Upload
operator-warnet-vast-raha
View
201
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem integumen adalah suatu sistem yang vital bagi kehidupan seluruh manusia, yang
terletak pada organ tubuh terluar, melindungi bagian dalam tubuh, luas 1,5-2 m2, berat 15 %
BB, yang merupakan cermin kehidupan, dapat dilihat, diraba, dan hidup, sebagai penampilan &
kepribadian. apabila kulit kita mengalami gangguan, tentu saja ini akan mempengaruhi dari
sistem kerja lapisan kulit lainnya dan membuat penampilan yang terkesan jelek. Salah satu dari
penyakit yang menyerang sistem integumen yang disebabkan oleh infeksi mikotik.
Alopesia atau kebotakan dapat terjadi setempat dan berbatas tegas, umumnya pada kepala
atau dapat juga mengenai daerah rambut lainnya, alopesia juga dapat juga terjadi karena
keturunan, pengaruh horman, dan life style, alopesia dapat disebabkan abnormalitas batang
rambut yang menyebabkan rambut mudah putus.
Adapun jenis-jenis alopesia sebagai berikut:
1. Alopesia androgenik
Alopesia androgenik (juga dikenal sebagai androgenetic alopecia, alopecia androtesticleas,
male pattern baldness, common baldness) merupakan sebuah bentuk umum kehilangan rambut
pada laki-laki dan perempuan.
2. Alopesia areata
Kehilangan rambut yang cepat dan komplit sehingga terbentuk bercak satu atau lebih, berupa
bulatan atau oval, biasanya dikepala dan tempat berambut lain.
3. Alopesia prematur
Sering terjadi pada pria berumur dua puluhan dan disertai dermatitis seboroika yang berat.
Sindrom alopesia androgenik mempunyai prevalensi yang tinggi akhir-akhir ini. Alopesia
androgenik merupakan tipe kebotakan yang paling banyak, sekitar 50-80% dialami laki-laki
kaukasia. Pada wanita sekitar 20-40% populasi. Banyak pria usia muda yang mengalami
penipisan rambut kronis dan menjadi botak sebelum masanya.
Angka kejadian pada laki-laki sekitar 50% dan pada perempuan biasanya terjadi usia lebih
dari 40 tahun. Dilaporkan 13% dari perempuan premenopause menderita alopesia androgenik,
namun, insidennya sangat meningkat setelah menopause. Menurut beberapa penulis, 75% dari
perempuan yang berumur lebih dari 65 tahun kemungkinan menderita alopesia androgenik.
Insiden tertinggi pada orang kulit putih, kedua di Asia dan Afrika-Amerika, dan terendah pada
penduduk asli Amerika dan Eskimo. Hampir semua pasien memiliki onset sebelum usia 40
tahun, walaupun banyak pasien (baik laki-laki dan perempuan) menunjukkan bukti gangguan
pada usia 30 tahun.
Sehingga dari peryataan-peryataan diatas penulis tertarik mengangkat makalah yang berjudul
alopesia androgenik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar alopesia androgenik dan asuhan
keperawatannya
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar penyakit alopesia androgenik
b. Mengetahui asuhan keperawatan penyakit alopesia androgenik
C. Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini, yaitu asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit alopesia androgenik yang mencakup konsep dasar dan asuhan keperawatan pada
alopesia androgenik secara teoritis.
D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriftif yaitu dengan
menggambarkan konsep dasar tentang penyakit alopesia androgenik dan asuhan keperawatan
klien dengan penyakit alopesia androgenik, dengan melakukan tinjauan terhadap beberapa
referensi baik melalui buku literatur yang terdapat di perpustakaan maupun melalui media
informasi online (internet).
E. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab yang meliputi :
BAB I: Pendahuluan : latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan teoritis : anatomi fisiologi kulit, anatomi fisiologi rambut, konsep dasar
alopesia androgenetik dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan rambut : alopesia
androgenetik.
BAB III: Asuhan Keperawatan Klien dengan kelainan rambut : Alopesia Androgenetik
BAB IV: Penutup : Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi dan fisiologi
1. Anatomi Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan.
Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh
dan luasnya 1,50-1,75 m2. Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak
tangan dan kaki, dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di bagian genetalia.
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu:
a. Epidermis
Epidermis terbagi menjadi empat lapisan :
1. Lapisan basal atau stratum germinativum
2. Lapisan malpighi atau startum spinosum
3. Lapisan granula atau stratum granulosum
4. Lapisan tanduk atau stratum korneum
b. Dermis
Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan subkutan.
Dermis terdiri dari jaringan ikat yang di lapisan atas terjalin rapat (pars papillaris), sedangkan di
bagian bawah terjalin lebih longgar (pars reticularis). Lapisan pars reticularis mengandung
pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebaseus.
c. Subkutan
Jaringan subkutan merupakn lapisan yang langsung di bawah dermis. Batas antara jaringan
subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang terbanyak adalah liposit yang menghasilkan
banyak lemak. Jaringan subkutan mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfe, kandung
rambut, dan dilapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringat. Fungsi jaringan subkutan
adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi.
2. Fisiologi Kulit
Fungsi kulit sebagai berikut :
1) Pelindung
Jaringan tanduk sel-sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda dan keluarnya
cairan berlebihan dari tubuh.
2) Pengatur suhu
Di waktu suhu dingin, peredaran darah dikulit berkurang untuk mempertahankan suhu badan.
3) Penyerap
Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas, dan zat yang larut dalam lemak, tetapi air
dan elektrolit sukar masuk melalui kulit.
4) Indra perasa
Indra perasa dikulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris dalam kulit.
5) Faal pergetahan (faal secretoris)
Kulit diliputi oleh dua jenis pergetahan, yaitu sebum dan keringat (prof. Dr. Marwali Harahap,
2000 hal 2).
3. Anatomi Rambut
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak
tangan, telapak kaki, kuku, ujung zakar, permukaan dalam bibir-bibir kemaluan wanita, dan
bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat digolongkan 2 jenis:
1. Rambut terminal, rambut kasar yang mengandung banyak pigmen. Terdapat di kepala, alis,
bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna. Rambut terminal diproduksi oleh folikel-folikel
rambut besar yang ada di lapisan subkutis. Secara umum diameter rambut > 0,03 mm.
2. Rambut velus, rambut halus sedikit mengandung pigmen, terdapat 16drene di seluruh tubuh.
Rambut velus diproduksi oleh folikel-folike rambut yang sangat kecil yang ada di lapisan
dermis, diameternya < 0,03 mm. (Soepardiman, Lily. 2010; Kusumadewi, dkk; Olsen, E. A.
1994)
Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian sebagai berikut:
a. Folikel Rambut, yaitu suatu tonjolan epidermis ke dalam berupa tabung yang meliputi:
1) Akar rambut (folliculus pili), yaitu bagian rambut yang tertanam secara miring dalam kulit.
2) Umbi rambut (bulbus pili), yaitu pelebaran bagian terbawah akar rambut (Kusumadewi,
dkk; Brown, Robin Graham dan Tony Burns).
b. Batang Rambut, yaitu bagian rambut yang berada diatas permukaan kulit. Batang rambut
terdiri atas 3 bagian, yaitu kutikula (selaput rambut), korteks (kulit rambut), dan medulla
(sumsum rambut) (Soepardiman, Lily. 2010; Kusumadewi, dkk; Pusponegoro, Erdina H.D.
2002).
c. Otot Penegak Rambut (muskulus arector pili), merupakan otot polos yang berasal dari
batas dermo-epidermis dan melekat di bagian bawah kandung rambut. Otot-otot ini dipersarafi
oleh saraf-saraf 17drenergic dan berperan untuk menegakkan rambut bila kedinginan serta
sewaktu mengalami tekanan emosional. (Kusumadewi, dkk; Brown, Robin Graham dan Tony
Burns)
4. Fisiologi Rambut
1. Pengaturan Suhu Badan
2. Dalam kondisi dingin, pori-pori rambut akan mengecil. Dalam kondisi panas, maka
kondisi tersebut berlaku sebaliknya (Kusumadewi, dkk; Ridwan, Muhammad).
Fungsi Sebagai Alat Perasa
Rambut memperbesar efek rangsang sentuhan terhadap kulit. Sentuhan terhadap bulu
mata menimbulkan reflex menutup kelopak mata (Kusumadewi, dkk).
B. Konsep dasar penyakit alopesia androgenetika
1. Pengertian
Alopesia ini timbul pada pria usia 30-40 tahun atau lebih, berupa keguguran rambut bertahap
dari bagian verteks dan frontal.garis rambut anterior berangsur masuk ke dalam ( mundur),
sehingga dahi terlihat bertatmbah lebar. ( prof. Dr. Marwali Harahap,200 hal 164 ).
Alopesia atau kerontokan rambut dapat terjadi akibat banyak keadaan seperti infeksi kulit
kepala, pemakaian obat pewarna rambut, penambahan usia, pemakaian obat-obatan dan
perubahan kadar hormon androgen. Alopesia andrgogenetik dapat terjadi pada laki-laki dan
wanita. Meskipun kebotakan pola laki-laki lazim dijumpai, wanita dapat pula mengalami
kerontokan rambut dengan pola yang sama. Karena rambut merupakan bagian tubuh yang sangat
visible dan menjadi bagian dari citra tubuh serta harga diri seseorang, kerontokan rambut dapat
menimbulkan permasalahan emosional dan social yang cukup serius bagi laki-laki maupun
perempuan. (Smeltzer & Bare, 2001 hal : 1907)
Alopesia androgenik (juga dikenal sebagai androgenetic alopecia, alopecia androtesticleas,
male pattern baldness, common baldness) merupakan sebuah bentuk umum kehilangan rambut
pada laki-laki dan perempuan.
Alopesia Androgenik adalah gangguan yang sangat umum yang mempengaruhi baik laki-laki
dan perempuan. Insiden ini umumnya dianggap lebih besar pada laki-laki daripada perempuan,
meskipun beberapa bukti menunjukkan bahwa perbedaan insiden merupakan cerminan dari
ekspresi berbeda pada pria dan wanita. Kebotakan pada laki-laki (alopesia androgenik) dianggap
normal pada laki-laki dewasa.
Jika di lihat dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa alopesia androgenetik
adalah suatu gangguan yang bersifat umum ditandai dengan hilangnya rambut, dan dapat terjadi
pada laki-laki maupun perempuan.
2. Etiologi
Mekanisme yang tepat untuk terjadinya alopesi androgenik ini belum jelas,tetapi diduga
alopesia ini disebabkan stimulasi hormon androgen terhadap folikel rambut yang mempunyai
predisposisi. Predisposisi ini dipengaruhi faktor genetik dan faktor peningkatan usia. ( prof. Dr.
Marwali Harahap, 2000 hal : 165 ).
1) Karena demam
Hal ini akan menyebabkan kentalnya darah, di samping itu penguapan air sel, yang
disebut juga dengan dedikasi, sehingga menyebabkan akar rambut rontok dan kusam
2) Gangguan keseimbangan hormone
3) Bila hormon tidak seimbang atau mengalami gangguan, maka hal ini akan menampakkan
kelainan pada akar rambut dan kulit kepala.
4) Ketidakseimbangan makanan
5) Makanan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan rambut. Orang yang menu makanannya
tidak seimbang atau menyukai makanan-makanan yang disenangi saja atau kekurangan
protein maupun kelebihan vitamin A, jelas akan membuat kelainan-kelainan pada rambut.
6) Keracunan makanan atau obat ;
Misalnya banyak menelan obat-obat kanker. Hal ini akan menyebabkan kerontokan
rambut. Sehubungan dengan beberapa kelainan yang sering ditemukan pada rambut
manusia, apakah kelainan itu datang dari dalam maupun yang datang dari luar seperti
yang telah dijelaskan, maka apabila kelainan-kelainan tersebut kurang diperhatikan tentu
akan berubah menjadi penyakit, baik itu penyakit rambut atau bahkan meluas menjadi
penyakit kulit kepala.
Berkaitan dengan penjelasan di atas tentang kelainan-kelainan yang ditemukan pada kulit
kepala dan rambut, maka bila kita kurang memperhatikan tentu akan berakibat lebih fatal
terhadap kondisi rambut.Kelainan-kelainan pada rambutharuslah mendapat perhatian
khusus, bila kita menginginkan rambut sehat dan subur.
4. KLASIFIKASI
1. Penyakit rambut yang menular, yakni:
a. Dendruff/ketombe/sindap, ada 2 macam ketombe antara lain:
a) ketombe kering(pityriasis capitis simplex), Ketombe kering (Pityriasis Sicca) berupa
sebagian sisik-sisik ketombe melekat erat dan sebagian terlepas di sekitarnya
b) ketombe basah (pityriasis steatiodes), Ketombe basah (Pityriasis Steodeos) berupa
lapisan sisik berwarna putih kekuning-kuningan yang menempel kuat dan menyerap sebum kulit
kepala, bila dikelupas timbul bekas merah disertai rasa gatal.
b. Kutu kepala menimbulkan problema lebih parah daripada gangguan ketombe. Kutu betina
berukuran sekitar 3-4 mm sedikit lebih besar daripada kutu jantan, bertelur antara 7-10 butir
dalam satu bulan masa hidupnya.
2. Penyakit rambut yang tidak menular:
a. Piebaldism
kelainan kongenital, diturunkan autosomal dominan, jarang ditemukan. Ditandai dengan uban
terlokalisir pada daerah dahi dan makula melanotik yang menyerupai vitiligo
b. Hipertrikosis
Penambahan jumlah rambut pada tempat2 yang biasanya juga ditumbuhi rambut.
Bisa karena kelainan bawaan, obat2an. Jika terjadi setempat bisa dikarenakan oleh pemakaian
salep kortikosteroid
c. Hirsutisme
Pertumbuhan rambut berlebihan pada wanita dan anak2 pada tempat seks sekunderKumis,
janggut, cambangKarena obat mengandung hormon dan kelaianan endokrin
d. Uban Prematur
ditemukan pada usia sebelum 20 tahun. Diduga akibat kelainan genetik dan biasanya ditemukan
sebagai kelainan autosomal dominan. Canitis/Uban, yang bisa di sebabkan karena faktor usia
atau semakin berkurangnya melamin (butiran-butiran zat pigmen) pada akar rambut. Tidak ada
cara lain untuk menanggulangnya kecuali dengan cara mewarnai. Tapi pastikan perawatan
rambut setelah pengecatan harus dilakukan dengan benar supaya rambut tidak rusak
e. Albinisme
Diturunkan secara genetik, tidak ditemukan atau sangat sedikit pigmen pada rambut. Secara
autosomal resesif
f. Canitis/Uban,
Yang bisa di sebabkan karena faktor usia atau semakin berkurangnya melamin (butiran-butiran
zat pigmen) pada akar rambut. Tidak ada cara lain untuk menanggulangnya kecuali dengan cara
mewarnai. Tapi pastikan perawatan rambut setelah pengecatan harus dilakukan dengan benar
supaya rambut tidak rusak
g. Alopecia/kebotakan
Akar rambut yang kurang kuat dapat mengakibatkan kerontokan rambut selain itu penggunaan
sampo yang tidak sesuai, stess dan mengikat rambut terlalu kencang juga merupakan sumber
masalah kerontokan rambut Kehilangan rambut yang terjadi secara cepat,yang dapat terjadi
secara autoimmun,hormonal,genetik,dan stress emosional.Adapun tipe-tipe Alopesia yaitu :
Adapun jenis-jenis alopesia sebagai berikut:
1. Alopesia androgenik
Alopesia androgenik (juga dikenal sebagai androgenetic alopecia, alopecia androtesticleas, male
pattern baldness, common baldness) merupakan sebuah bentuk umum kehilangan rambut pada
laki-laki dan perempuan.
2. Alopesia areata
Kehilangan rambut yang cepat dan komplit sehingga terbentuk bercak satu atau lebih, berupa
bulatan atau oval, biasanya dikepala dan tempat berambut lain.
3. Alopesia prematur
Sering terjadi pada pria berumur dua puluhan dan disertai dermatitis seboroika yang berat.
Sindrom alopesia androgenik mempunyai prevalensi yang tinggi akhir-akhir ini. Alopesia
androgenik merupakan tipe kebotakan yang paling banyak, sekitar 50-80% dialami laki-laki
kaukasia. Pada wanita sekitar 20-40% populasi. Banyak pria usia muda yang mengalami
penipisan rambut kronis dan menjadi botak sebelum masanya. Angka kejadian pada laki-laki
sekitar 50% dan pada perempuan biasanya terjadi usia lebih dari 40 tahun. Dilaporkan 13% dari
perempuan premenopause menderita alopesia androgenik, namun, insidennya sangat meningkat
setelah menopause. Menurut beberapa penulis, 75% dari perempuan yang berumur lebih dari 65
tahun kemungkinan menderita alopesia androgenik. Insiden tertinggi pada orang kulit putih,
kedua di Asia dan Afrika-Amerika, dan terendah pada penduduk asli Amerika dan Eskimo.
Hampir semua pasien memiliki onset sebelum usia 40 tahun, walaupun banyak pasien (baik laki-
laki dan perempuan) menunjukkan bukti gangguan pada usia 30 tahun.
3. Patofisologi
Alopesia Androgenetik disebabkan oleh efek Hormon – hormon Androgenik yang
mempengaruhi pertumbuhan rambut kepala pada Pria dan Wanita yang rentan secara
Genetik.Folikel-folikel yang membentuk rambut terminal perlahan-lahan berubah menjadi
folikel yang mirip Velus.;pada tahap-tahap akhir ,folikel akhirnya menjadi atropik,Alopesia
Androgenetik diatur oleh satu Gen autosomal dominan,terbatas jenis kelamin,yang dapat
terekspresi tak lengkap akibat faktor-faktor poligenik yang mengubahnya.
4. Manifestasi klinis
Adapun gejala klinis alofesia androgenik menurut hamilton:
Tipe I : rambut masih penuh
Tipe II : tampak pengurangan pada rambut pada kedua bagian temporal
Tipe III : Border line
Tipe IV : pengurangan rambut daerah frontotemporal
Tipe V : tipe IV yang menjadi lebih berat
Tipe VI : seluruh kelainan menjadi satu
Tipe VII : alopesia luas di batasi pita rambut jarang
Tipe VIII : alopesia frontotemporal menjadi satu dengan bagian vertex
5. Prognosis
Prognosis kebotakan (alopesia) tergantung penyebabnya. Namun, prognosis androgenetik
alopesia tidak diketahui. Pada umumnya lebih mudah rambut rontok daripada rambut tumbuh.
6. Diagnosis banding
a. Alopesia Areata : Penyebabnya belum diketahui, namun sering dihubungkan dengan
adanya infeksi fokal, kelainan endokrin dan stres emosional. Gejala klinis ditandai adanya bercak
dengan kerontokan rambut pada kulit kepala, alis, janggut, dan bulu mata.(2,18)
b. Trikotilomania : Alopesia neurosis, rambut ditarik berulang kali sehingga putus. Sering
pada gadis yang mengalami depresi. Kulit kepala normal tanpa peradangan atau parut.(2)
c. Tinea Kapitis : Kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies
dermatofita seperti T. rubrum, T. Mentagrophytes, M. gypseum. Gejala ini ditandai dengan lesi
bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih
berat, yang disebut kerion.(3,16,18)
d. Telogen Efluvium : adanya kerontokan rambut terlalu cepat dan terlalu banyak pada folikel
rambut yang normal. Kelainan ini terjadi karena adanya rangsangan yang mempercepat fase
anagen menjadi fase telogen. Keadaan ini terjadi pada pascapartum,pascanatal, stress,
pascafebris akut.
7. Komplikasi
Rambut rontok dapat menyebabkan gangguan kosmetik, mempengaruhi secara psikologis
(kecemasan) dan jarang monosymptomatic hypochondriasis. Kulit kepala botak mudah terpapar
sinar matahari (sinar ultraviolet), dan menimbulkan Multipel Actinic Keratosis.
8. Penatalaksanaan Medis
1. Preparat topikal minoksidil 2 % (Rogaine)
2. (Olsen, 1994 dalam Smeltzer & Bare, 2001 hal : 1908).
3. Preparat tropikal tretinoin
4. Transplantasi Rambut
5. Punch grafting
6. Sclep reduction atau pengurangan kulit kepala
( prof. Dr. Marwali Harahap,200 hal 165 )
9. Pemeriksaan penunjang
a. Analisis laboratorium dehydroepiandrosterone (DHEA)-sulfate dan testosteron perlu
dilakukan, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui hubungan kelebihan hormon androgen
dengan alopesia androgenik.
b. Biopsi jarang dibutuhkan untuk membuat diagnosis. Jika satu spesimen biopsi diperoleh,
itu umumnya dipotong melintang jika pola alopesia dicurigai.
10. Proses pencegahan :
• Makan makanan dengan gizi seimbang.
• Perlakukan rambut secara alami. Ketika memungkinkan, biarkan rambut kering secara alami.
• Hindari penataan yang ketat, seperti mengepang, menyanggul, dan mengikat ekor kuda.
• Hindari untuk memutar, menggosok atau menarik rambut anda.
• Periksa pada ahli perawatan rambut mengenai bagaimana menghias rambut atau teknik
penataan yang membantu dari efek kebotakan.
• Gunakan nonprescription medication minoxidil (Rogaine) yang mendorong tumbuhnya rambut
baru dan mencegah kerontokan pada orang-orang. Produk hair growth yang dijual bebas
lain terbukti tidak membawa hasil.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN RAMBUT :
ALOPESIA ANDROGENETIKA
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan menurut Raharyani (1990), Anemnesis dilakukan untuk
mengklasifikasikan suatu pemahaman sehingga perlu ada kesepakatan antara pemeriksa dan
pasien. Wawancara harus efektif dan harus memahami perasaan pasien sehingga pasien lebih
terbuka. Dibawah ini adalah wawancara pada pasien gangguan sistem integumen, sebagai data
fokus.
1. Biodata
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
a. Kapan pasien pertama kali mengetahui masalah rambut ini?
b. Apa ada gejala yang lain?
c. Pada rambut bagian mana tempat pertama kali terkena?
d. Apakah terdapat kerontokan?
e. Apakah masalah tersebut menjadi bertambah parah pada waktu tertentu?
f. Apakah pasien dapat menjelaskan bagaimana kelainan tersebut berawal?
g. Obat-obatan apa yang anda gunakan?
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah masalah penyakit rambut yang dideritanya pernah terjadi sebelumnya?
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada diantara anggota keluarga anda yang mengalami masalah rambut seperti ini?
6. Riwayat psikososial
7. Kebiasaan sehari-hari
8. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Pasien berada dalam ruangan dalam penerangan yang baik.
1. Catat warna rambut klien
2. Lesi yang abnormal
3. Mobilitas kondisi rambut
4. Gejala gatal-gatal
5. Kerontokan rambut
b. Palpasi
Dalam melakukan tindakan ini pemeriksa harus menggunakan sarung tangan. Tindakan ini
dimaksudkan untuk memeriksa:
1) Sibak rambut klien untuk melihat distribusi
2) Tekstur rambut
3) kerontokan
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan penampilan fisik
2. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penyakit (alopesia androgenetik)
3. Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d
kesalahan interpretasi, kurang informasi
C. Rencana Keperawatan
NO Diagnosa
Keperawatan
Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1. Gangguan
konsep diri
(body image)
berhubungan
dengan
perubahan
fisik.
Ds :
- klien
mengatakan
malu dengan
keadaan
rambutnya
- klien
mengatakan
tidak
menerima
dengan
keadaannya
Do :
- klien
tampak
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama
1x24 jam, diharapkan
tidak terjadi gangguan
body image. Dengan
kriteria hasil:
Menyatakan
penerimaan situasi
diri.
Bicara dengan
keluarga/orang
terdekat tentang
situasi, perubahan
yang terjadi.
a. Berikan
kesempatan pada
klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
perubahan citra
tubuh.
b. Nilai rasa
keprihatinan dan
ketakutan klien.
c. Bantu klien dalam
mengembangkan
kemampuan untuk
menilai diri dan
mengenali serta
mengatasi masalah.
d. Mendukung upaya
klien untuk
memperbaiki citra
diri, mendorong
a. Klien
membutuhkan
pengalaman
didengarkan dan
dipahami dalam
proses peningkatan
kepercayaan diri.
b. Memberikan
kesempatan kepada
perawat untuk
menetralkan
kecemasan dan
memulihkan
realitas situasi.
c. Kesan seseorang
terhadap dirinya
sangat berpengaruh
dalam
pengembalian
kepercayaan diri.
minder.
- klien
kurang
percaya diri
sosialisasi dengan
orang lain dan
membantu klien ke
arah penerimaan diri.
d. Pendekatan dan
saran yang positif
dapat membantu
menguatkan usaha
dan kepercayaan
yang dilakukan.
2. Kurang
pengetahuan
terhadap
penyakit,
prognosis dan
kebutuhan
pengobatan
berhubungan
dengan
kurang
pemajanan,
kesalahan
interpretasi,
kurang
informasi.
Ds :- klien
mengatakn
tidak
mengetahui
kenapa
rambut rontok
hingga
menyebabkan
kebotakan
-Klien
mengatakan
tidak tau
harus berbuat
apa
Do : -klien
bingung saat
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x 24 jam di
harapkan pasien dapat
mengerti tentang
penyakit dan
pengobatan yang
berhubungan dengan
penyakitnya.
Dengan kriteria hasil :
pasien mengerti dan
paham tentang
kondisi, prognosis,
dan pengobatan.
pasien dapat mengerti
tentang tindakan
pengobatan dan terapi
melakukan perubahan
pola hidup tertentu
dan berpartisipasi
dalam program
pengobatan.
a. Kaji ulang
prognosis dan
harapan yang akan
datang.
b. diskusikan
bagaimana
perawatan pada
rambutnya yang
mengalami
kerontokan
c. penkes tentang
alopesia
a. Memberikan
dasar pengetahuan
dimana pasien
dapat membuat
pilihan berdasarkan
informasi.
b. Agar klien dapat
merawat
rambutnya
c. Agar klien
mengetahui tentang
alopesia, penyebab,
tanda dan gejala
dan pengobatannya
ditanya
perawat
3. Resiko
kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan
penyakit
(alopesia
androgenetik).
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
diharapkan tidak
tejadi kerusakan pada
integritas kulit kepala
klien dengan criteria
hasil :
Ds :
Klien mengatakan
tidak merasa panas di
kepalanya.
Klien mengatakan
tidak terasa gatal di
kepalanya.
Do :
Klien tampak
nyaman.
Tidak terjadi iritasi
pada kulit kepala
klien.
a. Kaji keadaan kulit
kepala
b. Anjurkan klien
menggunakan
pelindung kepala
( topi / rambut
palsu ).
c. Berikan penkes
tentang bahaya sinar
UV
d. Kolaborasi dengan
dokter kulit.
a. Untuk mengetahui
keadaan kulit
kepala klien
b. Untuk
memberikan
perlindungan pada
kepala klien agar
tidak terpapar sinar
matahari secara
lansung.
c. Agar klien
mengetahui bahaya
sinar UV.
d. Untuk
mencegah/mengeta
hui apakah kulit
kepala klien terjadi
gangguan atau
tidak.
DAFTAR PUSTAKA
1. E.Doenges,Marilynn dan Mary Frances, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi
3.Jakarta.EGC
2. Buxton Paul K.2003.ABC of Dermatology Fourth Edition.London:Publishing Group Ltd.
NANDA Internasional.2012.Diagnosa Keperawatan 2012-2014.Jakarta:EGC.
ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
INTEGUMEN PENYAKIT ALLOPESIA ADROGENETIKL
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. HERNA WULANSARI
2. AMRAN SUJANA
3. NUR BIBI SUSIANTI
4. RUSMINI
5. SARNANDI
6. KAMSIR SALIM
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AMANAH MAKASAR KELAS
RAHA
2014