi mesin baru Rp.13.750.000,-
Depresiasi mesin lama Rp.10.000.000,- -
Peningkatan depresiasi (Rp. 3.750.000,-) +
Peningkatan Laba sebelum pajak Rp.16.250.000,-
Pajak 30% (Rp. 4.875.000,-)
Peningkatan Laba setelah pajak Rp.11.375.000,-
Peningkatan depresiasi Rp. 3.750.000,-
Aliran Kas Operasional per tahun Rp.15.125.000,-=============
Page 22 of 25
Jika metode penyusutan yang digunakan adalah metode dipercepat
(misalnya : metode saldo menurun atau metode jumlah angka tahun),
maka peningkatan depresiasi setiap tahunnya akan berbeda,
sehingga aliran kas operasional yang dihasilkan juga akan
berbeda.
Berikut diberikan contoh perhitungan aliran kas operasional
(dua tahun), apabila metode penyusutan yang digunakan saldo
menurun dengan tarif penyusutan duakali tarif garis lurus.
Tahun ke-1 Tahun ke-2
Peningkatan Penjualan Rp.25.000.000,- Rp.25.000.000,-
Peningkatan Biaya Operasional (Rp. 5.000.000,-)
(Rp. 5.000.000,-)
Depr. Mesin baru*) Rp. 28.750.000,- Rp.21.562.500,-
Depr. Mesin Lama Rp.10.000.000,-(-) Rp.10.000.000,-
(-)
Peningkatan depresiasi (Rp.18.750.000,-)
(Rp.11.562.500,-)
Peningkatan Laba sebelum pajak Rp. 1.250.000,-
Rp. 8.437.500,-
Pajak 30% (Rp. 375.000,-) (Rp.
2.531.250,-)
Peningkatan laba setelah pajak Rp. 875.000,-
Rp. 5.906.250,-
Peningkatan Depresiasi Rp.18.750.000,-
Rp.11.562.500,-
Aliran Kas operasional Rp.19.825.000,-
Rp.17.468.750,-
Page 23 of 25
*) Depresiasi mesin baru = (Harga Perolehan – Nilai Residu) / 8
tahun = (115 juta – 5 juta) / 8
Lanjutkan perhitungan di atas sampai dengan akhir umur proyek !
ALIRAN KAS AKHIR
Aliran kas akhir dapat terdiri dari :
1. Nilai sisa/hasil penjualan aset (+)
2. Pajak/penghematan pajak atas penjualan aset (-/+)
3. Pengembalian biaya tambahan modal kerja (+)
Dengan tetap menggunakan contoh penggantian mesin dengan
penyusutan garis lurus tersebut di atas, misalnya pada akhir umur
proyek mesin baru laku dijual seharga Rp.7.500.000,-; maka nilai
aliran kas akhir dapat dihitung sebagai berikut
Hasil penjualan Mesin Rp. 7.500.000,-
Pajak 30% (Rp.7.500.000,- - Rp.5.000.000*),-) = (Rp.
750.000,-)
Pengembalian modal kerja Rp.10.000.000,-
Aliran Kas Akhir Rp.16.750.000,-
===========*) Nilai residu mesin baru
Dengan demikan pada akhir umur proyek (akhir tahun kedelapan),
jumlah aliran kas terdiri dari:
Aliran Kas Operasional Rp.15.125.000,-
Aliran Kas Akhir Rp.16.750.000,-
Page 24 of 25