44
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem Muskuloskeletal merupakan salah satu sistem yang memiliki peranan penting dalam kehidupan seseorang. Sistem ini menunjang pergerakan dan mobilisasi seseorang. Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Salah satu gangguan muskuloskeletal yang berhubungan dengan gangguan mobilisasi adalah fraktur. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik ( Price & Wilson, 1995 ). Klasifiskasi fraktur dapat ditentukan oleh jenis kekuatan, keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak di sekitar tulang. Prinsip penanganan fraktur meliputi recognisi, reduksi, imobilisasi, pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasinya. Salah satu penanganan fraktur dengan proses pembedahan adalah dengan Open Reduksi Internal Fixation ( ORIF ). Menurut Price & Wilson tahun 1995, keuntungan pasien fraktur menggunakan metode Open Reduksi Internal Fixation ( ORIF ) adalah reduksi yang akurat, stabilitas reduksi tinggi, berkurangnya kebutuhan alat imobillisasi eksternal, penyembuhan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah akan menjadi 1

Askep Klien Fraktur Dewi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep Klien Fraktur Dewi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem Muskuloskeletal merupakan salah satu sistem yang memiliki peranan penting

dalam kehidupan seseorang. Sistem ini menunjang pergerakan dan mobilisasi seseorang.

Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam

gangguan. Salah satu gangguan muskuloskeletal yang berhubungan dengan gangguan

mobilisasi adalah fraktur.

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik ( Price

& Wilson, 1995 ). Klasifiskasi fraktur dapat ditentukan oleh jenis kekuatan, keadaan tulang

itu sendiri dan jaringan lunak di sekitar tulang. Prinsip penanganan fraktur meliputi recognisi,

reduksi, imobilisasi, pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasinya. Salah

satu penanganan fraktur dengan proses pembedahan adalah dengan Open Reduksi Internal

Fixation ( ORIF ).

Menurut Price & Wilson tahun 1995, keuntungan pasien fraktur menggunakan metode

Open Reduksi Internal Fixation ( ORIF ) adalah reduksi yang akurat, stabilitas reduksi tinggi,

berkurangnya kebutuhan alat imobillisasi eksternal, penyembuhan sendi yang berdekatan

dengan tulang yang patah akan menjadi lebih cepat, rawat inap di RS lebih singkat dan dapat

lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal. .

Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik kuntuk menyusun makalah ilmiah

yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn F Dengan Post Operasi Open Reduksi

Internal Fixation ( ORIF) di Gedung A lantai IV Zona B RS DR Cipto Mangunkusumo.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah memberikan gambaran tentang penerapan

asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur post operasi ORIF ( Open Reduksi Internal

Fixation ) di Ruang Gedung A lantai IV Zona B RS DR Cipto Mangunkusumo

1

Page 2: Askep Klien Fraktur Dewi

2. Tujuan khusus

a. Dapat melakukan kajian literatur tentang asuhan keperawatan pada pada klien dengan

fraktur ( Post Open Reduksi Internal Fixation ) di Ruang Gedung A lantai IV kiri Zona B

RS DR Cipto Mangunkusumo

b. Dapat melakukan pengkajian, menegakan diagnosa, menyusun rencana keperawatan,

melakukan implementasi dan mengevaluasi pada klien dengan fraktur ( Post Open Reduksi

Internal Fixation )

c. Dapat mengidentifikasi faktor penunjang dan faktor menghambat dalam penerapan

asuhan keperawatan, serta membuat justifikasi terhadap kesenjangan kasus.

d. Dapat mengajukan saran atau rekomendasi terhadap pihak terkait sehubungan dengan

kasus yang dibahas.

C. RUANG LINGKUP

Dalam penyusunan makalah ilmiah penulis membatasi ruang lingkup dalam makalah

ini pada satu kasus yaitu asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur post operasi ORIF

( Open Reduksi Internal Fixation ) di Gedung A Lt IV kiri Zona B RSCM. Dalam melakukan

asuhan keperawatan, penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan. Asuhan

keperawatan tersebut dilakukan selama 3 hari dari tanggal 17-19 Desember 2008.

D. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan adalah dengan metode deskriptif dan kasus melalui

pendekatan sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan, yaitu mencari referensi dan mempelajari yang terkait kasus yang

terdapat pada Makalah Ilmiah ini.

2. Studi kasus, yaitu mengobservasi dan menerapkan asuhan keperawatan pada klien

fraktur post operasi ORIF ( Open Reduksi Internal Fixation ) dengan pendekatan

proses keperawatan sesuai judul didepan.

2

Page 3: Askep Klien Fraktur Dewi

E. SISTEMETIKA PENULISAN

Makalah Ilmiah ini terdiri atas 5 bab yang disusun secara sistematis dengan urutan

sebagai berikut.

BAB I : Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup

dan

sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan pustaka, yang terdiri atas pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan

gejala, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medik dan asuhan

pada klien dengan fraktur ( Post Open Reduksi Internal Fixation ).

BAB III : Tinjauan kasus yang terdiri atas pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan

implementasi keperawatan, dan evaluasi.

BAB IV : Pembahasan kasus yang terdiri atas pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

BAB V : Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka

Lampiran

3

Page 4: Askep Klien Fraktur Dewi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menguraikan tentang konsep dasar fraktur yang terdiri atas :

pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi pemeriksaan diagnostik,

penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

A. KONSEP DASAR

PENGERTIAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

Fraktur terjadi jika tulang dikenal stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsi. Ada

lima jenis fraktur yaitu

1. Fraktur Complete

Adalah patah pada seluruh garis tengah dan biasanya mengalami pergeseran dari

posisi normal

2. Fraktur Incomplete

Adalah patah tulang yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang salah

satu sisi patah yang lain, biasanya hanya bengkok

3. Fraktur tertutup ( Simple )

Adalah fraktur yang tidak meluas melewati kulit

4. Fraktur terbuka ( Compound )

Adalah fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan

tulang

5. Fraktur Patologis

Fraktur terjadi pada penyakit tulang seperti kanker, osteoporosis dengan tak ada

trauma atau hanya minimal

Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomi fragmen tulang, yaitu:

4

Page 5: Askep Klien Fraktur Dewi

1. Fraktur Greenstick adalah fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi

lainnya membengkok

2. Fraktur Transversal adalah fraktur sepanjang garis tengah tulang

3. Fraktur Oblik adalah fraktur yang membentuk sudut dengan garis tengah tulang ( lebih

tidak stabil dibanding transversal )

4. Fraktur Spinal adalah fraktur memuntir seputar batang tulang

5. Fraktur Komunutifa adalah fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

6. Fraktur Depresi adalah fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam ( sering

terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah )

7. Fraktur Kompresi adalah fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada

tulang belakang )

8. Fraktur Avulsi adalah tertariknya Fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada

perlekatannya

9. Fraktur Epifisiel adalah fraktur melalui epifisis

10. Fraktur Impaksi adalah fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang

yang lainnya.

B. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir

mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya

juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan

sendi. Dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan pembuluh darah organ tubuh dapat

mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang.

C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan

ekstremitas, krepitis, pembengkakan lokal dan perubahan warna.

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya fragmen tulang di mobilisasi. Spasme

otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidal alamiah yang dirancang untuk

meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

5

Page 6: Askep Klien Fraktur Dewi

2. Setelah fraktur, bagian-bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak

tidak alamiah ( gerakan luar biasa ) menyebabkan deformitas ( terlihat maupun

teraba ) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas

normal. Ekstermitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot

tergantung pada integritas tentang tempat melengketnya otot.

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi

otot yan melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan

krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma

dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda itu baru bisa terjadi setelah beberapa

jam atau hari setelah cedera.

D. PENATALAKSANAAN

Prinsip penanganan fraktur meliputi recognisi, reduksi, imobilisasi, pengembalian

fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasinya

1. Recognisi

Meliputi riwayat kecelakaan, tindakan pemeriksaan spesifik untuk menentukan

diagnosa.

2. Reduksi Fraktur

Yaitu mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi, anatomi meliputi :

a. Reduksi tertutup

Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen

tulang ke posisinya ( ujung-ujungnya saling berhubungan ) dengan manipulasi dan traksi

manual. Ekstremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidal,

atau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan

menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar X harus dilakukan untuk

mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.

6

Page 7: Askep Klien Fraktur Dewi

b. Traksi

Dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi

disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Sinar X digunakan untuk memantau reduksi

fraktur dan aproksimasi fragmen tulang ketika tulang sembuh, akan terlihatpertumbuhan

kallus pada sinar X ketika kalus telah kuat, dapat dipasang gips atau bidal untuk

melanjutkan imobilisasi.

c. Reduksi Terbuka

Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen

tulang direduksi alat fiksasi interna dalam bentuk pen, kawat, sekrup, plat atau batangan

logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai

penyembuhan tulang yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakan di sisi tulang atau

dipasang melalui fragmen tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang. Alat tersebut

menjaga aproksimasi dan fixasi yang kuat bagi fragmen tulang.

3. Imobilisasi Fraktur / Reduksi

Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi dan dipertahankan

dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat

dilakukan dengan fixasi interna atau eksterna. Metode fixasi eksterna meliputi pembalutan

gips, bidal, traksi kontinoe, atau fixator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk

fixasi interna yang berperan sebagai bidal interna untuk mengimobilisasi fraktur.

4. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi / rehabilitasi meliputi :

a. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi

b. Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan

c. Memantau status neurovaskuler

d. Mengontrol kecemasan dan infeksi

e. Latihan isometrik dan setting otot

f. Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari

g. Kembali ke aktivitas secara bertahap.

7

Page 8: Askep Klien Fraktur Dewi

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Rontgen untuk menentukan lokasi , luasnya fraktur atau trauma.

2. Scan tulang, Tomografi, CT Scan / MRI untuk memperlihatkan fraktur juga dapat

dipergunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

3. Arteriografi dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

4. Hitung darah lengkap, HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menurun

( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple )

5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk clearance ginjal.

6. Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple

atau cedera hati.

F. PENGKAJIAN

1. Kehilangan / berkurangnya gerak ekstremitas yang cedera

2. Edema / deformitas

3. Perdarahan / hematom

4. Paresthesia

5. Spasme otot

6. Nyeri

7. Laserasi

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan patah tulang, refleks spasme otot

dan kerusakan jaringan

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan

3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan terganggunya suplai darah

akibat injuri

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur, imobilisasi

5. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas berhubungan dengan fraktur dan metode

pengobatan

8

Page 9: Askep Klien Fraktur Dewi

H. PERENCANAAN

1. Perhatikan bedrest dan posisi klien

2. Monitor daerah imobilisasi

3. Latihan ROM pasif

4. Bantu kebutuhan klien

5. Monitor tanda-tanda vital

6. Monitor intake dan output

7. Penuhi kebutuhan nutrisi klien dengan makanan TKTP, Fe, Ca dan vitamin

8. Monitor tanda-tanda infeksi

9. Perawatam luka / balutan dengan tekhnik aseptik dan antiseptik

10. Monitor lokasi fraktur

11. Atur Posisi klien

12. Berikan support pada klien dan keluarga

13. Berikan pendidikan kesehatan pada klien

I. IMPLEMANTASI

Implementasi dibuat sesuai rencana tindakan yang telah disusun

J. EVALUASI

Evaluasi untuk fraktur menurut Lewis 2005 :

Hasil yang diharapkan pada klien dengan kanker kolorektal adalah klien mampu :

1. Sirkulasi ke ekstremitas adekuat, nyeri berkurang, warna kulit normal, bengkak dan

paresthesia hilang atau berkurang, gangguan motorik berkurang atau hilang

2. Tidak ada tanda-tanda nekrosis, nyeri, paralisis, fungsi motorik normal, tidak tercium

bau, tidak ada komplikasi pada daerah pemasangan

3. Tidak ada tanda-tanda infeksi

4. Gerak persendian baik .

9

Page 10: Askep Klien Fraktur Dewi

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis menguraikan tentang asuhan keperawatan pada Klien Tn. F

dengan Fraktur Post Operasi ORIF ( Open Reduksi Internal Fixation ) yang dirawat di

Gedung A lantai IV Zona B RS. DR. Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Asuhan keperawatan yang diberikan dengan menggunakan proses keperawatan yang

dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan

evaluasi yang dilaksanakan tanggal 17 – 19 Desember 2008.

I. Pengkajian

Dalam pengkajian penulis data dari berbagai sumber data antara lain melalui

wawancara dengan klien dan keluarga, perawat ruangan catatan medik dan catatan

keperawatan serta langsung melalui pemeriksaan fisik klien.

Pengkajian pertama kali dilakukan pada tanggal 17 Desember 2008. Adapun hasil

pengkajian berupa data dasar sebagai berikut :

A. Identitas Klien

Klien Tn F, jenis kelamin laki-laki usia 17 tahun, agama Kristen Protestan, Alamat Komplek

PAM Jatibening Blok F No 77 Rt 02/10 Bekasi. Masuk rumah sakit tanggal 2 Desember 2008

dengan keluhan klien mengalami patah pada lengan bawah kiri saat menangkap bola. Terasa

nyeri dan bengkok, oleh orang tua dibawa berobat ke dukun pijat dan diurut. Setelah

seminnggu tidak ada perubahan klien di bawa ke RS Cipto Mangunkusumo. Saat pengkajian

klien ditemani oleh ibu klien Ny S usia 42 tahun, profesi guru dan ayah klien Tn S usia 45

tahun seorang wiraswasta.

B. Riwayat Kesehatan Saat Ini.

Klien dirawat di Gedung A lantai IV zona B pada tanggal 2 Desember 2008. Keluhan lengan

bawah sebelah kiri mengalami patah / fraktur pada saat bermain bola. Nyeri terutama saat

digerakan dan ditekan deformitas. Klien di operasi ORIF tanggal 15 Desember 2008 Tampak

udem dan bengkak pada daerah fraktur. Klien mengatakan nyeri dengan skala nyeri 8, nyeri

datang timbul sepanjang hari. Klien mengatakan sulit tidur.

10

Page 11: Askep Klien Fraktur Dewi

Hasil observasi : klien tampak sedang menahan kesakitan, klien tampak berbaring di

tempat tidur, rambut tampak kotor, membran mukosa kering, mulut kotor dan bau. Klien

tampak berkeringat saat sedang menahan nyeri. Hasil tanda-tanda vital : TD : 120 / 70 mmHg,

N: 100x / menit, RR : 22x/menit, S: 36º C, kuku tampak kotor dan panjang.

C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Riwayat imunisasi lengkap, riwayat alergi terhadap obat, makanan, binatang, dan

lingkungan tidak ada. Riwayat kecelakaan tidak ada, riwayat pemakaian obat ada tapi klien

lupa nama obatnya.

D. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit hipertensi tidak ada, asma tidak ada, riwayat penyakit yang sama

dengan klien dalam kelurga tidak ada, klien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara.

E. Riwayat Psikososial dan spiritual

Orang yang terdekat dengan klien adalah ibunya. Pola komunikasi terbuka, pembuatan

keputusan dengan musyawarah bersama. Dampak penyakit klien terhadap keluarga sedih

terhadap penyakit yang menimpa klien. Mekanisme koping terhadap stres dengan memendam

masalahnya sendiri, klien hanya diam saja sehingga hatinya terasa panas. Saat ini yang

dipikirkan klien adalah mengenai kesembuhan tangannya dan dapat berkumpul lagi dengan

teman-teman di sekolah. Perubahan yang dirasakan setelah sakit adanya nyeri dan klien

terbatas dalam melakukan kegiatan serta memerlukan bantuan orang lain. Klien menganut

agama Kristen Protestan, tidak ada nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan, klien juga

suka ke gereja. Klien tinggal di lingkungan perumahan.

F. Pola kebiasaan sehari-hari

1. Pola Nutrisi

Di Rumah : Frekwensi makan sebanyak 3x / hari, nafsu makan baik, jenis makanan yang

dikonsumsi adalah nasi, telur, sayuran, tidak ada alergi terhadap makanan, tidak ada

kebiasaan sebelum makan. Klien minum air putih kurang lebih 6-8 gelas sehari. BB 60 Kg,

TB : 160 cm. Di Rumah Sakit : Frekwensi makan sebanyak 3x/hari, nafsu makan baik, jenis

makanan yang dikonsumsi tinggi protein. Klien minum sebanyak kurang lebih 2 botol Aqua

berukuran besar, ditambah minum susu 2 gelas sehari.

2. Pola eliminasi

11

Page 12: Askep Klien Fraktur Dewi

Di Rumah : Klien BAK dengan frekwensi sebanyak 5-6x / hari, warna urine kuning jernih.

Klien teratur BAB 1 kali sehari tiap pagi hari.

Di Rumah sakit : Tidak ada keluhan yang berhubungan dengan eliminasi. BAB 1 kali sehari

dengan konsistensi baik dan frekwensi BAK 5 kali sehari ( 750 cc )

3. Personal Hygiene

Di Rumah : Klien mandi dengan frekwensi sebanyak 2x/ hari, menggunakan sabun. Klien

sikat gigi sebanyak 2x / hari waktu pagi dan sore. Klien cuci rambut sebanyak 2x / hari

dengan menggunakan shampo. Di Rumah Sakit : Klien mandi hanya di lap saja sebanyak 2x /

hari tidak menggunakan sabun. Sejak operasi fraktur ORIF ( Open Reduksi Internal

Fixation ), klien belum sikat gigi karena klien tidak bisa menggerakan tangannya untuk

menyikat gigi ( Menurut klien ) . Klien juga belum dikeramas rambutnya sejak postoperasi

4. Istirahat dan tidur

Di Rumah : Klien tidur kurang lebih 6-7 jam / hari, Klien jarang tidur siang. Di Rumah Sakit :

Klien tidur kurang lebih selama 7-8 jam / hari kadang klien dapat tidur siang 1-2 jam.

5. Aktivitas dan latihan

Di Rumah : Klien setiap hari berangkat ke sekolah dan pulang sekolah sering bermain bola

dengan teman-teman, selain itu klien juga suka membantu pekerjaan rumah, tidak ada keluhan

saat beraktivitas. Di Rumah Sakit : Klien tidak dapat menggerakan lengan sebelah kanan.

Klien tampak berbaring di tempat tidur.

6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Di Rumah : Klien mempunyai kebiasaan merokok dengan frekwensi sebanyak 1-2x / hari.

Lama pemakaian sejak klien duduk di bangku SMP. Klien tidak mempunyai kebiasaan

meminum minuman keras. Klien juga tidak memiliki ketergantungan obat. Di Rumah Sakit :

Selama klien di rawat klien tidak merokok. Klien juga tidak meminum minuman keras. Klien

tidak memiliki ketergantungan obat.

G. Pengkajian Fisik

1. Sistem penglihatan

Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva

normal, kornea normal, sclera unikterik, pupil isokor, otot mata tidak ada kelainan, fungsi

12

Page 13: Askep Klien Fraktur Dewi

penglihatan baik, tanda-tanda radang tidak ada, pemakaian kacamata tidak ada, reaksi

terhadap cahaya positif.

2. Sistem pendengaran

Daun telinga normal, serumen warna agak kecoklatan, tidak berbau, kondisi telinga

normal, pemakaian alat bantu tidak ada, fungsi keseimbangan normal.

3. Sistem wicara

Tidak ada kesulitan dalam berbicara

4. Sistem pernafasan

Jalan nafas bersih, sesak nafas tidak ada, frekwensi pernafasan 18 kali/ menit, irama

teratur, kedalaman dangkal, batuk tidak ada, suara nafas normal.

5. Sistem kardiovaskuler

Nadi 100 kali / menit, irama teratur, denyutan kuat, Tekanan Darah 120 / 70 MmHg, tidak

terdapat distensi vena jugularis, capilarry refill kurang dari 3 detik, edema tidak ada, nyeri

dada tidak ada, suara jantung murmur dan gallop tidak ditemukan.

6. Sistem hematology

Splenomegali tidak ada, perdarahan sukar berhenti tidak ada, petechie tidak ada , purpura

tidak ada, pembesaran kelenjar limfe tidak ada, hepatomegali tidak ada, pucat tidak ada,

echimosis tidak ada , mimisan tidak ada , gusi berdarah tidak ada.

7. Sistem Persyarafan

Tingkat kesadaran compos mentis, GCS = 15 ( E4M6V5 ), tidak ada trauma kepala

ataupun tanda-tanda peningkatan Tekanan Intra Kranial ( TIK ), kejang tidak ada,

disorientasi pada lingkungan tidak ditemukan

8. Sistem pencernaan

Mual dan muntah tidak ada, nafsu makan baik, diit makan biasa Tinggi Kalori Tinggi

Protein ( TKTP )

9. Sistem Urogenital

Tidak ada keluhan yang berhubungan dengan BAK. BAK frekwensi baik 5-6 kali sehari

dengan warna urine kuning jernih..

13

Page 14: Askep Klien Fraktur Dewi

10. Sistem integument

Turgor kulit baik, warna kulit kemerahan, keadaan kulit baik, tekstur rambut baik,

kebersihan kurang. Tidak ada tanda-tanda kemerahan dan lesi pada kulit sekitar stoma dan

post nefrostomi.

11. Sistem Musculoskeletal

Tampak pergelangan tangan kiri tidak simetris ( bengkok ). Pada lengan kiri terdapat

kekakuan pergerakan sendi dan nyeri seperti ditusuk-tusuk terutama saat digerakan /

ditekan. Genggaman tangan kiri kurang baik dibandingkan tangan kanan. Saat ini klien

latihan dengan menggunkan arm sling. Refleks patella kanan dan kiri positif, terdapat

veinflon pada tangan kanan.

12. Sistem kekebalan tubuh

Suhu 36º C, BB terakhir : 60 Kg, pembesaran kelenjar getah bening tidak ada.

H. Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium

a. 15 Desember 2008

Hemoglobin 14 gr / dl, Hematokrit 42%, Eritrosit 4,9 juta / ul, Leukosit 7300 /ul,

Trobosit 284.000/ul, Natrium 147 meq / l, kalium 4,4 meq / l, klorida 107 meq / l. BT

1’30” CT 3’0”

Urine Lengkap

Ph 6,0, BJ 1010 , Protein -, Glukosa -, Bilirubin -, Eritrosit 0-0-0, Leukosit 1-2-1,

Kristal - , Epitel +

I. Pemeriksaan lain

1. 12 Desember 2008

Pemeriksaan toraks. Hasil : tak tampak kelainan radiologist. Cor / Pulmo normal.

2. 5 Desember 2008

Pemeriksaan X-Ray. Hasil : Angulasi distal radius sinistra. Mal / Non Union /

Displaced Distal Ulna Sinistra.

II. Penatalaksanaan Medik Post Operasi ORIF ( Open Reduksi Internal Fixation )

Monitor tanda-tanda vital, diet TKTP 2000 kalori / hari, IVFD Ceftriaxone 2x 1gr / iv,

IVFD,Pronalges Supp 2 X 1

14

Page 15: Askep Klien Fraktur Dewi

III. Resume

Klien bernama Tn F, jenis kelamin laki-laki usia 17 tahun, agama Kristen Protestan.

Seminggu sebelum dirawat klien mengalami patah / fraktur lengan bawah sebelah kiri saat

bermain sepak bola. Lalu oleh keluarga dibawa ke pengobatan alternatif ( pijat/urut ) tetapi

tidak ada perubahan. Keluarga lalu membawa klien ke Poliklinik Bedah Ortopedi RS Cipto

Mangunkusumo dan dirawat di Gedung A lantai IV Zona B pada tanggal 2 Desember 2008

dengan diagnosa fraktur 1/3 distal radius ulna sinistra. Dari hasil pengkajian didapatkan data

sebagai berikut : Lengan bawah kiri terasa nyeri saat digerakan atau ditekan.Terpasang elastis

perban pada lengan kiri, tidak terdapat perdarahan, lengan masih tampak udem dan bengkak.

Nyeri pada daerah operasi, skala nyeri 8 , ekspresi wajah tampak meringis menahan nyeri.

Posisi nyaman tidur supine dengan tangan kiri disanggah dengan arm sling. Pemeriksaan

tanda-tanda vital didapat suhu 37 C Nadi 100 kali / menit, irama teratur, denyutan kuat,

Tekanan Darah 120 / 70 MmHg dan pernafasan 18 kali /menit. Terapi postoperasi injeksi

Ceftriaxone 2 X 1 gr, Pronalges Supp 2 X 1 supp. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari

seperti nutrisi, eliminasi dan personal hygiene dengan bantuan keluarga dan perawat. Dari

pengkajian tersebut didapat masalah yaitu : gangguan rasa nyaman : nyeri, Resiko terjadi

gangguan pefusi jarungan perifer, resiko infeksi dan self care defisit

J. Data Fokus

1. Data Subyektif

Klien mengatakan mengalami fraktur pada lengan bawah kiri pada saat ia bermain

sepakbola. Klien mengatakan lengan kiri bawah terasa nyeri saat digerakan atau

ditekan.

Data Obyektif.

Daerah post operasi ORIF tampak bengkak dan udem. Terdapat kekakuan pergerakan

sendi pada pergelangan tangan kiri, tonus otot (-) Pada telapak tangan kiri teraba

hangat dan warna kulit tidak pucat. Terdapat deformitas pada daerah fraktur.

Terpasangan veinvlon pada tangan kanan. Tekanan darah 120 / 70 MmHg, Nadi

100x/menit, pernafasan 18 kali / menit, suhu 36 C. Pasien terpasang Arm Sling

Analisa Data

15

Page 16: Askep Klien Fraktur Dewi

1. Data subjektif : klien mengatakan nyeri daerah post operasi ORIF skala nyeri 8.

Data objektif : klien tampak sedang menahan kesakitan, klien tampak berkeringat

saat menahan nyeri, klien mendapat terapi obat Pronalges Supp jika nyeri, TD : 120 /

70 mmHg, N : 100x / menit, S : 36º C, RR 18x / menit, terpasang elastis perban pada

daerah postoperasi ORIF. Klien saat ini belajar menggunakan Arm Sling. Masalah :

gangguan rasa nyaman : nyeri. Etiologi : Spasme otot akibat trauma jaringan sekunder

terhadap pembedahan.

2. Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri pada daerah postoperasi ORIF. Klien

mengatakan lengan bawah terasa nyeri saat digerakan atau ditekan . Data obyektif :

Klien mengalami fraktur 1/3 distal radius ulna sinistra. Daerah fraktur dan sekitarnya

tampak bengkak dan udem. Terdapat kekakuan pergerakan sendi pada pergelangan

tangan kiri, tonus otot (-) dan terdapat deformitas pada daerah fraktur. Masalah :

resiko gangguan perfusi jaringan perifer. Etiologi : Lokasi fraktur, terganggunya

sirkulasi serta suplai darah karena injury

3. Data subjektif : tidak ada. Data objektif : Terdapat luka operasi pada tangan kiri,

terdapat balutan. Tidak terdapat tanda-tanda perdarahan. Daerah sekitar balutan

operasi tampak agak bengkak S 36C, Nadi 100 kali / menit, leukosit 7300 u/l. Klien

mendapatkan terapi Injeksi Rocephin 1 X 1 gr, Garamycin 2 X 40 Mg. Pasien

terpasangan veinvlon pada tangan kanan. Masalah : resiko terjadinya infeksi.

Etiologi : adanya tempat masuk mikroorganisme sekunder terhadap prosedur

pembedahan, terpasang alat invasif

4. Data subjektif : klien mengatakan rambut klien belum di keramas dan gigi belum

disikat sejak postoperasi ORIF. Data Objektif : Klien tampak berbaring di tempat

tidur, lidah dan mulut tanpak kotor dan berbau, rambut tampak kotor, kuku klien

tampak kotor dan panjang. Masalah : Self care defisit. Etiologi : Menurunnya

kekuatan dan kemampuan motorik tangan

V. Diagnosa Keperawatan

Setelah data – data klien diperoleh melalui pengkajian, diambil data fokus yang

menunjang terjadinya masalah keperawatan pada klien, kemudian dilakukan analisa data fokus

16

Page 17: Askep Klien Fraktur Dewi

dengan menggunakan formulasi problem, etiologi dan symtom. Setelah dianalisa maka penulis

menegakan beberapa diagnosa keperawatan, yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot akibat trauma jaringan

sekunder terhadap pembedahan.

2. Resiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan lokasi fraktur, terganggunya

sirkulasi serta suplai darah karena injury

3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuk mikroorganisme sekunder

terhadap prosedur pembedahan, terpasang alat invasif

4. Self care defisit berhubungan dengan menurunnya kekuatan dan kemampuan motorik

tangan

VI. Perencanaan

Sesuai dengan diagnosa yang muncul, maka disusun rencana intervensi

keperawatan pada klien Tn. F dengan postoperasi ORIF ( Open Reduksi Internal Fixation )

berdasarkan prioritas masalah tanggal 17 Desember 2008.

Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien Tn.F dengan Post

operasi ORIF ( Open Reduksi Internal Fixation ) di Gedung A lantai IV Zona B RS DR.

Cipto Mangunkusumo sebagai berikut :

Tanggal 17 Desember 2008.

1. Diagnosa keperawatan : Gangguan Rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme

otot akibat trauma jaringan sekunder, pukul 10.00 WIB. Memberi obat Pronalges Supp.

Hasil ; Subjektif : klien mengatakan masih nyeri. Objektif : obat telah diberikan lewat

anus pukul 10.00 WIB. Mengkaji karakteristik nyeri. Hasil ; Subjektif : Klien

mengatakan nyerinya hilang timbul, durasi tidak tentu. Objektif : Klien tampak sedang

menahan rasa nyeri sambil memejamkan mata. Pukul 10.30 WIB. Mengajarkan tehnik

tarik nafas dalam (relaksasi). Hasil : Subjektif:-. Objektif : Klien dapat melakukan

tehnik tarik nafas dalam dengan baik. Pukul 10.45 WIB. Memberikan tindakan yang

nyaman dengan cara meninggikan ekstremitas post operasi setinggi jantung dengan

menggunakan Arm Sling. Hasil ; Subjektif : - . Objektif : Klien tampak nyaman dan

mencoba mobilisasi berjalan menggunakan Arm Sling

17

Page 18: Askep Klien Fraktur Dewi

2. Diagnosa keperawatan : Resiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

lokasi fraktur, terganggunya sirkulasi serta suplai darah karena injuri. Pukul 11.00 WIB

mengkaji pembengkakan, udem serta perubahan fungsi motorik dan sensorik pada

daerah postoperasi ORIF. Hasil : Subjektif : Klien mengatakan daerah post operasi

ORIF terasa nyeri bila digerakan atau ditekan. Objektif : Masih tampak pembengkakan

pada daerah post operasi ORIF, daerah perifer tampak hangat, capilary refiill pada kuku

tangan kanan kurang dari 3 detik. Jam 11.15 WIB melatih rentang gerak aktif dan pasif

pada sendi yang tidak di imobilisasi.Hasil : Hasil : Subjektif : Klien mengatakan jika

digerakan masih terasa sakit dan kaku. Objektif : Klien dapat menggerakan sendi yang

tidak di imobilisasi secara perlahan-lahan.

3. Diagnosa keperawatan : Self care deficit berhubungan dengan intoleransi aktivitas.

Pukul 12.00 WIB. Menggunting dan membersihkan kuku klien. Hasil ; Subjektif : Klien

mengucapkan terima kasih. Objektif ; Kuku tampak bersih dan lebih pendek. Pukul

13.00 WIB. Memotivasi klien untuk sikat gigi. Hasil ; Subjektif : klien mengatakan

nanti saja. Obyektif : klien tampak belum sikat gigi.

Tanggal 18 Desember 2008

1. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuk

mikroorganisme sekunder terhadap prosedur pembedahan, terpasang alat invasif. Pukul

08.00 WIB. Mengobservasi dan membantu dokter mengganti balutan luka post operasi

ORIF. Hasil ; Subjektif : klien mengatakan nyeri dan takut melihat luka postoperasi

ORIF. Objektif : Tidak terdapat tanda-tanda perdarahan, tidak tampak pus, tampak

sedikit pembengkakan pada daerah post operasi ORIF. Jam 09.00 mengganti veinflon

yang bengkak dan mengganti veinflon serta balutan. Hasil : Subjektif : - Objektif :

Tampak sedikit kemerahan pada tusukan veinvlon yang terdahulu. Balutan veinflon

sudah diganti. Pukul 10.00 WIB memberi obat Ceftriaxon sebanyak 1 gr melalui

veinlon. Hasil ; Subjektif : - Objektif : Obat dapat masuk sebanyak 1 gr, tidak ada

tanda-tanda alergi, gatal atau yang lainnya.

2. Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme

otot akibat trauma jaringan sekunder terhadap pembedahan. pukul 10.15 WIB.

18

Page 19: Askep Klien Fraktur Dewi

Memberi obat Pronalges Supp. Hasil ; Subjektif : klien mengatakan nyeri agak

berkurang dan klien merasa mengantuk ingin tidur. Objektif : obat telah diberikan

lewat anus pukul 10.20 WIB. Mengkaji karakteristik nyeri. Hasil ; Subjektif : Klien

mengatakan nyerinya masih ada setelah diganti balutannya. Objektif : Klien tampak

sedang menahan rasa nyeri sambil memegang daerah post operasi ORIF.

3. Diagnosa keperawatan : Self care deficit berhubungan dengan intoleransi aktivitas.

Pukul 13.00 WIB. Memotivasi dan membantu klien untuk sikat gigi setelah makan

siang. Hasil ; Subjektif : klien mengatakan merasa bersih dan nyaman setelah menyikat

gigi. Obyektif :Gigi klien tampak lebih bersih, tidak terdapat sisa-sisa makanan

menempel pada gigi.

Tanggal 19 Desember 2008

1. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan adanya

tempat masuk mikroorganisme sekunder terhadap prosedur bedah, terpasang alat invasif.

Pukul 10.00 WIB memberikan obat Ceftriaxone 1 gr melalui veinflon. Hasil ; Subjektif :

Klien mengatakan perih saat obat dimasukan. Objektif : Klien tampak sedikit kesakitan

saat obat dimasukan. Obat dapat masuk tanpa adanya alergi.

2. Diagnosa keperawatan : gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan

dengan spasme otot akibat trauma jaringan sekunder terhadap pembedahan. Pukul 13.05

WIB mengkaji nyeri. Hasil ; Subjektif : Klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang

dengan skala nyeri 5. Objektif : Keadaan klien lebih tenang, Tekanan darah 110 /60

MmHg, nadi 88 kali / menit, pernafasan 18 kali /menit. Suhu 36 C

VIII. Evaluasi

Penulis melakukan evalusai hadil pada klien dimulai dari tanggal 17 – 19 Desember 2008

Tanggal 17 Desember 2008 Pukul 14.00 WIB

1. Diagnosa keperawatan : Gangguan Rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme

otot akibat trauma jaringan sekunder terhadap pembedahan. Subjektif : Klien

mengatakan masih nyeri yang bersifat hilang timbul tapi sudah berkurang dengan skala

7,. Objektif : TD : 120 / 70 MmHg, N : 82x/menit, RR : 20x / menit, keadaan umum

19

Page 20: Askep Klien Fraktur Dewi

tenang. Analisa : masalah gangguan rasa nyaman : nyeri teratasi sebagian. Planning :

Lanjutkan tindakan, manajemen nyeri, beri obat analgetik.

2. Diagnosa keperawatan : Resiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

lokasi fraktur, terganggunya sirkulasi serta suplai darah karena injuri. Subjektif : Klien

mengatakan daerah post operasi ORIF terasa nyeri bila digerakan atau ditekan.

Objektif : Masih tampak pembengkakan pada daerah post operasi ORIF, klien dapat

menggerakan sendi yang tidak diimobilisasi secara perlahan, daerah perifer tampak

hangat, capilary refiill pada kuku tangan kanan kurang dari 3 detik. Analisa : masalah

resiko gangguan perfusi jaringan perfusi telah teratasi. Planning : Berikan pendidikan

kesehatan klien tentang Rentang pergerakan sendi aktif dan pasif.

3. Diagnosa keperawatan : Self care deficit berhubungan dengan menurunnya kekuatan

atau kemampuan motorik tangan. Subjektif : Klien mengatakan nanti saja untuk

menyikat gigi. Objektif ; Kuku tampak bersih dan lebih pendek, gigi belum disikat dan

tampak kotor oleh sisa makanan yang menempel. Analisa : Masalah Self care defisit

teratasi sebagian. Planning : Lanjutkan tindakan, motivasi klien agar mau menyikat

giginya

Tanggal 18 Desember 2008

1. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuk

mikroorganisme sekunder terhadap prosedur pembedahan, terpasang alat invasif.

Subjektif : klien mengatakan nyeri dan takut melihat luka post operasi ORIF. Objektif :

Tidak terdapat tanda-tanda perdarahan, tidak tampak pus, tampak sedikit pembengkakan

pada daerah post operasi ORIF, tampak sedikit kemerahan pada tusukan veinvlon yang

terdahulu. Balutan veinflon sudah diganti, obat ceftriaxone masuk sebanyak 1 gr, tidak

ada tanda-tanda alergi, gatal atau yang lainnya. Analisa : Masalah resiko infeksi teratasi.

Planning : Tetap lakukan tindakan aseptik dan mencuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan tindakan keperawatan

2. Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme

otot akibat trauma jaringan sekunder terhadap pembedahan. Subjektif : klien mengatakan

nyeri agak berkurang dan klien merasa mengantuk ingin tidur. Objektif : obat pronalges

20

Page 21: Askep Klien Fraktur Dewi

supp telah diberikan, klien tampak sedang menahan rasa nyeri sambil memegang daerah

post operasi ORIF. Analisa : masalah gangguan rasa nyaman : nyeri teratasi sebagian.

Planning : Lanjutkan tindakan, manajemen nyeri, beri obat analgetik.

3. Diagnosa keperawatan : Self care deficit berhubungan dengan intoleransi aktivitas.

Subjektif : klien mengatakan merasa bersih dan nyaman setelah menyikat gigi.

Obyektif Masalah self care defisit teratasi sebagian. Planning : Lanjutkan intervensi,

tetap berikan motivasi pada klien pentingnya menjaga kesehatan gigi dan kuku.

Tanggal 19 Desember 2008

1. Diagnosa keperawatan : gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan spasme

otot akibat trauma jaringan sekunder terhadap pembedahan. Pukul 13.05 WIB

mengkaji nyeri. Hasil ; Subjektif : Klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang

dengan skala nyeri 5. Objektif : Keadaan klien lebih tenang, Tekanan darah 110 /60

MmHg, nadi 88 kali / menit, pernafasan 18 kali /menit. Suhu 36 C. Analisa : Masalah

gangguan rasa nyaman : Nyeri teratasi sebagian. Planning : lanjutkan intervensi, dan

manajemen nyeri.

21

Page 22: Askep Klien Fraktur Dewi

BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini berisi pembahasan asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn F dengan post

operasi ORIF ( Open Reduksi Internal Fixation ) di Gedung A lantai IV Zona B RSCM sejak

tanggal 17 -19 Desember 2008. Bab ini dibuat untuk membandingkan asuhan keperawatan

antara tiori yang ada dengan yang diterapkan di pelayanan kesehatan serta mengidentifikasi

faktor penunjang dan faktor penghambat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan .

Pembahasan ini dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Berikut ini akan dibahas dari

tiap-tiap tahap:

A. PENGKAJIAN

Tahap pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang bertujuan

mengumpulkan data-data klien yang berguna untuk menentukan diagnosa keperawatan.

Pengkajian dapat dilakukan dengan metode wawancaradengan klien dan keluarganya,

membaca catatan medis klien, dan melakukan pemeriksaan fisik dari head to toe, informasi

dari perawat ruangan. Penulis melakukan pengkajian yang mencakup : identitas klien, riwayat

kesehatan saat ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat

psikososial, pola kebiasaan sehari-hari dan pemeriksaan fisik. Hal tersebut sesuai dengan

konsep dasar menurut Brunner tahun 1999, yang menguraikan pengkajian pada klien dengan

fraktur mencakup : riwayat, pengkajian psikososial, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan radiologi.

Klien mengatakan gejala yanng dialami selama di rawat di RS adalah mengalami kesulitan

bergerak, nyeri pada daerah fraktur dan kekakuan pada sendi.Pernyataan tersebut sesuai

dengan konsep dasar menurut Brunner tahun 1999 yang mengungkapkan bahwa tanda-tanda

klien yang mengalami fraktur adalah terjadi perubahan mobilisasi yang cenderung bergerak

secara tidak alamiah. Ini disebabkan karena adanya pergeseran fragmen tulang dan pergesaran

ini dapat menimbulkan deformitas sehingga ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik.

Jika ekstremitas tidak dapat berfungsi maka terjadi kesulitan pergerakan karena fungsi normal

22

Page 23: Askep Klien Fraktur Dewi

otot tergantung pada integritas tempat melengketnya otot. Klien juga mengatakan bahwa luka

post operasi ORIF mengalami pembengkakan. Hal tersebut sesuai dengan Brunner yang

mengatakan bahwa pembengkakan dan perubahan warna lokal kulit terjadi sebagai akibat

trauma dan perdarahan pasca operasi ORIF. Tanda itu dapat terjadi setelah beberapa hari

tindakan postoperasi.

Pemeriksaan diagnostik yang telah dilakukan klien adalah pemeriksaan laboratorium,

Foto X-Ray dan foto Rontgent. Hal ini sesuai dengan konsep dasar menurut LeMone tahun

2000 bahwa pemeriksaan diagnostik pada klien dengan Fraktur mencakup laboratorium, X-

Ray, CT Scan, Foto Thorax dan MRI. Namun pada kasus, belum dilakukan MRI karena

keterbatasan dana yang dimiliki klien dan tidak disarankan oleh dokter.Pada kasus

penatalaksanaan medis yang dilakukan untuk klien adalah operasi ORIF ( Open Reduksi

Internal Fixation ) . Hal ini sesuai dengan konsep dasar menurut Brunner tahun 2004 bahwa

penatalaksanaan klien dengan fraktur salah satunya dengan reduksi internal. Dengan

pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi alat fiksasi interna dalam bentuk pin, sekrup, plat,

batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya

sampai penyembuhan tulang terjadi. Alat fikasasi dapat diletakan di sisi tulang atau dipasang

melalui fragmen tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang. Alat fiksasi internal menjaga

aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan hasil pengkajian, penulis menegakan 4 diagnosa keperawatan,

yaitu . Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot akibat trauma jaringan

sekunder terhadap pembedahan, resiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

lokasi fraktur, terganggunya sirkulasi serta suplai darah karena injury. Resiko infeksi

berhubungan dengan adanya tempat masuk mikroorganisme sekunder terhadap prosedur

pembedahan, terpasang alat invasif dan self care defisit berhubungan dengan menurunnya

kekuatan dan kemampuan motorik tangan.

Diagnosa yang tidak terdapat pada kasus tetapi terdapat pada konsep dasar menurut

Ignatavicius tahun 1999 adalah resiko tinggi trauma berhubungan dengan kehilangan integritas

tulang ( Fraktur) . Diagnosa tersebut tidak dapat ditegakan oleh penulis karena berdasarkan

23

Page 24: Askep Klien Fraktur Dewi

hasil pengkajian, data-data yang didapat tidak menunjang dan mendukung untuk ditegakan

diagnosa tersebut. Sedangkan diagnosa keperawatan yang terdapat dalam kasus, namun tidak

terdapat dalam konsep dasar menurut Ignatavicius adalah resiko infeksi berhubungan dengan

terpasang alat invasif. Diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan terpasang alat invasif

ditegakan oleh penulis karena berdasarkan hasil pengkajian klien terpasang veinflon, kadar

leukosit tanggal 15 Desember 2008 adalah 7300 ul.

Untuk diagnosa self care defisit berhubungan dengan menurunnya kekuatan dan

kemampuan motorik tangan ditegakan karena pada saat pengkajian kebutuhan personal klien

tampak kurang terpenuhi, dengan data-data seperti klien mengatakan rambut klien belum

dikeramas sejak setelah operasi, kuku klien tampak panjang dan berwarna hitam, klien juga

tampak terbaring di tempat tidur, semua kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dipenuhi oleh

perawat ruangan.

Diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan spasme otot

akibat trauma jaringan sekunder terhadap pembedahan diangkat menjadi diagnosa pertama

karena pada saat pengkajian klien sedang mengalami nyeri di daerah postoperasi dengan skala

8. Diagnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuk

mikroorganisme sekunder terhadap prosedur pembedahan, terpasang alat invasif diangkat

menjadi diagnosa ketiga karena pada kasus terpasang veinflon, serta data laboratorium leukosit

7300 uI.

Diagnosa keperawatan self care defisit berhubungan dengan menurunnya

kekuatan dan kemampuan motorik tangan diangkat sebagai diagnosa keempat karena pada saat

pengkajian tampak personal hygiene yang kurang dan klien tampak terbaring di tempat tidur.

C. PERENCANAAN

Setelah menegakan diagnosa keperawatan maka diperlukan penetapan rencana

keperawatan untuk mengatasi diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah yang

sesuai dengan kondisi klien saat itu. Sedangkan dalam penentuan tujuan pada rencana

keperawatan, penulis menggunakan prinsip SMART yaitu tujuan harus spesifik, dapat dicapai

keberhasilannya, dapat diterima, rasional dan terdapat kriteria waktu. Dalam penyusunan

perencanaan, penulis mengacu pada tiori yang ada pada Marilyn, E. Doenges dan Ignatavicius.

24

Page 25: Askep Klien Fraktur Dewi

Pada diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan insisi

pembedahan ( kolostomi ) penulis menetapkan tujuan gangguan rasa nyaman nyeri berkurang

selama 3 x 24 jam, dengan kriteria hasil skala nyeri 1-4 , klien mengatakan nyeri tekan pada

tangan daerah postoperasi berkurang. Adapun intervensi yang direncanakan adalah kaji nyeri,

catat lokasi dan karakteristik nyeri rasionalnya : membantu mengevaluasi derajat

ketidaknyamanan, berikan tindakan kenyamanan misal ubah posisi dan massage, rasionalnya :

meningkatkan relaksasi, berikan obat analgetik sesuai indikasi, rasionalnya : menurunkan

nyeri, dorong penggunaan tekhnik relaksasi, rasionalnya : membantu klien istirahat lebih

efektif, bantu latihan gerak dan dorong ambulasi dini, rasionalnya menurunkan kekakuan

sendi.

Pada diagnosa keperawatan : Resiko gangguan perfiusi jaringan perifer berhubungan

dengan lokasi fraktur, terganggunya sirkulasi serta suplai darah karena injury. Penulis

menetapkan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam, gangguan

perfusi jaringan perifer tidak terjadi .Dengan Kriteria hasil: warna kulit daerah postoperasi

ORIF normal, pembengkakan berkurang, kulit teraba hangat, respon pengisian kapiler adekuat.

Intervensi yang direncakan yaitu monitor status neurovaskuler dan muskuler meliputi suhu,

warna kulit, denyut nadi, nyeri, dan udem . Rasional : memberikan indikator adanya

perubahan fungsi motorik dan sensorik. Tinggikan ekstremitas pada daerah post operasi ORIF

setinggi jantung. Rasional : meningkatkan sirkulasi tahanan vena pada lokasi postoperasi

ORIF. Kolaborasi : monitor hasil laboratorium misal BT, CT. Rasional : Mendeteksi

kelancaran sirkulasi dan hemostasis

Untuk diagnosa Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuk mikroorganisme

sekunder terhadap prosedur bedah, terpasang alat invasif, penulis menetapkan tujuan : Setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka infeksi tidak terjadi dengan Kriteria

hasil : Kadar leukosit normal ( 5000 – 10000 / ul ), TD : 120 / 70 MmHg, N : 80x / menit,

RR : 20x / menit, S : 36 C. Intervensi yang direncanakan : Ganti balutan. Rasional : Mencegah

pertumbuhan bakteri. Monitor tanda-tanda infeksi. Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital

mengindikasikan adanya gejala infeksi. Monitor hasil laboratorium. Rasional : Peningkatan

kadar leukosit mengindikasikan adanya infeksi. Biasakan cuci tangan sebelum dan sesudah

25

Page 26: Askep Klien Fraktur Dewi

berinteraksi dengan klien. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Kolaborasi :

Berikan obat antibiotik. Rasional : Mematikan kuman dan bakteri

Untuk diagnosa keperawatan self care defisit berhubungan dengan menurunnya

kekuatan dan kemampuan motorik tangan. Penulis menetapkan tujuan : Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam self care defisit dapat teratasi dengan kriteria hasil :

Klien mengatakan telah sikat gigi, kuku tampak bersih, klien menunjukan kemampuan untuk

memenuhi kebutuhannya. Intervensi yang direncanakan adalah : Anjurkan klien untuk

menyikat gigi. Yakinkan betapa pentingnya sikat gigi. Rasional : Untuk menyegarkan dan

membersihkan mulut. Motivasi klien beraktivitas sedikit demi sedikit. Rasional : Untuk

melatih otot dan sendi. Potong dan bersihkan kuku klien. Rasional : Membersihkan kuku,

menghilangkan kotoran yang ada pada kuku. Cuci rambut klien agar klien merasa segar dan

tidak mengalami gatal-gatal di kulit kepala.

D. IMPLEMENTASI

Pada tahap ini penulis melakukan tindakan-tindakan yang telah dibuat dalam rencana

keperawatan. Untuk diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan spasme

otot akibat trauma jaringan sekunder terhadap pembedahan, penulis telah melakukan intervensi

keperawatan yaitu mengkaji karakteristik nyeri, menganjurkan tekhnik relaksasi seperti latihan

nafas dalam, memberikan tindakan yang nyaman seperti massage kulit, ubah posisi, bantu

latihan gerak dan dorong ambulasi dini serta memberikan obat pronnalges supp lewat anus.

Intervensi yang telah dilakukan penulis pada diagnosa keperawatan resiko gangguan

perfiusi jaringan perifer berhubungan dengan lokasi fraktur, terganggunya sirkulasi serta suplai

darah karena injury adalah monitor status neurovaskuler dan muskuler meliputi suhu, warna

kulit, denyut nadi, nyeri, dan udem .Selain itu penulis juga meninggikan ekstremitas pada

daerah post operasi ORIF setinggi jantung untuk meningkatkan sirkulasi tahanan vena pada

lokasi postoperasi

Untuk diagnosa keperawatan resiko infeksi, intervensi yang telah dilakukan adalah

melakukan ganti balutan, memonitor tanda-tanda vital, memonitor nilai laboratorium leukosit,

dan memberikan antibiotik. Sedangkan untuk masalah self care defisist, penulis telah

melakukan intervensi memotiasi klien untuk sikat gigi dan memotong kuku klien.

26

Page 27: Askep Klien Fraktur Dewi

E. EVALUASI

Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, penulis melakukan evaluasi

pada 4 diagnosa keperawatan yang telah dibuat berdasarkan data-data pengkajian. Terdapat 1

diagnosa yang teratasi, 2 diagnosa teratasi sebagian dan 1 diagnosa yangbelum teratasi.

Evaluasi yang dilakukan penulis mencakup evaluasi summatif dan formatif. Evaluasi formatif

dilakukan penulis setelah melakukan intervensi keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif

dilakukan penulis tiap hari setelah dilakukan tindakan.

Penulis melakukan evaluasi pada tanggal 17-19 Desember 2008 dari 4 diagnosa yang

diangkat hanya 1 diagnosa yang dapat teratasi yaitu resiko gangguan perfiusi jaringan perifer

berhubungan dengan lokasi fraktur, terganggunya sirkulasi serta suplai darah karena injury. 2

diagnosa teratasi sebagian yaitu diagnosa ganguan rasa nyaman nyeri dan self care defisit.

Sedangka 1 diagnosa keperawatan lainnya belum teratasi yaitu resiko infeksi karena

memerlukan kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain sehingga dapat menghasilkan asuhan

yang berkesinambungan. Saat evaluasi tanggal 19 Desember 2008, tidak timbul masalah baru

pada klien.

Kondisi terakhir klien, klien masih mengeluh sedikit nyeri pada tangan daerah

postoperasi, klien mulai mobilisasi dengan berjalan dengan menggunakan arm sling. Klien

telah menyikat giginya dan keluhan nyeri sudah mulai berkurang dengan skala nyeri 5.

Rencana yang perlu ditindaklanjuti adalah ganti balutan daerah postoperasi ORIF, dan latihan

gerak bertahap.

27

Page 28: Askep Klien Fraktur Dewi

28