50
1 MAKALAH KOMUNIKASI PENDIDIKAN " KOMUNIKASI KELOMPOK DAN PUBLIK DALAM PENDIDIKAN " DOSEN PENGAMPU Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd Oleh SAPARUDDIN NIM. P.p.211.1.1389 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM KONSENTRASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM (TPI) PADA PROGRAM PASCASARJANA IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN 2012

\" KOMUNIKASI KELOMPOK DAN PUBLIK DALAM PENDIDIKAN \"

Embed Size (px)

Citation preview

1

MAKALAH

KOMUNIKASI PENDIDIKAN

" KOMUNIKASI KELOMPOK DAN PUBLIK DALAM PENDIDIKAN "

DOSEN PENGAMPU

Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd

Oleh

SAPARUDDIN

NIM. P.p.211.1.1389

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

KONSENTRASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM (TPI)

PADA PROGRAM PASCASARJANA IAIN SULTHAN THAHA

SAIFUDDIN JAMBI TAHUN 2012

2

DAFTAR ISIHALAMAN JUDULDAFTAR ISIKATA PENGANTARBAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………… 1B. Rumusan Masalah …………………………………………………………..... 2C. Tujuan ……………………………………………………………………….... 2D. Kegunaan Penulisan Makalah ……………………………………………….. 3E. Sistimatika Penulisan ………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASANA. Definisi Komunikasi ………………………………………………………… 5B. Definisi dan Ruang Lingkup Komunikasi Kelompok …………………... 8C. Definisi dan Ruang lingkup Komuniksi Publik ………………………... 13D. Peran Komunikasi dalam Pendidikan ………………………………….. 17

1. Efek Komunikasi Publik …………………………………………… 182. Belajar adalah Proses Komunikasi Kelompok …………………….. 283. Mengapa Pendidikan Indonesia Lemah …………………………… 33

E. Diskusi Kelas : Wujud Penerapan Komunikasi Kelompok ……………. 361. Penerapan Komunikasi Kelompok di dalam Kelas ………………... 372. Kelebihan dan Kelemahan Metode Kelompok ……………………. 38

F. Metode Ceramah : Wujud Komunikasi Publik ………………………… 39

BAB III PENUTUPA. Kesimpulan ……………………………………………………………………44B. Rekomendasi ………………………………………………………………….. 44C. Kata Penutup ……………………………………………………………….. 45

DAFTAR PUSTAKA

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seluruh kehidupan manusia tidak terlepas dari komunikasi. Oleh

sebab itulah semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia secara

potensial tidak bosa terlepas dari komunikas. Komunikasi menurut

bentuknya dapat dikelompokan menjadi antar persona, komunikasi

kelompok, dan komunikasi publik. Fokus dalam penulisan makalah ini

adalah komunikasi kelompok dan komunikasi publik yang

memngaruhi dan memainkan peranya bagi perkembangan dunia

pendidikan.

Dalam era globalisasi sekarang ini, pendidikan merupakan

kebutuhan primer dikalangan masyarakat yang memegang peranan

penting guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)

pendidikan juga merupakan salah satu fungsi dari kelompok secara

formal saling menukar informasi. Komunikasi tidak dapat dihindarkan

dalam kehidupan manusia dalam hal ini adalah siswa. Keinginan

untuk mendapatkan pengakun dari orang lain menyebabkan setiap

orang mencari relasi dengan siswa lain untuk berinteraksi. Interaksi itu

dapat dimulai dari lingkungan rumah sampai dilingkungan sekolah

dimana setiap hari ia berada.

Sekolah tempat bertemunya berbagai macam orang. Kalau

diperhatikan, mereka pasti saling berinteraksi satu sama lain dalam

bentuk individu-individu maupun kelompok. Interaksi yang berlagsung

dengan saling pengertian antara sesame siswa akan menghasilkan

suatu hubungan yang baik. Sehingga akan timbul keinginan untuk

bersama-sama saling menolong dan mendorong agar siswa berhasil

dalam meningkatkan prestasi, naik kelas, dan lulus ujian akhir.

4

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung

secara tatap muka antara seseorang dengan sejumlah orang yang

berkumpul guna memperoleh maksud dan tujuan yang dikehendaki.

Kenyataan ini disebabkan karena seringnya komunikasi kelompok

dilakukan siswa, sehingga pemahaman mereka terhadap pesan yang

disampaikan oleh guru tentang satu mata pelajaran disekolah dapat

dimengerti dalam disekusi kelompok yang mereka lakukan.

B. Rumusan Masalah

Untuk merumuskan masalah yang ingin diteliti, penulis

menyajikanya dalam bentuk kalimat pertanyaan, dan diikuti dengan

sub-sub pertanyaan dengan tujuan menambah ketajaman perumusan.

Adapun fokus atau pokok permasalahanan dalam penelitian ini

adalah: Menemukan bagaimana bentuk korelasi dan urgensifitas

komunikasi kelompok dan komunikasi publik terhadap perkembangan

dunia pendidikan.

Untuk mempermudah dan taktis dalam menjawab

permasalahan pokok diatas, maka disini peneliti menyajikan beberapa

pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa hakikat komunikasi itu?

2. Bagaimana konsep komunikasi kelompok dan komunikasi

publik?

3. Bagaimana implikasi konsep komunikasi kelompok dan

komunikasi publik terhadap dunia pendidikan?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan pokok dari penelitian ini adalah menguraikan

bagaimana bentuk implikasi dan urgensifitas komunikasi kelompok

dan komunikasi publik terhadap dunia pendidikan. Adapun tujuan dari

5

penelitian ini secara lebih terperinci adalah sebagai berikut, yakni

ingin:

1. Mengetahui makna komunikasi.

2. Mendeskripsikan konsep komunikasi kelompok dan komunikasi

publik.

3. Menjelaskan hubungan urgensifitas komunikasi kelompok dan

komunikasi publik bagi perkembangan dunia pendidikan.

D. Kegunaan Penulisan Makalah

Adapun kegunaan penulisan makalah ini adalah untuk:

1. Dari perspektif teoritis normatisnya, penulisan makalah ini

diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi mahasiswa,

khususnya dilingkungan Pascasarjana Institut Agama Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi utamanya bagi mahasiswa

konsenstrasi Teknologi Pendidikan Islam (TPI) tentang bagaimana

bentuk korelasi antara komunikasi kelompok dan komunikasi

publik tersebut dengan sesungguhnya, sehingga nantinya

diharapkan mahasiswa tersebut memiliki kesadaran bahwasanya

konsep-konsep atau teori-teori yang dikemukakan memiliki

urgensi yang penuh hikmah dan mampu untuk menuntun

kehidupan manusia kearah pendidikan yang lebih baik

sebagaimana yang juga dicita-citakan oleh agama itu sendiri.

2. Sedangkan dari segi praktis pragmatisnya, maka kegunaan

penelitian ini adalah juga memberikan informasi baru bagi

masyarakat luas pada umumnya bagaimana letak pentingnya

sebuah komunikasi dalam dunia pendidikan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan makalah ini, terdiri dari tiga bab

dalam pembahasan. Bab I, penulis akan berbicara mengenai

6

pendahuluan makalah ini yang didalamnya terdapat penjelasan

tentang mengapa penelitian ini penting untuk ditindaklanjuti yang

terangkum dalam sub judul latar belakang masalah, kemudian

menguraikan masalah yang terdapat dalam peneltian, tujuan dan

kegunaan penulisan makalah ini.

Sedangkan pada Bab II, penulis akan berbicara mengenai

konsep komunikasi yang meliputi definisi, ruang lingkup dan dimensi-

dimensi lain dari komunikasi. Lalu dilanjutkan dengan uraian tentang

konsep komunikasi kelompok dan komunikasi public secara umum,

untuk kemudian dijabarkan kembali dengan lebih terperinci bentuk

hubungan urgensifitas komunikasi kelompok dan komunikasi public

tersebut dalam dunia pendidikan.

Terakhir, pada Bab III, Makalah ini ditutup dengan uraian

mengenai kesimpulan penelitian, rekomendasi penulis, dan kata

penutup. Dan pada bagian akhir skripsi ini, penulis juga

mencantumkan daftar pustaka.

7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Komunikasi

Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi itu ada di setiap

aspek kehidupan dan kegiatan manusia. Ia ada di mana-mana, karena

itulah komunikasi sangat sulit untuk didefinisikan dalam kalimat

sederhana yang tegas. Ibarat air, ia mampu membasahi daerah atau

wilayah yang disentuhnya. Komunikasi akan selalu mampu memberi

warna atau pengaruh pada bidang yang disentuhnya. Menurut

Litlejohn komunikasi itu mempunyai banyak makna. Bahkan menurut

Dance dan Larson terdapat 126 batasan komunikasi. Hal ini

menunjukkan betapa sulitnya membuat definisi secara tegas.1

Kita mulai dengan satu asumsi dasar bahwa komunikasi

berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya

kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainya. Hamper

setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang

lainya, dan kebutuhan ini terjadi dengan pertukaran pesan yang

berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia

yang tanpa berkoumunikasi akan terisolasi. Pesan-pesan itu

mengemuka lewat perilaku manusia. Ketika kita melambaikan tangan,

tersenyum, bermuka masam, menganggukan kepala atau

memberikan satu isyarat, kita juga sedang berpeilaku. Sering prilaku-

prilaku ini merupakan pesan-pesan. Pesan-pesan itu digunakan untuk

mengkomunikasikan sesuatu kepada seseorang.2

1Littlejon, Theories of Human Comunication (California: Wardsworth Publishing Company, 1996), hlm. 7 dan silahkan lihat juga Pawit M. Yusuf, Ilmu Informasi, Kounikasi, dan Kepustakaan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 4

2Deddy Mulyana, Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-orang Berbeda Budaya (Bandung: Rosdakarya, 2006), hlm. 12

8

Pengertian komunikasi secara etimologis mengandung arti

sama makna, memberitahukan, dan berpartisipasi. Pemahaman

mengenai konsep komunikasi dapat dilihat melalui uraian kata secara

etimologi yakni: istilah komunikasi itu sendiri terkandung makna

bersama-sama common, commones dalam bahasa ingggris

communication, yang artinya: pemberitahuan, pemberi bagian (dalam

sesuatu). Pertukaran dimana si pembicara mengharapkan

pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.3

Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris sebenarnya

berasal dari kata communicates dalam bahasa Latin yang artinya

berbagai atau menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikas,

menurut Lexigraper (ahli kamus bahasa), menunjuk pada satu upaya,

yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Sementara itu didalam

Webster New College Dictionary edisi tahun 1977, antara lain

dijelaskan bahwa komunikasi adalah satu proses pertukaran informasi

diantara individu melalui system lambing bunyi, tanda-tanda atau

tingkah laku.4

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris

communication,berasal dari kata latin communication dan bersumber

dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya

adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi

akan terjadi dan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai

apa yang dipercakapkan.5

Komunikasi adalah satu proses melalui mana seseorang

(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-

3Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 39

4Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 39

5Onong Uchayana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 9

9

kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk prilaku orang-orang

lainya (khalayak). Definisi menunjukkan bahwa komunikasi adalah

satu proses yang terjadi diantara orang dengan orang-orang lainya,

definisi ini juga memberikan penekanan bahwa kegiatan komunikasi

yang dilakukan tersebut mempunyai tujuan yakni mengubah atau

membentuk prilaku orang-orang lainya yang menjadi sasaran

komunikasi.6

Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang

terlibat terdapat kesamaan makna mengenai satu hal yang

dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu

yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi

berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu

bersifat komunikatif. Sebaliknya, jika ia tidak mengerti, maka

komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan hubungan

antara orang-orang itu tidak komunikatif.7

Komunikasi adalah satu proses yang membuat suatu dari yang

semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi milik

oleh dua orang. Komunikasi juga memiliki tatanan sebagai berikut:

1. Komunikasi Pribadi (personal Communication)

a. Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication)

b. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication).8

2. Komunikasi Kelompok (group communication)

6Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 40

7Onong Uchayana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja ROsdakarya, 2008), hlm. 4

8http:// id. shvoong. com /social-sciences/communication-media-studies/2187861-ruang-lingkup-komunikasi/

10

a. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication);

ceramah, Forum, Simposium (symposium), Diskusi panel

(panel discussion), Seminar, Curah saran (brainstorming), dan

lain-lain.

b. Komunikasi Kelompok Besar (Large group

communication/public speaking).9

3. Komunikasi Massa (mass communication)

a. Komunikasi Media Massa Cetak (printed mass media

communication) : Surat kabar (daily), Majalah (magazine),

b. Komunikasi Media Massa Elektronik (electronic mass media

communication) : radio, televise, film, dan lain-lain.

c. Komunikasi Medio (medio communication)

d. Surat, telepon, pamflet, poster, spanduk dan lain-lain media

yang tidak termasuk media massa.10

B. Definisi dan Ruang Lingkup Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok terdiri dari dua kata, yaitu, komunikasi

dan kelompok. Menurut Efendy, komunikasi kelompok adalah

komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan

sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang yang

berkumpul.11

Pendapat yang dikemukakan oleh Goloberg dan Warson,

pengertian komunikasi kelompok adalah satu bidang studi penelitian

terapan yang menitikberatkan perhatianya pada proses kelompok

9Onong Uchiyana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik (Bandung: Rosdakarya, 1992), hlm. 56

10Ibid., hlm. 58 11Onong Udjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Cipta Aditya Bakti,

1993), hlm. 4

11

secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi

kelompok tatap muka yang kecil.12

Para idiolog juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai

sarana untuk meningkatkan kesadaran politik-idiologis. Minat yang

tinggi telah memperkaya pengetahuan kita tentang berbagai jenis

kelompok dan pengaruh kelompok pada prilaku kita. 13

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dapat

berlangsung antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan

kelompok. Karakterisitik komunikasi kelompok adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi yang terjadi dalam kelompok bersifat homogeny.

2. Dalam diskusi kelompok, terjadi kesempatan melakukan tindakan

pada saat itu juga.

3. Arus balik didalam komunikasi terjadi secara langsung, karena

komunikator sedang berlangsung.

4. Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi

pada komunikasi kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi

pada komunikasi kelompok besar).

5. Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan

meskipun hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada

komunikasi interpersonal.

6. Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.14

12 Sanjaya, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 1913 Jamaluddin, Rahman, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.

14114http://fatfrogblogs-friendster.com

12

Keberadaan suatu kelompok dalam satu masyarakat

dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakanya.

Adapun fungsi tersebut mencakup:

1. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial. Dalam

arti sebagaimana suatu kelompok mampu memilihara dan

memantapkan hubungan sosial diantara para anggotanya.

2. Fungsi kedua, pendidikan dalam arti sebagaimana dalam sebuah

kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai

dan mempertukarkan pengetahuan mengenai fungsi pendidikan

ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok-kelompok

itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi, namun

demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan

yang diterapkan atau tidak, tergantung pada tiga faktor, yaitu

jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan

dalam kelompok serta frekuensi interaksi diantara para anggota

kelompok.

3. Fungsi ketiga, yaitu persuasi. Seorang anggota kelompok dapat

berupaya mempersuasi anggotanya supaya melakukan atau tidak

melakukan sesuatu. Seorang yang terlibat usaha-usaha persuasi

dalam satu kelompok membawa resiko untuk tidak diterima para

anggota lainya.

4. Fungsi keempat, kegiatan-kegiatan untuk memcahkan persoalan

dan membuat keputusan-keputusan, pemecahan masalah

berkaitan dengan alternative atau solusi yang tidak diketahui

sebelumnya, sedangkan perbuatan keputusan berhubungan

dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi pemecahan

masalah menghasulkan materi atau bahan untuk membuat

keputusan.

13

5. Fungsi kelim, terapi. Dari kelompok-kelompok terapi memiliki

perbedaan dengan kelompok lainya. Tentunya, individu tersebut

harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainya, guna

mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu

dirinya sendiri bukan memebantu kelompok mencapai

consensus.15

Manusia menurut behaviorisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial

atau psikologis. Oleh karena itu behaviorisme memandang bahwa

perilaku manusia merupakan hasil pengalaman dan prilaku yang

digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak

kesenangan dan mengurangi penderitaan.

Behaviorisme melihat bahwa pada saat lahir jiwa manusia tidak

memiliki apa-apa dan bagaikan sebuah meja lilin yang siap dilukis

oleh pengalaman dan perilaku digerakan oleh pengalaman inderawi

atau dikenal sebagai proses belajar.16

Menurut behaviorisme, terdapat tiga asumsi mengenai sifat

manusia seperti dijelaskan oleh Efendy, yaitu:

1. Behaviorisme melihat bahwa perilaku manusia dipelajari dengan

membentuk asosiasi, artinya perilaku manusia terjadi melalui

kebiasaan refleksi, atau hubungan antara responden dengan

peneguhan yang memungkinkan dalam lingkungan.

2. Behaviorisme menyatakan bahwa manusia pada dasarnya

bersifat hedonistic. Oleh karena itu mansuia selalu berusaha untuk

mencari kesenagan dan menghindari kesulitan atau

kesengsaraan.

15Sundjaya, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 95 16Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1985), hlm. 22

14

3. Behaviorisme menyatakan bahwa perilaku pada dasarnya

ditentukan oleh liingkungan. Oleh karena perilaku merupakan

fungsi asosiasi tindakan dengan peneguhan, dan semua

peneguhan tersebut berasal dari lingkungan, maka dengan

menggunakan lingkungan orang pada akhirnya dapat

menghasilkan perilaku yang diinginkan.17

Dengan demikian, berdasarkan asumsi ini perkembangan

seseorang dipengaruhi oleh lingkungan Watson, salah seorang tokoh

aliran behaviorisme yang menjelaskan bahwa manusia akan belajar

melalui interaksi yang dilakukan dengan lingkunganya. Behaviorisme

memandang bahwa manusia merupakan organisme yang pasif yang

perilakunya dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu model dasar

dari aliran behaviorisme ini adalah model belajar.18

Teori belajar sosial adalah teori yang berdasarkan aliran atau

pandangan behaviorisme. Perilaku manusa, menurut Bandura,

ternyata yang dikaji banyak yang tida bisa dijelaskan dengan

pelaziman seperti pelaziman klasik.19 Bandura menyatakan bahwa

manusia menciptakan atau membentuk suatu perilaku melalui suatu

interaksi dengan lingkungan. Teori belajar sosial mempermasalahkan

peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Manurut

Bandura, belajar terjadi karena peniruan. Selanjutnya, Bandura

menyatakan bahwa ganjaran dan hukuman itu, terdapat faktor penting

lainya dalam belajar yaitu tindakan.

Menurut Bandura, seorang anak yang mempelajari prilaku dapat

dibedakan melalui dua cara, yaitu: pertama, belajar melalui

konsekuensi respon, kedua belajar melalui peniruan. Proses belajar 17Effendy, Ilmu Teori dan Dilsafat Komunikasi (Bandung: Cipta Aditya Bakti, 1993), hlm.

16 18Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar

Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 44 19Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosadakarya, 1996), hlm. 25

15

yang dilakukan seorang anak baik melalui konsekuesi respon maupun

peniruan, biasanya dilakukan seorang anak baik melalui orang-orang

terdekat denganya seperti ayah, ibu, kakak, adik, saudara dan

sebagainya. Oleh karena itu, keluarga sebagai lingkungan awal bagi

seorang anak, akan memegang peranan penting dalam proses belajar

sosial, serta membentuk prilaku dan kepribadianya.20

Komunikasi kelompok ini dibagi kedalam dua bentuk yaitu

komunikasi kelompok kecil (small group communication) misalnya

ceramah (lecturer), diskusi panel (panel discussion), simposium,

forum, seminar, curah-saran (brainstorming), dan lain sebagainya.

Sedangkan bentuk yang kedua disebut sebagai komunikasi kelompok

besar (large group communication atau dikenal sebagai public

speaking).

C. Definisi dan Ruang Lingkup Komunikasi Publik

Model Aristoteles adalah model komunikasi paling klasik, yang

sering juga disebut model retoris.21 Filosof Yunani, Aristoteles adalah

tokoh paling dini yang mengkaji komunikasi, yang intinya adalah

persuasi. Ia berjasa dalam merumuskan model komunikasi verbal

pertama. Komunikasi terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan

pembiacaraanya kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap

mereka. Tepatnya, ia mengemukakan tiga unsur dasar proses

komunikasi, yaitu pembicara, pesan, dan pendengar.

Fokus komunikasi yang ditelaah oleh Aristoteles adalah

komunikasi retoris, yang kini lebih dikenal dengan sebutan komunikasi

20Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 44 lihat juga Bandura, (1997), hlm. 17

21John. R. Wenburg dan Wiliam W. Wilmot, The Personal Communication Process (New York: John Wiley and Sons, 1973), hlm. 47-49

16

publik atau pidato.22 Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh

siapa anda, argument anda, dan dengan memainkan emosi khalayak.

Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan peran dalam

menentukan efek persuasif dalam komunikasi public meliputi, isi

pidato, susunanya, dan cara penyampaianya. Aristoteles juga

menyadari peran khalayak pendengar. Persuasi berlangsung melalui

khalayak ketika mereka diarahkan melalui pidato itu kedalam suatu

keadaan emosi tertentu.23

Hennessy (1975:1) mendefenisikan bahwa komunikasi

publik/opini publik merupakan suatu kompleksitas pilihan-pilihan yang

dinyatakan oleh banyak orang berkaitan dengan sesuatu isu yang

dipandang penting oleh umum. Menurutnya, defenisi ini relativ lebih

bersifat akademik dan berbeda dari definisi-definisi yang pada

umumnya yang digunakan oleh para politisi. Ia juga menambahkan

bahwa opini publik itu selalu melibatkan banyak orang yang tertarik

untuk memikirkan sesuatu isu dalam waktu yang cukup panjang.

Meskipun demikian, istilah “publik” sendiri tidak selalu ditentukan oleh

banyak jumlah orang yang menganut opini tersebut. Istilah “Publik”

justru diukur oleh apakah sesuatu opini itu menyangkut isu publik atau

tidak. 24

Salah satu kelemahan model komunikasi publik adalah bahwa

komunikasi dianggap fenomena yang statis. Seseorang berbicara,

pesanya, berjalan kepada khalayak, dan khalayak mendengarkan.

Tahap-tahap dalam peristiwa itu berurutan ketimbang terjadi secara

simultan. Disamping itu model ini juga berfokus kepada komunikasi

22Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 146

23Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 146

24Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia “Dinamika Islam Politik Pasca-Orde Baru” (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 37

17

yang bertujuan disengaja, yang terjadi ketika seseorang berusaha

membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya.25

Kelemahan lain dari model komunikasi publik ini adalah tidak

dibahasnya aspek-aspek non verbal dalam persuasi. Meskipun

demikian kita harus bersikap adil untuk tidak menilai satu model

komunikasi dengan perspektif kekinian. Jelas bahwa model Aristoteles

ini telah mengilhami para pakar komunikasi lainya untuk merancang

model-model komunikasi yang lebih baru. Kebanyakan model

komunikasi yang lebih baru yang dikembangkan para ahli sejak

zaman Aristoteles tetap mengandung tiga unsure yang sama: sumber

yang mengirimkan pesan, pesan yang dikirimkan, dan penerima

pesan.26

Publistik merupakan perkembangan dari ilmu persuratkabaran.

Perkembangan tersebut bukan saja disebabkan dari timbulnya media

massa lain seperti radio, televisi, dan lain-lain melainkan juga karena

pengaruh media massa modern itu yang menimbulkan sikap-sikap

rohaniah tertentu pula antara satu sama lain. Sebagai ilmu, publistik

mempelajari dan meneliti secara khusus masalah umum mengenai

penghimpunan, pengarahan, dan penyebaran secara rohaniah.

Menurut Hageman, publistik adalah ajaran tentang pernyataan umum

mengenai isi kesadaran yang aktual.27

Dari sekian banyak definisi publistik, definisi yang

diketengahkan oleh Hageman ini adalah definisi terbaik karena

perumusanya singkat, namun maksudnya menyeluruh.

25Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 147

26Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 147

27Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Rosdakarya, 2007), hlm. 75

18

Komunikasi publik adalah komunikasi yang menggunakan

media massa, baik cetak (surat kabar dan majalah) atau elektronik

(radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang

melembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang

tersebar di banyak tempat.28

Pendapat De Vito dalam bukunya yang berjudul

“Communicology: An Introduction to The Study of Communication.”

Antara lain menegaskan bahwa komunikasi publik adalah komunikasi

yang ditujukan kepada khalayak yang luar biasa banyaknya (termasuk

kepada siswa) atau semua orang yang membaca dan menonton.29

Komunikasi publik adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-

pemancar yang audio atau visual.30

Dari beberapa pendapat tentang komunikasi diatas, penulis

dapat memahami bahwa komunikasi publik adalah komunikasi yang

menggunakan saluran media massa seperti media cetak maupun

elektronik yang ditujukan kepada khalayak atau masyarakat.

Effendy mengungkapkan tentang karakteristik dari komunikasi

publik adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi publik berlangsung satu arah, ini berarti tidak

terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator.

2. Komunikator pada komunikasi publik bersifat umum, pesan yang

disebarkan melalui media massa bersifat umum (publik) karena

dipeuntukan kepada umum mengenai kepentingan umum. Jadi

tidak ditujukan kepada perseorangan atau kelompok tertentu.

28Mulyana, (2000), hlm. 75 29Effendy, (1994), hlm. 21 30Fajar, (2008), hlm. 225

19

3. Media dalam komunikasi publik menimbulkan keserempakan,

kemampuanya untuk menimbulkan keserempakan kepada

khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.

4. Komunikan publik bersifat heterogen. Dalam komunikasi publik,

khalayak yang dituju adalah siapa saja yang bersifat heterogen

atau khalayak umum.31

Komunikasi massa ini dapat berupa pers, radio, televisi, film,

dan lain-lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh para ahli

komunikasi, bahwa komunikasi massa merupakan singkatan dari

komunikasi media massa. Sehingga komunikasi massa juga dapat

diartikan sebagai proses komunikasi yang menngunakan media.32

Adapun ciri-ciri komunikasi massa itu adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah.

2. Komunikator dalam komunikasi massa itu melembaga.

3. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum.

4. Media komunikasi massa mengandung keserempakan.

5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.33

D. Peranan Komunikasi Dalam Pendidikan

Komunikasi selalu menimbulkan efek. Bahkan berteriak didekat

tembok dapat berpengaruh kepada orang yang berteriak. Setiap

tindakan komunikasi akan melahirkan konsekuensi- terutama bagi

semua pihak yang terlibat dalam komunikasi. Bahkan konsekuensi

bagi orang-orang yang dapat merasakan pengertian pencapaian

31Effendy, (2005), hlm. 22-25 32Ibid., hlm. 20 33Ibid., hlm. 20-25

20

dalam perubahan komunikasi dimana pendengar didalamnya tidak

dapat memberikan tanggapan secara verbal. Sebagai contoh dalam

dunia pendidikan misalnya, jika siswa menunjukan minat dan

perhatian, guru mungkin akan merasakan bahwa memahami

merupakan suatu hal yang sangat penting. Oleh karena itu diperlukan

ketajaman untuk menentukan efek komunikasi kita dan apakah efek

tersebut merupakan efek yang dicari. Apabila seorang siswa

dikelasnya menyanggupi tugas yang anda sarankan, berbarti anda

bertindak benar dalam mempertimbangkan komunikasi anda yang

berdampak positif.34

1. Efek Komunikasi Publik: Kognitif, Afektif dan Behavorial

Charles Robert Wright (1960) menambahkan fungsi

entertainment (hiburan) dalam fungsi komunikasi massa. Jay

Black dan frederick C, Whitney (1988) mendefinisikan fungsi

komunikasi massa sebagai: (a) to inform (menginformasikan), (b)

to entertaint (memberi hiburan), (c) to persuade (membujuk), dan

(d) transmission of the culture (transmisi budaya). John Vivian dal

bukunya The Media of Mass Communication (1991)

mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai : (a) providing

information, (b) providing entertainment, (c) helping to persuade,

dan (d) contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial).

Joseph R. Dominick dalam bukunya The Dynamics of Mass

Communication (1981) mendefinisikan fungsi komunikasi massa

sebagai berikut: (a) surveillance (pengawasan), (b) interpretation

(interpretasi), (c) linkage (hubungan), (d) socialitation (sosialisasi),

dan (e) entertainment (hiburan) (lihat Nurudin, 2003). Sedangkan

Onong Uchjana Effendy (1994) mendefinisikan fungsi komunikasi

massa sebagai berikut: (a) menyampaikan informasi (to inform),

34Dan B. Curtis, dkk., Komunikasi Bisnis dan Profesional (Bandung: Rosdakarya, 2006), hlm. 20

21

(b) mendidik (to educate), (c) menghibur (to entertain), dan (d)

mempengaruhi (to influence).35

Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif,

efektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran,

belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan

dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan efek

konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan

sesuatu menurut cara tertentu.36

Sesuai dengan tujuanya, komunikasi mempunyai tujuan untuk

memberikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi.

Sudah dapat dipastikan, bahwa komunikasi akan memberikan

dampak atau pengaruh terhadap pembaca, pendengar, dan

penontonya. Apabila pengaruhnya tidak ada, maka tujuan komunikasi

itu sendiri tidak berjalan.37

Dampak komunikasi, selain positif juga mempunyai dampak

negatif. Pengelola komunikasi dapat dipastikan tidak berniat untuk

menyebarkan dampak negatif kepada khalayaknya. Tentu yang

diinginkan adalah pengaruh positif. Apabila terdapat dampak negatif,

bisa dikatakan itu sebagai efek samping saja. Namun efek samping itu

cukup membahayakan sendi-sendi kehidupan masyarakat banyak.38

Komunikasi harus mempunyai efek menambah pengetahuan,

mengubah sikap, dan menggerakkan perilaku kita. Efek yang terjadi

pada komunikan tersebut terdapat pada tiga aspek.

a. Efek Kognitif

35Nurudin, Komunikasi Massa, (Malang: CESPUR, 2005), hlm. 56 36Amri Jhi, Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia

Ketiga, (Jakarta: PT. Gramedia, 1988), hlm. 45 37Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, Jakarta: Logos, 1999,

hlm.3038Ibid., hlm. 31

22

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan

yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan

dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu

khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan

mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita

memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang

belum pernah kita kunjungi secara langsung.39

Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa

“Robot Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki di

bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi

tahu tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan

oleh komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan

kata lain, tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya untuk

memberitahu saja.

Menurut Mc. Luhan,40 media massa adalah perpanjangan

alat indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat

indera).41 Dengan media massa kita memperoleh informasi

tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat

atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang

ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang sudah

diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-

mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa.

Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi

39Siti Karlinah, Komunikasi Massa, (Jakarta: Penerbitan UT, 1999), hlm. 8 40Wajar bila Mc Luhan menitik beratkan pada medianya, karena kajian-kajiannya tentang

komunikasi terfokus pada media interaktif yang berbasiskan mikroelektronika. Latar belakang pemikirannya ialah ada dampak radikal bentuk-bentuk komunikasi yang berdimensi pada ruang, waktu, dan persepsi manusia. Karya-karyanya secara luas mengartikulasikan sejumlah perubahan paling mendasar yang disebabkan teknologi media, maka wajar bila Mc Luhan berpendapat, isi pesan tidak mempengaruhi pesan, karena kajiannya bertumpu pada media pembawa pesan (lihat Antoni, Riuhnya Persimangan Itu; Profil Pemikiran Para Penggagas Kajian Ilmu Komunikasi, Solo: Tiga Serangkai, 2004)

41Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi [Edisi Revisi], (Bandung: Remaja Eosdakarya, 2007), hlm. 220

23

cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan

lebih mengerikan.

Karena media massa melaporkan dunia nyata secara

selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi

pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang bias dan

timpang. Oleh karena itu, muncullah apa yang disebut stereotip,

yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau

masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali

timpang dan tidak benar. Sebagai contoh, dalam film India, wanita

sering ditampilkan sebagai makhluk yang cengeng, senang

kemewahan dan seringkali cerewet.42 Penampilan seperti itu, bila

dilakukan terus menerus, akan menciptakan stereotipe pada diri

khalayak Komunikasi Massa tentang orang, objek atau lembaga.

Di sini sudah mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh

media massa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern

orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media

massa.

Sementara itu, citra terhadap seseorang, misalnya, akan

terbentuk (pula) oleh peran agenda setting

(penentuan/pengaturan agenda). Teori ini dimulai dengan suatu

asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan

yang akan disiarkannya.43 Biasanya, surat kabar mengatur berita

mana yang lebih diprioritaskan. Ini adalah rencana mereka yang

dipengaruhi suasana yang sedang hangat berlangsung. Sebagai

contoh, bila satu setengah halaman di Media Indonesia

memberitakan pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional Partai

Golkar, berarti wartawan dan pihak redaksi harian itu sedang

mengatur kita untuk mencitrakan sebuah informasi penting.

42Ibid., hlm. 226 43Ibid., hlm. 229

24

Sebaliknya bila di halaman selanjutnya di harian yang sama,

terdapat berita kunjungan Megawati Soekarno Putri ke beberapa

daerah, diletakkan di pojok kiri paling bawah, dan itu pun beritanya

hanya terdiri dari tiga paragraf. Berarti, ini adalah agenda setting

dari media tersebut bahwa berita ini seakan tidak penting. Mau

tidak mau, pencitraan dan sumber informasi kita dipengaruhi

agenda setting.

Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun

ia memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek

prososial. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa

Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek

prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat

miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong

mereka, media massa telah menghasilkan efek prososial afektif.

Bila surat kabar membuka dompet bencana alam, menghimbau

kita untuk menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos (atau,

sekarang dengan cara transfer via rekening bank) ke surat kabar,

maka terjadilah efek prososial behavioral.44

 2.      Efek Afektif

Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan

dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu

kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih

dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak

diharapkan dapat merasakannya.45 Sebagai contoh, setelah kita

mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten

dipenjara karena kasus penyalah-gunaan narkoba, maka dalam

diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa

44Ibid., hlm. 230 45Karlinah, Komunikasi Massa, (Jakarta: Penerbitan UT, 1999), hlm. 9

25

jadi, senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah dapat diartikan

sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten.

Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para

pembenci artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas

tertangkapnya para public figure yang cenderung hidup hura-hura.

Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan sebagai

keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut.

3.      Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri

khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan

kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang

menjadi beringas. Program acara memasak bersama Rudi

Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga

mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar

kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat

dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas

akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari

berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama.

Radio, televisi atau film di berbagai negara telah digunakan

sebagai media pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan

manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film.46

Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, ketika terdapat

tayangan kriminal pada program “Buser” di SCTV menayangkan

informasi: anak SD yang melakukan bunuh diri karena tidak diberi

jajan oleh orang tuanya. Sikap yang diharapkan dari berita

kriminal itu ialah, agar orang tua tidak semena-mena terhadap

anaknya,47 namun apa yang didapat, keesokan atau lusanya,

46Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi [Edisi Revisi], (Bandung: Remaja Eosdakarya, 2007), hlm. 240

47www.liputan6.com, edisi online 11 April 2005

26

dilaporkan terdapat berbagai tindakan sama yang dilakukan anak-

anak SD. Inilah yang dimaksud perbedaan efek behavior. Tidak

semua berita, misalnya, akan mengalami keberhasilan yang

merubah khalayak menjadi lebih baik, namun pula bisa

mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih

buruk.

Mengapa terjadi efek yang berbeda? Belajar dari media

massa memang tidak bergantung hanya ada unsur stimulus dalam

media massa saja. Kita memerlukan teori psikologi yang

menjelaskan peristiwa belajar semacam ini. Teori psikolog yang

dapat menjelaskan efek prososial adalah teori belajar sosial dari

Bandura. Menurutnya, kita belajar bukan saja dari pengelaman

langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling).

Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan.

Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat

jalinan positif antara stimulus yang kita amati dan karakteristik diri

kita.

Bandura menjelaskan proses belajar sosial dalam empat

tahapan proses: proses perhatian, proses pengingatan (retention),

proses reproduksi motoris, dan proses motivasional.

Permulaan proses belajar ialah munculnya peristiwa yang

dapat diamati secara langsung atau tidak langsung oleh

seseorang. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu (misalnya

menolong orang tenggelam) atau gambaran pola pemikiran, yang

disebut Bandura sebagai “abstract modeling” (misalnya sikap,

nilai, atau persepsi realitas sosial). Kita mengamati peristiwa

tersebut dari orang-orang sekita kita.bila peristiwa itu sudah

dianati, terjadilah tahap pertama belajar sosial: perhatian. Kita

baru pata mempelajari sesuatu bila kita memperhatikannya.

27

Setiap saat kita menyaksikan berbagai peristiwa yang dapat kita

teladani, namun tidak semua peristiwa itu kita perhatikan.

Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek prososial.

Khalayak harus sanggup menyimpan hasil pengamatannya dalam

benak benaknya dan memanggilnya kembali ketika mereka akan

bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Untuk

mengingat, peristiwa yang diamati harus direkam dalam bentuk

imaginal dan verbal. Yang pertama disebut visual imagination,

yaitu gambaran mental tentang peristiwa yang kita amati dan

menyimpan gambaran itu pada memori kita. Yang kedua

menunjukkan representasi dalam bentuk bahasa. Menurut

Bandura, agar peristiwa itu dapat diteladani, kita bukan saja harus

merekamnya dalam memori, tetapi juga harus membayangkan

secara mental bagaimana kita dapat menjalankan tindakan yang

kita teladani. Memvisualisasikan diri kita sedang melakukan

sesuatu disebut seabagi “rehearsal”.

Selanjutnya, proses reroduksi artinya menghasilkan kembali

perilaku atau tindakan yang kita amati.  Tetapi apakah kita betul-

betul melaksanakan perilaku teladan itu bergantung pada

motivasi? Motivasi bergantung ada peneguhan. Ada tiga macam

peneguhan yang mendorong kita bertindak: peneguhan eksternal,

peneguhan gantian (vicarious reinforcement), dan peneguhan diri

(self reinforcement). Pelajaran bahasa Indonesia yang baik dan

benar telah kita simpan dalam memori kita. Kita bermaksud

mempraktekkannya dalam percakapan dengan kawan kita. Kita

akan melakukan hanya apabila kita mengetahui orang lain tidak

akan mencemoohkan kitam atau bila kita yakin orang lain akan

menghargai tindakan kita. Ini yang disebut peneguhan eksternal.

Jadi, kampanye bahasa Indoensia dalam TVRI dan surat kabar

28

berhasil, bila ada iklim yang mendorong penggunaan bahasa

Indoensia yang baik dan benar.

Kita juga akan terdorong melakukan perilaku teladan baik

kita melihat orang lain yang berbuat sama mendapat ganjaran

karena perbuatannya. Secara teoritis, agak sukar orang meniru

bahasa Indonesia yang benar bila pejabat-pejabat yang memiliki

reutasi tinggi justru berbahasa Indonesia yang salah. Kita

memerlukan peneguhan gantian. Walaupun kita tidak mendaat

ganjaran (pujian, penghargaan, status, dn sebagainya), tetapi

melihat orang lain mendapat ganjaran karena perbuatan yang

ingin kita teladani membantu terjadinya reproduksi motor.

Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan bila diri kita

sendiri mendorong tindakan itu. Dorongan dari diri sendiri itu

mungkin timbul dari perasaan puas, senang, atau dipenuhinya

citra diri yang ideal. Kita akan mengikuti anjuran berbahasa

Indonesia yang benar bila kita yakin bahwa dengan cara itu kita

memberikan kontribusi bagi kelestarian bahasa Indonesia.

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

di Indonesia. Secara yuridis formal, fungsi komunikasi massa di

atur dalam UU RI no: 40 tahun 1999 pasal 3 ayat (1) dan (2), juga

pada UU RI no: 32 tahun 2003 pasal 4 ayat (1) dan (2). Masing-

masing pasal berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3 UU 40/1999. (1) Pers Nasional mempunyai fungsi

sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.

(2) Di samping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat

berfungsi sebagai lembaga ekonomi.

Pasal 4 UU32/2003. (1) Penyiaran sebagai kegiatan

komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi,

29

pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. (2)

Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1), penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan.48

Sedangkan fungsi komunikasi massa untuk peserta didik

meliputi:

1. Informasi:

a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang

berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan

dunia.

b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis,

pendapat, dan hal yang berkaitan dengan penentuan

pilihan.

c. Memuaskan rasa ingin tahu.

d. Belajar, pendidikan diri sendiri.

e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan

pengetahuan.

2. Identitas pribadi:

a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.

b. Menemukan model perilaku.

c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam

media).

d. Meningkatkan pemahamna tentang diri-sendiri.

48McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar,( Jakarta: Erlangga, 1987), hlm. 67

30

3. Integrasi dan interaksi sosial:

a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain;

empati sosial.

b. Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan

meningkatkan rasa memiliki.

c. Menemukan bahan percakapan dan interkasi sosial.

d. Memperoleh teman selain dari manusia.

e. Membantu menjalankan peran sosial.

f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi

sanak –keluiarga, teman, dan masyarakat.

2. Belajar adalah Proses Komunikasi Kelompok

Dengan berjalanya waktu, orang memperoleh informasi dan

memperlihatkan kecenderungan yang muncul kembali dalam

menanggapi objek-objek di sekelilingnya. Pengadopsian pola dan

perubahan tanggapan dalam diri mereka ketika menghadapi

pengalaman baru itu adalah yang kita seut belajar. Belajar adalah

kegiatan yang dipikirkan yang menyangkut modifikasi dan

pengaturan kembali prilaku, termasuk citra dan interpretasi

seseorang serta kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang

berkaitan denganya.49

Ada sejumlah cara untuk memikirkan belajar dan cara

menguraikanya. Ada gunanya kita memfokuskan dua hal yang

menekankan aspek komunikasi dari belajar. Yang pertama,

49Dan Nimmo, Komuniikasi Politik Khalayak dan Efek (Bandung: ROsdakarya, 2006), hlm. 87

31

dengan mengikuti petunjuk Deutsch, ialah memikirkan belajar

sebagai kegiatan sibernetik.50

Sibernetika adalah studi tentang manusia, hewan dan mesin.

Yaitu diantara system konrol tersendiri. System control sendiri ini

disebut juga dengan jaringan belajar yang memiliki organisasi

komunikasi dan control tanpa mempedulikan bagaimana sistem itu

berjalan dan bertukar pesan apakah melalui kata, seperti diantara

orang-orang dalam organisasi sosial, sel saraf dan hormon

makhluk hidup, atau isyarat elektronik didalam komputer.51

Ciri utama dari sistem ini adalah bahwa siswa mendapatkan

pemahaman belajar melalui umpan balik. Sistem sibernetik ini

adalah dapat menstimulus siswa melaksanakan tindakan sebagai

tanggapan terhadap masukan informasi, dan mencakup hasil

tindakanya sendiri dalam informasi baru yang digunakanya untuk

memodifikasi perlakuanya siswa tersebut di kemudian hari.52

Ada dua tipe balajar dalam diri siswa yang mengontrol

sendiri. Yang pertama adalah belajar sederhana, dalam belajar

sederhana, siswa menyesuaikan tanggapanya untuk mencapai

tujuan, tujuan yang tetap dan tidak berubah dalam sepanjang

hidupnya. Salah satu contoh, tujuan siswa adalah mengukir

prestasi. Tujuan itu tetap, tetapi siswa tersebut menyesuaikan

langkahnya untuk mencapai kearah itu.

Tipe belajar yang lain bersifat kompleks. Pada tataran ini,

komunikasi dari belajar menenkankan sifat aktif, bukan reaktif.

Sifat ini memandang belajar sebagai kegiatan simbolik dan

50Karl Deustch, The Nervous of Government (New York: The Free Press of Glencoe, 1963), hlm. 88

51Dan Nimmo, Komuniikasi Politik Khalayak dan Efek (Bandung: ROsdakarya, 2006), hlm. 87

52George Herbert, Mind, Self, and Society (Chicago: Chicago Press, 1934), hlm. 78

32

meminjamnya dari pemikiran George Herbert Mead. Pada

hakikatnya kegiatan itu (termasuk kegiatan disekolah-pen) sosial.

Dan karena sosial dipelajari. Menurut teori Mead, siswa tidak

langsung menanggapi tindakan orang lain, akan tetapi mereka

menanggapi apa yang mereka percaya sebagai maksud orang

lain. Akan tetapi siswa menanggapi apa yang ia percaya sebagai

maksud orang lain (siswa lainya).53

Komunikasi memiliki fungsi yang amat penting. Menurut

pengamtan Richard Denny, kondisi kehidupan dahulu dibandingkan

dengan sekarang sangat jauh berbeda dalam hal komunikasi.

Manusia saat ini memiliki sedikit sekali kesempatan untuk

berkomunikasi dan mempelajari keterampilan yang berkaitan dengan

manusia. Salah satu contoh, banyak diantara mahasiswa saat ini

bergegas ke kampus setelah menyantap makan pagi senidirian.

Diruang kelas mereka mengalami tekanan untuk berprestasi

akademis. Dibandingkan dengan mahasiswa dulu, mereka

kekurangan waktu untuk beraktivitas dan berinteraksi dengan

mahasiswa lainya. Mereka kurang ambil bagian dalam bidang

olahraga dan keterampilan hubungan antara manusia. Sekembali

dirumah, banyak mahasiswa yang makan siang di depan TV, lagi-lagi

seringkali seorang diri, lalu mungkin mengerjakan makalah dan duduk

beberapa jam di depan komputer.54

Dalam analisis Denny, menurutnya, TV tidak mendorong orang

menjadi kita berbicara. Tentu saja TV sangat berguna tetapi ketika TV

dinyalakan percakapan pasti akan berkurang. Akibatnya orang

menjadi makin tertutup dan kurang ingin berbagi perasaan dan emosi.

Mereka hampir tidak mempunyai waktu atau kecenderungan untuk

53Dan Nimmo, Komuniikasi Politik Khalayak dan Efek (Bandung: ROsdakarya, 2006), hlm. 87

54Richard Denny, terj., Communicate to Win: Kiat Komunikasi yang Efektif dan Impresif (Jkarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm. 4

33

bercakap-cakap dengan teman atau keluarga.55 Jika kondisi ini

berlanjut tentu bukan hal mustahil akan terjadilah disharmonisasi

dalam sebuah lingkungan keluarga. Disinilah letak pentingnya

komunikasi tersebut.

Secara garis besar, fungsi dari komunikasi, menurut Onong

Effendi hanya ada tiga hal yaitu: pertama, menyiarkan informasi (to

inform) kedua, mendidik (to educate) dan ketiga, menghibur (to

entertain).

Ada para ahli yang menambah fungsi selain dari tiga funggsi

tersebut di atas seperti fungsi mempengaruhi (to influence), fungsi

membimbing (to guide), fungsi mengkritik (to criticize).Tetapi ini hanya

tambahan saja terhadap ketiga fungsi tadi.56

Sedangkan menurut Deddy Mulyana dalam sebuah bukunya

yang berjudul Ilmu Komunikasi, ia merumuskan bahwa setidaknya

ada empat fungsi dari komunikasi itu yakni sebagai berikut:

1. Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun

konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk

memperolah kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan

ketegangan, antara lain leat komunikasi yang menghibur, dan

memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi, kita

bekerjasama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok

belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara

keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

55Ibid.56Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 1992, hlm. 54.

34

2. Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif sangat erat kaitanya dengan

komunikasi sosial. Komunikasi ekspresif dapat dilakukan baik

sendirian ataupun kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis

bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilkukan sejauh

komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyapaikan

perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut

dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan non verbal.

Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut,

prihatin, marah, dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata,

namun terutama melalui perilaku non verbal. Sebagai contoh,

seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai

kepala anaknya. Atau seorang atasan menunjukkan simpatinya

kepada bawahanya yang isterinya baru meninggal dengan

menepuk bahunya.

3. Komunikasi Ritual

Erat kaitanya dengan komunikasi ekspresif adalah

komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu

komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan

sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para

antropolog sebagai rites of passage, mula dari upacara kelahiran,

sunatan, ulang tahun, (nyanyian happy birthday dan pemotongan

kue), pertunangan (melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan

(ijab-qabul, sungkem kepada orang tua, sawer, dan sebagainya.

Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau

menampilkan perilaku-perilaku simbolik. Ritus-ritus lainya seperti

berdoa (shalat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik

haji, upacara bendera termasuk menyanyikan lagu kebangsaan),

upacara wisuda, perayaan lebaran idul fitri, Idul Adha atau natal,

35

juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam

bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen

mereka kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara,

ideologi, atau agama mereka.

4. Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum

menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan

keyakinan dan mengubah prilaku atau menggerakkan tindakan,

dan juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan

tersebut dapat disebut membujuk (persuasif). Komunikasi yang

berfungsi memberitahukan atau menerangkan mengandung

muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan

pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau inforasi yang

disampaikan akurat dan layak diketahui. Ketika seorang dosen

menyatakan bahwa ruang kuliah kotor, pernyataanya dapat

membujuk mahasiswa untuk membersihkan ruang kuliah tersebut.

Bahkan komunikasi yang menghibur (to entertain) pun secara

tidak langsung membujuk khalayak untuk melupakan persoalan

hidup mereka.57

3. Mengapa Pendidikan Indonesia Lemah Dibandingkan Pendidikan Barat? Apakah ada Kesalahan Dalam Komunikasi?

Dibandingkan dengan negara-negara maju seperti: Australia,

Amerika, dan Jepang, anak-anak dan remaja di negara kita

kurang terbiasa membaca buku. Disana mereka lazim membaca

beberapa buku setiap minggu yang mereka pinjam dari

perpustakaan. Tidak mengherankan bila setelah mereka dewasa

57Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 5-34

36

pun mereka tetap gemar membaca. Di Jepang, para penumpang

dewasa lazim membawa dan membaca buku ketika mereka

berpergian dengan kendaraan umum. Mengapa anak-anak di

negara asing itu memiliki minat labih besar daripada minat baca

remaja di Indonesia? Jawaban yang lazim dikemukakan bahwa

bangsa-bangsa maju tersebut memiliki tradisi membaca yang

baik, selain terdapat banyak buku yang terbit setiap tahun. Harga

buku relatif murah, dan daya beli masyarakat tinggi. Ditambah lagi

perpustakaan bertebaran dimana-mana. Sedanagkan di Indonesia

kondisinya berbanding terbalik.58

Satu faktor yang jarang dikemukakan dalam menelaah

kurangya minat baca dikalangan bangsa kita adalah adanya

hubungan yang erat mengenai kurangnya demokritasasi dan

komunikasi efektif dilingkungan pendidikan kita. Diakui bahwa

pendidikan di negara kita sejak SD hingga perguruan tinggi pada

umumnya berlangsung satu arah. Siswa atau mahasiswa

dianggap orang-orang yang tidak tahu apa-apa, seperti wadah

kosong atau kertas putih. Murid harus patuh sepenuhnya pada

guru, dan memahami pelajaran sebagaimana guru itu

memahaminya. Konteks ini sangat nyata dan bisa dibuktikan

dimana guru berdiri didepan, sementara anak-anak menghadap

kedepan dan mendengarkan guru mengajar. Bandingkan dengan

sebuah kelas di Australia misalnya, dimana anak-anak duduk

diatas lantai, dibangku secara berkeliling atau setengah lingkaran

dan guru mendorong anak-anak untuk mengemukakan gagasan-

gagasanya, dengan pertanyaan terbuka “bagaimana” atau

“mengapa”59

58Dedy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 140

59Dedy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 140

37

Bila dinegara yang disebut diatas, guru berperan sebagai

fasilitator, maka dinegara kita, guru atau dosen menjadi raja-raja

kecil diruang kelas atau ruang kuliah yang merasa bahwa mereka

adalah satu-satunya sumber kebenaran di kelas. Yang terjadi

adalah indoktrinasi, berkedok pendidikan.

Iklim pengajaran yang kaku, otoriter dan paternalistik itu

adalah salah satu saja hambatan terhadap pengembangan minat

baca. Kegiatan membaca, sebagai satu kegiatan komunikasi

secara keseluruhan. Kalau murid senantiasa disuapi oleh guru,

maka rasa ingin tahu mereka tidak akan berkembang dengan

maksimal.

Selain memiliki dampak positif terhadap pendidikan, ternyata

komunikasi publik dalam bentuk media elektronik, katakanlah TV

diduga mengurangi kegiatan belajar anak, menghambat imajinasi,

kreativitas, dan sosiabilitas mereka. Selain itu, TV juga dengan

tayangan-tayanganya yang penuh dengan kekerasan, dianggap

membuat orang menjadi kurang peka terhadap kekerasan yang

terjadi di sekitar mereka.60

E. Diskusi Kelas: Wujud Penerapan Komunikasi Kelompok

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, diskusi diartikan

sebagai suatu pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai

suatu masalah. Sebagai metode penyuluhan berkelompok, diskusi

biasanya membahas satu topik yang menjadi perhatian umum di

mana masing-masing anggota kelompok mempunyai kesempatan

yang sama untuk bertanya atau memberikan pendapat. Berdasarkan

hal tersebut diskusi dapat dikatakan sebagai metode partisipatif.

60Dedy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 142

38

Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan

guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang

dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yaitu metode

diskusi. Metode diskusi merupakan salah satu dari beberapa metode

pembelajaran yang umum digunakan dalam dunia pendidikan, diskusi

merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, 

saling berbagi gagasan dan pendapat.

Namun setiap metode pembelajaran yang di berikan pastinya

ada manfaat atau kelemahannya, sehingga para guru harus

memahami berbagai metode pembelajaran agar guru dapat memilih

dan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan materi dan

tujuan pembelajarannya. Metode pembelajaran yang digunakan

diharapkan mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam

proses berpikir dan mengungkapkan pendapat.

Jumlah anggota diskusi kelompok biasanya terdiri dari 5 (lima)

sampai 20 (dua puluh) orang. Jumlah ini memudahkan anggota untuk

berinteraksi dan memudahkan guru untuk mengkoordinasi jalannya

diskusi.

Adapun tujuan diskusi adalah, pertama, untuk memberikan

motivasi kepada siswa agar dapat berkomunikasi secara lisan, Kedua,

memberikan kesempatan kepada peserta dididk untuk menggunakan

pengetahuan dan informasi yang telah dimiliki. Ketiga,

mengembangkan sikap saling hormat menghormati dan tenggang

rasa terhadap keragaman pendapat orang lain, dalam rangka

mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.

Dalam buku bertajuk “Effective Teaching”, Daniel Muijs dan

David Reynolds menyatakan bahwa “Classroom discussion can help

39

fulfil three major learning goals: promoting students’ involvement and

engagement in the lesson by allowing students to voice their own

ideas; helping them develop batter understanding by allowing them to

thinks through and verbalize their thinking, and, finally, helping

students obtain communication skills”61

Dengan kata lain, diskusi kelas dapat membantu untuk mencapai

tiga tujuan pembelajaran: (1) meningkatkan keikutsertaan dan

kegiatan siswa dalam pelajaran dengan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menyuarakan pendapatnya, (2) membantu siswa

dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik dengan cara

memberikan kesempatan untuk menyatakan pemikiran mereka, dan

akhirnya (3) membantu siswa untuk meningkatkan kecakapan

berkomunikasi.

Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar

pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk

berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang terlalu

keras, namun tetap harus mengikuti etika yang disepakati bersama.

Metode diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari

melalui urun pendapat dalam diskusi kelompok.

1. Penerapan Komunikasi Kelompok di Dalam Kelas

Penerapan metode diskusi dalam proses pembelajaran di

kelas adalah sebagai berikut :

a. Guru menentukan suatu masalah yang akan didiskusikan atau

guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu

pokok atau problem yang akan didiskusikan.

b. Guru menjelaskan tujuan diskusi.

61Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching, Evidence and Practice. (London, Paul Champsan Publishing, 2001), hlm. 25

40

c. Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab

mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.

d. Guru mengatur giliran pembicara supaya tidak semua siswa

serentak berbicara mengeluarkan pendapat.

e. Guru menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara

agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang

dikemukakan.

f. Mengatur giliran berbicara agar semua siswa dapat

menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.

g. Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang

dari pokok permasalahan.

h. Membuat catatan hal-hal yang menurut pendapat guru harus

segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari

pendapat yang salah.

i. Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa

dengan siswa.

2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi Kelompok

Adapun kebaikan Metode Diskusi kelompok didalam kelas

adalah sebagai berikut :

a. Suasana kelas hidup, sebab para siswa mengarahkan

pemikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.

Partisipasi siswa menjadi lebih baik.

b. Siswa dapat belajar menghargai pendapat orang lain.

c. Dapat menaikkan prestasi kepribadian individual seperti

toleransi, sikap demokratis, sikap kritis, berpikir sistematis dan

sebagainya.

41

d. Berguna untuk kehidupan sehari-hari terutama dalam alam

demokrasi

e. Siswa dapat belajar bermusyawarah.62

Adapun kelemahan Metode Diskusi kelompok adalah

sebagai berikut:

a. Diskusi pada umumnya dikuasai oleh siswa  yang gemar

berbicara

b. Bagi siswa yang tidak ikut aktif ada kecenderungan untuk

melepaskan diri dari tanggung jawab.

c. Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari

poko persoalan.

d. Membutuhkan waktu cukup banyak.

e. Sulit digunakan di tingkat rendah pada sekolah dasar.63

F. Metode Ceramah: Wujud Komunikas Publik Dalam Dunia Pendidikan

Metode ceramah yang dianggap sebagai penyebab utama dari

rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran memang patut

dibenarkan, tetapi juga anggapan itu sepenuhnya kurang tepat karena

setiap metode  atau model pembelajaran baik metode pembelajaran

klasik termasuk metode ceramah maupun metode pembelajaran

modern sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-

masing, yang saling melengkapi satu sama lain.64 Metode ceramah itu

sendiri pada dasarnya memiliki banyak pengertian dan jenisnya.

Berikut ini beberapa pengertian dari metode ceramah, antara lain :

62http://www.nesaci.com/metode-diskusi-dalam-proses-belajar-di-sekolah/ 63http://www.ziazone.wordpress.com/2011/10/05/metode-pembelajaran-diskusi/ 64Suryo Subroto. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 27

42

1. Menurut Winarno Surahmad, ceramah adalah penerangan dan

penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan

peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang

pokok dari yang dikemukakan oleh guru.

2. Metode ceramah adalah penyajian informasi secara lisan baik

formal maupun informal.

3. Metode ceramah menurut Gilstrap dan Martin, ceramah berasal

dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu ( Legree, lectus) yang berati

membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar

sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan

membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan

penggunaan buku.

4. Metode ceramah yaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh

guru terhadap kelasnya, dengan menggunakan alat bantu

mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada

siswa. Metode ceramah ini sering kita jumpai pada proses-proses

pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang rendah sampai ke

tingkat perguruan tinggi, sehingga metode seperti ini sudah

dianggap sebagai metode yang terbaik bagi guru untuk melakukan

interaksi belajar mengajar. Satu hal yang tidak pernah menjadi

bahan refleksi bagi guru adalah tentang efektifitas penggunaan

metode ceramah yaitu mengenai minat dan motivasi siswa,

bahkan akhirnya juga berdampak pada prestasi siswa.65

5. Metode ceramah juga disebut juga kegiatan memberikan informasi

dengan kata-kata. Pengajaran sejarah, merupakan proses

pemberian informasi atau materi kepada siswa serta hasil dari

penggunaan metode tersebut sering tidak berjalan sesuai dengan

yang diharapkan. Makna dan arti dari materi atau informasi 65Popham Jame , dkk. Teknik Mengajar Secara Sistematis. (Jakarta : Rineka Cipta, 2008),

hlm. 53

43

tersebut terkadang ditafsirkan berbeda atau salah oleh siswa. Hal

ini karena tingkat pemahaman setiap siswa yang berbeda-beda

atau dilain pihak guru sebagai pusat pembelajaran kurang pandai

dalam menyampaikan informasi atau  materi kepada siswa. Jenis-

jenis metode ceramah, terdiri dari metode ceramah bervariasi,

metode ceramah campuran dan metode ceramah asli.

Anggapan-anggapan negatif tentang metode ceramah sudah

seharusnya patut diluruskan, baik dari segi pemahaman artikulasi oleh

guru maupun penerapannya dalam proses belajar mengajar

disekolah. Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui

penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik,

dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru

dapat menggunakan alat-alat bantu media pembelajaran seperti

gambar dan audio visual lainnya. Definisi lain ceramah menurut

bahasa berasal dari kata lego (bahasa latin) yang diartikan secara

umum dengan “mengajar” sebagai akibat guru menyampaikan

pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran

dengan menggunakan buku kemudian menjadi lecture method atau

metode ceramah.66

Definisi metode ceramah diatas, bila langsung diserap dan

diaplikasikan tanpa melalui pemahaman terlebih dahulu oleh para

guru tentu hasil yang didapat dari penerapan metode ini akan jauh

dari harapan, seperti halnya yang terjadi dalam problematika saat ini.

Hampir setiap guru sejarah menggunakan metode ceramah yang jauh

dari kaidah-kaidah metode ceramah seharusnya.67

Metode ceramah dalam proses belajar mengajar sesungguhnya

tidak dapat dikatakan suatu metode yang salah. Hal ini dikarenakan

66Suwarna, dkk. Pengajaran Mikro. (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2005), hlm. 56 67Sagala Syaiful, Konsep dan makna pembelajaran. (Bandung : Alfabeta, 2008), hlm 89

44

model pengajaran ini seperti yang dijelaskan diatas terdiri dari

beberapa jenis, yang nantinya dapat dieksploitasi atau dikreasikan

menjadi suatu metode ceramah yang menyenangkan, tidak seperti

pada metode ceramah klasik yang terkesan mendongeng.68 Metode

ceramah dalam penerapannya di dalam proses belajar mengajar juga

memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain :

Kelemahan :

1. Mudah menjadi verbalisme.

2. Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang

benar-benar menerimanya.

3. Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.

4. Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang

menggunakannya.

5. Cenderung membuat siswa pasif

Kelebihan:

1. Guru mudah menguasai kelas.

2. Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas.

3. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.

4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.

5. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.

6. Lebih ekonomis dalam hal waktu.

7. Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman,

pengetahuan dan kearifan.

68Djamarah Saiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta: Rajawali Press, 2000), hlm. 53.

45

8. Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas

9. Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh

perhatian.

10. Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan

dan meningkatkan keinginan  belajar siswa dalam bidang

akademik. Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari

beberapa sumber lain

46

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah:

1. Komunikasi adalah kegiatan saling bertukar informasi antara satu

atau lebih orang, dengan adanya kesepakatan terhadap makna dan

konteks yang dibicarakan (lingua franca)

2. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang terjadi diantara

kelompok dengan kelompok lain misalnya dalam bentuk diskusi

kelas. Sedangkan komunikasi publik adalah komunikasi satu arah

yang disampaikan melalui nara sumber kepada khalayak yang

mana dalam konteks pendidikan, komunikasi publik ini adalah

seperti metode ceramah yang diterapkan oleh guru dalam proses

pembelajaran kepada siswa.

3. Hubungan komunikasi kelompok dan komunikasi publik bagi dunia

pendidikan adalah sangat erat dalam dunia pendidikan, karena

sejatinya, pendidikan itu berjalan seiring denga proses komunikasi

didalamnya, tidak ada pembelajaran kalau tidak ada komunikasi.

B. Rekomendasi

Dalam kesempatan ini penulis merekomendasikan kepada semua

pihak untuk dapat jeli melihat segala relaitas yang menghampiri para

pendidik di lingkunganya, pendidik harus memiliki pribadi yang kuat

dan tidak mudah digoyahkan serta luwes dalam wawasan keilmuan

dan memahami konteks komunikasi efektif, baik itu dalam bentuk

komunikasi kelompok maupun komunikasi publik untuk diterapkan di

lingkungan mereka masing-masing.

47

Setelah membaca uraian tersebut, kita dapat mencoba untuk

menanyakan kepada diri kita sendiri. Pertama, sudahkah kita pernah

mencoba untuk menerapkan metode tersebut dalam proses

pembelajaran? Kalau belum maka cobalah. Kedua, kalau sudah,

apakah yang telah Anda laksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip

pelaksanaan metode diskusi kelas dan metode ceramah (komunikasi

publik) tersebut? Kalau belum Anda bisa menyesuaikan. Semua akan

terpulang kepada diri kita sendiri. Mudah-mudahan uraian dalam

tulisan ini dapat sedikit membantu Anda. Dengan menggunakan

metode diskusi yang benar dalam proses belajar mengajar,

diharapkan kasus-kasus kekerasan dalam kehidupan kita dapat

berkurang dari hari ke hari. Insyaallah.

C. Kata Penutup

Alhamdulillah diucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Selanjutnya

penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu penulis dan menyelesaikan makalah ini. Hanya

do’alah yang dapat penulis kirimkan semoga segala pengorbanan

yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Selanjutnya

harapan saya semua pihak dapat memberikan sumbang saran demi

untuk kesempurnaan penulisan dan isi dari makalah ini, semoga Allah

selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada kita semua

Amin Yarobbal’alamin.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

48

DAFTAR PUSTAKA

Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia “Dinamika Islam Politik Pasca-Orde Baru” (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008)

Amir, Mafri, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Logos, 1999)

Amri Jhi, Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga, (Jakarta: PT. Gramedia, 1988)

Antoni, Riuhnya Persimangan Itu; Profil Pemikiran Para Penggagas Kajian Ilmu Komunikasi, Solo: Tiga Serangkai, 2004)

Dan B. Curtis, dkk., Komunikasi Bisnis dan Profesional (Bandung: Rosdakarya, 2006)

Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching, Evidence and Practice. (London, Paul Champsan Publishing, 2001)

Denny. Richard, terj., Communicate to Win: Kiat Komunikasi yang Efektif dan Impresif (Jkarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006)

Effendy. Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Rosdakarya, 2007)

Herbert. George, Mind, Self, and Society (Chicago: Chicago Press, 1934)

http:// id. shvoong. com /social-sciences/communication-media-studies/2187861-ruang-lingkup-komunikasi/

http://fatfrogblogs-friendster.com

http://www.nesaci.com/metode-diskusi-dalam-proses-belajar-di-sekolah/

http://www.ziazone.wordpress.com/2011/10/05/metode-pembelajaran-diskusi/

Jalaluddin, Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1985)

__________________, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosadakarya, 1996)

49

__________________, Psikologi Komunikasi [Edisi Revisi], (Bandung: Remaja Eosdakarya, 2007)

__________________, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008)

Karl Deustch, The Nervous of Government (New York: The Free Press of Glencoe, 1963)

Karlinah, Siti, Komunikasi Massa, (Jakarta: Penerbitan UT, 1999)

Lasape. Samad, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005)

Littlejon, Theories of Human Comunication (California: Wardsworth Publishing Company, 1996)

McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar,( Jakarta: Erlangga, 1987)

Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)

_____________, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008)

______________, Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-orang Berbeda Budaya (Bandung: Rosdakarya, 2006)

______________, Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)

Nimmo. Dan, Komuniikasi Politik Khalayak dan Efek (Bandung: Rosdakarya, 2006)

Nurudin, Komunikasi Massa, (Malang: CESPUR, 2005)

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 1992)

Pawit M. Yusuf, Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)

50

Popham Jame, dkk. Teknik Mengajar Secara Sistematis. (Jakarta : Rineka Cipta, 2008)

R. Wenburg, John. dan Wiliam W. Wilmot, The Personal Communication Process (New York: John Wiley and Sons, 1973)

Saiful Bahri. Djamarah, Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta: Rajawali Press, 2000)

Sanjaya, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)Suryo Subroto. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006)

Suwarna, dkk. Pengajaran Mikro. (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2005)

Syaiful. Sagala, Konsep dan makna pembelajaran. (Bandung : Alfabeta, 2008)

Uchayana Effendy. Onong, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja ROsdakarya, 2008)

Uchayana Effendy. Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007)

Uchyana Onong. Effendy, Ilmu Teori dan Dilsafat Komunikasi (Bandung: Cipta Aditya Bakti, 1993)

www.liputan6.com, edisi online 11 April 2005