21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Anak merupakan hal yang penting bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam. Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas, kemudian disusul dengan infeksi saluran pencernaan. Insiden terjadinya kejang demam terutama pada anak umur 6 bulan ssampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada anak laki-laki dari pada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena paa wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari laboratorium SMF ilmu timbulnya kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan dikemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental ataupun sosial yang menggangu pertumbuhan dan perkembangan anak. B. Rumusan Masalah Berdasrkan latar belakang yang telah diuraikan, maka didapatkan rumusa masalah pada kasus ini adalah “ Bagaimana

Bab I k.anak pada kejang dan demam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

semoga bermanfaat

Citation preview

Page 1: Bab I k.anak pada kejang dan demam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Anak merupakan hal yang penting bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas, kemudian disusul dengan infeksi saluran pencernaan. Insiden terjadinya kejang demam terutama pada anak umur 6 bulan ssampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada anak laki-laki dari pada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena paa wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki.

Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari laboratorium SMF ilmu timbulnya kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan dikemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental ataupun sosial yang menggangu pertumbuhan dan perkembangan anak.

B. Rumusan Masalah

Berdasrkan latar belakang yang telah diuraikan, maka didapatkan rumusa masalah pada kasus ini adalah “ Bagaimana Asuhan Keperawatan Yang Diberikan Kepada Pasien Dengan Kejang dan Demam “

C. Tujuan Penulisana. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kejang demam sederhana serta bagaimana cara penanganannya.

b. Untuk mengetahui tanda-tanda gejala dan penyebab terjadinya kejang demam sederhana.

Page 2: Bab I k.anak pada kejang dan demam

b. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui tanda-tanda gejala dan penyebab terjadinya kejang

demam sederhana.b. Untuk mengetahui komplikasi apa yang dapat terjadi jika kejang demam

terlambat ditangani.c. Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan

kejang demam sederhana.

D. Manfaat

Penyusun berharap agar laporan kasus ini memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Sebagai media meningkatkan kemampuan dan pengetahuan penyusun sendiri.b. Sebagai bahan bacaan dan penambah wawasan bagi masyarakat, khususnya bagi

sesama tenaga kesehatan.c. Sebagai bahan acuan dan pelengkap pembelajaran.

E. Sistematika

Sistematika dari makalah ini terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belang masalahB. Rumusan masalahC. Tujuan penulisanD. ManfaatE. Sistematika

BAB II PEMBAHASAN

A. PengertianB. PatofisiologiC. Penatalaksanaan MedisD. Test DiagnostikE. PengkajianF. Diagnosa keperawatanG. PerencanaanH. ImplementasiI. Evaluasi

BAB III PENUTUP

A. KesimpulanB. Saran

Daftar Pustaka

Page 3: Bab I k.anak pada kejang dan demam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz & sowden,2002).

Kejang (konvulsi) merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik dan/atau gangguan fenomena sensori (Doengoes, 2000).

Kejang merupakan respon terhadap muatan listrik abnormal di dalam otak. Kejang dapat berupa kekakuan anggota tubuh, gerakan kejutan berulang secara periodik, atau campuran keduanya. Bila kontraksi otot hanya mengenai sebagian kecil serabut otot saja, tidak akan tampak kekejangan otot, tetapi hanya terlihat gerakan halus pada kulit.

Kejang adalah suatu gerakan anggota tubuh yang tidak disadari, dan ditimbulkan oleh kontraksi sebagian atau seluruh otot-otot tubuh. Kontraksi otot-otot secara spontan keras ini tidak dikendalikan dan biasanya disebabkan suatu rangsangan terhadap susunan syaraf. Kejang biasanya berlangsung selama 2-5 menit. Sesudahnya penderita bisa merasakan sakit kepala, sakit otot, sensasi yang tidak biasa, linglung dan kelelahan. Penderita biasanya tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama dia mengalami kejang.

Gangguan kejang merupakan sindrom kronis dimana disfungsi neurologis pada jaringan serebral menghasilkan episode paraksosmal berulang (kejang) gangguan perilaku, suasana hati, sensasi, persepsi, gerakan dan tonus otot (Carpenito, 2000).

Demam adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal lebih dari 37,5oC, merupakan respon tubuh terhadap kuman, bakteri dan virus penyebab penyakit yang masuk ke dalam tubuh (Suriadi, 2001).

Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Mansjoer, 2000)

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229)

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu  meningkat disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Darto suharso, 1994: 148).

Page 4: Bab I k.anak pada kejang dan demam

Kejang demam (febrile convulsion) adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 380 ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Pada percobaan yang dilakukan pada binatang, suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya kejang.

Maka kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.

Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.

a) KEJANG INFANTIL

Seorang anak yang berbaring terlentang tiba-tiba bangun dan melipat lengannya, lehernya ditekuk dan badannya membungkuk, sedangkan tungkainya lurus. Serangan berlangsung hanya selama beberapa detik tetapi bisa terjadi beberapa kali dalam sehari. Kejang ini biasanya terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 3 tahun, dan banyak yang berkembang menjadi bentuk kejang lainnya di kemudian hari. Sebagian anak yang mengalami kejang infantil mengalami gangguan intelektual atau perkembangan sarafnya tertunda; keterbelakangan mental biasanya terus berlanjut sampai dewasa. Kejang ini sulit dihentikan dengan obat anti-epilepsi.

b) KEJANG DEMAM

Kejang demam terjadi karena demam pada anak-anak yang berusia 3 bulan-5 tahun. Kejang ini terjadi pada 4% anak-anak dan cenderung diturunkan. Biasanya berlangsung kurang dari 15 menit. Anak-anak yang mengalami kejang demam lebih mudah menderita epilepsi.

B. Patofisiologi

Untuk mempertahan kan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme.Bahan baku metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler.Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sum ber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi yang dipecah menjadi karbondioksida dan air.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkn kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak umur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewaa yang hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membrane tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas

Page 5: Bab I k.anak pada kejang dan demam

muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapt meluas keseluruh sel maupun membran sel disekitarnya dengan bantuan yang disebut “neurotransimitter” dan terjadi kejang. Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda dan tergangtung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang. Anak akan menderita kejang pada suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang akan terjadi pada suhu 380C sedangkan anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejan akan terjadi pada suhu 400C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejangg yang rendah. Dalam penanggulannya perlu memperhatikan pada tingkat suhu beberapa pasien menderita kejang.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapia, asidosis laktat disebabkab oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan makin meningkaynya aktifitas otot dan selanjutnya mneyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejan lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permehabilitas kapiler dan timbul odema otak yang mengakibatkan kerusakan neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapatkan serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsy yang spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.

1. Etiologi

Penyebab demam itu sendiri disebabkan oleh:

a) Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.

b) Efek produk toksik pada mikroorganismec) Respon alaergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.d) Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.e) Ensefalitis viral ( radang otak akibat virus ) yang ringan, yang tidak diketahui atau

enselofali toksik sepintas.

Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50) faktor presipitasi kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernapasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.

Page 6: Bab I k.anak pada kejang dan demam

2. Prosesa) Proses kejang...

b) Proses terjadinya kejang dan demam...

Page 7: Bab I k.anak pada kejang dan demam

c) Proses demam kejang,,

3. Gambaran Klinik

Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa kronik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidakmemberi reaksi apapu untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Kejang demam dapat berlangsung lama atau parsial. Pada kejang yang unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi yang menetap. Kejang demam terkait dengan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 390C atau lebih, ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh lamanya beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap >15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik, selain itu juga dapat terjadi mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan berulang.

1. Suhu Anak tinggi.2. Anak pucat diam saja.3. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.4. Umumnya kejang demam berlangsung singkat5. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekuatan atau hanya sentakan atau

kekakuan fokal.6. Serangan tonik klonik (dapat berhenti sendiri)7. Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit8. Sering kali kejang berhenti sendiri.

Page 8: Bab I k.anak pada kejang dan demam

4. Komplikasi

Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung 15 menit yaitu:1. Kerusakan otak yang terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif

sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuron secara irrevesible.

2. Retardasi mental dapat terjadi karena deficit neurologis ada demam neonatus.Menurut taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan:1. Kerusakan sel otak2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan

bersifat unilateral.3. Kelumpuhan.

C. Penatalaksanaan Medis

Dalam penanggulangan kejang demam sederhana adapun penatalaksanaan medisnya sebagai berikut:

1. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejangObat piliha utama adalah Diazepam yang diberikan secara intravena. Keampuhan diazepam ini yang diberikan secara intravena tidak perlu dipersoalkan lagi karena keberhasilan untuk menkan kejag sekitar 80% - 90%. Efek terapeutiknya sangat cepat, kira-kira 30 detik sampai 5 menit dan efek toksiknya yang serius hampir tidak dijumpai apabila diberikan secara perlahan dan dosisnya tidak melebihi 50 mg per suntikan. Dosisnya diberikan sesuai dengan berat badan, biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0.3 mg/kg BB/ kali maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang lebih besar. Diazepam dapat diberikan secara berulang pada kejang tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada dosis yang tinggi.

2. Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya.3. Menurunkan panas bila demam atau hipereaksi, dengan kompres seluruh tubuh dan

bila telah memungkinkan dapat diberikan paracetamol 10mg/kg BB/kali kombinasi diazepam 0,3 mg/ kg BB.

4. Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama kurang dari 10 menit, dengan IV : D5 ¼ NS, D5 1/5, RL.

Page 9: Bab I k.anak pada kejang dan demam

D. Test DiagnostikAda beberapa cara pemeriksaan diagnostik,yaitu:1. EEG : Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi

organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.

2. CT SCAN : Untuk mengidentifikasi lesi serebral,mis : infark,hematoma,edema serebral,dan abses

3. Pungsi Lumbal : Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.

4. Laboratorium : Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.

5. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.

6. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak

E. Pencegahan

Menurut Ngastiyah, pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan pencegahan berulang.

1. Pencegahan berulang.a. Mengobatin infeksi yang mendasari kejangb. Penkes tentang,

a) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokterb) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara

pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak (36-37C)

c) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat.

d) Memberitahu pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.

2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi :a. Baringkan pasien pada tempat yang rata.b. Kepala dimiringkan untuk menghindari aspirasi cairan tubuhc. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napasd. Lepaskan pakaian yang ketate. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cidera

Page 10: Bab I k.anak pada kejang dan demam

F. Pengkajiana. Aktifitas / Istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan umum.Keterbatasan dalam beraktifitas / bekerja yang ditimbulkan oleh diri sendiri / orang terdekat / pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.Tanda : Perubahan tonus / kekuatan otot.Gerakan involunter / kontraksi otot ataupun sekelompok otot.

b. SirkulasiGejala : Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sianosisPosiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan.

c. EliminasiGejala : Inkontinensia episodik.Tanda : Iktal : Peningkatan tekanan kandung kemih dantonus sfingter.Posiktal : Otot relaksasi yang menyebabkan inkontenensia ( baik urine / fekal ).

d. Makanan dan cairanGejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yangberhubungan dengan aktifitas kejang.

e. NeurosensoriGejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan, pusing. Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi cerebral.

f. Nyeri / kenyamanGejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode posiktal.Tanda : Sikap / tingkah laku yang berhati –hati.Perubahan pada tonus otot.Tingkah laku distraksi / gelisah.

g. PernafasanGejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun / cepat, peningkatan sekresi mukus.Fase posiktal : apnea.

G. Diagnosa keperawatan1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses patologis.2. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan suhu   

tubuh.3. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi mucus.4. Resiko tinggi kejang berulang b.d riwayat kejang.5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.

Page 11: Bab I k.anak pada kejang dan demam

H. Intervensi Keperawaan

Dx 1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis

NOC : Setelah diilakukan tindakan keperawatan 3×24 jam suhu tubuh normal, dengan

Criteria hasil :

TTV stabil, suhu tubuh dalam batas normal

NIC : Manajemen suhu tubuh

a) GuidanceKaji tanda-tanda vitalR/ mengetahui status kesehatan pasien

b) SupportBantu pasien dalam beraktifitasR/ membantu pasien

c) TeachingAjarkan keluarga untuk memberikan kompresR/ menurunkan suhu tubuh

d) Developmen environmentCiptakan lingkungan bersih dan tenangR/memberikan kenyamanan dalam beristirahat

e) KolaborasiKolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipyretic

Dx 2.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam kebutuhan cairan klien terpenuhi.

Kriteria hasil:

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urin adekuat. Turgor kulit baik. membrane mukosa mulut lembab.

Page 12: Bab I k.anak pada kejang dan demam

NIC : Manajemen cairan

a) GuidanceUkur dan catat jumlah muntah yang dikleuarkan, warna, konsistensi.R/ : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan tubuh

b) SupportBerikan cairan sesuai kebutuhan pasienR/ : memnuhi kebutuhan cairan pasien

c) TeachingAujurkan pasien banyak minum air putihR/ : meningkatkan konsumsi cairan klien

d) Dev.environmentCiptakan lingkungan yang bersih dan tenangR/:Memberikan kenyamanan dalam beristirahat

e) KolaborasiBerikan pengobatan seperti obat antimual.R/ : menurunkan dan menghentikan muntah klien

Dx 3. Tidak Efektinya Bersihan Jalan Nafas b.d Peningkatan Sekresi Mukus

NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan bersihan jalan nafas kembali efektif

Kriteria hasil:

Pasien dapat bernafas efektif kembali sekresi mukus berkurang

NIC  :Manajemen bersihan jalan nafas

a) GuidanceKaji pola napas pasienR/ : untuk mengetahui pola napas pasien.

b) SupportLakukan penghisapan lendirR/ : menurunkan resiko aspirasi

c) TeachingAjarkan keluarga pasien untuk memposisikan pasien semi fowler atau high fowlerR/ : memudahkan pasien dalam proses respirasi

d) developmen environmentBatasi kunjungan dan berikan ketenanganR/ memberikan kenyamanan dalam beristirahat

e) colaborationkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

Page 13: Bab I k.anak pada kejang dan demam

Dx. 4.Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.

NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam terjadi Peningkatan status nutrisi

a) guidancekaji intake dan output nutrisiR/mengetahui intake dan output nutrisi

b) supportBantu klien makan.R/ membantu klien makan.

c) teachingAjarkan kepada keluarga pasien untuk  menyelingi makan dengan minumR/ memudahkan makanan untuk masuk.

d) developmen environmentMengurangi gangguan seperti bising/berisik, menjaga kebersihan ruangan.R/ cara khusus meningkatkan napsu makan.

e) Kolaborasikolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi pasien

I. Implementasi

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan monitor kemajuan kesehatan

J. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.seperti ,,

1. Kekurangan volume cairan tidak terjadi.2. Bersihan Jalan Nafas kembali efektif.3. Keseimbangan kebutuhan cairan klien tercukupi.4. Resiko tinggi kejang berulang tidak terjadi.5. kebutuhan Nutrisi klien dapat terpenuhi.

Page 14: Bab I k.anak pada kejang dan demam

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Demam merupakan penyakit yang sering dijumpai pasa anak. Demam yang tinggi pada anak bisa menimbulkan terjadinya kejang demam. Demam yang memicu terjadinya kejang ditandai dengan suhu tubuh anak yang mencapai 380C.

Pertolongan pertama pada anak dengan kejang demam yaitu membawa anak kerumah sakit dengan diberikan diazepam rectal yang berfungsi untuk mengatasi kejang, serta obat penurun demam yang berupa injeksi maupun oral. Kejang demam yang berlangsung singkat ( kurang lebih 5 menit ) pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa, yaitu rusaknya neuron otak.

Komplikasi yang mungkin terjadi jika anak terkena kejang demam adalah yang berlangsung lama yaitu lebih dari 15 menit, yang dapat mengakibatkan kerusakan otak dengan mekanisme eksitotoksik, selain itu penurunan mental, dan kerusakan pada daerah medial lobus temporalis yang memicu terjadinya epilepsi.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan mengenai permasalahan kejang demam antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan tambahan referensi tentang kejang demam, bagaimana cara penatalaksaan medisnya, apa saja terapi yang harus diberikan dan hal apa saja yan medisnya, apa saja terapi yang harus diberikan dan hal apa saja yang dapat dilakukan untuk terhindar dari kejang demam. 

2. Bagi Tenaga KesehatanPenatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi

3. Bagi MahasiswaMahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis terhadap penderita kejang demam, apa saja penyebab, tanda-tanda gejala klinisnya dan terapi apa saja yangf dapat diberikan pada penderita kejang demam serta bagaimana cara mencegh terjadinya demam yang memicu terjadinya kejang.

Page 15: Bab I k.anak pada kejang dan demam

Daftar Pustaka

Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta : EGC.Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru.

Lumbantobing. 1989. Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI

Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2, hal 847. Cetakan ke 9. 2000 bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI

Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monika Ester, EGC, Jakarta.

Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasi I made, EGC, Jakarta

Santosa NI, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes, RI, Jakarta.

Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.

Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 2, Info Medika, Jakarta.

Dr.Nursalam, 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta: Salemba Medika.