25
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KEPERAWATAN KLINIK IV (MATERNITAS) RUANG CAMAR I RSUD ARIFIN ACHMAD OLEH : RIZKY IKA WINDA 1011121606 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU 2013

Haemorraghe post partum

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Haemorraghe post partum

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEPERAWATAN KLINIK IV (MATERNITAS)

RUANG CAMAR I

RSUD ARIFIN ACHMAD

OLEH :

RIZKY IKA WINDA

1011121606

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2013

Page 2: Haemorraghe post partum

Laporan Pendahuluan

Praktik Keperawatan Klinik IV (Maternitas)

Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Riau

Nama Mahasiswa : Rizky Ika Winda

NIM : 1011121606

Tanggal Praktik : 30 Mai 2013 – 1 Juni 2013

Ruang Praktik : Camar I

Judul LP : Haemorraghe Post Partum (HPP)

A. Pengertian

Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik fisik

maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah bersalin

sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati keadaan

sebelum hamil (6 minggu ). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap :

Immediate post partum dalam 24 jam pertama, Early post partum period (minggu

pertama) dan Late post partum period ( minggu kedua sampai minggu ke enam).

Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post

partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late

post partum period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan

paska persalinan atau HPP.

Menurut Willams & Wilkins (2003) perdarahan paska persalinan adalah

perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500 cc segera

setelah bayi lahir. Tetapi menentukan jumlah perdarahan pada saat persalinan

sulit karena bercampurnya darah dengan air ketuban serta rembesan di kain pada

alas tidur. POGI, tahun 2000 mendefinisikan perdarahan paska persalinan adalah

perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang menyebabkan perubahan

tanda vital seperti klien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, dalam

pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit dan kadar

HB < 8 gr %.

Page 3: Haemorraghe post partum

B. Klasifikasi perdarahan.

Perdarahan paska persalinan dini/ early HPP/ primary HPP adalah

perdarahan berlebihan ( 600 ml atau lebih ) dari saluran genitalia yang

terjadi dalam 12 - 24 jam pertama setelah melahirkan.

Perdarahan paska persalinan lambat / late HPP/ secondary HPP adalah

perdarahan yang terjadi antara hari kedua sampai enam minggu paska

persalinan.

C. Etiologi

Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu :

Penyebab perdarahan paska persalinan dini :

1. Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan

perineum, luka episiotomi.

2. Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia uteri,

retensi plasenta, inversio uteri.

3. Gangguan mekanisme pembekuan darah.

Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan oleh

sisa plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk pembuangan

dalam uterus sehingga terjadi sub involusi uterus.

D. Faktor Predisposisi

Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor

predisposisi terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah

lagi dengan tidak maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama

hamil. Oleh karena itu faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal dan

diantisipasi pada waktu persalinan :

1. Trauma persalinan

Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus diikuti

dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan pada jalan

lahir dan segera dilakukan penjahitan dengan benar.

2. Atonia Uterus

Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus

diantisipasi dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat

uterotonika serta pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar.

3. Jumlah darah sedikit

Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek, hipertensi

saat hamil, pre eklampsia dan eklamsi.

Page 4: Haemorraghe post partum

4. Kelainan pembekuan darah

Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu

diantisipasi dengan hati-hati dan seksama.

E. Patofisiologi

Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus

masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum

spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta

terbuka. Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut

akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga

perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus,

akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan

yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan

paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti

robekan servix, vagina dan perinium.

F. Gambaran klinik

Untuk memperkirakan kemungkinan penyebab perdarahan paska persalinan

sehingga pengelolaannya tepat, perlu dibenahi gejala dan tanda sebagai berikut :

Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosa Penyebab

Uterus tidak

berkontraksi dan

lembek

Perdarahan segera

setelah bayi lahir

Syok

Bekuan darah pada

serviks atau pada

posisi terlentang

akan menghambat

aliran darah keluar

Atonia uteri

Darah segar

mengalir segera

setelah anak lahir

Uterus berkontraksi

dan keras

Plasenta lengkap

Pucat

Lemah

Mengigil

Robekan jalan

lahir

Page 5: Haemorraghe post partum

Plasenta belum lahir

setelah 30 menit

Perdarahan segera,

uterus berkontraksi

dan keras

Tali pusat putus

Inversio uteri

Perdarahan

lanjutan

Retensio plasenta

Plasenta atau

sebagian selaput

tidak lengkap

Perdarahan segera

Uterus

berkontraksi tetapi

tinggi fundus uteri

tidak berkurang

Tertinggalnya

sebagian plasenta

Uterus tidak teraba

Lumen vagina terisi

massa

Neurogenik syok,

pucat dan limbung

Inversio uteri

G. Komplikasi

Perdarahan Post partum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :

1. Syok Hemoragie

Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya

kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan

gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan dapat mengakibatkan

hipovalemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat,

maka akan dapat menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan

selanjutnya merusak bagian korteks Arenal yang dipenuhi 90% darah di

ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan meyebabkan kematian.

2. Anemia

Anemia dapat terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan

perubahan hemostatis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia

dapat berlanjut menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan

tidak bergairah dan juga akan berdampak pada asupan ASI bayi.

3. Sindrom Sheeham

Hal ini terjadi karena akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum

sampai syok. Sindrom ini disebabkan karena hipovalemia yang dapat

menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisis dapat

mempengaruhi sistem endokrin.

H. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan umum

a. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal

Page 6: Haemorraghe post partum

b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman

c. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat

d. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila

dihadapkan dengan masalah dan komplikasi

e. Atasi syok jika terjadi syok

f. Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan

pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500

cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit).

g. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan

robekan jalan lahir

h. Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.

i. Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk

j. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan

lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.

2. Penatalaksanaan khusus

a. Atonia uteri

Kenali dan tegakan kerja atonia uteri

Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika,

lakukan pengurutan uterus

Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir

Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan :

a) Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui

dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah

telapak tangan yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang

kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali

berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehata rujukan.

b) Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan diantara telapak

tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina

untuk menjempit pembuluh darah didalam miometrium.

c) Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan

ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan

kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus

dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis,

penekanan yang tepat akan menghetikan atau mengurangi, denyut

arteri femoralis.

Page 7: Haemorraghe post partum

b. Retensio plasenta dengan separasi parsial

Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan

tindakan yang akan diambil.

Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila

ekspulsi tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat.

Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan

40/menit, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400mg per

rektal.

Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual

plasenta secara hati-hati dan halus.

Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.

Lakukan transfusi darah bila diperlukan.

Berikan antibiotik profilaksis ( ampicilin 2 gr IV/oral +

metronidazole 1 g supp/oral ).

c. Plasenta inkaserata

Tentukan diagnosis kerja

Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi serviks

yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk

menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus

oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL untuk mengantisipasi gangguan

kontraksi uterus yang mungkin timbul.

Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup untuk

melahirkan plasenta.

Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta

tampak jelas.

Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan

spekulum

Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak

jelas.

Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta disisi

berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten

untuk memegang klem tersebut.

Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral

Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah jarum

jam tarik plasenta keluar perlahan-lahan.

Page 8: Haemorraghe post partum

d. Ruptur uteri

Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit

dan siapkan laparatomi

Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas

pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit

rujukan

Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan

memungkinkan, lakukan operasi uterus

Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien

mengkwatirkan lakukan histerektomi

Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum abdomen

Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda infeksi.

e. Sisa plasenta

Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta

setelah dilahirkan

Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis

Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan

bekuan darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh

instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan

kuret.

Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600mg/hari

selama 10 hari.

f. Ruptur peritonium dan robekan dinding vagina

Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan

sumber perdarahan

Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptik

Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan

benang yang dapat diserap

Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal

Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis

demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai berikut :

Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi rektum hingga

ujung robekan

Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul sub

mukosa, menggunakan benang polyglikolik No 2/0 ( deton/vierge )

Page 9: Haemorraghe post partum

hingga ke sfinter ani, jepit kedua sfinter ani dengan klem dan jahit

dengan benang no 2/0.

Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa

dengan benang yang sama ( atau kromik 2/0 ) secara jelujur.

Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub mukosa dan

sub kutikuler

Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan antibiotika

untuk terapi.

g. Robekan serviks

Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan

mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala

bayi.

Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi

perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan

kanan porsio

Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga

perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi

lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan

dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga

semua robekan dapat dijahit

Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus

uteri dan perdarahan paska tindakan

Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-

tanda infeksi

Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb

dibawah 8 gr% berikan transfusi darah

I. Pemeriksaan Penunjang

1. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang

2. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan

jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil:

10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil : 37%-47%, saat hamil : 32%-42%. Total SDP

saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3, saat hamil 5.000-15.000)

3. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum

4. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih

Page 10: Haemorraghe post partum

5. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split

fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial

diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin

memanjang pada KID.

6. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan

J. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35

tahun

b. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung,

keluar keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-

kunang.

c. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam

kehamilan, preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion,

grandmulti gravida, primimuda, anemia, perdarahan saat hamil.

Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus,

partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi

kala II dan III.

d. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi

e. Pengkajian fisik :

Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)

Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)

Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )

Suhu : Normal/ meningkat

Kesadaran : Normal / turun

Fundus uteri/abdomen : Lembek/keras, subinvolusi

Kulit : Dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat,

capilary refil memanjang

Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan

jenis )

Kandung kemih : Distensi, produksi urin menurun/berkurang

Page 11: Haemorraghe post partum

2. Diagnosa Keperawatan

a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam

b) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam

c) Cemas (ansietas) berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman

kematian

d) Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan

e) Resiko shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.

3. Rencana tindakan keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

pervaginam

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawanan, diharapkan

disfungsional bleeding dapat dicegah dan memperbaiki

volume cairan.

Rencana tindakan :

1) Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan

badannya tetap terlentang

R/ Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan

memungkinkan darah ke otak dan organ lain.

2) Monitor tanda vital

R/ Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat

3) Monitor intake dan output setiap 5-10 menit

R/ Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi

ginjal

4) Evaluasi kandung kencing

R/ Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus

5) Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya

diletakan diatas simpisis.

R/ Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu

pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya

Page 12: Haemorraghe post partum

inversio uteri

6) Batasi pemeriksaan vagina dan rektum

R/ Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum

meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi

laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom

Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil

dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat,

segera kolaborasi.

7) Berikan infus atau cairan intravena

R/ Cairan intravena mencegah terjadinya shock

8) Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )

R/ Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol

perdarahan

9) Berikan antibiotik

R/ Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena

perdarahan pada subinvolusio

10) Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )

R/ Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.

b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawanan, diharapkan persuasi

jaringan membaik.

KH : Tanda vital dan gas darah dalam batas normal

Rencana keperawatan :

1) Monitor tanda vital tiap 5-10 menit

R/ Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda

vital

2) Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu

kulit

R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di

jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu

Page 13: Haemorraghe post partum

kulit yang dingin

3) Kaji ada / tidak adanya produksi ASI

R/ Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana

diperlukan dalam produksi ASI

4) Tindakan kolaborasi :

a. Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah

dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan )

b. Berikan terapi oksigen ( Oksigen diperlukan untuk

memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan ).

c. Cemas (ansietas) berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman

kematian

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan cemas

teratasi

KH : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya

Klien mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.

Rencana tindakan :

1) Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan

R/ Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya

2) Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )

R/ Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon

fisiologis

3) Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung

R/ Memberikan dukungan emosi

4) Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan

R/ Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang

tidak diketahui

5) Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya

R/ Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas

6) Kaji mekanisme koping yang digunakan klien

Page 14: Haemorraghe post partum

R/ Cemas dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.

d. Potensial infeksi berhubungan dengan perdarahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan infeksi

tidak terjadi

KH : Lokea tidak berbau

TTV dalam batas normal

Rencana tindakan :

1) Catat perubahan tanda vital

R/ Perubahan tanda vital (suhu) merupakan indikasi terjadinya

infeksi

2) Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus

yang lembek, dan nyeri panggul

R/ Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia,

shock yang tidak terdeteksi

3) Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea

R/ Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran

lokea yang berkepanjangan

4) Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi

saluran nafas, mastitis dan saluran kencing

R/ Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan

5) Tindakan kolaborasi

a) Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )

b) Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan

untuk keadaan infeksi ).\

e. Resiko shock hipovolemik s/d perdarahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawanan, diharapkan shock

hipovolemik tidak terjadi

KH : Tidak terjadi shock

Tidak terjadi penurunan kesadaran

 TTV dalam batas normal

Page 15: Haemorraghe post partum

Rencana tindakan :

1) Anjurkan pasien untuk banyak minum

R/ Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intravascular

sehingga dapat meningkatkan volume intravascular yang dapat

meningkatkan perfusi jaringan.

2) Observasitanda-tanda vital tiap 4 jam

R/ Perubahan tanda-tanda vital dapat merupakan indikator terjadinya

dehidrasi secara dini.

3) Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.

R/ Dehidrasi merupakan terjadinya shock bila dehidrasi tidak ditangani

secara baik.

4) Observasi intake cairan dan output

R/ Intake cairan yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran cairan

yang berlebihan.

5) Kolaborasi dalam :

a) Pemberian cairan infus / transfusi

R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular yang

dapat meningkatkan perfusi jaringan sehingga dapat mencegah

terjadinya shock

b) Pemberian koagulantia dan uterotonika

R/ Koagulan membantu dalam proses pembekuan darah dan

uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol

perdarahan.

4. Evaluasi

Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :

Tanda vital dalam batas normal :

a. Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg

b. Denyut nadi : 70-80 x/menit

c. Pernafasan : 20 – 24 x/menit

d. Suhu : 36 – 37 oc

Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl

Gas darah dalam batas normal

Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang

Page 16: Haemorraghe post partum

komplikasi dan pengobatan yang dilakukan

Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam

mengungkapkan perasaan psikologis dan emosinya

Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari

Klien tidak merasa nyeri

Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya

Page 17: Haemorraghe post partum

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarts. 2002. Textbook of Medical Surgical Nursing –2. Philadelpia :

JB. Lippincot Company.

Lowdermilk. Perry. Bobak. 2002. Maternity Nuring , Fifth Edition. Philadelpia :

Mosby Year Book.

Prawirohardjo, Sarwono & Wiknjosastro, Edi. H. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta :

Gramedia.

RSUD Dr. Soetomo. 2001. Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil.

Surabaya: FK. UNAIR.

Tabrani. 1998. Agenda Gawat Darurat. Bandung : Alumni : Bandung.

Page 18: Haemorraghe post partum