25
BAB IV CAPITAL BUDGETING (PENGANGGARAN MODAL) Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi dasar : Mampu menganalisis kelayakan investasi dalam aset tetap (penganggaran modal) dengan menggunakan berbagai teknik evaluasi kelayakan. Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu : 1. Menjelaskan penganggaran modal 2. Menghitung dan menggunakan berbagai criteria keputusan penganggaran modal, seperti Payback period, NPV dan IRR. 3. Mengidentifkasi arus kas yang “relevan” dan harus dipertimbangkan dalam analisis pengangaran modal. 4. Mengestimasi arus kas proyek dan selanjutnya membuat keputusan kelayakan dengan menggunakan kriteria payback period, NPV dan IRR Gambaran Umum Materi Setiap unit bisnis akan selalui menghadapi berbagai keputusan investasi, baik dalam aset jangka pendek maupun dalam aset jangka panjang. Bab ini akan membahas keputusan investasi dalam aset jangka panjang, atau yang sering dikenal dengan penganggaran modal (capital budgeting). Bagian pertama akan membahas berbagai teknik yang umumnya digunakan untuk menganalisis kelayakan Page 1 of 25

6 dan 7 - Capital Budgeting edit Linda

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IV

CAPITAL BUDGETING(PENGANGGARAN MODAL)

Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi dasar :

Mampu menganalisis kelayakan investasi dalam aset tetap

(penganggaran modal) dengan menggunakan berbagai teknik evaluasi

kelayakan.

Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :

1. Menjelaskan penganggaran modal

2. Menghitung dan menggunakan berbagai criteria keputusan

penganggaran modal, seperti Payback period, NPV dan IRR.

3. Mengidentifkasi arus kas yang “relevan” dan harus

dipertimbangkan dalam analisis pengangaran modal.

4. Mengestimasi arus kas proyek dan selanjutnya membuat keputusan

kelayakan dengan menggunakan kriteria payback period, NPV dan

IRR

Gambaran Umum Materi

Setiap unit bisnis akan selalui menghadapi berbagai keputusan

investasi, baik dalam aset jangka pendek maupun dalam aset jangka

panjang. Bab ini akan membahas keputusan investasi dalam aset

jangka panjang, atau yang sering dikenal dengan penganggaran

modal (capital budgeting). Bagian pertama akan membahas berbagai

teknik yang umumnya digunakan untuk menganalisis kelayakan

Page 1 of 25

penganggaran modal (proyek). Sedang bagian bagian kedua akan

membahas mengenai estimasi arus kas yang relevan dengan keputusan

penganggaran modal.

A. TEKNIK PENGANGGARAN MODAL

KONSEP DASAR PENGANGGARAN MODAL

Penganggaran modal (Capital Budgeting) merupakan keputusan investasi

pada barang modal (jangka panjang). Investasi ini menyangkut

investasi pada real assets (aset berwujud). Langkah-langkah dalam

keputusan investasi tersebut meliputi

1. Adanya usulan investasi

2. Biaya dari proyek / investasi yang diusulkan

3. Arus kas yang dihasilkan dari investasi yang diusulkan

4. Menilai usulan investasi dengan berbagai kriteria penilaian

investasi

5. Mengevaluasi dari usulan proyek / investasi yang diterima

secara berkesinambungan

Klasifikasi Usulan Investasi :

Usulan proyek / investasi dapat terdiri dari berbagai tipe, pada

umumnya diklasifikasikan dalam tiga kategori sebagai berikut :

1. Penggantian (Replacement) yaitu usulan investasi menyangkut

penggantian aset. Penggantian ini dapat bertujuan untuk

mempertahankan bisnis yang sudah ada atau untuk mengurangi

biaya/meningkatkan efisiensi atau mengganti aset yang lama

dengan aset yang baru

Page 2 of 25

2. Perluasan (Expansion) yaitu usulan investasi menyangkut

perluasan usaha, dapat berupa menambah jumlah

produksi/perluasan daerah pemasaran atau menambah produk baru

yang dihasilkan

3. Keamanan Lingkungan (Safety/Environmental project) yaitu usulan

investasi yang dilakukan dalam rangka untuk mematuhi ketentuan

Pemerintah, Aturan Perburuhan atau Kebijakan Asuransi. Oleh

karenanya pengeluaran ini dinamakan nonrevenue-producing project

KRITERIA PENILAIAN USULAN INVESTASI

Apabila jumlah biaya untuk usulan investasi (proyek) dan hasil

pengembalian dari investasi selama umur ekonomis sudah diketahui,

maka usulan investasi tersebut dapat dinilai apakah layak untuk

dilaksanakan atau tidak dapat menggunakan kriteria penilaian

investasi.

Kriteria penilaian usulan investasi meliputi :

1. Payback Period (PP)

2. Discounted Payback (DPP)

3. Profitability Index (PI)

4. Net Present Value (NPV)

5. Internal Rate of Return (IRR)

6. Modified Rate of Return (MIRR)

Untuk menentukan apakah usulan proyek diterima atau dapat

dilaksanakan selain melihat hasil penilaian berdasar kriteria

penilaian yang digunakan juga melihat sifat/jenis usulan

investasi yang dapat dibedakan menjadi:

Page 3 of 25

1. Mutually Exclusive Projects

Yaitu usulan investasi yang terdiri dari beberapa proyek,

dimana hanya satu proyek yang dapat dilaksanakan karena

masing-masing mempunyai sifat yang sama meskipun berdasar

kriteria penilaian terdapat lebih dari satu proyek yang layak

untuk dilaksanakan.

2. Independent Projects

Yaitu usulan dua atau lebih proyek investasi dimana proyek

yang satu dengan lainnya tidak sama sifatnya, sehingga apabila

berdasar kriteria penilaian yang digunakan usulan yang layak

diterima lebih dari satu maka dapat dilaksanakan sepanjang

dana yang tersedia mencukupi.

Payback Period

Payback period adalah kriteria penilaian usulan investasi yang

mengukur periode/jangka waktu yang diperlukan untuk menutup semua

biaya investasi yang dikeluarkan.

a. Jika aliran kas yang dihasilkan dari usulan investasi tersebut

secara periodik jumlahnya sama, maka periode payback dapat

dihitung:

PaybackPeriod=Arus Kas Keluar (Investasi Awal)Arus Kas Masuk Periodik

b. Tetapi jika aliran kas secara periodik besarnya tidak sama,

periode payback dapat ditentukan dengan cara:

Page 4 of 25

Payback Period = Tahun sebelum sepenuhnya tertutup +Investasi yang belum tertutup pada awal tahunArus kas selama tahun tersebut

Kriteria penerimaan/penolakan investasi berdasarkan payback period:

Jika PP < PPmax : investasi diterima

Jika PP > PPmax : investasi ditolak

Payback period maksimal (PPmax) bisa didasarkan (a) jangka

waktu proyek, atau (b) jangka waktu pinjaman. Secara prinsip,

semakin pendek payback period suatu proyek maka semakin layak

proyek tersebut.

Contoh:

Berikut adalah aliran kas dari dua usulan proyek yang bersifat

mutually exclusive selama umur proyek yang memerlukan dana investasi

sama :Tahun Jasuke

0 (50,000,000)1 15,000,000 2 15,000,000 3 15,000,000 4 15,000,000

Tentukan Payback Period dari kedua usulan investasi tersebut.

Untuk Investasi Jasuke:

karena Cashinflow setiap tahun pada usulan Jasuke besarnya sama

maka payback period dapat dihitung sebagai berikut :

PPJasuke=50.000.00015.000.000

=3,33 tahun

Untuk investasi Kebab Jamur:

Page 5 of 25

Perhitungan Payback Period dapat dihitung dengan cara sebagai

berikut :Kas AkhirHarga Jual MobilPajakPengembalian Moker

PPKebabJamur=2tahun+10.000.00015.000.000

=2,67tahun

Berdasarkan hasil perhitungan payback period diatas, maka

proyek ”Jamur” lebih layak untuk dipilih karena memilik payback

period lebih pendek (2,67 tahun untuk Jamur dan 3,33 tahun untuk

Jasuke.

Payback period memiliki kelebihan dalam hal bahwa kriteria

ini mudah untuk dihitung dan dipahami. Namun kriteria ini juga

memiliki beberapa kelamahan, antara lain:

a. Tidak memperhatikan nilai waktu dari uang

b. Mengabaikan arus kas yang diterima setelah periode payback.

Discounted Payback Period

Discounted Payback Period adalah kriteria penilaian yang digunakan

untuk mengukur jangka waktu yang diperlukan untuk menutup semua

dana yang diinvestasikan dari aliran kas yang dihasilkan setelah

didiskontokan dengan tingkat biaya modal dari investasi tersebut.

Kriteria ini dirancang untuk mengatasi sebagian kelemahan dari

pendekatan Payback Period dalam hal pengabaian terhadap nilai

waktu dari uang.

Kriteria penerimaan/penolakan investasi :

Page 6 of 25

Jika DPP < DPPmax : investasi diterima

Jika DPP > DPPmax : investasi ditolak

Seperti halnya dengan payback period, secara prinsip semakin

pendek discounted payback period suatu proyek maka semakin layak

proyek tersebut. Kriteria discounted payback period masih

mengandung satu kelemahan mendasar, yaitu mengabaikan arus kas

setelah periode pengembalian

Contoh:

Untuk usulan investasi Jasuke dan Kebab Jamur, jika biaya modal

dari kedua usulan investasi tersebut 6%, hitung discounted payback

period untuk investasi Jasuke.

Penyelesaian:Tahun CF DF DCF

0 (50,000,000) 1.00 (50,000,000)1 15,000,000 0.94 14,150,943 2 15,000,000 0.89 13,349,947 3 15,000,000 0.84 12,594,289 4 15,000,000 0.79 11,881,405

Keterangan : DF=Discount Factor; CF=Cash Flow, DCF=Discounted Cash Flow

DPPJasuke=3tahun+9.904.82111.881.405

=3,83 tahun

Hasil perhitungan atas proyek Jasuke diatas memperlihatkan

bahwa kriteria discounted payback period menghasilkan periode yang

lebih lama dibanding criteria payback period, yaitu 3,83 tahun

dibanding 3,33 tahun. Hal ini karena dengan mempertimbangkan

nilai waktu dari uang dalam pendekatan discounted payback period maka

Page 7 of 25

nilai arus kas masuk pada tahun kedua dan sesudahnya menjadi

lebih kecil.

Net Present Value (NPV)

Net Present Valu (nilai sekarang bersih) adalah metode penilaian

usulan investasi yang mengurangkan nilai sekarang dari aliran kas

yang dihasilkan dari suatu investasi setelah didiskonto dengan

biaya modal (k), dengan dana yang dikeluarkan untuk investasi

tersebut. Metode ini dipandang sebagai metode terbaik untuk

penilaian kelayakan investasi.

Kriteria penerimaan/penolakan investasi:

Jika NPV positif : investasi diterima

Jika NPV negatif : investasi ditolak

Berdasarkan criteria ini, maka Secara prinsip semakin

positif nilai NPV suatu proyek maka semakin baik proyek tersebut.

Untuk mencari NPV dapat dihitung dengan menggunakan konsep

nilai waktu uang sebagai berikut:

a. Arus kas tidak sama:

NPV=CF0+CF1

(1+k )1+

CF2(1+k )2

+CF3

(1+k)3+.............+

CFn(1+k )n

=∑t=0

n CFt(1+k )t

b. Arus kas sama:

NPV=CF0+(CFtx1−1

(1+k )n

k )Contoh:

Page 8 of 25

Terdapat dua usulan investasi mutually exclusive yaitu Jasuke dan

Kebab Jamur pada contoh sebelumnya, jika diketahui bahwa biaya

modal sebesar 6%, maka NPV dari kedua usulan investasi tersebut

dapat dihitung sebagai berikut:

Untuk Jasuke:

Karena aliran kas selama umur investasi untuk Jasuke adalah sama,

maka NPV dari Jasuke dapat dihitung dengan memanfaatkan Tabel

bunga PVIFAk,n atau dengan perhitungan sebagai berikut :

NPVJasuke=CF0+(CFtx 1−1

(1+k )n

k )NPVJasuke=−Rp.50.000.000,−+(Rp.15.000.000,−x

1−1

(1+0,06)4

0,06 ) = - Rp 50.000.000,- + (Rp 15.000.000 x 3,47)

= - Rp 50.000.000,- + Rp 51.976.584

= Rp 1.976.584 usulan investasi diterima (NPV positif)

Untuk Kebab Jamur:

NPVKebabJamur=−Rp.50juta,−+Rp.20jt(1+0,06)

+Rp.20jt(1+0,06 )2

+Rp.15jt(1+0,06)3

+Rp.5jt

(1+0,06)4

= - Rp50 jt +Rp18.867.925 + Rp17.799.929+ Rp 12.594.289 + Rp

3.960.468

= Rp 3.222.611 usulan investasi diterima (NPV positif).

Perhitungan NPV juga dapat dilakukan dengan menggunakan

Microsft Excel, dengan cara memilih NPV pada fungsi Financial,

Page 9 of 25

yang ditampilkan sebagai berikut. Rate = 0,06 (6%) dari cell C1,

Value1 diambil dari cell B4 sampai B7. Selanjutnya tekan OK.

Untuk menghitung NPV maka tambahkan investasi awal, cell B3,

sehingga fungsi menjadi: NPV(C1, B4:B7)+B3.

Berdasarkan kriteria NPV maka proyek Kebab Jamur lebih layak

dipilih dibanding proyek Jasuke karena memiliki nilai yang lebih

besar, yaitu Rp.3.222.611 dibanding Rp.1.976.584.

Page 10 of 25

Profitability Index (PI)

Profitability index adalah rasio antara nilai sekarang (PI) dari

aliran kas yang dihasilkan oleh suatu investasi yang didiskonto

dengan biaya modal (k) terhadap aliran kas/investasi awal, yang

dapat dirumuskan sebagai berikut :

PI=∑t=1

n CFt(1+k )t

I0 Kriteria penerimaan/penolakan investasi :

Jika PI ≥ 1 : investasi diterima

Jika PI < 1 : investasi ditolak

Dengan menggunakan contoh usulan investasi Jasuke di atas, maka

dapat dihitung Profitability Index-nya sebagai berikut :

Tahun CF0 (50,000,000)1 15,000,000 2 15,000,000 3 15,000,000

PIJasuke=51.976.58450.000.000

=1,04 usulan investasi diterima karena PI >

1

INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan kriteria penilaian usulan

investasi yang menggunakan tingkat hasil pengembalian yang

diharapkan investor sebagai tingkat diskonto untuk menyamakan

nilai sekarang dari aliran kas dari investasi selama umur proyek

dengan nilai investasi awalnya.

Page 11 of 25

Apabila dinyatakan dalam persamaan:

I0 (CF0) = PV Inflow

I0=∑t=1

n CFt(1+IRR )t

Kriteria penerimaan/penolakan investasi :

Jika IRR ≥ biaya modal : investasi diterima

Jika IRR < biaya modal : investasi ditolak

Menentukan IRR dari usulan investasi dilakukan dengan trial and error,

yaitu dicoba dengan IRR tertentu sehingga diperoleh NPV positif

dan negative. Selanjutnya dilakukan interpolasi kemudian dihitung

IRR nya dengan rumus berikut :

IRR=IRR1+[ (IRR2−IRR1 )xNPV1

NPV1−NPV2 ]Contoh : Pada usulan investasi Kebab Jamur di atas tentukan IRR

nya.

Penyelesaian :

Dicoba dengan IRR = 5%

NPV1=−Rp50jt+Rp.20jt((1+0,05 )

+Rp.20jt(1+0,05)2

+Rp.15jt(1+0,05 )3

+Rp.5jt

(1+0,05)4

= -Rp 50.000.000,- + Rp 19.047.619 + Rp 18.140.590 + Rp

12.957.564 + Rp 4.113.512

= Rp 4.259.285

Page 12 of 25

Dicoba dengan IRR2 = 10%

NPV2=−Rp50jt+Rp.20jt((1+0,10 )

+Rp.20jt(1+0,10)2

+Rp.15jt(1+0,10 )3

+Rp.5jt

(1+0,10)4

= -Rp 50.000.000,- + Rp 18.181.818 + Rp 16.528.926 + Rp

11.269.722 + Rp 3.415.067

= - Rp 604.467

Interpolasi :

IRR=5%+[ (10 %−5% )x 4.259.2854.259.285−(−604.467 ) ]

IRR = 5% + (5% x 0,875) = 5% + 4,38%

= 9,38 %

Usulan investasi tersebut diterima karena IRR > biaya modal

(9,38% > 6%)

Perhitungan IRR juga dapat dilakukan dengan menggunakan

Microsoft Excel, dengan cara memilih IRR pada fungsi Financial,

yang ditampilkan sebagai berikut. Value diambil dari cell B3

sampai B7. Guess tidak perlu diisi. Selanjutnya tekan OK.

Diperoleh hasil IRR = 0,0933 atau 9,33%. Terdapat sedikit

perbedaan dengan hasil dari intrapolasi yang dikarenakan faktor

pembualatan dan/atau proksimasi.

Page 13 of 25

MODIFIED INTERNAL RATE OF RETURN (MIRR)

Adalah penilaian usulan investasi dengan mencari return yang

menyamakan nilai sekarang (PV) dari nilai yang akan datang aliran

kas yang dihasilkan investasi (cash inflow) dengan nilai

investasi awal (cash outflow)

Apabila dinyatakan dalam persamaan tampak sebagai berikut :

PV Cost(Outflow) = PV Terminal Value

PVOutflow=TV

(1+MIRR )n

dimana : TV=∑

t=0

nCash Inflow (1+k )n−t

Usulan proyek akan diterima jika MIRR > return yang disyaratkan

dan ditolak jika lebih kecil dari return yang disyaratkan.

Misalnya dari usulan proyek senilai Rp.200.000.000,- tersebut

diatas biaya modalnya 10% , maka langkah pertama dihitung Terminal

Value dari aliran kas yang dihasilkan investasi yaitu :

TV=−Rp.10jt (1+0,1 )4+Rp.50jt (1+0,1)3+Rp.75jt(1+0,1 )2+Rp.70jt (1+0,1)1+Rp.60jt (1+0,1 )0

Page 14 of 25

= - Rp.14.641.000 + Rp.66.550.000,- + Rp.90.750.000,- +Rp.77.000.000 + Rp.60.000.000,

= Rp.279.659.000,-

Kemudian untuk mencari MIRR dapat digambarkan dalam time line

berikut :

0 1 2 3

4 5

- Rp.200 jt -Rp.10jt Rp.50jt Rp.75jtRp.70jt Rp60.000.000

Rp77.000.000 Rp90.750.000

Rp66.550.000

-Rp14.461.000

Rp.279.659.000

PVTV= Rp.200 jtMIRR = ?

Jika dinyatakan dalam persamaan :

Rp.200.000.000,−¿

Rp.279.659.000,−

(1+MIRR )5

Rp.200.000.000,- (1+MIRR)5 = Rp.279.659.000,-

(1+MIRR)5 = 1,398295

1+MIRR=5√1,543805

1+ MIRR = 1,090733

MIRR = 0,09733

= 9,07%

Page 15 of 25

B. ARUS KAS PENGANGGARAN MODAL

KONSEP DASAR ESTIMASI ALIRAN KAS

Pada penilaian usulan investasi tersebut di atas, aliran kas

dari usulan investasi diasumsikan sudah diketahui. Berikut

diuraikan klasifikasi aliran kas dan langkah-langkah menghitung

aliran kas selama umur proyek.

Dalam menentukan aliran kas, usulan investasi penggantian

maupun ekspansi, yang dihitung adalah incremental nya saja.

Incremental cash flow dapat didefinisikan sebagai arus kas setelah

pajak yang terjadi dengan adanya proyek investasi. Dengan kata

lain, incremental cash flow adalah selisih antara total arus kas

dengan adanya usulan proyek dan arus kas tanpa usulan proyek

tersebut. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

perhitungan incremental (relevant) cash flow:

Page 16 of 25

1. Sunk cost. Biaya ini merupakan pengeluaran yang terjadi dimasa

lalu dan tidak dapat diperoleh kembali di masa datang terlepas

apakah proyek yang sedang dipertimbangkan diterima. Contoh,

biaya studi kelayakan, biaya ijin bangunan. Arus kas seperti

ini tidak relevan dalam penganggaran modal.

2. Opportunity cost, terkait dengan aset yang dimiliki. Opportunity cost

merupakan biaya karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh

pendapatan akibat aset yang dimiliki digunakan untuk kebutuhan

proyek yang direncanakan. Misal Tn. Abot berencana membuka

Restoran, yang direncakanakan akan dijalankan di lahan dan

gedung yang saat ini sudah dimilikinya. Apabila lahan dan

gedung disewakan, maka diperoleh uang sewa Rp.25 juta per

tahun. Ketika mengevaluasi arus kas, maka potensi uang sewa

lahan dan bangunan Rp.25 juta ini harus dibebankan ke proyek

restoran.

3. Beban Bunga. Dalam perhitungan biaya modal tertimbang (weighted

average cost of capital – WACC), beban bunga (biaya hutang)

merupakan salah satu komponennya. Mengingat WACC digunakan

sebagai faktor diskonto dalam perhitungan NPV proyek, maka

mengurangkan beban bunga dari pendapatan perusahaan akan

menyebabkan pembebaban ganda (double counting), pertama dalam

perhitungan WACC dan kedua dalam perhitungan arus kas

operasional. Untuk mengatasi hal ini maka beban beban bunga

harus dikeluarkan sebagai pengurang dalam perhitungan laba

perusahaan.

Page 17 of 25

4. Externalities, merupakan dampak dari suatu proyek terhadap bagian

lain perusahaan atau lingkungan. Misal, Bank ABC berencana

mendirikan cabang baru di Jl. Nginden Semolo 34. Dampak dari

pembukaan cabang baru ini adalah sebagian nasabah yang dulunya

bertransaksi di cabang Jl. Ngagel Jaya 20 berpindah.

Diperkirakan terdapat 100 nasabah yang akan berpindah dengan

nilai arus kas bersih sebesar Rp.40 juta. Ketika Bank ABC

menilai kelayakan cabang Jl Nginden Semolo 34, maka arus kas

yang diperolehnya akan dikurangi sebesar Rp.40 juta.

Aliran kas dari suatu usulan investasi terdiri dari :

a. Aliran Kas Awal (Initial Outlay = I0), yaitu jumlah kas yang

digunakan untuk mendanai usulan investasi

b. Aliran Kas Operasional (Operational Cashflow), yaitu arus kas yang

dihasilkan selama umur proyek

c. Aliran Kas Akhir (Terminal Cahflow), yaitu aliran kas yang

dihasilkan pada akhir umur proyek

ALIRAN KAS AWAL = Io

a. Proyek Baru

Arus kas awal untuk proyek baru terdiri dari:

1) Harga perolehan aset [-]. Harga perolehan aset mencakup semua

biaya yang diperlukan sampai dengan aset tersebut siap

digunakan. Misal, untuk pembelian mesin, maka harga perolehan

mencakup harga beli (harga faktur), biaya pengiriman (termasuk

asuransi jika ada), dan biaya instalasi dan uji coba.

Page 18 of 25

2) Perubahan modal kerja bersih. Modal kerja bersih merupakan

selisih antar aset lancar (piutang usaha dan persediaan) dan

kewajiban lancar (hutang usaha). Keberadaan proyek baru,

sering kali membutuhkan tambahan modal kerja [-], namun

terkadang bisa juga berupa penghematan modal kerja [+].

b. Proyek Penggantian

1) Harga perolehan aset baru [-]. Perhitungan sebagaimana untuk

proyek baru.

2) Nilai bersih dari penjualan aset lama yang diganti. Nilai

bersih hasil penjualan aset lama dapat dihitung dengan:

- Harga jual (nilai pasar) aset lama [+]

- Dikurang beban (ditambah penghematan) pajak: tarip x (Harga

Jual – Nilai Buku) [-/+]

3) Perubahan modal kerja bersih [-]. Perhitungan modal kerja

bersih sebagaimana untuk proyek baru.

Contoh :

Sebuah perusahaan ingin mengganti mesin lama dengan mesin yang

baru. Mesin lama diperoleh lima tahun yang lalu dengan harga

Rp.100.000.000,- , diperkirakan berumur 10 tahun, disusut dengan

metode garis lurus tanpa nilai sisa. Mesin baru seharga

Rp.90.000.000,- untuk mengoperasikan diperlukan biaya pemasangan

instalasi yang memerlukan biaya Rp.25.000.000,. Mesin baru ini

memiliki masa manfaat delapan tahun dan diperkirakan memiliki

nilai residu Rp.5.000.000. Jika penggantian dilakukan maka mesin

Page 19 of 25

lama akan dijual dan diperkirakan laku seharga Rp.56.000.000,-

Dengan digunakan mesin baru, perusahaan memerlukan tambahan modal

kerja sebesar Rp.10.000.000,-. Jika tingkat pajak perusahaan 30%,

berapa nilai investasi awal dari usulan penggantian mesin

tersebut ?

Penyelesaian :

Harga perolehan mesin baru: Harga Beli Rp. 90.000.000,-

Biaya Instalasi Rp.

25.000.000,- +

(Rp.115.000.000,-)

Harga Jual Mesin lama Rp.

56.000.000,-

Pajak keuntungan penjualan mesin 30% x (Rp.56 jt – Rp.50 juta*)

= (Rp. 1.800.000,-)

Hasil bersih penjualan aset lama Rp.

54.200.000,-

*) Nilai buku = Harga perolehan – Akumulasi penyusutan = 100 juta

– [5 th x (100 juta /10)]

Tambahan Modal Kerja

(Rp. 10.000.000,-)

Nilai Investasi Awal = I0 = (115.000.000) + 54.200.000 +(10.000.000) = Rp.70.800.000,-

ALIRAN KAS OPERASIONAL

Page 20 of 25

Untuk menentukan aliran kas operasional selama umur proyek

dilakukan sebagai berikut:

1. Tentukan peningkatan pendapatan yang diharapkan dari usulan

investasi (+)

2. Hitung penghematan/peningkatan biaya operasional (+/-)

3. Hitung peningkatan /penurunan biaya depresiasi karena

penggunaan aset baru (-/+)

4. Hitung peningkatan laba sebelum pajak

5. Hitung pajak yang dibebankan (-)

6. Tambahkan kembali peningkatan depresiasi, karena biaya

depresiasi tidak mengakibatkan arus kas keluar.

Secara matematis, perhitungan arus kas operasional dapat

dilakukan dengan formula sederhana sebagai berikut:

a. Menggunakan laba bersih (EAT), yang sudah memasukkan beban

bunga dan depresiasi

ACF = EAT + Depresiasi + Bunga (1 – T)

dimana ACF adalah annual cash flow, EAT adalah earnings after taxes,

dan T adalah tarif efektif pajak penghasilan badan (PPh

badan). Catatan: bila dalam perhitungan laba bersih, sudah

mengeluarkan beban bunga maka bagian terakhir dari persamaan

diatas, Bunga (1 – tarif pajak), dihilangkan.

b. Menggunakan laba operasional sebelum pajak, bunga, dan

depresiasi (EBITD)

ACF= EBIT (1 – tarip pajak) + Depresiasi (T)

c. Menggunakan komponen pendapatan dan beban

Page 21 of 25

ACF = [(Penjualan – Biaya operasional variabel - Depresiasi)

(1 – t)] + Depresiasi

Contoh :

Misalnya dari contoh penggantian mesin tersebut di atas ;

diharapkan dengan menggunakan mesin baru, penjualan dapat

meningkat sebesar Rp.25.000.000,- per tahun dan biaya operasional

meningkat sebesar Rp.5.000.000,- pertahun. Mesin baru

diperkirakan berumur delapan tahun disusutkan dengan metode garis

lurus dengan nilai sisa Rp.5.000.000,- Karena metode penyusutan

adalah garis lurus, sehingga beban depresiasi setiap tahunnya

sama besar, maka aliran kas operasional setiap tahun selama umur

proyek dapat dihitung sebagai berikut :

Penyelesaian :

Peningkatan penjualan Rp.25.000.000,-

Peningkatan biaya operasional (Rp.5.000.000,-)

Depresiasi mesin baru Rp.13.750.000,-

Depresiasi mesin lama Rp.10.000.000,- -

Peningkatan depresiasi (Rp. 3.750.000,-) +

Peningkatan Laba sebelum pajak Rp.16.250.000,-

Pajak 30% (Rp. 4.875.000,-)

Peningkatan Laba setelah pajak Rp.11.375.000,-

Peningkatan depresiasi Rp. 3.750.000,-

Aliran Kas Operasional per tahun Rp.15.125.000,-=============

Page 22 of 25

Jika metode penyusutan yang digunakan adalah metode dipercepat

(misalnya : metode saldo menurun atau metode jumlah angka tahun),

maka peningkatan depresiasi setiap tahunnya akan berbeda,

sehingga aliran kas operasional yang dihasilkan juga akan

berbeda.

Berikut diberikan contoh perhitungan aliran kas operasional

(dua tahun), apabila metode penyusutan yang digunakan saldo

menurun dengan tarif penyusutan duakali tarif garis lurus.

Tahun ke-1 Tahun ke-2

Peningkatan Penjualan Rp.25.000.000,- Rp.25.000.000,-

Peningkatan Biaya Operasional (Rp. 5.000.000,-)

(Rp. 5.000.000,-)

Depr. Mesin baru*) Rp. 28.750.000,- Rp.21.562.500,-

Depr. Mesin Lama Rp.10.000.000,-(-) Rp.10.000.000,-

(-)

Peningkatan depresiasi (Rp.18.750.000,-)

(Rp.11.562.500,-)

Peningkatan Laba sebelum pajak Rp. 1.250.000,-

Rp. 8.437.500,-

Pajak 30% (Rp. 375.000,-) (Rp.

2.531.250,-)

Peningkatan laba setelah pajak Rp. 875.000,-

Rp. 5.906.250,-

Peningkatan Depresiasi Rp.18.750.000,-

Rp.11.562.500,-

Aliran Kas operasional Rp.19.825.000,-

Rp.17.468.750,-

Page 23 of 25

*) Depresiasi mesin baru = (Harga Perolehan – Nilai Residu) / 8

tahun = (115 juta – 5 juta) / 8

Lanjutkan perhitungan di atas sampai dengan akhir umur proyek !

ALIRAN KAS AKHIR

Aliran kas akhir dapat terdiri dari :

1. Nilai sisa/hasil penjualan aset (+)

2. Pajak/penghematan pajak atas penjualan aset (-/+)

3. Pengembalian biaya tambahan modal kerja (+)

Dengan tetap menggunakan contoh penggantian mesin dengan

penyusutan garis lurus tersebut di atas, misalnya pada akhir umur

proyek mesin baru laku dijual seharga Rp.7.500.000,-; maka nilai

aliran kas akhir dapat dihitung sebagai berikut

Hasil penjualan Mesin Rp. 7.500.000,-

Pajak 30% (Rp.7.500.000,- - Rp.5.000.000*),-) = (Rp.

750.000,-)

Pengembalian modal kerja Rp.10.000.000,-

Aliran Kas Akhir Rp.16.750.000,-

===========*) Nilai residu mesin baru

Dengan demikan pada akhir umur proyek (akhir tahun kedelapan),

jumlah aliran kas terdiri dari:

Aliran Kas Operasional Rp.15.125.000,-

Aliran Kas Akhir Rp.16.750.000,-

Page 24 of 25

Rp.31.875.000,-

Daftar Rujukan

1. Brigham, E.F., dan Houstan, J.F. 2009. Fundamental of

Financial Management, 12th edition, South-Western.

2. Van Horne, J.C., dan Wachowicz, J.M. 2009. Fundamental of

Financial Management, 13th edition, Prentice Hall.

Page 25 of 25